Ceritasilat Novel Online

Tiga Naga Sakti 21

Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo Bagian 21


makan minum dan hanya menujukan perhatiannya kepada
sumoi dan suhengnya. Setelah makan minum, tiga orang muda itu melanjutkan
percakapan mereka bertiga saja di ruangan tamu di mana
mereka menceritakan kembali semua riwayat perjalanan
mereka selama mereka berpisah, akan tetapi tentu saja
rahasia-rahasia pribadi mereka tidak mereka ceritakan. Sian
Lun tidak menceritakan betapa dia hendak diambil mantu oleh
keluarga Yap Yu Tek, dijodohkan dengan Yap Wan Cu, dan
Gin San tentu saja tidak menceritakan tentang petualangannya dengan wanita-wanita. Selama percakapan
berlangsung, Gin San lebih banyak mendengarkan saja,
karena betapapun juga dia merasa bahwa dia telah banyak
melakukan penyelewengan, dan diapun merasa bahwa dia
bukan anggauta keluarga dari "tiga naga sakti'' yaitu ayah
Sian Lun dan ayah bunda Ling Ling, sungguhpun harus
diakuinya bahwa ayah bunda Ling Ling telah merawatnya dan
mendidiknya semenjak dia kecil, mengangkatnya dari lembah
kesengsaraan sebagai seorang anak yatim piatu gelandangan.
Menjelang tengah malam, barulah tiga orang itu mengaso
dan memasuki kamar masing-masing yang telah disediakan
oleh Im-yang-pai untuk mereka. Dan belum lama setelah Gin
San merebahkan tubuhnya di atas pembaringan, pintu
kamarnya diketuk orang perlahan-lahan dari luar. Pemuda ini
cepat meloncat dan membuka pintu dengan waspada, dan dia
terbelalak girang ketika melihat bahwa yang mengetuk pintu
itu adalah Liang Hwi Nio! Gidis cantik ini dengan muka merah
dan menunduk kemalu maluan berdiri di situ dengan sikap
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pasrah! Gin San menarik tangannya ke dalam kamar, menutup
pintu dan memeluk gadis itu, menciuminya dengan penuh
perasaan rindu. Hwi Nio terkejut sekali melihat sikap ini! Gin
San yang dahulu bersikap halus itu kini begitu penuh dengan
nafsu yang bernyala nyala dan menciuminya sampai dia
kehabisan napas! "Ahh..... Hwi Nio.... Hwi Nio, betapa aku rindu kepadamu,
kekasihku ...." dia berbisik dan dara itu menyembunyikan
mukanya di dada pemuda yang dipujanya selama ini.
"Telah lama....... aku menanti nantimu ..,taihiap......."
"Tidak leluasa di sini, mari kita bertemu di luar saja......."
"....... di mana........?" Dada gadis itu turun naik dan
napasnya agak terengah oleh belaian yang penuh nafsu tadi.
"Kau tahu kauwcu........?" pondok dalam hutan tempat tinggal Gadis itu mengangguk, "Nah, kau keluarlah, kita bertemu di sana.... Hwi Nio
mengangguk lagi, lalu keluar dari kamar itu. Dengan jantung
berdebar Gin San memperhatikan dengan telinganya, khawatir
kalau ada yang tahu akan kedatangan gadis itu tadi. Akan
tetapi sunyi saja di sekeliling itu, tanda bahwa semua orang
telah pergi tidur setelah mengalami ketegangan dan kelelahan
pertempuran siang tadi. Diapun cepat membuka jendela dan
meloncat keluar, berhati-hati sekali karena maklum bahwa di
situ, selain suhengnya dan sumoinya, terdapat orang-orang
pandai yang akan dapat mendengar gerakannya kalau dia
tidak berhati-hati. Tak lama kemudian, Gin San sudah berjalan
menuju ke dalam hutan, menuju ke pondok bekas tempat
tinggal Tang Kim Hwa atau Kim-sim Nio-cu Bu Siauw Kim !
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah tiba di depan pondok, dia disambut oleh Hwi Nio
yang telah menanti di situ dengan hati berdebar-debar. Tanpa
banyak cakap, dengan jantung berdebar mereka saling dekap,
saling cium dan terhuyung - huyung masuk ke dalam pondok.
Ketegangan dan nafsu berahi yang menggelora membuat Gin San seperti kehilangan suaranya, tidak
mampu berkata kata, hanya
menghujani gadis itu dengan ciuman dan belaian
penuh nafsu. Sebaliknya, Hwi Nio yang sejak dahulu
mencinta pemuda ini, hanya
menyerah pasrah dan rasa malu dan tegang membuat diapun tidak dapat berkata
apa-apa. Keduanya masuk ke dalam kamar tidur seperti dengan sendirinya,
dan tenggelamlah keduanya ke dalam permainan nafsu
asmara yang berkobar kobar!
Sungguh kasihan sekali Hwi Nio ! Dia adalah seorang
perawan yang selama hidupnya belum pernah berdekatan
dengan pria, apa lagi bermain cinta seperti itu. namun, dia
sudah jatuh cinta secara mendalam kepada Gin San dan dia
rela menyerahkan tubuh dan nyawanya untuk pemuda itu !
Apa lagi, dia adalah seorang penganut Agama Im yang kauw
di mana tidak terdapat tekanan terhadap hubungan jasmani
antara pria dan wanita! Hubungan seks antara pria dan wanita
dianggap sebagai pertemuan antara Im dan Yang, dan
karenanya dianggap wajar dan tidak perlu ditentang! Inilah
sebabnya mengapa Im-yang-kauwcu sendiri melakukan
hubungan seks secara bebas dengan siapa saja yang
disukainya tanpa ada tantangan dari ayahnya sendiri, karena
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memang di dalam agama mereka tidak mengajarkan hukumhukum susila yang menentang hubungan seks gelap yang
biasanya disebut perjinaan oleh kesusilaan masyarakat
umumnya itu. Memang patut dikasihani seorang perawan seperti Hwi Nio
itu! Demikianlah pandangan umum, karena umum terikat oleli
hukum hukum kesusilaan yang membatasi hubungan antara
pria dan wanita itu. Hubungan seks baru dianggap " sopan "
dan sah kalau hal itu dilakukan oleh pria dan wanita yang
telah menjadi suami isteri. Baik ada cinta kasih di situ atau
tidak, baik si isteri itu adalah seorang wanita yang memang
dengan rela mau menjadi isteri, hal ini tidak lagi masuk
hitungan. Pendeknya, asal sudah "menikah" maka hubungan
seks dianggap sopan dan baik, sungguhpun wanita yang
disebut isteri itu boleh menangis lahir atau batinnya ketika
terpaksa harus melayani sang suami yang tidak dicintanya.
yang dikawinmya karena harta, karena kedudukan, karena
paksaan orang tua dan sebagainya lagi.
Benarkah Hwi Nio patut dikasihani" Dia seorang gadis yang
bebas, yang menyerahkan dirinya dengan penuh kesadaran,
dengan penuh kerelaan dan didasari cintanya terhadap Gin
San! Dia menyerahkan dirinya dengan hati bersih ! Akan
tetapi, sungguh sayang, dara yang mulus hatinya ini menjadi
korban nafsu berahi dari pemuda yang telah dibangkitkan
nafsunya oleh Bu Siauw Kim itu ! Gin San sebaliknya
menggauli Hwi Nio bukan berdasarkan cinta, melainkan
berdasarkan gelora nafsu berahi! Inilah yang patut
disayangkan sehingga dara itu menjadi korban, sungguhpun
demi cintanya, Hwi Nio tidak akan pernah menyesal. Hanya,
umum akan memandangnya rendah dan hina! Apa lagi kalau
kelak dia sampai melahirkan anak tanpa ayah ! Akan celakalah
hidupnya, akan dikutuk masyarakat, dijauhkan orang sebagai
sampah ! Sebaliknya, seorang wanita yang dipaksa menjadi
isteri orang karena harta, karena paksaan orang tua dan
sebagainya lagi itu, wanita yang melayani pria yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dinamakan suaminya bukan karena cinta melainkan karena
tertarik oleh harta atau oleh paksaan, wanita seperti ini
dihormati orang dianggap sebagai seorang isteri yang sah dan
bersusila! Betapa janggalnya kalau kita menjenguk ke dalam
apa yang kita namakan kebudayaan dan kesusilaan ini! Betapa
banyak hal hal yang amat aneh terjadi di dalamnya, namun
yang sudah kita terima begitu saja dengan kedua mata
terpejam ! Semalam itu Hwi Nio tenggelam dalam pelukan pria yang
dicintanya dan dia merasa puas, dia merasa bahagia, dia
merasa gembira. Menjelang pagi, mereka terbangun dari tidur
nyenyak dan begitu saling memandang, timbul pula gairah
mereka dan kembali mereka memadu kasih yang tak
mengenal kepuasan itu. Akhirnya Gin San yang bangkit dan
menarik tangan Hwi Nio. "Lekas kita kembali, jangan sampai ada yang tahu!"
Hwi Nio membelalakkan matanya yang indah. "Kalau ada
yang tahupun mengapakah, koko " Aku akan merasa bangga
sekali!" "Ah, akan tetapi, manis........ aku...... aku belum
mempunyai ingatan untuk menikah dalam waktu dekat ini."
Dia menduga bahwa tentu Hwi Nio akan menangis sedih, akan
tetapi dugaannya itu meleset sama sekali. Hwi Nio merangkul
dan mencium dagunya. "Terserah kepadamu, koko. Akupun menyerahkan diri
kepadamu bukan untuk sebuah perkawinan, melainkan karena
dasar cintaku kepadamu. Aku tidak mengharapkan apa-apa "
"Ohh .......?" Gin San terbelalak dan hatinya seperti ditusuk
rasanya. Ah, betapa murni hati dara ini ! Dan betapa besar
cinta kasihnya kepadanya! Dan dia telah mempermainkan
begitu saja ! "Hwi Nio, kau....... kau maafkan aku...... "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ih, apa yang harus dimaafkan ?"
"Aku telah merenggut keperawananmu...... tanpa ....... janji
untuk menikah........ "
"Kalau kita saling mencinta, apa salahnya?"
Gin San tidak mengerti tentang Agama Im-yang kauw,
maka dia makin terheran. Diam-diam dia merasa mukanya
seperti ditampar oleh kata-kata itu Apakah dia mencinta Hwi
Nio" Kalau dia mencinta, tentu dia tidak akan membiarkan
nafsu berahinya menyeretnya sehingga dia menggauli Hwi Nio
yang masih perawan ! Kalau dia mencinta Hwi Nio tentu dia
akan mengawini gadis ini sebelum mengajaknya tidur ! Tidak,
dia tidak mencinta gadis ini hanya tertarik oleh kecantikannya
dan hanya ingin memperalat gadis itu untuk melampiaskan
nafsu berahinya ! Gin San memejamkan mata, kemudian dia
memegang tangan Hwi Nio, memandang wajah dara itu
sejenak, kemudian dia berkata, "Aku kembali lebih dulu!"
Sekali meloncat dia sudah lenyap dari depan gadis itu. Hwi Nio
merangkapkan kedua tangan di depan dada, matanya berseri
seri dan hatinya dipenuhi oleh rasa bahagia. Tidak ada rasa
penyesalan di dalam hatinya, karena merang dia tidak
mengenal hukum yang menyalahkan perbuatannya itu. sesuai
dengan pendidikannya di dalam Im-yang-kauw. Dia tahu
bahwa kakaknya tidak akan menyukai hal ini, akan tetapi dia
tidak perduli. Dia mencinta Coa Gin San dan bersedia
mengorbankan apapun untuk kebahagiaan pemuda itu !
Pagi hari itu juga, tiga orang muda perkasa itu pergi
meninggalkan Im-yang-pai, diantar oleh dua orang ketuanya
sampai di luar hutan. Liang Hwi No juga ikut mengantar, dan
dia tahu bahwa dia tidak boleh memperlihatkan cinta kasihnya
kepada orang lain terhadap Gin San, seperti yang dipesankan
oleh Gin San semalam kepadanya, maka hanya pandang
matanya saja yang ditujukan kepada pemuda itu penuh kasih
sayang dan kemesraan. Gin San menangkap sinar mata ini
yang langsung menusuk jantungnya dan membuatnya terharu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Betapa mungkin dia akan dapat melupakan pandang mata
seperti itu! *** Kurang lebih limapuluh orang yang berkumpul di dalam
hutan yang lebat itu kelihatan berduka dan juga penasaran
Sebagian besar kelihatan seram dan berwajah kejam, dengan
mata kemerahan tanda orang yang biasa mempergunakan
kekerasan, akan tetapi ada pula yang berwajah pucat seperti
orang putus harapan. Pakaian merekapun macam-macam, ada
yang pakaian dan gelung rambutnya seperti para tosu, akan
tetapi ada pula yang berpakaian biasa seperti petani, ada yang
seperti pakaian ahli ahli silat dan ada juga yang pakaiannya
tambal-tambalan. Di antara limapuluh orang ini terdapat tujuh
orang wanitanya yang juga kelihatan bengis Mereka itu jelas
membayangkan kekerasan seperti biasa orang-orang golongan
hitam di dunia kangouw. Dan memang demikianlah adanya.
Mereka adalah sisa-sisa orang Beng-kauw yang lari kocar-kacir
karena diserbu dan dihancurkan oleh lm yang pai yang
dibantu oleh Ling Ling. Dalam penyerbuan itu, tiga orang
ketua mereka tewas semua, bahkan murid-murid utama Bengkauw juga tewas sehingga yang tinggal hanyalah murid-murid
kelas menengah saja dan para anggauta rendahan. Mereka ini
berhasil melarikan diri setelah lebih dari setengah jumlah
mereka roboh dan tewas dalam pertempuran itu. Dan kini,
limapuluh orang ini bersembunyi di dalam hutan lebat, tidak
berani keluar karena mereka maklum bahwa kalau bertemu
dengan orang orang Im yang pai tentu mereka akan dibunuh.
Mereka hidup liar di dalam hutan-hutan itu, makan seadanya,
tumbuh-tumbuhan dan binatang-binatang hutan yang dapat
mereka tangkap, dan ada kalanya mereka juga berhasil
merampok orang-orang yang kebetulan lewat di dekat hutan
atau merampok penduduk dusun-dusun kecil terpencil yang
miskin sehingga tidak begitu menghasilkan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Untung bagi mereka bahwa mereka itu dibantu oleh Hekhouw Ma Siok, yaitu hartawan yang tinggal di dusun dekat Ankian, hartawan yang menjadi murid mendiang Hek-bin Saikong sehingga mereka tidak sampai kelaparan.
Pagi hari itu, selagi mereka bercakap-cakap dan mencari
jalan untuk memperbaiki nasib mereka, tiba-tiba datang dua
orang di antara mereka berlari lari dan membawa berita yang
amat mengherankan, yaitu bahwa ada seorang wanita cantik


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sekali lewat di dekat hutan itu seorang diri!
"Huh, buat apa wanita cantik" Paling-paling dia orang
dusun yang mencari kayu, dan kalau kalian hendak berbuat
tidak patut, aku akan menentang kalian karena hal itu akan
membuat keadaan kita akan terancam lagi," kata seorang di
antara tujuh orang wanita itu yang merupakan tokoh-tokoh
kelas menengah dari Beng-kauw.
"Akan tetapi, dia tidak kelihatan seperti orang dusun,
pakaiannya indah dan dia memakai perhiasan gelang emas,
dan dia sedang berjalan sambil menangis !" kata pelapor tadi.
Mendengar ini, bangkitlah semangat mereka, bahkan
mendengar "gelang emas" tujuh orang wanita Beng-kauw
itupun menjadi penuh perhatian.
"Mari kita lihat!" kata seorang di antara mereka, seorang
laki-laki berusia lima puluh tahun dengan muka penuh brewok
dan bermuka bopeng. Dia ini sekarang menjadi pimpinan
karena dia merupakan murid Beng-kauw yang terhitung paling
pandai di antara mereka, dan biarpun tidak secara sah dia
diangkat menjadi kepala, namun gerombolan liar yang
kehilangan pimpinan itu takut dan tunduk kepada orang yang
terkuat ini. Maka berangkatlah limapuluh orang ini beramairamai ke arah yang ditunjukkan oleh dua orang pelapor tadi
dan tak lama kemudian mereka sudah mengepung seorang
wanita cantik yang berjalan perlahan sambil menangis.
Wanita itu bukan lain adalah Bu Siauw Kim atau bekas
ketua Im-yang kauw! Setelah menemukan kesenangan yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
amat pendek umurnya dengan Gin San, kembali wanita ini
merana, sekali ini malah lebih hebat lagi karena selain
ditinggalkan kekasih, juga dia kehilangan segala-galanya !
Kehilangan kedudukan, kehilangan perkumpulan, kehilangan
segala-galanya. Dia tidak tahu apa jadinya dengan Im-yangpai dan bagaimana pula dengan nasib ayahnya, akan tetapi
mengingat akan kelihaian tiga orang muda yang benar benar
memiliki kesaktian bebat itu, sedikit harapan ayahnya akan
masih hidup. Maka, karena merasa berduka akan nasibnya,
dia menangis seorang diri, tidak tahu harus pergi ke mana!
"Hei, nona, berhenti dulu !"
Bentakan ini membuat Bu Siauw Kim mengangkat muka
memandang dan ternyata dia telah dikepung oleh kurang lebih
limapuluh orang yang kelihatan liar-liar. Diapun sudah tahu
tadi bahwa ada banyak orang menghampirinya akan tetapi
karena sedang tenggelam dalam kesedihannya, dia tidak
perduli. Kini, melihat begitu banyaknya orang yang liar, dia
menduga bahwa mereka tentulah perampok-perampok. Akan
tetapi, dia mengenal cara berpakaian beberapa orang yang
kelihatan seperti saikong atau. tosu itu, maka timbul
pertanyaan di hatinya dari golongan mana gerangan orangorang ini. Kemudian timbul keinginan untuk menundukkan
orang-orang ini agar dia bisa mendirikan sebuah perkumpulan
lagi, duduk sebagai ketuanya dan dilayani oleh banyak orang
yang berada di bawah kekuasaannya! Pikiran inilah yang
menyelamatkan semua orang itu, karena kalau tidak ada
keinginan ini, kiranya dalam keadaan marah dan sedih itu
mudah saja bagi Bu Siauw Kim untuk membunuh mereka
semua ! "Berlututlah kalian semua dan angkat aku sebagai kepala,
aku akan memberi kehidupan yang lebih baik kepada kalian !"
katanya sambil mengusap kering bekas air matanya.
Tidak ada seorangpun di antara mereka yang menduga
bahwa wanita ini adalah bekas ketua im-yang-kauw, dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melihat wanita yang menangis seorang diri dan kelihatan
lemah ini, tentu saja ucapan wanita itu memancing ketawa
mereka. "Ha-ha-ha, engkaulah yang harus berlutut di depan kakiku,
nona. Dan melihat engkau cukup cantik, kalau engkau menjadi
isteriku, tentu kawan-kawanku tidak keberatan menerimamu
sebagai seorang di antara kita, ha-ha ! "
Si muka bopeng yang sebagian tertutup brewok itu berkata
sambil tertawa karena memang dia amat tertarik akan
kecantikan yang menonjol ini.
Bu Siauw Kim memandang kepada si brewok, lalu
tersenyum. Bukan main manisnya senyum ini, membuat
mereka yang memandang menjadi makin tertarik. "Engkaukah
kepala gerombolan ini" Siapa namamu ?"
"Aku bernama Tiat-thouw houw (Macan Kepala Besi) Ma Li
Thong !" jawab laki-laki itu dengan dada dibusungkan.
Memang dadanya tebal dan lebar, tubuhnya seperti raksasa
dan nampaknya kuat sekali. "Akulah yang memimpin kawankawanku ini"
"Aku mau menjadi isterimu kalau dalam sepuluh jurus
engkau mampu merobohkan aku!" jawab Bu Siauw Kim.
"Sebaliknya kalau tidak, engkau dan kawan-kawanmu ini harus
berlutut dan mengangkat aku menjadi kepala kalian."
Ma Li Thong tertawa bergelak diikuti oleh teman-temannya,
Ma Li Thong adalah seorang laki-laki yang amat kuat,
dikeroyok oleh sepuluh orang laki.laki biasa saja masih akan
menang, apa lagi harus melawan wanita ini dalam sepuluh
jurus! "Ha-ha-ha, sayang dong kalau harus merobohkanmu, tentu
kulitmu yang putih halus itu akan lecet-lecet dan aku nanti
yang rugi! Begini saja, dalam satu jurus aku akan dapat
menangkap dan memelukmu. Akur " "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kembali semua orang tertawa dan Bu Siauw Kim juga
tersenyum. "Kalau dalam satu jurus engkau roboh dan tak
dapat bangkit lagi bagaimana ?"
"Ha ha, kita lihat saja. Nah, sudah siapkah engkau ?" Ma Li
Thong berseru. Bu Siauw Kim berdiri biasa saja karena dia sudah tahu
bahwa calon lawan ini hanya lagaknya saja hebat akan tetapi
sebetulnya tidak berisi. "Mulailah!" tantangnya. Dia melihat si
bopeng itu berdiri dengan kedua kaki terpentang, kedua
lengan dikembangkan lebar seperti seekor biruang hendak
menerkam. Dia pura - pura tidak tahu akan bahaya dan diam
saja. "Lari ke mana kau?" Tiba-tiba Ma Li Thong berseru sambil
menerkam ke depan, kedua lengannya menyambar dari kanan
kiri, dipandang oleh kawan-kawannya dengan mata penuh
kegembiraan, karena mereka sudah bernafsu ingin melihat
wanita cantik itu dipeluk oleh si bopeng yang tinggi besar itu !
Akan tetapi, sebelum si bopeng itu dapat menyentuh
wanita itu, tiba-tiba saja dia terpental ke belakang dan roboh
terbanting, menggereng dan mengaduh-aduh karena dalam
sekejap mata tadi, ujung kaki yang kecil dari Siauw Kim telah
menendangnya, sekali pada perutnya dan sekali lagi, perlahan
saja, pada bawah pusarnya yang mendatangkan rasa sakit
bukan main, sampai kiut-miut rasanya menyusup ke tulang
sumsum, membuat dia mendekap anggauta tubuh yang
seperti akan pecah rasanya itu sambil meringis.
Seorang anggauta wanita Beng-kauw yang: sudah berusia
limapuluh tahun lebih, tiba-tiba saja mengeluarkan seruan
nyaring, "Dia itu adalah Im-yang-kauwcu ! Serang........!!"
Kiranya anggauta Beng-kauw wanita ini sudah pernah
melihat Bu Siauw Kim. Kalau tadi dia tidak mengenalnya
adalah karena biasanya sebagai ketua Im-yang-kauw, Bu
Siauw Kim mengenakan baju sutera serba putih dengan sabuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hitam. Akan tetapi kini wanita cantik itu mengenakan pakaian
serba hijau maka dia tidak mengenalnya. Baru setelah Bu
Siauw Kim bergerak dan memperlihatkan kelihaiannya yang
luar biasa, yaitu dalam segebrakan saja mampu merobohkan
Ma Li Thong, wanita ini segera mengenalnya! Dan memang Bu
Siauw Kim telah berganti pakaian hijau, tidak mau dia
mengenakan pakaian ketua Im-yang kauw lagi yang mudah
dikenal orang dalam perjalanannya yang tanpa tujuan itu.
Mendengar seruan itu, semua orang terkejut dan Ma Li
Thong melupakan rasa nyeri yang hebat itu lalu berteriak
teriak menyuruh kawan-kawannya untuk maju mengeroyok,
sedangkan dia sendiri bangkit berdiri, bukan untuk bantu
mengeroyok karena dia masih terus mendekap bawah
pusarnya yang masih sakit itu. Limapuluh lebih orang itu lalu
mencabut senjata masing-masing dan maju mengeroyok Bu
Siauw Kim. "Apakah kalian sudah bosan hidup dan tidak mau menyerah
kepadaku?" bentak Bu Siauw Kim.
Akan tetapi orang-orang Beng kauw yang merasa amat
sakit hati itu mana mau tunduk" Apa lagi karena mereka yakin
bahwa tidak mungkin ketua Im-yang kauw mau mengampuni
mereka, maka dari pada mati konyol lebih baik mati melawan
mengandaikan banyak orang!
Bu Siauw Kim merasa gemas juga dan dia membagi-bagi
tamparan yang cukup membuat mereka itu roboh malang
melintang tanpa membunuhnya Tiba tiba nampak bayangan
orang berkelebat dan seorang laki laki menerjangnya, Bu
Siauw Kim yang mengira bahwa orang ini tentu seorang di
antara para pengeroyoknya, membalik dan menampar ke arah
pundak orang itu. "Plakk!" Orang itu menangkis dan akibatnya, keduanya
terdorong ke belakang dan keduanya sama-sama kaget. Bu
Siauw Kini cepat melompat ke belakang dan memandang,
Kiranya yang baru datang dan menangkisnya ini adalah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seorang laki-laki yang usianya kurang lebih limapuluh tahun,
pakaiannya jubah pendeta namun mewah dan dari kain sutera
halus, di pinggangnya terselip sebatang tongkat emas dan
wajah pria ini tampan dan gagah! Terkejutlah Bu Siauw Kim,
sebaliknya, pria itupun kelihatan terkejut dan kagum
memandang Bu Siauw Kim yang cantik. Akan tetapi, pria itu
lalu menoleh kepada orang-orang yang tadi mengeroyok
wanita cantik itu, lalu dia bertanya dengan suara halus penuh
wibawa, "Aku mencari orang-orang Beng- kauw kabarnya berkumpul
di hutan ini. Apakah kalian ini sisa anggauta Beng-kauw?"
Jilid XXX MA LI THONG yang kini sudah tidak menderita lagi,
anggauta tubuh yang tertendang tadi tidak begitu
nyeri lagi, melangkah maju.
Dia mengandalkan kawankawannya yang banyak, dan
dia lalu menjawab gagah, "Kalau benar demikian, mengapa" Siapakah engkau
?" "Aku adalah ketuamu yang
baru!" jawab pria itu dan dia
sudah mengeluarkan sebuah
bendera berwarna putih yang
berkilauan seperti perak! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat bendera ini, serta-merta semua orang anggauta Bengkauw itu menjatuhkan diri berlutut dan mulut mereka
menyebut, "Kauwcu yang mulia.......!"
"Ketahuilah bahwa aku sengaja datang dari Beng-kauw
pusat di selatan untuk memimpin kalian setelah Beng-kauw di
utara berantakan dan ketua kalian telah tewas semua. Mulai
saat ini, aku Pek-ciang Cin-jin Ouw Sek menjadi ketua kalian."
''Hidup kauwcu.......!" Ma Li Tong berseru dan kawankawannya semua lalu berteriak, "Hidup........!" Mereka
kelihatan gembira sekali karena kini memperoleh seorang
ketua baru. "Kauwcu, jangan lepaskan wanita itu, dia adalah
Im yang kauwcu! Perkumpulan kami dibinasakan oleh Imyang-kauw, maka harap kauwcu suka membalaskan dendam
sakit hati kami terhadap perempuan yang menjadi ketua Imyang-kauw ini!"
Pria itu memang Ouw Sek. Seperti kita ketahui Ouw Sek
yang hendak merebut kedudukan kauwcu di Beng kauw pusat,
yaitu di selatan, telah gagal oleh munculnya Coa Gin San yang
tidik diduga-duganya. Karena tidak ingin dikeroyok, apa lagi di
sana ada Gin San yang amat lihai, bahkan seimbang dengan
dia, terpaksa dia melarikan diri ke utara membawa bendera
keramat sebagai senjata untuk merebut kedudukan ketua di
Beng-kauw utara. Akan tetapi, begitu tiba di utara, dia
mendengar bahwa Beng-kauw telah berantakan dan hancur
oleh serbuan Im yang-kauw, dan bahwa sisa anggauta Bengkauw telah lari cerai-berai. Tentu saja dia menjadi kecewa
sekali. Apa artinya ketua tanpa anggauta" Apa artinya
memegang bendera keramat kalau tidak akan ada yang
memuja dan mentaatinya" Dia harus mencari para anggauta
itu, sisa orang-orang Beng-kauw. Maka dia lalu melakukan
penyelidikan dan berkat kepandaiannya yang tinggi, akhirnya
dia dapat menemukan sisa orang-orang Beng-kauw itu, tepat
pada saat orang-orang itu mengeroyok Bu Siauw Kim.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendengar ucapan Ma Li Thong itu, Ouw Sek terkejut
bukan kepalang. Cepat dia memutar tubuh dan kini dia berdiri
berhadapan dengan Bu Siauw Kim, sepasang matanya yang
berminyak atau mata keranjang itu menjelajahi wanita itu dari
ujung rambut sampai ke kaki dan diam-diam dia memuji
karena kagum mendapatkan seorang wanita yang benar benar
amat cantik dan sudah "matang" Akan tetapi kalau wanita ini
benar-benar ketua Im-yang-kauw, berarti dia berhadapan
dengan musuh besar. Dan tadi, dalam pertemuan tenaga, dia
tahu bahwa wanita ini bukan orang sembarangan.
Di lain fihak, Bu Siauw Kim juga memandang kepada Ouw
Sek dengan pandang mata menilai dan mengukur. Pria ini
tentu memiliki ilmu yang tinggi, pikirnya, dan buyarlah
harapannya untuk dapat memaksa orang-orang ini menjadi
anak buahnya. Tapi, kalau dia dapat bekerja sama dengan
pria ini, bukankah baik sekali itu" Pria ini cukup tampan dan
gagah, dan sudah "matang", tidak hijau seperti Gin San atau
bahkan Gan Beng Han sekalipun. Dari sinar matanya saja
tahulah dia bahwa pria ini akan lebih senang bersahabat
dengan dia daripada bermusuh. Kerling mata dan senyumnya
itu begitu penuh janji mesra !
"Toanio, benarkah laporan anak buahku bahwa engkau
adalah Im-yang-kauwcu?" Ouw Sek bertanya tanpa
menghentikan kerling memikat dan senyum kagum itu.
Bu Siauw Kim juga tersenyum dan memang wanita ini
manis sekali kalau tersenyum, seperti seorang gadis remaja
saja, padahal usianya, belum tentu lebih muda dari usia Ouw


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sek! "Kiranya aku berhadapan dengan Beng-kauwcu yang baru!"
katanya dengan suara halus. "Memarg benar, tadinya aku
adalah ketua Im-yang kauw, akan tetapi sekarang tidak lagi!
Sekarang aku hanyalah seorang wanita yang kehilangan
kedudukan dan yang mendendam kepada pemerintah! Imyang-kauw telah dihancurkan oleh pasukan pemerintah!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, begitukah" Memang Beng-kauw dan Im-yang-kauw di
utara ini telah bersikap tolol saling bermusuhan, padahal
alangkah baiknya kalau bekerja sama dan menghadapi
pemerintah bersama-sama, tentu lebih kuat. Bukankah
kaupikir demikian, toanio?"
"Ya begitulah, akan tetapi apa gunanya semua itu" Imyang-kauw telah hancur, dan Beng kauw pun sudah
berantakan! Lihatlah sisa anak buahmu itu, tidak ada
harganya sama sekali ! "
Ouw Sek menengok dan tertawa. "Apa sukarnya kalau kita
bangun kembali " Bagaimana kalau kita bekerja sama untuk
membangun kembali perkumpulan yang kuat?"
"Apa maksudmu dengan bekerja sama itu?" Bu Siauw Kim
bertanya dan dua orang itu bicara sambil tersenyum, seolaholah dua orang sahabat lama yang merundingkan sesuatu,
padahal di balik senyum itu terdapat penilaian masing-masing
untuk dapat saling mengalahkan!
"Ah, mudah sekali, toanio. Aku adalah Beng-kauwcu dan
kalau engkau mau bekerja sama engkau dapat kuangkat
menjadi wakilku atau pembantuku."
"Hemm, agama kita seperti bumi langit jauh bedanya."
"Eh, engkau masih mengukuhi agamamu toanio" Aku
sendiri tidak mengukuhi Agama Beng-kauw, yang penting
bagiku adalah membangun kembali perkumpulan kita. Engkau
boleh mempelajari Beng-kauw dan aku belajar tentang Imyang-kauw darimu, kemudian kita ambil yang bermanfaat dan
menggabungkan keduanya itu, bukankah itu baik sekali" "Bu
Siauw Kim tertawa. Dia sendiri sejak dulu juga tidak begitu
tegas soal agama, tidak seperti susioknya, Cin Beng Thiancu
maka ucapan ketua Beng kauw yang baru ini amat
menyenangkan hatinya. "Baiklah, mari kita bertaruh."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bertaruh bagaimana maksudmu ?" Kita berdua bisa
menjadi ketua dan pembantunya, hanya soalnya siapa yang
akan menjadi ketua dan siapa pembantunya. Hal ini baru jelas
kalau kita sudah bertanding, bukan?"
"Ha-ha ha, bagus sekali ! Pandangan toanio amat tepat dan
cocok sekali dengan aku. Baik, mari kita tentukan siapa yang
patut menjadi ketua dan siapa pembantunya."
Bu Siauw Kim lalu melolos sabuk hitam yang
disembunyikan di balik bajunya dan sekali dia mengebut,
sabuk itu meluncur ke udara dan membuat gerakan seperti
seekor naga melayang-layang amat indahnya sehingga para
anggauta Beng-kauw yang merasa gembira karena kini
memperoleh seorang ketua baru itu bersorak memuji.
"Bagus, senjata toanio amat hebat" Ouw Sek yang memang
pandai merayu wanita itu memuji dan diapun sudah mencabut
tongkat emasnya yang berkilauan. Ketika semua anggauta
Beng-kauw melihat tongkat itu, agaknya baru sekarang
mereka menduga bahwa tongkat itu terbuat dari pada emas,
maka di sana - sini terdengar seruan kagum bukan main.
Tongkat seberat itu terbuat dari pada emas, tentu luar
biasa mahal harganya ! "Mulailah, toanio !" Ouw Sek mempersilakan sambil
melintangkan tongkat emas yang panjangnya hanya selengan
itu ke depan dada. "Lihat serangan!" Bu Siauw Kim berseru dan cambuknya
berputar putar di udara, kemudian mengeluarkan ledakan dua
kali dan ujung cambuk itu sudah melecut ke arah jalan darah
di leher lawan "Bagus!" Ouw Sek cepat mengelak dengan gerakan kaki
mendekat, lalu tongkatnya meluncur ke depan, menusuk ke
arah lambung lawan. Namun Bu Siauw Kim dapat mengelak
pula sambil menggerakkan kaki mundur menjauh dan ujung
cambuk dari sabuk itu kembali telah melecut-lecut, kini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekaligus mengirim serangan totokan tujuh kali berturut-turut
yang amat hebat dan berbahaya sekali ! "
"Hmmm...........!" Diam-diam Ouw Sek kagum juga.
Memang wanita ini memiliki ilmu kepandaian yang tinggi,
cukup tinggi dan dapat diandalkan untuk menjadi
pembantunya, pikirnya. Diapun mengeluarkan kepandaiannya,
tidak mau mengelak melainkan menangkis dengan
tongkatnya, membuat ujung sabuk itu terpental dan ada tiga
kali totokan yang diterimanya begitu saja oleh tubuhnya.
Bu Siauw Kim terkejut bukan main. Totokan totokan yang
diterima oleh tubuh lawan itu adalah totokan sabuknya yang
amat kuat, apa lagi yang kena totok adalah jalan darah yang
mematikan, akan tetapi ketika ujung sabuknya mengenai
tubuh lawan, sabuknya tergetar hebat dan terpental kembali.
Tahulah dia bahwa lawannya ini memiliki sinkang yang amat
kuat sehingga dia berani melindungi jalan darah itu dengan
sinkangnya dan ternyata totokan sabuknya memang terpental.
Bukan main! Akan tetapi wanita ini biarpun sudah tahu bahwa
lawannya amat lihai, tidak menjadi jerih dan tidak mau
mengalah begitu saja. Sabuknya masih terus berputaran dan
meledak-ledak mengirim serangan, dan kini dia membantu
sabuknya itu dengan pukulan tangan kiri yang menggunakan
Ilmu Thian lui-sin-ciang, pukulan kilat yang berhawa panas
sekali ! Namun kembali dia kecele, karena pukulan pertama
ditangkis oleh Ouw Sek yang hendak mengukur sampai di
mana kehebatan pukulan itu dan tangkisan ini membuat Bu
Siauw Kim terhuyung, kemudian ketika pukulan Thian-lui-sinciang yang ke dua datang, pria itu menerima pukulan itu
dengan dadanya begitu saja.
"Dukkkl" Dan akibatnya, kembali Bu Siauw Kim........
terpental sedangkan yang dipukul tidak apa - apa! Benar benar kagumlah Bu Siauw Kim. Ternyata pria ini memiliki
tingkat ilmu kepandaian yang luar biasa hebatnya, lebih hebat
dari pada Coa Gin San agaknya !
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kini maklumlah Bu Siauw Kim bahwa dia tidak akan
menang melawan pria ini, maka dia mengeluarkan pekik
nyaring dan tiba tiba nampak sinar merah, dan saputangannya
yang merah telah dikebutkannya. Saputangan merah ini
mengandung racun dan kalau hawanya yang harum itu
tercium lawan, tentu lawan akan roboh pingsan. Entah sudah
berapa banyaknya lawan .yang roboh oleh saputangan ini.
"Aduh. harumnya.......!" Ouw Sek malah menyedot-nyedot
hidungnya sambil tersenyum, dan sama sekali tidak roboh !
Melihat ini, Bu Siauw Kim lalu menggerakkan sabuk
hitamnya yang meluncur seperti seekor ular dan membelit
leher pria itu seperti buntut ular, membelit dengan kuatnya
dan berusaha untuk mencekik leher itu. Akan tetapi, tiba tiba
Ouw Sek tertawa dan dia menggerakkan tubuhnya berpusing
sehingga sabuk itu melibat-libat lehernya dan dengan
sendirinya tubuhnya kini mendekati Siauw Kim.
Melihat ini, Siauw Kim terkejut sekali dan cepat dia
mengangkat tangan kirinya untuk memapaki tubuh yang
mendekat dan berpusingan itu dengan pukulan Thian lui-sinciang ke arah kepala, karena dia tidak mau memukul bagian
badan lain yang dapat dilindungi kekebalan. Akan tetapi tubuh
yang kini sudah berada dekat sekali di depan Siauw Kim itu,
tiba-tiba berhenti dan tangan kiri Ouw Sek digerakkan
menangkap pergelangan tangan kiri wanita itu sehingga Siauw
Kim tidak mampu bergerak lagi. Tangan kanan wanita itu
memegang ujung sabuk dan tangan kirinya tertangkap
sehingga dia tidak berdaya. Sementara itu, dengan tangan
kanannya Ouw Sek sudah menotokkan tongkat emasnya dua
kali, tepat mengenai ujung buah dada kiri dari wanita itu.
Hampir Siauw Kim menjerit karena tahu bahwa dia tentu akan
tewas seketika. Akan tetapi totokan itu hanya mendatangkan
rasa geli pada kedua buah dadanya, maka tahulah dia bahwa
lawan itu tidak menotoknya, melainkan hanya menyentuh saja
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan halus Dan dia makin kagum karena yakin akan
kepandaian pria itu. "Aku ...... aku mengaku kalah......." katanya dengan muka
merah karena selain dia merasa jengah akan kekalahannya
yang membuat di sama sekali tidak berdaya itu, juga dua kali
sentuhan ke buah dadanya tadi jelas memperlihatkan
keinginan hati pria itu !
"Ha-ha-ha, engkau hebat, toanio. Engkau patut menjadi
pembantuku ! Heii, kalian semua lihat baik-baik. Dia ini adalah
pembantu utamaku, dan jangan ada yang menganggapnya
sebagai ketua Im-yang-kauw. Siapa berani mengungkatungkat soal Im-yang-kauw, akan kuhukum mati!" Semua
anggauta Beng-kauw mengangguk- angguk dan merekapun
merasa girang bahwa wanita yang demikian lihainya itu kini
menjadi pembantu ketua mereka yang ternyata lebih lihai lagi
itu. "Toanio, siapakah namamu" Aku tadi sudah nemperkenalkan nama kepada para anggauta kita, yaitu Pekciang Cin jin Ouw Sek."
"Namaku adalah Bu Siauw Kim."
"Baiklah, Siauw Kim, sebagi pembantuku kusebut namamu
saja, lebih akrab, bukan" Dan engkau boleh menyebutku
kauwcu, dan semua anggauta harus menyebutmu Bu-toanio."
Ketua baru ini bersama Siauw Kim lalu berunding dan
mendengarkan penuturan para anggauta Beng-kauw itu
tentang sepak terjang Beng-kauw sebelum dihancurkan.
Betapa Beng-kauw yang berada di utara di bawah bimbingan
mendiang tiga orang ketuanya itu telah mengadakan
hubungan yang. erat sekali dengan orang-orang Tibet dan
orang-orang Khitan yang memiliki bala tentara amat kuat dan
sudah siap di perbatasan utara. Juga para anggauta itu
menyebut nama Hek houw Ma Siok di luar kota An-kian yang
merupakan murid Beng-kauw yang setia dan cukup kaya raya.
Maka dipanggillah Ma Siok ke dalam hutan itu dan kemudian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan bantuan hartawan muda ini, dan juga uang emas
simpanan Ouw Sek dan Siauw Kim, dibangunlah sebuah
perkampungan di dalam hutan itu dan jadilah sarang Bengkauw yang baru. Dan Ouw Sek membuka pintu Beng-kauw
selebarnya bagi para anggauta baru sehingga berbondongbondong masuklah orang - orang dari golongan kang - ouw
dan liok - lim yang tertarik untuk menjadi anak buah dari dua
orang yang sakti itu. Sebentar saja jumlah anggauta mereka
dari limapuluh orang telah meningkat menjadi hampir
tigaratus orang ! Ouw Sek mulai mengadakan kontak hubungan dengan
golongan Tibet dan Khitan. Mereka ini menjadi girang
mendengar bahwa Beng-kauw yang sudah hancur berantakan
itu kini bangkit lagi, bahkan memiliki ketua baru yang
kabarnya malah lebih lihai dari pada mendiang tiga orang
ketua Beng-kauw itu, dan ketua baru ini adalah seorang tokoh
Beng-kauw dari selatan, yaitu pusat dari Beng kauw. Maka,
dengan girang Ba Mou Lama lalu mengirim surat undangan
kepada ketua Beng-kauw ini untuk datang mengadakan
pertemuan dengan para tokoh persekutuan mereka karena
ada hal penting yang perlu dibicarakan. Tempat pertemuan
yang ditunjuk ini adalah di sebuah gedung di puncak bukit di
Pegunungan Tai-hang san, dan gedung ini adalah satu di
antara tempat-tempat peristirahatan dari Thio.thaikam di
istana! Karena itu, maka pertemuan ini tentu saja tidak
menimbulkan kecurigaan orang, apa lagi tempat itu memang
amat sunyi. Menerima undangan ini, Pek-ciang Cin-jin Ouw Sek menjadi
bangga dan girang sekali, dan tentu saja dia mengajak
pembantunya, yaitu Bu Siauw Kim yang pada waktu itu bukan
hanya menjadi pembantunya yang setia, akan tetapi juga
menjadi "kekasihnya". Ternyata dua orang ini cocok sekali dan
dalam diri masing-masing mereka menemukan seorang kawan
dan lawan yang amat seimbang dan cocok, sehingga
hubungan mereka menjadi makin mesra dan akrab saja ! Baru
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekarang Siauw Kim merasa terbuka matanya bahwa pria-pria
yang ditemukannya sebelum ini, sungguhpun banyak di antara
mereka yang amat dicintanya, namun tidak ada yang cocok
dengan dia. Baru Ouw Sek inilah merupakan pria yang benarbenar cocok segala-galanya, sama pula seleranya, sehingga
dia merasa memperoleh tempat berteduh atau perlindungan
yang boleh dipercaya. Hal ini tidaklah aneh karena baru
sekarang Siauw Kim menemukan seorang kekasih yang
sebaya usianya, maka tentu saja selera mereka juga tidak
banyak berbeda, apa lagi karena keduanya memang menjadi
hamba nafsu berahi, dan juga mempunyai ambisi besar dan
keduanya selalu mengejar kesenangan duniawi. Maka
cocoklah rnereka sebagai pasangan, baik pasangan untuk
menghadapi lawan di luar maupun sebagai pasangan di dalam
kamar. *** Ouw Sek dan Siauw Kim jalan berdampingan mendaki jalan
naik ke arah puncak bukit itu. Keadaan di situ sunyi sekali,
nampaknya tidak ada seorangpun manusia di situ. Akan tetapi
kedua orang ini dengan kepandaiannya yang tinggi dapat
mengerti bahwa di balik pohon-pohon, batu-batu besar dan
semak-semak, banyak terdapat orang-orang yang siap dengan
anak panah dan senjata-senjata lain, merupakan penjaga
peniaga tersembunyi sehingga tempat itu menjadi
menyeramkan. Ketika mereka tiba di sebuah tikungan jalan
yang kanan kirinya terhalang batu besar, tiba-tiba, muncul
empat orang tinggi besar yang menggotong sebuah batu
besar sekali. Mereka itu bertubuh seperti raksasa, berkepala
gundul tidak berbaju dan kumis mereka panjang melambai ke
kanan kiri dagu. Batu besar yang digotong empat orang itu
tentu berat sekal dan kiranya takkan dapat terangkat oleh
belasan orang laki-laki biasa. Tanpa banyak cakap empat
orang itu lalu melemparkan batu besar itu ke tengah jalan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tikungan itu sehingga terdengar suara keras dan bumi di
sekitar tempat itu tergetar dan kini jalan itu terhalang oleh
batu besar tadi. Empat orang itu tanpa memandang kepada
dua orang itu lalu pergi dari situ,
Di antara debu yang mengepul ke atas, Ouw Sek dan Siauw
Kim saling pandang, mula-mula terkejut dan tidak mengerti
apa artinya ini. Akan tetapi sebagai seorang kang-ouw yang
sudah lama berkecimpung di dunia persilatan, mereka segera


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dapat menduga karena melihat betapa empat orang tadi tidak
mengganggunya, hanya meninggalkan batu besar itu di situ,
menghalang jalan tepat di depan mereka seolah-olah
merupakan tantangan apakah mereka berdua sanggup
menyingkirkan batu itu. Ouw Sek tertawa bergelak.
"Ha-ha-ha, mereka sungguh memandang rendah kepada
kita, Siauw Kim. Apakah cuma sebegini saja mereka menilai
ketua Beng-kauw?" Dia lalu menghampiri batu besar yang menutup jalan itu,
menggunakan kedua tangannya dan dia mengerahkan tenaga
lalu mendorong. Batu besar itu bergerak dan terus
didorongnya sampai batu itu menggelinding ke dalam jurang
di sebelah kiri jalan dan menimbulkan suara hiruk-pikuk,
menumbangkan banyak pohon ketika menggelinding turun
dan ketika menimpa dasar jurang menimbulkan suara
menggelegar! Mereka lalu berjalan terus melalui jalan kecil
yang naik itu dan kini sudah nampak gedung mungil itu di
puncak sana. Akan tetapi ketika tiba di pintu gerbang di luar pekarangan
depan, di situ telah menjaga lima orang laki-laki yang usianya
rata-rata sudah limapuluh tahun. Bangsa Khitan yang
tubuhnya tinggi kurus dan mereka semua memegang sebuah
tombak gagang panjang yang dilintangkan di jalan, saling
menyilang dari kanan kiri dan dari sikap mereka jelaslah
bahwa mereka tidak hendak memberi jalan kepada siapapun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hemmm, agaknya mereka masih hendak menguji lagi,
Siauw Kim. Agaknya kita harus menyingkirkan pula tombaktombak ini !"
"Biar aku yang melakukan itu, kauwcu !" kata Bu Siauw Kim
yang sudah melolos sabuk hitamnya. Dia meloncat ke depan,
menerjang hendak menerobos masuk, akan tetapi lima mata
tombak menyambutnya dengan tusukan! Siauw Kim
mengeluarkan suara lengkingan tinggi, tubuhnya mencelat ke
atas dan kedua kakinya menginjak mata tombak-tombak itu
dengan ringannya, kemudian dia menggenjot dan berjungkir
balik ke atas, kemudian dari atas sabuk hitamnya melayang
turun menyambar ke arah kepala orang-orang itu dengan
totokan totokan seperti ular mematuk matuk! Lima orang itu
terkejut dan menggerakkan tombak mereka untuk menangkis.
Setelah Siauw Kim turun lagi mereka lalu menubruk kedepan
dan mengurung wanita itu dari lima jurusan, membentuk
Ngoseng-tin (Barisan Lima Bintang), tombak mereka saling
melintang dan menutup semua jalan keluar, kemudian sambil
menggereng, seorang di antara mereka nenyerang dengan
tusukan, dan serangan ini lalu diikuti oleh serangan ke dua, ke
tiga dan selanjutnya sehingga wanita di dalam kepungan itu
telah dihujani serangan mata tombak secara bertubi tubi! Bu
Siauw Kim bergerak mengelak ke sana-sini dan kadangkadang dia menangkis tombak dengan lengan tangannya,
akan tetapi karena jaraknya dekat maka dia tidak dapat
mempergunakan senjata sabuk itu. Dia tidak mau
menggunakan saputangan merah dan hanya mengandalkan
tenaga Thian-lui sin-ciang untuk menangkis kalau sudah tidak
keburu mengelak lagi. Tiba-tiba tubuhnya mencelat lagi ke
atas dengan loncatan tinggi sekali, dan sebelum lima batang
tombak menyambutnya, dia sudah berjungkir balik dan
tangannya yang berada di bawah berhasil menangkap leher
tombak dan mendorongnya sehingga tubuhnya meluncur ke
belakang sejauh lima meter. Begitu dia turun, dia sudah
menggerakkan sabuknya sebelum lima orang itu sempat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengurungnya lagi. Sabuk itu seperti seekor naga melayang
dan menyambar-nyambar dan tahu - tahu sabuk itu telah
melibat - libat lima batang tombak yang menangkisnya. Lima
orang itu terkejut dan berusaha untuk menarik kembali
tombak mereka, namun sia-sia saja karena lima batang
tombak itu telah terbelit sabuk. Adu tenaga terjadi dan Siauw
Kim menanti saat yang baik, dan pada saat lima orang itu
mengerahkan tenaga membetot, dia lalu membuat gerakan
menyendal ke atas. Terdengar bunyi keras dan lima batang
tombak itu patah semua, pemegangnya terjengkang lalu
bangkit, menjura dan minggir ke kanan kiri memberi jalan
kepada dua orang tamu lihai itu !
Setibanya di ruangan depan. Ouw Sek dari Bu Siauw Kim berhenti memandang kepada sekumpulan orang yang menyambut mereka. Siauw Kim mengenal Ba Mou Lama,
pendeta Lama berjubah merah dari Tibet yang lihai
itu, akan tetapi dia diam
saja. Kemudian yang maju menyambut mereka justeru adalah Ba Mou Lama sendiri.
Kakek ini memandang kepada Ouw Sek dan Bu Siauw Kim penuh perhatian,
lalu tersenyum dan menjura, dibalas oleh dua orang tamu itu.
"Selamat datang, Beng-kauwcu dan toanio yang lihai! Kami
senang sekali bahwa jiwi telah memenuhi undangan kami.
Silakan masuk dan berkenalan dengan rekan rekan kita," kata
Ba Mou Lama yang mempersilakan mereka masuk. Ouw Sek
dan Bu Siauw Kim dengan sikap gagah memasuki ruangan
dalam yang luas dan di mana sudah diatur meja yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
disambung sambung, dikelilingi kursi-kursi dan ada belasan
orang berdiri mengelilingi meja itu dan memandang kepada
mereka berdua dengan penuh perhatian. Ouw Sek dan Bu
Siauw Kim tidak menjadi jerih atau canggung dipandang
banyak orang itu, malah Siauw Kim tersenyum manis sekali
dan Ouw Sek membusungkan dada dan menegakkan
kepalanya dengan angkuh. Melihat betapa fihak tuan rumah
diam saja hanya memandang kepadanya seolah-olah menanti
dia bicara, Ouw Sek lalu memperkenalkan diri dan berkata
lantang, "Saya adalah Pek-ciang Cin-jin Ouw Sek, Bengkauwcu yang baru, dan dia ini adalah Bu Siauw Kim,
pembantuku yang setia. Kami memenuhi undangan cu-wi
untuk berkumpul di sini dan kami girang dapat bertemu
dengan cu-wi (anda sekalian). Seperti telah kami nyatakan
dalam surat-surat kami terdahulu, kami ingin melanjutkan
hubungan antara Beng-kauw dengan para orang gagah dari
Khitan dan Tibet. " "Omitohud........ sungguh menyenangkan sekali sikap Bengkauwcu!" tiba tiba Ba Mou Lama berseru dengan gembira.
"Perkenalkanlah, kauwcu, pinceng adalah Ba Mou Lama yang
memimpin pasukan Tibet dan yang kini menjadi tuan rumah.
Ini adalah pembantu dan murid pinceng bernama Sin Beng
Lama. Orang gagah di kanan itu adalah Tai-lek Hoat ong atau
nama aselinya Tayatonga, seorang tokoh dari Khitan yang
lihai." Ouw Sek sudah mendengar nama-nama ini dari para
anggauta Beng-kauw. maka dia memerhatikan Tai lek Hoat
ong yang bertabuh inggi besar seperti raksasa berkepala botak
ini, yang dikabarkan merupakan seorang ahli silat tinggi dan
juga ahli perang. Dia dan Siauw Kim telah menjura kepada Sin
Beng Lama yang tinggi kurus dan Tai-lek Hoat-ong yang
pendiam. "Dan sicu yang gagah perkasa itu adalah An Hun Kiong,
seorang tokoh Khitan yang terlenal sekali, murid dari Tai-Iek
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hoat-ong dan dia masih keponakan dari mendiang An Lu Shan
yang pernah menggemparkan Tiongkok."
Ouw Sek kembali menjura dan memperhatikan pria tampan
gagah yang tinggi besar ini, yang usianya tentu belum ada
empatpuluh tahun, bermata tajam dan bersikap tenang gagah.
Mereka berdua lalu diperkenalkan dengan yang lain-lain, yang
merupakan pembantu-pembantu utama Bangsa Tibet dan
Khitan, akan tetapi yang diperhatikan oleh Ouw Sek dan Siauw
Kim hanya empat orang itulah, yaitu An Hun Kiong, Tai-lek
Hoat-ong, Sin Beng Lama dan Ba Mou Lama sendiri karena
empat orang inilah yang agaknya merupakan orang-orang
terpenting di antara mereka. Dugaan ini memang benar
karena empat orang itu yang merupakan tokoh-tokoh besar
dan pemimpin-pemimpin dari orang-orang Tibet dan Khitan.
Setelah mereka dipersilakan duduk, semua orang yang berada
di situ lalu duduk mengelilingi meja besar itu. Pelayanpun
datang membawa guci dan cawan arak.!
"Eh, hehheh, Ouw-kauwcu dan Bu-toanio perkenankanlah
kami menghaturkan selamat datang dengan secawan arak!"
kata Ba Mou Lama sambil tertawa dan dia bangkit berdiri dari
bangkunya, lalu menghampiri tempat duduk Ouw Sek dan Bu
Siauw Kim yang berdampingan. Dua orang tamu itu tentu saja
segera bangkit berdiri sambil tersenyum karena keduanya
maklum bahwa tentu fihak tuan rumah ini belum akan puas
kalau belum menguji kepandaian mereka sebelum mau
menerima mereka sebagai sekutu-sekutu baru !
Dengan sikap ramah dan tersenyum, kakek Tibet itu lalu
minta guci arak dari pelayan kemudian mengambil cawan arak
di depan meja Ouw Sek dan menuangkan arak itu ke dalan
cawan itu. Terlalu penuh dia menuangkan arak akan tetapi
tiba-tiba arak itu mendidih dan menguap dari dalam cawan,
seolah-olah cawan itu ditaruh di atas api panas! Ba Mou Lama
menyerahkan cawan yang araknya masih mendidih itu kepada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ouw Sek sambil berkata, "Harap Ouwkauwcu sudi menerima
suguhan arak selamat datang ini !"
Ouw Sek membungkuk dan tersenyum, menerima cawan
itu sambil berkata, terlebih dahulu dia mengerahkan
sinkangnya, "Terima kasih, locianpwe!" Dan ketika dia
menuangkan arak dari cawan itu, ternyata arak itu masuk ke
dalam mulutnya dalam keadaan membeku seperti telah
berobah menjadi sekepal salju ! Padahal tadi arak itu seperti
mendidih karena panas, dan kini berobah menjadi dingin
seperti es! Melihat ini, semua orang tertegun kagum, dan Ba
Mou Lama juga mengangguk-angguk memandang dengan
kagum. Kemudian kakek ini menuangkan arak ke dalam cawan
Bu Siauw Kim sambil berkata, "Kalau pinceng tidak salah lihat,
toanio pernah menjadi Im-yang-kauwcu, bukan " "
"Benar, itu dahulu, locianpwe, sekarang aku lelah menjadi
pembantu Ouw-kauwcu, bersama-sama membangun kembali
Beng-kauw yang berantakan dan kami berhasil!" jawab Bu
Siauw Kim dengan senyum tenang.
"Bagus, kami girang mendengar itu toanio. Silakan
menerima ucapan selamat datang dengan secawan arak ini !"
Dia menyerahkan arak dalam cawan itu, akan tetapi kakek ini
menuangkan arak terlalu penuh sampai lebih tinggi dari bibir
cawan, akan tetapi anehnya, arak itu tidak sampai luber, tidak
tumpah, melainkan melengkung di atas bibir cawan,
bergoyang-goyang seperti tertahan sesuatu! Inilah akibat
pengerahan sinkang yang amat kuat!
Semua orang memandang dengan tegang, karena kalau
cawan itu diterima oleh tangan yang kurang kuat, tentu
araknya akan tumpah dan menyiram lengan pemegang
cawan! Orang yang menghadapi penawaran arak macam ini harus
memiliki tenaga sinkang kuat, kalau tidak dia dihadapkan
dengan hal yang amat menyulitkan dirinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Menolak jelas tidak mungkin karena menolak pemberian
selamat datang berarti tidak bersahabat, dan menerimapun
tentu akan menderita rasa malu kalau arak itu menyiram
lengan dan baju. Akan tetapi wanita cantik itu sambil
tersenyum tenang mengulurkan tangan menerima cawan itu
sambil mengerahkan sinkangnya.
Dengan tenaga Thian lui-sin-ciang tentu saja mudah bagi
Bu Siauw Kim untuk "menahan" arak itu dalam cawan agar
tidak sampai tumpah, kemudian dia membawa cawan itu ke
mulutnya, menuangkan cawan dan...... arak itu tetap tidak
mau tumpah biarpun cawan sudah dimiringkannya!
Wanita ini lalu menggunakan bibirnya, menyentuh arak yang seperti membeku itu, dan mencucupnya seperti orang mencium sehingga semua orang melihat bibir
yang menggairahkan itu bergerak dan mencucup cucup dan akhirnya arak
itupun habis diminumnya! Melihat ini, semua orang berbisik-bisik memuji dan
Ba Mou Lama menjura kepada mereka berdua. "Ji-wi ternyata memiliki
sinkang yang boleh juga, membuat pinceng merasa kagum!" Mereka duduk kembali dan tiba tiba An Hun Kiong bangkit
berdiri, memberi hormat kepada Ouw Sek dan berkata. "Harap
Ouw-kauwcu suka memaafkan kami semua. Bukan sekali-kali
kami tidak percaya akan kelihaian kauwcu, akan tetapi harus
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dimengerti bahwa persekutuan kita adalan suatu usaha yang
amat penting dan membutuhkan bantuan orang-orang yang


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berilmu tinggi. Oleh karena itu, mengingat bahwa mendiang
ketua-ketua dari Beng-kauw adalah orang-orang berilmu,
maka kami tentu tidak akan merasa tenang sebelum kauwcu
memperlihatkan bahwa kauwcu sedikitnya tidak kalah pandai
kalau dibandingkan dengan mereka."
Ouw Sek mengerutkan alisnya, diam-diam merasa
mendongkol juga. Setelah tiga kali diuji, masih saja mereka ini
tidak percaya kepada dia dan Siauw Kim! Akan tetapi dia
mengangguk dan tersenyum, lalu berkata, "Kami siap untuk
menghadapi ujian, silakan siapa yang hendak menguji kami."
An Hun Kiong memandang kepada gurunya. Biarpun dia itu
murid, namun dia dianggap sebagai seorang pemimpin Bangsa
Khitan, maka gurunya sendiri menghormati murid ini dan
melihat pandang mata muridnya, Tai-lek Hoat-ong lalu bangkit
berdiri dan berjalan ke tengah ruangan kosong yang memang
telah disediakan untuk menguji kepandaian para tamu itu.
"Yang terpenting adalah kepandaian kauwcu, maka saya
mempersilakan kauwcu untuk bermain-main sebentar
denganku," kata Tai-lek Hoat-ong sambil menjura ke arah
Ouw Sek. Ouw Sek tersenyum, bangkit berdiri dan menjura kepada
semua orang. "Maafkan saya." kemudian dia meninggalkan
kursinya dan menghampiri Tai-lek Hoat-ong.
"Saya merasa mendapat kehormatan besar kali boleh
berkenalan dengan ilmu yang tinggi dari Hoat-ong!" katanya
sambil menjura. "Mari kita main-main sebentar dan jangan sungkansungkan, kauwcu !" kata Tai-lek Hoat-ong sambil memasang
kuda-kuda. "Silakan, Hoat-ong!" jawab Ouw Sek yang masih berdiri
biasa saja seolah-olah dia tidak memandang sebelah mata
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepada pengujinya, Dia tahu bahwa menurut julukannya,
tentu kakek raksasa botak ini memiliki tenaga yang besar
sekali, namun dia tidak merasa jerih karena tenaga besar
bukan merupakan hal yang amat menentukan bagi
pertandingan ilmu silat. Mulailah Tai-lek Hoat-ong menyerang
dan benar seperti dugaan Ouw Sek, pukulan kakek ini
mengandung tenaga besar sehingga terdengar anginnya
bersiutan. Namun, dengan lincah dan mudahnya Ouw Sek
mengelak dari bebeiapa pukulan yang datang berantai itu.
Dari gerakan kakek ini saja Ouw Sek sudah dapat mengukur
ketinggian tingkat lawan dan kalau dia menghendaki, dalam
waktu belasan jurus saja dia pasti akan dapat
merobohkannya. Akan tetapi Ouw Sek adalah seorang yang
amat cerdik dani dia tidak mau tergesa-gesa mencapai
kemenangan. Pertama, hal itu tentu akan membuat hati kakek
Khitan ini tidak senang dan merasa terhina sehingga amatlah
merugikan dalam hubungan persekutuan mereka. Ke dua,
kalau dia terlalui memamerkan kepandaian tentu tokoh-tokoh
lain itu akan curiga dan jerih kepadanya, menganggapnya
berbahaya! Maka dia tidak boleh memperlihatkan kepandaiannya melebihi tingkat Ba Mou Lama yang
merupakan orang terpandai di situ sehingga dia tidak akan
ditakuti dan dicurigai. Mulailah Ouw Sek balas menyerang, akan tetapi dia hanya
mengeluarkan sebagian saja tenaganya sehingga setiap kali
mereka saling mengadu lengan, keduanya terdorong ke
belakang seolah-olah tenaga mereka berimbang. Juga Ouw
Sek tidak mengeluarkan jurus-jurus yang ampub, hanya
membalas sekedarnya untuk mengimbangi kepandaian kakek
Khitan itu. Namun, hal ini saja sudah membuat semua orang
di situ tertegun dan kagum sekali. Ternyata kauwcu Bengkauw yang baru itu mampu menandingi Tai-lek Hoat-ong
sampai hampir seratus jurus!
"Cukup........ kauwcu benar-benar lihai sekali....... !"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akhirnya Tai-lek Hoat-ong meloncat mundur, mukanya
penuh keringat dan napasnya agak terengah sedangkan Ouw
Sek sama sekali tidak kelihatan lelah. Di sinilah Ouw Sek
mencari kemenangan, kemenangan tipis dengan bukti bahwa
kalau lawan yang tak dapat dirobohkannya itu kecapaian, dia
sama sekali tidak ! Ba Mou Lama berdiri dan bertepuk tangan memuji. Girang
hatinya bahwa dia memperoleh sekutu yang begini pandai,
bahkan lebih tangguh dari pada Tai-lek Hoat-ong!
Hidangan dikeluarkan dan mereka lalu makan minum
dengan gembira setelah dengan resmi Ouw Sek dan Bu Siauw
Kim diterima menjadi sekutu mereka. Setelah selesai makan,
sisa hidangan disingkirkan, meja dibersihkan, dan kini tokohtokoh lain mengundurkan diri, meninggalkan dua orang tamu
itu bersama empat orang tokoh dari Go-bi dan Khitan.
Kini mereka hanya berenam saja, dari tiga golongan dan
masing masing diwakili dua orang. Maka perundingan yang
amat pentingpun dimulailah dan mendengar apa yang
dibicarakan di situ, diam-diam Ouw Sek dan Bu Siauw Kim
terkejut bukan main, akan tetapi juga girang bahwa mereka
memperoleh kesempatan dalam suatu gerakan yang amat
besar dan hebat ! "Pertama-tama kami ingin mengetahui sampai di mana
pengertian Beng-kauwcu tentang persekutuan ini. Kita
bersama, Bangsa Tibet, Khitan dan perkumpulan Beng-kauw,
telah bersekutu sejak lama. Tahukah kauwcu, sebagai kauwcu
yang baru, untuk keperluan apakah persekutuan ini ?" tanya
An Hun Kiong sambil memandang tajam kepada dua orang
tamu itu. Sebelumnya Ouw Sek sudah mencari keterangan
dari para anak buah Beng-kauw, maka menghadapi
pertanyaan ini dia tidak menjadi gugup.
"Perlukah An-sicu bertanya lagi tentang itu" Kita bersama
mempunyai satu tujuan, yaitu menentang pemerintah Kaisar
Tong tiauw !" jawabnya tenang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Syukurlah kalau kauwcu sudah yakin akan hal itu. Nah,
sekarang hendaknya kauwcu dan toanio ketahui bahwa usaha
kita sudah mencapai kemajuan hebat sehingga saat-saat
penyerbuan ke kota raja telah kita persiapkan !"
Berita ini amat mengejutkan hati Ouw Sek dan Bu Siauw
Kim karena memang sama sekali dak pernah mereka sangka,
akan tetapi keduanya dapat menekan perasaan dan hanya
memandang kepada orang Khitan she An itu dengan heran.
"Tapi........ untuk itu kita membutuhkan bala tentara yang
amat kuat dan bantuan dari dalam, karena penjagaan tentu
kuat sekali!" kata Ouw Sek.
An Hun Kiong mengangguk-angguk.
"Kami sudah memikirkan hal itu dan kami sudah
mempunyai sekutu yang amat baik di dalam istana sendiri.
Tahukah kauwcu siapa pemilik gedung di mana kita sekarang
mengadakan pertemuan ?"
Dengan sejujurnya Ouw Sek menggeleng kepala.
"Gedung ini adalah milik sekutu kita, yaitu Thio-thaikam
yang amat berkuasa di dalam istana dan merupakan orang
kepercayaan kaisar!"
"Ah, sungguh bagus sekali kalau begitu!" seru Ouw Sek
dengan girang sekali. An Hun Kiong lalu menceritakan panjang lebar tentang
semua siasat yang telah direncanakan kepada Ouw Sek dan
Siauw Kim. Ternyata secara diam-diam fihak Tibet dan Khitan
ini telah mengadakan hubungan dengan Thio-thaikam yang
diam-diam tak pernah menghentikan ambisinya yang
melangit! Pasukan-pasukan yang kuat dari Tibet, dibantu oleh
anak buah An Hun Kiong, yaitu orang-orang Khitan dan bekas
anak buah pemberontak An Lu Shan, telah siap di luar tapal
batas utara dan barat, menanti saat baik untuk melakukan
penyerbuan. Saat baik ini ditentukan oleh Thio-thaikam yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lebih mengetahui dan menguasai keadaan di dalam kota raja.
Thio thaikam dengan cerdiknya telah menasihati kaisar agar
kekuatan tentara dipusatkan pada sepanjang pantai timur di
mana sering mengalami gangguan bajak-bajak Jepang dan
orang-orang asingi lain, bahkan kekuatan penjagaan di utara
dan - barat yang oleh Thio-thaikam dikatakan membuang
tenaga sia-sia karena dari sana tidak ada ancaman bahaya itu,
kini ditarik ke timur dan selatan sehingga penjagaan di utara
dan barat amat lemahnya. Para panglima perang yang
dipercaya juga diharuskan memimpin opeiasi di pantai itu.
Kemudian, Thio-thaikam masih menganjurkan agar pasukanpasukan pengawal dan penjaga keamanan di kota raja
sebagian besar dikerahkan untuk membikin "pembersihan"
terhadap pemberontak-pemberontak seperti Im-yang-kauw,
Beng-kauw, Pek-lian-kauuw dan yang lain-lain, menyusup ke
dusun-dusun dan ke gunung- gunung di selatan.
"Nah, sekarang kita tinggal menanti saat baik itu, menanti
tanda dari Thio - thaikam yang kita tunggu malam hari ini.
Kalau sudah tiba saatnya, maka pasukan pasukan kita akan
menyerbu dan langsung menyerang dan menduduki kota
raja!" "Dan kaisar" Tentu ada penjagaan amat kuat untuk
melindungi kaisar." "Akan diusahakan oleh Thio-thaikam agar pada saat itu
kaisar juga keluar dari istana, entah bagaimana caranya
terserah Thio thaikam yang lebih mengetahui keadaan di
sana" "Bagus sekali! Kami akan mengerahkan anak buah kami
untuk membantu penyerbuan itu!" kata Ouw Sek sambil
menggosok gosok kedua tangannya karena dia membayangkan keuntungan besar yang hebat kalau usaha
besar itu berhasil. Dia tentu akan berjasa dan memperoleh
kedudukan, setidaknya dia akan dapat menguasai Beng-kauw
seluruhnya, dan tentu dia akan dapat memperoleh banyak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hadiah, belum dari hasil penyitaan-penyitaan dan perampokan-perampokan dalam penyerbuan itu. Di kota raja
merupakan gudang kekayaan yang berlimpahan !
"Kekuatan pasukan kami sudah cukup." tiba tiba Ba Mou
Lama berkata, "yang dipentingkan adalah bala bantuan yang
membobolkan pintu gerbang dari dalam! Dan itulah tugasmu,
kauwcu. Kalau saatnya tiba, engkau dan anak buahmu harus
sudah menyelundup ke dalam kota raja, dan pada saat
penyerbuan, engkau harus memimpin anak buahmu untuk
menyerang para penjaga pintu gerbang dan membuka pintu
gerbang agar memudahkan penyerbuan kami. Jasamu akan
besar sekali kalau berhasil, kauwcu."
Ouw Sek mengangguk-angguk girang dan mereka lalu
bercakap-cakap sampai malam tiba tentang usaha besar yang
direncanakan itu. Setelah hari gelap, muncullah dua orang
yang berpakaian sebagai perwira dan mereka ini adalah
utusan pribadi dari Thio-thaikam! Mereka membawa surat dari
Thio-thaikam dan setelah membaca surat itu, Ba Mou Lama
lalu cepat berunding dengan An Hun Kiong dan orang she An
ini yang secara pribadi mengadakan hubungan dengan Thiothaikam, lalu menulis surat balasan dan diberikannya kepada
dua orang yang dijamu oleh para pelayan itu. Dua orang itu
lalu meninggalkan tempat itu membawa surat balasan.
"Saudara semua," kata An Hun Kiong dengan wajah berseri
dan mata bersinar-sinar. "Yang telah lama kita tunggu-tunggu
kiui dataglah. Saat untuk menyerbu kota raja sudah tiba dan
mari kita hancurkan kota raja!" Memang orang she An ini
bersemangat sekali untuk melanjutkan perjuangan pamannya,
An Lu Shan, yang hanya berhasil untuk waktu singkat itu, dan
kini dengan penuh kegembiraan dia sudah membayangkan
betapa usahanya akan lebih berhasil dari pada pamannya! Dia
lalu menceritakan semua yang hadir tentang isi surat Thiothaikam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Thio - thaikam telah berhasil membujuk kaisar untuk
berangkat, melakukan pesiar perburuannya di hutan-hutan
sebelah selatan, ditemani oleh para panglima pilihan dan
pengawal-pengawal yang kuat. Dengan demikian, istana
menjadi kosong dan dalam keadaan seperti itu, Thio-taijinlah
yang berkuasa dan dia yang akan mengatur penjagaan dan
sebagainya! Hari telah ditetapkan, dan seminggu lagi
penyerbuan dilakukan! Ouw-kauwcu harap kau siap dan dalam
waktu itu, agar sernua anak buahmu sudah dapat
menyelundup ke dalam kota raja! Apakah engkau perlu biaya"
Atau senjata?" Ouw Sek tidak mau merendahkan nama perkumpulannya
dan dia menggeleng. "Kami sudah mempunyai cukup senjata
dan biaya, An-sicu, harap jangan khawatir. Kami akan sudah
siap di kota raja jika saatnya tiba. Akan tetapi apa isyaratnya
untuk kami turun tangan menyerbu penjagaan pintu gerbang
" Dan pintu gerbang yang mana ?"
"Pintu gerbang yang di utara dan barat, dan saatnya adalah
apabila sudah terjadi pertempuran di luar tembok kota raja!
Akan ada mata-mata kami yang menghubungi kauwcu di kota
raja !" Mereka lalu berunding semalam suntuk dan baru pada
keesokan harinya, pagi-pagi sekali mereka semua pergi,
berpencar untuk melaksanakan tugas masing-masing, Ba Mou
Lama sudah mengirim utusan yang malam tadi dengan
berkuda cepat sekali sudah menyampaika berita kepada para
komandan pasukannya di tapal batas sebelah barat.
Langit penuh mendung, seolah-olah ikut prihatin
menyaksikan ancaman yang berada di atas kota raja, dan
terutama malapetaka yang mengancam rakyat yang akan
dilanda oleh peperangan itu! Perang pergi dan datang, di
gerakkan oleh sekelompok manusia yang berambisi untuk
mencapai kemuliaan dan kedudukan melalui kemenangan,
melalui banjir darah lawan, tentu saja dengan dalih
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perjuangan demi rakyat dan sebagainya lagi. Perang tetap
perang, bunuh membunuh, perbuatan paling terkutuk dari


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

manusia, baik perang itu ditujukan dengan nama apapun juga.
*** Sepekan kemudian gegerlah para penduduk di sebelah
barat dan utara kota raja yang dilanda perang ! Pasukanpasukan liar Bangsa Tibet, dibantu oleh orang-orang Khitan,
menyerbu dan para penjaga tapal batas yang hanya tinggal
sedikit dan lemah itu, dengan sia - sia berusaha melawan
musuh yang terlalu banyak, Bala tentara Tibet bagaikan air
bah yang datang menyerang, tak dapat dibendung lagi.
Dusun-dusun dan kota-kota diduduki, diserbu, dibakar,
dirampok! Seperti biasa dalam setiap perang, terjadilah hal-hal
yang amat keji, seperti manusia-manusia telah berobah
menjadi iblis sendiri, liar dan buas melebihi binatang papun
juga, terjadi pembunuhan semena-mena, anak-anak dan
wanita dan orang-orang tua dibunuh hanya untuk
melampiaskan nafsu membunuh yang keji. Rumah-rumah
dibakar setelah isinya yang berharga dirampok habis habisan,
wanita-wanita muda diperkosa dulu sebelum akhirnya dibunuh
pula. Gelak tawa seperti iblis di antara jerit-jerit tangis dan
jalan yang dilalui bala tentara Tibet ini bergelimangan darah,
tapak " tapak kaki mereka meninggalkan jejak berdarah! Kota
raja geger gegap gempita! Sama sekali tidak pernah ada yang
menyangka bahwa kota raja akan dapat digempur oleh
pasukan-pasukan liar dari Tibet!
Tadinya tidak pernah ada tanda tanda akan datangnya
penyerbuan ini dan tahu tahu pasukan telah berada di luar
kota raja! Penduduk menjadi geger, para penjaga menjadi
panik karena memang penjagaan kota raja sudah banyak
berkurang kekuatannya. Sebagian besar para pasukan ditarik
ke selatan untuk membantu operasi pembersihan pemberontak, sebagian mengawal kaisar yang sedang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berpesta memburu binatang di hutan, dan komandankomandan banyak yang diganti selama kaisar pergi, sehingga
keadaan menjad kacau, banyak perwira yang bersembunyi
ketika musuh sudah mengancam kota raja!
Sementara itu, dengan berpakaian menyamar sebagai
pedagang, sebagai pengemis, dan sebagainya, Ouw Sek dan
Bu Siauw Kim memimpin anak buah mereka yang jumlahnya
lebih dari tigaratus orang itu memasuki kota raja. Sejak
kemarin mereka memasuki kota raja dan menanti saat baik
setelah mereka di dihubungi oleh mata-mata Tibet yang
mengabarkan bahwa pasukan Tibet sudah berada di tengah
perjalanan, dan betapa istana kini telah dikuasai oleh orang
orangnya Thio-thaikam sendiri! Mendengar ini, Ouw Sek dan
Siauw Kim menjadi girang sekali. Ketika sudah terjadi
pertempuran di luar kota raja, Ouw Sek dan anak buahnya
bersiap-siap. Seperti yang sudah diperhitungkan semula, pasukan kota
raja yang lemah dan kalah banyak itu dipaksa mundur dan
kocar-kacir. Akhirnya pasukan Tibet mulai bertempur melawan
penjaga-penjaga tembok kota raja dan mereka berusaha
membobolkan pintu gerbang utara dan barat. Saat inilah yang
dinanti-nanti oleh orang-orang Beng-kauw yang sudah dibagi
dua, yang di barat dipimpin oleh Siauw Kim dan yang di utara
dipimpin oleh Ouw Sek sendiri. Dengan teriakan-teriakan
dahsyat, kurang lebih seratus limapuluh orang di masingmasing pintu gerbang itu menyerang dengan hebat. Para
perajurit yang sedang sibuk menghadapi penyerbuan dari luar
dan yang berusaha mencegah orang-orang Tibet itu
mendekati tembok, menjadi terkejut dan mereka itu tidak
sempat membela diri ketika diserang dari belakang sehingga
banyaklah di antara mereka yang roboh! Dalam waktu tidak
terlalu lama, Bu Siauw Kim dan Ouw Sek berhasil membuka
pintu gerbang itu dan bagaikan air bah membanjir, perajurit
Tibet memasuki kota raja dan mulailah terjadi hal-hal yang
amat mengerikan. Para perajurit kota raja dan orang-orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gagah yang membela keselamatan keluarga masing-masing
melakukan perlawanan dan banyak pula orang-orang Tibet
yang robob binasa, akan tetapi karena jumlah mereka lebih
banyak, apa lagi karena Thio-thaikam dan anak buahnya telah
menguasai istana, maka mudah saja bagi para perajurit Tibet
itu untuk masuk ke dalam istana dan menguasai istana!
Orang-orang gagah yang mencoba untuk mencegah
berhadapan dengan orang-orang lihai seperti Ba Mou Lama,
An Hun Kiong, Tai-lek Hoat-ong, Bu Siauw Kim, Ouw Sek dan
tokoh-tokoh lainnya yang berkepandaian tinggi sehingga
banyaklah orang kang-ouw yang ikut tewas dalam peristiwa
penyerbuan bala tentara Tibet di kota raja itu.
Gegerlah seluruh negeri ketika tersiar kabar bahwa kota
raja diduduki oleh pasukan Tibet! Kaisar yang sedang berburu
mendengar berita ini sampai jatuh pingsan. Cepat kaisar
diselamatkan ke kora Cin-san dan di sini di jaga oleh pasukan
yang kuat. Kaisar lalu memerintahkan untuk memanggil
semua panglimanya berkumpul.
Para panglima itu menerima perintah kaisar untuk
mengerahkan dan memanggil semua pasukan yang oleh Thiothaikam dikirim ke pantai timur dan ke selatan untuk
melakukan operasi pembersihan dengan maksud mengosongkan kota raja itu, dan memerintahkan pasukanpasukan itu merebut kembali kota raja dari tangan pasukanpasukan Tibet dan sekutunya! Gegerlah keadaan seluruh
negeri dengan terjadinya peristiwa pendudukan kora raja oleh
pasukan Tibet yang tidak disangka sangka ini, peristiwa yang
terjadi pada tahun 763! Panglima Ong Gi sendiri sedang tidak berada di kota raja,
dia merupakan seorang di antara para panglima yang
menerima tugas melakukan "pembersihan" di selatan! Dan ke
mana perginya tiga orang pendekar muda yaitu Tan Sian Lun,
Coa Gin San, dan Gan Ai Ling" Setelah tiga orang muda ini
saling jumpa dan mengambil keputusan untuk bekerja sama
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melanjutkan perjuangan orang-orang tua mereka, yaitu
menentang pembesar-pembesar penindas rakyat dan
menghadapi para pemberontak, mereka pertama tama pergi
ke An kian untuk menemui Yap Yu Tek dan keluarganya.
Gan Beng Lian, isteri Yap Yu Tek, data Yap Wan Cu,
puterinya, merasa terharu bukan main dan keduanya
bertangis - tangisan ketika bertemu kembali dengan Ling Ling.
Dan Wan Cu juga girang sekali berjumpa dengan Sian Lun,
sungguhpun dia merasa malu-malu, apa lagi ketika digoda
oleh Ling Ling yang mendengar dari bibinya akan keinginan
keluarga itu untuk menarik Sian Lun menjadi suami Wan Cu.
Baru sehari mereka berada di rumah keluarga Yap itu
ketika mereka mendengar akan peristiwa hebat yang terjadi di
kota raja. Ketika mereka mendengar berita itu, kota raja
belum jatuh, akan tetapi pasukan pasukan Tibet sudah
menyerbu mendekati kota raja dan keadaan kota raja amat
terancam bahaya. Bukan main kagetnya tiga orang muda ini
dan mereka bergegas pamit dari keluarga Yap untuk pergi ke
kota raja. "Kami harus membantu pemerintah menghalau para
penjahat Tibet itu !" kata Sian Lun, ketika mereka semua
berkumpul di gedung Yip-taijin, yang masih menjabat bupati
tua di kota An-kian, karena di sinilah mereka bisa memperoleh
berita yang lebih lengkap.
"Akan tetapi, apa yang dapat dilakukan oleh tiga orang
muda seperti kalian ?" kata bupati tua she Yap yang bijaksana
itu. "Bukan kami memandang rendah kepada kepandaian
kalian, kami sudah tahu bahwa kalian bertiga adalah pendekar
pendekar muda yang berilmu tinggi. Akan tetapi, kalian
bukanlah menghadapi kejahatan beberapa orang penjahat
saja melainkan menghadapi ribuan, bahkan laksaan orang
perajurit Tibet! Mereka itu hanya dapat dilawan oleh pasukan
pula, dan kalau kalian bertindak ceroboh, tentu akan celaka "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Terima kasih atas peringatan taijin," kata Sian Lun, "kami
tentu akan melihat keadaan dan tidak bertindak ceroboh"
Tiga orang muda perkasa itu lalu berpamit dan tak dapat
ditahan lagi oleh keluarga Yap. Melihat mereka pergi dengan
tergesa-gesa dan dengan penuh semangat itu, Gan Beng Lian
menarik napas kagum. "Ah, mereka bertiga itu mengingatkan aku akan kakakku
dan dua orang adik seperguruannya. Tiga ekor naga sakti
yang dulu itu kini agaknya telah muncul pula dengan
kepandaian yang lebih hebat. Mudah mudahan mereka tidak
bernasib seburuk tiga ekor naga sakti yang pertama."
Suaminya, Yap Yu Tek, hanya mengangguk-angguk, dan
Yap Wan Cu yang merasa amat khawatir akan keselamatan
Sian Lun, dan juga kecewa karena dia .ingin membantu
mereka bertiga namun dilarang oleh ayah bundanya
mengingat bahwa tingkat kepandaiannya masih jauh untuk
dapat diandalkan menghadapi urusan penting dan besar itu,
menunduk dengan prihatin.
"Akan tetapi, ibu, apakah kita hanya akan tinggal diam saja
melihat negara diserbu Bangsa Tibet yang biadab itu" Apakah
kita tinggal berpeluk tangan saja menyaksikan tanah air
dijajah ?" Dara itu bertanya penuh semangat dan perasaan
marah. "Tentu saja tidak, Wan Cu," kata ayahnya. "Kita akan
membantu pasukan pemerintah dan menjadi sukarelawan.
Akan tetapi mengingat akan bahayanya melakukan
penyelidikan sendiri ke kota raja yang sudah diduduki musuh
tentu saja kita hanya dapat membantu serangan balasan dari
pasukan kita, tidak seperti mereka bertiga itu yang dapat dan
berani saja menyelundup ke kota raja mengingat akan tingkat
kepandaian mereka yang tinggi."
Wan Cu merasa girang sekali dan seperti para orang kangouw yang merasa marah mendengar betapa kota raja
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diduduki pasukan Tibet, ayah, ibu dan anak inipun masuk
menjadi sukarelawan dan membantu pasukan yang melakukan
persiapan untuk melakukan serangan balasan menyerbu kota
raja. Tentu saja penawaran tenaga para orang kang-ouw yang
memiliki kepandaian itu diterima dengan girang oleh panglima
panglima perang yang ditugaskan oleh kaisar dalam
pengungsiannya untuk merebut kembali kota raja dan
membasmi pasukan musuh yang berhasil menduduki kota
raja. Di kota raja sendiri, terjadilah hal-hal mengerikan.
Berbondong-bondong penduduk pergi meninggalkan kota raja,
pergi mengungsi membawa harta benda dan juga anak-anak
mereka terutama anak - anak perempuan yang sudah remaja
puteri. Akan tetapi hanya sedikit yang dapat lolos karena
sebelum sempat meninggalkan kota raja yang sudah
dicengkeram pasukan musuh, mereka ini dihadang, barangbarang mereka dirampas dan setiap wanita muda tak perduli
perawan atau sudah mempunyai suami tentu ditangkap
dengan tuduhan "mata-mata". Perampokan, perkosaan, dan
pembunuhan terjadi setiap hari. Seperti biasa dalam keadaan
kacau karena perang seperti itu, semua penjahat keluar dari
sarangnya dan mempergunakan kesempatan itu untuk
mencari keuntungan sebanyaknya, dan untuk melampiaskan
nafsu-nafsu mereka dengan lebih leluasa. Dalam keadaan
perang, selalu muncul penjilat penjilat, penjual bangsa,
pengkhianat-pengkhianat, di samping munculnya pula banyak
pahlawan yang berjuang tanpa pamrih untuk keuntungan diri
sendiri. Maka para penghuni kota raja mengalami penderitaan
lahir batin yang hebat sekali, bukan hanya yang datang dari
para pasukan Tibet dan Khitan dan sekutunya, melainkan juga
dari para penjahat yang menunggangi keadaan kacau itu.
Ba Mou Lama dan para pemimpin pasukan Tibet dan Khitan
bukan tidak tahu akan perbuatan para anggauta pasukan
mereka, akan tetapi atas perintah Ba Mou Lama, memang
para komandan pasukan membiarkan saja semua perbuatan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu, karena Ba Mou Lama tahu bahwa hal ini merupakan
sekedar "hiburan" yang memperbesar semangat dan
kegembiraan anak buahnya! Selain itu, dia sendiripun sibuk
berbincang bincang tentang kedudukan di kota raja, tentang
rencana tindakan selanjutnya karena dia tahu bahwa fihak
Kerajaan Tong-tiauw tidak mungkin akan tinggal diam saja.
Mereka mengadakan perundingan dengan sekutu sekutu
mereka dan pesta perang diadakan di istana untuk merayakan
kemenangan itu. Semua ini diatur oleh Thio-thaikam!
Pembesar inilah, yang sejak muda tidak pernah kehilangan
ambisinya untuk mencari kesenangan yang lebih besar dari
pada yang telah dimilikinya, yang telah memungkinkan
pasukan Tibet dan Khitan menyerbu dan berhasil menduduki
kota raja. Memang demikianlah keadaan orang yang telah
diperhamba oleh nafsu-nafsunya sendiri, nafsu keinginan
untuk mengejar kesenangan duniawi! Pengejaran inilah yang
menyesatkan kita, pengejaran ini merupakan bayang bayang
indah, jauh lebih indah dari pada segala yang telah ada pada
kita. Bayang-bayang ini tidak pernah lenyap, bahkan makin
membesar terus sehingga setiap kali sesuatu yang dikejar itu
telah terpegang, maka bayang-bayang ini masih terus
menggoda dengan janji-janji yang lebih indah dan lebih
menyenangkan lagi dan dengan demikian, segala sesuatu
yang telah tercapai akan kehilangan artinya, kehilangan
keindahannya, karena mata selalu disilaukan oleh bayang
bayang yang lebih kemilau itu. Sekali kita diperhamba oleh
bayang bayang yang kita kejar yang kita namakan cita cita,
ambisi, dan sebagainya, maka untuk selamanya kita akan
diperbudak olehnya, kita terseret ke dalam arus keinginan
yang tak kunjung habis. Segala sesuatu yang ada tidak
nampak lagi, tidak indah lagi, tidak menyenangkan lagi karena
yang dianggap paling menyenangkan adalah yang belum
dicapai atau didapatkan itulah, si bayang-bayang itulah! Jelas
bahwa pengejaran terhadap bayang-bayang yang dianggap
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
paling menyenangkan, dianggap akan mendatangkan bahagia
ini, merupakan awal dari serangkaian penderitaan hidup yang
tiada habisnya. Karena itu, pertanyaan yang amat penting
untuk kita renungkan adalah: Mungkinkah kita hidup bebas
dari bayang-bayang ini, bebas dari segala keinginan untuk
mencapai atau mendapatkan sesuatu yang tidak atau belum


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ada" Mungkinkah kita hidup tanpa mengejar sesuatu yang
belum ada" Melainkan hidup sepenuhnya dengan apa yang
ada" Baru saja terlaksana apa yang dicitakan oleh Thio-thaikam
untuk dapat menguasai istana, mulailah dia melihat keadaankeadaan
yang amat menggelisahkan dan amat membingungkan hatinya, yang sama sekali tidak indah seperti
yang dibayang - bayangkan semula. Mulailah dia bingung
melihat betapa pasukan pasukan asing itu tidak saja
merampok, membunuh, dan memperkosa penduduk kota raja,
bahkan para pimpinan Tibet, Khitan dan anak buah mereka itu
agaknya mendesak agar puteri-puteri istana diserahkan
kepada mereka! Biarpun dia telah mengkhianati kaisar, namun semua itu
dilakukan demi untuk memenuhi ambisinya, untuk mencari
dan memperebutkan kedudukan yang tertinugi baginya, akan
tetapi hal ini bukan berarti bahwa dia merasa benci
bangsanya. Sama sekali tidak, dan tetutama sekali dia tidak
ingin melihat puteri-puteri istana menjadi korban para orang
asing yang telah menduduki kota raja ini. Semenjak kanakkanak dia tinggal di dalam istana, maka dia merasa seperti
telah menjadi keluarga istana, mana mungkin dia
menyerahkan para putri itu kepada para pimpinan bangsa liar.
Dia tidak menghendaki puteri-puteri istana dihina maka dia
telah mengumpulkan para puteri, termasuk keluarga kaisar, ke
dalam harem dan dijaga oleh pasukan pengawal orang-orang
thaikam yang memiliki kepandaian, dia tidak memperkenankan
siapapun juga memasuki daerah ini. Kalau Thio thaikam sudah
bersekutu dengan orang- orang Tibet dan Khitan, hal ini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dilakukan bukan karena dia suka kepada bangsa-bangsa yang
dianggapnya liar ini, melainkan karena dia membutuhkan
tenaga bantuan mereka untuk mencapai cita-citanya, yaitu
merebut kekuasaan tertinggi di istana. Dia sama sekali tidak
bermaksud tunduk kepada mereka.
Menghadapi desakan para pimpinan orang liar itu yang
menghendaki agar para puteri diserahkan kepada mereka,
Thio-thaikam lalu menggunakan akal, yaitu dia memaksa para
dayang yang rata rata masih muda dan cantik cantik di istana,
untuk mewakili para puteri itu melayani para pimpinan orang
Tibet dan Khitan! Sungguh patut dikasihani para dayang ini.
Mereka itu sebagian besar adalah perawan-perawan yang
masih muda, cantik dan pandai. Kini mereka seperti
sekumpulan domba-domba yang lemah digiring memasuki
kandang dimana menanti segerombolan serigala yang haus
darah! Mereka tidak berani menolak atau membantah karena
maklum bahwa hal itu percuma saja, bahkan nasib mereka
akan menjadi makin buruk. Ada beberapa orang dayang yang
berani menolak, dan mereka ini malah dipaksa dan diserahkan
kepada para anak buah rendahan dan mereka menderita nasib
yang amat mengerikan, diperkosa oleh banyak sekali orang
yang buas sampai mereka tewas dalam waktu beberapa hari
saja! Jauh lebih baik diberikan kepada para pimpinan pasukan
musuh, karena dengan demikian mereka dikuasai oleh satu
orang saja! Karena inilah maka para dayang itu terpaksa
menyerahkan diri kepada siapa mereka diserahkan oleh Thiothaikam, dan memaksa senyum di balik air mata mereka.
Kalau menghadapi para pimpinan orang Tibet bagi Thiothaikam masih mudah dan dia dapat memuaskan hati mereka
dengan penyuguhan dayang-dayang muda cantik sebagai
pengganti para puteri istana, tidak demikian ketika dia
menghadapi tuntutan Ah Hun Kiong! Orang ini yang merasa
sebagai keponakan mendiang pemberontak An Lu Shan yang
juga sudah pernah berhasil merampas tahta kerajaan, dan
merasa bahwa dia berdarah "bangsawan", maka An Hun Kiong
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjadi penasaran dan marah ketika dia hendak disuguhi
seorang dayang pilihan. Dia merasa direndahkan dan dia
menuntut agar seorang puteri istana diserahkan kepadanya!
bingunglah Thio-thaikam! Akan tetapi, pembesar yang cerdik
ini segera teringat akan seorang wanita, Ci Siang Bwee! Ya,
siapa lagi yang dapat menolongnya kecuali gadis itu. Gadis itu
biarpun tidak sepenuhnya berdarah bangsawan, namun tidak
ada bedanya dengan puteri istana, baik mengenai
kecantikannja maupun kepandaian dan tata susila istana.
Maka dia cepat menyuruh panggil wanita ini dari gedung
panglima baru yang kini belum juga kembali ke kota raja
semenjak diberi tugas membasmi perkumpulan Pek-lian kauw
itu. Dengan wajah agak pucat karena khawatir Ci Siang Bwee
datang memenuhi panggilan thaikam ini. Dia merasa tidak
enak dan gelisah sekali. Semenjak terjadi keributan, dia selalu
bersembunyi di dalam kamar dan merasa khawatir sekali
karena majikannya atau pria yang dikasihinya, Tan Sian Lun,
belum juga pulang. Untung baginya bahwa rumah itu tidak
diganggu oleh. para penyerbu, karena Tan Sian Lun dianggap
sebagai seorang di antara anak buah Thio thaikam dan
gedung ini dijaga oleh anak buah Thio thaikam.
Ketika melihat gadis cantik itu berlutut didepannya dengan
wajah pucat dan tubuh agak gemetar, Thio thaikam cepat
berkata, "Ah, baik sekali engkau datang, Siang Bwee.
Sekaranglah saatnya engkau membalas segala budi yang
selama ini kulimpahkan kepadamu. Aku berada dalam
kesulitan besar dan hanya engkaulah ang akan dapat
menolongku! " Siang Bwee mengerutkan alisnya. Orang macam pembesar
ini bagaimana bisa berada dalam kesulitan, pikirnya. Begitu
mendengar bahwa Thio-thaikam berkhianat dan bersekutu
dengan orang-orang Tibet yang menyerbu dan menduduki
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kota raja, kebencian dalam hati Siang Bwee terhadap
pembesar kebiri ini makin mendalam.
"Taijin, bagaimana mungkin seorang seperti saya ini dapat
menolong taijin ?" tanyanya dengan suara gemetar dan
jantungnya berdebar penuh kekhawatiran dan ketegangan.
"Siang Bwee yang manis, yang baik budi,, sekali ini tanpa
pertolonganmu, aku akan celaka, bahkan seluruh keluarga
kaisar akan celaka!" Hemm, seolah-olah engkau memperdulikan nasib keluarga kaisar, pikir Siang Bwee.
Justeru pengkhianatanmulah yang mencelakakan kaisar dan
sekeluarganya! "Taijin, apakah yang dapat saya lakukan ?" tanyanya
karena dia ingin segera mendengar apa yang dikehendaki oleh
manusia yang berhati palsu ini.
"Siang Bwee, An sicu, yaitu An Hun Kiong pemimpin orangorang Khitan itu, dia menghendaki seorang puteri istana. Aku
tidak dapat menolaknya, dan satu-satunya jalan bagiku hanya
mengharapkan pertolonganmu. Engkau seoranglah yang
pantas untuk mewakili dan menyamar sebagai puteri istana,
dan melayaninya.! " Seketika pucatlah wajah cantik dari Siang Bwee ketika dia
mendengar ucapan pembesar yang berperut gendut dan
bersikap kewanita-wanitaan itu. Matanya terbelalak memandang wajah thaikam itu dan sejenak dia tidak mampu
mengeluarkan suara karena rasa takut dan ngeri seperti
mencekik lehernya dari dalam.
"Tapi........ tapi......."
"Tidak ada tapi, Siang Bwee. Ingat, kita harus membela
negara, harus menyelamatkan keluarga istana! Kalau enekau
menolak, berarti keluarga istana terancam bahaya dan engkau
sendiripun akhirnya tidak akan dapat menyelamatkan diri.
Sebaliknya, kalau engkau menerima dengan suka rela, bukan
hanya engkau berjasa terhadap istana, terhadap negara,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terhadap aku, akan tetapi juga engkau akan hidup terhormat
dan mulia karena An sicu adalah seorang yang berpengaruh
dan berkedudukan tinggi "
Ingin Siang Bwee memaki dan mengingatkan bahwa orang
macam Thio-thaikam tidak patut bicara tentang membela
negara! Seorang pengkhianat seperti pembesar ini dapat
membujuk orang lain untuk berkorban demi keselamatan
keluarga kaisar! Sungguh tidak tahu malu sekali dan bermuka
tebal. Akan tetapi dia tahu bahwa di balik kemanisan sikap
dan kata-kata ini, Thio-thaikam mengancam dan pembesar ini
mempunyai kekuasaan mutlak atas dirinya, apa lagi karena
sampai sekarang Tan-ciangkun yang merupakan satu-satunya
orang yang dapat dipercaya dan diharapkan untuk
menolongnya, belum juga pulang.
"Tapi........taijin, saya.......saya tidak mungkin melakukan
itu.......harap taijin ingat bahwa saya..... saya bukan gadis
lagi, saya adalah isteri Tan-ciangkun....." Siang Bwee berkata
dengan suara terputus - putus, mengharapkan Thio-taijin akan
membatalkan niatnya itu mengingat bahwa dia bukan gadis
lagi, dan juga mengharapkan agar pembesar ini akan jerih
mengingat kepada Tan-ciangkun yang lihai. Akan tetapi,
hatinya menjadi semakin kecut dan gelisah ketika dia melihat
pembesar gendut itu tertawa bergelak mendengar ucapannya,
"Ha-ha ha, Siang Bwee, apakah engkau kira aku begitu
bodoh sehingga tidak tahu bahwa sampai saat ini engkau
masih seorang gadis tiada bedanya seperti dahulu sebelum
engkau diserahkan kepada Tan-ciangkun oleh kaisar" Engkau
belum pernah disentuh oleh Tan-ciangkun! Engkau tidur
terpisah dari Tan-ciangkun, semenjak engkau memasuki
gedungnya sampai sekarang. Tidak perlu engkau membohongi
aku!" Siang Bwee terkejut bukan main. Tahulah dia kini bahwa di
dalam rumah Tan-ciangkun tentu terdapat mata-mata, dan
bukan tidak boleh jadi bahwa seorang di antara para pelayan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu adalah mata-mata pembesar ini. Dia tidak mampu
membantah dan hatinya terasa makin gelisah. Akan tetapi
karena dia didesak dan tidak melihat jalan keluar untuk
melarikan diri lagi, dia lalu menangis dan dengan nekat dia
lalu berkata, "Tidak taijin! Saya tidak mau....... dan kalau saya
dipaksa, saya akan membunuh diri........ ! Saya adalah milik
Tan-ciangkun....... dan sampai mati saya akan setia
kepadanya !" Marahlah Thio-thaikam. "Hemm, Siang Bwee, lupakah
engkau kepada siapa engkau bicara" Kalau tidak ada aku, apa
kaukira engkau akan bisa menjadi seorang seperti sekarang
ini" Aku telah mengangkat derajatmu, mendidikmu dan
memeliharamu, kemudian mengangkatmu sampai engkau
menjadi dayang kaisar dan bahkan terpilih dan hampir
menjadi selir kaisar, kemudian atas bujukanku pula engkau
diserahkan kepada Tan-ciangkun oleh kaisar, dan sekarang
engkau berani bicara seperti ini kepadaku ?"
Siang Bwee menangis dan menyentuh lantai dengan
dahinya. "Ampun, taijin....... akan tetapi.......... saya mencinta
Tan - ciangkun, dan ya........ saya akan bersetia kepadanya
sampai mati........"
"Perempuan bodoh! Engkau ditampik olehnya dan engkau
masih ingin bersetia sampai mati" Engkau mencintanya
padahal dia tidak cinta kepadamu" Apakah engkau akan
menyia-nyiakan dirimu, kecantikanmu dan kemudaanmu"
Siang Bwee, kini kesempatan baik terbuka bagimu, Kerajaan
Tong-tiauw telah jatuh dan An-sicu adalah seorang yang tinggi
kedudukannya. Siapa tahu engkau akan menjadi seorang yang
paling tinggi kedudukanmu kelak. Buanglah segala sikap
kekanak-kanakanmu itu dan pergunakan kesempatan ini !"
Akan tetapi Siang Bwee yang masih berlutut itu menangis
sampai mengguguk sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Tidak.....! uhu- huh........ tidak........"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat bahwa bujukan-bujukannya tidak berhasil dan
bahwa mempergunakan paksaan amat tidak baik karena tentu
An Hun Kiong tidak akan merasa senang menerima seorang
wanita yang dipaksa, apa lagi mungkin saja Siang Bwee akan
benar-benar membunuh diri, maka pembesar yang cerdik itu
lalu merobah siasat. Dia tahu bahwa gadis ini jatuh cinta
kepada Tan Sian Lun, biarpun pemuda itu tidak pernah
menjamahnya, maka dia hendak menggunakan kelemahan ini
untuk memaksanya, "Baiklah! Engkau hendak bersetia sampai mati" Engkau
hendak membunuh diri kalau dipaksa melayani An-sicu"
Hemm, tidak semudah dan seenak itu, Siang Bwee. Sebelum
engkau mati, engkau akan lebih dulu melihat Tan-ciangkun
kusuruh tangkap dan kusuruh siksa di hadapanmu sampai
mati!" Tiba-tiba suara sesenggukan itu terhenti seketika dan
wajah yang pucat dan basah air mata itu diangkat,
memandang kepada wajah Thio-thaikam dengan mata
terbelalak, kepalanya digoyang-goyang dan bibirnya yang
gemetar itu berkata lirih, "Tidak......, jangan....... jangan
taijin...... ahhh, jangan bunuh dia......."
"Hal itu sepenuhnya berada dalam telapak tanganmu
sendiri. Siang Bwee. Jangan engkau minta kepadaku karena
engkaulah yang menentukan apakah Tan-ciangkun akan mati
atau hidup. Kalau engkau mau menyerahkan diri secara
sukarela kepada An-sicu, berarti Tan-ciangkun selamat,
bahkan aku sendiri yang akan melindunginya kalau dia
kembali ke kota raja Akan tetapi kalau engkau menolak.......!"
"Saya terima....... ah, apapun akan saya lakukan demi
keselamatannya........" dan gadis itu menangis tersedu - sedu,
menutupi mukanya dan hatinya menjeritkan nama Sian Lun.
"Nah, itu baru benar dan baik. Siang Bwee. engkau
mengorbankan diri demi negara dan erajaan. Pula, engkau
akan dihormati, dimuliakan dan dicinta, maka hal itu sama
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekali bukan pengorbanan diri, engkau malah akan hidup
beruntung dan mulia !" Persetan dengan negara dan kerajaan
dan Thio-thaikam! Demikian hati gadis itu memaki. Dia


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

meogorbankan diri demi kcselamatan Tan Sian Lun, itu saja!
Andaikata tidak untuk pemuda itu, biar dia diangkat menjadi
permaisuri sekalipun, dia tidak akan sudi!
"Nah, engkau berkemaslah dan rias dirimu baik-baik dan
secantik-cantiknya. Ingat, engkau akan kuserahkan kepada An
sicu bukan sebagai seorang dayang istana, bukan pula sebagai
dayang dari Tan-ciangkun, melainkan sebagai seorang puteri
istana Maka engkau harus mengenakan pakaian puteri istana
dani bersikap sebagai puteri istana."
Sambil menangis, Siang Bwee lalu mengundurkan diri dan
terpaksa dia merias dirinya kemudian dia dibawa dalam
sebuah joli, diantar ke istana, ke kamar An Hun Kiong,
dituntun ke kamar itu seperti seekor domba dituntun
memasuki kandang harimau untuk menjadi mangsa harimau
buas! Dan Siang Bwee hanya bisa menangis ketika dia terpaksa
menyerahkan dirinya kepada An Hun Kiong. Biarpun pria ini
cukup gagah dan tampan, namun dia memejamkan mata dan
membayangkan bahwa dia menyerahkan diri bukan kepada
orang lain, melainkan kepada Sian Lun! Hanya secara
demikianlah maka dia mampu menyerahkan dirinya dalam
pelukan dan rayuan pria itu.
*** Malam yang sunyi dan gelap, Kota raja seperti kota mati
semenjak pasukan Tibet dan Khitan mendudukinya sepekan
yang lalu. Selain banyak penduduk kota raja yang melarikan
diri mengungsi ke selatan, yang masih tinggal di dalam kota
raja tidak berani keluar rumah, apalagi di malam hari. Bahkan
rumah-rumah yang biasanya kalau malam diberi lampu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gantung di depannya, kini gelap sama sekali. Hal ini tentu saja
menambah gelap jalan-jalan raya dan menambah sunyi
menyeramkan malam itu. Di sana-sini terdengar ratap tangis
dari keluarga yang kehilangan anak gadisnya, kehilangan
suami, kehilangan harta. Namun ratap tangis itu ditahantahan, karena di samping kedukaan yang besar itu terdapat
pula rasa takut kalau-kalau mereka akan tertimpa malapetaka
lebih hebat lagi dari pada sekedar kehilangan itu, yaitu
malapetaka yang berupa maut. Yang nampak di jalan-jalan
hanyalah para perajurit Tibet yang mabok- mabokan, ada pula
beberapa orang penduduk kota raja yang sudah berbaik
dengan mereka ini, bahkan mempergunakan kesempatan itu
untuk mengeruk keuntungan dari persahabatan ini, dengan
jalan menjilat-jilat. Dalam keadaan kacau, makin banyak bermunculan orangorang seperti ini. Mereka ini sudah kehilangan rasa malunya,
bahkan mereka itu berjalan di samping perajurit-perajurit
Tibet dengan dada dibusungkan, seolah-olah pengkhianatan
dan penjilatan mereka itu merupakan suatu keberanian yang
patut dibanggakan! Mereka ini bahkan lebih ganas dari pada
para perajurit musuh itu sendiri! Mereka menggunakan
kesempatan ini untuk mendapatkan keuntungan lahir dan
batin, menjadi petunjuk bagi para perajurit yang berpestapora itu untuk menunjukkan di mana para perajurit itu bisa
mendapatkan gadis-gadis muda dan cantik. Tentu saja mereka
sendiripun mendapatkan bagian Orang orang seperti ini
tinggal mendatangi sebuah keluarga yang sudah setengah
mati ketakutan itu, mengancam akan melaporkan mereka
sebagai mata mata kalau tidak mau menyerahkan anak
gadisnya, atau sejumlah uang atau perhiasan, kepada orang
orang yang mempergunakan kesempatan untuk melampiaskan
nafsu-nafsu jahat mereka itu.
Peristiwa-peristiwa seperti itu bukanlah dongeng kosong
belaka. Dapat dilihat terjadi di manapun di bagian dunia ini,
dari jaman dahulu sampai sekarang di jaman modern. Manusia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
telah begitu diperhamba oleh nafsu nafsu keinginan mengejar
kesenangan, dan di dalam pengejaran ini timbullah kekerasan
kekerasan dan kekejian-kekejian, tidak memperdulikan
kesengsaraan orang lain, perasaan cinta kasih antar manusia
lenyap sama sekali. Nafsu-nafsu keinginan menyesak di dalam
dada dan menanti kesempatan. Maka begitu terdapat
kesempatan, pecahlah semua bendungan dan nafsu-nafsu ini
merajalela, menyeret manusia ke dalam segala perbuatan
biadab yang amat keji! Hukum rimba selalu masih
mencengkeram batin manusia, baik di jaman dahulu maupun
di jaman sekarang ini. Siapa kuat dia menang dan siapa
menang dia berkuasa, kemudian siapa berkuasa dia MESTI
BENAR ! Demikianlah maka terjadi penindasan penindasan,
menggunakan hak kekuasaan untuk bersikap dan bertindak
sewenang-wenang, menindas yang lemah dan tidak berdaya.
Kenyataan seperti ini terjadi di mana-mana di seluruh dunia ini
dan siapakah yang dapat menyangkal kebenarannya" Segala
cara yang ditempuh manusia telah mengalami kegagalan
sama sekali! Tidak akan ada cara apapun, tidak akan ada
orang lain yang dapat merobah keadaan ini yang disebabkan
oleh KITA SENDIRI. Kita semua bertanggung jawab akan
terciptanya "peradaban" dan "kebudayaan" yang bejat seperti
ini. Kita semua yang harus menanggulangi, bukan dengan
jalan merobah keadaan yang disebabkan oleh kita sendiri,
bukan dengan cara merobah orang lain, melainkan dengan
satu-satunya cara, yaitu: ADANYA PEROBAHAN PADA DIRI
SENDIRI! Kita ini penyebab semua itu, penyebab kebencian,
persaingan, permusuhan, iri hati, perbedaan suku dan bangsa,
perang. Oleh karena itu, selama kita tidak berobah, maka
keadaan yang menjadi akibat dari pada sikap batin dan
perbuatan kita itu tak mungkin dapat berobah pula! Perebahan
diri sendiri hanya mungkin terjadi kalau kita mengenal diri
sendiri, dan pengenalan diri sendiri, kepalsuan sendiri,
kemunafikan sendiri, kekotoran sendiri, ini baru terlaksana
kalau kita membuka mata, mengamati diri sendiri lahir batin
setiap saat! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid XXXI BERBAGAI macam agama memenuhi dunia ini, dipeluk oleh
manusia. Semenjak ribuan lahun
yang lalu manusia sudah mengenal agama, dan di jaman
ini kiranya tidak ada orang yang
tidak memeluk sesuatu agama,
kepercayaan, atau aliran tertentu. Akan tetapi mengapa
dunia masih begini kalut, mengapa perang masih selalu
merajalela dan berkobar, mengapa cinta kasih antar
manusia masih jauh dari kenyataan hidup sehari-hari,
mengapa kebencian, pertentangan, permusuhan masih selalu
memenuhi kehidupan kita ini" Kalau kita mau membuka mata
melihat keadaan seperti apa adanya, kalau kita mau mengenal
diri sendiri, maka akan nampaklah nyata bahwa semua itu
adalah karena semua agama, kepercayaan dan aliran atau
isme apapun juga hanya menjadi semacam tempat pelarian
saja bagi kita. Kita ini mau enaknya saja, hanya mau
memperoleh hiburan, jaminan, kepuasan kesenangan, dari
agama-agama, kepercayaan, aliran yang kita anut. Kita mau
enaknya saja, tanpa menghayati isinya atau intinya. Kita tidak
memperoleh apinya, hanya mengejar abu dan asapnya saja.
Orang yang betul-betul beragama, bukan hanya mengaku
beragama, tidak akan mengenal kebencian, tidak akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengenal permusuhan Sayang, kita ini hanya pandai mengaku
saja bahwa kita beragama, padahal, agama tidak mungkin
terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Agama dalam arti yang
sebenarnya adalah hidup benar, hidup bajik, hidup bersih! Dan
ini baru menjadi kenyataan kalau batin kita penuh dengan
sinar cinta kasih! Tanpa adanya sinar cinta kasih dalam batin,
maka semua yang kita lakukan adalah pura pura dan palsu
belaka. Tidakkah kita dapat melihat kenyataan semua ini kalau
kita membuka mata" Suasana di kota raja amat menyeramkan. Kesunyian hanya
kadang-kadang dipecahkan oleh suara ketawa perajuritperajurit Tibet atau Khitan atau antek-anteknya yang mabok
dan berjalan sempoyongan di tengah jalan bergandeng
tangan, bernyanyi dengan suara parau. Ada pula lapat-lapat
terdengar jerit jerit tertahan suara wanita ketakutan.
Perkosaan masih terjadi di mana saja, baik di tepi. tepi jalan,
di dalam rumah-rumah penduduk sampai ke dalam istana! Di
antara wanita yang menangis terisak-isak di waktu malam itu
termasuk pula Siang Bwee! Akan tetapi tangisnya itu telah
terjadi dua hari yang lalu, dan kini dia hanya tinggal rebah
terlentang dengan sepasang mata sayu, seperti tak
bersemangat lagi, rebah di samping tubuh seorang pria yang
tergolek di sampingnya, yang lengan kirinya masih memeluk
pinggangnya, tubuh An Hun Kiong yang telah menjadi
suaminya tanpa pernikahan! Dia menerima nasib, air matanya
telah kering, namun bayangan wajah Sian Lun tak pernah
lenyap dari depan matanya, baik di waktu dia terpaksa harus
melayani An Hun Kiong maupun selagi dia rebah tak dapat
pulas itu, walaupun dia mengalami keletihan lahir batin.
Tiga sosok bayangan hitam berkelebat di atas wuwungan
rumah-rumah di kota raja. Mereka itu berloncatan yang luar
biasa, cepat namun tetap waspada dan hati-hati. Kaki tiga
orang ini sama sekali tidak pernah menimbulkan suara,
mengerahkan ginkarg mereka dan berloncatan dari atap ke
atap. Mereka adalah Tan Sian Lun, Gan Ai Ling, dan Coa Gin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
San, Tan Sian Lun berjalan di depan sebagai penunjuk jalan
karena pemuda yang telah menjadi seorang perwira di kota
raja ini mengenal jalan. Seperti telah diceritakan di bagian depan, tiga orang muda
ini saling berjumpa dan bersama-sama mereka pergi
mengunjungi keluarga Yap Yu Tek yang tinggal di An-kian. Di
An-kian inilah mereka mendengar tentang penyerbuan
pasukan Tibet yang menduduki kota raja. Mendengar ini tiga
orang muda yang sakti itu lalu pergi ke kota raja dan sebelum
memasuki kota raja, dengan kaget Sian Lun mendengar
bahwa berhasilnya pasukan Tibet itu menduduki kota raja
adalah atas pengkhianatan Thio-thaikam dan para
pembantunya yang kabarnya adalah orang-orang yang
berilmu tinggi. Tentu saja Sian Lun menjadi marah sekali
kepada musuh besar yang telah mengakibatkan tewasnya
ayah bundanya bahkan, seluruh keluarga ibunya itu, dan
makin bencilah dia kepada pembesar itu.
Tentu saja tiga orang muda yang gagah perkasa ini tidak
hanya menuruti hati panas saja tidak secara ceroboh
memasuki kota raja. Mereka lebih dulu menemui Panglima
Ong Gi dan para panglima lain yang sudah meropersiapkan
pasukan besar untuk menyerbu dan merebut kembali kota
raja, bahkan mereka bertiga juga mengumpulkan semua
anggauta Im-yang-pai, Ling Ling minta kepada Kok Beng
Thiancu dan Cin Beng Thiancu untuk membuktikan bahwa
mereka adalah orang-orang yang masih setia kepada negara,
dan juga untuk membersihkan nama mereka agar mereka
membawa anak buah Im-yang-pai menyelundup ke kota raja
dan bersiap-siap membantu penyerbuan pasukan pemerintah
itu. Setelah semua persiapan dilakukan dan pasukan-pasukan
pemerintah bergerak dari empat penjuru menuju ke kota raja,
barulah tiga orang pendekar muda itu mendahului mereka dan
malam hari itu mereka menyelinap ke dalam kota raja
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mempergunakan ginkang mereka yang tinggi sehingga
mereka dapat memasuki kota raja dengan mudah tanpa
diketahui para penjaga Tibet dan Khitan. Nampaklah mereka
kini berkelebatan di atas wuwungan rumah-rumah di kota
raja, menuju ke gedung tempat tinggal Sian Lun. Pendekar
muda ini nenuju ke rumahnya, diikuti oleh dua orang
temannya atau adik-adik seperguruannya di waktu kecil,
dengan hati berdebar tegang. Hati pemuda perkasa ini diliputi
penuh kekhawatiran kan keselamatan Siang Bwee. Akan tetapi
dia menaruh harapan bahwa Siang Bwee akan berada dalam
keadaan aman. Bukankah dia dianggap sebagai pembantu
Thio-thaikam dan setelah ini Thio-thaikam menguasai istana,
tentu gedungnya tidak diganggu dan Siang Bwee yang oleh
semua orang dianggap sebagai selirnya itu akan aman pula.
Lega hati Sian Lun ketika dia dan dua orang muda lainnya
itu tiba di atas gedungnya karena dari wuwungan itu dia dapat
melibat bahwa gedungnya masih terpelihara baik dan tidak
nampak bekas bekas kerusakan, tanda bahwa gedungnya
memang tidak pernah mengalami gangguan. Bahkan di sekitar
gedungnya itu dia melihat beberapa orang perajunt pengawal
Thio-thaikam sendiri melakukan penjagaan, betapapun juga,
pemuda ini tidak berani sembarangan mengajak Ling Ling dan
Gin San masuk. Dia memberi isyarat kepada dua orang itu
untuk tetap bersembunyi di atas wuwungan karena dia
hendak turun sendiri lebih dulu untuk memeriksa keadaan.
Kemudian dia melayang turun melalui belakang gedung dan
menyelinap masuk ke dalam gedung melalui pintu belakang
yang kelihatan sunyi. Seorang pelayan wanita hampir menjerit kaget ketika
melihat munculnya seorang laki-laki secara tiba-tiba seperti
setan di depannya Akan tetapi begitu dia mengenal wajah Sian
Lun, dia cepat menjatuhkan diri berlutut dan menangis.
Pelayan wanita itu adalah pelayan pribadi dari Siang Bwee dan
amat mencintai gadis itu, juga wanita inilah satu-satunya
pelayan yang tahu akan rahasia mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ciangkun....... celaka....... celaka .....non Siang Bwe........"


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dia sesenggukan. Sian Lun menangkap lengan pelayan itu dengan lembut
"Ssstt, jangan keras-keras, mari kita bicara di dalam saja!"
bisiknya dan dia menarik pelayan itu memasuki kamar pelayan
itu di bagian belakang. Sian Lun khawatir, kalau-kalau
percakapan mereka terdengar oleh para penjaga, yaitu para
pengawal Thio-thaikam karena bagaimanapun juga dia masih
merasa curiga kepada para pengawal ini, mengingat
pengkhianatan Thio-thaikam. Setelah berada di dalam kamar,
pelayan itu berkata dengan suara bisik-bisik, sambil menahan
banjirnya air mata, "Siocia....,telah dipaksa oleh Thio taijin ....... dibawa ke
istana dan diberikan kepada ........ seorang pembesar
Khitan....." Terkejutlah hati Sian Lun mendengar ini, dan jantungnya
berdebar, mukanya terasa panas tanda bahwa dia marah
sekali. "Apa" Diberikan kepada orang Khitan" Kenapa dia
mau........"!" Pelayan kepercayaan Siang Bwee itu, seorang wanita yang
usianya sudah empatpuluh tihun, telah mendengar penuturan
Siang Bwee sebelum nona itu pergi, maka kini tanpa raguragu lagi dia berkata. "Ciangkun, siocia pergi karena terpaksa,
karena Thio-taijin mengancam bahwa kalau dia tidak mau,
maka Thio-taijin akan menangkap ciangkun dan akan
menyiksa ciangkun sampai mati di depan siocia! Itulah yang
membuat siocia tidak berdaya dan terpaksa menurut, demi
keselamatan ciangkun! Tadinya siocia sudah mau membunuh
diri saja, akan tetapi mengingat akan ancaman Thio-taijin, dia
terpaksa menurut........" Wanita ini menangis lagi.
Wajah Sian Lun berobah-robah, sebentar pucat sebentar
merah, hatinya seperti ditusuk rasanya. Dia tahu betapa Siang
Bwee amat mencintanya, dan kini dia merasa amat terharu.
Wanita itu telah membuktikan cintanya yang amat mendalam,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan cara yang paling mengerikan, yaitu rela berkorban diri
dan kehormatan demi keselamatannya
"Kapan dia....... dibawa ke istana ?" tanyanya, menahan
marah. "Sudah dua hari, ciangkun. Aduh, kasihan sekali dia ..........
harap ciangkun suka menolongnya, dengan jalan apapun......"
Pelayan itu berkata lirih sambil terisak.
"Siapa nama orang Khitan itu ?"
"Disebutnya An-sicu, entah siapa namanya yang
lengkap......... akan tetapi kabarnya dia merupakan orang
paling penting di istana sekarang, pemuka orang-orang Khitan
di sana ......... " "Hemm......, aku akan segera ke sana, tenangkan hatimu
dan jangan menceritakan kepada siapapun juga tentang
kedatanganku ini". Setelah berkata demikian, Sian Lun
meloncat keluar dan terus melayang naik ke atas genteng. Dia
melihat Gin San dan Ling Ling masih mendekam di atas
wuwungan, maka dia lalu memberi isyarat kepada dua orang
itu untuk mengikutinya. Melihat betapa Sian Lun meloncat
pergi tanpa mengeluarkan kata-kata dan dari sinar bulan
dapat dilihat sepasang matanya bersinar tajam, Gin San dan
Pedang Keadilan 11 Pendekar Naga Mas Karya Yen To Tusuk Kondai Pusaka 11

Cari Blog Ini