Ceritasilat Novel Online

Jejak Di Balik Kabut 2

Jejak Di Balik Kabut Karya S H Mintardja Bagian 2


mencurigaimu jika dirumah ini terdapat beberapa orang
seperti sekarang ini?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak. Menurut pengertian mereka, aku adalah seorang
saudagar perhiasan, permata dan wesi aji, sehingga dengan
demikian maka mereka tidak pernah menaruh perhatian
terhadap tamu-tamuku yang mereka anggap kawan
berdagang atau bahkan pembantu-pembantuku dalam
perdagangan ini." Kebo Lorog mengangguk-angguk.
Sebenarnyalah orang-orang yang bekerja dirumah Ki
Putuhu sama sekali tidak menghiraukan apa saja yang pernah
dilakukan oleh Ki Putuhu. Meskipun ada diantara mereka yang
sekali-sekali diganggu oleh pertanyaan dari-mana datangnya
kekayaan Ki Putuhu, namun mereka berusaha untuk
melupakannya. Mereka memang mencoba untuk meyakini
bahwa Ki Putuhu adalah seorang saudagar perhiasan, permata
dan wesi aji, meskipun Ki Putuhu nampaknya tidak benarbenar sibuk dengan kerja itu. Mereka juga tidak menghiraukan
apakah banyak orang yang berdatangan di rumah Ki Putuhu.
Yang penting mereka bekerja dirumah itu dengan upah yang
memadai. Hari itu, Kebo Lorog dan seorang kawannya akan bermalam
dirumah Ki Putuhu, Seorang yang mengendalikan para
pengikut Kebo Lorog yang ada dilingkungannya. Namun yang
oleh tetangga-tetangganya dianggap seorang yang baik,
dermawan dan rendah hati.
Menjelang malam, Kebo Lorog dan kawannya bersama Ki
Putuhu sempat melihat persiapan keramaian merti desa yang
akan diselengarakan esok malam.
"Nampaknya mereka bersungguh-sungguh" berkata Kebo
Lorog. "Tayub" sahut Ki Putuhu "dengan menyelenggarakan tari
tayub sebagai pernyataan terima kasih atas keberhasilan
panen mereka kepada Dewi Padi, mereka berharap bahwa
pada kesempatan lain, panen mereka akan semakin baik"
Kebo Lorog itu mengangguk-angguk. Tetapi sebenarnyalah
bahwa ia merasa heran, kenapa orang-orang padukuhan itu
masih juga berani menyelenggarakan keramaian jika untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
beberapa lama selalu dibayangi ketakutan karena hantu
keranda itu. Hampir diluar sadarnya ia berkata "Ternyata hantu-hatuan
kalian tidak berhasil menakut-nakuti orang padukuhan itu."
"Selama ini padukuhan itu menjadi sepi, kakang. Bukan
hanya padukuhan itu, tetapi beberapa padukuhan yang lain.
Aku tidak tahu, apakah demikian kuatnya dorongang naluri
mereka untuk menyelenggarakan keramaian itu sehingga
mengatasi perasaan takut mereka. Tetapi besok kita akan
membuktikan, bahwa mereka akan menjadi ketakutan."
Kebo Lorog mengangguk-angguk. Sebenarnyalah bahwa
baginya tidak menjadi terlalu penting, apakah nereka menjadi
ketakutan atau tidak. Yang menjadi perhatian utamanya
adalah justru keberhasilan kerja para pengikutnya di
lingkungan itu. Karena itu, maka Kebo Lorogpun tidak memperhatikan
persiapan keramaian itu lebih lama lagi. Ia menjadi tertarik
untuk melihat-lihat padukuhan-padukuhan yang lain
disekitarnya. Lewat tengah malam, mereka telah berada di rumah Ki
Putuhu kembali. Kebo Lorog dan kawannya yang sudah
merasa letih itupun segera dipersilahkan beristirahat.
Dihari berikutnya, mereka lebih banyak berada dirumah.
Duduk-duduk sambil berbincang. Bersama beberapa orang
pengikutnya yang hari itu ada dirumah Ki Putuhu, mereka
tengah merencanakan niat Kebo Lorog untuk melihat harta
benda yang disembunyikan di kuburan.
"Aku tidak akan mengganggu milik kalian selain yang
memang sudah kalian siapkan untuk kalian berikan kepadaku.
Yang lain itu hak kalian." berkata Kebo Lorog
Ki Putuhu mengangguk-angguk. Katanya "Kita sudah
memisahkan yang terbaik yang akan kami serahkan
kepadamu, Kakang." "Aku juga tidak akan menyebutkan, apa yang aku inginkan
dari barang-barang yang kalian simpan itu. Terserahlah
kepada kalian berkata Kebo Lorog itu pula.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Setelah kita bermain-main dengan hantu-hantuan itu, kita
akan ke kuburan." "Persetan dengan keramaian itu," desis Kebo Lorog.
Ki Putuhu mengerutkan dahinya Tetapi ia tidak menjawab.
Permainan yang akan menjadi salah satu tontonan yang
menarik itu ternyata tidak dianggap penting oleh Kebo Lorog.
"Tetapi ia akan senang melihatnya" berkata Ki Putuhu
didalam hatinya. Dalam pada itu, dua orang pengikut Kebo Lorog telah
memeritahukan, bahwa gamelan telah diletakkan dibawah
tratag yang dibuat di tengah sawah itu. Mereka tidak lagi
merasa ragu, bahwa keramaian itu akan berlangsung siang
hari. "Keramaian itu tentu akan diselenggarakan seperti
biasanya, dimalam hari" berkata salah seorang dari keduanya.
Ki Putuhu tersenyum. Katanya "Aku sedikit curiga, bahwa
untuk mengatasi rasa takut mereka akan menyelenggarakan
keramaian disiang hari."
"Tetapi tayub dan upacara terima kasih itu biasanya
memang dilakukan di malam hari. Pada saat kegelapan
menyelimuti bulak sawah yang luas itu, karena kegelapan
merupakan bagian dari upacara itu sendiri." berkata sajah
seorang dari antara mereka.
Kebo Lorog hanya mengangguk-angguk saja.Tetapi ia tidak
menanggapinya. Demikianlah. semakin rendah matahari, maka disekitar
tempat keramaian itu memang menjadi semakin banyak
dikunjungi orang. -ooo00dw00ooo- Jilid 2 ANAK-ANAK berlari-larian disekitar tralag. Beberapa orang
sudah mulai berjualan makanan dan minuman untuk anakanak. Tetapi mereka tidak membawa dagangan sebanyak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
biasanya jika ada keramaian, karena bagaimanapun juga
mereka masih selalu dibayangi oleh ketakutan. Ceritera
Iceranda yang dapat berjalan sendiri itu tidak dapat mereka
lupakan begitu saja. Ketika senja turun, maka beberapa buah oncor mulai
dipasang. Tratag itupun menjadi terang benderang. Tetapi
cahaya oncor itu hanya dapat menggapai sebatas pematang
sekotak sawah. Selebihnya bulak itu tetap gelap.
Meskipun Ki Jagabaya dan Ki Bekel sudah mengatakan
kepada seisi padukuhan bahwa keranda hantu itu tidak lebih
dari sebuah dongeng, namun pengaruhnya masih tetap
terasa.Yang kemudian datang ketempat keramaian itu tidak
sebanyak keramaian yang sebelumnya, pernah diadakan.
Tayub bukan saja sekedar hiburan, tetapi merupakan bagian
dari upacara merti desa. Merupakan bagian dari ucapan terima
kasih atas keberhasilan panen dimusim tanam yang lewat,
serta mohon keberhasilan yang lebih besar lagi dimusim
tanam mendatang. Ketika kemudian malam menjadi semakin dalam, maka
anak-anak pun mulai menjadi letih. Sebagian besar dari
mereka telah diajak pulang setelah membeli gelali atau kacang
rebus dan berondong. Tetapi sebagian yang lain tetap saja
tidak mau pulang, karena mereka ingin melihat tari tayub.
Remaja yang sudah mendekati masa dewasanya, ternyata
ingin melihat para penari tayub itu menari bersama beberapa
orang laki-laki. Jika malam bertambah malam, maka beberapa
orang laki-laki mulai menjadi mabuk karena mereka terlalu
banyak minum tuak. Dengan demikian tayubnya itupun
menjadi semakin panas. Tetapi keramaian itu memang tidak seriuh biasanya. Lakilaki yang mengerumuni tratag dan berebut untuk dapat ikut
menari tidak sebanyak keramaian tahun sebelumnya.
Perempuan perempuanpun masih harus berpikir tentang
keranda yang berjalan sendiri itu.
Meskipun demikian, sekelompok perempuan, laki-laki dan
remaja masih cukup banyak yang ikut meramaikan itu. Bahkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang-orang dari padukuhan yang lain-pun telah berdatangan
pula. Meskipun dihari-hari yang lain mereka dibyangi oleh
ketakutan, tetapi mereka merasa lebih tenang, karena mereka
berada diantra banyak orang.
" Hantu tidak akan datang ketempat keramaian " berkata
orang-orang yang datang dari padukuhan lain ke keramaian
itu. Selama mereka bergembira, mereka tidak mau memikirkan
kemungkinan yang dapat terjadi nanti jika mereka pulang.
Bahkan beberapa orang anak muda telah siap untuk tidur
ditempat keramaian itu diadakan.
Namun sedikit lewat tengah malam, di kejauhan terdengar
suara burung kedasih yang ngelangut. Orang-orang yang
masih sibuk dengan tayub, tidak segera mendengar suara
burung kedasih itu. Suara gamelan dengan gending-gending
yang panas menggelitik telah menyumbat telinga mereka.
Tetapi mereka yang kelelahan, yang duduk-duduk
dipematang sawah sambil menghirup wedang jae yang hangat
untuk mengatasi dinginnya malam, mendengar suara burung
kedasih yang bersahut-sahutan di kejauhan.
" Suara burung itu " desis seorang anak muda yang datang
dari padukuhan sebelah sambil mengunyah serabi.
" Kau mulai ketakutan" " bertanya kawannya.
Tetapi anak muda itu tertawa. Katanya " Aku hanya
mengatakan tentang suara burung itu. Apakah begini banyak
kawannya kita dapat menjadi ketakutan" "
Kawannya juga tertawa. Namun suara burung kedasih itu tidak segera berhenti.
Masih saja terdengar berkepanjangan. Jika terdengar angin
gemerisik menggoyang daun pohon turi yang tumbuh
dipematang, maka suara itu bagaikan hanyut terbang
mengambang diudara. Anak muda yang duduk dipematang itu mulai tergelitik oleh
suara itu. Mereka yang mentertawakannya, mulai menjadi
gelisah pula. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi seorang anak muda yang bertubuh agak gemuk
justru bangkit berdiri sambil tertawa " Siapa mulai menjadi
ketakutan" " Tidak seorangpun yang menjawab. Namun anak muda
yang agak gemuk itu berkata " Aku akan menari lagi. Yang
terdengar tentu hanya suara gamelan. Suara burung malam
itu tidak akan terdengar lagi. "
Tetapi sebelum anak muda itu beranjak dari tempatnya,
anak ini terhenti. Yang terdengar bukan saja suara burung
kedasih. Tetapi di kejauhan juga terdengar suara burung
bence. Anak muda yang agak gemuk itu cepat-cepat mendekati
tratag. Suara gamelan memang mengatasi suara burung
kedasih dan burung bence itu.
Sejenak kemudian, seorang laki-laki berkumis lebat yang
menari bersama seorang penari tayub yang tinggi semampai
mulai goyah oleh tuak yang membuatnya agak mabuk. Tetapi
ia mulai menjadi kasar. Tangannya yang ditumbuhi bulu-bulu
lebat mulai menarik-narik penari tayub itu.
Tetapi ketika penari itu mendorongnya, maka iapun
terhuyung-huyung. Sulit baginya untuk mempertahankan
keseimbangannya. Ketika tertatih-tatih ia bangkit, ternyata anak muda yang
agak gemuk itu telah menarik tangan penari itu kesisi yang
lain. Suara gamelan yang panas, mendorong mereka untuk
menarikan tarian yang panas pula.
Orang berkumis tebal dalam setengah sadar, menjadi
marah. Sambil mengumpat-umpat ia melangkah gontai
mencari penari pasangannya yang telah hilang itu. Tetapi
matanya sudah menjadi kabur. Ia tidak dapat lagi
membedakan penari yang satu dengan yang lain.
Namun dalam pada itu, orang-orang yang duduk agak jauh
dari tratag itu semakin gelisah. Suara burung kedasih yang
ngelangut itu masih terdengar berbaur dengan suara burung
bence yang terdengar dari arah yang berpindah-pindah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba saja bulu-bulu tengkuk mereka meremang ketika
terdengar angin yang tertiup lebih kencang dari arah Selatan.
Malam terasa menjadi semakin dingin. Titik-titik embun
terasa membasahi tubuh. Ketika seekor kelelawar yang besar memburu mangsanya
yang terbang merendah, seorang anak muda yang hampir
saja tersambar, meloncat bediri.
Beberapa orang kawannya terkejut. Seorang diantara
mereka bertanya " Ada apa" "
" Kelelawar itu besar sekali. Apakah itu kelelawar
sesungguhnya atau bukan. "
" Ah, kau mulai mengigau. Lihat di wajah langit. Ada
beberapa ratus kelelawar yang berterbangan. Nanti, jika fajar
mulai menyingsing, kelelawar itu akan kembali ke sarangnya.
Anak muda yang berdiri itu memandang ke langit.
Dilihatnya kelelawar berterbangan. Angin basah yang bertiup
membuat seluruh wajah kulitnya meremang.
Namun tiba-tiba saja anak muda itu melihat sesuatu. Tidak
begitu jelas. Di kejauhan ia melihat sesuatu yang bergerak.
Tiba-tiba saja wajahnya menjadi pucat. Tubuhnya gemetar.
Dengan gagap ia mencoba untuk menjelaskan sesuatu kepada
kawan-kawannya. Tetapi ternyata apa yang meloncat dari
mulutnya tidak begitu jelas terdengar.
" Apa. Ada apa" " kawannya bertanya.
Mata anak muda itu bagaikan akan meloncat dari
pelupuknya. Namun akhirnya ia dapat menunjuk sambil
berkata tanpa arti " Uh, itu, uh, uh. "
Beberapa orang kawannya serentak berpaling. Darah
mereka tersirap sampai kekepala. Merekapun melihat sesuatu


Jejak Di Balik Kabut Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang bergerak. Putih. Anak-anak muda itu menjadi pucat. Mereka benui benar
telah melihat keranda yang seperti terbang dikejauh-an. Tidak
begitu cepat. Beberapa orang yang ketakutan itu mulai bergeser serentak
mendekati tratag. Bahkan satu dua orang menunjuk kearah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keranda yang berjalan sendiri itu dengan mengucapkan katakata yang tidak jelas. Sikap itu ternyata menarik perhatian. Beberapa orang yang
ada disekitar tratag itupun mulai memperhatikan ke kejauhan,
menembus keremangan malam.
Sebenarnyalah, dalam kegelapan, nampak keranda yang
terbang melintas. Tidak mengarah ke tempat keramaian.
Namun ketakutan tiba-tiba telah mencengkam mereka yang
berada disekitar tempat keramaian itu.
Keadaanpun menjadi sulit dikendalikan. Orang-orang mulai
berlari-lari menuju ke padukuhan. Bahkan para penari dan
para penabuh gamelanpun berlari-larian pula meskipun
mereka belum melihat keranda yang berjalan sendiri itu,
karena cahaya lampu yang rerang benderang di sekitar tratag
itu membuat mata mereka menjadi silau
Ki Bekel sudah menduga, bahwa hal seperti itu akan
terjadi. Tetapi Ki Bekel memang sudah bersiap. Karena itu,
demikian tempat itu ditinggalkan oleh orang-orang yang
sedang merayakan keramaian itu, maka beberapa orang anak
muda yang memang sudah dipersiapan segera bersiap
mengamankan segala macam barang yang tertinggal ditempat
itu. Gamelan dan juga sisa dagangan dari orangorang yang berjualan disekitar tempat keramaian itu. Ki Bekel yang ada diantara mereka memperhatikan keranda yang berjalan itu dari kegelapan. Sebagaimana beberapa orang anak muda, maka Ki Bekelpun telah memakai pakaian serba hitam sehingga Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak mudah terlihat dari tempat yang agak jauh.
Tetapi keranda itu berjalan terus menuju ke kuburan.
Dalam pada itu, Ki Pituhu dan Kebo Lorog bersama dua orang
pengikutnya, menyaksikan pertunjukan itu dari kejauhan.
Mereka melihat bagaimana orang-orang padukuhan itu berlarilarian sebagaimana mereka duga sebelumnya.
Ki Pituhu dan kedua orang pengikutnya tertawa tertahan
menyaksikan tontonan itu. Sementara Kebo Lorog-pun
tersenyum pula. Bagi Kebo Lorog tontonan itu memang
merupakan tontonan yang lucu. Sekian banyak orang disekitar
tratag itu menjadi ketakutan melihat keranda yang mereka
percaya dapat terbang sendiri.
" Pengecut " desis Kebo Lorog. Lalu katanya " Rasa-rasanya
aku ingin membunuh pengecut-pengecut yang hanya
memenuhi jagad tanpa arti seperti orang-orang padukuhan
itu. Aku kira membantai mereka yang sedang ketakutan itu
akan dapat mendapat kepuasan tersendiri.
Wajah Ki Pituhu tiba-tiba menjadi tegang. Namun Kebo
Lorog itu berkata " Jangan cemas. Aku tidak ingin
melakukannya sekarang. Yang ingin aku lakukan sekarang
adalah melihat benda-benda yang telah kalian kumpulkan itu.
" " Baiklah kakang sahut Ki Pituhu " kita akan segera
melihatnya. Yang terjadi di tempat keramaian itu hanyalah
sekedar tontonan yang barangkali menarik bagi kakang Kebo
Lorog. " " Aku senang melihat tontonan itu. " jawab Kebo Lorog.
Demikianlah, maka Ki Pituhu itu telah membawa Kebo
Lorog ke kuburan. Mereka melintasi pematang yang tidak
terlalu dekat dengan tempat keramaian yang masih nampak
terang benderang. Tetapi sudah tidak ada seorangpun yang
nampak dibawah cahaya lampu dan oncor.
Ketika Ki Pituhu dan Kebo Lorog bersama dua orang
pengikutnya pergi ke kuburan, maka keranda itu sudah berada
di kuburan. Tetapi saat itu keranda itu memang kosong,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
karena para pengikut Kebo Lorog tidak sedang memindahkan
barang-barang simpanan mereka ke kuburan itu.
Dalam pada itu, beberapa orang yang sejak malam turun
telah ditugaskan di kuburan untuk menggali beberapa lubang
tempat menyimpan barang-barang yang berhasil mereka
kumpulkan itu telah selesai. Didalam lubang itu terdapat
beberapa peti barang-barang yang berharga, yang telah
mereka rampok dari orang-orang kaya yang tinggal di
beberapa Kademangan, justru bukan Kademangan mereka
sendiri. Ketika Kebo Lorog sampai ketempat itu bersama Ki Pituhu,
maka orang orang yang mengerumuni lubang tempat barangbarang itu disimpan telah menyibak.
Malam dikuburan itu rasa-rasanya menjadi terlalu gelap.
Tetapi ketajaman mata Kebo Lorog dapat melihat, apa yang
terdapat didalam peti-peti di lubang-lubang penyimpanan itu.
Apalagi ketika kemudian ia meloncat turun dan meraba
barang-barang itu. Maka sambil mengangguk-angguk Kebo
Lorog itu berkata " Kalian memang pantas mendapat pujian. "
" Terima kasih, kakang " sahut Ki Pituhu. Lalu katanya pula
" Kami sudah menyisihkan sesuatu yang terbaik buat kakang.
" " Yang mana" " bertanya Kebo I orog.
" Di peti yang kecil itu " jawab Ki Pituhu
Kebo Lorog sudah membuka dan melihat isi peti itu. Tetapi
ketika Ki Pituhu mengatakan bahwa peti itu diperuntukkan
baginya, maka Kebo Lorog ingin melihatnya sekali lagi.
Kebo Lorog mengangguk-angguk ketika ia melihat sebilah
keris dengan pendok emas serta tretes berlian. Demikian pula
pada ukiran keris itu, Meskipun malam gelap, tetapi malu Kebo
Lorog melihat kilauan cahaya permata yang melekat pada
keris itu. Kebo Loiogpnn kemudian telah menarik keris itu dari
wrangkanya. Dalam kegelapan keris itu seakan-akan
memancarkan cahaya kemerah-merahan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kebo Lorog tidak melihat dengan jelas pamor keris yang
dipegangnya. Namun secara samar ia menduga bahwa keris
itu memiliki pamor yang banyak dicari orang.
" Sekar Manggar " desis Kebo Lorog.
" Tepat " jawab Ki Pituhu " kakang dapat melihat pamor
keris itu dalam kegelapan" "
" Aku terbiasa bermain-main dengan keris " jawab Kebo
Lorog. Keris yang aku bawa ini adalah keris yang juga banyak
dicari orang." " Bukankah keris itu memang milik kakang sejak semula" "
" Ya. Keris yang aku bawa ini tidak dihiasi dengan permata
sebagaimana keris yang kalian berikan ini. Tetapi keris yang
aku bawa ini seakan-akan tidak pernah terpisah dari tubuhku.
" " Apakah keris itu bertuah" " bertanya Ki Pituhu.
" Kerisku ini memang bukan keris dengan pamor Teja
Bungkus ini membuat ayahku berwibawa sebagai seorang
pemimpin. Ia juga disayangi oleh para pengikutnya disamping
ayahku adalah seorang yang berilmu tinggi."
Ki Pituhu mengangguk-angguk. Dengan nada rendah, Ki
Pituhu berkata " Keris yang baru itu akan melengkapi
kumpulan keris dirumah kakang. Bukankah kakang
mempunyai lebih dari dua belas buah keris" "
" Aku memang senang mengumpulkan dan menyimpan
keris. Karena itu, terima kasih atas keris yang kalian berikan kepadaku ini. "
" Masih ada dua buah keris lagi yang dapat kami
kumpulkan, tetapi bukan keris yang baik. Juga tidak dilengkapi dengan hiasan yang memadai " berkata Ki Pituhu kemudian.
" Ambillah " berkata Kebo Lorog. Tetapi kemudian Kebo
Lorog itu berkata pula " tetapi aku ingin berpesan kepada
kalian, jika kalian menemukan sebuah cincin yang bermata
tiga buah batu akik, maka aku memerlukannya. "
" Cincin dengan mata tiga buah batu akik" " bertanya Ki
Pituhu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
" Bukankah hal itu tidak biasa" Biasanya sebuah cincin
hanya mempunyai sebuah mata batu akik. Berbeda dengan
cincin yang memakai hiasan intan, berlian, atau mutiara. "
" Ya. Tetapi ini lain. Cincin emas yang mempunyai mata
tiga buah batu akik. "
" Apa saja jenis batu akik itu, kakang" " bertanya Ki Pituhu
" atau barangkali warna batu akik itu" "
Kebo Lorog termangu-mangu sejenak. Namun kemudian ia
menggelengkan kepalanya sambil menjawab " Aku belum
tahu. Tetapi dalam waktu dekat aku akan segera
mengetahuinya. " " Baiklah kakang. Jika kami menjumpai cincin bermata tiga
buah batu akik, maka cincin itu akan kami serahkan kepada
kakang. " " Terima kasih " Kebo Lorog mengangguk-angguk. Namun
tiba-tiba saja, Kebo Lorog itu menjadi tegang. Diangkatnya
wajahnya sambil berdesis perlahan " Ada sesuatu yang tidak
wajar disini. " " Maksud kakang" "
" Ada orang lain. " jawab Kebo Lorog.
" Maksud kakang" "
" Siapkan orang-orangmu. Timbun kembali barang-barang
ini," perintah Kebo Lorog sambil menyelipkan keris yang
diperuntukkan baginya itu dipinggangnya.
Ki Pituhu masih belum tanggap akan keadaan. Tetapi ia
memang sudah memerintahkan kepada orang-orang yang
bertugas menggalinya. " Timbun kembali barang-barang itu. "
Orang-orang itupun dengan cepat menimbun kembali
lubang-lubang yang telah digalinya setelah Kebo Lorog
meloncat naik. Demikian ia berdiri disebelah Ki Pituhu, maka
iapun berkata "Beberapa orang ada disekitar kita. Nah, ini juga akan menjadi tontonan yang menarik. "
" Aku tidak mengerti. "
" Aku sudah terlanjur memuji kalian. Tetapi keramaian itu
tentu hanya sebuah jebakan. Bukan kita yang menjebak
mereka, tetapi kitalah yang terjebak. "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
" Maksud kakang" "
" Kau memang dungu. Kuburan ini sudah dikepung.
Permainan kalian dengan keranda terbang yang kalian kira
ditakuti orang itu ternyata telah ditertawakan banyak orang. "
" Tetapi kakang melihat sendiri, bagaimana orang-orang itu
berlari-larian, bahkan saling bertubrukan. Anak-anak menangis
ketakutan dan bahkan dagangan yang masih belum terjual
telah ditinggalkan. "
" Tontonan yang telah dipersiapkan dengan baik oleh
orang-orang padukuhan itu. Dan sekarang orang-orang
padukuhan itu telah mempersiapkan tontonan yang lain di
kuburan ini. " Ki Pituhu termangu-mangu sejenak. Namun iapun
kemudian telah memusatkan perhatiannya pada keadaan
disekelilingnya. Meskipun panggraita Ki Pituhu tidak setajam Kebo Lorog,
namun Ki Pituhupun akhirnya mengetahui juga, bahwa
kuburan itu memang sudah dikepung. Beberapa orang mampu
mendekat tanpa menimbulkan bunyi gemerisik. Tetapi anakanak muda padukuhan yang tidak memiliki landasan ilmu yang
cukup itu tidak dapat meredam sentuhan kakinya dengan
dedaunan kering yang bertebaran disekitar kuburan. Daun
pohon kamboja dan daun sebatang pohon preh yang besar
yang tumbuh di pinggir kuburan itu.
" Setan orang-orang padukuhan " geram Ki Pituhu " mereka
datang untuk menyerahkan nyawa mereka. "
" Apapun yang akan terjadi, tetapi ternyata bahwa mereka
sudah mengetahui permainanmu. Mereka tahu bahwa
kerandamu tidak menakutkan mereka, bahkan justru telah
menjadi olok-olok yang memalukan. "
" Tidak " sahut Ki Pituhu " tentu ada yang berkhianat
diantara orang-orang kita. Pada saatnya kita akan
mengetahuinya. Tetapi sekarang, kita akan membabat mereka
seperti membabat batang ilalang. " suara Ki Pituhu itupun
meninggi " keinginan kakang Kebo Lorog akan terlaksana.
Bukankah kakang ingin membantai mereka" "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kebo Lorogpun menggeram. Sementara itu, orang-orang
yang menimbun barang-barang hasil kejahatan yang
disembunyikan itu sudah hampir selesai.
Namun dalam pada itu, orang-orang padukuhan memang
telah mengepung kuburan itu. Ki Bekel yang semula berada
ditempat keramaian bersama beberapa orang anak muda yang
berpakaian serba hitam, telah berada di tempat itu pula.
Dalam ketegangan yang mencengkam, terdengar suara
Adeg Panatas menggetarkan udara malam yang dingin " Kebo
Lorog. Kau tidak mempunyai kesempatan lagi. Menyerahlah.
Kau dan orang-orangmu sudah dikepung. "
" Siapa yang telah mencoba untuk membunuh diri disini" "
geram Kebo Lorog. " Aku datang bersama banyak orang. Jauh lebih banyak
dari orang-orangmu. "
" Jika kau ingin membunuh diri, jangan kau bawa orangorang yang tidak bersalah. Biarlah mereka pergi sebelum
mereka terbujur mati di kuburan ini. "
" Kami datang untuk menangkapmu. Menghentikan
petualanganmu. Namamu yang menakutkan itu harus berakhir
disini. " " Katakan, siapa kau. Kenapa kau datang dan memperalat
orang-orang padukuhan yang dungu itu" Mereka tidak tahu
apa yang mereka lakukan dan dengan siapa mereka
berhadapan. " " Kami sadar sepenuhnya terhadap tugas kami kali ini.
Selama ini kami dengan hati-hati mengamati permainan
keranda terbangmu yang menarik itu. Orang-orang beberapa


Jejak Di Balik Kabut Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

padukuhan yang lain telah benar-benar dicengkam ketakutan.
Karena itu, sudah waktunya permainan kasarmu itu
dihentikan. " " Siapa kau" " teriak Kebo Lorog. Suaranya menggeletar
mengguncang dedaunan. Gemanya terdengar susul-menyusul
bersahut-sahutan. Jantung orang-orang padukuhan yang mengepung kuburan
itu telah tergetar pula. Teriakan Kebo Lorog itu terdengar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seperti panggilan maut dari lubang-lubang kubur yang
bertebaran di kuburan itu.
Tetapi terdengar Adcg Punalas tertawa pendek. Katanya "
Kebo Lorog. Kau ingin menakut-nakuti kami" "
" Kau belum menjawab. Siapakah kau" "
" Namaku Adeg Panatas. Aku juga penghuni padukuhan itu.
Memang sudah agak lama aku pergi. Tetapi sekarang aku
sudah kembali. " " Kau memang berani. Kau sebut namamu yang tidak akan
pernah aku lupakan. "
" Kenanglah namaku. Jika kau sempat hidup untuk waktu
yang lebih panjang, aku berharap bahwa kita akan bertemu
lagi. " Kebo Lorog menggeram. Sementara Adeg Panatas berkata
selanjutnya " Kebo Lorog. Kenapa kau tidak
mempertimbangkan kemungkinan yang lebih baik" Menyerah,
misalnya. " " Anak iblis kau" Ki Pituhulah yang berteriak " kau harus
mati. Tetapi kau akan menjadi orang terakhir yang kami
bantai malam ini agar kau sempat melihat bagaimana
tetangga-tetanggamu mati sia sia di kuburun Ini. "
Adeg Panatas tertegun sejenak ketika ia mendengar suara
yang lain. Tetapi Adeg Panatas yakin, bahwa orang pertama
itulah yang bernama Kebo Lorog.
" Siapa pula kau ini Ki Sanak" " bertanya Adeg Panatas.
" Persetan dengan pertanyaan itu. Tetapi bersiaplah. Aku
akan melumpuhkanmu dan memberi kesempatan kepadamu
melihat korban kesombonganmu itu. "
" Aku atau kau yang akan menyesali kejadian ini. "
" Cukup " bentak Kebo Lorog " Bersiaplah. Kami akan mulai
membantai orang-orang dungu itu."
Adeg Panataspun segera memberi isyarat kepada Ki
Jagabaya, agar para bebahu segera disiapkan. Mereka akan
menebar dan mempimpin kelompok-kelompok laki-laki dan
anak-anak muda dari padukuhan. Bahkan ada diantara mereka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bekas prajurit yang sudah terbiasa bermain dengan senjata
pula. Ki Jagabaya yang tanggap akan isyarat itupun segera
menghubungi para pebahu untuk segera mempersiapkan diri.
Diantara mereka yang mengepung kuburan itu adalah Paksi
Pamekas. Ia telah pernah berada diantara anak-anak muda
padukuhan yang telah dikenalnya dengan baik. Selama ia
berada di padukuhan itu dan selama Adeg Panalas
mempersiapkan perlawanan lerhadap Kebo Lorog, maka Paksi
sudah berada diantara anak-anak mudanya.
Tetapi Paksi sama sekali tidak menunjukkan kelebihannya.
Ia berusaha untuk berada pada tataran yang sejajar dengan
anak-anak muda padukhan itu.
Malam itu Paksi menjadi gelisah. Seorang diantara para
perampok itu sebelumnya telah menemuinya dan bahkan
berusaha untuk membunuhnya. Orang itu mengatakan
kepadanya, bahwa ia sudah mengetahui bahwa Paksi telah
melihat rahasia yang tersembunyi di kuburan ini. Tetapi
nampaknya para perampok itu masih juga melakukan
kesalahan, sehingga mereka telah terkepung oleh orang-orang
padukuhan. " Atau yang mereka lakukan itu justru sebuah jebakan" "
pertanyaan itu telah mengganggu perasaan Paksi. Jika benar
para perampok itu telah menjebak Ki Bekel dan Adeg Panatas
serta orang-orang padukuhan, maka keadaannya akan
menjadi sangat buruk, karena para perampok itu tidak lagi
dapat mengendalikan diri.
Paksi memang menyesal, kenapa ia tidak berterus-terang
bahwa seorang diantara para perampok itu telah menyadari
bahwa rahasia mereka telah diketahui.
Tetapi menilik sikap dan pembicaraan antara Adeg Panatas
dan Kebo Lorog, agaknya tidak tersirat, bahwa Kebo Lorog
telah mengetahui bahwa kemungkinan seperti itu akan terjadi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi Paksi tidak dapat sekedar berangan-angan.
Malam itu orang- orang padukuhan yang dipimpin langsung oleh Ki Bekel dan adiknya, Adeg Panatas telah berhadapan dengan para perampok yang seorang diantaranya adalah Kebo Lorog itu sendiri. Dalam pada itu maka Ki Jagabayapun telah memerintahkan para bebahu untuk
bergerak. Anak-anak muda yang berada disisi lain telah mulai
memasuki kuburan yang gelap. Mereka berjalan diantara batubatu nisan yang terbujur membekuk Beberapa ekor burung
malam yang terkejut berterbangan menggoyang dedaunan.
Kebo Lorogpun kemudian telah berteriak " Jika orang-orang
dungu itu habis kita bantai, bukan salah kita. Merekalah yang
datang menyerahkan leher mereka. Karena itu, jangan raguragu. " Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Perintah itu tidak perlu diulangi. Mereka sUdah merasa
terlalu lama menunggu. Darah mereka telah mendidih didalam
jantung. Apalagi mereka mengetahui bahwa orang-orang yang
mengepung kuburan itu sudah mulai bergerak masuk.
Jumlah para perampok itu memang tidak terlalu banyak.
Tetapi mereka adalah orang-orang yang garang yang sudah
terlalu akrab dengan senjata, darah dan kematian.
Sambil berloncatan, para perampok itu telah berteriakteriak dan mengumpat-umpat. Suaranya menggelepar
menggetarkan batu-batu nisan.
Jantung orang-orang padukuhan itu memang tergetar.
Teriakan-teriakan itu membuat mereka menjadi ngeri. Untuk
beberapa saat, beberapa orang anak muda justru bagaikan
telah membeku. Tetapi beberapa orang bekas prajurit yang ada diantara
mereka sama sekali tidak menjadi gentar. Meskipun mereka
telah mengundurkan diri karena umur mereka telah
melampaui batas umur seorang prajurit, namun bagi mereka
pengabdian tidak terhenti sampai batas yang ditentukan itu.
Menghentikan kejahatan adalah satu diantara tugas yang
diembannya tanpa mengenal batas waktu.
Seorang diantara bekas prajurit itu sempat berteriak "
Sayang bahwa selama ini aku tidak percaya terhadap keranda
terbang itu, sehingga aku tidak pernah berminat untuk
membuktikannya. " " Belum terlambat " sahut kawannya, juga bekas seorang
prajurit " kita masih berkesempatan untuk menighentikan
mereka. " Sejenak kemudian, maka pertempuranpun tidak dapat
dihindarkan. Seperti yang telah dipesankan kepada anak-anak
muda padukuhan, maka mereka tidak bertempur seorangseorang. Mereka harus berada didalam kelompok-kelompok
kecil untuk melawan orang-orang yang memiliki pengalaman
yang jauh lebih luas dalam olah senjata dan bahkan seolaholah sudah tidak berjantung lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Adeg Panatas ternyata memenuhi janjinya. Dengan sigap ia
meloncat langsung menghadapi Kebo Lorog. Dengan sadar,
Adeg Panatas ingin menguji kemampuan orang yang namanya
sangat ditakuti orang itu.
" Ki Pituhu yang sudah siap untuk bertempurpun telah
menyerangnya. Sementara Ki Jagabaya tidak menunggu lagi.
Iapun segera berhadapan dengan orang yang bertubuh tinggi
tegap, pengiring Kebo Lorog ketika ia datang kerumah Ki
Pituhu. Namun Ki Jagabaya itu dengan segera terdesak oleh
lawannya. Tetapi seorang bebahu yang melihat kesulitan itu
segera melibatkan dirinya membantu Ki Jagabaya, sehingga
dengan demikian, orang itu harus bertempur melawan dua
orang. Tetapi orang itu benar-benar orang yang tangguh.
Meskipun Ki Jagabaya bertempur bersama seorang bebahu,
ternyata bahwa keduanya masih mengalami kesulitan.
Keduanyapun telah terdesak pula.
Untunglah bahwa seorang bebahu yang lain melihatnya.
Dengan sigap iapun menempatkan dirinya dalam lingkaran
pertempuran itu. Dengan demikian, bertiga Ki Jagabaya mulai dapat
menunjukkan perlawanan yang berarti.
Sementara itu, Ki Bekelpun telah bertempur dengan
sengitnya. Ki Bekel yang dimasa mudanya banyak menempuh
pengembaraan serta menimba ilmu itu, telah mengejutkan Ki
Pituhu. Ia tidak mengira bahwa seorang dari padukuhan itu
ternyata memiliki ilmu yang mapan dan sanggup mengimbangi
ilmunya. Dengan demikian, maka Ki Pituhu harus mengerahkan
kemampuannya untuk menundukkan lawannya. Tetapi Ki
Bekelpun telah meningkatkan kemampuannya pula, sehingga
tidak mudah bagi Ki Pituhu untuk mengalahkannya.
Sementara itu, hampir disegala sudut kuburan telah terjadi
pertempuran. Orang-orang padukuhan yang hampir tidak
mempunyai pengalaman bertempur memang agak canggung
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ketika mereka harus benar-benar mengayunkan senjata
mereka. Sementara itu para perampok menjadi sangat marah
karena mereka telah terjebak.
Namun lawan terlalu banyak. Orang-orang padukuhan itu
bermunculan dari balik nisan. Mereka mengacu- acukan senjata mereka. Seakan-akan disetiap langkah, para perampok itu menjumpai ujung senjata yang teracu kedadanya. Karena itu, meskipun mereka mempunyai pengalaman yang luas, namun menghadapi lawan yang berlipat ganda, rasa-rasanya mereka menjadi berdebar-debar pula.
Dalam pada itu, Kebo Lorog yang marah telah berhadapan
dengan Adeg Panatas, adik Ki Bekel yang belum lama kembali
dari perantauan, berguru untuk mendapatkan ilmu yang
tinggi. Kebo Lorog memang menjadi heran. Bahwa disebuah
padukuhan ia akan menjumpai seorang yang berilmu tinggi.
Bahkan dapat mengimbanginya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena itu, maka Kebo Lorog itupun telah menghentakkan
ilmunya untuk memaksa lawannya dengan cepat dapat
dikalahkannya. Kebo Lorog yang menyadari lawan demikian
banyaknya, berusaha untuk tidak terikat dengan seorang
lawan saja. Ia Ingin menghancurkan kalau tidak dalam arti
kewadagan, keberanian orang-orang padukuhan itu. Dengan
demikian, maka mereka akan menjadi ketakutan.
Tetapi tidak sia-sia Adeg Panatas berguru bertahun-tahun.
Ternyata Kebo Lorog yang sangat ditakuti itu masih dalam
tataran yang mungkin dapat diimbanginya.
Dalam pada itu, Paksi dengan sengaja tidak bertempur
dalam kelompok-kelompok kecil bersama anak-anak muda itu.
Sejak semula Paksi memang tidak bergabung kedalam
kelompok yang manapun. Meskipun ia berada dilingkungan
anak-anak yang pada waktu itu sedang mempersiapkan diri
untuk melawan para perampok, namun karena Paksi bukan
anak muda dari padukuhan itu, nampaknya Paksi mendapat
keleluasaan untuk memilih, apakah ia akan bertempur
bersama anak-anak muda itu atau tidak.
Namun sebenarnyalah Paksi tidak berdiam diri. Meskipun ia
berdiri ditempat yang terpisah, disela-sela beberapa batang
pohon kamboja, ia telah bertempur melawan para parampok
itu. Seorang perampok yang bertubuh pendek, tetapi
tubuhnya nampak kekar dan kuat, harus dilawannya tanpa


Jejak Di Balik Kabut Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bantuan orang lain. Tetapi Paksi Pumekas itu telah membawa bekal dari
rumahnya, la adalah salah seorang murid terbaik dalam
perguruannya. Selebihnya, Paksi termasuk anak muda yang
disegani diantara kawan-kawannya dalam setiap permainan
yang keras. Kakinya yang sering dipergunakannya untuk
binten, seakan-akan telah mengeras. Sementara kebiasaannya
bermain gulat di pasir tepian membuat tubuhnya menjadi
lentur. Karena itu, maka dalam waktu yang tidak terlalu lama,
maka justru Paksi telah melumpuhkan lawannya. Ketika
kakinya yang terayun deras sekali, tepat mengenai ulu hati
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lawannya, maka lawannya itupun segera jatuh tersungkur
sambil mengerang kesakitan.
Paksi sudah siap untuk membunuh orang itu. Tetapi ia
menjadi ragu-ragu. Ketika terdengar orang itu merintih, Paksi
justru telah meninggalkannya.
Namun dalam pada itu, seorang yang lain telah meloncat
menghadapinya. Paksi tidak begitu menghiraukan, siapakah
yang berdiri dihadapannya. Yang penting baginya, ia harus
melumpuhkannya. Sejenak kemudian,keduanya telah terlibat dalam
perkelahian yang sengit. Namun dalam pada itu, Paksipun tertegun-tegun
menghadapi lawannya yang kedua itu. Beberapa kali
serangannya telah gagal. Lawannya itu seakan-akan tahu
benar, apa yang akan dilakukannya.
Bahkan kemudian Paksi menjadi semakin heran, bahwa
unsur-unsur gerak lawannya itu kadang-kadang memiliki ciri
dan watak yang sama dengan unsur geraknya sendiri.
" Aneh " berkata Paksi didalam hatinya.
Tetapi ia tidak mau terpengaruh. Paksi menduga, bahwa
secara kebetulan, orang itu menguasai unsur-unsur gerak
yang sama dengan unsur gerak pada ilmunya.
Namun semakin lama, maka Paksi semakin mengenali
lawannya. Matanya yang sudah terbiasa didalam kegelapan
disela-sela batang kamboja itu mulai mengenali wajah
lawannya. Orang itu adalah orang yang cacat.yang pernah
bertempur melawannya di bulak persawahan. Yang berkata
kepadanya, bahwa ia sudah mengerti bahwa Paksi sudah
melihat rahasia yang disembunyikan oleh para perampok itu.
Agaknya orang itupun menyadari, bahwa Paksi mulai
mengenalinya. Karena itu, maka orang itupun berkata " Kita
bertemu lagi anak muda. Kau termasuk orang yang sangat
berbahaya, karena kau adalah orang yang pertama kali
mengetahui rahasia kami. "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
" Tetapi kenapa Kebo Lorog tidak mengetahui, bahwa ia
bersama para pengikutnya telah terjebak disini, termasuk kau"
" Orang itu tertawa perlahan-lahan. Kakinya berloncatan
diantara batu-batu nisan. Dengan garangnya orang itu justru
telah mendesak Paksi sambil berkata " Kami sama sekali tidak
merasa terjebak, karena kami sudah mengetahui, bahwa
kalian berusaha menjebak kami malam ini. "
" Tetapi kau lihat, kekuatan sekelompok kawan-kawanmu
sangat kecil, sehingga dalam waktu dekat mereka akan
digulung. Jangan menyesal, bahwa bagi siapa saja yang tidak
mau menyerah akan dihukum. Mereka harus mati, " berkata
Paksi dengan geram. Kemudian katanya pula " Kau tidak usah
mengigau. Orang-orang padukuhan yang dipimpin oleh Ki
Bekel itu sendiri berhasil menguasai seluruh medan. Jumlah
mereka terlalu banyak untuk dilawan oleh sejumlah kecil para
pengikut Kebo Lorog iiu. "
Tetapi orang itu tertawa. Kalanya " Dengan jumlah yang
kecil itu, kami akan dapat menghancurkan orang-orang
padukuhanmu. Bahkan kami akan memasuki padu-kuhannm,
merampas dan merampok apa saja yang dapat kami bawa. "
" Tidak. Kau tentu dapat melihat, bahwa Kebo Lorog itu
tidak dapat mengalahkan Adeg Panatas, adik Ki Bekel.
" Persetan dengan Adeg Panatas. "
Orang itu menjadi sangat marah. Tiba-tiba saja ilmunya
telah meningkat dengan cepat, sehingga beberapa langkah
Paksi harus bergerak mundur.
Namun Paksipun kemudian telah menemukan
kemampuannya sepenuhnya kembali, sehingga pertempuran
itupun menjadi semakin sengit.
Tetapi beberapa kali Paksi dikejutkan, la kenali unsur gerak
lawannya itu. la sadari bahwa sekali-sekali ia mengalami
tekanan yang sangat berat, justru karena lawannya menguasai
unsur-unsur gerak yang nampaknya lebih matang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bahkan Paksi mengalami kesulitan karena lawannya itu
selalu berhasil memotong serangan-serangannya, seakan-akan
orang itu tahu, apa yang harus dilakukan.
Tetapi dengan demikian, Paksi justru mendapat
pengalaman baru. Ia melihat kemungkinan-kemungkinan yang
terbuka bagi ilmunya sebagaimana dilakukan oleh orang
berwajah cacat itu. Dituar sadarnya Paksi justru mulai
mengetrapkannya. Kakinya, tangannya, sikunya, lututnya dan
bahkan jari-jarinya. Tetapi serangan-serangan lawannya itu mulai mampu
menembus pertahanannya. Ketika tangan lawannya terayun
deras mengarah ke keningnya, Paksi sempat mengelak.
Meskipun demikian, sisi telapak tangan orang itu masih
menyentuh bahunya, sehingga Paksi harus meloncat
mengambil jarak. Perasaan nyeri yang tajam telah menggigit bahunya yang
tersentuh serangan lawannya itu.
Paksi meloncat beberapa langkah surut. Ia sempat
mengusap bahunya yang sakit. Namun lawannya tidak
memberinya kesempatan terlalu lama. Dengan garangnya
lawannya itu telah menyerangnya pula. Kedua tangannya
terayun dengan derasnyn. Sisi telapak tangannya men. arah
keleher anak muda itu. Tetapi dengan tangkas Paksi merendah, Ia justru
menyerang kaki lawannya dengan sapuan
Lawan Paksi itu terkejut. Ia tidak sempat mengelak,
sehingga kedua kakinya yang ditebas oleh kaki Paksi
terdorong selangkah. Tetapi orang itu tidak terbanting jatuh. Ia justru berputar
dengan menapak pada tangannya, sementara kakinya
terangkat tinggi-tinggi. Dengan satu putaran, maka lawannya
telah berada beberapa langkah daripadanya, diantarai oleh
tiga buah nisan batu hitam.
Paksi mengerutkan keningnya. Ia tertarik melihat gerakan
lawannya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi Paksi tidak sedang melakukan latihan. Ia sedang
bertempur habis-habisan sebagaimana orang-orang
padukuhan yang lain. Namun dituar sadarnya, ternyata Paksi telah terpancing
semakin jauh dari arena pertempuran di kuburan itu
Meskipun hal itu kemudian disadari oleh Paksi, tetapi Paksi
sama sekali tidak menjadi gentar. Semakin lama Paksi semakin
percaya kepada kemampuan dirinya. Dengan cepat Paksi
justru telah menyadap unsur-unsur gerak lawannya yang
menurut pendapat Paksi merupakan perkembangan dari ilmu
yang mempunyai sumber yang sama dari ilmunya.
Paksi tertegun ketika ia melihat lawannya meloncat
bebeiapa langkah surut untuk mengambil jarak.
Paksi memang tidak dengan tergesa-gesa memburunya. Ia
harus lebih berhati-hati menghadapi lawan yang memiliki
pengalaman dan memiliki ilmu yang lebih mantap.
" He, kau anak iblis. Darimana kau memiliki ilmu seperti itu,
yang mempunyai tatanan gerak mirip dengan ilmuku" Apakah
kau telah mencurinya dari salah satu perguruan yang
bersumber dari ilmu itu" "
Paksi memandang orang itu dengan tajamnya. Namun
dalam kegelapan ia tidak dapat melihat dengan lebih jelas lagi selain ia dapat mengenali cacat diwajah orang itu.
" Kenapa kau tidak menjawab" Sebagai salah seorang
murid yang mewarisi ilmu dari sumber ilmu yang aku junjung
tinggi, maka aku mempunyai kewajiban untuk menghancurkan
orang yang telah mencuri ilmu atau sebagian dari ilmu itu. "
Dengan lantang Paksipun menjawab " Tidak ada
seorangpun murid dari jalur perguruanku menjadi seorang
perampok. Jika kau menguasai ilmu dari jalur perguruanku,
namun kau adalah seorang perampok, maka kau memang
harus dimusnahkan, karena dengan demikian kau sudah
mengotori nama perguruan kami. "
Orang itu tertawa. Katanya " Kau jangan memutar balik
persoalan. Tetapi nampaknya kau memang seorang yang licik.
Diumurmu yang masih sangat muda itu, kau sudah berhasil
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mencuri ilmu dari perguruan kami. Selebihnya kau sudah
pandai berbohong. " Kemarahan Paksi tidak dapat dibendung lagi. Karena itu, ia
tidak menunggu lawannya menyelesaikan kalimatnya. Dengan
serta-merta Paksi telah meloncat menyerang dengan
garangnya. Pertempuran telah menyala kembali. Paksi telah
mengerahkan segala kemampuan yang ada pada dirinya.
Tanpa disadarinya, ia justru terpengaruh oleh lawannya yang
telah mengembangkan unsur-unsur gerak dari perguruannya.
Ternyata serangan Paksi yang membadai itu telah
membuat lawannya mengalami kesulitan. Apalagi ketika Paksi
bertempur dengan memelihara jarak, karena nampaknya
lawannya sering terhambat oleh jarak.
Dalam kemarahan yang memuncak, maka kemampuan
Paksi justru menjadi semakin tinggi. la mampu bergerak
semakin cepat dan kekuatannya menjadi semakin meningkat.
Dengan demikian, maka lawannyapun mulai terdesak.
Sekali-sekali serangan Paksi telah mengenai sasarannya
sehingga beberapa kali keseimbangan lawannya telah
terguncang. Karena itu, maka dalam keadaan yang paling sulit, maka
lawan Paksi itu justru telah melenting menjauhinya. Kemudian
dengan tangkasnya bertumpu pada kedua tangannya yang
menapak, orang itu berputar dengan beberapa kali. Ketika
Paksi menyadari dan meloncat memburunya, maka orang itu
sudah melenting berdiri dan berlari menembus kegelapan,
justru meloncat masuk kembali kedalam kuburan.
Paksi tertegun sejenak. Orang itu bagaikan hilang diantara
gerumbul-gerumbul perdu disela-sela batang pohon kamboja.
Untuk beberapa saat Paksi berdiri termangu-mangu.
Ternyata ia telah kehilangan lawannya.
Namun Paksi tidak dapat terlalu lama merenung. Sejenak
kemudian iapun menyadari, bahwa di kuburan itu telah terjadi
perternpuran antara Kebo Lorog dan para pengikutnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melawan orang-orang padukuhan yang dipimpin oleh Ki Bekel
sendiri bersama adiknya, Adeg Panatas.
Jika semula perhatian Paksi sepenuhnya tertuju kepada
lawannya sehingga ia seakan-akan tidak mendengar hiruk
pikuk pertempuran, maka demikian ia kehilangan lawannya
itu, maka iapun segera bergerak mendekati arena.
Dengan hati-hati Paksi merayap diaantara batang pohon
kamboja serta nisan nisan yang membujurke utara. Dalam
kegelapan, matanya yang tajam melihat pertempuran itu
berlangsung dengan sengitnya. Sekali sekali la mendengar
teriakan-teriakan kasar. Umpatan-umpatan dan juga perintahperintah disela-sela pekik kesakitan.
Paksipun bergeser semain dekat. Ia berhenti dibelakang
sebuah nisan yang besar. Beberapa langkah daripadanya,
ditempat yang agak lapang, Adeg Panatas tengah bertempur
melawan Kebo Lorog. Ternyata keduanya memang berilmu tinggi. Keduanya
saling menyerang, tetapi juga saling menangkis dan
menghindar. Ilmu mereka berdua agaknya telah meningkat semakin
tinggi, sehingga benturan-benturan yang terjadi di antara
mereka seolah-olah telah menggetarkan udara di kuburan itu.
Ketika Paksi berpaling kearah yang lain, ia melihat Sura dan
Mertawira juga sedang bertempur. Tetapi keduanya tidak
bertempur seorang melawan seorang. Beberapa orang anak
muda tengah membantu mereka menghadapi dua orang
perampok yang semakin terdesak.
" Nampaknya kedua orang perampok itu sudah tidak
banyak dapal memberikan perlawanan " berkata Paksi didalam
hatinya. Sejenak kemudian, maka Paksipun bergeser lagi. Ia melihat
Ki Bekel yang sedang bertempur. Ternyata Ki Bekel juga
mampu bergerak cepat mengimbangi lawannya.
Ketika Paksi bergeser lagi, dilihatnya Ki Jagabaya juga
bertempur bersama beberapa orang melawan seorang yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bertubuh tinggi tegap. Ia adalah pengiring Kebo Lorog ketika
ia datang kerumah Ki Pituhu.
Orang yang bertubuh tinggi tegap dan berwajah garang itu
memiliki bekal kanuragan yang cukup pula. Tetapi ia harus
bertempur menghadapi beberapa orang, dan bahkan
diantaranya adalah Ki Jagabaya, maka orang itu harus
memeras kemampuannya untuk bertahan.
Dengan demikian, maka menurut pengamatan Paksi,
orang-orang padukuhan yang dipimpin langsung oleh Ki Bekel
dan adiknya, Adeg Panatas, akan segera dapat mengatasi
lawan-lawanya. Karena itu, maka Paksipun tidak dengan
tergesa-gesa melibatkan diri. Ia masih bergeser lagi, justru
mendekati lagi pertempuran yang sengit antara Kebo Lorog
dan Adeg Panatas. Nampaknya keduanya sengaja bergeser
menepi, ditempat yang masih agak lapang, sehingga kaki
mereka tidak setiap kali harus menghindari batu-batu nisan
yang tersebar. Adeg Panatas sendiri merasa kurang mapan untuk
berloncatan diatas onggokan tanah kuburan dan batu-batu
nisan. Paksi mengamati pertempuran dengan jantung yang
berdebaran. Ia melihat keduanya semakin meningkatkan
kemampuan mereka. Bahkan nampaknya mereka sudah


Jejak Di Balik Kabut Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

merambah ke tenaga dalam sehingga tenaga mereka seakanakan menjadi semakin besar.
Beberapa kali keduanya saling membenturkan kekuatan.
Jika yang seorang menyerang dan yang seorang menangkis
serangan itu, maka kedua-duanya tampak menjadi goyah.
Paksi mengangguk-angguk dituar sadarnya. Iapun sudah
menapak pada tataran sebagaimana disaksikannya itu
meskipun sumber ilmunya berbeda. Meskipun baru pada
tataran dasar, namun Paksi mampu mengungkapkan tenaga
dalamnya sebagai tenaga yang besar.
Paksi sempat merenungi pertempurannya sendiri melawan
orang berwajah cacat. Sesuatu tiba-tiba membersit di
kepalanya. Ia teringat bagaimana lawannya berusaha
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memancing tenaga dalam yang masih belum terungkapkan
dari dalam dirinya dengan unsur-unsur gerak yang pada
dasarnya pernah dipelajarinya.
Paksi menjadi termangu-mangu sejenak, la merasa mampu
untuk melakukannya. Tetapi tentu tidak dengan serta-merta,
agar justru tidak menyakiti bagian dalam tubuhnya sendiri.
Apalagi jika hal itu dilakukan tanpa tuntunan seorang guru
atau orang yang memiliki ilmu yang sejalan, namun sudah
berada pada tataran yang lebih tinggi.
Paksi yang merenung itu seperti terbangun ketika ia
melihat Adeg Panatas terpelanting jatuh. Untunglah bahwa
tubuhnya yang lentur masih sempat mengatur diri. sehingga
dengan demikian Adeg Panatas itu tidak mengalami kesulitan
ketika ia meloncat bangkit. Bahkan ketika Kebo Lorog
meloncat menyerangnya, Adeg Panatas dengan tangkasnya
bergeser selangkah kesamptng, namun yang dengan serta
merta telah berputar dengan ayunan kakinya yang tepat
mengenai dada lawannya. Kebo Lorog terdorong beberapa langkah surut. Namun
ketika Adeg Panatas memburunya, Kebo Lorog telah siap
untuk menghadapinya. Paksi menarik nafas dalam-dalam. Ia belum melihat,,
siapakah diantara mereka yang akan dapat memenangkan
pertempuran itu. Tetapi dengan demikian Adeg Panatas telah membuktikan,
bahwa tidaklah sia-sia ia berguru untuk beberapa tahun
lamanya. Nama Kebo Lorog sejajar dengan nama hantu yang
menakutkan. Sementara itu, Adeg Panatas mengimbanginya.
" Untuk datang kembali ke padukuhan itu, Kebo. Lorog
harus berpikir ulang " berkata Paksi didalam hatinya.
Namun dalam pada itu, keadaan para pengikut Kebo Lorog
menjadi semakin sulit. Setiap orang harus berhadapan dengan
tiga atau ampat orang lawan. Meskipun mereka sudah terbiasa
bertempur, namun mereka adalah orang-orang yang hanya
berbekal keberanian, kekasaran dan kebengisan. Jarang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diantara mereka yang benar-benar memiliki dasar-dasar
kemampuan dalam olah kanuragan.
Karena itu, ketika mereka benar-benar berhadapan dengan
beberapa orang dan bahkan ada diantaranya adalah bekas
prajurit maka merekapun mengalami kesulitan.
Kebo Lorog melihat kelemahan itu. Meskipun ia harus
bertempur dengan mengerahkan tenaganya, tetapi Kebo
Lorog sempat melihat sekilas apa yang terjadi disekitarnya.
Bahkan satu dua orang telah terluka meskipun mereka juga
sempat melukai orang-orang padukuhan.
Karena itu, maka Kebo Lorog tidak mempunyai pilihan lain.
Meskipun ia sendiri masih mampu bertahan dan bahkan masih
belum merasa dikalahkan oleh lawan nya, tetapi ia sudah
dapat membayangkan apa yang akan terjadi pada akhir dari
pertempuran itu jika masih lama tidak beranjak dari
tempatnya. Karena itu, maka terdengar Kebo Lorog itu memberi
isyarat, Terdengat sebuah suitan tidak terlalu keras.
Para pengikutnya memang menjadi bingung. Mereka tidak
tahu isyarat apa yang dimaksudkan oleh Kebo Lorog. Hanya
seorang sajalah diantara orang-orangnya yang tahu pasti, apa
yang harus dilakukannya. Orang yang tinggi tegap, yang
bertempur melawan Ki Jagabaya dan beberapa orang bebahu
itu. Adeg Panatas sendiri sudah mencurigai isyarat itu. Tetapi
yang terjadi, Kebo Lorog justru telah menghentak kan ilmunya
dengan sebuah serangan yang sangat mengejutkan, sehingga
Adeg Panatas telah terdesak beberapa langkah surut.
Demikian pula yang dilakukan oleh pengiringnya yang
bertubuh tinggi tegap itu. Bahkan hampir saja senjatanya
menyambar dada Ki Jagabaya. Untunglah Ki Jagabaya sempat
mengelak. Meskipun demikian, senjata orang itu telah
menyentuh lengannya, sehingga bukan saja bajunya yang
koyak, tetapi juga kulitnya.
Kesempatan yang sekejap itu telah dipergunakan sebaikbaiknya oleh Kebo Lorog dan seorang pengiring nya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka seakan-akan telah meloncat menghilang ke-dalam
gelap malam. Adeg Panatas memang mencoba memburunya. Demikian
pula Ki Jagabaya dan para bebahu yang bertempur
bersamanya. Tetapi mereka telah kehilangan buruan mereka.
Karena itu, maka Adeg Panatas tidak membuang waktu.
Iapun segera kembali ke arena pertempuran. Ia mencoba
untuk mencegah para pengikut Kebo Lorog, agar mereka tidak
sempat melarikan diri. Pertempuran itu tiba tiba menjadi kusut. Beberapa orang
berlari-larian tidak menentu.
Beberapa orang padukuhan memang menjadi bingung.
Ternyata cara yang dipergunakan oleh para pengikut Kebo
Lorog yang sudah berpengalaman itu sebagian malnig
berhasil. Orang-orang padukuhan itu justru berlarian saling
menghalangi, sehingga mereka telah kehilangan lawan lawan
mereka yang berlari-larian ber-putaran.
Tetapi Adeg Panatas tidak menjadi bingung. Dengan cepat
ia bergabung dengan Ki Bekel. Ki Pituhu yang akan ikut serta
dalam arus yang berputaran dan membingungkan itu, telah
kehilangan kesempatan. Adeg Panatas tidak membiarkannya
lepas dari tangannya. Ketika kemudian pertempuran itu berakhir, maka hanya
ampat orang pengikut Kebo Lorog yang tertangkap termasuk
Ki Pituhu sendiri. Namun atas perintah Adeg Panatas, maka keempat orang
itu telah dipisahkan yang satu dengan yang lain.
" Kita ingin mendengar jawaban mereka esok. Kita akan
bertanya kepada mereka seorang demi seorang. "
Beberapa saat kemudian, maka pertempuran benar-benar
telah berhenti. Beberapa orang yang ada di kuburan itu telah
menyalakan obor untuk mencari korban yang jatuh dalam
pertempuran itu. Beberapa orang memang telah terluka. Tiga diantara orang
pedukuhan terluka berat. Sedangkan yang lain, luka-luka yang
mereka derita tidak sampai membahayakan jiwa mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara itu, seorang diantara para perampok itu terluka
parah. Seorang lagi diketemukan dituar kuburan, Orang itu
bahkan telah pingsan, karena luka-lukanya. Nampaknya ia
juga telah mencoba untuk melarikan diri, namun wadagnya
tidak lagi dapat mendukungnya, sehingga ia terjatuh dan
pingsan. Ki Bekel yang juga telah terluka meskipun hanya beberapa
goresan ditubuhnya, telah memerintahkan untuk membawa
mereka yang terluka dan para tawanan ke padukuhan.
" Hati-hati dengan para tawanan. " pesan Ki Bekel.
Ki Jagabaya tidak mau membuat kesalahan sehingga
tawanan itu dapat terlepas meskipun hanya seorang saja.
Karena itu, maka merekapun telah diikat tangannya. Dua
orang memegangi kedua ujung tali pengikat dari setiap orang.
Malam itu, para tawanan telah dibawa ke banjar
padukuhan. Demikian pula mereka yang terluka. KI Hckcl telah
memanggil tabib yang ada di padukuhan itu untuk membantu
merawat orang-orang yang terluka
Sementara itu, seperti yang dipesankan oleh Adeg Panatas,
maka keempat orang itu telah ditempatkan di bilik yang
terpisah. Mereka telah diikat dengan tiang yang ada didalam
bilik itu. Bukan hanya tangannya, telapi juga kakinya.
Termasuk Ki Pituhu. Dari orang-orang yang tertawan, Ki Bekel mengetahui,
bahwa pemimpin mereka adalah Ki Pituhu.
" Kita akan berbicara dengan orang itu besok" berkata Ki
Bekel kepada adiknya. Adeg Panatas mengangguk. Namun ia memperingatkan "
Asal kita menjaganya dengan baik. Kawan kawannya dapat
saja berusaha untuk membebaskan mereka. Tetapi ada
kemungkinan yang lain. Mereka mengirim orang yang dengan
diam-diam berusaha membunuhnya. "
Karena itu, maka Ki Bekel telah memberikan pesan kepada
mereka yang beijaga-jaga dibanjar itu, untuk sangat berhati
hati. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
" Beri isyarat jika perlu " berkata Ki Bekel " Aku akan
membicarakan dengun beberapa orang, apa yang sebaiknya
kita lakukan dengan benda-benda berharga itu. Jika perlu
sekali, pukul saja kentongan. "
Ki Bekelpun memberikan pesan yang sama kepada
beberapa orang yang ditugaskannya untuk tetap berada di
kuburan, mengawasi agar burang-barang berharga itu tidak
diambil oleh siapapun juga, sampai Ki Bekel mengambil satu
keputusan. Sepuluh orang yang bciada di kuburan masih juga merasa,
bulu tengkuk mereka meremang. Apalagi jika mereka
memandangi sebatang pohon raksasa yang tumbuh dipinggir
kuburan itu. Namun diantara mereka terdapat dua orang yang berani.
Sura dan Mertawira. Keduanya telah diserahi untuk memimpin
kawan-kawannya yang berjaga-jaga di kuburan itu.
Paksi kemudian telah memilih untuk berada di kuburan
bersama-sama dengan Sura. Sambil duduk ber-. sandar
sebatang pohon di pinggir kuburan, dekat tempat bendabenda berharga itu ditanam, Paksi sempat merenungi
pertempuran yang baru saja terjadi. Ia memang merasa
heran, bahwa ada diantara mereka yang memiliki jalur
perguruan yang dianutnya. Sebagaimana Paksi mengenali
unsur-unsur gerak pada orang itu, maka orang itupun dapat
mengenali unsur-unsur gerak yang dikuasai oleh Paksi.
Paksipun kemudian berkata didalam hatinya " Tidak semua
bunga ditanam berbau harum. "
Namun Paksi bertekad untuk menemukan orang itu pada
kesempatan lain. " Aku harus memberitahukan hal ini kepada guru " berkata
Paksi didalam hatinya. Tetapi Paksi tidak tahu, kapan ia dapat bertemu lagi
dengan gurunya, karena Paksi tidak tahu kapan ia akan
pulang. Paksi menarik nafas dalam-dalam. Disekitarnya terdapat
beberapa orang padukuhan yang berjaga-jaga. Seorang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diantara mereka membawa sebuah kentongan kecil. Jika perlu
kentongan itu akan dibunyikan untuk memanggil orang-orang
dari padukuhan. Tetapi menurut perhitungan Paksi, para pengikut Kebo
Lorog itu tidak akan kembali. Bagi Kebo Lorog, maka sawah
dilingkungan ini adalah sawah yang tandus. Tentu tidak ada
artinya jika ia harus menggarapnya lebih lama lagi.
"Apalagi orang yang bernama Ki Pituhu itu sudah
tertangkap. Tidak ada lagi orang yang menyiapkan landas-an
bagi kekuatannya di daerah ini " berkata Paksi kepada diri
sendiri. Namun beberapa saat kemudian, Paksi sempat merenungi
dirinya sendiri. Setiap kali ia bertanya " Kenapa aku harus
pergi" Kenapa ibu menganggap bahwa ayah memang sengaja
menyingkirkan aku dari rumah. Cincin itu hanya sekedar satu
alasan. " Sura yang berjalan hilir mudik untuk mengusir kantuk,
justru telah mendekatinya. Sambil duduk disebelah-nya ia
berkata " Sebaiknya kau pulang saja ngger. Kau dapat
beristirahat dan barangkali masih mempunyai waktu sedikit
untuk tidur. " Tetapi Paksi menjawab sambil tersenyum " Aku tentu sudah
tidak dapat tidur disisa malam yang tinggal sedikit ini. "
" Kau tidak perlu tergesa-gesa bangun meskipun matahari
sudah naik. " " Aku sudah terbiasa bangun pagi-pagi, paman " jawab
Paksi. Sura tertawa. Sambil menepuk bahu Paksi ia berkata " Kau
tentu letih. Barangkali kau dapat tidur sambil duduk bersandar seperti itu. "
Paksipun tertawa pula. Katanya " Aku akan mencoba
paman. " Surapun kemudian bangkit sambil berkata " Jika demikian,
biarlah aku tidak mengganggumu. "
Paksi masih saja tertawa. Tetapi ia tidak menjawab. Paksi
memang berusaha untuk dapat beristirahat. Tetapi yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
beristirahat hanyalah wadagnya. Angan-angannyapun kembali
mengembara menyusuri perjalanan hidupnya dari waktu ke
waktu. " Paksi Pamekas itupun mengambil kesimpulan, bahwa
kehadirannya dirumah keluarganya memang tidak
menyenangkan ayahnya. Ia tidak berada didalam hati
ayahnya. Tidak sebagaimana kedua orang adiknya yang
mendapat perhatian sepenuhnya.
" Apakah karena aku anak sulung, maka aku harus memikul
beban terberat diantara saudara-saudaraku" " bertanya Paksi
didalam hatinya. Paksi menarik nafas dalam-dalam. Kakinya mulai merasa
gatal. Nyamuknya cukup banyak, sehingga desing ditelinganya
membuatnya tidak tenang berangan-angan.
Paksi akhirnya berdiri. Langit ternyata sudah mulai
dibayangi cahaya kemerah-merahan.
Menjelang fajar Paksi baru merasa dinginnya embun yang


Jejak Di Balik Kabut Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bergayut diujung dedaunan dan menitik satu-satu. Batu-batu
nisanpun mulai menjadi basah.
Paksi menggeliat. Beberapa orang justru telah tertidur
sambil bersandar pepohonan. Paksi melangkah keluar dari
lingkungan kuburan. Ketika ia berdiri di pematang, dilihatnya
sebuah parit yang dialiri oleh air yang jernih.
Dituar sadarnya Paksi turun kedalam parit untuk mencuci
wajahnya, kakinya dan tangannya.
Terasa badannya menjadi sedikit segar meskipun semalam
suntuk Paksi tidak tidur sekejappun.
Dalam pada itu, Ki Bekel, Ki Jagabaya dan Adeg Panatas
masih berbincang tentang benda-benda berharga itu. Apa
yang akan mereka lakukan, karena mereka tahu, bahwa
benda-benda berharga itu adalah barang yang panas.
" Bagaimana kita dapat mengembalikan barang-barang itu
kepada pemiliknya " berkata Adeg Panatas.
" Kita akan berbicara dengan Ki Demang. " berkata Ki
Bekel. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Jagabaya menjadi agak ragu. Katanya " Bukankah Ki
Bekel tahu, bahwa Ki Demang sering memilih jalan pintas
untuk memecahkan persoalan" Ki Demang kadang-kadang
dengan tanpa berpikir panjang, mengambil keputusan dengan
mudah. Ia tidak mau bersusah payah mencari jalan keluar
terbaik. " Ki Bekel mengangguk-angguk, sementara Ki Jagabaya
berkata selanjutnya " Menurut dugaanku, Ki Demang akan
menanggapi persoalan ini dengan ringan. Bahkan dengan
tanpa memikirkan akibatnya" sambil sedikit kantuk, "Ki
Demang akan mengatakan, bahwa sebaiknya barang-barang
itu dimanfaatkan buat Kademangan. "
Ki Bekel mengangguk-angguk. Ia dapat mengerti pendapat
Ki Jagabaya. Tanpa berpikir panjang, Ki Demang akan berkata
" Barang-barang itu kita jual. Uangnya kita pergunakan buat
keperluan Kademangan. "
Dengan nada dalam Ki Bekel bertanya " Jadi bagaimana
menurut Ki Jagabaya" "
" Kita menghadap Ki Tumenggung Wirayuda. " jawab Ki
Jagabaya. " Sejauh itu" " bertanya Ki Bekel.
" Bukankah Ki Tumenggung Wirayuda yang telah mendapat
tugas untuk mengambil pelaksanaan pemerintahan Pajang di
daerah ini meliputi satu lingkungan yang luas sampai ke
Kwarasan. " Ki Bekel mengangguk-angguk. Namun iapun bertanya "
Tetapi bagaimanapun juga kita harus berbicara lebih dahulu
dengan Ki Demang. " " Aku setuju, Ki Bekel. Tetapi sebaiknya kita sudah
membawa sikap sebelum kita bertemu dengan Ki Demang."
" Besok kita temui Ki Demang. "
Tetapi yang mereka bicarakan bukan saja kepada siapa
mereka harus melaporkan barang-barang berharga hasil
rampokan itu. Tetapi perhatian Adeg Panatas lebih tertuju
pada pengamanan barang-barang itu. Karena itu, maka Adeg
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Panatas itupun berkata " Kita harus mengatur, siapakah yang
secara bergilir akan menjaga barang-barang itu. "
" Ya " Ki Jagabaya mengangguk-angguk " barang-barang
itu tidak boleh jatuh kembali ketangan para perampok itu. "
" Nanti, kita akan menyusun tugas bagi setiap laki-laki
untuk bergantian berjaga-jaga di kuburan itu siang dan
malam. Disiang hari kita akan menempai kan lima orang.
Tetapi dimalam hari, lebih dari itu. tujuh atau delapan orang. "
berkata Ki Bekel " mudah-mudahan Ki Tumenggung Wirayuda
bergerak cepat atas nama Pajang sehingga tugas kita cepat
selesaj. " Demikianlah, dipagi hari itu Ki Bekel, Ki Jagabaya dan Adeg
Panatas telah bersiap-siap pergi ke padukuhan induk untuk
bertemu dengan Ki Demang. Namun mereka-pun sudah
bersiap pula untuk pergi ke Kwarasan, menemui Ki
Tumenggung Wirayuda. Sebelum mereka berangkat, maka Ki Jagabaya telah
menugaskan dua orang bebahu untuk membawa tiga atau
ampat orang menggantikan mereka yang bertugas menunggui
benda-benda berharga di kuburan itu.
" Untuk selanjutnya kita akan mengaturnya sebagaimana
kita mengatur para peronda " berkata Ki Jagabaya.
Sementara itu, Ki Bekel, Ki Jagabaya dan Ades Panatas
telah menemui Ki Demang uniuk membirikan laporan tentang
peristiwa yang telah terjadi.
Sebenarnyalah serjerti dugaan Ki Jagabaya, maka Ki
Demang tidak menanggapi persoalan itu dengan bersungguhsungguh. Laporan itu didengarnya sambil menganggukangguk. Ia seakan-akan tidak mendengar bahwa telah jatuh
korban diantara orang padukuhan. Beberapa orang telah
terluka dan diantaranya sangat parah.
Yang mula-mula ditanyakan, bukan keadaan orang-orang
yang terluka itu, tetapi justru barang-barang yang masih
berada di kuburan " Apa saja yang kalian temu kan" "
" Kami belum melihatnya satu demi satu, Ki Demang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
" Nanti kita bongkar. Aku ingin melihat apa saja yang telah
disembunyikan itu. "
" Kemudian?" bertanya Ki Bekel.
" Bukankah baiang-barang itu tidak kita ketahui siapa
pemiliknya" " " Lalu" " belianya Adeg Panatas.
" Ki Jagabaya menarik nafas panjang ketika ia mendengar
Ki Demang menjawab " Itu rejeki kita. Kademangan ini
membutuhkan banyak beaya untuk membangun banjar yang
lebih baik. Untuk membuat susukan di gumuk Pantong. Dan
barangkali masih ada yang lain. "
" Ki Demang " berkata Ki Bekel " barang-barang itu tentu
ada pemiliknya meskipun kita tidak mengetahuinya.
Seandainya pemiliknya tidak dapat kita ketemukan, maka kita
tidak begitu saja dapat mempergunakannya untuk
kepentingan kita sendiri. "
" Lalu, bagaimana menurut pertimbangan Ki Bekel"
" Kami akan melaporkannya kepada Ki Tumenggung
Wirayuda. " " Untuk apa" " bertanya Ki Demang.
" Biarlah Ki Tumenggung Wirayuda memberikan keputusan
atas nama Pajang. Seandainya, sekali lagi seandainya, Ki
Demang. Ki Tumenggung menyerahkan barang-barang
berharga itu atau sebagian daripadanya kepada kita, barang
itu akan menjadi sah. "
" Jadi kalian akan pergi ke Kwarasan" "
" Barangkali Ki Demang juga ingin pergi" "
" Kenapa kalian memilih penyelesaian yang rumit?"
Adeg Panataspun kemudian berkata " Ki Demang. Jika kita
langsung memanfaatkan benda-benda berharga hasil
rampokan itu, mungkin sekali kita akan terjebak kedalam
kesulitan. Jika kita menjual benda-benda itu, mungkin
pemiliknya dapat mengenalinya. Nah, jika ia sudah
melaporkan bahwa ia kehilangan karena dirampok, maka kita
akan dapat dituduh telah melakukan perampokan terhadap
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pemilik barang itu. Dengan demikian, kita akan mengalami
kesulitan. " . " Tetapi mungkin Pajang akan mengambil barang "
barang itu seluruhnya " berkata Ki Demang.
" Itu haknya " jawab Adeg Panatas.
" Tetapi apakah kau yakin, bahwa benda-benda itu akan
dikembalikan kepada pemiliknya" Atau justru hanya akan
memperkaya Ki Tumenggung Wirayuda" "
" Kemungkinan itu memang dapat terjadi, Ki Demang.
Tetapi baiklah kita percaya kepada Ki Tumenggung. Jika kita
sudah tidak mempercayai para petugas yang ditunjuk oleh
Pajang, lalu apakah sebenarnya yang telah terjadi atas kita" "
sahut Adeg Panatas. Ki Demang menarik nafas dalam-dalam. Katanya " Terserah
kepada kalian jika kalian ingin menempuh julan penyelesaian
yang rumit. Aku sendiri tidak sempat mengurusinya. Pekerjaan
cukup banyak. " " Jika Ki Demang sibuk, biarlah kami yang
menyelesaikannya. Tetapi yang penting, K i Demang
mengetahui apa yang akan kami lakukan. "
Ketika ketiga orang itu kemudian kembali ke padukuhan, Ki
Jagabayapun berkata " Bukankah kita sudah menduga" "
" Apakah benar bahwa Ki Demang sibuk sekali" " bertanya
Adeg Panatas. " Ya. Sibuk mengadu ayam " jawab Ki Jagabaya.
Adeg Panatas menarik nafas dalam-dalam. Dengan nada
datar ia berkata " Apa yang terjadi jika KeBo Lorog itu
kemudian memusuhi Kademangan ini" bukan hanya
padukuhan kita?" " Ki Demang tidak memberikan tanggapan dan kesan
apapun tentang Kebo Lorog." sahut Ki Jagabaya.
" Apakah ia belum mengenalnya?" tanya Adeg Panatas.
" Tentu sudah " jawab Ki Bekel " tetapi ia tidak tertarik
untuk berbicara tentang Kebo Lorog. Mungkin Ki Demang juga
mempunyai keyakinan diri. "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
" Ada beberapa orang yang dianggap memiliki ilmu yang
tinggi yang tinggal di padukuhan induk. Lebih dari itu, ada dua orang pengawal Ki Demang yang tangguh. " berkata Ki
Jagabaya. Adeg Panatas mengangguk-angguk. Tetapi ia mendapat
kesan yang kurang mapan bagi seorang Demang. Nampaknya
ia melakukan apa saja yang disenanginya, tetapi ia tidak
menaruh perhatian terhadap sesuatu yang tidak langsung
menyangkut dirinya. Tetapi mereka bertiga tidak berbicara lebih panjang
tentang Ki Demang. Mereka mulai membicarakan rencana
kepergian mereka ke Kwarasan untuk menghadap Ki
Tumenggung Wirayuda. Ki Bekel tidak ingin persoalan benda-benda berharga itu
berkepanjangan. Karena itu, maka mereka bertigapun sepakat
untuk segera pergi ke Kwarasan.
" Besok pagi-pagi Kita berangkat " berkata Ki Bekel "
dengan demikian kita akan dapat kembali di sore hari. "
Sementara itu, dua orang bebahu dan beberapa orang lain
telah pergi ke kuburan, menggantikan Sura dan kawankawannya. Paksipun telah ikut pulang pula bersama Sura
kerumahnya. Bahkan Sura telah meminjaminya lagi pakaian,
karena Paksi harus mencuci pakaiannya yang kotor.
Semalaman ia berada di kuburan, bertempur dan kemudian
duduk-duduk di rerumputan berdebu.
Hari itu, Paksi sempat bermain-main dengan Salam. Anak
itu memang anak yang cerdas.
Disiang hari, ketika Paksi diminta untuk makan siang
bersama Sura, ia menyatakan keinginannya untuk meneruskan
perjalanan. " Aku sudah cukup lama terhenti disini, paman. "
" Aku masih minta kau menunggu, ngger. Setelah
persoalan benda-benda berharga yang disembunyikan para
perampok itu selesai, maka terserahlah kepadamu, meskipun
aku ingin mencoba untuk menahanmu disini. "
" Bukankah aku sudah lidak mempunyai kepentingan lagi" "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
" Tentu masih ada ngger bukankah Ki Bekel, Ki Jagabaya
dan adi Adeg Panatas akan pergi ke Kwarasan untuk
melaporkan penemuan ini kepada Ki Tumengung Wirayuda" "
" Bukankah aku tidak diperlukan lagi" Segala nya sudah
jelas. Persoalan kemudian adalah persoalan unimu Ki Bekel, Ki
Demang dan Tumenggung Wirayuda. "
" Tidak ngger " sahut Sura " kau adalah orang yang
pertama kali melihat dan kemudian berhasil membuktikan
bahwa keranda itu adalah sekedar tipuan yang sengaja dibuat
untuk menimbulkan keresahan, Kau pula lah yang melihat
dimana orang-orang Itu menyembunyikan barang-barang hasil
rampokan itu. Kau harus Ikut menyaksikan Ki Tumenggung
Wirayuda membongkar benda-benda berharga itu. Kau harus
melihat apa saja yang telah disembunyikan oleh para
peiampok itu." " Bukankah itu tidak perlu, paman. " jawab Paksi.
Sura tersenyum. Katanya " Aku tahu. Kau tidak ingin
menonjolkan dirimu sendiri untuk mendapat pujian. Tetapi
mungkin kau diperlukan untuk menjawab beberapa
pertanyaan. " Paksi terpaksa tinggal untuk beberapa hari lagi, Meskipun
demikian, ia menjadi berdebar-debar, jika Ki Tumenggung
Wirayuda itu mengenal ayahnya dan bahkan pernah datang
kerumahnya, mungkin ia dapat mengenalinya.
Tetapi menurut ingatannya, ia tidak pernah mendengar
nama itu. Sementara itu, ternyata Salampun ikut menahannya pula.
Kehadiran Paksi dirumahnya, membuat rumah itu tidak terlalu
sepi baginya. Ia mempunyai kawan bermain tanpa harus
keluar dari regol halaman rumahnya.
Dalam pada itu, dihari berikutnya, Ki Bekel, Ki Jagabaya
dan Adeg Panatas telah memacu kudanya menuju ke
Kwarasan untuk menghadap Ki Tumenggung Wirayuda.
Satu perjalanan yang agak panjang tapi berkuda, jarak itu
terasa jauh lebih pendek Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Laporan itu sangat menarik perhatian Ki Tumenggung.
Tidak sebagaimana Ki Demang yang sekedar menganggukangguk. Tetapi Ki tumenggung telah menanyakan beberapa
hal tentang para perampok itu Apalagi ketika disebut nama
Kebo Lorog. " Kami gagal menangkapnya, Ki Tumenggung" berkata
Adeg Panatas. Ternyata Ki Tumenggungpun bergerak cepat. Ketika Ki
Bekel melaporkan bahwa orang-orang padukuhan terpaksa
menunggui kuburan itu siang dan malam, maka Ki
Tumenggung berkata "Aku akan pergi bersama kalian. Aku
akan membawa sekelompok prajurit untuk mengurus para
tawanan. " "Terima kasih Ki Tumenggung." jawab Ki Bekel. Ki
Tumenggungpun kemudian telah memerintahkan sekelompok


Jejak Di Balik Kabut Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

prajurit untuk menyertainya, Kecuali kuda yang mereka
tumpangi maka merekapun telah membawa kuda-kuda tanpa
penunggangnya. Kuda-kuda itu akan dipergunakan untuk membawa para
tawanan. Namun atas permintaan Ki Bekel, maka Ki Tumenggung
juga membawa kuda kuda yang akan menjadi kuda beban.
" Sebaiknya benda-benda berharga itu dibawa
meninggalkan padukuhan kami, Ki Tumenggung. Kami tidak
mempunyai kekuatan cukup untuk mempertahankannya,
seandainya Kebo Lorog kembali dengan kekuatan yang lebih
besar. Tetapi jika ia tahu, bahwa benda-benda berharga itu
serta orang-orangnya telah kami serahkan kepada Ki
Tumenggung atas nama Pajang, maka mereka tentu tidak
akan kembali lagi, karena tidak ada gunanya.
Ternyata Ki Tumenggung dapat mengerti permintaan Ki
Bekel itu. Sehingga dengan demikian, ia telah membawa kuda
lebih banyak lagi. Hari itu juga Ki Tumenggung Wirayuda telah berada di
padukuhan bersama Ki Bekel. Mereka memang tidak
membuang waktu. Ki Tumenggung itupun segera pergi ke
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kuburan dan memerintahkan menggali benda-benda hasil
rampokan itu. Seperti yang diduga oleh Sura, maka Paksi telah menjadi
tempat bertanya bagi Ki Tumenggung. Ia harus
menceriterakan kembali apa yang pernah dilihat dan
didengarnya tentang hantu keranda dan benda-benda
berharga yang di sembunyikan di kuburan itu.
Ki Tumenggung mengangguk-angguk ketika Paksi selesai
berceritera. Anak muda itu sudah mengatakan apa yang
diketahuinya sejak ia melihat keranda yang diusung oleh
orang-orang berpakaian hitam itu sampai saat ia mendengar
rencana kedatangan Kebo Lorog.
" Kami akan mencoba mengetahui siapakah orang-orang
yang pernah dirampok oleh gerombolan ini " berkata Ki
Tumenggung. Dengan bantuan para bebahu padukuhan, maka bendabenda berharga yang disembunyikan di kuburan itu telah
dibawa ke banjar. Di banjar, Ki Tumenggung Wirayuda, Ki Bekel, Ki Jagabaya,
Adeg Panatas, Paksi dan beberapa bebahu dapat melihat
dengan jelas, apa yang tersimpan di kuburan itu.
Beberapa orang hampir tidak percaya kepada
penglihatannya sendiri ketika mereka melihat perhiasan emas
dan permata. Berlian, intan, mutiara dan batu batu mulia yang
lain. Selain perhiasan juga terdapat berbagai macam wesi aji,
keris, tombak tanpa tangkainya dan benda benda lain yang
dianggap bernilai tinggi.
Namun Paksi menjadi berdebar debar ketika la mendengar
Ki Tumenggung Wirayuda itu bertanya " Apakah diantara
perhiasan-perhiasan itu tidak terdapat sebuah cincin dengan
mata tiga buah batu akik. "
Ki Bekel yang ikut mengeluarkan perhiasan-perhiasan dari
petinya menggeleng sambil berkata "Tidak Ki Tumenggung.
Tetapi apa yang Ki Tumenggung maksudkan, ada orang yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pernah melaporkan kehilangan cincin dengan mata tiga buah
batu akik" " Ki Tumenggung termangu-mangu sejenak Namun
kemudian katanya " Tidak. Tidak apa-apa. Aku hanya pernah
mendengar bahwa cincin yang demikian Itu adalah cincin yang
baik. " " Bukankah biasanya cincin hanya mempunyai matu satu
batu akik" " bertanya Adeg Panatas.
" Ya. Cincin yang satu itu memang cincin yang, khusus. "
jawab Ki Tumenggung. Paksi menarik nafas dalam-dalam. Sementara Ki Bekel
bertanya "Cincin siapakah yang Ki Tumenggung maksudkan" "
"Seseorang mencari cincinnya yang hilang. Bukan
dirampok. tetapi siapa tahu, cincin itu akhirnya jatuh ketangan para perampok. "
Adeg Panatas masih akan bertanya Tetapi Ki Tumenggung
telah berkata " Sudahlah. Cincin dengan mata tiga buah batu
akik itu tidak penting. "
Dengan demikian, maka Ki Tumenggung itu mulai
membicarakan, bagaimana ia akan membawa barang-barang
berharga itu serta para tawanan. Bagi Ki Tumenggung, Ki
Pituhu itu merupakan tawanan yang penting. Karena dari
mulutnya akan dapat didengar, siapa saja yang pernah
dirampoknya. Dengan demikian, maka Ki Tumenggung itu
akan dapat menelusuri, siapakah pemilik benda-benda
beiharga itu. Meskipun tidak seluruhnya, tetapi para
pemiliknya akan berterima kasih jika barang-barang yang
masih dapat diketemukan itu kembali kepada mereka.
"Dalam hal ini, aku tidak dapat mengambil keputusan
sendiri " berkata Ki Tumenggung Wirayuda " aku harus
memberikan laporan ke Pajang. Pajang tentu akan
menugaskan seeorang yang menguasai kepastian paugeran
dalam persoalan seperti ini untuk bersama-sama
menyelesaikannya. " Demikianlah, maka segala sesuatunya sudah disepakati
oleh kedua belah pihak. Ki Bekel dan para bebahu padukuhan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu, merasa bahwa kewajiban mereka telah mereka lakukan
dengan baik, sehingga mereka tidak dibebani oleh
kegelisahan. Namun Ki Tumenggung Wirayuda itu berkata " Tetapi
setiap saat, kami mungkin masih akan menghubungi Ki Bekel
untuk mendapat keterangan yung diperlukan. "
" Kami tidak berkeberatan, Ki tumenggung" jawab Ki Bekel.
Meskipun demikian, ternyata Ki Tumenggung itu juga
bertanya tentang sikap Ki Demang yang sealah olah tidak ikut
campur dalam persoalan yang termasuk penting ini.
" Ki Demang sudah mengetahui persoalannya, Ki
Tumenggung " jawab Ki Bekel " Ki Demang memigrta kan
kami untuk menyelesaikan persoalan ini, Ka?cna itu, kami
telah datang menghadap Ki l'uincitfguug.
" Baiklah Ki Bekel. Dengan demikian untuk selanjutnya kami
akan selalu berhubungan dengan Ki Bekel saja. "
Demikianlah, malam itu, Ki Tumenggung dan pengiringnya
telah bermalam di padukuhan itu. Ki Tumenggung sempat
berbicara serba sedikit dengan Ki Pituhu.
Namun nampaknya Ki Pituhu tidak mudah unluk
memberikan jawaban atas pertanyaan pertanyaan yang
diberikan oleh Ki Tumenggung. Meskipun demikian, Kl
Tumenggung masih belum menekun Ki Pituhu agar menjawab
pertanyaan-pertanyaan itu.
Ketika Ki Tumenggung bertanya tentang Kebo Lorog, maka
jawaban Ki Pituhupun masih juga melingkar-lingkar. Bahkan
seperti orang mengigau Ki Pituhu berkata " Ki Kebo Lorog
bukan seorang perampok. Ia datang sama sekali tidak ada
hubungannya dengan benda-benda hasil rampokan itu. Ia
sama sekali tidak menginginkan apapun juga. "
" Jika saja ia tidak harus melarikan diri, ia tentu akan
membawa sebagian besar dari benda-benda ini " berkata Ki
Tumenggung. " Tidak " jawab Ki Pituhu " kami tidak mempunyai
hubungan apa-apa dengan Kebo Lorog kecuali bahwa kami
telah mengenalnya dengan baik. Ia datang untuk menanyakan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pesanannya kepadaku, karena ia mengenal aku sebagai
seorang saudagar perhiasan, wesi aji dan berbagai jenis
pusaka. " " Apa yang dipesankan kepadamu" " bertanya Ki
Tumenggung. Wajah Ki Tumenggung menegang ketika ia mendengar Ki
Pituhu menjawab " Sebuah cincin dengan mata tiga buah batu
akik. " Paksi yang juga mendengar pembicaraan itu menjadi
tertarik pula untuk mendengarkan lebih jauh. Tetapi Ki
Tumenggung justru menghentikan pertanyaan-pertanyaannya
dan memerintahkan untuk membawa Ki Pituhu kembali ke bilik
tahanannya. " Meskipun Ki Bekel dan Adeg Panatas juga tertarik
mendengar jawaban Ki Pituhu lenlang cincin bermata tiga
buah batu akik Itu, tetapi mereka tidak terlalu lama
memikirkannya. Mereka menganggap bahwa beberapa orang
mempunyai kepercayaan bahwa cincin yang demikian itu
adalah cincin yang dianggap bernilai tinggi. Tetapi mereka
belum pernah mendengar bahwa cincin itu adalah cincin istana
yang hilang. Malam itu Paksi yang untuk beberapa lama tinggal dirumah
Sura kembali merenungi dirinya. Demikian ia kembali dari
banjar, telinganya masih saja mendengar pertanyaan Ki
Tumenggung Wirayuda tentang cincin bermata tiga serta
keterangan Ki Pituhu bahwa Kebo Lorog sekedar memesan
cincin serupa itu pula. Meskipun Ki Pituhu itu berbohong dan
mengingkari hubungannya dengan Kebo Lorog, namun bahwa
ia juga menyebut cincin bermata tiga buah batu akik itu telah
mengganggu pikirannya. " Ternyata ayah tidak sendiri " berkata Paksi didalam
hatinya " Ki Tumenggung Wirayuda juga berusaha mencari
cincin itu. Bahkan Kebo Lorog juga berbicara tentang cincin
bermata tiga itu. " Namun dengan demikian. Paksi makin menyadari bahwa
tugas yang dihadapinya adalah juga yang semakin berat,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terngiang kembali suara ibunya " Kakang Tumenggung. Paksi
masih terlalu muda untuk melakukan tugas yang begitu berat.
" Tetapi ayahnya membentak " Kau selalu memanjakannya. "
Paksi menarik nafas dalam-dalam. Ia tidak pernah merasa
terlalu dimanjakan oleh ibunya. Perhatian ibunya kepadanya
dan kepada adik-adiknya tidak berbeda. Tetapi justru karena
sikap ayahnya yang berbeda terhadapnya dari sikapnya
kepada adik-adiknya, maka ayahnya selalu menyangka bahwa
ia terlalu dimanjakan oleh Ibunya
Terasa sesuatu bergelar dihati Paksi, Justru setelah ia
keluar dari rumahnya, maka ia sempat, menilai apa yang
pernah terjadi atas dirinya. Wajah ayahnya yang tidak pernah
manis kepadanya sebagaimana kepada kedua orang adiknya.
Tetapi Paksi berusaha untuk menyingkirkan perasaannya
itu. Ia tidak mau menuduh ayahnya bersikap emban cinde
emban siladan. Ia tidak mau menganggap ayahnya tidak adil
terhadap ketiga orang anaknya.
Paksi mencoba untuk dapat memejamkan matanya.
Dengan susah payah ia menyingkirkan angan-angannya
tentang keluarganya. Tetapi ia justru terjebak kedalam
persoalan yang lain. Ia tidak melihat orang yang wajahnya
cacat itu berada diantara orang-orang yang tertangkap
bersama Ki Pituhu. Juga tidak ada diantara mereka yang
terluka parah. " Orang itu agaknya berhasil melarikan diri sebagaimana
Kebo Lorog " berkala Paksi didalam hatinya.
Namun dengan demikian, orang yang sudah dapat
mengenalinya itu akan selalu membayanginya. Setiap saat
orang itu akan dapal muncul dihadapannya. Mungkin orang itu
berusaha membayanginya. Tetapi mungkin orang itu
menjumpainya dengan tidak sengaja dimana-pun. Sebagai
pengikut Ki Pituhu, maka orang itu tentu juga pernah
mendengar tentang cincin bermata tiga buah batu akik itu.
Jika orang itu juga memburu cincin itu, memang ada
kemungkinan mereka akan dapat bertemu lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Paksi tidak pernah merasa takut kepada orang itu.
Beberapa kali ia sudah berhadapan langsung dan bertempur
melawannya. Paksi selalu dapat mengusir orang itu.
Tetapi ada sesuatu yang terasa aneh bagi Paksi. Menurut
pendapat Paksi, orang itu memiliki sumber ilmu yang sama
dengan ilmunya. Bahkan unsur-unsur dari ilmu itu telah
berkembang dan terasa lebih matang. Tetapi orang itu tidak
mampu mengalahkannya dan bahkan orang itu setiap kali
harus menyingkir dari medan.
Paksipun merasa aneh, bahwa justru dalam setiap
pertempuran, rasa-rasanya ia telah menemukan sesuatu yang
baru, yang dapat membuat ilmunya semakin berkembang
pula. Tetapi persoalan itu tetap menjadi persoalan pribadinya. Ia
tidak akan dapat minta pendapat apalagi pertimbangan
kepada orang lain. Namun angan-angan Paksi itu semakin lama memang
menjadi semakin kabur, sehingga akhirnya Paksi itupun telah
tertidur disisa malam itu.
Seperti hari-hari sebelumnya selama ia berada dirumah
Sura, maka pagi-pagi Paksi sudah bangun.
Salampun ternyata telah bangun pagi pagi pula dan
bersama Paksi membersihkan halaman samping rumah
Ketika Paksi menimba air di sumur, maka Salampun ikutikutan pula ke sumur. Tetapi Paksi mencegahnya
" Kau akan justru terangkat oleh senggot timba itu "
berkata Paksi. " Aku sudah dapat menimba sendiri " berkata Salam,
" Jangan. Jika ayahmu melihatnya, maka ayahmu tentu
akan marah. Kau masih terlalu kecil untuk menahan berat
senggot itu. " Salam memang nampak menjadi kecewa. Tetapi Paksipun
berkata " Ambil bumbung itu. Kau isi gentong di dapur. "
Salampun segera berlari mengambil sebuah bumbung
pering petung. Sepotong bumbung bumbu petung yang besar.
Tetapi Paksi memilih yang tidak terlalu panjang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sura memperhatikan anaknya yang berlari-lari itu sambil
tersenyum. Agaknya Salam menjadi lebih gembira setelah
Paksi ada dirumah itu. Tetapi Sura menyadari, bahwa Paksi tidak akan dapat
terlalu lama dirumahnya. Jika nanti Ki Tumenggung Wirayuda
meninggalkan padukuhan itu, maka Paksipun tentu akan
segera pergi untuk melanjutkan pengembaraannya.
Sebelum matahari terbit, Paksi memang telah berbenah


Jejak Di Balik Kabut Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

diri. Ia sudah mengenakan pakaiannya sendiri Sudah mencuci
pakaian yang dipinjamnya dari Sura. Paksi memang sudah
berniat untuk melanjutkan perjalanannya melakukan perintah
ayahnya. Pergi ketempat yang tidak diketahuinya.
Tetapi dengan satu pengertian baru, bahwa banyak orang
yang akan meramaikan perburuan itu. Bukan hanya para
pemimpin prajurit dan lingkungan tertentu di istana. Tetapi
orang-orang seperti Kebo Lorogpun telah ikut berburu pula.
Pagi itu Sura telah dipanggil ke banjar bersama Paksi. Juga
Mertawira, selain Ki Bekel, Ki Jagabaya dan para bebahu.
Ki Tumenggung Wirayuda hari itu akan kembali ke
Kwarasan. " Atas persetujuan kalian, maka benda-benda berharga ini
akan aku bawa ke Kwarasan. Kalian telah menyaksikan isi dari
peti-peti itu, sehingga pada suatu saat mungkin para petugas
dari Pajang ingin mendengar keterangan kalian.
" Baiklah. " jawab Ki Bekel " setiap saat kami bersedia
melakukan perintah apapun juga. Kami akan menjadi saksi
semua peristiwa yang telah terjadi. "
Namun Ki Wirayuda sempat juga bertanya " Apakah kalian
tidak akan mengulangi menyelenggarakan keramaian merti
desa itu" " " Keramaian itu sudah kami lakukan, Ki Tumenggung. Kami
telah menyatakan sukur atas keberhasilan kami pada musim
tanam padi yang lalu, meskipun keramaian itu sempat bubar
di dini hari. Tetapi kami rasa kami tidak perlu mengulanginya, Ki Tumenggung. "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
" Jika Ki Bekel ingin mengulanginya, serta Ki Bekel ingin
mendapat perlindungan dari para prajurit, maka kami akan
dapat melakukannya. "
" Terima kasih Ki Tumenggung. Kami merasa bahwa yang
kami lakukan sudah cukup. Selain itu kami memang harus
berhemat sampai musim panen mendatang. "
" Bagus " berkata Ki Tumenggung " sebaiknya kalian
memang mempergunakan nalar untuk mencapai
keseimbangan dalam tatanan kehidupan kalian, "
" Ya, Ki Tumenggung. Kami sadari hal itu, justru karena
pada umumnya orang-orang padukuhan kami bukan orangorang yang kaya. " Ki Tumenggung tersenyum. Kemudian katanya "Baiklah.
Kami akan minta diri. Kami hargai kejujuran kalian meskipun
padukuhan ini bukan sebuah padukuhan yang kaya. Mungkin
pada suatu saat aku masih akan datang lagi kemari. " lalu
katanya kepada Paksi " kau akan menjadi kebanggaan
padukuhan ini anak muda. Aku ingin kau sekali-sekali dalang
ke Kwarasan sementara aku masih bertugas di sana."
" Terima kasih Ki Tumenggung" jawab Paksi. Tetapi Paksi
tidak menjawab lebih panjang lagi la ingin Ki Tumenggung
Wirayuda itu tidak terlalu banyak memperhatikannya, karena
Paksi memang sudah merencanakan untuk segera
meninggalkan padukuhan itu
Demikianlah, maka sejenak kemudian iring-iringan
sekelompok prajurit yang dipimpin langsung oleh Ki
Tumenggung Wirayuda itu telah meninggalkan padukuhan.
Beberapa ekor kuda yang memang sudah dipersiapkan untuk
para tawanan telah dipergunakan oleh para tawanan itu pula,
termasuk Ki Pituhu. Selebihnya beberapa ekor kuda menjadi
kuda beban untuk membawa barang-barang berharga yang
dapat dirampas dari tangan sekelompok perampok yang
dipimpin oleh Ki Pituhu dibawah bayangan kuasa Kebo Lorog.
"Kekuatan yang cukup untuk menguasai para tawanan dan
melindungi benda-benda berharga itu " desis Adeg Panatas.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Bekel mengangguk-angguk. Namun katanya "Bukankah
kau tidak akan segera meninggalkan padukuhan ini" "
Adeg Panatas tersenyum. Katanya " Tidak kakang.
Bukankah aku orang padukuhan ini" Aku memang sudah
memutuskan untuk pulang dan tinggal di padukuhan ini."
" Sokurlah " berkata Ki Bekel " aku memperhitungkan,
bahwa padukuhan ini tidak akan pernah dilupakan oleh Kebo
Lorog. Jika pada suatu saat ia tidak mempunyai kesibukan,
maka ia akan teringat kepada kekalahannya di padukuhan ini.
" Adeg Panatas tersenyum. Katanya " Aku mempunyai
kesempatan untuk mempersiapkan diri. Juga mempersiapkan
anak-anak muda padukuhan ini untuk menerima kedatangan
Kebo Lorog dan para pengikutnya. Bersama orang-orang yang
memiliki keberanian dan dua tiga orang bekas prajurit, aku
akan dapat berbuat banyak di padukuhan ini. "
" Terima kasih " Ki Jagabayalah yang menyahut " kehadiran
adi Adeg Panatas memang membuat hati kami menjadi
tenang. " Paksi mendengarkan pembicaraan itu sambil menganggukangguk kecil. Tetapi Paksi sendiri tidak mencampurinya
sepatah katapun juga. Sementara itu, orang-orang padukuhan
itu juga masih belum sempat melihat kemampuan Paksi yang
sebenarnya. Baru kemudian ketika ada kesempatan, Paksi itupun telah
menyatakan niatnya untuk minta diri.
Ki Bekel dan orang-orang lain yang ada di banjar itu
terkejut. Dengan dahi yang berkerut, Ki Bekel berkata "
Bukankah kau mendengar sendiri Paksi, bahwa kau
diharapkan dapat datang ke Kwarasan?"
Paksi sambil menunduk berkata " Mungkin pada suatu saat
aku akan menghadap Ki Tumenggung di Kwarasan. Tetapi
sebelumnya aku ingin melanjutkan pengembaraanku. Aku
sudah bertekad untuk melakukannya"
Ternyata tidak seorangpun yang dapat menahan Paksi.
Sura juga tidak. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun Sura masih minta agar Paksi menyempatkan diri
untuk memberitahukan kepergiannya kepada Salam.
" Katakan bahwa kau akan pergi. Tetapi katakan juga
bahwa kau akan kembali. "
" Apakah anak itu tidak akan selalu berharap" " bertanya
Paksi. " Bukankah kau memang akan kembali pada suatu saat" "
bertanya Sura. Paksi tidak segera menjawab. Namun akhirnya iapun
mengangguk. Katanya " Ya, paman Puda suatu saat aku ingin
kembali ke padukuhan ini"
Ki Bekel masih juga berkata "Kau adalah orang yang
menjadi lantaran untuk memecahkan persoalan ini, Paksi. Jika
kau bukan seorang anak muda yang berani, maka padukuhan
ini dan beberapa padukuhan yang lain masih akan tetap
dibayangi ketakutan karena hantu keranda yang dapat
terbang sendiri itu. "
" Hanya satu kebetulan saja, Ki Bekel. "
" Mungkin memang satu kebetulan. Tetapi jika kebetulan
itu terjadi pada orang lain, maka orang yang melihat keranda
terbang itu tentu akan menjadi pingsan."
Tetapi Paksi masih juga memenuhi permintaan Sura. Ia
singgah dirumah Sura untuk minta diri kepada keluarga yang
menurut pendapat Paksi adalah keluarga yang baik
Salam memang menjadi gelisah. Bahkan mulaii merengek.
Tetapi Paksipun kemudian berkata "Padu lain hari, aku akan datang lagi kemari, Salam"
" Kakang berkata sebenarnya" " bertanya Salam.
" Ya. Aku berkata sebenarnya " jawab Paksi. Salam menjadi
sedikit tenang, meskipun nampak
ragu-ragu. Ibunyalah yang kemudian berusaha untuk meyakinkan
Salam, bahwa ia tidak dapat menahan Paksi lebih lama lagi.
" Kakang Paksi mempunyai tugas yang penting. Jika ia
tinggal disini terlalu lama, tugasnya tidak akan selesai."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Meskipun Paksi tahu bahwa ibu Salam itu sekedar
menenangkan anaknya, tetapi jantungnya menjadi berdebardebar. Ia memang mempunyai tugas yang penting. Tugas
yang tidak diketahui, bagaimana ia harus melakukannya.
Demikianlah, maka hari itu, Paksi akan meninggalkan
rumah Sura. Paksi menolak kelika Sura menawarkan agar
Paksi membawa sepengadog pakaiannya.
" Kau memerlukan ganti pakaian diperjalanan " berkata
Sura. " Aku dapat mencucinya " jawab Paksi.
Sura memang tidak memaksanya, Tetapi ia sempat
berdesis " Kau berhak untuk mendapatkan hadiah, karena kau
telah menemukan benda-benda yang nilainya tidak terhitung
itu. " " Barang-barang itu ada yang memilikinya, paman, Jika Ki
Pituhu kelak memberi tahukan siapa saja yang telah
dirampoknya, maka barang-barang itu akan dapat kembali
kepada pemiliknya. Setidak-tidaknya sebagian"
" Hadiah itu tidak terdiri dari sebagian benda-benda
berharga yang diketemukan itu. Tetapi hadiah itu seharusnya
kau dapatkan dari Pajang. "
Paksi tersenyum. Katanya " Aku belum memerlukan sekali,
paman. Entahlah kelak. ."
Sura melihat kejujuran memancar dimata Paksi. Karena itu,
maka iapun berdesis" Mudah mudahan kejujuranmu akan
dapat membawamu kepada kemujuran, meskipun dapat pula
terjadi sebaliknya."
" Maksud paman" " bertanya Paksi.
" Kejujuran justru dapat menjerat seseorang kedalam
kesulitan " jawab Sura.
" Jadi maksud paman, sebaiknya orang tidak berlaku jujur"
" bertanya Paksi. " Tidak. Tidak. Bukan itu maksudku. Orang yang jujur
adalah orang-orang yang terpilih. Aku bermaksud ingin
mengatakan suatu kenyataan, bahwa diantara orang orang
yang jahat, dengki dan iri hati, maka orang-orang jujur akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dianggap sebagai racun, sehingga mungkin sekali mereka
yang jujur itu akan mengalami kesulitan. Namun
bagaimanapun juga kejujuran adalah suatu mahkota yang
tidak ternilai harganya. '"
Paksi menarik nafas dalam-dalam. Namun kemudian
katanya " Aku mohon doa paman, bibi dan seluruh keluarga. "
" Semoga Yang Maha Agung akan selalu melindungimu
disepanjang perjalananmu. Semoga kau akan dapat mencapai
keinginanmu dengan pengembaraanmu"
Paksi meninggalkan rumah Sura dengan han yang berat.
Tetapi ia sudah memantapkan hatinya untuk berjalan terus.
Jika ia tetap tinggal dirumuh Sura, maka akan sulit baginya
untuk dapat menemukun cincin yang dicari nya itu.
Ketika Paksi keluar dari regol padukuhan, matahari sudah
tinggi dilangit. la membayangkan, debu yang dilemparkan oleh
derap kaki kuda sekelompok prajurit yang mengiringi Ki
Tumenggung Wirayuda ke Kwarasan.
Tetapi arah perjalanan Paksi lain dengan arah perjalanan Ki
Tumenggung Wirayuda. Mendekati tengah hari, maka jalan-jalan terasa sepi di
tengah-tengah bulak. Orang yang bekerja disawahpun mulai
menjadi letih. Keringat membasahi kulit mereka yang terbakar
oleh sengatan sinar matahari:
Sekali-sekali Paksi bertemu dengan perempuan yang
membawa gendi berisi air, serta bakul berisi nasi dan
kelengkapannya. Perempuan-perempuan itu membawa
makanan bagi suami, ayah atau anak-anak mereka yang
bekerja disawah dan tidak sempat pulang disiang hari untuk
makan siang. Ketika Paksi sampai disimpang ampat, maka Paksi berhenti
sejenak dibawah sebatang pohon randu yang daunnya tidak
begitu banyak. Tetapi di cabang-cabang dan rantingnya
bergayutan buah tandu yang sudah menjadi tua dan kering.
Warnanya menjadi kecoklat-coklatan. Satu dua yang telah
pecah, melontarkan kelentengnya dan menghamburkan
kapuknya yang berwarna putih.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Paksi menarik nafas dalam-dalam.
Di tengah hari itu, leher Paksi memang terasa kering.
Tetapi ia berharap untuk menjumpai sebuah kedai di
padukuhan yang agak besar di ujung bulak itu.
Tetapi untuk berjalan ke kedai itu rasa-rasanya kakinya
menjadi berat. Paksi lebih senang duduk dibawah pohon randu
yang meskipun daunnya tidak begitu lebat, tetapi dapat
melindunginya dari teriknya matahari.
Paksi mengangkat wajahnya ketika ia melihat seorang gadis
yang menggendong sebuah bakul kecil sambil menjinjing
gendi lewat. Gadis itu sempat berpaling kepadanya.
Tetapi gadis itu berjalan terus.
Paksi mengerutkan dahinya, gadis itu berjalan dibawah
matahari yang bertengger dipuncak langit,
Paksipun kemudian bangku berdiri dan meneruskan
langkahnya menuju ke padukuhan diujung bulak itu
Keringatnya yang mengalir dengan derasnya lelah
membasahi pakaiannya. Semakin dekat langkahnya dengan
padukuhan didepan, maka Paksi melihat padukuhan itu bukan
saja besar, tetapi tentu juga sebuah padukuhan yang
terhitung mempunyai tataran kesejahteraan yang tinggi.
Regol padukuhan itu tidak sekedar memenuhi kebutuhan.
Tetapi dibuat dengan bahan yang baik. Buatannya-pun
nampak baik dan dikerjakan dengan sungguh-sungguh.
Demikian Paksi memasuki regol padukuhan flu, udara rasarasanya menjadi sejuk. Angin membelai lembut menyentuh
dedaunan yang hijau. Padukuhan itu memang sebuah padukuhun yang memiliki
kesejahteraan yang tinggi bagi para penghuninya.
Pada regol padukuhan itu terukir huruf-huruf yang berbunyi
" Muncar. " Paksi menarik nafas dalam-dalam. Ia telah memasuki
sebuah padukuhan yang bernama Muncar.
Seperti yang diduga, padukuhan itu nampak lebih ramai
dari padukuhan-padukuhan yang pernah dilewati nya. Sambil
melihat-lihat halaman rumah yang bersih disebelahTiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyebelah jalan, Paksi berjalan terus di jalan induk
padukuhan itu. Halaman-halaman rumah yang pada umumnya
terbentang luas disepular rumah yang besar dan terawat,
ditanami dengan beberapa batang pohon buah-buahan,


Jejak Di Balik Kabut Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sehingga suasananya menjadi uejuk.
Anak-anak kecil masih saja nampak bermain-main di
halaman yang luas meskipun di tengah hari. Suaranya riuh
memancarkan kegembiraan yang bebas.
Namun demikian, leher Paksi masih juga terasa kering. Ia
masih membutuhkan sebuah kedai untuk mendapatkan
minuman. Beberapa saat kemudian maka Paksipun telah sampai
kesebuah pasar. Pasar itu agaknya sebuah pasar yang agak
besar. Tetapi di saat matahari telah sampai kepuncak langit
itu, pasar itu sudah nampak sepi.
Tetapi yang dicari oleh Paksi hanyalah sebuah kedai.
Sedangkan didekat pasar yang sudah sepi itu terdapat
beberapa buah kedai yang masih membuka pintunya.
Beberapa orang masih berada di kedai itu. Mereka adalah
orang-orang yang baru saja selesai berjualan di pasar itu.
Setelah mengemasi sisa dagangan mereka, maka mcrekapun
singgah barang scbentai untuk minum dan makan di kedai itu.
Paksipun kemudian telah duduk disalah satu diantara kedai
yang maih membuka pintunya itu, Dua orang masih berada
didalam kedai yang terhitung cukufTbesar itu, yang
mempunyai tempat duduk yang cukup banyak.
" Sehari-hari, disaat pasar ini masih ramai, kedai ini tentu
ramai juga. " berkata Paksi didalam hatinya.
Demikian Paksi duduk, maka seorang pelaan telah
mendekatinya dan bertanya, apa yang dipesannya.
Paksipun kemudian telah memesan minuman untuk
membasahi kerongkongannya.
Sambil meneguk minuman dan mengunyah makanan yang
dihidangkan, maka Paksi telah mendengarkan kedua orang
yang berada di kedai itu memperbincangkan ceritera tentang
keranda yang terbang di malam hari memasuki kuburan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Keduanya juga sudah mendengar bahwa keranda itu tidak
lebih dari sebuah tipuan.
Paksi sekali-sekali memandang kedua orang ini Tetapi tidak
ada yang menarik perhatian selain cara mereka berceritera.
Bahkan kemudian pemilik kedai yang duduk di antara
geledeg-geledeg rendah ikut berbicara pula tentang hantu
hantuan itu. Paksi memang belum jauh berjalan dari padukuhan yang
pernah dicengkam oleh ketakutan Itu,
" Pada waktu itu " berkata pemilik kedai Itu berita tentang
keranda itu juga telah menakut kan kami di padukuhan
Muncar ini. Aku sendiri memang bimbang antara percaya dan
tidak percaya. Namun akhirnya terbukti bahwa hantu keranda
itu adalah sekedar hantu-hantuan saja. "
Kedua orang itu tertawa. Disela-sela derai tertawanya,
seorang diantara mereka berkata Apakah tidak ada seorang
saja yang mempunyai sedikit keberanian untuk membuktikan
bahwa keranda itu sama sekali bukan hantu" "
Namun pemilik kedai itu menjawab " Tentu ada, karena
akhirnya hantu-hantuan itu telah terbongkar. "
" Tetapi sesudah berjalan untuk waktu yang lama " sahut
seorang yang lain. Tetapi pembicaraan itu terputus. Seorang yang bertubuh
tinggi tegap dan berdada bidang memasuki kedai itu pula.
Dilambungnya tergantung sebilah pedang didalam
wrangkanya yang menarik. Wrangka kayu yang dihiasi dengan
lilitan-lilitan tali yang beraneka warna. Juntai rambut yang
hitam pada tangkai pedang yang berukir Itu.
Paksi memandang orang itu sekilas. Tetapi iapun segera
menunduk kembali memandangi nasi dengan lauk-pauknya
yang telah dipesan pula. Meskipun Paksi sebenarnya masih belum lapar, tetapi selagi
ia berada di kedai, maka sekaligus ia telah memesan nasi
disamping sekedar makanan dan minuman.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang itu memandangi kedua orang yang sudah lebih
dahulu berada di kedai itu dengan tajamnya. Kemudian iapun
berpaling pula kepada pemilik kedai itu.
Sejenak kemudian, orang itupun kemudian telah duduk
pula ditengah-tengah kedai itu menghadap kedua orang yang
telah lebih dahulu duduk dan menikmati minuman dan
makanan itu. " Orang ini menyeramkan " berkata Paksi kepada diri
sendiri. Karena orang itu tidak menghadap kearahnya, maka Paksi
sempat memandanginya pula. Dari samping, Paksi melihat
wajah orang yang garang itu. Seleret kumis nampak diulas
bibirnya yang tebal. Paksi terkejut ketika orang itu tiba-tiba bertanya dengan
suaranya yang berat menekan " Apa yang kalian tertawakan"
" Paksi yang sudah mulai makan itu diluar sadarnya telah
mengangkat wajahnya. Ternyata orang itu memandang kedua
orang yang telah lebih dahulu duduk itu.
Kedua orang itu menjadi pucat. Karena mereka tidak
segera menjawab, maka orang itu bertanya lebih keras " He,
apa kalian berdua tuli atau bisu" Apa yang kalian tertawakan"
" Kedua orang itu menjadi gagap. Seorang diantaranya
menjawab dengan suara bergetar " Tidak:" Kami tidak
mentertawakan siapa-siapa. Kami sedang berkelakar. "
" Apakah kalian mentertawakan aku" " bertanya orang itu.
" Tidak. Sungguh tidak Ki Sanak. "
Orang itu mengangguk-angguk kecil. Kemudian iapun
memberi isyarat kepada pemilik kedai itu untuk mendekat.
Seorang pelayan dengan ragu-ragu melangkah
mendekatinya sambil bertanya " Apakah yang Ki Sanak pesan"
" " Nasi dengan lauk seekor ayam utuh. " Pelayan itu
termangu-mangu sejenak. Dengan ragu-ragu ia berkata "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kami tidak mempunyai ayam yang utuh, Ki Sanak. Yang ada
hanyalah sepotong-sepotong. "
" Jangan dungu. Bukankah yang sepotong-sepotong itu
dapat dibentuk menjadi seekor yang utuh. Dua buah paha,
gending, sayap, dada, ekornya, lehernya dan kepalanya. "
" Baik, baik, Ki Sanak. " jawab pelayan itu.
Beberapa saat orang itu menunggu. Dengan tergesa-gesa
pelayan dan pemilik kedai itu menyediakan pesanannya.
Ketika pelayan itu menghidangkannya, nasi dan potonganpotongan ayam goreng yang digenapi menjadi seekor ayam
utuh, sambal serta lalaban, maka orang bertubuh tinggi, tegap
dan berdada bidang serta berwajah garang itu berkata sambil
menunjuk kedua orang itu " Mereka yang akan membayar. "
Kedua orang itu terkejut. Seorang diantara mereka
bertanya " Kenapa kami" "
Orang bertubuh tinggi itu bangkit berdiri sambil bertanya "
Kau berkeberatan" "
Orang itu menjadi ketakutan. Dengan tubuh gemetar orang
itu menjawab " Tidak. Kami sama sekali tidak berkeberatan.
Aku hanya ingin menjelaskan saja. "
" Terima kasih " berkata orang bertubuh tinggi tegap itu "
jika kau berkeberatan, aku tidak akan menyentuh hidangan
ini. " " Tidak. Kami tidak berkeberatan sama sekali"
Orang itupun kemudian duduk kembali, Sejenak kemudian
maka iapun telah sibuk dengan nasi, sambal, lalaban dan
ayam goreng itu. Seekor utuh.
Paksi menarik nafas dalam-dalam. Hanya dalam waktu
singkat, nasi dan ayam yung seekor itu telah habis
dimakannya. Yang tinggal hanyalah sisa sambal dan lalaban
serta tulang-tulang saja. "
Ketika Paksi sedang memandanginya dengan heran, diluar
dugaan orang itu berpaling kepadanya. Dengan cepat Paksi
menundukkan kepalanya. Tetapi terlambat. Orang itu sempat melihat Paksi
memperhatikan orang itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
" He, kenapa kau membelalakkan matamu?" bertanya
orang itu. Paksi tidak mengangkat wajahnya, la masih saja
menunduk. " He, kenapa" " bertanya orang itu pula.
" Tidak apa-apa, paman. Aku tidak sengaja. " jawab Paksi.
Orang itupun kemudian bangkit berdiri. Selangkah demi
selangkah ia mendekati Paksi. Tangannya yang masih kotor
dan berminyak itu tiba-tiba telah diusapkan pada ikat kepala
Paksi sambil berkata " Aku pinjam ikat kepalamu, anak muda.
" Paksi bergeser menjauh. Dengan sigapnya ia berdiri sambil
menebas tangan orang itu.
Orang bertubuh tinggi dan berwajah garung itu
membelalakkan matanya. Ia tidak mengira bahwa Paksi telah
menebas tangannya dan bergeser menjauh.
" Kau berani menghindar, anak muda " geram orang itu.
" Aku tidak mempunyai ikat kepala lain.kecuali yang aku
pakai ini. Karena itu, aku tidak rela bahwa ikat kepalaku ini
kau kotori. " " Jadi kau berani melawan aku he" Kau lihat bahwa kedua
Pedang Penakluk Iblis 5 Dewi Ular Karya Kho Ping Hoo Pendekar Panji Sakti 26

Cari Blog Ini