Ceritasilat Novel Online

Pendekar Penyebar Maut 8

Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono Bagian 8


menghindar dari tempat yang hingar-bingar tersebut.
"Saudara Chu, bawa kawanmu yang terluka itu keluar dari tempat ini ! Sebentar lagi akan terjadi perang besar di dusun ini!" teriaknya sebelum hilang dari pandang mata.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pengecut! Jangan lari"!" Yang Kun yang terluka itu
berteriak marah. Dengan agak sempoyongan pemuda itu
berlari mengejar Hong-gi-hiap.
Chu Seng Kun terkejut, apalagi ketika dijalan sudah
terdengar sorak-sorak perajurit yang bertempur. Pendudukpun sudah terlihat berlarian kesana kemari mencari tempat
perlindungan. Wanita dan anak-anak tampak menjerit-jerit
ketakutan mencari suami dan ayah mereka.
"Yang-hiante, tunggu !" Chu Seng Kun berlari pula dari tempat itu.
(Oo-dwkz-hend-oO) Perang! Bagaimanapun macam dan bentuknya perang adalah
tragedi yang paling buruk dalam hidup kebudayaan manusia.
Dari dulu hingga sekarang perang adalah sama saja,
semuanya tak ada keuntungannya, yang ada hanya kerugian,
kerusakan dan kehancuran ! Kehancuran dalam bidang apa
saja, baik bidang kejiwaan maupun bidang kebendaan! Maka
tak seorangpun di dunia ini yang suka akan perang. Perang
hanya akan merampas kebebasan hidup mereka! Perang
hanya akan memunahkan hasil kerja yang telah mereka timba
dengan darah dan keringat mereka. Perang hanya akan
menjauhkan ketenteraman hidup mereka. Pendeknya, perang
hanya berarti penderitaan dan kesengsaraan!
Meski begitu, perang ternyata selalu berulang, dari zaman
ke zaman. Seakan-akan perang itu memang sebagian dari
kegiatan hidup manusia. Seakan akan semua masalah dalam
kehidupan ini akan dapat diselesaikan dengan perang.
Sehingga bagaimanapun juga perang akan selalu ada.
Mungkin semuanya itu akan berhenti kalau kehidupan juga
telah tiada ! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pasukan Yap Tai-ciangkun yang diperkirakan tengah hari
baru akan tiba itu ternyata sudah muncul bersamaan dengan
terbitnya matahari di ufuk timur. Biarpun pasukan itu
jumlahnya lebih sedikit, tetapi karena datang secara
mendadak, apalagi pihak lawan belum bersiap sama sekali,
maka dengan mudah dapat menguasai medan pertempuran.
Sementara itu, Yang Kun yang berusaha mengejar Hong gi
hiap Souw Thian Hai ternyata mengalami banyak hambatan di
jalan. Pemuda itu tidak menyangka bahwa Hong-gi-hiap bisa
melontarkan pukulan sedemikian dahsyatnya, sehingga bisa
melukai bagian dalam tubuhnya.
Semakin kuat ia mengerahkan tenaganya semakin terasa
pula sakit di dalam dadanya. Beberapa kali pemuda itu harus berhenti berlari untuk mengambil napas! Dan rasa sesak itu semakin mengganggu ketika beberapa kali pula ia harus
meloloskan diri dari kepungan Yap Tai-ciangkun yang datang.
Apalagi kalau ia harus menghadapi perwira-perwira yang
punya kepandaian lumayan. Rasanya luka itu semakin
menganga saja di dalam rongga dadanya.
Lambat laun Yang Kun makin sukar mengerahkan tenaga
saktinya. Oleh karena itu ketika berhadapan dengan beberapa orang perwira Kepercayaan Yap Tai-ciangkun, Yang Kun mulai mendapatkan luka luka pada tubuhnya. Dan biarpun beberapa
orang diantara lawannya menjadi korban pula dari pukulan
dan darahnya yang beracun, tetapi kalau diteruskan pemuda
itupun takkan bisa bertahan lebih lama lagi. Celakanya, karena suasana di tempat itu memang kelewat ribut, maka sudah
sekian lamanya pula Chu Seng Kun belum juga muncul.
Untunglah pada saat yang gawat itu datang juga sebuah
pertolongan yang tak disangka sangka ! "Lo-jin-ong......oh......
Lo-jin-ong!" Dari dalam gelap tiba tiba muncul kakek tua anggota Imyang-kauw itu. Dengan berlari lari kecil orang tua itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menghambur ke arah pertempuran. "Lojin-ong! Jangan takut, hambamu datang membantu," serunya lantang.
Kedatangan kakek itu justru membuat Yang Kun menjadi
kelabakan. Dia sendiri dalam keadaan repot, kalau harus
melindungi pula orang tua tersebut keadaan mereka tentu
akan semakin runyam. Benarlah, begitu bergerak kakek itu nyelonong begitu saja
di antara berkelebatnya senjata. Yang Kun terbelalak, ingin ia menolong tapi dadanya seperti terbakar secara mendadak dan badannya justru terbanting ke atas tanah.
"Lo-jin ong......"
Yang Kun tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya. Matanya
menjadi gelap, lalu ia tak ingat apa-apa lagi.
Pemuda itu tak tahu pula berapa lama ia pingsan. Hanya ia
menjadi heran ketika siuman kembali tubuhnya justru telah
berada di atas gendongan kakek sinting itu. Sepatunya terasa basah dan telinganya seperti mendengar gemericiknya air
mengalir. Dan dikejauhan masih terdengar pula suara
pertempuran yang riuh. Agaknya kakek itu tahu juga kalau Yang Kun sudah sadar.
"Lo-jin-ong, parit yang dalam inilah satu-satunya jalan paling aman untuk menghindar dari mereka," katanya gembira biarpun napasnya kelihatan tersengal.
"Kek, lepaskan tanganku ! Biarkan aku turun dan berjalan sendiri.....!" Yang Kun berkata dengan perasaan tak enak.
"Ah, tak apalah ! Lo Jin-Ong tak perlu sungkan kepadaku.
Lo jin ong masih sakit," kakek itu menolak.
Yang Kun akan memaksa turun juga, tetapi tiba tiba
lukanya terasa menyengat lagi sehingga niat itu cepat ia
urungkan. "Kek, ke mana kita akan pergi......?" pemuda itu bertanya sekedar untuk menutupi rasa rikuhnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hmm, ke mana lagi" Tentu saja ke kuil kita sendiri yang ada di belakang bukit itu. Di sanalah hambamu selama ini
bertapa.......!" Mereka menyusuri parit itu sampai ke pinggang bukit. Dan
di tempat yang landai tersebut mereka naik ke daratan. Kakek yang sudah tua itu tampak semakin tersengal-sengal. Meski
begitu wajahnya selalu ramai dengan senyuman. Kelihatan
sekali kalau hatinya gembira bukan main dapat menolong Chin Yang Kun.
"Lojin-ong, tempat ini sangat aman sekali... Bolehkah hambamu ini beristirahat sebentar untuk melepaskan lelah di sini" Nanti kalau sudah terang tanah kita dapat melanjutkan perjalanan melalui punggung bukit itu.....heh-heh !"
"Silahkan, kek ..... silahkan!" Yang Kun menjawab cepat.
"Engkau tentu lelah sekali."
"Wah, memang benar....." habis badan sudah
tua.....kepandaian silatpun tiada punya." orang tua itu mengeluh sambil menurunkan tubuh Yang Kun ke atas tanah.
"Coba hamba mempunyai kepandaian seperti Lojin-ong atau Tai si-ong, sepuluh orangpun akan mampu hamba panggul
naik ke puncak bukit itu tanpa berhenti."
Kakek itu menyandarkan tubuhnya ke sebuah batu, lalu
mengipas-ngipaskan tangan ke arah leher untuk mengusir
keringat yang meleleh. Tampak benar kalau dia baru saja
mengerahkan tenaganya secara berlebihan. "Heh..heh...... tak usah setinggi Lojin-ong atau Tai-si-ong, bisa sejajar dengan Pang Cu si (Pengurus Perkumpulan) atau Kauw Cu-si
(Pengurus Keagamaan) saja sudah senang sekali rasanya....."
"Pang Cu-si..... Kauw Cu-si" Maaf kek, siapakah mereka
itu?" Kakek tua itu terbelalak sebentar, lalu tersenyum tersipu
- sipu. "Ah, Lo-jin-ong benar-benar suka menggoda orang...
Masakan dengan anak buah sendiri tidak tahu. Bukankah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sampai sekarang Song Kang Cu-si dan Tong Ciak Cu-si masih
memangku jabatan mereka itu?"
Yang Kun menghela napas berkali-kali.
"Itulah repotnya kalau kakek masih tetap juga tidak
percaya kepadaku.,.." katanya kesal. "Sudah kukatakan sejak semula bahwa aku ini bukan Toat-bengjin! Tapi kakek tidak
percaya juga...." Yang Kun menatap orang tua itu lekat lekat, maksudnya
agar orang itu tahu kalau dia bersungguh-sungguh dalam
ucapannya. Tapi benar-benar celaka ! Wajah yang semula
ramai dengan senyuman itu tiba-tiba saja berubah keruh dan sedih, mata yang berkeriput itu menjadi merah berkaca
kaca.... "Maaf kek. Mungkin pengakuanku ini sangat melukai
hatimu...... Tapi ... sebenarnyalah......" Yang Kun segera menghentikan kata-katanya. Tampak olehnya kakek tua itu
mulai menyeka air mata yang bercucuran di atas pipinya.
Tapi Yang Kun telah bertekad untuk menghentikan
kesalahsangkaan ini. la tak ingin semuanya ini menjadi
berlarut-larut, sehingga akhirnya ia sendiri pulalah yang nanti akan mendapatkan kesukaran.
"Kakek, coba bayangkan".! Bagaimana akan repotnya
nanti dan betapa akan malu ku".. apabila......"
Tapi belum juga kata-kata itu habis, kakek sinting yang
sedari tadi sudah siap menangis itu keburu membanting
tubuhnya ke atas tanah dan berguling-guling kesana kemari
sambil melolong-lolong. "Lo-jin-onggg".. ohhh "... Lo-jin-ong, kukira Lojin-ong benar-benar telah memaafkanku. Kukira Lo-jin-ong telah menerima aku sebagai hambamu..... oh,
ternyata ". ternyata tidak ! Lojin-ong masih tetap mau
membunuhku ! Oohh... !" suaranya sangat keras sehingga mengagetkan burung-burung yang mulai keluar dari
sarangnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tentu saja Yang Kun menjadi kelabakan lagi. Matanya
nyalang menoleh kesana kemari, takut kalau ada orang lewat yang mendengarnya. Siapa tahu pula di dekat mereka ada
musuh atau orang jahat" Kan repot nanti!
"Kek, lekaslah kau diam ! Didengar orang bisa celaka kita !"
pemuda itu berseru gugup.
"Biarlah ! Ada orang atau tidak, aku toh tetap akan
dihukum mati, hoa - hoa... ! Dan aku tidak mau mati sambil tertawa seperti semua kurban Toat-beng-jin selama ini ! Hoa-hoaha...... hoa....!" kakek itu menangis bertambah keras. Dan lagaknya pun semakin bertambah gila. Kalau semula hanya
bergulingan, kini ditambah pula dengan menyobeki
pakaiannya ! "Kurang ajar ! Kambing tua berotak udang...!" Yang Kun berteriak saking jengkelnya, sehingga luka di dalam dadanya terasa perih kembali. "Ohh, bangsat tua... kau benar-benar menjengkelkan hatiku!" kemudian keluhnya lirih sambil mendekap dada.
Sebaliknya, mendengar Yang Kun mengumpat-umpat,
kakek itu justru menghentikan ulahnya yang konyol. Masih
dengan terlentang di atas tanah orang tua itu menatap Yang Kun dengan ragu-ragu. Lalu perlahan-lahan wajahnya menjadi cerah kembali. Apalagi ketika dilihatnya wajah Yang Kun
semakin masam dan keruh, kontan ia bangkit dan berlari
menubruk kaki si pemuda. "'Oh, Lojin-ong. . terima kasih! Hambamu tahu bahwa
engkau akan mengampuni juga.....! Hei ?" tiba tiba kakek sinting itu berseru kaget.
Kakek itu menaruh jarinya di depan mulut lalu bergegas
menyeret tubuh Yang Kun ke dalam semak. "Awas! Ada orang datang!" bisiknya ke telinga Yang Kun.
Yang Kun diam saja. Hatinya masih merasa jengkel bukan
main ! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Celakanya, kakek sinting itu seperti tak tahu kalau Yang
Kun sedang jengkel. Enak saja dia melenggut ketiduran di
dalam semak persembunyian mereka, membuat jumlah kerut
merut di dahi Yang Kun semakin bertambah banyak. Apalagi
ketika sekian lamanya dinanti, orang yang dimaksudkan itu
belum lewat juga. "Hei, kambing tua ...! Mana orang itu" Mengapa sudah
sekian lama tidak juga terdengar langkahnya?" Yang Kun bertanya mendongkol. Benar-benar sinting!
Kakek itu justru amat gembira sekali dimaki sebagai
kambing tua. Dengan tersenyum simpul ia menjawab
seenaknya, "Entahlah, mungkin masih jauh! Akupun belum mendengar langkahnya...."
Ingin rasanya pemuda itu menggantung kakek konyol itu,
kemudian mencabuti kumis dan jenggotnya selembar, biar
sedikit tahu rasa! Tapi bila melihat kembali ke arah tubuhnya yang kurus,
lemah dan kelihatan memelas itu tak tega pula hati Yang Kun untuk berbuat kasar. Apalagi mengingat bagaimana kakek tua itu telah bersusah payah menggendong dirinya sampai ke
tempat tersebut, hatinya terasa menjadi dingin kembali.
"Lalu ..... apa maksudmu mengatakan ada orang datang
dan kemudian menyeretku ke semak-semak begini ?"
"Tidak ada maksud dari kambing tua.. eh, maksud
hamba...... hamba tidak bermaksud apa-apa. Anu"..hamba
memang tidak atau mendengar suara langkahnya, tetapi.....
hamba merasa pasti akan ada orang yang datang sebentar
lagi. Soalnya perasaan hamba telah mengatakan hal itu ...."
orang tua itu agak takut juga melihat sinar mata Yang Kun
yang seram. "Perasaan.,,," Merasa.,.." Sungguh gila !" Yang Kun
menggeram. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Eh" memangnya kenapa" Apakah hamba salah omong, Lo
jin-ong....?" orang tua itu heran. "Bukankah manusia dibekali dengan akal, budi dan perasaan oleh Thian" Nah, kalau kita mempergunakan ketiga hal itu secara bersungguh sungguh,
kita tak usah terlalu mengandalkan kelima panca indera kita seperti telinga, mata dan hidung ini"." sambung kakek itu sedikit penasaran,
"Jadi maksud kakek..... oh"." Yang Kun segera menutup mulutnya. Kini telinganya benar-benar mendengar langkah
kaki orang yang datang ke tempat itu. Gila, benar juga kata kakek sinting ini, pemuda itu membatin. Atau hanya kebetulan saja "
Yang Kun sungguh sungguh menahan napas ketika dari
jauh terlihat dua orang berjalan menyusuri parit. Salah
seorang diantaranya tampak memanggul sesuatu di pundak
kanannya. Mereka tampak mengayun langkahnya dengan
pelan, tapi sekejap kemudian ternyata mereka telah melayang tiba, sehingga tanpa berjanji Yang Kun dan kakek sinting itu saling pandang dengan sinar mata kagum.
Tapi kekaguman kakek itu segera berubah menjadi
kekagetan begitu tahu dengan jelas siapa yang datang!
"Put-gi-ho (Burung Bangau Tak berbudi), kita menanti
sebentar di sini! Biarlah matahari naik agak lebih tinggi. Tak enak rasanya berkunjung ke tempat orang terlalu pagi......"
salah seorang diantara kedua orang itu, yaitu yang bertubuh gemuk, berkata sambil meletakkan pantatnya di atas batu
yang tadi dipakai bersandar si kakek sinting.
Temannya, yang bertubuh tinggi kurus dan dipanggil
dengan nama Put-gi-ho mengangguk. Tubuh wanita yang tadi
dipanggul di atas pundaknya, ia letakkan di atas rumput. "Put-chih to (Jalan Tidak Lurus), kau benar! Kita memang harus
berhati-hati! Apalagi kita membawa kawan mereka yang
terluka sedang kita sendiri dengan mereka selalu berselisih.
Salah-salah bisa terjadi salah paham nanti."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kalau semula kakek sinting tersebut yang kaget, kini ganti Yang Kun yang terkejut melihat tubuh wanita yang terletak di atas rumput itu.
"Gadis buntung!" pemuda itu berseru dalam hati. "Hmm, mengapa dia sampai terluka" Bukankah kemarin pergi
bersama sama dengan kedua gadis anak buah Keh sim Siauw
hiap itu" lalu kemana kedua kawannya tersebut ?"
Yang Kun dan kakek sinting tak terasa saling memandang
lagi. Ternyata masing-masing telah mengenal salah seorang
dari ketiga orang yang ada di depan mereka itu.
"Lo Jin-ong mengenal gadis buntung yang terluka itu?"
kakek tersebut berbisik di telinga Yang Kun.
"Tidak!" Yang Kun berbisik pula. "Aku hanya pernah bertemu dengan dia di perkampungan pengungsi. Lalu...
siapakah kedua orang yang membawanya itu" Mengapa
namanya demikian aneh-aneh?"
Kakek itu tersenyum lagi. "Ah, Lojin-ong bergurau pula .."
bisiknya malu-malu. "Bukankah mereka sering berselisih dengan kaum kita" Kini .... lihatlah dandanan mereka !"
Yang Kun mengawasi dandanan kedua orang tersebut.
Mereka tampak berdandan secara biasa cuma mereka tidak
bersepatu dan rambutnya yang panjang tidak digelung seperti kebanyakan orang, tapi hanya diikat dengan tali di atas
kepala. Sehingga sepintas lalu rambut tersebut menyerupai
ekor kuda. Yang Kun kembali menoleh ke arah kakek sinting. la
merasa tidak ada keanehan pada dandanan mereka.
"Ah, masa Lo-jin-ong sudah lupa pada dandanan seperti itu" Namanya saja sudah pakai put semua, bukankah mereka
orang orang Bing-kauw (Aliran Bing)?" bisik kakek itu penasaran.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pemuda itu menatap si kakek dengan dahi berkerut.
Hampir saja dia marah. Untung hati kecilnya segera sadar kembali.
Memang benar. Mendiang paman bungsunya memang
pernah mengatakan tentang hal itu. Di masyarakat memang
banyak aliran agama atau kepercayaan yang berkembang, di
antaranya adalah Bing-kauw tersebut. Tetapi karena baru kali ini ia menjumpai atau melihat mereka, maka ia tidak segera mengetahuinya.
Sementara kedua orang Bing kauw itu tampak berbicara
satu sama lain. "Put gi-ho, mengapa tidak kita bawa saja gadis ini ke gedung pusat Im-yang-kauw sekalian" Mengapa hanya kita
bawa ke kuil di belakang bukit itu" Apakah engkau takut?"
Put-chih-to bertanya. "Hmh !" Put gi-ho mendengus. "Apakah engkau pernah
mendengar kalau aku takut kepada mereka " Aku tidak pernah takut kepada siapapun, biar terhadap Tai si ong atau Toat
beng jin mereka! Aku hanya ingin melaksanakan anjuran isteri Kauw cu (Ketua Aliran Agama) kita yang baik budi itu....


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Siapapun dilarang membuat kerusuhan atau memancingmancing kerusuhan dengan aliran lain. KUIL ITU BUKAN
KANDANG KUDA. SEBAB KANDANG KUDA ADA DI MULUT
LETAKNYA !" "Benar ! Maafkan aku, aku hanya ingin mengetahui
pendapatmu saja," Put chih to berkata pula. "Aku juga sangat menghargai anjuran isteri Kauwcu tersebut. Apalagi kalau
diingat bahwa pendapat orang tidak ada yang sama KUDA
PUTIH ADALAH HITAM !"
Yang Kun menatap kakek sinting dengan bingung. Selain
nama mereka sangat aneh, ucapan ucapan yang mereka
keluarkanpun aneh-aneh pula. Kuil itu bukan kandang kuda,
kuda putih adalah hitam! Apakah artinya semua itu"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Agaknya kakek itu melihat juga kebingungan Yang Kun.
Dengan menahan ketawa ia berbisik. "Mereka menyebut nama Lo jin ong". Lo-jin-ong tidak perlu bingung! Kita tak perlu mendengarkan ucapan-ucapan mereka yang aneh, karena hal
itu sudah menjadi ciri khas mereka. Ini saja belum ! Kalau Lojin-ong nanti berjumpa dengan Put ceng li Lojin, wah
kutanggung bisa sakit kepala nanti."
"Put-ceng-li lo-jin (Si Orang Tua Yang Tak Punya Aturan)"
Siapakah dia?" Kakek sinting itu merengut dengan mendadak. "Lojin ong mau menggoda aku lagi .." desahnya pelan. "Setiap orang kan tahu, kalau Put-ceng-Ii Lo-jin adalah ketua Bing-kauw"."
Yang Kun diam, tak ingin dia berbantah lebih lanjut dengan kakek sinting itu. la mengalihkan pandangannya ke tubuh
gadis buntung yang tergeletak di atas rumput. Biarpun dalam keadaan tak sadar gadis itu tampak cantik bukan main. Di
bawah sinar matahari pagi yang cerah pipi yang putih halus itu kelihatan membara kemerah-merahan seperti buah tomat
yang siap untuk dipetik. Sayang mengapa lengan kiri itu mesti buntung"
Ya, mengapa lengan itu mesti tidak ada " Apa yang
menyebabkannya" Adakah cacat itu memang terjadi sejak
kecil" Ataukah lengan itu dipatahkan orang "
Yang Kun memandang tubuh indah itu sepuas-puasnya.
Alangkah kasihan dia ! lngin rasanya pemuda itu memberikan lengannya, agar kecantikan itu menjadi sempurna sekali"..
"Put gi ho, untung benar kita mendapatkan pimpinan
seperti isteri Kauw cu itu. Sejak dia berada di Rumah Suci mendampingi Kauw-cu, perkumpulan kita semakin besar dan
teratur....." "Dan beliau demikian cantiknya. Alangkah bahagianya
Kauw cu!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ssst ! Matahari sudah demikian panasnya, ayoh kita
berangkat!" Kedua orang Bing kauw itu mengangkat tubuh gadis itu
kembali lalu berangkat meneruskan perjalanan mereka.
Sedang Yang Kun dan kakek sinting mengawasi saja langkah
mereka hingga mereka tak bisa melihat lagi.
"Kek, agaknya tujuan mereka sama dengan kita".."
"Benar! Lo-jin-ong, marilah kita juga lekas-lekas pergi ke sana! Agaknya ada sesuatu yang penting..... " kakek itu berkata sambil mendekati Yang Kun untuk menggendongnya
kembali. "Biarlah aku berjalan sendiri, kek ! Asal tidak terlalu cepat kukira aku bisa juga berjalan."
"Lo-jin-ong......."
"Sudahlah, kek! Marilah kita berangkat !" pemuda itu
berkata sambil mengangkat tubuhnya untuk berdiri. Lalu
dengan perlahan ia mulai melangkahkan kakinya. Mula mula
perlahan, akhirnya dapat juga melangkah sedikit cepat.
Kakek sinting itu membuntuti terus dengan perasaan
khawatir, tapi ketika dilihatnya pemuda itu bisa juga berjalan sendiri, iapun lalu berjalan di sampingnya dengan perasaan lega.
"Heran! Ada juga perwira kerajaan yang berkepandaian
tinggi sehingga mampu melukai lo-jin-ong," kakek itu berkata sambil mengawasi Chin Yang Kun.
"Hmm!" Yang Kun menggeleng dengan cepat. "Bukan perwira perwira itu yang melukai aku?"
"Bukan mereka" Lalu siapa".?"
"Hong gi hiap Souw Thian Hai!"
"Hah?"" kakek itu tersentak sehingga terbatuk batuk.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Keduanya berhenti melangkah.
"Ada apa kek" Kenapa engkau begitu kaget mendengar
nama itu?" Kakek itu membersihkan mulut dan jenggotnya dengan
telapak tangannya sebelum menjawab pertanyaan itu. "Jadi Lo-jin-ong telah bertempur dengan pendekar muda itu" Ah..."
kakek itu menghela napas berkali-kali.
Tentu saja pemuda itu semakin terheran-heran.
"Apa sih yang aneh?" tanyanya tak mengerti. Kakek Sinting itu mengangguk angguk dengan pandang mata jauh.
"Ah, kalau begitu khabar yang tersebar selama ini benar juga adanya. Dia memang benar-benar hebat !"
"Kek, apa yang kaukatakan?"
"Lo-jin-ong, mungkin karena Lo jin-ong selalu berdiam di Kuil Agung yang berada di Gedung Pusat, maka tidak pernah
mendengar atau mengetahui segala sesuatu yang terjadi di
luaran. Maksud hamba ...yang terjadi di dunia persilatan!"
"Hmmm.......lalu?"
Sambil melangkah perlahan lahan kakek itu bercerita.
Sejak Empat Datuk Besar Persilatan telah tiada, puluhan
tahun lamanya dunia kang-ouw hanya dipenuhi dengan cerita
tentang keganasan dan sepak terjang para tokoh dunia hitam yang bermunculan bagai jamur di musim hujan. Mereka
menteror dan mengganggu penduduk tanpa rintangan.
Mereka seperti mendapat kesempatan karena pemerintah
sibuk dengan perang saudara dan perang perbatasan,
sementara tidak seorang pendekarpun yang muncul untuk
menghadapi mereka. Biarpun Empat Datuk Besar itu yang mempunyai keturunan
dan anak murid, tapi tidak ada di antara mereka yang
menonjol atau sesakti nenek moyang mereka tersebut. Malah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
banyak di antara mereka yang menjadi korban keganasan
tokoh-tokoh hitam itu. Oleh karena itu semakin lama semakin tampak kalau dunia semakin dikuasai oleh para penjabat.
Mereka malang-melintang dan meraja lela di antara penduduk dengan kejamnya.
Begitu hebat kekuatan dan kekuasaan mereka sehingga
dengan enaknya mereka membagi-bagi daerah Tiongkok yang
luas itu menjadi beberapa daerah kekuasaan. Dan setiap
daerah dikuasai oleh seorang raja tak bermahkota, seorang
yang terlihai dalam daerah itu. Dan raja tak bermahkota ini selalu berganti ganti setiap waktu, sebab dalam kamus
mereka siapa yang terlihai adalah yang menjadi raja.
Akhirnya pada belasan tahun yang lalu, secara hampir
berbareng, di setiap daerah itu muncul seorang tokoh hitam yang untuk waktu lama tiada punya lawan lagi. Sehingga
dalam waktu bertahun-tahun mereka menjadi raja yang tak
tergoyahkan di daerah masing-masing. Mereka adalah Su-go
(Buaya Sakti) Mo Kai Ci, yang berkuasa di daerah perairan
sungai, rawa, telaga dan tempat tempat perairan lainnya.
Tokoh ini menguasai segala penjahat yang beroperasi di
daerahnya, sehingga dapat dibayangkan betapa besar dan
hebat kekuasaannya. Dan dapat dibayangkan pula betapa
hebat ilmu kepandaiannya sehingga ia mampu menaklukkan
ratusan bahkan ribuan penjahat yang malang-melintang di
daerahnya yang luas. Tokoh yang kedua adalah San hek houw (Si Harimau
Gunung). Tokoh ini tidak kalah lihainya dengan Sin go Mo Kai Ci, kalau tidak lebih lihai malah. Tokoh yang berwajah dan berwatak kasar ini menguasai dusun dusun, hutan dan
gunung serta kota kota yang tidak dijaga oleh pasukan
kerajaan. Tokoh ini ke mana mana selalu memakai baju kulit binatang dan membawa sepasang harimau kumbang!
Tokoh yang ketiga, yaitu tokoh yang jarang sekali muncul
di tempat ramai, tapi ternyata adalah tokoh yang paling lihai di Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
antara mereka, adalah Tung-hai tiauw (Rajawali Laut Timur).
Tokoh yang berkepandaian sangat tinggi ini hampir tidak
pernah terlihat di daratan Tiongkok, karena daerah
kekuasaannya memang berada di Lautan Timur yang luas.
Mereka bertiga sering di sebut Sam Ok (Si Tiga Jahat) oleh para penduduk. Dan memang mereka itulah yang menjadi
dewanya tokoh hitam selama bertahun-tahun!
Tetapi keadaan seperti itu ternyata tidak kekal pula.
Kira - kira enam atau tujuh tahun yang lalu dari dunia
hitam muncul pula seorang iblis lagi, yang kesaktiannya
ternyata jauh lebih dahsyat dari pada ketiga Sam Ok tersebut.
Iblis itu mengaku masih keturunan Bit-bo ong yang hidup
sezaman dengan Empat Datuk Besar itu. Dan sebagai buktinya iblis tersebut mengenakan segala perlengkapan dan ciri ciri kebesaran dari Si Raja Kelelawar juga.
Dengan cepat dan mudah iblis itu menaklukkan Sin-go Mo
Kai Ci dau San hek-houw, kemudian mengobrak-abrik sarang
Tung-hai-tiauw di Lautan Timur.
Setelah ketiga Sam Ok itu dapat ditaklukkan, Bit-bo-ong
tiruan itu mengangkat dirinya menjadi raja diraja dari semua tokoh golongan hitam. Tapi hal itupun ternyata belum
memuaskan iblis yang serakah tersebut. Dengan mengerahkan
seluruh kaumnya, iblis itu memberontak terhadap Kaisar Chin Si Hong te.
Tentu saja hal itu membuat Kaisar Chin repot bukan main,
sebab pada saat itu juga pemerintahannya sedang
menghadapi rongrongan pemberontakan Chu Siang Yu dan Liu
Pang. Sedangkan untuk menghadapi pemberontakan Chu
Siang Yu yang dibantu oleh pasukan asing dan
pemberontakan Liu Pang yang disokong oleh seluruh rakyat
saja Kaisar Chin mengalami kesukaran, apa lagi harus
ditambah dengan pemberontakan Kaum Hitam. Maka tak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
heran kalau akhirnya Kaisar Chin terpaksa harus melepaskan Singgasananya.
Bit bo-ong tiruan sempat duduk di singgasana emas itu
selama empatpuluh hari. Tapi pada hari yang ke empatpuluh
satunya, kekuatan pemberontak Chu Siang Yu telah menjebol
benteng kota raja dan mengenyahkannya. Bagaimanapun
saktinya iblis itu, tapi menghadapi ribuan bahkan laksaan
manusia, mana dia mampu"
Iblis itu meloloskan diri dari kota raja diikuti oleh para pembantu utamanya yang terdiri dari tokoh tokoh golongan
hitam. Dan istana kerajaan ganti dikuasai oleh Chu Siang Yu.
Tapi keadaan itupun tak berlangsung lama, karena
beberapa hari kemudian Barisan Para Pendekar yang dipimpin oleh Liu Pang telah memasuki kota raja pula. Perang besarpun terjadi. Keduanya sama-sama mempunyai kekuatan yang
maha besar. Tapi karena pasukan Chu Siang Yu baru saja
mabuk kemenangan, maka mereka menjadi lengah. Apalagi
mereka juga baru saja berselisih dengan pasukan asing yang membantu mereka, maka akhirnya pasukan Chu Siang Yu
tidak dapat menahan amukan pasukan Liu Pang. Dan kota
rajapun berpindah tangan lagi! Sekarang Liu Pang yang
berkuasa dengan gelar Kaisar Han.
Nah ! Pada saat negara ribut seperti itulah di dunia
persilatan muncul seorang pendekar muda yang mempunyai
kesaktian seperti dewa. Sayang pendekar muda itu menderita sakit lupa ingatan, sehingga segala gerak geriknya amat
membingungkan orang. Kadang kadang membantu pihak ke
satu, kadang kadang membantu pihak yang lain, atau
kadangkala justru memusuhi semua pihak !
Dengan kepandaian kata-katanya, akhirnya Liu Pang bisa
menarik pendekar itu menjadi pembantunya. Dan untuk
selanjutnya, dalam setiap pertempuran, tak seorangpun
mampu bertahan terhadap pendekar muda itu. Semua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
digilasnya, termasuk Bit bo ong tiruan dan kawan kawannya
yang melarikan diri itu !
Kakek sinting itu mengakhiri ceriteranya dengan menghela
napas berulang ulang. "Demikianlah lo-jin ong.... Pendekar muda yang hebat itu khabarnya bernama Hong-gi hiap Souw
Thian Hai! Oleh karena itu betapa kaget hati hamba tadi
mendengar Lojin-ong telah dilukai oleh pendekar itu!"
Yang Kun hampir tidak mendengar kata kata terakhir dari
kakek sinting tersebut, sebab dia sendiri sedang sibuk berpikir tentang ceritera yang menyinggung persoalan keluarganya itu.
Hanya sekarang pemuda itu mendengar ceritera yang sudah
sering ia dengar dari mulut pamannya itu dalam versi yang
berbeda! Paman pamannya tidak pernah mengatakan bahwa sang
pek hu yang bergelar Bit bo-ong itu adalah seorang raja
penjahat yang sangat dibenci orang. Paman pamannya selalu
mengatakan bahwa pek hunya adalah seorang pahlawan
penyelamat Dinasti Chin mereka.
Pada waktu berita kematian Kaisar Chin Si Hong-te
terdengar oleh keluarga dan seluruh punggawa kerajaan,
semuanya menjadi bingung dan khawatir, karena pasukan
pemberontak yang dipimpin oleh Chu Siang Yu dan Liu pang
telah berada tak jauh dari kota raja. Pada saat yang genting seperti itulah menurut penuturan pamannya sang pek hu
tampil ke depan untuk mengambil alih tugas berat tersebut.
Tapi karena musuh yang datang memang terlalu kuat, apalagi pada saat itu tentara kerajaan sudah terpecah belah, maka
laju pasukan pemberontak sudah tak bisa dibendung lagi, Kota raja jatuh ! Pek hu serta pembantu pembantunya mati di
tangan salah seorang pimpinan pasukan musuh yang bernama
Hong gi-hiap Souw Thian Hai!
Souw Thian Hai! Lagi-lagi Souw Thian Hai, pemuda itu
menggeretakkan giginya. Dahulu telah membunuh pek hunya,
sekarang membunuh ibu dan adik adiknya pula ! Sungguh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyesal ketika ia dapat meringkus orang itu di tepi Sungai Huang-ho, tidak segera membunuhnya.
Suatu saat aku akan membunuhnya pula, pemuda itu
berkata di dalam hati. Bukan karena kematian pek-hunya,
tetapi karena kematian ibu dan adik-adiknya ! Soal kematian pek-hunya itu sudah lumrah dalam peperangan besar. Orang
tidak bisa menyalahkan setiap pribadi yang melakukan
pembunuhan dalam pertempuran. Kalau toh dia ingin mencari
orang yang menjadi penyebab semua itu dan ingin membalas
dendam, ia harus menimpakan semua itu kepada penanggung
jawabnya, yaitu Kaisar Han.
Sementara itu si kakek sinting tampak ketakutan melihat air muka Yang Kun yang menyeramkan itu. Dalam pandangannya
air muka itu seperti berubah menjadi muka raksasa yang
seram dan mau menelan dirinya.
"Lo-jin ong, hamba takut. ..! Jangan memandang hamba
seperti itu!" ratapnya gelisah.
Yang Kun tersentak dari lamunannya. Dengan membuang
napas pemuda itu melemparkan pandangannya ke depan, ke
arah kuil yang telah sayup-sayup terlihat di kejauhan sana.
"Kek, lihat ! Kedua orang itu telah kembali!" tiba-tiba pemuda itu berseru kaget.
"Hah" Mana" Oh,., benar! Marilah kita bersembunyi lagi.
Lo-jin ong!" kakek itu menggandeng tangan Yang Kun dengan tergesa, dan di Iain saat mereka telah bersembunyi di balik pohon-pohon yang rimbun.
"Telah kukatakan sejak tadi, kita harus menahan diri agar
tidak terjadi salah paham. Bagaimanapun juga gadis itu telah menolong kita dari cengkeraman kematian, sehingga kita
harus melaksanakan kata-kata yang diucapkannya sebelum
pingsan. Gadis itu menghendaki agar dia dibawa ke kuil Imyang kauw. Tapi dalam kuil itu engkau ternyata tidak bisa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menahan dirimu.....!" Put gi ho yang tinggi kurus itu mengomeli kawannya.
"Habis mereka juga keterlaluan, sih . !"
"Yaa..... tapi kejadian ini tentu mengakibatkan suasana menjadi buruk, dan kemungkinan besar akan timbul
penumpahan darah yang tak terelakkan !''
Bayangan kedua orang Bing kauw itu hilang di kelokan
jalan. "Hmh, agaknya telah terjadi peristiwa besar di dalam kuil itu," Yang Kun membuka mulutnya.
"Demikianlah agaknya"." kakek itu menjawab dengan
gelisah. Mukanya yang penuh keriput tampak pucat sekali.
Lalu, "Lo jin-ong, hamba sungguh khawatir sekali. Jangan jangan telah terjadi sesuatu yang tak diinginkan di dalam kuil kita itu. Lo jin ong" mari... marilah kita cepat-cepat ke sana!"
Yang Kun segera menggelengkan kepalanya. "Kakek, kau
berjalanlah lebih dahulu! Aku akan segera menyusul".."
pemuda itu berkata sambil mendekap dadanya yang sakit.
"Ba baik., ba baik, Lo-sin-ong! Hamba menurut....,!" orang tua itu mengangguk angguk, lalu berlari sempoyongan menuju ke arah kuilnya.
Yang Kun kemudian melangkah perlahan-lahan. Luka dalam
itu terasa sangat melemahkan badannya, maka sambil
berjalan seenaknya pemuda itu memandang jauh ke
sekelilingnya. Siapa tahu secara tak sengaja ia dapat melihat atau memergoki kawannya yang ahli dalam pengobatan itu "
Tadi malam ia merasa bahwa temannya itu berlari mengejar di belakangnya, tapi entah apa sebabnya sampai mereka
berpisah jalan. "Untuk selanjutnya aku harus lebih berhati-hati bila
berhadapan dengan Hong gi-hiap Souw Thian Hai. Orang itu
benar-benar lihat sekali !" gumamnya lemah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lapat lapat pemuda itu masih dapat membayangkan


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

peristiwa itu. Saat pukulannya yang mengandung tenaga sakti Liong cu I-kang sepenuhnya, hampir mengenai tubuh
pangeran yang telah putus asa itu. Saat itu tiba tiba ia merasa seperti ada hawa tajam yang memotong ke arah lengannya.
Ketika matanya melirik tampak segulung asap tipis yang terdiri dari dua warna, berhembus ke arah dirinya, sementara di
belakang asap itu meluncur sesosok tubuh yang segera
dikenalnya sebagai Hong-gi hiap Souw Thian Hai !
Tak ada kesempatan sama sekali baginya untuk menarik
serangannya itu dan kemudian ia pergunakan untuk
menyongsong serangan Hong-gi-hiap. Meskipun begitu ia
percaya akan kekuatan pertahanan Liong-cu i kang yang
ampuh. Ia benar-benar mengerahkan segala kemampuannya ketika
pukulan Hong-gi-hiap tersebut membentur kedua lengannya!
Tapi ternyata kali ini ia sungguh-sungguh salah perhitungan.
Kekuatan Iwee-kang lawannya ternyata bukan main hebatnya!
Liong cu-i kang yang demikian ampuh serta sudah ia
kerahkan sepenuhnya, ternyata masih dapat ditembus oleh
kekuatan lawan dan melukai dadanya.
"Tapi aku berdiri di pihak yang bertahan." ia menghibur dirinya sendiri. "Coba kalau kita saling berhadapan muka, mungkin akibatnya akan lain. Aku tidak percaya kalau Iweekangnya lebih kuat dari pada Liong-cu-i-kang !"
Yang Kun melihat kesibukan yang luar biasa ketika ia mulai menginjakkan kakinya di halaman kuil tersebut. Beberapa
orang tampak berlarian melintasi halaman samping dan
tengah yang luas. Mereka seperti sedang menyiapkan sesuatu yang genting dan besar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 11 YANG KUN berjalan di antara arca dan patung yang banyak
berdiri di kanan kiri jalan masuk tersebut, kemudian berdiri termangu-mangu di muka pintu gerbang masuk yang besar
dan terbuat dari kayu tebal itu.
Pemuda itu sekali lagi merasa seperti ada kesibukan besar
di belakang pintu tebal di hadapannya. Seakan-akan ia
merasakan seluruh penghuni kuil yang tentu berjumlah lebih dari limapuluh orang itu berlutut di halaman tengah menanti kedatangannya. Ah, sungguh sebuah pikiran gila, Yang Kun
mengumpat di dalam hati. Seperti si kakek sinting saja, suka meramal !
Yang Kun segera melangkah ke depan lalu mendorong
pintu perlahan. Tak terduga pintu itu terbuka sendiri dengan cepat dan".
"Selamat datang di kuil kami, Lo jin-ong.... !" terdengar suara gemuruh memenuhi halaman tengah kuil yang luas itu.
Dan seperti yang tadi telah dibayangkan oleh Yang Kun,
halaman tengah dari kuil tersebut penuh dengan para
pengikut Im-yang-kauw. Semuanya berlutut ke arah pintu di
mana ia sekarang sedang berdiri. Sedangkan di dekat pintu itu tampak si kakek sinting juga berlutut ke arahnya.
Yang Kun berdiri mematung di tengah-tengah pintu seperti
orang yang kehilangan akal. Lalu dipandangnya orang-orang
yang berlutut di halaman dan si Kakek sinting berganti-ganti.
Hmm, semua ini tentu ulah si kakek yang kurang ajar ini, Yang Kun menggeram di dalam hati.
"Lo jin-ong, marilah...! Semua penghuni kuil yang kupimpin ini telah lama menunggu Lo-jin-ong." sapa orang tua itu sambil mempersilahkannya masuk.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Gila! Sandiwara apa pula ini" Kakek, kau jangan bergurau, di hadapan begini banyak orang. Aku akan benar-benar
menjadi marah kalau begini !" Yang Kun berseru marah.
Pemuda itu sungguh-sungguh berang. Mukanya menjadi
merah padam, kedua buah tangannya terkepal erat-erat di
samping tubuhnya. "Lo-jin-ong, mana kami berani bersandiwara maupun
bergurau di hadapan Lo-jin ong?" kakek sinting itu mendekat dengan suara gemetar.
"Benar! Bagaimana kami berani berbuat begitu terhadap Lo-jin-ong?" puluhan orang Im-yang-kauw yang berlutut di
halaman itu kembali bersuara gemuruh.
"Hah"!?" Yang Kun terlonjak di tempatnya. "Kalian kalian ...
huh, gila! Kalian semua sudah gila! Sudahlah, aku mau pergi saja dari tempat ini! Aku tidak mau tinggal bersama dengan orang-orang sinting dan gila!"
"Lo-jin-onggg... !" tiba-tiba kakek sinting itu menubruk kaki Yang Kun, sehingga pemuda yang sedang terluka dalam itu
hampir saja terguling jatuh. "Lo jin ong, kau jangan pergi meninggalkan kami! Saat ini kami benar-benar sangat
membutuhkan Lo-jin-ong........!"
"Benar! Kami sekarang benar-benar sangat membutuhkan
kehadiran Lo-jin-ong di sini.," sekali lagi orang orang Im-yang kauw itu berteriak gemuruh.
"Nah, Lo-jin-ong telah mendengar sendiri permintaan
mereka. Oleh karena itu kabulkanlah permintaan kami ini.
Lihatlah ke ruang samping itu ! Salah seorang di antara kawan kita telah mati dibunuh oleh dua orang Bing-kauw itu !"
"Benar, Lo-jin-ong. Kami membutuhkan nasehat Lo jin-ong, apa yang mesti kami kerjakan berkenaan dengan peristiwa
ini?" orang-orang itu bergemuruh pula.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Persetan ! Aku tidak perduli!" Yang Kun berkata tegas sambil berusaha lolos dari rangkulan kakek sinting.
"Oh, Lo jin-ongggg,... !" kakek sinting itu meratap.
".....Kalau Lo-jin-ong tetap juga mau pergi, lebih baik aku membunuh diri saja sekarang. Tak ada gunanya pula hidup,
kalau lo-jin-ong membenci kami!" sambungnya pula sambil
mencabut sebilah pisau kecil dari pinggangnya.
"Benar ! Tak ada gunanya pula kami hidup kalau para
pimpinan kami sendiri telah meninggalkan kami !" orang-orang Im yang kauw itu berteriak gemuruh sambil mencabut senjata mereka masing-masing, lalu secara bersama-sama mereka
mengangkat senjata masing rnasing di atas kepala dan
kemudian menghujamkannya ke dalam tubuh masing-masing.
Mula mula Yang Kun tetap tidak peduli, ia telah benarbenar marah. Tapi menyaksikan sedemikian banyak orang
sungguh-sungguh mengayunkan senjatanya untuk membunuh
diri, hatinya berdentang pula dengan hebatnya !"
"Hentikaann.....!!"
Pemuda itu berteriak sekeras-kerasnya. Tanpa sadar ia
mengerahkan tenaga sakti Liong-cu-i-kangnya, sehingga tanpa sadar pula ia membuat lukanya semakin bertambah parah.
Huaaak! Darah hitam tampak menyembur dari mulutnya yang
terbuka, lalu pemuda itu terjerembab pingsan.
Beberapa orang tampak terpelanting karena terkena
getaran suara Yang Kun, sementara yang lain tampak
terlongong-longong dengan tangan lemas pula seakan seluruh tenaga mereka telah tersedot habis oleh getaran suara
teriakan Yang Kun tadi. Tapi dengan demikian seluruhnya telah selamat dari
bencana bunuh diri massal.
Kakek sinting itu segera menolong Yang Kun, lalu
memerintahkan beberapa orang untuk menyiapkan sebuah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kamar khusus bagi pemuda tersebut, yaitu sebuah kamar
kosong yang terletak di pojok belakang, di dekat ruang
semadi. Sebuah kamar yang sepi dan tenang bebas dari
kesibukan penghuni kuil yang lain.
Para penganut Im-yang-kauw dan penghuni itu lalu bubar
untuk kembali ke tempat masing-masing. Beberapa orang
diantara mereka tampak menuju ke ruang samping di mana
terdapat seorang teman mereka yang terbunuh beberapa saat
yang lalu, karena berkelahi dengan dua orang tamu yang
datang ke tempat mereka membawa seorang gadis cantik.
Matahari merangkak semakin tinggi. Di dalam kuil Im-yangkauw itu masih tampak kesibukan yang luar biasa. Kakek
sinting itu beberapa kali memimpin upacara sembahyang,
kemudian pada waktu lewat tengah hari kakek itu memanggil
beberapa orang pembantunya dan orang-orang yang tadi pagi
terlibat langsung dalam perkelahian melawan kedua orang
Bing-kauw itu. Lama sekali mereka berbincang mengenai persoalan
tersebut. Lalu menjelang sore hari tampak belasan anggota
Im-yang kauw pergi meninggalkan kuil itu menuju ke Gedung
Pusat mereka yang berada di kota Sin-yang. Sedangkan
beberapa orang yang lain tampak mempersiapkan segala
sesuatu bagi keamanan kuil dan sekitarnya. Mereka tampak
mengeluarkan senjata-senjata mereka yang selama ini jarang mereka pakai.
Sementara itu di dalam kamar pojok belakang Yang Kun
juga baru saja siuman dari pingsannya. Pemuda itu melirik ke sekelilingnya, dan ia menjadi kaget begitu sadar ia berada di tempat yang asing. Dengan tergesa pemuda itu bangkit dari
tempat tidurnya, tapi".
''Aduuuuh?".!" pemuda itu terlentang kembali sambil
mendekap dadanya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dua orang penjaga melangkah masuk dengan tergopohgopoh. Dengan pandang mata khawatir mereka berdiri di
hadapan Yang Kun. "Lo-jin-ong...... adakah yang perlu kami bantu" Apa......apakah luka Lo-jin-ong terasa sakit kembali ?"
Mata pemuda itu berkilat memandang kedua penjaga
tersebut. Kemudian dengan sekali sambar pemuda itu telah
mencengkeram leher baju mereka.
"Kurang ajar! Kalian juga ikut ikutan memanggil aku Lo-jin-ong! Lo-jin-ong "... Lo jin-ongggg.....! Gila! Kalian lihat mukaku! Apakah wajah ini sudah demikian tua dan keriput
sehingga kalian panggil Lo jin ong" Jawabbb.... !" Yang Kun berteriak sambil menuding mukanya sendiri.
"Lo-jin..... eh, anu..... hamba mana bera".berani.....!"
kedua penjaga itu menjawab dengan tubuh menggigil.
"Nah ! Apa sebabnya kalian ikut ikutan pula menyangka aku sebagai Lo-jin-mo (OrangTua Setan)?" Yang Kun
mengguncang tubuh mereka.
"Lo-jin mo" Ahh mana aku berani me".menyebut begitu"
K-kami m-menyebut Lo jin..... eh, maaf .... kami menyebut Lo jin .... ong, bukan Lo-jin mo!" kedua orang itu menjawab semakin takut. Sungguh-sungguh takut sekarang!
"Hah, siapa bilang" Bukankah baru saja kalian
mengucapkannya?" "Tapi..... t - tapi.,."
"Bah ! Awas, kalian telah menyebut Lo-Jin-mo, bukan Lo jin-ong! Akan kulaporkan kepada Lo-jin-ong nanti!" Yang Kun memancing.
"Jangan! Jangan! Kami"..oh!" tiba tiba mereka menutup mulut mereka dengan telapak tangan, sadar bahwa mereka
telah kelepasan omong. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nah, apa kataku ... kalian juga ikut bersandiwara pula !
Kalian sebetulnya juga sudah tahu kalau aku bukan Lo jin
Ong!" Yang Kun bernapas lega seraya melepaskan tangannya dan mendorong mereka ke belakang. "Pergilah. . !"
"Tetapi Lo-jin-"."
"Heii, kalian mau menyebut Lo jin-mo lagi ?"
"Tidak ! Tidak.....!"
"Nah, kalau begitu pergilah sekarang! Panggil kemari kakek sinting yang menjadi biang-keladi semua lelucon ini! Lekas!
Akan ku ..." Yang Kun tidak melanjutkan perkataannya. Ujung perasaannya yang terlatih tanpa sengaja itu seperti
mengisyaratkan sesuatu bahwa ada orang datang mendekati
tempat itu dengan jalan mengendap endap. Tapi ketika
pemuda itu berusaha menangkap suara tersebut dengan
telinganya, tak sesuatupun yang terdengar! Gila, perasaannya mulai meramal lagi, pemuda itu mengumpat di hati! Tapi...
"Hihi, Lo jin ong ! Maaf, hambamu datang terlambat. Habis, hamba harus mengurus kuil ini dahulu," Kakek sinting itu
mendadak muncul di ambang pintu. Dengan membungkuk, ia
melangkah ke tengah ruangan. Tapi serentak melihat wajah
Yang Kun yang kusut itu melotot kepadanya, kakek tersebut
lalu menjura berkali-kali sambil meminta maaf. "Maafkan
hamba, Lo-jin-ong. Seharusnya hamba tidak boleh terlalu
mengganggu Lo jin-ong. Dan hamba sebenarnya sudah
berusaha agar tidak menimbulkan suara tadi, tapi agaknya
gelombang perasaan kita memang sama dan sejalan, sehingga
perasaan Lo jin ong tersentuh juga.....! Oleh karena itu hamba terpaksa muncul pula."
Gelombang perasaan" Sejalan ! Huh! Omong kosong apa
pula itu " Tapi tiba-tiba Yang Kun terdiam. Sejak ia belajar
menenangkan pikiran dan perasaan hati di dalam istana itu, ia seperti mempunyai kelebihan dalam mencium suasana yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
belum terlihat maupun terdengar oleh indera tubuhnya.
Seperti ketika ia dapat merasakan adanya penjahat yang
memasuki kompleks istana tempo hari padahal Liu-toakonya
yang Iihai itu belum mendengar sama sekali. Juga yang terjadi beberapa saat yang lalu. Perasaannya seperti sudah memberi isyarat, sehingga apa yang terjadi kemudian benar-benar
seperti yang telah terbayangkan sebelumnya.
Gila! Lambat laun aku bisa sinting seperti kakek ini nanti, pemuda itu menggeram dalam hati.
Tampaknya kakek itu merasakan juga apa yang sedang
bergejolak di dalam pikiran Yang Kun. Oleh karena itu
sebelum pemuda itu membuka mulutnya, ia telah lebih dahulu mengalihkan pembicaraan mereka.
"Lo jin ong, kau jangan terlalu menurutkan perasaan
marahmu. Sebab dengan berbuat begitu, sama saja Lo-jin-ong mempercepat proses luka yang ada di dalam dadamu. Coba
Lo jin-ong periksa kembali luka itu ! Kerahkan sedikit saja tenaga sakti ke dalam dada ! Sekarang tentu lebih sakit dari pada tadi......."
Bagai dihentak rasanya dada Yang Kun mendengar
peringatan itu. Sebagai seorang ahli silat yang berkepandaian tinggi ternyata ia masih melupakan juga hal yang sangat
penting tersebut. Maka dengan tergesa gesa ia menggerakkan sedikit tenaga dalamnya ke arah dada.
Benarlah ! Dengan mulut meringis menahan sakit Yang Kun
menarik kembali tenaga saktinya ke arah tan-tian (pusat).
hampir saja pemuda itu tak kuasa menahan perasaan sakit
yang menyengat di dalam dada. Untunglah pemuda itu segera
menghentikan arus tenaganya, kalau tidak, mungkin ia telah jatuh pingsan untuk kedua kalinya.
"Nah..... benar bukan?" kakek itu menegaskan sambil mendekati tempat tidur Yang Kun. ".... Berbaring sajalah yang tenang, hamba akan berusaha mengobatinya ! Biasanya luka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dalam yang diakibatkan oleh tenaga sakti yang membalik
seperti ini, sangat mudah disembuhkan dengan Im-yang-kang
golongan kami. Itulah sebabnya gadis buntung itu minta
dibawa ke Kuil Im-yang-kauw.....!"
"Gadis itu ......!" Yang Kun tersentak kaget. "Kakek, di manakah dia?" pemuda itu mencengkeram lengan orang tua
tersebut. Orang tua itu tersenyum. Perangainya ternyata telah sedikit berubah setelah berada di antara anak buahnya. Sekarang
telah tidak begitu sinting dan konyol lagi. Sikapnya juga tidak lagi gemetar dan ketakutan terhadap Chin Yang Kun. Cuma
anggapannya terhadap diri pribadi Yang Kun tetap belum
berubah, kakek itu masih menganggap Yang Kun sebagai Toat
beng jin! "Lo jin ong, kau tak usah khawatir! Gadis itu berada di kamar sebelah ! Tubuhnya juga terluka dalam seperti Lo jin-ong. Hamba sedang berusaha untuk mengobatinya pula. Nah,
sekarang kami harap Lo jin ong beristirahat dahulu. Besok
pagi sebelum matahari terbit, hamba akan datang kemari
untuk memulai pengobatan tersebut," kakek itu berkata sambil terus memohon diri.
Sudahlah, biarkan saja orang tua itu bersandiwara, Yang
Kun berdesah di dalam hati. Nanti akan terbuka juga
kedoknya ! Maka dengan perasaan tenang pemuda itu
memejamkan matanya untuk istirahat.
Seorang penjaga telah memukul lonceng dua kali berturut
turut ketika Yang Kun terjaga dari tidurnya.
"Ah, sudah lewat tengah malam." pemuda itu bergumam.
"Sungguh enak sekali! Aku tertidur sejak sore tanpa
terganggu......" Pemuda itu bangkit lalu duduk di tepi tempat tidurnya.
Matanya nyalang mengawasi kamarnya yang gelap, agaknya
lampu kamar itu telah dibawa keluar oleh penjaga atau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
penjaga penjaga itu memang sengaja tidak menaruh lampu di
dalam kamarnya. Tapi dari sela-sela lobang angin dan jendela, Yang Kun melihat sorot sinar bulan yang terang benderang.
"Hem...... terang bulan agaknya !" pemuda itu berdesah pula perlahan.
Perlahan-lahan pula Yang Kun turun dari tempat tidurnya.
Sinar bulan yang putih cemerlang itu seolah olah menarik hati pemuda itu untuk keluar menikmatinya.
Pintu itu mengeluarkan suara bergerit ketika Yang Kun
menguakkannya, tapi dua orang penjaga yang tertidur di
samping tangga tak bergerak sedikitpun. Mereka masih
terdengar mendengkur perlahan, meskipun kedua tangan
mereka tak pernah lepas dari tangkai tombak masing-masing.
Sambil menghirup udara segar sebanyak banyaknya Yang
Kun menuruni tangga di samping kamarnya, kemudian
melangkah perlahan ke halaman samping yang penuh dengan
tanaman bunga beraneka warna. Tak dia sangka orang-orang
Im-yang kauw itu pandai juga mengatur halaman, sehingga
kuil yang megah dan besar ini menjadi semakin semarak dan
menarik. Yang Kun berdiri diantara jajaran patung yang banyak
terdapat diantara pohon-pohon bunga. Matanya memandang
redup, mengagumi segala keindahan yang tergelar luas di
hadapannya. Bunga bunga yang indah, tanah berlekuk
diantara bukit-bukit menghijau dan hamparan lembah yang
berumput. Semuanya benar benar mentakjubkan.
Kuil itu dibangun di lereng bukit yang landai, menghadap
ke arah timur, sehingga Yang Kun yang berdiri di halaman
samping, benar-benar dapat melepaskan seluruh
pandangannya ke bawah. Ke arah hamparan lembah hijau
yang terbentang luas dan jauh sampat ke tepi langit.
Sementara di tengah-tengah jalur lembah yang berkelok-kelok itu tampak sebatang sungai kecil, yang apabila dilihat dari Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tempatnya berdiri seperti seekor ular putih yang melingkar-lingkar di dalam sarangnya.


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pemuda itu menatap lagi lebih teliti. Di tepi sungai tersebut tampak bangunan-bangunan rumah penduduk yang
bergerombol dalam sebuah dusun kecil dan bertebaran di
sepanjang alirannya. Beberapa orang yang memperoleh giliran tugas jaga
tampak melintas di dekat Yang Kun. Mereka berjalan
mengelilingi setiap sudut kuil untuk menjaga keamanannya.
Semuanya mengangguk hormat ketika melewati pemuda itu.
"Selamat malam, Lo jin ong".!" Mereka menyapa halus
sambil berjalan terus tanpa berhenti.
Yang Kun hanya mengangguk tak acuh. Hati dan
perasaannya sedang tenggelam dalam arus keindahan alam
yang terpampang di sekitarnya. Perlahan-lahan pemuda itu
melangkah menaiki tangga batu yang menuju ke tempat yang
lebih tinggi, ke tempat dimana didirikan sebuah patung besar setinggi manusia. Patung seorang kakek tua berjenggot
panjang sedang meniup suling.
Patung itu terbuat dari perunggu dan benar-benar terawat
bersih. Dari tempat itu Yang Kun bisa memandang ke seluruh bangunan kuil. Dan agaknya maksud dari ditempatkannya
patung tersebut disana memang agar bisa dilihat oleh semua orang.
Sambil menebarkan pandangannya Yang Kun menghela
napas berkali-kali. Sungguh takjub hatinya melihat semua itu.
Sinar bulan yang putih cemerlang, tampak seperti hamparan
perak yang menyepuh setiap benda yang disentuhnya, batubatuan, rumput, daun-daun dan air sungai yang mengalir.
Semuanya mengkilap keputih-putihan! Tak heran kalau
seorang pujangga sering terhanyut untuk menciptakan syair
atau Iagu tentang keindahan seperti itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tak terasa pemuda itu juga berdendang lirih sekedar untuk
ikut mengagumi semuanya itu,
Sinar bulan di antara bintang,
membasahi padang di antara ilalang.
Hamparan perak luas membentang,
alas tidur menentang awan.
Dua sejoli bergandeng tangan,
mempererat tali kasih dalam pandangan
Bagai tak ada batu rintangan,
naik jenjang sorga idaman.
Saking asyiknya, alunan irama itu makin lama makin tinggi, sehingga menggema mengarungi udara di sekitar bangunan
kuil tersebut. Tidak begitu keras sebenarnya, tapi karena
suasana malam itu memang sangat sunyi dan desau angin
pegunungan yang tajam ikut pula mendorong dan
menggetarkan alunan suara yang keluar dari mulutnya, maka
suara itu jelas sekali kedengarannya.
Selesai berdendang pemuda itu semakin tenggelam dalam
suasana malam yang mengesankan tersebut. Dipandangnya
patung perunggu di depannya, terasa patung itu ikut
tersenyum melihat keasyikannya. Ah, betapa tampannya
kakek dalam patung itu ketika masih muda!
Tak terasa Yang Kun melangkah mendekati patung
tersebut. Dengan sikap hormat ia memperhatikan patung itu
dari dekat sekali. Wajahnya, ikat kepalanya, baju longgar yang dikenakannya, jari jari tangan yang memegang suling dan
suling itu sendiri ! Semuanya dari perunggu, sehingga dalam keremangan sinar bulan memang persis seperti manusia yang
bernyawa. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi ketika Yang Kun memperhatikan lebih lanjut terasa
ada sesuatu yang berbeda pada batang suling tersebut. Kalau yang lain berwarna kemerah-merahan seperti batu bata,
suling itu sendiri berwarna mengkilap kehitam-hitaman. Dan pemuda itu menjadi terperanjat ketika tangannya mencoba
memegang, benda tersebut terasa goyah dan bergerak.
Perlahan-Iahan Yang Kun menarik suling tersebut dari
tempatnya. Ternyata suling itu benar-benar suling sungguhan, jadi bukanlah bagian dari patung perunggu tersebut. Suling itu memang sengaja diletakkan pada genggaman tangan si
patung yang berlubang. Ternyata suling tersebut terbuat dari besi baja yang amat
kuat, panjangnya hampir menyamai panjang lengannya. Tak
secercah debupun yang melekat pada batang suling itu, suatu tanda bahwa benda tersebut selalu dibersihkan pula. Secara iseng pemuda itu menempelkan suling tersebut pada bibirnya, dan sekejap kemudian terdengar alunan suaranya yang bening melengking dalam lagu seperti tadi........
Malam terasa semakin dingin. Kabut pagi juga telah mulai
turun. Namun demikian pemuda itu tidak merasa dingin sama
sekali. Badannya malah terasa nyaman luar biasa, sehingga
luka yang dideritanya seperti sudah hilang dari tubuhnya. Luka tersebut bagai larut terbawa oleh getaran suara suling yang menggema di atas bukit dan lembah.
Begitu rampung, Yang Kun menghempaskan tubuhnya
perlahan di atas rumput sambil menarik napas panjang sekali.
Tapi pemuda itu kembali terlonjak berdiri ketika tarikan
napasnya tersebut dijawab oleh belasan bahkan puluhan
tarikan napas yang lain. Gila! Ketika Yang Kun memandang ke bawah, tampak
puluhan penghuni kuil itu telah keluar semua dan berlutut ke arah dirinya. Di halaman samping, halaman tengah, halaman
belakang, semuanya penuh orang-orang Im-yang-kauw yang
berlutut ke arah dirinya !
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Su-couw. ..!" orang-orang tersebut berdesah perlahan.
Pemuda itu justru terdiam bagai patung. Rasa kaget dan
bingung malah membuat pemuda itu termangu-mangu seperti
orang yang kehilangan akal. Akhirnya seperti seorang gadis yang bangun pagi kesiangan, pemuda itu tergagap dari
lamunannya dan bergegas turun dari tempat tersebut. Tanpa
menoleh ke kanan atau ke kiri ia langsung kembali ke kamar melewati orang-orang itu.
Tanpa menutup pintunya lagi Yang Kun memasuki
kamarnya, kemudian menghempaskan diri ke atas
pembaringan. Dan. ... "Kurang ajar! Kau..... kau mau apa?" tiba-tiba terdengar jeritan seorang wanita di sampingnya.
Bagai orang disengat lebah, Yang Kun melompat turun
kembali dengan gugup. Begitu gugupnya pemuda itu sehingga
ia meloncat terlalu keras, akibatnya kakinya menghajar rak buku dengan kuatnya. Braak! Rak buku setinggi dua meter itu roboh dengan suara yang hiruk-pikuk! Sedangkan pemuda itu
sendiri tersungkur pula ke lantai.
"Aduuuuh....!" Yang Kun menyeringai sambil mendekap dadanya yang sakit.
Terdengar suara langkah kaki berlari lari mendatangi
tempat itu. Dan sekejap kemudian kakek sinting dan beberapa orang pembantunya telah masuk ke kamar dengan membawa
lampu. Mereka semuanya tampak siap siaga menghadapi
sesuatu yang gawat. Agaknya pengalaman yang terjadi dalam
kuil mereka kemarin, sehingga salah seorang anggota mereka menjadi korban, membuat mereka berhati hati sekali.
Tapi mereka tidak mendapatkan siapapun di dalam kamar
itu selain kedua orang tamu mereka. Yaitu Lo-jin-ong yang
tadi baru saja mempesonakan mereka dengan lagu dan tiupan
sulingnya, dan si Gadis Buntung yang terluka dalam itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ohh, Lo-Jin-ong..... ada apa ini! Mengapa Lo jin ong menggeletak di sini" Apakah..... oh, nona sudah siuman pula?"
Kakek Sinting itu menyapa kedua orang itu bergantian.
"Kalian siapa?" Mengapa aku berada di sini" Dan... si"
siapakah... pemuda ku-kurang ajar itu?" gadis tersebut
bertanya garang. Biarpun wajahnya pucat, tapi sikap gadis itu masih
menunjukkan sikap seorang pendekar wanita yang galak.
Tampak beberapa kali ia mengawasi tubuh dan pakaiannya,
kalau-kalau ada sesuatu yang tak beres di sana. Tapi
wajahnya tampak menjadi lega begitu terasa tak ada sesuatu yang perlu dicurigai.
"Ah, tak apa-apa .... tak apa-apa! Marilah kita berbicara yang baik! Nona tidak perlu bercuriga kepada kami." Kakek itu menerangkan, lalu bersama para pembantunya ia menolong
Yang Kun berdiri. "Ohh.... kau!" tiba-tiba gadis itu menggeram begitu melihat dengan jelas siapa yang tadi telah begitu berani naik ke atas pembaringannya.
"Ohh.. sabar.....sabar!" Kakek itu menengahi.
"Maaf, nona ... maafkanlah aku! Karena tergesa-gesa,
apalagi baru semalam di sini, maka aku telah salah masuk
kamar tadi. Sekali lagi.....maafkan, bukan maksudku mau
kurang ajar kepadamu. Sungguh !" Yang Kun meminta maaf dengan suara parau.
"Hmh!" gadis itu mendengus.
"Ah, sungguh sial benar nasibku! Dua kali aku bertemu dengannya, tapi selalu saja dalam suasana yang tak
mengenakkan hati." Yang Kun menyesali nasibnya yang sial.
Mereka keluar bersama-sama dan duduk di kursi yang telah
disediakan. Dengan dada masih dipenuhi oleh berbagai
macam perasaan curiga gadis itu duduk menghadapi mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nona......." kakek itu membuka pembicaraan.
"Lebih dulu kami akan memperkenalkan diri kami. Kami
semua ini...... adalah penganut-penganut Im-yang-kauw."
katanya sambil mengedarkan pandangannya ke arah para
pembantunya, termasuk juga Chin Yang Kun ! (Karena tak
ingin berbantah lagi, maka pemuda itu diam saja tak bereaksi)
".....Dan bangunan besar ini adalah kuil kami, tempat kami semua melaksanakan dan mengamalkan ajaran-ajaran yang
kami peroleh." Kakek itu menghentikan keterangannya
sebentar. Lalu, "Kemarin kami mendapat kunjungan dua orang tamu dari Bing kauw, yang bernama Put-gi-ho dan Put chih to.
Mereka datang membawa tubuh nona yang pingsan karena
menderita sebuah luka dalam yang hebat. Sebenarnya
kedatangan mereka kemari hanya untuk memenuhi dan
melaksanakan pesan yang telah nona berikan kepada mereka.
Mereka mau memenuhi pesan itu karena mereka telah
berhutang nyawa kepada nona. Tapi karena nona keburu
pingsan, maka keterangan yang mereka peroleh dari nona itu ternyata belum begitu jelas dan terang bagi mereka, sehingga hal itu menyebabkan terjadinya kesalahpahaman di antara
mereka dan penghuni kuil ini. Salah seorang pimpinan kuil ini telah menjadi korban dalam perselisihan itu. Sekarang
mayatnya telah kami tempatkan di ruangan samping"."
"Oh.,.."!" gadis itu terbelalak sambil menutupi mulut dengan telapak tangannya. "....... Aku".aku tak mengira, kalau akan sampai terjadi demikian. Aku sungguh berdosa
kalau begitu !" serunya dengan wajah penuh rasa sesal.
Semuanya juga menghela napas menyesali peristiwa itu.
Tapi bagaimanapun juga semuanya telah terlanjur terjadi dan mereka tak dapat menyalahkan siapa-siapa. Begitu juga
terhadap gadis buntung yang belum pernah mereka kenal
sebelumnya itu! Keadaanlah yang membuat semua itu terjadi
tanpa dapat mereka kendalikan lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sungguh suatu kebetulan yang tidak pernah diperkirakan sebelumnya, bahwasanya antara salah seorang dari kedua
orang Bing-kauw itu dengan kawan kami yang mati, telah ada permusuhan sebelumnya. Sehingga ketika mereka datang ke
kuil ini, pertempuranpun tak dapat dielakkan lagi......" kakek sinting itu memberi keterangan lebih lanjut.
Gadis Buntung itu semakin tampak merasa bersalah.
Wajahnya yang pucat itu tertunduk dalam, hilang sudah
semua kegalakannya tadi. Dengan suara serak gadis itu
menyesali keadaannya. "Betapa malangnya orang itu.... hanya karena memikirkan kepentingan diri sendiri, aku telah menyebabkan dia mati
secara sia-sia. Maka... sungguh tidak berbudi kalau aku masih mengharapkan pertolongan...."
"Oh, nona tak perlu menyesali diri. Kami tahu maksud nona minta dikirim ke kuil Im-yang-kauw...... karena memang
hanya lwee-kang kepunyaan kamilah yang sanggup
memulihkan kesehatan nona. Kudengar tenaga sakti Pai-hud
sin-kang kepunyaan mendiang Bu Eng Sin-yok-ong dengan
disertai ilmu tusuk jarumnya, juga dapat untuk mengobati luka dalam seperti itu. Tapi untuk mencari anak muridnya memang bukanlah hal yang mudah, karena......."
"Yang melukai siauw-te (aku yang rendah) justru
muridnya?"," gadis itu menukas dengan cepat.
"Hah " Yang melukai nona adalah murid Bu Eng Sin-yok
ong.. . ?" kakek itu berseru kaget, Yang Kun juga tak kalah kagetnya. Pikiran pemuda itu langsung tertuju ke arah
temannya, Chu Seng Kun ! Menurut penuturan Liu-toako,
kawannya itu adalah cicit murid dari tokoh besar tersebut.
Benarkah kawannya yang baik hati itu yang melukai gadis ini"
Tapi kelihatannya gadis itu tidak ingin memperpanjang
persoalannya lagi. Dengan wajah yang semakin memucat ia
berdiri menjura kepada semua orang yang berada di tempat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tersebut. Lalu dengan berdiri tegak gadis itu menghadap ke arah kakek tua itu kembali.
"Lo cianpwe, karena terlalu bodoh dan miskin pengalaman, maka siauwle benar benar tidak tahu dengan siapa siauw-te
sekarang berhadapan. Oleh karena itu, siauw-te sungguh
amat menyesal dan meminta maaf yang sebesar besarnya . .!
Tetapi, biarpun tidak tahu, siauw-te yakin bahwa sekarang
siauw-te tentu sedang berhadapan dengan salah satu diantara kelima tokoh besar Im-yang-kauw yang terkenal itu. Maka
siauw-te kira tidaklah keliru alamat apabila siauw te sekarang berkeinginan untuk memaparkan semua isi hati siauw te pada locianpwe....." katanya merendah.
Kakek itu berdiri pula dengan tersipu-sipu. Beberapa kali
matanya yang keriput itu melirik kepada Yang Kun, seolaholah semua perkataan yang dikeluarkan oleh gadis tersebut
amat mengganggu perasaannya.
"Ah, nona tak perlu sungkan sungkan kepada kami. Di sini memang ada salah seorang dari kelima Tokoh pimpinan kami
itu, beliau......." kakek itu melirik sekali lagi kepada Yang Kun.
Tapi begitu dilihat olehnya pemuda itu melotot dengan muka beringas, kakek itu tak berani meneruskan ucapannya.
Sebagai gantinya, kakek tersebut lalu membelokkan katakatanya. "tapi?".baiklah! Nona dapat mengatakan kepadaku,
apa yang menjadi keinginan nona".."
Tentu saja gadis itu menjadi bingung melihat sikap yang
aneh tersebut. Tapi karena kakek itu telah mempersilahkan
dia untuk bicara, maka gadis tersebut tak memikirkan pula hal ini lebih lanjut.
"Lo cianpwe, nama siauw te adalah Souw Lian Cu. Karena terlalu usil mencampuri urusan orang, maka siauw-te terpaksa berhadapan dengan Ketua Mokauw....."
".....Dengan Pek-i Liong ong (Raja Naga Berjubah Putih)?"
Kakek Sinting itu menegaskan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lalu apa sebabnya tubuh nona yang terluka itu dibawa
kemari oleh orang Bing kauw?"
"Itulah persoalannya, lo-cianpwe....... Pada suatu hari
siauw-te melihat perkelahian yang tidak seimbang antara para pengikut Bing-kauw dan para pengikut Mo-kauw. Sebenarnya
dalam hati siauw-te tidak ingin mencampuri urusan mereka,
tapi melihat dua orang anggota Bing kauw hendak dibunuh
oleh para pengikut Mo kauw, siauw-te menjadi tidak tega.
Siauw-te menolong kedua orang tersebut, sehingga siauw-te
menjadi bentrok dengan mereka. Kebetulan sekali ketua
mereka datang pula ke tempat itu, maka siauw-te terpaksa
berhadapan dengan dia pula....."
"Dan nona Souw dilukainya...." kakek sinting memotong,
kemudian sambungnya lagi. "Karena nona teringat bahwa
yang bisa mengobati luka dalam seperti itu hanya lwee kang golongan kami, maka nona meminta tolong kepada dua orang
Bing-kauw itu agar segera membawa nona kemari?"
Gadis itu menjura kembali dengan hormat. "Benar,
locianpwe. Tapi tak siauw-te sangka keadaan bisa
berkembang menjadi begini menyedihkan, sehingga sekarang
siauw-te tak mempunyai keberanian lagi untuk meminta
pertolongan locianpwe. Dengan tulus hati siauw te sekarang justru minta agar diberi hukuman yang setimpal ..."
"Ah, nona......mana ada aturan begitu" Dalam hal ini nona Souw tidak bersalah sama sekali. Sejak dahulu orang-orang
Bing kauw dan Mo kauw memang sering berselisih dengan
golongan kami, sehingga persoalan seperti ini masih belum
apa-apa bila dibandingkan dengan peristiwa lima tahun yang lalu. Bentrokan yang terjadi antara Im-yang-kauw dan Bing-kauw pada lima tahun yang lalu begitu hebat sekali, sehingga antara ketua kami yang lama dan ketua Bing-kauw yang lama
sampai terlibat dalam sebuah pi-bu yang maha dahsyat! Coba kalau pada saat itu suasana negara tidak sedang tenggelam
dalam kekalutan dan kekeruhan akibat pemberontakan,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kejadian tersebut tentulah akan menggegerkan dunia
persilatan....." kakek itu cepat-cepat memotong pula.
Gadis itu mendengarkan keterangan tersebut dengan
mengangguk-angguk. Tampak betapa hatinya merasa sedikit
terhibur dengan keramahan yang diterimanya dari tuan rumah itu.
"Nona Souw, kami tak pernah mengecewakan tamu kami.
Nona jauh jauh telah sampai di tempat kami, maka kami juga akan berusaha pula sekuat tenaga untuk mengobati luka itu.
Sekarang fajar sudah hampir menyingsing, lebih baik nona
masuk kembali ke kamar dan beristirahat dulu barang
sejenak.....!" "Terima kasih, lo cianpwe. Tapi kalau diperbolehkan, siauw te ingin menengok jenazah itu dahulu"."
"Oho, tentu saja boleh. Biarlah salah seorang dari kami
mengantarkan nona kalau begitu....."
Maka dengan diantar oleh salah seorang dari mereka, gadis
itu melangkah menyeberangi halaman tengah menuju ke
ruang samping. Sedangkan yang lain segera membubarkan
diri pula untuk kembali kepada tugas masing-masing.
Sekarang tinggal Yang Kun dan kakek sinting yang masih
berada di tempat itu. Tapi pemuda tersebut segera bangkit
pula dari tempat duduknya, lalu melangkah perlahan ke


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kamarnya sendiri tanpa mengacuhkan si kakek sinting.
"Lo jin-ong......!"
Kakek itu mengejar dengan tergopoh-gopoh. Tampak
sikapnya telah kembali pula seperti semula, konyol serta
ketolol-tololan. Pemuda itu berhenti dengan mendadak. Tubuhnya berbalik
dengan cepat, sehingga kakek itu hampir saja menabraknya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kakek tua, dengarlah! Apakah engkau menghendaki aku
berbuat kurang ajar serta tak sopan kepadamu?" Yang Kun
menggeram dengan mata melotot. "Kalau kau memang
menghendaki demikian... nah, panggil aku dengan sebutan
Lo-jin-ong lagi! Akan kuhitung sampai hitungan
ketiga,......,satu..... dua...." pemuda itu berhenti sebentar, lalu, "Tiga!"
"'Huh! Mengapa engkau tidak berani juga"'' Yang Kun
menghardik. Kakek sinting itu meringis seperti kucing mencium terasi.
"Ba-baiklah.... !" katanya terpaksa. "Saudara memang seorang pemuda yang hebat. Mungkin saudara inilah pemuda yang
dimaksudkan oleh Su couw kami itu .. Dan dalam beberapa
hari ini mata perasaanku memang telah menangkap pula
isyarat isyarat tentang kedatangan saudara....."
"Su-couw..." pemuda itu berdesah perlahan, pikirannya
segera terbayang pada orang orang yang berlutut kepadanya
tadi malam. Kakek itu tersenyum melihat Yang Kun tidak segera tahu
apa yang ia maksudkan. "Saudara, marilah kita kembali dulu ke kamarmu! Nanti
akan kuterangkan semuanya kepadamu...."
Dengan hati masih ragu-ragu dan bimbang. Yang Kun
mengikuti kakek itu ke kamarnya. Kakek itu bersikap kembali seperti ketika berada di antara anak buahnya, keren dan
berwibawa ! Bayangan wajah yang konyol dan ketolol-tololan itu lenyap pula dari mukanya. Dan kini muka itu tampak kaku serta dingin, malahan matanya yang semula kocak itupun
berubah menjadi tajam, sekilas orang tua itu menoleh. Yang Kun menjadi kaget dan meremang bulu tengkuknya! Mata itu
berkilat seperti cahaya petir menyambar!
Ayam jantan telah mulai berkokok bersahut-sahutan ketika
keduanya memasuki kamar. Dengan suara pelan tapi tegas,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kakek itu mempersilakan Yang Kun duduk, kemudian dia
sendiri berjalan kearah almari besar yang berada di sudut
kamar. Dari dalam almari kakek itu mengeluarkan lebaranlembaran kulit domba, yang saking tuanya sampai berwarna
coklat kehitam-hitaman. Lembaran-lembaran kulit itu digulung satu persatu dan terikat oleh tali yang kuat.
Kakek tua itu meraupnya menjadi satu, lalu dibawanya ke
atas meja yang berada di depan Yang Kun.
"Saudara"..em, maaf?".bolehkah lo-hu (aku yang tua ini)
mengetahui nama saudara" Nama saja, tak usah yang lain!
Lo-hu memahami, seperti juga gadis itu, saudara tentu
merasa keberatan pula untuk menceritakan asal-usul saudara.
Lo-hu dapat membaca hal itu lewat pandang mata saudara,
itulah sebabnya tadi lo-hu juga tidak menanyakan kepada
gadis itu"." Kakek tersebut bertanya tanpa memandang
kepada Yang Kun, tangannya asyik melepas tali pengikat
gulungan kulit itu. "Aku yang muda bernama Yang Kun".." pemuda itu
memperkenalkan dirinya. Suaranya sedikit bergetar,
bagaimanapun juga sikap kakek itu benar-benar
mencerminkan sikap seorang lo cianpwe sekarang.
"Yang-hiante, kau tentu merasa heran melihat sikap para
anggota kami tadi malam. Yaitu ketika Yang hiante selesai
mendendangkan sebuah lagu dan meniup seruling itu..,!"
kakek tersebut berkata lagi sambil menunjuk suling yang
sampai sekarang ternyata masih berada dalam genggaman
Yang Kun. "Ohh!" Maaf... maafkan aku!" pemuda itu kaget begitu menyadari kekeliruannya. Dengan tergesa-gesa diletakkannya benda tersebut di atas meja. "Saking terburu-buru, siauw te sampai lupa mengembalikan suling ini di tempat semula,"
katanya terbata-bata. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kakek itu menggeleng-gelengkan kepalanya. Air mukanya
tetap dingin ketika berkata. "Tak apalah! Kami semua
memang telah mengikhlaskannya untuk Yang hiante miliki.
Lihatlah !" kakek itu menyorongkan selembar kulit yang sudah dibuka kepada Yang Kun.
Pemuda itu terpaksa menerimanya dengan wajah masih
penuh tanda tanya. Benda tersebut lalu diletakkannya di atas meja, kemudian dia perhatikan lembaran kulit itu dengan
seksama. "Yang hiante tentu kaget melihat tulisan yang berada di atas kulit itu, seperti juga yang kami alami tadi malam ketika Yang hiante menyanyikan lagu itu serta mengiringinya dengan tiupan suling." kakek itu berkata lagi.
Memang benar. Begitu Yang Kun membaca tulisan kuno
yang tertulis dengan indah pada kulit tersebut, seketika
menjadi tertegun. Perlahan-lahan dibacanya tulisan itu dari atas sampai di bawah.
Sinar bulan di antara bintang,
membasahi padang di antara ilalang
Hamparan perak luas membentang,
alas tidur menentang awan.
Dua sejoli bergandeng tangan,
mempererat tali kasih dalam pandangan.
Bagai tak ada batu rintangan,
naik jenjang sorga idaman.
"Hei, ini .... ini....." Yang Kun tergagap.
"Benar! Ini naskah asli dari lagu yang Yang hiante
nyanyikan itu," kakek itu menerangkan. "Tapi itu belum lengkap. Itu baru lembar pertama. Ini masih ada sebelas
lembar lagi, lihatlah....! Tiap tiap lembar berisi dua bait pula Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seperti lembar pertama, sehingga kalau dijumlah semuanya
ada duabelas kali dua, yaitu duapuluh empat bait. Kalau setiap bait berisi empat baris kalimat, maka seluruhnya akan terdiri dari duapuluh empat kali empat, yaitu sembilanpuluh enam
baris kalimat...." "Oh"! Lalu...... lalu apa maksud kakek memperlihatkan naskah yang lengkap dari lagu yang kunyanyikan itu ?"
"Begini....., Yang-hiante !" kakek itu memperbaiki
duduknya. "Gulungan kulit domba ini adalah warisan dari
nenek moyang kami, yaitu pendiri Im-yang-kauw yang
pertama. Sebenarnya jumlah kulit domba ini tidak hanya
duabelas, tapi tiga-belas lembar,,... Yang-hiante, ketahuilah!
Selama berpuluh-puluh tahun ini tak seorangpun dari anggota aliran kami yang bisa melagukan isi dari kulit domba ini.
Sebenarnya kami semua tahu bahwa tulisan dalam kulit
domba ini adalah lagu, tapi karena tak seorangpun yang
mengetahui nada lagunya, maka kami cuma dapat
menghapalnya saja selama ini. Dan semua hal tersebut
menyebabkan kami tidak bisa melatih diri secara sempurna."
"Melatih diri secara sempurna" Apakah itu?" Kakek itu menatap Yang Kun dengan tajamnya, kemudian dengan
menarik napas dalam dalam ia memberi keterangan lagi
secara lebih jelas. "Baiklah ! Akan kujelaskan semuanya ! Akhirnya Yang
hiante toh akan menjadi orang kami pula......."
"Aku..,.." Apa maksudmu?" pemuda itu semakin tak mengerti.
"Sudahlah! Nanti Yang-hiante akan mengetahuinya juga.
Sekarang kumohon untuk mendengarkan lebih dahulu
keteranganku... !" kakek itu memberi penjelasan. "Begini Yang hiante".! Ketahuilah, selain bait bait pantun dalam kulit
domba itu merupakan sebuah lagu yang indah, sesungguhnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
setiap kalimat dalam pantun tersebut adalah jurus rahasia dari pada ilmu silat kami! Ilmu Silat Im-yang-kauw!"
"Ohhh...." Yang Kun berdesah. ".....jadi, sembilanpuluh enam baris kalimat yang tertulis dalam duabelas lembar kulit domba ini adalah jurus jurus rahasia ilmu silat Im-yang kauw
?" tegas pemuda itu pula.
"Benar! Aneh sekali, bukan?" kakek itu menjawab, "Tapi sebenarnya tidaklah aneh. Pendiri Im-yang kauw kami adalah seorang sastrawan pandai, maka setiap huruf dan kalimat
yang dia gubah di dalam lagu itu adalah sari pelajaran ilmu silat yang sangat dalam. Semuanya tinggal tergantung kepada kita, apakah kita bisa menangkap maksud beliau atau
tidak......" "Hmm.... jadi setiap orang yang ingin mempelajari ilmu silat tersebut harus mencari sendiri makna dari setiap huruf yang terlukis dalam kulit domba ini?" Yang Kun bertanya. Hatinya semakin merasa tertarik.
"Ya ! Seharusnya memang demikian! Tapi kenyataannya,
irama ini hanya beberapa orang saja dari anggota Im-yangkauw yang berbuat demikian. Yaitu menelaah dan
mempelajari sendiri makna dari pantun dan lagu tersebut.
Sebagian besar dari kami biasanya hanya mencontoh saja dari buku tulisan salah seorang nenek moyang kami juga, yang
selama ini kami anggap paling berhasil dalam mempelajari isi lagu tersebut."
"Ah, mengasyikkan juga kalau begitu. Dapat kubayangkan,
betapa anehnya ilmu silat dari orang-orang yang berusaha
mencari sendiri makna dari lagu tersebut. Nama jurus mereka sama, tetapi gerakan mereka berbeda, tergantung selera
mereka masing-masing."
''Yang-hiante, bayanganmu itu memang betul. Tapi
meskipun berbeda, ternyata perbedaan tersebut tidaklah
banyak......." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pemuda itu memandang orang tua di hadapannya.
"Lalu..., masih adakah para anggauta Im yang-kauw yang nekad mempelajari ilmu tersebut dengan cara mencari sendiri makna dari lagu itu sekarang?" ia bertanya.
"Masih ada juga! Tapi di antara jutaan pengikut Im yang kauw sekarang ... hanya dua orang yang berbuat demikian.
Itupun yang seorang hanya melanjutkan usaha kakek
gurunya....." "Hanya dua orang saja" Ah .... lalu siapakah mereka itu ?"
Kakek itu tidak segera menjawab. Beberapa kali ditatapnya
muka Yang Kun yang penuh minat dan perhatian terhadap
ceritera itu. "Yang pertama adalah Tong Ciak Cu si, pengurus
keagamaan kami yang baru. Dia menggantikan pengurus lama
yang kini telah terpilih sebagai Tai si ong (Kepala Kuil Agung).
Tong Ciak Cu-si inilah yang meneruskan usaha kakek gurunya dalam mempelajari isi lagu tersebut. Sekarang Tong Ciak Cu si telah sampai pada tahap terakhir, yaitu lembar ke tigabelas dari kulit domba itu. Nah, itulah sebabnya tadi kukatakan
bahwa gulungan kulit domba tersebut berjumlah tigabelas,
bukan duabelas. Lembar terakhir sekarang dibawa oleh Tong
Ciak Cu si....." "Lalu".. siapakah orang yang ke dua?"
Sekali lagi kakek itu terdiam untuk beberapa saat lamannya sehingga pemuda tersebut menjadi penasaran dibuatnya.
"Siapakah orang yang kedua itu?" desak pemuda itu lagi.
"Yang ke dua adalah Toat beng-jin!"
"Kurang ajar! Kau mau menggoda aku lagi" Kubunuh kkau.....!" Yang Kun berteriak marah.
Kakek itu meloncat ke tengah kamar dengan tangkas.
Gerakannya ringan bukan main, sehingga Yang Kun yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berada di dekatnya hampir hampir tak merasakan hembusan
anginnya. "Yang-hiante, sabarlah ! Aku yang tua ini tidak mengolok-olok lagi! Apa yang kukatakan tadi adalah yang sebenarnya.
Orang ke dua itu memang Toat beng jin! Dengarlah! Toatbeng-jin, bukan kau !!"
"Ohh! Maafkan aku...!" pemuda itu kembali ke tempat
duduknya dengan lemah. "Maafkan aku..... aku benar benar keterlaluan !"
Kakek itu kembali duduk pula, "Tak apalah......" katanya.
Pemuda itu benar-benar merasa tak enak di dalam hati.
Sejak pertemuan mereka kemarin, ia selalu membentakbentak dan memperlakukan kakek tua itu seperti seorang
pesuruh saja. Padahal kakek itu demikian baik dan ramah. Ah, jangan-jangan ia telah salah menduga terhadap kakek tua ini, Yang Kun membatin. Jangan-jangan kakek tua ini justru salah seorang dari kelima tokoh lm yang kauw itu ! Yah, siapa tahu"
"Lalu di mana kedua orang itu kini berada?" Yang Kun bertanya sekedar untuk menghilangkan kekakuan di antara
mereka. Tapi jawaban yang dia peroleh benar-benar
mengagetkan hatinya. "Di sini!" "Hah" Di dalam kuil ini?"
"Benar!" "Oh! Lalu.... di mana mereka sekarang?"
"Ada di luar pintu ! ..... Tong-hiante, silahkan masuk!" tiba-tiba kakek itu menoleh ke arah pintu.
Dengan diiringi suara tertawa perlahan pintu kamar itu
terbuka lebar lebar, sehingga cahaya matahari yang remang
remang menerobos masuk. Seorang laki laki pendek kekar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan kumis dan jenggot terpotong rapi tampak melangkah
masuk. "Haha, Lo jin-ong! Baru sebulan kita berpisah, rasanya ilmu lo jin ong makin bertambah hebat saja....." orang itu tertawa pendek.
"Ah, Tong-hiante ini bisa saja memuji orang. Kukira kalau berbicara soal ilmu kepandaian, mana ada di antara penganut Im-yang kauw kita ini yang mampu melebihi kepandaian Tong
Ciak Cu-si" Dalam sejarah Im-yang kauw selama ini, baru
Tong Ciak Cu si saja yang berhasil menekuni ilmu kita sampai ke lembar tigabelas. Padahal usia Tong Ciak Cu si masih
muda..." kakek tua yang ternyata adalah Toat-beng jin sendiri itu tersenyum, matanya menatap rambut kepala Tong Ciak
Cu-si yang hitam dan belum banyak ditumbuhi uban itu.
"Ah, perkataan Lo jin-ong ini sepintas lalu seperti tidak ada salahnya, tapi di dalam kenyataannya hal itu belum tentu
benar," kata Tong Ciak Cu-si sambil duduk pula di antara mereka. "Contoh yang mudah saja yaitu antara Lo jin-ong dan aku dipandang sepintas lalu ilmu silatku tentu lebih tinggi dari pada ilmu silat Lo jin-ong, karena aku telah sampai ke lembar tigabelas sementara Lo-jin-ong baru sampai ke lembar
sebelas. Tetapi kalau dipandang dari sudut yang lain,
kepandaian yang kumiliki ternyata benar-benar masih sangat jauh kalau dibandingkan dengan kepandaian Lo-jin-ong....."
"Eh?"" tanpa terasa Yang Kun mengeluarkan suara
dengusan. Pada mulanya Yang Kun memang belum mempunyai
dugaan apa-apa tentang kakek tua itu, tapi setelah beberapa saat yang lalu kakek itu rnemperlihatkan sikap dan
kepribadiannya sendiri yang asli ia mulai punya gambaran
tentang tokoh aneh tersebut. Meskipun dalam gambarannya
itu ia juga hanya bisa menduga secara samar samar saja.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Maka begitu tahu siapa sebenarnya kakek sinting itu, Yang
Kun sudah tidak begitu kaget lagi. Yang agak mengagetkan
pemuda itu malah bukan kenyataan tentang siapa adanya
kakek sinting tersebut, tetapi justru tentang ketigabelas
lembar kulit domba dan cara-cara mempelajarinya yang aneh.
Apalagi ketika dia ikut mendengarkan percakapan kedua tokoh Im-yang-kauw itu!
"Ehh, mengapa.... mengapa kalau dipandang dari sudut
yang lain, Tong Ciak Cu si masih berada di bawah Toat bengjin?" begitu terpikatnya Yang Kun terhadap percakapan mereka tentang ilmu silat, sehingga tanpa sadar ia ikut
memotong pembicaraan mereka.
Tong Ciak memandang Yang Kun beberapa saat lamanya,
kemudian menoleh ke arah Toat-beng jin. "Lo-jin-ong,
siapakah dia" Pemuda inikah yang Lo-jin ong maksudkan itu?"
"Demikianlah, Tong-hiante. Kalau aku tidak salah, memang dialah pemuda yang tersirat dalam ramalan itu. Sebulan yang lalu aku pernah mengatakan kepada Tong-hiante bahwa aku
telah dibayangi oleh firasat itu, maka aku yang tua ini akan mencarinya. Nah, setelah aku mengelilingi hampir ke seluruh pelosok negeri, bertemulah aku dengan dia di balik bukit
ini...." "Aha......selamat kalau begitu!" Tong Ciak Cu-si menyalami Toat-beng-jin dengan wajah gembira. Kemudian dengan
kepala tegak tokoh terlihai dari Im-yang-kauw itu menghadapi Chin Yang Kun. "Hiante (saudara muda), marilah kita
berkenalan! Lo-hu bernama Tong Ciak. Di dalam
kepengurusan Im-yang-kauw, lo-hu menjabat sebagai Kauw
cu-si." Yang Kun membalas pula dengan menjura, ia tidak ingin
dikatakan sebagai pemuda yang tidak tahu kesopanan.
"Nama siauw-te adalah Yang Kun....."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Haha ... bagus! Yang-hiante, kalau tak salah engkau tadi menanyakan sesuatu kepadaku. Apakah itu?"
"Ah, terima kasih ! Siauw te tadi sangat penasaran
mendengar ucapan Tong Cu si. Semula Tong Cu-si
mengatakan bahwa ilmu silat Tong Cu si lebih tinggi dari pada ilmu silat Toat-beng jin, tapi akhirnya Tong Cu-si mengatakan pula bahwa kalau dipandang dari sudut lain, ilmu silat Toat-beng-jin malah berkali-kali lebih hebat dari pada ilmu silat Tong Cu-si ! Wah, bagaimana bisa begitu?"
Tong Cu-si tersenyum lebar. Sambil mempersilahkan Yang
Kun agar duduk kembali orang itu mengangkat pundak ke
arah Toa beng-jin berkali-kali.
"Ha-ha- ha.... duduklah, Yang hiante! Akan kuterangkan hal itu kepadamu.........."
"Ah, sudahlah! Jangan didengarkan omongan Tong Cu-si
itu !" Toat beng jin segera menengahi mereka. "...... Paling paling Tong Cu si tentu akan membual tentang kepandaian
seseorang yang beraneka macam dan hebat - hebat !"
"Ah, Lo jin-ong jangan marah. Bukankah semuanya itu
benar belaka?" Tong Cu-si cepat berkata pula. "Yang-hiante, marilah kukatakan kepadamu, agar engkau tidak penasaran
lagi !" Orang itu memperbaiki letak duduknya, kemudian dengan
muka bersungguh sungguh ia meneruskan keterangannya.
"Yang hiante, ..... kalau orang hanya berbicara soal ilmu silat saja, maka sesungguhnyalah dalam Im yang-kauw kami
itu akulah yang terunggul. Tak seorangpun melebihi aku,
termasuk pula Tai-si-ong dan Lo-jin-ong ini !" Tong Ciak mulai dengan ceritanya, "Tapi kalau yang dibicarakan itu tentang kepandaian seseorang secara menyeluruh artinya selain
kepandaian ilmu silat juga kepandaian lweekang, ginkang dan lain lainnya, maka hanya Toat beng jin sajalah dalam Im-yang kauw yang patut mendapat gelar nomer satu !"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nah, bukankah kata kataku tadi benar! Tong Cu-si tentu akan membual!" Toat-beng-jin menyela.


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Biarlah Yang-hiante mengetahuinya sekalian." Tong Ciak menyambung ceritanya, sedikitpun tidak ambil pusing
terhadap kata kata Toat beng-jin. "Dalam hal tenaga dalam, misalnya. Setiap jago-jago persilatan tahu belaka, bahwa Im-yang kang (Tenaga Sakti Im dan Yang) dari golongan kami
adalah satu satunya inti pelajaran ilmu Iwee-kang yang tak bisa diukur kedalamannya. Semakin tekun dan berbakat orang yang mempelajarinya, semakin tinggi dan hebat pula yang
diperolehnya ..." "Im-yangkang memang satu satunya lweekang yang tidak
mempunyai batas akhir untuk dipelajari.....!" Toat beng-jin menyambung cerita Tong Ciak tanpa sadar.
"Nah, ucapan Lo-jin ong itu benar !" Tong Ciak tersenyum geli sehingga Toat beng-jin buru-buru menutup mulutnya
dengan mata melotot. "Im-yang-kang memang satu-satunya ilmu menghimpun tenaga sakti di dunia ini yang tidak
mengenal batas puncak! ..... Dan apabila Yang-hiante
menanyakan juga kepada kami, siapakah di antara kami yang
telah mencapai tingkat tertinggi dalam Im-yang-kang.....
beliau itu adalah......." orang itu menghentikan ucapannya lagi, tapi matanya melirik ke arah Toat beng jin dengan penuh arti.
"Huh, Tong Cu-si "ngecap' lagi! Yang-hiante, jangan kau percaya bualannya itu!" Toat beng-jin berseru dengan suara mendongkol.
"Lo-cianpwe, kali ini siauw te memang kurang begitu
percaya pada ucapan Tong Cu-si," Yang Kun menyetujui kata-kata Toat-beng jin. "Hei" Mengapa Yang-hiante tidak percaya padaku ?" Tong Ciak penasaran.
"Maaf, Tong Cu si. Meskipun kepandaian siauw te tidak
begitu tinggi, tapi siauw-te cukup mengerti bahwa seorang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang belajar ilmu silat tak mungkin dapat meniti ke jenjang yang tinggi tanpa mengikutsertakan semua unsur yang
menunjangnya. Contohnya, bagaimanapun hebat mutu
sebuah ilmu silat, tapi kalau gerakan-gerakannya tidak
ditunjang oleh Iwee kang dan gin-kang yang sepadan, artinya sesuai dengan kehebatan ilmu silat tersebut, sama halnya
dengan seekor harimau buas yang tak punya gigi.......! Nah, oleh karena itulah siauw-te kurang mempercayai ucapan
Tong-Cu si tadi. Apabila Tong Cu-si sudah dapat mempeIajari isi kulit domba ini sampai ke lembar yang ketigabelas, maka sungguh tidak mungkin kalau Iwee kang dan gin kang Tong
Cu-si berkali-kali lebih rendah dari lwee-kang dan gin-kang Toat-beng jin yang baru belajar sampai ke lembar yang ke
sebelas," jawab Chin Yang Kun tegas.
"Hura! Tahu rasa kau sekarang!" Toat beng jin bertepuk senang.
Kauw Cu si dari Im-yang kauw itu tampak sedikit tersipusipu. "Yang-hiante, pendapatmu itu memang betul. Tapi apa
yang kukatakan tadi juga tidak salah," katanya membela diri.
Kemudian begitu dilihatnya pemuda itu menatap dia dengan
pandang mata bingung, ia segera menjelaskan apa yang ia
maksudkan. "Baiklah, aku akan menjelaskannya kepada Yang-hiante,
biarpun hal ini sebenarnya menyangkut rahasia kaum kami,"
kata Tong Ciak sambil menoleh kepada Toat-beng-jin. "Lebih dari seratus tahun yang lalu.... salah seorang dari murid Im-yang-kauw telah berbuat suatu kesalahan besar sehingga ia
diusir dan dipecat dari keanggotaan Im-yang-kauw.
Sebenarnya orang itu harus dihukum mati karena
kesalahannya, tapi oleh karena gurunya yang pada saat itu
menjabat sebagai Tai-si-ong sangat menyayanginya, maka dia hanya diusir dari kuil. Ia tidak boleh sama sekali menginjak lantai kuil dimana ia selama ini dibesarkan. Selain itu, ia tidak Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diperbolehkan pula mempergunakan semua ilmu kepandaian
yang ia peroleh dalam kuil tersebut."
"Ah, Tong-hiante berani pula mengungkat-ungkat rahasia
lama. Apakah Tong-hiante tidak takut kuwalat pada kakek
gurumu itu?" Toat-beng-jin memotong cerita itu.
"Lo-jin-ong, mendiang su-couw Kim-mo Sai ong telah
menebus kesalahannya itu selama tiga turunan, dan hal itu
sudah sesuai dengan keputusan gurunya. Maka kalau saya
sekarang sebagai keturunan beliau yang ke empat, telah
diperkenankan kembali ke kuil Im-yang-kauw lagi, mengapa
saya harus takut menceritakan peristiwa" Semuanya telah
dimaafkan, tak perlu ada yang ditakutkan lagi."
"Hai, Tong-hiante benar. Semuanya telah berlalu dan
sekarang sudah tidak ada persoalan apa-apa lagi. Tong hiante memang benar. Akulah yang benar-benar sudah
pikun......maafkanlah!" Toat beng jin buru-buru mengakui
kekeliruannya. Sementara itu Yang Kun sudah tidak sabar lagi menunggu
kelanjutan cerita itu. "Tong Cu-si.....apakah nenek moyang Tong Cu-si yang
bergelar Kim-mou Sai-ong itu adalah tokoh pendiri Soa-hu-pai (Partai Danau Pasir) yang terkenal sebagai salah seorang dari Empat Datuk Besar itu?"
Tong Ciak cepat mengangguk.
"Betul! Pada saat itu su-couw baru berusia duapuluh lima
tahun dan oleh para pimpinan Im-yang kauw, ia sebenarnya
telah disebut-sebut sebagai calon terkuat untuk menggantikan gurunya sebagai Tai-si-ong." Tong Ciak berhenti sebentar
untuk mengambil napas. "Tapi nasi telah menjadi bubur,
keputusan para pimpinan Im-yang kauw untuk mengusir sucouw tidak dapat diganggu gugat lagi. Terpaksa dengan
perasaan hancur su-couw pergi meninggalkan kuil yang
dihormatinya itu. Beliau telah mengakui kesalahannya, dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
untuk itu beliau akan menebusnya dengan mengasingkan diri
di tempat sepi selama hidup." Tong Ciak mengambil napas
lagi. ".....beliau mempunyai bakat ilmu silat yang luar biasa.
Semuda itu usianya, ternyata beliau telah mampu mempelajari ilmu yang tertera pada kulit domba itu. Biarpun cara yang
ditempuh oleh beliau dalam mempelajari ilmu tersebut sama
dengan yang ditempuh oleh rata-rata anggota Im-yang kauw
yang lain, yaitu mencontoh dari buku tulisan itu..... tapi ketika beliau sudah berada di tempat pengasingannya, beliau
menciptakan ilmu silat yang lain, meskipun dasar gerakannya masih beliau ambilkan dari catatan dalam buku tulisan itu.
Beberapa puluh tahun kemudian beliau mendirikan perguruan
tersendiri dan mulai menerima murid. Kesaktian beliaupun
telah terkenal di seluruh negeri. Meskipun begitu, dalam
menurunkan ilmunya, beliau tak pernah menyinggungnyinggung ilmu silat yang beliau peroleh dari Im-yang kauw.
Beliau tetap hanya mengajarkan ilmu ciptaan beliau
sendiri....." "Dan hal itulah yang menjadi awal mula dari malapetaka
yang menimpa generasi Aliran Im-yang kauw selanjutnya....."
akhirnya Toat-beng jin ikut pula menambahkan. Kelu juga
lidahnya karena tak ikut berbicara dalam cerita yang menarik tersebut. "Sepeninggal Kim-mou Sai-ong, Tai-si-ong jatuh
sakit dan akhirnya meninggal dunia. Agaknya peristiwa yang menimpa murid beliau itu benar-benar sangat melukai hatinya.
Sepeninggal beliau, barulah setiap orang menyadari akan
kekurangan mereka, yaitu tak seorangpun di antara tokohtokoh Im-yang kauw saat itu yang hapal akan lagu dalam kulit domba. Satu-satunya orang yang mengerti lagu itu hanyalah
mendiang Tai-si-ong tersebut dan.....Kim-mou Sai-ong,
muridnya! Tapi untuk memanggil kembali murid yang telah
diusir itu benar-benar tidak mungkin. Maka.....untuk
selanjutnya, nada lagu dari pantun tersebut menjadi hilang musnah sampai ke generasi-generasi berikutnya....." Toat-beng jin yang kini telah menjadi bersemangat itu memberi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keterangan pula kepada Yang Kun. ".....Yang hiante, itulah sebabnya ketika engkau dapat menghapal dan menyanyikan
lagu tersebut secara fasih, kami semua segera teringat kepada su-couw kami!"
"Semua cerita Lo-jin-ong itu memang betul." Tong Ciak
membenarkan. "Nah, Yang-hiante, sekarang akan kujelaskan,
apa hubungan dari cerita ini tadi dengan pernyataanku yang tidak kau percaya itu. Yang-hiante tadi tidak percaya kalau lweekang Toat-beng jin berkali-kali lebih tinggi dari pada lweekangku. Sesungguhnya, apa yang kukatakan itu adalah
benar..... Cobalah pikirkan, Toat-beng jin mempelajari ilmu itu sejak muda, sehingga kalau dihitung sampai saat ini telah
lebih dari limapuluh tahun lamanya. Sedangkan aku mengenal ilmu tersebut baru lima tahun yang lalu, yaitu saat aku
kembali ke kuil untuk memenuhi pesan mendiang su-couw.
Sebelumnya, aku hanya mengenal ilmu-ilmu perguruan Soahu-pai saja. Aku hanya mengenal Soa-hu sinkang (Tenaga
Sakti Danau Pasir), dan Soa-hu lian-ciang (Pukulan Bunga
Teratai dari Danau Pasir)! Untunglah Soa-hu lian-ciang ciptaan su-couw itu segala sesuatunya sangat mirip Im-yang-kun
(Pukulan Im dan Yang) yang tertulis dalam kulit domba ini, sehingga ketika Tai-si-ong memperlihatkan gulungan kulit
domba ini kepadaku, dengan mudah aku mempelajari dan
menyelesaikannya! Aku sungguh sangat berterima kasih sekali kepada mendiang su-couw, ternyata Soa-hu lian-ciang itu
sebenarnya adalah hasil pengamatan beliau sendiri dari makna lagu yang tertera pada kulit domba ini. Cuma karena tempat di mana beliau itu mengasingkan diri adalah di permukaan
sebuah danau pasir yang panas, maka gerakan gerakan kaki
pada Soa-hu lian-ciang disesuaikan dengan keganasan tempat tersebut. Lain halnya dengan Soa hu-sin kang. Lweekang itu benar-benar asli ciptaan su-couw, sedikitpun tidak ada
hubungannya dengan Im-yang-kang. Kalau ada sediikit
pengaruh unsur Im juga, hal itu disebabkan karena su couw
ingin menandingi tenaga sedot yang panas dari rawa pasir
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tersebut," tokoh Im-yang-kauw itu mengakhiri kisahnya. "Nah, sekarang Yang-hiante sudah tahu, bukan" Apa sebabnya aku
tadi berkata begitu" Im-yang kang yang kupelajari benarbenar masih rendah sekali, belum ada sepersepuluhnya Toatbeng jin." "Tapi.....bukankah Tong Cu-si mempunyai Soa-hu sin-kang
yang tinggi?" Yang Kun masih merasa penasaran.
"Benar, tetapi Soa-hu sin-kang itu hanya cocok untuk
memainkan Soa-hu lian-ciang saja. Memang bisa pula untuk
memainkan Im-yang-kun, tapi pengaruhnya tentu tidak
sehebat Im-yang kang, sebab bagaimanapun juga Im-yang
kang memang merupakan paduannya sendiri."
"Tong Cu-si, lalu......"
"Yang-hiante, sudahlah! Lihat matahari telah terbit, dan
janjiku untuk mengobati lukamu belum juga terlaksana. Nanti kita berbicara lagi, sekarang marilah kaubuka bajumu......!"
Toat-beng jin memotong perkataan Yang Kun.
"Lo-jin-ong benar. Biarlah aku juga beristirahat dahulu.
Semalam suntuk aku berjalan dari gedung pusat kesini,
rasanya lelah juga....." Tong Ciak berkata pula.
"Eh, Tong-hiante, kapankah utusan dari sini itu sampai di
Gedung Pusat?" "Kemarin, menjelang makan malam..... sebenarnya Tai-siong tidak memperbolehkan aku berangkat, toh Lo-jin-ong
sudah berada disini. Tapi aku benar-benar tidak enak hati, peristiwa seperti ini kan termasuk dalam tugasku. Maka begitu selesai sembahyang malam, aku memaksa untuk minta diri
kepada Tai-si-ong! Bagaimana, Lo-jin-ong" Adakah sesuatu
yang harus segera dilakukan berhubung dengan kejadian ini?"
Kauw Cu-si dari Im-yang kauw itu bertanya sambil berjalan ke arah pintu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Entahlah, Tong-hiante. Aku juga belum sempat
memikirkannya. Nanti sajalah kita berbicara lagi, sekarang silahkan Tong-hiante beristirahat dahulu biar segar.....!"
Pintu kamar itu ditutup kembali oleh Tong Ciak Cu-si dari
luar. "Marilah, Yang-hiante.....kita mulai dengan pengobatan
lukamu itu." Toat-beng jin mengajak.
Tetapi pemuda itu masih tetap terdiam di kursinya, sama
sekali tidak beringsut dari tempat tersebut. Pemuda itu malah menatap Toat-beng jin dengan tajamnya, sedikitpun tidak
merasa takut apalagi gemetar mendengar kesaktiannya yang
maha hebat itu. Tentu saja kakek itu menjadi bingung melihat sikap Yang
Kun yang aneh tersebut. "Yang-hiante, ada apakah...." apa ada sesuatu yang
salah?" tanyanya khawatir.
Dengan menarik napas panjang, Yang Kun bangkit dari
tempat duduknya. "Lo.....locianpwe....," sapanya kaku, sukar juga rasanya untuk mengubah panggilannya terhadap kakek
tua itu. "Terima kasih atas pertolongan yang locianpwe
berikan kepada saya. Suatu saat siauw-te tentu akan
membalas budi yang sangat besar itu. Locianpwe, sekarang
siauw-te mohon diri. Kukira luka ini sudah tidak begitu
mengganggu lagi...."
Setelah menjura kepada Toat-beng jin, pemuda itu
melangkah perlahan ke arah pintu. Tapi sebelum tangannya
meraih daun pintu, Toat-beng jin telah memburunya.
"Yang-hiante.....kau berhentilah dahulu, aku ingin berbicara sebentar!"
Yang Kun membalikkan tubuhnya dengan cepat. Matanya
yang dingin seram itu kembali mengawasi Toat-beng jin yang datang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Locianpwe ingin memberi pesan sesuatu kepadaku?"
"Oh, tidak.....tidak!" orang tua itu tergagap.
"Ah, Yang-hiante.....agaknya ada sesuatu persoalan yang
sangat mengganggu hatimu dan tampaknya persoalan
tersebut adalah persoalan yang menyangkut diriku. Yanghiante....benarkah dugaanku ini?"
"Ah.....locianpwe, mana aku berani" Hal itu......"
"Sudahlah...... marilah kita duduk kembali. Agaknya ada
suatu kesalahpahaman diantara kita." Kakek itu menarik
lengan Yang Kun ke arah kursi. Lalu katanya lagi, "Yanghiante, agaknya kau masih merasa sakit hati karena sandiwara menjengkelkan yang kulakukan terhadapmu kemarin,
bukan...." memang, lohu merasa pula bahwa lohu agak
keterlaluan memperlakukan Yang-hiante.... Lohu benar-benar menyesal sekarang, maukah Yang-hiante memaafkanku.....?"
Yang Kun tetap berdiri di dekat kursinya. Ia memang masih
merasa mendongkol terhadap perlakukan kakek tua itu
kepadanya. Kakek itu telah mempermainkan dia seenaknya,
padahal ia merasa belum pernah berlaku tidak pantas
terhadap kakek itu sebelumnya.
"Locianpwe, kurasa kita memang belum pernah saling
mengenal sebelumnya. Oleh karena itu kurasa pula siauw-te
belum pernah berbuat salah terhadap locianpwe. Tapi
mengapa locianpwe begitu tega mempermainkan diriku
sedemikian rupa" Locianpwe....untunglah aku masih ingat
akan budi yang locianpwe berikan kepada saya, kalau
tidak......hm, jangan dikira Yang Kun silau oleh nama
seseorang yang setinggi langit!" pemuda itu menggeram
menahan marah. Toat-beng jin merasa kaget bukan main. Sungguh tak ia
sangka sama sekali bahwa pemuda itu menjadi marah
sedemikian rupa. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Yang hiante, maafkanlah lohu.....! marilah ! silahkan
duduk, akan kujelaskan kepadamu semuanya.....! Setelah itu, kau boleh menimbang-nimbang, apakah perbuatanku itu kau
nilai keterlaluan atau tidak....."
"Hmmm......" Tak enak juga hati Yang Kun untuk tidak menuruti
permintaan kakek itu. Bagaimanapun juga ia telah berhutang nyawa kepadanya, "Nah, sekarang lo-hu akan bercerita....."
kakek itu mulai dengan penuturannya, begitu Yang Kun telah mau duduk kembali di atas kursinya.
Dalam Aliran Im yang kauw selain para pengikutnya belajar
tentang keagamaan dan ilmu silat, mereka juga ada yang
belajar tentang ilmu meramal dan ilmu perbintangan, sebuah ilmu yang agak berbau kebatinan, yang sejak dahulu secara
turun-temurun diwariskan oleh pendiri Aliran im-yang kauw
kepada anak muridnya yang berbakat.
Dan untuk waktu sekarang, anak murid Im yang Kauw
yang paling berbakat serta paling berhasil dalam mendalami ilmu tersebut adalah Toat-beng jin. ltulah sebabnya, mengapa Tong Ciak tadi mengatakan bahwa jika dipandang dari
berbagai sudut, ilmu kepandaiannya masih sangat jauh
apabila dibandingkan dengan kepandaian Toat beng Jin yang
beraneka macam itu. Beberapa bulan yang lalu, berkali kali dalam setiap
semadinya Toat-beng jin memperoleh isyarat bahwa pada
suatu saat di dunia persilatan akan muncul seorang pemuda
berkepandaian tinggi, tapi sangat berbahaya dan tidak boleh terlalu didekati. Meskipun demikian dalam isyarat tersebut juga ditunjukkan bahwa pemuda itu juga pada hari tuanya
mempunyai "peruntungan baik" dalam dunia keagamaan.
Isyarat-isyarat tersebut oleh Toat-beng jin dikatakan
kepada para pimpinan Im-yang kauw, termasuk pula kepada
Tong Ciak Cu-si. Dan oleh para pimpinan itu diputuskan untuk Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sedapat-dapatnya mencari pemuda tersebut, dan kalau bisa
agar membujuknya sekalian supaya menjadi penganut Imyang kauw. Tujuannya adalah agar supaya hari depan aliran
mereka menjadi besar dan terpandang karena ikut terangkat
oleh "nasib peruntungan baik" (hok-kie) pemuda itu.
Dengan keyakinan seperti itulah akhirnya satu bulan yang
lalu Toat-beng jin mulai berkelana di dunia kang-ouw untuk mencari pemuda yang tersirat dalam isyarat yang diterimanya itu. Karena kepandaiannya dalam membaca isyarat dan
ramalan yang ia terima setiap waktu, maka dengan mudah
Toat-beng jin menemukan Yang Kun, yaitu pemuda yang
dimaksudkan dalam isyarat tersebut.
Oleh karena itu, pada pertemuan mereka yang pertama,
ketika Toat-beng jin tahu bahwa pemuda tersebut memakai
atau menyaru sebagai Toat-beng jin, dia tidak menjadi marah ataupun tersinggung sama sekali. Orang tua itu justru merasa senang bukan main dan setiap saat malah berusaha sekuat
tenaga agar pemuda tersebut menyukai dan memakai terus
nama dan gelar itu. Orang tua itu rela dan ikhlas nama serta gelarnya dipakai oleh pemuda tersebut, sebab ia yakin dengan jalan itu Yang Kun akan menjadi tertarik dan kemungkinan
besar akan terus menyukai Im-yang kauw.
Demikianlah, orang tua itu berceritera dengan terus terang dan apa adanya. Kakek itu tak ingin ada ganjalan barang
secuilpun diantara mereka, yang mungkin dapat menjadi bibit pertentangan di kemudian hari.


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sementara itu bagi Yang Kun cerita yang diuraikan oleh
Toat-beng jin tersebut ternyata dapat mendinginkan hatinya yang terbakar. Sebagian besar dari perasaan dongkolnya telah larut oleh kenyataan bahwa semua tingkah laku kakek itu
bukan disebabkan oleh maksud-maksud jahatnya, tapi oleh
karena besarnya rasa pengabdian kakek itu terhadap
agamanya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Oleh karena itu ketika melihat kakek itu memandang
kepadanya seakan minta pertimbangan, Yang Kun
mengangguk sambil menarik napas panjang. "Baiklah, lo
cianpwe..... Kukira semuanya telah terjadi dan kita tak perlu menarik panjang urusan itu sehingga menjadi berlarut-larut.
Sudahlah, kita putus sekian saja !" katanya menegaskan.
Kemudian sambil beranjak dari kursinya pemuda itu
meneruskan, "Sekarang siauw-te benar-benar mau memohon
diri......." "Eeeee...... nanti dulu! Yang hiante, kau?"?" Kakek itu segera menahan lengan Yang Kun dan mendudukkan kembali
di kursinya. Kemudian katanya dengan nada yang dalam, "Yan hiante, lohu percaya kalau engkau sudah memaafkan
perbuatanku yang keterlaluan itu. Tapi... lo-hu juga masih melihat bahwa hatimu masih juga merasa terluka oleh
peristiwa tersebut, sehingga meskipun engkau sudah tidak
akan menarik panjang urusan ini, tapi engkaupun sudah tak
ingin berhubungan lagi dengan kami "."
Yang Kun menatap Toat beng jin beberapa saat. Tampak
betapa menyesalnya orang tua itu terhadap peristiwa yang
telah terjadi. Tapi memang sebenarnyalah bahwa Yang Kun
sudah tidak ingin lagi berada di antara para penganut Im
yang-kauw itu. Bukannya ia masih mendendam terhadap
mereka, tetapi karena ia ingin lekas-lekas menyelesaikan
urusannya sendiri. Ia tidak ingin terlibat secara
berkepanjangan dengan urusan-urusan mereka. Oleh karena
itu untuk menenangkan hati Toat-beng jin, Yang Kun menjura sambil berusaha menampilkan sebuah senyuman di bibirnya.
"Locianpwe, janganlah berpikir yang bukan-bukan.
Sesungguhnyalah bahwa semuanya telah siauw te lupakan.
Sungguh ! Hanya karena siauw-te mempunyai urusan yang
tidak boleh ditunda-tunda lagi maka siauw-te terpaksa harus cepat-cepat meninggalkan tempat ini."
"Tapi engkau masih terluka".."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jangan khawatir ! Aku sudah tidak merasakannya lagi
sekarang...." pemuda itu menukas dengan cepat, biarpun rasa pedih itu masih terasa juga.
Dengan langkah yang tegap Yang Kun keluar dari tempat
itu, meninggalkan Toat beng-jin termangu-mangu sendiri.
Kakek yang telah kenyang memakan garam kehidupan itu
masih melihat betapa pemuda itu meringis menahan sakit,
biarpun hanya sekilas saja.
"Pemuda yang keras hati!" orang tua itu berkata di dalam hatinya. "Dia........aku telah gagal menarik dirinya."
Matahari benar-benar telah menumpahkan seluruh sinarnya
ke halaman kuil yang luas itu. Beberapa orang tampak
menyiapkan sesuatu untuk upacara keagamaan yang hendak
dilakukan setiap pagi hari. Sementara di ruangan samping
tampak belasan penganut Im-yang-kauw bersembahyang
bersama di depan peti jenasah.
Yang Kun tidak ingin menarik perhatian orang-orang itu,
maka ia melangkah menyusuri lorong di depan kamarnya ke
arah kiri untuk mencapai pintu yang menuju ke halaman
samping. Dari sana Yang Kun berjalan ke halaman depan
melalui jalan setapak yang dibuat di antara tanaman bunga, yang semalam telah ia lalui ketika menikmati keindahan alam itu.
Tapi ketika melalui jalan dimana patung orang tua bersuling itu didirikan, Yang Kun dikagetkan oleh suara orang yang
Kisah Si Rase Terbang 12 Kitab Ilmu Silat Kupu Kupu Hitam Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira Pendekar Latah 19

Cari Blog Ini