Naga Sakti Sungai Kuning Huang Ho Sin-liong Karya Kho Ping Hoo Bagian 9
Gurunya itu hanya dikenalnya sebagai seorang kakek sakti yang berjuluk Cui-beng Sai-kong, tanpa dia ketahui siapa namanya yang sesungguhnya. Tadinya, dia dan gurunya tinggal di gua besar itu dan dia gembleng dengan berbagai ilmu. Guruya demikian sayang kepadanya sehingga bukan saja dia digembleng dengan ilmu silat, bahkan ketika dia berumur sepuluh tahun, dia diajak pergi ke sebuah dusun di kaki pegunungan, gurunya menyuruh dia mempelajari kesusastraan dari seorang sastrawan yang mengasingkan diri.
Sastrawan ini berbangsa peranakan Han dan Tibet, lama lebih dari lima tahun Hong belajar membaca dan menulis, juga kesusastraan Han dipelajarinya. Bukan saja, juga suhunya memanggil seorang ahli lukis dan main suling, sehingga muridnya itu mempelajari pula dua macam kesenian ini.
Untuk keperluan muridnya, Cui-beg Sai-kong
mendatangkan banyak orang pandai yang mengajar muridnya.
Sejak kecil pun muridnya itu disuruh menggunakan pakaian serba indah, pakaian pelajar dan sastrawan dan diajar pula berdandan diri sehingga selalu kelihatan gagah dan tampan seperti seorang putera bangsawan!
"Engkau berdarah bangsawan, Hong San." hanya itulah keterangan yang, lalu diberikan kepada muridnya kalau murid itu bertanya siapa orang tua. Ucapan ini mendatangkan kesan mendalam sehingga setelah dewasa, Hong San merasa bahwa dia seorang pemuda bangsawan, maka dia pun selalu ingin menyesuaikan diri dengan derajatnya dan lagaknya dia atur sehingga dia pantas menjadi seorang putera bangsawan seper?ti yang dia kenal dari bacaan kitab-kitab kesusastraan.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Demikianlah, setelah Hong San berusia dua puluh tiga tahun, dia telah menjadi seorang pemuda yang tampan dan gagah, memiliki banyak ilmu kepandaian, baik bu (silat) maupun bun (sastra). Akan tetapi, kehidupan di dusun itu, ketika dia belajar kesusastraan, mengakibatkan dia mengenal pergaulan masyarakat luas. Dan karena gurunya selalu memanjakannya memberi uang berlebihan, emas dan perak tak pernah kosong dari sakunya, maka banyak orang-orang muda yang suka berkawan dengan Hong San. Dan dari hubungan ini, Hong San mulai mengenal bermacam kesenangan, di antaranya kesenangan hubungan dengan wanita. Mulai usia belasan tahun saja dia telah diajak oleh teman-temannya untuk mendatangi wanita-wanita pelacur dan kesenangan ini kemudian menjadi kelemahan bagi Hong San.
Dia, setelah dewasa, selain tumbuh menjadi seorang pemuda yang tampan dan gagah, juga menjadi seorang laki-laki pesolek dan cabul yang senang menghambakan kepada nafsu berahi secara berlebih-lebihan! Dia menjadi seorang mata ranjang yang tidak ketulungan lagi. setiap melihat wanita cantik yang agak lebih dari wanita biasa, berahinya timbul dan dia belum merasa puas kalau belum menundukkan wanita itu dan menyeretnya ke dalam pelukannya, jarang ada wanita yang mampu menolaknya. Dia seorang pemuda yang tampan gagah perkasa, jantan, dan pandai sajak, pandai bernyanyi, pandai pula meniup suling, ahli merayu dan yang terakhir, royal dan banyak uang!
Cui-beng Sai-kong tentu saja mengetahui akan kesukaan muridnya itu. Akan tetapi, dia sendiri seorang datuk ssesat dan kesenangan seperti itu dianggapnya lumrah, bahkan dia merasa senang dan bangga mendengar betapa muridnya menjadi rebutan para perawan dusun dan kota. Kesenangan seperti itu dianggapnya "menyehatkan" dan membuktikan bahwa Hong San benar-benar seorang 'laki-laki jantan! Dia tidak melarang atau menegur, bahkan tanpa malu-malu lagi dia mengajarkan semacam ilmu untuk menundukkan hati wanita! Dalam bidang itu pun bagi Cui-beng Sai-kong terdapat ilmunya! Tentu saja Hong San menjadi semakin gila!
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Dua tahun yang lalu, yaitu ketika Hong San berusia dua puluh tiga tahun, gurunya pergi meninggalkannya dan meninggalkan setumpuk latihan untuknya, latihan aneh-aneh untuk menghimpun kekuatan dan kesaktian. Hong San yang memiliki kemauan keras dan keinginan uuk menjadi jagoan tanpa tanding, mlaksanakan semua petunjuk suhunya dan berlatih dengan amat tekunnya. Latihan yangmendekati ilmu hitam, yang amnt menyeramkan, seperti bertapa dalam tanah seperti mayat, di tanah kuburan, juga dilaksanakan sampai berhasil. Maka ketika suhunya akhirnya muncul kembali, dua tahun kemudian, dia sudah menjadi seorang yang benar-benar lihai bukan main.
Akan tetapi, begitu datang, uhu itu memanggilnya dan mengatakan bahwa sudah tiba saatnya bagi Hong San untuk meninggalkan tempat pertapa meninggalkan gurunya!
Pemuda yang wataknya aneh, mudah sekali bergembira akan tetapi juga mudah menangis, menandakan bahwa batinnya sesungguhn amat lemah dan tidak berdaya dipermainkan oleh nafsu-nafsunya, mula-mula menangis akan tetapi ketika mendeng dari suhunya bahwa tingkat kepandaia nya sudah menyamai suhunya, dia tersenyum gembira dan bangga!
"Hong San, sekarang dengarlah baik-baik, aku akan bercerita kepadamu." kata Kakek Tinggi Besar berkulit hitam itu Hong San yang kini sudah duduk bersila, berhadapan dengan gurunya, mengangguk dan mendengarkan penuh perhatian. Dia memang selama ini menjadi murid yang amat taat dan baik sekali. Kakek raksasa hitam itu lalu bercerita.
Kurang lebih dua puluh enam tahun yang lalu, serombongan bangsawan Nepal bertamasya di dekat perbatasan Nepal dan Tibet. Perwira bersama isteri dan puterinya, berburu binatang sambil berpesiar di daerah pegunungan yang kaya akan binatang buruan itu. Tentu saja perwira itu tidak takut karena ada pasukan pengawal yang dua losin banyaknya menjaga keselamatan dia dan anak isterinya.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Akan tetapi, pada malam harinya, ketika rombongan itu berhenti dan membuat perkemahan di luar hutan, membuat api unggun dan dijaga oleh pasukan pengawal, tiba-tiba mereka diserang oleh segerombolan perampok yang melepaskan panah api. Tentu saja para pengawal menjadi panik. Terjadilah pertempuran di malam gelap, diterangi oleh sinar api unggun dan api yang membakar perkemahan. Dalam kekacauan itu, para pengawal yang dipimpin oleh perwira itu mengadakan perlawanan mati-matian dan akhirnya gerombolan perampok itu dapat dihalau dan mereka melarikan diri dalam hutan. Akan tetapi dapat dibayangkan betapa kagetnya perwira itu ketika mendapat kenyataan bahwa dalam keributan itu, anak perempuannya sedang dewasa telah lenyap! Dia mengerahkan pasukan pengawalnya untuk mencari, akan tetapi sia-sia saja karena hutan itu amat luasnya. Isterinya juga tidak dapat mengatakan ke mana adanya anak gadisnya. Dalam keributan itu isteri perwira ketakutan dan bersembunyi saja di dalam tenda. Sebaliknya, gadis itu ingin membantu ayahnya, membawa pedang dan keluar dari tenda. Lalu lenyap tanpa meninggalkan jejak.
Kiranya gadis itu dilarikan oleh pala perampok! Dan ternyata bahwa gerombolan perampok itu menyerang rombongan perwira Nepal bukan untuk merampok harta benda, melainkan memang untuk menculik gadis itu. Sudah sejak memasuki hutan, rombongan itu di ikuti oleh sepasang mata kepala perampok yang tergila-gila melihat kecantikan gadis Nepal itu. Gadis itu meronta dan melawan mati-matian, namun apa dayanya menghadapi para perampok yang bertubuh raksasa " Akhirnya ia menerima nasib dan menjadi isteri kepala perampok dengan terpaksa.
"Wah, gadis itu memang cantik manis bukan main. Belum pernah selama hidupnya kepala perampok itu bertemu dengan gadis seperti itu. Bagaikan setangkai mawar indah ..........
penuh kelembutan, penuh kehangatan, penuh keharuman memikat, akan tetapi juga banyak durinya, bebas, liar dan mempesona..........." Cui-beng Sai-kong mengakhiri ceritanya
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
dengan puji-pujian kepada gadis yang diculik kepala perampok itu.
Hong San yang sejak tadi mendengarkan penuh perhatian, merasa kecewa, kiranya suhunya hanya menceritakan sebuah dongeng sederhana! Tentang seorang gadis Nepal yang diculik kepala rampok dan dipaksa menjadi isterinya! Akan tetapi dia seorang murid yang baik, tidak mau mengecewakan hati gurunya dan dia berlagak amat tertarik oleh cerita itu.
"Aduh, betapa senangnya kepala rampok itu, Suhu! Gadis cantik jelita memang tentu saja jauh lebih "berharga daripada segala macam harta. Lalu bagaimana, Suhu" Apakah gadis itu akhirnya mau menjadi seorang isteri yang membalas cinta suaminya?"
Cui-beng Sai-kong tertawa bergelak sehingga tubuhnya yang tinggi besar terguncang, mukanya yang seperti singa nampak menyeramkan sekali.
"Ha-ha-ha-ha, aku Cui-beng Sai-kong memang bukan seorang laki-laki yang haus wanita, akan tetapi sekali aku jatuh cinta dan menundukkan seorang wanita tentu bertekuk lutut dan menyerah sebulatnya, Ha-ha!"
Pemuda itu tertarik sekali sekarang, bukan pura-pura.
"Wah, kiranya Suhu sendirikah kepala perampok itu?"
Cui-beng Sai-kong tersenyum lebar "Dua puluh enam tahun yang lalu masih muda, seorang laki-laki yang gagah dan menarik walaupun ilmu kepandaianku belum berapa tinggi.
Puteri bangsawan Nepal itu menyerah, menjadi istriku. Aku benar-benar jatuh cinta padanya, ia pun agaknya dapat membalas cintaku, akan tetapi........" Dan tiba-tiba saja kakek raksasa bermuka singa itu menangis menggerung-gerung seperti orang gila! Hong San hanya memandang saja dan tidak menegur, akan tetapi dia merasa semakin tertarik.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Apakah yang telah terjadi, Suhu" Dimana Subo sekarang?" tanyanya walaupun dia sudah dapat menduga bahwa tentu subonya (ibu gurunya) itu agaknya sudah meninggal dunia sehingga kini terkenang akan isteri tercinta itu gurunya menangis. Kalau masih hidup tentu dia pernah bertemu dengan wanita itu.
Seperti juga ketika mulai, secara tiba-tiba saja Cui-beng Sai-kong menghentikan tangisnya dan kini sepasang mata yang lebar dan besar itu melototinya memandang kepada muridnya dengan sinar mata penuh kemarahan mencorong dari sepasang mata yang kemerahan itu
"la sudah mati! Ahhh, ia sudah mati ketika melahirkan engkau, keparat! Karena itu aku harus membunuhmu untuk menebus dosamu yang menyebabkan kematian orang yang kukasihi!" Dan tiba-tiba saja Cui-beng Sai-kong menyerang dengan terkaman seperti seekor singa yang marah!
Pemuda itu merasa sangat terkejut. Pertama karena mendengar bahwa dia adalah putera wanita bangsawan Nepal yang menjadi isteri suhunya itu, berarti adalah putera suhunya, dan kedua karena tiba-tiba orang yang selama ini dianggap guru dan ternyata ayah kandungnya itu telah menyerangnya dengan amat dahsyat! Cepat dia melempar tubuh ke belakang dan tubuhnya berjung balik membuat salto sampai lima kali barulah dia berhasil melepaskan diri serangkaian serangan yang dilakukan gurunya dengan dahsyat. Serangan kakek raksasa itu merupakan serangan maut yang mengarah nyawanya! Dengan muka agak pucat dan mata mencorong marah Hong San berseru.
"Suhu, apakah Suhu sudah gila?"
Akan tetapi, jawaban kakek itu adalah serangan yang lebih hebat lagi! Tubuhnya meliuk-liuk, kedua tangannya membentuk cakar naga, matanya seperti bernyala dan mulutnya yang terbuka itu mengeluarkan suara mendesis
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
panjang dan ada uap tipis keluar dari mulutnya, yang mengandung hawa panas! Kemudian, dia mengeluarkan suara parau seperti suara burung gagak dan tubuhnya condong kedepan, kedua tangan yang membentuk cakar itu bergerak-gerak seperti menggaruk-garuk atau mencakar ke depan.
Hong San mengerutkan alisnya. Itulah Koai-liong-kun (Silat Naga Setan), yang merupakan ilmu silat tangan kosong yang paling dahsyat dari gurunya! dia maklum bahwa dia tidak akan mungkin dapat menyelamatkan diri kalau menggunakan ilmu silat lain, maka dia meniru gerakan gurunya, tubuhnya meliuk-liuk dan kedua tangannya membenntuk cakar naga, mulutnya mendesir mengeluarkan hawa panas. Dia pun mu bersiap dengan ilmu Koai-liong-kun pula
"Keparat" Pembunuh isteriku tercinta. Sudah lama kutunggu saat ini. Kau harus mampus di tanganku!" bentak Cui-be Sai-kong dengan suara menggeledek.
Hong San tersenyum mengejek, matanya berkilat.
"Hemmm, coba saja kalau kau mampu!" Diam-diam dia pun merasa penasaran bukan main. Orang ini adalah gurunya, bahkan mengaku sebagai ayah kandung, akan tetapi kini bersikeras hendak membunuhnya! Karena merasa disudutkan, dihimpit dan direndahkan bangkit kemarahan dalam hati pemuda yang wataknya juga amat aneh ini. tahu betapa lihainya orang yang selama ini dianggap gurunya, dan dia harus me ngerahkan seluruh tenaga dan kepandaiannnya untuk melawan. Dia harus dapat membunuhnya lebih dulu sebelum dibunuh!
Cui-beng Sai-kong sudah menerjang lagi, dahsyat bagaikan seekor naga mengamuk. Akan tetapi sekali ini Hong San tidak hanya menghindar, melainkan mengelak lalu langsung membalas dan di lain saat, guru dan murid itu telah saling serang dengan hebatnya. Karena ilmu silat yang mereka pergunakan dalam pertandingan ini sama, maka dipandang sepintas lalu mereka itu seperti sedang berlatih saja. Akan
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
tetapi,sesungguh tidak demikian karena keduanya mengerahkan seluruh tenaga mereka dan perkelahian itu.
Setiap jurus yang digerakkan mempunyai tujuan membunuh!
Dari mulut mereka kini menyembur uap putih kemerahan yang amat panas, dan cengkeraman mereka semakin dahsyat, tendangan yang berupa jurus naga menyabetkan ekor itu pun kalau mengenai tubuh lawan tentu akan berakibat hebat!
Beberapa batang pohon yang tumbuh di kanan kiri gua itu seperti dilanda angin badai, dan karena mereka berkelahi di depan gua, maka suara angin pukulan mereka memasuki gua dan menimbulkan gema suara mengaung yang
mengerikan.Tanah dan debu beterbangan di bawah kaki mereka.
Bagaimanapun juga, tentu saja ilmu yang dimiliki Cui-beng Sai-kong lebih matang dibandingkan Hong San, maka setelah lewat puluhan jurus, pemuda itu terdesak dan lebih banyak mengelak dan menangkis daripada menyerang. Namun pemuda ini mewarisi seluruh ilmu gurunya dan karena dia memang berbakat baik, maka dia telah mengusai ilmu-ilmu itu.
Dan untuk menebus kekalahannya dalam pengalaman, pemuda ini lebih menang dalam hal napas tenaga. Gurunya sudah mulai berkerinngat dan napasnya memburu, sedangkan dia sendiri masih segar bugar! Hal ini agaknya disadari pula oleh Cui-beng Si kong, maka agar jangan sampai akhirnya kalah, dia mengeluarkan suara melengking panjang dan nampak sinar berkilauan ketika dia mencabut pedangnya!
Melihat ini, Hong San berseru, "Bagus, mari kita mengadu nyawa!" sambil membentak, dia pun mencabut pedangnya.
"Cring-tranggggg............!" Bunga api berpijar dan suara nyaring bergema kedalam gua ketika beberapa kali pedang-pedang itu saling bertemu. Kini mereka saling serang dengan pedang dan beberapa kali pedang mereka saling bertemu dengan amat kuatnya. Namun, setiap kali pedang bertemu, nampak tubuh Cui-beng Sai-kong tergetar!'
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Wuuuuuttttt .........singgggg.........!" Hong San terkejut bukan main. Serangan gurunya tadi amat dahsyatnya sehingga nyaris lehernya terbabat putus! Untung dia masih sempat merendahkan tubuhnya sehingga hanya segumpal rambut saja yang terbabat dan rambut itu pun berhamburan.
Pedang di tangan Cui-beng-kong itu masih meluncur terus kebelakangnya. "Crokkkkk!!" Batang pohon di bela?ng pemuda itu terbabat dan tumbang! Demikian hebatnya sambaran pedang ditangan kakek raksasa itu.
"Singgggg.....!" Hong San tidak mau membuang kesempatan itu dan pedangnya sudah meluncur ke depan, menusuk ke bawah pangkal lengan mengarah dada kanan gurunya.
"Tranggggg............!" Cui-beng Sai-kong masih mampu menangkis, akan tetapi tangkisan pedang itu yang agak lambat membuat dia terhuyung ke belakang. Hong San terus mendesak dan terjadilah lanjutan perkelahian yang lebih seru lagi. Dan karena ilmu pedang mereka pun sama, maka perkelahian seperti latihan saja, walaupun setiap pedang menyambar, selalu merupakan serangan maut. Namun bagi Hong San pertandingan itu sama sekali bukan merupakan latihan, karena dia tahu bahwa kakek yang selama ini dianggap guru itu benar-benar berusaha keras hendak membunuhnya. Dia pun mengerahkan seluruh tenaga dan kepandaiannya untuk melawan dan juga berusaha untuk merobohkan gurunya, kalau perlu membunuhnya!
Pertandingan berlangsung seru setelah lewat seratus jurus, mulai gerakan Cui-beng Sai-kong mengendur bukan hanya dia kehabisan tenaga, akan tetapi juga napasnya terengah-engah.
Tubuhnya sudah basah oleh keringat dan gerakan kaki maupun tangannya sudah tidak mantap lagi. Melihat ini, Hong San bukan mengalah, bahkan dia mempercepat dan memperkuat serangan-serangan-sehingga kakek itu benar-benar terdesak hebat!
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Cringgg.............. tanggggg.............Ceppp!" Dua kali sepasang pedang itu bertemu de?gan amat kerasnya dan pedang di tangan kakek itu terpental, disusul masuknya pedang di tangan Hong San yang menusuk ke depan dan memasuki dada gurunya, hampir menembus punggung.
Peristiwa ini hampir tidak nampak saking cepatnya gerakan pedang dan juga kakek itu nampak hanya berdiri mematung, pedangnya masih berada di tangan kanan sedangkan tangan kiri mendekap dada, matanya mendelik me?mandang ke arah Hong San, dan tiba-tiba saja dia tertawa bergelak!
"Bagus, ha-ha-ha-ha, bagus sekali! Engkau telah dapat mengalahkan aku, ha-ha-ha! Engkau telah dapat membunuhku, berarti engkau telah mewarisi seluruh kepandaianku dan engkau telah siap untuk menjadi jagoan tak terkalahkan di dunia ............ ha-ha-ha !"
Mendengar ucapan ini dan melihat kakek itu terhuyung, pedangnya terlempar lalu roboh terguling, barulah Hong sadar bahwa gurunya tadi memang sengaja mengujinya sampai akhir, den taruhan nyawa! Dia pun cepat berlutut dekat tubuh suhunya.
"Suhu ............., benarkah Suhu juga.......... Ayah kandungku sendiri?"
Darah itu mengalir melalui celah-celah antara jari tangan kiri yang mendekap luka di dada. Wajah singa itu tersenyum lebar. "Kenapa tidak benar" Dulu sekali namaku adalah Can Siok, maka engkau she Can. Ibumu adalah puteri bangsawan Nepal itu. Aku....... ah, aku menderita bertahun-tahun karena kehilangan wanita yang kucinta. Segala perbuatan kulakukan untuk menghibur diri dan melupakannya. Akan tetapi gagal aku setiap malam bermimpi dan setiap siang terkenang.
Hanya karena engkau lah aku hidup sampai sekarang. Engkau mirip sekali Ibumu, maka aku mengemblengmu sampai tamat.
Dan ujian hari ini........... berarti engkau lulus dan engkau yang mengantar aku menyusul Ibumu .......... ha-ha-ha!" Kakek itu
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
tertawa terus sampai akhirnya suara ketawanya makin lemah, lalu diam tak terdengar lagi juga tubuhnya terkulai lemas. Ke?tika Hong San merabanya, tahulah dia hahwa gurunya, juga ayahnya, telah tewas! Dan tiba-tiba pemuda itu menangis menggerung-gerung memeluk mayat ayah kandungnya! Dia menangis bukan karena menyesalan, melainkan karena merasa sengsara, sebatang kara di dunia.
Akan tetapi tidak lama dia menangis. Di lain saat dia sudah bangkit berdiri, memandang mayat ayahnya yang telentang itu. Sepasang mata yang lebar Itu masih terbuka, mendelik, mulut itu agak ternganga dan bagian depan tubuh mayat itu berlepotan darah. Dan dia merasa bangga!
"Ha-ha-ha," dia tertawa, tidak senyaring ketawa ayahnya, melainkan suara Ketawa yang ditahan-tahan dan terdengar menyeramkan, "aku telah dapat mengalahkan Cui-beng Sal-kong! Guruku dan Ayahku sendiri telah tewas di ujung pedangku. Apalagi orang lain! Terma kasih, Suhu! Terima kasih, Ayah! Bukan hanya untuk ilmu-ilmu yang kupelajari darimu, juga karena engkau mati ditanganku! Lebih baik engkau mati agar aku tidak usah mengaku engkau yang buruk sebagai ayah kandungku!"
Setelah berkata demikian, Hong memasuki gua, mengemasi semua barangnya dan tak lama kemudian dia keluar menggendong buntalan pakaian, kantung emas simpanan ayahnya, meninggalkan gua, membiarkan mayat ayahnya menggeletak telentang di depan gua begitu saja!
Sebuah caping lebar yang bercat merah memayungi kepalanya dan dengan lenggang seenaknya pun menuruni bukit itu.
Hong San memang memiliki watak yang aneh, mungkin watak ini dia war isi pula dari gurunya yang ternyata juga ayah kandungnya. Biarpun dia tahu bahwa gurunya adalah ayahnya sendiri, sedikit pun dia tidak merasa menyesal bahwa dia telah
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
menjadi sebab kematan ayahnya! Dia sama sekali tidak memedulikan mayat ayahnya itu, bahkan begitu turun dari bukit, dia memasuki buah kota dan pertama yang dicarinya adalah seorang pelacur langganannya. Dia bermalam di tempat pelesir itu sampai tiga malam dan dia bersenang-senang dengan pelacur itu. Setelah puas, baru dia meninggalkan tempat itu, untuk mulai dengan perantauannya karena dia bercita-cita untuk menaklukkan semua tokoh dunia persilatan dan mengangkat diri sendiri menjadi seorang tokoh besar, menggantikan gurunya atau juga ayahnya! Dia akan menyusuri sepanjang Su-gai Huang-ho (Kuning) untuk kemudian menuju ke kota raja!
ooOOOoo Mereka bertiga nampak bahagia sekali. Anak laki-laki berusia tiga tahun itu berlari-larian mengejar kupu-kupu di antara bunga-bunga yang sedang mekar indah. Ayah ibunya duduk di atas bangku, nampak mesra dan saling mencinta.
"Lihat, betapa gembiranya Thian Ki kata Sang Isteri.
Suaminya mengangguk-angguk.
"Kalau dia memiliki gemblengan silat sejak bayi, tentu dia akan mudah menangkap kupu-kupu itu........." kata suaminya.
"Dan meremasnya hancur" Ihhh, mengerikan! Untung kita sudah mengambil keputusan untuk menjadikan dia seorang manusia yang berbudi baik, yang tidak mengenal kekerasan, tidak suka berkelahi."
Suami itu menggenggam tangan isterinya yang membalas genggaman itu. Dari getaran tangan mereka, keduanya maklum akan isi hati masing-masing merasa setuju. Memang, mereka telah mengambil keputusan, bahkan keduanya telah bersumpah ketika anak itu masih berada di dalam kandungan bahwa mereka berdua akan menjaga agar anak mereka kelak
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
tidak menjadi seorang yang seperti mereka, yaitu orang yang pandai ilmu silat seperti mereka. Mereka bersumpah bahwa anak mereka akan menjadi seorang terpelajar yang halus dan Yang sama sekali tidak mengenal dunia persilatan, tidak mengenal kekerasaan! Maka, setelah anak itu terlahir, seorang anak laki-laki yang sehat, mereka berdua menjaga agar anak itu sama sekali tidak mengenal ilmu silat.
Memang aneh sekali kalau diingat akan keadaan suami isteri ini. Mereka masih muda. Usia mereka baru tiga puluh tahun lebih sedikit. Pria itu tampan, biasa mengenakan pakaian putih, nampak gagah dan sikapnya jelas menunjukkan bahwa dia seorang ahli silat yang pandai. Memang tidak salah.
Dia adalah Coa Siang Lee, keturunan pemimpin perkumpulan Hek-houw-pang, perkumpulan orang gagah yang pandai silat dan sejak kecil Coa Siang Lee telah digembleng dengan ilmu silat. Adapun isterinya itu juga bukan orang sembarangan, bahkan memiliki ilmu silat yang lebih hebat daripada suaminya! Ia adalah Sim Lan Ci,seorang wanita cantik yang berpakaian serba hitam, la bukan lain ad lah puteri dari Ban-tok Mo-li, dan sesat itu yang berjuluk Iblis Betina.
Seperti kita ketahui di bagian depan kisah ini, Coa Siang Lee dan Sim Lan Ci menjadi suami isteri sebagai akibat dari perbuatan Sin-tiauw Liu Bhok Ki. Coa Sia Lee berusaha membalas dendam atas kematian Coa Kun Tian, ayah kandungnya dibunuh oleh Liu Bhok K i. Adapun Sim Lan Ci juga berusaha membalas dendam kepada Sin-tiauw Liu Bhok Ki atas kematian Phang Hui Cu, bibinya yang menjadi isteri Liu Bhok Ki kemudian dibunuh sendiri oleh pendekar itu karena isteri itu berjina dengan Coa Kun Tian. Akan tetapi, usaha mereka yang kebetulan bersama-sama tidak di rumah kediaman Liu Bhok Ki, juga sama sekali karena bukan Liu Bhok Ki yang terbunuh oleh mereka, sebaliknya mereka berdua yang roboh dan menjadi tawanan Sin-tiauw Liu Bhok Ki yang perkasa itu! Liu Bhok Ki tidak membunuh mereka.
Pendekar aneh ini mempunyai cara yang aneh tersendiri untuk
"menghukum" dua orang keturunan dari mendiang isteri dan
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
pacar isterinya itu, yaitu dia membius mereka, memberi minuman yang mengandung obat perangsang berahi dan membiarkan Coa Siang Lee dan Sim Lan Ci melakukan hubungan badan. Akan tetapi, kedua orang muda yang di bawah pengaruh obat perangsang itu setelah melakukan hubungan badan di luar kesadaran masing-masing, saling jatuh cinta dan mengambil keputusan untuk melanjutkan hubungan itu dengan menjadi suami isteri. Justeru inilah yang dikehendaki Liu Bhok Ki agar kelak dia memperoleh kesempatan membalas dendam, yaitu merusak hubungan suami isteri itu dan menghancurkan kebahagiaan mereka seperti yang telah menimpa dirinya.
Seperti diceritakan di bagian depan, Coa Siang Lee dan Sim Lan Ci yang telah bersepakat untuk menjadi suami Isteri, menghadap keluarga Coa Siang Lee. Namun, keluarga Coa yang menjadi , pimpinan Hek-houw-pang menjadi marah dan sama sekali tidak setuju kalau Siang Lee menjadi suami puteri Ban-Tok Mo-li! Sepasang orang muda itu lalu pergi menemui Ban-tok Mo-li, namun datuk sesat, iblis betina yang kejam dan aneh ini pun marah-marah, bahkan hampir membunuh Siang Lee, kemudian mengusir puterinya bersama pria yang dipilih puterinya itu.
Demikianlah, Coa Siang Lee dan Lan Ci lalu pergi. Mereka berdua tentu saja merasa menyesal sekali melihat sikap keluarga masing-masing dan mereka pergi ke daerah yang asing sama sekali di mana mereka hidup baru sebagai suami isteri yang saling mencinta, akan tetapi mereka menyembunyikan kepandaian dan hidup sebagai sepasang suami isteri petani biasa! Mereka bahkan mulai membenci ilmu silat. Bukan karena keluarga mereka itu tokoh-tokoh persilatan maka membenci perjodohan itu" Masing-masing mempertahankan nama dan saling bermusuhan!
Setelah sepuluh tahun menjadi suami isteri, barulah Sim Lan Ci mengandung. Mereka tentu saja merasa berbahagia sekali akan tetapi juga merasa khawatir kalau-kalau anak
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
mereka kelak akan penjadi korban kekerasaan kehidupan kaum persilatan. Maka mereka lalu bersumpah untuk tidak memperkenalkan anak mereka pada dunia persilatan, sama sekali tidak ingin anak mereka mempelajari ilmu silat!
Kegembiraan mereka menjadi semakin besar ketika kandungan itu kemudian melahirkan seorang anak laki-laki yang sehat sekali!
Demikianlah, pada sore hari itu, setelah sehari tadi sibuk memimpin buruh tani menuai padi gandum mereka yang subur, suami isteri ini mengaso di miman sebelah kanan rumah mereka, melihat Thian Ki, putera mereka yang berusia tiga tahun itu berlari-larian mengejar kupu-kupu.
Biarpun suami isteri itu keturunan orang-orang pandai, bahkan mereka berdua telah memiliki ilmu silat yang tinggi, namun mereka berdua yang sudah kurang lebih dua belas tahun tidak pernah lagi berurusan dengan dunia kang-ouw, mereka menjadi lengah. Mereka sama sekali tidak tahu bahwa sejak tadi ada seorang laki-laki muda yang pakaiannya indah pesolek, mengenakan sebuah topi caping lebar yang sama sekali nyembunyikan wajahnya yang tampan beberapa kali lewat di depan rumah mereka. Wajah tampan itu selalu mengintai dari balik capingnya kalau lewat dari rumah itu, dan sepasang mata yang tajam mencorong mengintai ke arah Sim Lan Ci, ibu muda yang cantik dan miliki bentuk tubuh yang masih nampak padat menggairahkan itu. Memang Lan Ci memiliki wajah yang cantik jelita dan menarik sekali.
Laki-laki muda bercaping lebar itu bukan lain adalah Can Hong San. wajahnya yang tampan berseri dan biasanya dihias senyuman ketika akhirnya dia lewat lagi lalu meninggalkan tempat itu, tangan kanan dikepal dan dipukul-pukulkan perlahan pada telapak tangan kiri. Di dalam hatinya, dia sudah mengambil keputusan untuk mendapatkan, wanita yang amat menarik hatinya itu malam ini! Dia sedang mencari Lui Seng cu yang berjuluk Hek-houw Tao-to. Lui Seng Cu itu adalah murid mendiang gurunya atau ayah kandungnya, bahkan Lui
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
seng Cu merupakan murid yang ditugaskan untuk menyebarkan aliran baru yang dirintis gurunya, yaitu pemujaan Thian-Te Kwi-ong. Dari suhengnya inilah dia kan mencari tahu tentang kegiatan guruya atau ayahnya akhir-akhir ini. Dan dalam perjalanannya mencari jejak suhengnya itulah Hong San tiba di dusun itu dan kebetulan melihat Sim Lan Ci, ibu muda yang telah menggerakkan hatinya dan membangkitkan gairah berahinya.
Juga suami isteri yang sedang gembira melihat tingkah anak mereka yang mungil itu sama sekali tidak tahu bahwa ada pula sepasang mata yang sejak di mengintai mereka dari balik sebatang pohon, tak jauh dari situ pula. sepasang mata yang kadang-kadang lembut, kadang-kadang mencorong dahsyat, Mata dari seorang pemuda berusia kurang lebih dua puluh lima tahun, bertubuh tinggi besar, berwajah tampan dan gagah. Itulah wajah pendekar muda yang mulai terkenal namanya dengan julukan Sin-Iiong, bahkan akhir-akhir ini menjadi Huang-ho Sin-liong (Naga Sakti Sungai Kuning) karena dia sering muncul sepanjang Sungai Huang-ho dan seringkali dia muncul, tentu ada saja penjahat yang terjungkal dan dihajar bahkan banyak gerombolan penjahat dibasminya.
Sepak terjangnya sebagai seekor naga sakti saja. Dia adalah Si Han Beng. Seperti kita ketahui, setelah bersama Pek I Tojin dia membasmi gerombolan yang diketuai "bengcu" Cui beng Sai-kong, Han Beng lalu ikut Pek I Tojin ke Thai-san untuk menerima geimblengan kakek sakti itu. Selama kurang lebih setahun dia digembleng kakek itu dan karena dia memang telah memiliki ilmu-ilmu silat tinggi dari dua orang gurunya terdahulu, yaitu Liu Bhok Ki dan Sin-ciang Kai-ong, maka oleh kakek sakti itu dia hanya dilatih untuk memperdalam dan mematangkan ilmu-ilmunya, juga untuk mempelajari sin-kang yang lebih mendalam dan kuat. Setelah lewat setahun, dia turun gunung dan teringat akan pesan gurunya yang pertama, yaitu Sin-tiauw Liu Bhok Ki. Dia telah berjanji kepada gurunya itu mtuk membalaskan dendam gurunya kepada dua orang suami isteri yang bernama Coa Siang Lee dan Sim Lan Ci.
Tidak mudah baginya untuk mencari jejak suami isteri itu, akan
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
tetapi akhirnya, setelah dia berkunjung ke perkumpulan Hek-houw-pang mencari keterangan, dengan mengaku sebagai seorang kenalan Coa Siang Lee, dia berhasil memperoleh keterangan di mana kiranya suami isteri itu berada. Ternyata bahwa diam-diam keluarga Coa selalu menyelidiki dan mengikuti keadaan kehidupan Coa Siang Lee.
Biarpun Coa Song, ketua Hek-houw-ang, kakek Coa Siang Lee, masih marah melihat cucunya itu menikah dengan puteri Ban-tok Mo-li, namun dia merasa girang bahwa menurut penyelidikan para anak buahnya, Coa Siang Lee tidak terseret keluarga isterinya menjadi penjahat, melainkan hidup dengan tenang dan damai di dusun, menjadi petani. Namun, dia masih belum menghubungi cucunya itu, walaupun diam-diam mencalonkan cucunya sebagai penggantinya kelak memimpin Hek-houw-pang.
Setelah memperoleh keterangan dari Hek-houw-pang, Han Beng lalu pergi berkunjung ke dusun itu dan menemukan suami isteri itu yang pada sore hari itu sedang bergembira bersama putera mereka di dalam taman.
Sejak tadi Han Beng melakukan pengintaian dan terjadilah keraguan di dalam hatinya. Mereka adalah sepasang suami isteri yang demikian berbahagia dengan putera mereka, hidup tenteram penuh damai di dusun kecil itu! suhunya memberi tugas kepadanya untuk menghancurkan kebahagiaan rumah tangga mereka! Bahkan suhunya memesan agar dia menghancurkan cinta kasih antara suamiisteri ini,dengan cara apapun, kalau perlu dia boleh merayu agar isteri atau bahkan memperkosanya! Gila, Suhunya memang sudah menjadi seperti gila oleh dendam! Suhunya, seorang pendekar sakti yang gagah perkasa, menjadi lemah dan gila oleh duka dan den?dam. Bagaimana mungkin dia melakukan perbuatan yang demikian keji" Andaikata dia menemukan suami isteri ini sebagai orang-orang jahat, masih mudah baginya untuk membalaskan dendam suhunya, walaupun tentu saja bukan dengan cara yang dikehendaki suhunya. Dia dapat membasmi
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
suami isteri ini sebagai penjahat-penjahat yang layak dibasmi.
Tapi, mereka berdua hidup be?gini tenteram dan penuh damai, berbahagia dengan putera mereka. Akan tetapi, siapa tahu, pikirnya. Banyak penjahat yang dari luar nampaknya hidup damai dan tenteram. Pikiran terakhir ini membuat Han Beng mengambil keputusan untuk terus membayangi mereka, agar dia dapat yakin bagaimana sesungguhnya keadaan suami isteri yang agaknya amat dibenci suhunya itu. Dia menyelinap semakin dekat untuk mendengarkan prrcakapan antara mereka.
"Betapa indahnya hari ini,............" kata Sim Lan Ci sambil memegang tangan suaminya penuh kasih sayang.
Coa Siang Lee menggenggam tangan isterinya, lalu menengok ke arah barat "Memang indah sekali. Lihat langit di barat itu, berwarna-warni demikian indahnya, seolah di balik sanalah terdapat sorga seperti dalam dongeng itu."
"Sungguh berbahagia sekali hatiku. Memiliki engkau sebagai suami dan Thian Ki sebagai anak........ ahhh, aku merasa sebagai orang yang paling kaya di dunia ini, paling berbahagia................!"
Coa Siang Lee tersenyum dan mengelus rambut kepala isterinya yang kini bersandar di dadanya. "Perasaan bahagia dalam hati selalu membuat segala suatu nampak indah, Ci-moi. Dan mudah-mudahan saja anak kita akan selalu dapat hidup berbahagia seperti ini, penuh damai, tenteram, dan tidak pernah mengenal permusuhan, kebencian dan kerasan seperti yang pernah kita alami dahulu."
"Engkau benar, Lee-ko. Aku pun akan pun menentang keras kalau Thian Ki dipernalkan dengan dunia kita dahulu.
Engkau masih mending, karena engkau terlahir di dalam keluarga pendekar. Walaupun engkau juga bergelimang dengan
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
linu silat dan kekerasan, namun setidaknya untuk menentang kejahatan, sebaliknya aku....................."
"Sudahlah, kenangan masa lalu hanya akn mendatangkan sesal dan duka saja. yang penting, sekarang kita hidup sebagai petani-petani yang berbahagia, dan yang lebih penting lagi, kita akan mendidik putera kita menjadi seorang yang terpelajar, bijaksana, dan dia hanya akan mengenal cinta kasih, tidak mengenal kebencian, tidak mengenal silat dan tidak mengenal kekerasan dan bermusuhan."
Han Beng meninggalkan suami isteri itu, menjauhkan diri dengan hati semakin dipenuhi keraguan. Suami isteri itu kini telah menjadi sepasang suami isteri yang hidup berbahagia, juga memiliki pandangan hidup yang demikian baik! Mereka berdua bahkan ingin menghapus semua kenangan masa lalu, menjadi petani-petani sederhana, bahkan merencanakan untuk mendidik putera mereka menjadi orang yang jauh ilmu silat! Dan dia harus menghancurkan kebahagiaan dua orang itu" Bahkan tiga orang bersama putera mereka" Sungguh gila!
Tidak, dia tidak akan melakukan hal yang keji itu. Akan tetapi bagaimana dengan janjinya terhadap gurunya" dia teringat akan sikap gurunya yang amat keji terhadap dua buah kepala manusia itu dan dia bergidik. Gurunya su guh gila karena dendam. Dan guru itu mengambilnya sebagai murid hanya agar dia suka membalaskan dendam kepada keturunan dua orang yang pernah menghancurkan kebahagiaan hidupnya, yaitu suami isteri yang sekarang berada di taman itu.
Keraguan yang membuat hati Han Beng merasa bimbang ini akhirnya membuat dia khawatir untuk mengintai terus, bayangan suhunya, yang telah demikian baik kepadanya, semua budi yang dilimpahkan suhunya kepadanya, sejak suhunya menyelamatkannya dari ancaman maut di Sungai Huang-ho, lalu betapa suhunya mendidik dan
menggemblengnya dengan kesungguhan hati selama lima tahun dan suhunya tidak pernah minta belas jasa. Suhunya hanya membuat dia berjanji untuk memenuhi pesannya itu,
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
hanya satu saja permintaannya, yaitu membalas dendam kepada suami isteri Coa Siang Lee dan Sim Lan Ci, dan kini dia ragu-ragu, bahkan condong untuk tidak memenuhi pesan suhunya. Kalau dia berada di situ lebih lama lagi, dia kha?watir kalau pikirannya akan berubah lagi. Tanpa diketahui suami isteri dan anak tereka, diapun meninggalkan tempat pengintaiannya.
Coa Siang Lee dan Sim Lan Ci membawa anak mereka memasuki rumah selelah senja melarut dan malam hampir tiba. Mereka hidup bertiga saja, tanpa Pembantu di dalam rumah mereka yang tidak berapa besar namun yang bersih dan rapi. Hanya ada dua buah kamar dalam rumah itu, kamar suami isteri dan kamar untuk anak mereka den pintu tembusan antara dua kamar. Mereka lalu makan malam dan setelah selesai makan malam, Sim Lan Ci membersikan meja makan dan mencuci mangkok, piring, sedangkan Coa Siang Lee mengajak Thian Ki bermain-main di ruang tengah. Sehabis makan malam tadi, mereka membersihkan mulut dan gigi, suatu kebiasaan yang dipakai oleh Sim Lan Ci sejak ia masih kecil. Ibu kandung Ban-tok Mo-li Phang Bi Cu, biarpun usianya sudah setengah abad lebih, masih nampak cantik dengan gigi yang putih rapi karena ibunya juga mempunyai kebiasaan membersihkan mulut dan gigi setiap kali mau tidur dan kebiasaan menurun kepada Sim Lan Ci. Nyonya muda itu kini menularkan kebiasaan yang amat baik kepada suaminya dan juga kepada anaknya.
Malam itu hawa udara amat dinginnya. Biarpun bulan sedang purnama sehingga dunia diluar rumah amatlah indah dan romantisnya, namun jarang ada penghuni dusun yang mau keluar meninggalkan kamar mereka yang hangat karena diluar, hawa dingin menusuk tulang, bahkan mereka itu tidur sore-sore. Demikian pula dengan keluarga Coa Siang .
Mereka berdua sudah berada di kamar putera mereka, dan keduanya meninabobok putera tersayang itu dengan nyanyian dan dongeng.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Setelah Thian Ki akhirnya tidur pulas ayah ibunya menyelimutinya, meniggalkan kamar putera mereka itu dengan membiarkan sebuah pelita kecil bernyala di sudut kamar, lalu mereka sambil bergandengan tangan lalu memasuki kamar mereka sendiri yang bersambung dengan kamar putera mereka.
Akan tetapi, begitu tiba di dalam kamar mereka, suami isteri itu terbelalak dan muka mereka berubah pucat karena mereka melihat bahwa di atas pembaringan mereka telah duduk seorang laki-laki muda yang mengenakan caping lebar!
Pemuda itu menurunkan capingnya ke belakang dan kini dia memandang kepada suami isteri itu sambil terseny um. Wajah pemuda itu sungguh tampan ketika tersenyum, dia nampak semakin ganteng dan melihat pakaiannya, mudah diduga bahwa dia seorang sastrawan atau setidaknya seorang pelajar! Sebuah buntalan berada di atas meja.
"Siapa engkau?" Coa Siang Lee tanya dengan suara kaku dan alis berkerut. "Dan mau apa engkau datangi kamar kami?"
"Bagaimana engkau dapat masuk sini?" Sim Lan Ci juga bertanya. Wajah pemuda ini tadi mengerling ke kanan dan melihat betapa jendela dan pintu masih tertutup, lalu bagaimana orang muda ini dapat berada di dalam kamarnya tanpa ia dan suaminya mendengar, suara sedikit pun"
Pemuda itu tersenyum makin lebar sepasang matanya berbinar-binar penuh kegembiraan, mata yang sejak tadi ditujukan kepada Sim Lan Ci sedemikian rupa sehingga ibu muda ini merasa seolah sinar mata itu menggerayangi seluruh tubuhnya, membuatnya bergidik, akan tetapi juga marah.
"Manis, aku datang karena aku jatuh cinta padamu ketika melihat engkau di taman tadi." katanya dengan sikap biasa saja seolah-olah dia mengeluarkan ucapan yang wajar.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Tentu saja seketika wajah suami isteri itu menjadi merah padam. Coa Siang Lee melangkah maju dan membentak,
"Engkau ini seorang yang gila atau memang sengaja hendak mengganggu kami! ayo katakan siapa engkau dan apa maksudmu datang seperti ini?"
Kini sepasang mata itu ditujukan kepada Siang Lee yang menjadi terkejut melihat mata itu mencorong. "Aku tidak butuh denganmu!" kata pemuda itu degan sikap yang angkuh sekali.
"Keluarlah engkau dari kamar ini, aku hanya ingin meminjam isterimu untuk malam ini!"
Coa Siang Lee terbelalak dan Lan Ci bahkan mengeluarkan jerit kecil. Kemarahan mereka tidaklah sebesar keheranan mereka mendengar ucapan seperti itu. Kiranya hanya orang yang berotak miring saja yang mampu bicara seperti itu, hendak meminjam isteri orang dan menyuruh suaminya keluar dari kamarnya sendiri! Akan tetapi, setelah keheranan itu lewat, kemarahan membawa wajah Siang Lee merah sekali dan matanya mengeluarkan sinar berapi. Selama dua belas tahun mereka tinggal di dalam dusun itu, tidak pernah satu kali mereka terlibat urusan kekerasan, dan mereka sama sekali tidak pernah mempergunakan ilmu silat mereka, bahkan untuk berkelahi maupun hanya sebagai latihan. Dan malam ini, muncul seorang pemuda yang demikian beraninya melakukan penghinaan secara luar biasa sekali. Sikap pemuda itu membuat mereka dua saling pandang dan merasa curiga.
"Sobat, katakan siapa engkau mengapa engkau sengaja datang untuk mengganggu kami yang tidak mengenalmu!
Siapakah yang menyuruh engkau bersikap seperti ini terhadap kami?" Sim Lan Ci kini bicara dan sikapnya tidak lagi seperti seorang wanita biasa, melainkan ia sudah kembali bersikap seperti dulu, seorang wanita gemblengan yang sudah biasa menghadapi kekerasan.
Sikap ini membuat pemuda yang bukan lain adalah Can Hong San itu berdiri dan memandang heran. Mana mungkinn
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
ada seorang wanita dusun bersikap gagah ini" Akan tetapi, melihat wanita yang digilainya itu dapat bersikap segagah itu, dia menjadi semakin tertarik dan kembali dia tersenyum.
"Manis, engkaulah yang menyuruh aku datang malam ini.
Sore tadi aku kebetulan lewat di luar taman dan melihat engkau demikian cantik jelita dan manis............. hmmmmm, aku merasa seperti ditarik besi semberani dan di sinilah aku sekarang! Mari, Manis, mari kaulayanilah gairahku ............."
Dia mengembangkan kedua lengan seperti hendak memeluk!
Suami isteri itu tidak dapat menahan kesabaran mereka lebih lama lagi. manusia gila! Engkau sungguh kurang ajar dan patut dihajar!" bentak Coa Siang Lee yang sudah mengirim tamparan keras kearah mulut pemuda itu.
Tamparan Coa Siang Lee bukan tamparan biasa, melainkan tamparan yang amat kuat karena biarpun selama belasan tahun pria ini tidak pernah berlatih, namun dia memiliki tenaga sin-kang yang kuat dan memang ilmunya sudah mendarah daging dalam dirinya.
Diam-diam Can Hong San terkejut bukan main. Tadinya dia mengira bahwa suami isteri itu hanyalah orang-orang dusun biasa. Sungguh tidak disangkanya bahwa "petani" itu mampu menamparnya dengan kekuatan sedahsyat itu! Tahulah dia bahwa dia menghadapi lawan lihai. Akan tetapi, dengan tenang saja dia sengaja mengangkat lengan untuk menangkis, tentu saja diam-diam mengerahkan pula tenaga sin-kangnya.
"Dukkk.......!!" Akibat tangkisan ini, tubuh Coa Siang Lee terpelanting! Bukan main heran dan kagetnya Siang Lee.
sungguh tak disangkanya bahwa orang yang amat kurang ajar dan mendekati gila ini memiliki tenaga yang sedemikian hebatnya! Maka, tanpa banyak cakap lagi karena dia kini maklum bahwa orang itu memang sengaja datang untuk mencari keributan, dia lalu maju menerjang dengan pukulan-pukulan dahsyat dari ilmu silat Hek-houw-pang. Kedua
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
tangannya membentuk cakar harimau dan gerakannya selain cepat, juga penuh tenaga dasyat, mencengkeram kesana-sini dibagian tubuh berbahaya dari lawan.
"Aha, kiranya engkau bukan petani dusun biasa, melainkan seorang ahli silat yang agaknya menyembunyikan diri di sini!"
Hong San berseru heran, akan tetapi dia pun cepat menggerakkan tubuhnya dengan amat lincahnya, mengelak, menangkis dan membalas serangan lawan. Terjadilah perkelahian yang seru di dalam kamar itu. Namun, Siang Lee merasa semakin kaget khawatir karena dia mendapat kenyataan betapa lihainya pemuda bercaping lebar ini!
Sim Lan Ci juga melihat betapa suaminya tidak akan menang menghadapi lawan yang amat tangguh itu. Diam-diam ia menduga-duga siapa gerangan pemuda yang luar biasa lihainya itu! Tentu senngaja datang mencari mereka untuk membunuh! Tidak banyak terdapat orang selihai ini di dunia kang-ouw, pikirnya dan tidak mungkin hanya kebetulan saja datang di tempat itu, melihatnya tergila-gila kepadanya. Diam-diam nyonya ini lalu menuju ke sebuah almari mana ia masih menyimpan beberapa buah senjata rahasianya yang sudah belasan tahun tidak pernah dipergunakannya. Untung bahwa di dalam kantung itu masih terdapat empat batang Toat-beng tok-piauw (Piauw Beracun Pencabut Nyawa). Cepat ia mengambilnya dan menyambit-nyambitkan empat batang piauw itu dengan hati-hati agar jangan mengenai suaminya sambil berteriak nyaring. "Lee-ko, mundur! Jahanam busuk, makanlah piauw-ku!"
Terdengar suara bersiutan ketika empat batang piauw itu menyambar, dan Siang Lee sudah melompat ke belakang, empat batang senjata rahasia beracun itu menyambar dengan cepat sekali ke arah tubuh Hong San, namun betapa kagetnya hati nyonya muda itu ketika tiba-tiba saja tubuh pemuda bercaping lebar itu berkelebat lenyap dan tahu-tahu telah berada di belakangnya, menyentuh pinggulnya dengan jari tangan, mencubit pinggul itu.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Lhhh!" la membalik dan seperti se?kor singa betina mengamuk ia pun me?nyerang dengan ilmu silat Ban-tok-hwa-im yang amat dahsyat! Diam-diam Hong San semakin kagum dan terkejut. Kiranya wanita ini memiliki ilmu silat yang leih lihai daripada suaminya! Juga Siang Lee sudah maju menerjang dan Hong San dikeroyok suami isteri itu di dalam kamar yang tidak begitu luas.
Barulah Hong San merasa kecelik terkejut. Dia maklum bahwa kalau menandingi suami isteri itu sa.tu demi sa tu dia masih sanggup untuk menang. Akan tetapi dikeroyok dua oleh suami isteri yang lihai ini, sungguh amat berbahaya baginya.
Namun, dia bukan orang yang suka mengaku kalah. Apalagi, hasratnya menjadi semakin bernyala-nyala setelah kini dia melihat bahwa wanita yang membuatnya tergila-gila itu bukan sekedar cantik manis saja, melainkan juga amat lihai! Dia semakin tergila-gila dan mengambil keputusan bahwa harus memiliki wanita itu.
Coa Siang Lee dan Si m Lan Ci mengeroyok pemuda itu, kini menjadi yakin bahwa pemuda ini memang datang bukan sekedar tertarik oleh kecanti Lan Ci, melainkan tentu mempunyai tujuan yang sudah direncanakan untuk mencelakan mereka. Mereka merasa menyesal sekali mengapa selama ini mereka lengah sehingga bukan saja mereka tidak pernah berlatih silat sehingga tentu saja gerakan mereka tidaklah selincah dahulu, akan tetapi juga mereka telah menyimpan pedang mereka dan sudah lupa lagi dimana mereka menyimpan senjata mereka itu. Kalau mereka kini dapat me?megang senjata pedang mereka, kiranya mereka akan dapat mengalahkan musuhnya dengan cepat.
Betapapun juga, suami isteri yang memang lihai itu mulai dapat mendesak Hong San. Mereka berkelahi mati-matian untuk mempertahankan kehormatan, sebaliknya, Hong San hanya main-main saja karena memang maksudnya bukan memusuhi suami isteri itu, melainkan "meminjam" sang isteri!
Biarpun tingkat kepandaiannya jauh lebih tinggi dari mereka
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
namun dikeroyok dua oleh suami isteri yang nekat itu dia menjadi ke?walahan juga.
"Ayah........, Ibu...........!" Tiba-tiba terdengar suara anak kecil ini dan yang muncul di pintu tembusan adalah Thian Ki, anak laki-laki berusia tiga tahun itu. agaknya dia terbangun karena suara ribut-ribut.
"Thian Ki..........! Kembali ke kamarmu......!" Sim Lan Ci berseru kaget bukan main, namun terlambat. Melihat munculnya anak itu, Hong San yang cerdik seperti setan itu sudah menyanbut ke belakang dan tahu-tahu anak itu telah berada dalampondongannya. Anak itu menjerit-jerit, akan tetapi sekali Hong San menekan tengkuknya, anak itu terkulai lemas, tertotok dan tak mampu bergerak atau berteriak lagi.
Melihat anak mereka berada dalam cengkeram penjahat itu, suami isteri yang tadinya mengamuk itu, terpaksa menahan gerakan mereka dan memandang dengan mata terbelalak dan pucat.
"Kembalikan anakku.............!" Sim Lan berseru, siap untuk menubruk maju.
"Heinttttt............ tenanglah, manis. Apakah kalian menghendaki aku membanting anak ini di depan kaki kalian sampai remuk, baru kemudian kubunuh kalian?" Hong San mengancam dan mengarkat anak itu, siap untuk membantingnya.
"Jangan..........., jangan lakukan itu......... Siang Lee berseru, wajahnya semak pucat. "Apakah yang" kaukehendaki benarnya" Siapakah engkau" Jangan membunuh anak kami yang tidak berdosa!
"Aku tidak akan membunuh anak mungil ini kalau kalian menurut kata-kataku. Akan tetapi, sedikit saja kalian membuat
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
gerakan mencurigakan atau tidak menurut perintahku, tentu aku akan membanting remuk anak mungil ini!"
"Jangan bunuh dia.........., katakan yang harus kami lakukan!" kata Sim Lan Ci, juga merasa khawatir dan merasa tidak berdaya sama sekali setelah, puteranya ditawan.
"Bagus, Manis. Nah, perintahku pertama, kautotok jalan darah suami agar dia tidak mampu bergerak lagi kemudian ikat kaki tangannya di tiang sudut kamar itu."
Sepasang mata Sim Lan Ci terbelalak, alisnya berkerut dan tentu saja ia tidak setuju, akan tetapi tidak berani terang-terangan menolak. Melihat sikap ragu-ragu wanita itu, Hong San mengancam, "Cepat lakukan perintahku, atau kau lebih suka melihat anakmu ini kubanting?"
"Ci-moi, lakukanlah perintahnya." kataSiang Lee yang merasa tidak berdaya dan amat mengkhawatirkan keselamatan anaknya yang terjatuh ke tangan orang yang agaknya sinting itu.
Lan Ci menghampiri suaminya, pandang matanya sayu dan menderita sekali. "Maafkan aku..........." bisiknya dan ia pun menotok jalan darah di pundak suaminya. Seketika tubuh itu lemas dan tentu roboh kalau tidak cepat ditangkap 'oleh Lan Ci yang memapahnya, menariknya ke tiang di sudut kamar.
Dengan iti tidak karuan rasanya, Lan Ci terpaksa mengikat kaki tangan suaminya pada tiang itu, menghadap ke arah kamar karena ia ingin suaminya tetap waspada walaupun untuk sementara tidak mampu bergerak.
"Ha-ha, jangan mencoba menipu aku, Manis. Aku adalah seorang ahli totok jalan darah, tahu" Hayo totok lagi jalan darah thian hu-hiat agar dia tidak dapat lepas pula dari totokan, lalu ikat dia!"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Lan Ci terkejut. Akalnya ketahuan dan hal ini hanya membuktikan betapa lihainya lawan itu. Memang tadi ia menotok lemas suaminya, hanya totokan hanya sementara saja, dan dalam beberapa menit suaminya akan pulih kembali.
Terpaksa ia melaksanakan perintah dan sekarang keadaan suaminya benar-benar lemas dan tidak mampu bergerak untuk waktu sedikitnya dua jam! Karena merasa percuma untuk menipu, ia pun mengikat kaki tangan suaminya dengan sabuk sutera yang kuat.
"Sudah kulaksanakan perintahmu, karang bebaskan anakku!" kata Sim Ci.
Pemuda itu menyeringai dan bair pun dia tampan, namun pada saat itu bagi Lan Ci dia kelihatan seperti iblis yang menyeramkan. Sim Lan Ci sendiri adalah puteri Ban-tok Mo-li.
Sudah biasa melihat kekejaman-kekejaman walau pun ia sendiri tidak berbakat untuk menjadi jahat. Namun karena sekarang ia yang menjadi korbannya, maka ia merasa begitu marahnya sehingga kalau saja bidak teringat akan keselamatan puteranya, ingin rasanya ia menyerang dan mengadu nyawa dengan pemuda itu.
"Heh-heh-heh, sudah kukatakan. Aku ldatang bukan untuk membunuh kalian. Manis. Kalau aku ingin membunuh kalian, apa sukarnya" Aku hanya tergila-gila kepadamu, Manis. Aku tidak akan membunuh kalian bertiga kalau engkau sikap manis padaku. Nah, sekarang perintahku ke dua. Tanggalkan semua pakaianmu!"
Sepasang mata itu terbelalak dan kedua pipi Lan Ci berubah merah lagi. Ada hawa keluar dari dadanya yang membuat ia ingin sekali menerjang laki-laki yang menghinanya itu. "Jahanam keparat! Engkau hendak menghinaku..........
memperkosaku di depan suamiku dan anakku" Keparat, iblis.........!"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ingat, aku banting anakmu kalau engkau bergerak menyerang!" Hong San berseru dan mengangkat tubuh Thian Ki "Aku tidak ingin memperkosamu, aku ingin engkau melayani aku dengan penuh kemesraan dan kasih sayang!"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Jilid 16 Aku tidak sudi...........!" Lan Ci berteriak. "Lebih baik aku mati!"
"Engkau tidak akan mati, Manis. Akan tetapi anakmu ini yang akan remuk kepalanya, dan engkau akhirnya akan jatuh pula ke dalam pelukanku, walau untuk itu aku harus melakukan paksaan. Nah, lihat kepala anakmu akan hancur dan otaknya berantakan!"
"Tunggu.............. ! Jangan bunuh anakku !" siang Lee berseru dengan lemah. "Ci-moi ............ lakukanlah apa yang dikehendakinya" katanya dan suaranya mengandung isak saking marah dan tidak berdaya.
Sim Lan Ci membelalakkan matanya kepada suaminya.
"Apa" Engkau suamiku sendiri, engkau satu-satunya pria varig kucinta, engkau menyuruh aku membiarkan diriku dihinanya"
Kemudian, kalau dia sudah menggauli di depan matamu, ialu kelak engkau memandang rendah padaku, ya" Engkau menghinaku, engkau bahkan akan membenciku...........!"
"Tidak, isteriku! Sama sekali tidak. Kalau hanya untuk keselamatan diriku sampai mati pun aku tidak rela melihat engkau disentuhnya. Akan tetapi untuk Thian Ki......! Ingat Thian Ki anak kita satu-satunya.........! Dia tidak boleh mati konyol begitu saja!"
Sim Lan Ci menjadi lemas. Ia mandang ke kanan kiri bagaikan seekor kelinci yang sudah disudutkan, siap diterkam harimau. Ia tidak tahu harus berbuat apa, akan tetapi melihat anaknya diangkat tinggi-tinggi itu, ia merasa hatinya seperti hancur luluh.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Baiklah ......... baiklah...........!" Ia berbisik dan terdengar isak tertahan. "Aku turut perintahmu, akan tetapi................
kaubebas dulu anakku......... , lepaskan dia ..........."
"Ha-ha-ha, kaukira aku ini anak kecil yang mudah kautipu begitu saja" Namanya menjual barang, belum memberi dan memperlihatkan barangnya sudah mau minta bayarannya!
Hayo kau tanggalkan dulu pakaian itu satu demi satu, dan aku akan membebaskan anakmu!"
Sim Lan Ci merasa bahwa ia berada di dalam cengkeraman seorang gila, atau seorang yang luar biasa jahatnya, kejamnya, akan tetapi juga amat cerdiknya. Bicara dengan orang seperti itu, tidak ada gunanya, juga akan menyakitkan hati saja kalau mencoba untuk mengakalinya. Maka, dengan hati penuh kemarahan sehingga tangannya gemetar, bukan karena takut, melainkan karena arah, mulailah ia menanggalkan pakaiannya, di depan penjahat muda yang gila itu, juga di depan suaminya yang memandang tidak berdaya.
"Bagus......... bagus........... ah, sudah kuduga......... engkau memiliki tubuh yang hebat sekali.........! Ah, engkau sungguh manis......." Hong San terbelalak, matanya mengeluarkan sinar aneh dan hidungnya mendengus seperti seekor kuda, napasnya terengah. Lan Ci tidak peduli, menanggalkan pakaian seolah-olah disitu tidak ada seorang pun yang memandangnya, seperti kalau ia sedang hendak mandi saja.
"Sudah, kulaksanakan perintahmu, karang bebaskan anakku, berikan kepadaku!" kata Sim Lan Ci.
Hong San tertawa. "Ha-ha-ha, aku masih belum selesai denganmu, Manis, Masih belum selesai, bahkan baru mulai........., akan tetapi aku pun bukan orang yang tidak memegang janji. Nah, ini anakmu sudah kulepaskan, akan tetapi engkau naiklah ke atas pembaringan itu. Engkau harus melayani aku dengan suka rela, dengan mesra ........ ah, aku sungguh semakin tergila-gila padamu, Manis.............!"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Hong San benar saja melepas Thian Ki yang tidak mampu bergerak itu ke atas lantai, di mana anak itu menggeletak tak mampu bergerak, hanya memandang dengan mata terbelalak ketakutan. Kemudian, dia menghampiri Lan Ci. Wanita ini maklum apa yang akan dilakukan penjahat yang seperti iblis gila Itu. Kalau ia menolak, tetap saja anaknya berada dalam bahaya. Ia harus pura-pura menurut, dan nanti di atas pembaringan, masih ada kesempatan baginya untuk mengadu nyawa! Yang penting, anaknya haruslah benar-benar bebas dari ancaman maut lebih dulu. Maka, ia pun mundur dan duduk di tepi pembaringan, seolah-olah menanti Hong San yang bagaikan seekor harimau menghampiri seekor kelinci gemuk yang sudah menyerah, dan gairah di dalam hati penjahat muda Ini semakin bergelora karena dia pun mengira bahwa sekali ini wanita manis itu telah benar-benar menyerah dan takluk kepadanya.
Sementara itu, sejak tadi Coa Siang Lee menjadi penonton yang tidak berdaya. Dapat dibayangkan bagaimana perasaan hatinya. Dia melihat puteranya terancam maut tanpa mampu melindungi, kini dia bahkan disuruh melihat isterinya tercinta akan diperkosa orang dan dia sama sekali tidak mampu bergerak! Ingin dia memaki, ingin dia berteriak, ingin dia menangis, namun dia tahu bahwa semua itu tidak ada gunanya, balkan kalau penjahat itu marah jangan-jangan Thian Ki akan dibunuhnya lebih dulu!
Hong San kini sudah tiba dekat sekali dengan Lan Ci, dan napasnya semakin memburu dan seluruh tubuhnya seolah-olah kebakaran, bahkan Lan Ci dapat merasakan betapa hawa panas keluar dari tubuh pemuda yang seperti iblis gila itu.
"Hemmm, aku tidak ingin menotokmu, aku ingin engkau hidup dalam pelukanku, ingin engkau menyerahkan diri dengan mesra, dengan suka rela. Aku cinta padamu, Manis
..................."
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Pada saat pemuda itu masih bicara dan berada dalam keadaan penuh nafsu sehingga seperti sebuah balon akan meledak itu, Lan Ci yang sudah siap si sejak tadi, tiba-tiba saja mengirim pukulan ke arah perut Hong San sambil mengerahkan seluruh tenaganya. Pukulan Itu adalah pukulan beracun yang amat hebat dan sekali terkena pukulan itu biar seorang yang bagaimanapun lihainyn, jangan harap akan dapat hidup lagi. Isi perutnya tentu akan hangus dan membusuk oleh hawa beracun yang amat hebat.
Namun, Hong San memang seorang yang amat cerdik.
Biarpun dia dikuasai nafsu berahi yang memuncak pada saat itu, namun dia tidak pernah lengah dan tetap waspada. Hal ini adalah karena dia pun telah maklum bahwa wanita itu amat lihai. Andaikata dia tidak tahu akan hal ini, mungkin saja dia telah terkena pukulan maut itu.
Dia tahu bahwa wanita itu lihai sekali, memiliki senjata rahasia dan pukulan beracun yang bahkan lebih berbahaya daripada suami wanita itu. Maka, biarpun seluruh tubuhnya dikuasai hawa nafsu, tetap saja dia waspada dan begitu Lan Ci menggerakan.tangan memukul, tubuhnya sudah berkelebat ke kiri dan pukulan yang dahsyat itu tidak mengenai sasaran!
Tentu saja Lan Ci kaget bukan nain karena dia mengkhawatirkan putranya. Pada saat itu, tiba-tiba daun jendela diterobos tubuh orang dari luar, dan esosok bayangan berkelebat ke dalam kamar.
"Selamatkan anak itu!" terdengar suara yang tenang dan bayangan itu sudah menerjang kearah Hong San dengan dorongan tangan kanan yang datangkan angin keras.
"Wuuuuuttttt.........!" Telapak tangan orang itu mendorong dan Hong San terkejut sekali, merasa betapa ada angin pukulan yang amat kuat menerjang Dia pun cepat mengerahkan tenaga menangkis.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Desss............!!" Akibat benturan kedua lengan ini, Hong San terhuyung dan hampir terpelanting! Akan tetapi, penyerang itu, seorang pemuda tinggi besar gagah, juga terhuyung. Hong San jadi gentar. Baru suami isteri itu kalau mengeroyoknya, dia sudah kewalahan. Kalau kini muncul seorang yang agaknya bahkan jauh lebih lihai dari mereka berarti dia akan celaka. Maka, tanpa banyak cakap lagi, tubuhnya sudah berkelebat lenyap. Dia meloncat keluar melalui jendela yang sudah terbuka, tidak seperti ketika masuk ke kamar itu dia tadi membongkar genteng.
"Hemmm, jahanam keparat, hemdak lari ke mana kau?"
Pemuda Tinggi Besar melompat pula menerobos jendela dan mengejarnya.
Sementara itu, begitu mendengar suara pemuda tinggi besar tadi, Lan Ci sudah melompat, tidak peduli akan keadaan tubuhnya yang telanjang bulat, dan menyambar puteranya, cepat membebaskan puteranya dari totokan. Anak itu segera menangis dalam pondongannya. Lan Cl cepat menghampiri suaminya, membebaskan totokan pada tubuh suaminya dan membantunya melepaskan ikatan.
"Kaupondong dulu Thian Ki, aku akan mengenakan pakaian!" kata Lan Ci. Cepat ia mengenakan pakaiannya kembali, kemudian bersama suaminya, sambil menggendong Thian Ki, dan kini masing-masing membawa pedang mereka, suami isteri itu telah berloncatan keluar dan melakukan pengejaran.
Sementara itu, ketika Hong San melihat bahwa pemuda tinggi besar itu mengejar, dia merasa penasaran sekali. Kini dia berada di luar rumah, di tempat yang luas, maka tidak berbahaya sekali kalau dikeroyok. Dia penasaran belum dapat menandingi pemuda tinggi besar yang telah mencampuri urusannya dan telah mengganggu kesenangannya.
Bayangkan saja, tadi wanita manis sudah berada di depannya, bagaikan potong daging sudah berada di bibir tinggal
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
menelannya saja dan muncul orang usil itu yang menggagalkan segalanya! Maka, dia pun segera menghentikan larinya dan mempersiapkan pedang di tangan kanan dan suling ditangan kiri. Dia memang suka bermain suling, pandai meniup suling menyanyikan lagu-lagu yang merdu, akan tetapi dia pandai pula mempergunakan musik tiup itu untuk mengimbangi pemainan pedangnya!
Naga Sakti Sungai Kuning Huang Ho Sin-liong Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Begitu pemuda itu muncul, Hong menyerangnya dengan tusukan pedang diikuti sambaran suling yang mengeluarkan suara melengking nyaring! Pemuda tinggi besar itu kagum melihat gerakan lawan dan cepat dia menjatuhkan diri ke belakang, bergulingan dan ketika dia meloncat bangun, dia sudah memegang sepotong dahan pohon kering yang dipungutnya ketika dia bergulingan tadi. Hong San tersenyum menyeringai melihat lawannya memegang sebatang tongkat sederhana sebagai senjata. Mampus kau, pikirnya. Sama sekali dia tidak pernah mimpi bahwa yang dihadapinya bukanlah seorang pendekar sembarangan saja. Dia berhadapan dengan Huang-ho Sin-liong! Dan tongkat di tangan pen?dekar itu dapat menjadi senjata yang amat ampuh, karena dia sudah mewarisi ilmu dari seorang di antara guru-guruya, yaitu Sin-ciang Kai-ong dan ilmu itu adalah Ilmu Tongkat Dewa Mabuk! Bukan itu saja, Huang-ho Sin-liong Si Han Beng ini telah menerima gemblengan dari seorang kakek sakti, yaitu Pek I Tojin. Biarpun gemblengan itu tidak lebih dari satu tahun, namun gemblengan tu telah mematangkan ilmu-ilmu yang diperolehnya dari dua orang gurunya, yaitu Sin-tiauw Liu Bhok Ki dan Sin ciang Kai-ong, di samping tenaga saktinya bertambah kuat bukan main.
Seperti kita ketahui, Han Beng telah menemukan rumah Coa Siang Lee dan Sim Lan Ci. Sore tadi, seperti juga Hong San, dia melihat betapa suami isteri itu bersama anak mereka hidup berbahagia dan sedang bergembira dalam taman.
Keadaan suami isteri itu membuat dia menjadi bingung dan ragu-ragu. Dia merasa tidak sanggup memenuhi janjinya kepada gurunya untuk menghancurkan kebahagiaan suami
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
isteri itu, apalagi dengan cara mengusahakan agar isteri muda itu melakukan penyelewengan dengannya! Dalam keadaan ragu-ragu itulah dia meninggalkan rumah itu. Akan tetapi, kalau dia tidak mau melaksanakan pesan dan perintah gurunya, berarti dia telah mengingkari janji. Hal ini amat menggelisahkan hatinya dan membuatnya tidak dapat tidur malam itu. Dia bermalam di rumah seorang petani di luar dusun.
Kemudian muncul pikiran. Siapa tahu kkalu-kalau suami isteri yang menurut gurunya memiliki ilmu silat yang cukup tinggi itu diam-diam melakukan perbuatan jahat. Kalau benar demikian, berarti ada jalan baginya untuk menentang mereka.
Dan sebaiknya kalau malam itu dia melakukan penyelidikan.
Demikianlah, tanpa menyangka bahwa di rumah suami isteri itu terjadi peristiwa yang hebat, dia pergi ke rumah itu, baru setelah dia mengintai ke dalam, dia melihat dan mendengar semuanya! Betapa suami isteri yang tadinya mengeroyok seorang pemuda bercaping lebar yang amat lihai itu menjadi tidak berdaya setelah pemuda bercaping lebar itu menangkap anak mereka. Dari percakapan itu, diam-diam dia merasa kagum. Suami itu adalah seorang yang gagah perkasa, dan isterinya amat setia. Hanya mereka itu terpaksa menyerah karena si penjahat kejam telah menguasai anak mereka! Dan di saat terakhir, Han Beng melihat betapa isteri yang setia itu tidak menyerah begitu saja, melainkan setelah melihat anaknya dilepaskan dengan nekat dan mati-matian ia pun melakukan perlawanan.
Melihat itu. Han Beng tidak dapat tinggal diam lagi. Dia menerobos jendela lalu menyerang si penjahat yang ternyata memang amat lihai, hal itu dibuktikannya dari benturan antara tanngan mereka. Dan kini, ketika dia mengejar, penjahat itu telah menantinya dan menyerangnya dengan pedang suling.
Gerakan serangannya juga a cepat dan dahsyat sekali. Jalan satu-satunya bagi Han Beng untuk menyelamatkan diri
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
hanyalah membuang diri bergulingan, sambil menyambar sebatang tongkat di atas tanah.
Kini mereka saling berhadapan. Hong San masih menyeringai, tersenyum mengejek melihat lawan hanya bersenjatakan tongkat butut. Sebaliknya, Han Beng memandang kagum. Pemuda di depannya itu nampak gagah perkasa. Biarpun wajah itu hanya diterangi sinar bulan purnama, juga dibantu penerangan lampu gantung di luar rumah, namun jelas nampak bahwa pemuda di depannya ini orang yang ganteng, gerak-geriknya halus, wajah yang selalu tersenyum dengan tarikan muka yang menarik. Tentu banyak di antara para wanita yang jatuh hati kalau bertemu dengan pemuda itu. Akan tetapi, mengapa wataknya demikian kotor dan kejamnya ketika dia menginginkan Sim Lan Ci, wanita yang sudah bersuami dan berputera itu" Diam-diam dia bergidik membayangkan kekejaman yang diperlihatkan pemuda ini tadi, memaksa seorang ibu untuk menyerahkan diri dengan mengancam anaknya yang masih kecil, dan membiarkan si suami dalam keadaan terikat menjadi menonton pula! Hanya orang yang wataknya seperti iblis saja yang memiliki kekejaman seperti itu.
Setelah saling pandang tanpa mengeluarkan kata-kata, tiba-tiba saja Hong san menerjang ke depan lagi, kini pedangnya diputar sangat cepat dan di seling tusukan sulingnya yang melakukan totokan pada jalan darah di tubuh lawan.
"Sing-sing-wuuuuuttttt...........!" Serangan bertubi-tubi itu dielakkan dengan mudah oleh Han Beng. Kemudian, ketika untuk kesekian kalinya pedang itu menyambar ke arah lehernya, dia mengelak dengan menekuk lutut kirinya dalam-dalam saat itu juga, tongkatnya menyambar ke arah lutut kiri lawan. kalau terkena sasaran, tentu sambungan lutut akan terlepas! Namun, Hong San juga sudah mengelak dengan meloncat ke atas dan kembali pedangnya menyambar kini membacok dari atas mengarah kepala Han Beng, disusul
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
tusukan suling ke arah leher. Kembali Han Beng mengelak dengan loncatan ke belakang, lalu dengan gerakan berputar, tongkatnya terayun-ayun hendak memukul lawan.
Melihat gerakan ini, Hong San yang tinggi hati itu tertawa.
Gerakan iti sungguh lucu dan buruk, seolah-olah di gerakkan oleh orang sinting atau orang yang mabuk. Akan tetapi, baru saja tertawa, suara ketawanya berubah menjadi seruan tertahan karena kaget.
"Bukkk!" Pinggulnya terkena hantaman tongkat itu!
Sungguh aneh dan sukar dipercaya. Gerakan tadi demikian canggung dan kaku, sehingga dia menjadi lengah, mengira bahwa pukulan itu tentu tidak akan mengenai dirinya karena dia sudah menggeser kaki ke kanan dan pedangnya sudah menusuk lagi ke arah lambung lawan. Gerakan yang seperti orang mabuk itu dilanjutkan. Lawannya yang tinggi besar terhuyung, akan tetapi pedangnya tidak mengenai sasaran dan sebaliknya, tongkat itu tahu-tahu menyeleweng dan menggebuk pinggulnya! Tentu saja Hong San menjadi marah bukan main. Dia tidak tahu bahwa memang yang dimainkan oleh lawan adalah Ilmu Tongkat Dewa Mabuk. Justeru dalam gerakan yang terhuyung, lucu dan buruk itulah letak keampuhan ilmu dari Sin-Ciang Kai-ong itu. Gerakan yang seperti orang mabuk itu membuat lawan menjadi lengah dan memandang rendah! Akan tetapi di samping kemarahannya, juga Hong San mulai merasa gentar. Apalagi ketika itu, dia melihat suami isteri tadi sudah berlarian keluar membawa pedang di tangan. Tahulah dia bahwa kalau dia melanjutkan perlawanan, dia akan celaka di tempat itu. Maka, melihat betapa lawan yang telah menggebuk pinggulnya itu tidak mendesak, dia pun lalu meloncat jauh dan melarikan di secepatnya.
"Jahanam busuk, kau hendak lari mana?" Coa Siang Lee berseru dan mengejar.
"Kita kejar dan bunuh iblis itu!" ka pula Sim Lan Ci.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Harap Ji-wi (Kalian) tidak mengejarnya. Hal itu amat berbahaya bagi Ji-wi, terutama bagi putera Ji-wi!" kata Han Beng.
Mendengar itu, suami isteri itu menghentikan langkah mereka dan kini mereka berdua menghampiri Han Beng penuh kagum. Mereka tadi telah meliha betapa pemuda tinggi besar ini telah menyelamatkan mereka dari keadaan yang amat gawat, dari malapetaka yang mengerikan, yang mungkin bagi seorang wanita lebih hebat daripada maut! Bahkan mungkin akan menimbulkan kehancuran kebahagiaan keluarga itu. Dan mereka pun melihat betapa hanya dengan sebatang tongkat saja, pemuda tinggi besar itu mampu membuat penjahat tadi melarikan diri. Padahal, penjahat tadi memiliki ilmu silat yang amat hebat!
Saking terharu mengingat akan hebatnya ancaman bahaya tadi, Coa Siang Lee lalu menuntun tangan isteri dan anaknya, lalu mereka menjatuhkan diri berlutut di depan Han Beng!
"Tai-hiap, kami menghaturkan banyak terima kasih atas budi pertolonganmu..........!"
Han Beng menjadi sungkan sekali dan cepat dia membangunkan mereka dan berkata, "Harap Ji-wi tidak melakukan sesungkanan seperti ini! Sudah semestinya kita menentang orang-orang jahat. Mari kita bicara di dalam saja, hawa udara terlalu dingin dan dapat membuat anak kalian masuk angin."
Suami isteri itu nampak gembira bukan main karena Han Beng sudi singgah di rumah mereka. Mereka memasuki rumah dan duduklah Han Beng dan Siang Lee di ruangan dalam, sedangkan Sim Lan Ci minta diri untuk menemani Thian Ki tidur kembali.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Melihat sikap kedua suami isteri itu demikian sopan dan halus, kembali Han Beng condong merasa suka kepada mereka dan merasa heran bagaimana suhunya yang gagah perkasa menghendaki kehancuran kedua orang yang nampak baik-baik ini.
"Apakah yang telah terjadi di sini dan siapa sebenarnya pemuda bercaping lebar yarg amat lihai tadi itu?" Han Beng segera mengajukan pertanyaan ini begi mereka duduk menghadapi meja.
Siang Lee menarik napas panjang "Sungguh kami sendiri tidak mengenalnya, Tai-hiap. Menurut pengakuannya, kebetulan lewat saja.......... ah, sungguh aneh sekali peristiwa malam ini, muncul penjahat yang kebetulan lewat, kemudian muncul pula penolong yang kebetul lewat."
Han Beng tersenyum. "Juga amat kebetulan bahwa yang diganggu penjahat Itu bukanlah suami isteri petani biasa melainkan suami isteri yang memiliki Ilmu kepandaian tinggi."
"Tidak ada harganya untuk dipuji, Tai-hiap. Buktinya, kalau tidak ada Tai-hiap, entah apa jadinya dengan kami. Kami akui bahwa kami memang pernah mempelajari ilmu silat, cukup mendalam, akan tetapi selama dua belas tahun ini kami tidak pernah bersilat, baik berkelahi maupun latihan. Kami hidup aman dan tenteram di tempat ini, siapa sangka malam ini hampir terjadi malapetakan. Perkenalkan, Taihiap. Saya bernama Coa Kiang Lee dan isteri saya tadi Sim Lan Ci. Anak kami tadi bernama Coa Thian Ki. Seperti saya katakan tadi, sejak dua belas tahun yang lalu kami berdua meninggalkan dunia persilatan dan tidak mempunyai sedikit pun keinginan untuk melibatkan diri dengan urusan kang-uuw. Kami tidak ingin mengajarkan ilmu silat kepada anak tunggal kami, agar dia tidak perlu melibatkan diri dalam kekerasaan dan permusuhan. Maka, sungguh kami merasa penasaran sekali melihat munculnya penjahat yang amat lihai tadi." Dia berhenti sebentar, lalu memandang wajah Han Beng penuh kagum dan
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
berkata, "Tai-hiap masih begini muda sudah memiliki ilmu kepandaian yang amat hebat. Kalau boleh saya mengetahui nama besar Tai-hiap "
"Namaku Si Han Beng dan harap Coa Toako tidak bersikap sungkan dan menyebutku tai-hiap, membuat aku merasa canggung dan tidak enak saja."
Coa Siang Lee makin kagum terhadap pemuda tinggi besar dan gagah perkasa itu. Masih begitu muda bukan saja sudah lihai bukan main, akan tetapi juga sudah pandai merendahkan diri, tanda dari kerendahan hati. Dia pun merasa girang sekali di balik kekhawatirannya karena peristiwa tadi.
"Baiklah, Siauw-te (Adik). Sebenarnya, seorang dengan kepandaian sepertimu, sudah sepatutnya disebut tai-hiap (pendekar besar), akan tetapi karena engkau merasa canggung, biarlah kusebut Siauw-te. Terus terang saja, kami sama sekali tidak pernah mengenal orang tadi, dan karena sudah belas tahun kami menjauhkan diri dari dunia kang-ouw, maka munculnya orang lihai itu pun kami tidak ketahui.
Engkau yang tentu sudah banyak mengenal tokoh kang-ouw, barangkali mengenal dia, Siauw te?"
Han Beng menggeleng kepalanya, sedikit memincingkan matanya suatu kebiasaan kalau dia berpikir-pikir. "Tidak, aku pun tidak pernah melihatnya. Akan tapi jelas bahwa dia seorang penjahat cabul!" sambungnya gemas.
"Kukira bukan hanya penjahat cabul, Siauw-te," Coa Siang Lee membantah, Kami merasa curiga bahwa dia memang datang dengan sengaja untuk memusuhi kami sekeluarga."
"Kurasa memang demikian, dan aku dapat menduga siapa dia!" Tiba-tiba terdengar suara Sim Lan Ci yang muncul dari kamar. Puteranya sudah tidur kembali dan ketika ia keluar, ia mendengar ucapan suaminya, maka ia lalu menjawab,
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
mendengar ucapan itu, Han Beng dan Siang Lee cepat memandang dengan mata bertanya.
Lan Ci duduk di dekat suaminya yang segera menegurnya.
"Bagaimana engkau bisa tahu siapa dia" Sedangkan Siauw-te Si Han Beng ini saja yang amat ini tidak mengenalnya, apalagi engkau yang selama belasan tahun tidak pernah meninggalkan dusun ini?"
"Aku juga tidak tahu, akan tetapi dapat menduganya. Lee-koko, lupakah engkau kepada orang yang amat membenci kita, yang ingin melihat kita lebih menderita daripada kematian sendiri?"
"Kau maksudkan Sin-tiauw Liu Bhok Ki?" tanya suaminya, kini nampak teringat dan terkejut pula. Mereka saling pandang sehingga tidak melihat betapa wajah tamu mereka berubah dan nampak kaget pula mendengar ucapan nyonya rumah itu.
"Siapa lagi kalau bukan Kakek Iblis yang jahat itu" Hanya dialah seorang dunia ini yang amat membenci kita dan dia akan girang sekali melihat kita hancur atau terbasmi, termasuk anak kita. Aku hampir yakin bahwa pemuda bercaping itu tentulah utusannya, entah pembantunya atau muridnya!"
"Ah, engkau benar, isteriku! Memang masuk akal sekali pendapatmu itu. Melihat kelihaiannya, agaknya memang dia itu orangnya kakek jahat Sin-tiauw Liu Bhok Ki!"
"Bukan! Dia sama sekali bukan murid Sin-tiauw Liu Bhok Ki, dan kakek yang gagah perkasa itu tidak membenci kalian, tidak ingin membunuh kalian!"
Mendengar ucapan Han Beng itu, Siang Lee dan Lan Ci cepat memandang kepadanya dan mereka merasa heran sekali "Siauw-te, engkau tadi mengatakan bahwa engkau tidak
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
mengenal pemuda bercaping itu, bagaimana sekarang bisa tahu bahwa dia bukan murid Sin-tiauw Liu Bhok Ki?"
"Karena murid Sin-tiauw Liu Bhok Ki hanya ada seorang saja, yaitu aku sendiri."
"Ahhh.........!" Suami isteri itu berseru kaget dan keduanya bangkit dari tempat duduk mereka, memandang kepada Han Beng dengan mata terbelalak. Akan tapi Han Beng tersenyum dan menggerakkan tangan memberi isarat agar tereka tenang.
"Sekarang harap Ji-wi suka menceritakan, mengapa Ji-wi menganggap bahwa orang tadi murid Suhu dan mengapa pula Ji-wi agaknya membenci Suhu dan menyebutnya kakek iblis.
Aku sebagai muridnya berhak mengetahuinya, bukan?"
Siang Lee menarik napas panjang juga isterinya dan mereka berdua lalu duduk kembali. "Maafkan kami, Siauw-te.
Bukan maksud kami menghina Suhumu, akan tetapi memang sungguh orang tua itu bagi kami amatlah jahatnya bahkan sebetulnya kamilah yang sepatutnya mendendam sakit hati kepadanya. Akan tetapi karena kejahatannya terhadap kami itu berakhir dengan baik dan membahagiakan bagi kami, maka kami mencoba untuk melupakan dia, dan karena kami masih takut terhadap dia, maka selama ini kami mengasingkan diri di dusun sunyi ini."
Hati Han Beng semakin tertarik. "Ceritakanlah, Toako.
Ceritakan saja apa adanya dengan terus terang, tidak perlu merasa sungkan kepadaku karena sudah dapat
mempertimbangkan mana benar dan mana salah. Kalau tidak demikian, tentu aku tidak akan membantu kalian tadi, bukan"
Apalagi karena sebelumnya aku pun sudah tahu bahwa kalianlah yang dicari oleh Suhu."
Kembali dua orang itu terkejut mendengar bahwa mereka dicari oleh Sin-tiauw Liu Bhok Ki, akan tetapi karena sikap Han Beng jelas baik, tidak memusuhi mereka bahkan telah menyelamatkan mereka, maka mereka pun tidak merasa ragu
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
lagi untuk menceritakan semua yang mereka alami ketika mereka menyerbu tempat tinggal Liu Bhok Ki, sekitar dua belas tahun yang lalu.
"Mendiang Ayahku bernama Coa Kun Tian, putera Hek-houw-pang di dusun Ta-bun-cung. Sungguh tidak beruntung sekali Ayah jatuh cinta kepada isteri Liu Bhok Ki yang bernama Phang Hui Cu. Mereka saling jatuh cinta dan melihat bahwa isterinya dan Ayahku saling mencinta, Liu Bhok Ki marah sekali, lalu dia membunuh Ayahku dan isterinya sendiri. Kalau saja hal itu cukup sampai di situ, kiranya aku pun akan memaklumi keadaan dan menyadari bahwa kematian Ayahku adalah karena kesalahan sendiri. Akan tetapi, ternyata tidak demikian Kakek yang kejam itu memenggal kepala Ayahku, memberi obat pengawet menggantungkan kepala Ayahku itu rumahnya! Mendengar ini, pada suatu hari, dua belas tahun yang lalu, mendatangi rumahnya untuk membalas dendam atas kematian dan penghinaan terhadap kepala jenazah Ayahku. Dan pada waktu aku tiba di sana, aku ber temu dengan isteriku ini."
"Aku pun hendak membalas dendam atas kematian Bibiku, yaitu Phang Hui Cu. Kepala Bibiku juga diawetkan dalam sebuah botol besar, direndam anggur seperti juga kepala kekasih Bibiku iti Kuanggap perbuatannya itu amat keterlaluan dan menghina sekali!" Siang Lee melanjutkan. "Kami berdua mengeroyoknya, akan tetapi kami kalah d.an dia berhasil merobohkan kami. Akan tetapi, kami tidak dibunuhnya! Dia memiliki rencana yang lebih kejam lagi untuk memuaskan hatinya. Kami diberi obat perangsang sehingga di luar kesadaran kami, kami melakukan hubungan suami isteri!
Baiknya kami memang saling tertarik dan saling mencinta, maka kami melanjutkan hubungan itu dengan ikatan suami isteri. Akan tetapi akibatnya, aku diusir oleh Kakekku di Hek-bouw-pang, dan ketika kami berkunjung ke Ibu isteriku, kami pun diusir. Maka, kami lalu menyembunyikan diri di sini dan kini sudah mempunyai seorang anak laki-laki."
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Akan tetapi, kenapa Suhu melakukan hal itu" Kenapa Suhu ingin melihat kalian menjadi suami isteri kalau memang dia membenci kalian?" tanya Han teng, tidak mengerti.
"Hal itu hanya membuktikan betapa besarnya kebenciannya terhadap kami. Dia ingin kami menjadi suami isteri untuk kemudian dia dapat menghancurkannya, seperti rumah tangganya sendiri yang hancur karena hubungan antara mendiang Ayah dan mendiang isterinya sendiri."
"Tapi........, tapi, dua orang musuhnya itu sudah terbunuh.
Mengapa kalian yang harus dibalas seperti itu?"
Kini Lan Ci yang menjawab, "Karena wajah suamiku mirip dengan mendiang, Ayahnya, dan wajahku mirip dengan mendiang Bibiku. Dia seolah-olah ingin melihat Coa Kun Tian dan Phang Hui Cu hidup kembali, menjadi suami isteri agar dia dapat membalas dengan gangguan yang sama, yaitu membikin pernikahan itu menjadi hancur berantakan."
Diam-diam Han Beng bergidik. Dan percaya akan keterangan mereka karena dia sendiri melihat betapa dua buah tengkorak manusia itu masih disimpan suhunya dan akhirnya dia yang memintanya dan menguburkannya.
Suhunya memang telah menjadi seperti gila oleh rasa cemburu yang berkobar menjadi dendam kebencian selebar lautan!
Han Beng menarik napas panjang "Aihhh, sungguh aku merasa menyesal Sekali Dan Suhu mengutus aku yang harus menghancurkan rumah tangga dan kehahagiaan kalian! Mana mungkin aku lakukan hal yang sekeji itu?"
Suami isteri itu saling pandang dan merasa betapa bulu tengkuk mereka meremang. Kalau saja pemuda perkasa ini melaksanakan perintah suhunya, bagaimana mereka akan mampu menyelamatkan diri" Memang belum tentu pemuda mi
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
akan mampu membujuk rayu dan menjatuhkan hati Lan Ci yang mencinta suaminya dan memiliki kesetiaan, tidak seperti mendiang bibinya. Akan tetapi kalau pemuda ini menggunakan kekerasan, bagaimana mereka akan mampu menghindarkan diri"
"Dan engkau tidak mengganggu kami sama sekali, bahkan menyelamatkan kami dari malapetaka, Si-siauwte" Sungguh untuk itu, kami merasa berterima kasih dan hutang budi kami semakin mendalam."
"Tidak perlu berterima kasih, Toako. Aku hanya melakukan hal yang wajar dan semestinya saja. Aku belajar silat bukan untuk melakukan kejahatan, bahkan sebaliknya, aku harus menentang kejahatan, dari mana pun juga datangnya!"
"Bagus! Omongan besar! Kiranya aku telah memelihara anak harimau, setelah besar hendak menerkam aku sendiri!'
Tiba-tiba terdengar bentakan nyaring dan nampak berkelebat bayangan orang.
"Suhu...............!"
"Liu Bhok Ki .................!" Suami isteri itu pun berseru kaget setengah mati melihat munculnya kakek yang tinggi besar itu.
Akan tetapi kakek itu berdiri tegak dan memandang kepada muridnya dengan sepasang mata terbelalak penuh kemarahan. Han Beng bersikap tenang dan dengan hormat dia pun lalu rnenjatuhkan diri berlutut di depan kakek itu.
"Si Han Beng!" bentak Kakek itu dengan suara menggeledek. "Tahukah engkau siapa aku?"
Sambil memberi hormat dan berlutut Han Beng menjawab,
"Suhu adalah Sin tiauw Liu Bhok Ki, guru tee-cu (murid) yang bijaksana."
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Hemmm, kalau engkau masih ingat apa pesanku kepadamu terhadap dua orang suami isteri itu?"
"Teecu masih ingat, Suhu. Suhu mengutus teecu untuk menghancurkan kebahagiaan keluarga ini."
"Murid gila! Lalu mengapa tidak segera kaulakukan itu?"
"Maaf, Suhu, teecu melihat bahwa mereka adalah orang baik-baik, saling mencinta dan saling setia. Karena itu teecu tidak dapat melaksanakan tugas yang Suhu berikan kepada teecu." jawaban ini diucapkan dengan suara tenang sedikit pun tidak memperlihatkan bahwa murid itu merasa takut.
Marahlah kakek gagah perkasa yan berwatak keras itu.
"Bagus! Kiranya engkau berubah menjadi seorang yang berhati lemah dan lunak sekali! Kalau engkau tidak sanggup menghancurkan mereka, biarlah aku yang akan membunuh sendiri mereka!"
Setelah berkata demikian, tiba-tiba sekali tubuh kakek tinggi besar itu meloncat ke atas dan bagaikan seekor burung rajawali menyambar calon mangsanya, dia sudah menerkam dan menyerang Coa Siang Lee dan Sim Lan Ci. Serang-Itu dahsyat bukan main karena dia sudah mengerahkan seluruh tenaganya dalam jurus maut dari Hui-tiauw Sut-kun (Silat Sakti Rajawali Terbang) itu. Betapapun lihainya suami isteri itu, kiranya menghadapi jurus maut ini mereka akan sukar untuk dapat menghindarkan diri. Dan menangkis serangan itu berarti mereka harus menghadapi gelombang tenaga yang amat dahsyat. Mereka tentu akan tewas atau setidaknya menderita luka dalam yang parah kalau melakukan tangkisan.
"Wuuuuuttttt............... desssss.!!!"
Tubuh Sin-tiauw Liu Bhok Ki terpental dan hampir terpelanting, namun Han Beng yang menangkis serangan itu
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
pun terjengkang sampai terguling-guling karena memang dia tadi tidak berani mengerahkan tenaga terlalu kuat agar tidak melukai gurunya. Dia tidak rela melihat gurunya menyerang suami isteri itu dengan jurus maut yang dia tahu amat berbahaya, maka cepat dia menangkis serangan itu dari samping.
Liu Bhok Ki sudah berdiri tegak lagi dan kini mukanya berubah merah, matanya mengeluarkan sinar berapi ketika dia memandang kepada muridnya yang kembali sudah berlutut di depan kakinya.
"Si Han Beng! Apa yang kaulakukan ini" Engkau hendak melawan aku dan melindungi dua orang musuhku ini?"
"Maaf, Suhu. Sama sekali teecu tidak berani melawan Suhu dan teecu buta melindungi Coa-toako dan isterinya, melainkan teecu harus mencegah Suhunya melakukan perbuatan yang tidak benar. Suhu, mereka ini bukanlah musuh Suhu.
Bukankah dua orang musuh Suhu telah Suhu bunuh selama bertahun-tahun, Suhu bahkan telah menyiksa tengkorak mereka" Dua orang ini sama sekali tidak bersalah kepada Suhu. Karena itu, Suhu teecu mohon agar Suhu menyadari kekeliruan tindakan ini, agar Suhu dapat membuang jauh cemburu dan dendam yang tidak pada tempatnya."
Sepasang mata itu semakin terbelalak marah. "Apa"
Engkau berani bicara seperti itu" Bagus! Engkau murid murtad engkau sudah berpihak kepada musuh oleh karena itu, engkau pun kini menjadi musuhku. Aku akan bunuh dulu engkau, baru mereka!" Berkata demikian kaki kakek itu menendang.
"Desss......... !" Tubuh pemuda itu terpental dan terbanting keras. Akan tetapi Han Beng yang sama sekali tidak melawan itu, sudah bangkit duduk, lalu berlutut kembali ke arah suhunya, memberi hormat tanpa mengusap darah yang keluar dari ujung bibirnya.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Melihat keadaan itu, Coa Siang Lee menggandeng tangan isterinya dan cepat mereka berlutut di depan kaki Liu Bhok Ki, menghalangi kakek itu menghajar muridnya.
"Lo-cian-pwe, dia adalah penyelamat nyawa kami. Jangan Lo-cian-pwe membunuh dia. Kalau Lo-cian-pwe menghentikan nyawa kami, silakan, kami menyerahkan nyawa kami kepadamu!"
Melihat dua orang suami isteri itu berlutut di depan kakinya dan minta dibunuh untuk menyelamatkan Han Beng, ! Liu Bhok K i menjadi bengong. Pada saat itu, terdengar suara anak kecil. "Ayah.......... Ibu..........!" dan muncullah Thian Ki.
Anak itu mencari-cari dengan pandang mata nya. Ketika melihat mereka itu berlutut di depan kaki seorang kakek yang tinggi besar, Thian Ki lalu berlari menghampiri mereka, dan dia pun ikut-ikutan berlutut di depan kakek itu!
Melihat ini, Sin-tiauw Liu Bhok Ki menjadi semakin bengong. Tadinya di melihat Coa Siang Lee sebagai Coa Ku Tian dan Sim Lan Ci sebagai Phang Hui Cu, akan tetapi kini dia melihat mereka sebagai sepasang suami isteri dengan seorang anak mereka.
"Lo-cian-pwe, kami ibu ayah dan anak menyerah kepada Lo-cian-pwe, dan mohon Lo-cian-pwe suka mengampuni Adik Si Han Beng." kata Sim Lan Ci.
Hati kakek itu seperti ditusuk-tusuk rasanya. Dia menunduk dan memandang mereka, dan kebetulan Thian K i menengadah. Pandang mata mereka bertemu dan seketika Sin-tiauw Liu Bhok Ki menjadi lemas. Entah daya kekuatan apa yang terkandung dalam sepasang mata anak berusia tiga tahun itu! Mata yang bebas dari perasaan hati dan akal pikiran, sepasang mata yang menyinarkan suatu yang suci, seperti mata malaikat, atau mata yang mengandung sinar mata kasih dan kekuasaan Tuhan, yang ampuh melumpuhkan dan mencairkan semua kekerasan yang menggumpal di dalam hati
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Sin-tiauw Liu Bhok Ki! Pada saat pertemuan pandang mata itu, seketika Liu Bhok Ki menyadari akan semua sepak terjangnya yang dipenuhi nafsu dendam kebencian yang timbul dari cemburu. Baru dia merasa betapa jahat dan kejamnya dia selama ini dan tak dapat ditahannya lagi, kakek itu meringis sampai mengguguk!
Melihat keadaan suhunya ini, Han Beng merasa terkejut, heran dan juga terharu. Dia merasa bersalah, mengira ihwa karena dia tidak mentaati gurunya maka orang tua itu kini merasa menyesal dan menangis. Dia segera berlutut dan menyentuh ujung sepatu gurunya.
"Suhu, ampunkan teecu...............!"
Liu Bhok Ki menangis semakin sedih, sampai terisak-isak dan sesenggukan, kedua tangan menutupi mukanya. Air mata mengalir keluar dengan derasnya melalui celah-celah jari tangannya. Seolah-olah semua gumpalan yang tadinya membeku di dalam dirinya telah mencair dan menjadi air mata, kini tertumpah keluar semua. Dadanya terasa lapang dan dia lalu menurunkan kedua tangannya, memegang kedua pundak muridnya dan menariknya berdiri.
"Han Beng, kau maafkan Suhumu........ Kemudian dia menyentuh kepala Sian Lee dan Lan Ci sambil berkata,
"Kalian.............. kalian maafkanlah semua perbuatanku yang lalu............."
"Lo-cian-pwe.......... !" Sim Lan Ci kini menangis, tidak dapat menahan keharuan hatinya mendengar betapa kakek yang keras hati itu kini menangis dan minta maaf padanya.
Liu Bhok Ki kini membungkuk mengangkat Thian Ki dalam pondongannya. Anak itu sama sekali tidak merasa takut, merangkul leher kakek itu dan terdengar suaranya yang merdu.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kong-kong (Kakek), kenapa engkau menangis?"
Pertanyaan itu membuat air mata makin deras keluar dari kedua mata Liu hok Ki, akan tetapi mulutnya tersenyum dan dia mengejap-ngejapkan mata memandang wajah yang mungil, tampan dan merah itu. Senyumnya makin melebar dan akhirnya dia pun tertawa bergelak gelak. Suara ketawanya menggetarkan keadaan sekitarnya dan belum pernah Han Beng-mendengar gurunya tertawa seperti itu, bebas lepas dan ini merupakan tanda bahwa orang tua itu telah benar-benar terbebas dari siksaan batin berupa racun dendam kebencian.
"Ha-ha-ha............ Cucu yang baik, siapakah namamu?" Dia mengakhiri tawanya dan menimang Thian Ki.
"Namaku Coa Thian Ki, Kong-kong." kata anak itu manja.
"Bagus! Terima kasih, Thian Ki, terima kasih Cucu yang baik........!" Dia menurunkan anak itu, kemudian menoleh kepada Han Beng.
"Han Beng, engkau benar, lanjutkan perjalanan dan pertahankan sikapmu yang tadi. Aku bangga menjadi gurumu."
"Teecu akan mentaati pesan Suhu."
"Dan kalian, Coa Siang Lee dan Sim Lan Ci, kalian jaga baik-baik anak kalian ini, jangan biarkan dia menjadi hamba kekerasan seperti kita. Kalian benar anak ini tidak perlu diperkenalkan dengan ilmu silat dan kekerasan! Nah, selamat tinggal semua. Han Beng, kalau engkau perlu bertemu denganku, aku berada di Kim-hong-san!" Setelah berkati demikian, kakek itu berkelebat dan lenyap dari situ.
Coa Siang Lee dan Sim Lan Ci saling pandang, maklum bahwa tentu kakek itu sejak kemarin membayangi mereka sehingga mendengar pula percakapan mereka tentang
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
maksud mereka untuk tidak memperkenalkan Thian Ki dengan ilmu silat dan kekerasan. Kemudian mereka teringat akan keadaan mereka, lalu mereka berdua menghampiri Han Beng yang juga sudah bangkit berdiri.
"Kami harap Si Siauw-te suka tinggal di sini bersama kami.
Kami sunggu berterima kasih sekali, Siauw-te. Ternysta engkau seorang yang budiman, sampai rela hampir mengorbankan nyawa demi keselamatan kami. Entah bagaimana kami akan mampu membalas budimu." kata Siang Lee, sedangkan Sim Lan Ci juga mengangguk-angguk membenarkan dan memandang kepada pemuda perkasa itu dengan sinar mata penuh kagum dan rasa sukur, sedangkan Thian Ki berada dalam pondongan ibunya, matanya kini nampak mengantuk karena beberapa kali tidurnya terganggu.
"Sudahlah, Toako. Tidak perlu bersungkan-sungkan. Kalian sendiri tadi juga rela mengorbankan nyawa untuk menolongku.
Malam ini biar aku berada di sini, untuk menjaga kalau-kalau pemuda bercaping itu datang kembali. Besok aku akan melanjutkan perjalanan dan sebaiknya, menurut pendapatku, kalau kalian pindah saja ke lain tempat. Aku khawatir kalau pemuda jahat itu muncul kembali untuk mengganggu kalian."
Siang Lee dan isterinya saling pandang. "Kami tidak akan pindah, Siauw-te.
Pengalaman ini menyadarkan kami bahwa demi melindungi keluarga sendiri kami berdua harus selalu bersiap-siap. Kami akan diam-diam berlatih dan selalu waspada dan mempersiapkan senjata. Kalau kami maju berdua dengan senjata di tangan, kiraku penjahat bercaping itu belum tentu akan mampu mengalahkan kami." Isterinya mengangguk membenarkan. Apa perlunya pindah" Kalau memang hendak mengejar, tentu penjahat itu mampu mencari kami. Lebih baik tetap tinggal disitu akan tetapi berhati-hati.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Han Beng mengangguk-angguk. Dia tadi juga sudah menyaksikan kelihaian mereka. Kalau mereka berlatih dan selalu mempersiapkan pedang, kiranya tidak akan mudah bagi penjahat bercaping tadi untuk mengalahkan suami isteri ini.
"Baiklah, kalau begitu, aku akan meninggalkan semacam latihan sin-kang untuk kalian, karena dengan sin-kang yang agak lebih kuat, kiranya penjahat itu tidak akan mampu menandingi kalian berdua."
Tentu saja suami isteri itu menjadi girang bukan main.
Setelah Thian Ki tidur kembali, Han Beng lalu malam itu juga mengajarkan cara melatih dan memperkuat tenaga sakti kepada suami isteri itu.
Pada keesokan harinya, setelah lewat tengah hari, barulah Han Beng meninggalkan suami isteri yang amat berterima kasih kepadanya itu. Bahkan Coa Siang Lee berhasil membujuk Han Beng mau mengaku sebagai saudara angkat.
Upacara sederhana mereka lakukan di depan meja sembahyang. Han Beng menyebut toako dan so-so (kakak ipar perempuan) kepada suami isteri itu dan mereka menyebutnya siauw-te. Thian Ki yang masih kecil itu pun sebentar saja akrab dengan Han Beng dan menyebutnya paman.
Ketika Han Beng pergi, suami isteri itu menjadi sedemikian terharu sehingga keduanya mengantar sampai ke tepi dusun dan ketika pemuda itu pergi, mereka tak dapat menahan mengalirnya air mata keharuan. Mereka yang sudah belasan tahun merasa terasing dan tidak pernah berhubungan dengan keluarga, seolah-olah ditinggal pergi adik sendiri yang amat berbudi dan berjasa, yang amat mereka kasihi.
ooOOoo KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Kota Siong-an hari itu nampak ramai. Kota yang berada dekat tepi Sunga Huang-ho ini memang merupakan kota yang penting bagi para pedagang. Letaknya di daratan tinggi, lebih tinggi dari sungai sehingga di waktu Sungai Kuning itu mengamuk dengan banjirnya sekali pun, kota ini tidak pernah terendam air Karena itu, banyak orang kaya dari daerah pedusunan memiliki rumah di kota ini sebagai tempat pengungsian kala musim hujan tiba. Selain itu, juga menjadi penampung barang dagangan yang datang melalui sungai.
Sebagai kota dagang yang banya dikunjungi pedagang dari kota lain, yan terutama sekali membutuhkan baha bangunan, kayu yang baik, dan juga rempah-rempah, kota Siong-an cepat berkembang dan di situ kini banyak terdapat rumah penginapan dan rumah makan.
Rumah makan Hotin merupakan rumah makan terbesar di kota Siong-an. Bukan hanya terbesar, melainkan juga terbaik dan terkenal dengan hidangan yang lengkap dan lezat, dari yang murah sampai yang termahal. Karena itu, hampir setiap hari, bahkan sampai jauh malam, restoran ini dikunjungi banyak orang dari segala golongan. Para pedagang besar yang menjamu para tamunya, para pedagang dari lain kota, tentu mempergunakan restoran itu sebagai tempat pesta dan pertemuan. Juga mereka yang melancong ke kota Siong-an, untuk berperahu di Sungai Huang-ho atau hanya berbelanja di kota yang ramai dan penuh dengan toko itu, tidak lupa untuk makan pagi, makan siang, atau makan malam di restoran Hotin. Ruangannya luas, ada lotengnya, dapat menampung tamu lebih dari seratus orang. Ada belasan orang pelayan yang sigap dan trampil, seorang kasir yang ramah dan juru-juru masak yang berpengalaman. Baru memasuki ruangan restoran itu saja, para tamu sudah disambut aroma masakan yang sedap dari dapur sehingga selera mereka segera timbul dan perut mendadak terasa semakin lapar. Juga di restoran itu dijual arak Hang-couw yang amat terkenal manis, harum, dan daya mabuknya lembut.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Hari itu, sejak pagi kota Siong-an sudah ramai sekali karena hari itu orang orang sibuk mempersiapkan pesta perayaan tahun baru Imlek! Seperti biasa jauh hari sebelumnya, pasar mendadak menjadi lebih ramai, toko-toko juga penuh dengan orang yang berbelanja untuk keperluan sembahyang dan pakaian baru. Dan hari itu merupakan hari terakhir karena besok adalah hari tahun baru.
Restoran Hotin, sejak pagi sudah kebanjiran tamu. Kurang lebih jam delapan pagi, seorang gadis memasuki restoran yang penuh tamu itu. Kemunculan gadis ini tentu saja menarik perhatian bukan hanya karena ada seorang gadis muncul seorang diri di rumah makan umum, melainkan terutama sekali karena gadis itu bukan gadis sembarangan. wajahnya cantik jelita dan manis sekali, bibirnya yang merah basah tanpa gincu itu selalu tersenyum lucu, sikapnya lincah dan matanya kocak jenaka. Pakaiannya indah walaupun tidak mewah, dengan warna merah muda. Rambutnya yang digelung ke atas itu dihias burung merak dari perak, dan punggungnya nampak sebuah buntalan kain kuning. Ujung kain itu diikatkan di dadanya.
Dari sikap, juga dari buntalan kain kuning di punggung, mudah diketahui bahwa ia adalah seorang gadis kang-ouw yang biasa melakukan perjalanan seorang diri. Akan tetapi laki-laki mana yang tidak tertarik melihat wajah yang demikian cantik jelita dan bentuk tubuh yang demikian indahnya"
Semua tamu yang melihatnya, tak mudah melepaskan pandang mata mereka yang melekat pada wajah dan tubuh itu. Namun, gadis berpakaian merah muda itu tidak peduli.
Agaknya sudah biasa ia menghadapi tatapan mata seperti itu dan satu-satunya cara terbaik untuk menghadapi kegenitan para pria yang memandangnya adalah pura-pura tidak melihat kekaguman mereka dan tidak peduli. Ia tahu bahwa sekali dilayani atau ditanggapi, kekurangajaran para pria itu akan semakin melonjak. Bukan ia tidak berani menanggung akibatnya, akan tetapi kalau ia harus menghajar setiap orang
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
pria yang bersikap kurang ajar, maka setiap langkah tentu ia akan berurusan dengan seorang pria!
Ketika seorang pelayan restoran it menyambutnya dengan sikap hormat da ramah, gadis itu pun mengikuti pelayan yang mengantarnya ke sebuah meja yang masih kosong, agak di pinggir. Meja itu kecil, diperuntukkan empat orang dengan empat buah bangku. Gadis itu menurunkan buntalan kuning, meletakkannya di atas meja dan dengan sikap gembira seolah-olah di situ tidak ada puluhan pasang mata pria menatapnya, ia memesan makanan kepada Si Pelayan.
"Masakan apa saja yang paling leza t di rumah makan ini?"
tanyanya kepada pelayan itu.
Pelayan itu mengerutkan alisnya, mengamati gadis itu penuh perhatian. Bukan seorang gadis miskin, akan tetapi juga tidak dapat dikatakan seorang gadis bangsawan atau kaya raya, melihat pakaian dan perhiasan yang dipakainya.
Bara Dendam Menuntut Balas 2 Pedang Keramat Thian Hong Kiam Karya Kho Ping Hoo Pendekar Cacad 4
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama