Suling Mas Seri Bukeksiansu 02 Karya Kho Ping Hoo Bagian 2
Namun, tidak demikian agaknya bagi Kwee Seng dan Liu Lu Sian. Dua orang muda ini bukanlah orang-orang biasa,
melainkan pendekar-pendekar yang sudah gemblengan yang
dengan ilmunya telah dapat menyelamatkan diri daripada
serangan hawa dingin tanpa bantuan benda luar seperti baju tebal dan selimut. Mereka melakukan perjalanan seenaknya dan hanya mengaso kalau kuda yang mereka tumpangi sudah lelah dan kedinginan.
Pada siang hari itu, mereka mengaso di pinggir Sungai Wu-kiang yang mengalirkan airnya perlahan-lahan ke jurusan timur. Airnya tampak tenang dan sedikit pun tidak
bergelombang, membayangkan bahwa sungai itu amat dalam.
Lu Sian menyalakan api unggun untuk menghangatkan tubuh dua ekor kuda mereka, juga dengan bantuan api, mereka
merasa nikmat dan hangat.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Kwee-koko, sudah dua pekan kita melakukan perjalanan,
akan tetapi belum juga kau penuhi dua permintaanku.Lu Sian berkata sambil mengorek-orek kayu membesarkan nyala api.
Nona " Nah, yang dua belum dipenuhi, yang satu dilanggar pula. Berapa kali sudah kukatakan supaya kau jangan
menyebut Nona kepadaku " Wah, pelajar apakah kau ini,
Begitu pikun dan kurang perhatian " Mana bisa maju
mempelajari sastra begitu sulitnya!
Kwee Seng menarik napas panjang. Gadis ini memang
hebat. Tidak saja benar-benar mempunyai kecantikan yang asli dan gilang-gemilang, yang cukup meruntuhkan hatinya, namun juga memiliki watak yang kadang-kadang membuat ia bertekuk lutut karena ia jatuh hatinya. Watak yang
berandalan, namun seakan-akan dapat menambah terangnya
sinar matahari, menambah merdu kicau burung, menambah
meriah suasana dan menjadikan segala apa yang tampak
berseri-seri. Akan tetapi, juga makin yakin hatinya bahwa di balik segala keindahan, segala hal-hal yang menjatuhkan hatinya ini, tersimpan sifat-sifat lain yang amat bertentangan dengan hatinya. Sifat kejam dan ganas, tidak mempedulilkan orang lain, terlalu cinta kepada diri sendiri, dan tidak mau kalah, ingin selalu menang dan berkuasa saja.
Memang aku seorang pelajar yang gagal, tidak lulus
ujian.Ia menjawab kemudian menambahkan. au minta aku
menceritakan riwayatku, apakah gunanya " Aku tidak ada
riwayat yang pantas menjadi cerita, aku seorang sebatang kara, yatim piatu, miskin dan gagal. Apalagi " Tentang
permintaanmu ke dua mempelajari ilmu silat yang sedikit-sedikit aku bisa, nantilah, belum tiba saatnya.
Wah, kau jual mahal, Koko!Lu Sian mengejek dan mengisar duduknya mendekati pemuda itu. Memang demikianlah selalu sikap Lu Sian, terhadap siapapun juga. Jinak-jinak merpati, tampaknya jinak tapi tak mudah didekati ! Hawa begini dingin, kalau ditambah sikapmu, bukankah kita akan menjadi beku "
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Eh, Kwee-koko, kalau aku tidak ingat bahwa kau adalah
seorang ahli silat yang lihai, kau ini pelajar gagal dan murung mengingatkan aku akan seorang penyair yang sama segalanya dan sama murungnya dengan engkauhi hikGadis ini menutup mulutnya dengan tangan, akan tetapi matanya jelas
mentertawakan Kwee Seng. Penyair mana yang kau maksudkan"Biarpun tahu gadis itu
hanya menggodanya, namun bicara tentang syair dan menyair menimbulkan kegembiraan selalu bagi Kwee Seng.
Siapa lagi kalau bukan Tu Fu ! Pernah aku mendengar ayah bicara tentang syair-syairnya, mengerikan!
Mengapa mengerikan kalu dia selalu mencurahkan isi
hatinya berdasarkan kenyataan dan terdorong oleh rasa
kasihan kepada sesamanya"
Bukan rasa kasihan kepada sesamanya, Koko, Melainkan
rasa kasihan kepada diri sendiri ! Karena keadaannya miskin terlantar, dia pandai bicara tentang kemiskinan. Coba dia itu kaya raya, atau andaikata tidak kaya harta benda, sedikitnya kaya akan cinta kasih kepada alam seperti penyair yang
seorang lagieh, siapa itu yang suka memuji-muji alam, yang sukamabok-mabokan, gila arak seperti kau pula
Kau maksudkan penyair Li Po" Na, dia itulah. Kalau Seperti Li Po yang memandang dunia dari segi keindahan, tentu
dalam kemiskinannya Tu Fu takkan begitu pahit dan pedas sajak-sajaknya. Wah, aku seperti mengajar itik berenang ! Kau tentu lebih tahu dan pandai. Aku paling ngeri mendengar syair Tu Fu tentang anggur, daging dan tulang. Bagaimana
bunyinya, Kwee-koko"
Kwee Seng meramkan mata, menengadahkan mukanya
yang tampan ke atas lalu mengucapkan syair ciptaan Tu Fu dengan suara bersemangat, terpengaruh oleh isi sajak yang memaki-maki keadaan pada waktu itu.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Di sebelah dalam pintu gerbang merah hangat indah serba mewah anggur dan daging bertumpuk-tumpuk sampai masam
rusak membusuk ! Di sebelah luar pintu gerbang merah
dinding kotor serba miskin berserakan tulang-tulang rangka mereka yang mati kedinginan dan kelaparan!
Ii ihhh ! Itu bukan sajak namanya!Lu Sian mencela,
kelihatan jijik dan ngeri, Tidak enak benar mendengarkan sajak seperti itu.
Memang sajak itu keras dan tegas, agak berlebihan, namun mengandung kegagahan yang tiada bandingnya, Noneh, Moi-moi.
Sepasang bibir indah merah terbelah memperlihatkan
kilatan gigi seperti mutiara ketika Lu Sian mendengar sebutan moi-moi (dinda) itu. Diam-diam ia mentertawakan Kwee Seng di dalam hatinya. Katakanlah kau menang dalam ilmu silat, boleh kau mengira dirimu gagah perkasa dan tampan, namun alangkah
mudahnya kalau aku mau menjatuhkanmu, membuatmu bertekuk lutut di depan kakiku ! Demikianlah
nona ini berkata dalam hatinya.
Ah, apakah dia itu pun pandai ilmu silat seperti kau, Kwee-koko"Biarpun aku juga hanya seorang bodoh, akan tetapi
sedikit banyak mengerti ilmu silat, sedangkan mendiang Tu Fu benar-benar seorang sastrawan yang tak tahu bagaimana
caranya memegang gagang pedang, tahunya hanya memegang gagang pensil. Kalau begitu dia orang lemah. Bagaimana gagah tiada
bandingnya" $BE. (Boi-moi, kau tidak tahu. Biarpun orang yang memiliki ilmu silat yang tinggi sekali pada waktu itu, tak mungkin ia berani melontarkan kata-kata yang seperti bunyi sajak itu, karena dapat dicap sebagai pemberontak dan di hukum mati!
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Tapi aku lebih kagum kepada penyair Li Po. Masih teringat aku akan sajaknya yang benar-benar membayangkan
kegagahan, kalau tidak salah begini :
Alangkah inginku dapat terbangdengan pedang sakti di
tanganmenyebrangi samudera untuk membunuh ikan paus
pengganggu nelayan! Ketika mengucapkan sajak ini, Lu Sian bangkit berdiri,
kedua kakinya terpentang, tubuhnya tegak dada membusung penuh semangat dan kelihatan gagah dan cantik jelita.
Suaranya bersemangat, merdu dan penuh perasaan sehingga Kwee
Seng melihat dan mendengar dengan mata terbelalak dan
mulut ternganga ! Ia berada dalam keadaan seperti itu dan baru
tersipu-sipu membuang muka ketika Lu sian memandangnya dan bertanya.Kau kenapa, Koko"
Tidak apa-apa, tidak apa-apakau pandai membaca sajak,
Moi-moi kata Kwee Seng gagap. Akan tetapi terdengar gadis itu terkekeh tertawa, suara ketawa yang mengandung banyak arti dan gadis itu masih tersenyum-senyum dan sinar matanya mengerling tajam penuh ejekan ketika mereka bangkit berdiri dan berhadapan, Lu Sian menggerakkan kakinya perlahan
mendekati, sampai dekat benar, sampai terasa benar oleh hidung Kwee Seng keharuman yang luar biasa keluar dari
tubuh gadis itu. Wajah jelita itu dekat sekali dengan wajahnya, wajah yang berseri dengan mata bersinar-sinar dan bibir terbuka
menantang dikulum senyum. Serasa terhenti detik jantung Kwee Seng, bobol pertahanannya dan dengan nafsu yang
memabokkan pikirannya didekapnya pundak Lu Sian dalam
rangkulan dan ditundukkannya mukanya untuk mencium.
Akan tetapi tiba-tiba Lu Sian menundukkan mukanya
sehingga yang tercium oleh Kwee Seng hanyalah rambutnya, rambut yang harum menyengat hidung, dan tiba-tiba
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
terdengar gadis itu bertanya, suaranya dingin aneh, penuh cemooh. Hai, Kwee Seng pendekar muda yang sakti, pertapa belia tahan tapa dan si teguh hati, apakah yang akan kau perbuat ini"
Seakan disiram air salju mukanya, Kwee Seng gelagapan,
mukanya menjadi pucat lalu berubah merah, dilepaskannya dekapan
tangannya dan ia membuang muka lalu menundukannya. Maaf ah, maafkan aku. Seperti sudah gila aku tadi ah, Nona Liu, maafkan aku. Kenapa kau begitubegitu jelita dan.. dan.. keji
Liu Lu Sian tertawa, suara tawanya merdu sekali, akan
tetapi juga penuh dengan ejekan.
Kwee-koko, kau ingatlah. Agaknya kemuraman penyair Tu
Fu menularimu. Mari kita lanjutkanTiba-tiba Kwee Seng
mendorong gadis itu yang segera meloncat, bermodal tenaga dorongan Kwee Seng yang juga sudah meloncat ke belakang dengan gerakan cepat. Sambil mengeluarkan bunyi berciutan menyambarlah lima batang senjata piauw (pisau terbang) dan menancap ke dalam batang pohon. Tidak hanya berhenti
disitu saja penyerangan gelap ini karena dari tiga penjuru menyambarlah bermacam-macam senjata rahasia menghujani
tubuh Kwee Seng dan Lu Sian. Akan tetapi, kini dua orang muda yang berilmu tinggi itu kini sudah siap sedia dan
waspada, dengan mudah mereka menyelamatkan diri. Lu Sian sudah mencabut pedangnya dan dengan putaran pedangnya
secara indah dan cepat, semua piauw jarum dan senjata
rahasia paku beracun dapat ia pukul runtuh. Adapun Kwee Seng sendiri hanya dengan menggerak-gerakkan kedua
lengannya saja, ujung lengan bajunya mengeluarkan angin pukulan,
cukup membuat semua senjata! rahasia menyeleweng dan tidak mengenai dirinya.
Tiba-tiba terdengar derap kaki kuda dan ternyata dua ekor kuda mereka yang dilarikan orang. Keparat hina dina!Lu Sian
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
melompat, pedangnya berkelebat dan dua orang yang
menunggang kuda mereka terjungkal, tak bernyawa lagi !
Ah, Moi-moi, kenapa begitu ganas"Kwee Seng menegur
penuh sesal sambil memegangi kendali kudanya yang terkejut dan akan memberontak.
Penjahat rendah yang telah menyerang secara pengecut,
lalu hendak mencuri kuda, sudah sepatutnya dibunuh.Kata Lu Sian dengan suara dingin sambil menyarungkan kembali
pedangnya. Kwee Seng membungkuk sambil memeriksa dua orang itu.
Pakaian mereka tidak menunjukkan orang-orang miskin, juga rapi tidak seperti maling-maling kuda biasa. Akan tetapi, bekas tusukan pedang Lu Sian hebat sekali, mereka itu sudah mati dan tak dapat ditanya lagi.
Justeru karena mereka mengandalkan banyak orang dan
secara menggelap menyerang kita, perlu kita ketahui apa latar belakangnya. Dua ekor kuda kita, biarpun merupakan kuda pilihan, kiranya belum patut menggerakkan hati orang-orang kang-ouw untuk merampasnya. Tentu saja ada apa-apa di
belakang semua ini, namun sayang, mereka sudah mati tak dapat ditanya lagi. Mari kita lanjutkan perjalanan, dua mayat ini tentu akan diurus oleh teman-temannya yang kurasa tidak kurang dari lima orang banyaknya melihat datangnya senjata-senjata rahasia tadi. Kau hati-hatilah, Moi-moi, kurasa orang-orang yang memusuhi kita takkan berhenti sampai disini saja.
Lu Sian mengangkat kedua pundak, memandang rendah
sekali kepada ancaman musuh, lalu melompat ke atas
punggung kudanya. Dua orang muda itu segera menjalankan kuda ke timur di sepanjang lembah sungai Wu-kiang. Melihat Kwee Seng naik kuda dengan wajah muram dan alis berkerut, diam tak mengeluarkan kata-kata dan sama sekali tak pernah menoleh kepadanya, Lu Sian bertanya.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Koko, apakah kau masih marah kepadaku"Tanpa menoleh
Kwee Seng berkata lirih, Kenapa marah " Tidak!
Diam pula sampai lama. Hanya suara derap kaki kuda
mereka yang berjalan congklang. Dari jauh tampak tembok sebuah kota. Itulah kota Kwei-siang yang terletak di tepi sungai.
Kwe-koko, hemm, ada apakah kau lihat aku. Tidak enak
bicara dengan orang yang tunduk saja. Apa kau tidak sudi memandang mukaku lagi"
Mau tidak mau Kwee Seng menoleh dan wajahnya seketika
menjadi merah ketika ia melihat wajah gadis itu berseri-seri, sepasang matanya mengeluarkan cahaya yang bersinar tajam menembusi jantungnya, yang seakan-akan mengandung
penuh pengertian, yang menjenguk isi hatinya sehingga Kwee Seng merasa seperti ditelanjangi, seperti telah terungkapkan semua rahasia perasaan dan hatinya.
Sian-moi, (adik Sian), kau mau bicara apakah"Kwee Seng
mengeraskan hatinya, menekan perasaan.
Kwee-koko, kau telah jatuh hati kepadaku, bukan " Kau
mencintaiku sepenuh hatimu!
Sejenak Kwee Seng menjadi pucat wajahnya. Bukan main,
pikirnya. Gadis ini benar-benar berwatak siluman ! Pertanyaan macam benar-benar tak mungkin diajukan oleh gadis
manapun juga. Ia tahu bahwa pertanyaan ini disengaja oleh Lu Sian, dan ia maklum pula bahwa gadis ini, sepeti seekor kucing, hendak mempermainkannya seperti seekor tikus. Ia merasa betapa jantungnya tertusuk, akan tetapi Kwee Seng adalah pemuda gemblengan. Cepat ia dapat memulihkan
ketenangannya dan mukanya berubah merah kembali.
Tak perlu aku menyangkal, Moi-moi. Aku memang jatuh
hati kepadamu. Kau terlalu cantik jelita, pribadimu mengeluarkan daya tarik seperti besi sembrani yang tak dapat
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
kulawan. Kini aku balas bertanya, apakah kau tidak
mencintaiku" Lu Sian kelihatan gembira dan senang sekali. Gadis ini
menggerak-gerakkan kepalanya, matanya bersinar-sinar dan ia tertawa sambil menengadahkan muka ke atas. Aku "
Mencintaimu " Ah, aku tidak tahu, Koko. Aku takkan begitu tergesa-gesa seperti engkau mengambil keputusan tentang cinta. Belum cukup lama aku mengenalmu. Kau terlalu lemah lembut, terlalu muram. Biarlah aku mempelajarimu lebih dulu.
Bukankah ayah telah memberi kesempatan kepadamu untuk
mengawiniku, mengapa kau menolak dan malah berjanji akan menurunkan ilmu kepadaku"
Aku memang cinta kepadamu, Sian-moi, akan tetapi
tentang kawin ah, terlalu banyak aku melihat kekejiankekejian di Beng-kauw, terlalu banyak aku melihat keganjilan-keganjilan yang mengerikan. Dan kau sendiriah, kurasa takkan mungkin kau bisa mencinta pria secara lahir batin. Aku cinta pribadimu, tapi mungkin aku tidak menyukai watakmu dan
keluargamu! Kembali Lu Sian tertawa sambil menutupi mulut dengan
tangannya. Kwee Seng makin heran. Benar-benar gadis yang aneh. Aneh dan berbahaya sekali. Ia tadi sengaja berterus terang untuk membalas agar gadis ini merasa terpukul. Akan tetapi kiranya gadis itu malah mentertawakannya !
Hi-hik, kau lucu, Kwee-koko. Aku pun belum percaya akan cintamu kalau kau belum buktikan dengan berlutut
menyembah-nyembah kakiku!Setelah berkata demikian, gadis itu berseru keras dan menyendal kendali kudanya sehingga binatang itu terkejut dan membalap ke depan. Kwee Seng
terheran-heran, lebih heran daripada terhina oleh ucapan aneh itu, akan tetapi ia merasa lega bahwa gadis itu
mengakhiri percakapan yang menyakiti hatinya, maka ia pun lalu membedal kudanya mengejar, memasuki kota Kwei-siang.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Hari telah menjelang senja ketika mereka berdua memasuki kota Kwei-siang. Mereka mencari sebuah rumah penginapan yang juga membuka rumah makan di bagian depan. Seorang
pelayan penginapan tergopoh-gopoh menyambut mereka,
merawat kuda dan memberi dua buah kamar yang mereka
minta. Setelah ke dua orang muda ini membersihkan diri
daripada debu dan keringat, berganti pakaian bersih, mereka lalu mengambil tempat duduk di rumah makan dan memesan
makanan. Kwee Seng yang masih belum lenyap rasa tekanan hatinya, lebih dulu memesan seguci arak yang paling baik.
Wah, kau mau mabok-mabokan lagi Koko " Benar-benar
menjengkelkan ! Aku malam ini ingin sekali bercakap-cakap denganmu sampai semalam suntuk!
Sambil menuangkan arak pada cawannya, Kwee Seng
menjawab, memaksa senyum, karena kadang-kadang, seperti sekarang ini sikap Lu Sian yang kekanak-kanakan mengelus dan menghibur hatinya, melenyapkan rasa sakit akibat
ucapan-ucapan yang menusuk dari gadis itu pula.
Biarpun minum arak bukan kebiasaanku dan baru saja
hinggap padaku semenjak aku berjumpa denganmu, Moi-moi, akan tetapi aku tak akan begitu mudah mabok. Bercakap-cakap sambil minum kan dapat juga.
Ahhh, siapa bilang " Biar kau tidak mabok, akan tetapi kau lebih mencurahkan perhatianmu pada arak, dan.. eh, koko, lihat mereka itu. Tiba-tiba Lu Sian menghentikan kata-katanya ketika melihat beberapa orang laki-laki muncul seorang demi seorang dari pintu depan dengan gerak-gerik mencurigakan sekali. Yang pertama masuk adalah seorang laki-laki yang berwajah muram, mukanya licin tidak berjenggot, pakaiannya kumal, di punggungnya terselip sebatang golok telanjang, usianya kurang lebih empat puluh tahun. Orang ini berjalan dengan gerakan kaki ringan seperti seekor kucing, dan ketika memasuki pintu, matanya mengerling ke arah tempat duduk Kwee Seng dan Lu Sian.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Karena Kwee Seng duduk membelakangi pintu, maka Lu
Sian yang berhadapan dengannya lebih dulu melihat dan
tertarik. Apalagi ketika berturut-turut masuk lima orang laki-laki lain di belakang Si Pembawa Golok. Dua orang berpakaian tosu (pendeta To), seorang laki-laki setengah tua yang
tampan dengan rambut digelung ke atas, kemudian seorang pemuda tampan yang pakaiannya seperti pelajar akan tetapi di pinggangnya tergantung pedang, kemudian yang terakhir adalah seorang hwesio (pendeta Buddha) berkepala gundul yang membawa sebatang tongkat besi yang berat. Enam
orang ini terang bukanlah orang-orang sembarangan karena gerak-gerik mereka ringan dan gesit.
Koko, kau lihat mereka, bisik pula Lu Sian. Moi-moi, mari kita minum, hal-hal lain tidak perlu dihiraukan.Kata Kwee Seng yang sikapnya tetap tenang seakan-akan tidak ada apa-apa, kemudian pemuda ini minum araknya dari cawan dengan
tangan kiri, sedangkan tangan kanannya tahu-tahu sudah
mengeluarkan kipas yang diletakkannya di atas meja. Liu Lu Sian tersenyum dan kembali memperhatikan makanan yang
tersedia diatas meja tanpa menghiraukan orang-orang itu. Ia maklum bahwa tanpa ia peringatkan, Kwee Seng juga sudah tahu akan masuknya enam orang itu dan sudah siap sedia. Ia kagum akan sikap ini dan mendapat pelajaran bahwa
menghadapi segala macam ancaman, lebih baik bersikap
tenang sehingga dapat menentukan sikap dengan tepat.
Betapapun juga, Lu Sian tak dapat menahan keinginan
hatinya untuk melihat dengan kerling sudut matanya ke arah orang-orang itu. Ternyata mereka sekarang memperlihatkan sikap yang cukup jelas. Orang pertama sudah mencabut
golok, Si Hwesio mengangkat tongkatnya sedangkan yang lain juga sudah bersiap seperti orang hendak bertempur. Jelas bahwa enam orang itu hendak mencari perkara karena
pandang mata mereka semua kini terarah kepadanya !Dengan gerakan penuh ancaman enam orang itu kini makin mendekat dan akhirnya mereka mengurung meja yang dihadapi Kwee
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Seng dan Lu Sian. Namun, Kwee Seng tetap tenang sambil
minum araknya, melirik pun tidak ke arah mereka. Lu Sian juga bersikap tenang, namun hatinya berdebar. Tidak
biasanya ia bersikap seperti yang diambil Kwee Seng ini.
Biasanya, begitu ada orang memusuhinya, ia segera
menurunkan tangan besi dan baginya, lebih cepat merobohkan lawan lebih baik.
Para pengurus rumah makan sudah lari ketakutan
menyaksikan enam orang itu mengeluarkan senjata dan
beberapa orang tamu yang tadinya sedang menikmati
hidangan, juga cepat-cepat membayar harga makanan dan
segara pergi. Semua orang sudah melihat gelagat tidak baik, hanya Kwee Seng yang seakan-akan tidak tahu akan
kesibukan itu semua dan enak-enak minum. Siluman betina !
Kau harus mengganti nyawa puteraku!tiba-tiba Si Pemegang Golok yang berwajah muram itu
membentak sambil menudingkan telunjuknya ke arah muka Lu Sian.
Gadis ini mendongkol bukan main, akan tetapi ia tetap
duduk dan tersenyum mengejek, kemudian dengan mata
berseri-seri memandang kepada pemuda tampan yang
membawa pedang. Pandang mata Lu Sian yang tajam, sekali lihat sudah tahu bahwa pemuda tampan itu sejak tadi
memandang kepadanya penuh rasa kagum, dan hal inilah
yang membuat matanya berseri dan senyumnya mengejek.
Sengaja ia mengedip-negedipkan mata kirinya lebih dulu
Suling Mas Seri Bukeksiansu 02 Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kepada pemuda tampan itu sebelum menjawab.
Siapakah puteramu dan siapa engkau " Mengapa pula aku
harus mengganti nyawa puteramu"
Setan betina ! Masih kau hendak berpura-pura tidak tahu sedangkan tadi dengan kejam kau membunuh pula dua orang pembantuku"
hihhh hihhh jadi kalian ini golongan pencuri-pencuri kuda "
Sungguh sayang. Gadis ini menggeleng-gelengkan kepalanya sambil memandang kepada pemuda tampan yang tiba-tiba
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
menjadi merah mukanya karena Lu Sian seakan-akan
menunjukan kata-kata sayangitu kepadanya.
Siluman sombong ! Puteraku dengan baik-baik memasuki
sayembara karena dia begitu bodoh tergila-gila kepada
kecantikanmu, dan andaikata di dalam pertandingan itu dia kalah, apakah salahnya " Kenapa dia masih harus dibunuh secara penasaran " Apakah tiap laki-laki yang gagal
mengalahkanmu harus mati seperti anakku Lauw Kong itu"
Teringatlah kini Lu Sian akan tiga orang pemuda yang
mengeroyoknya di atas panggung. Memang seorang diantara mereka bernama Lauw Kong, yang bermuka hitam dan
mengaku datang dari kota Kwi-san yang letaknya tidak jauh dari kota Kwei-siang ini.
Oh, Si Muka Hitam itukah puteramu " Memang aku sudah
mengalahkannya, akan tetapi aku tidak membunuhnya!
Kau setan betina ! Siluman cantik ! Banyak pemuda
terbunuh karena engkau tapi kau masih pura-pura, dasar
perempuan rendahan Cukup, ayah. Dengan maki-makian urusan
takkan beres!Pemuda tampan yang membawa pedang itu mencela
dan maju ke depan menghadapi Lu Sian. Wajahnya yang
tampan itu kurang menarik ketika ia bicara, dan setelah mendekat Lu Sian melihat bahwa mata pemuda itu agak
kuning. Nona, kami tahu bahwa kau adalah nona Liu Lu Sian puteri Ketua Beng-kauw. Aku adalah Lauw Sun, dan kakakku Lauw Kong telah
mencoba memenangkan sayembara
beberapa pekan yang lalu. Memang dia kalah oleh nona, Dan bukan nona pula yang membunuhnya, akan tetapi ternyata ia terbunuh dengan pukulan beracun dan hal ini tentu saja
sepengetahuan nona. Karena itu, ayah dan kami minta
pertanggungan jawabamu! Muak rasa perut Lu Sian, dan ia mendongkol sekali melihat Kwee Seng masih enak-enak minum arak saja, seolah-olah
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
tidak perduli dirinya dimaki-maki orang. Hemm, pikirnya, apakah tanpa kau aku tidak mampu membereskan buaya-buaya ini " Tiba-tiba kakinya menghentak lantai dan tubuhnya sudah melayang ke belakang, kedua kakinya hinggap di atas sebuah meja yang masih penuh sisa hidangan dan arak bekas para tamu tadi, yang tidak sempat dibersihkan oleh para pelayan yang sudah lari ketakutan. Dengan gerakan indah ringan Lu Sian meloncat ke belakang dan kedua kakinya sama sekali tidak menyentuh mangkok cawan, kini ia berdiri di atas kedua ujung kakinya, pedangnya sudah berada di tangan
kanan melintang di depan dada, matanya bersinar-sinar,
mulutnya tersenyum mengejek ketika ia berkata.
Orang She-lauw, menghadapi orang-orang kasar macam
kalian ini aku tidak sudi banyak bicara. Kalau kalian hendak mengeroyokku, inilah aku Liu Lu Sian ! Kalau aku tidak
berhasil membikin mampus kalian berenam tanpa turun dari meja ini, jangan sebut lagi aku puteri Ketua Beng-kauw!
Ucapan ini benar-benar membayangkan keangkuhan dan
kesombongan, akan tetapi diam-diam Kwee Seng maklum
bahwa sama sekali ucapan itu bukan kesombongan kosong
karena ia tahu, kalau enam orang itu nekat mengeroyok,
takkan sukar bagi Lu Sian untuk membuktikan ancamannya.
Ia dapat menduga mereka bahwa mereka itu adalah jagojago dari kota Kwi-san, bahkan agaknya orang she Lauw ini dalam usahanya menuntut balas atas kematian puteranya,
telah minta bantuan seorang hwesio dan dua orang tosu,
agaknya tokoh-tokoh dalam kuil di kota itu.
Bagus ! Kau harus menebus nyawa anakku dan dua orang
temanku!seru Si Pemegang Golok dan dengan gerakan cepat ia bersama enam orang temannya menyerbu ke arah meja di mana Lu Sian berdiri. Gadis itu menyambut kedatangan
mereka dengan senyum mengejek. Tiba-tiba sekali, tanpa
kelihatan gadis itu menggerakkan kakinya, cawan arak,
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
mangkok dan piring beterbangan ke arah enam orang
dibarengi bentakan Lu Sian.
Nih, makanlah sebagai tebusan senjata rahasia kalian
tadi!Hebat sekali serangan lu Sian ini. Gadis itu dengan sinkangnya yang sudah amat kuat, hanya menggunakan ujung
kakinya menyentil barang-barang diatas meja dan beterbanganlah mangkok dan cawan berikut isinya, yaitu
masakan dan arak, ke arah enam orang lawannya. Demikian cepatnya sambaran benda-benda ini sehinngga enam orang
itu sama sekali tidak berhasil menghindarkan diri dan
setidaknya pakaian mereka menjadi kotor tersiram kuah sayur dan arak, bahkan muka si Hwesio terkena hantaman mangkok penuh masakan daging ! Tentu saja hwesio itu gelagapan
karena sebagai seorang yang selamanya pantang makanan
berjiwa, kali ini masakan daging menghantam muka dan
banyak kuah memasuki mulutnya, membuat ia hampir muntah
! Sebetulnya, melihat gerakan ini saja, kalau enam orang itu tahu diri, mereka sudah akan maklum bahwa gadis itu bukan lawan mereka. Akan tetapi agaknya kemarahan meluap-luap membuat mereka mata gelap dan segera menggerakkan
senjata masing-masing mengepung meja itu dan menyerang
dari semua jurusan, Lu Sian tertawa mengejek, tidak bergerak dari atas meja,
melainkan pedangnya kadang-kadang
menyambar untuk menangkis senjata pengeroyok yang terlalu dekat. Kadang-kadang ia hanya mengangkat sebelah kaki
menghindarkan golok yang menyambar atau merendahkan
tubuh untuk membiarkan tongkat melayang melalui atas
kepalanya. Gadis ini hanya menanti kesempatan baik untuk membuktikan ancamannya, yaitu membunuh mereka tanpa
turun dari meja. Mendadak saja, enam orang itu berturut-turut mengeluarkan teriakan kaget dan senjata semua runtuh ke atas lantai karena tanpa mereka ketahui mengapa, tahu-tahu
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
tangan mereka yang memegang senjata menjadi kejang yang menyebabkan mereka terpaksa melepaskan senjata masing-masing. Tercium oleh mereka bau arak dan tepat pada jalan darah disiku lengan mereka basah. Dengan kaget dan heran mereka saling pandang dan terdengarlah suara Kwee Seng
yang masih saja duduk minum arak.
Menyerang orang secara menggelap dengan senjata
rahasia untuk membunuh sudah termasuk perbuatan pengecut, sekarang mengeroyok seorang gadis mengandalkan tenaga enam orang laki-laki, sungguh amat memalukan.
Apakah kalian masih belum mau insyaf dan tidak tahu diri, menantang maut yang sudah membayang di depan mata "
Lekas pungut senjata dan pergi barulah perbuatan orang yang berakal sehat!
Tahulah enam orang itu sekarang bahwa yang membuat
mereka semua terpaksa melepaskan senjata adalah pemuda
pelajar yang duduk minum arak dengan tenangnya, sahabat puteri Ketua Beng-kauw itu. Tentu saja hal ini membuat
mereka menjadi gentar. Nona itu sendiri sudah cukup berat untuk dikalahkan, apalagi dengan adanya seorang yang
demikian saktinya, yang tanpa bergerak dari tempat
duduknya, tanpa menghentikan keasyikannya minum arak,
sudah mampu mengalahkan mereka dan melucuti senjata
mereka ! Orang she Lauw tadi memungut goloknya, diturut oleh
teman-temannya lalu ia menjura ke arah Kwee Seng. Siauw-enghiong (Pendekar Muda), kepandaianmu membuat mata
kami yang bodoh, membuat kami terpaksa menelan hinaan
dan menderita kekalahan. Bolehkah kami mengetahui siapa nama dan julukan Siauw-enghiong yang gagah"
Kwee seng menarik napas panjang, kemudian ia berdiri
dengan cawan penuh arak di tangan kanan, diangkatnya
tinggi lalu ia bernyanyi dengan lagak seorang mabok.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
$BE" (Bngin kipas mengusir lalat dan menyegarkan diri suara suling mengusir harimau dan menentramkan hati nama harta kepandaian tiada artinya yang penting adalah pelaksaan kebenaran dalam hidupnya!
Enam orang itu hanya saling pandang, tidak dapat
mengenal pemuda ini karena mereka pun tidak pernah
mendengar nyanyian itu. Lu Sian tertawa dan dari atas meja itu ia berkata nyaring.
"Sebangsa cacing macam kalian ini mana mengenalnya "
Dia bersama Kwee Seng, para locianpwe mengenalnya
sebagai kim-mo-eng. Hanya dia seoranglah yang mampu
menandingi aku. Biarpun begitu, masih belum tentu ia bisa menjadi jodohku ! Apalagi orang-orang macam anakmu
hendak memperisteri aku. Cih Bukankah itu lucu sekali"
Enam orang itu kelihatan kaget dan tanpa bicara apa-apa lagi mereka lalu meninggalkan tempat itu. Pelayan-pelayan mulai muncul kembali, memandang takut-takut ke arah Kwee Seng dan Lu Sian. Kwee Sng menyatakan kesanggupannya
membayar harga barang-barang yang rusak, mereka kelihatan senang dan melayani sepasang orang ini dengan kehormatan berlebihan.
Lu Sian juga kelihatan senang dan gembira sekali. Mulutnya selalu tersenyum, matanya bersinar-sinar, wajahnya berseri dan tiada hentinya ia menatap wajah Kwee Seng dengan sikap menggoda. Sebaliknya Kwee Seng sama sekali tidak kelihatan gembira. Pemuda ini sudah tidak makan lagi, akan tetapi melihat cara ia berkali-kali memenuhi cawan arak dan
meminumnya habis sekali tenggak, terang bahwa perasaan
hatinya amat terganggu. Memang demikianlah. Hati pemuda ini tidak karuan rasanya, hampir ia meloncat bangun untuk lari meninggalkan gadis ini. Ia merasa betapa gadis ini sengaja menggodanya, sengaja hendak mempermainkannya. Ucapan
Lu Sian tadi benar-benar menikam jantungnya. Gadis itu di depan orang banyak mengakui bahwa hanya Kwee Seng yang
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
mampu menandinginya, namun betapapun juga, pemuda itu
belum tentu bisa menjadi jodohnya ! Ia merasa makin tak senang ,muak dan benci menyaksikan sikap Lu Sian, apalagi mengingat betapa tadi gadis itu sudah pasti akan membunuh enam orang lawanny! a ! kalau saja ia tidak cepat-cepat turun tangan. Ia makin benci, akan tetapi juga makin cinta ! Makin lama ia berdekatan dengan gadis ini, makin besar pula daya tariknya menguasai hatinya.
Kwee-koko, dalam nyanyianmu tadi kau menyebut-nyebut
tentang kipas dan suling. Tentang kipasmu, aku sudah
melihatnya dan sudah tahu kelihaiannya. Akan tetapi tentang suling, adakah kau mempunyai suling, dan pandaikah kau
meniup suling dan mempergunakannya sebagai senjata"
Aku seorang bekas pelajar gagal, biasanya hanya berkipas-kipas mendinginkan kepala panas lalu menghibur diri dengan suara suling. Memang tadinya aku memiliki sebuah suling, akan tetapi benda itu hancur ketika aku bertemu dengan Ban-pi Locia (Dewa Locia Berlengan Selaksa) di telaga See-ouw (Telaga Barat).
Terbelalak sepasang mata yang indah itu, penuh perhatian dan ingin tahu. Apa " Kau betul-betul bertemu dengan ok-hengcia (pendeta jahat) itu " Aku pernah mendengar dari ayah bahwa pendeta perkasa itu amat cabul dan keji, akan tetapi memiliki ilmu kepandaian yang luar biasa. Ayah sendiri pernah bentrok dengan Ban-pi Lo-cia, bertempur sampai dua hari dua malam tidak ada yang kalah atau menang. Hanya
karena khawatir kalau pertandingan dilanjutkan keduanya akan tewas, maka mereka menghentikan pertandingan. Dan
kaukau bertemu dengannya " Bertanding " Dan sulingmu
hancur olehnya " Ah, Kwee-koko, apakah kau kalah olehnya"
Kwee Seng mengipas-ngipas lehernya yang terasa panas
oleh pengaruh arak. Dia memang hebat, akan tetapi juga
jahat bukan main. Secara kebetulan saja aku bertemu
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
dengannya ketika aku berpesiar di telaga See-ouw. Pemuda itu lalu menceritakan pengalamannya seperti berikut.
Beberapa bulan yang lalu, dalam perantauannya yang tidak mempunyai tujuan tertentu, tibalah Kwee Seng di telaga See-ouw, Telaga Barat ini amatlah terkenal semenjak dahulu, karena luasnya, karena indahnya, dan karena segar nyaman hawanya.
Air berkeriput biru sehalus beledu tilam pembaringan
berkasur bulu bunga teratai aneka warna penghias indah
dicumbu rayu ikan-ikan emas berwarna cerah berperahu di telaga barat mandi sinar bulan minum arak sesudah itu mati pun tak penasaran!
Nyanyian ini banyak dinyanyikan tukang-tukang perahu
yang menyewakan perahu mereka untuk para pelancong.
Pelancong yang tergolong miskin cukup merasa puas dengan berjalan-jalan disekitar telaga, yang tergolong cukup merasa puas dengan menyewa perahu kecil menghadapi seguci arak.
Akan tetapi bagi para pelancong kaya raya, acaranya
bermacam-macam. Yang sudah pasti mereka itu akan
menyewa perahu besar yang mempunyai bilik yang terlindung dan tertutup, memesan hidangan arak dan masakan lezat
mewah, kemudian memanggil pula pelacur-pelacur untuk
melayani mereka makan minum sambil mendengarkan
beberapa orang perempuan penyanyi menabuh yangkim dan
bernyanyi. Pesta macam ini hampir diadakan setiap malam diwaktu musim tiada hujan, sehingga keadaan telaga barat amat meriah.
Ketika Kwee Seng tanpa disengaja tiba di telaga See-ouw, keadaan di situ sedang meriah sekali karena musim panas telah tiba. Di waktu musim panas mengamuk, banyak orang-orang kaya dan pembesar-pembesar merasa tidak betah
tinggal di kota dan banyak yang mengungsi untuk beberapa hari atau pekan lamanya ke Telaga See-ouw di mana mereka
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
dapat menghibur tubuh dan pikiran, dan baru ingat pulang kalau uang sudah habis dihamburkan !
Begitu melihat seorang pemuda tampan dengan pakaian
pelajar yang cukup rapi datang seorang diri, segera para tukang perahu merubungnya, menawarkan perahu mereka.
"Mari, Kongcu (Tuan Muda), perahu saya bersih dan
kosong ! Saya pesankan arak Hang-ciu yang paling baik !
Kongcu perlu hidangan yang paling lezat " Restoran Can-lok atau rombongan penyanyi " Anak buah Bibi Congcantik-cantik, muda dan suaranya emas atau Kongcu suka ehmm ditemani
bidadari jelita " Tinggal pilih menurut selera Kongcu.
Demikianlah, ribut mereka menawarkan perahu sampai
pelacur. Kwee Seng tersenyum dan menggerak-gerakkan
tangan menyuruh mereka jangan bicara sambung- menyambung membikin bising.
Dengar baik-baik, jangan ribut sendiri!katanya tertawa. Aku hanya membutuhkan sebuah perahu kecil yang dapat dipakai duduk berdua, tanpa pendayung. Perahu kecil yang bersih dan tidak bocor, terbuka tanpa bilik. Kemudian, boleh sediakan arak dan dua cawannya, beberapa macam masakan yang
panas-panas dan kemudian boleh panggil seorang pelacur
yang pandai bicara, pandai main yangkim meniup suling,
pandai bernyanyi dan pandai bermain catur.
Wah, mengajak pelesir seorang bidadari, mengapa pakai
perahu kecil terbuka, Siangkong (Tuan Muda)" Saya
mempunyai yang besar, ada biliknya yang bersih dan enak, tidak terganggu dari luar
Kembali Kwee Seng tersenyum dan kedua pipinya agak
merah. Pemuda ini tidak pantang bersenang-senang dengan wanita, akan tetapi hanya sampai pada batas mengobrol dan bercakap-cakap gembira, bersenda-gurau dan main catur atau mendengarkan si cantik bernyanyi atau menabuh yangkim
meniup suling saja. Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Aku ingin menyewa perahu kecil terbuka tanpa pendayung, ada tidak" Ada! Ada! Jangan khawatir, Kongcu, perahu saya kecil bersih, dicat biru dan tanggung tidak bocor. Lima belas cni saja untuk semalam suntuk!
Dan perempuan yang kukehendaki itu ada tidak " Pandai
bicara, pandai main musik, bernyanyi dan pandai main catur, tidak menolak minum arak!
Wah, wah yang sepandai itu agaknya, hanyalah Ang-siauwhwa (Bunga Kecil Merah) seorang . Seorang bidadari yang tercantik dan termahal disini!
Bagus ! Kaupanggil Ang-siauw-hwa untukku,kata Kwee
Seng, senang hatinya. Ah, tidak mungkin, Kongcu. Biarlah saya memanggil si Kim-bwe (Bunga Bwee Emas) yang juga
pandai segala biarpun tidak secantik Ang-siauw-hwa atau si Kim-lian (Teratai Emas) yang pandai meniup suling dan cantik jelita, akan tetapi tidak pandai main catur dan tidak suka minum arak
Hati Kwee Seng sudah kecewa. Tidak, aku menghendaki
Ang-siauw-hwa itu. Mengapa tidak mungkin memanggil dia "
Berapa harganya " Aku sanggup bayar!
Orang-orang itu menggeleng kepala dan seorang yang
setengah tua berkata, suaranya perlahan seperti takut
terdengar orang lain, Kongcu, kau tidak tahu. Ang-siauw-hwa amat terkenal disini dan setiap ada pembesar pesiar, tentu dia dipesan. Aneh memang, biarpun Ang-siauw-hwa merupakan
kembangnya semua wanita disini, namun dia bukanlah pelacur sembarangan. Dia hanya mau melayani bicara dan bernyanyi, main catur atau minum arak, bahkan mengarang syair, akan tetapi belum pernah terdengar Ang-siauw-hwa mau diajak
yang bukan-bukan. Bagus, dialah pilihanku ! Panggil dia!Kwee Seng tertarik sekali. Akan tetapi orang-orang itu menggeleng kepala.
Sekarang dia berada di perahu Lim-wangwe (Hartawan Lim)
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
yang perahunya kelihatan di sana itu.Ia menuding ke arah tengah telaga di mana tampak sebuah perahu Lim-wangwe
sendiri yang mengadakan pesta bersama lima orang pendekar yang menjadi tamunya. Sejak pagi tadi Ang-siauw-hwa berada di sana, mungkin sampai semalam suntuk mereka berpesta.
Nah, dengar, itu suara suling tiupan Ang-siauw-hwa.
Kebetulan angin bersilir dari arah telaga dan tertangkaplah oleh telinga Kwee Seng tiupan suling yang merdu dan halus.
Lebih baik jangan panggil dia, kongcu. Yang lain masih
banyak, boleh Kongcu pilih sendiri. Ang-siauw-hwa hanya mendatangkan ribut belaka.
Ah, kenapa"Kwee Seng terheran. Beberapa orang memberi
isyarat akan tetapi pembicara itu agaknya sudah terlanjur dan berkata, Pagi tadi timbul keributan karena dia, Lo Houw (Macan Tua), Seorang tukang pukul yang terkenal di daerah ini, memaksa hendak mengajak Ang-siauw-hwa dan biarpun
perempuan itu sudah lebih dulu dipanggil Lim-wangwe, Lo houw tidak mau peduli dan hendak merampas Ang-siauw-hwa, bahkan
mengeluarkan kata-kata memaki Lim-wangwe. Kemudian ia mendatangi Lim-wangwe dengan perahunya dan
kami semua sudah merasa kuatir. Kami mengenal kekejaman dan kelihaian Lo Houw, dan kami saying kepada Lim-wangwe yang berbudi halus dan suka menolong kami yang miskin.
Akan tetapi, apa terjadi " Lo Houw menyerang ke sana
dengan perahu, akan tetapi ia kembali ke pantai dengan
basah kuyup!Orang itu tertawa dan yang lain juga tertawa, biarpun ketawanya sambil menoleh ke kanan kiri, kelihatan takut kalau-kalau mereka terlihat orang.
Ah, apa yang tejadi"Kwee Seng makin tertarik.
Kabarnya menurut tukang perahu yang kebetulan berada di dekat sana, Lo Houw meloncat ke perahu besar dan memaki-maki. Akan tetapi tiba-tiba muncul seorang di antara tamu Lim-wangwe dan dalam beberapa gebrakan saja Lo Houw
yang terkenal itu terlempar ke dalam air!
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Ha-ha, dia harus berenang ke tepi!kata seorang lain. Kwee Seng tersenyum. Hal semacam itu tidaklah aneh baginya yang sudah biasa bertemu dengan peristiwa pertempuran yang
lebih hebat lagi. Biarlah, kalau ia sedang melayani hartawan itu, aku pun tidak jadi mengajaknya menemaniku. Beri saja sebuah perahu kecil yang baik, sediakan satu guci arak da cawannya bersama sedikit daging panggang, tiga macam
sayur dan sedikit nasi. Nih uangnya, lebihnya boleh kau miliki.Kwee Seng mengeluarkan dua potong uang perak yang diterima dengan tubuh membongkok-bongkok oleh tukang
perahu setengah tua itu yang merasa kejatuhan rejeki.
He, tukang perahu jembel ! Lekas sediakan perahu terbaik, lima guci arak wangi, lima kati daging, lima macam sayur, mi lima kati dan nona-nona manis lima orang yang cantik-cantik dan muda-muda ! Eh, kembang pelacur yang kalian obrolkan tadi, siapa namanya"
Kwee Seng membalikkan tubuhnya ketika mendengar suara
yang besar dan nyaring ini. Ketika melihat orangnya, ia tertegun. Bukan hanya Kwee Seng yang terperanjat, juga
semua tukang perahu memandang dengan mata terbelalak,
tak seorangpun menjawab. Pembicara ini adalah seorang laki-laki tinggi besar, sekepala lebih tinggi daripada orang yang berukuran tinggi umum.
Melihat pakaiannya yang sederhana dan longgar, apalagi
melihat kepalanya yang gundul, orang tentu mengatakan
bahwa ia seorang hwesio (pendeta Buddha). Akan tetapi yang meragukan, kalau benar ia seorang pendeta, mengapa ia
memesan daging, arak, bahkan pelacur " Anehnya pula, dia itu seorang diri, mengapa memesan demikian banyaknya
makanan dan minuman yang serba lima takar, juga memesan lima orang perempuan lacur " Pertanyaan-pertanyaan inilah agaknya yang membanjiri pikiran para tukang perahu
sehingga sampai lama mereka terheran-heran tak mampu
menjawab. Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Heh ! Jembel-jembel busuk, mengapa kalian diam saja "
Suling Mas Seri Bukeksiansu 02 Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Apakah kalian tuli dan gagu"Laki-laki tinggi besar gundul yang usianya tentu lima puluh tahun itu membentak.
Seorang tukang perahu yang agak tabah hatinya menjura
sambil tertawa-tawa. Maaf eh, Lo-suhutapitapi yang Lo-suhu pesan begitu banyak
Hwesio itu menyeringai dan melirik ke arah Kwee Seng
yang berdiri dengan tenang, menaksir-naksir dan mengasah otak untuk mengenal siapa gerangan hwesio aneh ini.
Heh-heh, seorang pelajar melarat saja mampu menyewa
perahu dan membayar arak, apakah kau kira aku seorang
perantau lain tidak mempunyai uang"Ia menggulung kedua
lengan bajunya yang lebar sehingga tampaklah lengannya
kekar kuat penuh bulu. Ia merogoh ke balik jubahnya dan keluarlah sebuah pundi-pundi berisi penuh uang. Dibukanya tali pundi-pundi itu danhwesio itu memperlihatkan potongan-potongan uang emas dan perak ! Para tukang perahu
memandang melotot dan menelan ludah. Belum pernah
selama hidup mereka tampak sekian banyaknya uang.
maaf, maaf, Lo-suhu, bukan sekali-kali saya meragukan Losuhu takkan dapat membayar. Hanya, Lo-suhu seorang diri, Pesanannya begitu banyak, apalagi pakai lima orang bidadari Heh..heh, goblok ! Apa salahnya " Malah kembangnya
pelacur itu harus pula melayani aku, berapapun biayanya akan ku bayar.
Tapi, Lo-suhu, Ang-siauw-hwa telah disewa Lim-wangwe di perahu mewah yang berada di sana tukang perahu itu
menunjuk. Hwesio tinggi besar memandang dan mulutnya
yang berbibir tebal mengejek.
Biarlah nanti kujemput sendiri dia. Sekarang sediakan
pesananku semua. Cepat dan nih uangnya, lebihnya boleh
kalian bagi-bagi!Hwesio itu mengeluarkan belasan potong
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
uang perak dan melemparnya kepada tukang perahu seperti orang melempar sampah saja.
Gegerlah para tukang perahu. Benar-benar hari itu mereka kejatuhan rejeki besar. Seperti berlumba mereka lari kesana-kemari untuk memenuhi pesanan hwesio aneh. Akan tetapi
Kwee Seng sudah merasa muak perutnya dan begitu
pesanannya tiba, ia segera naik ke perahu kecil yang sudah terisi makanan dan minuman pesanannya, kemudian ia
mendayungnya ke tengah telaga tanpa mempedulikan lagi
hwesio tadi. Hemmmm, Menjemukan sekali.Pikirnya. Kalau para pembesar negeri suka mencuri uang negara dan makan
sogokan seperti anjing-anjing kelaparan, kalau para pendetanya melanggar pantangan, minum arak, makan
daging dan main perempuan, akan bagaimanakah jadinya
bangsa dan negara"Berpikir sampai disini hati Kwee Seng merasa kecewa sekali. Akan tetapi pemandangan telaga itu benar-benar indah sehingga kekecewaannya terobati. Hari menjelang senja dan matahari di ujung barat tampak
tenggelam ke dalam air telaga, kemerah-merahan dan indah sekali. Kwee Seng mulai makan daging dan sayur, dan minum araknya sedikit demi sedikit memang ia tidak begitu suka minum arak.
Makin gelap cuaca tanda malam tiba, makin indah di situ.
Bulan muncul dengan cahayanya yang gilang gemilang, langit bersih tak tampak sedikitpun awan, permukaan air telaga bermandikan cahaya bulan, seakan-akan terbakar menjadi
emas, berkilauan. Angin bersilir membuat air emas itu
berombak sedikit dan bunga-bunga teratai yang berkelompok disana-sini
mulailah menari-nari menggoyang-goyangkan pinggang ke kanan kiri. Perahu-perahu yang berkeliaran di permukaan telaga mulai memasang lampu yang dihias dengan beraneka warna, ada yang merah, hijau, kuning, menambah indahnya pemandangan di telaga itu.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Tiba-tiba telinga Kwee Seng tertarik oleh lengking suara suling yang sayup sampai, suaranya mengalun tinggi rendah sesuai dengan gerak air. Kwee Seng tertarik dan mendayung perahunya ke arah suara. Ternyata suara suling itu keluar dari sebuah perahu besar dan mewah, dan kini Kwee Seng dapat mendengar suara suling dengan jelas sekali. Akan tetapi ia segera menjadi kecewa. Suara itu tadi indah kedengarannya karena dipermainkan oleh angin. Setelah mendengar dari
dekat, ia mendapat kenyataan bahwa biarpun peniupnya
menguasai lagu dan irama, namun tiupannya kurang tenaga dan amat lemah, tidak membawakan perasaan hati peniupnya.
Akan tetapi di samping kekecewaannya, timbul dugaan yang mendebarkan jantungnya. Perahu besar dan mewah inilah
agaknya perahu Lim-wangwe yang sedang menyambut lima
orang tamunya da mungkin sekali suling itu ditiup oleh Ang-siauw-hwa seperti yang diceritakan oleh para tukang perahu tadi ! Hemm, kalau benar wanita itu yang meniupnya,
lumayan ! ju! ga ! Setidaknya, kalau seorang pelacur saja dapat meniup suling seperti itu, benar-benar dia seorang pelacur yang luar biasa.
Ketika suling berhenti ditiup, terdengar tepuk tangan dan tertawa-tawa memuji dari dalam perahu, tanda bahwa orang-orang yang berada di dalam perahu itu gembira dan kagum.
Tak lama kemudian, kembali suling itu berbunyi, kini mainkan lagu yang menjadi kegemaran Kwee Seng, yaitu Bulan
mengembara cari kekasih.Kalu tadi kwee Seng hanya kecewa mendengar tiupan suling yang dianggapnya kurang baik, kini telinganya terasa sakit mendengar betapa lagu kesayangannya dirusak orang. Karena tidak dapat menahan lagi, pemuda yang sudah terpengatuh oleh hawa arak itu mengeluarkan sebatang suling dari dalam bajunya dan tak lama kemudian
melengkinglah suara sulingnya melayang-layang di permukaan telaga, mendesak suara suling pertama yang keluar dari
perahu besar. Karena suara suling Kwee Seng luar biasa sekali
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
kuatnya, maka suara pertama tenggelam dan tak terdengar lagi.
Sahabat, alangkah indah bunyi sulingmu!Kwee Seng yang
baru saja menghabiskan bait terakhir cepat memandang.
Seorang wanita dengan pakaian serba indah berwarna merah muda, berdiri di pinggiran perahu dan kelihatan seperti seorang dewi telaga. Ah, kalau saja aku bersayap, kuakan terbang membebaskan diri dari sini untuk belajar meniup suling darimu sahabat
Kwee Seng tercengang. Inikah pelacur yang berjuluk Angsiauw-hwa " Pantas saja terkenal menjadi kembangnya
sekalian pelacur di daerah Telaga Barat ini, pikirnya sambil memandang kagum. Tentang kecantikannya, tak dapat ia
menilai teliti karena keadaan yang remang-remang itu tidak cukup menerangi wajah si gadis, akan tetapi, selain pandai meniup suling juga kata-katanya begitu halus dan teratur, dari ucapannya itu saja mudah diduga bahwa nona ini tentu pandai bersyair. Dengan hati tertarik Kwee Seng mendayung maju perah kecilnya untuk mendekati perahu besar dan agar ia dapat memandang lebih jelas. Akan tetapi pada saat itu
terdengar suara memanggil dari bilik perahu besar dan nona berpakaian serba merah muda itu membalikkan tubuh dan
lenyap ke dalam perahu besar.
Kwee Seng sadar daripada kebodohannya. Perempuan itu
sudah disewa hartawan pemilk perahu besar, mau apa ia
mendekat " Ah, mengapa ia begitu tertarik kepada seorang wanita pelacur " Kwee Seng sadar akan kebodohannya sendiri dan menggerakkan dayung untuk menjauhi perahu besar.
Akan tetapi pada saat itu ia melihat sebuah perahu meluncur cepat ke arah perahu besar dan di dalam perahu ini terdapat seorang hwesio tinngi besar bersama lima orang wanita
pelacur yang sedang minum-minum dan tertawa cekikikan
seperti segerombolan kuntilanak, Kwee Seng cepat mendayung perahunya menyelinap dan bersembunyi di
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
belakang perahu besar untuk mengintai karena ia merasa
curiga menyaksikan gerak-gerik hwesio tinggi besar yang aneh itu.
Dari balik perahu besar itu Kwee Seng melihat jelas betapa hwesio tinggi besar itu sekali menggerakkan kaki telah
melayang naik ke atas papan dek tanpa menimbulkan
guncangan sedikitpun juga. Kwee Seng kaget dan kagum.
Hwesio ini benar-benar memiliki ilmu yang tinggi. Ketika ia memandang ke perahu hwesio tadi, ia merasa muak. Lima
orang wanita pelacur yang memakai bedak tebal itu dalam keadaan setengah telanjang dan awut-awutan rambutnya,
tertawa cekikikan dan bersenda gurau, agaknya sudah mabok semua ! Perahunya yang tidak di kuasai oleh hwesio telah oleng ke kanan kiri tanpa diketahui lima orang pelacur mabok.
Karena merasa muak, Kwee Seng tidak mempedulikan mereka dan ia kembali memandang ke arah hwesio yang berdiri kokoh seperti batu karang diatas papan dek perahu besar.
Heh, hartawan she Lim!Hwesio itu berseru dan suaranya
yang parau keras itu menembus desir angin. Lekas serahkan Ang-siauw-hwa kepadaku, kutukar dengan lima orang yang
berada di perahuku! Tiba-tiba dari pintu bilik perahu besar itu meloncat seorang laki-laki tinggi kurus yang mengenakan pakaian ringkas dan punggungnya terhias sebatang golok. Gerakan laki-laki ini ringan dan cepat, tahu-tahu ia sudah berdiri di depan hwesio itu dengan mata berkilat. Eh, eh, hwesio jahat darimana berani mengganggu kesenangan kami " Apakah kau sahabat
dari Si Jahanaman Lo Houw yang kulempar ke dalam air"
Hwesio itu memandang sejenak lalu tertawa. Heh-heh-heh, aku tidak tahu itu Lo Houw, dan tidak kenal pula tikus kecil macammu. Aku hanya datang untuk mengambil Ang-siauw-hwa, kutukar dengan lima pelacur itu. Wanita macam Angsiauw-hwa yang disebut-sebut kembang pelacur di telaga ini patut mengawaniku bersenang-senang. Lekas suruh dia keluar
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
dan berikan kepadaku sebelum perahu ini kubikin tenggelam berikut semua penumpangnya!
Hwesio sesat ! Pergilah!Si Jangkung Kurus menerjang maju dengan gerakan kilat. Cepat sekali gerakannya dan Kwee Seng yang menonton tahu bahwa si jangkung itu memiliki ilmu silat tangan kosong yang cukup hebat. Hwesio ini mencari
penyakit, pikirnya, penghuni perahu besar itu ternyata bukan orang-orang lemah. Pukulan si jangkung itu selain cepat, juga jelas mengandung tenaga yang besar, tampak gerakannya
begitu mantap dan sekali pukul, kedua tangan si jangkung itu secara berbareng menyerang dada dan lambung. Anehnya,
hwesio tinggi besar itu masih tertawa, sama sekali tidak mengelak. Celaka, pikir Kwee Seng, betapapun lihainya, mana hwesio itu akan dapat menahan pukulan yang mengandung
tenaga dalam itu" Buk ! Buk!Dua buah pukulan itu tepat mengenai dada dan
lambung. Ha-ha-ha-ha!Si Hwesio malah tertawa bergelak,
sedikit pun tidak terpengaruh dua pukulan itu. Sejenak si jangkung terbelalak kaget, kemudian tampak sinar bergulung ketika ia mencabut goloknya dan membacok dengan cepat ke mengarah leher.
Celaka kata Kwee Seng, akan tetapi kali ini ia menyebut celaka bukan untuk si hwesio karena segera ia maklum bahwa hwesio itu benar-benar memiliki sin-kang (tenaga sakti) yang amat tinggi dan pencabutan golok oleh si jangkung itu hanya akan berarti celaka bagi si jangkung.
Memang tidak berlebihan penafsiran Kwee Seng ini. Hanya sedikit menggerakkan tubuhnya si hwesio sudah mampu
mengelak dan sebelum si jangkung sempat menyerang lagi, tubuhnya
sudah tertangkap dan sekali melontarkan tangkapannya sambil tertawa, hwesio tinggi besar itu sudah melempar lawannya jauh ke luar perahu !
Byurrrr!Air muncrat tinggi dan si jangkung megap-megap
dalam usahanya menyelamatkan diri.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Hwesio keparat, berani kau memukul Suteku (adik
seperguruanku)"Kini muncul seorang pendek gemuk dengan
sebatang toya (tongkat panjang) melintang di tangan. Tanpa menanti jawaban, si gemuk ini sudah menggerakkan toyanya menghantam leher hwesio itu. Sebagai kakak seperguruan si jangkung tadi, dapat di bayangkan betapa hebat serangan si gemuk pendek ini. Batu karang yang kuat agaknya akan pecah terkena pukulan toya baja itu. Namun, si hwesio sama sekali tidak mengelak, hanya miringkan tubuh dan menerima
hantaman toya itu dengan pangkal lengannya.
Bukkk!Si hwesio masih tertawa-tawa dan kedua lengannya
bergerak. Tahu-tahu si gemuk memekik keras dan tubuhnya terlempar keluar perahu. Kembali terdengar air menjebur dan tubuh gemuk itu tenggelam timbul, agaknya lebih parah
lukanya daripada sutenya.
HebatDiam-diam Kwee Seng terkejut dan kagum. Perhatiannya kini tertuju pada hwesio itu sambil mengingat siapa gerangan hwesio yang demikian lihainya itu. Terang bahwa kepandaian dua orang yang dikalahkannya secara
mudah tadi cukup tinggi dan hanya seorang sakti saja yang dapat mengalahkan mereka dengan sekali gebrakan. Akan
tetapi kalau memang hwesio ini seorang tokoh sakti, mengapa sikap dan kelakuannya begitu gila-gilaan " Sama sekali tidak patut dilakukan oleh seorang tokoh sakti yang terkenal.
Merampas seorang pelacur ! Benar-benar mengherankan
sekali ! Sementara itu, dari dalam bilik perahu sudah berloncatan tiga orang laki-laki. Usia mereka rata-rata empat puluh tahun lebih, dan ketiganya memegang pedang. Gerakan-gerakan
mereka pun cepat dan ringan, malah agaknya lebih cekatan daripada dua orang yang sudah kalah oleh si hwesio. Begitu keluar, mereka serentak mengurung dan menyerang hwesio
itu dengan pedang mereka.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Kwee Seng melihat hwesio itu tertawa, akan tetapi segera perhatiannya tertarik oleh kejadian lain. Ia melihat seorang wanita berpakaian merah muda berlari-lari ke pinggir perahu besar itu lalu wanita itu meloncat ke air ! Byurrr!air muncrat tinggi dan tubuh wanita itu lenyap !
CelakaUntuk ketiga kalinya selama beberapa menit itu
Kwee Seng menyebut celaka, akan tetapi ia cepat mendayung perahunya ke arah terjunnya si pakaian merah tadi. Selagi ia hendak menyelam, tiba-tiba wanita itu muncul dan legalah hati Kwee Seng melihat bahwa wanita itu ternyata pandai berenang ! Ah, benar-benar pelacur yang aneh sampai
berenang pun pandai ! Pelacur itu memang bukan lain adalah Ang-siauw-hwa yang kini berenang cepat ke arah perahu
Kwee Seng. Kongcu yang pandai bersuling, kau tolonglah aku yang
bernasib malang $B)t (B katanya sambil berusaha mengangkat tubuh memegang pinggir perahu. Akan tetapi
beberapa kali usahanya tak berhasil karena pinggiran perahu itu terlampau tinggi dari permukaan air.
Kwee Seng lalu mengulur tangannya dan menarik tubuh
wanita itu ke dalam perahunya. Ia memandang, kagum.
Memang patut dikagumi wanita ini. Pakaiannya basah kuyup dan karena pakaian ini terbuat daripada sutera tipis dan halus, maka kini tercetaklah tubuhnya membayangkan bentuk tubuh yang padat ramping, dengan lekuk lengkung sempurna, tubuh seorang wanita muda yang sudah masak.
Kenapa kau meloncat ke air"Kwee Seng bertanya, menekan
gelora jantungnya yang membuat darah mudanya yang
bergerak lebih cepat daripada biasanya.
Ah, hwesio demikian hebat. Kalau aku dirampasnya
bagaimana nasibku " Lim-wangwe yang sudah tua dan
pendekar-pendekar itu semua bersikap sopan kepadaku, akan tetapi belum tentu hwesio itu begitu baik sikapnya. Ah, Kongcu, kau tolonglah akubiarlah aku akan mengerjakan apa
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
saja yang kau kehendaki untuk membalas budimu ini. Sambil berkata demikian, Ang-siauw-hwa mendekat dan bau harum
menerjang hidung Kwee Seng yang tertegun melihat wanita itu tersenyum manis dan mengerling penuh arti.
Aku aku bersedia menolong, tapi tapi aku tidak
menghendaki apa-apa darimu jawabnya gagap sambil
menggerakkan dayung. Wanita di belakangnya menarik napas panjang. Ahhhsudah
kuduga, kau seorang pelajar yang sopan dan penuh susila, mana mungkin mau berkenalan dengan seorang tuna susila
macam Ang-siauw-hwa"Suaranya mulai terisak. Beginilah
nasibku, kongcu hanya orang-orang rendah budi saja yang suka berkenalan denganku, dengan maksud yang kotor, akan tetapi orang baik-baik selalu menjauhkan diri dariku.
Kwee Seng menoleh, agak terharu juga. Memang
demikianlah nasib wanita yang terperosok ke Lumpur
kehinaan. Bukan begitu, Nona. Tadi pun aku hendak
memesanmu menemaniku minum arak, menikmati keindahan
telaga sammbil bersuling dan bernyanyi atau mengarang syair.
Akan tetapi karena kau telah disewa hartawan itu, aku
berperahu seorang diri. Hanya perlu kau ketahui bahwa aku sekali-kali bukan menolongmu karena hendak minta upah.
Nih, kaupakai jubah luarku untuk menahan dingin dan angin.
Kita harus pergi cepat-cepat dari sini.Setelah melemparkan jubah luarnya untuk dipakai berselimut Ang-siauw-hwa, Kwee Seng cepat mendayung perahunya.
Akan tetapi di atas perahu besar terdengar suara
berkerontangan, disusul pekik-pekik kesakitan dan berturut turut tubuh tiga orang jago silat itu pun terlempar ke dalam telaga. Bahkan orang ke tiga terlempar ke arah perahu Kwee Seng disusul bentakan hwesio itu yang parau dan nyaring.
Ah, Ang-siauw-hwa kembang pelacur ! Kau hendak lari ke
mana " Tak boleh lari sebelum melayaniku sampai puas!
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Melihat menyambarnya tubuh orang ke arah perahunya,
Kwee Seng menggerakkan dayung sehingga perahunya
menyeleweng mengelak dan tubuh orang itu terbanting ke
dalam air, hanya tiga kaki dari kepala perahunya. Air muncrat membasahi bajunya.
Ah, celaka kita, kongcuAng-siauw-hwa berseru ketakutan, tubuhnya yang sudah dingin itu kini ditambah rasa takut mulai menggigil.
Tak usah takut, kita akan minggir lebih dulu daripada
dia.Jawab Kwee Seng sambil mengerahkan tenaga mendayung sehingga perahunya meluncur seperti anak panah terlepas dari busurnya.
Ang-siauw-hwa menengok dan melihat betapa hwesio yang
menakutkan itu sudah meloncat ke dalam perahunya sendiri.
Sekali ia menggentakkan perahu, lima orang pelacur yang mabok-mabokan di dalam perahu itu terlempar ke dalam air pula ! Menjemukan ! Tingal ah kalian di air!kata hwesio itu sambil tertawa bergelak dan mulailah ia mendayung
perahunya mengejar perahu Kwee Seng. Sementara itu, para penghuni perahu sibuk menolong lima orang jago silat dan juga lima orang pelacur yang menjerit-jerit dan gelagapan seperti lima ekor anak ayam terlempar ke air.
Kongcu, dia dia mengejar, Ang-siauw-hwa memeluk
pinggang Kwee Seng dari belakang. Bau harum dan kelunakan tubuh yang merapat di punggungnya membuat Kwee Seng
meramkan matanya dan menahan napas. Diam-diam hatinya
mengeluh. Usianya sudah dua puluh dua dan belum pernah ia berdekatan begini dengan seorang wanita. Getaran yang
menggelora di jantungnya melemahkan tenaga sakti sehingga kurang cepat ia mendayung perahu.
He, orang muda tolol ! Apakah kau bosan hidup " Berhenti dan berikan gadis itu kepadaku!Suara hwesio itu melengking di telinganya. Akan tetapi Kwee Seng tidak peduli dan cepat ia mengerahkan tenaga mendayung perahunya.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Kau ingin mampus!Suara ini disusul oleh desir angin ke
arah kepala Kwee Seng. Maklum bahwa ada benda
menyambar, Kwee Seng mengibaskan tangannya dan dari
ujung lenan bajunya menyambar angin yang memukul runtuh benda itu yang ternyata adalah sekepal kayu, agaknya gagang dayung yang diremas hancur oleh hwesio hebat itu!
Kwee Seng maklum bahwa kali ini ia menghadapi lawan
yang amat tangguh, mungkin lawan yang paling tangguh yang selama hidupnya pernah ia hadapi. Dengan adanya Ang-siauw-hwa di dalam perahu, tentu saja hal ini berarti
melemahkan kedudukannya sendiri apabila terjadi pertandingan melawan hwesio kosen itu, apalagi kalau diingat bahwa hwesio memang bermaksud merampas Ang-siauw-hwa. Selain itu juga, bertanding di atas perahu amatlah berbahaya. Kepandaiannya di atas air hanya terbatas dan sekali jatuh ke dalam air, takkan ada gunanya lagi. Inilah sebabnya maka Kwee Seng segera mengerahkan tenaga
sekuatnya sehingga perahunya meluncur lebih cepat lagi
meninggalkan perahu hwesio yang mengejarnya.
Sesampainya di pinggir telaga, Kwee Seng cepat menarik
lengan Ang-siauw-hwa dan diajaknya melompat ke darat, lalu berkata lirih, Nona, cepatlah, kau lari dari sini! Tapi, tapi kau bagaimana, Kongcu
Jangan pikirkan aku, lekas lari.Kwee Seng mendorong
wanita itu dalam gelap, kemudian ia meloncat lagi ke dalam perahunya dan mendayung ke bagian lain dari tepi telaga itu untuk menyesatkan perhatian si hwesio terhadap Ang-siauw-hwa. Usaha dan akalnya ini berhasil baik, karena perahu hwesio itu terus mengikutinya setelah mendekat, kemudian terdengar hwesio itu berseru keras.
Bocah setan, sekali ini aku tidak akan memberi ampun
kepadamu! Akan tetapi karena ia sudah terbebas daripada keselamatan Ang-siauw-hwa kini Kwee Seng tidak melarikan diri lagi. Ia
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
berdiri di kepala perahunya, berkipas-kipas diri sambil menanti dekatnya perahu si hwesio. Setelah dekat ia berkata, Lo-suhu, seorang beribadat seharusnya mengekang nafsu memupuk
kebajikan agar menjadi contoh bagi orang banyak. Mengapa Lo-suhu malah mengejar-ngejar seorang pelacur, hendak
merampasnya dengan paksa dan memukul orang mengandalkan kepandaian"Suara Kwee Seng sopan dan halus akan tetapi di dalamnya mengandung teguran pedas.
Heh he he he, bocah yang masih bau susu ibu ! Macam
Suling Mas Seri Bukeksiansu 02 Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
engkau ini hendak memberi kuliah kepada Ban-pi Lo-cia " Heh he he!Ucapan diselingi tawa ini lalu diikuti bunyi keras seperti petir menyambar-nyambar di atas kepala Kwee Seng dan
tampaklah sinar hitam melecut-lecut di udara. Kiranya kakek itu sudah mengeluarkan sebatang cambuk hitam yang
bermain-main di atas kepala Kwee Seng seperti seekor ular hidup yang ganas. Kwee Seng kaget setengah mati
mendengar disebutnya nama Ban-pi Lo-cia (Dewa Locia
Berlengan Selaksa)! Nama ini adalah nama seorang tokoh
yang tak pernah atau jarang sekali muncul di dunia kang-ouw, namun yang terkenal sebagai tokoh yang amat jahat, keji dan memiliki kesaktian hebat. Kabar tentang tokoh ini yang ia dengar paling akhir adalah bahwa Ban-pi Lo-cia menghilang di utara, di daerah Khitan, karena memang ada berita bahwa dia mempunyai darah bangsa Khitan. Bagaimana tokoh ini dapat muncul secara tiba-tiba di tempat ini"
Kekagetan dan keheranan hati Kwee Seng inilah agaknya
yang membuat ia lengah sehingga ketika ada gulungan sinar hitam menyambar, ia hanya miringkan tubuhnya dan tahu-tahu pinggangnya sudah telibat cambuk yang bergerak seperti ular. Ketika Ban-pi Lo-cia menggerakan tangan kanannya, tubuh Kwee Seng melayang seperti terbang, terbawa oleh
ujung cambuk ! Kwee Seng terkejut, namun ia dapat
menenangkan hati dan mencari akal. Dengan kipas di depan dada untuk melindungi diri, ia mengerahkan sin-kang di
tubuhnya untuk menahan tekanan ujung cambuk yang melilit
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
pinggangnya, kemudian ia membiarkan dirinya terlempaar
melayang ke arah Ban-pi Lo-cia yang berdiri di atas perahu sambil menyeringai ! Orang gendut itu ternyata amat
memandang rendah terhadap Kwee Seng yang dianggapnya
seorang pelajar yang tahu sedikit akan ilmu silat, maka ia bermaksud mempermainkannya.
Akan tetapi alangkah kaget hati raksasa gundul ini ketika tubuh Kwee Seng sudah sudah melayang ke dekatnya, tiba-tiba angin pukulan yang hebat bertiup dari kipas disusul totokan kilat yang menuju ke jalan darah di lehernya,
dilakukan oleh gagang kipas itu. Begitu cepatnya gerakan ini sehingga hampir saja jalan darah Tiong-cu-hiat di lehernya tertotok ! Ketika raksasa itu mengelak ke belakang, tahu-tahu kaki Kwee Seng sudah menotol pundaknya dan menggunakan
pundak raksasa ini sebagai batu loncatan, Kwee Seng
mengerahkan tenaganya dan melompat sambil mengerahkan
tenaga pada pinggang untuk membebaskan diri daripada
libatan ujung cambuk. Usahanya berhasil. Ban-pi Lo-cia
berseru heran dan tubuh Kwee Seng sudah melayang kembali ke atas, tepat tiba di gerombolan pohon kembang di pinggir telaga yang cepat disambarnya dan dengan ayunan indah
tubuh pemuda itu sudah berada di darat, berdiri dengan
tenang ! da! n dengan kipas di tangan sambil memandang ke arah lawan yang masih berada di atas perahunya !
"He he he, kau boleh juga, bocah!" Ban-pi Lo-cia berseru setengah marah setengah kagum, cambuknya bergerak cepat mengeluarkan ledakan-ledakan keras. Ternyata cambuk itu memukul air di pinggir perahu danbagaikan didorong tenaga gaib, perahunya meluncur cepat sekali ke pinggir telaga, kemudian sekali meloncat raksasa itu sudah melayang dan tiba di depan Kwee Seng ! Dua orang ini kini berhadapan dan saling memandang penuh perhatian. Bulan bersinar terang bersih, indah sekali akan tetapi di dalam keindahan itu tersembunyi kengerian yang di timbulkan oleh pandang mata kedua orang yang saling bertentangan ini. Pinggir telaga
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
sudah sunyi karena mereka yang mendengar tentang hwesio tinggi besar yang mengamuk, sudah melarikan diri cepat-cepat akan tetapi ada pula beberapa orang yang bersembunyi dan melihat dua orang itu berhadapan dari jauh.
"Ban-pi Lo-cia, sudah lama sekali aku mendengar namamu, dan ternyata keadaanmu cocok benar dengan namamu!" kata Kwee Seng yang kini sudah mengeluarkan suling bambu yang tadi ditiupnya dan memegang suling itu di tangan kanannya sedangkan kipasnya ia pegang di tangan kiri. Ia maklum
bahwa menghadapi seorang sakti seperti ini ia harus di Bantu sulingnya, karena hanya dengan kipas saja kiranya belum tentu ia akan dapat mencapai kemenangan.
"Heh, kau mengenalku " Dan kau bilang cocok seakan-akan kau telah mengenalku baik-baik. Orang muda lancang,
keadaanku yang bagaimana kausebut cocok dengan namaku?"
"Kau terkenal sebagai tokoh sakti yang aneh, kejam keji dan memuja kejahatan mengandalkan kepandaian. Nah,
bukankah cocok benar dengan perbuatanmu sekarang?"
"Wah, sombong ! Bocah bermulut lancang, siapa namamu?" "Aku Kwee Seng, datang tidak menonjolkan nama, pergi tidak meninggalkan nama, hanya suling dan kipas ini yang kubawa."
"Heh..heh, kata-kata muluk ! Kau berlagak sopan dan terpelajar,
akan tetapi bukankah kau sendiri juga memperebutkan kembang pelacur telaga ini " He-heh, orang muda, tiada bedanya antara engkau dan aku, hanya aku lebih suka secara terbuka dan terang-terangan, sebaliknya engkau suka sembunyi-sembunyi dan berkedok kesopanan. Aku paling jemu melihat segala yang palsu ini, maka kau bersiaplah mampus di tangan Ban-pi Lo-cia!" Berbareng dengan habisnya ucapan itu, sinar hitam bergulung-gulung ke depan dibarengi ledakan-ledakan seperti petir menyambar kepala.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Hebat bukan main kalau Ban-pi Lo-cia mainkan cambuknya, cambuk sakti yang terkenal dengan nama Lui-kong-pian
(Cambuk Halilintar). Gerakan cambuk ini mengandung getran penuh dari sin-kang yang sudah mencapai tingkat tinggi.
Jangan kan terkena pukulan cambuk, baru mendengar
bunyinya saja membuat lawan menjadi pening kepalanya,
melihat sinarnya membuat mata lawan kabur, dan hawa
pukulan yang mendahului datangnya ujung cambuk cukup
kuat untuk menjungkalkan lawan yang kurang tinggi ilmu
kepandaiannya ! Cambuk ini kelihatannya hanya sebatang
benda lemas dan licin, akan tetapi jangan dipandang ringan senjata ini. Bahannya saja terbuat daripada sirip dan ekor ular laut hitam yang hanya dapat dilihat belasan tahun sekali di lautan utara, diantara gunung-gunung es. Di tangan Ban-pi Lo-cia, cambuk ini benar-benar menjadi halilintar. Bisa lemas melebihi sutera, bisa kaku keras melebihi baja, dan hebatnya, tidak ada sebuah senjata pun di dunia yang mampu
membabatnya putus. Menyaksikan gerakan ini Kwee Seng
maklum bahwa ia berhadapan lawan yang benar-benar sakti dan berbahaya, maka ia pun tidak berani main-main, segera ia menggerakkan suling dan kipasnya untuk menghadapi
permainan cambuk halilintar yang dahsyat itu. Karena tahu bahwa ilmu cambuk halilintar adalah ilmu sakti yang sukar dilawan dan harus dilawan dengan ilmu sakti lagi, maka Kwee Seng segera mainkan suling di tangan kanan menurut ilmu pedang Pat-sian Kiam-hoat sedangkan kipasnya ia mainkan dengan ilmu kipas Lo-hai San-hoat. Ilmu pedang Pat-sian Kiam-hoat (Delapan Dewa) dan ilmu kipas Lo-hai San-hoat (Mengacau Lautan) telah menjadi ilmu silat yang sakti dan hebat setelah ia menerima petunjuk-petunjuk dari seorang manusia dewa, yaitu Bu Kek Siansu, beberapa tahun yang lalu di puncak pegunungan Himalaya. Kwee Seng tak pernah
bertemu tanding yang dapat mengalahkannya. Dan sekarang mengahadapi Ban-pi Lo-cia yang demikian sakti, terpaksa ia mengeluarkan dua ilmunya yang dima! in! kan dengan lincah dan penuh mengandung tenaga sin-kang. Sulingnya ketika ia
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
gerakkan mengeluarkan bunyi melengking tinggi, lengking yang dapat memecahkan anak telinga lawan dan tepat sekali dipergunakan untuk melawan pengaruh suara cambuk yang
menggelegar. Adapun kipasnya mengeluarkan angin amat
kuat yang menyembunyikan totoka-totokan maut oleh ujung gagang kipas yang dua buah banyaknya. Sesungguhnya, kipas inilah yang merupakan senjata penyerang Kwee Seng
sedangkan sulingnya lebih banyak menjadi senjata penahan atau pelindung dengan suaranya yang menahan pengaruh
suara cambuk dan gerakannya yang menangkis datangnya
ujung cambuk. Kalau Kwee Seng tidak merasa heran menyaksikan
kehebatan ilmu cambuk lawannya, sebaliknya Ban-pi Lo-cia kaget dan heran bukan main menyaksikan gerakan lawan.
Raksasa gundul ini tadinya memandang rendah kepada Kwee Seng yang masih muda dan bersikap seperti seorang pelajar.
Sama sekali ia tidak menyangka bahwa pemuda itu demikian hebat.
Tangkisan suling pemuda itu sanggup menggetarkan
cambuknya, sedangkan hawa pukulan kipas itu selalu
mengancam jalan darahnya sehingga terpaksa ia harus
berlaku hati-hati dan mengelak dengan bantuan gerakan
ujung lengan baju kiri untuk menyelamatkan diri. Padahal ia mengenal betul bahwa suling itu memainkan ilmu pedang Patsian Kiam-hoat sedangkan kipas itu mainkan ilmu silat Lo-hai San-hoat. Akan tetapi alangkah bedanya dengan permainan orang lain.
Permainan pemuda ini telah membuat dua macam ilmu silat itu menjadi ilmu yang amat dahsyat, yang biarpun sudah ia kenal gerakan-gerakan dan perubahannya, namun masih
sukar untuk dihadapi ! Diam-diam Ban-pi Lo-cia harus
mengakui pendapat umum di dunia persilatan bahwa
kehebatan seseorang bukan semata-mata tergantung kepada ilmu silatnya, melainkan kepada si orang itu sendiri,
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
kematangan dan kesempurnaannya memepelajari ilmu itu.
Pula benar kalau orang mengatakan bahwa dalam menghadapi lawan, orang harus berlaku hati-hati terhadap pertapa, yang kelihatan tua dan lemah, terhadap pelajar yang kelihatan halus dan terhadap wanita yang biasanya
digolongkan orang lemah !
Puuuttttar-tar-tar!!sekali
serang, cambuk itu sudah menyambar secara berturut-turut hanya selisih beberapa detik saja ke arah ubun-ubun kepala, leher, lalu pusar. Kwee Seng menggerakkan suling menangkis serangan pada ubun-ubunnya,
kemudian ia memiringkan tubuh mengubah kedudukan kaki untuk menghindarkan diri serangan pada
leher. Adapun pecutan pada pusarnya ia tangkis lagi dengan sulingnya sambil menggerakan kipasnya ke depan menotok
jalan darah pada siku lawan. Kalau totokan ini mengenai sasaran, tentu lawannya akan terpaksa melepaskan cambuk.
Hai hhh!Ban-pi Lo-cia berseru keras, mengerahkan sin-kang dan ujung cambuknya terus melibat suling sedangkan totokan pada siku kanannya ia tangkis dengan ujung lengan sebelah kiri.
Brettt!Robeklah ujung lengan baju oleh ujung kipas, akan tetapi totokan itu meleset tidak mengenai sasaran. Kwee Seng terkejut karena tak mampu menarik kembali sulingnya yang terlibat, maka ia menggerakkan kaki maju setengah langkah, mencondongkan tubuh ke depan dan melanjutkan gerakan
kipasnya, kini menusuk lambung lawan disusul kaki kanan menendang ke arah pusar !
Diserang secara hebat ini, Ban-pi Lo-cia kembali berseru keras dan tubuhnya meloncat ke belakang. Ia berhasil berhasil menyelamatkan diri dari bahaya, namun sekali renggut
dengan pengerahan tenaga oleh Kwee Seng membuat suling
yang terlibat lepas dari ujung cambuk ! Kwee Seng menahan rasa sakit pada telapak tangan yang memegang suling, terasa panas dan kesemutan.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Hebat ! Kau orang muda aneh dan hebat. Tapi rasakan kini tangan maut Ban-pi Locia!Seru raksasa itu dengan suara
gembira dan wajah berseri. Memang raksasa gundul ini
mempunyai dua macam kesukaan, yaitu wanita-wanita muda
yang cantik dan berkelahi ! Makin kuat lawannya, makin
gembira hatinya dan makin muda cantik seorang wanita,
makin tergila-gila dia sebelum mendapatkannya !
Kini Dewa Locia Berlengan Selaksa itu menjauhkan diri dari lawannya, cambuknya di gerakkan dan lenyaplah cambuk itu, berubah menjadi gulungan sinar hitam yang membentuk
lingkaran-lingkaran besar kecil, lingkaran yang telan-menelan membingungkan pandangan mata. Juga diselingi bunyi
nyaring seperti halilintar menyambar-nyambar di waktu hujan gerimis. Dengan cambuknya yang panjang, raksasa ini dapat menyerang Kwee Seng dari jarak jauh tanpa bahaya diserang kembali oleh lawan yang hanya menggunakan dua senjata
pendek. Sambil menghujani lawan dengan lecutan cambuk
yang merupakan jari-jari maut itu, Ban-pi Lo-cia lari
mengelilingi Kwee Seng. Kagetlah hati pemuda ini. Tak disangkanya tokoh sakti
yang terkenal ini selain sakti, juga amat licik dan curang, tidak segan-segan menggunakan akal pengecut untuk mengalahkan lawan. Ia maklum bahwa karena dia berada dalam lingkaran, kedudukannya berbahaya, dan membutuhkan ketenangan
sepenuhnya untuk menghadapi serangan seperti itu. Maka ia tiba-tiba menghentikan gerakannya, berdiri dengan kuda-kuda kaki sejajar di kanan kiri, tubuhnya agak merendah, suling diangkat tangan kanan tinggi melintang di atas kepala
sedangkan kipas terbuka di tangan kiri melindungi bagian bawah.
Anehnya, Kwee Seng malah meramkan kedua matanya,
akan tetapi seakan-akan dapat melihat jelas, ia menggeser kaki setiap kali lawannya berada di belakang tubuhnya.
Serangan-serangan membanjir datang dari belakang, kanan
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
dan kiri namun semua itu dapat ia tangkis dengan suling dan dapat ia kebut dengan kipas. Hebat bukan main pertandingan ini, namun merupakan pertandingan yang berat sebelah
karena Ban-pi Lo-cia selalu menyerang sedangkan Kwee Seng selalu melindungi diri tanpa mampu balas menyerang.
Mengapa Kwee Seng meramkan kedua matanya " Apakah
ia memandang rendah lawannya "
Bukan, sama sekali bukan ! Karena kehebatan lawannyalah maka ia terpaksa meramkan matanya. Untuk menghadapi
hujan serangan itu, ia membutuhkan ketenangan dan
pengerahan panca inderanya, pencurahan perhatian sepenuhnya. Kalau ia membuka mata, maka bayangan yang
membentuk lingkaran-lingkaran besar kecil itu akan menyilaukan mata dan mengacaukan perhatiannya. Biarpun
kedua matanya meram, namun sepasang telinganya cukup
untuk menangkap gerakan lawan. Dan mengapa pula
pendekar sakti yang muda ini rela mengalah dan mempertahankan diri saja tanpa mencari kesempatan balas menyerang " Ini pun merupakan siasat baginya, karena
dengan cara ini, ia tidak mengeluarkan banyak tenaga,
sebaliknya lawannya cepat lelah karena harus banyak
bergerak dan lari-lari mengitarinya, sedangkan dengan
penjagaannya yang kokoh dan kuat ia mampu mempertahankan diri. Orang-orang cerdik pandai mengatakan bahwa yang diam
itu lebih kuat daripada yang gerak. Gentong air yang penuh tak tersembunyi, yang kosong berbunyi nyaring. Orang yang mengerti pendiam, yang bodoh penceloteh. Air yang diam
dalam, yang bergerak dangkal. Demikian pula dalam dunia persilatan,
terutama bagi mereka yang sudah tinggi
tingkatnya, terdapat keyakinan bahwa si penahan lebih kuat kedudukannya daripada si penyerang. Setiap penyerang
berarti membuka pertahanan sendiri yang menjadi lemah dan
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
juga lengah, sebaliknya si penahan akan selalu menutup diri mempertahankan diri dengan kokoh dan kuat.
Karena bernafsu sekali ingin mengalahkan Kwee Seng
dengan cepat, untuk beberapa jam lamanya Ban-pi Lo-cia lupa akan hal ini dan terus menerus menghujankan serangannya yang selalu sia-sia karena dapat ditangkis lawan. Namun diam-diam Kwee Seng juga mengerti bahwa lawan yang sekali ini bukan lawan yang biasa, dan tidak dapat diharapkan cepat-cepat menjadi lelah. Juga dalam tingkat ilmu silat dan tenaga, Ban-pi Lo-cia benar-benar sudah hebat sekali dan ia tidak berani mengaku sudah lebih pandai daripada lawan ini.
Sulingnya sudah retak-retak dan kedua tangannya sudah
mulai lelah dipakai menangkis semua serangan itu. Diam-diam Kwee Seng menggerakkan ujung jari kakinya, mengerahkan
tenaga menjebol sepatunya sendiri sehingga ibu jari kaki kanannya tampak keluar dari sepatunya.
Ia mencari kesempatan baik. Ketika Ban-pi Lo-cia
menggerakkan cambuk ke atas kepala membuat lingkaranlingkaran baru untuk memulai serangkaian serangan dahsyat, tiba-tiba ibu jari itu menyentil ke depan. Segumpal tanah melayang cepat sekali memasukilubang pertahanan Ban-pi Locia yang terbuka dan cepat menghantam jalan darah di bawah lengan Si Raksasa.
Kyaaaa!Ban-pi Lo-cia terhuyung-huyung mundur dan
tangan kanannya menjadi setengah lumpuh, matanya melotot heran dan kaget.
Tentu saja Kwee Seng tidak mau menyia-nyiakan
kesempatan ini. Ia meloncat ke depan dan menerkam
bagaikan seekor singa, menggerakkan suling dan kipasnya menghantamkan serangan-serangan maut. Namun Ban-pi Locia adalah seorang tokoh yang banyak pengalaman dan
tubuhnya sudah kebal. Serangan segumpal kecil tanah tadi hanya membuat ia terhuyung-huyung sejenak, dan kini tangan kirinya sudah cepat menyambar cambuknya sendiri dari
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
tangan kanan yang agak lumpuh, kemudian cambuk itu
melecut-lecut dengan bunyi keras, membentuk benteng sinar bergulung di depan tubuhnya sehingga suling dan kipas Kwee Seng dapat ditangkisnya. Dalam menangkis ini, Si Raksasa mengerahkan lwee-kangnya. Terdengar suara keras ketika
cambuk beradu dengan suling dan kipas, akibatnya Keduanya terlempar ke belakang sampai tiga empat meter dan keduanya jatuh bergulingan di atas tanah !
Dengan napas terengah-engah dan keringat membasahi
mukanya, raksasa gundul itu duduk di atas tanah sambil
memandang dengan muka berseri, Heh-heh-heh, kau hebat
orang muda! Kwee Seng juga sudah bangkit duduk dan mengatur napas
memulihkan tenaganya. Dan kau jahat, Ban-pi Lo- cia!jawabnya. Kembali Si Raksasa gundul tertawa. Aku pernah mendengar sayup sampai tentang seorang tokoh berjuluk Kim-mo-eng, yang tingkat kepandaiannya sudah masuk hitungan. Agaknya kaukah orangnya"
Tidak salah, para Locianpwe memberi sebutan Kim-mo-eng
kepadaku. Heh-heh-heh, masih muda sudah sombong, ya " Kau kira
Ban-pi Lo-cia kalah olehmu " Kita masih seri, belum ada yang menang atau kalah. Mari kita lanjutkan!Raksasa itu berdiri, cambuknya terayun-ayun di tangan kanan yang sudah pulih kembali.
Kwee Seng juga bangkit berdiri. Aku selau melayani, kalau kau memang hendak berkelahi, dan aku selalu akan
menghalangimu, kalau kau hendak melakukan hal-hal jahat!
Ban-pi Lo-cia tertawa bergelak lalu menerjang maju dan
memaksa lawannya melakukan pertandingan jarak dekat yang lebih berbahaya.
Ia hendak mengadu tenaga dalam
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
pertemuan tenaga tadi si raksasa ini dapat menduga bahwa dalam hal tenaga dalam, ia menang setingkat.
Dan hal ini memang harus diakui oleh Kwee Seng. Pemuda
itu kini mendapat kesempatan balas menyerang, namun ia
sedapat mungkin menghindarkan adu tenaga karena hal ini akan banyak merugikannya. Sulingnya sudah retak dan kalau terus-menerus diadu dengan cambuk, tentu akan hancur
sedangkan cambuk lawannya sama sekali tidak mengalami
kerusakan apa-apa, Kwee Seng mengerahkan gin-kang
(meringankan tubuh) dan menggunakan kegesitannya untuk
menghadapi serangan dengan balasan serangan pula. Ia lebih muda, tubuhnya lebih kecil dan karenanya ia lebih gesit daripada lawannya yang tua dan tinggi besar.
Kini Kwee Seng benar-benar menguras ilmunya. Ia
mencoba mainkan segala macam ilmu silat yang pernah ia
pelajari, namun tetap saja ia tidak mampu mendesak lawan.
Sebaliknya, tidaklah muda bagi Ban-pi Lo-cia untuk
mengalahkan lawan yang amat kuat ini. Dalam benturan ke dua yang sama dahsyatnya dengan tadi, keduanya kembali
terjengkang sampai beberapa meter jauhnya. Pertandingan telah setengah malam dan kini fajar mulai menyingsing, sinar merah mengambang di ufuk timur. Mereka saling pandang,
muka berpeluh, uap putih mengepul dari ubun-ubun kepala masing-masing.
Bah, kau ini orang muda luar biasa. Selama hidup baru
sekali ini bertemu orang muda seperti kau. Baru dua kali selama
hidupku benar-benar gembira melakukan pertandingan. Pertama melawan Pat-jiu Sin-ong Liu Gan, ke dua dengan kau inilah ! Heh-heh-heh ! Orang muda, aku
pernah mendengar kau ini diambil murid Bu Kek Siansu.
Manusia dewa itu katanya paling sakti, akan tetapi mengapa muridnya hanya seperti kau ini, manusia biasa yang dapat kulawan"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Aku tidak mendapat kehormatan sebesar itu menjadi murid beliau, aku hanya pernah beruntung menerima petunjuknya.
Tak usah kau membawa-bawa nama suci Bu Kek Siansu.
Kalau memang hendak bertanding, mari kita lanjutkan.Kwee Seng kini bangkit lebih dulu. Ia mulai penasaran menghadapi lawan yang begini tangguh dan ulet.
Suling Mas Seri Bukeksiansu 02 Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Heh-heh-heh, sampai mati, bocah sombong!Ban-pi Lo-cia
menerjang maju dan kini ia membekuk cambuknya lalu
menghantam dengan gerakan ilmu silat toya. Pukulan yang hebat ini tak mungkin dielakkan lagi. Terpaksa Kwee Seng menangkis dengan sulingnya,
berbareng menyodokkan kipasnya. Brakkkk!! Uh-uhKwee Seng terhuyung mundur, sulingnya
hancur ! Akan tetapi Ban-pi Lo-cia juga terhuyung mundur, perutnya kena ditotok ujung kipas sehingga mendadak perut itu menjadi mulas ! Kalau orang lain terkena totokan ujung kipas yang mengandung tenaga sin-kang, tentu akan tembus perutnya atau rusak isi perutnya, mati seketika. Akan tetapi Ban-pi Lo-cia yang sudah kebal itu hanya merasakan perutnya mulas seperti orang terlalu banyak lombok saja !
Serrr.. serrrserrr!Belasan batang anak panah menyambar
ke arah Ban-pi Lo-cia. Cepat kakek itu mengibaskan lengan bajunya dan anak-anak panah itu runtuh berhamburan. Dari kanan kiri berlompatan keluar belasan orang yang bersenjata lengkap.
Inilah hwesio jahat itu ! Serbu KeroyokKiranya belasan
orang ini adalah lima orang jago silat bersama temantemannya, sedangkan di belakang mereka masih tampak
puluhan orang yang merupakan regu penjaga keamanan.
Agaknya peristiwa di tengah telaga itu telah dilaporkan oleh hartawan Lim yang minta bantuan yang berwajib, sedangkan lima orang jago silat sudah mengundang teman-temannya
untuk membantu. Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Kwee Seng yang maklum bahwa sekian banyaknya orang
itu bukanlah lawan Ban-pi Lo-cia, cepat menerjang lagi si raksasa gundul dengan kipasnya. Ban-pi Lo-cia juga maklum bahwa Kwee Seng merupakan lawan seimbang, kalau
sekarang dibantu oleh puluhan orang, ia bisa celaka. Sambil tertawa terkekeh-kekeh, ia melompat dan sekali lompat ia telah melampaui kepala mereka yang mau mengeroyok.
Mendadak tujuh orang pengeroyok jatuh berturut-turut dan mati seketika karena kepala mereka telah kena disambar hawa pukulan Ban-pi Lo-cia yang mereka sambil melompat pergi.
Dari jauh terdengar suaranya.
Eeh, Kwee Seng. Belum selesai pertandingan kita, lain kali kita lanjutkan!
Sekarang pun boleh!Kwee Seng juga melompat dan
mengejar karena ia makin penasaran, apalagi melihat raksasa itu pergi sambil membunuh tujuh orang. Akan tetapi beberapa lama ia mengejar, tak tampak bayangan raksasa itu. Kwee Seng tidak mau kembali ke tempat tadi, tidak suka ia bertemu dengan mereka yang tentu hanya akan merepotkannya saja.
Ia lalu mengambil jalan sunyi menjauhi telaga. Ia merasa menyesal bahwa sulingnya telah hancur, tak dapat dipakai menyuling, apalagi sebagai senjata. Dengan lesu ia melempar sulingnya yang hancur dan terasa betapa tubuhnya basah
semua oleh peluh. Ia perlu beristirahat memulihkan kekuatannya. Ia hendak mencari tempat yang sunyi agar tidak terganggu orang lain.
Kongcu Kalau suara ini parau dan kasar, agaknya Kwee
Seng takkan mengacuhkannya. Akan tetapi justeru tidak
demikian. Suara itu halus dan merdu, dan inilah yang
membuat ia bagaikan terpagut ular dan cepat ia berpaling ke kiri.
Dia sendiri di situ ! Siapa lagi kalau bukan Ang-siauw-hwa, pakaiannya masih serba merah muda, dari pita penghias
rambut sampai sepatunya. Akan tetapi terang bukan pakaian
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
yang semalam, karena pakaian ini selain kering juga bersih sekali. Rambutnya digelung indah terhias perhiasan burung Hong dari emas dan permata. Sepasang pipinya kemerahan, matanya bersinar-sinar, bibirnya tersenyum manis. Akan tetapi wajah yang cantik itu kelihatan berbayang menjadi dua tiga oleh pandangan mata Kwee Seng yang berkunang-kunang.
Pertandingan setengah malam suntuk itu ternyata hebat pula akibatnya bagi pemuda ini.
Kongcu, kau kenapa Kau terluka Kwee Seng memaksa diri
tersenyum dan menggeleng kepala. Akan tetapi wanita itu sudah maju mendekat dan memegang tangannya. Ah, kau
tentu terluka. Hwesio itu jahat sekali. Kau kelihatan lemah dan lelah, Kongcu. Aku sengaja menunggumu disini dan kebetulan kau lewat di sini. Bukankah ini jodoh namanya"
Ooh tanya Kwee Seng lemah, kata-kata ini mengejutkan
dan mengherankan hatinya.
Ang-siaw-hwa menarik lengannya. Tentu saja jodoh.
Kongcu, marilah ikut Ang-siauw-hwa, kau perlu beristirahat, biarlah Ang-siauw-hwa merawatmu. Dengan kata-kata yang
mesra dan merdu ini wanita itu menggandeng tangan Kwee
Seng dan dituntunnya pergi.
Kenapa kenapa kau begini baik kepadakuKwee Seng masih
mencoba menolak. Akan tetapi Ang-siauw-hwa menarik
tangannya dan diguncang-guncangnya. Kenapa " Karena kau telah menolong nyawaku, menyelamatkan kehormatanku.
Kongcu, karena karena aku ingin belajar menyuling darimu Menyuling "Akan tetapi keadaan Kwee Seng makin lemas.
Pertemuan ini mengganggu hati dan pikirannya dan amat
merugikannya kerena seharusnya ia dapat beristirahat
memulihkan tenaga tenaga dalam yang banyak dikerahkan
dalam pertempuran. Bagaikan seorang mimpi dan linglung ia membiarkan dirinya digandeng dan dituntun Ang-siauw-hwa dan ia hampir tidak sadar ke mana ia dibawa oleh wanita itu.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Ketika Kwee Seng membuka matanya, ia telah rebah di
atas pembaringan yang hangat, bersih dan berbau harum.
Kamar itu indah sekali dan di pinggir pembaringan ia melihat Ang-siauw-hwa duduk memijiti pundak dan lengannya.
Melihat betapa di atas meja ada lilin tertutup sutera biru, ia heran dan tahu bahwa saat itu hari telah malam. Akan tetapi melihat wanita cantik itu duduk begitu dekat dengannya dan hanya mengenakan pakaian yang tipis, ia meramkan matanya kembali.
Ambilkan bubur dan sayur itu, kemudian kalian pergi
tinggalkan kamar ini, aku hendak melayani Kongcu makan.Terdengar Ang-siauw-hwa berkata perlahan. Dari balik bulu matanya Kwee Seng melihat dua orang wanita pelayan yang tadinya duduk di bawah, bangkit berdiri. Tak lama
kemudian mereka datang lagi membawa baki terisi hidangan untuknya.
Kongcu, kau harus makan dulu. Sudah sehari penuh kau
tidur.Kata Ang-siauw-hwa sambil menyingkapkan selimut yang menutupi tubuh Kwee Seng. Pemuda ini bangkit duduk,
memandang ke sekeliling lalu berkata, penuh kegugupan dan malu-malu.
Ah, agaknya aku tak sadar tertidur di sini, menyusahkan Nona saja. Biarkan aku pergi
Akan tetapi Ang-siauw-hwa merangkulnya.
Mengapa begitu, Kongcu " Tidak sudikah Kongcu menerima pembalasan budi dariku " Apakah Kongcu seperti orang-orang lain
memandang rendah kepadaku, seorangpelacur"Wanita itu
masih memeluknya sambil menangis !
Kwee Seng menarik napas panjang. Ia suka kepada nona
ini, yang selain cantik jelita juga halus tutur sapanya, baik budinya. Akan tetapi tentu saja ia tidak suka melibatkan dirinya dalam perhubungan dengan seorang pelacur.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Sudahlah, Nona. Aku sekali-kali tidak memandang rendah
kepadamu. Kau baik sekali.
Nona itu mengangkat mukanya dan biarpun air mata masih
membasahi pipinya,ia teresenyum gembira. Marilah makan, Kongcu.Katanya merdu.
Kwee Seng tidak menolak lagi, perutnya amat lapar. Tidur sehari itu amat bermanfaat baginya, memulihkan sebagian tenaganya. Setelah makan yang dilayani amat mesra oleh
Ang-siauw-hwa, ia merasa tubuhnya segar kembali. Angsiauw-hwa menepuk tangannya dan dua orang pelayan datang dan segera diperintahnya untuk membersihkan mangkok
piring, lalu menyuruh mereka pergi lagi. Kemudian, dengan gerakan lemah gemulai dan mesra, tanpa ragu-ragu atau
malu-malu lagi Ang-siauw-hwa lalu menghampiri Kwee Seng dan duduk diatas pangkuannya !
Ah, Nonaini ni.. bagaimanaKwee Seng tergagap.
Kongcu, budimu terlalu besar. Tak tahu aku dengan apa
aku harus membalas budimu, selain dengan penyerahan diriku menjadi hambamu, menjadi budakmu dan melakukan apa saja untuk memalas budimu. Kongcu, bolehkah aku mengetahui
namamu" Tidak karuan rasa hati Kwee Seng. Kepalanya sampai
terasa pening dan dengan halus ia mendorong tubuh nona itu dari atas pangkuannya. Nona, duduklah yang betul dan mari kita bicara. Kau mau tahu namaku " Aku adalah Kwee Seng, seorang pelajar gagal yang tiada tempat tinggal, miskin dan tak berharga.
Ah, Kwee-kongcu mengapa bicara begitu " Kau seorang
budiman, gagah perkasa dan amat berharga. Kalau mau
bicara tentang orang tak berharga, akulah orangnya Kembali nona itu menangis dan ia kini duduk di atas kursi dan
menutupi muka dengan kedua tangannya. Kwee Seng melihat
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
air mata menetes dari celah-celah jari tangan yang putih, halus dan kecil meruncing itu.
Nona, kulihat kau bukan orang sembarangan. Kau
terpelajar dan tidak kelihatan seperti gadis bodoh. Mengapa kau sampai sampai tidak kuasa ia melanjutkan kata-katanya menyebut pelacur.
Sampai menjadi pelacur"Ang-siauw-hwa
menurunkan tangannya dan mukanya menjadi merah sekali, air mata
menetes di sepanjang kedua pipinya yang halus kemerahan.
Ah, panjang ceritanya, Kwee-kongcu. Ketahuilah, di waktu kecilku, aku adalah seorang berdarah bangsawan, Ayahku
seorang pangeran dari Kerajaan Tang
Kaget seperti disambar petir rasa hati Kwee Seng. Ahhh !
Mengapa sampai begini"
Nona itu dengan suara pilu bercerita. Ayahnya memang
seorang pangeran bernama Khu Si Cai yang mempunyai
sepasang puteri kembar. Ketika kerajaan Tang runtuh,
sekeluarga pangeran ini menjadi korban pula, semua tewas kecuali sepasang anak kembar itu yang berhasil di bawa lari oleh seorang pelayan. Akan tetapi di tengah jalan mereka terhalang oleh keributan dan perang sehingga seorang di antara dua anak kembar itu terlepas dari gandengan tangan dan hilang. Yang hilang bernama Khu Gin In, Sedangkan yang masih dapat diselamatkan oleh pelayan itu adalah Khu Kim In.
Anak ini lalu dipelihara pelayan itu, akan tetapi karena keadannya yang amat miskin, hampir saja mereka berdua
mati kelaparan. Akhirnya, pelayan itu terjerat oleh cengkraman seorang
pemilik sarang pelacuran bernama bibi Cang yang mau
membantu mereka karena melihat betapa cantiknya anak
perempuan bernama Khu Kim In. Makin lama, hutang mereka berumpuk dan akhirnya, setelah Khu Kim In berusia lima belas tahun, terpaksa Khu Kim In Dijualkepada bibi Cang sebagai pembayar hutang.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Demikianlah, Kwee-kongcu. Akulah Khu Kim In. Tak dapat
aku melepaskan diri dari cengkraman bibi Cang. Akan tetpai baiknya aku disayang oleh hartawan-hartawan dan pembesar-pembesar
sekitar tempat ini sehingga aku dapat mempengaruhi bibi Cang dan aku agak bebas. Aku boleh
memilih sendiri laki-laki mana yang akan kulayani, dan karena aku banyak mendatangkan hasil sehingga bibi Cang menjadi kaya, maka aku pun ia perlakukan dengan baik serta
mendapat kebebasan, malah aku mempunyai pelayan dan
tempat tinggal menyendiri. Akan tetapi semua ini kulakukan dengan pengorbanan besar, Kongcu. Ayah bundaku tewas,
Adik Gin In entah ke mana, dan akuaku harus mengorbankan kehormatan, menjadi perempuan hina yang dipandang rendah oleh orang-orang terhormat seperti kau kembali Ang-siauw-hwa menangis.
Bukan main terharu hati Kwee Seng. Alangkah buruknya
nasib gadis ini. Rasa haru dan kasihan membuat ia
memegangi pundak wanita itu dengan halus dan menghibur.
Sudahlah, Nona. Aku tidak memandang rendah kepadamu
dan aku berjanji akan menebusmu dari bibi Cang, kemudian aku akan mencarikan orang tua yang baik yang suka
memungutmu sebagai anak. Adapun tentang nona Khu Gin In, biarlah perlahan-perlahan kucarikan untukmu.
Ah, Kwee-kongcukau menumpuk budi kebaikan padaku.
Ang-siauw-hwa menubruk kwee Seng dan menangis sambil
mendekap dada pemuda itu dengan mukanya. Kini Kwee Seng tidak menolaknya, mengusap-usap rambut wanita itu dengan penuh perasaan kasihan dan sayang. Seorang puteri pangeran sampai begini, pikirnya. Karena ia yakin bahwa semua sikap nona ini bukan pura-pura, melainkan keluar dari setulusnya hati yang amat berhutang budi kepadanya, maka ia pun tidak tega untuk menolak pernyataan kasih sayangnya, apalagi
memang ia amat tertarik oleh nona yang memiliki kecantikan jarang keduanya ini.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Setelah reda menangis, tanpa melepaskan pelukannya Angsiauw-hwa berkata, suaranya mesra dan manja. Aku tertarik sekali oleh bunyi sulingmu, Kwee-koko, kuharap kau suka mengajarku. Hati Kwee Seng berdebar sebutan Kongcu (Tuan Muda) berubah menjadi Koko (Kakanda) ini.
Sulingku remuk oleh si Hwesio jahanam.Jawabnya, masih
mengagumi rambut hitam halus panjang dan harum itu.
Di sebelah barat telaga ada penjual suling yang baik,
biarlah ku suruh pelayan membeli untukmu.
Tak usah, biarlah kubeli sendiri besok. Memilih sebuah
suling bukanlah sembarangan, harus dicoba dulu.
Malam itu merupakan malam yang amat mesra bagi Kwee
Seng, akan tetapi juga malam yang menimbulkan kasihan di hatinya terhadap Ang-siauw-hwa, rasa kasihan yang tentu dengan mudah akan menggelimpang menjadi rasa cinta kalau saja ia tidak teringat bahwa nona ini adalah seorang pelacur !
Di lain fihak, sama sekali tidaklah aneh kalau Ang-siauw-hwa Khu Ki In jatuh cinta kepada Kwee Seng karena selama hidupnya, baru sekarang ia bertemu dengan pemuda yang
tidak memandangnya sebagai seorang pelacur yang hina.
Biasanya, laki-laki yang manapun juga hanya akan menganggap ia sebagai barang permainan, yang datang
kepadanya dengan kandungan nafsu dan mengharapkan
kesenangan dan hiburan daripadanya. Akan tetapi kwee Seng ini berbeda sekali, pemuda tampan ini menolongnya tanpa pamrih, menganggapnya manusia terhormat, maka sekaligus hatinya jatuh dan tidak mengherankan kalau dia dengan rela menyerahkan
jiwa raga kepada Kwee Seng dan mengharapkan untuk dapat melayani pemuda itu selama
hidupnya ! Pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali Kwee Seng
berpamit kepada Ang-siauw-hwa yang masih setengah tidur di
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
atas pembaringan. Moi-moi, aku pergi dulu hendak mencari suling yang baik.
Dengan mata masih setengah meram, Ang-siauw-hwa
mengembangkan kedua lengannya yang berkulit putih halus ke arah Kwee Seng, lalu berkata, suaranya mesra dan penuh cinta kasih, Kwee-kokojangan kau tinggalkan aku lagi.
Kwee Seng merasa terharu sekali. Ia merasa yakin akan
perasaan cinta wanita ini kepadanya. Untuk sejenak jari-jari tangan
mereka saling cengkeram lalu Kwee Seng melepaskannya dan berkata sambil tersenyum. Jangan kuatir, Moi-moi, aku takkan meninggalkanmu begitu saja sebelum
kau pandai bersuling! Entah mengapa ia sendiri tidak tahu, pagi itu Kwee Seng merasa gembira sekali.
Lenyap sudah rasa lelah dan lemah sebagai akibat
pertandingan mati-matian melawan Ban-pi Lo-cia. Sinar
matahari pagi yang menyoroti permukaan air telaga dan
pohon-pohon di sekitarnya, tampak amat indah menyegarkan.
Suara kicau burung pagi amat sedap, tidak seperti biasanya.
Dan pemuda ini tersenyum, matanya bersinar-sinar, dan
kedua pipinya menjadi kemerahan bibirnya tersenyum aneh kalau ia teringat pada Ang-siauw-hwa ! Ia harus mencari suling yang baik, tidak saja yang baik suaranya, akan tetapi juga yang memenuhi syarat untuk menjadi senjata. Bambu
yang pilihan tua dan kering betul.
Benar seperti dikatakan Ang-siauw-hwa, di sebelah barat telaga itu terdapat seorang penjual suling buatannya sendiri.
Akan tetapi Kwee Seng kecewa melihat bahwa biarpun
pembuatannya amat halus, namun bahannya terbuat daripada bambu biasa saja.
Saya mempunyai sebatang bambu berbintik hitam yang
biasa disebut bambu berbintik hitam, Kongcu. Bambu itu saya beli mahal dari seorang perantau di Lembah Huang-ho, akan
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
tetapi karena mahalnya, sampai sekarang belum saya bikin suling, takut tidak akan ada yang berani membelinya.Akhirnya Si Tukang Pembuat Suling itu berkata. Kwee Seng girang
sekali. Ia mengenal bambu naga hitam sebagai bambu yang kuat dan lurus maka amatlah baik untuk dijadikan suling dan dibuat senjata.
Mana bambu itu " Kenapa tidak dari tadi kaubilang "
Keluarkanlah, biar kumelihatnya.
Setelah bambu itu dikeluarkan, Kwee Seng menjadi girang sekali. Benar bambu naga hitam yang amat baik, tua dan
sudah kering betul. Mereka tawar-menawar, kemudian Kwee Seng berkata, Jadilah. Harap kaubuatkan suling dari bambu ini sekarang juga, aku akan menunggunya.
Setengah hari lebih Kwee Seng berada di rumah pembuat
suling itu. Akhirnya lewat tengah hari, suling itu pun jadi dan setelah mencobanya dan mendapat kenyataan bahwa
memang sudah tepat ukuran lubang-lubangnya. Kwee Seng
membayar harga suling yang limapuluh kali lebih mahal
daripada harga suling biasa, membeli pula sebuah suling biasa dan meninggalkan tempat itu. Ia girang sekali, mempercepat larinya menuju ke rumah mungil yang menurut cerita Ang-siauw-hwa menjadi tempat istirahatnya tak jauh dari telaga.
Moi-moi, kaulihatlah suling ini!Di depan pintu rumah Kwee Seng sudah berseru memanggil, rindu akan senyum manis
dan pandang mata mesra yang pasti akan menyambutnya.
Akan tetapi sunyi saja di sebelah dalam. Kwee Seng
mendorong daun pintu dan dapat dibayangkan betapa
kagetnya melihat dua sosok tubuh melang-melintang di
belakang daun pintu. Ketika ia membungkuk dan memeriksa, ternyata itu adalah dua orang pelayan wanita yang sudah tak bernyawa lagi tanpa menderita luka yang kelihatan. Kwee Seng menjadi pucat mukanya.
Moi-moi serunya dan mendengar ada suara perlahan dari
dalam kamar, sekali meloncat ia sudah menerjang dun pintu
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
kamar dan masuk ke dalam kamar. Apa yang dilihatnya "
Memang Ang-siauw-hwa berada di situ, akan tetapi dalam
keadaan yang jauh bedanya dengan malam tadi, Gadis itu
telentang di atas pembaringan, pakaiannya hampir telanjang, rambutnya terlepas dari ikatan dan menutupi sebagian leher dan dada, bajunya yang berwarna merah muda itu robek-robek dan penuh darah yang keluar dari dadanya di mana
tampak menancap sebuah gunting !
Kwee Segera menubruknya, akan tetapi sekali pandang
maklumlah ia bahwa nyawa gadis ini tak dapat ditolongnya lagi, karena gunting itu tepat menancap di ulu hati. Ia diam-diam heran mengapa Ang-siauw-hwa tidak mati seketika
dengan tusukan seperti itu.
Moi-moi siapa melakukan ini Ia mengguncang-guncang
pundak wanita itu. Ang-siauw-hwa membuka matanya yang sudah layu dan
tiba-tiba gadis itu tersenyum lemah. Kwee-kokokau datang terlambat tapi lebih baik beginitak mungkin aku dapat melihat mukamu setelah apa yang terjadilebih baik aku akhiri hidupku Apa katamu " Kau membunuh diri " Tapitapi mengapa,
Moi-moi Koko pada saat kau pergi datang hwesio iblis ituah, dua orang pelayanku dibunuhnya dan aku aku Wanita itu
menangis dan napasnya terengah-engah. Setelah bertemu
dengan engkau setelah aku bersumpah setia hanya padamu
seorangkebiadaban hwesio itu membuat aku tak mungkin
dapat melihatmu lagi di dunia ini aku aku ah koko, aku cinta padamu kau carikan saudaraku Gin In
Moi-moi,Akan tetapi Ang-siauw-hwa atau Khu Lim In yang
bernasib malang itu telah menghembuskan napas terakhir
dalam pelukan Kwee Seng.
Suling Mas Seri Bukeksiansu 02 Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Pada saat itu, dari luar terdengar suara perempuan
memanggil. Ang-siauw-hwaKenapa kau dua hari tidak kembali
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
ke kota " Aku menanti-nantimu, banyak tamu menanyakan
kauLalu terdengar jerit wanita.
Kwee Seng maklum bahwa tentu wanita yang datang itu
Bibi Cang yang sudah melihat dua orang pelayan yang tewas, maka untuk tidak melibatkan diri dalam urusan pembunuhan ini, cepat ia merebahkan tubuh Ang-siauw-hwa di atas
pembaringan, menunduk dan mencium bibir yang mulai layu itu dan secepat kilat ia melompat ke luar kamar melalui jendela, membawa jubahnya yang kemarin dipinjam Ang-siauw-hwa, dan meninggalkan sulingnya di dekat tubuh
pelacur itu. Demikianlah, Sian-moi, pertemuanku dengan Ban-pi Lo-cia yang
mengangkibatkan sulingku hancur!Kwee Seng mengakhiri ceritanya kepada Liu Lu Sian. Tentu saja dalam cerita itu ia tidak menjelaskan hubungannya dengan Ang-siaw-hwa secara jelas. Dalam pandangannya, dibandingkan dengan Ang-siauw-hwa, Liu Lu Sian menang segala-galanya. Kalau Ang-siauw-hwa diumpamakan setangkai bunga, maka pelacur itu adalah bunga botan yang tumbuh dilapangan rumput, tiada pelindung dan
mudah dilayukan sinar matahari dan dirontokkan angin besar. Akan tetapi Liu Lu Sian merupakan setangkai bunga mawar hutan yang semerbak harum, indah
terlindungi pohon besar, di samping itu sukar dipetik karena tertutup duri-durinya yang runcing.
Kwee-koko, mengapa ketika kau bercerita tentang
dicemarkannya pelacur itu oleh Ban-pi Lo-cia, matamu berkilat marah ! Seorang perempuan lacur macam Ang-siauw-hwa itu, mana ada harganya untuk dibela"Memang ini termasuk
sebuah di antara watak Lu Sian yang aneh. Kalau ada laki-laki menyatakan suka atau tertarik oleh wanita lain, biarpun laki-laki itu bukan apa-apanya, ia akan merasa iri hati dan
cemburu ! Di lain fihak, Kwee Seng adalah seorang pemuda yang
sama sekali belum berpengalaman tentang wanita dan
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
asmara, maka ia tidak tahu dan tidak mengerti akan sikap ini.
Ia malah merah mukanya karena jengah mendengar teguran
Lu Sian. Ah, mengapa kau bilang begitu, Sian-moi " Pelacur atau
bukan, dia hanya seorang lemah yang diperkosa oleh seorang jahat
yang kuat. Sudah menjadi kewajibanku untuk
membelanya, dan sudah semestinya kalau aku marah melihat kejahatan Ban-pi Lo-cia. Aku mengharapkan perjumpaan
sekali lagi dengan pendeta iblis itu!
Makin tak senang hati Lu Sian karena dianggapnya bahwa
kematian pelacur itu membuat Kwee Seng sakit hati dan ini menandakan bahwa pemuda itu jatuh cinta kepada Si Pelacur.
Koko, apakah kau mencinta perempuan hina itu"tiba-tiba ia bertanya, matanya memandang tajam. Kwee Seng juga
memandang dan melihat sinar mata bening tajam itu
bertambah kagumlah hatinya.
Tidak, aku hanya kasihan kepadanya.Jawab Kwee Seng ,
suaranya jelas menyatakan isi hatinya.
Akan tetapi agaknya Liu Lu Sian belum puas. Gadis ini
Pendekar Super Sakti 12 Sepasang Pendekar Kembar Ouw Yang Heng-te Karya Kho Ping Hoo Panji Tengkorak Darah 8
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama