Ceritasilat Novel Online

Naga Pembunuh 19

Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara Bagian 19


tidaklah seperti biasanya, laki-laki ini sesungguhnya sudah
lemah dan habis tenaga dikejar-kejar Giam Liong maka jerit
atau teriakan Thio Leng memecah ke segala penjuru, untuk
terakhir kalinya. "Tolong... tolong.... Kedok Hitam di sini!"
Laki-laki itu terkejut. Ia ceroboh dan terlalu gegabah kalau
menganggap dirinya aman total. Ia tak tahu bahwa beberapa
saat setelah dirinya lenyap maka Giam Liong yang pertama
kali tersentak dan terbelalak lebar tiba-tiba kaget bukan main
kehilangan lawannya itu. Han Han bukanlah musuhnya karena
pemuda itu hanya bertindak sebagai pembela saja. Musuh
besarnya adalah si Kedok Hitam itu, laki-laki yang membunuh
dan memperkosa ibunya. Maka begitu Giam Liong terkejut dan
tak melihat laki-laki ini, membentak dan melakukan tusukan
silang di mana Han Han dipaksa mundur dan menangkis maka
Giam Liong berjungkir balik dan berteriak mengguntur.
"Han Han, mana si Kedok Hitam!"
Han Han terkejut. Ia sudah mulai berkeringat menghadapi
lawannya ini. Giam Liong sungguh hebat dan gagah. Tapi
begitu Giam Liong berjungkir balik dan marah memandang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bekas si Kedok Hitam, tempat itu telah kosong maka Beng Tan
dan anak muridnya tersentak.
"Eh, ke mana dia!"
"Benar, laki-laki itu tak ada!"
Murid-murid Hek-yan-pang geger. Mereka terkejut dan
heran sekali bagaimana laki-laki itu pergi. Tapi ketika sadar
bahwa pertandingan itulah yang terlalu menarik perhatian,
semua tertuju dan memandang ke sini maka Giam Liong
marah sekali kehilangan lawannya itu.
"Han Han, kau harus bertanggung jawab kalau ia lolos.
Awas kau, nanti kital bertemu lagi!"
Han Han tertegun. Ia terbelalak dani kaget juga, Kedok
Hitam ternyata pergi. Tapi begitu Giam. Liong meloncat dan
meninggalkannya, mata pemuda itu bagai elang mencium
mangsa maka Giam Liong me lihat percikan-percikan darah di
rumput dan tanah-tanah kering. Bagai harimau mengendus
daging segar cuping hidung pemuda ini bergerak-gerak. Giam
Liong berkelebat dan mengikuti bercak-bercak darah itu. Dan
ketika Han Han juga berkelebat dan menyusul pemuda ini,
Bengl Tan dan lain-lain juga tak mau ketinggalan maka
mereka terbelalak melihat bercak darah itu menuju markas.
Beng Tani menahan napas melihat Giatn Liong menggerenggereng. Seluruh wajah dan tubuh pemuda ini memancarkan
api, berkilau-kilauan. Menakutkan. Dan ketika bercak darah itu
hilang dan timbul lagi di tempat lain, Giam Liong terus mencari
dan hidungnya mengeluarkan asap maka saat itulah terdengar
jeritan Thio Leng. Giam Liong berkelebat ke tempat ini dan
Golok Penghisap Darah tiba-tiba mendengung. Ada sesuatu
yang memancar di badan golok itu, semacam sinar terang
yang kemerah-merahan. Dan karena jerit itu di kamar Beng
Tan dan Giam Liong tak sungkan-sungkan mendobrak kamar
ini, Beng Tan dan isterinya terkejut dan marah maka di situ
Kedok Hitam sedang bergegas menyelinapkan diri, masuk ke
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kolong tempat tidur. Thio Leng dicekik dan mati dengan urat
pecah! "Kedok Hitam, kau jahanam keparat!"
Bentakan atau seruan Giam Liong ini mengguntur. Pemuda
itu menerjang dan Kedok Hitam pucat pasi. Ia menyesal
kenapa totokannya tak tahan lama. Ia terkejut ketika Giam
Liong menjebol pintu kamar, berarti pemuda itu meninggalkan
lawannya dan saat itu Han Han dan ayah ibunya masuk. T iga
orang ini berkelebat di belakang Giam Liong, dan alangkah
berubahnya wajah mereka melihat kejadian di dalam kamar.
Thio Leng, murid Hek-yan-pang, membujur kaku dengan
tubuh telanjang bulat. Bekas dan kekejian di dalam kamar itu
sungguh terkutuk. Apalagi ini adalah kamar pribadi ketua Hekyan-pang. Bukan main bejat dan tidak tahu hormatnya lakilaki itu. Swi Cu, sang isteri, sampai mendelik mengepal tinju.
Wanita ini tiba-tiba teringat peristiwa hampir duapuluh tahun
yang lalu ketika dia juga hampir diganggu laki-laki itu. Kedok
Hitam yang tak bermoral! Dan ketika wanita ini memekik dan
tubuhnya berkelebat ke depan, Giam Liong membacok tempat
tidur namun laki-laki itu meloncat dan bergulingan di sebelah
sana maka wanita ini mengambil bagian dan kemarahannya
tak dapat ditahan. "Kedok Hitam, kau keji dan tak berperikemanusiaan!"
Kedok Hitam terkejut. Saat itu ia menghindar dari bacokan
Giam Liong namun ditendang nyonya ini, mencelat dan
membentur tembok dan selanjutnya Swi Cu melengkinglengking mengejar lawan. Nyonya yang semula menahan diri
tiba-tiba kini me ledak. Han Han, yang terhenyak dan tak
menyangka kekejian Kedok Hitam sampai bengong. Ia
sungguh tak mengira bahwa laki-laki yang dibelanya itu malah
menghina keluarganya. Kamar pribadi ayahnya dipakai untuk
memperkosa. Dan ketika pemuda itu tertegun sementara
ibunya melengking-lengking dengan kemarahan luar biasa,
Beng Tan merah padam dan pucat berganti-ganti maka Giam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Liong yang melihat campur tangan wanita ini tiba-tiba
berkelebat, mendorong. "Bibi, serahkan anjing ini kepadaku!"
Swi Cu terjengkang. Ia berteriak dan marah kepada Giam
Liong namun pemuda ku sudah meloncat ke arah lawan.
Kakinya bergerak dengan langkah sakti Pek-poh-sin-kun dan
Kedok Hitam tahu-tahu pucat mukanya melihat pemuda ini. Ia
kepepet di tembok. Dan ketika ia melotot me lihat kerjanya
Golok Maut, yang menyambar dan membacok lehernya maka
laki-laki ini melolong, tangannya menangkis.
"Ju-taihiap, toloong....!"
Tangan itu putus. Dalam panik dan ketakutannya laki-laki
ini menyambut Golok Maut, tentu saja tak kuat dan siku ke
bawah terlempar mencelat. Sekali bacok Giam Liong telah
membuat laki-laki itu menjerit dan roboh terbanting,
bergulingan. Namun ketika Giam Liong mengejar dan laki-laki
ini semakin ngeri, Giam Liong mengeluarkan tawa aneh maka
kaki kanannya menjadi sasaran dan selanjutnya laki-laki ini
menjadi bulan-bulanan kemarahan Giam Liong. Kamar itu
besar namun tidak cukup besar bagi Kedok Hitam melarikan
diri. Ke manapun ia melempar tubuh ke situ pula ia
membentur tembok atau meja kursi. Akibatnya tentu saja fatal
dan Giam Liong telah membuntungi kaki tangannya. Tubuh
yang semula gagah dan tinggi itu sekarang menjadi pendek.
Golok Maut telah menabas paha dan kedua pangkal lengan
laki-laki ini. Dan ketika untuk terakhir kalinya Giam Liong
tertawa bergelak menyambar kedok laki-laki itu, merenggut
dan membukanya maka bersamaan itu goloknya menyilang ke
kiri kanan ke bawah pusar laki-laki itu, sebelum akhirnya
dilepas dan membabat leher.
"Coa-ongya, sekarang aku menepati janjiku.... crat-crat!"
Bergumpal daging mengiringi pekik ngeri laki-laki ini. Giam
Liong, yang bagai harimau haus darah tiba-tiba telah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengakhiri kebuasannya dengan bacokan ke bagian rahasia
laki-laki itu. Darah dan potongan daging muncrat ke manamana. Swi Cu menjerit dan menutupi muka melihat ini.
Pemandangan itu sungguh membuat orang merasa ngeri, juga
muntah. Dan ketika benar saja nyonya itu membalik dan
muntah-muntah bagian yang amat dibenci Giam Liong telah
menjadi cacahan perkedel maka kepala Kedok Hitam mencelat
dan menggelinding di lantai, berhenti dan menumbuk dinding
dan Han Han terbeliak dengan muka merah kehitam-hitaman.
Pembantaian paling sadis terjadi di depan matanya. Ia sejak
tadi terkesima dan seakan melihat mimpi buruk akan apa yang
ada di depan matanya ini. Tapi begitu pembantaian itu selesai
dan Han Han tersentak, ayahnya juga terkejut dan berseru
keras maka pemandangan lebih mengerikan lagi terpampang
di depan mata. Dan itu adalah perbuatan Giam Liong yang di
luar dugaan. Karena begitu lawan berhasil dirobohkan dan
Golok Maut menancap di dinding, bergetar dan bergoyang
setelah membabat kepala Kedok Hitam maka Giam Liong
berlutut dan menghirup darah lawan. Pemuda itu tertawa dan
menangis dan kedua tangannya ditengadahkan ke atas. Dan
ketika ayah dan anak terpaku tak dapat bergerak maka
terdengarlah tawa atau tangis Giam Liong itu.
"Ibu... ayah... lihatlah. Aku telah membunuh musuh
besarku ini. Lihatlah ia telah kucincang dan aku mereguk
darahnya. Ha-ha, aku telah memjenuhi sumpahku, ibu. Dan
aku sekarang keramas darahnya!"
Benar saja, Giam Liong meraup dan keramas darah lawan.
Ia berlutut di batang leher yang deras mengucurkan darah itu
dan di sinilah ia menggelogok dan mencuci dendamnya. Api
kebencian itu telah lumat. Dendam dan sakit hati itu telah
terbalas. Tapi ketika semua orang merasa ngeri dan seram
oleh tingkah laku pemuda ini, Giam Liong bagai binatang buas
yang menikmati daging segar maka berkelebat sesosok
bayangan dan jeritan nyaring
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Giam Liong...!"
Semua menoleh dan terkejut. Seorang gadis cantik, yang
awut-awutan dan lusuh pakaiannya tiba-tiba berteriak dan
masuk ke kamar itu. Giam Liong juga menengok dan dua
pasang mata beradu di udara, Dan begitu masing-masing
sama terkejut dan tersentak, gadis ini merasa ngeri oleh sikap
Giam Liong maka pandangannya bertumbuk oleh sebuah
kepala di atas lantai, juga Golok Maut yang masih bergetar
dan menancap tembok. Dan begitu ia mengamati kepala itu
dan wajah yang rusak segera dikenalnya, itulah wajah
ayahnya maka gadis ini menjerit, histeri.
"Ayahhh....!" Semua meremang dan berdiri bulu kuduknya. Yu Yin, gadis
itu, menambah suasana lebih memukau lagi. Gadis ini
menubruk dan mengguguk di situ, memeluk dan menciumi
kepala tanpa tubuh ini dan siapapun mengkirik mendengar
jerit tangisnya. Gadis ini seperti kesurupan. Tapi begitu ia
mendongak dan melihat Golok Maut, golok yang masih
bergoyang dan bergetar menancap tembok tiba-tiba ia
meloncat dan berteriak nyaring.
"Giam Liong, kau membunuh ayahku!", dan bergerak serta
menyentak golok itu, membalik, tiba-tiba Yu Yin telah
menerjang dan membabat leher Giam Liong. Gadis ini marah
bukan main oleh kematian ayahnya. Guncangan yang amat
berat memukulnya. Ia betul-betul shock. Tapi ketika golok
menyambar dan Giam Liong tetap berlutut, pemuda itu
membelalakkan mata maka Han Han dan ayahnya kaget
berseru keras. , "Giam Liong, awas..!"
Namun Giam Liong tak bergeming. Pemuda ini mengalam i
perubahan psikis sete lah pembunuhan itu dilakukan. Jiwa
yang semula penuh dendam dan api mendadak padam.
Apalagi sete lah kekasihnya datang ke situ, melihat dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyaksikan apa yang dia lakukan. Dan karena yang dibunuh
adalah ayah kekasihnya pula, orang tua gadis itu maka detak
bagai palu godam menghantam pemuda ini. Api kebencian
dan dendam mendadak sirna. Giam Liong tertusuk oleh
pandang mata kekaslhnya pandang mata kaget dan ngeri
serta macam-macam lagi yang bercampur-aduk. Saat itu juga
semacam kepedihan merobek hati pemuda ini. Giam Liong
tiba-tiba ingin bunuh diri! Dan ketika kebetulan kekasihnya itu
menerjang dan Golok Maut dicabut dan dibacokkan ke
lehernya, pemuda ini tak ingin mengelak maka golok
membabat dan sinar putih panjang meluncur ke leher pemuda
ini. Sekali tersabet tentu Giam Liong menggelinding kepalanya.
Tapi ketika bayangan putih bergerak dan itulah Han Han
yang sadar lebih dulu disusul ayahnya yang bergerak dan
menotok pundak Yu Yin maka Giam Liong selamat tapi Golok
tetap menyambar ke kiri. Putuslah lengan Giam Liong.
"Crak!" Jerit dan pekik sana-sini menggema di ruangan itu Giam
Liong seketika roboh dan mandi darah dan Yu Yin menjerit
Sama seperti Giam Liong iapun tadinya penuh marah dan
benci. Tapi begitu pemuda itu menerima serangannya dan
tidak mengelak atau menangkis, Giam Liong sengaja
menyerahkan kepalanya maka Yu Yin terpekik dan berseru
tertahan. Pukulan Han Han membuat bacokannya melenceng
sementara totokan Ju-taihiap membuatnya roboh. Golok
mencelat dan dirampas pendekar itu. Dan ketika Yu Yin
menjerit dan sadar akan tindakannya, kemarahan berubah
menjadi kecemasan tiba-tiba gadis itu meraung.
"Giam Liong,... Giam Liong.... jangan tinggalkan aku.
Jangan mati!" Kamar itu menjadi ribut. Tangis dan raungan Yu Yin
memenuhi segalanya dan heran serta mengejutkan mendadak
ia lepas. T otokan Beng T an melumpuhkannya tapi dengan Piki-hu-hiatnya ia mampu membebaskan diri. Inilah Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keistimewaan gadis itu. Dan ketika Yu Yin sudah meloncat lagi
dan menubruk Giam Liong, menguguk dan tersedu-sedu
memeluk pemuda itu mendadak ia membenturkan dahinya
dan ingin mati bersama, mengira pemuda itu tewas.
"Giam Liong, tunggu aku. Biar kita beriring ke akherat!"
Namun sesosok bayangan lain berkelebat. Tang Siu, gadis
baju putih membentak dan berseru nyaring. Sesungguhnya
gadis ini ada di belakang dan kini mencengkeram Yu Yin, tepat
di saat temannya itu membenturkan dahi. Dan ketika gerakan
Tang Siu amatlah tepat karena saat itu Han Han dan ayah
ibunya membelalakkan mata, kamar pribadi ini penuh
gelimang darah dan bau anyir maka Yu Yin tersentak dan
terangkat naik. Gadis itu terkejut dan marah, menjerit dan
meronta namun Tang Siu memberi tahu bahwa Giam Liong
masih hidup. Pemuda itu hanya pingsan dengan buntungnya
lengan, juga tentunya peristiwa demi peristiwa yang bertubi


Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dialam i. Dan ketika Han Han dan ayahnya juga bergerak dan
mencengkeram puteri Coa-ongya ini, darah di tubuh Giam
Liong bukanlah darahnya sendiri melainkan bercampur dengan
darah orang lain maka gadis itu tertegun namun air mata
tetap deras mengucur. Dan Ju-taihiap berkata dengan suara
serak, menggigil. "Dia benar, Giam Liong masih hidup. Tapi siapakah
temanmu ini." Yu Yin menangis. Ia mengguguk dan tak menjawab dan
tiba-tiba pingsan. Kecemasan dan kegembiraan bercampur
menjadi satu, juga kekagetannya melihat kematian ayahnya
itu. Dan ketika ia roboh namun Tang Siu memeluknya, Han
Han tertegun dan berkejap gembira maka pemuda inilah yang
menjawab, lirih, "Inilah gadis yang kuceritakan itu, ayah. Inilah Tang Siu
yang dulu menolongku dari tangan Eng Hwa. Ia gadis gagah
perkasa yang mengagumkan hatiku!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hm, dia kiranya" Gagah sekali. Tapi maaf, kita harus
keluar dari kamar ini dan biarkan murid-murid membersihkan
dahulu!" Tang Siu buru-buru memberi hormat, dijawab anggukan
dan gadis itu saling lirik dengan Han Han. Tak diduganya
pemuda itu ada di sini, dan kiranya pemuda ini adalah putera
ketua Hek-yan-pang, pemuda gagah yang ayahnya juga
memiliki nama besar! Dan ketika Han Han mengangguk dan
memberi isyarat kepadanya, kejadian mengerikan di kamar itu
harus dibersihkan maka Tang Siu ditemani Han Han
sementara Beng Tan dan isterinya menolong Giam Liong.
Betapapun rasa tak senang mengganggu suami isteri itu
namun dendam dan kemarahan pemuda itu dapat diterima.
Swi Cu yang mendengar kematian sucinya diam-diam
menangis. Giam Liong dan ibunya sebenarnya dalam
penderitaan batin. Dan karena perbuatan Kedok Hitam juga
sungguh keji sekali, di saat terakhir masih memperkosa dan
menghina mereka maka Beng Tan dan isterinya yang
menolong Giam Liong menjadi iba melihat buntungnya lengan
kici pemuda itu. Meskipun semula mereka merasa tak setuju
dan ngeri oleh tindak-tanduk pemuda ini namun sekacang
semuanya telah berakhir. Bahkan, Giam Liong tadi siap
menyerahkan nyawanya di tangan Yu Yin. Tanda bahwa
sesungguhnya pemuda itu tak akan menjadi "iblis" kalau
bukan karena sesuatu yang benar-benar hebat terjadi,
penderitaan dan kisah malangnya ditinggal ayah ibu. Dan
ketika semua murid membersihkan kamar ketua, kamar bekas
pembantaian amat mengerikan maka Giam Liong sendiri
mendapat perawatan bekas ayah angkatnya.
-0-dw-0- Tiga hari kemudian. Suasana di Hek-yan-pang masih diliputi
mendung perkabungan. Thio Leng, anak murid Hek-yan-pang
yang tewas telah dimakamkan sebagaimana mestinya. AnakTiraikasih Website http://kangzusi.com/
anak murid tak ada yang berwajah cerah namun kejadian itu
menjadi pembicaraan bisik-bisik di antara sesama mereka.
Keberingasan Giam Liong dalam membunuh Kedok Hitam
ramai membuat anak murid bergidik. Kedok Hitam juga sudah
dimakamkan dan atas permintaan Yu Yin gadis itu
menghendaki jenasah ayahnya dikubur di hutan di luar Hekyan-pang. Yu Yin telah mendengar cerita tentang ayahnya dan
gadis ini malu bukan main. Perbuatan ayahnya yang
memperkosa murid Hek-yan-pang sungguh menampar.
Teringatlah dia akan beberapa saputangan hitam di kamar
ayahnya, saputangan yang biasa dipakai gurunya si Kedok
Hitam yang ternyata juga adalah ayahnya sendiri. Gadis ini
terhuyung dan menutupi muka ketika mendengar cerita itu.
Han Han lah yang bercerita didampingi Tang Siu, karena dua
orang itulah yang selalu menemani dan menjaganya. Dua hari
ini Y u Yin selalu menangis saja. Dan ketika di sana Giam Liong
terserang demam, tak sadar dan menggigil maka Yu Yin
terisak-isak melihat buntungnya lengan pemuda itu, air mata
jatuh berderai. "Bagaimana dengan dia, apakah betul tidak apa-apa.."
"Giam Liong akan sembuh. T api guncangan jiwanya masih
bergetar, nona. Harap kau menjauh dulu dan biarkan ia
bersama kami," Beng Tan, yang merawat dan menjaga
pemuda itu minta agar Yu Yin tidak sering menengok.
Pendekar itu khawatir ada apa-apa yang tidak baik, kalau
nanti dua orang muda itu sendirian bertemu. Dan karena
demam yang dialami pemuda ini juga butuh pengamatan
cermat supaya tidak meninggi maka sang pendekar memberi
isyarat puteranya agar Han Han membawa dulu puteri Coaongya itu ke tempat, lain, bersama Tang Siu. Dan Han Han
mengerti. "Benar, biarlah kita serahkan mereka, Y u Yin. Biarkan ayah
yang nanti memberi tahu kalau Giam Liong sudah sembuh
betul. Lengannya yang luka itu juga butuh perawatan serius."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dan aku yang membuntunginya. Ooh, aku menyesal, Han
Han. Aku ingin menukarnya dengan tanganku sendiri. Ooh,
aku berdosa kepada Giam Liong!"
"Hm, sudahlah. Semua dalam keadaan tak sadar. Kalau
sadar tentu tidak begitu. Mari kita keluar dan berjaga di
tempatmu saja." Yu Yin terisak-isak. Dia juga baru saja sembuh dari demam
setelah peristiwa hebat itu terjadi. Pukulan dan guncangan
menghantam batinnya. Kalau tak ada Han Han dan ayah
ibunya di situ barangkali ia dapat gila. Dan karena Tang Siu
juga selalu menghibur dan inilah teman wanita satu-satunya
yang paling setia, Y u Yin dapat menumpahkan perasaannya di
situ maka kepada gadis inilah Yu Yin berbagi duka.
"Aku malu kepada Ju-taihiap. Aku sebenarnya ingin
menyingkir jauh-jauh!"
"Kenapa?" "Ah, sepak terjang ayahku membuatku malu seumur hidup,
Tang Siu. Bayangkan ia telah menghina keluarga ini padahal
Han Han membelanya!"
"Hm, sudahlah. Tak usah kita bicarakan ayahmu, Yu Yin.
Apa yang telah lewat tak usah dibicarakan lagi. Aku ingin
bertanya apa yang akan kaulakukan kalau nanti Giam Liong
sembuh." "Aku... aku..." gadis itu berhenti, tiba-tiba bercucuran air
mata. "Aku ingin minta maaf, Tang Siu. Tapi aku tak dapat
mengembalikan lengannya itu!"
"Bagus, kau tak akan membunuhnya, bukan?"
"Apa" Gila! Aku tak mungkin melakukan itu. Aku tahu sepak
terjang ayahku yang sebenarnya!"
"Kalau begitu aku tak khawatir lagi. Dan aku dapat
melepasmu bersama Giam Liong tanpa ganjalan lagi."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau mau ke mana?" Yu Yin tiba-tiba tertegun
mencengkeram gadis ini. "Bicaramu aneh, Tang Siu. Kau
seolah mau pergi!" Gadis ini menarik napas dalam, tersenyum, pahit. "Kau
menghendaki bagaimana, Yu Yin" Masa kita harus selalu
berkumpul berdua" Aku sudah rindu guruku, aku ingin pulang
ke Kun-lun. Dan tentunya tak mungkin kita harus terusterusan di sini. Ini rumah orang, kita tamu. Kaupun harus
pergi kalau Giam Liong sembuh!"
Yu Y in tiba-tiba sadar. Mendadak ia menjerit dan memeluk
kencang temannya ini. Perpisahan itu tiba-tiba terasa dan Y u
Yin mengguguk. Namun ketika dengan lembut gadis Kun-lun
ini membelai rambutnya maka Tang Siu berkata,
"Yu Yin, tak ada orang berkumpul selamanya, seperti juga
tak ada orang berpisah selamanya. Kalau kau sudah tidak
mengganggu Giam Liong lagi aku lega dan tidak merasa
khawatir. Kita tentu harus berpisah. Aku bertahan di sini
semata karena ingin menemanimu. Aku turut prihatin atas
nasib burukmu." "Terima kasih. Tapi.... tapi tak kuat rasanya kalau aku
berpisah denganmu, Tang Siu. Kau sahabat dan pelindungku
paling setia. Aku berhutang banyak budi kepadamu!"
"Hush, omongan apa ini" Kau dan aku sama-sama wanita,
Yu Yin, dan aku dapat merasakan penderitaanmu. Kita
berjodoh untuk bertemu, dan aku kagum kepadamu!"
"Kagum" Ah, kagum kepada seorang puteri manusia sesat"
Aduh, jangan mengejekku, Tang Siu. Akulah yang kagum dan
hormat kepadamu. Kau benar-benar seorang pendekar gagah
dan gadis mengagumkan. Aku iri kepada orang tuamu yang
melahirkanmu!" "Hm, aku tak tahu siapa orang tuaku. Aku sudah diambil
murid sejak kecil oleh guruku. Sudahlah, aku benar-benar
kagum kepadamu, vYu Yin. Kagum bahwa kau berbeda jauh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan ayahmu. Kau sebutir mutiara di tengah-tengah lumpur
yang kotor. Dan kau tak terpikat oleh segala kesenangan atau
kemewahan istana. Kau puteri bangsawan yang bersahaja.
Dan inilah yang mengagumkan hatiku!"
"Ah, tak seberapa dibanding dirimu, Tang Siu. Aku merasa
tetap ditempeli dosa ayahku itu. Apa kata orang kalau ingat
kekejamannya!" "Orang tak akan mengingat-ingat itu. Kau adalah pribadi
yang lain dan tidak seperti ayahmu. Kau berbeda! Kau
sekuntum mawar harum yang kebetulan hidup di tengahtengah pecomberan!" "Sudahlah, tak usah memuji-mujiku, Tang Siu. Yang jelas
aku tak mau lagi tinggal di istana. Segala gelar dan sisa-sisa
kebangsawananku akan kucopot. Aku ingin hidup jauh dari
istana, sebagai wanita biasa!"
"Maksudmu kau tak.pulang ke rumah?"
"Benar." "Kalau begitu ke mana?"
"Aku hendak mengikuti Giam Liong, Ke mana dia pergi ke
situlah aku hidup, Aku... aku ingin menebus dosa kepadanya!"
Tang Siu terharu. Tiba-tiba ia memeluk dan mencium
sahabatnya ini. Air mata meleleh dan cinta yang besar
dilihatnya di s itu. Memang sejak dulu Giam Liong dan gadis ini
sebenarnya saling cinta. Dan teringat betapa Yu Yin siap
menerjang bahaya demi pujaannya itu, tak takut dan gentar
membela Giam Liong maka bayangan Han Han muncul. Tadi
pemuda itu meninggalkan mereka sebentar.
"Ayah memanggil Yu Yin, sendiri. Mohon kalian keluar dan
aku ingin bercakap-cakap sebentar denganmu."
Tang Siu tertegun. "Yu Yin?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya, ia, Tang Siu. Dan aku ingin bercakap-cakap sebentar
denganmu. Ada sesuatu yang penting!"
Dua gadis itu bangkit berdiri. Yu Yin malah girang karena
mungkin Giam Liong sudah sadar. Dan begitu Han Han
mempersilahkannya dan ia bergerak keluar, menghapus air
matanya maka Han Han mengajak Tang Siu ke taman, di
belakang bangunan. Dan ketika gadis ini mengikuti dan
oerdebar karena ada sesuatu yang dirasakan, Han Han tidak
seperti biasa dan dua kali menumbuk batu, terpelanting dan
hampir jatuh maka di sebuah tanaman anggrek pemuda ini.
berhenti. Dan alangkah herannya T ang Siu melihat wajah Han
Han yang merah dan pucat berganti-ganti.
"Eh, kau sakit, Han Han" Kau tidak enak badan" Kau mau
diserang demam juga?"
"Tidak," suara Han Han gemetar dan seperti orang
kedinginan, menggigil. "Aku ... aku hendak bertanya
kepadamu, Tang Siu. Benarkah kau hendak pulang ke
Kunlun!" "Eh!" gadis ini terkejut, melengak., "Kau mendengar
pembicaraan itu?" "Maaf, tadi aku hendak masuk ketika kalian tampak
berangkulan, Tang Siu. Aku berhenti di luar dan terpaksa
menunggu. Dan... dan aku mendengar kata-katamu tadi."
"Hm, ada apakah," gadis ini tak mengerti, merasa heran.
"Bukankah wajar dan itu bukan hal aneh. Masa aku harus
selalu menumpang di Hek-yan-pang. Aku tamu, malah
sebenarnya tak diundang!"
"Kau.... kau tidak senang di sini?"
Gadis ini terkejut, dua mata beradu. Dan ketika Tang Siu
melihat sorot aneh di mata Han Han, seperti bingung atau
penuh permohonan maka dia menahan detak jantungnya
karena tiba-tiba ada sambaran mesra di mata putera ketua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hek-yan-pang ini. Dan Tang Siu tiba-tiba menggigil, ikut tak
keruan. "Han Han, apa sebenarnya maksudmu. Aku jadi bingung
mendengar kata-katamu. Apa yang hendak kau tuju!"
"Aku... aku..." Han Han tercekik. "Aku sedih mendengar
kata-katamu tadi, Tang Siu. Apakah kau tak kerasan di sini,
tak senang!" "Tentu saja aku senang, tapi..."
"Tapi bagaimana kalau tidak buru-buru pergi dulu" Aku
mengharap lebih lama lagi kau tinggal di sini, Tang Siu.
Syukur kalau selamanya?"
"Han Han...!" Namun Han Han tiba-tiba menyambar dan mencekal
lengannya. Ada sesuatu yang berat diperjuangkan pemuda itu
dan ketika Tang Siu terkejut tiba-tiba Han Han menggenggamnya erat-erat. Aneh sekali, Han Han tiba-tiba
menangis! Dan ketika pemuda itu memejamkan mata dan
Tang Siu tak mampu melepaskan tangannya, gadis ini
berdetak dan menggigil maka Han Han berkata, terputusputus, tersedak, "Tang Siu, aku.... aku hendak menyatakan
apa yang selama ini mengganggu perasaanku. Aku... aku
hendak menyatakan cinta! Apakah kau menerima cintaku"
Apakah... apakah kau mau tinggal lebih lama di sini" Aku
butuh jawabanmu, Tang Siu. Atau nanti aku bisa mati berdiri
dihimpit perasaan ini!"
Tang Siu menjerit tertahan. Rasa heran dan kagetnya tiba

Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tiba menjadi perasaan terkejut. Mukanya seketika merah
padam dan tiba-tiba ia membetot lepas tangannya itu. Dan
ketika Han Han terkejut dan membuka mata, ia menyatakan
cinta bagai seorang dusun berhadapan dengan seorang
panglima perang maka Han Han tersentak melihat gadis itu
melarikan diri, menangis, masuk kamar!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tang Siu...!" Putera Ju-taihiap yang gagah ini berdetak. Ia kaget dan
penasaran oleh sikap gadis ini dan Han Han tentu saja
mengejar. Han Han jatuh lagi ketika keserimpet akar-akaran,
gugup dan bangun dan mengejar lagi dengan muka berubah.
Ada ra-sa takut di hati pemuda itu. Ada rasa terpukul. Dan
ketika hampir saja Han Han menabrak pintu kamar yang
dibanting, pemuda ini berteriak maka dilihatnya gadis Kun-lun
itu mengguguk di tempat tidur. Kepalanya dibenamkan di
bawah bantal! "Tang Siu, aku... aku salah apa..." Han Han lupa menutup
pintu kamar, berlutut dan bertanya dan mukapun merah pucat
tak keruan. Seumur hidup baru kali ini menyatakan cinta tibatiba saja mendapat sambutan seperti itu. Kontan Han Han
bingung. Dan ketika murid Yang Im Cinjin ini berbisik dan
kembali bertanya, gemetar, aneh sekali Tang Siu ma lah
tersedu-sedu. Dan Han Han malah mematung.
"Sst...!" sebuah panggilan tiba-tiba mengejutkan. "Kemari,
Han Han. Tinggalkan dia sebentar!"
Han Han menoleh. Dia kaget lupa menutup pintu kamar
dan Ki Bi, bibinya muncul di situ. Dan ketika wanita itu
menggapainya agar dia keluar, Han Han bangkit dan
membiarkan Tang Siu mengguguk maka di luar pintu kamar
wanita itu berbisik, "Berikan bunga ini kepadanya. Kalau dia menolak berarti
tak cinta tapi kalau diterima berarti cintamu tak bertepuk
sebelah tangan!" "Bibi tahu?" "Aku pernah muda, Han Han, dan aku tentu saja tahu
watak..wanita. Berikanlah, dan cepat masuk lagi!"
Sang bibi menghilang. Di genggaman tangan Han Han
terdapat setangkai mawar merah yang segar dan sedang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berkembang. Harumnya menyengat hidung dan Han Han
kagum sekali akan bunga ini. Namun, meng gigil dan masuk
lagi, berjingkat, Han Han kembali berlutut dan isak atau tangis
gadis itu reda. Rupanya Tang Siu heran dan curiga juga
kenapa suara Han Han tiba-tiba hilang. Ke manakah pemuda,
itu. Dan ketika ia menggerakkan kepalanya dan melirik, dari
bawah bantal, mendadak saja Han Han menyusup di situ dan
dua-duanya terkejut. Lucu. Dan Tang Siu tiba-tiba terkekeh,
kaget tak dapat menahan geli!
"Heii.!" keberanian Han Han seketika bangkit, gadis itu
meloncat dan lari keluar kamar. "Ada apa, Tang Siu. Kenapa
menangis dan kini tertawa. T unggu, aku membawa sekuntum
bunga!" Namun gadis itu tak menoleh. Han Han harus berjungkir
balik dan menghadang di depan kalau ingin menghentikan
gadis ini. Dan ketika benar saja Tang Siu menjerit hampir
menabraknya, gadis itu menahan larinya maka Han Han
gembira menawarkan bunga mawarnya itu. Sikap Tang Siu
mengembalikan keberaniannya.
"Aku hendak mengulang pertanyaanku tadi. Kalau kau
menerimanya harap terimalah persembahan ini. Namun kalau
kau menolaknya harap dibanting dan dicampakkan!"
Tang Siu tertegun. Ia merah padam melihat mata Han Han
yang bersinar-sinar. Mata itu masih lembut dan penuh mesra,
tak mampu ia melawannya. Dan ketika ia menunduk dan Han
Han menyusupkan bunga mawarnya, bau harum menyengit
hidung tiba-tiba Tang Siu menangis dan memejamkan mata.
Mawar itu dicekal erat-erat!
"Ting Siu...!" Han Han girang bukan main. Hatinya serasa
melonjak dan tentu saja pemuda ini me lompat. Dan ketika ia
menubruk dan menyambar kekasihnya, Tang Siu tersedusedan maka Han Han bertanya kenapa gadis itu menangis.
"Aku... aku bahagia...'."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bahagia?" "Ya, sekarang tercapai keinginanku, Han Han. Kenapa baru
sekarang kau bilang. Aku... aku sebenarnya menunggununggu..!" "Ha-ha, kau malah membuat aku bingung. Aduh, tadinya
kusangka ditolak, T ang Siu. Dan aku jadi gemetar tak keruan.
Eh, kau harus dihukum!" dan Han Han yang memberanikan
diri mencium pipi s i gadis tiba-tiba membuat Tang Siu menjerit
dan meronta, tak dilepaskan dan Han Han mencium lagi dan
akhirnya dua muda-mudi ini tertawa. Kegembiraan dan
kebahagiaan besar terjadi di situ. Han Han nyaris mabok. Dan
ketika ia hendak mencium bibir kekasihnya namun Tang Siu
berontak, ada orang di belakang maka Han Han menurunkan
kekasihnya dan dengan tersipu-sipu ia melihat bibinya di situ,
Ki B i. "Maaf, kau dipanggil ayahmu, Han Han. Ada sesuatu yang
hendak dibicarakan."
"Tak usah, aku sudah di sini!" ketua Hek-yan-pang tahutahu muncul, berdiri di belakang Ki Bi, seperti setan. "Ada
panggilan untukmu, Han Han. Ada tamu penting. Dan kalian
rupanya sudah saling mengikat janji!"
"Ah," Han Han dan Tang Siu tersipu-sipu, apalagi gadis ini,
seperti kepiting direbus! "Tamu siapa, ayah. Dan kenapa kau
sendiri sampai datang memanggilku!"
"Aku tak sabar menyuruh bibimu Ki Bi. Dan aku ingin
memanggilmu sendiri. Giam Liong telah sadar dan iapun ingin
bertemu denganmu." "Giam Liong" Bagus, aku ke sana, ayah. Tapi bagaimana
dengan Yu Yin!" "Ia sudah di sana."
"Dan ibu?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ibu mu juga di sana. Sudahlah, cepat datang dan
kuberitahukan ibumu bahwa sebentar lagi
ia akan bermenantu!" Beng Tan tersenyum dan berkelebat, lenyap
meninggalkan dua muda-mudi itu dan Ki Bi tertawa ditahan.
Wanita inipun berkelebat dan lenyap meninggalkan Han Han
dan T ang Siu malu bukan main diketahui orang-orang tua itu.
Dan ketika ia mendesis mencubit Han Han, bertanya apakah
ayahnya tadi tahu ia mencium pipinya maka Han Han tertawa
lebar. "Memangnya kenapa" Kau kini kekasihku, moi-moi. Dan tak
apa ayah ibuku , tahu. Toh nanti aku harus menciummu lagi di
pelam inan!" "Apa" Di depan banyak orang" Cih, tak tahu malu. Jangan
kurang ajar!" "Eit-eit, ini adat, peraturan. Masa aku harus mencium
nenek-nenek kalau yang bersanding adalah isteriku yang
cantik ini. Ha-ha... aduh, tobat, Siu-moi. Ampun, lepaskan
cubitanmu. Aduh, bengkak tanganku!"
Ternyata saking gemas dan malunya gadis ini mencubit
Han Han. Begitu orang-orang tua itu pergi kontan Tang Siu
melampiaskan jengah dan malunya kepada Han Han. Ia
mencubit begitu keras sampai kulit Han Han matang biru. Tapi
ketika pemuda itu berteriak dan melolong-lolong, anak murid
berdatangan maka. Tang Siu melepaskan cubitannya dan Han
Han tertawa menggoda. "Hayo, cubit lagi. Biar mereka menjadi saksi!"
Tang Siu merah padam. Akhirnya ia melompat dan pergi
dari tempat itu sambil memaki Han Han. Murid-murid tertegun
tapi tertawa melihat apa yang terjadi. Kiranya putera Hek-yanpang ini telah mendapatkan pujaannya. Diam-diam di tempat
itu memang telah tersebar bisik-bisik bahwa alangkah
cocoknya putera ketua mereka bersanding dengan murid dari
Kun-lun itu. Kejadian di kota raja telah mereka dengar dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keberanian serta kelihaian Tang Siu menjadi buah bibir. Dan
ketika kongcu merek bercanda riang dengan gadis ini,
melompat dan pergi maka Han Han sendiri sudah tidak raguragu atau canggung lagi mendekati kekasihnya. Dengan
terang-terangan ia menggandeng dan membawa kekasihnya
itu, mesra. Anak-anak murid perempuan banyak yang iri
namun mereka tahu keadaan. Diri mereka tidak cukup pantas
dibandingkan putera sang ketua yang gagah dan tinggi
kepandaiannya itu. Dan ketika Han Han masuk dan memenuhi
panggilan ayahnya, sang kekasih mula-mula malu dan likat
tiba-tiba sang calon ibu mertua bangkit dan berdiri,
menyambut. "Han Han, ibu mengucap gembira bahwa kau telah
mendapatkan pasangan yang cocok. Ayahmu telah memberi
tahu dan biarkan ia duduk di dekat ibu. Lihatlah, siapa yang
datang!" Han Han dan Tang Siu merah semburat. Gadis ini masih
berdenyar-denyar oleh kebahagiaannya sendiri tapi begitu ia
memandang seorang kakek berjubah emas mendadak gadis
ini terkejut. Seorang tosu berwajah lembut ada di situ, duduk
dekat ketua Hek-yan-pang. Dan ketika Han Han juga terkejut
karena seorang kakek lain bermuka merah duduk di sebelah
kanan ayahnya, tersenyum dan berseri-seri mendadak dua
muda-muda ini langsung menjatuhkan diri berlutut.
"Suhu...!" "Suhu!" Hampir serempak keduanya berseru. Han Han, yang
mengenal gurunya di situ langsung memberi hormat dan
terkejut. Sementara kekasihnya, yang juga melihat gurunya di
situ langsung memberi hormat dan girang bukan main. Gadis
ini tak menyangka bahwa Kim-sim Tojin, gurunya, muncul dan
datang di Hek-yan-pang. Dan ketika ia menubruk dan dieluselus gurunya, Yang Im Cinjin tertawa dan menepuk-nepuk
pundak Han Han maka kakek itu berseru,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Han Han, lama sekali pinto harus menemui Kim-sim
totiang. Pinto jauh-jauh hari telah memberikan lamaran,
mendahului ayah ibumu. Maaf kalau pinto dianggap lancang
tapi kini pinto telah membuktikan kepada Kim-sim totiang
bahwa apa yang pinto lihat adalah benar!"
"Ha-ha, Yang Im toheng sungguh waspada, aku kalah. Tapi
bagaimana, tak ingin bukti kalau jni menyangkut kebahagiaan
anak-anak muda. Maaf, selanjutnya biar Kuserahkan muridku
ini, toheng. Urusan cinta adalah urusan anak muda. Nanti
akan pinto tanya dan beri jawabannya!"
Dua kakek-kakek itu tertawa bergelak. Mereka rupanya
sudah tahu lebih dulu dan Han Han maupun Tang Siu saling
lirik dengan muka kemerah-merahan. Baru sekaranglah Han
Han tahu guru dari kekasihnya ini, seperti juga T ang Siu yang
baru kali itu mengenal Y ang Im Cinjin atau Im Yang Cinjin ini,
karena kakek sakti itu memang sering disebut dengan dua
nama. Namun ketika seseorang terisak di sana, Yu Yin terlihat
dua muda-mudi ini maka semua terdiam dan Han Han
tertegun melihat Giam Liong, yang duduk di sudut, lengan
kirinya terbalut. -ooo0dw0ooo- Jilid 32 tmt "GIAM LIONG..." sapaan Han Han lirih dan lembut. Pemuda
ini memandang putera mendiang Golok Maut itu dan Giam
Liong mengangguk. Tak ada pancaran kegembiraan di wajah
Giam Liong. Si Naga Pembunuh ini muram. Dan ketika Tang
Siu juga me lihat Yu Yin dan gadis itu beringsut mendekati
murid si Kedok Hitam ini maka Yu Yin tiba-tiba tersedu!
"Tang Siu, aku.... aku terpukul oleh semuanya ini!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tenanglah..." gadis itu memeluk, merangkul sahabatnya
ini. "Semuanya telah terjadi, Yu Yin. Semuanya telah lewat.
Aku turut bersedih tapi semua harus diterima dengan tabah"
"Aku tahu, tapi.... tapi ayah..."
"Ayahmu telah tiada, Yu Yin. Tak usah dipikirkan itu."
"Tidak... tidak, bukan itu. Aku... aku teringat kekejamannya, Tang Siu. Ooh, ia ..... ia keji dan jahat benar.
Aku tak dapat melupakan kekejamannya. Dan ia... ia ternyata
guruku pula!" Yu Yin mengguguk dan jatuh di pelukan sahabatnya.
Ternyata ia tidak menyesali kematian ayahnya melainkan
menyesali sepak terjang dan kejahatannya. Gadis itu
mengalami pukulan berat karena guru yang ternyata ayahnya
itu juga adalah seorang kejam dan tidak berperasaan. Dulu dia
hendak melapor kepada ayahnya ketika gurunya membelejeti
pakaiannya, tak tahunya gurunya itu adalah juga ayahnya.
Dan betapa ayahnya juga memperkosa ibu Wi Hong dan
belum kejahatan-kejahatan lain yang tak terhitung banyaknya,
kecurangan dan kelicikan yang tak pantas dimiliki seorang
bangsawan maka Yu Yin tersedu-sedu dan hancur serta
terpukul berat. Ayahnya ternyata adalah gurunya. Dan bahwa
guru atau ayahnya itu juga memperkosa Thio Leng, murid
Hek-yan-pang di mana Hari Han dan ayahnya menolong
gurunya itu maka kehancuran sekaligus kemarahan gadis ini
tak tertahankan lagi. Dia serasa ingin mencekik dan
membunuh ayah sekaligus gurunya itu. Yu Yin seakan ingin
menghancurkan kepala ayahnya. Betapa jahat ayahnya itu!
Dan teringat bahwa guru sekaligus ayahnya ini amatlah jahat,
tak heran kalau Giam Liong sampai mendendamnya
sedemikian rupa tiba-tiba Yu Yin ingin mati saja kenapa dia
dilahirkan dari benih laki-laki seperti itu. Kalau bisa, ia ingin
kembali ke rahim ibunya dan minta dibatalkan. Kalau bisa ia
tak perlu lahir! Dan ketika ia mengguguk dan tersedu-sedu
menceritakan semuanya itu, melepas dan mengurangi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
himpitan batinnya maka Tang Siu juga me leleh air matanya
dan murid Kim-sim Tojin ini tak dapat bicara. Namun


Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

untunglah, Ju-hujin bangkit berdiri dan mengelus gadis ini.
"Yu Yin, tak perlu lagi mengingat-ingat segala perbuatan
ayahmu. Kami telah mengampuninya. Dia telah tiada. Biarkan
arwahnya mencari ketenangan di sana dan jangan diganggu
dengan kebencianmu itu. Jelek-jelek ia ayahmu, tak baik
mengutuk atau mencaci. Diamlah dan lihat dua kakek ini
hendak bicara kepadamu, juga Giam Liong."
Gadis itu mengangkat mukanya. Ia bertemu pandang
dengan isteri ketua Hek-yan-pang ini dan Yu Yin menjerit.
Pandang mata lembut dan penuh keharuan terdapat di situ,
tak kuat ia. Dan ketika Yu Yin ganti menubruk dan tersedusedu di pelukan wanita ini maka Swi Cu menahan pula
runtuhnya air mata. "Sudahlah.... sudahlah, Yu Yin. Hapus air matamu itu dan
mari dengarkan apa yang hendak dibicarakan dua orang tamu
kita. Mereka menanti kesempatan. Han Han dan Tang Siu
sekarang ada di sini."
Yu Yin masih tak mampu menahan dirinya. Ia masih juga
tersedu-sedu dan mengguguk di pelukan nyonya itu dan
barulah setelah Ju-taihiap batuk-batuk gadis ini reda
tangisnya. Beng Tan berkata biarlah yang lewat tetaplah
lewat, yang akan datang masih menunggu mereka dan ini
harus disongsong. Dan ketika Yu Yin tertegun karena itu
benar, masih ada hari esok buat mereka maka dia tinggal
terisak-isak kecil ketika ditepuk-tepuk pendekar ini, yang juga
bangkit dan mendekatinya.
"Sudahlah, simpan air matamu untuk hal lebih penting. Jiwi totiang ini membawa sesuatu untuk kalian, Yu Yin. Lihat
dan dengarkan mereka."
"Ji-wi locianpwe membawa apa?"
"Sesuatu yang penting. Dari Bu-beng Sian-su."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bu-beng Sian-su" Kakek dewa itu?"
"Benar," Yang Im Cinjin tersenyum, mendahului tuan
rumah. "Ada yang kami bawa, anak baik. Tapi sebenarnya
kami hanya bersifat pengantar. Kami membawa oleh-oleh dari
kakek dewa itu." Yu Yin menghentikan tangisnya dan otomatis terdiam.
Sekarang dia sudah menguasai hatinya lagi dan perasaannya
ringan. Hiburan dan kata-kata sahabatnya di situ amatlah
menyejukkan. Beruntung bahwa dia masih ditemani orangorang gagah ini. Bagaimana kalau mereka mencapnya sebagai
keturunan laki-laki jahat dan dianggap jahat pula. Tentu
akan dijauhi! Ketika gadis itu merasa sejuk ada orang-orang yang masih
mau mendekatinya, penuh sayang dan perhatian maka Yu Yin
melepaskan ibu Han Han dan duduk lagi dengan baik. Kini ia
diapit Tang Siu dan nyonya itu, Ju-taihiap telah kembali duduk
di tempatnya. "Kami datang atas dua hal," Yang Im Cinjin mulai bicara,
menarik napas dalam. "Pertama adalah melihat murid-murid
kami yang bertaut jodoh sedangkan yang kedua adalah
mengantar sesuatu dari Bu-beng Sian-su, guru dari Jutaihiap." "Hm, Sian-su tak mau kuanggap guru," ketua Hek-yanpang menggeleng dan membenarkan. "Kakek dewa itu
menganggap setiap orang dapat menjadi guru bagi dirinya
sendiri, totiang. Ia aneh dan tak mau kusebut suhu (guru)!"
"Benar, tapi kau telah mempelajari beberapa ilmu-ilmunya.
Meskipun ia tak mau disebut guru tapi taihiap tentu akan tetap
menganggapnya demikian. Orang yang rendah hati selamanya
begitu!" "Dan pinto baru kali itu pula bertemu dengannya. Aihh, ia
hebat benar!" Kim sim Tojin, guru dari Tang Siu berseru
kagum, menyambung. "Pinto ingin bertemu lagi, taihiap.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sayang, ia pergi dan kesempatan bicara belum pinto dapatkan
lagi!" "Hm, apa yang ia bawa," ketua Hek-yan-pang tertarik,
wajahnya berseri. "Oleh-oleh apa yang hendak diberikan
kepada kami, totiang. Bolehkah kami tahu!"
"Tentu, tapi sebenarnya ini khusus buat pemuda itu, juga
gadis itu. Hanya kalian semua boleh tahu dan biarlah sekarang
kubuka," Yang Im Cinjin merogoh saku bajunya, memandang
ke arah Giam Liong dan Yu Yin karena dua orang itulah yang
dimaksud, terutama Giam Liong. Dan karena Han Han kini
juga beringsut dan duduk di dekat Giam Liong, menemani
pemuda itu terharu oleh kebuntungannya maka Yang Im
Cinjin menyerahkan secarik kertas kepada Giam Liong,
diterima dengan tenang-tenang saja meskipun sebenarnya
Giam Liong berdetak. "Dari Sian-su, locianpwe" Untuk aku?"
"Begitu katanya, dan nanti dua tiga hari lagi kakek itu
datang kepadamu." "Terima kasih, surat apakah ini." Giam Liong membuka,
menjentik dan tertegun karena surat yang diterimanya itu
tidaklah berisi apa-apa. Isinya hanya tiga baris syair dan tentu
saja dia berkerut kening. Isi syair itu bicara tentang dendam.
Dia terkejut! Namun karena dia tidak mengerti apa arti
pemberian ini dan ke mana kakek itu hendak membawanya,
Giam Liong belum berjumpa si kakek dewa maka dia
mengangkat mukanya memandang Yang Im Cinjin. Sorot
matanya memancarkan keheranan.
"Aku tak melihat apa-apa. Surat ini hanya berisi sebuah
syair. Apa maksudnya dan apakah locianpwe tahu."
"Hm, inti ceritanya adalah dendam. Dan jelas yang dituju
adalah kau. Pinto belum jelas ke mana kakek itu
membawamu, Giam Liong. Dan agaknya kau harus
berhadapan sendiri dengan kakek itu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Syair apakah," nyonya rumah tiba-tiba bertanya, teringat
bahwa duapuluh tahun yang lalu Bu-beng Sian-su juga pernah
memberi syair kepada mereka. "Bolehkah aku tahu dan
apakah isinya!" "Silahkan," Giam Liong mengangguk dan memberikan
itu. Han Han sekilas telah membacanya. "Isinya menyeramkan
aku, bibi. Aku tak mengerti tapi agaknya memang aku yang
dituju." "Hm," alis nyonya itu segera berkerut, matanya bersinarsinar. "Sama seperti kita dulu, suamiku. Sebuah pelajaran
yang tentu penting!"
"Apakah itu," Beng Tan tertarik dan bersinar-sinar pula.
"Dapatkah kau baca dan biar kudengar."
"Aku agak ngeri. Biar Giam Liong saja yang membaca!"
"Atau aku saja," Yu Yin berseru dan tak tahan ingin tahu
pula. "Tadinya katanya untuk aku dan Giam Liong, bibi. Biar
kulihat dan kubaca!"
Swi Cu mengangguk. Ia menyerahkan dan membiarkan Yu
Yin membaca. Dan ketika gadis itu membaca namun masih di
dalam hati, belum bersuara maka Ju-tai-hiap berseru dan tak
sabar. Semua kini telah melihat dan mengetahui.
"He, baca, Yu Yin. Bagaimana isinya!"
Yu Yin sadar. Akhirnya ia membeber kertas itu dan dengan
wajah agak takut ia membaca. Dan begitu ia mengeluarkan
suara maka Yang Im Cinjin maupun Kim-sim Tojin
mengangguk-angguk: Api memercik di sudut hati
merayap cepat membakar bumi
musnahlah sudah kasih dan budi
tinggallah jiwa yang penuh benci
Dendam kesumat membawa laknat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hancur periuk ditimpa genta
sudah kodrat datang menjerat
celakalah badan rusak binasa
Satu jalan melepaskan diri
membuang racun lekatkan jari
taruh di tengah sang dewa cinta
siap dan tenang menebus dosa!
"Hm, menyeramkan!" Ju-taihiap mengangguk-angguk,
berdesir. "Benar katamu, Giam Liong. Syair itu menyimpan
sesuatu yang menggetarkan hati. Aku juga merasa seram!"
Yu Yin menutup dan melipat kertas itu. Ia telah selesa i
membaca dan dua kakek di sana mengangguk-angguk.
Mereka telah tahu itu karena sebelumnya memang telah
membaca. Syair itu boleh diketahui semua orang karena
memang untuk semua orang, meskipun Giam Lionglah yang
dituju karena kebetulan pemuda itu sebagai pelaku yang
menonjol, begitu agaknya. Dan ketika Beng Tan menarik
napas dalam-dalam dan Han Han berkerut kening, dia juga
merasa seram tapi tak jelas apa yang hendak dituju lebih
lanjut oleh Bu-beng Sian-su maka pemuda inipun berkata,
"Isinya tentang kebencian dan dendam kesumat. Tapi apa
arti dari bait ketiga!"
"Ya, aku juga belum tahu. Tapi tentu penting!" sang ayah
menjawab. "Hm, pinto dapat menangkap maksudnya, taihiap. Tapi
pinto tak berani bicara dan biarlah kakek itu sendiri yang
menjawab," kata Yang Im Cinjin.
"Aku juga dapat menangkap. Tapi kurang pantas rasanya
kalau lancang mendahului!" Kim-sim Tojin juga menganggukangguk. "Apakah ji-wi locianpwe tahu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kami pikir begitu, karena kami adalah orang-orang tua.
Kami telah banyak makan asam garam dunia tapi biarlah Siansu sendiri yang akan menerangkan."
Beng Tan mengangguk-angguk. Itu adalah etika dan
sebagai sesama orang tua tentu saja Kim-sim Tojin maupun
Yang Im Cinjin tak mau lancang. Dan karena dia diharuskan
berpikir dan diapun sudah berpikir, puteranya dan lain-lain
berkerut kening dan juga berpikir maka Yang Im Cinjin
tertawa mengebutkan lengan. Minuman dan makanan kecil
telah dihabiskan. "Taihiap, urusan pinto telah selesai.
Pinto telah membuktikan kepada Kim-sim totiang dan kini menyampaikan
oleh-oleh itu kepada yang bersangkutan. Pinto hendak pergi
dulu dan biarlah seminggu dua minggu lagi kita bertemu."
"Eh!" Beng Tan terkejut. "Locianpwe mau ke mana?"
pembicaraan tentang syair tiba-tiba buyar. "Jangan tergesagesa, locianpwe. Kami masih ingin kautemani!"
"Ha-ha, pinto masih ada urusan sedikit. Dan di sini
puteramu Han Han telah menemani. Biarlah pinto pergi dulu
dan nanti seminggu dua minggu kita bertemu lagi!"
Bangkit berdiri tiba-tiba kakek itu tak menanti jawaban. Ia
telah mengangguk kepada tuan rumah dan juga Kim-sim
Tojin. Dan begitu ia mengangguk kepada yang lain dan
berkelebat lenyap maka kakek i-tupun tak mau tinggal lagi.
"Han Han, aku pergi dulu. Dan kau Giam Liong, pinto turut
prihatin atas semua yang menimpamu!"
Giam Liong dan Han Han membelalakkan mata. Mereka tak
menyangka bahwa secepat itu kakek itu pergi. Tapi karena
orang-orang sakti memang membawa adat sendiri-sendiri dan
mereka itu biasanya tak dapat dikekang, nyonya rumah dan
lain-lain juga terbelalak maka Han Han bangkit berseru pada
gurunya, Giam Liong juga berdiri dan menghadap ke arah
mana kakek itu berkelebat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Suhu, teecu masih ingin melepas kangen kepadamu.
Jangan lama-lama!" "Dan terima kasih atas pemberianmu, locianpwe. Aku juga
ingin bertemu lagi dan bicara tentang pelajaran-pelajaran
bijak!" "Ha-ha!" kakek itu tahu-tahu sudah diluar pulau, cepat
sekali. "Pelajaran bijak akan kaudapatkan dari Bu-beng Siansu, Giam Liong. Aku tak mempunyai pelajaran apa-apa kecuali
nasihat dan sekedar wa-was pandangan. Hati-hatilah
menghadapi masa depanmu!"
Giam Liong tertegun. Kakek itu telah lenyap tapi suaranya
terdengar jelas. Semua juga mendengar dan Giam Liong
berubah. Tapi karena dia sudah ditempa kepahitan-kepahitan
hidup dan apapun akan dihadapi dengan tabah maka dia
duduk lagi dan acuh. "Siancai, Yang Im toheng membuat orang lain tak enak
saja. Hm, masa depan memang selalu penuh tantangan, anak
muda. Jangan takut!"
"Aku tak takut," Giam Liong tertawa getir, tahu maksud
kakek yang satu itu. "Aku cukup mengalami hal-hal pahit, locianpwe. Tapi ada baiknya kata-kata Yang Im-locianpwe agar
dapat membuatku waspada."
"Hm, syukurlah. Dan bagaimana aku sekarang." kakek itu
juga bangkit berdiri. "Apakah kita di sini saja, Siu-ji. Apakah
tidak pulang." "Pulang?" Tang Siu terkejut, di sana Han Han berubah.
"Terserah kepadamu, suhu, tapi bagaimana dengan sahabatku
Yu Yin....." "Ha-ha, Yu Yin ataukah Han Han!" kakek itu tertawa
bergelak. "Y u Yin sudah ada pasangannya, Tang Siu. Dan kita
tentu harus pulang menunggu pinangan resmi dari Ju-taihiap!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah!" Ju-taihiap terkejut, bangkit berdiri. "Urusan anakanak gampang dibicarakan, totiang. Tapi kuminta dengan
hormat tinggallah di sini dua tiga hari menunggu Sian-su. Aku
tentu akan melamar untuk puteraku tapi janganlah tergesagesa meninggalkan Hek-yan-pang. Kami masih ingin
ditemani!" "Benar," Yu Yin tiba-tiba berseru dan melirik sahabatnya,
Yu Yin tampak bingung harus cepat-cepat berpisah dengan
Han Han, kekasihnya. "Aku butuh sahabatku, locianpwe.
Biarkan Tang Siu di s ini menemaniku. Atau aku juga pergi dan
biarlah kuikut ke Kun-lun!"
"Wah, kalian mendesakku" Ha-ha, pinto tak enak kepada
Ju-taihiap. Merepotkan tuan rumah!"
"Tidak," Swi Cu tiba-tiba juga berseru, tahu lirikan dua
muda-mudi itu dan ingin membahagiakan. "Kata-kata suamiku
benar, totiang. Tinggallah di sini dua tiga hari menanti Siansu. Tentu kita akan lebih gembira. Kami tak merasa repot!"
"Nah," kakek itu berseru, tertawa memandang muridnya.


Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Bagaimana kalau begini, Tang Siu" Apakah kita turuti?"
"Terserah suhu," gadis itu tetap menjawab, diam-diam
mulai girang. "Kalau suhu mau pulang tentu teecu ikut tapi
kalau suhu masih di sini tentu teecu juga menurut. Terserah
suhu!" "Ha-ha, kalau begini pinto kalah. Eh!" kakek itu menoleh
kepada Yu Yin. "Kau benar-benar butuh muridku ini, nona"
Kau tidak berbasa-basi, bukan?"
"Aku masih ingin bicara banyak dengan murid locianpwe,
aku butuh kehadirannya. Aku tidak berbasa-basi!"
"Bagus, kalau begitu kuterima. Ha-ha, jangan merasa repot
kalau pinto di s ini, Ju-taihiap. Harap kau tidak menyalahkan!"
"Kami tulus mengajak totiang. Justeru kami akan kecewa
kalau totiang buru-buru pergi," Beng Tan tersenyum.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baik, kalau begitu pinto akan menunggu sampai kakek
dewa itu datang dan terima kasih atas ajakan ini." Kim-sim
Tojin tertawa mengangguk, di sana muridnya berseri dan
mendapat kedipan Han Han dan Yu Yin tersenyum dan
bahagia. Ia sengaja meminta karena di samping ia sendiri
butuh teman untuk hiburan juga karena sebagai sama-sama
orang muda ia tahu benar betapa kecewanya nanti gadis itu
kalau buru-buru pulang mengikuti gurunya. Tang Siu baru
saja. mereguk nikmat dan bahagianya cinta bersama Han Han.
Sungguh terasa berat kalau belum apa-apa sudah diharuskan
pulang. Dan karena Ju-taihiap maupun isterinya juga
mengundang sungguh-sungguh, Y u Yin girang karena si kakek
tak buru-buru kembali maka hari itu mereka bergembira dan
bercakap-cakap. Sedikit gangguan dengan perginya Im Yang
Cinjin tadi tak mengganjal lagi. Yu Yin sudah memeluk dan
merangkul gadis ini lagi. Dan ketika di sana Giam Liong acuh
dan tenang-tenang saja, menahan debaran hatinya akan syair
Bu-beng Sian-su maka malamnya mereka semua beristirahat
dan melepas lelah. Giam Liong diminta untuk tidur di kamar
Han Han dan Yu Yin bersama Tang Siu. Giam Liong
mengerutkan kening dan mula-mula menolak. T api ketika Han
Han berkata bahwa kamar itu dulunya juga kamar yang
ditempati Giam Liong, ketika Giam Liong disangka sebagai
putera kandung Ju-taihiap maka Giam Liong akhirnya tak
menolak, apalagi karena paman dan bibinya, begitu sekarang
Giam Liong menyebut, mengia-kan pula.
"Kau tak usah sungkan atau malu. Han Han benar. Kalian
tidurlah di satu kamar karena kalian sudah bukan orang-orang
lain lagi bagiku.'" "Dan kau boleh tinggal selamanya di sini pula kalau kau
suka," Swi Cu berkata, menyambung, pandang matanya
penuh keharuan dan kasih, tidak seperti dulu lagi. "Aku boleh
kauanggap sebagai ibumu, Giam Liong. Paling tidak bibimu
asli karena mendiang ibumu adalah benar-benar kakak
seperguruanku!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Terima kasih," Giam Liong menunduk, air matanya
mengembang. "Terima kasih atas semua budi dan
kebaikanmu, bibi. Aku..... aku hanya dapat berterima kasih.
Tapi maaf aku tak mungkin tinggal di s ini selamanya."
"Hm, kenapa begitu," sang paman kini menepuk-nepuk
pundaknya. "Kau bertahun-tahun telah menjadi puteraku,
Giam Liong Dan sampai sekarangpun aku dapat menganggapmu sebagai puteraku. Tak usah ke mana-mana.
Hek-yan-pang bahkan semakin kuat kalau ada kalian dua
orang muda di sini!"
"Terima kasih, tapi... tapi aku harus pergi, paman. Aku
ingin melupakan semua ini dengan merantau di tempat yang
jauh." "Hm, bagaimana dengan Yu Yin?"
"Ia akan ikut aku. Ia tak mau kembali ke kota raja...."
"Kalau begitu aku harus meresmikan kalian dulu.
Bersabarlah sebentar jangan buru-buru pergi. Kau dan Yu -Yin
biarlah melangsungkan pernikahan bersama-sama Han Han,
kalau kami sudah meminang Tang Siu secara resmi!"
"Benar, dan pinto akan menjadi wali kekasihmu," Kim-sim
Tojin tiba-tiba muncul, mendengar itu. "Tak baik berduaan
tanpa tali ikatan, Giam Liong. Bersabarlah dan turut kata-kata
pamanmu." Giam Liong menahan runtuhnya air mata. Keluarga paman
dan bibinya ini sungguh betul-betul menganggapnya anak
sendiri, meskipun mereka telah menemukan Han Han sebagai
anak kandungnya. Dan ketika ia mengangguk dan mengucap
terima kasih, bibir gemetar menahan keharuan yang dalam
maka di kamar ia tak kuat lagi dipeluk Han Han, menangis.
"Giam Liong, kau adalah saudaraku. Maafkan kalau aku
pernah menentang dan menyakiti hatimu. Kita adalah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekeluarga, jangan tolak permintaan ayah dan tinggallah di
sini saja bersama aku."
"Tidak, terima kasih...!" Giam Liong hampir mengguguk.
"Aku... aku harus ke Lembah Iblis, Han Han. Aku harus
mengubur dan mengembalikan senjata itu di tempat asalnya.
Justeru akulah yang harus minta maaf karena berkali-kali aku
memusuhimu!" "Sudahlah, yang dulu tak usah dibicarakan. Kita
beristirahat, Giam Liong. Silahkan tidur."
Giam Liong tertegun. "Kau saja yang tidur, aku di kursi ini
saja." kamar itu hanya mempunyai satu tempat tidur, tempat
tidurnya dulu! "Tidak, kau yang di sana, Giam Liong. Aku di sini!"
"Hm," Giam Liong menggeleng. "Kamar ini hanya
mempunyai sebuah tempat tidur, Han Han, dan kau
pemiliknya. Kau yang ,di sana dan aku di sini!"
"Tapi itu adalah tempat tidurmu, dulu. Aku hanya tinggal
pakai dan menumpang!"
"Kalau begitu bagaimana" Kau tetap menyuruh aku?"
"Itu milikmu...."
"Tidak, sekarang milikmu, Han Han. Tidurlah di situ dan
aku di kursi!" 'Tidak, aku tak mau. Kalau begitu begini saja. Kita samasama tidur di situ. Atau aku juga di kursi dan biarkan tempat
tidur itu kosong!" "Han Han...!" Namun pemuda ini menarik tangan Giam Liong. Ia
menyuruh Giam Liong tidur di situ dan barulah Han Hanpun
merebahkan dirinya di situ. Tempat tidur ini tidaklah besar
namun bagi mereka berdua sesungguhnya cukup. Hanya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
karena kesungkanan Giam Liong itulah pemuda buntung itu
tak mau. Dan ketika Han Han berhasil memaksa dan mereka
tidur sepembaring-an, Giam Liong menahan tangisnya yang
seakan meledak lagi maka pemuda ini mencengkeram Han
Han dan berseru, gemetar.
"Han Han, pernahkah terbayang olehmu bahwa kita akan
tidur sepembaringan" Terlintas di benakkah bahwa kita yang
pernah bermusuhan dan bertanding begitu hebat suatu ketika
dapat bersatu dan tidur seperti ini" Ah, aku merasa betapa
baik dan mulia budimu, Han Han. Kau seperti ayahmu. Dan
aku... aku pernah menjadi begitu ganas. Aku benar-benar
pernah menjadi iblis!"
"Sudahlah," Han Han tersedak dan menahan runtuhnya air
mata, cepat-cepat memadamkan lampu. "Aku tak pernah
memikirkan semuanya itu, Giam Liong. Tapi kaupun tak salah
sepenuhnya. Tidurlah, dan jangan bicara yang membuat aku
serasa diremas-remas!"
"Oohh...!" Giam Liong menjauh dan melepaskan cengkeramannya. Han Han menangis! "Maafkan aku, Han Han.... maafkan
....!" Dua pemuda itu tak bicara lagi. Mereka diam namun
sesungguhnya jiwa mereka menjerit. Han Han dan Giam Liong
sama-sama merasakan kebahagiaan dan keharuan yang luar
biasa. Tidur sekamar dan sepembaringan seperti itu sungguh
tak pernah mereka bayangkan. Seperti mimpi! Mereka yang
pernah bermusuhan dan bertanding begitu hebat tiba-tiba saja
malam itu tidur bersebelahan. Siapa tak tercekik dan ingin
menjerit oleh keharuan dan kebahagiaan yang dalam" Apalagi
bagi Giam Liong, yang telah mendapat pertolongan dan
perawatan dari keluarga itu. Dan teringat betapa tulus dan
lembutnya paman dan bibinya meminta dia tinggal di situ,
selamanya, bersama Han Han maka Giam Liong ingin
memekik dan berteriak kegirangan. Suara bibinya yang begitu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lembut dan penuh perhatian, suara yang tak akan dia lupakan
seumur hidup membuat Giam Liong merasa berdosa atas
tindak-tanduknya yang lalu, apalagi ketika dia pernah
menyakiti dan menusuk perasaan keluarga itu dengan
mengalahkan pamannya. Tentu sakit sekali perasaan
pamannya waktu itu. Giam Liong memejamkan mata kuatkuat. Dan teringat betapa dia tak pantas tinggal bersama
paman dan bibinya ini, juga Han Han yang berwatak mulia
dan amat lembut maka Giam Liong melihat betapa dia
telengas dan kejam. Dia khawatir bahwa bibit-bibit seperti ini hanya akan
menyusahkan keluarga itu saja. Dia pendendam dan termasuk
bertabiat panas, meskipun sekarang setelah dendamnya
berhasil dilampiaskan dan ia membunuh Kedok Hitam segala
keganasan atau watak kejamnya itu hilang. Siapa dapat
menjamin diri sendiri kalau suatu ketika ada apa-apa lagi"
Lebih baik dia mundur, menjauh. Biarlah Han Han dan ayah
ibunya hidup bahagia tanpa orang setelengas dia. Kebaikan
dan budi baik keluarga itu tak usah dirusaknya dengan watakwatak keji. Dia adalah keturunan Golok Maut Sin Hauw yang
sepak terjangnya juga pernah menggiriskan dunia kang-ouw.
Ada semacam "darah hitam" yang diwarisinya dari keluarga.
Itu tak boleh pecah di sini. Dan karena Giam Liong
memutuskan tidak akan selamanya di situ, suatu hari dia
harus pergi maka di kamar lain, ketika dua pemuda saling
tenggelam di pikiran masing-masing maka Tang Siu dan Yu
Yin juga asyik berbisik-bisik, pengantar tidur.
"Sst, mereka tidur sekamar, dan sepembaringan lagi. Ih,
bagaimana pendapatmu, Tang Siu" Apakah Han Han tak
merasa jijik?" "Hm, jijik" Kenapa" Kau dan akupun sama-sama tidur di
pembaringan yang sama, Yu Yin. Dan aku tak merasa jijik
atau apa kepadamu. Giam Liong pada dasarnya baik!"
"Kau tak ingat sepak terjangnya yang lalu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dia seperti harimau garang yang tak mungkin menerkam
kalau tak disakiti atau diganggu. Giam Liong pemuda luar
biasa yang hanya kejangkitan semacam penyakit. Mungkin
dari hawa gaib Golok Penghisap Darah warisan ayahnya itu!"
"Penyakit?" "Ya, begitu agaknya, Yu Yin. Tapi entahlah, aku juga tak
tahu. Aku hanya ingat ketika golok itu pernah mengamuk dan
marah-marah kepada kita. Seperti setan!"
"Hm, aku ngeri membayangkan golok itu. Tapi aku ingin
mengucap terima kasih bahwa kau telah membantu aku
menghalau pemberontak-pemberontak yang mengepung kota
raja!" "Ah, itu soal biasa, Yu Yin. Chu-goan-swe dan orangorangnya itu harus diusir. Aku tak tega melihat rakyat jelata
menjadi korban!" "Dan sekarang mereka telah pergi. Tanpa Giam Liong tak
mungkin mereka datang lagi!"
"Eh, bolehkah aku bertanya," Tang Siu tiba-tiba teringat.
"Aneh bahwa kau tiba-tiba membantu istana setelah disakiti
dan ditangkap orang-orang kerajaan. Bagaimana sebenarnya
maumu ini, Yu Yin. Bolehkah aku tahu!"
"Hm, itu" Gampang saja. Aku ingin membalas budi. Jelekjelek kaisar pernah memberiku kesenangan dan kemewahan.
Aku adalah puteri bangsawan. Meskipun aku kini tak akan
kembali dan tinggal di istana lagi tapi aku ingin berdarma bakti
dan membalas budi baiknya. Apakah aneh"
"Hm, begitukah?"
"Ya, di samping tak ingin rakyat jelata menjadi korban lebih
jauh dari peperangan itu. Sudahlah, aku tak mau bicara lagi
tentang ini, Tang Siu. Aku ingin menutup masa laluku tentang
istana!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tang Siu menarik napas dalam. Akhirnya ia menganggukangguk dan mereka bicara yang lain, kembali pada Han Han
dan Giam Liong itu. Dan karena masing-masing adalah kekasih
pemuda itu, tentu saja berkisar pada dua pemuda inilah
pembicaraan mereka tertaut maka angin malam berkesiur
lembut dan tiba-tiba mereka menguap.
"Tang Siu, aku mengantuk."
"Aku juga..." "Marilah tidur dan semoga bermimpi indah!"
"Benar, marilah tidur, Yu Yin. Dan semoga bermimpi
indah!" dan ketika keduanya kembali menguap berbareng dan
lampu dipadamkan maka Yu Yin tiba-tiba sudah lelap dan
Tang Siu menyusul. Hawa dingin dari angin yang segar
membuat mereka menguap, malam telah larut. Dan ketika
kentongan pukul satu terdengar dari tengah pulau, telaga
berdesir dan beriak perlahan maka penghuni rumah itu lelap
dan Ju-taihiappun tertidur memeluk istennya.
-0-dw-0- Entah apa yang terjadi tak ada yang tahu. Giam Liong,
yang tertidur dan pulas bersama Han Han mendadak serasa
diangkat. Mimpi yang mengejutkan membawa mereka. Giam
Liong merasa digoyang dan tiba-tiba iapun bangun. Dan ketika
Han Han juga bangun dan tersentak membuka mata,


Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terbelalak, maka sesosok bayangan putih muncul di tengahtengah mereka. Tempat tidur berguncang-guncang lembut.
"Hantu!" Giam Liong dan Han Han serentak berseru
berbareng. Mereka kaget sekali dan Han Han bergerak
menyerang bayangan putih itu, yang melayang dan
mengambang di tengah udara. Tapi ketika tawa yang lembut
menyambut serangannya dan pemuda itu terjelungup ke
depan, Giam Liong juga bergerak tapi ditangkap tangannya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
maka dua orang muda itu terkejut sekali karena sapaan halus
dan enak didengar memasuki telinga mereka.
"Maaf, jangan bersuara keras-keras, anak-anak. Perahu
nanti terguling!" Han Han dan temannya tertegun. Mereka diusap lengan
yang lembut dan tawa yang empuk itu sedap sekali didengar.
Han Han membelalakkan mata. Tapi ketika ia mendengar jerit
tertahan dan Tang Siu maupun Yu Yin ada di s itu, di belakang
bayangan putih-putih ini maka mereka ternyata ada di perahu
dan Yu Yin menuding. "Giam Liong, sss.... setan!"
Giam Liong terpaku. Ia melihat tempat tidur ada di situ, di
atas perahu. Dan ketika ia ternganga karena gedung tempat
tinggal Ju-taihiap juga ada di atas perahu ini, ajaib sekali
maka ia terhuyung dan mengejap-ngejapkan mata.
"Han Han.... apa yang kaulihat!"
"Aku... aku melihat tempat tidur kita .....! Dan... dan, eh....
gedung tempat kita tinggal ada di perahu ini! Itu kamar ayah,
dan itu taman-taman bunga pula. Eh, bagaimana bisa
menumpang dan berdiri di atas perahu. Kita memasuki alam
gaib!" "Benar, aku... aku merasa seram, Han Han. Dan bintangbintang ini, aih... dekat sekali. Serasa belasan meter saja dari
tempat kita. Cahayanya gemerlapan!"
"Dan itu bulan yang bundar amat indahnya. Kita serasa
mimpi!" "Benar, kita mimpi....!"
"Dan ada setan!" Yu Yin tiba-tiba kembali berteriak.
"Tolong, bawa aku ke tempatmu, Giam Liong. Aku tak dapat
bergerak. Siapa kakek ini!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar, siapa dia," Han Han tiba-tiba juga terkejut,
membalik. Ia juga tak dapat melompat atau menjangkau ke
depan. Tadi ia tersungkur dan ditangkap jari lembut kakek itu.
Namun ketika kembali kakek itu tertawa dan tawanya yang
lembut serta halus menyejukkan mereka, membuat mereka
berani untuk memandang jelas maka semua tertegun karena
wajah kakek itu ternyata tertutup halimun sementara dari
kedua matanya menyorot cahaya lembut namun tajam. Itu
saja. Dan selebihnya kakek ini tak menginjak tanah. Manusia
roh! ''Kau..... kau siapa...."
"Duduklah," kakek itu menggerakkan tangan menyuruh
duduk, tawanya masih lembut terdengar. "Aku adalah orang
yang menitipkan syair kepada Yang Im Cinjin, anak-anak.
Jangan takut karena aku tak mengganggu kalian."
"Sian-su?" Giam Liong dan Han Han berseru serentak,
kaget. "Bu-beng Sian-su?"
"Hm, itulah nama yang diberikan orang kepadaku. Aku
sendiri tak bernama. Duduklah, dan harap tenang-tenang
saja." Han Han dan Giam Liong tiba-tiba terbelalak. Mereka
sekarang dapat bergerak lagi sementara Tang Siu dan Yu Yin
berseru tertahan. Begitu tadi kakek itu menggerakkan tangan
maka sekarang mereka dapat melompat dan Yu Yin maupun
Tang Siu langsung saja bersembunyi di belakang dua pemuda
ini. Mereka merasa takut dan gentar. Kakek ini seperti
siluman! Tapi ketika kakek itu benar-benar tak mengganggu
mereka dan tawanya yang lembut kembali terdengar,
menyuruh mereka tak usah takut maka Yu Yin maupun,
temannya tenang kembali, meskipun jantung mereka terasa
berdebar kencang! "Aku terpaksa membawa kalian ke sini, tak mau
mengganggu yang lain. Dan karena kalianlah yang lebih
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berkepentingan maka aku hendak bercakap-cakap dengan
kalian." "Kau.... kau hendak bicara apa?"
"Hm," kakek ini memandang Giam Liong, sorot matanya
tajam menembus, Giam Liong tersentak mundur. "Ada
kejadian berat yang akan kaualami lagi, anak muda. Aku
hendak memberi pesan agar kau hati-hati dan jangan sekalikali memiliki Golok Maut lagi. Rencanamu benar, kembalikan
golok itu ke Lembah Iblis dan kuburlah dia di sana. Seumur
hidup jangan dilihat lagi, jangan diambil. Atau malapetaka
akan menimpamu dan seumur hidup kau bakal menderita!"
Giam Liong tergetar, terkejut. "Sian-su.... Sian-su tahu ini?"
Han Han juga heran. Seingatnya baru kepada dia
seoranglah Giam Liong memberitahukan rencananya itu. Maka
melihat kakek ini tahu dan mengangguk, tertawa, maka Han
Han lebih heran lagi mendengar kakek itu tahu apa yang
mereka bicarakan di kamar.
"Aku tahu, dan aku merasa bahagia bahwa kalian dapat
bersatu dan hidup berdampingan. Aku juga mendengar
percakapan kalian di kamar."
Han Han tertegun. "Tapi kau..." kakek ini tiba-tiba menoleh kepada Yu Yin.
"Jangan sekali-kali ke kota raja dan pegang sumpahmu, nona.
Sebaiknya tak usah kau menemui siapapun di sana dan tak
usah dikunjungi siapapun dari sana. Mulailah hidup baru dan
benar-benar lupakan kerabat ataupun sahabatmu dari istana."
Yu Yin mengangguk. "Aku memang tak akan kembali ke
sana," gadis ini berkata setengah marah. "Dan aku merasa tak
mempunyai kepentingan lagi dengan istana!"
"Bagus, dan pegang teguh kata-katamu ini, nona. Atau
nanti semua jadi terbalik!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hm, Sian-su membuat kami berdebar," Han Han kini
bicara, mulai tidak takut-takut lagi. "Dan bagaimana dengan
aku, Sian-su. Apa yang harus kuperhatikan!"
"Janganlah kaubiarkan ayah ibumu meninggalkan Hek-yanpang dalam waktu sepuluh tahun ini. Jagalah mereka dan
sebaiknya kau kawal ayah ibumu kalau ingin bepergian lama."
"Apa" Mengawalnya seperti anak kecil?" Han Han
terbelalak. "Hm, akan ada gejolak di dunia kang-ouw. Kalau kau ingin
bertanya nasihatku maka itulah yang harus kaulakukan, anak
muda. Katakan agar dalam waktu sepuluh tahun ini sebaiknya
ayah ibumu tak usah bepergian, tak usah meninggalkan Hekyan pang jauh-jauh. Itu nasihatku."
Hari Han tertegun. Ia merasa heran tapi menganggukangguk mengucap terima kasih. Betapapun itulah nasihat..
untuknya dan dia akan memberitahukan ayah ibunya pula.
Konon, dari kakek dewa ini pulalah ayahnya mewarisi
kepandaian. Dan ketika kakek itu duduk dan berhadapan
dengan mereka, Tang Siu dan lain-lain mulai berani maka
gadis ini bertanya pula, "Lalu aku bagaimana, Sian-su" Apa yang harus
kuperhatikan?" "Gurumu sebaiknya tak usah turun gunung. Dalam waktu
sepuluh tahun ini tahanlah keinginannya untuk tidak keluarkeluar, sama seperti Ju-taihiap."
"Hm, dan sekarang aku ingat akan syair pemberianmu itu,"
Han Han kini berseru, memotong kekasihnya. "Kata ayah
maupun ibu kau selalu memberikan pelajaran-pelajaran
tentang kehidupan, Sian-su. Dan bagaimana sekarang dengan
syairmu itu!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar," Giam Liong juga mengangguk, merasa dialah yang
lebih berkepentingan. "Aku dan Han Han sudah membaca
berulang-ulang, Sian-su. Tapi tidak banyak yang kami dapat."
"Ha-ha, isinya jelas dan terang. Masa kalian tak mengerti!"
"Benar, tidak semuanya kami mengerti, Sian-su. Kami
hanya tahu bahwa syairmu bicara tentang dendam. Itu
intinya!" "Hm, bukan itu saja. T api kelanjutan dari itu lebih penting
lagi!" "Pada bait ketiga?"
"Benar, kau cerdas."
"Tapi kami tak mampu mengupasnya. Apa yang kau
maksud dengan kata-kata pada baris ketiga itu!"
"Sebaiknya dibaca saja semua," Tang Siu tiba-tiba berseru,
perahu bergoyang dan mereka nyaman sekali diombangambing, ikan berkecipak dan hilir-mudik berenang di sekitar
perahu. "Aku tak ingin tahu hanya sepenggal-sepenggal saja,
Han Han. Kau boleh cerdas tapi kami ini masih bodoh!"
"Ha-ha, bukan bodoh, hanya belum mengerti. Orang yang
bodoh adalah orang yang sudah tahu sesuatu tapi tak mampu
mengerjakannya, nona. Bukan karena tak bisa melainkan
karena otaknya bebal."
"Dan kami barangkali bebal, kami juga begitu."
"Tidak, dalam hal ini kalian memang belum mengerti, dan
belum mengerti karena memang belum kuberi tahu. Hm,
duduklah yang tenang dan mari kita lihat syair itu. Siapa yang
membawa!" Giam Liong mengeluarkan syair itu. Dialah yang membawa
karena memang kepada dialah Im Yang Cinjin memberikan.
Yu Yin di sampingnya dan kini tidak takut-takut lagi
menghadapi kakek ini. Bahkan, ada rasa kagum dan takjub.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan karena Tang Siu juga sudah di samping Han Han dan
tidak bersembunyi di belakang punggung lagi, aneh bahwa
semua sudah mengelilingi kakek itu maka Bu-beng Sian-su
yang tersenyum dan bersila di tengah anak-anak muda ini
memandang berseri dan sorot matanya yang lembut menyapu
sejuk. "Kau bacalah," kakek itu memerintah Giam Liong. "Dan
perhatikan baik-baik apa yang hendak kuberitahukan kepada
kalian." Giam Liong berdebar. Setelah dia dapat menenangkan
perasaannya kembali berhadapan dengan kakek ini mendadak
sekarang ia merasa tegang dan menggigil menggenggam
kertas itu. Aneh, ia seakan ketakutan, pucat. Tapi ketika
pundaknya ditepuk halus dan lenyap sudah rasa gemetaran itu
maka Giam Liong membaca, seperti ketika Yu Yin membaca
syair itu: Api memercik di sudut hati merayap cepat membakar bumi
musnahlah sudah kasih dan budi tinggallah jiwa yang penuh
benci Dendam kesumat membawa laknat hancur periuk ditimpa
genta sudah kodrat datang menjerat celakalah badan rusak
binasa Satu jalan me lepaskan diri membuang racun lekatkan jari
taruh di tengah sang dewa cinta siap dan tenang menebus
dosa! "Hm!" kakek itu mengangguk-angguk. "Cukup, anak muda.
Terima kasih. Bagus!"
Giam Liong mengusap keringat. Membaca tiga bait syair itu
saja tiba-tiba ia seakan mendapat tugas berat. Dahinya
berkeringat padahal hawa udara malam masih berhembus
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dingin. Aneh! Tapi begitu ia selesai dan kakek itu
mengangguk-angguk, pemuda ini meletakkan syairnya maka
kakek itu berseri, matanya bersinar-sinar.
"Bagus, apa yang dapat kau tangkap, anak muda" Adakah
yang sudah kau mengerti?"
"Hm, masalah dendam. Syair ini bicara masalah dendam.
Tadi temanku Han Han juga sudah bicara begitu!"
"Ha-ha, aku tidak bertanya pendapat temanmu. Aku
bertanya kepadamu sendiri, kau!"
"Aku juga begitu, Sian-su. Aku sependapat bahwa syairmu
ini bicara tentang dendam," Giam Liong agak merah mukanya.
"Baik, dan kau pasti dengan pendapat-mu itu?"
"Ya." "Hm, apalagi yang kau tangkap!"
"Belum ada...."
Giam Liong mengerutkan kening,
sesungguhnya kurang suka bicara tentang ini. Perasaannya
seperti tercabik-cabik. "Aku belum menemukan apa-apa lagi,
Sian-su, kecuali itu...."
"Hm, kau," kakek ini tiba-tiba menunjuk Han Han. "Coba
kaukupas dan artikan syair itu, anak muda. Barangkali kau
lebih tahu!" "Aku seperti Giam Liong," Han Han tergagap. "Aku hanya
tahu sebatas itu!" "Hm, kalau begitu bagaimana kalian!" Bu-beng Sian-su
menoleh pada Tang Siu maupun Yu Yin, yang dipandang
segera berdesir! "Coba kalian baca dan artikan itu!"
"Kami.... kami tak tahu. Kami hanya tahu seperti apa yang
mereka katakan!" Tang Siu menjawab dan memberanikan
hati. Bicara dengan kakek ini ia serasa gentar dan meskipun
tidak takut tapi perba-wa dan wajah kakek itu mengerikannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ia merasa jerih! Dan ketika kakek itu tertawa dan
mengangguk-angguk, menarik napas dalam maka dia berkata,
"Baiklah, syair ini sederhana sekali, anak-anak, tak ada
yang sukar. Tapi harus kalian perhatikan baik-baik karena
akibat dari ini bisa tak ada habisnya dan berkepanjangan kalau
tidak segera diputuskan. Nah, dengarlah baik-baik!"
Empat orang muda itu mendengarkan. Mereka memasang
telinga baik-baik dan Giam Liong agak gelisah. Dia tahu bahwa
dialah nanti yang akan dituju dan kalau kakek ini bukan
dikenal sebagai orang yang memberi manfaat kepada orang
lain tentu dia enggan mendengar. Pembicaraan pasti akan
menusuk-nusuk hatinya. Dia harus siap menerima pedih! Tapi
karena tempaan demi tempaan sering dialam inya, Giam Liong
tabah dan menjadi matang maka dia membiarkan saja kakek
itu bicara. Dan Bu-beng Sian-supun memang mulai bicara.
"Pertama, mari kita kupas bait pertama. Ada empat baris
kata yang ada di situ. Dan pembukaannya adalah Api! Hm,
kalian tahu apa itu api, anak-anak" Bisa kalian katakan


Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sebentar?" Han Han mengangguk. "Api adalah benda panas
membakar, Sian-su. Dan ia sanggup menghanguskan apa
saja!" "Bagus, dan api ini adalah benda berbahaya. Api dari
segala api yang paling berbahaya adalah kebencian. Kalian
pernah benci?" Semua melengak. "Eh, kenapa melengak" Jangan pandang aku seperti itu,
anak-anak. Jawablah pertanyaanku apakah kalian pernah
benci!" Han Han tiba-tiba tersenyum, dan tiga temannya tersipu.
"Pernah," jawabnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dan apa yang kalian rasakan itu?"
"Rasa tidak suka atau marah kepada yang dibenci."
"Itu saja?" "Ya, itu saja."
"Ha-ha, tidak lengkap. Coba kau jawab anak muda.
Bagaimana rasanya benci!"
Giam Liong terkejut. Dialah yang ditanya dan dia pula yang
diminta menjawab. Agaknya jawaban Han Han tadi kurang
sempurna dan harus disempurnakan. Dan karena memang
dialah yang paling tepat ditanya, Han Han terlalu lembut dan
mulia seperti ayahnya maka Giam Liong mengepal tinju.
"Aku ingin membunuh dan mencincang musuhku. Aku ingin
menamatkan riwayatnya!"
"Ha-ha, inilah benci. Benci yang sudah berkobar! Kau tepat,
anak muda. Dan itulah api benci yang sudah merayap cepat
dan membakar bumi. Tahukah kalian siapa yang kumaksud
bumi di s ini" Ada yang dapat menjawab?"
Han Han bergidik. Jawaban Giam Liong dengan kepalan
tinjunya tadi membuat ia was-was. Heran bahwa kakek dewa
ini main-main dengan kata-kata yang bisa membuat temannya
marah. Giam Liong bisa bangkit kebenciannya dan dapat
kembali ganas. Pemuda itu bisa menjadi iblis lagi! Tapi ketika
kakek itu tertawa dan bertanya kepada mereka, siapakah
"bumi" yang dimaksud dalam bait pertama maka dia
menggeleng, teman-temannya juga tak tahu.
"Mungkin bumi yang kami tinggali ini, tanah tempat
berpijak. Tapi Sian-su tentu maksudkan lain."
"Ha-ha, benar. Bumi yang kumaksudkan di situ adalah
tubuh kalian. Tubuh kalian ini yang dibakar dan dihanguskan
Api Kebencian. Tanpa tubuh, tanpa wadag, kebencian tak
dapat berbuat banyak karena ia tak mampu melampiaskan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diri. Nah tubuh kalian inilah yang kumaksud bumi. Dan sekali
api kebencian membakar dan merayap cepat maka tiadalah
kasih dan budi di jiwa kalian lagi. Yang ada hanyalah benci
yang kotor dan hitam!"
Han Han dan dua lainnya mengangguk-angguk, Giam Liong
diam saja. "Lalu apa yang terjadi?" kakek itu me lanjutkan. "Tubuh
kalian dipakai oleh api yang namanya benci untuk
melampiaskan diri. Dan selama ia belum terlampiaskan maka
tak ada akhir dari benci ini. Padahal benci membuat manusia
ringkih dan keropos bagai tulang-tulang tua dimakan tanah!"
"Keropos" Ringkih?" Han Han heran.. "Giam Liong justeru
tampak semakin mengerikan dan dahsyat, Sian-su. Ia seakan
mahluk kuat yang luar biasa menakutkannya. Ia tegar dan
gagah perkasa!" "Ha-ha, bukan itu. Keropos dan ringkih yang kumaksud
adalah miskinnya dari sumber kehidupan. Itu yang
membuatnya ringkih. T ahukah kau apa sumber kehidupan itu"
Bukan lain adalah cinta kasih. Benci bukanlah sumber
kehidupan, karena benci bersifat merusak dan menghancurkan. Dan karena orang yang diamuk benci adalah
orang yang jauh dari sumber kehidupan ini maka ia
sesungguhnya keropos dan ringkih dari cinta kasih. Orang
yang sudah tahu akibat dari benci tak akan berani
menenggelamkan diri. Benci itu ibarat telaga berapi yang siap
menghanguskan dan merusak diri sendiri!"
Han Han tertegun. "Lihat temanmu ini, lihat anak muda ini. Bukankah garagara benci ia sekarang kehilangan sebelah lengannya. Kalau ia
menyadari dan mengerti benar tentang benci tentu ia akan
berpikir seribu kali untuk hanyut dan tenggelam dalam api
kebencian itu!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Han Han mengangguk-angguk, tapi Giam Liong tiba-tiba
mengangkat kepala, sinar matanya mencorong, persis seekor
naga yang mau murka, kata-katanya dingin.
"Sian-su, apakah kau hendak maksudkan bahwa orang tak
boleh membenci" Bahwa biarlah kepala kita diinjak-injak dan
dihina orang lain dengan patokan tidak boleh membenci itu?"
"Ha-ha, kau terpancing emosi. Tapi ini berarti jiwamu
hidup, memberontak! Bagus, tapi sayang aku tidak maksudkan
begitu. Kau salah!" "Jadi bagaimana" Sian-su setuju bahwa kita juga boleh
membenci?" "Itu juga tidak, melainkan sesuatu yang lain. Aku hendak
maksudkan di sini bahwa kita mengamati benci itu sebagai
'benda' yang asing dan selidiki atau cari dari mana dia berasal.
Kalau sudah ketemu maka kita tak akan terjebak dan dibawa
ke liku-liku yang rumit. Benci sesungguhnya berasal dari ego
yang diganggu, rasa ke-aku-an. Dan karena rasa ke-aku-an ini
berasal dari pikiran, bukan hati, maka kita harus waspada tapi
celakanya banyak yang terjebak!"
"Hm, aku bingung. Apa itu si-aku!"
"Aku adalah ego, rasa kemilikan. Semakin tebal seseorang
memupuk ke-aku-annya maka semakin jauh dia dari cinta
kasih. Contohnya adalah ini....." kakek itu
tiba-tiba memandang Yu Yin. "Siapakah gadis ini" Salahkah
kalau kusebut bahwa dia adalah kekasihmu" Dan siapakah Jutaihiap suami isteri" Salahkah kalau kusebut sebagai ayah ibu
temanmu Han Han" Nah, mereka ini adalah orang-orang milik
kalian, anak muda. Dan kalian tentu menyebutnya sebagai
kekasih atau ayah ibuku. Iihat, kata ,ku' di s itu adalah ego. Ia
menunjukkan kemilikan. Dan kalau kalian sudah jelas ini tentu
kita akan lebih lancar lagi bicara."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Han Han dan Giam Liong bersinar-sinar. Hal begini baru kali
itu mereka dengar dan karena merasa tertarik mereka
mengangguk-angguk. Begitu pula Tang Siu maupun Yu Yin.
Tapi belum kakek itu bicara lagi Giam Liong sudah memotong.
"Kalau begitu apa sa lahnya rasa ego ini, Sian-su. Bukankah
rasa ke-aku-an itu wajar dan tidak salah. Apakah kau hendak
menghendaki agar kita tidak memiliki lagi rasa itu. Ingat, kau
bersandar dan menghubungkan rasa kebencian itu dengan
aku, ego!" "Ha-ha, benar. Dan kau tampak bersemangat sekali. Bagus,
jiwamu hidup, anak muda. Kau cocok sebagai figur yang
meletup. Tapi nanti dulu, aku tidak berkata bahwa ego atau
rasa ke-aku-an itu harus dibuang. Aku, atau ego, sudah ada di
dalam diri setiap manusia. Aku atau ego itu sudah ada seperti
juga jantung atau hati di dalam tubuh. Ia sudah menjadi
bagian dari ujud utuh manusia. Ia tak dapat dihilangkan dan
tak mungkin pula dihilangkan. Tapi kalau ego sudah nyasar ke
tempat lain seperti halnya otak tiba-tiba berpindah ke jantung
atau jantung berpindah ke otak maka kehidupan manusia
menjadi kacau-balau. Dan inilah yang terjadi!"
"Hm, bagaimana itu...."
"Nanti dulu, jangan tergesa memotong. Dengarkan. Kalau
jantung kutaruh di kepala dan otak kutaruh di jantung
bagaimana jadinya. Bukankah semuanya serba kacau. Nah,
begitu pula dengan ego atau aku ini, masing-masing
sebenarnya sudah ada di tempatnya sendiri-sendiri tapi oleh
manusia lalu dipindah-pindah seenaknya. Contohnya adalah
kau ini. Gara-gara ego kau pindah ke tempat lain maka
semuanya berantakan dan kaupun akhirnya menderita!"
"Aku tidak mengerti....."
"Aku akan membuatmu mengerti," kakek itu menyergap,
tangkas. "Dengar dulu dan ingat apa yang kukatakan tadi,
anak muda. Bahwa kita harus mengamati benci sebagai
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
'benda asing' di tubuh kita. Lihat, bagaimana ia datang. Dari
mana. Dan karena benci berasal dari ego yang diganggu, dan
ego berasal dari pikiran maka inilah yang merusakmu dan
itulah yang tidak kauwaspadai!"
"Nanti dulu, apa yang merusak dan tidak kuwaspadai, Siansu. Aku tidak merasa apa-apa!"
"Ha-ha, inilah tololnya manusia. Sudah digeragoti dan
dimakan apa yang namanya api benci masih juga bilang tidak
merasa apa-apa. Eh, jawab pertanyaanku, anak muda.
Bagaimana dan dari mana dendam itu berasal ketika kau
membunuh Kedok Hitam!"
Giam Liong terkejut, dibentak. Tiba-tiba ia merasa marah
dan sinar matanya beringas menatap kakek dewa itu. Watak
Si Naga Pembunuh muncul, ia tak takut! Dan ketika dua
pasang mata beradu di udara dan Yu Yin menjerit melihat
sinar mata Giam Liong yang merah membakar, mata itu
seperti Giam Liong yang penuh benci dan dendam maka
pemuda inipun berkata, lantang.
"Sian-su, aku membunuh Kedok Hitam karena ia
membunuh dan mencelakai ayah ibuku. Darah harus dibayar
darah. Tak ada anak yang dapat membiarkan itu kecuali anak
yang tidak berbakti!"
"Ha-ha, bagus. Coba ulang sekali lagi. Siapa yang dibunuh
Kedok Hitam hingga kau sekarang ganti membunuhnya."
"Ayah ibuku!" "Siapa?" "Ayah ibuku!" Giam Liong melompat, membentak keras
sekali tapi kakek dewa itu justeru tergelak-gelak. Giam Liong
berdiri dan merah terbakar tapi anehnya kakek itu tak perduli.
Han Han terkejut dan cepat menangkap temannya ini,
menenangkan. Dan ketika Giam Liong tertegun karena suara
lembut kini mengganti tawa bergelak-gelak itu, sinar mata
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berwibawa menyorot menembus sinar matanya yang beringas
maka kakek itu berkata, "Nah, lihat dan dengarkan sendiri kata-katamu tadi. Yang
diganggu adalah milikmu, anak muda. Yang dirusak adalah
milikmu. Siapa itu Sin Hauw dan mendiang Wi Hong. Kau
mengatakannya sebagai ayah dan ibu-ku. Nah, bukankah 'ku'
atau ego muncul di sini" Dan ayahmu maupun mendiang
ibumu juga sama saja. Mereka membenci dan memusuhi
Kedok Hitam karena Kedok Hitam mengganggu atau merusak
rasa aku-nya tadi. Ibumu karena suaminya dibunuh sedang
ayahmu karena ayah dari ayahmu itu dibunuh pula oleh Kedok
Hitam. Masing-masing terlibat dan terjebak rasa aku-nya itu.
Ibumu menganggap ayahmu sebagai 'suami-ku' itu sedang
almarhum kakekmu adalah 'ayahku' bagi ayahmu itu. Betapa
jelas dan gamblang bahwa kau dan semua orang terjungkir
balik oleh ke-aku-an yang dipindah tempatnya ini. Betapa
gamblang dan nyata bahwa kebencian akhirnya merusak diri
sendiri. Lihat bagaimana ketika kekasihmu itu hendak
membunuhmu dalam beberapa hari yang lalu. Lalu apa
jadinya kalau semua sudah balas-membalas dan menjadi
seperti binatang yang ganas dan jalang begini. Bukankah
kehidupan jadi kacau dan mengerikan sekali. Dunia menjadi
tak tenteram dan panas ditinggali!"
"Hm...!" Han Han yang mengangguk-angguk, Giam Liong
masih diam dan tertegun. "Aku mulai dapat menangkap
wejanganmu ini, Sian-su. Tapi bagaimana kalau tidak begitu.
Bukankah rasa marah atau dendam sesungguhnya ada juga di
hati setiap orang, seperti halnya jantung atau hati yang Siansu katakan tadi." "Betul, tapi seperti kataku tadi, anak muda. Kalau
kebencian atau dendam itu muncul, lihat dan amatilah dia
sebagai 'benda asing' yang datang. Lihat dari mana dia
berasal. Dan karena dia pasti berhubungan dengan ego atau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
'aku" maka waspadalah agar tidak terjebak dan sampai hanyut
apalagi tenggelam oleh 'benda asing' ini. Jelas?"
"Jelas, tapi juga tidak jelas," Han Han berkerut kening,
pikirannya bekerja keras. "Apakah Sian-su hendak maksudkan
bahwa dengan begini kita tak boleh mendendam, benci!"
"Nanti dulu, benci atau dendam tetap ada di hati semua
orang. Dia tetap tinggal di situ, seperti halnya darah atau
daging di tubuh kita. T api karena ada yang tidak cocok dalam
pengetrapannya, jalan keluarnya maka kita terjebak dan
terseret di sini. Coba katakan dulu apakah sesungguhnya kita
ini punya hak milik!"
"Tentu," Han Han tak ragu. "Aku mempunyai ayah ibuku,
Sian-su. Seperti juga Giam Liong ini pernah mempunyai ayah
ibunya. Dan kupikir setiap manusia punya hak milik!"
"Ha-ha, itu semu, hanya secara lahiriah. Sebetulnya
manusia ini tak mempunyai apa-apa dan tak berhak milik.
Yang ada dapat lewat dan lenyap. Kau salah!"
"Salah?" "Bagus, kutanya lagi, jangan potong dulu," kakek ini
berseri, kabut di mukanya bergerak membuka. "Coba jawab
dari semua hak milik yang dipunyai manusia apakah yang
dinilai paling berharga, anak muda. Tunjukkan kepadaku dan
mari kita berdebat!"
"Hm, keluarga dan orang tua kupikir adalah hak milik paling
berharga," Han Han menjawab.
"Dan kalian?" kakek itu memandang Yu Yin dan lain-lain.
"Bagaimana jawabannya?"
"Kami pikir juga begitu," Tang Siu mengangguk,
sependapat. "Keluarga dan orang tua adalah hak milik paling
berharga, Sian-su. Dan justeru karena yang paling berharga
inilah yang dicabut Kedok Hitam maka Giam Liong
mengamuk!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ha-ha, kalian hanya bicara tentang yang diluar. Ah, di luar
melulu. Alangkah bodohnya! Bagaimanakah kalau seandainya
semua itu ada tapi kalian sendiri tak ada!"
"Maksud Sian-su?"
"Jelas. Bagaimana kalau semua itu ada tapi kalian sendiri
tak ada, tak pernah lahir. Apakah bukan justeru yang ada di
dalam diri kalian itulah yang paling berharga, nyawa kalian!"
Han Han dan Tang Siu terkejut.
"Lihat," kakek itu melanjutkan. "Nyawa adalah milik kalian
yang paling berharga, anak-anak. Karena nyawa inilah yang
membuat kalian hidup. Bukankah karena ini maka kalian dapat
menikmati hak-hak lain seperti keluarga dan lain-lainnya itu.
Tapi ternyata yang paling berharga inipun ternyata bukan
milik kalian, ha-ha!"
"Eh!" Han Han terkejut, berseru menyergah. "Bagaimana
bisa begitu, Sian-su. Masa nyawa ini bukan milik kami sendiri!"
"Ha-ha, betul. Tapi coba jawab dulu apakah jawaban ini
tidak betul. Bahwa hak milik kalian yang paling berharga
sesungguhnya adalah nyawa kalian itu, yang membuat kalian
hidup!" "Kau benar," Han Han akhirnya mengangguk. "Nyawa kami
adalah harta milik kami yang paling berharga, Sian-su. Tapi
kenapa inipun kausanggah sebagai bukan milik kami!"
"Gampang, kalau itu milikmu dapatkah kau mempertahankannya di kala kematian menjemput datang"
Dapatkah kau berkata kepada Malaikat Elmaut bahwa itu
milikmu dan karena itu jangan diambil" Coba, jawab, anak
muda. Dapatkah kau mempertahankannya kalau itu milikmu!"
Han Han berubah. Semua yang lain tiba-tiba juga berubah
dan tawa kakek itu amatlah mengejutkan mereka berempat.
Kakek itu berkata dan tertawa begitu benar. Tak dapat
dibantah! Dan ketika mereka bagai melihat barang baru dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Han Han maupun teman-temannya tak mampu menjawab,
ada sesuatu yang lebih tinggi dan jauh di atas kekuasaan
mereka maka pemuda ini dan tiga temannya tertegun. Dan
kakek itu menyergap. "Ayo, bagaimana, anak muda. Apakah inipun tidak benar!"
"Benar, tapi.... tapi...." Han Han bingung. "Bukankah kami
memilikinya juga, Sian-su. Bukankah ini ada pada kami!"
"Itupun benar, tapi ketahuilah bahwa hak milik yang kalian
miliki sesungguhnya adalah hak milik semu. Hak milik sejati
tak pernah ada dimiliki manusia. Manusia hanya memiliki hak
manfaat, itu saja. Dan kalau yang berharga saja bukan milik
kalian apalagi milik orang lain. Biarpun itu ibu atau ayah
kandung!" Giam Liong tergetar. Sampai di s ini ia pucat, terbelalak dan
wajah yang tadi merah terbakar perlahan-lahan surut, putih
dan tiba-tiba pemuda itu mengeluh. Dan ketika ia menutupi
mukanya sementara Han Han dan lain-lain terkejut, mata
mereka seakan dibuka lebar-lebar maka empat anak muda itu
terhentak oleh pikiran masing-masing. Han Han sekarang
melihat bahwa sesungguhnya manusia tak memiliki apa-apa.
Kalaupun ada rasa milik itu maka semuanya bersifat lahiriah,
semu. Dan ketika ia mengangguk-angguk sementara dua
gadis di sebelahnya mendelong dengan sikap bengong maka
Tang Siu teringat bahwa kakek itu masih belum menerangkan
tentang hubungan kebencian dengan aku, dalam pertanyaan
kenapa orang tak boleh membenci, dendam.
"Maaf, Sian-su," gadis ini maju bicara. "Aku sekarang
mengerti apa yang telah kauuraikan ini. Tapi bagaimana
selanjutnya dengan wejanganmu berikut. Kau agaknya hendak
memberitahukan kami bahwa benci dan dendam sebaiknya
tak perlu dipupuk. Kenapa dengan ini, dan mungkinkah pula
bagi kami, manusia, menghapus begitu saja segala benci dan
dendam, apalagi kalau sudah merasuk ke sumsum tulang!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagus, pertanyaanmu mengajak kembali," kakek itu
mengangguk-angguk, tersenyum. "Kalian sekarang sudah
mengerti bahwa rasa ke-aku-an mengajak manusia untuk
menikmati secara semu, anak baik. Padahal yang semu ini
bukanlah yang sejati. Yang sejati bukanlah milik kita, milik
siapapun. la ada dan hanya milik Yang Tunggal, Yang
Mahakuasa. Dan kalau kita ngotot dan bersitegang untuk
membela yang semu ini, yang bukan apa-apa maka
sesungguhnya kita telah memboros-boros-kan tenaga dan
pikiran untuk akhirnya malah menjadi celaka sendiri. Aku
hendak memberi tahu kepada kalian bahwa kalau kebencian
atau dendam itu datang, lihat dan amatilah dia sebagai benda
asing. Selidiki dan cari dari mana dia berasal. Dan karena
kebencian ini selalu dan pasti berhubungan dengan aku, ego,
maka waspadalah karena sesungguhnya aku atau ego itu juga
bukan milik kalian. Kalau itu bukan milik kalian lalu apa
gunanya dibela dan dipertahankan mati-matian" Bukankah
hanya membenamkan diri ke dalam lumpur kotor dan hitam"
Kalian akan semakin keruh saja, hilang kejernihan. Dan kalau
sudah begini maka berlakulah seperti apa yang telah dilakukan
Si Naga Pembunuh itu!"
"Kalau begitu Giam Liong tak boleh membalas dendam"
Kalau begitu ia tak boleh mencari musuhnya?"
"Kedok Hitam jelas jahat, dan siapa saja boleh
menghadapinya. Tapi kalau kalian menghadapinya didasari
motif dendam maka inilah yang tidak sehat karena seharusnya
kalian tidak bersikap begitu. Sebagai seorang pendekar maka
jiwa kalian harus dilandasi keadilan, cinta kasih. Bukan
kebencian atau dendam. Lihat ini..." kakek itu memberi
contoh. "Ada sebuah keluarga yang anaknya digigit ular
berbisa. Sang ayah marah-marah dan sang ibu menjerit habishabisan. Anak kesayangnya mati. Lalu apa yang diperbuat"
Ayah itu lalu mencari dan membunuh ular itu, dicincangnya
penuh dendam. Padahal ketika kulihat ternyata keluarga itu
tinggal di tepi sebuah rawa dan rawa itu memang banyak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ularnya. Dan salahnya lagi, ia tak memagari rumahnya itu
hingga ular berbisa dapat masuk dan menggigit tewas
anaknya, yang celakanya lagi dibiarkannya bermain-ma in di
tepi rawa oleh keteledoran ayah ibunya sendiri! Nah, siapa
yang salah?" Tang Siu tertegun. Ia jadi semakin membelalakkan
matanya lagi dengan perumpamaan ini. Tapi masih penasaran
ia bertanya, "Jadi seharusnya bagaimana?"
"Ayah atau keluarga itu harus waspada. Ia harus melihat
bahwa tempat itu berbahaya bagi anak-anaknya. Dan karena
kewaspadaan pasti membuat manusia berjaga-jaga maka tak
mungkin ia membiarkan rumahnya tanpa pagar dan begitu
saja membiarkan anaknya bermain di tepi rawa!"
"Hm, aku sekarang mengerti," Han Han kini juga
mengangguk-angguk. "Wejangan-mu dapat kami terima, Siansu. Tapi bagaimana dengan Giam Liong ini. Kewaspadaan
bagaimana yang harus ia lihat. Bagaimana ia harus bersikap!"
"Pertama rasa ke-aku-annya harus di-netralisir. Ingatlah
bahwa ibuku ayahku atau apapun juga 'ku-ku' yang lain itu
bukanlah miliknya sejati. Sedang nyawa sendiripun bukan
milik sendiri, apalagi orang-orang lain dan yang di luar kita.
Lalu ia harus waspada dan mengamati kenapa Kedok Hitam
membunuh ayahnya, seperti juga ayahnya dulu harus
mengamati dan waspada kenapa ayahnya itu dibunuh. Kakek
atau ayah dari ayah Giam Liong ini sudah lama merupakan
pembantu Chu Wen. Kedok Hitam dan kelompoknya tak
berhasil membujuk. Dan karena mereka sama-sama
bermusuhan dan satu sama lain membela kepentingan sendirisendiri maka adalah lumrah kalau kematian atau hal-hal keji
sewaktu-waktu dapat masuk. Kebencian atau kemarahan yang
bersumber dari diganggunya rasa ego atau aku ini memang
bisa bermacam-macam akibatnya, bisa berkembang luas. Dan
karena manusia saling sikat untuk mempertahankan ke-akuTiraikasih Website http://kangzusi.com/
annya ini maka waspadalah kalian untuk tidak terjebak dan
kelak susah sendiri terlibat rantai setan yang tak ada habisnya.
Kedok Hitam memang jahat, korban dari kepicikan pikirannya
sendiri. Tapi kalau Giam Liong lalu menghadapi dia dengan
berlandaskan dendam dan sakit hati maka ini bukanlah watak
pendekar karena nanti keluarga atau anak keturunan orang itu
akan mencarinya dan kelak membalasnya juga. Jadi, tak ada
habis-habisnya. Daripada begitu putuskanlah rantai dendam
itu dan hadapilah lawan kalian berlandaskan keadilan, cinta
kasih. Karena gerakan atau tindakan kalian ini sungguh jauh
berbeda dengan kalau kalian menghadapi musuh kalian
berdasarkan dendam atau sakit hati. Jelas!"
Han Han dan teman-temannya mengangguk-angguk.
Mereka tentu saja dapat melihat dan merasakan itu dan
mampu pula menerimanya. Sekarang jelaslah bahwa
kejahatan bukan lalu dihadapi dengan dendam dan sakit hati.
Kejahatan harus dihadapi dengan keadilan dan cinta kasih.
Dan karena perwujudan ini tentu lain dengan sepak terjang
Giam Liong, yang bengis dan sadis maka Han Han maupun
teman-temannya dapat membedakan itu.
Benar, ini pelajaran yang baik. Tapi bagaimana
kelanjutannya" Kakek itu tampaknya baru setengah bicara.
"Kami mulai paham," Han Han berkata lagi, kini tiba-tiba
semakin tertarik. "Tapi bagaimana selanjutnya, Sian-su.
Mohon kau menjelaskan lagi dengan contoh Giam Liong."
"Ha-ha, pemuda itu harus menetralisir ke-aku-annya.
Lihatlah bahwa 'ku-ku' yang dipunyai ini hanyalah bersifat
lahiriah, semu. Lalu kalau sudah lihatlah jauh ke belakang
bagaimana ayah ataupun kakeknya dibunuh musuh. Pertikaian
atau permusuhan antar golongan memang begitu. Di manamana resikonya sama, sewaktu-waktu diancam kematian.
Kalau tidak mau menderita ya harus pandai-pandai menjaga
diri, atau nanti seperti ayah yang kehilangan anaknya itu,
tewas tergigit ular berbisa karena tak melindungi rumahnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan pagar dan celakanya lengah menjaga putera sendiri
bermain-main di rawa!"
"Hm, begitukah?"
"Ya, begitu, sederhana sekali. Kalau tak ingin digigit ular
berbisa ya jangan mendirikan rumah di tepi rawa, yang sudah
jelas banyak ularnya. Ataupun kalau terpaksa mendirikan
rumah di situ ya haruslah diberi pagar dan diusahakan
sedemikian rupa agar tidak dimasuki ular. T api kalau ini semua
sudah dilakukan sang ayah tetap juga teledor menjaga
anaknya ya jangan lalu mengamuk dan dendam kepada ular
itu. Kita harus mengerti ini, tak perlu dipelajari. Sama seperti
halnya rumah yang terlalu dekat dengan telaga itu. Kalau
telaga sewaktu-waktu meluap dan rumahnya kebanjiran ya
jangan mengeluh. Itu resikonya. Kalau tak mau ambil resiko
ya jangan dekat-dekat telaga atau sungai yang bisa
menimbulkan bahaya, ha-ha!"
Han Han kagum. Ia tersenyum dan akhirnya tertawa juga
ketika kakek itu menuding sebuah tempat tinggal anggauta
Hek-yan-pang yang terlalu dekat telaga. Kakek ini seakan
berseloroh, meskipun sebenarnya kata-katanya amatlah tepat
dan tajam, penuh mengandung pengertian yang dalam. Dan
ketika ia mengangguk-angguk sementara temannya yang lain
juga sependapat dan sepengertian maka ia me lihat kakek itu
tiba-tiba bangkit berdiri.
"Maaf, perahu akan terbalik.... prat!" gelombang telaga
tiba-tiba menderu, perahu miring dan sekonyong-konyong Yu
Yin maupun Tang Siu menjerit. Begitu kakek itu berdiri tibatiba perahu miring, seakan kehilangan keseimbangan. Dan
baru saja kakek itu selesai bicara tiba-tiba perahu terbalik dan
empat anak muda itu terguling.
"Byuurrr...!" Han Han dan teman-temannya tercebur. Entah bagaimana
asal mulanya tiba-tiba mereka semua gelagapan. Tadi mereka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
begitu asyik hingga tak tahu bahwa terjadi perobahan angin.
Hanya karena kakek itu berada di tengah maka perahu tetap
seimbang, padahal ombak mulai membuih diterpa angin dingin
yang kuat. Malam menjelang pagi dan perubahan udara inilah
yang membuat riak telaga juga berubah. Empat anak muda itu
tak tahu dan tiba-tiba terguling. Tapi ketika Han Han
menyambar Tang Siu dan Giam Liong juga menyambar Yu Yin,
dua pemuda itu menendang perahu agar berdiri lagi maka Bubeng Sian-su terkekeh-kekeh di tengah lagi, melihat dua
pemuda ini me lompat dan melayang naik dari dalam telaga.
Pakaian mereka tentu saja basah kuyup!
"Ha-ha, inilah resikonya tinggal di perahu, anak-anak.
Sewaktu-waktu dapat terbalik kalau diserang ombak. Hidup
memang selalu begini. Kepanasan kalau di gurun tapi
kedinginan kalau di laut. Ah, pelajaran apa yang kalian dapat!"
Han Han terbelalak. "Sian-su... Sian-su tak basah?"
"Aku telah waspada dibanding kalian, me lompat ketika
perahu tadi terbalik. Kalian kurang cepat dan keburu
terlempar." "Hm!" putera Ju-taihiap ini berputar matanya, aneh,
merasa ganjil. "Agaknya ada lagi pelajaran yang harus kami
cari, Sian-su. Entah apa itu!"
"Ha-ha, pelajaran ada di mana-mana. Cari dan temukan itu.
Kalau kalian mengerti tentu kalian semakin cerdas. Barangkali
omong-omong ini cukup...."
"Eh, nanti dulu!" Han Han berseru, kakek itu mau
berkelebat. "Masih ada yang belum selesai, Sian-su.
Bagaimana dengan bait kedua dan ketiga!"
"Hm, itu" Gampang saja, satu di antara yang bermusuhan
akan menjadi periuk atau gentanya. Yang lebih kuat menimpa
dan menghancurkan yang lain."
"Maksud Sian-su?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ha-ha, memupuk kebencian sama halnya menyimpan
racun di periuk atau genta, anak muda. Yang kecil akan
ditimpa yang besar dan yang kuat akan menghancurkan yang
lemah!" "Kami tak jelas..."


Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kelak akan lebih jelas lagi. Yang jelas anak muda ini sudah
menjadi genta namun mungkin kelak dia menjadi periuknya.
Ha-ha, dendam kesumat itu harus kalian hindari saja. Ingat
akan semua nasihatku tadi. Dan tentang bait ketiga, ah,
apalagi yang harus dilakukan temanmu kecuali pasrah dan
menebus dosa" Api dan dendamnya telah mengecil, anak
muda. Tapi tidak padam. Dan kalau dia tidak membuang
racun itu maka lingkaran setan akan membelitnya lagi dan
akan dibalas atau membalas!"
"Kami masih belum mengerti...."
"Ah, lihatlah perumpamaan dengan keluarga di tepi rawa
itu. Kalau sudah tahu banyak ular lebih baik menyingkir. Kalau
tetap ingin tinggal maka hati-hatilah dan pasanglah pagar.
Atau kalian akan menghadapi ular-ular lain dan tak habisnya
sepanjang hari mencari dan dicari musuh!"
"Jadi Giam Liong seperti ayah dari keluarga ini?"
"Kau cerdas. Dan beruntung bahwa ia sudah memutuskan
untuk pergi. Nah, pergilah dan jangan berhubungan dengan
kota raja lagi. Atau ular-ular lain akan berdatangan
mengganggunya dan karena itulah kunasihatkan agar cepatcepat mengubur Golok Maut karena golok itu membawa
pengaruh jahat!" "Dan aku.... aku boleh mendampinginya bukan, Sian-su"
Atau ada sesuatu yang khusus hendak kaupesankan?" Yu Y in
tiba-tiba berseru, bangkit berdiri.
"Hm, sudah kukatakan agar kau tetap memegang
sumpahmu, nona. Jangan pergi dan berhubungan dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
istana lagi. Dan sebaiknya awasi suamimu untuk tidak melihat
atau mengambil lagi golok warisan ayahnya itu!"
Yu Yin mencengkeram erat kekasihnya. Giam Liong
gemetar dan menahan sesuatu golakan, matanya berkejapkejap. Tapi ketika kakek itu menepuk pundaknya dan ia
tenang maka kakek ini berkata sekali lagi agar pemuda itu
melepaskan sisa-sisa api kemarahannya dan jangan mendendam kepada siapapun, baik sekarang maupun kelak
kemudian hari. Dan ketika kakek itu berkata agar racun
dendam benar-benar dilenyapkan, apapun yang terjadi
pemuda itu harus tenang dan tabah menghadapi semuanya
maka kakek ini mengingatkan akan ego atau rasa ke-aku-an
itu. "Ingat, tak ada hak milik. Yang ada hanya hak manfaat.
Ego atau aku hanya diperlukan untuk membedakan punyamu
dan punyanya orang lain, dalam usaha imenjaga ketenteraman dan ketenangan da-jlam hidup kebersamaan.
Kalau ego atau aku sudah memasuki hal-hal yang bersifat
non-lahiriah, tidak proposionil, maka semuanya bakal kacau
dan untuk menghadapi lawanmu jangan dilandasi dendam atau kebencian me lainkan hadapilah berdasarkan keadilan dan
cinta kasih. Barangkali kau agak pening tapi seirama dengan
kematangan jiwamu kau akan tahu ini. Nah, kembalilah dan
selamat tinggal!" Empat anak muda itu terbelalak. Kakek itu mengebutkan
lengan bajunya dan tiba-tiba terdengar ledakan. Segumpal
asap putih pecah di udara dan bersamaan dengan itu kakek
itupun lenyap. Dan ketika cahaya berwarna-warni
menyilaukan mereka di langit yang berbintang, bulan dan
segalanya tiba-tiba menjauh mendadak Yu Yin dan Tang Siu
menjerit karena mereka terlempar membentur tembok. Dan
begitu dua gadis itu berteriak dan Han Han maupun Giam
Liong merasa diangkat oleh sesuatu yang kuat, mencelat dan
terlempar maka dua anak muda itu terkejut sekali karena
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka tiba-tiba jatuh dari pembaringan. Perahu dan
Tujuh Pedang Tiga Ruyung 7 Pendekar Bunga Merah Karya Kho Ping Hoo Istana Kumala Putih 11

Cari Blog Ini