Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long Bagian 19
Ruan-yun menunjuk satu-satunya rumah yang mengeluarkan asap dan berkata:
"Da-ge, kita ke sana untuk bertanya!"
Ruan-wei dengan cepat berlari ke belakang rumah itu lalu berteriak:
"Aku Ruan-wei dan adikku ingin masuk untuk beristirahat, apakah diijinkan?"
Di dalam terdengar suara seperti suara orang tua:
"Apakah Tuan adalah orang dunia persilatan?"
"Aku bisa sedikit ilmu silat," jawab Ruan-wei.
Orang yang ada di dalam menarik nafas:
"Jika ilmu silatmu tidak tinggi, lebih baik jangan masuk!"
"Dari nada bicara Tuan, seperti Anda sudah tua, apakah Anda mempunyai kesulitan?" tanya
Ruan-wei. "Apakah aku sudah tua?" tanya orang dari dalam rumah.
"Dari suaranya, sepertinya Tuan berumur 80 tahun!" Ruan-wei menjawab dengan jujur.
Orang yang ada di dalam rumah terkejut dan berteriak:
"Apa, sudah 80 tahun! Aku bermarga Li, tahun ini baru berumur 47 tahun, tidak disangka hanya
beberapa bulan, aku sudah setua itu! Hai, harus menyalahkan siapa ini!"
"Pak Tua, ada kesulitan apa" Siapa yang mengurungmu di sini?" tanya Ruan-wei.
"Kami 13 bersaudara punya kekesalan sampai memenuhi perut, orang yang mengurung kami
adalah murid kami satu-satunya!"
"Apakah di dunia ini ada orang yang tidak tahu aturan?"
Orang yang ada di dalam rumah tertawa kecut:
"Murid kami tidak tega membunuh kami, maka dia memusnahkan ilmu silat kami dan
mengurung kami di sini agar mati perlahan-lahan. Tapi boleh dikatakan dia masih ada sedikit hati
nurani, karena dia membangun 13 rumah bagus untuk kami. Tapi maksudnya adalah membunuh
gurunya dengan pelan-pelan! Ha, ha, ha! Dia membiarkan kami pelan-pelan menjadi tua lalu
mati!" Semakin mendengar cerita pak tua itu, Ruan-wei semakin naik pitam, diamembentak:
513 "Pak Tua, jangan marah, aku akan menolong kalian 13 bersaudara dan membantu kalian
membunuh murid yang ingin membunuh gurunya sendiri!"
Ketika dia ingin meloncat ke atap, tiba-tiba ada suara perempuan membentak: "Siapa yang
berani masuk!" Ruan-yun dengan cemas berkata: "Da-ge, jangan masuk dulu! Di belakang ada
perempuan, kita tanya dulu dengan jelas baru menolong orang yang ada di dalam agar tidak
terjadi kesalahpahaman!"
Orang yang ada di dalam rumah berkata: "Suara orang yang datang itu adalah muridku!"
"Apakah muridmu itu seorang perempuan?" tanya Ruan-wei.
Orang yang ada di dalam rumah dengan cemas berkata:
"Betul! Ilmu silatnya sangat tinggi, jika Tuan ingin menolong aku dan saudaraku, kau harus
berhati-hati...." Ketika sedang berbicara, dalam waktu singkat orang yang berteriak itu sudah berada di depan
Ruan-wei. Dia tiba-tiba berhenti, Ruan-wei juga mundur selangkah dan siapa sangka orang itu
adalah perempuan yang berpakaian merah, di belakang punggungnya terselip sebilah pedang,
wajahnya cantik, tubuhnya langsing. Dia sangat mirip dengan Ruan-yun. Ruan-yun melihatnya,
tiba-tiba berteriak: "Kakak! Kakak! Kau adalah kakakku
Tiba-tiba Ruan-wei teringat pada perempuan berpakaian merah adalah orang yang
mengurungnya selama 5 hari di dalam gua dan dia juga adalah perampok yang bekerja sendiri.
Mengingat pada kekejaman dan sifat semaunya, Ruan-wei marah dan dia menampar perempuan
itu. Perempuan berpakaian merah itu menghindar dan berteriak:
"Adik! Da-ge pukul aku, cepat bantu aku!'
Ruan-wei berhenti memukul dan berkata:
"Siapa Da-ge mu?"
Ruan-yun cepat-cepat mendekat:
"Da-ge, dia adalah Kakak Xuan, apakah kau tidak mengenalinya?"
Setelah dilihat dengan teliti, perempuan berpakaian merah itu cantik seperti adik Yun nya tapi
dia tidak mempunyai kelincahan dan kebaikan hati adik Yun, yang ada hanyalah wajah yang
sombong. Tampak gadis ini memang suka berbuat semaunya sendiri. Sikap ini adalah sikap Ruanxuan
sejak masih kecil. Dengan serius Ruan-wei bertanya:
"Apakah kau adalah adikku, Ruan-xuan?"
Perempuan berpakaian merah itu tertawa:
"Kenapa bukan" Da-ge, ketika di Si-chuan, di Le-shan-cheng aku telah bersalah kepadamu."
Tiba-tiba Ruan-wei mengulurkan tangan, menampar Ruan-xuan. Tangannya terulur dengan
cepat, untung Ruan-xuan berilmu silat tinggi, dia bisa meloncat dan bersalto ke belakang. Tapi
begitu turun, serangan tangan Ruan-wei sudah mengikutinya.
Ilmu telapak Ruan-wei adalah ilmu yang tingkat tinggi, sejurus demi sejurus semakin kencang
dan angin telapak semakin kuat. Jika mengenai Ruan-xuan bisa mati!
Ruan-xuan tidak bisa melawan ilmu Ruan-wei yang tinggi, maka dia hanya bisa menghindari
serangan Ruan-wei sampai jurus kelima.
Ruan-wei berhenti dan berdiri. Ruan-xuan mengeluarkan sapu tangan untuk menyeka keringat,
karena untuk menghindari 5 jurus tadi dia telah mengeluarkan seluruh ilmu andalannya.
Tiba-tiba Ruan-xuan duduk di bawah lalu menangis dengan sedih, dia seperti menampung
kekesalan di dalam hatinya. Ruan-yun melihat Ruan-wei, dia mendekati Ruan-xuan dan pelanpelan
berkata: "Kakak! Kakak! Jangan menangis lagi...."
Tapi Ruan-xuan masih tenis menangis dan berkata:
"Kakak benar-benar jahat, aku mengurungmu 5 hari, tidak disangka dia mengem-balikan 5
jurus telapak kepadaku, hampir-hampir Xuan-xuan mati di bawah telapak Kakak...."
Melihat sikapnya seperti banyak kekesalan. Mengingat dia adalah adiknya, maka Ruan-wei
menarik nafas: 514 "Aku tidak ingin membalasmu dengan menyerang 5 jurus telapak karena kau telah
mengurungku selama 5 hari, tapi karena sifatmu yang kejam. Jika bukan aku yang mendidikmu,
siapa lagi yang akan bisa?"
Ruan-xuan mengangkat wajahnya yang penuh air mata dan berkata:
"Semenjak di Le-shan-cheng saat bertemu dengan Da-ge, aku tidak berani merampok
pengawalan perjalanan lagi dan sekarang aku sedang belajar berbuat kebaikan, mengapa Da-ge
berkata aku berdosa?"
Ruan-wei marah: "Masalah di Le-shan-cheng jangan bicarakan lagi, tapi kau sudah membuat dosa yang lebih
besar lagi, apakah kau tidak tahu?"
Ruan-xuan kebingungan: "Apa aku melakukan dosa besar?"
Karena marah, wajah Ruan-wei menjadi pucat:
"Jika kau pura-pura tidak tahu, jangan salahkan Da-ge akan memukulmu lagi!"
"Tapi aku memang tidak tahu! Asal Da-ge bisa menunjukkan dosa yang telah aku perbuat, aku
akan menerima hukuman dari Da-ge!"
"Apakah betul?" tanya Ruan-wei.
"Betul!" Ruan-xuan sama sekali tidak takut, tiba-tiba Ruan-wei mengeluarkan telapak:
"Apakah orang di ke-13 rumah ini adalah guru-gurumu?"
Ruan-xuan tertawa: "Apakah Da-ge ingin membunuhku karena orang-orang itu?"
Ruan-wei melotot: "Jika kau menjawab tidak jujur, aku akan membunuhmu dalam satu jurus!"
Ruan-xuan tetap tertawa tanpa takut dan tidak peduli:
"Apakah Da-ge ingin membunuh Xuan- xuan?"
Dengan serius Ruan-wei menjawab: "Mereka 13 orang telah mendidikmu seperti ayah dan ibu,
mengapa kau tidak membalas budi karena mereka sudah mengajar-mu ilmu silat, kau malah ingin
mencelakakan mereka!"
"Budi mengajarkan ilmu silat apakah harus dibayar?"
"Betul! Satu hari menjadi guru berarti seumur hidup adalah guru. Budi guru mana boleh tidak
dibayar" Kau tidak membalas budi malah balik ingin membunuh mereka. Orang seperti ini dibunuh
10 kali pun masih kurang!'
"Apakah Da-ge tahu mengapa aku mengurung 13 guruku di dalam rumah dan aku juga..."
Ruan-wei marah hampir-hampir dia memukul Ruan-xuan lagi:
"Dan kau memusnahkan ilmu silat mereka satu persatu agar mereka tidak bisa keluar dari 13
rumah aneh ini, apa dosamu bisa dimaafkan?"
"Sebetulnya aku mengurung mereka adalah untuk membalas budi...."
Karena terlalu marah, Ruan-wei menjadi tertawa terbahak-bahak:
"Apakah di dunia ini ada cara seperti ini untuk membalas budi" Apakah kau mengurung mereka
sampai tua kemudian mati disebut balas budi?"
Ruan-xuan menjawab dengan dingin: "Walaupun aku melepaskan 13 orang ini, mereka juga
tidak berani pergi dan memilih mati tua di sini...."
Melihat Ruan-wei semakin marah, Ruan-xuan tidak berani bercanda lagi. Dengan serius dia
berkata: "Karena begitu mereka meninggalkan rumah ini dan berkelana di dunia persilatan, begitu tahu
mereka sudah kehilangan ilmu silat, mereka akan terbunuh!"
"Walaupun mereka adalah orang jahat di dunia persilatan tapi ilmu silat mereka hilang garagaramu,
bukankah ini namanya membunuh guru dan hal ini tidak bisa dimaafkan!"
Dengan sedih Ruan-xuan berkata:
"Selain mereka orang jahat di dunia persilatan, mereka juga adalah musuh yang membunuh
ibuku!" "Apa" Apakah mereka adalah Shi-san Gongzi Tai-bao?"
"Apakah Da-ge lupa ketika masih kecil aku diculik oleh mereka?"
Ruan-wei sedikit tidak percaya:
515 "Jika mereka adalah Shi-san Gongzi Tai-bao, mengapa mereka tidak membunuhmu, malah
mengajarimu ilmu silat?"
Ruan-xuan tertawa: "Karena mereka melihat ketika ibuku dibunuh dan aku tidak bersedih, mereka mengira ibu
bukan ibu kandungku dan mengatakan aku adalah anak ketua sebuah perkumpulan besar. Mereka
tidak tahu bahwa sejak mereka menculikku, aku sudah bertekad ingin membalaskan dendam
ibuku!" Tiba-tiba Ruan-yun menangis:
"Da-ge! Da-ge! Ibu mati sangat mengenaskan... ibu mati sangat mengenaskan...."
Karena tangisan ini, membuat Ruan-wei teringat pada dendamnya. Dia teringat ketika itu ibu
dipukul dengan telapak 'Shen-long-shou' Li Ming-zheng sampai mati. Darahnya segera
bergejolak, terlihat wajahnya penuh aura membunuh, dia berjalan ke arah ke-13 rumah aneh itu.
Ruan-xuan menghadang di depan dan meminta:
"Biarlah mereka tua dan mati di sana!"
Ruan-wei teringat kata-katanya sendiri tadi, budi guru harus dibalas. Dia juga teringat pada Shisan
Gongzi Tai-bao yang sudah mengajarkan semua ilmu silat kepada Ruan-xuan, tampak
dendamnya tidak bisa dibalas dengan cara membunuh mereka, maka dia berhenti melangkah dan
menarik nafas panjang. Ruan-xuan mengerti kesedihan Ruan-wei, dia berkata:
"Aku sudah melukai syaraf mereka, walaupun Hua-duo hidup kembali, itu juga tidak akan bisa
menyembuhkan mereka!" (Hua-duo adalah tabib yang sangat hebat jaman Tiongkok kuno).
Mereka sekarang sudah tidak ada tenaga lagi, hidup mereka seperti mayat hidup berjalan.
Dalam hati Ruan-wei berpikir hukuman untuk mereka seperti ini sudah cukup, maka keinginan
untuk membunuh menjadi reda. Dia merasa beruntung Ruan-xuan tidak terlalu kejam, dia juga
tidak mengerti dengan cara apa Adik Xuan bisa memusnahkan ilmu silat Shi-san Gongzi Tai-bao.
Ruan-yun berhenti menangis:
"Kakak, mengapa kau mengurung orang yang membunuh ibu di sini?"
Ruan-xuan tertawa: "Ini sangat mudah, jika aku bukan ingin belajar ilmu silat mereka masing-masing, sedari dulu
aku sudah membunuh mereka. Ketika aku bertemu Da-ge di Si-chuan, aku sudah selesai
mempelajari ilmu silat mereka, karena itu suatu hari, aku menyiapkan jamuan sayur dan arak
istimewa. Begitu mereka selesai makan, satu persatu langsung pingsan...."
Ruan-wei menarik nafas: "Kemudian satu persatu kau musnahkan ilmu silatnya dan mengurung mereka di sini!"
"Pedang yang bersembunyi selalu tidak terlihat, mereka tidak tahu murid mereka satu-satunya
sudah lama menanam hati penuh dendam. Mereka berkata aku adalah putri Xiao-wu yang paling
jahat di dunia ini dan mengatakan aku bukan anak kandung ibu agar aku tidak mengkhianati
mereka...." Orang yang ada di dalam rumah tiba-tiba berteriak:
"Kau adalah putri Xiao-wu. Hanya Xiao-wu yang jahat baru bisa melahirkan putri yang bisa
membunuh gurunya sendiri!"
Ruan-xuan marah: "Kau... kau... kentut! ibuku adalah Xiao Nan-pin, ayahku adalah Fu-hu-jin-gang Ruan Da-cheng
yang sangat terkenal di Si-chuan!"
"Orang yang ada di dalam rumah tertawa terbahak-bahak:
"Ruan Da-cheng adalah laki-laki yang berbesar hati, mana mungkin dia mempunyai putri
sepertimu yang tidak mempunyai hati nurani. Kau bercermin dulu apakah kau dan Xiao-wu samasama
jahat?" Ruan-xuan marah, dia berteriak:
"Kentut! Kau kentut!"
Orang yang ada di dalam rumah tertawa lagi: "Memang bau! Sangat bau! Tidak disangka aku
'Shen-long-shou' mendapat seorang murid yang suka kentut."
Ruan-xuan mulai galak, dia meloncat masuk ke salah satu rumah aneh itu kemudian mencabut
pedang. 516 Ruan-yun melihat kakaknya sudah mengeluarkan aura membunuh, dengan ilmu meringankan
tubuhnya yang langsung diwariskan dari Tangan Terampil Xu-bai. Dia mengejar Ruan-xuan, yang
pasti ilmunya berada di atas Ruan-xuan. Satu kaki bertumpu tanah kemudian tubuh melayang
seperti burung terbang masuk ke rumah aneh itu.
Ketika Ruan-xuan masuk, Ruan-yun sudah menghadang, pelan-pelan dia berkata:
"Kakak! Kakak! Jangan bunuh mereka...."
Dari masing-masing rumah keluar seorang pak tua, tubuh mereka gemuk, rambut putih,
janggut putih kering dan kusam.
Ruan-yun terkejut dan berteriak:
"Mereka... apakah mereka adalah Shi-san Gongzi Tai-bao?"
Dari rumah pertama keluar seorang pak tua gemuk:
"Baiklah, baiklah! Kita mati di tangan murid sendiri, itu lebih baik!"
12 Gongzi Tai-bao bersamaan berkata:"Da-ge, kita bergabung melawan penjahat ini!"
Setelah bicara mereka sudah merasa terengah-engah, apalagi 'Shen-long-shou' Li Ming-zheng
bicara pun sudah tidak bertenaga.
Ruan-xuan sama sekali tidak menyangka hanya dalam waktu beberapa bulan, ke-13 gurunya
bisa berubah seperti ini. Walaupun hatinya sedih tapi sifatnya galak juga keras, maka dia berkata
kepada Ruan-yun: "Mengapa tidak boleh membunuh mereka?"
Shi-san Gongzi Tai-bao seperti sudah merencanakan sesuatu, mereka pelan-pelan
mendekati Ruan-xuan tapi mereka tetap ingin sebelum mati bisa membalas dendam kepada Ruanxuan
dulu! Ruan-yun melihat wajah mereka penuh aura membunuh dan raut wajah mereka sangat aneh.
Dengan suara gemetar, dia berkata:
"Kakak... kita... kita pergi dari sini. Xiao-wu benar-benar ayahmu...."
Wajah Ruan-xuan berubah: "Orang paling jahat di dunia ini yang bernama Xiao-wu apa benar ayahku?"
Ruan-yun mengangguk. Ruan-xuan bertanya:
"Apakah ayahmu juga Xiao Wu?"
Ruan-yun mengeluh: "Betul, ayah kita berdua adalah Xiao-wu, tapi... tapi, ibu kakak bukan ibuku...."
Ruan-xuan bertanya tergesa-gesa: "Siapa ibuku...."
"Ibu kakak dan ibu Da-ge sama...." jawab Ruan-yun.
"Siapa ayah Da-ge?" tanya Ruan-xuan.
Pelan-pelan Ruan-yun berkata:
"Ayah Da-ge adalah orang paling baik di dunia ini, ketua Zheng-yi-bang...."
Sekarang Ruan-xuan baru tahu identitas dirinya, dan baru tahu mengapa dulu ayah dan ibu
tidak suka kepadanya. Ternyata mereka bukan ayah dan ibu kandung mereka.
Shi-san Gongzi Tai-bao sudah mendekat, nafas mereka yang berat sudah terdengar. Setelah
Ruan-xuan mengetahui identitas dirinya, dia sudah tidak berniat membunuh mereka. Maka kakinya
menghentak, dia terbang keluar.
Ruan-yun bersifat lembut, melihat keadaan Shi-san Gongzi Tai-bao sekarang ini, walaupun tahu
mereka yang telah membunuh ibu kandungnya, dia tidak tega membalas dendam kepada
mereka. Maka dia ikut Ruan-xuan keluar dari rumah aneh ini.
Ruan-wei menunggu di luar. Dia hanya melihat Ruan-yun menasehati Ruan-xuan sebentar, dan
Ruan-xuan tidak membunuh Shi-san Gongzi Tai-bao. Ruan-wei mengira sifat Ruan-xuan sudah
berubah menjadi baik dan tidak sembarangan membunuh orang lagi!
Ruan-xuan berjalan ke depan Ruan-wei bertanya:
"Da-ge, sekarang kau mau ke mana?"
"Aku dan Adik Yun ingin pulang untuk melihat-lihat!"
"Pulang! Pulang ke mana" Rumah yang mana?" tanya Ruan-xuan.
Ruan-wei marah: "Yang pasti pulang ke rumah di Hang-zhou. Apakah Adik Xuan lama meninggalkan rumah
sampai lupa pada rumah sendiri?"
517 Ruan-xuan juga marah: "Kau dan aku sudah lama tidak mempunyai rumah! Rumah di Hang-zhou bukan milik kita...."
Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ruan-wei marah: "Jangan sembarangan bicara! Jika sembarangan berkata, Da-ge akan memukul mulutmu lagi!"
Ruan-xuan dengan nakal berkata:
"Kalau kau tidak percaya, tanyalah pada Adik Yun!"
Ruan-wei sedari kecil sangat memperhatikan keluarga, melihat Ruan-xuan tidak mengakui kalau
Hang-zhou adalah kampung halamannya, dia marah besar. Karena tidak bisa menguasai
emosinya, tangannya sudah keluar untuk menampar Ruan-xuan lagi.
Tamparan ini sangat cepat, membuat Ruan-xuan tidak sempat menghindar. Terdengar PAK!
Terdengar suara nyaring. Karena Ruan-xuan terkena pukulan Ruan-wei, mulai muncul sifat liarnya,
dia berteriak: "Kau... kau... bukan Da-ge ku, mengapa kau berani memukulku?"
"Siapa bilang aku bukan Da-ge-mu?"
Dengan marah Ruan-xuan berkata:
"Ayahmu adalah orang paling baik di dunia ini dan ayahku adalah orang paling jahat di dunia
ini, kau sudah memukulku, aku tidak mau bersamamu lagi...."
"Siapa orang yang paling baik di dunia ini?"
Tapi Ruan-xuan sudah pergi entah ke mana. Karena tidak mendapat jawaban, dia pelan-pelan
berkata sendiri: "Orang yang paling baik di dunia ini, siapakah dia" Siapakah dia...."
Tiba-tiba Ruan-yun menjawab:
"Dia adalah ketua Zheng-yi-bang, Lu Nan-ren!"
"Apa?" Ruan-wei terkejut, "Lu Nan-ren?"
"Betul! Ayah kandung Da-ge adalah ketua Zheng-yi-bang. Ayahku dan ayah Kakak Xuan
adalah ketua Tian-zheng-jiao...."
"Siapa yang bilang?" Ruan-wei bertanya terburu-buru.
"Tetua Xu-bai yang memberitahuku!" jawab Ruan-yun.
Ruan-wei berteriak terkejut:
"Tangan Terampil Xu-bai!"
Ternyata dulu Xiao Nan-pin yang sedang hamil, merebut putra Lu Nan-ren dan juga putri Xue
Ruo-bi hasil pernikahannya dengan Xiao-wu. Karena Xu-bai menyaksikan dengan mata kepala
sendiri maka dia tahu dengan jelas.
Setelah Tangan Terampil Xu-bai menge-tahui identitas Ruan-yun adalah putri Xiao Nan-pin dan
Xiao-wu, maka dia tidak ingin mengakui Ruan-yun sebagai muridnya. Karena generasinya berada
di atas Lu Nan-ren. Dihitung-hitung, Ruan-wei, Ruan-xuan, dan Ruan-yun berada 2 generasi di
bawahnya. Hal ini belum pernah dibicarakan Xu-bai kepada Ruan-yun. Ketika Ruan-yun ingin turun
gunung, Tetua Xu-bai baru memberitahu kepadanya. Sebenarnya ketika Ruan-yun bertemu
dengan Ruan-wei di Jun-shan, dia ingin memberitahu semuanya kepada Ruan-wei. Tapi karena
Ruan-yun takut setelah Ruan-wei tahu dia adalah putri ketua Tian-zheng-jiao, Ruan-wei akan
menganggap remeh padanya. Maka dia tidak berani berkata terus terang. Sekarang keadaan
memaksa, dia terpaksa memberitahu Ruan-wei.
Sesudah tahu semuanya, Ruan-wei tertawa kecut:
"Kalau begitu, aku dan Adik Xuan adalah saudara satu ibu beda ayah. Lalu aku dan kau...."
Tiba-tiba Ruan-yun dengan malu berkata: "Aku dan Da-ge tidak ada hubungan darah." Ruan-wei
memegang tangan Ruan-yun: "Adik Yun, kau adalah gadis yang baik, walaupun aku bukan Da-ge
mu, tapi aku tetap akan menganggapmu sebagai adik kandungku sendiri...."
Wajah Ruan-yun memerah, hanya sebentar dia kembali seperti semula. Kemudian dia melihat
Ruan-wei: "Da-ge, kita cari ayahmu Paman Lu, bagaimana?"
Ruan-wei meletakkan kembali tangan Ruan-yun, sambil berjalan ke arah Bai-ti-ma, dia tertawa
kecut: 518 "Aku tidak mau bertemu dengannya!" Ruan-yun mengikutinya dan bertanya: "Mengapa" Paman
Lu adalah orang paling baik di dunia ini...."
Dengan emosi Ruan-wei menjawab: "Namanya memang baik tapi dia seperti ibuku yang telah
meninggal...." Dia berhenti bicara karena teringat pepatah yang mengatakan: Zi-bu-lun-fu-zi-guo (Artinya,
anak jangan menceritakan kejelekan ayahnya).
Tiba-tiba dia menampar dirinya sendiri sebanyak dua kali kemudian dia sudah berada di atas
kuda dan berkata: "Adik Yun, ayahmu belum tentu orang jahat, pergilah temui dia! Dan beritahu kalau ibumu
sudah meninggal. Da-ge ada urusan, dan akan pergi dulu!" Ruan-yun terus berteriak: "Da-ge! Dage!
Jangan pergi... aku ikut denganmu...."
Tapi Ruan-wei sudah menghilang karena Bai-ti-ma adalah kuda yang larinya sangat cepat,
Ruan-yun tidak akan sanggup mengejarnya. Dia berjalan ke arah kudanya dan dia tiba-tiba
menangis. Ketika dia sedang menangis, tiba-tiba ada suara seorang perempuan yang berkata:
"Adik! Jangan menangis lagi, kita cari ayah!" Ruan-yun memeluk Ruan-xuan yang tadi pergi
kemudian ternyata telah kembali. Dia berkata sambil menangis:
"Kakak! Kakak, Da-ge sudah pergi...."
"Jangan bersedih, kita akan bertemu dia di lain waktu...."
Terik sinar matahari menyinari kakak beradik yang baru bertemu setelah berpisah sekian lama.
Matahari juga menyinari seseorang yang sedang menunggang kuda sendirian, dia begitu kesepian.
Ruan-wei tidak memiliki tujuan, dia pelan-pelan menjalankan kudanya. Yang menemaninya
hanyalah bayangannya. Sore hari dia baru tiba di sebuah kota kecil. Di kota itu ada sebuah rumah
makan. Ruan-wei mengira waktu seperti sekarang hanya arak yang bisa membuatnya lepas dari
kesedihan dan kesepian! Sebulan sudah berlalu. Ruan-wei masih berkelana di dunia persilatan. Barang yang dibawanya
kecuali baju, yang lainnya adalah arak. Sekarang Ruan-wei tidak bisa terpisah dari arak.
Hari ini dia berjalan sampai Xin-yang-zhou. Begitu memasuki kota, terlihat di jalan begitu
banyak orang dengan penampilan seperti pesilat. Mereka pelan-pelan berjalan ke kota bagian
barat. Karena merasa aneh, Ruan-wei bertanya kepada seorang pesilat tua:
"Permisi tanya Tetua, apa yang sedang terjadi di kota Xin-yang?"
Karena ingin cepat-cepat sampai di tujuan, tadinya pesilat ini tidak ingin menjawab. Tapi
karena Ruan-wei begitu sopan memanggilnya tetua, terpaksa dia berhenti dan berkata:
"Ada satu hal yang menggegerkan dunia persilatan, apakah kau tidak tahu?"
"Aku tidak mendengar kabar apa-apa, harap tetua bisa memberitahuku!"
Dengan bersemangat pesilat tua itu berkata:
"Lembah Selatan dan Bei-bao yang sudah 20 tahun lebih tidak muncul di dunia persilatan tibatiba
mengumumkan hari ini di kota Xin-yang akan diadakan pertarungan. Begitu kabar ini
tersebar, semua orang persilatan yang mendapat kabar ini segera datang untuk menyaksikan
pertarungan yang jarang terjadi!"
Begitu mendengar Lembah Selatan, Ruan-wei langsung tahu yang dimaksud adalah ayah Wenyi.
Dia akan bertarung dengan siapa" Beberapa bulan yang lalu dia sempat memukul ayah Wen-yi
sampai terluka parah, mana mungkin dia bisa menang hari ini. maka dengan tergesa-gesa dia
bertanya: "Siapa Beibao itu?"
Ketika pesilat tua itu ingin menjawab, di depan ada seseorang yang berkata:
"Pak Tua Ni, untuk apa mengobrol dengan bocah tengik ini" Cepat jalan! Kalau terlambat, kita
tidak akan bisa melihat pertarungan yang jarang terjadi, kau akan menyesalinya seumur hidup!"
Dengan sikap malu pesilat bermarga Ni ini berkata:
"Sifat temanku itu terlalu lurus, harap jangan disimpan di hati. Saudara, kalau kau ingin tahu
siapa Bei-bao, cepatlah ke sana untuk melihat pertarungan mereka."
Dia melangkah lebih cepat lagi, dia sudah menyusul seorang pak tua setengah baya yang
wajahnya penuh dengan cambang, mendengar orang itu tadi memanggilnya bocah tengik, Ruanwei
tidak marah, karena bajunya memang sudah compang camping dan sudah sebulan dia tidak
mandi dan mencuci muka. Wajar bila orang-orang memanggilnya bocah tengik.
519 Karena Ruan-wei ingin cepat-cepat bertemu dengan Wen-yi, setelah tahu mereka tidak ada
hubungan darah dan Wen-yi bukan bibinya, begitu bertemu Wen-yi dia akan menjelaskan
semuanya dan meminta maaf, karena itu dia menuntun Baiti-ma mengikuti arus banyak orang
yang berjalan dengan cepat ke arah barat kota itu.
Sesampainya di bagian barat kota itu, di sebuah lapangan yang luas, terlihat banyak orang
telah berkumpul dan terus bergerak, di depan ada sebuah panggung tinggi. Di sisi panggung
duduk dua orang pak tua. Ruan-wei mengenali yang duduk di sebelah kanan adalah ayah Wen-yi,
Wen Tian-zhi sedangkan yang duduk di sebelah kiri adalah seorang pak tua gagah yang belum
pernah ditemuinya. Di tengah panggung ada dua orang yang sedang bertarung, mereka sedang bertarung dengan
sengit, hanya terlihat bayangan mereka yang berlari ke sana dan ke sini, tapi tidak terlihat jelas
siapa yang sedang bertarung.
Tidak lama kemudian Ruan-wei yang bermata jeli bisa melihat, yang satu adalah kekasihnya,
Wen-yi, sedangkan yang satu lagi adalah si play boy gemuk yang pernah mengalahkannya
beberapa kali di kota Kai-feng, bernama Jian Shao-wu.
Ruan-wei tahu ilmu silat anak muda gemuk itu sangat lihai, sepertinya Wen-yi tidak bisa
menang darinya, dia sangat cemas dan ingin membantu Wen-yi, tapi dia takut begitu Wen-yi
melihat kedatangannya dia tidak bisa berkonsentrasi lagi. Dengan begitu Wen-yi bisa terluka parah
karena serangan telapak Jian Shao-wu, terpaksa Ruan-wei melihat pertarungan itu dari bawah
panggung. Setelah puluhan menit berlalu, dia melihat ilmu telapak Wen-yi ternyata tidak kalah jauh dari
Jian Shao-wu, tubuh Wen-yi bergerak sangat lincah dan posisinya sekarang berada sedikit di atas
tuan muda gemuk itu. Ruan-wei menjadi sedikit tenang, Jian Shao-wu tidak bisa menang dengan mudah dari Wen-yi,
Wen-yi ingin menang dari Jian Shao-wu pun bukan hal yang mudah. Wen Tian-zhi dari Lembah
Selatan yang melihat hal ini, sambil melihat pertarungan dia terus menggelengkan kepala, dia tahu
kalau ilmu silat putrinya sedikit lebih tinggi dia pasti bisa menang dari Jian Shao-wu. Sayang
selama 1 tahun belakangan ini Wen-yi berada di luar lembah, kalau dia sedikit rajin belajar,
keadaannya tidak akan seperti sekarang ini.
Pak tua yang satu lagi terlihat gagah, dia adalah orang yang 20 tahun lalu adalah orang yang
sangat terkenal, julukannya adalah Bei-bao (Rumah Utara), Jian Zhi-ming. Terlihat dia
mengerutkan alisnya, mungkin dia melihat putranya begitu lemah, dia juga menyalahkan dirinya
sendiri karena terlalu menyayangi putranya sehingga putranya seharian kerjanya hanya minum
arak dan main perempuan. Sekarang ilmu silatnya 80% nya saja tidak sampai, kelihatannya
taruhan 30 tahun lalu dengan pak tua Wen akan kandas di tangan putranya.
Orang-orang yang ada di bawah panggung melihat pertarungan ini terus melotot karena belum
pernah melihat jurus-jurus begitu cepat berubah serta tubuh yang bergerak dengan cepat!
Sewaktu semua orang sedang tegang melihat pertarungan, tiba-tiba ada suara yang
membentak, kemudian terdengar teriakan perempuan, setelah itu dua orang yang ada di
panggung segera menjauh. Ruan-wei benar-benar terkejut, tapi untungnya Wen-yi tidak terluka hanya ikat kepalanya
tercengkram oleh Jian Shao-wu dan rambut panjangnya terurai, dapat dilihat kalau dia adalah
perempuan. Semua pendekar melihat putra pendekar Lembah Selatan yang berilmu silat tinggi adalah
seorang perempuan, dan seorang perempuan cantik pula. Maka di lapangan terlihat menjadi ribut.
Tuan muda gemuk itu memegang kepalanya yang dicakar oleh Wen-yi, dengan terkejut
berkata: "Kau... kau... seorang perempuan." Menurut peraturan kalau Wen-yi berhasil melukai Jian
Shao-wu berarti Wen-yi yang menang, Wen-yi tertawa dingin:
"Kalau aku perempuan memangnya kenapa" Apakah kau tidak mau mengaku kalah"..."
Bei-bao Jian Zhi-ming tiba-tiba berdiri, dan tertawa terbahak-bahak:
"Tentu saja kami tidak mau mengaku kalah." Dia berjalan ke depan panggung dan berkata: "10
tahun yang lalu, Bei-bao dan Nan-gu selalu mempunyai kekuatan yang sama, aku dan pak tua
Wen bertarung 9 kali tapi tidak pernah menang atau kalah, maka kami mencari cara lain untuk
520 menentukan kemenangan, apa caranya, aku harap pak tua Wen bisa menjelaskannya pada
hadirin." Wajah Wen Tian-zhi sangat pucat. Dia berdiri di depan panggung dan menarik nafas sambil
bercerita: "Ketika itu aku dan pak tua Jian menentukan 30 tahun kemudian, harus mempunyai seorang
putra berusia di bawah 20 tahun. Dan di depan semua orang, mereka akan bertarung menentukan
kemenangan!" "Bagaimana jika kalah atau menang?" tanya Jian Zhi-ming.
Wen Tian-zhi menjawab dengan pelan:
"Jika kalah, putra kami di depan banyak orang akan menyatakan bahwa ayahnya kalah dari
ayah lawannya!" Jian Zhi-ming tertawa terbahak-bahak:
"Betul! Betul! Itu adalah perjanjian kami!"
Dia membalikkan tubuh berjalan ke depan Wen-yi. Dengan dingin berkata:
"Bocah! Cepat katakan ayahmu kalah di tanganku!"
Wen-yi membentak: "Sembarangan bicara! Aku sudah mengalahkan bocah gemuk itu, mengapa aku harus
mengumumkan bahwa ayahku kalah?"
Jian Zhi-ming menjawab dengan dingin:
"Kau laki-laki atau perempuan?"
Dengan wajah merah Wen-yi menjawab:
"Aku... aku... adalah perempuan...."
Jian Zhi-ming tertawa: "Itu sudah cukup! Nyonya Jian sangat beruntung telah melahirkan seorang putra.
Sekarang tepat 20 tahun berlalu tapi bagaimana...." Dia mendekati Wen Tian-zhi dan berkata:
"...apakah Pak Tua Wen mempunyai seorang putra...."
Dengan tegas Wen Tian-zhi menjawab: "Tidak! Aku hanya mempunyai seorang putri!"
Jian Zhi-ming tertawa terbahak-bahak: "20 tahun yang lalu, dalam perjanjian kita, dalam 20
tahun masing-masing harus mempunyai seorang putra untuk mewakili ayah-nya bertarung, tidak
disangka pahlawan terkenal seperti Kakak Wen tidak sanggup melahirkan seorang putra.
Apakah Kakak Wen akan menepati janji dan mengakui kekalahan?"
Semenjak Wen-yi lahir, Wen Tian-zhi sudah menyuruh istrinya memakaikan baju laki-laki
kepada putrinya sampai tumbuh dewasa. Dia selalu mengajarinya seperti seorang laki-laki
tujuannya adalah menyelesaikan masalah ini. Dia juga tidak bosan-bosannya menyuruh Wen-yi
belajar ilmu silat, tidak disangka lawan mengetahui Wen-yi adalah seorang perempuan. Akhirnya
dia kalah, bukankah ini adalah nasib!
Wen Tian-zhi menggelengkan kepala: "Salahkan aku yang tidak bisa melahirkan seorang putra,
aku hanya bisa mengaku...."
Jian Zhi-ming tertawa dengan senang: "Sekarang kau mengaku kalah, cepat umumkan
bahwa kau kalah di tanganku dan semenjak hari ini nama Lembah Selatan milik Bei-bao!"
Wen Tian-zhi mulai marah:
"Seorang laki-laki sejati jika kalah ya kalah. Kakak Jian, kau jangan keterlaluan dan sombong!
Aku percaya jika aku mempunyai seorang putra, dalam 100 jurus dia pasti bisa mengalahkan
putramu!" Jian Zhi-ming tertawa dengan nada menghina:
"Betul! Sayang seribu sayang, kau tidak mempunyai seorang anak laki-laki, apa yang bisa kau
lakukan sekarang...."
Waktu itu ada sesosok bayagan terbang ke atas panggung kemudian dia berkata dengan suara
sangat keras: "Siapa yang mengatakan Lembah Selatan tidak mempunyai seorang putra?"
"Bocah! Siapa kau!" tanya Jian Zhi-ming dengan marah.
Jian Shao-wu maju dan tertawa:
"Ayah! Orang ini di kota Kai-feng di sebuah rumah makan pernah kupukul sampai jatuh
sebanyak 3 kali!" 521 Wen-yi melihat Ruan-wei datang, karena senang dia hanya terpaku.
Wen Tian-zhi merasa aneh:
"Untuk apa dia datang?" Tapi dia hanya diam menunggu apa yang akan dilakukan oleh Ruanwei.
Sesudah mendengar kata-kata Jian Shao-wu, Jian Zhi-ming tertawa dan bertanya:
"Siapakah Tuan ini?"
Dengan gagah Ruan-wei menjawab:
"Aku adalah putra dari Lembah Selatan!"
Jian Zhi-ming tertawa terbahak-bahak:
"Kau adalah putra Lembah Selatan... kau adalah putra lembah selatan... jangan membikin malu
orang! Walaupun Lembah Selatan mempunyai putra sepertimu, dia tidak akan mengakuimu,
begitu kotor juga tidak mempunyai ilmu silat tinggi. Apalagi tadi Kakak Wen baru mengaku dia
tidak mempunyai seorang putra...."
Ruan-wei menjawab dengan dingin:
"Mertuaku memang tidak mempunyai anak laki-laki tapi dia mempunyai menantu. Menantu
sama dengan setengah anak laki-laki, mana boleh mengatakan Lembah Selatan tidak mempunyai
anak laki-laki!" Jian Zhi-ming tertawa: "Betul, betul! Mempunyai anak perempuan pasti akan mempunyai menantu, menantu adalah
anak. Kalau begitu apakah Tuan adalah menantu Kakak Wen?"
Dengan serius Ruan-wei menjawab: "Betul! Aku adalah anak Lembah Selatan, menantu Wen
Tian-zhi!" Jian Zhi-ming diam-diam berpikir, 'bocah ini benar-benar tidak tahu diri! Dia pernah dipukul
jatuh dari loteng 3 kali, pasti tidak mempunyai ilmu silat yang tinggi. Mungkin melihat putri Wen
Tian-zhi begitu cantik, maka dia ingin memperagakan ilmu silat apa adanya, kemudian
mendapatkan hati putri Wen Tian-zhi. Aku ingin tahu apa kata Wen Tian-zhi, jika dia
mengakuinya, aku akan membuat bocah itu malu di depan banyak orang dan Wen Tian-zhi ikut
malu dan nama Lembah Selatan yang terkenal akan semakin tenggelam!"
Dengan perhitungan yang begitu sempurna, Jian Zhi-ming bertanya kepada Wen Tian-zhi:
"Kakak Wen, apakah orang ini adalah menantumu?"
Wen Tian-zhi tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh Ruan-wei, dia juga berpikir Ruan-wei
berada di bawah generasi putrinya, mengapa dia berani menanggung pelanggaran aturan" Dan
maik ke panggung untuk mengaku sebagai menantunya" Apakah ada perubahan Ruan-wei yang
dirahasiakan" Wen-yi sangat senang, dia tidak peduli apakah dia adalah bibinya Ruan-wei atau bukan,
Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
asalkan bisa bersama selamanya dengan Ruan-wei, walaupun dunia hancur dia tidak; peduli. Jika
bukan karena dia anak perempuan yang tahu diri, sudah dari tadi dia berlari ke depan ayahnya
dan meminta ayahnya mengakui Ruan-wei sebagai menantunya!
0-0-0 BAB 120 Bertemu kembali melepaskan rindu
Jian Zhi-ming tidak sabar menunggu: "Jika Kakak Wen tidak mengakui dia adalah menantumu,
cepat bicara, jangan menghabiskan waktu! Semua orang menunggu jawaban Kakak Wen!"
Wen Tian-zhi lama berpikir, akhirnya setelah memastikan kalau Ruan-wei sudah tahu bahwa
Wen-yi bukan bibinya, baru dia berani keluar. Walaupun dia telah memukul dirinya sampai terluka
berat tapi jika kali ini dia bisa mengembalikan kembali harga dirinya yang sudah hilang, dia akan
menyetujui pernikahan mereka. Maka dia menjawab dengan serius:
"Betul! Dia adalah menantuku, mereka baru menikah!"
Ruan-wei tidak menyangka Wen Tian-zhi akan menikahkan putrinya kepadanya. Di depan
banyak pesilat dia menyetujui, berarti kata-katanya tidak boleh berubah, maka dengan penuh
berterima kasih dia melihat Wen Tian-zhi.
Wen Tian-zhi tertawa dan mengangguk: "Bertarunglah dengan putra Bei-bao, Kakak Jian!"
522 Jian Shao-wu tertawa: "Siapa yang ingin bertarung denganku!"
Dengan gagah Ruan-wei menjawab: "Aku, Ruan-wei!"
Dia sudah tahu dia bermarga Lu, tapi dia tetap tidak mau mengganti marganya.
Melihat Ruan-wei yang kotor dan bajunya compang camping, Jian Shao-wu tertawa menghina:
"Oh! Ternyata kau, apakah kau pantas bertarung denganku?"
Melihat dia begitu menghinanya, Ruan-wei tetap tenang, kemudian berkata:
"Dalam 12 jurus aku akan membantingmu sebanyak 12 kali!"
Jian Shao-wu seperti tidak percaya pada pendengarannya, dia berpikir, jika kau sudah
menguasai ilmu telapak, paling-paling kau hanya bisa membantingku satu kali, mana mungkin
sampai 12 kali!" Tiba-tiba Jian Zhi-ming berkata:
"Jika kau tidak sanggup, bagaimana?"
"Kata-kata seorang laki-laki sejati tidak akan berubah. Jika aku tidak sanggup mem-banting
putramu, aku akan pergi!"
Melihat Ruan-wei begitu percaya diri, Jian Zhi-ming berpikir, 'jika Ruan-wei bukan orang gila,
dia pasti orang yang memiliki ilmu silat tinggi." Maka dia mulai waspada dan berpesan kepada Jian
Shao-wu: "Kau harus berhati-hati kepadanya! Asalkan kita bisa bertahan sampai 12 jurus, berarti kau
pemenangnya!" Jian Shao-wu tertawa terbahak-bahak: "Aku akan membuatnya kalah dalam satu jurus!"
Kemudian dia mengeluarkan jurus aneh menyerang Ruan-wei. Sedari tadi Ruan-wei sudah siap,
begitu Jian Shao-wu menyerangnya, segera Shi-er-fu-zhang yang belum pernah digunakan
langsung dikeluarkan. Jurus 'Shi-er-fu-zhang', setiap jurusnya terdiri dari 3 bagian, setiap bagian sangat aneh dan
memiliki makna yang dalam, lebih kuat 3o bagian dari Long-xing-ba-zhang. Bisa dikatakan jurus ini
tidak ada tandingannya. Jurus telapak milik Jian Shao-wu adalah ilmu yang berasal dari Beibao,
namanya jurus Fei-she (Ular terbang). Kekuatannya memang sangat dahsyat tapi begitu
bertemu dengan Shi-er-fu-zhang, kekuatan yang dahsyat seperti tidak berdaya. Jurus pertama
bagian ketiga telapak kiri Ruan-wei membawa angin telapak yang kuat, menyabet pantat Jian
Shao-wu yang gemuk. Jian Shao-wu tidak menyangka telapak Ruan-wei tiba-tiba menyabetnya, dia kehilangan
keseimbangan, dia terhuyung-huyung lalu jatuh. Tapi karena tenaga dalamnya cukup kuat, dia
langsung bersalto dan berdiri.
Orang-orang di bawah panggung melihat dengan jelas, walaupun dia bangun dengan cepat tapi
seharusnya dia sudah kalah, semua terdiam karena semua orang belum mengenal Ruan-wei,
apalagi dia berpakaian compang camping dan kusam, mereka menganggap dia hanya seorang
pemuda yang tidak bernama. Seorang pemuda yang tidak terkenal bisa mengalahkan putra Beibao
yang sangat terkenal, adalah peristiwa yang mengherankan dan membuat orang terkejut.
Apalagi mereka baru bertarung satu jurus, sesudah terdiam cukup lama maka pujian pun
terdengar di mana-mana! Rasa malu membuat wajah Jian Shao-wu merah. Melihat jurus pertamanya berhasil, jurus
kedua Shi-er-fu-zhang dikeluarkan lagi.
Jurus ini secara berturut-turut menyerang Jian Shao-wu. Seperti jurus pertama, Jian Shao-wu
lalu terbanting ke bawah. Jian Shao-wu marah, dia menyerang Ruan-wei seperti orang gila. Saat
itu dia hanya melihat bayangan orang yang saling bergantian.
Para pendekar jarang menyaksikan jurus-jurus yang begitu hebat. Walaupun Jian Shao-wu
terbanting tapi tidak ada orang yang berteriak lagi, karena mereka terpesona melihat kehebatan
Shi-er-fu-zhang. 36 jurus satu persatu digunakan, terakhir dengan tenaga 60 bagian tenaganya, dia menyabet
Jian Shao-wu sejauh 10 meter dan terbanting ke bawah, dia tidak bisa bangun lagi.
12 jurus tepat membanting Jian Shao-wu sampai tidak bangun lagi. Orang yang ada di bawah
panggung menghitung dengan jelas dan berteriak:
"12 kali terjatuh! 12 kali terjatuh! Benar-benar 12 kali terbanting...."
523 Dengan wajah marah Jian Zhi-ming memapah Jian Shao-wu. Begitu mendekati Wen Tian-zhi,
dia berkata: "Dia menantu terbaikmu, nama Bei-bao akan dicoret dari dunia persilatan, tapi sayang ilmu silat
bocah itu bukan ilmu silatmu, kau menang tapi tidak membanggakan!"
Wen Tian-zhi tertawa: "Ilmu silatku terbatas, mana mungkin aku bisa mengajari menantuku ilmu silatku. Jujur saja,
aku juga pernah kalah olehnya!"
"Apa betul kau pernah dikalahkan oleh menantumu sendiri?"
"Tidak hanya kalah tapi juga terluka parah!"
"Kalau begitu aku juga tidak akan bisa menang darinya!"
Ketika dia menggendong Jian Shao-wu dan melewati Ruan-wei, dia sama sekali tidak
melihatnya, hanya berkata pada langit:
"Di dunia ini selalu muncul pesilat baru yang tangguh...."
Kata-katanya belum selesai, dia masuk ke dalam kerumunan orang. Sekarang Wen-yi tidak
malu-malu lagi, pelan-pelan dia mendekat. Karena senang, dia sampai meneteskan air mata dan
berkata: "Da-ge! Da-ge, jangan tinggalkan aku lagi...."
Ruan-wei memegang tangannya yang mungl:
"Karena aku tidak tahu identitasku yang sebenarnya, maka aku sudah salah paham kepada
ayahmu dan melukai Paman, apakah kau masih marah kepadaku?"
Wen-yi menggelengkan kepala:
"Tidak! Tidak! Mengapa Da-ge memanggil ayahku paman?"
Ruan-wei tercenung, tidak mengerti:
"Kalau begitu... kalau begitu... aku harus memanggil apa pada ayahmu...."
Wen-yi memegang erat tangan Ruan-wei: "Da-ge pura-pura menjadi orang bodoh, benarbenar
bodoh!" Mereka saling mencintai. Setelah beberapa bulan tidak bertemu mereka saling merindukan.
Pertemuan hari ini menghilangkan semua kesalah pahaman! Mereka juga lupa kalau di sini adalah
tempat umum. Dari wajah dan pembicaraan mereka dapat diketahui kalau mereka saling
mencintai. Melihat mereka berdua, Wen Tian-zhi teringat pada dirinya. Walaupun ada istri dan putri tapi
dia belum pernah mengalami perasaan seperti itu, maka dia memutar tubuhnya melihat ke tempat
lain. Para pesilat di sana sama sekali tidak mengerti perasaan cinta mereka. Setelah pertarungan
selesai, mereka bubar dan langsung pergi.
Ketika pendekar-pendekar hampir bubar tiba-tiba terdengar suara yang manja:
"Benar-benar tidak malu! Tidak tahu malu! Di depan banyak orang berbuat seperti itu, benarbenar
tidak ada sopan santun...."
Suaranya tidak keras tapi semua orang bisa mendengarnya dan seperti ada bisikan di telinga.
Yang mendengar menjadi terkejut karena suara ini seperti suara seorang perempuan yang berbisik
di pinggir mereka. Tapi begitu dicari tidak ada perempuan di sisi mereka.
Orang yang memiliki ilmu tinggi mengetahui kalau suara ini menggunakan tenaga dalam yang
sangat tinggi. Di dunia persilatan yang mempunyai ilmu hebat seperti itu sepertinya sulit
ditemukan. Tiba-tiba di panggung muncul 2 orang perempuan berpakaian hitam, yang satu berusia sekitar
18 tahun, yang satu lagi berpakaian pendeta berwarna hitam. Dia adalah pendeta berusia sekitar
30 tahun. Begitu melihat gadis berpakaian hitam, dalam hati Ruan-wei langsung mengeluh:
"Baiklah! Ternyata kau benar-benar mencariku sampai ke sini!"
Dengan wajah dingin pendeta perempuan itu menunjuk Ruan-wei:
"Bocah! Apakah kau adalah Ruan-wei?"
Suara lembut dan tipis tapi begitu suara ini keluar, semua pendekar tahu kalau suara ini adalah
suara yang mereka dengar tadi. Karena pendeta itu masih muda tapi sudah memiliki ilmu silat
begitu tinggi, ini benar-benar membuat pendekar-pendekar terkejut!
524 Melihat pendeta perempuan itu begitu cantik, walaupun wajahnya begitu dingin tapi tetap
memiliki daya tarik yang membuat hati setiap orang bergetar. Ruan-wei segera mengetahui kalau
dia adalah salah satu dari 4 cantik di dunia persilatan, namanya Kun-lun Yu Cui-pei!
Ruan-wei bersikap sopan: "Aku adalah Ruan-wei, Tetua telah datang kemari apakah ada petunjuk untukku?"
Kun Lun Yu Cui-pei tertawa dingin:
"Tidak ada orang yang berani memberi petunjuk kepadamu! Kau telah berani menghina
putriku, apakah aku berani memberi petunjuk kepadamu?"
Ruan-wei tertawa: "Kapan aku pernah menghina putri Anda..." Tiba-tiba tangan Cui-pei melayang dan dia
menggampar wajah Ruan-wei dan marah: "Kau masih berani membantah!" Ruan-wei mengelus
wajahnya yang ditampar, sambil mengingat kata-kata Ling Qi-xin kalau ilmu Nyonya Ou Yang
sangat lihai. Dia telah berbuat ceroboh sehingga tidak sempat menghindar, tapi Ruan-wei juga
marah dan hati dia berpikir, 'seorang pendeta mana boleh sembarangan memukul orang, itu akan
merusak wibawa pendeta Budha.' Karena dia lebih tua maka Ruan-wei menahan emosi dan diam
tidak bicara. Perempuan yang lebih muda itu adalah Ouwyang Zhi. Dengan terkejut dia bertanya kepada
ibunya: "Mengapa ibu memukulnya?" Melihat Ruan-wei tidak membalas, kemarahan Cui-pei agak
berkurang, dia tertawa: "Orang seperti dia jika tidak diberi pelajaran maka di matanya tidak akan ada orang lain!"
Ruan-wei tetap diam, dia balik menuntun tangan Wen-yi dan berkata kepada Wen Tian-zhi:
"Mertua, mari kita pergi!" Tadinya Wen-yi marah karena pendeta perempuan itu memukul
Ruan-wei, sekarang mendengar Ruan-wei memanggil ayahnya mertua hatinya merasa senang.
Dengan menurut dia mengikuti Ruan-wei turun dari panggung.
Ouwyang Zhi tergesa-gesa berkata kepada ibunya:
"Bu... dia... dia pergi!"
Kemoceng yang dipegang oleh Cui-pei berputar kemudian bergerak secepat anak panah, melilit
tangan Ruan-wei yang memegang tangan Wen-yi. Tangan Ruan-wei terasa sakit seperti tertusuk
jarum. Dia terkejut dan tidak berani bertindak ceroboh kemudian telapak kiri diangkat untuk
menghindari sabetan kemocengnya. Tangan kanannya dengan cepat membawa Wen-yi ke
belakangnya. Wen-yi benar-benar marah:
"Pendeta tidak tahu malu, pendeta bau...."
Cui-pei naik pitam, kemoceng tidak ditariknya kembali tapi dengan tenaga tangan kanan
kemocengnya terbang seperti panah lagi. Kali in sasarannya adalah kepala Wen-yi.
Wen-yi tidak tahu bahwa kemocengnya bisa dengan cara seperti itu memukul orang. Kemoceng
sudah ada di depan mata dan dia berpikir kali ini nyawanya akan habis, kepala pasti akan hancur
jika terkena sabetan kemoceng.
Dalam keadaan bahaya ini, Ruan-wei tidak sempat menolong Wen-yi, terpaksa tangan kiri
dikeluarkan untuk melindungi kepala Wen-yi, maka kemoceng itu memukul tangan Ruan-wei.
Dalam suara SREEK! Lengan baju Ruan-wei hancur menjadi serpihan bersamaan dengan darah
dan daging yang terluka. Untung Ruan-wei menguasai ilmu yoga yang kuat, dengan tenaga dalam
dia melindungi tangan kirinya maka yang terkena kemoceng hanya kulit luar dan daging bagian
atas saja. Jika tidak, tangan kiri Ruan-wei akan hancur dipukul kemoceng.
Walaupun tangan Ruan-wei dilindungi ilmu yoga yang kuat tapi tetap saja terlihat seram. Cuipei
sama sekali tidak menyangka Ruan-wei dengan cara seperti itu akan menolong kekasihnya.
Sekarang tanpa sebab dia sudah melukai Ruan-wei, putrinya akan sedih. Pelan-pelan Cui-pei
berkata: "Mengapa kau berada di sana...."
Dengan penuh air mata, Wen-yi menyobek bajunya untuk membalut luka Ruan-wei. Ouwyang
Zhi yang berdiri di sebelah sana menyobek bajunya, dia juga ingin membalut luka Ruan-wei. Tapi
melihat Wen-yi sudah membalut luka Ruan-wei, dengan marah dia melempar kain itu ke bawah
dan menutup wajahnya dengan tangan lalu menangis.
525 Dengan penuh kasih sayang Cui-pei menasehati putrinya:
"Zhi-er, jangan menangis lagi! Semua ibu akan atur!"
Selesai membalut luka, Wen-yi dengan cemas berkata:
"Da... Da-ge, aku merepotkanmu...."
Ruan-wei menggelengkan kepala: "Jangan cemas, tidak akan terjadi apa-apa!"
Cui-pei tertawa dingin: "Sekarang tidak masalah, jika kau menghalangi aku membunuh perempuan murahan itu, tidak
akan semudah tadi!" Ruan-wei memberi hormat: "Aku menganggap Anda adalah tetua, Anda bisa membunuh orang seperti hanya tinggal
mengangguk. Jika sudah 2 kali memukulku, aku kira seharusnya kekesalan Anda sudah hilang!"
"Siapa bilang" Aku ingin membunuhmu, sebaiknya kau pergi dari sini!"
Ruan-wei berterima kasih kemudian dia menuntun Wen-yi turun dari panggung, Cui-pei marah
besar: "Tinggalkan perempuan murahan itu!"
"Apa yang Tetua katakan!"
Cui-pei tertawa: "Kau masih berani marah" Aku suruh kau pergi tapi aku tidak menyuruh perempuan murahan
itu pergi!" Ruan-wei mulai tidak bisa menahan emosinya:
"Dia tidak punya salah atau pun dendam kepadamu, mengapa kau selalu memanggilnya
perempuan murahan" Sekarang kau sudah puas marah-marah, untuk apa terus menahannya di
sini?" Cui-pei tertawa dingin: "Mengapa, kau bisa menyukainya" Hari ini aku suruh dia tinggal, aku harus mencabut
nyawanya, kecuali...."
"Kecuali apa!" Ruan-wei juga marah.
"Kecuali kau pergi dengan kami, semua hal ini kuanggap selesai!" Cui-pei tertawa.
Ruan-wei menunjuk Ouwyang Zhi dengan marah besar:
"Kau adalah orang yang suka berbuat seenaknya, aku hanya tidak menepati janji, kau sudah
dendam dan mengundang ibumu keluar untuk membunuh orang. Aku baru melihat ada
perempuan yang mempunyai hati begitu kejam!"
Ouwyang Zhi marah: "Bu! Ibu...." Sejak kecil dia selalu dimanja, tidak pernah dimarahi di depan banyak orang. Semakin dipikir
semakin sedih maka dia hanya bisa menangis!
Cui Pesi hanya mempunyai anak semata wayang, dia melahirkannya sebelum menjadi biksuni.
Melihat putrinya begitu sedih maka kebencian di dalam hatinya bertambah. Tadi dia marah kepada
Wen-yi, sekarang dia juga marah kepada Ruan-wei:
"Bocah, jangan pergi! Kita bertarung!"
Ruan-wei dengan marah menyetujuinya, dia berkata kepada Wen Tian-zhi:
"Mertua, bawalah Adik Yi pergi dulu! Aku ingin bertarung dulu dengan perempuan yang pernah
mengalahkan ketua Tian-zheng-jiao dan ketua Zheng-yi-bang. Mengapa dia sama sekali tidak
memiliki sedikit pun wibawa?"
Pendekar-pendekar yang hampir bubar jadi berkumpul lagi karena melihat akan terjadi
pertarungan lagi. Begitu mendengar bahwa pendeta yang ada di atas panggung pernah
mengalahkan ketua Tian-zheng-jiao dan ketua Zheng-yi-bang, mereka ribut lagi.
Tiba-tiba Wen-yi berkata: "Da-ge! Setelah kau mengalahkan perempuan galak itu, baru aku
akan pergi!" Ruan-wei sangat cemas karena dia belum tentu bisa mengalahkan pendeta perempuan itu. Jika
kalah, mereka berdua akan membunuh Adik Yi, maka dia tergesa-gesa berkata:
"Adik Yi! Cepat ikut ayahmu pergi dari sini!" Wen-yi mengerti apa yang dipikirkan Ruan-wei, dia
menjawab: "Da-ge! Aku tidak akan meninggalkanmu sendirian bertarung!"
526 Kata-kata Wen-yi sangat tenang tapi penuh pengertian dan perasaan yang dalam. Ruan-wei
tahu dengan cara apa pun Wen-yi tidak akan meninggalkan dia, maka satu-satunya cara adalah
berusaha memenangkan pertarungan ini agar Wen-yi tidak dibunuh oleh Cui-pei!
Cui-pei mulai tidak sabar:
"Cepat! Jika kau menang dariku, aku akan segera membawa putriku pergi dari sini. Kalau tidak
perempuan murahan itu akan mati disini dan kau seumur hidup harus melayani putriku"
Ruan-wei marah: "Kentut!" Kedua telapaknya di buka. Dia mulai menyerang kepala Cui-pei.
Tapi kemoceng Cui-pei diputar, dia sudah menghindar dan tertawa:
"Kau tidak bisa melawanku, jika tanganmu tidak memegang senjata! Cepat keluarkan
senjatamu!" Ruan-wei terkejut. Betul dia tidak ada senjata tidak akan bisa menang darinya. Tapi dia
memang tidak memiliki senjata maka dia menarik nafas:
Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aku tidak mempunyai pedang, tangan kosong sama saja untuk bertarung!"
Cui-pei tertawa dingin: "Kau tidak menggunakan senjata tapi aku tetap akan menggunakan kemoceng ini...."
Wen Tian-zhi yang ada di sisi berteriak: "Itu tidak adil!"
Tiba-tiba terlihat dia berlari ke arah kerumunan orang, hanya sebentar dia sudah kembali.
Tadinya tangannya kosong, sekarang ada sebilah pedang yang bagus dan berkilau. Dia
memberikannya kepada Ruan-wei.
Di bawah panggung ada seseorang yang berteriak:
"Itu pedangku! Itu pedangku!"
Semua pendekar memuji gerakan Wen Tian zhi, tanpa sadar pedang miliknya sudah
menghilang. Benar-benar ilmu silat yang hebat dan membuat orang kagum. Pendekar yang
kehilangan pedang dinasehati oleh orang yang ada di pinggir:
"Pedangmu diambil untuk bertarung antar pesilat tangguh, itu adalah kehormatan untukmu,
untuk apa kau terus berteriak?"
Pedang sudah ada di tangan, Ruan-wei mulai bersemangat. Dia mulai mengatur nafas dan
mengatur ilmu yoga. Jurus Tian-long-shi-san-jian jurus pertama 'Xiao-fu-zhi-tian' dilancarkan!
Cui-pei adalah pesilat pedang yang tangguh, melihat jurus-jurus pedang Ruan-wei, dia tahu
Ruan-wei bukan pesilat sembarangan. Segera kemocengnya digerakan, jurus pedang Tian-luo-diwang
dipersiapkan (Jala bumi jaring langit). Tampak jurus-jurus Cui-pei cepat seperti angin ribut,
tapi jurus Ruan-wei sangat pelan. Dia tidak tergesa-gesa, tapi kuat dan tenang seperti gunung
yang berdiri dengan kokoh!
Tian-long-shi-san-jian selesai digunakan tapi sama sekali tidak membuat Cui-pei terdesak, maka
Ruan-wei mulai tegang. Dia tahu hari ini dia benar-benar telah bertemu pesilat tangguh. Walaupun
ilmu pedang Cui-pei sama dengan jurus yang digunakan saat bertarung dengan Ouwyang Zhi, tapi
gerakan Cui-pei lebih dahsyat.
Tian-long-shi-san-jian bolak balik digunakan oleh Ruan-wei, sampai 3 kali tetap tidak ada hasil
yang mengembirakan. Setiap kali pedang yang dipegang oleh Ruan-wei beradu dengan kemoceng
Cui-pei, dia merasa di kemoceng mengandung tenaga yang besar, hampir-hampir pedangnya
terlepas. Sepertinya ilmu yang Cui-pei latih lebih hebat dari ilmu yoganya.
Jumlah ilmu Tian-luo-di-wang ada 360 jurus, sekarang Cui-pei sudah mengeluarkan 350 jurus,
diam-diam Cui-pei juga mengeluh:
"Datang dari mana bocah ini?" ketua Tian-zheng-jiao atau ketua Zheng-yi-bang pun kalah di
tangannya tidak lewat dari 300 jurus. Jika tidak berhati-hati, mungkin 360 jurus akan habis di
gunakan! Dalam beberapa beberapa jurus terakhir, dia mulai menggunakan ilmu sesat. Yang pasti
tenaganya bertambah satu kali lipat. Sesudah menahan 3 jurus Ruan-wei, Ruan-wei mulai lemas.
Terakhir kemoceng Cui-pei melilit pedang Ruan-wei.
Dengan sepenuh tenaga Ruan-wei menarik pedangnya tapi tidak bisa lepas, sekaji lagi dia
menarik tetap tidak bisa lepas. Saat menarik untuk ketiga kalinya, dia mengeluarkan suara
bentakan yang keras tapi tetap tidak bisa lepas maka pedang pun terputus!
527 Dengan sekuat tenaga Ruan-wei hanya mendapatkan separuh pedang. Dia sangat menyesal
dan berpikir jika tinggal separuh pedang sudah pasti dia tidak akan sanggup melawan Cui-pei,
hanya tinggal mengangkat tangan menunggu dibunuh!
Cui-pei sengaja ingin membuat Ruan-wei terluka, agar dia menerima kekalahan dan tidak
berani membantah dia lagi, juga akan melayani putrinya. Dengan sekuat tenaga dia menggunakan
kemoceng menyapu pedang patah milik Ruan-wei.
Wen-yi berteriak: "Perempuan galak tidak tahu malu! Pedang Da-ge sudah putus, biarkan dia mengganti pedang
dulu baru bertarung lagi, kalau tidak...."
Suara Wen-yi penuh perhatian, terlihat dia ingin membantu. Ruan-wei tahu Wen-yi datang pun
percuma, mungkin hanya menemaninya mati. Dalam situasi terjepit seperti itu, tiba-tiba dia
teringat pada ilmu Kai-tian-pi-di-shi-ba-fu! Maka dengan pedang putus yang dianggap sebagai
kapak lalu dia pun mulai mengayunkan pedang patahnya.
Tadinya Wen-yi ingin membantu, sekarang melihat gerakan Ruan-wei menggunakan separuh
pedang pedangnya tidak kalah dengan ilmu pedang tadi, hatinya agak tenang dan dengan teliti
menonton lagi. Ruan-wei sudah 2 kali mengayunkan pedang patahnya, Cui-pei malah menjadi kerepotan.
Sebenarnya Kai-tian-pi-di harus menggunakan kampak, tapi karena Ruan-wei sudah kehabisan
tenaga, dia menggunakan pedang putus yang ringan sebagai kapak besar, maka dengan mudah
dia menggunakannya dan tenaga yang keluar pun sangat dahsyat.
Begitu sampai pada jurus kelima Kai-tian-pi-di, Cui-pei mulai mundur 3 langkah. Karena dia
merasa aneh ilmu ini membuat kemocengnya tidak bisa bergerak bebas, sepertinya jurus kapak
Ruan-wei khusus menutupi ilmu pedangnya.
Ketika Cui-pei sedang cemas tiba-tiba terdengar suara keras yang membentak:
"Hentikan!" Terlihat seorang laki-laki setengah baya berpakaian pendek, tangan memegang sebuah kapak
besar meloncat ke atas pangung. Begitu berdiri tegak, dia tertawa:
"Jangan bertarung lagi! Jangan bertarung lagi! Kita adalah satu keluarga, satu keluarga...."
0oo0 BAB 121 Penutup Ruan-wei bukan orang kejam, dengan ringan dia keluar dari arena pertarungan sejauh 3 meter.
Melihat siapa laki-laki yang baru datang, dengan senang dia berkata:
"Ternyata adalah Tetua Gong Shu-yang, apa kabar!"
Laki-laki itu adalah salah satu dari 5 orang aneh, ketika itu Ruan-wei bertemu dengannya di
Jun-shan, namanya adalah Gong Shu-yang.
Karena Cui-pei hampir kalah di tangan Ruan-wei, maka dia merasa sangat berterima kasih
kepada orang yang baru datang itu. Begitu melihat orang itu, dia berteriak dengan terkejut:
"Ternyata adalah Paman Yang!"
Gong Shu-yang tertawa terbahak-bahak:
"Apa yang kukatakan, yang satu memanggil ku Paman Yang, yang satu memanggilku Tetua
Yang, bukankah kita adalah satu keluarga" Untuk apa harus bertarung...."
Ruan-wei adalah orang yang sangat penuh perasaan, dia berkata:
"Tetua, sudah lama kita tidak bertemu!"
Gong Shu-yang memegang tangan Ruan-wei dengan erat:
"Adik! Semenjak berpisah di Jun-shan, aku selalu mengingat dirimu. Ketika aku dan kau berada
di Jun-shan, waktu kita berkumpul adalah waktu-waktu yang paling menyenangkan...."
Melihat hubungan antara Paman Yang dan Ruan wei begitu akrab, dia tahu jika hari ini dia tidak
pergi dari sini yang rugi adalah dia sendiri. Jurus kampak yang digunakan Ruan-wei tadi pasti
diajari oleh Gong Shu-yang. Karena tidak sanggup mengalahkan Ruan-wei, maka keinginan
putrinya pun tidak sanggup dia penuhi. Dia segera tertawa dan berkata:
528 "Paman Yang, kami akan pergi!"
Gong Shu-yang tertawa: "Nona Cui, sudah lama kita tidak bertemu, kau sudah tumbuh menjadi dewasa!"
Sebenarnya Cui-pei sudah berusia 40 tahun lebih. Mendengar kata-kata Gong Shu-yang,
wajahnya menjadi merah. Dia menunjuk Ouwyang Zhi:
"Paman Yang, dia adalah putriku!"
Gong Shu-yang tertawa terbahak-bahak:
"Oh! Oh! Hampir 30 tahun tidak bertemu, putrimu sudah dewasa dan dia seperti kau dulu!"
Ternyata 27 tahun yang lalu, Gong Shu-yang mencari Tu-long-xian-zi, di sanalah dia bertemu
dengan Cui-pei. Ketika itu Cui-pei baru berusia 16 tahun. Sesudah 27 tahun berlalu mereka baru
bertemu. Karena Cui-pei mengenakan baju pendeta, maka Gong Shu-yang mengira dia masih
seperti waktu gadis dulu.
Ouwyang Zhi memberi hormat kemudian melihat Ruan-wei. Ruan-wei tidak ingin melihatnya.
Ruan-wei sama sekali tidak mempunyai perasaan kepadanya. Akhirnya dengan terpaksa dia ikut
ibunya meninggalkan tempat itu.
Melihat mereka pergi, Gong Shu-yang baru berkata:
"Gadis itu akhirnya menjadi pendeta!"
Sepertinya ketika Cui-pei masih kecil, Gong Shu-yang sudah tahu kalau dia akan menjadi
seorang pendeta. Pendekar-pendekar yang ada di bawah panggung bersiap-siap pergi karena
tidak ada pertunjukan menarik lagi.
"Tetua Gong, mengapa Anda bisa kenal dengan Tetua Pei?" tanya Ruan-wei.
"Dia adalah murid Dewi Ling-bo. Dulu ketika aku datang ke Dong-hai (Laut timur), dia
mengurungku di sebuah pulau kecil selama 20 tahun. Ketika aku meninggalkan pulau dan
melakukan tugas mengukir patung Budha, Dewi Ling-bo pernah berkata bahwa walaupun Cui-pei
memiliki ilmu silat tinggi tapi sifatnya kurang baik. Dewi Ling-bo menyuruhku memperhatikan
tingkah lakunya di dunia persilatan. Jika dia keterlaluan, maka aku harus memaksanya menjadi
pendeta. Tapi ketika aku meninggalkan pulau itu, Dewi Ling-bo sudah tahu kalau tingkah lakunya
tidak baik dan memaksanya menjadi seorang pendeta."
Diam-diam Ruan-wei berpikir, 'Ilmu pedangnya begitu hebat, ternyata dia adalah murid Dewi
Tu-long. Tapi dia seperti bukan seorang pendeta, mungkin karena dia dipaksa.'
Tiba-tiba Ruan-wei teringat sesuatu, bukankah Tetua Gong harus memahat 9 buah patung
Budha lagi, apakah tugasnya begitu cepat selesai"
Gong Shu-yang tertawa terbahak-bahak:
"Semenjak aku berpisah denganmu, aku mengatakan harus 18 tahun lagi baru bisa
menyelesaikan 9 patung, tapi begitu menyelesai-kan sebuah patung, aku sudah mengerti teknik
memahat patung dengan bagus dan cepat. Maka dalam waktu 2 tahun terakhir ini aku bisa
menyelesaikan 8 patung!"
"Teknik mengukir patung seperti apa?"
Ketika Gong Shu-yang ingin mengatakan sesuatu tiba-tiba dia teringat sesuatu dan sambil
menggelengkan kepala dia berkata:
"Tidak bisa! Tidak bisa! Ilmu kapakku memang lihai, tapi aku melihat jurus-jurus yang kau
gunakan dengan pedang putus itu lebih bagus, jurus Kapak apa itu" Sampai-sampai murid Dewi
Tu-long pun tidak sanggup menahannya."
Ruan-wei memberitahu dari mana dia mendapatkan ilmu. Setelah Gong Shu-yang mendengar
ceritanya, dengant terkejut dia berkata:
"Anak baik, coba peragakan jurus 'Kai-tian-pi-di' kepadaku, cepat!"
Mereka tidak peduli apakah di bawah ada yang melihat 'Kai-tian-pi-di-shi-ba-fu' atau tidak, satu
persatu Ruan-wei peragakan, kemudian terdengar Gong Shu-yang berteriak:
"Sambutlah dengan baik!"
Ternyata Ruan-wei menerima kapak besar dari Gong Shu-yang. Dengan kapak besar di
tangannya, Ruan-wei bertambah semangat. Dia melemparkan pedang yang sudah terputus itu
kemudian sejurus demi sejurus dia peragakan ilmu kampaknya. Gong Shu-yang yang berada di
pinggir terus memuji: 529 "Ilmu kapak yang bagus! Benar-benar bagus, pantas disebut 'Kai-tian-pi-di'!" (Membuka langit
membelah bumi) Ruan-wei lalu berhenti dan mengembalikan kapak besar itu kepada Gong Shu-yang, tapi Gong
Shu-yang berkata: "Kapak ini terbuat dari besi dingin. Kapak ini adalah barang pusaka dari Dong-hai, aku berikan
kepadamu!" Ruan-wei ingin menolaknya, Gong Shu-yang berkata:
"Jangan menolaknya! Jika kau menolak, aku akan marah. Ayo perkenalkan teman yang ada di
balik tubuhmu!" Terpaksa Ruan-wei menerima kapak besar itu dan tertawa:
"Ini adalah mertuaku, Wen Tian-zhi. Ini adalah putrinya, Wen-yi...." Wen-yi tertawa:
"Aku bukan Wen-yi tapi Wen-yu!" Wen Tian-zhi memberi hormat kepada Gong Shu-yang:
"Lama aku sudah mendengar nama besar Anda!"
Gong Shu-yang kembali berkata:
"Nama Kakak Wen sudah lama kudengar juga!"
Ruan-wei mendekati Wen Tian-zhi:
"Dulu menantu telah bersalah kepada mertua, harap mertua bisa memaafkanku!"
"Kata-kata Pak Tua Bei-bao tidak salah. Di dunia ini selalu ada orang baru yang muncul.
Generasi kami sudah tua dan tidak berguna lagi, aku tidak menyalahkan kau yang pernah
melukaiku. Aku harap kau mengurus Yu-er dengan baik. Mungkin sekarang aku benar-benar harus
mundur dari dunia persilatan."
Selesai bicara, dia akan pergi, Wen-yu berteriak dengan tergesa-gesa:
"Ayah! Bukankah kau ingin mencari ibu?"
Wen Tian-zhi menggelengkan kepala:
"Aku tidak bisa bertemu dengan ibumu lagi!"
"Mengapa?" Wen Tian-zhi tertawa kecut:
"Yu-er, seumur hidupku, aku telah melakukan 2 kali kesalahan. Yang pertama, aku sudah
memusnahkan ilmu silat ketua keenam Gai-bang dan sekarang entah dia ada di mana. Kedua, aku
bersalah kepada ibumu...."
Ruan-wei diam-diam berpikir, 'ternyata ketua keenam Gai-bang tidak mati, hanya ilmu silatnya
sudah musnah dan dia tidak ingin bertemu dengan saudara-saudara lainnya. Kelak hal ini
harus dijelaskan kepada 5 tetua Gai-bang."
Wen-yu menangis: "Ayah tidak pernah bersalah kepada ibu!" Wen Tian-zhi menggelengkan kepala: "Ini adalah
kesalahanku, 20 tahun yang lalu, aku dan Bei-bao berjanji akan melahirkan seorang putra untuk
mengganti posisi kami, untuk menentukan menang atau kalah. Ketika itu aku belum menikah, dari
mana aku bisa mendapatkan anak. Pada tahun kedua, tepat ibumu dan suaminya secara tidak
sengaja masuk ke lembahku, aku melihat dia sangat cantik maka dengan segala cara aku melukai
suaminya dan merebut ibumu menjadi istriku. Selama 10 tahun lebih aku sangat menyayanginya.
Walaupun dia melahirkanmu demi diriku, tapi setiap hari dia selalu tidak mempedulikanku. Dia
hanya merindu-kan suaminya, Xiao San-ye. Kali ini aku membawanya keluar lembah, dia akan
pergi selamanya...."
Wen-yu baru tahu mengapa ayah dan ibunya selalu saling bersikap dingin, mereka juga tidak
menyayanginya, ternyata di antara mereka ada masalah seperti itu, mana mungkin bisa ada hati
merawatnya! Wen-yu berpikir jika ibunya pergi, dia tidak akan mencari ayahnya lagi. Ayahnya akan kesepian
maka dia segera berkata: "Ayah! Ibu sudah pergi, biarlah putrimu yang menemanimu selamanya!"
Wen Tian-zhi dengan tegas berkata:
"Aku melihatmu seperti melihat ibumu, hal ini malah membuatku bertambah sedih. Pergilah
bersama Ruan-wei...."
Baru selesai bicara, lengan bajunya berkibar, dia sudah terbang kemudian menghilang. Wen-yu
tiba-tiba menangis sejadi-jadinya.
530 "Jangan menangis, Da-ge akan selamanya bersamamu...."
Wen-yu masuk ke dalam pelukan Ruan-wei:
"Da-ge, ayah dan ibu pergi begitu saja, di dunia ini hanya ada satu orang yang menyayangi Yuer...."
Di depan banyak orang, Ruan-wei takut akan terjadi bahan pembicaraan maka dia memapah
Wen-yu dan berkata kepada Gong Shu-yang:
"Mari kita pergi, Tetua!"
"Oh, tidak! Aku tidak ikut kalian, aku akan membantu Lu Nan-ren!"
"Apa yang terjadi pada Lu... Lu Nan-ren?" tanya Ruan-wei.
"Di Yue-zhou, aku melihat ada seorang tua pendek dan gemuk di penginapan mengumpulkan
banyak orang, dia menggabungkan 3 perkumpulan, Tian-zheng-jiao, Tian-mei-jiao, Tian-du-jiao
untuk membasmi Zheng-yi-bang. Aku harus cepat ke sana untuk membantu Lu Nan-ren karena
ketua Zheng-yi-bang tidak akan mungkin bisa menang terhadap orang tua pendek dan gemuk itu!"
"Bagaimana ilmu orang tua itu?" tanya Ruan-wei.
"Aku sudah mencobanya, mungkin kepandaiannya masih berada di atasku!" Jawab (long Shuyang.
Meski Ruan-wei tidak suka pada ayahnya, tapi dia tetap memperhatikan keselamatannya,
degan cepat dia berkata: "Kalau begitu kita harus cepat pergi kesana untuk membantunya!" Kemudian dia menarik Wenyu
melayang ke atas Bai-ti-ma dan dengan cepat berlari.
Gong Shu-yang menggeleng-gelengkan kepala:
"Anak muda selalu tergesa-gesa!"
Tapi kemudian dia teringat jika Zheng-yi-bang musnah, dunia akan menjadi kacau, maka dia
berteriak: "Ayo cepat!" Walaupun disana banyak orang, dia tetap menggunakan ilmu meringankan tubuh. Sebenarnya
sifatnya lebih terburu-buru dari orang lain!
Ruan-wei dan Wen-yu sampai di luar kota Jia-xing. Ketika mereka sampai di pusat Zheng-yibang,
terlihat hutan yang luas itu semua sudah menjadi abu. Dengan cepat Ruan-wei turun dari
kuda dan berdiri dengan termenung.
Sepanjang jalan Ruan-wei menceritakan apa yang dialami dirinya, sehingga Wen-yu jadi tahu
identitas Ruan-wei yang sebenarnya, melihat keadaan seperti ini, dia tahu bahwa Zheng-yi-bang
sudah dimusnahkan oleh gabungan tiga perkumpulan. Dia juga duduk termenung duduk di atas
kuda. Setelah lama Wen-yu baru melihat ada asap hijau keluar dari balik pepohonan yang terbakar
dan terdengar di tempat jauh ada suara bentakan dan suara teriakan. Maka dia segera berlari ke
depan Ruan-wei. Melihat Ruan-wei terus meneteskan air mata, Wen-yu tahu Ruan-wei sangat
sedih, sehingga pendengaran dan penglihatennyajadi kurang tajam. Dia segera menasehati:
"Da-ge, jangan sedih, Zheng-yi-bang belum musnah!"
"Mengapa kau tahu?"
"Ayo ikut aku!" Wen-yu membawa Ruan-wei berlari ke sumber suara bentakan. Wen-yu juga
berkata: "Di tempat kebakaran masih ada asap, berarti Zheng-yi-bang baru diserang sekitar 1-2 hari,
mungkin masih ada sisa orang Zheng-yi-bang yang sedang melawan musuh!"
Sesudah berlari sekitar 300-400 meter dan beberapa kali berbelok, di kaki gunung penuh
dengan orang. Ada yang berpakaian hitam, putih, tapi yang berbaju hitam lebih banyak
dibandingkan yang berbaju putih. Jumlah mereka mencapai ribuan.
Ruan-wei dan Wen-yu mendekati orang yang berbaju putih dan hitam yang saling berhadapan,
tapi kedua belah pihak tidak bertarung, kemudian mereka melihat ada 2 orang yang berada di
tengah lapang sedang bertarung! Di sekelilingnya banyak laki-laki dan perempuan, ada yang tua
Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dan yang muda. Ada seorang tua yang pendek dan gemuk berdiri paling dekat dengan tempat
pertarungan. Masih ada 4 pesilat dari Zheng-yi-bang dan ketua berbaju emas dari Tian-zheng-jiao,
masih ada Sun-Ming, Ling-lin, Ruan-xuan, Ruan-yun juga seorang biksu muda yang tampak
531 mukanya sedang marah melihat ke lapangan. Dia adalah Zhong-jing yang telah lama menghilang.
Dia juga adalah suami Ling-lin.
Masih ada seorang gadis berpakaian bunga-bunga, dia berdiri di sisi Zhong-jing. Ruan-wei mulai
melihat dengan jelas keadaan di lapangan. 2 orang yang sedang bertarung, yang satu adalah
ketua Zheng-yi-bang, yang satu lagi adalah ketua Tian-zheng-jiao.
Dengan diam dan tenang dia mendekati tempat itu. Gadis berpakaian bunga melihat
kedatangannya dan pelan-pelan menyapa:
"Kakak Ruan, ternyata kau!"
Ruan-wei tahu dia adalah putri Paman Zhong, namanya adalah Zhong-jie. Dua tahun mereka
tidak bertemu, dia tumbuh dengan cepat. Dia mengangguk kemudian menyapa biksu yang muda
itu: "Apa kabar, Paman Zhong?" Zhong-jing dengan marah melihatnya kemudian membuang
mukanya lagi, melihat itu Ruan-wei tidak banyak bertanya lagi dan memperhatikan ke lapangan.
Sebenarnya semua orang sedang memperhatikan keadaan di lapangan karena pertarungan ini
berpengaruh besar, yang menang akan menguasai dunia persilatan, yang kalah harus dibunuh.
Pertarungan 2 orang di tengah lapangan berjalan sangat lamban karena mereka sudah
bertarung lama dan tenaga mereka sama-sama terkuras habis. Tapi terlihat Lu Nan-ren sudah
berada di atas angin, Xiao-wu terus mundur tidak bisa melawan lagi karena sudah kehabisan
tenaga! Melihat Lu Nan-ren akan mendapat kemenangan dan akan menguasai dunia persilatan, Zhongjing
merasa dendamnya tidak akan bisa dibalas lagi. Rencana jahat pelan-pelan muncul
dibenaknya. Diam-diam tangannya memegang beberapa butir senjata rahasia beracun. Begitu Lu
Nan-ren membelakanginya, dia melemparkan senjata rahasia beracun itu!
Tapi dia lupa Ruan-wei berada di sampingnya, mana mungkin Ruan-wei akan mengijinkan dia
melakukan tindakan curang ini. Dengan ilmu meringankan tubuh yang tingi, Ruan-wei mengejar
senjata rahasia yang meluncur itu. Satu persatu senjata rahasia itu ditangkapnya.
Rencana jahat Zhong-jing jadi tidak berhasil karena dihalangi oleh Ruan-wei. Dia marah:
"Sial! Mengapa kau menghalangi paman membunuh penjahat mesum itu. Bukankah kau sudah
berjanji akan membantu sekalipun dia keluargamu, kau tidak akan membiarkan dia merebut istri
paman!" Karena Ruan-wei pernah berjanji kepada Zhong-jing di kuil Tibet, sekarang dia dia tidak bisa
menjawab. Tiba-tiba Sun Ming bertanya:
"Jing-er, apa yang kau katakan! Siapa yang merebut istrimu dan siapa penjahat mesum itu?"
Zhong-jing paling menghormati mertuanya, dia segera menjawab:
"Apakah mertua tidak tahu jika Lu Nan-ren merebut dan menculik istriku?"
Sun Ming mengerutkan alis dan dengan tegas berkata:
"Jing-er, aku beritahu kepadamu, Lu Nan-i en adalah orang paling adil di dunia ini. Aku tidak
akan menutupi kalau Ling-er telah salah, dia menggoda Lu Nan-ren tapi Lu Nan-ren dari dulu
sampai sekarang belum pernah melanggar aturan. Apakah kau percaya?"
Di depan banyak orang ibunya membongkar rahasianya, Ling-lin benar-benar malu dan berlari,
Zhong Jing hanya berpikir sebentar, langsung menjawab:
"Aku percaya! Aku salah karena telah sembarangan mencurigai orang lain!" Lalu dia mengejar
Ling-lin. Bagaimana hasilnya sulit ditebak...!
Melihat Xiao-wu akan kalah dan situasi tidak menguntungkan, orang tua pendek dan gemuk
berpikir sekarang dia didukung oleh gabungan 3 perkumpulan serta ketua mereka, jumlah mereka
juga lebih banyak, dia tidak perlu mengikuti aturan dunia persilatan. Maka dia bersuara:
"Keponakan Xiao-wu tidak bisa mengalahkan Lu Nan-ren, biar aku yang membantumu
membereskan Lu Nan-ren!"
Sun-ming terkejut dan berteriak: "San-xin-shen-jun, kau membantu Tian-zheng-jiao, apakah
kau tidak takut kepada Tuan Jian!"
Ternyata orang tua pendek dan gemuk adalah San-xin-shen-jun. Giliran dia tertawa terbahakbahak:
532 "Oh! Setan tua itu! Ha, ha, ha... jika setan tua itu tidak mati, aku juga tidak bisa menguasai
dunia persilatan. Sekarang 3 perkumpulan sudah berada di sini, siapa yang berani melawanku"
Walaupun ada setan tua itu, aku juga tidak takut apalagi sekarang dia sudah diantar olehku ke
dunia lain untuk menikmati kebahagiaan!"
Mendengar hal itu Ruan-wei terkejut, membentak:
"Apakah biksu Harimau juga kau yang membunuhnya!"
San-xin-shen-jun tertawa dingin: "Orang yang datang dari luar negeri, apa aneh jika dibunuh?"
Ruan-wei naik pitam, kapak besar diangkat dan membacok orang tua pendek dan gemuk itu.
Dia membentak dengan suara sangat keras:
"Siapa yang telah membunuh maka harus mengganti dengan nyawanya!"
Melihat kapak diayun begitu kuat, Shan-xin-shen-jun tidak berani bertindak ceroboh. Dengan
sangat hati-hati dia menghadapinya.
Gabungan 3 perkumpulan melihat tuan mereka bertarung, mereka juga tidak berani tinggal
diam. Suara teriakan dan bentakan langsung terdengar. Dipimpin oleh ketua Tian mei dan ketua
Tian-du mereka menyerang Zheng-yi bang. Kini jumlah orang Zheng-yi-bang lebih sedikit maka
korban pun mulai berjatuhan. Tiba-tiba terdengar suara tawa:
"Apakah aku datang terlambat?" Ternyata Gong Shu-yang telah datang.
Dia membawa kapak besar lainnya. Begitu masuk ke kerumunan orang dia terus mengayunkan
kapak besarnya, membacok kepala orang seperti memotong semangka. Hanya sebentar saja
banyak pesilat tangguh dari Tian-zheng-jiao, Tian-mei-jiao, dan Tian-du-jiao dibunuhnya.
Sekarang keadaan terbalik karena pesilat tangguh 3 perkumpulan telah dibabat habis maka
orang yang tersisa dipukul oleh orang-orang Zheng-yi-bang.
Ilmu 'Kai-tian-pi-di-shi-ba-fu' benar-benar ilmu silat yang hebat, hanya sebentar Ruan-wei
sudah membuat Shan-xin-shen-jun kerepotan. Tapi kepandaian Shan-xin-shen-jun juga bukan
sembarangan, dia masih bisa menghindari satu persatu jurus kampak itu.
Lama-lama Shan-xin-shen-jun mulai menemukan cara untuk memecahkan jurus ini, dia mulai
melancarkan jurus-jurus aneh. Ilmu Ruan-wei tidak sesempurna Shan-xin-shen-jun. Begitu 'Kaitianpi-di-shi-ba-fu' diulang lagi sampai jurus ke-17, dia mulai terengah-engah. Terlihat jurus ke-18
tidak sanggup dia keluarkan.
Dalam keadaan itu, tiba-tiba Ruan-wei teringat pada biksu bisu tuli, biksu Harimau pernah
memberikan sebuah buku. Dalam buku itu tertulis sebuah jurus silat yang dahsyat maka
ketika jurus ke-18 baru dilancarkan setengahnya, tiba tiba kampaknya terbang keluar.
Jurus menerbangkan kampak ini adalah ilmu aneh juga ilmu yang dalam, ilmu ini adalah ilmu
paling tinggi dalam Tian-long-sie di India. Shan-xin-shen-jun tidak pernah melihat ilmu ini. sedikit
ragu-ragu maka kampak besar itu berhasil menebas pinggang hingga terputus. Tubuh Shan-xinshenjun terbagi dua dan berguling jauh tapi dia belum mati.
Zhong Jie yang berada di depan mayat tidak tega melihatnya, maka dengan pedangnya
langsung menebas kepala Shan-xin-shen-jun dan sekarang Shan-xin-shen-jun benar-benar mati!
Lu Nan Ren yang sedang bertarung dengan Xiao-wu, sedang berada di atas angin. Saat Xiaowu
terjatuh, Lu Nan-ren dengan cepat datang, satu kali kakinya menginjak dada Xiao-wu, ketika
dia ingin mengbancurkan tubuh Xiao-wu, Ruan-xuan dan Ruan-yun datang memohon-mohon:
"Pendekar Lu, ampunilah ayahku!"
Ruan-wei mengingat mereka tumbuh besar bersama, dia juga ikut memohon:
"Ayah! ampunilah dia!"
Mendengar putranya memanggilnya ayah, Lu Nan-ren senang, dia meneteskan air mata dan
melepaskan kakinya pada tubuh Xiao-wu kemudian dia mendekati Ruan-wei. Dia tertawa sambil
menangis: "Anak baik! Anak yang baik...."
Tiba-tiba Gong Shu-yang mendekati mereka, dua kakinya menendang 36 nadi Xiao Wu dan
membentak: "Hukuman mati boleh dilepaskan tapi ilmu silatmu seumur hidup tidak boleh digunakan lagi!"
Ruan-xuan dan Ruan-yun memapah Xiao-wu. Dengan tertawa kecut dia berkata:
"Ayahku sudah cacat, putrinya akan menemani seumur hidup."
533 Mereka memapah Xiao-wu kemudian meninggalkan lapangan itu. Orang-orang penting dari 3
perkumpulan sudah mati semua dan yang tersisa menyerah pada Zheng-yi-bang.
Lu Nan-ren menuntun Ruan-wei, sampai ke tengah lapang dan berkata:
"Dunia ini milikmu, Nak, kau harus lahir kembali...."
Zhong Jie tertawa naif: "Kakak Ruan, Paman Lu memintamu menjadi ketua Zheng-yi-bang!"
Lu Nan-ren menuntun tangan Zhong-jie sambil tertawa:
"Kedudukan ini aku berikan kepada anakku, istrinya tidak bisa kurang!"
Sun Ming tertawa: "Biar Jie-er dan Wei-er di tahun depan di hari Chong-yang (bulan 9 tanggal 9) saat penyerahan
jabatan ketua Zheng-yi-bang, sekalian dilangsungkan upacara pernikahan!"
Tapi... tiba-tiba Ruan-wei melepaskan tangannya dan genggaman Lu Nan Ren, dengan hormat
berkata: "Ayah, putramu tidak berbakat tidak pantas memimpin Zheng-yi-bang. Dunia persilatan harus
tenang, harap ayah jangan melepaskan kedudukan ini, apalagi...."
Dia menunjuk Wen-yu: "Putramu sudah mempunyai calon istri...."
"Bukankah dia seorang laki-laki?" tanya Lu Nan-ren.
Ruan-wei membuka kain penutup kepala, dan terlihat sebuah wajah yang sangat cantik. Tibatiba
Zhong-jie menangis: "Da-ge, kau ingin menikah dengannya, apakah sudah tidak mempedulikanku lagi?"
Ruan-wei paling takut kalau ada perempuan menangis, dia menggandeng Wen-yu ke atas Baitima dan berteriak: "Ayah, putramu akan berkelana di dunia persilatan! Kita akan bertemu di lain waktu."
Bai-ti-ma berlari dengan kencang, sebentar saja sudah tidak terlihat lagi.
Zhong Jie terus menangis. Lu Nan-ren tertawa kecut
"Biarkan dia pergi! Biarkan dia pergi mengabdikan dirinya di dunia persilatan"
Tamat Bandung, 17 Desember 2007
hormat (See Yan Tjin Djin) Misteri Lukisan Tengkorak 1 Kisah Si Bangau Merah Karya Kho Ping Hoo Naga Naga Kecil 11
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama