Ceritasilat Novel Online

Lembah Nirmala 25

Lembah Nirmala Karya Khu Lung Bagian 25


kewalahan dibuatnya. Baru saja serangan yang pertama membuat dia memuntahkan darah segar,
serangan kedua kembali menggelora darah panas didalam dadanya hingga menerobos naik lagi
keatas tenggorokan. Tapi berhubung darah panas yang bergolak pertama tadi belum sempat ditumpahkan secara
keseluruhan, sedang darah berikut sudah menerjang naik bergumpalnya dua gulung darah panas
membuat muka dan mulut Kim Thi sia menggelembung besar. Tampak tubuhnya menggelinding
diatas tanah bagaikan bola sambil bergulingan dia menjerit tiada hentinya.
Pada saat itulah dari sekeliling arena pertarungan bergema gelak tertawa yang ramai. Rupanya
sipedang kayu sambil mengempit tubuh Lin lin dengan sebilah pedang ditempelkan diatas
tengkuknya telah muncul disana, disekelilingnya berdiri pula lima orang pria dan seorang wanita.
Kelima orang pria itu rata-rata berperawakan tinggi besar dan bermata amat tajam, jelas
mereka adalah sekawan jago pedang yang berilmu silat sangat tinggi. Sedangkan yang perempuan
bertubuh ramping, berkulit putih bagaikan sayu dan berwajah cantik jelita bak bidadari dari
khayangan. Sementara itu sipedang kayu sedang bersorak memuji: "Toa suko, tenaga saktimu benar-benar
luar biasa hebatnya" Kelima orang pria dan seorang wanita itu turut bertepuk tangan tiada
hentinya, mereka sama-sama memperlihatkan rasa kagum dan hormatnya kepada sipedang emas,
karena dalam dua buah serangan beruntun telah berhasil merobohkan Kim Thi sia. sebetulnya
waktu itu sipedang emas berniat menyusulkan tiga buah serangan lagi untuk segera
membinasakan Kim Thi sia diujung telapak tangannya, namun sesudah mendengar tempik sorak
yang gegap gempita dari sekeliling tempat itu, dia segera mengurungkan niatnya dan tertawa
terbahak-bahak penuh rasa bangga.
Dipihak lain, Kim Thi sia sedang merangkak bangun dari atas tanah dalam keadaan yang amat
mengenaskan. Melihat Kim Thi sia telah berhasil merangkak bangun, pedang emas segera sadar bahwa
usahanya selama ini bakal sia-sia belaka. Kontan saja ia menjadi tak senang hati agak marah dia
menegur: "Pedang kayu, apa maksudmu datang kemari?"
Buru-buru sipedang kayu tertawa paksa sahutnya: "Aku takut toa suko menjumpai suatu
peristiwa yang tak diinginkan, maka aku sengaja datang kemari sambil membopong badak ini
maksudku bila terjadi sesuatu yang tak diinginkan, maka akan kubunuh budak ini lebih dahulu"
Kim Thi sia baru saja memuntahkan keluar darah kental yang mendesak keluar dari rongga
dadanya, dia menjadi gusar sekali sesudah mendengar perkataan itu. serunya kemudian:
"Bajingan keparat, kau licik, kau busuk berani amat menggunakan cara yang begini licik dan
memalukan untuk menghadapiku"
Sementara itu sipedang emas telah menuding kearah lima orang pria dan seorang gadis itu
sambil bertanya: "Siapa pula orang-orang ini?"
Perlu diketahui, kelima orang lelaki dan seorang gadis itu berdiri agak jauh dari arena sehingga
dari kejauhan tak begitu terlihat jelas raut wajah mereka. Cepat-cepat sipedang kayu menjawab:
"Toa suheng, mereka adalah lima naga seekor burung hong, anak buah raja langit berlengan
delapan." Kim Thi sia yang mendengar ucapan mana segera berseru tertahan, kemudian teriaknya:
"Bagus sekali, rupanya kalian sekawanan anjing budukan telah berkumpul menjadi satu
komplotan" Pedang kayu sama sekali tidak menggubris ejekan Kim Thi sia itu kembali ia berkata: "Lima
naga satu burung hong sengaja datang kemari untuk menyambut kedatangan toa suko"
Dengan cepat pedang emas berpaling kearah keenam orang tersebut, lalu tegurnya ketus:
"Siapa suruh kalian datang menyambut kedatanganku?"
Si nona atau burung hong itu segera menjawab: "Sudah lama kami mendengar tentang nama
besr sembilan pedang dunia persilatan yang menjagoi seluruh dunia, karena itulah kami sengaja
datang untuk menggabungkan diri" Kim Thi sia merasa suara perempuan ini seperti amat dikenal
olehnya, dengan cepat dia menyela: "Hey, apa tujuan kalian?"
Dalam pada itu kelima naga dan burung hong telah berjalan semakin mendekat. Burung hong
kembali berkata: "Kami berniat untuk bekerja sama dengan sembilan pedang dunia persilatan dan bersama
membangun pekerjaan besar didunia persilatan."
Sementara itu Kim Thi sia telah mencoba meminjam sinar rembulan untuk mengamati wajah
gadis itu, kemudian pikirnya lagi:
"Heran, kenapa perempuan ini berwajah mirip sekali dengan saudara Lam wi?"
Dalam pada itu sipedang emas telah menyahut sambil tertawa nyaring: "Orang bilang siburung
hong dari Leng han. Lam Peng pandai sekali berbicara, nyata sekali berita tersebut memang bukan
omong kosong belaka, kau memang tak malu pula menjadi putri kesayangan dari Pek kut sinkun."
Siburung hong Lam Pang segera memberi hormat sambil tertawa-tawa, sahutnya:
"Terima kasih pujian itu, aku tak berani menerimanya." Kim Thisia adalah seorang pemuda
yang polos dan terbuka, melihat tingkah laku mereka itu ia menjadi kesal, mendadak teriaknya:
"Huuuuh, lebih baik tak usah bertingkah laku tengik" Si burung hong Lam Peng melirik sekejap
kearahnya, kemudian berkata lebih jauh:
"Kami tak berani dibandingkan dengan Kim sauhiap, kau selalu menjagoi dunia persilatan
dengan mengutamakan kesetiaan kawan, sudah lama kami kagum akan hal ini."
Biarpun ucapan ini ditujukan kepada pedang emas, sesungguhnya mengandung arti dari
perkataan tersebut, dengan mendongkok ia segera berseru: "Kenapa aku dibilang tak setia
kawan?" Pedang kayu segera menyela: "Jika kau mengutamakan soal kesetiaan kawan, sudah tidak
sepantasnya kau berani menentang bahkan melawan toa suheng."
"Kenapa?" tanya Kim Thi sia lagi gemas.
"Bukankah suhu sudah lama meninggal dunia, ini berarti kedudukan toa suheng sama seperti
kedudukan suhu, sudah sepantasnya bila kau menaruh hormat kepadanya." Mendengar ucapan
mana, Kim Thi sia segera tertawa terbahak-bahak,jengeknya:
"Haaaah.....haaaah.....haaaaah.....kalian telah berkomplot untuk mencelakai suhu, membuatnya
menderita sepanjang akhir hayatnya dan mati secara mengenaskan, dosa kalian sudah tak
terampuni lagi. Kenapa aku mesti menaruh hormat kepadanya?"
"Hmmmm, itukan merupakan tuduhanmu sepihak" seru pedang kayu lagi.
"Sudahlah, lebih baik kau tak usah membicarakan soal orang lain, bukankah kau sendiripun
terlibat dalam peristiwa ini" IHmmm, kau lebih munaflk, kau manusia hina."
"Hmmm, omong kosong"
"Siapa bilang" Kau telah mendapat tugas berat dari negara untuk mengurusi bahan pangan
negara, tapi kenyataannya kau tidak berbakti untuk rakyat banyak sebaliknya malah menindas dan
mempermainkan rakyat jelata secara semena-mena, perbuatan ini lebth terlutuk."
"Bocah keparat, lebih baik kau tak usah mencampuri urusan ini" teriak pedang kayu marah.
JILID 49 "Hmmm" kembali Kim Thi sia berkata sambil mendengus, "Kau telah mendapat budi dan
pendidikan dari pihak istana pembesar Kanglam, kaupun diberi kedudukan yang terhormat, besar
sekali budi kebaikan yang ia berikan kepadamu, tapi nyatanya kau justru membalas air susu
dengan air tuba, engkau manusia keparat yang tak mengenal budi"
Mimpipun si pedang kayu tak mengira kalau Kim Thi sia akan membongkar rahasia
kemunafikannya dihadapan orang banyak. kontan saja ia menjadi tak senang hati, katanya Cepat:
"Ayoh katakan, kesalahan apa lagi yang telah kuperbuat?"
Dalam anggapannya Kim Thi sia tak pandai berbicara, sekalipun hendak memaki orang lainpun
tak akan mampu banyak bicara, maka dia berusaha menahan diri sebisa mungkin, agar hal
tersebut justru membangkitkan amarah si pedang emas sekalian hingga mereka menyerang si
pedang emas sekalian hingga mereka menyerang seCara bersama-sama dan menghabisi nyawa
Kim Thi sia. Terdengar Kim Thi sia membentak lagi:
"Apa dosa dan kesalahan nona Lin lin terhadap dirimu" Mengapa kau mengancam jiwanya
dengan ujung pedang disaat dia berada dalam keadaan tak sadar" Hmm, bukankah tindakan
seperti ini membuktikan pula kemunafikan dan kelicikanmu?" Dari malunya si pedang kayu
menjadi naik darah ia segera mengancam.
"Hey bocah keparat, bila kau berani banyak cincong lagi, jangan salahkan bila kubacok Lin lin
sampai mampus" Sambil berkata, dia segera mengayunkan pedangnya dansiap melancarkan sebuah bacokan
yang mematikan. Kim Thi sia menjadi sangat gelisah, buru-buru serunya: "Eeeeh.....tunggu dulu"
Siburung hong Lam Peng yang mengikuti adegan tersebut, tiba-tiba saja merasakan hatinya
kecut, serunya cepat: "Kenapa" Kau merasa sakit hati bukan Kim Thi sia?"
"Aku sih tidak merasa sedih hati" sahut sang pemuda cepat.
Padahal sewaktu melihat pedang si pedang kayu hendak membacok tubuh Lin lin tadi, ia sudah
ketakutan setengah mati hingga mandi keringat dingin. Sambil tertawa licik si pedang kayu
berkata: "Hmmm, aku tahu meskipun diluar kau mengatakan tak sakit hati, padahal tubuh sudah
gemetar keras." "Mengapa engkau harus gemetar keras?" teriak Kim Thi sia sambil menahan geramnya.
"Sebab kauamat mencintai Lin lin" kata siburung hong Lam Peng dengan suara lantang. "Sebab
kau merasa tak tegamelihat ia mati diujung pedangmu, maka setelah melihat jiwanya terancam
bahaya, kau segera berteriak-teriak seperti orang kerasukan setan."
Waktu itu, Kim Thi sia benar-benar merasa amat gelisah, sebagai orang yang polos dan jujur,
beleh dibilang ia tak berhasil menemukan sesuatu carapun untuk mengatasi keadaan.
Ia cukup tahu, manusia sebangsa pedang kayu merupakan manusia yang keji dan berhati buas,
apa yang telah diucapkan sanggup pula dilaksanakanItu berarti jika ia bersikap kurang hati- hati atau terpengaruh oleh emosi, maka akibatnya akan
susah dihayangkan dengan kata-kata.
Maka untuk berapa saat lamanya ia cuma berdiri tertegun dengan perasaan cemas, peluh
sebesar kacang kedele bercucuran membasahi seluruh wajahnya. Wajah si pedang kayu kelihatan
seram dan mengerikan hati, sambil menatap kearah pedang emas ia bertanya:
"Toa suheng, menurut pandanganmu perlukah bagi kita untuk menghabisi nyawa Lin lin
Sibudak ingusan ini?"
pedang emas berdiri tegak ditempat semula sambil memandang kelangit, wajahnya nampak
amat serius. Sementara itu siburung hong Lam Peng telah melihat sesuatu yang tak beres, ia segera
berkata: "Jangan kau naik dirinya, saat ini pedang emas sedang memutar otak memikirkan suatu
masalah penting yang amat besar"
"Baik, kalau begitu biar kubacok mampus dulu Lin lin" kata si pedang kayu kemudian-Kim Thi
sia makin gelisah, buru-buru teriaknya keras: "Eeeeh, tunggu dulu"
"Haaah....haaaah....haaaaah.....sungguh tak kusangka ternyata Kim Thi sia adalah seorang
lelaki romantis yang banyak menebarkan benih cinta" jengek siburung hong Lam Pang sinis.
Kim Thi sia tak ambil perduli terhadap sindiran tersebUt, buru-buru katanya lagi:
"pedang kayu, apakah kau benar-benar tak ingin bertahan lebih lanjut digedung pemerintahan
Kanglam?" "Itu urusan pribadiku, lebih baik tak usah kau campuri"
"Kim sauhiap. tak usah berkeras kepala" sela siburung hong Lam Peng lagi. "Aku dapat melihat,
bila Lin lin sampai mati, sudah pasti kau akan bersedih hati, malah bisa jadi akan mengakhiri
hidupmu sendiri." Kim Thi sia yang mendengar perkataan tersebut segera tertawa terbahak-bahak.
"Hey setan cilik, apa yang kau tertawa kan?" si pedang kayu segera menegur keras.
"Aku sedang mentertawakan ketololanmu, lebih baik janganlah melakukan perbuatan yang
bakal merugikan diri sendiri"
"Ngaco belo." "Ketahuilah pedang kayu, andaikata kau sampai membinasakan Lin lin, maka jangan harap kau
bisa tancapkan kaki terus dalam gedung istana pemerintahan Kanglam ini"
"Tapi aku rasa, seandainya kau bersedia menyerahkan pedang Leng gwat kiam kepada kami,
bisa jadi dia tak akan membunuh Lin lin" seru burung hong Lam Peng.
"ooooh, rupanya kalian mengincar pedang mestika Leng gwat kiamku......?"
"Tepat sekali dugaanmu itu."
"pedang tersebut berada ditanganku sekarang, bila menghendakinya, silahkan mencoba
merampasnya dari tanganku."
"Hmmm, sekarang juga kami akan merampasnya dari tanganmu" kata si pedang kayu hambar.
Berbicara sampai disitu, dia melirik sekejap kearah si pedang emas.
Waktu itu si pedang emas masih berdiri tak bergerak. keadaannya tidak berbeda seperti
pendeta tua yang sedang duduk bersemedi, suasana terasa sangat hening.
Dalam keadaan seperti ini, si pedang emas seolah-olah menganggap orang yang hadir dalam
arena sekarang bagaikan rerumputan atau batang kayu.
Sebaliknya para jago yang hadir diarena pun seakan-akan telah melupakan kehadiran si pedang
emas disitu. Dengan suara lantang Kim Thi sia berseru lagi:
"Bila ingin merebut pedang Leng gwat kiam dari tanganku, mengapa tidak kalian pergunakan
cara yang jujur dan terbuka?"
"Kami toh memintanya secara blak-blakkan, apakah tindakan seperti ini kurang jelas dan
terbuka?" "Hmmm, menyandera orangpun cara yang jujur?"
"Tentu saja, menyandera orang merupakan salah satu tindakan yang jujur dan terbuka."
"Kalau begitu tak ada perbuatan yang rendah dan memalukan lagi dikolong langit ini" teriak
Kim Thi sia jengkel. "Mencuri baru perbuatan yang memalukan, main cinta dimana-mana atau menipu orang lain
juga merupakan perbuatan yang memalukan-"
"Oooh, rupanya itulah prinsipmu?"
"Ya, terutama sekali manusia semacam kau, tak setia dalam bercinta dan menipu orang
dimana-mana, perbuatan semacam inilah baru merupakan yang memalukan-"
Pada dasarnya Kim Thi sia memang tidakpandai berbicara, setelah menghadapi pemutar
balikkan fakta oleh Lam Peng, ia menjadi sangat pusing tujuh keliling dan tak tahu bagaimana
mesti berbuat. Sementara itu si pedang kayu telah mendesak lebih jauh: "Hey orang she Kim, lebih baik kau
sedikit tahu diri" Dalam cemas dan bingungnya mendadak Kim Thi sia teringat kembali dengan sikap yang
diambilnya sewaktu menghadapi Dewi Nirmala tempo hari, maka sambil berlagak acuh tak acuh ia
segera berkata: "Hmmm, aku rasa sekalipun pedang leng gwat kiam tidak kuberikan kepada kalianpun tak akan
berpengaruh apa- apa denganku." Sedang dihati kecilnya ia berpikir:
"Bagaimanapun juga meski pedang ini kuserahkan kepada mereka, tapi karena lentera hijau
berada ditangan si pedang emas, tak mungkin aku bisa menolong Lin lin, alangkah baiknya jika
kutunjukkan sikap acuh tak acuh saja, tentu mereka tak akan mengancam diri ku lagi dan untuk
berapa saatpun mereka tak bakal mencelakai Lin lin." Berpikir demikian, Kim Thi sia pun
mengambil keputusan untuk menyerempet bahaya.
pedang kayu menjadi bertambah sewot lagi melihat sikap lawannya yang acuh tak acuh, segera
ancamnya: "Perduli amat kau mengacuhkan atau tidak, atau kubacok dulu Lin lin sampai mampus" Sembari
berkata dia segera menggetarkan pedangnya dan siap membabat leher Lin lin.
Kim Thi sia merasa tak mungkin untuk menolong kekasihnya, cepat-cepat ia melengos kearah
lain sambil berteriak: "Kalau ingin membacok. silahkan saja membacok. toh mati hidup Lin lin tak ada
sangkutpautnya denganku."
"ooooh, jadi nyawa Lin lin tak senilai sebilah pedang mestika Leng gwat kiam?" desak siburung
hong Lam Peng. Kim Thi sia amat terdesak. tubuhnya sampai menggigil menahan diri, namun ia mencoba
menggigit bibir seraya berkata:
"Biarpun ara seratus orang perempuan semacam Lin linpun tak akan bisa menandingi nilai
pedang Leng gwat kiamku ini"
Mendengar perkataan ini, siburung hong Lam Peng segera berkerut kening sambil melototkan
matanya bulat-bulat. Pada saat itulah, kembali si pedang kayu membentak keras:
"Bocah keparat, bila kau memang bernyali coba berpaling dan menengoklah sendiri."
Kim Thi sia memang sudah tak tahan untuk berpaling, maka sahutnya segera: "Berpaling yaa
berpaling, memangnya aku takut?"
Tapi apa yang kemudian terlihat seketika membuat paras mukanya berubah menjadi pucat pias
seperti mayat. Ternyata diujung pedang si pedang kayu itu sudah ternoda oleh percikan darah segar.
Sementara leher Lin lin sudah terluka, darah segar masih bercucuran keluar dengan derasnya
dari mulut luka tersebut, keadaannya kelihatan mengerikan hati.
"Nah bocah keparat, sudah terlihat jelas?" jengek si pedang kayu dengan suara bangga.
Paras muka Kim Thi sia seketika itu berubah menjadi pucat pias bagaikan mayat, untung saja
sinar rembulan agak redup sehingga perubahan wajahnya tidak terlihat lawan"Tentu saja sudah kulihat dengan jelas." sahutnya sambil berusaha menahan diri.
"Kini aku telah merobek tenggorokan Lin lin sedalam setengah inci"
"Bagus, bagus sekali, setengah inci memang merupakan ukuran yang paling ideal" sahut Kim
Thi sia sambil memaksakan tertawa^ Dengan serius pedang kayu segera berseru:
"Aku sengaja berbuat demikian dengan maksud memberi jalan mundur untuk mu tapi bila kau
tetap tak mau sadar dan berkeras kepala terus......"
"Hmmmm...." Si burung hong Lam Peng menyambung pula:
"Yaa, kecuali kau memang menghendaki kematian Lin lin. Kalau tidak. lebih baik serahkan
pedang Leng gwat kiam tersebut kepada kami."
"Tidak, aku tak akan menyerahkan pedang ini kepada kalian,jangan mimpi disiang hari belong."
"sebenarnya apa maksud tujuanmu yang sebenarnya?"
"Sederhana sekali, pedang Leng gwat kiam merupakan benda mestika dari dunia persilatan,
sedangkan Lin lin tak lebih hanya seorang wanita."
"Seorang wanita" Apa maksudmu?"
"Didunia ini terdapat banyak sekali kaum wanita."
"Kurang ajar" umpat si pedang kayu dengan gemas. "Bila kau berani bicara sembarangan lagi,
jangan salahkan kalau sekali ayunan pedang kubacok mampus perempuan ini."
"Huuuh, paling banter juga mati, apa lagi yang mati toh bukan aku tapi Lin lin, kenapa aku


Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mesti takut?" "Kau.......kau benar-benar manusia yang tak berperasaan didunia ini....." dengan agak terkejut
siburung hong Lam Peng berseru.
Kim Thi sia segera mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak. menggunakan
kesempatan itu kembali dia berpaling kearah lainIa kuatir si pedang kayu menunjukkan kembali sikap garang dan buasnya sehingga membuat ia
merasa amat bersedih hati.
Sebaliknya si pedang kayu menjadi mendongkol setengah mati, teriaknya agak sewot:
"Baik, kalau toh kau tidak acuh, kenapa aku mesti segan-segan untuk membacok mati
perempuan ini?" Seraya berkata, pedangnya kembali diayunkan kebawah membabat tubuh Lin lin. Disaat yang
amat kritis inilah, mendadak terdengar seseorang membentak keras: "Ampuni selembar jiwanya"
Ketika semua orang berpaling, tampaklah Kek Jin telah munculkan diri disitu dengan langkah
tergesa-gesa. "Hey, melihat seluruh badanmU basah kuyup dengan keringat, apa sih yang membuat hatimu
risau?" pedang kayu segera menegur. "Apakah kau...... kau sudah gila?" tegur Kek Jin keras- keras.
Perlu diketahui Kek Jin masih termasuk anak buah si pedang kayu, dihari-hari biasa ia selalu
bersikap menghormati serta mengiakan semua perkataannya.
Tak disangka sikapnya hari ini berubah sama sekali, bahkan sempat mengumpat si pedang
kayu sebagai gila. Bisa dibayangkan betapa gusarnya si pedang kayu mendengar makian tersebut, segera
bentaknya: "Apa kau bilang?"
"Mengapa kau hendak mencelakaijiwa Lin lin?" tegur Kek Jin lagi dengan wajah bersungguhsungguh
. Sementara itu Kim Thi sia telah berpaling, cepat-cepat dia menyambung:
"Sungguh kebetulan kedatanganmu, hampir saja nyawa Lin lin terbang meninggalkan raganya,
mati hidupnya sekarang tergantung pada keputusan si pedang kayu."
"Tidak bagaimanapun juga Lin lin tak boleh dicelakai jiwanya" tukas Kek Jin lagi. Seraya
berkata, ia segera berjalan menghampiri si pedang kayu.
"Dari mana kau tahu kalau aku hendak mencelakaijiwa Lin lin?" seru pedang kayu kemudian"Aku toh bertindak begini sebagai suatu tipu muslihat saja?"
cepat-cepat Kek Jin merebut tubuh Lin lin dari bopongan si pedang kayu, setelah itu baru
katanya: "Bagaimanapun juga jiwa Lin lin tak boleh dianggap sebagai barang permainan"
Dari sakunya dia segera mengeluarkan obat luka serta membubuhi mulut luka Lin lin dengan
obat. Melihat itu, dengan gemas si pedang kayu segera berseru:
"Kek Jin, kau boleh dibilang merupakan manusia paling tolol dikolong langit dewasa ini."
Sedangkan Kim Thi sia tertawa terbahak-bahak seraya berseru:
"Haaaah......haaaaah......haaaaah......sedari tadi aku sudah menduga perbuatanku ini hanya
berupa tipu muslihat belaka."
"Siapa yang mengusulkan tipu muslihat ini?" Kek Jin segera menegur.
"Aku" si burung hong Lam Peng menjawab lantang. Kepada si pedang kayu kembali Kek Jin
menegur: "Andaikata benar-benar sampai terjadi sesuatu, bagaimana kau akan memberikan
pertanggunganjawabnya" Apakah perbuatan seperti ini bukan merupakan suatu perbuatan tolol?"
"Sudahlah, tak usah dibicarakan lagi" tukas pedang kayu sengit. "Jadi kau menganggap dirimu
sebagai manusia paling pintar dikolong langit?"
"Tapi aku toh tidak salah bertindak?" Kek Jin membantah.
"Hmmmm, tahukah kau bahwa perbuatanmu itu telah menggagalkan sebuah rencana besar
kita?" Dengan suara dingin si burung hong Lam Peng menyambung pula:
"Walaupun kita gagal dalam rencana ini, tapi aku berhasil mendapatkan suatu hasil yang diluar
dugaan." "Apa yang telah kau peroleh?" tanya si pedang kayu keheranan.
"Sekarang aku telah mengenali perasaan hati seseorang secara jelas dan nyata."
"Perasaan siapa?" tanya Kek Jin pula.
"orang itu berhati keji dan buas bagaikan bisa, kebuasannya boleh dibilang tiada ternyata
didunia ini" Pada saat itulah mendadak terdengar si pedang emas berseru sambil tertawa keras:
"Haaah....haaaah bagu sekali, bagus sekali....tak kusangka rupanya begitu"
begitu ucapan tersebut diutarakan keluar, semua yang hadir segera dibikin tertegun dan berdiri
melongo. sebaliknya paras muka siburung hong Lam Peng berubah menjadi pucat kemerah-merahan:
"Eeeeei, apa yang kau gelikan?" dengan rasa heran Kim Thi sia segera menegur.
Si pedang emas tidak menjawab, kembali wajahnya berubah menjadi amat serius dan berat
sekali. "Haaaaah, dasar sinting" umpat Kim Thi sia kemudian sambil meludah ketanah.
Si burung hong Lam Peng segera mengangkat kepalanya lagi dan ia menegur dengan marah.
"Dasar orang kasar, kenapa sih tanpa sebab musabab kau selalu mencaci maki orang dengan
seenaknya saja?" Kim Thi sia jadi tertegun.
"Aku kan tidak memaki mu, aneh betul kenapa sih kau selalu mencari gara-gara denganku?"
"Haaaah.....haaaah.....haaaaah......aku merasa tidak leluasa meyakinkan segala tingkah laku
mu" jengek si burung hong sambil tertawa dingin.
Boleh dibilang Kim Thi sia dibuat tak habis mengerti oleh sikap maupun tingkah laku gadis
berwajah cantik tapi bermulut tajam ini, dia tak tahu mengapa gadis tersebut selalu mengusiknya.
Setelah termenung sejenak. akhirnya diapun berkata:
"Aku adalah seorang lelaki yang terbuka dan jujur, aku tak ambil perduli kau merasa leluasa
atau tidak menyaksikan tingkah polaku."
"Hmmm, tentu saja kau tak acuh, sampai mati hidup teman wanita sendiri yang paling akrab
dan intimpun tak ambil perduli apakah perbuatan semacam ini bukan merupakan perbuatan orang
kejam yang tidak berperasaan?"
"Itu merupakan urusan pribadiku sendiri kenapa kau mesti turut campur.....?" seru Kim Thi sia
jengkel. Burung hong Lam Peng membenahi rambutnya yang kusut, kemudian menjawab:
"Tentu saja aku tak akan turut campur, tapi aku sudah menaruh perasaan seram dan bergidik
terhadapmu" "Tak menjadi soal, karena selamanya aku Kim Thi sia tak pernah melupakan sahabat sejak aku
terjun kedunia persilatan sampai sekarang, kejadian semacam ini belum pernah kualami."
"Haaaah.....haaaaah......haaaaah.......benarkah itu"Jadi kau masih ingat dengan orang yang
pernah menempuh perjalanan bersamamu tempo hari" Hmmm...... aku rasa kau sudah lama
melupakan dirinya?" Untuk berapa saat Kim Thi sia tak bisa mengingat kembali siapa yang dimaksudkan, karena itu
segera tanyanya: "siapa yang kau maksud kan?"
"Tentu saja kau tak akan teringat kembali, bukankah dihati kecilmu sekarang hanya ada
bayangan nona Lin lin seorang?"
"omong kosong, aku tak pernah berbuat salah keapda siapa saja" Kim Thi sia mulai berkerut
kening. Dalampada itu...... Secara tiba-tiba si pedang emas tertawa tergelak lagi, sambil melompat kegirangan teriaknya
nyaring: "Bagus sekali, bagus sekali, akhirnya kau berhasil juga memahami hal tersebut."
"Toa suheng, apa yang berhasil kau pahami?" tegur si pedang kayu keheranan.
"pedang kayu, masih ingatkah kau disaat kita masih bersama-sama belajar silat dulu" Setiap
pagi, suhupasti melatih diri dibukit belakang, ia selalu melarang kita semua untuk melihatnya?"
"Yaa benar, waktu itu kita selalu menaati perintah suhu dan tidur diatas pembaringan."
"Tapi aku tak pernah berbuat begitu, sering kali aku mencuri lihat dibelakang, sehingga semua
ilmu silat yang dilatih suhu secara diam-diam kulatih pula seorang diri siapa tahu akibat
perbUatanku itu darah segarku susah beredar dengan lancar hingga nyaris mengalami jalan api
menuju neraka....." "Ilmu silat apaan itu" Apakah ilmu sakti Tay goan sinkang?"
"Betul, memang ilmu Tay goan sinkang" si pedang emas Ko Hong liang menyahut sambil
tertawa hambar. "Kau tidak mendapat petunjuk dari suhu tentu saja setiap saat bisa mengalami keadaan jalan
api yang menuju keneraka" timbrung Kim Thi sia dengan suara yakinla
cukup menyadari akan kehebatan ilmu Tay goan sinkang, barang siapa melatih ilmu tersebut
kurang berhati-hati niscaya akan mengalami marabahaya yang membahayakan jiwanya.
Malahan dia sendiripun nyaris mengalami jalan sesat apa bila tidak segera mendapat tuntunan
dari gurunya. Sementara itu si pedang emas telah berkata lebih jauh:
"Tapi semenjak aku mendapatkan pergobatan lewat lentera hijau, semua pikiranku yang
tersumbat telah terbuka sama sekali, semua kesulitan yang semula mencekam ku kini sudah
tertembus semuanya" "Kalau begitu kaupun telah berhasil mempelajari ilmu Tay goan sinkang?" tanya Kim Thi sia
tertegun. Si pedang emas segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaaah.....haaaah......haaaaah^....dengarkan baik-baik bocah keparat, sejak kini ilmu Tay
goan sinkang bukan hanya milikmu seorang......"
Rupanya selama ia berdiri termenung disisi arena tadi, pemuda tersebut sedang menggunakan
semua kecerdikannya untuk menyaring kembali semua inti sari kepandaian Tay goan yang
dlingatnya, dan ternyata ia berhasil memahami semua rahasia kepandaian tersebut bisa
dibandingkan betapa gembiranya dia sekarang.
Menggunakan kesempatan itulah siburung hong Lam Peng segera menyela.
"Sungguh mengherankan, rupanya kedatangan kita semua ketempat ini seperti hanya
bertujuan untuk cekcok mulut saja"
"Lantas bagaimana menurut pendapatmu?" tanya si pedang emas.
"Bila aku merasa yakin kalau ilmu silat yang kumiliki jauh mengungguli lawan, sedari tadi aku
telah turun tangan untuk merampas benda yang kuharapkan."
"Yaa betul toa suheng" sambung si pedang kayu cepat. "Ia sedang memperingatkan kepadamu
agar tidak melepaskan bocah keparat she Kim tersebut dengan begitu saja."
"Sudah,jangan ribut dulu" tukas si pedang emas cepat, "Aku cukup memahami persoalan ini,
aku akan segera memaksanya untuk menyerahkan pedang Leng gwat kiam tersebut kepadaku"
Sambil berkata ia segera berjalan mendekati Kim Thi sia, kini ia merasa yakin dengan
kemampuan yang dimilikinya sehingga terhadap kemampuan Kim Thi sia, ia tidak memandang
sebelah mata lagi. "Tunggu dulu" bentak Kim Thi sia tiba-tiba.
"Mau apa lagi kamu?" tegur pedang emas agak melengak.
"Barusan kau mengakui telah berhasil menguasahi ilmu Tay goan sinkang, padahal kepandaian
itu memiliki daya kemampuan yang luar biasa, nampaknya kau seperti yakin bisa menangkan aku
secara mudah?" "Tentu saja" sahut si pedang emas bangga.
"oleh sebab itulah tak ada salahnya bila kita berduel dengan mengandalkan ilmu Tay goan
sinkang itu?" "Memang cara tersebut paling baik"
"Seandainya aku yang kalah, aku bersedia menyerahkan pedang Leng gwat kiam itu kepadaku"
"Haaaah.....haaaah.....haaaah.....bukan kau yang berhak menentukan hal tersebut, sebab
bagaimanapun jua, pedang tersebut harus kau serahkan kepadaku." ucap si pedang emas Ko
Hong liang sambil tertawa terbahak-bahak.
"Bagaimana kalau kau yang kalah?" tanya Kim Thi sia lagi.
"Aku tak mungkin kalah" si pedang emas menegaskan dengan nada yang meyakinkan.
"Aku rasa, penemuan yang berhasil kau peroleh tanpa sengaja tentu tak akan terhindar dari
segala kebocoran dan kesilafan, terus terang saja aku bilang, diantara kita berdua, masing-masing
memegang separuh kemungkinan untuk meraih kemenangan-"
"Itu toh menurut jalan pemikiranmu sendiri."
"Aku tak perduli bagaimana jalan pemikiranmu, tapi kau harus menyebutkan dulu bagaimana
tindakanmu seandainya kau yang menderita kalah."
Si pedang emas tidak menjawab pertanyaan itu, dia malah mendongakkan kepalanya dan
tertawa keras. Kembali Kim Thi sia mendesak:
"Bila kau yang menderita kekalahan, maka kau harus memenuhi sebuah syaratku."
"Apa syaratmu?" tanya si pedang emas sinis.
"Serahkan lentera hijau kepadaku dan ijinkan aku membawa pergi nona Lin lin dan mengobati
lukanya." "Hmmm, nampaknya kau sedang bermimpi disiang hari belong"
"Berhasil atau tidak^ itu urusanku sendiri." Tiba-tiba siburung hong Lam Peng menimbrung:
"Seringkali didalam suatu pertarungan antara jago- jago lihay, menang kalah hanya selisih
sekali, apakah kau berani mengaku kalah bila benar-benar menderita kekalahan nanti?"
Kim Thi sia tertawa nyaring.
"Hmmm, itu mah soal gampang, pokoknya aku tak bakal menyangkal bila terbukti aku memang
kalah?" "Yaa, kalau ngomong sih gampang sekali, tapi kalau sudah sampai waktunya aku takut kau bisa
mengingkari janji." "Begini saja kalau begitu biar kau yang menjadi jurinya?"
"Apa kau bilang?" seru Lam Peng tercengang.
"Biar kau yang menjadi wasitnya serta menentukan siapa menang dan siapa kalah dalam
pertarungan melawan si pedang emas nanti."
"Kau benar-benar percaya kepadaku?" tanya siburung hong sambil tertawa-tawa.
Belum sempat Kim Thi sia memberikan jawabannya, dengan tak sabar si pedang eams telah
menukas. "Nona Lam, kau tak usah menampik lagi"
Dengan langkah pelan siburung hong Lam Peng segera tampilkan diri kedepan diikuti kelima
naga dibelakangnya. Si pedang emas segera berkata lagi:
"Setelah menjadi wasit, kuharap nona Lam jangan berat sebelah didalam keputusanmu nanti,
berilah keputusan yang jujur dan adil." Sementara berbicara, ia mengerdipkan matanya kepada
nona itu. Padahal siburung hong sudah mempunyai perhitungan sendiri didalam hati kecilnya iapun
segera berkata: "Kalau dilihat dari sebutannya, ilmu Tay goan sinkang, aku pikir pertarungan ini tentu
dilangsunkan dengan saling beradu tangan kosong. Nah sekarang kuharap kedua belah pihak
sama-sama menjulurkan lengannya bersiap sedia. Disaat aku berteriak mulai nanti kalian boleh
mulai melangsungkan pertarungan."
Baik si pedang emas maupun Kim Thi sia segera menuruti perkataannya dan bergerak maju
kedepan. Agar bisa mengikuti jalannya pertarungan dengan lebih seksama, tanpa sadar si pedang kayu
maju berapa langkah kemuka.
Sebaliknya Kek Jin kuatir gelombang angin pukulan yang dihasilkan dari pertarungan tersebut
akan mencelakai nona Lin lin yang tak sadar, maka cepat-cepat dia membepong gadis itu dan
menyingkir kebawah pohon besar.
Ditengah keheningan yang mencekam seluruh arena tiba-tiba terdengar si burung hong
Lampeng berseru: "Yaa dimulai"
Sambil berseru dia segera melompat mundur sejauh berapa kaki kebelakang dengan gerakan
cepat. Kim Thi sia dan si pedang emas segera mulai saling menyerang, kedua belah pihak sama-sama
mengandalkan ilmu Tay goan sinkang untuk menggepur musuhnya, mereka sama-sama berusaha
untuk mendapatkan lentera hijau, dan pedang Leng gwat kiam sekaligus.
Sebab merekapun tahu, barang siapa bisa mendapatkan lentera hijau dan pedang Leng gwat
kiam sekaligus, besar kemungkinannya dia akan memimpin dunia persilatanPertarungan inipun merupakan pertarungan yang pertama bagi Kim Thi sia dalam menghadapi
musuhnya dengan mempergunakan ilmu Tay goan sinkang.
Tak selang berapa saat kemudian, baik siburung hong Lam Peng, maupun si pedang kayu, Kek
Jin serta kelima naga, mereka semua sama-sama mengikuti jalannya pertarungannya yang
berlangsung diarena dengan pandangan terkejut dan mulut melongo.
Rupanya si pedang emas dan Kim Thi sia telah berdiri saling berhadapan, mereka berdua samasama
membungkam dengan wajah serius, sementara sepasang tangannya saling menempel satu
sama lainnya secara ketat dan kencang sekali.
Bukan hanya begitu, dari atas ubun-ubun mereka berduapun, mengepul keluar asap putih yang
amat tebal. Melihat adegan ini, diam-diam siburung hong mengeluh.
"Habis sudah riwayat Kim Thi sia kali ini, dia tentu akan kalah secara mengenaskan."
"Atas dasar apa kau berkata begitu?" tanya Kek Jin. Si pedang kayu menyela.
"Toa suheng memiliki tenaga dalam yang amat sempurna, bagaimana mungkin Kim Thi sia
sanggup menandinginya?"
ooooooo "Kalau sudah tahu begitu, apa sebabnya Kim Thi sia bersikeras hendak memberi perlawanan?"
tanya Kek Jin lagi. "Apakah kau merasa sayang dan kuatir baginya?"
"Seandainya aku menjadi dia, tak nanti akan kulakukan perbuatan bedoh ini, sudah tahu tenaga
dalam sendiri bukan tandingan musuh, aneh dia malah mengajak lawannya beradu tenaga dalam,
apakah perbuatan semacam ini bukan perbuatan tolol?" Sementara itu Kim Thi sia sendiripun
sedang mengeluh. Sesungguhnya dia sendiripun tidak bermaksud mengajak si pedang emas untuk beradu tenaga
dalam. Rupanya disaat siburung hong Lam Peng menyuruh sepasang tangan mereka saling menempel
tadi, si pedang emas telah menggunakan akal licik untuk menjebak pemuda tersebut.
Begitu sepasang tangan mereka saling menempel tadi, si pedang emas segera memanfaatkan
kesempatan tersebut untuk mengalirkan tenaga dalamnya untuk menggencet musuh.
Dalam keadaan begini, Kim Thi sia hanya bisa mengeluh didalam hati, sebab tahu-tahu saja dia
merasakan datangnya segulung tenaga kekuatan yang menggencet serta menggempurnya .
Bila ia tidak memberi perlawanan dalam keadaan begini, niscaya isi perutnya akan terluka
parah, atau bahkan bisa merenggut selembar jiwanya.


Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berada dalam keadaan apa boleh buat terpaksa Kim Thi sia harus membungkam diri serta
melakukan perlawanan dengan menggunakan ilmu Toa kim kong leknya.
Menanti semua orang dapat melihat kejadian tersebut, sesungguhnya mereka berdua sudah
cukup lama saling menggempur.
Walaupun banyak ocehan dan pendapat dari para jago yang terdengar oleh Kim Thi sia waktu
itu namun keadaannya tak berbeda seperti si bisu empedu, biar kepahitanpun tak mampu
mengeluh. Sebaliknya si pedang emas merasa gembira sekali setelah mendengar pelbagai pendapat itu,
sambil tertawa tergelak segera serunya:
"Bocah keparat, kau sendiri yang mencari mampus, hmmm jangan sala h kan bila aku bertindak
kejam." Menggunakan kesempatan itulah Kim Thi sia berjumpalitan secara tiba-tiba kebelakang seperti
sebuah bola yang menggelinding.
Padahal si pedang emas sedang menggempur dengan sekuat tenaga, begitu musuhnya
mengendor, ia jadi gelagapan hingga nyaris jatuh terjerembab keatas tanah.
Masih untung kepandaian silat yang dimiliki si pedang emas cukup tangguh sehingga secara
paksa ia mampu mengendalikan keseimbangan badannya. Sebaliknya keadaan Kim Thi sia waktu
itu sungguh mengenaskan sekali.
Secara beruntun dia berjumpalitan sampai belasan kali sebelum akhirnya jauh terduduk diatas
lumpur, badannya berubah jadi kotor sekali, keadaannya menggelikan.
"Aduh celaka" tiba-tiba terdengar siburung hong Lam Peng menjerit kaget:
"Ada apa?" si pedang kayu menegur dingin.
"Tampaknya Kim Thi sia menguasahi ilmu menyembah Kwan Im"
Sebagaimana diketahui, bila sepasang jago sedang beradu tenaga dalam, maka peristiwa
tersebut hanya bisa diakhiri bilamana salah satu pihak sudah terluka atau mati. Sebaliknya ilmu
menyembah Kwan Im merupakan ilmu peringankan tubuh tingkat tinggi.
Ketika Kim Thi sia berhasil menggunakan kepandaian yang luar biasa untuk meloloskan diri dari
gencatan senjata musuh tadi, kejadian tersebut boleh dibilang jarang terjadi dalam dunia
persilatan, tak heran bila orang-orang menjadi terperanjat dibuatnya. Si pedang kayu pun dapat
menyaksikan peristiwa itu, ia segera berkata:
"Huuuh, apanya yang luar biasa, toh toa suheng masih tetap mampu untuk membinasakan
dia." Dalampada itu si pedang emas Ko Hong liang telah melejit maju kedepan, kemudian sambil
mengayunkan telapak tangannya ia melepaskan sebuah bacokan dahsyat kedepanKim Thi sia melejit dengan kecatan, tubuhnya berputar kencang bagaikan putaran roda lalu
meluncur kesamping. si burung hong yang melihat itu, diam-diam berpikir dihatinya:
"orang ini memiliki tenaga dalamnya yang hebat, kemajuan yang dicapai dalam ilmu silatnya
benar-benar mengagumkan-" Sementara itu si pedang kayupun sedang berpikir:
"Bila bangsat ini tidak dilenyapkan secepatnya, dikemudian hari dia tentu akan menjadi bibit
bencana, itu berarti sebuah ancaman yang berbahaya sekali bagi kami." Dalam pada itu Kim Thi
sia telah melayang turun keatas tanah seraya berteriak keras: " pedang emas, kau terlalu kurang
ajar, mengapa kau mengingkari janji?"
"Hmm, bukankah kau sedang bertarung dengan menuruti peraturan yang telah ditentukan"
"Kau seharusnya bertarung dengan mengandaikan ilmu Tay goan sinkang.....^"
"Kepandaian silat yang kugunakan sekarang tak lain adalah ilmu Tay goan sinkang" sahut
pedang emas cepat. Begitu selesai berkata, ia kembali mendesak maju kedepan, sebuah pukulan yang maha
dahsyat dilancarkan ketubuh musuh.
Ternyata jurus serangan yang dipergunakan adalah jurus "kecerdikan menguasahijagad dari
ilmu Tay goan sinkang. Pada dasarnya Kim Thi sia memang tak pandai bicara sehingga biarpun mempunyai alasan
yang kuat namun ia tak mampu mengutarakannya keluar.
Sebetulnya dia hendak menegur pedang emas mengapa begitu dimulai musuh telah
mengajaknya beradu tenaga dalam.
Tapi tindakan serta desakan si pedang emas kelewat cepat sehingga pada hakekatnya dia tak
berkesempatan untuk memberi reaksi.
Hal ini masih ditambah lagi dengan sikap berat sebelah dari Lam Peng sebagai wasit,
kesemuanya itu membuat posisinya menjadi sangat tidak menguntungkan. Kim Thi sia merasa
amat gusar, darah panas serasa mendidih didalam dadanya.
Maka dikala melihat si pedang emas telah melancarkan serangan lagi, Kim Thi sia pun segan
untuk banyak berbicara. Diam-diam pikirnya dihati:
"Baiklah, bertarung yaa bertarung, percuma banyak bicara lagi biar menang kalah yang
menentukan Segala Sesuatunya."
Dengan menggunakan jurus yang Sama dia Sambut datangnya serangan musuh itu.
sewaktu berhembus datang tenaga serangan dari kedua belah pihak sama-sama tidak
menimbulkan suara. Tapi begitu bertemu maka terjadilah benturan demi benturan meski suara benturan itu kecil
sekali. Sebagai akibat dari benturan- benturan ini kawasan selUas tiga kaki disekeliling tempat itu
segera tercekam dalam daya pengaruh tenaga sakti Tay goan sinkang.
Melihat kedahsyatan tersebut, semua jago menjadi tertegun dibuatnya, terutama sekali kelima
naga, untuk sesaat mereka sampai saling berpandangan dengan wajah tertegun.
Perlu diketahui, kelima naga itu termasuk anak buah dari si Raja langit berlengan delapan yang
berdiam dikawasan Biau, suatu daerah yang jauh dari daratan Tiong goanUntuk kawasan Biau dan sekitarnya, kelima orang itu memang mempunyai nama serta reputasi
yang luas biasa. oleh karena selama ini belum pernah menjumpai lawan tandingan yang hebat, selama ini
mereka selalu berpendapat bahwa ilmu silat sendiri amat tangguh dan tiada taranya dikolong
langit. Siapa tahu setelah menginjakkan kakinya didaratan Tionggan dan menyaksikan kedahsyatan
dari ilmu Tay goan sinkang tersebut, mereka baru sadar bahwa diatas langit masih ada langit,
diatas manusia pandai masih ada manusia pandai lainnya.
Dalam pada itu pertarungan antara Kim Thi sia melawan pedang emas sudah mencapai tingkat
yang amat sengit. Kini mereka makin bertarung makin lamban, setiao gerakannya kelihatan amat berat dan
ngotot. Peluh sebesar kacang kedelai pun telah bercucuran membasahi seluruh wajah dan tubuh
mereka. Pada saat inilah mendadak terdengar siburung hong Lam Peng berseru dengan bahasa yang
sangat aneh. Bahasa yang digunakan gadis itu sangat aneh, baik si pedang kayu maupun Kek Jin sama-sama
tidak mengerti. Tapi kelima naga itu segera memencarkan diri menjadi dua rombongan, dua orang diantaranya
langsung mendekati Kek Jin.
Belum sempat Kek Jin memberikan reaksinya, tahu-tahu kedua orang tersebut telah merampas
Lin lin dari bopongannya.
Kejadian yang sama sekali tak terduga ini kontan saja membuat Kek Jin menjadi kelabakan
setengah mati, buru-buru serunya: "Heeeeey......mau apa......mau apa kalian?"
Kedua orang itu tidak menjawab, seorang diantaranya yang berhasil merampas tubuh Lin lin
segera melompat mundur kebelakang, sedang rekannya dengan cepat mengeluarkan sebuah ilmu
pukulan yang sangat aneh tapi dahsyat, langsung menggempur Kek Jin.
Dalam keadaan tidak siap sama sekali Kek Jin menjadi semakin gelagapan, dia terdesak
mundur terus kebelakang. Dipihak lain, pada rombongan kedua yan terdiri dari tiga orang, saat itu sudah mengambil
posisi dan mengepung si pedang kayu.
Menanti salah satu dari lima naga itu berhasil mendesak Kek Jin mundur hingga kesisi si
pedang kayu, keempat naga tersebut baru memencarkan diri pada posisi empat penjuru dan
mengepung Kek Jin serta si pedang kayu ditengah arena.
Keempay orang itu tidak berbicara apa- apa, namun wajah mereka nampak bangis, sorot
matanya memancarkan sinar yang menggidikkan hati^
"Hey, apa- apaan kalian ini?" Kek Jin segera menegur dengan perasaan kesal bercampur
menyesaL sedangkan si pedang kayu membentak penuh amarah:
"Lam Peng, sebenarnya apa maksud tujuanmu?"
Sahut siburung hong Lam Peng sambil tertawa dingin.
"Aku rasa, lebih baik kalian berdua jangan sembarangan bergerak."
Bicara sampai disitu kembali dia berkata dengan menggunakan bahasa yang tidak dimengerti.
Lelaki yang menyerobet Lin lin tadi segera mengiakan berulang kali, dengan cepat dia
menyandarkan tubuh Lin lin diatas sebatang pohon, kemudian lelaki itu maju kemuka dan
menggabungkan diri dengan keempat orang rekannya.
Semua perbuatan dan tingkah laku mereka ini membuat Kek Jin maupun si pedang kayu
menjadi tertegun, keheranan dan tidak tahu apa yang mesti diperbuatnya.
Selang berapa saat kemudian-.....
Kelima naga itu sudah membuat posisi pengepungan yang amat ketat, dari depan, belakang,
kiri maupun kanan, mereka menempati lima posisi yang berbeda. Dengan suara lantang siburung
hong Lam Peng berseru: "Hey Go yong, orang menyebutmu si pedang kayu, tahukah kau akan perubahan dari barisan
ngo heng?" "Kalau mengerti kenapa" Kalau tidak mengerti kenapa pula?" sahut si pedang kayu dengan
kening berkerut. "Dengan dialek suku Biau aku telah memberitahukan kepada lima naga agar mengurung kalian
dengan menggunakan barisan naga beracun ular emas........."
"Hmmmm Aku tahu barisan naga beracun ular emas memang termasuk sebuah barisan yang
besar dan hebat, tapi aku takut barisan tersebut belum cukup tangguh untuk mengurungi diriku"
"Kau jangan memandang kelewat rendah kemampuan dari lima naga dari wilayah Biau ini.
Sejak terjunkan diri kedalam dunia persilatan, belum pernah ilmu pukulan naga beracun ular emas
mereka menjumpai tandingan. Kau tahu, pendekar besar dari Hong san, Ko An Jin sendiripun
pernah dikurung oleh kelima naga tua dari wilayah Biau didalam barisan naga beracun ular
emasnya hampir setengah bulan lamanya , kini putra dari kelima naga tersebut muncul pula
didaratan Tiong goan setelah melatih diri sekian waktu nah bila kau tetap tak tahu diri serta
mencoba untuk melawannya, itu berarti kau sudah bosan hidup terus didunia ini"
Mendengar uraian tersebut, Kek Jin merasa sangat tegang, buru-buru bisiknya kepada si
pedang kayu: "Waduh celaka, jagoan yang begitu lihay seperti pendekar bukit Hong san, Ko AnJ in kena
terkurung, apa lagi manusia macam kau dan aku......?"
Si pedang kayu terhitung seorang jagoan yang tinggi hati, ketika mendengar perkataan mana
buru-buru bentaknya: "Benar-benar omong tak karuan, kenapa sih kau mesti merasa bingung dan tegang?" Kemudian
dengan suara lantang serunya:
"Sudah cukup lama aku si pedang kayu melakukan perjalanan didalam dunia persilatan, aku tak
pernah percaya dengan segala macam tahayul...."
Seraya berkata dia segera meloloskan pedangnya dan melancarkan serangan dengan
kecepatan bagaikan sambaran petir.
Serangan tersebut dilancarkan tanpa dibebani perasaan takut barang sedikitpun jua, malahan
dengan mengandung kekuatan penuh dia langsung menyergap kelima naga itu.
Tampaknya Kek Jin merasa terangsang oleh semangat si pedang kayu yang tinggi serta merta
dia meloloskan juga senjata andalan sambil berteriak keras:
"Bagus sekali, akupun akan mencoba kepandaian mereka, aku tak percaya kalau kita berdua
bakal dipecundangi oleh beberapa orang kurcaci dari wilayah Biau ini"
Dengan semangat yang berkobar dia segera melancarkan serangkaian bacokan ketubuh
musuh. Kelima naga tersebut sama sekali tak gugup, tampaknya mereka telah mempersiapkan diri
secara baik-baik untuk menyambut datangnya serangan dari si pedang kayu serta Kek Jin.
Tanpa gugup barang sedikitpun jua, kelima orang tersebut mulai menggerakkan barisannya
melakukan pengepungan. Tampaknya lima bayangan manusia bergerak kesana kemari, setiap kali bergerak mereka saling
mempersempit ruang gerak lawanBegitu kuat dan tangguhnya pertahanan mereka, sehingga betapa pun lihay dan gencarnya
serangan yang dilancarkan si pedang kayu serta Kek Jin, ternyata tak sebuah seranganpun dari
mereka yang berhasil menembusi pertahanan barisan itu.
Sebaliknya si pedang kayu dan Kek Jinpun jangan harap bisa menembusi pertahanan musuh
untuk meloloskan diri dari sana.
Dalam waktu singkat, pertarungan sengit telah berlangsung dengan hebatnya disana.
Dalam pada itu, pertarungan antara si pedang emas melawan Kim Thi sia telah mencapai
puncaknya, kedua belah pihak sama-sama merasa lelah dan kehabisan tenaga.
Dalam keadaan beginilah siburung hong Lam Peng menampilkan diri menghampiri mereka
berdua, kemudian ucapnya:
"Kim Thi sia, keadaanmu sekarang sudah amat berbahaya, tahukah kau akan keadaan
tersebut?" "Saat ini aku masih memiliki sisa tenaga, aku rasa kau pasti akan menderita kekalahan total"
sambung si pedang emas Ko Hong liang dengan napas tersengkal.
Kim Thi sia membalikkan telapak tangannya dengan cepat menyongsong serangan musuh,
sahutnya gagah: "Silahkan saja menyerang terus, kecuali aku sudah mampus, kalau tidak......"
Belum selesai perkataan tersebut diutarakan keluar, serangan dari si pedang emas telah
menyambar datang, serangan tersebut langsung mengancam jalan darah Leng tay hiatnya.
"Kalau tidak kenapa kau?" jengeknya lebih lanjut.
Kim Thi sia segera menghindarkan diri dengan jurus "angin berhembus menimbulkan reaksi",
lalu sahutnya: "Kalau tidak. aku tak akan bertekuk lutut untuk selamanya"
Sementara kedua orang itu masih melangsungkan pertarungannya yang amat seru, siburung
hong Lam Peng telah berkata lagi: "Kim Thi sia, aku bersedia membantumu"
pedang emas yang mendengar seruan tersebut menjadi naik darah buru-buru teriaknya:
"Kurang ajar, kau berani menghianati aku."
"Menghianati atau bukan, rasanya bukan urusanmu" jengek siburung hong sambil tertawa.
"Hey, sebetulnya apa maksudmu?" tegur Kim Thi sia pula dengan wajah keheranan"Maksudku" Dalam sebuah pertempuran, toh tak ada salahnya bila seseorang menggunakan
strategi perang bukan" "
Dengan amat mendongkol si pedang emas berseru:
"Kim Thi sia kau jangan mau diperalat olehnya, dia bisa memperalat diriku lagi kemudian
menghianati aku, sampai waktunya kaupun bisa diperalat olehnya, dan kemudian dihianati pula
olehnya ..... " Kim Thi sia jadi tertegun dibuatnya, untuk sesaat dia tak tahu apa yang mesti diperbuatnya.
Menggunakan kesempatan disaat pemuda tersebut sedang tertegun, kembali si pedang emas
melancarkan gempuran dengan menggunakan jurus "tenaga murni menembusi jagad."
Perlu diketahui, jurus "tenaga murni menembusi jagad" tersebut merupakan sebuah jurus
serangan yang paling dahsyat dan keji dalam ilmu Tay goan sinkang.
Agaknya si pedang emas hendak memanfaatkan kesempatan disaat lawannya teledor untuk
menghabisi nyawanya dalam serangan tersebut.
Sayang sekali Kim Thi sia bukan orang bedoh, lagi pula sejak kecil ia telah memperoleh didikan
yang tinggi dari guru kenamaan.
Dalam kagetnya ia tidak menjadi gugup, cepat-cepat dia mengeluarkan jurus "gaya burung
hong menganggukkan kepala" untuk memusnahkan ancaman lawanLalu dengan suatu kecepatan luar biasa dia melancarkan serangan balasan dengan
menggunakan jurus "membacok runtuh bukit timur."
sekali lagi kedua orang tersebut terlibat dalam suatu pertarungan yang amat seru.
Burung hong Lam Peng yang menyaksikan peristiwa ini segera tertawa cekikikan, serunya
kemudian: "Kim Thi sia, kau seharusnya dapat berpikir lebih jelas bukan?" Dengan geramnya si pedang
emas berseru: "Perempuan sialan,awas kamu, bila bersua kembali dikemudian hari, itulah saat kematian
bagimu" Si burung hong Lam Peng tidak menanggapi ancaman tersebut, sebaliknya berkata lagi:
"Kim Thi sia , kita tak usah membicarakan soal peraturan persilatan untuk menghadapi manusia
semacam si pedang emas......"
"Aku mengerti" sahut Kim Thi sia sambil bertarung terus, "Sekalipun kau bersedia menolong ku,
itupun disertai dengan syarat bukan?"
"oooh, sudah barang tentu demikian."
"Apa syaratmu?"
"Bukankah kau ingin menolong Lin lin?"
"Benar." "Dan kau ingin mendapatkan kembali lentera hijau tersebut dari tangan orang ini?"
"Tentu saja." "Bila kau mengharapkan bantuanku, maka kau jangan berharap bisa mendapatkan kembali
lentera hijau tersebut."
"Tapi.....tapi.....tanpa lentera hijau, bagaimana mungkin aku bisa menolong Lin lin?" seru Kim
Thi sia cemas. "Soal itu sih tak perlu dikuatirkan, aku mempunyai cara yang lain." Sementara itu si pedang
emas telah membentak penuh amarah:
"Hmmm, dasar perempuan, rupanya benakmu cuma dipenuhi dengan segala macam akal
busuk." Si burung hong Lam Peng tetap tidak menggubris umpatan tersebut, kembali dia berkata:
"Setelah kubantu dirimu untuk mengalahkan si pedang emas...."
"Saat itulah waktu ajalmu telah tiba" sambung si pedang emas segera sebelum Kim Thi sia
sempat berbicara. Si burung hong Lam Peng segera tertawa cekikikan.
"Haaaah.....haaaaah....haaaaah......demi menjaga keseimbangan kekuatan dalam dunia
persilatan, aku tak akan membunuh siapapun diantara kalian berdua."
"Sebenarnya apa yang kau inginkan?" tanya Kim Thi sia.


Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku akan membantumu untuk menyembuhkan Lin lin-"
"Tapi kau akan membawa pergi lentera hijau tersebut, mana mungkin janjimu itu bisa
terwujud?" "Bukan hanya itu saja permintaanku" kata Lam Peng cepat.
"Apakah kau masih ada syarat yang lain?" tanya Kim Thi sia sambil berkerut kening.
"oleh karena ilmu silatmu terlalu hebat dan melebihi siapa saja....."
"Apakah kau ingin memusnahkan ilmu silatku?" tanya sang pemuda agak terperanjat.
"oooh tidak. aku tak bermaksud begitu?"
"Lantas apa keinginanmu?"
"Asal kau bersedia ditotok jalan darah kakunya saja, itu sudah lebih dari cukup,"
"Kau hendak menotok jalan darah kaku ku?"
"Yaa, selain itu kaupun harus bersumpah untuk tidak menangis soal lentera hijau lagi
kepadaku." "Aku bukan bermaksud begitu, maksudku tadi...."
"Buat apa sih kau banyak bicara lagi?" sela si pedang emas cob amenghasut. "Saat itu kau pasti
akan menjadi seekor anak domba yang siap untuk dijagaL......"
"Apa kau bilang?" seru Kim Thi sia marah. "Kau tak pernah melepaskan setiap kesempatan
untuk membinasakan aku. Hmmm, kau anggap aku akan termakan oleh hasutanmu itu?"
Sementara pembicaraan tersebut berlangsung pertarungan masih berjalan terus dengan
serunya. Selama ini si pedang emas masih tetap berusaha untuk membinasakan Kim Thi sia secepat
mungkin. Siapa sangka gara-gara kerakusannya itu, sekarang siburung hong Lam Peng lah yang bakal
meraih keuntungan. Sementara itu siburung hong Lam Peng telah berkata lagi sesudah memutar biji matanya
sebentar. "Kim Thi sia, kau tak perlu cemas, aku sudah memahami maksud hatimu itu" Dengan cepat Kim
Thi sia berkata lagi: "Bagaimanapun juga aku toh tak bisa berada dibukit ini untuk selamanya karena pengaruh
totokanmu tersebut......"
"Bukankah kau masih ada nona Lin lin yang akan mendampingimu?" tanya siburung hong
dengan perasaan kecut. "Bagaimana mungkin dia sanggup menolongku?"
"Soal itu mah bukan urusanku, pokoknya jawab saja sekarang mau atau tidak kau terima
syaratku ini......" Dalam pada itu, serangan yang dilancarkan si pedang emas kian lama kian bertambah gencar,
segenap tenaga yang dimiliki telah dipergunakan, rupanya ia sadar bahwa mengulur waktu lebih
lama hanya akan merugikan pihaknya sendiri.
oleh sebab itulah mumpung perjanjian antara kedua orang itu belum terwujud, dia berusaha
keras untuk membinasakan lawannya lebih dulu.
Kim Thi sia segera terdesak hebat, dalam waktu singkat keselamatan jiwanya sudah terancam
berulang kali. Terdengar siburung hong kembali berseru:
"Ayo cepat beri jawaban, bersedia atau tidak kau menerima syarat yang kuajukan?"
Sambil tertawa terbahak-bahak si pedang emas mencoba menghasut lagi:
"Haaaah.....haaaah.....haaaaah......Kim Thi sia merupakan seorang jago kenamaan, seorang
lelaki sejati, manusia segagah dia mana mau menuruti bujuk rayu seorang wanita?"
Waktu itu Kim Thi sia benar-benar sudah merasa tak sanggup lagi untuk mempertahankan diri
segera serunya: "Lam Peng mari kita rundingkan persoalan ini secara baik-baik." Burung hong Lam Peng
tertawa hambar. "Bila kau bersikeras tak mau menerima syaratku tadi, terus terang saja aku sendiri pun tak
ingin menyalahi si pedang emas lebih jauh."
Selesai berkata, ia segera membalikkan badan dan siap pergi meninggalkan tempat tersebut.
Dalam gelisah dan cemasnya, buru-buru Kim Thi sia berteriak keras "Baiklah Lam Peng, mari
kita robehkan si pedang emas lebih dulu"
Mendengar jawaban tersebut, siburung hong Lam Peng menjadi kegirangan setengah mati.
JILID 50 cepat-cepat dia membalikkan badan sambil meloloskan senjatanya, kemudian seCepat kilat
menyerang sipedang emas sambil bentaknya nyaring: "coba kau saksikan kehebatan permainan
ilmu pedang awan bergerak ku ini..^..."
Belum selesai bentakan itu bergema, tubuhnya telah mendesak maju kedepan sementara ujung
pedangnya telah mengancam didepan mata.
Sipedang emas hanya merasakan pandangan matanya menjadi kabur, tahu-tahu berkuntumkuntum
pedang yang amat rapat telah memancar diseluruh angkasa dan mengancam bagianbagian
mematikan ditubuh lawan- Dengan terjadinya sergapan ini, situasi dalam arena pertarunganpun segera mengalami
perubahan besar. Keadaan Kim Thi sia saat itu bagaikan harimau ganas tumbuh sayap. semangat tempurnya
nampak berapa kali lipat lebih membara.
Ilmu pedang awan bergerak dari siburung hong Lam Peng mengutamakan kelincahan serta
keringanan badan, serangannya lebih mengandalkan kegesitan tubuh ketimbang kekuatan badan,
biar begitu serangan demi serangan yang dilancarkan hampir semuanya mengandung daya
ancaman yang menggidikkan hati...
Waktu itu sesungguhnya sipedang emas sudah berada dalam keadaan lemah dan lelah, ketika
secara tiba-tiba harus menghadapi seorang musuh yang begitu tangguh lagi, kontan saja dia
menjadi kelabakan setengah mati dan tak sanggup untuk mempertahankan diri lebih jauh.
dalam waktu singkat dua puluh gebrakan sudah lewat.
Memanfaatkan peluang yang sangat baik ini, Kim Thi sia segera melancarkan sebuah gempuran
dahsyat dengan jurus "harimau serigala merajalela."
Jurus serangan tersebut amat dahsyat dan hebat, begitu hebatnya hingga persis menghantam
diatas jalan darah Thian teng hiat ditubuh sipedang emas tersebut.
Sebagaimana diketahui jalan darah Thian teng hiat merupakan salah satu jalan darah penting
ditubuh manusia, bilamana sampai tergempur maka orang akan kehilangan kesadarannya.
Tampak sipedang emas memuntahkan darah segar akibat gempuran yang bersarang telak itu.
Menyusul kemudian ia berteriak keras, suaranya seram dan menggidikkan hati membuat
siapapun yang mendengarkan merasakan bulu kuduknya pada bangun berdiri.
Jeritan itu hanya berlangsung sebentar, tahu-tahu badan sipedang emas sudah roboh
terjengkang keatas tanah dalam keadaan tak sadar, ia sudah kehilangan sama sekali tenaga untuk
perlawanan. Dengan napas terengah-engah Kim Thi sia segera meloloskan pedang Leng gwat kiamnya dan
siap menghabisi nyawa musuhnya itu.
"Jangan" teriak siburung hong Lam Peng secara tiba-tiba sambil menghalangi perbuatannya.
"Kenapa?" tanya Kim Thisia agak tertegun.
"Tadi akukan sudah bilang, demi menjaga keseimbangan kekuatan didalam dunia persilatan,
aku tak ingin membinasakan sipedang emas"
"Tapi itukan merupakan pandanganmu, pandangan tersebut tiada sangkut pautnya dengan
aku?" "Tapi kau tidak berhak untuk membunuhnya" Dengan gemas Kim Thi sia segera berseru:
"Tapi sipedang emas merupakan penghianat perguruanku, dia adalah murid murtad yang harus
mempertanggung jawabkan semua kejahatan serta kebejadannya. Aku wajib membunuhnya
Sekarang juga ." "Bila kau ingin membalaSkan dendam bagi gurumU, sudah barang tentu aku merasa segan
untuk menghalangi niatmu."
"Kalau toh kau merasa tak keberatan, mengapa kau halangi usahaku untuk membunuhnya?"
"Sebab kau tidak menantangnya untuk berduel secara jujur, terang-terangan dan terbuka."
"Tapi apa salahnya kalau kubunuh dirinya sekarang juga ?"
"Hmmm, kau harus ingat, paling tidak kau belum tentu bisa mengunggulinya tanpa bantuanku"
Mendengar perkataan ini, Kim Thi sia termenung berapa saat lamanya, kemudian baru
mengangguk. "Yaa benar juga perkataanmu itu."
"Maka dari itu bila kalian bisa bersua kembali dikemudian hari dan kau berhasil mengungguli
dirinya, sekalipun kau hendak menghabisi nyawanyapun aku pasti tak akan mencoba untuk
menghalangi." Berbicara sampai disitu, ia segera membungkukkan badan dan mengambil lentera hijau
tersebut dari dalam saku sipedang emas.
Menyaksikan kesemuanya ini, Kim Thi sia segera menghembuskan napas panjang, katanya
kemudian: "Sungguh tak kusangka akhirnya kaulah yang keluar sebagai pemenang terakhir" Siburung
hong Lam Peng tertawa tergelak.
"Haaah....haaah....haaaah.....tujuan kemunculanku didalam persilatan kali ini adalah
mendapatkan Lentera hijau, coba bila aku mengincar pedang Leng gwat kiam tersebut, mungkin
semenjak dulu benda tersebut telah terjatuh ketanganku."
"Bagaimana kau bisa berkata begitu?"
Siburung hong tertawa hambar. "Kau masih ingat dengan Lam Wi?"
"Tentu saja masih ingat"
"Seandainya dia yang mengambil pedang Leng gwat kiam tersebut dari tanganmu, tolong tanya
apakah kau mampu untuk melindungi benda mestika tersebut?"
Kim Thi sia menjadi tertegun, selang sesaat kemudian dia baru menyahut agak tergagap:
".......Yaaa, rasanya....rasanya aku memang tak sanggup untuk melindungi benda tersebut."
Kembali siburung hong Lam Peng tertawa.
"Kalau begitu aku perlu memberitahukan kepadamu, orang yang bernama Lam Wi tersebut tak
lain adalah aku sendiri"
"Aaaah, rupanya kau adalah wanita yang sedang menyaru sebagai pria"
Ia segera menengok kearah lain, tampaknya kelima naga dari suku Biau tersebut masih terlibat
dalam suatu pertarungan amat seru.
Waktu itu sipedang kay userta Kek Jin sudah kehabisan tenaga dan merasa amat penat,
serangan demi serangan yang mereka lancarkan sudah tidak pakai aturan lagi keadaannya amat
kritis. Bila keadaan saat itu dibiarkan berlangsung lebih lanjut, tak bisa disangkal lagi mereka berdua
pasti akan tewas dalam keadaan yang amat mengerikan hati.
Untunglah pada saat itu siburung hong Lam Peng telah memberikan perintahnya dengan
memakai bahasa suku Biau.
Tampaknya kelima naga tersebut amat tunduk dibawah perintah Lam Peng, begitu perintah
diturunkan serentak mereka menarik kembali serangannya sambil melompat mundur kebelakang.
Sebetulnya sipedang kayu dan Kek Jin merasa amat penasaran, mereka berniat mengejar
musuhnya lebih lanjut. Tapi sayang meski ada kemauan namun tenaga kurang, baru berjalan dua tiga langkah tubuh
mereka telah gontai dan akhirnya roboh terjungkal keatas tanah.
Dalam keadaan begitu mereka cuma bisa saling berpandangan saja dengan wajah tertegun,
napasnya kelihatan tersengkal-sengkaL
Ditengah keheningan, tiba-tiba terdengar si burung hong Lam Peng berkata lagi kepada Kim Thi
sia: "Nah, sekarang kita harus melaksanakan janji yang telah disepakati tadi....."
"Sebagai seorang lelaki sejati, tentu saja aku takakan memungkirinya, silahkan turun tangan"
Baru selesai perkataan tersebut diutarakan Lam Peng telah menotok jalan darah kaku ditubuh
Kim Thi sia keras-keras. Seketika itu juga Kim Thi sia merasakan peredaran darahnya membeku, tubuhnya terasa lemas
dan ia segera roboh terjungkal keatas tanah.
"Maaf!" kata siburung hong kemudian sambil tertawa hambar.
Waktu itu, kendatipun Kim Thi sia merasa amat tak puas dengan cara kerja siburung hong
terutama terhadap dirinya, namun ada satu hal yang membuatnya merasa amat berterima kasih.
Karena Lam Peng telah memerintahkan kelima naga dari suku Biau untuk mengobati luka Lin lin
dengan mempergunakan lentera hijau.
Bersamaan itu juga , siburung hong telah membopong tubuh Kim Thi sia dan membawanya
pergi dari situ dengan gerakan tubuh secepat sambaran petir.
Setelah melewati beberapa bukit dan sampai didalam sebuah hutan yang lebat, gadis tersebut
menurunkan Kim Thi sia keatas tanah.
Walaupun Kim Thi sia tak mampu bergerak saat itu, namun kesadarannya masih tetap jernih.
Dia dapat mengendus bau harum kegadisan yang terpancar keluar dari tubuh Lam Peng, diapun
dapat mencium bau harum rambut sinona tersebut, tanpa disadari ia menaruh rasa senang atas
keindahan serta kecantikan dari gadis tersebut. Diam-diam pikirnya :
"Aaaaai, andaikata hatinya tidak selicik dan sekeji ini, alangkah baiknya gadis ini.."
Ketika dia mencoba untuk menengok kearah lain, tampak olehnya Lin lin telah dibaringkan juga
tak jauh dari tubuhnya, waktu itu wajahnya kelihatan merah segar. Terdengar siburung hong
berkata: "Sepanjang jalan menuju kemari tadi, Lin lin telah memperoleh pengobatan dengan
menggunakan lentera hijau."
"Terima kasih atas bantuanmu"
"Kau tak perlu berterima kasih kepadaku, tak sampai setengah jam kemudian, kesehatan
tubuhnya akan pulih kembali seperti sedia kala."
"Aaai, tak kusangka kau begitu pandai mengatur urusan" puji Kim Thi sia sambil tertawa.
Burung hong Lam Peng ikut tertawa pula.
"Aaaai, aku tak berkemampuan apa-apa, yang kuharapkan sangat adalah kau masih bisa
teringat akan diriku"
"Selama hidup aku tak akan melupakan dirimu....." janji sang pemuda sambil tertawa.
Kembali burung hong Lam Peng tertawa hambar, ia segera memberi tanda kepada kelima naga
dari suku Biau untuk pergi dari situ, sebelum berangkat katanya lagi lembut.
"Kim sauhiap. sampai jumpa lagi dikemudian hari"
Dengan suatu gerakan yang amat cepat bagaikan hembusan angin, berangkatlah gadis itu
meninggalkan tempat tersebut, dalam waktu singkat bayangan tubuhnya telah lenyap dikejauhan
sana. Setengah jam kemudian-.......
Akhirnya Lin lin sadar kembali dari pingsannya.
Tapi pada saat yang bersamaan, tiba-tiba saja Kim Thi sia mendengar ada suara langkah
manusia yang berjalan mendekati tempat tersebut.
Ia tak tahu apakah musuh atau teman yang muncul ditempat tersebut, andaikata musuh yang
munculkan diri dalam keadaan lemah tak berkekuatan begini bukankah dia bakal dibunuh secara
mudah oleh lawan" Kim Thi sia menjadi amat gelisah, keluhnya berulang kali: "Waduh, bisa celaka, bisa celaka......"
"Kenapa sih kamu ini?" Lin lin yang tak tahu apa yang terjadi bertanya agak tercengang.
Gadis ini sama sekali tidak mengira kalau ancaman bahaya maut telah berada didepan mata.
"Sttt, jangan berisik Lin lin ayo jangan bergerak secara sembarangan-...." bisik Kim Thi sia lagi.
sikapnya amat serius dan tegang seolah-olah menghadapi sesuatu yang amat gawat.
Lin lin yang baru sadar dari pingsannya menjadi tertegun setelah menyaksikan keadaan itu.
Sejak sadarkan diri dan melihat dirinya berada ditempat yang sepi, gadis tersebut sudah
merasa gugup dan takut. Apalagi sekarang ia melihat Kim Thi sia begitu tegang dan serius, tentu saja hatinya makin
terperanjat lagi, saking kagetnya untuk berapa saat ia tak mampU berbuat apa-apa.
Menanti Kim Thi sia sudah memberi tanda dan minta Lin lin berjalan mendekat, gadis itu baru
memberanikan diri untuk maju menghampirinya.
Tapi sayang Lin lin berjalan kurang hati-hati, kakinya menginjak diatas berapa buah ranting
pohon sehingga menimbulkan suara berisik.
Ditengah hutan yang begitu sepi dan leng gang, biarpun suara tersebut sebenarnya amat
pelan, tapi dalam keadaan begitu justru kedengarannya cukup nyaring. Lin lin amat menyesal, ia
menjadi tertegun untuk berapa saat lamanya.
Kim Thi sia lebih tegang lagi, buru-buru ia menarik tangan Lin lin agar cepat menghampirinya .
Mungkin karena terlalu tegang hingga tenaga betotannya kelewat keras, atau mungkin juga
keseimbangan tubuh Lin lin kurang baik. Begitu tertarik, tak kuasa lagi tubuh gadis itu terjatuh
kedalam pelukan Kim Thi sia.
Dengan cepat anak muda itu merasakan sebuah tubuh yang empuk dan halus terjatuh
menindihi tubuhnya. Sebaliknya Lin lin sendiripun tiba-tiba merasa bau lelaki yang khas menerobos masuk kedalam
penciumannya . dalam waktu singkat kedua orang ini saling berpelukan satu sama lainnya, walaupun dalam
suasana tegang dan seram, namun rasa malu, manis, hangat dan terangsang bercampur aduk
didalam perasaan hati mereka.
Paras muka Lin lin seketika berubah menjadi merah padam lantaran amat jengah.
Sebaliknya Kim Thi sia merasa terangsang sifat kejantanannya, sambil mengawasi wajah sinona
ia berteriak: "Lin lin, kau tak usah takut, aku pasti akan melindungi mu sebisa mungkin."
Berbicara sampai disitu, dia segera merentangkan tangannyalebar-lebar dan memeluk gadis
tersebut erat-erat. Lin lin sendiripun segan mengeluarkan banyak tenaga, dengan manjanya diapun menjatuhkan
diri bersandar dalam pelukan pemuda itu.
Sementara sepasang matanya yang bulat besar dan jernih menatap wajah Kim Thi sia tanpa
berkedip. Sekalipun ia tak berkata-kata, namun pandangan matanya itu seakan-akan sedang berkata.
"Lindungilah aku engkoh Thi sia, aku rela menerima perlindungan seperti ini......"
Begitulah, untuk berapa saat lamanya kedua orang itu bagaikan terbuai dalam mabuk cinta,
seakan-akan sudah melupakan keadaan disekelilingnya lagi.
Tapi hal tersebut hanya beriangsung sebentar, tak selang berapa saat kemudian Kim Thi sia
dan Lin lin sudah terjaga kembali dari lamunan mereka.
Dengan suara lirih Lin lin segera berbisik:
"Engkoh Thi sia, apa yang sedang engkau takuti" Mengapa aku bisa sampai disini" Seingatku,
aku telah terluka ditangan seorang hwesio gemuk. apakah kau yang telah menolongku"
Bagaimana caramu menolongku.....?"
Serangkaian pertanyaan diajukan secara bertubi-tubi, seakan-akan semua persoalan ingin
diketahui dalam waktu singkat.
Kim Thi sia tidak langsung menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, dia masih dicekam perasaan
tegang, sebab jalan darahnya masih tertotok hingga sekarang, berarti bila yang muncul adalah
musuh tangguh maka keselamatan jiwa mereka akan terancam. Sampai lama kemudian, pemuda


Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu baru menjawab gelagapan-"Lin lin, kau....kau......"
"Kenapa dengan aku?" tanya Lin lin terheran-heranDengan peluh membasahi seluruh tubuhnya karena cemas, Kim Thi sia berbisik: "Kuminta kau
jangan berbicara lagi....."
Ia tak berani berbicara terlalu keras, namun dia berharap gadis itu bisa mendengar dengan
jelas tak heran kalau wajahnya nampak lucu dan menggelikan hati. Sambil mencibirkan bibirnya
Lin lin berseru manja: "Tapi kau belum menjawab semua pertanyaan yang kuajukan tadi?"
Dengan jelas Kim Thi sia memeluk tubuhnya dengan mesrah kemudian berbisik pelan:
"Pertanyaanmu terlalu banyak, aku tak tahu bagaimana mesti menjawabnya......."
"Tapi......sebenarnya apa maumu?"
Sementara itu suara langkah manusia kedengaran semakin mendekati tempat tersebut.
Didengar dari langkah kaki yang kacau balau, bisa diketahui bahwa pendatang bukan terdiri
dari seorang saja. Rombongan pendatang itu berjalan kesitu dengan langkah cepat, bila yang muncul adalah
sipedang emas, pedang perak atau pedang kayu sekalian, maka bagaimana akhirnya pasti susah
dibayangkan dengan perkataan.....
Mengetahui etapa gawatnya situasi waktu itu, buru-buru Kim Thi sia berbisik lagi:
"Lebih baik kau jangan bergerak dulu dan jangan berbicara, berbaringlah saja dalam
pelukanku" Mungkin saking cemasnya, pembicaraan tersebut tanpa disadari telah diutarakan dengan suara
agak keras. Baru selesai perkataannya diucapkan, terdengar suara langkah manusia itu telah berhenti
secara mendadak. Disusul kemudian terdengar seorang berseru keras:
"Bagus sekali, tingkah laku sibocah keparat ini benar-benar menarik hati, rupanya dia sedang
bermesrah-mesrahan disini...."
Jelas sudah, rombongan pendatang itu telah melihat kehadiran mereka disana.
Waktu itu Lin lin masih belum sadar kalau bahaya sedang mengancam, dia malah berseru
dengan manja. "Engkoh Thi sia, kau jangan memelukku begitu kencang......"
Diam-diam Kim Thi sia mengeluh, tanpa terasa dia mengendorkan pelukannya atas gadis
tersebut. Ketika ia berpaling kembali, maka terliharlah didepan mata telah muncul tiga orang jagoan
persilatan. sebagai orang pertama, ternyata ia tak lain si Unta, musuh bebuyutannya.
Dibelakang si unta mengikuti dua orang lelaki lagi, yang seorang bertubuh jangkung sedang
lainnya bertubuh ceboL Yang jangkung bertubuh kurus kering tinggal kulit pembungkus tulang, mukanya panjang
dengan sepasang mata menonjol keluar persis seperti mata ikan emas.
Sedangkan yang cebol bertubuh gemuk seperti babi, mukanya bulat dan mempunyai sepasang
mata yang sipit tinggal sebuah garis.
Melihat sipendatang adalah si unta, diam-diam Kim Thi sia berhembus napas lega, serunya
kemudian: "Hey tua bangka, tak disangka kita akan bersua lagi disini"
"Ya betul" sahut si unta tak acuh. "Kita telah bersua kembali, tapi rasanya pertemuan kali ini
bukan pada saat yang baik."
"Kenapa?" tanya Lin lin polos.
Si unta mendehem beberapa kali, kemudian baru sahutnya:
"Kalian berdua sedang bermesrah-mesrahan disini, rasanya aku situa bangka jadi iri hati."
Begitu ucapan tersebut diutarakan, sijangkung dan sicebol sama-sama tertawa tergelak. Gelak
tertawa mereka amat keras dan seakan-akan membutuhkan banyak tenaga, begitu habis tertawa
napas mereka kedengaran tersengkal-sengkaL
Paras muka Lin lin kontan saja berubah menjadi merah padam bagaikan kepiting rebus.
Ilmu meringankan tubuh ketiga orang tersebut memang kelewat sempurna, dengan gerakan
yang cepat sekali mereka munculkan diri didepan mata sehingga tidak memberi kesempatan
kepada kedua orang muda mudi itu untuk memberikan reaksinya.
Waktu itu Lin lin hanya memusatkan perhatiannya untuk berbicara, dia seperti lupa kalau
tubuhnya masih berada dalam pelukan mesrah Kim Thi sia.
Seorang gadis tanggung ternyata tertangkap basah sedang bermesrahan dengan seorang lelaki
ditengah gunung yang sepi, kejadian seperti ini boleh dibilang merupakan peristiwa yang
merikuhkan. cepat-cepat Lin lin melompat bangun dari pelukan, lalu serunya kepada Kim Thi sia dengan
gemas: "Huuuh, semuanya gara-gara kau"
Saking malunya dia tak berani mendongakkan kepalanya lagi, cepat-cepat gadis itu
bersembunyi dibalik pepohonan-Melihat itu, si unta segera berseru sambil tertawa: "Tadi, apa
yang dia lakukan terhadapmu?"
"Dia.....minta kepadaku....." Lin lin merasa amat malu, kepalanya sampai tertunduk rendahrendah.
Ternyata si unta tak ambil perduli apakah gadis itu merasa malu atau tidak, kembali desaknya:
"Dia minta apa kepadamu?"
"Dia yang menyuruh aku berbaring dalam pelukannya...." sahut Lin lin seraya menutupi
wajahnya dengan kedua belah tangan. Si unta segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaah.....haaaah.....haaaah.....bagus, suatu permintaan yang bagus......."
Sementara itu sijangkung dan si cebolpun ikut tertawa terpingkal-pingkaL
Lin lin sigadis polos ini masih belum sadar apa yang sebenarnya sedang mereka tertawa kanDia malah mengira Kim Thi sia telah melakukan suatu gerakan yang lucu sehingga memancing
gelak tertawa mereka. Tanpa sadar dia melirik sekejap kearah pemuda itu.
Tampak Kim Thi sia masih berbaring diatas tanah agaknya diapun dibuat tersipu-sipu oleh
godaan si unta sambil menuding orang itu serunya gemas: "Hey tua bangka, kau.....kau........"
"Kenapa aku?" tanya si unta cepat. "Aku mah sudah tua, sudah tak berguna lagi, mana
mungkin aku bisa seromantis dirimu?"
"Apa itu romantis atau tidak?" teriak Kim Thi sia dengan wajah memerah, "Tadi aku takut....."
"oooh, takut?" si unta kembali menggoda.
Setelah berseru keheranan, ia segera berkata lagi kepada sijangkung dan sicebol:
"Wah......hebat betul dia, rupanya setelah memeluk seorang gadis dengan mesrah maka semua
rasa takut bisa hilang. Ehm, tentu cara ini bagus sekali....."
Kim Thi sia amat mendongkol, ia ingin membantah, tapi sebelum sempat berbicara, kembali
siunta telah berkata lagi:
"Sayang aku sudah tua, tak laku mencari nona lagi, coba kalau tidak....."
"Eh tua bangka, kau tidak memahami maksudku" seru Kim Thi sia dengan cemas.
"Kenapa aku tak mengerti" Akupun takut......" seru si unta.
"Apa gunanya kau merasa takut?" teriak siceboL Sambil melotot si unta segera berseru:
"Kalau aku takut, akupun bisa memeluk seorang nona untuk menghilang rasa takutku itu."
"Aaaah, kalian tidak mengerti....." teriak Kim Thi sia keras- keras.
"Bagaimana mungkin aku tidak mengerti tentang perbuatan kaum muda seperti kalian" Dulu
aku masih muda dan mengalami hal yang sama....."
"Aku......kau tahu, jalan darah kaku ku telah ditotok oleh siburung hong Lam Peng hingga tak
mampu berkutik, oleh sebab itu aku takut jejakku diketahui musuh hingga dicelakai jiwanya oleh
mereka......." tutur Kim Thi sia cepat.
"Apa kau bilang?" si unta berseru sambil menarik muka.
"Saat ini aku tak mampu berkutik"
"Aduh celaka......" pekik siunta kemudian dengan wajah tertegun.
Ucapan tersebut diutarakan dengan wajah serius, seakan-akan menghadapi suatu kejadian
yang gawat. Lin lin yang mendengar seruan itu menjadi terkejut sekali.
Tanpa ambil perduli persoalan lain lagi ia segera berlutut didepan Kim Thi sia dan bertanya
dengan rasa kuatir. "Engkoh Thi sia, gawatkah keadaanmu?"
"Tidak ada yang gawat" sahut Kim Thi sia sambil tertawa dingin.
Dengan penuh kasih sayang Lin lin membelai rambutpemuda itu, menyeka peluhnya dengan
sapu tangan, lalu katanya lagi: "Mungkinkah ...... "
Tapi berbicara sampai disitu ia segera berhenti berkata, sedih sempat melintas diatas wajahnya.
dalam keadaan begini ternyata si unta belum dapat menghilangkan juga sifat menggodanya,
cepat dia berkata: "Hey bocah kunyuk. nona ini menguatirkan dirimu apakah kau bakal mampus atau tidak......"
"Aku tak bakal mati" Kim Thi sia tertawa nyaring.
"Asal tidak mati, hatikupun merasa lega....." kata Lin lin sambil tertawa pula.
"Bocah kunyuk, andaikata kau benar-benar sampai mati, tentu tragis sekali keadaannya."
"Hey tua bangka, aku bakal mati atau tidak, apa sangkutpautnya dengan dirimu?"
"Dengan diriku tentu saja tak ada sangkut paut yang terlalu besar" teriak si unta.
"Tapi....." Bicara sampai disitu, dia sengaja mengerling sekejap kearah Lin lin-Dengan cepat Lin lin
bertanya: "Tapi kenapa?"
"Tapi keadaanmu tentu tragis."
"Siapa bilang aku bakal begitu?"
"Hmmm, kau berbicara lain dimulut lain dihati, andaikata Kim Thi sia benar-benar ketimpa
suatu kemalangan, bila kau sedang takut, siapa yang akan memelukmu?"
"Hmmm" dengan gemas Lin lin mencibir.
Tapi kali ini dia tidak menyingkir jauh, melainkan hanya bersandar disisi Kim Thi sia dengan
wajah tersipu-sipu. dalam pada itu si cebol dan sijangkung sudah tak tertawa lagi, mereka saling berpandangan
berulang kali, agaknya antara mereka berdua sedang merundingkan sesuatu. Akhirnya dengan
suara dingin sijangkung berseru: "Jadi bocah ini bernama Kim Thi sia?"
"Wah coba lihat, aku memang sudah pikun." si unta segera berteriak lantang. "Aku hanya
bicara melulu hingga lupa untuk memperkenalkan kalian semua......."
Ternyata kedua orang itu mempunyai asal usul yang luar biasa.
Sijangkung bernama Yo Kian, dia selalu malang melintang diwilayah utara dan selama praktek
sebagai pencuri belum pernah meleset dari sasarannya, karena kemampuannya itu orang
menyebutnya sebagai si Pencuri ulung dari utara.
Sebaliknya sigemuk pendek bernama Ho Tay hong, orang menyebutnya sipencuri sakti dari
selatan, orangnya licik dan pintar, selama praktek belum pernah menjumpai lawan tandinganBaik sipencuri ulung dari utara maupun sipencuri sakti dari selatan, mereka berdua tidak
termasuk dalam golongan partai apapun selama ini merekapun segan turun tangan bila
sasarannya bukan bernilai luar biasa besarnya.
Dan kini kedua orang pencuri sakti tersebut telah munculkan diri bersama-sama disitu tak heran
kalau peristiwa tersebut amat mengejutkan hati.
Yang lebih mengagetkan lagi adalah kehadiran si unta, setan kemaruk harta ini dengan mereka
berdua. Dilihat dari bergabungnya tiga manusia rakus harta dalam satu kelompok, bisa diduga bahwa
bendayang sedang mereka incar pasti merupakan sebuah benda langka yang amat berharga.
Kalau bukan demikian, bagaimana mungkin mereka bertiga bisa berkumpul menjadi satu" Tapi
benda mestika apakah yang sedang mereka incar"
Walaupun dalam hati kecilnya Kim Thi sia merasa amat terperanjat, namun ia tetap berusaha
untuk mengendalikan diri dan berlagak pilon. Sambil manggut-manggut dan tertawa paksa segera
katanya: "ooooh, aku harus minta maaf karena tak mampu memberi hormat kepada kalian"
Pencuri sakti dari utara maupun selatan sama-sama mendengus, mereka sama sekali tidak
menanggapi sikap hormat pemuda itu.
Ketika si unta memperkenalkan nama mereka, kedua orang itu malahan mendongakkan
kepalanya dan sama sekali tak menggubris. Lin lin jadi gemas sendiri, pikirnya tanpa terasa:
"Sombong amat kedua orang ini, apanya sih yang luar biasa dengan mereka berdua?"
Tapi sebagai seorang perempuan dari golongan baik-baik, sudah barang tentu Lin lin tak ingin
menunukkan sikap yang kurang meng hormat, katanya kemudian sambil tertawa paksa.
"Engkoh Thi sia, keadaanmu diluar kemampuan, aku yakin kedua lo siangseng ini tidak akan
menyalahkan dirimu."
Pencuri ulung dari utara dan pencuri sakti dari selatan segera mendengus dingin, mereka tetap
membungkam dalam seribu bahasa. Si unta menjadi tak senang hati, dia menegur keras: "Hey,
bagaimana sih kalian berdua ini?"
"Tidak apa-apa" sahut pencuri sakti dari selatan Ho Tay hong dingin. "Aku hanya merasa
keheranan." "Apanya yang perlu kau herankan?"
"Dalam bayanganku semula, Kim Thi sia yang tersohor sebagai manusia yang paling susah
dihadapi semestinya....."
Sikap memandang rendah yang diperlihatkan orang ini dalam sekejap mata telah menimbulkan
perasaan anti patik dalam hati si unta.
Belum lagi ucapan Ho Tay hong selesai diutarakan, si unta telah menukas cepat:
"Jadi kau anggap Kim Thi sia semestinya adalah manusia luar biasa yang mempunyai tiga
kepala dan enam lengan?"
"Bukan begitu maksudku"
"Lalu apa maksudmU?" desak si unta sambil melotot.
"Bagaimanapun jua, tidak seharusnya dia adalah seorang bocah kecil seperti pemuda yang
berada dihadapan kita sekarang."
"Tapi masih mudakan bukan kesalahan yang berdosa?" Sipencuri ulung dari utara mendengus
dingin. "Hmmm, kalau masih muda, bicaranya melantur, manusia begini tak bisa dipercayai"
"Biarpun umurmu lebih tua, apanya yang luar bias a?" bantah si unta cepat. Sipencuri ulung
segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaaah....haaaah......haaaaah.....selama aku menjalankan aksi mencuri diutara, belum pernah
usahaku meleset." "Dan kau?" si unta balik bertanya kepada sicebol.
Sipencuri sakti dari selatan Ho Tay hong tertawa tergelak pula.
"Haaah.....haaaah....haaaah.....selama aku melakukan pekerjaanku diselatan semua
perbuatanku bisa kulakukan secara hebat tanpa diketahui orang." "oooh, inikah prestasi kerja yang
berhasil kalian raih?" jengek si unta.
"Memangnya masih kurang?" Kali ini si unta tertawa terbahak-bahak.
"Haaah....haaaah.....haaaah.....kalian benar-benar sudah pikun, makin tua semakin melamur
saja." "Aku sungguh tak mengerti apa sebabnya kau berkata demikian?" teriak sipencuri ulung penuh
amarah. "Sesungguhnya prestasi yang berhasil kalian raih selama ini masih terlalu minim. Bahkan
memalukan untuk diutarakan keluar."
"Jadi menurutmu Kim Thi sia luar biasa" Apa sih prestasi yang berhasil diraihnya?" seru pencuri
sakti dari selatan tidak puas.
"Biarpun Kim Thi sia masih muda, namun kepandaian silatnya sangat hebat, nama besarnya
sejajar dengan orang kenamaan didalam dunia persilatan, bukan saja ia berhasil mengalahkan
sembilan pedang dunia persilatan, ciang sianseng serta si pukulan sakti tanpa bayanganpun bukan
tandingannya malahan diapun berani menentang kekuasaan Dewi Nirmala......"
Tiada hentinya dia mengutarakan smeua kegagahan dan kehebatan Kim Thi sia, tentu saja hal
ini membuat anak muda tersebut merasa ripuh sendiri. Buru-buru pemuda itu menukas:
"Tua bangka, kau tak perlu mengibul terus, apalah artinya?"
Si unta mendelik besar, kepada pencuri dari utara maupun selatan serunya cepat:
"coba lihat, biar hebat dia masih tahu merendah"
Dengan sorot mata yang tajam pencuri ulung dari utara dan pencuri sakti dari selatan samasama
melotot sekejap kearah Kim Thi sia, kemudian serunya bersama: "Apalah artinya kesemua
itu?" "Hey, kalian jangan sombong."
"Sombong atau tidak. toh kebebasan kami kenapa kau mesti mencampuri urusan kami?"
"Eeeeh, terus terang saja aku bilang, bila tak ada Kim Thi sia maka benda itu...."
"Memangnya dengan kemampuan yang kami miliki, benda tersebut tak bisa didapatkan?"
"Yaa, memang itulah maksudku."
Sipencuri ulung dari utara YoJin kian segera tertawa menghina.
"Huuuh, seandainya Kim Thi sia memang memiliki kemampuan sehebat itu kenapa jalan darah
kakunya bisa ditotok oleh Lam Peng hingga badannya sama sekali tak mampu berkutik"^
Perkataan ini memang mempunyai daya pengaruh yang amat besar, seketika itu juga siunta
dibuat tertegun dan mulutnya terbungkam sama sekali.
Sebetulnya Kim Thi sia sendiripun segan untuk menggubris kata-kata semacam itu, setelah
disindiri berulang kali, akhirnya berkobar juga amarahnya.
Dengan hati panas ia segera menceritakan semua pengalamannya selama ini hingga bagaimana
dia ditotok jalan darah kakunya.
Bila berada dihari-hari biasa, Kim Thi sia tak akan berbuat begitu, dia memang bukan orang
yang suka menonjolkan diri. Tapi sikap kedua orang pencuri itu kelewat batas, sehingga mau tak
mau timbul juga kesan jelek dihatinya.
Ketika ia menyelesaikan kata-katanya itu untuk berapa saat suasana dalam arena menjadi
hening, sepi dan tak kedengaran suara apapun. Masing-masing sedang terbenam didalam jalan
pemikirannya sendiri-sendiri.
sipencuri ulung dari utara dan pencuri sakti dari selatan sudah lama hidup memencilkan diri,
sekarang mereka mulai menyadari akan keadaan yang sebenarnya.
Mereka mulai menaruh kesan baru terhadap sembilan pedang dari dunia persilatanMerekapun mulai memberi penilaian yang lain terhadap lima naga dan burung hong yang baru
muncul didalam dunia persilatanDiantara semua yang hadir nampak si unta paling gembira, wajahnya berseri-seri.
"Haaah....haaah.....haaaah.....sobat-sobat tua, sekarang mata kalian tentu sudah melek
bukan?" serunya sambil mengelus jenggot dan tertawa tergelak. "Dunia persilatan dewasa ini
sudah jatuh ketangan kaum muda lebih baik kita yang sudah tua tak usah berlagak sok tua lagi,
sebab sikap demikian tak bakal menguntungkan diri sendiri"
Sementara itu Lin lin nampak amat bersedih hati, tiba-tiba ia berseru dengan gemas: "Hmmm,
engkoh Thi sia, kau......kau bukan orang baik-baik"
"Apa maksudmu?" tanya Kim Thi sia tertegun.
"Hmmm, kau harus mengerti, bahwa hubunganmu dengan Lam Peng......."
"Hubungan apa antara diriku dengan Lam Peng?" tukas sang pemuda semakin keheranan.
Sepasang mata Lin lin berubah menjadi merah, sambil menahan lelehan air matanya ia berkata:
"Lam Peng si siluman kecil itu pernah berkumpul bersamamu."


Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Lin lin, kau tak boleh mencaci maki Lam Peng"
"Kenapa?" teriak Lin lin sambil melotot. "la pernah menyelamatkan jiwamu"
"Hmmm, siapa yang kesudian......." seru Lin lin sambil mencibirkan bibirnya.
Kim Thi sia semakin tertegun.
"Lin lin, mengapa kau jadi tak tahu diri?"
"Hmmm, memangnya kau sendiri tahu diri?" kata Lin lin semakin mendongkol. Diam-diam Kim
Thi sia mengeluh dihati, katanya kemudian:
"Lin lin,jika kulihat dari perubahan muka mu, agaknya kau sedang marah kepadaku?"
"Hmmm, tentu saja kau merasa gembira"
"Kenapa aku mesti gembira?" Kim Thi sia makin tertegun.
Tiba-tiba saja air mata jatuh bercucuran membasahi wajah Lin lin, agak terisak ia berkata:
"Perempuan yang bernama si burung hong Lam Peng mana cerdik, cantik jelita lagi."
"Tapi apa sangkut pautnya Dia menyukai dirimu, membantumu."
"Tapi justru dia yang menotok jalan darah kaku ku sehingga sampai sekarang badanku tak
mampu berkutik" teriak Kim Thi sia dengan kening berkerut.
"Aku tak perduli" kata Lin lin sembari menghentak-hentakkan kakinya keatas tanah.
"Pokoknya......."
"Sebetulnya mau apa sih kamu ini?"
Merah padam selembar wajah Lin lin-"Pokoknya mulai sekarang......"
"Mulai sekarang, jika aku bersua lagi dengan Lam Peng, tak akan kuampuni dirinya dengan
begitu saja" "Apakah kau berbicara dengan sejujurnya?" tanya Lin lin sambil membelalakan matanya lebarlebar.
"Tentu saja sejujurnya"
"Nah, begitu baru lumayan-...." kata Lin lin dengan perasaan amat gembira.
sementara sepasang muda mudi ini sedang cekcok, sipencuri ulung dari utara dan pencuri sakti
dari selatan sedang berunding pula dengan serius, namun suara pembicaraan mereka amat lirih
sehingga tak kedengaran dengan jelas apa yang sedang dibicarakan.
Tap ijika dilihat dari keseriusan wajahnya, dapat diketahui bahwa persoalan yang dibicarakan
amat serius. Dipihak lain, si unta hanya mengawasi terus Kim Thi sia dan Lin lin sambil tertawa tiada
hentinya. Sepintas lalu dia nampak seperti asyik menonton percekcokan antara kedua orang tersebut.
Padahal sebagai seorang jago kawakan yang sudah berpengalaman dalam melakukan
perjalanan dalam dunia persilatan, dia mempunyai tujuan yang lainSelama ini dia memasang telinga tajam-tajam, dia sedang berusaha untuk menyadap apa yang
sedang dibicarakan antara sipencuri ulung dari utara dnegan pencuri sakti dari selatanTapi sayang apa yang dibicarakan kedua orang tersebut terlalu lirih sehingga tak sepatah
katapun yang berhasil didengar oleh si unta.
Lama kelamaan habis sudah kesabarannya, amarahnya mulai berkobar didalam hati. Dengan
suara yang tinggi melengking, ia berteriak keras:
"Hey pencuri ulung dari utara, pencuri sakti dari selatan, sebenarnya apa yang sedang kalian
kasak kusukkan disitu?"
"Kami sedang merundingkan suatu masalah besar" sahut sipencuri selatan Ho Tay hong.
"Ya betul, hey unta, persoalan ini tak ada sangkut pautnya denganmu" sambung sipencuri
utara. "Kalau toh persoalannya tak ada sangkutpautnya dengan diriku, kenapa kalian tidak berbicara
keras- keras sehingga akupun bisa turut menyumbangkan pendapat?"
"Aku rasa....hal ini kurang leluasa" ucap pencuri dari selatan, sedang pencuri dari utara segera
berseru: "Kemarilah kau hey unta, mari kita berunding secara baik-baik"
Seraya berkata mereka berdua segera beranjak pergi meninggalkan tempat tersebut.
Rupanya mereka berniat mengajak si unta meninggalkan tempat tersebut sehingga dapat
diajak berunding dengan leluasa.
"Baiklah" kata si unta kemudian- "Mau berunding juga boleh, agar akupun ikut mengetahui
apakah yang sedang kalian lakukan."
Berbicara sampai disitu, dia segera bersiap-siap meninggalkan tempat tersebut. Lin lin takut si
unta akan meninggalkan mereka buru-buru teriaknya: "Tuan unta, harap jangan pergi dulu."
Dalam pada itu sipencuri ulung dari utara dan pencuri sakti dari selatan telah berada disebuah
tebing dan berdiri menanti disitu. Dengan perasaan serba salah si unta segera berkata: "Nona Lin
lin, kenapa sih kamu ini?"
"Apakah kau tega meninggalkan dia dengan begitu saja?" tanya Lin lin sambil menuding kearah
Kim Thi sia. "Ada persoalan apa?" tanya si unta berlagak tidak mengerti.
"Jalan darah kaku engkoh Thi sia telah ditotok oleh Lam Peng, sehingga badannya sama sekali
tak mampu berkutik, andaikata ada orang jahat yang memanfaatkan kesempatan ini, akibatnya
tentu luar biasa. Apakah kau tak pernah berpikir kesitu?"
"Lantas apa yang kau kehendaki?"
"Kau adalah orang yang mengerti akan ilmu silat, tentunya kau bisa menolong dia bukan?"
pinta sinona. Si unta segera tertawa.
"Nona Lin lin, rupanya kau tidak mengetahui duduk persoalan yang sebenarnya, kau tahu
sesungguhnya permintaanmu ini hanya akan menyusahkan orang lain saja"
"Kenapa?" "Si burung hong Lam Peng merupakan anak murid si Raja langit bertangan delapan, ilmu
totokan jalan darahnya berasal dari wilayah Biau yang jauh berbeda dengan sistem didaratan
Tionggoan, sesungguhnya aku sendiripUn kehabisan daya"
"Lantas bagaimana......bagaimana baiknya?" Lin lin mulai murung dan berkerut kening.
"Kau jangan takut Lin lin, tiada jalan buntu didunia ini asal kita mau berusaha" hibur Kim Thi sia
cepat. Si unta turut tertawa.
"Bocah kunyuk, tak kusangka kau mempunyai keyakinan yang begitu besar." Lin lin segera
berseru lagi dengan gelisah:
"Tuan unta, bagaimana kalau kau memohon kepada sipencuri dari utara dan pencuri dari
selatan-...." "oooh nona, kau jangan begitu aaah, aku tak akan bantu....."
"Apa maksudmu?"
"Si unta yaa si unta, tua bangka yaa tua bangka, kau jangan memanggil tuan kepada ku.
Seperti Khong hucu lagi berkentut saja baunya menyebar sampai dimana-mana, membuat aku
yang mendengarpun ikut geli rasanya."
"Aku ingin memohon kepadamu untuk mengajak mereka berunding, bersediakah mereka
memberi bantuan......."
"Aku memang bermaksud mengajak mereka berunding" kata si unta sambil tertawa aneh.
Berbicara sampai disitu ia segera beranjak dan meninggalkan tempat tersebut.
Sesungguhnya Kim Thi sia tidak berniat untuk memohon bantuan dari kedua orang pencuri
sakti itu, dia berniat menghalangi maksud pencuri sakti tersebut, belum sempat ia berbicara, si
unta sudah keburu meninggalkan tempat tersebut, terpaksa ia menghela napas panjang.
"Aaaai......" "Mengapa sih kau menghela napas?" tanya Lin lin penuh rasa kuatir.
"Aku tak ingin dibantu mereka, apa lagi dibantu manusia seperti pencuri-pencuri utara dan
selatan-" "Apakah kau sendiri sudah memukul jalan darahnya?" tanya Lin lin keheranan"Jalan keluar apa yang kudapat?" Kim Thi sia balik bertanya sambil tertawa getir.
"Kenapa sih kau berkeras kepala bila kau sendiri tak bisa menemukan cara terbaik?"
"Lin lin, kau adalah seorang gadis pingitan, kau tak akan memahami seluk beluknya dunia
persilatan-" "Tapi apa salahnya?"
"Kau mesti tahu, baik siunta maupun kedua orang pencuri dari utara dan selatan, semuanya
adalah orang-orang dari rimba hijau"
"Kenapa kita mesti takut kepada mereka?"
"Sekarang kita tak berduit, sepeserpun tak punya, tentu saja keadaan seperti ini bukan
masalah, tapi......."
"Memangnya mereka bisa mencelakai dirimu?" tanya Lin lin lagi dengan perasaan ingin tahu.
"Tentu saja tak sampai begitu" kali ini Kim Thi sia tertawa.
"Kalau memang tak sampai begitu, apa lagi yang mesti kita kuatirkan-.....?"
"Setelah kita mohon bantuan kepada mereka, sudah pasti merekapun akan mengajukan syarat
kepada kita." "Kau toh boleh saja pergi membantu mereka" Apa salahnya bisa saling tolong menolong?"
"Seandainya aku disuruh membunuh orang atau membakar rumah apakah akupun mesti
menurut serta melaksanakannya?"
Lin lin termenung berapa saat lamanya kemudian ia menjawab:
"Tapi aku rasa tak mungkin permintaan sampai melampaui batas seperti itu."
"Aaaai......kalau tak percaya, tunggu saja nanti" ucap Kim Thi sia sambil menghela napas.
Sementara itu dipuncak seberang sana terlihat si unta bersama pencuri dari utara dan selatan
sedang melangsungkan perundingan yang amat sengit dan serius.
Berapa saat kemudian jelas terlihat bahwa mereka bertiga telah berhasil mendapatkan
penyesuaian pendapat. Dengan wajah berseri-seri mereka bertiga segera menuruni bukit dan berjalan menghampiri
mereka. Belum sempat Lin lin dan Kim Thi sia mengajukan pertanyaan, sipencuri sakti dari selatan Ho
Tay hong telah berjalan mengelilingi tubuh Kim Thi sia sampai beberapa kali, kemudian mulai
tersenyum. Lin lin yang menyaksikan peristiwa itu kontan saja berkerut kening, dia tidak mengerti apa yang
sedang dilakukan orang itu.
Berapa saat kemudian, sipencuri sakti dari selatan Ho Tay hong baru berkata dengan nyaring.
"Kim Thi sia, berbicara sebenarnya, bagi kami membebaskan totokan jalan darahmu itu
merupakan suatu pekerjaan yang mudah dan sederhana sekali."
"Tapi kami punyasyarat yang mesti kau sanggupi" sambung si unta dengan cepat.
Mendengar sampai disini, Kim Thi sia segera berpaling kearah Lin lin dan berkata sambil
tertawa. "coba lihat, dugaanku tak salah bukan?"
"Tidak bisa, tidak bisa......." Lin lin segera berteriak dengan suara keras.
"Kenapa?" tanya si unta agak melengak.
"Engkoh Thi sia tak sudi melakukan segala macam perbuatan yang jahat seperti membunuh
orang atau membakar rumah."
"Andaikata syarat kami bukan menyuruhnya melakukan perbuatan jahat?" si unta balik
bertanya sambil tertawa. Lin lin jadi tertegun, kemudian sambil berpaling kearah Kim Thi sia katanya: "Kalau soal
ini.......kalian harus bertanya sendiri kepada engkoh Thi sia."
Si unta segera tertawa tergelak.
"Haaah.....haaah.....haaaah.....aku justru tak mau bertanya kepadanya tapi ingin bertanya dulu
kepadamu." "Hal ini mana boleh?" tanya Lin lin dengan perasaan sangsi.
"Masa kau sendiripun tak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang jelek?"
"Tentu saja aku dapat membedakan mana yang baik dan mana yang jelek........"
Si unta segera berpaling kearah Kim Thi sia dan berseru: "Kalau begitu tentu gara-gara kau
sikunyuk kecil" "Hey, kenapa dengan aku?" seru Kim Thi sia tertegun.
"Apakah kau tidak setuju kalau Lin lin yang mewakili dirimu untuk mengambil keputusan?"
"Aku sama sekali tidak bermaksud begitu."
Kembali si unta berpaling kearah Lin lin seraya berkata:
"Kalau memang begitu, kau boleh memberikan jawaban untuk mewakili dirinya...."
"Aku rasa hal ini.....hal ini kurang baik" ucap Lin lin dengan perasaan serba salah,
"sebab....sebab....."
"Sebab apa?" "sebab persoalan ini merupakan masalah pribadi engkoh Thi sia"
"Masa antara kalian berduapun masih dibedakan antara kau dan aku?" kata si unta sengaja
mengejek. Dengan perasaan apa boleh buat Kim Thi sia menjawab kemudian:
"Lin lin, biarlah mereka bertanya kepadamu dan yang memberikan jawabannya."
Karena orang yang bersangkutan telah memberikan persetujuannya, Lin linpun segera berkata:
"Baiklah, aku bersedia mendengarkan syarat kalian."
"Nona Lin lin, apakah membunuh orang jahat merupakan suatu perbuatan jahat?"
"Bukan" Si unta segera berpaling kearah Kim Thi sia dan^ bertanya pula.
"Hey kunyuk kecil, apakah orang-orang yang tergabung dalam perkumpulan Tay sang pang
terhitung orang jahat?"
"Tentu saja orang-orang jahat" sahut Kim Thi sia tanpa berpikir panjang lagi. Kali ini si unta
bertanya kepada Lin lin- "Bila ada orang pergi membunuh kawanan orang jahat dari perkumpulan Tay sang pang,
pantaskah bila kita pergi membantunya?"
"Soal ini......." Lin lin jadi tertegun.
Kim Thi sia yang berada disampingnya segera menyambung: "Tentu saja pantas dibantu"
"Jadi kau menghendaki engkoh Thi sia memberikan bantuan itu?" tanya Lin lin cepat. si unta
tertawa. "Tak usah terburu napsu, aku masih ingin mengajukan pertanyaan lagi kepadamu"
"Soal apa?" "Ketua perkumpulan Tay sang pang, Khu It cing telah berhasil mengumpulkan banyak sekali
harta kekayaan selama hidupnya. Aku yakin kau tak pernah tahu tentang hal ini bukan?"
"Yaa, aku memang tak tahu" sahut Lin lin agak tertegun.
"Aku tahu" sela Kim Thi sia, "Semua harta kekayaannya itu didapatkan dari cara yang tidak
halal." Si unta segera tertawa, kembali ujarnya kepada Lin lin:
"Pantaskah bila barang-barang yang diperoleh secara tak halal itu dirampas dan dikembalikan
lagi kepada rakyat?"
"Ha a, memang pantas."
"Asal kau menganggap pantas saja, ini sudah lebih dari cukup,"
"Aku tidak memahami maksudmu."
"Aku mempunyai sebuah rencana yang sangat baik."
"Apa rencana mu?" tanya Kim Thi sia.
"Pada saat ini wilayah disekitar Kangsiok sedang dilanda kekeringan dan kelaparan. Aku ingin
merampok semua harta kekayaan milik Khu It cing itu guna dipakai menolong rakyat jelata yang
sedang menderita." "Sebuah rencana yang amat bagus" seru Lin lin sambil bertepuk tangan memuji.
"Itulah sebabnya aku membutuhkan bantuanmu."
"Apa yang bisa kubantu?" Lin lin agak tertegun.
"Setelah kurubah harta kekayaan tersebut menjadi bahan rangsum, kuminta kau bersedia
membantu kami untuk membagikan kepada rakyat yang ketimpa bencana alam itu."
Lin lin sama sekali tak mengira kalau si unta bakal memilih dirinya, dengan ragu-ragu ia
bertanya: "Tapi......mampukah aku melaksanakan tugas ini?"
"Aku yakin pasti bisa."
Lin lin termenung dan berpikir berapa saat lamanya, kemudian ia bertanya lagi:
"Tapi......siapa yang mampu merampok harta kekayaan milik ketua perkumpulan Tay sang
pang, Khu It cing itu?"
"Lin lin, kau tak perlu terlalu gelisah, aku telah mengatur segala sesuatunya" kata si unta sambil
tertawa. "Bagaimana caramu mengaturnya?"
"Pencuri ulung dari utara, pencuri sakti dari selatan akan membantu usahaku ini, dan lagi ada
bantuan pula dari Kim Thi sia"
"Eeeeg, sedari kapan aku mengatakan bersedia membantu usaha kalian itu......?" tegur Kim Thi
sia cepat. "Kau berani ingkar janji?"
"Ingkar janji?"
"Sewaktu aku bertanya kepadamu tadi, pantaskah orang-orang Tay sang pang dibunuh, kau
mengatakan pantas, dan waktu aku bertanya pantaskah kau membantu, kau bilang pantas. Aaah,
masa kau sudah melupakan hal tersebut.......?"
"Jika kau belum lupa, sekarang tidak boleh menyangkal lagi."
"Yaa aku memang tidak menyangkal" kata Kim Thi sia dengan perasaan mendongkol.
"Bila suatu persoalan sudah dianggap pantas untuk dilakukan, sebagai seorang lelaki sejati, kau
tidak boleh mengingkarinya kembali" kata si unta lebih jauh.
"Eeeeh tua bangka, kau memang pandai bersilat lidah, aku tak mampu mengungguli dirimu."
"Bukankah Lin lin pun telah menyanggupi untuk membantu kaum rakyat yang sedang
menderita akibat bencana alam" Apakah kau tetap menolak untuk merampas barang-barang milik
Khu It cing itu?" "Tapi kita bukan merampas, tapi merampoknya...." teriak Kim Thi sia penasaran"Kau tak perlu kuatir, pokoknya aku tak akan menyuruhmu merampoknya barang-barang itu."
"Kalau tidak dirampok. memangnya Khu It cing bersedia mempersembahkan harta
kekayaannya itu kepadamu?"
"Tentu saja tidak. tapi kami mendapat laporan pihak perkumpulan cahaya emas telah berangkat
keselatan dan bermaksud menumpas habis perkumpulan Tay sang pang"
"oooh, rupanya begitu......."
"Kau tahu bukan dalam perkumpulan cahaya emas terdapat seorang yang bernama Ciu tong
kongcu, orang ini berotak cerdas dan berilmu pedang sangat hebat"
"Rasa-rasanya aku sudah pernah bertemu dengan orang ini"
JILID 51 "Tapi aku takut ciu tong kongCu masih bukan tandingan dari Khu It Cing. oleh sebab itu harus
ada orang pandai yang bersedia pergi membantunya."
"Dan kau minta aku pergi membantunya?"
"Tepat sekali, memang demikian maksudku."
"Kalau toh begini tujuanmu, mengapa sih kau harus berputar kayuh lebih dulu dalam
pembicaraan tadi" Apa salahnya bila berbiara langsung pada saSaran?" Si unta segera tertawa
terbahak-bahak.

Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Haaah....haaah.....bocah kunyuk, bila aku tak berbuat begini, memangnya kau bersedia
menuruti permintaanku itu......."
Mendengar ucapan mana Kim Thi sia turut tertawa tergelak.
"Haaaah.....haaaaah.....haaaaah.....tua bangka, aku tidak mengira kalau kau mempunyai
banyak akal setan" Sementara kedua orang itu masih tertawa tergelak. sipencuri sakti dari selatan telah
menyelinap maju kedepan seCepat sambaran petir.
Dalam waktu singkat dia telah berhasil menepuk bebas semua jalan darah kaku Kim Thi sia
yang tertotok. Tak lama kemudian Kim Thi sia sudah terbebas dari pengaruh totokan dan melompat bangun
dari atas tanah. "Nah, setelah bocah kunyuk ini segar kembali, semua urusanpun dapat diselesaikan sekarang"
kata si unta kemudian. Kepada Kim Thi sia dengan cepat sipencuri ulung dari utara berseru keras:
"Tapi haruslah diingat didalam gedung Siau yau lo itu milik Khu It cing itu terdapat sebuah
mestika yang bernama penenang angin."
"Benda itu milikku" sambung pencuri sakti dari selatan Ho Tay hong cepat.
"Kenapa?" tanya pencuri dari utara mendelik.
"Sebab akulah yang telah membebaskan Kim Thi sia dari pengaruh totokan, jadi sudah
sepantasnya bila aku yang mendapatkan-"
"Tapikan aku yang pertama kali menemukan Kim Thi sia" bantah sipencuri dari utara.
Dengan cepat kedua orang itu sudah terlibat dalam percekcokan yang sengit memperebutkan
mutiara mestika itu. UntUk sesaat Kim Thi sia dibuat sengit, rikUh dan serba salah, dia tak tahu bagaimana mesti
Si Racun Dari Barat 10 Ilmu Ulat Sutera Karya Huang Ying Wanita Iblis 4

Cari Blog Ini