Sumpah Palapa Karya S D Djatilaksana Bagian 25
?" "Ya" "Engkau sependapat apabila patih Dipa tak puas akan
tindakan banginda itu ?"
1502 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya" "Jika demikian andika harus percaya bahwa patih Dipa
mendendam kepada seri baginda"
"Mungkin" Nyi Tanca membersit dahi "Apa maksud andika?"
"Sebagai seorang manusia tentulah patih Dipa tak menyukai
perbuatan seri baginda. T etapi sebagai seorang patih yang telah
membuktikan kesetyaannya secara penuh kepada kerajaan,
raianya sukar dipercaya kalau patih Dipa akan mendendam.
Karena mendendam itu lebih berat daripada tidak suka. Rasa tiiak
suka hanya terbatas pada sikap tak metnpedulikan. Tetapi rasa
deadam sudah meningkat pada keinginan untuk melakukan
sesuatu yang bersifat pembalasan. Dan sudah jelas kukatakan
bahwa tak mungkin patih Dipa akan meletakkan dendam peribadi
di atas kesetyaan pengabdiannya terhadap kerajaan Majapahit"
"Ah" desah nyi Tanca "rupanya engkau masih belum dapat
melepaskan diri dari rasa pemujaan terhadap seorang manusia.
Baiklah akan kuuraikan suatu kisah yang nanti akan dapat
meluncurkan pandangan andika, resi"
"Silakan" "Sebelum tampil sebagai bekel bhayangkara dan kemudian
naik menjadi patih, patih Dipa semula sudah mengabdi di
Kahuripan sebagai bhayangkara gusti Rani Kahuripan. Hubungan
patih Dipa dengan gusti Rani Kahuripan, jauh lebih erat daripada
dengan baginda Jayanagara. Kemudian setelah terjadi pembersihan dalam keraton Majapahit akibat pemberontakan
mahapatih Nambi di Lumajang maka seluruh pasukan
bhayangkara di keraton Tikta-Sripala telah diganti. Kepada Rani
Kahuripan dan Rani Daha, baginda minta supaya mengajukan
beberapa orang prajurit bhayangkara yang sudah teruji
kesetyaannya. Raii Kahuripan terpaksa melepaskan patih Dipa ke
Majapahit" 1503 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sekalipan berada di Majapahit, tetapi kesetyaan patih Dipa
terhadap Rani Kahuripaa masih tetap penuh. Hubungannyapun
masih erat. Ya, sedemikian erat sehingga hampir saja seri
baginda Jayanagara mencurigai bahwa di antara kedua
junjungan dan patih itu terdapat jalinan yang lebih dari batas raja
dan patih" "Ah" resi Kawaca terkejut "jangan mengada-ada. Bukankah
patih Dipa sudah beristeri dengan nyi Dipa" Bukankah Rani
Kahuripanpun sudah menikah dengan pria narpati raden
Kertawardhana ?" "Bukan aku yang mengada-ada tetapi kudengar hal itu dari
pembicaraan para rakryan Dharmaputera apabila mereka
berkunjung ke rumah ini. Andika memang terlalu kukuh dengan
rasa pemujaan andika terhadap patih Dipa sehingga setiap cemar
yang mempercik pada namanya, andika tentu menolak untuk
mempercayai" "Tetapi untuk menuduh sampai sedemikian jauh, lepas dari
segala rata mengagumi, aku tetap tidak percaya kalau patih Dipa
akan berbuat sehina itu. Dia adalah seorang pejuang, seorang
prajurit dan seorang insan manusia yang menjunjung tinggi sifat
sifat keluhuran budi"
Nyi T anca mendengus "Hm, aku tak dapat memaksakan su&tu
kepercayaan kepada orang, termasuk andika, ki resi. Namun
kenyataanlah yang akan berbicara. Oleh adanya hal-hal itu,
pertama karena baginda berani mengganggu gusti Rani
Kahuripan dan gusti Rani Daha, kedua karena baginda
mengganggu pula ny i Dipa, maka makin bertambahlah lapis rasa
dendam patih Dipa kepada seri baginda"
"Tetapi ...." "Dengarkanlah dahulu bicaraku sampai selesai" cepat nyi
Tanca menukas kata kata resi "agar andika dapat mendengar
1504 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jelas mengapa aku menuduh patih Dipa berdiri di belakang
pembunuhan seri baginda Jayanagara itu"
Resi mengangguk. "Patih Dipa sudah terlanjur diagungkan sebagai pahlawan
yang telah menyelamatkan seri baginda Jayanagara waktu terjadi
huru hara Dharmaputera Kuti. Sudah pala diakui jasa-jasa
pengabdiannya kepada kerajaan Majapahit. Jelas tak mungkin dia
berani me lakukan suatu tindakan vang gegabah untuk
melampiaskan deadam kemarahannya terhadap baginda. Sekali
salah langkah, akan hancur dan berantakanlah nama patih Dipa
dalam lembah kehinaan"
"Tetapi dia memang seorang yang cerdik dan ahli perancang
rencana yang pandai. Dia telah menemukan dalam diri kakang
Tanca sebuah jalan untuk menyalurkan keinginannya. Maka
dilancarkannyalah jarum jarum beracun untuk menusuk bisul
yang terpendam dalam hati ki T anca ...."
Resi tampak mengernyut dahi.
"Telah kukatakan, ra Tanca seorang pendiam tetapi jujur dan
berani. Walaupun patih Dipa telah memberi peringatan keras,
namun ra T anca tentu masih menganggap bahwa perbuatan seri
baginda itu sesat dan menghina . . . ."
"Dan ra Tanca terus melakukan pembalasan, bukan ?" tukas
resi Kawaca. "Ya, memang. Tetapi kucegah"
"Tetapi nyatanya, kakang Tanca tetap membunuh seri
baginda" kata resi Kawaca.
"Kalau benar dia berniat hendak mencidera baginda, itu di luar
pengetahuan dan kekuasaanku untuk mencegah karena nyatanya
dia te lah menerima permintaanku untuk tidak melakukan apa-apa
terhadap baginda. Tetapi adakah kakang Tanca benar
mengandung maksud demikian, matih harus dibuktikan. Dan
1505 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pembukian inilah yang hendak kutuntut kepada patih Dipa.
Apabila dia tak mau meluluskan maka makin jelaslah kiranya,
bahwa kakang T anca telah menjadi korban dari suatu permainan
yang licin dan licik dari patih Dipa. Patih itu hendak meminjam
tangan kakang Tanca untuk melenyapkan baginda Jayanagara
yang dianggapnya tidak layak menjadi raja Majapahifi yang di
muliakan" Uraian yang panjang lebar dan berapi-api dari nyi Tanca itu
telah menggetarkan debar jantung resi Kawaca dan kuasa pula
menimbulkan bayang-bayang keraguannya.
Resi Kawaca tertegun dan kenenungan. Dia mengagumi
peribadi patih Dipa tetapi diapun tak boleh menutup pintu hati
untuk menolak begitu saja ulasan nyi Tarca.
Sampai beberapa jenak ren tenggelam dalam genangan kesan
terhadap diri patih Dipa. Memang belum lama ia mengenal patih
Dipa ketika menerima kunjungan patih itu di padepokan gunung
Peuanggung-an. Namun dalam waktu yang singkat itu ia sudah
mempunyai kesan yang dalam teihadap peribadi patih Dipa.
Kemudian masih terngiang dalam telinganya ucapan patih
Dipa yang tegas. Bahwa patih itu akan rela mengorbankan jiwa
nyi Dipa daripada haruj menarik kembali keputusannya terhadap
kesalahan ra Tanca. "Mengorbankan jiwa nyi Dipa ...." serentak resi tersentak
dalam renungannya. Dia tersadar seketika bahwa saat itu dia
sedang melaksanakan janjinya kepada patih Dipa untuk
mencarikan obat untuk nyi Dipa.
Lepas dari segala keian dan peristiwa yang teka terjadi di
keraton Majapahit yang lalu. Lepas pula dari segala kaitan yang
menciptakan peristiwa itu, adakah patih Dipa benar seperti yang
dituduhkan nyi Tarca. Ataukah nyi Tanca itu hanya menuduh
semena-menanya. Bukankah hal yang harus menjadi halangan
1506 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bagi resi untuk mengusahakan penyembuhan bagi nyi Dipa. Dia
merasa telah sanggup dan dia harus melaksanakannya.
Seketika mantaplah pula pikirannya dalam menghadapi
persoalan saat itu "Nyi Tanca, kedatanganku ke mari, bukanlah
hsndak mengurus persoalan yang telah terjadi di keraton
Majapahit. Bukan pula untuk menyelidiki siapa yang salah dan
siapa yang benar dalam peristiwa itu. Tetapi aku hendak
memohou obat kepadamu"
"Obat itu adalah milik ki Tanca dan ki Tanca mengajukan
syarat" "Ini bukan permintaan patih Dipa, tetapi permintaanku
peribadi" Nyi Tanca gelengkan kepala "Sukar untuk membedakan
kepentingan patih Dipa dengan nyi Dipa. Permintaan ki resi pun
tak lepas dalam kaitannya dengan mereka berdua"
"Nyi T anca" seru resi Kawaca "ingin kuperingatkan kepadamu.
Bahwa sekalipun ra Tanca telah dipidana mati tetapi dengan
penuh kebijaksanaan kerajaan telah membebaskan andika dari
segala tuntutan. Tidakkah andika menolak untuk memberi sedikit
bantuan kepada kerajaan ?"
"Ki resi, adakah yang memicta ini kerajaan?" balas nyi T anca.
"Secara tak langsung" sahut resi "karena patih Dipa
merupakan tokoh penting dalam kerajaan. Terganggunya pikiran
patih itu, akan menabnwa akibat kurang penuh perhatiannya
terhadap tugas kerajaan"
"Bukankah dia seorang jantan yang sedia merelakan jiwa
isterinya" Mengapa andika masih menyangsikan kata-katanya?"
Kembali resi harus menelan desakan "Baiklah, demi
kepentingan seorang wanita yang tengah menderita penyakit
berbahaya, bersediakah andika untuk menolong sesama kaum
wanita" Dan bukankah andika juga bersahbat baik dengan nyi
1507 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dipa " Andaikata andika menyangka patih Dioa tidak jujur dalam
peristiwa ra Tanca, seharusnya andika seperti kerajaan
Majapahit, juga tak mengaitkan, keadaan nyi Dipa itu dengan
suaminya" Dengan tebang menyambutlah nyi Tanca "Benar kata andika
itu. Aku memang bersedia membantu. T etapi sayang, barang itu
bukanlah milikku tetapi milik ki Tanca yang tak mau
menyerahkannya bilamana syarat permintaannya tak diluluskan"
"Ah, desah resi. Hilangkanlah pemikiran semacam itu, nyi
Tanca. Berikanlah obat itu, apabila ki Tanca marah, akulah yang
akan bertanggung jawab"
"Aku kagum karena tuan gigih membela kepentingan seorang
wanita yang bernama nyi Dipa. Tetapi aku kecewa mengapa tuan
tak mau mengindahkan kedudukan seorang wanita lain yang
bernama nyi Tanca. Adakah terdapat perbedan diantara kadua
wanita itu?" "Ada" sahut resi "yang satu sedang menderita penyakit yang
membutuhkan pertolongan. Dan yang satu, sehat wal afiat,
mempunyai obat yang diperlukan. Jika aku gigih membela, tak
lain hanya karena hendak menolongnya"
"Andika menolongnya tetapi mengapa tak mau menolong aku.
Jika aku menyerahkan obat itu bakalkah ki Tanca akan marah
dan mengutukku ?" "Jangan meagada-ada nyi Tanca, Tak mungkin ki T anca dapat
mengutuk. Sudah kukatakan bahwa akulah yang akan memikul
segala dosa dan kutuk apabila benar-benar ki T anca akan marah"
"Resi Kawaca" seru nyi Tanca dengan nada sarat "walaupun
andika memperkenalkan diri sebagai saudara seperguruan dari
kakang Tanca, tetapi baru pertama kali ini aku berjumpa.
Sebagai tuan rumah, aku telah me lakukan kewajiban dengan
baik, walaupun sebenarnya karena ki Tanca sudah meninggal,
dapat saja aku menolak semua keterangan andika. Tetapi kalau
1508 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
andika tetap hendak memaksakan kehendak andika, terpaksa
akupun akan menggunakan hakku sebagai tuan rumah untuk
tidak melayani andika lagi"
"Andika hendak mengusir aku ?" ulang resi "tidak perlu.
Karena tanpa andika ucapkan, akupun sudah muak menginjak
lantai rumah ini. Tetapi ingat, nyi Tanca. Hukum karma akan
selalu mengikuti bagai roda dari pedati. Seharusnya andika insaf
akan malapetaka dalam rumahtangga ini dengan melakukan
kebaikan kebaikan. Tetapi ternyata andika malah makin
berkelarutan" "Resi Kawaca" seru nyi Tanca "aku tak perlu menerima
wejangan-wejanganmu. Aku sudah tiada mempunyai sesuatu
yaag kuharapkan dalam hidup ini. Tujuanku hanya satu. Sisa
hidupku ini akan kuperuntukkan untuk memulihkan nama baik
suamiku. Silakan tinggalkan rumah yang memuakkan engkau
ini!" Hampir meletuslah kemarahan resi ketika diusir nyi Tanca.
Namun sesaat dia masih dapat menekan perasaannya. Tanpa
mengucap apa-apa, dia terus berbalik tubuh dan ayunkan
langkah ke luar. (Oo-dwkz-ismoyo-oO) II Geram membawa dua macam pengaruh. Pertama, karena
merasa tak berdaya untuk menumpahkan perasaan itu, akan
menimbulkan rasa marah. Apabila marah sudah membara maka
berkobarlah rasa dendam. Dan setiap rasa dendam tentu
menuntut suatu pelampiasan berupa tindakan-tindakan yang
berbahaya. 1509 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sumpah Palapa Karya S D Djatilaksana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Demikian yang dirasakan resi Kawaca sepeninggal dari
kediaman nyi Tanca. Ia heran mengapa di dunia terdapat
seorang wanita berhati dingin seperti nyi T anca.
lapun masih memikirkan mengapa sedemikian dalam rasa
dendam nyi Tanca terhadap patih Dipa. Pengetahuan yang
sedemikian luas terperinci dari nyi Tanca terhadap langkah dan
gerak gerik patih Dipa selama ini, memang amat menarik dan
menimbulkan rasa kagum. Tetapi dalam rasa kagum itu tak lepas
pula resi Kawaca dari rasa heran, mengapa nyi Taoca tahu begitu
jelas akan persoalan itu. Mengapa pula nyi Tanca dapat
memerinci persoalan itu secara urut.
Benarkah patih Dipa terlibat dalam peristiwa besar di keraton
Majapahit yang telah membawa korban dua orang tokoh
termasyhur " Resi Kawaka mengakui bahwa dia tak memiliki pengetahuan
yang dalam tentang kehidupan dalam keraton. Diapun tak
mengenal jelas tentang diri patih Dipa. Hanya dua landasan yang
membentuk kepercayaan dan kekagumannya terhadap patih
Dipa. Pertama, kemasyhuran nama patih Dipa telah menjadi
jaminan dan berharga untuk mendapat kepercayaan dan
kekagumannya. Tidak mudah menjabat sebagai seorang patih
dalam kerajaan sebesar Majapahit yang penuh dengan orang
yang pandai bijaksana. Dan kedua, perkenalan singkat dengan
patih itu, memberinya kesan bahwa kemasyhuran nama patih
Dipa memang layak dan sesuai dengan peribadinya.
Namun resi Kawacapun terkesan juga akan kata-kata dari nyi
Tanca bahwa janganlah orang terpancang oleh kemasyhuran
nama seseorang sehingga menutup pintu bagi setiap hal yang
mencemarkan nama orang itu.
"Ah, betapapun halnya, aku tak ingin terlibat dalam persoalan
itu. Aku hanya berusaha untuk menolong nyi Dipa. Dan dalam
batas persoilan itu, sungguh tak layak pendirian nyi Tanca itu"
1510 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kembali pikiran resi kepada pembicaraannya dengan nyi Tanca
tadi. Timbul pula rasa geram dalam hati resi. Dan teringat akan
keadaan nyi Dipa yang makin payah itu, serentak timbullah rasa
marah sang resi. Namun kemarahan itu, bukan akan
dilampiaskan dengan cara yang merugikan diri nyi Tanca. Karena
betapapun, wanita itu adalah isteri diri ra Tanca saudara
seperguruannya. "Yang penting bagiku adalah untuk mendapatkan obat bagi
nyi Dipa. Dan obat itu tentu terdapat dalam bilik penyimpan obatobatan dari ra Tanca. Tiada lain jalan bagiku kecuali......." tibatiba ia hentikan pemikirannya ketika tersentak pada sesuatu.
Sesuatu yang selalu ia tanamkan dai tekankan kepada siswasiswa di padepokan "Janganlah kalian mencuri, membunuh,
berbohong ...." "Jangan mencuri....." kembali mulutnya mengulang kata-kata
itu. Dan diapun mendesah napas "ya, hampir saja aku hendak
melanggar apa yang kuajarkan kepada para siswa"
Ia tersipu-sipu dalam hati dan hampir saja dia menghapus
angan-angan itu. Tetapi beberapa jenak kemudian, terbayanglah
keadaan nyi Dipa yang terbaring di tempat peraduannya dalam
keadaan tak sadarkan diri dan hanya tinggal menanti maut akan
merenggut jiwanya. Haruskah ia membiarkan saja tanpa
berusaha untuk menolongnya "
Apabila ia tak tahu dimana akan mendapatkan obat itu,
memang hal itu takkan menyakiti hatinya. Tetapi persoalannya
lain. Dia tahu bahwa obat itu berada di tempat kediaman nyi
Tanca. Soalnya hanyalah karena nyi Tanca berkeras tak mau
memberikan maka ia tak dapat menolong jiwa nyi Dipa.
"Aku seorang resi yang wajib memberi pertolongan. Kedua,
aku dahulu adalah saudara seperguruan dari ra Tanca.
Pengetahuan kakang Tanca tentang pengobatan itu berasa l dari
1511 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
guru. Ketiga, karena pengetahuan itu berasal dari guru, aku
sebagai murid berhak untuk me laksanakan pesan guru yalah
bahwa segala ilmu yang telah diberikannya itu haruslah
diamalkan untuk kepentingan dan kebaikan sesama manusia"
Tiba pada pemikiran itu terhenyaklah perasaan resi Kawaca.
Tidak, tindakan itu bukan mencuri dalam arti kata mencuri yang
sesungguhnya tetapi meminta hak sebagai seorang terhadap
milik guru, seorang adik seperguru in terhadap seorang kakak
seperguruan "Apapun juga aku akan mempertanggungjawabkan
tindakanku untuk mengambil obat itu dari bilik ra Tanca"
akhirnya ia membulat-bulatkan keputusan dari bermacam benjulbenjul tajam. Resi Kawaca memutar langkah, membiluk kesebuah jalan kecil
yang menuju ke samping pagaf tembok rumah ra Tanca. Dia
sudah menentukan keputusan hendak memasuki rumah nyi
Tanca secara diam-diam. Setelah menunggu beberapa waktu, resi menganggap bahwa
suasana di sekeliling dan dalam rumah nyi Tanca sudah sunyi
senyap. Namun dia masih tak berani bertindak gegabah. Lebih
dahulu dia melancarkan aji Penyirepan agar penghuni dalam
rumah tertidur. Kecuali putus dalam ilmu ajaran agama, pun resi Kawaci juga
memiliki berbagai ilmu dan aji kesaktian. Tetapi aji sirep untuk
membuat orang tidur itu tak pernah dia ajarkan kepada
siswanya, la takut hal itu akan diialah-gunakan untuk maksud
yang tak baik. Beberapa saat kemudian ia memungut sebutir batu kecil lalu
ddempar ke pagar tembok bagian dalam. Ingin ia mengetahui
dan mendapat kepastian apakah semua penghuni rumah sudah
tertidur. Secelah beberapa jenak tak ada suatu gerak suara dari
sebelah dalam, barulah dia menghimpun semangat lalu loncat ke
1512 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
atas pagar tembok. Sejenak dia memandang ke sekeliling
penjuru untuk memastikan bahwa gerakannya itu tak diketahui
or?ng. Kemudian dengan gerak seringan daun kering gugur dari
pohoi, diapun melayang ke halaman.
Saat itu langit tiada bulan, hanya diterangi oleh bintang
kemintang. Dia tak tahu di mana letak bilik tempat penyimpan
obat dari ra Tanca. Tempat ia berdiri dengan griya besar masih
agak jauh. Ternyata dia berada di bagian belakang dari rumah ra
Tanca. Saat itu ia melihat sebatang pohon maja yang besar dan
rindang di tengah pohon-pohon kecil yang tumbuh meliar seperti
tak terawat. "Ah, aku berada di kebun belakang yang penuh ditumbuhi
bermacam macam pohon" pikirnya.
Sekalipun begitu dia masih tak mau meninggalkan
kewaspadaan dan selalu berjalan dengan hati-hati. Sedemikian
hati-hatinya sehingga langkahnya amat ringan, tidak menimbulkan getar suara bahkan rumput dan belukar yang
dipijaknyapun tak sampai rebah.
Lebih kurang duapuluh langkah berjalan, tiba-tiba ia melihat
segunduk benda yang di kelilingi pagar tanaman. Ia berhenti dan
memperhatikan dengan seksama. Ah, ternyata sebuah pondok
yang kecil, menyerupai sebuah gubug.
"Pondok ?" gumamnya seorang diri "apakah ada penhuninya "
Ah, tak mungkin. Rumah ra Tanca cukup besar. Bujang
pelayannya tentu tidur di rumah besar. O, mungkin sebuah
kandang untuk binatang peliharaannya"
Dengan langkah hati-hati, resi menuju ke pondok itu. Makin
dekat makin nyata bahwa dugaannya itu memang benar. Itulah
sebuah poidok yang terbuat daripada kayu papan. Hampir saja ia
memastikan bahwa dugaannya kalau pondok itu tempat binatang
peliharaan tentu benar atau tiba-tiba pandang matanya yang
1513 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tajam tersengat oleh seberkas kelip sinar pelita yang memancar
dari dalam pondok itu. "Pelita" serunya dalam hati "jika demikian tentu ada
penghuninya" Sejenak resi hentikan langkah untuk mempertimbangkan
bagaimana tindakan selanjutnya. Adakah ia akan melanjutkan
langkahnya atau harus menghindar dari pondok itu.
"Sudah lama aku tak pernah melancarkan aji sirap. Ingin
kuketahui adakah aji sirap yang kupancarkan tadi benar-benar
mempunyai daya perbawa yang dapat melenakan seluruh
penghuni rumah bahkan apakah mampu juga memancar sampai
ke kebun belakang sini" kembali ia menentukan langkah.
Iapun mulai ayunkan kaki lagi menghampiri pondok itu. Sunyi
senyap. Mungkin apabila memang benar dihuni orang, tentulah
orang itu sudah tertidur.
Sesaat kaki mengayun dui tiga langkah, tiba-tiba timbullah
pikiran resi. Mengapa harus menghiraukan hal-hal yang tiada
hubungan dengan tujuannya untuk mengambil ramuan obat"
Bukankah lebih baik melanjutkan langkah ke dalam rumah bssar
daripada harus membuang-buang waktu menyelidiki keadaan
pondok itu " Saat itu dia sudah berada di muka pintu pondok. Setelah
memiliki pertimbangan lain, diapun terus berputar tubuh dan
ayunkan langkah hendak meninggalkan pondok itu. Tetapi baru
langkah hendak dimulai, sekonyong-konyong terdengar suara
orang berseru pela-han dalam nada yang parau "Ki sanak, siapa
engkau ?" Serasa halilintar berbunyi kejut resi ketika mendengar suara
teguran itu. Ia berhenti seketika dan cepat berpaling ke belakang
menghadap pintu pondok "Siapakah yang bertanya itu " "
serunya. 1514 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku" "Aku siapa ?" "Manusia penghuni pondok ini. Silakan masuk"
Resi tertegun. Jelas suara itu suara manusia. Tetapi siapa "
Adakah juga saUh seorang penghuni rumah ra Tanca " Tetapi
mengapa berdiam di tempat yang terpencil seperti pondok itu "
"Ki sanak, engkau takut " Mengapa " Bukankah engkau sudah
berani masuk ke dalam lingkungan rumah ini" Mengapa takut
untuk masuk ke dalam pondokku ?" kembali orang bersuara
parau itu berseru. "Siapa engkau ?"
"Masuklah dan engkau akan tahu siapa aku"
Resi Kawaca memutuskan, karena jejaknya sudah diketahui
orang, karena sudah berani memasuki rumah itu, mengapa dia
harus takut untuk menghadapinya " Bukankah dia sudah
membekal tekad bulat untuk mempertanggungjawabkan segala
tindakannya memasuki rumah ra Tanca "
"Baik, ki sanak" setelah mempersiapkan diri untuk menjaga
sesuatu peristiwa yang tak diharapkan suaka resi Kawacapun
segefa melangkah masuk. Ternyata pintu itu tidak dikancing
sehingga mudah baginya untuk masuk. Sesaat memandang ke
muka, ia terkesiap. Duduk bersila di atas sebuah balai-balai bambu, tampak
seorang lelaki tua yang berambut dan berjanggut putih, tengah
menyambutnya dengan pandang mata yang tajam.
Sebagai seorang resi yang sakti, resi Kawaca sudah dapat
menduga bahwa orang yang berada dalam pondok itu tentu
bukan orang sembarangan. Hal itu dibuktikan bagaimana
walaupun dengan langkah yang sedemikian hati-hati sehingga
hampir tak menimbulkan getar suara, penghuni pondok itu tetap
1515 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dapat mengetahui kedatangannya jua. Dan adu pandang yang
pertama, makin memberi kesan kepada resi bahwa yang
dihadapinya itu tentu seorang yang berilmu tinggi.
"O, kiranya seorang resi" seru lelaki tua berambut putih itu
dalam nada yang berobah ramah.
"Maaf, ki sanak, aku mengganggu ketenanganmu" sahut resi.
"Tidak, ki resi" kata lelaki tua itu "sudah berpuluh tahun aku
selalu bergelut dengan kesuny ian dan kelelapan. Kedatanganmu
cukup memberi gairah kepadaku"
"Terima kasib, ki sanak"
"Sebelum berlanjut dalam pembicaraan, bersediakah ki resi
memberitahukan gelar-keresian tuan?"
"Aku resi Kawaca dari gunung Penanggungan. Dan siapakah ki
sanak ini ?" "Kadipira" "Anggota penghuni rumah ki T anca ?"
Kadipira mengiakan. Resi tergetar hatinya. Jika demikian, dia
tentu akan menghadapi rintangan dari lelaki tua ini.
"Apa maksud ki resi berkunjung pada saat semalam ini ?"
tanya ki Kadipira pula. Karena sudah terlanjur diketahui, resi Ka wacapun menyatakan
terus terang "Aku hendak masuk ke dalam kediaman ra Tanca"
Kadipira kerutkan dahi "Adakah tuan tak mengetahui bahwa ra
Tanca sudah meninggal ?"
"Ya", tahu"
"Adakah ki resi hendak menemui nyi T anca?"
"Tidak, karena petang tadi aku sudah bertemu dengannya"
1516 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"O" desuh Kadipira "jadi tuan sudah berkunjung ke rumah
besar" Mengapa tuan sekarang hendak datang lagi ke mari
dengan mengambil jalan dari kebun belakang ?"
"Karena aku tak mau mengusik ketenangan nyi Tanca"
Kadipira makin heran "Apa maksud ki resi yang sebenarnya "
Katakanlah terus terang"
"Aku hendak mengambil barang kepunyaan ra Tanca"
"Tanpa sepengetahuan isterinya?"
Sumpah Palapa Karya S D Djatilaksana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Apa boleh buat, karena terpaksa"
"Bukankah berarti ki resi hendak mencuri ?"
"Terserah bagaimana ki sanak hendak mengatakan diriku.
Tetapi aku merasa tak mungkin akan mendapatkan barang itu
kecuali dengan cara begini"
"Barang apa yang hendak engkau ambil " Apakah barang yang
berharga ?" "Mungkin bagi orang yang tak membutuhkan, barang itu tiada
berharga. Tetapi bagiku, sangatlah besar nilainya"
"Emas permata atau pusaka ?"
"Bukan" sahut resi Kawaca "haram bagi seorang resi untuk
terpikat dengan gemerlap emas dan pusaka. Jauh rasanya
keinginan hatiku akan benda-benda berharga yang bersifat
keduniawian" "Lalu apa yang hendak engkau ambil ?"
"Ramuan obat peninggalan ra Tanca" Kadspira terperanjat
"Ramuan obat " Apakah engkau menderita sakit yang berbahaya
?" Resi gelengkan kepala "Tidak. Pun andaikata aku menderita
penyakit, betapapun parahnya tak akan aku berbuat begini"
1517 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah engkau tidak meminta kepada nyi Tanca?" tanya
Kadipira yang sesungguhnya juga seorang resi.
"Sudah kering ludahku" sahut resi Kawaca.
"Dia tak meluluskan ?"
"Jika dia meluluskan tentulah aku tak sampai begini" jawab
resi pula. Resi Kadipira kerutkan dahi "Besar nian perhatianmu terhadap
orang itu. Dia tentu seorang yang termasyhur dan mempunyai
hubungan penting denganmu"
"Tidak" kata resi Kawaca tetapi aku sudah berjanji hendak
memberi pertolongan. Bagaimanapun juga aku harus melaksanakannya" "Dapatkah engkau mengatakan siapa orang yang hendak
engkau tolong itu ?" tanya Kadipira.
"Ki sanak" kata resi Kawaca "sebelum kupertimbangkan akan
kukatakan siapa orang itu atau tidak, lebih dulu aku hendak
bertanya kepadamu. Mengapa engkau tinggal di pondok ini dan
bagaimanakah hubunganmu dengan keluarga Tanca"
Kadipira tidak lekas menjawab melainkan termenung beberapa
jenak, kemudian menghela napas "Baiklah. Sebenarnya itu
melanggar pantangan tetapi sekarang aku bahkan harus
menghapusnya. Ya, sebenarnya orang tua jelek seperti diriku ini
adalah paman dari Tanca"
Resi Kawaca tersentak kaget "Andika paman dari ra Tanca ?"
serunya mencari penegasan.
"Sekarang benar, tetapi dulu bukan" sahut Kadipira.
Sudah tentu resi heran atas jawaban itu "Sekarang menjadi
paman dari ra Tanca, mengapa dulu bukan?"
1518 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kadipira menghela napas "Itu mempunyai cerita tersendiri.
Dulu ketika ra Tanca masih jaya dan menjadi priagung dalam
Dharmaputera, aku harus tahu diri untuk tidak menyebutnya
sebagai putera kemanakan. Dan akupun tinggal di pondok ini"
"Ah, mengapa ra Tanca sedemikian tegah hati membiarkan
pamannya tinggal dalam sebuah gubuk papan sedang dia
menikmati gedung yang megah ?" seru resi Kawaca "sayang
kakang Tanca sudah meninggal. Andaikata masih hidup, tentu
akan kuperingatkan-nya"
"Ah, jangan salahkan dia" kata res i Kadipira "itu memang atas
kehendakku sendiri. Sebagai seorang tua aku rela berkorban
demi kebahagiaan anak kemanakanku"
"Tidak, ki sanak" resi Kawaca menolak "jika ra Tanca
menderita memang layak kalau ki sanak berkorban. Tetapi
bukankah ra Tanca telah mencapai puncak tangga kemasahuran
dan kebahagiaan " Mengapa dia malu mengaku ki sanak sebagai
paman kalau memang kenyataannya ki sanak itu pamannya
sendiri ?" Kadipira mengangguk "Jangan mempersamakan pendirian
orang dengan pendirianmu, resi"
"Itu bukan pendirianku, ki sanak" sahut resi Kawaca "tetapi
dasar dari tata-hidup yang luhur. Seorang priagung, bukan diukur
dari tinggi rendahnya pangkat dan kekuasaannya melainkan dari
nilai martabat peribadinya. Pangkat dan kekuasaan tidak lestari.
Pada suatu saat tentu akan pudar. Tetapi martabat dan peribadi
adalah sifat azasi dari seseorang yang akan dibawa sampai mati"
"Baik, tetapi sudahlah, Tanca tak bersalah" Kadipira menutui
pembicaraan. "Lalu mengapa sekarang ki sanak mau mengaku sebagai
paman ra Tanca?" tanya resi Kawaca pula.
1519 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Karena Tanca telah jatuh ke dalam limbah hina dan keniitaan.
Dia telah dibunuh karena berani mencidera seri baginda hingga
tewas. Sekarang aku harus bangkit untuk mengaku sebagai
pamannya agar aku dapat menerima semua umpat caci, cernoh
hinaan yang dilontarkau orang kepada Tanca"
Resi Kawaca terkesiap. Kini baru dia tahu ke mana arah kata
kata dan pernyataan lelaki tua yang bungkuk dan buruk muka
itu. Diam-diam timbullah rasa kagumnya terhadap Kadipira.
Dalam diri Kadipira ia menemukan seorang peribadi yang
luhur. Diam diam pula ia legah hatinya. Namun ia masih harus
menguji bagaimana pendirian orangtua itu mengenai tujuannya
untuk masuk ke rumah nyi T anca.
"Adakah, andika mendendam atas kematian ra Tanca" resi
Kawaca memancing keterangan.
"Aku hanya bersedih tetapi tak layak mendendam" jawab
Kadipira. "Mengapa tidak mendendam " Bukankah andika ini paman
dari ra T anca ?" "Mengapa aku harus mendendam ?"
"Apa sebab tidak ?"
"Pertama, Tanca sudah menerima hukum karma dan undangundang negara. Hutang jiwa, bayar jiwa. Kedua, Tanca telah
melakukan kesalahan besar karena membunuh seorang raja. Dan
ketiga, apabila harus dinilai maka Tanca masih lebih beruntung
karena jiwanya ditukar dengan jiwa seorang raja diraja. Nah,
mengapa aku harus mendendam lagi. Dan pula, andaikata aku
mendendam, dapatkah Tanca hidup kembali " Bukankah baginya
lebih tenang mati daripada masih hidup tersiksa lahir dan batin
karena telah menbunuh seorang junjungannya ?"
1520 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Resi Kawaca mengangguk-angguk penuh pengertian. Ia
hendak bertanya lagi tetapi tiba-tiba Kadipira mendahului
"Sekarang berganti engkau yang harus menjawab pertanyaanku"
"Silakan" "Untuk siapa engkau hendak mengambil ramuan obat milik
Tanca itu ?" "Sebelum kukatakan, akupun hendak bertanya. Apakah ki
sanak bermaksud hendak menghalangi tujuanku ?"
"Tergantung dari jawabanmu"
Resi Kawaca tertegun memandang Kadipira. Yang duduk di
hadapannya itu seorang lelakitua renta. Walaupun pendengaran,
penglihatan dan bicara terutama pancaran matanya jelas
menunjukkan kalau dia tentu seorang yang berilmu, namun resi
Kawaca sudah membulatkan tekad. Dia tetap akan melaksanakan
tajuannya sampai berhasil. Bukan dia memiliki angan-angan
hendak bertempur dengan orangtua itu, melainkan dia a-kan
berusaha untuk menghindarkan diri supaya lolos dari libatannya.
"Baiklah" katanya sesaat kemudian "karena andika sudah
berterus terang, akupun juga demikian. Ramuan obat itu akan
kuperuntukkan bagi seorang wanita yang tengah menderita sakit
parah. Jiwanya setiap saat akan terancam maut"
"Siapa dia ?" "Nyi patih Dipa"
"Ah" terdengar Kadipira mendesah kejut. Sesaat kemudian
tampak wajahrya meregang. Diam-diam resi Kawaca sudah
membayangkan bahwa tentu akan terjadi sesuatu yang kurang
baik bagi dirinya. "Mengapa engkau yang datang kemari " Apakah kedatanganmu ini atas permintaan patih Dipa ?" kata Kadipira.
1521 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kawaca gelengkan kepala "Bukan. Ki patih Dipa tidak tahu
menahu akan kedatanganku ini. Dia memang datang ke
padepokanku untuk meminta agar aku menolong isterinya. Tetapi
penyakitnya itu amat sukar disembuhkan kecuali mendapat
ramuan obat dari ra Tanca"
"Dan engkau sudah meminta kepada nyi Tanca?"
"Sudah kukatakan kalau aku datang sampai dua kali. Namun
sia-sia belaka. Nyi Tanca menolak"
"Apa alasannya ?"
Resi Kawaca lalu menceritakan dengan singkat pertemuannya
dengan nyi Tanca. "O, benar, benar, kiranya begitu" gumam Kadipira seorang
diri. Resi Kawaca mengernyit dahi "Apa maksudmu?"
"Apa yang menjadi alasan nyi Tat ca itu tidak benar. Tidak
mungkin arwah Tanca akan mengajukan syarat semacam itu"
Resi Kawaca terkesiap. "O, andika maksudkan alasan itu hanya nyi T anca sendiri yang
mengada-ada?" tanyanya.
"Bukan" "Bukan " Jika begitu memang benar dari arwah ra Tanca ?"
"Tidak" "Tidak" Lalu ...."
"Biasanya nyi T anca tidak secerdas dan sefasih Itu berbicara.
Tentulah ada orang yang berada di belakangnya"
Resi Kawaca terbeliak "Siapa ?"
"Tahukah engkau apa sebab engkau kupanggil ke mari" "
Kadipira balas mengajukan pertanyaan lain.
1522 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak tahu" "Jika engkau tidak lalu di kebun belakang sini, kemungkinan
besar engkau tentu akan celaka" kata Kadipira "ketahuilah resi.
Di dalam gedung besar telah disiapkan penjagaan yang kuat
untuk menjaga kemungkinan engkau akan datang"
"Hah?" Resi Kawaca terkejut "siapakah mereka ?"
"Kelak engkau akan tahu sendiri. Sekarang belum waktunya
dan belum perlu engkau tahu. Yang penting engkau telah
selamat dari suatu perangkap yang berbahaya"
Resi Kawaca tertegun. Dia masih setengah bersangsi akan
keterangan Kadipira. Rupanya hal itu diketahui ki Kadipira "Jika
engkau meragukan keteranganku, silakan engkau melaksanakan
rencanamu masuk ke dalam griya besar"
Sejenak merenung, serentak resi Kawaca berkata pasti "Baik,
aku percaya sepenuhnya. Tetapi haruskah aku hentikan usahaku
sampai di sini saja " Terima kasih, ki sanak. T etapi aku terpaksa
harus tetap melaksanakan tujuan dari kedatanganku ke mari.
Andaikata aku tak beruntung dan harus mengorbankan jiwaku,
aku rela. Tetapi aku tak rela kalau aku harus surut dari
kesanggupanku untuk menolong jiwa ny i Dipa" habis berkata resi
terus beranjak hendak ayunkan langkah.
"Tunggu !" Resi Kawaca hentikan langkah, berputar tubuh "Adakah andika
hendak menghalangi perjalananku?"
"Hm, engkau seorang resi dengan umur yang sudah cukup
tua. Tetapi mengapa engkau masih berdarah panas ?" tegur
Kadipira. "Kewajiban telah menghangatkan alir darahku" sahut Kawaca.
"O, apakah engkau hendak mengumbar ilmu kesaktianmu, resi
?" 1523 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku tidak mengatakan begitu, ki sanak" jawab resi Kawaca
"namun akupun tak menyangkal pula akan kemungkinan hal itu
kalau memang tiada jalan lain yang dapat kutempuh"
"Ah, itu bukan suatu cira yang layak ditempuh oleh seorang
yang sudah mensu.ikan batin setingkat resi seperti dirimu. Atau
mungkin engkau mengira bahwa ilmu kesaktian yang telah
engkau miliki itu sudah mencapai tataran yang tiada
tandingannya, bukan " Baiklah, ki resi, jika demikian cobalah
engkau sambut tongkatku ini" Kadipira terus menyambar tongkat
bambu yang menggeletak di sisinya lalu dilontarkan ke arah
tetamunya. Resi Kawaca terkejut. Oleh karena dia sudah siap siaga mika
dengan cepat diapun menyambuti tongkat itu, uhhhh.....
mulutnya mendesus kejut ketika menyambuti tongkat itu, ia
merasakan suatu gelombang tenaga yang teramat kuat
mendorongnya sehingga ia tersurut mundur selangkah.
Memang resi tidak pernah menduga bahwa lontaran tongkat
itu akan mengandung tenaga yang sedemikian dahsyat. Ia
memperhitungkan asal dapat menyambar tongkat itu supaya
jangan sampai mengenai tubuhnya, tentulah dengan tenaga yang
dimilikinya ia akan dapat mencengkeramnya. Tetapi ternyata
tenaga yang mengisi laju tongkat itu bukan main dahsyatnya.
Walaupun salah dalam memperhitungkan namun sebagai
seorang resi yang berilmu, Kawaca menyadari bahwa tenaga
Sumpah Palapa Karya S D Djatilaksana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
lontaran dari kakek tua renta itu memang luar biasa dan belum
pernah selama ini ia merasakannya.
"Ki tua, engkau sakti sekali" dengan jujur resi Kiwaca
menghambur pujian. "Ah, ternyata engkau masih murni, resi" seru Kadipira "aku
ingin mencoba betapa kesaktian tenaga dan betapa pula
pengendapan hatimu. Dan ternyata engkau memang sakti, lain
dari itu engkaupun telah mencapai kesadaran yang tinggi.
1524 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Biasanya orang yang menderita kekalahan tentu akan penasaran.
Itu suatu pertanda bahwa engkau telah memiliki tataran mawas
diri yang tinggi" "Ki sanak terlalu memuji"
"Bukan begitu, ki resi" seru Kadipira "karena barangsiapa tahu
akan kelemahan dan kekurangannya, dia sudah menapak
selangkah dari kemajuan. Kebalikannya orang bodoh yang tak
mengetahui kebodohannya, orrng salah yang tidak mengetahui
kesalahannya, dialah manusia yang paling layak dikasihani
karena dia akan tetap hidup dalam alam kebodohan dan
kesalahannya" "Terima kasih" sahut resi Kawaca "apakah yang andika
kehendaki sekarang" Apakah hendak merintangi perjalanan
masuk ke griya besar ?"
"Ya, karena engkau pasti akan masuk dalam perangkap yang
berbahaya" "Itu bukan soalmu, ki sanak, Karena kedatanganku ke mari
memang sudah berbekal segala tekad untuk menerima akibat
apapun juga" "Apabila aku tak mempunyai kepentingan, tentu akupun tak
berkeras mencegahmu" kata Kadipira.
Resi Kawaca terbeliak "Kepentingan " Apa kepentingan ki
sanak dalam persoalanku ini ?"
"Bawalah aku ke tempat kediaman patih Dipa"
Resi Kawaca tercengang. Hampir ia tidak dapat mempercayai
apa yang didengarnya "Apa katamu?"
"Bawalah aku kepada wanita yang hendak engkau tolong itu "
Kadipira mengulang agak keras.
"Ah, jangan bergurau, ki tua"
1525 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Resi, aku seorang tua, mengapa aku harus bergurau
kepadamu ?" "Tetapi bukankah andika ini paman dari ra Tanca ?"
"Ya" "Mengapa andika hendak ... o, apa maksud andika hendak
meminta aku mengantarkan kepada nyi Dipa?"
"Apa tujuanmu datang ke mari?" balas Kadipira.
"Mengambil ramuan obat milik ra Tanca"
"Akan kuusahakan ramuan yang engkau perlukan itu setelah
aku tahu apa sebenarnya penyakit yang diderita nyi Dipa"
Resi Kawaca tak lekas menjawab. Dia merenung beberapa
saat. Wanita yang hendak ditolongnya itu bukan wanita
sembarangan melainkan isteri dari seorang patih kerajaan,
seorang tokoh yang termasyhur. Dan Kadipira adalah paman dari
ra Tanca. Tidak mungkinkah peristiwa ra Tanca akan terulang
lagi Resi makin menelusuri kemungkinan-kemungkinan yang tidak
diinginkan. Dia membayangkan bahwa kalau ra Tanca
membunuh baginda Jayanagara itu karena marah isterinya
diganggu baginda, bukan tidak mungkin Kadipira nanti akan
membunuh nyi Dipa karena mendendam putera kemanakannya,
ra Tanca, dibunuh patih Dipa.
"Resi, mengapa engkau termenung diam " Apakah engkau
menyangsikan diriku ?" tegur Kadipira.
"Aku bertanggung jawib penuh atas keselamatan jiwa nyi
Dipa. Akan kuusahakan sekuat tenaga untuk mendapatkan
ramuan obat. Tetapi andaikata gagal dan nyi Dipa sampai
meninggal, aku akan menyesali diriku mengapa tak mampu
mendapat ramuan obat yang diperlukan itu"
1526 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Berhenti sejenak resi melanjut "Tetapi katau nyi Dipa sampai
menderita kematian karena dicidera orang maka aku akan
mencaci dan menghukum diriku karena aku telah memberi
kesempatan terjadi hal itu"
"O, engkau memiliki prasangka bahwa aku hendak mencidera
nyi Dipa" "Bukankah menjaga itu lebih baik daripada menyesal kalau
sudah terjadi " Salahkah aku karena bertindak hati hati itu ?"
balas resi Kawaca. "Engkau tidak salah, resi" jawab Kadipira "tapi engkau masih
memiliki rasa ke-Aku-an yang tampak"
"Apa maksudmu" resi Kawaca terkesiap.
"Dengan menduga aku akan bertindak sesuatu yang tidak
baik, engkau menempatkan dirimu lebih tinggi dari aku. Jelasnya,
engkau menganggap bahwa hanya engkau sendirilah yang
memiliki batin suci dan pikiran bersih. Bukankah rasa itu
menunjukkan raia ke-Aku-an"
Kembali resi Kawaca harus mengernyut dahi "Tetapi ki sanak.
Aku baru saja kenal dengan engkau. Dan engkau adalah paman
dari ra Tanca yang telah dibunuh patih Dipa. Apabila engkau
hendak mengatakan menolong penyakit nyi Dipa, apakah aku
tidak dibenarkan untuk memiliki prasangka kepadamu ?"
"Resi, engkau benar. Tetapi akupun merasa juga benar" jawab
Kadipira "katakanlah, dengan cara bagaimana baru aku dapat
memperoleh kepercayaanmu?"
Resi Kawaca kembali terdiam sampai beberapa saat. Dia
membutuhkan sarana untuk menyembuhkan penyakit nyi Dipa.
Yang di hadapinya saat itu ada dua macam pilihan. Kesatu, dia
tetap melanjutkan rencananya untuk memasuki griya besar dan
mengambil ramuan obat dari bilik tempat penyimpanan obat ra
1527 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tanca. Kedua, dia menerima kesediaan Kadipira dan
membawanya orangtua itu kepada nyi Dipa.
Setelah beberapa saat menimang, akhirnya dia memutuskan
akan tetap meneruskan rencananya masuk ke griya besar saja.
Biarlah dia sendiri yang menerima akibat apapun juga nanti.
Ketiga, benarkah dalam griya ra Tanca itu telah dipersiapkan
perangkap yang berbahaya baginya " Ah, haruskah dia percaya
begitu saja" "Resi" seru Kadipira "apakah engkau tidak percaya
keteranganku dan tetap akan melanjutkan masuk ke dalam griya
besar ?" "Ki tua" sahut resi Kawaca "dalam hal-hal yang lain,
berdosalah aku apabila menaruh prasangka terhadap orang
terutama seorang tua. Tetapi dalam persoalan yang sedang
kulaksanakan saat ini terpaksa aku harus meninggalkan naluri
ajaran itu" "Hm, engkau tetap tak percaya ?"
"Ki sanak, bagaimana andika tahu kalau dalam griya kediaman
ra Tanca telah di iapkan perangkap " Perangkap apa dan siapa
yang melakukannya ?"
Kadipira tampak tertegun. Rupanya ada sesuatu yang tengah
direnungkan dalam pertimbangan. Ia teringat bahwa pada
petang tadi, seorang dayang diutus nyi Tanca untuk mengantar
hidangan malam. Di samping itu juga membawa pesan dari nyi
Tanca bahwa malam itu nyi Tanca ingin beristirahat untuk
menenangkan pikiran. "Apa maksud gustimu menyampaikan pesan itu?" tanyanya
kepada dayang yang diutus itu.
"Juga kepada para dayang, gusti puteri pesan agar jangan
keluar dari bilik masing-masing. Malam nanti gusti puteri tak
ingin diganggu siapapun juga"
1528 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kadipira tahu akan maksud nyi Tanca. Bahwa malam itu nyi
Tancapun meminta agar dia jangan masuk ke griya besar. Aneh,
pikirnya. Kalau memang hen dak beristirahat, biasanya nyi T anca
tak pernah mengatakan apa-apa. Pernah dua tiga kali Kadipira
masuk ke griya besar sekedar untuk bercakap-cakap pelepas
waktu, tetapi ternyata nyi Tanca sudah tidur dan diapun tak
berani mengusik lalu kembali ke pondok lagi.
Timbul rata aneh bercampur kekuatiran dalam hati Kadipira,
Adakah nyi Tanca hendak melakukan sesuatu karena dorongan
rasa sedih dan putus asa " Ah, berbahaya, pikir Kadipira. Dia
memutuskan untuk menyelamatkan jiwa nyi T anca apabila benarbenar wanita itu hendak nekad mengambil kepututan pendek.
Sebelum malam tiba dia terus menuju ke griya besar tetapi
ternyata pintu butulan yang menghubungkan kebun belakang
dengan griya besar telah ditutup rapat. Kecurigaannya makin
beiar. Dia mengambil jalan berputar ke samping. Tidak berapa
sulit baginya untuk loncat melampaui tembok yang membatasi
halaman griya besar dengan kebun belakang. Kemudian dia
menyusup menghampiri ke griya besar.
Dia tak lekas masuk melainkan mendekam di sudut kegelapan.
Suasana dalam griya memang sunyi senyap dan gelap. Sepintas
memberi kesan bahwa seluruh penghuni sudah tidur semua. Saat
itu dia hendak masuk ke serambi samping tetapi tiba-tiba ia
mendengar suara orang bercakap-cakap dengan pelahan.
Suara percakapan itu memang agak jauh tetapi karena
suasana amat sunyi dan telinga Kadipira cukup tajam maka
dapatlah resi tua itu menangkap pembicaraan mereka.
"Bagaimana arya, apakah persiapan sudah tak menguatirkan
?" terdengar suara seorang wanita.
"Nyi Tanca" Kadipira terkejut dalam hati. Dia tak asing lagi
dengan nada suara wanita itu.
1529 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sudah bibi rakryan" sahut seorang lelaki yang dari nadanya
masih seorang muda "apabila resi itu nekad berani masuk ke
mari, tentu akan kita sirnakan"
Kadipira makin terkejut. Siapakah lawan cakap dari nyi Tanca
" Siapa yang dimaksud dengan resi itu" Apakah bukan aku "
Tiba-tiba Kadipira mencapai pada penafjiran begitu.
Seketika bergetarlah hatinya. Mengapa nyi Tanca membuat
rencana begitu " Dia benar-benar tak mengerti.
"Dan apakah bibi rakryan telah menemukan tabung tempat
ramuan obat itu ?" tanya lelaki itu pula.
"Ada beberapa tabung yang berisi ramuan obat penawar racun
tetapi aku tak tahu pasti yang mana yang paling manjur. Ada tiga
tabung ramuan obat yang kusimpan dalam bilikku karena kuduga
salah satu tentu berisi ramu m yang manjur"
"Baik bibi rakryan" seru si lelaki "andai kata resi itu berhasil masuk, pun tentu akan sia-sia usahanya"
"Ah" Kadipira menghela napas pelahan. Ketegangannya agak
menurun. Ia merasa tak pernah menyinggung soal ramuan obat
dengan nyi Tanca. Jelas yang dimaksudkan dengan resi itu
tentulah bukan dirinya. Yang penting, nyi Tanca tidak melakukan sesuatu yang
berbahaya bagi jiwanya. Entah siapa resi yang dimaksudkan itu,
bagi Kadipira tidak penting. Ia segera kembali ke pondok. Malam
itu dia duduk bersemedhi mengheningkan cipta. Itulah sebabnya
maka walaupun resi Kawaca sudah begitu hati-hati mengayunkan
langkah, tetap dapat didengar oleh Kadipira.
Dalam pembicaraannya dengan resi Kawaca tadi, dia telah
memperingatkan re u itu supaya jangan masuk ke griya besar.
Tetapi rupanya resi Kawaca tidak percaya dan sekarang minta
agar Kadipira menerangkan siapa yang mempersiapkan
perangkap itu. 1530 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku tak tahu pasti siapa mereka tetapi aku merasa pasti
bahwa perangkap itu memang benar telah dipersiapkan untuk
menyambut kedatanganmu" dengan singkat Kadipira lalu
menuturkan peristiwa yang terjadi sejak petang sampai malam
tadi. "O" desus resi Kawaca "jelaslah kalau resi yang dimaksud
mereka itu adalah aku"
"Dan engku rnasik tak percaya akan keteranganku ?" tanya
Kadipira. Resi Kawaca mengangguk dan menyatakan percaya.
"Jika begitu adakah engkau masih ingin melanjutkan niatmu
masuk ke griya ra Tanca ?"
"Aku berterima kasih sekali atas petunjuk ki sanak yang amat
berharga itu" kata resi Kawaca "namun karena beratnya
menetapi janji untuk menolong nyi Dipa maka betapapun
berbahaya tempat itu, aku terpaksa tetap akan meneruskan juga"
Kadipira geleng-geleng kepala "Aku kagum akan rasa
tanggung jawabmu yang penuh itu. Tetapi segala sesuatu itu
bukan hanya tekad dan keberanian bekalnya, melainkan juga
kebijaksanaan dan cara bertindak. Karena setiap tekad dan
keberanian yang meninggalkan kebijaksanaan cara, akan
mengalami kegagalan dan akan menghancurkan tujuan"
"Apa boleh buat, ki sanak"
"Mengapa engkau mengatakan begitu" Bukankah aku bersedia
untuk membantu usahamu" Mengapa engkau masih menyangsikan itikadku yang baik itu ?"
Namun rupanya resi Kawaca masih mempunyai pertimbangan
lain. Dia tak berani mempertaruhkan keselamatan jiwa nyi Dipa
dengan menaruh kepercayaan pada seseorang yang beium
dikenalnya dengan jelas. Apalagi orang itu mempunyai hubungan
darah dengan orang yang telah dibunuh ki patih Dipa.
1531 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sumpah Palapa Karya S D Djatilaksana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Terima kasih, ki sanak" katanya "bukan aku meremehkan
bantuan andika. T etapi berilah kesempatan dulu kepadaku untuk
mengusahakan upaya itu"
"Kalau engkau gagal?"
"Terserah bagaimana nanti keadaannya"
"Engkau bersedia membawa aku menghadap patih Dipa?"
Resi Kawaca sudah mempersiapkan jawaban yang dirasa
takkan menyinggung perasaan orangtua itu "Baik, tetapi
kesemuanya nanti tergantung pada keputusan ki patih. Karena
dia yang lebih berhak"
Kadipira menganggap hal itu memang beralasan, Resi Kawaca
tak dapat memutuskan. Hanya patih Dipa yang berhak. Ia dapat
menerima pernyataan resi itu "Baiklah, kalau engkau memang
tetap dengan rencanamu, silakan. Tetapi hendaknya janganlah
engkau bertindak secara gegabah. Ingat, keselamatan jiwa nyi
Dipa berada di tanganmu"
Resi Kawaca menyatakan terima kasih. Dia terus hendak pergi
tetapi dicegah lagi oleh Kadipira. Ternyata Kadipira memberi
petunjuk tentang letak dan keadaan griya besar ra Tanca,
terutama mengenai bilik tempat penyimpanan obat.
Dengan memperoleh keterangan itu, dapatlah resi Kawaca
mempersingkat waktu karena tak perlu harui melakukan
penyelidikan dulu. Kadipira telah berusaha untuk membantu rencana resi
Kawaca. Dia memang tak setuju atas sikap nyi Tanca yang
menolak untuk memberikan ramuan obat itu kepada resi Kawaca.
Jelas dia mempunyai pandangan yang berlawanan dengan nyi
Tanca mengenai terbunuhnya ra Tanca.
Kadipira telah memberi gambaran yang jelas dari setiap ruang
dan sudut maupun lorong dalam griya besar. Tetapi tanpa
disadari dia telah lupa untuk memberikan keterangan mengenai
1532 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tempat penyimpanan obat itu. Dia tak memberitahukan kepada
resi Kswaca tentang pembicaraan antara nv i T anca den.an orang
yang mempersiapkan rencana perangkap itu. Kadipira lupa untuk
menerangkan bahwa menurut pembicaraan yang didengarnya,
nyi Tanca telah menyimpan tiga buah tabung obat yang diduga
merupakan obat penawar racun yang manjur, ke dalam biliknya.
Memang hal itu tidak disengaja dan tidak disadari.
Tampaknyapun memang sepele, tetapi akibatnya besar sekali.
Ren Kawaca menuju ke bilik penyimpanan obat.
Karena sudah menerima keterangan dari Kadipira maka
resipun tak mau bertindak sembaraogan. Seperti pada waktu
hendak masuk ke dalam lingkungan gedung kadiamaan Tanca,
saat itu resipun segera memancarkan ilmu Aji Penyirapan untuk
menebarkan daya kantuk kepada orang-orang yang menjaga di
sekeliling bilik itu. Suasana saat itu sunyi senyap sehingga daun kering yang
berguguran jituh ke tanah, pan dapat terdengar. Beberapa waktu
kemudian, seteluh menganggap bahwa aji yang dipancarkan itu
cukup mempunyai daya untuk me lelapkan orang, barulah resi
menghentikannya dan mulai bersiap siap. Untuk meyakinkan
dugaannya, dia menjemput sebutir batu kerikil dan di lemparkan
ke atas atap. Keheningan malam terpecah oleh gemercik batu
kerikil yang bergelindingan di atas atap dan meluncur jaiuh ke
tanah. Setelah menunggu beberapa saat tiada suatu gerakan dan
suara apa-apa, barulah resi mulai hendak bergerak. Tetapi
sebelum dia sempat mengayunkan kaki sekonyong-konyong
kesunyian malam terpecah oleh teriak yang tajam "Tangkap resi
itu ... ." Resi Kawaca terkejut sekali, la heran dan menduga
langkahnya tentu sudah diketahui lawan. Kesunyian tadi hanyalh
sissat dari lawan agar resi mengira semua orang sudah tertidur
dan tentu akan masuk. 1533 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Resi serentak beniat untuk menghadapi segala kemungkinan
Lawan setiap saat tentu akan muncul dan menyerbunya. Tetapi
sampai beberapa waktu, dia tak melihat barang sesosok
bayangan manusiapun juga. Memang dia menangkap debur
langkah beberapa orang yang lari ke lain arah srperti mengejar
sesuatu. Tidak habis heran resi mengatasi hal itu.
Dia meningkatkan indriya pendengaran sambil menimang
menang apa yang telah terjadi di tempat itu.
"Ah" sesaat kemudian ia menghela napas tertahan "mengapa
aku khilaf" Jelas aku tadi belum bergerak Tak mungkin mereka
akan mengetahui. Tentulah bukan aku yang mereka sebut
sebagai resi itu" Dia tersipu sipu dalam hati. Setelah menenangkan diri, diapun
terus hendak beranjak kaki. Tetapi pada saat itu juga ia terkesiap
"Ah, kalau bukan aku, lalu siapa " Bukankah resi yang mereka
perhitungkan akan masuk ke mari itu hanya aku seorang "
Adakah lain resi yang mungkin akan datang ke mari" Ah, tidak
mungkin, tentu aku" "Tetapi mengapa mereka tidak menyerbu ke tempat
persembunyianku sini ?" dia membantah lagi anggapannya itu
"jika begitu jelas bukan aku. Dan nyatanya merekapun menyerbu
ke lain arah" Dua buah tafsiran yang menyibak pikiran resi Kawaca,
membuatnya masih terpaku di tempat dia berdiri. Beberapaa saat
kemudian, dia tetap melihat bahwa keadaan di lingkungan
tempat bagian penyimpan obat masih sunyi senyap "Ah,
mengapa aku terpaku di sini " Lebih baik aku menghampiri ke
tempat itu dan berusaha untuk mendapatkan obat yang
diperlukan itu" Dengan langkah yang pelahan dan hati-hati sekali, dia segera
maju menghampiri ke tempat penyimpanan obat. Tiba di muka
1534 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pintu bilik, tetap dia tak tidak mendapat rintangan suatu apa.
Hatinya mulai berdebar. Dia makin maju ke dekat pintu, terus ulurkan tangan hendak
mendorong daun pintu. Ternyata pintu terkaccing rapat. Diam
diam ia kerahkan tenaga untuk membuka pintu itu dengan paksa,
kraskkkkk, daun pintupun terbuka lebar lebar. Di dalamnya gelap
geluta. Dia tak tahu apa yang berada dalam bilik itu.
Setelah menenangkan hati dan menghimpun tenaga, mulailah
dia ayunkan langkah masuk. Tetapi baru dua tiga langkah, dia
sudah dikejutkan oleh suara teriakan yang keras "Hai, seorang
resi mengapa hendak mencuri! Menyerahlah daripada harus
tercincang tubuhmu !"
Resi Kawaca cepat berputar tubuh. Di belakangnya, terpisah
sepuluh langkah dari tempat dia berdiri, tampak tiga lelaki
bertopeng yang menghunus pedang dan tegak menggagahkan
pandang matanya. "Hm, engkau kawan dari penjahat tadi ?" setu salah seorang.
Dan kawannya yang seorangpun berkata "Untung kakang, kita
segera cepat kembali ke mari. Rupanya mereka menggunakan
siasat memancing kita"
"Ya" jawab orang yang pertama "kalau kita tetap mengejar,
tentulah resi ini dengan leluasa dapat maiuk ke dalam bilik"
Resi Kawaca terkejut. Diam-diam dia membenarkan
dugaannya tadi bahwa yang disebut sebagai resi dan dikejar itu
bukanlah dia me lainkan seorang lain "Aneh, siapakah yang
hendak masuk ke bilik ra T anca itu " Apakah juga setuju dengan
aku?" pikirnya. Tiba-tiba ia teringat akan patih Dipa "Mungkinkah ki patih
sendiri yang datang?" pikirnya. Tetapi cepat ia menghapus
dugaan itu "ah, tetapi ki patih sudah menyatakan tegas bahwa
dia tak mau menerima ramuan obat dari nyi T anca, apabila harus
memenuhi syarat dari wanita itu. Dia seorang jantan, kalau
1535 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sudah mengatakan tak mau tentulah benar-benar tak mau,
apalagi mengambilnya dengan cara sembunyi"
Teringat akan cara mengambil itu, tersipu-sipulah hati resi
"Ah, tetapi aku tak boleh berpendirian seperti ki patih. Dia minta
tolong kepadaku dan aku sudah menyanggupi. Aku harus
melaksanakan kesanggupan i-tu walaupun harus menggunakan
cara yang kurang jujur"
"Tangkap" seru orang yang pertama tadi. Mereka bertigapun
segera menyerang resi Kawaca. Resi terhentak dari lamunan dan
menyambut serangan mereka.
Walaupun harus menghadapi tiga orang lawan tetapi resi tidak
menampakkan tanda-tanda terdesak dan gugup. Sayang dia
menemui sedikit kesulitan. Ketiga lawannya itu menggunakan
pedang yang tajam tetapi dia sebagai seorang resi tidak pernah
membekal senjata tajam kecuali hanya sebatang tongkat dari
akar pohon mahoni yang berumur ratusan tahun.
Dia mendapatkan tongkat itu ketika dia menjalankan lelanabrata, menjelajah ke segenap penjuru negara. Tongkat itu
berbentuk akar yang melingkar dan menyerupai seorang
brahmana yaag sedang duduk bersidekap tangan.
Ketiga orang yang mukanya mengenakan kain kerudung itu,
terkejut ketika tabasan pedang mereka tak mampu memapas
kutung tongkat sang resi, Uatung mereka memiliki gaya
bertempur yang sakti. Mereka bertiga dapat bekerja sama
dengan baik dan lancar, saling bantu dan saling mengisi apabila
ada salah seorang yang terancam bahaya.
Sebenarnya resi dapat menghadapi bahkan sedikit menang
angin. Tetapi dia terlalu hati-hati sekali. Tidak seluruh perhatian
dicurahkan untuk menghadapi ketiga pengeroyoknya itu tetapi
sebagian diberikan juga untuk mendengar keadaan di sekeliling.
Dia kuatir apabila bukan hanya ketiga orang itu saja, melainkan
masih ada beberapa kawannya yang bersembunyi. Oleh karena
1536 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu maka pertempuran berjalan cukup lama. Dan diapun
merasakan bahwa ketiga lawannya itu memang cukup tinggi ilmu
permainan pedangnya. Sekonyong-konyong telinganya yang selalu dipertajam untuk
mendengarkan setiap suara dan gerak yang mencurigakan di
sekeliling tempat itu, dapat menangkap getar-getar langkah kaki
mendebur lantai. Suara langkah itu berasal dari bagian dalam
dari griya besar. Resi berdebar debar. Ia kuatir yang datang itu
nyi T anca sendiri. Bukan karena takut berhadapan dengan wanita
itu, tetapi karena ia malu. Bukankah nyi Tanca akan dapat
menyiarkan berita tentang kedatangannya untuk mencuri ra nuan
obat itu. Bahkan bukan mustahil nyi Tanca akan menghaturkan
laporan ke hadapan prabu puteri T eribuanatunggadewi.
"Ah, kalau sampai terjadi demikian, tentulah patih Dipa akan
malu. Ki patih tentu akan menyiiali perbuatanku ini" pikirnya.
"Arya, siapakah yang kalian tempur itu ?" tiba-tiba teidengar
lengking seorang wanita. Dan resi Kawaca makin gugup. Jelas
itulah nada suara nyi Tanca. Dengan sekuat tenaga dia
mendesak ketiga lawannya, menghindari sebuah tabasan dari
belakang, berputar tubuh dan berhasil mengirim sebuah
tendangan kepada lawan yang menerjang, dari samping
kemudian ayunkan tubuh loncat sampai dua tombak dan terus
lari ke dalam kegelapan. Hampir terjadi peristiwa ngeri pada ketiga orang bertopeng
itu. Ketika yang menyerang dari belakang resi Kawaca, harus
menerjang angin karena resi itu menghindar ke samping, saat itu
tepat kawannya yang menabas dari muka tengah ayunkan
pedang, tring, terdengar dering adu senjata yang nyaring di
antara kedua orang bertopeng itu sendiri. Tetapi rupanya orang
yang menabas dari muka itu lebih kuat dan lebih tajam
pedangnya. Pedang orang yang menyerang dari belakang itupun
kutung ujungnya. Ujung pedang mencelat dan meluncur ke arah
nyi T anca atau wanita yang muncul di ruang situ.
1537 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena ruang itu sengaja tiada diberi penerangan maka
keadaannyapun gelap. Ujung pedang yang kutung meluncur
cepat. Nyi Tanca menjerit kaget ketika melihat sebuah benda
berkilat-kilat melayang kepadanya. Dan lebih terkejut pula wanita
itu ketika tumit kakinya terasa dicekal oleh sebuah tangan dan
ditarik sekuatnya, uh, mulut nyi T anca mendesuh disusul dengan
hilangnya keseimbangan tubuhnya yang rubuh menimpa sebuah
benda lunak. "Hek" terdengar desuh dada yang sesak. Nyi Tanca merasa
seperti duduk di atas segumpal benda yang lunak. Untung saat
itu salah seorang bertopeng menyulut korek dan ruang itupun
terang benderang. "Bibi rakryan" seru salah seorang yang bertopeng seraya
loacat ke tempat nyi T anca lalu mengangkatnya bangun.
"O, Arya Kembar" seru nyi Tanca ketika o-rang itu membuka
topengnya " itu " "nyi Tanca menuding ke arah sesosok tubuh
yang masih menggeletak di lantai"
"Lembang" teriak Arya Kembar seraya maju untuk menolong
orang itu dan mengangkatnya bangun. Memang dia adalah Arya
Lembang. Dialah yang kena tendangan dari resi Kawaca. Pada
saat dia terhuyung-huyung dan jatuh menyusur ke lantai,
tangannya mencekal kaki nyi Tanca. Karena gelap, dia tak tahu
apakah yang dicekalnya itu. Dia hanya merasa kalau tangannya
meraih sebuah banda yang menyerupai tonggak. Untuk menahan
tubuhnya yang meluncur menyusur lantai, dia menarik benda itu.
Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Demikian kata orang untuk
mengiaskan orang yang bertubi-tubi menderita kecelakaan. Hal
itu dialam i juga oleh Arya Lembang. Dia menderita tendangan
dan jatuh meluncur di lantai, maiih tertimpa tubuh nyi Tanca
yang jatuh di atas punggungnya. Sedang nyi Tanca walaupun
harus jatuh terjerembab tetapi masih beruntung karena terhindar
dari sambaran kutung ujung pedang yang melayang k epadanya.
1538 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Maaf bibi rakryan" Arya Lembang menghaturkan maaf setelah
dia sadar dari pingsan. "Tidak, arya, akulah yang harus berterima kasih kepadamu"
Sumpah Palapa Karya S D Djatilaksana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kata nyi Tanca. "Uatuk apa, bibi ?"
"Tadi aku melihat sebuah benda berkilat melayang ke arahku.
Uatung kakiku engkau tarik hingga aku jatuh dan terhindar dari
benda berkilat itu" nyi Tanca bertanya kepada Arya Kembar,
apakah bendaitu" Arya Kembar menghela napas "Resi keparat itu memang
hebat. Waktu Arya Warak menyerangnya dari belakang, dia
dapat berputar menghindar. Saat itu aku sedang menahasnya
dari sebelah muka. Dan terjadilah benturan pedangku dengan
pedang Arya Warak. Pedang Arya Warak terpapas kutung
ujungnya. Ujung pedang itu mencelat dan melayang ke arah bibi"
Nyi Tanca terkesiap. Ia tak mengira bahwa resi Kawaca
sedemikian hebat. Menghadapi tiga orang ksatrya muda yang
digdaya, masih dapat meloloskan diri dan merubuhkan seofang
lawannya. "Benarkah dia resi Kawaca ?" tanyanya. Arya Kembar
mengiakan "Ya. Tetapi dia membawa kawan"
"O, bagaimana engkau tahu?"
Arya Kembar menceritakan bahwa sebelum resi Kawaca
muncul, mereka telah melibat sesosok bayangan hitam
menelusup masuk ke dalam halaman dan terus menuju ke bilik
tempat penyimpan obat "Kami terus menyergap tetapi orang itu
melarikan diri, loncat ke atas pagar tembok dan lenyap ke luar"
"Mengapa tidak kalian kejar?" tanya nyi Tanca.
"Bermula kami memang mempunyai rencana begitu" kata Arya
Kembar "daripada menjaga, karena sudah tahu musuh datang,
1539 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lalu kita kejar dan menangkapnya. Tetapi pada lain saat aku
tersadar. Ah, mungkin dia hendak memancing kami supaya
meninggalkan, tempat yang kami jaga itu. Buru-buru kami
kembai lagi kemari dan ternyata dugaan kami itu benar, bibi"
"Resi Kawaca masuk ?"
"Ya, dia tengah berusaha untuk membuka pintu bilik pada saat
kami tiba. Terus kami serbu. Tetapi entah bagaimana pada waktu
bibi rakryan muncul, dia terus melarikan diri"
"Ah, tak mungkin resi takut kepadaku" kata nyi Tanca.
"Bukan takut, bibi rakryan" sahut Arya Warak "tetapi dia tentu
malu kalau terlihat bibi rakryan"
"Ya" sambut Arya Kembar "tetapi di samping itu diapun takut
kalau-kalau bibi rakryan akan mengadukannya kepada paman
patih Arya Tadah" "Maksudmu peristiwa itu akan me libatkan patih Dipa karena
dialah yang meminta resi itu untuk menyembuhkan penyakit nyi
Dipa?" tanya nyi T anca.
"Benar, bibi rakryan. Apabila pengaduan itu tersiar, pastilah
patih Dipa akan dicela orang karena menyuruh seorang resi
mencuri ramuan obat milik paman ra Tanca"
Nyi Tanca terkesiap "Ya, kemungkinan itu memang benar.
Tetapi kalau harus mengadu, aku tak mau mengadu kepada gusti
patih mangkubumi, melainkan langsung kepada gusti prabu
puteri Teribuanatunggadewi"
"Bibi rakryan benar" seru Arya Kembar serentak "memang
setiap pengaduan kepada paman patih mangkubumi, tentu akan
kandas di tengah jalan. Kadang harus makan waktu lama sekali.
Paman patih Arya Tadah sudah lanjut usia, kelincahan dan
kegesitan-nya untuk menangani persoalan sudah menurun sekali"
1540 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bukan itu, arya" jawab nyi Tanca "yang menjadi sebab
mengapa aku tak mau mengadu kepada beliau"
"Lalu apa ?" "Tidakkah selama ini engkau memperhatikan bagaimana sikap
dan tindakan patih mangkubumi itu terhadap patih Dipa?" balas
nyi T anca. Bertebarlah sinar mata Arya Kembar seketika "Ah, bibi rakryan
tajam sekali pandangannya. Ya, aku memang lengah. Memang
selama ini hubungan paman patih mangkubumi dengan patih
Dipa bertambah erat. Banyak kali patih mangkubumi menitahkan
patih Dipa untuk menjadi wakilnya dalam soal mengusut
pemerintahan" "Memang patih Dipa pandai bicara dan memikat hati orang"
seru Arya Warak "cobalah kakang renungkan. Masa seorang patih
Daha, memperoleh kepercayaan yang begitu besar dari seri
baginda Jayanagara. Lebih pula dengan prabu puteri yang
sekarang di kala masih menjadi Rani Kahuripan. Seluruh mentri
dan carapraja kerajaan tahu betapa erat hubungan patih Dipa
dengan gusti Rani pada waktu itu. Pendek kata, jangankan hanya
paman patih mangkubumi, bahkan seri baginda dan guiti rani,
pun terpikat oleh patih itu"
"Benar adi" kata Arya Kembar "dia memang mempunyai
kelebihan yang istimewa dalam bergaul dengan para priagung.
Jika tidak, tak mungkin dia akan mampu naik ke jenjang
kekuasaan yang begitu tinggi. Cobalah bayangkan sendiri. Dia
hanya seorang prajurit yang berasal dari keturunan Sudra tetapi
mampu mencapai kedudukan yang begitu tinggi. Bahkan lebih
tinggi dari para mentri senopati yang berasal dari keturunan
ksatrya. Siapa tahu, kalau dia nanti berhasil diangkat menjadi
pengganti paman Arya Tadah, kita para mentri dan priagung dari
keturunan kaum arya, akan dibawah perintahnya"
"Tidak mungkin !" teriak Arya Warak sengit.
1541 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mengapa tidak mungkin, adi" kata Arya Kembar "kita
memang dapat menghibur diri kita dengan kata2 semacam itu.
Tetapi kenyataan akan menusuk mata kita. Patih mangkubumi
sudah tua dan sering sakit. Gusti prabu Majapahit yang sekarang
adalah pelindung dan menaruh kepercayaan penuh kepada patih
Dipa. Hanya tinggal selangkah lagi, dengan alasan karena sudah
lanjut usia dan sering sakit maka patih Arya Tadah mengajukan
permohonan berhenti dan mengusulkan supaya patih Dipa
diangkat sebagai penggantinya. Jika gusti ratu Majapahit sudah
berkenan meluluskan pengangkatan itu, siapa lagi yang dapat
membatalkannya ?" "Jangan sampai hal itu terjadi, kakang" seru Arya Warak "kita
harus berusaha keras untuk merintanginya"
Arya Kembar sengaja memanaskan hati Arya Warak "Lalu
bagaimana daya upaya kita, adi ?"
"Kita susun kekuatan untuk menyatukan para mentri dan
senopati serta para narapraja di pura kerajaan, agar hal yang
semacam itu jangan sampai terlaksana. Tak mungkin seorang
keturunan sudra akan dibenarkan untuk memerintah para
priagung keturunan ksatrya"
Arya Kembar mengangguk tertawa.
"Telah kudengar percakapan kalian" tiba-tiba nyi Tanca
menyela bicara "aku gembira karena kalian telah memiliki
penilaian yang tepat. Tetapi yang lebih baik lagi, janganlah
penilaian itu hanya dijadikan pengetahuan belaka, melainkan
harus menjadi landasan dari tujuan. Setelah mengetahui
bagaimana berbahaya kedudukan kalian maka kalian harus
waspada dan giat berusaha untuk menolak ancaman itu"
"Terima kasih, bibi rakryan" sahut Arya Kembar "memang
ancaman itu berbahaya. Tetapi taapa ancaman kita tentu lengah.
Dan karena terancam kita akan lebih waspada dan lebih keras
1542 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berusaha untuk membasmi ancaman itu. Dalam hal ini, kami
dapat mengharap akan bantuan bibi rakryan, bukan ?"
"Lidahku hanya satu, arya" kata nyi Tanca "tentu satu pula
kataku dengan hatiku"
Arya Kembar menghaturkan terima kasih. Kemudian mereka
merundingkan bagaimana langkah selanjutnya. Menurut pendapat Arya Kembar, tak perlulah nyi Tanca mengadukan
perbuatan resi Kawaca kepada prabu puteri Teribuanatunggadewi karena resi itu gagal mendapatkan obat
"Dalam mengatur langkah, kita harus hati-hati dan tak boleh
terburu nafsu. Yang penting patih Dipa akan menderita pukulan
batin berat apabila isterinya meninggal"
"Tetapi bagaimana kalau dia mengadu kepada gusti ratu,
kakang?" tanya Arya Kembar.
"Kita sambut gembira tindakannya itu, adi" sahut Arya
Kembar. "Mengapa begitu?"
"Apabila bibi rakryan dititahkan menghadap gusti ratu, bibi
rakryan dapat menuturkan semua peristiwa yang telah terjadi.
Yang penting, mengenai permintaan mendiang paman Tanca
untuk meminta agar patih Dipa meninjau kembali keputusan
kerajaan yang menjatuhkan pidana mati dan mencemarkan nama
baik paman Tanca sebagai seorang penghianat. Nah, pada saat
itu bibi rakryan akan mempunyai kesempatan luas untuk
membongkar gerak gerik patih Dipa yang amat mencurigakan
dalam tindakannya membunuh paman Tanca tanpa melalui
peradilan" "Tepat, arya" sambut nyi Tanca berseri "aku setuju dengan
pendapatmu. Nah, karena hari sudah larut ma lam, marilah kita
beristirahat. Tetapi kemungkinan resi Kawaca akan datang
kembali malam ini?" 1543 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kurasa tidak, bibi rakryan" kata Arya Kembar "tetapi bibipun
jangan kuatir. Akan kuperkuat lagi penjagaan di s ini agar mereka
tak dapat masuk" Memang benar yang diperhitungkan Arya Kembar. Malam itu
di kediaman nyi T anca tak terjadi suatu peristiwa apa-apa lagi.
Para arya menyambut terbitnya sang surya dengan penuh
harap akan mendengar berita tentang kematian nyi Dipa.
(Oo-dwkz-ismoyo-oO) Resi Kawaca membawa langkah dengan gundah hati.
Setelah ke luar dari lingkung halaman griya nyi Tanca, resi
berhenti di sebuah gerumbul pohon. Dia a-gak bimbang.
Haruskah dia pulang dengan tangan hampa atau kembali
menyelundup ke griya nyi Tana untuk berusaha mendapatkan
ramuan obat itu. "Jika aku pulang tiada membawa hasil, jelas nyi Dipa tentu
terancam jiwanya" ia menimang-ni nang "namun kalau kembali
dan diketahui nyi Tanca, tentulah akan menimbulkan peristiwa
besar yang akan melibatkan keluhuran nama patih Dipa"
Dalam menghadapi kedua pilihan itu, resi merasa berat untuk
menjatuhkan pilihan. Kedua-duanya, nyi Dipa dan ki patih Dipa,
harus diselamatkan semua.
"Ah, ki patih Dipa seorang peribadi yang jujur dan bersih.
Namanya mashur dan dihormati oleh segenap kawula Majapahit.
Apabila namanya sampai tercemar karena peristiwa ini tentulah ki
patih akan menderita aib yang besar. Terutama lawan-lawannya
yang tak suka kepadanya, tentu akan menggunakan kesempatan
itu untuk mer jatuhkan nama baik ki patih, ah" resi menghela
napis. Ia menyadari bahwa patih Dipa adalah seorang soko guru
kerajaan Majapahit yang sudah diakui jasa pengabdiannya
1544 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepada negara. Apabila cemar tentulah akan memudarkan
keluhuran namanya "ah, apabila ki patih sampai patah semangat
karena cemar itu dan mengudurkan diri dari pemerintahan,
bukankah Majapahit akan kehilangan seotang pejuang bejar ?"
Tertumbuk akan renungan itu, resipun terhenyak dan gemetar
"Jika sampai terjadi demikian, maka akulah yang menjadi
penyebabnya. Aku bersalah kepada patih Dipa dan berdoia
kepada negara" Resi Kawaca pejamkan mata untuk menenangkan perasaannya. Sejenak kemudian diapun ayunkan langkah. Tetapi
baru dua tiga langkah, ia berhenti pula "Ah, tetapi aku tentu
dianggap sebagai resi yang tak menetapi janji. Walaupun tidak
mengambil suatu tindakan apa apa tetapi dalam hati tentulah ki
patih akan menghina diriku"
"Ah, biarlah, biar" sesaat kemudian resi memutuskan "biarlah
aku berkorban diri asal dapat menyelamatkan keluhuran nama ki
patih" Dengan hati yang sudah mantap resi hendak ayunkan langkah
melanjutkan perjalanan tetapi sekilas cahaya melintas dalam
hatinya "Ah, tetapi aku berdosa kepala nyi Dipa. Umpat kata ki
patih, boleh tak kuhiraukan tetapi penanggungan jawabku
kepada kesucian batin dan kepada Hyang Wisesa, tak mungkin
dapat terhapus. Karma akan selalu membayangi langkah
hidupku" Resi tercenung. Kakinya serasa tumbuh akar. Ia menyadari
bahwa pikiran itu maha binal. Tetapi apa yang dipikirkan itu
bukanlah sesuatu yang tak baik. Dia harus memberi
pertanggungan jawab kepada patih Dipa, nyi Dipa dan kepada
dirinya sendiri. Pada hal pertanggungan jawab untuk ketiganya
itu saling bertentangan. Tak mungkin ketiga tiganya dapat
dicangkum dalam suau penyelesaian yang sempurna.
1545 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Resi Kawaca pejamkan mata dan tegak mengheningkan cipta.
Dia berusaha untuk mrnghapus segala percik-percik pikiran yang
bertebaran dalam benaknya. Dia hendak mengendapkan golik
perasaan yang tersibak dalam lubuk hatinya.
Entah berapa lama setelah menemukan ketenangan maka
Sumpah Palapa Karya S D Djatilaksana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
merekahlah percik percik bayang renungan yang makin lama
makin bergumpal jelas dan makin jelas "Ah, mengapa aku
bimbang dalam menetapi janjiku" Aku akan mempertanggungjawabkan semua perbuatanku. Akan kukatakan
bahwa kesemuanya itu tiada kaitan dengan ki patih Dipa. Adalah
aku sendiri, sebagai penghargaan kepada beliau, sebagai rasa
dharma kepada perikemanusiaan untuk menolong nyi Dipa, maka
aku berbuat demikian. Sebagai pertanggungan jawab akan
kesalahanku berani masuk ke dalam rumah nyi Tanca untuk
mengambil ramuan obat, akan kuuraikan tentang hubunganku
dengan ra Tanca semata muda dan sama-sama bergutu di
pertapaan. Demikian pula akan kutandaskan tentang wajib dan
pesan mendiang guru kepada para siswanya agar semua ilmu
dan dharma hidup kita, diamalkan untuk kepentingan sesama
titah dewata" Tiada keraguan lagi yang menghalang langkah resi Kawaca
ketika ia mulai ayunkan kaki untuk menuju ke griya kediaman nyi
Tanca. Dia sudah tak gentar lagi untuk menghadapi musuhmusuh yang sudah siap menyambut kedatangannya. Dia sudah
tak cemas pula menghadapi kehadiran nyi Tanca. Dia harus
mendapatkan ramuan itu unti k menolong nyi Dipa.
Pada saat dia melintas gerumbul pohon yang mengaling ke
arah pagar tembok kediaman nyiTanca, tiba-tiba dia dikejutkan
oleh munculnya sesosok tubuh yang menghadang di tengah jalan
"Siapa" tegurnya penuh getar kejut dan geram.
"Aku, resi" seru sebuah suara parau.
1546 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Resi Kawaca terkesiap. Baik nada suaranya dan perawakannya
yang bungkuk, karena ia dapat mengenali bahwa yang
menghadang di hadapannya itu adalah kakek tua yang masih
menjadi paman ra Tanca. "Ki Kadipira ?" resi Kawaca menegas.
"Masa engkau pelupa sekali, resi" sahut Kadipira.
"Apa kehendak ki sanak menghadang aku ?"
"Aku menunggu kedatanganmu"
"Menunggu aku?" tiba tiba resi Kawaca teringat akan janjinya
dengan Kadipira. Bahwa apabila gagal mendapatkan ramuan itu,
resi akan menemui Kadipira. Resi Kawaca tersipu-sipu dalam hati.
Adalah karena terjadi gempa kebimbangan dalam pikirannya
maka resi sampat tak ingat lagi kepada janjinya itu.
"Aku sudah siap, resi" kata Kadipira.
"Tetapi ...." "Bukankah engkau hendak menemui aku dan membawa aku
menghadap ki patih Dipa ?"
Resi Kawaca terkesiap pula. Haruskah ia berbohong kepada
orangtua itu " Ah. sebenarnya dia lebih cenderung untuk
berusaha sendiri lagi daripada harus menyibukkan ki Kadipira
"Tidak, ki tua" sahutnya dengan jujur.
"Tidak ?" Kadipira terkejut "bukankah engkau gagal untuk
mendapatkan ramuan ramuan itu?"
"Ya" "Bukankah engkau sudah berjanji kepadaku untuk membawa
aku kepada patih Dipa apabila engkau menderita kegagalan ?"
"Ya" 1547 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mengapa engkau mengatakan tidak datang kepadaku ?"
desak Kadipira pula. "Karena aku merasa belum gagal, ki tua" jawab resi Kawaca
"aku hendak berusaha sekali lagi dan sebenarnya aku tidak
gagal" "Apabila tidak gagal mengapa engkau berada di sini ?"
"Aku meloloskan diri dari sergapan mereka. Tetapi bukan
karena aku kalah melainkan karena aku terkejut atas kehadiran
nyi T anca di tempat itu"
"Mengapa terkejut" Apakah engkau takut menghadapi nyi
Tanca ?" "Bukan karena takut, ki tua" jawab resi Kawaca "melainkan
ada pertimbangan lain. Aku kuatir nyi Tanca akan mengadu
kepada kerajaan dan ki patih Dipa akan terlibat dalam persoalan
itu. Aku tak mau nama baik ki patih terbawa bawa dalam
peristiwa ini" "Tetapi mengapa sekarang engkau datang lagi?"
"Karena aku sudah mempunyai keputusan. Aku harus
mengambil ramuan itu untuk menyelamatkan jiwa nyi Dipa dan
segala akibat dari perbuatanku ini, akan kutanggung sendiri"
Kadipira gelengkan kepala "Terlambat, resi. Penjagaan makin
diperkuat dengan beberapa prajurit pemanah. Jika engkau
kembali kesana, engkau hanya akan mengantarkan jiwa saja"
"Tidak, ki tua" sahut resi "aku rasa akan dapat mengatasi
mereka. Pun andaikata aku harus kehilangan jiwa, itupun
memang sudah kurelakan"
Kadipira geleng-geleng kepala "Resi, aku kagum atas
kekerasan hatimu dalam melaksanakan janji. Aku akan
membantumu, resi" 1548 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Resi terkejut dan cepat menanggapi "Terima kasih ki tua.
Tetapi janganlah andika melibatkan diri dalam persoalan ini.
Bukankah nyi T anca itu menantu kemanakan andika ?"
"Benar" sahut Kadipira "tetapi dalam persoalan ini, kulepaskan
segala ikatan keluarga"
"Apakah andika hendak ikut menyerbu ke dalam griya nyi
Tanca ?" "Tidak" sahut Kadipira.
Resi Kawaca terbeliak "Lalu bagaimana maksud?"
"Bawalah aku kepada ki patih"
"Ah" resi Kawaca mendesah.
"Resi, apakah engkau tak percaya kepada kemampuanku ?"
"Bukan demikian maksudku, ki sanak" kata resi Kawaca "tetapi
dalam persoalan ini, menyangkut jiwa seorang wanita yang
terkenal. Apabila sampai gagal, betapalah akibatnya. Kalau hanya
menderita malu dan cemoh, aku resi Kawaca bersedia menerima
semua. Tetapi bagaimana mungkin jiwa yang sudah meninggal
akan dapat direbut kembali" Kematian nyi Dipa akan membawa
derita batin pada ki patih Dipa. Dan derita ki patih akan
mempengaruhi semangatnya dalam menjalankan tugas pemerintahan. Bukankah akan merupakan kerugian besar bila
seorang patih Dipa akan patah semangatnya?"
"Kutahu" jawab Kadipira "tetapi akupun percaya penuh bahwa
aku pasti dapat menunaikan kesanggupanku untuk menyelamatkan jiwa ny i Dipa"
"Ah" resi Kawaca geleng geleng kepala.
"Resi" seru Kadipira dengan nada sarat "jika engkau masih
meragukan, aku akan memberikan janjiku kepadamu. Apabila
aku tak dapat menyembuhkan nyi Dipa, aku akan menyerahkan
batang kepalaku supaya dipenggal"
1549 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ki sanak!" seru resi Kawaca terkejut "jangan semudah itu
engkau berjanji ini bukan senda gurau"
"Engkau terlalu keras kepala, resi. Baiklah, jika engkau tak
mau mengantar aku, aku akan pergi sendiri untuk menghadap ki
patih" habis berkata Kadipira terus ayunkan langkah.
Resi Kawaca tertegun memandang bayang-bayang punggung
Kadipira yang bungkuk. Menilai ucapan dan sikap orang tua itu,
dia mempunyai kesan bahwa memang Kadipira tidak berma inmain melainkan akan bersungguh-sungguh. Dan menilik
bagaimana orang tua itu berani mengucapkan janji untuk
mempertaruhkan batang kepalanya, rasanya orang tua itu yakin
tentu mampu melakukannya. Resi Kawacapun bergegas
mengejar langkah Kadipira.
Pada saat itu sudah menjelang terang tanah. Resi Kawaca dan
Kadipira langsung masuk ke kediaman patih Dipa.
"O, ki resi" sambut patih Dipa yang saat itu masih berjaga di
muka bilik nyi Dipa. Dia terkejut melihat resi Kawaca datang
bersama seorang lelaki tua yang bungkuk.
Setelah memberi salam, resi lalu memperkenalkan Kadipira
kepada patih Dipa "Ki Kadipira ini, adalah paman dari mendiang
ra Tanca. Beliau sanggup untuk menyembuhkan sakit nyi Dipa"
katanya. "O" desuh patih Dipa "memang sudah lama aku mendengar
nama tentang seorang resi tua yang masih menjadi paman ra
Tanca. Tetapi jarang sekali ki resi itu muncul di muka umum. Ah,
kiranya ki resi sudi memerlukan berkunjung ke tempatku"
Resi Kawaca terkesiap ketika melihat sikap patih Dipa yang
menyambut hangat kehadiran Kadipira
walaupun telan dipeikenalkan bahwa Kadipira itu adalah paman dari ra T anca.
"Ki patih" kata Kadipira "kedatanganku kemari tak lain
hanyalah ingin memberikan sedikit tenagaku kepada nyi Dipa.
1550 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mudah-mudahan aku dapat memberi pertolongan untuk
menyembuhkan penyakit nyi Dipa"
"Ah, mengapa ki resi harus berjerih payah untuk menolong nyi
Dipa. Kurasa sakitnya sudah tukar disembuhkan" kata patih Dipa.
"Jika ki patih berkenan, aku hendak memeriksa dulu apa yang
diderita nyi patih itu"
Resi Kawaca terkejut ketika mendengar patih Dipa menyebut
bahwa Kadipira itu juga seorang resi. Kemudian dia menjadi
tegang ketika resi Kadipira mengajukan permintaan supaya
diidinkan untuk memeriksa nyi Dipa.
"Ah, tak mungkin ki patih semudah itu memberi idin.
Bukankah resi Kadipira itu paman dari ra Tanca " Ya, sudah
selayaknya kalau patih menolak permintaan itu" diam diam resi
menimang dalam hati. Tetapi di luar dugaan, dia benar2 terperanjat sekali dikala
mendengar kata-kata patih Dipa "Jika ki resi menginginkan
begitu, silakan" "Ki patih" hampir saja resi Kawaca berseru untuk memberi
peringatan atau patih Dipa sudah melirik dan memberi anggukan
kepala kepadanya. Terpaksa resi hanya menelan tapas.
Setelah Kadipira dipersilakan masuk, resi Kawaca bergegas
hendak mengikuti tetapi dicegah patih Dipa "Kurasa, tak perlu ki
resi mengikutinya" Resi Kawaca terkesiap "Aku tak bermaksud apa-apa kecuali
hendak mencegah apabila terjadi sesuatu yang tak diharapkan"
P?ttih Dipa tersenyum "Tak perlu menguatirkan hal itu"
"Apakah ki patih tak mencemaskan keselamatan nyi Dipa?"
tanya resi Kawaca. "Mengapa harui mencemaskan?"
1551 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bukankah resi Kadipira itu paman dari ra T anca ?" tanya resi.
"Bukankah andika juga saudara seperguruan dari ra Tanca?"
balas patih Dipa "jika aku tak menguatirkan andika bahkan
meminta bantuan andika, mengapa resi Kadipira yang datang
menawarkan bantuan, harus curiga " Mencurigai orang, sama
dengan berprasangka buruk. Prasangka itu bukan suatu laku
yang baik" "Tetapi apakah ki patih tidak ikut masuk untuk menyaksikan
bagaimana resi Kadipira mengobati nyi Dipa?"
"Mengapa harus begitu ?" sahut patih Dipa "aku tak mengerti
tentang ilmu pengobatan. Apa manfaatnya aku ikut menyaksikan
hal itu ?" "Ah" desah resi Kawaca. Dia hendak menyanggah ucapan
patih Dipa tetapi tiba-tiba dari dalam terdengar suara resi
Kadipira "Ki patih, harap tuan masuk"
Patih Dipa terkejut. Ia mengajak resi Kawaca bersama masuk
ke dalam ruang peraduan nyi Dipa.
"Ki patih" kata resi Kadipira yang saat itu berdiri di samping
tempat peraduan nyi Dipa "me lihat seri wajah nyi Dipa, jelas
telah terkena racun jahat. Untuk mengetahui termasuk jenis
racun apa yang telah menyerang tubuh nyi Dipa, aku akan
menusuk ujung jari nyi Diya. Kuminta ki patih yang melakukan"
"Ah. mengapa tidak resi yang melakukan sendiri saja ?" kata
patih Dipa. "Tidak, ki patih. Kuminta andika yang mengerjakan. Dan aku
minta disediakan sebuah mangkuk"
Patih Dipa menyediakan permintaan itu dan kemudian
mengambil pisau untuk membelek ujung jari nyi Dipa. Darahpun
mulai mengucur. Resi Kadipira minta supaya darah yang
mengucur dari jari nyi Dipa itu ditampung dalam mangkuk.
1552 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beberapa saat kemudian, resi Kadipira memeriksa darah yang
berada dalam mangkuk itu. Darah itu berwarna merah kebirubiruan. Tiba-tiba Kadipira kerutkan dahi "Aneh" gumamnya.
Patih Dipa dan resi Kawaca tak mau meminta keterangan atas
ucapan resi Kadipira itu.
"Untung masih dapat tertolong" kata resi Kadipira seorang diri
pula. "Bagaimana resi ?" tanya patih Dipa.
"Apakah darahnya masih mengucur deras?" tanya Kadipira.
"Sudah mulai berkurang" jawab patih Dipa.
"Hm, biar kuisapnya" kata Kadipira terus mengambil alih
tangan patih Dipa yang memegang tangan nyi Dipa. Kadipira
Sumpah Palapa Karya S D Djatilaksana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
terus menghisap ujung jari nyi Dipa yang terbelek itu. Berulang
kali dia mengumurkan darah yang tertampung dalam mulutnya
ke dalam mangkuk. Hal itu diulang sampai cukup lama sehingga
mangkuk penuh dengan darah.
Patih Dipa tak mengerti apa maksud Kadipira terus menerus
menghisap darah dari ujung jari nyi Dipa. Mau tak mau timbullah
rasa heran bercampur kuatir. Darah adalah unsur penting dari
tubuh. Apabila kehabisan darah, orang dapat mati. Ny i Dipa
sudah payah keadaannya, kalau masih harus mengeluarkan
darah yang banyak, bukankah akan mempercepat kematiannya"
Resi Kadipira meminta sebuah mangkuk lagi dan tetap
melanjutkan penghisapannya. Setelah dua mangkuk berisi penuh
dengan darah yang berwarna merah kehitam-hitaman, barulah ia
berhenti. Tampak wajah nyi Dipa makin pucat seperti kertas. Kadipira
mengeluarkan tiga buah tabung yang terbuat dari kulit rusa.
Setelah meneliti ketiga tabung itu dengan penuh perhatian,
barulah ia menuang salah sebuah tabung itu ke dalam sebuah
cawan kemudian dia minta air panas. Setelah disedu dan
1553 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dibiarkan sampai hangat-hangat tahi ayam barulah dia
meminumkan ke mulut nyi Dipa. Dia minta agar patih Dipa
membuka mulut nyi Dipa yang sudah terkancing rapat itu.
"Bersyukurlah kepada Hyang Widdhi Agung bahwa isteri tuan
dapat tertolong" serunya kepada patih Dipa.
Walaupun agak ragu namun patih Dipa mengucap terima
kasih atas pertolongan resi tua itu.
"Besok pagi apabila nyi Dipa bangun, berilah minum madu
dengan hati ayam. Semoga kesehatannya akan cepat kembali
seperti sedia kala" kata resi Kadipira sembari menyimpan ketiga
tabung itu ke dalam bajunya "lagi.
"Karena sudah selesai, maaf ki patih dan ki resi, aku hendak
pulang" kata Kadipira seraya ayunkan langkah.
"Terima kasih, resi" ucap patih Dipa.
"Ki resi ...." tiba-tiba resi Kawaca hendak memburu tetapi
cepat ditarik lengannya oleh patih Dipa "biarkan dia pulang, ki
resi" "Mengapa" Kadipira hentikan langkah dan berpaling.
"Mengapa andika tidak bermalam di sini ?" karena sudah
terlanjur berseru maka resi Kawacapun harus menjawab
walaupun harus mengalihkan maksud-yang terkandung dalam
hatinya. "Terima kasih" sahut Kadipira "aku harui mengembalikan
tabung itu kepada nyi T anca"
Baik patih Dipa maupun resi Kawaca terbeliak kaget
"Apa kata tuan?" seru resi Kawica.
"Aku hendak mengembalikan tabung ramuan ini kepada nyi
Tanca. Karena dialah pemiliknya"
"Apakah tabung itu berisi ramuan milik ra Tanca ?"
1554 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya" "Apakah berisi ramuan penawar racun ?"
"Benar" "O" desuh resi Kawaca "apakah nyi Tanca telah memberikan
kepada andika ?" Kadipira gelengkan kepala "T idak"
"Lalu dari mana andika memperolehnya?"
"Kuambil dari bilik peraduannya"
"Ah" kembali resi Kawaca mendesah kejut "mengambil dari
bilik ny i T anca ?"
"Ya" sahut Kadipira "waktu engkau hendak masuk ke dalam
griya nyi Tanca, aku lupa untuk memberi tahu bahwa menurut
pembicaraan nyi Tanca dengan beberapa orang yang tak
diketahui itu, nyi Tanca mengatakan bahwa untuk menjaga
segala kemungkinan yang tak diharap kalau engkau datang pada
malam itu maka nyi Tanca lalu menyembunyikan tiga tabung
ramuan obat penawar racun dalam biliknya maka nyi Tanca lalu
menyembunyikan ketiga tabung obat perawar racun dalam
biliknya" "Ah, jika demikian aku telah menuju ke tempat yang salah"
keluh resi Kawaca. Kadipira tersenyum "maaf resi, aku telah meminjam
tenagamu" Resi Kawaca terbeliak "Meminjam tenagaku " Apa maksud ki
resi ?" katanya. Kini dia beralih sebutan setelah mendengar patih
Dipa membahasakan Kadipira dengan sebutan resi.
"Resi" sahut Kadipira "tidakkah resi merasa aneh mengapa resi
dapat tiba di bilik tempat penyimpan ramuan dari Tanca ?"
1555 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"O" cepat resi Kawaca teringat sesuatu-suasana dalam
lingkungan luar dari bilik itu sunyi senyap. Memang sebelumnya
telah kulancarkan aji penyirap untuk melenakan mereka yang
mengadakan persiapan di s itu"
"Resi mengira kalau mereka terkena sirap?" tanya Kadipira.
"Aku tak berani memastikan demikian" jawab resi Kawaca
"tetapi aku merasa sebelum masuk telah kupancarkan aji itu
kemudian ku uji pula dengan melempar batu kerikil. Dan setelah
ternyata tak terdengar gerak suara apa-apa barulah aku berani
masuk dan dapat mendekati bilik itu"
"Hm" "Tetapi pada saat pintu hendak kubuka, merekapun
berhamburan datang menyergap. Terpaksa kuhadapi. Sebenarnya dapailsh kuatasi mereka kalau pada saat itu nyi
Tanca tak murcul. Karena mempunyai pertimbangan lain,
terpaksa kutinggalkan tempat itu"
Tiba-tiba patih Dipa yang sejak tadi diam mendengarkan
percakapan mereka, menyela bicara "Resi Kadipira, aku
berterima kasih dan kagum atas siasat yang resi lakukan demi
memperoleh ramuan itu"
Resi Kawaca terbeliak pula. Dipandangnya patih Dipa dengan
tetap bertanya. Patih Dipa tertawa.
"Ki resi" katanya "ramuan yang diberikan kepada nyi Dipa tadi,
adalah ramuan dari ra Tanca"
"O, bagaimana hal itu dapat terjadi ?"
"Tidakkah resi dapat mengaitkan hal itu dengan ucapan resi
Kadipira yang mengatakan bahwa beliau telah meminjam tenaga
resi ?" balas patih Dipa.
1556 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Resi Kawaca mengatakan bahwa dia belum jelas apa yang
dimaksud resi Kadipira dan belum jelas pula apa yang telah
terjadi. "Resi Kadipira, silakan resi menerangkan" patih Dipa meminta.
"Ah, baiklah ki patih saja yang menjelaskan. Dan karena harus
lekas mengembalikan tabung itu di tempatnya, terpakia aku
hendak melanjutkan perjalanan pulang" kata Kadipira yang
melanjutkan langkahnya meninggalkan gedung kepatihan.
Resi Kawaca memandang patih Dipa. Tampak patih Dipa
geleng-geleng kepala dan tersenyum "Resi Kadipira memang
seorang yang aneh. Dia termasuk salah seorang dari orang yang
layak kukagumi" Kemudian patih Dipa mengajak resi Kawaca untuk duduk di
pendapa. Di s itu barulah patih Dipa memberi keterangan "Bahwa
waktu ki resi mendapatkan suasana di sekeliling bilik peny impan
ramuan obat, sunyi senyap, bukanlah karena para penjaga di situ
sudah tidur" "Ya, benar" "Tetapi mereka sedang mengejar seorang yang masuk ke
dalam lingkungan bilik itu"
"O, benarlah" seru resi Kawaca teringat "memang aku
mendengar mereka berteriak mengatakan akan menangkap
seorang resi. Kukira kalau aku ternyata bukan. Jika begitu
sebelum aku masuk, sudah ada seorang lain yang mendahului
masuk ke griya besar nyi Tanca"
"Benar" "Dan orang itu adalah resi Kadipira ?"
"Tepat" seru patih Dipa "pertama, resi Kadipira masuk dan
sengaja membiarkan dirinya dikejar oleh orang-orang di dalam
griya" 1557 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Untuk memberi kesempatan kepadaku supaya leluasa masuk
ke bilik penyimpan ramuan obat ra Tanca?"
"Tidak" patih Dipa gelengkan kepala.
"Tidak " Lalu apa maksud resi Kadipira?"
"Agar dia dapat masuk ke bilik nyi T anca"
"Ah" desah resi Kawaca "aku masih belum jelas keterangan
andika itu" "Memang resi Kadipira membiarkan dirinya dikejar para
penjaga. Dan sengaja mengadakan gerak sedemikian rupa untuk
membangkitkan kecurigaan mereka"
"Kecurigaan apa ?"
"Kecurigaan bahwa mereka sedang terperangkap oleh siasat
resi Kadipira" Resi Kawaca mengernyut dahi.
"Ada sebuah siasat yang disebut memancing perhatian musuh
agar lengah dan mau meninggalkan tempat penjagaannya. Siasat
itu digunakan untuk memberi kesempatan kepada kawan atau
rombongannya menyerbu tempat musuh yang sudah kosong
atau lemah. Dalam pertempuran antara barisan, sering pula
digunakan tipu siasat seperti itu"
"Ya" kata resi Kawaca "tetapi mengapa ki patih tidak
membenarkan kesimpulanku bahwa resi Kadipira bertindak
demikian karena akan memberi kesempatan kepadaku memasuki
bilik ra T anca itu ?"
"Ki resi" jawab patih Dipa "bukankah tadi resi Kadipira
mengatakan bahwa beliau lupa menerangkan kepada ki resi apa
yang didengarnya dari percakapan nyi Tanca dengan beberapa
orang yang tak dikenal itu. Bukankah nyi Tanca mengatakan
hendak menyembunyikan tiga tabung ramuan obat ke dalam bilik
peraduannya ?" 1558 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya" "Dengan begitu karena resi Kadipira tahu bahwa tabung
ramuan obat itu tidak berada dalam bilik tempat simpanan obat
ra Tanca, maka jelas beliau tidak bermaksud hendak memberi
kesempatan kepada ki resi untuk mendapatkan ramuan obat itu"
Resi Kawaca mengangguk namun ia masih belum mengerti
jelas maksud resi Kadipira yang sesungguhnya.
"Setelah musuh menyadari bahwa mereka telah termakan tipu
siasat resi Kadipira, merekapun tentu menghentikan pengejarannya kepada resi Kadipira dan tentu bergegas kembali
ke tempat penjagaannya lagi. Mereka makin percaya bahwa
tindakannya benar karena saat itu mereka melihat ki resi sedang
berusaha untuk membuka pintu bilik"
"Ya" sahut resi Kawaca "dengan begitu gagallah siasat resi
Kadipira untuk memancing musuh"
"Memang siasat resi Kadipira bukan 'memancing musuh',
melainkan 'mengumpan musuh' ?" kata patih Dipa "jika
memancing musuh, resi Kadipira tentu mengikat mereka dalam
pertempuran agar memberi kesempatan kepada andika untuk
memasuki bilik ra Tanca. Tetapi kalau 'mengumpan musuh',
adalah memang sengaja hendak menyuruh musuh supaya
menumpahkan perhatian kepada andika, ki resi"
"O, aku yang dijadikan umpan ?"
"Benar" "Lalu apa tujuan resi Kadipira?"
"Mengambil tabung ramuan ra Tanca"
"Di mana ?" "Bukankah saat itu nyi Tanca keluar sehingga ki resi bergegas
meninggalkan gelanggang pertempuran?"
1559 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"O" resi Kawaca terbeliak "jadi pada waktu nyi Tanca keluar,
resi Kadipira lalu menyelundup masuk ke dalam bilik nyi Tanca
untuk mengambil tabung ramuan itu ?"
Patih Dipa mengangguk "Ya, memang begitu"
"Tetapi bagaimana ki patih dapat mengetahui kalau resi
Kadipira tentu bertindak begitu ?"
"Bukankah tadi resi Kadipira meminta maaf kepada ki resi
karena telah meminjam tenaga ki resi ?"
"Ah" desah resi Kawaca setelah menyadari dan mengaku
bahwa penilaian patih Dipa itu memang mendekati kebenaran
"engkau benar, ki patih. Sungguh tidak kukira bahwa resi
Kadipira yang sudah lanjut usia, paman dari ra Tanca dan cacat
tubuhnya itu, dapat melakukan suatu tindakan yang gemilang"
"Itulah sebabnya maka tadi aku menyampaikan rasa terima
kasih dan kagum kepadanya" kata patih Dipa "usia dan cacat
tubuh, bukan suatu halangan bagi seseorang untuk melakukan
suatu kebaikan. Dan tanya mereka yang sudah menempatkan diri
pada kebenaran di atas segala ikatan, akan mampu melakukan
tindakan seperti yang telah dilakukan resi Kadipira. Maka resi
Kadipira merupakan salah satu dari orang-orang yang kukagumi"
"Benar, ki patih" sahut resi Kawaca "untuk berbuat kebaikan
melaksanakan suatu amal yang mulia dan tindakan yang
mengagumkan, bukanlah hanya kaum brahmana, ksatrya,
priagung dan tokoh-tokoh ternama, pun setiap orang betapapun
derajat dan keturunannya, akan mampu melakukan juga"
Tiba tiba terdengar ayam berkokok dan serentak dengan itu
terdengarlah suara rintihan pelahan dari bilik ny i Dipa. Patih Dipa
Sumpah Palapa Karya S D Djatilaksana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
beranjak dari tempat duduk dan menuju ke bilik peraduan nyi
Dipa. Beberapa saat kemudian resi Kawacapun bangkit untuk
mengabarkan keadaan nyi Dipa.
1560 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagaimana keadaan nyi Dipa ?" tanyanya ketika patih Dipa
menyambut di pintu. "Dia sudah sembuh. Wajahnya merah dan bangun minta
minum. Kini dia tidur lagi" kata patih Dipa lalu mengajak resi
duduk kembali ke pendapa.
Tak berapa lama mentari pagi merekah sinar.
(Oo-dwkz-ismoyo-oO) 1561 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 21 1562 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
SUMPAH PALAPA Dicetak dan diterbitkan oleh:
Penerbit :Margajaya Surakarta Karya : SD DJATILAKSANA Hiasan gambar : Oengki.S Hak cipta dilindungi oleh undang-undang
Pembuat Ebook : Scan DJVU : Koleksi Ismoyo
http://cersilindonesia.wordpress.com/
Convert, edit teks & Ebook : Dewi KZ
http://kangzusi.com/ & http://dewi-kz.info/
http://kang-zusi.info & http://cerita-silat.co.cc/
Tersentuh kalbu digetar samar ketika sunyi berbisik namamu
membias relung-relung renung menyayup bahana sumpahmu
lamun buwus kalah nusantara isun amukti palapa...
Hasrat membubung, suksma menderu
menuju gunduk dataran ria
Gurun, Seran, Tanjungpura,
Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda,
Palembang, Tumasik untaian ratna harapan tempat citamu bersemi satu
Duhai, ksatrya wira-bhayangkara
Kini kita telah menemuinya ketika sunyi berbisik namamu entah
di arah belah penjuru mana tetapi kita tahu
bahwa bisik itu sebuah amanatmu inilah
daerah Nusantara yang bersatu dialas Pulau Yang Delapan.
Penulis 1563 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
I Setiap masalah dan peristiwa tentu menimbulkan penilaian
dan melahirkan kesimpulan. Penilaian dan kesimpulan tentu tak
sama, tergantung dari yang menilai.
Dan penilaian serta kesimpulan itu, tak lepas dari cara berpikir
masing-masing. Dan cara berpikir itu tak luput pula dari unsur
kepentingan-kepentingan, baik kepentingan peribadi maupun
umum. Sudah menjadi adat kebiasaan patih Dipa untuk merenungkan,
menilai dan menarik kesimpulan dari setiap masalah maupun
peristiwa yang diketahui, terlebih pula yang dialaminya.
Peristiwa sakitnya nyi Dipa dan sikap nyi Tanca, memberi
penilaian dan kesan yang berharga kepadanya.
Kesan itu bersumber pada sifat Rasa-memiliki. Memiliki
memang luas sekail lingkungannya. Memiliki benda, manusia
dalam arti kata menguasai. Memiliki cita-cita, keinginan dan
segala apa saja menurut sang kehendak hati.
Patih Dipa menyadari bahwa dalam peristiwa yang menimpa
nyi Dipa, dia mempunyai rasa memiliki wanita yang menjadi
isterinya. Dan rasa memiliki itulah yang menimbulkan kegelisaan
dan kebingungan hatinya tatkala sakit nyi Dipa meningkat gawat.
Patih itupun merasa bahwa penolakannya terhadap tuntutan
nyi Tanca unmk membebaskan nama baik ra Tanca sebagai
seorang penghianat, pun bertolak pada rasa memiliki. Rasa
memiliki negara Majapahit yang besar dan berwibawa,
menimbulkan tanggung jawab untuk menegakkan kewibawaan
hukum dan undang undang yang berlandaskan pada Kebenaran
dan Keadilan. 1564 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Haruskah dia menarik kembali keputusan terhadap ra Tanca
hanya karena kepentingan keluarganya" Untuk hal yarg semacam
itu, darah, napas, raga dan jiwanya sudah menyatu dalam satu
tekad yang membaja. Kepentingan negara di atas segala
kepentingan. Dengan demikian terpantullah tiga macam rasa memiliki dalam
peristiwa nyi Dipa itu. Pertama, rasa memiliki sebsgai seorang
suami terhadap isteri. Kedua rasa memiliki negara. Dan yang
ketiga, rasa memiliki penguasaan atas nyi T acca.
Teringat akan sepatah ucapan ketika berhadapan dengan
brahmana Anuraga, brahmana yang dianggap-sebagai pembina,
pembimbing dan guru. Berkatalah sang brahmana waktu memedarkan apa yang di
sebut keinginan dan Rasa memiliki.
"Timbulnya keinginan untuk memiliki sesuatu itu, bersumber
pada perasaan kebanggaan, kesenangan dan kepuasan batin "
kata brahmana itu Memang tatkala itu patih Dipa masih merasa remang akan inti
dari daripada uraian brahmana itu. Namun pengalamanpengalaman hidup yang telah ditempuhnya semalam ini,
membuka mata-batinya untuk lebih dapat menyerap, menyelami
dan menghayatinya. Bahwa fata memiliki yang mengandung arti tanggung jawab
sebagai seorang suami terhadap seorang isteri. Bahwa rasa
memiliki negara yang juga mengandung makna suatu tanggung
jawab sebagai seorang kawula, pejuang dan patih terhadap
negara Majapahit. Bahwa rasa memiliki penguasaan terhadap nyi
Tanca yang mengandung perasaan aman karena merasai telah
membebaskan wanita itu dan hukuman sebagai isteri seorang
penghianat. Kesemuanya itu bersumber pada perasaan bangga,
kesenangan dan kepuasan hati.
1565 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun di antara rasa memiliki yang mengandung rasa
bangga, kesenangan dan kepuasan haii itu, dia tetap tak pernah
menyurut dari landasan pendiriannya. Bahwa rasa memiliki
negara Majapahit, adalah yang paling utama dari segila rasa
memiliki akan segala apa, bahwa rasa memiliki terhadap dirinya
sendiri. Diam-diam dia bersyukur dalam hati, bahwa selama ini dia tak
pernah goyah dalam pendirian itu. Bahkan menghadapi perisiwa
nyi Dipa yang hampir menggoncangkan pikirannya, dia tak mau
mundur selangkahpun juga.
Dalam pada itu, diapun mendapat kesan bahwa dendam itu
merupakan rasa yang sukar dihapus dalam hati manusia.
Mengikat dendam amat mudah tetapi untuk menghapusnya sukar
sekali. Haruskah dia menindak nyi T anca" Lama dia mengembara dan
mengetuk-ngetuk setiap pintu serabut hatinya. Namun yang
diperolehnya hanyalah sebuah jawaban Tidak.
Bahwa lepas daripada alam pikirannya yang masih gelap,
memang sudah menjadi sifat manusiawi, menjadi pula sikap
seorang isteri, untuk membela dan menuntut balas terhadap
kematian suaminya. Dan dia sebagai seorang ptia perwira,
sebagai seorang narapraja yang bermartabat tinggi, harus
memiliki dada lapang dan jiwa besar untuk meniadakan
persoatan sekecil itu. Memang jalan pemikiran patih Dipa luhur dan perwira. Dan
jalan pikiran itu tak lepas dari rasa aman. Dia merasa cukup kuat
dalam kekuasaan sehingga merasa aman menghadapi sikap
bermusuhan dari nyi T anca.
Tetapi ternyata perasaan yang dimiliki patih itu berakibat
besar. Barangsiapa merasa kuat, tentu akan lengah. Karena
merasa kuat itu menimbulkan rasa bangga dan rasa bangga akan
1566 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
meremehkan arti dari setiap kemungkinan yang membayangkan
bahaya. Nyi Tanca kembali mengadakan pembicaraan dengan Arya
Kembar, Warak dan Lembang dan bahkan Arya Banyak.
Pertemuan itu berlangsung di rumah kediaman nyi Tanca,
berselang hampir dua warsa sejak peristiwa nyi Dipa.
Selama itu usaha-usaha dan upaya Arya Kembar dan kawankawannya tak pernah berhenti untuk mencari kesalahan dan
kelemahan patih Dipa. Arya Kembar dan kawan-kawannya makin cemas melihat
perkembangan di pura kerajaan. Sejak puteri Teribuanatunggidewi naik tahta maka semakin tampak
perubahan-perubahan dalam susunan narapraja pemerintah
kerajaan Majapahit. Sang ratu masih sibuk membenahi tubuh pemerintahan di
pura kerajaan. Karena pura kerajaan itu merupakan pusara
pemerintahan yang mengatur jalannya pemerintahan di seluruh
negara Majapahit. "Yang penting tubuh pemerintahan di pura Majapahit sebsgai
pusat pemerintahan, harus sehat dan bersih, barulah roda
pemerintahan di daerah, di kadipaten, di desa-desa dapat
berjalan lancar. Dan pemerintahan yang sehat hanyalah dapat
dilaksanakan oleh menteri dan narapraja yang sehat, bersih, jujur
dan setya kepada tugas kewajibannya, demikian keputusan yang
direncanakan sang prabu puteri.
Dan sang prabu puter! memang pandai serta bijaksana dalam
menempatkan orang. Para arya digolongkan sebagai priagung
pada jajaran ksatrya. Mempunyai kedudukan, seperti mentri
tetapi tidak mempunyai jabatan tertentu sehingga tak
mempunyai kekuasaan. 1567 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka dapat keluar masuk kedalam keraton menghadap sang
prabu puteri. Meminta keterangan pada setiap mentri dan
senopati. Mereka dapat mamberi saran dan laporan tetapi tidak
bersifat mengikat. Mentri atau senopati dan narapraja ksrajaan
dibenarkan menerima usul, bahkan teguran dari para arya tetapi
wewenang dan keputusan tetap pada para mentri dan senopati
yang bertanggung jawab atat jabatannya.
Arya Kembar dan kawan-kawan menyadari bagaimana
kedudukan mereka sekarang. Mereka mendongkol tetapi kepada
siapakah kemendongkolan itu harus mereka tumpahkan kecuali
pada patih Dipa" Menurut penilaian mereka, kesemuanya yang menimpa pada
mereka tak lain adalah atas rencana dan buah pikiran patih Dipa.
Setelah prabu puteri Tribuanatunggadewi naik tahta, mereka
menganggap patih Dipa makin lebih mendapat angin. Ibarat ikan
di dalam air atau harimau tumbuh sayap.
Mereka melihat hubungan antara patih Dipa dengan sang
prabu puteri makin erat. Merekapun merasa bahwa patih
mangkubumi Arya Tadah yang sudah berusia tua, tampak dekat
sekali dengan patih Dipa. Itulah sebabnya kecemasan mereka
makin meningkat. Walaupun bermacam macam daya telah mereka ia-kukan
untuk mencari kelemahan patih Dipa, namun mereka belum
menemukan suatu noda atau kelemahan pada diri patih itu. Satu
satunya yang mereka dapat lakukan yalah mempergiat usaha
usaha untuk mengembangkan agama Hindu.
Pendekar Pedang Sakti 6 Bara Dendam Menuntut Balas Seri Kesatria Hutan Larangan Karya Saini K M Pasangan Naga Dan Burung Hong 2
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama