Ceritasilat Novel Online

Misteri Rumah Berdarah 3

Misteri Rumah Berdarah Karya Tjan I D Bagian 3


Melihat kejadian itu berbalik Pek Thian Kie yang dibuat
tertegun, ia tidak mengerti mengapa sang pemuda yang
menggembol pedang ini tidak sekalian membawa pergi
uang seribu tahil emasnya, malahan dititipkan untuk
sementara waktu disana "
Sementara pemuda itu berlalu, Pek Thian Kie menoleh
kearah sang Ciang-kwee. "Siapa orang itu ?" tanyanya perlahan.
"Maaf hamba tak berani memberi jawaban, aku orang
punya kewajiban untuk merahasiakan namanya."
Pek Thian Kie tertawa tawar, tanpa banyak cakap lagi ia
lantas berlalu meninggalkan tempat itu dan menguntil dari
belakangnya. Didalam hai ia ada maksud untuk mengetahui siapakah
dia dan apa maksudnya minta uang sebesar seribu tahil
emas. Selagi Pek Thian Kie sedang melakukan penguntilan
itulah mendadak dari belakang badannya berkumandang
datang suara teguran : "Pek-heng, kau mau berangkat ?"
Terlihatlah Tong Liem, kawan yang baru saja ia kenal
tidak lama sudah muncul dari belakang tubuhnya.
Pek Thian Kie lantas mengangguk
"Tidak salah, aku mau pergi, maaf aku harus berlalu satu
langkah lebih cepat."
"Pek-heng, kenapa kita tidak berangkat bersama-sama?"
"Bukankah kau ingin pinjam uang?"
"Benar ?" benar?" Cuma ?" aku takut berada
disini seorang diri. Aku lihat tempat ini bukan suatu tempat
yang aman, aku tidak jadi pinjam uang."
Mendengar perkataan tersebut, tiba-tiba Pek Thian KIe
merasakan hatinya rada bergerak.
"Ia sudah datang kemari untuk pinjam uang, tapi
sewaktu melihat aku ingin berlalu, ia lantas batalkan
maksudnya ?"" dia ?"". Mungkinkah ia sedang
menguntit diriku " ?" " pikirnya didalam hati ?"
baiklah ! ".. Aku ingin melihat siapakah kau orang ".."
Berpikir akan persoalan tersebut, ia balik bertanya.
"Jadi maksudmu ?"
"Aku ingin berangkat mengikuti dirimu."
Kontan Pek Thian Kie merasakan hatinya tergetar sangat
keras. Sedikitpun tidak salah ! Terang-terangan orang ini
ada maksud hendak menguntit didinya. Tak kuasa sang
pemuda tersebut merasakan badannya merinding, bulu
roma pada bangun berdiri.
"Apa mungkin dialah si manusia yang bernama Kiang
To ?" kembali pikirnya.
Pek Thian kie merasakan hatinya samakin bergidik,
diam-diam matanya melirik sekejap.
Ketika itu Tong Liem masih beridir ditempat semula
dengan satu senyuman manis menghiasi bibirnya,
"Kalau kau ingin ikut marilah !" sahutnya kemudian.
Selesai berkata dengan cepat ia meluncur keluar dari
Istana. Sekarang, Pek Thian Kie harus mengejar pemuda
yang menggembol pedang itu dan lihat berasal dari
manakah pemuda tersebut, betulkah dia orang sunggugsungguh
berniat untuk menyewa rumah aneh itu "
Jikalau dugaannya benar, ia harus turun tangan
menghadang atau setidak-tidaknya mendahului pemuda itu
satu tindak ! Pek Thian Kie sekeluarnya dari pintu Istana, laksana
kilat ia meluncur kurang lebih sepuluh kaki kedepan
kemudian berkelebat kearah muka, sebentar kemudian
ditemuinya pemuda misterius tersebut sedang berjalan
menerobosi sebuah hutan. Pek Thian Kie menguntit lebih jauh.
Mendadak pemuda tersebut berhenti dan mencelat
secepat kilat menoleh kebelakang, empat mata bertemu jadi
satu tak terasa lagi Pek Thian Kie menghentikan langkah
kakinya. Agaknya sang pemuda tersebut sudah menemukan bila
jejaknya sedang dikuntit orang lain, setelah berdiri tertegun
beberapa saat kembali melanjutkan perjalanannya kemuka.
Pek Thian Kie yang melihat jejaknya konangan alisnya
kontan dikerutkan, mulai saat ini ia tak dapat melakukan
pengintai lagi secara terang-terangan.
Ia merandek sejenak, menanti sang pemuda tersebut
sudah berlalu agak jauh ia baru melanjutkan kembali
kuntitannya kearah muka. Siapa nyana, didalam waktu yang amat singkat itulah
bayangan tubuh dari pemuda tersebut sudah lenyap tak
berbekas. "Aduuuuh ?". Celaka !" teriak Pek Thian Kie dalam
hati, tubuhnya menyambar lewat dan melakukan
pengejaran secepat kilat.
Gerakan tubuh dari Pek Thian Kie kali ini benar-benar
amat cepat, dimana bayangan tubuh berkelebat lewat, ia
sudah berada ditempat semula pemuda tersebut berdiri.
Matanya dengan cepat menoleh keempat penjuru,
telingga dipentang lebar-lebar dan perhatian dipusatkan jadi
satu. Tapi tak sesosok bayangan manusiapun yang nampak.
Tak terasa lagi Pek Thian Kie jadi melengak dibuatnya.
Suara tertawa dingin bergema memecahkan kesunyian,
sesosok bayangan turun dari tengah udara dan tahu-tahu
sudah berdiri dihadapan Pek Thian Kie.
Pek Thian kie merasa bergidik hatinya, buru-buru ia
mundur satu langkah kebelakang.
Terlihatlah pemuda yang menggembol pedang tadi pada
sat ini sudah berdiri dihadapannya dengan sikap dingin,
angkuh dan menyeramkan. "Aaaaaakh ?"!" Pek Thian Kie berteriak tertahan,
hatinya berdesir dan ia mengerti bila dirinya sudah kena
dijebak. "Kawan !" Tegur sang pemuda menggembol pedang itu
dengan wajah penuh kegusaran. "Apa maksudmu
menguntit perjalanan cayhe ?"
Untuk beberapa waktu Pek Thian Kie tak sanggup
mengucapkan sepatah katapun, ia membungkam dalam
seribu bahasa. Melihat pihak lawan tidak memberi jawaban, air muka
pemuda tersebut berubah semakin hebat.
"Cepat jawab, siapakah kau ?" bentaknya murka.
"Heeeee?"".heeeee?"?"heeeee?". dan saudara
sendiri ?" balas Pek Thian Kie sambil tertawa dingin.
"Jawab dulu siapakah kau dan apa maksudmu menguntit
perjalanan cayhe ! jika kau membandel hmm ! Jangan
salahkan cayhe segera akan turun tangan kejam."
Beberapa patah kata ini diutarakan dengan nada yang
dingin, kaku dan ketus, sepasang matanya dengan
memancarkan cahaya dingin melototi wajah Pek Thian Kie
tak berkedip. "Heeeee?"".heeeee?"?"heeeee?". jalanan ini
juga bukan milikmu, aku mau lewat disini atau tidak, apa
sangkut pautnya dengan dirimu " Belum tentu aku sedang
menguntit kau orang !"
"Ooooouw ".. jadi kau masih ingin berlagak pilon ?"
"Bukannya berlagak pilon, tapi kenyataan !"
"Bangsat ! Kau mau berterus terang tidak kepadaku, apa
maksudmu menguntit diriku ?" Sekali lagi pemuda itu
membentak Pek Thian Kie dengan sepasang mata melotot
lebar-lebar. "Jika aku tidak suka bicara ?"
"Akan kupaksa kau untuk menjawab !"
Tak kuasa lagi Pek Thian Kie mendongakkan kepala
tertawa tergelak. "Haaaa?"".haaaa?"?"haaaa?". kalau begitu
kau boleh coba-cba."
"Bangsat kau cari mati ".."
Belum habissuara teriakan tersebut meluncur keluar, satu
pukulan yang dasyat sudah menerjang kearah dada Pek
Thian Kie. Pek Thian Kie yang di serang segera mendengus dingin,
badannya miring satu langkah kesamping, tangannya
dengan gerakan dari bawah menuju keatas menunci dirinya
dari serangan musuh. "Tahan !" teriaknya cepat
"Apa yang ingin kau ucapkan kembali ?"
"Kau benar-benar ingin paksa aku untuk turun tangan ?"
"Tidak salah, kecuali kau suka menyebutkan siapakah
kau ?" "Aku lihat lebih baik kau urungkan saja niatmu itu
".heeeee?"".heeeee?"?"heeeee?". karena aku
lihat yang bakal rugi adalah kau sendiri."
"Kalau kau tak percaya ?" Nih ! cobalah bagaimana
rasanya kepalanku !"
Begitu pemuda tersebut selesai berteriak, bayangan tubuh
berkelebat lewat, sekali lagi ia melanjutkan tubrukan
kedepan. Serangan yang dilancarkan kali ini betul-betul cepat
laksana sambaran petir, bahkan kesempurnaan dari jurus
serangannya sangat luar biasa. Pek Thian Kie merasakan
hatinya bergidik, buru-buru ia menyingkir kesamping.
Baru saja ia berhasil meloloskan diri, serangan kedua
dari pihak lawan kembali sudah menggulung datang.
Bab 12 Jatuh Cinta PEK THIAN KIE tertawa dingin telapak tangannya
disilangkan didepan dada menangkis datangnya serangan.
Kepandaian ilmu silat yang dimiliki Pek Thian Kie saat
ini sudah mencapai taraf kesempurnaan, bilamana
tangkisannya ini ia menggunakan seluruh tenaga, jangan
dikata sang pemuda yang menggembol pedang ini tak akan
sanggup untuk menerimanya, sekalipun siapapun jangan
harap bisa menahan pukulan tersebut.
Tetapi didalam tangkisannya barusan ini, ia Cuma
menggunakan enam, tujuh bagian tenaga saja.
"Braaaak ?" !" ditengah suara bentrokan yang sangat
keras tubuh pemuda penggembol pedang itu tergetar
mundur tiga langkah kebelakang, sedangkan Pek Thian Kie
sendiripun tergetar mundur dua langkah kebelakang.
Belum habis mereka mengatur pernapasan, sang pemuda
penggempol pedang itu sudah menggembol keras dan sekali
lagi menubruk kearah musuhnya.
Bayangan manusia berkelebat menyilaukan mata,
berturut-turut ia sudah mengirim tiga buah pukulan
sekaligus. Tiba-tiba ?". Seluruh tubuh Pek Thian Kie berkerut dan menyusut
diikuti gemetar sangat keras.
"Aduuuuh ?" celaka !" teriakanya terperanjat.
Kiranya setiap hari setelah mendekati waktu ini, maka
penyakit sakit hatinya akan kumat kembali, dan kini
sewaktu menghadapi musuh tangguh ternyata penyakit
tersebut kembali sudah kambuh.
Diiringi suara jeritan ngeri yang menyayatkan hati,
tubuhnya oboh keatas tanah.
Pemuda itu roboh bukan disebabkan terkena pukulan,
melainkan karena penyakitnya kambuh, saking sakitnya
seluruh tubuh berkerut kencang dan seperti ditusuk-tusuk
dengan beribu-ribu batang anak panah, sehingga akhirnya
saking tak tahannya, ia roboh keatas tanah.
Melihat musuhnya roboh sang pemuda penggembol
pedang tersebut dangan cepat menyambar ujung baju Pek
Thian Kie dan diangkatnya keatas.
"Heeeee?"".heeeee?"?"heeeee?" dengan
mengandalkan kepandaian secetek itu, kau masih ingin
menguntit diriku ?" Hmm ! Sungguh tidak tahu diri,"
ejekan sambil tetawa dingin.
"Sungguh suatu lelucon " Pemuda penggembol pedang
tersebut masih mengira Pek Thian Kie roboh disebabkan
terkena angina pukulannya.
Waktu itu, saking sakitnya hampir-hampir saja Pek
Thian KIe roboh tak sadarkan diri, merasakan dirinya
diangkat, ia tak dapat berkutik bahkan untuk berbicarapun
tak sanggup. "Siapa kau ?" kembali pemuda itu membentak keras.
Tapi ".. dapatkah Pek Thian Kie buka suara pada
waktu itu " Tiba-tiba ?".. "Kawan, lepaskan orang itu !" dari balik hutan bergema
suara bentakan seseorang yang sangat dingin.
Terlihatlah Tong Liem dengan sebat sudah meluncur
masuk ketengah kalangan. "Siapakah kau ?" tegur pemuda itu sembari tertawa
dingin. "Soal ini kau tak perlu tahu."
"Orang ini apakah kawanmu ?"
"Tidak salah." "Apa maksudnya dia menguntit diriku ?"
"Benarkah dia sedang menguntit dirimu, soal ini aku
merasa kurang jelas, pokoknya aku perintahkan sekarang
juga kau lepaskan orang itu !"
"Jika aku merasa keberatan ?" Tong Liem tertawa dingin
semakin seram "Jika aku kepengin membinasakan dirimu, gampang
seperti membalikkan telapak tangan sendiri, kau tidaka
percaya ?" "Sungguh besar bacot anjingmu. Aku lihat kau hendak
gunakan cara apa untuk membinasakan diriku."
"Jadi kau sungguh tiada maksud untuk melepaskan
dirinya ?" bentak Tong Liem dengan air muka berubah
hebat. "Betul ?" betul ?" aku tidak akan lepaskan orang
ini, akan ku lihat kau punya kepandaian seberapa lihay."
"Bangsat, kau cari mati ?"."
Ditengah suara bentakan yang sangat keras, tubuh Tong
Liem sudah meluncur maju kedepan.
Ditengah berkelebatnya cahaya tajam yang menyilaukan
mata, ia sudah melancarkan satu cengkeraman kearah
punggung pemuda tersebut.
Serangan cengkeraman ini boleh dikata cepat laksana


Misteri Rumah Berdarah Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sambaran kilat ditengah udara.
Tergopoh-gopoh pemuda tersebut berkelit kesamping,
lalu menangkis dengan tangan kanannya, setelah itu
menggunakan kesempatan yang sangat baik itu mundur
kearah belakang. Sungguh patut disayangkan, gerakan pemuda tersebut
rada terlambat satu tindak, tahu-tahu telapak kiri pihak
lawan sudah menyambar kembali dihadapan wajahnya.
"Aduuuuuuuuuh ?". Cialat ?". !" tak kusangka lagi
pemuda itu menjerit tertahan, terburu-buru berkelit
kesebelah kiri. Tetapi, tangan kanan dari Tong Liem sudah menyambar
lewat dan tepat menghajar diatas badannya.
Suara dengusan berat bergema memenuhi angkasa,
tubuh pemuda yang menggembol pedang itu sudah kena
tertotok sehingga berdiri kaku ditengah kalangn, sedangkan
tubuh Pek Thian Kie yang berada ditangannpun terjatuh
kembali keatas tanah. Hanya didalam tiga jurus serangan ternyata Tong Liem
berhasil menotok roboh sang pemuda menggembol pedang
itu, kelihayan dari ilmu keoandaiannya benar-benar
mengejutkan sekali. "Saudara!" terdengar Tong Liem menegur sambil
tertawa dingin. "Jika aku kepingin mencabut nyawamu ,
bukankah sangat gampang seperti membalik telapak tangan
sendiri ?" Nyali pemuda tersebut benar-benar sudah dibuat pecah
oleh kelihayan ilmu silat pihak lawan. Selama hidup
rasanya belum pernah dia melihat seseorang memiliki
kepandaian silat yang sedemikian lihaynya. Kejadian ini
boleh dikata merupakan peristiwa yang belum pernah
terbayangkan selama ini. Kembali Tong Liem tertawa manis.
"Mengingat antara kau dengan diriku tiada ikatan sakit
hati apa-apa, maka aku tidak ingin menyusahkan dir lebih
jauh." Tangan kanannya dengan cepat digerakkannya menepuk
bebeas jalan darah sang pemuda tersebut.
"Sekarang kau boleh berlalu !" bentaknya.
Pemuda itu tetap berdiri tertegun ditengah kalangan,
hampir-hampir ia tidak mempercayaai apa yang sedang
dilihatnya saat ini. Kepandaian ilmu silat yang dimilki pemuda berbju hijau
ini benar-benar luar biasa tingginya, sehingga susah dijajaki.
"Hmmmmm ! saudaratidak ingin berlalu dari sini,
mungkin ingin cari mati?" bentak Tong Liem kembali.
Bagaikan baru saja terbangun dari impian buruk,
pemuda itu tertawa pahit, akhirnya putar badan dan berlalu
dari sana dengan langkah terburu-buru.
Pada waktu itu Pek Thian Kie masih berguling-guling
diatas tanah, karena kesakitan, air mukanya pucat pasi
bagaikan mayat, keringat dingin sebesar kacang kedelai
keluar tiada hentinya membasahai hampir seluruh tubuh.
"Pek-heng kenapa kau ?" tegur Tong Liem dengan hati
sangat kuatir. "Aku ?" aku ".. sakit hati."
"Sakit hati ?" "Benar ! ".."
Sembari berbicara, Pek Thian Kie tetap mencekali
lambungnyanya kencang-kencang.
Tong Liem tidak mengerti apa yang sedang
dimaksudkan, akhirnya dengan ali yang dikerutkan rapatrapat
ia berjongkok dan menggendong tubuh Pek Thian Kie
kedalam pelukannya. Seluruh tubuh Pek Thian Kie gemetar sangat keras,
tubuhnya tanpa bisa dicegah lagi lantas jatuh kedalam
pelukan Tong Liem. "Kau sudah rada baikan ?" Tanya Tong Liem rada
melengak. "Baik ?" ! sedikit baikan "..terima kasih heng-thay".
Terima kasih heng-thay suka menolong diriku"."
"Aaaaaakh ?" Cuma soal kecil ini, kenapa kau harus
ucapkan terima kasih kepadaku ?"
Mendadak Pek Thian Kie merasakan bahwa
punggungnya yang menempel pada pangkuan Tong Liem
seperti sudah terganjal oleh sebuah benda empuk yang
sangat aneh dan misterius sekali bentuknya, disamping itu
tercium pula sejenis bau wangi yang merangsang melayang
masuk kedalam hidungnya "..
Pada mulanya Pek Thian Kie rada melengak, tapi
sebentar kemudian satu ingatan sudah berkelebat didalam
benaknya".. "Aaaaaaakh ?" dia adalah seorang gadis yang sedang
menyaru sebagai lelaki ?""
Tak tertahan lagi badannya segera meronta bangun,
kemudian dengan nada gemetar tanyanya :
"Kau ".." "Aku ".. kenapa aku " ?". " melihat kawannya kaget,
Tong Liem jadi melengak dinuatnya.
"Kiranya kau adalah ".."
"Kenapa aku " Aku adalah apa ?" Tong Liem semakin
kebingungan lagi. "Kau adalah seorang gadis !"
Mendengar perkataan tersebut air muka Tong Liem
kontan saja berubah jadi merah padam, bagaikan buah
Tauw yang sudah masak. "Benar ?" benar ".. aku ?" aku adalah seorang
gadis ?" akhirnya ia menyahut malu-malu.
Untuk beberapa waktu lamanya Pek Thian Kie berdiri
temangu-mangu disana, matanya memandang wajah
pemuda berbaju hijau atau tepatnya gadis tersebut dengan
pandangan mendelong. Peristiwa ini benar-benar
merupakan suatu kejadian yang sama sekali tak terduga
olehnya. "Kau tak menyangka bukan ?" tegur Tong Liem sambil
tertawa. "Benar ! Aku tidak menyangka kalau kau adalah seorang
gadis !" "kalau kau orang sudah tahu, tak apalah, anggap saja
kau adalah manusia yang paling beruntung. Cuma ".. kau
jangan beritahukan kepada orang lain loo ".!
"Aku ?" aku tak akan memberitahukan soal ini kepada
orang lain, karena kau ".. kau sudah menolong aku lolos
dari mara bahaya !" Kembali Tong Liem tertawa.
"Sebenarnya aku ada maksud untuk mengikuti terus, tapi
sekarang kau sudah tahu kalau aku adalah seorang gadis
rasanya jika kita harus melakukan perjalanan bersama-sama
rada kurang leluasa, maka dari itu, aku terpaksa harus pergi
satu tindak terlebih dahulu."
Berbicara sampai disitu ia lantas berkelebat dan berlalu
dari sana. "Nona ?" tunggu sebentar !" mendadak Pek Thian Kie
berteriak keras. "Kau masih ingin mennayakan urusan apa lagi ?"
"Aku ?" bolehkah aku mengetahui namamu yang
sebenarnya ?" "Aku " Ooooouw ". Aku bernama Tong Ling !"
"Nona Tong! ".. "
Bibir Pek Thian Kie sudah digerakkan tetapi sebentar
kemudian ia sudah batalkan maksudnya untuk berbicara,
agaknya apa yang ingin ia ucapkan keluar serasa kurang
sesuai untuk didengarkan gadis tersebut, kendati begitu air
mukanya menunjukkan suatu sikap yang amat aneh sekali.
"Eeeeeei ".. sebetulnya kau ada urusan apa "
Katakanlah secara terbuka ". Seru Tong Ling kembali
sambil tertawa pahit. "Aku ?" aku ?" aakh ".. aku tidak apa-apa !"
"kau membutuhkan kawan lain jenis ?"
"Kemungkinan sekali ?"
Perlahan-lahan diatas wajah Tong Ling terlintas suatu
perasaan amat sedih dan murung.
"Aku memahami kesunyianmu, dan hal ini sama pula
dengan kesunyian yang aku rasakan, orang-orang muda
kebanyakan memang tak bakal terhindar dari soal cinta,
Cuma saja ?"?" Ia menghela napas panjang dan menahan kembali katakata
selanjutnya yang tidak sempat diucapkan "..
Akhirnya dengan membawa wajah murung, ia berlalu dari
sana. Melihat gadis itu berlalu, Pek Thian Kie lama sekali
berdiri melongo. Secara tiba-tiba ia merasakan hatinya sangat kecewa,
pikirannya bagaikan kosong ?" mungkin perkataan dari
Tong Ling sedikitpun tidak salah ". I membutuhkan
seorang kawan lawan jenis.
Dan kebutuhan tersebut bukan lain adalah ?". Cinta.
Tetapi jika ditinjau dari keadaan yang dihadapinya saat
ini, ia tak mungkin untuk membicarkan persoalan ini.
Masih banyak pekerjaan yang harus ia selesaikan, apalagi
raut muka serta bentuk badannya bukan suatu perawakan
yang menarik bagi kaum gadis.
Akhirnya ia tertawa pahit, pikirnya dalam hati :
"Aku harus pergi ke Istana Arak atau Istana Perempuan,
aku harus memperoleh sebotol arak "Giok Hoa Lok" serta
seorang gadis cantik setelah itu pergi menyewa rumah
tersebut ?" aku tak akan membiarkan siapapun untuk
mendahului diriku "..!"
Setelah mengambil keputusan, iapun mulai
menggerakkan badan berlalu dari sana ?" pikirannya
sangat bingung ?" bingung bagaikan menghadapi asalusulnya
sendiri ?"" Istana Arak letaknya disebelah selatan gunung Coa san,
dari gunung Liong-san menuju gunung Coa-san kurang
lebih ada seratus lie jauhnya.
Bagi setiap orang yang mengerti minum arak, rasanya
tak bakal ada yang kenal nama dari Istana Arak tersebut.
Di dalam Istana Arak terdapat arak wangi serta arakarak
terkenal, asalkan setiap orang punya kepandaian lihay,
maka tanpa merogoh saku lagi, tentu bisa minum arak
sampai mabok ".. Seperti halnya pula dengan Istana Harta, asalkan kau
memiliki kepandaian silat tinggi, maka setiap saat bisa
datang kesana untuk minta uang.
Secara bagaimakah Istana Arak, Istana Perempuan serta
Istana Harta itu didirikan " Mengapa ada orang yang
melakukan perbuatan yang demikian anehnya, tak seorang
jago kangouw yang tahu. Hari itu ?". Seorang pemuda kurus kering yanag sangat lemah
muncul didepan Istana Arak dengan langkah yang amata
lambat. Seorang kakek tua berbaju hijau menjaga didepan pintu
dengan sinar mata tajam, lantas memperhatikan pemuda
kurus tersebut, beberapa saat kemudian ia maju kedepan
menjura. "Apakah saudarapun ada maksud untuk mengunjungi
istana kami ?" tegurnya lambat.
"Benar!" "Tolong Tanya siapakah nama majikan saudara ?"
"Cayhe Pek Thian Kie."
"Apa " Pek Thian Kie ?" teriak si kakek berbaju hijau itu
hampir-hampir mencelat ketengah udara saking kagetnya
terhuyung-huyung ia mundur dua, tiga langkah kebelakang.
Melihat sikap sang kakek tua yang amat aneh, Pek Thian
Kie jadi melengak. "Kau kenapa " Apakah ada sesuatu yang tidak beres ?"
"Oooouw ?" tidak mengapa ?"". Tidak mengapa
?"".. mari ?"". Mari ?"" silakan masuk !"
Dengan angkuh Pek Thian Kie melanjutkan kembali
langkahnya masuk kedalam.
Tampaknya ruangan Istana Arak sangat luas, didalam
sebuah ruangan tampak tiga puluh meja tersebar dimanamana,
saat ini kurang lebih ada dua puluh orang sedang
minum arak. Ketika Pek Thian Kie hendak berjalan masuk melalui
pintu besar, seorang dara berbaju hijau menyambut
kedatangannya. "Selamat datang kedalam istana kami, silakan duduk,
silakan duduk ! ".. serunya berulang kali.
Agaknya dara berbaju hijau tersebut adalah gadis
pelayan khusus melayani para tetamu yang mengunjungi
Istana mereka. Dengan mengikuti dari belakang dara tersebut,
sampailah Pek Thian Kie didepan sebuah meja, ia lantas
duduk. "Tentunya saudara baru pertama kali ini mengunjungi
istana kami bukan " ".. tegur dara berbaju hijau itu
memecahkan kesunyian. "Benar !" "Untuk minum arak disini kami mempunyai beberapa
peraturan." "Peraturan " Apa Peraturannnya ?"
"Untuk minum arak, kami bagi menjadi tiga kelompok !"
"Ehmmmm ".. apa saja ketiga kelompok itu ?"
"Atas, tengah dan bawah ".. Arak yang termasuk paling
atas dipersembahkan kawan-kawan Bu-lim seperti
Ciangbujin, ketua perkumpulan dan lain-lainnya. Arak yang
termasuk kelompok tengah diberikan untuk para jago-jago
kelas wahid. Sedangkan arak kelompok bawah adalah arakarak
yang diminum kawan-kawan Bu-lim tingkat biasa.
Entah sakarang kau minum arak macam apa ?"
"Didalam Arak kelompok atas dibagi pula beberapa
macam arak ?" Tanya Pek Thian Kie lagi setelah berpikir
sejenak. "Arak "Hoa Lok", Arak "Lok Siang" serta Arak "Sim
Mie" tiga macam."
Mendengar hanya macam itu saja, Pek Thian Kie jadi
melengak. "Lalu macam apa saja dalam kelompok Arah Menengah


Misteri Rumah Berdarah Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

?" "Arak "Tan Siang" Arak "Giok Peng" serta Arak "Sam
Jie Cui" Tiga macam."
Sekali lagi Pek Thian Kie dibuat melengak, didalam dua
kelompok arak tersebut ternyata sama sekali tidak terdapat
kata-kata arak "Giok Hoa Lok" Apakah arak tersebut
termasuk dalam arak kelompok terendah "
"Bagaimana pula dengan arak kelompok terbaeah ?"
akhirnya ia bertanya juga.
"Arak "Cun Siang" Arak "Shia Liang" Arak "Ciu
Suang" serta arak "Tong Luan" empat macam. !!
Untuk sesaat lamanya Pek Thian Kie dibuat duduk
mematung dengan mulut melongo-longo. Arak "Giok Hoa
Lok" merupakan arak yang termahal dikolong langit pada
saat ini, dan katanya arak tersebut hanya terdapat didalam
Istana Arak saja " Kini, ternyata gadis berbaju hijau tersebut sama sekali
tidak mengungkap soal arak macam itu.
Lalu apa maksudnya " dan dimanakah letak "Ceng-li
dari persoalan ini "......
Tak terasa lagi kembali ia bertanya :
"Sudah tidak ada golongan arak lain lagi ?"
Dara berbaju hijau itu meleng.
"Sungguh tidak ada !"
"Aaaaakh ".. ! Tidak mungkin ".. masih ada yang lain
kan ?" "Mau pecaya atau tidak terserah padamu. Sekarang kau
ingin minum arak dari tingkatan yang mana ?"
"Arak kelompok teratas !"
"Aku piker belum tentu kau orang bisa ?" " jengek
sang gadis dinginnya "Kenapa Tidak bisa ?"
"Arak kelompok terats hanya diperuntukan para jagojago
lihay yang sudah punya nama besar dalam dunia
persilatan ".."
"jadi kau anggap aku bukan seorang jagoan lihay yang
sudah punya nama besar dalam Bu-Lim ?" teriak Pek Thian
KIe dengan air muka berubah hebat.
"Tidak berani ?". Tidak berani ?".! Kalau begitu
biarlah aku laporkan dulu persoalan ini kepada Ciang-kwee
!" Sembari berkata dengan langkah yang lemah lembut, ia
berjalan menuju kemeja sang Ciang-kwee dan membisikkan
sesuatu kepada seorang wanita cantik setengah tua.
Pek Thian Kie menarik kembali sinar matanya dan
dialihkan kearah luar pintu Istana "..
Mendadak ?" Ia menemukan seorang dara berbaju hijau dengan
memimpin seseorang berjalan massuk kedalam Istana, dua
orang itu bukan lain adalah sang pemuda yang menggembol
pedang itu. Pek Thian Kie merasakan hatinya berdebar keras, burburu
ia melengos kesamping. Jilid 5 Bab 13 Murid jagoan Pedang Penakluk Naga
SANG pemuda yang menggembol pedang ini pernah
munculkan dirinya didalam Istana Harta. Seratus persen
kedatangannya kedalam Istana Arak pasti disebabkan arak
"Giok Hoa Lok" tersebut.
Kini sudah jelaslah terbukti kalau pemuda menggembol
pedang itu ada maksud untuk menyewa rumah aneh
tersebut, hanya saja ia belum berhasil mengetahui asal-usul
serta keadan yang sebenarnya dari pihak lawan, serta
mengapakah ia melakukan tindak tanduk yang demikian
rahasianya ?" Sewaktu Pek Thian Kie sedang berpikir keras didalam
hatinya, dara berbaju hijau itu sudah bertanya kepada sang
pemuda menggembol pedang :
"Saudara ingin minum arak yang macam apa ?"
"Aku dengar didalam istana kalian terdapat semacam
arak terkenal yang luar biasa wanginya ?"
"Bukan kami mengibul, arak yang terdapat dalam Istana
kami kendati dari tingkatan terendah pun jauh lebih keras
dari arak tingkatan teratas yang ada dijual dalam kota," ujar
dara berbaju hijau itu sambil tertawa.
"Soal ini aku sih tahu, apakah ada arak yang bernama
Giok Hoa Lok ".?"
"Arak Giok Hoa Lok?"
Dara berbaju hijau itu tak dapat menahan rasa kejut
dalam hatinya sehingga ia berseru tertahan.
Pek Thian Kie sendiripun terperanjat, Aaaaakh ".!
Sedikitpun tidak salah, kedatangan pemuda menggembol
pedang ini tidak lain dikarenakan arak "Giok Hoa Lok".
"Tidak salah ! Arak Giok Hoa Lok." Terdengar sang
pemuda menggembol pedang itu sedang menyahut.
"Tapi arak golongan ini tidak diperuntukkan buat orangorang
bu-lim !" "Aku tahu dan aku ingin arak macam itu !"
Dara berbaju hijau tersebut lantas tersenyum.
"Ada dua macam orang saja yang bisa minum araj ini,"
katanya "Siapa saja! Coba nona terangkan!"
"Orang perempuan dan anak-anak!"
"Kalau begitu aku tak bisa minum arak itu?"
"Benar, bahkan walaupun arak ini hanya diperuntukan
buat kaum gadis dan anak-anak, ada syarat-syaratnya pula.
Pertama dengan tenaga Iweekang yang paling tinggi,
tumpahkan dulu arak dalam cawan keatas meja, setelah itu
menghisap kembali, sehingga masuk kedalam botol."
Lama sekali pemuda menggembol pedang itu berdiam
diri tidak berkata, sesaat kemudian dengan suara yang
rendah bisiknya : "Sedikit benda ini aku berikan buat nona untuk beli
bedak dan gincu, harap kau sudah sedikit memahami
kesulitanku !" Pek Thian kie miringkan matanya melirik, tampaklah
benda yang diberikan pemuda menggembol pedang tersebut
kepada dara berbaju hijau itu bukan emas, melainkan
sebutir permata warna hijau yang memancarkan cahaya
tajam. Setelah diberi sebutir permata sedemikian indahnya,
sikap dari dara berbaju hijaupun berubah, terdengar ia
tertawa merdu. "Kalau begitu, akan kucarikan akal buat dirimu,"
sahutnya. Habis berkata dengan langkah yang lemah gemulai, ia
berlalu dari sana. Pek Thian Kie kerutkan alisnya, dalam hati ia berpikir
keras untuk mencari sebuah akal yang bagus ?"?"
Waktu itulah, dara berbaju hijau itu sudah kembali lagi,
kepada sang pemuda uajarnya :
"Bilamana saudara ingin minum arak kelompok teratas
tidak sukar, asalkan kau suka perlihatkan sedikit
kepandaian agar aku bisa menilai apakah kau berhak untuk
minum arak kelompok teratas ini atau tidak."
"Ooooou ".. soal itu tidak sulit !"
Sembari berkata Pek Thian Kie mengerakan tangan
kanannya menggapai kedepan, cawan arak yang berada di
tangan seorang lelaki bercambang dihadapannya tahu-tahu
sudah melayang kearah pemuda tersebut.
Melihat cawan arak yang berada ditangannya mendadak
melayang sendiri ketengah udara, lelaki bercambang itu jadi
terperanjat sekali, sepasang matanya terbelalak besar
bagaikan genta. Ketika cawan arak itu melayang tiga depa dihadapan Pek
Thian Kie, kembali pemuda tersebut menggerakkan tangan
kanannya kebelakang, cawan arak yang semula sudah
melayang jauh kemuka saat ini melayang kembali keatas
tangan lelaki bercambang tersebut !
Demontrasi ini kecuali si dara berbaju hijau serta wanita
setengah baya yang bertindak sebagai Ciang-kwee, orang
lain tak ada yang melihat dengan jelas apa yang telah
terjadi. Melihat kedasyatan dari pemuda tersebut, dara berbaju
hijau itu jadi terperanjat alang-kepalang.
"Heeeee?"".heeeee?"?"heeeee?" berdasarkan
kepandaianku ini entah dapatkah minum arak kelompok
teratas ?" seru Pek Thian Kie dingin.
"Boleh, boleh, akan kuambilkan sebotol arak !"
Terburu-buru ia berlalu dari sana.
Waktu itu sang dara berbaju hijau yang melayani
pemuda menggembol pedang itupun sudah berjalan balik,
ditangannya mencekal sebuah baki kayu yang berisikan
sebotol arak serta sebuah cawan.
Dan pada sat yang bersamaan. Dara berbaju hijau yang
melayani Pek Thian Kie pun sudah membawa arak datang
mendekat. "Arak ini adalah "Hoa Siang Ciu" coba saudara rasakan
dulu," kata dara berbaju hijau itu.
Habis berkata, ia lantas berlalu.
"Kurang ajar ".. maknya ".. ini hari aku sudah
bertemu dengan setan ?"?"" Gumam si lelaki
bercambang dihadapannya secara mendadak.
Walaupun ia bergumam sendir, tapi sampai detik ini
masih belum juga ia ketahui peristiwa apa yang sudah
terjadi. "Saudara ! Inilah arak Giok Hoa Lok ".." Dara berbaju
hijau yang berada dibelakang tubuhnya bekata
"Terima kasih ?"". Terima kasih ?""."
Sesaat dara berbaju hijau itu selesai berbicara, lalu Pek
Thian Kie mengambil cawan yang ada di meja dan
disambitkan kearah lelaki bercambang tersebut.
Sang lelaki bercambang yang baru saja angkat cawan
hendak minum, mendadak terasa angina dingin menyambar
lewat disusul dengan pecahnya cawan tersebut jadi
berkeping-keping, hatinya jadi sangat terperanjat.
Tidak ampun lagi seluruh wajah serta tubuhnya basay
kuyup oleh arak yang muncrat keempat penjuru itu.
Dengan penuh kegusaran matanya segera menyapu
kesekeliling, dengan suara yang keras dan kata-kata yang
kasar, makinya kalang kabut.
"Maknya ?". Bajingan dari mana yang berani
bergurau dengan aku si orang tua " Kurang ajar ?"
kurang ajar ?". Telur busuk maknya ?"?"."
Suara makian tersebut keras, sehingga menggetarkan
seluruh atap, perhatian semua orang yang hadir dalam
ruangan itupun tak terasa pada terpikat semua kearahnya.
Berpuluh-puluh pasang sinar mata dengan memancarkan
perasan keheranan pada melototi lelaki bercambang
tersebut. "Hey bajingan, siapa yang berani main-main dengan
diriku, maknya ! Ayo cepat berdiri ?"..!"
Belum habis ia berkata, guci arak yang berada didepan
wajahnya mendadak mencelat ketengah udara dan langsung
menyambar masuk kedalam mulutnya.
"Pluuuuuuuk ?"". !" Tidak ampun lagi, seluruh
mulutnya sudah penuh tersumbat oleh guci arak tersebut,
sehingga ia tak bisa bicara lagi. Akhirnya setelah bersusah
payah sebentar, tercabut juga guci itu dari dalam mulutnya.
Tetapi, dengan kejadian ini, diapun tidak berani memaki
lagi. Seluruh orang yng hadir dalam ruangan itu setelah
melihat kejadian ini ikut merasa terperanjat, air muka
mereka pada berubah hebat.
Diantara mereka semua hanya Pek Thian Kie seorang
yang tetap duduk tenang, waktu ia sedang angkat cawan
hendak meneguk ?" mendadak terdengar pemuda yang
menggembol pedang itu berteriak kaget.
"Aaaaakh ?"?"" aaaa ?"". Arak ?"".. arakku
?" Sedikitpun tidak salah ! Arak berharga "Giok Hoa Lok"
yang ada diatas baki pada sat itu sudah lenyap tak berbekas
hanya tinggal sebuah cawan saja.
Yang jelas sebotol arak "Giok Hoa Lok" pada saat ini
sudah berada didalam saku Pek Thian Kie.
Kiranya dengan menggunakan kesempatan sewaktu
seluruh jago yang ada dalam ruangan tersebut mengalihkan
perhatian kearah sang leleki bercambang yang sedang
berteriak-teriak keras itu, Pek Thian Kie dengan diam-diam
menggunakan Ilmu Menghisap "Lie Gong Si Wu" telah
menyedot Arak "Giok Hoa Lok" dari pemuda yang
menggembol pedang itu dan disembunyikan kedalam
sakunya. Gerakannya ini bukan saja terlalu depat, bahkan tepat
dan hebat. "Aaaaakh ?"". Dimana arakku ?" kembali pemuda
menggembol pedang itu berteriak kaget.
Pek Thian Kie tertawa tawa ! Tapi ia tetap tidak ambil
pkomentar. Karena teriakan yang penuh diliputi perasaan cemas,
kembali sinar mata seluruh jago dialihkan ketas wajah
pemuda yang menggembol pedang itu.
Sinar mata Cong-koan dari Istana Arak ?".. nenek
setengah baya itu beserta sinar mata dari dara berbaju hijau
itu dengan perasaan tegang, lantas dialihkan kearah cawan
arak ditangan Pek Thian Kie.
Pada waktu itu Pek Thian Kie sedang angkat cawannya
siap menengak habis isi araknya.
Sekonyong-konyong ?"".
Serentetan cahaya putih laksana sambaran petir
menymbar kearah pangkuannya, dengan diiringi sambaran
angina tajam, sebuah benda sudah terjatuh kedalam cawan
ditangannya. Dan benda tersebut bukan lain adalah segumpal kertas !
Pek Thian Kie benar=benar dibuat tertegun juga oleh
kejadian ini. Jika ditinjau dari kecepatan gerak dari orang tersebut,
jelas sekali kalau ia memiliki kepandaian silat yang luar
biasa dasyatnya, hanya saja sang pemuda tersebut tidak
mengerti siapakah diantar orang-orang tersebut tidak


Misteri Rumah Berdarah Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengerti siapakah orang-orang yang hadir isana yang
memilki kepandaian setinggi itu.
Air muka Pek Thian Kie mendadak berubah hebat, sinar
matanya berapi-api dan mulutnya tergigit kencang.
Terlihatlah diatas kertas tersebut vertuliskan kata-kata :
"Arak pemabok, jangan diminum. Aku nasehati dirimu
lebih baik jangan mengganggu rumah sewaan tersebut.
Kalau tidak ?"".. Hmmmm ! sampai waktunya kau
salahkan aku orang akan mengambil tindakan telengas
?"".." Selesai membaca surat tersebut, kembali Pek Thian Kie
merasakan hatinya bergidik, karena manusia yang paling
menakutkan pada saat ini, Kiang To telah memperingatkan
dirinya untuk kedua kalinya.
Tapi sebentar kemudian pemuda tersebut tersenyum
kembali, karena semakin pihak lawan melarang ia berbuat
demikian, semakin sengaja ia akan ikut campur dan
menyewa rumah misterius tersebut. Karena dengan
wataknya yang keras kepala, ia tidak ingin tunduk dibawah
perkataan oran lain. Pek Thian Kie melirik sekejap keatas cawan arak
ditangannya kemudian tertawa dingin tidak hentinya.
"Arakmu hilang ?"
"Benar ?" ! Sudah Hilang ?""
"Aaaaaakh ?" ! Tidak mungkin ?"
"Suuuuu ?". Suuuuuuung ?"".. sungguh !"
Saking cemasnya pemuda menggembol pedang itu jadi
kalang kabut sendiri sehingga seperti semut diatas kuali
panas, keringat sebesar kacaang kedelei mengucur keluar
tiada hentinya, sedang sinar matanya perlahan-lahan
berhenti diatas wajah Pek Thian Kie kurang lebih lima depa
dihadapannya. Dan ketika itu Pek Thian Kie sedang memikirkan perlan
lain yang memberatkan pikirannya.
Pemuda penggembol pedang yang melihat keadaan Pek
Thian Kie sangat mencurigakan, mendadak ia bangun
berdiri dan langsung mendekati diri Pek Thian Kie.
"Maaf kawan, cayhe sedikit mengganggu," tegurnya
setibanya disisi Pek Thian Kie.
Perlahan-lahan Pek Thian Kie menoleh dan memandang
pemuda tersebut sambil tersenyum.
Begitu melihat siapakah orang yang berada disana,
kontan muka pemuda menggembol pedang itu berubah
hebat, tanpa terasa ia sduah mundur satu langkah
kebelakang. "Aaaaaakh ". ! Kiranya kau ?" teriaknya tak tertahan.
"Sedikitpun tidak salah, memang betul cayhe !" Pek
Thian kie tersenyum dan mengangguk.
"Heeeee?"".heeeee?"?"heeeee?" tidak
kusangka kita bakal berjumpa lagi disini !"
Maksud dari perkataannya ini, mengapa kau selalu
menguntit diriku, hingga samapi disini.
"Tidak salah !" Pek Thian Kie tertawa "Akupun sudah
sampai disini ! Haaaa ?".. haaaaaa ?"". Haaaaa
?"?"" Dengan pandangan yang tajam, pemuda tersebut
menyapu sekejap pada wajah Pek Thian Kie, mendadak ia
melihat kalau disaku pemuda tersebut tersendul keluar
sebuah benda yang kelihatan sangat jelas mirip sebuah guci
arak. Hatinya jadi teramat gusar.
Saudara ! Manusia budiman tak akan melakukan
pekerjaan gelap. Cepat kembalikan guci arakku!" Teriak
pemuda menggembol pedang itu dingin.
"Arak " Arak Apa ?" seru Pek Thian Kie pura-pura
melengak. "Hmm ! Kau jangan berlagak pilon lagi, cepat keluarkan
guci arakku yang kau sembunyikan dalam saku."
"Arak apa toh yang sudah hilang ?"
"Arak Giok Hoa Lok !"
"Apa " Giok Hoa Lok "
"Tidaka salah ! Ayoh. Cepat bawa kemari. Hmmmm !
Kalau tidak, jangan salahkan aku bila bertindak tidak
sungkan lagi." "Tidak benar ?"" tidak benar ?" tidak mungkin
benar "." Gumam Pek Thian Kie menggeleng.
"Apanya yang tidak benar, bangsat ! Cepat serahkan arak
tersebut kepadaku." "Didalam Istana Arak ini tidak ada arak semacam ini !
dari mana aku bisa mengambil arak Giok Hoa Lok mu itu
?" "Bangsat !" Kau tidak usah banyak bacot lagi, ayo cepat
serahkan guci ark tersebut. Hmmmm ! Kalau tidak, aku
akan segera turun tangan !"
Diatas wajahnyapun terlintaslah suatu hawa nafsu
membunuh yang mendesak wajah Pek Thian Kie dalamdalam,
agaknya ia sudah ada maksud untuk turun tangan.
"Dalam Istana Arak ini betul-betul ada arak semacam ini
! Kembali Pek Thian Kie berteriak.
Baru saja Pek Thian Kie selesai berkata, pemuda tersebut
sudah membentak keras. Telapak tangannya laksana
sambaran kilat menyapu tubuh Pek Thian Kie keras-keras.
Dengan sebat Pek Thian Kie angkat tangan kanannya
pula menangkis. "Tunggu sebentar !" bentaknya keras.
"Hmmm ! Apa kau sudah berubah pikiran dan hendak
mengembalikan arak ku yang sudah kau curi ?"
"Saudara, apakah kau melihat dengan mata kepalamu
sendiri, kalau arakmu itu aku yang curi ?"
?"?"?"?".Seketika itu juga pemuda tersebut
dibikin bungkam seribu bahasa oleh perkataan Pek Thian
Kie tersebut. Pada saat itulah dara berbaju hijau tersebut tersenyum
sudah berjalan mendekat, tegurnya dengan suara yang
merdu. "Eeeeei ".. kalian berdua ada urusan apa >"
Pek Thian Kie tertawa. "Nona ! Tolong Tanya didalam Istana kalian apakah ada
semacam arak yang bernama Giok Hoa Lok ?"
Muka dara berbaju hijau itu kontan saja berubah hebat,
lama ?" lama sekali, ia baru menjawab :
"Ada ".!" "Tadi aku sudah tanyakan soal ini kepada nona itu
sambil menunjuk nona yang dibelakangnya, dan mengapa
ia bilang tidak ada ?"
"Ka ?" karena ?"?" karena arak ini haaaaa
"..hanya diperuntukan buat kaum wanita dan ?". Dan
bocah cilik !" "Oooouw ".. jadi kau sudah memberi arak "Giok Hoa
Lok" untuk saudara ini minum ?"
Walaupun tidak secara langsung, namun pertanyaan ini
bermaksud menyindir pemuda menggembol pedang itu.
Dara berbaju hijau itu rada tertegu, sebentar, tetapi
kemudian ia sudah tertawa tawar.
"Saudara suka bergurau".."
"Tidak ?" ! Cayhe tidak sedang bergurau. Aku
bersungguh-sungguh. Ada orang menuduh aku mencuri
sebotol arak "Giok Hoa Lok "nya , bukankah hal ini sangat
lucu ?" Perkataan dari Pek Yhian Kie ini diucapkan dengan
suara yang keras, sehingga hampir semua orang dapat
mendengar perkataan tersebut dengan amat jelas.
Tidak terasa lagi, kembali sinar mata semua orang
ditujukan kepada wajah Pek Thian Kie.
Sedangkan pemuda ini sendiri dengan sinar mata yang
tajam melototi dara berbaju hijau itu tanpa berkedip, ia
menantikan jawabannya. Dara berbaju hijau itu bagaikan orang bisu kena getah,
ada kesulitan sukar untuk diutarakan keluar. Lama " lama
sekali ia baru berkata : "Dia menuduh kau sudah mencuri arak Giok Hoa Loknya
?" "Benar ! maka dari itu akuingin bertanya kepadamu. Dia
bukannya seorang perempuan atau bukan pula seorang
bocah seharusnya kau tak mungkin memberi arak "Giok
Hoa Lok" kepadanya bukan ?"
Baru sajja perkatan tersebut meluncur keluar, keempat
penjuru sudah dipenuhi dengan gelak tertawa yang riuh
rendah. Air muka pemuda menggembol pedang itu berubah
merah jengah, ia benar-benar kena dipermainkan Pek Thian
Kie sehingga tanpa bisa memberikan serangan balasan.
"Sudah tentu ".. sudah tentu dia orang tiiii ".tidak
mungkin minum arak Giok Hoa Lok?"" sahut dara
berbaju hijau itu kemudian.
Agaknya pemuda menggembol pedang itu tak dapat
menahan rasa gusar dihatinya lagi, belum habis dara
berbaju hijau itu menyelesaikan kata-katanya, ia sudah
mengembor keras. "Bangsat Cilik ! Hitung-hirung kau lebih pintar, tapi
tunggu saja pada suatu hari pasti akan ku balas sakit hati
ini." Buru-buru ia putar badan dan berlalu.
Dengan kepergian pemuda menggembol pedang ini,
maka suasana didalam kalangan pun kembali berubah jadi
tenang dan hening. Dengan gemas dara berbaju hijau itu melototi sekejap
kearah Pek Thian Kie, kemudian putar badan dan berjalan
ke meja sang Ciang-kwee. Dengan tangan kanan mencekal guci arak dan tangan
kiri mencekal cawan arak mendadak Pek Thian Kie bangun
berdiri. Melihat tindakan pemuda tersebut, dengan perasaan
terperanjat dan penuh waspada, wanita setengah baya serta
dara berbaju hijau itu melototi diri Pek Thian Kie tajamtajam.
Bab 14 Kemurkaan Pek Thian Kie
SETELAH RADA merandek sejenak, pemuda itu
langsung berjalan kearah dara berbaju hijau itu.
Air muka gadis tersebut kontan saja berubah pucat pasi,
kakinya tanpa terasa sudah mundur satu langkah
kebelakang. "Nona ! Siapakah namamu ?" tegur Pek Thian Kie
sembari berhenti kurang lebih satudepa dihadapannya.
"Aku bernama A Ing." Sahut dara berbaju hijau itu rada
melengak. "Ooooouw ?"" ! Nona A Ing, berapa usiamu tahun
ini ?" "Aku ?" delapan belas ?".. apa maksudmu bertanya
soal ini ?" Diatas wajah Pek Thian Kie terlintaslah satu senyuman
yang misterius, sedang cawan araknya diangkat keatas,
kemudian tertawa. "Nona ! Sudah berapa lama kau berada didalam Istana
Arak ini ?" "Lima Tahun !" "Oooooouw ?"" sudah lima tahun berada disini,
Waaaaah ".. kalau begitu nona sudah tentu sangat ahli
didalam soal arak. Nona A Ing yang baik ! Mari, aku
hormati satu cawan arak uat dirimu."
"Aku ".!" Kontan A Ing mundur dua langkah kebelakang, air
mukanya kelihatan sangat ketakutan sehingga berubah jadi
pucat pasi bagaikan mayat.
"Benar, kau kenapa ?" seru Pek Thian Kie tersenyum.
"Aku ?". Aku tidak terbiasa minum arak !"
"Tidak terbiasa minum arak ?"
"Aaaaakh ?".! Masa " Tidak mungkin !"
"Sungguh ?". Aku ?".. aku tidak terbiasa minum
?" "Tidak mengapa ?"tidak mengapa, Cuma minum
secaan arak, tak bakal bisa mabok."
"Tidak ?"" tidak ?"".. tidak ?"".."
Dengan penuh ketakutan, A Ing mundur terus
kebelakang, ia tetap berusaha untuk menghindarkan diri
dari desakan pemuda tersebut.
"Heeeee?"".heeeee?"?"heeeee?" nona A Ing,
aku lihat lebih baik kau minum saja samapai habis," dengus
sang pemuda ketus. "Tidak ! Aku tida terbiasa minum arak ".. "
Bagaikan sambaran kilat, Pek Thian Kie meloncat maju
kedepan, bentaknya dingin :
"Ayo, cepat minum ! Jika kau tidak mau minum sendiri,
maka aku terpaksa akan menggunakan caraku untuk pekasa
kau menghabiskan arak ini."
Selintas hawa nafsu membunuh berkelebat diatas wajah
Pek Thian Kie, hal ini membuat A Ing nyiut nyalinya.
Jikalau ia tidak mau menghabiskan arak tersebut, maka
urusan dengan gampang akan terbentang dihadapannya dan
kemungkinan besar, Pek Thian Kie segera akan turun
tangan membinasakan dirinya.
Akhirnya ia terima juga cawan arak itu, seluruh
tubuhnya gemetar amat keras sedang air mukapun berubah
jadi pucat pasi bagaikan mayat. Nyalinya benar-benar
sudah dipukul pecah. "Haaaaaa ?"?"". Haaaaaaaaaaa ?"?"".
Haaaaaaaaaaa ?"" bagus, bagus sekali. Ayoh, cepat
habiskan." Seru Pek Thian Kie sambil tertawa seram.
Ditengah suara tertawa yang tidak sedap didengar,
secara samara-samar terlintaslah nafsu untuk membunuh.
Sambil menggertak gigi kencang-kencang, akhirnya A
Ing meneguk habis isi dari cawan tersebut.
Dari tangannya Pk Thian Kie terima kembali cawan
tersebut, lalu tertawa dingin tidak hentinya.
"Terima kasih atas kerelaaan nona untuk kasih muka
kepadaku," serunya mengejek.
Baru saja perkataan Pek Thian Kie selesai diucapkan,
tampaklah tubuh A Ing sempoyongan keras, lalu roboh
ketas tanah dengan menimbulkan suara yang amat keras.
Melihat kejadian itu, seluruh jago yang hadir di ruangan
tersebut jadi gempar, suasana berubah sangat ramai.
Hawa nafsu membunuh yang melintasi diatas wajah Pek


Misteri Rumah Berdarah Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Thian Kie semakin menebal, ia meloncat maju kedepan
mendekati Ciang-Kwee kemudian mendengus dingin.
Air muka wanita setengah baya itu kontan berubah
hebat, tak terasa ia sudah mundur satu langkah kebelakang.
"Kau cong-koan dari IStana Arak ?" jengek Pek Thian
Kie sambil melototi sekejap wanita setengah baya itu dan
tertawa dingin. "Sedikitpun tidak salah !"
"Aku sudah menghormati secawan arak untuk anak
muridmu dan sekarang mari ! Akupun ingin menghormati
secawan arak pula kepadamu !"
Sembari berkata, ia memenuhi kembali cawan araknya
dan diletakkan diatas meja, sinar matanya dengan tajam
terus melototi wanita setengah baya itu tanpa berkedip.
Hal ini sudah tentu membuat perempuan tersebut jadi
merinding dan merasakan hatinya berdebar-debar.
"Ayo cepat minum !" bentak Pek Thian Kie dingin.
"Jika aku tidak mau minum ?"
"Aku punya cara untuk paksa kau minum arak tersebut,
bahkan gentong-gentong arak yang berada dibelakangpun
terpaksa akan hancur berantakan oleh satu pukulanku."
Tanpa banyak cakap lagi wanita setengah baya tersebut
angkat cawan yang diangsurkan oleh Pek Thian Kie itu dan
siap hendak ditempelkan dekat bibir.
Mendadak ?". Terdengar wanita setengah baya itu membentak keras,
cawan ditangannya lasana sambaran kilat meluncur kearah
Pek Thian Kie. Gerakan serangan tersebut datangnya samat
cepat lagi aneh, bahkan tenaga pukulannyapun sangat luar
biasa. "Kau berani ?".! Bentak Pek Thian Kie keras.
Telapak tangannya diangkat, serangan dasyat segera
menyambar keluar menghantam wanita setengah baya itu.
Dibawah serangan sang pemuda yang amat dasyat,
wanita tersebut laksana sambaran kilat telah mencelat
ketengah udara kemudian menubruk kearah Pek Thian Kie,
seranagannya bukan alang-kepalang.
Gerakan yang sebat dan lincah ditambah pula dengan
kedasyatan angina pukulan, bagaikan ambruknya gunung
thay-san. Tubuh Pek Thian Kie tak dapat bertahan lagi
terdesak mundur dua langkag kebelakang.
Waktu itulah serangan ketiga dari wanita setengah baya
itu kembali sudah meluncur datang.
"Kau cari mati ?"?" bentak Pek Thian Kie dingin.
Tubuhnya berputar kemudian menerjang kedepan, iapun
balas mengirim satu pukulan dasyat kemuka.
Serangan dari Pek Thian Kie kali ini sudah
menggunakan hampir seluruh tenaga yang dimilikinya,
bagaikan ambruknya gunung dan tumpahnya air ditengah
samudera diiringi suara bentrokan dengan keras lawan
keras, wanita setengah baya itu menerima datangnya
serangan tersebut. Tubuhnya kontan terpukul mundur sejauh sepuluh
langkah kebelakang. Sedangka tubuh Pek Thian Kie mnecelat ketengah udara,
jurus kedua kembali telah menyambar datang.
Bayangan manusia berpisah diiringi suara dengusan
berat. Tampaklah badan wanita berusia setengah baya itu
sudah berhasil diangkat oelh Pek Thian Kie ketengah udara.
Gerakan serangan yang baru saja dilancarkan ini, betulbetul
amat cepat, sudah entu kejadian tersebut kontan saja
memancing rasa terkejut dalam hati semua jago yang hadir
didalam ruangan istana Arak tersebut.
"Hmmmmmm ! Kau juga ingin binasakan diriku ?"
Masih terpaut sangat jauh !" Bentak Pek Thian Kie dengan
wajah diliputi nafsu membunuh.
"Aaa ?" apa ?" apa yang hendak kau lakukan !"
seru wanita setengah baya tersebut dengan nada gemetar.
"Heeeee?"".heeeee?"?"heeeee?" tidak apaapa,
aku Cuma ingin menanyakan satu persoalan saja
kepadamu!" "Urusan apa ?" "Obat pemabok yang terdapat didalam arak ku ini,
apakah hasil dari perbuatan kau orang ?"
"Tiiii ".tidak salah !"
"Mengapa " Diantara kita bukankah tiada ikatan dendam
sakit hati apapun" Kenapa kau hendak meracuni diriku "
Ayo cepat jawab "!"
"Karena ?".. karena ?"" karena kau adalah Kiang
To !" "Kalau aku betul Kiang To, apa yang akan kau lakukan "
Dan apa pula hubungannya dengan dirimu ?"
"Kau tidak akan mendatangkan kebaikan buat Istana
Arak kami ".. " jawab wanita setengah baya itu ragu-ragu.
"Karena itu, kau lantas taruh obat pemabok didalam
arak yang hendak aku minum ?"
Sedikitpun tidak salah !"
"Cuma sungguh saying ?" aku bukan bernama Kiang
To. Terus terang aku beritahu kepadamu, aku bernama Pek
Thian Kie, sudah dengar belum " Pek ".. Thian ".. Kie !
Dimana majikanmu ?" "Majikan kami " Dia tak ada disini."
Suara tertawa sinis dari Pek Thian Kie segera berubah
semakin menyeramkan, bahkan secara samara-samar
terselip nafsu untuk membunuh.
Dengan badan merinding dan bulu kuduk pada bangun
berdiri, wanita setengah baya itu melototi wajah Pek Thian
Kie yang penuh dengan senyuman sinis menyeramkan.
"Tahukah kau, apa yang hendak aku lakukan untuk
menghadapi diri ?" Tanya pemuda itu tib-tiba sambil
menarik kembali senyumannya.
"Kau ! ?"".."
Pek Thian Kie tertawa dingin memotong perkatannya
yang belum selesai itu. "Istana kalian dengan diriku selama ini tiada ikatan sakit
hati apapun, tetapi secara diam-diam kau sudah taruh obat
pemabok kedalam cawan arakku. Bilama bukannya cayhe
menemukan kejadian ini dengan cepat,
heeeee?"heeee?"?" bukankah selembar nyawaku
bakal lenyap ditanganmu ?"
"Aku ! ".."
"Kau boleh berlega hati, aku tidak ingin menolong
diriku, juga tidak ingin membinasakan dirimu. Cuma aku
ingin kau menjawab satu persoalan ini. Kejadian ini apakah
diperintahkan langsung oleh Majikan Istana Arak ?"
"Dia ?"" dia tiii ?""tidak ?"?" tidak tahu."
"Hmmm ! Aku sudah tahu kalau diriku tak mungkin
berhasil menemukan tempat persembunyiannya. Karena itu
terpaksa aku harus memaksa dia untuk munculkan diri
dengan sendirinya." Sembari berkata tangan kanan pemuda itu mendadak
dibabatkan keatas lemari arak yang berderet-deret
dihadapannya. "Braaaaaak ?".." diiringi suara ledakan yang amat
keras, angina pukulan Pek Thian Kie seberat ribuan kati ini
dengan cepat menghajar diatas almari arak dibelakang meja
Ciang-Kwee. Almari ambruk kebawah, berpuluh-pluh guci besar arak
wangi jatuh berantakan dan hancur lebur, arak berceceran
memenuhi seluruh permukaan tanah memberikan bau
sedap keempat penjuru. Kembali Pek Thian Kie tertawa dingin tiada hentinya.
"Aku sudah katakana, aku tak akan membinasakan
dirimu. Tolong kau sampaikan kepada majikanmu bahwa
seluruh arak tersebut, aku Pek Thian Kiel ah yang
memusnahhkan, jika ia punya kepandaian carilah diriku
untuk mencari balas."
Habis berkata ia banting tubuh wanita setengah baya itu
keatas tanah keras-keras, kemudian putar badan dan berlalu
dari sana. Melihat peristiwa ini, hampir boleh dikata sebagian besar
jago-jago yang hadir didalam Istana Arak tersebut dibuat
tertegun dan bergidik. Rata-rata tiada yang berani pentanag
bacot cari gara-gara. Dengan hati puas, akhirnya Pek Thian Kie berjalan
keluar dari Istana Arak itu, tetapi belum jauh ia berlalu,
mendadak tampaklah sesosok bayangan manusia
menyambar datang dihadapannya.
Dengan perasaan terperanjat Pek Thian Kie dongakkan
kepalanya menengok, tampaklah pemuda menggembol
pedang itu dengan membawa hawa nafsu membunuh diatas
wajahnya, perlahan-lahan mendesak mendekat, sinar
matanya yang tidak berkedip melototi wajah pemuda
lawannya tajam-tajam. "Oooooouw ?". Aku kira siapa, tak tahunya kau !"
sapa Pek Thian Kie kemudian sambil tertawa tawar.
"Sedikitpun tidak salah, memang aku !"
"Entah apa maksud tujuan kedatangan saudara kemari
?" "Heeeee?"".heeeee?"?"heeeee?" saudara
betul-betul amat ganas ?""." Maki pemuda menggembol
pedang itu sambil tertawa dingin. "Cuma
?"heeeee?"".heeeee?"?"heeeee?" jika kau
adalah seorang yang cerdik, maka cepat-cepat kembalikan
arak Giok Hoa Lok tersebut kepadaku."
Sekalipun sang pemuda menggembol pedang itu tidak
menyebut didalam hati Pek Thian Kie pun mengerti apa
maksud kedatangannya. Segera ia tertawa dingin, air mukanya berubah keren ".
"Arak Giok Hoa Lok-mu "
"Sedikitpun tidak salah, kau ambil arak tersebut dan
sekarang kau tidak usah berlagak pilon lagi."
Sekali lagi Pek Thian Kie tertawa dingin.
"Kau melihat dengan mata kepala sendiri kalau arak
Giok Hoa LOk tersebut aku yang curi?"
"Sekalipun aku tidak melihat sendiri arak tersebut kau
yang curi, tapi aku tahu perbuatan ini pasti hasil kerjamu."
"Apa alasannya !"
"Hmmm ! Coba jawab, barang apa yang berada sakumu
itu ?" "Arak !" "Arak apa ?" "Maaf ".. maaf "..! Soal ini aku tidak kepingin
beritahukan padamu."
"Kau tidak ingin bicara?"
"Benar!" Air muka pemuda menggembol pedang itu berubah
hebat, melintas nafsu membunuh berkelebat diatas
wajahnya. "Manusia she Pek," bentaknya gusar. "Kau suka
kembalikan arak Giok Hoa Lok ku tidak ?"
Pikiran Pek Thian Kie dengan cepat berputar, mendadak
ia menyengir dingin. "barang yang ada didalam sakuku memang sebotol arak
Giok Hoa Lok, Cuma aku boleh berikan kepadamu asal
kau suka memenuhi satu syaratku. Beritahukan kepadaku
siapakah kau ?" "Hmmm ! Soal ini tak akan kuberitahukan kepadamu."
"Kalau begitu, akupun tak dapat serahkan arak Giok
Hoa Lok tersebut kepada sauadara."
"Kau paksa aku untuk turun tangan?" teriak pemuda
menggembol pedang itu dingin.
"Jika kau punya kepercayan bisa menangkan diriku,
boleh coba-cobalah turun tangan merebut !"
Baru saja perkataan Pek Thian Kie selesai diucapkan,
pemuda menggembol pedang tersebut sudah membentak
keras. Tubuhnya dengan cepat mendesak maju kedepan,
tangannya laksana sambaran petir menghajar dada Pek
Thian Kie sang pemuda tersebut.
Pemuda menggembol pedang yang berulang kali
dipermainkan dan dicemoohkan oleh Pek Thian Kie, pada
saat ini sudah tak dapat menahan sabarnya lagi, sehingga
serangan yang baru saja dilancarkan ini sudah
menggunakan hampir seluruh kekuatan yang dimilikinya
selama ini. Kehebatannya luar biasa dan laksana
ambruknya gunung thay-san dan bobolnya bendungan
besar. Tempo dulu karena penyakit sakit hati dari Pek Thian
Kie kambuh, sehingga menyebabkan tenaga dalamnya
punah dan tidak than terhadap satu serangannya saja, maka
kali ini pemuda menggembol pedang tersebut sama sekali
tidak memandang sebelah matapun terhadap Pek Thian
Kie. Ia mengangaap kepandaian silat yang dimiliki Pek Thian
Kie bukan merupakan tandingannya.
Melihat pihak lawan melancarkan serangan dasyat. Pek
Thian Kie tertawa dingin tiada hentinya, tubuhnya dengan
cepat mencelat kearah belakang.
Sewaktu Pek Thian Kie sedang berkelebat lewat itulah,
sang pemuda menggembol pedang dengan membawa suara
bentakkan nyaring sekali lagi menubruk kearah muka,
sehingga serangan keduanyapun menekan datang dengan
amat santar. "Hmmmm ! cari mati ?"
Dengan cepat Pek Thian Kie putar badan kemudian
langsung mengirim sebuah serangan balasan.
Didalam serangannya ini, Pek Thian Kie telah
menggunakan enam bagian tenaga pukulannya, kedasyatan
dari serangan tersebut hebat bagaikan tiupan angina taupan.
"Braaaaak ?""!" Ditengah suara bentrokan yang
amat keras, tubuh pemuda menggembol pedang itu kena
terpental sejauh sepuluh kaki dengan sempoyongan. Sedang
Pek Thian Kie sendiri tetap beridir tegak dtempat semula.
"Siapa Kau " Ayoh cepat katakana !" bentak Pek Thian
Kie keras, selintas nafsu membunuh mulai berkelebat diatas
wajahnya. Denhan kejadian ini, air muka pemuda menggembol
pedang itupun berubah hebat. Untuk beberapa sat lamanya
ia berdiri mematung ditempat itu dan memandang kearah
Pek Thian Kie dengan pandangan mendelong.


Misteri Rumah Berdarah Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Agaknya ia sama sekali tidak menduga kalau kepandaian
silt yang dimiliki Pek Thian Kie demikian dasyat.
"Kawan ! Cepat katakana siapakah namamu " seru Pek
Thian Kie sambil tertawa dingin.
"Soal ini kau tidak perlu tahu."
"Apa maksudmu mencari arak Giok Hoa Lok ini ?"
"Sioal ini pun kau tidak perlu tahu."
"Heeeee?"".heeeee?"?"heeeee?" kawan !
Tadi kau minta uang seribu tahil emas di Istana Harta,
kemudian ditambah lagi dengan sebotol Arak "Giok Hoa
Lok" aku terka setelah ini kau pasti hendak mencari gadis
cantik di dalam Istana Perempuan bukan ?"
"bagaimana kau bisa tahu ?" pemuda menggembol
pedang itu tersentak kaget, air mukanya pun pucat pasi.
Pek Thian Kie yang mendengar jawaban tersebut, dalam
hatinyapun merasa agak tergetar, sedikitpun tidak salah !
Pemuda menggembol pedang ini benar-benar ada maksud
untuk menyewa rumah tersebut. Tapi ?".. tidak
seharusnya ia bersikap demikian misterius !
Setelah berpikir keras, akhirnya kembali ia membentak
dingin : "Bukankah kau orang hendak menyewa rumah aneh
didalam hutan Tauw Liem tersebut ?"
Air muka pemuda menggembol pedang itu semakin
hebat, seluruh tubuhnya kini gemetar keras ?""
"Baaaaa ?".. bagaimana ?".. bagaimana kau bisa
tahu ?" Setelah didalam hati Pek Thian Kie berhasil
membuktikan persoalan ini, pikirannya dengan cepat
berputar. "Kalau begitu, kau sungguh-sungguh ingin pergi
menyewa rumah tersebut ?"
"Sedikitpun tidak salah !"
"Sekalipun benar kau ada maksud untuk menyewa
rumah itu, lalu mengapa jejak serta tindak-tandukmu amat
misterius dan mencurigakan ?"
"Tentang soal ini ?".. maaf "! Aku tak bisa memberi
penjelasan. "Eeeeeei ?". Kawan ! Siapakah kau sebetulnya ?"
"Bukankah tadi sudah aku katakana dalam hal ini maaf
aku tak bisa memberi penjelasan!"
"Jadi kau sudah bulatkan tekad untuk menyewa rumah
tersebut ?" "Benar !" "Mengapa ?" desak Pek Thian Kie lebih lanjut.
"Aku tidak ingin beritahukan persoalan ini kepadamu."
"Kau sunggug-sungguh tidak ingin berbicara ?"
"Benar, aku tidak ingin berbicara."
"Jika aku npaksa kau untuk memberitahukan persoalan
ini ?" "Jadi kau ingin memaksa ?"
"Bilamana kau tidak suka bicara terus terang, terpaksa
aku harus mengambil jalan ini."
Seluruh tubuh pemuda menggembol pedang itu gemetar
amat keras, matanya melotot lebar-lebar.
"Urusan ini tiada sangkut pautnya dengan dirimu, buat
apa kau harus tahu rahasia ini ?"
"Bagaimana kau bisa tahu kalau persoalan ini tiada
sangkut pautnya dengan diriku ?".." Mendadak Pek
Thian Kie merasa ia sudah salah berbicara, buru-buru
gantinya dengan perkataan lain :
"Apakah persoalan ini ada sangkut pautnya dengan
dirimu ?" "Benar!" "Apa sangkut pautnya ?"
"Maaf ! Aku tak dapat memberi penjelasan kepadamu."
"Tapi aku rasa sekalipun kau terangkan juga, tidak
mengapa ?" Pek Thian Kie coba memaksa.
"Sudah tentu tak bisa ! Sudah, pokoknya aku tak dapat
menerangkan persoalan ini kepadamu !"
"Dan akupun sudah berkata, pokoknya kau harus bicara
!" "Jadi ?".. jadi kau ingin paksa diriku ?"
"Kemungkinan benar."
"Hmmm! Aku sudah berkata, persoalan ini tak mungkin
aku katakana," seru pemuda menggembol pedang itu
dingin. Air muka Pek Thian Kie berubah hebat.
"Kau sungguh-sungguh tidak ingin bicara ?" bentaknya
keras. Sembari berkata tangan kanannya diangkat keatas
lambat-lambat, jika pemuda menggembol pedang itu tidak
suka boicara, mungkin ia benar-benar akan turun tangan
ganas. "Heeeee?"".heeeee?"?"heeeee?" Benar, aku
tak akan bicara !" "Hmmm ! Akan aku lihat kau benar-benar suka bicara
atau tidak ?"?".!"
Bab 15 Ilmu "Ciang Liong Kiam Hoat"
BAYANGAN MANUSIA berkelebat lewat, kiranya ia
sudah menubruk kearah pemuda menggembol pedang ini
dan melancarkan satu serangan dasyat.
Didalam hati Pek Thian Kie sadar, bilamana ia tidak
menggunakan kekerasan pada pemuda menggembol pedang
ini pasti tak akan menceritakan rahasianya mengapa
hendak menyewa rumah aneh tersebut.
Oleh sebab itu, serangan yang dilancarkan Pek Thian Kie
barusan ini luar biasa dasyatnya, begitu tubuh pemuda
mengembol pedang itu tersapu oleh serangan tersebut,
tubuhnya kontan mencelat sejauh satu kaki dari tempat
semula. Belum sempat pemuda menggembol pedang itu
melakukan gerakan serangan kedua dari Pek Thian Kie
kembali sudah menghajar datang.
Serangan yang dilancarkan kali ini jauh lebih cepat jika
dibandingkan dengan serangan yang pertama, dimana
bayangan manusia berkelebat lewat tahu-tahu ia sudah
mencelat kebelakang punggung pemuda menggembol
pedang itu, hal ini membuat pemuda tersebut tidak sempat
untuk berkelit lagi. "Braaaaaaak ?"" !"
Ditengah suara gebukan keras, tubuh pemuda
menggembol pedang itu sudah dipukul pental sejauh
sepuluh langkah lebih dan pada saat yang bersamaan
serangan cengkeraman dari Pek Thian Kie kembali sudah
menyambar datang. Terdengar suara dengusan berat
memenuhi angkasa, tangan kanan dari pemuda
menggembol pedang itu kena dicengkeram oleh Pek Thian
Kie. Air mukanya kontan berubah jadi pucat bagaikan mayat,
keringat dingin sebesar kacang kedelai mengucur
membasahi seluruh tubuhnya.
"Kau suka bicra tidak ?" Bentak Pek Thian Kie keras.
"Hmmm! Apa yang harus aku bicarakan?"
"Mengapa kau begitu ngotot hendak menyewa rumah
tersebut?" "Aku tak dapat menjawab pertanyaanmu itu ?"
"Kawan ! Aku lihat lebih baik kau bicara terus terang
saja daripada harus menjadi siksaan buat diri sendiri !"
"Heeeeee ?"".heeeeeee?"?".heeeee ?"?"
apa kau kira ancaman tersebut membuat aku bergidik ?"
"Baiklah ! Jika kau tidak ingin bicara, maka aku akan
menggunakan ilmu memisah otot menggeser urat untuk
menotok jalan darahmu, aku akan biarkan kau dalam
keadaan mati tak dapat hidup pun tersiksa. Akan kulihat
seberapa kuat daya tahanmu !"
Bangsat ! Kau manusia terutuk. Sekalipun kau siksa, aku
tetap[ tak akan berbicara !"
Pek Thian Kie tertawa seram. Air mukanya berubah
beringas kejam, sinar matanya berapi-api.
"Sebenarnya kau suka bicara tidak ?"
"Mengapa kau ingin mengetahui persoalan oaring lain ?"
Akhirnya pemuda menggembol pedang itu mengubah
sikapnya." "Karena aku ingin menyelidiki jejak suhuku.
Kemungkinan sekali ia sudah menemui ajalnya dalam
rumah aneh itu." "Siapa suhumu ?"
"Sin Mo Kiam Khek atau si jagoan pedang iblis sakti !"
"Apa " Sin Mo Kiam Khek adalah suhumu ?" teriak
pemuda menggembol pedang itu tersentak kaget.
Melihat pemuda tersebut memperlihatkan sikap terharu
dan kegirangan, tak terasa Pek Thian Kie pin merasa
hatinya bergidik. "Ehmm ?""hanya saja aku belum berani memastikan
benarkah dia adalah nama suhuku."
"Apa maksudmu" Aku tidak paham perkataanmu itu !"
"Aku katakana. Sin Mo Kiam khek belum tentu nama
suhuku." "Jadi kau sedang ngaco belo ?"
"Apa kau sendiripun tidak tahu siapakah nama suhumu
?" teriak sang pemuda menggembol pedang dengan mata
terbelalak lebar-lebar. "Sedikitpun tidak salah."
"Mengapa ?" "Selama ini dia belum pernah memberitahukan namanya
kepadaku." Agaknya pemuda menggembol pedang tersebut dibuat
tertegun oleh perkatan itu.
"Aaaaaakh ?". Tidak mungkin ?"
"Mau percaya atu tidak itu terserah pendapatmu
sendiri." "Lalu apakah gurumu menggunakan pedang sebagai
senjata?" "Tidak salah." "Kau tidak punya senjata " Kalau begitu sudah tentu kau
bukan anak muridnya."
"Aaaaaaakh ".. kau salah, suhuku tidak ajari aku
menggunakan pedang, ia Cuma memberi aku sejilid kitab
aneh dan seluruh kepandaian silat yang kumiliki saat ini
hasil belajarku dar kitab aneh tersebut !"
"Oooooouw ".."
"Padahal tenaga dalam suhuku paling banter hanya
seperti dari tenaga dalamku."
Mendengar perkatan tersebut Pemuda menggembol
edang itu dibuat setengah percaya setengah tidak, lama
sekali ia tidak bersuara.
Kurang lebih seperminuman teh kemudian, agaknya
secara tiba-tiba ia sudah teringat akan sesuatu.
"Aaaaaakh benar !" teriaknya tertahan.
"Kau benar-benar bernama Pek Thian Kie ?"
"Sedikitpun tidak salah, aku bernama Pek Thian Kie."
"Aku dengar suhuku pernah berkata bahwa "Sin Mo
Kiam Khek" juga bernama Pek Thian Kie."
Mendengar perkataan itu, tidak ampun lagi Pek Thian
Kie merasakan hatinya tergetar keras. Sekarang persoalan
sudah dibuktikan dengan nyata bahwa ia serta "Sin Mo
Kiam Khek" memiliki nama yang sama, jelas dibalik
kesemuanya ini tak akan lolos dari suatu hubungan yang
sangat erat. "Siapakah suhumu ?" Tanyanya kemudian sesudah
termenung sejenak. "Soal ini ".."
Agaknya pemuda menggembol pedang itu merasa serba
salah untuk menjawab pertanyaan tersebut.
"Sebetulnya kesulitan apa tokh yang membuat kau jadi
seba salah dan merasa sulit untuk menjawab persoalan ini?"
"Aku ?".. heeeiiiii ?"" !"
Kembali pemuda menggembol pedang itu menghela
napas panjang. "Kawan ! Pada saat ini aku sedang menyelidiki suatu
urusan, diterangkan juga rasanya tidak mengapa bukan ?"
desak Pek Thian Kie lebih lanjut.
"Kau ?". Kau tak akan tahu !"
"Sebenarnya apa tokh yang telah terjadi ?"
Agaknya pemuda menggembol pedang itu ingin
mengutarakan isi hatinya, tapi iapun tidak tahu apa yang
harus dibicarakan terlebih dahulu.
"Kau ingin pergi menyewa rumah aneh tersebut, aku
rasa dibalik kesemuanya ini tentu ada sebab-sebabnya.
Apalagi seharusnya kau sudah mengerti jelas bukan, setiap
jago lihay yang pergi menyewa rumah aneh tersebut,
akhirnya sudah menemui ahalnya semua ?"
"Aaa ".. aaaku ?". Aku tahu."
"Lalu, apa kau sudah bulatkan tekad untuk menghantar
kematian sendiri ?" "Benar!" "Mengapa ?" "Aku ".." Hampir setengah harian lamanya ia mengucapkan katakata
"Aku " tapi kata-kata selanjutnya tak diutarakan
kembali. "Kalau memang kau ada maksud untuk menghantar
kematian sendiri, seharusnya pula kau memberikan suatu
alasan terlebih dahulu !"
"Kau anggap aku sungguh-sungguh ada maksud untuk
memamsuki rumah aneh itu untuk menghantar kematian
sendiri ?" seru pemuda menggembol pedang itu sambil
tertawa sedih. "Kalau memang kau tak ada maksud untuk hantar
kematian sendiri, mengapa kau harus berbuat begini ?"
"Karena aku sedang menjalankan tugas !"
"Menjalankan tugas " Tugas dari siapa ?"
"Heeeeei ?"".. !" Pemuda menggembol pedang itu
menghela napas panjang. "Sekalipun aku utarakan kaupun
belum tentu paham, Cuma yang jelas aku sedang
menjalankan tugas suhuku."
"Siapakah sebenarnya suhumu itu ?"
"Baiklah ?"" beritahu padamu pun tak ada
halangan." Akhirnya pemuda menggembol pedang itu


Misteri Rumah Berdarah Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berseru ?"" apa kau sudah pergi melihat kedaan rumah
aneh tersebut ?" "Benar !" "Siapa saja yang mati dirumah tersebut ?"
"Delapan orang jagoan pedang dari sembilan jagoan
pedang dari kolong langit."
"Sedikitpun tidak salah, seharusnya kau tahu bukan,
kalau diantara kesembilan orang jagoan pedang tersebut
pada saat ini masih tersisa seorang ".."
"Apa " Suhumu adalah "Ciang Liong Kiam Khek." Atau
si jagoan pedang penakluk naga ?" seru Pek Thian Kie tak
tertahan. "Sedikitpun tidak salah !"
Pek Thian Kie rada bergidik, didalam sekejap mata
itulah dengan perasan terperanjat ia telah melototi pemuda
menggembol pedang itu, karena ia merasa peristiwa ini
benar-benar ada diluar dugaannya.
Kedelapan orang yang sudah menemui ajalnya semua itu
adalah kedelapan orang jagoan pedang dari "Sembilan
jagoan pedang dari kolong langit."
Dan kini orang yang hendak pergi menyewa rumah aneh
tersebut adalah anak murid dari pentolan sembilan jagoan
pedang, "Ciang Liong Kiam Khek" atau si jagoan pedang
penakluk naga. Karena si jagoan "Ciang Liong Kiam
Khek" sudah mati, sekarang muridnyalah yang mewakili.
Apakah orang-orang itu menerima perintah untuk
menyewa rumah tersebut ?"
Kalau benar, lalu mereka telah menerima perintah siapa
" Kejadian ini benar-benar merupakan suatu teka-teki yang
mengejutkan dan menggetarkan hati semua orang.
"Jadi ".. jadi karena suhumu sudah mati, maka kau
menerima tugas untuk menyewa rumah tersebut ?" Tanya
Pek Thian Kie dengan perasaan amat terperanjat.
"Sedikitpun tidak salah !"
"Menjalankan tugas serta menjalankan perintah suhumu
apakah tidak sama ?"
"Benar tidak salah!"
"Dimana letak alasannya?"
"Yang menerima tugas adalah suhuku. Dan aku sedang
menjalankan perintah dari suhuku."
"Jadi sebelum suhumu meninggal sudah beritahu
kepadamu untuk pergi menyewa rumah aneh itu ?"
"Benar ! Ia meninggalkan pesan tersebut kepadaku"
Pek Thian KIe yang mendengar perkataan tersebut
dijadikan keheranan. "Apakah suhu mengiginkan kau pergi mengantar
kematian ?" tanyanya ragu-ragu.
"Tidak ! Sebelum suhuku meninggal, rumah aneh itupun
belum pernah munculkan diri"
"Jadi ia tak tahu tentang peristiwa munculnya rumah
aneh yang disewakan ini ?"
"Bukan ?" bukan ! Ia tahu jika setiap orang yang pergi
menyewa rumah tersebut bakal memperoleh kematian.:"
Lama sekali Pek Thian Kie kerutkan keningnya berpikir.
"Aku masih tidak mengerti," ia menggeleng setelah lama
tidak berbicara. "Benar ! Kau tidak mengerti dan aku sendiripun kurang
mengerti. Cuma aku tidak rela pergi menyewa rumah
tersebut karena aku sudah punya istri dan punya anak."
Mendengar perkataan tersebut dalam hati Pek Thian Kie
pun ikut merasa hatinya sedih.
"Sedikitpun tidak salah, ia sudah mempunyai isteri dan
punya anak pula, sudah tentu ia tidak ingin menyewa
rumah aneh tersebut untuk menghantar kematian sendiri."
Pikirnya dihati. Hal ini tidak aneh, manusia mana yang rela nyawa
sendiri direnggut orang setelah mengetahui jika menyewa
rumah tersebut pasti mati "
?"". Inilah suara hatinya ! ?"?""..
Suara hatinya yang pedih. Bilamana ia Cuma seorang
diri, sebatang kara, sudah tentu tak akan merisaukan soal
mati. Tapi, keadaan pada saat ini tidaklah sama.
Karena itu, dari dasar hati kecil Pek Thian Kie muncul
perasaan sedih bercampur kasihan dan simpatik, ia ikut
merasa berduka bagi seseorang yang mendekati ajalnya ini.
"Lalu, kau sudah bulatkan tekad untuk menyewa rumah
tersebut?" kata Pek Thian Kie sedih !
"Benar !" "Jika akupun pergi menyewa rumah tersebut ?"
"Kau tak mungki bisa, karena syaratnya tidak cukup."
"Syaratnya tidak cukup?"
"Benar, karena tujuan mereka dalam penyewaan rumah
kali ini adalah diriku."
"Tidak, Suhumu," sambung Pek Thian KIe cepat
"Tapi, suhuku sudah mati, maka tujuan si penyewa
rumah tersebut adalah diriku."
"Begini saja ?""." Setelah berpikir sangat lama, Pek
Thian Kie mengajukan usulnya. Bagaimana kalau aku pergi
mewakili dirimu untuk menyewa rumah tersebut ?"
"Tidak bisa !" "Mengapa tidak bisa ?"
"Kau tidak dapat menggunakan kepandaian silat
suhuku." "Cuma itu saja yang kau risaukan ?"
"Benar." "Haaaaa ?"?" haaa ?"?"" haaaa ?"?".
Soal itu gampang sekali untuk diatasi. Bukankah aku bisa
belajar ilmu silat tersebut dari dirimu ?"
"Belajar " Belajar kepandaian silat suhuku dari aku orang
?" "Benar, apakah tidak bisa ?"
Sinar mata pemuda menggembol pedang itu berkilat.
"Kau ingin wakili diriku untuk hantar kematian ?"
"Boleh dikata begitulah !"
"Tapi ingin belajar ilmu silat bukanlah suatu pekerjaan
yang bisa diselesaikan didalam dua tidga hari saja ?""."
"Bukannya cayhe bicara besar, ilmu silat semua partai
yang ada diseantero dunia asalakan dapat aku latih satu kali
saja selamanya pasti tak akan dapat cayhe lupakan
kembali." "Kau sungguh-sungguh memiliki kepandaian semacam
ini ?" teriak pemuda menggembol pedang itu terkejut
bercampur girang. "Sedikitpun tidak salah."
"Aaaaaakh ?"" aku rasa masih tak bisa dijalankan,"
sahut pemuda tersebut dengan sedih sambil menggeleng.
"Bagaimanapun aku tidak dapat melihat kau orang pergi
mewakili aku mati dengan hati lega."
"Haaaaa ?"?" haaaaaaa ?"?"" haaaa
?"?". Soal ini kau boleh legakan hati. Karena soal ini
adalah atas dasar kemauanku sendiri, apakah akhirnya aku
akan mati atau tidak, soal ini tidak bisa diputuskan
sedemikian paginya !"
Saking terharunya pemuda menggembol pedang itu,
sampai mengucurkan air mata mendadak ia jatuhkan diri
berlutut kemudian menyembah dengan penuh rasa
berterima kasih. "Terima kasih tuan penolong yang suka membantu
diriku !" "Eeeeeeeei ?"?" ! eeei ?"?". Kenapa kau harus
menjalankan penghormatan sedemikian besarnya " Pek
Thian Kie tak sanggup untuk memikulnya," seru Pek Thian
KIe dengan gugup dan buru-buru membimbing ia bangun.
"Keselamatan seluruh keluargaku telah mendapat budi
bantuan yang amat besar dari Heng-thay ?""
"Soal ini aku tidak usah sungkan-sungkan lagi, karena
persoalan inipun ada sangkut pautnya dengan diriku !......
Ooooouw yaa, bnar siapakah nama besar Heng-thay ?"
"Aku bernama Tong Yong. Ini tahun berusia duapuluh
sembilan tahun !" "Oooouw ?"" kiranya Tong-heng. Kawan, saat ini
kau boleh mainkan satu kali ilmu pedang suhumu agar aku
bisa memperhatikan dengan cermat."
"Suhuku dengan mengandalkan ilmu pedang "Ciang
Liong Kiam Hoat" atau ilmu pedang Penakluk naga
memimpin delapan pedang lainnya, maka dari itu
kepandaian silat yang sudah suhu ajarkan kepadaku adalah
kesembilan jurus ilmu pedang penakluk naga itu saja.
Sekarang kau perhatikanlah baik-baik, aku akan mainkan
satu kali dihadapanmu."
Sembari berkata, dari punggungnya ia mencabut keluar
sebilah pedang panjang, terasalah cahaya pedang berkilauan
menyilaukan mata, secara samara-samar terasalah hawa
dingin menusuk tulang. Pedang tersebut benar-benar
merupakan sebilah pedang mustika.
"Pek-heng, harap kau mulai ambil perhatian." Seru Tong
Yong seraya menggerakkan pedangnya. "Aku akan mulai
berlatih." "Ehmmm ?".. silakan !"
Demikianlah, Tong Yong lantas gerakan pedangnya dan
mulai memainkan ilmu pedang "Ciang Liong Kiam Hoat"
nya. Kiranya ilmu pedang penakluk naga ini mengutamakan
kecepatan untuk mendesak musuh, perubahan pedang
tersebut amat banyak sukar diraba bahkan memiliki pula
suatu daya kekuatan yang mata hebat. Benar-benar tidak
malu kalau disebut ilmu pedang seorang jagoan kenamaan.
Sembilan jurus dengan cepat berlalu Tong Yong pun
sambil menarik pedangnya mengundurkan diri kebelakang.
"Pek-heng. Coba kau lihat bagaimana ?"
"Haaaaa ?"?" haaaaaaa ?"?"" haaaa
?"?". Aku rasa berlatih dua kali sudah lebih dari
cukup." ".. Tong Yong menganggk, iapun berturut-turut
memainkan ilmu pedang tersebut sebanyak dua kali,
kemudian tanyanya lagi kepada Pek Thian Kie.
"Coba kau lihat bagaimana ?"
"Bagus, sudah cukup ! Coba kau serahkan pedang itu
kepadaku adan akan aku mainkan satu kali dihadapanmu.
Bilamana ada kesalahan harap kau suka memberi banyak
petunjuk kepadaku." Tong Yong lantas memberikan pedang itu kepadanya,
kendati begitu didalam hatinya masih belum percaya penuh
jika Pek Thian Kie bisa memainkan ilmu pedangnya cukup
hanya dengan menonton dirinya berlatih tiga kali saja.
Tetapi Pek Thian Kie pribadi agaknya mempunyai
perhitungan yang masak, sambil tertawa ia menerima
pedang tersebut kemudian, sambil silangkan pedangnya
didepan dada. "Tong-heng harap memberi petunjuk.
?"Pek-heng, silakan !"
Pek Thian Kie tak banyak bicara lagi, pedangnya
disilangkan kedepan dada sebagai jurus pembukaan, setelah
itu sejurus demi sejurus ia mainkan ilmu pedang "Ciang
Liong Kiam Hoat" tersebut dengan penuh kekuatan.
Tampak cahaya dengan berkilauan memenuhi seluruh
angkasa, angina dingin menekan empat penjuru, hanya
didalam sekejap mata, jurus-jurus ilmu pedang penakluk
naga tersebut sudah selesai dilatih.
"Bagaimana ?" tanyanya kemudaian sambil tersenyum.
Dengan hati terperanjat dan bergidik Tong Yong berdiri
termangu-mangu disamping kalangan, hampir boleh dikata
ia tidak mempercayai pada sepasang matanya.
Bukan saja Pek Thian Kie berhasil memainkan "jurusjurus
ilmu pedang "Ciang Liong Kiam Hoat" tersebut
dengan amat sempurna, bahkan jauh lebih sempurna dari
permainan sendiri. Inilah disebabkan karena tenaga dalam
yang dimiliki Pek Thian Kie jauh lebih sempurna.
"Coba kau lihat bagaimana dengan hasil latihanku?"
kembali Pek Thian Kie menegur sambil tertawa
"Suuuuung ?". Sungguh ?"". Sungguh hebat
?"". Jauh berada diluar dugaanku." Sahut Tong Yong
dengan gelgapan saking terkejutnya.
"Apakah ada kesalahan?"
"Sedikitpun tak ada yang salah, bahkan jauh lebih
sempurna daripada permainan siuwte sendiri."
"Aaaaakh ".. kau terlalu memuji."
"Bukannya memuji, tapi benar-benar !
"Kalau begitu kita putuskan demikian saja, aku akan
segera pergi mewakili dirimu untuk menyewa rumah aneh
tersebut." "Terima kasih atas budi pertolongan dari Heng-thay !"
"Eeeeeei ".. Tong-heng, kenapa harus mengucapkan
kata-kata semacam itu " Apakah aku sudah cukup
sempurna untuk pergi menyewa rumah aneh itu ?"
"Belum ! Masih ada beberapa urusan harus kau
selesaikan dulu." "Masih ada " Coba kau sebutkan urusan apa saja ?"
"Aku sendiripun tidak tahu jelas siapakah majikan dari
rumah aneh itu Cuma sebelum suhu meninggal, ia pernah
memberitahu kepadaku bahwa semisalnya didunia
persilatan muncul sebuah rumah aneh yang hendak
disewakan maka kau harus pergi menyewanya, dan diatas
pintu bangunan tersebut ada tertepel sebuah plakat yang
berisi tentang syarat-syarat menyewa rumah tersebut, yaitu :
Uang emas seribu tahil Arak Giok Hoa Lok Dan yang ketiga, seorang gadis cantik."
"Dan rumah yang muncul saat ini adalah rumah aneh
yang dimaksudkan suhumu bukan ?"
"Sedikitpun tidak salah, sewaktu suhu menjelang ajalnya
ia berkata tiada larangan untuk menyewa rumah tersebut
seorang diri. Tapi nyatanya setiap tahun rumah tersebut
hanya boleh disewa oleh seorang saja, ia masih berkata pula
bahwa semua sembilan jagoan pedang dari kolong langit
mengetahui jelas persoalan ini."
"Betul, mereka semua tahu persoalan ini, kalau tidak
mana mungkin mereka dapat dibunuh mati semua."


Misteri Rumah Berdarah Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Pek-heng ! Kau harus ingat betul-betul, sewaktu kau
berhasil menemui majikan dari rumah tersebut maka benda
ini harus kau serahkan kepadanya !"
Sembari berkata dari dalam sakunya ia mengambil keluar
sebuah bungkusan sutera dan diserahkan ketangan Pek
Thian Kie. Sang pemuda she Pek juga menerima bungkusan sutera
tersebut, mendadak hatinya bergerak kemudian bergetar
keras, karena suatu ingatan sudah berkelbat didalam
benaknya. "Apakah isi didalam buntalan sutera ini ?" tak terasa
tanyanya. "Aku sendiripun tidak tahu," perlahan-lahan Tong ong
menggeleng. "Jadi kau sendiripun tidak apa isi dari benda yang ada
didalam kantong sutera ini ?"
"Benar!" "Mengapa?" Bukankah barang ini sudah lama ada
disakumu" Apakah belum pernah memeriksa isi kantong
tersebut ?" Sekali lagi Tong Yong menggeleng.
"Waktu itu, ketika suhu menyerahkan kantong sutera ini
kepadaku beliau tidak mengucapkan sesuatu dan tidak pula
beritahu kepadaku apa isi dari kantong ini. Ia hanya berkata
setelah bertemu muka dengan majikan rumah aneh tersebut
maka kantong ini harus diserahkan kepadanya."
Mendengar perkataan itu Pek Thian Kie merasa hatinya
semakin terperanjat, ia merasa benda yang berada didalam
kantong sutera ini pasti suatu benda yang amat penting !
?". Kalau tidak tak mungkin urusan dirahasiakan
sedemikian rapat. Mendadak ?"".. Agaknya Pek Thian Kie teringat akan sesuatu hal, air
mukanya berubah hebat, ia teringat akan diri "Sin Mo
Kiam Khek" Si jagoan pedang inipun pernah menyimpan semacam
barang didalam istana harta ?"". Apakah orang yang
dititipkan itupun merupakan benda semacam kantong
sutera ini " Sudah tentu hal ini mempunyai kemungkinan yang
sangat besar ! "Kau maksdukan kantong sutera ini harus diserahkan
kepada majikan rumah aneh itu ?" Tanya Pek Thian Kie
kemudian. "Benar " "Kanng sutera itu hanya diserahkan kepadanya begitu
saja tanpa bicara apa-apa lagi ?"
"Benar-benar ! ?" oooouw yaa ".. sewaktu kau
bertemu dengan dirinya, ia akan berkata kepadamu.
Serahkan seperembembilanmu itu ! "."
"Apa katamu " Sepersembilan " Jadi sembilan jagoan
pedang dari Kolong Langit memiliki benda ini ?"
"Tidak salah ! Jikalau pihak lawan tidak mengucapkan
kata-kata tersebut kepadamu, maka kaupun tidak perlu
serahkan barang ini kepadanya."
"Ehmmmm "..! Aku sudah tahu." Pek Thian Kie
mengangguk. "Disamping itu, untuk membuktikan asal-usulmu yang
benar dalam penyamaranmu sebagai anak murid suhuku.
Terpaksa pedang penakluk naga "Ciang Liong Kiam" ini
harus aku serahkan padamu."
Pek Thian Kie lantas menerima pedang penakluk naga
itu sambil ucapnya : "Masih ada urusan lain lagi yang belum kau sebutkan ?"
"Sudah tak ada lagi, seluruh persoalan aku serahkan
kepada Heng-thay untuk Menyelesaikannya."
"Haaaa ?"" haaaa ?".. haaaa ?" kau tidak perlu
sungkan-sungkan lagi."
"Jika dilihat dari tindak-tanduk heng-thay, agaknya baru
pertama kali kau orang terjun diri dalam dunia persilatan?"
"Benar!" "Tidak aneh kalau kau masih merasa asing terhadap
seluruh peristiwa yang terjadi didalam dunia kangouw?""
----------- ooo O ooo ----------Jilid 6 Bab 16 Perkampungan Lui Im San Cung
MENDENGAR perkataan itu Pek Thian Kie tertawa.
"Dugaan Tong-heng sedikitpun tidak salah," jawabnya
sambil mengangguk. "Terhadap persoalan yang terjadi didalam dunia
kangouw siaute memang merasa rasa asing, aku ada
beberapa persoalan yang ingin minta petunjuk dari hengthay!"
"Oooouw ".! Urusan apa" Coba kau sebutkan!"
"Tahukah kau orang tentang seorang manusia yang
bernama Kiang To?" Mendengar disebutnya nama Kiang To, Tong yong
lantas kerutkan dahinya. "Soal orang itu aku hanya mengetahui sedikit sekali."
"Bagaimana kalau kau beritahukan apa yang kau ketahui
itu kepada diriku?" "Sudah tentu boleh saja."
Ia merandek sejenak untuk tukar napas, kemudian
katanya kembali : "Pertama, dia adalah seorang bajingan cabul yang paling
terkutuk. Katanya didalam beberapa hari yang lalu
sekaligus ada empat gadis yang sudah diperkosa
olehnya"..!" "Sungguh-sungguhkah peristiwa semacam ini?" teriak
Pek Thian Kie dengan air muka berubah hebat.
"Sedikitpun tidak salah! Keempat orang gadis tersebut
sama-sama diperkosa dalam waktu hampir bersamaan.
Bangsat itu memasuki kamar gadis-gadis tersebut menjelang
kentongan ketiga tengah malam buta. Dan pada hari kedua
mereka ditemukan tergeletak diatas pembaringan dalam
keadaan telanjang bulat dan mabok oleh obat bius. Serta
disisi pembaringannya pasti tertancap sebuah panji kecil!"
"Sungguh cabul dan buas tindakan bangsat itu," tak
kuasa lagi Pek Thian Kie ikut berteriak gusar.
"Tidak salah, ia memang amat cabul, dan buas didalam
soal perkosaan kaum gadis. Sedang mengenai keganasan
tindak tanduknya, selama ini sudah beratus-ratus jagoan
kangouw yang menemui ajalnya di tangan bangsat
tersebut." "Sungguhkan perkataanmu itu ?"
"Sedikitpun tidak salah."
Mendengar perkataan itu Pek Thian Kie ikut merasakan
hatinya bergidik, tindak-tanduk yang demikian kejam dan
buasnya memang betul-betul membuat hati setiap orang
pasti merasa gemas, benci dan marah. Tidak aneh kalau
orang-orang Bu-lim begitu membenci manusia yang
bernama Kiang To itu. Setelah berpikir beberapa saat lamanya, kembali Pek
Thian Kie bertanya : "Lalu dengan alasan apa ia hendak
menjagali jago-jago lihay begitu banyak ?"
"Mana aku bisa tahu?"
Pek Thian Kie mengangguk, sesudah berdiam beberapa
saat lamanya, kembali ia bertanya :
"Heng-thay ! Selain Istana Harta serta Istana Arak, aku
dengar masih ada sebuah tempat yang disebut Istana
Perempuan. Untuk dapatkan syarat yang terakhir yaitu
gadis cantik, apakah ada seharusnya aku harus berkunjung
kesana. Tahukah kau dimanakah letak "Istana Perempuan"
tersebut ?" "Siaute tahu letak Istana Perempuan tersebut !"
"Kalau begitu, tolong heng-thay suka menjelaskan letak
Istana Perempuan tersebut lebih jelas, aku segera akan
berangkat kesana." "Istana Perempuan terletak ditengah hutan Hong Siauw
Liem gunung Kun Kauw-san. Dari tempat ini kau boleh
berjalan menuju kearah timur, kemudian setelah melewati
enam, tujuh lie akan tiba disebuah bangunan besar yang
megah, itulah letaknya Istana Perempuan."
"Terima kasih atas petunjuk dari heng-thay," kata Pek
Thian Kie kemudian sambil tertawa. "Untuk mempercepat
selesainya tugas ini, maka aku segera akan berangkat
kesana, kitapun berpisah dulu sampai disini!"
Saking terharu dan terima kasihnya, lama sekali Tong
Yong tak dapat mengucapkan sepatah katapun, lama ?"..
lama sekali ia baru berkata :
"Heng-te akan pulang dulu ke rumah, guna menjenguk
isteri serta puteraku kemudian aku akan berangkat lagi
untuk menemui dirimu."
"Emmm ?" silakan!"
Belum jauh ia berlalu, mendadak kembali Tong Yong
menghentikan langkahnya dan menoleh.
"Pek-heng, aku tahu kalau kau orang belum pernah
mengunjungi Istana Perempuan, sebelum kau pergi kesana,
aku ada sebuah urusan hendak kusampaikan kepadamu."
"Urusan apa ?" "Didalam Istana perempuan tersebut berpenghuni
ratusan orang gadis-gadis berwajah cantik. Dan setiap orang
mempunyai daya tarik yang mempesonakan. Tetapi
diantara ratusan orang gadis cantik tersebut hanya seorang
gadis yang bernama "It Peng Hong" sebagai gadis yang
tercantik dan paling mempesonakan "."
"It Peng Hong" Apakah It Peng Hong ini nama seorang
gadis cantik ?""
"Benar!" Tong Yong mengangguk.
"It Peng Hong adalah nama samarannya. Dan ia
memiliki kecantikan wajah yang sangat luar biasa. Tapi
?" aku nasehati dirimu lebih baik jangan mencari
dirinya." "Kenapa" Kenapa aku tidak boleh mencari gadis yang
bernama It Peng Hong itu " Bukankah seperti apa yang kau
katakana, dia merupakan gadis yang paling cantik diantara
seluruh penghuni istana perempuan ?"
"Heeiiiiiii ?" " kembali Tong Yong menghela napas
panjang. "Kendati begitu, tapi menurut apa yang aku
dengar dari pembicaraan orang, gadis It Peng Hong tersebut
sudah di borong oleh Kiang To si bangsat cabul dan ganas
itu. Ada beberapa orang jagoan lihay dari bu-lim tidak suka
mendengarkan peringatan yang diberikan kepada mereka,
dan banyak diantaranya hampir-hampir saja menemui
ajalnya di tangan Kiang To."
Pek thian kie yang mendapatkan keterangan tersebut
diluaran, tidak ingin benyak membantah, maka ia
tersenyum dan mengangguk saja.
"Kau boleh berlega hati u akan ingat keteranganmu ini
.." "Kalau begitu kaupun harus baik-baik berjaga diri."
"Heng-thay, silakan berlalu ?"
Setelah merangkap tangannya menjura, Tong Yong
segera menggerakkan badannya berkelebat meninggalkan
tempat itu. Menanti bayangan punggung dari Tong Yong sudah
lenyap dari pendangan. Pek thian kie baru menghembuskan
napas panjang, iapun putar badan dan berlari menuju
kearah sebelah timur. Kini diantara ketiga buah istana, yaitu Istana Harta,
Istana Perempuan serta Istana Arak, tinggal sebuah saja
yang belum dikunjungi. Ia harus mendapatkan seorang gadis cantik dari istana
perempuan tersebut guna melengkapi syarat-syarat untuk
menyewa rumah aneh itu, maka bila setelah komplit ia
segera akan pergi ke rumah aneh tersebut dan menemui
majikan rumah itu. Tanpa banyak membuang waktu lagi pek thian kie segera
mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya meluncur
kesebelah timur. Ketika sang surya kembali muncul diufuk sebelah timur,
Pek Thian Kie sudah dapat menemukan Istana perempuan
yang merupakan banguanan besar, megah dan menempati
tanah seluas berpuluh-puluh hektar itu.
Mungkin karena kedatangan Pek Thian Kie terlalu pagi,
maka pintu Istana Perempuan tersebut masih tertutup rapatrapat.
Diatas pelataran pintu depan, berdirilah seorang kakek
tua berbaju kuning. Dam sewaktu melihat munculnya Pek Thian Kie disana,
ia sudah lantas maju mendekat dan rangkap tangannya
menjura : "Bocah sungguh pagi benar kau sudah tiba disini?"
tegurnya sembari tertawa.
Air muka Pek Thian Kie kontan berubah jadi merah
padam saking jengahnya mendapatkan teguran tersebut.
Bab 17 "Loo-tiang, tolong tanya apakah bangunan ini benar2
adalah istana Perempuan?" Akhirnya dengan menahan rasa
malu ia bertanya. "Benar! Inilah Istana Perempuan, saudara! Apakah
maksud kedatanganmu sepagi ini hendak mencari gadis
untuk ber-senang2?" "Sedikitpun tidak salah!. . ."
Kembali siorang tua berbaju kuning itu tertawa.
"Saudara! Kedatanganmu terlalu pagi!"
"Terlalu pagi" Ini sudah jam berapa" Bagaimana
mungkin kau katakan terlalu pagi?"
"Benar, memang sekarang sudah tidak pagi lagi, tapi
Istana perempuan ini baru mulai dibuka melayani para
tamu setelah sore hari hingga pagi, sehingga pada
kentongan kelima, Sekarang mereka sudah tidur pulas,
untuk merangkak bangunpun tak mungkin bisa."
"Jadi maksudmu aku harus balik lagi nanti sore?"
"Benar!" Mendengar jawaban tersebut, Pek Thian Ki lantas
berpikir keras, ia merasa jikalau pihak lawan sudah
mengatakan kalau Istana Perempuan baru akan dibuka dan
melayani tamu setelah sore hari, maka sudah tentu
bagaimanapun juga ia harus menunggu hingga sore hari
menjelang datang, Berpikir sampai disitu, ia lantas menoleh
lagi kearah siorang tua berbaju kuning itu.


Misteri Rumah Berdarah Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Loo-tiang! Baiklah, terima kasih atas petunjukmu, nanti
sore aku akan balik lagi."
"Tidak usah berterima kasih, tidak usah berterima kasih,
nanti sore kau boleh datang lagi."
Setelah berjalan keluar dari Pintu depan Istana
Perempuan, Pek Thian Ki berjalan lambat2 tanpa arah
tujuan dan untuk beberapa waktu pemuda ini benar2
merasa kebingungan kemana ia harus pergi.
Akhirnya ia berjalan mendekati sebuah pohon besar dan
tertidur pulas dibawah dedaunan yang rindang itu, Entah
lewat beberapa waktu lamanya. . . .mendadak ia dikejutkan
oleh suara langkah kaki manusia yang berjalan mendekati
arahnya, Kontan membuat pemuda itu tersentak bangun
dari tidurnya. Sinar mata dengan tajam menyapu empat penjuru,
dengan amat mudah sekali ia berhasil menemukan sesosok
bayangan manusia berwarna hijau dengan langkah cepat
berjalan menuju kearahnya, Dan orang itu pasti bukan lain
adalah Tong Ling yang sedang menyaru jadi seorang pria.
Ditempat dan keadaan semacam ini, mendadak Tong
Ling bisa munculkan dirinya ditempat itu, Hal ini sedikit
banyak berada diluar dugaan Pek Thian Ki. Lama sekali ia
berdiri tertegun tanpa bisa mengucapkan sepatah katapun.
Per-lahan2 Tong Ling berjalan kesisi tubuh Pek Thian
Ki, setelah melirik sekejap kearahnya sambil tertawa,
ujarnya; "Sebegini pagi, kau sudah tiba di istana Perempuan
untuk mencari kesenangan?"
"Tidak. . .tidak. . ." buru2 Pek Thian Ki membantah
dengan air muka berubah menjadi merah padam, "Aku ada
urusan untuk diselesaikan ditempat ini!"
Tong Ling tersenyum, ia melirik sekejap kearah pintu
besar Istana Perempuan yang tertutup rapat2, kemudian
godanya lagi; "Kemungkinan sekali nona-nona cantik itu
baru saja tertidur pulas bukan?"
"Benar, Cayhe. . .kedatangan cayhe rada terlalu pagi. .
.Nona Tong. . . ." "Pada saat ini aku sedang memakai pakaian pria, lebih
baik kau sebut diriku dengan sebutan Tong-te saja."
"Tapi. . .hal ini mana bisa jadi?" Seru Pek Thian Ki
sambil tertawa pahit. "Kenapa tidak bisa jadi?"
"Karena kau adalah seorang gadis, mana boleh aku
orang memanggil dirimu dengan sebutan Tong Loo-te?"
"Tapi, bukankah pada saat ini aku sedang menyaru
sebagai seorang pria" Sungguh amat lucu juka seorang pria
kau panggil dengan sebutan nona. . ."
"Heeeei. . .baik, baiklah, aku akan panggil dirimu dengan
sebutan Tong Loo-te!" Ia merandek sejenak dan tertawa.
"Tong-te! Kau adalah seorang nona, apalagi gadis suci,
tidak seharusnya datang kemari hanya untuk mencari gadis
ber-senang2 bukan?" "Benar, secara kebetulan saja aku lewat ditempat ini."
"Tolong tanya Nooo. . .Tong Loo-te, hendak kemana?"
"Aku" Oooooouw. . .aku hendak kegunung Lui Im San!"
"Gunung Lui Im San?"
"Benar!" Mendengar perkataan itu, Pek Thian Ki merasakan
hatinya sangat terperanjat, secara mendadak ia teringat
akan sesuatu, Bukankah dara cantik berbaju hijau yang
ditemuinya sewaktu berada di Istana Harta juga mengajak
dia orang untuk bertemu digunung Lui Im San"
Teringat akan persoalan ini, tak terasa lagi tanyanya;
Tong Loo-te! Tolong tanya, apa maksudmu pergi kegunung
Lui Im San?" "Melihat keramaian!"
"Melihat keramaian?"
"Benar!" "Keramaian apa?"
"Ini hari adalah ulung tahun kelima puluh dari Hu Toa
Kan itu Cung-cu dari perkampungan Lui Im San Cung,
Berbagai jagoan lihay dari semua daerah pada berdatangan
untuk memberi selamat kepadanya!"
"Hu Toa Kan" Macam apakah orang itu?" tanya Pek
Thain Ki rada melengak. "Sejak Sam Ciat Sin-cun meninggal, boleh dikata
dikolong langit pada saat ini kepandaian silatnya terhitung
menduduki kursi pertama."
"Siapakah itu Sam Ciat Sin-cun?"
"Ayah dari Kiang To. . .Kiang Lang!"
Pek Thian Ki merasakan hatinya tergetar sangat keras, ia
tidak menyangka kalau Hu Toa Kan adalah seorang jagoan
yang angkat nama sejajar dengan Kiang Lang ayah dari
Kiang To. "Lalu kau tahu urusan apa yang menyangkut orang ini?"
tanyanya lebih lanjut. "Kurang jelas!"
"Dia dengan Kiang Lang apakah kawan baik ?"
"Penah bersahabat karib, tapi saat ini Kiang Lang sudah
mati." Pek Thian Ki mengerutkan dahinya, belum sempat ia
mengucapkan sesuatu, kembali Tong Ling sudah berkata:
"Tetapi, diantara dia dengan Kiang Lang agaknya masih
ada sedikit ikatan dendam, Didalam ulang tahunnya yang
kelima puluh ini ada kemungkinan Kiang to pun bakal
munculkan diri." "Apa" Kiang To bisa munculkan dirinya didalam pesta
ulang tahun tersebut."
"Benar, bahkan kelihatannya hendak mencari kerepotan
terhadap diri Hu Toa Kan."
"Apa kira2 yang hendak ia lakukan?"
"Soal ini rada sulit untuk dibicarakan, dahulu Hu Toa
Kan dengan Sam Ciat Sin-cun adalah merupakan sepasang
sahabat karib, Menurut apa yang aku ketahui, Hu Toa Kan
sudah menjodohkan putrinya kepada diri Kiang To."
"Oooouw. . ." Tak kuasa lagi Pek Thian Ki berseru
tertahan. "Tapi, terhadap tindak tanduk dari Kiang To
kedengarannya Hu Toa Kan sudah membenci hingga
merasuk kedalam tulang sumsum." Ujar Tong Ling
kembali. "Maka dari itu, dengan menggunakan kesempatan
diadakannya pesta ulang tahun ini, ada kemungkinan
dihadapan para tamu Hu Toa Kan akan membatalkan
ikatan perkawinan tersebut."
Pek Thian Ki mengangguk. "Cuma aku duga Kiang To pasti tak akan
menyetujuinya," tambah Tong Ling lebih lanjut.
"Soal ini sudah tentu bakal terjadi, lalu entah bagaimana
dengan pendapat putrinya?"
"Putrinya entah setuju atau tidak dengan keputusan ini,
aku duga sampai waktunya tentu ada suatu keramaian
bakal terjadi, oleh sebab itu aku ingin pergi kesana untuk
menonton keramaian. "Kapan pesta ini akan dilangsungkan?"
"Nanti sore?" "Aku ingin ikut pergi kesana untuk menambah
pengetahuan." seru Pek Thian Ki tiba2 sambil tertawa.
"Kau ingin pergi?"
"Benar!" "Waaah. . .kebetulan sekali, mari kita berangkat
bersama-sama." Demikianlah, kedua orang itupun bersama2
lantas lari menuju kearah gunung Lui Im San.
Perkampungan Lui Im San Cung terletak disebelah
selatan gunung Lui Im San, Bangunan perkampungan
tersebut mencapai ratusan hektar luasnya dengan bangunan
rumah yang ber-deret2, Bukan saja megah, bahkan
memperlihatkan keseraman dan keangkeran yang bukan
kepalang. Siang hari itu Pek Thian Ki serta Tong Ling sudah tiba
diatas gunung Lui Im San. Tampaklah ber-puluh2 orang
Bu-lim saling susul menyusul memasuki perkampungan Lui
Im San Cung, kebanyakan orang2 ini merupakan jago2
yang datang untuk memberi selamat, Tetapi ada pula
sebagian besar yang datang hanya hendak menonton
keramaian saja. Pek Thian Ki serta Tong Ling pun membaurkan diri
mereka kedalam gerombolan orang2 itu, sewaktu tiba
didepan pintu halaman perkampungan Lui Im San Cung
yang dikelilingi dengan tembok tinggi, tampaklah beberapa
orang kakek tua berbaju merah secara terpisah menyambut
dan melayani kawan2 Bu-lim itu.
Setelah masuk halaman luas, terlihatlah didepan pintu
besar sebuah loteng besar lampu teng-tengan
bergelantungan dengan tulisan "So". Suasana amat meriah
dan ramai. Dibawah pimpinan seorang kakek tua berbaju merah,
Pek Thian Ki pun dipersilahkan memasuki sebuah ruangan
besar, Suasana hiruk pikuk ramai dengan pembicaraan
manusia, kurang lebih ada ratusan orang banyaknya para
jago yang datang memberi selamat.
Sinar mata Pek Thian Ki menyapu sekejap kesekeliling
tempat itu, ia merasa kedudukan Hu Toa Kan jelas tidaklah
rendah, hal ini terbukti dari banyaknya para tamu yang
datang memberi selamat. Didalam desakan2 serta ruangan yang sumpek
kebanyakan tamu, lama kelamaan Pek Thian Ki tak bisa
menahan hawa panasnya lagi, ia melirik sekejap kearah
Tong Ling, lalu katanya; "Tong-te! Sungguh udara panas, mari kita jalan2 saja
ketempat luaran. . ."
Dengan penuh kegembiraan Tong Ling mengangguk,
demikianlah mereka berdua lantas berjalan keluar ruangan,
Ketika itu, masih banyak jago yang saling susul menyusul
memasuki perkampungan Lui Im San Cung.
"Tong-te!" mendadak Pek Thian Ki berseru, agaknya ia
sudah teringat akan suatu urusan. "Aku ingin menanyakan
suatu urusan kepadamu!"
"Urusan apa?" "Apa kau pernah berjumpa dengan putrinya Hu Toa Kan
itu?" "Belum. . ." Tong Ling menggeleng, sepasang matanya
yang jeli ber-kedip2, "Mengapa dia?"
"Aku ingin tahu bagaimanakah wajahnya?" seru Pek
Thian Ki sambil tertawa. "Aku dengar kecantikan wajahnya tiada bandingan
diseantero kolong langit pada saat ini."
"Oooouw yaaa. . ." waaaah. . .kalau cantik sekali
wajahnya, aku ada maksud ingin melihat sekejap
wajahnya." "Eeeeei. . . .Pek-heng, kau jangan membawa maksud
tidak baik loh terhadap gadis tersebut," goda Tong Ling
sembari tertawa. "Mana. . .mana. . .cayhe tak akan berani berniat jahat."
Pada waktu itulah mereka berdua sudah tiba disebuah
kebun bunga dibelakang ruangan besar itu, dimana tumbuh
beraneka warna bunga yang memancarkan bau harum
semerbak, ditengah kebun itu terdapat kolam dibalik kota
tersusun gunung2an, Pemandangannya sangat indah dan
mempesona. "Waaah. . .sungguh indah pemandangan ditempat ini. .
." Tak terasa lagi pemuda itu berguman.
"Pek-heng, coba kau lihat siapakah itu?" mendadak Tong
Ling berteriak tertahan. "Dimana?" seru Pek Thian Ki melengak.
"Itu diatas loteng depan kita."
Mengikuti arah yang ditunjuk Pek Thian Ki alihkan sinar
matanya, tampaklah disamping jendela bangunan loteng
dihadapannya berdiri seorang gadis cantik berbaju warna
merah. Usianya kurang lebih tujuh, delapan belas tahunan,
boleh dikata wajahnya amat cantik dan mempesonakan
setiap orang yang memandang. Untuk beberapa saat
lamanya perhatian Pek Thian Ki benar2 terpesona atau
lebih tepatnya terpikat oleh kecantikan wajah gadis tersebut.
Lama sekali ia memandang dara berbaju merah itu
dengan pandangan mendelong. "Sungguh amat cantik!"
Pujinya tanpa terasa. "Ehmmm. . .ia memang seorang gadis yang amat
cantik," sambung Tong Ling dengan cepat.
Air muka Pek Thian Ki langsung saja berubah merah
jengah, ia terpaksa tertawa jengah, "Benar, dara tersebut
betul2 amat cantik, entah siapakah dia orang. . . .?"
"Kemungkinan besar adalah putri dari Hu Toa Kan!"
"Tidak salah! Ada kemungkinan besar. . ." Teriak Pek
Thian Ki tak tertahan, Hatinya merasa bergetar sangat
keras. Belum habis pemuda itu menyelesaikan kata2nya,
mendadak dari belakang punggung mereka berkumandang
datang suara langkah manusia yang memecahkan
kesunyian, Seorang kakek tua berbaju merah tahu2 sudah
tiba dibelakang tubuh mereka berdua.
"Kongcu berdua, maaf aku orang mengganggu sebentar
ketenangan kalian," seru orang tua itu sambil tertawa.
"Ada urusan apa?"
"Tolong tanya apakah kalian berdua datang kemari
hendak menyampaikan ucapan selamat buat Loo-ya kami?"
"Benar!" "Kawan-kawan Bu-lim kini sudah mulai menyampaikan
ucapan selamat mereka, kalian berdua mari ikuti diriku."
Pek Thian Ki tersenyum dan mengangguk, tapi tidak
urung ia melirik kembali sekejap kearah dara cantik diatas
loteng tersebut, kemudian baru berlalu dari sana. Pek Thian
Ki serta Tong Ling dengan mengikuti dari belakang kakek
tua berbaju merah itu berjalan masuk kedalam ruangan
pesta, Tampaklah ditengah ruangan yang besar itu teratur
empat, lima puluh buah meja perjamuan, Diatas dinding
sembahyang terpancang sebuah kata 'So' yang amat besar
dan terbuat dari kertas warna emas.
Disamping tulisan besar itu tergantung pula beberapa
deret tulisan yang kira2 berbunyi sebagai berikut "Panjang
Usia bagaikan tingginya gunung Lam San, Banyak rejeki


Misteri Rumah Berdarah Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bagaikan Lautan Tong Hay."
Lampu lilin warna merah memancarkan cahaya terang
benterang menerangi seluruh ruangan yang penuh diliputi
rasa kegembiraan. Diatas kursi kebesaran duduklah seorang kakek tua
berusia limapuluh tahunan dengan wajah memancarkan
cahaya merah pula, tubuhnya memakai jubah warna merah
yang terukirkan kata2 'So' dari benang emas. Pada saat itu
ia sedang mengangguk menerima ucapan selamat dari para
jago Bu-lim yang hadir diruangan tersebut.
"Orang inikah yang bernama Hu Toa Kan?" Bisik sang
pemuda dengan suara yang lirih.
"Benar!" Suasana kembali berubah jadi hening, sunyi dan tidak
kedengaran sedikit suarapun.
Pada waktu itulah. . . . Ucapan selamat sudah selesai, dan Hu Toa Kan sambil
tersenyum bangun berdiri, ujarnya lantang;
"Didalam merayakan ulang tahunku, kawan2 sekalian
tiada kenal lelah, jauh2 dari ujung dunia datang mengikuti
perayaan ini, dalam hati aku orang she Hu benar2
mengucapkan banyak terima kasih atas perhatian dari
saudara-saudara sekalian."
Sinar matanya per-lahan2 menyapu sekejap keseluruh
ruangan. "Dari tempat jauh saudara sudah datang kemari, aku
orang she Hu tiada barang yang berharga untuk dijamukan,
biarlah aku gunakan air arak sebagai tanda terima kasihku."
ooo O ooo Ditengah suara teriakan 'Hidangkan Arak', tampaklah
pelayan2 mulai mengatur sayur serta arak diatas meja
perjamuan. "Saudara-saudara sekalian, aku orang she Hu
akanmenghormati kalian dengan secawan arak sebagai
tanda terima kasihku," Seru Hu Toa Kan kemudian dengan
cawan arak diangkat keatas.
Semua hadirin sama-sama pula angkat cawan dan
meneguk habis isinya. Seorang kakek tua yang duduk
dimeja depan mendadak bangun berdiri.
"Kitapun sudah seharusnya balas menghormati secawan
arak buat Hu-heng!" serunya keras.
Kembali para hadirin bangun berdiri dan balas
menghormati secawan arak buat Hu Toa Kan. Mengambil
kesempatan tersebut Tong Ling ikut angkat cawan keatas,
kepada Pek Thian Ki serunya;
"Pek-heng, menggunakan kesempatan ini, akupun ungin
menghormati secawan arak kepadamu."
"Tidak bisa jadi!" Pemuda itu tertawa dan menggeleng.
"Mungkinkah Pek-heng ada maksud menampik?"
"Bukan. . . bukannya begitu, karena ditengah jalan tadi
sakit hati dari siauwte sudah kumat satu kali, maka aku
tidak berani minum arak."
"Mengapa kau tidak berani?"
"Sebelum tenaga dalamku puluh enam bagian, siauwte
benar2 tidak berani ikut minum arak."
"Baiklah, kalau memang begitu sesukamulah!"
Pek Thian Ki tersenyum, ia angkat cawan dan
ditempelkan saja keatas bibirnya.
"Tong-te, terima kasih!"
Tong Ling tersenyum, senyuman tersebut amat menarik,
mempesonakan dan menggairahkan, hal ini membuat Pek
Thian Ki jadi kepincut dan merasakan hatinya berdebar
amat keras, Terutama sekali dari tubuhnya melayang keluar
segulung bau harum yang sangat aneh sekali, hal ini
semakin membuat Pek Thian Ki jadi mabok. Melihat sikap
sang pemuda yang me-longo2 seperti kehilangan nyawa,
Tong Ling jadi melengak. "Pek-heng, mengapa kau memandang diriku terus
menerus?" "Kau. . .kau sangat cantik?"
"Ngaco belo!. . ."
"Bukan ngaco belo. tapi. . .suuung. .sungguh. . .sungguh!
Kau benar2 amat cantik,"
"Bagaimana jika dibandingkan dengan nona tadi?"
Bila kau berganti dengan pakaian perempuan,
kecantikanmu tak akan kalah dari kecantikan gadis tadi?"
"Eeeei. . .kau jangan pakaikan topi kebesaran diatas
kepalaku. Pek Thian Ki tertawa riku, Mendadak terdengar
suara bentakan keras bergema memecahkan kesunyian.
"Kawan2 sekalian, tunggu sebentar, maaf aku akan
menganggu kalian sebantar."
Para tamu yang sedang minum arak dengan ramainya
sama2 meletakkan cawannya kembali keatas meja dan
alihkan sinar matanya kearah mana berasalnya suara
tersebut. Tampaklah Hu Toa Kan dengan wajah yang keren sudah
bangun berdiri, sinar matanya berkilat dan dari ujung
bibirnya tersungging satu senyuman tawar.
"Terpaksa cayhe harus mengganggu ketenangan kalian
untuk minum arak, aku ada suatu urusan yang mau tak
mau harus diberitahukan kepada saudara2 sekalian."
"Hu Cungcu, ada urusan apa" Silahkan kau orang
utarakan keluar," jawab seorang kakek berbaju kuning
dengan suara lantang. "Tolong tanya, diantara kalian pernahkah mendengar
seorang jagoan yang bernama Kiang To?"
Mendengar disebutkannya nama orang itu, rata2 air
muka semua hadirin berubah hebat, agaknya mereka
menaruh rasa jeri dan takut terhadap manusia ganas yang
amat lihay itu, Seketika itu juga suasana ditangah ruangan
besar jadi sunyi senyap, tak kedengaran sedikit suara
apapun! Air muka Pek Thian Ki sendiripun rada berubah
setelah mendengar disebutnya nama orang itu.
"Hu Cungcu! Tolong tanya, mengapa dengan dirinya?"
tanya seseorang yang tidak dapat menahan sabar lagi.
"Heee. . . . .heeee. . . .heeee. . . . . ia sudah datang!"
"Apa" Ia sudah datang" Dimanakah sekarang orangnya?"
Dengan diiringi suara teriakan tertahan, para jagoan berseru
keras, rata2 semua hadirin sudah dibuat bergidik hatinya
oleh berita ini. Sinar mata Pek Thian Ki pun dengan tajam
memperhatikan wajah Hu Toa Kan tanpa berkedip,
Suasana ditengah ruangan jadi hening, tapi dibalik itu
terlintas napsu membunuh yang amat menyeramkan.
"Kiang To!" Terdengar Hu Toa Kan membentak keras,
"Kau ingin keluar sendiri ataukah memaksa aku orang yang
menarik kau keluar dari ruangan ini?"
Para hadirin mulai saling bertukar pandangan dengan
pikiran penuh tanda tanya, agaknya orang yang duduk
dihadapannya merupakan Kiang To yang sedang disebut
itu, suasana berubah semakin sunyi lagi.
"Tong Loo-te! Apakah dia orang benar2 sudah datang?"
bisik Pek Thian Ki dengan suara yang amat lirih.
"Kemungkinan besar!"
Hu Toa Kan yang melihat lama sekali Kiang To tidak
suka unjukkan diri, air mukanya segera berubah hebat;
"Kiang To! Kau sungguh2 tidak mau keluar" Apakah kau
ingin paksa aku orang turun tangan sendiri?" kembali
bentaknya. Ruangan tetap sunyi senyap tak kedengaran sedikit
suarapun. Sinar mata Pek Thian Ki pun melototi diri Hu
Toa Kan semakin tajam. "Heee. . . .heee. . .heee. . .Kiang To! Kalau memang kau
tiada maksud untuk keluar sendiri, terpaksa aku harus turun
tangan sendiri untuk mengundang kau keluar." seru Hu Toa
Kan sambil tertawa dingin.
Para jago Bu-lim yang ada didalam dunia Kangouw ratarata
mulai mengalihkan sinar matanya keatas wajah Hu
Toa Kan, tampaklah siorang tua itu selangkah demi
selangkah mulai berjalan diantara meja2 perjamuan.
Suasana didalam ruangan amat sunyi, hening dan tidak
kedengaran sedikit suarapun, Kecuali suaar langkah kaki
Hu Toa Kan yang teratur, hampir2 membuat jarum yang
jatuh keatas tanahpun kedengaran.
Mendadak. . . Hu Toa Kan berbelok dan langsung
menuju kearah meja yang ditempati oleh Pek Thian Ki serta
Tong Ling, hal ini membuat kedua orang itu jadi terkejut
dan saling bertukar pandangan.
Waktu itu Hu Toa Kan telah tiba disisi tubuh Pek Thian
Ki, Air muka pemuda itu langsung saja berubah hebat,
jantungnya terasa berdebar keras.
"Heee. . .heee. . .heeee. . . Kiang To! Kalau memang
sudah datang kemari, mengapa kau orang tidak langsung
menyambangi diriku secara terang2an dan blak2an?" tegur
siorang tua itu sambil tertawa seram.
"Apa" Dia adalah Kiang To?" terdengar suara jeritan
tertahan dari para jago yang hadir didalam ruangan.
"Kiang To adalah pemuda kurus itu?"
". . . .Apakah betul mereka?"
Suasana berubah jadi gaduh, teriakan-teriakan tidak
percaya mulai tersebar simpang siur, rata-rata air muka para
jagoan pun mulai berubah hebat.
"Apa kata kau?" terdengar Pek Thian Ki pun berseru
tertahan. "Hmmmm! Kau adalah Kiang To!"
"Kau sedang ngaco belo!"
"Ngaco belo?" "Benar, kau sedang ngaco belo, aku bukan Kiang To, aku
bernama Pek Thian Ki."
"Heeee. . . heeee. . . heeee. . . aku tahu kalau kau
bernama Pek Thian Ki," seru Hu Toa kan sambil tertaw
dingin. . .Tetapi nama tersebut nama samaranmu, dan
namamu yang sebenarnya adalah Kiang To."
"Kurang ajar, aku harap kau jangan ngaco belo lagi!"
Saking gusarnya Pek Thian Ki membentak keras.
"Hmmm! Kalau memang tujuanmu datang kemari untuk
menyatroni diriku, mengapa tidak berani pula untuk
mengakui?" Mendadak Pek Thian Ki pun tertawa dingin, "Jadi kau
suruh aku mengakui kalau aku adalah Kiang To?"
"Sedikitpun tidak salah!"
"Tapi, aku kan sudah berkata kalau aku bukan orang
itu." "Aku punya cara untuk membuktikan."
"Heeee. . . .heeee. . . heeee. . . aku ingin tahu dengan
menggunakan cara apa kau ingin membuktikan diriku
adalah Kiang To," Tantang Pek Thian Ki sambil tertawa
dingin. "Mari silahkan!"
Ditengah suara seruan tersebut, dengan langkah lebar Hu
Toa Kan sudah melangkah keluar ketengah ruangan. Pek
Thian Ki tertawa dingin, ia pun dengan mengikuti dari
belakang tubuh Hu Toa Kan berjalan keluar dari meja
perjamuan langsung menuju ketengah ruangan.
Sinar mata semua orangpun mulai dialihkan keatas
tubuh kedua orang itu, mereka mulai memperhatikan
dengan cermat dan penuh perhatian. Setibanya ditengah
ruangan, mereka berdua ber-sama2 menghentikan langkah
kakinya dan putar badan saling ber-hadap2an.
Cinta Bernoda Darah 1 Senyuman Dewa Pedang Karya Khu Lung Kisah Dewi Kwan Im 2

Cari Blog Ini