Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara Bagian 9
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lalu menceritakan asal mulanya pertemuannya, betapa dia
dicurangi dengan bubuk beracun akhirnya membuat gadis
baju putih itu berulang-ulang mengeluarkan suara dari hidung.
Tapi ketika Han Han bercerita tentang dua suami isteri lihai
bernama Keng Han dan Bhi Pui maka gadis itu mengerutkan
kening. "Apakah murid Pek-lui-kong dari utara?"
"Aku tak tahu, aku baru turun gunung."
"Hm, pantas, sobat. Kau begitu mudah dipedayai wanita
cabul itu. Eh, omong omong bolehkah kutahu siapa gurumu"
Aku sendiri dari Kun-lun, guruku adalah Kim-sim Tojin
(Pendeta Berhati Emas)!"
"Ah, kiranya murid Kim-sim Tojin lo-cianpwe?" Han Han
berseru terbelalak, mendengar nama ini dari gurunya. "Pantas
kau dapat mengalahkan Siluman Kucing itu, nona. Kiranya kau
ahli waris Kun-lun Kiam-sut dalam ilmu pedangnya Jm-hongsau-hun-kiam (Pedang Penyambar Sukma)!"
"Eh, kau tahu ilmu pedangku?"
"Bukan aku, melainkan guruku. Guruku banyak bercerita
tentang tokoh-tokoh Kun-lun dan satu di antaranya ialah
gurumu itu, yang terkenal dengan jurus-jurusnya yang lihai
dalam silat pedang Ini hong-sau-hun-kiam!"
"Ah, suhuku memang lihai, tapi aku sendiri tak dapat
mainkan ilmu silat itu seperempatnya. Lihat saja tadi berapa
jurus harus kugunakan untuk mengusir siluman betina itu,
itupun sebatang jarum masih mengenai diriku!"
"Hm, benar, tapi itu bukan salahmu, nona. Itu adalah
kelicikan siluman betina ini. Kepadakupun dia juga curang.
Tapi sudahlah, betapapun kau hebat dan mampu mengusirnya!" dan bersinar teringat gadis ini mainkan
pedangnya, mendesak dan menteter Siluman Kucing itu tibatiba Han Han tertawa. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ada apa kau tertawa?"
"Maaf, nona Tang...."
"Eh, kau mengenal namaku?"
Han Han terkejut. "Aku, eh... maaf,"
Han Han merasa kelepasan bicara, gadis itu memang
belum memperkenalkan namanya. "Aku tahu ketika tadi
secara tak kusengaja kau memberitahukannya kepada Siluman
Kucing itu, nona. Aku... ah, barangkali lancang!"
"Tidak, aku yang salah," gadis ini sadar, akhirnya tersipu
juga. "Kau sudah memperkenalkan namamu, Han-siauwhiap
(pendekar muda Han), tapi belum gurumu Bolehkah aku
tahu?" Han Han mengerutkan kening. "Aku, hmmm..... guruku
orang biasa saja. Aku tak dapat memberitahukannya, nona,
bukan karena apa melainkan semata pesan guruku saja. Maaf
jangan dianggap aku sombong. Aku hanya murid seorang
biasa-biasa saja, tidak seperti gurumu yang terhormat Kim-sim
Tojin yang sakti!" Gadis ini heran. Lagi-lagi ada perasaan tak puas atau tak
suka ketika Han Han tak memperkenalkan gurunya. Tapi
karena pemuda itu menghormat gurunya dan memuji dengan
suara tulus, ini membanggakan gadis itu maka gadis ini
akhirnya tak marah juga, dapat mengerti perasaan orang.
"Baiklah, aku tahu watak orang-orang kang-ouw, Hansiauwhiap. Dan semakin kupercaya bahwa guru itu pasti
bukan orang biasa, meskipun kau mengatakannya biasa. Aku
hendak melanjutkan perjalanan, kukira cukup pertemuan kita.
Kau hendak ke mana dan apakah ada sesuatu yang mungkin
dapat kutolong?" Han Han kikuk. "Pertama jangan sebut aku siauwhiap...."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau begitu kaupun jangan nona-nonaan. Namaku Tang
Siu!" "Hm, baiklah, terima kasih, adik Tang Siu. Dan kau boleh
sebut aku Han Han. Panggil saja aku Han Han. Aku juga
hendak melanjutkan perjalanan dan kalau kau bertanya
apakah ada sesuatu yang mungkin dapat kau tolong maka
kebetulan ada sebuah pertanyaan. Yakni apakah kau pernah
bertemu dengan seorang wanita gila yang rambutnya riapriapan tetapi lihai!"
"Wanita gila?" gadis itu terkejut, benar-benar tak
menyangka. "Wah, kau ini aneh sekali, Han Han. Yang ditanya
kok malah itu! Apakah dia temanmu?" gadis ini tertawa,
mengira Han Han main-ma in. Tapi ketika dengan serius Han
Han menggeleng dan berkata 'mungkin', satu pernyataan yang
membuat gadis itu tercengang maka Han Han bicara serius,
tidak tertawa, meskipun tadinya gadis itu tertawa.
Ooo-dw-ooO Jilid 15 "MUNGKIN saja dia temanku, aku serius. Aku bertanya
sungguh-sungguh apakah kau pernah bertemu dengan wanita
yang kumaksudkan ini, lihai tetapi gila, rambutnya riapriapan." "Hm, aku tak pernah bertemu dengan orang yang
kaumaksudkan ini, Han Han. Tapi kalau umpamanya ketemu
apakah yang harus kulakukan."
"Kau bawa dia kepadaku, ada sesuatu yang amat penting
dari wanita ini yang kuperlukan!"
"Baik, kalau begitu di mana kau tinggal" Bagaimana
caranya aku membawa kepadamu kalau tidak tahu kau berada
di mana?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Han Han tertegun. T iba-tiba dia sadar bahwa T ang Siu tak
tahu di mana tempat tinggalnya. Bagaimana harus membawa
wanita itu kalau ketemu umpamanya, padahal dia tak mau
menyebutkan di mana dia tinggal. Dan karena dia sadar
bahwa tak mungkin hal itu dilakukan, gurunya maupun dia
sendiri tak menghendaki orang lain tahu maka Han Han
menarik napas dalam-dalam ketika menjawab.
"Maaf, aku keliru bicara, Tang Siu. Barangkali yang
kumaksudkan adalah cari saja aku kalau kau menemukan
wanita i-tu. Aku akan di sekitar Hek-yan-pang untuk
sementara waktu ini. Kalau kau menemukan wanita itu tolong
kau cari aku di sana."
"Kau murid Hek-yan-pang?"
"Bukan, tapi... hm, aku calon tamu Hek-yan-pang."
"Aneh!" gadis itu berseru. "Kau merahasiakan diri, Han
Han. Gerak-gerikmu misterius sekali. Bagaimana kalau nanti
kau tak ada di Hek-yan-pang juga" Apakah aku harus
membawa-bawa wanita gila itu?"
"Hm, kalau begitu ya sudah saja. Tak usah terlalu
merepotkan dirimu. Maaf, aku hendak melanjutkan perjalanan, Tang Siu. Aku berterima kasih kalau kau sudi
membantuku. Tapi tak usah memaksa diri. Kalau kita bertemu
lagi tentu kita dapat bercakap-cakap lagi. Selamat tinggal, kita
rupanya harus berpisah!" namun ketika Han Han hendak
bergerak dan meninggalkan gadis itu, Tang Siu tertegun dan
berkelebat ke depan tiba-tiba gadis itu berseru,
"Nanti dulu. Tunggu, Han Han. Bolehkah aku tahu siapa
nama wanita yang gila itu!"
"Aku tak tahu..." Han Han sedih. "Aku juga samar-samar,
Tang Siu. Aku hanya hendak mencari wanita ini karena
suruhan guruku." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hm, apamukah wanita itu" Dan apa yang hendak kau
cari?" "Aku hendak mencari ayah ibuku, dan wanita inilah yang
tahu." "Apa" Kau... kau tak tahu ayah ibumu sendiri" Kau seorang
anak lola?" "Semuanya gelap, Tang Siu. Aku tak tahu apakah aku lola
atau bukan. Yang jelas, aku ingin mencari ayah ibuku dan si
gila inilah yang tahu asal-usulku!"
"Ah, kasihan!" dan Tang Siu yang tertegun dan
membelalakkan mata, berlinang, tiba-tiba mengejutkan Han
Han karena gadis itu tampak terharu. "Han Han, aku ikut
sedih. Tapi baiklah, aku akan menolongmu dan kalau
kutemukan wanita itu akan kucari dirimu. Aku juga hendak
melanjutkan perjalanan. Silahkan kau ke Hek-yan-pang karena
aku sendiri akan ke kota raja!"
"Terima kasih," Han Han mengangguk dengan terharu pula.
"Kau benar-benar baik, Tang Siu. Tapi sekali lagi tak usah
memaksa diri kalau terlalu repot!" dan ketika gadis itu mundur
dan Han Han tersenyum, dua mata beradu dengan detak yang
aneh maka Han Han berkelebat dan melewati gadis itu.
Selanjutnya Han Han bergerak seperti iblis karena tahu-tahu
iapun telah lenyap dari tempat itu. Dan ketika Tang Siu
tertegun dan kagum, apa yang diperlihatkan Han Han luar
biasa sekali maka gadis itupun menarik napas dalam-dalam
dan berkelebat pula melanjutkan perjalanannya.
OodwoO Dua hari kemudian Han Han telah tiba di sekitar telaga itu.
Inilah markas Hek-yan-pang yang dicari-carinya. Han Han
berhenti dan tidak segera masuk. A-da perkampungan di luar
telaga, rumah-rumah sederhana tetapi yang kokoh dan kuat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan ketika Han Han berhenti di situ mengamati ke dalam,
markas perkumpulan itu katanya ada di tengah maka
seseorang berkelebat disusul oleh beberapa orang lainnya lagi.
"Hei, anak muda. Apa maksudmu mengintai di s ini dan apa
yang kaukerjakan!" Han Han terkejut. Asyik mengamati tempat itu, tak ada
maksud untuk membuat ribut Han Han tiba-tiba telah
dikepung oleh tujuh murid laki-laki Hek-yan-pang yang
menjaga di sekitar situ. Sejak ditinggalkan ketuanya memang
perkumpulan ini dijaga lebih ketat, ada yang bersembunyi di
balik semak-semak belukar untuk mengintai orang asing. Han
Han tak melihat itu karena mereka sudah ada di situ, melihat
kedatangannya. Maka ketika pemuda itu tampak mengamati
penuh perhatian, berkali-kali mengerutkan kening dan
memandang ke dalam maka tujuh orang ini menjadi curiga
dan saling memberi tanda. Han Han tak tampak sebagai
pemuda yang menakutkan karena tubuhnya biasa-biasa saja,
sedang namun tegap dan kuat. Dan ketika pemuda itu tampak
mengamati penuh perhatian, murid-murid tak tahu siapa
pemuda ini maka mereka lalu keluar dari membentak. Dan
Han Han tentu saja menoleh. Tapi begitu Han Han menoleh
tiba-tiba saja tujuh orang itu berseru tertahan dan
membelalakkan matanya. "Aih, mirip pangcu (ketua)!"
Han Han terkejut. Tujuh orang itu men dadak saja bengong
dan memandangnya tak berkedip, ada kesan kaget tapi juga
heran, tertegun. Tapi ketika me lihat bahwa pemuda ini
bukanlah ketua mereka dan tujuh orang itu hilang kagetnya
maka semua maju kembali dan mengurung pemuda itu.
"Siapa kau, dan ada apa mengintai rumah orang!"
"Maaf," Han Han merasa salah, membungkuk. "Aku sedang
mengamati markas perkumpulan Hek-yan-pang, saudaraTiraikasih Website http://kangzusi.com/
saudara. Ingin ke sana tetapi belum tahu jalan. Siapakah
kalian dan apakah orang-orang Hek-yan-pang."
"Benar, kami anak murid Hek-yan-pang!" seorang di antara
tujuh laki-laki itu menjawab, suaranya agak lunak karena
betapapun Han Han dilihatnya sebagai pemuda yang lemah
lembut. "Siapa kau, anak muda. Dan kenapa datang seperti
maling!" "Aku bukan maling," Han Han mendongkol juga. "Aku
hanya tak ingin membuat kesalahan. Aku datang untuk
mencari seorang wanita yang katanya ada hubungannya
dengan Hek-yan-pang. Barangkali kalian tahu dan baiklah
kukatakan!" dan ketika tujuh laki-laki itu menunggu dan
membelalakkan matanya, diam-diam masih heran dan kagum
bahwa pemuda ini benar-benar mirip ketua mereka, Beng Tan,
maka Han Han menceritakan maksudnya bahwa dia mencari
seorang wanita berambut riap-riapan yang gila. Tapi belum dia
men ceritakan lebih lanjut tahu-tahu tujuh murid Hek-yanpang itu mencabut pedang dan seketika membentak.
"Kau ada hubungan apa dengan si gila itu. Apakah
temannya!" "Hm," Han Han terkejut, mengerutkan kening. "Barangkali
betul, saudara-saudara. Apakah kalian tahu di mana wanita itu
itu. Coba panggilkan untukku atau.... singg!" tujuh pedang
tiba-tiba bergerak, menusuk dan membacok dan Han Han
membelalakkan mata karena tiba-tiba tujuh laki-laki itu marah
sekali. Dia tak tahu bahwa yang dicarinya adalah Wi Hong,
padahal Wi Hong telah menghajar murid-murid lelaki Hek-yanpang ini, yang dibencinya. Maka begitu dia bicara tentang
wanita itu dan tak ada lagi wanita gila kecuali Wi Hong,
meskipun kini telah sembuh dan pergi bersama putera-nya
maka tujuh laki-laki yang kebetulan pernah dihajar Wi Hong
tiba-tiba naik darah mendengar kata-kata Han Han,
membentak dan menerjang dan seketika tujuh pedang
serentak menyambar nyaris bersamaan. Mereka semua marah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepada Han Han, ingin dijadikan korban bagi pelampiasan
kemarahan mereka kepada Wi Hong. Tapi karena Han Han
bukanlah pemuda lemah dan tujuh anak murid Hek-yan-pang
yang mendadak marah-marah dan menyerangnya itu
dilihatnya memiliki kepandaian biasa-biasa saja, pedang yang
bergerak dinilai masih lamban maka Han Han berkelit dan
tujuh laki-laki itu terkejut karena pemuda itu lolos begitu
mudah, menyelinap atau menghindar di balik sambaran tujuh
pedang. "Hei, kalian rupanya gila. Ada apa marah-marah dan
menyerang aku!"
Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Keparat, kau musuh kami kalau teman wanita itu, anak
muda. Kau akan mendapatkannya nanti di akherat!"
"Apa?" Han Han mengerutkan kening, mengelak sana-sini.
"Mendapatkannya di akherat" Maksud kalian wanita yang
kucari itu tak ada" Sudah mati?"
"Mati atau tidak kami tak perduli, bocah siluman. Yang
penting kau mampus dan menerima dosa atas hasil perbuatan
wanita itu.... sing-sing-crat!" dan pedang yang menyerempet
batu besar mengeluarkan bunga api tiba-tiba disusul jerit
kaget laki-laki ini ketika Han Han berkelebat lenyap. Enam
temannya juga sama-sama berteriak keras karena sekonyongkonyong pedang mereka berbenturan sendiri, Han Han
mengeluarkan kepandaiannya hingga tak diketahui oleh lawan.
Dan ketika lawan terbelalak dan tertegun, tak tahu di mana
pemuda itu berada sekonyong-konyong bayangan putih
datang dan Han Han menjentik pedang di tangan mereka.
"Kalian orang-orang tak sopan. Belum selesai diajak bicara
sudah menyerang orang lain. Baiklah, aku akan mencari ketua
kalian, sobat-sobat. Dan terpaksa aku merobohkan kalian....
tring-tring-tringg!" dan pedang yang terlepas dari tangan
pemiliknya tiba-tiba disusul oleh jerit atau pekik murid-murid
Hek-yan-pang ini. Han Han menendang mereka memberi
pelajaran, gemas juga. Dan ketika tujuh orang itu terpelanting
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan mengaduh-aduh, kaki atau tangan mereka keselio maka
Han Han berkelebat dan lenyap menuju telaga.
"Heii, awas. Kita kedatangan musuh!"
Bayangan-bayangan tiba-tiba berkelebatan dari balik hutan.
Di luar telaga itu memang sebuah hutan kecil di mana
gemerincingnya atau jatuhnya senjata-senjata tadi terdengar
oleh anak-anak murid yang lain. Bentakan dan caci-maki anakanak murid itu sudah memanggil teman-temannya untuk
datang, itu merupakan tanda bagi mereka. Maka ketika Han
Han merobohkan murid-murid ini dan terbang menuju telaga,
yang berarti mendekati perkampungan di mana itu merupakan
wilayah murid-murid lelaki, karena yang wanita ada di dalam
atau di tengah telaga maka begitu Han Han bergerak dan
memperlihatkan diri tahu-tahu seratus lebih anak-anak murid
Walet Hitam mencegat di depan.
"Berhenti!" Han Han tertegun, melihat ketatnya penjagaan,
berlapis-lapis. "Sebutkan maumu dan siapa kau, anak muda.
Atau kami menyerang dan akan membunuh mu!"
Tapi begitu Han Han berhenti dan menunda larinya,
terpaksa memenuhi bentakan ini tiba-tiba semua terpekik dan
menyatakan bahwa pemuda itu mirip ketua mereka.
"Aih, pemuda ini mirip pangcu!"
Han Han terkejut untuk kedua kalinya. Di sinipun ia
disangka mirip sang ketua sementara orang-orang itu
menjublak, bengong. Tapi ketika Han Han tersenyum dan
coba bersikap bersahabat, mau menerangkan bahwa ia
mencari seseorang di situ mendadak dua dari tujuh murid
yang terpincang-pincang dan mengejar Han Han berteriak
bahwa pemuda itu teman Wi Hong, nama yang membuat
pemuda ini berkerut kening.
"Dia antek si iblis wanita, Wi Hong. Datang untuk
mengacau. Tangkap dan bunuh saja dia!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Han Han terkejut. Seratus lebih murid laki-laki yang ada di
situ tiba-tiba garang matanya. Sikap yang semula ragu-ragu
dan agak lunak sekonyong-konyong berobah. Han Han tak
tahu bahwa ini adalah juga anak-anak murid yang dihajar Wi
Hong. Wanita itu tak menyukai adanya murid laki-laki di Hekyan-pang, karena Hek-yan-pang semula adalah perkumpulan
yang hanya dihuni wanita-wanita saja. Maka begitu nama Wi
Hong disebut dan nama itu dibenci murid-murid lelaki, karena
Wi Hong menghajar mereka maka mendadak saja seratus
lebih murid-murid itu menerjang tanpa banyak cing-cong.
"Kalau begitu kau pengacau. Daripada hidup lebih baik
kami bunuh... wut-wut!" dan senjata yang berhamburan
menuju Han Han, bagai hujan, tiba-tiba tidak perlu dikomando
untuk kedua kalinya lagi karena semua murid laki-laki itu
memang menaruh kebencian kepada Wi Hong. Han Han
terkejut dan bersinar-sinar karena sekarang dia tahu bahwa
wanita gila itu W i Hong, setitik jalan terang ada di mukanya.
Tapi karena semua orang-orang itu menyerangnya dan
mereka juga seperti tujuh murid-murid pertama, beringas dan
marah menerjangnya maka pemuda ini berkelit dan mengelak
hujan senjata yang silih berganti. Han Han berseru agar
orang-orang itu tidak menyerangnya dulu, dia ingin menemui
ketua atau wakil ketua Hek-yan-pang. Tapi ketika orang-orang
itu menjawabnya semakin ganas, panah juga mulai bercuitan
menyambar-nyambar maka Han Han menjadi marah dan apa
boleh buat mengeluarkan ilmunya meringankan tubuh yang
istimewa. Pemuda ini berkelebat dan tiba-tiba lenyap di antara
hujan senjata, bayangan putih menyambar naik turun bagai
garuda yang menerkam mangsa. Dan ketika jerit atau pekik
terdengar di situ, disusul oleh jatuh atau patahnya senjata
tajam maka murid-murid terbelalak dan ngeri serta gentar.
Han Han merampas atau menangkis pedang dan panah. Para
pemiliknya dibuat terkejut karena tahu-tahu pemuda itu sudah
berkelebat di depan mata, cepat sekali. Dan ketika Han Han
menampar atau menekuk patah senjata yang siap digerakkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pemiliknya maka gegerlah murid-murid Hek-yan-pang itu oleh
sepak terjang pemuda ini.
"Iblis! Dia pemuda iblis, awas...!"
Han Han mendengus. Dia menjadi marah namun lawan
sekarang cerai-berai, tak ada yang berani mendekat karena
begitu dia mendekat pasti seorang atau dua terlempar roboh.
Terakhir, Han Han mengibaskan lengan bajunya dan sebelas
orang mencelat sekaligus, tentu saja membuat orang-orang
itu semakin gempar. Dan ketika Han Han berkelebatan ke
sana-sini dan orang-orang itu tunggang-langgang, tak satupun
yang dapat menghadapi pemuda ini maka dari tengah pulau
tiba-tiba terdengar suitan dan aba-aba nyaring.
"Berhenti, biarkan pemuda itu ke mari!" .
Murid laki-laki tertegun. Dari tengah pulau berkelebat
bayangan hitam disusul bayangan-bayangan lain. Puluhan
anak murid wanita keluar dan berjajar di seberang sana
sementara yang berbaju hitam, cantik dan gagah, berseru lagi
agar semua orang berhenti menyerang. Rupanya ribut-ribut
itu telah terlihat dari pulau dan Han Han lega. Dia tak perlu
lagi meroboh-robohkan lawan-lawannya ini karena betapapun
dia merasa tak enak kalau menghadapi ketuanya nanti. Han
Han tentu saja tak tahu bahwa ketua Hek-yan-pang sedang
pergi, melihat wanita cantik dan gagah di seberang sana itu
dan mengira inilah ketuanya. Maka ketika semua melompat
mundur dan yang dikibas atau terpelanting merintih-rintih
kesakitan, satu dua di antaranya ada yang patah tulang maka
Han Han diminta datang segera.
"Anak muda yang sombong, kami menunggumu di sini.
Silahkan pakai sebuah perahu dan datanglah ke mari!"
Han Han berseri. Dia melihat sebuah perahu di tepian dan
langsung saja dia melompat, masuk. Han Han tak ingin
menunjukkan kepandaiannya yang berlebihan dan bersikap
sederhana. Kalau dia mau, tanpa perahupun dia mampu ke
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tepian sana. Tapi karena Han Han tak suka menonjolkan diri
dan sikapnya sederhana, lagi pula dia ke sini bermaksud
"mertamu" (bertamu) maka begitu musuh berhenti dan wanita
di seberang sana mengundangnya masuk tiba-tiba Han Han
sudah menyambar dayung dan dengan dayung ini dia
mengayuh perahu, mengerahkan tenaganya.
"Terima kasih. Aku memang tak bermaksud membuat
keributan, kouwnio. Kalau anak buahmu tak menyerang aku
lagi tentu dengan baik-baik aku akan ke situ dan minta maaf!"
"Hm!" Han Han mendengar dengus pendek itu. Dia melaju
dan yakin bahwa wanita baju hitam itu pasti tokoh Hek-yanpang. Kalau bukan ketua mungkin wakil ketua, itu cukup. Tapi
ketika Han Han mengayuh dan mendayung perahunya dengan
cepat, tak curiga, mendadak perahunya oleng dan miring ke
kiri. "Eiitt!" Han Han cepat menjaga keseimbangan. Dia tak tahu
bahwa seseorang menarik perahunya itu, dari bawah air. Dan
ketika dia melaju dan hilang kagetnya, Han Han memang
benar-benar hijau dalam pengalaman maka perahunya terbalik
ke sebelah kanan dan sebuah tarikan amat kuat tiba-tiba
membuat perahunya terguling!
"Hem..!" Han Han baru sadar akan sesuatu yang tidak
beres. Seketika dia tahu bahwa oleng atau miringnya perahu
itu bukan tanpa sebab. Seseorang ada di bawah dan dia
hendak digulingkan! Maka begitu dia sadar dan perahu
terbalik ke kanan, kuat sekali, tiba-tiba Han Han menjejak
bagian kiri dan perahu membalik seperti semula, dengan satu
hentakan kuat. "Dukk!" Seseorang berteriak di sana. Han Han menyesal tapi apa
boleh buat, melihat sebuah kepala muncul tapi menyelam lagi.
Dan ketika dia tersenyum dan meluncur lagi, dayung bergerak
di kiri kanan maka empat punggung hitam tiba-tiba mengejar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perahunya dari belakang. Han Han mendengar suara kecipak
dan melihat punggung-punggung itu, meluncur seperti hiu
ronggeng dan pemuda ini kagum karena orang-orang itu
berusaha mengejar perahunya, cepat sekali. Dan karena dia
tiba-tiba ingin menggoda dan main-main dengan empat orang
itu, ahli selam yang baik dan kuat sekali maka pemuda ini
memperlambat laju perahunya agar ditangkap. Dan empat
orang itu benar saja tiba-tiba mencengkeram perahunya. Dua
yang pertama menghilang di bawah sementara dua yang lain
bergerak di kiri dan kanan. Han Han tersenyum saja
sementara wanita baju hitam dan murid-murid wanita Hekyan-pang memandang. Mereka juga mengetahui itu dan
justeru rupanya sengaja memerintahkan penyelam-penyelam
itu untuk menggulingkan Han Han di air. Mereka tak tahu
bahwa Han Han juga pandai berenang karena hidupnya di
Laut Selatan. Bertahun-tahun Han Han tinggal di sana dan
menghadapi air tentu saja pemuda itu tidak takut. Han
Hanpun seorang penyelam atau perenang jempolan! Tapi
karena saat itu Han Han tak mau berbasah-basah dan dia
ingin tetap tinggal di perahunya, mengamati atau
memperhatikan apa yang dilakukan empat laki-laki di bawah
air ini maka tiba-tiba perahu terangkat dan Han Han dijunjung
tinggi. "Keluarlah!"
Han Han tersenyum. Sekarang dia tahu maksud lawanlawannya ini. Rupanya dia hendak dilempar keluar perahu dan
basah kuyup sebelum menemui wanita baju hitam itu. Han
Han tertawa dan semua mata melihat betapa pemuda itu tibatiba terangkat perahunya, tinggi ke atas dan empat orang itu
tiba-tiba berteriak satu sama lain untuk melempar perahu itu.
Sekali terlempar tentu Han Han dan perahunya terbalik, tak
mungkin dapat diselamatkan lagi. Tapi ketika Han Han tibatiba mengetukkan dayungnya dan Jing-kin-kang atau Tenaga
Seribu Kati dikerahkan pemuda ini, perahu dan Han Han tibatiba menjadi berat luar biasa mendadak empat orang yang
mengangkat tinggi-tinggi perahu itu terpekik kaget
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Turunkan!" Perahu anjlok ke bawah. Keras dan cepat tiba-tiba perahu
menyentuh lagi permukaan air. Empat laki-laki itu tak dapat
melempar dan mereka berteriak, bukan untuk bersatu tenaga
melainkan justeru terkejut menyelamatkan diri masingmasing. Mereka seakan ditimpa potongan besi yang berat
bukan main. Perahu tak dapat disangga lagi dan anjloklah ke
bawah. Dan ketika empat laki-laki itu berteriak karena kepala
mereka dihantam lantai perahu, yang turun dan jatuh dengan
keras maka mereka terpelanting dan menjerit satu sama lain.
"Aduh!" Han Han tertawa geli. Empat laki-laki itu lenyap terbenam
dan Han Han mengira dapat menyelesaikan lawan-lawannya.
Tapi ketika dia bergerak dan mengayuh lagi, menoleh,
ternyata empat laki-laki itu mencengkeram dan terseret
perahunya, melotot. "Anak muda, kami akan melemparmu dari perahu. Keluar
atau terjun secara paksa!"
Han Han terkejut. Perahu diguncang-guncang keras dan
empat laki-laki itu berusaha keras untuk menggulingkannya.
Mereka ternyata kuat dan sejenak saja kelenger oleh
hantaman lantai perahu tadi. Dan ketika dia mengerutkan
kening karena laju perahu tertahan, empat orang itu
mengguncang-guncang kuat maka perahu miring ke kiri kanan
siap terguling. Han Han bertahan tapi orang-orang itu nekat.
Mereka marah dan melotot karena perahu tak segera terbalik,
Han Han merenggangkan kaki menjaga keseimbangan. Dan
ketika mereka membentak namun Han Han tersenyum,
pemandangan itu disaksikan ratusan mata maka Han Han tibatiba berseru seraya menyentakkan perahunya.
"Baiklah, kita lihat siapa yang terlempar, sobat-sobat.
Kalian atau aku. Maaf ....!" dan perahu yang terangkat dan
terbawa naik, mengejutkan, mendadak terbang dan tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyentuh air lagi. Han Han mengerahkan tenaganya
membuat perahu melejit seperti burung bersayap, dua tiga
kali dengan dayung memukul permukaan air, hebat sekali.
Dan ketika empat orang itu juga terangkat dan menempel di
bawah perahu, lucu sekali, maka tiba-tiba keempatnya tak
dapat menahan diri lagi dibawa terbang.
"Byur-byur-byurrr....!"
Air muncrat tinggi. Semua terbelalak melihat perbuatan
Han Han ini. Empat laki-laki itu tak mampu mencengkeram
perahu lagi yang terangkat tinggi-tinggi. Mereka dibawa
terbang dan jatuh. Dan ketika empat orang itu berteriak dan
kesakitan di air, Han Han sudah menjatuhkan perahu dan
meluncur seperti biasa maka tiba-tiba iapun sudah di seberang
dan meloncat turun, perahu ditinggalkan begitu saja di tepi
telaga. "Maaf," Han Han sudah berhadapan dengan wanita baju
hitam ini. "Aku ingin bertemu pangcu atau wakilnya, kouwnio.
Apakah kau orangnya dan dapatkah kita bicara baik-baik."
Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Siapa kau!" wanita itu tertegun, wajah Han Han diamati
dengan tajam, penuh kagum tapi juga curiga. Maklum, Han
Han kembali membuat anak-anak murid di situ berseru
tertahan melihat kemiripan wajahnya yang mirip dengan ketua
Hek-yan-pang. Pemuda itu sendiri belum tahu dan wanita baju
hitam ini, Ki B i, tertegun dan sejak tadi juga kaget. Di samping
Han Han mirip ketuanya juga pemuda itu lihai sekali.
Merobohkan seratus orang di sana dan melumpuhkan empat
penyelam di s ini, padahal para penyelam itu juga bukan orang
sembarangan dan ahli dalam bidangnya! Tapi ketika pemuda
itu membungkuk hormat dan bertanya kepadanya, sikapnya
halus dan tutur katanya sopan maka wanita ini tertarik namun
pura-pura bersikap dingin, ketus.
"Kau siapa dan mau apa datang ke sini. Apa maksudmu
dengan bersombong memperlihatkan kepandaian. Apakah
hanya kau seorang saja yang hebat di dunia!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Maaf," Han Han kembali menjura. "Aku dipaksa orangorangmu, kouwnio. Tak bermaksud memperlihatkan kepandaian yang bukan apa-apa itu. Kalau mereka tak
mengganggu dan menerimaku secara baik-baik tentu aku juga
tak akan merobohkan mereka dan menimbulkan semua
keributan ini." "Baik, siapa namamu. Dan apa maksudmu datang ke mari!"
"Aku Han Han, mencari seseorang bernama Wi Hong..."
"Apa" Han Han?"
Han Han terkejut. Tiba-tiba semua a-nak murid bersuara
gaduh. Begitu dia menyebut namanya maka ributlah anak
murid wanita memandang pemuda ini. Han Han tak tahu
bahwa namanya telah menggemparkan perkumpulan Hekyan-pang itu, yakni ketika Han Han yang lain alias Giam Liong
datang bersama ibunya menemui Beng Tan, bertempur dan
mengakibatkan pendekar itu luka parah dan Swi Cu juga
nyaris celaka. Maka begitu dia menyebut namanya dan nama
itu baru saja mengguncangkan hati maka semua ribut-ribut
dan Ki Bi sendiri yang tidak menyangka pemuda ini bernama
seperti itu tiba-tiba terkejut dan mundur, membelalakkan
mata. Tapi ketika Han Han justeru bingung oleh kegaduhan itu
dan murid-murid wanita berbisik-bisik seperti nyamuk maka Ki
Bi memutar tubuhnya dan membentak.
"Diam, semua jangan ada yang bersuara!" dan menghadapi
pemuda itu lagi wanita ini mengerutkan alisnya. "Anak muda,
siapa namamu tadi" Han Han" Kau benar-benar bernama Han
Han atau coba mempermainkan kami?"
"Aku memang bernama Han Han," Han Han malah heran.
"Kenapa kalian tak percaya dan mengira aku main-main."
"Baik, kalau begitu kau dari mana!"
"Aku dari Lam-hai (Laut Selatan)..."
"Apa" Memangnya kau anak siluman?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Han Han tersinggung. "Apa maksudmu"
"Kau bilang bahwa kau berasal dari Lam-hai. Kalau begitu
kau bukan manusia melainkan siluman. Katakan siapa guru
atau orang tuamu!" "Aku datang justeru hendak mencari ini. Aku mencari
seorang anak murid Hek-yan-pang yang bernama Wi Hong.
Dialah yang tahu asal-usulku."
"Hm, kalau begitu kau tak tahu siapa dirimu" Kalau begitu
siapa gurumu" Kenapa menunjukmu ke tempat ini?"
"Aku tak dapat menyebut nama guruku, maaf. Tapi aku
dipesan agar mencari seorang wanita gila yang akhirnya
kutahu bernama Wi Hong. Nah, inilah maksudku dan tolong
temukan aku dengan wanita itu."
Semua tertegun. Ki Bi yang memandang tajam pemuda
ini tiba-tiba berdetak dan seorang sumoinya, yang berdiri di
sebelahnya tiba-tiba berbisik-bisik dan menunjuk Han Han
seperti orang bingung. Mereka terlibat pembicaraan lirih dan
Han Han memasang telinganya untuk mendengar percakapan
itu. Dan ketika dua wanita itu berbisik menyebut nama Wi
Hong, juga beberapa nama lain seperti Giam Liong dan Swi Cu
maka Han Han berseri karena dua wanita itu tiba-tiba tampak
berobah sikapnya dan tidak memasang sikap bermusuhan.
Tapi belum dia mendapat jawaban atau keterangan lagi tibatiba terdengar pekik dan jerit di seberang, disusul suara ributribut baru. "Hei, ketua sedang tak ada. Jangan nyelonong begitu
saja.... byur-byurr!" lima tubuh terlempar ke air telaga, disusul
oleh tubuh-tubuh yang lain dan tiba-tiba saja puluhan muridmurid lelaki di sana berteriak gaduh diserang empat o-rang
pendatang. Semua menoleh dan otomatis terkejut. Di luar
telaga di perkampungan murid-murid lelaki itu muncul dua
kakek pengemis dan seorang pemuda seorang seorang kakek
gundul yang hebat dan marah-marah mencari ketua Hek-yanTiraikasih Website http://kangzusi.com/
pang. Mereka datang setelah Han Han tiba di pulau, jadi
sepintas seolah kawan-kawan dari pemuda ini. Dan ketika di
sana kekacauan itu tak terbendung murid-murid Hek-yanpang, apalagi mereka telah dibuat gentar oleh sepak terjang
Han Han tadi maka empat orang jju me lempar lempar anakanak murid Hek-yan-pang seolah orang melempar-lempar
anak ayam, terutama kakek gundul yang matanya bulat dan
bermuka merah itu. "Hayo, mana Hek-yan-pangcu dan suruh menemui kami.
Mana Han Han dan suruh keluar bocah itu!"
Han Han terkejut. Empat orang yang mengamuk di luar
sana tiba-tiba menyebut namanya, aneh, padahal dia tak
mengenal atau mengetahui siapa orang-orang ini. Dan ketika
murid-murid lelaki dijatuhbangunkan dan Hek-yan-pang geger,
empat orang itu bersikap kejam dengan membunuh atau
paling ringan mematah-matahkan anak-anak murid yang
melawan maka mereka sudah meloncat ke dalam perahu dan
meluncur ke tengah pulau, setelah menjungkirbalikkan
puluhan orang yang memang bukan tandingannya.
"Hayo, mana Pek-jit-kiam Ju Beng Taa Ini kami T oa-sin-kai
dan Ji-sin-kai yang datang memenuhi undangan. Panggil
bocah bernama Han Han itu untuk menebus dosa!"
"Dan ini guruku Pat-jiu Sian-ong (Dewa Lengan Delapan).
Keluarlah kalian untuk ditantang pibu (adu kepandaian)!"
Ki Bi dan lain-lain terkejut. Mereka siap membentak dan
meluncur keluar pulau ketika tiba-tiba sudah didahului. Dua
pengemis dan dua kakek serta pemuda itu sudah meluncur
membelah telaga. Sepak terjang mereka cepat dan luar biasa
sekali, anak-anak murid tahu-tahu sudah terlempar dan disapu
bersih. Dan ketika sebentar kemudian empat orang itu sudah
berlompatan dan turun ke pulau, kakek gundul itu bersinarsinar dan mendengus-dengus maka Ki Bi berkelebat dan tibatiba disusul yang lain-lain, sejenak melupakan Han Han.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Para pengacau dari mana ini. Berani membuat onar!"
"Ha-ha, kalian siapa?" pemuda itu, yang bergerak dan
menyambut Ki Bi tiba-tiba mendahului tiga temannya,
sombong dan mengandalkan teman-temannya, terutama
gurunya itu, kakek gundul yang matanya berkilat-kilat, tanda
sinkang yang hebat. "Mana Han Han uan ketua Hek-yan-pang
yang terhormat" Aku Sing Kok, dan ini guruku Pat-jiu Sianong. Dulu kami dihina dan sekarang ingin menebus
kekalahan!" "Hm, kau Sing Kok?" Ki Bi tiba-tiba mengerutkan kening,
teringat cerita ketuanya bahwa dulu pernah bertemu dengan
a-nak muda ini, juga Toa-sin-kai dan Ji-sin-kai yang sekarang
diingat. Dan ketika ia memandang dua pengemis itu dan
bentrok dengan pandang mata Pat-jiu Sian-ong, yang berkilat
dan menyeramkan maka Ki Bi tergetar tapi tiba-tiba menjadi
marah. "Bagus sekali, kiranya kau dan dua pengemis tua
bangka ini adalah orang-orang yang sombong di tempat pesta
Tek-wangwe itu. Apakah kalian datang ingin mencari mati"
Ketua kami sedang keluar, tapi kami dapat melayani kalian
dan mengantarkan ke akherat kalau mau!"
"Ha-ha, sombong sekali. Tapi sebutkan siapa kau dan apa
kedudukanmu di s ini!"
"Aku wakil ketua, pimpinan sementara di tempat ini!"
"Bagus, kalau begitu panggil Han Han dan suruh
menghadapi aku!" "Aku Han Han," Han Han tiba-tiba melangkah maju, heran
dan merasa bingung kenapa namanya berkali-kali disebut. Dia
tak tahu apa yang terjadi dan karena itu sejak tadi
mendengarkan saja. Dan ketika pemuda bernama Sing Kok itu
mencarinya padahal dia di situ, aneh sekali kenapa tak tahu
maka Han Han maju den gatal telinganya. Tapi begitu dia
maju dan menyebut namanya maka pemuda itu tertegun dan
dua pengemis di sebelahnya juga mengerutkan kening.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau siapa?" Sing Kok membentak. "Aku tidak mencari
dirimu!" "Tapi aku Han Han," pemuda ini menjawab, tenang. "Kau
berkali-kali menyebut aku. Nah, aku di sini dan kau mau apa!"
Sing Kok lagi-lagi tertegun. Tentu saja dia terheran dan
terkejut bahwa Han Han, pemuda yang tak dikenal, maju
menerima tantangannya. Yang dia maksudkan bukanlah
pemuda ini melainkan yang lain, yakni Giam Liong. Tapi
karena pemuda itu tak tahu perobahan di tempat ini dan
betapa Han Han yang dicarinya itu sebenarnya adalah Giam
Liong, keturunan Si Golok Maut maka diapun menjadi marah
dan tiba-tiba mengibaskan lengannya.
"Aku bukan mencari kau, tetapi pemuda sombong yang
lain, putera Hek-yan-pangcu. Minggirlah!"
Han Han tersenyum. Dia tidak mengecak ketika dikibas
lawannya ini, diam saja tapi sinkang di tubuhnya bekerja,
melindungi. Dan ketika pukulan itu mengenai tubuhnya dan
hawa sakti di tubuh pemuda ini menolak, tak kelihatan, tibatiba Sing Kok menjerit karena terpelanting sendiri.
"Dess!" Semua terkejut. T oa-sin-kai dan Ji-sinkai terbelalak karena
mereka tak melihat pemuda itu menangkis. Sing Kok tahutahu terpelanting sendiri dan berteriak. T api ketika pemuda itu
melompat bangun dan marah, mukanya merah maka Sing Kok
tiba-tiba membentak dan menerjang lagi.
"Kau kira aku takut. Jangan sombong, kepadamupun aku
tak gentar!" dan memukul serta melepas bacokan-bacokan
berbahaya, dengan tangannya, murid Pat-jiu Sian-ong ini
menyerang Han Han dengan sengit. Tapi Han Han mengelak
dan mengegos sana-sini. Pemuda itu tak menangkis karena
sekali gebrakan itu saja membuat dia tahu bahwa dia
menghadapi lawan yang masih rendah kepandaiannya, bukan
tandingannya. Dan ketika Han Han mengelak sana-sini dan tak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ada satupun pukulan itu yang mengenai dirinya, Han Han licin
bagai belut maka Sing Kok menjadi marah sekali karena
lawannya itu hanya mundur-mundur atau berkelit melulu.
"Hei, jangan bersikap pengecut. Sambut pukulanku dan
jangan lari-lari!" "Aku tak lari-lari," Han Han tenang menjawab.
"Kepandaianmu saja yang masih rendah, Sing Kok. Kalau aku
menyambuti pukulanmu jangan-jangan kau terbanting lagi!"
"Keparat, kau menghina" Ayo terima pukulanku kalau
jantan... haitt!" dan Sing Kok yang marah menerjang kalap
tiba-tiba melepas pukulan dengan kedua tangan berbareng.
Tangan itu diputar cepat hingga membentuk delapan pasang
lengan, mengurung atau menyambar Han Han dari segala
penjuru. Han Han kagum, tapi tidak terkejut. Dan karena
lawan benar-benar menghendaki dia menangkis, dia sudah
dikurung oleh serangan bertubi-tubi maka pemuda ini berseru
perlahan menggerakkan tangan kirinya.
"Baiklah, kau memaksa, Sing Kok. Dan ini barangkali
pelajaran pertama... plak!" dan Sing Kok yang menjerit dan
berteriak ngeri, terbanting oleh tangkisan Han Han tiba-tiba
roboh dan terguling-guling dengan muka pucat, mengaduhaduh dan Pat-jiu Sian-ong tentu saja terkejut berkelebat ke
depan. Kakek gundul itu melihat muridnya tak dapat bangun
berdiri dan mengaduh-aduh memegangi lengannya yang dikira
patah. Rasa sakit yang luar biasa menyengat pemuda itu, sang
kakek berseru dan menyambar muridnya. Tapi ketika kakek itu
melihat dan mengurut, Sing Kok ternyata hanya terkilir saja
maka pemuda itu sudah disembuhkan lagi sementara anakanak murid Hek-yan-pang bersorak me lihat begitu mudahnya
Han Han merobohkan lawan.
"Keparat!" Pat-jiu Sian-ong berdiri dan marah kepada Han
Han, lalu menoleh kepada dua pengemis di situ. "Kalian tak
berbuat apa-apa, Sin-kai" Hanya menonton dan senang
melihat muridku dipecundangi?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Maaf," Ji-sin-kai tiba-tiba bergerak dan mencabut
tongkatnya. "Kita tak kenal pemuda ini, Sian-ong. Tapi tentu
saja aku juga tak tinggal diam. Namun kita mencari Hek-yanpangcu dan bukan orang lain!"
"Pangcu tak ada di sini," Ki Bi tiba-tiba berseru, betapapun
merasa bahwa urusan itu adalah urusannya, bukan urusan
Han Han. "Kalau kalian mau mencari keributan di sini kami
akan menghadapimu, Sin-kai. Dan jangan anggap kami
meminta pertolongan orang lain!" dan membalik menghadapi
Han Han agar pemuda itu mundur, urusan diambil alih Hekyan-pang maka Ki Bi mengucap terima kasih. "Kau telah
menghajar pemuda ini, terima kasih. Tapi harap kau mundur
agar orang tak menyangka Hek-yan-pang belum apa-apa
sudah minta bantuan orang lain!"
Han Han menarik napas dalam. Dia mengangguk dan
mundur dan melihat betapa wajah lawannya merah padam di
sana. Sing Kok marah bukan main tetapi gentar. Apa yang
diperlihatkan Han Han memang mengejutkan hatinya dan
gurunya tadi berbisik bahwa lawannya itu bukanlah
tandingannya. Biarlah gurunya yang menyelesaikan atau dua
pengemis di sana itu. Dan ketika Sing Kok bangkit terhuyung
dan marah namun tak berani melabrak lagi, Pat-jiu Sian-ong
menggeram memandang Han Han maka kakek itu berkata
bahwa pemuda itu boleh maju
Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
lagi mengeluarkan kepandaiannya. "Kau menghina aku dan mencari penyakit. Majulah
kalau ingin membantu Hek yan-pang!"
"Tidak!" Ki Bi berseru lantang. "Dia tamuku, Pat-jiu Sianong, tak akan mencampuri urusan kita. Nah, siapa yang a-kan
maju dan menghadapi aku!" dan mencabut pedangnya
dengan gagah, tahu bahwa orang-orang di depannya ini tak
mungkin dihadapi murid-murid biasa, Ki Bi telah maju dan
memberi isyarat kepada dua sumoinya, adik seperguruan
kedua dan ketiga maka tiga wakil Hek-yan-pang ini dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gagah menghadapi tiga orang itu, karena Sing Kok tak
mungkin maju karena masih kesakitan. Tangkisan Han Han
tadi membuat kedua lengannya biru lebam!
"Hm, kalian benar-benar mewakili ketua kalian" Berani
maju menghadapi kami?" Ji-sin-kai mengejek dan maju
menyeringai, diam-diam heran dan kaget juga akan
kepandaian Han Han, ragu dan lebih baik menghadapi wanitawanita Hek-yan-pang ini. Maka ketika Ki Bi berseru bahwa
pemuda yang aneh itu tak ikut-ikut, urusan adalah
sepenuhnya urusan Hek-yan-pang maka kakek ini lega
meskipun bukan berarti takut menghadapi Han Han, karena
diri sendiri belum bergebrak. Dan begitu dia maju dan
menghadapi tiga wanita yang berlompatan, mereka siap
melawan seorang lawan seorang maka Ki Bi mengerutkan
kening melihat Pat-jiu Sian-ong dan Toa-sin-kai tak maju.
"Kenapa hanya tua bangka ini saja. Kami bertiga, siap
menghadapi kalian bertiga pula!"
"Hm, Ji-sin-kai ingin menghadapi kalian, siluman betina.
Hadapi saja dia dan nanti kami maju kalau diperlukan!"
"Benar," Ji-sin-kai tertawa sombong. "Pat-jiu Sian-ong dan
suhengku tak akan maju kalau aku masih hidup, tikus-tikus
betina. Nah, kalian majulah saja dan aku boleh dikeroyok!"
"Sombong!" Ki Bi membentak marah. "Kami tak suka main
keroyokan, Ji-sin-kai, kalau dikehendaki pertempuran satu
lawan satu. Nah, biar kami berdua mundur dan sumoiku Ai
bing menghadapimu!" Ji-sin-kai tertegun. Ki Bi dan sumoi-nya yang satu mundur,
sementara wanita ketiga mendengus dan maju menghadapinya, sudah mencabut pedang. Dan ketika Ai Ling,
wanita itu bergerak dan memasang pedang di ujung kening,
siap menyerang maka kakek itu diminta untuk mulai menerima
"pelajaran". Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalian adalah tamu, mulailah dulu. Aku akan menunjukkan
kepadamu bagaimana cara menerima pelajaran dari tuan
rumah!" "Keparat!" kakek itu merah mukanya. "Kau hanya anak
murid saja, tikus betina. Jangan bertingkah atau nanti
mampus dihajar tongkatku. Kau wanita, aku laki-laki. Nah,
mulailah dulu dan aku yang akan mengajarkan kepadamu
bagaimana cara menyambut tamu yang baik!" dan me lotot
minta lawan menyerang dulu, Ai Ling mendengus dan tidak
banyak bicara tiba-tiba sudah bergerak dan pe-dangpun
menyambar ke depan. "Baik, kau yang minta. Awas dan jaga lambungmu....
singg!" dan pedang yang menusuk dan menyambar perut tibatiba dikelit dan sudah membalik menyambar leher, dikelit
lagi tapi menukik menuju ulu hati. Ji-sin-kai terkejut karena
pedang lawan bergerak begitu cepat. Dan karena dia dikejar
dan tak mungkin mengelak terus-menerus maka tongkatpun
bergerak dan kakek itu menangkis.
"Trangg!" Tongkat besi itu berpijar menyilaukan mata. Ai Ling
tergetar tapi mampu menahan, tanda wanita itu memiliki
sinkang kuat dan tenaganya tak kalah dengan laki-laki. Ji-sinkai terkejut karena lawan ternyata hebat, tentu saja begitu
karena Ai Ling adalah murid senior di perkumpulan Walet
Hitam itu. Dan ketika wanita ini membentak dan berkelebatan
cepat, pedang sudah naik turun menyambar-nyambar maka Jisin-kai dikurung dan dihujani serangan kombinasi, tusukan
atau babatan-babatan miring.
"Trang-trangg!"
Semua terbelalak. Ji-sin-kai akhirnya marah karena Ang-in
Kiam-sut (Silat Pedang Awan Merah) sudah naik turun dari
segala penjuru menekannya. Pedang di tangan lawannya itu
tak boleh dipandang, enteng karena sudah berubah menjadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
se-gulung awan putih yang menyambar-nyambar membungkus dirinya. Pengemis ini sibuk dan tahu-tahu sudah
terdesak, tongkat di tangannya tak dapat balas menyerang
karena selalu dipakai menangkis. Ji-sin-kai memekik dan tentu
saja gusar. Dan ketika gulungan pedang lawan kian merapat
dan tak ada jalan keluar, kakek itu pucat dan merah bergantiganti maka dia mengeluarkan seruan panjang di mana tongkat
di tangannya tiba-tiba dengan berani mendobrak dan
memecah gulungan pedang lawan, dengan satu resiko
terserempet serangan. "Crik-crangg!" Benar saja kakek itu lolos. Membentak dan memutar
tongkatnya mengikuti gulungan sinar putih, Ji-sin-kai harus
bergerak cepat kalau tak mau ditindih dan dimatikan
langkahnya maka pengemis itu me lepas pukulan kiri
mengiringi gerakan tongkat yang mendobrak serbuan lawan.
Pedang bertemu tongkat tapi lengan kakek itu keserempet
panjang, tidak berbahaya namun cukup membuat Ji-sin-kai
meradang. Dia terlalu memandang rendah lawan yang
dianggapnya hanya sebagai a-nak murid belaka, tak tahu
bahwa lawan ternyata hebat karena memang merupakan
murid senior, pilihan dan tentu saja ilmu kepandaiannya sudah
tinggi! Dan ketika kakek itu marah dan nyaris terlambat,
merendahkan lawan yang ternyata berhasil melukainya maka
Ji-sin-kai meng-gereng dan tiba-tiba bergerak mainkan silat
tongkatnya, Koai-tung atau Tongkat Gila.
"Sute, jangan ceroboh. Lawan ternyata cukup lihai!"
"Ya, aku salah. Tapi sekarang tak mungkin dia
mendesakku, suheng. Aku akan membalas dan membuatnya
jatuh bangun.... trak-trak!" dan tongkat yang bergerak seperti
kesetanan, memukul dan meliuk tiba-tiba membalas dan
menahan serbuan pedang, naik turun dan mengikuti irama
dan Ai Ling terkejut karena pedangnya terpental. Ji-sin-kai
menambah tenaganya dan bertempur dengan buas. Tongkat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menderu dan menyambar bagai kesurupan. Dan ketika dia
menangkis namun kembali terpental, kemarahan dan
kegeraman lawan rupanya menjadikan tenaga kakek itu
berlipat ganda maka Ang-in Kiam-sut tiba-tiba mati di jalan tak
dapat berkembang, menangkis atau menghalau serangan
tongkat yang gencar. Ji-sin-kai balas mendesak!
"Ha-ha, hayo mana kepandaianmu, tikus betina. Sekarang
aku membalas dan menindihmu. Awas tongkat kalau tak i-ngin
kepala pecah.... dess!"
Semua terkesiap. Tongkat menyambar kepala padahal
pedang baru saja terpental, bertemu dalam satu tangkisan
kuat. Tapi ketika Ai Ling mampu melempar tubuh ke belakang
dan bergulingan menjauh, selamat, maka tongkat menghajar
tanah yang seketika berlubang. Selanjutnya Ji-sin-kai tertawatawa dan mengejar lawan, mengejek dan memburu dengan
serangan-serangan tongkatnya yang gencar. Si kakek ternyata
mampu merobah keadaan. Tapi ketika lawan me lengking dan
ber- seru panjang, marah, tiba-tiba Ki Bi membentak sumoinya
agar mengeluarkan Silat Pedang Matahari (Pek-jit Kiam-sut).
"Keluarkan Pek-jit Kiam-sut, tinggalkan Ang-in Kiam-sut
dan mainkan gerakan-gerakan menyilang!"
Sang sumoi mengangguk. Memang Ai Ling sendiri tak
mungkin membendung serangan lawan dengan ilmu pedang
Awan Merah. Dia harus cepat mengganti atau nanti
keadaannya terlanjur buruk, diteter lawan. Dan ketika sucinya
menyuruh dan Ai Ling sendiri sudah memikirkan itu maka
begitu dia menghindar satu serangan tongkat maka pedang di
tangan tiba-tiba melakukan gerak menyilang seperti gunting.
"Crangg!" Ji-sin-kai terbelalak. Tongkat tergetar dan tenaga lawan
tiba-tiba menjadi berlipat ganda. Ai Ling juga marah dan
karena itu memperoleh tenaganya berlipat-lipat, sama seperti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dirinya tadi. Dan keti-, ka wanita itu melengking dan memutar
pedangnya, dalam gerak silang atau menggunting maka
tongkat tertahan dan pertempuran kembali imbang, sama
seperti tadi! "Hayo pentang bacotmu!" Ai Ling mengejek. "Keluarkan
semua kepandaianmu, Ji-sin-kai. Dan lihat nonamu akan
memberimu pelajaran bermain pedang!"
"Keparat!" kakek itu mendelik. "Kau boleh juga, tikus
betina. Tapi kita akan adu kuat siapa yang lebih tahan.... traktrak!" dan tongkat yang kembali bertemu pedang, imbang dan
sama-sama terpental akhirnya membuat Ji-sin-kai me lotot
karena lawanpun dapat memperbaiki diri. Pedang kembali
bergerak naik turun dan gerakan-gerakan menggunting itu
amat berbahaya sekali. Kalau dia tak hati-hati salah-salah
tubuhnya bisa digunting, gerak pedang itu cepat sekali. Dan
ketika kakek ini menggeram dan memaki lawannya, Ai Ling
tertawa dan melakukan balasan maka keduanya bertanding
seru dan belum ada yang kalah atau menang. Anak-anak
murid bersorak dan Ki Bi serta yang lain-lain tersenyum
gembira. Ai Ling mampu menandingi lawan dan itu cukup.
Tapi ketika Ji-sin-kai mendesis dan me-ngerotokkan bukubuku jarinya, tangan kiri tiba-tiba menyambar dengan
pukulan-pukulan sinkang maka Ai Ling harus memecah
perhatiannya ke tangan kiri kakek itu pula.
"Plak-dess!" Ai Ling terhuyung oleh satu tamparan miring. Dia lengah
sekejap karena saat i-tu tongkat menderu dari kanan. Tapi
ketika dia memekik dan mengayunkan pedangnya dalam jurus
Matahari Memecah Bianglala, pedangnya bergerak di tiga
penjuru mengecoh lawan maka satu guratan kecil juga
mengenai pundak kakek itu.
"Bret!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sama-sama. Ji-sin-kai mendelik karena diapun menerima
serempetan, meskipun dia tadi membuat lawan terhuyung
dengan satu tamparan miring. Dan ketika masing-masing
kembali bergerak dan serang-menyerang, tongkat menahan
pedang maka Silat Pedang Matahari dimainkan baik oleh
wanita ini namun sayang jurus-jurusnya kurang banyak. Ai
Ling harus mengulang-ulang gerakannya dan itu dikenal
lawan, akhirnya betapapun juga Ji-sin-kai hapal. Dan ketika
pengemis itu tertawa aneh dan mampu berkelit dari tusukan
atau sambaran pedang, tongkatnya sendiri bergerak berubahubah maka di sini Ai Ling terdesak dan kalah pengalaman oleh
lawan. Mula-mula memang mampu bertanding imbang namun
akhirnya jurus-jurus yang tak lengkap membuat seranganserangannya mampu dibaca lawan, ini kelemahan wanita itu.
Dan ketika Ji-sin-kai tertawa bergelak dan girang melihat itu,
Ki Bi dan lain-lain mulai khawatir karena Ai Ling terdesak
perlahan-lahan maka Pek-jit Kiam-sut yang seharusnya hebat
itu ternyata hanya setengah matang dimiliki wanita ini.
"Ha-ha, keluarkan semua kepandaian-mu, tikus betina. Dan
perlihatkan Pek-jit K iam-sut yang hebat itu!"
Ai Ling menggigil. Kalau saja silat pedangnya sudah
sempurna, Pek-jit Kiam-sut dimiliki secara matang tentu dia
dapat melancarkan serangan yang bervariasi. Beng Tan
memang tak memberikan semua kepandaiannya kepada
murid-muridnya. Yang memiliki Ilmu Pedang Mataha-ripun
terbatas pada Ki Bi dan adik-adik seperguruannya ini. Dan
karena itupun juga tak semuanya karena ilmu silat itu hanya
sebagai pendamping Ilmu Pedang Awan Merah, ilmu s ilat yang
memang asli milik perkumpulan wanita ini maka Ai Ling
akhirnya kebingungan karena kurang matangnya Pek-jit K iamsut itu diketahui lawan, yang terbahak-bahak dan menghalau
serangan pedangnya sebelum datang. Ji-sin-kai memang
pengemis yang cerdik dan awas pandangan, mampu melihat
kelemahan kecil itu setelah mereka bertanding puluhan jurus.
Dan ketika tongkatnya menderu-deru dan gerakan tongkat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sering berubah-ubah, menyodok atau menusuk dan tak jarang
pula mengemplang atau menghantam maka satu tipuan
tongkat akhirnya mengenai paha wanita itu.
"Dess!" Ai Ling terpelanting. Dia terpekik dan bergulingan diburu
lawan, mendapat pukulan atau serangan tongkat bertubi-tubi.
Ji-sin-kai tak ingin menyia-ny iakan kesempatan baik ini untuk
merobohkan lawannya, secepatnya. Dan ketika pedang
diputar bingung dan trang-trang-trang bertemu lawan maka
tiba-tiba kaki pengemis itu bergerak pula menendang.
"Dess!" Ai Ling mengeluh terlempar lagi. Lawan bervariasi
melancarkan serangan, ia tak menduga dan bergulingan lagi.
Namun karena kakek itu tetap mengejar dan kesempatan ini
betul-betul tak akan dilewatkan, lawan sudah di bawah tak
dapat meloncat bangun maka ganti pukulan tangan kiri
pengemis itu mengenai dada Ai Ling. Akhirnya wanita ini
melontak-kan darah dan pucatlah murid-murid yang
menonton. Keadaan sungguh buruk. Ji-sin-kai bukannya
mengalah melainkan semakin ganas. Tongkatnya kembali
menggebuk dan mengenai punggung lawannya i-tu, terasa
kejam. Dan ketika Ji-sin-kai tertawa bergelak dan benar-benar
di atas angin, Ai Ling sudah terluka namun tetap bertahan,
gagah sekali wanita itu maka Ji-sin-kai mengeluarkan satu
Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
jurus berbahaya di mana tongkatnya tiba-tiba ditimpukkan
dengan keji. "Telengas!" Seruan itu muncul dari mulut Ki Bi. Ki Bi tak dapat melihat
lagi sumoinya menjadi bulan-bulanan pukulan. Tongkat dan
kaki silih berganti menghantam adiknya, juga seranganserangan tangan kiri di mana pukulan itu tak kalah dahsyat
dengan tongkat. Dan ketika tongkat meluncur dan siap
menghabisi nyawa sumoinya, ditimpuk ke arah dada maka Ki
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bi me lengking dan berkelebat ke depan. Pedang di tangan
wanita ini bergerak dan meluncur ke arah tongkat, terbang
menyambar. Tapi ketika wanita itu me luncurkan pedangnya
dan berteriak marah, Ji-sin-kai berseri-seri melihat bakal
kemenangannya tiba-tiba menyambar sebuah benda hitam
lain yang meluncur lebih cepat dari pedang Ki B i.
"Tak!" Tongkat hancur berkeping-keping. Pedang milik Ki Bi
sendiri akhirnya meluncur dan menancap di pohon, tongkat itu
sudah hilang. Dan ketika wanita ini tertegun dan Ji-sin-kai
juga terbelalak, kaget, maka Pat-jiu Sian-ong tiba-tiba
berkelebat dan berdiri di depan Han Han.
"Kau curang, membantu lawan?"
Ki Bi terkejut. Sebenarnya tak ada yang tahu siapa atau
apa benda hitam yang menyambar tadi. Itulah batu kecil yang
memang diluncurkan Han Han. Pemuda ini meraih dan
menjentikkan batu itu karena melihat bahwa tak mungkin Ai
Ling selamat. Wanita itu kalah karena Pek-jit Kiam-sutnya
yang kurang matang, padahal dengan Silat Pedang Awan
Merah hasilnya seri tapi Ji-sin-kai memiliki variasi pukulan atau
serangan. Jadi Ai Ling juga tak mungkin hanya mengandalkan
Silat Pedang Awan Merahnya itu. Maka begitu wanita itu
kebingungan karena dengan Pek-jit Kiam-sut dia hanya
mampu bertahan empatpuluh jurus, silat inipun tak lengkap
atau tak matang maka ketika dia didesak dan diteter
bergulingan, empat lima kali menerima hantaman tongkat
maka Ai Ling benar-benar di ambang bahaya ketika Ji-sin-kai
tiba-tiba ingin mengakhiri pertandingan dengan menimpukkan
tongkatnya. Senjata itu diluncurkan dari jarak dekat dan
siapapun terkejut me lihat
kekejian itu. Sin-kai tak mengampuni lawannya dan Ai Ling pasti tewas. Tapi ketika
batu hitam itu mendahului pedang dan tongkat hancur
berkeping-keping, kini Pat-jiu Sian-ong berkelebat dan
menghadapi Han Han maka semua mata terbelalak dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memandang pemuda ini. Ki Bi juga baru tahu bahwa kiranya
pemuda inilah yang menyelamatkan sumoinya. Ai Ling sudah
meloncat bangun dan gemetar di sana, merintih. Dan ketika
semua memperhatikan Han Han dan Ji-sin-kai me lotot, tibatiba marah maka Han Han menarik napas dalam-dalam
menghadapi kakek tinggi besar berkepala gundul ini, sikapnya
tenang, mengagumkan. "Hm, kau awas dan tajam pandangan, Sian-ong. Tapi kau
tak dapat menyebutku curang. Aku hanya menolong wanita
itu, tidak membokong Ji-sin-kai. Siapa curang dan kenapa
harus disalahkan" Pertandingan ini katanya bersifat pibu. T api
pihakmu ternyata ingin membunuh. Kalau kau menyalahkan
aku maka ini tidak benar karena aku hanya membantu yang
lemah, berpijak pada keadilan!"
Sian-ong mendelik. "Kau terang-terangan membela Hekyan-pang?" "Aku hanya tak suka kepada orang-orang yang berwatak
kejam. Kalau kau menganggap pihakmu benar tentunya kau
tak memperbolehkan Ji-sin-kai menimpukkan tongkatnya."
"Keparat, kau lancang, anak muda. Ka lau tidak diberi
pelajaran tentu kau akan semakin bertingkah!" dan Sian-ong
yang menggerakkan lengannya mendorong tiba-tiba sudah
menyerang Han Han dengan pukulan dahsyat. Kakek itu
marah dan geram karena dua kali Han Han membuat ulah.
Tadi merobohkan muridnya sekarang menghancurkan tongkat
Ji-sin-kai. Tapi ketika dia bergerak dan melepas sinkang, gigi
berkerot tiba-tiba Han Han menyambut dan tidak mengelak,
kali ini ingin memberi pelajaran.
"Sian-ong, kau rupanya terlalu jumawa, menganggap
rendah orang lain. Biarlah kusambut pukulanmu dan setelah
itu jangan membuat ribut.... dess!"
Sian-ong terkejut. Pukulannya diterima Han Han dan
serangkum angin kuat menahan dorongannya itu. Dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terbelalak dan menambah tenaga tapi tetap saja Han Han tak
bergeming. Dan ketika dia membentak dan menjejakkan kaki
maka tiba-tiba dia terdorong dan terhuyung mundur!
"Maaf, Sian-ong," Han Han berseru. "Pergi dan tinggalkan
tempat ini secara baik-baik. Aku tak ingin bermusuhan
denganmu dan kita berdamai saja!"
"Keparat!" kakek itu menggereng, berkelebat dan
menggerakkan kedua tangannya lagi. "Kau mampu mendorong aku, anak muda. Tapi coba lagi yang ini dan
terima lah!" Han Han mengerutkan kening. Si kakek murka dan
wajahnya membesi, urat-urat di dahi menonjol dan
menakutkan sekali sikap Dewa Berlengan Delapan ini. Dan
ketika Han Han mengelak tapi anak-anak murid menjerit,
terlempar oleh a-ngin pukulan yang terus menyambar maka
Sian-ong mengejar dan bertubi-tubi melepas pukulan. Han
Han terkejut dan sadar bahwa di belakangnya banyak terdapat
anak-anak murid perempuan, mereka itu menjadi korban
pukulan Sian-ong dan tentu saja dia selanjutnya tak berani
mengelak, khawatir atau takut pukulan i-tu menyambar anakanak murid yang tak berdosa. Dan ketika Han Han menangkis
dan Sian-ong terpental, untuk kedua kalinya dibuat kaget oleh
sinkang pemuda ini maka Dewa Lengan Delapan itu tiba-tiba
mengeluarkan suara dahsyat yang menggetarkan isi pulau.
"Anak muda, aku akan membunuhmu!"
Han Han tak dapat berbuat lain. Tiba-tiba dia sudah
didesak dan dirangsek kakek tinggi besar ini. Sian-ong naik
pitam dan tangannya tiba-tiba berobah menjadi delapan
pasang, semuanya menyambar dan menghantam dari kiri
kanan muka belakang, hebat sekali. Dan ketika kakek itu tak
mau sudah setiap ditangkis, terpental tapi menyerang lagi
maka Toa-sin-kai memekik dan tiba-tiba menyerang Ki Bi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dan kaupun harus menerima hajaran kami... wut!" Ki Bi
terkejut, tongkat menderu dan kakek itu meloncat mengayun
senjatanya. Dia mengelak tapi dikejar. Dan ketika Ki Bi
menangkis tapi pedang tergetar, kalah kuat maka Toa-sin-kai
me nyerang dan mengelilinginya dengan putaran-putaran
tongkat yang cepat. "Des-des-dess!"
Tiga kali tongkat menghajar tanah. Ki Bi melengking dan
kakek itu seperti orang kesetanan, mengejar dan menyerangnya lagi bertubi-tubi di mana ia cepat menangkis
namun kalah tenaga, tertolak dan terhuyung dan Ji-sin-kaipun
sudah maju dengan seruan marah, mengobrak-abrik siapa
saja yang ada di situ dan sudah merampas sebatang pedang.
Dan ketika kakek itu ma inkan pedang dengan ilmu silat
tongkat, lucu namun hebat sekali maka tiga anak murid
terbabat roboh dan terjungkal mandi darah!
"Heii..!" Han Han terkejut. "Jangan membabi-buta, Sin-kai.
Aku akan mero-bohkanmu kalau berani membunuh lagi!"
"Jangan banyak cakap!" Pat-jiu Sian-ong membentak. "Kau
dan aku ada di sini, bocah. Hadapi aku dulu dan lihat pukulanku.... des-dess!" si kakek menekuk kesepuluh jarinya,
menghantam dan melepas pukulan dahsyat di mana Han Han
lalu mengerahkan sinkang menyambut pukulan lawan. Lawan
tiba-tiba mengamuk dan anak-anak murid Hek-yan-pang
kacau balau. Ki Bi menahan Toa-sin-kai namun si pengemis
terlalu lihai, mampu mementalkan pedangnya dan mengikuti
gerakan pedang yang dimainkan, hapal atau sudah kenal
karena tadi telah memperhatikan atau mempelajari pertandingan sutenya dengan Ai Ling. Maka begitu si kakek
bertambah garang dan tongkat menyambar-nyambar, Ki Bi
kewalahan dan kaget serta marah maka sumoinya nomor dua,
Lin Siu, tiba-tiba menerjang dan membantu dirinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jangan hiraukan aku. Aku masih dapat menghadapi kakek
ini. Tahan dan hadapi Ji-sin-kai, sumoi. Jangan biarkan ia
membunuh-bunuhi murid-murid kita!"
"Tapi kau didesak pengemis tua bang-ka ini, kita harus
merobohkannya dulu. Apakah tidak sebaiknya kita mengeroyok kakek ini dan Ji-sin-kai menghadapi anak-anak
murid kita, suci" Aku khawatir kau celaka, tak ada pimpinan di
sini selain dirimu!"
"Tidak, aku masih dapat bertahan. Biarpun aku terdesak
tak mudah tua bang-ka ini merobohkan aku. Hadapilah Ji-sinkai itu, sumoi. Jangan biarkan murid-murid yang lain menjadi
makanan empuk!" "Baiklah, kalau begitu aku ke sana. Hati-hati!" namun
ketika Lin Siu bergerak dan mau menghadapi Ji-sin-kai, marah
dan geram tiba-tiba terjadi hal aneh. Ji-sin-kai berteriak tanpa
sebab ketika menerjang anak-anak murid Walet Hitam,
pedang menyambar atau menderu bagai tongkat. Dan ketika
kakek itu terhuyung sana-sini dan pedang di tangan tiba-tiba
terlepas, anak murid berteriak dan balas menyerangnya maka
kakek itu tertusuk dan tak dapat menggerakkan tubuh dengan
cepat. Lin Siu terheran-heran karena mendadak Ji-sin-kai
seperti orang mabok. Kaki dan tangannya kaku. Dan ketika
dia terbelalak tapi tentu saja girang, kakek itu telah
melukai banyak anak murid Hek-yan-pang maka dia
menggerakkan tubuh dan pedang di tangannya berkelebat
membacok leher. "Kau mampuslah!"
Namun wanita ini terkejut. Pedang yang menuju leher tibatiba me lenceng. Sebutir batu mengenainya dan Sin-kai yang
terkejut melihat serangannya juga tiba-tiba roboh terguling,
belakang lutut kakek itu juga disambar sebutir batu lain di
mana akhirnya menotok jalan darah, membuat Ji-sin-kai
terguling dan ancaman pedang Lin Siu mengenai bahunya
saja. Dan ketika dua orang itu sama-sama terkejut sementara
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lin Siu marah dan penasaran siapa yang melepas batu hitam,
si kakek mengeluh dan bergulingan meloncat bangun maka
wanita ini tertegun mendengar seruan Han Han.
"Jangan menumpahkan darah, jangan saling bunuh.
Biarkan dua orang pengemis itu ke sini dan bergabung dengan
Pat-jiu Sian-ong ini!"
Ajaib, Toa-kai dan Ji-kai tiba-tiba terhuyung-huyung ke
arah Han Han. Mereka itu tersedot sesuatu dan tampaklah
bahwa Han Han menggerak-gerakkan tangan kirinya ke arah
dua pengemis itu. Ki Bi yang sedang didesak Toa-kai tiba-tiba
merasa ditolak tenaga gaib, lawan mendesaknya bertubi-tubi
namun Toa-sin-kai sekonyong-konyong terbelalak, mengeluh
dan berteriak kaget karena tubuhnya mendadak ditarik
sesuatu, menjauhi lawannya. Dan ketika sutenya juga
mengalami hal yang sama dan mereka ternyata disedot Han
Han, yang bertanding dengan sebelah lengannya yang lain
melayani Sian-ong maka kakek tinggi besar berkepala gundul
itu juga terkejut. Han Han memang menunjukkan kepandaiannya. Tadi,
setelah Ji-sin-kai dengan tak kenal ampun menghajar dan mau
membunuh Ai Ling pemuda ini segera tahu bahwa muridmurid Hek-yan-pang masih bukan tandingan pengemis itu,
padahal di situ masih ada Pat-jiu Sian-ong yang tampaknya
lebih hebat daripada kawan-kawannya. Kakek itu bersikap
memimpin dan semuanya tunduk. Dan ketika hanya kakek
gundul ini pula yang tahu akan bantuannya terhadap Ai Ling,
lemparan batu hitam tadi maka Han Han tak ingin lagi
bersikap menunggu. Dia melihat para pendatang ini
merupakan orang-orang bengis. Dia tak tahu apa yang pernah
terjadi dengan dua pengemis itu di rumah Tek-wang we,
karena yang berhadapan waktu itu memang bukan dia
melainkan Giam Liong Tapi karena Han Han tertarik
mendengar namanya disebut-sebut, orang-orang ini kiranya
hendak membalas dendam terhadap ketua Hek-yan-pang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan put eranya yang juga bernama Han Han, hal yang a-neh
maka Han Han lalu menyedot dua kakek itu dengan tenaga
sinkangnya. Pat-jiu Sian-ong masih dilayaninya dengan baik
tapi matanya melihat pula sepak terjang Toa-sin-kai dan Jisin-kai, di mana wanita baju hitam yang gagah itu didesak.
Dan karena dia sudah mengukur bahwa para pendatang ini
lebih lihai daripada lawan-lawannya, padahal dia punya per
soalan dengan Hek-yan-pang masalah wanita bernama Wi
Hong itu maka Han Han memutuskan untuk membantu anakanak murid Hek-yan-pang ini. Pat-jiu Sian-ong dan kawankawan dinilai tak beraturan karena tuan rumah jelas sedang
pergi, jadi tak seharusnya menyerang murid-murid yang tak
ada persoalan dengannya. Maka begitu dia bergerak dan ingin
Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mencegah banjir darah, Toa-kai dan Ji-kai disedotnya dengan
sinkang istimewa maka Han Han bergerak mengimbangi Patjiu Sian-ong yang murka besar.
OodwoO Jilid 16 "HEII. kalian! Tak usah ke sini. Tak perlu membantu aku
dan hancurkan saja anak-anak murid Hek-yan-pang itu.
Jangan ke mari!" Sian-ong berteriak dan membentak-bentak
dua pengemis tua itu. Dewa Lengan Delapan ini tak tahu
bahwa dua temannya itu terpengaruh oleh sedotan Han Han,
sudah mencoba untuk melepaskan diri namun aneh dan ajaib
mereka tak mampu. Betapapun mereka berkutat tetap saja
mereka tertarik ke tempat pertempuran itu, Sian-ong mengira
akan dibantu padahal Toa-kai dan Ji-kai menggeram-geram
disedot Han Han. Dan ketika pemuda baju putih ini tertawa
dan menangkis satu pukulan Sian-ong, yang tergetar dan
terpental marah maka dua pengemis itu menggerakkan
senjata mereka menghantam Han Han.
"Kau pemuda keparat, siluman!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Han Han tak mengelak. Dia baru saja mendorong Pat-jiu
Sian-ong dan kini meng hadapi dua pengemis itu. T ongkat dan
pedang di tangan dua kakek itu menyambar tapi dengan
tenang Han Han menjentikkan kuku jarinya. Dan ketika dua
pengemis itu berteriak karena telapak serasa pecah, sentilan
atau jentikan kuku jari i-tu sungguh luar biasa kuat maka Patjiu Sian-ong maju lagi dan sadar bahwa Han Han kiranya
memaksa dua temannya itu untuk berkumpul menjadi satu,
menyuruh mengeroyok. "Keparat, kau sombong dan pongah, anak muda. Tapi aku
akan membunuhmu dan melipat punggungmu menjadi dua!"
"Hm, kaulah yang sombong. Kau tak tahu diri dan
mengandalkan kekuatan, Pat-jiu Sian-ong. Kusuruh pergi baikbaik tak mau dan kini mengacau di tempat orang. Maaf, aku
tak dapat membiarkan sepak terjangmu.... des-dess!" si kakek
gundul memekik lagi, terpental dan marah besar karena
berkali-kali dia kalah tenaga. Sin-kang pemuda itu hebat sekali
dan tak pernah dia menang. Tentu saja kakek itu mendelik.
Dan ketika kembali dia berkelebat dan tubuhnya berputaran
cepat, lengan menyambar-nyambar dari delapan penjuru mata
angin maka kakek itu berseru agar Toa-sin-kai maupun
adiknya menyerang pemuda ini dari kiri dan kanan.
"Aku akan menghadapinya di depan, kalian di kiri kanan
saja. Awas, aku akan mengeluarkan semua kepandaianku
untuk menghajar pemuda ini!"
Anak-anak murid terbelalak. Pat-jiu Sian-ong tiba-tiba
berputaran begitu cepatnya sementara ujung lengan bajunya
tiba-tiba kaku dan lurus menderu-deru. Setiap pukulan atau
kibasan tentu mencip-takan angin besar, karena beberapa
anak murid masih juga terdorong dan K i B i yang ada di depan
juga terhuyung dan membelalakkan matanya lebar-lebar.
Sian-ong marah luar biasa dan kini bukan hanya lengannya
saja yang bergerak-gerak melainkan juga ujung lengan
bajunya. Sekali luput menyambar dan sebatang pohon
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berderak roboh. Anak-anak murid terpekik melihat kedahsyatan si kakek gundul ini. Pat-jiu Sian-ong memang luar
biasa. Tapi ketika Han Han mampu menghadapi semuanya itu
dan lengan pemuda ini juga bergerak naik turun menyarnpok
a-tau mengibas, sama seperti kakek itu maka kedahsyatan
Pat-jiu Sian-ong tertahan dan semua pukulannya yang
mengerikan dan bergetar-getar mulai diredam pemuda baju
putih ini. Mula-mula ujung lengan baju Pat-jiu Sian-ong
meledak berkali-kali bertemu tangkisan pemuda itu, lung lai
dan tak lagi kaku lurus seperti tadi. Dan ketika lengan kakek
ini juga mulai menggantung karena setiap adu pukulan tentu
membuat si kakek gundul menyeringai, tangannya bertemu
benda panas yang membakar serta membuat ototnya sakit
dan ngilu maka orang mulai me lihat kakek itu terhuyunghuyung dan meringis menahan sakit. Gempuran-gempuran
pukulannya bertemu tenaga mujijat yang aneh dan
mengejutkan. Kakek ini selalu tersentak kalau pukulannya
tertahan sesuatu, dinding tenaga bagai tembok baja yang tak
dapat ditembus. Dan ketika dari tembok tenaga itu muncul
hawa panas membakar, mula-mula tak seberapa namun
akhirnya mengembang ke kiri kanan, T oa-kai dan Ji-kai sendiri
sampai mandi keringat merasakan hawa panas itu maka ujung
baju Pat-jiu Sian-ong juga tak dapat diisi sinkang lagi karena
setiap kaku dan dingin terisi penuh tenaga mendadak lembek
dan lemas lagi bertemu hawa panas itu. Persis seperti
bongkahan salju yang dipanasi matahari, cair dan lama-lama
meleleh. Dan ketika kakek itu tak dapat mengeraskan ujung
bajunya lagi karena didesak atau dipukul hawa panas,
mukanya sendiri kemerahan dan seperti dibakar maka Ji-sinkai dan Toa-sin-kai mulai jatuh bangun tak kuat menahan
panas. "Aduh, tongkatku hangus. Terbakar!"
"Benar, dan pedangkupun merah marong, suheng. Lihat,
senjataku. tak dapat dipakai lagi!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pat-jiu Sian-ong terkejut. Toa-sin-kai dan Ji-sin-kai samasama berteriak karena mendadak pedang dan tongkat mereka
berobah. Tongkat menjadi hitam kemerah-merahan sementara
pedang yang terbuat dari logam baja itu merah marong bagai
dibakar. Itulah akibat panggangan hawa panas yang keluar
dari tangan Han Han. Pemuda ini mengeluarkan Yang-sinkang-nya hingga se luruh udara di tempat itu panas membara.
Ki Bi dan anak-anak murid Hek-yan-pang sendiri sampai
terkejut karena mendadak baju atau pakaian Ji-sin kai hangus,
menyala dan akhirnya berkobar sementara mereka sendiri
mandi keringat diserang atau dibakar hawa panas i-tu. Dan
ketika Toa-sin-kai maupun Ji-sin-kai tentu saja menjerit dan
tak kuat memegang senjata mereka, tongkat hangus
kemerah-merahan sementara pedang sudah menjadi marong
dengan panas yang luar biasa maka dua pengemis itu
membuang senjata mereka dan semakin kaget saja karena
melihat baju sendiri berkobar seperti disulut.
"Hei, bajumu terbakar!"
"Kau juga!" Ji-sin-kai berseru, berteriak menuding
suhengnya. "Celanamu berasap, suheng. Awas, kebakaran!"
Dua orang itu membanting tubuh bergulingan. Mereka
ngeri dan ketakutan karena api tahu-tahu berkobar besar,
cepat sekali dan sebentar saja sudah melahap semua bagian
tubuh mereka. Ji-sin-kai dan Toa-sin-kai berteriak-teriak. Dan
karena kebetulan mereka berada di dekat telaga dan itu cukup
memberi pertolongan maka dua orang ini melempar tubuh
mereka dan seketika mencebur di air.
"Byur-byurrr...!"
Semua mata terbelalak. Anak-anak murid tertawa geli
karena betapapun hal itu lucu sekali. Dua pengemis tua ini
yang tadi galak dan buas tiba-tiba saja sekarang berobah
seperti dua ekor anjing yang kecemplung di air. Pakaian
mereka? basah kuyup namun bagian-bagian yang terbakar tak
dapat diperbaiki lagi. Pan-Jiat Ji-sin-kai berlubang dan kulit
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang' pucat serta keriput dari bokong pengemis tua ini
membuat anak-anak murid tertawa. Mereka sungguh geli
apalagi ketika Toa-sin-kai muncul dari dalam air, baju di
bagian dada robek sementara celana kakek itu melorot turun.
Nyaris memperlihatkan bagian yang seharusnya tak boleh
diperlihatkan. Apalagi di situ banyak anak-anak murid wanita
yang tak dapat menahan kekeh dan tawa mereka. Dan ketika
kakek itu melompat keluar sementara sutenya juga mendelik
memaki-maki, dua orang ini gentar memandang Han Han
maka di sana Pat-jiu Sian-ong juga mengalami sesuatu yang
membuatnya malu. Han Han mengelak sebuah pukulannya yang dahsyat
sambil me liukkan tubuh ke kiri. Pemuda ini merasa cukup
melayani lawan dan kini ingin menyelesaikan pertandingan.
Maka begitu serangan itu datang dan sebatang pohon kembali
berderak roboh, Han Han mengelak dan tidak menyambut
pukulan lawan maka saat itu Han Han bergerak dan
melancarkan dua tusukan jari ke mata kakek ini. Tenaga
Yang-sin-kang dipergunakan hingga suaranya bercuit dan
mendesis. "Sian-ong, cukup semuanya ini. Kita hentikan pertandingan
dan kau pergilah .... dess!"
Sian-ong terlempar dan mencelat. Kakek ini sudah berkalikali merasakan gempuran Han Han. Hawa panas yang
membakar itu saja sudah cukup membuat kulitnya kemerahan
tak tahan, apalagi Han Han juga melumpuhkan sinkang di
ujung lengan bajunya yang berkali-kali lemas, tak dapat kaku
dan menegang lagi. Maka begitu pukulannya dikelit dan
pemuda itu meliukkan tubuh,
bergerak dan sudah menusuknya dengan dua jari tiba-tiba kakek tinggi besar ini
terkejut karena tusukan itu sudah mengancam biji matanya.
Sian-ong berteriak dan menangkis namun sebuah sapuan tibatiba membuatnya terpelanting. Dan ketika jari Han Han terus
bergerak dan menuju ke tengah kening, mengejar, maka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kakek gundul itu meramkan mata karena serangan sudah tak
dapat dihindari. "Cuss!" Kakek ini mengeluh dan terlempar. Ia tak mampu mengelak
lagi karena ketika disapu tadi Han Han pun menyentuh jalan
darah di mata kakinya. Rasa sakit dan pedih yang menyengat
membuat kakek itu hampir berteriak, untung menggigigit bibir
kuat-kuat dan jadilah kakek itu mengerang dengan suara
ditahan. Dan ketika ia terbanting dan tak mampu bangun
berdiri, mata kakinya retak sementara keningnya melesak ke
dalam, Han Han merobah tusukan ke mata menjadi ke tengah
kening maka murid-murid Hek-yan-pang bersorak melihat
kakek itu roboh, merah dan pucat berganti-ganti.
"Hore, kakek iblis itu kalah. Pemuda ini menang!"
"Ya, dan dua pengemis sombong ini-pun seperti anjing
kecemplung air. Bunuh mereka, pemuda itu membantu kita!"
Han Han terkejut. Mengusap keringat dan tersenyum
memandang Pat-jiu Sian-ong mendadak anak-anak murid Hekyan-pang bersorak-sorak dan maju menerjang. Tadi mereka
takut-takut tapi begitu tiga orang ini roboh mendadak
semuanya menjadi berani dan marah. Tiga orang itu telah
membunuhi teman-teman mereka seperti orang membunuhi
atau membabat a-yam. Ai Ling, sumoi dari Ki Bi itupun sudah
melayang maju dan melepaskan serangan ke arah Ji-sin-kai,
pedangnya menusuk dan siap mencoblos jantung pengemis
ini, yang menggigil dan pucat dengan tubuh lemah.
Maklumlah, hawa panas yang dikeluarkan Han Han telah
menguras semua keringat kakek ini hingga Ji-sin-kai seolaholah "kering". Tapi begitu pedang berkelebat dan anak-anak
murid yang lain juga menghambur dan ingin membunuh Sianong, yang retak mata kakinya tiba-tiba menyambar puluhan
batu-batu kecil disertai angin kuat yang membuat mundur
anak-anak murid itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jangan membunuh, jangan menyerang lawan yang sudah
kalah. Mundur... tak-tak-cringg!"
Ai Ling dan lain-lain terkejut. Murid-murid Hek-yan-pang
tiba-tiba roboh ber-pelantingan disambar batu-batu kecil itu,
terkena lemparan atau totokan jarak jauh. Dan ketika Ai Ling
juga menjerit karena pedangnya terlepas, Ji-sin-kai terjengkang menyelamatkan diri maka Han Han sudah
berkelebat dan mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi.
Dialah tadi yang menghalau murid-murid Hek-yan-pang itu.
"Mundur, jangan menyerang. Tak boleh ada darah yang
tumpah lagi di sini!"
Anak-anak murid tertegun. Ai Ling terbelalak tapi berseru
tak puas, terhuyung melangkah menghampiri pemuda itu
karena pukulan atau benturan batu hitam tadi membuat
tubuhnya seakan disengat listrik, kejang dan sampai saat itu
masih belum dapat memulihkan diri. Dan ketika wanita itu
melotot dan menghadapi Han Han, anak-anak murid yang lain
juga maju dan bergerak mengurung maka wanita ini berseru,
menuding, pandang matanya berapi-api.
"Han Han, orang-orang ini telah membunuh dan membabat
murid-murid Hek-yan-pang. Apakah pantas mereka diampuni
dan dibiarkan hidup" Kalau kau melarang kami justeru aku
ingin menyerangnya lagi. Mereka itu iblis-iblis kejam!"
"Maaf, barangkali aku dapat bicara dengan pimpinan
sementara di tempat ini. Aku pribadi tak dapat melihat
tumpahnya darah dan siapapun yang akan membunuh tentu
kucegah, baik orang-orang itu maupun murid-murid Hek-yanpang." "Kau mau memusuhi kami?"
"Minggir..." sebuah tangan halus tiba-tiba mendorong
wanita cantik itu, Ki Bi tahu-tahu menyeruak maju dan
menggantikan sumoinya. "Anak muda ini betul, Ling moi. Dia
telah membuktikan bahwa siapa pun yang akan membunuh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang lain maka dia akan mencegahnya. Biarkan aku bicara
dengannya." dan ketika Ai Ling mundur dan melotot tak puas,
pandang mata masih berapi-api maka Ki B i, murid utama Hekyan-pang yang menggantikan ketuanya itu menjura di depan
Han Han. "Sebelumnya biarlah kuucapkan terima kasih atas
pertolonganmu kepada kami semua. Kau benar. Darah tak
boleh tumpah lagi di sini, Han Han. Dan karena kau telah
mengambil alih permusuhan ini maka kami tunduk kepadamu.
Tanpa bantuanmu tentu sumoiku Ai Ling tadi sudah celaka,
mungkin tewas. Dan tanpa bantuanmu ini tentu anak-anak
murid kami juga akan banyak yang tewas. Baiklah, kami
Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
serahkan Pat-jiu Sian-ong dan teman-temannya itu kepadamu,
Han Han. Tapi kami minta keadilan agar hutang di sini juga
dibayar setimpal!" "Hm, bibi cukup bijaksana," Han Han lega, tersenyum
memandang wanita ini. "Ada akibat tentu ada sebab, bibi.
Urusan hutang-pihutang biarlah diselesa ikan nanti oleh yang
terhormat ketua Hek-yan-pang dengan kakek-kakek itu. Aku
tak dapat memberi apa yang kau minta. Aku hanya ingin
mencegah banjir darah di sini dan selanjutnya meredam
keganasan kakek-kakek itu untuk tidak berbuat sewenangwenang. Dan karena Pat-jiu Sian-ong telah kurobohkan dan
pertikaian ini sudah selesai, mereka adalah musuh-musuhku
maka biarlah aku yang memutuskan dan mereka itu jangan
dibunuh. Pat-jiu Sian-ong boleh datang lagi kalau ketua kalian
datang, aku tak akan mencampuri. Tapi kalau kakek itu tak
mau tahu dan ingin membuat onar lagi di sini tentu aku akan
bertindak lebih keras dan tak akan membiarkan dia bersikap
kurang ajar. Sekarang dia kubebaskan dan kuminta kalian tak
mengganggu. Urusan boleh dilanjutkan lagi kalau ketua Hekyan-pang-yang terhormat sudah pulang!"
Ki B i mengangguk-angguk. Akhirnya ia melirik dan memberi
tanda kepada su-moinya agar tidak membantah Han Han.
Pemuda ini telah menolong mereka dan betapapun katakatanya benar. Kalau tidak ada pemuda itu barangkali mereka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
semua terbunuh. Dan karena Han Han telah mengancam
secara halus agar Pat-jiu Sian-ong tahu diri, atau pemuda itu
akan memberi pelajaran lebih keras lagi maka wanita itu
mundur dan menyuruh yang lain-lain juga menjauh,
berbareng dengan bangkitnya kakek gundul itu yang
terpincang dan merah padam, gusar namun tak berani
menyerang Han Han! "Anak muda, kau lihai tapi sombong. Baiklah, aku terima
kekalahan tapi lain kali tak mungkin aku diam menerima
hinaan begini lagi!"
"Hm, aku siap melayanimu kapanpun juga," Han Han
membalik dan menghadapi kakek itu, Sian-ong sudah
menguatkan hati menahan sakitnya. "Tapi kalau a-ku
sombong kau salah, Sian-ong. Kaulah yang sombong dan
sewenang-wenang. Kau telengas dan berjiwa kejam,
mengandalkan kekuatan menindas yang lemah. Sudahlah, kau
pergi dan kelak boleh ke mari lagi kalau yang terhormat ketua
Hek-an-pang ada!" Pat-jiu Sian-ong mendesis. Murid-murid Hek-yan-pang
sudah memberi jalan namun mata mereka melotot. Kalau saja
Han Han tak melarang mereka tentu a-nak-anak murid ini
akan maju melabrak. Mereka melihat kesempatan baik
mumpung si kakek gundul itu terluka. Ini sebenarnya bagus!
Namun karena Han Han telah melarang mereka dan Ki Bi pun
juga menyuruh mereka mundur, Ai Ling dan lain-lain akhirnya
mengaku bahwa tanpa Han Han tak mungkin kakek itu
pecundang maka begitu si kakek menggeram dan memutar
tubuhnya maka berturut-turut Toa-sin-kai dan Ji-sin-kai serta
Sing Kok berkelebat pergi menyambar perahu. Mereka ini
telah mengambil perahu milik Hek-yan-pang dan tak malumalu mempergunakan barang orang. Dan ketika perahu
meluncur dan anak-anak murid menonton, Pat-jiu Sian-ong
tak dihalangi dan akhirnya tiba di seberang maka kakek itu
dan teman-temannya sudah berlompatan tanpa menoleh lagi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ke belakang Mereka telah pecundang dan hadirnya Han Han
membuat niat mereka hancur. Kekalahan itu terasa bahkan
lebih menyakitkan ketimbang bertemu yang terhormat ketua
Hek-yan-pang sendiri. Maklumlah, mereka tak kenal siapa
pemuda itu dan dari mana pula asalnya. Sungguh sial kalah di
tangan seorang pemuda tak ternama! Tapi begitu orang-orang
itu lenyap dan Ki Bi kini memandang Han Han maka wanita itu
membungkuk dan mengucap terima kasih.
"Sungguh kedatanganmu bagai, dewa penyelamat. T erima
kasih, kau telah menyelamatkan kami semua, Han Han. Dan
sekarang mari kita kembali ke persoalan kita sendiri. Siapa kau
ini dan bagaimana pula memiliki nama yang sama dengan
putera ketua kami." "Aku mencari wanita bernama Wi Hong"
"Tadi sudah kudengar. Dan maaf, apa perlumu mencari
wanita ini!" "Hm," Ai Ling tiba-tiba memotong.
"Persilahkan dia masuk ke dalam, suci. Aku melihat Han
Han ini seperti ada hubungan rapat dengan ketua kita!"
"Benar," sebuah suara lain tiba-tiba melengking, suara
seorang anak murid wanita yang tak dapat menahan
kagumnya kepada Han Han. "Pemuda ini mirip pang-cu kita,
suci. Lihat wajah dan bentuk tubuhnya, begitu persis!"
"Ya, persis sekali. Mirip. Han-kongcu ini mirip ketua kita.
Jangan-jangan dia adalah Han Han yang dulu diculik si Wi
Hong itu!" dan ketika semua menyahut dan anak-anak murid
menjadi ribut, wajah Han Han sebenarnya sudah menarik
perhatian karena benar-benar mirip dengan ketua mereka
maka Han Han sendiri tertegun dan terkejut mendengar seruan atau lengking pertama tadi. Bahwa dia diculik Wi Hong dan
dia mungkin pu-tera ketua Hek-yan-pang itu! Dan ketika ributribut semakin menjadi karena anak-anak murid mengiyakan
itu, Ki Bi dan Ai Ling lekat-lekat, memandang Han Han maka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pemuda ini sendiri tiba-tiba mengangkat kedua tangannya dan
menggigil, mukanya pucat.
"Saudara-saudara, berhenti, jangan berisik. Biarkan aku
bicara dengan bibi ini dan kalian diam!" lalu ketika semua
orang diam dan Han Han menghadapi Ki Bi maka pemuda itu
bertanya, suaranya jelas serak dan ditahan-tahan, "Tolong
beritahukan kepadaku siapa wanita bernama Wi Hong ini. Aku
mencarinya karena ada urusan pribadi denganku!"
"Hm, mari masuk ke dalam...."
'Tidak, aku hanya mencari wanita ini, bibi. Setelah itu akan
pergi!" Ki Bi saling lirik dengan sumoinya, juga mulai terpengaruh.
Tapi mengangguk dan menarik napas dalam-dalam wanita ini
menjawab, "Baiklah, tapi sebelum itu bolehkah kutanya apa
keperluanmu dengan wanita itu, Han Han. Apa maksudmu
mencari dia..." "Aku mencari ayah ibuku!"
"Astaga!" Ai Ling kini menjerit. "Kalau begitu benar dugaan
kami, Han Han. Kaulah putera pangcu. Ah, kau adalah Han
Han yang dulu diculik bekas ketua kami. Benar, kau adalah Ju
Han atau Han Han!" dan ketika wanita itu melonjak dan
menubruk Han Han, tak dapat menahan dirinya lagi maka Han
Han tiba-tiba "diserbu" dan diteriaki anak-anak murid yang
lain. Mereka bersorak dan meneriaki bahwa inilah putera
pangcu yang hilang. Han Han sekonyong-konyong sudah
dipeluk dan dirangkul puluhan orang, sebagian besar muridmurid wanita yang tentu saja membuat Han Han jengah, juga
terkejut. Den ketika pemuda itu diangkat dan disoraki
berulang-ulang, kegembiraan tiba-tiba meledak dan pecah di
tempat itu maka Ai Ling sudah meloncat dan membawa Han
Han berjungkir balik tinggi, melepaskan diri dari serbuan
murid-murid yang lain. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hore, ini adalah Ju-kongcu (tuan muda Ju). Dia adalah
Han Han asli. Heii, kita bawa dia berputar-putar!" dan ketika
benar saja Han Han sudah dibawa lari kencang dan berputarputar, anak-anak murid melonjak dan mengikuti Ai Ling maka
pemuda itu diarak atau dibawa keliling pulau. Sebentar saja
bunyi-bunyian dipukul dan apa saja yang dijumpai muridmurid ini ditabuh gencar. Gembreng dan piring riuh ditabuh,
suaranya hingar-bingar dan kentongan atau apapun yang a-da
di s itu menjadi alat-alat musik darurat yang dipukul sekenanya
saja. Anak-anak murid menyambut kegembiraan itu dengan
cara mereka sendiri, sementara Han Han tertegun dan terpaku
di pundak Ai Ling, tak bergerak, terhenyak. Tapi ketika dua
kali putaran sudah dilalui dan Han Han sadar tiba-tiba pemuda
ini melepaskan diri dan menekan pundak Ai Ling, mukanya
merah pucat berganti-ganti. Han Han sedang dilanda
keharuan tapi juga sekaligus kebingungan yang menegangkan. Dia putera ketua Hek-yan-pang!
"Cukup... cukup!" Han Han berjungkir balik dan melayang
turun di tempat ketinggian. "Aku bingung tapi girang
menerima semuanya ini, bibi Ai Ling. Tapi ceritakan kepadaku
bagaimana semuanya i-ni. Benarkah aku putera Hek-yanpangcu dan apakah kalian tidak keliru!"
"Tak mungkin keliru!" Ai Ling berkelebat dan mengiringi
pemuda itu pula. "Kau adalah putera pangcu yang hilang,
Hari Han. Kau adalah bocah yang dulu diculik bekas ketua
kami!" "Benar, kau adalah Han-kongcu yang asli. Kau bukan
keturunan Si Golok Maut. Kau mirip dan persis sekali dengan
ketua kami di waktu muda!"
"Hm, ceritakan kepadaku.... ceritakan cepat bagaimana itu.
Aku tak sabar!" dan Han Han yang menggigil dan dipeluk Ai
Ling, memandang murid-murid di bawah yang berteriak-teriak
dan berseru menvebut namanya sudah didekati Ki Bi yang
berkelebat datang. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Han Han, kau benar adalah putera ketua kami yang hilang.
Setelah kau menyebut-nyebut Wi Hong dan mengatakan ingin
mencari orang tuamu lewat wanita ini maka kau adalah anak
yang dulu diculiknya itu. Wi Hong telah membuat malapetaka
di s ini. Sebaiknya kau dengar ceritaku dan biarlah murid-murid
itu kusuruh diam !" dan ketika Ki Bi membentak dan
mengulapkan lengannya ke bawah, anak-anak murid
terbelalak dan tak membuat kegaduhan lagi maka segera Ki Bi
menceritakan peristiwa itu, disambung Ai Ling yang tak tahan
untuk menceritakan juga dan jadilah dua wanita itu gantiberganti menceritakan kepada Han Han. Han Han
mendengarkan dengan muka berubah-ubah sebentar pucat
sebentar merah, maklumlah, Wi Hong menculiknya untuk
ditukar dengan anaknya sendiri. T api ketika semua itu selesai
didengarkan dan Han Han menggigil menguasai dirinya maka
bertanyalah dia di mana wanita bernama Wi Hong itu.
"Kami tak tahu, tapi mungkin di kota raja."
"Dan Han Han yang dulu ada di sini itu?"
"Dia Giam Liong putera Si Golok Maut itu, Han Han.
Kepandaiannya luar biasa dan ayahmu sendiri sampai kalah.
Anak ini ikut ibunya!"
"Kemungkinan mereka ke kota raja, mencari Coa-ongya," Ai
Ling menyambung, mukanya pucat. "Ibu dan anak ini baru
saja ke sini, Han Han. Dan mereka mengobrak-abrik kita. Ayah
ibumu dibuat malu!" "Dan kau harus membalas wanita itu, Wi Hong sungguh
membuat susah!" "Tapi ia bekas ketua di sini..."
"Benar, duapuluh tahun yang lalu. Tapi setelah itu diambil
alih ibumu, Han Han. Dan karena ibumu menikah dengan
ayahmu maka ayahmulah yang kini memimpin kami!"
"Dan Wi Hong katanya gila..."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Itupun benar, tapi sekarang tidak. Setelah bertemu
dengan puteranya itu rupanya wanita itu telah sembuh!"
"Hm, baiklah. Dan sekarang di mana ayah ibuku itu" Ke
mana mereka pergi?" Han Han berdebar cemas, ingin
berjumpa dengan ayah ibunya dan tentu saja kerinduan besar
mencekam hatinya. Sekarang dia mendapat titik terang dan
ingin benar rasanya berjumpa dengan ayah ibunya itu. Han
Han tak sabar dan ingin sekali la bertatap rupa. Semua murid
mengatakan bahwa wajahnya mirip dengan ayahnya itu. Ah,
betapa inginnya bertemu. Betapa tak sabar untuk segera
bertatap muka! Dan ketika Ki Bi mengangguk dan bersinar
memandangnya maka Ai Ling lagi-lagi mendahului.
"Ayah - ibumu ke kota raja, menyusul Giam Liong!"
"Untuk apa?" Han Han terkejut, tertegun.
"Kami tak tahu, Han Han. Tapi yang jelas agaknya ingin
melindungi Coa-ong-ya. Dulu ayahmu adalah pembantu dekat
Coa-ongya dan kini ingin menyelamatkannya dari tangan Giam
Liong. Pemuda itu dingin sekali, dia kejam persis mendiang
ayahnya Si Golok Maut!"
"Dan kau persis ayahmu, lembut dan murah hati," Ki Bi
menyambung, memuji pemuda ini. "Hati-hatilah kalau
bertemu pemuda itu, Han Han. Kami di sini tak ada yang
dapat menandinginya dan entah bagaimana dengan kau!"
"Hm, baiklah. Terima kasih, bibi. Dan ini rupanya cukup.
Aku ingin pergi sekarang juga!"
"Eh, kau mau ke kota raja?" "Benar, aku tak tahan mencari
ayah ibuku itu, bibi. Kalau benar aku putera Hek-yan-pangcu
tentu saja aku ingin mengetahui ayah ibuku. Aku ingin
berangkat sekarang juga!"
Han Han tak dapat dicegah. Anak-anak murid melihat
pemuda itu me layang turun ke bawah, Ki Bi dan Ai Ling
hendak menyambar namun si pemuda sudah turun. Dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ketika murid-murid kembali gaduh karena percakapan itu juga
didengar, Han Han hendak meninggalkan mereka maka
mereka tiba-tiba maju 'mengurung dan berseru,
"Ju-kongcu, bagaimana kami kalau kakek gundul dan
teman-temannya itu datang lagi. Masa kau harus pergi setelah
baru saja bertemu dengan kami!"
"Benar, jangan tinggalkan kami dulu, kongcu. Lindungilah
kami dan biarlah kau yang memimpin di s ini!"
"Tidak, maaf!" Han Han berkelit dan menghindari
kerubungan anak-anak murid ini. "Ayah ibuku menyusul lawan
berbahaya, saudara-saudara. Aku ingin membantunya dan
kakek gundul itu tak mungkin berani ke sini sete lah tadi
kurobohkan. Mata kakinya tak akan sembuh dalam waktu
seminggu!" "Tapi kami butuh pemimpin!" Ai Ling sudah berseru dan
melayang turun. "Mereka juga benar, Han Han. Tolong
pikirkan itu dan jangan biarkan kami sendiri!"
Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Maaf," Han Han tak dapat dicegah. "Keinginanku untuk
bertemu ayah ibuku lebih besar, bibi. Kaiau ada musuh
menyerbu kalian masih cukup banyak di sini!
"Tapi kalau Pat-jiu Sian-ong dan teman-temannya itu tak
dapat kami lawan!" "Kalian menyingkir sementara waktu, tunggu aku dan ayah
ibuku kembali!" "Hm-hm, Han Han benar-benar sudah tak dapat dihalangi
lagi," Ki Bi berkelebat dan juga melayang turun. "Baiklah,
sumoi. Kita turut perintahnya karena betapapun kita adalah
bawahan. Semua mundur dan jangan merubung!"
Han Han merah mukanya. "Maaf," katanya agak tersipu.
"Aku tidak menganggap begitu, bibi. Sementara ini
pemimpinnya adalah kau. Aku pendatang baru!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tapi kau adalah putera pangcu!"
"Aku masih ingin membuktikannya lagi di depan ayah
ibuku!" Han Han berseru. "Sementara ini anggap saja aku
orang pendatang, bibi. Dan terima kasih kalau kalian dapat
mengerti perasaanku. Sudahah, aku mau pergi dan tak akan
lama-lama meninggalkan kalian!"
"Sungguh?" "Tentu, bibi. Bukankah jelek-jelek aku masih harus
melindungi tempat ini dari orang-orang macam Pat-jiu Sianong itu!" dan tak mau dicegah atau dihalangi lagi tiba-tiba Han
Han berkelebat dan tahu-tahu duduk di atas perahu,
gerakannya luar biasa cepat. Lalu begitu semua tersentak dan
menoleh, Han Han tersenyum menggerakkan dayung maka
pemuda itu mengayuh dan perahu tiba-tiba mencelat bagai
dilempar tangan raksasa. Persis seperti dulu Giam Liong
mendatangi tempat itu bersama ibunya. "Bibi, selamat tinggal.
Sampai bertemu lagi!"
Anak-anak murid terbelalak. Mereka mendecak melihat Han
Han menggerakkan dayung hingga perahu me lompat-lompat
atau terbang di atas permukaan telaga. Setiap didayung tentu
melesat duapu-luhan meter. Bukan main! Dan ketika sebentar
kemudian pemuda itu sudah berada di seberang sana dan
meloncat keluar maka Han Han melambaikan tangan untuk
akhirnya lenyap, seperti iblis!
"Saudara-saudara, selamat tinggal. A-ku akan datang lagi
tak lama kemudian. Jangan khawatir!"
Semua takjub dan bengong. Jarak telaga yang biasanya
ditempuh lima sampai sepuluh menit ternyata ditempuh Han
Han hanya dalam beberapa detik saja. Perahu yang
ditumpangi pemuda itu terbang seperti setan dan tahu-tahu
sudah ada di seberang, bukan main cepatnya. Tapi begitu
pemuda itu menghilang dan lenyap meninggalkan salamnya,
murid-murid sadar tiba-tiba mereka berteriak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kongcu, jangan lama-lama. Bekuk musuh-musuh ayahmu!" "Dan kudoakan tetap selamat, kongcu. Hati-hatilah, kami
rindu...!" Han Han tak mendengarkan ini. Dia tak tahu bahwa
beberapa murid wanita tiba-tiba menangis. Mereka adalah
murid-murid muda yang cantik-cantik dan gagah. Mereka
itulah yang berbisik dan mengatakan rindu. Kegagahan dan
ketampanan Han Han kiranya telah membuat beberapa murid
wanita jatuh cinta! Tapi karena seruan itu diucapkan perlahan
dan Han Han tak mendengar maka hanya beberapa murid itu
saja yang saling lirik dan melempar pandang tak senang satu
sama lain. Mereka ternyata sama-sama jatuh cinta kepada
pemuda itu namun yang dicinta sudah terbang jauh. Ki B i dan
sumoinya menarik napas dalam-dalam tapi s inar mata mereka
berseri. Han Han, putera yang asli ternyata muncul. Benarbenar" keturunan ketua mereka dan yang hebat lagi adalah
kepandaian pemuda itu. Ah, Han Han memiliki kesaktian
mentakjubkan yang membuat mereka sendiri kagum. Seorang
diri Pat-jiu Sian-ong dan dua temannya dibuat jatuh bangun,
padahal kakek gundul itu tak ada seorang pun di antara
mereka yang mampu menghadapi. Tapi teringat bahwa putera
Wi Hong juga amat luar biasa dan Giam Liong atau putera
"palsu" dari ketua mereka juga amat hebat sekali, dan
memiliki Golok Penghisap Darah atau Golok Maut maka Ki Bi
dan sumoinya ngeri membayangkan bagaimana kalau dua
pemu da ini sama-sama bertemu. Mana yang lebih hebat
dan siapakah kira-kira yang akan muncul sebagai pemenang.
Giam Liong ataukah Han Han! Dan ketika dua orang itu samasama berdebar membayangkan ini maka di kota raja terjadi
geger yang mengguncangkan dunia kang-ouw!
OodwoO Sudah lama kita tak mengikuti Giam Liong. Kini,
meninggalkan sejenak Han Han yang juga ke kota raja biarlah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kita lihat bagaimana keadaan di istana kekaisaran, karena di
tempat ini juga Giam Liong dan ibunya membuat ulah.
Seperti diketahui, di samping kaisar sebagai pucuk
pimpinan negara maka ada orang kedua yang juga berkuasa
di tempat itu. dan orang ini bukan lain adalah adik tiri sri
baginda kaisar, pangeran Coa atau yang biasa disebut Coaongya. Pangeran ini, bersama mendiang adiknya yang juga samasama keluarga dekat kaisar adalah orang yang amat
berpengaruh di istana. Demikian besar pengaruh dua orang
ini hingga dulu Coa-ongya maupun Ci-ongya, adiknya yang
tewas terbunuh Golok Maut Sin Hauw memimpin pasukan
besar-besaran untuk menumpas pemberontak. Di masa itu
kekacauan masih timbul di sana-sini. Lima orang yang samasama memperebutkan kekuasaan tak henti-hentinya berperang. Tapi setelah Li Ko Yung berhasil menguasai Honan dan Shan-si (baca: Golok Maut) maka empat yang lain
tergeser dan akhirnya Li Ko Yung inilah yang menonjol dalam
memiliki kekuasaan. Apalagi setelah Chu Wen, musuh paling
berat dari Li Ko Yung ini tewas dalam pembunuhan, para
pembantunya melarikan diri dan terpecah-pecah tak keruan.
Tapi karena kaisar yang sekarang tetap harus berhati-hati
karena kelompok-kelompok "radikal" juga tetap menunggu
kesempatan, siap merebut dan menumbangkan kekuasaan
maka kaisar ini melalui Coa-ongya dan Ci-ongya membujuk
banyak orang-orang pandai untuk ditarik sebagai pembantu.
Dan itu berhasil untuk beberapa waktu, sampai akhirnya
muncul Golok Maut dan mengobrak-abrik istana habishabisan, membunuh ratusan o-rang dan puluhan orang-orang
pandai yang membantu kaisar. Tapi setelan Golok Maut sendiri
tewas terbunjuh, di Lembah Iblis, maka untuk beberapa waktu
lagi suasana di kota raja aman dan tak ada kerusuhan.
Orang-orang lama ada beberapa yang meninggalkan istana,
seperti misalnya pem bantu-pembantu amat lihai dari ThianTiraikasih Website http://kangzusi.com/
tok, yakni Sudra dan Mindra yang dulu bertemu Giam Liong.
Yang lain ada yang terbunuh tapi kepergian dua orang dari
Thian-tok ini lebih disebabkan oleh adanya ketenangan di kota
raja. Mereka ini memang kakek-kakek yang suka bermusuhan.
Suka adu kepandaian dan kalau tak a da tokoh yang menonjol
lagi maka mereka biasanya pergi mengembara. Itulah
sebabnya ketika dulu mereka bertemu Giam Liong tiba-tiba
saja mereka gatal untuk mencoba kepandaian pemuda ini,
yang dapat mendorong dan memukul mundur mereka. Tapi
karena mereka akhirnya kalah dan melarikan diri, Sudra dan
Mindra diam-diam pucat melihat kemiripan wajah lawannya
dengan mendiang Si Golok Maut Sin Hauw maka suatu hari
mereka ke kota raja untuk menemui Coa-ongya, melaporkan
hal itu. Sebenarnya, dua orang ini enggan ke kota raja. Bukan apaapa, tetapi masalahnya di sana "bersembunyi" seorang tokoh
misterius yang membantu Coa-ongya. Dan justeru karena
orang inilah mereka menjadi tak kerasan dan meninggalkan
tempat itu. Tapi karena sekarang mereka pecundang di
tangan Giam Liong dan hal itu sungguh membuat mereka
penasaran, di dunia ini hanya beberapa orang saja yang dapat
mengalahkan mereka maka dua orang kakek itu ingin melapor
dan juga ingin "mengadu" tokoh misterius yang bersembunyi
di tempat Coa-ongya itu dengan Giam Liong!
Seperti diketahui, akhir-akhir ini ada seorang tokoh amat
lihai yang membayangi Coa-ongya. Dan tokoh itulah yang dulu
membunuh Si Golok Maut. Tapi karena tokoh ini sombong dan
congkak, tak memandang sebelah mata kepada dua kakek
Thian-tok itu maka Mindra dan Sudra akhirnya meninggalkan
istana karena rasa tak sukanya kepada Si Kedok Hitam itu,
yang memang kepandaiannya masih di atas mereka. Dan
karena kebetulan mereka lalu dikalahkan Giam Liong, bocah
ingusan yang belum punya nama maka tiba-tiba dua orang
kakek itu ingin membalas dendamnya kepada Si Kedok Hitam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
maupun Giam Liong untuk diadu dan saling dipertemukan.
Dan untuk itu mereka harus menghadap Coa-ongya!
Maka begitulah, ketika pagi hari itu mereka menunggang
keledainya dan berhenti di gedung Coa-ongya, para penjaga
tertegun tapi segera mengenal dua kakek-kakek berhidung
mancung ini maka Min-dra berdua turun untuk minta diantar
menghadap bekas majikannya.
"Kami ada keperluan penting. T olong beri tahu bahwa kam i
ingin menghadap!" Para penjaga mengangguk. Mereka sudah mengenal dan
tahu siapa dua kakek-kakek lihai ini. Sudra dan M indra adalah
tokoh-tokoh India yang kepandaiannya amat tinggi, hanya di
bawah Si Kedok Hitam saja. Maka begitu mereka datang dan
minta menghadap, penjaga berlari melapor maka tak lama
kemudian dua orang kakek itu sudah diperintahkan masuk ke
dalam. "Ji-wi (kalian berdua) ditunggu di ruang tengah. Ongya ada
di sana!" Dua kakek ini mengangguk. Mereka berseri dan tahu di
mana ruang tengah i-tu, sudah pernah bekerja di tempat ini
dan tentu saja tak perlu diantar lagi. Tapi berkerut khawatir
bertemu Si Kedok Hitam, orang yang tak mereka sukai diamdiam Mindra berbisik apakah tak sebaiknya mereka pergi saja
kalau bertemu si sombong itu.
"Kalau ongya mewakilkan Si Kedok Hitam barangkali kita
kembali saja, tak usah bertemu!"
"Sst, jangan begitu. Justeru itu kebetulan, saudaraku. Kalau
Kedok Hitam ada justeru kita dapat mengadu agar dia meng
hadapi bocah siluman itu, biar tahu rasa!"
"Jadi tak usah pergi?"
"Tidak, ini sama saja. T api, sst.... lihat itu. Ongya ternyata
sendiri!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mindra berseri. Sudra sudah menuding dan orang yang
mereka cari duduk memandang mereka yang menyingkap
tirai. Ruang tengah itu memang diberi tirai sutera untuk
penyekat dengan ruang yang lain, mereka sudah melihat
bayangan pangeran itu dan kini sang pangeran bangkit berdiri
begitu mereka datang. Dan ketika sang pangeran tertawa dan
Sudra serta Mindra cepat membungkuk dari jauh, memberi
hormat, maka Coa-ongya yang masih tampan dan berpakaian
indah ini menegur. "Hai, ada apa kalian datang, Mindra" Apa yang kalian bawa
dan tumben mau ke sini lagi. Ha-ha, pasti berkeperluan pen
ting. Mungkin kehabisan bekal di tengah jalan!"
"Maaf," dua kakek itu agak merah mukanya. "Kami datang
bukan untuk minta sumbangan, pangeran. Melainkan sesuatu
yang lain yang tentu mengejutkan paduka. Kami minta maaf
kalau sekiranya mengganggu!"
"Hm, tidak. Tapi apa itu dan bagaimana bisa mengejutkan
aku. Mari, duduk dahulu dan bagaimana sebelumnya kabar
kalian!" ' "Kami baik-baik saja, sehat-sehat tak kurang suatu apa."
Coa-ongya mempersilahkan mereka duduk. Kini pangeran
memandang tajam dua orang ini dan Mindra maupun Sudra
terkejut melihat sinar mata pangeran itu yang berkilat dan
mencorong. Seperti orang yang memiliki lweekang tinggi,
padahal pangeran itu tak bisa silat. Setidaknya, bukan orang
yang ahli! Dan ketika mereka saling bertatap pandang namun
dua kgkek ini tak kuat dan cepat menunduk, diam-diam heran
dan kaget apakah sinar mata itu berkat tenaga sakti ataukah
karena perbawanya sebagai seorang bangsawan agung maka
dua orang itu saling lirik dan menjelajah seluruh ruangan
dengan sudut-sudut mata mereka. Mencari apakah pengawal
pribadi pangeran ini bersembunyi di situ. Si Kedok Hitam!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"la tak ada di s ini," dua kakek itu terkejut, Coa-ongya dapat
membawa isi hati mereka. "Kedok Hitam sedang kutugaskan
di luar, Mindra. T ak perlu kalian cari dan tak usah takut-takut.
Bicaralah, apa yang hendak kalian bicarakan!"
Dua kakek itu benar-benar kaget. Tiba-tiba saja mereka
merasa ada sesuatu yang luar biasa yang dimiliki Coa-ongya
ini. Pangeran itu seolah seorang ahli silat pandai yang dapat
menangkap gerak-gerik atau isyarat tamunya. Tapi menganggap itu kebetulan saja karena pangeran ini memang
pandai dan cerdik sebagaimana layaknya pembesar tinggi
maka Mindra batuk-batuk menekan keterkejutannya tadi.
"Maaf, kami tak mencari pengawal paduka itu, pangeran,
melainkan mencari paduka dan kini sudah bertemu di sini.
Kami hendak melaporkan sesuatu yang amat penting bagi
paduka, sesuatu yang juga tidak kami sangka!"
"Hm, apa itu. Dua kali kalian menyebut-nyebut namun
masih juga belum memberi tahu."
"Tentang Si Golok Maut. Dia hidup lagi!" Sudra kali ini
Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bicara dan kata-katanya meluncur tak dapat ditahan lagi.
Kakek ini gatal-gatal mulutnya untuk segera memberi tahu,
membuat kejutan. Dan ketika benar saja tuan rumah
tersentak dan mengeluarkan teriakan kaget, terlonjak dan
berubah mendengar seruannya maka kakek itu melanjutkan,
"Benar, Golok Maut hidup lagi, pangeran. Dan kami berdua
baru saja bertemu, dikalahkan!"
"Ah, tapi... tapi dia sudah kubunuh!"
"Bukan paduka yang membunuh, melainkan Kedok Hitam!"
"Eh, ah... benar. Tapi sama saja, Sudra. Kedok Hitampun
orangku, seperti juga kalian yang menjadi pembantuku di sini.
Berita kalian mustahil, bohong. Ha-ha ...!" dan Coa-ongya
yang tertawa bergelak melepas kejutannya tiba-tiba membuat
dua kakek itu tertegun karena ruangan tiba-tiba tergetar dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
meja kursi berderak-derak. T awa itu dilepas oleh seorang ahli
khi-kang (tenaga suara)! "Pangeran..!" Mindra dan Sudra melepas kekagetan mereka
dengan pekik tertahan. "Paduka sekarang seorang ahli s ilat?"
"Eh!" pangeran itu sadar, menghentikan tawanya. "Aku
bukan seorang ahli, Mihdra, melainkan bisa sedikit-sedikit
saja, seperti yang kalian tahu..."
"Tapi tawa paduka penuh getaran tenaga sakti. Meja dan
kursi ini berderak-derak!"
"Lupakan itu," Coa-ongya tiba-tiba mengerutkan kening,
berusaha menyembunyikan sesuatu. "Kalaupun benar maka
aku belajar dari pembantuku, Mindra. Kedok Hitam memberiku
pelajaran sedikit-sedikit sekedar penjaga diri. Sudahlah,
Bara Naga 14 Harimau Mendekam Naga Sembunyi Karya Wang Du Lu Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San 3
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama