Matahari Esok Pagi Karya S H Mintardja Bagian 3
menahan hati membiarkan Pamot mengalami nasib yang terlampau jelek, justru ia
yakin bahwa anak itu tidak bersalah.
"Anak itu bukan sanak bukan kadang" ia mencoba
menghilangkan kerisauan perasaannya itu. Tetapi kemudian ia menggelengkan
kepalanya "Aku harus memberitahukan
kepadanya" Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Demikianlah, ketika pada sore hari, seperti kebiasaannya Lamat pergi ke sungai,
dengan tergesa-gesa ia berusaha singgah ke rumah Pamot. Ia menunggu hari mulai
gelap, supaya tidak seorangpun yang melihatnya, setidak-tidaknya melihatnya
dengan pasti. "Mudah-mudahan Pamot masih ada di rumahnya" desisnya
"anak yang berani itu sama sekali tidak gentar, meskipun Manguri mengancamnya
seribu kali. Dengan ragu-ragu Lamat berdiri di muka pintu rumah
Pamot. Sejenak ia mematung. Namun sejenak kemudian
tangannyapun bergerak mengetuk pintu rumah itu.
"Siapa?" terdengar seseorang menyapa dari dalam. Tetapi suara itu bukan suara
Pamot. Meskipun demikian Lamat sudah tidak dapat mundur lagi. Waktunya sudah
menjadi terlampau sempit.
"Aku" jawabnya.
Kemudian perlahan-lahan pintu rumah itu terbuka. Ketika ayah Pamot yang membuka
pintu itu melihat, siapa yang berada di luar, terasa dadanya seolah-olah
berguncang. Lamat. Sejenak ia berdiam diri sambil memandangi raksasa yang berdiri tegak di dalam
keremangan malam. Namun dalam
pada itu keringat dingin telah membasahi seluruh tubuhnya.
"Siapa yang di luar" bertanya ibu Pamot.
Suaminya tidak segera menjawab. Bahkan selangkah ia
surut. Ia mengerti betul bahwa Lamat adalah pembantu setia Manguri yang sangat
ditakuti orang. Ia mempunyai kekuatan seperti seekor gajah.
Ayah Pamot itu semakin tergetar hatinya ketika ia
mendengar Lamat bertanya "Dimanakah Pamot?"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Sejenak ia tidak menjawab. Dan isterinya bertanya sekali lagi "Siapa yang di
luar ?" Ayah Pamot tidak menjawab. Ia tidak menjawab pertanyaan istrinya, dan tidak menjawab pertanyaan Lamat.
Namun dalam pada itu, Pamot yang ada di ruang dalam
mendengar pembicaraan mereka. Karena itu, maka iapun
segera mendatanginya. Tetapi ia terkejut ketika begitu ia muncul ayahnya hampir
berteriak berkata kepadanya "Pergi, pergi kau Pamot"
"Kenapa ?" "Pergi kau" Tetapi Pamot masih berdiri di tempatnya. Ia mencoba
melihat siapakah yang berdiri di luar pintu, yang telah membuat ayahnya
ketakutan. Namun sebelum Pamot berhasil mengenal orang itu,
terdengar suara di luar pintu "Aku, Pamot, Lamat"
"O, kau. Masuklah"
"Pamot" ayahnya menahannya ketika ia mendekati pintu.
"Ia tidak apa-apa ayah. Lamat orang yang baik"
"Tetapi" desis ayahnya.
"Biarlah ia masuk"
Ayahnya tidak dapat mencegahnya lagi. Ibunya terkejut pula ketika dari balik
pintu muncul seseorang yang tinggi besar dan berkepala botak.
"Maafkah aku" berkata Lamat "barangkali aku sudah
mengejutkan kalian" Ayah dan ibu Pamot tidak menjawab. Kakek Pamot yang
kemudian datang pula keruang itu menjadi bertanyaannya di dalam hati.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Aku hanya sebentar Pamot" berkata Lamat kemudian
"apakah kau akan pergi ke sawah malam ini"
"Ya" Pamot menganggukkan kepalanya tanpa ragu-ragu.
"Baiklah. Aku bersama Manguri akan mengintai, apakah
kau ada di gubugmu atau tidak" berkata Lamat selanjutnya
"tetapi untuk besok malam, kau benar-benar akan diintai oleh bahaya.
Manguri telah menyewa lima orang untuk menangkapmu" "He" Pamot membelalakkan matanya, sedang orang tuanya menjadi pucat.
"Hem" Pamot kemudian menggeram "ia benar-benar
mendendamku. Tetapi apaboleh buat"
"Kau harus berhati-hati Pamot. Lima orang yang disilaukan oleh uang itu dapat
berbuat apa saja di luar sadar mereka"
"Terima kasih. Aku akan berhati-hati"
"Sudahlah. Aku harus segera berada di rumah. Nanti
menjelang tengah malam aku akan pergi bersama Manguri, melihat apakah kau berada
di dalam gubugmu itu"
"Baiklah. Aku akan berada di sana. Dan besukpun aku akan berada di sana pula"
"Pamot" berkata Lamat "menghadapi kelima orang itu kau jangan menuruti
perasaanmu saja. Kau harus mau melihat kenyataan, bahwa kau tidak akan dapat
melawan mereka. Sependengaranku, kau akan ditangkap dan dibawa ke
lumbung di belakang rumah Manguri. Manguri sendirilah yang akan mengurusmu
kelak. Aku tidak begitu tahu, apakah yang akan dilakukannya"
Pamot menggeretakkan giginya.,
"Ingat, jangan kau biarkan perasaanmu bergejolak tanpa kendali. Kau tidak akan
dapat menghindari kenyataan. Kau
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
akan menyesal kalau kau tidak mencari jalan keluar dari kesulitan itu"
Pamot mengangguk-anggukkan kepalanya "Terima kasih
Lamat" Dan Lamatpun kemudian segera minta diri, meninggalkan seisi rumah yang keheranheranan. "Aku tidak mengerti" desah ayah Pamot "apakah kau tidak mengenalnya?"
"Tentu, aku mengenalnya dengan baik"
"Bukankah aku tidak salah lihat, bahwa orang itu adalah Lamat pembantu keluarga
Manguri?" "Ya, bukankah ia telah menyebut namanya pula?"
"Tetapi, tetapi aku tidak tahu apa yang kalian bicarakan"
ayah Pamot masih bingung "menurut pendengaranku ia justru memberimu peringatan
bahwa kau terancam bahaya"
"Ya ayah" jawab Pamot.
"Aku menjadi bingung. Aku kira ia akan menyeretmu keluar dan memukulmu sampai
pingsan. Wajahnya yang bengis
tetapi bodoh itu benar-benar meyakinkan bahwa ia adalah seekor kerbau yang telah
dicocok hidungnya" "Tetapi dugaan itu ternyata meleset. Akupun semula
menduganya demikian pula. Aku kira ia adalah seorang kejam yang bodoh., Namun
ternyata sebaliknya. Hatinya lunak dan bahkan perasa. Ia sama sekali bukan
seorang yang bodoh. Ia dapat menasehati aku dan memberi arah jalan keluar"
"Aku tidak menyangka. Selama ini Lamat adalah sesosok hantu raksasa bagi orangorang Gemulung dan hampir di seluruh
Kademangan Kepandak. Bahkan orang-orang Mangirpun menyebut-nyebut namanya, sampai orang-orang di pesisir Selatan"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Aku tidak tahu, kenapa kali ini ia bersikap lain"
"Tetapi apakah kau dapat mempercayainya?" bertanya
ayahnya tiba-tiba. Pamot termenung sejenak. Namun kemudian ia mengangguk "Aku mempercayainya. Kalau ia ingin berbuat jahat, maka ia pasti
sudah melakukannya" Ayah Pamot tidak segera menjawab.
"Ia telah melanggar perintah Manguri untuk melakukan
pembalasan. Aku memang tidak mengatakan kepada keluarga di rumah ini sebelumnya,
bahwa aku telah salah paham pula"
Orang tua Pamot dan kakeknya semakin terheran-heran.
Apalagi ketika mereka mendengar Pamot menceriterakan apa yang sebenarnya telah
terjadi, ketika pipinya menjadi bengkak.
"Kau berdusta saat itu Pamot?" bertanya ayahnya.
"Ya ayah" Jawabnya "Aku bingung, bagaimana aku harus
mengatakannya. Ayahnya mengangguk-anggukkan kepalanya. Kemudian
katanya "Kalau kau dapat mempercayainya, maka kau benar-benar harus berhati-hati
besok malam. Manguri yang hatinya masih dibakar oleh kekalahannya itu telah
menyewa lima orang yang menurut Lamat tidak akan dapat kau lawan. Kalau begitu
sebaiknya kau telah berada di rumah saja.
Tetapi Pamot menggelengkan kepalanya "Tidak ayah. Aku akan mencari jalan lain.
Tetapi tidak tetap tinggal di rumah seperti perempuan yang takut mendengar suara
anjing menggonggong" "Bukan begitu Pamot, Lamat sudah mengatakan kepadamu, bahwa kau harus melihat
kenyataan. Kau tidak akan dapat melawan mereka"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Ya. Aku memang harus mencari jalan keluar. Dan aku
akan berusaha" "Tetapi kau jangan menuruti perasaanmu saja Pamot. Aku ikut menjadi cemas"
berkata ibunya "kalau kau masih anak-anak, aku akan mendukungmu kemana aku
pergi. Tetapi kau sekarang hampir tidak dapat disentuh ujung kainmu"
"Ibu jangan cemas. Aku akan berhati-hati. Tetapi tidak sepantasnya anak seperti
Manguri itu dibiarkan untuk berbuat sesuka hatinya"
"Ia mempunyai uang Pamot"
"Tidak selalu bahwa uang itu mempunyai nilai yang paling tinggi di dalam
pergaulan hidup ini"
Ibunya yang berkaca-kaca akhirnya berkata "Aku hanya
mengharap kau selamat. Tidak lebih dari itu"
Pamot tidak menjawab lagi. Kepalanya tertunduk dalamdalam. Tetapi ia sama sekali tidak berhasrat untuk
bersembunyi dimanapun. "Kau sudah cukup dewasa Pamot" kakeknyalah yang
kemudian berbicara "kau dapat membuat pertimbanganpertimbangan yang waras. Tidak terlalu dibumbui oleh darah mudamu seperti
Manguri" "Ya kakek" "Aku percaya kepadamu"
Pamotpun mengangguk-anggukkan kepalanya. Namun
kepercayaan kakeknya itu justru menumbuhkan kesungguhan kepadanya. Bahwa ia
memang bukan anak-anak lagi.
"Biarlah ia mencari jalan" berkata kakeknya kemudian
kepada kedua orang tua Pamot "sebenarnya aku memang
lebih senang melihat ia berhasil membebaskan dirinya secara jantan. Tidak dengan
menyembunyikan diri. Sebab dengan
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
demikian, Manguri pasti masih akan mencarinya, sehingga persoalannya sebenarnya
masih belum selesai"
Ayah Pamot mengangguk-anggukkan kepalanya. Tetapi
ibunya diam saja. "Aku tahu, bahwa kalian sangat cemas akan nasib anakmu, karena kebetulan bahwa
ia berselisih dengan Manguri.
Memang Manguri mempunyai harta dan kekayaan untuk
mendapat kawan., Tetapi Pamotpun mempunyai kelebihan
yang lain. Ia memang mempunyai kawan yang sebenarnya
kawan" Pamot mengangkat wajahnya. Memang sudah terkilas di
kepalanya, bahwa ia akan menghubungi beberapa kawan
dekatnya. Kawan yang setiap kali bersama-sama pergi ke kademangan.
"Mereka pasti bersedia membantu aku" kata Pamot di
dalam hatinya "Mereka akan ikhlas berbuat apapun tanpa upah seperti yang
dilakukan oleh Manguri. Orang-orang upahan akan segera meninggalkan majikannya
apabila ada orang lain yang mengupahnya lebih banyak lagi. Hubungan diantara
mereka tidak ubahnya seperti hubungan jual belu saja. Yang satu memberikan jasa,
yang lain membayarnya"
"Nah, sekarang biarlah Pamot mempersiapkan dirinya"
berkata kakeknya yang sudah tua itu "sebentar lagi kau akan ke sawah melihat
air" "Tetapi" potong ibunya.
"Tidak apa-apa. Akupun akhirnya percaya, bahwa Lamat
berkata dengan jujur"
Ibunya tidak mencegahnya lagi, sedang ayahnya duduk
saja termangu-mangu. Namun sebenarnya iapun mulai dapat mempercayai, bahwa Lamat
tidak akan menjerumuskan anaknya ke dalam bencana. Kalau ia ingin melakukannya, maka kesempatan itu telah
pernah dimilikinya. Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Sekarang, kalian dapat tidur dengan tenang. Setidaktidaknya malam nanti tidak akan terjadi sesuatu atas Pamot, meskipun itu bukan
berarti bahwa ia dapat berbuat sesuka hatinya. Ia tetap harus berhati-hati dan
bersiaga. Segala kemungkinan memang dapat terjadi karena sifat
Manguri itu sendiri" berkata kakek Pamot. Kemudian "Aku memang lebih senang
melihat anak-anak muda yang berani.
Tetapi itu hanya karena pengaruh hidupku di masa muda dahulu. Pada masa anakanak muda itu dapat dikekang lagi.
Begitu Mataram berdiri, kami langsung ikut berjuang
menegakkannya. Tetapi kemudian kami kehilangan sasaran ketika
Mataram sudah tidak diguncang-guncang
lagi. Akibatnya memang tidak menyenangkan" Orang tua itu
agaknya merasakan kerinduan yang mendalam kepada masa mudanya, masa yang
memberinya kebanggaan. "Tetapi sekarang harus sudah lain. Sekarang Mataram
memang sedang memerlukan tenaga anak-anak mudanya.
Bukankah Pamot setiap kali harus pergi ke Kademangan"
Disana ia menerima latihan-latihan yang perlu, apabila setiap saat Mataram
memanggilnya. Pamot mengangguk-anggukkan kepalanya. Demikian juga
kedua orang tuanya. "Nah, pergilah Pamot. Tetapi kau jangan menjadi besar kepala, karena kepalamu
itu masih dapat juga dibeli dengan uang Manguri"
Pamotpun kemudian berdiri. Kini ia tidak saja membawa sabit, tetapi
diselipkannya goloknya di pinggangnya.
"Kau bersenjata" bertanya ayahnya.
Pamot mengangguk.
Matahari Esok Pagi Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kakeknya kengerutkan keningnya sejenak. Tetapi katanya kemudian "Sebenarnya
senjata tidak selalu membuat kau menjadi lebih aman. Ada dua kemungkinan yang
dapat terjadi. Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Kau menjadi liar karena kau merasa kuat, sehingga akhirnya kau terperosok ke
dalam suatu tindakan yang tidak kau harapkan. Misalnya, tidak dengan sengaja kau
telah melakukan pembunuhan. Atau kemungkinan yang lain, senjata itu telah membakar
hati lawan-lawanmu dan memancing
senjata-senjata mereka keluar dari wrangkanya. Kau mengerti maksudku?"
Pamot mengangguk "Ya kakek"
"Apa" "Aku dapat membunuh atau dibunuh karenanya"
"Nah pertimbangkan"
"Tetapi kalau lawan-lawanku bersenjata dan aku tidak
bersenjata sama sekali, maka aku tidak akan dapat melawan mereka"
-)))de-wi(((- Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Matahari Esok Pagi Karya : SH Mintardja Sumber DJVU http://gagakseta.wordpress.com/
Convert by : Dewi KZ Editor : Dino
Ebook oleh : Dewi KZ http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Jilid 2 "MESKIPUN demikian, mereka tidak akan dengan serta
merta membunuh kau" Pamot mengerutkan keningnya. Ia memang dapat mengerti maksud
kakeknya. Tetapi apakah orang-orang yang membayanginya itu mempunyai pertimbangan-pertimbangan yang waras.
Kakeknya melihat keragu-raguan di wajah Pamot, sehingga ia merasa perlu
menjelaskan "Pamot, perkelahian bersenjata selamanya selalu mencemaskan. Kalau
kau kalah kau akan dikubur, tetapi kalau kau menang, maka dengan banyak cara,
orang kaya itu dapat menyeretmu ke dalam hukuman yang berat"
Pamot mengangguk-anggukkan kepalanya "Baik. Aku tidak akan membawa senjata"
Ketika Pamot meletakkan goloknya, ayahnyalah yang
bertanya "Apakah memang demikian seharusnya?"
"Begitulah menurut pertimbanganku"
Ayah Pamotpun mengangguk-anggukkan kepalanya. Namun kemudian ia berkata "kau pergi dengan aku Pamot"
"Jangan ayah" pinta Pamot "Aku ingin agar mereka
mempunyai kesan bahwa aku memang selalu seorang diri di gubug itu"
Ayahnya mengerutkan keningnya "Tetapi kalau terjadi
sesuatu atasmu, aku bukan sekedar penonton Pamot"
"Malam ini pasti tidak ayah" jawab Pamot.
Ayahnya termangu-mangu sejenak. Tetapi kemudian ia
mengangguk "Baiklah. Tetapi kalau pada saatnya kau belum kembali, aku terpaksa
pergi. Aku tau, persoalan ini adalah persoalan anak-anak. Tetapi Manguri telah
memanfaatkan Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
kekayaan ayahnya. Sedang yang dapat aku berikan kepadamu Pamot, adalah sekedar
tenagaku" Pamot menundukkan kepalanya. Ia justru terdiam sejenak.
Dengan nada yang datar iapun kemudian berkata "Maafkan ayah, ibu dan kakek. Aku
sama sekali tidak bermaksud
membuat ayah, ibu dan kakek menjadi gelisah"
"Aku tahu" jawab ayahnya "tetapi yang sudah terlanjur terjadi ini akan
berkepanjangan. Pada suatu saat memang diperlukan penyelsaian yang tuntas"
Pamot mengangguk-angguk. "Sudahlah" berkata kakeknya "berangkatlah"
"Baik kakek" jawab Pamot.
Anak muda itupun kemudian minta diri kepada kedua orang tuanya beserta
kakeknya,. Meskipun hampir setiap malam ia melakukan pekerjaan ini tanpa ada
persoalan apapun, namun kali ini Pamot seolah-olah sedang bersiap untuk
berangkat kemedan perang. Dengan hati yang berdebar-debar orang tuanya dan
kakeknya melepaskannya. Sejenak kemudian Pamotpun telah menyusup ke dalam
gelap. Melintasi halaman dan berjalan menyusur jalan
pedukuhan. Jalan yang sudah setiap hari dilaluinya. Tetapi rasa-rasanya jalan
ini seperti menjadi bertambah panjang.
Langkah-langkahnya serasa menjadi terlampau pendek atau kakinya memang gemetar".
Namun Pamot berjalan terus. Di tangannya tergenggam
sebilah sabit. Hanya itu. Senjata yang selalu dibawanya ke sawah dan ke
pategalan. Kadang-kadanga ia memang harus memotong kayu dan membelahnya sama
sekali. Kalau ia sengaja pergi menebang kayu maka ia selalu membawa
sebuah kapak yang besar. Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Tetapi sudah tentu tidak di malam hari, sehingga karena itu maka Pamot tidak
dapat membawa kapak, meskipun kapak
merupakan senjata yang lebih baik dari hanya sebuah sabit.
Ternyata bagaimanapun juga ia mencoba memahami pesan
kakeknya, namun Pamot pasti akan merasa dirinya lebih aman apabila ia
bersenjata, bukan sekedar sebuah sabit. Tetapi dengan sebuah sabit, masih juga
lebih baik daripada ia sama sekali tidak bersenjata apapun.
Namun agaknya apa yang dikatakan oleh Lamat memang
benar. Malam itu tidak ada apa-apa terjadi. Ketika ia duduk memeluk lututnya
justru di bawah gubugnya yang berkaki agak tinggi, ia melihat dua orang berjalan
di pematang sawahnya. Seorang yang bertubuh tinggi besar sedangkan yang lain
anak muda sebayanya. "Manguri dan Lamat" desis Pamot.
Tetapi Pamot itupun menjadi berdebar-debar ketika
keduanya berhenti beberapa langkah dari gubugnya. Manguri mencoba memandangi
gubug itu tajam-tajam. Tetapi ia sama sekali tidak menyangka, bahwa Pamot duduk
di pematang justru di bawah gubug yang kegelapan.
Tiba-tiba tanpa di-sangka-sangka Manguri justru menanggilnya. "Pamot, Pamot"
Pamot menarik nafas dalam-dalam. Perlahan-lahan ia
berdiri dan keluar dari bawah gubugnya sambil terbungkuk-bungkuk.
"Kau mencari aku Manguri"
"O" Manguri agak terkejut "Kenapa kau bersembunyi?"
"Aku tidak bersembunyi. Aku sedang melihat tinggi air di sawahku"
Manguri tertawa "Benar begitu?"
"Apa gunanya aku menipumu?"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Aku sangka kau sudah menjadi seorang pengecut
sehingga kau sudah tidak berani lagi berada di atas gubugmu"
"Apa yang aku takuti?"
"Bagaimana kalau sekarang Lamat sekali lagi meremukkan tulang kepalamu" Kau
pasti tidak akan dapat lari lagi. Kalau kami berdua berkelahi bersama-sama maka
kau dapat membayangkan, apa yang akan terjadi atasmu"
"Jangan menghina" potong Pamot "apakah kalian ingin
mencoba?" Manguri tertawa. Benar-benar menyakitkan hati.
"Kau memang terlampau sombong. Tetapi aku sekali-sekali memang ingin melihat
kepalamu retak. Apakah kau mau
mencoba?" Lamatlah yang menjadi berdebar-debar. Kalau Pamot tidak dapat mengendalikan
diri, maka keadaan akan menjadi lain dari rencana semula. Mungkin mereka akan
terlibat dalam perkelahian yang sulit.
Dan ternyata Pamotpun menjawab "Apaboleh buat.
Begitukah yang kau inginkan"
Suara tertawa Manguri tiba-tiba terputus. Dipandanginya wajah Lamat. Namun
kemudian ia berkata "Kita tinggalkan saja anak gila itu. Jangan layani"
Lamat menarik nafas dalam-dalam. Apalagi ketika ia
melihat Manguri sudah melangkahkan kakinya dengan
tergesa-gesa, maka Lamatpun segera mengikutinya pula.
Ketika ia berpaling, dilihatnya Pamot masih tetap berdiri tegak di tempatnya.
Lamat menjadi heran ketika ia melihat Manguri tiba-tiba berhenti, sehingga
hampir saja ia melanggarnya.
"Kenapa" tanpa sesadarnya ia bertanya.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Manguri tidak mengacuhkannya. Tetapi ia berkata kepada Pamot dibarengi dengan
suara tertawanya yang serasa
menusuk-nusuk jantung "kau tidak perlu menjadi demikian ketakutan dan
bersembunyi di bawah gugubmu anak manis.
Kau lihat, bahwa kami bukan harimau-harimau kelaparan yang siap menerkammu.
Besok kau akan berjalan lewat pematang sawahmu ini pula, untuk melihat, apakah
kau juga masih bersembunyi di bawah gubugmu"
Manguri tidak menunggu jawaban Pamot. Suara tertawanya tiba-tiba meninggi. Namun
kemudian hilang di telan sepinya malam.
Lamat berjalan dengan patuh di belakang Manguri ketika ia meninggalkan sawah
keluarga Pamot itu. Sekali-sekali masih terdengar Manguri tertawa kecil. Namun
kemudian katanya "Anak yang sombong itu besok pasti akan datang lagi. Biarlah ia merasakan, bahwa
ia tidak dapat bermain-main sekehendak hatinya dengan Manguri,. Besok ia akan
ditangkap dan dibawa ke lumbung yang sudah tidak penuh lagi itu. Aku akan
memaksanya berjanji untuk menjauhi Sindangsari. Setelah itu, baru aku akan
mencari cara untuk menjerat burung liar itu"
Lamat sama sekali tidak menjawab. Ia berjalan saja dengan kepala menunduk. Ikat
kepalanya, yang membelit saja tanpa menutupi botaknya itu,
berjuntai hampir sampai ke
pundaknya. Sepeninggal Manguri dan Lamat, Pamot menarik nafas
dalam-dalam. Begitulah cara Manguri mengintai. Ia sama sekali tidak bersembunyi
di balik tanaman, atau di balik batang-batang jarak di pojok-pojok sawah. Tetapi
ia datang dengan dada tengadah, dan bahkan memanggil manggil
namanya. Pamotpun kemudian naik ke gubugnya perlahan-lahan. Kini ia sudah dapat
beristirahat, justru setelah ia tahu, Manguri telah mendatanginya. Ia sadar,
bahwa Manguri sengaja Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
mengelitik harga dirinya, supaya besok ia benar-benar datang ke gubugnya.
"Hem, ternyata Lamat berkata sebenarnya" Pamotpun
kemudian merebahkan dirinya di atas galar yang kering, dialasi oleh selembar
tikar yang kasar. Perlahan-lahan silirnya angin telah membelai keningnya,
sehingga tanpa disadarinya, anak muda itupun akhirnya tertidur betapa ia mencoba
untuk tidak lengah sekejappun.
Pamot terkejut ketika ia mendengar derit di tangga
gubugnya, sehingga gubugnya yang kecil itu berguncang.
Dengan serta-merta ia bangkit sambil menyambar sabit di sampingnya. Namun
ternyata bahwa sinar kemerah-merahan di timur telah menyilaukannya.
"Pamot" ia mendengar seseorang memanggil. Kemudian
sebuah kepala tersembul di hadapannya. Kepala ayahnya.
Pamot menarik nafas dalam-dalam. Perlahan-lahan ia
terhenyak duduk kembali. Sambil meletakkan sabitnya ia berkata "Ayah mengejutkan
aku" "Kau mencemaskan seluruh keluarga di rumah. Kau tidak kembali pada saatnya"
"Aku tertidur ayah"
"Anak dungu" ayahnya mengumpat "kami yang di rumah
tidak sekejappun dapat tidur. Kau tidur mendekur disini sampai matahari hampir
terbit" Pamot menundukkan kepalanya. Tetapi ia tersenyum. Ia
beringsut ketika ayahnya duduk di sampingnya. Diletakkannya paculnya di sudut
gubugnya yang kecil itu. "Tidak terjadi sesuatu apapun ayah" berkata Pamot.
"Kau mengetahui bahwa tidak terjadi sesuatu. Tetapi kami tidak"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Pamot mengangguk-anggukkan kepalanya. Katanya "Aku
tertidur disini" "Kau lengah Pamot. Kalau selagi kau tidur terjadi sesuatu atasmu, maka kesalahan
terbesar terletak padamu sendiri"
"Tetapi aku tertidur setelah aku merasa, bahwa tidak akan terjadi sesuatu"
"Bagaimana kau tahu?"
"Setelah Lamat mengantarkan Manguri datang kemari"
"Mereka datang?"
Pamot mengangguk-anggukkan kepalanya. Diceriterakannya tentang Manguri dan Lamat yang lewat di pematang sawahnya
sambil menyindir-nyindirnya.
Ayahnya mengangguk-anggukkan kepalanya "Kalau begitu
malam nanti agaknya Manguri benar-benar mengharap kau berada di gubug ini Pamot"
"Ya ayah. Aku akan memenuhi keinginannya itu"
Ayahnya menarik nafas dalam-dalam "kau terlalu dikuasai oleh perasaanmu.
Perasaan seorang anak muda"
"Tidak ayah. Aku akan membuat perhitungan sebaikbaiknya supaya aku tidak terjebak karenanya"
"Perhitunganmu adalah perhitungan yang terlampau
dipengaruhi oleh sifat-sifatmu"
Pamot mengerutkan keningnya. Terdengar ia berkata lirih
"Aku akan mencoba untuk lebih dewasa berpikir ayah"
Ayahnya mengangguk-anggukkan kepalanya. Namun kemudian ia berkata lirih "Aku sadar, bahwa pada suatu saat yang tua-tua inipun
tidak akan dapat tinggal diam. Aku lebih senang kalau kau tidak terlibat dalam
persoalan semacam ini, apalagi dengan Manguri. Tetapi karena masalahnya sudah
terlanjur, apaboleh buat"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Pamot tidak menjawab. Tetapi kepalanya menjadi semakin tunduk.
"Pulanglah. Ibumu dan kakekmu menunggu. Mereka sama
sekali tidak tidur sekejappun"
"Baik ayah" Pamotpun kemudian turun dari gubugnya, menjinjing
sabitnya dan berjalan pulang. Di sepanjang jalan ia berusaha untuk mencari jalan
agar ia terhindar dari malapetaka tetapi tanpa menyembunyikan diri di rumah atau
dimanapun. "Aku bukan pengecut" desisnya.
Langkah Pamot tiba-tiba terhenti ketika ia melihat
seseorang berjalan sambil berkerudung kain panjangnya.
Sejenak ia berpikir dan sejenak kemudian iapun melangkah semakin cepat memotong
jalan orang itu, lewat pematang-pematang yang membujur lintang diantara tanamantanaman di sawah. "Punta" Pamot memanggil.
Yang dipanggil itupun kemudian berhenti. Seorang anak muda sebaya dengan Pamot.
Matahari Esok Pagi Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tetapi anak itu agak lebih
pendek, namun tampaklah otot-ototnya menjelu-juri seluruh tubuhnya.
"He, kau dari sawah?" bertanya Punta.
Pamot mengangguk "Dari mana kau?"
"Dari Kademangan. Bukankah malam ini aku mendapat
giliran ronda?" Pamot mengingat-ingat "O, ya Aku masih tiga hari lagi"
Punta mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Punta" berkata Pamot sungguh-sungguh "apakah kau mau menolong aku?"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Punta mengerutkan keningnya "Apakah kau mempunyai
kesulitan" "Kau pasti sudah mendengar" jawab Pamot.
"Persoalanmu dengan Manguri?"
"Ya" Pamot menganggukkan kepalanya.
Punta menarik nafas dalam-dalam. Sambil menganggukanggukkan kepalanya ia berkata "Pamot. Aku adalah kawanmu yang dekat, seperti
beberapa kawan yang lain. Tetapi untuk mencampuri persoalanmu secara langsung,
kami agak berkeberatan. Dengan demikian persoalan yang seharusnya semakin lama menjadi
semakin padam, justru akan menjadi sebaliknya. Aku membantumu, dan Manguri akan
mencari kawan-kawan pula. Dengan demikian persoalannya tidak akan dapat selesai" Punta
berhenti sejenak "apakah tidak ada suatu cara yang baik untuk menyelesaikan
masalah itu?" "Aku sudah berusaha melupakannya Punta. Tetapi tiba-tiba aku dihadapkan pada
suatu keharusan untuk melawan.
Manguri terlampau tinggi hati untuk berbicara sebagai seorang kawan. Semalam ia
datang ke gubugku di sawah bersama
Lamat. Agaknya ia memang akan membuat persoalan ini
menjadi besar" Punta mengerutkan keningnya "Apa yang akan dilakukannya?" Pamot ragu-ragu sejenak. Namun kemudian ia berkata
"Punta. Aku akan berkata sebenarnya dan apa yang ada.
Terserah tanggapanmu atas persoalan itu" Pamot berhenti sejenak. Ketika Punta
menganggukkan kepalanya, maka
Pamotpun menceriterakan masalahnya kepada Punta.
Punta mengerutkan keningnya. Wajahnya kian lama
menjadi kian tegang. Sehingga akhirnya ia bertanya "kau berkata sebenarnya"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Sudah aku katakan" jawab Pamot "kau mengenal aku
sejak kanak-kanak. Kau mengenal tabiat dan sifat-sifatku, sehingga seharusnya
kau dapat menebak apakah aku
berbohong ataukah aku berkata sebenarnya"
"Pamot" jawab Punta "dalam persoalan sehari-hari kau
memang tidak pernah, atau katakanlah, jarang sekali
berbohong. Tetapi dalam persoalan-persoalan yang khusus, kebiasaan kadang-kadang
tidak berlaku lagi. Seseorang dapat berbuat aneh-aneh, dan bahkan bertentangan
sama sekali dengan kebiasaan dan pandangan hidupnya sendiri. Apalagi seseorang
yang sudah terlanjur terdorong masuk ke dalam suatu perbuatan. Biasanya ia akan
terlalu sulit untuk menarik diri, meskipun untuk bertahan ia akan mempergunakan
cara-cara yang ditentang oleh hati nuraninya sendiri"
Pamot mengangguk-anggukkan kepalanya. Terkilas sepintas diangan-angannya bayangan seorang raksasa botak yang bernama Lamat.
"Bukankah begitu?" bertanya Punta.
"Kau benar Punta" jawab Pamot "tetapi bagaimana aku
dapat meyakinkan kau, bahwa aku berkata sebenarnya?"
Punta mengangguk-anggukkan kepalanya. Kemudian iapun
bertanya "Jadi bagaimana maksudmu sebenarnya?"
"Sudah aku katakan bahwa aku akan mengatakan yang
akan terjadi. Kemudian aku justru mengharap sikapmu" jawab Pamot "apakah kau
menganggap bahwa hal itu sudah wajar, dan sudah wajar pula untuk dibiarkan tanpa
tanggapan apapun, atau sudah wajar pula bahwa aku harus bersembunyi atau bagaimana?"
Punta menepuk bahu Pamot sambil tersenyum. Katanya
"Baik Pamot. Kau berhasil memaksa aku menurut caramu
untuk melibatkan diri dalam persoalan ini" berkata Punta kemudian "tetapi aku
tidak akan bersikap mutlak. Aku akan melihat perkembangan keadaan. Seandainya
ada perbedaan Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
antara ceriteramu dengan apa yang akan terjadi, aku dapat melakukan tindakan-t
indakan darurat" "Sudah aku katakan, terserah kepadamu"
Punta mengangguk-anggukkan kepalanya "Memang, agaknya kau tidak sedang bermain-main. Baiklah. Aku akan membantumu"
"Ingat, Manguri akan membawa lima orang kawankawannya "Pamot berdesis, namun segera disusulinya "Bukan.
Sama sekali bukan kawan-kawannya, tetapi orang-orang
upahannya" Punta mengangguk-anggukkan
kepalanya. Tetapi ia bertanya "Pamot, apa yang akan kau lakukan seandainya kau tidak menjumpai aku
pagi ini?" Pamot mengerutkan keningnya. Katanya "Pada dasarnya
aku memang akan minta bantuan kepada kawan-kawanku.
Tetapi seandainya aku tidak menemuimu disini, mungkin aku akan langsung
menghubungi pemimpin kelompok kita di
Kademangan" Punta tersenyum. Katanya "kau sudah benar-benar
kebingungan. Tetapi kau dapat mempercayai aku. Aku tidak akan ingkar, selagi kau
tidak menjerumuskan aku ke dalam kesulitan sekedar untuk memuaskan hatimu.
Maksudku, kaulah yang mencari perkara. Tetapi selagi kau dalam sikap mempertahankan dirimu
dan kehormatanmu, aku akan
membantumu" Pamot mengangguk-anggukkan kepalanya. Kemudian ia
berdesis "Terima kasih. Apakah aku harus datang ke rumahmu untuk memberikan
penjelasan tentang keadaanku dan tentang kelima
orang itu?" "Aku kira keteranganmu sudah cukup jelas. Aku akan mencoba menyesuaikan diriku,
mengenai tempat dan waktu. Kalau ada
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
keragu-raguan, biarlah aku datang ke rumahmu. Kalau aku sudah yakin, maka aku
tidak perlu lagi menanyakan sesuatu"
"Terima kasih" "Mudah-mudahan kita berhasil. Sebenarnya akupun tidak dapat melihat Manguri
berbuat sekehendak hatinya lebih lama lagi. Tetapi sudah tentu aku tidak akan
berselisih dengan siapapun tanpa sebab"
Pamot mengangguk-anggukkan kepalanya. Sekali lagi ia
berkata "Terima kasih. Aku percaya kepadamu"
Keduanyapun kemudian berpisah. Pamot sudah menjadi
agak lega, bahwa ia sudah berhasil menemukan jalan yang mungkin dapat
menghindarkannya dari bencana. Bukan
sekedar bersembunyi dan menunda penyelesaian. Kalau kali ini ia dan kawankawannya berhasil, maka hal itu akan merupakan peringatan bagi keluarga Manguri"
"Tetapi bagaimana kalau Punta gagal?" desisnya "Kalau Punta tidak dapat
mengatasi dan mengalahkan orang-orang Manguri, maka mereka akan menjadi semakin
besar kepala" Kembali keragu-raguan membayang di hati Pamot. Namun
meskipun demikian ia tidak lagi terombang-ambing dalam keadaan yang tidak
menentu. Kalah atau menang, entahlah.
Tetapi kalau ia tidak seorang diri, maka persoalannya akan.
Manguri tidak lain akan dapat berbuat terlampau banyak terhadap beberapa orang
sekaligus. Ketika ia memasuki halaman rumahnya, matahari sudah
menjenguk dari balik perbukitan. Kakeknya sudah mulai menyapu halaman dan ibunya
sudah sibuk menuang air panas ke dalam mangkuk. Ketika mereka melihat Pamot
pulang, dengan serta merta merekapun segera menyongsongnya.
"Bagaimana dengan kau Pamot?" bertanya kakeknya.
"Lamat berkata sebenarnya, kakek. Tidak ada apa-apa
yang terjadi atasku"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Tetapi kenapa kau jauh terlambat pulang" Apakah kau
tidak bertemu dengan ayahmu"
"Ketika ayah sampai ke gubug, aku masih ada disana.
Agaknya aku tertidur semalam"
"Hem" kakeknya menarik nafas dalam-dalam "dalam
keadaan serupa itu kau masih juga dapat tidur. Bukan main.
Kamilah yang semalam selalu gelisah. Kalau aku tahu, akulah yang menyusul kau ke
sawah. Aku ikat kaki dan tanganmu dengan tiang-tiang gubug"
Pamot tidak menjawab. Tetapi ia tersenyum di dalam hati.
Namun dengan demikian ia kini menyadari, bahwa seluruh keluarga telah ikut
menjadi gelisah karena pokalnya. Ayahnya, ibunya
dan kakeknya yang sudah tua itupun mencemaskannya. Bahkan semalam suntuk mereka sama
sekali tidak tertidur. "Aku telah membuat mereka selalu gelisah" katanya di
dalam hati. Tetapi sudah tentu Pamot tidak dapat berbuat lain. Ia masih tetap merasa sebagai
seorang anak laki-laki yang tidak boleh melarikan diri dari kesulitan.
"Minumlah" berkata ibunya kemudian.
Pamotpun kemudian masuk keruang dalam dan duduk di
atas sebuah amben besar. Sambil menyeka keringat dinginnya yang mengalir karena
berbagai masalah yang bergejolak di dalam dadanya, ia melepaskan ikat kepalanya.
Kemudian menggantungkannya pada dinding di sebelah pintu masuk ke dalam bilik
kiri. Sambil bertelekan pada lambungnya ia menggeliat.
"Kalau kau akan mencuci muka, pergilah kesumur lebih
dahulu" berkata ibunya.
"Baik bu" jawab Pamot sambil mengangguk. Ibunya
ternyata begitu banyak menaruh perhatian kepadanya. Hal itu
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
sudah berjalan bertahun-tahun sejak ia masih kanak-kanak masih bayi dan bahkan
sejak di dalam kandungan. Tetapi dalam keadaan yang demikian, kecemasan seorang
ibu menjadi semakin terasa. Bahkan mungkin kegelisahan ibunya melampaui
kegelisahannya sendiri. Pamotpun kemudian pergi kesumur membersihkan dirinya.
Ia tidak melupakan tanaman sirihnya. Disiramnya batang-batang sirih itu dengan
beberapa timba air yang dialirkannya lewat sebuah parit kecil.
Setelah minum beberapa teguk air hangat, Pamot tidak
melewatkan tugas-tugasnya di rumah. Membersihkan kebun belakang, kandang kerbau
dan mengisi tempat air di dapur.
"Beristirahatlah" berkata ibunya "kau tentu lelah"
Pamot mengerutkan keningnya. Setiap malam ia pergi ke sawah. Setiap malam ia
melakukan pekerjaan serupa, bahkan kadang-kadang ia sama sekali tidak tidur
menunggui air. Di pagi harinya kerja yang itu-itu juga yang dilakukannya.
Bahkan kadang-kadang membelah kayu. Tetapi kini tiba-tiba ibunya menyusurnya
beristirahat. Karena itu, maka Jawabnya "Aku tidak lelah ibu"
Ibunya tidak segera menyahut. Dipandanginya wajah
anaknya. Wajah itu sama sekali tidak membayangkan
kecemasan, kegelisahan dan kelelahan, karena Pamot
memang berusaha untuk menyembunyikannya di hadapan
ibunya. "Ibulah yang agaknya lelah" berkata Pamot kemudian
"bukankah aku sudah biasa melakukan pekerjaan ini. Bahkan semakin aku dapat
tidur di atas gubug"
Ibunya menjadi heran pula. Kenapa tiba-tiba ia menganggap anaknya menjadi terlampau sibuk dan banyak sekali membuang tenaga.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Pamot benar" katanya di dalam hati "A ku sendirilah yang kebetulan lelah
sekali. Lelah, gelisah, dan cemas"
Hari itu Pamot sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda yang aneh. Ia melakukan
pekerjaannya sehari-hari seperti biasanya. Di siang hari ia masih juga pergi ke
pategalan membawa sebuah kapak untuk mencari kayu bakar.
Tetapi tidak setahu keluarganya, ketika ia pulang dari pategalan ia memerlukan
singgah juga ke rumah Punta.
"Bagaimana Punta?" bertanya Pamot"
"Darimana kau?" bertanya Punta pula.
"Dari pategalan"
"Jangan cemas. Aku sudah berusaha. Mudah-mudahan
usahaku berhasil" "Terima kasih" "Aku akan berada di tempat yang baik. Aku akan datang jauh sebelum saat yang
kita duga itu" "Terima kasih" Pamot merasa menjadi semakin ringan. Beban yang
menghimpit jantungnya telah tersalurkan untuk sebagian, sehingga dadanya tidak
lagi terasa seakan-akan pepat.
Ketika ia sampai di rumah, ayahnya telah berada di rumah pula. Sejenak kemudian
merekapun makan bersama-sama.
Dan sudah tentu pula mereka berbicara tentang kemungkinan yang dapat terjadi
atas Pamot, malam nanti"
"Aku sudah menghubungi kawanku" berkata Pamot.
"Siapa?" "Punta" Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Ayahnya mengangguk-anggukkan kepalanya,
Katanya "Anak baik. Aku percaya kepadanya, meskipun keadaannya tidak lebih dari keadaan
keluarga kita" Kakeknyapun mengangguk-anggukkan pula. Katanya
Matahari Esok Pagi Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"'Mudah-mudahan ia dapat menolongmu"
Semakin sore, ibu Pamot menjadi semakin gelisah.
Meskipun Pamot sendiri dan ayahnya masih juga pergi ke sawah. Berbagai macam
bayangan hilir mudik di kepalanya.
Kalau terjadi sesuatu atas anaknya, maka hatinya pasti akan hancur seperti
mangkuk yang terjatuh di atas batu pualam.
"Kakek" berkata Pamot kepada kakeknya, ketika kakeknya berada di halaman
belakang tanpa ada orang lain "apakah malam nanti aku juga tidak boleh
bersenjata?" Kakeknya mengerutkan keningnya. Sejenak kemudian ia
berdesis "Pamot, malam nanti kau akan menghadapi orang orang yang lain dari
Manguri sendiri. Mereka adalah orang-orang upahan yang tidak mempergunakan nalar
sama sekali" Pamot mengangguk-angguk. "Mereka hanya sekedar menjalankan perintah Manguri.
Bukankah mereka diperintahkan menangkap kau hidup-hidup dan membawa ke rumah
Manguri?" "Ya" Mereka tidak akan mempergunakan senjata yang akan
dapat membahayakan nyawamu"
"Ya, tetapi aku sendiri bagaimana" Apakah aku boleh
membawa senjata atau tidak?"
Sekali lagi kakek itu merenung sambil mengerutkan
keningnya. Sejenak kemudian ia menjawab "Baiklah. Orang-orang yang akan kau
hadapi adalah orang-orang liar. Mereka tidak mau gagal, sehingga mereka
kehilangan upah yang sudah dijanjikan"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Pamot mengangguk-anggukkan kepalanya. Tetapi ia tahu
benar maksud kata-kata kakeknya. Orang-orang itu menggantungkan hasil kerjanya pada usaha mereka menangkap Pamot. Kalau mereka berhasil, mereka akan
mendapat upah, kalau tidak, mereka tidak akan mendapat apa-apa. Jadi dengan
demikian, tujuan mereka hanyalah menangkap Pamot, tanpa menghiraukan apapun
juga. "Maka dari itu, kau harus benar-benar siap menghadapi keadaan" berkata kakeknya
pula "apakah Punta sudah benar benar dapat kau percaya?"
"Aku percaya kek"
"Dimana mereka akan menunggu kau?"
"Mereka tidak menyebutkannya. Tetapi mereka akan
datang jatuh sebelum saat-saat yang aku duga itu tiba, tengah malam"
"Bagus" berkata kakeknya "sekarang beristirahatlah.
Sebentar lagi hari akan gelap. Kau harus bersiap-siap untuk pergi. Ibumu pasti
tidak akan dapat tidur semalam suntuk"
Pamot menganggukkan kepalanya.
Maka sejenak kemudian Pamotpun segera pergi ke sumur.
Setelah membersihkan diri, sebagaimana biasa setelah
matahari terbenam, merekapun duduk di atas amben yang besar di ruang tengah
mengitari makan malam. Tetapi tidak seorangpun yang dapat makan dengan
enaknya. Semuanya sudah mulai dibayangi oleh kegelisahan tentang keadaan Pamot
pada malam yang sudah mulai
meraba pedukuhan Gemulung itu.
Namun dengan demikian, mereka justru tidak terlampau
banyak berbicara seperti biasanya. Pamot menyuapi mulutnya sambil menunduk.
Ibunya hampir tidak menelan nasi sama sekali, sedang ayah dan kakeknya hanya
berbicara satu-satu. Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Dan pembicaraan mereka itupun berkisar pada keadaan
Pamot, Manguri, Punta dan Lamat.
"Kau memang harus berhati-hati Pamot" desis kakeknya
kemudian. Sedang ayahnya menyambung "Kalau Punta salah hitung, maka keadaan akan
sangat berlainan. Dalam keadaan yang demikian, kau jangan terlampau membiarkan
hatimu berbicara, tetapi otakmu"
"Baik ayah" "Nah, sekarang kau masih mempunyai waktu untuk
beristirahat atau melakukan apa-apa yang perlu buatmu"
"Aku akan berangkat agak awal ayah. Mungkin aku
memerlukan sesuatu" "Bagaimana dengan Punta?" kakeknya masih mencoba
menegaskan. "Ia akan datang lebih awal juga"
Ayahnya mengangguk-anggukkan kepalanya.
Katanya kemudian "Kalau hal itu kau anggap menguntungkan, maka terserahlah kepadamu"
"Baiklah ayah" jawab Pamot "aku akan dapat melihat
keadaan sebelumnya "
Pamotpun kemudian mempersiapkan dirinya, meskipun
hatinya juga dirayapi oleh kegelisahan. Ia masih juga cemas, bagaimana kalau
Punta tidak dapat memenuhi janjinya.
Tetapi ia memang keras hati. Ia tidak mau surut selangkah.
Apapun yang akan terjadi, harus dihadapinya.
Malam itu Pamot berangkat jauh sebelum waktu yang biasa dilakukannya. Ia
berjalan berkerudung kain panjangnya untuk menyembunyikan sarung parangnya yang
mencuat di lambung kirinya.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"He, kemana kau Pamot?" bertanya seorang kawannya,
seorang anak muda yang bertubuh tinggi tegap.
"Melihat air di sawah" jawab Pamot.
"Masih terlalu sore. Marilah kita duduk-duduk di gardu"
"Terima kasih. Nanti, setelah aku pulang dari sawah, aku akan duduk-duduk di
gardu" "Ah kau" berkata anak muda itu "Kenapa tergesa-gesa?"
"Sore tadi aku tidak pergi ke sawah. Sekarang aku harus menengoknya "
"Aku melihat kau pergi dengan ayahmu"
Pamot mengerutkan keningnya. Tetapi kemudian ia
bergumam "O, ya. Aku lupa. Tetapi sekarang aku perlu sekali"
Kawannya tidak segera menjawab. Dan Pamotpun terdiam
sejenak. Ia menjadi ragu-ragu. Anak muda yang bertubuh tinggi tegap itu adalah
kawannya bermain sejak kecil. Kawan yang baik. Kalau ia memberitahukan
kesulitannya, maka ia pasti akan membantunya seperti Punta.
"Tetapi aku sudah menyerahkan semua persoalan kepada
Punta" berkata Pamot di dalam hatinya "kalau aku masih menghubungi orang lain,
maka aku akan dianggapnya kurang mempercayainya. Akupun, menurut pendapatku,
sudah tidak keliru lagi, karena Punta adalah tetua, meskipun tidak resmi, dari
anak-anak muda gemulung yang setiap kali ikut pergi ke Kademangan termasuk anak
ini" "Maaf" Pamot kemudian berkata "lain kali kita bermain-main. Sekarang aku takut
ayah marah" Pamot menjadi heran ketika ia melihat anak muda yang
bertubuh tinggi itu tertawa "Kau Pamot. Ada-ada saja yang kau lakukan"
"Kenapa?" Pamot menjadi heran.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Tiba-tiba saja, tanpa di sangka-sangka anak muda itu
meraba lambung Pamot, sehingga Pamot terkejut.
"Apa yang kau bawa itu" Parang" Golok?"
"Hus" Pamot berdesis.
"Aku sudah curiga. Biasanya kau membawa sabit atau
cangkul atau kapak. Tetapi sekarang kau membawa parang di dalam sarungnya.
Kenapa?" Pamot menjadi ragu-ragu sejenak. Tetapi kemudian ia
menjawab "Aku memang sering membawa parang, sejak babi hutan itu mengganggu
tanaman. Bahkan akhir-akhir ini aku mendengar ada seekor harimau yang
berkeliaran di daerah persawahan"
Tetapi Pamot menjadi semakin heran ketika kawannya itu tertawa semakin keras.
Katanya "Baik, baik. Pergilah. Sebentar lagi aku juga akan pergi ke sekitar
sawahmu" "Kenapa?" dada Pamot berdesir. Tetapi anak itu masih saja tertawa.
"Kenapa?" Pamot mendesak.
Akhirnya anak muda itu berkata "Jangan gelisah. Aku tahu semua persoalan yang
sedang kau hadapi. Bukankah kau akan berkelahi" Kau sudah bersiaga dengan
senjata itu" "Kau mimpi" jawab Pamot.
"Punta sudah menemui aku. Bukankah kau harus
menghadapi lima orang bayaran yang akan dikirim oleh
Manguri?" Wajah Pamot menjadi tegang. Tetapi anak muda itu masih tertawa juga "Aku adalah
salah seorang dari kawan-kawan kita yang akan pergi bersama Punta"
Kini Pamot menarik nafas dalam. Sambil memukul lengan kawannya yang tinggi besar
itu ia berdesis "Kau membuat aku
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
hampir gila" katanya "terima kasih. Mudah-mudahan kita berhasil"
"Aku memang sudah muak pula melihat tingkah laku
Manguri. Kadang-kadang aku memang menunggu, kapan aku mendapat kesempatan serupa
ini tanpa memulainya. Kini kita tidak akan dapat dipersalahkan oleh siapapun,
karena kita memang membela diri. Setidak-tidaknya kau sedang membela dirimu"
"Terima kasih. Aku memang mengharap bantuan kalian.
Aku tidak dapat melawannya seorang diri. Manguri mempunyai uang untuk melakukan apa saja. Tetapi aku
mempunyai kawan" Anak yang tinggi tegap itu masih saja tertawa "Pergilah.
Aku akan menyusul kelak"
Pamotpun segera melanjutkan perjalanannya. Kini hatinya menjadi semakin
tenteram. Setidak-tidaknya ia sudah
mempunyai dua orang kawan. Yang tinggi tegap itu beserta Punta sendiri. Bertiga
dengan dirinya sendiri. "Kalau mereka benar-benar hanya berlima, maka tiga dari kami sudah cukup untuk
menghadapinya" desis Pamot di
dalam hatinya. Namun kemudian "Tetapi aku belum tahu, siapakah yang lima itu?"
Di sepanjang jalan Pamot selalu membayangkan apa yang kira-kira bakal terjadi.
Ia sama sekali tidak menghiraukan lagi gemericik air di parit, di bawah kakinya.
Batang-batang jagung muda yang hijau dan kunang-kunang yang bertebaran
seakan-akan tidak tampak di matanya.
Tetapi Pamot menarik nafas dalam-dalam ketika terasa
angin yang silir mengusap wajahnya yang berkeringat.
"Hem" Pamot menarik nafas sekali lagi dan sekali lagi, seakan-akan akan di
hirupnya udara malam di seluruh padang.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Sebenarnya Pamot sama sekali tidak menghendaki hal-hal yang dapat mengguncangkan
ketenteraman hidup rakyat
Gemulung. Tetapi apabila tidak ada sikap apapun, maka yang sudah berjalan itu
akan berjalan terus tanpa batas. Khususnya di lingkungan anak-anak muda dan
gadis-gadis. Perbuatan Manguri benar-benar tidak dapat dibiarkannya.
"Tetapi apakah aku sudah bertindak tepat" bertanya Pamot kepada diri sendiri
"Aku seolah-olah sekedar menuruti perasaan. Kawan-kawan akan terlibat dalam
bentrokan karena hubunganku dengan Sindangsari. Kalau hal itu yang akan
dijadikan sumber dari benturan ini, maka akulah yang telah menyeret kawan-kawan
itu ke dalam kesulitan. Apalagi apabila di antaranya ada yang cidera"
Pamot justru menjadi termangu-mangu.
"Tetapi semuanya sudah terlanjur, "untuk menenteramkan hatinya Pamotpun berkata
kepada diri sendiri "mereka tidak sekedar membantuku. Tetapi mereka memang
berpendirian, bahwa kelakuan Manguri itu sudah tidak pantas lagi"
Pamotpun kemudian menaiki gubugnya jauh sebelum
masanya, seperti yang dilakukannya sehari-hari. Tetapi dengan demikian ia masih
sempat mengatur getar di dadanya.
Dari atas gubugnya ia mencoba melihat-lihat berkeliling.
Tetapi ia tidak melihat sesuatu, selain hitamnya malam dan daun-daun yang hijau
gelap menjorok ke dalam kelam.
Tanpa sesadarnya Pamot meraba-raba hulu parangnya.
Sambil mengangguk-anggukkan kepalanya ia berkata kepada diri sendiri "Aku tidak
memulainya" Sementara itu, agak jauh dari padukuhan Gemulung, di
bawah sebatang pohon nyamplung yang besar dan rimbun, beberapa orang sedang
duduk sambil berkelakar. Di antara mereka terdapat Manguri dikawani oleh Lamat.
"Sebentar lagi kalian harus berangkat ke gubug itu" berkata Manguri "biasanya
hampir tengah malam ia baru datang,
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Jangan terlalu banyak menimbulkan kegaduhan, karena
kadang-kadang ada juga orang lain yang berkeliaran di sepanjang pematang
menyusur air. Kalian harus bertindak cepat, dan membawa anak itu malam ini juga
ke rumah. Ia harus benar-benar jera. Bukan saja tidak lagi mengganggu gadis itu,
tetapi ia tidak boleh membuka mulutnya kalau ia ingin selamat"
Orang-orang yang duduk di bawah pohon nyamplung itu
mengangguk-angguk. Salah seorang menjawab "Kau masih
saja ragu-ragu. Seharusnya kau sudah mengenal kami dengan baik"
Manguri menggelengkan kepalanya. Jawabnya "Di dalam
setiap persoalan yang baru, aku harus menganggapnya kalian orang-orang baru.
Persoalan kita bukan sekedar persoalan yang dapat diselesaikan dengan kebiasaan,
karena kerja yang kita hadapipun bukan masalah kebiasaan pula. Orang-orang yang
kau hadapi adalah orang-orang yang berbeda-beda yang kadang-kadang
kau belum tahu, sampai dimana kemampuannya" "Meskipun seandainya anak itu dapat menangkap angin,
kami tidak akan gagal"
Manguri mengangguk-anggukan kepalanya "Mudah- mudahan" "Nah, kapan kami harus berangkat?"
"Kau dapat saja berangkat sekarang. Tetapi awas jangan sampai seorangpun yang
mengetahui kehadiran kalian. Kalian akan tampak sebagai orang-orang asing di
padukuhan ini. Kecurigaan yang dapat timbul pasti akan mengganggu
pekerjaanmu" "Baiklah. Kami akan berangkat saja sekarang. Kamu sudah tahu benar letak gubug
yang kau katakan. Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Manguri mengangguk-anggukkan kepalanya. Namun
Matahari Esok Pagi Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kemudian ia berpalingkepada Lamat sambil berkata "Apakah kalian memerlukan
seorang penunjuk jalan?"
Orang-orang upahan itu menjadi ragu-ragu sejenak.
Merekapun memandang Lamat dengan wajah bertanya-tanya.
Sementara itu, dada Lamat menjadi berdebar-debar. Kalau ia langsung dilibatkan
ke dalam masalah yang rumit ini, ia pasti tidak akan dapat menghindar lagi.
Bersama-sama dengan kelima orang itu ia tidak akan dapat berpura-pura. Ia harus ikut
bersama mereka menangkap Pamot dan membawanya ke rumah Manguri.
Tetapi setitik embun serasa jatuh ke dinding jantungnya ketika ia mendengar
salah seorang dari kelima orang itu berkata "Tidak perlu. Kehadirannya akan
mengurangi nilai kerja kami. Seakan-akan tanpa orang lain kami tidak mampu
menyelesaikannya, sehingga tidak akan ada alasan bagimu untuk memotong upah yang
sudah kau janjikan" "Gila" Manguri berdesis "kau kira aku berpikir sampai kesana?"
Kelima orang itu tertawa "Jangan tersinggung" berkata salah seorang dari mereka
"kami pernah mengalami hal
serupa itu" "Tetapi bukan aku"
"Ya, bukan kau"
"Baik. Lamat tidak akan menyertai kalian. Tetapi ingat, jangan gagal"
Sekali lagi kelima orang itu tertawa hampir berbareng.
Salah seorang dari mereka menjawab "Kau tampaknya kurang percaya kepada kami"
Manguri tidak menjawab. Dicobanya mengamati kelima
orang itu satu demi satu. Sambil mengangguk-anggukkan
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
kepalanya ia berkata di dalam hati "Mereka sudah terlampau biasa melakukan
pekerjaan ini. Mudah-mudahan mereka
berhasil" Sejenak kemudian maka kelima orang itupun minta diri.
Mereka berjalan menyusur jalan kecil di pinggir parit sebelum meloncat ke sebuah
pematang. "Lamat" desis Manguri "apakah kau dapat mempercayai
mereka, bahwa mereka akan berhasil"
"Sudah tentu" sahut Lamat.
"Bohong" tiba-tiba Manguri membentak "jawab yang
sebenarnya. Apakah kelima orang itu lebih kuat dari kau seorang diri menghadapi
Pamot" "Ya, ya" Lamat tergagap "aku kira mereka pasti lebih kuat daripada aku seorang
diri. Mereka dapat menghadapi
lawannya yang hanya seorang itu dari lima arah yang akan sangat membingungkan"
Manguri mengangguk-anggukkan kepalanya. Katanya "Kalau kau tidak terlampau dungu, aku tidak perlu
mempergunakan orang-orang semacam monyet-monyet itu.
Seharusnya kau dapat memutar leher Pamot. tetapi kau gagal.
Mudah-mudahan orang-orang itu tidak gagal" Lamat tidak menjawab. Wajahnya yang keras seolah-olah tambah mengeras seperti
sebongkah batu asahan. Namun
terasa goresan-goresan yang pedih pada dinding hatinya yang lunak. Perlahanlahan kepalanya menunduk-meskipun ia masih tetap berdiri tegak di atas kakinya
yang renggang. Manguri masih berdiri di tempatnya, memandang ke arah kelima orang upahannya itu
menghilang di balik tanaman.
Terbayang orang-orang yang kasar dan kuat itu mengepung Pamot yang ketakutan.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Huh" tiba-tiba ia bergumam "salahnya sendiri. Kalau ia tidak membuat persoalan
dengan Manguri, maka tidak akan terjadi bencana baginya"
Lamat mengangkat wajahnya. Di pandanginya saja Manguri yang masih berdiri tegak
sambil mengangguk-anggukkan
kepalanya. "Lamat" katanya "bagaimana, seandainya kau seorang diri harus berkelahi melawan
kelimanya" Apakah kau akan mampu mengalahkannya?"
Dada Lamat menjadi berdebar-debar kembali. Ia tidak tahu maksud itu. Apakah
sesudah mereka menangkap Pamot,
kemudian ia harus mengusir kelima orang itu"
"He, apakah kau sudah mati?" bentak Manguri "kenapa kau diam saja?"
Lamat menarik nafas dalam-dalam. Kemudian jawabnya
"Aku belum dapat mengatakan. Aku belum mengetahui,
sampai dimana kemampuan mereka seorang demi seorang.
"Tetapi apakah kau berani melawan mereka berlima"
"Aku tidak pernah takut terhadap apapun dan siapapun.
Tetapi aku tidak dapat mengatakan, apakah aku akan dapat memenangkan perkelahian
itu?" Manguri mengangguk-anggukkan kepalanya. Katanya "Kau
memang berani. Tetapi kau terlampau bodoh. Kau tidak dapat menangkap Pamot,
meskipun kau dapat menyakitinya"
Sekali lagi Lamat menarik nafas. Sudah lebih dari seribu kali Manguri
menyebutnya sebagai seorang yang bodoh karena tidak dapat menangkap Pamot.
Untunglah tidak tersengaja, Pamot telah membentur batu, sehingga wajahnya
menjadi bengkak dan biru pengab. Kalau Manguri tidak melihat
bengkak itu, maka ia akan mengumpatinya setiap saat.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Marilah kita pulang. Aku mengharap kelimanya berhasil.
Menilik badan mereka yang kekar. Wajah mereka yang keras dan bengis. Mata yang
menyala seperti mata kucing. Dan nafsu yang tidak terkendalikan untuk
mendapatkan uang" Manguri menarik nafas dalam-dalam. Kemudian "yang
bertubuh jangkung meskipun agak kurus itu memiliki
sepasang mata seperti mata setan. Sedang yang berjambang lebat dan berkumis
jarang itu bagaikan serigala yang
kelaparan" Manguri tertawa berkepanjangan. Sambil mengayunkan kakinya ia berkata di sela-sela tertawanya "Aku akan melihat,
bagaimana Pamot menjadi ketakutan. Aku akan membuatnya jera. Sebenarnya jera"
Dan suara tertawa Manguri melengking di sepinya malam, di tengah-tengah bulak yang sunyi.
Keduanyapun kemudian berjalan semakin lama semakin
cepat, pulang ke rumah Manguri. Di sudut desa mereka
melihat beberapa orang anak-anak muda yang meronda.
Salah seorang dari anak muda itu menyapanya "Siapa he?"
"Buka matamu" jawab Manguri "aku Manguri bersama
Lamat" Anak muda yang bertanya itu serasa tersentuh api di ujung telinganya. Tiba-tiba
saja ia meloncat turun dari gardu. Namun ketika terpandang wajah Lamat yang
kasar, dan matanya yang serasa akan menelannya, anak muda itu menahan
dirinya. "Darimana kau Manguri?" bertanya anak muda itu.
"Itu urusanku" "Biasanya kau tidak sekasar itu" berkata anak muda yang berada di gardu. Kawankawannyapun satu persatu turun dan berdiri berjajar di muka gardu. Empat orang.
Manguri tidak segera menjawab. Namun tiba-tiba terbersit di
hatinya, kemungkinan-kemungkinan yang tidak Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
menyenangkan. Kini ia sedang menghadapi Pamot, yang jauh lebih dekat pada anakanak muda itu daripadanya sendiri.
Karena itu, maka iapun kemudian menjawab "aku tergesa-gesa. Maaf mungkin aku
terlampau kasar" Anak-anak muda yang berdiri di muka gardu itu menarik nafas.
"Aku akan pulang"
Tidak seorangpun yang menjawab. Dan tiba-tiba Manguri bertanya "He, apakah
kalian sudah mendapat minum dan
makanan?" Anak-anak muda yang sedang meronda itu saling
berpandangan sesaat. Salah seorang dari mereka menjawab
"Nanti, tengah malam"
"Kenapa kalian tidak beli saja gula kelapa dan ketela pohung" Kemudian merebus
air dan ketela sambil duduk
mengelilingi perapian"
Tidak seorangpun yang menjawab.
"Mungkin kalian memerlukan uang" Manguri mengambil
beberapa keping uang dari saku ikat pinggangnya "kalian dapat membelinya"
Anak-anak muda yang sedang berdiri di muka gardu itu
menjadi termangu-mangu. Namun slah seorang dari mereka menjawab "Terima kasih
Manguri. Tetapi tidak ada penjual gula kelapa dan pohung yang masih ada di malam
begini" "O" Manguri mengangguk-anggukkan kepalanya. Kemudian
katanya "Aku akan mengirimkan dari rumah"
"Tengah malam kami sudah mendapatkannya "
"Sebelum tengah malam, agar kalian tidak kedinginan"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Manguri tidak menunggu jawaban anak-anak muda itu. Ia berjalan terus dengan
tergesa-gesa. Di belakangnya Lamat mengayunkan kakinya sambil menundukkan
kepalanya. Begitu Manguri masuk ke halaman rumahnya, langsung ia pergi ke belakang,
membangunkan pembantu rumah
tangganya. "Rebus ketan hitam seberuk"
Lamat mengerutkan keningnya. Di gardu hanya ada empat orang. Betapa besar perut
mereka, namun mereka tidak akan dapat menghabiskan ketan seberuk.
Tetapi ia tidak berkata apapun. Ia duduk saja di muka pintu dapur menunggui
orang-orang yang merebus ketan sambil bersungut-sungut. Ia tahu benar, bahwa
ialah yang nanti harus mengantarkan ketan itu ke gardu.
Sepeninggal Manguri, anak-anak muda yang berada di
gardu itupun menjadi terheran-heran. Sikap Manguri agak terasa asing bagi
mereka. Biasanya, meskipun tidak terlampau baik. Manguri bukanlah orang yang
bersikap terlalu kasar, meskipun anak-anak muda itu mengetahui, bahwa wataknya
terlampau sombong. Tetapi ia tidak juga akan seramah malam itu. Menyediakan uang
untuk membeli pohung dan gula
kelapa. "Biasanya hanya gadis-gadislah yang sering diberinya uang disiang hari untuk
membeli rujak nanas, atau rujak degan"
desis salah seorang dari mereka.
"Aneh" berkata yang lain "pasti pada sesuatu yang sedang dipikirkannya. Mungkin
ia tergila-gila kepada seorang gadis, dan malam ini baru saja pergi melamarnya.
Kawannya tersenyum. Katanya "Anak itu sedang tergila-gila kepada Sindangsari.
Bukankah ia pernah berkelahi melawan Pamot karena ia mencegat Sindangsari di
sawah dan kebetulan Pamot melihatnya"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Itu hanya karena salah paham" berkata yang lain, yang seakan-akan mengetahui
persoalannya dengan pasti.
Tetapi pembicaraan itu terhenti, ketika hampir tengah malam, Lamat datang dengan
ketan yang masih hangat. Beberapa tangkep gula kelapa dan sebungkus kelapa parut.
"Aku disuruh Manguri menyampaikan ini kepada kalian"
suara Lamat dalam dan datar.
Sekali lagi anak-anak muda yang sedang bertugas ronda itu saling berpandangan.
"Terimalah. Tidak ada apa-apanya "
Salah seorang dari para peronda itu menerimanya sambil berkata "Terima kasih"
"Kalian akan menjadi hangat. Kemudian kalian akan dapat tidur dengan nyenyak"
"Kami sedang ronda. Kami tidak akan tidur"
"Manguri berpesan, agar kalian makan ketan itu dan
menghabiskannya" "Terima kasih" Lamatpun kemudian meninggalkan gardu itu dengan
langkah yang lamban. Keempat anak-anak muda yang berada di gardu itu
memandanginya dengan mata yang hampir tidak berkedip.
"Hantu yang menakutkan" desis salah seorang dari mereka
"kalau tanganmu dapat diremasnya, maka tulang-tulangmu pasti akan remuk. Selain
bertubuh raksasa, ia memang
mempunyai tenaga raksasa"
"Ia merupakan pengawal yang sangat patuh kepada
Manguri. Apapun yang dikatakannya. Bahkan kadang-kadang ia di bentak-bentaknya"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Anak-anak itu mengangguk-anggukkan kepalanya. Tetapi
kemudian merekapun segera membuka bungkusan ketan
ireng, kelapa parut dengan sedikit garam dan gula kelapa.
Dengan lahapnya mereka makan kiriman itu, tanpa menghiraukan lagi apa yang telah terjadi di bagian-bagian lain dari
padukuhannya. Menjelang tengah malam, di tengah-tengah sawahnya
Pamot menjadi gelisah. Ia tidak melihat seorangpun di sekitarnya. Ia tidak
melihat Punta, tetapi juga tidak melihat orang-orang Manguri yang lima.
Dengan dada yang berdebar-debar Pamot turun dari
gubugnya. Ia lebih merasa aman di bawah daripada di atas. Di bawah ia banyak
mendapat kesempatan, kalau perlu untuk bekejar-kejaran. Kalau lawannya lebih
banyak jumlahnya, maka bekejar-kejaran adalah permainan yang mengasikkan.
Dengan dada berdebar-debar Pamot
berdiri tegak bersandar tiang gubugnya. Tangannya sudah melekat di hulu parangnya. Setiap saat
ia siap untuk menghadapi setiap kemungkinan.
Tetapi Pamot rasa-rasanya masih dihadapkan pada suatu teka-teki. Apakah yang
dikatakan Lamat seluruhnya benar, atau seandainya benar, apakah Manguri tidak
merubah rencananya" Seandainya tidak, apakah Punta dapat menepati janjinya".
Teka-teki itu telah membuat Pamot menjadi semakin
gelisah. Dadanya serasa sesak oleh bayangan-bayangan yang tidak menentu. Ingin
rasanya ia berteriak sekuat-kuatnya untuk melepaskan himpitan di dalam dadanya
yang sudah hampir tidak tertahankan lagi.
Di rumahnya Manguripun selalu diganggu oleh kegelisahan.
Semakin dekat dengan tengah malam, hatinya menjadi
semakin berdebar-debar. Ia mengharap kelima orang
suruhannya itu segera menyelesaikan tugasnya dan membawa
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Pamot ke lumbung di belakang. Ia akan dapat berbuat apa saja atas anak muda itu,
dan mengancamnya untuk tidak mengatakannya kepada siapapun.
Di bilik belakang, Lamatpun menjadi gelisah pula.
Terbayang kesulitan yang bakal dialami oleh Pamot, yang menurut penilaiannya
pasti tidak bersalah.
Matahari Esok Pagi Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Lamat menarik nafas dalam-dalam. Ia tahu benar apa yang telah terjadi dengan
gadis-gadis yang pernah berhubungan dengan Manguri. Kasar atau halus, mereka
telah terpaksa mengorbankan apa saja yang mereka miliki. Kemudian kasar atau
halus, mereka harus pergi dengan tuduhan yang hina lari bersama laki-laki.
Dada Lamat menjadi berdebar-debar semakin keras, seperti juga Manguri dan Pamot.
Ia sadar, bahwa ia telah turut ambil bagian di dalam segala macam kecurangan
yang telah dilakukan oleh Manguri meskipun hanya sekedar menakut-nakuti.
"Apakah hidupku untuk seterusnya tidak akan mengalami perubahan?" pertanyaan itu
selalu mengganggunya "sampai saat ini aku tidak lebih dari sesosok hantu yang
dapat menakut-nakuti setiap orang di Gemulung"
Tanpa sesadarnya Lamat berjalan hilir mudik di dalam
biliknya Pada saat yang bersamaan Manguripun telah sampai pada puncak
kegelisahannya. Di kejauhan sudah mulai
terdengar ayam jantan berkokok untuk yang pertama kalinya.
Tengah malam. "O, apakah orang-orang sudah mati dicekik hantu"
geramnya. Tetapi tengah malam adalah waktu yang dipilih oleh kelima orang upahan Manguri
itu untuk merayap mendekati gubug Pamot. Pamot sendiri hampir tidak sabar
menunggu, apa yang bakal terjadi atasnya. Seperti Lamat dan Manguri dibilik
masing-masing. Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Pamotpun kemudian melangkah beberapa langkah mondarmandir di bawah gubugnya dengan penuh kewaspadaan. Ia mendengarkan setiap desir
yang tertangkap oleh telinganya, dan mengamati setiap gerak yang tertangkap oleh
matanya. Tetapi ia masih belum mendengar dan melihat sesuatu.
Tetapi ketika lamat-lamat ia mendengar kokok ayam jantan di padukuhan, sahut
menyahut, maka ia berdesis "Tengah malam. Waktu inilah agaknya yang telah
dipilih oleh Manguri"
Ternyata dugaan Pamot itu tepat. Belum lagi ia
mengatupkan bibirnya rapat-rapat, terdengar suara cengkerik yang berderik di
sudut sawahnya. "Kalau benar-benar cengkerik yang berderik itu, maka
cengkerik itu adalah cengkerik raksasa" gumam Pamot
"Cengkerik tidak akan mampu berderik sekeras itu"
Tetapi cengkerik yang berderik itu memang tidak berusaha untuk menyembunyikan
dirinya. Suara itu hanya sekedar aba-aba untuk memanggil kawan-kawannya yang
lain. Karena sejenak kemudian bermunculan di segenap penjuru, lima orang yang seakan-akan
telah mengepungnya. Pamot berdiri tegak di tempatnya. Kini ia benar-benar telah menggenggam hulu
pedangnya, meskipun masih belum
ditariknya dari sarungnya.
"Kaukah yang bernama Pamot?" terdengar salah seorang
dari mereka bertanya. Pamot tidak segera menjawab. Ada niatnya untuk
mengelabui orang-orang itu, dengan mengingkari namanya.
Tetapi itu tidak akan ada gunanya, karena mereka pasti sudah yakin, bahwa
dirinyalah yang bernama Pamot. Manguri pasti sudah berpesan pula, ciri-ciri
tentang dirinya. Karena itu, maka kemudian dengan tabah ia menjawab "Ya, Aku
Pamot. Siapakah kalian?" Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Kami berlima. Masing-masing mempunyai nama sendirisendiri. Tetapi aku kira kami tidak mempunyai waktu untuk menyebutnya satu demi
satu. Karena itu, maka sama sekali tidak ada gunanya kau bertanya tentang nama
kami. Sekarang, menyerahlah. Kami tidak akan berbuat apa-apa"
Pamot mengerutkan keningnya. Kini ia yakin, bahwa Lamat memang berkata dengan
jujur. Ternyata pula, bahwa Lamat bukanlah seorang yang bengis dan dungu seperti
yang terbayang di wajahnya. Di dalam hati, tersirat ucapan terima kasih Pamot yang
tidak ada taranya kepada raksasa yang malang itu. Namun kemudian, apakah Punta
sudah ada disekitar tempat itu pula".
Karena Pamot tidak segera menjawab, kata-kata orangorang upahan itu, maka salah seorang dari kelima orang itu berkata seterusnya
"Menyerahlah. Jangan banyak tingkah.
Kami memang benar-benar tidak akan berbuat apa-apa
atasmu. Kami hanya sekedar ingin membawamu kepada
seseorang yang sangat ingin bertemu denganmu"
"Siapa orang itu ?" bertanya Pamot.
"Apakah kau perlu mengetahuinya?"
"Tentu. Baru aku dapat mengambil keputusan apakah aku bersedia atau tidak"
"Jangan begitu. Jangan menentukan pilihan, bersedia atau tidak, karena kami
memang tidak memberikan kesempatan kepadamu
untuk memilih. Kami hanya sekedar memberitahukan kepadamu, bahwa kami akan membawamu,
karena seseorang memerlukan kau"
Dada Pamot berdesir. Kata-kata itu benar-benar telah
menyinggung perasaannya, sehingga tanpa berpikir lagi ia menjawab "Kau siapa,
dan aku siapa" Apakah ada hakmu
untuk memperlakukan aku demikian" Tidak seorangpun dapat memerintah aku dalam
persoalan yang tidak jelas. Ki
Demangpun tidak. Hanya dalam hubungan tugas-tugasku
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
sajalah Ki Demang, pemimpin pengawal Kademangan, dan
tetua anak-anak muda pedukuhan Gemulung dapat memerintah aku" Dada Pamot menjadi serasa bengkah ketika ia mendengar beberapa orang dari kelima
orang itu tertawa bersama-sama.
"Benar kata orang, bahwa Pamot adalah anak yang berani.
Kau memang luar biasa, Pamot, tidak seorangpun yang berani berbuat seperti kau
terhadap kami berlima. Memang agaknya kau belum mengenal kami. Karena itu
sebaiknya kau mendengar nama kami. Salah seorang dari kami bernama
Sura Sapi. Nah, karena itu maka gerombolan kami yang lima ini disebut gerombolan
Sura Sapi. Kau sadar sekarang, dengan siapa kau berhadapan?"
Sebuah desir yang tajam terasa seakan-akan membelah
jantung Pamot. Yang di hadapannya itu adalah gerombolan Sura Sapi "Gila" ia
mengumpat di dalam hatinya "begitu jauh tindakan Manguri sehingga ia telah
menghubung gerombolan Sura Sapi"
"Apa katamu sekarang?"
Tetapi Pamot bukan seorang yang berhati kecil. Karena itu, maka dihentakkannya
kakinya sambil menggeretakkan gigi.
Jawabnya lantang "Siapapun kau, aku tidak akan menyerah.
Aku memang pernah mendengar nama Sura Sapi. Tetapi
kalianpun pasti pernah mendengar nama pengawal khusus Kademangan
Kepandak. Aku adalah salah seorang anggautanya. Tidak sepantasnya anggauta pengawal khusus Kademangan Kepandak
menyerah kepada gerombolan Sura
Sapi" "Persetan" ternyata salah seorang dari kelima orang itu, yang bertubuh pendek
dan berjambang tidak sabar lagi.
Setapak ia maju sambil berkata "Kenapa kita terlampau banyak berbicara" Aku
sudah muak mendengar kata-katanya.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Marilah kita memberi kesempatan terakhir" Kemudian kepada Pamot ia berkata
"Lemparkan senjatamu, dan ikuti kami"
"Tidak" jawab Pamot tegas.
"Setan alas. Kau mau kami mempergunakan kekerasan"
"Itu urusanmu" Orang yang pendek itu sudah tidak sabar lagi. Perlahan-lahan ia maju mendekat.
Dalam pada itu kawan-kawannya yang memencar itupun melangkah maju pula, sehingga
kepungan kelima orang itu menjadi semakin lama semakin sempit.
Pamot memang menjadi gelisah. Tetapi ia sudah bertekad, dengan atau tidak dengan
orang lain, ia akan melawan.
Melawan sekuat-kuatnya. Dengan demikian maka suasanapun meningkat semakin
lama semakin tegang, seperti wajah-wajah yang terpaku pada tubuh Pamot yang
berdiri tegak seperti patung di bawah gubugnya.
Tetapi Pamot telah bertekad bulat. Bahkan ia sudah tidak dapat menimbang-nimbang
lagi seperti yang dikatakan
kakeknya. Dengan serta-merta ia menarik parangnya sambil menggeram "Kalian hanya
akan menemukan mayatku. Bawalah mayatku kemana kalian kehendaki"
"Kau memang bodoh" sahut yang jangkung agak kekuruskursan "sebenarnya kau tidak perlu melakukan hal itu"
Pamot tidak menyahut. Tetapi hatinya berguncang ketika ia melihat orang-orang
itupun mulai mencabut senjatanya
masing-masing. "Benar kata kakek" desis Pamot. Tetapi semuanya sudah terlanjur. Kini ia
berhadapan dengan lima orang yang
bersenjata pula. Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Tugas kami menangkap kau hidup-hidup" berkata orang
yang jangkung itu "tetapi kalau kau menghina kami,
persoalannya jadi lain. Persoalannya adalah kami akan tetap mempertahankan
kehormatan nama gerombolan. Sura Sapi
tidak pernah gagal. Kegagalan yang paling jauh kami alami adalah, karena kami
tidak berhasil menangkap seseorang hidup-hidup. Tetapi itu adalah salahnya
sendiri, seperti kau sekarang"
Pamot tetap berdiri di tempatnya. Namun wajahnya
semakin lama menjadi semakin tegang.
Ketika mereka telah berada di puncak ketegangan yang
hampir meledak itu, tiba-tiba mereka dikejutkan oleh langkah seseorang
menyelusuri pematang. Seseorang berjalan dengan cangkul di pundaknya. Seperti
tidak terjadi sesuatu orang itu berhenti sambil berkata "He, Pamot, apakah kau
ada disitu?" Dada Pamot yang hampir meledak tiba-tiba serasa terpecik air embun. Ia mengenal
suara itu. Suara Punta. Tetapi kehadiran seseorang itu telah semakin menegangkan urat syaraf dari kelima orang yang menyebut dirinya gerombolan Sura
Sapi. Tiba-tiba salah seorang menggeram "Kita terlampau lama berbicara. Marilah
kita selesaikan sebelum orang yang lain datang" "Bagaimana dengan orang itu?"
"Terpaksa, kita harus berbuat sesuatu. Biarlah ia pingsan dan tidak mengetahui
apa yang terjadi" Orang yang pendek tidak lagi menunggu perintah. Segera ia meloncat ke arah
bayangan yang berdiri di pematang sambil menyandang cangkul di pundaknya itu.
"Tidurlah anak muda" berkata orang yang pendek itu
sambil mengayunkan sarung pedangnya ke arah tengkuk
Punta. Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Tetapi orang yang pendek itu terkejut. Terasa sarung
pedangnya membentur sesuatu. Tangkai pacul.
"Maaf" berkata Punta "aku masih mempunyai banyak
pekerjaan, sehingga aku masih belum berhasrat untuk tidur"
"Persetan" desis orang yang pendek itu. Kini ia tidak lagi mempergunakan sarung
pedangnya, tetapi pedangnyalah
yang sudah mulai bergetar.
"Marilah kita selesaikan bersama-sama" katanya kepada keempat kawannya.
Tetapi sekali lagi orang-orang itu terganggu. Tiba-tiba saja mereka mendengar
suara tertawa di balik batang-batang jagung muda.
Sejenak orang-orang yang ada di ladang Pamot itu seakanakan membeku. Dan suara
tertawa di belakang tanaman
jagung muda itu menjadi semakin jelas.
"Kau curang" tiba-tiba terdengar suatu suara "kau
bersembunyi disitu" "Apa pedulimu" jawab yang lain "aku boleh bersembunyi dimana saja. Sekarang kau
harus membayar taruhan itu. Kau menemukan aku sudah lewat tengah malam"
"Belum" sahut yang lain.
"Sudah. Aku sudah mendengar ayam jantan berkokok. Dan bintang gubug penceng
sudah tegak di selatan"
"Baiklah. Aku akan minta barang taruhan itu kepada
Pamot" Suara itu berhenti sejenak. Namun tiba-tiba salah seorang dari kelima orang
upahan itu berkata lantang "Setan alas.
Jangan memperbodoh kami. Sekarang aku tahu, bahwa kalian memang sudah menunggu
kedatangan kami. Ini suatu
kebodohan. Apakah Manguri yang bodoh, atau ia memang
sengaja menjerumuskan kami. Tetapi mungkin juga kamilah
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
yang bodoh, sehingga satu dua orang melihat jejak atau bayangan kami. Tetapi itu
kami tidak akan peduli lagi. Kami sudah siap berkelahi. Gerombolan Sura Sapi
tidak pernah kalah. Disini kami mungkin akan terpaksa membunuh"
Pamot, Punta dan dua orang lainnya yang muncul dari balik tanaman jagung kini
berdiri tegak sambil memandang lawan-lawan mereka yang terpencar. Kemudian
terdengar lagi seseorang yang menguap keras-keras, dan muncullah seorang anak muda yang tinggi
besar. Ialah yang bertemu dengan Pamot ketika ia berangkat ke sawah. Tetapi
agaknya Punta tidak mau bermain-main menghadapi orang-orang upahan, sehingga
masih ada dua orang lagi yang datang ke sawah Pamot itu. Semuanya ada enam
orang, dan ditambah Pamot sendiri"
"Kita sudah lengkap" berkata Punta kemudian.
"Kenapa kalian turut campur" bertanya orang yang
jangkung. "Sebagian dari kami adalah pengawal khusus Kademangan Kepandak. Adalah tugas
kami untuk mencegah tindakan
sewenang-wenang" Orang-orang upahan itu menggeram. Salah seorang yang
berjambang berkata "Anak-anak yang malang. Jangan merasa diri kalian terlampau
kuat, hanya karena kalian menjadi pengawal khusus. Tujuh orang pengawal khusus
sama sekali tidak akan berarti apa-apa bagi kami"
"Jangan menakut-nakuti. Kami dipersiapkan untuk melawan orang-orang asing di
Matahari Esok Pagi Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Betawi. Pada suatu saat kami akan berangkat. Menyesal sekali bahwa kami harus
berbenturan dengan saudara-saudara kita sendiri"
"Kalau begitu kenapa hal ini kalian lakukan?"
"Pertanyaan yang aneh" Punta menjawab "aku memang
tidak segera menampakkan diri, karena aku ingin meyakinkan,
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
apakah yang sebenarnya terjadi. Aku tidak dapat mempercayai begitu saja aduan-aduan yang kurang kami
yakini. Tetapi kini kami melihat sendiri. Kalian telah berbuat sewenang-wenang,
meskipun kalian sekedar orang upahan Manguri"
"Kami tidak ingkar. Tetapi kami memerlukan uang itu. Kami tidak dapat hidup
tanpa makan. Dan sekarang, kami sedang mencari makan. Ternyata kalian telah
mengganggu kami, sedang kami tidak pernah mengganggu kalian"
"Jangan memutar balik keadaan" jawab Punta "aku sudah menyaksikan
sendiri. Kau mencari makan dengan mengorbankan orang lain. Kau tidak mempedulikan nasib orang lain itu. Padahal
masih banyak jalan yang terbuka.
Tanah garapan masih luas"
"Kami tidak biasa melakukan pekerjaan-pekerjaan yang
tidak berarti apa-apa bagi seorang laki-laki jantan" jawab salah seorang dari
mereka. "Bagus" sahut Punta "kamipun sedang melakukan tugas
kami sebagai lelaki jantan. Kami harus memerangi kesewenang-wenangan. Kami harus memerangi tindak kekerasan seperti yang akan kalian lakukan itu"
Orang-orang yang tergabung dalam gerombolan Sura Sapi itu sama sekali sudah
tidak melihat kemungkinan lain daripada berkelahi. Anak-anak muda yang sebagian
terdiri dari apa yang mereka sebut pengawal khusus Kademangan Kepandak itu
agaknya memang bersungguh-sungguh. Karena itu, maka orang yang tertua, yang
sebenarnya bernama Sura Sapi
itupun segera berteriak "Hancurkan saja mereka"
"Bagus" sahut Punta "kalian sudah terperosok ke dalam lingkaran setan. Kalau
kalian kalah, kalian akan kami ikat dan kami bawa ke Kademangan. Tetapi kalau
kalian menang, maka Manguri akan segera ditangkap, dan ia akan dipaksa
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
menemukan kalian. Kalian akan dirampok seperti macan
dialun-alun Mataram"
Tetapi orang-orang itu tidak menyahut lagi. Tiba-tiba saja mereka telah
berloncatan menyerang. Namun agaknya, anak-anak muda yang sebagian terdiri
dari pengawal-pengawal khusus yang memang dipersiakan apabila Mataram memerlukan
sewaktu-waktu itu, sudah benar-benar mempersiapkan dirinya. Karena itu, maka
merekapun segera menanggapi serangan kelima orang-orang upahan yang tergabung
dalam kelompok yang sesat itu.
Sejenak kemudian maka perkelahianpun segera berkobar.
Anak muda Gemulung berjumlah lebih banyak. Tetapi ternyata bahwa orang-orang
upahan itu memang mempunyai kecakapan dan pengalaman lebih banyak dari mereka,
sehingga dengan demikian, maka benturan bersenjata itu menjadi semakin lama
semakin seru. Namun demikian ternyata anak-anak muda Gemulung itu
juga tidak mengecewakan. Satu dua orang dapat memanfaatkan setiap keadaan. Mereka yang tidak mempunyai lawan, berusaha untuk
mengisi setiap kekurangan. Bahkan kadang-kadang mereka dapat bertukar tempat dan
bertukar lawan. Kelima orang-orang upahan itu menjadi semakin marah.
Mereka tidak menyangka bahwa anak-anak muda itu telah memiliki kemampuan yang
tidak mereka sangka-sangka.
Apalagi Pamot. Meskipun Pamot bukan tetua anak-anak muda Gemulung, namun ia
memiliki beberapa kelebihan. Ia kadang-kadang melontarkan unsur-unsur gerak yang
sama sekali tidak dimiliki oleh kawan-kawannya. Sehingga orang-orang upahan yang
berpengalaman itu segera mengetahui, bahwa Pamot tidak sekedar mendapatkan
ilmunya dari para pelatih yang didatangkan dari lingkungan keprajuritan Mataram.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Salah seorang dari gerombolan Sura Sapi itu berkata di dalam hatinya
"Pantas bahwa Manguri tidak dapat mengalahkannya, dan bahkan anak ini berhasil melepaskan dirinya dari tangan
Lamat, raksasa yang menakutkan itu"
Sedang yang lain berkata pula kepada diri sendiri "Pamot memang memiliki
kelebihan" Demikianlah maka Pamot telah berhasil melawan dengan
gigih. Ia tidak berada di bawah kemampuan gerombolan itu seorang demi seorang,
sehingga karena itu. maka ia tidak memerlukan orang lain untuk membantunya.
Bahkan sejenak kemudian ternyata bahwa Pamot benarbenar dapat menguasai keadaan.
Selain Pamot, Punta, tetua anak-anak muda Gemulung
itupun mempunyai kemampuan yang cukup untuk bertahan.
Ia mempunyai tenaga yang kaut dan pengamatan yang baik atas lawannya. Karena
itu, maka ia tidak segera dapat didesak oleh lawannya. Demikian pula anak muda
yang tinggi tegap, yang bertemu dengan Pamot pada saat ia berangkat ke
sawahnya. Tetapi selain mereka, kawan-kawannya merasa berat
melawan orang-orang yang cukup berpengalaman itu.
Untunglah bahwa jumlah anak-anak muda itu agak lebih
banyak, sehingga kelebihan itu dapat membantu, menambah kekuatan anak-anak muda
yang bukan dari pengawal khusus Kademangan Kepandak.
Demikianlah perkelahian itu semakin lama menjadi semakin seru. Mereka sudah
tidak lagi saling mengekang diri. Kelima orang upahan itu sama sekali sudah
tidak dapat mengingat lagi pesan Manguri, bahwa mereka harus menangkap Pamot
hidup-hidup. Kini mereka masing-masing sedang bertahan karena anak-anak muda
Gemulung agaknya memang tidak
dapat mereka abaikan. Mereka sedang berusaha untuk
mempertahankan hidup mereka masing-masing.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Manguri yang menunggu kedatangan orang-orangnya itu di rumahnya, menjadi semakin
lama semakin gelisah. Sekali-sekali ia menjengukkan kepalanya, lewat daun pintu
yang tidak diselaraknya. Tetapi yang dilihatnya hanyalah sekedar cahaya lampu di
regol halaman rumahnya. Selainnya sepi.
Di bilik belakang, Lamatpun tidak kalah gelisahnya. Apakah Pamot dapat mencari
jalan keluar dari kesulitan ini" Terloncat pula keinginannya untuk melihat,
apakah yang sudah terjadi.
Tetapi ia tidak dapat meninggalkan halaman itu. Setiap saat Manguri akan
memanggilnya. Dengan demikian, yang dapat dilakukannya, adalah berjalan saja
hilir mudik di dalam bilik yang sempit. Menarik nafas panjang-panjang, kemudian
duduk perlahan-lahan di amben bambunya. Bukan saja Manguri dan Lamat yang menjadi gelisah. Tetapi seisi rumah Pamot,
tidak seorangpun yang dapat tidur.
Ayahnya, ibunya dan kakeknya. Merekapun sedang membayangkan, apa yang terjadi atas Pamot saat itu.
Tiba-tiba saja ayah Pamot berdiri. Perlahan-lahan ia
berjalan kesudut ruang. Sejenak ia berdiri memperhatikan sesuatu yang tergantung
pada dinding di bawah ajug-ajug lampu.
Namun sejenak kemudian tangannya terjulur menyambar benda itu. Sebuah golok.
"He" bertanya kakek Pamot "apa yang akan kau lakukan?"
"Ayah, aku tidak dapat menunggu saja dengan gelisah di rumah ini, sedang aku
tahu, saat ini anakku di dalam bahaya"
"Pamot sudah tahu, apa yang harus dikerjakan"
"Tetapi aku masih saja selalu gelisah. Aku ingin melihatnya"
"Yang aku cemaskan" berkata kakek Pamot kemudian
"masalah ini akan berkembang semakin luas. Masalah ini akan menjadi masalah
orang tua-tua. Sampai saat ini, biarlah parsoalannya dibatasi pada persoalan
anak-anak muda saja"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Tetapi Manguri telah mencari orang-orang upahan. Itu tidak jujur"
"Dan Pamotpun sudah menghubungi kawan-kawannya.
Anak-anak muda. Aku kira anak-anak muda Gemulung akan dapat menilai, apa yang
sudah terjadi" "Tetapi kita tidak tahu ayah, siapakah orang-orang upahan Manguri itu. Kalau
mereka terdiri dari orang-orang yang memang menempatkan diri mereka dalam dunia
yang buas itu. maka anak-anak Gemulung pasti akan mengalami
kesulitan. Belum lagi dapat dikatakan kalau jatuh korban diantara mereka. Jika
demikian, maka persoalannya tidak akan menjadi sederhana lagi"
Kakek Pamot mengangguk-anggukkan kepalanya. Kemudian iapun bertanya "Sekarang, apa maksudmu?"
"Aku ingin melihat dahulu ayah. Apa yang telah terjadi, baru kemudian mengambil
sikap" Ibu Pamot yang kecemasan duduk di amben dengan kaki
gemetar. Dengan suara parau ia bertanya "Kau akan pergi kemana pak?"
"Aku akan pergi ke sawah"
"Tetapi, kau tidak membawa seorang temanpun"
"Aku hanya akan sekedar melihat. Tetapi apabila keadaan memaksa, aku pasti bukan
sekedar seorang penonton"
"Itulah yang aku cemaskan. Pedagang ternak itupun pasti akan turut campur. Ia
dapat mempargunakan uangnya untuk maksud-maksud yang jahat"
"Tetapi apaboleh buat. Aku tidak akan dapat membiarkan anak itu berada dalam
kesulitan" Kakeknya mengangguk-anggukkan kepalanya. Katanya
"Baiklah. Tetapi kaupun harus berhati-hati. Bersikaplah sebagai seorang tua"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Ya ayah. Aku akan berhati-hati. Aku akan menimbang
setiap keadaan. Kalau aku tidak perlu berbuat sesuatu, sudah tentu aku tidak
akan berbuat apapun juga"
Kakek Pamot mengangguk-anggukkan kepalanya. Tetapi itu Pamotlah yang agaknya
menjadi semakin gelisah. "Tenanglah di rumah" berkata suaminya "aku akan melihat ke sawah. Aku kita itu
lebih baik daripada aku tetak duduk diam di rumah dengan hati berdebar-debar"
Isterinya menganggukkan kepalanya. Tetapi ia tidak
menjawab. "Sudahlah. Aku akan pargi sekarang"
Isterinya menganggukkan kepalanya pula, sedang kakek
Pamot berdesis "Jangan menambah suasana menjadi semakin kisruh"
Sambil menggeleng ayah Pamot menjawab "Aku akan
memperhitungkan setiap kemungkinan.
Sejenak kemudian maka ayah Pamot itupun telah
tenggelam di dalam kegelapan, menyusur jalan menuju ke pinggir padukuhan.
Dalam pada itu, perkelahian yang terjadi di tengah-tengah sawah itupun semakin
menjadi sengit. Kedua pihak sudah mengerahkan segenap kemampuan yang ada. Pamot
masih tetap bertahan dan bahkan ia sama sekali tidak berada dalam pengaruh
lawannya. Puntapun masih selalu berhasil mempertahankan dirinya. Tetapi kawan Pamot yang tinggi itu ternyata masih belum
dapat mengimbangi pengalaman
lawannya. Lawannya yang kasar dan liar sedikit demi sedikit berhasil
mendesaknya, meskipun belum membahayakan.
Namun agaknya, anak muda itu terlampau bernafsu sehingga semua tenaganya seolaholah sudah dikurasnya. Dalam saat-saat terakhir, ia seolah-olah sudah kehilangan
sebagian dari kekuatannya.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Tetapi keempat kawan-kawannya yang lain, yang berkelahi melawan dua orang
anggauta gerombolan Sura Sapi masih tetap dapat bertahan dengan baik. Mereka
dapat berkelahi berpasangan, sehingga keadaan mereka tidak mencemaskan.
Namun keseluruhan dari perkelahian itu adalah perkelahian yang seru, semakin
lama semakin seru. Selagi orang-orang di tengah sawah itu bertempur tanpa menghiraukan tanamantanaman yang terinjak-injak kaki, yang patah dan berserakan, maka di bagian
lain, seorang tua dengan tekunnya menunggui air yang mengalir diparit yang
kecil. Tetapi agaknya air itu tidak memenuhi keinginannya.
Dengan penuh kesungguhan ia meneliti tanaman-tanaman
yang masih muda itu. Bahkan parlahan-lahan ia berdesis
"Kalau aku tidak mendapat cukup air, kasihan. Batang-batang padi muda ini akan
kehausan. Besok kalau matahari menjadi terik, daun-daunnya akan layu. Masih agak
baik batang-batang jagung itu. Seandainya air tidak terlampau banyak, mereka
masih dapat bertahan lebih kuat dari batang-batang padi ini.
Matahari Esok Pagi Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Orang tua itupun kemudian sambil bersungut-sungut
mengambil cangkulnya sambil berkata "Aku harus melihat ke sidatan air ini.
Apakah airnya memang terlampau sedikit, atau tambak di sidatan sobek"
Tertatih-tatih orang itu kemudian berjalan di sepanjang tanggul yang sempit.
Apalagi di malam hari. Meskipun
demikian, ia tidak mau sawahnya kekurangan air. Sehingga betapapun gelapnya ia
berjalan juga ke sidatan parit yang mengaliri sawahnya.
Tetapi ketika sampai dikelokan, orang tua itu berhenti sejenak. Namun kemudian
ia berdesis "Lebih baik aku
mengambil jalan memintas"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Maka kemudian diambilnya jalan pamatang yang akan
langsung sampai ke sidatan, tanpa mengikuti tanggul parit yang berkelok-kelok
seperti ular yang sedang berambat.
Dengan hati-hati ia melangkah di atas pematang yang agak licin sambil menyandang
cangkulnya. Kini ia berjalan di sepanjang batas tanaman jagung yang juga masih
muda. Sekali-sekali orang tua itu memandang ke langit yang
ditaburi oleh bintang-bintang yang gemerlapan. Binatang gubug penceng di ujung
Selatan telah bergeser sedikit kebarat.
Namun tiba-tiba langkah orang tua itu terhenti. Ketika ia menyusup semakin dalam
di daerah tanaman jagung muda
itu, ia menjadi sangat berdebar-debar. Tiba-tiba saja ia mendengar suara yang
tidak dimengertinya. "He, suara apakah itu?" orang tua itu bertanya kepada diri sendiri. Tiba-tiba
teringat olehnya, bahwa kadang-kadang masih saja ada babi hutan yang sering
mengganggu tanaman. Karena itu, maka dirabanya sabit yang terselip dipunggungnya. Perlahan-lahan ia berdesis "Kalau suara itu suara babi hutan,
biarlah aku gedig kepalanya"
Tetapi suara itu sama sekali bukan suara babi hutan.
Semakin dekat orang tua itu justru semakin tidak mengerti.
Meskipun demikian ia ingin juga tahu, apakah yang telah menimbulkan bunyi yang
aneh itu. Namun tiba-tiba matanya terbelalak. Kini ia melihat bahwa beberapa orang sedang
berkelahi. Tanaman jagung di
sekitarnya telah terinjak-injak tidak menentu.
Meskipun demikian orang tua itu tidak menjadi lemas dan terduduk di tanah.
Justru ia kemudian melemparkan
cangkulnya dan berlari kencang-kencang. Tetapi karena kakinya yang lamah, karena
ketuaannya, maka sekali-sekali iapun tergelincir dan jatuh terguling di samping
pematang. Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Orang-orang upahan yang liar itu melihat juga kehadiran seorang lagi di dekat
arena. Namun kemudian orang itu berlari-lari meninggalkan perkelahian. Sekilas
mereka dapat menerka, bahwa orang itu sama sekali bukan kawan Pamot.
Namun demikian orang itu telah menumbuhkan debar pula di dada mereka.
Tetapi tidak seroangpun dari kelima orang itu sempat
mencegah. Mereka harus berhadapan dengan lawan masing-masing. Lawan yang tidak
dapat segera dikalahkannya.
Karena itu, maka yang mereka lakukan adalah memeras
kemampuan mereka, untuk segera mengalahkan lawan
masing-masing. Dalam pada itu, orang tua yang melihat perkelahian itupun berlari-lari
sekencang-kencangnya dapat dilakukannya. Ketika ia meloncat kejalan yang lebih
lebar, begitu ia tergesa-gesa, sehingga ia jatuh terjerembab. Tetapi iapun
segera bangkit berdiri dan berlari kesudut desa.
Belum lagi ia mendekat, ia sudah berteriak-teriak labih dahulu "He, ada orang
berkelahi. Orang berkelahi"
Para peronda yang ada di dalam gardu di sudut desa
terkejut karenanya. Diantara mereka adalah ayah Pamot yang baru saja duduk di
gardu sebelum melanjutkan perjalanannya ke tengah sawah. Ia ingin mendengar
lebih dahulu apa bila para peronda itu mendengar sesuatu tentang anaknya.
Tetapi ternyata mereka tidak mengerti apa-apa. Kini justru seseorang telah
berlari-lari sambil berteriak-teriak.
Serentak setiap orang yang ada di gardu itupun
berloncatan turun. Seorang anak muda yang sedang bertugas ronda segera
menyongsong orang tua itu sambil bertanya
"Dimana?" Nafas orang tua itu menjadi terengah-engah. Sambil berdiri bertelekan punggung
ia menjawab terputus-putus "Di tengah sawah"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Siapa yang berkelahi?" bertanya anak muda itu.
Orang tua itu menggelengkan kepalanya "Aku tidak tahu.
Banyak orang berkelahi bersama-sama. Mereka bersenjata"
Anak muda itu berdiri termangu-mangu. Beberapa orang
yang menyusulnyapun saling berpandangan sejenak.
"Bagaimana?" bertanya anak muda itu kepada seseorang
yang lebih tua daripadanya.
"Marilah kita lihat" jawab yang ditanya.
"Tetapi, tetapi" orang tua itu memotong "yang berkelahi adalah orang banyak.
Bukan hanya sekedar dua orang"
"Kita tengok bersama-sama" sahut yang lain.
"Lalu gardu ini kita kosongkan?"
Sejenak mereka termangu-mangu. Tiba-tiba salah seorang berkata "Kita pukul
kentongan" "Jangan" tiba-tiba ayah Pamot ikut dalam pembicaraan
"seluruh penduduk akan menjadi gempar. Kita bangunkan saja satu dua orang di
sekitar gardu itu. Kita minta mereka menjaga gardu sejenak. Kita bersama-sama
pergi ke sawah, untuk melihat perkelahian itu"
"Bagaimana kalau mereka ingin ikut pula?"
"Paling sedikit dua orang harus tinggal"
Sejenak mereka saling memandang. Namun kemudian
merekapun mengangguk-anggukkan kepala mereka.
"Cepat. Marilah kita membangunkan mereka"
"Kita memerlukan kawan. Kalau keadaan menjadi sangat
berbahaya, biarlah salah seorang dari kita akan membunyikan kentongan. Terpaksa"
Beberapa orangpun kemudian berlari-larian membangunkan beberapa orang saja yang rumahnya paling
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
dekat dengan gardu perondan. Dengan terkantuk-kantuk
mereka mendengar beberapa penjelasan yang tidak banyak mereka mengerti. Yang
mereka dengar hanyalah permintaan para peronda untuk membantu mereka tinggal di
gardu, sedangkan anak-anak muda yang sedang bertugas ronda akan pergi ke tengah sawah
melihat siapakah yang sudah berkelahi itu.
Sambil berselimut kain panjang, orang-orang yang baru saja terbangun itupun
berjalan tertatih-tatih ke gardu di pinggir desa. Tetapi ketika mereka sudah
naik, maka merekapun segera merebahkan diri melingkar berselimut kain.
"Hem" anak-anak muda yang sudah segera ingin pergi itu menarik nafas dalamdalam. "Biarlah" berkata salah seorang dari mereka.
"Apakah bapak akan tinggal disini ?" bertanya salah
seorang anak muda kepada ayah Pamot.
Tetapi ayah Pamot menggeleng "Aku ikut bersama kalian"
Tidak seorangpun yang dapat mencegahnya. Karena itu,
maka merekapun segera pergi berlari-lari ke sawah yang ditunjukkan oleh orang
tua itu. Ke sawah keluarga Pamot.
Mereka sampai ke tempat perkelahian itu sejenak, sebelum keseimbangan benarbenar akan bergeser. Anak muda yang tinggi tegap itu justru telah benar-benar
terdesak, meskipun belum sampai pada bahaya yang sebenarnya. Tetapi empat anakanak muda yang bertempur melawan dua orang
gerombolan Sura Sapi justru dapat mendesak lawan mereka, sedang Punta dan Pamot
masih tetap bertahan dalam
keseimbangan. Meskipun demikian ternyata bahwa orang
upahan itu lebih pandai menempatkan diri. Mereka agaknya sengaja memancing
seluruh tenaga lawan-lawan mereka,
sehingga akhirnya Puntapun kelihatan menjadi berangsur lemah.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Dalam keadaan itulah, terdengar suara mereka yang
berlari-lari mendekati tempat perkelahian itu. Orang tua yang pertama-tama
melihat, berteriak lantang "Disitu, disitu"
Teriakan-teriakan itu membuat orang-orang upahan yang tergabung dalam gerombolan
yang menyebut dirinya Sura Sapi itu berpikir. Kehadiran orang-orang itu sudah
pasti tidak akan menguntungkan mereka. Kalau jumlah mereka cukup
banyak, lima orang atau lebih, maka keadaan mereka,
gerombolan yang tidak terkalahkan itu menjadi gawat. Lima orang dengan kemampuan
seperti mereka yang sudah datang lebih dahulu.
Untunglah, bahwa gerombolan itu tidak tahu banyak
tentang anak-anak muda Gemulung. Hanya beberapa orang sajalah yang mempunyai
kemampuan berkelahi sebaik itu.
Mereka adalah anggauta-anggauta pengawal yang setiap kali berkumpul di
Kademangan untuk mendapatkan latihan
keprajuritan. Apalagi pengawal khusus, yang memang
dipersiapkan untuk kepentingan Mataram. Setiap saat mereka dapat diambil dan
dibawa kemedan, seperti para prajurit yang lain
Karena itu, ketika mereka melihat beberapa orang berlari-lari di sepanjang
pematang, dan menurut hitungan mereka lebih dari lima orang, maka merekapun
harus segera mengambil sikap. Betapa sakit hati mereka, namun mereka tidak dapat
berbuat lain. Selain mereka kehilangan upah yang sudah dijanjikan oleh Manguri,
merekapun harus mengalami
kegagalan dan kekalahan. Kalau mereka tidak mau melihat kenyataan itu. maka
akibatnya pasti akan lebih parah bagi mereka. Mungkin satu dua dian-tara mereka
masih dapat lolos. Tetapi meskipun hanya seorang saja dari mereka yang
tertangkap, namun nama mereka pasti akan menjadi semakin cemar dalam lingkungan
gerombolan-gerombolan yang
seakan-akan hidup di luar lingkungan masyarakat dan
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
peradabannya. Mereka pasti tidak akan mendapat tempat lagi di dalam lingkungan
mereka itu. Lingkungan yang tidak terikat oleh peraturan apapun, selain terikat
oleh tajamnya pedang dan runcingnya ujung tombak. Karena senjata dan kekuatan
bagi mereka akan menentukan tinggi rendahnya martabat mereka di dalam
lingkungannya. Demikianlah, maka orang yang sebenarnya bernama Sura
Sapi, yang memimpin gerombolan itu harus segera mengambil keputusan. Dan
keputusan itu adalah menyingkir dari arena, karena mereka tidak dapat melawan
orang-orang Gemulung dalam jumlah yang jauh lebih banyak.
Sejenak kemudian, terdengar Sura Sapi berteriak memberikan tanda, bahwa semua anggauta gerombolan yang berjumlah lima orang itu
harus melarikan diri. Perintah itu ternyata tidak perlu diulangi. Setiap orang di dalam gerombolan itu
mempunyai perhitungan yang serupa, sehingga sejenak kemudian merekapun segera
berloncatan mundur. Pada saat orang-orang Gemulung menyerbu ke arena,
orang-orang itu seakan-akan telah lenyap tenggelam ke dalam tanaman jagung yang
masih muda. Apalagi gelapnya malam agaknya sangat membantu, sehingga dalam
beberapa saat, orang-orang Gemulung itu sudah kehilangan lawan-lawan mereka.
Punta dan kawan-kawannya memang tidak mengejar
mereka. Mereka menyadari, bahwa orang-orang upahan itu dalam keadaan terpaksa,
akan berbuat apa saja. Termasuk perbuatan-perbuatan yang sangat licik.
Namun demikian, meskipun orang-orang upahan itu telah melarikan diri, Pamot dan
Punta masih saja berdiri termangu-mangu. Kini mereka pasti akan dihadapkan pada
persoalan yang lain. Orang-orang yang baru saja datang itu pasti akan
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
bertanya tentang pekerlahian itu. Sebab-sebabnya dan siapa saja yang telah
terlibat. "Apaboleh buat" berkata Punta di dalam hatinya
"memang agaknya hal ini lebih baik diketahui oleh setidak-tidaknya bebahu
Kademangan yang berada di Gemulung atau malahan Ki Jagabaya sama sekali"
Dan ternyata dugaan itu benar-benar terjadi. Belum lagi Pamot dan kawan-kawannya
menyeka peluh mereka, maka
seperti bunyi seribu ekor burung betet, orang-orang Gemulung itu bertanya
menurut selera masing-masing.
"Kami akan melaporkannya kepada Ki Jagabaya" berkata
Punta kepada mereka "besok kalian akan mendengar apa
yang telah terjadi" Namun mereka tidak puas dengan jawaban itu, sehingga
mereka justru memutari anak-anak mudayang baru saja
berkelahi itu dengan seribu macam partanyaan yang
bersimpang siur. "Kami menjadi bingung" berkata anak muda yang tinggi
"tetapi pada dasarnya, kami telah berkelahi melawan
gerombolan Sura Sapi"
"He" beberapa orang menjadi terbelalak. Bahkan dada ayah Pamotpun menjadi
berdebar-debar. Ternyata yang dilawan oleh anak-anak muda itu adalah gerombolan
Sura Sapi. Namun demikian sepercik kebanggaan telah mengembang di dalam dada orang tua itu.
Anak-anak muda Gemulung telah mampu bertahan terhadap orang-orang yang memang
ditakuti karena kebuasan mereka.
"Kenapa tiba-tiba saja mereka telah berada disini?"
bertanya yang lain. "Entahlah" jawab anak muda yang tinggi besar itu.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Tetapi orang lain bertanya "Kenapa kalian berada disini pula bersama-sama"
Anak yang tinggi, yang nafasnya masih terengah-engah itu berdesah. Namun
pertanyaan-pertanyaan itu harus dijawab.
Katanya "Kebetulan saja, kebetulan aku sedang berada di gubug Pamot. Kami sedang
bermain kotekan" "Tetapi kami tidak mendengar kotekan itu" jawab orang tua yang pertama kali
melihat perkelahian itu. Anak muda itu menarik nafas. Desahnya "Aku lelah sekali.
Ini tanganku berdarah tersentuh senjata orang-orang gila itu"
Tetapi orang-orang yang mengerumuninya tidak mempedulikan. Mereka masih bertanya terus.
Namun ternyata bahwa tidak semua anak-anak muda itu
menyimpan persoalan yang sebenarnya telah terjadi. Satu dua diantara mereka,
tanpa mereka sadari telah mengatakan apa yang sebenarnya terjadi itu. Bahkan
dengan berterus terang, seorang anak muda yang bertubuh kecil berkata "Mereka
telah mendapat upah dari Manguri untuk menangkap Pamot"
Matahari Esok Pagi Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Demikianlah maka berita itupun segera tersebar. Orang-orang Gemulung yang
kembali ke padukuhan merekapun
segera berceritera dan berbincang yang satu dengan yang lain. Karena jawaban
anak-anak muda yang berkelahi itu tidak sama, karena mereka belum bersepakat
apakah yang harus mereka katakan, maka berita tentang perkelahian itupun menjadi
bersimpang siur. "Tetapi yang lebih dekat dengan nalar, adalah ceritera tentang
orang-orang upahan itu" berkata seseorang "bukankah beberapa saat yang lampau Manguri pernah
berkelahi dengan Pamot dan kemudian raksasa itu pula ?"
Yang lain mengangguk-anggukkan kepalanya. Namun
diantara mereka masih juga ada dugaan-dugaan yang berbeda satu dengan yang lain.Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Ketika ayah Pamot kemudian lewat di depan gardu yang
penuh dengan orang-orang yang sedang berbincang, maka salah seorang telah
menarik tangannya sambil berkata "Nah, kalau ayah Pamot ini, aku kira mengerti
persoalan-persoalannya dengan baik. Sekarang ceriterakanlah apa yang telah
terjadi dengan anakmu"
Ayah Pamot mengerutkan keningnya. Sejenak ia membuat
pertimbangan-pertimbangan.
Namun kemudian ia menganggap, bahwa lebih baik ia berkata sebenarnya.
Dengan demikian maka tidak akan ada salah pengertian lagi tentang apa yang sudah
terjadi itu. Adalah sangat
membingungkan apabila setiap orang mempunyai ceritera tersendiri tentang
perkelahian di tengah sawah itu.
Maka ayah Pamotpun kemudian menceriterakan apa yang
sesungguhnya telah dialami oleh anaknya. Namun demikian, ayah Pamot masih juga
membatasi pembicaraannya. Ia sama sekali tidak menyinggung-nyinggung Lamat sama
sekali. Pada waktu yang bersamaan, anak-anak muda Gemulung
yang baru saja berkelahi itu telah mengetuk pintu rumah Ki Jagabaya. Meskipun
mereka agak ragu-ragu, tetapi adalah lebih baik bahwa Ki Jagabaya mendengar
peristiwa itu dari merika sendiri, daripada dari sumber yang bersimpang siur.
Ki Jagabaya yang baru tidur dengan nyenyaknya,
menggeliat sambil menguap. Lamat-lamat ia mendengar pintu rumahnya diketuk
perlahan-lahan Tetapi suara itu serasa mengambang di dalam mimpinya. Baru ketika
ia mendengar ketukan pintu untuk kedua kalinya ia membuka matanya.
Sekali lagi ketukan pintu itu terdengar.
"Huh, benar-benar tidak tahu aturan "ia menggeramang
"malam-malam begini mengetuk rumah orang"
Sambil terkantuk-kantuk ia bangkit dan duduk di pinggir pembaringannya.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Ketika sekali lagi ia mendengar pintu diketuk, maka iapun berteriak "Tunggu he"
Apakah kau takut diterkam hantu"
Pamot, Punta dan kawan-kawannya saling berpandangan
sejenak. Tetapi merekapun kemudian mengerutkan kening mereka.
"Siapa?" terdengar suara Ki Jagabaya pula.
"Aku" "Aku siapa" Setan, gendruwo atau demit?"
"Punta" "Punta siapa?" "Anak Gemulung"
Ki Jagabayapun kemudian berdiri. Sejenak ia ragu-ragu.
Dipandanginya bindinya yang tergantung pada dinging.
Sekali lagi ia menguap. Tetapi tangannya menyambar
bindinya itu. Tertatih-tatih ia berjalan menuju ke pintu pringgitan sambil
bersungut-sungut. Tetapi ketika ia berdiri di muka pintu, maka langkahnyapun telah menjadi mantap.
Dipandanginya pintu itu sejenak, kemudian dibenahinya pakaiannya. Dengan tangan
kirinya ia menarik selarak dan perlahan-lahan membuka pintu.
"He, kau" desisnya.
"Ya Ki Jagabaya. Kami mempunyai keperluan yang menurut pendapat kami tidak
sebaiknya ditunda sampai besok. Karena itu, maafkan kami, apabila kami sudah
mengganggu" berkata Pamot.
"Apakah kalian anak-anak Gemulung?"
"Ya" "Masuklah" Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Anak-anak muda itupun kemudian masuk ke pringgitan.
Mereka dipersilahkan duduk di atas selembar tikar pandan yang kasar. Dengan
kerut merut didahinya Ki Jagabaya
bertanya "Apakah keperluan kalian?"
Maka Pamotpun mulailah berceritera, dari awal sampai
akhir, apa yang sebenarnya pernah terjadi dengan dirinya.
Tetapi seperti juga ayahnya, ia sama sekali tidak menyinggung raksasa yang
bernama Lamat. Ki Jagabaya mengangguk-anggukkan kepalanya. Namun
kemudian ia berkata "Kenapa kalian mencoba mengatasi
persoalan itu sendiri" Kalau kalian mengerti, bahwa Manguri akan menyewa
beberapa orang, kenapa kalian tidak
melaporkannya kepadaku sebelum hal itu terjadi, he?"
"Maaf Ki Jagabaya" berkata Pamot "aku tidak yakin bahwa hal itu benar-benar akan
terjadi" "Dari mana kau dengar, bahwa Manguri akan melakukan
hal itu?" Sejenak Pamot menjadi ragu-ragu. Namun kemudian ia
berkata "Dari salah seorang pembantu Manguri yang minta dilindungi namanya "
"Siapa" Ya siapa orang itu?"
Pamot masih juga tetap ragu-ragu.
"Siapa?" Ki Jagabaya hampir berteriak. Pamot menjadi gelisah. Akhirnya ia menjawab "Orang dari pedukuhan Sapu Angin.
Aku tidak begitu kenal namanya.
Tetapi orang memanggilnya Lamat"
Ki Jagabaya mengerutkan keningnya. Dipandanginya anakanak muda itu satu persatu.
Dan Ki Jagabayapun melihat keheranan memancar di wajah mereka.
"Bohong" tiba-tiba Ki Jagabaya berkata "aku kenal Lamat.
Ia adalah salah seorang yang termasuk
di dalam Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
pengamatanku. Justru karena sifat-sifatnya yang tidak banyak aku kenal"
Pamot menelan ludahnya. Kemudian katanya "Tetapi Ki
Jagabaya, seperti permintaannya sendiri, ia minta dilindungi namanya" Kemudian
kepada kawan-kawannya iapun berkata
"Kepada kalianpun aku minta, agar kalian tidak mencelakakan anak itu"
Raja Silat 6 Pendekar Wanita Buta Serial Tujuh Manusia Harimau (7) Karya Motinggo Busye Ikat Pinggang Kemala 3
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama