Ceritasilat Novel Online

Pendekar Penyebar Maut 27

Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono Bagian 27


"Ohh, ci-ci.....!" Souw Lian Cu menjerit kecil, lalu
menyembunyikan mukanya di dada Chu Bwee Hong. "Ci-ci, mengapa kau tak mau menjadi isteri ayahku ?"
"Ahh......,bocah manja ! Kau ini ada-ada saja. Sebenarnya
akulah yang harus bertanya kepadamu. Adakah ayahmu itu
masih mau mengawini seorang wanita kotor seperti aku ini?"
Chu Bwee Hong balik bertanya.
"Apa" Siapa yang berani mengatakan ci-ci seorang wanita kotor" Huh! Aku tidak terima. Akan kutantang orang itu!
Dan........ apabila ayahku yang mengatakannya........ hmmh, aku tidak akan menganggapnya sebagai ayah lagi !" Souw
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lian Cu melepaskan diri dari pelukan Chu Bwee Hong dan
berseru marah. "Hei........ kau jangan berkata seperti itu. Itu berdosa......."
dengan halus Chu Bwee Hong menarik lengan gadis itu
kembali. "Tapi ayahpun juga berdosa pula jika mengatakan seperti itu!"
"Aaa....... sudahlah! Mengapa mesti marah-marah terus begitu?"
"Tapi bagaimana dengan ci-ci" Mau tidak dengan ayahku?"
Souw Lian Cu masih terus mendesak dengan penasaran.
Chu Bwee Hong memalingkan mukanya seraya menghela
napas dalam-dalam. Berat juga rasanya bagi wanita ayu itu
untuk mengatakan apa yang tersembunyi di dalam hatinya,
meskipun hanya kepada Souw Lian Cu yang telah
dianggapnya sebagai anaknya pula.
"Bagaimana, ci-ci?" Souw Lian Cu yang masih tetap
penasaran itu mendesak lagi.
Chu Bwee Hong menatap Souw Lian Cu kembali. "Baiklah!
Semuanya terserah kepada ayahmu.........." akhirnya wanita ayu itu mengalah.
"Horeee.........!" seperti anak kecil Souw Lian Cu menghambur ke dalam pelukan Chu Bwee Hong.
"Lian Cu, lihatlah! Kau jangan buru-buru bergembira dulu !
Sekarang ayahmu yang dalam kesulitan!" Chu Bwee Hong
tiba-tiba menunjuk ke arah pertempuran.
"Ohhh !" "Hei! Put-ceng-li Lo-jin memainkan ilmu Bidadari
Bersedih....." Chu Bwee Hong berteriak lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ternyata keadaan di dalam pertempuran itu memang telah
berubah. Souw Thian Hai yang semula mendesak Put-ceng-li
Lo-jin dengan pukulan-pukulan merah-putihnya, kini tampak
mundur terus menghadapi ilmu silat Put-ceng-li Lo-jin!
Ternyata ketua Aliran Bing-kauw itu kini mengubah cara
bersilatnya. Kalau tadi kakek itu bergerak dengan cepat, kasar dan aneh, sekarang kakek itu bergerak dengan halus dan
lemah lembut bagaikan seorang bidadari menari. Tentu saja
gerakannya itu membuat dirinya menjadi lucu dan
menggelikan. Meskipun demikian jurus-jurus yang ia keluarkan ternyata sangat mengejutkan Souw Thian Hai!
Bagaikan seorang bidadari yang benar-benar lagi bersedih,
Put-ceng-li Lo-jin membuat gerakan-gerakan yang
mencerminkan kesedihan dan kepiluan hatinya. Demikian
sempurnanya kakek itu menghayati ilmu itu sehingga dari
mulut dan hidungnyapun kadang-kadang terdengar suara isak
dan sedu-sedan perlahan. Malahan seringkali secara tak
terduga kakek tersebut menangis menjerit-jerit.
Pada suatu saat Put-ceng-li Lo-jin menyerang Souw Thian
Hai dengan jurusnya Mengusap Air Mata Membanting Cermin.
Tapi tak terduga Souw Thian Hai yang telah terpaksa itu justru menyongsong serangan itu dengan pukulan gandanya. Maka
gerakan membanting cermin itu menjadi urung dilakukan, dan sebaliknya seperti seorang bidadari yang sungguh-sungguh
sedang bersedih, Put-ceng-li Lo-jin membuat gerakan seorang wanita yang sedang berputus asa. Dengan gerakan yang tak
terduga pula kakek itu menubruk ke arah pukulan Souw Thian Hai malah!
Tentu saja Souw Thian Hai menjadi kaget, bingung dan
sekaligus bercuriga pula! Jangan-jangan semua itu cuma
gertakan atau jebakan untuknya. Oleh karena itu secara tidak sadar Souw Thian Hai lalu menahan pukulannya.
Tapi waktu yang hanya sedetik itu ternyata benar-benar
dimanfaatkan oleh Put-ceng-li Lo-jin, atau memang inilah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keistimewaan Ilmu Silat Bidadari Bersedih itu. Secara tak
terduga dan dalam tempo yang sangat mendadak, tiba-tiba
kakek yang hendak bunuh diri itu menggeliatkan badannya,
tahu-tahu pergelangan tangan Souw Thian Hai telah
dipegangnya. Dan sebelum Souw Thian Hai menyadari
keadaannya, tahu-tahu tubuhnya yang tinggi besar itu telah jatuh berdebam di atas pasir.
Cepat pendekar sakti itu mengerahkan lwee-kang ke
lengannya, berjaga-jaga untuk menangkis serangan
berikutnya. Tapi lagi-lagi pendekar itu terkecoh. Lawannya yang seharusnya memanfaatkan keadaannya yang sulit,
karena tak punya kesempatan untuk mengelak itu justru
membalikkan tubuh dan bersiap untuk pergi malah! Sekali lagi Souw Thian Hai menjadi bingung. Sedetik ia ternganga.
Tapi waktu yang sedetik itu lagi-lagi dimanfaatkan oleh Put-ceng-li Lo-jin dengan telak! Secara tak terduga ketua Bing-kauw itu menjatuhkan diri dan tumitnya mengait ke belakang!
Bressss! Souw Thian Hai terlempar ke belakang dengan
lengan kanan lumpuh! "Gila! Ilmu apa ini..........?" pendekar itu berdesah menahan sakit.
Put-ceng-li Lo-jin tertawa. "Nah, kedua lenganmu yang
berbahaya itu telah lumpuh salah satu, hahaha........!
Ketahuilah! Ilmu ini adalah Ilmu Silat Bidadari Bersedih !
Dan.....jurus yang baru kulakukan itu adalah jurus Selir Kui Hui Bermain Sandiwara. Bagus tidak.....?" kakek itu berkata genit seperti wanita.
Sementara itu dengan hati berdebar-debar Souw Lian Cu
mencengkeram pergelangan tangan Chu Bwee Hong.
"Ci-ci, aku takut kalau ayahku kalah......semuanya bisa hancur nanti ! Ahh, ternyata aku telah salah menduga orang.
Ketua Bing-kauw itu ternyata lihai sekali."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aaaah.......!" Chu Bwee Hong berdesah puIa tak kaIah tegangnya.
Karena sama-sama gelisah dan tegangnya, maka kedua
perempuan itu saling beremas tangan tanpa terasa.
Sekali lagi terdengar Put-ceng-li Lo-jin tertawa gembira.
Kakek yang suka sekali berkelahi itu seperti mendapatkan
hiburan dan kegembiraan dari pertempurannya tersebut.
Suatu kenyataan, dimana dari kalah lalu menang itu benarbenar sangat memuaskannya. Rasa-rasanya kalau nanti
menjadi kalah lagipun ia takkan merasa kecewa.
"Ayoh ... Souw Thian Hai ! Kerahkan semua kepandaianmu!
Kalahkan ketua Bing-kauw ini! Rebutlah calon isterimu ini dari tanganku, hehehe......!"
"Hmmh !" Souw Thian Hai menggeram. Tangan kirinya sibuk
membersihkan pasir yang melekat pada bajunya, sementara
tangan kanannya tergantung lumpuh di sisi badannya.
"Hmm, kau jangan buru-buru bergirang hati dahulu !
Meskipun untuk sementara tangan kananku lumpuh, tapi itu
tidak berarti aku akan kalah denganmu. Lihatlah........!"
pendekar itu membentak. Beberapa saat kemudian mata Put-ceng-li Lo-jin terbelalak.
Dengan sangat heran kakek itu melihat lawannya mulai
bersilat hanya dengan separuh badan saja. Dengan sangat
gesit dan lincah Souw Thian Hai menggerakkan tubuh bagian
kirinya seperti orang kidal saja. Tangan kanan dan kaki
kanannya ia biarkan saja terayun kesana kemari mengikuti
gerakannya. Dan pendekar sakti itu sedikitpun tidak merasa terganggu oleh kaki tangan itu.
Dan Put-ceng-Ii Lo-jin buru-buru meloncat mundur ketika
secara tiba-tiba tangan Souw Thian Hai tersebut menyambar
ke arah mukanya. Dan hembusan udara panas terasa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyengat kulit, sehingga kakek itu merasa seperti ada bau rambutnya yang terbakar.
"Bangsat! Kau memang hebat! Tapi, bagaimanapun juga
kau takkan menang melawan aku. Sebab dengan anggauta
badan lengkap saja kau tak mampu, apalagi sekarang kau
hanya melawan dengan separuh badan. Oh-ho-ho .... sungguh
malang benar nasibmu !" ketua Bing kauw itu mengejek.
Tapi Souw Thian Hai tak mengacuhkannya. Pendekar itu
justru bergerak semakin lincah dan cepat. Kaki kirinya
bergerak, bergeser dan berloncatan dengan tangkasnya,
seolah-olah sejak lahir pendekar itu memang hanya berkaki
satu. Sedangkan tangan kirinya tampak berkelebatan pula tak kalah gesitnya. Menotok, memukul, menabas dan
mencengkeram ke tempat-tempat yang berbahaya dengan
ganasnya. Sementara dari dalam tangan itu keluar hawa
panas dan dingin silih berganti.
"Demit ! Setan ! Iblissss ....!" Put-ceng-li Lo-jin mengumpat tiada habisnya, begitu mendapat kenyataan bahwa lawannya
tidak bertambah lemah, tapi justru menjadi berlipat ganda
kekuatannya. Tampaknya, dengan hanya mempergunakan
separuh badan, pendekar sakti itu malah bisa memusatkan
seluruh kemampuannya ke satu arah saja, sehingga kekuatan
yang dia hasilkan juga bertambah besar pula.
Oleh karena itu pertempuran merekapun tidak menjadi
susut, tapi 'semakin berkembang menjadi dahsyat malah !
Souw Thian Hai dengan ilmu silat separuh badannya justru
semakin bertambah hebat dan mendebarkan hati, sementara
lawannya, dengan Ilmu Silat Bidadari Bersedihnya ternyata
juga mampu mengecoh dan membingungkan Souw Thian Hai
pula. Sehingga alhasil untuk sementara waktu belum dapat
dipastikan, siapa yang kalah atau menang nantinya. Apalagi setelah mempunyai kesempatan, ketua aliran Bing-kauw itu
dapat pula menyisipkan Koai-jing-kun dalam setiap
serangannya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara itu, di tepi muara Sungai Huang-ho, Chin Yang
Kun telah dapat mendarat pula dengan selamat. meskipun
tempat pendaratannya jauh lebih ke hilir dari tempat
pendaratan Souw Thian Hai tadi. Dengan pakaian basahkuyup pemuda itu mencari jalan menuju ke dusun tempat
bermukim para perajurit itu.
Tapi ketika sampai di rimba batu raksasa itu, tiba-tiba Chin Yang Kun mendengar suara Souw Thian Hai memanggil
puterinya. Suara itu keras sekali dan datang dari arah pantai !
Chin Yang Kun membalikkan badannya lalu dengan
tergesa-gesa berlari ke arah suara itu. Tapi ketika tiba di dataran pasir luas itu, tiba-tiba Chin Yang Kun melihat
berkelebatnya beberapa sosok bayangan, melintas di tempat
terbuka itu pula. Di dalam kegelapan, beberapa sosok
bayangan itu tampak menyelinap di antara batu-batu karang
hitam, untuk kemudian tak kelihatan Iagi.
"Eh........ siapakah mereka itu tadi " Ilmu meringankan tubuh mereka rata-rata sangat tinggi. Mereka tentu bukan
tokoh-tokoh sembarangan."
Karena belum mengetahui siapa mereka itu, maka Chin
Yang Kun juga tak ingin diketahui pula oleh mereka. Dengan jalan mengendap-endap pemuda itu merangkak di antara
batu-batu karang yang bertonjolan di atas hamparan pasir
hitam tersebut. Di antara gemuruhnya angin dan deburan
ombak, pemuda itu mendengar suara orang bercakap-cakap di
tepi pantai. "Suara siapakah itu " Mungkinkah suara itu suara Hong-gi-hiap Souw Thian Hai " Tapi dengan siapa ia bercakap-cakap"
Apakah dengan salah seorang dari bayangan yang kulihat tadi
?" Tiba-tiba suara percakapan itu berhenti. Tapi sekejap
kemudian terdengar suara yang lain. Suara pertempuran.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Suara pertempuran " Siapa........?" Chin Yang Kun terkejut.
Sambil menundukkan tubuhnya, Chin Yang Kun berlari
diantara batu-batu karang itu. Pemuda itu sengaja mengambil jalan memutar yang lebih aman, dari pada lewat di atas
hamparan pasir yang terbuka itu. Makin dekat ke bibir laut, suara itu semakin jelas dan keras. Malahan sayup-sayup telah terdengar suara makian dan umpatan pula.
"Ah, rasa-rasanya aku pernah mendengar suara seperti
itu...,.." Chin Yang Kun berdesah dan berlari semakin tak
sabar. Karena tegangnya pemuda itu melompat begitu saja ketika
di depannya menghalang sebuah batu karang besar. Tapi
pemuda itu terkejut bukan kepalang ketika kakinya hampir
saja menginjak sesosok tubuh manusia yang sedang
bersembunyi di balik batu karang tersebut. Dan pemuda itu
semakin menjadi kelabakan tatkala orang yang mau diinjaknya itu menyerangnya! Sebilah pisau pendek tampak berkelebat ke arah perutnya.
"Heit.......!" terdengar suara nyaring seorang wanita.
Chin Yang Kun menarik kakinya, kemudian memutar
badannya ke samping, setelah itu baru menjatuhkan tubuhnya ke pasir. Tapi dengan meminjam daya tolaknya, tubuh
pemuda itu dapat melenting ke atas kembali. Lalu dengan
manis, kakinya hinggap di atas batu karang besar tersebut.
"Bagus !" wanita itu berseru kagum dan siap untuk menyerang lagi.
"Hah" Kau lagi.......!" Chin Yang Kun yang lolos dari maut itu berseru perlahan begitu mengenali orang yang baru saja menyerangnya itu.
"Huh, kau juga !" wanita yang tak Iain dan tak bukan adalah Siau Put-sia atau Put-sia Nio-cu itu cemberut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan keduanya tak jadi meneruskan perkelahian mereka.
Chin Yang Kun melompat turun sambil menghela napas
lega. Matanya yang tajam luar biasa itu menatap wajah Siau Put-sia yang cantik bagaikan bulan purnama itu. Wajah yang cantik itu tampak kemerah-merahan karena marah.
"Hmm........ kau ini suka benar main sembunyi-sembunyian.
Apa yang hendak kaulakukan di tempat ini?" Chin Yang Kun bertanya dengan bibir tersenyum, ingat akan pertemuannya
dengan gadis itu di Kuil Delapan Dewa dulu.
Tapi mulut yang indah itu semakin cemberut. Matanya yang
lebar tampak berkilat-kilat di dalam kegelapan.
"Aku bersembunyi di sini atau di mana saja, apa pedulimu "
Kaupun juga ada di sini, lalu apa pula yang hendak
kaukerjakan" Mau mengintip aku" Kaukira malam-malam
begini aku mau mandi di Iaut, ya.......?" Siau Put-sia menjawab dengan kata-katanya yang pedas.
Kulit muka Chin Yang Kun merah seketika ! Lidahnyapun
menjadi kaku pula dengan mendadak. Kata-kata gadis itu
memang keterlaluan sekali.
"Kurang ajar, lidahmu tajam benar! Tak seharusnya kata-kata atau ucapan seperti itu keluar dari mulut seorang gadis sopan........." Chin Yang Kun yang merasa tersinggung itu
menggeram. Tapi melihat lawannya menjadi marah, gadis itu justru
tertawa sekarang. Dan ketika tertawa gadis itu sama sekali tak berusaha untuk menutup mulutnya. Mulutnya terbuka lepas,
sehingga suaranyapun sampai terdengar nyaring dan keras.
"Hihihi-haha.....gadis sopan" Apa itu" Hihi-haha.....! Kau tahu siapa aku ini" Namaku Put-sia Nio-cu, yang artinya
adalah Gadis Yang Tak Tahu Adat ! Dan guruku adalah Putceng-li Lo-jin atau Orang Tua Yang Tahu Aturan! Nah .......
apa artinya sebutan gadis sopan itu bagiku ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Chin Yang Kun terdiam, mulutnya meringis. Pemuda itu
menjadi salah tingkah. Tersenyum salah, tidak tersenyumpun juga salah. Menghadapi Siau Put-sia ternyata Chin Yang Kun selalu dibuat tak berdaya. Oleh karena itu Chin Yang Kun lalu beranjak dari tempatnya dan tak mau berdebat lagi.
Tapi dengan cepat Siau Put-sia melompat menghalanghalanginya. Sambil bertolak pinggang gadis itu menudingkan jari telunjuknya.
"Hei ! Enak saja mau pergi setelah tiba-tiba mau
membunuh orang........." gadis itu membentak.
"Mau membunuh orang" Siapa yang mau membunuh
orang" Kurang ajar! Kau jangan bicara sembarangan !" Chin
Yang Kun berseru marah. "Huh........ kaulah yang bicara sembarangan! Lelaki macam apa itu" Berani berbuat tidak berani bertanggung jawab !
Coba, siapakah yang mau menginjak punggungku tadi" Ayo
jawab!" "Ya, benar......memang aku ! Tapi........bukankah aku tidak sengaja ?"
"Sengaja atau tidak sengaja....... mana aku tahu" Yang terang, kalau kakimu tadi benar-benar menginjak
punggungku, bukankah tulang punggungku bisa patah" Nah,
kalau tulang itu patah, masakan aku bisa hidup lagi" Bukankah dengan demikian sama saja engkau membunuh aku?"
"Tapi.....ah, sudahlah! Aku tak mau berdebat lagi
denganmu ! Membuang-buang waktu saja. Aku akan pergi
sekarang......." Chin Yang Kun menggeram lalu membalikkan tubuhnya, terus melompat pergi.
Pemuda itu sengaja mengerahkan gin-kangnya, sehingga
sekejap kemudian tubuhnya telah lenyap ditelan oleh
kegelapan malam. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Huh ! Awas kau........! Akan kucincang sampai lumat kalau kuketemukan nanti!" Siau Put-sia yang telah kehilangan jejak Chin Yang Kun itu mengancam.
Lega hati Chin Yang Kun setelah dapat melepaskan diri dari libatan gadis liar itu. Dengan sangat hati-hati pemuda itu lalu meneruskan langkahnya. Suara pertempuran itu semakin jelas terdengar ke telinganya. Dan suara-suara ucapan itu juga
semakin jelas nada dan kata-katanya.


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ahh....... suara Put-ceng-li Lo-jin ?" pemuda itu bergumam di dalam hatinya.
Benarlah. Begitu tiba di tepi laut, Chin Yang Kun melihat
ketua Bing-kauw itu sedang bertempur dengan Hong-gi-hiap
Souw Thian Hai. Dan tidak jauh dari arena pertempuran itu, tampak dua orang wanita sambil berpelukan, menonton
dengan wajah tegang dan gelisah.
Chin Yang Kun cepat bersembunyi di balik batu karang lagi.
Hatinya berdebar. Salah seorang dari wanita itu adalah Souw Lian Cu, gadis yang selama ini selalu menggoda dan
menggelisahkan hatinya. "Oh....... jadi ayah dan anak itu telah saling bertemu.
Tapi....... siapakah wanita di samping Souw Lian Cu itu"
Dan.....kenapa Souw Tai-hiap sampai bertempur dengan Putceng-li Lo-jin?" pemuda itu membatin.
Otak Chin Yang Kun cepat berputar. Pemuda itu segera
menghubung-hubungkan semua hal yang pernah didengarnya
selama ini. Tiba-tiba pemuda itu ikut menjadi tegang pula.
"Hei ! Wanita yang berada di samping Souw Lian Cu itu tentu adik Chu twa-ko yang menjadi isteri Put-ceng-li Lo-jin itu
! Ah.......benar. Kalau begitu, aku tahu sekarang, kenapa
ketua Bing-kauw itu bertempur dengan Souw Tai-hiap." Chin Yang Kun berkata di dalam hatinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena merasa terlalu jauh dan kurang jelas, maka pemuda
itu lalu berusaha mencari tempat yang lebih dekat lagi.
Dengan sangat hati-hati ia merangkak dan merayap kedepan,
menuju ke sebuah tumpukan batu-batu karang besar, tidak
jauh dari arena pertempuran.
Tapi kedatangan Chin Yang Kun di sana segera disambut
oleh sesosok bayangan lain, yang ternyata telah lebih dahulu berada di tempat tersebut. Mula-mula pemuda itu menyangka
bahwa orang itu adalah Put-sia Nio-cu, karena bayangan itu juga bertubuh kecil langsing seperti layaknya seorang
perempuan pula. Tapi setelah orang itu berbalik dan
menyerang dengan pedang panjangnya, maka Chin Yang Kun
segera melihat perbedaannya. Wanita ini agak lebih tinggi, lebih masak dan lebih dewasa bentuk tubuhnya. Ditambah lagi gerak-gerik dan cara bersilatnyapun ternyata juga berbeda
sekali. Pedang panjang itu meliuk dari bawah ke atas, menuju ke
arah ulu hati Chin Yang Kun, dengan cepat sekali dan seolah-olah tidak mengeluarkan suara atau angin sama sekali. Tahutahu ujung pedang panjang itu sudah tinggal sejengkal saja lagi dari dada Chin Yang Kun.
Sedetik lamanya pemuda itu terhenyak di tempatnya. Lagilagi seorang yang berkepandaian tinggi telah menyerangnya !
Dan....... Iagi-Iagi ia tak mempunyai kesempatan untuk
mengelakkannya. Rasa-rasanya semua kegesitan dan
kelincahan geraknya selama ini selalu terasa lamban bila
berhadapan dengan jago silat kelas satu. Untunglah
Iweekangnya sangat tinggi, sehingga setiap kali dipaksa untuk adu tenaga, ia selalu menang.
"Ah, benar juga ucapan Put-pai siu Hong-jin itu. Aku ini diumpamakan seekor naga yang kuat dan bertenaga besar,
tapi sangat lamban gerakannya........" Chin Yang Kun berkata seraya menabas ujung pedang itu dengan sisi tangannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebenarnya tangkisan seperti itu sangat berbahaya bagi
Chin Yang Kun. Jika tenaga dalam yang ia salurkan ke
tangannya itu tidak jauh lebih besar dari tenaga dalam
lawannya, maka pedang itu dengan mudah akan melukai atau
bahkan bisa memotong tangannya sendiri malah.
Tapi memang cuma itulah satu-satunya jalan yang dapat
dilakukan oleh Chin Yang Kun. Selain sudah tidak bisa
mengelak lagi, pemuda itu juga tidak membawa senjata pula!
Maka sebuah benturan yang hebatpun tak bisa dielakkan lagi, yaitu antara sisi tangan Chin Yang Kun melawan ujung pedang lawannya ! Untunglah, sisi tangan itu dengan tepat
menghantam badan pedang, tidak pada sisi tajamnya !
"Taaaaas !" Ujung pedang itu berdencing patah dan terlempar jauh
entah kemana. Meski begitu Chin Yang Kun tidak seratus
persen lolos dari serangan tersebut. Ujung pedang yang telah patah itu ternyata masih juga menggores ke arah pundaknya !
"Aaah......!" Chin Yang Kun terpekik.
"Ahhh........!" wanita itu terpekik pula melihat ujung pedangnya yang patah.
Keduanya lalu berdiri berhadapan dan.....
"Oh....... Nona Ho Pek Lian !" Chin Yang Kun berseru perlahan.
".... Saudara Yang Kun........ !" Ho Pek Lian menjerit kecil pula.
Mereka lalu terdiam seperti orang-orang yang kehilangan
akal. Tapi serentak terdengar suara umpatan Put-ceng-li Lojin, keduanya lalu menjadi sadar kembali bahwa mereka
sekarang sedang mengintip pertempuran antara Hong-gi-hiap
Souw Thian Hai dan Put-ceng-li Lo-jin !
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Eit....... tampak pertempuran mereka telah sampai pada saat-saat penentuan !" Ho Pek Lian berseru, kemudian
membalikkan tubuh dan kembali ke tempatnya semula.
Otomatis Chin Yang Kun turut mengintai juga di samping
gadis itu. Sekarang dengan jelas pemuda itu dapat melihat
pertempuran dahsyat itu. Sungguh sebuah pertempuran yang
sangat luar biasa dan belum pernah disaksikan sebelumnya
oleh pemuda itu. "Sudah lama mereka berkelahi ?" Chin Yang Kun membuka percakapan.
Ho Pek Lian mengangguk. "Sudah....,,," jawabnya perlahan.
"Bukan main! Kepandaian mereka benar-benar hebat
sekali.......!" Chin Yang Kun berdesah kagum seraya
menggeleng-gelengkan kepalanya.
Ho Pek Lian menoleh. "Saudara Yang, kau pun hebat sekali
! Tadi hampir saja aku tak percaya bahwa kau dapat
mematahkan ujung pedangku hanya dengan sisi tanganmu
saja...." "Ah........itu cuma kebetulan saja!" Chin Yang Kun berkata dengan malu-malu.
"Tidak! Itu tadi bukan kebetulan ! Kau tadi memang tak punya pilihan lain selain menepiskan pedangku. Kau sudah tak ada kesempatan untuk mengelak lagi ......."
"Wah......!" "Eh, Saudara Yang..... Kudengar kau membawa Hong-siang pagi tadi. Terima kasih. Untunglah ada kau, kalau tidak,
wah...... kita bisa kehilangan Hong-siang kemarin malam," Ho Pek Lian tiba-tiba berkata sambil menjura kepada Chin Yang Kun.
"Ah....... jangan terlalu dibesar-besarkan! Aku malah menjadi malu. Bukankah aku dulu juga pernah ditolong oleh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Liu ......eh, Kaisar Han?" Chin Yang Kun cepat-cepat
memotong sambil menggoyang-goyangkan telapak tangannya.
"Tapi........" Tapi percakapan kedua orang itu terhenti dengan
mendadak, tatkala dari arena pertempuran terdengar suara
jeritan Chu Bwee Hong dan Souw Lian Cu. Otomatis mata Ho
Pek Lian dan Chin Yang Kun memandang ke arah
pertempuran. Dan keduanya segera terbelalak.
Tampak jelas oleh kedua orang itu, tubuh Souw Thian Hai
dan Put-ceng-li Lo-jin tergeletak di atas pasir. Dan masing-masing dengan segera telah ditolong dan dirubung oleh orang banyak, yang secara mendadak telah memenuhi tempat itu !
"Eh....... bagaimana ini" Apa yang telah terjadi ?" Ho Pek Lian berseru kaget, lalu meloncat keluar pula dari
persembunyiannya. Chin Yang Kun cepat keluar pula. Pemuda itu masih tampak
bingung melihat demikian banyaknya orang yang tiba-tiba
muncul di tempat itu. Dan pemuda itu semakin merasa heran
melihat beberapa orang diantaranya ternyata adalah orangorang yang telah dikenalnya dengan baik. Orang-orang itu
antara lain adalah Hong-lui-kun Yap Kiong Lee, Yap Tai
ciangkun, Chu Seng Kun, Kwa Siok Eng dan Put-sia Nio-cu.
Sedangkan beberapa orang lainnya, seperti seorang tua
berjenggot putih dan berambut putih, serta dua orang lelaki yang sedang menolong Put-ceng li Lo-jin belum dikenalnya
sama sekali. Sementara itu Souw Thian Hai yang tergeletak di atas pasir itu telah ditolong oleh Chu Bwee Hong dan Souw Lian Cu.
Pendekar sakti itu tampak pucat sekali, meskipun demikian ia telah dapat bangkit dan duduk di atas pasir. Beberapa kali jari telunjuknya menotok di sana-sini untuk mengobati luka
dalamnya, sementara Chu Bwee Hong yang lebih pandai
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dalam hal pengobatan itu malah cuma terlongong-longong
saja saking bingungnya. Di pihak lain, Put-ceng-li Lo-jin juga telah ditolong oleh murid-muridnya, yaitu Put swi-kui, Put-ming-mo dan Put-sia Nio-cu. Malah sebentar kemudian orang tua berambut dan
berjenggot putih itupun ikut juga berjongkok di samping tubuh Put-ceng-li Lo-jin. Tangannya dengan cekatan ikut pula
mengurut dan menotok dada ketua Bing-kauw itu.
Apakah yang telah terjadi sebenarnya " Bagaimana halnya
sampai mereka berdua dapat terluka dalam bersama-sama "
Souw Thian Hai dan Put-ceng-li Lo-jin adalah dua orang
tokoh persilatan yang sangat terkenal dan berkepandaian
tinggi. Put-ceng-li Lo-jin adalah ketua sebuah aliran
kepercayaan yang besar dan ternama, sementara Souw Thian
Hai yang masih muda itu juga bukan tokoh baru di dalam
dunia persilatan. Pendekar muda itu mulai menanjak namanya ketika dalam keadaan "hilang ingatan" dia terjun ke dunia kang-ouw, yang pada waktu itu sedang bergolak karena
sedang berkecamuknya pemberontakan Liu Pang dan Chu
Siang Yu melawan kekuasaan Kaisar Chin Si. Dan nama
pendekar muda itu semakin membubung tinggi tatkala bisa
membunuh duplikat Bit-bo-ong yang maha sakti itu.
Maka sungguh tidak mengherankan kalau pertempuran
atau pertandingan di antara keduanya benar-benar dahsyat
tiada terkira. Masing-masing hampir telah mencapai
kesempurnaan di dalam mendalami ilmu perguruannya,
sehingga benturan di antara ilmu-ilmu mereka benar-benar
merupakan sebuah peristiwa yang jarang terjadi di dunia
persilatan. Ilmu-ilmu kesaktian mereka hampir-hampir tak
dapat dipercaya oleh mata orang-orang yang belum matang
dalam dunia persilatan. Meskipun demikian, makin lama mereka bertempur, orang
makin dapat melihat bahwa Tai-kek Sin-ciang dan Tai-lek Pek-khong-ciang dari pendekar muda Souw Thian Hai itu semakin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dapat menguasai keadaan. Secara perlahan-lahan Ilmu Silat
Bidadari Bersedih dan Chuo-mo-ciang dari Put-ceng-li Lo-jin itu dapat ditindih dan dibuat tak berdaya oleh kekuatan dan kehalusan ilmu Souw Thian Hai yang hebat itu.
Tetapi beberapa saat kemudian, orang-orang yang secara
sembunyi-sembunyi menonton pertandingan itupun lantas
menjadi terheran-heran Souw Thian Hai yang secara pasti dan meyakinkan dapat menguasai lawannya itu tiba-tiba seperti
menjadi kehilangan arah kembali. Gerakan-gerakannya selalu macet dan tampak ragu-ragu bila hendak mengenai
sasarannya. Dan sebelum semua orang mengetahui sebab-sebabnya,
tiba-tiba terjadilah peristiwa itu. Souw Thian Hai dan Put-cengli Lo-jin saling bertukar pukulan dan tendangan, sehingga
keduanya terlempar jatuh bergulingan di atas pasir! Keduaduanya sama-sama mendapat luka di dalam tubuhnya!
Demikianlah, akhir dari pertandingan tersebut ternyata
malah membingungkan dan membuat penasaran orang yang
melihatnya. Dan orang yang paling penasaran dan tidak mau
menerima kenyataan itu adalah murid-murid Put-ceng-li Lo-jin sendiri, yang secara diam-diam ternyata juga turut menonton pertandingan itu pula.
Dengan kemarahan yang meluap-luap, karena melihat
gurunya terluka parah, Put-swi-kui dan Put-ming-m o cepat
meninggalkan gurunya yang telah ditolong oleh Pek-i Liongong atau orang tua berambut putih itu. Keduanya meloncat ke depan Souw Thian Hai yang sekarang sudah dapat berdiri
kembali di atas kedua kakinya.
"Binatang menjijikkan! Senang hatimu karena bisa melukai
guruku, ya........" Ha, tapi nanti dulu.......! kau jangan buru-buru bergembira dulu karena bisa merebut subo-ku itu! Kau
harus dapat mengalahkan kami pula......." Put-swi-kui atau Hantu Tak Berdosa itu menggeram.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar ! Kau harus mengalahkan kami lebih
dahulu............!" Put-ming mo atau Setan Tak Bernyawa itu ikut pula membentak.
"Put-swi kui, kau ja........ jangan............" Chu Bwee Hong berusaha mencegah kemarahan murid Put-ceng-li Lo-jin itu.
"Su-bo, kau tak perlu ikut campur ! Kami berdua akan
menghukumnya, karena dia telah berani melukai suhu," Putswi-kui yang marah itu cepat memotong perkataan Chu Bwee
Hong, yang selama ini selalu dihormatinya.
Melihat ketegangan itu, Souw Lian Cu segera melesat pula
ke depan ayahnya. Dengan muka merah gadis itu siap untuk
melindungi keselamatan ayahnya. Tapi sebelum gadis itu
bertindak lebih lanjut, tiba-tiba terdengar suara bentakan Put-ceng-li Lo-jin yang keras menggeledek.
"Siau Kui (Hantu Kecil) ! Siau Mo (Setan Kecil).......! Jangan sembrono ! Ayo, kembali ! Bangsat! Keparat.......!"
Dengan wajah takut namun juga penasaran, kedua orang
itu membalikkan badannya.
Langkahnya tampak ragu-ragu ketika mendekat ke arah
gurunya. "Su-hu........" Mengapa.......?" Put-swi kui mencoba
membantah kata-kata gurunya.
"Diam ! Ini adalah perang tanding antara dua orang lelaki !
Tahu........." Dan semua ini sudah kami atur dan kami sepakati bersama. Oleh karena itu tidak ada dendam atau balas-membalas."
"Suhu......." Put-sia Nio-cu yang sedari tadi selalu berada di dekat gurunya mencoba untuk mendinginkan kemarahan
orang tua tersebut. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 38 DAN orang tua yang masih tergeletak, karena terlalu parah
lukanya itu, melirik kepada murid perempuannya. Namun
hanya sekejap. Sesaat kemudian orang tua itu sudah menatap kedua orang murid laki-lakinya lagi.
"Dan......apakah mata kalian tidak melihat tadi" Betapa
besar jiwa Hong-gi-hiap Souw Thian Hai di dalam perang
tanding ini tadi" Hmm, seharusnya gurumu ini sudah kalah
dan mati sejak tadi, tahu" Tapi demi menjaga nama dan
kehormatanku, dia berbuat seolah-olah kami berimbang dan
sama-sama terluka parah! padahal kalau dia mau........"
"Lo-jin........" tiba-tiba Souw Thian Hai menghentikan perkataan ketua Bing-kauw itu. "...... Siapa yang mengatakan aku menang " Aku juga terluka oleh pukulanmu. Lukaku juga
tidak ringan. Lihatlah.......!"
Put-ceng-li Lo-jin tertawa.
"Bangsat ! Hahaha........! Aku benar-benar puas dapat menyerahkan Chu Bwee Hong kepadamu, saudara
Souw........Kau tak perlu merendahkan dirimu lagi ! Aku telah kalah! Oleh karena itu Chu Bwee Hong kuserahkan kepadamu
sekarang. Terimalah !"
"Lo jin.......!" Chu Bwee Hong menjerit dan berlari
menubruk dada ketua Bing-kauw itu.
"Su-hu..........!" Put-sia Nio-cu yang sudah terlanjur suka dan sayang pada Chu Bwee Hong itu juga menangis
disamping gurunya. "Lo-jin........ ini.......ini........" Souw Thian Hai yang mendengar pernyataan atau ucapan bekas "suami" Chu Bwee Hong itu menjadi gagap dan bingung malah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat sikap Souw Thian Hai itu Put-ceng-li Lo-jin
mengerutkan dahinya. Sambil merangkul kepala Chu Bwee
Hong, orang tua itu bertanya, "Ada apa, saudara Souw ?"
Beberapa saat lamanya pendekar itu tidak bisa menjawab.
Beberapa kali dia hanya bisa menghela napas.
"Apakah kau mempunyai kesulitan, Saudara Souw"
Lekaslah katakan !" Put-ceng-li Lo-jin mendesak.
Dengan ragu-ragu Souw Thian Hai memandang wajah
"lawannya", lalu menoleh ke sekitarnya, yaitu ke arah orang-orang yang secara mendadak bermunculan di tempat itu.
"Bing Kauw-cu....." akhirnya pendekar itu bisa juga
mengeluarkan isi hatinya. "Aku sungguh sangat berterima kasih sekali kepadamu. Aku memaklumi semua maksud
baikmu yang kautujukan kepadaku atau kepada ..... Chu Bwee Hong ini. Kau sungguh mulia dan baik sekali. Aku dan Chu
Bwee Hong benar-benar berhutang budi kepadamu.
Sebenarnya aku amat gembira sekali menerima penyerahan
Chu Bwee Hong ini. Tapi......"
Souw Thian Hai tidak meneruskan kata-katanya. Sebaliknya
pendekar itu menghela napas lagi dalam-dalam. Tampaknya
ada sesuatu yang masih memberatkan hatinya.
"Saudara Souw ! Kenapa tidak kaulanjutkan kata-katamu "
Ayoh ! Lekaslah kaukeluarkan isi hatimu ! Jangan kaupendam saja di dalam dada, sehingga kami ikut menjadi penasaran
melihatnya......!" Put-ceng-li Lo-jin berseru tak sabar.
"Begini, Bing Kauw-cu....... Rasa-rasanya masih ada sedikit ganjalan atau keberatan di dalam hatiku dalam menerima
kembali Chu Bwee Hong itu. Soalnya, selama ini orang-orang sudah mengetahui bahwa Chu Bwee Hong adalah isterimu,
Lalu...... kalau sekarang secara tiba-tiba isterimu itu ikut aku dan menjadi isteriku, apa kata orang-orang itu nanti "
Bukankah mereka akan berprasangka jelek kepadaku atau
kepada Chu Bwee Hong?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba Put-ceng-li Lo-jin tertawa terbahak-bahak.
"Bangsaaaat ! Hahaha.......! Kukira kau tadi hendak
berbicara tentang apa, ehh....... ternyata cuma soal itu!
Hahahah........monyet!"
"Bing Kauw-cu, apa....... apa yang kau tertawakan ?" Souw Thian Hai bertanya penasaran.
"Hah..... kau ini seorang pendekar besar, tapi sikapmu canggung benar. Mengapa kau masih juga memikirkan
pendapat-pendapat yang tak benar seperti itu" Yang penting adalah kenyataannya. Jika apa yang kita lakukan itu memang benar-benar baik dan bersih akhirnya orang-orang itupun akan tahu juga. Mengapa mesti takut dan khawatir terhadap
prasangka-prasangka demikian" Biarkan saja kalau ada orang yang berprasangka jelek kepada kalian berdua. Kalian tak
perlu menanggapi atau mengacuhkannya. Sebaliknya, kau


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tunjukkanlah saja kepada mereka dengan sikap dan perbuatan kalian, bahwa kalian berdua bukanlah orang-orang jelek
seperti yang mereka sangka."
"Ahh......... Bing Kauw-cu benar."
Souw Thian Hai mengangguk-angguk. Lega hatinya
sekarang. Kata-kata Put-ceng-li Lo-jin yang panjang lebar itu sungguh-sungguh telah membuka hatinya, bahwa
kekhawatirannya itu benar-benar tak beralasan sama sekali.
Yang penting memang kenyataannya. Kalau sekarang
memang masih ada juga yang belum mengerti akan keadaan
mereka, hal itu tak perlu menjadi penghalang yang akan
menggagalkan maksud baiknya. Suatu saat mereka akan
mengerti juga akhirnya. "Apalagi perang tanding dan penyerahan ini telah
disaksikan dari mula sampai akhir oleh beberapa tokoh
persilatan ternama. Masakan kau masih takut dengan
gunjingan orang" Lihatlah, di lain waktu kau tak mungkin
memperoleh saksi-saksi sedemikian lengkapnya!" Put-ceng-li Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lo-jin melanjutkan perkataannya seraya menoleh ke
sekelilingnya. Tiba-tiba Pek-i Liong-ong berdiri. Kakek ketua Aliran Mokauw itu menjura kepada Souw Thian Hai. "Lo-hu bersedia menjadi saksi......" katanya halus. Lalu sambil menoleh ke arah Put-ceng-li Lo-jin, kakek itu berdesah. "Lo-jin, tak kusangka hatimu demikian luhur dan mulianya. Lo-hu sungguh malu ikut-ikutan menyebutmu Put-ceng-li (Tidak Tahu Aturan) selama ini. Ternyata dibalik sikapmu yang aneh, urakan, dan kadang-kadang sangat ugal-ugalan itu, sebenarnya
tersembunyi hati yang suci dan luhur. Dan selama bertahuntahun ini, ternyata kami semua telah salah menilai
terhadapmu......." "Hahaha........ Monyet Tua ! Apakah yang kaukatakan itu ?"
Put-ceng-li Lo-jin berteriak-teriak dan memaki-maki malah.
"Dan.........akupun bersedia juga untuk menjadi saksi."
Hong-lui-kun dengan air muka berseri-seri, tiba-tiba maju pula ke samping Pek-i Liong-ong. "Saudara Souw, terimalah ucapan selamatku !" katanya mantap.
"Aku juga, Saudara Souw, selamat berbahagia....... !" Yap Tai-ciangkun menyahut pula lalu dengan cepat kakinya
melangkah ke samping Pek-i Liong-ong.
Kemudian berturut-turut Ho Pek Lian, Kwa Siok Eng, Chin
Yang Kun dan..... Chu Seng Kun, maju pula ke depan untuk
menyatakan kesanggupan mereka menjadi saksi. Malahan Chu
Seng Kun, sebagai kakak Chu Bwee Hong, hampir tidak bisa
membendung keharuan hatinya. Sambil merangkul pundak
Souw Thian Hai yang bidang, tabib muda itu tidak kuasa
menahan air matanya. "Saudara Thian Hai, hatiku benar-benar lega sekarang.
Sudah lama aku menunggu saat-saat seperti ini. Aku sungguh sangat gembira sekali........" katanya tersendat-sendat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Chu Seng Kun lalu melepaskan pelukannya. Dan kemudian
dengan senyum bahagia matanya melirik ke arah adiknya,
yang masih terisak-isak di dada Put-ceng-li Lo-jin.
"Bwee Hong, kemarilah kau.....!" panggilnya dengan suara gembira.
Tapi Chu Bwee Hong seperti tak mendengar suara
panggilan tersebut. Wanita ayu itu masih dicekam oleh
keharuan hatinya yang sangat mendalam. Mulutnya masih
terisak-isak diatas dada Put-ceng-Ii Lo-jin, sehingga orang tua itu terpaksa menepuk-nepuk pundaknya. "Anak baik,
diamlah........! Mengapa kau masih menangis juga " Bukankah semuanya telah berlangsung seperti yang kita harapkan" Nah, dengarlah......! Seseorang telah memanggilmu. Agaknya dia
adalah kakakmu. Pergilah ke sana ! Ayoh !" ketua Aliran Bing-kauw itu berkata dengan suara halus. Untuk sesaat hilang
kesan kasar dan ugal-ugalan pada wajah orang tua itu. Wajah itu kini tampak lembut dan welas asih, bagaikan wajah
seorang ayah yang sedang membujuk anak kesayangannya.
Chu Bwee Hong mengangkat mukanya. Matanya merah
dan air matanya mengalir membasahi pipinya.
"Lo-jin, kau........ kau sungguh baik sekali kepadaku......"
"Ah, sudahlah........ ! Ayoh, pergilah cepat ke sana !" Put-ceng-li Lo-jin berseru sedikit keras untuk mengusir keharuan yang tiba-tiba juga membelit di hatinya. Tapi tak urung sebutir air mata tetap juga menetes di sudut matanya.
Chu Bwee Hong melepaskan rangkulannya, kemudian
menghapus air matanya, lalu perlahan-lahan mundur dan
berlutut di samping Put-ceng-li Lo-jin yang tergolek di atas pasir itu. Sambil menahan sedu sedannya wanita ayu itu
menyatakan rasa terima kasihnya.
"Lo-jin, kutitipkan anak haram itu kepadamu. Aku tak
berani membawanya. Aku takut menjadi mata gelap dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membunuhnya karena aku masih sangat benci kepada
ayahnya............"
"Hahaha...... tentu saja. Anak itu sudah kuanggap sebagai anakku sendiri. Dia akan kudidik dengan baik. Dan aku
percaya dia akan menjadi anak yang baik kelak."
"Terima kasih."
Lalu perlahan-lahan Chu Bwee Hong melangkah menuju ke
tempat kakaknya. Mukanya tertunduk. Rambutnya kusut. Mata
dan pipinya masih tampak kotor dan merah pula. Namun
demikian semuanya itu ternyata tidak bisa menyembunyikan
kecantikannya yang gilang-gemilang.
"Ko-ko........." jeritnya lirih seraya menubruk dada
kakaknya. Chu Seng Kun memeluk pula dengan mata berkaca-kaca.
"Bwee Hong....... Apa kataku kemarin " Semuanya benar, bukan " Kau tak perlu berputus-asa dan terlalu menyalahkan nasib yang selalu merundung dirimu. Itu semua hanyalah
cobaan belaka. Wah...... bagaimana sekarang" Kebahagiaan
telah datang kepadamu, bukan" Dan percayalah, kebahagiaan
yang kaureguk ini akan berkali-kali lebih nikmat kaurasakan, sebab kebahagiaanmu ini kauperoleh setelah kauhabiskan
semua kepahitannya......."
"Ko-ko.........."
"Ayoh! Sekarang marilah kautemui kekasihmu itu ! Sebagai
pengganti orang tua, secara resmi aku akan menyerahkan
engkau kepadanya. Marilah !"
Chu Seng Kun lalu menuntun adiknya ke depan Souw Thian
Hai. Kemudian dengan suara terputus-putus tabib muda itu
menyerahkan Chu Bwee Hong kepada Souw Thian Hai, yang
diterima oleh pendekar sakti itu dengan perasaan terharu
pula. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nah, semoga kalian berdua bisa mengambil pelajaran dari pengalaman buruk yang kalian alami selama ini, sehingga
kalian bisa lebih berhati-hati di kemudian hari. Adapun tentang hari perkawinan kalian, dapat kita rundingkan lagi di lain hari,"
tabib muda itu menutup kata-katanya.
Setelah menyerahkan adiknya, Chu Seng Kun lalu berbalik
menghampiri Put-ceng-li Lo-jin. Begitu berada di depan orang tua itu, Chu Seng Kun segera berlutut, sampai dahinya
menyentuh pasir di bawahnya.
"Bing Kauw-cu........ Siauw-te adalah Chu Seng Kun, kakak
dari Chu Bwee Hong. Siauw-te mengucapkan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Kauw-cu, karena Kauw-cu
telah sudi menyelamatkan dan menolong adikku. Kami berdua
benar-benar berhutang budi dan nyawa kepada Kauw-cu......"
"Hahahaha........ anak muda, aku sudah sering mendengar cerita tentang dirimu dari Chu Bwee Hong. Katanya, kau
adalah seorang tabib muda yang tiada duanya di dunia ini.
Dan aku percaya saja selama ini. Tapi....... setelah aku kini melihatmu, hmm..........aku malah menjadi ragu-ragu
sekarang. Masakan dalam usiamu yang masih sangat muda
ini, kau sudah benar-benar dapat menghisap seluruh ilmu
pengobatan mendiang Bu-eng Sin yok-ong itu?" Put-ceng-li Lo-jin tidak menanggapi kata-kata Chu Seng Kun, tetapi ketua Aliran Bing kauw itu justru berbicara tentang ilmu pengobatan Chu Seng Kun malah.
Chu Seng Kun tersenyum. "Ah, Bing Kauwcu....... kau
memang benar. Adikku itulah yang terlalu membesar-besarkan kemampuanku. Maklumlah, siauw-te ini adalah kakaknya,
sekaligus satu-satunya keluarga yang masih dipunyainya."
tabib muda itu merendahkan diri.
"Tapi....... meskipun demikian aku juga ingin
membuktikannya........" ketua Aliran Bing-kauw itu tetap melanjutkan perkataannya, seolah-olah tak mendengar
bantahan atau sanggahan Chu Seng Kun tadi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Maksud Bing Kauwcu ?"
"Coba, kautolong mengobati luka-lukaku ini. Kalau engkau bisa menyembuhkannya, aku baru percaya pada
kehebatanmu. Bagaimana " Bersediakah kau ?"
Senyum kelihatan mengembang di bibir Chu Seng Kun.
"Ahh, tentu saja siauw-te bersedia, Bing Kauw-cu. Cuma siauw-te minta, Bing Kauw-cu jangan terlalu mengharapkan,
bahwa siauw-te mesti bisa menyembuhkannya. Siauw-te ini
hanya manusia biasa dan bukan malaikat yang bisa
menghidupkan orang. Siauw-te ini hanya beruntung bisa
memperoleh kesempatan mempelajari ilmu peninggalan kakek
guruku........." "Wah...... kau sungguh pandai sekali merendahkan dirimu.
Ayoh, lekaslah! Aku buru-buru ingin menyaksikan caramu
mengobati lukaku yang parah ini. Nah!" Put-ceng-li Lo-jin yang tidak sabaran itu cepat mendesak.
"Baiklah......" Chu Seng Kun menjawab, lalu bergegas maju selangkah.
Put-swi-kui, Put-ming-mo dan Put-sia Nio-cu mundur untuk
memberi tempat kepada Chu Seng Kun. Sebaliknya tabib
muda itu juga balas mengangguk kepada mereka, sebelum
mulai dengan pengobatannya.
Lebih dahulu Chu Seng Kun memeriksa urat nadi dan
denyut jantung Put-ceng-li Lo-jin, setelah itu baru jalan
pernapasannya. Kemudian setelah merasa yakin apa yang
harus dilakukannya, maka Chu Seng Kun lalu menotok dan
mengurut beberapa buah jalan darah di sana sini. Sebentar
saja peluh mulai menetes di atas dahi Chu Seng Kun yang
lebar. Perlahan-lahan wajah ketua Aliran Bing-kauw itu menjadi
kemerah-merahan kembali. Jalan pernapasannyapun secara
berangsur-angsur juga semakin teratur pula. Dan kemudian
keadaan yang sangat menggembirakan itu semakin bertambah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
baik lagi tatkala Chu Seng Kun sudah mulai pula
mempergunakan jarum-jarum ajaibnya.
Semuanya memandang kagum kepada Chu Seng Kun. Di
dalam hati mereka sekarang benar-benar sudah mengakui,
betapa tingginya ilmu kepandaian pemuda itu di dalam ilmu
pengobatan. "Nah ! Sekarang Bing Kauw-cu sudah sembuh dan baik
kembali. Untuk selanjutnya Bing Kauw-cu tinggal beristirahat saja sebanyak-banyaknya, agar tenaga Bing Kauw-cu lekas
pulih kembali seperti sedia-kala. Marilah! Bing Kauwcu sudah bisa bangkit lagi sekarang.........." Chu Seng Kun berkata seraya mengusap peluh yang mengalir di atas dahi dan
lehernya. "Hei" Aku sudah bisa berdiri" Masa begitu cepatnya?" Put-ceng-li Lo-jin berseru tak percaya.
Lebih dulu orang tua itu menggerak-gerakan lengan dan
kakinya. Setelah semuanya benar-benar bisa ia gerakkan
dengan baik dan tidak terasa kaku atau sakit lagi, orang tua itu kemudian mencoba duduk, lalu bangkit berdiri perlahan-lahan. Dan ketika dengan mudahnya ia dapat berdiri, ketua
Aliran Bing-kauw itu justeru berteriak-teriak dan mengumpat-umpat saking kagumnya.
"Bangsaaat ! Keparaaat! Wah ! Wah ! Monyet busuk! Kau betul-betul hebat sekali ! Huahahahaha....... heran dan takjub benar aku ! Bangsaaat..........!"
Orang tua itu lalu melompat-lompat saking senangnya, lalu
menghampiri Chu Seng Kun dan menyalaminya dengan
hangat. "Hahaha..... aku sekarang benar-benar percaya kepadamu, anak muda! Kau sungguh-sungguh hebat, lebih hebat dari
tabib manapun di dunia ini !"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi Chu Seng Kun cepat memegang lengan Put-ceng-li Lojin dan menahannya agar tidak bergerak lagi.
"Eh, perlahan Bing Kauw-cu. Kau jangan terlalu banyak bergerak dahulu ! Nanti luka dalammu terbuka lagi," cegah Chu Seng Kun.
Demikianlah, semua yang melihat adegan itu tersenyum
gembira, sehingga suasana yang semula sangat tegang
menggelisahkan itu, kini berubah menjadi semarak
menggembirakan. Semua orang tersenyum dan menghela
napas lega. "Hei ! Lihat ! Malam telah semakin larut. Dan embun pagi
pun telah mulai menetes membasahi pakaian kita. Mengapa
kita masih saja bercakap-cakap enak-enakan di sini ?" tiba-tiba terdengar seruan Pek-i Liong-ong, memecahkan keheningan di antara mereka.
"Ah, benar juga. Monyet! Kalau begitu, marilah kita kembali ke dusun itu, untuk menemukan kegembiraan ini ! Setuju
tidak, Liong-ong?" Put-ceng-li Lo-jin berseru pula ke arah ketua Aliran Mo-kauw itu.
"Setuju.......!" hampir semuanya menjawab, kecuali Souw Thian Hai, Chu Bwee Hong dan Souw Lian Cu.
Ketiga orang itu kelihatan berunding satu sama lain. Dan
beberapa saat kemudian tampak Souw Thian Hai melangkah
maju mewakili yang lain. "Maaf, cu-wi semua......! Kami bertiga terpaksa tidak bisa pergi bersama cu-wi ke dusun itu. Salah seorang di antara
kami, yaitu puteriku, ternyata masih punya urusan penting
yang harus diselesaikan. Dia harus berada di Pulau Meng-to besok pagi, untuk membantu Keh-sim Siauw-hiap dalam
penyambutan tamu-tamunya yang telah mulai berdatangan ke
pulaunya." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hah....... benar juga. Tiga hari lagi adalah tanggal lima, saat Keh-sim Siauw-hiap biasa mengundang lawan-lawannya
di dunia kang-ouw," Put-ceng-li Lo-jin berseru kaget.
"Oh" Lalu........?" Chu Seng Kun buru-buru bertanya kepada Souw Thian Hai.
"Begini, Chu twa-ko. Karena salah seorang dari kami harus pergi, maka aku dan Bwee Hong memutuskan untuk pergi
pula kesana menyertainya......." Souw Thian Hai menjawab.
"Ahhh.......!" semuanya berdesah kecewa.
Sebenarnya semuanya ingin menahan ketiga orang itu.
Namun merekapun maklum, bahwa sepasang kekasih yang
baru saja bertemu itu lebih senang berduaan saja dari pada bersama-sama dengan mereka. Oleh karena itu semuanya
juga lantas membiarkan saja ketiga orang itu pergi.
Chu Bwee Hong lalu berpeluk-pelukan dengan Ho Pek Lian,
Kwa Siok Eng dan Put-sia Nio-cu. Malah dengan murid bekas
suaminya ini Chu Bwee Hong sempat pula bertangis-tangisan.
Keduanya telah terlanjur akrab selama ini. Terpaksa Put-cengli Lo-jin turun tangan memisahkannya.
"Ah"... mengapa harus saling bersedih" Besok kita akan berjumpa pula," ketua Aliran Bing-kauw itu menenangkan hati mereka.
"Maksud su-hu ?" Put-sia Nio-Cu bertanya sambil
menghapus air matanya. "Akupun besok akan pergi juga ke sana. Aku ingin
menyaksikan bagaimana wajah pendekar yang sangat terkenal
itu." "Benarkah " Oh, su-hu........aku ikut." Put-sia Nio-cu berjingkrak kegirangan, lupa kalau ia baru saja menangis.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ho Pek Lian menarik lengan Kwa Siok Eng. "Kami berdua juga akan pergi ke sana pula besok pagi. Bukankah begitu, ci-ci Siok Eng?" Ho Pek Lian berkata.
"Ya ! Kami juga akan pergi ke pulau itu. Kami berdua telah berhutang nyawa kepada pendekar ternama itu. Kami akan
menyatakan rasa terima kasih kami kepadanya. Sekalian
membantu apabila tenaga kami diperlukan nanti," Siok Eng memberi keterangan.
"Ahh!" Chu Seng Kun yang masih merasa berat untuk berpisah dengan adiknya itu tiba-tiba berdesah lega.
Sementara itu Chin Yang Kun yang sedari tadi hanya diam
saja di pinggir, tampak tersentak kaget mendengar ucapanucapan mereka. Pemuda itu seperti diingatkan kembali pada
janjinya, untuk pergi ke Pulau Meng-to pada tanggal lima ini.
Oleh karena itu secara otomatis pemuda itu melirik ke arah Souw Lian Cu, gadis yang dahulu telah melemparkan
undangan atau tantangan kepadanya.
Ternyata pada saat yang bersamaan, Souw Lian Cu juga
sedang memandang ke arah Chin Yang Kun pula, sehingga tak
bisa dielakkan lagi kedua pasang mata mereka saling bertaut atau berpapasan satu sama lain. Dan sekilas seperti ada sinar kegembiraan di dalam pandangan itu tapi entah apa
sebabnya, tiba-tiba masing-masing segera membuang muka
dengan wajah merah padam.
Tapi sekejap kemudian Chin Yang Kun segera berpaling
kembali. Pemuda itu kelihatan penasaran melihat sikap Souw Lian Cu tadi. Matanya menatap kembali ke arah Souw Lian Cu dengan tajamnya.
Gadis itu masih memalingkan mukanya, sehingga Chin
Yang Kun hanya bisa memandangnya dari arah samping.
Tetapi dengan demikian pemuda itu justru dapat melihat jelas garis-garis kecantikannya. Raut muka yang oleh pemuda itu
dianggap sangat serasi serta sempurna ukurannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Chin Yang Kun malahan terpaku seperti orang yang
kehilangan akal melihatnya. Hati yang semula penasaran itu mendadak larut hilang tak berbekas. Kini sorot matanya justru menampilkan sinar kekaguman yang tiada taranya. Gadis itu
memang cantik bukan main.
"Ahhhh......!" Chin Yang Kun berdesah sambil
menundukkan kepalanya. Pemuda itu merasa sedih dengan tiba-tiba. Entah mengapa,
kebencian gadis itu kepada dirinya, membuat pemuda itu
merasa sedih dan kecewa. Dunia ini rasanya menjadi sepi dan membosankan.
"Saudara Yang.......!" tiba-tiba terdengar sebuah suara di depannya.
Chin Yang Kun tersentak kaget. Dengan gugup pemuda itu
menengadahkan kepalanya. Dan detak jantung pemuda itu
semakin keras menghentak dinding dadanya, ketika dilihatnya gadis yang sedang memenuhi benaknya tersebut telah berdiri tegak di depannya. Gadis itu tampak digandeng oleh ayahnya.
"Ah-uh....... ah-uh......" Chin Yang Kun berusaha menjawab panggilan pendekar Souw Thian Hai itu, tapi yang keluar dari mulutnya hanyalah suara ah-uh ah-uh yang tak jelas.
Tentu saja Souw Thian Hai merasa heran, apalagi ketika
melihat wajah Chin Yang Kun itu sangat pucat. Tapi
keheranan pendekar itu ternyata belum seberapa bila


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dibandingkan dengan kenyataan lain yang dilihatnya. Ternyata tidak hanya Chin Yang Kun yang keadaannya seperti itu.
Ternyata puterinya sendiri, Souw Lian Cu. juga bersikap
demikian pula. Gadis itu juga tampak gelisah dan tegang di hadapan Chin Yang Kun.
"Hmmh...... ada apa dengan kedua anak ini" Apakah
mereka bermusuhan " Ataukah ada 'apa-apa' di antara
mereka?" pendekar sakti itu berkata di dalam hatinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi Souw Thian Hai tak mau atau tidak tega untuk
menanyakan kepada mereka. Pendekar sakti itu takut
pertanyaannya nanti akan menyinggung perasaan mereka,
meskipun salah seorang diantaranya adalah puterinya sendiri.
Oleh karena itu Souw Thian Hai justru pura-pura tidak tahu malah !
"Lian Cu, lihatlah....! Inilah Saudara Yang yang telah berjasa kepada kita itu. Karena dia kita bisa berkumpul
kembali?"?" pendekar itu berkata kepada puterinya.
"A-ayah?".." Souw Lian Cu memotong perkataan ayahnya.
Souw Thian Hai mengerutkan keningnya. "Kenapa"
Bukankah kalian sudah saling mengenal " Ayoh, ucapkanlah
terima kasih kepadanya.............!"
"Tapi......." gadis itu mau membantah, tapi tak jadi.
Kemudian dengan mengeraskan hatinya gadis itu tampak
melangkah ke depan. Dengan pandang mata tajam serta gigi
terkatup rapat, gadis itu membungkukkan tubuhnya di depan
Chin Yang Kun. "Terima kasih," ucapnya singkat, lalu kembali lagi ke tempat semula.
"Lian Cu !" Souw Thian Hai menegur puterinya. Kemudian,
"Saudara Yang, maafkanlah puteriku. Dia ......"
"Ah....... tidak apa-apa, Souw Tai-hiap. Dari mula siauw-te memang tidak ada niat untuk membantu ataupun membuat
jasa di dalam pertemuan ini. Maka ucapan terima kasih Souw Tai-hiap dan puterimu tadi, sebenarnya sudah terlalu
berlebihan buatku?"." Chin Yang Kun menjawab tawar.
Entah mengapa perasaan Chin Yang Kun tiba-tiba menjadi
hampa dan getir. Sikap yang diperlihatkan oleh Souw Lian Cu setiap kali bertemu dengan dirinya itu kini seolah olah telah membukakan mata dan hatinya bahwa gadis itu memang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sungguh-sungguh membencinya. Dan kenyataan itu benarbenar membuat hati pemuda itu hampa luar biasa.
Chin Yang Kun mendongakkan kepalanya. Dipandangnya
bintang-bintang yang gemerlapan di atas langit yang biru
gelap. Lalu dipandangnya pula laut luas yang tak bertepi itu.
Semuanya tampak sunyi-sepi.
"Ahhh......." pemuda itu menghela napas, lalu membalikkan tubuhnya, kemudian meninggalkan tempat itu perlahan lahan, mendahului yang lain-lain.
Tentu saja semua orang menjadi heran, lebih-lebih Souw
Thian Hai. Pendekar sakti itu seperti merasakan sesuatu yang aneh antara puterinya dan pemuda perkasa itu. Tapi oleh
karena sebentar kemudian puterinya juga mulai melangkah
pergi meninggalkan tempat tersebut, maka iapun segera
mengajak Chu Bwee Hong untuk mengikuti puterinya itu pula.
Dan semua orangpun segera beranjak pula dari tempatnya.
"Hmm........ ada apa dengan anak itu?" Pek-i Liong-ong seolah-olah bergumam kepada dirinya sendiri.
Hong-lui-kun Yap Kiong Lee dan Yap Tai ciangkun, yang
berada di dekat orang tua itu menoleh, tapi tak mengeluarkan perkataan sepatahpun. Mereka hanya mengernyitkan alisnya,
tanda bahwa mereka berdua juga merasa heran serta tak
mengerti pula. Cuma Chu Seng Kun saja yang agaknya bisa "membaca"
atau menangkap keganjilan tersebut. Hubungan yang sudah
sedikit akrab dengan Chin Yang Kun, membuat tabib muda itu sedikit banyak mengetahui masalah-masalah yang pernah
dihadapi pemuda itu, sehingga sedikit banyak dia juga bisa menduga apa yang sebenarnya berkecamuk di dalam dada
pemuda perkasa itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Oleh karena itu secara diam-diam Chu Seng Kun
menyelinap ke dalam kegelapan untuk mencari atau menemui
pemuda itu. "Saudara Yang........" panggilnya ketika ia dapat menemukan pemuda itu di antara reruntuhan batu-batu
karang. "Hah ?"?" Chin Yang Kun yang baru saja meletakkan
pantatnya itu tersentak kaget dan berdiri kembali. Tapi begitu mengetahui siapa yang datang, pemuda itu segera tersenyum.
Meskipun senyumnya kelihatan hampa dan getir.
"Ah...... Chu twa-ko benar-benar mengagetkan aku. Kukira siapa tadi?" pemuda itu membuka mulutnya.
"Hmm...... apakah kaukira aku nona Souw Lian Cu?" Chu Seng Kun dengan berani mencoba "memancing" reaksi atau tanggapan Chin Yang Kun.
Benar juga. Tiba-tiba muka Chin Yang Kun yang pucat itu
tampak merah padam. Matanya tampak berkilat-kilat menatap
Chu Seng Kun. "A-apa........ maksud Chu Twa-ko?" Tanya pemuda itu dengan suara gemetar.
Dan Chu Seng Kun pura-pura terkejut pula. "Apa" Aku....."
Eh, aku tak bermaksud apa-apa. Memang ada apa sebenarnya
?" tabib muda itu balik bertanya dengan kening dikerutkan, seolah-olah dia memang benar-benar tak tahu masalahnya.
"Ooh !" Chin Yang Kun berdesah dan mengendorkan
ketegangannya. "Hmm....... aku tahu sekarang." Chu Seng Kun yang sedang bersandiwara itu tersenyum seraya mendekati Chin Yang Kun, kemudian memegang lengannya. "Tampaknya ada sesuatu
yang tidak enak antara Saudara Yang dengan nona Souw itu,
sehingga kalian berdua seperti orang yang sedang
bermusuhan. Benarkah.......?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Chin Yang Kun tersentak. Matanya menatap Chu Seng Kun
untuk beberapa saat lamanya. Tapi sebentar kemudian
pemuda itupun lalu menundukkan kepalanya lagi dengan
wajah bersemu merah. "Chu twa-ko tidak salah," jawab pemuda itu kemudian.
"Gadis itu sangat membenci aku. Cuma apa yang
menyebabkannya sehingga dia sangat membenci aku itu, aku
sama sekali tidak tahu......."
"Hah" Aneh benar ! Masakan kau tidak tahu sebabsebabnya ?" Chu Seng Kun benar-benar kaget sekarang.
Chin Yang Kun menghela napas, lalu katanya seperti
kepada dirinya sendiri. "Mula-mula aku dan dia secara kebetulan hanya berdiri berseberangan dalam perselisihan
kaum Tiat-tung Kai-pang melawan Kim-liong Piauw-kiok.
Kemudian pada pertemuan kami yang kedua, yaitu di Kuil
Delapan Dewa, kami tidur bersebelahan kamar. Dan karena
keteledoranku, pada suatu malam aku telah salah memasuki
kamarnya. Gadis itu menjadi marah bukan main. Mungkin.......
mungkin inilah yang menyebabkan kemarahannya........"
"Hmmm........" Chu Seng Kun mengangguk-angguk. Lalu, "Mungkin juga.
Tapi mungkin juga bukan. Hati wanita memang sukar diduga.
Sikap yang diperlihatkan itu kadang-kadang bukanlah cermin dari hati dan perasaannya. Tidak jarang sikap dan
perbuatannya justru malah bertolak belakang dengan yang
ada di dalam hati dan perasaannya......."
"Heh" Maksud Chu twa-ko.......?"
Chu Seng Kun tersenyum. "Ah ....... ini hanya pikiran atau dugaanku saja. Dan semuanya itu belum tentu benar.
Hmm........ kadang-kadang wanita itu berpura-pura benci,
padahal sebenarnya hatinya kagum dan senang sekali kepada
seorang lelaki !" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Chin Yang Kun tersentak. Matanya menatap tabib muda itu
dengan tajamnya. Tetapi sekejap kemudian mukanya
tertunduk kembali dengan tiba-tiba. Wajahnya yang tampan
itu perlahan-lahan menjadi merah. Entah mengapa, kata-kata Chu Seng Kun tadi amat mengena, sehingga hatinya menjadi
gembira dan sedikit terhibur. Siapa tahu perkataan tabib muda tersebut benar adanya"
"Ahh....... Chu twa-ko ini ada-ada saja!" bisiknya kemalu-maluan seraya meletakkan pantatnya kembali di atas batu
karang di sampingnya. "Ah....... itu hanya dugaanku saja. Siapa tahu memang demikian halnya?" Chu Seng Kun tersenyum sambil duduk
pula di samping Chin Yang Kun. Diam-diam tabib muda ini
semakin dapat membaca masalah yang sedang melibat kedua
remaja itu. Untuk beberapa saat lamanya mereka berdiam diri. Masingmasing sibuk dengan pikiran mereka sendiri. Chin Yang Kun
menundukkan kepalanya, mengawasi pasir hitam yang
terhampar di bawah telapak kakinya, sementara Chu Seng
Kun mengedarkan pandangannya ke sekeliIingnya, melihat
gugusan batu karang yang terdampar berserakan di tepi
pantai itu. Tiba-tiba tabib muda itu membelalakkan matanya. Rasarasanya seperti melihat sesosok bayangan hitam muncul dari dalam air dan melangkah terhuyung-huyung ke daratan. Tapi
ketika sekali lagi ia ingin memastikan, apa yang dilihatnya itu, benda atau bayangan tersebut telah lenyap digulung buih
ombak yang datang memecah pantai.
Dan kekagetan Chu Seng Kun itu dilihat pula oleh Chin
Yang Kun. "Ada apa Twa-ko ?"
"Anu.......... ah, tidak apa-apa........! Kesunyian dan kegelapan pantai ini telah menimbulkan bermacam-macam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pikiran kepadaku rupanya. Baru saja aku seperti melihat
sesosok bayangan muncul dari dalam air. Tapi....ah........ itu tentu hanya sebongkah batu karang yang tersiram ombak
saja." Dengan tersipu-sipu Chu Seng Kun menjawab.
Chin Yang Kun mengernyitkan alisnya, lalu menatap ke
arah pantai. Tapi ia juga tidak melihat apa-apa selain batu-batu karang yang tersembul diantara buih-buih ombak yang
datang. Oleh karena itu Chin Yang Kun lalu menundukkan
kepalanya lagi, sehingga mereka saling berdiam diri kembali.
"Saudara Yang, sudahlah...! Kau tak perlu terlalu
memikirkan gadis itu. Kalau kalian berdua memang berjodoh
kelak, tentu akan jernih juga persoalannya. Percayalah !" Chu Seng Kun yang sudah dapat meraba atau menebak gejolak
hati Chin Yang Kun itu tiba-tiba membuka mulutnya. Dan kata-katanya itu tentu saja semakin membuat Chin Yang Kun lebih tersipu-sipu lagi.
"Ahh.....mana aku berani...... memikirkan hal itu " Aku.....
aku........!" dengan suara gemetar Chin Yang Kun menjawab.
Mendadak pemuda itu teringat akan wanita genit isteri pemilik penginapan itu, sehingga harapan yang semula muncul di
dalam hatinya menjadi punah kembali. Bagaimana dirinya bisa kawin, kalau setiap wanita yang dinikahi akan mati seperti halnya wanita genit itu "
Chin Yang Kun merasa hampa di dalam hatinya.
Semangatnya patah. Wajahnya tampak lesu dan sedih. Dan
perubahan sikapnya ini dengan cepat dilihat oleh Chu Seng
Kun. "Saudara Yang, ada apa......" Mengapa kau tiba-tiba
menjadi sedih" Apakah ada sesuatu hal yang mengganggu
hatimu ?" Chin Yang Kun tidak segera menjawab. Pemuda itu
menyembunyikan wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
Terjadi perang batin di dalam hati pemuda itu, yaitu antara Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perasaan malu dan keinginannya untuk berterus terang
kepada tabib muda itu. Akhirnya Chin Yang Kun merasa bahwa hanya tabib yang
pernah menolong jiwanya itu sajalah yang kiranya bisa
membantu penderitaannya. Oleh karena itu dengan
mengesampingkan perasaan malunya pemuda itu
menceritakan seluruh persoalannya, yaitu dari mula ia merasa tertarik kepada Souw Lian Cu sampai ke perubahan aneh yang timbul di dalam tubuhnya. Dan dengan suara yang terputus-putus pemuda itu juga menceritakan tentang musibah
memalukan akibat perubahan aneh yang terjadi di dalam
tubuhnya tersebut. ''Wanita genit itu mati keracunan setelah......setelah
berhubungan dengan........ denganku. Ohhhhhh........ dosa apa sebenarnya yang kuderita ini ?" Chin Yang Kun mengakhiri kata-katanya dengan menjambak-jambak rambutnya sendiri.
"Lalu.....dengan keadaanku yang begitu itu apakah aku masih bisa mengharapkan seorang gadis untuk kujadikan sebagai
isteriku ?" pemuda itu melanjutkan dengan setengah
berteriak. Chu Seng Kun terpaku diam di tempatnya. Tabib muda itu
benar-benar tidak menduga atau menyangka bahwa keadaan
Chin Yang Kun akan menjadi demikian halnya.
"Oh....... jadi kau berlari-lari seperti dikejar setan dan menyeberangi muara dengan cara yang mentakjubkan itu
disebabkan karena kau ingin menghilangkan pengaruh aneh
yang menyerang di dalam tubuhmu?" Akhirnya Chu Seng Kun
bertanya. "Be-benar, Chu twa-ko.......!"
"Dan pengaruh aneh itu benar-benar dapat hilang setelah kau kehabisan tenaga ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya-ya......!" Chin Yang Kun menjawab dengan
bersemangat, seakan-akan memperoleh harapan akan bisa
sembuh kembali seperti sedia kala.
"Ohhh !" Chu Seng Kun bernapas lega seperti sudah dapat menentukan jawaban dari penyakit yang diderita oleh Chin
Yang Kun tersebut. "Bagaimana, Chu twa-ko.......?" Chin Yang Kun yang melihat kawannya itu diam saja lalu mendesak. "Apa... apakah pengaruh aneh itu disebabkan oleh racun yang mengalir di
dalam darahku" Kalau benar, lalu bagaimana cara
menghilangkannya ?" "Sebentar, kupikirnya lebih dulu ....!" Chu Seng Kun menjawab seraya berdiri. Tabib muda itu lalu melangkah
perlahan-lahan mengitari batu tempat mereka duduk. Lengan
kirinya berada di belakang tubuhnya sementara tangan
kanannya memegang dagunya sendiri. Wajahnya tengadah,
memandang bintang-bintang di langit. Sebentar-sebentar ia
mengangguk-anggukkan kepalanya. Ternyata ia sedang
mengerahkan segala ingatannya untuk mengorek kembali
semua pengetahuan yang pernah didapatnya dari buku ilmu
pengobatan yang pernah dipelajarinya selama ini.
"Ba-bagaimana, Chu.... Chu twa-ko?" Chin Yang Kun bertanya tak sabar.
"Sebentar.......!" sekali lagi tabib muda itu menjawab tanpa menoleh maupun menghentikan langkahnya.
Tiba-tiba tabib muda itu malahan merogoh saku bajunya
dan mengeluarkan sebuah buku tebal berwarna kekuningkuningan saking tuanya. Lalu dengan ketajaman matanya
tabib muda tersebut membalik-balikkan halaman buku itu di
dalam keremangan malam. "Hei...!" mendadak tabib muda itu berseru, lalu meloncat menghampiri Chin Yang Kun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan cekatan pula tabib muda itu lalu memeriksa tubuh
Chin Yang Kun, jari-jarinya memencet dan mengurut di
berbagai jalan darah di seluruh tubuh Chin Yang Kun. Dan
karena sudah percaya seratus persen kepada tabib muda itu
Chin Yang Kun menurut saja segala perintahnya.
"Saudara Yang, kau berbaringlah di atas pasir!
Cepat........!" Chu Seng Kun memberi perintah.
Chin Yang Kun menurut pula. Lalu dengan tergesa-gesa
Chu Seng Kun mengeluarkan jarum-jarumnya. Berkali-kali
tabib muda itu menusukkan jarumnya di bawah pusar dan
pelipis Chin Yang Kun, sehingga di bagian itu tampak mencuat berpuluh-puluh jarum besar-kecil seperti bulu landak. Dan
yang terakhir tabib muda itu lalu menggoreskan sebuah jarum besar di atas tengkuk Chin Yang Kun, sehingga darah merah
segera mengalir dari luka tersebut.
"Saudara Yang, sekarang coba kaukerahkan sin-kangmu!
Aku akan melihat pengaruhnya ...." dengan tegang Chu Seng Kun memberi perintah lagi.
Chin Yang Kun mengangguk, lalu bangkit berdiri. Setelah
mengambil napas pemuda itu lalu mengerahkan Liong-cu-ikangnya. "Aduuuh!" Tiba-tiba Chin Yang Kun berteriak kesakitan. Otomatis
kedua tangan pemuda itu mencengkeram kepalanya yang
berdenyut-denyut seperti mau pecah. Dan sejalan dengan itu mendadak pemuda itu merasa sebuah pengaruh aneh
menyusup ke dalam pikirannya. Rasa-rasanya nafsu berahinya seperti bergolak secara perlahan-lahan di dalam badannya.
Dan semakin lama api berbahaya itu semakin bergejolak
memenuhi otaknya, sehingga pemuda itu tak kuat bertahan
lagi. "Chu twa-ko, ini........ini.....oh, aku tak ta-tahan lagi! heh-heh-heh...... tolonglah!" desah pemuda itu terengah-engah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sekilas tampak senyum gembira di bibir Chu Seng Kun, tapi
di lain saat dengan sangat cekatan tabib muda itu segera
mencabut jarum-jarum yang ia benamkan di dalam daging
Chin Yang Kun tadi. Lalu dengan cekatan pula jarum-jarum
tersebut ia masukkan ke dalam cupu kecil (seperti tempat
bedak) berwarna hijau, yang terbuat dari batu giok. Cupu itu berisi cairan kuning, yang segera berasap begitu jarum-jarum tersebut terbenam di dalamnya.
Sementara itu napas Chin Yang Kun semakin tersengalsengal. Matanya liar dan berwarna merah darah. Malah dari
sudut mata itu telah mengalir air mata, bagaikan mata
binatang buas yang sedang menderita kelaparan. Sedang


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tubuh pemuda itu kelihatan gemetar hebat, seolah-olah tubuh itu sedang membawa beban yang amat berat.
"Chu twa-ko, tolonglah aku! Cepat! Aku .......aku
sedang....... eh, anu........ pengaruh aneh itu kini sedang menyerang aku lagi!" Chin Yang Kun mengertakkan giginya dan mengepalkan tangannya erat-erat.
"Kau........ kau jangan bingung ! Aku akan mengobatimu !
Lekaslah kau berbaring kembali.......!" Chu Seng Kun
menjawab dengan tak kalah tegangnya.
Kemudian Chu Seng Kun mengeluarkan sebilah pisau kecil
dari perak. Dengan ujungnya yang runcing tabib muda itu
menyayat beberapa kali pada kulit leher, dahi dan pelipis Chin Yang Kun. Darah yang kehitaman merembes keluar.
"Kau jangan tegang ! Lemaskanlah semua otot-ototmu, lalu tengkuraplah!" tabib muda itu memberi perintah lagi.
Setelah perintahnya dituruti oleh Chin Yang Kun, Chu Seng
Kun segera berseru lagi, "Awas! Sekarang bersiap-siaplah! Aku akan melakukan gerakan pengobatan yang terakhir! Kali ini
agak sakit, karena aku akan menusuk bagian pinggangmu di
bawah punggung ........."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Selesai berkata Chu Seng Kun lalu mengarahkan ujung
pisaunya ke jalan darah siang-pie-kut-hiat di atas pinggang Chin Yang Kun, yaitu di sebelah-menyebelah tulang
punggungnya. Lalu dengan pengerahan tenaga yang telah
diperhitungkan, pisau tersebut dihunjamkan secara
bergantian. Tidak terlalu dalam. Mungkin cuma sebagian kecil saja dari ujungnya yang runcing, tapi sakitnya ternyata hebat bukan main, sehingga Chin Yang Kun yang sudah berjaga-jaga itupun masih berteriak kesakitan juga.
"Arrghhh........!"
Dari luka bekas tusukan pisau itu mengalir darah
kehitaman, yaitu ciri khas darah Chin Yang Kun yang beracun.
Dan bersamaan dengan itu, keringat dingin bagaikan
disemburkan dari setiap pori- pori kulit Chin Yang Kun. Begitu banyaknya sehingga baju dan celana pemuda itu menjadi
basah, bagaikan tersiram air saja. Dan juga bersamaan
dengan itu pula seluruh otot-otot pemuda itu menjadi lemas bagaikan lumpuh mendadak.
"Ohhhh.......!" Chin Yang Kun berdesah panjang.
Perlahan-lahan wajah yang merah tadi berubah menjadi
normal kembali. Napas yang semula terengah-engah dan
tersengal-sengal juga kembali normal pula Iagi. Dan
perubahan tersebut sungguh amat menggembirakan hati Chu
Seng Kun, si tabib muda itu. Hanya tinggal rasa lemas itu saja yang masih diderita oleh Chin Yang Kun.
Dan tabib muda itu segera menghapus keringat yang
membasahi lehernya. Gerakan-gerakan yang dilakukannya tadi ternyata juga hampir menghabiskan seluruh tenaganya.
"Ahh?" sungguh berbahaya sekali !" desah tabib muda itu seraya duduk melepaskan Ielah.
"Oooooh.......!"!" Chin Yang Kun menggeliat, lalu bangkit perlahan-lahan. Badannya tampak lemas, sehingga beberapa
kali hampir gagal untuk mengangkat tubuhnya. "Chu twa-ko, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tubuhku lemas sekali, rasa-rasanya aku seperti tak kuasa lagi untuk bergerak...... ooh! A..... apa sebenarnya yang telah terjadi?"
Chu Seng Kun tersenyum mengawasi Chin Yang Kun, tapi
ia tak beranjak dari tempat duduknya. Badannya juga tampak lemas dan lelah sekali.
"Aku tadi telah berusaha mencari tahu jenis penyakit yang bersarang di dalam tubuhmu. Dan sungguh beruntung sekali,
aku bisa berhasil menemukannya......." tabib muda itu menjawab dengan suara bersyukur.
"Oh.......... jadi?" desah Chin Yang Kun dengan nada gembira.
Tapi kegembiraan pemuda itu segera terhenti tatkala
melihat wajah penolongnya menjadi murung secara
mendadak. Pikirnya lantas menjadi kacau, apa lagi ketika
menyaksikan tabib muda itu memandangnya dengan sinar
mata sedih. ''Chu twa-ko........ kenapa " Apa....... apakah ada sesuatu yang salah" Ka-katakanlah".!" Chin Yang Kun berbisik. Chu Seng Kun menggeleng. "Tidak, Saudara Yang?" tidak ada salah. Aku cuma merasa bersyukur, tapi sebaliknya aku juga merasa bersedih melihat sinar kegembiraan di dalam wajahmu tadi. Karena.........."
"Twako, lekas katakan! Apakah penyakitku itu tak bisa disembuhkan lagi?"
Chu Seng Kun tidak segera menjawab. Sebaliknya tabib
muda itu lalu menghela napas dan menghampiri Chin Yang
Kun. "Saudara Yang.......! Setelah kuperiksa serta kuadakan percobaan tadi, aku dapat menemukan sebab-sebab atau jenis dari penyakit aneh yang sering mengganggumu itu.
Sebenarnya itu bukan penyakit, tetapi hanya merupakan
akibat sampingan dari racun dahsyat yang mengalir di dalam darahmu saja. Kadar racun itu ternyata telah merembes ke
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dalam susunan otakmu dan mempengaruhi simpul syarafmu
terlemah, yaitu simpul syaraf yang berhubungan dengan nafsu berahimu. Gangguan racun itu mengakibatkan simpul syarat
tersebut tidak bekerja secara normal lagi. Sentuhan atau
rangsangan terhadap jaringan-jaringan syaraf tersebut akan mengakibatkan simpul syaraf itu cepat menegang dan bekerja dengan kekuatan penuh, sehingga simpul-simpul syaraf yang
lain tak mampu lagi menahan atau mengendalikannya.
Akibatnya, setiap syaraf tersebut terangsang, kau tak bisa menguasainya lagi......"
"Twa-ko........lalu...... oh, lalu bagaimana cara
menyembuhkannya " Bukanlah hal itu sangat membahayakan
orang lain" Terutama.....terutama terhadap gadis-gadis atau wanita-wanita yang kujumpai ?"
Chu Seng Kun menghela napas. Dengan sedih ia
memandang pemuda sakti yang bernasib malang itu.
"Memang benar. Kau memang menjadi sangat berbahaya
sekali bagi orang lain, terutama bagi wanita. Kepandaianmu luar biasa tingginya, sehingga kalau penyakit itu datang,
jarang yang bisa menahanmu, apalagi mengalahkanmu.
Padahal penyakit itu semakin hari semakin berat dan ganas
mempengaruhi susunan otakmu. Saat sekarang dengan
kesadaranmu kau masih bisa mengalihkan keganasan
pengaruh aneh itu dengan mengobral seluruh tenaga
dalammu, sehingga kau kehabisan tenaga dan tak bisa
berbuat apa-apa lagi. Tapi dalam beberapa waktu lagi engkau sudah tidak bisa berbuat demikian. Pengaruh racun itu sudah demikian besarnya sehingga kau tak ada kesempatan untuk
mengendalikannya lagi......"
"Twa-ko.......?"?" Chin Yang Kun berdesah serak.
Tabib muda itu memandang Chin Yang Kun dengan
perasaan menyesal dan sedih.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Satu-satunya jalan hanyalah berusaha menghilangkan
racun yang mengalir di dalam darahmu. Tapi aku belum dapat menemukan jalan atau caranya. Racun itu sudah menyatu dan
bersenyawa dengan darahmu. Rasanya sulit untuk
memisahkannya lagi."
"Jadi....... jadi aku tak........ tak bisa ditolong lagi?" Chin Yang Kun bertanya gugup.
Chu Seng Kun menundukkan kepalanya. Perlahan-lahan
kepala itu menggeleng, "Entahlah........! Tapi kau jangan putus-asa. Aku akan berusaha keras untuk mencari obatnya."
"Ooh......Ialu........ lalu apa yang mesti kulakukan sebelum obat itu diketemukan ?"
"Tentu saja kau harus berhati-hati dalam menjaga diri.
Jangan sampai kau terangsang oleh wanita. Syukur kalau kau mau pergi mengasingkan diri di tempat sepi, sehingga kau
tidak bertemu dengan perempuan."
"Tapi........tapi masih banyak urusan keluargaku yang harus kuselesaikan. Bagaimana aku bisa meninggalkannya untuk
mengasingkan diri?" "Itulah repotnya! Dalam keadaan normal kau adalah
seorang pemuda atau pendekar yang baik. Tapi jikalau
penyakit itu datang menyerang, kau akan berubah menjadi
seorang iblis penyebar maut yang menakutkan. Terutama
untuk para wanita atau orang-orang yang berusaha
menghalangi niatmu. Maka kalau kau masih berpetualang di
dunia ramai, kau harus menjaga dirimu sebaik-baiknya."
"Ooooh!" Chin Yang Kun lemas tak berdaya.
Keduanya lalu terdiam lesu di tempat masing-masing. Chu
Seng Kun yang masih lelah kehabisan tenaga itu sibuk berpikir tentang penyakit Chin Yang Kun yang aneh itu. sementara
Chin Yang Kun sendiri juga sedang meratapi nasibnya yang
malang. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Begitu asyiknya mereka dengan lamunan mereka masingmasing, sehingga mereka berdua tidak menyadari kalau
sepasang mata bersinar hijau yang sangat mengerikan sedang mengawasi mereka. Mereka menjadi kaget setengah mati
ketika tiba-tiba saja makhluk mengerikan itu meloncat ke
hadapan mereka! "Bhrrrrh.......!" makhluk itu menggeram.
Chu Seng Kun segera meloncat berdiri, tapi segera
terhuyung-huyung mau jatuh. Tubuhnya yang masih lelah
karena baru saja menguras tenaga secara berlebihan itu
ternyata belum pulih kembali seperti sedia kala. Sedangkan Chin Yang Kun yang juga telah kehabisan tenaga itu lebih
parah lagi keadaannya. Beberapa kali pemuda itu berusaha
bangkit, tapi selalu gagal. Badan yang lemas tak bertenaga itu tetap saja tergeletak di atas pasir.
Sementara itu sebuah makhluk mengerikan telah berdiri di
depan mereka. Bentuknya seperti manusia, gemuk bulat
berkepala gundul. Kulitnya berwarna hijau gemerlapan ditimpa sinar bintang. Yang sangat mengerikan dan menjijikkan adalah lendir kental yang menempel pada kulit yang berwarna hijau tersebut. Begitu banyaknya lendir tersebut sehingga makhluk itu bagaikan dibungkus oleh larutan bubur perekat di sekujur tubuhnya. Malahan saking banyaknya, lendir kental itu tampak meleleh dan berjatuhan ketika makhluk itu berjalan. Baunya jangan ditanya lagi. Busuk bukan main! Busuk dan amis!
Saking kagetnya Chu Seng Kun dan Chin Yang Kun justru
terdiam tak bisa berkata sepatahpun. Keduanya menatap
makhluk mengerikan itu dengan mulut ternganga dan mata
terbelalak ! Beberapa kali makhluk itu berusaha mengusap atau
membuang lendir kental yang menutupi mulut dan hidungnya.
Tapi lendir yang meleleh demikian banyaknya sehingga
tempat itu segera tertutup kembali seperti semula.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bhhrrrr....... sungguh bhrr........ beruntung sekali aku bhrr.....b-b-bisa bhertemu dengan tabbhhrrr....... dengan tabib pandai seperti kau ini, hahahaha...... bhrr!" tiba-tiba makhluk mengerikan itu berkata.
"Hah.....?" Chu Seng Kun berseru seraya melangkah
mundur setindak. "Kau siapa?"
"Hahaha....... bbrrrr........ aku sudah lama mengintaimu di sini, yaitu sejak kau mmbhrr-berusaha mengobati anak muda
ini. Sekarang kalian berdua sama-sama tak
bhherrr.....hhrrr........ tak berdaya dan kehabisan tenaga.
Maka dari itu ka.......ka...bherrr ... kalian tak perlu
melawan........." makhluk itu berkata lagi, sama sekali tak mengacuhkan pertanyaan Chu Seng Kun. Sebentar-sebentar
tangannya mengusap lendir yang menghalangi gerak mulut
dan bibirnya. "Apa......maksudmu?" Chu Seng Kun bertanya lagi.
Tabib muda itu mundur selangkah lagi. Tetapi bukan
karena takut, sebab sebagai seorang yang telah biasa
berpetualang ia telah bisa menenteramkan dan menenangkan
hatinya kembali. Apalagi setelah ia perhatikan benar-benar, makhluk tersebut ternyata bukanlah hantu atau iblis yang
patut ditakutkan. Makhluk mengerikan itu tak lain adalah
manusia juga seperti dirinya. Cuma yang membuat orang itu
menjadi sangat mengerikan adalah kulit dan lendirnya yang
aneh dan menjijikkan itu.
"Bbhrrrrr.......! Terus terang aku minta tol... tolhong.......
bhrrrr. SembuhkanIah aku dari penyakitku yang.......yang
aneh ini !" "Penyakit" Ada apa dengan tubuhmu itu?"
Orang yang berselimutkan lendir itu menundukkan kepala
dan tampak ragu-ragu untuk berterus terang. Tapi beberapa
saat kemudian kepala itu kembali tengadah. Tangannya lalu
sibuk membuang lendir yang menutupi mulutnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bbhhrrr..... baiklah, aku akan berterus terang kepadamu.
Aku..".aku sesungguhnya tidak menderita penyakit apa-apa.
Dan aku juga tidak merasa sakit atau disakiti orang. Aku
hanya menjadi....... menjadi korban dari ilmuku sendiri !"
"Menjadi korban dari ilmumu sendiri ?" Chu Seng Kun
menegaskan. "Bhhrrrr........ benar! Aku sejak muda selalu bergulat dengan racun, terutama racun kelabang hijau! Racun yang
amat ganas dan berbahaya itu berhasil aku taklukkan dan aku kuasai, sehingga dapat kupakai sebagai senjata dan dasar dari ilmu yang kupelajari. Sedikit demi sedikit setiap hari racun itu kumasukkan dan kuresapkan ke dalam tubuhku, sehingga
racun itu akhirnya dapat merasuk dan menyatu dengan darah
dagingku. Dan untuk tetap dapat mmm.......mbbrrrr.....
menguasai serta mmm".mbbbrrrr....... mengendalikannya,
setiap hari atau setiap waktu tertentu aku meminum ramuan
yang telah kubuat sendiri. Tapi karena sesuatu hal dalam dua hari ini aku tak melakukannya. Dan celakanya lagi, bhrrrr........
dalam dua hari dua malam itu tubuhku terendam di dalam air asin, air yang selama ini selalu kujauhi dan menjadi pantangan dari ilmu yang kupelajari. Maka akibatnya........ oh,
bhrrrr....tubuhku menjadi seperti ini."
Selesai berkata orang itu lalu mengawasi Chu Seng Kun. Di
dalam tatapan matanya, terkandung permohonan dan harapan
agar tabib muda itu mau mengobatinya. Hanya saja di dalam
permohonannya itu ada tersirat juga nada paksaan, bahkan
ancaman, apabila permintaannya tersebut tidak dikabulkan
oleh Chu Seng Kun. Chu Seng Kun tidak segera memberi jawaban. Sejak orang
itu menyebutkan jenis racun yang dipelajarinya, serta apa
yang telah terjadi selama dua hari ini, ia segera menjadi
curiga. Apalagi setelah ia perhatikan lebih teliti lagi, ternyata ia segera mengenal orang itu. Orang itu tak lain adalah Si
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kelabang Hijau Ceng-ya-kang, yang mencebur ke laut dua hari yang lalu!
Otomatis Chu Seng Kun menoleh ke arah kawannya,
seolah-olah ingin memberitahukan bahwa orang yang
dicarinya selama ini ada di depannya. Tapi betapa terkejutnya dia ketika melihat Chin Yang Kun masih saja terbaring di
tempatnya. Pemuda itu belum dapat bangun karena belum
pulih kembali kekuatannya.
"Wah....... gawat nih ! Saudara Yang masih lumpuh,
sedangkan aku juga masih lemas pula. Kalau iblis berbahaya ini memaksakan kehendaknya dan mengamuk, aku dan
Saudara Yang terang belum bisa menghadapinya. Padahal aku
belum tentu bisa mengobatinya pula. Bagaimana kalau iblis yang licik dan keji ini nanti marah ?" tabib muda itu berpikir di dalam hati. "Hmmm, satu-satunya jalan hanyalah mengulur waktu. Siapa tahu Saudara Yang sudah bisa memulihkan
tenaganya?" Setelah memperoleh keputusan demikian, Chu Seng Kun
lalu menarik napas dalam-dalam. Dengan tenang ia
menghadapi Ceng-ya-kang yang kini keadaannya sangat
mengerikan itu. "Hmmm........ terus terang aku tadi tidak mengenalmu
sama sekali. Tapi begitu mendengar ceritamu, aku lantas ingat siapa kau ini sebenarnya......." akhirnya Chu Seng Kun membuka muIutnya.
"Hei........ kau mengenal....bbrrrr......mengenalku ?" orang yang tidak lain memang Ceng-ya-kang itu tersentak kaget.
"Ya. Bukankah kau adalah Si Kelabang Hijau Ceng-ya-kang"
Siapa lagi di dunia ini yang sering bermain-main racun
Kelabang Hijau selain Ceng-ya-kang ?"
Tiba-tiba Ceng-ya-kang meloncat maju, sehingga lendirlendirnya banyak yang terlepas berjatuhan ke tanah. Baunya jangan ditanya lagi ! Amis dan busuk memuakkan !
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nah, kalau aku memang benar Ceng-ya-kang, kau mau
apa..... heh" Bhrrrrrr...... !"
Chu Seng Kun cepat-cepat melompat ke samping, tapi lagilagi tabib muda itu terhuyung-huyung mau jatuh.
"Bersabarlah........!" teriaknya.
"Heheh... bhrrrr.... hati-hati kau! Aku tahu kau baru saja menghamburkan tenaga sakti untuk mengobati pemuda itu.
Badanmu masih lemah, begitu pula dengan pemuda ganteng
itu, bhrrrrrr....... heheh ! Oleh karena itu kau jangan coba-coba melawan aku. Lebih baik kauturuti saja permintaanku, jika tidak......bhrrrr..... aku akan membunuh kalian berdua !"
"Bersabarlah! Aku akan mengobatimu"."
"Nah... begitu lebih baik. Tapi jangan coba-coba
mengelabuhi aku. Lihatlah di sekeliling kalian ! Tempat ini telah penuh dengan racun-racunku. Dan tanpa kalian sadari, kalian juga sudah kemasukan racunku pula. Kalau tak percaya, hehe... bhrrrr........ silakan periksa pernapasan kalian! Oleh karena itu". bhrrr ...... jangan coba-coba menipu aku ! Sekali aku mencurigai gerak-gerik kalian, kalian tentu kubunuh !"
Chu Seng Kun lagi-lagi terperanjat, apalagi ketika ia benar-benar memeriksa pernapasannya! Dadanya terasa sakit! Gila, ternyata akibat penghamburan tenaganya tadi membuat
kewaspadaannyapun menjadi berkurang. Tanpa ia sadari
tubuhnya telah kemasukan racun yang ditebarkan oleh Cengya-kang. Ketika tabib muda itu melirik ke arah Chin Yang Kun,
hatinya semakin menjadi kecut. Pemuda itu tampak tersengal-sengal pernapasannya. Air mukanya kelihatan membiru,
sementara matanya tampak melotot mengawasi Ceng-ya-kang
! Agaknya pemuda itu juga sudah kemasukan racun Ceng-yakang pula ! Memang benar juga dugaan Chu Seng Kun itu, Chin Yang
Kun memang telah terkena racun yang disebar oleh Ceng-yaTiraikasih Website http://kangzusi.com/
kang sebelum muncul di hadapan mereka. Tetapi seperti telah diketahui, tubuh pemuda itupun telah sarat dengan racun
pula. Maka sedikit racun yang ditebarkan oleh Ceng-ya-kang itu sebenarnya tidak berpengaruh apa-apa terhadap tubuhnya.
Malahan bila dihitung-hitung, racun yang mengalir di dalam tubuh Chin Yang Kun sendiri justru sepuluh kali lipat lebih hebat dan lebih ganas dari pada racun tersebut.
Yang membuat napas pemuda itu tersengal-sengal serta air
mukanya pucat membiru itu adalah ketegangan hati pemuda
itu sendiri. Kenyataan yang demikian mendadak, di mana
secara tiba-tiba dia berhadapan muka dengan orang yang
dicarinya, padahal keadaan tubuhnya sedang lumpuh dan
kehabisan tenaga, membuat pemuda itu menjadi gelisah,
tegang dan penasaran ! Rasa-rasanya pemuda itu ingin
menerkam serta mencekik iblis tersebut, untuk menanyakan
peristiwa di hutan Bukit Ular setahun yang lalu. Sayang sekali badannya yang lemas dan lumpuh itu telah menghalang-halanginya. Oleh karena itu yang dapat dilakukannya hanyalah menggeram dan melotot saja kepada Ceng-ya-kang !
"Bhrrrr"... bagaimana" Kau mau mengobati aku atau
tidak?" tiba-tiba Ceng-ya-kang membentak.
"Ba-baiklah........ tapi biarlah aku menyelesaikan
pengobatan terhadap temanku itu dahulu. Bagaimana ?" Chu
Seng Kun mencoba mencari kesempatan untuk berbicara


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan Chin Yang Kun, agar bisa merundingkan cara untuk
menghadapi iblis dari Ban-kwi-to itu.
"A-a.....brrrh........" Hah....... kau jangan mencoba mengakali aku, ya.......?" Ceng-ya-kang segera mencegah.
Tapi Chu Seng Kun cepat berbalik dan menghadapi iblis itu
dengan bertolak pinggang. Dengan lantang ia berkata,
"Hmm...... kedatanganku di tempat ini hanya untuk mengobati temanku itu. Kalau akhirnya aku tak bisa menyelesaikan
pengobatan itu, padahal hanya tinggal menusukkan tiga
batang jarum saja, lalu di mana nanti aku hendak menaruhkan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mukaku" Lalu apa gunanya aku jauh-jauh datang ke sini" Dan apa gunanya aku mempertahankan nama besarku sebagai ahli
pengobatan selama ini" Hmm, kalau demikian halnya, lebih
baik semuanya mati saja ! Kau bunuhlah aku ! Biarlah aku
mati, sehingga kau dan temanku itu juga mampus pula
bersama aku"!" Ceng-ya-kang justru mundur selangkah ketika Chu Seng
Kun mendesak maju. Iblis itu tampak bimbang. Siasat Chu
Seng Kun yang cerdik itu malah membuatnya bimbang!
Sekejap iblis itu termangu-mangu di tempatnya, sebab
bagaimanapun juga dia ingin disembuhkan pula dari
penderitaannya itu. Dan kini secara kebetulan dia berjumpa dengan seorang tabib pandai. Dan kesempatan seperti ini
akan sulit ia dapatkan di kemudian hari.
"Ayoh! Kenapa kau menjadi ragu-ragu " Bunuhlah aku"..!"
Chu Seng Kun yang melihat kebimbangan Ceng-ya-kang itu
segera mendesak lagi. "Ba.......hhrr........ baiklah ! Kau benar-benar tinggal menusukkan tiga batang jarum saja lagi, bukan " Ka-kalau
begitu....... lakukanlah! Tapi bhrrr....... kau jangan coba-coba menipuku, karena untuk melindungi jiwaku". hhrr....... aku tak segan-segan membunuhmu !"
"Hmmh!" Chu Seng Kun mendengus, kemudian tubuhnya berbalik
dan melangkah ke tempat Chin Yang Kun. Dan begitu
berhadapan dengan Chin Yang Kun, tabib muda itu segera
memberi isyarat dengan matanya.
"Perhatikan jarumku.........!" bisik tabib muda itu lemah, sebelum iblis Ban-kwi-to itu ikut pula duduk di dekatnya.
Chin Yang Kun mengerutkan keningnya. Mula-mula ia
menjadi gugup dan bingung melihat kawannya itu memberi
isyarat kepadanya. Tapi sesaat kemudian ia segera
menangkap maksud kawannya itu. Maka ketika ia disuruh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tengkurap di atas pasir, maka iapun tak membantah. Ia
menanti saja apa yang hendak dilakukan oleh tabib muda itu kepadanya. Dan untuk sementara ia berusaha
mengesampingkan kegeraman hatinya kepada iblis Ban-kwi-to
itu. "Perhatikan jarum-jarumku......!" Pemuda itu mengulang kata-kata Chu Seng Kun di dalam hatinya. "Apa maksudmu
......... ?" Tiba-tiba kulit punggungnya terasa dicoret-coret dengan
ujung jarum oleh Chu Seng Kun. Beberapa coretan lalu
berhenti. Kemudian coretan itu diulangi lagi, persis dengan yang tadi. Lalu berhenti lagi. Dan beberapa saat kemudian
coretan tersebut diulangi lagi oleh Chu Seng Kun, sehingga akhirnya Chin Yang Kun tahu apa yang dikehendaki kawannya.
Tampaknya tabib muda itu bermaksud menulis pesan dengan
goresan-goresan jarum pada punggungnya, agar Ceng-yakang yang buta huruf itu tidak menyadari kalau sedang
diakali. "Ayoh........ bhrrrr ! Mengapa jarum itu tidak lekas-lekas kautusukkan " Mengapa cuma kauputar-putarkan saja di atas
punggungnya " Kau ingin mengulur-ulur waktu, ya "
Bbrrrr...... jangan harap! Cepat !" iblis Ban-kwi-to itu menggertak.
"Baiklah, Chu twa-ko ! Lekaslah........!" Chin Yang Kun berseru kepada Chu Seng Kun pula, sebagai isyarat bahwa ia juga sudah mengerti apa yang dimaksudkan oleh kawannya
itu. "Baik!" Chu Seng Kun juga berseru dengan gembira, begitu maksudnya telah diketahui oleh Chin Yang Kun. "Tapi kau jangan tergesa-gesa pula. Meskipun hanya menusukkan
jarum, tapi pekerjaan itu juga tidak mudah. Harus menurut
aturan dan cara-cara yang telah ditentukan."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Begitulah, sambil menyelipkan pesan-pesan dengan
coretan-coretannya Chu Seng Kun menusukkan ketiga
jarumnya di tempat yang dikehendakinya.
Tiga batang jarum ini kugunakan untuk memacu dan
membantu urat-urat penting di dalam tubuhmu, agar urat
syaraf serta peredaran darahmu dapat segera pulih seperti
sedia kala. Setelah itu terserah kepadamu untuk menghadapi iblis ini.
"Nah, aku sudah selesai dengan pengobatanku sekarang.
Bagaimana " Apakah kau sudah siap pula?" Chu Seng Kun menoleh ke arah Ceng-ya-kang dan bertanya.
Iblis itu bangkit berdiri. "Bhrrrr..... bagus! Aku juga sudah siap. Tapi sekali lagi kuperingatkan, jangan sekali-sekali kalian berbuat yang mencurigakan atau berbuat curang. Sebab sekali saja aku mengetahui atau melihatnya, kalian........ atau kita semua akan mati di tempat ini. Kalian tahu mengapa aku
berkata demikian " Bhrrr.....lihat.......lihatlah pasir di bawah kaki kalian itu!"
Chu Seng Kun menarik napas panjang, lalu menundukkan
kepalanya. Begitu juga dengan Chin Yang Kun. Pemuda itu
secara otomatis juga memandang pasir yang ditindihnya.
Dan secara berbareng keduanya membelalakkan matanya.
Keduanya seperti orang yang sedang ketakutan !
Pasir itu ternyata telah berubah warnanya menjadi hijau
gelap. Dan itu berarti bahwa pasir tersebut telah mengandung racun pula. Malah lapat-lapat kedua pemuda itu melihat asap tipis atau kabut tipis dari dalam pasir tersebut. Kabut tipis itu perlahan-lahan mengepul ke atas, seakan-akan hendak
menyelimuti tubuh mereka bertiga.
"Nah .....bhrrr......... sudah kalian lihat itu " Hahaha........
bhrrr........ hal itu berarti bahwa kalian berdua juga sudah terkena racunku pula. Dan hal itu juga berarti bahwa mati
hidup kalian telah berada di tanganku. Maka dari itu, asal Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kalian tidak berlaku curang dan bisa menyembuhkan
penyakitku, aku juga akan memberi obat penawar racunku....
kepada kalian. Ba-ba". bherrrr........ bagaimana pendapat
kalian " Bu-bukankah tukar-menukar ini adil juga?"
"Sudahlah! Kau tak usah menakut-nakuti kami! Bersiaplah, aku akan mulai mengobati penyakitmu!" Chu Seng Kun cepat
memotong perkataan Ceng-ya-kang.
"Bhhrrr "..aku sudah siap. Apa yang harus kukerjakan?"
"Berguling-gulinglah dahulu di atas pasir biar lendir-Iendir itu hilang dari badanmu ! Setelah itu mandilah dalam air laut agar supaya pasir-pasir yang menempel di tubuhmu menjadi
bersih !" Chu Seng Kun memberi perintah.
"Bhhrrrr".. kurang ajar ! Kau mau mengolok-olok aku" Ku-kubunuh kau!" tiba-tiba Ceng-ya-kang naik pitam.
Iblis itu berdesis, lalu menerkam Chu Seng Kun. Dengan
susah payah tabib muda itu mengelak, kemudian berteriak,
"Tunggu ! Kau jangan Iekas marah ! Aku tidak bermaksud
menghinamu! Dengarlah........I Bagaimana aku bisa melihat
dan memilih urat-urat serta jalan darahmu kalau kulitmu
tertutup lendir-lendir kental begitu " Bagaimana kalau aku salah menusukkan jarumku nanti?"
Ceng-ya-kang menggeram dan menunda serangannya.
Kata-kata Chu Seng Kun itu memang masuk akal. "Hmm.......
jadi.......jadi aku harus bergulung-gulung di atas pasir ini dahulu" Bhhrrrrr....." akhirnya Iblis itu berkata.
"Benar ! Atau kalau kau keberatan, aku akan ngawur saja dalam menusukkan jarumku. Bagaimana......?"
"Ba-baik....... bherrrrr".. baiklah, aku akan berguling-guling di pasir ini ! Tapi awas kalau kau mempermainkan aku !"
Dengan agak sedikit malas iblis itu lalu berguling-guling di atas pasir. Mula-mula hanya perlahan-lahan saja, tetapi makin lama akhirnya makin cepat juga. Setelah lendir-lendir kental Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu hilang dari tubuhnya, iblis itu lalu berlari ke pantai.
Tubuhnya yang sekarang penuh dengan pasir itu
dimasukkannya ke dalam air, kemudian digosok-gosoknya
hingga bersih. Kesempatan itu dipergunakan oleh Chu Seng Kun untuk
menengok Chin Yang Kun. "Bagaimana Saudara Yang" Apakah tenaga saktimu telah
bisa pulih kembali ?"
"Belum. Sebentar lagi. Tolong kau ulur lagi waktunya !"
Chin Yang Kun menjawab perlahan, takut didengar Ceng-yakang. "Hei........ kalian bicara apa ?" Ceng-ya-kang tiba-tiba meloncat keluar dari dalam air dan berdiri di depan mereka.
"Kalian berunding untuk menjebak aku, he......?"
"Aku hanya menanyakan hasil dari pengobatanku tadi.
Apakah itu tidak boIeh ?" Chu Seng Kun membantah dengan berani.
"Tidak boleh ! Sekali lagi kalian berbicara satu sama lain, pemuda ganteng itu akan kubunuh !" Ceng-ya kang yang kini sudah bersih dari lendir itu menggeram.
"Hmmh!" Chu Seng Kun mendengus.
"Aku sudah bersih sekarang. Apa yang mesti kukerjakan lagi" Tapi....... awas ! Sekali kau melakukan kecurangan,
racun-racunku akan segera bekerja. Satu persatu ruas-ruas
tulangmu akan terlepas seperti orang yang terkena penyakit kusta. Dan kalian jangan harap bisa sembuh tanpa meminum
obat penawarku !" Tabib muda itu tergetar hatinya. Tampaknya iblis itu tidak hanya sekedar mengancam saja. Kelihatannya iblis itu
memang berkata sebenarnya. Racun Kelabang Hijau memang
bukan racun sembarangan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Agaknya aku memang tidak boleh sembrono menghadapi
orang ini. Racun itu mungkin memang takkan bisa kutahan
atau kuobati sendiri tanpa pertolongan obat penawarnya. Oleh karena itu aku harus berhati-hati dan pandai mengambil
hatinya, agar obat penawar itu diberikan kepadaku dengan
baik-baik," Chu Seng Kun berkata di dalam hatinya.
Tabib muda itu lalu melangkah ke depan. "Jangan banyak
bicara! Kau tinggal percaya atau tidak kepadaku" Kalau masih percaya, ya..... syukur. Kalau tidak, ya?".silakan pergi saja !
Habis perkara!" katanya lantang.
"Hmmh !" Ceng-ya-kang menggeram. Lalu, "Baiklah ! Apa yang harus kulakukan Iagi?"
"Kau duduklah bersila di atas pasir! Kendorkanlah semua urat dan otot-ototmu, aku akan memeriksa dulu penyakitmu!"
Chu Seng Kun berkata tegas.
Sementara itu Chin Yang Kun sudah mulai bisa
menghimpun kembali kekuatannya. Tusukan tiga batang
jarum yang dilakukan oleh Chu Seng Kun tadi benar-benar
membantu dan mempercepat proses pemulihan tenaganya.
Kini hanya tinggal beberapa buah jalan darah saja yang belum pulih seperti semula.
Demikianlah, Chin Yang Kun seperti sedang berlomba
dengan waktu, sementara Chu Seng Kun membantunya
dengan mengulur ulur waktunya. Tetapi meskipun demikian,
tabib muda itu juga tidak berani main-main dengan iblis
tersebut. Selain mengulur waktu, tabib muda itu juga
berusaha dengan sekuat tenaganya untuk mengetahui jenis
penyakit lawannya. Sementara itu tubuh Ceng-ya-kang yang sudah bersih itu
mulai dilapisi dengan lendir yang keluar lagi dari dalam
tubuhnya. Lendir itu mengucur keluar dari pori-pori kulit
bersama-sama dengan keringat. Semakin lama lendir tersebut Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
semakin banyak juga sehingga akhirnya mengganggu
pekerjaan Chu Seng Kun. "Wah....... lendirmu sudah menutupi kulitmu lagi! Maukah kau membersihkannya lagi?" tabib muda itu mengeluh.
"Bangsat! Lendir gila ! Makin lama keluarnya semakin deras juga ! Huh !" iblis itu mengumpat-umpat. Lalu, "Apakah kau sudah menemukan cara untuk mengatasinya ?"
"Sudah ! Tapi aku harus memeriksanya kembali, apakah
cara yang akan kulakukan itu tidak membahayakan kau. Aku
harus berhati-hati menanganinya, karena aku belum pernah
menjumpai penyakit seperti ini sebelumnya," Chu Seng Kun menjawab.
"Kurang ajar! Huh, baiklah,,,,,., aku akan berguling-guling di pasir dan mandi di laut lagi ! Kaunantikanlah di sini !"
dengan perasaan mendongkol Ceng-ya-kang bersungutsungut. Begitu iblis itu membenamkan dirinya di laut, Chu Seng Kun bergegas menghampiri Chin Yang Kun kembali.
"Saudara Yang, bagaimana......" Sudah pulih kembali?"
bisiknya kepada pemuda berkepandaian tinggi itu.
"Tinggal sedikit lagi ! Lalu apa yang harus kulakukan seteIah tenagaku pulih nanti" Menggempur dia?"
"Jangan! Biarlah aku meminta obat penawarnya dahulu,
selelah itu baru terserah kepadamu....." Chu Seng Kun cepat-cepat mencegah. "Eh, dia sudah selesai mandi. Berhati-hatilah!"
Chu Seng Kun bergegas menjauhi Chin Yang Kun lagi.
"Ayoh..... cepatlah ! Tubuhku sudah bersih kembali !"
Ceng-ya kang berseru. "Bagus! Bersilalah Iagi di atas.......!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Iblis itu memandang Chu Seng Kun dengan tajamnya,
setelah itu perlahan-lahan matanya menoleh ke arah tubuh
Chin Yang Kun, yang masih tergolek di atas pasir.
"Sekali lagi kau mengajaknya bicara, aku langsung akan membunuhnya! Dan aku tidak akan peduli lagi, apa yang akan terjadi nanti !" Iblis itu menggeram seraya bersila di muka Chu Seng Kun.
Tergetar juga hati tabib muda itu. la tak menduga kalau
iblis itu mengetahui juga gerak-geriknya tadi. Maka untuk
sesaat, ia menjadi ragu-ragu untuk melanjutkan
pengobatannya. Ia khawatir iblis keji yang sukar diduga
pikirannya itu akan berbalik pikiran dan mengamuk !
"Ayoh, lekas! Kenapa kau diam saja di situ" Mau mengulur waktu agar tenagamu pulih kembali" Dan kemudian kau mau
mencoba melawan aku" Huh........ jangan bermimpi ! Sekali
saja kau mengerahkan separuh dari tenaga saktimu, maka
racunku akan segera bekerja ! Dan dalam waktu singkat
seluruh anggota badanmu akan terlepas satu persatu dari
tubuhmu, bagaikan sebatang pohon yang berguguran
daunnya di musim gugur?"
"Aaaah........!" Chu Seng Kun berdesah.
"Ayoh ! Apa yang kautunggu lagi?" Ceng-ya-kang
mendesak. Chu Seng Kun tersentak. Tapi bersamaan dengan itu tibatiba timbul akal di dalam pikiran tabib muda tersebut.
"Ooughhh!" desisnya seperti orang yang sedang menahan sakit, lalu tubuhnya terhuyung-huyung mau jatuh. Tapi ia
segera berpura-pura bertahan sekuat tenaganya.
"Hei" Kau kenapa.......?" dengan kaget Ceng-ya-kang berseru.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Chu Seng Kun mengambil napas sambil mendekap
dadanya, "Tidak apa-apa ! Hanya gangguan kecil saja. Dadaku terasa sakit...."
"Dadamu terasa sakit " Apakah........ apakah lenganmu juga terasa kesemutan?"
Chu Seng Kun melirik, diam-diam ia tersenyum melihat
kekhawatiran iblis itu. "Be-benar.....! Malah tidak cuma lenganku saja yang
kesemutan, tapi juga kedua kakiku," tabib muda itu
berbohong. "Kurang ajar ! Kau tentu tidak mengindahkan peringatanku tadi! Kau tentu mengerahkan sinkangmu........" Ceng-ya-kang mengumpat.
"Hah?" Chu Seng Kun pura-pura kaget.
"Aku ...... aku memang telah mengerahkan sinkangku.
Tapi.......tapi.....,,.itu akan kugunakan untuk mengobatimu.
Untuk mengurut, menotok dan menusukkan jarum, aku harus
mempergunakan sinkang........." Chu Seng Kun meneruskan sandiwaranya.
Chu Seng Kun laIu berpura-pura jatuh. Tentu saja Ceng-yakang yang sedang membutuhkan pertolongan tabib muda itu
menjadi kelabakan. Iblis tersebut mengira lawannya benarbenar sedang menderita akibat serangan racunnya.
"Gila! Kau tadi tidak mengatakan bahwa cara
pengobatanmu itu harus mempergunakan sin-kang! Tahu
begitu, aku tentu akan memberimu dulu obat penawarnya!
Hmh ! Nih".. kauisaplah dulu darahku, lalu telanlah !" Iblis itu membentak marah.
Ceng-ya-kang lalu melukai ujung jarinya, sehingga
darahnya segera merembes keluar. Tapi ketika jari itu dia
acungkan ke mulut Chu Seng Kun, tabib muda itu tidak mau
mengisapnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Iblis itu semakin menjadi marah.
"Kau ingin sembuh tidak?"" teriaknya. "Hanya darahku ini saja yang bisa mengobatimu ! Inilah obat penawarnya itu !
Ayoh, cepat isaplah !"
Beberapa saat lamanya Chu Seng Kun masih ragu-ragu.
Selain merasa jijik, tabib muda itu juga masih menimbangnimbang di dalam hati, adakah kata-kata iblis itu bisa
dipercaya atau tidak. "Tapi........iblis ini sekarang membutuhkan sekali
pertolonganku. Jadi rasa-rasanya tak mungkin ia berbohong, atau mau membunuh aku. Dan di dalam ilmu pengobatan,
kata-katanya itu memang masuk akal. Aku pernah membaca
di dalam buku peninggalan su-couw, bahwa seorang yang
digigit ular akan sembuh bila meminum darah ular itu sendiri.
Hmm, baiklah...... aku akan meminum darah iblis ini!" Chu Seng Kun menimbang-nimbang di dalam hati.
Demikianlah, seperti dipaksakan Chu Seng Kun mengisap
darah yang menetes dari ujung jari Ceng-ya-kang. Baunya
amis dan anyir, sehingga tabib muda itu hampir muntah
karenanya. "Sekarang kaukerahkan tenaga saktimu secara perlahanlahan ! Kemudian kumpulkan semuanya di dada, lalu desaklah rasa sakit yang menyerangmu tadi keluar dari dalam tubuhmu
!" Ceng-ya-kang memberi perintah.
Jilid 39

Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

PERLAHAN-LAHAN Chu Seng Kun mengerahkan sinkangnya
seperti yang diperintahkan oleh iblis dari Ban-kwi-to itu. Dan secara perlahan-lahan juga tubuh tabib muda itu menjadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
panas, sehingga akhirnya terlihat asap tipis mengepul dari tubuh tersebut. Asap itu semakin lama semakin tebal,
berwarna kehijau-hijauan dan berbau busuk serta amis!
"Nah, kau sudah bebas dari racunku sekarang. Kini ganti kau yang menyembuhkan penyakitku. Aku..........?"
Tiba-tiba Ceng-ya-kang tidak meneruskan ucapannya. Iblis
itu baru sadar kalau dirinya terkecoh. Karena terlalu khawatir pada penyakitnya, ia sampai lupa memberi obat penawar
kepada lawannya. Bagaimana kalau lawannya itu tiba-tiba
berbalik pikiran" Benar saja. Iblis itu menjadi pucat wajahnya. Perlahanlahan ia melihat Chu Seng Kun bertolak pinggang di
hadapannya. Tabib muda itu tersenyum penuh kemenangan.
"Manusia busuk ......! sungguh pintar mengelabuhi aku !
Tapi jangan buru-buru bergembira dahulu! Aku tahu kau
belum pulih seluruhnya ! Kau tidak akan menang melawan aku
! Kini akan kubunuh kauuuu.......!!!" iblis itu berteriak penasaran.
"Cuh! Cuh! Cuh!"
Ceng-ya-kang meloncat seraya mengobral ludahnya. Tapi
dengan cepat Chu Seng Kun mengelak, kemudian melompat
menjauhi lawannya. Gerakannya masih lemah, sehingga
ludah-ludah itu hampir saja mengenai badannya.
iblis gundul itu cepat mengejar, lalu melancarkan serangan lagi secara bertubi-tubi. Tentu saja Chu Seng Kun yang belum pulih kembali itu menjadi kalang kabut ! Beberapa kali pukulan Ceng-ya-kang hampir mengenai badannya.
Mendadak terdengar desis ular yang sangat keras. Begitu
kerasnya sehingga kedua orang yang sedang bertempur itu
merasa kaget sekali. Keduanya melompat mundur seraya
bersiap-siaga penuh. Mereka membayangkan, tentu ada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seekor ular raksasa yang keluar dari dalam laut, mau
menyerang mereka ! "Ssssssss!" "Hah?" "Heh ! Ooh, kau ....... Saudara Yang !"
Ternyata mereka salah sangka ! Yang berdesis di belakang
mereka tadi ternyata bukan seekor ular raksasa,
Tetapi.......Chin Yang Kun !
Pemuda itu ternyata telah selesai memulihkan tenaganya,
dan kini tampak berdiri tegak memandang Ceng-ya-kang!
Matanya mencorong penuh kemarahan !
Entah mengapa, Ceng ya kang yang biasa ditakuti orang itu
tiba tiba merasa ngeri melihat pandang mata Chin Yang Kun
yang penuh ancaman itu. Bulu kuduknya terasa meremang,
apalagi ditambah dengan hembusan udara dingin yang
meniup dari tubuh Chin Yang Kun.
"Kau........ kau........" Mengapa kau tidak terpengaruh oleh racunku ?" dengan suara gemetar iblis itu menyapa Chin Yang Kun. "Siapakah kau se........ sebenarnya?"
"Hmm ........ tampaknya kau mulai ingat kembali kepadaku, iblis keji ! Ayoh, kalau begitu mari kita selesaikan sekarang utang-piutang kita itu !" Chin Yang Kun menggeram.
Ceng-ya-kang mengerutkan dahinya, lalu meloncat
selangkah ke belakang. "Tunggu dulu! Huh ....... utang
piutang katamu " Kurang ajar ! Utang piutang apa itu?"
"Setan gundul ! Kau jangan berpura-pura lupa kepadaku!
Ingat peristiwa di hutan lebat di lereng Bukit Ular setahun yang lalu" Peristiwa terbantainya seluruh Keluarga Chin di tengah malam buta itu?" Chin Yang Kun menggeram lagi
dengan hebat. Tiba-tiba Ceng-ya-kang tertawa gelak-gelak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ooo.... itu ! Hahahaha.........! Aku ingat kepadamu
Pendekar Gelandangan 5 Peristiwa Bulu Merak Karya Gu Long Kisah Sepasang Bayangan Dewa 5

Cari Blog Ini