Ceritasilat Novel Online

Pendekar Penyebar Maut 29

Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono Bagian 29


kau selalu memperoleh apa yang kau inginkan?"
Chin Yang Kun menarik napas dalam-dalam.
"Kau belum tahu hal yang sebenarnya....." pemuda itu
berdesah panjang, kemudian menutupi mukanya dengan
kedua belah telapak tangannya. Tampak benar betapa
sedihnya hatinya. Untuk beberapa saat lamanya mereka lalu berdiam diri,
yang terdengar hanya tarikan napas dan keluhan Chin Yang
Kun saja. Pemuda itu sungguh-sungguh kelihatan bersedih
sekali, sehingga akhirnya Wi Yan Cu menjadi tertarik dan
merasa penasaran sekali untuk mengetahui apa yang
disedihkan oleh temannya tersebut.
Perlahan-lahan wanita itu mendekati Chin Yang Kun. Entah
mengapa melihat kesungguhan pemuda itu, hatinya merasa
tersentuh. Hilang perasaan takutnya. Yang ada di dalam
hatinya kini hanya perasaan tertarik dan ingin tahu masalah yang sedang disedihkan oleh pemuda yang dulu pernah
dikaguminya itu. ''Yang Kun......... Apa sebenarnya yang kausedihkan "
Mengapa kau merasa amat menderita " Itukah...... itukah
yang menyebabkan sehingga kau menjadi berubah seperti
ini?" Chin Yang Kun tersentak kaget. Tahu-tahu Wi Yan Cu telah
memegang pundaknya dan berbisik di telinganya.
"Yan Cu........kau " Kau......?" Chin Yang Kun tergagap bingung menyaksikan tingkah Wi Yan Cu.
"Sudahlah, kau jangan bersedih! Kau tidak sendirian di dunia ini. Tidak hanya engkau saja yang merasa sengsara
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
serta dirundung kesedihan di dalam hidup ini. Malah banyak orang lain yang lebih menderita dari pada dirimu........"
"Aaa-apa maksudmu ?" Chin Yang Kun terpekik, dan tanpa terasa pemuda itu mencengkeram tangan Wi Yan Cu.
"Hidupkupun tidak bahagia pula." Wi Yan Cu menjawab pendek dengan wajah berubah merah.
Chin Yang Kun menarik lengan yang halus itu lebih dekat
lagi. Matanya menatap wajah yang pernah dikenalnya itu
lekat-lekat, sehingga si pemilik wajah itu menjadi tersipu-sipu malu.
"Kau tidak berbahagia " Apa maksudmu " Bukankah Yung
Ci Pao sangat........ sangat mencintaimu" Dia sedang
kebingungan mencarimu."
"Huh ! Persetan dengan lelaki bangsat itu ! Karena dia aku menderita seperti ini !" tiba-tiba Wi Yan Cu berteriak geram.
Lalu menangis tersedu-sedu.
Chin Yang Kun semakin tak mengerti akan sikap Wi Yan Cu.
"Ah, engkau tak berubah sama sekali. Sejak dulu kau selalu menangis bila sedang merasa kesal. Hanya bedanya kini
engkau telah menjadi dewasa dan telah menjadi isteri orang pula. Hemm, apa sebenarnya kekuranganmu ?"
Tiba-tiba Chin Yang Kun menjadi malu sendiri. Hampir saja
pemuda itu memuji kecantikan Wi Yan Cu dan menyebut
tentang keberuntungan Yung Ci Pao, yang bisa
mempersunting bunga desa ln-ki-cung itu. Untunglah dengan
cepat pemuda itu bisa membelokkan perkataannya dan hanya
bertanya tentang kekurangan yang diderita oleh wanita itu, sehingga ia tidak semakin malu di depan Wi Yan Cu.
Tapi di dalam hati Chin Yang Kun merasa kesal terhadap
dirinya sendiri. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Huh, kenapa sekarang aku menjadi romantis sekali ?"
kutuknya di dalam hati. Sementara itu Wi Yan Cu semakin menundukkan
kepalanya. Berulang kali tangannya mengusap air mata yang
mengalir di atas pipinya.
"Yan Cu, katakanlah kepadaku ! Mengapa engkau
tampaknya sangat membenci Yung Ci Pao, suamimu "
Bukankah dia sangat baik kepadamu?"
Tangis yang sudah hampir mereda itu kembali naik pula,
sehingga pundak wanita itu sampai turun naik dengan
kuatnya. Chin Yang Kun mengerutkan keningnya, tapi ia tak
berbuat apa-apa. Dibiarkannya saja wanita itu menangis
sepuas-puasnya agar supaya lapang hatinya.
"Sa-sangat baik?" " Huh ! Musang berbulu ayam !
Serigala berkulit domba ! Kelihatannya saja baik, tapi
sebenarnya hatinya culas, kejam dan jahat ! Kalau tidak
dengan muslihatnya yang kotor dan keji, tak mungkin dia bisa memperisterikan aku !" dengan suara lantang dan disertai isak tangisnya yang masih berjejalan di tenggorokannya Wi Yan Cu menggeram penuh kemarahan.
"Hah " Apa katamu ?" Chin Yang Kun berseru kaget.
"Lelaki bangsat itu ! Kalau tidak karena memperkosa aku lebih dahulu, sehingga aku hamiI, tak mungkin bangsat itu
mendapatkan aku." "Memperkosamu " Yung Ci Pao memperkosa engkau ?"
Chin Yang Kun berteriak tak percaya.
"Ya ! Karena ulahnya itu ayah ibuku yang biasa dihormati
orang itu menjadi malu dan makan hati. Malah karena tak
tahan menanggung semua itu ayahku lantas jatuh sakit dan
kemudian meninggal dunia. Melihat kematian ayah, ibuku
yang biasanya tabah itu juga tak kuasa menahan pula. Beliau juga jatuh sakit, dan akhirnya pergi pula meninggalkan aku Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seorang diri di dunia ini. Tampaknya selain tak kuat menahan beban batin yang ditanggungnya, ibuku juga tak tahan melihat penderitaanku setiap harinya," Wi Yan Cu menjawab dengan
suara berapi-api. "Kurang ajar !" Chin Yang Kun menggeram dan ikut menjadi marah pula mendengar ceritera Wi Yan Cu tersebut.
"Tapi kalau memang demikian halnya, mengapa engkau mau juga kawin dengan Yung Ci Pao itu?"
Tiba-tiba mata Wi Yan Cu menjadi berkaca-kaca kembali,
"itulah kelemahanku ! Sebenarnya aku bermaksud bunuh diri pada waktu itu. Tapi niat itu lalu kuurungkan, karena aku
kasihan kepada ibu dan ayahku. Beliau akan semakin terpukul batinnya bila aku mengakhiri hidupku sendiri. Apalagi aku
menjadi hamil karena perbuatan keji itu."
"Huh ! Sungguh kurang ajar benar si Bopeng Ci Pao itu !
Tapi kaupun sebenarnya juga salah ! Tak Seharusnya kau
diam saja menerima semua itu. Seharusnya kau melapor
untuk minta keadilan."
"Melapor" Kepada siapa " Kepada kepala kampung
maksudmu" Hmm, apakah engkau sudah lupa, siapa Yung Ci
Pao itu " Apa gunanya kami melaporkan kejahatan itu kepada In-cungcu yang masih kakek Yung Ci Pao sendiri itu" Adakah laporan kami tersebut akan mereka perhatikan ?"
"Ahhh.......!" Chin Yang Kun berdesah dengan muka merah, sebab sebagai cucu In Leng Hoan dia pun merasa ikut terkena pula sindiran Wi Yan Cu tersebut.
Dan untuk beberapa saat lamanya mereka lalu berdiam diri,
masing-masing berusaha mengenangkan kembali semua
peristiwa yang telah lampau itu. Chin Yang Kun, yang kini
sudah mengetahui duduk persoalannya itu, mulai bersimpati
kepada Wi Yan Cu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lalu........ dimanakah anakmu itu sekarang?" Pemuda itu mencoba untuk mencocokkan cerita Yung Ci Pao dengan
cerita wanita ini. "Anak haram itu " Uh ! Kenapa anak itu harus lahir " Dia mati sebelum waktunya. Dan aku gembira sekali malah!" Wi Yan Cu menjawab dengan berapi-api kembali.
"Tapi.........bukankah anak itu tidak berdosa sama sekali?"
Wi Yan Cu terdiam tak menjawab. Sekilas tampak matanya
berkaca-kaca lagi. Agaknya diam-diam wanita itu tersentuh
juga rasa keibuannya. Namun dengan kekerasan hatinya
wanita itu berusaha untuk menindasnya.
"Ya....... dia memang tidak bersalah! Tapi dia akan lebih menderita apabiIa terlahir nanti."
Chin Yang Kun mengangguk-angguk, mencoba untuk
mengerti perasaan Wi Yan Cu. Demikianlah mereka berdua
lalu terdiam pula kembali.
Tetapi beberapa waktu kemudian Wi Yan Cu tampak
gelisah duduknya. Beberapa kali matanya melirik ke arah Chin Yang Kun, tampaknya ada sesuatu yang hendak dia katakan.
"Yang Kun........"
"Hah" Ada apa........?"
"Mengapa...... mengapa kau dan keluargamu tak pernah
berkunjung ke In-ki-cung lagi setelah peperangan besar itu berakhir" Apakah....... apakah keluargamu menjadi.......
menjadi korban dari peperangan itu?"
Tiba-tiba Chin Yang Kun mengerutkan keningnya.
Kemudian sambil menarik napas panjang sekali pemuda itu
menundukkan kepalanya. Lama sekali baru ia menjawab
pertanyaan wanita itu. "Keluargaku memang tidak menjadi korban paskan
pemberontak yang masuk ke kota raja, karena ayahku telah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lebih dahulu mengungsikan kami semua. Namun demikian
nasib keluargaku selanjutnya ternyata juga tidak lebih baik dari pada jatuh ke tangan para pemberontak itu. Sebab
ternyata kami hanya bisa bersembunyi selama beberapa tahun saja di tempat persembunyiannya atau tempat pengungsian
kami itu. Setahun yang lalu beberapa kelompok musuh telah
mendatangi tempat kami. Karena kalah banyak, maka kami
sekeluarga segera pergi meloloskan diri. Tapi....... ternyata satu-persatu keluargaku mati terbunuh di perjalanan !"
"Dan.... kini kau sebatang kara?"
Chin Yang Kun mengangguk.
"Ah........jadi nasibmu sama dengan aku sekarang." Wi Yan Cu berdesah dan tiba-tiba timbul sebuah perasaan kecewa di hati wanita itu, mengapa perjumpaan itu datang terlambat.
Chin Yang Kun menatap wajah Wi Yan Cu, kemudian
bibirnya yang pucat itu tersenyum hampa, seolah-olah tahu
apa yang sedang dipikirkan oleh wanita tersebut.
"Ya, kita memang senasib. Sama-sama sebatang kara. Tapi kesendirianku ini sebenarnya tak begitu kusedihkan. Aku lebih merasa sedih kepada nasib buruk yang selalu menimpa diriku.
Setelah aku hidup sebatang kara itu"."
"Nasib buruk?" Wi Yan Cu bertanya dengan kening
berkerut. "Ya !" Lalu Chin Yang Kun menceritakan semua riwayat buruknya
setelah ia ditinggalkan oleh ayah, ibu dan paman-pamannya.
Bagaimana ia terkena racun yang membuat tubuh dan
darahnya menjadi beracun semua, sehingga dirinya menjadi
sangat berbahaya bagi orang lain. Dan semua itu juga belum seberapa jika dibandingkan dengan "penyakit aneh" yang akhir-akhir ini menyerangnya. Yaitu penyakit yang membuat
dirinya tiba-tiba berubah menjadi manusia yang haus akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
nafsu berahi. Dan celakanya "penyakit" itu tak bisa ia cegah apabila datang. Padahal dengan keadaan tubuhnya yang
beracun itu, semua orang akan mati bila berhubungan
dengannya. Seperti yang telah terjadi pada Pek-pi Siau-kwi tadi.
"Ohhh!" Wi Yan Cu menjerit kecil seraya menutupi
mulutnya. "Nah, itulah yang menjadikan aku sangat sedih sekali........"
Chin Yang Kun menundukkan mukanya. Matanya sayu.
Tampak benar kalau hatinya sangat sedih.
Wi Yan Cu lantas teringat pada saat-saat ketika pemuda itu tadi hendak memperkosa Pek-pi Siau-kwi. Bagaimana pemuda
itu tampak gelisah sekali, seolah-olah sedang bergelut atau bertahan terhadap rasa sakit yang menyerang di bagian dalam tubuhnya. Bagaimana pemuda itu kemudian seakan-akan tak
kuasa mengatasi rasa sakit tersebut. Dan selanjutnya
bagaimana pemuda itu lalu memperkosa Pek-pi Siau-kwi untuk menghilangkan rasa sakit yang melilit-lilit itu. Dan yang
terakhir, Wi Yan Cu juga teringat, bagaimana pemuda itu
sangat menyesali perbuatannya yang keji itu.
Semuanya itu terbayang kembali di dalam pikiran Wi Yan
Cu. Dan tiba-tiba wanita itu seperti dapat melihat juga
kemelut yang ada di dalam tubuh Chin Yang Kun.
"Ah...... kasihan benar dia. Racun itu tampaknya benar-benar telah merusak seluruh jaringan tubuhnya......"
Wanita itu lalu beringsut mendekati Chin Yang Kun.
Perlahan-lahan jari-jarinya menyentuh lengan pemuda itu.
"Dug ! Dug ! Dugg......I"
Tiba-tiba atap kamar itu seolah-olah bergetar dihantam
palu. Pasir berhamburan ke bawah, mengagetkan Wi Yan Cu
dan Chin Yang Kun. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Chin Yang Kun cepat melenting berdiri, kemudian
menyambar pinggang Wi Yan Cu, dibawa ke pinggir. Pemuda
itu tak memikirkan lagi keadaan tubuhnya yang hampir
telanjang. "Apa".. apakah itu ?" Wi Yan Cu berseru dengan suara
serak. "Ahh......!" mendadak Chin Yang Kun berdesah lega.
"Tampaknya ada orang yang hendak menolong kita."
"Oh, benar........! Kelihatannya ada orang yang sedang menggali ke arah ruangan ini." Wi Yan Cu berseru gembira, dan untuk sesaat wajahnya tampak cantik bukan main.
"Oh........!" Mereka saling berpandangan dan........tiba-tiba saja mereka lalu melepaskan pelukan mereka. Keduanya tampak merah
padam mukanya. "Maaf.......! Maafkanlah aku !" Chin Yang Kun bergumam dengan suara yang hampir tidak bisa didengar oleh siapapun juga.
"Dug! Dug ! Brug.......! Brolll........!"
"Hei ! Di sini tanahnya berlubang !" tiba-tiba terdengar suara orang berteriak di atas mereka.
"Benar......! Eh....... hei " Di bawah ada sinar lampu......?"!"
terdengar suara yang lain pula.
Dan sesaat kemudian suara palu itu semakin gencar
menghantam atap ruangan tersebut. Debu dan pasirpun
berhamburan pula semakin deras ke bawah, sehingga Chin
Yang Kun dan Wi Yan Cu rasanya hampir tak bisa melihat atau bernapas lagi.
Tapi lobang di atas itu menganga pula semakin lebar.
"Huk! Huk! Huk......!" Wi Yan Cu terbatuk-batuk.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hei........ berhenti semua! Aku seperti mendengar suara orang di bawah lobang ini...... !"
Suara palu itupun lantas berhenti.
"Huk ! Huk........!"
"Nah, kalian dengar itu" ...... Hei "! Siapa di dalam ?"
Hening sejenak. Semua orang memasang telinga mereka
baik-baik. "Hmh! Aku,.......! Chin Yang Kun dan Wi Yan Cu !" Chin Yang Kun menjawab.
"Hah........ itu dia! Mereka masih hidup! Eee....... apakah kalian bisa naik bila kami berikan seutas tali ?"
"Tak usah ! Kalian menyingkir saja dari lobang itu ! Kami akan meloncat keluar.......!" Chin Yang Kun cepat menjawab.
Tapi sebelum pemuda itu membawa Wi Yan Cu keluar,
tiba-tiba terjadi keributan di luar lobang tersebut, dan
sebentar kemudian sebuah kepala melongok ke bawah.
"Yang Kun, cucuku....... kaukah itu?" teriak orang itu dengan suara tegang.
Chin Yang Kun tergagap kaget. Meskipun sudah sangat
lama tidak pernah mendengar suara itu, tapi pemuda itu tetap mengenalnya.
"Kong-kong....." Seru pemuda itu serak.
"Ya, Thian........! Kau benar-benar Chin Yang Kun, cucuku !
Ouuh".!" orang tua yang tidak lain adalah In Leng Hoan itu berdesah gembira.
"Yang Kun........!" tiba-tiba sebuah kepala lagi dengan hiasan rambut yang gemerlapan, melongok pula di samping
kepala kampung itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Chin Yang Kun terperanjat. "Liu-twa..ohh ! Baginda.......
"!?" desahnya tak percaya.
"Yaa........selamat bertemu kembali, Yang Kun. Kau naiklah
!" Kaisar Han mengangguk seraya menjawab.
Yang Kun " Chin Yang Kun bertanya-tanya di dalam hati.
Mengapa sekarang Liu-twako-nya itu memanggil namanya
begitu saja" Mengapa tidak dengan sebutan "adik Yang"
seperti biasanya itu" Apakah......" Ah, benar! Semuanya sudah tersingkap sekarang. Tiada rahasia lagi. Dan tentu saja
sebagai seorang kaisar atau raja besar Liu twako-nya itu
berhak untuk memanggil apa saja terhadap rakyatnya.
Berpikir sampai di situ Chin Yang Kun lantas menghela
napas panjang. "Baiklah, Hong-siang...... hamba akan naik. Tapi........ eh, anu........ bolehkah hamba meminta seperangkat pakaian buat mengganti pakaian hamba yang hancur akibat ledakan itu ?"
''Pakaian" Oh.... baiklah! Hei, perajurit ! Bawa seperangkat pakaian yang bersih kemari! Cepat!"
"Hamba, Hong siang.......!"
Sebentar kemudian perajurit itu telah kembali lagi dengan
membawa setumpuk pakaian bagus-bagus. Dan oleh Kaisar
Han pakaian itu segera dilemparkan ke dalam lobang. Chin
Yang Kun segera berganti pakaian pula.
"Nah, Wi Yan Cu....... sekarang mari kau kubawa naik ke atas !" setelah selesai berganti pakaian Chin Yang Kun menoleh ke arah Wi Yan Cu.
Tapi Wi Yan Cu tampak pucat ketakutan.
"Hei, kau kenapakah"..?" Chin Yang Kun bertanya kaget.
"Be-benarkah.....orang..... orang yang berada di atas itu Baginda Kaisar Han ?" wanita itu bertanya gagap.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ohh....... itukah yang membuat kau gemetar" Benar,
memang beliau adalah Kaisar Han. Marilah kita naik!" Chin Yang Kun tersenyum, sehingga dengan pakaiannya yang indah
ini dia tampak tampan sekali.
Sekali sambar kemudian terus menjejakkan kakinya di atas
lantai, Chin Yang Kun dengan cepat telah membawa tubuh Wi
Yan Cu keluar dari lobang itu. Kedatangannya segera
disambut dengan hangat oleh kakeknya dan Kaisar Han.


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Yang Kun, cucuku....... Aku sungguh tak menyangka bisa bertemu lagi denganmu. Sudah sekian lamanya kau tak
mengunjungi aku dan nenekmu, dimanakah ibu dan adikadikmu sekarang ?" ln Leng Hoan memeluk serta
menghujaninya dengan pertanyaan-pertanyaan.
"Tenanglah, kek......! Nanti aku akan menceritakan
semuanya kepadamu. Sekarang marilah kita mencari tempat
yang baik dahulu !" Chin Yang Kun berkata sambil melepaskan diri dari pelukan kakeknya.
"Yang Kun......! Kau....... kau........ eh, hmm..... In-cungcu, benarkah pemuda ini putera Soh Hwa itu ?" tiba-tiba Kaisar Han maju dan menyela di antara mereka. Wajah kaisar itu
kelihatan pucat dan tegang ketika memandang ke arah Chin
Yang Kun. "Benar, Hong-siang....... inilah anak itu," dengan wajah ketakutan serta dengan suara gemetar pula ln Leng Hoan
membungkukkan badannya. Chin Yang Kun melirik dengan kening berkerut. Tak
diduganya tempat itu telah dipenuhi dengan perajurit-perajurit kerajaan. Dan selain orang-orang yang ikut menggali lobang tadi, semua penduduk tampak berdiri menggerombol di luar
halaman. Wi Yan Cu yang tadi dibawanya keluarpun juga telah berada di antara mereka, isteri Yung Ci Pao itu kelihatan
menangis dalam bujukan wanita-wanita tua, sementara Yung
Ci Pao sendiri tampak ketakutan di dekatnya. Beberapa kali Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
saudara misannya itu mengawasi isterinya, lalu melirik ke arah perajurit-perajurit yang bertebaran di halaman rumahnya.
"Oh, benarkah........" Sungguh tak kusangka........ Hmm, Yang Kun......., Yang Kun!" tiba-tiba Kaisar Han memeluk Chin Yang Kun dari belakang. Wajah baginda kelihatan gembira,
sedih dan terharu. "Oh........ makanya begitu melihat anak ini, tanpa sebab dan alasan aku lantas menyukai dan
menyayanginya seperti adik atau anakku sendiri.
Hmm........ternyata naluri dan perasaanku telah merasakannya sebelum aku sendiri menyadarinya. Yang Kun.....,, anakku,
ayahmu sungguh berdosa sekali kepadamu !"
"A-a-aapa....... apa ini?" Chin Yang Kun tersentak kaget dan meronta dalam pelukan Kaisar Han.
"Yang Kun, kau....... kau jangan kurang ajar di depan ayahandamu ! Ayoh, berlututlah!" In Leng Hoan menghardik cucunya.
"Kong-kong ! Liu twa-ko ! Ada apa ini" Kalian......... kalian ini omong apa" Ja-ja-jangan ngawur....!" di dalam kagetnya Chin Yang Kun berteriak keras sekali.
Tapi Kaisar Han cepat merangkulnya kembali.
"Yang Kun, tenanglah. Kami semua tidak ngawur. Marilah kita berbicara yang baik di rumah kakekmu atau di
pesanggrahanku!" ajak kaisar itu.
"Tidak!! Omong kosong ! Kalian cuma mau menipu
aku......!" mendadak Chin Yang Kun berteriak marah. "Ayahku, ibuku, pamanku dan adik-adikku sudah mati semua. Aku
sebatang-kara di dunia ini. Mana aku mempunyai ayah yang
lain lagi?" "Apa........" Jadi ibumu sudah meninggal?" In Leng Hoan dan Kaisar Han menjerit hampir berbareng.
"Benar........."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ohh........ Soh Hwa........" lagi-lagi ln Leng Hoan dan Kaisar Han berdesah hampir bersamaan pula.
Untuk sejenak semuanya tampak berdiri diam termangumangu di tempat masing-masing. Dan sinar obor yang terang
benderang itu menerpa wajah mereka yang pucat-pucat
seperti tak ada darahnya. Dan khusus untuk Chin Yang Kun,
pemuda itu selain pucat juga kelihatan masih sangat
penasaran sekali. Akhirnya Kaisar Han yang arif dan bijaksana itulah yang
lebih dulu terjaga dari kebisuan tersebut. Dengan kata-kata yang halus baginda membujuk dan mengajak Chin Yang Kun
ke pesanggrahannya, yaitu di Kuil Ban-lok-si. Para perajurit yang menebar di halaman itupun lalu berkumpul pula untuk
mengiringkan Baginda Kaisar Han kembali ke In-ki-cung.
Ketika berjalan melewati Wi Yan Cu, Chin Yang Kun
berhenti. Dengan tangkas pemuda itu meloncat keluar
barisan, lalu meringkus Yung Ci Pao yang masih tetap berdiri ketakutan di tempatnya. Setelah menotok urat-urat
pentingnya, sehingga lelaki bopeng itu lumpuh, Chin Yang Kun melemparkannya di depan Wi Yan Cu.
"Yan Cu, inilah lelaki yang telah mencelakakan hidupmu itu.
Dia kuserahkan kepadamu. Kau bebas untuk berbuat apa saja
terhadapnya. Dia telah kutotok lumpuh agar kau bebas untuk menghukumnya." Chin Yang Kun menggeram, lalu kembali ke samping kakek dan Liu Twa-konya lagi.
Sebaliknya In Leng Hoan menjadi terperanjat sekali melihat perbuatan Chin Yang Kun tersebut.
"Yang Kun........ mengapa kau........ kau menyerang
saudara misanmu sendiri" Apa kesalahannya?" ln Leng Hoan
berseru kaget. "Ah......... kong-kong, kau tentu sudah tahu sebabnya, apa kesalahan si Bopeng itu terhadap keluarga Wi. Kita tidak boleh Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melindungi pemuda brengsek semacam dia, meskipun dia
masih keluarga kita sendiri." Chin Yang Kun menjawab kaku.
"Eh, bolehkah aku bertanya" Apa sebenarnya kesalahan
pemuda itu?" Kaisar Han tidak bisa menahan diri untuk bertanya.
Chin Yang Kun menatap Kaisar Han atau Liu twakonya, lalu
sambil mengangguk ia menjawab halus namun tegas.
"Saudara misanku itu dengan cara yang licik tidak terhormat telah mengawini wanita itu. Mula-mula ia telah
memperkosanya hingga mengandung, setelah itu baru ia
melamarnya. Untuk menutupi aib tersebut, ayah wanita itu
terpaksa mengawinkan mereka. Tapi aib tersebut tetap
merupakan beban yang tidak tertanggungkan oleh keluarga si wanita itu. Satu persatu ayah ibunya lalu sakit dan meninggal dunia."
"Tapi?" mengapa orang seperti itu didiamkan saja"
Mengapa ia tidak ditangkap dan dihukum?" Kaisar Han
bertanya lagi. "Hmm.....pemuda itu masih cucu dari orang yang paling berpengaruh di daerah ini. Pemuda itu adalah cucu dari
kakekku sendiri. Itulah sebabnya dia berani berlaku
sewenang-wenang." Chin Yang Kun menjawab pula seraya
berpaling ke arah kakeknya.
"Hmmh!" Kaisar Han menggeram, teringat akan nasibnya sendiri ketika ia ingin mempersunting ibu Chin Yang Kun
dahulu. Bagaimana In Leng Hoan atau kakek Chin Yang Kun
itu mengerahkan seluruh kaki tangannya untuk menangkap
dirinya. "Benarkah perkataan cucumu itu, In Cung-cu?" Kaisar Han berdesah seraya berpaling kepada ln Leng Hoan.
"Be-be benar, Hong-siang .......! Hamba......hamba
memang telah berlaku salah, membiarkan sepak terjang Yung
Ci Pao itu." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hmmm....... perajurit!" Kaisar Han berseru.
"Ya, tuanku...?"
"Kau tinggal di sini bersama sepuluh orang temanmu.
Lindungilah perempuan itu! Kau turuti saja apa keinginannya!
Kalau dia ingin membalas dendam kepada lelaki itu, kaupun
harus membantunya ! Mengerti ......?"
"Hamba, tuanku!" perajurit itu mengangguk.
"Nah, Yang Kun........In Cung-cu...... marilah kita berangkat
!" "Ohh....... jangan ! Jangan ! Kong-kong...Piao-te, tolonglah aku ! Aku jangan ditinggalkan di sini.....!" Yung Ci Pao berteriak-teriak dan menjerit-jerit ketakutan.
Tapi Chin Yang Kun bersama rombongan kaisar itu, tidak
mempeduIikannya. Begitu pula dengan In Leng Hoan. Kakek
itu sama sekali tidak berani berbuat apa-apa di depan Kaisar Han. Mereka tetap berjalan terus meninggalkan tempat itu.
"Ohh, Yang Kun....... terima kasih !" sambil mengusap air matanya Wi Yan Cu berbisik. Matanya sayu menatap
punggung Chin Yang Kun yang semakin lama semakin jauh.
Demikianlah, menjelang tengah malam rombongan itu
sampai pulalah di Kuil Ban-lok-si di luar desa In-ki-cung. Dan Chin Yang Kun yang sudah tidak sabar lagi untuk mendengar
penjelasan kakeknya dan Kaisar Han itu bergegas memasuki
kuil tersebut. Tapi pemuda itu menjadi terkejut sekali ketika di dalam kuil ia disambut oleh nenek serta saudara-saudara
ibunya. Keluarga mendiang ibunya yang sudah lama tidak ia
jumpai itu tampak menyongsong kedatangannya dengan
meriah. Chin Yang Kun menjadi terharu juga melihat mereka.
Apalagi ketika dia menceritakan kepada mereka tentang
kematian ibunya. Semuanya tampak sedih dan meneteskan air
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mata. Neneknya yang telah tua itu malah menangis meraungraung. Sementara itu di pihak lain In Leng Hoan kelihatan gelisah dan khawatir sekali menyaksikan seluruh keluarganya berada di tempat itu. Berbagai macam pikiran buruk segera
berkelebat di depan matanya. Jangan-jangan dia serta seluruh keluarganya sengaja dikumpulkan oleh Kaisar Han di tempat
itu untuk menerima hukuman.
"Tapi.......tapi aku telah menceritakan semuanya, seluruh peristiwa yang menyebabkan keluargaku dan keluarga Chin
memburu dia pada duapuluh tahun berselang. Malah aku telah membuka pula rahasia keluargaku tentang anak itu
kepadanya. Masakan ia sekarang masih mendendam dan mau
membalas sakit hatinya itu ?" orang tua itu berkata-kata di dalam hatinya.
Apa sebenarnya yang telah terjadi" Mengapa ln Leng Hoan
yang semula memenuhi panggilan Kaisar Han di kuil itu tiba-tiba telah berada di rumah Wi Yan Cu di Hoa-ki-cung bersama-sama dengan kaisar tersebut " Dan bagaimana pula secara
tiba-tiba Kaisar Han itu menyebut Chin Yang Kun sebagai
puteranya " Apa sebenarnya yang telah terjadi di kuil itu
setelah kakek ln Leng Hoan menghadap Baginda Kaisar sore
tadi" Apa yang telah dibayangkan oleh In Leng Hoan dan
isterinya sebelum kepala kampung itu memenuhi panggilan
Kaisar Han ternyata meleset. Kepala kampung itu ternyata
tidak memperoleh perlakuan buruk seperti yang telah ia duga sebelumnya. Liu Pang yang kini telah menjadi kaisar itu
ternyata cuma menanyakan, apakah dia masih kenal
kepadanya. Dan kaisar itu juga hanya bertanya tentang ln Soh Hwa, ibu Chin Yang Kun yang telah kawin dengan seorang
Pangeran Chin itu. Tentu saja ln Leng Hoan tidak berani berbohong di depan
kaisarnya. Dengan menyembah kakek itu menjawab bahwa ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
masih tetap mengenal junjungannya itu. Adapun mengenai ln
Soh Hwa, karena sejak pecah perang itu ia memang tidak
pernah lagi melihat dan mendengar beritanya, maka ia juga
menjawab seperti apa adanya.
Ternyata Kaisar Han mempercayai kata-katanya. Tapi
ketika akhirnya Kaisar Han itu bertanya tentang bayi yang
dikandung oleh In Soh Hwa sebelum kawin dengan Pangeran
Chin itu, ln Leng Hoan menjadi bungkam mulutnya. Kakek itu menjadi gugup dan gelisah. Bagaimanapun juga aib yang
menimpa puterinya itu adalah rahasia pribadi keluarganya.
Tetapi Kaisar Han itu terus saja mendesaknya. Malahan
saking jengkelnya, karena ia tetap saja menutup mulutnya,
kaisar itu sempat membentak serta mengancamnya. Akhirnya
karena merasa takut kakek itu terpaksa membuka rahasia itu juga. ln Soh Hwa memang telah mengandung putera Liu Pang
selama dua bulan ketika kawin dengan Chin Yang, si Pangeran Chin itu.
"Dan... anak itu akhirnya lahir dengan selamat, bukan?"
Kaisar Han berbisik dengan perasaan tegang.
"Benar, Ba-baginda........"
"Lalu dimanakah puteraku ini sekarang?" saking tegang dan gembiranya kaisar itu meloncat turun dari kursinya, lalu
mengguncang-guncang pundak In Leng Hoan.
"Anak itu" Eh, dia....... dia.".."
"Ya! Di manakah dia sekarang" Lekas katakan !" Kaisar Han berteriak gelisah melihat keragu-raguan kakek itu.
"Anu........anu..... menurut laporan orang-orang hamba anak itu sekarang tertimbun reruntuhan rumah Yung Ci Pao
yang roboh ! Eh, maksud".. maksud hamba........"
"Apaaa.......?" Kaisar Han menjerit.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba tubuh kakek yang sedang berada di lantai itu
terlempar ke atas ketika lengan baginda menariknya.
Untunglah seorang perwira dengan cepat menyambarnya,
kalau tidak tubuh tua itu mungkin sudah hancur terbanting di atas lantai.
"Ampun, tuanku.......! Hamba". hamba ."."
In Leng Hoan cepat-cepat menyembah. Lalu dengan gagap
dan gemetar kakek itu mencoba menerangkan apa yang telah
terjadi pada Chin Yang Kun menurut laporan anak buahnya.
Kakek itu juga menerangkan bahwa iapun belum sempat
bertemu dengan anak itu. Malah ketika baginda mengirim
utusan untuk memanggil dirinya itu, ia baru memimpin orang-orangnya untuk menggali reruntuhan itu.
"Kalau begitu....... ayoh, tunjukkan tempat itu ! Kita harus lekas-lekas menolongnya!" Kaisar Han berteriak.
Demikianlah, seperti yang telah diceritakan di depan, Kaisar Han beserta perajurit-perajuritnya telah bisa menyelamatkan Chin Yang Kun dan Wi Yan Cu dari lobang di bawah tanah.
Dan begitu diberi tahu bahwa pemuda itulah putera yang
dikandung oleh ln Soh Hwa itu, Kaisar Han menjadi kaget
bukan main. Jilid 41 BAGI Kaisar Han atau Liu Pang, Chin Yang Kun bukanlah
orang asing lagi. Pemuda itu pernah ditolongnya dari
kematian. Pemuda itu sudah dianggapnya sebagai saudara
angkat. Dan lebih dari pada itu, Chin Yang Kun telah dianggap sebagai keluarganya sendiri pula. Maka dari itu kenyataan
tentang hubungan mereka itu benar-benar sangat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengharukan, sekaligus amat menggembirakan hati Kaisar
Han tersebut. Tetapi Chin Yang Kun agaknya masih belum siap untuk
menerima semua kenyataan itu. Hal itu terbukti dengan sikap pemuda itu ketika mendengar perkataan kakeknya dan Kaisar
Han. Pemuda itu tampak tidak percaya dan bersikap
menentang. Oleh karena itu setiba mereka di pesanggrahan
Ban-lok-si, Kaisar Han berusaha dengan sekuat tenaga untuk meyakinkan kenyataan tersebut kepada Chin Yang Kun.
"Yang Kun, engkau memang benar-benar puteraku. Ibumu
sudah berhubungan dengan aku, dan telah hamil dua bulan
ketika kawin dengan ayahmu. Kalau engkau kurang percaya,
engkau dapat bertanya kepada kakekmu ini"." dengan suara haru Kaisar Han berkata kepada Chin Yang Kun.
"Hal ini....... hal ini........ se-sebenarnya merupakan rahasia pribadi keluarga kita." In Leng Hoan berkata dengan suara gemetar pula. ".........Tapi apa boleh buat, rahasia itu kini terpaksa harus kukatakan juga kepadamu. Keadaan memang
sudah berubah, dan aku sungguh berdosa besar kepadamu
kalau aku tetap tidak mau membeberkan rahasia ini. Kau
sudah dewasa. Kau berhak untuk mengetahui, siapa
sebenarnya orang yang menurunkan dirimu .........."
Kakek itu berhenti sebentar untuk mengambil napas, lalu
seraya menatap wajah Chin Yang Kun lekat-lekat ia
meneruskan perkataannya. "Cucuku .....! Sebenarnyalah bahwa kau ini bukan putera kandung ayahmu. lbumu telah
hamil muda ketika kawin dengan ayahmu. Dan ayahmu yang
sebenarnya adalah........seorang petani muda bernama Liu
Pang, yang kini telah berkenan duduk di depanmu dan telah
menjadi raja junjungan kita semua!"
Tiba-tiba Chin Yang Kun berdiri dari tempat duduknya.
Wajahnya pucat, matanya terbelalak mengawasi Kaisar Han.
Bibirnya gemetar dan komat-kamit seakan ada yang hendak
dikatakannya, tapi tak bisa. Kelihatannya apa yang telah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diutarakan oleh kakeknya itu benar-benar di luar dugaan dan sangat menggoncangkan hatinya.
Memang, selama ini tak seorangpun yang bercerita tentang
kenyataan itu kepadanya. Mendiang ibunyapun tidak.
Sehingga selama ini dia beranggapan bahwa dirinya memang
putera dari ayah ibunya, keluarga bangsawan Chin dari Kota raja.
Dan seingatnya, ia seperti tak pernah mendapatkan
perlakuan lain seperti halnya seorang anak tiri di rumahnya.
Ayahnya memang sangat keras dan kaku terhadap dirinya.
Malah kadang-kadang terasa sangat kejam. Tetapi menurut
penilaiannya, memang begitulah watak dan sifat ayahnya. Ia tak pernah merasa diperlakukan lain dengan adik-adiknya.
Kalau toh ia lebih dekat dengan paman-pamannya, itu hanya
karena paman-pamannya tersebut lebih ramah serta pandai
mengambil hatinya. Apalagi mereka itulah yang selama ini
selalu membimbing dirinya dalam ilmu silat.
Membayangkan semuanya itu hati Chin Yang Kun lantas
berteriak. "Tidaaak......! Kalian semua bohong !" akhirnya pemuda itu menjerit.
Semua orang yang berada di dalam kuil itu tersentak kaget.
Kaisar Han dengan pandang mata tak percaya, perlahan-lahan bangkit dari kursinya. Para perwira yang duduk di dekat
bagindapun juga ikut berdiri pula. Begitu pula dengan para perajurit yang berjaga-jaga di dalam kuil itu. Mereka tampak bersiap siaga dengan senjata masing-masing.
Nenek Chin Yang Kun cepat menubruk serta memeluk
cucunya itu, diikuti pula oleh anak-anaknya, atau saudarasaudara kandung ibu Chin Yang Kun.
"Cucuku......! Oh, kau jangan berkata demikian. Itu
berdosa! Memang benar apa yang telah dikatakan oleh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kakekmu tadi. Kau adalah putera Liu..... eh, putera kandung Hong-siang........!" nenek itu berseru dan menangis.
"Benar, Yang Kun. Kau memang putera Hong-siang!"
paman Chin Yang Kun ikut menegaskan perkataan ibunya.
"Tidaaaaak.......!" sekali lagi pemuda itu berteriak setinggi langit.
Lalu tanpa diduga oleh siapapun, tiba-tiba Chin Yang Kun
berlari ke arah pintu. Disibakkannya para penjaga yang
menghalang-halangi jalannya, kemudian tubuhnya melesat
keluar, dan sekejap saja sudah tidak kelihatan bayangannya.
Sayup-sayup masih terdengar teriakannya.
"Tidak.......! Tidaaak..........!"
Kejadian itu benar-benar sangat mendadak dan di luar


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dugaan siapapun juga. Semua orang, termasuk Hong-siang
sendiri seolah-olah telah terkena hipnotis, sehingga mereka cuma bisa melihat saja kepergian pemuda itu. Semuanya
terdiam bagaikan patung di tempat masing-masing.
Baru beberapa saat kemudian Kaisar Han tersadar dari
impian buruk itu. Tapi semuanya telah terlambat. Chin Yang Kun, puteranya yang baru saja ia dapatkan, yang selama ini selalu menjadi teka-teki dalam hidupnya, tak mungkin dapat dikejar lagi. Anak yang berkepandaian sangat tinggi itu telah hilang di dalam kegelapan malam.
"Hong-lui-kun ! Yap Tai-ciangkun ! Kejar dia".!" dalam kebingungannya baginda memberi perintah kepada jago-jagonya.
"Baik, Hong-siang!" kakak-beradik itu menyahut berbareng, kemudian dengan cepat tubuh mereka berkelebat keluar.
Tetapi karena mereka berdua tidak tahu arah ke mana Chin
Yang Kun tadi berlari, maka usaha mereka pun sia-sia.
Meskipun dengan gin-kang mereka yang tinggi keduanya
menjelajahi hampir seluruh perbukitan di sekitar tempat itu, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bayangan Chin Yang Kun tetap tidak dapat mereka
ketemukan. Keduanya kembali ke kuil Ban-lok-si dengan
tangan hampa. Tentu saja Kaisar Han menjadi penasaran sekali.
"Yap Tai-ciangkun! Kerahkan seluruh anggauta Sha-cap-mi-wi untuk mencari puteraku tadi sampai ketemu ! Bawalah
anak itu menghadapku!" baginda berteriak.
"Baik, Hong-siang........ akan hamba kerjakan!"
Demikianlah, malam itu suasana di dalam kuil itu menjadi
sibuk bukan main. Yap Tai-ciangkun memanggil semua
anggauta Sha-cap-mi-wi yang kebetulan bertugas mengikuti
perjalanan baginda pada malam itu. Dengan singkat panglima muda itu menjelaskan persoalannya dan kemudian
memerintahkan kepada mereka untuk melaksanakan tugas
yang dibebankan kepada mereka itu.
Sementara itu malam semakin larut dan suasana di daerah
yang berbukit-bukit itu tampak semakin lengang pula. Hanya desau angin dan suara-suara binatang malam saja yang
terdengar. Dan bulan yang pucatpun tampak semakin
condong pula ke arah barat. Tapi semuanya itu ternyata tak bisa mendinginkan hati Chin Yang Kun. Pemuda itu masih
tetap terus berlari dan berlari, naik turun bukit dan jurang bagaikan orang gila. Kenyataan yang dihadapi oleh pemuda
itu sungguh-sungguh sangat menggoncangkan jiwanya, dan
sama sekali tak pernah terlintas dalam hati dan pikirannya.
Oleh karena itu meskipun derajatnya sekarang menjadi lebih tinggi, karena ayahnya yang sekarang adalah seorang kaisar, tapi hati dan perasaan pemuda itu tetap belum bisa
menerimanya. Jiwa dan pikiran pemuda itu masih tetap lekat dengan erat kepada ayahnya, apapun yang terjadi. Bayangan
ayahnya ketika mau meninggal masih jelas teringat dalam
benaknya. Bagaimana sang ayah itu memeluknya, dan
bagaimana ayahnya itu memberi pesan-pesan terakhir
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepadanya. Apalagi jika teringat akan kebaikan hati pamanpamannya, terutama paman bungsunya.
"Ooooh.?"!" pemuda itu berlari terus seraya mengeluh panjang-pendek.
Tanpa terasa malam telah berganti pagi. Seperti orang
yang tidak mempunyai rasa lelah, Chin Yang Kun masih tetap juga berlari tanpa tujuan. Pemuda itu baru berhenti ketika tiba-tiba ia memasuki sebuah lembah subur yang sangat
dikenalnya. Lembah itu tidak begitu luas dan terletak di antara gununggunung yang tinggi, sehingga lembah itu sebenarnya hanya
merupakan sebuah celah gunung yang agak luas begitu saja.
Tempat itu letaknya sangat terpencil dan sedikit sulit untuk didatangi. Namun demikian Chin Yang Kun ternyata telah
sampai di tempat tersebut.
Ternyata tanpa disengaja dan hanya karena nalurinya saja
pemuda itu sampai di lembah tersebut. Lembah yang selama
beberapa tahun menjadi tempat persembunyian keluarganya.
Dalam kepepatan dan kerisauan hatinya ternyata pemuda itu
telah berlari ke lembah itu, seperti ayam pulang ke kandang di sore hari. Hal ini bisa saja terjadi karena lembah itu memang tidak begitu jauh letaknya dari daerah perbukitan di mana
desa ln-ki-cung dan Hoa-ki-cung berada.
Chin Yang Kun termangu-mangu sejenak ketika lewat di
bawah pohon cemara tua, yang tumbuh di mulut lembah itu.
Dahulu ketika dia dan keluarganya masih tinggal di situ, setiap hari tentu lewat di bawah pohon tua itu. Begitu seringnya ia lewat di sana, sehingga ia sangat hapal akan lekuk Iiku dan jumlah dahan serta cabang dari pohon cemara tua tersebut.
Dia sendiri malah sering menggurat namanya di tempat itu.
Chin Yang Kun melangkah mendekati pohon itu dan
mencari guratan namanya di sana. Tetapi matanya terbelalak lebar. Bagian di mana ia pernah mengukir namanya ternyata
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
telah rusak dan hancur seperti bekas dihantam dengan benda keras. Dan bekas kerusakan itu seperti masih baru, paling
tidak belum lebih dari dua hari yang lalu. Bekas itu masih tampak mengeluarkan getah.
"Hemm, ada orang yang baru saja datang kemari. Siapakah dia ?" Chin Yang Kun tertegun.
Pemuda itu lalu melangkah lagi, tapi sekejap kemudian
berhenti lagi. Matanya nanar melihat ke arah sebuah benda
yang tergolek tidak jauh dari pohon itu, yaitu sebuah guci bekas tempat arak, terbuat dari tanah liat. Tetapi bukan guci itu yang mengejutkan Chin Yang Kun, akan tetapi bekas-bekas cuilan kayu cemara yang menempel di bagian pantatnya.
Chin Yang Kun cepat menoleh kembali ke arah pohon yang
rusak tadi dan tiba-tiba hatinya tergetar hebat ! Rusaknya atau hancurnya kulit pohon itu terang diakibatkan oleh
hantaman pantat guci tersebut. Hanya anehnya, mengapa
guci yang terbuat dari tanah liat itu tidak pecah, tapi justru malah kayu cemara yang keras itu yang rusak" Dari kenyataan itu saja dapat diduga bahwa orang yang memegang guci
tersebut tentu bukan orang sembarangan.
Chin Yang Kun meningkatkan kewaspadaannya, siapa tahu
orang itu masih berada di lembah itu dan kini sedang
mengamati seluruh gerak-geriknya" Dan siapa tahu pula orang tersebut adalah lawannya" Maka dari itu dengan sangat hati-hati dan teliti, Chin Yang Kun mengedarkan seluruh
pandangannya ke seluruh lembah dan tebing-tebing gunung di sekitarnya. Dicarinya kalau-kalau ada sesuatu yang
mencurigakan di sana. Tapi tempat itu sepi sekali. Hanya suara kicau burungburung liar saja yang terdengar di telinga Chin Yang Kun.
"Hmm ....... sepi benar! Rasa-rasanya ada sesuatu yang tak beres di tempat ini. Perasaanku seperti........ eh ! Apakah itu?"
tiba-tiba pemuda itu berbisik kaget.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Segulung asap tipis tampak mengepul dari sebuah jurang di
sebelah kirinya. Tapi ketika pemuda itu berlari mendekati, asap tersebut telah hilang tertiup angin.
"Kelihatannya ada orang di bawah jurang ini. Mungkin
orang itu adalah orang yang datang merusak pohon cemara
tadi. Ahh"..!" Hati-hati Chin Yang Kun mencari jalan turun ke bawah
jurang itu. Kakinya berloncatan di antara batu-batu besar yang menonjol pada tebing yang curam.
"Gila! Di mana aku harus mencari asal asap tadi?" pemuda itu menggerutu sambil berjalan berkelak-kelok di antara
serakan batu-batu besar di dasar jurang itu. "Batu-batu ini demikian rimbunnya, dan bertumpuk-tumpuk seperti kueh
bak-pao......." Kemudian pemuda itu melangkah menelusuri parit kecil
yang mengalir di tengah-tengah jurang itu. Tapi beberapa saat kemudian Iangkahnya terhenti lagi. Hidungnya mencium bau
kayu terbakar di dekatnya.
Otomatis Chin Yang Kun meningkatkan kewaspadaannya,
siapa tahu dia telah berada di dekat orang yang membuat
asap tadi " Oleh karena itu dengan sigap ia meloncat ke balik semak-semak.
Tetapi betapa terkejutnya pemuda itu ketika kakinya
hampir saja menginjak tubuh seseorang yang tergolek di balik semak tersebut. Maka dengan tangkas, sekali lagi pemuda itu meloncat ke samping untuk menghindarinya.
"Ehh...!?" Chin Yang Kun terpekik perlahan sambil mempersiapkan dirinya.
Tapi untuk yang kedua kalinya pemuda itu menjadi
terperanjat bukan buatan. Malah kali ini kekagetannya justru ditambah dengan perasaan tidak percaya pula, karena orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang tergeletak di depannya tersebut adalah..... pelayan tua yang menjadi pengasuhnya sejak kecil dahulu !
"Kakek........!" Chin Yang Kun menjerit seraya mengusap-usap matanya.
"Oohh.......! Tuan...... tuan muda?"huk-huk-huk !" dalam kagetnya pelayan tua itu terbatuk-batuk.
"Kek, kau...... kau kenapa " Apakah penyakit batukmu
kumat lagi ?" Begitu tersadar dari perasaan kagetnya Chin Yang Kun lalu
bergegas menubruk pengasuhnya itu. Dibangunkannya orang
tua itu, lalu didudukkannya di tempat yang baik dan kemudian dipeluknya erat-erat. Tak terasa air matanya meleleh
membasahi pipinya. "Tuan muda....... oh, tuan muda....... betapa bahagianya hatiku! Tak kusangka tubuhku yang tua dan sudah keropos ini masih bisa bertemu dengan tuan muda, huk huk-huuk.......ah
! Tak sia-sia rasanya penantianku selama ini. Ternyata doaku masih dikabulkan juga. Huk-huk-huk........!" kakek tua itu menangis pula di antara batuknya.
"Kek...... tampaknya penyakitmu kumat lagi. Kau jangan banyak bicara dulu. Hmm, di mana....... di manakah pipa
tembakaumu itu" Berikanlah kepadaku ! Biarlah aku racikkan obatmu.........." Chin Yang Kun yang ingat akan kebiasaan pengasuhnya itu segera menanyakan pipa tembakau milik
kakek tua itu. Tapi kakek tua itu segera menggelengkan kepalanya
dengan lemah. Beberapa kali bibirnya tampak meringis
menahan sakit, seolah-olah ada sesuatu yang sangat
menyakitkan di dalam tubuhnya.
"Tuan....... tuan muda, oh...... tidak usah ! Semuanya sudah tidak berguna lagi. Penyakitku sudah,....
sudah........sangat parah........"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kakek".." Chin Yang Kun cepat menyela dengan suara
serak. "Kau jangan berputus asa ! Mari kau kugendong ke rumah......!"
"Oh, jangan !" tiba-tiba kakek tua itu berdesah. "Di..........
di rumah ada.... ada orang yang akan membunuh kita. Orang
itu..., orang itu...... ohhh huk huk-huk !"
"Apa".." Siapa yang berada di rumah kita ?" Chin Yang Kun mendesak dengan suara tinggi.
"Oh, bukan ! Anu.......ah, tidak! Tidak......!" kakek itu tampak ragu-ragu serta menyesal telah mengatakan hal itu.
"Apa, kek " Ayoh, katakan ! Mengapa kau tiba-tiba tidak mau berbicara" Siapakah yang berada di rumah kita ?"
"Jangan?"! Jangan ! Kau tidak boleh bertemu dengan
mereka! Kita lebih baik menyingkir dari tempat ini." kakek itu cepat menjawab dengan suara takut dan khawatir.
"Heh " Mengapa begitu........?" seru Chin Yang Kun penasaran. "Siapa sebenarnya orang ini" Mengapa kakek katakan..... mereka" Ada berapa orang di sana ?"
"Tuan muda...... oh....... pokoknya tuan muda jangan ke sana! Turutilah perkataan hambamu ini ! Sungguh ! Huk-huk....... tuan muda akan merasa kecewa serta sedih luar
biasa bila tidak menurut perkataanku ini......."
Chin Yang Kun semakin tidak mengerti maksud
pengasuhnya itu. "Sudahlah, tuan muda. Marilah kita lekas-lekas pergi dari
tempat ini. Siapa tahu mereka pergi ke tempat ini nanti?"
Chin Yang Kun terdiam. Dipandangnya kakek tua yang
banyak sekali jasanya terhadap dia itu. "Baiklah"..!" akhirnya pemuda itu menyerah. "Kau tentu mempunyai alasan yang
kuat, mengapa aku tidak kauperbolehkan menemui mereka.
Marilah kakek kugendong keluar dari tempat ini! Tapi"..kakek Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
harus berjanji. Kakek harus menceritakan pengalaman kakek
selama ini! Kakek tentu tahu peristiwa yang menimpa ayah
serta paman setelah kutinggalkan di tengah hutan malam itu, bukan ?"
Kakek tua itu tampak ragu-ragu Iagi. Tapi agar Chin Yang
Kun mau dia bawa keluar dari tempat itu dengan cepat, maka kakek itu lalu mengangguk.
"Baiklah tuan muda......"
Chin Yang Kun tersenyum, lalu mengangkat tubuh kakek itu
ke pundaknya. Kemudian dengan hati-hati pemuda itu
melangkah mengikuti aliran parit kecil itu. Sampai di luar lembah pemuda itu berlari menerobos hutan, menuju ke
utara. Pemuda itu masih ingat pada sebuah gubug kecil di
tengah hutan, tempat ia dulu sering beristirahat bila sedang berburu binatang.
"Nah, kek........ untuk sementara kita beristirahat saja dulu di sini. Nanti kalau penyakitmu sudah agak baik, kita
melanjutkan lagi perjalanan kita," pemuda itu berkata setelah tiba di dalam gubug tersebut.
"Eh, tuan muda..... Gubug siapa ini" Mengapa aku tak
pernah melihatnya selama ini ?"
Chin Yang Kun tersenyum lagi, "Tentu saja kakek tak tahu, karena kakek tidak pernah ikut aku berburu sejak dahulu.
Gubug ini aku sendiri yang membuat........"
"Ohh...... huk-huk-hukk!" tiba-tiba kakek itu terbatuk-batuk lagi dengan keras. Beberapa tetes darah merah tampak
membasahi telapak tangan kakek itu.
"Hei, kek...... kau kenapa ?" Chin Yang Kun berseru kaget.
Wajah kakek itu tampak semakin pucat, dan batuknyapun
juga semakin menjadi-jadi pula. Chin Yang Kun menjadi
gelisah sekali. Apalagi ketika dilihatnya kakek itu
mengeluarkan darah yang lebih banyak dari dalam mulutnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kek, kau"..?" Chin Yang Kun berdesah serak dan hampir
menangis melihat penderitaan pengasuhnya itu.
"Tuan muda"..huk"..aku sudah tidak kuat lagi, huk!
Sudah dua hari aku bertahan di jurang itu. Huk! Ada orang
yang hendak membunuhku?" Ah, tuan muda, kau?"kau
lekaslah pergi dari tempat ini! Lebih jauh lebih baik"..!"
"Kakek"..! kau jangan mati dulu! Ooooh! Kau belum
bercerita tentang kematian ayah dan pamanku?".!"
"Aaaah?"tuan muda lebih baik tak usah mengetahui siapa
pembunuhnya. Tuan muda malah akan menyesal selama
hidup nanti".." Chin Yang Kun terbelalak memandang
pengasuhnya yang hampir sekarat itu.
"Jadi"..jadi kakek tahu siapa pembunuh ayahku" Jadi
kakek berada di rumah Pendekar Li pula malam itu?"
"Hamba....... hamba........ Uu-huk huk-huu-huk..........!"
Kakek tua itu kelihatan berat sekali untuk menjawab.
"Kek....." Mengapa kau diam saja" Mengapa tak kaujawab pertanyaanku" Bu-bukankah kau selalu berada di dalam
rombongan itu pula" A-apa yang terjadi di rumah bergenting merah itu?"
Di dalam ketegangan dan kegelisahan hatinya Chin Yang
Kun sampai lupa mengguncang badan orang tua itu keraskeras, sehingga akibatnya kakek itu lalu terbatuk-batuk
semakin hebat dan tak bisa menjawab pertanyaannya malah!
Tetapi pemuda itu tak menyadari perbuatannya tersebut,
malah sebaliknya ia menjadi marah dan semakin merasa
penasaran melihat kebandelan pengasuhnya itu.
"Mengapa engkau tak mau menjawab juga" Ohhh"...
sungguh heran benar aku !" saking jengkelnya pemuda itu berteriak. Apalagi ketika orang tua itu tetap menutup
mulutnya juga. "Kek ! Berbicaralah ! Mengapa kau seperti Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyembunyikan sesuatu dan tak mau berterus terang
kepadaku ?" "Tu-tuan muda.,..... uu huk huk-huuuk......maafkan
hambamu !" orang tua itu tetap tak mau menjawab.
Chin Yang Kun menggeram dengan hebat sehingga debudebu yang menempel di dalam rumah atau gubuk itu
berguguran ke bawah. "Hmmh, baiklah.......! Tampaknya kau memang tidak
menyayangi aku ! Tampaknya kau memang ingin membuat
aku mati penasaran...."
"Tuan muda......." kakek itu berdesah sedih sekali. Matanya yang kuyu itu menatap anak asuhannya dengan air mata
berlinang-linang. Meskipun demikian mulutnya tetap bungkam seribu bahasa.
Chin Yang Kun lalu bangkit berdiri. "Baiklah, kek.........!
Kalau begitu, aku akan kembali ke lembah itu. Kau tadi
melarangku menemui orang itu. Sekarang aku menjadi curiga
malah. Jangan-jangan merekalah yang membunuh orang
tuaku. Dan jangan-jangan orang-orang itulah yang
menyebabkan engkau tidak mau berterus terang kepadaku.
Nah, biarlah aku ke sana sekarang juga!"
"JANGANNN.......!" tiba-tiba kakek itu menjerit keras sekali, lalu pingsan.
Chin Yang Kun terkejut sekali.
"Kek, kau...?" Bergegas pemuda itu menolong kakek pengasuhnya.
Dibawanya orang tua itu ke dalam bilik dan dibaringkannya di atas pembaringan kayu yang telah tersedia di sana. Kemudian dengan lwee-kangnya yang tinggi pemuda itu berusaha
menyadarkan orang tua tersebut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akhirnya tak lama kemudian orang tua itu sadar pula
kembali. Melihat Chin Yang Kun masih berada di sampingnya, orang tua itu menjadi gembira bukan main. Sinar kelegaan
tampak membayang di wajahnya yang pucat pasi.
"Tuan muda?"!" kakek tua itu berbisik seraya
mencengkeram tangan Chin Yang Kun erat-erat.
Chin Yang Kun menatap wajah kakek pengasuhnya itu
dengan mata berlinang. "Kek, maafkanlah aku?"! Aku tak bermaksud
menyakitimu. Aku terlalu mementingkan diriku sendiri
sehingga aku melupakan penyakitmu."
"Hu-hu-huuk?"tuan muda, kau tak bersalah. Hambamu
inilah yang bersalah. Tuan muda tentu telah banyak menderita selama ini. Maka tak seharusnya hambamu ini menyimpan
rahasia kematian keluargamu itu. Baiklah, sekarang aku akan menceritakan semuanya. Terserah kepada tuan muda untuk
menilainya?"." Chin Yang Kun memeluk pengasuhnya dengan perasaan
lega. "Terimakasih, kek. Tetapi kaupun tak bersalah juga.
Sebagai orang yang dengan penuh kasih sayang mengasuhku
sejak kecil, engkau tentu mempunyai alasan-alasan dan
pertimbangan-pertimbangan yang baik demi aku jua. Hanya
saja di dalam persoalan ini, aku memang meminta dengan
sangat kepadamu agar kau berterus terang dan menceritakan
saja semuanya kepadaku. Apapun yang terjadi, biarlah semua itu menjadi jelas, sehingga tidak menjadi beban batin di dalam hidupku. Kalau kau tahu, bagaimana penderitaanku selama ini, kau tentu akan memaklumi perasaanku ini."
Kemudian dengan singkat Chin Yang Kun bercerita tentang
riwayat hidupnya, semenjak ditinggalkan ayah bundanya
sampai ia bertemu kembali dengan kakek pengasuhnya itu. Di dalam ceritanya itu Chin Yang Kun sengaja menekankan


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seluruh penderitaan yang diperolehnya selama ini, dalam
usahanya mencari tahu siapa pembunuh keluarganya itu.
"Nah, kek?"akupun tak tahu, sampai kapan aku bisa
bertahan terhadap racun yang mengeram di dalam tubuhku
itu. Setiap saat akupun bisa mati karenanya. Dan aku tidak mau mati dalam keadaan penasaran. Oleh karena itu engkau
tentu bisa memaklumi semua sikapku kepadamu tadi".." Chin
Yang Kun mengakhiri ceritanya.
Orang tua itu memandang Chin Yang Kun dengan sinar
mata sedih. Bagi orang tua tersebut Chin Yang Kun sudah
dianggapnya sebagai anak atau cucunya sendiri. Puluhan atau belasan tahun ia memelihara dan mengasuh anak itu seperti
anaknya sendiri, sehingga apa yang diutarakan oleh anak itu ia dapat merasakannya pula.
Orang tua itu menghela napas panjang. Untuk beberapa
saat lamanya ia masih kelihatan ragu-ragu juga. Tampaknya
apa yang hendak ia ceritakan itu masih terasa berat untuk
dikeluarkan. Tapi akhirnya cerita itu keluar juga dari mulutnya.
"Tuan muda"..! tampaknya Thian telah murka kepada
keluarga Chin. Dan entah dosa apa yang telah diperbuat oleh nenek moyangmu, tapi yang terang seluruh keluargamu
tampaknya memang akan dimusnakan dari muka bumi ini.
Sejak kakek bagindamu Kaisar Chin Si wafat, semua anak
cucunya saling cakar dan saling bunuh sendiri hanya karena berebut harta dan singasana. Sekarang sisa-sisa dari anak
keturunannyapun juga berguguran pula satu persatu oleh
sebab yang sama. Dan sebentar lagi satu-satunya keluarga
Chin yang masih tertinggal juga akan musnah karena dosadosa yang telah diperbuatnya sendiri?"."
"Kek".." apa katamu" Apa yang kaumaksudkan"..?" Chin
Yang Kun berseru kaget mendengar perkataan pengasuhnya
itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang tua itu menghela napas panjang lagi dan entah apa
sebabnya kakek tua itu seperti mendapatkan kekuatan baru
untuk menceritakan pengalamannya. Penyakit batuknya tibatiba mereda dan tidak begitu mengganggunya lagi.
"Sudahlah, tuan muda?"kelak kau akan mengerti sendiri
semua perkataanku itu. Sekarang biarlah aku bercerita
tentang kejadian di rumah bergenting merah itu dahulu?""
"Oooooh!" Chin Yang Kun berdesah dan terpaksa berdiam
diri pula. Kakek tua itu lalu mendongakkan kepalanya ke langit-langit kamar, seolah mau mengingat-ingat atau mengumpulkan
kembali semua ingatannya tentang kejadian di malam yang
bersejarah itu. "Malam itu"..ayahandamu mengajak pamanmu untuk
singgah di rumah bergenting merah itu. Sebenarnya waktu itu pamanmu tidak menyetujui maksud ayahandamu itu. Tapi
karena ayahandamu tetap memaksanya juga, maka pamanmu
terpaksa tidak berani membantahnya. Maka seluruh
rombongan, termasuk aku dan Siang-hui-houw, lalu memasuki
halaman rumah bergenting merah itu?""
orang tua itu berhenti bercerita dan tiba-tiba wajahnya
menjadi tegang. Otomatis Chin Yang Kun ikut menjadi tegang pula hatinya.
"Tak terduga di halaman rumah itu kami disambut
dengan?"senjata dan kepalan oleh tuan rumah!"
sekali lagi orang tua itu menghentikan ceritanya. Napasnya mulai memburu dan wajahnya kelihatan semakin tegang pula.
Tampaknya kejadian pada malam itu benar-benar sangat
mencekam hatinya. "Pada gebrakan yang pertama, aku telah terkena senjata
nyasar. Aku menggeletak tak berdaya dan dikira telah mati.
Tapi dengan demikian aku justru menjadi selamat malah! Dan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan menggeletak di tengah-tengah pintu halaman, aku
beruntung dapat menyaksikan pertempuran itu dengan jelas.
Tampaknya pertempuran itu berlangsung karena salah paham
belaka. Dari sumpah serapah mereka selagi bertempur, aku
dapat memastikan bahwa kedua belah pihak telah terjadi
salah paham. Di malam yang gelap gulita itu pihak tuan rumah telah menyangka kami sebagai musuh yang hendak
menyerang rumah mereka, sementara ayah dan pamanmu
menganggap mereka sebagai kawanan pembunuh yang selalu
mengejar-ngejar keluarga Chin. Sebentar saja korban segera berjatuhan, termasuk pula diantaranya adalah Siang-hui-houw. Kedua harimau pengawal keluarga Chin itu mati
terkena pukulan sakti lawannya."
"Aaaah?"!" Chin Yang Kun menjadi tegang sendiri
mendengar cerita pengasuhnya itu.
"Selanjutnya tinggal ayah dan pamanmu saja yang
melawan keroyokan pihak tuan rumah. Tapi selagi"..selagi
pertempuran itu berjalan dengan sengit, tiba-tiba"..tibatiba?"oooh!" mendadak orang tua itu menghentikan
ceritanya dan menutup wajahnya dengan kedua telapak
tangannya. Tentu saja Chin Yang Kun menjadi kaget sekali.
"Kek"..ada apa" Apa yang telah terjadi?" pemuda itu
berteriak seraya mencengkeram lengan pengasuhnya.
Tapi orang tua itu tampak sukar sekali melanjutkan
ceritanya. ?""tiba-tiba terdengar siulan nyaring. Dan tibatiba?"tiba-tiba"..oh, tiba-tiba pamanmu datang! Ooooh?"!
Maksudku?"maksudku?"."
"Maksud kakek?".seseorang telah datang pula ke tempat
itu, begitukah, kek?" Chin Yang Kun membantu pengasuhnya
yang tampaknya mulai bingung itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak?"tidak! Ehh! Ya?".ya! Ooooh?"apa yang mesti
kukatakan kepadanya?" mendadak kakek tua itu mengeluh
dan tak tahu apa yang harus dia ceritakan selanjutnya.
Tampaknya kakek tua itu telah sampai pada inti ceritanya.
Tapi karena inti cerita tersebut sangat mengerikan dan
menggoncangkan batinnya, maka kakek itu menjadi
terpengaruh dan sulit mengutarakannya. Namun sebaliknya
bagi Chin Yang Kun, yang sedikit banyak telah mendengar
cerita itu dari mulut Pendekar Li dan Keh-sim Siau-hiap, cerita tentang kedatangan orang yang bersiul nyaring tersebut
tidaklah begitu mengagetkannya. Pemuda itu telah tahu
bahwa orang yang datang itulah yang telah membantai ayah
dan pamannya. Cuma yang masih menjadi pertanyaannya
sampai sekarang adalah "siapakah sebenarnya orang itu?"
"Tenanglah, kek! Marilah kau kubantu menyelesaikan cerita
itu! Setelah orang yang bersiul nyaring itu datang, dia lalu bertanya kepada tuan rumah tentang sebuah peta yang
terlukis pada potongan emas, bukan?"
"Ehh! Tuan muda, kau....kau benar! Dari mana kau tahu?"
sekarang kakek tua itulah yang terkejut mendengar perkataan Chin Yang Kun.
"Dan....karena pihak tuan rumah ternyata tidak mau juga
memberikan potongan emas itu, maka orang yang baru
datang itu lantas mengamuk! Benar tidak, kek.....?"
"Be-benar......! eh, bagaimana tuan muda tahu" Bukankah
tuan muda pergi ke tepi sungai Huang-ho pada waktu itu"
Apakah tuan muda tidak jadi pergi ke sana dan kembali
mengikuti rombongan kami?"
Chin Yang Kun cepat menggelengkan kepalanya, lalu
meneruskan ceritanya. Yaitu cerita yang ia dapatkan dari
Pendekar Li dan Keh-sim Siau-hiap.
"Sebentar saja pihak tuan rumah telah terdesak oleh
amukan orang yang baru datang itu. Untunglah dalam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keadaan yang gawat pihak tuan rumah dapat meloloskan diri
melalui pintu rahasia. Tentu saja orang yang mengamuk itu
marah sekali. Seluruh bagian rumah itu diobrak-abriknya.
Setiap orang yang dijumpainya, tidak peduli itu lelaki atau perempuan, orang tua atau anak-anak, semuanya
dibunuhnya! Termasuk pula di dalamnya.....ayahku dan
pamanku!" Chin Yang Kun menutup ceritanya dengan suara
berapi-api. Tetapi dengan cepat orang itu menggoyang-goyangkan
tangannya di depan Chin Yang Kun. "Eh, tuan muda......nanti dulu!" selanya dengan sinar mata agak curiga. "Akhir dari
peristiwa pada malam itu memang demikian halnya. Darah
berceceran, mayat-mayat bergelimpangan dimana-mana.
Sungguh mengerikan sekali.....! tetapi jalan peristiwanya tidak begitu.....eh, tuan muda! Dari mana kau memperoleh cerita
seperti itu?" "Oh......jadi ceritanya tidak demikian itu" Lalu
bagaimanakah.....?" Chin Yang Kun yang ternyata telah salah terka itu bertanya dengan suara cemas dan tegang.
"Ahhh.......ini......ini......oh, apa yang mesti kukatakan?"
tiba-tiba orang tua itu kembali ragu-ragu dan berat untuk
melanjutkan ceritanya. Tentu saja Chin Yang Kun yang sudah tidak sabar lagi
untuk mendengarkan cerita itu menjadi kelabakan dibuatnya.
"Ayolah, kek.....! mengapa kau menjadi ragu-ragu lagi?"
Sekali lagi orang tua itu memandang anak asuhannya
tersebut dengan pandangan sedih. Matanya berlinang-linang, sementara batuknya mulai timbul lagi satu-satu.
"Baiklah, tuan muda.......huk-huk, aku akan bercerita. Tapi kuharapkan tuan muda mempersiapkan diri lebih dahulu
secara lahir batin, karena cerita ini sungguh-sungguh akan mengecewakan hatimu. Mungkin kau malah akan merasa
menyesal sekali telah mendengar cerita ini dariku.....huk-huk!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Berdebar hati Chin Yang Kun mendengar ucapan
pengasuhnya itu. Berkali-kali kakek tua itu memperingatkan dirinya, dan berulang kali pula orang tua itu kelihatan berat serta ragu-ragu untuk menceritakan jalannya peristiwa
berdarah itu. Tampaknya memang ada sesuatu yang aneh
atau sesuatu yang akan mengejutkannya dalam cerita kakek
pengasuhnya itu. Diam-diam Chin Yang Kun menjadi ketakutan juga hatinya.
Tapi setelah dipikir-pikir lagi, pemuda itu menjadi tenang kembali. Bagaimanapun juga sejak semula ia memang
bermaksud membuka tabir rahasia itu. Kalau sekarang telah
terbuka kesempatan itu, mengapa ia harus menghindarinya"
"Silakan, kek.....aku sudah siap untuk mendengarkannya,"
akhirnya pemuda itu berkata dengan suara dalam.
Untuk beberapa saat orang tua itu masih terbatuk-batuk di
tempatnya. Tampaknya dia juga sedang berusaha untuk
menenangkan dirinya pula.
".......Begitu suara siulan nyaring itu berhenti, tiba-tiba di dekatku telah berdiri seorang lelaki gagah mengenakan
sebuah topi lebar, yang dibenamkan dalam-dalam sehingga
hampir menutupi seluruh mukanya. Dan begitu ia melihat
ayah dan pamanmu sedang bertempur di halaman itu dia
lantas menurunkan kain cadar hitam yang terikat di pinggir topinya. Sekejap saja wajahnya telah tertutup oleh kerudung hitam."
Sesungguhnya Chin Yang Kun telah mempersiapkan diri
secara lahir batin, tapi meskipun demikian perkataan orang tua itu ternyata masih tetap juga seperti petir yang meledak di pinggir telinganya.
"Lelaki berkerudung hitam.......?" serunya bagai disengat
lebah. "Be-benar.........!" kakek tua itu ikut-ikutan kaget dan
menjadi gagap pula karenanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Oooh.........Hek-eng-cu..........Hek-eng-cu! Tak kusangka kaulah biang-keladinya!" pemuda itu menggeram penuh
dendam. "Tuan.......tuan muda, kau......kau sudah mengenal orang
itu?" "Hmm, aku memang belum berkenalan. Tapi aku telah
beberapa kali bertemu dengan dia....."
"Apaaa........" Huk-hukk! Tuan muda telah beberapa kali
bertemu dengan dia" Dan......tuan muda tidak dapat
mengenalnya?" kakek tua itu terbelalak seperti tidak percaya pada anak asuhannya itu.
"Aku tidak mengenalnya katamu" Hei, memang siapa
sebenarnya orang itu......?" Chin Yang Kun bertanya
keheranan. Orang tua itu menelan ludah dan mulutnya yang terbuka
itu tampak gemetar. "Orang itu adalah?"." Akhirnya ia berkata.
Tapi sebelum kata-kata itu selesai ia ucapkan, tiba-tiba
pintu bilik itu terbuka dengan paksa dari luar. Dan pada detik yang sama pula, sebilah pisau kecil melesat menembus dada
orang tua itu. Grobyaaag! "Aduuuuuh?".!" Kakek tua itu berteriak kesakitan, lalu
terkulai diam di pembaringannya.
Chin Yang Kun membalikkan badannya dan bersiap siaga
menghadapi segala kemungkinan. Bibirnya berdesis panjang,
sementara kedua matanya mencorong ke depan, seakan-akan
seperti dua bongkah bara yang menyala dan hendak
membakar tubuh seorang lelaki yang secara tiba-tiba telah
berdiri di depan pintu bilik gubug tersebut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau"..kau?".paman Wan It?" tiba-tiba pula pemuda itu
berdesah tak percaya melihat siapa orang yang berdiri di
depan pintu itu. "Ya"..akulah yang datang, tuan Yang Kun!"
Bangsat, Chin Yang Kun mengumpat di dalam hati melihat
sikap yang menantang dari bekas pengawal keluarganya itu.
Kecurigaan yang telah lama mengeram di dalam hatinya
ternyata memang benar-benar terbukti sekarang. Orang
bertubuh tinggi besar itu telah membunuh kakek tua itu.
"Hmmh"..tak kusangka kau yang telah bertahun-tahun
mengabdi kepada Keluarga Chin ini sekarang telah berbalik
memihak musuh." Chin Yang Kun menggeram dengan hebat.
Lalu,"apa maksudmu membunuh orang tua ini secara licik?"
"Hahaha?"sungguh garang sekali! Lagaknya masih juga
seperti seorang pangeran?"" Hek-mou-sai Wan It tertawa
dengan lagak yang sangat meremehkan.
"Diam kau, bangsat pengecut! Sekali lagi kutanya kau,
kenapa kaubunuh orang tua sakit-sakitan itu secara licik,
hah?" dengan kemarahan yang meluap-luap Chin Yang Kun
membentak. Tawa yang berkumandang di dalam gubug kecil itu seketika
berhenti, tapi wajah orang tinggi besar berbulu lebat itu
perlahan-lahan berubah merah seperti besi yang membara.
"Anak haram! Jaga mulutmu baik-baik, aku bukan orang
upahanmu lagi! Sekali lagi kau membentak aku, kubunuh
kau!" orang itu menggeram dengan hebat.
Tapi sebaliknya kata-kata umpatan "anak haram" yang
dikeluarkan oleh orang itu benar-benar meledakkan
kemarahan Chin Yang Kun. Sekilas pemuda itu teringat akan
pernyataan kakek luarnya tentang dirinya tadi malam.
"Kurang ajar?"!" Chin Yang Kun menjerit, lalu kedua
telapak tangannya bagai kilat mendorong ke depan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Krrraaaak! Grobyag! Dinding depan yang terbuat dari kayu itu hancur berkepingkeping dilanda pukulan Chin Yang Kun. Untunglah sedari tadi Hek-mou-sai Wan It selalu waspada hingga serangan itu dapat dihindarinya. Meskipun demikian bekas pengawal kepercayaan keluarga Chin itu merasa bergetar juga hatinya menyaksikan kekuatan pemuda itu.
Sebelumnya Hek-mou-sai memang telah diberitahu oleh
Hek-eng-cu dan Song-bun-kwi, bahwa kepandaian Chin Yang
Kun sekarang tidak boleh dipandang ringan lagi. Pemuda itu pernah beradu tenaga dengan mereka dan pemuda itu
ternyata bisa bertahan tanpa mengalami cedera sedikitpun.
Tetapi Hek-mou-sai tidak begitu yakin akan peringatan
tersebut, sebab dia sangat mengenal ilmu silat Keluarga Chin.
Apalagi ia sering melihat anak itu berlatih silat di tempat pengasingan mereka.
Tapi setelah melihat sendiri akibat dari pukulan pemuda itu, Hek-mou-sai baru percaya, meskipun belum sepenuhnya. Oleh
karena itu bekas pengawal yang dulu pernah menjadi
pengawal pribadi Kaisar Chin Si itu bermaksud mencoba
kemampuan pemuda tersebut. Apalagi kedatangannya di
tempat ini memang atas perintah Hek-eng-cu untuk mencari
dan melenyapkan kakek tua yang tahu tentang rahasia
mereka itu.

Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Bagus! Tenagamu sungguh hebat! Marilah kita keluar
untuk mencari tempat yang lapang untuk saling mencoba
kekuatan kita, hehehe"..! Dan kau akan kuringkus serta
kubuat tidak berdaya, untuk kemudian akan kupersembahkan
kepada Ong-ya sebagai obat untuk menyembuhkan rasa
kecewanya selama ini." Hek-mou-sai menantang seraya
meloncat keluar halaman. Chin Yang Kun menatap tubuh pelayannya yang terbujur di
atas pembaringan itu sebentar. Kemudian sambil berjanji di Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dalam hati bahwa ia akan membalaskan dendam orang tua itu
Chin Yang Kun lantas mengejar Hek-mou-sai Wan It keluar.
Orang tinggi besar itu telah berdiri bertolak pinggang di
atas tanah yang lapang di samping gubug tersebut. Sinar
matanya kelihatan berseri-seri, menunjukkan keyakinan
hatinya. "Hahaha?"ayolah kemari anak muda! Kita mengukur
kemampuan di tempat ini. Hmm, sungguh beruntung benar
aku bisa mendapatkan engkau di tempat yang tak disangkasangka ini. Alangkah senangnya Ong-ya nanti bila tahu akan hal ini. Berbulan-bulan kami mencarimu, sampai akhirnya kami datang kembali ke lembah itu. Hehehe"dan ternyata engkau
kami ketemukan pula disini. Ooooh?".alangkah senangnya!"
sebenarnya Chin Yang Kun sudah tidak dapat
mengendalikan kemarahannya lagi. Tapi serentak ia
mendengar ucapan Hek-mou-sai tentang si Ong-ya atau Hekeng-cu itu, ia segera berusaha dengan sekuat tenaga untuk
menahan diri. Ia tadi belum selesai dengan cerita si kakek tua pengasuhnya itu. Siapa tahu sekarang ia bisa mengorek
keterangan dari bekas pengawal keluarganya itu" Lain dari
pada itu diapun harus berhati-hati pula, siapa tahu Hek-eng-cu berada disekitar tempat itu juga"
Oleh karena itu sambil menenangkan hatinya Chin Yang
Kun berdiri lima langkah di depan musuhnya.
"Hek-mou-sai! Aku benar-benar tidak menyangka pula
bahwa kau dapat berbalik pikiran dengan mengabdi kepada
musuh keluargaku. Padahal selama ini kami selalu
memperlakukan kau dengan baik, malah boleh dikatakan kami
telah menganggapmu sebagai keluarga kami sendiri. Hmm"..
lalu sejak kapan kau ikut Hek-eng-cu?"
orang tinggi besar itu menatap Chin Yang Kun dengan
pandang mata kasihan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sejak kapan" Hahaha"ya tentu saja sejak keluargamu
mengasingkan diri di lembah ini. Kau tidak menyangkanya,
bukan?" ejeknya. Bukan main kagetnya Chin Yang Kun.
"Jadi"..kau selama ini selalu memata-matai kami
sekeluarga" Lalu?"lalu apa sebenarnya maksudmu dan
maksud Hek-eng-cu itu?" pemuda itu bertanya penasaran.
Hek-mou-sai tersenyum. "Ah?"kau jangan berlagak tak
tahu. Masakan kau tak mengerti harta kekayaanmu sendiri?"
"Jangan berbelit-belit! Apa maksudmu"..?" Chin Yang Kun
menggeram marah. "Kaulah yang berbelit-belit dan pura-pura tidak tahu!
Apalagi yang lebih berharga di dalam keluargamu selain Cap Kerajaan itu, hah" Itulah yang kami cari selama ini?"!
Nah"..sebelum nyawamu melayang, sekarang katakan saja
kepadaku, dimana benda itu kalian sembunyikan?"
"Oooo?".jadi benda itukah yang kau incar selama ini"
Hmm, benar-benar tak kusangka. Kalau begitu aku sungguh
kagum pada kesabaran dan ketabahanmu selama ini.
Demikian hebat pengabdianmu kepada Hek-eng-cu, dan
demikian besar keinginanmu untuk mendapatkan benda itu,
sehingga kau rela menjadi budak, selama bertahun-tahun di
tempatku. Ahhh?".benar-benar tak kusangka! Makanya
selama itu kami tak pernah bisa bersembunyi dari kejaran
orang-orang yang ingin memiliki benda pusaka tersebut,
sebab di dalam rombongan itu sendiri ternyata telah bercokol seekor ular berbisa seperti dirimu?""
"Hahaha"..jangan penasaran!" Hek-mou-sai memotong
dengan ketawanya yang menyakitkan hati.
"Aku tidak penasaran. Aku justru kagum kepadamu.
Hmm"..jadi ketika kau ditangkap oleh anak buah Hek-eng-cu, kemudian dijebloskan ke dalam penjara di bawah tanah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bersama-sama dengan aku dulu itu cuma hasil sandiwaramu
saja" Dan dalam keadaan tak berpengharapan seperti itu kau ingin mengorek keterangan dariku" Begitukah"..?"
"Benar?"hahaha! Sayang kau tak mau menyebutkannya
pada waktu itu. Kau Cuma menyebutkan Goa Harimau saja.
Hmh, sekarang coba kausebutkan, dimanakah Goa Harimau
yang kau maksudkan itu?"
"Nanti dulu! Aku belum selesai dengan pertanyaanku." Chin
Yang Kun memotong pertanyaan Hek-mou-sai. "Aku ingin tahu
pula.....imbalan apakah sebenarnya yang kau terima dari Hek-eng-cu, sehingga kau rela menuruti segala perintahnya" Dan yang terakhir.....apa sebabnya kau sampai di tempat ini
sehingga kau membunuh kakek tua itu secara licik?"
"Ooh.....kau ingin mengetahui dengan jelas semuanya
sebelum engkau mati, begitukah?"
Chin Yang Kun mengumpat di dalam hati, tapi demi untuk
menyenangkan hati lawannya dia mengiyakan saja pertanyaan
itu. "Yaa.....kalau aku boleh bertanya," jawabnya sambil
menghela napas. Betul juga. Hek-mou-sai tampak puas sekali melihat Chin
Yang Kun kelihatan lemas dan tak berdaya seperti itu. Maka dengan senyum yang mengembang di wajahnya bekas
pengawal keluarga Chin itu bercerita.
"Dengarlah.....! Ong-ya yang bergelar Hek-eng-cu itu
sebenarnya adalah seorang Pangeran Chin. Dan sebagai
keturunan Raja Chin beliau bermaksud untuk mengembalikan
lagi kekuasaan Dinasti Chin di Tiong-kok ini, maka untuk
mewujudkan....." "Nanti dulu.....! kalau dia memang keturunan Raja Chin dan bercita-cita untuk mendirikan kembali Kerajaan Chin, mengapa Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dia malah membinasakan ayah serta pamanku?" Chin Yang
Kun memotong. Hek-mou-sai mengerutkan alisnya. Jawabannya kaku,
"Karena....ayah dan pamanmu merupakan penghalang besar
bagi seluruh cita-citanya itu. Selain dari pada itu, ayah serta pamanmu dianggap terlalu lemah dan penakut untuk dijadikan sekutu dalam melaksanakan rencana besar ini. Oleh karena itu daripada mereka menjadi dari penghalang di kemudian hari,
maka lebih baik mereka dimusnahkan saja......!"
"Hmmh !" Chin Yang Kun menggeram di dalam hati.
Lagi-lagi Hek-mou-sai tersenyum melihat kegeraman
lawannya. Lalu dengan senyum yang masih mengembang di
wajahnya orang itu meneruskan ceritanya.
"Dan......untuk mewujudkan cita-citanya itu, Ong-ya lalu
mengajak aku dan beberapa orang kawan untuk menghimpun
sebuah kekuatan besar di antara rakyat. Mereka akan
dipersiapkan sebagai laskar yang nanti akan dipergunakan
untuk menumbangkan kekuasaan Kaisar Han....."
Hek-mou-sai menghentikan ceritanya sebentar untuk
melihat tanggapan Chin Yang Kun mengenai peranannya di
dalam rencana besar tersebut. Tapi karena pemuda itu hanya berdiam diri saja, maka Hek-mou-sai lalu meneruskan kembali ceritanya. Cuma sekarang nada suaranya tak selantang dan
segembira tadi. "Sebenarnya maksud Ong-ya itu telah mendapatkan
sambutan yang meriah di kalangan rakyat. Buktinya dalam
setahun saja kekuatan yang diperoleh telah mencapai puluhan ribu orang. Itu belum yang diperoleh di dalam kalangan
perajurit Kaisar Han sendiri. Tetapi sayang....." tiba-tiba ucapan Hek-mou-sai semakin merendah. "Tetapi sayang
kekuatan yang belum terbina dengan baik itu buru-buru
tercium oleh kaki tangan Kaisar Han sehingga Kaisar Han
segera mengerahkan bala tentara untuk menumpasnya. Dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kini....kekuatan itu telah tercerai-berai kembali. Meskipun tidak hancur seluruhnya, tapi untuk menghimpunnya lagi
dibutuhkan waktu yang lama."
Sekali lagi Hek-mou-sai menghentikan ceritanya. Matanya
menerawang jauh ke depan. Namun demikian dari sikap dan
raut wajahnya dapat dibaca bahwa ia masih mempunyai
keyakinan untuk memperbaikinya lagi.
"Hmmh! Menurut Ong-ya kegagalan tersebut disebabkan
oleh karena beliau dan kami semua telah mengabaikan atau
melupakan syarat utama dari perjuangan itu sendiri. Telah
disabdakan oleh para cerdik-pandai dan para bijaksanawan
zaman dulu melalui nenek-moyang kita, bahwa siapa saja
akan bisa menduduki takhta apabila ia dapat menyimpan dan
memiliki benda pusaka yang berwujud Cap Kerajaan.....! dan ternyata sampai sekarang Ong-ya belum juga memiliki benda
pusaka tersebut. Itulah sebabnya perjuangan besar gagal di tengah jalan."
Hek-mou-sai mengambil napas, seolah-olah menyesali
kegagalan itu. Tetapi sesaat kemudian matanya telah berapi-api kembali.
"Tapi untuk selanjutnya kegagalan itu tak boleh terulang
kembali ! Oleh karena itu, sebelum langkah untuk
menghimpun kembali kekuatan yang tercerai-berai itu
dilaksanakan, Ong-ya telah menetapkan untuk mencari benda
pusaka itu terlebih dahulu! Nah.....itulah sebabnya aku dan Ong-ya berada di lembah ini! Kami ingin mencarinya lagi yang lebih teliti....."
"Dan.......kalian secara tidak terduga menjumpai kakek tua itu disini, begitu, bukan" Lalu kalian beranggapan pula bahwa kakek itu tentu menyimpan benda pusaka itu, atau setidak-tidaknya tentu mengetahui dimana benda tersebut disimpan,
sehingga kalian lalu menyiksanya agar mau mengaku serta
menunjukkan tempatnya....."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar! Tapi orang tua itu ternyata membandel. Selain
tidak mau mengakui bahwa dia menyimpan benda itu, dia
malahan berani menasehati Ong-ya secara panjang lebar.
Ternyata selain telah mengenali penyamaran Ong-ya, orang
tua itu juga sudah tahu tentang sepak-terjang Ong-ya selama ini, termasuk diantaranya adalah pembasmian keluarga Chin
itu." Mendengar penjelasan Hek-mou-sai itu Chin Yang Kun
mengangguk-anggukkan kepalanya. Tahulah sudah pemuda
itu sekarang, siapa sebenarnya pembunuh ayah dan
pamannya, serta latar belakang apa yang menyebabkannya.
Semua itu ternyata adalah tanggung jawab Hek-eng-cu!
"Jadi......jadi.....Hek-eng-cu juga yang membunuh Paman
Bungsuku?" dengan hati berdebar Chin Yang Kun
menegaskan. Hek-mou-sai tertawa terbahak-bahak. Matanya sampai
berair ketika memandang kepada Chin Yang Kun.
"Tentu saja, anak bodoh! Siapa lagi yang dapat membunuh
atau menyingkirkan paman bungsumu itu selain Hek-eng-cu di dunia ini" Hahaha......"
Sekarang Chin Yang Kun benar-benar sudah tidak bisa
mengendalikan dirinya lagi.
"Bangsat! Sekarang pertanyaanku yang
terakhir......siapakah sebenarnya Hek-eng-cu itu" Apakah dia itu Putera Mahkota Kaisar Chin Si yang kini bersembunyi di Pegunungan Kun Lun bersama Yap Cu Kiat dan Siang-houw
Nio-nio itu?" "Hahaha.....jangan merengek-rengek seperti itu! Tidak ada
gunanya! Aku tidak akan menjawabnya, hahahah.....!"
"Kurang ajar......! kubunuh kau pengkhianat!" Chin Yang
Kun berteriak, lalu menyerang dengan kepalannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hek-mou-sai cepat mengelak, "Hahaha, anak muda.....!
jangan salahkan aku kalau nyawamu nanti melayang ke alam
baka. Meskipun kau telah menyempurnakan ilmu silatmu, tapi kau tetap bukan lawanku. Aku mengenal ilmu silat keluarga
Chin seperti mengenal ilmu silatku sendiri, hahaha......! ayoh, kerahkan seluruh kemampuanmu.....!"
Sambil mengeluarkan kata-kata ejekan Hek-mou-sai
meluncur ke samping kiri Chin Yang Kun dalam jurus
Menyangga Pedati Dengan Kaki Tunggal. Kaki kanannya yang
besar dan kuat itu mengait setengah lingkaran ke belakang, sehingga tumitnya menghantam ke arah pusar Chin Yang Kun!
Begitu manis dan cepat gerakan itu dilakukan oleh Hekmou-sai, sehingga Chin Yang Kun tak mempunyai banyak
waktu untuk berpikir lagi. Tahu-tahu kaki itu telah nyelonong begitu saja di depan perut Chin Yang Kun. Apalagi sejak
semula pemuda itu memang telah salah duga dengan gerakan
lawannya tersebut. Pemuda itu mengira bahwa Hek-mou-sai
mau menerobos ke belakang tubuhnya, untuk kemudian
hendak menyerang ke arah punggungnya!
Dalam keadaan terpepet, tiada jalan lain lagi bagi Chin
Yang Kun selain menghantam tumit itu dengan siku
tangannya! Sementara untuk menghindari serbuan atau
serangan beruntun dari lawannya itu. Chin Yang Kun
menjejakkan kakinya ke tanah, sehingga tubuhnya segera
melenting tinggi melampaui kepala Hek-mou-sai !
Dan begitu terlepas dari desakan lawannya, Chin Yang Kun
ganti menyerang dengan Jurus Liong-ong-sao-te (Raja Naga
Menyapu Tanah) ke kaki Hek-mou-sai, yang masih berdiri
dengan satu kaki itu. Sayang karena terlalu tergesa-gesa,
serangan itu terlalu tinggi sehingga dengan mudah Hek-mousai dapat mengelakkannya pula.
Demikianlah, beberapa saat kemudian mereka telah
bertempur dengan sengitnya. Masing-masing berusaha
mengungguli lawannya. Chin Yang Kun mengeluarkan ilmu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
silat Hok-te-ciang-hoatnya, sementara Hek-mou-sai
mengeluarkan ilmu silat perguruannya pula. Kedua-duanya
sama-sama bergerak dengan lincah dan gesit, bagaikan dua
buah bayang-bayang hitam yang sukar dipisahkan. Mereka
berkelebatan kesana kemari mengitari halaman gubug itu,
seperti dua ekor kupu-kupu yang sedang bercanda di pagi
hari. Dan sejalan dengan meningkatnya kemampuan yang
mereka keluarkan, maka gerakan merekapun semakin lama
juga semakin cepat dan ganas. Angin pusaran yang timbul
akibat hembusan tenaga sakti yang keluar dari dalam tubuh
merekapun juga semakin menggiriskan hati. Desisan-desisan
panjang atau letupan-letupan kecil yang diakibatkan oleh
pergeseran atau bentrokan tenaga mereka juga semakin
sering terdengar pula. Sepuluh jurus. Duapuluh jurus. Akhirnya limapuluh
juruspun telah berlalu pula. Hek-mou-sai mulai ragu-ragu dan keringatpun mulai keluar membasahi punggungnya. Bekas
pengawal pribadi Kaisar Chin Si, yang dulu selalu bersamasama dengan Siang-hou Nio-nio dalam setiap tugasnya itu,
kini mulai berdebar-debar menyaksikan lawannya. Setiap kali ia meningkatkan kemampuannya atau setiap kali ia
menambah tenaganya, setiap kali pula ia masih merasakan
kekurangannya dalam melayani serbuan lawannya.
Dan akhirnya kecemasan mulai timbul di dalam hati Hekmou-sai ketika dalam puncak kemampuannya Chin Yang Kun
masih tetap mengungguli juga. Malah beberapa saat kemudian pemuda itu masih juga mampu meningkatkan lagi
kepandaiannya, sehingga sedikit demi sedikit dirinya mulai terdesak. Apalagi ketika lawannya itu masih juga menambah
terus kekuatan tenaga saktinya, maka tanpa ampun lagi ia
semakin terperosok ke dalam jurang kesulitan yang dalam.
Mulailah Hek-mou-sai menyesali kecerobohannya. Tidak
seharusnya ia mengabaikan peringatan kawan-kawannya. Dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak seharusnya pula ia menghadapi pemuda itu tanpa
senjata di tangan. Begitu cerobohnya dirinya tadi, dan begitu congkaknya dia tadi, sehingga dengan tanpa melaporkan lebih dulu kepada majikannya, ia merasa dapat mengatasi pemuda
itu dengan mudah. Kini semuanya telah terlambat. Untuk meloloskan diri dari
libatan lawannya sudah tidak mungkin lagi, apalagi mau
melapor kepada Hek-eng-cu. Satu-satunya jalan yang tersedia baginya cuma bertempur mati-matian dan mengadu jiwa!
"Hhhaaarrgh.....!" Hek-mou-sai menggeram dahsyat
dengan ilmu Sai-cu-ho-kang (Auman Singa). Siapa tahu
suaranya itu bisa terdengar sampai ke lembah"
"Hmmh.....Hek-mou-sai! Coba kaukatakan sekarang, siapa
yang kini berteriak merengek-rengek karena nyawanya
hendak melayang ke alam baka" Ho-ho....kau berteriaklah
setinggi langit untuk memanggil calon rajamu itu, aku tidak takut! Aku justru hendak membantainya pula di depan mayat
kakek tua itu, seperti dia telah membantai seluruh


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

keluargaku!" Hek-mou-sai tak mampu untuk menjawab lagi. Seluruh
pikiran dan kemampuannya telah tercurah habis untuk
menghadapi desakan lawannya. Tak ada lagi kesempatan
baginya untuk melayani ejekan-ejekan ataupun kata-kata
lawannya itu. Jangankan untuk melayani kata-kata ejekan itu, untuk
menyelamatkan diri saja Hek-mou-sai sudah tidak mungkin
lagi. Pukulan demi pukulan, tendangan demi tendangan,
meskipun belum telak tapi sudah mulai menyentuh kulitnya.
Itupun sudah bukan main sakitnya dia rasakan. Malah
beberapa saat kemudian rasa sakit itu diikuti pula dengan rasa gatal yang hebat di tempat-tempat ia menerima sentuhan
tersebut. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Gila! Setan mana yang telah merasuk ke dalam tubuh
anak ini?" Hek-mou-sai mengumpat di dalam hati begitu
menyadari pukulan lawannya ternyata mengandung racun
yang berbahaya pula. Demikianlah, racun yang masuk melalui pukulan Chin Yang
Kun itu semakin lama semakin mempengaruhi daya tahan dari
tubuh Hek-mou-sai. Ketika pada suatu saat Chin Yang Kun
secara tidak sengaja membalikkan tangannya ke belakang
dalam jurus Naga Melingkar Menjilat Ekor, yaitu salah satu jurus dari Kim-coa-ih-hoat, Hek-mou-sai sudah tidak bisa lagi mengelakkan diri. Bekas pengawal Keluarga Chin itu menjadi terperanjat bukan main melihat lawan yang sedang
membelakangi dirinya itu tiba-tiba bisa memukul ke belakang seperti layaknya orang yang sedang menghadap ke arah
dirinya. "Bhluuug !" "Aaarrrgh.......!"
Hek-mou-sai melenguh seperti kerbau disembelih ketika
pukulan itu menimpa ulu hatinya. Tubuhnya yang tinggi besar itu terjerembab ke belakang menghantam pohon, kemudian
jatuh terlentang di atas tanah. Dari mulutnya mengalir darah segar berwarna kehitaman.
"Kkkauu....kau....." Ilmu.....ilmu a-apa itu......" Uuuhh !"
Hek-mou-sai berbisik dengan suara serak, untuk kemudian
terkulai menemui ajalnya.
Beberapa saat lamanya Chin Yang Kun masih saja berdiri
mengawasi mayat bekas pembantu ayahnya itu. Perlahanlahan kulit orang itu menjadi kehitam-hitaman, sehingga
tubuh yang besar dan berbulu lebat itu menjadi sangat
mengerikan rupanya. "Uuuuh......!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba terdengar suara keluhan tertahan di dalam gubug, sehingga Chin Yang Kun menjadi kaget sekali. Serentak urat-uratnya menegang, dan sekejap kemudian pemuda itu telah
melesat bagai terbang cepatnya ke dalam gubug itu.
"Kek.....kau.....kau ma-masih hidup.....?" bukan main
kagetnya pemuda itu begitu melihat kakek tua pelayannya itu masih bergerak di pembaringannya.
"Uuuuh......!?"
"Kek! Kakek......! Bagaimana......" a-apa yang
kaurasakan......?" di dalam kegugupannya Chin Yang Kun
justru menjadi bingung malah.
"Tu-tuan muda....." kau.....kau se-selamat?"
"Ya-ya......tentu saja, kek! Orang itu telah kubunuh mati!
Ba-bagaima......?" "Ooh, s-s-syukurlah.....! d-d-dialah yang men-men.....jadi biang ke-ke-keladi semua mala-mala......mala-petaka ini!
Dialah ib......iblis penghasut yang.....yang.....me-memeretakkan Keluarga Chin......oooooh !"
Wajah tua itu mendadak tersenyum lega dan matanya
perlahan-lahan tertutup kembali.
Chin Yang Kun menjerit dan menggoncang tubuh kakek itu
keras-keras. "Kek....! kau jangan mati dulu! Ayoh! Jangan mati dulu!
Katakan padaku.....be-benarkah aku ini bukan putera ayahku"
Benarkah aku ini putera Kaisar Han yang bertakhta sekarang ini?"
Tiba-tiba mata yang sudah hampir terpejam itu terbuka
kembali, meskipun sudah buram dan tak bersinar sama sekali.
"K-kau sudah me-mengetahuinya....." Ohh.....!" bibir yang
sudah mulai kaku itu berbisik lemah, kemudian terdiam untuk selama-lamanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ouuuh......!" Chin Yang Kun berdesah pula dengan
lemahnya. Sejenak pemuda itu memandang jenazah pengasuhnya itu.
Wajahnya tampak muram dan sedih. Ucapan terakhir yang
dikeluarkan oleh kakek itu tadi membuat perasaannya menjadi kosong dan hampa luar biasa. Seakan-akan dirinya yang
sebatang kara itu telah dilemparkan ke dalam jurang yang
dalam, sepi dan lengang! "Ooooh.....kenapa semuanya ini terjadi pada diriku?" Chin
Yang Kun meratap di dalam hati. Air matanya menetes
membasahi pipinya. Lama sekali pemuda itu terpekur saja di tempatnya. Sekalisekali terdengar tarikan napasnya yang panjang dan berat.
Baru beberapa saat kemudian kakinya melangkah lambat ke
luar gubug, untuk mencari tempat yang cocok buat
menguburkan mayat-mayat itu.
Demikianlah, meskipun lambat kedua sosok mayat itu telah
selesai dikuburkan semua. Tempat itu menjadi sepi serta sunyi kembali. Kini tinggallah perasaan lelah yang luar biasa
menggayuti tubuh Chin Yang Kun. Pertempurannya tadi
ternyata telah menyita seluruh sisa kekuatan yang masih ada di dalam tubuhnya.
"Oh, betapa lelahnya badanku........! telah beberapa hari ini aku kurang makan dan kurang tidur." Chin Yang Kun menguap
seraya menjatuhkan dirinya di atas pembaringan yang ada di dalam gubug itu. Dan sebentar saja matanya telah terpejam.
Rasa lelah yang amat sangat membuat Chin Yang Kun
bermimpi di dalam tidurnya. Pemuda itu merasa seperti
sedang berada di tepi pantai bersama-sama dengan Souw Lian Cu. Mereka berdua duduk bersanding di atas pasir, sambil
memandang gulungan ombak yang berdebur memecah pantai.
Chin Yang Kun meremas jari-jari tengah Souw Lian Cu,
sementara matanya menatap wajah gadis itu seperti tiada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
puasnya. Dan biarpun Souw Lian Cu hanya selalu
menundukkan kepalanya, serta tidak pernah menjawab
perkataannya, Chin Yang Kun tidak pernah menjadi berkecil
hati karenanya. "Lian Cu......! mengapa kau tidak mau memandangku" Apa
sebenarnya yang menyusahkan hatimu" Apakah yang
kaupikirkan selama ini" Dengarlah......! Kau tidak boleh selalu bersusah hati. Kau harus selalu bergembira di dalam
hidupmu.....aku akan selalu menjagamu. Aku.....aku.... cinta kepadamu!"
Tiba-tiba kepala yang tertunduk itu menengadah dan
memandang Chin Yang Kun. Mata yang indah itu terbelalak.
"Jangan.....!" gadis itu berbisik ketakutan.
"Heh" Jangan" Mengapa......?" Chin Yang Kun mendesak
penasaran. Mendadak gadis itu bangkit berdiri, lalu berlari cepat sekali meninggalkan Chin Yang Kun. Tentu saja Chin Yang Kun
terperanjat sekali. "Lian Cu......!" pemuda itu berteriak.
Tapi Souw Lian Cu menolehpun tidak. Gadis itu berlari terus menerjang ke tengah laut, menyongsong ombak. Dan
sebentar saja tubuhnya telah lenyap ditelan gelombang besar.
"Oh, Lian Cu.....!" Chin Yang Kun meratap. Wajahnya
tertunduk lesu. "Yang Kun....!" tiba-tiba pemuda itu dikejutkan oleh suara lirih di dekat telinganya.
Chin Yang Kun menoleh dengan cepat, dan hampir saja
pipinya menyentuh pipi Tiau Li Ing yang secara tiba-tiba telah berada di dekatnya.
"Li Ing.....kau?" pemuda itu berbisik kaget.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya......akulah yang datang! Aku datang untuk mencarimu.
Mengapa kau dulu meninggalkan aku seorang diri di rumah
penginapan itu" Dan kemana saja kau selama ini" Yang Kun,
oh....jangan tinggalkan aku lagi! Aku mau ikut engkau
kemanapun kau pergi! Aku tidak mau berpisah lagi
denganmu....." gadis binal itu mencengkeram lengan Chin
Yang Kun dan merengek manja.
"Li Ing.....ini.....ini.....ahhh!" Chin Yang Kun berdesah
gugup sambil berusaha melepaskan diri dari cengkeraman
tangan Tiau Li Ing. Tapi gadis itu tak mau melepaskan tangannya juga,
sehingga Chin Yang Kun menjadi kikuk dan salah tingkah.
"Ini.....ini....eh! Le-lepaskan dulu....." Chin Yang Kun
mendorong tubuh Tiau Li Ing. Tapi tak terduga telapak
tangannya persis mendorong ke arah dada gadis itu, sehingga Chin Yang Kun lantas menjadi kelabakan sendiri untuk
menarik tangannya. "Grobyaag !" Chin Yang Kun terjatuh dari pembaringan dan....siuman
dari tidurnya! "Ahhh......kurang ajar! Aku telah bermimpi ini tadi....."
pemuda itu bergumam sambil menggeleng-gelengkan
kepalanya ke kiri dan ke kanan.
Chin Yang Kun lalu melangkah keluar gubug. Dilihatnya hari telah menjelang sore. Matahari telah turun mendekati
cakrawala, sehingga sinarnya yang kuning kemerahan
membentuk bayang-bayang hitam pada pepohonan. Sesaat
pemuda itu memandang gundukan tanah tempat ia mengubur
Hek-mou-sai dan kakek pengasuhnya tadi, lalu melangkah
pergi meninggalkan tempat tersebut.
Pemuda itu merasa beruntung bisa tidur agak lama tadi.
Sekarang badannya terasa lebih segar serta telah pulih
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kembali kekuatannya. Dan kini ia telah merasa siap untuk
bertarung mengadu jiwa dengan Hek-eng-cu!
"Hemmm....Hek-eng-cu, nantikanlah kedatanganku!
Apapun yang telah terjadi padaku, aku tetap tak merubah
niatku untuk membunuhmu! Aku masih tetap akan menagih
hutangmu kepada Keluarga Chin!"
Chin Yang Kun berlari menuju ke lembah lagi. Ia masuk
melalui jalan pertama, yaitu celah gunung dimana pohon
cemara tua itu tumbuh. Sebab dengan melalui jalan tersebut dia bisa naik ke atas lereng lembah, untuk kemudian dapat
berputar mengelilingi rumahnya, sehingga ia bisa turun di
bagian belakang rumahnya. Dengan demikian kedatangannya
takkan diketahui oleh Hek-eng-cu.
Tapi betapa kagetnya pemuda itu tatkala lewat di tempat
pohon cemara tersebut tumbuh. Pohon tua yang kokoh kuat
itu kini telah tumbang, sehingga batangnya yang tinggi itu melintang menutupi jalan masuk ke dalam lembah.
"Hei....kenapa dengan cemara ini" Tiada hujan tiada angin, tahu-tahu telah tumbang. Padahal pagi tadi pohon ini masih berdiri dengan tegarnya....." Chin Yang Kun berkata di dalam hatinya.
Karena merasa penasaran Chin Yang Kun mencoba
memeriksa pohon itu. "Ah, pohon ini tumbang bukan karena lapuk atau dihembus
angin kencang, tetapi....tumbang karena pukulan seorang jago silat berkepandaian tinggi." Chin Yang Kun bergumam
perlahan begitu melihat bagian batang pohon yang patah.
Pemuda itu mencoba menyentuh pada bagian yang patah
tersebut. Dan pemuda itu tersentak kaget tatkala kayu yang disentuhnya tersebut rontok ke bawah seperti tepung yang
berhamburan tertiup angin.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Diam-diam pemuda itu menjadi cemas juga. Melihat akibat
yang ditimbulkan oleh pukulan itu bisa diduga bahwa
pelakunya tentu seorang tokoh sakti yang mempunyai tenaga
dalam hampir sempurna. Dan siapa tahu orang tersebut
adalah Hek-eng-cu sendiri"
"Sekali ini aku memang harus berhati-hati. Siapa tahu orang yang merobohkan cemara ini memang benar-benar
Hek-eng-cu adanya" Dan kalau dugaan itu memang betul,
hmmm..... tugasku kali ini sungguh tidak ringan. Lwee-kang yang telah diperlihatkan itu terang tidak berada di bawah
Iwee-kang yang kuterima dari nenek Buyutku. Oleh karena itu jika ilmu silatnya nanti ternyata jauh lebih hebat dari pada Hok-te Ciang-hoat atau Kim-coa-ih-hoatku, terang aku nanti akan mengalami kesulitan di dalam menghadapinya....."
Untuk lebih meyakinkan siapa sebenarnya orang yang telah
merobohkan pohon cemara tersebut, Chin Yang Kun lalu
memeriksa tempat itu sekali lagi. Siapa tahu ia bisa
menemukan petunjuk lain tentang orang itu" Tapi apa yang
kemudian ia ketemukan lagi di tempat itu malah membuatnya
lebih cemas dan khawatir.
Ketika pemuda itu tanpa sengaja menyepakkan kakinya ke
arah tumpukan daun cemara kering di depannya, tiba-tiba
sebuah benda keras ikut pula terlempar bersama-sama
dengan tumpukan daun tersebut. Dan pemuda itu menjadi
kaget sekali tatkala diketahuinya benda itu adalah sebuah
kipas besi. Chin Yang Kun cepat mengambil kipas itu dan menimangnimangnya di atas telapak tangannya. Dilihatnya beberapa
buah jeruji kipas itu telah rusak dan patah.
"Kipas ini milik Tiau Li ing........ Hmm ...sungguh
mengherankan sekali. Apakah sebenarnya yang telah terjadi di tempat ini beberapa saat yang lalu" Apakah gadis itu telah kesasar ke tempat ini dan kemudian lalu bertemu dengan Hek-eng-cu" Wah, kalau memang demikian halnya gadis itu tentu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendapatkan kesulitan......" pemuda itu menduga-duga dalam hatinya.
Begitu memikirkan nasib yang mungkin menimpa Tiau Li
lng, Chin Yang Kun lantas menjadi gelisah hatinya. Bergegas pemuda itu melompati pohon yang tumbang tersebut dan
kemudian berlari meninggalkan tempat itu. Dan sesuai dengan rencananya tadi, pemuda itu tidak berjalan langsung menuju ke rumahnya, tetapi lebih dahulu naik ke atas tebing,
kemudian merambat diantara batu-batu karang dan semakperdu, terus melingkar ke belakang rumahnya.
Sambil merangkak dengan hati-hati, Chin Yang Kun
mengawasi terus keadaan rumahnya. Rumah tempat
tinggalnya itu sekarang boleh dikatakan telah rusak sama
sekali. Temboknya telah banyak yang hancur, sementara pintu dan jendelanyapun juga telah banyak yang copot pula. Dan
semuanya itu karena akibat ulah para pencari Cap Kerajaan!
Chin Yang Kun sudah sampai di belakang rumahnya. Tapi
sejak tadi rumah itu tampak sepi dan sunyi seperti kuburan.
Tak ada tanda-tanda kalau ada manusia atau hewan di tempat itu. Yang terdengar cuma suara gemerisiknya daun alang-alang tertiup angin.
Sementara itu matahari benar-benar telah hilang di balik
cakrawala. Dan keadaan didalam lembah itupun semakin
tampak gelap juga. Tetapi, meskipun hari sudah menjadi
gelap, rumah itu tetap sepi pula. Tak ada tanda-tanda orang menyulut lampu atau yang lainnya. Suasana benar-benar
sunyi dan lengang, sehingga dengan kegelapan malam yang
menyelubunginya, rumah itu menjadi tampak angker dan
menyeramkan. Chin Yang Kun menjadi gelisah. Dengan wajah tegang
pemuda itu lalu bergerak menuruni tebing itu. Sampai di
bawah pemuda itu lalu melingkar ke kanan melewati makam
paman bungsunya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi ketika melewati makam itu Chin Yang Kun menjadi
terkejut sekali! Makam itu sudah tidak ada lagi! Yang sekarang ada
ditempat itu hanyalah sebuah lobang terbuka yang ditumbuhi semak dan alang-alang! Dan di pinggir lobang itu tampak
sebuah kotak peti mati yang telah hancur tertimbun tanah.
"Gila......! si-siapa yang be-berani.....membongkar makam
ini?" saking kagetnya Chin Yang Kun berdesah agak keras.
Dan tiba-tiba saja terdengar suara gaduh dari dalam rumah
yang gelap itu. Sekejap terdengar jeritan seorang wanita. Tapi suara itu cepat terhenti, seolah-olah mulut yang menjerit
tersebut telah dibungkam orang secara paksa. Dan sebagai
gantinya kemudian terdengar suara bentakan yang ditujukan
ke arah Chin Yang Kun. "Siapa di luar......?"
Sekali lagi Chin Yang Kun terperanjat! Ternyata di dalam
rumah itu ada orangnya juga. Malah karena kurang hati-hati, kedatangannya telah diketahui oleh orang tersebut. Terpaksa pemuda itu keluar dari tempat persembunyiannya. Dengan
kaki terpentang lebar pemuda itu berdiri menghadap ke pintu rumah tersebut.
"Aku! Akulah yang datang.......! Keluarlah!" Chin Yang Kun menggeram keras, meskipun sebenarnya hatinya amat
berdebar-debar. Hening sejenak. Chin Yang Kun semakin berdebar-debar.
Rasanya lama sekali orang itu tidak keluar-keluar.
Tiba-tiba...........................!
"Huh......." Kau........ Chin Yang Kun?" seorang lelaki berkerudung hitam yang bukan lain adalah Hek-eng-cu,


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

muncul di depan pintu dengan suara kaget pula.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sejak semula Chin Yang Kun sudah menduga kalau Hekeng-cu tentu berada di rumah tersebut, namun demikian
kemunculan orang itu ternyata masih tetap juga mendebarkan hatinya ! Saking tegangnya pemuda itu tidak dapat segera
mengeluarkan suara. Baru beberapa saat kemudian, setelah pemuda itu ingat
kembali pada tujuannya semula, mukanya menjadi merah
padam. Dengan cepat kemarahannya membakar seluruh poripori tubuhnya. "Iblis keji ! Jangan kaget ! Aku datang untuk menagih
nyawa keluargaku! Oleh karena itu.....bersiaplah!" Chin Yang Kun menggeram.
Karena menyadari bahwa lawannya sekali ini benar-benar
sangat berat, maka Chin Yang Kun tidak mau berlaku ceroboh.
Langsung saja pemuda itu mengerahkan seluruh kekuatan
Liong-cu-i-kangnya. Tubuhnya sampai bergetar karena
menahan gelombang tenaga sakti yang maha dahsyat itu.
Sebaliknya Hek-eng-cu masih kelihatan tenang-tenang saja
di tempatnya. Beberapa kali kepalanya malah menoleh kesana kemari seolah-olah ada yang dicarinya. Sikapnya tampak
memandang rendah sekali kepada Chin Yang Kun.
Tentu saja Chin Yang Kun menjadi marah sekali.
"Kurang ajar........! Apa yang kaucari" Kau mencari
pembantumu yang tinggi itu " Huh......! Percuma ! Orang itu telah kucabut nyawanya sore tadi !" Chin Yang Kun
membentak. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 42 KEPALA yang tersembunyi di dalam kerudung itu cepat
berpaling kepada Chin Yang Kun. Bola matanya tampak
mencorong seakan-akan bisa menembus tirai kerudung
tersebut. "Apa katamu" Kau telah membunuh Hek-mou-sai Wan lt"
Huh.......! Jangan mengigau di depanku! Aku tahu dengan
pasti siapa Wan It dan siapa...... engkau! Jangankan
membunuhnya, menyentuh ujung bajunyapun engkau takkan
mampu. Apakah yang kau pergunakan sebagai modal untuk
menghadapi dia" Hok-te Ciang-hoat " Atau Hok-te To-hoat "
Hmh !" Hek-eng-cu mendengus dengan suara di hidung.
Merah telinga Chin Yang Kun. Namun demikian pemuda itu
tetap berusaha untuk mengendalikan dirinya. Pemuda itu
masih tetap sadar bahwa untuk menghadapi lawan tangguh,
ia harus tetap berhati tenang dan dingin. Kemarahan justru akn membuat dirinya lemah dan lengah. Masih terngiang di
dalam teIinganya kata-kata paman bungsunya dahulu bahwa
ketenangan mutlak diperlukan dalam setiap pertandingan.
Barang siapa bisa berlaku tenang dan selalu dapat
mengendalikan dirinya dalam setiap pertandingan pi-bu, boleh dianggap orang itu telah memenangkan separuh dari
pertandingan itu sendiri. Ketenangan membuat seorang jago
silat menjadi waspada, jernih pikiran dan tidak salah langkah.
Oleh karena itu Chin Yang Kun segera mengambil napas
panjang untuk menenangkan hatinya. Setelah itu dengan
suara dingin ia menjawab perkataan lawannya, "Engkau
sendiri adalah keturunan Chin. Dan sedikit banyak kau tentu mempelajari juga ilmu silat warisan nenek moyang kita itu.
Tapi sungguh mengherankan sekali, mengapa kamu tidak
menghargainya" Malah tampaknya kau sangat meremehkan
sekali ilmu silat itu" Apakah kau.....?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan sikap kaget Hek-eng-cu melangkah mundur
setindak. "Huh .......Yang Kun ! Kau sudah tahu siapa aku?" lbIis berkerudung itu berseru kaget. Chin Yang Kun mencoba
tersenyum agar lebih memantapkan hatinya.
"Sudab kukatakan tadi bahwa pembantumu yang lihai itu telah kubereskan nyawanya dan sebelum napasnya terhenti, ia sempat bercerita panjang lebar tentang dirimu. Dia juga telah membeberkan apa saja yang telah kauperbuat selama ini demi untuk mencapai cita-citamu yang besar itu, termasuk
diantaranya pemusnahan keluarga Chin sendiri.
Nah........apakah kau sekarang masih meragukan juga semua
kata-kataku tadi" Apakah kau masih juga tidak percaya kalau pembantumu itu telah kubunuh ?"
"Huh! Aku tetap belum percaya! Kau cuma ingin membakar kemarahanku saja!" Hek-eng-cu yang sudah mulai termakan oleh gosokan Chin Yang Kun itu mencoba untuk berlaku
tenang. Tapi Chin Yang Kun yang merasa telah mendapatkan angin
itu segera menceritakan semua peristiwa di gubug tadi,
sehingga mau tidak mau Hek-eng-cu terpaksa
mempercayainya. Apa lagi ketika Chin Yang Kun menyebutnyebut tentang kakek tua pengasuhnya itu, Hek-eng-cu
semakin merasa terpukul hatinya.
"Dan ...... tahukah kau, apa yang kupergunakan untuk
membunuh Hek-mou-sai Wan It" Tidak lain adalah ...... Hok-te Ciang-hoat juga!" Chin Yang Kun yang merasa bahwa kata-katanya mulai dapat mempengaruhi perasaan lawannya itu
cepat-cepat memberi pukulan lagi dengan kata-katanya yang
menyakitkan. Namun dalam keadaan tertekan itu Hek-eng-cu justru
menjadi tenang malah. Karena semua belangnya telah
diketahui oleh lawannya, maka iblis itu merasa tak perlu untuk Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menutup-nutupi lagi. Dengan suara lantang iblis itu lalu
menggeram. "Baiklah ! Aku memang tak ingin menutup-nutupinya lagi.
Dengarlah .......! Memang aku yang membasmi keluargamu !
Itu kalau kau mau menganggap bahwa mereka adalah
keluargamu juga!" "Kalau aku mau " Apa maksudmu......?" Chin Yang Kun
mengerutkan keningnya. "Sudahlah! Kau tak perlu berpura-pura pula. Kau bukan
keturunan Chin. Engkau keturunan Liu Pang, musuh keluarga
Chin!" Hek-eng-cu membentak dengan suara keras untuk
memancing kemarahan Chin Yang Kun.
Namun Chin Yang Kun tetap berusaha dengan keras pula
untuk mengendalikan dirinya. Pemuda itu sadar bahwa
lawannya secara diam-diam juga sedang berusaha untuk
membakar hatinya. "Baiklah! Kalau memang demikian halnya kau mau apa "
Bagiku, keturunan Chin atau bukan, sama saja! Aku tetap
merasa berkewajiban untuk menuntut balas kepadamu !
Dan"..kukira sikapku ini masih tetap jauh lebih mulia serta lebih baik dari pada sikapmu yang berkhianat serta durhaka terhadap keluargamu sendiri itu!"
"Kurang ajar! Kau ini anak keciI tahu apa" Heh........" Apa yang kaumaksud dengan "mulia" itu" Dan apa pula yang kauartikan dengan istilah "durhaka" itu......" Bagi seorang besar yang bercita-cita tinggi dan berpandangan luas seperti aku, istilah "mulia" dan "durhaka" itu hanya dikaitkan pada
"tujuan hidup" ini saja. Siapapun juga yang mau berjuang demi terlaksananya cita-cita itu, dialah yang disebut mulia.
Tapi sebaliknya, siapa saja yang berkhianat terhadap cita-cita itu, dialah yang disebut durhaka ! Dan orang yang bersikap durhaka itu patut untuk dibasmi serta disingkirkan, siapapun Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
juga mereka itu ! Tak perduli mereka itu kawan atau keluarga sendiri........"
"Hmh........ manusia berbudi rendah! Kalau begitu engkau
ini tak ada bedanya dengan seekor binatang buas, yang
sanggup memangsa kawannya sendiri bila menginginkan
sesuatu?"" Chin Yang Kun menggeram dengan hebat.
?"..Jadi karena ayah serta pamanku itu kau anggap durhaka
maka mereka lalu kaubunuh" Begitu?"
Hek-eng-cu tertawa lirih. "Benar, anak bodoh! Ketika
malam itu kutemui ayah dan pamanmu di rumah pendekar Li,
langsung saja kuminta Cap Kerajaan itu kepada mereka,
seperti juga aku meminta potongan peta rahasia harta karun kepada Pendekar Li dan kawan-kawannya. Karena ayahmu
tidak memberikannya seperti juga Pendekar Li yang tak mau
memberikan potongan petanya, maka aku lalu mengamuk.
Ayah dan pamanmu dapat kubunuh mati, tapi sebaliknya
Pendekar Li dan kawan-kawannya dapat melarikan diri melalui pintu rahasia. Karena kedua buah benda itu tak dapat
kuperoleh semua, maka aku lalu menjadi marah dan
penasaran. Siapa saja yang kujumpai di dalam rumah itu
kubunuh mati semuanya?""
"Manusia keji! Siapa sebenarnya kau ini?"" Aku hampir
mengenal semua keluarga Chin di kota raja, tapi kenapa aku seperti belum pernah melihatmu" Ayoh, lepaskan kerudungmu
itu dan bertanding secara jantan denganku!" Chin Yang Kun
menantang. "Oh?"jadi kakek pengasuhmu itu belum sempat
memberitahukan siapa sebenarnya aku ini kepadamu, heh"
Hah-hah-ha-ha-ha, sungguh malang benar orang tua itu! Dua
hari yang lalu aku dan Wan It kemari. Kutemukan orang tua
itu di pondok ini bersama gadis berkipas besi itu. Lantas
kuperintahkan kepada Wan It untuk menangkap mereka.
Mereka berusaha untuk melarikan diri keluar lembah, tapi
dengan mudah Wan It mencegat mereka di mulut lembah itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akhirnya gadis itu dapat kutangkap sementara kakek tua itu terjatuh ke dalam jurang, hiah-hah-ha-ha...... Hmmm,
kusangka kakek berpenyakitan itu sudah mati terbanting di
dasar jurang, eh?" tak tahunya masih hidup dan dapat
kautemukan. Sungguh ceroboh benar aku ini!"
Chin Yang Kun menatap wajah di balik kerudung itu lekat Istana Kumala Putih 2 Istana Kumala Putih Karya O P A Memburu Iblis 15

Cari Blog Ini