Ceritasilat Novel Online

Tembang Tantangan 15

Tembang Tantangan Karya S H Mintardja Bagian 15


Udyana. Namun menurut kepercayaan Alap-alap Perak, serta desas-desus yang tersebar waktu itu, lingkaran yang besar itu http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merupakan lingkaran yang seharusnya merupakan bingkai dari sebuah surya-kanta yang besar. Jika Surya-kanta itu diketemukan, maka lewat kelima buah lingkaran yang ada, sinar matahari yang menembus surya-kanta dan membuat
bayangan kelima lingkaran itu menyatu, maka segala benda yang disentuh pusat nyala surya-kanta itu akan dapat menjadi emas. Karena itulah, maka benda itu telah diincar oleh Alap-alap Perak dan dicurinya dari padepokan kami waktu itu.
Namun guru tahu, bahwa benda itu telah dicuri dan berada di sarang Alap-alap Perak tua. Maksudku, guru Alap-alap Perak yang datang kepadamu itu. Gurupun memerintahkan kami sepuluh orang untuk mengambil benda itu. Diantara kami bersepuluh tidak terdapat Wigati yang waktu itu sedang mendapat tugas yang berbeda"
Ki Udyana, Nyi Udyana dan Ki Parama mendengarkan
keterangan itu dengan saksama. Mereka bertiga diluar sadar, telah mengangguk-anggukkan kepala mereka.
Dengan nada berat Ki Udyanapun kemudian berkata "Jadi, yang disebut harta karun yang tidak ternilai harganya itu adalah alat upacara penyerahan kekuasaan itu, guru"
"Ya. Mungkin sekarang Alap-alap Perak itu menemukan
surya-kanta yang seharusnya berada dalam bingkainya, linggkaran yang besar itu. Agaknya ia yakin, bahwa ia akan dapat membuat emas dengan alat itu, sehingga ia telah membujuk dan mungkin membuat ceritera palsu kepada
Wigati" "Mungkin guru. Paman Wigati yang sikapnya rapuh itu
dapat dengan mudah dipengaruhi oleh Alap-alap Perak "Ki Udyana berhenti sejenak, lalu dengan ragu-ragu iapun bertanya "Tetapi apakah benar bahwa jika Surya-kanta itu http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diketemukan, maka lingkaran-lingkaran itu akan dapat dipergunakan untuk membuat emas?"
"Tentu tidak, Udyana. Nilai dari benda itu tidak pada kegunaannya. Tetapi kita pergunakan dalam satu upacara sebagai lambang mewarisan kekuasaan disamping sebilah keris sebagaimana aku serahkan kepadamu"
Ki Udyana itupun mengangguk-angguk. Katanya "Jika guru mengijinkan, biarlah aku menemui paman Wigati. Aku akan menjelaskan persoalan yang sebenarnya, agar paman Wigati tidak saja terus-menerus dibayangi oleh fitnah Alap-alap Perak itu"
Bukan hanya kau yang akan menemuinya, Udyana. Tetapi aku sendiri akan datang kepadanya. Malam ini kau bermalam saja disini. Esok pagi-pagi kita pergi ke padepokan Wigati.
Mudah-mudahan dengan berkuda, menjelang malam kita
sudah sampai ke padepokannya. Aku sendiri yang akan
berbicara dengan Wigati. Mudah-mudahan Alap-alap Perak itu ada pula di padepokan itu, sehingga akupun akan dapat memberikan penjelasan kepadanya. Jika benar ia menemukan Surya-kanta itu, maka biarlah ia mencoba, mempergunakan alat yang pernah dicurinya itu untuk membuat emas. Ia akan meyakini bahwa desas-desus itu adalah bohong sama sekali.
Agaknya pada waktu itu memang ada pihak-pihak yang ingin menyingkirkan benda upacara itu dari padepokan kami.
Dengan desas-desus itu, maka tentu banyak orang yang ingin mencurinya. Ternyata benda upacara itu benar-benar telah dicuri"
Ki Udyana menarik nafas panjang. Katanya "Adalah
kebetulan sekali jika guru sendiri berniat untuk menemui Ki Wigati"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya. Besok pagi-pagi sekali kita berangkat. Nanti sore kita pergi ke Gebang. Aku akan mengambil seekor kuda yang besok akant aku pakai menemui Wigati"
Dengan demikian, maka mereka berempat telah menetapkan, esok pagi-pagi sekali mereka akan berangkat ke padepokan yang dipimpin oleh K i Wigati.
Dalam pada itu, maka Nyi Udyanapun segera teringat
kepada nasi yang sedang ditanaknya. Karena itu, setelah pembicaraan mereka selesai, maka Nyi Udyanapun segera pergi ke dapur. Ternyata api di perapiaan sudah hampir padam, sehingga Nyi Udyana harus mempergunakan seikat belarak kering untuk menyalakannya kembali.
Namun dalam pada itu, maka Ki Margawasanapun berkata kepada Ki Udyana dan Ki Parama "Bantulah Nyi Udyana.
Tangkaplah beberapa ekor ikan di belumbang untuk lauk, agar kita tidak makan nasi hangat hanya dengan garam saja"
Ki Udyana dan Ki Paramapun segera dibawa ke belumbang oleh Ki Margawasana. Tidak terlalu sulit untuk menangkap beberapa ekor ikan yang besar-besar yang hampir memenuhi beberapa belumbang.
"Aku jarang sekali menangkap ikan" berkata Ki Margawasana. "Belumbang di padepokan kita berisi ikan cukup banyak, guru. Tetapi tidak sebanyak ini. Apalagi sekali-sekali belumbang di padepokan kita di panen ikannya"
Ki Margawasana tertawa. Sejak ia berada di padepokan, di padepokan itu telah dibuat beberapa belumbang untuk disi dengan berbagai jenis ikan.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Menjelang sore, maka nasi serta lauknya, ikan gurameh serta dadar telur telah siap. Nyi Udyanapun telah membuat sambal pula untuk melengkapinya.
Demikianlah, maka Ki Udyana, Nyi Udyana dan Ki Parama malam itu bermalam di rumah kecil Ki Margawasana. Rumah yang dipergunakannya untuk mengasingkan diri, meskipun tidak sepenuhnya meninggalkan hidup beberayan. Namun di rumah kecil itu, Ki Margawasana berusaha untuk menemukan keheningan didalam dirinya. Dari rumah kecilnya itu Ki Margawasana berusaha mengambil jarak dari unsur-unsur keduniawian Meskipun ia tidak akan dapat meninggalkannya sepenuhnya, tetapi dengan jarak yang memadai, Ki
Margawasana akan dapat melihat lebih jelas daripada jika ia masih berada di dalamnya,
Tetapi menjelang senja, merekapun telah turun dan pergi ke rumah warisan yang berada di Gebang. Ki Margawasana akan mengambil seekor kuda yang esok pagi-pagi akan
dipergunakannya pergi ke padepokan Ki Wigati.
Ketika Ki Udyana, Nyi Udyana dan Ki Parama sempat
memasuki rumah Ki Margawasana yang berada di Gebang, maka merekapun menjadi berdebar-debar. Rumah yang besar dan bagus buatannya itu telah ditinggalkannya dan hidup dengan cara yang sangat sederhana di atas bukit. Bahkan Ki Margawasana yang sudah menjadi semakin tua itu harus melayani dirinya sendiri.
"Seseorang sering memburu kebutuhan duniawi dengan
berlebihan, guru. Ada orang yang ingin mempunyai rumah yang besar dan bagus, sehingga berbuat apa saja asal berhasil mengumpulkan uang untuk memenuhi keinginannya. Tetapi guru meninggalkan rumah seisinya, pelayanan serta segala http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
macam kebutuhan dan tinggal di atas bukit kecil itu.
Sementara kelengkapan duniawi ada dihadapan hidung guru"
Ki Margawasana tersenyum. Katanya "Aku telah berusaha untuk tidak menikmati kesenangan duniawi ini. Kesengajaan untuk tidak menikmati kesenangan duniawi itulah yang merupakan laku bagiku untuk dapat membuka hatiku
mengamati perjalanan waktuku. Aku tidak pernah menolak atau membelakangi semuanya ini. Tetapi aku sadari, bahwa ada diantara sesamaku yang tidak sempat memiliki seperti yang aku miliki"
Ketiga orang murid Ki Margawasana itu menganggukangguk. Dalam pada itu, ketika Ki Margawasana sedang sibuk
mempersiapkan kudanya, maka seorang dari keluarganya yang tinggal di rumah itu mengatakan, bahwa pintu rumah itu seakan-akan tidak pernah ditutup bagi orang-orang di sekitarnya. Tidak hanya pintu pringgitan dan pintu seketeng, tetapi juga pintu lumbungnya.
"Orang-orang disekitar rumah ini yang kekurangan dapat mengambil padi di lumbung di belakang rumah ini seperti mengambil di lumbunnya sendiri"
Ketiga orang murid Ki Margawasana itu hanya dapat
mengangguk-anguk saja. Sementara orang itu berkata
selanjutnya "Bukan hanya padi tetapi apa saja yang mereka perlukan yang ada di rumah ini dapat saja mereka
pergunakan" Orang seperti Ki Margawasana itulah yang dituduh oleh Alap-alap Perak pernah merampoknya dan bahkan kemudian menyingkirkan kawan-kawannya untuk menguasai seluruh hasil rampokannya itu sendiri.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beberapa saat mereka berada di Gebang. Namun kemudian ketika hari mulai gelap, merekapun telah kembali ke atas bukit.
Untunglah bahwa mereka yang berjalan beriringan itu
adalah orang-orang yang memiliki penglihatan yang tajam, sehingga meskipun lorong yang mereka lewati itu gelapnya bukan main, namun mereka tidak terlalu banyak mengalami kesulitan.
Malam itu, ketiga orang murid Ki Margawasana itupun
bermalam di rumah bambunya. Mereka tidur di sebuah amben yang besar di ruang tengah. Sebuah lampu minyak menyala disudut ruangan. Cahayanya menggeliat di sentuh oleh angin yang menyusup lubang-lubang dinding bambu.
Terasa dingin malam seakan-akan sampai menusuk tulang.
Terdengar gemerisik dedaunan yang bergoyang oleh
hembusan angin malam. Pagi-pagi sekali mereka bertigapun sudah bangun. Ki
Paramapun segera pergi ke sumur untuk menimba air.
Sementara Nyi Udyana segera sibuk pula di dapur, sementara Ki Udyana membantu Ki Margawasana menyapu halaman
depan yang ditaburi oleh dedaunan yang kuning yang runtuh semalam oleh goncangan angin yang agak keras.
Namun sebelum matahari terbit, mereka sudah selesai
berbenah diri. Merekapun telah minum minuman hangat
dengan gula kelapa. Nyi Udyana telah merebus ketela pohon yang pagi-pagi tadi dicabutnya di halaman belakang.
Sebelum matahari terbit, maka mereka berempatpun telah meninggalkan bukit Jatilamba. Mereka menuruni lorong yang disebelah menyebelahnya ditumbuh pohon gayam.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Siapa yang sering memetik buah gayam disebelah
menyebelah lorong ini guru?" bertanya Ki Parama.
"Anak-anak dari Gebang sering bermain sampai kemari.
Merekalah yang sering memetik buah gayam. Tetapi mereka adalah anak-anak yang baik. Mereka selalu datang lebih dahulu kepadaku untuk minta ijin apapun yang akan
diambilnya di bukit ini dan sekitaranya. Bahkan jika mereka ingin mengail ikan. Tidak di belumbang tentu saja. Tetapi di parit yang menampung air sendang yang melimpah. Ternyata di parit-parit itu juga banyak terdapat ikan. Orang-orang yang mengairi sawahnya dari parit itu, juga sering panen ikan di samping panen padi atau jenis tanaman yang lain"
Ki Parama mengangguk-angguk. Ketika ia mengangkat
wajahnya, dilihatnya buah gayam itu bergayutan di cabang-cabangnya.
Beberapa saat kemudian, ketika mereka sudah berada di ngarai, maka merekapun telah melarikan kuda mereka.
Mereka akan menempuh perjalanan jauh. Jika saja tidak ada hambatan apapun, maka menjelang malam mereka sudah
akan berada di padepokan Ki Wigati. Ruasruas jalan yang akan ditempuhnya masih ada yang agak sulit dilewati, sehingga perjalanan mereka akan menjadi sangat lambat. Tetapi ada ruas-ruas jalan yang sudah menjadi lebih baik, sehingga kuda-kuda mereka dapat berlari lebih cepat.
Di perjalanan itu, Ki Udyana sempat memberitahukan
bahwa Ki Wigati ternyata telah menemui Ki Rina-rina dari perguruan Tapak Mega sebelum Ki Wigati datang ke
padepokan yang dipimpin oleh Ki Udyana.
"Jadi Wigati sudah menemui Ki Rina-rina?"
"Ya, guru" http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Siapa yang mengatakan kepadamu?"
"Salah seorang murid Ki Rina-rina yang kebetulan kami jumpai di jalan. Murid Ki Rina-rina itu sedang berusaha menyelamatkan seorang anak muda yang akan menikah,
tetapi diganggu oleh anak muda yang lain, yang didukung oleh sekelompok orang-orang upahan"
"Kalau perlu kita juga akan singgah di padepokan Ki Rina-rina di pinggir Kali Bagawanta. Kita minta penjelasan kepadanya, untuk apa Wigati menemuinya"
"Tetapi bukankah kita akan menemui paman Wigati lebih dahulu, guru?"
"Ya. Kita akan menemui Wigati lebih dahulu" Dalam pada itu, ketika matahari naik semakin tinggi, mereka berempatpun melarikan kuda mereka semakin cepat. Tetapi jika mereka sampai di ruas jalan yang sulit, maka kuda-kuda merekapun merayap seperti siput.
Di tengah hari, ketika matahari sampai ke puncak, maka mereka berempatpun telah beristirahat di sebuah kedai di dekat pasar yang ramai. Mereka memberi kesempatan kuda-kuda mereka beristirahat. Seseorang yang bertugas di kedai itu telah memberikan makan dan minum kepada kuda-kuda yang mulai lelah itu.
Namun bukan hanya kuda-kuda mereka saja yang menjadi haus. Tetapi para penunggangnyapun menjadi haus pula.
Bahkan meskipun belum terasa lapar, namun mumpung
mereka sedang berhenti, merekapun telah memesan makan pula.
Ternyata Ki Margawasana yang seakan-akan telah mengasingkan dirinya itu tidak menolak ketika Ki Udyana menawarkan minuman dan makan kepadanya.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sambil menghirup minumannya, Ki Parama sempat
mengedarkan pandangannya melihat-lihat beberapa orang yang berada di dalam kedai itu. Ternyata kedai itu termasuk kedai yang banyak dikunjungi orang. Mereka yang baru selesai berbelanja di pasar dan ingin beristirahat sebentar. Tetapi juga para pedagang yang menggelar dagangannya di pasar itu.
-ooo0dw0ooo- http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 14 SETELAH mereka menganggap cukup, serta kuda-kuda mereka sudah tidak
letih lagi, maka keempat orang
itupun segera meninggalkan
kedai itu. Kepada anak muda
yang memberi makan dan minum kepada keempat ekor
kuda itu, Ki Udyanapun telah
memberinya beberapa keping
uang pula. Sejenak kemudian, maka keempat orang berkuda itupun
telah melanjutkan perjalanan
mereka. Di jalan-jalan yang
memungkinkannya, kuda-kuda
mereka berlari cepat. Sedangkan di jalan-jalan yang sulit, kuda-kuda itu merayap dengan sangat berhati-hati. Bahkan para penunggangnya terpaksa turun untuk menuntun kuda-kuda itu.
Sebelum mereka sampai ke padepokan Ki Wigati, mereka masih harus beristirahat lagi. Tetapi mereka tidak beristirahat di sebuah kedai. Tetapi mereka beristirahat di pinggir sebuah sungai kecil. Kuda-kuda itu dapat juga makan rerumputan segar di tanggul sungai kecil itu.
Sementara itu matahari telah turun mendekati punggung pebukitan. Namun sinarnya masih saja tersa menyengat kulit.
Dibawah sebatang pohon rindang, Ki Parama duduk
bersandar batangnya. Angin terasa semilir sejuk, sedangkan http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gemericik air di sungai kecil itu memperdengarkan irama yang lembut.
Ki Udyana dan Nyi Udyana tersenyum. Ternyata Ki Parama telah memejamkan matanya.
"Agaknya sudah menjadi kebiasaannya" desis Ki Udyana ketika Ki Margawasana memperhatikan mata Ki Parama yang terpejam "kemarin, adi Parama juga tertidur di perjalanan meskipun hanya sekejap"
Ki Margawasanapun tersenyum pula.
Namun tidak ada sesilir bawang, Ki Parama telah membuka matanya. Iapun segera bangkit sambil mengusap matanya yang merah.
"Maaf, guru. Aku tiba-tiba saja tertidur"
"Tidak apa-apa. Kuda-kuda kita juga baru makan
rerumputan segar" sahut Ki Margawasana sambil tertawa.
"Kemarin aku juga tertidur di pinggir jalan. Aku terbangun karena ada orang yang mengganggu calon pengantin yang mendapat perlindungan dari murid perguruan Tapak Mega"
"Udara dibawah bayangan dedaunan yang rimbun itu
memang terasa sejuk sekali"
Ki Udyana dan Nyi Udyana hanya tersenyum saja melihat Ki Parama yang nampak gelisah itu.
Beberapa saat, merekapun segera bersiap-siap untuk
melanjutkan perjalanan. Di sungai kecil itu mereka melihat beberapa orang anak sedang membuka sebuah rumpon yang besar. Mereka sedang sibuk-menyingkirkan bebatuan serta slangkrah yang agaknya sudah cukup lama setelah anak-anak ilu melingkari rumpon itu dengan semacam pematang agar ikan yang bersembunyi didalamnya tidak dapat melarikan diri.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di pematang bagian bawah telah dipasang dua buah icir bambu
untuk menjebak ikan yang gelisah setelah persembunyian mereka dibongkar.
"Senangnya masa, kanak-kanak" desis Ki Parama.
"Kau juga sering menutup rumpon seperti itu?" bertanya Nyi Udyana.
"Ya. Bahkan di malam hari kami, aku dan kakakku,
membuka pliridan di sungai sebelah rumahku. Rumahku juga berada di dekat sebuah sungai yang bahkan lebih besar dari sungai kecil ini"
Namun beberapa saat kemudian, keempat orang berkuda
itupun meninggalkan sungai kecil itu. Mereka melarikan kuda mereka semakin cepat. Mereka masih berharap bahwa
sebelum senja mereka sudah sampai di padepokan yang
dipimpin oleh Ki Wigati itu.
Mataharipun semakin lama menjadi semakin condong di
Barat. Sinarnyapun tidak lagi teras membakar kulit. Beberapa bulak masih harus mereka lewati sebelum mereka memasuki sebuah lorong yang menuju ke sebuah padepokan yang
letaknya memang agak terpisah dari daerah yang berpenghuni. Padepokan ilu seakan-akan merupakan lingkungan tersendiri yang diantarai oleh padang perdu.
Namun padepokan itu mempunyai lingkungan pendukung
yang memadai. Sawah dan pategalan. Peternakan. Belumbang untuk beternak ikan. Sementara itu, para cantrik di padepokan yang dipimpin oleh Ki Wigati itu mempunyai kebiasaan yang agak lain dengan para cantrik di padepokan yang semula dipimpin Ki Margawasana. Sekelompok cantrik di padepokan Ki Wigati itu mempunyai kebiasaan yang agak lain dengan para cantrik di padepokan yang semula dipimpin Ki Margawasana.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sekelompok cantrik di padepokan Ki Wigati itu mempunyai kesenangan berburu binatang buas di hutan yang.lebat yang berada tidak terlalu jauh dari padepokan mereka.
Demikianlah, perjalanan keempat orang itupun akhirnya sampai ke ujung. Bahkan mereka ternyata sampai di tujuan sedikit lebih cepat dari dugaan mereka.
Ketika mereka sampai di pintu gerbang padepokan, maka Ki Paramapun segera mengetuk pintu gerbang itu.
"Siapa?" terdengar seseorang bertanya dari balik pintu.
Namun sebelum Ki Parama menjawab, sebuah lobang kecil pada pintu gerbang itupun telah terbuka. Sebuah wajah nampak menjenguk dari balik lubang kecil yang terbuka itu.
"Siapakah kalian?" bertanya orang itu.
"Apakah kau belum mengenal aku?" bertanya
Ki Margawasana "Aku sudah beberapa kali datang ke padepokanmu ini" Tetapi agaknya orang itu belum mengenalnya sehingga Ki Margawasanapun berkata "Aku, Ki Margawasana. Katakan kepada gurumu jika ia ada di padepokan"
Lubang di daun pintu gerbang itupun tertutup kembali.
Orang yang dibelakang pintu itu berkata kepada kawannya
"Pergilah menghadap guru. Katakan bahwa ada orang yang mencarinya. Namanya Margawasana"
"Baik, kakang" jawab suara yang lain.
Kedatangan Ki Margawasana di padepokan itu memang
agak mengejutkan meskipun Ki Wigati juga sudah menduganya pula. http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan tergesa-gesa Ki Wigati menyongsong kakak
seperguruannya itu. Setelah selarak pintu gerbang itu diangkat, maka Ki Wigati sendirilah yang telah membuka pintu gerbangnya.
"Kakang" sapanya "mari silahkan masuk kakang. sudah
agak lama kakang tidak berkunjung kemari"
"Terima kasih, Wigati. Aku datang bersama Udyana suami isteri serta Parama. bukankah kau telah mengenal mereka"
"Ya, ya. Aku kenal mereka kakang. Marilah, masuklah"


Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Keempat orang itupun kemudian menuntun kuda mereka
memasuki halaman padepokan Ki Wigati yang terhitung luas.
Ki Wigatipun kemudian mempersilahkan keempat orang
tamunya naik ke pendapa bangunan utama padepokannya.
Merckapun kemudian dipersilahkan duduk di pringgitan.
"Selamat datang di padepokanku, kakang. Serta semuanya yang menyertai kakang. Bukankah keadaan kakang sekeluarga serta seisi padepokan kakang baik-baik saja?"
"Ya Wigati. Kami selamat sampai ke padepokanmu.
Keadaan keluarga yang kami tinggalkanpun baik-baik saja.
Bagaimana dengan keadaanmu disini?"
"Baik, kakang. Kami baik-baik saja"
"Sukurlah. Mudah-mudahan padepokanmu
ini dapat semakin berkembang. Bukan hanya ujud lahiriahnya saja, tetapi juga berkembang sifat dan watak dari padepokanmu ini.
Semakin dewasa, sifat dan watak padepokanmu ini tentu semakin mendekati tuntunan dan petunjuk guru kepada kita.
Kepada murid-muridnya yang sekarang mendapat giliran untuk mewariskan tuntunan itu kepada angkatan yang lebih muda"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Wigati menarik nafas panjang. Katanya "Aku mohon doa dan restu kakang"
"Tentu aku akan berdoa bagimu dan bagi padepokanmu,
adi Wigati. Tuhan Yang Maha Kuasa akan selalu membimbingmu" "Terima kasih, kakang" Ki Wigati termenung sejenak.
Namun kemudian iapun bertanya "Maaf, kakang. Aku
berterima kasih sekali bahwa kakang bersedia datang ke padepokanku. Bukan karena aku tidak tanggap, tetapi jika kakang berkenan, aku ingin bertanya, apakah kedatangan kakang Margawasana sekedar menengok keadaanku serta
padepokanku yang baru tumbuh ini, atau kakang mempunyai keperluan yang lain"
Ki Margawasanapun menarik nafas dalam-dalam, seakanakan ingin mengendapkan perasaannya yang bergejolak
didadanya. Namun kemudian dengan suara yang sareh iapun berkata "Adi Wigati. Aku datang dengan Udyana suami isteri serta Parama, karena aku memang mempunyai sedikit
kepentingan" "Maksud kakang, Mina dan isterinya"
"Ya. Mina dan isterinya. Aku telah memberinya nama
Udyana setelah aku menyerahkan kepemimpinan padepokanku kepadanya"
"Tetapi aku sudah terbiasa memanggilnya Mina, kakang.
Aku masih belum terbiasa dengan nama baru yang kakang berikan kepadanya itu"
"Tidak apa-apa, adi. Tetapi untuk membiasakan sebutan itu serta
membiasakan pendengaran adi, sebaiknya aku menyebutnya Udyana. Nanti adi Wigatipun akan terbiasa pula"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wigati mengerutkan dahinya. Namun kemudian katanya
"Baiklah. Silahkan saja kakang. Itu memang hak kakang Margawasana"
"Ya. Kamipun telah membuat jenang abang untuk
meresmikan nama itu disamping upacara menyerahkan
kepemimpinan padepokan kami yang juga kami sebut
padepokan Udyana" Ki Wigati mengangguk-angguk sambil berdesis "Ya, kakang"
"Adi" berkata Ki Margawasana kemudian "menurut Udyana dan Parama, baru-baru ini adi telah mengunjungi padepokan kami"
"Ya, kakang. Aku tidak akan ingkar. Aku telah datang ke padepokan yang sekarang dipimpin oleh Mina dan isterinya.
Aku mempertanyakan hak mereka memimpin padepokan yang kakang tinggalkan"
"Apakah jawaban Udyana dan isterinya cukup memuaskan bagimu, adi"
"Maaf kakang. Aku ingin berkata sebenarnya. Disini Mina dan isterinya sekarang juga ada. Karena itu, apa yang aku katakan nanti bukan sekedar isapan jempol saja" Ki Wigati itu berhenti sejenak, lalu "Kakang. Ternyata Mina dan isterinya masih belum saatnya menerima beban tugas yang demikian berat. Mereka sama sekali belum dewasa menanggapi tugas mereka. Ketika aku datang dan menanyakan hak mereka, maka tanggapan mereka sangat buruk. Mereka mengira aku datang karena aku merasa iri. Mereka mengira bahwa aku akan merebut kedudukan mereka, sehingga sambutan mereka atas
kedatanganku sangat menyinggung perasaanku. Sebenarnya aku tidak ingin berbuat apa-apa. Aku hanya curiga, bahwa kedudukan tertinggi di padepokannya itu http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
didapatkannya dengan cara yang tidak sewajarnya. Misalnya dengan mengusir kakang Margawasana atau yang lebih buruk lagi dengan menyingkirkan kakang untuk selamanya.
Bukankah itu wajar sekali" Sebagai adik seperguruan kakang, aku wajib menilai, apa yang sebenarnya telah terjadi di padepokan yang kemudian dipimpin oleh Mina dan isterinya.
Aku tidak ingkar bahwa telah terjadi perselisihan diantara kami. Bahkan tindak kekerasan. Tetapi jika Mina dan isterinya bersikap wajar saja, tidak usah bersikap baik, maka tidak akan terjadi sesuatu. Jika saja Mina dan isterinya menerima kedatanganku sebagaimana seorang paman, maka tidak akan terjadi apa-apa"
Ki Margawasana mengangguk-angguk. Katanya "Adi.
Biarlah aku yang minta maaf kepadamu atas sikap Udyana dan isterinya. Kedatanganku kemari mudah-mudahan dapat
memperjelas kedudukan Udyana. Aku memang menyerahkan kepemimpinan padepokan Udyana kepada mereka. Aku juga minta maaf, bahwa aku tidak memberitahukan kepadamu, sehingga harus terjadi salah paham. Nah, sekarang adi Wigati sudah menjadi jelas, bahwa mereka berdua menjadi pemimpin di padepokan Udyana itu karena aku menghendakinya"
"Jika saja kakang memberitahuku sebelumnya"
"Ya. Itu salahku. Karena itu, aku minta niaaf kepadamu" Ki Margawasana berhenti sejenak. Sementara itu, Ki Udyana dan Nyi Udyana nampak gelisah. Demikian pula Ki Parama yang tahu pasti, apa yang telah terjadi di padepokan mereka.
Sementara itu, Ki Margawasanapun bertanya "Adi, apakah benar adi telah datang mengunjungi Udyana bersama dengan orang yang menyebut dirinya Alap-alap Perak?"
Ki Wigati termangu-mangu sejenak. Namun kemudian iapun mengangguk sambil menjawab "Ya, kakang. Aku memang
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
datang ke padepokanmu bersama Alap-alap Perak. Aku
bertemu dengan orang itu di perjalanan. Iapun minta ijin untuk ikut sekedar melihat letak padepokan kakang. Bukankah kakang sudah mengenal orang yang bergelar Alap-alap Perak itu?"
"Ya. Aku mengenalnya dengan baik" jawab Ki Margawasana
"bahkan mungkin aku tidak akan pernah melupakannya.
Bukankah kau tahu pula, siapa Alap-alap Perak itu?"
"Aku memang mengenalnya kakang"
"Bukankah kau tahu bahwa Alap-alap Perak itu mendendamku karena aku telah mengambil kembali benda yang sangat berharga bagi padepokan kita yang telah
dicurinya itu" Adi Wigati waktu itu memang tidak ikut pergi ke sarang Alap-alap Perak itu. Tetapi adi tentu mengetahuinya"
Wigati menarik nafas panjang.
"Nah, benda yang pernah dicuri oleh Alap-alap Perak dan yang telah kami ambil kembali itu sekarang berada di padepokan Udyana. Benda itu bagi kami, nilainya memang tidak terkira. Agaknya Alap-alap Perakpun menilai benda itu sangat tinggi pula, sehingga ia sampai saat ini masih menginginkannya"
Wigati itu mengerutkan dahinya.
"Nah, adi Wigati. Alap-alap Perak itu sudah terlanjur mengatakan, bahwa ia datang ke padepokan Udyana untuk mengambil harta karun. Nah, sekarang kita tentu bertanya, apakah yang dimaksud dengan harta karun itu"
"Tidak" jawab Wigati "kami datang tanpa mempunyai niat apa-apa selain meyakinkan, apakah kakang benar-benar telah mewariskan padepokan itu kepada Mina dan isterinya"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jadi Alap-alap Perak itu tidak mengatakan kepadamu
tentang harta karun itu?"
Wigati menjadi ragu-ragu sejenak. Namun kemudian iapun menggeleng sambil berkata "Tidak"
Namun Nyi Udyanapun tiba-tiba saja menyela "Jadi apa maksud paman mengatakan, bahwa dilingkungan padepokan itu terdapat kandungan yang tidak ternilai harganya?"
Wajah Ki Wigati menjadi semakin tegang. Dipandanginya Nyi Udyana dengan tajamnya. Suaranyapun menjadi bergetar
"Siapakah yang berkata seperti itu?"
"Paman" jawab Nyi Udyana.
"Bohong. Atau kau sengaja memfitnahku?"
"Kami sama sekali tidak ingin memfitnah paman" sahut Ki Udyana "kami hanya ingin tahu. Sementara itu Alap-alap Perak telah mengatakan lebih jelas lagi. Ia menyebutnya sebagai harta karun yang tidak ternilai harganya yang terkandung didalam padepokan kami"
"Tidak" sahut Ki Wigati "aku tidak berbicara tentang harta karun atau dengan istilah yang lain"
"Baiklah adi Wigati. Jika kau tidak menyebutnya, maka sebaiknya kau tahu, bahwa orang yang njenyebut dirinya Alap-alap Perak itu memang ingin mendapatkan harta karun yang terkandung dibawah padepokan Udyana itu"
"Harta karun apa yang kakang maksud" Apakah kakang
pernah menyembunyikan harta karun dari manapun asalnya"
"Aku tidak menyembunyikan harta karun yang aku dapat dari mana-mana. Yang aku simpan adalah benda yang tidak ternilai harganya bagi padepokan Udyana"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau kakang tidak berkeberatan, apakah kakang dapat menyebutnya?"
"Tentu, adi Wigati. Benda yang aku maksud adalah
lambang pewarisan kedudukan pemimpin tertinggi di
padepokan Udyana. Sebagaimana guru mewariskan kepadaku dan saat aku mewariskannya kepada Udyana"
"Lima buah lingkaran kecil dan sebuah lingkaran yang lebih besar itu yang kakang maksud?"
"Ya. Bukankah benda itu sangat berharga bagi kita"
Khususnya bagi perguruan Udyana":
"Tetapi benda itu tidak berharga bagi orang lain"
"Tidak adi. Apakah kau belum pernah mendengar ceritera tentang sebuah surya-kanta yang seharusnya terpasang pada lingkaran yang besar itu" Dengan surya-kanta itu, maka jika sinar matahari membuat bayangan kelima lingkaran itu menyatu, maka segala benda yang disentuh oleh pusat nyala surya-kanta itu, akan menjadi emas"
Ki Wigati mengerutkan dahinya. Hampir diluar sadarnya iapun bertanya "Apakah ceritera itu benar, kakang"
"Tentu tidak. Bahkan surya-kanta itupun tidak pernah ada.
Mungkin Alap-alap Perak menemukan sebuah surya-kanta yang besar, sebesar lingkaran itu, ia ingin membuktikan, apakah benar benda yang tersimpan di padepokan Udyana itu benar-benar dapat dipergunakan untuk membuat emas. Jika benar demikian, maka Alap-alap Perak itu akan dapat
membuat emas beberapa bangsal sesuka hatinya, karena ia dapat membuat apa saja menjadi emas"
Ki Wigati itu termangu-mangu sejenak. Nampaknya ia
sedang merenungi kata-kata Ki Margawasana itu.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Adi Wigati" berkata Ki Margawasana kemudian "Jika
demikian, maka aku ingin memperingatkan, jangan berhubungan lagi dengan Alap-alap Perak. Gurunya yang juga berambut putih dan bergelar Alap-alap Perak adalah orang yang licik. Alap-alap kecil inipun tentu licik sekali pula. Jika kita lengah, maka kita akan dapat diadu domba. Alap-alap itulah yang kemudian akan memetik keuntungannya"
Keringat mengalir di punggung Ki Wigati. Wajahnyapun menjadi pucat, sementara jantungnya berdegup semakin cepat.
Dengan nada berat Ki Margawasanapun bertanya "Apakah Alap-alap Perak itu masih ada disini?"
"Tidak, kakang. Alap-alap Perak itu sudah pergi. Tetapi ia berjanji akan datang lagi kemari. Ia masih belum melepaskan niatnya untuk menguasai harta-karun yang tersimpan di bawah padepokan yang kakang wariskan kepada Mina dan isterinya itu"
"Yang disebut harta-karun itu adalah benda yang memang sangat berharga itu, terutama bagi perguruan kita. Tetapi aku yakinkan kepadamu, bahwa dengan benda itu, tidak akan dapat dibuat emas seperti yang dilihat dalam mimpi Alap-alap yang licik itu"
Ki Wigati itu bagaikan membeku sejenak. Namun kemudian iapun membungkuk dalam-dalam, sehingga dahinya hampir menyentuh tikar tempat mereka duduk.
"Kakang. Aku mohon ampun. Aku telah terbujuk oleh Alap-alap Perak, sehingga aku kehilangan kendali diri. Aku telah menyurukkan murid-muridku ke dalam maut. Bahkan murid-murid kakangpun tentu ada yang telah menjadi korban.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kakang, kakang pantas menghukum aku. Jika kakang
menghendaki, hukumlah aku kakang. Aku tidak akan ingkar"
"Bangkitlah. Duduklah yang baik, adi. Kau memang
bersalah. Tetapi kau kemudian menyadari, bahwa kau telah melakukan kesalahan itu. Dengan demikian, maka sebagian dari kesalahanmu sudah kau betulkan. Yang kemudian perlu kau lakukan, adi. Kau harus lebih berhati-hati. Kau memiliki kemampuan yang tinggi. Kau memiliki pengikut yang cukup banyak. Jika kau berjalan di jalan yang sesat, maka semua murid-muridmu akan ikut terjerumus ke jurang kesesatan pula"
Ki Wigati itupun kemudian duduk sambil mengusap
keringatnya yang membasahi kening dan dahinya. Dengan sungguh-sungguh iapun berkata "Kakang. Jika aku bertemu dengan Alap-alap Perak, aku akan membuat perhitungan dengan orang yang licik itu"
"Sudahlah. Kau tidak usah mendendamnya. Pada kesempatan lain, jika ia datang kepadamu dan membujukmu lagi, maka kau tahu, bagaimana kau harus menjawabnya"
"Ya, kakang" "Hanya jika orang itu memaksamu dengan kekerasan, maka kau wajib membela dirimu. Bahkan kau dapat menjelaskan, bahwa lingkaran-lingkaran itu tidak dapat dipergunakan untuk membuat emas. Karena itu, sebaiknya Alap-alap Perak itu melupakannya"
"Baik, kakang. Aku mendengarkan pesanmu"
"Paman" berkata Ki Udyana kemudian "Aku dan isteriku juga minta maaf kepada paman, bahwa kami sudah berani menentang perintah paman pada waktu itu"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, jangan begitu, Mina. Akulah yang harus minta maaf kepadamu. Bukankah kau tidak bersalah. Aku datang,
menggertakmu dan bahkan melakukan kekerasan. Aku benar-benar sedang mabuk waktu itu karena bujukan orang yang menyebut dirinya Alap-alap Perak itu"
"Sebaiknya kita melupakannya paman"
"Ya. Kita melupakan dalam arti tidak saling mendedam.
Tetapi pengalaman ini sangat berarti bagiku. Pengalaman yang tidak seharusnya aku lupakan. Agar aku tidak pernah mengulangi kesalahan itu lagi"
Demikianlah, maka segala sesuatunya telah dapat dijernihkan sampai tuntas. Tidak lagi ada perasaan dendam meskipun telah jatuh korban dalam benturan kekerasan yang terjadi di padepokan Udyana.
Bahkan malam itu, Ki Margawasana, Ki Udyana dan
isterinya serta Ki Parama bermalam di padepokan yang dipimpin oleh Ki Wigati.
Ketika gelap malam turun, maka Ki Margawasana, Ki
Udyana dan isterinya serta Ki Parama telah tertarik
perhatiannya kepada beberapa orang murid Ki Wigati yang baru pulang dari hutan yang lebat tidak terlalu jauh dari padepokan mereka. Mereka adalah murid-murid Ki Wigati yang mempunyai kesenangan berburu.
"Menarik" desis Ki Parama "apa yang mereka dapatkan?"
Ki Wigatilah yang menjawab "Nampaknya mereka mendapat dua, atau bahkan tiga ekor kijang"
"Satu kesenangan yang memiliki banyak sisi yang sangat berarti. Selain melatih ketangkasan, juga keberanian dan ketrampilan"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kadang-kadang ada diantara mereka yang mendapatkan
binatang buas. Banyak harimau terdapat di hutan itu. Bahkan tidak hanya satu jenis harimau"
"Menarik sekali"
"Di bilik mereka terdapat berbagai macam kulit binatang.
Kulit harimau, kerbau liar, tanduk rusa jantan dan bermacam-macam lagi"
"Aku ingin belajar berburu kakang" tiba-tiba Ki Parama itu berdesis.
"Jika kau mau, kau dapat tinggal disini"
"Di dekat padepokan kami juga terdapat hutan yang masih lebat, paman. Jika saja ada saudara kami yang bersedia tinggal bersama kami beberapa bulan untuk membimbing kami pergi berburu. Ada binatang hutan yang sering
mengganggu pategalan para petani. Bahkan ada binatang buas yang sering mencuri ternak di padukuhan-padukuhan"
"Binatang buas yang mencari makan di padukuhan itu tentu sedang dalam keadaan yang khusus., Mungkin seekor harimau tua yang sudah tidak mampu lagi memburu mangsanya di hutan. Mungkin pula sedang kelaparan, sedang kan binatang buruan yang lain sudah berlarian menjauh sebelumnya. Tetapi pada dasarnya, segala sesuatunya terjadi di dalam hutan itu.
Satu putaran kehidupan tersendiri. Yang mana yang harus menjadi korban bagi yang lain agar tetap bertahan hidup.
Meskipun demikian, binatang-binatang yang diburu itupun tidak punah"
"Ya, paman" Ki Parama mengangguk-angguk. Lalu katanya kemudian "Jika kakang Udyana sependapat, serta paman Wigati setuju kami mohon agar paman mengirimkan dua
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang diantara para murid paman untuk tinggal bersama kami"
Ki Wigati tersenyum. Katanya "Nah, jika kakakmu tidak berkeberatan, aku akan memerintahkan dua orang pergi bersama kalian besok jika kalian pulang. Biarlah mereka berada di padepokanmu, sampai ada diantara kalian yang sudah terampil berburu"
"Tentu aku tidak tidak berkeberatan" sahut Ki Udyana
"Bahkan aku akan sangat berterima kasih, jika paman
mengijinkannya" Demikianlah merekapun sepakat. Besok jika Ki Udyana dan isterinya serta Ki Parama pulang ke padepokan mereka, maka dua orang murid Ki Wigati yang mempunyai ketrampilan berburu akan ikut bersama mereka. Keduanya akan tinggal di padepokan Udyana beberapa lama sampai ada beberapa
orang cantrik dari padepokan Udyana yang sudah menjadi terampil.
Malam itu, Ki Parama sempat menunggui bagaimana para pemburu itu mengulit hasil buruan mereka. Bahkan Ki
Paramapun sempat melihat-lihat kulit binatang buruan yang berada di bilik para pemburu itu"
"Penghasilan tambahan" berkata salah seorang diantara para pemburu itu "kulit-kulit binatang buruan ini laku dijual.
Pada saat-saat tertentu datang para saudagar untuk membeli kulit binatang hasil buruan ini"
Ki Parama benar-benar menjadi tertarik untuk menjadi seorang pemburu.
"Orang seperti Ki Parama ini tentu akan cepat menguasai kemampuan berburu. Ki Parama sudah mempunyai modal
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang sangat berharga. Kemampuan yang tinggi, ketahanan tubuh dan indera yang tajam. Mungkin yang masih harus dilatih adalah indera penciuman serta ketajaman pang-graita bagi seorang pemburu"
"Aku akan tunduk kepada saudara kita yang akan
membimbing kami nantinya" berkata Ki Parama.
Murid Ki Wigati yang menjadi pemburu itu tertawa.
Malam itu, Ki Wigati sempat meyakinkan murid-muridnya untuk melupakan peristiwa yang pernah terjadi di padepokan yang dipimpin oleh Ki Udyana. Ki Wigatipun telah menjelaskan pula permasalahan yang telah timbul.Kepada murid-muridnya Ki Wigati dengan jujur mengakui kesalahannya, sehingga telah timbul korban diantara para muridnya.
"Kesalahan itu sepenuhnya terbebankan di pundakku.
Akulah yang harus bertanggung-jawab. Karena itu, maka aku wajib datang menemui keluarga mereka yang telah gugur untuk mohon maaf"
Agaknya para muridpun dapat mengerti. Mereka memahami sikap gurunya. Merekapun mengerti, bahwa Alap-alap Perak itulah yang telah datang menghasut gurunya untuk melakukan satu tindakan yang patut disesali. Sementara itu, gurunyapun telah
menyesalinya pula. Di keesokan harinya, maka Ki Margawasana, Ki Udyana, Nyi Udyana dan Ki Parama telah minta diri. Sementara itu memenuhi keinginan Ki Parama yang disetujui oleh Ki Udyana, maka dua orang murid Ki Wigati yang juga pemburu telah ikut bersama Ki Parama untuk tanggal di padepokan Ki Udyana untuk beberapa lama.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun beberapa orang berkuda itu mula-mula akan
mengantar Ki Margawasana lebih dahulu pulang ke bukit kecil yang disebutnya Jatilamba di dekat padukuhan Gebang.
"Apakah aku perlu diantar

Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pulang?" bertanya Ki Margawasana. "Maksud kami bukan mengantar guru" berkata Ki Udyana
"Tetapi karena kami berangkat dari tempat tinggal guru diatas bukit itu, maka kamipun akan kembali ke bukit Jatilamba itu lebih dahulu, sebelum kami pulang ke padepokan kami"
Ki Margawasana tersenyum. Katanya "Kau masih tetap
berpegang pada unggah-ungguh"
"Sebenarnyalah kami kerasan tinggal di bukit kecil itu, guru.
Rasa-rasanya kami memang ingin pergi ke bukit itu"
Ki Margawasanapun tertawa pula.
Iring-iringan itu sampai ke bukit Jatilamba pada saat matahari menjadi semakin rendah di sisi Barat. Karena itu maka Ki Margawasanapun minta mereka bermalam lagi di Bukit Jalilamba.
"Tentu saja kami tidak berkeberatan "Ki Paramalah yang menjawab. Ia memang merasakan kesejukan dan ketenangan suasana di atas bukit kecil itu.
"Harus lebih banyak ditanam pohon-pohon besar di
padepokan agar udaranya menjadi lebih sejuk dan segar"
desis Ki Parama kepada diri sendiri. Tetapi iapun benar-benar berniat untuk menanam pepohonan lebih banyak lagi.
"Lebih baik pohon buah-buahan yang dapat dipetik
hasilnya" desis Ki Parama.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah bermalam satu malam lagi di bukit kecil Jatilamba, maka kelima orang yang menyertai Ki Margawasana ke bukit kecil itupun segera minta diri.
Pagi-pagi sekali mereka sudah bersiap. Sehingga sebelum matahari terbit, maka merekapun sudah memegangi kendali kuda masing-masing.
"Sering-seringlah datang kemari Udyana suami isteri atau Parama atau siapa saja yang sempat. Jika ada waktu biarlah Wikan datang pula kemari"
"Baik, guru. Nanti akan aku sampaikan kepada Wikan
demikian aku sampai di padepokan"
Demikianlah, maka sejenak kemudian, maka sebuah iringiringan yang terdiri dari lima orang telah meninggalkan bukit kecil yang terasa sejuk, segar diselimuti oleh suasana yang tenteram itu.
Demikian mereka turun dari bukit, maka Ki Paramapun
bertanya "Kakang. Apakah kita tidak jadi menemui Ki Rina-rina?"
"Tidak, adi. Sebenarnya aku juga ingat, bahwa paman
Wigati pernah mengunjungi Ki Rina-rina, tetapi agaknya persoalannya sudah selesai. Jika kita mengunjungi Ki Rina-rina, justru mungkin akan timbul persoalan baru lagi"
Ki Parama itupun mengangguk-angguk. Ketika kemudian
mereka sampai di ngarai, maka kuda-kuda merekapun berlari semakin cepat. Namun tidak semua ruas jalan dapat dilalui dengan lancar. Ada beberapa ruas yang agak sulit dilalui, sehingga kuda-kuda merekapun berlari lamban sekali.
Ketika kuda-kuda mereka menjadi letih, haus dan lapar, maka merekapun telah berhenti di pinggir sebuah sungai kecil.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka sengaja tidak berhenti di sebuah kedai, agar mereka tidak melihat peristiwa-peristiwa atau mendengar persoalan-persoalan yang menarik perhatian mereka, sehingga mereka tidak dapat ingkar; merasa wajib untuk melibatkan diri.
Di pinggir sungai kecil mereka dapat duduk di bawah pohon yang rindang sambil menunggui kuda-kuda mereka minum dan makan rerumputan segar.
Ketika seorang penjual dawet cendol lewat, maka Ki
Paramapun telah menghentikannya. .
"Kakang penjual dawet. Kami kehausan kakang"
Penjual dawet itupun kemudian berhenti di bawah sebatang pohon ketapang yang daunnya rimbun.
Ternyata bukan hanya Ki Parama sajalah yang kehausan.
Tetapi semuanya telah minum dawet cendol masing-masing dua mangkuk.
"Legenmu enak sekali kang. Kau taruh potongan-potongan nangka di dalamnya"
Penjual dawet itu tersenyum. Katanya "Ya, Ki Sanak.
Ternyata banyak yang menyenanginya. Legen diberi potongan-potongan nangka sehingga terasa manisnya legen menjadi beda"
Berbeda dengan saat mereka berangkat, maka di
perjalanan pulang tidak ada apapun yang menghambat.
Karena itu, maka perjalanan pulang itupun terasa lebih cepat.
Ketika iring-iringan itu sampai di padepokan, maka Ki Udyanapun segera mengumpulkan murid-muridnya untuk
menyampaikan hasil perjalanan mereka menemui Ki Wigati.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku minta keikhlasan kalian untuk melupakan peristiwa yang telah melukai hati kita. Persoalan antara kita dengan paman Wigati telah dianggap selesai tuntas"
Para cantrik di padepokan Udyana itu mengangguk-angguk.
Wikan, Ki Windu dan Ki Rantampun mengangguk-angguk pula.
Ki Udyana telah memberikan penjelasan terperinci, sehingga para murid Ki Margawasana itu dapat mengerti. Apalagi guru merekapun bersikap demikian pula.
Dengan demikian, maka kedua orang murid Ki Wigati itupun dapat diterima di padepokan Udyana itu sebagai saudara mereka sendiri. Apalagi mereka memang bersumber dari aliran pereguruan yang sama.
Demikianlah, maka kehidupan di padepokan Udyana
itupunn kemudian terasa semakin tenang. Hubungan dengan padepokan yang dipimpin Ki Wigatipun menjadi semakin akrab. Sementara itu Alap-alap Pcrakpun masih belum
menampakkan dirinya lagi. Agaknya Alap-alap Perak itu telah mendengar bahwa hubungan antara perguruan yang dipimpin oleh Ki Wigati dengan padepokan yang dipimpin oleh Ki Udyana itu telah menjadi baik kembali setelah sempat terjadi benturan kekerasan di antara mereka.
Dua orang murid dari perguruan Ki Wigati itupun telah mulai dengan tugas mereka. Beberapa orang murid dari perguruan Udyana yang tertarik untuk berburu, telah
mendapat tuntunan dari kedua orang cantrik dari padepokan Ki Wigati.
Ternyata banyak di antara para cantrik yang tertarik untuk belajar berburu. Wikan, Ki Windu, Ki Rantam juga tertarik sebagaimana Ki Parama. Sementara itu, para cantrik yang sebenaranya sudah dapat meninggalkan padepokan karena http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka telah menuntut ilmu sampai selesai, ada pula yang tertarik untuk ikut berburu ke hutan.
"Ada hutan yang lebat tidak jauh dari padukuhanku"
berkata Murdaka "biarlah aku menunda kepergianku dari padepokan ini"
Kedua orang murid dari perguruan Ki Wigati itupun dengan telaten mengajari para murid Ki Margawasana itu untuk mengenali
dasar-dasar pengetahuan untuk berburu. Bagaimana mereka harus mengenali watak sasarannya,
mengenal hutan, mengasah indera dan memperhatikan arah angin.
"Binatang buruan kita tidak boleh mengenal keberadaan kita dengan mencium bau tubuh kita yang dibawa angin. Jika binatang buruan kita itu mencium bau badan kita, maka mereka akan segera menghindar" berkata murid Ki Wigati itu.
Ternyata para murid dari perguruan yang dipimpin Ki
udyana yang pada dasarnya sudah memiliki ketrampilan, penguasaan tubuh dan tenaga dalam itupun dengan cepat mampu menguasai pengetahuan tentang perbuan, sehingga dalam waktu yang terhitung pendek, mereka sudah dapat disebut pemburu-pemburu yang baik.
Namun Ki Udyanapun selalu memperingatkan kepada
mereka, bahkan mereka jangan menjadi mahluk yang
memusnahkan mahluk hidupyang lain "Sesama kita, binatang dan tumbuh-tumbuhan adalah bagian dari alam ini. Jenis mereka berhak untuk tetap ada, sehingga karena ilu, kita jangan memamerkan kelebihan kita karena kita mampu
memusnahkan mahluk hidup yang lain. Jika kita berbuat demikian, maka kita akan banyak sekali dirugikan. Alam akan kehilangan keseimbangannya, sehingga akan mengganggu http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pusaran kehidupan pada saatnya juga akan mengganggu
keseimbangan hidup manusia itu sendiri"
Dengan demikian, meskipun para murid dari perguruan
Udyana itu memiliki kemampuan berburu yang tinggi namun mereka harus selalu menahan diri untuk tidak memusnahkan binatang liar di hutan.
Dengan demikian, setelah para murid dari perguruan
Udyana itu cukup memiliki bekal untuk menjadi pemburu yang baik, maka kedua orang murid Ki Wigati itupun telah minta diri.
"Sebenarnya kami kerasan tinggal disini. Disini kamipun dapat meningkatkan ilmu kanuragan kami, karena saudara-saudaraku disini juga bersumber dari aliran perguruan yang sama" berkata salah seorang diantara mereka.
"Kenapa tidak tinggal disini saja?" bertanya Murdaka.
Kedua orang itu tersenyum. Seorang diantara mereka
berkata "guru tentu mengharap kami pulang. Karena itu, kamipun akan pulang. Pada kesempatan lain, kami akan sering berkunjung kemari"
Namun tiba-tiba saja Wikanpun berkata "Nah, aku akan pergi bersama kalian"
"Kau akan kemana?"
"Aku akan mengunjungi padepokanmu. Tetapi yang penting aku akan pergi mengunjungi guru. Ketika paman Udyana pergi mengunjungi guru, guru minta aku datang ke bukit kecil tempat tinggal guru"
"Kau akan pergi sendiri?"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak. Aku belum pernah mengunjungi guru. Aku akan
mengajak kakang Rantam. Kakang Rantam mengantar guru ketika guru pergi ke bukit kecil itu"
"Apakah kami boleh ikut lagi pergi ke bukti untuk menengok uwa guru Margawasana?"
"Tentu. Aku tentu tidak berkeberatan. Guru juga tidak.
Meskipun demikian sebaiknya kalian berdua minta diri lebih dahulu dari paman Wigati"
"Baik. Jika kau singgah di padepoakn kami, maka kami akan minta ijin kepada guru untuk bersamamu mengunjungi uwa Margawasana. Tempat itu terasa sejuk dan damai"
"Baik. Nanti aku akan menyampaikan kepada paman
Udyana, bahwa aku akan pergi ke Bukit Jatilamba"
Demikianlah, maka pada sore hari, ketika Ki Udyana sedang duduk di serambi gandok bangunan utama padepokan-nyan, Wikan telah datang menemuinya.
"Ada pada, Wikan?" bertanya Ki Udyana ketika ia me lihat gelagat Wikan.
"Paman" Wikanpun beringsut setapak "Aku ingin minta ijin kepada paman"
"Minta ijin apa" Kau mau berburu?"
"Tidak paman. Ketika paman pulang dari rumah Guru,
paman mengatakan bahwa guru perpesan agar aku datang mengunjunginya"
"Ya. Guru memang perpesan, agar kau datang mengunjunginya" http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Karena itu paman. Jika paman mengijinkan, serta
kebetulan tidak ada tugas-tugas penting di padepokan ini, maka aku akan mengunjungi guru di Bukit Jatilamba"
Ki Udyana mengangguk-angguk. Katanya "Tentu akan tidak bekeberatan, Tetapi bukankah kau tidak akan pergi sendiri.
Kau belum pernah pergi ke Bukit Jatlamba. Meskipun aku yakin, dengan memberikan ancar-ancar kepadamu, maka kau tentu akan menemukannya"
"Jika paman tidak berkeberatan, aku datang pergi
mengunjungi guru bersama kakang Parama atau kakang
Rantam. "Pergilah dengan adi Rantam. Adi Parama baru saja
mengunjungi guru bersamaku dan bibimu beberapa waktu yang lalu"
"Baik, paman. Aku akan minta kakang Rantam untuk pergi bersamaku. Selain kakang Rantam, kedua orang murid paman Wigati itupun akan pergi bersamaku. Sebenarnya mereka akan kembali ke padepokan mereka, setelah kerja mereka disini dianggap selesai. Tetapi ketika mereka tahu, bahwa aku akan mengunjungi guru, agaknya merekapun ingin pergi lagi ke Bukit Jatilamba. Tetapi mereka akan minta ijin lebih dahulu kepada paman Wigati"
"Jadi kau juga akan singgah dipadepokan paman Wigati?"
"Ya. Aku akan singgah. Baru dari padepokan paman Wigati, kami akan pergi ke Bukit Jatilamba"
"Baik. Pergilah. Aku sependapat bahwa kedua orang murid pamanmu Wigati itu harus minta ijin dahulu kepada guru mereka"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Malam itu, maka Wikanpun telah bertemu dan berbicara dengan Ki Rantam. Ternyata Ki Rantampun menjadi gembira mendapat
kesempatan untuk pergi mengunjungi Ki Margawasana. "Besok lusa kita berangkai bersama kedua orang murid paman Wigati" berkata Wikan.
"Baiklah Wikan. Nanti aku akan bertemu dan minta ijin langsung kepada kakang Udyana. Demikian pula kedua orang murid Ki Wigati itu juga akan minta diri pula kepada Ki Udyana.
Di hari berikutnya, maka kedua orang murid Ki Wigati itupun telah minta diri kepada seisi padepokan yang dipimpin oleh Ki Udyana. Kedua belah pihak merasa berat untuk berpisah setelah mereka berkumpul untuk beberapa bulan, sehingga sekelompok murid dari perguruan Ki Udyana itu benar-benar telah menjadi sekelompok pemburu yang
tangguh. Selain kedua orang ilu, maka Wikan dan Ki Rantampun
telah memberitahukan pula bahwa mereka akan pergi untuk beberapa hari. Mereka akan pergi mengunjungi Bukit
Jatilamba, namun merekapun akan singgah pula di padepokan Ki Wigati, karena kedua orang murid Ki Wigati itu berniat untuk ikut pergi ke Bukit Jatilamba.
Demikianlah, maka dihari berikutnya, sebelum matahari terbit, empat orang berkuda telah meninggalkan padepokan yang dipimpin oleh Ki Udyana itu. Ki Udyana, Nyi Udyana serta para pemimpin padepokan itu dan bahkan para cantrik telah melepas mereka di pintu gerbang padepokan.
Empat penunggang kuda itupun kemudian telah melarikan kuda-kuda mereka. Tetapi karena jalan tidak begitu tidak http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
begitu baik, maka mereka tidak dapat melarikan kuda mereka terlalu cepat.
Demikianlah keempat orang berkuda itupun semakin lama menjadi semakin jauh. Ketika matahari kemudian terbit, maka mereka sudah melewati bulak-bulak panjang dan menyusup diantara padukuhan-padukuhan.
Ternyata perjalanan mereka tidak mendapat hambatan
yang berarti. Mereka hanya berher>ti pada saat kuda-kuda mereka merasa letih.
Ketika di sore hari, mereka sampai di padepokan Ki Wigati, maka merekapun disambut dengan baik oleh Ki Wigati sendiri serta para cantrik. Terutama Wikan dan Ki Rantam.
"Kami akan pergi mengunjungi guru, paman. Sekaligus
kami ingin mengunjungi paman. Selebihnya kedua orang saudara kami dari padepokan ini yang baru pulang dari padepokan kami itu, ingin sekali lagi mengunjungi guru.
Menurut mereka, bukit Jatilamba adalah tempat yang sejuk dan terasa tenang dan damai, sehingga ketika mereka berada di bukit kecil itu, maka rasa-rasanya mereka mendapat banyak kesempatan untuk merenungi diri.
Ki Wigati tersenyum. Katanya "Baiklah, jika mereka ingin pergi ke bukit itu lagi. Tetapi bukankah mereka tidak akan mengikuti kalian ke padepokan kalian?"
Wikan tertawa. Katanya "Paman dapat bertanya langsung kepada mereka"
Kedua orang cantrik itupun tertawa pula. Seorang diantara mereka berkata "Sebenarnya aku kerasan berada di
padepokan yang dipimpin oleh Ki Udyana itu. Tetapi dari bukit Jatilamba aku akan kembali ke mari. Tidak ke padepokan yang dipimpin oleh Ki Udyana. Para murid Ki Udyana sudah cukup http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
trampil berburu. Bahkan mereka telah menjadi pemburu yang lebih baik dari kami disini"
"Tentu tidak" sahut Wikan "Tetapi saudara-saudara kami memang sangat tertarik untuk dapat menjadi pemburu yang baik"
Malam itu Wikan dan Ki Rantam bermalam di padepokan
yang dipimpin o leh Ki Wigati. Esok pagi mereka akan meneruskan perjalanan ke Bukit Jatilamba.
Pada kesempatan yang pendek ilu, Wikan dan Ki
Rantamsari sempat melihat-lihat padepokan yang dipimpin oleh
Ki Wigati. Ada beberapa persamaan dengan padepokannya sendiri. Agaknya ketika Ki Wigati membangun padepokannya, ia juga terpengaruh oleh padepokannya yang lama yang kemudian diserahkan kepada Ki Margawasana.
Meskipun Wikan hanya bcnnalam selama, namun terasa
bahwa kehadirannya telah mempererat hubungan antara
kedua padepokan ilu. Dihari berikutnya, pagi-pagi sekali, Wikan, Ki Rantam serta dua orang murid Ki Wigati telah meninggalkan padepokan yang dipimpin oleh Ki Wigati ilu.
Mereka berempat melarikan kuda-kuda mereka di bulakbulak panjang menuju ke Gebang untuk selanjutnya naik ke Bukit Jatilamba.
Tetapi perjalanan mereka tidak selancar perjalanan mereka dari padepokan yang dipimpin oleh Ki Udyana menuju ke padepokan Ki Wigati. Ketika mereka melewati lereng
pebukitan yang sepi, tiba-tiba saja mereka menjadi berdebar-debar ketika mereka melihat di langit meluncur anak panah sendaren.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apa itu?" desis Ki Rantam.
"Agaknya anak panah sendaren" sahut Wikan.
"Ya. Anak panah sendaren. Anak panah itu tentu
merupakan isyarat" sahut salah seorang murid Ki Wigati yang berkuda bersama Wikan dan Ki Rantam itu.
"Ya. Tentu isyarat. Karena itu berhati-hatilah Kita tidak mungkin menghindar lagi. Kita berada diantara tebing-tebing pegunungan"
Sebenarnyalah, sejenak kemudian dua orang telah meloncat dari belakang gerumbul perdu.
"Hanya dua orang" desis Ki Rantam.
Wikan menarik nafas panjang. Namun kemudian iapun
berdesis "Kakang. Lihat seorang diantara mereka"
Ki Rantampun menyahut "Orang yang menyebut dirinya
Alap-alap Perak" "Setan itu lagi"geram Wikan.
"Tetapi mereka hanya berdua"
"Yang melontarkan anak panah sendaren itu sebentar lagi akan datang pula kemari"
Ki Rantampun mengangguk-angguk pula. Iapun kemudian
berpaling kepada kedua orang murid Ki Wigati "Berhati-hatilah"
"Baik, kakang" jawab keduanya hampir berbareng.
"Mereka tentu mempunyai niat buruk"
"Kami siap melayani, apakah mau mereka"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang yang rambutnya sudah pulih seperti perak itupun kemudian mengangkat tangan mereka untuk memberi isyarat agar keempat orang itupun berhenti.
Wikan yang berada di depanpun kemudian menarik kendali kudanya, sehingga kudanyapun berlari semakin perlahan, sdinga akhirnya berhenti sama sekali.
"Alap-alap Perak" desis Wikan.
"Setan alas. Kenapa kau berada disini?" bertanya Alap-alap Perak itu.
"Kenapa jika aku berada disini?" Wikan justru ganti
bertanya. "Baik. Bagiku kebetulan sekali kau berada disini sekarang.
Agaknya memang sudah sampai waktunya kau mati"
"Apa yang akan kau lakukan?""Sebenarnya kami ingin mencegat orang-orang perguruan yang dipimpin oleh Wigati itu. Wigati telah berkhianat, sehingga Wigati telah berdamai dengan Margawasana. Aku tidak mau melihat
kenyataan itu. Aku masih tetap
menginginkan hana karun yang tertanam di bawah padepokan yang sekarang dipimpin oleh Mina dan suami isteri. Karena pengkhianatan Wigati, maka aku harus melakukan sesuatu.
Aku akan membunuh semua murid muridnya satu demi satu.
Dua demi dua atau bahkan lima demi lima. Tetapi ternyata bersama murid Wigati, disini hadir pula murid-murid
Margawasana. karena itu, biarlah aku membunuh kalian semuanya"
"Bagus, Alap-alap Perak. Kita tuntaskan pertarungan kita disini. Jika kau menginginkan, maka kita akan bertarung http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seorang melawan seorang. Biarlah yang lain menjadi saksi dari pertarungan kita itu"
Alap-alap Perak itu tertawa. Katanya "Aku adalah orang yang memiliki ilmu yang tidak terbatas. Kau masih terlalu muda uniuk mati. Tetapi karena kesombonganmu, maka apa boleh buat. Aku telap saja membunuhmu"
"Siapakah yang telah menyombongkan diri" Aku atau kau"
Jika kita bertemu disini, Alap-alap Perak, kita bukannya orang yang belum saling mengenal. Aku telah menjajagi ilmumu, kaupun telah menjajagi ilmuku, sehingga kita tidak perlu berbicara ngayawara lagi"
"Persetan kau anak iblis. Jangan berbangga dengan
kemampuanmu yang masih belum mapan itu. Jika kau
berkeras untuk bertarung, maka umurmu benar-benar hanya sampai disini. Sebenarnya, yang akan menjadi sasaran kami adalah para murid Wigati yang berkhianat itu, sebelum akhirnya aku akan membunuh Wigati sendiri. Tetapi agaknya nasibmu memang lagi malang"
Tetapi Wikan seakan-akan tidak menghiraukannya. Iapun segera meloncat turun dari kudanya. Demikian pula Ki Rantam dan kedua orang murid Ki Wigati. Mereka bcrempatpun
kemudian telah menambatkan kuda-kuda mereka pada
sebatang pohon yang tumbuh di pinggir jalan.
"Anak muda" berkata Alap-alap Perak "meskipun kau
pernah menyakiti hatiku dan pantas dihukum, tetapi kau akan aku ampuni jika kau tidak ikut mencampuri persoalanku dengan murid-murid Wigati. Aku akan membunuh kedua
orang murid Wigati itu. Jangan halangi aku. Maka aku akan membiarkanmu pergi"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Alap-alap Perak. Aku tantang kau berperang tanding. Kau jangan hanya mengandalkan namamu yang tersebar dimana-mana, tetapi nama itu seperti segumpal udara yang hanyut oleh angin. Sekarang buktikan bahwa Alap-alap Perak adalah seorang yang berilmu sangat tinggi"
"Persetan kau, anak setan. Jangan sesali nasibmu yang malang. Aku benar-benar akan membunuhmu"
"Jika demikian" berkata Ki Rantam "maka kami bertiga akan menjadi saksi bagi Wikan, sedangkan kau hanya mempunyai seorang saksi Alap-alap Perak"
"Anak muda ini tidak akan mempunyai saksi scorangpun"
"Kami ada bertiga disini"
"Kalianpun akan segera mati"
Sebelum Ki Rantam menjawab, maka mereka melihat
beberapa orang berkuda melarikan kuda mereka seperti di kejar hantu. Ada diantara mereka yang membawa busur dan endong berisi anak panah.
"Tentu merekalah yang sudah melepaskan anak panah
sendaren itu" berkata Ki Rantam.
"Ya. Mereka adalah orang-orangku. Mereka adalah orang-orang yang berilmu tinggi dan sama sekali tidak berjantung.
Mereka adalah pembunuh-pembunuh yang keji. Mereka dapat mencengkeram dada seseorang dan dengan jari-jarinya
mengambil jantungnya sambil tertawa-tawa" sahut Alap-alap Perak.
Namun jawaban Ki Rantam justru membuat Alap-alap Perak semakin
marah "Jika demikian maka mereka tidak sepantasnya tetap hidup. Mereka akan dapat melakukan http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pembunuhan-pembunuhan lagi. Dan bahkan jauh lebih garang dari yang pernah dilakukannya itu"
"Siapa yang akan membunuh mereka?"
"Kami. Siapa lagi" Yang ada disini hanyalah kami berempat
. Tetapi kami berempat merasa yakin, bahwa kami dapat melakukannya. Membunuh kau dan orang-orangmu itu"
Kemarahan bagaikan meledakkan dada Alap-alap Perak itu.
Sementara itu beberapa orang berkuda itupun telah menjadi semakin dekat.
Demikian orang-orang berkuda itu tinggal berjarak
beberapa langkah saja, maka merekapun berhenti pula.
Mereka berloncatan lumn dari kuda-kuda mereka.
"Ternyata hanya dua orang diantara mereka berempat
murid dari padepokan yang dipimpin oleh pengkhianat itu"
"Siapakah yang lain guru?" bertanya seorang diantara orang-orang berkuda itu.
"Mereka adalah murid-murid dari perguruan yang dipimpin oleh
Mina dan isterinya. Keduanya adalah murid Margawasana" "Tidak ada bedanya. Kita akan membunuh mereka
semuanya" "Ya. Kita akan membunuh mereka semuanya" sahut Alapalap Perak "mudah-mudahan justru dapat menimbulkan salah paham, Wigati menyangka murid-muridnya dibunuh oleh
murid Margawasana, sementara Margawasana menyangka
murid-muridnya dibunuh oleh murid-murid Wigati"
Tetapi Ki Rantam justru tertawa. Katanya "Kau bermimpi Alap-alap Perak. Tidak ada lagi permusuhan diantara kami.
Gu-nipun melihat kami berangkat bersama-sama. Sedangkan http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kakang Udyanapun melihat kami bersama-sama pula berangkat dari padepokannya. Jika kami berempat tidak sampai tujuan, maka siapakah yang membunuh dan siapakah yang dibunuh"
"Cukup" bentak Alap-alap Perak "Bersiaplah. Kalian akan segera mati"
Alap-alap Perak itupun segera memberikan aba-aba
"Jangan membuang banyak waktu. Bunuh mereka semua.
Tidak akan ada orang yang tahu, bahwa kamilah yang telah membunuh mereka berempat"
Alap-alap Perak serta orang-orang berkuda yang ternyata adalah murid-muridnya itupun segera menebar, setelah mereka. Ternyata jumlah mereka uekup banyak. Alap-alap Perak, seorang yang sejak semula bersamanya, dan lima orang berkuda.
Tetapi Wikan, Ki Rantam serta dua orang murid Ki Wigati ilu lidak menjadi gentar. Kedua orang murid Ki Wigati itu adalah murid-murid yang sudah berada pada tataran yang tinggi.
Kebiasaannya berburupun telah membuatnya menjadi semakin malang menghadapi kesulitan. Mereka terbiasa menyesuaikan diri dengan keadaan yang mereka hadapi. Keadaan yang paling sulit sekalipun.
Meskipun demikian, mereka tidak boleh mengabaikan
kenyataan, bahwa Alap-alap Perak sendiri sebagaimana peranh dijajagi kemampuannya oleh Wikan, adalah seorang yang berilmu sangat tinggi.
Dengan garangnya Alap-alap Perakpun kemudian menggeram "Bunuh mereka. Jangan ragu-ragu. Kita akan melemparkan mayat mereka ke dalam jurang, sehingga tidak seorangpun yang akan dapat menemukannya"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun sebelum Alap-alap Perak dan orang-orangnya itu beranjak, terdengar suara tertawa yang bagaikan membelah tebing-tebing pebukitan.
"Ternyata kau memang licik, Alap-alap Edan" Orang-orang yang sudah bersiap untuk bertempur itupun tertegun. Mereka mencoba mencari siapakah yang telah berbicara dengan suara yang mampu menggetarkan udara itu.
Baru kemudian, orang itu muncul dari balik gerumbul yang rimbun di lereng pebukitan.
"Iblis kau Wigati" geram Alap-alap.
Alap-alap Perak. Aku sudah curiga bahwa kau akan
melakukannya. Ketika mund-murdiku yang akan berburu
melihat beberapa orang berkuda, menyusul kedua muridku serta dua orang murid Mina itu, aku sudah menduga, bahwa akan terjadi peristiwa yang semakin meyakinkan bahwa kau adalah orang yang sangat licik"
"Apa maumu Wigati?" geram Alap-alap Perak.
"Ketika aku mendengar laporan tentang orang-orangmu itu, aku terpaksa menyusul kedua orang muridku dan dua orang murid Mina itu lewat jalan pintas di pebukitan itu. Untunglah, bahwa aku belum terlambat. Meskipun seandainya aku tidak datang kemari, belum tentu kau dapat mengalahkan Wikan.
Bukankah kau sudah pernah menjajagi kemampuannya"
"Aku akan melumatkannya menjadi debu disini" geram
Alap-alap Perak "Nah, sekarang ada aku. Sebenarnya aku akan memenuhi pesan kakang Margawasana, agar aku tidak mendekat
kepadamu, Alap-alap Perak. Meskipun kau telah menjerumuskan aku ke dalam pertentangan dan bahkan telah http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terjadi benturan kekerasan yang membawa korban dengan para murid kakang Margawasana, namun aku telah berniat untuk melupakannya. Tetapi ternyata bahwa kau telah
membuat persoalan baru. Murid-muridku yang akan berburu menjadi curiga melihat murid-muridmu yang mengikuti kedua orang muridku dan kedua orang murid kakang Margawasana itu. Kemudian ternyata, bahwa kau memang berniat jahat"
"Aku tidak akan ingkar, Wigati. Tetapi jika hal ini aku lakukan, bukannya tidak beralasan. Kau telah mengkhianatiku.
Kau telah membuat pernyataan damai dengan Margawasana.
Padahal kau sudah berjanji kepadaku, untuk mengambil harta karun yang ada di bawah padepokan yang sekarang dipimpin oleh Mina itu"
"Jika kau tidak menipuku, mungkin aku juga tidak
mengirikan kesepakatan kita. Yang kau sebut harta karun itu adalah benda pusaka peninggalan guruku. Benda berharga yang menjadi lambang laku temurunnya kekuasaan dari
seorang pemimpin padepokan kepada pemimpin berikutnya.
Kau mengira bahwa benda itu akan dapat kau pergunakan untuk membuat emas. Jika surya-kanta yang berbingkai lingkaran yang besar itu dapat diketemukan, maka kau akan dapat membuat emas berbangsal-bangsal. Tetapi ternyata dongeng tentang emas itu adalah dongeng ngayawara. Nah, Alap-alap Perak. Masih ada kesempatan untuk menghindari permusuhan yang lebih parah lagi diantara kita yang tentu akan melibatkan Mina pulang kedalamnya, karena dua orang yang akan kau bunuh itu adalah adik seperguruannya"
"Persetan semuanya itu. Aku sudah kepalang basah. Aku harus mendapatkan benda yang aku maui itu. Jika kau sempat terseret karena bujukanku itu adalah pertanda betapa rapuhnya hatimu. Betapa nafsu keserakahan masih menguasai dadamu. Jangan menyalahkan siapa-siapa. Mereka yang
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terbujuk oleh hasutan-hasutan sehingga melakukan pekerjaan yang akhirnya diangap salah itu adalah karena kelemahan ketahanan jiwaninya sendiri"
"Aku tidak akan ingkar, Alap-alap Perak. Aku akui. Tetapi justru karena pengakuanku itulah, maka aku berniat untuk berubah. Dengan menyadari semua kelemahan dan kesalahan, maka aku berniat menempuh hidup baru. Tentu tidak
terlambat selagi aku masih sempat melakukannya. Nah, aku minta kaupun melakukannya pula. Batalkan saja niat burukmu.
Biarlah keempat orang itu melanjutkan perjalanannya.
Persoalan diantara kitapun akan kita anggap sudah selesai.
Aku tidak akan mendendammu lagi"
Tetapi Alap-alap Perak itu tertawa berkepanjangan.
Rambutnya yang putih, yang terurai menjulur dibawah ikat kepalanya, nampak berayun dihembus angin pembukitan yang kencang.
"Aku tidak peduli apakah kau mendendam atau tidak,
Wigati. Justru kau telah datang pula kemari, maka aku akan membunuhmu pula. Jangan membebaskan keempat orang itu, kaupun tidak akan aku bebaskan"
"Alap-alap Perak. Apakah kau sekarang sudah pikun
sehingga kau tidak lagi tahu bahwa aku pernah belajar ilmu kanuragan" Bahwa kau tidak mampu mengalahkan Wikan dan bahwa orang-orangmu yang ada sekarang tentu tidak akan lebih baik dari kau sendiri?"
"Mereka adalah murid-muridku terbaik, Wigati. Kau dan keempat orang ini memang bernasib buruk hari ini. Hari kematiannya yang tidak diduga-duganya"
Wigati itupun kemudian melangkah mendekati Wikan sambil berkata "Maaf Wikan. Mungkin kau sudah tidak sabar lagi http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menunggu kesempatan untuk membunuh Alap-alap edan ini.
Tetapi biarlah kali ini aku yang menyelesaikannya. Kau, Rantam dan kedua orang muridku itu akan bertempur
melawan murid-murid Alap-alap edan ini. Terserah kepadmau, apakah mereka akan kau biarkan melarikan diri dari arena pertarungan ini, atau terpaksa kau bunuh di tempat ini"
"Wigati" geram Alap-alap Perak "Kau terlalu meremehkan aku"
"Aku hanya berbuat sebagaimana kau lakukan. Kau juga sangat meremehkan aku. Maka akupun tentu akan mere-mehkanmu. Jika kau sedikit saja hormat kepadaku, maka akupun akan menghormatimu. Bukankah itu sudah merupakan tatanan pergaulan yang berlangsung di dalam bebrayan agung?"
"Persolan dengan laianan hubungan hidup beberayan. Aku lidak peduli. Sekarang, pilihlah jalan kematianmu yang terbaik"
Ki Wigali tidak menjawab lagi. Tetapi iapun segera
mempersiapkan diri menghadapi Alap-alap Perak.
Wikan memang menjadi sedikit kecewa, bahwa ia harus
melepaskan Alap-alap Perak. Tetapi ia sadari, bahwa paman gurunya memang lebih pantas untuk menghadapinya. Karena ilu, maka Wikanpun kemudian segera bersiap pula bersama Ki Rantam dan dua orang murid Ki Wigati itu untuk menghadapi murid-murid Alap-alap Perak itu.
Sebenarnyalah, sejenak kemudian, maka Alap-alap Perak itu sudah mulai menyerang Ki Wigati, sementara yang lainpun telah siap menghadapi dua orang murid Ki Margawasana dan dua orang murid Ki Wigati.
Dengan demikian, maka pertempuranpun tidak dapat
dihindari lagi. Serangan-serangan Alap-alap Perak terhadap Ki http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wigati datang bagaikan amuk angin prahara. Tetapi Ki Wigati sudah siap untuk menghadapinya. Karena itu, maka dengan tangkas pula Ki Wigati itu berloncatan menghindar tetepi juga menyerang.
Sementara itu, Wikan, Ki Rantam dan kedua orang murid Ki Wigati itupun telah siap pula menghadapi keenam orang yang disebut murid Alap-alap Perak itu.
Orang yang bersama Alap-alap Perak menghentikan Wikan dan ketiga orang yang bersamanya pergi ke Gebang itupun berusaha untuk mendekati Wikan sambil berkata "
"Anak muda. Ternyata kau adalah anak muda yang sangat sombong. Aku lidak mendapat kesempatan untuk menanggapi bicaramu ketika kau menantang guru. Kau kira guru itu siapa, sehingga kau berani menantangnya berperang tanding"
Wikan mengerutkan dahinya. Namun iapun kemudian
menjawab "Jika aku menantang Alap-alap Perak itu sama sekali bukan karena aku sekedar menyombongkan diri. Tetapi aku memang pernah bertempur melawan Alap-alap Perak.
Pada saat itu aku dan Alap-alap Perak belum sempat
menuntaskan pertarungan kami, karena paman Wigati
menghentikan pertempuran secara keseluruhan"
Murid Alap-alap Perak itu tertawa. Katanya "Kau masih mencoba untuk membuat dirimu seakan-akan seorang yang memiliki kemampuan yang pantas untuk melawan guru.
Baiklah. Sekarang kita akan berhadapan. Siapakah diantara kita yang akan tetap hidup. Menjelang kematianmu kau akan menyadari, bahwa kau dihadapan guru bukan apa-apa"
Wikan tidak menjawab lagi. Tetapi iapun tetap bersiap menghadapinya.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara itu Ki Rantam sudah terlibat dalam pertempuran melawan dua orang murid Alap-alap Perak. Keduanya
berusaha untuk dengan cepat mengakhiri perlawanan Ki Rantam agar mereka segera dapat membantu saudara
seperguruannya yang bertempur melawan Wikan.
Tetapi ternyata keduanya telah membentur perlawanan
yang sangat kokoh. Ki Rantam tidak segera dapat mereka tundukkan. Bahkan kemudian teryata bahwa mereka berdua harus memeras tenaga dan kemampuan mereka untuk
melawan serangan-serangan Ki Rantam.
"Setan alas" geram seorang diantara kedua lawan Rantam
"Siapa sebenarnya kau, he?"
"Aku murid Ki Margawasana. Kau tentu pernah mendengar nama itu. Gurumu telah mengenalnya dengan baik.
"Persetan kau" kedua orang ilupun berusaha dengan
mengerahkan kemampuan mereka.
Hentakkan kemampuan kedua orang itu memang sempat
mendesak Ki Rantam beberapa langkah surut. Namun Ki
Rantam yang telah mendapat kepercayaan Ki Margawasana membantunya
membimbing murid-muridnya-itu adalah seorang yang telah tuntas pula mewarisi ilmu gurunya.
Karena itu, maka sejenak kemudian, Ki Rantampun telah benar-benar mapan, sehingga kedua orang lawannya tidak mampu lagi menggoyahkan pertahanannya.
Sementara itu, orang murid Ki Wigatipun harus mengerahkan kemampuan murid menghadapi tiga orang
murid Alap-alap Perak. Dua orang murid K i Wigati itupun bertempur berpasangan melawan tiga orang lawan.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ternyata keduanya mampu bertempur dalam satu keutuhan. Mereka seakan-akan tidak dua. Tetapi satu.
Dengan demikian maka ketiga orang murid Alap-alap
Perang itu kadang-kadang menjadi bingung menghadapi
kedua orang itu. Demikian cepat mereka bergerak, sehingga kadang-kadang keduanya nampak seolah-olah hanya seorang.
Namun tiba-tiba saja keduanya terurai dalam jarak beberapa langkah sambil berputaran, sehingga mereka kedua itu seolah-olah telah berkembang menjadi tiga, bahkan empat orang.
Demikianlah maka di jalan sepi yang melintasi sela-sela lereng pebukitan itu telah terjadi pertarungan yang semakin lama semakin sengit. Alap-alap Perak yang merasa telah dikhianati oleh Ki Wigati itupun berusaha untuk segera dapat melepaskan kemarahannya. Tetapi Alap-alap Perakpun sadar, bahwa Ki Wigati bukan baru kemarin sore mendalami ilmu kanuragan.
Wikan yang bertempur melawan murid yang agaknya dekat sekali dengan Alap-alap Perak sebagai muridnya yang
lerpercaya itupun mulai menekan lawannya. Lawannya sama sekali tidak menduga, bahwa anak muda itu memiliki
kemampuan yang tinggi, sehingga sulit untuk dimbangi.
Tetapi orang itu masih berpijak pada harga dirinya. Ia masih mencoba mengerahkan tenaga dan kemampuannya
untuk melawan Wikan. Namun ternyata bahwa ia sama sekali masih belum mampu menembus pertahanan anak muda itu.
Bahkan sebaliknya, justru Wikanlah yang telah beberapa kali berhasil
menguak pertahanannya. Serangan-serangan Wikanlah yang semakin lama semakin henyak mengenainya.
"Anak iblis" orang itupun menggeram.
"Ada apa?" bertanya Wikan.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Diam. Atau aku koyakkan mulutmu"
Wikan justru tersenyum. Katanya "Kenapa kau menjadi
uring-uringan" Nah, kerahkan segenap ilmumu. Akupun akan melakukan hal yang sama. Dengan demikian, maka
pertarungan diantara kitapun akan segera berakhir, siapapun yang kalah dan siapapun yang menang tidak menjaadi soal"
Orang itu menggeram. Tetapi ia memang mengerahkan
segenap ilmunya. Serangan-serangannya menjadi semakin deras menerpa Wikan. Tetapi Wikan masih saja berhasil menghindar atau menangkis. Satu-satu serangan-serangannya memang ada pula yang berhasil mengenai tubuh Wikan.
Tetapi serangan-serangan itu selalu saja dapat diatasi oleh ketahanan tubuh Wikan.
Tetapi serangan-serangan Wikanlah yang justru sangat sulit dihindari dengan cara apapun juga.
Tekanan yang semakin lama terasa menjadi semakin berat itulah yang kemudian telah memaksa lawan Wikan itu mulai kehilangan harga dirinya. Karena itu, maka iapun telah memberikan isyarat kepada saudara seperguruannya untuk datang membantunya.
Ketika isyarat itu terdengar, maka Alap-alap Perakpun meloncat
surut untuk mengambil jarak. Isyarat itu membuatnya menjadi cemas. Ia menyadari, bahwa seorang diri muridnya telah mengalami tekanan yang sangat berat.
Tetapi ternyata kedua orang yang bertempur melawan
Rantam tidak dapat membantunya. Bahkan keduanya telah mengalami kesulitan meskipun mereka berdua hanya melawan satu orang saja.
Sementara itu, ketiga orang bertempur melawan sepasang murid Ki Wigati itupun telah mengalami tekanan yang berat http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pula. Agaknya jika seorang dari mereka bergeser dari arena pertarungan
itu untuk membantu seorang saudara seperguruannya yang bertempur melawan anak muda yang bernama Wikan. maka dua orang yang ditinggalkannya akan segera terdesak pula.
Tetapi salah seorang murid Ki Wigati itupun berkata
"Lepaskan seorang saudaramu untuk membantu saudaramu yang lain, yang mengalami kesulitan bertempur melawan murid bungsu K i Margawasana itu. Kami berdua berjanji akan menahan diri untuk beberapa lama. Tetapi jika ternyata saudaramu itu tidak sempat kembali bergabung dengan kalian berdua, maka kalian berduapun akan mengalami nasib buruk pula"
"Aku akan memenggal kepalamu" geram murid Alap-alap
Perak itu. Namun demikian, sebenarnyalah seorang diantara mereka lokih meninggalkan arena penarungan nu lawan kedua israiij: murid Ki Wigali. Dengan cepal orang itupun berloncatan bersabung dengan saudara seperguruannya yang bertempur melawan Wikan.
Wikan meloncat mengambil jarak. Diperhatikannya lawannya yang baru itu dengan tajamnya.
"Kau sudah berdiri diambung kematian anak muda" geram lawannya yang telah memberikan isyarat kepada saudara seperguruannya
"Kami berdua akan dengan cepat menyelesaikanmu. Kemudian kami

Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

akan segera menyelesaikannya yang lain"
Wikan tidak menjawab. Tetapi iapun segera bergeser, la sadar bahwa melawan dua orang itu ia harus lebih berhati-http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hati. Seorang diantara keduanya adalah murid terbaik Alap-alap Perak.
Tetapi Wikan yang muda itupun benar-benar sudah matang dengan ilmunya, sehingga kedua orang itu sama sekali tidak membuatnya gentar.
Beberapa saat kemudian, maka kedua orang lawan Wikan itupun sudah mulai berloncatan menyerang. Tetapi Wikan terlalu tangkas. Pertahanannyapun justru menjadi semakin rapat, sehingga serangan-serangan kedua orang lawannya itu masih saja tetap sulit untuk menembusnya.
Namun semakin lama, ketika kedua orang itu sudah dapat saling menempatkan diri mereka dengan baik, maka serangan-serangan merekapun mulai dapat menembus pertahanan
Wikan. Tetapi serangan-serangan Wikanpun sulit untuk dihindari oleh kedua lawannya. Wikan mampu bergerak
demikian cepatnya, sehingga kedua orang lawannya itupun berganti-ganti terguncang karena serangan-serangan Wikan.
Sementara itu, kedua orang murid Ki Wigati yang telah kehilangan seorang lawannya, bertempur seorang melawan seorang. Ternyata bahwa kematangan murid-murid Ki Wigati yang juga pemburu itu, telah menyulitkan lawannya. Apalagi mereka harus menghadapi lawan-lawan mereka seorang diri.
Kedua orang murid Ki Wigati itu tidak lagi bertempur berpasangan. Telapi mereka mereka telah mengambil jarak yang satu dengan yang lain.
Namun dengan demian, maka lawan-lawan merekapun
lelah mengalami kesulitan. Sementara itu seorang saudaranya yang telah melibatkan diri bertempur melawan Wikan itu belum ada tanda-tandanya, bahwa mereka berdua akan
segera menghentikan perlawanan Wikan.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dalam pada itu, Alap-alap Perak itupun masih bertempur dengan garangnya melawan Ki Wigati. Namun sebenarnyalah bahwa kematangan ilmu Ki Wigati lelah sangat menyulitkan Alap-alap Perak. Tetapi petualangan Alap-alap Perak telah memberikan banyak sekali pengalaman kepadanya, sehingga pengalaman itu dapat menjadi bekal pula baginya.
Namun Ki Wigatilah yang kemudian mulai mendesak Alap-alap Perak.
Sementara itu, Ki Rantampun telah semakin mendesak
kedua orang lawannya pula. Meskipun mereka berdua, tetapi mereka merasa sangat sulit untuk mendapatkan lubang-lubang yang dapat disusupi pada pertahanan Ki Rantam.
Semakin lama maka keseimbangan pertempuran itupun
menjadi semakin jelas. Agaknya Alap-alap Perak telah memperhitungkan keadaan. Yang sebenarnya ditunggunya adalah murid-murid Ki Wigati yang akan dibunuhnya untuk melepaskan dendamnya karena Ki Wigati dianggapnya
berkhianat. Tetapi tanpa di duganya, bahwa diantara murid Ki Wigati itu terdapat pula murid Ki Margawasana. Justru murid-murid Ki Margawasana yang telah mewarisi ilmu gurunya sampai tuntas. Sehingga dengan demikian, maka murid-muridnyapun segera mengalami kesulitan menghadapi lawan-lawan mereka.
Yang juga tidak diduganya adalah kehadiran Ki Wigati itu sendiri. Ki Wigati yang memiliki ilmu yang tinggi, sehingga Alap-alap Perak sendiri merasa kesulitan untuk mengatasinya.
Semakin lama Alap-alap Perak itupun menjadi semakin
terdesak! Bahkan kemudian Alap-alap Perak itu seakan-akan sudah tidak mempunyai ruang gerak lagi.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena itu, maka Alap-alap Perak itupun tidak mempunyai pilihan lain, kecuali mempergunakan ilmu puncaknya. Jika ilmunya lebih tinggi dari ilmu Ki Wigati, maka ia akan dapat segera menghentikan perlawanan Ki Wigati, sehingga ia akan segera dapat membantu murid-muridnya yang semakin
terdesak. Tetapi Alap-alap Perak itupun menyadari, bahwa Ki
Wigatipun memiliki ilmu yang mapan pula, yang akan dapat dipergunakan untuk melawan ilmu yang akan dilontarkannya.
Meskipun demikian, Alap-alap Perak yang terlalu percaya akan kemampuan dirinya itu, berniat untuk mencobanya.
Karena itulah, maka beberapa saat kemudian, Alap-alap Perak itupun justru telah meloncat mengambil jarak. Dengan cepat, Alap-alap Perak itupun telah mempersiapkan dirinya, memusatkan nalar budinya yang sudah terasah sehingga ia hanya memerlukan waktu sekejap saja.
Dalam pada itu, Ki Wigatipun terkejut melihat sikap Alap-alap perak. Ia sadar, bahwa Alap-alap Perak telah sampai pada ilmunya yang tertinggi. Karena itu, maka Ki Wigatipun harus segera mempersiapkan diri untuk melawan ilmu puncak Alap-alap Perak itu.
Sesaat kemudian, maka Ki Winenang yang bergelar Alap-alap Perak itupun telah melontarkan ilmu puncak mengarah ke dada Ki Wigati. Tetapi Ki Wigati tidak membiarkan tubuhnya menjadi Tumat karenanya. Iapun segera melakukan hal yang sama. Melepaskan ilmu puncaknya pula.
Dua kekuatan ilmu yang tinggipun telah berbenturan di udara. Demikian dahsyatnya, sehingga telah terjadi goncangan yang menggetarkan udara. Kekuatan ilmu itupun telah saling mendesak dan memantul kembali ke sumbernya.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi ternyata bahwa keseimbangan ilmu itupun berat sebelah. Ilmu yang dilontarkan Ki Wigati memiliki tenaga dan kekuatan yang lebih besar dari ilmu pamungkas yarig
dilontarkan oleh Ki Winenang dan bergelar Alap-alap Perak.
Karena itu, maka pantulan ilmunya setelah terjadi benturan, telah lerdorong pula oleh getar kekuatan ilmu Ki Wigati.
Terdengar keluhan tertahan. Alap-alap Perak itupun
terlempar beberapa langkah surut. Tubuhnyapun terbanting menimpa tebing padas pebukitan di sebelah jalan yang sepi itu.
Alap-alap perak itupun terkapar di tanah. Sambil
menyeringai kesakitan, maka Alap-alap perak itupun menggeliat. Ia memang berusaha untuk bangkit. Tetapi tubuhnya menjadi sangat lemah, sehingga iapun terjatuh kembali dan terbaring diam .
Pertempuran di jalan diantara lereng pebukitan itu tiba-tiba saja telah terhenti. Dua orang murid Ki Winenang dan bergelar Alap-alap Perak itupun berlari-lari mendapatkan lubuh gurunya yang sangat lemah.
Namun daya tahan Alap-alap Perak itu cukup tinggi,
sehingga bagian dalam tubuhnya tidak menjadi lumat
karenanya. Meskipun demikian, mereka tidak boleh mengabaikan
kenyataan, bahwa Alap-alap Perak sendiri sebagaimana pernah dijajagi kemampuannya oleh Wikan, adalah seorang yang berilmu sangat tinggi.
Ki Wigati berdiri termangu-mangu. Iapun harus mengeluh karena bagian dalam dadanya terasa nyeri sekali. Ketika benturan itu terjadi, Ki Wigatipun tergetar beberapa langkah surut.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wikan, Ki Rantam dan kedua orang murid Ki Wigati itupun termangu-mangu sejenak. Tetapi kedua orang murid Ki Wigati itupun segera telah berlari pula mendapatkan gurunya yang masih berdiri dengan kaki bergetar.
"Guru" desis seorang diantara keduanya "bagaimana
keadaan guru?" Ki Wigati berusaha tersenyum. Katanya "Aku baik-baik saja.
Aku tidak apa-apa" "Silahkan menepi dahulu guru"
Kedua murid Ki Wigati itu telah menuntun gurunya menepi dan mempersilahkannya duduk diatas sebuah batu padas.
Wikan dan Ki Rantam berdiri tegak tanpa mengendorkan kesiagaannya. Dapat saja para murid Alap-alap Perak itu tiba-tiba saja berbuat curang dan licik.
Dalam pada itu, kedua murid Alap-alap Perak itu telah membantu Alap-alap Perak itu bangkit dan duduk di tanah.
Ki Wigati yang melihat Alap-alap Perak itu duduk, segera mencoba untuk bangkit berdiri. Ketika kedua orang muridnya akan membantunya, iapun berdesis "Aku dapat berdiri sendiri"
Ki Wigati memang dapat bangkit berdiri tanpa bantuan murid-muridnya. Bahkan Ki Wigati itupun melangkah perlahan-lahan mendekati Alap-alap Perak yang masih sangat lemah.
"Kita sudah terluka di dalam Alap-alap Perak. Terserah kepadamu, apakah dalam keadaan seperti ini kita akan melanjut
kan pertempuran. Atau kau masih berniat
membunuh dua orang muridku dan dua orang murid kakang Margawasana. Jika kau masih tetap berniat melakukannya, maka yang akan mati adalah kau sendiri serta murid-murid kakang Margawasana dan kedua orang muridku itu"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bohong" teriak seorang murid Alap-alap Perak "Kamilah yang akan membunuh kalian"
Meskipun dada Ki Wigati terasa nyeri, namun ia masih juga dapat teertawa sambil menjawab "Apakah kau sempat
memikirkan kata-kata yang kau ucapkan itu?"
Murid Alap-alap Perak itu mengerutkan dahinya. Sementara Ki Wigati berkata "Bagaimana mungkin kau dapat membunuh kami. Apakah kau tidak melihat kenyataan yang kau dihadapi", Atau kau memang ingin agar kami membuktikannya, bahwa kamilah yang akan membunuh kalian?"
Murid Alap-alap Perak itu termangu-mangu. Namun
sebenarnyalah ia tidak dapat lari dari kenyataan yang dihadapinya, bahwa para murid Alap-alap Perak itu tidak akan mampu menghadapi murid-murid Ki Wigati dan murid-murid Ki Margawasana.
"Alap-alap Perak. Biarlah aku selalu mengingat pesan kakang Margawasana agar aku tidak mendendammu.
Sekarang pergilah. Jangan ganggu murid-muridku dan murid-murid kakang Margawasana. Biarlah mereka melanjutkan perjalanan mereka"
Alap-alap Perak yang terluka dadanya itu tidak.menjawab.
Namun wajahnya menjadi sangat tegang sekali. Dipandanginya wajah Ki Wigati dengan tajamnya.
Tetapi Alap-alap Perak itu sudah tidak dapat berbuat apaapa. Tubuhnya masih sangat lemah, sehingga yang dapat dilakukannya hanyalah memandangi Ki Wigati yang masih mampu berdiri tegak dan bahkan berjalan hilir mudik. Dengan demikian maka Alap-alap Perak itu tidak dapat ingkar, bahwa tingkat ilmu Ki Wigati memang lebih tinggi dari tingkat ilmunya sendiri.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Alap-alap Perak" berkata Ki Wigati "sekali lagi aku peringatkan kau, jangan ganggu murid-murid kakang
Margawasana yang akan meneruskan perjalanan.
"Mereka akan pergi kemana?" suara Alap-alap Perak itupun terdengar perlahan.
"Mereka akan bepergian jauh"
"Kenapa kau tidak membunuhku?" bertanya Alap-alap Perak pula.
"Sudah aku katakan, pengakuanku atas sifat dan watakku yang buruk itu telah menimbulkan perubahan di dalam diriku.
Pada dasarnya akupun bukan pembunuh. Guruku tidak
mengajarkan agar aku menjadi pembunuh-pembunuh keji"
"Kau akan menyesal bahwa kau tidak membunuhku
sekarang Wigati. Karena sikapmu itu merupakan satu
penghinaan bagiku. Justru karena kau tidak membunuhku, kau telah menumpuk dendam baru diatas dendamku yang lama, dendam karena pengkhianatanmu"
"Terserah saja kepadamu. Jika pada suatu saat kau datang untuk membalas dendam, maka pada saat itu aku benar-benar akan membunuhmu. Kapan saja dan dimana saja"
"Persetan kau pengkhianat" geram Alap-alap Perak.
Tetapi Wigati tidak mendengarkannya lagi. Iapun kemudian berkata kepada Wikan, Ki Rantam dan kepada kedua orang muridnya "Pergilah. Lanjutkan perjalanan kalian"
"Bagaimana dengan guru?"
"Aku akan pulang. Bukankah tempat ini masih terhitung dekat dengan padepokan kita" Seperti pada saat aku datang, maka akupun akan menempuh jalan pintas diatas pe-bukitan itu?"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah sebaiknya kami berdua menyertai guru pulang.
Baru kemudian kami menyusul kakang Rantam dan Wikan"
"Atau kami semuanya kembali lebih dahulu ke padepokan.
Nanti kita akan berangkat bersama-sama" sahut Wikan.
Tetapi Ki Wigati itupun berkata "Tidak. Tidak perlu. Pergilan melanjutkan perjalanan"
Kedua orang murid Ki Wigati dan kedua orang murid Ki Margawasana itupun saling berpandangan sejenak. Namun kemudian Wikanpun berkata "Terma kash, paman. Jika paman menghendaki kami melanjutkan perjalanan, maka kami akan melanjutkan perjalanan"
Sambil tersenyum Ki Wigati itu berkata "Pergilah" Wikan. Ki Rantarn dan kedua orang murid ki Wigati itupun segera mempersiapkan diri untuk melanjutkan perjalanan. Mereka telah melepas kuda-kuda mereka. Namun mereka masih saja berdiri termangu-mangu.
"Baiklah. Kalian tentu menunggu aku meninggalkan lompat ini"
"Ya, guru" jawab kedua orang murid Ki Wigati itu hampir bersamaan.
Sejenak kemudian, Ki Wigatipun beranjak dari tempatnya sambil berkata "Salamku buat kakang Margawasana"
"Baik, paman" sahut Wikan.
Ki Wigati itupun kemudian meninggalkan tempat itu.
Perlahan-lahan ia naik ke lereng bukit kecil. Kemudian melintas dan hilang di baalik bukit kecil itu.
"Cepat, pergilah" geram Alap-alap Perak kepada keempat orang yang akan menempuh perjalanan.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kami tidak tergesa-gesa Alap-alap Perak" jawab Ki
Rantam. "Jika kau tidak segera pergi, maka kalian akan menyesal.
Kami akan membunuh kalian"
"Kau sudah tidak berdaya Alap-alap Perak. Demikian pula murid-muridku. Mereka tidak mencegah kami, maka murid-muridmu itu sudah terbunuh"
"Omong kosong" teriak murid Alap-alap Perak yang
terpercaya, yang menyertainya menghentikan Wikan dan saudara-saudaranya
Wikanlah yang menjawab "Jadi apa maumu sebenarnya"
Apakah sepeninggal paman Wigati, kita harus bertempur lagi"
Jika itu yang kau kehendaki, maka kamipun tidak
berkeberatan" "Jika itu terjadi, aku akan membunuh kalian berempat"
geram Alap-alap Perak. "Jangan berceloteh begitu, Alap-alap Perak. Kau adalah seorang yang namanya sudah digelar dimana-mana. Karena itu, sebaiknya jika kau akan berbicara itu, kau pikir dua tiga kali"
"Iblis kau" "Bagaimana mungkin kau dapat membunuh kami berempat.
Untuk bangkit berdiri saja kau sudah mengalami kesulitan. Jika sekali lagi kau mencoba melepaskan ilmu pamungkasmu itu, maka nafasmu akan putus. Kau akan mati karena pokalmu sendiri.
Apalagi jika salah seorang diantara kami membenturkan ilmu pamungkas pula. Maka umurmu akan
segera berakhir" http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Cukup" teriak Alap-alap Perak. Namun orang itupun harus menyeringai menahan sakit didadanya.
Wikan, Ki Rantam dan kedua orang murid Ki Wigati itupun segera meloncat ke punggung kuda. Sementara Ki Rantam masih berkata "Untuk berteriak saja, dadamu sudah terasa betapa sakitnya Sudahlah Alap-alap Perak. Beristirahatlah.
Kami akan segera melanjutkan perjalanan"
Demikianlah, maka keempat orang itupun kemudian
melarikan kuda mereka meninggalkan Alap-alap Perak serta murid-muridnya itu.
"Mereka adalah iblis-iblis gila" geram Alap-alap Perak. Lalu katanya kepada murid-muridnya "Wigati terluka di bagian dalam tubuhnya. Ia bukan lagi seekor harimau yang
berbahaya. Tetapi ia tidak akan berani melepaskan ilmu puncaknya lagi karena jika itu dilakukannya, maka isi dadanyapun akan rontok"
"Maksud guru?" "Kejar orang itu. Ia tidak dapat berlari cepat. Bawa orang itu kemari. Ia akan menyesali kesombongannya. Ia akan mati dengan cara yang paling tidak disukainya"
"Baik, guru" Murid-muridnya itupun kemudian telah bersiap untuk
mengejar Ki Wigati yang meninggalkan tempat itu lewat diatas bukit kecil dan hilang di balik bukit. Karena keadaannya, maka orang itu tentu belum terlalu jauh.
Karena itu lima orang murid-muridnya telah berlari-lari kecil menyusuri lereng yang tadi dilalui oleh Ki Wigati. Sedangkan seorang muridnya tinggal menunggui Alap-alap Perak yang terluka di bagian dalam tubuhnya itu.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beberapa saat kemudian, kelima orang muridnya telah
berada di puncak bukit kecil itu. Yang terhampar dihadapan mereka adalah tanah pebukitan yang luas. Diatasnya terdapat gerumbul-gerumbul perdu liar bertebaran disana-sini.
Tetapi kelima orang murid Alap-alap Perak itu tidak melihat Ki Wigati.
"Seharusnya ia masih berada di atas padang itu" berkata salah seorang murid Alap-alap Perak itu.
"Ya. Orang itu tentu belum terlalu jauh. Apalagi karena keadaan tubuhnya yang telah terluka didalam. Tetapi orang itu sudah tidak kelihatan lagi"
"Apakah orang itu sejenis ibilis yang mempunyai Aji
Penglimunan yang dapat hilang dari pandangan mata wadag?"
"Tidak. Orang itu tentu berada di salah satu gerumbul perdu itu"
"Apakah kita harus meneliti gerumbul-gerumbul perdu itu satu demi satu?"
"Ya" "Sampai matahari terbenam kita tentu belum selesai "
"Kita bagi diri. Kita akan melihat gerumbul-gerumbul yang ada di hadapan kita saja. Jika kita tidak menemukannya, kita akan kembali menghadapi guru"
"Guru akan menjadi sangat marah"
"Tetapi segala sesuatunya berada di luar kemampuan kita.
Orang itu sudah hilang. Apa yang dapat kita lakukan?"
"Marilah kita menebar"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kelima orang itupun kemudian telah berpencar. Masingmasing menyibak gerumbul-gerumbul perlu dengan senjata-senjata mereka yang telanjang.
Tetapi mereka tidak menemukan Ki Wigati yang sedang
terluka di bagian dalam dadanya.
Para murid Alap-alap Perak itu memerlukan waktu yang cukup lama. Namun mereka tetap saja tidak menemukannya.
Bahkan jejaknyapun tidak dapat mereka lihat diatas pulang yang luas di pebukitan itu.
Baru kemudian, setelah mereka yakin tidak menemukannya, maka para murid Alap-alap Perak itupun kembali menemui guru mereka.
"Bagaimana?" bertanya Alap-alap Perak.
Murid yang tertua diantara merekapun menjawab dengan suara sendat "Ampun guru. Kami tidak dapat menemukan K i Wigati?"
"He. Sekian lama kalian mencarinya di balik bukit kecil itu, kalian tidak menemukannya?"
"Ampun guru. Kami sudah menangis setiap gerumbul perdu yang ada di padang itu dengan senjata kami. Tetapi kami tidak menemukan orang itu.
"Wigati bukan hantu. Bukan demit yang dapat menghilang dari pandangan"
"Ya, guru. Tetapi kami tidak dapat menemukannya"
"Kalian memang pengecut.Aku tahu tahu bahwa kalian tidak bersungguh-sungguh. Bahkan kalian lebih senang jika kalian tidak geram Alap-alap Perak itu "Sudah aku katakan, bahwa orang itu sedang terluka di dalam dadanya. Ia tidak akan berdaya sama sekali. Jika kalian menemukannya, maka
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan mendorongnya dengan sebelah tangan, maka orang itu sudah akan terpelanting jatuh"
"Ampun guru. Kami sudah berusaha. Bahkan jejaknyapun tidak dapat kami ketemukan"
Alap-alap Perak itu menggeram. Katanya "Kalian memang orang-orang yang tidak berarti sama sekali. Baiklah. Kali ini kalian aku ampuni. Tetapi jika hal seperti ini terjadi lagi,maka kalian harus dihukum"
"Terima kasih, guru" sahut mereka berlima hamper
berbareng. "Sekarang, kita akan kembali "Lalu katanya kepada
muridnya yang terpercaya "Ambil kuda-kuda kita di belakang gumuk kecil itu"
"Baik, guru" Sejenak kemudian, maka murid Alap-alap Perak yang
lerpercaya itu sudah datang dengan dua ekor kuda.
Sejenak kemudian.maka murid Alap-alap Perak yang
terpereaya ilu sudah datang dengan dua ekor kuda.
Dibantunya Alap-alap Perak yang terluka di bagian dalam tubuhnya itu naik ke punggung kudanya.
Sejenak kemudian.maka kuda itupun sudah bergerak Tetapi kuda itu tidak berlari kencang. Tubuh Alap-alap Perak masih terasa sakit jika terguncang.
Ternyata bahwa jantung Alap-alap Perak itu telah ditumbuhi bulu sekadar ijuk. Bahwa Ki Wigati tidak membunuhnya itu sama sekali tidak meluluhkan hatinya. Alap-alap Perak itu sama sekali tidak berterima kasih kepadanya, bahkan
dendamnya menjadi semakin bertimbun. Sikap Wigati itu http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dianggapnya telah merendahkan harga dirinya. Ki Wigati dengan sengaja telah menghinanya.
Karena itu, maka Alap-alap Perak itu telah berjanji kepada dirinya sendiri, bahwa pada satu hari, ia akan membunuh Wigati. Tetapi sebelumnya, sebelum ia berhasil membunuh Wigati, maka ia akan membunuh murid-murid Ki Wigati itu dan bahkan juga murid-murid Ki Margawasana.
Sementara itu, Ki Wigati sendiri masih berada di padang. Ia memang sudah menduga, bahwa Alap-alap Perak hatinya
tidak akan tersentuh oleh sikapnya. Bahkan Alap-alap Perak justru akan merasa terhina. Karena itu, panggraitanya yang tajam telah memperingatkannya, agar ia menjadi lebih berhati-hati. Ki Wigati sudah mengira, bahwa Alap-alap Perak akan
memerintahkan murid-muridnya memanfaatkan kelemahannya itu. Karena itu, maka Ki Wigati telah menyelinap tidak di gerumbul-gerumbul perdu yang rimbun atau di rumpun-rumpun ilalang yang lebat. Tetapi Ki Wigati yang telah mengenali lingkungan itu dengan baik, telah menyusup diantara batu-batu padas. Sebuah goa yang dangkal dengan mulut yang hampir tersumbat oleh bebatuan dan pohon perdu merupakan tempat yang baik baginya untuk bersembunyi.
Sebenarnya Ki Wigati masih merasa mampu menghadapi
para murid Alap-alap perak. Tetapi dalam keadaan yang kurang menguntungkan itu, ia harus berbuat cepat. Ia harus segera menghentikan lawan-lawannya dengan membunuh
mereka secepatnya. Menurut pertimbangan Ki Wigati, maka lebih baik baginya untuk menghindar saja. Kecuali jika murid-murid itu
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menemukan persembunyiannya, sehingga ia terpaksa harus membela diri.
Baru ketika Ki Wigati itu yakin, bahwa murid-murid Alap-alap Perak yang dapat diamatinya dari persembunyiannya itu tidak menemukannya di rimbunnya gerumbul-gerumbul perdu, dan yang kemudian pergi, Ki Wigati itu muncul dari balik batu-batu padas yang berada didepan mulut goa kecilnya.
Ketika Ki Wigati sampai di pintu gerbang padepokannya, maka dua orang Putut telah mendapatkannya.
"Guru nampak pucat. Apa yang telah terjadi?"
"Tidak apa-apa" jawab Ki Wigati sambil berusaha untuk tersenyum "Aku tidak apa-apa"
Kedua orang Putut iapun terdiam. Tetapi mereka mengikuti langkah gurunya. Tetapi ketika Ki Wigati naik ke pendapa, kedua orang Putut itu berhenti di tangga. Seorang diantara mereka berkata "Jika guru memerlukan sesuatu, panggil kami"
Ki Wigati mengangguk. Katanya "Ya. Jika aku memerlukan, maka kalian akan aku panggil"
Ki Wigati yang memang terluka didalam tubuhnya itupun langsung masuk ke dalam biliknya dan menyelaraknya dari dalam. Ki Wigati itu segera duduk di pembaringannya, mengatur pernafasannya serta memusatkan nalar budinya untuk mengatasi luka-luka dalamnya.
Pada saat Ki Wigati berada di dalam biliknya, maka Wikan, Ki Rantam serta kedua orang murid Ki Wigati telah memacu kudanya menuju ke Gebang. Agaknya perjalanan mereka
menjadi panjang karena terhenti beberapa lama.
Diperjalanan mereka tidak menemui hambatan yang berarti lagi. Pada saat kuda-kuda mereka letih, maka merekapun http://ebook-dewikz.com/


Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
telah berhenti beberapa saat untuk memberi kesempatan kuda-kuda
mereka beristirahat, minum serta makan rerumputan segar. Ketika mereka sampai di Gebang, maka merekapun singgah pula di rumah Ki Margawasana. Tetapi ternyata Ki
Margawasana berada di Bukit Jatilamba.
Dengan demikian, maka mereka berempatpun langsung
menuju ke bukit Jatilamba.
Ki Margawasana menyambut kedatangan mereka berempat
dengan gembira. Terutama kedatangan murid bungsunya itu.
Mereka berempatpun segera dipcrsilahkan masuk ke dalam gubug kecilnya.
"Bagaimana keadaan kalian" Bukankah kalian baik-baik saja seita mereka yang kalian tinggalkan?"
"Kami baik-baik saja guru" jawab Wikan "Yang kami
tinggalkan juga baik-baik saja"
Kepada murid-murid Ki Wigati, Ki Margawasanapun
bertanya pula "Bagaimana keadaan gurumu?"
"Guru baik-baik saja, Ki Margawasana. Salam guru bagi Ki Margawasana" jawab seorang dari mereka.
"Terima kasih. Kelak jika kau kembali ke padepokanmu, sampaikan pula salamku kepada gurumu"
"Baik, Ki Margawasana. Aku akan menyampaikannya"
"Nah, sekarang duduklah. Aku akan merebus air"
"Tidak usahlah guru" cegah Wikan "biarlah nanti kami saja yang merebus sendiri. Sekarang guru duduk saja disini"
"Kau kira, kalau aku tidak menerima tamu, aku tidak
merebus air sendiri?"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tetapi justru kami ada, biarlah kami saja yang melakukan nanti"
"Bukankah kalian haus?"
"Tidak guru. Di sepanjang jalan aku lihat hampir disetiap regol halaman terdapat gentong berisi air bersih yang memang disediakan bagi orang-orang lewat yang kehausan"
Ki Margawasana tersenyum.
"Di depan regol rumah guru di Gerbang juga ada gendi berisi air bersih yang disediakan di pinggir jalan"
"Ya"Ki Margawasana masih saja tersenyum "di kedai-kedai juga disediakan minuman dan bahkan makanan"
Yang mendengar canda itupun tertawa pula.
Ki Margawasana yang urung beranjak dari tempatnya untuk pergi ke dapur itupun segera mempertanyakan perjalanan mereka "Kalian sebenarnya dari mana?"
"Kami dari padepokan, guru. Tetapi kami singgah semalam di padepokan paman Wigati. Kedua saudara kami ini perlu minta ijin kepada paman Wigati. Sementara itu, akupun ingin berkunjung di padepokan Ki Wigati"
"Jadi sejak kalian pergi bersama Udyana dan isterinya itu, kalian baru pulang kemarin?"
"Ya, Uwa. Kami kerasan di padepokan Wikan. Ketika Wikan mengatakan akan pergi kemari, maka akupun ingin ikut pula.
Senangnya berada di tempat ini"
Ki Margawasana mengangguk-angguk. Katanya "Kalian
boleh berada disini beberapa hari. Sebenarnya aku tidak berkeberatan seandainya kalian ingin tinggal disini. Tetapi guru kalian tentu tidak akan mengijinkan"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kedua murid Ki Wigati itu mengangguk-angguk. Sementara itu, Wikan sempat pula menceriterakan, bahwa perjalanan mereka telah diganggu oleh Alap-alap Perak.
"Untunglah paman Wigati tanggap atas laporan muridmuridnya yang akan pergi berburu, yang melihat beberapa orang berkuda demikian kami berangkat meninggalkan
padepokan" "Pamanmu sempat datang menemui Alap-alap Perak
itu?" "Ya, guru" jawab Wikan yang dengan singkat melaporkan apa yang telah terjadi.
"Alap-alap Perak memang seorang yang tidak berperasaan sama sekali. Nampaknya hatinya tidak tersentuh, ketika adi Wigati menyatakan untuk tidak membunuhnya"
Petualang Asmara 19 Kisah Bangsa Petualang Karya Liang Ie Shen Rajawali Hitam 3

Cari Blog Ini