Lembah Nirmala Karya Khu Lung Bagian 19
"Dia telah menyelamatkan aku, sudah sepantasnya kaupun menyelamatkan dirinya."
"Hmmmm, siapa bilang dia berniat menolongmu" Ia hanya secara kebetulan saja
membebaskan dirimu dari pengaruh totoknya karena desakan lawan yang sangat hebat."
"Bagaimanapunjua, dia telah melepaskan budi pertolongan kepadaku, seandainya kau
mencintaiku dengan sepenuh hati, budi kebaikan ini harus kau bayar."
"Bila aku pergi, keselamatan jiwamu menjadi sangat berbahaya......." kilah pemuda tampan itu.
Paras muka sinona cantik berbaju putih itu berubah hebat, sambil menarik muka serunya:
"Apa kau bilang" Apakah orang lain berani berbuat demikian, kau malah tak berani?"
"Aku benar-benar menguatirkan keselamatan jiwamu" kata pemuda tampan itu sambil tertawa
getir. "Kau harus memahami kesulitan dihati kecilku kini....."
"Aku tak perduli, aku tak perduli" tukas sinona mendongkol. "Pokoknya bila kau tidak
melakukan permintaanku tadi, berarti kau memang tidak mencintaiku sepenuh hati, ini berarti
diantara kita pun tak perlu membicarakan persoalan yang lain lagi."
Dengan perasaan apa boleh buat pemuda tampan itu menggelengkan kepalanya berulang kali,
dia segera berpaling kearah Kim Thi sia dan berkata:
"Aku akan pergi menolong kekasihmu, ini berarti keselamatan jiwanya akan kuserahkan
kepadamu." Kim Thi sia yang mendengar pembicaraan tersebut segera berpikir.
"Tampaknya gadis itu cukup jelas membedakan mana budi dan mana dendam."
Maka tanpa perduli maksud permintaan pemuda tampan itu lagi ia berkata:
"Tidak usah, terima kasih banyak atas maksud baikmu, meski orang she Kim tidak becus,
namun kesulitanku tak ingin merepotkan orang lain, aku yakin masih mampu untuk menyelesaikan
persoalan sendiri. "
Ia memang berniat menyakiti hati lawannya, melihat wajah pemuda tampan itu sudah berubah
menjadi hijau membesi, sambil tertawa terbahak-bahak kembali katanya:
"Perselisihan yang menyangkut pribadi Kim Thi sia tak perlu anda campuri, atau bila kuucapkan
dengan perkataan yang tak sedap. apabila anda tiada urusan lagi disini, lebih baik segera angkat
kaki." Baru selesai perkataan itu diucapkan, sipedang perak yang berada dipihak lain telah berteriak
keras: "Jangan harap kalian berdua bisa pergi meninggalkan tempat ini." Kim Thi sia berkerut kening,
teriaknya lantang: "Kalau begitu aku akan membuat perhitungan lebih dulu denganmu."
Dengan langkah lebar dia maju kedepan dadanya yang bidang membiaskan bayangan yang
tinggi besar dibawah sinar rembulanTak lama kemudian ia telah berada tepat dihadapan musuhnya.
Dengan suara dalam sipedang perak membentak nyaring, tenaga dalamnya dihimpun kedalam
telapak tangannya siap melepaskan serangan maut. Pada saat itulah tiba-tiba terdengar putri Kim
huan berteriak keras-keras: "Thi sia, pergilah cepat, tak usah perduli diriku lagi."
Kim Thi sia berpaling, dia saksikan gadis cantik itu sudah berada ditangan sipedang air, pedang
tanah dan pedang api, keadaannya mengenaskan sekali.
Melihat adegan tersebut, berkobar api kegusaran didada Kim Thi sia, serunya dengan geram:
"Bagus, bagus sekali. Sekarang kalian boleh bersikap demikian terhadapnya. Tapi ingat, aku
pasti akan berterima kasih dan berusaha membalas budi kebaikan kalian itu." Sedang dihati
kecilnya dia berpikir. "Musuh lebih banyak jumlahnya daripada aku bila tak kugunakan taktik suara ditimur
menyerang kebarat untuk menghadapi mereka, nampaknya harapanku untuk membalas dendam
akan tipis sekali." Sesungguhnya ingatan semacam ini tak mungkin akan timbul didalam benak Kim Thi sia kalau
berada dihari biasa, namun setelah kekasihnya terjatuh ketangan musuh. Dalam keadaan murung
dan mendongkol, tanpa disadari pikiran tersebutpun muncul dalam benaknya.
Ia segera berjalan mendekati sipedang perak. bukan untuk menyerang musuhnya tapi dengan
sorot mata tajam dia memperhatikan sekejap lebih dulu kesekeliling tempat itu.
Ia tahu diantara mereka semua, kemungkinan besar sipedang kayu yang bakal menyerang
lebih dulu, karena tempat dimana ia berdiri sekarang hanya selisih berapa depa dari sipedang
perak. Sedangkan sipedang perak terhitung manusia paling licik jadi kemungkinan besar dialah yang
menyerang paling dulu. Begitu keadaan situasi telah dikuasahi, Kim Thi sia pun berlagak menatap wajah sipedang emas
sambil berkata: "Tenaga dalammu memang cukup hebat sekalipun sudah terkena pukulan Tay goan sinkang
nyatanya belum juga mampus, coba kalau berganti orang lain, mungkin sang korban sudah mati
muntah darah sedari tadi."
Selesai berkata ia segera tertawa dingin tiada hentinya sambil mencibirkan bibirnya dengan
sikap mengejek. Seperti apa yang diduganya, begitu mendengar perkataan tersebut sipedang emas menjadi
sangat gusar bercampur mendongkol hingga kaki tangannya gemetar keras.
Tapi dia pun bukan orang tolol, sudah baran tentu mengerti juga bahwa Kim Thi sia berniat
menyakiti hatinya. Sebagaimana diketahui, sipedang emas adalah pemimpin dari sembilan pedang dunia
persilatan, ilmu silat yang dimilikinya jauh melebihi kemampuan kedelapan orang adik
seperguruannya, ia merupakan tonggak penyangga dari sembilan pedang dunia persilatan sudah
keok ditangan musuh. Kini, Kim Thi sia memuji kesempurnaan tenaga dalamnya yang dibilang hebat karena tak
sampai roboh karena pukulan Tay goan sinkang, padahal tujuannya adalah untuk mengolok dan
mencemooh kemampuannya tak heran kalau sipedang emas menjadi mendongkol setengah mati.
Sipedang emas yang tidak menduga lebih-auh, saat ini hanya mengira musuhnya bertujuan
mencemooh kemampuannya diam-diam iapun memberi tanda kepada sipedang perak.
Menurut pendapatnya, sipedang perak berdiri paling dekat dengan lawannya, ini berarti dialah
yang paling cocok untuk menyerang dan menumpas Kim Thi sia yang dibenci itu dengan sepenuh
tenaga. Siapa sangka sebelum sipedang perak mengartikan tanda tersebut, Kim Thi sia telah
manfaatkan kesempatan tersebut untuk bertindak lebih dulu.
Sepasang telapak tangannya segera dilontarkan bersama kemuka, selapis angin pukulan yang
hebat pun muncul dari empat arah delapan penjuru untuk mengurung sekeliling arena.
Sipedang perak segera merasakan pandangan matanya menjadi gelap. ia silau dan untuk
sesaat tak tahu apa yang mesti diperbuat.
Menunggu ia sadar akan datangnya ancaman bahaya maut, tahu-tahu bahunya sudah
termakan oleh gempuran Kim Thi sia dengan jurus serangan " kecerdikan menguasahi seluruh
jagad" nya, tak ampun tubuhnya terlempar kebelakang dengan sempoyonganBaru saja Kim Thi sia berniat mengejar lebih jauh tiba-tiba satu ingatan melintas dalam
benaknya, cepat-cepat dia berganti jurus dan kali ini mengancam bagian mematikan ditubuh
sipedang kayu. Ia tahu, sipedang kayu berdiri berpaling dekat dengan pedang perak. bila sipedang perak
menjumpai keadaan yang membahayakan jiwa, sipedang kayulah yang paling diharapkan
bantuannya. oleh sebab itulah disaat serangan berhasil memukul mundur sipedang perak tadi, ia telah
mengetahui kalau sipedang kayu bakal melancarkan serangannya.
Berdasarkan dugaan itulah dia menguntungkan maksudnya untuk mengejar musuhnya
sebaliknya malah mengancam sipedang kayu.
Betul juga, sipedang kayu dibuat tertegun seketika dan tahu apa yang mesti diperbuatnya.
Menanti tenaga dalamnya sudah dihimpun kedalam lengannya untuk menyerangnya, tahu-tahu
Kim Thi sia telah mengalihkan kembali sasaran serangannya kearah sipedang perak yang
terpelanting itu. Maka dalam keadaan tanpa rintangan dan ancaman, Kim Thi sia berhasil menyarangkan
pukulannya yang akurat hingga membuat sipedang perak terpental keudara lalujatuh terbanting
keatas tanah dan tak mampu merangkak bangun kembali.
Begitu taktik "suara ditimur menyerang dibarat" nya membuahkan hasil, rasa percaya diripun
semakin tumbuh dihati Kim Thi sia. Dia membalikkan tangannya dan kali ini menghajar sipedang
kayu. Sesungguhnya musuh yang berada tepat dihadapannya sekarang adalah sipedang api, sedang
sipedang besi berada disisi lainTapi tindakannya yang menyerang musuh dijarak jauh segera membuat sipedang api amat
terkesiap. belum sempat angin pukulannya yang menyambar datang tergopoh-gopoh dia sudah
membuat persiapan dengan melompat mundur sejauh beberapa kaki dari posisi semula.
Sebaliknya sipedang besi telah membuat persiapan yang cukup matang, dikala musuh
menyerang datang dengan penuh amarah tadi, ia segera mendorong putri Kim huan hingga
terjatuh kedalam pelukan sipedang air.
Serta merta sipedang air menyambar tubuh putri Kim huan dan memeluknya erat-erat, berada
dalam keadaan begini sekalipun sinona berteriak keras-keras pun rasanya tak berguna lagi.
Sipedang besi yang berilmu silat sangat tinggi memiliki gerak geriknya yang amat lincah dan
cekatan, setelah mengincar sasarannya secara jitu, dia segera melancarkan serangan dengan ilmu
guntingan perg elangan tangannya.
Seketika Kim Thi sia terbendung gerak serangannya hingga mesti menghentikan gerak
majunya. Tampaknya memang beginilah tujuan dan harapan Kim Thi sia. Kalau tidak. dengan ilmu Tay
goan sinkangnya yang sangat hebat dan mampu menggempur musuh dari jarak jauh. Mustahil ia
bisa dihentikan gerak serangannya oleh ilmu guntingan pergelangan tangan lawanSetelah berhenti bergerak. tidak menanti sampai sipedang besi berubah gerak serangannya
untuk menyerang kembali. dia telah menerobos maju kehadapan sipedang air dan melancarkan
serangan dengan jurus " hembusan angin mencabut pohon siong."
Baru pertama kali ini sipedang air bertarung melawan Kim Thi sia, berapapun licik dan banyak
muslihatnya dia, kali ini "kedahuluan" juga oleh serangan lawanTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
Tergopoh-gopoh dia mengayunkan pedangnya melancarkan sebuah babatan kilat, kemudian
tanpa ambil perduli apakah serangan tersebut berhasil mengenai sasaran ataukah tidak. ia
membalikkan badan dan segera melarikan diri terbirit-birit.
Mungkin lantaran ia mundur dengan sepenuh tenaga putri Kim huan terseret pula sehingga
menjerit tertahan- Untuk sesaat lamanya Kim Thi sia seperti tertegun dibuatnya hingga menghentikan gerak
serangannya sama sekali. Sipedang kayu yang melihat adanya kesempatan baik segera menerobos maju kedepan sambil
mengayunkan pedangnya . "sreeeeetttt......."
Sebuah sambaran yang amat dahsyat tepat bersarang ditubuh Kim Thi sia menimbulkan luka
yang cukup dalam, semburan darah segar segera memancar kemana-mana......
Biar terluka, pemuda itu tidak mengeluh, bahkan tegurnya dengan penuh rasa kuatir.
"Bagaimana keadaanmu, apakah terluka ditangan mereka?"
"Tidak. kau tak usah kuatir" sahut putri Kim huan sambil tertawa. "Aduh......^awas
belakang......" Kim Thi sia bukan orang tolol, mendengar teriakan tersebut ia segera mendapat sebuah akal.
Diluaran dia berlagak bodoh dengan tidak mengerti arti teriakan tersebut, malah gumamnya:
"Aaaah......kau tentu sudah terluka, kau tentu sudah terluka........."
Sekalipun diluaran dia bergumam, secara diam-diam telah membuat persiapan yang cukup
matang. Hawa murninya telah dihimpun dari pusat kedalam sepasang tangannya.
Menanti desingan angin serangan telah mencapai belakang tubuhnya, ia baru membentak
keras-keras: "Telur busuk. kau berani membokong toaya mu?"
Ditengah bentakan keras, dan gulung tenaga pukulan yang maha dahsyat bagaikan gulungan
ombak ditengah samudra langsung meluncur dan menyambar kebelakang.
Mimpipun orang itu tak mengira akan datangnya ancaman, seketika itu juga tubuhnya
terhantam oleh tenaga serangan yang amat hebat itu hingga menjerit keras dan roboh
terjengkang keatas tanah.
Kim Thi sia gusar sekali dia benci akan kelicikan orang itu, sambil mengeraskan hati dia
menerjang kedepan dan secepat kilat melancarkan sebuah tendangan lagi.
" Duuuukkkk. ......."
Kembali orang itu mencelat sejauh berapa kaki dan bergulingan beberapa kali sebelum
berkelejitan dan akhirnya tak pernah bergerak kembali.
Saat inilah Kim Thi sia baru sempat melihat wajahnya dengan jelas, ternyata orang itu adalah
sipedang api yang licik dan buas.
Dari sembilan pedang dunia persilatan kembali seorang anggotanya berkorban, dalam keadaan
begini sipedang emas tak mampu mengendalikan diri lagi. ia mendengus dingin berseru:
"Sute sekalian, bila kita gagal membunuhnya hari ini, akhirnya hanya jalan kematian yang kita
peroleh." Sementara perkataan itu bergema, kebetulan berhembus lewat segulung angin yang sangat
dingin, semua orang segera merasakan tubuhnya bergidik dan bulu kuduknya pada bangun
berdiri. Dibawah cahaya rembulan, kini Kim Thi sia pun dapat melihat jelas raut wajah sebenarnya dari
sipedang emas dibalik kain kerudung hijaunya.
Untuk sesaat ia berdiri terbelalak dengan mulut melongo dan pandangan mata memancarkan
sinar kaget bercampur ngeri.
Raut wajahnya boleh dibilang menyerupai sebuah tengkorak yang berserakan ditanah
pekuburan, selain penuh dengan lakukan yang tak merata, bekas lukapun memenuhi wajah. itu.
Ia tak berani membayangkan, iapun tak pernah menyangka kalau didunia saat ini ternyata
terdapat manusia yang berwajah begini jelek dan mengerikan hati.
Ia segera berusaha untuk melupakannya, ia tak mau percaya kalau apa yang terlihat
merupakan kenyataan- "Tampaknya apa yang dikatakan sisastrawan menyendiri memang benar" ingatan tersebut
melintas cepat didalam benaknya.
Dari sini terbukti sudah bahwa apa yang pernah dikatakan sastrawan menyendiri memang
benar, ini berarti kemunafikan sipedang emas yang dituduh banyak melakukan kejahatanpun tak
bakal salah pula. "Sreeeet.......sreeeet......."
Mendadak terdengar dua kali desingan suara tajam yang memekikkan telinga bergema
membelah kegelapan malam, suara tersebut kedengarannya sangat mengerikan hati.
Dengan gerakan cepat Kim Thi sia berpaling, sorot matanya segera saling beradu dengan sorot
mata sipedang tanah yang tajam dan licik.
Kedengaran sipedang tanah menjerit keras kemudian mengayunkan pedangnya melancarkan
bacokan- Sebelum Kim Thi sia sempat melakukan sesuatu, tiba-tiba berkelebat lewat sesosok bayangan
putih, disusul kemudian terasa segulung desingan angin tajam menyambar lewat.
Tusukan pedang dari sipedang tanah seketika terbentur oleh tenaga serangan itu hingga miring
dari posisinya semula. "Mau apa kau datang kemari?" Kim Thi sia segera menegur dengan tak senang hati.
"Kau tak usah mencampuri urusanku" jawab sipendatang singkat.
Selesai berkata, kembali ia menerjang kearah sipedang tanah, dalam beberapa kali gebrakan
saja dia telah memaksa pedang tanah mundur setengah langkah dari posisi semula.
Tak terlukiskan rasa mendongkol sipedang tanah menghadapi kejadian seperti ini, dia
menggetarkan sepasang tangannya hingga menimbulkan suara gemerutukan nyaring. Dalam
waktu singkat kedua orang itu sudah terlihat dalam pertarungan yang amat seru. Kim Thi sia yang
melihat adegan ini diam-diam berpikir: "Mana dia" Mengapa ia dibiarkan berada seorang diri?"
cepat-cepat dia berpaling kian kemari untuk mencari jejak sinona cantik berbaju putih itu,
namun sekeliling tempat itu kosong tak nampak sesosok bayangan manusia pun-Termasuk juga
sinona cantik yang dicari, ia tak nampak batang hidungnya lagi.
"Sialan" segera pikirnya lagi. " Keparat itu benar-benar hebat, nampaknya ia telah
mempersiapkan segala sesuatunya terlatih dulu sebelum melakukan tindakan mana."
Sementara dia masih termenung, sipedang besi So Bun pin telah menerjang datang dengan
penuh amarah. Begitu tiba dihadapannya, ia segera menyerang dada serta lambung pemuda
tersebut dengan ilmu guntingan pergelangan tangannya.
Kim Thi sia segera menarik napas panjang-panjang untuk menghindari serangan tersebut
namun hatinya segera dibuat terkejut oleh suara tertawa dingin dan cepat-cepat ia menegur:
"Hey, apa yang kau banggakan?"
Rupanya dibalik suara dinginnya terselip kelicikan dan kekejian yang mengerikan hati hingga
siapapun yang mendengarkan pasti akan dibuat bergidik dan bulu romanyapada bangun berdiri.
Sekali lagi sipedang besi tertawa dingin.
"Heeeeh......heeeeh......heeeeh.......sebentar kau akan tahu dengan sendirinya, tak berguna
kau tanyakan sekarang."
Kim Thi sia segera mencoba untuk berpikir dengan seksama, tapi ia tak berhasil menemukan
sesuatu yang tidak menguntungkan bagi dirinya, maka dengan suara lantang dia berseru:
"Kau tak perlu merasa bangga dulu, sebentar lagi akan terbukti bahwa tiada manusia macam
kau didunia inipun tak menjadi persoalan-"
Mendengar ucapan mana, sipedang besi segera membungkam, membalikkan badan dan
beranjak pergi dari situ.
Kim Thi sia bermaksud melakukan pengejaran namun ia segera dihadang oleh sipedang kayu Gi
Yu yong. Sebuah pukulan seratus langkah Pekpoh siu ciang musuh menghapuskan niatnya untuk
melakukan pengejaran, dengan menghimpun ilmu Tay goan sinkangnya ia tangkis datangnya
ancaman dengan kekerasanDitengah benturan keras yang memekik telinga, tubuh sipedang kayu Gi Yu yong terdorong
mundur sejauh berapa langkah.
Kim Thi sia makin bersemangat, secara beruntun dia persiapkan serangan mautnya
dengan jurus " kejujuran mengalahkan batu emas" dan " kekerasan menguasahi seluruh jagad"
dari ilmu Tay goan sinkang.
Tapi sebelum serangan dilepaskan, sipedang besi yang mengundurkan diri tadi telah
membentak keras: "Berhenti semua"
Sewaktu bentakan itu bergema, terdengar jeritan lengking seorang wanita bergema tiba.
Jeritan lengking tersebut hampir saja membuat sukma Kim Thi sia terbang meninggalkan
raganya, dengan perasaan terkejut ia berpaling.
Ternyata sepasang tangan putri Kim huan telah ditelikung kebelakang oleh sipedang besi kuatkuat.
Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ditinjau dari rasa sakit yang mencekam wajah sinona, bisa diketahui betapa kejinya sipedang
besi sewaktu turun tangan tadi......
Dengan perasaan gusar yang meluap-luap Kim Thi sia segera membentak keras:
"So Bun pin, ayoh cepat lepas tangan, apa yang hendak kau perbuat hey manusia berhati
binatang....." "^
Sementara itu, pemuda tampan diarena pertarungan lainpun telah menghentikan
pertarungannya melawan sipedang tanah, mereka berdiri saling bertatapan tanpa niat mengalah,
namun wajahnya sama sekali tidak menunjukkan rasa kuatirnya terhadap keselamatan jiwa putri
Kim huan. Betapa tidak. sebab ia memang "dipaksa" untuk turun tangan-Terdengar sipedang besi berkata
dengan suara pelan: "Mudah saja bila menginginkan kebebasannya, tapi kau mesti membicarakan dulu syaratnya."
Sekalipun hawa amarah yang berkobar didalam dada Kim Thi sia serasa meluap. akan tetapi ia
tak banyak berkutik karena gadis pujaannya sudah terjatuh ketangan musuh dengan suara dalam
diapun bertanya: "Apa syaratmu" katakan saja."
"Aku rasa bila syaratnya amat sederhana lebih baik Kim Tayhiap penuhi saja permintaannya"
sela sipemuda tampan itu tiba-tiba "daripada kekasihmu menderita siksaan toh lebih baik penuhi
saja syarat yang diajukan, bukan begitu?"
"Kau sedang menyindir aku?" sela Kim Thi sia tak senang hati.
"Aaaah, tidak berani" jawab sang pemuda hambar. Kim Thi sia makin tak senang hati, pikirnya:
"Bila tidak kuperoleh jawaban yang memuaskan hati ini, aku harus bertarung habis-habisan
dengan manusia egois ini."
Begitu mengambil keputusan dihati, diapun berkata lagi dengan suara dingin: "kau masih
mencoba membantah" Hmmm, kau anggap aku ini orang tolol........?"
"Aduuuh......Kim Tayhiap. sudah lama kudengar akan nama besarmu itu, hanya selama ini
belum berkesempatan untuk mengenalimu, kau adalah orang yang paling kuhormati masa aku
berani bersikap kurang ajar kepadamu?"
Kim Thi sia kembali mendengus.
"Hmmm^ kalau begitu apa maksud perkataanmu itu?"
Selama ini rasa mendongkol dan jengkelnya tiada pelampiasan, maka setelah diejek oleh sang
pemuda tampan dengan sindiran-sindirannya, seketika itu juga semua rasa jengkel dan tak
puasnya dilampiaskan keluar kepadanya. Ia tidak memperduli So Bun pin dan kembali serunya:
"Apakah anda menganggap cara kerjaku keliru" Apakah aku tidak seharusnya mencari
kerepotan buat sendiri dengan membantu orang lain dari ancaman bahaya?"
Semua ucapannya diutarakan dengan nada berapi-api, sehinga siapapun yang mendengar akan
tahu bahwa seucap kata saja tak cocok, kemungkinan besar akan terjadi pertarungan yang seru.
Berubah hebat paras muka sipemuda tampan itu, dengan suara lantang ia balik bertanya:
"Jadi Kim Tayhiap menegur siaute yang sudah banyak berbicara"Jadi Kim Tayhiap tidak
bersedia menyelesaikan soal keselamatan kekasihmu dalam suasana kedamaian?"
"Soal ini merupakan masalahku dengan So Bun pin, kau tak perlu mencampurinya."
"Baik, anggap saja si sute memang banyak turut campur dalam urusanmu, tetapi....."
Sambil tertawa dingin pemuda tampan itu membetulkan letak bajunya, kemudian sambil
mengangkat mukanya yang penuh hawa tantangan, ia berkata lebih lanjut:
"Kalau toh Kim Tayhiap tidak bersedia membicarakan soal syarat dengan pihak lawan, mengapa
tidak bertarung saja secara langsung" Buat apa kau hentikan tindakanmu ditengah jalan dengan
bersedia mendengarkan syarat lawan" Bukankah persoalan ini menjadi saling bertolak belakang"
Benar bukan perkataan siaute ini?" Kembali Kim Thi sia mendengus.
"Hmmm, ngaco belo tak karuan, aku toh cuma ingin tahu apa gerangan yang sebenarnya telah
terjadi. Kau jangan salah menilai watak aku orang she Kim biarpun golok diletakkan diatas
tengkukku, biar pedang ditempelkan diatas dadaku, aku percaya orang she Kim tak akan berbuat
bodoh." "Yaa, tentu saja, aku juga tahu kalau nama besar Kim Tayhiap sudah termashur dimana-mana,
kekuasaanmu telah mempengaruhi empat samudra, tentu saja kau tak memandang sebelah
matapun terhadap sembilan pedang dari dunia persilatan"
Begitu ucapan tersebut diutarakan Kim Thi sia segera berkata:
"Bocah keparat, nampaknya kau sudah bosan hidup" Berani amat kau mengadu domba orang
lain-" Dengan berat mata berkilat sipedang tanahpun berseru pula:
"Sobat, bila kudengar dari ucapan barusan seolah-olah kau anggap sembilan pedang dari dunia
persilatan adalah manusia-manusia yang tak berguna saja.
"Hmmmm.......sekalipun kau adalah putra tunggal sipukulan sakti tanpa bayangan dari Tiang
pek san. Kendatipun ilmu silatmu sangat luar biasa, akan tetapi kami sembilan pedang dari dunia
persilatan masih belum memandang sebelah matapun terhadap dirimu, bila kurang percaya nah
sambutlah dulu beberapa jurus serangan ini."
"Baik, baiklah, orang baik memang tak pernah dibalas baik, lebih baik aku tidak turut campur
dalam persoalan ini......"
Diapun terhitung seorang manusia cekatan yang pintar dan banyak akalnya, begitu menyadari
kalau ucapannya telah salah sehingga menimbulkan amarah orang banyak. Dengan cepat ia
putuskan untuk menahan diri agar tak sampai menimbulkan permasalahan yang justru merugikan
dirinya sendiri. Dengan pandangan dingin Kim Thi sia memandang sekejap kearahnya, kemudian berkata
singkat: "Harap saudara jangan menyingkir dulu, persoalan diantara kita harus diselesaikan nanti."
"oooh, dengan senang hati, dengan senang hati" sahut pemuda tampan itu dingin.
Kim Thi sia tidak menggubris dirinya lagi dia berpaling kearah sipedang besi dan berseru:
"sekarang kau boleh kemukakan syaratmu."
Sambil tertawa sipedang besi manggut- manggut. "Nah, begini baru tindakan seorang lelaki
jantan" Setelah berhenti sejenak, lanjutn
"Bila kau menginginkan keselamatan jiwa putri Kim huan, pertama pedang Leng gwat kiam
harus diserahkan dulu kepadaku." Kim Thi sia segera berpikir:
"Pedang Leng gwat kiam merupakan benda mestika warisan keluargaku, bagaimana pun jua
tak bisa kuserahkan kepada orang lain. Hmmm, nampaknya orang ini sedang mengingau......."
Meski dalam hati berpikir demikian, diluar ia menjawab dengan suara berat dan dalam.
"Sebutkan dulu syarat yang kedua"
"Suruh kongcu tersebut menyerahkan nonanya kepada kami" Kim Thi sia melengak, serunya
dengan cepat. "Tapi......persoalan ini toh tiada, hubungan denganku?"
"Siapa bilang tak ada" Bila kau tidak mencampuri persoalan ini sejak tadi kami sudah berhasil
menangkapnya." Kemudian setelah berhenti sebentar, terusnya:
"Karenanya kau mesti bertanggung jawab atas persoalan ini dengan menyerahkan nona itu
kepadaku." "Hey bajingan kunyuk" umpat Kim Thi sia marah. "Tak nyana kalian sembilan pedang dari dunia
persilatan hanya sekawan bajingan yang suka menculik dan memperkosa wanita. Hmmm
perbuatan terkutuk semacam ini."
Belum selesai ucapan itu diutarakan, sipemuda tampan itu menimbrung pula dengan gemas:
"Barang siapa berani mengusik seujung rambutnyapun, kami dari partai Tiang peksan akan
bermusuhan dengannya." Pedang besi tertawa dingin.
"Heeeeh.....heeeeh......heeeeh......terus terang aku bilang, ditempat yang sepi dan terpencil
seperti ini. Kami yang tidak kuatir perbuatan ini sampai ketahuan orang"
la melirik sekejap kearah pedang emas melihat pemimpinnya tanpa reaksi, ia semakin lega,
terusnya lebih jauh: "Orang she Kim, kami hanya mempunyai dua buah syarat saja, bila kau enggan menerimanya
maka putri Kim huan segera akan tewas secara mengerikan dihadapanmu.
Heeeh.....heeeh.....heeeh.....aku tahu cinta kasih kalian berdua telah mendalam, aku yakin kalian
tak akan sanggup menerima pukulan batin seberat ini."
Kim Thi sia termenung dan berpikir sebentar, tiba-tiba katanya: "Lanjutkan kata-katamu."
"Kau maksudkan syarat yang ketiga?" tanya sipedang besi dengan perasaan girang, tapi diluar
ia tetap bersikap dingin dan hambar. "Padahal permintaanku ini lebih gampang lagi, kau cukup."
" orang she Kim, kau berani memenuhi permintaannya......." teriak pemuda tampan itu amat
besar. Saking gusarnya sekujur badannya sampai gemetar keras, paras mukanya pucat pias, sorot
matanya yang menatap Kim Thi sia penuh dengan pancaran sinar benci dan dendam.
Sesungguhnya ia sudah amat membanci Kim Thi sia, karena ia menganggap pemuda tersebut
sebagai "musuh cinta" nya, apalagi setelah ada kejadian seperti ini, ia tak mampu lagi
membendung semua rasa benci dan dendamnya yang menumpuk selama ini. Dengan geramnya
dia berseru: "orang she Kim, aku telah berupaya untuk mengendalikan diri dengan tidak menganggap
sebagai musuh besar, siapa tahu sikapmu sangat mengecewakan hati. Baiklah, sejak kini."
Kim Thi sia hanya memandang sekejap kearahnya dengan pandangan dingin, ia tidak berbicara
ataupun menjawab^ Pemuda tampan itu semakin semakin tak tahan teriakannya keras-keras:
"Hey orang she Kim, katakan sebenarnya beranikah kau menerima permintaannya?"
"Mengapa tidak?" jawab Kim Thi sia hambar.
Sipedang besi tertawa keras, cepat-cepat serunya:
"Kim Thi sia memang benar-benar seorang manusia hebat, sungguh mengagumkan sungguh
mengagumkan. Memang bukan lelaki kalau tak kejam, tindakanmu tepat sekali, tentang syaratku
yang ketiga. AKu harus minta kau menyerahkan semacam ilmu silat kepadaku."
"llmu silat yang mana?"
Kim Thi sia berlagak pilon, bahkan habis bertanya dia menatap lawannya dengan pandangan
tak mengerti. sipedang besi menjadi tak senang hati, katanya singkat:
"Kau tak usah berlagak bodoh, ilmu silat yang kuminta adalah Tay goan sinkang."
"Baik" jawab Kim Thi sia tanpa gusar. "Aku bersedia memenuhi permintaanmu, sekarang
katakan syarat yang keempat."
Sipedang besi segera manggut- manggut sambil tertawa. Para jagi pedang yang lainpun
menunjukkan rasa kegirangan, terutama sipedang emas. Sorot matanya yang memancar keluar
nampak berkilat-kilat, jelas dia merasa sangat kegirangan-Semua orang mulai berpikir dihati kecil
masing-masing: "Bila sudah kuperoleh ilmu sati itu." setelah berhenti berapa saat, sipedang besi
berkata lagi: "Syaratku yang keempat adalah putri Kim huan tetap akan kami bawa serta menanti ilmu Tay
goan sinkang, pedang Leng gwat kiam serta nona itu sudah kau serahkan- Putri Kim huan pun
akan kukembalikan kepadamu."
"ooooh jadi kau tetap akan menyandra dirinya?" tanya Kim Thi sia.
"Benar" jawab sipedang besi gembira. "Sesungguhnya syarat-syaratku amat sederhana dan
mudah dilaksanakan, kau tak akan repot-repot untuk memenuhinya......."
"Apakah masih ada yang lain, apakah syaratmu yang kelima So Bun pin-......."^
"Sudah tak ada lagi" sipedang besi tertawa. "Asal kau bersedia memenuhi berapa syaratku ini,
putri Kim huan tentu akan memperoleh kembali kebebasannya"
"Aku amat bersyukur atas kebesaran jiwamu itu, cuma........"
JILID 37 Kim Thi sia sengaja menghentikan kata-katanya dan tersenyum, kemudian pelan-pelan maju
dua langkah kedepan. Sekilas perasaan heran memancar dibalik wajah sipedang besi setelah mendengar perkataan
itu, buru-buru tanyanya: "cuma kenapa?"
Sikap Kim Thi sia kelihatan amat tenang, dengan sikap yang luar biasa ia berkata: "cuma
sayang saatnya tidak cocok sehingga susah untuk memenuhi pengharapanmu......"
"Apa maksud perkataanmu itu?" tanya sipedang besi tertegun.
Sekalipun ia dapat menangkap maksud yang tak beres dibalik perkataan tersebut, namun untuk
sesaat ia tak tahu apa yang dimaksudkan orang itu. Dengan senyuman dikulum kembali Kim Thi
sia berkata: "Seharusnya kau tahu, seorang perempuan belum tentu bisa melenyapkan semangat jantan
seorang lelaki. Dalam keadaan dan situasi seperti apapun, seseorang perlu mempertahankan
harga dirinya yang tak ternilai. Hey pedang besi, haruskah kau sayangkan bahwa aku Kim Thi sia
bisa tenar karena kebenaran dan kesetian kawanku?"
Sipedang besi menjerit tertahan, agaknya ia sudah mulai memahami arti sesungguhnya dari
pemuda tersebut. Tapi sayang......segala sesuatunya telah terlambat.
Dalam waktu singkat, Kim Thi sia yang tenang dan termenung sudah kehilangan seluruh
senyumannya disusul kemudian terlihat bayangan pukulan menyambar dan menari didepan mata.
Jeritan ngeri yang memilukan hati pun bergema memecahkan keheningan, tahu-tahu sipedang
besi sudah terkapar tewas dengan tujuh lubang inderanya mengucurkan darah segar.
Rupanya Kim Thi sia telah mempergunakan dua jurus " angin mencabut pohon siong" dan "
kejujuran mengalahkan batu emas" untuk menggempur jalan darah Khi hay hiat dan Ki bun hiat
didada lawan- Segulung tenaga pukulan yang sangat kuat dan maha dahsyat segera menggempur dadanya
serta menghancurkan isi perutnya. Bayangkan saja, dalam keadaan begini bagaimana mungkin
lawannya bisa tetap melanjutkan hidup"
Perubahan yang sama sekali tak terduga itu seketika menggemparkan kawanan jago pedang
lainnya, serentak mereka membentak gusar sambil meloloskan pedang masing-masing. Bagaikan
orang kalap mereka menerjang dan menyerang secara membabi buta.
Hanya pedang emas seorang tetap berdiri tak bergerak diposisi semula, yang lebih aneh lagi
disaat orang lain menyerang musuh secara membabi buta dengan semangat yang berkobar-kobar,
maka ia sendiri justru membungkukkan badan sambil merintih kesakitanMungkinkah pemimpin dari sembilan pedang dunia persilatan ini telah kehilangan tenaga
dalamnya akibat termakan oleh pukulan Kim Thi sia" Bukan, bukan demikian keadaannya.
Saat ini ia sedang menderita siksaan "pertarungan antara langit dan manusia" yang merupakan
kunci penting bagi seseorang yang belajar ilmu silat, sering kali keadaan demikian timbu dalam
situasi yang tak terduga.
Apabila sang penderita berhasil mengatasi keadaan tersebut maka biasanya tenaga dalam yang
diperoleh akan mendapatkan kemajuan pesat. Tapi bila gagal semua hasil latihannya selama
puluhan tahun akan gagal. Apalagi jika cara mengatasinya tak sempurna, salah-salah akan
menderita siksaan jalan api menuju neraka yang mengakibatkan kelumpuhan total.
Kebetulan sekali sipedang emas mengalami keadaan tersebut dalam situasi demikian seketika
itu juga rasa kaget, risau dan gembira bercampur adui didalam dadanya.
Maka diapun menghentikan semua gerak geriknya, dengan tenang ia berusaha mengatasi masa
sulit tersebut. Ia sadar, apabila berhasil mengatasi keadaan tersebut maka tenaga dalamnya akan peroleh
kemajuan yang amat pesat, tapi bila gagal. Tenaga dalamnya akan penuh dan keempat anggota
badannya menderita cacad total.
Sementara itu, sipemuda tampan tersebut telah memahami maksud hati Kim Thi sia ia sangat
berterima kasih atas kebesaran jiwa pemuda itu.
Dengan langkah lebar dia mau beberapa tindak kedepan dan menghadang didepan sipedang
tanah kemudian katanya dengan suara dalam:
"Kami orang-orang dari Tiang pek san cukup jelas membedakan mana budi dan mana dendam.
Kim Tayhlap telah bersikap ksatria dengan menyelamatkan kami dari bahaya, dia merupakan tuan
penolong pihak kami, maka aku hendak peringatkan kepada kalian, jika kalian masih melakukan
tindakan yang tak menguntungkan- Sekalipun berhasil hari ini, dikemudian hari pihak Tiang pek
san tetapi akan mencarinya sampai dapat."
Saat ini, kecuali sipedang emas, pedang kayu, pedang tanah dan pedang air yang masih berdiri
tegak. sipedang tembaga dan pedang bintang telah dibunuh Dewi Nirmala, sipedang besi dan
pedang api tewas oleh pukulan Tay goan sinkang milik Kim Thi sia. Sipedang perakpun terluka
parah dalam keadan sekarat, boleh dikata sembilan pedang dunia persilatan telah mengalami
nasib yang sangat tragis.
Dengan pancaran sinar benci dan dendam sipedang kayu, pedang tanah dan pedang air
mengawasi Kim Thi sia tanpa berkedip. semua penderitaan dan dendam mereka melampiaskan
pada Kim Thi sia seorang.
Itulah sebabnya perkataan dari pemuda tampan itu sama sekali tak digubris, tak heran pemuda
itu menjadi berkerut kening dan merasa amat gusar.
Dalampada itu Kim Thi sia telah meningkatkan kewaspadaannya setelah menyaksikan sikap
ketiga orang musuhnya, ia berpikir: "Jangan-jangan mereka berniat mengajak ku beradu
jiwa........?" Mendadak tampak sipedang kayu Gi ceng yung menghantam tubuh putri Kim huan hingga jatuh
terjerembab keatas tanah, jalan darah sinona yang tertotok membuat gadis tersebut tak mampu
berteriak, kontan saja seluruh badannya kotor oleh debu.
Pemuda tampan membentak keras sambil menerjang kedepan, tapi gerakan itu segera
dihadang oleh pedang emas yang menerobos maju dari samping sambil melepaskan sebuah
pukulan- Tak terlukiskan rasa kaget sipemuda tampan itu, dia tak mengira dalam waktu yang begini
singkat tenaga dalam sipedang emas telah peroleh kemajuan yang amat pesat.
Ia pernah bertarung melawan sipedang perak. atas dasar kepandaian silat dari sipedang perak
sebagai orang kedua dalam urutan sembilan pedang, ia berpendapat ilmu silatnya tidak selisih
jauh bila dibandingkan pedang emas.
Tapi setelah sipedang emas turun tangan sekarang, dimana dalam sebuah gempuran yang
amat sederhana ternyata mampu menjebolkan hawa khikang pelindung badannya. ia menjadi
tercengang, kaget dan tak habis mengerti, tergopoh-gopoh tubuhnya melompat mundur
kebelakang. Sipedang emas mendengus dingin, dengan sorot mata berkilat tajam ia berseru:
"Sute sekalian, jaga perempuan itu baik-baik. Biar aku yang menghadapi dua orang bocah
keparat yang tak tahu tingginya langit dan tebalnya bumi ini."
"Toa suheng, kau tidak apa-apa bukan?" seru sipedang tanah sangat gembira.
Baru sekarang ia berani mengemukakan rahasia toa suhengnya, sebab tadi ia takut musuh
mengetahui keadaan yang sebenarnya hingga membunuh atau mencelakai toa suhengnya itu.
Dan kini setelah menyaksikan gerak geriknya cekatan dan penuh disertai tenaga dalam yang
sempurna. ia tahu toh suhengnya telah memperoleh kembali kekuatan badannya.
"Aku tidak apa-apa" sahut pedang emas.
Sambil berkata ia menerjang maju kedepan bagaikan sukma gentayanganBelum sempat Kim Thi sia mengambil sikap untuk menghadapi situasi tersebut, tahu-tahu
telapak tangannya telah menepuk diatas bahunya.
Tak terlukiskan rasa terkejut Kim Thi sia menghadapi kejadian ini, tubuhnya mencelat sejauh
satu kaki lebih oleh serangan tadi.
Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sebaliknya pedang emas tidak melanjutkan serangannya ketika serangan yang pertama tadi
berhasil mengejar lawannya. Agaknya ia sudah menganggap Kim Thi sia pasti akan tewas
ditangannya saja, tampak ia mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak.
Gelak tertawa yang keras dan nyaring bergema memenuhi seluruh angkasa, begitu keras dan
tajamnya sehingga terasa menusuk pandanganDiam-diam Kim Thi sia merasa amat terkejut oleh kepesatan yang dicapai musuh dalam tenaga
dalamnya, ia tak mengira kekuatan musuhnya bisa berlipat kali lebih hebat hanya didalam waktu
singkat. Namun ia tak rela mengaku kalah dengan begitu saja, sambil mempersiapkan tenaga Tay goan
sinkangnya, ia berseru kembali:
"Kau jangan keburu merasa gembira, coba rasain dulu sebuah pukulanku ini"
Telapak tangannya segera diayunkan kedepan melepaskan sebuah bacokan kilat yang
didalamnya mengandung perubahan jurus " kecerdikan menguasahi seluruh langit" yang amat
hebat. Tampak bayangan pukulan yang menyilaukan mata memancarkan keempat penjuru, dalam
waktu singkat bagaikan mematikan disisi kiri tubuh pedang emas sudah terkurung dibalik
bayangan serangannya. "Hmmm, nasibmu sudah hampir berakhir. Apa gunanya membuang tenaga dengan percuma?"
jengek sipedang emas dingin.
Sementara berbicara, telapak tangannya sama sekali tidak menganggur, tidak sampai serangan
musuh mencapai sasaran, dia telah melancarkan sebuah babatan kilat kedepan.
Serangan tersebut mengandung kekuatan yang luar biasa, itulah sebabnya sebelum jurus
serangan dari Kim Thi sia berhasil menyentuh ujung baju lawan, lengannya sudah kena digetarkan
oleh kekuatannya yang maha dahsyat hingga terasa linu, kaku dan mundur sempoyonganMenyaksikan hal ini diam-diam Kim Thi sia bergidik, segera pikirnya:
"Tak usah dicoba lagi, jelas tenaga dalam yang diperoleh sipedang emas telah memperoleh
kemajuan yang amat pesat. Aaaa i...... kalau begitu aku telah sia-sia membuang tenaga......."
Dalampada itu, sipedang air, pedang tanah dan pedang kayu telah menatap sekejap kewajah
pemuda tampan itu dengan sorot mata marah dan dendam. Kematian dari sipedang besi dan api
serta lukanya sipedang perak membuat perasaan dendam mereka berkobar-kobar. Tiba-tiba
mereka membentak keras: "Kami tak ambil perduli siapakah kau, pokoknya hari ini kalau ada kau tak ada kami."
Hampir pada saat yang bersamaan mereka berpekik nyaring, suara pekikannya tinggi
melengking dan menusuk pendengaranTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
Dalam waktu singkat tampaklah ketiga orang itu sudah duduk bersila diatas tanah. Sementara
asap putih yang tipis menyembur keluar dari lubang hidung dan mulutnya.
Kim Thi sia yang bermata tajam menjadi sangat terkejut setelah melihat keadaan mereka yang
mengerikan hati itu, teriaknya cepat-cepat:
"Lekas mundur, mereka telah menggunakan tenaga dalam ci yang ceng khi"
cepat-cepat pemuda tampan itu mundur tiga langkah, tapi secara tiba-tiba seperti teringat akan
sesuatu. Dia balik kembali keposisinya semula, paras mukanya yang putih nampak berubah
menjadi buas dan bengis. Pikirnya kemudian:
"Bila aku tak berhasil menyelamatkan nona itu, jelas Hay jin yang akan meninggalkan aku demi
dia......aku harus berjuang dengan sepenuh tenaga. Aku percaya seandainya terjadi sesuatu
musibah atas diriku. Dia pasti akan sangat terharu dan berterima kasih kepadaku......."
Sementara dia berpikir, sipedang kayu dengan sorot matanya yang tajam seperti elang telah
berbisik kepada rekannya:
"Aku akan menyerang dari kanan suheng dari kiri dan sute dari belakang........."
Bersamaan dengan ucapan itu, ketiga orang tersebut mulai melancarkan serangan dengan
sekuat tenaga. Tampak tiga sosok bayangan manusia berkelebat kedepan laksana sambaran petir, mereka
langsung menerjang pemuda tampan itu sementara desingan angin pukulan yang menderu- deru
terdengar amat memekikkan telinga.
Dalam waktu singkat terdengar sipedang kayu menjerit ngeri sambil mundur dengan
sempoyongan- Sebaliknya pemuda tampan itupun mendengus tertahan sambil mundur dengan sempoyongan
kekanan- Kim Thi sia yang berada tak jauh dari situ mendengar pemuda tampan tersebut bergumam
dengan napas memburu: "IHmmm.......bukan perbuatan lelaki gagah......main bokong secara licik....."
Ditinjau dari kata "main bokong" jelas bisa disimpulkan bahwa kecuali mereka yang hadir dalam
arena, disekitar situ masih terdapat pula jago-jago lihay lainnya yang sengaja bersembunyi disana.
Sebagai seorang pemuda yang cukup teliti Kim Thi sia segera menyadari apa yang terjadi,
sambil menarik muka teriaknya kepada sipedang emas:
" cepat kau suruh para begundalmu unjukkan diri, mari kita bertarung secara terang-teranganJangan bertindak macam manusia pengecut saja."
Waktu itu, sipedang emas sudah bersiap-siap melancarkan serangan, ia segera menggunakan
niatnya setelah mendengar perkataan dari Kim Thi sia, diawasinya pemuda itu agak termangu, ia
tak mengerti apa yang dimaksudkanKim Thi sia sendiripun tidak sempat berpikir panjang, ia segera membalikkan badan menerjang
kearah pemuda tampan. Berkilay sepasang mata sipedang tanah tiba-tiba dia mengangkat tangannya melancarkan
serangan- Pedang air tidak ambil dlam, dia melancarkan bacokan pula dari arah samping.
Kim Thi sia sama sekali tak gugup kendatipun harus menghadapi gempuran dari muka maupun
belakang, ia membentak keras sambil mengangkat tinggi sepasang telapak tangannya, lalu
melepaskan pukulan dengan jurus "mati hidup ditangan nasib" dan "kepercayaan menguasahi
seluruh jagad." Kalau jurus yang pertama memiliki perubahan gerakan yang luar biasa, maka jurus kedua
mengutamakan kekuatan yang keras dan dahsyat.
Dua jurus serangan yang dilancarkan secara beruntun memaksa sipedang tanah dan pedang air
terdorong mundur sejauh berapa kaki dari posisinya semula.
Pedang air mendengus dingin, kabut putih yang tebal menyelimuti seluruh badannya dan tidak
buyar walau terhembus angin- Kini tubuhnya kokoh bagaikan batu karang, jauh berbeda dengan
kelincahan semula. Setiap kali melancarkan serangan pasti disertai dengan desingan angin tajam
yang memekikkan telinga. Waktu itu tangan Kim Thi sia telah menyambar pinggang pemuda tampan itu dan berniat
menahan tubuhnya yang sempoyongan, namun karena serangan dari pedang air sudah keburu
menyambar tiba, terpaksa ia harus menghimpun segenap kekuatan tubuhnya dan tanpa berpaling
menyongsong datangnya ancaman tersebut. "Blaaaaammmmmm. ......"
Dalam bentrokan kali ini Kim Thi sia tidak lebih menguntungkan lagi posisinya, ia termakan oleh
getaran tenaga pukulan sipedang air yang maha dahsyat sehingga terdorong maju kedepanTatkala jidatnya menyentuh diatas wajah pemuda tampan tadi, tiba-tiba saja ia merasakan
wajah orang itu dingin seperti es. Kenyataan ini sangat mengejutkan hatinya, begitu kagetnya
sehingga luka sendiripun sama sekali tak digubris lagi.
Dibawah sinar rembulan, tampak paras muka pemuda tampan itu pucat pias bagaikan mayat,
sepasang matanya terpejam rapat napasnya lemah dan keadaannya berada dalam keadaan tak
sadar. Dengan cepat Kim Thi sia berhasil menemukan sebatang jarum hitam yang menancap diatas
bahunya, jarum itu lembut bagaikan rambut dan susah ditemukanBila ditinjau dari luka yang diderita sang pemuda tampan tersebut tanpa sebab yang jelas, bisa
disimpulkan racun yang dipoleskan diujung arum itulah sebagai penyebabnya, tapi dari mana
datangnya jarum beracun itu"
Kim Thi sia berusaha memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, namun tak sesosok
bayangan manusiapun yang ditemukanPemuda itu sadar, keadaan daripemuda tampan ini sangat kritis dan berbahaya. Jiwanya
berada diujung tanduk. namun situasi yang begitu gawat membuatnya tak berkesempatan untuk
memberi pertolongan- Lagi pula diapun tidak mengerti ilmu pertabiban hingga sekalipun ada
kesempatanpun ia tak tahu apa yang mesti diperbuat. Untuk sesaat Kim Thi sia berdiri tertegun
dengan pikiran bingung dan kalut. Saat itulah sipedang tanah mengayunkan pedangnya
melepaskan sebuah bacokan maut.
Dalam keadaan bingung dan bercabang pikiranya, nyaris Kim Thi sia termakan oleh bacokan
tersebut. Dalam benci dan dendamnya ia segera menghimpun ilmu ciat khi mi khinya untuk mementalkan
pedang ditangan pedang tanah.
Dengan kemampuan sipedang tanah, bagaimana mungkin ia sanggup menahan gempuran
dahsyat itu" Tubuhnya seketika terdorong mundur dengan sempoyonganMendadak kesempatan yang sangat baik ini terburu-buru ia membopong pemuda tampan itu
serta membaringkannya diatas rumput setelah itu ia baru membalikkan badan menerjang kearah
pedang air. Dalampada itu si pedang air sudah kehabisan tenaga karena pertarungan yang baru
berlangsung, belum sempat angin serangannya menghantam tubuhnya, ia sudah jatuh terduduk
diatas tanah dengan lemas.
Angin pukulan yang maha dahsyat segera meluncur kedepan dan siap menghajar mampus
sipedang air. Disaat yang kritis itulah sipedang emas berhasil menyusul tiba ia segera melepaskan sebuah
pukulan untuk membendung ancaman tersebut.
Tenaga dalam yang dimiliki sipedang emas saat ini betul-betul hebat dan luar biasa. Pukulannya
seketika memaksa tawanannya terdesak keluar dari dalam hutanDiam-diam Kim Thi sia menggertak giginya kencang-kencang, walaupun pertarungan yang
berlangsung cukup lama sempat menguras tenaganya, namun serangan dari sipedang emas yang
kuat dan hebat justru memberikan kekuatan pula baginya untuk mempertahankan diri lebih jauh.
Sambil bertarung ia mulai memikirkan tempat persembunyian gadis cantik berbaju putih itu,
sebab diapun mengerti, dengan robohnya pemuda tampan ini berarti pula gadis tersebut
kehilangan pegangannya . Sebagai jago kawakan yang berpengalaman dengan cepat pedang emas berhasil melihat ia
bersiap-siap mengerahkan segenap kekuatan ceng yang khikangnya untuk melenyapkan pemuda
tersebut. Mendadak. Dari balik hutan bergema datang suara langkah kaki manusia yang segera memotong jalan
pemikirannya yang licik dan keji. Ketika berpaling, tampaklah serombongan jago persilatan
bermunculan dari balik hutan dan berjalan menghampirinya dengan langkah lebar.
Yang mula-mula terlihat adalah empat orang kakek berjenggot pendek. bermata tajam dan
berwajah sangat dikenal, seperti pernah bersua disuatu tempat tapi lupa siapa namanya.
Ia mencoba untuk mengingat-ingat siapa gerangan keempat orang tersebut ketika seorang
kakek diantara keempat orang tersebut telah berseru dengan lantang: "Selamat bersua sembilan
orang gagah dari dunia persilatan-"
Sipedang emas segera teringat kembali akan asal usul orang-orang itu, dengan cepat dia
menyahut: "Selamat berjumpa, panglima andalan dari Pek kut sinkun."
Nada suaranya dingin dan hambar, sudah jelas ia memandang rendah orang-orang tersebut.
Dibelakang keempat orang kakek itu berdiri serombongan jago persilatan yang terdiri dari
puluhan orang lebih, mereka mempunyai perawakan tubuh yang tidak merata namun memiliki
pancaran sinar mata yang tajam dan tenaga yang hebat.
Dalam sekilas pandangan saja dapat diketahui bahwa kawanan manusia tersebut bukan
manusia sembarangan- Kim Thi sia segera berpikir:
"Jelaslah sudah, si kongcu berwajah tampan itu terluka oleh bokongan mereka" karena ingin
mengetahui duduknya persoalan yang pasti, diapun segera membentak:
"Hey apa sebabnya kalian melukai sobatku tanpa sebab" Sebetulnya apa maksud tujuan kalian
yang sebenarnya" Ayoh cepat utarakan-" Keempat orang itu menjengek dingin.
"Hmmm, besar amat bacotmu, tapi sayang kami tidak mengenal siapa anda, apakah kau pun
terhitung seorang jagoan hebat dari dunia persilatan?"
Dengan ucapan mana, jelas ia hendak menerangkan bahwa semua orang berbakat dan "orang
ternama" dalam dunia persilatan dikenal semua olehnya.
Sedangkan Kim Thi sia yang dinilai berkata besar, dalam kenyataan cuma seorang manusia
yang sama sekali tak ternama.
Sebagai pemuda yang pintar tentu saja Kim Thi sia dapat menangkap sindiran tajam dibalik
perkataan tersebut, ia tak senang hati serunya kemudian sambil mendengus:
"Ya aabetul, memang setiap orang bisa berkelana didalam dunia persilatan, apakah aku ini
seorang enghiong atau bukan, sekaranglah kuminta kepada ciangyee berempat untuk
membuktikan sendiri."
Dengan perkataan tersebut dia artikan, bila keempat orang tersebut tidak puas, maka mereka
dipersilahkan untuk mengerahkan segenap kemampuan yang dimiliki untuk mencoba. Sipedang
emas menyela secara tiba-tiba dengan suara dingin:
"Juan tiong supa empat macam kumbang dari luar perbatasan cuma bisa berkelana
diwilayahnya sendiri. Bila ingin turun gunung dan berkelana.... hmmmm, masih ketinggalan jauh"
Rupanya dia merasa amat gusar ketika melihat keempat orang tersebut dengan sorot mata
yang sinis dan pandangan yang menghina sedang mengawasi keadaan sipedang besi, pedang api,
pedang perak dan pedang air yang tergeletak ditanah dalam keadaan memilukan itu tanpa
berkedip. Ia sadar mereka sedang mengolok-olok dirinya dengan perkataan tersebut.
Saking mendongkolnya maka dia pun mengeluarkan kata-kata pedas itu untuk menyindir
keempat orang tersebut. Juan tiong supa segera tertawa terbahak-bahak. mereka tidak menanggapi sindiran sipedang
emas, sebaliknya bertanya kepada Kim Thi sia: "Apakah mereka yang tergeletak ditanah......adalah
hasil karya anda.......?"
Kali ini, mereka berempat tidak lagi menunjukkan sikap memandang rendah, sebab hanya
orang yang berilmu silat tinggi saja yang mampu memporak-porandakan sembilan pedang dari
dunia persilatan hingga dalam keadaan demikianSebagai manusia-manusia licik yang banyak tipu muslihatnya, sudah barang tentu mereka tak
ingin menanam bibit permusuhan dengan musuh setangguh ini. Dalam kagetnya, tanpa terasa
nada pembicaraanpun berubah menjadi lemah lembut dan ramah.
Tapi sayang sekali Kim Thi sia adalah seorang manusia kasar, ia tak bisa menerima
penyelesaian tersebut dengan begitu saja. Sesudah termenung sebentar, kembali bentaknya:
"Hey, jawab dulu. Kaliankah yang telah mencelakai sobatku itu?"
Nada tegurnya keras dan tidak sungkan-sungkan- Hal inipun dikarenakan ia selalu berprinsip
"bila orang lain tidak mengusikku, akupun tak akan mengganggu orang lain-"
Ia tak ingin diganggu dan diusik orang, sekali orang mencari gara-gara dengannya, maka
biarpun dia seorang kaisarpun, ia tetap akan menghadapinya sebagaimana terhadap orang lainDengan suara pelan Juan tiong supa menjawab:
"Yaa betul, tapi tindakan kami ini bukan dikarenakan sikap permusuhan kami terhadapmu.
Ketahuilah, sudah berulang kali orang ini memusuhi kami, sikap maupun perbuatannya amat
menggemaskan- Bila tidak diberi pelajaran yang setimpal, ia tentu akan mengira kalau setiap
orang dalam dunia persilatan bisa dipermainkan sesuka hatinya."
"Aku tak perduli" tukas Kim Thi sia. "Pokoknya dia sudah terluka ditangan kalian, maka
kalianlah yang berkewajiban menolongnya. Kalau tidak. aku Kim Thi sia akan membalaskan
dendam bagi sahabatku itu."
Selesai mendengar perkataan tersebut, juantiong supa segera mendongakkan kepalanya dan
tertawa keras: "Haaaah.....haaaah.......haaaah......rupanya anda adalah Kim Thi sia. Kim Tayhiap. maaf..."
Kemudian setelah berhenti sejenak. lanjutnya:
"Tapi kau mesti maklum, orang ini adalah musuh besar kami semua. Persoalan ini tiada sangkut
pautnya dengan Kim Tayhiap. karenanya kuminta Kim Tayhiap suka mengalah agar kamipun bisa
mempertanggung jawabkan diri sekembalinya dari sini nanti."
Sembari berkata, mereka berempat dengan delapan matanya sama-sama mengawasi wajah
Kim Thi sia tanpa berkedip. Agaknya mereka sedang menyelidiki jalan pemikiran pemuda itu.
"Sudah kukatakan sejak tadi, aku tak mau mencampuri urusan pribadi kalian" ucap Kim Thi sia.
"Tapi dia datang kemari bersamaku, berarti dia adalah rekanku. Bila kalian ingin membalas
dendam, kesempatan dikemudian hari masih banyak sekali. Mengapa kalian justru melakukannya
sewaktu berada dihadapanku?"
"Kim Tayhiap, bila ditinjau dari ucapan itu bisa diketahui Kim tayhiap tidak mempunyai
hubungan yang akrab dengan orang itu. Apalah artinya memusuhi kami dengan urusannya" Harap
Kim tayhiap sudilah untuk memakhlumi kesulitan kami, lagi pula sudah lama kami mengagumi
nama besar Tayhiap dan bersedia menjalin tali persahabatan denganmu." Kim Thi sia segera
berpikir: "cerewet betul orang ini, rasanya biar berbicara sampai mulutjebolpun belum tentu ada
penyelesaian yang baik. Lebih baik aku hadapi secara tegas saja." Begitu mengambil keputusan,
diapun segera membentak keras: "Sebetulnya kalian bersedia menuruti perkataanku atau tidak?"
Berubah hebat paras muka keempat orang itu, dengan suara dalam mereka segera berseru:
"Maaf, perintah majikan susah ditentang."
Mendengar itu, kembali berpikir:
"Nyata kalau dugaanku memang benar, ternyata mereka memang tidak berniat menyelesaikan
persoalan ini secara baik-baik."
Sambil tertawa tergelak ia segera berseru:
"Mengapa tidak kalian ucapkan sedari tadi" Haaaah.....haaaah.....haaah......beginikan lebih
enak....." Setelah berhenti sejenak, terusnya:
"Kita tak usah banyak berbicara lagi, banyak bicarapun hanya membuat kesabaranku habis,
mari kita buka kartu saja dengan bicara blak-blakan. Kalau hendak bertarung kita segera
bertarung, kalau mau damai kita segera damai........"
"Maaf, kami tak bias menentukan kehendak sendiri" sahut Juan tiang supa cepat.
Selesai berkata, mereka berempat segera berdiri menyebarkan diri, sementara puluhan orang
jago persilatan yang berada dibelakangnya meraba gagang senjata masing-masing sambil
mengawasi pemuda itu tanpa berkedip.
Situasi bertambah kritis dan nampaknya pertarungan tak bisa dielakan lagi.....
Biarpun jumlah musuh lebih banyak. namun Kim Thi sia tidak gentar ataupun takut. Sambil
tertawa terbahak-bahak serunya:
"Haaaah......haaaah......haaaah......bagus sekali, mari kita selesaikan persoalan ini dengan
pertarungan"
Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Pelan-pelan ia berjalan mendekati Juan tiang supa, kemudian berkata lebih jauh: "Siapa yang
akan maju duluan" Ataukah....."
"Sesungguhnya kami tidak berniat mengikat tali permusuhan dengan Kim tayhiap" ujar Jua n
tiong supa mencoba menerangkan- "Tapi........"
"Tak usah menyebut tapi, tapi lagi" tukas Kim Thi sia cepat. "Kalau tidak mau bertarung berarti
damai, kalau tak mau damai berarti bertarung, bukankah urusan amat sederhana" Aku paling
benci dengan mereka yang berpura-pura."
"Baik, baiklah. Kalau begitu kita selesaikan persoalan ini dengan pertarungan-"
Begitu selesai berkata, orang yang berdiri disebelah kiri menerobos maju dengan menyelinap
kebelakang Kim Thi sia. Disusul orang yang berdiri disebelah kanan menyusup pula kesisi kanan
pemuda itu. Mereka berdua mempersiapkan diri dengan menghimpun tenaga dalamnya, jelas pertarungan
segera akan berkobar. Pada saat itulah mendadak sipedang emas berseru: "Tunggu sebentar,
tungguh sebentar" "Apa yang hendak kau sampaikan?" tegur Juan tiong supa dengan kening berkerut.
"Kim Thi sia merupakan musuh besar kami suheng te, jadi sepantasnya bila akulah yang
menyelesaikan persoalan ini lebih dulu."
" Kuharap kalian tunggu sebentar. Bila aku tak mampu membereskan dirinya nanti, kalian baru
boleh menggantikan aku, sebab peristiwa ini bukan timbul karena urusan kalian jadi aku merasa
berhak untuk turun tangan lebih dulu."
"tentu, tentu saja" Juan tiong supa segera tersenyum. "Sudah lama sekali kukagumi nama
besar anda tentu saha kami akan menuruti permintaan itu....."
Padahal empat macan kumbang inipun enggan bermusuhan dengan Kim Thi sia, tapi mereka
terpaksa haris melayaninya karena didesak oleh keadaanSetelah sekarang sipedang emas tawarkan diri untuk menyelamatkan persoalannya lebih dulu
dengan Kim Thi sia, tentu saja dengan senang hati mereka mengundurkan diri dan membiarkan
sipedang emas menyelesaikan persolaan itu lebih duluan-Sementara itu Kim Thi sia pun sedang
berpikir: "Mereka semua adalah orang-orang yang punya nama serta kedudukan, bagaimanapun jua kau
tak boleh kehilangan pamor dihadapan mereka. Kalau tidak. begitu kabar tersebut tersiar luas,
selama hidup jangan harap aku bisa mengangkat kepala kembali."
Menyadari gawatnya persoalan tersebut diam-diam ia menghimpun tenaga sakti Tay goan
sinkangnya kedalam lengan lalu sepasang tangannya direntangkan dan siap menghadapi segala
kemungkinan yang tidak diinginkanMendadak........ Tampak sesosok bayangan abu-abu berkelewat lewat dan meluncur ketengah arena. Begitu
cepatnya gerakan tubuh orang tersebut sampai manusia seperti sipedang emas Juan tiong supa
maupun Kim Thi sia sekalian merasa amat terperanjat.
Ketika bayangan abu-abu itu sudah mencapai diatas tanah, terlihatlah jelas bahwa orang itu
adalah seorang kakek botak.
Tak seorangpun yang mengetahui siapa gerangan kakek botak ini, dia mewakili wajah merah
segar dan kulit tubuh yang putih bersih, keanehan yang memancar menunjukkan bahwa orang ini
memiliki asal usul yang luar biasa.
Selain tubuhnya gemuk, kepalanya botak kakek inipun memiliki perawakan badan yang pendek
seperti anak kecil. Begitu munculkan diri, dengan sorot matanya yang tajam bagaikan sembilu dan dia mengawasi
sekejap sekeliling arena.
Sekali lagi semua orang dibuat terkesiap satu ingatan yang samapun melintas didalam benak
mereka. "Dari ketajaman sorot matanya, bisa diketahui bahwa tenaga dalamnya telah mencapai
tingkatan yang amat sempurna."
Diantara sekian orang, sipedang emaslah yang merasa paling malu, ditinjau dari gerak gerik
kakek botak itu, jelas dia adalah seorang "angkatan tua" dari dunia persilatan namun
kenyataannya ia tak berhasil menduga asal usulnya.
Satu hal lagi yang membuat semua orang tak habis mengerti adalah apa maksud kedatangan "
angkatan tua" tersebut kemari"
Padahal biasanya manusia aneh seperti ini paling tak senang mencampuri urusan orang lainKalau dibilang kedatangannyapun karena tertarik oleh suara pertarungan, hal inipun tidak mirip.
sebab semenjak kehadirannya ia selalu sedang mencari orang.
Padahal dari mereka yang hadir disitu, tak seorangpun yang kenal dengannya, lantas siapa
yang sedang ia cari" Terdengar kakek botak itu berseru keras: "Dimana anak ku" Dimana anak
ku?" Suaranya nyaring dan lantang, tapi begitu ucapan tersebut bergema, kecuali dicekam perasaan
heran semua orangpun merasa amat geli hingga hampir saja tertawa. Mana ada seorang ayah
yang begitu pikun hingga kehilangan anak"
Sementara itu sikakek telah mendekati Kim Thi sia, bertatapan mata dengan sorot matanya
yang tajam, tanpa sadar Kim Thi sia mundur beberapa langkah kebelakang.
Tapi entah gerakan tubuh apa yang dipergunakan kakek botak itu, hanya sedikit dia
menggerakkan tubuhnya tahu-tahu kakek itu sudah berada hanya tiga depa dihadapannya. Kontan
saja Kim Thi sia dibuat sangat terkejut.
Dengan mempergunakan sorot matanya yang keheranan dia mengawasi Kim Thi sia sekejap.
lalu berkata: "Hey bocah cilik, tampang mu paling polos dan jujur diantara yang hadir. Aku tahu kau tentu
lebih jujur ketimbang mereka. coba katakan kepadaku, dimanakah anakku sekarang?"
"Aku toh tidak mengetahui siapa nama anakmu, bagaimana mungkin aku bisa memberitahukan
kepadamu?" Mendengar jawaban tersebut, tiba-tiba saja sikakek itu mencaci maki kalang kabut.
Kim Thi sia mengira dia sedang dimaki, hatinya menjadi tak senang, tapi sebelum ia sempat
mengucapkan sesuatu, kakek itu teriah bergumam kembali:
"Bocah keparat, benar-benar tak becus. Aku suruh kau berkelana mencari nama, tak nyana
sudah mengembara sekian lamapun belum berhasil meraih gelar apapun- Betul-betul berbapak
harimau berputra anjing, manusia tak berguna." Mendengar hal ini, Kim Thi sia seketika
terbungkam, pikirnya: "Aneh betul kakek ini, masa putranya yang disuruh berkelana harus mendapatkan nama besar
dalam dunia persilatan?"
Sementara dia masih termenung, sambil menghentakkan kakinya keatas tanah kakek botak itu
berseru lagi: "Betul- betul telur busuk. tiga bulan sudah lewat namun belum kudengar namamu bergema
dalam dunia persilatan, sampai untuk mencari jejakmupun susahnya setengah mati. Hmmmm,
padahal aku hanya membutuhkan waktu tidak sampai sebulan untuk menjadi tenar dalam dunia
persilatan dimasa lalu tak nyana anakku justru tak becus dan tak berguna sama sekali."
Kim Thi sia tak mampu menahan diri lagi, dia segera bertanya: "Empek tua, siapa sih
namamu?" "Apa" Kau bertanya duluan kepadaku......?" gembor sikakek botak itu. "Tidak. tidak seharusnya
aku yang bertanya dulu kepadamu."
Kemudian setelah berhenti sejenak. dengan suara yang parau dia berseru lantang:
"Terus terang saja aku bilang, aku menjadi gemas setiap kali melihat orang muda yang tak
berguna, hey siapa namamu anak muda?"
"Aku bernama Kim Thi sia"
Kakek botak itu berpikir sebentar, kemudian sahutnya:
"Bagus, rasanya akupun pernah mendengar nama Kim Thi sia, kuanggap kau memang cukup
hebat......" Kim Thi sia segera berseru lagi:
"Empek. sekarang kau boleh menyebutkan gelarmu......."
"Aku bernama Ang Bu im"
Kim Thi sia termenung sebentar, tapi segera serunya:
"Aneh, kalau menurut penuturan empek tadi hanya sebulan turun gunung namamu sudah
menjadi tenar, seharusnya nama locianpwee diketahui setiap umat persilatan, mengapa aku belum
pernah mendengar nama besarmu itu?"
Kontan saja kakek botak itu mencak-mencak macam anjing kebakaran jenggot, teriaknya
lantang: "Bocah muda ini menunjukkan telingamu congek tuli, banyak kotorannya. Siapa bilang orang
tak mengenali Ang Bu im" Hmmm, kau memang telur busuk......"
Kim Thi sia sangat tak senang hati, dia balas berteriak:
"Lebih baik empek tidak usah mengibul, ketahuilah setiap jago kenamaan dalam dunia
persilatan boleh dibilang kuketahui semua. Tentang nama besarmu itu......hmmm, rasanya kok
belum pernah kudengar, tapi bila kau kurang percaya, coba tanya kepada yang lain-Apakah
merekapun pernah mendengar nama Ang Bu im"
Tampaknya kakek botak itu mudah naik darah, dalam gemas dan jengkelnya seluruh tubuhnya
gemetar keras. Dengan sangat berangasan ia cengkeram bahu Kim Thi sia, lalu bentaknya keras-keras:
"Hey anak muda, bosan hidup nampaknya" Hmmmm, namaku Ang Bu im boleh kau sebut
semaunya?" Begitu bahunya kena dicengkeram, Kim Thi sia segera merasakan keempat anggota badannya
gemetar keras dan sakitnya bukan kepalang, hampir saja dia matanya jatuh berlinang.
Tapi dasar berwatak kerbau, sekalipun kakek botak itu sudah mengerahkan tenaga yang lebih
besarpun ia sama sekali tidak mengeluh, malah sebaliknya umpatnya keras-keras:
"Maknya, aku tak percaya kalau namamu tak boleh disebut-sebut. IHmmm......"
"Ang Bu im.....Ang Bu im......Ang Bu im."
Secara beruntun ia menyebut nama kakek botak itu sampai beberapa kali.
Kakek botak itu semakin mendongkol, cengkeramannya makin kencang hingga jari jemarinya
menancap kedalam daging. Entah siapa yang kemudian tahu akan asal usul kakek tersebut, tiba-tiba teriaknya lantang:
"Kim Thi sia, kau benar-benar manusia yang tak tahu diri. Ang caianpwee tak lain adalah ketua
Tiang pek san, sipukulan sakti tanpa bayangan"
Mendengar nama tersebut, Kim Thi sia pun segera tersadar kembali, segera teriaknya: "cepat
lepas tangan, kalau tidak putra mu bakal mampus."
"Apa?" teriak sipukulan sakti tanpa bayangan dengan wajah berubah hebat. "Putraku akan
mampus" Apa maksudmu" Apakah kau telah......"
Sementara itu Juan tiong supa pun merasa terperanjat sekali, dengan perasaan tak tenang
pikirnya: "Aduh celaka, jangan-jangan bocah keparat yang tak dikenali identitasnya itu adalah putra
tunggalnya?" Mereka berempat adalah orang pintar, begitu berpikir merekapun segera menyadari apa yang
terjadi. Sadarlah mereka berempat bahwa ancaman bahaya maut telah berada didepan mata. sekarang
mereka baru menyesal mengapa tidak menuruti saja nasehat dari Kim Thi sia tadi.
Dalam pada itu Kim Thi sia telah berseru lagi:
"Hey kau bersedia melepaskan tangan tidak" Kau harus tahu, aku selamanya bicara satu tetap
satu." Kali ini Ang Bu im atau sipukulan sakti tanpa bayangan menuruti dan segera melepaskan
cengkeramannya. Mendapatkan kembali kebebasannya, Kim Thi sia segera mengatur pernapasan untuk
memulihkan kekuatannya, setelah itu baru katanya: "Bukankah putramu berwajah tampan?"
Pukulan sakti tanpa bayangan berdiri dibelakangnya sambil mengawasi pemuda itu lekat-lekat,
ia memiliki keyakinan untuk mencegah musuhnya melarikan diri dari lingkungan wilayah seluas
sepuluh kaki, karenanya dia tak kuatir musuh "pembunuh putra" nya mampu meloloskan diri.
Biarpun sekarang dia merasa gelisah, cemas karena menguatirkan keselamatan putranya,
namun dikala Kim Thi sia mengatakan putranya tampan, sebagai ayahnya, sedikit banyak timbul
juga perasaan gembiranya.
"Yaa betul" sahutnya cepat-cepat. "Setiap orang yang pernah bertemu dengannya selalu
berkata begitu." Berbicara sampai disini, mendadak ia berpaling kearahJuan tiong supa serta mengawasinya
dengan mata yang tajam bagaikan sembilu.
Kim Thi sia agak melengak dan segera berpaling, rupanya juan tiong supa beserta puluhan
orang jago persilatan sedang bermaksud ngeloyor pergi dari situ secara diam-diam.
Mau tak mau timbul juga perasaan kagumnya terhadap ketajaman pendengaran sipukulan sakti
tanpa bayangan- Sementara itu sikakek botak telah berseru sambil tertawa dingin:
"Kalian masih tersangkut dalam kecurigaanku, apakah ingin ngeloyor dengan begitu saja?"
Berbicara sampai disitu lengannya segera diayunkan kedepan, tidak terdengar apapun tapi Juan
tiong supa seperti terhajar panah saja, mereka berteriak keras dan serentak menghentikan
langkahnya. Tedengar sipukulan sakti tanpa bayangan berkata lagi:
"Jangan mencoba bergerak lagi, siapa berani melanggar perintah akan kusuruh dia mampus
tanpa liang kubur disini."
Kemudian dia berpaling lagi kearah Kim Thi sia dan berseru lebih lanjut: "Sekarang katakan,
dimanakah putraku?" "Ia keracunan hebat saat ini, aku rasa saat kematiannya sudah mulai menjelang tiba"
"Kau yang melakukan?" teriak sipukulan sakti tanpa bayangan dengan perasaan terkejut
bercampur gusar. cepat-cepat Kim Thi sia gelengkan kepalanya berulang kali. "Bukan, kau salah menuduh"
" Lantas siapa yang telah meracuni putraku?" desak sipukulan sakti tanpa bayangan dengan
gelisah. Mendadak sorot matanya yang tajam dialihkan kewajah Juan tiong supa beserta para jagonya,
kemudian dengan kemarahan yang meluap-luap teriaknya lagi:
"Pasti kalian yang melakukan, kalau tidak mengapa kalian bermaksud melarikan diri tadi.
IHmmmm....." "Tepat sekaali, merekalah yang melakukan perbuatan itu" sambung Kim Thi sia cepat.
Pukulan sakti tanpa bayangan seegra mendongakkan kepalanya dan tertawa nyaring tanyanya
lagi: "Dimana anakku sekarang?"
"Ditanah berumput sana"
Pukulan sakti tanpa bayangan berpaling kearah yang ditunjuk, benar juga disisi batu besar
tergeletak sesosok tubuh manusia.
Dalam sekilas pandangan saja dia segera mengenali orang itu sebagai putra kesayangannya.
Tersentuh oleh perasaan sayang orang tua terhadap anaknya cepat-cepat dia memburu kedepan
sambil bergumam: "Kasihan benar anakku......kasihan benar anakku......"
Sampai ditengah jalan mendadak dia membalikkan badan, seperti teringat akan sesuatu,
sebuah pukulan segera dilontarkan ketubuh Kim Thi sia.
Tentu saja Kim Thi sia dibuat keheranan setengah mati oleh perbuatan lawannya, segera
pikirnya: "Apa yang hendak ia perbuat?"
Belum habis ingatan tersebut melintas lewat segulung tenaga pukulan yang lembut telah
menghantam jalan darah Ki bun hiatnya, namun pukulan tersebut sama sekali tidak menimbulkan
luka dalam isi perutnya. Dari sini bisa diketahui bahwa tenaga dalam yang dimiliki pukulan sakti tanpa bayangan telah
mencapai tingkatan bisa dilepaskan dan ditarik sekehendak hatinya. Terdengar orang tua itu
berkata: "Terpaksa aku harus menyiksamu sebentar, disaat duduknya persoalan yang telah menjadi
jelas nanti, tentu saja aku akan membebaskan dirimu lagi."
Kemudian sambil menatap sekejap kearahJuan tiong supa, dia berseru lagi dengan bengis:
" Kalian jangan mencoba melarikan diri ketahuilah aku sipukulan sakti tanpa bayangan sanggup
melukai sasaranku dalam jarak sepuluh kaki, siapa berani menentang perintahku, pohon inilah
yang menjadi contoh."
Nampak dia mengayunkan tangannya sebatang pohon yang berada lima kaki dihadapannya
telah patah menjadi dua bagian dan tumbang keatas tanah.
Serangan tersebut dilakukan amat sederhana dan sama sekali tidak menggunakan tenaga yang
besar, namun kenyataannya pohon yang tumbuh lima kaki jauhnya bisa tumbang ketanah. Bisa
diketahui sampai dimanakah kehebatan dari ilmu pukulan saktinya.
Juan tiong supa berdiri mematung ditempat, kendatipun dihati kecil mereka sangat ingin
melarikan diri, namun tak seorangpun bernyali untuk melakukannya. Sebab berani menentang
perintah sipukulan sakti tanpa bayangan berarti mencari kematian buat diri sendiri.
Rasa kaget, ngeri dan putus asa segera menyelimuti perasaan hati mereka semua.
Sipedang emaspun baru pertama kali ini menyaksikan kehebatan ilmu silat dari ketua Tiang pek
san- Dalam terkejut dan tertegunnya dia mulai berpikir bahwa jagoan berilmu tinggi didalam dunia
persilatan ternyata banyak sekali.Jelas ambisinya untuk menguasahi dunia persilatan bukan suatu
pekerjaan yang mudah untuk tercapai.
"Yaa, dengan kemampuanku sekarang, ambisiku tak mudah dicapai. Tapi bila aku berhasil......"
Berpikir sampai disitu tiba-tiba ia berpaling kearah Kim Thi sia, dia tahu ilmu Tay goan sinkang
memiliki kehebatan yang luar biasa. Bila kepandaian tersebut dilatih dengan bersungguh-sungguh,
paling tidak tenaga dalamnya akan mencapai tingkatan yang lebih hebat lagi.
Iapun membayangkan bagaimana Kim Thi sia yang baru terjun kedalam dunia persilatan
dengan tenaga dalam yang begitu minim, ternyata dengan bantuan ilmu Tay goan sinkang bisa
mencapai tingkatan sedemikian rupa didalam waktu singkat.
Seandainya ilmu tersebut dipelajari olehnya, dengan dasar kekuatan yang dimilikinya sekarang,
bukankah dalam wakti singkat tenaga dalamnya sudah bisa mencapai ketingkatan yang luas biasa
sekali. Berpikir sampai disitu, napsu serakahnya segera berkobar, secara diam-diam ia mulai
menggeserkan kakinya mendekati Kim Thi sia.
Saat itu jalan darah Kim Thi sia berada dalam keadaan tertotok hingga sekujur badannya tak
mampu berkutik. Dalam keadaan begini dia hanya bisa mengawasi musuh besarnya mendekati
tanpa mampu berbuat apa-apa.
Akhirnya sambil pejamkan matanya rapat-rapat dia menyumpah didalam hati:
"Sipukulan sakti tanpa bayangan memang telur busuk. Gara-gara ulahnya aku terancam bahaya
maut." Sementara itu sipedang emas telah mencapai belakang tubuhnya dengan jari tangannya yang
tajam ia mengancam jalan darah Yang seng hiat yang merupakan jalan darah kematian ditubuh
Kim Thi sia. Dalam keadaan begini, asal dia mengerahkan sedikit tenaga saja, niscaya Kim Thi sia akan mati
konyol. Begitu musuh berhasil dikuasahi dengan wajah tak berubah, dia berkata dingin: "Apa katamu
Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sekarang?" Kim Thi sia mendengus, dia sama sekali tak gentar, dengan wajah sinis serunya cepat: "Ayoh
bunuhlah, aku tidak takut"
"Tentu saja akan kubunuh dirimu, kau berani membunuh abang seperguruan sendiri, dosamu
amat besar dan tak bisa diampuni lagi" kata sipedang emas. Tapi kemudian dengan nada yang
lebih lembut dia menambahkan"Tapi kau masih mempunyai kesempatan untuk melanjutkan hidup, cuma saja tergantung
padamu sendiri apakah bersedia memanfaatkan kesempatan baik ini atau tidak."
Tanpa membuka matanya Kim Thi sia tertawa dingin. " Omongan setan, kau jangan harap bisa
membohongi aku lagi."
"Kau tahu, aku bersungguh hati mengajakmu berunding, tapi kau selalu saja menaruh
prasangka jelek kepadaku ataukah kau benar-benar ingin mampus dan tak ingin bertemu dengan
sanak keluargamu lagi?"
"Sialan" pikir Kim Thi sia cepat. "Memangnya kau anggap aku masih mempunyai sanak
keluarga" Biar kau bicara sampai bacotmu sobekpun, jangan harap bisa mengubah jalan
pikiranku." Namun....... Tiba-tiba saja ia teringat kembali dengan putri Kim huan yang begitu cantik dan romantis. Kini
diantara mereka berdua sudah terjalin hubungan batin yang sangat erat. Bisa diduga kebahagiaan
hidup mereka dimasa mendatang telah terbentang didepan mata.
Sementara dia masih terbuai dalam lamunan, sipedang emas telah berkata lagi sambil tertawa
dingin: "Bila kau tak bersedia diajak berunding, terpaksa aku harus menotokmu sampai mampus."
"Berunding bagaimana" coba katakan-....." ujar Kim Thi sia tiba-tiba sambil membuka matanya
kembali. "Sederhana sekali, kau cukup,......" dengan wajah yang licik sipedang emas mengerdipkan
matanya berulang kali. "Kau cukup menerangkan rahasia ilmu Tay goan sinkang kepadaku, begitu
rahasia tersebut kudapat, kaupun akan peroleh kembali kebebasanmu." Kim Thi sia mendengus
dingin. "Hmmm, lagi-lagi ilmu Tay goan sinkang, aku sudah tahu kalian memang menaruh ambisi yang
besar terhadap kepandaian tersebut." sekali lagi sipedang emas tertawa licik.
"Kalau permintaan yang diajukan sute keempat tadi kelewat banyak sehingga memberi kesan
kebangetan, maka aku cuma mengajukan sebuah permintaan saja. Aku rasa bila dibandingkan
dengan keselamatan jiwamu yang begitu berharga, syarat yang kuajukan terhitung tidak terlalu
merugikan dirimu. Ketahuilah seorang manusia hanya memiliki selembar nyawa, bila ia sudah
mampus maka benda apapun tak mungkin bisa diperoleh. Karenanya kuharap pandanganmu bisa
terbuka, bila kau masih berpikir wajar, aku percaya keselamatan jiwa sendiri merupakan masalah
utama yang terpenting." Dengan pandangan menghina memandang sekejap kearahnya, lalu
berkata: " Kau tak perlu membujukku dengan kata-kata yang manis, akupun mengerti. Bila ilmu sakti
tersebut telah kuserahkan kepadamu, berarti kematian akupun akan tiba. Kelicikanmu memang
mengagumkan, sayang aku tidak gampang terperangkap oleh tipu muslihatmu lagi."
Pedang emas tertawa dingin, dia segera mengerahkan tenaga dalamnya kedalam lenganKontan saja Kim Thi sia menjerit-jerit bagaikan babi yang disembelih, pandangan matanya
menjadi gelap dan tubuhnya bergoncang keras, seakan-akan setiap saat bakal roboh.
"Bagaimana?" ancam sipedang emas. "Apa yang kuperbuat barusan hanya merupakan
peringatan, bila kau tetap membande tindakan yang lebih keji akan segera menyusul datang"
sambil menggertak gigi, Kim Thi sia menahan derita tersebut, peluh dingin bercucuran
membasahi seluruh tubuhnya......
Namun apa yang bisa dan berani diperbuat sipedang emas hanya terbatas sampai disitu saja,
sebab ilmu sakti Tay gian sinkangnya sangat berpengaruh besar sekali bagi kehidupannya. ia
memang bisa membunuhnya secara mudah, namun akibatnya dia sendiripun tak akan
memperoleh apa-apa. Maka diapun mulai merubah taktik siksaannya, ia berusaha untuk melenyapkan semangatnya.
Menggunakan penderitaan dan siksaan untuk menghilangkan rasa percayanya terhadap
kemampuan guru mereka. Semula sipukulan sakti tanpa bayangan masih belum mengerti apa yang sedang diperbuat
kedua orang itu, disaat Kim Thi sia mulai menjerit kesakitan, dia mulai dan mengerti duduk
persoalan yang sebenarnya. Kini dia baru sadar bahwa manusia berkerudung itu sesungguhnya
adalah musuh besar Kim Thi sia.
Dia mulai menyesal, tidak seharusnya dia totok jalan darah Ki bun hiatnya sehingga
menyebabkan pemuda tersebut terjatuh ketangan lawanDipihak lain diapun merasa gusar sekali, paling tidak tindakannya simanusia berkerudung yang
"mengerjai" tawanannya dianggap sebagai perbuatan yang tak sopanoleh
sebab itu begitu ia mengetahui kalau putra kesayangannya hanya menderita luka beracun
yang umum dan untuk sementara waktu tidak membahayakan jiwanya, dengan perasaan lega
diapun mengalihkan perhatiannya kepada sipedang emas.
"Tinggalkan dia jauh-jauh, mendengar tidak?" bentaknya kemudian keras-keras.
Pedang emas melengos kearah lain menghindari tatapan matanya yang tajam, lalu menjawab
dengan suara dalam" "Dia adalah musuh besarku."
"Aku tak perduli siapakah dia, pokoknya kubilang lepas, kau harus melepaskannya"
Bagaimanapun jua sipedang emas merupakan seorang manusia angkuh yang tinggi hati,
mendengar kata-kata sekasar itu kontan saja amarahnya berkobar, sambil tertawa dingin ia
berseru: "Betul, sipukulan sakti tanpa bayangan sebagai ketua Tiang pek san memang memiliki
kedudukan yang tinggi serta dihormati banyak orang. Tapi sayang kau lupa bahwa wilayah ini
merupakan wilayah Tionggoan, disini bukan tempat yang sesuai bagimu untuk berlagak sok."
Mimpipun sipukulan sakti tanpa bayangan tidak mengira kalau ada orang berani menentangnya,
dengan amarah yang meluap segera teriaknya:
"Baik, kau mengatakan aku tak berhak memberi perintah kepadamu, akan kupaksa dirimu
untuk tunduk dibawah telapak kakiku."
Selesai berkata dia segera melepaskan pukulan yang tak berwujud maupun suara kedepan,
itulah ilmu pukulan sakti tanpa bayangannya.
Pedang emas mundur setengah langkah kebelakang, setelah memperkokoh kuda-kudanya, dia
menghimpun segenap tenaga dan kekuatan yang dimilikinya dan balas melepaskan sebuah
pukulan juga. Ketika dua gulung ilmu pukulan yang maha sakti itu saling bertumbukan satu dengan lainnya,
tidak terdengar suara benturan maupun letusan yang terjadi, nyata sekali hal tersebut berbeda
sekali dengan keadaan yang sesungguhnya.
Dalam sedetik itulah, para jago yang hadir diarena sama-sama mempunyai pengharapan yang
berbeda. Kalau Juan tiong su pa sangat berharap kekalahan diderita oleh sipukulan sakti tanpa bayangan
menderita kekalahan berarti jiwa mereka terjalin keselamatannya, paling banter mereka hanya
akan menjilati pantat sipedang emas.
Sekalipun harus menjilat pantat satu hal namun bisa peroleh kembali jiwa mereka dalam
perhitungan Juan tiong supa, hal ini dianggap amat sesuai dan tidak rugi.
sebab bagi pandangan mereka, yang penting adalah keselamatan jiwa saat ini, toh kesempatan
untuk membalas dendam masih panjang dikemudian hari.
Sebaliknya Kim Thi sia sangat berharap kemenangan sudah berada dipihak sipukulan sakti
tanpa bayangan, sekalipun dia sadar sesaat menjelang afalnya sipedang emas masih
berkemampuan untuk membunuhnya, namun dia bukan manusia yang takut mati. Paling tidak dia
tidak ingin dibunuh dalam keadaan terhina.
JILID 38 Andaikata dia tidak merisaukan keselamatan putri Kim huan, andaikata jalan darah Ki bun
hiatnya tidak tertotok sehingga sama sekali tak berkekuatan untuk mengerahkan tenaga, dalam
keadaan begini bisa jadi ia akan menghabisi nyawa sendiri daripada dirinya terhina ditangan orang
lain. Perhatian semua orang tertuju ketengah arena, masing-masing menahan napas untuk
mengendalikan perasaan tegang yang mencekam perasaan setiap orang.
Tampak sipedang emas berdiri sempoyongan, seakan-akan tergempur oleh segulung kekuatan
tak berwujud yang maha dahsyat, tubuhnya terdorong mundur sejauh dua langkah lebih.
Mendadak...... Kain kerudung yang dikenakan olehnya tersapu oleh sisa kekuatan pukulan yang dilancarkan
sipukulan sakti tanpa bayangan hingga terjatuh keatas tanah, seketika itu juga terlihatlah raut
mukanya yang jelek, seram dan mengerikan hati.
Dalam sekejap mata, semua orang terbelalak dibuatnya dengan mulut melengos, mereka
rasakan darah yang mengalir dalam tubuhnya seakan-akan membeku.
Yaa, berbicara sesungguhnya, raut muka orang ini jauh lebih jelek dan menyeramkan daripada
wajah memedih atau dedemit sekalipun. Begitu jelek dan seramnya sehingga susah untuk
dilukiskan dengan perkataan.
Selama ini, para umat persilatanpun belum pernah melihat raut wajah aslinya selain berita yang
tersiar, maka hampir pada saat yang bersamaan mereka sama-sama berpikir:
"Konon dia berwajah tampan dan amat menarik hati, jangan-jangan berita tersebut hanya
bernada menyindir akan keseraman raut wajahnya...." Yaa......bila dilihat dari tampangnya yang
merah berdarah, panca inderanya yang tak utuh serta mimik mukanya yang begitu seram
bagaikan dedemit. Dimana letak "ketampanan" serta "daya tarik" nya.......?"
Sekalipun semua orang tidak mengemukakan jalan pemikiran tersebut, namun ingatan
semacam itu telah menyelimuti perasaan mereka semua.
Hanya Kim Thi sia seorang yang mengetahui keadaan sebenarnya, pikirnya kemudian:
"Inilah pembalasan bagi manusia jahat yang terkutuk macam dia. Siapa suruh dia berniat
mencelakai guru sendiri."
"Toa suheng......" terdengar sipedang tanah menjerit dengan suara yang amat memilukan hati.
Segala sesuatunya telah terbongkar wajah asli sipedang emas pun telah diketahui oleh umum.
Dalam keadaan begini dia hanya bisa menahan perasan sedih dan sakit hati yang luar biasa.
Pukulan terakhir si Malaikat pedang berbaju perlente telah menghancur lumatkan wajahnya
yang tampan- Selain sepasang matanya masih tetap utuh, yang lain telah terjadi perubahan besar.
Ia benci.......benci........benci........
Perasaan "malu" yang lebih banyak dipengaruhi perasaan rendah diri membuat pedang emas
menutupi wajahnya secara tiba-tiba dengan kedua belah tangan dan menjerit lengking bagaikan
tangisan setan- Suara jeritannya yang seram dan memedihkan hati itu cukup membuat semua orang
merasakan bulu kuduknya pada bangun berdiri.
Disusul kemudian ia memukul dada sendiri sambil menangis keras-keras.
Sementara itu, sipukulan sakti tanpa bayangan telah bisa menilai usia sipedang emas dari
tubuhnya. Ketika melihat pemuda terseut sangat menderita, diapun menegur: "Hey kau murid
siapa" Siapakah yang telah merusak wajahmu itu?"
Dari bentuk daging merah yang meliputi wajah pedang emas, diapun bisa menduga kalau
wajahnya bukan berbentuk begitu semenjak dilahirkan, tapi terluka oleh serangan dari luar.
Dengan suara keras penuh geram, pedang tanah menyahut:
"Tua bangka Ang, dengarkan baik-baik. Hari ini kau telah menyingkap raut wajah toa suheng
ku sehingga membuatnya sangat menderita. Hal ini membuat kami semua menaruh dendam
kepadamu, untuk membalas sakit hati ini. Hmmm, tunggu saja tanggal mainnya."
"Boleh- boleh saja" sahut pukulan sakti tanpa bayangan sambil tertawa dingin. " Kalian boleh
menyerangku bersama-sama buktikan saja siapa yang akhirnya bakal mampus."
Sebagai pentolan suatu perguruan besar sipukulan sakti tanpa bayangan memang memiliki
watak yang sangat aneh, ditambah lagi putra kesayangannya yang ditemukan dalam keadaan
terluka parah, maka semua rasa mendongkol dan jengkelnya pun segera dilampiaskan keluar.
Begitu selesai mengucapkan kata-kata itu dengan sorot mata yang tajam diawasinya orangorang
itu tanpa berkedip. Dia telah bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan yang tak
diinginkan. Mendadak sipedang emas berhenti menangis, sambil mengalihkan sorot mata buasnya menatap
sekejap kearah sipukulan sakti tanpa bayangan, dia membentak:
"Setan tua Ang, bila sipedang emas tak ammpu menghancur lumatkan tubuhmu, hari ini aku
bersumpah tak akan menjadi manusia."
Pukulan sakti tanpa bayangan berkerut kening kemudian tertawa dingin lagi.
"oooh rupanya kau adalah anak murid dari Malaikat pedang berbaju perlente. bagus sekali
kalau ebgitu. Sudah lama aku tak puas akan nama besar si Malaikat pedang berbaju perlente,
hanya sayang selama ini tak berkesempatan untuk mencobanya, kalian sebagai anak muridnya
sudah pasti memiliki ilmu silat yang tangguh, kalau begitu akupun bisa memenuhi pengharapanku
itu. " "Heeeeh......heeeeeh........heeeeeh.......bagus, bagus sekali" sipedang emas tertawa seram.
"Aku tak percaya kalau ketua dari Tiang pek san memiliki kepandaian yang sangat luar biasa"
Sambil menghimpun segenap tenaga dalam yang dimilikinya, dia melepaskan sebuah pukulan
dahsyat kedepan- "Tunggu sebentar" mendadak Kim Thi sia berteriak keras.
Mendengar seruan tersebut, sipedang emas segera menarik kembali serangannya sambil
menegur dengan marah: "Apa yang hendak kau katakan?"
"Kau tidak berhak untuk mewakili suhu, sebab kau tak lebih cuma seorang murid murtad.
Akulah yang lebih berhak untuk menghadapi pertarungan ini"
"Heeeeh.....heeeeh.....heeeeh......bukankah kau ingin mempergunakan kesempatan yang baik
ini untuk memulihkan kembali kebebasanmu?" jengek sipedang emas sambil tertawa dinginKim Thi sia menjadi sangat mendongkol teriaknya:
"Kau jangan menilai rendah orang lain dengan kaca mata anjingmu, aku Kim Thi sia bukan
manusia rendah seperti apa yang kau bayangkan-"
Dengan perasaan heran sipukulan sakti tanpa bayangan segera menimbrung dari samping.
"Mengapa sih hanya kau yang berhak untuk mewakili Malaikat pedang berbaju perlente" Apa
hubunganmu dengannya."
"Aku adalah muridnya yang terakhir bila kau tak puas, lebih baik carilah aku."
"ooooh, jadi kaupun anak muridnya?" nampak jelas sipukulan sakti tanpa bayangan amat
terkejut. "Aku hanya mendengar kalau Malaikat pedang berbaju perlente cuma mempunyai
sembilan orang murid. Aneh, kenapa aku tak pernah mendengar kalau kau Kim Thi sia juga
merupakan anak muridnya?"
"Masalah ini merupakan urusan pribadi perguruan kami. Kau sebagai orang luar memang tak
pantas untuk mengetahuinya, lagi pula biar diterangkanpun belum tentu kau akan mengerti.
Pokoknya aku berhak mewakili suhuku karena mereka semua murid murtad, mereka sama sekali
tidak berhak untuk mencampuri urusan budi dan dendam perguruan-......"
"Mengapa begitu?" desak sipukulan sakti tanpa bayangan dengan perasaan tak mengerti.
"Seingatku, Malaikat pedang berbaju perlente belum pernah mengumumkan kepada umum kalau
ia sudah mengusir sembilan pedang dunia persilatan dari perguruannya, menurut adat
sepantasnya murid pertama yang mewakili gurunya, mengapa tanggung jawab tersebut malah
terjatuh ketanganmu?"
"Aku rasa, masalah yang penting itu tak perlu disinggung kembali. Katakan saja sekarang, kau
masih ingin mencoba kemampuan silat dari Malaikat pedang berbaju perlente atau tidak?"
Kemudian setelah berhenti sejenak. dengan nada tak sabar dia berkata lebih jauh:
"Jika kau tak berani, tarik kembali kata-katamu yang mengatakan "tak puas" terhadap guruku
tadi, kemudian sifat ekor dan cepat angkat kaki dari tempat ini."
"Telur busuk" umpat sipukulan sakti tanpa bayangan teramat gusar. "Sudah lama aku ingin
beradu kepandaian dengan Malaikat pedang berbaju perlente, hanya sayang selama ini kami tak
berjodoh untuk saling bertemu. Kau anggap aku bakal kembali dengan tangan hampa" Paling
tidak. aku harus pulang dengan membawa sebuah telinga milik murid kesayangannya lebih
dulu......" Kim Thi sia semakin gusar lagi setelah mendengar perkataannya makin membual dan latah,
tanpa sungkan-sungkan lagi dia berseru:
"Banyak berbicara tak ada gunanya, bila kau memang merasa bernyali, silahkan saka mencabut
nyawaku ini, tapi sebelum itu kau mesti membebaskan jalan darahku lebih dulu yang tertotok.
sebab kalau tidak biar menangpun tidak jantan- Tentunya kaupun tahu bukan bahwa aku tak
mampu bergerak sekarang."
Sipukulan sakti tanpa bayangan segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaah.....haaaah......haaaah......bocah muda, kau jantan dan bersemangat. Belum pernah
kujumpai pemuda setinggi hati dirimu, baik akan kuturuti semua keinginanmu itu."
Seraya berkata, diapun mengayunkan tangannya siap membebaskan jalan darah Ki bun hiat
ditubuh Kim Thi sia yang tertotok.
Tapi sipedang emas segera menangkis dengan cepat, terdengar ia membentak nyaring:
"Sebelum mendapat persetujuanku, atas dasar apa kau si setan tua Ang hendak membebaskan
jalan darahnya yang tertotok?" Sipukulan sakti tanpa bayangan benar-benar naik darah, ia
mendongakkan kepalanya dan tertawa seram, kemudian balik bertanya:
"Baik, kalau begitu akupun ingin bertanya, apa pula yang kau andalkan sehingga berani
mengajukan pertanyaan tersebut kepadaku?"
"Aku?" sipedang emas tertawa seram. "Heeeh.....heeeh.....sebagai murid terakhir dari Malaikat
pedang berbaju perlente, aku yang menjadi toa suhengnya berhak untuk menghukum kekurang
ajaran adik seperguruanku ini." Kim Thi sia tertawa dingin.
"Huuuh, siapa sih yang menjadi adik seperguruanmu" Hmmm, kalian bersembilan telah
berkomplot untuk membunuh guru sendiri. Apakah kalian masih punya muka untuk mengaku
sebagai murid suhu" Aku ikut malu oleh ulah kalian ini."
Waktu itu, sipukulan sakti tanpa bayangan sedang gelagapan karena tak mampu mengucapkan
sepatah katapun, dia menjadi sangat kegirangan setelah mendengar perkataan tersebut, segera
serunya sambil tertawa tergelak:
"Haaaah.....haaaah......haaaaah.......bagus, bagus sekali. Nah manusia-manusia kurcaci,
sudahkah kalian mendengar perkataan itu?"
Baru selesai perkataan tersebut diutarakan, mendadak terlihat olehnya sipedang emas sedang
melepaskan sebuah pukulan dahsyat kearah Kim Thi sia dengan wajah penuh amarah.
Serangan yang dilancarkan dalam keadaan gusar ini benar-benar hebat serta mengandung
tenaga yang luar biasa, bila sampai terkena serangan itu biar tak mampuspun paling tidak akan
terluka parah. Sesungguhnya sipukulan sakti tanpa bayangan memang tidak menaruh kesan jelek terhadap
Kim Thi sia, baik untuk kepentingan umum atau pribadi, dia merasa berkewajiban untuk
melindungi keselamatan jiwa anak muda itu
Karenanya cepat-cepat dia melancarkan pula sebuah pukulan dahsyat, gulungan tenaga lembek
yang sangat hebat tanpa menimbulkan sedikit suarapun menyambar kedepan dan memaksa
Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sipedang emas tergetar mundur dua langkah kebelakang.
Menyusul kemudian tampak sesosok bayangan abu-abu menerjang kebawah, dengan jurus
"sepasang gunting memapas ranting", ia desak mundur sipedang emas, pedang tanah, pedang air
dan pedang kayu secara bersama.
Ia tak berani berayal lagi, sepasang kakinya begitu melayang turun keatas tanah dengan suatu
gerakan cepat dia menotok bebas jalan darah Ki bun hiat ditubuh Kim Thi sia yang tertotok.
seketika itu juga Kim Thi sia memperoleh kembali kebebasannya.
Dengan cepat dia meluruskan otot-otot tubuhnya yang kaku sambil mengatur pernapasan,
setelah terbukti bahwa tenaga dalamnya telah pulih kembali seperti sedia kala, diapun berkata
kepada sipedang emas sekalian"Terus terang saja kubilang, kalian sama sekali tidak berhak untuk mewakili suhu nah
tunggulah sebentar disini, setelah menang kalah antara aku dengan dia telah ditentukan, akan
kuajak kalian untuk berduel pula."
sementara itu sipukulan sakti tanpa bayangan berdiri menghadang didepan pedang emas,
pedang tanah dan pedang kayu. Asal seorang saja diantara mereka berani bertindak secara
gegabah, niscaya dia akan melancarkan pukulan untuk melakukan penghadangan.
Dengan kemampuan ilmu pukulan sakti tanpa bayangannya, dia percaya pedang emas, pedang
air, pedang tanah maupun pedang kayu tak akan mampu melewati rintangannya.
Sebaliknya putra kesayangan sipukulan sakti, yakni sipemuda tampan itu telah sadar kembali
dari pingsannya setelah mendapat pertolongan dari ayahnya, namun berhubung tubuhnya masih
lemah, maka dia hanya berdiri menonton saja.
Kemudian pelan-pelan dia berjalan menuju kesuatu tempat yang amat rahasia tempat itu penuh
dengan batuan karang yang berserakan dengan rumput ilalang tumbuh setinggi lutut, tempatnya
amat rahasia. Tapi pemuda tersebut berjalan terus tanpa berpaling, entah apa yang sedang diperbuatnya
disana" Setelah berjalan sejauh lebih kurang puluhan kaki, mendadak dia berhenti disamping
setumpukan batu cadas dan berbisik pelan:
"Hay sin, keluarlah. Kita sudah aman sekarang."
Ketika sampai lama sekali tidak nampak juga sesuatu gerakan, dia maju lebih kedepan dan
memperhatikan dengan lebih seksama. Mendadak serunya lagi sambil tertawa geli:
"Aaaah, rupanya kau telah tertidur, tak heran kalau suasananya begitu sepi dan hening."
Ketika sipukulan sakti tanpa bayangan berpaling dibawah cahaya rembulan dan bintang yang
redup terlihat sepasang muda mudi munculkan diri dari balik semak belukar.
Yang pria adalah putra kesayangannya sedang yang perempuan berwajah cantik jelita bak
bidadari dari khayangan, namun sama sekali tak dikenal. Tanpa terasa iapun menegur:
"Diakah nona Hay jin yang datang dari Lembah Nirmala?"
"Benar ayah" sahut pemuda tampan itu sambil manggut- manggut.
Dengan cepat gadis cantik berbaju putih itu maju memberi hormat seraya berseru:
"Siauli Hay jin memberi hormat untuk kesehatan empek Ang"
Sembari berkata, dengan sengaja tak sengaja dia melirik sekejap kearah Kim Thi sia. Ketika
tidak dijumpai kehadiran putri Kim huan disitu, selapis hawa marah segera menghiasi wajahnya.
Terdengar sipukulan sakti tanpa bayangan tertawa terbahak-bahak.
"Haaah......haaaah.......haaaah......betul, betul keponakan perempuan memang amat cantik dan
menawan hati, tak malu menjadi putri kesayangan si Dewi Nirmala."
Setelah memuji berulang kali, ia baru berpaling kembali kearah Kim Thi sia, sambil berkata
lebih jauh: "Silahkan dimulai, aku ingin menyaksikan sampai dimanakah kehebatan ilmu simpanan dari
Malaikat pedang berbaju perlente. Demi kejayaan perguruamu, kau sianak muda harus
mengeluarkan segenap kepandaian silat yang kau miliki. Hmmm, kutemukan bahwa kau sedang
menyembunyikan ilmu silatmu, akan kujatuhi hukuman kepadamu."
Selesai berkata, tubuhnya yang tinggi besar nampak bergetar dua kali, tampaknya sedang
menghimpun tenaga, kemudian sambil bersenyum dia berdiri sekokoh batu karang dan tak
nampak melakukan suatu gerakan lagi.
Kim Thi sia memandang sekejap sinona cantik berbaju putih itu, tiba-tiba dia berseru:
"Sebelum pertarungan dilangsungkan aku ingin mengajukan sebuah pertanyaan lebih dulu.
Apakah empek bersedia menjelaskan?"
" Katakanlah" Sambil menuding kearah nona cantik berbaju putih itu, Kim Thi sia segera bertanya:
"Apakah dia adalah calon menantu empek?"
Pukulan sakti tanpa bayangan tertawa terbahak-bahak.
"Haaaah.......haaaah........haaaah........bocah muda, kau terlalu senang mencampuri urusan
orang lain- Masalah perkawinan tersebut tergantung pada reaksi dari kedua belah pihak. tapi sejak
bertemu dengan nona ini, aku telah menyenangi kepolosannya, tapi.......hay anak muda, mengapa
kau bertanya soal ini?"
Sambil menunduk sahut Kim Thi sia:
"Memang beginilah tabiatku, suka mencampuri urusan orang lain-"
Lalu setelah berdiri tegak dan menatap lawannya tajam-tajam, dia berkata lebih jauh:
"Baiklah, kita mulai sekarang juga, kalau ditunda-tunda lagi niscaya empek akan marah."
Sambil tertawa sipukulan sakti tanoa bayangan manggut- manggut, ucapnya cepat: "Kau boleh
melancarkan serangan lebih dulu."
"Baik" bentak Kim Thi sia dengan suara rendah.
Sepasang kakinya segera direntangkan lebar-lebar, telapak tangannya diputar kencang,
kemudian dengan jurus " menimpuk batu merontokkan burung" dari ilmu pukulan panca Buddha,
dia mencoba kemampuan musuhnya.
"Hey bocah muda, seranganmu cukup mantap" puji sipukulan sakti tanpa bayangan sambil
tertawa. Tubuhnya yang tinggi besar bergerak cepat dengan merubah posisinya dari hadapan musuh
menjadi sisinya, lalu dengan tangan sebelah dia memusnahkan serangan lawan secara jitu dan
manis. Kim Thi sia amat terperanjat, sesaat menarik kembali ancamannya, dia berpikir:
"Bila dilihat dari gerak jurus serangan yang digunakan sipukulan sakti tanpa bayangan untuk
memusnahkan serangan-seranganku, rasanya sulit untuk meraba maka serangan sungguhan dan
mana tipuan, dari sini dapat disimpulkan bahwa ilmu silatnya memang sangat hebat, agaknya dia
menganut prinsip menghadapi "kekerasan" dengan "kelincahan" dengan "kelembutan"
mematahkan "keganasan"......."
Berpikir demikian, secara beruntun dia melancarkan dua buah serangan berantai dengan jurus
"Buddha tumbuh dimimbar suci" serta "cahaya Buddha memancar dijagad" dari ilmu pukulan
panca Buddha. Angin pukulan yang menderu-deru dengan membawa suara guntur yang memekikkan telinga
segera menyambar kedepan dan mengancam lambung musuh.
Dia tahu si pukulan sakti tanpa bayangan memiliki tenaga dalam yang amat sempurna karena
itu dia berusaha menghindari suatu pertarungan beradu tenaga dengannya.
"Bocah muda itu memang cerdik" puji sipukulan sakti tanpa bayangan lagi keras-keras.
Ditengah teriakan tersebut, tubuhnya yang tinggi besar berkerut kencang, pinggangnya seakanakan
terbuat dari bola karet saja, dengan mudah sekali dikempeskan untuk menghindari sergapan
msuuh. Melihat keampuhan tersebut, Kim Thi sia segera berpikir.
"Bila ditinjau dari keluwesannya mempermainkan pinggang sendiri untuk mematahkan
serangan musuh, jelas ilmu tersebut telah dipelajarinya semenjak kecil. Kalau tidak. bagaimana
mungkin bisa mencapai tingkat kesempurnaan seperti ini?"
Belum habis ingatan tersebut melintas lewat, pukulan yang dilancarkan sipukulan sakti tanpa
bayangan telah menggulung datang dengan cepatnya.
Kim Thi sia segera menundukkan kepalanya rendah-rendah, dengan membawa sedingan angin
tajam serangan tersebut segera menyambar lewat dari atas kepalanya, keadaan amat
mengerikan- Setelah berhasil lolos dari ancaman tersebut, diapun mulai berpikir.
"Aneh, andaikata dia menumbuk tubuhku dengan lengan kiri sementara membacok dengan
tangan kanannya niscaya akan sulitlah bagiku untuk menghindarkan diri mengapa ia tidak berbuat
demikian, mungkinkah dia tidak mengerti" Aaaa h.......tak mungkin, tak mungkin."
Sipukulan sakti tanpa bayangan adalah manusia luar biasa, mustahil dia tidak memahami hal
tersebut, lalu mengapa ia tak berbuat demikian" Yaa, dia pasti mempunyai maksud tujuan yang
lain, ia memang sengaja berbuat begitu......."
Ketika ingatan mana masih melintas didalam benaknya, serangan dari sipukulan sakti tanpa
bayangan telah menyergap kembali dengan hebatnya. Kali ini serangan datang dari atas menuju
kebawah. Dengan tubuhnya yang amat pendek. sewaktu melancarkan serangan tersebut ia mesti berdiri
dengan ujung kakinya, maksudnya agar tubuhnya bisa lebih tinggi lagi.
Sikap dan tindakan yang sangat bodoh ini dengan cepat menimbulkan kecurigaan dalam hati
Kim Thi sia, diam-diam ia meningkatkan kewaspadaannya untuk menghindari serangan mematikan
yang mungkin akan datang menyerang secara tiba-tiba.
Apa yang diduga ternyata memang benar, belum habis serangan yang dipergunakan sipukulan
sakti tanpa bayangan itu, tahu-tahu sudah dibatalkan ditengah jalanSerangan yang semula mengancam dari atas kebawah, menanti Kim Thi sia sudah menghindari
ancaman tersebut, tahu-tahu berubah lagi menjadi sergapan dari bawah menuju keatas.
Dengan serangan tersebut bukan saja pertahanan Kim Thi sia dibagian bawah tubuhnya
menjadi terbengkalai, jalan darah penting ditubuh bagian atasnyapun menjadi terancam.
Keadaannya saat ini benar-benar mengenaskan sekali.
Baru sekarang dia mulai mengerti bahwa sipukulan sakti tanpa bayangan yang tersohor dalam
dunia persilatan karena ilmu pukulannya memang nyata memiliki ilmu simpanan yang luar biasa,
kali ini dia tak berani bertindak secara gegabah lagi.
Setelah berputar setengah lingkaran dengan cepat hingga posisinya berdiri disamping musuh,
tiba-tiba ia melepaskan pukulan dengan jurus " melempar pedang kebalik hutan-serta
"menyucikan diri menjadi Buddha" dari ilmu pukulan panca Buddha. Sipukulan sakti tanpa
bayangan segera tertawa tergeletak.
"Haaaah......haaaah......haaaaah.......tidak benar, serangan berikut kau mesti menyerang
dengan lebih rendah lagi"
Sementara Kim Thi sia masih tertegun dibuatnya, tiba-tiba ia merasakan telapak tangan telah
menyentuh keatas pinggangnya dalam keadaan terperanjat cepat dia mundur dua langkah sambil
pikirnya : "Yaa, perkataannya memang betul, seandainya seranganku dilancarkan satu inci lebih kebawah,
niscaya tiada kelemahan lagi dalam gerak seranganku itu....."
Baru saja dia hendak mengeluarkan jurus serangan "tumbuh api dibalik batu" tiba-tiba
pandangan matanya sudah menjadi kabur, dan sebuah tangan yang kasar telah menempel diatas
pinggangnya. Dalam keadaan demikian, cepat-cepat dia berganti jurus dengan mengeluarkan gerak "panca
Buddha munculkan diri" diciptakan selapis jaring-jaring pukulan untuk membendung datangnya
ancaman- Sementara itu kakinya bergeser kekiri, dan gerakan "panca Buddha munculkan diri" dirubahnya
menjadi gerakan "Buddha hidup naik diawan", pinggangnya ditekuk dengan tubuh begini atasnya
dibuang kemuka, lengannya menyambar kebawah.
Sebaliknya tubuh bagian bawahnya berselisih jarak lima depa dari tangan musuh, hal ini
membuat lengan lawan tak cukup mencapai sasaranSiapa sangka perhitungannya kali ini ternyata meleset, tahu-tahu kelima jari tangan sipukulan
sakti tanpa bayangan telah menerobos masuk melalui sela-sela angin pukulannya, langsung
mencengkram kearah dada. Tak terlukiskan rasa terperanjat Kim Thi sia kali ini, cepat-cepat dia menarik napas panjangpanjang
sambil menghimpun tenaga dalamnya kedalam pusar.
Dengan ditariknya napas dalam-dalam secara otomatis dadanya tersedot kebelakang dengan
cara beginilah dia melepaskan diri dari ancaman musuh yang amat membahayakan itu
Pukulan sakti tanpa bayangan tertawa terbahak-bahak. belum habis gelak tertawanya tiba-tiba
membalikkan badan sambil melesat kemuka dengan kecepatan luar biasa.
Dikala tubuhnya masih melambung diudara, sepasang lengannya diayunkan bersama kedepan,
dua gulung tenaga pukulan yang hebat dan dahsyat pun segera menyambar keempat penjuru.
Untuk sesaat Kim Thi sia dibuat tertegun, pikirnya:
"Heran, kenapa dia melancarkan pukulan dengan membelakangi aku" Apakah tenaga
pukulannya bisa memutar balik dan menyergapku secara tiba-tiba?"
Tapi setelah diamati dengan lebih seksama, ia segera menjadi sadar apa gerangan yang
sebenarnya telah terjadi.
Rupanya juan tiong supa hendak memanfaatkan kesempatan ini untuk melarikan diri.
Belum lagi ingatan tersebut selesai melintas, disebelah sana sudah berkumandang datang tiga
kali jeritan ngeri yang memilukan hati disusul suara robohnya tubuh manusia.
Dalam waktu singkat tampaklah bayangan manusia berkelebat diudara dan memencarkan diri
keempat arah delapan penjuru.
Tampaknya mereka telah mempersiapkan diri secara baik-baik, kecuali tiga orang rekan mereka
Pedang Keadilan 32 Kuda Kudaan Kumala Seri Oey Eng Burung Kenari Karya Siau Ping Mestika Burung Hong Kemala 6
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama