Eng Djiauw Ong Ying Zhua Wang Karya Zheng Zhengyin Bagian 21
Semua hadirin didalam Thian Hong Tong ada orang
gagah tetapi mengawasi tubuh yang bermandikan darah itu, tidak ada satu yang tidak merasa kasihan, sehingga tak ada yang sudi mengawasi lama.
Eng Jiauw Ong sendiri geleng2 kepala dengan pelahan.
Masih kelihatan tubuhnya Leng Pek bergerak, lalu
terdengar rintihannya, akan akhirnya jadi teklok, ia
pingsan. "Bawa keluar!" Bin Tie segera berikan titahnya.
Empat tukang gotong angkat bale2 buat terus dibawa
pergi ke pintu samping sebelah utara, sedang kedua
pengiring berlaku sebat menutupi pula tubuhnya kurban toya suci itu.
Bin Tie mundur pula ketempatnya, tapa perdengarkan
suara "Cit tong sie Pheng Sioe San, dengar titah!"
Pheng Sioe San segera maju kemuka hiocoe itu, untuk
memberi hormat seraya menyatakan ia siap sedia akan
menerima perintah. "Cio Leng Pek yang telah mendapat hukuman terluka
parah, dia mesti diobati menurut cara biasa," berkata ketua Ceng Loan Tong ini. "Disini ada tujuh butir obat pulung Kioe coan Hoan hoen tan dan satu botol obat bubuk untuk dia minum dan pakai, nanti setelah dia sembuh, dia mesti bekerja dipegaraman, jangan salah."
Dengan cara hormat, Pheng Sioe San menyahuti bahwa
ia mengerti, lantas ia undurkan diri untuk lakukan titah itu.
Ketika ia sampai dimuka pintu, justeru ada satu orang bertindak masuk dengan tergesa2, hingga hampir keduanya saling tabrak, syukur ia masih sempat egoskan diri, ia mengawasi orang dengan matanya dibuka lebar, lalu ia
jalan terus. Orang yang baru datang itu berumur kurang lebih tiga
puluh tahun, tubuhnya kate dan kecil tetapi gesit, ia maju langsung kehadapan meja, akan terus menjura kepada Boe Wie Yang dan melaporkan katanya "Laporan2 dari Cek
Tocoe dari Bendera Merah dari Soen kang Tee sie too di Pek See Hoo! Ada dua Hiocoe she Pauw dan Lo dari Hok
Sioe Tong yang hendak lewat disungai Pek See Hoo,
katanya mereka hendak keluar dari Hoen coe kwan untuk sambangi sahabat. Nampak romannya kedua hiocoe itu tak tenang, sedang Pauw Hiocoe agaknya terluka, Cek Tocoe cegah mereka dengan kata2 yang manis dan sabar, tapi
kedua hiocoe itu tidak mundur, sebaliknya mereka lajukan perahunya ke arah Ouw ah cwee. Oleh karena mereka ada hiocoe2 dari Hok Sioe Tong yang dimuliakan, kecuali Pang coe sendiri, tak ada lain orang yang berkuasa atas diri mereka, Cek Tocoe tidak berani melakukan penahanan, dia tak berani juga minta keterangan dengan jelas malah dia
pun takut untuk menguntitnya saja, maka itu dia kirim laporannya ini supaya dia tak sampai dipersalahkan."
CXX Eng Jiauw Ong terpisah jauh dari ketua Hong Bwee
Pang akan tetapa dengar disebutnya nama kedua hiocoe
dari Hok Sioe Tong itu, iapun lihat bagaimana seluruh Thian Hong Tong agaknya terperanjat. Inilah tidak heran.
Bukankah itu laporan berarti dua hiocoe, satu Yauw Beng Long tiong Pauw Coe Wie, yang lain seorang she Lo, sudah minggat dari Cap jie Lian hoan ouw" Pantas sedari tadi ia tidak lihat Lo Hiocoe, kiranya dia buron.
Boe Wie Yang pun turut terkejut, sepasang alisnya
sampai bangun. "Aku tidak percaya dia berani berontak!" kata ia kepada ketiga hiocoe dari Lwee Sam Tong. Sekelebatan ia melirik kepada rombongannya Eng Jiauw Ong, kemudian ia geraki tangannya kepada si pelapor seraya bilang "Aku sudah
mengerti. Beritahukan Bendera Merah untuk jangan pergi, hanya tunggulah titah!"
Pelapor itu lantas undurkan diri.
Boe Wie Yang gapekan ketiga hiocoe dari Lwee Sam
Tong, untuk mereka datang dekat padanya, lantas ia ajak mereka bicara dengan pelahan, entah apa yang dibicarakan tapi tentulah urusan buronnya dua hiocoe dari Hok Sioe Tong itu. Belum lama mereka bicara, atau masuk lagi si pelapor tadi, sekali ini dengan roman ketakutan, begitu menjura ia lantas saja kata "Laporan! Menurut Ciauw
Tocoe dari Bendera Merah dari Ouw ah cwee...."
Belum lagi laporan itu habis diucapkan, ketiga hiocoe sudah pencarkan diri, semuanya mengawasi dengan roman terperanjat.
"Apa?" tanya Boe Wie Yang paruh membentak.
"Menurut lapuran orang dari Bendera Merah, katanya
dia dititahkan Ciauw Tocoe untuk bertugas," sahut pelapur itu. "Katanya ini ada urusan sangat penting, dia tidak mau sampai kan itu kepada teecoe, ia ingin sampaikannya
sendiri kepada Pangcoe."
"Hm!" Boe Pang coe perdengarkan suaranya. "Bawa dia
masuk!" Pelapur itu mundur dan keluar, tapi lekas juga ia kembali bersama seorang usia dua puluh lebih, pakaiannya warna biru, kakinya tanpa kaos tapi ditutup cauw eh (sepatu rumput), tudungnya yang lebar, ia gantung dibebokongnya.
Disebelah tangan nya ada menyekal sebatang bendera
merah (Ang Kie). Ia memberi hormat sambil berlutut,
lantas ia kata "Lapuran! Ciauw Tocoe dari Ouw ah cwee telah bawa sejumlah saudara meronda dijalan2 penting, tiba2 dia pergoki dua hiocoe Pauw dari Lo dari Hok Sioe Tong, yang dengan tergesa2 hendak keluar dari Ouw ah
cwee dengan ambil jalan Poan...."
Baharu pelapur ini sebut "Poan," atau Boe Wie Yang
sudah memotong "Diam!" hingga dia jadi kaget dan
berhenti bicara tiba2. Kedua matanya Boe Pang coe terbelalak, ia melihat
kesekitaraya, lantas ia beri perintah nya "Tutup upacara!"
Genta dan tambur segera dipalu, atas mana, pelapur tadi mundur kepinggiran.
Boe Wie Yang dan ketiga hiocoe dari Lwee Sam Tong
menjalankan kehormatan sama2 terhadap Couwsoe,
diantara suara tetabuhan, ban tiang diturunkan, dengan begitu upacara sampai diakhirnya.
Semua anggauta Hong Bwee Pang lantas bekerja untuk
atur segala apa, hingga ruangan gedung pulang asal seperti, sebelum nya upacara.
Boe Wie Yang bersama ketiga hiocoe, dengan wajah ber
seri2 hampirkan semua tetamunya akan memberi hormat,
kemudian ketua itu berkata "Upacara kami yang buruk ini, cuma2 menerbitkan buah tertawaan saja, harap kami
diberikan pengunjukan."
"Boe Pang coe terlalu merendah," kata Eng Jiauw Ong.
"Kami justeru merasa girang dan beruntung diberikan
ketika akan menyaksikan upacara yang suci dan agung ini, yang dihormati semua anggauta. Boe Pangcoe ada begini pandai, cara bagaimana Hong Bwee Pang bisa tak bangun"
Sebenarnya aku kagum sekali!"
Coe In Am coe, yang rangkap kedua tangannya, pun
berkata "Boe Pang coe telah membangun dan memajukan
Hong Bwee Pang, kau adalah seorang besar, pantas jikalau kaum kang ouw hormati padamu!"
"Kedua ciangboenjin terlalu memuji aku, aku malu!"
Boe Wie Yang pun merendahkan diri.
"Karena kami berupacara, ciongwie semua mesti berdiri sekian lama, kami menyesal sekali, harap kami dimaafkan,"
Auwyang Siang Gee mohon. "Silahkan ciongwie ambil
tempat duduk!" " Ya, silahkan duduk!" Boe Pangcoe turut mengundang,
Untuk mana, bersama ketiga hiocoe, ia membuka jalan.
Eng Jiauw Ong dan Coe In mengucap terima kasih, lalu
mereka duduk. Pihak tuan rumah lantas menyuguhkan air teh.
Eng Jiauw Ong hendak bicara tapi Boe Wie Yang yang
berbangkit, mendahului ia.
"Jiewie ciangboenjin, aku si orang she Boe hendak
mohon maaf untuk satu urusan," berkata ketua Hong Bwee Pang itu. "Kami sangat bersyukur yang Hoay Yang Pay dan See Gak Pay telah membuat muka kami terang dengan
datang mengunjungi Cap jie Lian hoan ouw. Sebenarnya
kami hendak menjamu di Ceng Giap San chung, tempat
yang telah diperuntukkan, apa mau mendadak kami
dapatkan satu urusan yang justeru mesti diurus sendiri olehku dan Auwyang Hiocoe, maka itu terpaksa kami
mohon semua loosoe berdiam disini saja untuk satu malam, besok pagi pasti kami akan melayani sebagaimana
mestinya. Dengan ini bukannya aku lalaikan tetamu hanya karena sangat terpaksa, aku mohon jiewie beramai sukalah maafkan kami."
Coe In Am coe berbangkit dan berkata "Boe Pang coe,
kedatangan pinnie dan Ong Loosoe kemari tak lain tak
bukan hanya ingin mohon Pang coe berikan keadilan, kami anggap urusan mudah diselesaikan, cukup dengan sedikit perkataan, akan tetapi andai kata Pang coe ada kandung niatan, atau kau hendak tunggu suatu orang lain, untuk dia dipertemukan dengan kami, pinnie harap itu dijelaskan kepada kami. Menurut pinnie, sekarang bukan saatnya
untuk berpesta2, kamipun tak ingin terlalu mengganggui kepada Pang coe, maka, harap Pang coe sedikit lekasan memberikan pengajaran kepada kami."
Beda daripada biasanya, nie kouw dari Pek Tiok Am itu berkata2 dengan suara keras.
Boe Wie Yang tertawa gelak.
"Nyatalah Am coe terlalu curiga!" berkata ia. "Aku Boe Wie Yang, sejak aku taruh kaki di kalangan kang ouw,
selamanya aku berlaku terus terang, selamanya aku
perlakukan sahabat sebagai sahabat, tidak biasanya aku gunai akal busuk, tidak ada soal yang aku umpatkan, tetapi sekarang ini benar aku sedang hadapi suatu urusan, ialah didalam Hong Bwee Pang terjadi pengkhianatan, maka
jikalau aku tidak lebih dahulu selesaikan itu, pasti aku tak ada muka akan tancap kaki lebih lama didalam Cap jie Lian hoan ouw ini. Ini adalah urusan busuk, walaupun aku jujur, aku toh malu untuk beber dihadapan sahabat, tetapi
ternyata Am troe telah bercuriga, tak dapat tidak, terpaksa aku mesti menuturkan semuanya dengan jelas."
"Boe Pang coe," Eng Jiauw Ong turut bicara, "kita ada sama2 orang kang ouw, sudah selayaknya kita berlaku terus terang satu dengan lain. Umpama keadaan kami dibalik, apa mungkin Pang coe pun tidak mencurigai kami" Tapi, cukuplah, harap kau jangan berkecil hati bahwa Am coe telah bercuriga. Biar kami menyibuki kau lagi satu hari, besok baharu kami akan mohon pengajaran darimu!"
Baharu Eng Jiauw Ong tutup mulutnya, belum lagi
Thian lam It Souw menyahutinya, atau Twie in chioe Na Pek turut bicara.
"Boe Pang coe, aku juga ingin bicara beberapa patah
kata," demikian jago dari Na chung itu. "Dengan
memenuhi undangan kami datang kemari, selama urusan
belum dapat di selesaikan, masih ada keraguan diantara kita
- kita ada sahabat atau musuh. Jadi mirip dengan itu
pepatah yang membilang, "Melukis naga, melukis harimau, sulit akan dilukiskan tulangnya. Tahu orang, tahu
mukanya, tidak tahu hatinya Memang, orang kami yang
datang kemari tidak sedikit, akan tetapi, dengan jauh memasuki Cap jie Lian hoan ouw, kami murid dengan
sekumpulan ikan didalam jala, namun walaupun demikian orang2 kedua kaum Hoay Yang Pay dan See Gak Pay serta beberapa orang segolongannya, tidak ada satu yang jerih terhadap golok dan pedang, tidak ada yang takut mati!
Sebab siapa takut mampus, tidak nanti dia berani datangi mulut harimau! Maka itu sekarang, secara terang atau
secara gelap, kami bersedia untuk menerimanya, hanya
besok pagi, jikalau pertemuan diperlambat pula, Boe Pang coe, tidak bisa lain, kami hendak mundur berlalu dari Cap jie Lian hoan ouw ini! Biarlah kami mendahului dengan omongan jelek ini, supaya kita merdeka untuk bertindak sendiri, umpama namanya Hoay Yang Pay mesti
ditinggalkan disini, itulah tinggal terserah!"
Wajahnya Boe Wie Yang berubah mendengar kata pahit
itu, ia tertawa tawar. "Na Toa Hiap," berkata ia "sejak Boe Wie Yang masuk
dalam dunia kang ouw, dia cuma kenal kehormatan kaum
kang ouw, segala perbuatannya siauw jin yang licik, itulah yang dia paling benci! Na Toa Hiap, kau terlalu menghina aku! Tapi aku kenal baik keharusan diantara tuan rumah dan tetamu, maka sekarang apapun yang Toa Hiap bilang, aku tak hendak membantahnya, hanya besok pagi, aku
jelaskan, ingin aku minta peng ajaran dari Yan tiauw Siang Hiap sendiri!"
Na Pek tertawa haha hihi dengan dingin.
"Bagus! Bagus!" jawabnya. "Jikalau Boe Pang coe sudi
memberi pengajaran kepadaku, inilah ada hal yang paling memberuntungkan aku dengan datangnya aku kedalam Cap
jie Lian hoan ouw ini!"
Dimana pertemuan di Ceng Giap San chung bakal ambil
tempat, Eng Jiauw Ong lantas datang sama tengah.
"Bagus!" berkata ia. "Karena pembicaraan telah selesai, omongan terlebih banyak lagi tidak ada faedahnya, maka tunggulah sampai besok. Boe Pangcoe ada punya urusan
penting yang mesti dibereskan, karenanya, ijinkan Ong Too Liong undurkan diri."
Lalu tanpa sungkan2 lagi, ketua Hoay Yang Pay ini ajak rombongannya keluar dari ruang Thian Hong Tong itu.
Boe Wie Yang bersama sekalian hiocoe dan lainnya
anggauta Hong Bwee Pang mengantar tetamunya sampai
dimuka pintu, disini bersama2 Auwyang Siang Gee ia
memberi hormat. "Menyesal sekali begini lalai perlakuan aku si orang she Boe terhadap sekalian tetamunya," kata tuan rumah,
"Biarlah Ouw Hiocoe dan Bin Hiocoe saja yang temani
ciongwie loosoe kembali kegedung tetamu, aku tak
mengantar terlebih jauh."
"Tak usah terlalu merendah, Boe Pang coe," jawab Eng
Jiauw Ong dan Coe In Am coe seraya mereka membalas
hormat. "Sampai besok di Ceng Giap San chung!"
Kedua pihak lantas berpisahan, rombongan Eng Jiauw
Ong jalan terus. Ouw Giok Seng dan Bin Tie bertindak cepat akan
mendahului maju, untuk bisa jalan berendeng dengan ketua tetamu, untuk pasang omong disepanjang jalan. Eng Jiauw Ong berlaku manis budi akan layani wakil2 tuan rumah itu.
Sementara itu pesuruh dengan bendera merah sudah
keluar dari Thian Hong Tong, dengan cepat ia hampirkan Ouw Hiocoe dan Bin Hiocoe, dia hunjuk hormat nya
sambil menjura. Dengan satu gerakan tangan, Bin Tie
perintah pesuruh ini berjalan lebih jauh.
Tidak lama orang sudah mendekati Ceng Loan Tong,
akan jalan dipasir putih.
Justeru itu tampak munculnya satu pesuruh bendera
merah lainnya, dia ini beda dandanan nya daripada yang pertama, dan tindakannya juga menyatakan ia mengerti
silat dengan baik. Dia berumur kira2 empat puluh tahun, mukanya hitam, alisnya kereng, matanya besar, pinggang nya ceking, pundaknya lebar, menyatakan tubuhnya yang kekar. Terang rupanya dia bukannya satu pesuruh belaka.
Melihat pesuruh itu, Bin Tie melirik pada Ouw Giok
Seng, setelah mana, ia kata kepada kedua tetamunya, kedua ciangboenjin "Loosoe beramai silahkan jalan lebih dulu, maafkan aku." Lantas ia minggir akan jalan kembali,
tangannya menggapaikan si pesuruh, yang dengan ringkas dikebut ang kie, nama benderanya, bendera merah.
Eng Jiauw Ong beramai jalan terus, karena masih ada
Ouw Giok Seng yang temani mereka, ia tidak mau Ouw
Hiocoe nanti curigai ia hendak menyelidiki segala apa, dugaan itu akan membuat orang pandang enteng
kepadanya. "Lwee Sam Tong sungguh agung dan keren kelihatannya," kata ia dengan sengaja, pada Ouw Giok
Seng. "Ini menandakan bagaimana kepandaian Boe
Pangcoe dan Hiocoe beramai mengatur bangunan."
Sambil berkata begitu, Eng Jiauw Ong tunjuk Ceng Loan Tong yang sedang dilewatinya.
"Sebenarnya ini adalah bangunan buruk," sahut Ouw
Giok Seng sikap siapa tapinya tidak sewajarnya, agaknya ia tak tenang hatinya.
Dengan matanya yang tajam, diam2 Eng Jiauw Ong
dapat lirik Jie Hiap Ay Kim Kong Na Hoo berbisik dengan
Siauw hiap Ciok Liong Jiang, entah apa yang di
kisikkannya, melainkan kelihatan Liong Jiang minggir
kekiri dan mundur. Menampak ini, ia bersenyum dalam
hatinya. "Dia sangat licin, sulit untuk layani padanya," pikir ketua ini. "Sudah ada soeyanya yang cerdik sekali, juga ada cucu muridnya yang licik...."
Tapi ketua ini jalan terus, ia ajak Ouw Giok Seng bicara, ia tanya ini dan itu, saban2 ia tertawa atau bersenyum.
Selama itu diudara ada berterbangan empat lima ekor
burung dara, selewatnya semua burung itu, lalu dari
beberapa jurusan ada datang tujuh ekor burung lainnya, yang terbang rendah, hingga kelihatan nyata sesuatunya ada membawa surat. Kapan Eng Jiauw Ong lirik Ouw Giok
Seng, roman Hiocoe ini nampaknya heran dan berkuatir.
Segera setelah itu, kelihatan Thian kong chioe Bin Tie datang menyusul yang pun nampak sikapnya ada tidak
tenang. Beda daripada Eng Jiauw Ong, ketua dari See Gak Pay
jalan sambil tunduk dan diam saja, ia seperti tidak
perdulikan segala apa disekitarnya. Adalah Eng Jiauw Ong yang gembira sekali, terus sampai digedung penginapan mereka, ketua Hoay Yang Pay ini terus bicara sambil
tertawa. Sesampainya mereka digedung, nyata disana sudah sedia barang santapan. Untuk Coe In Am coe ada disediakan
sebuah meja terpisah, dengan hidangannya semua barang tak berjiwa.
Delapan orang Hong Bwee Pang siap sedia akan layani
semua tetamu itu, yang terus saja pada cuci tangan dan muka, setelah mana, mereka duduk minum teh, akhirnya
Ouw Giok Seng dan Bin Tie undang semua tetamunya
duduk bersantap. Kedua hiocoe itu bisa bersenyum atau tertawa, akan
tetapi mereka toh tidak dapat lenyapkan ketidak tenteraman hatinya. Mereka pun, biar bagaimana, berada diantara
tetamu yang merupakan musuh.
Dipihak tetamu, tua dan muda, semua berlaku dengan
membataskan diri. Setelah semua dahar cukup, Bin Tie berdua Giok Seng
pamitan untuk undurkan diri. Ini pun ada kehendaknya
sekalian tetamu, yang memang berharap dua wakil tuan
rumah itu segera pergi"
Eng Jiauw Ong dan Coe In Am coe antar kedua hiocoe
itu keluar dari gedung tetamu, habis itu mereka nantikan pelayan2
singkirkan sisa makanan dan kemudian menyuguhkan pula air teh.
"Saudara2 ada dari loosoe yang mana?" Na Hoo tanya
pelayan2 itu selagi mereka melayani.
"Teecoe bekerja dibawah perintahnya Cit tong Pheng
Loosoe dari Thian Hong Tong," jawab satu pelayan.
"Namaku Teng Tek Kong."
"Teng Lauwtee," kata Ay Kim Kong kemudian, "aku
Na Loo jie bukannya mengemplang pendeta sehabisnya si pendeta membaca doa, kau sudah bekerja banyak sekian
lama, kami toh tetap pandang kau sebagai mata2 saja.
Inilah disebabkan urusan kami dengan Hong Bwee Pang
masih belum dibikin selesai, kita tetap adalah musuh satu dengan lain. Maka itu, silahkan kau undurkan diri, supaya kami merdeka untuk bicara, nanti jikalau kami memanggil, baharu kau datang pula untuk melayani kami."
"Na Jie Hiap omong dari apa yang benar," menyahut
Teng Tek Kong itu, "tetapi kami telah diberikan tugas, tanpa titah dari Pheng Loosoe, tak berani kami berlalu dari sini. Baiklah, kami nanti menunggu saja diluar gedung, apabila ada panggilan, baharu kami datang...."
Teng Tek Kong tahu diri, lantas ia ajak kawan2nya
berlalu. Dengan tiba2, Na Hoo tertawa gelak2.
"Lihat kerjaanku, terus terang atau tidak?" kata ia pada kawan2nya. "Bicara dengan membuka jendela, maka
teranglah kawanan kunyuk itu hendak intai gerak gerik kita.
Kita jangan percaya habis orang berlaku manis budi
terhadap kita, entah apa yang mereka pikir dalam hati mereka. Biar bagaimana, kita mesti ber jaga2, karena pesta bukan pesta dengan maksud baik, pertemuan bukan
pertemuan sewajarnya."
"Menurut pinnie, disini ada apa apa yang tersembunyi,"
menyatakan Coe In Am coe. "Asal kita semua bisa keluar dengan selamat dari tempat ini, yang penuh dengan segala kedosaan, itu artinya kita diberkahi kemurahan hatinya Sang Buddha!"
"Baiklah Am coe jangan memikir terlalu banyak," Eng
Jiauw Ong bilang. "Akan sampai pada pertemuan di Ceng Giap San chung, temponya hanya tinggal satu malaman
saja, mustahil dalam tempo demikian singkat bisa terjadi sesuatu" Aku telah ambil ketetapan, apa juga akan terjadi, besok mesti didapat keputusan, supaya besok juga kita keluar dari Cap jie Lian hoan ouw!"
"Barangkali pinnie telah memikir terlalu banyak," Coe In manggut. "Adalah paling baik jikalau besok kita bisa keluar dari sini dengan tidak kurang suatu apa. Pinnie adalah murid Sang Buddha, kecuali sangat terpaksa, tak ingin
pinnie men cari kesulitan sendiri, tak sudi pinnie melakukan pembunuhan. Pinnie percaya, meski juga Cap jie Lian hoan ouw merupakan thian lo tee bong-jaring langit dan jala bumi dengan menyekal Tin hay Hok po kiam, rasanya
Eng Djiauw Ong Ying Zhua Wang Karya Zheng Zhengyin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pinnie sanggup menerjang keluar, hanya semua mereka
yang ikuti kita, begitupun anak buah dari Soe Soei, mana dapat pinnie membiarkan mereka terluka sekalipun satu orang atau karamnya sebuah perahunya saja" Jikalau
sampai terpaksa, biarlah darah muncrat didalam Cap jie Lian hoan ouw ini, biarlah dosa ditumpuk! Siapa tahu" ...."
Eng Jiauw Ong benarkan kekuatirannya pendeta wanita
itu. "Baiklah kalau begitu, kita memikir maju untuk mundur, buat cari jalan keluar yang selamat," ia nyatakan.
Selama itu, diudara masih saja ada burung2 dara terbang pergi dan datang.
Eng Jiauw Ong larang pihak keluar akan perhatikan
burung2 dara itu, ia pesan, apa juga yang terjadi diluar gedung, tidak boleh ada yang ambil perduli.
"Kita jangan banyak omong, jangan timbulkan urusan
apa juga," katanya. Tentu saja semua orang, terutama rombongan anak
muda, perhatikan pesan ini.
Na Toa Hiap sendiri, sejak kata2nya yang terakhir lantas membungkam, tidak perduli orang bicara ini dan itu untuk men duga2, akan bicarakan segala hal mengenai Cap jie Lian hoan ouw. Ia melainkan jalan mundar mandir dengan menggendong kedua tangannya, ia cuma kadang2
perlihatkan senyuman dingin.
Eng Jiauw Ong, setelah pesannya, Pergi periksa antero gedung, ketika kemudian ia kembali kedalam, ia justeru
lihat Na Pek, dengan gendong tangan tengah menuju sudut gedung dengan Na Hoo mengikuti dibelakangnya. Toa
Hiap lantas duduk dibangku didekat jendela dan Jie Hiap berdiri didepan kakak itu, entah apa yang mereka sedang bicarakan.
Menampak demikian Eng Jiauw Ong ibuk sendirinya. Ia
kenal baik dua saudara kakak beradik itu. Biasanya tak sembarangan dua saudara itu berunding atau saling
berdamai, bila bukan disaat sangat perlu, mereka pun tidak sudi bekerja sama2. Malah sudah sejak sekian tahun, tidak pernah tertampak mereka bicara asyik berduaan saja.
Teranglah sudah mereka sedang berdamai, rupanya mereka niat turun tangan. Biasanya, sekali mereka bekerja, tak pernah mereka suka saling mengalah.
Maka akhirnya, tidak perduli orang setujui atau tidak, Ong Too Liong bertindak kepada dua saudara seperguruan itu.
"Eh, apa yang kau berdua sedang damaikan?" tanya ia
sambil tertawa, secara sewajarnya saja. "Apa tak cukup dengan kunjungan kita kepada Thian Hong Tong, dengan
pengiriman anak panah dengan kepala ular2an" Mereka
sedang repot, baik kita jangan ganggu mereka. Kita mesti berlaku secara terhormat, jangan kita tambah dengan
urusan lainnya lagi...."
Ay Kim Kong menoleh, ia bersenyum, ia tidak bilang
suatu apa. Twie in chioe pun berpaling, ia tertawa haha hihi.
"Ciangboenjin sangat utamakan kehormatan," berkata
ia, "mustahil kamipun tidak sama memperhatikannya"
Sejak masuk Cap jie Lian hoan ouw, ciang boenjin sangat menjaga diri, inilah dapat dimengerti. Tapi kami ada punya pikiran lain, tentang mana kami tak dapat beritahukan
kepada kuping yang keenam. Harap ciangboenjin tidak
usah kuatir, kamipun tidak akan berlaku sembrono."
Ketua ini tahu koekoaynya dua saudara itu, ia tidak
menanyakan lebih jauh. "Bukannya aku bernyali kecil," ia kata sambil
tersenyum, "kita hanya harus ber hati2."
Lantas ia tinggalkan dua saudara itu.
Kapan sebentar sang sore datang, Bin Tie muncul
bersama Ouw Giok Seng, untuk temani semua tetamu
dengan siapa mereka bersantap sama2, kalau mereka
pasang omong, mereka cerita tentang kaum kang ouw. Tapi Yan tiauw Siang Hiap cuma dahar dan minum saja sambil tunduk, tidak pernah mereka buka mulut.
Siok beng Sin ie Ban Lioe Tong serta Ciong Gam dan
Khoe Beng berlaku gembira, mereka dahar dengan
bernapsu, mereka tertawa dengan merdeka Semua yang lain juga bersikap tenang.
Sehabisnya bersantap, kedua hiocoe minta perkenan
untuk undurkan diri. Semua Pelayan bekerja cepat untuk bebenah, sesudah
mana, kembali mereka berdiam diluar gedung.
Selagi orang duduk berkumpul minum teh, Na Pek
seorang diri pergi kepekarangan. Eng Jiauw Ong dapat lihat saudara itu tapi, ia antap saja. Ia lihat, sang hari masih terhitung siang. Ia sudah ambil ketetapan, malam itu ia akan cegah dua saudara itu keluar dari gedung.
Yang lain masih saja terus ber cakap2.
Sampai sekian lama, Na Pek tidak kelihatan kembali.
"Apa mungkin ia pergi juga memasuki kedung naga dan
guha harimau?" ketua Hoay Yang Pay men duga2
akhirnya. "Kalau benar, dia betul2 bernyali terlalu besar, ia berlaku berandalan..."
Selagi Eng Jiauw Ong menduga2 terlebih jauh, tiba2 ia dengar suara suitan saling susul, yang disambut diempat penjuru. Segera ia berbangkit, dengan hunjuk roman tenang ia jalan mundar mandir dua balik, setelah itu, ia menuju keluar, dan sesampainya diluar, dia lepas tindakan pelahan sekali, matanya ditujukan kesekitarnya.
Pekarangan luar ada sepi dari manusia.
Lantas Eng Jiauw Ong pergi ke lain2 kamar dimana ia
dapati tidak ada orang dari pihak nya yang kurang kecuali Na Pek sendiri, karena ini, lagi sekala berikan pesannya, semua mesti beristirahat siang siang, tanpa urusan penting, ia larang
orang pergi keluar, tidak perduli ada gerakan
apa, ia tak perbolehkan orang mencampur tahu, kecuali ada bencana langsung bagi pihaknya. Kemudian, ia pergi
kepintu pekarangan, ke luar mana ia menjenguk. Dimana, keadaan tetap sunyi, tidak ada seorang juga dari pihak tuan rumah. Cuma dari kejauhan suara suitan masih terdengar terus.
Sedangnya ia memasang mata dan kuping, Eng Jiauw
Ong dengar suara orang bicara pelahan sekali, datangnya dari arah kiri, diluar pintu. Kalau ia maju lagi ia akan dapat mendengar lebih nyata, akan tetapi apabila ia maju, ia bisa dipergoki karena disitu tidak ada tempat sembunyi. Apabila ia terpergoki bisa ia mendapat malu. Maka itu in jongak, akan melihat keatas. Disana ada tembok, ia bisa loncat ketembok itu, untuk memeriksa keluar. Justeru itu, ia tampak diatas tembok sebelah kanan ada satu bayangan
orang mendekam. Ia terkejut, tangannya segera merabah kantong piauw, akan jemput dua potong tong chie uang
tembaga. Ia berniat dengan senjata rahasia semacam itu akan timpuk bayangan itu, yang belum ketahuan siapa
adanya. Belum ia turun tangan, atau mendadak ia ingat satu hal.
Ketika itu orang masih belum tidur, mustahil sekali
musuh berani bertindak tidak perduli bagaimana besar nyali mereka. Dari itu, ia hendak menyangka kepada orang
sendiri. Belum ia mengambil kepastian, atau bayangan itu menggapaikan kepadanya, terus dia itu menunjuk kekiri, kearah tembok.
Sekarang ketua Hoay Yang Pay kenali Toa Hiap Na Pek.
Tentu sekali jago dari Na chung itu sedang curi dengar pembicaraan. Karena ini, tak ayal laga loncat naik
ketembok yang di tunjuk Twie in chioe, disitu ia sembunyi sebagai saudaranya itu, ia pasang mata.
Empat orang Hong Bwee Pang, yang dandan sebagai
pelayan, sedang bicara kepada dua orang kawannya, yang ringkas pakaian nya. Diantara pelayan2 itu terdapat Teng Tek Kong, malah dia sedang menanyakan kedua orang itu, yang rupanya baharu datang kepadanya.
"Aku tidak mengerti maksud nya Pheng Loosoe,"
demikian si orang she Teng. "Apa mungkin Pusat Umum
kita sudah ubah aturannya" Kami bertugas didalam Cit
tong, kenapa sekarang kami dikirm ke Cian tiang pin" Apa bisa jadi nama kami sudah dicoret dari Cit tong?"
"Teng Soetee, pelahan sedikit," kata satu diantara dua orang itu. "Nanti aku lihat dulu, didalam pekarangan ada orang atau tidak."
Lalu, dengan tindakan cepat, orang ini pergi kepintu
gedung tetamu, ia melongok kedalam pekarangan, lantas ia kembali.
Selagi orang bulak balik, Eng Jiauw Ong telah lihat
bagaimana orang ada bekal busur serta kantong anak
panah. Ia percaya, orang itu bukannya kacung belaka. Dia sudah lantas kembali kepada empat pelayan.
"Pheng Loosoe kirim kau ke Cian tiang pin, kau anggap aturan telah dikacau balaukan," kata dia kepada Teng Tek Kong. "Kalau satu jam dimuka tadi kau pergi ke Thian
Hong Tong, pasti kau akan tampak aneka macam. Melulu
karena perginya beberapa orang, Cap jie Lian hoan ouw telah jadi seperti jungkir balik. Sejak ditutupnya upacara di Thian Hong Tong, Pang coe segera kembali ke Ceng Giap San chung, terus saja ia menjadi repot. Aku Tan Yong ikuti Pang coe sedari di bangunnya pula Hong Bwee Pang,
selama berdiam didalam Cap jie Lian hoan ouw ini, belum pernah aku dapati Pang coe begini sibuk. Juga ketiga hiocoe yang biasanya tidak kenal jerih, sekarang nampaknya
bermuram durja, benar dihadapan semua saudara mereka
tertampak tetap bersemangat, tetapi aku tahu benar,
sebetulnya hati mereka tidak tenteram. Begitulah, surat titah dari Pang coe pun telah diterbangkan belasan lembar,
malah dua puluh delapan tocoe dari dua puluh delapan
rombongan perahu sudah dipanggil berkumpul untuk
terima pesanan, sedang Soen kang Cap jie too telah diberi titah untuk lakukan penjagaan berlipat ganda, siapa juga, tanpa bendera titah dari Lwee Sam Tong, dilarang keluar masuk dari darat dan air, dan semua tocoe dalam tempo tiga hari, dilarang meninggalkan tempat tugasnya, siapa berani langgar perintah, dia bakal dihukum segera ditempat oleh masing2 pemimpinnya. Itu adalah kejadian diwaktu siang. Setelah jam tujuh malam, jalan keluar masuk ditutup mulai dari Ouw ah cwee sampai dijalan Poantoo
disepanjang tepi Gan Tong San. Karena hendak rintangi minggatnya hiocoe dari Hok Sioe Tong, sudah ada tujuh orang yang terluka, diantaranya ada tiga tocoe yang dilukai oleh Sam im Ciat hoe ciang Lo Gie yang tangannya liehay, yang paling parah dan hebat adalah tocoe Cian hoed chioe
Sin Sioe Kie dari Poan san too. Dia jaga tempat penting itu, tugasnya paling berat. Kedua hiocoe yang berontak itu walau benar liehay, mereka tidak bisa susul terbangnya burung pembawa berita, dari itu, Sin Sioe Kie sudah
lakukan penjagaan hati2. Ini ada tugas mati atau hidup baginya. Lagipula itu adalah tempat penjagaan rahasia, yang tidak sembarang orang, dapat tahu, tidak juga segala tocoe. Sin Tocoe tahu dia bukan tandingan kedua hiocoe itu, sepuluh dia pun tidak akan ada gunanya, tapi ia siap untuk jalankan kewajiban, ia telah gunai akal untuk turun tangan terlebih dahulu. Begitulah ketika kedua hiocoe sampai ditempatnya, ia ajak orang2nya menyambut secara baik, selagi menyambut, mendadak ia menyerang, tangan kirinya menggunai paku Shong hoen teng, tangan kanannya dengan piauw, masing2 dua batang, sedang jepretan panah tangan nya, yang ia taruh dibebokongnya, pun dipakai
membokong selagi ia menjura. Panah rahasia ini, sekali keluar tiga batang. Demikian tujuh buah senjata, dengan berbareng menyerang Pauw dan Lo Hiocoe. Ketiga panah
dituduhkan kepada dua hiocoe itu, yang jalan berendeng, apamau, karena ia gugup, ketiga senjata nya menjurus
kepada Pauw Hiocoe seorang, hingga hampir hiocoe ini
terbinasa karenanya. Dua panah kearah tenggorokan kena dikelit, yang satunya menembusi baju dibawah pundak kiri.
Apa bila panah ditujukan pada Lo Hiocoe, mungkin Sin
Tocoe bisa loloskan diri dari bahaya maut, tapi sekarang ia serang Pauw Hiocoe yang sudah terluka dari rangketan
hingga gerakannya jadi ayal. Dia sebenarnya lari begitu lekas ia dapat kenyataan serangannya gagal, tapi Lo Hiocoe yang gusar atas bokongan nya itu, sudah kejar ia sambil berteriak "Kau berani bokong kami" Jikalau aku kasi kau lolos kocewa aku Lo Gie hidup dalam kalangan kang ouw!"
Sin Tocoe sudah lari sepanahan jauhnya, tapi dengan
ilmunya entengi tubuh Pat pou Kan siam, Lo Hiocoe bisa
melesat menyandak padanya, begitu lekas dia ulur sebelah tangannya yang liehay, Sin Tocoe lantas rubuh tanpa
berkutik lagi. Begitulah kedua hiocoe lolos dengan merdeka dari Poan san too. Diwaktu mau angkat kaki, ia kata pada orang2 Sin Tocoe "Kami pinjam mulutmu akan sampaikan
kepada Sam tong Hiocoe serta Boe Pang coe bahwa Hong
Bwee Pang kami telah bantu berdirikan, dari itu, kami mesti dikasi kemerdekaan akan keluar masuk dalam Cap jie Lian hoan ouw. Siapa menyerah, dia hidup, siapa melawan dia binasa.
Demikianlah Sin Tocoe sudah percepat kebinasaannya! Maka sampaikanlah supaya Boe Pang coe
sendiri yang sambut kami!" Lantas mereka Pergi dan
berlalu dengan mendaki Gan Tong San. Semua orangnya
Sin Tocoe tidak berani turun tangan, karena tocoe mereka sudah putus nyawa. Seberlalunya dua hiocoe itu, mereka dekati tocoe mereka, yang sudah putus jiwa, tubuhnya
tengkurap ditanah, mukanya biru pucat, dari hidung dan mulutnya keluar darah. Semua orang tidak lihat nyata
bagaimana caranya Lo Hiocoe serang tocoe ini. Tempo
mereka buka bajunya Sin Tocoe akan periksa lukanya,
cuma ada tapak dua jari tangan dibebokong serta tapak separuh telapakan. Luka2 demikian enteng menyebabkan
kebinasaan, siapa tidak saksikan sendiri, tidak nanti mau percaya. Coba kau pikir, Teng Soetee, apakah itu tidak liehay" Ketika Liong Tauw Pang coe terima lapuran, ia ada begitu gusar hingga ia mau pergi susul sendiri kedua hiocoe itu, baiknya Auwyang Hiocoe cegah padanya dengan
hunjuk, karena ada tetamu kedua kaum Hoay Yang Pay
dan See Gak Pay, tak dapat Pangcoe meninggalkan Cap jie Lian hoan ouw, sedang kedua hiocoe, yang terang sudah berontak, tentu tidak akan menyerah untuk ditawan, malah sebaliknya, sebab gagah dan cerdiknya mereka, mungkin mereka akan masuk secara diam2 kedalam Cap jie Lian
hoan ouw untuk turunkan tangan jahat. Maka itu,
Auwyang Hiocoe anjurkan akan menanti saja, akan pasang je bakan untuk membekuk apabila benar mereka itu
menyelundup masuk. Andai kata mereka tidak kembali,
mereka toh tak akan lolos dari pengawasan orang2 Hong Bwee Pang, hingga kapan sudah sampai saatnya, mereka
tidak bakal lolos. Boe Pang coe menurut atas cegahan itu.
Demikian maka penjagaan kita diperkeras. Hanya anehnya, kelihatannya banyak orang kita jerih terhadap kedua hiocoe itu, yang usianya sudah lanjut. Yang aku tahu, penjagaan ditambah dengan tujuh belas tempat baru. Aku bersama
soetee Thio Ceng telah ditempatkan digedung tetamu ini, kita ada punya sebawahan dua belas jiwa. Coba pikir, apa perlunya kita dikirim kesini?"
"Tentu saja tak lain tak bukan, untuk lakukan
pengawasan," kata Teng Tek Kong seraya ia menunjuk
kearah gedung. Tan Yong tertawa. "Kau dapat terkah separuh saja!" kata dia. "Menurut
titah Auwyang Hiocoe, aku mesti siapkan dua puluh tukang panah diempat Penjuru gedung tetamu apabila ada tetamu yang keluar, aku mesti kasi peringatan keras kepadanya, sebelumnya terang tanah mereka tak diijinkan keluar dari gedung, siapa tidak perdulikan cegahan, dia mesti dipanah serta berbareng tanda suitan mesti dibunyikan. Tapi yang paling penting adalah mesti dilarang orang luar memasuki gedung tetamu, siapa berani lancang masuk tanpa tanda lagi, dia mesti dipanah. Walau pun demikian, kita
dimestikan menyerang secara gelap, tak dapat kita
perlihatkan diri, umpama kita tidak sanggup rintangi
penerobos itu, kita dimestikan teriaki tetamu2 agar mereka bersiap untuk tangkis serangan. Tugasku jadi ada dua rupa dan berbareng juga, sebab disatu pihak kita awasi tetamu2
dilain pihak kita harus lindungi keselamatannya, kita mesti
tilik mereka sambil dilindungi. Ini adalah kewajiban yang aku belum pernah lakukan sebelumnya...."
"Ya, urusan sulit," Teng Tek Kong bilang. "Memang
dua pemberontak itu ada liehay sekali, mereka adalah
pengkhianat2 yang berbahaya, jauh lebih berbahaya
daripada orang luar. Tan Soeheng, aku dikirim ke Cian tiang pin, benar2 hebat kedudukanku, hingga aku tidak tahu aku bakal kembali atau tidak...."
"Mungkin kau tidak akan di kembalikan." Tan Yong
berkata. "Mungkin sekarang juga semua hiocoe sudah
keluar untuk melakukan penilikan, sebab semua bagian kita harus diperiksa, siapa lalai, dia bakal ditegur."
"Kalau begitu, soeheng, kau nantikanlah aku," kata Teng Tek Kong.
"Tapi kau tinggalkan dua orangmu disini," Tan Yong
bilang, "umpama ada panggilan dari dalam gedung, dia bisa tetap melayani, sebab dua puluh orangku cuma bertugas, memayang mata dan menjaga, lainnya urusan mereka tak
usah perdulikan." "Kenapa orang2 soeheng itu masih belum datang?"
"Mereka sudah datang, mereka sudah lantas ambil
tempat jaganya masing2," Tan Yong terangkan. "Siapa
tidak bekerja sungguh2 dan sebat, dia bisa dapat susah.
Maka soetee, pergilah lekas ketempatmu yang baharu,
serkarang sudah tidak siang lagi. Bawalah tek hoe ini, sebentar di loteng perondaan timur selatan, kau ambil dua belas orang Cee A Hin untuk bantu kau. Harap kau berlaku hati2!"
Teng Tek Kong menurut, ia kasikan dua orangnya, lalu
ia pamitan dari Tan Yong serta kawannya yang bernama
Thio Hong yang sedari tadi tidak campur bicara.
Tan Yong pesan dua orang itu akan tetap kepada
kewajiban nya sebagai pelayan, bahwa apa juga yang akan terjadi, mereka tak usah ambil tahu.
Dua pelayan itu balik kemuka pintu gedung, sedang Tan Yong dan Thio Hong lantas undurkan diri ketempat
pepohonan gelap ditepi jalan untuk umpatkan diri.
Begitu lekas orang telah berlalu, dengan pesat tetapi enteng Na Pek loncat turun kedalam pekarangan,
Perbuatannya itu segera diturut oleh Eng Jiauw Ong. Diluar dugaan mereka, dibawah payon ada satu orang lain yang intai sepak terjangnya mereka itu.
"Aku telah pergi sekian lama, pantas tidak ada orang
yang cari aku, kiranya ada Ban Soetee yang melakukan
pengawasan," pikir ketua itu, yang segera kenali, orang yang ketiga diantara mereka adalah Ban Lioe Tong dari Kwie In Po.
Na Pek, yang sudah sampai di undakan tangga,
digapaikannya Siok beng Sin Ie, atas mana, soetee ini segera mendekati, ikut masuk kedalam. Eng Jiauw Ong pun turut bersama.
Didalam, semua orang, tua dan muda, sedang duduk
dengan tenang. Mereka asyik menantikan, karena tadi,
melihat orang keluar sampai lama, Ban Lioe Tong pun
dengan diam2 pergi keluar untuk melihat, hingga ia dapati dua soeheng itu sedang mendekam diatas tembok. Ia
kembali kedalam, ia beri tanda pada semua orang, lalu ia keluar pula, sekali ini untuk awasi dua soehengnya itu, guna sekalian memasang mata untuk membantu mereka bila
perlu. Semua orang menyambut sambil berbangkit.
"Banyak capai, jiewie!" kata Coe In sambil bersenyum,
"ada apakah diluar?"
Eng Jiauw Ong melirik pada Na Hoo.
"Na Soeheng benar2 liehay," kata ia sambil bersenyum,
"sesuatu gerakan musuh tak lolos dari pengawasannya.
Sekalipun di saat seperti ini, ia masih dapat dengar tentang gerak gerik musuh."
Semua orang lantas duduk.
Na Pek bersikap adem sekali, ketika orang2 bersenyum, ia pun bersenyum tawar.
"Aku memang tak percaya habis kepada kawanan
kunyuk itu," kata ia. "Jangan kita lihat sikap ramah tamah mereka saja, siapa tahu mereka pun hendak perlakukan kita dengan cara yang luar biasa!"
"Apakah yang jiewie dengar?" tanya Coe In. "Bolehkah
aku dapat ketahui?" Eng Jiauw Ong tuturkan apa yang ia dan saudaranya
dengar. "Dengan begitu, nyatalah Boe Wie Yang anggap dua
pengkhianat itu sebagai bencana sebelah dalam," nyatakan Coe In. "Kalau besok urusan kita dapat diselesaikan, kita harus lekas2 keluar dari Cap jie Lian hoan ouw. Jangan kasi diri kita kecipratan air kotor disini. Penjagaan Boe Wie Yang malam ini sempurna, tapi itu bagi kita bukan nya tidak ada ancaman bahaya. Pauw Coe Wie telah terluka, terang dia ada punya obat manjur, hingga dia bisa bergerak pula dengan leluasa, sebagaimana di Poan san too dia bisa rubuhkan penghalang2, sedang diapun dibantu Sam im Ciat hoe ciang Lo Gie. Memang bisa jadi malam ini mereka
akan datang mengacau. Pauw Coe Wie bersakit hati dan
dendam karena terhina, tentu dia hendak mencari balas.
Disebelah itu, diapun benci kita, dia boleh sekalian ganggu kita. Mungkin diapun berkongkol dengan See coan Siang Sat dan Cin tiong Sam Niauw, hingga dengan begitu
tenaganya jadi besar, dia bisa bergerak dengan lebih leluasa.
Kita harus ber jaga2, bukankah benar demikian, Ong
Soeheng?" Eng Jiauw Ong manggut. "Sebenarnya ingin sekali aku cari keputusan dengan
Yauw Beng Long tiong Pauw Coe Wie," kata ia. "Kalau
tidak, urusan kita akan tetap tinggal ter katung2 !"
"Ong Loosoe," Loo piauwsoe Hauw Tay turut bicara,
"kau jadi pemimpin kami, dalam segala hal kami mesti taat kepada titahmu, hanya malam ini, andaikata benar orang hendak main gila terhadap kita, aku ingin kita tidak
sungkan lagi, aku harap kita nanti berikan hajaran keras!"
"Kalau sampai orang ganggu kita, apa boleh buat," ketua Hoay Yang Pay jawab. "Aku harap besok di Ceng Giap San chung, dapat kita selesaikan urusan kita ini. Hong Bwee Pang maju pesat, dia memang mesti ditumpas, jikalau tidak, sulit untuk orang kang ouw nanti menaruh kaki atau
semuanya mesti tunduk pada Boe Wie Yang. Justeru
sekarang ada ketika yang baik, tidak boleh kita mengasi hati lagi."
"Ya, Ong Soeheng, Hauw Soeheng, ini memang ada
tempat untuk kita bertindak," kata Coe In Amcoe.
"Akupun merasa keliru sudah mengajak pasukan perahu
Garuda memasuki Cap jie Lian hoan ouw ini, apabila
mereka tampak bencana, aku yang mesti tanggung jawab.
Pasukan itu dibangun dan dipelihara oleh To Cie Siansoe, walau benar Kauw Soetee yang mengepalainya, tetapi tetap aku tak dapat melepaskan diri. Aku harap semoga malam ini kita dapat beristirahat tanpa terganggu...."
"Tapi malam ini aku ada sangat gembira," tertawa Twie in cioe Na Pek. "Pergilah kau beristirahat, aku sendiri ingin lihat ada siapa dengan tiga kepala dan enam tangan yang berani datang kemari!"
Mendengar itu, Ban Lioe Tong pandang Eng Jiauw Ong,
ia bersenyum. "Na Soeheng sedang sangat gembira tetapi kita tak dapat menyerahkan pertanggungan jawab kepadanya seorang,"
kata soetee ini, si tabib pandai. "Baik semua orang
beristirahat, yang usianya telah lanjut boleh bersemedhi saja, dengan begitu, tak usah kita bergiliran menjaga.
Malam ini bilamana musuh tidak datang, kita jangan keluar setindakpun juga dari gedung ini."
Eng Jiauw Ong mengarti bahwa kata2 soetee ini
ditujukan kepada Yan tiauw Siang Hiap.
"baik, soetee!" jawabnya ia. "Sekarang sudah jam dua, silahkan semua pergi beristirahat."
Sampai disitu, semua lantas bubaran kecuali Eng Jiauw Ong dan Coe In Am coe bersama Yan tiauw Siang Hiap,
Ban Lioe Tong Hauw dan THauw ay berenam, Shio beng
bersama Ciong Gam, Lioe Hong Coen dan Teng Kiam pun
turut beristiranat, demikian pun Chio In Po dan Louw Kian Tong.
Eng Jiauw Ong berdua dengan Coe In pergi menengoki
semua sebawahannya, malah Eng Jiauw Ong pesan pula
Kang Kiat, Ciok Liong Jiang, Soe touw Kiam, Coh Heng, Kam Tiong dan Kam Hauw, tak perduli ada kejadian apa, tak boleh mereka campur tahu. Coe In puas melihat lima muridnya dengar kata, mereka itu sudah lantas rebahkan diri.
Dengan saling susul, Eng Jiauw Ong dan Coe In kembali kepertengahan gedung, mereka lantas duduk bersamedhi
seperti Yan tiauw Siang Hiap dan yang lain2nya. Semua penerangan telah dipadamkan kecuali sebatang lilin diatas meja yang menghadapi pintu.
Eng Jiauw Ong niat letaki kursinya dibelakang meja
didepan pintu tapi dua saudara Na telah dului ia, mereka ini sudah lantas ambil tempat dikiri dan kanan meja, maka terpaksa ia mengalah, ia berbaring diatas pembaringan kate disebelah barat.
Diluar segera terdengar tanda waktu, sudah jam dua tiga per empat, seluruh gedung tetamu terbenam dalam
kesunyian. Akan tetapi diluar, dari empat penjuru kadang2
masih terdengar suara suitan yang saling berganti,
begitupun suara kentongan.
Eng Djiauw Ong Ying Zhua Wang Karya Zheng Zhengyin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Selang setengah jam kemudian, mendadak kelihatan
pintu angin tertolak sedikit, terbuka beberapa dim.
"Siapa?" menegur Hauw Tay, si piauwsoe tua, yang
ambil tempat disamping Jie Hiap.
Berbareng sama tegurannya piauwsoe ini, empat senjata rahasia menyamber berbareng ke arah pintu. Itulah mutiara See boen Cit poo coe dari Coe In Am coe, mutiara Kauw kong Liong gan coe dari Ban Lioe Tong, Kim chie piauw dari Eng Jiauw Ong dan Yan bwee piauwnya Ay Kim
Kong Na Hoo. Maka dilantai dimuka pintu segera
terdengar suara nyaring. Menyusul itu terdengar suara tertawa pelahan dipayon
rumah. Semua orang berbangkit dengan segera, kecuali Twie in chioe Na Pek, yang berlompat bangun belakangan, karena sedari tadi, dia seperti sudah tidur. Ia berbangkit sambil
tangannya menunjuk kepintu, dari mulutnya keluar seruan
"Sabar! Lihat apa itu?"
Semua orang batal akan memburu keluar, semua lantas
mengawasi kearah yang ditunjuk Toa Hiap.
Dicelah pintu ada menyelip sepotong kertas.
Dengan berloncat dari samping, Ban Lioe Tong
menghampiri untuk jemput kertas itu, kemudian sembari kembali, dia kata "Na Soeheng, inilah rupanya orang
sendiri. Kita beramai agak sembrono...."
Eng Jiauw Ong semua lalu dekati soetee ini siapa
sementara itu sudah baca bunyinya surat.
"Lihat ini, soeheng, pasti bakal ramai!" Siok beng Sin Ie kata kemudian kepada Na Pek.
Toa Hiap sambuti surat itu untuk dibaca, lantas ia
tertawa dingin. "Benar kawanan kunyuk itu hendak adu kepandaian
dengan kita!" kata ia. "Jikalau kita belikan mereka ketika baik, itu artinya kita rubuh ditangan mereka!"
Eng Jiauw Ong sambuti kertas itu, ia terus baca
tulisannya, yang tebal dan bagus. Ia segera kenali buah kalamnya Tiat So Toojin, anggauta tertua Hoay Yang Pay.
Cianpwee itu menulis : "Too Liong Hiantit, Ciang boenjin Hoay Yang Pay kita!
Pertemuan didalam Cap jie Lian hoan ouw ini
berbahaya, akan tetapi sukar diketahui kesudahannya ada bencana atau keselamatan, tapi untuk kehidupannya Hoay Yang Pay, kita mesti bertempur sampai di akhirnya.
Tak tahu kita isi hatinya Boe Wie Yang, akan tetapi
dengan beragam, Hoay Yang Pay dan See Gak Pay tentu
sanggup melayani padanya, hanya apa yang menyulitkan,
didalam Hong Bwee Pang terbit pemberontakan oleh
anggauta2nya yang licik dan gagah, ini berbahaya, tak dapat kita pandang enteng. Mungkin pemberontakan itu tak bisa merubuhkan Hong Bwee Pang, namun sedikitnya bumi akan seperti gempa dan langit seperti ambruk. Kalau pintu kota terbakar, empang ikan akan turut jadi kurban. Jadi rombongan kita sukar meluputkan diri untuk tidak
kerembet2. Kedua orang she Pauw dan Lo itu sudah
dapatkan kawan2 sehidup semati, mereka hendak cari
keputusan terhadap Boe Wie Yang, tetapi disebelah itu mereka, hendak turunkan tangan jahat terlebih dahulu
terhadap gedung tetamu, teristimewa terhadap kau, hiantit.
Mereka berhasil atau tidak, kesudahannya mereka akan
timpahkan tanggung jawab terhadap Boe Wie Yang.
Rombongan Pauw dan Lo itu, memandang Cap jie Lian
hoan ouw sebagai tempat tidak ada manusianya, mereka
adalah manusia2 kejam, mereka sekarang sudah masuk
kesini, selewatnya jam tiga, pasti mereka akan jumpai digedung tetamu, mereka tentu akan turun tangan secara kejam, maka itu, haruslah mereka dilayani dengan sepenuh tenaga. Kendatipun ada sahabat2 baik yang nanti
membantu pihakmu, paling benar adalah bersiap dengan
tenaga sendiri. Pintoo sendiri masih punyakan urusan lain.
Harap kau semua waspada, dari: Tiat So Toojin." Setelah membaca habis, Eng Jiauw Ong serahkan surat
itu kepada Coe In Am coe, dari siapa, lalu dikasikan pada yang lain2 hingga semua mereka telah dapat membaca.
Karena urusan ada sangat penting, semuanya diam, kecuali Na Toa Hiap.
"Lihat, ciangboenjin," kata nya "Mereka hendak datang, itu artinya mereka menghematkan tenaga kita. Benar2 aku ingin men coba2nya dengan kawanan kunyuk itu!"
Eng Jiauw Ong kerutkan dahi, tapi ketika ia bicara,
iapun ada mendongkol sekali.
"Inilah seperti pepatah yang mengatakan "manusia tidak niat mengganggu harimau, harimau niat mencelakai
manusia.?" kata ketua ini. "Kita suka berlaku murah hati, lain orang sebaliknya. Karena ini, Na Soeheng, baiklah, terpaksa kita mesti sambut mereka. Mari kita layani mereka seperti apa yang soeheng katakan!"
Coe In Am coe turut bicara.
"Beruntung kita peroleh pengunjukannya Tiat So Toojin kata ia. "Dimana besok kita mesti bersiap untuk pertemuan di Ceng Giap San chung, biarlah mereka itu datang lekas2.
Mereka tentu bersikap keras, maka jangan kita mengunjukkan kelemahan, agar kita tidak dipandang
enteng. Meski begitu, tak boleh kita sembrono, kita mesti menantikan dengan tenang."
Ay Kim Kong manggut. "Am coe benar sekali," ia bilang. "Kita baik jangan kasi kentara apa2, untuk lihat laga lagunya kawanan kunyuk itu!"
Maka itu, semua orang lantas kembali ke masing2
tempatnya. Eng Jiauw Ong nampaknya tenang tetapi sebenarnya ia
sangat mendongkol. Ia insyaf, musuh sebenarnya arahi ia, dari itu, ia lah yang mesti melayaninya, jangan ia rembet lain orang. Ia mengerti, namanya akan runtuh apabila ia tidak berhasil memberi perlawanan baik pada musuh ini.
Malah ia pikir untuk berlaku keras.
Demikian, seluruh ruangan kembali jadi sunyi senyap.
Sementara itu, karena tabeatnya yang koekoay, Na Toa
Hiap telah membuat Tiongcioe Kiam kek Ciong Gam jadi
kecil hati. Dia ketahui hal suratnya Tiat So Toojin, dia datang untuk menanyakan, tapi Na Pek dengan getas minta dia jangan campur tahu urusan itu, katanya dia orang luar, tak usah perdulikan urusan lain orang. Ketika Ciong Gam kembali kekamarnya, ia kata pada kawan2nya, umpama
ada terjadi kekacauan, mereka tak usah memperdulikannya.
Na Pek sudah malang melintang tiga puluh tahun, ia
biasa hadapi lawan liehay, maka itu, hatinya mantap,
nyalinya besar, walaupun berada ditempat berbahaya, tidak pernah ia gentar. Pun biasanya ia bertanggung jawab
sendiri, hanya sekarang, berada bersama ciangboenjin, ketua atau akhliwaris Hoay Yang Pay, ia tidak berani untuk tidak kendalikan diri. Ia tidak insyaf bahwa ia telah perlakukan kurang manis pada Ciong Gam, tapi ini ia tidak perhatikan.
Gedung tetamu tetap sunyi, sampai lewat jam tiga tiga perempat ketika kentongan berbunyi. Tiba2 ada suara diatas genteng, suara yang sangat pelahan, tetapi enam orang didalam dapat mendengarnya. Begitulah Hauw Tay, yang
tua tetapi yang kurang kesabaran, sudah lantas hendak bangun.
Na Hoo berada didekat piauwsoe tua dari Shoatang
Selatan itu, ia tidak bisa mencegah dengan buka suara, maka ia ayun tangannya kearah jago tua itu, pada pundak kiri. Hauw Tay terperanjat, ia berkelit, lantas ia awasi jago dari Na chung itu, siapa tetap tidak buka suara, cuma tangannya digoyang goyang. Melihat ini, dengan tak senang Hauw Tay terpaksa duduk pula.
"Yan tiauw Siang Hiap benar2 hebat," pikir ia. "kau
hendak cegah aku, kau boleh cegah, kenapa datang kau
menyerang" Apabila aku alpa, apa aku tidak celaka" ...."
Baharu piauwsoe ini pikir demikian, atau mendadak ada suara pula dari kedua jendela depan dan belakang, melewati cita alingan jendela itu, dua macam senjata rahasia
menyamber masuk, kemudian menyusul yang ketiga, dari
pintu angin, yang liehay sekali, suaranya tidak ada sama sekali. Dan semua serangan ditujukan kepada Eng Jiauw Ong seorang!
Itu adalah tiga peluru thie lian cie, tiga peluru thie tan wan dan lima batang jarum Bwee hoa ciam.
Eng Jiauw Ong telah siap sedia, begitu serangan datang, ia lompat menyelat ketinggi, bergelantungan kepada balok melintang.
Berbareng dengan itu Yan tiauw Siang Hiap, Hauw Tay
dan Coe In Am coe pun lepaskan senjata rahasianya
masing2 sedang Na Pek segera padamkan api, terus ia
lompat kepintu, bangkunya berada dalam cekalannya,
ketika ia tolak pintu angin, kursi itu dipakai menyerang.
"Kawanan kunyuk, sambutlah senjataku!" ia berseru.
Menyusul seruannya, jago ini lompat keluar, gesit sekali, sesampainya diluar, dengan jumpalitan ia teruskan lompat naik kepayon rumah didepan.
CXXI Segeralah menyusul keluarnya Na Hoo ber sama2 Hauw
Tay, Kan Lioe Tong dan Coe In Am coe, ketika Eng Jiauw Ong menyusul sampai diluar, ia lihat orang sudah pada berlompat ke atas genteng.
Teranglah sudah, setelah penyerangan gelapnya itu,
musuh2 pada sembunyikan diri, jikalau tidak, pasti mereka kepergok atau mereka lanjutkan penyerangannya. Adalah Toa Hiap, yang keluar paling dulu masih lihat satu
bayangan berkelebat diarah Timur selatan, gerakannya
gesit, menandakan musuh mesti nya liehay, tapi toh ia menyusul yuga.
Sampai diujung tembok Timur selatan, bayangan itu
menikung ke Barat, akan tetapi segera terdengar teguran
"Sahabat baik, apa kau masih niat angkat kaki?" Bayangan itu kaget, ia lompat ke Timur. Justeru itu, dari Utara melesat bayangan lain, yang perdengarkan suaranya
"Pundak rata, angin keras, tarik hidup!" Itulah kata rahasia, yang berarti ada bahaya.
Dua bayangan itu lantas juga berdiri berendeng,
kelihatannya mereka tidak mau bertempur hanya niat
menyingkir. Twie in chioe sudah menyusul terus, dari lain jurusan Eng Jiauw Ong pun sampai disitu. Dijarak dua tumbak
lebih, masih belum kelihatan nyata roman mukanya dua
bayangan itu, tapi terang mereka terperanjat akan tahu2 dua orang menghampirkan mereka. Keduanya segera lompat
turun kebawah tembok. Dari dua jurusan, Na Pek dan Ong Too Liong maju
dengan berbareng, mereka berniat untuk menyerang,
supaya musuh tidak lolos lagi.
Kedua musuh ini tahu mereka tercegat didepan dan
belakang, keduanya memutar tubuh seraya tangan mereka diayun. Dengan begitu, sebungbung jarum Bwee hoa ciam dan tiga butir thie tan wan lantas melesat menyamber.
Jarak kedua pihak ada dekat sekali, serangan senjata2
rahasia itu ada sangat berbahaya, tapi Na Pek dapat elakkan
diri dengan gerakan Tiat poan kio ialah tubuhnya
dilenggakkan lempang kebelakang, sedang Eng Jiauw Ong, sambil berkelit kekiri, seraya membungkuk, dengan tangan kanan balas menyerang dengan tiga biji uang kim chie
piauw, dengan itu ia pukul rubuh ke tiga2nya senjata
rahasia musuh. Twie in chioe ada mendongkol sekali, hingga ia tak
dapat kendalikan kata2nya.
"Kunyuk!" ia membentak. "Jikalau malam ini aku si tua bangka tidak dapat keset kulitmu, anggaplah bahwa aku adalah pecundangmu!"
Bentakan ini disusul dengan loncatannya akan hampirkan musuh. Eng Jiauw Ong juga sudah maju mendekati. Ia percaya,
diantara dua musuh itu, satu mesti ada Pauw Coe Wie,
musuh besar dengan siapa ia inginkan satu pertempuran yang memutuskan.
Na Pek maju dengan tangan kanannya yang diperkeras,
ia gunai "Yoe liong tam jiauw" atau "Naga memain ulur kukunya." Iapun maju lebih cepat sedetik daripada
saudaranya. Orang yang ia serang justeru ada musuh yang gunai jarum rahasia. Dia ini sangat awas dan gesit, dengan datangnya lawan, dia lompat ke samping, lantas tangannya diayun, lima potong jarum meleset ke arah Twie in chioe.
Itulah ada serangan sangat berbahaya bagi Na Toa Hiap, karena jaraknya mereka berdua ada terlalu dekat. Apabila jago dari Na chung sedikit gugup saja, celakalah ia.
Justeru itu dari kedua samping, dengan berbareng ada
teguran "Oh, kau masih berani turun tangan jahat" Awas!"
Segera teguran itu disusul dengan serangan2, Yan bwee
piauw mengarah tangan kanan dan sepotong batu
mengarah alis. Penyerang dengan jarum rahasia itu ada sangat gesit.
Untuk lindungi lengannya, ia tarik itu dengan cepat, ketika batu me nyamber kearah kepalanya, ia jumpalitan kekanan, kemudian loncat lebih jauh kekiri, sampai jauhnya dua tumbak.
Selagi orang berkelit, Eng Jiauw Ong sudah menyusul,
tetapi ketua Hoay Yang Pay tidak mau segera menyerang, ia ingin terlebih dahulu mengenali dirinya orang itu.
"Kau ada satu enghiong kaum kang ouw, untuk apa kau
sembunyikan diri?" jago Hoay yang menegur. "Pauw
Hiocoe, jikalau malam ini kau tidak bikin perhitungan dengan Ong Too Liong, jangan harap kau bisa loloskan diri
!" Orang itu tertawa mengejek, ia menjawab "Si orang she Hauw juga datang untuk menagih hutang! Si orang she
Pauw pun akan segera datang! Ong Loosoe, mari kita pergi keluar untuk main2!"
Ternyata orang itu adalah ketua dari Cin tiong Sam
Niauw, ialah Hauw Thian Hoei. Ia jadi gusar.
"Hauw Thian Hoei, kau ada pecundang Hoay Yang Pay,
apa masih kau berani sebut dirimu enghiong?" ia tanya.
"Ada permusuhan apakah diantara kita maka malam ini
kau datang satrukan kami" Baiklah kau lekas angkat kaki.
Kita toh tidak bermusuhan" Apakah kau tak sudi terima permintaanku ini?"
Hauw Thian Hoei merasa ia di sindir, ia jadi
mendongkol. "Ong Too Liong, tak usah kau bicara manis seperti ini!"
kata ia. "Siapa takut, tidak nanti dia datang kemari! Pauw
Hiocoe pun akan segera datang padamu, kau boleh tunggu saja!"
Sambil mengucap demikian, Hauw Thian Hoei loncat
kekanan, dari situ senjatanya, cam buk Kim sie Siauw kauw pian, dipakai menyabet Ong Too Liong, cambuk itu
berkelebat laksana naga perak.
Melihat orang hunus senjata dan terus menyerang, Eng
Jiauw Ong loncat mundur akan kasi lewat cambuk itu,
setelah itu. Ia merangsak, kedua tangannya maju kepada iga kanan lawan yang sedang lowong.
Dalam hatinya, Hauw Thian Hoei berseru "Celaka!"
Belum lagi tangan lawan sampai, ia sudah merasakan
samberan angin nya. Tidak ayal laga berlompat berkelit, kalau tidak, ia bisa rubuh, karena cambuknya tak keburu ditarik pulang.
"Ah, kau masih memikir untuk menyingkir?" membentak Eng Jiauw Ong, yang segera lompat menyusul
dalam gerakan "liong heng sie" atau "Naga menyamber."
Memang Hauw Thian Hoei ingin angkat kaki, karena ia
insaf orang2 Hoay Yang Pay benar banyak yang liehay,
sudah cukup ia mencoba mereka. Ia menyabet dengan
cambuknya, untuk akal maju tapi sebenarnya mundur
teratur. Tujuannya adalah ujung Timur laut dari gedung tetamu. Ia pun percaya, kawan Eng Jiauw Ong tidak bakal keluar jauh dari pekarangan gedung tetamu itu.
Baharu ketua Cin tiong Sam Niauw injak tembok
diujung Timur utara itu, satu bayangan melesat keluar dari sebelah belakangnya, gerakannya pesat bagaikan burung, dan tanpa bersuara. Baharu bayangan itu menaruh kaki, segera terdengar tertawanya yang dingin dan kata2nya
"Sahabat baik, perjanjian kita tuh perjanjian sampai
mati! Setelah kita bertemu, kita tak akan terpisah lagi sebelum ada yang binasa! Ah, kunyuk, sungguh aku tidak sangka bahwa kau bisa datang kemari! Aku si orang she Na ingin main denganmu, untuk kita adu kepandaian. Kunyuk!
gampang untuk kau datang kemari, tapi untuk kembali,
itulah sukar!" Hauw Thian Hoei kertek gigi kapan ia kenali salah satu dari Yan tiauw Siang Hiap, ialah musuh besarnya. Segera ia mengerti, memang ada sulit untuk ia menyingkir dari
musuh yang liehay ini. Karena itu, ia siap dengan
cambuknya. "Ya, Na Hoo, kita memang musuh satu sama lain!" ia
kata. "Memang perhitungan kita belum dapat dibereskan!
Orang she Na, kau sambutlah!"
Dengan satu gerakan, cambuk Kim sie Siauw kauw pian
menyamber kearah batok kepalanya Na Hoo, siapa sambil berkelit telah serukan Eng Jiauw Ong "Ciangboen jin,
kunyuk ini ada punya perjanjian pertemuan sampai mati dengan aku, tak dapat kau yang membereskannya, aku
sendiri yang mesti bereskan dengannya! Ini adalah suatu perhitungan lama!"
Begitu habis mengucap demikian, Na Jie Hiap merabah
ke pinggangnya, kapan ia telah tarik tangannya, bersama itu melesat ruyung lemasnya Siang tauw Gin si Liong hong
pang. Hauw Thian Hoei tidak mau kasi ketika untuk orang
bersiap, ia sudah lantas mendahului menyerang, malah
terus tiga kali beruntun, atas mana, orang yang diserang mengalah dengan main berkelit saja. Setelah itu baharu Na Hoo perdengarkan suaranya "Hauw Thian Hoei, jangan tak tahu diri! Na Loo Jie ingin kau rasakan senjata ku ini !"
Kata2 itu disusul dengan diputarnya Hong Liong pang,
juga saling susul, dengan tipu2 silat "Ouw liong pa bwee," Naga hitam menggoyang ekor, "Giok lie touw so,"- Puteri kayangan menenun, dan "Giok tay wie yauw,"-Ikat
pinggang kumala melibat pinggang. Samberan2nya toya
istimewa itu pun perdengarkan suara angin yang keras.
Keder juga Hauw Thian Hoei atas serangan pembalasan
Itu, walaupun ia bisa hindarkan diri nya. Ia lantas berlaku hati2 ketika ia melayani terus, tapi selang sepuluh jurus lebih, ia kena didesak, hingga ia lantas memikir untuk angkat kaki saja.
Justeru itu dari sebelah timur ada terdengar nyata suara ini "Na Loo Jie, kenapa kau tidak sayang membuang2
tenagamu untuk layani satu pecundang" Kau harus ketahui, meski kau menang pun, itu bukannya suatu kegagahan!
Baiklah kau lepaskan dia kabur! Masih ada orang lain yang bakal bikin perhitungan kepadanya! Apakah dia kira dia masih punyakan pengharapan akan keluar dari Cap jie Lian hoan ouw?"
Suara itu ada asing bagi Na Hoo. Teranglah orang itu
bukan dari pihaknya. Lantaran ia mencoba melirik kearah timur akan lihat orang itu, desakannya jadi kendor
sendirinya. Menggunakan ketika yang baik itu, Hauw Thian Hoei
segera mencelat mundur satu tumbak lebih, setelah mana dia berlompat ke arah Tenggara. Tetapi mendadak dari arah selatan itu menyamber selembar genteng, yang menuju
kekepalanya lekas2 ia mendek diri. Genteng itu lewat
diatasan kepalanya. Menyusul serangan genteng itu, ia dengar seruan "Manusia rendah, sepak terjangmu sangat menjemukan! Tak dapat kau lolos secara begini saja!"
Berbareng dengan kata2 itu, lagi selembar genteng
datang menyamber. Justeru itu Na Hoo telah berlompat menyusul, iapun
dengar suara itu, dan lihat juga samberan genteng, yang dikelit oleh ketua Cin tiong Sam Niauw, maka ia ulur
tangan kirinya akan samber genteng itu. Ia kenali suara itu adalah suaranya Ban Lioe Tong.
Sambil bersenyum ewah, Na Jie Hiap pandang Hauw
Thian Hoei, siapa sedang menghampiri Ban Lioe Tong,
yang ia terus serang dengan cambuk Kim sie Siauw kauw pian.
"Hei, kunyuk she Hauw!" Ay Kim Kong membentak.
"Ban Loosoe kasi hormat padamu, aku Na Loo Jie tidak
dapat mewakilkan untuk menyambutinya! Maka kau
Eng Djiauw Ong Ying Zhua Wang Karya Zheng Zhengyin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
terimalah!" Seruan ini ditutup dengan timpukan genteng tadi kebatok kepalanya Hauw Thian Hoei, disusul pula oleh sebuah Yan bwee piauw.
Hauw Thian Hoei bukannya seorang lemah, ia rasakan
samberannya angin, maka itu sambil kaki kiri digeser, iapun mendek, hingga genteng lewat dan jatuh dengan berisik didekatnya. Tapi datangnya susulan lain membuat ia gugup lekas2 ia berkelit kekanan, sambil lompat melejit. Kali ini ia kalah sebat piauw telah samber juga atasan pundak kirinya dekat leher hingga dia sedikit terluka juga, piauwnya sendiri jatuh dengan berbunyi. Ia keluarkan napas lega, ia loncat lebih jauh akan angkat kaki.
Ban Lioe Tong lompat menyusul untuk mencegat jalan
lawannya itu. Didepan dicegat, dibelakang dikejar, Hauw Thian Hoei
mengarti ia berada dalam bahaya, bahwa malam itu ia
bakal rubuh, sedangpun kawannya rupanya lima tertahan dilain bagian. Dalam keadaan seperti itu, ia kertek gigi.
"Orang she Ban, kau berani hidangi aku?" ia berteriak. Ia kenali Siok beng Sin Ie. "Kau sambut ini!"
Ketua Cin tong Sam Niauw menyerang beruntun dengan
sengitnya. Lioe Tong, dengan entengi tubuhh, kelit sesuatu
serangan. "Hauw Thian Hoei," kata ia sambil melayani, "aku si
orang she Ban larang kau kabur dari jalan ini, kau tidak dengar kata, rupanya kau sudah bosen hidup!"
Baharu sekarang Ban Lioe Tong hunus pedang mustika
Tee sat Cian liong kiam yang sinarnya berkeredepan,
setelah letaki tangan kirinya diatasan senjata itu ia maju dengan penyerangannya dengan "Kie hoh siauw thian"
atau "Angkat api untuk membakar langit."
Na Hoo pun berlompat maju selagi Siok beng Sin Ie
menyerang, akan tetapi ketika ia lihat Ban Lioe Tong
menggunai pedangnya, ia lantas saja tertawa dingin, ia kata pada ketua Cin tiong Sam Niauw "Kunyuk she Hauw,
malam ini aku hendak saksikan bagaimana kau terima
pembalasanmu! Kau nanti coba merasakan bagaimana
lezatnya senjata dari Kwie In Po!"
Sambil mengucap demikian, dari maju, Ay Kim Kong
mundur pula, tapi ia ber jaga2 apabila musuh ini mencoba kabur.
Sulit untuk Hauw Thian Hoei angkat kaki, karena itu, ia jadi nekat, segera ia sambut Ban Lioe Tong. dari pedang siapa ia egoskan tubuh. Dengan kumpulkan kekuatannya, ia bikin Kim sie Siauw kauw pian lurus bagaikan toya, untuk dipakai menusuk ulu hati.
Ban Lioe Tong ada sangat sabar, ia tunggu sampai ujung cambuk hampir sampai, baharu ia berkelit kekanan dari mana ia membarengi menyabet dengan senjatanya.
Hauw Thian Hoei yang namanya pernah menggemparkan dunia Hijau, tidak gampang2 senjatanya
dapat ditabas kutung. Dengan lekas ia tarik pulang
senjatanya. Ia berkelit kekiri sambil miringkan tubuh, dengan demikian cambuknya dapat diselamatkan. Tapa tak berhenti dengan hanya berkelit saja, meneruskan ditarik pulangnya senjata itu, ia membabat terus kebawah,
kekakinya lawan. Iapun bikin gerakan "Koay bong hoan
sin", atau "Ular naga siluman membalik tubuh".
Serangan ini ada berbahaya, akan tatapi Ban Iioe Tong dapat mengelaknya. Ia tolong diri sambil berlompat dengan kedua kakinya. ia menyingkir kekiri, dari mana berbareng dengan menaruh kaki, ia balas membabat dengan
pedangnya, kepada senjata musuh yang luar biasa itu. Ini ada babatan "Pek ho liang cie" atau "Burung ho putih
mementang sayap". Serangan Hauw Thian Hoei ada sangat cepat, tetapi
balasan nya Ban Lioe Tong tidak kurang cepatnya, ketika ketua Cin tiong Sam Niauw lihat musuh lolos dan
pedangnya menyamber, ia terkejut. Lekas2 ia tarik pulang Kim sie Siauw kauw pian, untuk menolongnya dari
bencana. Sayang, ia masih kalah sebat.
Dengan satu suara beradu yang nyaring, Tee sat Cian
liong kiam berhasil membikin kutung ujung Kim sie Siauw kauw pian kira2 setengah kaki, atas mana menceloslah
hatinya Thian Hoei, ketika ia geraki kakinya, ia terpeleset, tidak ampun laga rubuh diatas genteng. Akan tetapi karena rubuhnya ini, berarti ia lolos dari bahaya.
Ban Lioe Tong tidak mau mengerti, ia lompat untuk
menyusul, akan teruskan kirim tikaman "Kim kee tauw
leng" atau "Ayam emas geraki bulunya". Ujung pedang
menjurus kepada pundak kanan dari sang lawan.
Sedangnya Thian Hoei teran cam hebat, mendadak dari
kiri dan kanan mereka ada teriakan berbareng "Awas!" Itu adalah tanda serangan gelap. Dua rupa senjata rahasia segera melesat kearah Siok beng Sin Ie.
Lioe Tong tidak sangka akan ada orang bokong padanya, untuk tolong ketua Cin tiong Sam Niauw. Serangan dari kiri ada sebatang kong piauw mengarah tangan kanannya, dan yang dari kanan, satu Wa bin Touw hong piauw,
menuju keiga kiri. Keduanya menyambernya berbareng.
Hebatnya untuk Lioe Tong, justeru itu pedangnya
sedang dipakai menyerang. Tapi ia mesti tolong diri. Maka ia teruskan pedangnya dikasi turun ke bawah, sedang untuk selamatkan iga, ia menyampok dengan tangan kiri pada
senjata rahasia lawan, tubuhnya sendiri turut diegoskan sedikit. Karena ini, kedua senjata itu menyamber terus kearah Thian Hoei, hingga dia ini mesti buru2 turut
berkelit. Lioe Tong jadi sangat mendongkol, tanpa perdulikan
penyerang2 gelapnya dikiri dan kanan, ia lanjutkan
serangannya terhadap Hauw Thian Hoei, selagi ketua Cin tiong Sam Niauw repot menyelamatkan diri dari kedua
piauw penolongnya. Bahna cepat nya tikaman dari ketua dari Kwie In Po, paha belakangnya Hauw Thian Hoei kena tertusuk.
Kaget dan sakit berbareng, Hauw Thian Hoei menjerit,
tubuhnya terjatuh kedepan, maka lagi sekali ia rubuh
terguling, terus tergelincir kebawah rumah.
Sementara itu, sehabisnya Lioe Tong dibokong,
terdengarlah suaranya Na Pek.
"Kawanan kunyuk, kamu main mengerubuti, maka aku
si orang she Na tidak akan kasi kau berlalu dengan tangan kosong!"
Berbareng dengan suaranya Twie in Chioe itu, dua
bayangan berlompat dikiri dan kanan yang disebelah kiri berlompat lebih dahulu, dan lebih jauh juga. Tapi si Tangan Kilat sangat cepat gerakannya, Yan bwee piauwnya melesat mengenai belakang paha kiri orang, atas mana, musuh itu rubuh terbanting hingga ia bikin pecah beberapa lembar genteng.
Twie in chioe tidak berhenti sampai disitu, ia loncat kekanan, kepada lawan yang membokong itu, justeru orang ini baharu saja kasi turun kakinya, belum sempat dia
menaruh kaki dengan betul, bagaikan alap2, Na Pek sudah samber padanya, telak dia kena tertinju, tidak ampun lagi diapun terlempar lima enam tindak, terus rubuh dimulut payon.
Kawan2nya Hauw Thian Hoei itu adalah dua saudara
angkatnya, ialah Coan thian Auw coe Lioe Seng dan Giok bin Sin siauw Yap Thian Lay. Yang terkena piauw adalah si orang she Yap, dan yang rubuh ditangan Twie in chioe ada si orang she Lioe. Jadinya semua tiga Cin tiong Sam Niauw telah berkumpul didalam Cap jie Lian hoan ouw.
Mereka ada orang2 kenamaan, meski juga mereka sudah
kena dilukai atau dirubuhkan, masih mereka tidak hendak menyerah. Begitulah Lioe Seng, dengan satu lompatan "Lee hie ta teng," atau ikan tambra meletik," dia berlompat bangun untuk segera loncat turun, dengan niatan
menyingkirkan diri. Ia baharu loncat, atau dari sebelah
bawah ada bergerak satu bayangan, yang mencelat naik, hingga hampir mereka saling tabrak.
Lioe Seng merasa bahwa ia sukar lolos, karena mana dia jadi nekat, dia lantas ambil putusan, biarlah ia menjadi batu kumala yang hancur lebur daripada batu bata yang utuh.
Dia ingin mati bersama2 orang yang loncat naik itu, yang ia sangka tentu adalah musuh yang hendak rintangi padanya.
Ia kumpulkan tenaganya dikedua tangan, yang dipakai
menyerang dengan berbareng.
Orang yang loncat naik itu belum sempat taruh kakinya diatas payon, jangankan menangkis, untuk berkelitpun dia tidak mampu, apa pula penyerangnya ada salah satu jago dari Cin tiong Sam Niauw. Tapi orang itu adalah Ay Kim Kong Na Hoo, satu jago kenamaan.
Selagi Lioe Tong rintangi Hauw Thian Hoei, Na Hoo
lihat dua bayangan disebelah timur, yang lenyap dalam sekelebatan, hingga ia jadi terperanjat. Itu menandakan dua bayangan itu ada orang2 pandai. Karena ini, dengan cepat ia menyusul ke arah timur itu. Turun ditembok, ia merosot dengan "Pek hoe yoe ciang" atau "Cicak memain
ditembok." Disini tempat ada gelap. Maka ia bisa bergerak dengan leluasa. Dengan hati2 ia cari dua bayangan tadi.
Sebenarnya, didalam gedung semua orang telah ketahui
datangnya orang jahat, akan tetapi tanpa titah dari ketua mereka, tidak ada satu diantaranya yang berani lancang keluar. Beda adalah itu beberapa tetua, yang dapat bergerak dengan merdeka.
Segera juga Na Hoo dapat tahu dimana sembunyinya
dua bayangan tadi itu mereka itu naik dipayon untuk
mendekam diatas nya tanpa orang gampang dapat lihat
mereka. Jie Hiap kenali Yap Thian Lay, maka ia duga yang lainnya tentu Lioe Seng ada nya.
Dua orang itu dengan cerdik pisahkan diri dikedua
ujung. Terus Na Hoo berdiam sambil pasang matanya, ia tidak
kuatir kan kawannya yang sedang bertempur diatas genteng itu, sebab sang kawan adalah Siok beng Sin Ie Ban Lioe Tong. Ia baharu muncul ketika dua penjahat itu
membokong Lioe Tong, akan tetapi mereka itu dapat
bagian dari Toa Hiap. Ketika ia loncat naik, ia berpapasan dengan Lioe Seng dan dia ini, dalam nekatnya, ambil
putusan akan mati bersama.
Saking cepat gerakannya, Jie Hiap sampai terlebih
dahulu diatas payon dimana ia segera taruh sebelah
kakinya, ketika ia lihat orang hendak terjang padanya, ia kumpul tenaga disebelah kaki itu, lalu ia menggeser tubuh kesamping, dengan begini, ia lolos dari serbuan. Sebaliknya Lioe Seng, yang tubruk tempat kosong, terus saja dia jatuh kebawah, tanpa dia sanggup pertahankan diri lagi. Tapi juga Jie Hiap turut jatuh, tidak dapat ia tancap kaki diatas payon itu, hanya ia rubuh dengan kaki dibawah,
rubuhnyapun lebih dahulu daripada Lioe Seng.
Coan thian Auw coe jatuh dengan kepala dibawah dan
kaki diatas, apabila dia mengenai tanah, mesti kepalanya pecah atau remuk.
"Kau mampus, binatang!" berseru Na Hoo yang ia lihat
bagaimana caranya orang jatuh. Ia lompat untuk menolak dengan keras selagi kepala si penjahat belum sampai pada tanah, karena mana, tubuhnya Lioe Seng terpental kekaki tembok, terbanting dengan keras.
"Nah, bangsat, kau beristirahatlah disini!" kata Na Hoo dengan ejekannya, lalu dia tertawa. Kemudian, dengan
enjot diri ia lompat naik keatas payon.
Pada waktu itu, Hauw Thian Hoei sedang dikejar Ban
Lioe Tong. Dia cerdik, dia ingin loloskan diri dengan tipu muslihat "Bersuara di timur, menyerang di barat." Ia
gulingkan tubuh dipayon, dengan miringkan tubuh, ia cekal bawahan payon, sambil ayun tubuh ia mencelat kesebelah timur. Apa mau, Lioe Tong telah dapat candak padanya, pedang tabib itu sudah mengancam. Ia mengerti, sulit untuk meloloskan diri, dia bakal binasa ditangan orang Hoay Yang Pay ini atau akan tertawan pihak Hong Bwee Pang.
Iapun sudah saksikan, Yap Thian Lay telah terluka
ditangannya Na Pek. Ia sudah rubuh, ia malu sendirinya.
Maka akhirnya ia jadi nekat.
"Orang she Ban, jangan kau keterlaluan!" ia berseru.
"Kau harus ingat, Hauw Thian Hoei tidak punya
permusuhan denganmu! Malam ini kami sudah datang
kemari, itulah tidak bisa lain, karena kami mesti datang.
Dimana hidup atau mati sudah ditakdirkan, baik, aku
peserah!" Setelah mengucap demikian, Ketua Cin tiong Sam
Niauw ini serukan saudara2nya "Saudara2, jangan tunggu sampai kita terhina ditangan Boe Wie Yang, mari kita
bereskan diri kita sendiri!" Lalu ia ayun Kim sie Siauw kauw pian, kearah kepalanya sendiri.
Hauw Thian Hoei anggap dia mesti mati, diapun telah
gunakan tenaganya, tapi diluar sangkaannya, senjatanya itu ada yang tangkap untuk ditahan turunnya, lalu ia dengar suara orang berkata2 sambil tertawa pelahan.
"Sahabat, kau pernah menjadi satu jago, kenapa kau
lakukan perbuatan hina seperti ini?"
Hauw Thian Hoei heran, ia buka kedua matanya. Kapan
ia sudah lihat orang yang cegah ia mati, ia jadi terlebih heran pula. Orang itu bukannya Yan tiauw Siang Hiap,
bukan Lioe Tong juga. Dia hanya ada seorang tua dengan, kumis jenggot ubanan, dan ia kenali orang tua itu adalah Hauw Tay, piauwsoe tua dari Shoatang Selatan.
"Eh, orang she Hauw," ia lantas menegur. "Kita berdua tidak bermusuhan, kaupun ada satu she dengan aku, kenapa kau cegah aku habiskan diri sendiri" Kau mesti ketahui, Hauw Thian Hoei ada satu jago, dia gagal, dia lebih suka bereskan diri daripada mesti jatuh ditangannya Boe Wie Yang. Dengan cegah aku mati, tidak dapat aku lindungi nama baiknya Cin tiong Sam Niauw, karena itu, sekalipun sudah menjadi iblis, aku tidak puas terhadapmu. Kau lihat sendiri, dengan ini sudah dua kali aku rubuh ditangan Hoay Yang Pay, kami sudah habis daya, maka silahkan kau
binasakan kami tiga saudara, dengan begitu kami akan
bersyukur terhadapmu...."
Hauw Tay tertawa gelak2, ia lepaskan cekalannya pada
senjata lawan. "Sahabat, mari kita bicara," katanya. "Aku bertindak
atas namanya ketua kami, untuk cegah kau bunuh diri.
Didalam gedung tetamu ini, melainkan kami yang orang
boleh bokong dan bikin celaka, tetapi tidak kami yang bunuh orang disini! Sahabat, begitu rupa kau datang, begitu rupa juga kau berlalu, secara demikian, baharu terhitung kau sebagai satu jago. Jikalau kau lakukan perbuatan
rendah, kau seperti tinggalkan bencana untuk lain orang dan tak dapat kami terima itu. Hauw Thian Hoei, jangan kau salah mengerti, sama sekali aku tidak hendak menghina kepadamu! Nah, sahabat, persilahkan!"
Hauw Thian Hoei bungkam atas perkataan itu. Inilah ia tidak pernah sangka. Sedangnya ia berdiam, dari arah utara terlihat mendatanginya dua bayangan cepat bagaikan angin, segeralah terlihat bahwa, mereka adalah Eng Jiauw Ong
ketua Hoay Yang Pay, dan Coe In Am coe ketua See Gak
Pay...... Eng Jiauw Ong telah cari Yauw Beng Long tiong Pauw
Coe Wie, dari ujung timur utara ia pergi kebelakang kamar utara, disitu ia lihat berkelebat nya satu bayangan yang gesit luar biasa, bayangan mana pergi kebelakang tembok besar.
Ia sedang mendongkol sekali, keras keinginannya akan
dapat temui musuh besar itu ia sangka bayangan itu
tentulah orang yang ia sedang cari itu, maka segera ia menegur "Sahabat, kau pelahan sedikit, aku Ong Too Liong hendak
menghaturkan terima kasih buat senjata rahasiamu!" Lantas ketua Hoay Yang Pay ini menyusul.
Bayangan itu nampaknya merandek sebentar, setelah itu, ia naik keatas tembok. Ia tidak menoleh untuk perlihatkan muka nya.
Ketika itu Eng Jiauw Ong sudah menyusul sampai diatas genteng dari belakang ruang thia, justeru ia sampai, dari muka thia, ia lihat berkelebatnya dua bayangan bayangan yang pertama menuju ketembok besar, bayangan yang
belakangan, yang abu2 warnanya, menyekal sebatang
pedang yang bergemirlapan cahayanya. Dia ini ternyata adalah Coe In Am coe.
Bayangan yang didepan itu, sesampainya diatas tembok
sudah ayun sebelah tangannya, agaknya dia melepaskan
senjata rahasia. Dia berdiri diantara jarak lima atau enam kaki dari bayangan yang Eng Jiauw Ong sedang kejar.
Bayangan yang sedang di kejar ini, dengan terus
membelakangi ketua Hoay Yang Pay, berkata kepada
bayangan yang belakangan itu "Thong Lauw tee
mundurlah, biar aku situa, bangka mencegat dibelakang!"
Habis berkata, dari atas tembok besar itu, dia lompat pergi.
Berbareng dengan itu, dari luar tembok ada menyamber
banyak peluru panah. Coe In Am coe sendiri sementara itu telah dekati Eng
Jiauw Ong, siapa dengan lantas kata "Am coe, orang
didepan itu mirip dengan Pauw Coe Wie, jangan kasi dia lolos!"
"Mungkin bukan," sahut si niekouw tua.
Selagi Coe In Am coe menyahuti, Eng Jiauw Ong sudah
lompat ketembok akan susul orang yang ia sangka
musuhnya itu, hingga sekejab saja terpi sahnya ia dari orang itu hanya lima kaki kurang lebih. Ia mendek sedikit akan kumpul tenaga Eng jiauw lat, untuk siap menyerang. Tapi lebih dahulu ia menegur "Pauw Hiocoe, aku Ong Too
Liong! Disini juga aku mohon pengajaran darimu!"
Teguran ini disusul sama gerakan lompat mendekati,
untuk penyerangan "Sian jin cie lou," atau "Dewa
menunjukkan jalan," tujuannya adalah totokan kepada
jalan darah sam lie hiat. Ini ada serangan gertakan atau benar , kesudahannya akan bergantung kepada sikap pihak yang diserang. Eng Jiauw Ong mengancam secara demikian itu karena orang tetap tidak hendak perlihatkan mukanya kepadanya.
Disaat serangan hampir sampai serangan yang sedikitnya bakal bikin dia jatuh bayangan itu baharulah berkelit sambil memutar tubuh. Baharu sekarang terlihat wajah mukanya!
Dia benar bukannya Hiocoe Pauw Coe Wie, dia hanya satu hiocoe lain dari Hok Sioe Tong, ialah Sam im Ciat hoe ciang Lo Gie, ayah dari Lie touwhoe Liok Cit Nio.
"Ong Loosoe, kau menaruh belas kasihan dengan
tanganmu," berkata orang she Lo ini. "Baik loosoe ketahui, bukanlah maksudku yang aku telah datang kegedung
tetamu ini." Meskipun dia mengucap demikian, Lo Hiocoe telah
gerak2i kedua tangannya didepannya ketua Hoay Yang Pay itu. Eng Jiauw Ong heran berbareng terperanjat, karena segera ia insyaf, hiocoe itu justeru sangat terkenal dengan tangannya yang liehay, yang menyebabkan dia dapat
julukannya Sam im Ciat hoe ciang atau Tangan Kematian.
Ia lantas empos semangat nya untuk bersiap melindungi diri. Ia memang tahu hiocoe ini benar2 liehay, sedang dari keterangannya Tan Yong sudah ternyata, bagaimana dia ini rubuhkan perintang2nya.
Kedua pihak mulai saling menyerang. Eng Jiauw Ong
segera rasakan dorongan angin yang keras, sampai ia mesti tancap kaki ditembok, karena mana, pasir kapur sampai gempur terjedak keras. Ia pun segera keluarkan ilmu Eng jiauw kang. Umumnya kedua pihak lebih banyak bela diri saja.
Belum pertempuran berjalan lama, Coe In Am coe sudah
datang menyelak. "Lo Hiocoe," berkata pendeta wanita ini, "pinnie tahu liehaynya Sam im Ciat hoe ciang dari hiocoe, ilmu silat simpanan dari Hong Bwee Pang, meski begitu, ingin aku main2 sebentar. Melainkan, pada sebelum kita mulai, aku hendak omong dulu...."
Belum habis omongannya niekouw ini, Lo Gie, yang
geser kakinya, telah memotong.
"Am coe, kejadian malam ini boleh dibilang bukannya
niatku, hanya aku terpaksa. Mengenai Pauw Hiocoe, aku percaya pada saatnya dia akan bertemu juga dengan Am
coe berdua. Aku sendiri, tidak ingin aku taruh kaki lebih lama pula dalam Cap jie Lian hoan ouw ini, aku ada punya cita2 lain, tak dapat aku berdiam lama2 disini, maka itu, lain waktu saja kita bertemu pula!"
Ucapan ini disusul dengan gerakan tangannya didepan
dada, kedua tangan terpentang. Itulah gerakan "Kim tiauw tian cie" atau "Garuda emas pentang sayap".
Coe In dan Too Liong merasakan samberan angin dari
tangan hiocoe itu, keduanya mendek dengan segera.
Sebenarnya mereka niat maju menyerang, tetapi Lo Gie
mendahului rapatkan kedua tangannya seraya dia berseru
"Sampai ketemu pula!" lalu tubuhnya mencelat mundur,
lenyap ditempat yang gelap.
Berbareng dengan itu, di Utara gedung tetamu, ada
terdengar suitan saling susul, sedang dari luar jendela, anak panah menyamber2 hebat.
Kedua ciangboenjin ini segera maju, niatnya untuk lihat keadaan.
Baharu keduanya melongok, lantas dari depan dimana
ada berbaris pohon2 cemara, ada menyorot apinya empat buah lentera Khong beng teng, menyusul mana, ada
terdengar suara pemberitahuan "Siapa ada sahabat2 dari gedung tetamu, dipersilah kan kembali saja kedalam
gedung, siapa melintas keluar, apabila ada terjadi sesuatu, harap jangan sesalkan kami!"
Setelah itu, lentera penyorot itu lenyap, sebagai gantinya, ke udara dilepaskan serentetan panah2.
Eng Jiauw Ong dan Coe In Am coe mundur. Mereka
tahu pihak Hong Bwee Pang itu ada kandung maksud baik.
"Mari kita bersihkan dahulu gedung kita," niekouw itu mengajak. "Kita perlu meneliti berbagai bagian tempat kita".
"Baik, Am coe", menyahut Ong Too Liong.
Lantas dua orang ini mulai dengan perondaan mereka,
hingga kebetulan sekali, mereka dapatkan ketua Cin tiong Sam Niauw, ialah Twie hong Tiat cie tiauw Hauw Thian
Hoei, yang sudah putus asa dan nekat sedang berhadapan dengan Loo piauwsoe Hauw Tay. Lantas setelah piauwsoe itu beri keterangan, ketua Hoay Yang Pay berkata kepada jago dari Siamsay "Hauw Thian Hoei, apabila kami
bicarakan tentang sepak terjangmu, malam ini tidak
mestinya kami ijinkan kau keluar pula dari gedung tetamu ini, akan tetapi disini aku ada jadi tetamu, aku tidak mau lakukan apa2 yang bersifat keterlaluan. Kau datang dengan caramu yang tidak memakai aturan, akan tetapi kami, kami gunai cara2nya kaum kang ouw untuk mengantarkan kau
pergi. Sahabat, semua tipu muslihatmu telah kami lihat sebagai juga benda ditelapakan tangan kami, maka tak
usahlah kau tanya banyak terhadap kami! Sahabat,
sekarang juga kami hendak antar kau keluar dari pintu depan!"
Hauw Thian Hoei hendak jawab ketua Hoay Yang Pay
itu, ketika Twie in chioe Na Pek muncul dari antara tembok didepan, terus saja ia kata kepada ketua Cin tiong Sam Niauw "Orang she Hauw, ini adalah pertemuan kita yang ke tiga kali, maka jikalau dibelakang hari kau bertemu pula dengan aku, Na Loo Toa, jangan kau sesalkan aku!"
Bukan kepalang mendongkolnya jago Siamsay itu. Ia
lemparkan Kim sie Siauw kauw pian.
"Orang she Na, kurangilah omonganmu yang tak
keruan!" katanya dengan sengit. "Siapa menang, dia jadi raja, sekarang aku yang kalah, aku jadi bangsat! Maka jikalau kau coba menghina pula kepadaku, nanti aku
keluarkan kata2 yang tak sedap didengar!" Kemudian,
menghadapi Eng Jiauw Ong, ia tambahkan "Ong Too
Liong, kau telah ketahui urusan kami, sekarang aku telah
terluka, tak mungkin aku keluar pula dari dari Cap jie Lian hoan ouw ini, karena itu, baiklah kau bikin aku si orang she Hauw mendapat kepuasan!"
Itu artinya, ketua Cin tiong Sam Niauw minta
dibinasakan saja. "Jangan kau banyak bicara," Eng Jiauw Ong jawab.
"Kau telah cari kehinaanmu sendiri. Aku Ong Too Liong, omongan dan perbuatannya serupa saja, maka sahabat,
persilahkan!"
Eng Djiauw Ong Ying Zhua Wang Karya Zheng Zhengyin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Hauw Thian Hoei menyesal bukan main, ia mendongkol
sekali. Ia tahu, ia memang tak akan lolos dari penghinaan.
Ia jadi benci terhadap Sam im Ciat hoe ciang Lo Gie dan Ban San coe Thong In. Ia anggap mereka itu tidak kenal kehormatan kaum kang ouw, karena mereka sudah
tinggalkan ia bertiga saudara ditempat berbahaya itu.
Diapun insyaf, percuma untuk dia banyak omong pula.
Maka ia kertek gigi "Beginilah nasibnya Hauw Thian Hoei!
Nah, sampai ketemu pula!"
Setelah mengucap demikian, jago Siamsay ini lompat
turun turi atas genteng. Ia terluka tapi gerakannya masih gesit, kakinya menginjak tanah tanpa suara.
Pada waktu itu, Giok bin Sin Hiauw Yap Thian Lay
sedang di awasi, sedang Coan thian Auw coe Lioe Seng
baharu sadar dari pingsannya. Thian Hoei lihat keadaannya kedua saudara angkat itu, ia menyesal bukan main, ia
bersusah hati. Untuk banyak tahun Cin tiong Sam Niauw telah menjagoi, dengan Kim sie Hiauw kauw pian ia pernah rubuhkan jago2 yang kenamaan, siapa sangka sekarang
mereka berjatuh ditangan orang lain, malah mereka mesti tundukkan kepala.
Lioe Seng ada seorang dengan tabeat keras, sekarang ia rubuh, iapun terluka parah, malah merekapun terkurung
didalam Cap jie Lian hoan ouw, ia malu akan masih
"mencuri hidup" didalam dunia. Ia mengawasi ketika
ketuanya lompat turun menghampiri mereka.
"Toako, apakah kita masih memikir untuk keluar dari
Cap jie Lian hoan ouw ini?" ia tanya.
Mukanya Hauw Thian Hoei pucat bagaikan kertas putih.
Dengan dingin ia menjawab "Sekarang ini, kita ingin hidup tidak bisa, mau matipun tidak bisa, kita terserah kepada orang lain!"
Lioe Seng berbangkit sambil kertek giginya. Tapa tidak mampu bunuh diri, goloknya telah, disingkirkan oleh Yan tiauw Siang Hiap, dan disekitarnya ia telah dijaga keras.
Diakhirnya, Cin tiong Sam Niauw bertindak keluar.
Yan tiauw Siang Hiap bersama2 Ban Lioe Tong dan Lou
lam Piauwsoe Hauw Tay, begitu juga kedua ciangboenjin, mengiringi ketiga jago itu dengan tetap waspada.
Selagi jalan, Lioe Seng dekati Hauw Thian Hoei.
"Mungkin tak gampang kita lolos dari tangannya Boe
Wie Yang," ia berbisik, "bukankah kita tak sudi dengan keadaan kita seperti sekarang ini" Baiklah siap dengan senjata rahasia kita! Selagi menghadapi kematian, kita mesti perlihatkan keliehayan kita terhadap mereka!"
"Ingatlah pendek!" kata sang kanda. Maksudnya supaya
adik ini jangan bicara. Ketika itu mereka sudah mendekati mulut pintu.
Ay Kim Kong Na Hoo telah bawa senjata Cin tiong Sam
Niauw sesampainya mereka di ambang pintu, dari belakang ia menteriaki "He, saudara2, karena kau masih niat lakukan sesuatu, apabila kau tidak bekal senjata, mana itu bisa jadi"
Aku Na Loo Jie hendak sempurnakan orang, maka
saudara2, ambillah senjatamu ini masing2. supaya kau bisa bersiap sedia!"
Entah kapan ia kumpulkannya senjata2 itu.
Cin tiong Sam Niauw hentikan tindakan mereka.
"Na Loo Jie, terima kasih untuk kebaikan hatimu!"
berkata Giok bin Sin siauw Yap Thian Lay, dengan
menyengir. "Jikalau Cin tiong Sam Niauw sanggup hidup lewat malam ini, maka ketiga senjata ini mungkin kami antar kembali kepadamu! Na Jie Hiap, Cin tiong Sam
Niauw tak bisa melupakan budi, urusan kita sampai kita mati baharulah habis! Na Jie Hiap, benar tidak kataku ini?"
Ay Kim Kong tertawa besar.
"Orang she Yap, kata2mu ini aku Na Loo jie suka sekali mendengarnya!" jawabnya. "Itu menandakan bahwa kau
ada harganya untuk dijadikan sahabat! Aku harap kau
bertiga saudara nanti bisa bertemu kembali denganku!
Sekarang tidak ada omongan lainnya lagi, persilahkan!"
Selama mereka bicara itu, mereka telah sampai dimulut pintu. Diluar pekarangan, dengan saling susul terdengar suara gendewa mengaung tak putusnya.
Eng Jiauw Ong dan Coe In Am coe, yang beberapa
tindak lagi sampai dipintu, berhentikan tindakannya.
"Sahabat2," berkata ketua Koay Yang Yay, "aku Ong
Too Liong ada punya perjanjian dengan Boe Pang coe,
kami semua tak leluasa untuk keluar dari batas gedung tetamu ini, dari itu, aku tidak bisa antar kau lebih jauh pula."
Cin tiong Sam Niauw memutar tubuh. Mereka insaf,
inilah saat mereka yang paling genting. Ketiganya lantas angkat tangan mereka.
"Jikalau begitu, kami permisi!" kata mereka.
Dengan menahan rasa sakit, bertiga saudara itu berloncat dengan berbareng akan melewati pintu terdepan dari
gedung tetamu. Eng Jiauw Ong beramai telah menyatakan bahwa
mereka tak leluasa keluar dari gedung tetamu itu karena bisa menerbitkan gara2, akan tetapi mereka sangat ingin saksikan sepak terjangnya Boe Wie Yang terhadap Cin
tiong Sam Niauw, dari itu, mereka tidak segera masuk
kembali, mereka sebaliknya lalu mengintai.
Sesampainya dipekarangan luar dari gedung tetamu, Cin tiong Sam Niauw berdiri berbaris dengan sang ketua maju sedikit, dengan begitu, Yap Thian Lay dan Lioe Seng
mengapit toakonya itu. Mereka telah siap dengan gegaman masing2.
Mereka telah berkeputusan akan nerobos keluar.
Baharu saja mereka berada diluar batas gedung, lantas didepan mereka, jauhnya empat lima tumbak, muncul
enam buah lentera Khong beng teng, yang sorotannya
menjuju kearah pintu sekali, kearah mereka, kemudian
terdengarlah suara orang bicara, katanya "Cin tiong Sam Niauw yang telah dahar hati biruang dan nyali macan tutul, yang berani memasuki Cap jie Lian hoan ouw, yang
lancang menyerbu gedung tetamu, disini Bin Hiocoe sudah menantikan sekian lama! Siapa kenal bahaya, marilah turut aku ke Thian Hong Tong, jikalau tidak, terpaksa kami mesti turun tangan!"
Mengetahui pihak perintang itu adalah Bin Tie, hiocoe dari Ceng Loan Tong, Hauw Thian Hoei kata dengan
pelahan kepada dua saudaranya "Mari kita nerobos ke
utara!" Yap Thian Lay dan Lioe Seng menurut, malah mereka
lantas berlompat seperti toako itu. Baharu mereka lompat satu kali, lalu dari arah utara itu menyorot empat buah lentera Khong beng leng disusul dengan menyamber2 nya anak panah. Habis itu, terdengarlah teriakan "Orang she Hauw, Ouw Hiocoemu yang dapat titah dari Pang coe,
sudah menantikan lama kepadamu! Jikalau kau memaksa
hendak membandel, itu berarti kau cari kehinaan sendiri!
Apakah kau masih tidak suka ikut kami?"
Cin tiong Sam Niauw mundur nambil mereka tangkis
sesuatu anak panah, lantas mereka putar tujuan akan
menyerbu kearah selatan. Akan tetapi, seperti dimuka dan utara, disinipun ada penjagaan sorotan lentera dan anak panah malah kekuatannya terlebih besar. Disini pencegat nya adalah Auwyang Siang Gee dari Thian Hong Tong.
Hauw Thian Hoei bingung. Ketiga hiocoe itu ada para
hiocoe dari Lwee sam tong. Apabila mereka tidak terluka, mungkin mereka bisa andalkan ilmu enteng tubuh mereka akan lolos dari Cap jie Lian hoan ouw, tapi sekarang
mereka terluka semua, penyerbuan mereka akan berarti
mereka cari malu sendiri. Terpaksa mereka mundur pula.
Dengan tiba2 dari arah tengah terlihat pula sorotan api.
Karena mirip ikan dalam jaring, mereka makin bingung.
Mereka lantas mengawasi dengan tajam.
Lima tumbak didepan mereka, menyalalah lima buah
obor begitupun belasan Khong beng teng, hingga tempat itu jadi terang sekali. Khong beng teng itu menyorot tidak berhentinya kearah tiga saudara itu. Kemudian, satu orang kelihatan lompat maju dan perdengarkan bentakan "Cin
tong Sam Niauw, kau sudah masuk kedalam jaring, apa
mungkin kau, hendak tunggu pihak kami turun tangan"
Pangcoe kami sudah datang sendiri, apa masih kamu tidak
hendak memohon keampunan" Apa yang kamu hendak
tunggui lagi?" Hauw Thian Hoei awasi orang yang bicara jumawa itu,
yang dandanannya ringkas, sebelah tangannya menyekal
sebuah bendera sulam persegi tiga, ia rasanya ingat akan orang ini adalah Cit tong soe Pheng Sioe San, yang ia pernah lihat dalam Thian Hong Tong. Kemudian ia tampak enam tujuh orang lain yang dikitari obor2, ditengah2 siapa adalah Thian lam It Souw Boe Wie Yang, si orang tua dari Selatan, ketua dari Kong Bwee Pang. Ketua ini diiringi berbagai hiocoe, antara siapa ada Auw yang Siang Gee.
Melihat rombongan itu, Hauw Thian Hoei jadi sangat
gusar. "Boe Wie Yang ada sangat kejam!" kata ia pada dua
saudaranya. "Kita datang kemari bukan untuk dia tetapi dia hendak permainkan kita! Sekarang ini, selagi kita berada dipihak lemah, mari kita coba keluar dari Cap jie Lian hoan ouw! Selama gunung hijau masih ada, jangan kuatir kita kehabisan kayu bakar! Mari kita menyerbu!"
Selagi ketua Cin tiong Sam Niauw bicara, dari kejauhan terdengar beruntun suara suitan, mereka tidak perdulikan itu, lantas saja mereka bergerak. Mereka ambil kedudukan supaya tidak gampang dikepung musuh. Tapi mereka
menghadapi bahaya besar. Sekarang ini anak2 panah
justeru ditujukan langsung terhadap mereka yang turunnya bagaikan lebatnya hujan!
Cit tong Pheng Sioe San gusar, dia berseru "Cin tiong Sam Niauw yang bernyali besar, kamu berani tidak dengar nasihat Liong Tauw Pang coe, aku hendak lihat bagaimana kamu akan keluar dari Cap jie Lian hoan ouw !"
Setelah itu Pheng Sioe San balik menghampirkan
ketuanya, yang berdiri antara pepohonan lebat, entah apa
yang ia ucapkan terhadap ketua itu, Boe Wie Yang lantas geraki tangannya.
Menyusul tanda dari ketua ini, orang2 yang iringi
padanya lantas saja pada mencelat mundur, lenyap
ditempat gelap, sesudah mana, semua apipun dibikin
padam. Boe Wie Yang sendiri tidak turut berlalu, ia cuma mundur kebelakang pepohonan.
Belum terlalu lama, berisiklah terdengar suara2 bentakan dan saling memaki, jauh dan dekat, disusul suara nyaring dari bentrokan senjata2. Diantara sisa cahaya rembulan yang suram, kadang2 terlihat berkelebatnya senjata2 tajam.
Rupanya Cin tiong Sam Niauw telah lakukan
perlawanan seru, dalam luka2 mereka paksakan diri
mengumpul tenaga, tetapi orang2 Hong Bwee Pang dapat
rintangi serbuan2 mereka untuk nerobos keluar, dengan kesudahan mereka kena dipukul balik. Kemudian lagi,
dengan samar2 Eng Jiauw Ong beramai dengar dua kali
jeritan yang mengerikan. Segera juga, sang malam menjadi sunyi, menjadi seram
agaknya. Setelah pertempuran sampai diakhirnya, cahaya api yang terang telah bikin muka rimba jadi seperti siang.
"Am coe," kata Eng Jiauw Ong pada ketua See Gak Pay,
yang berada disampingnya, "rupanya Cin tiong Sam Niauw telah nampak kegagalan...."
"Tidak hanya gagal, binatang2 itu pun antarkan
jiwanya!" sahut satu suara dari samping selagi pendeta perempuan yang ditanya belum sempat memberikan
jawabannya. Semua orang menoleh, mereka lihat Twie in chioe Na
Pek. "Ah, soeheng, apa mungkin kau pergi menonton
kejadian hebat itu?" Eng Jiauw Ong tanya.
"Keramaian demikian dahsyat tidak hendak disaksikan,
kemana lagi hendak cari keduanya?" Na Tek baliki sambil tertawa. "Hauw Thian Hoei, si kunyuk bangkotan, tidak rabah tulang iganya sendiri, dia ber cita2 untuk ganggu kita, dia tidak tahu, disebelahnya dia tak mampu cabut sekalipun selembar rambut kita, dia telah main gila di Cap jie Lian hoan ouw, tempat yang penting ini yikalau dia sampai
diijinkan malang melintang disini, sungguh Boe Wie Yang telah runtuh sendirinya! Rupanya yang datang kemari tidak cuma Cin tiong Sam Niauw tentu ada juga orang lain ialah dua orang yang turut mengantarkan jiwa! Dari dua orang ini, rupanya satu bisa lolos, akan tetapi belum tentu dia bisa ke luar dari Hoen coei kwan. Lihat disana, ciangboen jin, kawanan kunyuk itu sedang digotong datang! ...."
Na Pek menunjuk dan semua mang menoleh.
Jauh ditempat gelap, samar2 tertampak digotongnya
empat orang, dibawa kemuka rimba dimana ada cahaya api terang . Memang, kecuali tiga tubuh dari Cin tiong Sam Niauw, ada lagi satu tubuh lain yang ringkas pakaian nya.
Lentera dan obor ada demikian banyak, cahayanya
sampai dimuka gedung tetamu, bagaikan siang saja. Disana kelihatan Boe Wie Yang, yang sedang berikan titah2.
Empat tubuh yang digotong dibawa kedepan ketua Hong
Bwee Pang ini. Waktu itu, suasana ada sangat sunyi. Orang2 Hong
Bwee Pang telah berkumpul, kecuali tukang2 panah, yang kembali ke tempat penjagaan mereka. Cuma jauh diarah
barat selatan, masih terdengar suara2 suitan.
Liong Tauw Pang coe bicara kepada kedua hiocoe dari
Ceng Loan Tong dan Kim Tiauw Tong, setelah itu, ia
mengibas dengan tangannya, ia perdengarkan suaranya
yang keren "Kawanan pit hoe tidak tahu malu ini, jikalau mereka diantap disini, bisa menyebabkan timbulnya
malapetaka dikemudian hari, dari itu antarlah mereka ke Lauw liong kauw, supaya mereka tidak mengotorkan Cap
jie Lian hoan ouw!" Titah itu dapat jawaban segera, tubuhnya Cin tiong Sam Niauw sudah lantas diangkat pergi, tetapi kawannya, yang terluka, atas titahnya hiocoe dari Ceng Loan Tong,
digotong kejalanan berpohon cemara dari Thian Hong
Tong. Setelah menyaksikan semua itu, Eng Jiauw Ong beramai
menduga bahwa bencana bagi Cap jie Lian hoan ouw
belum terbasmi semua. Bukankah Pauw Coe Wie masih
belum tertampak mata hidungnya, dan Lo Gie tak tolongi Cin tiong Sam Niauw" Adalah mengagumkan yang Sam im
Ciat hoe ciang masih tetap bisa berdiam dengan merdeka didalam Cap jie Lian hoan ouw, meskipun benar dia ada bekas hiocoe dari Hok Sioe Tong.
"Mari kita undurkan diri," kemudian Eng Jiauw Ong
kata kepada Coe In Am coe. "Sekarang ini tentulah Cin tiong Sam Niauw telah dibereskan."
Coe In Am coe setuju, akan tetapi belum sempat mereka memutar
tubuh, kelihatan Boe Wie Yang dan pengiring2nya bertindak kearah gedung tetamu, setelah terpisah dua tumbak dari gedung, dia berhentikan
tindakannya, dari jauh2 dia rangkap kedua tangan nya
memberi hormat. "Ong Loosoe, Coe In Thaysoe!" berkata ia, "aku sangat malu dan menyesal karena tidak sempurnanya penjagaan
kami malam ini, hingga orang2 luar bisa datang
mengganggu. Sekarang sudah jauh malam, tidak leluasa
untuk aku masuk kedalam gedung, dari itu, besok saja di Ceng Giap San chung aku nanti haturkan maafku...."
Baharu ketua Hong Bwee Pang tutup mulutnya atau
disamping selatan, diantara pepohonan, ada terdengar suara berkeresekannya cabang2 dan daunnya, menyusul itu
melesat turun satu bayangan hitam seperti burung terbang menyamber. Bayangan ini turun ditempat yang kosong,
lantas dia memutar tubuh, satu kali lagi dia melesat
lompatnya tinggi ketika dia injak tanah, lagi2 dia berlompat pula, dengan lompatan "Yan coe coan in," atau "Burung walet tembusi mega." Dia telah lompat naik keatas pohon dimana sebentar kemudian, tubuhnya lenyap.
Nampaknya Boe Wie Yang terperanjat dengan aksinya
bayangan itu. Bayangan tersebut sudah lenyap, akan tetapi pohon
dimana tadi orang itu taruh kaki, masih bergoyang2. Justeru itu diarah barat, dekat tempat si bayangan lenyap, dari antara pepohonan ada loncat turun satu tubuh lain, yang terus saja berlari2 kearah Boe Wie Yang.
Ketua Hong Bwee Pang itu undurkan diri, dilain pihak
kedua hiocoe disampingnya lantas maju kedepan, malah
satu diantara nya, yaitu Ouw Hiocoe, sudah lantas menegur
"Auwyang Soeheng disitu?"
Orang yang ditegur itu berhenti berlari, dia berdiri diam, maka Boe Pang coe lantas kenali dia adalah Auwyang
Siang Gee, ketua dari Thian Hong Tong. Hanya herannya, diantara
terangnya api, tertampak telah lenyap ketenangannya hiocoe ini, mukanya pun pucat biru,
agaknya dia berkuatir. Tidak tunggu sampai ia ditanya lebih dahulu, hiocoe dari Thian Hong Tong itu menjura kepada ketuanya seraya
berkata "Poen co telah susul Lo Gie dan Thong In sampai
dijurang Cian tiang pin, mereka itu telah lakukan
perlawanan keras. Memang, sembari menyusul, poen co
sudah kirim warta kepada penjaga2 disana untuk mereka siap sedia dengan panah, supaya mereka menyerang tanpa ragu2. Dua kali dua orang itu menerjang penjagaan kita, kedua2 kalinya gagal, karenanya, mereka memecah diri.
Poenco duga, Ban san coe Thong In berontak sebab
bujukan dan de sakannya Lo Gie dan Pauw Coe Wie,
bolehlah dia dikasi maaf tapi dia tak menyesal, dari itu poenco susul padanya. Beberapa kali dia menyerang dengan senjata rahasia, hampir poenco dapat celaka. Tadi dia kabur sampai kedekat gedung tetamu ini, lantas dia lenyap.
Poenco menyesal untuk kegagalan ini...."
CXXII Boe Wie Yang gusar sekali mendengar lapuran itu.
"Dengan perbuatannya itu, Lo Cie beramai harus
dibinasakan!" kata ketua ini dengan keras. "Aku hendak lihat bagaimana benar adanya kekuatan mereka! Pauw Coe Wie tidak perlihatkan diri, tapi tentunya dia telah kembali kesini! Aku ingin saksikan lebih jauh sepak terjang mereka, aku ingin ketahui, akhirnya manjangan akan terbinasa
ditangan siapa!" Kata kata ketua ini ditimpali dengan satu suara keras dipohon dimana tadi sibayangan tak dikenal lenyap, lalu sunyi pula.
"Bagus." Boe Wie Yang berkata seraya perdengarkan
suara di hidung. "Kamu telah datang kemari untuk
mengacau dan satrukan aku. Ingin sekali aku saksikan
bagaimana mereka berdua dapat molos dari Cap jie Lian hoan ouw." Lalu ia tambahkan kepada Bin Tie dan Ouw
Giok Seng "Jiewie hiantee, pergi lekas ke Cian tiang pin, ke
Poan san to untuk perkuat penjagaan disana, aku percaya, dua manusia durhaka itu pasti akan mencoba meloloskan diri dari sana. Auwyang Hiantee, mari!"
Lantas ketua itu dan tiga hiocoe, dalam rupa empat
bayangan, dengan pesat sekali pencarkan diri, lenyap
ditempat gelap. Tujuan mereka berempat adalah tiga
jurusan. Semua pengiring lainnya sudah lantas sembunyikan diri, lentera dan obor dipadamkan, hingga muka gedung tetamu itu jadi gelap dan sunyi.
"Sekarang dapatlah kita beristirahat dengan tenang,"
kata Eng Jiauw Ong. "Dimana yang turun tangan semua
ada pemimpin2 tertinggi dari Hong Bwee Pang, kita boleh tak usah kuatirkan apa lagi."
Sedangnya sang ketua mengucap demikian, Na Pek buat
main tangannya dan ngoce sendirian "Sam im Ciat hoe
ciang Lo Gie benar2 satu orang kang ouw liehay, sayang aku si Na Loo Toa tidak dapat ketika untuk main2
kepadanya, sungguh tak menggembirakan...."
Tapi mendengar itu, Na Hoo tertawa dingin.
"Walaupun tua bangka itu demikian gagah, dia toh
punyakan satu anak sebagai Lie touw hoe yang sangat
memalukan! Lenyaplah nama baiknya! Sayang kita telah
bikin perempuan itu lolos, jikalau tidak, bolehlah dia dibawa menghadap ayahnya itu!"
Eng Jiauw Ong bersenyum, ia tidak bilang suatu apa.
Mereka menuju kethia, tapi dimuka tangga mereka telah di sambut dengan obor dipasang terang2. Semua orang taat, tidak ada satu yang berani keluar dari gedung kendatipun suasana diluar ada hebat. Adalah setelah ketuanya kembali, baharulah orang keluar untuk menyambut nya. Mereka itu
dikepalai oleh Khoe Beng Tiongcioe Kiam kek seorang
yang terus rebah dipembaringannya, dia masih mendongkol terhadap Na Pek, walaupun Khoe Beng telah hiburkan
padanya. Lioe Hong Coen adalah yang nyalakan semua
penerangan, yang tadi dipadamkan.
"Baik juga hasilnya?" Khoe Beng tanya.
Eng Jiauw Ong menganggut.
"Orang2 jahat boleh liehay akan tetapi kita sudah bersiap sedia," ia menjawab. "Disebelah kita juga pihak tuan
rumah sudah berjaga jaga, mereka sudah memasang jaring, hingga percuma saja sepak terjangnya pengacau2 berbahaya itu. Sayang Cin tiong Sam Niauw, sudah jadi pecundang, hati mereka masih besar, mereka bertindak sembrono,
mereka kena dipincuk Lo Gie dan Pauw Coe Wie.
Sekarang habislah lelakon mereka, bersama nama besar
mereka dalam kalangan Rimba Hijau...."
Setelah duduk, Eng Jiauw Ong jelaskan duduknya
kejadian.
Eng Djiauw Ong Ying Zhua Wang Karya Zheng Zhengyin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Na Loosoe," kata Coe In kemudian kepada Yan tiauw
Siang Hiap, "tentu loosoe berdua menyesal karena tadi tak dapat jiewie main2 dengan musuh kita...."
Na Hoo sedang bicara kepada Ban Lioe Tong, ia cuma
manggut terhadap niekouw itu. Tapi Na Pek, yang lirik si pendeta perempuan, tertawa dingin dan berkata "Memang benar Am coe, menyesal sekali aku tak bisa bertempur
dengan Lo Gie dan Pauw Coe Wie. Akupun menyesal
sekali karena ketua kita larang kami keluar dari gedung ini.
Am coe tentu tertawakan kita karena nama Na sie Tee heng dari Coe cioe telah dibikin merosot...."
Coe In melirik pada Ong Too Liong, dia itu bersama
Khoe Beng sedang bicara dengan asyiknya. Kemudian Coe In pandang pula Na Hoo.
"Loosoe, tidak nanti pin nie bersikap seperti katamu,"
dia bilang. "Kita sama2 mendatangi Cap jie Lian hoan
ouw, kita seperti menaiki sebuah perahu, maka, terhormat atau terhina, kita mesti sama sama merasainya. Bukankah kitapun ada sahabat2 lama" Pinnie ada seorang suci, tetapi dalam keadaan seperti sekarang ini, tak dapat pinnie
lepaskan semua keduniawian. Marilah kita bekerja sama2
Ya, loosoe, bagaimana anggapanmu tentang ketiga hiocoe dari Lwee Sam Tong tentang boegee dan sifatnya?"
"Dimataku, Na Loo Toa, Auwyang Siang Gee boleh
dipandang sebagai lawan tanggu," kata Na Pek, dengan
roman tak puas. "Kalau Ouw Giok Seng dan Bin Tie, aku tidak pandang sama sekali."
Coe In Am coe bersenyum. "Nampaknya loosoe
beranggapan secara sederhana sekali," berkata pendeta ini.
"Dimataku, keadaan disini sangat mencurigai. Cin tiong Sam Niauw dapat ditangkap tanpa banyak susah, tidak
demikian dengan Lo Gie dan Pauw Coe Wie. Bukankah
mereka ini adalah orang2 dalam yang mengetahui baik isi sarangnya" Aku kuatir Boe Wie Yang sedang mengacaukan pemandangan kita. Aku kuatir disini masih ada mengeram lain2 orang yang liehay, yang baharu muncul besok di Ceng Giap San chung. Loosoe menyesal tak dapat hadapi Lo Gie dan Pauw Coe Wie, siapa tahu bila besok kau nanti
Geger Dunia Persilatan 12 Kisah Si Rase Terbang Karya Chin Yung Wanita Gagah Perkasa 12
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama