Ceritasilat Novel Online

Beruang Salju 3

Beruang Salju Karya Sin Liong Bagian 3


Lelaki berewok itu telah berusaha untuk tersenyum, ia bilang
dengan lemah: "Kukira aku telah berada di akherat tidak tahunya,
masih berada di dunia......! Biasanya setiap orang yang menjadi
korban racun Sam-hun-tok dalam tiga hari, jiwanya tidak bisa
dipertahankan...... tetapi sekarang mengapa aku masih hidup
terus?" Yo Him tersenyum. "Itulah kebesaran Thian..... mungkin memang belum tibanya
saudara menemui kematian......!" kata Yo Him dengan disertai
senyumannya untuk menghibur lelaki berewok tersebut. Iapun
melanjutkan pula perkataannya: "Dan obat yang pernah kau sebut
itu, yang kau bilang obat itu merupakan obat yang sulit dicari,
sesungguhnya obat apa" Jika memang kau bersedia menyebutkan
namanya, mungkin aku bisa bantu mencarikannya. Atau jika
memang obat itu hanya dimiliki oleh seorang saja, siapakah orang
itu...... biarlah siauwte pergi menemuinya untuk memintanya
mungkin akan diberikannya!"
Lelaki berewok tersebut telah tersenyum pahit, dengan suara yang
lemah ia berkata: "Orang itu aneh sekali dan hatinyapun kejam dan
jiwanya jahat sekali, ia merupakan raja iblis yang paling terkenal di
dalam rimba persilatan..... yaitu Sam-touw-liong (Naga berkepala
tiga) Wie Go Ciang......!"
Yo Him sebelumnya sering mendengar perihal diri Sam-touw-liong
Wie Go Ciang, Iblis yang menguasai propinsi Souw-ciu, tetapi ia
tak menyangka sama sekali bahwa Wie Go Ciang merupakan
seorang iblis yang paling ditakuti dan disegani oleh orang-orang
143 persilatan seperti si lelaki berewok, karena dilihatnya bahwa lelaki
berewok itu setidaknya pasti memiliki kepandaian yang tinggi.
Namun buat menghibur lelaki berewok tersebut, Yo Him telah
berkata dengan suara yang sabar, "Tenanglah saudara..... aku
akan berusaha untuk pergi menemuinya......!"
Tetapi di mulut ia berkata begitu, sedangkan di hatinya ia jadi
berpikir keras. Untuk mencapai Souw-ciu dari Lung-an-kwan harus
memakan waktu perjalanan hampir satu bulan. Dengan demikian
jelas ia tidak memiliki waktu yang begitu banyak guna menemui
iblis she Wie itu. Bukankah lelaki berewok itu tengah dalam
keadaan sekarat dan mungkin hanya bisa bertahan lima hari saja"
Jelas, untuk mencapai Souw-ciu hanya dalam waktu lima hari
perjalanan tak mungkin bisa dilaksanakan.
Sedangkan lelaki berewok tersebut tersenyum pahit, katanya:
"Kongcu, engkau tak perlu menghiburku lagi. Aku telah mengetahui
bahwa diriku juga tidak akan lama lagi hidup di dunia...... percuma
saja jika engkau berusaha untuk pergi ke Souw-ciu. Belum tentu
iblis she Wie itu bersedia membagikan obatnya kepadamu, juga
tidak mungkin aku bisa bertahan terus sampai satu bulan lebih.
Engkau melakukan perjalanan dengan kuda jempolan yang
bagaimanapun juga tentu untuk mencapai ke Souw-ciu memakan
waktu hampir satu bulan, dan kembali pula ke mari telah satu
bulan. Berarti dua bulan..... di waktu itu aku telah putus napas.....!"
"Jika demikian, biarlah aku mengajakmu sekalian menuju ke Souwciu untuk mempersingkat waktu. Tentu jika Wie Go Ciang melihat
144 keadaanmu seperti ini, saudara, dia tentu akan bersedia
menolongnya.....!" Lelaki berewok tersebut tersenyum pahit lagi. Ia bilang dengan
sikapnya yang sudah berputus asa, katanya: "Jika memang kau
hendak menghiburku dengan kata-kata bahwa sekarang ini aku
perlu bergembira dan makan yang enak-enak itu masih lebih
pantas. Tetapi untuk mengharapkan obat dari Wie Go Ciang itulah
merupakan suatu impian yang sulit terlaksana...... Sudahlah
Kongcu..... akupun sudah tidak berpikir untuk hidup lebih lama lagi.
Jika memang engkau bisa memenuhi satu permintaanku, yaitu
kelak engkau pergi ke kota Cia-leng-kwan untuk menemui orang
yang bernama Kwan Po Sin, menyampaikan padanya perihal
kematianku di tangannya Tok-ong-kiu-cie. Itupun telah lebih dari
cukup dan aku sangat berterima kasih.....!"
Yo Him menghela napas, dan akhirnya ia berkata dengan disertai
anggukan kepalanya. "Baiklah tenangkan hatimu..... saudara...... aku akan laksanakan
pesanmu itu......!" kata Yo Him. "Tetapi walaupun bagaimana kita
harus berusaha untuk memperoleh obat yang kau butuhkan
itu......!" Namun si lelaki berewok telah tersenyum pahit sambil katanya
dengan suara yang putus asa: "Sayang sekali aku tidak berhasil
memperoleh obat untuk menyembuhkan penyakit suhengku.....
hai..... hai, jika memang aku harus menemui kematian. Itu
sesungguhnya bukan persoalan yang terlalu kusesalkan..... namun
145 sayang sekali suhengku harus membuang jiwa disebabkan aku
gagal memperoleh obat yang dibutuhkannya.......!"
Dan setelah berkata begitu, lelaki berewok tersebut menghela
napas lemah berulang kali, lalu katanya lagi: "Dan aku Cin Piauw
Ho, benar-benar merupakan manusia tidak guna. Setelah gagal
memperoleh obat yang dibutuhkan suhengku itu, justru aku harus
membuang jiwa disini sehingga aku tidak berhasil menemui
suhengku itu lagi......!"
Yo Him menghela napas juga dan katanya kemudian sambil cepatcepat tersenyum: "Siapakah suhengmu itu Cin-heng?"
"Suhengku she Bun dan bernama Ie Wang. Ia telah dilukai oleh
lawannya dari Tibet yang telah mempergunakan racun yang
sangat berbisa sekali, dan juga hanya Tok-ong-kiu-cie yang bisa
menyembuhkannya. Telah dua kali suhengku itu mendatangi Tokong-kiu-cie di mana ia mohon agar Tok-ong-kiu-cie bersedia untuk
mengobatinya tetapi dua kali itu pula Tok-ong-kiu-cie selalu
menolaknya. Sedangkan racun yang mengendap di dalam tubuh
suhengku itu kian hari kian membahayakan.
"Racun itu semacam racun yang agak aneh di mana bekerjanya
sangat lambat. Namun mengerikan sekali akibatnya, yaitu setiap
korbannya akan hancur satu persatu urat dan nadi besarnya.
Setiap tujuh hari satu dari sekian banyak urat besar di tubuhnya
akan putus, dengan begitu, jika telah terputuskan 72 urat nadi dari
sekujur tubuhnya, jangan diharap jiwanya tersebut bisa ditolong
kembali, walaupun menerima obat dewa! Selama berada dalam
cengkeraman racun yang jahat seperti itu Bun suheng juga sangat
146 menderita. Setiap tujuh hari ia harus menderita hebat dikala mana
urat besarnya putus satu. Bisa kau bayangkan Kongcu betapa
menderita dan sakitnya setiap urat nadi besar Bun suheng akan
terputuskan itu......!"
Sebagai seorang ahli silat yang telah memiliki kepandaian tinggi,
tentu saja Yo Him mengetahui pentingnya ke tujuhpuluh dua urat
nadi besar yang biasa dinamakan sebagai Cit-cap-jie Sin-hiat itu.
Jika memang ke tujuhpuluh dua urat besar Cit-cap-jie Sin-hiat
tersebut terputuskan, maka jangan harap orang yang
bersangkutan bisa hidup wajar sebagaimana biasa.
Karena selain akan musnah seluruh tenaga dan kekuatannya, di
mana korban tersebut akan rebah terus tanpa bisa duduk atau
berdiri untuk matipun tidak bisa, hidup tidak punya guna. Itulah
yang ditakuti oleh setiap korban yang akan terputuskan urat besar
Cit-cap-jie Sin-hiat nya, karena korban itu akan menjadi manusia
bercacad yang benar-benar tidak punya guna lagi.
"Bun suheng telah berputus asa, dan waktu itu hanya tinggal
menantikan saat-saatnya yang mengenaskan itu di rumahnya gieheng (saudara angkat) ku yaitu Kwan Po Sin. di kota Cia-lengkwan.....! Aku telah menjanjikan pada suhengku itu untuk pergi
menemui Tok-ong-kiu-cie guna memaksanya untuk membagikan
obat yang diperlukan suhengku itu walaupun dengan jalan yang
bagaimanapun juga..... Tetapi usahaku itu gagal sama sekali,
bahkan aku telah dilukai sedemikian rupa di mana akupun telah
terkena racun yang begitu berbahaya dari Raja Obat tersebut.....!
147 "Dan hanya Wie Go Ciang, itu si Sam-touw-liong yang banyak
mempelajari soal racun, karena sebagai iblis telengas, ia memang
telah merantau kemana-mana mengumpulkan berbagai macam
racun, dengan begitu ia mengerti banyak sekali soal racun.
Sayangnya iapun merupakan seorang yang berhati kejam, dengan
demikian harapan untuk memperoleh bantuan darinya sama juga
kita mengharapkan hujan uang dari langit......!"
Yo Him masih memaksakan diri untuk tersenyum karena hatinya
sendiri telah berpikir. Memang sulit sekali untuk mencarikan obat
buat Cin Piauw Ho. Karena menurut tabib yang telah memberikan
obat padanya kemarin itu, telah menyatakan paling tidak daya
tahan yang dimiliki Cin Piauw Ho sampai lima hari saja. Setelah itu
tentu ia akan terbinasa tidak bisa ditolong lagi.
Namun urusan ini adalah urusan jiwa yang penting sekali, harus
ditolongnya. Yo Him akan berusaha sekuat tenaga dan
kemampuan yang ada padanya untuk mencarikan obat buat Cin
Piauw Ho. Walaupun hatinya sendiri tidak yakin akan bisa
menolong jiwa Cin Piauw Ho dalam lima hari mendatang, di mana
sekarang ini telah lewat satu hari. Berarti tinggal empat hari lagi Yo
Him memiliki waktu untuk mencarikan obat dan pertolongan buat
orang she Cin tersebut. Setelah menghibur Cin Piauw Ho beberapa saat lamanya,
kemudian menganjurkan Cin Piauw Ho agar tidur memelihara
tenaganya. Yo Him juga telah bersemedhi guna mengatur jalan
pernapasannya. Sebagai seorang tokoh muda yang telah memiliki
lweekang cukup sempurna dengan sendirinya cukup bagi Yo Him
148 duduk bersemedhi selama sepertanakan nasi, kesegarannya telah
pulih kembali. Waktu Yo Him membuka mata dilihatnya Lie Ko Tie telah berada
di dekatnya duduk mengawasi saja.
"Engkau tentu telah lapar, Tie-jie?" tanya Yo Him sambil bangkit.
"Tunggulah aku pesan makanan untuk kita......!"
Kepada pelayan Yo Him telah memesan beberapa macam
makanan dan bersama Ko Tie mereka bersantap, sedangkan Cin
Piauw Ho rebah dengan mata terpejamkan. Walaupun ia tidak
tertidur, tokh ia berdiam diri saja, sambil menahan sakit di sekujur
tubuhnya. di mana racun yang mengendap di dalam tubuhnya itu
memang mulai bekerja. Untuk melapangkan hati, Yo Him mengajak Ko Tie berjalan-jalan
mengelilingi kota tersebut. Mereka melihat kota ini cukup ramai di
mana banyak orang berdagang dan juga mereka banyak yang
menyaksikan keramaian tersebut, seperti pertunjukan-pertunjukan
penjual silat. Sekali-sekali mereka berjumpa dengan rombongan
tentara Mongolia, namun Yo Him tidak mau mencari urusan
dengan para tentara tersebut dan mereka telah menyingkir saja.
Tetapi waktu Yo Him mengajak Ko Tie menyaksikan sebuah
pertunjukan wayang orang yang terletak di tengah lapangan
rumput. Di waktu itulah Yo Him melihat seseorang yang agak luar
biasa keadaannya. Ia melihat seorang lelaki berusia empatpuluh
tahun lebih, berpakaian compang-camping dengan wajah yang
kurus, kumis yang sedikit tumbuh selembar-selembar, membawa
sebatang tongkat kayu di tangan kanannya, tengah berdiri
149 mengikuti jalan cerita pertunjukan wayang orang yang berlangsung
di atas panggung. Pertunjukan wayang orang itu menceritakan kisah klasik di mana
perihal cerita Hong Sin dan memang cukup menarik pertunjukan
tersebut, di mana para pemainnya memiliki keahlian yang
mengagumkan. Sedangkan seorang gadis yang berpakaian baju
merah dengan celana kuning gading, telah mengelilingi lapangan
rumput itu, mendatangi seorang demi seorang para penonton,
sambil mengangsurkan sebuah kantong yang cukup besar
ukurannya terbuat dari kain meminta saweran.
Ko Tie sendiri tampaknya asyik mengikuti jalan cerita pertunjukan
wayang orang tersebut. Rupanya anak ini senang sekali bisa
menyaksikan pertunjukan seperti itu.
Tetapi Yo Him diam-diam memperhatikan terus tingkah laku dari
lelaki berpakaian compang-camping itu, yang tingkah lakunya
mencurigakan sekali. Yo Him melihatnya, sambil berjalan
perlahan, lelaki berpakaian seperti pengemis tersebut
menggerakkan tangannya perlahan ke samping kiri dan kanannya.
Tahu-tahu ia telah berhasil menyambar isi saku dari orang-orang
yang berada dekat dengannya. Hal itu ia lakukan berulang kali, di
mana lelaki berpakaian sebagai pengemis tersebut juga telah
berpindah-pindah tempat. Sedangkan orang-orang yang isi sakunya telah berpindah ke
tangan si pengemis, sama sekali tidak mengetahui bahwa mereka
telah kecopetan. Mereka tengah asyik menyaksikan jalannya
pertunjukan wayang orang tersebut. Di mana tengah berlangsung
150 adegan pertempuran antara Lo Cin dengan pihak raja laut Hayliong-ong.
Setelah cukup mencopet uang dan barang-milik orang-orang yang
berada di lapangan rumput tersebut, lelaki berpakaian compangcamping seperti pengemis itu telah melenggang tenang-tenang
meninggalkan tempat tersebut.
"Tie-jie, aku hendak pergi sebentar....., kau tontonlah dulu. Nanti
kau tunggu aku disini..... aku akan segera kembali dengan
segera.....!" kata Yo Him kepada Ko Tie.
Anak itu heran tetapi ia mengangguk juga.
Cepat Yo Him mengikuti lelaki berpakaian compang-camping itu,
di mana ia melihatnya lelaki berpakaian compang-camping
tersebut telah meninggalkan lapangan rumput itu menuju ke pintu
kota di sebelah selatan. Ia terus juga menuju ke kiri dan menyusuri
jalan kecil berumput, tidak lama kemudian tiba di muka kuil yang
besar. Lelaki berpakaian compang-camping itu menghampiri
emperan kuil tersebut, meletakkan tongkat kayunya dan kemudian
merebahkan tubuhnya di situ. Rupanya ia ingin mengaso.
Yo Him mengambil sebutir batu, ditimpukkannya ke bahu
pengemis itu. Walaupun tidak terlalu keras, karena Yo Him menimpuknya
dengan perlahan tanpa mempergunakan lweekang tokh batu itu
telah menyambar mengeluarkan suara desiran yang cukup
nyaring. 151 Yo Him bermaksud mempermainkan pengemis itu, tetapi ia jadi
kecele sendiri, karena pengemis itu menggoyangkan bahunya
tanpa menggerakan tubuhnya yang rebah. Batu itu telah berhasil
dielakkannya menyambar terus ke dinding kuil..... "tuk!"
menimbulkan suara benturan yang cukup nyaring.
Sedangkan lelaki berpakaian compang-camping itu tetap rebah di
tempatnya. Tanpa memperhatikan sekitarnya, bagaikan ia tidak
mengetahui sambaran batu itu, dan ia mengelakkan sambaran
batu itu seperti secara kebetulan saja.
Yo Him tertegun sejenak, lalu mengambil dua butir batu lagi dan
menimpuknya. Kali ini Yo Him menimpuk mempergunakan dua
bagian tenaga lweekangnya. Ke dua butir batu itu telah
menyambar cepat sekali ke arah lutut si pengemis dan yang
satunya lagi menyambar pahanya.
Tetapi pengemis tersebut tiba-tiba mengangkat kakinya,
mengulurkan tangannya, ia memperlihatkan sikap seperti
menggaruk. Ke dua butir batu itu telah lolos lagi tidak berhasil mengenai


Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sasarannya menyebabkan Yo Him jadi mengerutkan alisnya.
"Hemm rupanya dia memang memiliki kepandaian yang tinggi......
pantas saja tangannya liehay mencopet tanpa korbannya
mengetahui bahwa isi saku mereka telah berpindah ke tangan
pengemis ini...... Siapakah dia?" sambil berpikir begitu, Yo Him
telah mengambil lagi dua butir batu dan melontarkannya kepada si
pengemis dengan mempergunakan tenaga lweekang lima bagian.
152 Ke dua butir batu itu menyambar cepat sekali berkesiuran keras.
Dan dengan demikian walaupun orang yang memiliki kepandaian
tinggi jika diserang seperti itu oleh Yo Him, tentu sulit mengelakkan
diri dalam keadaan rebah seperti itu.
Tetapi pengemis itu tetap rebah di tempatnya seperti juga tidak
mengetahui menyambarnya ke dua butir batu itu.
Waktu ke dua butir batu tersebut menyambar dekat pada lengan
dan dadanya, pengemis itu telah menggerakkan tangan kanannya.
Tahu tahu dengan mudah ia telah menyambuti ke dua butir batu itu
yang kemudian dibuangnya ke samping. Mulutnya juga mengoceh:
"Jangan jail...... keluarlah perlihatkan dirimu anak muda!"
Yo Him telah keluar melangkah mendekati pengemis itu, kemudian
katanya: "Paman pengemis, rupanya engkau seorang yang luar
biasa! Tidak kusangka di tempat seperti ini aku bisa menjumpai
seorang yang memiliki kepandaian tinggi seperti kau......!"
Pengemis itu telah tertawa "Hehehe!" dan melompat duduk. Ia
memandangi Yo Him dan kemudian katanya dengan suara yang
tawar: "Pemuda tampan, tampaknya kepandaianmu tinggi sekali,
dan aku tidak mungkin bisa menandinginya......! Hemmm. engkau
memuji aku tetapi dibalik dari pujianmu itu justeru engkau hendak
mengejekku, bukan?" Yo Him tersenyum, ia mengangkat ke dua tangannya yang
dirangkapkan kemudian memberi hormat disertai kata-katanya,
"Paman pengemis..... aku she Yo dan bernama Him..... tadi secara
kebetulan aku melihat engkau telah mencopet uang dan barang
milik orang-orang yang tengah menyaksikan wayang orang di
153 padang rumput...... maka aku telah mengikuti ke mari......! Kalau
boleh kutahu, siapa engkau adanya, paman pengemis?"
Pengemis itu mementang ke dua matanya lebar-lebar. Ia
mengawasi Yo Him dengan sorot mata yang tajam dan wajahnya
jadi bersungguh-sungguh. "Yo Him" Engkaukah
tanyanya kemudian. yang bergelar Sin-tiauw-thian-lam?"
Yo Him mengangguk. "Itulah julukan yang diberikan oleh sahabat rimba persilatan......!"
menyahuti Yo Him. Pengemis itu telah melompat berdiri, lalu katanya: "Bagus! Bagus!
Tidak disangka akan bertemu dengan putera Sin-tiauw-tai-hiap Yo
Ko......! Hahaha, inilah yang dinamakan jodoh. Di mana kita
berjodoh bertemu......!"
Yo Him heran melihat sikap pengemis itu tetapi ia mengawasi saja.
Sedangkan si pengemis telah berkata lagi sambil diiringi
tertawanya. "Aku Sin-bok-koay-kay (Pengemis Aneh Berkayu
Sakti) Liu Ong Kiang. Akulah si pengemis yang selalu bekerja
dengan ke dua tanganku untuk memindahkan isi saku orang lain
ke sakuku......! Dan tentunya engkau telah mengetahui kebiasaan
dari kami kaum pengemis, bukan" Telah lama aku mendengar
namamu, di mana banyak orang-orang rimba persilatan yang
memuja akan kepandaianmu yang tinggi dan hebat..... maka aku
dengan memberanikan diri telah melakukan perjalanan
154 mengelilingi beberapa propinsi dan puluhan kota serta ratusan
kampung untuk menemuimu..... siapa sangka. Hari ini kita
berjodoh untuk bertemu!"
Yo Him jadi heran, ia bertanya dengan perasaan ingin tahu: "Ada
urusan apakah kau mencariku, Liu Lopeh (paman Liu)..." Bolehkah
aku mengetahui?" Pengemis she Liu itu telah tertawa. Ia membungkukkan tubuhnya
mengambil tongkat kayunya yang ditimang-timangnya, katanya
kemudian, "Jika aku tidak memiliki urusan penting, untuk apa aku
melakukan perjalanan jauh, mendatangi berbagai tempat berusaha
untuk bertemu denganmu, Yo Kongcu" Sekarang baiklah kita
duduk-duduk dulu. Nanti akan kujelaskan......!"
Yo Him telah duduk di tempat yang ditunjuk oleh pengemis she Liu
itu sedangkan pengemis Liu Ong Kiang telah duduk di tempatnya
semula, sambil tertawa ia bilang: "Aku Liu Ong Kiang
sesungguhnya tidak pernah mengharapkan bantuan orang lain,
tetapi sekali ini justru tengah menghadapi suatu urusan yang cukup
penting dan juga bisa membahayakan kami kaum pengemis, maka
itu sengaja aku mencarimu Yo Kongcu, untuk meminta bantuanmu.
Entah kau bersedia atau tidak membantu kami?"
"Katakanlah Liu Lopeh, jika memang aku bisa membantumu, tentu
aku bersedia membantunya, tetapi justru sekarang ini
persoalannya saja belum kuketahui.....!" menyahuti Yo Him.
"Tentu dengan memandang muka Oey Yong Pangcu yang pernah
memimpin partai kami, partai Kay-pang, tentu Yo Kongcu bersedia
untuk membantu kami......! Sesungguhnya kami tengah dalam
155 kesulitan yaitu dua orang pemimpin kami telah mengalami suatu
bencana yaitu ditangkap oleh pihak kerajaan Boan-ciu, di mana
mereka sesungguhnya telah berusaha menghindarkan bentrokan
dengan pihak Boan-ciu, namun tanpa disengaja telah terjadi
urusan yang agak aneh......!"
"Urusan aneh, apakah itu Liu Lopeh?" tanya Yo Him semakin ingin
mengetahui. Pengemis itu menghela napas, ia menggerak-gerakkan kayu di
tangannya, tongkat itu ditimang-timangnya sambil dipandanginya.
Akhirnya ia berkata dengan suara yang agak perlahan: "Ke dua
pemimpin kami masing-masing Sun Tianglo dan Khu Tianglo.....
setengah tahun yang lalu secara kebetulan mereka berada di kota
Po-sun-kwan di dalam bilangan Kang-ouw.
"Sebagaimana biasa, mereka tidak pernah mencampuri urusan
yang biasa saja, karena mereka sebagai Tianglo kami, tentu tidak
sembarangan mencampuri urusan yang tidak penting. Mereka
baru turun tangan jika memang benar-benar menyaksikan urusan
yang tidak adil, dan itupun jika memang urusan tersebut tidak bisa
diselesaikan oleh anggota Kay-pang.
"Tetapi pada malam itu, waktu ke dua Tianglo kami tengah tidur di
sebuah kuil rusak, yang terdapat di kota tersebut mereka
mendengar suara ribut-ribut di luar kuil. Ke duanya sebetulnya
merasa segan untuk bangun dari tidur mereka, tetapi suara ributribut itu disusul dengan bentrokan senjata tajam yang ramai sekali,
menyebabkan mereka tertarik juga dan keluar untuk melihatnya.
156 "Ketika berada di luar kuil, dilihatnya seorang berpakaian hitam
dengan muka yang tertutup topeng terbuat dari kain hitam juga
tengah mempergunakan pedang di tangan kanannya telah
melakukan perlawanan terhadap puluhan tertara Mongolia yang
mengepungnya dengan rapat. Di antara tentara Mongolia itu
terdapat juga ahli-ahli silat yang memiliki kepandaian tinggi,
sehingga lelaki bertopeng hitam tersebut tidak bisa melarikan diri
dan memecahkan kepungan tersebut.
"Ke dua Tianglo kami yang menyaksikan jalannya pertempuran itu,
jadi tergerak hatinya. Mereka telah menyaksikan ketidak adilan
seperti itu, di mana seorang diri si orang bertopeng hitam tersebut
dikepung dan dikurung ketat oleh puluhan orang-orang lawannya
itu. Apalagi yang mengurungnya itu adalah para tentara Mongolia,
dengan begitu, ke duanya akhirnya menerjang maju untuk
memberikan bantuannya kepada orang pertopeng hitam itu.
"Tetapi tanpa disadari oleh mereka justru ke dua Tianglo kami itu
telah melakukan suatu kesalahan. Dengan ikut campurnya mereka
dalam urusan tersebut. Mereka telah melibatkan diri dalam urusan
yang berekor panjang sekali. Memang dengan majunya ke dua
Tianglo kami itu, di mana Sun Tianglo dan Khu Tianglo memiliki
kepandaian tinggi, bisa memberikan kesempatan untuk orang
bertopeng hitam itu bernapas karena begitu turun tangan ke dua
Tianglo kami berhasil melemparkan tiga orang tentara Mongolia
yang mengepung orang bertopeng hitam itu.
"Dengan datangnya bantuan ke dua Tianglo kami, orang bertopeng
hitam tersebut semakin bersemangat. Setelah memutar
pedangnya lebih cepat disertai oleh tenaga lweekangnya yang
157 tersalur lewat pedangnya, disamping itu ilmu kiam-hoatnya
memang luar biasa telah menyambar-nyambar dengan kuat. Dua
orang tentara Mongolia telah berhasil dilukai mereka. Sambil
melakukan perlawanannya terus kepada pengepungnya itu,
beberapa kali orang bertopeng hitam itu mengucap terima
kasihnya kepada ke dua Tianglo kami. Dalam suatu kesempatan,
ia melompat ke dekat ke dua Tianglo kami, di mana Khu Tianglo
dan Sun Tianglo jadi berdiri saling memunggungi dengan orang
bertopeng tersebut. "Tentara Mongolia tersebut rupanya jadi semakin gusar melihat
kawan-kawan mereka yang banyak berjatuhan di tangan Khu
Tianglo dan Sun Tianglo, disamping itu ada beberapa orang yang
telah menjadi korban ketajaman pedangnya si orang bertopeng
hitam tersebut. Beberapa orang dari rombongan tentara Mongolia
yang memiliki kepandaian tinggi telah memutar senjata mereka
dengan ganas menyambar-nyambar pada Sun Tianglo, Khu
Tianglo dan orang bertopeng hitam itu.
"Sampai akhirnya pertempuran yang berlangsung itu semakin lama
jadi semakin seru. Dua orang dari rombongan tentara Mongolia
telah berhasil dirobohkan kembali oleh ke dua Tianglo kami,
membuat rombongan tentara Mongolia tersebut melakukan
kepungan mereka semakin ganas...... Sedangkan beberapa orang
di antara mereka telah berteriak kepada orang bertopeng hitam itu:
"Sebelum kau menyerahkan kembali peta itu kepada kami, kau
akan kami kejar terus, kemanapun engkau melarikan diri.
Walaupun engkau mengundang kawanmu, kami bisa saja meminta
bantuan dari kota raja untuk melakukan pengejaran ke segala
penjuru...... 158 "Sambil berkata begitu, segera rombongan tentara Mongolia
tersebut melakukan tikaman, bacokan dan serangan tangan
kosong yang semakin kuat dan mendesak. Tetapi ke dua Tianglo
kami memiliki kepandaian tinggi, sedangkan orang bertopeng
hitam itu juga memiliki kepandaian yang tidak rendah. Dengan
demikian rombongan tentara Mongolia tersebut, walaupun
berjumlah banyak, tokh tidak banyak yang bisa mereka lakukan.
"Setelah bertempur sekian lama lagi, akhirnya orang bertopeng
hitam itu berkata kepada Khu Tianglo, katanya: "In-kong..... ada
sesuatu yang hendak kami titipkan...... harap in-kong mau
menerimanya.......!" dan sebelum Khu Tianglo sempat menyahuti,
di waktu itulah orang bertopeng hitam tersebut menyusupkan
sesuatu barang ke dalam tangan Khu Tianglo, dan tahu-tahu tubuh
orang bertopeng hitam itu telah melompat berjumpalitan di tengah
udara dan tubuhnya seperti seekor burung telah melayang di
tengah udara, tiba di luar gelanggang pertempuran itu. Dia tidak
berhenti sampai di situ saja, tubuhnya telah melompat lagi dan
beberapa kali menjejakkan kakinya. Ia telah terpisah puluhan
tombak. Orang bertopeng hitam tersebut bermaksud melarikan diri.
"Khu Tianglo kami telah melirik barang yang ada di tangannya,
segulung kertas. Rupanya benda ini yang tengah diperebutkan
antara orang bertopeng hitam itu dengan rombongan tentara
Mongolia tersebut. Melihat orang bertopeng hitam hendak
melarikan diri, di waktu itulah tampak beberapa orang tentara
Mongolia telah mengejarnya. Namun seorang yang berpakaian
sebagai perwira dan rupanya menjadi pemimpin mereka telah
membentak: "Kembali, biarkan dia pergi...... peta yang kita
kehendaki berada di tangan pengemis itu......!" maka tentara
159 Mongolia yang beberapa orang itu telah kembali ke gelanggang
pertempuran mengepung Khu Tianglo dan Sun Tianglo.
"Khu Tianglo sendiri sesungguhnya tidak sudi dititipi barang
tersebut karena ia bersama Sun Tianglo hanya berbaik hati hendak
membantu orang bertopeng hitam tersebut. Ia tidak menyangka
orang bertopeng hitam itu akan menitipkan barang itu dengan cara
begitu, tanpa meminta persetujuannya lagi telah menyesapkan
gulungan kertas tersebut ke dalam tangannya. Tetapi hendak
mengembalikannya juga sudah tidak keburu lagi, karena orang
bertopeng hitam itu telah lenyap ditelan kegelapan malam.
"Khu Tianglo kami dan Sun Tianglo memberikan perlawanan yang
gigih terhadap terjangan tentara Mongolia itu, malah Sun Tianglo
telah berkata perlahan pada Khu Tianglo: "Tinggalkan mereka......!"
lalu ke dua Tianglo kami itu dengan gesit telah melarikan diri.
Mereka memiliki ginkang yang mahir, dengan demikian mereka
bisa meninggalkan para lawannya itu dengan mudah......!"
"Lalu bagaimana.....?" tanya Yo Him yang tertarik hatinya.
Liu Ong Kiang menghela napas dalam-dalam, lalu katanya: "Tetapi
rupanya memang pihak orang Mongolia telah menyebar orangorang yang sangat banyak, di antara mereka juga terdapat jagojago berkepandaian tinggi yang bertugas di istana Kublai Khan.
Rupanya peta yang telah berada di tangan Khu Tianglo dibutuhkan
sekali oleh mereka, benda yang sangat berharga sekali. Ke dua
Tianglo kami itu dikejar oleh puluhan jago-jago kelas satu dari
istana Kublai Khan. Akhirnya dengan cara mengepung yang rapat
160 dan juga dengan mempergunakan segala akal licik, ke dua Tianglo
kami itu bisa mereka tawan.....!"
Yo Him mengangguk mengerti.
"Jadi maksud Liu Lopeh hendak meminta aku agar membantui
pihak Kay-pang guna membebaskan ke dua Tianglo kalian dari
tangan pemerintah Mongolia?" tanya Yo Him.
Wajah Liu Ong kiang berubah muram. Ia menunduk sejenak, lalu
mengangguk perlahan dan mengawasi Yo Him.
"Jika memang hendak dikatakan sesungguhnya memalukan
sekali. Kay-pang sesungguhnya memiliki cukup banyak jago-jago
yang memiliki kepandaian tinggi. Memang harus diakui sejak
ditinggal oleh Ang Pangcu, Ang Cit Kong, Kay-pang mengalami
banyak kemunduran. Sebab waktu jabatan Pangcu dipegang Oey
Yong Pangcu justru seluruh perhatian Oey Pangcu tidak bisa
dicurahkan seluruhnya untuk kemajuan Kay-pang. Disamping itu
juga memang tengah pecah peperangan antara kerajaan Song
dengan tentara Mongolia sehingga Oey Pangcu sibuk untuk
berjuang mengerahkan seluruh tenaga dan perhatiannya guna
mempertahankan kota Siang-yang.
"Setelah itu Oey Pangcu menyerahkan jabatan Pangcu itu kepada
Pangcu kami yang sekarang..... selama ini Kay-pang belum lagi
dapat memupuk kekuatan tunggal seperti di masanya jabatan
Pangcu dipegang oleh Ang Cit Kong Pangcu, di mana banyak juga
tokoh-tokoh Kay-pang yang bermaksud memisahkan diri dari Kaypang. Ada yang hendak mengambil jalannya masing-masing,
begitu juga dengan pimpinan-pimpinan daerah tidak begitu


Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

161 mematuhi pula perintah dari pusat, mereka seperti berdiri sendirisendiri. Itulah sebabnya kini Kay-pang kekurangan tenaga yang
benar-benar memiliki kepandaian benar-benar tinggi....."
Yo Him menghela napas, ia ikut menyesali Kay-pang yang
mengalami perpecahan seperti itu. Dengan begitu, sebuah partai
pengemis yang semula begitu kuat dan disegani oleh seluruh
orang-orang rimba persilatan, yang memiliki banyak sekali jagonya
dan menguasai seluruh daratan Tiong-goan dengan anggota
pengemisnya tersebut, kini tampaknya mulai menuju ke jurang
perpecahan. Dengan begitu, berarti Kay-pang semakin lama
semakin lemah. Dan jika tidak segera diusahakan untuk
memulihkan keadaan Kay-pang, jelas partai pengemis itu akan
bertambah lemah juga. "Lalu sekarang apa rencana Liu Lopeh?" tanya Yo Him.
Si pengemis yang bergelar Sin-bok-koay-kay tersebut menghela
napas dengan sikap yang mengandung penyesalan, katanya:
"Sesungguhnya Khu Tianglo dan Sun Tianglo telah bersepakat
untuk memulihkan keadaan Kay-pang, guna membentuk beberapa
pimpinan Kay-pang di daerah yang baru, untuk memulihkan
kewibawaan Kay-pang. Tetapi itu baru merupakan rencana belaka,
dan cita-cita ke dua Tianglo kami itu belum lagi berhasil, mereka
telah berurusan dengan peta yang diperebutkan oleh pemerintah
Mongolia tersebut, di mana akhirnya mereka telah kena ditawan
oleh orang-orang Mongolia.
"Sedangkan orang bertopeng hitam itu, yang memang memiliki
kepandaian tinggi dan telah menyerahkan gulungan peta itu
162 kepada Khu Tianglo sampai sekarang ini belum lagi diketahui siapa
adanya dia......! Aku telah berusaha menyelidiki, tetapi sejauh itu
belum juga berhasil mengetahui siapa adanya orang bertopeng
hitam itu yang merupakan sumber dari tertangkapnya Khu Tianglo
dan Sun Tianglo oleh tentara Mongolia!"
Waktu itu Yo Him telah mengerutkan sepasang alisnya. Ia berkata
ragu-ragu: "Namun selama berkelana di dalam rimba persilatan,
aku belum pernah mendengar ada seorang tokoh persilatan
dengan memakai topeng hitam sebagai penutup mukanya.....!"
Liu Ong Kiang telah menghela napas, ia berkata lagi: "Namun
sebulan yang lalu justru aku telah berhasil mendengar kabar
selentingan, bahwa orang yang memakai topeng hitam itu adalah
seorang tokoh dari pintu perguruan Bu-tong-pay. Namun sejauh itu
kebenaran berita yang kuperoleh dari sahabat rimba persilakan,
belum lagi dapat dipastikan.....!"
Yo Him memperlihatkan sikap terkejut, lalu tanyanya: "Apakah.....
apakah orang Bu-tong-pay akan melakukan tindakan seperti itu"
Tidak mungkin! Tidak mungkin! Mereka tentu merupakan orangorang yang memiliki kedudukan tinggi dan terhormat. Tidak
mungkin karena disebabkan peta itu, mereka lalu mencuci tangan
dan menyebabkan pihak Kay-pang yang berurusan dengan pihak
tentara Mongolta......!"
Liu Ong Kiang mengangguk, katanya: "Memang kaum Bu-tong-pay
merupakan orang-orang, rimba persilatan yang memiliki
kedudukan yang dihormati oleh setiap sahabat rimba persilatan.
Namun justru orang yang melakukan tindakan ini merupakan murid
163 yang telah keluar dari pintu perguruan tersebut. Ia bekerja hanya
seorang diri. Jadi bukan maksudku bahwa ia bekerja atas nama
Bu-tong-pay.....!" "Siapakah orang itu Liu Lopeh" Tahukah engkau akan namanya?"
tanya Yo Him. Si pengemis menggelengkan kepalanya perlahan, lalu katanya
dengan suara yang mengandung penyesalan: "Aku belum lagi
mengetahui...... cuma menurut kabar-kabar selentingan. Orang itu
adalah salah seorang murid tingkat ketiga dari Bu-tong-pay."
"Mengapa Lopeh tidak menanyakan langsung kepada pihak Butong-pay?"" tanya Yo Him.
"Aku telah mengunjungi dua kali pintu perguruan tersebut. Namun
sejauh itu pihak Bu-tong-pay menyatakan bahwa mereka tidak
mencampuri lagi urusan murid yang telah diusir dari pintu
perguruan tersebut. Dan ketika kutanyakan siapakah adanya murid
Bu-tong-pay yang telah diusir dari pintu perguruan tersebut, pihak
Bu-tong-pay tidak bersedia menyebutkannya. Karena menurut
mereka itulah rahasia rumah tangga pintu perguruan tersebut.....!"
"Tetapi lopeh, jika memang kita langsung menemui Ciang-bun-jin
Bu-tong-pay dan menceritakan kesulitan yang dialami oleh pihak
Kay-pang, di mana jelas akan menimbulkan pergolakan yang tidak
menggembirakan di dalam rimba persilatan tentu Ciang-bun-jin Butong-pay bersedia memberitahukan siapa-siapa saja murid Butong-pay yang telah diusir oleh pihak pintu perguruan tersebut......!"
164 Liu Ong Kiang tersenyum pahit, ia berkata: "Justru kami dari pihak
Kay-pang juga tidak memiliki muka yang begitu tebal untuk terlalu
merendahkan diri pada pihak Bu-tong-pay. Bukankah jika mereka
mengatakan bahwa Kay-pang memiliki banyak orang-orangnya
yang berkepandaian tinggi, dan kini ternyata tidak memiliki
kesanggupan untuk menyelesaikan persoalannya dengan pihak
tentara Mongolia itu, akan mendatangkan malu buat kami. Terlebih
lagi yang kini ditahan oleh pihak kerajaan Mongolia itu adalah ke
dua Tianglo kami, yang memiliki kedudukan tidak rendah dalam
Kay-pang. Sampai mereka tidak bisa menyelamatkan diri dari
tangan pihak Mongolia tersebut, huh! Itu hanya akan menjadi
bahan tertawa yang tidak mengenakkan hati kami pihak Kaypang......!"
Yo Him menghela napas. "Lalu tindakan apa yang hendak dilakukan oleh pihak Kay-pang
dalam usaha menolong ke dua Tianglo kalian itu, Liu Lopeh?"
tanya Yo Him. "Sesungguhnya dari pihak Kay-pang kami telah menyusun
rencana untuk melakukan penyerbuan ke tempat ke dua Tianglo
kami itu ditahan, guna membebaskannya dengan mempergunakan
kekerasan. Namun kami masih mempertimbangkan akibat yang
akan muncul, di mana akan menyebabkan goncangan yang terlalu
luas untuk rimba persilatan. Disamping itu akan menimbulkan
jatuhnya korban yang tidak sedikit.....!" dan setelah menyahuti
begitu, Liu Ong Kiang menjadi serba salah, lalu ia menghela napas
berulang kali dengan wajah yang semakin muram.
165 Yo Him tertawa perlahan untuk menghibur Liu Ong Kiang,
pengemis Kay-pang itu, katanya kemudian, "Jika memang Liu
Lopeh hendak pergi menolongi Khu Tianglo dan Sun Tianglo dari
tangan orang-orang Mongolia itu, tidak perlu sampai mengerahkan
anggota Kay-pang seperti apa yang disebut oleh Liu Lopeh tadi.
Cukup jika kita bersama beberapa tokoh Kay-pang lainnya yang
benar-benar memiliki kepandaian tinggi dan bisa diandalkan untuk
pergi menolongnya." Liu Ong Kiang menghela napas lagi. Wajah masih bermuram durja
seperti tengah berpikir keras, lalu berkata lagi, "kalau saja memang
Yo Kongcu bersedia untuk membantu kami tentu urusan akan
menjadi beres dengan mudah!"
"Tentu saja aku mau untuk membantu pihak Kay-pang terlebih lagi
ini merupakan urusan penasaran dari Kay-pang, bukan menipiskan
urusan yang buruk. Mengapa aku harus menolak membantu Kaypang" Tetapi sayang justru kini aku tengah berusaha menolong
jiwa seseorang......"
"Menolong jiwa seseorang......?" tanya Liu Ong Kiang terkejut.
Yo Him mengangguk. "Ya. Seorang sahabat telah terkena racun yang hebat dan kini
dalam keadaan yang menguatirkan sekali, maka aku harus
mencari obat untuk menyembuhkannya. Waktu dan kesempatan
yang ada hanya lima hari saja selewatnya dari waktu itu ia akan
menemui kematian dengan cara yang mengerikan sekali, yaitu
dengan tubuh mencair busuk......!"
166 Liu Ong Kiang memperlihatkan wajah terkejut, tanyanya: "Racun
apa yang yang telah mengendap di tubuhnya?"
Yo Him menghela napas. "Sahabat itu dilukai Tok-ong-kiu-cie yang
mempergunakan racun Sam-hun-tok yang menurut katanya hanya
bisa disembuhkan oleh Sam-touw-liong Wie Go Ciang, iblis yang
menetap di Souw-ciu. Tetapi itu tidak mungkin karena dari kota ini
tidak mungkin mencapai pulang pergi hanya dalam lima hari.....
Kasihan sekali nasib sahabat itu.....!"
Mendengar disebutnya nama Tok-ong-kiu-cie dan Sam-touw-liong
Wie Go Ciang muka Liu Ong Kiang jadi berobah hebat, katanya
dengan suara yang terbata-bata: "Inilah urusan yang tidak mainmain. Tentunya sahabatmu itu Kongcu merupakan seorang rimba
peralatan yang memiliki kepandaian tinggi sekali. Siapakah
sahabatmu itu. Kongcu?"
"Dia she Cin dan bernama Piauw Ho," menjelaskan Yo Him. "Kini
ia tengah rebah tidak berdaya di dalam kamar rumah
penginapan......!" "Mari kita melihat keadaannya.....!" ajak Liu Ong Kiang sambil
berdiri dari duduknya. Yo Him mengangguk, katanya: "Tetapi kita harus menjemput Ko
Tie dulu......!" "Ko Tie" Siapa dia?"
"Seorang sahabat kecil.....!"
167 "Ohh....!" Liu Ong Kiang dan Yo Him telah pergi ke tempat pertunjukan
wayang orang, waktu itu pertunjukan tengah berlangsung seru
dengan adegan pertempuran. Seluruh penonton tengah asyik
menyaksikan pertunjukan tersebut. Begitu juga halnya dengan Ko
Tie yang tengah berdiri sambil sekali-sekali bersorak girang.
melihat ramenya adegan pertempuran yang terjadi di atas
panggung pertunjukan itu.
Yo Him segera menghampiri Ko Tie. dan mengajak anak itu untuk
kembali ke rumah penginapan. Lie Ko Tie tidak membantah, ia
bersama Yo Him dan Liu Ong Kiang telah kembali ke rumah
penginapan. Waktu mereka tiba di kamar penginapan, tampak Cin Piauw Ho
tengah rebah di atas pembaringnn dengan muka yang pucat
kehijau-hijauan. Napasnya juga perlahan dan lemah sekali.
Sepasang matanya terpejam rapat.
Yo Him menghampiri pembaringan, memegang perlahan tangan
Cin Piauw Ho. Kemudian katanya dengan suara yang
mengandung kekuatiran: "Cin Toako..... bagaimana keadaanmu"
Apa yang engkau rasakan?"
Cin Piauw Ho membuka matanya, dan memandang dengan sinar
mata lesu tidak bercahaya kepada Yo Him. Kemudian melirik
kepada Liu Ong Kiang dan Ko Tie yang bersama Yo Him.
"Rasanya sulit sekali bagi aku berharap bisa hidup lebih lama lagi,
paling lambat mungkin hari ini aku masih bisa bertahan..... setelah
168 itu mungkin aku akan putus jiwa.....!" kata Cin Piauw Ho dengan
suara yang lemah. Yo Him memaksakan diri untuk tertawa guna menghibur dan
memberikan semangat kepada Cin Piauw Ho, lalu katanya: "Kau
jangan berkata begitu Cin toako, aku akan berhasil untuk
mencarikan obat dan usaha menolong jiwamu dari kematian.....
engkau tenang-tenanglah beristirahat..... jangan terlalu banyak
berpikir yang tidak-tidak."
Cin Piauw Ho menghela napas, ia tampaknya putus asa.
Liu Ong Khang yang sejak tadi mengawasi keadaan Cin Piauw Ho,
telah menoleh kepada Yo Him, lalu katanya hati-hati: "Yo Kongcu,
aku mengerti sedikit-sedikit mengenai ilmu racun, karena kami
kaum pengemis sering menangkap ular dan kalajengking. Dengan
begitu aku mengenal beberapa jenis racun. Walaupun Kongcu tadi
telah mengatakan bahwa sahabatmu ini terluka oleh racun Samhun-tok, tetapi kukira ada baiknya aku memeriksa lukanya itu
dulu.....!" Yo Him girang mendengar perkataannya si pengemis, ia
mengangguk sambil katanya katanya, "Jika memang Liu Lopeh
ingin menolongi Cin toako, mengapa aku harus menghalangi"
Tidak ada salahnya jika Liu Lopeh memeriksa keadaannya. Siapa
tahu Liu Lopeh bisa mengobatinya?"
"Aku hanya mengerti sedikit sekali mengenai beberapa jenis racun,
tetapi aku akan berusaha untuk memperpanjang daya bertahan
saudara Cin itu......!" Sambil berkata begitu, Liu Ong Kiang
menghampiri ke dekat pembaringan lalu dengan dibantu oleh Yo
169 Him, ia telah melepaskan pakaian atas Cin Piauw Ho, di mana di
dekat pundaknya tersebut tampak sebuah luka yang telah bersemu
hitam, daging di sekitarnya luka itu mulai membusuk dan
menyiarkan bau yang tidak sedap untuk hidung, juga warna hitam
gelap itu telah melebur ke dekat punggung serta ketiak.
Sekali lihat saja, segera bisa diketahui bahwa Cin Piauw Ho telah
terluka berat dan racun mulai bekerja. Memang jika racun tersebut
telah menjalar sampai ke jantung, jangan harap Cin Piauw Ho
mengharapkan dapat hidup lebih lama lagi dan di waktu itu
tubuhnya akan mencair dan membusuk.
Liu Ong Kiang mengerutkan alisnya. Wajahnya muram ketika
melihat keadaan luka yang diderita oleh Cin Piauw Ho. Malah
akhirnya pengemis itu telah menghela napas dalam-dalam,
katanya dengan suara perlahan, "Memang racun Sam-hun-tok
racun yang sangat dahsyat..... Aku baru kali ini melihat luka yang
demikian hebat..... dan tidak kusangka bahwa Sam-hun-tok dapat
bekerja perlahan namun kesudahannya demikian hebat. Menurut
Yo Kongcu, saudara Cin ini telah diberikan obat oleh tabib, tetapi
obat itu rupanya hanya dapat membendung menjalarnya racun
untuk waktu yang tidak begitu lama. Menurut penglihatanku, paling
lambat besok. Saudara Cin tidak akan sanggup bertahan lagi......!"
Dan Liu Ong Kiang menghela napas berulang kali.
Yo Him mengawasi kuatir pada pengemis itu dan Cin Piauw Ho
bergantian lalu dengan ragu-ragu katanya: "Apakah tidak ada jalan
lain untuk menolong Cin toako agar ia bisa bertahan lebih lama
lagi?" 170 Liu Ong Kiang berdiam diri sejenak namun akhirnya menyahuti
juga: "Bisa, jika saja memperoleh pil Swat-lian-tiat-tan (pil teratai
emas besi). Sayang sekali obat yang diramu dengan campuran
swat-lian dari puncak Thian-san itu jarang sekali bisa diperoleh!
Padaku terdapat pil Kim-lian-tan (pil teratai emas), tetapi aku belum
tahu apakah pil yang kumiliki ini bisa mencegah menjalarnya racun
Sam-hun-tok lebih jauh. Untuk menyembuhkan dan memunahkan
racun Sam-hun-tok dengan mempergunakan pil obatku itu,
memang tidak bisa, namun mudah-mudahan saja bisa
memperlambat menjalarnya racun yang ganas itu, karena
sedikitnya Kim-lian-tan dibuat mempergunakan campuran racun
Swat-lian juga hanya sedikit sekali."
Dan setelah berkata begitu, Liu Ong Kiang merogoh sakunya. Ia
mengeluarkan sebuah botol kecil berwarna merah, di dalam botol
tersebut terdapat dua butir pil berwarna coklat tua. Pengemis
tersebut lantas saja mengeluarkan sebutir, lalu melanjutkan
keterangan: "Pil ini sesungguhnya kuperoleh dari seorang aneh dari Kun-lun
yang pernah bertemu denganku secara kebetulan. Ia memberikan
aku tiga butir. Tetapi yang sebutir telah dipergunakan untuk
mengobati luka seorang anggota Kay-pang, maka pil mujijat ini
hanya tinggal dua butir. Tetapi kurasa luka yang diderita oleh


Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

saudara Cin itu cukup parah. Untuk mencegah menjalarnya racun
Sam-hun-tok lebih jauh, ia harus memakan ke dua butir pil ini.
Sekarang dimakannya sebutir dan sore nanti ia baru memakannya
sebutir lagi.....!" 171 Sambil berkata begitu, Liu Ong Kiang telah menghampiri
pembaringan. Memijit rahang Cin Piauw Ho meminta Cin Piauw Ho
membuka mulutnya. Cin Piauw Ho yang memang telah berputus asa dan sudah tidak
memiliki harapan hidup, tanpa rewel telah membuka mulutnya.
Dan setelah pil Kim-lian-tan dimasukkan ke dalam mulutnya, di
mana Cin Piauw Ho merasakan bau harum menyegarkan tersiar
dari pil tersebut, ia menelannya.
"Nah, sekarang kau istirahat dulu, saudara Cin. Nanti kau harus
memakan yang sebutir ini lagi. Mudah-mudahan saja pil Kim-liantan ini bisa memperlambat menjalarnya racun Sam-hun-tok itu.....!"
kata Liu Ong Kiang kemudian.
"Terima kasih atas pemberian pil obat itu!" kata Cin Piauw Ho
dengan suara yang tidak begitu lancar. "Pil itu merupakan obat
mujijat yang tidak ternilai harganya, dan saudara telah memberikan
kepadaku. Entah bagaimana nanti aku membalas budimu......!"
kata kata itu tidak bisa diteruskan, karena Cin Piauw Ho merasakan
sakit yang luar biasa pada lukanya. Ia mengerang perlahan sambil
meringis. Liu Ong Kiang menghela napas, ia bilang: "Jangan terlalu banyak
bicara dan bergerak dulu. Nah, tidurlah! Mungkin lebih baik lagi,
bila engkau bisa tidur untuk istirahat, sehingga tidak banyak gerak
dan obat bekerja lebih baik, saudara Cin.....!"
Cin Piauw Ho hanya mengangguk dan memejamkan matanya
rapat-rapat. Namun mukanya masih meringis menahan sakit yang
luar biasa. Keadaannya mengenaskan sekali.
172 Menyaksikan itu, Yo Him menghela napas berulang kali,
sedangkan Ko Tie yang sejak tadi hanya bisa mengawasi saja, jadi
berdiri diam dengan hati yang bingung dan berkasihan. Ia bingung
karena memang Ko Tie tidak bisa melakukan sesuatu apapun juga.
Berkasihan karena melihat keadaan Cin Piauw Ho seperti itu.
Setelah melihat Cin Piauw Ho memejamkan mata rapat-rapat dan
akhirnya perasaan sakit yang dideritanya mulai berkurang, sebab
mukanya tidak meringis seperti tadi. Yo Him mengajak Ko Tie dan
Liu Ong Kiang untuk keluar dari kamar tersebut. Mereka duduk di
ruang bawah, di mana Yo Him memesan teh dan beberapa macam
makanan kecil. Banyak yang dibicarakan oleh Yo Him dan Liu Ong Kiang yaitu
mengenai perkembangan dunia persilatan di saat itu. Waktu Yo
Him menceritakan perihal dia menolongi Ko Tie dari tangannya
wanita sinting Tok-kui-sin-jie Khiu Bok Lan, si pengemis
mengerutkan alisnya. "Perempuan sinting itu memang banyak menimbulkan keonaran
akhir-akhir ini, karena telah cukup banyak juga jago-jago Kang-ouw
yang menjadi korbannya. Dalam tiga tahun, perempuan sinting
dengan selalu membawa-bawa mayat bayi yang telah diawetkan
itu memang telah dicari oleh beberapa orang tokoh Kangonw untuk
ditumpas. Ia bertangan telengas dan juga menurut apa yang sering
kudengar, setiap kali turun tangan selalu membinasakan
korbannya dengan kejam sekali......!"
Setelah berkata begitu, Liu Ong Kiang menghela napas berulang
kali, baru melanjuti lagi perkataannya, "Memang belakangan ini,
173 sejak berakhirnya peperangan dan berhasilnya Kublai Khan
menguasai daratan Tiong-goan, cukup banyak jago-jago yang
bermunculan di dunia Kang-ouw. Dan yang membuat aku heran,
mereka umumnya merupakan jago-jago muda yang memiliki
kepandaian tidak rendah! Inilah yang merupakan ancaman tidak
kecil buat rimba persilatan, karena syukur jika jago-jago muda itu
mengambil jalan Pek-to, putih dan lurus. Tetapi jika mereka yang
masih berusia muda dan berdarah panas itu memilih jalan Hek-to,
maka akan menimbulkan bencana yang tidak kecil buat Kangouw......!"
Yo Him mengangguk. "Apa yang dikatakan oleh Liu Lopeh memang tepat," kata Yo Him.
"Dalam hal ini memang harus diperhatikan baik-baik. Karena sepak
terjang dari jago-jago muda itu yang bermunculan cukup banyak
dengan kepandaian tinggi. Dibiarkan begitu saja mereka
mengumbar keganasan mereka, niscaya korban-korban yang
berjatuhan akan banyak sekali, sedangkan tokoh sakti yang telah
kecewa dengan kekalahan kerajaan kita dan berkuasanya Kubilai
Khan di daratan Tiong-goan ini benar-benar mengundurkan diri
dan hidup mengasingkan diri di tempat tertentu, sudah tidak mau
mencampuri lagi urusan Kang-ouw......!"
Liu Ong Kiang berdiam diri sejenak. Namun akhirnya dia
mengawasi Ko Tie. Dia mengawasi agak lama dan teliti sekali,
seperti juga terdapat sesuatu yang menarik pada diri Ko Tie.
"Anak yang baik!" memuji Liu Ong Kiang akhirnya. "Tampaknya
anak ini memiliki bakat dan tulang yang baik sekali untuk
174 mempelajari ilmu silat! Apakah ia murid Yo Kongcu?" sambil
bertanya begitu, Liu Ong Kiang juga telah menoleh kepada Yo Him.
Yo Him menggeleng, ia cepat-cepat menceritakan siapa adanya
Ko Tie dan bagaimana terjadi pertemuan di antara mereka. Pula
Yo Him menceritakan riwayat Ko Tie seperti apa yang pernah Ko
Tie ceritakan padanya. Rupanya Liu Ong Kiang tertarik sekali pada Ko Tie yang dipujinya
sebagai seorang anak yang memiliki bakat berkepandaian tinggi,
bimbingan yang baik dari seorang yang tangguh di kemudian hari.
Namun waktu mereka bercakap-cakap seperti itu, tiba-tiba mereka
mendengar suara ribut-ribut di luar rumah penginapan. Suara jerit
ketakutan dan teriakan teriakan kaget. Yo Him dan Liu Ong Kiang
saling pandang. Lalu ke duanya cepat-cepat keluar untuk melihat
apa yang tengah terjadi itu.
Ternyata di jalan raya tampak orang-orang wanita dan laki-laki
berlari-lari sambil berteriak-teriak ketakutan, semuanya tengah
mencari tempat persembunyian banyak juga yang lari menerobos
masuk ke dalam rumah penginapan dengan muka yang pucat.
Yo Him dan Liu Ong Kiang mengerutkan alisnya. Ia melihat dari
arah mana orang-orang itu datang berlari ketakutan dan segera
juga mereka melihat sesuatu yang mengejutkan.
Karena terpisah puluhan tombak dari tempat mereka berada,
tampak tengah mendatangi mahkluk yang cukup mengerikan,
berbulu putih dan tinggi besar sambil melompat-lompat setengah
berlari mengeluarkan suara erangannya yang keras sekali,
menyeramkan. Makluk mengerikan itu tidak lain dari seekor
175 biruang putih, yang bulunya bagaikan tumpukan salju...... giginya
yang panjang runcing itu tampak mengerikan sekali setiap kali
binatang buas tersebut menyeringai.
Yo Him dan Liu Ong Kiang jadi heran entah dari mana datangnya
binatang buas tersebut, karena inilah merupakan peristiwa yang
jarang sekali terjadi bahwa di tengah-tengah keramaian kota
muncul makhluk buas seperti itu.
Sedangkan biruang berbulu putih yang tinggi besar itu telah berlarilari kecil sambil melompat-lompat dan mengeluarkan sekali-sekali
suara erangannya yang menyeramkan di jalan raya yang sepi.
Semua orang yang tadi berada di jalan raya telah bersembunyi
dengan ketakutan. "Entah darimana datangnya makluk itu?" menggumam Liu Ong
Kiang dengan suara yang perlahan. "Ini tidak boleh dibiarkan saja.
Terutama jika biruang itu mengamuk, tentu bisa menimbulkan
korban jwa......!" Yo Him mengangguk, namun belum lagi ia menyahut, Liu Ong
Kiang menjejakkan kakinya. Tubuhnya melompat ke tengah jalan
raya, dengan beberapa kali lompatan lagi. Dia telah berada di
depan biruang putih itu, menghadangnya, ingin meringkus.
Biruang berbulu putih itu memiliki ukuran tubuh dua kali tinggi dari
tubuh Liu Ong Kiang, dan juga kuku jari-jari tangan dan kakinya
tampak begitu runcing, mengerikan sekali. Belum lagi taring-taring
yang menonjol di mulutnya, di mana tampak menyeramkan setiap
kali ia menyeringai. Melihat ada seseorang yang merintangi
176 jalannya, biruang putih itu telah menepuk-nepuk ke dua tangannya
pada dadanya dan mengeluarkan raungan yang keras sekali.
Liu Ong Kiang tidak jeri menghadapi binatang buas tersebut, ia
telah bersiap-siap untuk membekuk binatang yang sangat
menyeramkan itu. Sin-bok-koay-kay ini memang seorang
pengemis yang lihay, ia merupakan seorang tokoh Kay-pang,
dengan demikian, kepandaiannyapun tinggi sekali. Menghadapi
makhluk buas seperti ini, sama sekali ia tidak kuatir akan kena
dicengkeram atau akan dirobek-robek karena memang Sin-bokkoay-kay Liu Ong Kiang bisa saja mempergunakan ginkangnya
yang tinggi untuk menghadapinya.
Setelah meraung keras seperti itu, tahu-tahu makhluk buas
tersebut menubruk akan memeluk Liu Ong Kiang. Gerakan yang
dilakukannya sangat cepat sekali.
Liu Ong Kiang yang telah bersiap-siap segera melompat
menyingkir ke samping, biruang berbulu putih itu menubruk tempat
kosong. Penasaran sekali binatang buas tersebut ia telah mengerang lagi
dengan keras dan menubruk kembali. Tubuhnya yang tinggi besar
bergerak secepat kilat, sehingga seperti juga gulungan warna putih
belaka yang menerjang kepada Liu Ong Kiang.
Diam-diam Liu Ong Kiang terkejut karena cara menerjang biruang
putih itu sangat lincah, dan juga anehnya menurut gerakan dari
ilmu ginkang yang biasa dipelajari oleh manusia!
177 Tetapi Liu Ong Kiang telah menjejakkan kakinya lagi, tubuhnya
terapung ke tengah udara di waktu mana kaki kanannya menjejak
punggung binatang buas tersebut. Tendangan yang dilakukan oleh
kaki kanan si pengemis sesungguhnya sangat kuat sekali, karena
ia menjejak dengan mempergunakan tenaga dalamnya.
Namun begitu telapak kakinya berhasil menjejak punggung
biruang yang lunak-lunak keras tersebut, ia tidak herhasil
sedikitpun untuk merubuhkan binatang buas itu. Malah waktu kaki
kanan Liu Ong Kiang menjejak punggungnya, biruang berbulu
putih itu tanpa memutar tubuhnya, telah menggerakkan ke dua
tangannya akan menjambret ke belakang.
Liu Ong Kiang tambah heran, gerakan yang dilakukan oleh biruang
berbulu putih itu merupakan salah satu jurus ilmu silat yang dikenal
dengan nama "Naga Sakti mengebutkan Ekor", dan juga ke dua
tangan dari biruang berbulu putih itu mengandung tenaga yang
dahsyat. Liu Ong Kiang memang sebelumnya telah berpikir, ia memang
tidak jeri menghadapi biruang itu, namun makluk itu memiliki
tenaga yang sangat kuat sekali. Sekali saja ia tertangkap kena
dicengkeram, tentu tubuhnya akan dibeset, dirobek-robek oleh
makluk buas tersebut. Jalan yang paling terbaik untuk dapat ia
menghadapi lawan yang istimewa ini, memang hanya
mengandalkan kegesitannya, dan nanti baru berusaha
merubuhkannya. Diluar dugaannya, makluk buas tersebut ternyata memang
memiliki gerakan yang lincah. Tubuhnya yang tinggi besar itu
178 rupanya tidak menjadi rintangan baginya untuk dapat melompat
gesit dan lincah. Malah semakin lama, Liu Ong Kiang semakin heran dan bingung.
Karena biruang berbulu putih tersebut telah bertempur dengannya
mempergunakan gerakan-gerakan ilmu silat, di mana setiap
gerakan tangan dan kakinya mempergunakan berbagai jurus ilmu
silat yang biasa dipergunakan oleh manusia.
Inilah peristiwa yang benar-benar sangat aneh dan tidak
dimengerti oleh Liu Ong Kiang. Sampai ia mau menduga, apakah
binatang buas ini memang telah dipelihara oleh seorang jago
Kang-ouw, yang mendidik dan melatihnya ilmu silat"!
Untuk beberapa saat lamanya, Liu Ong Kiang hanya melompat ke
sana ke mari, berkelit dan mengelakkan diri, karena ia jadi tertarik
dan ingin mengetahui, sampai berapa jauh binatang buas tersebut
menguasai ilmu silat. Yo Him yang mengawasi jalannya pertempuran yang istimewa dan
aneh itu, antara seorang manusia dengan seekor binatang buas,
yang sanggup menjalankan jurus-jurus ilmu silat telah berpikir,
"Binatang buas ini bisa muncul di tengah-tengah keramaian kota,
dan juga ia bisa menjalankan jurus ilmu silat, setiap gerakan ke dua
tangannya, merupakan pukulan dan cengkeraman yang aneh dan
kuat sekali, juga badannya yang besar bergerak cukup lincah.
Tentu binatang buas ini telah dipelihara oleh seseorang yang
memiliki kepandaian tinggi dan juga majikan binatang buas ini telah
mengajari dan mendidiknya dengan baik! Namun siapakah jago
Kang-ouw yang telah mendidik biruang ini?"
179 Sedang Yo Him berpikir begitu, di hatinya juga menduga beberapa
orang tokoh Kang-ouw. Ko Tie yang telah keluar juga, malah
menyaksikan pertempuran yang telah terjadi antara Liu Ong Kiang
dengan biruang itu dengan tertarik beberapa kali anak kecil itu
berseru, "Bagus!" jika memang dilihatnya biruang itu menerjang
dan menyerang Liu Ong Kiang dan pengemis tersebut berhasil
mengelakkan diri. Setelah melewatkan waktu beberapa saat, Liu Ong Kiang telah
melihat bahwa biruang itu memang benar-benar setiap kali
menerjang selalu mempergunakan jurus-jurus ilmu silat, bahkan
teratur sekali. Ia akhirnya memutuskan untuk menotok lumpuh
binatang itu karena telah cukup membiarkan binatang buas
tersebut selalu menyerang dirinya.
Dengan gesit, Liu Ong Kiang telah melompat ke sana ke mari, dan
ke dua tangannya juga bergerak sangat lincah sekali. Ia menotok
berbagai tubuh biruang berbulu putih itu.
Setiap totokan yang dilakukan oleh Liu Ong Kiang memang selalu
tepat mengenai berbagai jalan darah di tubuh binatang buas
tersebut, tetapi binatang itu benar-benar kuat, ia sama sekali tidak
rubuh. Jika seorang manusia terkena totokan seperti itu, tentu akan
rubuh dalam keadaan tidak berdaya.
Tetapi rupanya memang biruang putih itu memiliki kekuatan yang
sangat hebat, sehingga totokan yang dilakukan oleh Liu Ong Kiang
bagaikan garukan dan cuwilan perlahan pada tubuhnya, yang
dilindungi bulu putih yang tebal itu.
180 Malah karena Liu Ong Kiang telah menotok beberapa kali,
berulang kali hampir saja tangan Liu Ong Kiang kena dicengkeram
oleh binatang buas tersebut. Dengan demikian pengemis itu
bertindak lebih hati-hati lagi.
Yo Him setelah mengawasi sekian lama memperoleh kenyataan
bahwa Liu Ong Kiang tentu tidak mudah merubuhkan binatang
buas yang aneh ini. Benar Liu Ong Kiang memiliki kepandaian
yang tinggi, pengemis itu memang liehay, namun menghadapi
binatang buas yang seperti kedot dari totokan, di mana tubuhnya
kebal dari setiap totokan dan tidak terpengaruh sama sekali tentu


Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

akhirnya Liu Ong Kiang sendiri yang mulai letih dan kehabisan
tenaga. "Aku harus segera membantuinya.....!" berpikir Yo Him, maka ia
telah melompat mendekati gelanggang pertempuran itu, yang
terjadi di tengah jalan tersebut.
Dengan gerakan yang sangat ringan tubuhnya berkelebat ke sana
ke mari, dia pun menyerang biruang itu dengan pukulan-pukulan
yang cukup kuat. Memang bisa saja Yo Him menghajar sekalian
membinasakan biruang itu, dengan menghantam hancur batok
kepalanya atau juga mempergunakan pedangnya itu menikam
sampai binasa binatang buas tersebut, kenyataannya Yo Him tidak
mau melakukan hal seperti itu, karena ia memang bermaksud
hanya melumpuhkan binatang buas tersebut.
Yo Him telah yakin, bahwa biruang pasti memiliki majikan, yang
terdiri dari seorang tokoh Kang-ouw yang memiliki kepandaian
tinggi, sebab binatang tersebut bisa membawakan jurus-jurus ilmu
181 silat dengan baik. Maka Yo Him tidak mau sembarangan turun
tangan mencelakai biruang itu, karena jika binatang buas itu
terbinasa di tangannya, pasti akan timbul bentrokan dengan orang
yang telah memelihara biruang tersebut. Disamping itu, memang
Yo Him juga tertarik sekali melihat biruang ini bisa dilatih
menjalankan ilmu silat, yang berarti bahwa binatang buas tersebut
merupakan binatang yang cukup menarik, sayang jika
dibinasakannya. Begitulah, dengan melompat-lompat ke sana ke mari
mempergunakan ginkangnya, Yo Him dan Liu Ong Kiang telah
mempermainkan biruang tersebut, yang selalu gagal menubruk
salah seorang di antara mereka. Semakin lama biruang semakin
menjadi penasaran, dan juga jadi kalap. Dengan mengeluarkan
suara raungan yang sangat keras sekali, tahu-tahu dia telah
melompat menerkam dengan mementangkan ke dua tangannya ke
arah Yo Him, yang maksudnya hendak dipeluk dan
dicengkeramnya. Tetapi Yo Him bisa bergerak cepat sekali, kaki kanannya
menendang biruang itu dan tubuhnya telah melesat mundur
meminjam tenaga tendangan itu, maka di waktu ke dua tangan
biruang tersebut memeluk, dia memeluk angin alias tempat
kosong. Sedangkan Liu Ong Kiang juga mempergunakan
kesempatan tersebut menggerakkan tangan kanannya,
menghantam kuat sekali punggung binatang buas itu.
"Bukkkk!", pukulan itu telah menyebabkan biruang tersebut
terjerunuk ke depan, namun tidak sampai terjerembab mencium
tanah. 182 Rupanya pukulan yang dilakukan Liu Ong Kiang kali ini,
menimbulkan perasaan sakit juga di punggungnya, biruang itu
telah meraung dengan suara yang kuat sekali. Dia tengah murka
dan kalap disamping penasaran, di mana kalau sampai binatang
buas itu kalap, tentu bisa menimbulkan bahaya yang tidak kecil
untuk orang lain kalau saja Liu Ong Kiang dan Yo Him tidak bisa
menguasainya. "Yo Kongcu, apakah kita binasakan saja binatang buas ini?" teriak
Liu Ong Kiang dengan suara yang nyaring, karena pengemis ini
merasakan ia cukup lelah setelah menghadapi binatang buas yang
kuat dan tangguh itu sekian lama.
"Jangan!" teriak Yo Him. "Kita harus dapat melumpuhkannya saja,
tetapi jangan membinasakan binatang ini! Coba kita lihat saja,
apakah pemiliknya akan memperlihatkan diri atau tidak!"
Berkata sampai di situ, Yo Him terpaksa melompat ke samping
kanan, untuk mengelakkan terjangan kuat dan berbahaya dari
binatang buas tersebut. Tetapi Yo Him juga bukan hanya sekedar
menyingkir, cepat bukan main ke dua tangannya dirangkapkan dan
dia memukul dengan mempergunakan lima bagian tenaga
dalamnya. Pukulan seperti ini mengandung tenaga yang bisa menghancurkan
batu, maka begitu mengenai telak kepala binatang buas itu, tubuh
biruang berbulu putih itu telah terhuyung-huyung, kemudian
terjatuh duduk dengan kepala yang pusing dan mata yang nanar.
Hanya mulutnya yang terpentang lebar mengeluarkan suara
erangan marah. 183 Yo Him telah tertawa menghampiri Liu Ong Kiang, katanya.
"Sesungguhnya, binatang buas seperti ini harus dibinasakan,
karena dengan adanya dia di tengah-tengah keramaian kota, tentu
bisa mencelakai manusia...... tetapi anehnya, binatang buas ini
bagaikan terpelihara baik dan pandai sekali mempergunakan
jurus-jurus ilmu silat. Seperti tadi aku telah melihatnya Liu Lopeh,
biruang ini membawakan jurus-jurus ilmu silat dengan teratur
sekali. Entah siapa pemiliknya......"!"
Liu Ong Kiang telah mengangguk, ia menghela napas sambil
melirik mengawasi biruang itu, lalu katanya, "Benar aku yakin
biruang ini pasti peliharaan orang Kang-ouw yang memiliki
kepandaian tinggi...... entah siapa dia?"
Biruang putih itu, yang duduk dengan kepala digerak-gerakan ke
kiri dan ke kanan, seperti juga tengah merasa pusing bukan main,
telah berusaha untuk berdiri. Semula ia mengerang-erang dengan
tidak hentinya, setelah berdiri, walaupun tubuhnya masih
sempoyongan bagaikan hendak jatuh kembali.
Ia telah membuka ke dua tangannya memukuli dadanya, dan
mengerang dengan suara raungan yang seperti menggentarkan
sekitar tempat itu. Suara raungannya begitu panjang dan
menyeramkan, membuat semua orang yang tengah bersembunyi
di berbagai tempat, yang menyaksikan hal itu, telah menggigil
ketakutan. Ketika biruang putih ini muncul di kota tersebut, sesungguhnya
waktu itu di jalan raya cukup ramai oleh manusia-manusia yang
sibuk dengan kebutuhan mereka masing-masing. Namun begitu
184 binatang buas tersebut muncul, mereka jadi kaget dan ketakutan,
dengan panik mereka telah berlari-lari mencari tempat
bersembunyi. Sekarang melihat biruang itu telah dihajar oleh Yo Him dan Liu Ong
Kiang, bukannya jadi lumpuh dan pergi meninggalkan tempat itu,
malah telah meraung dengan sikapnya yang bertambah ganas dan
juga bertambah kalap, membuat orang-orang itu tambah
ketakutan. Karena kalau sampai terjadi biruang itu mengamuk dan
Yo Him bersama Liu Ong Kiang tidak bisa menguasainya, niscaya
akan menimbulkan kerusakan yang cukup hebat untuk toko-toko
dan rumah-rumah penduduk di sekitar jalan tersebut, juga yang
dikuatirkan akan jatuhnya korban manusia di tangan binatang buas
itu......! Biruang putih itu meraung terus, namun tidak menerjang lagi
kepada Yo Him atau Liu Ong Kiang. Dengan sikapnya seperti itu,
segera juga Yo Him dan Liu Ong Kiang dapat menduga, bahwa
biruang tersebut seperti tengah memanggil seseorang. Dan
tentunya yang dipanggil binatang buas dengan isyarat suara
raungannya itu, adalah majikannya, orang yang telah
memeliharanya...... Apa yang diduga oleh Yo Him dan Liu Ong Kiang memang tepat.
Karena setelah biruang putih itu meraung berulang kali dengan
suara yang begitu menyeramkan, tiba-tiba dari kejauhan terdengar
suara raungan seperti biruang putih itu, karena suara raungan itu
adalah suara raungan dari seorang manusia. Malah tidak lama
kemudian tampak berkelebat mendatangi sesosok bayangan, yang
185 gesit sekali. Disusul deagan kata-katanya: "Siapa yang telah berani
menghina Pek-swat-jie (Anak Salju Putih)?"
Baru saja kata-katanya itu habis diucapkan, orangnya sudah tiba
di samping biruang putih itu.
Dia adalah seorang lelaki bertubuh tinggi besar, dengan pakaian
yang aneh sekali terbuat dari kulit binatang, dan juga mukanya
memerah segar. Usianya mungkin limapuluh tahun lebih, sikapnya
gagah dan tenaganya tampak kuat sekali. Dilihat dari keadaannya,
orang itu seperti juga bukan orang daratan Tiong-goan. Sepasang
matanya telah mencilak ke sana ke mari, mengawasi sekelilingnya,
mendelik Yo Him dan Liu Ong Kiang.
Biruang itu telah merangkul lelaki tersebut, ia mengeluarkan suara
erangan perlahan, bagaikan tengah mengadu bahwa ia telah
dihina oleh Yo Him dan Liu Ong Kiang. Sedangkan lelaki itu yang
aneh sekali cara berpakaiannya, telah mengangguk-angguk
berulang kali. Yo Him dan Liu Ong Kiang mengawasi saja, mereka tidak
mengetahui entah siapa lelaki luar biasa ini. Namun melihat cara
datangnya tadi menunjukkan bahwa ginkangnya memang sangat
tinggi sekali. Walaupun tidak melebihi jauh ginkang yang dimiliki
Yo Him, namun berada di atas dari ginkang Liu Ong Kiang!
Dilihat dari kulit tubuhnya yang putih kemerah-merahan, orang
itupun rupanya tinggal di tempat yang dingin sekali, dan jarang
terkena sinar matahari. Namun dengan munculnya orang tersebut
bersama dengan binatang peliharaannya itu, benar-benar sangat
aneh dan membingungkan sekali.
186 Setelah merangkul lelaki itu beberapa saat, biruang itu melepaskan
rangkulannya dan tangannya menunjuk-nunjuk pada Yo Him dan
Liu Ong Kiang. Lelaki aneh itu telah mengawasi mendelik kepada Yo Him dan Liu
Ong Kiang, lalu bentaknya. "Mengapa kau menghina Pek-swatjie?"
Yo Him cepat-cepat merangkapkan sepasang tangannya, ia
menjura memberi hormat. "Locianpwe, kami sama sekali tidak
bermaksud mengganggu binatang peliharaanmu itu, tetapi kukira
dengan membawa-bawa binatang buas di tengah keramaian kota
ini bukanlah suatu perbuatan yang terpuji, karena biruang itu telah
menimbulkan kepanikan penduduk kota! Juga, jika sampai
binatang itu mengganggu penduduk di mana terjadi korban jiwa,
bukankah hal itu harus disesalkan sekali......!"!"
Muka lelaki itu berobah merah, ia memang memiliki wajah yang
putih kemerah-merahan, maka mukanya itu marah seperti juga
kepiting yang direbus, diliputi kemarahan yang luar biasa.
"Kau mengatakan Pek-swat-jie mengganggu penduduk kota ini"
Apakah kau bisa memperlihatkan siapa orang yang telah diganggu
dan menjadi korban Pek-swat-jie"! Aku tahu benar, Pek-swat-jie
tidak mungkin mengganggu manusia!"
Liu Ong Kiang tidak sesabar Yo Him dia mendengus dingin,
katanya: "Binatang itu walaupun telah dididik dengan baik, tetap
saja binatang! Tadi dia telah mengejar-ngejar penduduk di kota ini,
mereka jadi ketakutan dan panik berlari tidak menentu.....
menakut-nakuti seperti itu, tentu akan menimbulkan kerusuhan di
187 kota ini. Alangkah baiknya jika kau membawa pergi, binatang
peliharaanmu itu!" Mata lelaki aneh itu telah mendelik mengawasi Liu Ong Kiang,
katanya: "Pengemis bau apakah kau tahu dengan perkataanmu itu,
tubuhmu bisa dibeset-beset oleh Pek-swat-jie?"
Liu Ong Kiang memang tengah mendongkol, karena lelaki aneh ini
telah membawa-bawa dan melepaskan binatang buas yang jadi
peliharaannya itu di tengah-tengah keramaian kota. Ia memang
tidak puas terhadap perbuatan lelaki aneh ini.
Sekarang dia ditegur seperti itu, maka katanya dengan sikap yang
dingin. "Jika memang terjadi sesuatu yang tidak diinginkan dan
binatang itu merusak atau mencelakai manusia, jelas engkau yang
harus bertanggung jawab! Hemm, terlebih lagi jika memang
binatang itu berani berbuat kurang ajar padaku, hemm, hemm,
apakah kau kira aku ini bak-pauw, yang mudah untuk dibesetbeset?"
Lelaki bermuka merah yang pakaiannya begitu aneh, telah
mendekati dengan gusar. "Pengemis bau, mulutmu lancang dan kurang ajar sekali! Kau perlu
dihajar......" dan setelah berkata begitu dengan gerakan yang sulit
sekali diikuti oleh penglihatan manusia, tangannya bergerak untuk
mencengkeram pundak Liu Ong Kiang.
Yo Him melihat gerakan yang dilakukan oleh orang berpakaian
aneh itu luar biasa cepatnya, dan juga tangannya telengas sekali,
188 serangannya bengis dan bisa melumpuhkan, karena yang
diincernya adalah tulang pie-pe di pundak Liu Ong Kiang.
Sedangkan si pengemis hatinya tercekat waktu itu tahu-tahu jari
tangan orang aneh itu menyentuh baju di pundaknya. Mati-matian
ia telah mengelakkannya dengan menurunkan pundaknya. Tidak
urung, bajunya di bagian pundak telah berhasil dirobek oleh jari
tangan orang aneh itu, sehingga tampak kain baju itu berkibar-kibar
tertiup angin, robek cukup lebar.
Bukan main gusarnya Liu Ong Kiang, ia sampat berjingkrak
mengeluarkan makian sengit. "Binatangnya buas, majikannya juga
buas, maka ke dua-duanya perlu dimampusi!"
Lalu dengan perkataannya itu, Liu Ong Kiang telah mencabut
tongkat bambu yang terselip di pinggangnya. Tombak bambu itu
sepanjang dua kali lebih, berwarna kuning kehijau-hijauan.
Biasanya, jarang sekali Liu Ong Kiang mempergunakannya jika
memang bukan tengah menghadapi lawan yang tangguh. Karena
melihat bahwa orang aneh ini memang memiliki kepandaian yang
tinggi dan tidak bisa dipandang remeh, maka ia telah
mengeluarkan tongkat bambunya itu untuk menghadapi orang
tersebut. Bahkan begitu mengeluarkan tongkat bambunya, segera
Liu Ong Kiang telah menggerakkannya untuk memukul ke
pinggang orang aneh itu. Orang aneh dengan pakaian yang aneh juga, telah mengeluarkan
suara tertawa mengejek. 189 "Hemm, tongkat pemukul anjing buduk dari partai pengemis
hendak dipergunakan menghadapi aku, Swat Tocu (pemilik pulau
salju)?" teriaknya dengan suara yang dingin, dan tampak dia telah
menjentik dengan jari telunjuknya menyentil tongkat bambu itu,
yang telah kena disetilnya kuat sekali, sampai tongkat bambu itu
terpental dan tidak berhasil mengenai sasarannya. "Sedangkan
Pangcu Kay-pang sendiri akan berlaku dan tidak berani berlaku
kurang ajar!" Mendengar bahwa orang yang ada di hadapannya ini, yang
menjadi pemilik biruang putih itu, adalah Swat Tocu (majikan pulau
salju), Liu Ong Kiang terkejut bukan main. Ia pun tadi tengah kaget
karena tongkatnya yang kena disentil oleh Swat Tocu tersebut
telah terpental keras sekali, malah ia merasakan telapak
tangannya begitu pedih dan sakit sekali, hampir saja tongkatnya itu
tidak bisa dicekalnya terus dan terlepas. Namun karena Liu Ong
Kiang memang memiliki kepandaian yang tak rendah dia masih
bisa berusaha mencegah terlepasnya tongkat bambu itu dari
cekalan tangannya. Swat Tocu memang merupakan seorang tokoh sakti yang sangat
ditakuti oleh tokoh-tokoh rimba persilatan daratan Tiong-goan,
karena Swat Tocu merupakan seorang tokoh tua yang telah


Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berusia seratus tahun lebih. Namun karena ia tinggal di tempat
yang dingin di pulau Swat-to, Pulau Salju, yang seluruh permukaan
pulau itu diselimuti oleh lapisan salju, membuat ia awet muda dan
tampak seperti seorang yang baru berusia limapuluh tahun.
Rahasia awet mudanya itupun justru karena ia telah melatih
lweekang yang mempergunakan inti es, yang bisa diperolehnya
190 dari dasar pulaunya, di mana ia melatih lweekangnya itu dengan
menyedot inti es yang terdapat di dasar pulau saljunya. Maka inti
es yang telah diresapnya itu, merupakan suatu kekuatan yang
sangat hebat. Jarang sekali ada orang yang bisa menghadapi inti es telapak
tangan Swat Tocu, karena sekali saja Swat Tocu menyerang
dengan pukulan yang mengandung kekuatan lweekang, lawannya
akan terbinasa dengan tubuh yang kaku dan darah di tubuhnya
membeku. Begitu sempurnanya kepandaian lweekang yang telah
dilatih oleh Swat Tocu, sehingga ia merupakan tokoh sakti yang
boleh dibilang sudah tidak memiliki lawan sama sekali. Sebagai
seorang tokoh sakti yang memiliki kepandaian sulit untuk diukur lag
Swat Tocu tidak sepuluh tahun sekali keluar meninggalkan
pulaunya. Bahkan tidak jarang sampai duapuluh tahun ia tidak
pernah meninggalkan pulaunya itu. Dengan demikian, orang-orang
yang pengetahuannya tidak luas dan berkepandaian biasa saja,
tentu tidak akan mengenal perihal Swat Tocu.
Beberapa orang tokoh sakti yang mengetahui adanya Swat Tocu.
Dan Liu Ong Kiang sendiri mendengar perihal Swat Tocu ini dari
Pangcunya, di mana ia pernah mendengar Pangcunya itu
mengatakan bahwa ada seorang tokoh sakti yang mungkin
kepandaiannya tidak berada di bawah kepandaian Yo Ko dan
tokoh-tokoh sakti lainnya.
Hanya saja, Swat Tocu itu memang jarang sekali menginjakkan
kaki di daratan Tiong-goan, menyebabkan namanya seperti
terpendam di antara tumpukan salju di pulaunya saja. Malah
191 menurut Pangcu dari Kay-pang itu, ketika Lima Jago Luar Biasa
Oey Yok Su, Ong Tiong Yang, Ang Cit Kong, Auwyang Hong dan
Toan Hong-ya mengadakan pertemuan di puncak Hoa-san, untuk
merundingkan ilmu silat dan pedang, Swat Tocu ingin diundang.
Namun karena memang merekapun tidak mengetahui dengan
tepat di mana letak pulau Salju itu, maka mereka tidak
mengundangnya. Hanya Oey Yok Su seorang yang pernah bertemu muka dengan
Swat Tocu. Itupun terjadi hanya satu kali saja. Mereka telah
bertempur sampai tiga hari tiga malam, dengan kesudahan
berimbang, tidak ada seorangpun yang kalah. Malah Oey Yok Su
sendiri mengakui, jika bertempur terus dua atau tiga hari lagi,
kesudahannya tentu dia yang akan merubuhkan Swat Tocu.
Pertemuan mereka itu terjadi di tengah laut, di mana Oey Yok Su
tengah melakukan pelayaran, dan Swat Tocu juga kebetulan
tengah berlayar juga. Malah Oey Yok Su walaupun pernah bertemu
satu kali dengan tokoh sakti yang memiliki kepandaian luar biasa
dan juga sangat liehay itu, tidak mengetahui di mana letak pulau
Salju. Tocu dari Tho-hoa-to itu sendiri memang memiliki adat yang aneh,
sulit sekali dimengerti perangainya. Namun Swat Tocu malah lebih
aneh lagi wataknya dibandingkan denyan sifat dan tabiat Oey Yok
Su. Sekarang tidak disangka-sangka tokoh sakti itu muncul di kota ini,
malah bersama biruang putihnya yang tinggi besar dan ganas itu.
192 Benar-benar merupakan urusan yang sangat mengejutkan dan di
luar dugaan. Liu Ong Kiang sendiri merasakan hatinya jadi dingin, karena ia
maklum, jika memang tokoh sakti ini menyerang terus, tentu dia
akan celaka di tangannya. Kalau kepandaian Swat Tocu memang
melebihi atau setidak-tidaknya berimbang dengan kepandaian Oey
Yok Su berlima dengan Ang Cit Kong, Ong Tiong Yang, Toan
Hong-ya dan Auwyang Hong, mana mungkin Liu Ong Kiang dapat
menghadapinya" Yo Him sendiri kaget tidak terkira. Ia telah berguru pada Oey Yok
Su, dan sering juga gurunya itu bercerita mengenai tokoh-tokoh tua
di masa lalu yang memiliki kepandaian sangat tinggi. Oey Yok Su
sering menyinggung-nyinggung juga perihal diri Swat Tocu yang
diduga telah meninggal dunia karena usia tua, sebab waktu
bertemu dengan Oey Yok Su dan mereka bertempur di tengah
lautan, usia Swat Tocu waktu itu telah empatpuluh tahun lebih,
sedangkan Oey Yok Su sendiri baru berusia duapuluh lima tahun.
Dengan demikian di saat Oey Yok Su telah tua seperti sekarang
tentu Swat Tocu jauh lebih tua lagi. Dan karena memang tidak
pernah terdengar sepak terjangnya dan selalu berdiam di pulau
saljunya. Oey Yok Su menduga tentunya tokoh sakti yang aneh itu
telah meninggal dunia. Liu Ong Kiang juga telah melompat mundur, ia cepat-cepat
memasukan tongkat bambunya menjura sambil merangkapkan ke
dua tangannya: "Maaf, maaf. Boanpwe tidak mengetahui bahwa
193 tengah berhadapan dengan Swat Tocu Locianpwe. Apakah
selama ini Swat Tocu Locianpwe baik-baik saja?"
Swat Tocu tidak menyerang lagi, ia berdiri dengan muka yang
dingin, matanya masih mendelik, dengan suara gusar ia
menyahuti; "Jika aku tidak berada dalam keadaan baik-baik dan
sehat, bagaimana mungkin aku bisa berada di sini" Matamu itu
buta atau memang engkau terlalu tolol sehingga bertanya begitu?"
Disanggapi seperti itu, Liu Ong Kiang melengak, namun ia
menahan diri dan tertawa: "Benar-benar memang Boanpwee
memiliki mata namun tidak bisa melihat bintang Pak-tauw!"
"Hemmm, dengan kekurang ajaran seperti yang kau lakukan tadi,
telah cukup alasan buatku membinasakanmu! Biarlah, nanti aku
mempertanggung jawabkan pada Pangcumu, aku mau lihat
apakah si pengemis tua yang jadi Pangcu Kay-pang itu akan cobacoba membalas sakit hatimu......!"
Dan setelah berkata begitu, tampak Swat Tocu telah melangkah
mendekati Liu Ong Kiang. Muka Liu Ong Kiang jadi berobah agak pucat, ia memang jeri
setelah mengetahui bahwa orang aneh ini adalah Swat Tocu, tokoh
sakti itu, dan juga mendongkol melihat orang memperlakukan
dirinya keterlaluan sekali. Namun karena menyadari bahwa dirinya
tidak berdaya untuk mengadakan perlawanan pada Swat Tocu
yang memiliki kepandaian sempurna sekali, Liu Ong Kiang telah
memaksakan diri untuk tersenyum, katanya, "Locianpwee, tunggu
dulu......!" 194 "Tunggu dulu kakekmu?" tegur Swat Tocu dengan suara yang
dingin. "Tadi kau telah menghina Pek-swat-jie, maka sekarang
engkau harus dihukum! Dengan memandang muka Pangcumu,
aku bersedia memberikan keringanan untukmu, aku tidak akan
membinasakanmu, tetapi akan mematahkan ke dua tangan dan ke
dua kakimu......!" Muka Liu Ong Kiang jadi pucat. Jika memang Swat Tocu benarbenar membuktikan perkataannya, tentu Liu Ong Kiang tidak
mungkin sanggup menghadapinya, berarti ia akan menerima
bencana yang hebat bagi keselamatan dirinya. Untuk menjelaskan
pada manusia aneh yang memiliki perangai aneh juga, memang
sulit. Akhirnya, karena sudah tidak memiliki jalan keluar, Liu Ong Kiang
telah tersenyum pahit, katanya nekad: "Saat sekarang ini Boanpwe
tengah menjalankan sebuah tugas yang penting untuk
keselamatan Kay-pang, maka jika memang Swat Tocu ingin
memberikan pelajaran kepada Boanpwe, dua tahun lagi Boanpwe
akan datang menemui Locianpwe......!"
Swat Tocu telah tertawa dingin, katanya dengan tawar.
"Hemmm, siapa yang bisa mempercayai perkataanmu" Engkau
pengemis bau, tentu engkau hanya berusaha untuk dapat
meloloskan diri dari tanganku, setelah itu kau akan mencari tempat
yang aman untuk menyembunyikan ekor! Hemm, sekarang juga
aku akan menghukummu! Aku tidak mau tahu perihal Kay-pang
bangpak kalian itu.....!" Dan perkataannya baru saja habis sampai
di situ, tubuh Swat Tocu telah bergerak cepat sekali mengulurkan
195 ke dua tangannya, maksudnya akan mencengkeram tangan kiri
dan tangan kanan Liu Ong Kiang.
Liu Ong Kiang sendiri mati-matian telah berusaha mengelakkan
diri. Dia menghindar dengan melompat mundur sejauh mungkin
sampai tiga tombak lebih. Namun begitu ke dua kakinya
menyentuh tanah, begitu juga ia merasakan sambaran angin dari
cengkeraman tangan Swat Tocu, yang akan mencengkeram ke
dua tangannya pula. Rupanya biarpun Liu Ong Kiang telah
bergerak gesit dan cepat sekali untuk menghindarkan diri,
kenyataannya Swat Tocu dapat bergerak lebih gesit lagi, di mana
dia seperti membayangi Liu Ong Kiang.
Dengan mengeluarkan suara seruan tertahan, Liu Ong Kiang matimatian telah membuang dirinya bergulingan di atas tanah dan di
waktu itulah Swat Tocu menggerakkan kaki kanannya menendang.
"Pengemis bau pengecut......!" makinya.
Tendangan yang dilakukan oleh Swat Tocu mengenai telak sekali
pinggang Liu Ong Kiang sampai pengemis itu mengeluarkan suara
jeritan yang nyaring, tubuhnya telah terlempar empat tombak lebih,
jauh dan tinggi sekali sampai dia terbanting keras. Dan tidak bisa
segera bangun berdiri, hanya meringkuk mengerang kesakitan.
Yo Him kaget, dalam waktu hanya beberapa detik ternyata Swat
Tocu telah berhasil menghajar Liu Ong Kiang. Inilah menunjukkan
bahwa Swat Tocu memang memiliki kepandaian yang luar biasa
tingginya. 196 Malah belum lagi Yo Him tahu apa yang harus dilakukannya, tubuh
Swat Tocu telah melayang ke dekatnya dan berdiri di sampingnya,
sambil mengeluarkan tangannya untuk mencengkeram pundaknya. Gerakan itu cepat sekali, angin serangannya
berkesiuran tajam. Namun Yo Him telah menerima didikan dari tokoh-tokoh sakti
seperti Oey Yok Su dan juga ayahnya yang memiliki kepandaian
hebat, juga Siauw Liong Lie yang telah mendidiknya dengan
berbagai ilmu yang hebat. Dari gabungan ilmu itu Yo Him telah
menjadi seorang tokoh muda yang memiliki kepandaian hampir
sempurna walaupun usianya itu masih muda.
Menghadapi ancaman serangan seperti itu, cepat-cepat Yo Him
mengangkat tangan kanannya, ia telah menangkis. Tangan
mereka saling bentur dan tubuh Yo Him terlempar dua tombak.
Namun Yo Him bisa jatuh dengan ke dua kaki tiba lebih dulu, ia
jatuh dalam sikap berdiri, tanpa kurang suatu apapun juga.
Swat Tocu sendiri ketika tangannya saling bentur dengan
tangkisan Yo Him, merasakan pergelangannya agak nyeri, dia
mundur selangkah dengan muka berubah hebat. Baru kali ini
seumur hidupnya ia mengalami peristiwa seperti ini, yaitu selain
gagal mencengkeram lawannya, ia sampai terdorong mundur
selangkah. Memang tidak banyak, hanya selangkah, namun inilah
kejadian pertama kali yang dialaminya.
"Hebat pemuda ini, kepandaiannya tidak rendah, entah siapa dia?"
berpikir Tocu dari Pulau Salju tersebut dengan mata mendelik
197 mengawasi Yo Him dan menduga-duga entah siapa adanya
pemuda liehay ini. "Siapa kau dan siapa gurumu?" tanya Swat Tocu akhirnya.
Yo Him walaupun mendongkol, namun disebabkan ia mengetahui
tengah berhadapan dengan seorang tokoh sakti yang memiliki
kepandaian sangat luar biasa, ia menindih perasaan
mendongkolnya itu, merangkapkan ke dua tangannya, memberi
hormat katanya: "Boanpwe she Yo dan bernama Him. Boanpwe
memiliki beberapa orang guru, yang sulit sekali dijelaskan di sini."
"Kau she Yo" Ada hubungan apa kau dengan Yo Ko"!" tegur Swat
Tocu. "Itulah ayah Boanpwe......!" menyahuti Yo Him.
"Hemmm," mendengus Swat Tocu. "Di mana ayahmu sekarang
berada?" "Ayah dan ibu telah hidup mengasingkan diri di suatu tempat,
mereka tentu gembira sekali kalau memperoleh kunjungan
Locianpwe.....!" menyahuti Yo Him.
"Hemm, aku telah mendengar cukup banyak mengenai sepak
terjang Yo Ko, ayahmu itu...... dan juga mengenai sepak terjangnya
yang terakhir mempertahankan kota Siang-yang. Aku memang
ingin bertemu dengannya untuk membicarakan suatu persoalan
karena aku pernah mendengar dari beberapa orang Kang-ouw
bahwa ayahmu itu merupakan pendekar sakti masa kini, yang
sudah tidak ada lawannya. Sampai Oey Yok Su, dan tokoh-tokoh
198 sakti lainnya yang masih hidup, sudah bukan tandingannya
lagi......! Benarkah itu?"
Yo Him cepat-cepat merangkapkan ke dua tangannya menjura
memberi hormat. "Itulah pujian yang terlalu tinggi! Oey Suhu (guru Oey) adalah
tingkatan cianpwee, dan juga belum pernah bertempur dengan
ayah karena memang mereka memiliki hubungan baik, maka tidak
ada perlunya untuk memperbandingkan kepandaian mereka.
Tentu saja masing-masing memang memiliki kepandaian sendirisendiri dan keistimewaan masing-masing!"
"Hemm, dengan berkata begitu, secara tidak langsung engkau
ingin mengatakan ayahmu itu memang hebat dan apa yang
disiarkan oleh orang-orang Kang-ouw bahwa ayahmu itu memiliki
kepandaian yang tinggi sekali, merupakan pendekar maha sakti
tidak ada salahnya bukan?"
"Tidak berani boanpwee berkata begitu!" sahut Yo Him cepat.
"Baiklah! Karena kau putera Yo Ko, tentu engkau telah mewarisi
seluruh kepandaiannya! Lewat engkau juga aku bisa menarik
kesimpulan berapa tinggi kepandaian ayahmu! Kau akan
menerima tiga seranganku itu...... Jika memang engkau bisa
menghadapi tiga seranganku itu, maka kawanmu itu, yang telah
sama-sama menghina Pek-swat-jie, akan lolos dari hukuman
patahkan tangan dan kaki! Kau bersiaplah.....!" Waktu berkata
begitu, Swat Tocu membawa sikap yang dingin.
199 Yo Him jadi berdiri bimbang, ia telah melirik kapada Liu Ong Kiang,
yang tengah merayap bangun untuk berdiri, namun rupanya
tendangan kaki Swat Tocu pada pinggangnya menyebabkan ia
terluka di dalam. Untuk sejenak lamanya Liu Ong Kiang belum
berhasil berdiri, hanya berjongkok sambil memegangi pinggangnya
itu dengan muka meringis.
"Tocu dari Pulau Salju ini memang memiliki kepandaian yang
sudah tidak ada batasnya dan sulit dihadapi, walaupun benar,
mungkin dia tidak bisa merubuhkan aku, namun jika ia mengumbar
kemarahannnya itu kepada Liu Lopeh, bukankah keselamatan jiwa


Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Liu Lopeh terancam" Tocu dari Pulau Salju ini juga memiliki
perangai yang aneh sekali, dan sangat ku-koay, maka aku harus
menghadapinya dengan baik. Apa salahnya aku menerima tiga
serangannya. Bukankan jika aku telah berhasil menerimanya,
berarti bukan saja menyelamatkan Liu Lopeh, juga yang berarti
akan mengurangi kecongkakan Tocu ini.....!" pikir Yo Him dengan
hati yang ragu. "Ayo bersiap, aku tidak mau membuang waktu terlalu lama!" kata
Swat Tocu dengan suara yang dingin, sedingin salju, matanya juga
mengawasi tajam sekali. Yo Him membungkuk dengan merangkapkan ke dua tangannya,
dia membawa sikap seperti menanti serangan dari tingkatan tua,
kemudian katanya: "Silahkan Locianpwe mau berlaku murah hati
sedikit......!" 200 "Jika memang aku tidak bermurah hati, dengan sekali hajar saja,
engkau dapat kubinasakan dan tidak perlu mempergunakan cara
seperti ini.....!" kata Swat Tocu tawar.
Dan sehabis berkata begitu, tubuhnya berdiri tegak, ke dua
tangannya diputar digerak-gerakkan dengan gerakan yang lambat,
mukanya memperlihatkan kesungguhan, semakin lama semakin
merah semakin lama muka Swat Tocu bagaikan dilapis oleh darah
yang berkumpul di mukanya itu. Ia pun telah berkata: "Aku akan
segera mulai, kau bersiap-siaplah......!" dan ke dua tangannya itu
ditekuk di depan dadanya tahu-tahu perlahan sekali ia mendorong
ke arah Yo Him. Mereka berdiri dalam jarak yang cukup jauh, yaitu dua tombak
lebih. Tentu saja ke dua tangan Swat Tocu yang didorongkan ke
depan itu tidak mungkin menyentuh tubuh Yo Him, namun
kesudahannya atas serangan ini membuat Yo Him jadi kaget
setengah mati. Lain dari biasanya, Yo Him tidak merasakan samberan angin
serangan. Ia memandang heran, dan waktu bengong mengawasi
Swat Tocu yang menggerakkan ke dua tangannya itu, di saat itulah
tampak Yo Him menggigil. Karena ia seperti dibungkus oleh
lapisan es yang dingin, di mana tubuhnya bagaikan dialiri oleh
hawa dingin yang luar biasa melebihi dinginnya es.
Karena peristiwa ini terjadi demikian tiba-tiba dan tidak disangka
sama sekali oleh Yo Him, juga memang cara menyerang dari Swat
Tocu ini aneh luar biasa. Tanpa menimbulkah angin serangan
sama sekali, dan juga seperti juga tidak ada tenaga menyerang
201 sama sekali, tahu-tahu tubuh Yo Him telah diliputi oleh hawa yang
dingin luar biasa, yang semakin lama hawa dingin itu seperti
bertambah tebal dan telah membuat dia seperti dibungkus oleh
lapisan es. Dengan demikian telah membuat Yo Him menjadi kaget setengah
mati. Dan pemuda she Yo ini menyadari, apa artinya semua itu.
Jika sampai hawa dingin itu semakin lama semakin dingin, darah
di tubuhnya akan membeku, berarti akan sulit ia menggerakkan ke
dua tangan dan kakinya, yang akan menjadi kaku.
Yo Him juga menyadari bahwa cara menyerang yang dilakukan
oleh Swat Tocu ini benar-benar ilmu yang luar biasa. Sebagai
majikan dari pulau Salju, ternyata pukulan yang dipergunakannya
juga mengandung hawa dingin dari salju, bahkan melebihi
dinginnya dari es itu sendiri.
Swat Tocu memang telah mempergunakan ilmu pukulan Inti
Esnya, di mana dia telah berhasil mengambil hawa inti es tersebut
dari pusat bumi di bawah dasar pulaunya. Karena pulau yang di
tempatinya itu adalah pulau salju, yang sepanjang jaman selalu
ditutupi oleh salju. Tidak pernah terkena oleh cahaya matahari dan
juga tidak pernah mencair selama ribuan tahun, bahkan puluhan
ribu tahun. Dengan demikian pusat bumi di bawah dasar pulau tersebut
memiliki hawa yang dingin sekali, di mana hawa dingin dari
tumpukan salju sepanjang puluhan ribu tahun itu telah meresap ke
dalamnya dan terkumpulkan di pusat bumi, akhirnya merupakan
inti Es yang paling dingin sekali dan memiliki kemujijatan yang luar
202 biasa. Justru Swat Tocu telah menyedot Inti Es dari pusat bumi itu,
di mana ia telah menyedot dan mempergunakannya untuk latihan
lweekangnya, yang berhasil mengumpulkan Inti Es tersebut pada
tan-tiannya, sehingga ia memiliki lweekang yang aneh dan luar
biasa selain membuatnya awet muda.
Sekarang dalam serangan pertama, karena mengetahui lawannya
yang muda usia itu adalah putera Yo Ko, dengan sendirinya ia telah
menyerang dengan ilmunya yang hebat itu. Tanpa angin serangan
dan tanpa suara, hanya hawa dingin belaka yang luar biasa
menyerang Yo Him, membungkusnya.
Dengan demikian, ia menghendaki, sekali serang ini Yo Him bisa
dilumpuhkannya. Telah cukup sering Swat Tocu mendengar akan
Oey Yok Su berlima dengan Ong Tiong Yang, Ang Cit Kong,
Auwyang Hong dan Toan Hong-ya, yang merupakan lima jago luar
biasa di daratan Tiong-goan. Lalu kemudian menyusul dengan
nama-nama Kwee Ceng dan Yo Ko. Malah yang terakhir itu, Yo
Ko, akhirnya menjadi seorang jago maha sakti yang
kepandaiannya sudah tidak ada duanya di dunia ini. Maka Swat
Tocu yang mendengar hal itu jadi penasaran.
Hanya disebabkan ia tengah melatih ilmunya yang mencapai
tingkat kesembilan, merupakan tingkat penentuan untuk
menyempurnakan latihan ilmu Inti Esnya yang dia hisap dari pusat
bumi itu, membuat selama belasan tahun terakhir ia belum bisa
meninggalkan pulau Saljunya. Dan baru sekarang setelah ilmunya
itu terlatih rampung dan sempurna, ia meninggalkan pulaunya,
dengan mengajak Biruang putihnya itu, yang sesungguhnya
203 merupakan Biruang Salju, yang menemaninya selama ia hidup di
Pulau Salju. Usia Biruang tersebut telah cukup tua, mungkin delapanpuluh
tahun. Namun karena memang Biruang ini tinggal di pulau Salju,
sama halnya seperti juga Swat Tocu, maka ia awet muda, dan
panjang usia. Malah binatang itu telah dididik oleh Swat Tocu untuk
melatih ilmu silat. Binatang buas itu walaupun tidak bisa menerima keseluruhan dari
ilmu yang diturunkan oleh Swat Tocu, karena secerdik-cerdiknya
Biruang Salju, tetap ia merupakan binatang, tapi sebagian dari ilmu
Swat Tocu telah berhasil dikuasainya dengan baik. Jika memang
baru menghadapi jago-jago yang memiliki kepandaian biasa saja,
tentu Biruang Salju itu bisa menghadapinya dengan baik.
Tadi justru dia menghadapi Liu Ong Kiang yang dibantu oleh Yo
Him, maka Biruang Salju menjadi tidak berdaya. Karena ke dua
orang itu justru dia merupakan manusia-manusia yang memiliki
kepandaian yang sangat tinggi.
Yo Him menyadari ancaman bahaya yang tidak kecil untuk dirinya
jika memang hawa dingin yang dilancarkan oleh Swat Tocu itu
semakin lama semakin kuat dan juga semakin dingin membungkus
tubuhnya. Cepat-cepat Yo Him menyedot hawa Tan-tiannya, lalu
ia menyalurkan ke seluruh pembulu jalan darahnya. Ia
mempergunakan cara Yang-khie-lek, yaitu hawa murni yang
panas, guna menghadapi hawa dingin itu.
Seketika tubuhnya memancarkan hawa yang panas sekali. Namun
tetap saja hawa dingin yang menyelubungi sekujur tubuhnya itu
204 tidak juga tertembus oleh hawa Yang-khie-lek tersebut di mana
tampak Yo Him masih dikuasai oleh hawa dingin itu dengan rapat,
membuat tubuhnya jadi menggigil.
Terkejut sekali Yo Him menghadapi kenyataan ini, namun ia tidak
jeri. Sekali lagi Yo Him memusatkan hawa Tan-tian dan
mengemposnya dipergunakan untuk menerjang hawa dingin yang
menyelubungi tubuh itu. Dengan demikian akhirnya berangsur-angsur Yo Him telah
berhasil mengurangi hawa dingin yang menguasai dirinya, dan
juga perlahan-lahan hawa panas dari Yang-khie-lek itu telah
menerobos menguap dari sekujur tubuhnya. Dan dengan
berkurangnya hawa dingin itu telah membuat Yo Him semakin
bersemangat mengerahkan Yang-khie-lek nya tersebut.
Dia berhasil menentang hawa dingin tersebut, dan akhirnya Yo Him
berhasil berdiri tetap di tempatnya tanpa kurang suatu apapun.
Menyaksikan bahwa serangannya yang pertama dengan
mempergunakan tenaga inti esnya sebesar lima bagian masih
tidak bisa merubuhkan pemuda itu, Swat Tocu diam-diam jadi
kagum sekali. Karena boleh dibilang di dunia ini hanya beberapa
orang saja yang sanggup menerima serangan inti esnya sebesar
lima bagian itu. "Bagus!" memuji Swat Tocu kemndian dengan suara yang nyaring.
"Engkau berhasil menerima seranganku yang pertama. Tetapi
sekarang kau terimalah serangan yang ke dua!"
205 Yo Him waktu itu melihat Swat Tocu telah menarik ke dua
tangannya yang kemudian diputar-putarnya kembali, untuk
digerakkan perlahan, lalu mendorong lagi ke arah Yo Him. Jarak
mereka terpisah masih cukup jauh, namun dorongan yang kali ini
dilakukan oleh Swat Tocu, yang tetap tidak menimbulkan angin
serangan itu telah menyambar hawa dingin yang jauh lebih hebat
dari hawa dingin yang sebelumnya, karena seketika itu juga tubuh
Yo Him seperti terbungkus oleh lapisan es yang tebal, di mana juga
hawa dingin itu jauh lebih dingin dari es manapun di dunia ini!
Ternyata Swat Tocu telah mempergunakan delapan bagian dari
tenaga Inti Esnya, dan ia juga telah mempergunakan Inti Esnya itu
dari tingkat ketujuh, dengan demikian merupakan tingkat yang
tinggi sekali dan belum pernah dipergunakannya. Sesungguhnya
ilmu Inti Es yang dilatih oleh Swat Tocu itu terdiri dari sembilan
tingkat. Dan tingkat kesembilan itu baru saja diselesaikannya, di
mana telah rampung dan sempurna ilmu Inti Esnya itu.
Sekarang dia mempergunakan tingkat ketujuh, seharusnya
merupakan tingkat yang sangat hebat, karena jika ia sampai
mempergunakan tingkat kesembilan, berarti ia telah mengerahkan
seluruh tenaga sinkangnya.
Begitu Swat Tocu mempergunakan tingkat kesembilan, berarti
selesailah ia menjalankan seluruh hawa inti es tersebut disalurkan
untuk membungkus tubuh lawannya.
Yo Him kaget bukan main merasakan tubuhnya terbungkus hawa
dingin yang jauh lebih dingin dari semula. Pemuda ini sekarang
tidak mau berdiam diri di situ terus, ia telah menyingkir ke samping.
206 Tubuhnya bergerak sangat gesit sekali, maksudnya menyingkir
dari libatan hawa dingin itu.
Namun setiap kali Yo Him menyingkir baik ke kiri atau ke kanan,
hawa dingin itu tetap ikut padanya karena ke dua tangan dari Swat
Tocu yang teracungkan itu tetap di arahkan kepadanya.
Jika memang Yo Him bergerak lebih cepat dan ke dua tangan dari
Swat Tocu belum sempat teracung ke arahnya mengikuti tubuh Yo
Him yang bergerak ke kiri dan ke kanan, maka hawa dingin yang
tersalur dari ke dua tangan Swat Tocu itu telah mengenai tempat
lain, seperti undakan tangga di pintu atau juga batang-batang
pohon di tepi jalan tersebut, yang tumbuh sebagai pohon hias di
muka rumah penginapan tersebut jadi terbungkus oleh lapisan
putih, yaitu salju Semua orang yang menyaksikan ini jadi heran dan takjub. Itulah
luar biasa. Bagaikan Swat Tocu tengah bermain sulap, karena
pohon dan undakan anak tangga yang terkena arah acungan
tangan dari Swat Tocu, di mana tidak terhalang oleh tubuh Yo Him
lagi, jadi terbungkus lapisan salju, bagaikan waktu itu adalah
musim dingin! Memang jika lawan Swat Tocu bukan Yo Him, biarpun memiliki
kepandaian yang tinggi, namun lweekang yang selurus dan
setinggi yang dimiliki Yo Him tentu mereka akan dapat dirubuhkan
oleh Tocu dari Pulau Salju tersebut dan tubuh mereka siang-siang
telah terbungkus oleh lapisan es. Tetapi disebabkan Yo Him telah
menerima pelajaran khusus dari Oey Yok Su dan juga Yo Ko
maupun Siauw Liong Lie dan tokoh-tokoh sakti lainnya, maka
207 membuat Yo Him memiliki lweekang yang sangat tinggi dan juga
lurus, sehingga dengan hawa murninya yang bisa dipancarkan
menguap dari sekujur tubuhnya. Hawa dingin dari pukulan Inti es
yang dilancarkan oleh Swat Tocu itu tidak bisa menguasai dirinya,
dan juga tidak bisa membungkus dirinya dengan lapisan salju.
Di waktu itu Liu Ong Kiang yang berhasil berdiri, mengawasi
jalannya pertandingan, aneh bukan main. Dilihatnya Yo Him
memang benar-benar tangguh dan juga menakjubkan sekali. Cara
bertanding itu benar-benar istimewa dan jarang sekali terjadi dalam
rimba persilatan. Liu Ong Kiang yang memiliki pengalaman sangat
luas, belum pernah menyaksikan cara bertanding seperti itu.
Untuk seketika lamanya Liu Ong Kiang jadi melupakan rasa sakit
di pinggangnya dan telah mengawasi jalan pertandingan yang
tengah berlangsung dengan bengong dan takjub, seperti tidak
mempercayai apa yang dilihatnya, yaitu setiap benda yang
dilanggar oleh serangan Inti Es Swat Tocu, akan terlapis oleh
lapisan salju. "Bila aku yang menjadi lawannya, tentu sekali serang saja, aku
telah berhasil dibinasakannya dengan tubuh kaku dan darah
membeku......!" diam-diam Liu Ong Kiang berpikir. "Memang Yo
Kongcu hebat sekali, tidak percuma ia jadi putera dari scorang
tokoh maha sakti seperti Sin-tiauw-tay-hiap Yo Ko!"
Dengan demikian, perasaan hormat dan juga kagumnya pada Yo
Him kian bertambah. Yo Him sendiri yang baru menerima dua kali serangan dari Swat
Tocu, benar-benar telah jadi bingung dan kelabakan juga. Karena
208 jika semula serangan ke dua itu memang hanya memiliki hawa
dingin yang jauh lebih dingin dari jurus yang pertama, lewat sekian
lama tiba-tiba Yo Him merasakan seluruh tubuhnya seperti menjadi
kaku. Walaupun Yo Him telah mengempos hawa murninya, yaitu hawa
Yang-khie-lek nya, yang merupakan inti sari ilmu lweekang Kiuyang-cin-khie yang diajarkan Yo Ko, Siauw Liong Lie dan Oey Yok
Su, namun tetap saja Yo Him tidak bisa memecahkan hawa dingin
itu, tidak bisa menerobosnya. Semakin lama tubuhnya semakin
kaku dan darahnya seperti mulai membeku.
"Celaka!" diam-diam Yo Him berpikir dalam hatinya. "Ini adalah
serangannya yang ke dua, tubuhku telah kaku dan darah-darah di
setiap pembuluh darah seperti tidak beredar dengan lancar lagi,
dengan demikian bisa aku celaka di tangannya. Maka dari itu,
dalam keadaan seperti ini, aku harus berusaha dapat menguasai
ilmu yang luar biasa itu......!"
Sambil berpikir begitu, Yo Him telah berpikir keras untuk mencari
akal guna menghadapi ilmu Inti Es yang dimiliki Swat Tocu.
Yo Him sendiri menyadari, jika saja ia berlaku lambat, dan sampai
darahnya membeku dan tidak dapat beredar lagi dengan baik,
tentu akan membuat dia celaka tidak tertolong lagi. Bukan saja
kepandaiannya akan termusnahkan sebagian, kemungkinan besar


Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ia terbinasa dan seringan-ringannya terluka di dalam yang akan
membuat ia sakit berat, tentu selanjutnya ia akan menjadi manusia
bercacad. Belum lagi orang aneh itu yang menjadi Tocu dari Pulau
209 Salju melancarkan serangannya yang ketiga, yang pasti jauh lebih
hebat dari ke dua serangan ini.
Seketika itu juga Yo Him telah memusatkan seluruh kekuatan
murninya untuk mengadakan perlawanan terhadap hawa dingin
yang membungkus tubuhnya. Ia tidak bisa mengadakan
perlawanan dengan cara lain, hanya harus dapat menguasai hawa
dingin itu. Tetapi dikala itu, di otak Yo Him telah berkelebat serupa ingatan:
"Dia melakukan penyerangan dengan ilmu aneh ini, yang memiliki
hawa dingin melebihi dinginnya salju, tentu dia hanya melatih
lweekang tingkat tinggi seperti ini tanpa lebih memperhatikan
bagian lainnya dari ilmu luar. Coba aku menghadapinya dengan
mempergunakan gempuran tenaga yang dahsyat......!"
Dan karena berpikir begitu, Yo Him telah menggerakkan ke dua
tangannya, mengikuti gerak yang dilakukan oleh Swat Tocu tadi, ia
juga berusaha menahan hawa dingin yang menguasai dirinya,
walaupun tubuhnya mulai menggigil dan giginya bercatrukan tidak
hentinya. Setelah menggerakkan ke dua tangannya, tahu-tahu Yo Him
memusatkan sembilan bagian tenaga dalamnya, dengan kekuatan
dahsyat yang sepenuhnya itu, dia telah mempergunakan
menghantam ke arah Swat Tocu.
Pukulan yang dilakukan oleh Yo Him ini bukan pukulan
sembarangan. Karena jangankan manusia, sedangkan batu
karang saja akan tergempur hancur menjadi bubuk.
210 Tadi saja Biruang Salju itu, Pek-swat-jie, yang memiliki kekebalan
dan kekuatan luar biasa, dihantam dengan lima bagian tenaga
dalam Yo Him, telah membuat binatang itu jadi pusing dan tidak
bisa bangun untuk sementara waktu. Dengan demikian, bisa
dibayangkan, betapa hebatnya tenaga serangan yang dilancarkan
oleh Yo Him dengan mempergunakan sembilan bagian tenaga
dalamnya. Angin pukulan itu menerjang kuat sekali pada Swat Tocu, di mana
Tocu dari Pulau Salju itu jadi kaget, tubuhnya berkelebat seperti
bayangan mengelakkan serangan Yo Him.
Dengan menyingkirnya Swat Tocu, maka sementara hawa dingin
yang mengurung dirinya jadi buyar. Dan juga Yo Him tidak mau
membuang-buang kesempatan yang ada, ia telah menjejakkan ke
dua kakinya, cepat bukan main tubuhnya seperti juga seekor
burung rajawali, melayang di tengah udara dan tangannya
melakukan pukulan pula ke diri Swat Tocu.
Swat Tocu tidak menyangka Yo Him akan melakukan gerakan
seperti itu, maka dengan cepat iapun telah mengebutkan ke dua
tangannya, di mana ia telah mempergunakan tenaga Inti Esnya,
dan berkesiuranlah hawa dingin itu berusaha membungkus Yo Him
lagi. Namun karena sekarang Yo Him mempergunakan siasat lain, ia
melompat ke sana ke mari seperti juga burung elang yang akan
menyambar mangsanya, tubuhnya sulit dibungkus oleh hawa
dingin itu. 211 Juga akibat melompat-lompatnya dia seperti itu membuat Yo Him
jadi merasakan darahnya bergolak hangat, dan dia berhasil juga
mengerahkan Yang-khie-lek nya itu, yang telah berhasil
dikerahkan untuk melindungi sekujur tubuhnya.
Cara yang dipergunakan oleh Yo Him ternyata memang
memberikan hasil yang menggembirakan, karena sama sekali Inti
Es Swat Tocu gagal menguasai dirinya, maka dari itu, Yo Him telah
melanjutkan caranya seperti itu.
Swat Tocu jadi mendongkol, dia telah berseru nyaring, sambil
berdiri tetap di tempatnya: "Kau jagalah seranganku yang ketiga
ini! Jika memang kau berhasil memunahkan seranganku yang
ketiga ini tanpa kurang suatu apapun juga berarti engkau telah
Pendekar Laknat 4 Meteor Kupu Kupu Dan Pedang Karya Gu Long Jodoh Rajawali 7

Cari Blog Ini