Ceritasilat Novel Online

Memburu Iblis 19

Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono Bagian 19


sian-hwa-tok! Satu-satunya jalan kini tinggal pek-lek-tan saja!"
Giok-bin Tok-ong menggerutu. Hatinya panas bukan main
sehingga tangannya yang memegang pek-lek-tan mulai
gemetaran. "Nah! Kulihat kau sudah mulai gemetar ketakutan. Apakah
kau sudah mulai berpikir untuk menyerah atau melarikan diri?"
Liu Yang Kun sengaja mengejek agar supaya lawannya
semakin menjadi marah dan lengah.
Benar juga. Ejekan itu benar-benar membuat Giok-bin Tokong tak bisa mengendalikan diri lagi. Tanpa mempergunakan
akal atau tipu muslihat lagi, kakek iblis itu lalu melontarkan
pek-lek-tannya. Yap Kiong Lee, Souw Thian Hai dan Souw Lian Cu
terkesiap. Otomatis mereka berloncatan menjauhi arena.
Bahkan mereka melompat memasuki halaman rumah keluarga
Ui Bun Ting. Untuk itu Yap Kiong Lee terpaksa harus memberi
bantuan kepada Souw Thian Hai, karena pendekar sakti itu tak
mampu meloncat lagi dengan baik. Racun Sian-hwa-tok itu
seolah-olah telah melumpuhkan urat-uratnya.
Bersamaan dengan mendaratnya kaki mereka di dalam
tembok halaman rumah keluarga Ui Bun Ting, maka
terdengarlah suara ledakan yang menggetarkan seluruh isi
kota itu. Semburan debu dan tanah tampak menjulang tinggi
ke udara. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Tembok halaman rumah Ui Bun Ting yang terbuat dari
susunan batu-bata merah itu bagaikan didorong oleh kekuatan
yang maha dahsyat! Terdengar suaranya yang gemuruh ketika
tembok itu roboh ke dalam!
Demikianlah beberapa saat lamanya tempat itu menjadi
gelap-gulita oleh debu dan asap yang tersebar kemana-mana.
Sebaliknya di dalam kegelapan itu mulailah terdengar suara
jerit dan tangis dari penduduk yang tinggal di sekitar tempat
tersebut. Mereka berlarian keluar rumah untuk menyelamatkan diri. Mereka menyangka ada gempa bumi
yang hendak menghancurkan rumah tinggal mereka.
Meski sudah berada di dalam tembok, namun daya hentak
dari ledakan peluru Giok-bin Tok-ong tersebut masih tetap
terasa oleh Yap Kiong Lee dan kawan-kawannya. Bahkan
Souw Thian Hai yang keadaannya menjadi semakin lemah itu
tampak terhuyung-huyung dan hampir terjatuh karenanya.
"Ayah........?" Souw Lian Cu cepat memapah ayahnya,
kemudian dibawa duduk di emper bangunan samping
pendapa. Pada saat itu pula tiba-tiba sebuah benda jatuh di samping
mereka. Benda itu seakan-akan jatuh dari atas langit.
Berdebam keras bersama percikan barang cair yang sedikit
membasahi pakaian Souw Lian Cu.
"Lian Cu, apakah itu.,......?" Souw Thian Hai berseru kaget.
"Ah, paling-paling batu atau gumpalan tanah yang
terlempar akibat ledakan ini.......'' Yap Kiong Lee menyambung. "Saya kira memang,.......ah! Ayah!" mendadak Souw Lian
Cu memekik keras sekali. Gadis itu menuding ke arah potongan kaki yang masih
segar di dekatnya. Kemudian seperti orang yang terserang
penyakit gatal gadis itu menggosok-gosok kulit dan
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
pakaiannya yang terkena percikan barang cair tadi. Barang
cair yang tidak lain adalah darah segar yang keluar dari
potongan kaki tersebut. "Potongan kaki"." Oh! Oh, Pangeran!" tiba-tiba Yap Kiong
Lee terbelalak dan berdesah ketakutan.
Bergegas pendekar dari istana itu me lesat keluar,
menerobos kepulan debu dan asap yang masih bertebaran di
luar tembok halaman itu. Dalam waktu yang hampir
bersamaan, melesat pula di belakangnya tubuh Souw Lian Cu
mengikutinya. T ernyata keduanya mempunyai perasaan yang
sama yaitu mengkhawatirkan nasib Liu Yang Kun. Mereka
tinggalkan begitu saja Souw Thian Hai di halaman depan Ui
Bun Ting. Karena gelap keduanya terperosok ke dalam lubang yang
tercipta akibat letusan tadi. Meskipun tidak begitu dalam
namun cukup membuat mereka kaget.
"Pangeran.......! Pangeran"..?" Y ap Kiong Lee memanggilmanggil dengan gelisah. Tiada jawaban.
"Dia tidak ada di dalam kubangan ini......" Souw Lian Cu
berbisik di telinga Y ap Kiong Lee.
"Benar. Kita cari di luar arena......!" Yap Kiong Lee
mengangguk. Mereka lalu melompat ke luar. Sementara itu tebaran debu
dan asap yang menggelapkan bekas arena itu telah semakin
menipis ditiup angin, sehingga mereka berdua mulai bisa
menyaksikan keributan atau kegemparan penduduk yang
berlarian di jalan raya itu.
"Ah.....kota ini menjadi gempar! Penduduk di kanan kiri
jalan ini menjadi ketakutan! Jangan-jangan tubuh Pangeran
Liu yang Kun dan Giok-bin T ok-ong, yang terlempar dari arena
ini, terinjak-injak oleh kaki mereka.........." Yap Kiong lee
berkata gemetar. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Oh, jangan...........!" bibir Souw Lian Cu tiba-tiba berdesah
serak. Suaranya seperti tersekat di tenggorokan, sementara
air matanya tiba-tiba juga meleleh membasahi pipinya.
Yap Kiong Lee tertegun. Dahinya berkerut. Dipandangnya
wajah Souw Lian Cu yang putih pucat itu beberapa saat
lamanya. Mereka berdiri di bawah pohon peneduh-jalan yang
hampir rontok seluruh daun-daunnya terkena angin ledakan
tadi. Mereka terpaksa menepi karena semakin banyak orang
yang keluar dari rumah dan berlarian di jalan itu.
"Nona Souw......" Nona menangis........?" Souw Lian Cu
tersentak kaget. Dengan gugup gadis itu mengusap matanya.
"Yap Tai-hiap, aku......." desahnya kikuk.
"Sudahlah, nona...Nona tak perlu bersedih dulu. K ita belum
menemukan jenasah Pangeran Liu Yang Kun. Belum tentu
Pangeran meninggal dunia. Mari kita cari sekali lagi !"
Souw Lian Cu menghela napas panjang. Kakinya
melangkah ke tengah jalan lagi. Tapi baru dua tindak ia
melangkah, tiba-tiba terasa ada setetes air yang jatuh
membasahi ujung hidungnya. Sekejap gadis itu terperanjat. Ia
menyangka air matanya menitik lagi. Namun ketika diusapnya
air itu terasa liat dan berbau amis.
Otomatis gadis itu melihat ke atas, ke dahan-dahan pohon
yang hampir tak berdaun lagi. Dan tiba-tiba matanya
terbeliak! Tangannya otomatis mencengkeram lengan Yap
Kiong Lee pula! "Yap Tai-hiap, lihat.........! Tubuh siapakah yang........
tersampir di atas cabang itu" Jangan-jangan.........." jeritnya
sesak. "uoooh!" Y ap Kiong Lee berseru kaget pula.
Pendekar dari istana itu lalu berkelebat ke atas dahan.
Tangannya cepat menyambar tubuh manusia yang nyaris
hancur di atas cabang pohon tersebut. Segumpal daging
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
terlepas dari tubuh manusia itu dan jatuh ke bawah hampir
menimpa Souw Lian Cu. "Si-siapakah,...... dia?" Yap Kiong Lee bergumam seraya
meletakkan tubuh manusia yang tidak utuh lagi itu di hadapan
Souw Lian Cu. Mereka tidak segera bisa mengenali wajah manusia itu,
karena hampir seluruh tubuh orang itu dibalut oleh gumpalan
darah yang sudah mengental. Pakaian yang dikenakan orang
itupun juga sudah hancur pula di sana-sini. Lengket dengan
darah. Tiba-tiba tubuh yang sudah tidak keruan macamnya itu
bergerak-gerak, sehingga tentu saja Yap Kiong Lee dan Souw
Lian Cu kaget setengah mati! Keduanya cepat berloncatan
mundur. "Dia., ..dia". masih hi-hidup........ ?" Souw Lian Cu
berteriak, namun suaranya seperti tersangkut di kerongkongannya, ngeri. "Be-bangsat........! K-k-k-kubunuh k-k kauu......! K-kkubu....... kubunuh kau!" bibir yang sudah robek dan tidak
utuh lagi itu tiba tiba bergumam dengan suara yang kurang
jelas. Kemudian tubuh itu tampak bergetar untuk beberapa
saat, lalu terdiam kembali. Tampaknya sekarang benar-benar
telah mati. "Dia......dia".Giok-bin Tok-ong! Dia bukan Pangeran Liu
Yang Kun!" mendadak Souw Lian Cu bersorak gembira.
"Benar. Nona benar. Tapi...... tapi dimanakah Pangeran Liu
Yang Kun?" Yap Kiong Lee berdesah gelisah.
"Aku ada di sini, Ciang-kun!!" Sebuah bayangan tiba-tiba
melompat turun dari atas pohon itu pula. Sekejap saja Liu
Yang Kun telah berdiri di depan mereka. Namun keadaan
pemuda itu hampir tidak ada bedanya dengan keadaan Giokbin Tok-ong. Pakaiannya nyaris hancur pula. Dan walaupun
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
tubuh pemuda itu masih tampak utuh namun di sana-sini juga
tampak luka-luka bakar dan lepotan-lepotan darah kental di
sekujur tubuhnya. Bahkan rambutnya yang panjang itu sudah
tidak bisa digelung lagi sekarang. Sebagian besar telah
terbakar habis di dalam ledakan pek-lek-tan itu.
Namun demikian pemuda itu masih dapat tersenyum
kepada Souw Lian Cu. "Nona Souw............?"
"Pangeran.,.." Tiba-tiba Souw Lian Cu menjadi malu.
Mukanya tertunduk dalam-dalam.
Sementara itu di dalam kegembiraannya Yap Kiong Lee
juga merasa khawatir pula menyaksikan keadaan Liu Yang
Kun. "Pangeran, kau.......kau terluka?"
"Tidak!! Cuma sedikit luka-bakar di tanganku. Pek-lek-tan
itu memang benar-benar dahsyat. Mungkin tubuhku tadi akan
hancur-lebur pula kalau aku tak lekas-lekas berlindung di
belakang tubuh Giok-bin Tok-ong itu," dengan tenang Liu
Yang Kun menjawab seraya mengawasi tubuh Giok-bin Tokong yang telah binasa itu.
"Berlindung di belakang tubuh Giok-bin Tok-ong,........?"
Yap Kiong Lee bertanya bingung.
"Ya !" Liu Yang Kun mengangguk. "Sejak mula aku
bertempur dengan dia, aku memang tak pernah melupakan
kata-kata Hong-gi-hiap Souw Thian Hai, bahwa aku harus
selalu menempel dia. Aku tak boleh terlalu jauh dari dia, agar
dia tak berani me lepaskan pelurunya. Kalaupun akhirnya ia
nekad melepaskannya, maka dengan cepat pula aku dapat
mengetahuinya. Itulah sebabnya aku tadi mengejek serta
membakar hatinya, agar dia cepat-cepat melemparkan
pelurunya tanpa perhitungan yang matang, sehingga aku
dengan mudah dapat mematahkan."
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Bagaimana cara pangeran mematahkan lemparan pelurunya itu?" Y ap Kiong Lee mendesak.
Liu Yang Kun tersenyum mengingat keberanian dirinya tadi.
Keberanian yang sebetulnya
sangat berbahaya bagi keselamatannya. Keberanian yang bisa merenggut nyawanya.
"Untung-untungan aku tadi menepiskan peluru itu dengan
kebutan lengan bajuku. Sementara itu lenganku yang lain
cepat menyambar tubuh Giok-bin Tok-ong dengan ilmu Kimcia-ih-hoatku. Kuringkus tubuh orang tua itu dan kupergunakan sebagal perisai sehingga aku tidak langsung
terkena daya-ledak dari pek-lek-tan itu........."
"Ooh, sungguh berbahaya sekali............" Yap Kiong Lee
berdesah lega, walaupun air mukanya menampilkan rasangerinya. Sementara itu para petugas keamanan kota mulai
berdatangan ke tempat itu. Mereka mulai mengatur orangorang yang berlarian di tengah jalan dan menanyakan sebabsebab keributan itu. "Kita tak usah berurusan dengan mereka. Kita hindari saja
mereka! Marilah. Biarlah para petugas keamanan itu yang
mengurus mayat Giok-bin Tok-ong........" Yap Kiong Lee
cepat-cepat membisiki Liu Yang Kun dan Souw Lian Cu.
"Bagaimana dengan ayah?" Souw Lian Cu menukas.
"Tentu saja kita menemuinya dahulu. Mari!"
Bergegas mereka bertiga meninggalkan tempat itu. Mereka
bertiga menyeberang jalan dan masuk ke halaman rumah
keluarga Ui Bun Ting. Souw Thian Hai masih tetap duduk di
tempatnya. Pendekar besar itu segera berdiri menyambut
mereka. Tampaknya dia telah berhasil mengatasi racun yang
menyerang tubuhnya. "Saudara Yap, bagaimana......." Apa yang telah terjadi?"
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Tidak apa-apa, Saudara Souw. Pangeran Liu Yang Kun


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

selamat. Giok-bin T ok-ong sendirilah yang menjadi korban dari
peluru mautnya itu. Sekarang kita semua harus cepat-cepat
pergi dari tempat ini karena para petugas keamanan kota ini
sudah mulai berdatangan kemari. Kita tak perlu berurusan
dengan mereka." "Tapi, bukankah kau bisa memberi keterangan kepada
mereka?" "Ya. Tapi terlalu banyak membuang waktu nanti. Apalagi
aku sedang mengemban tugas penting sekarang. Marilah........! Lebih baik kita tinggalkan kota ini cepat-cepat!"
"Kemana........?" Souw Thian Hai bertanya.
"Tentu saja ke Cin-an! Bukankah Nyonya Souw berada di
sana" Kita bawa Pangeran Liu Yang Kun ke sana agar segera
mendapatkan pengobatan dari Nyonya Souw..,......."
"Oh..........!" Souw T hian Hai berdesah sambil menganggukangguk. "Tapi..... tapi bagaimana dengan Ci-ci T ui Lan dan Ui Ciangbun?" Souw Lian Cu menyela. "Apakah kita tidak berangkat
saja bersama-sama dengan mereka" bukankah mereka juga
akan kembali ke Cin-an pula?"
Yap Kiong Lee memandang Souw Lian Cu sekejap. "Nona.
semakin cepat Pangeran Yang Kun memperoleh pengobatan
akan semakin baik. Waktu kita tinggal sedikit saja, karena
besok malam pesta perkawinan Ui Ciang-bun telah tiba. Pada
saat itu semuanya akan menjadi s ibuk sehingga Nyonya Souw
juga tidak akan mempunyai banyak kesempatan lagi untuk
mengobati Pangeran Liu Yang Kun. Akan tetapi apabila kita
berangkat sekarang, maka sebelum tengah-hari besok kita
akan sudah berada di Cin-an. Masih ada waktu beberapa saat
untuk meminta Nyonya Souw untuk mengobati Pangeran Liu
Yang Kun......." katanya kemudian.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Souw Lian Cu menundukkan kepalanya. Ia memahami jalan
pikiran Y ap Kiong Lee. Tapi ia juga tak bisa berpangku tangan
begitu saja melihat keadaan Tui Lan, sahabatnya. Apalagi ia
seperti melihat sesuatu yang aneh pada diri sahabatnya itu.
"Kalau begitu....... kalau begitu.....biarlah aku tinggal dulu
di sini. Aku akan segera menyusul bila Ci-ci Tui Lan sudah
sehat. Boleh bukan?" gadis ayu itu akhirnya berkata seraya
menoleh kepada ayahnya. Sebenarnya Souw T hian Hai sendiri tak tega meninggalkan
puterinya. Selain ia sendiri belum hilang rasa rindunya ia juga
takut anaknya itu akan pergi meninggalkan dirinya lagi. Tapi di
lain pihak pendekar sakti itu juga menyadari pula akan
kepentingan Yap Kiong Lee, sahabatnya itu. Tanpa dirinya
mungkin Chu B wee Hong takkan bersedia mengobati Liu Y ang
Kun. Apa boleh buat. Pendekar besar itu terpaksa mengorbankan
kepentingan pribadinya dahulu. Apalagi kalau diingat bahwa
pertemuan dengan puterinya itu juga atas jasa Yap Kiong Lee
pula. Oleh karena itu dengan berat hati terpaksa Souw Thian
Hai meluluskan permintaan puterinya untuk tinggal lebih
dahulu di kota itu. "Tapi kau harus cepat-cepat menyusul aku ke kota Cin-an!'"
pesan pendekar sakti itu tegas.
Demikianlah. Yap Kiong Lee bersama Liu Yang Kun
berangkat ke kota Cin-an dengan Hong-gi-hiap Souw Thian
Hai. Mereka bertiga menerobos keributan orang-orang di
jalan-raya yang ketakutan akibat ledakan peluru pek-lek-tan
tadi. Beberapa kali Pangeran Liu Yang Kun masih saja berhenti
dan menoleh, seakan-akan tidak tega meninggalkan Souw
Lian Cu. "Marilah, Pangeran! Pangeran tidak usah cemas, Souw Lian
Cu bisa menjaga dirinya........"
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Souw Thian Hai yang sedikit banyak juga mengetahui
hubungan puterinya dengan pangeran itu beberapa kali juga
menenangkan hati Liu Yang Kun.
"Oh, maaf......maaf," pemuda itu menjawab dengan paras
muka merah. Beberapa kali mereka bertiga berpapasan dengan petugas
petugas keamanan kota. Bahkan di depan pintu gerbang kota
sebelah barat mereka juga bertemu dengan seregu pasukan
berkuda yang lengkap dengan persenjataan mereka. Mereka
berbaris menjaga pintu gerbang kota yang telah ditutup rapat.
"Mereka adalah pasukan berkuda dari Kota raja yang
ditempatkan di kota ini. Sulit untuk melewati mereka." Yap
Kiong Lee cepat memberi keterangan sebelum temantemannya bertanya. "Kita terobos saja..........?" Liu Yang Kun mengusulkan.
"Ah, tidak enak rasanya. Mereka adalah prajurit-prajurit
adikku. Lebih baik kita menghindar dan mencari jalan yang
lain. Kita me lompati tembok saja di tempat yang sepi." Yap
Kiong Lee tidak setuju. "Tapi......aku belum bisa mengerahkan tenagaku, Saudara
Yap." Souw T hian Hai tiba-tiba berkata.
Yap Kiong Lee dan Liu Yang Kun terkejut.
"Jadi.,.,. Saudara Souw belum terbebas dari racun Sianhwa-tok itu?" Y ap Kiong Lee tersentak kaget.
"Belum sepenuhnya. Aku hanya bisa menahan dan
membatasi daya-serangnya saja. Racun itu tetap bercokol di
dalam darahku." Souw T hian Hai menerangkan.
"Oooh! Kalau begitu". eh, bagaimana ini, Pangeran?" Yap
Kiong Lee berdesah seraya menoleh ke arah Liu Yang Kun.
"Dapatkah Pangeran mengobati Souw T ai-hiap dulu?"
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Tentu. Tentu saja. Marilah kita cari tempat yang
baik................!'" dengan gugup Liu Yang Kun mengiyakan.
Mereka lalu berbelok menyusuri jalan di samping tembok
kota. Namun dimana-mana mereka bersua dengan para
penduduk yang berlarian dari rumahnya.
"Tampaknya ledakan itu benar-benar membangunkan
seluruh penduduk kota ini. Rasanya sampai pagi pun kita
takkan mendapatkan tempat yang sesuai dengan keinginan
kita. Kita memang harus keluar dari dalam tembok kota........"
akhirnya Yap Kiong Lee berkata kesal.
"Benar. Kita bantu Souw Tai-hiap untuk me loncati tembok
kota itu." Liu Yang Kun membenarkan, "bagaimana, Tai-hiap"
Apakah Tai-hiap setuju?"
"Baiklah. Aku tidak berkeberatan," jawab pendekar ternama
itu kemudian. Yap Kiong Lee dan Liu Yang Kun merasa lega. Di tempat
yang agak terlindung keduanya lalu menarik lengan Souw
Thian hai untuk dibawa melompat ke atas tembok kota.
Hampir saja kaki Souw Thian Hai terpeleset. Tapi dengan
cepat pula tangan Liu Yang Kun dan Yap Kiong Lee
menahannya. Di luar tembok mereka lalu berlari menyusup ke dalam
gelap. Dengan hati-hati mereka menerobos hutan, kemudian
di tempat yang agak lapang, namun cukup tersembunyi dan
jauh dari tembok kota, mereka bertiga berhenti. Liu Y ang Kun
lalu meminta kepada Souw T hian Hai untuk duduk bersila agar
dapat dia obati. Souw Thian Hai tidak menolak. Pendekar itu tampak
percaya sepenuhnya kepada Liu Yang Kun. Dia cuma berdesah
pendek ketika melihat ke langit yang mulai bersinar terang.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Sebentar lagi pagi akan tiba. Kuharap kita tidak terlalu
lama di tempat ini...,.." katanya perlahan seperti kepada
dirinya sendiri. "Tidak, Souw T ai-hiap. Pengobatan ini hanya sebentar. Tak
lebih dari sepeminuman teh saja." Liu Yang Kun
menerangkan. Kemudian Liu Yang Kun merogoh saku di bawah ikatpinggangnya. Dikeluarkannya Mustika-inti-racunnya. Untunglah benda itu tidak hilang atau terlempar dari sakunya
ketika terjadi ledakan tadi. Dan sungguh beruntung pula bagi
dia karena benda pusaka itu tidak ia taruh di saku-bajunya.
Coba kalau benda itu ia tempatkan di dalam saku-bajunya,
niscaya benda tersebut telah lenyap bersama bajunya tadi.
Benar juga apa yang dikatakan olen Liu Y ang Kun. Dengan
pertolongan Mustika Inti Racunnya maka racun yang berada di
dalam tubuh Souw Thian Hai itu segera hilang. Dengan
dorongan tenaga dalam Liu Yang Kun yang tersalur melalui
Po-tok-cu tersebut, serta ditunjang oleh tenaga dalam Souw
Thian Hai sendiri, maka racun sian tok-hwa pun segera
menguap keluar dari dalam tubuh Souw T hian Hai.
Meskipun demikian ternyata langit benar-benar telah
menjadi terang. Dan merekapun mulai dapat melihat
kawannya dengan jelas. Liu Yang Kun telah melepaskan
telapak tangannya dari punggung Souw T hian Hai. Sementara
Yap Kiong Lee memandang putera junjungannya itu dengan
pandangan kagum. Namun ketika terpandang olehnya keadaan baju dan
rambut pangeran tersebut, hatinya menjadi geli. Pangeran itu
kini tak lebih seperti seorang pengemis gelandangan akibat
ledakan pek-lek tan tadi. Sama sekali pemuda itu tak kelihatan
sebagai seorang pangeran yang gagah perkasa.
Souw Thian Hai yang telah terhindar dari keganasan racun
Sian-tok-hwa itu juga telah membuka matanya pula. PerlahanTiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
lahan ia membalikkan tubuhnya, lalu dipandangnya wajah
pangeran Liu Yang Kun yang masih amat muda itu dengan
kagumnya. Dan pandangannya itu segera terhenti pada baju
atau rompi kulit ular yang melekat di dada Liu Yang Kun.
Sejenak matanya terbeliak heran.
"Terima kasih, Pangeran. Tapi.........ehm, bolehkah aku
bertanya sedikit?" akhirnya pendekar sakti itu berkata.
Liu Yang Kun menarik napas panjang. Tangannya menyeka
keringat yang mengalir di atas dahinya, lalu matanya terbuka
mengawasi wajah Souw T hian Hai pula.
"Souw T ai-hiap hendak bertanya tentang apa?" Souw T hian
Hai menunjuk ke arah Po-tok-cu dan baju kulit ular yang ada
pada Liu Yang Kun. "Tampaknya kedua buah benda itu adalah pusaka-pusaka
yang tak ternilai harganya. Ehmm ?" bolehkah saya
mengetahui namanya........?"
"Ah..........!" Tiba-tiba Liu Yang Kun berdesah murung.
Kepalanya tertunduk. Matanya memandang Mustika Inti Racun
dan baju kulit ular yang ada pada dirinya itu lama sekali.
Souw Thian Hai menjadi heran. Ia tak tahu mengapa tibatiba Liu Yang Kun itu menjadi murung. Otomatis ia menoleh
kepada Yap Kiong Lee. Dan pendekar dari istana itu segera maju pula untuk
memberi keterangan. "Maaf, Saudara Souw. Sudah kuceritakan dengan singkat
tadi, bahwa Pangeran Liu Yang Kun telah kehilangan masa
lampaunya. Itulah sebabnya kenapa kami buru-buru hendak
menemui Nyonya Souw."
Souw Thian Hai mengerutkan keningnya. Seperti tidak
percaya ia memandang kepada Liu Yang Kun.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Sungguh mengherankan sekali ! Mengapa ada juga orang
lain yang terkena musibah seperti aku dulu" Aneh!"
"Benar, Saudara Souw. Itu pula sebabnya kenapa kami
ingin meminta pertolongan Nyonya Souw. Dahulu Saudara
Souw juga bisa disembuhkan oleh Nyonya Souw".."
"Souw Tai-hiap, tolonglah aku! Bantulah aku agar Souw
Hu-jin (Nyonya Souw) mau mengobati penyakitku ini,....." Liu
Yang Kun meminta pula. Souw Thian Hai tersenyum. "Tentu! Tentu! Pangeran telah
menolong aku, maka sudah sewajarnyalah kalau aku juga
menolong pangeran pula. Nah! Marilah kita berangkat
sekarang! Mumpung hari telah terang.,..",..."
"Tapi..., apakah kesehatanmu sudah pulih kembali. Saudara
Souw?" Y ap Kiong Lee bertanya.
Lagi-lagi Souw Thian Hai tersenyum. "Jangan takut. Aku
benar-benar sudah sehat kembali, Paling-paling tinggal
melemaskan otot-ototku saja," jawabnya kemudian seraya
beranjak mendahului Y ap Kiong Lee dan Liu Yang Kun.
Liu Yang Kun saling pandang dengan Yap kiong Lee.
Mereka berdua segera melangkah pula mengikuti Souw Thian
Hai. "Tapi kita harus segera mencari baju baru untuk mengganti
pakaian pangeran itu. Pangeran tak layak mengenakan
pakaian seperti itu," sambil berjalan Yap Kiong Lee berkata
kepada Liu Yang Kun. "Ah....... itu mudah nanti. Tanpa bajupun aku tak merasa
risi atau dingin." Liu Yang Kun cepat menjawab.
"Ya, tapi?"?" Yap Kiong Lee tetap pada pendiriannya.
Demikianlah mereka bertiga berjalan terus ke arah barat.
Mereka melewati jalan besar yang semakin lama semakin
sering menerobos hutan belukar yang sunyi dan jarang dilalui
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
orang. Dan tanah yang mereka pijakpun semakin ke barat
kelihatan semakin kekuning-kuningan pula warnanya.
"Kita sudah tidak jauh lagi dari aliran sungai Huang-ho."
Hong-gi-hiap Souw T hian Hai berkata.
"Ya. Dan kitapun akan segera lewat pula di perkampungan
penduduk yang padat kembali.,,...," Yap Kiong Lee
mengiyakan. "Dan........ sebenarnya aku ingin makan dan......beristirahat! Sudah sehari semalam mataku tak
terpicingkan sama sekali." Liu Yang Kun berkata pula.
Yap Kiong Lee menoleh dengan cepat. "Tapi kita tidak
mempunyai banyak waktu lagi, Pangeran. Kita sudah harus
tiba di Cin-an sebelum tengah hari nanti. Selewatnya waktu
itu, Nyonya Souw sudah tidak mempunyai banyak kesempatan
lagi. Apalagi kalau rombongan Ui Bun Ting sudah tiba pula


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dari kota Lai-yin," sergahnya.
Souw Thian Hai tertawa. "Ah! Mengapa Saudara Yap
berpikiran demikian" Kita tak perlu tergesa-gesa. Biarlah
Pangeran Liu Yang Kun beristirahat bila dia memang
menginginkannya. Tentang isteriku nanti, biarlah aku yang
mengaturnya." "Ah, terima kasih........Terima kasih..........!" pendekar dari
istana itu bernapas lega. Demikian pula dengan Liu Yang Kun.
Semakin lama mereka semakin banyak melihat lahan-lahan
pertanian. Dan merekapun semakin sering pula me lihat atau
berpapasan dengan para petani yang hendak mengerjakan
sawahnya. "Nah".. pangeran sudah melihatnya sendiri, bukan" Setiap
orang yang berpapasan dengan kita tentu memandang kepada
Pangeran dengan pandangan heran. Pangeran memang harus
cepat-cepat mengenakan pakaian yang pantas." Yap Kiong
Lee bergurau. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Ya. Kelihatannya semua orang menganggapku gila." Liu
Yang Kun tertawa. Ketika mereka memasuki dusun yang pertama, yang mulamula mereka cari adalah pasar. Yap Kiong Lee segera
berputar-putar mencari pakaian yang cocok untuk Liu Yang
Kun. Dipilihnya baju yang berpotongan longgar, yang
mempunyai kancing berderet-deret di bagian depannya. Baju
itu sangat cocok dan serasi untuk potongan tubuh Liu Yang
Kun. Apalagi ketika Yap Kiong Lee menambahkan topi atau
tutup kepala di kepala Liu Yang Kun. Pemuda itu semakin
tampak tampan berwibawa. "Nah! Sekarang Pangeran tidak
usah merasa malu lagi pergi ke sebuah pesta pernikahan,"
pendekar dari istana itu memberi komentar.
Souw Thian Hai tersenyum pula. Diam-diam ia merasa
kagum juga kepada pangeran muda itu. Sakti, tampan dan
rendah hati. Padahal ia seorang pangeran yang berkedudukan
tinggi serta kaya raya. Tak mengherankan bila Souw Lian Cu
sampai jatuh cinta kepadanya.
"Tapi Lian-ji sudah mengenalnya sejak ia masih berkelana
sebagai orang biasa. Sebelum pangeran ini diakui sebagai
putera Hong-siang......" katanya kemudian di dalam hati.
Demikianlah, setelah makan pagi sekedarnya mereka lalu
melanjutkan lagi perjalanan mereka. Mereka tidak jadi
beristirahat di tempat itu karena Pangeran Liu Y ang Kun tidak
ingin mengecewakan hati Y ap Kiong Lee.
Jalan yang mereka lalui bukan ma in ramainya. Kuda,
kereta, gerobak dorong ataupun pejalan kaki tampak hilirmudik di jalan itu. "Heran. Bukankah tempat ini cuma sebuah kampung kecil
saja" Kenapa ramainya bukan main?" Pangeran Liu Yang Kun
bertanya heran, Souw Thian Hai dan Yap Kiong Lee menoleh sambil
tersenyum. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Apakah Pangeran belum pernah lewat di tempat ini?"
Souw T hian Hai bertanya.
"Belum." Liu Yang Kun menjawab cepat.
"Kampung ini sudah dekat dengan tempat penyeberangan.
Dan tempat penyeberangan di sini adalah tempat
penyeberangan yang paling baik dan aman untuk daerahdaerah di sekitar tempat ini. Maka tidaklah mengherankan bila
semua pedagang dan pejalan kaki yang hendak pergi ke barat
berkumpul di tempat ini. Sebentar lagi akan dapat kita lihat
betapa ramainya tempat penyeberangan itu." Yap Kiong Lee
kemudian memberi keterangan.
"Oooh?"?".!" Liu Yang Kun mengerti.
Memang benar. Semakin dekat dengan sungai, jalan itu
semakin ramai pula. Rumah-rumah pendudukpun semakin
berdesak-desak pula. Berpuluh-puluh gerobak maupun kereta
tampak berderet-deret di pinggir jalan, menunggu giliran
untuk diseberangkan. Souw Thian Hai dan Yap Kiong Lee kelihatan mengerutkan
dahinya juga. "Tempat penyeberangan ini memang selalu ramai. Namun
hari ini rasa-rasanya memang berbeda. Belum pernah kulihat
antrian kereta dan gerobak sepanjang ini. Malam tadi ketika
aku lewat di sini suasana juga belum seperti ini. hmm......ada
apa sebenarnya hari ini?" Hong-gi-hiap Souw Thian Hai
bergumam perlahan. "'Baiklah kita tanyakan saja kepada pemilik gerobak dan
kereta itu. Kita tentu akan mendapatkan jawaban." Y ap Kiong
Lee menyahut. Yap Kiong Lee lalu mendekati salah seorang pengendara
kereta itu. Seorang lelaki setengah tua yang rambutnya sudah
banyak ubannya. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Lo-pek......! Sungguh mengherankan sekali, mengapa hari
ini banyak sekali orang yang hendak menyeberang ke arah
barat" Apakah ada sesuatu di sebelah barat sana?"
Pengendara kereta itu tersentak bangun dari lamunannya.
Dengan gugup ia mengawasi rombongan Y ap Kiong Lee. Paras
mukanya kelihatan mendongkol karena merasa terganggu
istirahatnya. "Kalian orang mana" Mengapa sampai tak tahu kalau hari
ini ada pesta perkawinan di kota Cin-an?" katanya kaku.
"Perkawinan....." Oh, benar! Ya-ya.......tentu saja kami
sudah mengetahuinya. Tapi.....apakah semua kereta dan
gerobak ini hendak ke sana?" Yap Kiong Lee bertanya lagi.
"Tentu saja. Mereka semua adalah tamu-tamu yang
diundang oleh ketua T iam-jong-pai itu." Pengendara kereta itu
menjawab semakin kesal. "Oh" Kalau begitu......?"
"Ah! Sudahlah.........! Aku mau beristirahat !" pengendara
kereta yang semalaman kurang tidur itu mendengus marah
seraya merebahkan punggungnya di sandaran kereta.
Matanya tertutup dan tak mempedulikan Yap Kiong Lee lagi.
Pendekar dari istana itu menarik napas panjang. Hampir
saja harga dirinya tersinggung, untunglah pada saat yang
sama dari belakang kereta tiba-tiba muncul seorang lelaki
gagah berpakaian rapi dan bagus. Di belakang lelaki gagah itu
muncul pula dua orang pengawal berpakaian ringkas-ringkas.
Semuanya membawa tombak panjang.
Begitu datang lelaki gagah itu segera menegur pengendara
kereta tersebut. "A Siang! Kenapa kau berteriak-teriak" Ada persoalan apa?"
Pengendara kereta tua itu segera meloncat turun dengan
kagetnya. Wajahnya kelihatan kecut dan ketakutan.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Maaf.....! Maaf, Siauw-ya! Saya......saya tidak bermaksud
mengganggu istirahat nyonya.,......" katanya gugup sambil
melirik ke dalam kereta. "Orang-orang inilah yang
mengganggu saya dengan pertanyaan-pertanyaannya........"
lanjutnya kemudian seraya menuding Yap Kiong Lee beserta
Souw T hian Hai dan Liu Yang Kun.
"Hmmh!" lelaki gagah itu mendengus, lalu berpaling
mengawasi Yap Kiong Lee. Matanya kelihatan galak ketika
menentang mata pendekar dari istana itu.
Diam-diam Yap Kiong Lee merasa lega karena tidak dikenali
orang. Namun demikian hatinya merasa khawatir juga ketika
orang itu tiba-tiba mengalihkan pandangannya kepada Honggi-hiap Souw Thian Hai. Pendekar Souw itu terlalu dikenal di
dunia persilatan. Jangan-jangan orang itu mengenal Hong-gihiap Souw Thian Hai sehingga perjalanan mereka menjadi
terhambat karenanya. "Hemm...... cu-wi datang dari mana" Dan ada keperluan
apakah sehingga cu-wi harus berselisih kata dengan
pengendara keretaku?" tanya lelaki gagah itu seperti tidak
mengenal kepada Souw T hian Hai pula.
Sekali lagi Y ap Kiong Lee menghela napas lega.
"Maaf, Sebenarnya kami tak bermaksud mengganggu
pengendara kereta tuan. Kami cuma ingin bertanya saja
tentang sesuatu hal kepadanya, yaitu tentang kereta dan
gerobak yang berderet-deret panjang ini. Apa sebenarnya
yang telah terjadi" Tidak biasanya terjadi hal-hal seperti ini
sebelumnya." "Hmm..... cuma itu saja ?" lelaki gagah itu menegaskan.
Wajahnya seperti kurang percaya.
"Ya! Memang hanya itu !" akhirnya Yap Kiong Lee merasa
kesal pula. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Lelaki gagah itu mengerutkan dahinya. Agaknya ia juga
kurang senang dengan jawaban Yap kiong Lee itu.
"Nah, kalau begitu Cu-wi tak usah mengganggu dia lagi.
Bukankah cu-wi sudah memperoleh jawabannya" Kini biarlah
orangku itu beristirahat," katanya kemudian dengan nada
dingin. Hampir saja Liu Yang Kun melompat menghajar mulut lelaki
gagah itu. Untunglah Hong gi-hiap Souw Thian Hai yang
berada di sampingnya cepat menahannya.
Yap kiong Lee cepat membalikkan tubuhnya. Matanya
menatap Liu Yang kun. Mulutnya tersenyum.
"Marilah kita meneruskan perjalanan....!" ajaknya kemudian
seolah-olah tak ada kejadian apa-apa.
Souw Thian Hai tersenyum pula. Senyum kagum
menyaksikan ketenangan kawannya.
"Marilah, Pangeran............!" pendekar sakti itu berbisik ke
telinga Liu Yang Kun. kemudian menarik lengan pemuda itu
dan mengajaknya pergi dan tempat itu.
Liu Yang Kun terpaksa menurut. Walaupun hatinya masih
terasa panas, namun ia tak bisa ikut campur. Ternyata Yap
Kiong Lee sendiri tak merasa tersinggung atas perlakuan
orang itu. Tapi belum juga ada sepuluh langkah mereka berjalan,
mendadak terdengar suara jerit lelaki gagah tadi di belakang
mereka. Sebuah jerit yang mengungkapkan perasaan kaget
dan kemarahan. Otomatis mereka bertiga menoleh. Dan mereka terbelalak
kaget ketika menyaksikan lelaki gagah itu memeluk dan
mengeluarkan mayat seorang wanita dari dalam keretanya.
Mayat seorang wanita muda yang hampir tidak tertutup
pakaian sama sekali. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Liu Yang Kun bertiga cepat berbalik kembali. Bahkan Yap
Kiong Lee cepat melemparkan baju-luarnya untuk menutupi
tubuh molek itu. Sementara itu orang-orang yang berada di
sekitar tempat tersebut telah berlarian datang pula mendengar
jeritan lelaki gagah tadi.
Namun orang-orang itu segera bubar kembali ketika lelaki
gagah itu tiba-tiba berdiri dan berteriak keras sekali.
"Pergiiiii............!!!!!"
Liu Yang Kun bertiga terpaksa melangkah mundur pula.
Namun langkah mereka segera terhenti tatkala lelaki gagah itu
menuding ke arah mereka. "Hei, kalian bertiga jangan lari..........! Kalian harus
mengganti nyawa isteriku! Pengawal ! tangkap mereka!" teriak
lelaki gagah itu. Kedua orang pengawal bersenjatakan tombak panjang itu
segera meloncat menghadapi Liu Yang Kun bertiga. Gerakan
mereka cukup gesit, menandakan bahwa mereka berdua
memiliki cukup kepandaian pula.
Tapi dengan sikapnya yang masih tetap tenang Yap Kiong
Lee mengawasi teman-temannya. "Hmm, tampaknya kita
bertiga dituduh sebagai pembunuh dan pemerkosa isteri
orang. Sungguh jelek sekali nasib kita........" katanya
bergurau. "Pembunuh dan pemerkosa.......?" Souw Thian Hai dan Liu
Yang Kun berdesah hampir berbareng. Keduanya memandang
Yap Kiong Lee dengan kening berkerut.
"benar. Menurut keadaan mayat wanita itu ia tentu telah
diperkosa sebelum dibunuh. Dan karena kita tadi berada di
tempat ini, bahkan telah bertengkar dengan pengendara
kereta itu pula, maka kitalah yang dicurigai oleh suaminya!"
"Tapi kita baru saja datang! Dan kita bertiga tidak pernah
berbuat apa-apa di sini!" Liu Yang Kun menggeram penasaran.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Yap Kiong Lee mengangguk hormat. "Ya! Tapi tak seorang
pun mau percaya kepada kita. Apalagi...... orang itu !" katanya
sambil menuding lelaki gagah beserta pengawalnya.
"Jangan banyak cakap! Menyerah sajalah kepada kami!
kalian tidak akan bisa berbuat apa-apa di depan Siauw Cungcu kami!" salah seorang pengawal bertombak itu mengancam
seraya menyabetkan ujung tombaknya kepada Yap Kiong Lee.
Sementara pengawal yang seorang lagi segera menerjang
Souw Thian Hai pula. Tampaknya mereka berdua sangat
memandang enteng kepada Liu Yang Kun, karena pangeran
itu berusia paling muda diantara lawan-lawan mereka.
Tapi tentu saja Yap Kiong Lee dan Souw Thian Hai dapat
mengelakkan serangan tersebut dengan mudahnya. Bahkan
kalau mau, kedua pendekar sakti itu bisa saja membunuh
kedua pengawal tersebut dalam sekali pukulan. Namun
mereka tidak ingin melakukannya, karena mereka justru ingin
mengetahui masalahnya terlebih dahulu.
Yang kemudian dilakukan oleh kedua pendekar itu
hanyalah mengelak dan menghindar saja dari serangan kedua
orang pengawal itu. Bahkan Hong gi-hiap Souw Thian Hai
yang mengenakan mantel pusaka warisan B it-bo-ong itu sama
sekali juga tak ingin memamerkan keampuhan mantel
pusakanya tersebut. Sambil berloncatan Yap Kiong Lee berusaha menyelidiki
asal-usul lawannya. "Siauw Cung-cu..,.,." Eh, apakah tuanmu itu seorang
Kepala Kampung?" Tanya pendekar dari istana itu kepada
lawannya. Pengawal yang belum sadar akan kelemahannya itu
semakin ganas mempermainkan tombaknya. Bahkan pengawal
itu mengira kalau Yap Kiong Lee mulai jerih terhadap
majikannya. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Hahaha......kau mulai takut rupanya. Ketahuilah........!
Majikan kami itu adalah Siauw Tong Jin, yang mendapat
julukan Sin Tung (Si Tongkat Sakti) penguasa tigabelas


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kampung nelayan di pantai Syan-tung Timur!" serunya
sombong. "Oooh..........?" Yap Kiong Lee dan Souw Thian Hai purapura berdesah kagum. "Dan harap kau ketahui pula bahwa majikanku itu ikut
tertulis pula namanya di dalam Buku Rahasia yang
menghebohkan itu...........!" pengawal itu semakin tinggi
menyombongkan majikannya.
"Heh" Ikut termasuk di dalam Buku Rahasia?" Yap Kiong
Lee betul-betul kaget. Otomatis matanya mengerling kepada
Hong-gi-hiap, Souw T hian Hai.
"Ya! Majikanku itu tertulis pada urutan yang ke enampuluh
empat!" "Enampuluh empat........?" sekali lagi Yap Kiong Lee
berdesah, namun kali ini sambil mengulum senyum.
Tentu saja pendekar dari istana itu tahu pula tentang daftar
di dalam Buku Rahasia itu. Bahkan khabarnya namanya sendiri
juga ikut tertulis pula di urutan yang ke empatbelas. Namun
demikian baru kali ini dia mendengar bahwa urut-urutan
nomer tersebut mencapai lebih dari limapuluh.
"Saudara Souw....." Betulkah urut-urutannya sampai sekian
banyaknya?" akhirnya pendekar dari istana itu bertanya
kepada sahabatnya. Tak terduga pendekar sakti yang menempati urutan kelima
itu tertawa keras. "Wah...... mana aku tahu" Aku belum pernah melihat buku
itu......." Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Demikianlah sambil bercakap dan bergurau kedua sahabat
itu me layani serangan tombak lawannya. Mereka tetap tidak
mau membalas dan hanya menghindar saja kesana-kemari,
sehingga lambat-laun lawan mereka menjadi sadar sendiri
akan kelemahannya. Tapi untuk melangkah mundur dari arena
kedua orang pengawal itu merasa takut. Takut kepada
majikannya, Siauw Cung-cu.
Sementara itu Siauw Cung-cu sendiri telah menempatkan
mayat isterinya ke dalam kereta kembali. Dengan wajah
beringas penuh dendam ia melangkah mendekati arena
pertempuran. "Minggir........Biar aku sendiri yang menghadapi mereka!"
serunya lantang kepada pengawalnya.
Kedua pengawal yang sudah mandi keringat itu cepat-cepat
mundur meninggalkan arena. Mereka benar-benar kehabisan
napas. Panggilan untuk keluar dari arena itu sungguh sangat
melegakan mereka. "Cung-cu, hati-hati.,,"! Mereka lihai sekali !" kedua orang
pengawal itu memberi peringatan.
"Diam! Jaga kereta itu!" hardik Siauw T ong Jin.
Kepala kampung yang masih muda itu lalu menghampiri
Yap Kiong Lee dan Souw Thian Hai. Tangan kanannya telah
memegang sebuah tongkat besi sepanjang satu depa.
Warnanya hitam mengkilat.
Yap Kiong Lee dan Souw T hian Hai terkejut melihat tongkat
itu. Mereka mengenal ciri-ciri tongkat tersebut.
"Siauw Cung-cu, tahan dulu........!" tiba-tiba Hong-gi-hiap
Souw T hian Hai berseru. "Huh, ada apa" Kalian mau menyangkal lagi?" Siauw Tong
Jin menggeram. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Souw Thian Hai menghela napas. T iba-tiba sikap pendekar
sakti itu berubah keras. Matanya mencorong berwibawa.
"Siauw Cung-cu! Coba jawab...........! Apa hubunganmu
dengan Tiat-tung Kai-pang......?" pendekar itu tiba-tiba pula
membentak. Sungguh mengherankanl Begitu nama perkumpulan
pengemis itu disebutkan oleh Souw Thian Hai, maka Siauw
Tong Jin tampak kaget sekali. Matanya terbeliak lebar, seolah
menentang mata Souw Thian Hai dengan tegangnya.
"Kau......mengenal ciri perguruanku" Siapakah......... kalian?" serunya sedikit gugup, sehingga kesan kegarangan
dan kebengisannya menjadi berkurang.
Souw Thian Hai tersenyum. "Siauw Cung-cu tak perlu
kaget. Ciri tongkatmu itu sangat mudah dikenali. Bahkan
melihat panjangnya, aku bisa menduga bahwa kau bukan
murid Tiat-tung Lo-kai, tetapi murid Tiat-tung Hong-kai."
Siauw Tong Jin semakin terperanjat. "Kau... kau siapa?"
geramnya kemudian dengan mata melotot.
Souw Thian Hai terdiam dan tak segera menjawab
pertanyaan itu. Sekilas matanya melirik kepada Yap Kiong Lee,
kemudian menarik napas panjang sekali. Baru sesaat
kemudian setelah tidak ada reaksi dari sahabatnya itu, ia
menjawab. "Namaku,".Souw T hian Hai! Aku sudah kenal baik
dengan gurumu. Bahkan aku juga sudah bersahabat erat
dengan Keh-sim Siauw-hiap, orang yang sangat dihormati
Tiat-tung Kai-pang."
"Souw.."... Thian..,.Hai" Kau..... Hong-gi-hiap Souw Thian
Hai yang tersohor di dunia persilatan itu?" Siauw Tong Jin
berseru tak percaya. Lagi-lagi Souw Thian Hai hanya tersenyum tanpa
menjawab. Pendekar sakti itu hanya menggerakkan jari
telunjuknya yang sebelah kanan untuk menuding tongkat
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Siauw Tong Jin. Cuss.... thaas! Serangkum angin tajam
menerjang tongkat itu! Tongkat besi itu terlempar dari tangan Siauw Tong Jin.
Sementara kepala kampung yang masih muda itu tampak
terbelalak kesakitan. Demikianlah, selagi kedua temannya menghadapi Siauw
Tong Jin dan pengawalnya, maka Liu Yang Kun sendiri tampak
sibuk bercakap-cakap dengan seorang penonton di pinggir
arena. Pemuda itu bergabung dengan para penonton karena
ia merasa bahwa kedua temannya itu akan dapat mengatasi
persoalan mereka dengan baik.
"Eh, apa sebenarnya yang terjadi" Mengapa mereka
berkelahi?" pangeran muda itu pura-pura bertanya.
Seorang nelayan tua yang baru saja datang di samping Liu
Yang Kun menjawab, "Entahlah. Aku juga tidak tahu. Aku baru
saja datang. Kata orang di sini baru saja terjadi pembunuhan
dan perkosaan." "Pembunuhan dan perkosaan?"
"Begitulah. Sungguh memprihatinkan sekali. Aku baru saja
datang dari pinggir sungai. Disana juga ada peristiwa seperti
ini." "Di pinggir sungai...,," Di sana juga ada peristiwa
perkosaan dan pembunuhan?" Liu Yang Kun tersentak kaget.
"Ya ! Hmmh ! Entahlah, akhir-akhir ini memang banyak
sekali tindak kejahatan di kampung ini. Dalam waktu dua hari
saja telah terjadi empat kali peristiwa pembunuhan dan
perkosaan. Bahkan malah menjadi lima kali bila ditambah
dengan peristiwa di tempat ini........"
"Gila ! Mengapa demikian" Apakah tidak ada petugas
keamanan yang menangani masalah ini?"
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Petugas keamanan?" nelayan tua itu menyeringai kecut.
"Di kampung ini tidak ada petugas keamanan. Kalaupun ada,
mereka juga takkan bisa mengatasinya. Pelaku-pelaku
kejahatan itu adalah orang orang persilatan yang mampu
terbang seperti burung........."
"Maksud Lo-pek?"
Nelayan tua itu memandang Liu Yang Kun sekejap. "Anak
muda. kau tentu bukan orang sini ....."
Liu Yang Kun mengangguk. "Nah, ketahuilah...........! Sudah beberapa hari ini banyak
orang berbondong-bondong lewat di kampung ini. Sebagian
besar dari mereka adalah orang-orang persilatan. Khabarnya
mereka hendak menghadiri pesta perkawinan besar di Kota
Cin-an. Kedatangan mereka di kampung kecil ini ternyata juga
membawa bencana pula. Diantara mereka terdapat penjahatpenjahat yang suka mernperkosa dan membunuh orang,
seperti yang kau lihat di tengah arena itu. Siapa yang akan
menyangka kalau mereka itu penjahat?"
"Lo-pek maksudkan kedua orang gagah yang sedang
berhadapan dengan si pemilik kereta itu?"
Nelayan tua itu mengangguk. "Ya. Tidak kita sangka
bukan?" "Kurang ajar.......,! Mereka bukan penjahat! Mereka
kawanku !" tiba-tiba Liu Yang Kun menggeram.
"A-a-apa........" Ooh!" nelayan tua itu berdesah ketakutan
dan tiba-tiba saja ia lari meninggalkan tempat itu. Akibatnya
orang-orang di sekeliling merekapun juga ikut-ikutan lari pula,
sehingga Liu Yang Kun tertinggal sendirian di tempat tersebut.
"Gila!" pemuda itu tersenyum. Sementara itu perkelahian di
dalam arena benar-benar telah berhenti. Siauw Tong Jin
sudah yakin benar bahwa yang ia hadapi adalah Hong-gi-hiap
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Souw Thian Hai, tokoh nomer lima di dalam Buku Rahasia itu
dan karena itu ia sudah tidak berani berkutik lagi.
"Nah, Siauw Cung-cu......... Apakah kau masih menyangka
bahwa kami yang mencelakakan isterimu?" akhirnya Hong-gihiap Souw T hian Hai mendesak kepala kampung itu.
"Oh, tidak.......tidak! Kami tidak berani, Tai-hiap. aku..aku
mengaku salah. Aku dan orang-orangku mohon maaf
kepadamu......" Kedua orang pengawal Siauw Tong Jin itu mendekati
majikannya dengan wajah ketakutan. Mereka berdua hampir
tidak berani memandang kepada Souw T hian Hai maupun Y ap
Kiong Lee. "Dia....... dia itu......Hong-gi-hiap Souw thian Hai yang amat
tersohor itu, Cung-cu?" bisik mereka kepada Siauw T ong Jin.
"Kalian memang goblok! Untung saja kalian masih hidup
sekarang!" kepala kampung itu menggeram pendek.
Yap Kiong Lee maju ke depan. "Sudahlah,, Cung-cu! Mari
kita rawat mayat isterimu! Nanti kita selidiki, siapa yang telah
menganiayanya. Ehm, nanti.........."
Pendekar dari istana itu menghentikan ucapannya, karena
beberapa orang laki-laki tampak mendekati mereka. Seorang
diantaranya kelihatan lebih berwibawa dari pada yang lainnya.
"Cung-cu datang ! Cung-cu datang...,.!" tiba-tiba terdengar
beberapa orang penonton berseru perlahan.
Yap Kiong Lee saling bertukar pandang dengan Souw T hian
Hai. Sementara itu Liu Yang Kun juga telah berada bersama
mereka kembali. Pemuda itu segera membisiki mereka tentang
apa yang telah didengarnya dari nelayan tua tadi. "Maaf, saya
adalah kepala kampung di sini. Bolehkah saya bertanya, apa
yang telah terjadi di tempat ini?" begitu datang orang yang
tampak lebih berwibawa tadi bertanya kepada Y ap Kiong Lee
dan Souw T hian Hai. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Yap Kiong Lee menarik napas panjang, Kemudian
diceritakannya serba sedikit apa yang telah terjadi di tempat
itu tadi, sehingga dia dan kawan-kawannya berselisih dengan
Siauw T ong Jin. "Nah. apa kataku......?" Selesai mendengar cerita Yap Kiong
Lee kepala kampung itu berdesah. "Kampung ini benar-benar
telah dikotori oleh ulah para penjahat yang datang bersamasama para penyeberang sungai. Belum juga selesa i aku
mengurus peristiwa di tepian sungai tadi, kini telah timbul pula
peristiwa yang serupa. Oh, rusak.,......rusak! Rusak kampungku ini........."
"Cung-cu...........Cung-cu
harap bersabar hati menerimanya........" para pengikutnya segera membujuk dan
menenangkan hatinya. "Souw Tai-hiap.."...,. !" tiba-tiba Liu Yang Kun berkata
kepada Hong-gi-hiap Souw Thian Hai. "Aku percaya
pembunuh itu belum pergi dari kampung ini. Dia tentu masih
berkeliaran di sekitar tempat penyeberangan itu. Hmm,
bagaimana kalau kita mencarinya ke sana?"
"Tapi tak seorangpun mengetahui wajah pembunuh itu.
Bagaimana kita dapat mencarinya?" Yap Kiong Lee menyahut.
"Siapa bilang tak ada yang melihat wajahnya?" tiba-tiba
kepala Kampung itu memotong pula. Namun perkataannya
segera terhenti. Bahkan air mukanya menjadi pucat ketakutan.
"Siapa" Bagaimana wajah pembunuh itu?" Siauw Tong Jin
yang telah kehilangan isterinya itu mendadak menerkam
lengan kepala kampung itu.
"Aduh..........!" kepala kampung yang tak mengerti silat itu
berteriak kesakitan. "Sabar ! Sabar, Siauw Cung-cu...!" Yap Kiong Lee cepat
melerai. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Siauw Tong Jin me lepaskan tangannya. Namun sikapnya
masih tampak beringas. "Siapakah dia" Ayoh, lekas katakan!" teriaknya.
Tersinggung juga pengiring kepala kampung itu mendengar
dan melihat kekasaran Siauw Tong Jin. Mereka segera
mengepung Siauw T ong Jin dengan sikap mengancam.
Tapi dengan cepat Y ap Kiong Lee menengahinya. Pendekar
dan istana itu segera menegang lengan kepala kampung itu
dan membujuknya. "Cung-cu, kau jangan tersinggung. Siauw-heng ini juga
seorang kepala kampung di daerah pantai timur. Dia baru saja
kehilangan isterinya sehingga dia tak bisa mengendalikan
dirinya. Harap Cung-cu bisa memakluminya........."
Kepala kampung itu menghela napas panjang, kemudian
mengangguk kepada pengiring-pengiringnya. "Baiklah, aku
memakluminya....." desahnya kemudian dengan perlahan.
"Terima kasih, Cung-cu. Nah! Sekarang kami harap Cungcu mau mengatakan! Siapakah pembunuh itu" Atau kalau
Cung-cu belum mengenalnya, katakan bagaimana bentuk dan
ciri-ciri wajahnya?"


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiba-tiba kepala kampung itu menjadi pucat kembali.
Matanya melirik ke arah penonton yang mulai berjubel
mengelilingi mereka. Souw Thian Hai mendekat pula. Tangannya menepuk
pundak kepala kampung itu.
"Cung-cu tidak perlu takut. Kami bertigalah yang akan
bertanggung-jawab apabila penjahat itu nanti marah. Kami
memang sudah lama mendengar khabar tentang penjahat
yang suka memperkosa wanita itu. Di daerah Kiang-su banyak
wanita korbannya yang diketemukan orang di aliran sungai."
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Ya, akupun pernah mendengarnya pula. Oleh karena itu
kita harus mencegahnya. Penjahat itu tidak boleh meraja-lela
dengan kekejamannya. Nah Cung-cu..........! Lekaslah katakan
kepada kami ciri-cirinya!" Yap Kiong Lee menyambung.
"Ba baiklah..,........!" kepala kampung itu berkata dengan
gemetar, "Menurut keluarga korban yang diketemukan di
pinggir sungai itu, mereka... mereka itu terdiri dari dua
orang." "Dua orang?" Souw Thian Hai dan Yap Kiong Lee berseru
hampir berbareng. "Benar, Penjahat itu terdiri dari dua orang. Yang seorang
berperawakan gagah. Sedang yang seorang lagi bertubuh
kecil biasa. Namun yang menakutkan ialah kedua-duanya
berwajah putih pucat seperti tidak berdarah. Sinar mata
mereka juga liar mengerikan."
"Cuma itu saja" Tak ada tanda tanda atau ciri-ciri yang
lainnya" Wah,,..,, sulit kalau begitu! Bagaimana kita bisa
mencarinya" Sangat banyak orang yang memiliki ciri seperti
itu......" Yap Kiong Lee mengeluh.
"Dia tidak menyebutkan namanya?" Siauw Tong Jin ikut
menggeram penasaran. Kepala kampung itu menggelengkan kepalanya.
"Ooooooh...........!" semuanya mengeluh pendek.
"Untung-untungan kita cari ke pinggir sungai itu.
Bagaimana......?" Liu Yang Kun akhirnya mengajukan usul.
"Ya. Aku juga sependapat. Siapa tahu penjahat itu masih
berada di sana?" Hong-gi-hiap Souw Thian Hai menyetujui
usul itu. "Baiklah! Kalau begitu...........?"?"
Belum juga Yap Kiong Lee menyelesaikan perkataannya,
tiba-tiba dari arah sungai muncul beberapa orang penduduk
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
berlari-lari mendatangi. Mereka berteriak-teriak mencari
kepala kampungnya. "Cung-cu,............! Cung-cu........! Cepatlah ke sungai lagi"
Pembunuh itu telah beraksi kembali. Dia...,., dia......." mereka
berseru dan berteriak bersaut-sautan.
Kepala kampung itu dengan diikuti oleh Yap Kiong Lee dan
Souw T hian Hai segera menyongsong mereka.
"Penjahat itu telah beraksi kembali" Siapakah korbannya"
Apakah korbannya juga dibunuh?" dengan suara gemetar
kepala kampung itu bertanya.
Salah seorang dari mereka segera melapor dengan suara
terputus-putus karena hampir kehabisan napas.
"Kali ini....... kali ini yang diculik.....put-put........puteri
Cung-cu sendiri! Dia-....dia,...... dibawa menyeberang,........"
"Apa......?"" Ouugh..........?" kepala kampung itu menjerit
lalu pingsan. Souw T hian Hai saling bertukar pandang dengan Y ap Kiong
Lee dan Liu Yang Kun. Dan sekejap kemudian mereka bertiga
telah 'terbang' meninggalkan tempat itu. Begitu cepatnya
mereka bergerak sehingga orang-orang yang ada di sekeliling
mereka tidak menyadari bahwa mereka bertiga telah pergi.
Baru beberapa saat kemudian orang-orang itu menjadi sadar
bahwa mereka telah kehilangan Yap Kiong Lee.
"Bukan main! Sekarang aku makin percaya bahwa
pendekar sakti itu benar-benar Hong-gi-hiap Souw Thian Hai
yang tersohor itu! Hei! Marilah kita menyusul ke sungai ! Souw
Tai-hiap tentu kesana!" Siauw Tong Jin berseru kepada
pengawalnya. "Ba-bagaimana dengan jenasah Siauw Hujin......"' pengawalnya bertanya ragu.
"Ooouoh.... benar! Aku....... aku.....oooooh!" tiba-tiba
Siauw Tong Jin mengeluh pendek, kemudian berlari menuju
keretanya. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Demikianlah ketika orang-orang di tempat itu sibuk
merawat kepala kampungnya yang pingsan dan Siauw Tong
Jin bersama para pengawalnya juga sedang sibuk mengurusi
jenasah Siauw Hu-jin, maka Hong-gi-hiap Souw Thian Hai
bersama dengan Yap Kiong Lee dan Liu Yang Kun telah
berada di tepian sungai Huang-ho, atau tempat penyeberangan yang ramai itu.
Yang sampai lebih dahulu adalah Liu Yang Kun. Kemudian
Souw Thian Hai. Dan yang terakhir, agak jauh beberapa
langkah di belakang mereka, adalah Yap Kiong Lee. Dan
merekapun tidak perlu bersusah payah pula untuk bertanya
tentang penjahat yang mereka cari" Karena semua orang
telah mengarahkan pandangan mereka ke tengah sungai. Ke
arah perahu besar yang bergoyang-goyang diterjang
gelombang air. Sungai Huang-ho memang lebar dan luas bukan main,
sehingga perahu besar setinggi hampir tiga meter itu bagaikan
potongan kayu kecil saja di tengah-tengahnya. Namun bukan
keganasan ombak yang mempermainkan perahu itu yang
membuat semua orang memperhatikannya, akan tetapi
keributan yang terjadi di atas perahu itulah yang menjadi
pokok perhatian mereka. Keributan itu sendiri memang tidak begitu jelas terlihat dari
tepian sungai. Semua orang hanya bisa melihat bahwa diatas
perahu besar itu terjadi perkelahian hebat yang melibatkan
beberapa orang, Dan pertempuran itu menjadi semakin ribut
dan seru ketika beberapa perahu kecil mulai menempel, serta
melibatkan para penumpangnya dalam pertikaian tersebut.
"Tampaknya penjahat itu telah dikepung ramai-ramai di
atas perahu itu." Souw Thian Hai berkata kepada Liu Yang
Kun. "Hemm.......... bagaimana kita bisa ke sana?"
"Di dekat dermaga itu banyak ditambatkan sampan-sampan
kecil. Kita pinjam saja sebuah. Bagaimana.,?"" Yap Kiong Lee
mengajukan usul. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Tapi sampan-sampan itu hanya dipergunakan orang di
pinggiran sungai yang tidak begitu dalam Bagaimana mungkin
ia bisa menerjang gelombang besar yang ada di tengah sana?"
Liu Yang Kun menyatakan keraguannya.
Souw Thian Hai saling pandang dengan Yap Kiong Lee,
kemudian tertawa bersama-sama. Mereka salah terima.
Mereka berdua menyangka bahwa perkataannya tadi Liu Y ang
Kun menyangsikan kemampuan mereka di atas air.
"Pangeran..............,! Meskipun gin-kang dan Iwee kang
kami belum setinggi pangeran, namun kalau hanya
menyeberangi sungai ini saja kami berdua masih mampu,"
akhirnya Yap Kiong Lee menjawab hati-hati.
Liu Yang Kun terkejut sekali. "Eh-oh......ja-jangan salah
paham! Aku tak bermaksud demikian. Sungguh. Aku tak
bermaksud seperti itu. Ini.......ini.......eh mengapa jadi begini?"
Sekali lagi Souw Thian Hai saling bertatap mata dengan
Yap Kiong Lee. Senyum di bibir mereka menghilang. Sadarlah
mereka kini bahwa pangeran Liu Yang Kun yang kadangkadang memang berpikiran sangat sederhana itu tak
bermaksud meragukan ilmu mereka. Dengan penyakitnya itu
Liu Yang Kun kadang-kadang memang kurang menyadari akan
kehebatan ilmunya sendiri.
Oleh karena itu dengan sabar dan berwibawa Souw Thian
Hai melangkah ke depan. "Sudahlah, Pangeran. Kami berdua hanya bergurau.
Pangeran tak usah memasukkannya ke dalam hati.
Marilah..........! K ita pinjam salah sebuah dari sampan sampan
itu, kemudian kita bawa bersama-sama ke tengah. Dan kita
bertiga memang harus berjuang dengan segala kemampuan
ilmu kita agar sampan kecil itu tidak terbalik dihantam
gelombang," katanya kemudian dengan hati-hati.
"Ya-ya, marilah...........!" Liu Yang Kun menyahut dengan
gembira pula. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Dengan uangnya Yap Kiong Lee lalu menyewa sebuah
sampan yang agak besar. Mula-mula pemiliknya memang
berkeberatan. Namun setelah Yap Kiong Lee mau membayar
lebih banyak, serta berjanji akan menggantinya kelak apabila
sampan itu sampai rusak atau hilang, maka si pem ilik sampan
tersebut lalu melepaskannya.
Tapi sementara itu perahu-perahu kecil yang datang dan
menempel pada perahu besar tadi sudah bertambah menjadi
semakin banyak pula. Bahkan yang mempergunakan sampan
pun tidak cuma mereka sendiri. Ternyata jauh agak ke tengah
sungai telah ada pula sampan-sampan kecil yang ditumpangi
oleh pendekar-pendekar persilatan yang kebetulan berada di
tempat penyeberangan tersebut.
Semakin ke tengah maka ombak pun semakin terasa
menggelora. Sampan kecil yang mereka tumpangi terasa sulit
mereka kendalikan. Hanya karena kesaktian mereka saja
sampan kecil itu tidak tergulung di dalam pusaran gelombang
air. Tiba-tiba Liu Yang Kun tersentak kaget. Diantara amukan
gelombang sungai yang ganas itu, dan juga di antara tebaran
perahu lain yang terombang-ambing di sekitar tempat itu
matanya melihat sebuah sampan besar yang dinaiki oleh
seorang kakek tua. Dan pemuda itu segera mengenalnya
sebagai Lo-sin-ong, guru Tiauw Li Ing.
"Lo-sin-ong..........." Oh, mengapa kakek itu berada di sini
pula" Lalu dimana Tiauw Li Ing berada" Mengapa dia tidak
berada bersama dengan kakek itu?"
"Pangeran! Ada apa?" Yap Kiong Lee yang melihat
kekagetan Liu Yang Kun itu cepat bertanya.
Liu Yang Kun terbatuk-batuk. Jari telunjuknya menuding ke
tempat dimana Lo-sin-ong tadi berada.
"Aku melihat Lo-sin-ong di sana..........."
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Yap Kiong Lee dan Souw T hian Hai mencoba untuk mencari
arah yang ditunjukkan oleh pemuda itu, tapi sebuah perahu
besar melintas menghalang-halangi pandangan mereka.
Bahkan ombak yang diciptakan oleh perahu besar tersebut
hampir saja menenggelamkan sampan kecil mereka. Dan
ketika akhirnya mereka bisa menguasai sampan mereka
kembali, mereka sudah tidak dapat menemukan sampan Lo
sin-ong lagi. "Sudahlah. Pangeran. Kalau memang jodoh kita tentu akan
bertemu dengan dia lagi nanti," Yap Kiong Lee membujuk.
"Tapi..... tapi aku justru tak ingin bertemu dengan mereka
lagi!" tiba-tiba Liu Yang Kun berdesah.
"Eh, mengapa" Bukankah isteri pangeran itu?".?"
Jilid 35 "Ya-ya ! Tapi......... ah ! Biarlah semuanya itu kita pikirkan
saja nanti setelah penyakitku ini sembuh." Liu Y ang Kun cepat
menjawab dengan suara berat. Wajahnya kelihatan pucat
seperti sedang menahan beban perasaan yang amat berat.
Tentu saja Souw Thian Hai menjadi bertanya-tanya di
dalam hatinya. Tapi pendekar sakti itu tak mau ikut campur
dalam percakapan itu. Ia pura-pura sibuk mengendalikan
sampan mereka. "Ada sesuatu yang aneh pada pangeran muda ini......"
katanya di dalam hati. Kemudian pendekar sakti itu teringat akan Souw Lian Cu,
puterinya. Diam-diam hatinya menjadi sedih.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Rasanya aku seperti melihat getaran cinta diantara mereka
berdua. Tapi kenapa nasib seakan-akan selalu memisahkan
mereka" Apakah mereka itu memang benar-benar tidak
berjodoh?" Demikianlah, selagi pendekar sakti itu memikirkan
hubungan Souw Lian Cu dengan Pangeran Liu Yang Kun,
maka di tempat lain Souw Lian Cu sendiri juga sedang berpikir
pula tentang hubungannya dengan Liu Yang Kun.
Saat itu Souw Lian Cu juga sedang dalam perjalanan ke
kota Cin-an pula bersama rombongan Ui Bun Ting. Mereka
belum begitu jauh dari kota Lai y ing karena keberangkatan
mereka memang jauh tertunda akibat kegemparan semalam.
Dan kuda serta kereta yang mereka pergunakan juga tidak
dapat mereka kendarai dengan cepat pula, karena kesehatan
Ui Bun Ting yang belum baik.
Souw Lian Cu berkuda sendirian di depan. Sedang kereta
yang ditumpangi U i Bun Ting, Han Sui Nio dan Tui Lan beserta
bayinya, berada di belakangnya. Dan sebagai pengawal dari
rombongan tersebut adalah orang-orang Tiam jong-pai yang
menyusul Ui Bun Ting tadi malam. Mereka berkuda di
belakang kereta. Tak ada sinar kegembiraan di wajah Souw Lian Cu. Gadis
ayu itu lebih banyak merenung di atas punggung kudanya.
Hanya sesekali ia tampak melirik atau memandang dengan
sudut matanya ke arah kereta, dimana Tui Lan bersama
bayinya berada. Gadis ayu itu merasa bahwa ada sesuatu
yang disembunyikan oleh Tui Lan terhadapnya, namun ia tak
tahu apa yang disembunyikan oleh sahabatnya itu.
Gadis itu hanya bisa mengingat bahwa sejak siuman dari
pingsannya, sahabatnya itu bersikap amat aneh. Y aitu seperti
orang yang kaget, bingung dan sedih luar biasa. Dan
celakanya, sahabatnya itu tak mau mengatakannya apa yang
sedang dideritanya. Bahkan kepada ibunya, Han Sui Nio, Tui
Lan juga tak mau berterus terang pula.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Heran. Dengan akupun ci-ci Tui Lan juga bersikap aneh.
Ci-ci Tui Lan seperti selalu menghindari aku. Apa sebenarnya
yang dipikirkannya " Apakah ci-ci T ui Lan tak menyukai ibunya
kawin dengan Ui Bun Ting?" Souw Lian Cu menerka-nerka di


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dalam hatinya. Sebenarnyalah bahwa pada waktu itu Tui Lan sedang
mengalami goncangan pikiran yang hebat sekali. Pertemuannya yang tak terduga dengan Liu Yang Kun, yang
selama ini telah ia anggap mati, benar-benar sangat
menggoncangkan jiwanya. Dia seperti mendapatkan sebuah
mukjijat Namun di lain pihak, ketika ia sadar bahwa
kemunculan suaminya itu bersama dengan Tiauw Li Ing dan
Souw Lian Cu, kegembiraan itu tiba-tiba seperti hilang
kembali. Bahkan kehilangan tersebut seperti meninggalkan
bekas-luka yang menyakitkan di dadanya. T iba-tiba ia merasa
semua kesedihan dan kesengsaraan di dunia ini tertimbun di
pundaknya. Apalagi ketika diketahuinya, suaminya itu pergi ke
Cin-an tanpa sedikitpun mempedulikannya.
Semalam, begitu siuman dari pingsannya, yang dicari Tui
Lan adalah Liu Yang Kun. Ia segera bangkit dari
pembaringannya. Matanya nanar melihat kesana-kemari.
Bahkan ketika di dalam kamar itu hanya ada ibunya dan
keluarga Ui Bun Ting yang lain ia berlari keluar. Ke ruangtengah, dimana terdengar suara orang banyak bercakapcakap. Namun di ruang tengah itupun Tui Lan juga tidak dapat
melihat wajah Liu Yang Kun. Yang ada hanya Ui Bun Ting dan
beberapa orang saudaranya. Mereka sedang berbincang ramai
dengan Souw Lian Cu, yang tampaknya baru saja masuk ke
rumah itu. Sedang di luar rumah, di jalan raya, terdengar
suara ribut para penduduk yang berlarian sambil menangis
dan menjerit-jerit. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Hei, Lan-ji......." Ada apa?" Ui Bun Ting yang belum
sembuh dari pengaruh racun Giok-bin Tok-ong itu cepat
menyapa Tui Lan. Sementara Han Sui Nio yang mengejar Tui Lan dari dalam
kamarpun telah berada di belakangnya pula. Dengan perasaan
khawatir wanita tua itu memeluk T ui Lan dari belakang.
"Tui Lan" Apa yang kaucari, nak" Kau mencari
bayimu..........." Jangan khawatir ! Dia ada di kamar belakang.
Dia sedang tidur," wanita tua itu membujuk.
Namun dengan tegas Tui Lan menggelengkan kepalanya.
Matanya tetap nanar mencari kesana kemari.
Ui Bun Ting saling pandang dengan Han Sui Nio.
"Lan-ji.......! Apakah engkau mencari Giok-bin Tok-ong?"
dengan hati-hati ketua Tiam-jong-pai itu bertanya.
Tui Lan tidak menjawab. Tiba-tiba saja gadis itu berlari ke
pintu dan me lesat ke jalan raya dengan cepatnya. Dan gadis
itu menjadi kaget sekali menyaksikan penduduk yang berlarian
di depan rumah itu. Dan kekagetannya itu semakin menjadijadi pula tatkala melihat tembok depan yang roboh serta
kubangan yang dalam di depan rumah tersebut.
Ketika Tui Lan hendak berbalik untuk menanyakan
semuanya itu, ternyata mereka telah datang kepadanya.
"Ibu.........! Oh, ibu! Apa yang telah terjadi" Apa artinya
semua ini......?" akhirnya Tui Lan menjerit dan menubruk
ibunya. Han Sui Nio cepat memeluk dan mengusap rambut Tui Lan.
Dengan lembut dibawanya gadis itu ke dalam rumah kembali.
Diambilnya sebuah kursi, kemudian T ui Lan disuruhnya duduk
dengan baik. Sedangkan yang lain-lain segera mencari tempat
duduk sendiri-sendiri, sambil menunggu di sekitar kursi Tui
Lan. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Tak seorangpun yang menyangka kalau gadis itu sedang
mencari Liu Yang Kun. Semuanya mengira kalau Tui Lan
sedang mencari Giok-bin Tok-ong, yang pada saat-saat
terakhir tadi baru diketahui oleh gadis itu sebagai ayahnya.
Oleh karena itu dengan perlahan-lahan dan hati-hati U i Bun
Ting mencoba untuk menerangkannya. Namun sebelumnya
ketua T iam-jong-pai itu mengerling dahulu ke arah Souw Lian
Cu, karena orang tua itu juga baru saja mendengar nasib Giok
bin Tok-ong dari gadis ayu itu.
Ketika gadis ayu berlengan tunggal itu juga menganggukkan kepalanya, maka Ui Bun Ting pun menjadi
semakin mantap untuk bercerita. Mula-mula dia nasehatkan
agar Tui Lan tidak berkecil hati ataupun bersedih karena
memiliki ayah seperti Giok-bin Tok-ong itu. Setelah itu dengan
hati-hati Ui Bun Ting bercerita pula tentang sepak terjang
ayah Tui Lan pada ma lam itu. Bagaimanakah kakek jahat itu
ketika menculik Han Sui Nio dan membunuhi anggauta
keluarga Ui. Dan bagaimana pula ketika kakek jahat itu
melukai dirinya dan hampir membunuh Han Sui Nio, ibu Tui
Lan. Untunglah mereka semua diselamatkan oleh Pangeran Liu
Yang kun dan pengawalnya, Hong-lui kun Yap Kiong Lee.
Sehingga akhirnya terjadilah peristiwa mengerikan di depan
rumah itu, Giok-bin Tok-ong mati oleh ledakan peluru pek-lektannya sendiri! "'Oooh".."!"!" Tui Lan mengeluh pendek seraya menutupi
mukanya. "Kau sendiri juga hampir dibunuhnya pula, Lan-ji! Ayahmu
memang bersumpah akan membasmi semua anak keturunannya sendiri." Han Sui Nio ikut menyambung cerita Ui
Bun Ting. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Benar. Untunglah Hong-gi-hiap Souw T hian Hai ayah Nona
Souw ini, bersama-sama dengan Pangeran Liu Yang Kun
segera menolongmu." Ui Bun Ting menambahkan.
Dengan cepat Tui Lan tengadahkan kepalanya. "Hong gihiap Souw Thian Hai dan Pangeran Liu Yang Kun,.........?"
desisnya. "Lalu......lalu kemanakah mereka itu sekarang?"
"Ayah dan Pangeran Liu Yang Kun telah pergi mendahului
ke kota Cin-an, Ci-ci........,......?" Souw Lian Cu yang sejak tadi
hanya berdiam diri tiba-tiba menyahut.
Tui Lan menoleh dengan kaget sekali. Gadis itu seperti baru
menyadari bahwa Souw Lian Cu juga berada di tempat itu.
Dan tiba-tiba gadis itu menjerit sambil menutup wajahnya.
Selanjutnya tangisnya meledak dan tak bisa dihibur atau
dihentikan lagi. Terpaksa Han Sui Nio memapahnya memasuki
kamar. Demikianlah pagi harinya sikap Tui Lan benar-benar
berubah sama sekali. Gadis itu tak mau berbicara sedikitpun.
Dia hanya merenung dan meneteskan air mata. Ia segera
berlari ke kamar bila ada orang yang mendekatinya. la benarbenar tak mau berbicara dengan siapapun juga. Hanya tangis
bayinya saja yang mampu menggugah minatnya.
Namun demikian gadis itu tak menolak ketika diajak
berkereta ke kota Cin-an. Hanya saja gadis itu tetap tak mau
berbicara dengan siapapun juga. Dan anehnya gadis itu selalu
menghindar bila bertatap muka dengan Souw Lian Cu, orang
yang pernah menyelamatkan nyawanya. Satu-satunya yang
dilakukan oleh gadis itu hanyalah menggendong serta
membujuk bayinya supaya tidak menangis.
Tentu saja hal itu membuat Ui Bun Ting dan Han Sui Nio
sedih sekali. Mereka tetap menyangka bahwa Giok-bin Tokong lah yang menjadi sebab dari kesedihan T ui Lan itu. Gadis
itu tak tahan menerima kenyataan bahwa ia adalah puteri
seorang iblis jahat. Namun demikian kedua orang tua itu juga
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
percaya bahwa kesedihan puteri mereka itu tentu hanya
sementara pula. Besok pagi atau lusa tentu telah sembuh lagi.
Begitulah, seperti yang telah diceritakan di bagian depan,
mereka semua berangkat ke kota Cin-an dengan kereta dan
kuda. Ui Bun Ting dan Han Sui Nio yang tak ingin
mendapatkan gangguan ataupun kesulitan lagi di dalam
perjalanannya sengaja menutup diri di dalam kereta bersama
Tui Lan. Sedangkan Souw Lian Cu dan kedua pengawal U i Bun
Ting yang datang dari Tiam-jong-pai itu penunggang kuda di
belakang mereka. Rombongan itu me laju dengan cepatnya ke arah barat,
menyusuri jalan yang sama dengan jalan yang ditempuh oleh
rombongan Yap Kiong Lee semalam. Mereka memacu kuda
dan kereta mereka seolah-olah mereka sedang berpacu
dengan matahari yang merangkak di atas punggung mereka.
Bahkan Souw Lian Cu memacu kudanya lebih cepat lagi,
sehingga gadis itu seperti terlepas dari rombongan itu.
Dan sementara itu di tempat lain, jauh di depan mereka,
yaitu di tempat penyeberangan sungai Huang-ho, rombongan
Yap Kiong Lee justru sedang terlibat dalam keributan yang
kacau balau, sebuah keributan yang berlangsung di tengahtengah sungai, yang melibatkan belasan atau puluhan jagojago silat dari dunia persilatan.
Dan telah diceritakan pula di bagian depan bahwa
rombongan Yap Kiong Lee itu telah kehilangan jejak Lo-sinong, yang semua mereka lihat lewat dekat sampan mereka.
Dan karena mereka tidak bisa menemukan buruan mereka
tersebut maka merekapun lalu meneruskan kembali arah
tujuan mereka semula, yaitu ke perahu besar di tengahtengah sungai, dimana keributan itu terjadi.
Namun untuk mencapai ke perahu besar tersebut sungguh
tidak mudah. Gelombang dan arus air di bagian tengah sungai
itu segera menyambut mereka. Sampan mereka segera
meliuk-liuk, berputar putar dan timbul-tenggelam ditelan
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
ombak. Begitu ganasnya arus sungai tersebut sehingga
mereka bertiga benar-benar harus mengerahkan segala
kemampuan dan kesaktian mereka.
Demikianlah, berkali-kali sampan kecil itu harus jungkir
balik dan timbul tenggelam dihantam gelombang yang ganas.
Namun pada waktu gelombang itu tiba-tiba agak mereda
ternyata sampan itu telah berada di samping perahu besar
tersebut. Lega benar hati Yap Kiong Lee bertiga. Dengan pakaian
yang basah oleh percikan air sungai, mereka bertiga segera
melambung ke atas geladak perahu besar itu. T api belum juga
kaki mereka menginjak lantai perahu, segulung asap tebal
yang disertai taburan jarum beracun telah menyongsong
kedatangan mereka. Mereka bertiga cepat menghindar dengan cara masingmasing. Dan otomatis ketiganya berpencar. Yap Kiong Lee
yang berada di sebelah kiri cepat melejit ke kiri sambil
mengebutkan lengan bajunya ke arah gumpalan asap itu.
Sedangkan Souw Thian Hai yang berada di sebelah kanan
juga melompat pula ke kanan, sambil tak lupa menyelimutkan
mantel pusakanya ke tubuhnya.
Yang agak sulit adalah posisi Liu Yang Kun. Karena pemuda
itu berada di tengah-tengah temannya, maka hanya ada dua
jalan untuk menghindar gumpalan asap itu. Kembali meloncat
ke belakang yang berarti harus mencebur ke dalam sungai,
atau melenting ke atas melewati gulungan asap tebal
tersebut. Ternyata Liu Yang Kun memilih jalan yang terakhir. Dengan
gin-kang warisan Si Raja Kelelawar pemuda itu menjejakkan
kakinya, sehingga tubuhnya melayang ke atas seperti burung
garuda yang terbang ke angkasa. Kemudian sambil
berjumpalitan beberapa kali pemuda itu mendaratkan kakinya
di atas atap perahu. Semua gerakan pemuda itu dilakukan
dengan amat gesit dan cepat luar biasa, serta tidak
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
menimbulkan suara atau desir angin yang berarti, sehingga
sepintas lalu tubuh yang jangkung itu seperti bayangan hantu
yang berpindah tempat begitu saja.
Dan sungguh kebetulan bagi Liu Yang Kun, karena dari atas
atap perahu itu dia bisa melihat dengan jelas seluruh
keributan yang terjadi di atas perahu besar tersebut.
Di ujung haluan perahu yang luasnya hampir mencapai dua
belas tombak persegi itu tampak tiga orang berseragam
hitam-hitam, kuning-kuning dan putih-putih, dikeroyok oleh
sembilan atau sepuluh orang berpakaian macam-macam,
sehingga tempat yang luas tersebut terasa sempit oleh
gerakan mereka, ketiga orang berseragam itu sama sekali
tidak memegang senjata, sementara para pengeroyoknya
mengepung mereka dengan senjata di tangan. Namun
demikian Liu Yang Kun melihat bahwa ketiga orang
berseragam itu sama sekali tidak mengalami kesulitan. Bahkan
setelah beberapa saat melihat pertempuran itu Liu Yang Kun
dapat memastikan bahwa ketiga orang berseragam tersebut
akan bisa mengatasi lawan-lawannya.
Sedangkan di bagian lain, yaitu di buritan perahu, Liu Y ang
Kun melihat sebuah pertempuran yang lain, yang justru lebih
seru malah. Bahkan belasan sosok mayat telah tampak
berserakan di sekitar pertempuran itu. Semuanya mati dalam
keadaan yang sangat mengerikan. Ada yang tubuhnya seperti
terbakar dan mengeluarkan bau busuk. Ada yang lukanya
menganga dan mengalirkan cairan kuning seperti bubur cair
yang banyak sekali. Bahkan ada yang kulit tubuhnya berubah
menjadi putih meletak seperti kapur dinding, sementara
seluruh rambutnya rontok ke bawah.
"Hmm?" tampaknya kepulan asap yang disertai taburan
jarum beracun tadi datang dari tempat itu." Liu Yang Kun
bergumam perlahan. Ketika Liu Y ang Kun mencoba untuk melihat lebih teliti lagi,
maka ia melihat dua orang Ielaki gagah, yang masing-masing
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
telah berusia lebih dari empat puluh tahun, dikeroyok oleh
belasan tokoh persilatan yang rata-rata kepandaiannya juga


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sangat tinggi. Namun demikian kedua orang gagah yang
bersenjatakan ular hidup itu ternyata dapat melayani para
pengeroyoknya dengan mudah. Bahkan ternyata korban yang
berjatuhan di sekeliling pertempuran tersebut adalah hasil
amukan mereka pula. "Heran, ilmu silat kedua orang itu mirip sekali dengan ilmu
silat Giok-bin Tok-ong ".." sekali lagi Liu Yang Kun
bergumam. Ternyata Liu Yang Kun sama sekali sudah tak ingat lagi
bahwa ia sebenarnya pernah bertemu dengan kedua orang
itu. Bahkan pernah berkelahi malah. Kedua orang itu memang
murid Giok bin Tok ong, Kim Hong San dan Tang Hu. Mereka
tinggal berdua saja sekarang, karena Nyo Kin Ong telah mati
dalam pertempuran melawan anak buah Siang K i dahulu.
"Grobyaaaaag !" tiba-tiba terdengar suara keras di bawah
atap yang diinjak Liu Yang Kun. Liu Yang Kun cepat mendekap
di atas seraya bersiap-siaga menghadapi segala kemungkinan.
Apa lagi ketika kemudian terdengar suara angin pukulan yang
berderak-derak menerjang dinding perahu.
"Ada orang berkelahi di dalam ....... " pemuda itu berkata di
dalam hati. Sementara itu kedua orang murid Giok-bin Tokong semakin tampak beringas mendesak lawan-lawannya.
Tangan mereka semakin latah mengobral racun-racun
pembunuh, sehingga korbanpun menjadi semakin bertambah
banyak pula. Souw Thian Hai yang berada lebih dekat dengan
pertempuran tersebut segera mendekati. la menghampiri dua
orang lelaki kurus yang juga menonton pertempuran itu. Dua
orang itu berdiri di pinggiran perahu, berlindung di dekat
tumpukan barang. Dan mereka segera memegang hulu
pedang yang terikat di belakang punggung mereka ketika
mendengar langkah kaki Souw T hian Hai.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Souw Thian hai?"" desah mereka kemudian ketika
mereka melihat siapa yang datang! Otomatis mereka
melepaskan kembali gagang pedang mereka. Bahkan dengan
cepat mereka membungkukkah tubuh mereka untuk memberi
hormat. Souw Thian Hai tidak mengenal mereka. Namun sebagai
seorang pendekar besar yang namanya sangat tersohor dan
dikenal orang ia dapat memahami hal itu. Oleh karena itu
dengan sopan pula pendekar itu mengangguk.
"Maaf. Semakin tua ingatanku ini menjadi semakin lemah
pula. Bolehkah saya bertanya, siapakah sebenarnya tuan
berdua ini," Souw T hian Hai bertanya perlahan.
Dengan tersipu-sipu kedua orang lelaki kurus itu
membungkukkan tubuhnya lagi.
"Ah! Bukannya Tai hiap yang telah lupa kepada kami, tapi
kami berdualah yang terlalu kecil sehingga tak mungkin orang
seperti kami ini dapat berkenalan dengan Tai-hiap. Kami
hanyalah dua orang murid rendahan dari T iam-jong-pai," salah
seorang dari mereka cepat menjawab.
Souw Thian Hai menjadi kikuk pula, "Ah.....jangan berkata
seperti itu. Aku menjadi ma lu terhadap diriku sendiri. Aku
memang sering berkunjung ke Tiam-jong-pai, tapi ingatanku
yang terbatas ini tentunya tak bisa mengenal cu-wi satu
persatu. Oleh karena itu ..... maafkanlah keterbatasanku ini."
"Kami mengerti, Tai-hiap. Kami berdua memahaminya.
Namaku Ong Su, dan ini adikku Ong Kak. Eh ..... mengapa
Tai-hiap sampai berada disini pula" Bukankah Tai-hiap
kemarin sudah berada di Cin-an untuk menghadiri pernikahan
Ciang-bun-jin kami?"
Souw Thian Hai tersenyum, kemudian memalingkan
pandangannya ke pertempuran yang tampak semakin seru itu.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Aku juga heran melihat ji-wi berada disini. Padahal malam
nanti perhelatan itu sudah akan dilaksanakan. Apakah ji-wi
sebagai orang Tiam-jong pai tidak ingin menghadiri
perkawinan ketuanya?" Souw T hian Hai balik bertanya.
"Kami ".. kami eh"!?" dengan gugup kedua orang lelaki itu
mengawasi Souw T hian Hai.
Tapi dengan mulut masih tetap tersenyum Souw Thian Hai
kembali memandang kedua orang itu.
"Jangan gugup, Saudara Ong. Aku tidak mencurigai Ji-wi.
Aku justru ingin mengatakan kepada Ji-wi bahwa kedatanganku kemari kemungkinan besar justru sama dengan
kepentingan Ji-wi." Ong Cu dan Ong Kak terkejut. "Apakah ?"apakah Tai-hiap
juga bermaksud untuk menjemput Ciang-bun-jin kami?" Ong
Su berdesah. "Ya. Dan Ji-wi tak perlu gelisah lagi. Ui Ciang-bun sudah
diketemukan. Mungkin sekarang sudah hampir sampai di
tempat ini pula." "Oooh......!" kedua saudara Ong itu berseru gembira.
"Tapi... eh, apakah yang sebenarnya yang terjadi di perahu
ini" Mengapa mereka saling berkelahi?" tiba-tiba Souw Thian
Hai mengalihkan pembicaraannya.
"Oh, Tai hiap. Masalahnya cuma orang orang dari Lembah
Tak Berwarna itu. Mereka menculik seorang gadis dari
kampung itu dan hendak membawanya ke seberang. Karena
perahu mereka kecil, maka ketika hendak melewati perahu ini
mereka lalu berpindah tempat. Tapi di dalam perahu besar ini
ternyata mereka ketemu batunya. Seorang pendekar silat
berkepandaian tinggi telah merebut gadis itu dari tangan
mereka," Ong Su bercerita sambil menunjuk kesana-kemari.
Souw Thian Hai mengerutkan dahinya. "Lalu bagaimana?"
desaknya. Ong Su lalu menunjuk ke arah korban yang
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
bergelimpangan di sekitar pertempuran. "Tapi ... orang-orang
yang mengejar para penculik itu telah sampai pula kemari.
Termasuk kami juga. Kami lalu mengeroyok mereka."
"Lalu......di manakah gadis itu?" Souw T hian hai bertanya.
"Disembunyikan oleh pendekar yang merebutnya dari
tangan orang-orang Lembah Tak Berwarna itu. Ternyata
pendekar tersebut juga bukan orang baik baik pula. Tiga
orang anak buahnya segera melabrak kami. Terpaksa kami
berpencar untuk melawan mereka...."
"Begitukah" Hmmh?" Souw Thian Hai menggeram.
"Benar, Souw Tai-hiap. Ternyata mereka semua berkepandaian sangat tinggi. Korban segera berjatuhan di
tangan mereka. Baik di tangan anak-buah pendekar itu
maupun di tangan orang-orang Lembah Tak Berwarna," Ong
Kak meneruskan cerita kakaknya.
Tiba-tiba Ong Su menjatuhkan diri berlutut di depan Souw
Thian Hai. "Souw Taihiap! Kalau Souw Tai-hiap tidak lekas-lekas
membantu kami, orang-orang jahat itu tentu akan membasmi
kita semua." Serunya bersemangat.
Souw Thian Hai memandang ke arah pertempuran. "Kalian
memang terlalu gegabah melawan mereka. Mereka semua
adalah orang-orang dari perguruan ternama. Saya sendiri
belum tentu menang melawan mereka. Apalagi kalau majikan
dari ketiga orang berseragam itu juga ada disini."
"Ketiga orang berseragam itu" Siapakah mereka, Tai-hiap?"
"Mereka itu orang-orang Ui-soa-pai dari Gurun Go-bi. Dan
pendekar yang Ji-wi sebutkan tadi kemungkinan besar adalah
pemimpin mereka, yaitu Bok Siang K i."
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Ui-soa-pai" Bok Siang Ki?" Kedua orang saudara Ong itu
menjerit kaget. Dan wajah merekapun segera berubah
menjadi pucat. Souw Thian Hai menarik napas. Katanya kemudian,
"Mengapa" Ehm, jangan takut! Mereka justru tidak
seberbahaya orang-orang dari Lembah Tak Berwarna itu.
Kalaupun Bok Siang K i itu memang benar-benar berada di sini,
kita juga tak perlu takut kepadanya. Aku membawa seorang
jago yang bisa menghadapinya."
"Menghadapi Bok Siang Ki" Apakah Tai-hiap datang
bersama Bun-hoat Sian-su ......?"
"Bukan! Tanpa Bun-hoat Sian-su pun pemuda itu bisa
menghadapi Bok Siang Ki ....!" Souw Thian Hai berkata
mantap seraya menunjuk ke arah Liu Yang Kun yang
bertengger di atas atap perahu.
"Pemuda ... itu".?" Ong Su dan Ong Kak berdesah tak
percaya. Souw Thian Hai tersenyum. Sambil me langkah mendekati
pertempuran ia berkata, "Jangan remehkan dia. Meski masih
muda tapi kesaktiannya tidak kalah dengan Bok Siang K i. Lihat
saja nanti. Nah, sekarang biarlah aku menolong teman-teman
Ji-wi dahulu. Kasihan mereka ."
Dan kedatangan Souw Thian Hai pun segera tercium pula
oleh Kim Hong San dan Tang Hu. Kedua orang murid Giok-bin
Tok-ong itu segera menyongsongnya dengan taburan pasir
beracun. Namun hanya dengan mengebutkan mantel
pusakanya Souw Thian Hai bisa merontokkannya ke bawah.
Sebaliknya pendekar sakti itu lalu membalasnya dengan
pukulan jarak-jauhnya. Siuut ! Siiiut ! Taas ! Duk!
Sambaran-sambaran angin tajam segera melanda jago dari
Lembah Tak Berwarna itu. Dan ketika mereka mencoba untuk
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
menangkisnya, maka hati merekapun menjadi kaget setengah
mati. Kedua ujung lengan baju Kim Hong San terputus bagian
ujungnya, seolah-olah dipotong dengan pisau tajam.
Sementara keadaan Tang Hu lebih parah lagi. Bagian
punggung tangannya yang ia pakai untuk menangkis pukulan
angin tajam itu tampak terluka dan berdarah, seperti tergores
oleh ujung pedang. "Gila! Kau siapa...... !" Kim Hong San berteriak.
Souw Thian Hai hendak menjawab. Namun sebelum
mulutnya terbuka, orang-orang yang baru saja bertempur
dengan Kim Hong San itu telah menyebut namanya.
"Hong-gi-hiap Souw Thian Hai ......?"?" mereka berdesah
gembira. "Huh! Jadi kaukah pendekar yang sangat disohorkan orang
itu! Pantas ! Pantas ! ilmu s ilatmu sedemikian hebatnya ......."
Kim Hong San menggeram. "Kita harus berhati hati, su-heng," Tang Hu bergumam pula
seraya mengobati lukanya.
Souw Thian Hai mengedikkan kepalanya. Dengan nada
marah ia membentak, "Jadi kaliankah penjahat yang suka
memperkosa dan membunuh wanita di daerah pantai timur
selama beberapa bulan ini?"
"Tak salah. Memang kamilah yang melakukannya! Kami
berbuat seperti itu untuk melengkapi kesempurnaan ilmu
kami. Kau mau apa" Mau menghukum kami" Ha-he-hehaa!
Kau jangan menjadi besar kepala hanya karena namamu
tertulis di dalam Buku Rahasia! Kami berdua tidak silau
melihatmu! Ha-he-hehaaa..........!" Kim Hong San tertawa
terbahak-bahak. "Gila "..! Kalian guru dan murid memang pantas untuk
dibunuh! Orang-orang seperti kalian ini sangat berbahaya dan
mengotori dunia saja."
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Ha-he-hehaaaa........! Jangan sebut-sebut nama guru
kami! Kau akan semakin ketakutan menghadapi kami nanti !
Nama Giok-bin Tok-ong lebih tersohor dan lebih tinggi
daripada namamu, he-ha-hehaaa......!"
Wajah Souw T hian Hai yanq gagah berwibawa itu tiba-tiba
menjadi gelap. Dengan nada dalam ia menggeram, "Kalianlah
yang seharusnya tidak menyebut-nyebut nama Giok-bin Tokong lagi! Gurumu itu telah tewas berkeping-keping akibat
ledakan pek-lek-tannya sendiri tadi malam ! Hmmh!"
Seketika suara tawa kedua orang murid Giok-bin Tok-ong
itu terputus. Dengan pandang mata marah serta tak percaya
mereka menghardik, "Tutup mulutmu; kau telah berani
menghina guru .......!"
Ternyata Souw Thian Hai pun sudah tidak bisa menahan
kemarahannya pula. Dengan geram telapak tangannya
digosok-gosokkannya ke depan dada, dan sekejap kemudian
dari ubun ubun kepalanya, mengepul asap berwarna merah
dan putih bergantian. "Ang-pek Sin-kang.........."!" Kim Hong San berdesah kaget.
Kemudian bisiknya kepada Tang Hu. "Su-te! Hati-hati! Orang
ini tampaknya memang benar-benar berbahaya........."
"Ah, persetan ! Aku tidak takut!" Tak terduga Tang Hu
menjawab sambil berteriak. Tampaknya berita tentang
kematian gurunya itu sedikit mempengaruhi perasaannya
juga. Hatinya menjadi bimbang.
Oleh karena itu justru Tang Hu lah yang kemudian memulai
pertempuran itu. Tangan kanannya terayun ke depan, dari
bawah ke atas seperti orang menabur benih. Dan dari telapak
tangan itu memang benar-benar berloncatan belasan paku
beracun ke arah kepala dan dada Souw Thian Hai. Dan
gerakan ini segera diikuti pula oleh gerak tangan kirinya, dari
belakang ke depan, seakan-akan mendorong lajunya pakupaku tersebut. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Sementara itu melihat adik seperguruannya telah memulai
serangannya, Kim Hong San juga tidak mau ketinggalan juga.
Dengan tangkas ia melompat ke samping kiri Souw T hian Hai.
Tak lupa te lapak tangan kanannya menebas ke arah pinggang
lawannya. Dan tiupan angin dingin berbau amis segera
tercium pula dengan kerasnya.
Melihat kedua orang lawannya mendahului menyerang,
apalagi serangan mereka itu betul-betul ganas dan keji, Souw
Thian Hai semakin menjadi marah sekali. Namun demikian
pendekar sakti juga tak bisa mengabaikan kedahsyatan
serangan tersebut. Kedua murid Lembah Tak Berwarna itu


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tentu juga mewarisi kelicikan gurunya, sehingga ia juga harus
berhati-hati dan waspada terhadap jebakan-jebakan tersembunyi yang ada di dalam serangan tersebut.
Oleh karena itu demi amannya Souw Thian Hai segera
menghindari saja serangan itu. Kaki kanannya bergeser ke
samping dengan cepat, sehingga tubuhnya seolah-olah rebah
ke samping. Kemudian sete lah itu dengan cepat pula tubuh
atasnya terayun ke belakang seperti layaknya orang
terjengkang ke belakang. Seluruh gerakan itu dilakukan
dengan tangkas dan manis, serta kuda-kuda yang tetap kokoh
kuat menghujam bumi, sehingga ketika kedua serangan
lawannya dapat ia elakkan, Souw Thian Hai cepat bisa tegak
kembali dengan baik. Lalu sebelum kedua orang lawannya itu menyusuli
serangannya lagi, Souw T hian Hai cepat-cepat memotong dan
mendahului mereka dengan Tai-lek Pek-khong-ciangnya.
Cuuus ! Cus! Cusss! Dan loncatan-loncatan angin tajam segera
melesat dari ujung ujung jari tangannya!
Kini ganti Kim Hong San dan Tang Hu yang kelabakan
menghadapi tusukan-tusukan angin tajam yang mampu
menghunjam melukai kulit daging itu. Sehingga untuk
melindungi diri mereka dari kejaran angin tajam tersebut, Kim
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Hong San dan T ang Hu terpaksa meledakkan tabir asap tebal
di sekeliling mereka. Souw Thian Hai terpaksa menahan serangannya karena ia
tak ingin salah sasaran dan melukai orang-orang yang ada di
sekitar pertempuran tersebut. "Sungguh licik!" pendekar sakti
itu mengumpat marah. Kemudian teriaknya kepada orangorang yang ada di buritan tersebut. "Saudara-saudara,
awas...............! Jauhkan diri dari arena pertempuran!"
Benar juga peringatan Souw Thian Hai itu. Sambil masih
tetap berlindung di dalam pekatnya asap, kedua murid Giokbin Tok-ong itu balas menyerang Souw Thian Hai dengan
lontaran-lontaran senjata rahasianya. Dan tentu saja lontaran
senjata rahasia yang membabi-buta
itu juga akan membahayakan orang lain pula.
Namun ternyata kali ini Souw Thian Hai juga tak ingin
menghindari serangan-serangan itu pula. Selain tak ingin
membahayakan keselamatan orang lain, pendekar sakti itu
juga ingin lekas-lekas menyelesaikan pertempuran tersebut.
Demikianlah dengan perlindungan mantel pusakanya Souw
Thian Hai nekad menerobos tabir asap yang menyelimuti
arena pertempuran itu. Beberapa kali terdengar suara denting
senjata rahasia yang menghantam mantel pusakanya, tapi
pada saat itu pula Souw Thian Hai me lepaskan tusukantusukan angin tajamnya ke arah dari mana senjata rahasia itu
datang. Ternyata siasat Souw Thian Hai tersebut berhasil. Kim
Hong San dan Tang Hu benar-benar kelabakan menghadapi
serangan itu. Selain mereka bingung bagaimana harus
menghadapi lawannya yang tak bisa dilukai dengan senjata itu
Kim Hong San dan Tang Hu harus menghindari tusukantusukan angin tajam yang tak dapat dilihat oleh mata
tersebut. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Tapi ternyata Kim Hong San juga tidak kekurangan akal. la
tahu bahwa lawannya dapat mengetahui tempatnya karena ia
melepaskan senjata rahasia.
"Su-te! Hentikan serangan! Bunuh saja ia dengan racun!
Masa dia.............eh!" Kim Hong San berseru namun terpotong
karena pundaknya terserempet oleh tusukan angin tajam yang
dilepaskan Souw T hian Hai.
"Su-heng, kau tidak apa-apa...... hei"! bangsat!" Tang Hu
berteriak kaget. Namun suaranya segera berganti dengan
makian pula karena teriakannya itu membuat Souw T hian Hai
mengetahui dimana dia berada. Akibatnya dadanya hampir
saja termakan oleh tusukan jari tangan pendekar sakti itu.
Begitulah kedua orang murid Giok-bin Tok-ong itu segera
menyadari kesalahan mereka. Maka untuk selanjutnya mereka
berdua lalu berdiam diri di tempat masing-masing dan tetap
berlindung di dalam pekatnya asap tebal yang mereka
ciptakan. Kemudian dengan hati-hati mereka meniupkan asap
beracun ke sekeliling mereka.
Tapi Souw Thian Hai juga mengenal bahaya pula. Melihat
lawannya berdiam diri, ia cepat-cepat meloncat keluar dari
dalam gulungan asap itu. Ternyata pendekar itu masih ingat
akan pertempurannya melawan Giok-bin Tok-ong tadi malam,
dimana ia terkena jenis racun yang tidak berwarna maupun
berbau, sehingga ia hampir saja celaka di tangan iblis tua itu.
"Pengecut! Ayoh ! Kenapa kau melarikan diri dari
arena......?" Tang Hu berteriak dari dalam gulungan asap.
"hmm".. buat apa aku takut bermain-main dengan
asapmu" Mending aku me lihat dan menunggu kalian di sini.
Toh asapmu juga akan sirna ditiup angin........" Souw Thian
Hai menjawab seenaknya. "Bangsat..............!" sekali lagi T ang Hu mengumpat kasar.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Tiba-tiba dari dalam kepulan asap itu meluncur dua buah
bola api yang melesat ke arah Souw T hian Hai! Dan serangan
yang tak terduga itu sungguh sangat mengejutkan pendekar
sakti itu. Tapi dari mula pendekar itu memang telah bersiap
siaga pula. Oleh karena itu meskipun terkejut pendekar itu
tetap tidak kehilangan pengamatannya. Bahkan sambil
menghindar pendekar sakti itu sempat membalas menyerang
pula dengan tidak kalah cepatnya. Dan serangan itu ditujukan
ke arah bola api tersebut berasal.
Cuuuus ! Cuuuuuus ! Cus !
"Aduh !" terdengar suara Tang Hu mengeluh pendek.
Sementara itu sebuah tiupan angin yang agak kencang
telah menghalau tabir asap yang dibuat oleh Kim Hong San
itu. Dan sejalan dengan hilangnya tabir asap itu maka
tampaklah tubuh Kim Hong San dan Tang Hu yang
sempoyongan terkena pukulan jarak jauh Souw T hian Hai tadi.
"Su-te.....kau terluka?" Kim Hong San cepat memegang
tubuh adik seperguruannya.
"Bangsat gila! Monyet itu memang lihai sekali! Tanpa
melihatpun dia bisa menyerang aku".." Tang Hu mengeluh
dan mengumpat tiada hentinya.
"Tidak aneh! Namanya memang tertulis hanya satu tingkat
di bawah nama su-hu. Tidak mengherankan bila kepandaiannya sangat tinggi. Kitalah yang terlalu memandang
rendah dia. Hmm?"lalu bagaimana denganmu" Kau masih
bisa meneruskan pertempuran ini?"
Tiba-tiba Tang Hu mengibaskan tangan kakak seperguruannya. Dengan menggeretakkan giginya ia menggeram. "Mengapa tidak" Aku hanya kaget saja. Aku tidak
apa-apa. Aku justru hendak membunuh bangsat itu sekarang!
Apalagi ia telah menghina su-hu..........."
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Kim Hong San mendengus pula. Sambil menoleh ke arah
Souw Thian Hai ia berkata. "Aku juga tidak percaya pada
omongannya. Masakan su-hu sampai bisa mati oleh
senjatanya sendiri. Huh! Dia memang patut dibunuh!"
Souw Thian Hai mengangkat bahunya. "Terserah kalau
kalian tidak percaya. Tapi apa yang kukatakan itu memang
benar. Kalian akan mengetahuinya pula besok."
"Kurang ajar...........!" Tang Hu mengumpat keras,
kemudian menerjang Souw Thian Hai. Dari kedua tangannya
meluncur dua ekor ular kecil yang amat ganas.
Souw Thian Hai segera bergeser ke samping. Tak lupa
telunjuk kanannya yang penuh sin-kang itu ia kibaskan ke
arah ular itu. Cuus.......! Serangkum angin tajam segera
menusuk ke arah ular tersebut.
Tapi sungguh sangat mentakjubkan. Kedua ekor ular itu
seperti bersayap saja pada tubuhnya. Dengan gesit dan ringan
tubuhnya yang pipih panjang itu me liuk dan menggeliat
beberapa kali di udara, sehingga angin tajam itu melesat lewat
tanpa mengenainya. Sebaliknya dengan kecepatan yang
berlipat ganda ular tersebut meneruskan serangannya ke arah
Souw T hian Hai. Walaupun merasa heran dan takjub, namun kehebatan
ular-ular kecil itu tak sampai menggoyahkan ketenangan Souw
Thian Hai. Bahkan dengan kematangannya sebagai seorang
pendekar silat besar, Souw Thian Hai justru menyongsong
kedatangan dua ekor ular itu. Bagian atas tubuhnya berputar
setengah lingkaran, sehingga mantel pusakanya terayun ke
depan menutupi dadanya. Sementara dari balik mantel pusaka
tersebut jari-jari tangannya memuntahkan kembali seranganserangan angin tajamnya yang menggiriskan itu.
Whuuuuus..................! Cuuus! Cuus!
Ular-ular itu masih mencoba berkelit beberapa kali di udara.
Namun pada serangan Souw Thian Hai yang terakhir,
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
kesempatan untuk menghindar sudah tidak ada lagi. Sebuah
hentakan yang amat kuat membuat kedua ekor ular kecil itu
terpental ke udara. Tubuh mereka yang pipih panjang itu
terpotong menjadi beberapa bagian!
"Gila !" sekali lagi T ang Hu mengumpat.
Namun kedua orang murid Giok-bin Tok-ong itu tak punya
kesempatan untuk mengobral makiannya lagi, karena di lain
saat berondongan angin tajam yang meluncur dari tangan
Souw Thian Hai telah membikinnya jungkir-balik untuk
mengelakkannya. Dan saat-saat selanjutnya mereka harus
memeras keringat dan memeras tenaga untuk menghadapi
Tai-lek Pet-khong-ciang Souw Thian Hai yang dahsyat dan
mengerikan itu. Belasan jurus pun telah berlalu. Penonton yang berada di
buritan perahu itu telah menyingkir jauh-jauh pula. Serangan
angin tajam yang dilontarkan oleh Souw Thian Hai
berkelebatan kesana-kemari dan merusakkan dinding-dinding
perahu yang dilewatinya. Sementara Kim Hong San dan Tang
Hu pun juga mengobral racun mereka pula untuk menandingi
kedahsyatan ilmu Souw T hian Hai tersebut.
Namun semakin lama semakin terlihat bahwa ilmu silat
Hong-gi-hiap Souw Thian Hai lebih unggul dari pada ilmu
kedua murid Giok-bin Tok-ong itu. Walaupun kedua orang
murid lembah T ak Berwarna itu menguras segala kemampuan
mereka, tetapi dengan perisai mantel pusakanya Souw Thian
Hai mampu bertahan sekaligus mendesak mereka.
Semua macam racun telah dikeluarkan oleh Kim Hong San
dan Tang Hu. Segala macam binatang berbahaya, seperti ular,
kala-jengking, kelabang, ulat berbisa juga telah dipergunakan
pula oleh kedua orang itu. Namun semuanya dapat diatasi
oleh Souw Thian Hai. Dengan benteng mantel pusakanya
pendekar sakti itu benar benar tak bisa disentuh oleh siapapun
juga. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Sehingga akhirnya kedua orang murid Giok-bin Tok-ong tak
dapat mengelakkan lagi tusukan-tusukan angin tajam yang
dilontarkan oleh Souw Thian Hai. Darahpun mulai menetes
membasahi lantai perahu. Semakin lama semakin banyak
sehingga akhirnya mereka tak kuasa melawan lagi.
"Su-te,..... kita...kita lari saja ! Kita......terjun ke air !" di
dalam kesulitannya Kim Hong San masih bisa berseru kepada
Tang Hu. Lalu tanpa menanti jawaban adiknya ia melompat
dalam air yang menggelegak di bawahnya.
Tang Hu yang keadaannya lebih parah segera berlari ke
pagar perahu. Tapi beberapa orang penonton yang berada di
dekatnya cepat menyongsongnya dengan taburan senjata
rahasia. "Aduuuh........!" Tang Hu menjerit keras, kemudian
terjungkal ke dalam air pula.
Hong-gi-hiap Souw Thian Hai menghela napas panjang.
Dikebut-kebutkannya lengan bajunya, serta dirapikannya pula
kembali pakaiannya yang kedodoran, baru kemudian menemui
orang-orang yang ada di buritan perahu tersebut.
Sementara itu pertempuran antara murid-murid Bok Siang
Ki me lawan para pengeroyok mereka di haluan perahu
ternyata juga tidak kalah serunya dibandingkan dengan
pertempuran Souw Thian Hai tadi.
Meskipun tidak mempergunakan senjata-senjata beracun, namun pertempuran mereka ternyata tidak kalah dahsyatnya
dibandingkan dengan pertempuran murid-murid Lembah Tak
Berwarna. Bahkan dipandang dari segi ilmu silat pertempuran
di haluan perahu tersebut tampak- lebih bermutu, dan lebih
mengasyikkan. Ternyata Yap Kiong Lee telah ikut pula bertempur di antara
para pengeroyok itu. Dengan kepandaiannya yang sangat
tinggi pendekar dari istana itu segera menjadi lawan yang
paling berbahaya bagi ketiga orang murid perguruan Ui-soaTiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
pai itu. Bahkan orang termuda dari Sam-eng yang dipanggil
dengan nama Pek-eng atau Garuda Putih itu tak mampu
beradu dada, satu lawan satu, melawan Yap Kiong Lee.


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sehingga murid termuda dan ui-soa-pai itu terpaksa
berkelebatan kesana-kemari mempergunakan kelebihan ginkangnya untuk mengimbangi desakan Yap Kiong Lee.
"Hmmh.....kepandaianmu sungguh hebat sekali. Siapakah
sebenarnya engkau ini" Apakah kamu masih mempunyai
hubungan perguruan dengan Yap Tai ciangkun dari Kota raja
itu?" di dalam kesibukannya Pek-eng masih dapat juga
bertanya kepada Yap Kiong Lee.
Yap Kiong Lee terperanjat, "Kau pernah berjumpa dengan
adikku?" sergahnya cepat.
Mendadak Pek-eng tertawa, "hahaha?" jadi dia itu
adikmu" Untunglah aku tidak jadi membunuhnya. Kalau pada
waktu itu kami jadi membunuh dia, kau tentu tidak akan
punya adik lagi, hahaa........"
"Kurang-ajar.........! Apa yang telah kau lakukan terhadap
adikku?" Y ap Kiong Lee membentak penasaran.
Sekali lagi Pek-eng tertawa semakin keras.
"Hahaha............! Kau tidak perlu khawatir. Kami benarbenar tidak mengganggu adikmu. Bun-hoat Sian-seng telah
menolongnya dari cengkeraman kami bertiga."
"Bun-hoat Sian-seng......?" Yap Kiong Lee bernapas lega.
Lega karena adiknya selamat. "Tapi......apa sebabnya kalian
berselisih dengan adikku" Apakah kalian telah berlaku jahat
terhadap dia?" "Bukan kami yang memulainya. Adikmu yang merasa
menjadi pembesar kerajaan itulah yang terlalu usil
mencampuri urusan kami," Pek-eng menggeram.
"Kurang ajar! Adikku tak pernah mengganggu orang lain.
Kalaupun adikku memusuhi kalian, tentu haI itu karena kalian
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
telah terbuat jahat kepada orang lain. Adikku tentu hanya
bermaksud menghalang-halangi kejahatan kalian........"
Bukan main marahnya Pek-eng. "Monyet busuk! Kau
memang tidak berbeda dengan adikmu! Sama-sama
sombongnya. Huh, kaukira aku takut padamu; lihat
pukulan............!!!" bentaknya keras.
Tiba-tiba Pek eng bergerak semakin cepat. Dan
serangannyapun juga semakin kuat pula. Bahkan gerakangerakannya terasa berubah. Semakin lama kedua buah
lengannya bergerak semakin cepat, sehingga lengan itu
seperti berubah menjadi banyak sekali. Begitu pula dengan
kedua buah kakinya. Yap Kiong Lee tertegun. Matanya terbeliak. Ia seperti
sedang melawan seorang lelaki bertangan dan berkaki seribu.
"Gila?"!" Yap Kiong Lee mengumpat dan kakinya terus
saja mundur. Dan keadaan pun segera berbalik. Kini Y ap Kiong Lee ganti
terdesak dan hanya bisa mengelak dan bertahan saja.
Pendekar dari istana itu seperti terkepung oleh ribuan tangan
dan kaki lawannya. Dan kepungan tersebut semakin lama
semakin rapat sehingga akhirnya Yap Kiong Lee merasa
seperti berada di dalam kurungan.
Tapi Yap Kiong Lee adalah jago nomer satu di kota raja.
Kakak kandung Yap Kim atau Yap Tai ciangkun. Panglima
Besar dari seluruh pasukan kerajaan, dan juga keturunan
langsung dari Datuk Utara, pada zaman Lima Datuk Persilatan
dulu. Oleh karena itu kepandaian silatnya tentu juga tidak
hanya sampai sekian itu saja. Merasa dirinya dalam bahaya,
otomatis ilmu simpanannya keluarganya keluar. Hong-lui-Kunhoat atau Tinju petir dan Badai segera dimainkannya.
Demikianlah di dalam arena itu segera terdengar suara
gemuruh disertai hembusan angin berputar yang semakin
lama semakin kuat, sehingga orang-orang yang ada di
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
dalamnya seperti tergulung oleh badai! Dan diantara kurungan
angin berputar itu kadang kadang terdengar pula suara
letupan keras seperti petir menyambar yang ternyata adalah
suara pukulan jarak jauh yang terlepas dari telapak tangan
Yap Kiong Lee! Ternyata Yap Kiong Lee benar-benar telah
mengeluarkan ilmu warisan ayahnya yang membuat dirinya
dijuluki Hong-lui-kun atau Si T inju Petir dan Badai!
Dan pengaruhnya memang amat hebat. Ilmu silat Ui-soapai yang baru saja dikeluarkan oIeh Pek-eng, yang membuat
murid Bok Siang K i itu seperti memiliki kaki dan lengan seribu,
segera tertahan oleh pusaran angin yang keluar dari tangan
Yap Kiong Lee. Bahkan beberapa waktu kemudian murid Bok
Siang Ki itu kembali dibikin repot oleh letupan-letupan petir
yang melesat dari telapak tangan Yap Kiong Lee.
Untunglah semua orang Ui-soa-pai sudah dibekali dengan
gin-kang yang tiada duanya di dunia ini. Sehingga biarpun
terdesak, namun Pek-eng masih tetap bisa menyelamatkan
diri dari lubang kesulitan.
Melihat adik seperguruannya masih juga dilanda kesulitan,
maka Ui-eng segera datang membantu. Mula-mula diputarnya
kedua belah lengannya kuat-kuat, sehingga pengeroyoknya
terpaksa berloncatan mundur menjauhinya. Setelah itu
dengan gin-kangnya yang sangat tinggi ia melayang
mendekati Pek-eng. Tak ketinggalan kedua belah telapak
tangannya mendorong ke arah Yap Kiong Lee. Sebuah
dorongan yang mengandung sin-kang maha besar, mengalahkan tiupan topan dan badai yang ditimbulkan Yap
Kiong Lee. Buuuuuum! Dua macam kekuatan yang amat besar saling berbenturan
dan menimbulkan suara berdentam keras sekali. Tubuh Ui-eng
sedikit tertahan di udara. sementara tubuh Yap Kiong Lee
tampak terpental menabrak pagar perahu. ui-eng kemudian
mendarat dengan manis di samping Pek-eng, sedang Yap
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Kiong Lee sambil meringis kesakitan terpaksa berpegangan
pada pagar perahu. Sementara itu dari atap kamar perahu Liu Yang Kun bisa
menyaksikan pula kejadian itu. Namun pemuda itu merasa
bimbang untuk memberi pertolongan karena pada saat yang
sama suara berderak yang terdengar di bawah atap itu juga
semakin keras pula. "Tampaknya di dalam kamar ini betul-betul ada orang
berkelahi. Hmmh.... Biarlah aku lihat dulu siapa mereka,"
pemuda itu berkata di dalam hatinya.
Sekali lagi Liu Yang Kun menoleh ke arah Yap Kiong Lee.
Melihat pendekar dari istana masih punya kemungkinan untuk
bertahan beberapa saat lamanya, hatinya menjadi lega.
Dibukanya sedikit atap perahu yang diinjaknya, sehingga di
celah-celahnya ia bisa mengintip ke dalam.
"Ah..........!" tiba-tiba bibir Liu Yang Kun berdesah kaget.
Di dalam ruangan itu ia menyaksikan Bok Siang Ki sedang
beradu tangan dengan Lo-sin-ong ! Masing-masing tampak
sedang mengerahkan seluruh kekuatan tenaga dalamnya,
sehingga tubuh mereka tampak mengeluarkan kabut tipis.
Sementara itu di pojok ruangan terlihat tubuh Tiauw Li Ing
tergolek pingsan di atas bangku kecil.
Otomatis Liu Yang Kun menjadi tegang dan berdebardebar. Apalagi ketika dilihatnya badan Lo-sin-ong yang tua itu
bergetar hebat seakan-akan sedang menahan beban yang
amat berat. Liu Yang Kun menjadi bimbang. Menolong atau
tidak" Ketika sekali lagi Liu Yang Kun melongok ke bawah,
dilihatnya kakek buta itu telah menekuk kedua lututnya. Dan
wajah kakek tua itu tampak kesakitan, sementara keringatnya
mengalir deras membasahi jubahnya. Sebentar lagi kakek buta
itu tentu takkan kuat bertahan lagi.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Akhirnya Liu Yang Kun tak tega menyaksikannya. Tapi
bagaimana ia harus menolongnya "
Lu Yang Kun merasa bahwa Iwee-kangnya tidak kuat atau
lebih tinggi dari pada Bok Siang Ki biarpun di dalam
pertempuran mereka kemarin ia bisa mengalahkan orang itu.
Oleh sebab itu ia tak yakin bisa berhasil membantu Lo-sin-ong
apa bila ia lalu menyalurkan sin-kangnya kepada kakek buta
itu. Salah-salah dia malah dapat mencelakakan orang tua
tersebut bila gagal. Tapi jalan lain tidak ada. Memisahkan telapak-tangan
mereka justru lebih berbahaya bagi Lo-sin ong. Bok Siang Ki
justru akan dapat memanfaatkan tambahan tenaga dalamnya
untuk menggencet Lo-sin-ong.
"Oooouugh.........!"!"
Tiba-tiba terdengar Lo-sin-ong mengeluh pendek. Liu Yang
Kun terperanjat. Tanpa berpikir panjang lagi Liu Yang Kun
segera menggempur ambrol atap yang diinjaknya. Dan tubuh
Hati Budha Tangan Berbisa 6 Pendekar Super Sakti Serial Bu Kek Siansu 7 Karya Kho Ping Hoo Neraka Hitam 4

Cari Blog Ini