Ceritasilat Novel Online

Tangan Berbisa 10

Tangan Berbisa Karya Khu Lung Bagian 10


Taysu sambil tertawa getir. Pengemis tua itu
mengerutkan alis, lalu berpaling dan berkata kepada cin
Hong. "Baik, sebentar kita lakukan lagi setelah kita sama-sama
meninggalkan gunung Slong-san." Sehabis berkata
demikian ia duduk lagi ditempatnya.
Tie-kong Taysu menunjukkan senyum puas kemudian
berpaling dan bertanya kepada cin Hong.
"Tadi Siao-sicu kata bahwa golongan Kalong mengutus
Dua belas puteri yang ditugaskan untuk memikat angkatan
muda anggota dua belas partai, apakah dalam hal ini -iuosicu
menyaksikan sendiri?"
cin Hong mengangguk. dan katanya,
"Boanpwe pernah menyaksikan dengan mata kepala
sendiri, Seorang anggota angkatan muda dari partay Thian
San-pay yang tidak mau menuruti permintaan mereka,
menemukan ajalnya dengan sangat mengenaskan, pendekar
berbaju biru Nie-kun dari Kong-tong-pay kini masih
tenggelam dalam rayuan perempuan-perempuan Siluman
itu, dan lagi. . . ."
Wajah Tie-kong Taysu berubah mendengar ucapan itu,
tanyanya pula^ "Masih ada siapa lagi?"
"Masih ada beberapa anggota angkatan muda dari
beberapa partay, pemuda itu sudah terjerat oleh jaringan
dua belas puteri itu, hanya boanpwe tidak menyaksikan
dengan mata kepala sendiri,"
"Murid angkatan muda dari orang biasa didalam gereja
sini jumlahnya sedikit sekali. diwaktu-waktu biasa juga
jarang datang kegereja, maka dalam urusan ini rasanya
pinceng boleh tak usah khawatir" kata Tie-kong sambil
menarik napas lega. Sipengemis tua anah tiba-tiba menyela:
"Apakah kau berani jamin bahwa paderi-paderi didalam
gereja Siau-lim-si ini semuanya tidak bisa bergerak
perasaannya?" "Dalam hal ini tidak perlu dicurigakan segala orang, juga
tidak seharusnya kita merasa curiga terhadap siapa saja"
Tie-kong Taysu tampaknya bangga sekali ketika
mengucapkan kata-katanya.
cin Hong tersenyum mendengar ucapan itu lalu berkata:
"Boanpwe tadi melihat seorang suhu yang masih muda.
sedang memotong rumput ditanah lapang, katanya dia
sedang menjalankan hukuman dari ciangbunjin Taysu"
"Dia bernama Ngo-beng, sebetulnya ditugaskan untuk
melayani pinceng. Bulan yang lalu ia minta cuti dua puluh
hari, katanya mau turun gunung untuk menengok
pamannya. Tapi kepergiannya itu ternyata sudah lebih dari
sebulan, tadi pagi baru kembali. Pinceng cuma hukum dia
memotong ramput satu hari apakah itu tidak sepantasnya?"
kata Te-kong Taysu. "Dibawah teriknya mata hari seperti sekarang ini,
pekerjaan memotong ramput sebetulnya terlalu berat,
bolehkah Taysu pandang muka boanpwe untuk memberi
keringanan padanya?"
"Kalau siao-sicu yang mintakan keampunan, biarlah
akan pinceng ampuni kesalahannya sekali ini."
Setelah itu, Tie-kong Taysu memerintahkan seorang
paderi kecil supaya panggil Ngo-beng supaya datang
menghadap. dan tak lama kemudian Ngo-beng pun
menghadap kepada Tie-kong Taysu.
Tie-kong Taysu suruh ia mengucapkan terima kasih
kepada cin Hong. Pada Saat itu dengan tiba-tiba paderipaderi
yang tadi bersama cin Hong masuk kesitu, kini
dengan tergesa-gesa lari masuk. kemudian memberi hormat
kepada ketuanya seraya berkata:
"ciangbunjin, lima ciangbunjin dari partai-partai Bu-tong,
cong Lam, Hoa San, Kong-thong dan Lam-hay-pay telah
datang berkunjung " Tie kong Taysu terkejut mendengar laporan itu, buruburu
memerintahkan padri tersebut keluar lagi guna
membunyikan lonceng, Setelah itu ia memberi hormat kepada pengemis tua dan
cin Hong seraya berkata: "Ji Wie silahkan duduk dulu sebentar, pinceng hendak
menyambut kedatangan lima ciangbunjin itu, nanti akan
melayani jiwie lagi"
Sehabis mengucap demikian, lalu masuk kedalam untuk
mengenakan jubah kain kasa dan keluar lagi dengan
tergesa-gesa. Tak lama kemudian, terdengar suara lonceng dipalu
amat nyaring. itu adalah suatu Cara kehormatan bagi gereja
Siao-lim Sie untuk menyambut tamu agungnya.
Sipengemis tua mendengar suara lonceng itu lantas
unjukkan sikap tak senang, rupanya ia tak senang, karena
waktu ia datang, tidak disambut secara ini.
cin Hong hampir saja tak dapat menahan geli hatinya,
sebab pengemis tua itu kecuali kepandaian ilmu silatnya
yang tinggi, bukanlah seorang yang mempunyai kedudukan
tinggi. Masih untung Siau-lim-si sudah mau menyambut
kedatangannya dengan penghormatan Cukup besar. Itu saja
sudah cukup merendahkan diri bagi tuan rumah. Namun
pengemis tua itu rupanya masih belum merasa puas, benarbenar
seorang yang tak tahu diri. begitu anggap cin Hong.
Pengemis tua yang masih mendongkol, lalu bertanya
kepada cin Hong. "Anak muda, siapa sebenarnya lima
ketua partay itu?" cin Hong menjawab sambil tersenyum mengandung arti:
"Ketua partay Bu-tong ialah ceng-hong cinjin, ketua
cong-lam ialah Tay-hie Totiang, ketua partay Hoa San
adalah Yu Hoa liong, ketua Kong-thong ialah Jie cek Bun,
dan ketua partay Lam-hay ialah Buyu Sianjin Tee PoBeng"
Nama orang-orang ini aku satupun tidak pernah dengar"
berkata sipengemis tua dengan sikap menghina.
"Lima ketua ini kepandaian ilmu silatnva tidak dibawah
Kepandaian ketua mereka yang terdahulu, kabarnya masih
ada satu maCam lagi yang tidak dimiliki oleh para ketua
partay lainnya" "Dalam hal mana yang tidak dimiliki oleh lainnya?"
"Sifat dan kepribadian mereka"
"Jahat?" "Bukan, malah mereka semua orang baik. Sejak
penguasa rumah penjara rimba persilatan muncul, sehingga
para ketua partay satu persatu jatuh kedalam penjara itu,
partay-partay yang ketuanya tertawan, dalam mengadakan
pemilihan penggantinya, semua dititik beratkan kepada sifat
dan kepribadiannya, yang lemah lembut, sabar dan tak
gampang marah. Sebab, memang cuma orang-orang
semaCam merekalah yang tak pernah memikirkan untuk
selalu mau menang bertanding kerumah penjara rimba
persilatan- Kau harus tahu, bahwa sejak berdirinya rumah
penjara rimba persilatan selama sepuluh tahun ni, diantara
seratus orang lebih yang menantang bertanding. hanya
seorang saja, ialah pangcu dari golongan Kalong yang
paling akhir ini baru muncul yang tak sampai terpukul jatuh
olehnya" "Kalau begitu, mereka itu masih terhitung sebagai
golongan persilatan macam apa lagi" Terus terang saja
bubarkan Semua partay itu. Lebih baik lagi, bukan?"
"Apakah Locianpwe belum pernah mendengar
bagaimana raja Wat ong yang harus menderita dengan tidur
diatas kayu kering dan makan nyali binatang?"
Pengemis tua itu seolah-olah baru sadar, ia
mengeluarkan ucapan: "ouw" wajahnya sedikit merah,
kemudian berkata sambil mengangguk-anggukan kepala:
"Kalau bisa berbuat demikian rupa memang baik. Aku
juga jadi ingat diriku sendiri sewaktu dikalahkan oleh
suhumu dulu, waktu itu aku merasa sedih dan hampir saja
bunuh diri, tetapi akhirnya aku melatih lagi ilmu silatku dan
mengadakan pertandingan satu kali lagi dengan suhumu"
Maka aku kemudian melakukan perjalanan jauh keluar
perbatasan, selama banyak tahun itu aku harus tidur
dibawah udara terbuka dan makan apa sedapatnya,
penderitaan lahir dan bathin cukup berat bagiku, tetapi
akhirnya, sekarang ini, benar saja aku yakin telah memiliki
kepandaian yang sekiranya dapat digunakan untuk
mengalahkan Suhumu" cin Hong agak mendongkol mendengar ucapan takabur
itu, katanya dengan bersenyUm sindir:
"Locianpwe tokh belum pernah mengadakan
pertandingan lagi dengan suhu" Sebaliknya janganlah
omong terlalu besar"
Pengemis tua itu marah, dengan tiba-tiba ia bangkit dari
tempat duduknya dan mengempit tikarnya yang rombeng,
lalu sepasang kakinya menjejak dan lompat melesat melalui
genteng, di tengah udara ia mengeluarkan ucapannya^
"Ha ha... aku sipengemis tua terpaksa sekarang juga
hendak berangkat kerumah penjara rimba persilatan buat
menolong keluar suhumu, setelah itu baru aku akan
menjatuhkan suhumu ... ."
Suara itu makin lama makin jauh, dan sebentar sudah
tidak kedengaran lagi. cin Hong tidak menduga sama sekali demikian
berangasan adatnya pengemis tua tersebUt, lama ia berdiri
termangu-mangu, belakangan jadi tertawa geli sendiri.
Selagi memikirkan kelakuan pengemis tua yang aneh
tadi, tiba-tiba terdengar suara kaki ia lalu berpaling, dan
tampak paderi penyambut tamu tadi sudah berada
didampingnya dan berkata dengan suara gugup :
"Siao-sicu, mahluk aneh tadi......oh bukan.....Lu Lo sicu
tadi apakah sudah pergi?"
"Sudah Katanya dia mau berangkat kerumah penjara
rimba persilatan," Paderi itu menarik napas lega, katanya
sambil tersenyum: "Siao-sicu mari ikut pinceng. ciangbunjin pinceng sedang
menantikan siau-sicu diruangan ceng-sin-tong"
"Apakah lima ciangbunjin lima partay itu juga semua
ada disana?" Paderi menganggukkan kepala, dan mengajak cin Hong
bersama-sama menjumpai para ketua partay yang
berkumpul didalam ruangan ceng-sin-tong.
Tiba disana, dalam ruangan itu tampak Tie-kong Taysu
sedang duduk bersama-sama lima ketua partay, yang terdiri
dari dua orang berpakaian imam dan tiga orang berpakaian
biasa. Tie-kong Taysu lalu bangkit dari tempat duduknya, lalu
memperkenalkan cin Hong kepada lima ketua partay itu.
cin Hong memberi hormat satu persatu, dan Tie-kong
Taysu setelah mempersilahkan duduk baru bertanya sambil
tersenyum, "Siao-sicu, Sewaktu Siao-sicu pergi menengok suhumu
didalam penjara rimba persilatan apa pernah siao-sicu
melihat seorang tua gila yang juga pergi menantang
bertanding dengan pengUasa rumah penjara itu "
Dengan sangat hati- hati cin Hong coba menjawab:
"Ada, ia adalah putra dewa persilatan Thay-pek sianong,
kakek gelandangan Kiat Hian. Sekarang ini beliau
masih dikurung didalam sebuah kamar special didalam
rumah penjara itu" "WAKTU ITU Bagaimana siao-sicu tahu dia itu betulbetul
adalah kakek gelandangan Kiat Hian ?"
"Waktu itu boanpwe sebenarnya masih belum tahu, dan
baru kemarin ini saja mendapat tahu dari mulut dua orang
anggota golongan Kalong, mereka agaknya memang
sengaja hendak menyebar luaskan berita itu. ..."
Lalu ia menceritakan bagaimana orang tua gila itu tidak
menurut peraturan yang telah ditetapkan, sudah naik keatas
kawat dan menantang bertanding, lalu berakhir dengan
terjatuhnya dirinya diatas kawat, lalu dikurung dalam
kamar spesial, Selanjatnya cin Hong juga lantas
menceritakan sekali rencana ketua golongan Kalong yang
mengutus dua belas barisan putrinya untuk memikat para
pemuda dari berbagai partay dan bersama-sama
sekelompok untuk mencuri kunci emaS yang berada
ditangan para ketua partay, supaya dapat mengambil kotak
Wasiat dari dasar danau Thian-pek tie.
Selagi ia hendak menunjuk murid-murid partai mana
yang sudah terpikat oleh kawanan wanita siluman itu, tibatiba
dipintu ruangan tamu berkelebat bayangan orang, padri
muda yang bernama Ngo-beng itu sudah berjalan masuk.
sambil membawa semampan besar buah-buahan.
cin Hong lantas berdiam sebegitu lekas melihat
masuknya Ngo-beng taysu, ia pura-pura menggaruk-garuk
kakinya sambil mengerutkan alisnya. seolah-olah ia benarbenar
sedang menahan rasa gatal yang amat sangat.
Ngo-beng meletakkan buah-buahan bawaannya diatas
meja, kemudian dengan lekas undurkan diri lagi melalui
belakang Tie-kong Taysu. Enam ketua partay meraSa heran menyaksikan cin Hong
menggaruk-garuk terus kakinya, ceng-kong cinjin dari Butongpay
yang tidak dapat menahan perasaan herannya lalu
bertanya: "Kaki Siao-sicu kenapa ?"
"Tidak apa-apa, Seperti ada seekor kutu-buSuk yang
masuk kedalam kaki celana" menjawab cin Hong sambil
tertawa. Tie-kong Taysu merasa tidak enak, katanya dengan suara
agak gelagapan: "Aneh, digereja ini seyogianya tidak
pernah ada kutu busuk...." Ketua Kong-tong-pay Jie cek
Bun lalu berkata: "cin Siaohiap beleh terus kan Ceritamu sambil
menggaruk. Tadi kau kata tentang golongan- ..."
cin Hong mendadak lompat bangun sambil berseru:
"Aya", memotong ucapan ketua Kong-thong-pay yang
belum kelar semua, sikapnya itu memperlihatkan sekali
kebingungannya ia diwaktu itu.
Jie cek Bun mengeluarkan suara dari hidung, rupanya ia
sudah mulai marah,jelas bahwa ia sudah mengetahui kalau
cin Hong sedang berpura-pura. Tie-kong taysu sudah
menyadari hal itu, maka lalu berkata sambil tersenyum:
"Siau-sicu kalau ada apa-apa yang ingin siao-sicu
ceritakan, ceritakan saja. Disini tidak ada Orang luar."


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dalam hati cin Hong merasa Cemas, tapi ia tidak dapat
membentangkan karena ia tahu bahwa padri yang disebut
engkoh Beng itu bukan saja maling kunci emas partay Siaolimpay, barangkali juga menghendaki jiwa ketuanya
sendiri. Tie-kong Taysu yang menyaksikan cin Hong masih
berpura-pura, dalam hati mereka tidak senang, terpaksa
berpaling dan berkata kepada Ngo-beng:
"Ngo-beng, kau keluar Sekalian beritahukan pada yang
lainnya, jikalau tak ada panggilan dariku siapapun tidak
boleh mendekati ruangan ceng Sin-tong ini "
Ngo-beng menurut, ia memberi hormat dan keluar dari
ruangan ceng-sin-tong. Jie cek Bun mengawasi cin Hong
sejenak. kemudian berkata: "cin Hong Siaohiap. apakah
sekarang masih gatal?"
"Kuucapkan terima kasih atas perhatian Jie ciangbunjin,
aku sebetulnya sedikitpun tidak gatal" dengan muka
kemerah-merahan cin Hong berkata.
"DahulU aku pernah berjumpa dua kali dengan suhumu,
anaknya ia demikian berhati-hati seperti cin Siaohiap "
Jie ciangbunjin terlalu memuji, boanpwe biasanya juga
selalu alpa, hanya kali ini.."
"cin Siaohiap tadi kata bahwa golongan Kalong telah
mengutus apa yang dina makan dua belas putri untuk
memikat anggota muda berbagai partay, apakah dalam hal
ini kau dapat menunjukkan sedikit buktinya ?"
"Jie ciangbunjin, bagaimana anggapan ciangbunjin
tentang kelakUan pendekar berbaju biru Jie kun ?"
Wajah Jie cek Bun berubah, katanya dengan suara berat,
"Aku anggap dia baik, kenapa ?"
"Boaopwee pernah lihat ia berada bsrsama-sama dengan
salah satu dari dua belas putri itu, sudah tentu pendekar
berbaju biru itu orang dari golongan baik-baik dan dari
golongan kebenaran- mungkin setelah ia mengetahui
rencana jahat siluman wanita itu segera sadar akan dirinya
hanya Jie ciangbunjin dalam hal ini harap suka sedikit
waspada" berkata cin Hong dengan suara perlahanSepasang
mata Jie cek Bun memancarkan sinar tajam,
wajahnya kembali berubah, kemudian dengan tiba-tiba
menundukan kepalanya. "Boanpwe bukanlah sengaja mengeluarkan ucapan ini
untuk merusak nama baik partay ciangbunjin, harap
ciangbunjin suka maafkan."
Lama Jie cek Bun berdiam, baru terdengar elahan
napasnya, kemudian angkat kepala dan memandang
bergiliran kepada lima ketua partay, barulah berkata sambil
tertawa getir. "Aku siorang sheJie, sebetulnya tidak suka menceritakan
kejadian yang memaluKan dalam partaiku sendiri. karena
hari ini cin Siaohiap Sudah menceritakan, maka aku siorang
she Jie tidak perlu menutupi rahasia ini lagi.. . ."
Ketua lima partay dengan serentak bertanya dengan
sikap terheran-heran. "Bagaimana?" "Kunci emas yang kusimpan, pada beberapa hari
berselarg telah dirampas orang dan orang itu justeru murid
Suteku sendiri Nie-kun"
Lima ketua partay ketika mendengar ucapan itu seperti
mendengar suara geledek disiang hari belong, semuanya
terkejut dan terheran-heranTay-hie totiang dari cong-lam-pay lalu bangkit dan
berkata sambil tertawa terbahak-bahaK:
"Hah", sudahlah.. Sudahlah... Dengan terus terang
kuberitahukan kepada kalian semua, kunci emas yang pinto
simpan juga pada sebulan berselang telah dirampok oleh
murid durhakaku sendiri"
"Aku siorang she Tee masih mengira bahwa orang yang
kehilangan kunci emas itu hanya aku seorang diri saja"
berkata TeePo Heng ketua dari partay Lam-hay-pay.
Kini tiga ketua partay itu baru tahu, bahwa cara
kehilangan kunci emas mereka hampir sama, semuanya
diwaktu sedang bersemedi, lalu diserang dengan tiba-tiba
oleh muridnya sendiri kemudian diambil kuncinya......
Ketua Hoa San-pay Yu Hoa liong, berkata sambil angkat
pundak: "orang-orang golongan Kalong berusaha mencuri kunci
emas, tetapi sebaliknya sudah menyiarkan berita tentang
tertawannya kakek gelandangan didalam rumah penjara
rimba persilatan, coba kalian pikir apakah artinya ini?" cin
Hong lalu berkata: "Ini mungkin adalah salah satu rencana busuk mereka,
PangCu golongan Kalong mengira bahwa para ketua partay
setelah tahu kehilangan anak kuncinya, mungkin akan
letakkan pengharapannya kepada kakek gelandangan,
dikiranya mereka akan lantas pergi kerumah penjara untuk
menantang bertanding. Mereka tahu bahwa kakek
gelandangan ada mempunyai penyakit gila yang sebentar
kumat sebentar sembuh, sudah pasti tidak sanggup
melawan kepandaian penguasa rumah penjara rimba
persilatan, maka ia tak perlu kuatirkan kakek itu keluar dari
rumah penjara, lalu mengutus orang-orangnya menyiarkan
berita itu, supaya dapat memancing ketua partay yang
kehilangan kunci emaSnya pergi ke rumah penjara rimba
persilatan untuk menolong kakek gelandangan, dengan
demikian . .." "Dengan begitu, kita semua mau disuruh jadi salah satu
dari tawanan dalam rumah penjara itu. IHehehe, aku
siorang she Yu,justeru tidak begitu bodoh" kata Yu Hoa
liong sengit. ceng Hong cinjin berdiam, seperti berpikir dia sejenak.
baru berkata: "Tapi, kalau kita bisa menolong keluar kakek
gelandangan, juga merupakan salah satu jalan yang tepat
untuk membuka kunci kotak wasiat itu. Asal kita dapat
makan obatnya yang disimpan dalam kotak Wasiat itu, dan
melatih ilmu silatnya, tidak susah rasanya untuk menolong
mengeluarkan ketua kita yang tertawan didalam rumah
penjara itu." "Aku si orang she Yoe ada satu akal, tetapi barangkali
ciangbunjin sekalian anggap Cara ini terialu rendah....."
berkata Yoe Hoa liong. Yoe Hoa liong sifatnya tidak gemar nama dan
kedudukan, tetapi ia memiliki kecerdikan otak. maka ketika
ia berkata ada mempunyai rencana, semua tertarik dan
perhatikan keterangannya lebih lanjut.
Tetapi Yoe Hoa liong mendadak alihkan pandaagan
matanya kepada cin Hong, kepada pemuda ini katanya:
"cin Siaohiap. jikalau aku menolak perbuatanmu yang
hati-hati seperti tadi satu kali ini saja, dapatkah kau
memberi maaf kepadaku?"
cin Hong tersenyum dan segera bangkit dari tempat
duduknya, berkata sambil memberi hormat:
"Yoe ciangbunjin mengapa bertanya demikian"
ciangbunjin sekalian hendak merundingkan soal kotak
wasiat, beanie sudah tentu harus menyingkir"
Setelah berkata demikian, kembali memberi hormat
kepada para ketua partay ia lantas berjalan keluar dari
ruangan ceng-sin-tong Padri muda Ngo-beng, seorang diri masih duduk
termenung di atas sebuah kursi rotan, tampak cin Hong
keluar dari ruangan, buru-buru bangkit dan berkata sambil
memberi hormat: "Sicu mengapa kembali lebih dulu?"
cin Hong duduk di atas kursi rotan, menjawab sambil
tertawa: "ciangbunjin Suhu sekalian sedang merundingkan urusan
penting dengan lima ciangbunjin partay besar, maka
terpaksa harus keluar lebih dahulu."
Diwajah Ngo-beng menunjukkan sikap aneh, seperti
tidak tenang, memandang kepada cin Hong sejenak.
kemudian berkata: "Sioceng tak tahu bahwa sicu adalah murid It-hu
Sianseng, tadi atas bantuan sicu, disini siaoceng ucapkan
banyak terima kasih."
cin Hong membalas pernyataan terima kasih itu dengan
sikap merendah. "Entah ada keperluan apa hari ini sicu berkunjung
kegereja kami?" bertanya pula Ngo-beng dengan hati tak
tenang. "Tidak ada apa-apa hanya main-main Saja."
"Tadi ketika siaoceng berada dikamar, sicu agaknya
bendak mengucapkan sesuatu yang takut siaoceng dengar?"
"Benar, ucapan itu kupikir tak ada faedahnya untuk
didengar bagi orang seperti kalian yang mensucikan diri,
oleh karena itu, maka disini. .. ."
Ngo-beng ketika mendengar ucapan cin Hong yang
terakhir, wajahnya berubah. Mengapa" Sebab, kata- kata itu
ia dahulu pernah di ucapkan oleh perempuan Cabul utusan
golongan Kalong, dan cin Hong yang ingin mengetabui
reaksi dari paderi itu, juga sengaja meniru ucapannya, tak
diduga, perbuatan itu segera menimbulkan pikiran jahat
bagi Ngo-beng. "Kalau sicu memang ingin main-main harap
tinggal beberapa hari disini. . . ."
"Aku justru pikir hendak mengganggu suhu sekalian
untuk berdiam beberapa hari seandai disini tidak keberatan.
. . ." "Sicu jangan kata begitu, mari siaoceng ajak sicu untuk
beristirahat kedalam kamar."
cin Hong yang ingin mengetahui tindakan apa yang akan
dilakukan oleh Ngo-beng, maka lantas menurut, Sebab ia
pikir diwakiu tengah hari belong, paderi itu tentunya tidak
berani bertindak apa-apa.
Ngo-beng ajak dia masuk kedalam sebuah kamar yang
bersih dan sunyi. cin Hong lalu membuka baju luarnya, dan
Ngo-beng telah menyambutnya dengan sikap hormat,
kemudian undurkan diri. cin Hong yang sudah melakukan perjalanan beberapa
hari kemarin dikata hampir tanpa mengaso, juga sudah
merasa letih, maka begitu rebah dipembaringan, tanpa
disadari olehnya benar-benar sudah lantas tidur.
Entah berapa lama ia tertidur, tiba-tiba tangan kanannya
merasa sakit, ketika ia mendusin, dan membuka mata,
tampak ketua gereja Siau-lim-si Tie-kong Taysu dan enam
ketua partay lainnya beserta Ngo-beng berdiri disisi tempat
tidurnya, dan pergelangan tangannya sedang digenggam
erat-erat oleh Tie-kong Taysu hingga sekujur badannya
merasa lemas tak bertenaga.
Waktu itu tampak Tie-kong Taysu dengan wajah keren,
menguasai dirinya, kemudian berkata:
"Siau-sicu kiranya adalah anggota golongan Kalong
nomor seratus sembilan hampir saja pinceng sekalian
tertipu olehmu" cin Hong berusaha untuk duduk, katanya dengan
perasaan bingung: "ciangbunjin Taysu, apa artinya ucapan ini" Aku yang
rendah bukanlah orang dari golongan Kolong"
Tie-kong Taysu menunjukkan sebuah plat kuningan
keCil berbentuk segi panjang, katanya sambil tertawa
dingin: "Siao-sicu lihatlah, ini barang apa?"
cin Hong memeriksa plat kuningan itu diukir dengan
tulisan anggota nomor seratus sembilan golongan Kalong.
Bukan kepalang terkejutnya, ia lalu mengerti bahwa benda
itu pasti merupakan tanda dan nomor anggota dari Hek motong,
tetapi ia tidak mengerti bagaimana barang itu
digunakan untuk menuduh dirinya sebagai anggota
golongan Kalong, maka ia segera bertanya^
"Dari mana ciangbun-taysu dapatkan barang ini?"
Tie-kong Taysu mengawasi baju luar cin Hong yang
bergantung didinding, katanya: "Pinceng dapatkan dari
dalam baju siau-sicu itu"
"Kenapa ciangbunjin menggeledah pakaian aku?" tanya
cin Hong heran. Ngo-beng yang berdiri dibelakang enam
ketua partay lantas menyambungnya:
"Itu adalah siaoceng yang menemukan ketika tadi
siaoceng bantu menanggaikan baju luar sicu....."
cin Hong kini mengerti sudah, bahwa itu adalah
perbuatan Ngo-beng yang hendak memfitnah dirinya, maka
dalam marahnya itu ia sebaliknya tertawa dan berkata:
"Bagus benar, engkoh Beng ini apakah tidak takut akan
masuk keneraka?" Tie-kong Taysu tidak mermperhatikan ucapan cin Hong
yang menyebut Ngo-beng menjadi engkoh Beng, waktu itu
lantas menggengam semakin erat pergelangan tangannya
dan berkata: "Sicu hari ini dengan menyamar sebagai murid It-hu
Sianseng masuk kegereja kami, entah apa maksudnya"
apakah juga ingin mencuri anak kunci yang berukiran huruf
harimau dari tangan pinceng?"
cin Hong yang tak dapat melepaskan tangan dari
genggaman paderi itu, rasa sakitnya telah membuat ia
mengalami penderitaan hebat. hingga keringat dingin
bercucuran membasahi jidatnya, tetapi ia menahan rasa
sakit itu, dan dengan tangan kiri menunjuk Ngo-beng ia
berkata^ "orang yang hendak mencuri anak kuncimu itu, justru
dia itu?" Tie-kong Taysu berpaling mengawasi Ngo-beng sejenak.
Ngo-beng buru-buru menundukkan kepala dan
merangkapkan kedua tangannya, katanya dengan suara
gugup: "omitohud, harap sicu jangan menuduh sembarangan,
jangan mencoba mengarahkan dosa Sicu keatas diri
siaoceng" cin Hong sangat marah mendengar ucapan itu, ia
berpaling dan berkata kepada Tie-kong taysu:
"Apa Ciangbun-taysu tak percaya kalau aku ini adalah
murid It- hu Sianseng?"
"Kalau ditilik dari perbuatan orang angkatan muda
berbagai partay, yang sudah menghianati partay sendiri,
murid It- hu Sianseng belum tentu kalau tak bisa masuk
menjadi anggota golongon Kalong"


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

cin Hong mendadak marah, katanya^ "Kalau kau tidak
percaya yah, Sudah, kenapa kau pegangi terus tanganku?"
"Anak kunci emas dari ketua partay cong-lam, Khongtong
dan Lam- hay, harus diminta kembali, jikalau kau mau
menceritakan dimana letak markas besar golongan Kalong,
pinceng sekalian tidak akan menyulitkan dirimu."
cin Hong benar-benar sudah tidak dapat kendalikan
hawa amarahnya, oleh karenanya maka ia lantas
memejamkan matanya tidak menghiraukan ucapan ketua
Siao-lim ini. Ketua partay Hoa-sanpay Yu Hoa liong lalu berkata:
"ciangbun-taysu mengapa tidak berikan ia sedikit
hajaran" Jikalau tidak mau mengaku, terpaksa
menggunakan siksaan"
cin Hong dalam hati bergidik, ia lalu membuka mata dan
mengawasi padanya, kemudian berkata sambil tertawa
menyindir: "Yu ciangbunjin selamanya terkenal dengan
keCerdasannya, tidak disangka juga bisa berbuat demikian-"
la sebetulnya ingin memaki dia berbuat demikian bodoh,
tetapi la merasa tak pantas mengeluarkan perkataan tidak
sopan terhadap seorang ketua partay, maka akhirnya tak
jadi dikeluarkan ucapan itu.
Yu Hoa liong yang semula diangkat dan kemudian
disanjung, dalam hati merasa girang. Tetapi perkataan cin
Hong yang belakangan benar-benar telah membuatnya
mendongkol maka ia lalu berkata dengan usulnya :
"ciangbun Taysu coba geledah dulu tubuhnya, mungkin
masih ada barang apa-apa yang dapat digunakan sebagai
bukti....." Tie-kong Taysu sebagai seorang ketua satu Partay besar
dan sebagai tuan rumah, sudah tentu tidak mau
menggeledah diri seorang angka muda, maka ia lalu
berpaling dan memerintahkan Ngo-beng yang
menggeledahnya. Ngo-beng menurut, dan cin Hong karena tidak
mempunyai tenaga untuk melawan, ia hanya maki-maki
dengan mulutnya: "Padri Cabul, perbuatanmu malam itu dikelenteng Kowteeblo dibawah gunung Kiu-hua..."
Ketika cin Hong hendak melanjutkan ucapannya, diamdiam
jari tangan Ngo-beng sudah menotok cin Hong,
disamping itu ia berkata padanya dengan Sikap keren:
"Sicu mengapa selalu hendak memusuhi siaoceng saja"
Siaoceng tidak berbuat Salah terhadapmu "
Sementara itu, dari dalam diri cin Hong ia sudah
menemukan sejilid kitab tipis, maka lalu diberikan kepada
Tie-kong Taysu, Ketua gereja Siao-lim Sie itu telah menyambut dan
melihatnya, mengeluarkan seruan terkejut, kemudian
berkata: "Tay-seng-hong-sin-San, dari mana kau dapatkan kitab
pelajaran ilmu silat ini ?"
cin Hong diam-diam bersukur karena kitab itu tidak
tertulis nama dewa persilatan Thay-pek sian-ong Kiat Thian
Bin, jikalau tidak ia tentu dianggapnya mencuri lagi.
Saat itu ia berkata sambll ketawa dingin: "Bigaimanapun
juga toh bukan barang curian" Jikalau kau Tay-suhu suka,
biarlah kuberikan padamu "
Tie-kong Taysu mengeluarkan suara dari hidung,
kemudian kitab itu dikembalikan padanya, suatu tanda
bahwa ia tidak sudi menerima pemberian itu.
Sementara itu Ngo-beng kembali sudah menemukan
sebuah barang ...ialah sebuah anak kunci emas.
Ketika enam pasang mata dari enam kedua partay besar
itu tertuju kepada anak kunci emas itu, sesaat wajah mereka
pada berobah dan mengeluarkan seruan terkejut.
Tie-kong Taysu dengan cepat sudah menyambar anak
kunci dari tangan Ngo-beng, katanya dengan mata
terbelalak: "Ini adalah anak kunci yang berukiran huruf liong, anak
kunci milik ketua partay oey-pay. Mengapa bisa berada
didalam tubuhmu?" Lima ketua partay yang lainnya juga terkejut dan
terheran-heran, mereka benar-benar tak menduga bahwa
anak kunci berukiran huruf Liong yang sudah menghilang
selama dua puluh tahun lebih, tiba-tiba bisa muncul diatas
diri cin Hong, ini benar-benar suatu hal yang tidak habis
dimengerti. Mereka meskipun beleh saja menganggap bahwa anak
kunci berukiran huruf Liong yang digunakan sebagai barang
hadiah dalam sayembara oleh penguasa rumah penjara
rimba persilatan itu adalah barang palsu, tetapi apabila mau
dikata bahwa anak kunci yang tulen itu sudah dirampas
oleh Ho- ong, bagaimana sekarang bisa diberikan kepada
anak muda dihadapan mata mereka ini, yang di anggapnya
hanya seorang berkedudukan rendah didalam golongan
Kalong" Ketua partay Bu-tong ceng-hong cinjin setelah berpikir
agak lama, lantas angkat kepala mengawasi Tie-kong Taysu
kemudian berkata^ "ciangbun-taysu, beleh kah taysu
melepaskkan tangannya?"
Tie-kong taysu segera melepaskan cin Hong, katanya
sambil tertawa yang dibuat-buat: "Pinceng bukan takut ia
akan lari, melainkan hendak paksa ia menjawab terus
terang" cin Hong menggerak-gerakkan tangan kanannya yang
sudah kesemutan, waktu itu ia ingin sekali rasanya dapat
menampar muka Tie-kong taysu. Dengan sikap ramah
tamah ceng-hong cinjin bertanya^
"sudikah kiranya Siausicu menceritakan bagaimana
Siausicu mendapatkan anak kunci ini?"
"Maaf tak bisa" mennjawab cin Hong hambar.
"Pinto karena melihat siaosicu tak mirip dengan orang
dan golongan sesat, maka pinto menanya dengan baik-baik,
mengapa sicu tidak kenal kebaikan orang?" kata ceng Hong
cinjin dengan wajah berubah,
"Dengan sejujurnya aku menerima sikap Totiang ini,
Sayang aku tak dapat memberitahukan"
"Bagaimana artinya ucapan ini?"
"Sebab asal usul diriku sendiri terlalu ruwet dan tak jelas,
dari waktu masih dalam gendongan, telah ditolong oleh
Suhu dari dalam perahu yang terbalik disungai ciang-yang
kang, waktu itu anak kunci ini sudah dikalungksn
dileherku" ceng-hong cinjin terkejut mendengar keterangan
itu, katanya. cin Hong menganggukan kepala.
Tie-kong taysu saat itu juga merasa bahwa anak muda
itu tak mirip dengan orang jahat. maka lalu bertanya.
"JikalaU taysu bertanya demikian, maaf aku masih tak
mau menjawab" berkata cin Hong hambar.
Tie-kong taysu mengerutkan alisnya, ia menundukkan
kepala memeriksa anak kunci emas ditangannya kemudian,
angkat muka dan bertanya bertanya kepada lima ketua
partay: "Pinceng anggap bahwa anak kunci ini harus segera
dikembalikan kepada oey san-pay, bagaimana pikiran
ciangbunjin sekalian?"
"Pinto setuju" berkata ketua partay cong-lam Tay-hie
Totiang. "Taysu beleh mengutus orang pergi kegunung oey-san
untuk minta Kwa ciangbunjin datang, asal Kwa ciangbunjin
datang, apa yang diucapkan oleh bocah ini benar ataukah
bohong. segera dapat diketahui" berkata ketua partay Lamhay
Bu-yu Sianjin-cin Hong tak mau membungkam lagi
katanya: "Kwa ciangbunjin sudah terbinasa seCara mendadak
pada delapan hari berselang." Enam ketua partay terkejut
mendengar ucapan itu. mereka bertanya dengan serentak:
"Bagimana Cara kematiannya?"
"Mati ditangan ketua terdahulu It-yang-cie Siauw can
Jin-...." cin Hong sudah melupakan pesan orang tua pedang
emas, lalu menceritakan seluruh peristiwa yang terjadi
digunung oey-san, enam ketua partay yang mendengarkan
pada saling berpandangan, mereka semua adalah orangorang
yang berkedudukan tinggi, walaupun dalam hati
terkejut dan terheran-heran tetapi tak suka mengeluarkan
perkataan yang bersifat mencela atas perbuatan Siauw can
Jin, sebab hal itu adalah rumah tangga dalam partay orang
lain, sehingga siapapun tak berhak untuk turut Campur
tangan. Setelah semua orang hening sekian lama, lalu terdengar
perkataan ceng-hong cinjin sambil menghela napas panjang:
"Kalau begitu kita undang orang tua pedang emas cie
Kay Yan datang, dia adalah orang yang akan menggantikan
jabatan clang- bunjin partay itu"
"orang tua pedang emas sudah pergi ke rumah penjara
rimba persilatan untuk menantang bertanding" kata cin
Hong. Semua ketua partay kembali dikejutkan oleh keterangsn
cin Hong itu, ketua partay Hoa San-pay Yu Hoa liong
berkata sambil angkat pundak:
"Maksudnya bukankah hendak masuk kerumah penjara
untuk menanya kepada Siauw can Jin " Apa sebab ia
membinasakan Kwa ciangbunjin?" cin Hong
menganggukkan kepala sebagai jawaban-Tay-hie Totiang
berkata sambil menghela napas:
"Kalau begitu kita undang saja orang tua senjata perat cu
Giok Tian- Dia adalah orang kedua yang bakal
menggantikan kedudukan cianbunjin "
Baru saja menutup mulut, dari luar berjalan masuk
seoraag padri yang menyampaikan kepada Tie-kong Taysu
tentang kedatangannya orang tua senjata perak cu Giok
Tian dari oey-san-pay. Kedatangan cu Giok Tian kegereja Siao-lim-sie, tepat
pada waktunya yang sedang dibutuhkan oleh para ketua
partay. Sudah tentu Tie-kong Taysu bura-buru lantas keluar
untuk menyambut kedatangan tamunya itu.
cin Hong yang mendengar kedatangan cu Giok Tian,
hatinya lantas kebat-kebit, ia pikir orang tua itu bagaimana
bisa tahu bahwa orang yang mencelakakan diri Kwa
cianbunjin adalah SiauW can Jin- Apa lagi kalau diingat ia
sekarang sudah membawa anak kunci emas milik oey sanpay,
ini benar-benar menyulitkan kedudukannya.
Ia segera teringat pada Leng Bie Sian dahulu, jikalau
bukan gadis itu berada didampingnya, ia sendiri pasti sudah
terbinasa digunung oey-san- Akan tetapi kali ini walaupun
ia berada didampingnya, mungkin juga tidak bisa berbuat
apa-apa. Tak lama kemudian, dari luar terdengar suara orang
berjalan, Tie-kong Taysu sudah berada diruangan kamar
bersama cu Giok Tiancu Giok Tian setelah bersalaman dengan lima ketua
partay, lalu berjalan mendekati cin Hong, dengan sikap
aneh mengawasinya sejenak. tiba-tiba berkata dengan air
mata berlinang-linang : "Beberapa hari berselang aku telah bertemu dengan
orang tua pedang emas, tentang kematian ciangbunjin
kami, dan segala apa yang terjadi, telah diceritakan semua
olehnya, waktu itu aku masih agak sangsi, tetapi tadi baru
saja aku mendapat keterangan dari Tie-kong Taysu bahwa
kau ada memiliki anak kunci emas berukiran huruf liong
milik partay kami, sekarang aku hendak menanyakan satu
hal kepadamu, kau ini sebetulnya orang she cin ataukah
shee Kim" Dimana ibumu sekarang berada?"
cin Hong terkejut dan terheran-heran mendengar
pertanyaan itu, dalam hati berpikir sendiri:
"Mengapa banyak orang semua anggap shenya cin
sebagai Kim" Apakah ayahnya sendiri itu seorang she Kim"
Apakah sewaktu suhunya menolong ia dari atas perahu
yang akan tenggelam juga telah salah dengar ibunya
menyebut Kim Hong sebagai cin Hong" Kalau demikian
halnya, penguasa rumah penjara rimba persilatan atau
Tamu tak diundang dari luar daerah dan orang tua senjata
perak dihadapan matanya ini, tentunya semua tahu asal
asul dirinya. tetapi tiga orang ini beleh dikata tidak
mempunyai hubungan sama sekali dengan dirinya."
la segera lompat bangun dari tempat tidurnya, juga tidak
melupakan adat istiadat untuk memberi hormat, Segera
menceritakan semua kejadian pada delapan belas tahun
berselang, kemudian bertanya:
"cu-locianpwe pasti tahu ayah bunda beanie, sudikah
kiranya locianpwe memberitahukan kepada beanie?"
Dengan wajah sedih Cu Giok Tian menengadah dan
menghela napas, ia juga tidak menjawab pertanyaan Cin
Hong, sebaliknya berkata kepada diri sendiri: "Kalau begitu,
dia benar-benar sudah mati...."
Cin Hong sudah tentu mengerti apa yang dimaksudkan
dengan dia itu, tentunya dimaksudkan dengan ibunya
sendiri, teringat kematian yang mengenaskan dari ibunya,
saat itu ia lalu mengucurkan air mata.
Cu Giok Tian memberi hormat kepada enam ketua
partay disekitarnya, setelah itu berkata.
"ciangbunjin sekalian, pinto ingin berbicara empat mata
dengan anak ini, apakah ciangbunjin sekalian tak
keberatan?" Enam ketua partay semua menganggukkan kepala dan
keluar dari kamar, Ngo-beng juga ikut ketuanya keluar.
Sikapnya Cu Giok Tian waktu itu sudah tidak seperti
sikapnya pada beberapa hari berselang digunung oey san
yang memusuhi Cin Hong, sekarang ia menunjukan
sikapnya yang menyayang dan ramah tamah, ia menepok
perlahan bahu Cin Hong, ditariknya duduk disampingnya,
kemudian berkata dengan suara perlahan:
"Anak. ketua kita Siauw ceng ciangbunjin sebelum minta
kau bawa surat untuk disampaikan kepada Kwa
ciangbunjin, tahukah ia bahwa dibadanmu ada sebuah anak
kunci emas ini?" Cin Hong menjawab sambil menggelengkan kepala.


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tidak ia hanya tahu beanie adalah murid It-hu
sianseng" "Benar, pada delapan belas tahun berselang suhumu
karena berkunjung kegunung oey-san satu kali, waktu itu
kita boleh dikata tidak mendapat kesempatan untuk
berbicara dengan Suhumu, hmm......"
Cin Hong terkejut, tanyanya:
"Locianpwe benar, waktu Suhu pergi kegunung oey SanSiauw ciangbunjin tidak mengijinkan locianpwe sekalian
berbicara dengan suhu.?"
"Bukan begitu, hanya caranya Siauw ciangbunjin
menyambut Suhumu agak luar biasa, dengan seorang diri ia
ajak suhumu masuk kedalam kamar untuk berbicara, selesai
pembicaraan lalu dengan seorang diri mengantar Suhumu
turun gunung......" "Kalau begitu ia sengaja hendak memblokir bocornya
sesuatu berita?" "Sekarang kalau hal ini kita pikirkan memang begitu,
tetapi waktu itu kita sama sekali tidak mengetahui apa yang
dibicarakan oleh mereka, hanya merasa karena ciangbunjin
tidak menghendaki kami tahu, maka kami juga tidak mau
tahu" "Waktu itu justru lantaran dileherku ada menggantung
sebuah anak kunci emas berukiran huruf Liong ini lalu
menduga pasti bahwa ayah bunda beanie ada hubungan
erat dengan partay oey-san-pay. oleh karenanya, maka suhu
lalu pergi kegunung oey-san untuk mencari keterangan,
akan tetapi menurut keterangan Siauw ciangbunjin waktu
itu, diantara anak murid golongan oey-san tidak ada
seorang pun yang menghilang"
"Jikalau waktu itu ia bertanya kepadaku jawabannya
sudah lain" "Siapa yang hilang?" bertanya Cin Hong dengan
perasaan tegang. "Anak bodoh, Sudah tentu ibumu" jawab Cu Giok Tian
sambil menghela napas. Hati Cin Hong berdebaran, tanyanya: "Ibuku itu siapa
namanya ?" "Suma Siu Khim anak perempuan ciangbunjin generasi
enam belas partai kita Suma Cin"
Cin Hong berseru kaget, selanjutnya ia bertanya pula:
"Kalau begitu siapakah ayah boanpwe?"
"Hal ini aku juga tidak tahu, Sebab itu adalah persoalan
yang sangat ruwet, jikalau kau bisa menemukan seorang
yang bernama Kim Hoong, ia mungkin bisa
memberitahukan padamu."
"Kalau locianpwe berkata demikian, apakah ibuku itu..."
"Ya, sebelum ibumu kawin dengan seseorang dia sudah
melahirkan kau. Waktu itu dia baru berusia delapan belas
tahun. Aku tetapi.. . .ibumu adalah seorang perempuan
yang sangat baik" Cin Hong menundukkan kepala dan berdiam diri, dalam
hatinya mulai membayangkan keadaan ibunya dimasa
berusia delapan belas tahun.
"Aaaa Suhu kata bahwa ibuku sangat Cantik, waktu itu
pasti ada seorang pemuda yang ingin mendapatkannya, dan
pemuda itu pasti juga tampan dan gagah, maka ibu
berhubungan baik dengannya, dan orang itu lantas
membohongi ibu dan setelah itu lalu kabur, maka waktu itu
melahirkan aku lantas bawa aku pergi mencari dia dan
akhirnya telah menemukan bahaya, perahu yang
ditumpanginya tenggelam, ibu juga terbinasa......"
Cu Giok Tian berdiam sebentar, tiba-tiba bangkit berdiri
dan berkata dengan sikap dan suara agak bengis:
"Cin Hong Kau dengan partay kami ada mempunyai
hubungan sangat dalam tapi kau telah berani masuk
menjadi anggota golongan Kalong dan membantu mereka
melakukan kejahatan, maka hari ini aku tidak dapat tinggal
diam" Cin Hong juga bangkit, dan berkata dengan suara terisakisak:
"Boanpwe tidak menjadi anggota golongan Kalong, itu
adalah Ngo-beng suhu yang berdiri dibelakang enam ketua
partay itu, yang memfitnah diri boanpwe."
Setelah itu lalu menceritakan semua apa yang dilihat
tentang diri padri Ngo-beng yang terjurumus oleh paras
Cantik dan melakukan perbuatan tidak senonoh dalam
kelenteng Kow-tee-bio dikaki gunung Kiu-hoa-San, waktu
itu Ngo-beng sudah menerima permintaan perempuan dari
golongan Kalong yang digunakan untuk memikat padri itu
dan berjanji hendak mencuri anak kunci emas berukiran
gambar harimau dari tangan Tie-kong Taysu, waktu itu ia
telah mengambil keputusan hendak memberitahukan soal
ini kepada Tie-kong Taysu, dan kedatangannya kali ini juga
dengan maksud baik untuk memberitahukan kepada ketua
gereja Siao-lim-sie itu, tak diduga sudah tertipu oleh Ngobeng
dan tidur didalam kamar itu, kemudian diam- diam
dimasukan tanda golongan Kalong nomor seratuS sembilan
didalam saku baju luarnya.
Cu Giok Tian yang mendengar penuturan itu tampak
berpikir, kemudian berkata: "Apakah Tie-kong taysu tidak
perCaya keteranganmu?"
"Ia selalu menganggap bahwa paderi-paderi gereja siaulimsi tak mungkin ada orang yang berkhianat, hm."
menjawab Cin Hong dengan gemas. Cu Giok Tian
tersenyum mendengar ucapan ini, katanya:
"Kalau begitu jangan kau perdulikan dia. Tinggallah
disini berapa hari, nanti kita bicarakan lagi"
"Apakah mereka hendak menahan boanpwe disini?"
"Tunggu nanti aku pergi tanya"
Setelah berkata demikian, Cu Giok Tian berjalan keluar
dari kamarnya. Setelah Cu Giok Tian berlalu, seorang diri Cin Hong lalu
memikirkan rahasia yang diberitahukan tentang dirinya
oleh orang tua tadi. Kalau begitu ibunya sendiri itu bernama Suma Siu
Khim, dan Suma Cin itu adalah Kakek luarnya. Tetapi
siapakah orang yang dinamakan Kim Hong itu" Dan
dimana harus mencari orang itu"
Dengan tiba-tlba ia teringat sesuatu mulutnya
menggumam sendiri: "Suma Siu Khim. Suma Siu Khim...."
Ia juga ingat ucapan penguasa rumah penjara rimba
persilatan waktu itu yang berkaok-kaok seorang diri: "Siu
Kim Siu Khim Jangan menyanyi lagi Jangan menyanyi
lagi....." "Ya Allah Apakah ibuku belum mati" Apakah ia
dikurung dalam kamar rahasia rumah penjara itu?" Ia
bertanya-tanya pada diri sendiri.
Mendadak ia lompat bangun dan lari keluar seperti orang
gila. Baru tiba dipintu, tiba-tiba terdorong oleh suatu kekuatan
tenaga dalam yang sangat besar dalam hatinya terkejut, dan
Waktu ia memandang keluar, tampak diluar pintu ada
berdiri seorang paderi tua beralis tebal bermata lebar,
dengan sikap agung paderi itu berkata padanya sambil
merangkapkan kedua tangannya:
"Siau-sicu harap tenang sedikit, beberapa ciangbunjin
sekarang ini sedang merundingkan caranya bagaimana
untuk menghadapi Siao-sicu, dibebaskan atau ditawan,
selambat-lambatnya besok malam baru dapat diambil
keputusan yang pasti. Mengapa Siao-sicu tidak beristirahat
dulu?" "Kau siapa?" tegur Cin Hong marah.
"Pinceng mengawasi geraja Tie-hui," menjawab paderi
tua sambil membongkokkan badan.
"Apakah ketua kalian yang mengutus kau disini untuk
mengawasi aku?" "Tidak berani, harap siao-sicu suka memberi bantuan."
Cin Hong sudah pikir akan memukul paderi itu, tetapi
kalau dipikir lagi bahwa perbuatan itu nanti akan
memperdalam salah paham terhadap dirinya, maka
akhirnya ia menahan hawa marahnya dan rebah lagi
dipembaringan. Malam tiba, ketika ada paderi kecil mengantarkan
hidangan malam, telah disantap habis oleh Cin Hong, selagi
hendak tidur lagi, tiba-tiba terdengar suara genta berbunyi,
ia buru-buru lompat bangun lagi dan pergi bertanya kepada
Tie-hui taysu" "Apakah para ciangbunjin itu sudah akan pergi?"
"Ya" jawab Tie-hui-taysu sambil menganggukkan kepala.
"Dan bagaimana dengan diriku?"
"Yah bagaimana siao-sicu toh tidak ada urusan penting,
berdiam disini toh beberapa hari apa salahnya?"
"Tapi aku juga ada urusan penting"
"Jikalau siao-sicu tidak ingin dianggap sebagai anggota
nomor seratus sembilan dari golongan Kalong berlalu dari
gereja kami, sebaiknya sabar satu dua hari"
"Sekalipun aku dianggap sebagai anggota golongan
Kalong nomor satu nol Sembilan, kalian berani apa?"
"Itu berarti kau lebih sulit keluar dari sini."
Cin Hong tidak bisa menahan sabarnya lagi, ia lalu
membentak sambil mengeluarkan kipas dari sakunya:
"Nah Apa kau kira aku tidak bisa menerjang keluar dari
gereja Siao-lim Si ini?"
Tie-hui Taysu berkata sambil tertawa: "Siao-sicu barang
kali terlalu memandang rendah kepada gereja kami"
Selagi Cin Hong hendak menggunakan kipasnya untuk
menyerang paderi itu, tiba-tiba terdengar suara yang sangat
halus didalam telinganya: "Cin Hong, Sabar sedikit, besok
pagi dari sini juga belum terlambat"
Suara itu meskipun sangatperlahan, tetapi terdengar
nyata dalam telinganya, suara itu mirip dengan suaranya
tamu tidak diundang dari luar daerah yang sangat misteri
itu. Dalam hati Cin Hong terkejut, ia segera menarik
kembali kipasnya dan ketika matanya ditujukan keluar
kamar, ternyata sepi tidak terdapat seorangpun kecuali Tiehuitaysu. Meski dalam hati merasa heran. tetapi ia tidak
berani bertanya, lalu menyimpan kipasnya lagi dan masuk
kembali kedalam kamarnya.
Setelah waktunya membaca doa bagi para paderi dalam
gereja Siao-lim-sie sudah lewat, Suasana dalam gereja itu
sunyi kembali, malam semakin larut.......
Tie-hui taysu yang ditugaskan menjaga Cin Hong, duduk
diatas sebuah kursi rotan sambil membaCa doa, sebentar ia
membuka matanya dan mengawasi keudara terbuka
kemudian menundukkan kepalanya lagi melanjutkan
pekerjaannya membaCa doa......
Lewat jam dua tengah malam, dari atas genteng gereja
Siao-lim-sie tampak melayang turun sesosok bayangan
orang kecil langsing dengan tidak mengeluarkan SUara
sedikitpun juga , melayang turun dihadapan Tie-hui Taysu
sejauh lima kaki. Tie-hui Taysu adalah salah Seorang tokoh terkuat dari
gereja Siao-lim-sie, namun waktu itu ada berada dekat
dihadapannya masih tidak tahu sama sekali, paderi tua ilu
masih tetap memejamkan matanya sambil membaCa doa.
Dibawah Sinar rembulan purnama, tampak orang yang
melayang turun itu adalah seorang perempuan yang sangat
muda sekali, wajahnya Cantik, kulitnya putih bersih,
mengenakan pakaian berwarna ungu.
Ia berdiri didepan Tie-hui Taysu, matanya mengawasi
pintu kamar yang tertutup rapat, kemudian mengawasi lagi
kepada Tie-hui Taysu dengan demikian lewat lagi sejenak,
tiba-tiba menggigit bibirnya dan perlahan-lahan mengangkat
tangan kanannya.... Bertepatan pada saat mana tiba-tiba terdengar suara
halus yang masuk kedalam telinga perempuan sangat muda
itu: "Nona, biarlah ia tidur nyenyak banyak barang sebentar
saja." Wajah perempuan muda yang cantik itu menunjukkan
sikap kaget, kemudian sudah melesat naik lagi keatas
genteng dan dalam sekejap sudah menghilang.
oleh karena gerakannya terlalu cepat, hingga suara
menimbulkan suara berkibarnya pakaianTie-hui Taysu yaag mendadak sadar juga dapat melihat
berkelebatnya bayangan naik ke-atas genteng, maka lalu ia
bangkit dan mengejar, namun sudah tidak nampak lagi
siapapun disitu. Ada maksudnya hendak mengejar keatas genteng, tetapi
khawatir Cin Hong nanti kabur, setelah bersangsi sejenak.
dari lorong sebelah kanan tiba-tiba tampak orang lari
mendatangi, ia adalah suhengnya sendiri, Tie Kak Taysu
yang ditugaskan menjaga diruangan penyimpan kitab, maka
segera ditegurnya: "Suheng ada urusan apa demikian
tergesa-gesa ?" "Sute, apakah dalam kamarmu masih ada menyimpan
pel son-hau wan?" bertanya Tie- kak taysu.
Pel Son-hau wan adalah obat untuk menyembuhkan luka
dalam buatan gereja Siao-lim-si sendiri, Tie-hui Taysu yang
mendengar pertanyaan itu terkejut, ia lalu balas bertanya,
"Siapa yang terluka?"
"ciangbunjin" "Kenapa bisa terluka" Dan diserang oleh siapa?"
"Bukan orang luar, melainkan Ngo-beng sibangsat
durhaka itu, ia menggunakan kesempatan selagi
ciangbunjin duduk bersemedi, lalu melancarkan serangan
dari belakang. setelah itu ia merampas anak kunci emas
berukiran gambar harimau dari dalam badannya"
Tie-hui Taysu mendadak marah, katanya: "Apa ia sudah
kabur?" "Belum Sewaktu aku mengejar keluar, terdengar suara
jeritan yang sangat mengerikan, waktu aku memburu,
tampak ia sudah mati dibawah sebuah pohon cemara, orang
yang membunuh mati padanya telah meninggalkan tanda
tulisan dengan pedang dan huruft Eng dipohon-......"
berkata Tie-kak Taysu. "Tamu tak diundang dari luar daerah" berseru Tie-kak
Taysu. "Luka dalam ciangbunjin tampaknya parah sekali,
obatmu San-hoa-wan itu ditaruh dimana?"


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ditaruh dipeti pakaian kedua belakang tempat tidur,
Suheng ambillah sendiri" Tie-kak taysu menerima baik, lalu
berangkat menuju kekamar Tie-hui Taysu
"Taysu, numpang tanya sekarang aku dengan status
sebagai muridnya It-hu Sianseng apa boleh keluar dari
kamar ini?" Muka Tie-hui Taysu menunjukkan perasaannya yang tak
enak, ia menjaWab sambil merangkapkan kedua
tangannya: "PinceCg hanya melakukan tugas, sebentar ciangbunjin
kami sudah tentu akan mengambil tindakan adil terhadap
siao-sicu......" "sekarang bagaimana kalau kita keluar bersama-sama
buat tengoki ciangbunjin taysu?"
Tie-hui Taysu berpikir, kemudian menganggukan kepala
dan ajak Cin Hong bejalan kelorong kanan. Cin Hong yang
mengikutinya dalam hati diam-diam menyumpahi Tie-kong
Taysu yang seharusnya mendapat nasib seperti itu.
Tak lama kemudian- mereka tiba diluar kamar Tie-kong
Taysu, tampak diluar kamar sudah berdiri banyak paderi,
dipintu juga ada dua paderi tua yang menjaga keras.
Tie-hui Taysu menganggukkan kepala kepada dua paderi
tua itu, kemudian bersama Cin Hong masuk kedalam
kamar. Tie-kong Taysu Waktu itu sedang duduk diatas
pembaringan sambil bersila, wajahnya pucat, Tie-kak Taysu
sedang memberikan kepadanya pel berwarna merah, ketika
Tie-kong Taysu tampak Cin Hong masuk kamar, wajahnya
menunjukkan perasaan menyesal, kemudian ia
memejamkan mata untuk mengatur pernapasan:
Tie-hui Taysu berjalan mendekati Tie-kak Taysu,
tanyanya dengan perlahan: "Bagaimana dengan anak kunci
itu?" "Aku sudah menggeledah badan murid penghianat itu,
tapi anak kunCinya sudah tak ada lagi dibadannya" jawab
Tie-kak Taysu sambil menghela napas.
"Apakah sudah dirampas oleh Tamu tidak diundang dari
luar daerah?" tanya Tie-hui Taysu.
Tie Kak Taysu menganggukkan kepala dan berkata:
"Kecuali dia sudah tidak ada orang lain hanya kalau
benar ia yang mengambil anak kunci itu. bagaimana pula
berani meninggalkan tanda dengan huruf Eng" Urusan ini
benar- benar tidak habis dimengerti."
"Apakah ia sedang menantang Siao-lim-si?"
"Jlkalau benar begitu, apa alasannya" Menurut apa yang
pinceng tahu, Tamu tidak diundang dari luar daerah itu
agaknya bukan seorang yang bertindak tanpa dipikir.. .."
Cin Hong yang sejak tadi mendengarkan pembicaraan
mereka, lantaS berkata: "Tamu tidak diundang dari luar daerah ada dua orang,
yang asli dan yang palsu, orang yang malam ini datang
kemari mungkin yang palsu"
Tie-kak Taysu tiba-tiba berpaling mengawasi padanya
dan bertanya dengan heran. "Tamu tak diundang dari luar
daerah ada yang palsu?"
Cin Hong menganggukan kepala dan berkata:
"Dia adalah anggota pelindung hukum golongan kalong,
menyamar menjadi tamu tak diundang dari luar daerah
demikian miripnya sehingga Ilmu pedangnya huruf Eng
juga bisa menggunakan dengan baik"
"Mengapa ia perlu menyamar jadi Tamu tak diundang
dari luar daerah?" bertanya Tie-hui Taysu heran"Tentang itu aku tak tahu, biar bagaimana dia itu bukan
orang baik" kata Cin Hong sambil menggelengkan kepala.
Tie-hui Taysu berpaling dan berkata kepada Suhengnya
"Tadi pinceng melihat ada orang jalan malam yang
masuk melalui atas genteng, tetapi sebentar saja sudah
menghilang, mungkin dia"
Tie-kong Taysu yang sudah makan obat pel San-hoawan,
dan setelah beristirahat sebentar. waktu itu sudah
membuka mata dan berkata: "Barang kali bukan, itu adalah
seorang perempuan yang lain"
Begitu mendengar ucapan ketua Siau-lim-si Tie-hui. Tiekak
Taysu tiba-tiba berpaling dan bertanya kepada
ketuanya: "Apakah ciangbunjin sudah lihat"
Tie-kong Taysu menggeleng-gelengkan kepala, berkata
sambil tertawa getir: "Tidak, sesaat ketika Ngo-beng turun tangan terhadapku,
dengan tiba-tiba aku dengar suara seorang perempuan dari
luar kamar yang menyampaikan peringatan kepadaku,
"ciangbunjin hati- hati Aku masih belum sempat
memahami maksud peringatannya Ngo-beng sudah
menyerang dengan Lo-han-ciang yang kuajarkan
kepadanya,... hahaha...."
Tie-hui Taysu terkejut, tanyanya: "Apakah ciangbunjin
tahu siapa lie-sicu itu?"
"Tidak tahu, tapi dari suara agaknya lie-sicu itu masih
sangat muda" menjawab Tie-kong Taysu.
Dua paderi tua itu pada terheran-heran, demikian pula
Cin Hong, sebab seorang wanita berusia sangat muda
ternyata sudah memiliki ilmu menyampalkan suara
kedalam telinga didalam rimba persilatan. sebetulnya jarang
sekali ada, ia segera teringat pada diri Leng Bie Sian,
mungkin hanya gadis itu yang memiliki kepandaian ilmu
semaCam itu, akan tetapi sekarang ini ia mungkin sudah
berada didamping suhunya, bagaimana bisa datang kemari"
Tie-kong Taysu angkat kepala memandang Cin Hong,
kemudian berkata sambil menghela napas panjang.
"Siao-sicu pukulan yang pinceng terima ini sebetulnya
sudah seharusnya ?" "ciangbun Taysu tidak perlu sesalkan diri sendiri, dengan
sebetulnya perbuatan khianat Ngo-beng suhu itu, jlkalau
tidak melihatnya seCara kebetulan, aku juga tidak berani
perCaya ia bisa melakukan perbuatan semaCam itu"
berkata Cin Hong sambil tersenyum.
"Jlkalau siaosicu tidak menolak. nanti sesudah terang
tanah, tujuh puluh dua jenis ilmu simpanan gereja Kami,
siao-sicu boleh pilih salah satu yang siao-sicu sukai" berkata
Tie-kong Taysu sambil menghela napas.
"Terima kasih atas keCintaan ciangbun Taysu, namun
urusan ini aku tidak berani menerimanya, aku hanya
mohon taysu mengijinkan aku keluar dari Sini dengan
status sebagai murid It-hu Sianseng, itu saja sudah cukup "
"Pinceng merasa sangat malu terhadap siao-sicu,
Sedangkan anak kunci emas berukiran huruf Liong itu,
pinceng juga sudah berikan kepada orang tua senjata perak
dari oey-san-pay." "Tidak apa, itu memang benda milik oey San-pay, Sudah
seharusnya kalau dikembalikan kepada pemiliknya "
Tie-kak taysu turut bicara sambil memandang wajah
ketuanya "ciangbunjin, anak kunci berukiran harimau sudah
hilang, sekarang bagaimana kita harus mencarinya
kembali?" "Benda sampiran, sudah hilang ya sudah saja" jawab Tiekong
taysu sambil tersenyum. Cin Hong diam-diam merasa geli sebab dianggapnya
enam ketua partay itu mungkin sudah merundingkan soal
yang hendak pergi merampas kakek gelandangan, maka
anak kunci emas itu tidak dipandang penting lagi.
oleh karena para ketua partay dari Hoa-sanpai, Bu-tong
dan Lam-hay sudah ada disitu, maka ia pikir tidak perlu
pergi lagi kesana sedangkan ketua dari Khong-tong-pay
tidak lama lagi mungkin bisa mendapat kabar tentang
rencana golongan Kalong yang hendak mencuri anak kunci
emas, dan setelah terang tanah ia pikir hendak kembali
kerumah penjara rimba persilatan, disamping hendak
menanyakan tentang wanita yang barnama Siu Khim yang
mungkin adalah ibunya, juga akan melihat dengan cara
bagaimana para ketua partay itu hendak menolong keluar
turunan dewa persilatan-. ..
Diwaktu terang tanah, dengan diantar oleh ketua gereja
siau-lim dan beberapa paderi yang berkedudukan tinggi,
Cin Hong meninggalkan gereja Siau-lim Sie, dan pergi
kerumah penjara rimba persilatanTadi malam digereja Siau-lim-sie ia tidak bisa tidur
pulas, semakin dipikir ia semakin dalam kesannya bahwa
perempuan yang bernama Siu Khim itu tentu adalah ibunya
sendiri. Kalau ia tanyakan kepada penguasa rumah penjara
rimba persilatan, mungkin tidak mau diberitatahukanTetapi ia mendapat hak istimewa boleh berdiam dirumah
penjara itu selama sepuluh hari lamanya, bahkan boleh
berjalan sesukanya diseluruh rumah penjara.
Selagi masih menyusuri jalanan daerah pegunungan
Siong San, ditepi sebuah sungai tiba-tiba tampak seorang
perempuan muda berbaju putih yang bertubuh langsing
sedang duduk dengan tangan memegang sepotong ranting
kayu pohon untuk memainkan air disungai, dari belakang
tampaknya seperti salah satu anggota dua belas putri
golongan Kalong, yang dahulu pernah memikat paderi
pengkhianat gereja Siau-lim-si yang dipanggilnya engkoh
Beng. Cin Hong mendadak berhenti, dalam hatinya berpikir:
"Bagus, siluman perempuan ini masih menunggui engkoh
Bengnya disini. Ng hari ini biar bagaimana aku akan
memberi hajaran padamu"
Ia berjalan indap-indap kebelakangnya, terdengar
perempuan itu menggumam sendiri: "Setan alas benar..
Kenapa sampai begini lama dia masih belum datang juga "
Besok sore sudah akan membuka pertemuan besar
digunung ong ok-san, kalaupada waktunya aku tak dapat
memberikan anak kunci emas berukiran huruf Houw itu,
Ho-ong pasti akan sesalkan diriku...."
Cin Hong diam-diam terkejut tmendengar ucapan itu,
dalam hati berpikir: "Entah ada keperluan apa dengan
golongan Kalong hendak mengadakan pertempuran
digunung ong ok-san, Besok pagi aku sekalian kesana untuk
melihat. Tapi bagaimana sekarang dengan siluman
perempuan ini Kalau dibunuh mati dia, rasanya kurang
tepat. Bagaimana aku boleh membunuh orang, terutama
perempuan yang begini cantik....."
Lama ia bersangsi, tanpa disadari ia sudah mengeluarkan
keluhan: "Aiiii "
Perempuan berbaju putih itu, benar adalah perempuan
yang disebut adik Eng. ketika mendengar suara keluhan Cin
Hong, bukan kepalang terkejutnya, ia lompat dan memutar
tubuhnya, baru tahu bahwa yang berada dibelakang dirinya
itu adalah pemuda yang dahulu pernah bertempur
dengannya dikawah kaki gunung Tong San Wajahnya lalu
berubah, dan berkata: "Hayah Kiranya adalah kau....."
"Apa kau kaget sekali?"
Perempuan muda itu telah menenangkan pikirannya,
lalu unjukkan senyumnya yang manis katanya sambil
tersenyum: "Ya, benar- benar manusia ini dimana saja bisa ketemu.
Dahulu Sejak kita perpisahan di gunung oey-San, aku selalu
pikir pasti akan berjumpa lagi dengan Kongcu, hari ini
benar saja kita bertemu secara tak diduga-duga. Apakah
selama ini kau baik-baik saja?"
Muka Cin Hong menjadi merah, katanya marah:
"Kau jangan mengoceh. Apa kau tak takut akan terguling
dan terluka lagi hidungmu?"
"Hari ini kau tidak boleh demikian perlakukan aku lagi.
Dahulu, aku harus menggunakan obat selama empat lima
hari baru bisa sembuh seperti biasa,. dalam waktu beberapa
hari aku hampir tidak berani keluar dari dalam kamar"
berkata perempuan muda itu sambil menundukkan kepala,
Cin Hong semakin marah, bentaknya:
"cis...Jikalau kau masih berpura-pura lagi, aku nanti
benar-benar akan hajar kau sampai mampus Kau lihat saja
nanti" "Aku tak perCaya"
"Apa" Tidak perCaya?"
"Aku tak perCaya kau bisa bunuh mati aku"
"Apa kau kira aku ini ada seorang perempuan baik?"
"Sudah tentu aku adalah perempuan baik-baik, belum
pernah sekalipun aku melakukan perbuatan jahat?"
"omong kosong Kalau begitu, aku sekarang hendak
tanya padamu, sekarang kau duduk disini sedang
menunggui siapa?" "Tidak menunggu siapapun juga , aku duduk disini cuma
buat menonton ikan-ikan yang sedang berenang"
"Pergi kau Kau telah memancing Ngo-beng Hwesio dan
menyuruh dia mencuri anak kunci emas berukiran harimau
dari tangan Tie-kong Taysu, apa kau kira aku tidak tahu
perbuatanmu itu?" Perempuan itu terkejut, hingga wajahnya pucat pasi, ia
mundur selangkah dan berkata "Haaa Bagaimana kau
tahu?" "Sembilan hari berselang. kalian didalam kelenteng Kowteebio dibawah kaki gunung Kiu-hoa-san-... hehem, semua
aku dengar" " juga melihat?"
Cin Hong meludai muka perempuan itu sambil
menyemprot dengan kata-katanya: "Pui" kemudian berkata:
"Siapa sudi menyaksikan perbuatanmu yang tidak tahu
malu itu?" Muka perempuan itu sedikitpun tak berubah jadi merah,
hanya pelototkan matanya dan bertanya dengan heran:
"Jadi kau selanjutnya lantaS datang kegereja Siau-lim-si
untuk menggagalkan urusanku?"
"Benar, bahkan aku masih akan hajar mampus kau
siluman perempuan yang suka mencelakakan orang ini"
SepaSang mata perempuan itu berkedip-kedip. tiba-tiba
mengucurkan air mata, dan kemudian berkata:
"Baik, aku yang ditugaSkan untuk merampas anak kunci
berukiran harimau dari tangan ketua siao-limpay ini,
memang suatu tugas yang berat dan sial, dengan susah
payah baru dapat memanCing seorang paderi, tetapi


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

akhirnya semua usaha itu sudah kau gagalkan, sekarang
dengan cara bagaimana aku harus pulang untuk
menjelaskan ini" ya Allah......."
Ia bicara sambil menangis dan membanting- banting
kaki, dan akhirnya menangis meng-gerung2 seperti anak
keciL Cin Hong merasa mendongkol tetapi juga jadi geli
sendiri, kini nampak sikapnya yang menyedihkan demikian,
ia juga tidak tega hati untuk membinasakannya, maka saat
itu dengan terpaksa ia berkata
"Kalau kau takut dihukum oleh pangcumu, kau kabur
saja bukankah sudah cukup?"
Perempuan itu angkat kepala dan berkata dengan air
mata terlinang-linang: "Aku adalah seorang perempuan
lemah, kau suruh aku kabur kemana?"
"Menurut pandanganku. kau sedikit juga tidak lemah,
kau ingin kabur berapa jauh, boleh saja menurut
kehendakmu" Perempuan itu nampak berpikir, kemudian memesut air
matanya dan berbalik tertawa, lalu ia berkata.
"Heh ucapanku seorang diri tadi, apakah kau juga
dengar?" "Kalau dengar, lalu mau apa?"
"Aku pikir hendak menurut usulmu tadi untuk kabur
ketempat jauh. Sudikah kau menolong aku membawakan
sebuah barang kegunung ong-ok-san untuk diberikan
kepada enciku?" "Siapa kah encimu itu?"
"Dia adalah perempuan yang dahulu bersama-sama
pendekar berbaju biru Ie-kun mandi ditelaga Cui Sim-ouw,
ia dengan aku adalah saudara sekandung"
"Kau akan mengantarkan barang apa?"
"Bukan barang berharga apa-apa, hanya sepotong sapu
tangan . . . ." "Untuk apa?" "Berikan kepadanya sebagai kenang-kenangan, sebab
dengan kaburnya hari ini, mungkin kami bersaudara selama
hidup ini sudah tidak bisa bertemu muka lagi"
Cin Hong mengerutkan alisnya samhil berpikir keras,
lalu bertanya pula: "BENARKAH kau hendak melepaskan
diri dari golongan Kalong dengan sejujurnya?"
Perempuan itu menganggukkan kepala. Melihat Cin
Hong tidak mau menunjukkan sikap perCaya penuh, maka
ia lalu berlutut dihadapannya dan bersumpah:
"Tuhan Yang Maha Esa, aku Thia Ay Eng jikalau tidak
melepaskan diri dari golongan Kalong, biarlah aku nanti
akan mati disambar geledek"
Karena perempuan itu berani mengucapkan sumpah,
maka Cin Hong mulai perCaya, katanya sambil
menganggukan kepala: "Baiklah, aku nanti akan antarkan barang darimu kepada
encimu" Perempuan itu mengeluarkan sehelai sapu tangan
berwarna merah jambu, berjalan kehadapan Cin Hong,
saputangan itu dikibarkan di hadapan hidungnya dan
berkata sambil tertawa: "Ambillah, terima kasih kuucapkan Sebelumnya
kepadamu" Cin Hong baru hendak menyambutnya, hidungnya tibatiba
mencium bau sangat harum dan kemudian kepalanya
merasa pening, hingga dalam hati terkejut, ia segera tahu
sudah tertipu oleh akal busuk perempuan itu. Ada niatnya
untuk lompat mundur, namun semua persendian badannya
sudah lemas semua, hingga tubuhnya terhuyung-huyung
dan akhirnya jatuh ditanah.
Perempuan itu menengadah dan tertawa girang,
selanjutnya dengan sikap bengis dan bertolak pinggang ia
berkata sambil tertawa terkekeh-kekeh:
"Sekarang kau rupanya baru tahu betapa lihay nonamu
Karena kau sudah menggagalkan urusanku, maka aku akan
tangkap dan bawa kau kegunung ong-ok-san"
Kepala Cin Hong dirasakan berat, rasanya mengantuk
sekali, tetapi pikirannya masih jernih, waktu itu sambil
menggigit bibir ia memaki-maki.
"Perempuan siluman Perempuan rendah Perempuan
kejam Perempuan tak tahu malu...."
"Kalau kau berani memaki lagi, aku nanti akan buka
pakaianmu dan gantung kau diatas pohon"
Cin Hong yang mendengar hendak ditelanjangi saat itu
ia terkejut hingga lantas jatuh pingsanPerempuan itu tertawa girang, kemudian jongkok
disamping Cin Hong, lalu mengulurkan tangan mengeluselus
wajah Cin Hong, dan memuji ketampanan wajah
pemuda itu. la melongok kekanan kekiri, ketika melihat tidak ada
orang, lalu menundukan kepala menciumi Cin Hong, pada
akhirnya ia telah tempelkan mukanya dengan muka Cin
Hong untuk memuaskan nafsu yang tertahan dalam dirinya,
Pada saat itu, didalam sebuah rimba dekat situ, tiba-tiba
muncul seorang wanita berbaju ungu yang berwajah buruk.
perempuan itu dengan kecepatan bagaikan kilat Sudah tiba
di samping perempuan Siluman tadi, lalu mengulurkan
tangannya dan menjambret bahu kanan perempuan siluman
tadi, kemudian dibalikkan mukanya setelah itu lalu
ditamparnya dua kali. Ditampar secara tiba-tiba, sudah tentu perempuan
Siluman itu terkejut dan kelabakan, sejenak setelah
kepalanya dirasakan puyeng, baru berseru sambil
pendelikan matanya: "Aya Kau, Kau...."
Perempuan wajah buruk itu kembali menampar semakin
kencang pada pipi kanan dan kiri perempuan Siluman itu.
Perempuan siluman itu sebetulnya hendak menangkis,
tetapi sekujur badannya kesemutan tidak bisa bergerak.
sebab ketika bahu kanannya dijambret tadi. tempat yang
dijambret itu justru terletak dibagian jalan darah Kian kinhiat.
la Sudah tidak mempunyai tenaga untuk melawan,
terpaksa menangis dan minta-minta ampun.
"Enciku yang baik. ampunilah adikmu. Kau memukul
aku seperti ini, kalau gigiku rontok bagaimana?"
Perempuan wajah buruk itu menghentikan tangannya
dan berkata dengan nada suara dingin:
"Kalian golongan Kalong besok akan mengadakan
pertemuan digunung ong-ok-san hendak merundingkan
urusan?" "Aku tidak tahu...." berkata perempuan siluman itu
sambil menangis. Perempuan wajah buruk itu kembali angkat tangannya
hendak menampar lagi, perempuan siluman ketakutan
setengah mati, maka lalu menjerit-jerit:
"Benar, aku hanya tahu sedikit Saja"
"Sedikit yang mana?"
"Pangcu kami ada mempunyai seorang permaisuri dan
tiga selir, Satu diantaranya yang dipanggil Lin Kui Jin,
kalau siang hari selalu sembunyikan diri dari pangcu tidak
mau keluar. maka pangcu dengan menggunakan
kesempatan mengadakan pertemuan, hendak mendekati
dia." "Mengapa kalau siang hari ia sembunylkan diri terhadap
pangcu kamu?" "sebab pangcu kami kalau siang hari adalah seorang lakilaki"
"Bohong" "Benar aku tidak membohongimu"
"Bagaimana kalau Lin Kui Jin itu tidak menghadiri
pertemuan itu?" "Pangcu akan mengeluarkan perintah menangkap dan
menghukum mati dia."
"Ini adalah satu acara sampiran dalam pertemuan besar
itu. Bagaimana acara lainnya" Ada yang lebih penting?"
"Kita punya dua belas puteri besok harus menyerahkan
anak kunsi emas..." "Urusan ini toh juga tidak perlu mengadakan
pertempuran besar" Kau sebetulnya mau bicara terus terang
atau tidak?" "Sudah tentu masih ada hal yang penting lainnya, tapi
aku benar- benar tidak tahu sebab aku hanya seorang kecil
saja dalam perkumpulan itu"
"Kalau begitu, orang yang akan menghadiri pertempuran
besar itu semua berapa banyaknya?"
"Anggota perkumpulan yang berpangkat Tongcu keatas
semua harus hadir, yang tidak datang akan diperlakukan
sebagai pengkhianat. Maka itu, enciku yang baik, tolonglah
kau bebaskan adikmu ini "
Perempuan wajah buruk itu mengeluarkan suara dari
hidung. kemudian menotok dua bagian jalan darah ditubuh
perempuan siluman tadi lalu ditarik rambutnya diletakan
ketempat rerumputan, setelah itu ditanah dekat dirinya
menulis beberapa kata-kata, dan kemudian berjalan pergi
sambil memondong Cin Hong ketepi sungai, Ia jalan
dengan kaki timpang. Dengan perlahan ia letakan Cin Hong di tepi sungai,
seperti juga kelakuan perempuan siluman tadi, ia menengok
kanan kiri dan ketika mengetahui benar- benar tidak ada
orang lain, lalu membungkukan tubuhnya dan menciumi
muka Cin Hong berulang kali, kemudian ia terjun kedalam
sungai, kedua tangannya mengambil air, dan disiramkan
kemuka Cin Hong, sehingga Cin Hong sudah bisa bergerakgerak
ia baru kabur...... Cin Hong yang mukanya merasa dingin,, tak lama
kemudian lantas sadar, ketika ia membuka mata, dapatkan
dirinya rebah telentang ditepi sungai, ia lalu bangun dan
mengawasi keadaan sekitarnya, dari situ ia menemukan
perempuan siluman tadi rebah telentang ditanah rumputan
sepasang matanya terbuka dan berputaran, namun
tubuhnya tidak bisa bergerak. sebab sudah tertotok oleh
orang bagian jalan darahnya
"Hei Apa sebetulnya yang telah terjadi?" demikian Cin
Hong bertanya-tanya kepada dirinya sendiri.
la loncat kesamping perempuan siluman tadi. Selagi
hendak menanyakan apa sebabnya sampai terjadi Semua
itu, tiba-tiba tampak didekat tubuh perempuan itu tulisan
yang berbunyi "jalan darah peremouan siluman ini sudah
tertotok. dalam tiga hari terbuka sendiri. GUnung ong-oksan
sebaiknya jangan kau datangi, terlalu berbahaya"
Hanya itu saja, tulisan itu ditulis miring miring, seolaholah
sengaja ditulis demikian hanya tidak disebutkan siapa
yang menulisnya. Cin Hong sangat terkejut ia tidak dapat menduga siapa
orangnya yang menolong dirinya, waktu itu ia lalu
menendang perempuan siluman tadi dan membentaknya:
"Hei Siapa orang itu tadi?"
Perempuan itu kedip-kedipkan matanya, menunjukan
sikap takut dan minta dikasihani, mulutnya tidak bisa
berbicara, murgkin jalan-darahnya kaku sudah ditotok.
ci Hong membungkukkan badan hendak membuka
totokan jalan darahnya akan tetapi Ca menotok orang itu
luar biasa anehnya, ia berusaha lama sekali tak berhasil
membuka totokkannya, terpaksa sekali lagi berkata:
"Sekarang ucapan yang hendak kutanyakan padamu,
kalau benar kau boleh kedipkan matamu, jlkalau tidak
benar tak usah bergerak. kau harus menjawab dengan
sejujurnya, jlkalau tidak.... jlkalau tidak aku nanti akan
robek hidungmu hingga menjadi buruk, mengerti?"
la berdiam dulu sejenak baru mulai melontarkan
pertanyaan: "orang itu tadi apakah seorang pengemis tua yang satu
tangannya membawa gulungan tikar rombeng?"
sepasang mata wanita siluman itu terus melotot tidak
dikedipkan. Cin Hong lalu bertanya lagi:
"Kalau begitu apakah seorang wanita yang berusia msih
muda ?" Wanita itu kedipkan matanya Sebagai tanda
membenarkan pertanyaannya.
Dalam hati Cin Hong lalu berpikir: "Perempuan ini pasti
adalah yang tadi malam di- gereja Siau-lim-si
memperingatkan Tie-kong Taysu dengan mempergunakan
ilmu menyampaikan suara kedalam telinga."
Maka ia lalu bertanya lagi: "Kau kenal padanya atau
tidak?" Wanita itu diam saja tak mengedipkan matanja.
"Apakah dia itu cantik ?" Wanita tadi masih diam saja
tak bergerak. "Apakah dia mengenakan pakaian warna ungu?"
Wanita siluman itu mengedipkan matanya dua kali.
"Diatas kepalanya mengenakan topi rumput Warna
kuning yang sangat indah?"
Wanita itu kembali mengedipkan mata dua kali.
Cin Hong diam- diam menyebut nama Leng Bie Sian,
dalam hati merasa sangat heran, tetapi ia juga tak berani
perCaya sepenuhnya, kemudian otaknya dikerjakan dengan
lekas dan didapatkanlah olehnya sebuah akal, maka ia lalu
bertanya lagi: "Apa dia itu seorang perempuan timpang
yang jalannya terpincang-pincang?"
Perempuan itu kembali kedip- kedipkan matanya seolaholah
mau berkata "Benar, ia adalah seorang perempuan
timpang" Cin Hong lantas marah, menendang perempuan itu
hingga dua kali, kemudian berseru:
"Pui Kiranya kau bohong semuanya Kau lihat, akan
kurobek hidungmu" Dengan sikap marah ia mengambil sebuah batu hendak
di gosokkan kehidung perempuan itu.Justru pada saat itu,
dibelakang dirinya tiba-tiba terdengar suara orang tertawa
geli, kemudian terdengar kata-katanya,
"Dia tidak membohongi kau, aku memang benar seoang
perempuan timpang" Cin Hong mendengar suara itu lalu berpaling, ketika
matanya ditujukan ketempat di belakang dirinya, sesaat itu
ia lantas menjadi terCengang.
Kiranya orang yang berdiri dibelakang dirinya, sesaat itu


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ia lantas menjadi terCengang.
Kiranya orang yang berdiri dibelakang dirinya itu
bUkanlah Leng Bie Sian yang selalu dipikirinya itu,
melainkan seorang wanita muda berpakaian warna ungu
yang wajahnya sangat buruk. wanita itu usianya kira-kira
baru dua puluh tahunan, tetapi tatkala Cin Hong hendak
menegasi lagi, perempuan itu sedang mengangkat tangan
dan menarik turun kedok kulit manusia yang tadi berbentuk
sangat burak. dan kini tampaklah wajah cantik yang
aslinya, dan dia itu bukan lain adalah seorang perempuan
berwajah cantik bagaikan bidadari.
Wanita cantik itu sepasang matanya bening halus,
tubuhnya langsing, kepalanya memakai topi rumput
berwarna kuning, mengenakan gaun berwarna ungu. Kesan
pertama bagi orang yang melihatnya ialah sikapnya yang
mencerminkan lemah lembut dan tampaknya sangat agung
Tetapi di balik wajah yang cantik itu. tampaknya diliputi
oleh perasaan sedih. Ketika menampak Cin Hong berpaling
mengawasi dirinya, tangannya mementil mandolin yang
dibawa ditangan lain hingga mengeluarkan suara merdu
tetapi memilukan hati, setelah itu ia lalu berkata sambil
tersenyum: "Apa kau tak ingin tahu namaku?"
Wajah Cin Hong saat itu menjadi merah, katanya sambil
memberi hormat: "Nama nona yang mulia?"
"Lim Keng He " menjawab Wanita itu sambil tersenyum.
"Terima kasih atas bantuan nona Lim kepadaku tadi,"
berkata pula Cin Hong sambil menyoja.
"Secara kebetulan saja, perlu apa Kongcu demikian
merendahkan diri?" kata Lim Keng Hee sambil membalas
hormat, Cin Hong mendengar ucapannya bahwa tadi secara
kebetulan ia telah melihat dirinya dibuat mabuk oleh
perempuan Siluman diam-diam juga terkejut, tanyanya
pula: "oh, apakah tadi malam yang masuk ke- gereja Siaolim
Si adalah nona?" Lim Keng Hee menggelengkan kepala dan berkata:
"Untuk apa aku pergi kegereja Siao lim-si. Jika aku ingin
mensucikan diri sudah cukup untuk mencari biara"
Cin Hong tertawa getir, dalam hati berpikir, nona ini
bicaranya ada sedikit aneh ternyata telah dapat memikirkan
soal mensucikan diri segala. Lim Keng Hee berkata pula
sambil tersenyum: "Apakah juga perlu harus aku tanyakan dulu baru kau
mau menyebutkan namamu?"
"Aku yang rendah bernama Cin Hong," jawab Cin Hong
sambil tertawa. Lim Keng Hee mengangguk-anggukkan kepala dan
berkata seolah-olah pada dirinya sendiri:
"Usiaku lebih tua dari kau, kalau menjadi encimu
barangkali toh tak ada keberatan bukan?"
Cin Hong bingung. sesaat ia bungkam tak tahu
bagaimana harus menjawab. Lim Keng Hee tersenyum
manis, katanya: "Kau jangan Salah paham. Aku hanya sedang mengingat
sesuatu hal, aku takut kau memikirkan yang bukanbukan...."
Kembali Cin Hong tercengang, dalam hati bertanyatanya
kepada diri sendiri: "Bagaimana aku bisa memikirkan
yang bukan-bukan" Bicaranya nona ini benar-benar
semakin lama kedengarannya semakin aneh"
Lim Keng Hee agaknya juga merasa bahwa ucapannya
tadi agaknya terlalu menuruti emosinya sendiri, hingga saat
itu wajahnya menjadi merah, dan berkata sambil
menengadahkan kepalanya: "Hei, kau ingin pergi ke gunung ong ok-san atau tidak?"
"Benar, bagaimana nona Lim tahu kalau aku hendak
pergi ke gunung ong-ok-san?"
"Aku sudah dengar"
"oh" berkata Cin Hong, lalu menengok dan mengawasi
perempuan siluman yang tengah menggeletak ditanah
rumputan setelah itu ia berpaling dan menjura lagi kepada
Lim Keng Hee Seraya berkata: "Nona Lim. apa boleh aku
mohon diri?" "Terserah" jawab Lim Keng Hee sambil menganggukkan
kepala dan tersenyum. Cin Hong lalu mengucapkan "Sampai ketemu lagi,"
lantas berlalu, dibelakangrya terdengar suara gerakkan kaki.
Ia lalu berpaling tampak perempuan itu berjalan terpincangpincang
mengikuti dibelakangnya, hingga ia berhenti lagi
dan bertanya: "Apa nona Lim terganggu kakinya?"
Lim Keng Hee kembali menganggukkan kepala dan
berkata sambil tersenyum: "Tadi malam karena kurang hatihati
sehingga terjatuh" "Nona Lim hendak kemana?"
"Sama tujuan dengan kau .... kegunung ong-ok-san"
Cin Hong terperanjat, tanyanya dengan sikap terheranheran:
"Maap. boleh kah aku tahu siapa suhumu?"
Lim Keng Heejalan terus sambil mengenakan lagi kedok
kulit manusianya, hingga kini berdiri berendeng dengan Cin
Hong, katanya sambil tersenyum: "Boleh, tetapi belum
tentu aku bisa memberitahukan padamu terus terang"
"Mengapa kau mengenakan lagi kedok muka yang
seburuk ini?" "Aku suka diriku sendiri berubah buruk, aku pikir
hendak supaya aKu berwajah buruk. mungkin aku bisa
mendapat sedikit kebahagiaan- . . ." menjawab Lim Keng
Hee hambar. Dua orang itu berjalan berdampingan- Lim Keng Hee
juga sudah mulai menceritakan riwayat hidup dirinya. Tapi
nada suaranya itu tenang dan hambar, seolah-olah sedang
menceritakan kisah yang sedikitpun tidak ada hubungannya
dengan dirinya sendiri. Ternyata dia itu adalah penduduk kota Tiang-an, tempat
tinggalnya dikampung yang bernama Ma-leng, sejak masih
kanak-kanak sudah ditinggal mati oleh ibunya. Ia pandai
memainkan alat musik semacam mandolin, dalam
sekolahan namanya sangat terkenal kemudian mengikuti
ayahnya pergi mengembara, ayahnya itu berpindah-pindah
dari satu kota kelain kota dan pangkatnya dari seorang
kepala desa naik menjadi residen dalam jangka waktu enam
tahun, Waktu itu ia sudah berusia sembilan belas tahun.
Pada musim panas dua tahun yang lalu, ayahnya telah
menghukum rangket kepada anak seorang pembesar negeri
yang merampok seorang gadis keluarga baik-baik, Tanpa
memandang pemuda itu anaknya seorang pembesar negeri
yang waktu itu besar sekali pengaruhnya, ia Dertindak
seadil-adilnya. sudah tentu hal mana menggembirakan dan
memuaskan sekali hati rakyat Sehingga mendapat pujian
oleh rakyatnya sebagai pembesar yang jujur dan berani
bertindak tegas. Tetapi justeru lantaran itu juga , sehingga
membuat ayahnya kehilangan kedudukannya, oleh
karenanya, sejak saat itu ayahnya telah menjadi sakit dan
dalam perjalanannya pulang kekampung telah menutup
mata, waktu itu sungguh kasihan sekali keadaannya sebab
uang simpanan yang tidak seberapa jumlahnya sudah habis
terpakai, terpaksa untuk mengubur jenazah ayahnya, ia lalu
menjadi penyanyi didalam sebuah taman hiburanoleh
karena ia pandai memainkan alat musik semacam
mandolin itu, lagi pula wajahnya cantik dan pandai
menyanyi, maka tidak berapa lama namanya sudah kesohor
dan menggemparkan seluruh kota. Tak kurang pula banyak
pemuda-pemuda anak orang penggede pada berkunjung
dan mendekatinya tetapi ia Sedikit-pun tidak tergerak
hatinya, ia meng harap dapat mencari seorang pemuda jujur
yang mau kawin dengannya.......
Akhirnya harapan itu telah terkabul ia dapat menemukan
pemuda yang diidam-idamkan olehnya
Dia adalah Seorang laki-laki gagah dan tampan berusia
tiga puluh tahun lebih, tampaknya lelaki itu gagah tampan
dan jujur, mereka terkenalan setengah bulan, mereka cocok
satu sama lain, dan akhirnya lelaki itu telah menebus
dirinya dengan menggunakan uang berjumlah besar, guna
mengeluarkannya dari rumah hiburanSetelah itu, ia baru tahu bahwa lelaki itu adalah seorang
rimba persilatan yang memiliki kepandaian sangat tinggi,
selanjutnya ia juga mulai mengajarkan ilmu silat
kepadanya,., akan tetapi....
Lim Keng Hee bercerita sampai disitu, air mata mengalir
bercucuran sehingga membasahi sepasang pipinya yang
buruk. Cin Hong terheran- heran dan bertanya:
"Kau yang berbahagia, mengapa sebaliknya malah
menangis?" "Benar aku bahagia..."
"Apakah kisah itu belum selesai?"
"Ng. Selamanya tidak akan selesai" menjawab Lim Keng
Hee sambil menganggukkan kepala.
"Mengapa tidak diteruskan ?"
Lim Keng Hee meng geleng kan kepala dan berkata
"Kalau diceritakan terus, aku tidak bisa berbicara lagi "
Cin Hong garuk-garuk kepaia, tanyanya:
"Dia siapa ?" Lim Keng Hee menggelengkan Kepala tidak menjawab.
"Mengapa kau hendak memberitahukan kepadaku
tentang ini?" bertanya pula Cin Hong sambil menghela
napas. "Aku tidak lihat bahwa kau adalah seorang pemuda dari
golongan baik-baik maka aku tidak tahan untuk tidak
menceritakan kesedihan dalam hatiku kepadamu. Kau
tentunya tida akan mentertawakan aku. bukan." berkata
Lim Keng Hee sedih. "Mana bisa" Kalau begitu apa kau hendak pergi
kegunung ong ok-san?"
"Mencari pengalaman. Dan kau?"
"Aku juga tidak ada urusan penting, Sekarang ini aku
hendak pergi kerumah penjara rimba persilatan untuk
menengok suhu. oleh karena sekalian jalan, maka hendak
melihat golongan Kalong itu dalam pertemuan tersebut
hendak melakukan kejahatan macam apa lagi?"
"Kalau begitu kita seperjalanan dan satu tujuan- Kau
panggil saja aku Lim Toa-ci, dan aku akan panggil kau Cin
Siaote. Maukah kau?"
"Baik." Ucapan baik itu baru saja diucapkan Cin Hong.
tiba-tiba tangan kanannya terasa ditarik olehnya, dalam hati
terkejut, selagi hendak mengibas, terdengar suaranya yang
perlahan tapi agak Cemas:
"Lihat, dua orang yang mendatangi dari sana itu
mungkin adalah musuhmu "
Cin Hong tunjukan matanya ketempat yang ditunjuk.
Tampak olehnya didepan, dijalan raya ada dua pemuda
berusia tiga puluh tahunan, telah berjalan Cepat
mendatangi dengan berdampingan, mereka semua diatas
punggungnya menyoreng pendang panjang yang satu
wajahnya tirus putih, sikapnya menunjukkan seperti
seorang dari golongan sesat, yang lain matanya sipit.
tubuhnya gemuk seperti babi.
Dua orang itu ternyata sama-sama memiliki kepandaian
ilmu meringankan tubuh, hingga waktu berjalan tidak
menimbulkan abu yang mengepul. Cin Hong tidak kenal
mereka, maka bertanya kepada Lim Keng Hee: "Aku tak
kenal mereka, Apa kau kenal?"
Lim Keng Hee menganggukkan kepala dan berkata:
"Ng.. Yang berwajah tirus dan putih itu adalah Toksiu
cay Leng Kho dan yang gemuk itu adalah Siluman malam
Tang Lok mereka adalah sepasang maling cabul yang
doyan wanita" Dahulu Cin Hong sebetulnya pernah melihat Tok siu cay
ini dikota Hang-ciu, tetapi waktu itu ia sebagai seorang
anggota dari golongan Kalong. dan waktu itu mengenakan
pakaian seperti Kalong dan mengenakan kerudung muka
warna hitam, maka tidak mengenal wajah aslinya, kini
setelah mendengar dia adalah Tok Siu- cay yang namanya
terkenal sebagai maling cabul yang gemar paras cantik,
maka timbullah perasaan benCinya, diam-diam
mengeluarkan kipaS dari dalam sakunya.
Tok siu-cay dan siluman malam sebentar saja sudah tiba
didepan Cin Hong berdua, ketika kedua pihak berpapasan.
Tok sui-cay menunjukkan sikap seolah-olah kenal hingga ia
mengawasi Cin Hong sejenak. sebaliknya dengan Siluman
malam, telah dikejutkan oleh wajah buruk dari Lim Keng
Hee, maka segera berpaling dan meludah, seolah-olah
ketakutan menyaksikan setan perempuan hingga buru-buru
hendak melanjutkan lagi perjalanannya.
Cin Hong mengira mereka mungkin hendak menyambut
Siluman perempuan yang dipanggil adik Eng itu, dan
jikalau mereka menemukan perempuan itu dalam keadaan
tidak berdaya, perjalanannya kegunung ong ok-san itu
sudah tentu juga tidak bisa dilanjutkan, oleh karena itu
maka ia lalu berpaling dan memanggil: "Tok siu-cay,
apakah kau sudah tidak mengenali aku?"
Tok siu-cay dan siluman malam merandek dan perlahanlahan
memutar tubuh mereka, mereka menunjukkan sikap
heran dan mengawasi Cin Hong sebentar, kemudian ia
berkata seperti orang baru bangun tidur:
"ouw.. Pantaslah kalau rasa-rasanya aku seperti sudah
pernah lihat mukamu. Kau muridnya To Lok Thianbukan"
IHe-heh, kau berani membangkitkan ingatanku,
tampaknya nasibmu memang sudah begitu?"
Cin Hong berjalan menghampiri dan berkata sambil
tertawa: "Apakah kau ingin membunuh aku?"
"Tidak... akan kutangkap kau hidup,hidup rasanya
harganya lebih besar," berkata Tok siu-cay sambil tertawa
besar. "Kalau begitu kau ternyata lebih baik dari padaku, sebab
aku sebaliknya mau membunuh mu disini" berkata Cin
Hong sambii tersenyum. Tok siu-cay menghunus pedangnya, lalu berpaling dan
berkata kepada kawannya si Siluman malam:
"Lo Tang kau bereskan yang perempuan itu"
Siluman malam menggeleng-gelengkan kepala dan
berkata dengan tak senang: "Tidat ada artinya Lihat saja
sudah bikin aku mau muntah"


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tok siu-cay tertawa terbahak-bahak kemudian berkata
"Lo Tang, kau masih anggap dirimu adalah seorang
Kang-ouw kawakan, mengapa seorang yang mengenakan
kedok kuiit manusia saja masih mengenali?"
orang she Tang itu terkejut, ia mengamat-amati wajah
Lim Keng Hee sebentar, tiba-tiba tertawa Cekikikan sendiri,
dan lalu menghampiri padanya.
Cin Hong yang menyaksikan sikap tengik dari orang she
Tang itu, timbul hawa amarahnya, lalu memutar tubuh
menyambutnya sambil membentak:
"Maling cabul.. Aku bereskan dulu kau sama juga "
Sebelum bergerak. tiba-tiba dihadapan matanya tampak
berkelebat sesosok bayangan orang, Lim Keng Hee sudah
berada didepannya menghadapi siluman yang gemuk itu
kemudian berpaling dan berkata sambil tertawa:
"Cin siaote, kau bunuhlah Tok siu-cay itu, biar aku yang
bereskan siluman malam ini, lihat siapa yang lebib dulu
berhasil" Cin Hong masih belum tahu sampai berapa tinggi
kepandaian ilmu silat Lim Keng Hee, ia berkata dengan
penuh perhatian: "Apakah Lim-toaci sanggup?"
Lim Keng Hee tidak menjawab, ia mendekati siluman
malam, kemudian menyerbu dengan senjatanya yang aneh
ialah alat musik serupa mandolin itu, gerakannya itu
perlahan dan agaknya biasa saja, diluar dugaan siluman
malam itu telah dibuatnya sangat repot, sehingga dengan
menggunakan berbagai gerak tipu dan Cara baru berhasii
melepaskan diri dari ancaman senjata seperti mandolin itu,
sedangkan mulutnya mengeluarkan suara: "Eh,"
Akan tetapi ia adalah seorang yang namanya sangat
terkenal digolongan hitam, dalam hidupnya juga sudah
mengalami entah berapa banyak pertempuran. Seorang
seperti ia, dengan cara mudah sekali satu kali diserang
sudah harus menghadapi kerepotan seperti itu, ini adalah
pengalaman yang pertama kali baginya, maka ia tahu
bahwa hari ini ia telah ketemu dengan seorang lawan yang
tangguh dan menakutkan, ia tidak berani berlaku ayal,
maka secepat kilat sudah menghunus pedangnya untuk
melayani Lim Keng IHee dengan sepenuh tenaga.
Cin Hong juga tidak menduga kepandaian ilmu silat Lim
Keng Hee ternyata demikian tingginya, maka dalam hati
diam-diam juga terkejut, disamping itu juga timbulah
timbullah semangatnya untuk menjatuhkan lawannya lekaslekas
lebih dahulu, maka jalannya pertempurannya juga
Cepat, dengan senjata kipasnya, ia menyerang Tok siu-cay
dengan menggunakan gerak tipu yang pertama dalam ilmu
kipasnya. Sejak ia menemukan kitab ilmu kipas itu, baru
menggunakan dua kali saja, setiap kali dalam satu jurus
sudah berhasil mengenakan lawannya. oleh karena itu.
maka kepercayaannya kepada ilmu kipasnya sendiri
semakin tebal. Kini ia sudah bertekad hendak
membinasakan Tok siu-cay, Sudah tentu menggunakan
ilmunya lebih hebat, ia anggap bahwa pada kali ini pasti
akan dapat membinasakan lawannya lebih dulu dari Lim
Keng IHee. maka begitu kipasnya digerakan, dalam hati
diam-diam me rasa girang, akan tetapi pada saat kipasnya
digerakkan, Tok siu-cay agaknya sudah tahu bahwa ilmu
kipasnya itu sulit untuk dilawan, maka secepat kilat
tubuhnya menengadah kebelakang, bersamaan dengan itu
ia menendang perut Cin Hong dengan kaki kanannya
Tindakan Tok siu-cay itu sesungguhnya diluar dugaan
Cin Hong oleh karena dalam keadaaa biasa kedua pihak
baru bergebrak. tidak ada yang menggunakan siasat
semacam itu, yang seolah-olah hendak hancur atau mati
bersama-sama, maka itu ketika Tok-siu-cay dalam keadaan
terkejut serangannya tadi sudah mengenakan tempat
kosong sedangkan tendangan kaki musuhnya sudah hampir
mencapai keperutnya sendiri bagaimanapun juga sudah
sulit sekali baginya untuk dapat mengelak.
Dalam keadaan demikian bukan kepalang terkejutnya
Cin Hong. Sambil mengeluh ia pejamkan mata untuk
menantikan kematiannya . ..
Diluar dugaannya ia menunggu lama tetapi tidak ada
gerakan apa- apa dari Tok-siu-cay ketika ia membuka mata
untuk melihatnya tampak Tok-siu-cay sudah rebah
celentang dengan sepasang mata melotot ternyata sudah
tidak bernafas lagi. Kejadian itu sangat aneh, maka ia lalu mengeluarkan
suara terkejut dan mundur lima enam langkah.
Disamping itu, ia juga berpaling untuk menengok kearah
Lim Keng Hee dan siluman malam itu juga sudah berakhir,
yang tersebut belakangan ini keadaannya sama juga dengan
Tok-siu-cay, rebah celentang ditanah dalam keadaan tidak
bernyawa, sedang Lim Keng Hee saat itu sedang
membongkokkan badan untuk mencabut sebuah jarum
halus berwarna hitam dari tengah-tengah dada siluman
malam yang gemuk itu. Karena tangannya mengenakan sarung kulit maka
setelah mencabut jarum halus itu lalu ditancapkan lagi
kedalam senjata mandolinnya barulah menghampiri Tok
siu-cay dan mencabut jarum serupa tadi dari tubuh Tok siucay
yang kemudian ditancapkan lagi kedalam mandolinnya,
setelah itu baru menghampiri Cin Hong dan berkata sambil
bersenyum berseri-seri: "Cin siaote, kematian dua orang maling cabul ini sudah
seharusnya bukan" Dan kau tentunya toh tidak akan anggap
aku ini terlalu kejam, bukan?"
Cin Hong sesaat berdiri terCengang barulah berkata:
"Lim-toaci. . .. kepandaian ilmu silatmu hebat sekali"
Lim Keng Hee membuka sarung tangannya dimasukkan
kedalam kantongnya, kemudian berkata sambil tertawa:
"Kepandaian ilmu silatku tidak lebih tinggi dirimu,
hanya aku ada mempunyai benda ini"
"Apakah mandolin itu bisa mengeluarkan senjata
rahasia?" Lim Keng Hee mengangukkan kepala dan berkata sambil
tertawa: "Ng, alat musik ini dapat mengeluarkan dua jenis senjata
rahasia, yang ada racunnya dan yang tidak beracun"
Dari keadaan tubuh Tok Siu-cay dan siluman malam itu,
Cin Hong tahu bahwa jarum yang digunakan oleh Lim
Keng Hee tadi sudah pasti adalah senjata rahasia yang
sangat berbisa. Dengan sikap termangu-mangu ia memandang Lim
Keng Hee, ia baru merasa bahwa perempuan dihadapannya
ini ternyata adalah perempuan misteri yang kepandaiannya
sesungguhnya sukar dijajaki tingginya. Lim Keng Hee
tertawa dan berkata: "Kau jangan mengawasi aku begitu. sekarang kau
bukalah pakaian Tok siu-cay dan tanda anggotanya serta
semua barang-barangnya jangan lupa juga pedang
panjangnya itu tidak boleh kau buang ..."
"Perlu apa mengambil barangnya?" tanya Cin Hong
heran. "Bukankah kau hendak pergi kegunung ong ok-san" Aku
pikir sewaktu orang-orang golongan Kalong itu
mengadakan pertemuan besar, mungkin semua
mengenakan pakaian Kalongnya dan mukanya memakai
kerudung hitam, jika kau turut hadir dengan kedudukan
sebagai Tok Siu-cay, bukankah itu lebih baik?"
Cin Hong sangat girang, segera turun tangan membuka
pakaian Tok siu-cay dan barang-barangnya juga diambil,
dari dalam sakunya ia menemukan sebuah plat kuningan,
diatas plat itu diukir dengan kata-kata "Anggota golongan
Kalong Hitam nomor satu". Sungguh bebat. Ternyata Tok
siu-cay ini merupakan anggota golongan Kalong yang
berkedudukan hanya dibawah Tongcu saja.
Lim Keng Hee mengeluarkan sebuah botol kecil
berwarna hitam. lalu dituangkan di atas dua bangkai orang
tadi, barang cair warna hitam menyiram kedua bangkai
tadi, dalam waktu tidak lama, dua orang jahat yang
namanya menggetarkan rimba persilatan dalam sekejap
sudah berubah menjadi cairan kuning dan hilang kedalam
tanah. Cin Hong yang menyaksikan itu semua bukan kepalang
terkejutnya, dia benar-benar hampir tidak mau perCaya
kepada penglihatannya sendiri, bahwa seorang perempuan
berusia demikian muda ternyata adalah seorang ahli dalam
melakukan pembunuhan- Lim Keng Hee mengawasi kepadanya sejenak kemudian
berkata sambil tertawa: "PerCaya atau tidak terserah padamu, ini adalah untuk
pertama kalinya aku membinasakan dua orang, aku sendiri
juga merasa heran, mengapa dapat melakukan demikian
gegabah?" Cin Hong melihat sikap Lim Keng Hee itu yang penuh
kejujuran, maka lalu berkata sambil menganggukanggukkan
kepala: "Aku perCaya padamu, Lim Toaci"
Lim Keng Hee diam dan mengawasi padanya sekian
lama. tiba-tiba menundukkan kepala dan berkata dengan
Suara gemetaran: "Cin Siaote, aku menyesal, tidak bisa ikut padamu
kegunung ong ok-san"
Sehabis berkata demikian, lalu memutar tubuh dan
berlalu dengan Cepatnya, ia bergerak demikian gesit, hingga
dalan sekejap mata sudah berada sejauh sepuluh tombak
lebih. Cin Hong terheran-heran dan tidak mengerti maksudnya,
ia mengejar beberapa langkah sambil memanggil-manggiu
"Lim Toaci Lim Toaci Kau kenapa?"
Tetapi Lim Keng Hee sudah menghilang ke dalam rimba
lebat. Diatas gunung ong ok-San, dipuncak yang dinamakan
ciat-thian-than, hari itu tiba-tiba tampak kira-kira seraus
orang yang semuanya mengenakan pakaian seperti Kalong
dan memakai kerudung muka hitam dan putih, kalau mau
dikata sebenarnya, mereka itu adalah lebih mirip kalau
disebut sebagai binatang Kalong, sebab pakaian mereka
semua bersayap lebar mirip Kalong, dan kepalanya
mengenakan kerudung seperti kepala tikus, sehingga bentuk
mereka itu tidak ubahnya bagaikan binatang Kalong saja.
orang-orang seperti Kalong itu terbagi dalam warna
hitam danputih, mereka berkumpul di sebuah tanah datar di
luar goa Hek-Liong-tong, dari pembicaraan mereka dapat
dibedakan bahwa orang-orang yang mengenakan pakaian
Kalong berwaroa hitam semua adalah lelaki. dan yang
mengenakan warna putih semua adalah perempuanMereka pada berdiri menghadap keselatan, ternyata
disitu ada dua orang yang diikat diatas dua buah tiang
dalam keadaan telanjang bagian atasnya, dua orang itu satu
lelaki tua, yang satu lagi pemuda.
Wajah dua orang itu semua menunjukkan sikapnya yang
marah, dua pasang mata mendelik menakutkanDari dalam pembicara an mereka, dapat diketahui bahwa
orang tua itu adalah orang tua senjata perak Cu Giok Tian
dan dari partay oey-san, sedang yang muda adalah murid
golongan biasa dari partaiBu-tong, yang bernama Ma Liong
Po, kabarnya Cu Giok Tian tadi malam tertangkap oleh
anggota pelindung hukum golongan kalong lm Liat Hong,
tetapi setelah digeledah seluruh badannya tidak dapat
menemukan anak kunci emas berukiran huruf Liong, maka
Im Liat Hong mencurigai bahwa anak kunci itu sudah
ditelan oleh Cu Giok Tian, dengan demikian, maka lantas
ditangkap hidup,hidup dan dibawa kemari untuk
diselesaikan lebih jauh. . ..
Sedangkan pemuda yang bernama Ma-Liong-po itu ialah
salah seorang anggota partai Bu-tong golongan muda yang
dipikat oleh salah seorang dari dua belas putri golongan
Kalong, tetapi kemudian pemuda itu setelah mengetahui
maksud perempuan siluman yang hendak memperalat
dirinya untuk merampas anak kunci emas berukiran huruf
monyet ditangan ketuanya, lantas meninggalkan
perempuan jahat itu akhirnya juga tertangkap kembali dan
dibawa kegunung ini. Bagaimana Caranya mereka hendak membebaskan dua
orang itu, ini adalah merupakan salah Satu acara dalam
pertemuan besar golongan Kalong hari ini.
Pada saat itu. selagi orang-orang sedang riuh
membicarakan soal itu. dari dalam goa Hek-Liong-tong
tiba-tiba tampak berjalan keluar tiga orang berpakaian
merah. Yang berdiri ditengah-tengah adalah seorang tua berusia
sudah sekitar sembilan puluh lebih, rambutnya putih
seluruhnya, namun wajahnya menunjukkan ia seorang
kejam, dia adalah anggota pelindung hukum golongan
Kalong yang dinamakan Lam-khek sin-kun Im Liat Hong.
Dua orang yang berada dikedua sisinya adalah sepasang
suami isteri dari golongan Lo-hu-pay dahulu, mereka suami
istri juga mengenakan pakaian seperti Kalong berwarna
merah, hanya diwajah mereka juga sama keadaannya
seperti dengan Im Liat Hong yang tidak mengenakan
kerudung. Ketika tiga orang itu keluar dari goa Hek liong-tong,
Semua anggota golongan Kalong lantas diam, bahkan
masing-masing pada berdiri berbaris, memecah menjadi dua
kelompok. Lam-khek sin-kun Im Liat Hong menunggu setelah
mereka berdiri, baru membuka suara berkata:
"Atas perintah pangcu sekarang kuperkenalkan lebih
dulu dengan ketua Tongcu golongan Kita....."
Ia menunjuk Kha Gee San yang berada disamping
kanannya: "Ini adalah Tongcu Heksbok-tong yang baru
diangkat oleh Pangcu, Kha Gee San yang mempunyai
nama julukan binatang Kie-lin merah."
Kembali menunjuk Pa cap Nio yang berdiri disebelah
kirinya: "Dan in adalah Tongcu Pek-hok-tong Pa cap
Nio......." Ia berhenti sebentar, selanjutnya berkata lagi:
"Kamu sekalian mulai hari ini, harus menurut dan


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mentaati perintah kedua Tongcu ini,sekarang kedua tongcu
kita akan mulai melakukan absen, kedua Tongcu akan
menyebutkan nomor anggotanya, kamu harus menyebutkan
sendiri nama masing-masing"
Sebabis berkata demikian, ia menyapu kepada semua
anggotanya sejenak. lalu berjalan masuk kedalam goa.
Sepasang Suami istri dari golongan Lo-hu masingmasing
mengeluarkan sejilid buku absen. lalu berjalan
kehadapan anak buahnya. "Apakah Hu Tongcu ada?"
Dari golongan Kalong hitam tiada seorang yang
menjawab. Satu sama lain hanya saling berpandangan.
Tetapi itu sebetulnya juga tidak ada gunanya, sebab
semuanya mengenakan kerudung muka, siapapun tidak
dapat melihat wajah masing-masing. Kha Gee San
mengerutkan alisnya, kembali ia berkata sambil tertawa
dingin: "Mungkin aku memanggil terlalu merendahkan diri...
anggota golongan Kaloog hitam nomor satu "
Dari barisan Kalong hitam segera terdengar suara orang
menyahut: "Ada, Leng Kho disini"
Kha Gee San mengawasi orang itu, kemudian berkata
sambil tertawa dingin: "Mengapa tidak jalan kemari?"
seorang dari barisan Kalong hitam berjalan keluar dan
memberi hormat kepadanya.
Kha Gee San dengan sinar mata yang tajam mengawasi
padanya sejenak, setelah itu ia kata sambil tersenyum:
"Kau orang she Leng jikalau ada perasaan kurang puas
boleh ajukan saja kepada pangcu, aku tak percaya kau lupa
dengan kedudukan sebagai Hu Tongcu"
Tok-siu-cay Leng Kho menjawab sambil memberi
hormat: "Tongcu harap jangan marah, aku yang rendah oleh
karena tadi agak meleng sehingga tidak dengar, harap
Tongcu maafkan" Kha Gee San hanya mengeluarkan suara "oh" begitu
saja, matanya kembali ditujukan kepada buku absennya dan
memanggil lagi dengan suara nyaring: "Anggota Kalong
hitam nomor dua." Dari barisan Kalong hitam terdengar menyahut: "Ada,
Yu Phian Peng" Kha Gee San memandangnya sebantar, kemudian
memanggilnya lagi anggota nomor tiga dan setelah itu
berturut-turut nomor empat dan selanjutnya. Tapi sewaktu
dia menyebut nomor empat, tiada orang yang menyahut.
Kha Gee San merasa tidak senang, lalu bertanya kepada
Tok-siu-cay Leng Kho: "Aku dengan kabar bahwa anggota nomot empat
siluman malam Tan Lok dengan kau Hu Tongcu pergi bersama2
kegunung Siong-san untuk menyambut putri nomor
tujuh, apa kalian terus berpencaran ?"
Tok-siu-cay berpikir dulu, lalu baru menjawab:
"Ya, Lo Tang hingga sekarang belum kembali, mungkin
menemukan kejadian diluar dugaan-....."
Kha Gee San lalu memberi tanda diatas nama anggota
nomor empat, kemudian melanjutkan lagi.
Tak lama kemudian, Pa cap Nio berjalan menghampiri
dan berkata: "Mengapa orang ku kurang tujuh belas jiwa" Apa artinya
ini?" "Barang kali sedang diutus keluar untuk bertugas"
menjawab suaminya. "Tidak. tadi sewaktu Touw Kui-hui menyerahkan buku
ini kepadaku, pernah berkata bahwa dua belas putri anggota
golongan kalong putih dan tiga puluh delapan pocu semua
akan datang hadir. akan tetapi waktunya sekarang ini telah
tiba, bagaimana masih bisa kurang tujuh belas orang ?"
"Ini aku tidak tahu, asalkan kau laporkan siapa yang
tidak hadir, bukankah sudah Cukup?" menjawab sang
suami sambil angkat pundak.
Pa cap Nio menghela napas, lalu berjalan kembali dan
masuk kedalam goa Hak-Liong-tong.
Tak lama kemudian dari dalam goa itu berjalan
serombongan orang. Yang pertama-tama keluar adalah Pa
Cap Nio, kemudian anggota pelindung hukum Im Liat
Hong, setelah itu adalah anggota pelindung hukum juga ,
tamu tidak diundang dari luar daerah, Satupersatu
selanjutnya lagi ialah Liu Kui-pin, To Kong-hui dan
akhirnya seorang perempuan setengah umur yang
mengenakan pakaian warna emas.
Perempuan setengah umur berpakaian warna emas itu
jelas adalah permaisuri Ho ong itu Jie Hiang Hu, dari
wajahnya kelihatan seperti sudah berusia empat puluh
tahunan, tetapi waktu itu memakai bedak dan gincu begitu
medok, hanya dari tampangnya tampak ia itu seorang
perempuan galak dan kejam, begitu dilihat sudah bisa
diketahui bukanlah perempuan baik-baik.
Se Waktu ia berjalan keluar dari dalam goa, sudah
menunjukkan sikapnya marah- marah sedang mulutnya
nyerocos mengeluarkan kata-kata yang tak enak didengar:
"Dia selalu tergila-gila kepada barang buruk itu, nanti
kalau timbul hawa amarahku, biarlah kubinasakan
padanya...." To Kui-hui yang mendengar ucapan itu lalu berpaling
dan menyambungnya: "Permaisuri benar, siao-moay juga merasa bahwa hati
perempuan busuk itu sudah lama tidak ada dari golongan
kita, lebih cepat kita singkirkan dia lebih baik,jangan sampai
menimbulkan hal-hal yang tidak dlinginkan "
Sang permaisuri menganggukkan kepala dan berkata
sambil tertawa dingin: "Kalian tunggu dan lihat saja nanti."
Lima orang itu tiba didepan batu sembahyang, lantas
berdiri kekanan kiri. Sepasang Suami istri partay Lo-hu telah membawa
anggota golongan Kalong putih dan hitam berdiri berbaris
didua sisi meja sembahyang , seolah-olah hendak
menyambut kedatangan raja.
Tak lama kemudian, didalam goa Hek-liong-tong tibatiba
terdengar suara musik mengalun kemudian dari dalam
tampak berjalan keluar seorang lelaki memakai pakaian
warna emas dan seorang perempuan cantik mengenakan
pakaian warna perak. dihadapan mereka ada dua
perempuan berpakaian seperti pelayan istana, masingmasing
memegang kipas sutera. Lelak berpakaian warna emas usianya kira-kira tiga
puluh lima tahun, wajahnya putih bersih, namun tampak
sangat dingin. Seperti wajah orang mati. Dia bukan lain
dari pada Ho ong Jie Hlong Hu. juga dengan nama lain Jie
Biauw Kow, dan sekarang menjadi pangcu golongan
Kalong. Perempuan berpakaian warna perak usianya kira-kira
dua puluh satu tahunan, parasnva cantik namun waktu itu
tampak diliputi oleh rasa sedih, bahkan masih tampak tanda
air mata,jelas tadi pernah habis menangis sedih.
Perempuan berpakaian baju perak itu begitu baru
muncul. telah membuat Tok-siu-cay Leng Kho yang berdiri
dibarisan golongan Kalong hitam berjengit lantaran terkejut
hampir ia menjerit. Apa sebabnya "
Kiranya, perempuan cantik berpakaian warna perak itu
adalah perempuan berpakaian UngU yang menyebut diri
sebagai Lim Keng Hee yang kemarin dibawah kaki gunung
Siong-san unjuk diri dan pernah menolong diri Cin Hong.
Pantas kemarin sikapnya sangat misteri, ternyata dia
adalah salah satu dari tiga selir pangcu golongan Kalong
yang bernama Lim Hujin, pantas kepandaian ilmu silatnya
demikian tinggi dan pantas ketika ia menceritakan kisahnya
waktu ditolong keluar oleh seorang pemuda dari rumah
hiburan, sudah tidak tahan menahan rasa sedihnya dan
mengucurkan air mata.....
Tok-siu-cay Leng Kho yang sebetulnya adalah Cin Hong
sendiri, menghela napas perlahan, ia menundukkan kepala
tidak berani melihat wajah sedih perempuan itu lagi.
Pangcu golongan Kalong dan Lim Hujin berjalan
berdampingan kedepan batu sembahyang, Sang Pangcu
seorang diri jalan naik terus keatas tangga batu, duduk
disebuah kursi emas yang sudah disediakan diatas batu, dua
pelayan perempuan juga mengikutinya sambil terus
mengipasi dirinya. suasana disitu sesaat tampak sunyi senyap.
Hek Tongcu Kha Gee San lalu maju beberapa langkah
dan berlutut untuk melaporkan bahwa anggota kalong
hitam yang jumlah seorang ialah anggota nomor empat
Tang Lok yang tidak datang, kemarin diutus pergi
kegunung Siong-san untuk menyambut putri ketujuh, entah
apa sebabnya belum kembali.
Pangcu yang mendengar laporan itu hanya
menganggukkan kepala, kemudian memerintahkan Tongcu
itu mengundurkan diri. Setelah itu ada giliran Tongcu golongan Kalong putih
ialah Pa cap Nio yang maju memberi lapor bahwa anggota
dalam golongannya semua berjumlah tiga puluh tiga orang,
ada tujuh belas yang belum datang, Satu adalah puteri
ketujuh Thia Ay Eng. yang lainnya semua adalah Tecu
berbagai daerah, apa sebab mereka tidak datang, belum
diketahui olehnya. Pangcu hanya mengeluarkan suara dari hidung, sepasang
matanya memancarkan sinar tajam, setelah itu ia perlahanlahan
berpaling dan bertanya kepada tamu tak diundang
dari luar daerah yang berdiri dibarisan kanan"Yo Hok Hoat bagaimana pandanganmu dalam urusan
ini?" Tamu tak diundang dari luar daerah itu menjawab
sambil bungkukkan badan: "Urusan ini terjadinya diluar dugaan semua orang,
sebelumnya juga tidak ada tanda apa-apa, hamba tidak
berani menduga sembarangan-..."
Kembali pangcu bertanya kepada Im Liat Hong yang
berdiri disebelah kiri: "Dan bagaimana dengan pandangan cho Hok-hoat?"
IM Liat Hong menjawab juga sambil membungkukkan
badan: "Hamba juga tidak dapat menduga, tetapi hamba
percaya mereka tidak berani tidak datang tanpa sebab"
Pangcu menganggukkan kepala dan berpikir sekian lama,
kemudian berpaling dan bertanya. kepada Pa cap Nio:
"Golongan kita berdiri lama, hingga sekarang hanya
mempunyai cabang dilima puluh dua tempat, enam belas
Pocu yang tidak hadir, dari daerah-daerah mana saja?"
"Dari daerah An-hui. Ho- lam dan ouw-pak" menjawab
Pa cap Nio. "Apakah dari tiga propinsi itu tidak seorangpun yang
datang?" bertanya pula sang pangcu.
"Ya, mungkin mereka mnegambil tindakan serupa.....lari
ikut orang lain" jawab Pa Cap Nio.
"Ikut siapa?" tanya Pangcu sambil tertawa dingin.
"Itu hanya dugaan saja. mungkin mereka sudah bosan
dengan kehidupan dunia, hingga masing-masing mencari
lelaki lain." sepasang mata pangcu terbelalak kemudian membentak:
"Itu hanya kau mengoceh sendiri?"
Pa Cap Nio terkejut. dan buru-buru menganggukkan
kepala minta maaf. Pangcu memerintahkan Pa Cap Nio undurkan diri,
kemudian memerintahkan dua belas putri menyerahkan
anak kunci emas yang sudah didapatkan.
Pa Cap Nio kembali kerombongannya, lalu dari buku
absen membayangkan dan memanggil orang-orang yang
tersebut namanya: "Putri pertama Kim Tiap Hoa, yang ditugaskan untuk
mengambil anak kunci yang berukiran huruf tikus dari
partay Thian-shia-pay, sudah berhasil mendapatkan atau
tidak?" Dari rombongan Kalong putih terdengar suara sahutan,
kemudian berjalan keluar seorang anggotanya kedepan
meja sembahyang, dari dalam sakunya mengeluarkan anak
kunci emas. diletakkan keatas meja setelah itu
mengundurkan diri lagi. Pa cap Nio menyebutkan pula
nama-nama selanjutnya: "Putri kedua. Ciu wanjie yang ditugaskan untuk
mengambil anak kunci berukiran huruf kerbau dari partay
Ngo-bie, sudah dapat atau belum?"
Dari rombongan Kalong putih terdengar suara orang
menyahut, kembali tampak seorang keluar sambil
menyerahkan anak kunci emaS di atas meja dan setelah itu
undurkan diri. Dengan demikian satu demi satu
dipanggilnya menurut urutan nomor.........
Han Bu Kong 9 Playboy Dari Nanking Karya Batara Harpa Iblis Jari Sakti 35

Cari Blog Ini