Ceritasilat Novel Online

Setan Harpa 2

Setan Harpa Karya Khu Lung Bagian 2


berkumandang memenuhi angkasa.
Dua orang gadis berbaju merah yang menghadang jalan
pergi Ong Bun kim tadi sudah terhajar sampai jatuh
terjengkang diatas tanah.
Ketika dua orang rekannya menyaksikan adegan seram
itu, dengan ketakutan cepat-cepat mereka mundur
kebelakang. Ong Bun-kim menatap mereka dengan pandangan tajam
yang menggidikkan hati, kembali bentaknya.
"Siapa lagi yang sudah bosan hidup " Hayo cepat
laporkan dulu siapa namanya!"
Dengan ketakutan kembali dua orang perempuan berbaju
merah itu mundur selangkah ke belakang.
Kekejaman dan kebrutalan menghiasi wajah Ong Bunkim
yang dingin, selangkah demi selangkah ia maju ke
muka menghampiri Siluman bunga penghisap darah yang
masih tergeletak ditanah itu.
Bayangan manusia berkelebat lewat, dan tahu-tahu
perempuan gemuk berbaju merah itu sudah di
cengkeramnya. Begitu korban berhasil ditangkap, sambil menyengir
seram ia menyapu sekejap sekeliling tempat itu.
Disaat itulah Siluman bunga penghisap darah sadar
kembali dari pingsannya ketika ia mengetahui kalau
tubuhnya sudah terjatuh dalam cengkeraman Ong Bun-kim,
kontan saja paras mukanya berubah menjadi pucat keabuabuan.
"Heehh...heeeh heeehhh... tolong tanya sekarang,
siapakah yang akan mampus dengan darah berceceran?"
ejek Ong Bun-kim sambit tertawa dingin tiada hentinya.
"Mau.... mau apa kau?"
Ong Bun-kim tertawa congkak, sekulum yang sukar
diraba artinya menghiasi ujung bibirnya.
"Sulit untuk dikatakan apa yang bakal kulakukan"
demikian ia menjawab dengan sinis, "kemungkinan kau
akan kubunuh, kemungkinan juga kau akan kulepas, itu
semua tergantung apakah kau bersedia menjawab sebuah
pertanyaan yang akan kuajukan kepadamu!"
"Pertanyaan apa yang hendak kau ajukan kepadaku?"
"Apakah kau adalah anak buah dari Sin-li-kok (lembah
gadis suci)?" Ong Bun kim mulai bertanya, "Tepat sekali
pertanyaanmu itu!" "Lembah Sin-li-kok terletak dimana?"
"Sayang aku tak mau menjawab!"
"Wahai Siluman bunga penghisap darah! teriak "anak
muda itu dengan penuh kemarahan, jika kau tidak
menjawab pertanyaanku ini pertama-tama akan kurusak
lebih dulu raut wajahmu, kemudian....heeebhh heeehhh
heeeh akan kusuruh kau merasakan lagi suatu penyiksaan
yang terkeji sebelum akhirnya jiwamu kurenggut."
Cukup hebat ancaman tersebut, seketika itu juga sekujur
badan Siluman bunga penghisap darah gemetar keras.
"Jangan,....jangan kau lakukan itu......baiklah kujawab
dengan sejujurnya. Lembah Sin li kok terletak diatas bukit
Soat im san." "Apa....." Lembah Sin li kok berada diatas bukit Soat im
san ?" saking kagetnya Ong Bun kim sampai menjerit
tertahan. Secara tiba-tiba saja ia teringat akan perkataan yang
pernah disampaikan Tui hong pocu kepadanya menurut
kakek itu, diatas bukit Soat-im-san telah muncul sebuah
perguruan yang amat misterius, dan kokcu dari lembah
tersebut kemungkinan besar adalah salah satu diantara Siau
Hiu un dan Coa Siok oh. "Betul, letaknya berada diatas bukit Soat im-san!"
Siluman bunga penghisap darah kembali membenarkan.
Dalam waktu yang amat singkat itu pelbagai perubahan
berlangsung diatas wajah Ong Bun kim kejadian yang
hakikatnya berada diluar dugaan ini membuat anak muda
itu merasa kaget bercampur tercengang, untuk sesaat ia
cuma dapat berdiri tertegun dengan wajah kebingungan.
Lama.....lama sekali paras muka Ong Bun kim baru
berubah kembali menjadi tenang, kembali ia bertanya:
"Siapakah nama kokcu kalian?"
"Kui kok sin li (Gadis suci lembah setan)!"
"Aku menanyakan siapa nama sebenarnya?" bentak anak
muda itu. "Aku tidak tahu!"
"Apa" Tidak tahu" Omong kosong... masa kalian tidak
tahu siapa namanya yang sesungguhnya."
"Tapi aku sungguh tidak tahu!"
Paras muka Ong Bun kim berubah hebat. "Jadi kau
sengaja tak mengakuinya?" ia berteriak.
"Tidak, aku tidak berkepentingan untuk membohongi
kau, kami benar-benar tak tahu siapa nama aslinya, sebab
kami semua hanya menyebutnya sebagai Kui kok sin li!"
jawab siluman bunga penghisap darah dengan nada yang
panik. Ong Bun kim termenung sebentar, ia merasa tidak
mungkin memang kalau Siluman penghisap darah sengaja
membohonginya, tapi harusnya orang itu dibunuh" Atau
diampuni saja selembar jiwanya"
Lama, lama sekali, akhirnya ia tertawa dingin.
"Sesungguhnya kau ingin mati ataukah ingin hidup?" ia
menegur. "Kalau ingin mati bagaimana" Dan kalau ingin hidup
bagaimana pula." "Kalau ingin hidup pergi beritahu kepada kokcu kalian
bahwa dalam tiga hari mendatang, putra Su-hay-pong-kek
Ong Si liat akan datang menyambanginya!"
"Tentang soal ini, aku bisa melaksanakannya untukmu!"
Ong Bun kim tidak berbicara lagi, dengan suatu gerakan
yang sangat cepat secara beruntun ia menotok empat buah
jalan darah kematian diatas tubuh Siluman bunga
penghisap darah, kemudian katanya:
"Jalan darah kematian ditubuhmu sudah kutotok semua
bila kokcu kalian tak sanggup untuk membebaskan
pengaruh totokan itu, maka jiwamu tak bisa melewati
empat hari lagi, nah sekarang kau boleh enyah dari
hadapanku..." Sembari berkata, tubuh siluman bunga penghisap darah
yang gemuk besar itu dilemparkan ke arah seorang gadis
berbaju merah yang berada dihadapannya.
Dengan cepat gadis berbaju merah itu menyambut tubuh
siluman bunga penghisap darah, tapi untuk sesaat lamanya
ia cuma berdiri tertegun disitu rupanya ia tak tahu apa yang
musti dilakukan. Menyaksikan sikap musuhnya, Oug Bun kim segera
membentak keras: "Hei, apa lagi yang kalian tunggu" Kalau enggan enyah
dari sini, mari akan kuhantar kalian untuk pulang ke alam
baka!" Sesudah ditegur, dua orang gadis berbaju merah itu baru
tersentak dari lamunannya, tanpa berbicara lagi mereka
putar badan dan mengambil langkah seribu.
Sepeninggal perempuan-perempuan dari Sin li kok
manusia berkerudung hitam itu baru mengejek sambil
tertawa dingin: "Caramu bersikap maupun tindakan yang kau ambil tak
berbeda jauh dengan kelakuan gurumu dimasa lampau,
itulah dinamakan begitu gurunya begitu juga muridnya,
kagum kagum aku benar-benar merasa kagum!"
Ong Bun-kim tertawa dingin pula.
"Heeehhh heehh heeehh bukankah telah kau akui bahwa
Kiam hay-lak-yu telah tewas semua ditanganmu?"
"Masa kau percaya" Aku hanya membohongimu!"
"Kenapa?" "Sebab kau telah menuduh akulah yang melakukan
perbuatan itu. Padahal aku mengidap suatu penyakit aneh
yakni apa yang telah dituduhkan kepadaku selalu kuakui
dengan begitu saja!"
"Lantas apakah Sam jiu-hek-hou juga tewas di
tanganmu?" tanya Ong Bun-kim lagi.
"Ooooh rupanya sekarang aku harus menyangkalnya!"
Ong Bun-kim tertegun, ia tak menyangka kalau manusia
berkerudung hitam itu menyangkal sebagai pembunuh dari
perempuan yang bernama Rase hitam berlengan tiga, sebab
dengan begini maka berarti bahwa persoalan dibalik
kesemuanya itu bukan persoalan yang gampang.
Kembali ia termenung sejenak, lalu tanyanya:
"Berapa biji mata uang kematian yang berhasil kau
miliki?" "Hanya satu biji?"
"Betul, bila ditambah milikmu maka aku akan memiliki
dua biji!" Ong Bun-kim segera tertawa lebar.
"Oooh...... tampaknya kau begitu bernapsu uniuk
mendapatkan pula mata uang kematian yang berada
disakuku ini?" "Betul!" "Kau ingin berkelahi sekali lagi?"
"Tidak, aku tak ingin berkelahi... aku menghendaki suatu
penyelesaian secara damai"
"Penyelesaian secara danai bagaimana maksudmu."
"Tak ada salahnya jika kita bertaruh, akan kuletakkan
mata uang kematian yang kumiliki ini dalam genggamanku,
lalu kau boleh menebak adakah atau tidak mata uang
tersebut dalam genggaman yang kusodorkan ke
hadapanmu, jika kau berhasil menebaknya secara jitu, maka
mata uang kematianku ini akan kuberikan kepadamu."
"Kalau aku tak berhasil untuk menebaknya"!"
"Tentu saja kau harus serahkan mata uang kematian
milikmu itu kepadaku."
"Bagus sekali, aku setuju!"
Manusia berkerudung hitam itu masukkan tangan
kanannya ke dalam saku, tak lama kemudian tangan itu
dicabut keluar, dengan mengepalnya kencang kencang,
tangan kanan tadi diangsurkan ke hadapan Ong Bun-kim.
"Hayo coba kau tebak!." katanya.
Ong Bun-kin rada gentar, jantungnya serasa berdetak
lebih kencang, ia tak tahu bagaimana jadinya bila ia kalah
dalam pertaruhan tersebut "
Mendadak ia seperti menemukan sesuatu, sambil tertawa
lebar segera katanya: "Ada! Hayo cepat buka."
Dalam bentakan Ong Bun-kim yang sangat nyaring itu,
Manusia berkerudung hitam tersebut benar-benar
membentang tangannya. Tak salah lagi, dalam
genggamannya memang terdapat sebiji mata uang
kematian. Kontan saja manusia berkerudung hitam itu tertawa
dingin. "Heeehhh heeehhh......heeeh... rupanya tebakanmu tepat
sekali, nah ambillah pergi!"
Sinar emas tampak berkilauan, tahu-tahu mata uang
kematian itu sudah dilemparkan ke arah Ong Bun kim.
Tertegun juga sianak muda itu setelah menerima mata
uang kematian tersebut, karena ia tak mengira kalau
manusia berkerudung hitam itu akan bertindak sejujur itu.
Manusia berkerudung hitam itu kembali tertawa dingin.
"Aku telah kalah bertaruh dan mata uang kematian
sudah kau dapatkan, apa lagi yang harus kutunggu disini"
Selamat tinggal!" katanya.
Selesai berkata, ia putar badan dan siap meninggalkan
tempat itu. "Hei, tunggulah sebentar!" tiba-tiba Ong Bun-kim
membentak keras. Manusia berkerudung hitam itu menghentikan kembali
langkah kakinya, ia bertanya:
"Hei anak muda, apa lagi yang hendak kau tanyakan
kepadaku." "Ada sesuatu urusan yang hendak kurundingkan
denganmu" kata Ong Bun kim, jika mata uang kematian ini
kembalikan kepadamu..."
"Aku diminta untuk memberitahukan dimana gurumu
berada?" sambung manusia berkerudung hitam itu segera.
"Benar!" Kembali Manusia berkerudung hitam itu tertawa dingin.
"Heehhh heeehh heeehh sayang aku enggan untuk
bertukar syarat denganmu!"
Jawaban dari manusia berkerudung hitam itu sungguh
berada diluar dugaan Ong Bun-kim, tanpa sadar ia menjerit:
"Kenapa?" "Sebab nilai untuk memberitahukan jejak gurumu tak
bisa dibayar hanya dengan sebiji mata uang kematian saja,
dan lagi beberapa hari kemudian kedua biji mata uang
kematian itu bakal terjatuh kembali ketanganku."
Berbicara sampai disana tanpa menanti lebih lama lagi ia
putar badan dan berlalu dari sana.
Tindakan lawannya ini tentu saja membuat Ong Bun
kim tertegun, untuk sesaat dia tak tahu ada yang musti
dilakukan. -oo0dw0ooJilid 3 PERASAAN murung, kesal dan sedih kembali
menghiasi raut wajahnya, meskipun dia belum tahu di
manakah gurunya Kui-jin suseng berada, namun dari
pembicaraannya dengan manusia berkerudung hitam itu,
dapat dibuktikan olehnya bahwa gurunya Kui-jin suseng
masih hidup segar bugar di dunia ini.
Mengapa Kui-jin suseng membinasakan ayahnya"
Kenapa pula dia mewariskan ilmu silatnya kepadaku " Ini
merupakan sebuah teka-teki yang membingungkan
perasaannya. Tiba-tiba ia merasakan sesuatu, ia merasa untuk
mengetahui jejak gurunya maka ia harus berkunjung ke
suatu tempat... mungkin hanya di Hau-kwan lah dia
menemukan apa yang diharapkan itu.
Dan sekarang, dia harus secepatnya menyelidiki
persoalan ini hingga menjadi jelas.


Setan Harpa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Teringat sampai di sini, Ong Bun-kim segera
memasukkan mata uang kematian yang dimenangkan dari
taruhan itu ke dalam sakunya, tapi sebelum meninggalkan
tempat itu tiba-tiba ia teringat kembali dengan irama
pembetot sukma yang telah mengalutkan permainan
khimnya tadi. Paras mukanya seketika berubah hebat, dia putar badan
dan meneruskan kembali perjalanan menuju ke arah mana
berasalnya suara permainan seruling tadi.
Beberapa langkah ia baru berjalan, gelak tertawa telah
berkumandang dari arah belakang, menyusul kemudian
seseorang menegur: "Hai anak muda, jangan pergi dulu!"
Mendengar suara teguran itu, Ong Bun kim memutar
badannya dengan wajah terkejut, tapi di belakang tubuhnya
tidak dijumpai sesosok bayangan manusiapun, kenyataan
tersebut membuat wajahnya tertegun.
Hei anak muda, kenapa keheranan?" suara tadi kembali
berkumandang lagi, "dongakkan kepalamu, aku berada di
atas pohon!" Ong Bun kim mendongakkan kepalanya, betul juga,
kurang lebih tiga tombak dihadapannya terdapat sebuah
pohon yang amat besar, sesosok bayangan hitam
bergelantungan di atas dahan pohon itu, sepintas lalu gaya
orang itu mirip sekali dengan seekor kelelawar yang sedang
bergelantungan... Kaget juga Ong Bun kim menjumpai adegan tersebut,
meski demikian perasaan kagetnya hanya disimpan di
dalam hati. "Tidakkah kau merasa kesulitan untuk bergelantungan di
atas pohon?" tegurnya kemudian dengan suara dingin.
"Aaah . . . kebiasaan lama lama menjadikan hal itu suatu
kejadian yang lumrah!"
"Siapakah kau?"
"Kelelawar malam!"
"Aaah. . .! Kau adalah kelelawar malam?" Ong Bun kim
berteriak kaget. Tiba-tiba saja ia teringat dengan perkataan
dari Tui hong poocu, menurutnya Kelelawar malamlah
yang membawa kabar kalau Si Latah dari empat samudra
telah tewas dibunuh Sastrawan Setan harpa . . .
Sementara itu kelelawar malam telah menegur sambil
tertawa tawa: "Wahai bocah muda, kenapa kau berkaok-kaok macam
tikus kejepret?" "Jadi. . . jadi kau yang bernama Kelelawar malam?"
"Ada apa anak muda" Kau curiga aku mencatut nama
orang lain?" "Jadi kau yang memberitahukan kepada Tui hong pocu
bahwa ayahku telah mati dibunuh orang?"
"Benar!" "Kau benar-benar menyaksikan ayahku tewas ditangan
Kui-jin suseng . . . ?" desak Ong Bun kim lagi.
"Benar!" "Beritahu kepadaku keadaan yang sebenarnya pada saat
itu!" "Boleh saja, tapi ada satu syarat yaitu kau mesti
menjawab dulu beberapa buah pertanyaan secara jujur,
setelah itu aku baru memberitahukan kepadamu keadaan
ketika itu." "Boleh, tanyalah sekarang juga!"
Kelelawar malam termenung sebentar, lalu bertanya:
"Apakah semua ilmu silat yang kau miliki berasal dari
gurumu Kui-jin suseng?"
"Benar." "Aku rasa hal ini tak mungkin ... "
"Kenapa tidak mungkin?"
"Pertama, ilmu silat yang kau miliki jauh lebih tinggi
daripada ilmu silat gurumu, kedua tenaga dalammu berada
di atas kepandaian gurumu, hal ini mana mungkin bisa
terjadi?" Ong Bun kim tertegun sesudah mendengar perkataan itu.
"Tapi demikianlah keadaan yang sesungguh nya!" dia
berkata. "Apakah dia telah menyalurkan segenap tenaga dalam
yang dimilikinya ke dalam tubuhmu?"
"Tidak!" "Kalau tidak demikian, kenapa tenaga dalam yang kau
miliki bisa jauh melebihi kepandaian yang dimiliki gurumu
Kui jin suseng?" "Apakah kau yakin kalau tenaga dalamku jauh lebih
sempurna daripada kepandaiannya?" Ong Bun kim berseru
dengan nada terperanjat dan tidak percaya.
"Seratus persen tidak bakal salah!"
Dengan adanya pernyataan tersebut. Ong Bun kim ikut
menjadi bingung dan tak habis mengerti.
"Tapi.... hal ini tak mungkin terjadi, mana mungkin ilmu
silatku bisa lebih hebat dari pada kepandaian guruku?"
"Aku dapat membuktikan bahwa ilmu silatmu jauh lebih
hebat dari pada kepandaiannya!"
"Kenapa?" "Sialan benar kamu ini!" damprat orang itu, "seandainya
aku tahu mengapa, buat apa aku bertanya lagi kepadamu?"
Ong Bun-kim menjadi tertegun, tiba-tiba ia seperti
teringat akan sesuatu, segera katanya:
"Mungkinkah dikarenakan..."
"Dikarenakan apa?"
"Setiap bulan guruku selalu memberi tiga tetes cairan
putih seperti susu kepadaku untuk diminum, selama
sepuluh tahun hal ini berlangsung tanpa berhenti..."
"Benar, benar ! Bukankah setiap kali cairan putih itu
diminum maka kau akan merasakan sekujur badanmu
menjadi nyaman ?" kata kelelawar malam dengan cepat.
"Yaa, betul" "Tak heran kalau tenaga dalammu bisa melampaui
kemampuan gurumu, ternyata kau telah minum Cian-niansakji (susu batu berusia seribu tahun) yang amat langka dan
diidam-idamkan oleh setiap umat persilatan. Cairan
mustika itu bukan saja berkhasiat untuk mencuci tulang dan
berganti otot, dapat pula menambah kesempurnaan tenaga
dalam seseorang, tapi yang mengherankan lagi, kenapa Kui
- jin suseng bersikap sedemikian baiknya kepadamu" Hal ini
sungguh merupakan suatu tanda tanya besar!"
Ong Bun-kim sendiripun kebingungan dan tidak habis
mengerti. 00OdwO00 BAB 8 BENARKAH GURUNYA ADALAH PEMBUNUH "
KELELAWAR malam bertanya lagi:
"Selama limabelas tahun mengikuti gurumu, apa saja
yang ia pernah ia bicarakan denganmu?"
"Tak ada yang dibicarakan, selama lima belas tahun aku
hidup bersamanya. Setiap hari paling banyak ia
mengucapkan tiga patah kata saja yakni "Bangun", "Pelajari
jurus ini" serta "Istirahat", kecuali itu tak ada perkataan lain
lagi yang diucapkan!"
"Apakah ia seringkah pergi meninggalkanmu?"
"Benar, dalam tiga sampai lima hari dia tentu pergi satu
kali, setiap kali pergi pasti akan pulang setelah satu-dua
hari, kecuali pada lima tahun berselang, sejak kepergiannya
waktu itu ia tak pernah kembali lagi !"
Lama sekali Kelelawar malam tak bersuara, ia seperti
lagi memikirkan sesuatu, setelah lewat waktu yang cukup
lama ia baru bertanya lagi:
"Apakah di dalam suratnya ia menyuruhmu pergi
mencari Tui-hong pocu setelah lewat lima tahun?"
"Benar!" "Apakah Tui-hong pocu telah menceritakan kejadian
yang sesungguhnya kepadamu?"
"Sudah!" "Bagus sekali, nah sekarang berganti kau yang
mengajukan pertanyaan kepadaku."
Setelah berpikir sejenak, Ong Bun-kim bertanya:
"Ketika ayahku dibunuh Kui-jin suseng, apakah kau
hadir dalam gelanggang...?"
"Aku mengetahuinya setelah peristiwa itu terjadi !"
"Beritahukanlah kepadaku kejadian pada waktu itu!"
"Kejadian pada waktu itu sulit rasanya untuk
diterangkan, sebab sebelum membicarakan persoalan ini,
mau tak mau kita harus memperbincangkan lebih dulu
kepandaian silat yang dimiliki gurumu serta ayahmu!"
Setelah berhenti sejenak, ia melanjutkan:
"Ayahmu bisa jatuh cinta kepada Coa Siok oh
sesungguhnya merupakan perbuatannya yang paling keliru
selama hidupnya, sekalipun keadaan yang sebenarnya tidak
begitu kuketahui, tapi yang pasti kematian Mo-kui kiam-jiu
(jago pedang setan iblis), itu kwancu dari perguruan Haukwan
adalah kematian pura-pura."
"Ilmu silat yang dimiliki ayahmu ketika itu hakekatnya
mencapai tingkatan yang luar biasa, ia sudah tiada
tandingannya lagi dalam dunia persilatan. Tentang
perbuatan Hau-kwan menggunakan siasat Bi-jin-ki untuk
mencelakai ayahmu, hal ini memang merupakan kejadian
yang mencurigakan, sebab kalau tidak, kenapa Mo kuikiamjiu telah muncul kembali di dalam dunia persilatan
setelah kematian ayahmu?"
"Kecuali beristrikan Coa Siok-oh, ayahmu masih
mempunyai seorang istri lagi yang bernama Siau Hui-un,
mereka bertiga tinggal di lembah Lip-jin kok, bagaimana
keadaan yang sebenarnya, walaupun bisa kita duga tapi
menurut dugaanku Coa Siok-oh tidak segera melaksanakan
niatnya untuk membinasakan ayahmu, maka kesempatan
yang sangat baikpun akhirnya ditemukan, yakni setelah
enam jilid kitab pusaka dari enam partai besar dicuri
orang..." Ketika mendengar sampai di situ, Ong Bun kim tak
dapat menahan diri lagi, ia segera bertanya:
"Sesungguhnya apa yang telah terjadi?"
"Sesudah kepopuleran ayahmu, dalam dunia persilatan
telah muncul lagi seorang jago lihay yang bernama Kui-jin
suseng, kelihayan ilmu silatnya dikagumi setiap orang,
namun kekejian serta kebuasannya cukup membuat orang
meniadi jeri dan ngeri kepadanya. Maka Hau-kwan kwancu
yaitu Mo-kui-kiam-jiu segera menarik Kui-jin suseng ke
pihaknya serta berusaha untuk melenyapkan ayahmu."
"Kui-jin suseng adalah seorang jago yang hebat, bila
dugaanku tidak salah, Kwancu dari perguruan Hau-kwan si
jago pedang setan iblis pasti telah membayar tinggi untuk
mengundangnya, kalau tidak tak mungkin dia akan setuju."
"Masuk di akal !" Ong Bun-kim kembali manggutmanggut
menyatakan persetujuannya.
"Begitulah, setelah Kui jin suseng bergabung dengan Mo
kui kiam jiu, mereka berusaha kembali membunuh ayahmu,
sayang ilmu silat serta irama selaksa iblis dari Kui jin suseng
masih belum sanggup untuk menyingkirkan ayahmu.
Dalam keadaan demikian, ia menjadi nekad dan secara
diam-diam melarikan enam jilid kitab pusaka dari keenam
perguruan besar." "Kui-jin suseng memang tak malu disebut orang manusia
berbakat dalam dunia persilatan, dengan bakat serta
kecerdasannya ternyata dalam dua tahun ia berhasil
menguasai semua ilmu silat yang tercantum dalam keenam
jilid kitab pusaka itu."
"Dan diapun berangkat ke lembah Lip-jin kok untuk
membunuh ayahku?" sambung Ong Bun - kim.
"Tidak, kau keliru!"
"Aaaah .... keliru"!"
"Kau tak usah kaget, sekalipun kita tak tahu
bagaimanakah keadaannya ketika itu, tapi aku yakin Kui jin suseng masih belum mempunyai keyakinan untuk
membunuh ayahmu, maka secara diam-diam dicarinya
pembantu, mungkin ia telah mencari dukungan dari Coa
Siok - oh atau Siau Hui - un untuk mencelakai ayahmu
terlebih dulu, kemudian baru turun tangan membunuh
ayahmu, sebab aku dapat menduga sampai di sini karena
sesaat menjelang ajalnya, ayahmu telah memberitahukan
kepadaku bahwa ia keracunan lebih dulu."
"Memang masuk di akal cerita ini..." Ong Bun-kim
mengangguk dengan hati yang pedih, "cuma anehnya,
kalau toh Kui-jiu suseng telah membinasakan ayahku,
kenapa akupun tidak dibunuh?"
"Memang, kejadian ini bertolak belakang dengan
keadaan pada umumnya, kecuali Kui-jin suseng sendiri
mungkin tak ada orang kedua yang bisa memecahkan teka
teki ini. Tapi ada satu hal mungkin bisa kita duga..."
"Soal apakah itu?"
"Oleh karena sewaktu ayahmu menemui ajalnya secara
kebetulan aku berada di sana, maka setelah ayahmu
mengucapkan kata-katanya yang terakhir dan
menghembuskan napas penghabisan, kukebumikan
jenajahnya setelah itu aku memburu ke dalam rumah
dengan maksud mencarimu."
"Apakah ayahku yang menyuruh kau untuk
menolongku?" "Yaa, ayahmu yang minta kepadaku untuk
menolongmu, namun ketika aku sampai, kau telah diculik
oleh Kui-jin suseng, sedang kedua orang istrinya juga telah
pergi semua." "Lantas apa sebabnya Kui-jin suseng tidak membunuh
diriku?" "Kejadian itu masih merupakan sebuah tanda tanya
besar, sampai kini tak mungkin bisa dipecahkan oleh
siapapun, tapi ada satu hal yang bisa kita duga, yakni disaat
Kui-jin suseng tidak membinasakan dirimu, dia pasti telah
bertekad pula untuk menjadikan dirimu seorang tokoh silat
yang luar biasa, selain itu tindakannya tetap
mempertahankan ilmu silatnya yang asli tanpa diwariskan
kepadamu, rupa-rupanya mengandung pula suatu tujuan
tertentu." Ong Bun-kim termenung sebentar, ia merasa perkataan
itu memang ada benar-nya, kecuali ilmu silat dari aliran


Setan Harpa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

enam partai besar, Kui-jin suseng memang tidak
mewariskan ilmu silat alirannya sendiri kepadanya.
Tentu saja ia mempunyai suatu maksud tertentu, tapi
apakah tujuannya" Sekalipun ia telah berpikir sampai
pusing, jawabannya tetap nihil.
Akhirnya sambil berkerut kening dia berkata:
"Kalau begitu, sebetulnya aku ini dilahirkan oleh Siau
Hui-un ataukah oleh Coa Siok-oh?"
"Tentang masalah ini, aku lupa menanyakannya kepada
ayahmu waktu itu, padahal hal ini merupakan suatu
masalah yang amat penting, tapi aku yakin orang yang
melahirkan kau sudah pasti bukan orang yang membunuh
ayahmu !" "Menurut dugaanmu, siapakah yang lebih besar
kemungkinannya sebagai ibuku?"
"Sulit untuk dikatakan, aku tak berani memastikan
secara gegabah karena masalahnya menyangkut suatu
kejadian yang kompleks sekali."
"Tahukah kau siapa yang menjadi Kui-kok Sin-li
(perempuan suci dari lembah setan)?"
"Yang pasti salah seorang di antara Siau Hui-un atau
Coa Siok-oh !" "Darimana kau bisa berkata demikian?"
"Sebab perempuan suci dari lembah setan pernah
menginstruksikan anak buahnya untuk mencari jejak Kuijin
suseng!" "Oooh kiranya begitu!" Ong Bun-kim berseru tertahan,
menyusul kemudian ia bertanya lagi: "apakah kau juga tahu
persoalan yang ada hubungannya dengan mata uang
kematian?" "Berbicara tentang mata uang kematian, aku menjadi
tercengang dan merasa keheranan atas semua peristiwa
yang telah terjadi antara kau dengan manusia berkerudung
itu, aku sungguh tidak habis mengerti." tiba-tiba kelelawar
malam berkata. "Dalam hal yang bagaimana kau merasa keheranan?"
"Aku ingin bertanya kepadamu, bagaimanakah ilmu silat
yang dimiliki manusia berkerudung hitam itu jika
dibandingkan dengan kepandaianmu ?"
"Aku rasa setali tiga uang, tiada yang lebih hebat dan
tiada pula yang lebih lemah!"
"Nah, itulah dia! Kalau memang kepandaian kalian
seimbang, lagi pula kedatangan orang itupun lantaran mata
uang kematian, kenapa secara sukarela ia serahkan mata
uang kematian yang didapatkannya secara susah payah itu
kepadamu?" "Kau bilang mata uang itu diserahkan secara sukarela?"
"Tentu saja! Ketika berlangsung taruhan tadi, aku sempat
mengikuti semua kejadian itu dengan amat jelasnya, ketika
manusia berkerudung itu menggenggam mata uang
tersebut, ia bukan meng-genggamnya secara mendatar
sebaliknya malah menggenggam lurus ke atas, dengan
sendirinya genggaman itu tak akan kencang, dan dalam
sekilas pandangan saja kau tentu akan mengetahui dalam
genggaman yang manakah mata uang kematian tersebut...!"
"Betul, kejadian ini memang merupakan suatu kejadian
yang sangat aneh." "Bahkan ada yang lebih aneh lagi..."
"Apa yang, lebih aneh lagi?" cepat-cepat Ong Bun-kim
bertanya dengan gelisah. "Tentang persoalan itu aku tak ingin melakukan dugaandugaan
yang sembrono pada saat ini, cuma ada satu hal
yang pantas dicurigai, yakni selama manusia berkerudung
hitam itu melangsungkan pertarungan melawanmu, ia tak
pernah mempergunakan tangan kirinya!"
Ong Bun-kim membayangkan kembali kejadian yang
telah dialaminya, benar juga, sejak pertarungan dimulai
orang itu memang tak pernah menyerang dengan
menggunakan tangan kirinya, bahkan setiap kali bila
jiwanya terancam bahaya, dia selalu menangkis harpa
besinya dengan tangan kiri, mungkinkah tangan kirinya
adalah palsu" Kalau diurutkan kembali semua peristiwa yang telah
dialaminya selama ini, memang kemungkinan besar
dugaannya tak salah, sebab kalau tidak begitu, sekalipun
ilmu silat orang itu lebih lihaypun belum tentu bisa
menahan serangan mautnya.
Atau dengan perkataan lain, apabila dugaannya tidak
salah, semestinya orang itu adalah seorang manusia
bertangan tunggal. Manusia bertangan tunggal" Manusia bertangan tunggal"
Ketika berpikir sampai di situ, tiba-tiba paras muka Ong
Bun-kim berubah hebat, tanpa sadar ia lantas berseru:
"Kau maksudkan....kau maksudkan orang itu adalah
guruku, Kui-jin suseng?"
"Ya, hal ini besar kemungkinannya adalah benar!"
Kejadian yang munculnya secara tiba-tiba ini sangat
menggetarkan perasaan Ong Bun-kim, seakan-akan hal itu
tak mungkin bisa terjadi, tapi semua kecurigaan dan semua
bukti yang berhasil dikumpulkan membuktikan bahwa
manusia ber-kerudung hitam itu besar kemungkinannya
adalah Kui-jin suseng! Untuk sesaat lamanya ia berdiri tertegun di sana.
Ia membenci kepada dirinya sendiri, ia membenci
mengapa tidak semenjak dulu berpikir sampai ke situ, kalau
ia dapat menduga kalau orang itu berlengan tunggal, maka
diapun bisa menduga kalau orang itu kemungkinan besar
adalah Kui-jin suseng. Di tengah keheningan yang mencekam, kelelawar malam
kembali berkata: "Mengenai persoalan ini, lebih baik kau tak usah terlalu
kaget atau bingung, suatu ketika kalian pasti akan saling
bertemu lagi, sekalipun kau tak akan menemukan dirinya,
ia bisa datang untuk mencari dirimu!"
Ong Bun-kim menggigit bibirnya menahan emosi.
"Ya, aku pasti akan mencarinya," ia berkata, "aku pasti
akan membuktikan benarkah dia adalah Kui-jin suseng!"
Sinar matanya memancarkan cahaya yang tajam
menggidikkan, terusnya: "Mungkin ia dapat membantuku menjawab banyak
persoalan yang kini masih menjadi beban dalam benakku!"
"Benar, memang hanya dia yang bisa memberi jawaban
atas banyak persoalan yang sedang kau hadapi!"
Kembali Ong Bun-kim termenung beberapa saat sebelum
akhirnya berkata lagi: "Sesungguhnya apakah manfaat dari mata uang
kematian itu" Apakah di atas mata uang itu tercantum
tempat tersimpannya sejilid kitab pusaka yang amat hebat?"
"Bukan!" "Kalau bukan, lantas apa gunanya benda itu" Kenapa
begitu banyak jago persilatan yang saling memperebutkan
benda itu?" "Konon pada duapuluh tahun berselang, dalam dunia
persilatan terdapat seorang perempuan yang cantik jelita
bak bidadari dari kahyangan... siapakah nama perempuan
itu tak seorang-pun yang tahu, tapi kehebatan ilmu silatnya
boleh dibilang tiada taranya di dunia dewasa ini, konon
tiada seorang manusiapun yang sanggup menahan tiga
jurus serangannya, kebanyakan jago yang berani
mengusiknya tentu akan kedapatan mampus secara
mengerikan..." "Sedemikian dahsyat dan hebatnya perempuan itu,
sehingga akhirnya orang orang persilatan memberi julukan
Si ong mo ci (iblis cantik pembawa maut) kepadanya."
"Tapi suatu ketika, ternyata ada orang yang sanggup
menahan tiga jurus pukulannya tanpa menderita
kekalahan..." "Siapakah orang itu?" sela Om Bun kim.
"Ayahmu, Si latah dari empat samudra!"
"Apa" Ayahku sanggup menahan tiga jurus pukulannya
tanpa menderita kekalahan?"
"Bagaimana kenyataannya aku tak berani memastikan,
sebab itu semua hanya menurut berita yang tersiar di dunia,
walaupun begitu, semenjak saat itulah tiba-tiba ia lenyap
dari keramaian dunia persilatan, sampai dua tahun
kemudian baru ada orang yang berhasil menjumpai dirinya
lagi..." "Siapakah orang itu?"
"Orang itu adalah ketua dari perkumpulan Hui yan pang,
tapi sekembalinya di dalam perkumpulannya, tiba-tiba ia
kedapatan mati di bunuh orang!"
"Siapa yang telah membunuhnya?"
"Peristiwa ini menjadi peristiwa misterius yang tak
terpecahkan hingga kini, yang lebih aneh lagi, ternyata
istrinya ikut lenyap tak berbekas, konon mata uang
kematian itu adalah benda yang berhasil didapatkan dari
tangan isterinya itu."
Sejak peristiwa itulah, mata uang kematian telah muncul
dalam dunia persilatan, cuma setiap orang yang berhasil
mendapatkan mata uang kematian tersebut, cepat atau
lambat mereka telah pulang ke alam baka..."
"Tiga tahun berselang, keenam biji mata uang kematian
itu berhasil didapatkan oleh Kim-hay lak yu, untuk
memecahkan rahasia yang menyelimuti mata uang
kematian tersebut. Enam serangkai dari lautan pedang ini
berjanji akan bertemu di atas puncak Jit gwat hong..."
"Dan kemudian, mereka tewas terbunuh oleh Sam jiu
hek hou (Rase hitam berlengan tiga)?" sela Ong Bun kim.
"Tidak! Bagaimanapun lihaynya ilmu silat si Rase hitam
berlengan tiga, tak nanti ia sanggup membunuh habis Kiam
hay lak yu, mungkin di balik kejadian ini masih ada alasan
yang lain. Lagi pula apakah Si Rase hitam berlengan tiga
bisa mempergunakan jurus serangan dari enam perguruan
atau tidak, hingga kini masih merupakan suatu tanda tanya
besar." "Tapi yang pasti, si Rase hitam berlengan tiga memang
berhasil mendapatkan empat biji mata uang kematian dari
saku Kiam hay lak yu, sayang sang walang mengincar
tonggeret, si burung nuri mengancam dari belakangnya,
maka diapun kembali kena dibunuh orang lain! Sudah
barang tentu orang itu bukanlah si manusia berkerudung
hitam itu." "Lantas apa sebenarnya yang diinginkan si iblis cantik
pembawa maut dengan meninggalkan mata uang
kematiannya itu?" "Aku tidak tahu!"
Ong Bun kim termenung, ia tak tahu apa yang harus
diperbuat saat ini. Tiba tiba Kelelawar malam bertanya lagi: "Kau hendak
menuju ke lembah gadis suci?"
"Benar." "Aku perlu memperingatkan kepadamu, seandainya
kokcu dari lembah itu bukan ibumu, maka akibatnya sukar
untuk dilukiskan dengan kata-kata..."
Tercekat perasaan Ong Bun kim mendengar perkataan
itu, sebab apa yang diucapkan Kelelawar malam memang
benar, andaikata Kokcu dari lembah Sin li kok bukan
ibunya, itu berarti dia adalah pembunuh yang telah
menghabisi nyawa ayahnya.
Bila ia ke sana seorang diri, bukankah keadaan tersebut
hakekatnya seperti sang domba yang menghantarkan diri ke
depan mulut sang harimau"
Walaupun begitu, dalam keadaan seperti ini ia tak
sempat untuk memikir, lalu katanya:
"Walaupun apa yang akan terjadi, aku harus ke sana!"
"Mau pergi atau tidak itu merupakan urusan-mu, tapi
ada satu hal lagi yang perlu kutanyakan kepadamu, apakah
kaupun mempunyai rencana untuk berkunjung ke
perguruan Hau kwan?"
"Benar!" "Dalam rencanamu ini kau harus mempunyai
perhitungan yang masak, sekalipun ilmu silatmu hebat, tapi
menurut dugaanku, kemungkinan besar kau masih bukan
tandingan dari Mo kui kiam jiu!"
"Tentang soal ini, aku tak pernah memikirkannya di
dalam hati!" "Han kwan mempunyai mata-mata yang sangat banyak
dan tersebar di mana-mana, rencana kunjunganmu ke Hau
kwan untuk mencari balas sudah tentu telah diketahui pula
oleh pihak lawan, aku harap segala tindakanmu selanjutnya
harus lebih berhati hati lagi!"
"Terima kasih banyak atas perhatian dari locianpwe!"
Berbicara sampai di situ, tiba tiba Kelelawar malam
melayang ke tengah udara, dalam beberapa kali kelebatan
saja tubuhnya sudah lenyap dari pandangan.
Untuk sesaat lamanya Ong Bun kim hanya berdiri
tertegun di sana. Sekarang ia sudah mengetahui banyak persoalan, dan
persoalan persoalan itu sudah mulai melingkari tubuhnya,
ia tak tahu dengan cara apa kah semua kejadian itu harus
dihadapi" Sekalipun ia mempunyai kepercayaan pada diri sendiri,
memiliki pula tekad yang luar biasa namun ia menemukan
bahwa dirinya terlampau kesepian, terlalu terisolir dan
berdiri seorang diri. Ketika teringat sampai di situ, tak kuasa lagi Ong Bun
kim menghela napas panjang.
Tiba-tiba terdengar suara langkah manusia
berkumandang memecahkan kesunyian, langkah kaki itu
dengan cepat menyadarkan kembali Ong Bun kim dari
kemurungan dan lamunannya.
Ketika ia mendongakkan kepalanya, apa yang kemudian
terlihat seketika membuat pemuda itu tertegun.
Seorang nona berbaju kuning telah muncul di
hadapannya, ia mempunyai raut wajah ber-bentuk bulat
telur, sepasang biji matanya bening dan jeli kelihatan sangat
menawan hati, pipinya merah dan gerak-geriknya polos,
sungguh menawan hati siapapun yang memandangnya...
Nona itu memandang pula ke arah Ong Bun kim dengan
wajah termangu-mangu... seakan-akan tampang ganteng


Setan Harpa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dari pemuda itu telah mendebarkan hatinya.
Tiba-tiba . . . sorot mata Ong Bun kim terhenti di atas
sebuah seruling perak yang berada di tangan nona itu, paras
mukanya kontan saja berubah hebat.
"Aaaah . . . rupanya kau . . . " hardiknya.
"Kenapa dengan aku?" tanya si nona berbaju kuning itu
dengan wajah tertegun. Ong Bun kim tertawa lebar.
"Bukankah nona adalah orang yang telah mematahkan
pengaruh irama penggaet sukmaku?" ia menegur.
Tentu saja si nona berbaju kuning itu tak mengetahui
bahwa senyuman Ong Bun-kim yang begini menarik, begini
mempesonakan hati sesungguhnya terkandung hawa
pembunuhan yang amat tebal.
Paras muka nona itu berubah juga, katanya: "Jadi
belasan orang hwesio dan toosu itu tewas oleh permainan
irama harpamu?" "Benar!" "Dan kau kau adalah ahli waris dari Kui-jin suseng yang
termashur akan kekejamannya itu?" kembali nona berbaju
kuning itu bertanya dengan nada kaget!
"Betul!" Hawa napsu membunuh segera menyelimuti wajah si
nona itu, tiba-tiba bentaknya "Aku hendak membunuh
kau!" 000OdwO000 Bab 9 ENAM CAMBUK PENUNGGANG HARIMAU
SAMBIL membentak nyaring, serentetan cahaya perak
berkilauan memenuhi angkasa, dengan seruling peraknya
secepat kilat si nona berbaju kuning melejit ke depan dan
menerjang ke arah Ong Bun-kim.
Sesungguhnya semenjak Ong Bun-kim tahu bahwa si
nona berbaju kuning inilah yang telah mematahkan daya
pengaruh dari irama Kou-hun-ki nya, hawa membunuhnya
telah berkobar dalam dadanya, maka dikala nona berbaju
kuning itu melancarkan sebuah serangan, dia sendiripun
melepaskan pula sebuah serangan kilat.
Kedua belah pihak sama-sama melepaskan serangannya
dengan kecepatan tinggi, diantara getaran seruling peraknya
tiba-tiba nona berbaju kuning itu merubah gerak jurus
serangannya, secara beruntun ia melepaskan tiga buah
serangan berantai. Semua serangan tersebut bukan saja dilepaskan dengan
kecepatan yang luar biasa, jurus-jurus ancamanpun
semuanya keji, buas dan sama sekali tak ada rasa kasihan.
Ong Bun-kim membentak nyaring, harpa besinya
disodok ke luar, dengan garang dan buasnya ia
melancarkan pula dua buah serangan berantai.
Bayangan manusia saling berputar dan saling
menyambar, dalam waktu singkat, kedua belah pihak
masing-masing telah melepaskan lima buah serangan
gencar. Rupanya Ong Bun-kim tidak menyangka kalau
musuhnya memiliki ilmu silat selihay itu, ia segera
membentak nyaring, harpa besinya dengan suatu gerakan
yang paling cepat bagaikan sambaran geledek secara
beruntun melepaskan tiga buah serangan kilat.
Ketiga jurus serangan itu semuanya dilancarkan Ong
Bun-kim dengan disertai tenaga dalam yang paling
sempurna, bisa dibayangkan betapa dahsyatnya daya
penghancur dari pukulan itu.
Dengan bersusah payah si nona berbaju kuning itu
berusaha meloloskan diri dari ketiga buah ancaman itu,
sayang sebuah sodokan tangan kiri dari Ong Bun-kim tibatiba
nyelonong masuk. "Blaaang"..!" Suatu benturan keras tak dapat dihindarkan
lagi. Dengan sempoyongan si nona berbaju kuning mundur
beberapa langkah, ia merintih kesakitan dan darah kental
menyembur ke luar dari bibirnya yang kecil.
Ong Bun-kim tidak berdiam diri belaka, sekali melompat
ke depan, bagaikan burung elang menyambar anak ayam,
tahu-tahu gadis itu sudah dicengkeram olehnya.
Sesudah terjatuh ke tangan musuh, nona berbaju kuning
itu baru merasa takut dan ngeri, ditatapnya wajah Ong Bunkim
dengan seribu pertanyaan.
Ong Bun-kim tertawa seram, suaranya dingin
mengerikan dan buas, membuat siapa juga yang mendengar
suara tersebut menjadi bergidik bulu kuduknya.
"Heehh heehh sekarang kau boleh menjawab, kau yang
hendak membunuhku" Ataukah aku yang hendak
membunuhmu?" ejeknya sinis.
"Apa maumu?" tanya nona berbaju kuning itu makin
ketakutan. Ong Bun-kim memperlihatkan sekulum senyumannya
yang aneh dan misterius, lalu katanya:
"Susah untuk kukatakan sekarang! Tapi sebelum kita
bicarakan yang lain, jawab dulu sejujurnya, kenapa kau
patahkan daya pengaruh dari permainan harpaku?"
"Tidak tahu!" "Setelah kau tahu bahwa aku adalah ahli warisnya Kuijin
suseng, mengapa secara tiba-tiba kau melancarkan
serangan mematikan kepadaku?"
"Gurumu adalah seorang gembong iblis yang kejam dan
tidak berperi kemanusiaan, tentu saja kaupun tidak
terkecuali, sebab kalau tidak begitu, mengapa kau bantai
secara brutal jago-jago yang tergabung dalam enam partai
besar?" "Heeehhh...heeehhh... heeehh... berapa usiamu tahun
ini?" tanya Ong Bun-kim lagi sambil tertawa dingin.
Pertanyaan yang diajukan si anak muda itu cukup brutal,
tidak sopan dan mendatangkan perasaan aneh bagi yang
mendengarkan. Kontan saja paras muka nona berbaju kuning itu berubah
hebat. "Apa yang hendak kau lakukan?" teriaknya gelisah dan
cemas. Ong Bun-kim tidak menjawab pertanyaan itu, cuma
katanya lagi dengan suara dingin:
"Sudah lebih dari tujuh belas tahun, bukan?"
"Benar!" "Aku lihat nona mempunyai potongan badan yang padat
berisi dan menggiurkan hati orang, mempunyai paras muka
cantik jelita bagai bidadari dari kahyangan, rasanya
terlampau kasar jika kubunuh dirimu dengan begitu saja,
apalagi menghancurkan bunga indah yang baru mekar
seperti kau...." Pucat pias wajah si nona berbaju kuning itu, bahkan
saking takutnya ia sampai gemetar keras, ia kuatir kalau
dirinya diperkosa secara brutal oleh lawannya.
"See...see. .sebetulnya apa yanghendak kau...kau
lakukan.. ?" ia bertanya dengan suara tergagap.
"Melepaskan kau!"
"Aaaah. ..!" jawaban tersebut sungguh di luar dugaan,
saking heran dan tidak percayanya nona ber-baju kuning itu
sampai menjerit sekerasnya.
Peristiwa ini benar-benar berada di luar dugaan-nya,
untuk sesaat ia tak tahu apa yang harus dilakukan, hanya
ditatapnya wajah pemuda itu dengan cemas dan takut.
Kembali Ong Bun-kim tertawa dingin.
"Heeehhh heeehhh...heeehhh.... aku tidak bohong, apa
yang kukatakan adalah perkataan yang sesungguhnya!"
Berbicara sampai di situ, ia benar - benar menurunkan
nona berbaju kuning itu dari cengkeramannya, lalu dengan
suara yang dingin menyeramkan ia melanjutkan.
"Cuma, kalau lain kali kau masih berani memusuhi aku
lagi, Hmm ! Jangan salahkan kalau aku Ong Bun-kim akan
menggunakan cara yang paling kejam dan brutal untuk
menghadapimu!" Begitu selesai berkata, tanpa banyak cincong dia lantas
putar badan dan berlalu dari sana.
Kini tinggal si nona berbaju kuning itu seorang diri, ia
berdiri termangu-mangu dengan perasaan aneh, ditatapnya
bayangan punggung Ong Bun-kim yang tinggi besar dan
mendatangkan perasaan kesal itu pelan-pelan lenyap dari
pandangan mata. Agaknya ia sudah merasakan bahwa dia adalah seorang
pemuda yang dingin, kaku dan aneh sekali
Tanpa terasa ia menghela napas panjang, kemudian
pelan-pelan berlalu pula meninggalkan tempat itu
Dalam pada itu, Ong Bun-kim setelah melepaskan
cengkeramannya pada si nona berbaju kuning, dengan
kecepatan yang luar biasa ia berlalu meninggalkan tempat
itu. Sedemikian cepatnya dia kabur, seolah-olah dengan
menggunakan kecepatan larinya ini dia ingin melampiaskan
semua kemarahan, kemendongkolan serta kemurungan
yang mencekam perasaannya selama ini....
Dalam waktu singkat beberapa li sudah di-lewatkan
dengan cepat, akhirnya ia berhenti, memandang kegelapan
malam yang menyelimuti angkasa, ia hanya berdiri
termangu-mangu tanpa mengucapkan sepatah katapun jua.
Pikirnya: "Aku harus ke mana dulu" Lembah Sin-li-kok" Ataukah
ke Hau-kwan lebih dahulu...."
Akhirnya ia memutuskan untuk menuju lembah Sin-likok
lebih dahulu guna menyingkap teka teki yang
menyelimuti ibu kandungnya, sesudah itu ia baru
mendatangi perguruan Hau-kwan untuk menuntut balas
terhadap Mo-kui-kiam jiu.
Begitulah, setelah mengambil keputusan maka
berangkatlah dia menuju lembab Sin-li-kok.
Suatu hari, sampai Ong Bun-Kim di suatu tempat
beberapa li dari bukit Soat im san, sementara ia sedang
melanjutkan perjalanannya dengan cepat, tiba-tiba
terdengar suara derap kaki kuda yang ramai berkumandang
datang dari belakangnya. Dengan cepat ia mendongakkan kepalanya, tampaklah
enam ekor kuda jempolan dengan cepatnya menuju
kehadapannya, debu dan pasir beterbangan memenuhi
angkasa. Dalam waktu singkat, rombongan itu telah tiba
dihadapannya, mendadak mereka menarik tali les kudanya
dan berhenti tepat menghadang jalan pergi anak muda itu.
Keenam penunggang kuda jempolan itu adalah laki-laki
berbaju kuning, sebagai pemimpinnya adalah seorang kakek
jangkung yang bertubuh ceking, usianya diantara limapuluh
tahunan. Merasakan jalan perginya terhalang, paras muka
Ong Bun kim segera berubah hebat.
Kakek kurus itu mengawasi wajah Ong Bun kim sekejap,
lalu sambil tertawa dingin katanya:
"Kalau dilihat dari harpa besi yang kau gembol, rupanya
kau adalah ahli waris dari Kui jin suseng?"
Ong Bun kim tertawa hambar, dari balik tertawanya
tersingkap rasa angkuh dan sinisnya terhadap orang orang
itu. "Benar!" jawabnya dengan suara dalam.
Setelah pengakuan diberikan, paras muka dari lima
orang laki laki berbaju kuning lainnya segera berubah hebat,
Ong Bun kim segera menyadari bahwa kedatangan keenam
orang itu adalah untuk mencari urusan dengan pihaknya.
Kakek jangkung kurus yang menjadi pemimpin
rombongan itu segera mengayunkan cambuk kudanya yang
panjang, lalu tertawa seram.
"Rupanya kau juga yang telah mengalahkan Sip hiat yau
hoa siluman bunga penghisap darah?" tegurnya lagi.
"Betul!" "Orang yang membinasakan belasan jago lihay dari
enam perguruan besar dengan" irama Kou hun ki juga kau
?" "Tak salah lagi dugaanmu itu."
"Hmm ..tampaknya kegagahanmu sekarang tidak kalah
dengan keperkasaan gurumu dimasa lalu!"
Ong Bun kim mengerutkan dahinya rapat-rapat, lalu
bertanya dengan ketus: "Siapakah kalian berenam?"
Kakek berbaju kuning itu tidak menjawab pertanyaan
tersebut, sebaliknya dengan ketus berkata lagi:
"Konon kau pernah sesumbar akan berkunjung ke Hau
kwan untuk mencari balas?"
"Benar, sesungguhnya siapa kalian berenam?" seru Ong
Bun kim. "Hau ki lak pian, enam cambuk penunggang harimau
dari perguruan Hau kwan..!"
Begitu mengetahui siapakah orang-orang yang sedang di
hadapinya sekarang, air muka Ong Bun kim berubah hebat,
ia tak menyangka kalau Mo kui kiam jiu (jago pedang setan
iblis) telah mengutus jago-jago perguruannya untuk
menghadang serta membinasakan dirinya sebelum ia
berkunjung ke Hau kwan untuk membuat perhitungan.
Hawa napsu membunuh segera menyelimuti wajah Ong
Bun kim, kontan saja ia tertawa dingin.
"Heeehhh... heeehhh... heeehhh kalau begitu,
kedatangan kalian berenam adalah untuk mencari urusan
denganku?" "Tepat sekali, bukankah kau pernah sesumbar akan
mencari balas terhadap Kwancu kami" Sebab itulah,
sebelum kau bersusah payah mencari kami, kwancu kami
telah menurunkan perintah agar menyambut lebih dulu
kedatanganmu!" Mendengar perkataan tersebut, Ong Bun-kim segera
mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak bahak.
"Haaahh... haaahhh... haaahhh tidak kusangka kalau
Kwancu kalian ketika memandang tinggi diriku!"
Pelan-pelan ia melepaskan harpa besi yang digembol di
atas punggungnya itu. Keenam orang dari Hau kwanpun tidak berdiam diri
saja, dengan cepat mereka menyebarkan diri dan
mengurung Ong Bun kim di tengah.


Setan Harpa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kakek berjubah kuning yang menjadi pemimpin
rombongan itu segera tertawa dingin sambil mengayunkan
cambuknya, ia membentak. "Apabila kau tidak ingin menemui ajal secara
mengerikan di tempat ini, lebih baik serah kan dirimu untuk
kami belenggu..." "Haaahhh . . . haaahhh , . . haaahhh. . . tak usah tekebur,
aku kuatir kaulah yang bakal mampus!" ejek Ong Bun kim
sambil tertawa tergelak dengan seramnya.
"Bagus sekali!" teriak kakek itu dengan marah, "kalau
begitu, sambutlah dulu serangan Toan hun pian (cambuk
pemutus nyawa)ku ini!"
Diiringi bentakan nyaring, bayangan cambuk berkelebat
menari di angkasa, dengan gerakan secepat sambaran kilat
cambuk itu meluncur ke depan dan menggulung ke tubuh
pemuda tersebut. Cambuk kuda itu panjangnya mencapai satu kaki lebih,
ditambah lagi serangan tersebut di lakukan dengan
kecepatan luar biasa, dalam keadaan demikian Ong Bun
kim tak berani menyambut datangnya ancaman tersebut
secara gegabah, dengan cekatan dia berkelit ke samping
kemudian melepaskan sebuah pukulan ke depan.
Ketika serangan cambuk pemutus nyawanya mencapai
sasaran yang kosong, kakek berjubah kuning itu bertindak
cepat, dikala serangan dari Oag Bun kim dilepaskan,
serangan cambuknya yang kedua telah menyambar pula
dengan kecepatan tinggi, bahkan serangannya kali ini jauh
lebih dahsyat dari serangan yang pertama kali.
Dikala si cambuk pemutus nyawa melancarkan
serangannya itu, tiga sosok bayangan cambuk lainnya
secepat sambaran petir menyergap pula ke tubuh Ong Bun
kim dari tiga arah yang berbeda.
"Bangsat, rupanya sudah bosan hidup." bentak Ong Bun
kim dengan geramnya. Dengan cekatan ia berputar ke samping, harpa besinya
disodokkan kedepan dengan dahsyat, sementara tubuhnya
melompat ke muka dan menyerang seorang laki laki berbaju
kuning yang berada di hadapannya.
Jeritan ngeri yang menyanyatkan hati segera
berkumandang memecahkan kesunyian.
Percikan darah berhamburan di mana mana seorang
lelaki berbaju kuning kena dihajar sehingga terguling dari
atas punggung kudanya. Begitu musuhnya roboh, Ong Bun-kim melompat ke luar
dari pusat lingkaran, tapi bayangan manusia berkelebatan di
hadapan mukanya, lima orang laki laki berbaju kuning lain
nya serentak melompat turun dari kudanya dan menerkam
ke arah pemuda itu. "Bajingan keparat!" bentak si cambuk pe mutus nyawa,
"kembalikan nyawa suteku!"
Lima gulung bayangan cambuk, ibaratnya gulungan
ombak di tengah amukan taufan menghajar ke atas tubuh
Ong Bun kim. Kendatipun Ong Bun-kim memiliki ilmu silat yang amat
dahsyat, akan tetapi cambuk kuda itu terlalu panjang, lagi
pula musuh-musuhnya menyerang secara bersamaan, hal
ini membuat dia sedikit kerepotan untuk menghadapinya.
Harpa besinya diputar kencang, tiba-tiba ia melepaskan
serangan balasan dengan jurus "Bong hong po hi" atau
Angin puyuh hujan badai... sungguh hebat ancaman
tersebut. Berada dalam keadaan seperti ini Ong Bun kim telah
bertekad untuk mengadu jiwa, bukan saja harpa besinya
melancarkan ancaman, bahkan telapak tangan kirinya
melepaskan pula sebuah pukulan dengan ilmu Ciang mo sin
kang (ilmu sakti penakluk iblis) aliran Siau lim pay.
Dalam sekejap mata, Ong Bun kim telah bertarung
sebanyak lima enam jurus dengan musuh-musuhnya.
Tiba-tiba . . terdengar satu bentakan nyaring diikuti dua
jeritan ngeri memecahkan kesunyian, menyusul
terlemparnya bayangan manusia berbaju kuning, sesosok
bayangan hitam menerobos masuk ke dalam arena
pertarungan. Kini, dari enam cambuk penunggang harimau yang
hidup tinggal tiga orang saja, mereka sangat terkejut
menghadapi kejadian yang berlangsung sangat tiba tiba ini,
demikian pula halnya dengan Ong Bun kim sendiri,
kejadian itu membuatnya berdiri tertegun.
Ketika sinar matanya dialihkan kembali ke tengah arena,
tampaklah seorang gadis berbaju hitam yang membawa alat
musik Pi-pa dalam genggamannya telah berdiri tepat di
hadapannya. Gadis itu sedang berpaling dan melemparkan senyuman
ke arah pemuda itu, senyuman tersebut sangat indah
bagaikan bunga yang sedang mekar, membuat Ong Bun
kim merasakan jantungnya berdebar keras, untuk sesaat
lamanya dia hanya berdiam tertegun.
Gadis berbaju hitam itu tertawa dingin, lalu katanya:
"Kalian benar benar tak punya malu, bukan saja main
sergap, bahkan mencari kemenangan dengan mengandalkan
jumlah yang banyak. Hmmm ...! Tidak takutkah kalian bila
kejadian ini akan ditertawakan oleh orang orang
persilatan?" Si Cambuk pemutus nyawa menatap gadis berbaju hitam
itu sekejap, mendadak ia berseru tertahan:
"Buu . . . bukankah kau . . . kau adalah Tee ih yao hoa
(bunga iblis dari neraka)?"
"Benar !" Kontan saja paras muka si Cambuk pemutus nyawa itu
berubah menjadi pucat bagaikan mayat.
Tiba tiba Ong Bun kim membentak keras:
"Hei, urusanku siapa yang suruh kau mencampurinya?"
Dalam gusarnya tiba-tiba ia melancarkan sebuah
pukulan dahsyat ke tubuh Bunga iblis dari neraka.
Tentu saja Bunga iblis dari neraka tidak menyangka
kalau Ong Bun kim bakal melancarkan serangan ke arahnya
setelah pemuda itu ditolong melepaskan diri dari ancaman,
cepat ia berusaha untuk menghindarkan diri...
Sayang keadaan sudah terlambat. . . "Blaang!" pukulan
dahsyat yang dilepaskan Ong Bun kim itu dengan telak
bersarang di atas punggung si Bunga iblis dari neraka.
Dengan sempoyongan gadis itu mundur sejauh tujuhdelapan
langkah, wajahnya berubah menjadi pucat pias,
untung tak sampai menimbulkan tumpahan darah.
Ong Bun kim sendiripun sangat terperanjat atas hasil dari
serangannya itu, dia cukup menyadari bahwa tenaga
pukulannya barusan paling sedikit mencapai seribu kati,
akan tetapi kenyataannya Bunga iblis dari neraka sedikitpun
tak terluka. Kenyataan ini sungguh membuat hatinya bergetar keras
lantaran kagetnya. Ong Bun kim paling benci kalau ada orang mencampuri
urusannya, karena itu di dalam marahnya tadi, tanpa
berpikir panjang sebuah pukulan segera dilancarkan.
Paras muka Bunga iblis dari neraka yang cantik jelita kini
sudah diliputi oleh hawa napsu membunuh, agaknya nona
itu sudah dibuat naik darah oleh ulah pemuda tersebut.
Ong Bun kim tidak memperdulikan kemarahan orang,
tiba tiba ia membentak lagi:
"Cambuk pemutus nyawa, serahkan jiwa anjingmu..."
Dengan suatu gerakan cepat ia menerjang ke arah
cambuk pemutus nyawa, lalu melancarkan sebuah sapuan.
Padahal pada saat itu si Cambuk pemutus nyawa masih
berdiri karena kaget, nyaris tubuhnya termakan oleh sapuan
dari Ong Bun kim ini, untung ilmu silat yang dimilikinya
memang cukup meyakinkan, cambuk panjangnya segera
digetarkan untuk mematahkan ancaman tersebut.
Tapi sebelum serangannya sempat mengenai sasaran,
ancaman harpa besi dari Ong Bun kim telah menghantam
kepalanya. "Braaaak..." tak sempat lagi bagi Cambuk pemutus
nyawa untuk menjerit kesakitan, tahu-tahu darah dan isi
otak telah berhamburan di mana-mana, kepalanya pecah
termakan oleh pukulan harpa besi yang maha dahsyat itu
hingga mengakibatkan ia tewas dalam keadaan mengerikan.
Sekali lagi Ong Bun kim berkelebat mengitari gelanggang
dengan kecepatan tinggi, suatu jerit kesakitan sekali lagi
berkumandang memecahkan kesunyian....
"Blaaaaam ....!" sesosok tubuh manusia berbaju kuning
kembali tergeletak dalam wujud mayat.
Sekarang tinggal seorang kakek berbaju kuning yang
masih hidup, cuma paras mukanya telah berubah sepucat
mayat, ia sedang mundur terus ke belakang dengan
sempoyongan... "Kau tak usah ketakutan!" bentak Ong Bun kim
kemudian, "tak nanti kubunuh dirimu, cepat enyah dari sini
dan beritahukan kepada Mo kui kiam-jiu, katakan putra
dari si Latah Su hay bong kek yang bernama Ong Bun kim
tak lama lagi akan datang mencarinya untuk membuat
perhitungan." Kakek berbaju kuning itu masih saja berdiri kaku di
tempat semula, mungkin saking takut dan ngerinya, dia
sampai lupa untuk berbuat sesuatu apapun.
"Kenapa tidak lekas lekas enyah dari sini?" kembali Ong
Bun kim membentak. Seperti baru sadar dari impian, kakek berbaju kuning itu
segera melompat naik ke atas kudanya dan mencemplak
kuda itu secepat-cepatnya.
Menanti orang itu sudah lenyap dari pandangan mata.
Bunga iblis dari neraka baru maju meng-hampiri Ong Bun
kim sambil tertawa dingin tiada hentinya.
Senyuman dingin yang menghiasi ujung bibirnya tampak
sangat menyeramkan, membuat siapa-pun yang
menyaksikan merasakan hatinya bergidik.
"Hmmm....heemmm... bagus sekali perbuatanmu"
demikian ejeknya dengan nada ketus, "bagaimana pula
pertanggungan jawabmu terhadap pukulan yang barusan
kau hadiahkan kepadaku..."
Ong Bun kim mendengus dingin.
"Hmmm....! Siapa yang suruh kau suka mencampuri
urusan orang" Terus terang kukatakan kepadamu, selama
hidup aku paling benci kalau melihat ada orang yang suka
mencampuri urusanku!"
Tiba-tiba Bunga iblis dari neraka tertawa ringan.
"Hei, siapa namamu?" tegurnya.
"Aku rasa soal nama tiada kepentingan bagiku untuk
memberitahukannya kepadamu!"
"Baik, kalau begitu aku ingin bertanya kepadamu,
sesungguhnya kau ingin mati ataukah ingin hidup?"
"Kalau mati bagaimana" Dan kalau hidup bagaimana
pula..." "Kalau ingin bidup, gampang saja..." kata nona itu
sambil tertawa ringan, "berlutut di hadapanku dan
sembahlah aku sambil minta maaf..."
"Kau tak usah bermimpi disiang hari bolong!" damprat
Ong Bun kim dengan mata melotot.
"Jadi kau ingin mampus?"
"Bila kau merasa sanggup untuk membinasakanku,
dengan segala senang hati aku bersedia mati di tangan
nona." Bunga iblis dari neraka tertawa riang.
"Bagus, kalau begitu jangan salahkan kalau aku tidak
memberi kesempatan hidup lagi kepadamu..."
Belum habis perkataan itu diucapkan, tiba-tiba tubuhnya
menerjang ke muka dengan cepatnya, di antara
berkelebatnya bayangan tubuh, sebuah pukulan dahsyat
telah dilontarkan ke arah tubuh Ong Bun kim.
Sungguh cepat pukulan itu, membuat orang berdebar
rasanya karena kaget dan tercengang.
Ong Bun-kim menangkis pukulan itu dengan tangan
kirinya, kemudian ia melompat mundur sejauh lima
langkah. "Jangan lari, sambut dulu pukulanku ini lagi!" bentak
Bunga iblis dari neraka. Senjata Pipa bajanya kembali diayun ke depan, dengan
gerakan bukit Taysan menindih kepala, dia hantam batok
kepala Ong Bun-kim. Serangan itu sungguh ganas, garang dan mematikan
seandainya terkena pada sasarannya niscaya batok kepala
pemuda itu akan hancur berantakan.
Ong Bun-kin cukup menyadari betapa dahsyatnya
serangan musuh ketika itu, untuk menghindar tak mungkin
lagi baginya, dalam keadaan terdesak ini terpaksa dia putar
harpa besinya untuk menyongsong tibanya ancaman
tersebut... "Traaang...!" benturan nyaring tak bisa dihindari lagi, di
antara percikan bunga api yang memancar ke mana mana,
Ong Bun-kim merasakan telapak tangannya amat sakit
seperi retak-retak, kuda kudanya tergempur, keseimbang an
tubuhnya hilang dan dia mundur tujuh-delapan langkah ke
belakang dengan sempoyongan.
Belum sempat anak muda itu berdiri tegak, dengan
membawa desingan angin serangan yang tajam, sekali lagi
Bunga iblis dari neraka melancarkan tubrukan, lalu sebuah
tubrukan dahsyat dibacokan ke tubuh lawan.
Untuk kedua kalinya terpaksa Ong Bun-kim harus
menghimpun tenaga dalamnya menyambut datangnya
ancaman tersebut dengan lawan keras.
"Blaaang...!" benturan keras kembali terjadi, angin puyuh
berpusing-pusing menerbangkan pasir dan debu, Ong Bun
kim tak sanggup berdiri tegak lagi, ia mundur terus ke
belakang dengan sempoyongan.
00OdwO00 BAB 10 BUNGA iblis dari neraka tak sudi memberi kesempatan
bagi musuhnya untuk bertukar napas, begitu berhasil
dengan serangannya, sekali lagi ia siap menerjang ke muka.
Mendadak .... "Tahan !" suatu bentakan nyaring berkumandang
memecah kesunyian.

Setan Harpa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Diantara bentakan nyaring itu tampak sesosok bayangan
manusia berkelebat masuk ke dalam gelanggang.
Tanpa sadar Bunga iblis dari neraka menarik napas
panjang panjang dan menahan kembali gerak majunya.
Andaikata orang itu tidak muncul secara tiba-tiba, sudah
bisa dipastikan Ong Bun-kim bakal mampus dalam lima
gebrakan kemudian, atau paling sedikit dia akan terluka di
tangan nona itu. Dengan perasaan kaget dan heran anak muda itu
mendongakkan kepalanya, maka terlihatlah se-orang
perempuan setengah umur yang memakai baju abu-abu
dengan membawa sebatang seruling perak telah berdiri di
hadapannya dengan wajah serius.
Sekalipun usia dari perempuan setengah umur ini sudah
mencapai empat puluh tahunan, namun sisa sisa kecantikan
wajahnya dikala masih muda dulu masih tertera dengan
jelasnya. Dengan sorot mata yang penuh dengan pancaran sinar
membunuh, ia mengawasi wajah Ong Bun-kim tanpa
berkedip, kemudian bentaknya:
"Apakah kau adalah muridnya Kui-jin suseng?""
"Benar." "Kau pula yang telah melukai muridku, seorang nona
berbaju kuning dalam benteng Tui hong po?"
"Benar!" "Di manakah gurumu sekarang?"
"Mau apa kau?" Paras muka perempuan berusia pertengahan itu agak
berubah, lalu bentaknya lagi dengan ketus:
"Aku ingin bertanya kepadamu, sesungguhnya ia berada
di mana?" "Sebelum kau utarakan alasannya, jangan harap aku
bersedia memberitahukan hal ini kepadamu!"
Betapa geramnya perempuan berusia pertengahan itu
mendapat jawaban tersebut, dia harus menggigit bibir untuk
menahan luapan emosi dalam hatinya.
"Jadi kau tidak bersedia untuk memberitahukan
kepadaku di manakah ia berada?"
"Tepat sekali dugaanmu itu!"
"Bangsat! Agaknya kau ingin mampus..." sambil
membentak keras, secepat kilat perempuan berusia
pertengahan itu menerjang ke arah Ong Bun kim, bahkan
seruling peraknya disertai desingan angin tajam langsung
menyodok ke tubuhnya. Cahaya keperak-perakan berkelebat lewat, tahu-tahu
ujung senjata lawan sudah tiba di atas dada Ong Bun kim.
Dengan cekatan Ong Bun kira menggetarkan harpa
besinya, lalu diapun melepaskan sebuah serangan untuk
membendung datangnya ancaman tersebut...
Disaat perempuan berusia pertengahan melancarkan
serangan tadi, tiba-tiba Bunga iblis dari neraka membentak
pula kemudian ikut melancarkan sebuah serangan dahsyat
ke tubuh perempuan berusia pertengahan itu.
Dengan gesit perempuan itu berkelit ke samping,
kemudian ditatapnya Bunga iblis dari neraka dengan
pandangan terperanjat. "Hei, ke . . . kenapa kau?" teriaknya.
"Kenapa pula dengan kau?"
"Aku... akan hendak membunuh dirinya !"
Bunga iblis dari neraka tertawa dingin.
"Heeehhh... heeehh... heeehhh... jangan lupa sobat, dia
adalah orang yang hendak kubunuh lebih dahulu, sebelum
mendapat persetujuanku, jangan harap kau bisa
mengganggunya barang seujung rambutpun!"
Ong Bun-kim ikut tertawa dingin.
"Kalian tak perlu bertengkar sendiri" demikian katanya,
"kalau ingin selembar nyawaku lebih baik turun tangan saja
bersama-sama, aku Ong Bun-kim tak akan memikirkan
persoalan ini di dalam hati..."
Belum habis si anak muda itu menyelesaikan katakatanya,
mendadak perempuan berusia per-tengahan itu
berteriak kaget: "Apa" Kau . . . kau bernama Ong Bun-kim?"
Ketika mendengar jeritan kagetnya itu, Ong Bun-kim
ikut merasa terkesiap, dengan cepat dia mendongakkan
kepalanya. Tampaklah perempuan berusia pertengahan itu sedang
memandang ke arahnya dengan wajah kaget, tidak percaya
dan aneka macam perasaan lain yang bercampur aduk.
"Benar!" jawab Ong Bun-kim sambil tertawa hambar,
"akulah yang bernama Ong Bun kim. .."
Belum habis ucapan dari si anak muda itu, Bunga iblis
dari neraka telah membentak keras:
"Dengan kekuatanku saja sudah cukup untuk
membinasakannya, buat apa musti ada dua orang yang
turun tangan bersama?"
Bayangan manusia berbaju hitam kembali berkelebat,
untuk kesekian kalinya dia menerkam ke muka, sementara
senjata Pi pa bajanya diayun ke atas untuk melancarkan
sebuah serangan kilat. Hawa amarah yang berkobar di dalam dada Ong Bun
kim saat ini sudah tak terkendali kau, sembari menangkis
ancaman musuh dengan harpa besinya, sebuah pukulan
balasan kembali dilontarkan.
-oo0dw0o- Jilid 4 PERTARUNGAN sengitpun kembali berkobar, kedua
belah pihak sama-sama menggunakan kecepatan yang
paling tinggi untuk merobohkan lawannya.
Diantara bayangan manusia yang saling menyambar,
kedua belah pihak masing-masing telah melepaskan dua
buah serangan berantai, oleh desakan tersebut tubuh Ong
Bun kim secara beruntun terdesak mundur sejauh tiga
langkah lebih. Tiba-tiba segulung tenaga pukulan yang sangat kuat
menggulung ke arah tubuhnya.
Ong Bun kim menangkis dengan tangan kirinya, tapi
serangan pi pa besi dari Bunga iblis dari neraka telah
menggulung lagi dengan gencarnya.
Dalam keadaan demikian, hilanglah posisi baik bagi Ong
Bun kim untuk mempertahankan diri, jangankan mendesak
musuhnya, untuk menghindarkan diri pun sudah tak
sempat. Terpaksa ia harus mengertak giginya sambil melepaskan
sebuah pukulan untuk menyambut ancaman itu dengan
keras lawan keras. "Traaaang . !" dalam benturan yang sangat keras itu,
harpa besi dalam genggaman Ong Bun-kim terlepas dari
cekatannya. Tak terkira rasa kagetnya menghadapi kejadian tersebut,
sebelum ingatan kedua melintas dalam benaknya, tubuh si
Bunga iblis dari neraka telah menggulung datang dengan
cepatnya. Musnahlah semua kesempatan Ong Bun kim untuk
menghindarkan diri dari terkaman itu, ia menjadi nekad,
tiba-tiba sepasang tangannya di-rentangkan lebar-lebar lalu
dipeluknya Bunga iblis dari neraka kencang-kencang.
Sudah barang tentu Bunga iblis dari neraka tak akan
menyangka kalau musuhnya akan mempergunakan gaya
"bebas" untuk menerkamnya, untuk sesaat ia menjadi
tertegun dan gelagapan sendiri.
Tak ampun lagi badannya segera dipeluk Ong Bun kim
erat-erat. Kontan Bunga iblis dari neraka menjerit kaget sekeraskerasnya...
Peristiwa yang sama sekali di luar dugaan ini
betul-betul membuat Bunga iblis dari neraka mati kutunya,
di dalam pelukan Ong Bun kim yang begitu erat dan
hangat, ia tak berani berkutik barang sedikitpun juga.
Entah berapa lama sudah lewat, tiba tiba Bunga iblis dari
neraka membentak keras: "Hei, sebetulnya kau bersedia lepas tangan tidak."
Ong Bun kim tertegun. "Kee... kenapa aku musti lepas
tangan?" bantahnya. "Tapi .... tapi.... tidak seharusnya kau memeluk tubuhku
terus menerus." seru si nona dengan mendongkol.
Sesungguhnya Ong Bun kim adalah seorang pemuda
terpelajar yang mengetahui akan sopan santun, diapun tahu
antara pria dan wanita sebetulnya terpisah oleh batas batas
tertentu. Tapi iapun segeta berpikir lain, andaikata eadis itu
dilepaskan dengan begini saja, bukankah tindakan tersebut
ibaratnya melepaskan harimau pulang ke gunung" Sebentar
lagi. pasti akan terjatuh pula dalam cengkeramannya.
Maka sesudah termangu sejenak, diapun berkata:
"Kenapa aku tak boleh memelukmu?"
"Kau . . ." keadaan si Bunga iblis dari neraka sekarang
yaa kheki yaa cemas, untuk sesaat lamanya ia tak mampu
berkata apa-apa. Lama, lama kemudian barulah ia membentak: "Kau...
kau... belum juga mau melepaskan aku?"
Tiba-tiba Ong Bun kim seperti telah menyadari sesuatu,
jari telunjuk tangan kanannya segera disodokkan ke muka.
Bunga iblis dari neraka hanya merasakan sekujur
badannya menjadi kesemutan lalu kaku dan tak dapat
berkutik lagi, ternyata Ong Bun kim telah menotok jalan
darahnya. Sesudah gadis itu tak bisa berkutik lagi, Ong Bun kim
baru melepaskan pelukannya dan menghembuskan napas
panjang, pelan-pelan dia maju ke depan dan memungut
harpa besinya yang tergeletak di tanah.
Berbicara sebenarnya, kedudukan dari Tee ih mo hoa
tadi sudah berada di atas angin, bahkan kemenangan telah
berada di tangannya, siapa yang mengira kalau sebuah
pelukan yang hangat dari lawannya telah membuatnya dari
kedudukan yang unggul menjadi pihak yang kalah.
Sesudah jalan darahnya tertotok, nona itu betul betul tak
dapat berkutik, saking jengkel dan mendongkolnya ia hanya
bisa melototkan sepasang matanya bisar besar, tak sepotong
kata-pun bisa diucapkan. Sementara itu Ong Bun kim telah kembali ke tengah
gelanggang, diliriknya gadis yang bernama Bunga iblis dari
neraka itu sekejap, ketika terbayang kembali pelukan hangat
yang baru dilakukannya, tiba-tiba timbul suatu perasaan
aneh di hatinya. Perasaan itu sangat sensitif dan aneh sekali, bahkan dia
sendiripun tak dapat menerangkan perasaan yang
bagaimanakah itu" Berbicara sejujurnya, Bunga iblis dari neraka adalah
seorang gadis cantik jelita yang sangat mempesonakan hati
orang bahkan sekalipun Yo kui hui atau See si pada jaman
dahulu lahir kembali, belum tentu kecantikan mereka bisa
menandingi keayuan gadis ini.
Ketika merasakan dirinya diperhatikan, dengan gemas
bercampur mendongkol Bunga iblis dari neraka berseru:
"Kenapa tidak kau bebaskan jalan darahku yang
tertotok?" "Kenapa harus kubebaskan jalan darahmu" Bukankah
kau hendak membinasakan diriku?"
"Kau... kau..." saking mendongkolnya gadis itu tak
mampu melanjutkan kata-katanya, malah ia berdiri dengan
tubuh yang gemetar keras.
Ong Bun kim segera tertawa.
"Nona, terus terang kuakui bahwa wajah nona diwaktu
marah jauh lebih cantik dan menarik dari pada diwaktuwaktu
biasa." godanya. Ong Bun-kim adalah seorang pria yang sombong angkuh
dan ketus, tapi dalam keadaan seperti ini ternyata ia tidak
lupa untuk menggunakan ke-angkuhan serta keketusannya
untuk mempermainkan seorang gadis yang sudah tak
berkutik. Bunga iblis dari neraka marah sekali dampratnya.
"Iblis keji yang tak punya perasaan, lihat saja nanti! Aku
tak akan mengampuni dirimu!"
Ong Bun-kim menengadah dan tertawa seram.
"Haahhh haahhh haahhh jangan lupa bahwa kau telah
terjatuh ke dalam cengkeraman-ku," ejeknya.
"Kalau kau memang jagoan, kalau kau memang betulbetul
bernyali dan berilmu tinggi, hayo bunuhlah aku!"
"Tidak, aku enggan membunuhmu...."
"Lantas, apa yang hendak kau lakukan?"
"Tak banyak! Aku hanya berharap agar kau bersedia
memenuhi tiga buah syaratku."
"Apa syaratmu itu?"
"Pertama, kau tak boleh berkelahi lagi denganku... "
"Kedua?" "Untuk sementara waktu syarat kedua dan ke tiga belum
berhasil kutemukan, maka harus kau tunggu sampai
saatnya kutagih hutang ini darimu, tentu saja bila kau tak
menyanggupinya, akupun tak akan melepaskan dirimu!"
Bunga iblis dari neraka menggigit bibirnya menahan diri,
akhirnya ia berkata. "Baik, kukabulkan permintaanmu itu!"
"Tak akan menyesal?"
"Pasti tidak!" Memang sangat hebat tindakan dari Ong Bun-kim ini,
dengan dikabulkannya syarat itu oleh si Bunga iblis dari
neraka, sama pula artinya dengan ia menyerah seratus
persen terhadap Ong Bun-kim, selamanya jangan harap bisa
membalas dendam lagi. Sekulum senyuman penuh kemenangan ter-sungging di
ujung bibir Ong Bun-kim, pelan-pelan ia menghampiri
tubuh Bunga iblis dari neraka serta membebaskan
totokannya. Biru saja jalan darah itu dibebaskan... "Plok." tiba-tiba
sebuah tamparan yang amat nyaring telah bersarang di pipi
kiri si anak muda itu, Ong Bun-kim sangat terkejut dan
melompat mundur sambil memegangi pipi kirinya yang
panas lagi pedas. Ternyata dengan suatu gerakan secepat kilat Bunga iblis
dari neraka telah menghadiahkan sebuah tempelengan


Setan Harpa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

untuk pemuda itu. "Kau....kau...." anak muda itu hanya bisa mengucapkan
sepatah kata saja dengan mata terbelalak, secara beruntun ia
telah mundur sejauh tujuh delapan langkah dari tempat
semula. "Kenapa dengan aku?" ejek nona itu.
"Kenapa......kenapa kau menyesal?" teriak pemuda itu
dengan perasaan penasaran.
"Siapa bilang aku menyesal" Aku toh setuju untuk tidak
berkelahi denganmu" Kapan aku pernah berjanji kalau tak
boleh menempeleng dirimu" Kapan...." Hayo jawab!"
"Ploook !" tempelengan kedua kembali dilancarkan.!
Ong Bun-kim dengan susah payah berusaha
menghindarkan diri, sayang tempelengan itu terlalu cepat,
sehingga untuk kedua kalinya ia kena ditampar pipi
kanannya. Dalam sekejap mata sepasang pipi Ong Bun-kim menjadi
merah dan membengkak keras, ia menjadi kalap, tiba-tiba
teriaknya: "Rupanya kau sudah bosan hidup."
Belum habis berkata, sebuah pukulan telah dilancarkan
ke arah si nona cantik itu.
Cepat-cepat Bunga iblis dari neraka melejit ke tengah
udara dan menghindarkan diri ke samping.
"Tahan....!" tiba-tiba perempuan setengah umur yang
selama ini hanya membungkam membentak keras.
Ong Bun-kim menarik kembali serangannya sambil
berpaling, ia saksikan nyonya setengah umur itu sedang
memandang ke arahnya dengan wajah sedih dan murung.
Mimik wajah seperti itu amat mengenaskan, untuk sesaat
Ong Bun-kim menjadi tertegun.
"Bee... benarkah kau bernama Ong Bun-kim?" tanya
nyonya setengah umur itu kemudian dengan nada sedih.
"Aku rasa tiada kepentingan khusus bagiku untuk
mencatut nama orang lain!"
"Bolehkah aku tahu berapa usiamu tahun ini?"
"Ada apa kau tanya-tanya umurku?"
"Aku hendak membuktikan suatu persoalan, kau
bersedia bukan untuk menyebutkan usiamu?"
"Delapan belas tahun!"
"Haah...." Delapanbelas tahun?"
Nyonya setengah umur itu menjerit tertahan lalu
mukanya bertambah murung, bahkan sepasang matanya
menjadi merah dan air mata mulai mengembang dalam
kelopak matanya. "Apakah dalam tubuhmu terdapat sebuah Liong-bei?"
kembali ia bertanya lebih lanjut.
Ketika mendengar pertanyaan itu, Ong Bun-kim segera
merasakan hatinya bergetar keras, ia seakan-akan teringat
akan sesuatu, mendadak teriaknya tertahan:
"Kau..." "Aku..." air mata nyonya setengah umur itu mulai
bercucuran membasahi pipinya.
Ong Bun kim betul-betul merasakan hatinya bergetar
keras, seperti terkena aliran listrik bertegangan tinggi, ia
tertegun dan untuk sesaat lamanya tak tahu apa yang musti
dilakukan. Tak sulit baginya untuk menduga, perempuan setengah
umur ini pastilah salah satu diantara Coa Siok-oh atau Siau
Hui-un, yakni dua orang wanita yang kemungkinan besar
adalah ibu kandungnya. Dengan suara agak gemetar Ong Bun-kim bertanya:
"Sii....siapakah kau?"
"Aku...aku adalah ibumu..."
Sekali lagi Ong Bun-kim berdiri gemetar seperti tekanan
aliran listrik bertegangan tinggi, peristiwa ini sungguh
berada di luar dugaannya, dan pertemuan yang tak terduga
ini seolah-olah telah merubah semua garis hidupnya.
"Ooooh... anakku sayang.... tak kusangka....tak kusangka
kau masih hidup di dunia ini..." bisik nyonya setengah
umur itu dengan suara gemetar.
Belum habis perkataan itu, ia sudah menangis terisak
sejadi-jadinya....benarkah perempuan ini adalah ibunya"
Isak tangis yang begitu memedihkan hati bukankah
ibarat jerit tangis dari seorang ibu yang tercinta".
Ong Bun-kim tak dapat mengendalikan perasaannya lagi,
diapun ikut berteriak: "Ibu...."
Ia lari ke depan dan menubruk ke dalam pelukan
perempuan itu, bagaikan seorang pengembara yang sudah
lama tak pernah berjumpa dengan sanak keluarganya.
Pemuda itu menangis, ia menangis tersedu-sedu karena
gembira. Iapun menangis karena sedih, seakan-akan ia hendak
menceritakan semua suka duka yang di-alaminya selama
limabelas tahun ini.... Ibu dan anak saling berpelukan sambil menangis,
suasana benar-benar sangat mengharukan.
Tampaknya Bunga iblis dari neraka ikut terharu oleh
adegan yang memilukan hati itu, diam-diam ia ikut
mengucurkan air mata. Lama, lama sekali, akhirnya nyonya setengah umur itu
mendorong tubuh Ong Bun-kim dari pelukannya, lalu
berkata: "Biar kulihat dirimu...yaa limabelas tahun sudah lewat,
aku...aku mengira kau sudah mati di tangan Kui-jin
suseng....sungguh tak kusangka ibu....ibu masih bisa
berjumpa lagi denganmu..."
Berbicara sampai di situ, kembali perempuan setengah
umur itu menangis tersedu-sedu.
Tapi tangisannya sekarang bukan tangisan kesedihan,
tapi suatu luapan rasa gembira yang tak terkendalikan.
Diam-diam Ong Bun-kim berusaha pula untuk
mengendalikan perasaan pedihnya, ia memanggil:
"Ibu...." "Ada apa anakku sayang?"
"Ibu, bolehkah aku menanyakan tentang satu persoalan
kepadamu?" pinta Ong Bun-kim.
"Katakanlah!" "Benarkah ayahku adalah si manusia latah dari empat
samudra Ong See-liat?"
"Benar!" "Apakah dia masih mempunyai seorang istri yang lain?"
"Benar !" "Oooh . . . ibu, bolehkah kau memberitahukan
kepadaku, siapa namamu ?"
Agaknya pertanyaan tersebut mencengangkan
perempuan setengah umur itu, sesudah tertegun sesaat ia
berkata: "Apakah kau tidak tahu siapa namaku?"
"Betul, oooh ibu! Bukankah kau adalah Toan kiam giok
jin (manusia cantik pedang kutung) Siau Hui un ?"
"Bukan, aku adalah Coa Siok oh!"
"Apa?" jerit Ong Bun kim tertahan.
Kejadian ini benar benar berada di luar dugaannya,
dengan perasaan tercekat ia mundur tiga empat langkah ke
belakang. "Jadi... jadi kau... kau adalah putrinya Mo kui kiam jiu?"
bisiknya dengan nada gemetar.
"Benar !" Untuk kedua kalinya Ong Bun kim berdiri tertegun.
Mimpipun ia tak pernah menduga sampai ke situ... yaa,
kejadian ini sungguh berada di luar dugaannya, sebab
ibunya tak lain adalah putri dari Mo kui kiam jiu, si jago
pedang setan iblis yang merupakan musuh bebuyutan
ayahnya, bukankah dia juga yang telah mencelakai
selembar nyawa ayahnya "
Dengan perasaan heran dan tidak habis mengerti Coa
Siok oh. mengawasi wajah Ong Bun kim yang berubahubah
itu, lalu tanpa sadar ia menegur lirih :
"Nak, kenapa kau ?"
"Oooh . . . ibu, aku tidak apa-apa, aku .. ." pemuda itu
menjadi gelagapan dan tak sanggup melanjutkan kata
katanya. "Apakah kau beranggapan bahwa aku pembunuh
ayahmu " Bukankah kau menduga demikian karena aku
adalah putri dari Mo-kui kiam jui si jago pedang setan
iblis?" "Bee ..... benar !"
"Nak, apakah kau masih belum tahu bahwa ayahmu
telah tewas di tangan Kui jin suseng si sastrawan setan
harpa?" "Aku tahu, tapi akupun mengerti bahwa sebelum Kui-jin
suseng melaksanakan pembunuhan tersebut, ada orang
yang telah mencelakai ayahku lebih dahulu, sebab kalau
tidak begitu, berdasarkan ilmu silat yang dimiliki Kui-jin
suseng tak nanti bisa menandingi kelihayan dari ayahku!"
"Jadi maksudmu salah satu diantara kedua orang istrinya
adalah komplotan pembunuh yang telah mencelakai
ayahmu terlebih dahulu, kemudian baru mengundang
kehadiran Kui-jin suseng untuk melakukan pembunuhan
tersebut secara terang terangan?"
"Benar!" "Kalau begitu pasti perbuatan dia!"
"Siapa" Siau Hui-un?"
" Benar!" 00OdwO00 BAB 11 Seandainya Coa Siok-oh adalah ibu kandung dari Ong
Bun kim, maka orang yang mencelakai ayahnya dan
membantu Kui jin suseng untuk membinasakan ayahnya
adalah toan kiam giok jin (perempuan cantik pedang
kutung) Siau Hui un. Ong Bun kim pun berhasil pula membuktikan suatu
persoalan lain, yakni kokcu dari lembah Sinli kok bukan
lain adalah Siau Hui-in. Paras mukanya kontan saja berubah hebat, dengan suara
keras menahan geram, teriaknya:
"Oooh ibu, beritahu kepadaku, apakah perkawinanmu
dengan ayahku lantaran mendapat perintah dari ayahmu"
Bukankah tujuanmu adalah untuk membalas dendam?"
"Keadaan yang sesungguhnya pada saat itu memang
begini!" "Kemudian ?" "Kemudian kubuktikan bahwa sesungguhnya aku telah
jatuh cinta kepadanya, tentu saja aku tak tega untuk
mencelakai ayahmu lagi secara diam diam."
Ong Bun kim menganggukkan kepalanya berulang kali,
kembali ia bertanya: "Bagaimanakah watak ayahku?"
"Baik sekali... justru lantaran kubuktikan bahwa dia
sangat baik, maka tanpa sadar aku-pun telah
mencintainya!" "Ibu... bersediakah kau menceritakan segala sesuatu yang
menyangkut tentang ayahku?"
"Aaaai... kecuali Siau Hui un dan diriku seorang,
ayahmu masih mempunyai seorang kekasih..."
"Apa" Ayahku masih mempunyai seorang kekasih lagi ?"
"Benar! Hanya saja siapakah perempuan yang menjadi
kekasihnya itu tak pernah ayah mu katakan, seringkali ia
berkelana dalam dunia persilatan untuk menemukan jejak
perempuan itu, tapi hingga menjelang ajalnya, ia masih
belum tahu di manakah dia berada!"
"Ketika ayahku terbunuh, apakah kau, Siau Hui un dan
aku bertiga berada di tempat?" Ong Bun kim kembali
bertanya. "Yaa, kita semua berada di rumah! Waktu itu ayahmu
baru ke luar rumah untuk bepergian, tiba tiba Tok khak cin
kun dari Bu lim sam lo (tiga tua dan dunia persilatan)
datang memberi kabar yang mengatakan bahwa ayahmu
telah dibunuh oleh Kui jin suseng."
"Ketika aku hendak menyusul ke tempat kejadian, pada
saat itulah Kui jin suseng telah tiba di depan pintu, aku
dihajar sampai terluka dan selanjutnya tidak kuketahui
bagai mana kejadian seterusnya, tapi sewaktu aku sadar
kembali, kutemukan tubuhku sudah berbaring dalam
sebuah hutan, aku tak tahu siapa yang telah
menyelamatkan jiwaku, dan bagaimana kejadian
selanjutnya, akupun tak tahu."
Dengan sedih Ong Bun kim manggut-manggut.
"Apakah setelah kejadian itu, kau balik kembali kerumah
untuk mencariku...?" tanyanya.
"Benar, sayang baik jejak Siau Hui un mau pun jejakmu
sudah tak ketahuan lagi, banyak tahun sudah aku berusaha
melacaki jejak Kui-jin suseng, selama masa itu akupun
berhasil melatih sejenis irama seruling yang dapat
mematahkan daya pengaruh Pek mo ki andalannya nak,
kenapa Kui jin suseng tidak membinasakan dirimu ?"
Ong Bun kim hanya menggelengkan kepalanya berulang
kali, sebagai pertanda bahwa apapun tidak diketahui
olehnya. Lama, lama sekali ia baru bertanya lagi:
"Ibu, benarkah Mo kui kiam jiu telah membeli Kui jin
suseng untuk mencelakai ayahku?"
"Tentang soal ini....tentang soal ini., .dari-msna aku bisa
tahu?" "Ibu, lantas pada saat ini kau tinggal di mana?"
"Di bawab tebing Hu hau hong bukit Hau-tau san!"
Setelah berhenti sejenak, iapun bertanya pula:
"Kau sendiri, sekarang akan ke mana?"
Ong Bun kim tidak langsung menjawab, ia termenung
dan berpikir beberapa saat lamanya, sesudah itu baru
sahutnya: "Aku hendak mencari musuh besar ayahku!"
"Maksudmu, kau hendak menyatroni perguruan Hau
kwan?" Coa Sik oh menegaskan.
"Benar!" "Ooooh... jangan! Jangan nak, kau tak boleh ke sana,
ilmu silat yang kau miliki masih belum cukup untuk
menandingi kelihayan kakekmu..."
"Mo kui kiam jiu bukan kakekku, aku tidak mempunyai


Setan Harpa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seorang kakek macam gembong iblis itu!" teriak anak muda
itu. "Yaaa, dia memang bukan kakekmu... ia memang tidak
pantas menjadi kakekmu..." gumam Coa Siok oh dengan air
mata bercucuran, "tapi aku berbicara yang sesungguhnya
nak, ilmu silatmu kemungkinan besar masih bukan
tandingan dari Mo-koui-kiam-jiu ..."
"Ibu tak usah kuatir, aku tidak pernah memikirkan
persoalan ini di dalam hati !"
Ketika dilihatnya anak muda itu tetap kukuh dengan
pendiriannya, Coa Siok-oh mulai sadar bahwa pendirian
anaknya tak mungkin bisa di rubah lagi, dengan sedih dan
murung diapun menghela napas panjang.
"Aaaai... baiklah, jika kau tetap dengan tekadmu,
akupun tak akan menghalangi, nah, aku mohon diri lebih
dulu!" "Ibu, kau hendak pulang ke rumah?"
"Benar !" "Begitupun ada baiknya juga, bila aku ada urusan,
sampai waktunya pasti akan kukunjungi rumahmu !"
Demikianlah, ibu dan anak yang baru saja berjumpa
akhirnya harus berpisah kembali.
Tentu saja, suasana pada saat itu sangat-mengharukan
sekali, tetapi apa boleh buat! Perpisahan memang tak dapat
dipisahkan dalam sejarah kehidupan seorang manusia.
Ong Bun-kim tetap merahasiakan tujuan kepergiannya
terhadap ibunya, dia tak mau memberi tahu kepada ibunya
bahwa sesungguhnya dia hendak berkunjung ke lembah
Sin-Iikok untuk membuat perhitungan dengan Siau Hui-un.
Diapun tidak berharap ibunya ketimpa suatu musibah
yang tidak diharapkan, sebab dalam kehidupannya selama
ini, sudah terlalu banyak kesengsaraan dan penderitaan
yang dialaminya, dia tak ingin menambah kesusahan bagi
ibunya. Maka ditunggunya hingga bayangan punggung dari
ibunya Coa Siok oh sudah menjauh, pemuda itu baru
menghela napas sedih. Akhirnya, bayangan tubuh dari Coa Siok-oh lenyap dari
pandangan mata. Ong Bun-kim; menghela napas panjang.
"Aaaai... dia adalah seorang perempuan yang amat
buruk nasibnya... ia adalah perempuan yang terlalu banyak
menderita..." Ia berduka bagi nasib ibunya yang buruk, diapun
bersedih hati oleh kesengsaraan yang me-nimpa dirinya.
Bunga iblis dari neraka yang berdiri di sisinya mendadak
bertanya: "Apakah dia adalah ibumu?"
Ong Bun kim memandang sekejap ke wajah Bunga iblis
dari neraka, lalu dengan sedih manggut manggut.
Tiba tiba Bunga iblis dari neraka menemukan sesuatu,
dari pancaran sinar mata dan perubahan mimik wajah Ong
Bun kim, ia telah menemukan bahwa sesungguhnya
pemuda yang berada dihadapannya sekarang adalah
seorang pemuda yang patut dikasihani, betapa tidak" Dari
pancaran sinar matanya dapat diketahui betapa menderita
dan sengsaranya pemuda itu sepanjang kehidupannya di
dunia ini. Kalau dilihat pula dari mimik wajahnya maka pemuda
itu seakan-akan pernah mengharapkan sesuatu, tapi apa
yang diharapkan tak pernah kesampaian.
Ong Bun kim kembali menghela nafas panjang.
"Aaaai...nona, kau boleh pergi dari sini!" katanya
kemudian. Bunga iblis dari neraka ikut menghela napas.
"Yaa, aku memang harus pergi dari sini" katanya, "tak
pernah ada orang yang bisa berkumpul terus menerus, pada
akhirnya suatu perpisahan akan memisahkan kita, aku
hanya berharap pada suatu ketika kita bisa bertemu
kembali." Dengan langkah yang sangat pelan ia memutar badannya
dan berlalu dari situ. Mendadak... pada saat Bunga iblis dari neraka hendak
memutar badannya dan berlalu dari situ, serentetan suara
tertawa dingin yang tak sedap didengar berkumandang
memecahkan kesunyian. Menyusul suara tertawa dingin itu, kedengaran seseorang
berkata dengan suaranya yang dingin menyeramkan:
"Heehh.. .heeeehhh... heeehhh... suatu adegan
perpisahan yang menawan hati, oooh...betapa asyiknya!".
Mendengar suara itu, dengan terkejut Ong Bun kim
memutar badannya sambil menengok, terlihatlah seorang
pemuda berbaju perlente, sambil menggoyangkan kipasnya
menghampiri mereka sambil tertawa dingin tiada hentinya.
Pemuda berbaju perlente itu tampan sekali, cuma sayang
mimik wajahnya terselip suatu sifat tengik dan cabul yang
sukar dilukiskan dengan kata-kata.
"Haaah.. . kau?" jerit Bunga iblis dari neraka dengan
paras muka berubah hebat.
"Benar, akulah yang telah datang! Apakah kau masih
teringat dengan diriku" Oooh... kalau memang begitu
halnya, betapa gembiranya hatiku...!"
Bunga iblis dari neraka tertawa dingin.
"Heehhh.... heeehhh... mau apa kau datang ke mari?"
teriaknya. Pemuda berbaju perlente itu tertawa misterius, pelanpelan
sinar matanya dialihkan ke atas wajah Ong Bun-kim,
kemudian sambil tersenyum katanya lirih:
"Kalau dugaanku tidak keliru, tentunya saudara ini
adalah ahli waris dari Kui-jin suseng yang nama besarnya
telah menggetarkan seluruh dunia persilatan, bukan?"
"Benar, siapakah kau?" sahut Ong Bun kim ketus.
"Aku adalah Teng Kun, tapi orang lain lebih suka
memanggilku sebagai Hiat hay long cu (si laki-laki hidung
belang pembuat lautan darah)."
"Bolehkah aku tahu ada urusan apa kau datang
mencariku?" "Oooh... urusan penting sih tidak ada, aku hanya
mendengar orang berkata bahwa saudarapun memiliki mata
uang kematian?" "Benar! Apakah saudara datang mencariku lantaran
persoalan itu?" "Tepat sekali dugaanmu itu!" Paras muka Ong Bun ki-m
berubah hebat, lalu sambil tertawa tawa katanya kembali:
"Kalau kau menginginkan mata uang kematian tersebut,
ada baiknya dipersilahkan untuk mengambil sendiri!"
Hiat hay longcu Teng Kun melirik sekejap ke arah Bunga
iblis dari neraka, kemudian sambil menggoyangkan
kipasnya pelan-pelan dia berjalan menuju ke depan...
Bunga iblis dari neraka segera membentak nyaring:
"Hiat-hay-long cu ! Kalau kau berani turun tangan,
jangan salahkan kalau kucabut selembar jiwamu !"
Hiat - hay long cu tertawa terbahak-bahak, mendadak
tubuhnya melompat ke udara, kemudian bagaikan anak
panah yang. terlepas dari busurnya dia meluncur ke depan
dan menerjang ke tubuh Ong Bun-kim.
Sungguh cepat dan dahsyat terjangan dari Hiat hay-longcu
tersebut, begitu sampai di hadapan musuhnya, kipasnya
lantas diayun ke muka menyambar wajah si anak muda.
Belum lagi serangan tersebut mengenai sasarannya,
mendadak bentakan nyaring kembali berkumandang
memecahkan kesunyian: "Tahan !" Menyusul bentakan tersebut, sesosok bayangan manusia
menerjang masuk ke dalam arena dan langsung
melancarkan sebuah serangan dahsyat ke tubuh Hiat hay
long cu. Sungguh cepat datangnya ancaman dari bayangan
manusia tersebut, hal ini memaksa Hiat hay long cu harus
menarik kembali serangannya dan buru-buru
mengundurkan diri. Kejadian ini sungguh di luar dugaan siapa-pun juga,
untuk sesaat mereka semua menjadi tertegun dan berdiri
melongo. Ong Bun kim sendiri juga sudah mundur ke belakang,
tapi begitu ia mendongakkan kepalanya, kontan saja sekujur
badannya bergetar keras. Ternyata manusia berkerudung hitam yang misterius itu
tiba tiba muncul kembali di tempat itu, teringat bahwasanya
manusia berkerudung itu kemungkinan besar adalab
gurunya Kui jin suseng, untuk sesaat lamanya anak muda
itu menjadi bingung dan tak tahu apa yang musti
dilakukan... Sementara, itu, Hiat-hay long cu sambil ter-senyum telah
menegur: "Saudara siapakah kau" Mengapa wajahmu kau
kerudungi dengan kain hitam?"
Dengan ketus jawab manusia berkerudung hitam itu:
"Rahasia pribadiku tak perlu kau campuri, justru aku
mempunyai suatu persoalan yang hendak kutanyakan
kepadamu..." "Silahkan kau katakan !"
"Benarkah Sam jiu hek hou (rase hitam berlengan tiga)
telah kau perkosa lebih dulu sebelum dibunuh...?"
Paras muka Ong Bun kim berubah hebat setelah
mendengar perkataan itu, tapi ia tidak memberi komentar
apa-apa. Sebaliknya Hiat hay long cu tetap tersenyum lebar.
"Siapa yang bilang kalau Rase hitam itu kuperkosa"
Keliru besar saudara, kalau hubungan yang dilakukan atas
dasar mau sama mau, itu bukan perkosaan namanya..."
Manusia berkerudung hitam itu mendengus dingin.
"Hmm...! Kau tak usah banyak bicara, pokoknya yang
pasti ia telah kau bunuh, kemudian ke empat biji mata uang
kematian yang berada di sakunya telah kau bawa kabur,
bukankah begitu?" "Benar, apakah kedatanganmupun lantaran ingin
mendapatkan mata uang kematian?"
"Dugaanmu tepat sekali, nah sekarang cepat serahkan
mata uang kematian itu kepadaku!"
"Maaf, tak bisa kupenuhi keinginanmu itu!"
"Bangsat! Rupanya kau kepingin mampus!"
Sambil membentak keras, manusia berkerudung hitam
itu menerjang ke arah Hiat-hay long cu dengan kecepatan
bagaikan sambaran kilat, kemudian sebuah pukulan
dilancarkan menyodok ke perutnya.
Bentakan keras itu segera menyadarkan kembali Ong
Bun kim dari lamunannya, sinar matanya kontan
mencorong tajam, dengan suara menggeledek mendadak
bentaknya: "Tahan!" Bentakan itu disertai dengan nada yang mengerikan dan
menggidikkan hati, hal ini membuat semua orang yang
berada di sekitar arena menjadi terkesiap lantaran kaget.
Baik manusia berkerudung hitam maupun Hiat hay long
cu Teng Kun yang bersiap-siap melakukan pertarungan,
serentak menarik kembali pukulannya dan melompat
mundur ke belakang, serta merta sinar mata merekapun di
alihkan ke wajah Ong Bun kim.
Mencorong sinar tajam dari sepasang mata Ong Bun
kim, ia menatap manusia berkerudung hitam itu tanpa
berkedip, kemudian bentaknya:
"Siapa kau" Hayo jawab!"
Bentakan itu masih kedengaran keras dan menggidikkan
hati, hal tersebut menunjukkan bahwa ia tak sanggup
mengendalikan emosi dalam hatinya.
Bisa dimaklumi betapa kerasnya goncangan jiwa yang
menimpa si anak muda itu, sebab apa yang tidak diinginkan
akhirnya terlihat di hadapan matanya.
Ia sangat berharap manusia berkerudung ini adalah Kui
jin suseng, tapi diapun sangat berharap agar dia bukan Kuijin
suseng yang sedang dicari, karena seandainya terbukti
dia adalah Kui jin suseng, maka banyak persoalan yang
selama ini membingungkan hatinya segera akan terungkap.
Seandainya dia benar-benar adalah Kui jin suseng... Oh,
Tian! Apa yang harus ia lakukan ..... "
Manusia berkerudung hitam itu tampak tertegun setelah
dibentak oleh Ong Bun kim barusan, menyusul kemudian
dengan suara dingin katanya:
"Apakah kau sudah lupa siapakah diriku, anak muda ?"
"Aku tidak lupa, cuma aku ingin bertanya kepadamu,
benarkah lengan kirimu itu palsu?"
"Benar!" "Sesungguhnya siapakah kau" Hayo jawab!"
"Kenapa harus kujawab?"
"Aku ingin tahu siapakah kau!"
Manusia berkerudung hitam itu kembali mendengus
dingin. "Hmm ! Aku rasa tiada suatu keharusan bagiku untuk
menjawab pertanyaanmu itu?"
"Bukankah kau adalah Kui jin suseng, sastrawan setan
harpa ?" teriak Ong Bun kim seperti setengah kalap.
Manusia berkerudung hitam itu tertawa seram.
"Heeehhh .... heeehhh . , . heehhh . . . dengan dasar apa
kau mengatakan bahwa aku adalah Kui jin suseng?"
ejeknya. "Lengan kirimu kutung!"
"Hanya berdasarkan hal ini?"
"Benar!" "Hmm...! Sayang dugaanmu keliru besar-sebab aku
bukan Kui jin suseng yang kau maksudkan!"
"Sesungguhnya siapakah kau?"
"Sudah kukatakan kepadamu tadi, tiada suatu keharusan
bagiku untuk menjawab pertanyaan itu!"
Ong Bung kim benar-benar naik pitam, segera bentaknya
kembali: "Kurang ajar! Jadi kau tetap ngotot tak mau mengatakan
siapakah dirimu yang sesungguhnya ?"
"Betul !" "Kau anggap aku tak bisa merobek kain kerudung yang


Setan Harpa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menutupi wajahmu itu."
"Hmmm...! Seandainya kau merasa memang memiliki
kepandaian untuk berbuat demikian, silahkan untuk
mencopot sendiri kain kerudung yang menutupi wajahku
ini!" ejek manusia ber-kerudung itu sambil mendengus.
Hawa nafsu membunuh yang mengerikan dan suatu
perubahan perasaan yang sukar dilukiskan dengan kata kata
segera menyelimuti paras muka Ong Bun kim.
Dengan suatu lompatan bagaikan harimau ganas yang
menerjang anak domba, ia menerjang ke hadapan manusia
berkerudung hitam itu sambil bentaknya:
"Kau benar benar hendak memaksa diriku untuk turun
tangan sendiri?" "Benar!" "Kalau begitu, sambutlah seranganku ini!"
Dalam gusar dan kobaran emosinya, secepat sambaran
petir Ong Bun kim menerjang maju ke muka, lalu dengan
tangan kiri menyodok-kan sebuah pukulan dahsyat, harpa
besi ditangan kanannya menyapu pinggang manusia
berkerudung hitam itu. Rupanya anak muda itu benar benar sudah diliputi
amarah yang tak terkendalikan, terbukti dalam serangan
tersebut, ia telah menggunakan segenap kekuatan yang
dimilikinya. Agaknya manusia berkerudung hitam itu tahu kelihayan
lawan, ia tak berani menyambut pukulan tersebut secara
gegabah, dengan suatu lompatan yang lincah, tubuhnya
mengegos ke samping. Ong Bun kim tak sudi membiarkan musuhnya kabur,
begitu serangan yang pertama tidak mengenai sasarannya,
serangan kedua yang jauh lebih dahsyat segera dilancarkan.
Disaat Ong Bun kim melepaskan pukulan untuk kedua
kalinya itulah, tiba tiba Hiat hay long cu membentak keras,
kipasnya direntang kan lebar lebar lalu disodokkan ke tubuh
Ong Bun kim dengan kecepatan luar biasa.
Peristiwa ini benar benar diluar dugaan siapapun.
Bayangan kipas tampak berkelebat lewat dan tahu tahu
sudah mampir di atas punggung si anak muda itu.
Bunga iblis dari neraka yang menyaksikan kejadian itu
menjadi terkejut, segera bentaknya. "Bangsat! Kau ingin
mampus..." 00OdwO00 Bab 12 TUBUHNYA lantas melompat kedepan, senjata Pie pa
baja yang berada dalam genggamannya di pergunakan
untuk menyambar pinggang Hiat hay long du Teng Kun.
Sekalipun serangan yang dilancarkan Bunga iblis dari
neraka dilakukan dengan kecepatan luar biasa, namun tak
sempat baginya untuk membendung ancaman yang
dilakukan Hiat hay long cu terhadap Ong Bun kim...
"Blaaam... !" dalam keadaan yang tidak terduga,
punggung Ong Bun kim terhajar telak oleh serangan yang
maha dahsyat itu. Anak muda itu segera terhuyung maju sejauh tujuh
delapan langkah, kemudian muntah-muntah darah.
Betapa sakitnya hati Bunga iblis dari neraka
menyaksikan kejadian itu, dengan geramnya ia membentak
keras, lalu sambil melancarkan serangan dengan
mempergunakan pie-pa bajanya dia membentak:
"Teng Kun, kubunuh dirimu!"
Cahaya berkilauan membumbung di angkasa, dengan
membawa desingan angin tajam yang memekikkan telinga,
Pie-pa baji itu langsung menghantam ke tubuh Hiat hay
long cu. "Bagus sekali!" teriak Hiat hay long cu sambil
mengayunkan pula kipasnya, "kalau kau begitu bernapsu
ingin berkelahi, apa salahnya kalau kulayani beberapa jurus
seranganmu?" Kipasnya menyambar kian ke mari, secara licik dan
manis dia melepaskan pula sebuah serangan balasan.
Sebagai jago tangguh yang sama-sama lihay-nya,
serangan yang dilancarkan kedua orang itu sama-sama
dilakukan dengan kecepatan paling tinggi, terlihatlah
bayangan manusia berkelebat lewat, menyusul kemudian
Hiat hay Long cu harus mundur sejauh tujuh-delapan
langkah sebelum dapat berdiri tegak.
Hawa napsu membunuh yang sangat mengerikan
menyelimuti seluruh wajah Bunga iblis dari neraka, sambil
menggigit bibir menahan geramnya, ia membentak:
"Teng Kun, sambutlah kembali beberapa jurus
seranganku ini!" Diiringi suatu bentakan nyaring, tubuhnya seperti anak
panah yang terlepas dari busurnya menerjang ke muka.
"Tunggu sebentar!" tiba tiba Hiat hay longcu membentak
nyaring. Sambil melindungi tubuhnya dengan silangan kipas,
secara beruntun ia mundur sejauh lima-enam langkah ke
belakang. "Apa lagi yang kau inginkan?" tegur Bunga iblis dari
neraka dengan suara ketus.
Hiat hay long cu tertawa tengik, katanya kemudian
setelah cengar cengir sejenak:
"Bolehkah aku tahu, apa hubunganmu dengannya?"
Pertanyaan ini sungguh berada di luar dugaan orang,
kontan saja Bunga iblis dari neraka tertegun dibuatnya, tapi
hanya sejenak saja, sambil tertawa dingin katanya
kemudian: "Kau tidak berhak untuk menanyakan soal ini!"
"Apakah dia adalah kekasihmu?" desak Hiat hay long cu
lebih jauh. "Mau kekasihnya atau bukan, lebih baik kau tak usah
turut campur, sebab hal ini bukan urusanmu!"
"Seandainya dia bukan kekasihmu, apa pula gunanya
kau membantu orang asing yang tiada sangkut pautnya
dengan dirimu?" "Heeehhh . . hehhh . . hehhh . . aku tidak ambil perduli
apa yang hendak kau katakan, pokoknya hari ini kau
hendak kubunuh dan ku-cincang menjadi berkepingkeping!"
"Sudahlah nona manis, jangan melibatkan dirimu dalam
cinta yang bertepuk sebelah tangan, percuma! Hal ini malah
akan menyiksa dirimu sendiri..."
"Bangsat! Mulutmu kotor seperti anjing yarg gemar
makan najis, terima saja kematianmu!"
Diiringi bentakan nyaring yang penuh kegusaran, Bunga
iblis dari neraka menerjang maju ke muka, terlihatlah
bayangan hitam berkelebat lewat dan tahu tahu senjata piepa
baja itu sudah melepaskan dua buah serangan berantai.
Hiat hay long cu tak berani bertindak gegabah, diapun
membentak sambil berkelit ke samping.
Tapi bunga iblis dari neraka enggan melepaskan
musuhnya dengan begitu saja, bagaikan bayangan saja ia
menyusul dari belakang dan secara beruntun melancarkan
kembali tiga buah serangan beruntun.
Pada saat ini, hawa napsu membunuh telah menyelimuti
wajah Bunga iblis dari neraka, serangan demi serangan
yang dilancarkannya tak sebuahpun yang bukan termasuk
serangan mematikan, dalam sekejap mata ia sudah
melepaskan sepuluh buah serangan berantai.
Sementara pertarungan di pihak lain sedang berlangsung,
manusia berkerudung hitam itu telah menerjang ke hadapan
Ong Bun kim sambil membentak nyaring:
"Hayo cepat serahkan mata uang kematian itu
kepadaku!" Dengan ujung tangannya Ong Bun kim menyeka noda
darah yang membasahi ujung bibirr nya, kemudian tertawa
dingin. "Heeehhh . . heeehhh . . heeehhh . . boleh saja, asal kau
lepaskan kain kerudung hitam yang menutupi wajahmu,
kemudian memberitahukan siapakah kau, mata uang
kematian segera kuserahkan kepadamu!"
"Kalau aku berkeberatan untuk melakukan apa yang kau
harapkan?" "Hmmm . . .! Atau mungkin mumpung aku sedang
menderita luka dalam yang parah, maka kau hendak turun
tangan kepadaku?" ejek Ong Bun kim sambil tertawa sinis.
"Mungkin saja aku berbuat demikian, aku ingin bertanya
kepadamu, bukankah kau hendak berkunjung ke lembah
Sin li kok?" "Betul!" "Nah, dari pada mata uang itu kau bawa mati, lebih baik
serahkan saja kepadaku!"
Berbicara sampai di situ, tangannya lantas berkelebat ke
depan mencengkeram tubuh Ong Bun kim.
Hakekatnya Ong Bun kim sudah terlampau lemah
sesudah isi perutnya menderita luka parah, mana mungkin
baginya untuk menghindarkan diri dari cengkeraman
manusia berkerudung hitam itu.
Sambil membentak keras, terpaksa ia harus
menggunakan harpa besinya untuk mematahkan serangan
tersebut. Akan tetapi, sebelum serangan itu berhasil dilancarkan,
tiba tiba darah dalam rongga dadanya bergolak keras, tak
ampun lagi ia muntah darah segar, tubuhnya segera roboh
terjengkal ke atas tanah dan jatuh tak sadarkan diri...
Entah berapa waktu sudah lewat, akhirnya pemuda itu
sadar kembali dari pingsannya...
Ketika matanya pelan-pelan direntangkan, tampaklah
seraut wajah yang diliputi kesedihan muncul di depan
matanya Pemuda itu dapat mengenali orang itu sebagai Bunga
iblis dari neraka, noda air mata masih membekas di atas
wajahnya, ketika itu dengan pandangan yang sedih ia
sedang mengawasi wajah Ong Bun kim, mimik wajahnya
menunjukkan rasa kuatir yang tebal, tentu saja di-samping
rasa cinta dan kesedihan.
Tiba-tiba Ong Bun kim menemukan tubuhnya berbaring
di dalam pelukan gadis tersebut.
Tiba-tiba ia seperti teringat akan sesuatu, buru buru
tangannya merogoh ke dalam saku, betul juga, kedua biji
mata uang kematian itu sudah lenyap tak berbekas, sebagai
gantinya ia menemukan selembar kertas yang berisi tulisan.
Surat itu buru-buru diambil ke luar dan dibaca isinya,
terbacalah sebagai berikut:
"Bun kim: Mata uang kematian telah kuambil, sebab benda tersebut
mempunyai hubungan yang sangat erat dengan diriku,
betul, aku adalah Kui jin suseng, aku pula yang telah
membunuh ayahmu..." Ketika membaca sampai di sini, Ong Bun kim segera
merasakan kepalanya menjadi pening bagaikan dipukul
oleh martil yang berat, sekujur badannya gemetar keras.
"Ooooh . . . Thian!" gumamnya, "ia benar-benar adalah
Kui jiu suseng . . . dia adalah pembunuh ayahku . . ."
Setelah pergolakan dalam hatinya berhasil diatasi
pemuda itu membaca surat tersebut lebih jauh:
" . .. . aku tidak memohon pengampunan atau maaf
darimu, tapi aku harus melanjutkan hidupku, sebab hal ini
sama pentingnya seperti kubunuh ayahmu tapi tidak
membunuh dirimu. Tentunya kau bertanya pada diri sendiri bukan: "Kalau
toh kau membunuh ayahku, mengapa tidak membunuh
pula diriku?" terhadap pertanyaan ini suatu waktu kau pasti
akan mengetahui dengan sendirinya, sekarang aku tak ingin
memberitahukan hal ini kepadamu.
Hidup bagiku adalah suatu kejadian yang amat menyiksa
diriku, tapi seperti yang kukatakan tadi, aku harus
melanjutkan hidupku, sebab perbuatan yang kulakukan
harus kuselesaikan sendiri, jangan beritahu kepada siapapun
jua bahwa aku masih hidup, sebab bagikau, hal ini penting
sekali artinya. Cukup sekian suratku ini, baik-baiklah
menjaga dirimu. Tertanda : Kui-jin suseng."
Ketika Ong Bun kim selesai membaca surat itu, ia tak
bisa mengatakan bagaimana pedih dan bencinya
perasaannya waktu itu, tapi yang pasti baik perasaan sedih
maupun perasaan benci kedua-duanya berkecamuk di
dalam hatinya. Akhirnya apa yang dikhawatirkan, apa yang ditakutkan
kini sudah menjadi kenyataan.
"Aku akan membunuhmu .... Kui jin suseng!"
gumamnya. "Hey, apa yang kau katakan?" teriak Bunga iblis dari
neraka dengan terperanjat, "siapa yang hendak kau bunuh"
Kui jin Suseng?" "Benar!" "Kenapa" Bukankah dia adalah gurumu?"
"Yaa, dia adalah guruku, tapi dia pula yang telah
membinasakan ayahku ..."
"Sesungguhnya apa yang telah terjadi" Kalau dia telah
membunuh ayahmu, mengapa ia wariskan ilmu silatnya
kepadamu?" "Hingga detik ini, persoalan itu masih merupakan sebuah
teka teki, dewasa ini aku tak dapat memahaminya."
Dengan sedih Bunga iblis dari neraka menganggukkan
kepalanya, ia melirik sekejap Ong Bun-kim yang berbaring
dalam pelukannya, kemudian menghela napas panjang.
Ong Bun-kim dapat menyaksikan kepedihan dan rasa
sayang yang terpancar dari wajah Bunga iblis dari neraka,
tanpa terasa ia bertanya: "Kaukah yang telah
menyelamatkan jiwaku?"
"Benar, aku yang telah menolong dirimu!"
"Aaaai ! Aku tidak mengerti apa sebabnya kau bersikap
demikian baiknya kepadaku" Sepanjang hidupku, belum
pernah aku merasa berterima kasih kepada orang lain...
terlebih terhadap seorang perempuan!" kata Ong Bun-kim
dengan sedih. "Aaaai... kenapa musti berterima kasih?" nona itu seperti
merasakan pula suatu kepedihan, ia ikut menghela napas.
"Ke mana larinya Hiat-hay-long-cu?" tanya Ong Bun-kim
setelah termenung sejenak.


Setan Harpa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kabur! Setelah termakan pukulanku, dia kabur dengan
membawa luka dalamnya!"
"Sesungguhnya manusia macam apakah Hiat hay long
cu itu?" "Dia adalah seorang manusia yang paling cabul di dunia,
entah berapa banyak anak gadis dan istri orang yang
digagahi olehnya, oleh karena orangnya terlalu licik dan
banyak tipu muslihatnya, selain itu ilmu silat yang
dimilikinya sangat lihay, maka tak seorang manusiapun
yang bisa berkutik terhadapnya!"
"Suatu hari, aku pasti akan mencarinya untuk membuat
perhitungan" sumpah Ong Bun-kim sambil menggigit bibir.
Setelah mengucapkan kata kata tersebut, mereka mulai
membungkam dalam seribu bahasa, masing masing terbuai
dalam pikirannya sendiri, sementara suatu perasaan
murung dan sedih mengelilingi kalbu hatinya.
Berbaring dalam pelukan Bunga iblis dari neraka, Ong
Bun-kim merasakan suatu kehangatan yang belum pernah
dirasakan sebelumnya, perasaan anehpun muncul
menyelimuti benaknya, belum pernah ia alami keadaan
seaneh ini semenjak dilahirkan di dunia.
Pada umumnya bilamana seseorang berada dalam
kesepian dan sebatangkara, ia akan membutuhkan kasih
sayang dan kehangatan dari orang lain, demikian pula
halnya dengan Ong Bun-kim.
Ia membutuhkan kehangatan, ia lebih-lebih
membutuhkan kasih sayang... hanya saja dalam hatinya
yang kesepian dan sendirian tak pernah terlintas ingatan,
apa gerangan cinta itu. Dan kini, Bunga iblis dari neraka telah memberikan apa
yang dibutuhkan, tak heran kalau ia merasakan sesuatu
yang belum pernah dialaminya selama ini.
Agaknya, perasaan hangat yang muncul dalam hatinya
telah memberi banyak sekali harapan dan tekad baginya
untuk melanjutkan hidup, sekarang ia baru mengerti bahwa
kasih sayang dan perhatian adalah suatu hal yang mutlak
diperlukan oleh manusia. Sementara ia masih termenung, Bunga iblis dari neraka
telah bertanya lagi: "Kau tidak merasakan sesuatu yang tidak beres bukan?"
"Aku baik sekali !"
Sambil berkata dia lantas menegakkan tubuhnya dan
menengok ke arah gadis tersebut, memandang wajahnya
yang cantik jelita bak bidadari dari kahyangan serta
kesedihan yang menyelimuti mukanya, tanpa terasa ia
bertanya: "Teringat apakah kau?"
Gadis itu menggelengkan kepalanya dengan lembut.
"Tidak, aku tidak teringat apa apa, sebab aku sendiripun
tak tahu perbuatan apakah yang telah kulakukan, aaai . . . .
! Kau tidak akan mengerti, aku aku..."
Suaranya makin lama semakin parau dan tiada
berkelanjutan. "Kau menyesal karena menolongku?"
"Tidak..." saking sedihnya, air mata jatuh bercucuran
membasahi wajahnya. Keadaan tersebut amat mencengangkan Ong Bun-kim, ia
sampai terbelalak dibuatnya. Ia tak tahu mengapa gadis itu
bersikap demikian, mengapa ia dapat menampilkan sikap
semacam ini" Dengan termangu-mangu Ong Bun-kim memandang ke
arahnya. Tiba-tiba ia menjatuhkan diri ke dalam pelukan Ong
Bun-kim, lalu menangis tersedu-sedu.
"Hey, kenapa kau?" tegur Ong Bun-kim dengan wajah
tertegun. Tapi gadis itu cuma menangis tersedu, ia membungkam
dalam seribu basa. Dengan lembut Ong Bun-kim mendongakkan kepalanya,
ketika menyaksikan butiran air mata yang membasahi
pipinya, tiba-tiba pemuda itu merasakan sesuatu dorongan
napsu yang aneh, tak tahan lagi ia balas memeluk gadis itu
dan mencium bibirnya... Seluruh perasaan dan kehidupannya ia curahkan dalam
ciumannya yang pertama, ia telah mempersembahkan
segala sesuatunya itu untuk seorang gadis yang masih asing
baginya. Ia gemetar keras, bahkan menggigil seperti orang
kedinginan... Bagi gadis itu, ciuman tersebut entah suatu
keberuntungan atau suatu ketidak beruntungan, tiba-tiba
Badai Laut Selatan 4 Rahasia Lukisan Kuno Seri Pendekar Cinta Karya Tabib Gila Golok Halilintar 4

Cari Blog Ini