Ceritasilat Novel Online

Pendekar Bloon 12

Pendekar Bloon Karya S D Liong Bagian 12


Memang saat itu Hoa Sin membawa sebatang tongkat besi.
Pada hal selama ini diketahui bahwa Pengemis-sakti-jari-enam
itu tak pernah menggunakan tongkat. Karena sedang ditegang
oIeh soal Kim pay-ou-kim-pay, maka orang tak sempat
menanyakan hal itu kepadanya.
"Hai, aku hampir lupa !" teriak Hoa Sin, "ya jika engkau tak
menanyakan tentu tongkat ini terus kubawa saja. Seorang
kakek minta tolong titip tongkat ini supaya diserahkan
kepadamu. "Siapakah kakek itu ?" teriak Hong Lui.
"Entahlah, dia tak mau menyebut namanya" kata Hoa Sin
"hanya dia mengatakan ketika di rumah makan engkau telah
meminjamkan tongkat ini kepadanya karena kasihan dia
seorang tua supaya dapat leluasa mendaki puncak gunung ini.
Nah, sekarang terimalah tongkatmu !"
Merah padam muka Tok kak-sin-git Hong Lui ketika
mendengar keterangan ketua Kay-pang selatan itu. Sesaat ia
tertegun kehilangan paham.
"Hong thancu, mengapa engkau diam saja?" seru Hoa Sin
tertawa, "bukankah tongkat ini milikmu " Mengapa engkau tak
lekas menerimanya ?"
Melihat ji-konya terlibat dalam kesulitan, buru2 Poan-sin-git
atau Jembel-gemuk Auyang Hok melayang keatas panggung.
Walaupun tubuhnya gemuk tetapi pengemis itu memiliki gerak
yang amat gesit dan lincah sekali.
"Mustahil engkau tak tahu siapa orang itu. Bukankah
seorang tua dari desa ?" serunya ketika tegak dihadapan Hoa
Sin. "Dia hanya mengatakan bahwa sewaktu dirumah makan
terlalu banyak minum, kepalanya agak pening maka ia
menerima ketika Hong thancu memberi pinjam tongkat. Eh,
hampir lupa sedikit", seru Hoa Sin, "diapun mengatakan
bahwa rekeningmu di rumah makan itu telah dibayarnya"
Merah wajah pengemis gemuk Auyang Hok "Dengan begitu
jelas engkau kenal kepada orangtua itu, bukan " Siapakah
dia?" Hoa Si balas bertanya.
"Kedua orang tua itu memang bangsat2 yang hendak
mengolok kami," seru Auyang Hok geram "mereka telah
menyambar tongkat Hong jiko dan mencopet uangku ... "
"Hai !" teriak Hoa Sin kejut dan keras, "Tok kaksin-git Hong
Lui dapat disambar tongkatnya dan Poan-sin-git Auyang Hok
dapat dicopet uangnya. Hebat, hebat ... apabila orang
persilatan mendengar hal itu mereka tentu gempar ... "
"Hoa pangcu" bentak Tok-kak-sin-git Hong Lui" mengapa
Hoa pangcu mengatakan hal itu sekeras-kerasnya seperti
hendak menyiarkan kepada seluruh hadirin " Apakah memang
engkau bermaksud supaya hal itu diketahui orang ?"
"Tidak setitikpun aku mengandung maksud begitu " sahut
Hoa Sin. "dan orang itupun menyampaikan terima kasih atas
kebaikanmu. Nanti lain kali kalau dia perlu, akan meminjam
lagi" "Hoa Sin, jangan keliwat mengejek orang !" bentak si Kakibuntung
Hong Lui seraya melonjak kehadapan Pengemis sakti
Hoa Sin "apabila engkau berniat hendak mengadu kepandaian,
akupun bersedia melayanimu"
"Eh." Hoa Sin tertawa, "mengapa engkau naik pitam begitu
" Oh pangcu" serunya kepada Pat pi-sin-git Oh Sun, "apakah
memang pendirian lui-tay ini untuk mengadu kepandaian ?"
Sebelum ketua Kay-pang itu menyahut, Pengemis-gemuk
Auyang Hok mendahului berteriak; "Dimana dan bilamana saja
yang engkau kehendaki, aku Poan-sin-git Auyong Hok siap
akan menghadapimu !"
Tiba2 terdengar orang berseru melantang : "Auyong Hok,
jangan terlalu menghina toako kami. Toako terlalu sibuk untuk
meladeni tantanganmu Jika engkau memang sudah kaku
tulang-tulangmu aku suka untuk menemanimu berlatih."
Auyong Hok terkejut dan cepat berpaling. "Ah. kiranya Ma
Kim-tong si Pengemis-sinting dari Kay-pang selatan."
"Sudahlah Ma ngo te, kita harus menghormati pertemuan
besar ini. Baiklah kita menghormati tata tertib.
"Auyong ngote". tiba2 telinga Pengemis-gemuk Auyong Hok
terngiang oleh sebuah suara semacam nyamuk melengking
"harap bersabar. Sebentar lagi setelah pembuktian Ou kim-pay
selesai, akan kuberi engkau kesempatan yang luas untuk
menyiksa mereka" Ternyata kata2 itu berasal dari Pat-pi-sin-git Oh Sun yang
dengan menggunakan ilmu Menyusup suara telah membisiki
kata kepada Auyong Hok Dengan ilmu itu, bibir Oh Sun
memang tampak berkomat-kamit tetapi tak mengeluarkan
suara. Dan yang mendengar hanyalah Pengemis-gemuk
Auyong Hok sendiri. Lain orang tak mendengar apa2. "Maaf.
Hong thancu, harap suka menerima tongkatmu ini" kata
Pengemis-sakti Hoa Sin seraya menghaturkan tongkat itu
kepada pemiliknya. Tetapi Pengemis-kaki satu Hong Lui diam saja. Sebagai
tokoh nomor dua dari Kay-pang utara sudah tentu ia merasa
malu karena orang mengetahui bahwa ia sampai kehilangan
tongkat. Dan kehilangan itu tentulah bukan karena ia
meminjamkan pada si kakek desa seperti yang dikatakan Hoa
Sin tadi. Melainkan tentu dengan menggunakan ilmu
kepandaian barulah kakek desa itu dapat merampasnya.
Karena sudah menerima pesan Pat-pi-sin-git, Oh Sun, maka
Auyang Hokpun terpaksa harus menekan kemarahannya.
"Baiklah, aku yang mewakili menerima tong ji-ko" katanya
seraya menyambuti tongkat itu. Tetapi begitu ia mencekal
ujung tongkat seketika merahlah wajahnya. Ternyata ujung
tongkat telah memancarkan suatu aliran tenaga keras seperti
stroom listrik, yang secepat kilat menerjang ke lengan terus
menggigit jantung. Hampir saja Auyang Hok menjerit dan lepaskan tangannya.
Ia tak menyangka akan menerima serangan Hoa Sin dengan
tenaga-dalam. Cepat iapun kerahkan tenaga-dalam untuk bertahan. Tiba2
Hoa Sin lepaskan cekalannya dan terhuyunglah tubuh Auyang
Hok setengah langkah ke belakang. Mukanya merah padam
seperti kepiting direbus.
Adegan itu telah berlangsung cepat sekali, hanya dalam
beberapa kejab sehingga orang tak mengetahui apa yang
terjadi sebenarnya. Tetapi bagi tokoh kedua belah Kay-pang,
peristiwa itu tak luput dari perhatian.
Jelas Hoa Sin telah menjajal kekuatan si gemuk Auyang Hok
dan tahulah dia sampai dimana kesaktian tenaga dalam yang
dimiliki oleh tokoh nomor lima yang bertubuh gemuk dari Kaypang
utara itu. Auyang Hok tertegun kehilangan paham. Kalau hendak
menyerang, ia takut melanggar pesan Oh Sun. Dan memang
tak ada alasan mengapa ia harus mengamuk. Namun untuk
diam saja, ia merasa terhina. Sesaat ia termangu tak tahu apa
yang harus dilakukan. "Hm." dengus Pat-pi-sin-git Oh Sun yang tahu juga akan
peristiwa itu. "Ngo-te silahkan mundur agar persoalan kita ini
lekas selesai" Setelah Pengemis-gemuk mundur, maka Pa pi-sin git Oh
Sun berseru : "Hoa pangcu, apakah maksud ucapanmu tadi ?"
"Maaf. pangcu, aku pengemis Hoa Sin hanya ingin mohon
keadilan" sahut Hoa Sin "sebagai wakil Kay-pang cabang
selatan, Ji te Su Sin telah berjanji akan melepaskan hak
pilihnya pada rapat besar ini apabila lencana Ou-kim pay itu
benar2 aseli. Tetapi bagaimana kalau lencana itu ternyata
benar2 palsu ?" "Kalau lencana yang kubawa ini palsu, aku bersedia mundur
sebagai ketua Kay pang. Akan kucari dan kuhancurkan
manusia yang berani mengambil lencana kita itu !" seru Oh
Sun dengan semangat yang menggelora.
"Terima kasih pangcu" sambut Hoa Sin, "soal kelanjutannya
apabila lencana itu benar palsu baiklah kita serahkan saja
kepada sidang rapat untuk memutuskan"
Demikian setelah kedua fihak saling memberikan janji,
maka merekapun bersiap untuk mulai menguji keaselian
lencana Ou kim pay. Sambil menyongsongkan lencana itu kemuka berkatalah Pat
pi-sin git : "Hoa pangcu, silahkan memeriksa lencana kita"
Hoa Sin maju menghampiri. Dipandangnya lencana
berwarna hitam itu dengan tajam. Beberapa saat kemudian, ia
mengangguk. "Bagaimana, Hoa pangcu, apakah benar palsu" tanya Patpisin-git Oh Sun. "Lencana berwarna hitam itu memang menyerupai dengan
yang aseli. Begitu pula surat2 tulis pada permukaan lencana
itu memang dilakukan dengan jari tangan yang memiliki
tenaga-dalam yang luar biasa. Tulisannya benar berbunyi Kaypangkim leng pay ... " "Jika demikian bukan palsu" kata Oh Sun,
"Jangan terburu-buru menarik kesimpulan dahulu sebelum
pembuktian yang terakhir kita lakukan" cepat Hoa Sin
menyusuli kata2 "disamping itu pun masih ada sebuah hal lain
yang perlu diselidiki mana yang benar. Menurut saudara itu ia
menunjuk ke arah orang desa yang masih berdiri di atas
panggung luitay, "lencana yang aseli bertuliskan Kay pang-kim
seng pay. Sedang yang berada ditangan pangcu. tulisannya
berbunyi Kaypang kim leng-pay. Mengenai tulisan itu saja
sudah berbeda dan perlu dibuktikan mana yang benar"
"Karena lencana yang berada ditanganku ini aseli. sudah
tentu tulisannya pun benar begitu. Bukan Kay-pang-kim-sengpay
tetapi seharusnya Kay pang kim-Ieng-pay !" seru Oh Sun.
"Ya, mudah-mudahan begitu," sambut Hoa Sin, "tetapi hal
itupun masih harus dibuktikan dahulu kebenarannya"
"Apalagi yang harus dibuktikan ?" seru Pat-pi sin-git Oh Sun
dengan geram. "Sudah tentu tentang bahan daripada lencana itu, pangcu"
sahut Hoa Sin tenang2, "menurut Hian jiat-sin-kay Suma Kiam
lo cousu, lencana Kay- pang itu terbuat daripada batu bintang
yang jatuh digurun pasir Mongolia. Kerasnya bukan kepalang.
Kecuali pedang pusaka yang luar biasa tajamnya, tak mungkin
pedang dan lain2 senjata tajam dapat membelahnya.
Sekarang tinggal membuktikan benarkah lencana itu terbuat
daripada batu bintang atau hanya dari logam hitam biasa"
"Hm." dengus Oh Sun, "bagaimana engkau hendak
membuktikannya ?" "Terpaksa kita harus gunakan senjata tajam untuk
memapas ujungnya sedikit" kata Hoa Sin "kalau terpapas,
jelas lencana itu bukan dari batu bintang tetapi dari logam
biasa" "Kalau tidak mempan ?" tanya Oh Sun.
"Berarti lencana itu aseli !"
Sejenak berdiam diri barulah Oh Sun menyetujui : "Oleh
karena engkau yang mengusulkan, silahkan engkau yang
menguji lencana itu"
Hoa Sin melangkah maju dan menyambuti lencana Ou kimpay.
Dengan sekuat tenaga ia segera memencet ujung
lencana itu. Ujung lencana lekuk sedikit tetapi tak sampai
hancur. Hoa Sin menyerahkan kembali kepada Oh Sun dan ketua
Kay pang itu segera minta keempat pengemis pimpinan Kaypang
selatan untuk maju menguji.
Tetapi keempat tokoh pengemis daerah selatan itu tak mau.
Mereka menyadari bahwa tenaga dalam dari Hoa Sin itu lebih
hebat dari mereka. Kalau Hoa Sin tak mampu
menghancurkannya, jelas mereka pun tentu tak mampu juga.
"Oh pangcu" tiba2 orang desa itu berseru, "boleh aku ikut
menguji ?" Oh Sun berpaling menatap wajah orang itu. Orang desa itu
berani mempertaruhkan jiwanya untuk mendukung
anggapannya bahwa lencana itu palsu. Sudah tentu diapun
harus mendapat hak untuk ikut menguji. Dan Oh Sun pun tak
kuatir. Karena kalau tokoh sesakti Hoa Sin sudah tak mampu
menghancurkan lencana itu, bagaimana mungkin seorang
desa akan dapat melakukannya"
"Silahkan", serunya seraya memberikan lencana itu.
Setelah menyambuti, orang desa itu lalu mencabut
sebatang pedang pandak dari dalam bajunya Ketika dilolos
keluar, pedang itu memancarkan sinar kehijau-hjauan yang
menyilaukan mata. Creiss . , . Pedang berayun dan putuslah ujung lencana.
Tring ... kutungan ujung itu berhamburan jatuh keatas
panggung, mengeluarkan dering suara yang tajam.
Sekalian tokoh2 Kay-pang terbelalak kaget menyaksikan
peristiwa luar biasa itu. Lebih2 Pat- pi sin-git Oh Sun.
"Pangcu, bukti telah kulakukan. Adakah pang cu masih ada
kesangsian lain lagi ?" seru si orang desa.
Setelah termenung beberapa jenak, Pat pi-sin git Oh Sun
segera berseru : "Apakah nama pedangmu itu" Dari manakah
engkau memperolehnya! "Inilah pedang Naga hijau atau Ceng-liong-kiam," seru
orang desa itu" milik Han-jiat-sin-kay Suma Kiam yang
diberikan kepadaku sebagai rasa terima kasihnya atas bantuan
yang kuberikan padanya"
"Pedang Naga Hijau nyata sebuah pedang pusaka. Sudah
tentu dapat memapas lencana ini."! kata Oh Sun "bukankah
engkau juga mengatakan begitu ?"
Orang desa mengiakan. "Dengan begitu, pembuktian dengan pedang pusaka itu tak
berlaku !" seru Oh Sun.
"Apa" Apakah pangcu hendak mengingkari janji ?"
Oh Sun marah sekali; "Siapa yang ingkar janji. Kesimpulan
yang kurangkai ini juga berdasar pada keteranganmu sendiri.
Bagaimana sekarang engkau menuduh aku ingkar janji ?"
Orang desa itu terdiam. "Hm," tiba2 Pengemis-kaki-satu Hong Lui mendengus
geram, "dari manakah engkau memperoleh pedang pusaka
Naga Hijau itu ?" "Dari Suma Kiam cianpwe," sahut orang desa itu dengan
sejujurnya. "Engkau tahu siapakah Suma Kiam lo-cianpwe itu ?" seru
Hong Lui pula. "Ketua yang terdahulu dari Kay-pang"
"Bagus" seru Hong Lui, "oleh karena dia adalah ketua kami
maka pedangnyapun adalah milik partai kami"


Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

'Maksudmu ?" seru orang desa itu.
"Berikan pedang Naga Hijau itu kepada Oh pangcu yang
menjadi ketua Kay-pang!" seru Hong Lui
Orang desa itu tertawa mengejek : "Tidak semudah itu
saudara !" "Apa ?" Hong Lui deliki mata, "engkau hendak melalap
pedang pusaka milik partai Kaypang".
"Pedang ini adalah pemberian peribadi dari Suma Kiam
cianpwe kepadaku. Tidak dikatakan bahwa aku harus
mengembalikan pedang ini kepada partai Kay-pang ataupun
kepada siapa lainnya".
"Ho, engkau jelas hendak memiliki pedang Itu ...".
"Bagiku seorang desa, tiadalah kepentingannya untuk
memiliki sebuah pedang pusaka. Aku tak mempunyai
keinginan untuk menjadi pendekar besar atau tokoh persilatan
ternama. Aku lebih suka hidup tenang sebagai rakyat desa . , "
"Tetapi mengapa engkau enggan menyerahkan pedang itu
kepada kami ?" seru Pengemis-kaki satu Hong Lui.
"Bukan enggan" jawab orang desa itu, "tetapi aku harus
menghormat pusaka dari seorang pendekar besar seperti Hanjiat
sin-lay Suma Kiam Hendak kuserahkan pedang itu kepada
seorang ksatrya yang benar2 berjiwa luhur dan perwira"
"Hm, engkau hendak menghina bahwa tokoh dari Kay-pang
itu bukan bangsa yang luhur dan perwira?" Hong Lui
menggeram. "Aku belum mengetahui seluruh tokoh2 Kay pang" sahut
orang desa itu, "tetapi apa yang kulihat disini memberi kesan
bahwa ksatrya yang kudambakan itu memang belum ada"
"Lekas kembalikan pedang itu !" tiba2 Pengemis gemuk
Auyang Hok membentak dan maju menghampiri kehadapan
orang desa itu. "Apakah engkau hendak memaksa aku ?" sahut orang desa
itu. "Ya, terpaksa harus begitu apabila engkau masih berkeras
kepala tak mau menyerahkan" seru Auyang Hok.
Orang desa itu pucat mukanya.
"Jika tahu begini kesudahannya, tak perlu aku tampil keatas
panggung ini. Padahal dengan menunjukkan bahwa lencana
Ou-kim-pay itu palsu, tujuanku agar pimpinan Kaypang segera
mengetahui hal itu dan segera bertindak untuk mencari si
pencuri. Ha, ha tetapi bukan terima kasih yang kuterima
malah pedang yang kuperoleh dari Suma-Kiam cianpwe
hendak direbut secara paksa".
Habis berkata orang desa itu terus berputar tubuh : "Cukup
tuan2, lebih baik aku pulang saja"
Orang desa itu hendak loncat kebawah panggung tetapi
secepat itu Pengemis-gemuk sudah loncat menerkam dengan
sebuah jurus Harimau lapar menerkam-korban.
Hoa Sin terkejut. Ia hendak memberi pertolongan tetapi
sudah tak keburu, lagi. Uh ... terdengar mulut Pengemis-gemuk mendesah kejut
ketika kedua tangannya menerkam papan panggung, crekkkk
.... Nyata terkaman dari Pengemis-gemuk itu menggunakan
tenaga-dalam yang hebat sehingga jari2 tangannya sampai
masuk kedalam papan. Sedang orang desa itu ternyata sudah berada di samping
dan membelalakkan mata, berseru : *'Hai, mengapa engkau
menyusur ketanah" Ah, maaf, aku tak dapat menyerahkan
pedang ini walaupun engkau meminta dengan begitu hormat"
"Hm, jangan menghina suteku," tiba2 Pengemis-kaki-satu
maju tusukkan ujung tongkat ke punggung orang desa itu.
Hebat dan cepatnya bukan kepalang.
Pengemis-Kaki-satu Hong Lui adalah tokoh kedua dari Kaypang
utara. Walaupun kakinya hanya tinggal satu, tetapi
kepandaiannya luar biasa saktinya.
"Jangan ... " teriak Pengemis-sakti Hoa Sin ketika
mengetahui serangan yang berbahaya itu mengancam siorang
desa. Namun ia hanya dapat berteriak tetapi tak berdaya
untuk menolong karena sudah tak keburu lagi.
Tring ..... Tiba2 ketika ujung tongkat si Kaki-satu Hong Lui hampir mengenai punggung, tanpa berpaling kepala dan berputar tubuh, orang desa sabatkan pedang Naga hijau kebelakang dan kutunglah ujung tongkat Hong Lui ... , Karena malu hati maka Hong Lui tetap menggunakan sebuah tongkat lain yang terbuat dari besi. Tongkatnya yang dikembalikan oleh Hoa Sin
tadi tetapi menggeletak dilantai panggung. Andaikata dia
menggunakan tongkatnya yang aseli mungkin dia takkan
menderita malu yang sebesar itu.
Tetapi hal yang tak terduga-duga itu telah terjadi dan
berpuluh-puluh anakbuah Kay pang dari kedua belah pihak
yang menyaksikan di bawah panggung, telah melihat peristiwa
itu. Dan merah padamlah wajah Pengemis-kaki satu Hong Lui
karena tongkatnya terpapas kutung.
"Bangsat, engkau berani menghina jiko-ku !' Pengemisgemuk
loncat menerjang orang desa itu Tetapi terpaksa ia
menyurut mundur lagi ketika orang desa itu membolangbalingkan
pedang Naga hijau untuk menyambut.
Pengemis-gemuk Auyang Hok menyambar tongkat yang
dikembalikan Hoa Sin lalu diberikan kepada si Kaki satu Hong
Lui : "Pakailah jiko dia memiliki pedang Naga-hijau yang sakti"
Dalam pada berkata itu, Pengemis gemuk Auyang Hokpun
sudah mencabut senjatanya. Sebatang ruyung yang disebut
Kiu-ciat-kui-thau-pian atau ruyung sembilan ruas yang
berkepala setan. Setiap ruas berbentuk kepala setan sehingga
jumlah kepala setan pada ruyung itu, pun sembilan biji.
Tring, tring, tring .....
Terdengar dering melengking nyaring ketika Pengemis
gemuk Auyang Hok menebarkan ruyung itu. Seketika ruyung
itupun bertebaran memantul sembilan sosok bayangan kepala
setan. Dan yang mengerikan kepala setan itu berhias dengan
gigi caling yang panjang dan runcing.
Menghadapi senjata yang mengerikan itu tampak siorang
desa tenang2 saja. Dan dikala ruyung menyerang maka iapun
memainkan pedang pusaka Naga-hijau.
Segulung sinar warna hijau kemilau segera membungkus
tubuh orang desa itu. Dan gulungan sinar hijau itu
menaburkan deru angin yang dingin.
Badai-menyambar-batang liu demikian jurus yang
diserangkan Auyang Hok untuk mengarah pinggang orang,.
Tetapi gulungan sinar hijau kemilau itu bagaikan dinding baja
yang rapat dan kokoh. Terdengar berulang ulang bunyi
berdering dari dua senjata yang beradu. Dan beberapa kali itu
pula kesembilan kepala-setan dari ruyung Auyang Hok gagal
untuk menerobos lingkaran sinar pedang.
Diam2 Hoa Sin memperhatikan permainan pedang orang
desa itu. la terkejut. "Suan-hong-kiam," serunya dalam hati setelah jelas akan
ilmu pedang orang desa itu.
Suan hong kiam berarti ilmu pedang Angin-lesus. Tak
mengherankan karena taburan pedang orang itu
menghamburkan deru angin yang keras.
Pengemis gemuk Auyang Hok penasaran. Segera ia robah
gerakan ruyungnya dalam jurus Pah ong-pauting atau raja
Pah-ong-membanting-tempat pedupian. Laksana hujan
mencurah dari langit, ruyungpun menabur kearah kepala
orang desa. Orang desa itu juga hentikan permainan ilmu pedang
Angin-Iesus dan berganti dengan jurus It cu-keng thian atau
Sebatang-tonggak menyanggah-langit.
Kembali terdengar berpuluh kali dering memekak telinga
ketika kepala-setan dari Auyang Hok itu tersanggah dan
tertutuk oleh ujung pedang Naga-hijau.
Pat-pi-sin-git Oh Sun dan si Kaki-satu Hoj Lui terkejut
menyaksikan permainan pedang orang desa itu. Pada hal
mereka tahu bahwa sam-te mereka yalah Pengemis-gemuk
Auyang Hok telah membenam diri selama berpuluh tahun
untuk menciptakan senjata ruyungnya yang aneh dan
menciptakan pula ilmu permainannya yang luar biasa .
Hoa Sin dan tokoh2 pimpinan Kay pang selatanpun
terkesiap kagum. Pengemis-gemuk Auyang Hok merah padam mukanya.
Benar2 ia merasa malu sekali karena dihadapan kedua
toakonya dan tokoh2 Kay-pang selatan ia tak mampu
mengalah seorang desa yang tak bernama.
Seketika timbullah hawa pembunuhan pada dahi Pengemisgemuk
Auyang Hok. Untuk mengembalikan gengsinya dan
kewibawaan Kay-pang utara, ia harus menghancurkan orang
desa itu. Rupanya perobahan airmuka Auyang Hok itupun tak lepas
dari perhatian siorang desa. Diam2 ia berjaga jaga lebih
waspada. "Hm, berkat pedang pusaka Naga-hijau, permainanmu
bertambah hebat." seru Auyang Hok, "tetapi jangan engkau
buru2 bergirang dulu. Sambutlah seranganku yang ketiga
ini". " Soh jut-cian-kun atau Menyapu-bersih-ribuan tentara,
demikian jurus ruyung yang ditaburkan oleh Pengemis-gemuk
dalam serangannya yang ketiga itu.
Sembilan benda berbentuk kepala setan berhamburan
menabur ke arah siorang desa, Kesembilan senjata aneh
itupun menghamburkan suatu bunyi aneh macam setan
bersuit tajam sekali. Orang desa itupun segera memutar pedangnya dalam ilmu
pedang Boan-thian-hong-u atau Hujan-angin-mencengkamangkasa,
Segera ujung pedang Naga hijau dari orang desa
itupun berhamburan laksana titik2 hujan yang mencurah dari
langit. Hanya titik2 sinar pedang itu tidak mencurah ke bumi
melainkan mencurah kearah taburan ruyung kepala-setan dari
sembilan penjuru. Tring, tring, tring ... "Saudara, awas senjata rahasia ... !" tiba2 sesosok tubuh
melayang keatas panggung.
Tetapi tokoh2 diatas panggung itu tak sempat melihat
pendatang itu karena saat itu mereka terkejut mendengar
siorang desa terhuyung dua tiga langkah sambil mendekap
tangan kanannya. Dan lebih terkejut pula mereka ketika
melihat Pengemis gemuk Auyang Hok tegak kesima dan
ruyung nya terlepas jatuh ketanah .....
Adalah Pengemis sakti Hoa Sin yang lebih dahulu menyadari
apa yang telah terjadi. Cepat ia memburu siorang desa dan
menegurnya: "Saudara apakah engkau terluka ?"
Orang desa itu pucat wajahnya.
"Ya," ia mengangguk "dia curang menggunakan jarum
beracun" Habis berkata orang itu terus mencabut sebatang jarum
yang halusnya seperti bulu roma.
"Kepala setan dari ruyungnya itu telah menyemburkan
ratusan jarum racun begini," katanya pula.
"Kalau begitu saudara tentu terkena banyak sekali ?" Hoa
Sin bertanya cemas. "Untung aku sudah berjaga-jaga sebelumnya dan hanya
terkena sebatang ini" sahut orang desa itu.
Hoa Sin segera mengeluarkan botol obat, menuang
beberapa butir pil merah dan diberikan kepada orang desa itu
: "Minumlah pil penolak seribu racun ini . , . "
"Terima kasih." sahut siorang desa 'aku membekal obat
juga" Ia segera mengeluarkan sebungkus pil lalu dituang kedalam
mulut. Dalam pada itu Hoa Sinpun berpaling ke arah Pengemis
gemuk Auyang Hok. Ia hendak menegurnya atas tindakannya
yang begitu memalukan. Tetapi pandang matanya tertumbuk
akan kehadiran seorang tua berpakaian serba putih di atas
panggung itu, Dan teringatlah ia akan seruan memberi
peringatan kepada orang desa tadi.
"Adakah lo-jin-ke yang memberi peringatan kepada saudara
itu tadi ?" tanyanya kepada orang tua itu. Lo-jin-ke sebutan
untuk menghormat siorang tua.
Orangtua itu mengiakan kemudian menegur pengemisgemuk
Auyang Hok : "Tidak selayaknya kalau engkau sebagai
salah seorang ketua Kay-pang bertindak begitu curang
terhadap seorang lawan?"
Pat-pi-sin-git Oh Sun dan Pengemis-kaki-satu Hong Lui
terkejut ketika melihat peristiwa itu. Keduanya mengira
sutenya itu (Auyang Hok) tentu akan marah dan meminta
pertanggungan jawab kepada orangtua yang lancang naik
keatas panggung. Tetapi diluar dugaan Auyang Hok diam saja.
Matanya mendelik kepada orang tua itu tetapi tak mengucap
sepatah katapun juga. Pat pi-sin-git Oh Sun dan Kaki satu Hong Lui terkejut heran.
Tetapi setelah memandang dengan seksama kepada sutenya
itu, cepat Pat-pi-sin iit Oh Sun tahu apa yang telah terjadi
pada diri jitenya itu. Cepat ia menghampiri Auyang Hok.
Dalam pada itu Kaki-satu Hong Luipun mengetahui juga apa
yang diderita Auyang Hok. Karena Oh Sun sudah memberi
pertolongan maka ia maju menghampiri orangtua yang datang
itu "Siapa engkau ?" bentaknya dengan geram.
"Namaku ?" ulang orang tua itu. "ah, engkau tentu muak
mendengarnya" "Lekas katakan !" Hong Lui makin marah.
"Karena engkau minta sendiri, baiklah, "kata orang tua itu,
"dengarkan : "Datang tiada terduga,
Pergi tiada berbekas Tiada bayangan tapi ada, Ada tetapi tanpa bayangan.
"Bu ing-kui!" serentak Hong Lui berseru kaget. Bu ing-kui


Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

artinya Setan-tanpa-bayangan.
"Bukan!" balas orang tua itu. "aku bukan setan tanpa
bayangan" Belum hilang kaget Hong Lui iapun sudah tersambar kaget
lagi ketika mendengar jawaban orang tua itu.
"Didunia persilatan tiada orang yang menggunakan nama
Bu ing kecuali Bu-ing-kui !" serunya kemudian.
"Siapa bilang ?" sahut orang tua itu. "aku inilah orangnya.
Dan aku bukan setan melainkan orang !"
"Bu Ing lojin" tiba2 Hoa Sin berteriak kaget. Ia serentak
teringat akan cerita Ang Bin tojin ketua Bu tong-pay dalam
laporannya di Wisma Perdamaian yang lalu.
Orangtua itu berpaling memandang Hoa Sin tak berkata
apa2. Kaki-satu Hong Lui terkejut, Memang ia pernah mendengar
bahwa pada waktu akhir2 ini didunia persilatan telah muncul
pula seorang kakek aneh yang memakai nama Bu Ing lojin.
Namun karena sudah terlanjur menegur, tokoh kedua dari
Kay-pang selatan itu tak mau mundur.
"Mengapa engkau mencampuri urusan ini ?" serunya.
Kakek itu tertawa hambar, "Urusan siapakah ini ?"
"Partai Kay-pang !"
"Tidak," sahut kakek itu, "dalam soal pemilihan ketua,
memang urusan kaum Kay-pang. Orang luar tak berhak
mencampuri, tetapi orang yang dicelakai kawanmu tadi, bukan
orang Kaypang. Karena itu setiap orang yang memiliki hati
keadilan tentu akan ikut campur" .
"Engkaupun mencelakai suteku, jangan menepuk dada
sebagai orang baik" teriak Hong Lui,
"Hmm" dengus kakek itu; "sutemu curang lalu menderita
kecurangan dari orang lain. Bukankah itu sudah adil" Mengapa
engkau masih penasaran"."
"Engkau tahu mengapa suteku menyerang oning itu ?" seru
Hong Lui makin ngotot. "Ya, soal pedang pusaka Naga-hijau itu"
"Itu milik ketua Kay-pang yang terdahulu, Han-jiat-sin-kay
Suma Kiam. Seharusnya kembali pada Kay-pang"
Kakek itu mendengus pula: "Dalam soal itu harus
dipisahkan antara milik peribadi dan milik perkumpulan. Kalau
pedang itu milik Suma Kiam pribadi, dia berhak memberikan
kepada lain orang. Tetapi kalau pedang itu milik partai Kaypang,
dia harus mengembalikan kepada Kaypang"
"Han-jiat-sin-kay Suma Kiam adalah ketua Kay pang, Segala
yang dilakukan adalah sebagai ketua Kay-pang bukan sebagai
peribadi Suma Kiam" seru Kaki satu Hong Lui.
Belum Bu Ing lojin menjawab, tiba2 Pat-pi sin-git Oh Sun
menghampiri dan berkata: "Bu Ing lojin. adakah engkau
benar2 hendak menghina partai Kay-pang ?"
"O, sama sekali aku tak mengandung maksud begitu Oh
pangcu" kata Bu Ing lojin.
"Tetapi mengapa lojin ikut campur dalam urusan disini ?"
desak Oh Sun. Bu Ing lojin menerangkan : "Kebetulan aku sedang lewat di
gunung ini dan iseng2 akupun menonton rapat besar partai
Kay-pang yang hendak mengadakan pemilihan ketua baru.
Kay-pang termasuk partai persilatan yang ternama dan
berpengaruh dalam dunia persilatan. Sudah tentu pergantian
ketua partai itu, menarik perhatian kaum persilatan pada
umumnya. Ketua adalah pimpinan partai. Bagaimana ketuanya
bagaimana pendirian partai itu. Dan hal itu sudah tentu
mempunyai pengaruh langsung pada dunia persilatan"
"Dan karena itu maka lojin merasa berhak untuk ikut
campur urusan yang terjadi di panggung pemilihan ketua ini
dan berhak pula menutuk jalandarah suteku itu ?" tukas ketua
Kaypang itu tajam2. "Jangan salah paham" kata Bu Ing lojin, "terpaksa
kulepaskan ilmu menutuk dari jarak jauh untuk menghentikan
tindakannya hendak membunuh orang itu"
Bu Ing lojin melirik kearah Pengemis-gemuk Auyang Hok
yang saat itu masih tegak diam.
"Bukankah pangcu sudah membuka jalandarahnya" tanya
kepada Oh Sun. Merah muka ketua Kay pang demi mendengar pertanyaan
itu. Karena betapapun ia hendak membuka jalandarah
sutenya, namun tak mampu. Diam2 ia terkejut menyaksikan
ilmu tutuk Bu Ing lojin yang luar biasa anehnya itu.
"Nah, dia sudah bergerak lagi." kata Bu Ing lojin sembari
menuding kearah Pengemis-gemuk Auyang Hok
Selama tertutuk jalandarahnya, mata dan telinga Auyang
Hok masih dapat melihat dan mendengar apa yang
dibicarakan Bu Ing lojin dengan kedua toakonya. Maka begitu
dapat bergerak. Auyang Hok terus merogoh kedalam baju,
maju, menghampiri Bu Ing lojin dan .....
"Setan tua, enyahlah engkau !" serunya menampar.
"Aii, jangan mengusir begitu kasar, bung !" Bu Ing lojin
balas berseru dan mengibaskan tangannya macam orang
menghalau nyamuk. Dan tahu2 Pengemis gemuk Auyang Hok itupun loncat
kesamping. Memang sepintas gerakan kedua orang itu mirip dengan
orang mengusir dan yang satu menolak, tetapi bagi tokoh2
Kay-pang yang berada diatas panggung lui tay itu, tahu apa
yang sebenarnya telah berlangsung.
Ternyata Pengemis-gemuk telah menaburkan segenggam
jarum Soh-hun-mo ciam atau Jarum rambut-pencabut-nyawa.
Jarum beracun ganas yang sehalus rambut.
Jarum yang begitu halus dan ditaburkan sedemikian
cepatnya, sudah tentu mata orang takdapat melihatnya. Jarum
itu lemas, terbuat daripda emas murni. Hanya orang yang
memiliki tenaga dalam tinggi, barulah dapat menaburkannya.
Tetapi Pengemis-gemuk Auyang Hok belum tahu siapa Bu
Ing lojin itu. Kakek tua yang sudah hampir mencapai umur
seratus tahun tetap wajahnya masih segar itu, memiliki
tenaga-dalam Bu-kek-sin-kang yang sakti. Ia sudah menguasai
tenaga dalam itu sehingga dari jarak beberapa tombak ia
dapat melancarkannya kepada lawan.
Curahan hujan jarum halus itu bagaikan awan yang
terhembus angin, berhamburan jatuh kesamping. Bahkan Bu
kek-sin-kang itu masih mempunyai daya kekuatan untuk
melanda Pengemis gemuk Auyang Hok sehingga itulah
sebabnya maka pengemis gemuk itu harus menghindar
kesamping. Pat-pi-sin-git Oh Sun menyadari akan kelihayan kakek itu.
Buru2 ia mencegah sutenya : "Auyang ngote sudahlah. Biar
kuselesaikan urusan ini"
Kemudian, ketua Kay-pang itu berpaling arah kepada Bu
Ing lojin, katanya: "Bagaimana maksud lojin sekarang "
Apakah lojin hendak memperpanjang urusan ini ?"
"Sama sekali tidak," kata Bu Ing lojin tertawa "asal
pangcupun membebaskan orang itu supaya pergi tanpa
diganggu" "Tidak semudah itu," tiba2 Kaki-satu Hong Lui menyelutuk,
"asal dia mau mengembalikan pedang Naga-hijau kami tentu
akan melepaskannya dengan hormat."
Pat pi sin-git Oh Sun seorang yang cerdik dan licin. Ia cepat
dapat menguasai setiap situasi dan kondisi.
'Jite", serunya kepada Kaki-satu Hong Lui, "baiklah kita
jangan mengungkat soal ini agar kita segera dapat
menyelesaikan persoalan pemilihan ketua ini."
Kaki-satu Hong Lui terkejut. Tetapi ketika ia memandang
wajah toakonya, tahulah kalau ucapan toakonya itu
mengandung maksud tersembunyi.
"Baik, terserah pada toako," sahut Hong Lui.
"Baiklah" kata Oh Sun kepada Bu Ing lojin "karena lojin
yang meminta maka kamipun dengan senang hati akan
meluluskan" "Pangcu, walaupun lojin telah memintakan kebebasanku,
aku tetap tak mau pergi dari panggung ini" tiba2 orang desa
itu berbangkit dari semedhinya dan berseru nyaring. Dari nada
suaranya jelas kalau tenaga-dalamnya sudah pulih kembali.
Diam2 tokoh2 Kay-pang utara itu terkejut. Jarum beracun
yang tersimpan dalam kepala-setan senjata ruyung Pengemisgemuk
Auyang Hok. bukan olah2 ganasnya. Mengapa dalam
waktu yang singkat, orang itu sudah sembuh dari lukanya"
"Hm. apa maksudmu ?" tegur Oh Sun.
"Soal pedang pusaka Naga hijau sudah selesai. walaupun
untuk sementara" kata orang desa itu setengah menyindir,
"tetapi masih ada soal Iain lagi yang belum. Yalah mengenai
palsu atau aselinya lencana partai Kay-pang tadi. Bukankah
untuk itu aku sudah merelakan jiwaku ?"
Pat-pi sin-git Oh Sun terkesiap.
"Jadi engkau masih hendak menyelesaikah soal itu ?"
taryanya menegas. "Soal itu sudah terlanjur diketahui seluruh hadirin. Baik dari
kaum Kay-pang sendiri, maupun dari tokoh2 persilatan yang
datang kesini. Tidak kah kita akan ditertawakan apabila hal itu
kita simpan atau bekukan ?" sahut orang desa itu,
"Bagus, bagus." seru Bu Ing lojin memuji, "engkau sungguh
seorang ksatrya yang bertanggung jawab. Nyata bukan didesa
atau dikota tempatnya bukan kaya atau miskin keadaannya,
bukan pula tinggi rendahnya pangkat atau kedudukan
penilaiannya. Bukan keturunan jago silat atau orang biasa
yang menentukan peribadinya. Jiwa ksatrya tumbuh di mana2
dan dalam keadaan apa saja"
"Terima kasih lojin." seru orang desa itu. "tidakkah lojin
akan memaksa aku harus pergi dari sini lagi ?"
"Tidak bung" seru Bu Ing lojin "silahkan engkau
membereskan persoalan yang engkau anggap belum selesai
itu sepuas-puasmu" Kini perhatian orang kembali pada persoalan lencana Kaypangou-kim-pay lagi. "Apa yang harus diselesaikan lagi ?" tanya Pat-pi-sin-git Oh
Sun kepada dang desa itu, "bukankah jelas bahwa lencana
Ou-kim-pay itu memang aseli" Memang tadi dapat engkau
papas rompang karena engkau menggunakan pedang pusaka
yang luar biasa tajamnya. Tetapi dapatkah engkau melakukan
hal itu dengan senjata biasa ?"
"Berikan aku sebatang pedang biasa." kata orang desa itu
"dan aku tentu dapat membuktikannya."
Pat-pi-sin-git Oh Sun memberi perintah kepada Auyang Hok
supaya meminjam pedang dari seorang anakbuah Kay-pang.
Setelah menerima pedang maka Oh Sun lalu menyerahkan
kepada siorang desa : "Silahkan, inilah pedang yang engkau
minta" Belum orang desa itu menerima, tiba2 Pengemis-sakti Hoa
Sin maju : "Pangcu, harap berikan pedang itu kepadaku.
Akulah yang akan menguji lencana itu"
Orang desa itu terkesiap.
"Mengapa harus engkau ?" tegur Oh Sun.
"Hoa Sin adalah anggauta Kay-pang bahkan diangkat juga
sebagai ketua Kay-pang selatan. Dan lencana itu adalah
lencana lambang kebesaran partai Kay pang, Apabila aku, Hoa
Sin, yang memapas kutung, nama baik Kay-pang tidaklah
sampai tercemar. Tetapi kalau orang luar yang melakukannya,
Kay-pang tentu akan menjadi bahan ejekan kaum persilatan"
Orang desa itu kerutkan alis.
"Bung, jangan kecewa," seru Bu Ing lojin kepada orang
desa itu, "memang demikianlah adat kaum persilatan yang
masih kemati-matian menjungjung gengsi partainya. Apakah
engkau juga menjadi anggauta salah sebuah partai persilatan
?" "Aku?" orang desa itu mengulang, "ah, aku hanya seorang
desa. Mana layak diterima menjadi anggota partai persilatan
yang manapun juga?" "Bagus." seru Bu Ing lojin tertawa, "kalau begitu masuklah
kedalam partai perguruanku saja".
Sekalian orang terkejut mendengar Bu Ing lojin itu
mempunyai partai perguruan.
"O, lojin juga anggauta partai persilatan " Apakah nama
partai persilatan lojin itu?" rupanya tertarik juga perhatian
orang desa itu kepada ucapan Bu Ing lojin.
"Bu tong- pay ... "
"Astaga, lojin dari partai Bu-tong-pay ?" teriak orang desa
itu terkejut. Pun sekalian tokoh2 pimpinan Kay-pang utara maupun
selatan terbelalak kejut.
"Benar, bung" 'Eh, bukankah ketua Bu-tong-pay itu seorang imam
bermuka merah yang disebut Ang Bin tojin " Apakah lojin ini
juga seorang imam ?" seru orang desa itu makin terangsang.
"Benar, memang partai Bu-tong-pay itu ketuanya Ang Bin
tojin siimam muka merah" kata lu Ing lojin tertawa, "tetapi
partai Bu tong-pay yang kuanut ini, tiada ketuanya"
Pengemis-sakti Hoa Sin terkenal seorang tokoh yang gemar
berolok-olok. Tetapi pada saat mendengar kata2 Bu Ing lojin
itu, benar2 ia kebinlgungan.
"Lojin, adakah Bu-tong pay itu berjumlah dua?" akhirnya ia
tak dapat menahan keheranannya lagi.
"Ya, memang ada dua"
"Bu-tong pay yang diketuai Ang Bin toj itu markasnya
digunung Bu-tong-san," kata Hoa Sin "lalu Bu-tong-pay yang
lojin ketuai itu dimana markasnya ?"
"Salah ucapanmu itu," sanggah Bu Ing lojin, "Bu-tong pay
yang kukatakan itu tiada ketuanja. Setiap orang yang suka,
dapat menjadi anggauta bahkan dapat pula merasa dirinya
sebagai ketua. "Ah, harap lojin jangan berolok-olok ... berkata sampai
disini, mendadak Hoa Sin berhenti dan tiba2 pula ia berseru
tertawa : "Benar, benar, memang Bu tong-pay yang lojin
maksudkan itu terdapat di mana2 dan tiada ketuanya, ha.
Ha.." Tokoh2 Kay-pang utara tercengang. Bahkan tokoh2 Kaypang
selatan sendiri juga heran dan bingung mendengar kata2
Pengemis-sakti Hoa Sin. "Engkau sudah mengerti " Ah, sungguh cerdas sekali
otakmu" seru Bu Ing lojin, "tetapi karena muka kawan
kawanmu itu masih mengerut heran, cobalah engkau jelaskan
apakah Bu-tong-pay yang kumaksudkan itu "
"Bu-tong-pay yang lojin maksudkan itu adalah berarti Partai
Tak berpartai Bu artinya tiada, Tong artinya partai dan Pay


Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

artinya perkumpulan atau partai persilatan. Benar atau tidak
lojin ?" "Ha, ha, baru kali ini aku bertemu dengan orang yang dapat
menangkap isi hatiku, "Bu Ing lojin tertawa.
"Lojin" kata Pengemis-sakti Hoa Sin "aku hendak
membetulkan ucapanmu tadi bahwa orang persilatan selalu
mengutamakan soal gengsi. Memang pada umumnya benar
demikian. Tetapi aku pengemis-Hoa Sin merasa tak memiliki
perasaan begitu. Sudah sejak lama Hoa Sin tak memikirkan
soal gengsi" "Bukankah engkau ketua Kay-pang selatan ?" tegur Bu Ing
lojin. "Ya, karena menyetujui pendirian dan tujuan Kay-pang"
sahut Hoa Sin. "Apakah itu bukan soal gengsi " Bukankah seorang ketua
partai persilatan itu harus memiliki gengsi ?"
"Kita harus dapat memisahkan antara jabatan dan peribadi.
Karena partai Kay pang mempunyai peraturan2 tertentu maka
sebagai ketua aku 'menjalankan semua hal yang sesuai
dengan peraturan itu. Tetapi aku Hoa Sin, peribadi bukan
manusia yang mengutamakan hal itu. Karena gengsi atau
tidak gengsi. Hoa Sin itu tetap seorang pengemis ..."
"Orang yang mengikatkan diri kepada sesuatu peraturan,
akan terikat pada gengsi. Tidaklah sama dengan diriku, yang
bebas laksana burung terbang di udara" kata Bu Ing lojin.
"Jika semua burung terbang di udara, lalu bukankah hutan
akan kosong dengan penghuni bangsa burung" Bukankah
tidak semua burung akan terbang melayang layang diudara
saja. Ada pula yang tinggal dibumi ?"
Bu Ing Lojin terkesiap. "Di udara raya bebas lepas, tiada peraturannya. Tetapi
dibumi walaupun didalam hutan tetap mempunyai peraturan
tertentu. Bahkan bukankah kita mendengar perihal hukum
rimba " Siapa kuat menang, siapa lemah kalah. Berdasarkan
keadaan itulah maka mahluk2 dalam hutan itu berkelompok
dan membentuk himpunan jenisnya. Untuk menjaga diri dan
menyelamatkan hutan dari bencana pembunuhan. Aku masuk
kedalam Kay pang karena menganggap bahwa masih banyak
hal2 didunia ini yang ganjil dan tidak adil ... ".
"Adil " Kalau adil, masakan tikus takut kepada kucing?" seru
Bu Ing lojin. Karena merasa dirinya tak dihiraukan oleh kedua orang itu
maka Pat pi-sin git Oh Sun berseru menukas : "Hai, harap
kalian berdua ingat pada tempat ini. Panggung luitay didirikan
karena hendak mengadakan pemilihan ketua Kay-pang Dan
pemilihan itu harus berjalan langsung, tak boleh
membicarakan hal2 yang tiada kepentingannya dengan tujuan
lui tay ini" "Baiklah, pangcu" sahut Hoa Sin.
Karena di atas panggung itu hadir juga Bu Ing lojin, Oh
Sunpun tak berani berayal lagi. Ia meletakkan lencana Oukimpay dilantai panggung. Pengemis Hoa Sinpun segera bersiap-siap. Setelah
mengerahkan tenaga-dalam ke tangan kanan, segera ia
mengayunkannya. Tring ... Terdengar dering lengking yang dahsyat. Pedang kutung dua tetapi Oh-kim-paypun terpapas ujung bawahnya. "Palsu!" serentak orang
desa berteriak. "Ngaco" bentak Pat pi
sin git Oh Sun. Hoa Sin pejamkan mata. Rupanya ia telah memancarkan tenagadalam keliwat banyak hingga amat letih. Habis berkata orang desa itu terus maju hendak menjemput
lencana yang ujungnya kutung itu Tetapi secepat itu Kaki-satu
Hong Lui, membentaknya : "Jangan menyentuhnya!"
Orang desa itu terbeliak, memandang dan batanya :
"Mengapa ?" "Itu lencana partai Kay pang, orang luar tak boleh
sembarangan menyentuhnya !"
Tiba2 orang desa itu tertawa : "Ha. ha ... "
"Mengapa engkau tertawa !" bentak Hong Lui pula.
"Aku tertawa karena geli melihat orang yang masih matimatian
memegang gengsi pada hal gengsi itu jauh tak berada
padanya" "Jangan bicara sembarangan !" Hong Lui yang sejak tadi
belum sempat melampiaskan kemarahannya kepada orang
desa itu, kini mulai cari gara2.
"Aku bicara menurut kenyataan, bukan bicara ngelantur"
kata orang desa itu. "jelas lencana yang telah kutung itu,
terbuat dari pada logam baja hitam. Dan sekali kali bukan dari
batu bintang. Sekalipun engkau melarang aku menyentuhnya
tetapi hal itu tak mengurangi kenyataan dari keadaan lencana
itu" "Bagaimana engkau dapat mengatakan lencana itu terbuat
dari besi baja hitam ?"
"Tidakkah engkau mendengar dering suara yang
melengking tajam ketika pedang beradu dengan lencana "
Nah, hanya logam yang dapat mengeluarkan bunyi yang
sedemikian melengking tinggi. Bahan batu tidak dapat"
"Benar", seru Bu Ing lojin "memang bedalah bunyi lengking
yang berasal dari lencana itu."
Seketika pucatlah wajah Pat-pi-sin-git Oh Sun Ia benar2
kehilangan paham untuk mengatasi persoalan itu. Dan benar2
ia tak mengerti mengapa lencana Ou-kim-kiam yang tak
pernah berpisah dari tubuhnya, mengapa telah berganti
dengan lencana palsu "
"Oh pangcu" sesaat kemudian berserulah Hoa Sin kepada
Oh Sun "sudah hampir sembilan tahun lamanya pangcu
menyimpan lencana Kaypang. Bagaimana pangcu tak tahu
kalau lencana itu palsu ?"
Pat pi-sin-git Oh Sun tertegun tetapi sesaat kemudian ia
melantang jawaban. "Lencana itu dahulu kami terima dari Kit
Wan leng pangcu ketua dari Kay-pang selatan. Aku sendiripun
tak jelas bagaimana ujud dan bahan lencana itu. Bahwa
sekarang lencana itu ternyata palsu, tuntutan harus ditujukan
pada Kit Wan-leng. Karena jelas selama sembilan tahun
menjabat pangcu, lencana itu tak pernah terpisah dari
badanku." Mendengar itu marahlah Hoa Sin : "Kit pang cu, seorang
ksatrya yang berjiwa luhur. Adalah demi menjaga keutuhan
partai Kay-pang maka berulang kali ia mengalah. Tak mungkin
ia mengandung pikiran untuk memalsu lencana partai!"
Pengemis-kantong nasi Su Sin, Pengemis-kebal-mabuk Ko
Cay. Pengemis-sinting Ma Kim tong dan Pengemis-doyan tidur
Li Pit-seng tegang wajahnya. Tokoh2 Kay-pang selatan itu
gusar karena nama baik Kit Wan leng, ketua yang mereka
hormati, disinggung singgung.
"Kit pangcu hanya tiga tahun menjabat sebagai ketua partai
sedang Oh pangcu hampir sembilan tahun. Sudah tentu Oh
pangcu lebih banyak mempunyai kesempatan untuk
melakukan tindakan apa saja dengan lencana itu" seru
Pengemis-kantong-nasi Su Sin.
"Hm, apakah engkau menrduh Oh toako yang melakukan
pemalsuan," seru Pengemis kaki satu liong Lui dengan bengis.
"Hong thancu," Pengemis-sakti Hoa Sin cepat mendahului
Su Sin, "yang menerima lencana Kaypang-kim-leng pay yalah
Kit Wan-leng pangcu dan lalu Oh pangcu.. Kalau ternyata
lencaya itu palsu, bukankah sudah layak kalau orang
menumpahkan pertanyaan dan dugaan kepada kedua pangcu
itu" Apakah kalau kami meminta pertanggungan jawab dari Kit
pangcu, engkau maksudkan kami menuduhnya ?"
Oh Sunpun cepat menyelamatkan muka Hong Lui dari
desakan pertanyaan Hoa Sm, serunya : "Memang boleh saja
kalian bertanya hal itu kepadaku dan jawabanku yalah seperti
tadi." "Oh pangcu, jelas Kit Wan-leng pangcu sudah bertahun
tahun menghilang tanpa bekas. Yang ada sekarang itu hanya
pangcu sendiri. Bagaimana pangcu hendak menyelesaikan
persoalan ini ?" tanya Pengemis sakti Hoa Sin.
"Saudara, karena mereka hendak membicarakan urusan
partai, marilah kita pergi," tiba2 Bu Ing lojin berseru kepada si
orang desa bahkan ia terus melayang turun ke bawah
panggung. Orang desa itupun cepat menyusul turun.
Ketiga tokoh Kay-pang utara sedang tegang menghadapi
pertanyaan Hoa Sm. Dan gerakan keua orang itu cepat sekali
sehingga mereka tak sempat mencegah lagi.
Pat-pi-sin-git Oh Sun kerutkan dahi. Setelah menghapus
rencana untuk mengejar orang desa itu, ia lalu memberi
jawaban kepada Hoa Sin. "Betapapun sukar dan berbahaya, namun kita harus
mencari hilangnya lencana Ou-kim pay itu. Dalam rangka itu
diri Kit pangcu, pun merupakan tugas penting untuk
mencarinya. Karena pada dirinyalah kita mungkin akan
menemukan jawabannya" katanya.
Hoa Sin mengangguk, "Dalam mencari lencana partai Kay-pang, seluruh anakbuah
Kay-pang dari lapisan bawah sampai pimpinan atas, wajib
harus mencari lencana itu. Akan kukerahkan seluruh anakbuah
Kaypang wilayah selatan untuk mencarinya"
"Baiklah, pangcu" kata Oh Sun "akupun juga akan
memerintahkan seluruh anakbuah Kay pang utara untuk
mencari pusaka itu" "Ya, tetapi bagaimana dengan kedudukan kita selama ini ?"
tanya Hoa Sin. "Bagaimana maksud pangcu ?"
"Selama lencana yang aseli belum diketemukan, sudah
tentu Lambang kekuasaan tertinggi dari partai Kay pang tak
dapat dilaksanakan. Seiring dengan itu, saat ini seharusnya
kedudukan pang-cu harus diadakan pemilihan lagi. Jadi pada
saat dan detik ini Kay pang belum mempunyai cong-pangcu
atau ketua umum" "Seharusnya selama ketua baru belum dapat dipilih maka
ketua lamalah yang akan melanjutkan jabatan itu," sanggah
Pengemis-kaki-satu Hong Lui.
"Tidak !" sahut Hoa Sin, "tak dapat dilaksanakannya
pemilihan ketua ini karena hilangnya lencana Kay-pang-oukimpay yang aseli oleh karena itu selama lencana partai kita
itu belum ketemu maka kedudukan ketua umum belum dapat
diresmikan" "Lalu bagaimana dengan maksud Hoa pangcu?" tanya Oh
Sun. "Saat ini yang paling tepat yalah suatu pejabat ketua pada
kedua belah pihak. Kay-pang selatan seorang pejabat ketua.
Kay pang utara juga seorang pejabat ketua. Dalam
menentukan keputusan penting yang menyangkut
kepentingan Kay-pang harus diadakan rapat bersama. Karena
di antara kedua pejabat ketua itu, samalah kedudukannya".
"Adakah pejabat ketua itu harus dipilih lagi" tanya Oh Sun.
Belum Hoa Sin menjawab, pengemis Kaki-satu Hong Lui
sudah mendahului : "Kurasa tidak perlu, Pertama kita
menghemat waktu, lebih penting segera mencari jejak lencana
Ou-kim-pay dari pada sibuk2 memilih pejabat ketua. Kedua,
toh sama saja artinya. Kami, warga Kay pang utara tetap
memilih Oh toako sebagai ketua"
"Dan kamipun tetap memilih Hoa toako sebagai pimpinan
Kay-pang selatan" serempak ke empat tokoh Kay pang selatan
itu berseru. Demikian kehebohan diatas arena panggung pemilihan itu
telah berakhir tanpa kesudahan yang memuaskan. Hanya ada
perobahan juga karena sekarang Kay pang selatan dan Kaypang
utara itu sejajar kedudukannya.
Tetapi yang menggemparkan yalah hilangnya lencana Kay
pang-ou-kimpay. Hoa Sin tak dapat menuntut pada Oh Sun
karena Oh Sun mempunyai alasan kuat bahwa lencana itu
bermula diterimanya dari Kit Wan-leng. Dan selama Kit Wan
leng belum diketemukan jejaknya, sukarlah untuk memadu
keterangan kedua tokoh itu.
Demikian setelah pertemuan dibubarkan maka kedua belah
pihak Kay-pang pulang ke daerah masing2. Dan sejak saat itu
mulailah seluruh anak buah Kay pang yang tersebar luas di
seluruh wilayah negeri, mencari dan menyelidiki lencana. yang
hilang itu. Sementara itu Hoa Sin dan Pang To-tikput segera
melanjutkan perjalanan ke Thay-san.
Jika Kay-pang selatan telah pulang ke daerah selatan tanpa
mengalami suatu peristiwa apa2 tidaklah demikian dengan
Kay-pang utara. Ketika Pat pi-sin-git Oh Sun hendak mengajak kedua
sutenya, Pengemis-kaki-satu Hong Lu dan Pengemis-gemuk
Auyang Hok pulang, tiba2 seorang anakbuah mereka datang
menghadap memberi laporan yang mengejutkan.
"Pangcu," kata anakbuah itu. "To thancu dan Na thancu
bertempur dengan orang desa tadi"
"Dimana ?" Oh Sun terkejut.
"Di sebuah bukit," kata anakbuah itu, "ketika orang desa itu
turun dari panggung, dia terus hendak ngacir turun gunung.
Tetapi To thancu dan Na thancu segera mengejarnya,"
"Lekas, tunjukkan tempat itu!" seru Oh Sun teraya
mengajak kedua sutenya menyusul ke bukit itu.
Sebuah bukit yang sepi. Di atas sebuah dataran yang
dikelilingi pohon, tampak tiga sosok tubuh sedang bertempur
seru. Rombongan Oh Sun pun segera tiba ditempat itu.
Ternyata walaupun dikroyok dua. Iblis-tertawa To Hoan dan
Katak-pemalas Na Kok-kong, namun dengan gagah perkasa
orang desa itu telah mainkan pedangnya dengan gencar,
sehingga kedua tokoh partai pengemis itu tak dapat berbuat
apa2 bahkan malah tampak terdesak oleh lawan.
Setelah memperhatikan sinar pedang yang di gunakan
orang desa itu jelas pedang pusaka Naga hijau maka
berbisiklah Pengemis-kaki satu kepada Oh Sun : "Toako orang
desa itu memang mencurigakan sekali. Mengatakan ia pernah
bertemu dengan Suma cousu dan bahkan membawa pedang


Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pusaka milik Suma Kiam cousu ya ?"
"Ya, memang mencurigakan sekali" sahut Oh Sun.
"Toako, kali ini kita tak boleh melepaskannya" kata Hong
Lui, "pedang pusaka milik Sun couya itu harus kembali pada
kita." Oh Sun mengiakan. "Heran mengapa orang itu memiliki ilmu pedang yang
sedemikian hebatnya. Dan ada pula yang serupa dengan
ilmupedang Suma cousu" kata Oh Sun.
"Mungkin Suma cousu telah mengajarkannja ilmu pedang"
jawab Hong Lui. "Bagaimana kedua sute kita itu " Dapatkah mereka
mengatasi orang itu ?" tanya Oh Sun.
"Jelas dengan memiliki pedang pusaka, orang itu seperti
harimau tumbuh sayap. Rasanya kedua sute kita tentu sukar
untuk menundukkannya, kecuali ... "
"Kecuali bagaimana ?"
"Kecuali kalau kita terjun ke dalam pertempuran, tentulah
akan dapat lekas selesai," kati Hong Lui.
"Kita bertiga?" Oh Sun menegas.
"Rasanya tak perlu, cukup aku seorang saja" kata Hong Lui.
"Ya. harap hati2, sute." pesan Oh Sun.
Belum Hong Lui menjawab, tiba2 Pengemis-gemuk berseru
: "Biar aku saja, Coako. Tadi pertempuranku dengan dia masih
belum selesai" Habis berkata tanpa menunggu persetujuan Oh Sun
Pengemis-gemuk itupun sudah loncat ke muka dan menerjang
kedalam gelanggang: "Sam-ko, si-ko, harap minggir. Biarlah
kulanjutkan lagi pertempuranku yang belum selesai tadi"
Tetapi kedua tokoh Kay-pang itu tak dapat melepaskan diri
dari kurungan sinar pedang si orang desa. Melihat itu
marahlah Pengemis gemuk Auyang Hok.
"Hai, orang desa, jangan jual tingkah di hadapanku !"
teriaknya terus menerjang dengan golok..
Demikian segera berlangsung pertempuran yang ganjil.
Seorang desa telah dikeroyok oleh tiga tokoh pimpinan Kaypang.
Adalah karena berkat pedang pusaka Naga-hijau maka
dapatlah orang desa itu bertahan. Ketiga tokoh Kay pang itu
jerih untuk beradu senjata. Dengan demikian serangan
merekapun agak terpancang,
Setengah jam kemudian masih juga pertempuran itu tak
memberi hasil. Pengemis-kaki-satu " Hong Lui menggeram.
"Minggirlah para sute !" teriak seraya loncat melambung
keudara dan melayang turun ke arah orang desa. Ujung
tongkatnya dihantamkan ke arah ubun2 kepala siorang desa.
Saat itu orang desa tengah menyambut tusukan pedang
Pergemis iblis tertawa To Koan dan menghindari babatan
golok dari Pengemis- katai pemalas Na Kok-kong, bahkan
harus memperhatikan tusukan kearah lambung yang
dilancarkan Pengemis gemuk Auyang Hok. Dan saat itu ubun2
kepalanya akan dihajar oleh tongkat Peugemis-kaki-satu Hong
Lui. Dengan kerahkan seluruh tenaga, tiba2 orang itu
menggembor sekuat-kuatnya, memutar pedangnya bagai
angin lesus yang dahsyat, sembari ber-putar2 tubuh ia
menggelincir keluar dari kepungan.
Terkejutlah keempat tokoh Kay-pang utara itu. Mereka
adalah tokoh2 yang tergolong jago kelas satu dalam dunia
persilatan. Berempat melancarkan serangan kepada siorang
desa, tetap orang desa itu dapat meloloskan diri.
Tepat pada saat orang desa itu berhenti dan tegak berdiri
beberapa langkah jauhnya, bayangan Hong Luipun sudah
menyambarnya pula. Ternyata tokoh kedua dari Kay-pang
utara itu, walaupun kakinya tinggal satu tetapi dia bahkan
memiliki suatu ilmu permainan tongkat yang luar biasa.
Tanpa turun ke tanah, begitu menukik ke bawah, ia
tusukkan ujung tongkat kebumi lalu dengan pinjam tenaga
tusukan itu, tubuhnya berayun pula ke udara dan melayang
kearah lawan. Orang desa itu terkejut dan kagum menyaksikan permainan
ilmu gin-kang (meringankan tubuh) yang sedemikian
hebatnya. Namun ia tak dapat diam merenung karena saat itu
ujung tongkat Hong Lui pun sudah mengancam mukanya.
"Tring ..." Cepat orang itu membabat dengan pedang pusaka Nagahijau
tetapi tongkat Hong Lui seperti baja kerasnya. Bahkan
yang mengherankan, ujung tongkat itu seperti memancarkan
serangkum hawa keras yang menyiak pedang siorang desa.
Orang desa itu terkejut. Jelas Pengemis-kaki-satu telah
menyalurkan tenaga-dalamnya yang hebat ke batang tongkat,
Hingga kesaktian pedang pusaka Naga Hijau dapat tertahan.
"Uh . , " orang desa itu mendesah ketika ujung pedang
tetap meluncur ke dadanya, Secepat kilat ia enjot tubuhnya
mencelat ke belakang sampai beberapa langkah.
Tetapi astaga ..... tanpa turun ketanah. dengan tusukkan
ujung tongkat ke bumi, Pengemis-kaki-satu itupun melambung
pula ke udara dan meluncur membayangi ketempat siorang
desa. Dicobanya sekali lagi untuk menabas dengan pedang
pusaka, namun tetap tak berhasil, Dan ujung tongkat
Pengemis-kaki-buntung itu tetap mengancam dadanya.
"Ah, masakan dia mampu terus menerus melayang diudara"
pikir orang desa itu. Dan iapun lalu menghindar kelain tempat
lagi. Memang tepat seperti yang diperhitungkan orang desa itu.
Setelah lima enam kali melayang- layang di udara, tampak
gerakan Hong Lui agak berkurang dahsyat.
Dan pada lain saat, Pengemis kaki-satu itu pun melayang
turun ketanah. Dan secepat kilat tubuh pengemis kaki satu itu
berputar-putar deras maju menerjang.
Kembali orang desa itu heran menyaksikan ilmu permainan
yang aneh dari pengemis satu itu.
Karena belum pernah menyaksikan ia tak berani gegabah
menyambut dan melainkan loncat menghindar.
Demikian untuk yang kedua kalinya, terjadilah kejar
mengejar seperti tadi. Hanya bedanya kalau tadi berlangsung
di udara dengan darat, sekarang kedua-duanya berada di atas
tanah. Memang sesungguhnya kepandaian dari tokoh Kay-pang
utara itu hebat semua. Adalah sampai tiga orang tak mampu
merubuhkan seorang desa adalah karena orang itu
menggunakan pedang pusaka Naga Hijau yang hebat.
Kelima tokoh Kay pang utara itu masing2 memiliki
kepandaian isitimewa sendiri2 Pat-pi-sin-git Oh Sun. sesuai
dengan arti gelarnya "Pengemis-sakti delapan-lengan",
memang mempunyai ilmusilat tangan kosong yang istimewa.
Pat-hong-jiu atau Tangan-detapan-penjuru merupakan
ilmusilat tangan kosong dari Oh Sun yang menyebabkan ia
memperoleh gelaran sebagai Pat-pi-sin-git. Musuh seolah-olah
diserang oleh delapan buah tangan dari delapan penjuru
apabila menghadapinya. Tok-kak-sin-git Hong Lui atau Pengemis-kaki satu, d'takuti
lawan karena ilmunya bermain tongkat di udara. Ia telah
melatih kehilangan sebuah kakinya itu dalam sebuah ilmu Ingjiaukang atau Cakar garuda yang hebat. Dia dapat melayang
layang di udara dan menyambar lawan laksana burung garuda
yang buas. Kui-sian-sin-git atau Pengemis-iblis-tertawa To Hoan tokoh
ketiga dari Kay-pang utara, memiliki tenaga-dalam yang tinggi.
Dan tenaga-dalam itu ia salurkan pada suara tertawanya yang
seram. Apabila ia mengeluarkan Kui sisuikang atau ilmu sakti
Iblis tertawa, hati lawan seperti di sayat-sayat. Yang tidak
tinggi tenaga dalamnya tentu putus urat2 jantungnya.
Tokoh keempat dari Kay pang utara yang telah berganti
nama partai Jembel. yakni Na Kok-kong, memiliki ilmu tenaga
sakti Ha-ma-kang atau Katak mendengkung yang luar biasa.
Apabila mendengkung-dengkung seperti katak, maka lawan
pasti akan rubuh. Kemudian yang terakhir yalah Pengemis-gemuk Auyang
Hok. Pengemis ini mahir dalam ilmu senjata beracun. Dia
menciptakan sebuah senjata Kiu ciat-toh-hun pian atau
Ruyung sembilan-ruas pencabut-nyawa dan membenam diri
selama bertahun-tahun dalam ilmu bermain ruyung itu.
Rata2 kelima tokoh pimpinan Partai Jembel! itu memiliki
tenaga-dalam yang tinggi. Mereka berwatak keras dan suka
menang sendiri. Licin dan! kejam. Lebih cenderung dikatakan
termasuk aliran hitam. Diantara yang berwatak paling bengis dan kejam yalah si
Pengemis-kaki-satu Hong Lui. Dia lebih ditakuti anakbuah
partai Jembel daripada ketuanya. Pat-pi-sin-git Oh Sun.
Terhadap orang desa yang dapat bertahan akan
serangannya tadi Kaki satu Hong Lui benar2 marah sekali, Tak
mungkin ia mau memberinya ampun lagi.
Ia mempersatukan tubuh dengan tongkat dan menerjang
lawan dengan beribu tutukan ujung tongkat. Dan tongkatnya
itupun bukan sembarang tongkat melainkan sebuah tongkat
yang terbuat dari bahan baja murni dari daerah Burma.
Lemas, tetapi kerasnya bukan kepalang. Bahkan pedang
pusaka sehebat pedang Naga hijaupun tak dapat memapasnya
kutung. Orang desa itu tampak agak terdesak. Ia lebih banyak
bertahan dan menghindar daripada menyerang. Diam2 ia
mengakui kelihayan ilmu tongkat dari pengemis kaki-satu itu.
Dalam suatu kesempatan orang desa itupun sempat
menyelimpatkan pandang mata kesekeliling ia terkejut.
Ternyata Pat pi sin-git Oh Sun dan pengemis gemuk Auyang
Hokpun datang. Dengan demikian lengkaplah kelima pimpinan
partai Jembel. "Ahh!.. " diam2 orang desa itu mengeluh, tak mungkin hari
ini aku lolos dari kematian. Mereka tentu akan merebut
pedang pusaka ini, dan tentu akan membunuh aku karena
berani membongkar rahasia dari lencana Ou-kim-pay yang
palsu ... " Tiba2 terlintas dalam benaknya akan suatu hal. Betapapun
ia tak rela kalau pedang.pusaka itu jatuh ketangan mereka, Ia
mendapat kesan bahwa tokoh2 Kay-pang utara itu bukan
orang baik. Andaikata ia harus mati, pedang itu harus jangan
sampai dapat dirampas mereka.
Demikian sambil menghindar ia terus mundur kearah
sebuah hutan. Rencananya, begitu sudah tak dapat
mempertahankan diri, ia hendak melemparkan pedang pusaka
itu kedalam hutan. Tetapi rupanya Kaki-satu Hong Lui mengetahui maksud
orang. Didesaknya orang itu dengan serangan yang lebih
gencar. Orang desa terpaksa tak dapat mencari tempat yang
diinginkan, Ia terpancang diatas sebuah karang, tak jauh dari
lereng gunung, "Hai, siapakah yang berkelahi itu " Hai berhenti !" tiba2
terdengar suara orang berteriak nyaring.
Orang desa itu terkejut dan berpaling. Trang ... pedangnya
terhantam tongkat. Karena perhatiannya sedang lengah dan
hantaman tongkat kerasnya bukan kepalang, pedang itupun
terlempar jatuh kebawah jalan.
"Mampuslah engkau!" bentak Kaki-satu Ho Lui seraya
tutukan ujung tongkat ke dada orang desa. Orang itu terkejut
dan cepat buang tubuhnya ke bawah.
Huh ... tahu2 tubuhnya telah disanggapi oleh seorang kakek
tua. "Aduh... kurang ajar, berat juga ... turun" kakek itu terus
membanting orang desa ke tanah. Namun orang desa itupun
dapat berdiri dengan tegaknya.
Seiring dengan itu maka melayanglah tubuh Kaki-satu Hong
Lui kebawah dan terus hendak menerjang si orang desa.
Tetapi kakek tua itupun menghardiknya : "Setan buntung,
jangan meliar!" Dengan sekuat tenaga kakek itupun menghantam. Kakisatu
berjumpalitan di udara dan terpaksa melayang turun
kebelakang. Tepat pada saat Kaki-satu Hong Lui berdiri tegak maka
datanglah keempat pimpinan partai Jembel yang lain.
"Ji-te, apakah engkau terluka ?" seru Pat-pi-sin git Oh Sun.
"Hm, tidak apa2, toako," sahut Kaki-satu Hong Lui.
Kini perhatian kelima tokoh partai Jembel itu tercurah ke
muka. Mereka terkejut heran melihat munculnya beberapa
orang yang tak dikenal. Dua orang kakek dan dua orang
pemuda, seekor anjing kuning, seekor kera hitam dan seekor
burung rajawali. Merekapun heran melihat wujudnya rombongan orang2 itu.
Seorang kakek pendek berambut hitam. Seorang kakek
bungkuk berambut putih. Seorang pemuda cakap dan seorang
pemuda gundul. Sipemuda gundul tampak sedang mencekal
pedang pusaka Naga-hijau dengan wajah terlongong-longong.
"Siapa kalian ini !" Pengemis gemuk Auyang Hok maju
menghampiri dan menghardik.
Kiranya rombongan kakek dan pemuda itu yalah Blo'on,
pemuda Liok, kakek Lo Kun dan kakek Kerbau Putih. Blo"on
telah bertemu kembali dengan ketiga ekor binatang
piaraannya. Setelah tinggalkan lembah Melati, Blo'on dan
rombongannya melanjutkan perjalanan lagi. Dan ketika
melalui sebuah gunung, mereka melihat Kaki-satu sedang
menyerang si orang desa dengan hebat. Kakek Lo Kun
berteriak menghentikan pertempuran. Dan karena teriakan itu
maka si orang desa terkejut, pedangnya sampai terhantam
jatuh oleh pengemis kaki satu, Pedang itu melayang jatuh
kebawah dan kebetulan jatuh didepan Blo'on, Blo'on lalu
memungutnya. Ketika Kaki satu Hong Lui hendak menerjang siorang desa,
kakek Lo Kunlah yang menghantamnya,
Teguran Pengemis- gemuk Auyang Hok, dijawab oleh Blo'on
: "Engkau tanya aku ?"
"Ya" "Aku orang." sahut Blo'on.
"Kurang ajar" bentak Pengemis gemuk marah. "aku sudah
tahu kalau engkau orang, bukan binatang, tetapi engkau tentu
punya nama !" "O, engkau tanya namaku ?" kata Blo'on, "dua rang kakek
itu yalah kakek Lo Kun dan kakek Kerbau Putih. Dan pemuda
itu bernama Liok."

Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pengemis-gemuk deliki mata: "Dan engkau "!
"Aku tak punya nama !"
"Ho, jangan engkau berolok-olok didepanku!" kata
Pengemis-gemuk Auyang Hok, "kalau aku sampai marah,
gundulmu tentu kupecah."
'Eh, lagakmu seperti tuan besar. Masakan gundul orang
hendak engkau pecah !" bentak Lo Kun "kalau engkau berani
mengganggu kawanku itu, tentu kuajak adu jiwa"
"Maaf, siapakah tuan ini ?" tiba2 pemuda Liok berseru
dengan nada lembut. "Ho, anak kambing tentu tak kenal pada harimau" seru
Pengemis gemuk Auyang Hok, "tahukah engkau bahwa dalam
dunia persilatan terdapat sebuah partai yang disebut Kay pang
?" "O Kay pang ?" ulang pemuda Liok, "sudah tentu tahu"
"Pernah mendengar nama Pimpinan Kay-pang".
"Tidak seluruhnya, hanya beberapa saja yang terkenal.
Antara lain Liok ci-sin-kay Hoa Sin"
"Hm, dia hanya ketua cabang Kay-pang selatan. Ketua yang
sesungguhnya, bukan dia"
"Entah aku tak tahu"
"Lihatlah keempat orang di belakangku itu" kata Pengemisgemuk
Auyang Hok, "mereka adalah tokoh2 Kay-pang utara,
ketua umum Kay-pang Pat-pi-sin-git Oh Sun, Tok-kak-sin-git
Hong Lui Kui-gok-sin-git To Hoan dan Lan-ha-ma Na Kok
Kong. Sedang aku ini, Poan-sin-gjt Auyang Hok"
'Aneh ... " tiba2 Blo'on menggumam.
"Mengapa aneh ?" seru Pengemis-gemuk Au yang Hok.
"Pengemis itu orang yang miskin, tetapi mengapa engkau
malah berbadan gemuk seperti bola" seru Blo.on.
"Ha, ha. ha" kakek Lo Kun tertawa gembira "sebagai
pemimpin, dia tentu menerima pemberian dari anakbuahnya
yang berkeliaran mengemis di mana " mana, maka badannya
begitu gemuk." Mendengar dirinya diejek begitu rupa, marahlah Pengemisgemuk
Auyang Hok. Segera ia menghantam seraya memaki :
"Kakek gila, jangan kurang ajar kepada tuanmu . , "
"Kuning, hitam dan merah hajarlah dia !" seru Blo'on.
Anjing kuning, kera bulu hitam dan buni rajawali segera
berhamburan menyerbu Pengemis gemuk Auyang Hok.
Pengemis-gemuk terkejut, Ia menarik pulang pukulannya
untuk menghalau ketiga binatang. Tetapi ternyata kakek Lo
Kun sudah terlanjur songsongkan kedua tangannya untuk
menyambut pukulan Auyang Hok.
"Huh ... " Pengemis-gemuk Auyang Hok mendengus kejut
ketika dadanya terlanda oleh gelombang angin yang keras
sekali. Ia terhuyung-huyung dua tiga langkah ke belakang ....
-ooo0dw0ooo- Jilid 18 Kay - pang. Melihat sutenya terhuyung-huyung, cepat Lan ha-ma atau
Katak pemalas Na Kok Kong loncat menerjang kakek Lo Kun.
Tetapi secepat itu pula kakek Kerbau Putih pun sudah maju
dan lepaskan pukulan Hang-liong sip pat-ciang.
Na Kok-kong terkejut melihat dahsyatnya tenaga pukulan
yang melandanya. "Hang-liong sip-pat ciang ... !" teriaknya seraya loncat
menghindar. Kelima tokoh Kay pang utara terbelalak mendengar teriakan
Katak-pemalas Na Kok-kong. Hing liong sip pat ciang atau
Delapan belas-tamparan-menundukkan-naga, merupakan ilmu
pusaka dari Siau lim si yang termasyhur.
"Siapa engkau, kakek" bentak Na Kok-kong "apakah engkau
orang Siau lim-si ?"
"Bukan, aku bukan orang Siau-lim-si. Aku kepala pasukan Gi
lim kum di istana ... "
"Engkau kepala pasukan Gi-lim-kun ?" teriak Na Kok kong
terkejut tetapi pada lain saat ia tertawa gelak2, "ha, ha, ha ...
mungkin kerajaan sudah kehabisan orang gagah sehingga
memakai engkau sebagai kepala pasukan bhayangkara !"
Lo Kun terlongong. "Diam !" bentak Blo'on. Ia marah karena mendengar kakek
Lo Kun yang sudah dianggap sebagai kakeknya sendiri.
Mata Ni Kok-kong beralih memandang kepada Blo'on. Dan
segera pandang matanya terhenti pada pedang pusaka Naga
hijau yang berada di tangan anakmuda itu.
"Hai, gundul." serunya, "kembalikan pedangku itu, lekas !"
Sambil berkata tokoh nomor empat dari Kay-pang utara
itupun tiba2 maju menyambar pedang.
Tetapi sebelum dapat mendekati Blo'on, dia sudah diterjang
oleh anjing kuning. Dan ketika ia hendak menghantam arjrg
itu burung rajawali pun sudah menyambar kepalanya. Cepat ia
menyurut mundur seraya menampar burung dan menendang
anjing. Tetapi anjing dan burung itu hebat sekali Kedua binatang
itu dapat menghindar ke samping, terus hendak menerjang
lagi. Melihat si Kuning dan Rajawali agak kewalahan. Blo'on
segera membisiki si kera hitam. Seolah2 kera itu tahu akan
bahasa manusia, cepat ia menjemput segenggam pasir terus
loncat kedada Na Kok-kong.
Pengemis itu tengah memusatkan perhatian pada rajawali
yang hendak menyambar kepalanya. Ia tak tahu kalau seekor
kera kecil berbulu hitam tengah loncat menerkam dadanya.
Dan gerakan kera itu memang tangkas dan tak mengeluarkan
suara apa2. "Huh ... " tiba2 Katak-pemalas Na Kok-kong menjerit kaget
ketika kedua matanya tertabur pasir lembut.
Tepat pada saat ia mendekap matanya, tiba2 ia menjerit
sekeras kerasnya ketika daun telinganya digigit si kera hitam
sekeras-kerasnya. Dan pada saat ia hendak menampar kera
yang duduk pada bahunya, tiba2 kakinya digigit pula oleh
anjing Kuning. Ni Kok-kong. pengemis yang menduduki tingkat keempat
dari pimpinan Kay-pang utara dan yang menguasai ilmu
tenaga sakti Ha ma kang au Dergkung-katak, saat itu
menjerit-jerit kesakitan dan marah. Betapapun ia hendak
merentang mata untuk melihat kedua binatang yang
menggigitnya, tetapi tak dapat. Kelopak matanya nyeri dengan
butir2 pasir lembut yang ditaburkan oleh kera hitam.
Melihat itu beberapa anakbuah Kay-pang segera maju
menghalau anjing dan kera. Tetapi kakek Lo Kun dan kakek
Kerbau Putih menyambutnya dengan pukulan dan tendangan
yang riuh. "Ji-te dan sam-te" bisik Pat-pi sin git Oh Sun kepada Kaki
satu Hong Lui dan iblis tertawa To Hoan. "kalian bereskan
kedua kakek itu. Aku hendak meringkus pemuda gundul itu"
Kaki satu Hong Lui dan Iblis tertawa To Hoan lalu
menyerang Kakek Lo Kun dan kakel Kerbau Putih.
"Hai, pemuda gundul" seru Pat pi-sin-git Oh Sun, "pedang
yang engkau pegang itu adalah milik kami partai Kay pang.
Serahkanlah kepadaku!"
"Jangan !" cegah si orang desa kepada Blo'on.
"Ngo-te, bekuklah orang desa itu!" teriak Oh Sun kepada
Pengemis gemuk Auyang Hok. Auyang Hokpun segera
menyerang si orang desa. "Siapa engkau ?" tanya Bloon.
"Aku Oh Sun bergelar Pat-pi-sin-git, ketua Kay pang" sahut
Oh Sun. "Pat-pi " O, engkau bertangan delapan ?" seru Blo'on
heran. "Itu hanya gelar yang diberikan kaum persilatan kepadaku.
Sebenarnya tangankupun hanya dua saja"
"Engkau ketua partai Pengemis ?" tanya Bio"on pula.
Oh Sun mengiakan. "O, jadi pengemis itu juga mempunyai pemimpin ?" tanya
Blo'on, "tetapi mengapa pakaianmu begitu indah tidak
menyerupai seorang pengemis sama sekali ?"
Oh Sun terkejut dan terbeliak. Tak pernah ia menyangka
bahwa seorang pemuda gundul yang ketolol-tololan, berani
berkata demikian kepadanya. Namun karena harus berusaha
merebut pedang pusaka Naga-hijau, terpaksa ia menahan
kemarahan. "Ya, karena aku harus menghadiri rapat besar kaum
pengemis". "Paman itu mengatakan kalau pedang itu miliknya. Tak
boleh diberikan kepadamu, "kata Blo"on.
"Jangan percaya kepada orang desa itu. Dia memang yang
mengambil pedang itu dari markas Kay-pang"
"O, dia pencuri ?" Blo'on menegas.
"Benar, jangan percaya omongan seorang pencuri ... " baru
Oh Sun berkata begitu tiba2 orang desa itu sehabis
menghindari sebuah terjangan dari Kaki-satu Hong Lui, terus
berteriak : "Tidak, aku bukan pencuri, jangan percaya
kepadanya. Lebih baik kuberikan pedang itu kepadamu dari
pada jatuh ditangannya !" teriak siorang desa.
"Ji-te. lekas habisi jiwa bangsat itu," teriak Oh Sun gusar
sekali "Eh, mengapa engkau hendak membunuh jiwanya " Apakah
salah orang itu ?" seru Blo"on.
"Dia mencuri pedang pusaka partai Kay-pang".
"Tidak, dia mengatakan tidak mencuri !"
"Apa engkau percaya ?"
"Ya" "Gila, masakan engkau lebih percaya seorang desa daripada
aku seorang ketua partai Kay-pang" seru Oh Sun.
"Suruh orang berkaki buntung itu hentikan serangannya
agar aku dapat bertanya lebih jelas kepadanya ... "
"Hai. hendak lari kemana engkau !" tiba2 Kaki-satu Hong
Lui berteriak keras ketika orang desa itu berputar tubuh dan
loncat melarikan diri. Hong Lui mengejar. Dengan gunakan tongkat setiap kali ia
melakukan loncatan sejauh dua tiga tombak.
Orang desa itu terus masuk kedalam sebuah hutan dan
Kaki-satu Hong Lui tetap mengejarnya.
"Dia sudah lari aku tak dapat menyuruhnya berhenti
bertempur" kata Oh Sun.
"Engkau harus mengejar mereka" seru Blo'on.
Oh Sun terbeliak, belum pernah ia menderita diperintah
orang. Baru pertama kali itu. Sebagai ketua Kay pang, dia
diperintah oleh seorang anak muda yang tak dikenal.
Oh Sun memandang pemuda itu dengan tajam2 Ia kerutkan
dahi melihat wajah dan potongan rambut si Blo'on yang begitu
aneh. "Mengapa engkau melihat aku begitu rupa" Belum pernah
lihat orang ?" Blo"on tak senang.
"Siapa engkau ?" tegur Oh Sun:
"Aku tak ingat siapa namaku tetapi orang memanggilku si
Blo'on. "Blo'on ?" ketua Kay pang utara itu terbeliak heran.
"Mengapa heran ?"
"Engkau tahu apa arti Blo'on ?"
"Biar berarti apa saja tetapi karena orang memanggil
begitu, apa boleh buat aku terpaksa menerima"
Diam2 Oh Sun mendapat kesimpulan bahwa pemuda yang
dihadapinya itu memang blo'on.
"Blo'on" serunya "kulihat engkau seorang pemuda baik dan
jujur" "Maaf aku tak terima pujian" seru Blo'on sabil goyang2
kedua tangannya. "Aku pun sebagai seorang ketua partai Kay-pang yang
termasyhur tentu takkan bicara bohong", Oh Sun lebin lanjut.
Blo'on diam saja. "Pedang yang engkau cekal itu memang berasal dari ketua
kami yang terdahulu. Entah bagai mana tahu2 telah berada
ditangan orang tadi. Oleh karena itu, harap engkau suka
mengembalikan kepadaku. Apapun yang engkau minta untuk
pengganti kerugian, aku bersedia untuk memberi"
Blo'on kerutkan dahi. "Begini" katanya "tadi jelas kudengar kalau orang itu
mencegah aku menyerahkan pedang itu kepadamu. Aku
bingung. Mana yang harus kuturut".
"Sudah tentu harus menurut keteranganku. Aku ketua
partai Kay-pang, masakan berkata bohong !" seru Oh Sun.
"Ya, benar," kata Blo'on, "memang seharusnya begitu.
Tetapi bagaimana kalau orang itu mencari aku untuk meminta
kembali pedangnya ?"
"O, suruh saja dia minta kepadaku di markas Kay-pang
Kangpak". "Ya, baiklah." kata Blo'on seraya hendak mengangsurkan
pedang itu dan Oh Sunpun dengan wajah berseri segera
mengulurkan tangan hendak menyambuti.
"Nanti dulu" tiba2 Blo'on menarik kembali pedang Nagahijau
sehingga Oh Sun melongo. "Mengapa ?" seru Oh Sun.
"Tidak boleh begini" kata Blo'on, "paling betul, aku harus
mencari orang itu dan membawanya kemari. Akan kuadu dia
dengan engkau." "Diadu " Diadu berkelahi maksudmu ?" Oh Sun menegas.
"Bukan", sahut Blo'on "hanya diadu keterangannya, siapa
yang lebih betul dan siapa yang bohong !" sahut Blo'on.
"Jangan banyak tingkah, engkau !" tiba2 Lan ha-ma atau
Katak-malas Na Kok-kong, tokoh nomor empat dari Jiong-pang
atau Kay-pang utara membentak, terus maju hendak
menyambar pedang dari tangan Blo'on.
Tetapi pada saat tangan tokoh Partai Jembel itu bergerak,
maka si Kuning anjing kesayangan Blo'onpun cepat loncat
menerkam dadanya. "Kurang ajar" teriak Katak-malas Na Kok kong seraya loncat
menghindar. Ia tak menyangka sama sekali bahwa untuk
kedua kalinya akan disambut oleh anjing kuning.
Setelah menghindar ia terus ayunkan kaki menendang.
Tetapi serempak dengan itu tengkuknya pun dicemplak oleh
kera hitam yang terus menggigit telinganya lagi.
"Auh ..." menjeritlah Na Kok-kong karena terkejut dan
kesakitan. Dengan marah sekali ia ayunkan tangannya untuk
menampar kera itu sekuat kuatnya. Tetapi tamparannya hanya
mengenai angin kosong karena kera hitampun sudah loncat
turun.

Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dengan murka Na Kokkong berputar tubuh hendak menghajar kera tetapi binatang nakal itupun sudah Iari menyelinap kebelakang kedua kakek. Sejak mengadakan perjalanan dengan Blo'on dan ketiga binatang peliharaannya, baik kakek
Lo Kun maupun kakek Kerbau Putih dan pemuda Liok akrab sekali dengan ketiga binatang itu. Demikian ketiga binatang itupun juga baik kepada mereka.
Telinga Na Kok-kong berdarah. Ia malu dan marah sekali.
Melihat kera itu lari ke belakang ke dua kakek, iapun terus
hendak mengejarnya tanpa menghiraukan kedua kakek itu.
"Eayah !" tiba2 kakek Kerbau Putih mendorong tubuh tokoh
Partai Jembel itu. Na Kok-kong tak mengira kalau dirinya akan didorong, Dan
sedikitpun ia tak menyangka bahwa kakek bungkuk itu
memiliki tenaga yang sedemikian saktinya.
"Un ... " Ni Kok-kong terhuyung-huyung kebelakang.
Untunglah disambuti oleh Jembel gemuk Auyang Hok.
Sesungguhnya Na Kok-kong terkejut sekali karena tenaga
kakek Kerbau Putih sedemikian kuatnva. Sewaktu didorong,
sebenarnya ia sudah mengerahkan sepertiga bagian
tenaganya untuk bertahan. Pikirnya, masakan kakek bungkuk
itu mampu mendorong. Tetapi diluar dugaan, ia benar2
kehilangan keseimbangan tubuh dan terlempar beberapa
langkah. Betapapun ia mencoba mengerahkan tenaga untuk
bertahan, tetapi tak mampu.
Dua kali menderita malu, marahlah Na Kok- kong. Digelari
Katak pemalas karena ia memiliki tenaga-dalam yang disebut
Ha-ma-kang atau tenaga dalam Katak.
la menghampiri kemuka kakek Kerbau Putih, lalu menahan
napas. Seketika perutnya menjadi gembung besar seperti
seekor katak. Ternyata dia tengah mengerahkan ilmu Ha-makang.
Tiba2 ia loncat seraya ayunkan tinjunya dan mendengkung
sekuat-kuatnya seperti bunyi katak.
"Bluk ....!" Terdengar bunyi macam buah kelapa jatuh dari ketinggian
pohon kelapa. Kakek Kerbau Putih tersusur jatuh kemuka, Lan-ha-ma Na
Kok-kong terpelanting jungkir balik kebelakang. Untung
tubuhnya cepat disambut Kui-siau sin-git atau Iblis-tertawa To
Hoan. Kakek Kerbau Putihpun cepat melenting bangun. Wajahnya
agak pucat. Sedang Na Kok-konl tampak duduk pejamkan
mata. Wajahnya lebih pucat lagi.
Ternyata ketika Na Kok-kong melancarkan pukulan yang
dilarnbari tenaga-dalam Ha-ma-kan, sekonyong-konyong
kakek Kerbau Putih membalikkan tubuh dan menyambuti
pukulan lawan dengan daging benjol di punggungnya.
Kakek Kerbau Putih mengolah cacat pada punggungnya itu
menjadi suatu senjata yang istimewa. Punuk atau daging
benjul pada punggung itu merupakan sumber tenaga-dalam
yang hebat. Tenaga dalam yang dapat mementalkan pukulan
lawan, baik pukulan tenaga luar maupun dengan tenagadalam.
Pukulan tenaga-dalam Ha-ma-kang dari Na Kok-kong telah
disambut hangat oleh daging benjul punggung kakek Kerbau
Putih. Na Kok-kong terkejut karena pukulannya seperti jatuh di
dalam gumpalan kapas. Ia buru2 hendak menarik pulang.
Tetapi serempak pada saat ia menarik tangan, segulung
gelombang tenaga-dalam yang dahsyat telah mendamparnya.
Kakek Kerbau Putih meminjam tenaga pukulan Na Kok-kong
untuk mengembalikannya tapi, akibatnya tokoh nomor empat
dari Partai jembel itu jatuh terjerembab kebelakang. Ia
menderita luka-dalam lebih berat dari kakek Kerbau Putih.
"Bangsat !" teriak Poan-sin-git atau Jembel gemuk Auyang
Hok seraya loncat hendak menghajar kakek Kerbau Putih.
"Engkau sendiri yang bangsat !" tiba2 kakek Lo Kun
menyambutnya dengan menandukkan kepala.
"Prak ...." Pukulan si gemuk menghantam kepala kakek Lo Kun tetapi
alangkah kejutnya ketika merasakan tangannya seperti
menghantam sekeping baja yang amat keras. Bahkan tidak
berhenti sampai disitu saja. Pun perutnya masih tertanduk
oleh gundul kakek Lo Kun.
Seperti nasib Lsu ha-ma Na Kok-kong pun pengemis gemuk
Auyang Hok terlempar seperti layang2 putus tali. Untung Iblis
tertawa To Hoan dapat menyambuti tubuhnya.
Dua orang sutenya dapat dijatuhkan oleh serombongan
orang2 aneh, marahlah Pengemis-iblis-tertawa To Hoan Tokoh
ketiga dari partai Jembel itu segera maju hendak menyerang
Lo Kun. "Jangan mengganggu kakekku," teriak pemuda Liok seraya
loncat menghadangnya. Dalam pada itu Pat-p:-sin git Oh Sun tak dapat menahan
kemarahannya lagi. Sudah terlanjur bertempur, iapun harus
ikut juga. Apalagi ia harus merebut pedang pusaka Geng-hong
kiam atau pedang Naga hijau dari tangan pemuda blo'on itu.
"Serahkan pedang itu kepadaku !" teriaknya seraya
bergerak menyambar tangan Bio'on Ia gunakan gerak Ok liong
than cu atau Naga jahat-menyambar-mustika. Suatu gerak
yang cepat dan dahsyat. "Ih ....," tetapi tiba ketua Partai jembel itu mendesis kaget
ketika Blo'on menjujukan ujung pedang Naga hijau ke
tangannya. Betapapun ketua partai Jembel itu tahu akan
kesaktian pedang pusaka Naga-hijau. Ia tak berani mengambil
resiko berbahaya dan cepat menarik pulang tangannya.
Ternyata Blo'on tak mau melanjutkan serangannya. Ia
memandang ketua partai Jembel itu dan menegurnya : "Eh,
engkau hendak merebut pedang ini ?"
"Pedang itu milik partai kami!" seru Pat pi-sin git Oh Sun
dengan muka merah padam. "Tidak bisa," teriak Blo'on, "sebelum paman yang lari tadi
menerangkan bahwa pedang ini benar milikmu, takkan
kuserahkan kepadamu."
"Hm, engkau berani kepada Oh Sun, ketua partai Jembel?"
'Tidak berani!' teriak Blo'on, "aku bukan jago berkelahi."
"Jika tidak berani, engkau harus menyerahkan pedang itu
kepadaku !" 'Tidak bisa !" teriak Blo'on pula, "bukankah aku sudah
mengatakan keputusanku" Mengapa engkau masih berkeras
hendak mengambil pedang ini?"
"Karena pedang itu milik partai perguruan Jnnbel!"
"Apa buktinya"'* tanya Bloon.
"Pedang itu adalah milik ketua kami yang terdahulu ......."
"Mana ketuamu itu ?" tukas Blo'on.
"Hilang tiada ketahuan jejaknya."
"Aneh," kata Blo'on," mengapa ketuamu bisa hilang. Huh,
engkau ini memang manusia tak brilian, masakan mempunyai
ketua sampai hilang!"
Pat-pi-sin-git Oh Sun melongo.
"Kalau menjaga orangnya saja engkau tak mampu,
bagaimana mungkin engkau hendak menjaga pedangnya !"
teriak Blo'on lebih lanjut, "pokoknya, tidak bisa ! Kalau engkau
menghendaki pedang ini, harus memanggil pemiliknya !"
Pat-pi-siugit Oh Sun marah sekali. Ia terus memukul Blo'on.
Blo'on terkejut Ia loncat menghindar ke samping. Oh Sun
makin marah, ia lancarkan serangkai serangan yang gencar
dan dahsyat sehingga Blo'on pontang panting.
Untunglah anak itu memegang sebatang pedang pusaka.
Dengan tak tahu apa nama gerakannya ia memutar pedang
melingkar-lingkar untuk melindungi diri.
Wut, wut, wut ..... Seiring dengan suara menderu, pedang itupun berobah
menjadi segumpal sinar kebiru-biruanl yang memancarkan
hawa dingin. Oh Sun terkejut. Ia heran melihat jurus permainan pedang
Blo'on Tak tahu ia apa namanya Belum pernah sepanjang
hidupnya ia melihat ilmu pedang semacam itu.
Sebenarnya Blo'on tak menggunakan jurus ilmupedang. Ia
hanya memutar pedang itu asal memutarnya saja dan asal
dapat melindungi tubuhnya. Tetapi berkat ia memiliki dasar
ilmu tenaga-dalam yang kokoh, gerakan memutar pedang
itupun berobah menjadi suatu gerak putaran pedang yang luar
biasa sehingga Oh Sun menyangkanya sebagai suatu jurus
permainan ilmupedang sakti.
Dalam pada itu, pemuda Liokpun diserang oleh To Hoan si
Pengemis-tertawa-iblis. Karena kewalahan, pemuda Liok
itupun mencabut pedang dan memainkan ilmupedang Tuihongkiam atau ilmu Pedang-pemburu-angin.
Tetapi betapapun juga, karena kalah tinggi kepandaiannya
akhirnya pemuda Liokpun terdesak.
Setelah menghindar sebuah tabasan dari pemuda Liok, To
Hoan merapat maju dan menampar pergelangan tangan
pemuda itu. Pemuda Liok tak sempat menghindar. Tangannya
kena tamparan, sakitnya bukan kepalang sehingga pemuda itu
lepaskan pedangnya. Pedang mencelat ke udara.
"Jangan melukai orang !" bentak kakek Kerbau Putih seraya
loncat menerjang To Hoan yang hendak menyerang pemuda
Liok. "Prak ....." To Hoan menyongsong sebuah pukulan kearah
kakek Kerbau Putih. Ketika terjadi benturan antara kedua
pukulan, To Hoan tersurut dua langkah kebelakang. Sedang
kakek Kerbau Putih hanya terhenti saja.
Sementara itu Oh Sun pun berhasil menebas tangan Blo'on
sehingga pedang pemuda itu mental ke udara.
Oh Sun cepat hendak ayunkan tubuh menyambar pedang
pusaka itu. Tetapi burung rajawali sudah mendahuluinya.
Dicengkeramannya tangkai pedang dengan kedua cakar lalu
dibawanya terbang ke udara.
Oh Sun makin marah. Mengeluarkan senjata rahasia (piau)
ia segera melontarkan ke udara Sebatang golok yang disebut
Liu-yap to, golok kecil dan setipis daun pohon liu terbuat
daripada baja murni. Tajamnya luar biasa.
Golok setipis daun itu, di tangan ketua Kay-pang utara,
telah berobah menjadi semacam senjata terbang yang lihay
sekali. Liu-yap-to itu melayang dan membabat leher Rajawali.
"Singngng ....."
Anjing, kera dan rajawali piaraan Blo'on itu memang
istimewa sekali. Sejak berada di gunung, mereka sering
menyaksikan Kim Thian-cong memberi pelajaran silat kepada
ketiga muridnya,, Thian Goan-pa, Kwik Ing dan Liok Sian-li.
Ketiga binatang itu diam2 sering menirukan gerak gerik dalam
bermain silat dan tanpa disadari merekapun dapat
memainkannya. Sambaran golok daun Liu-yap-to'yang dilontarkan Oh Sun,
dengan sebuah gerak menukik kebawah, dapat dihindari oleh
Rajawali. Tetapi lontaran golok ketua Kay-pang utara itu memang
istimewa. Begitu golok daun memlambung ke udara, tiba2
berhenti dan melayang turun menyambar leher Rajawali.
Rajawali terkejut. Untunglah burung itu dapat menghindar
ke samping, kemudian terus hendak terbang kemuka. Tetapi
Oh Sun sudah menyusuli lagi dengan taburan golok daun Liuyapto. "Sring, sring, sring ...."
Berturut-turut ketua Kay-pang utara itu telah menyabitkan
Liu yap to ke udara. Semua berjumlah delapan batang.
Pat-pi sin-git atau Jembel sakti-delapan-lengan demikian
gelar dari Oh Sun. Dan gelar itu diperoleh berkat ketangkasan
tangannya. Dalam bermain senjata, sekaligus ia dapat
memainkan delapan senjata yang berbeda-beda.
Pun dalam ilmu melontar senjata rahasia, sekaligus ia dapat
melemparkan delapan batang Liu yap-to.
Lemparan kedelapan Liu-yap-to dari Oh Sun seketika telah
membentuk delapan buah pagar senjata yang melingkari jalan
burung Rajawali di udara. Delapan penjuru angkasa seolaholah
telah dikurung oleh golok Liu-yap-to yang berkilau-kilauan
warnanya. Dan keistimewaan dari ilmu lontaran Oh Sun yalah golok2
Liu-yap-to itu dapat meluncur lurus ke udara lalu tiba2
berhenti dan meluncur ke bawah lagi. Setiap kali meluncur ke
bawah maka Oh Sun segera menampar. Tenaga tamparan
segera menghalau Liu-yap-to ke udara lagi.
Terkurung golok dari delapan penjuru, burung rajawali agak
bingung. Kemanapun ia hendak terbang dan menerobos, tetap
dihadang oleh sambaran Liu-yap-to.
Tiba2 sebatang liu-yap-to meluncur turun menyambar
kepala dan sebatang lagi menyambar tubuh. Serempak
dengan itu. dua batang liu-yap-to yang sebelumnya meluncur
turun, disambuti Oh Sun lalu dilontarkan kearah perut dan kaki
rajawali. Rajawali bingung karena diserang dari atas dan bawah Dan
dalam pada itu, dari delapan penjuru, golok2 Liu-yap-topun
mulai berhamburan menaburnya.
Untuk serangan dari atas, dengan suatu gerak yang lincah,
burung itu gunakan paruhnya untuk mematuk. Tring, tring,
dua batang Liu-yap to dapat dipatuknya jatuh. Tetapi untuk
dua serangan Liu-yap-to dari bawah, karena burung itu masih
mencengkeram pedang, gerakannya menjadi terhalang.
Terpaksa ia lepaskan pedang pusaka dan gunakan cakarnya
untuk menampar. "Tring, tring, tring ..."
Terdering berdering-dering bunyi lengking yang lemah dan
kedelapan golok Liu-yap-to itu dapat ditamparnya jatuh.
Hanya ada sebatang yang lolos dan menyambar ekornya
sehingga bulu rajawali itu berhamburan rontok dari udara .....!
Begitu melihat pedang pusaka Naga-hijau meluncur jatuh
diri udara, Oh Sun tak menghiraukan hu yap-to yang juga
berhamburan jatuh tertampar cakar burung rajawali, Ketua
Kay-pang itu terus berlari hendak menyambuti pedang pusaka.
"Hendak kemana engkau !" tetapi Blo'on cepat menghadang
dan bahkan terus menyerang, Ia tak suka berkelahi dan jarang


Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyerang orang kecuali diserang. Tetapi demi melihat
burung piaraannya diserang dengan Liu-yap to bahkan ekor
burung itu sampai berondol. marahlah Blo'on.
Oh Sun terkejut tetapi cepat ia sembarangan saja
menghantam dan setelah itu terus menyelinap hendak
memburu ke arah jatuhnya pedang.
"Hm, jangan harap engkau mampu lolos !" diluar dugaan
dengan sebuah gerak loncatan. Blo"on sudah menghadang
dihadapannya dan menyelipnya lagi.
Oh Sun terkejut melihat ketangkasan gerak anakmuda itu.
Lebih terkejut ketika tahu2 tinju anakmuda itu sudah
melayang di mukanya. "Enyahlah !" karena jengkel, Oh Sun menangkis sekuatkuatnya.
"Aduh , . " Blo'on menjerit kesakitan karena tangannya
beradu dengan pukulan Oh Sun. Tetapi Oh Sunpun mencelat
sampai beberapa langkah ke belakang Ia terkejut sekali.
Dirasakannya tangan anakmuda itu telah memancarkan
tenaga-dalam yang aneh, dapat mementalkan pukulannya.
Sebagai seorang ketua Kuy pang utara, sudah tentu Pat-pi singit
Oh Sun memiliki kepandaian yang tinggi. Tenaga-dalamnya
telah mencapai tataran yang mengagumkan.
Tetapi setitikpun ia tak pernah mengira bahwa pukulannya,
sekalipun hanya dilambari dengan tujuh bagian tenaga dalam
tetapi telah dapat dipentalkan balik oleh tangan Blo'on. Dan
lebih kaget pula ia ketika melihat Blo'on hanya menjerit
kesakitan sebentar, lalu berdiri tegak tak kurang suatu apa
lagi. Belum sempat ia melanjutkan penilaiannya terhadap
anakmuda itu tiba2 ia terkejut ketika melihat pedang pusaka
Naga-hijau jatuh ke tanah Ia hendak ayun tubuh untuk
memburu tetapi tiba2 kera hitam sudah melayang kemuka dan
cepat menyambar pedang pusaka itu terus dibawa lari.....
Tanpa menghiraukan si Blo'on dan lain orang. Oh Sun terus
ayun tubuh melayang di udara lalu dengan beberapa kali
loncatan ia mengeja si kera yang lari masuk kedalam hutan.
Ketika Oh Sun tiba, ternyata kera itu sudah berada di
puncak sebatang pohon tua yang lebat daunnya.
"Toako", tiba2 terdengar seseorang berseru kaget,
"mengapa engkau di sini ?"
Oh Sun pun terkejut dan berpaling. Ah, kiranya si Kaki-satu
Hong Lui, sutenya yang nomor dua.
"Engkau ji sute," Oh Sunpun balas menegur kaget,
"bagaimana dengan orang desa itu ?"
"Dia dapat lolos karena loncat ke dalam sungai. Aku tak
dapat berenang dan terpaksa kembali," kata Hong Lui dengan
geram. "Lalu apa kerja toako disini ?" ia balas bertanya pula.
Dengan singkat Oh Sun menceritakan peristiwa tadi:
"Sekarang pedang pusaka itu dibawa lari monyet hitam keatas
pohon ini." "Kurang ajar," seru Hong Lui, "kita remuk saja monyet itu."
Sambil memandang keatas pohon yang daunnya rindang,
Oh Sun memaki : "Monyet itu memang keparat sekali.
Mengapa tak kelihatan tempat persembunyiannya ?"
"Kita panjat saja keatas," kata Hong Lui terus tekankan
ujung tongkat ke tanah dan serentak tubuhnyapun
melambung beberapa tombak lalu hinggap pada batang dahan
yang besar. Oh Sunpun menyusulnya. Dengan dua tiga kali jungkir balik
di udara, tokoh kesatu dari partai Jiong pang atau Kay pang
utara itu, sudah berdiri dipuncak paling tinggi.
"Bangsat !" tiba2 Oh Sun berteriak kaget.'l monyet itu
sudah berada di pohon sebelah !"
Ternyata mata ketua Jiong-pang itu amat tajam. Serentak
ia melihat sebuah benda hitam berkelebat melayang ke lain
pohon yang berada dua tombak disebelah pohon tempat ia
berada ! Oh Sun melayang turun, hinggap pada batang di sebelah
bawah lalu ayunkan tubuh melayang ke pohon yang tumbuh
di samping. Kaki-satu Hong Luipun menggeram. Ia enjot tubuh
menyusul. Tetapi selekas kedua orang itu hinggap pada pohon
sebelah, monyet hitampun sudah pindah ke lain pohon lagi.
Demikian terjadi kejar mengejar antara dua tokoh partai
Jembel dengan seekor kera hitam yang membawa sebatang
pedang pusaka. 'Sute, cobalah engkau kejar. Aku akan menunggunya disini"
bisik Oh Sun. Kaki-satu Hong Lui menurut. Dengan gerak sepesat
anakpanah meluncur, ia loncat ke pohon tempat si monyet
bersembunyi. Setelah terjadi saling kejar mengejar beberapa
saat, monyet itu agak bingung, la kembali loncat pada pohon
yang pertama lagi. Tetapi pada saat ia tengah meluncur, dua batang golok Liuyap
to telah melayang ke arahnya.
Monyet itu terkejut. Untung dia pun pandai main silat.
Dengan sebuah gerak jungkir balik yang indah, ia berhasil
menyelamatkan diri dari golok Liu-yap-to yang ganas. Tetapi
pada saat itu pula, sebatang liu-yap to telah meluncur dalam
laju yang luar biasa cepatnya, mengarah tangannya.
Monyet hitam terkejut. Dlluar kesadaran, ia lepaskan
pedang pusaka dan berjungkir balik untuk menyelamatkan
tangannya. "Crek ...." pedang jatuh menancap di tanah. Dengan girang
Oh Sun dan Hong Lui terus berhamburan melayang dari
puncak pohon yang tinggi. Keduanya tak mempeduhkan lagi
kepada monyet hitam. Tetapi sebelum mereka mendarat di tanah, 'kekonyongkonyong
Oh Sun menjerit kaget : "Hai, anjing keparat itu....."
Dan selekas tiba di tanah, ia terus loncat kemuka.
Ternyata begitu pedang jatuh ke tanah, si Kuning anjing
kawan monyet hitam, sudah menerkam, menggigit tangkai
pedang lalu dibawanya lari menuruni lembah.....
Oh Sun dan Hong Lui berkaok-kaok seperti orang yang
kebakaran jenggot. Mereka mengejar ke bawah lembah.
Lembah itu sebuah lembah yang curam, penuh ditumbuhi
paku yang licin. Si Kuning dengan lincah dan gesit menyusup
diantara gundukan batu, makin lama makin jauh ke bawah.
Walaupun memiliki ilmu gin-kang atau ilmu meringankantubuh
yang tinggi, tetapi Oh Sun terpaksa harus hati2.
Demikian pula dengan si Kaki satu Hong Lui. Walaupun ia
dapat berjalan melonjak-lonjak dengan tongkatnya, tetapi
karena tanah amat licin, terpaksa ia harus hati2 dan tak dapat
mengejar dengan cepat. Dalam beberapa kejab mereka telah kehilangan jejak anjing
itu. Anjing Kuning itu telah menyusup kedalam rimba karang
yang berserakan memenuhi dasar lembah itu.
Namun kedua tokoh Jiong-pang itu tetap ngotot mengejar
sampai ke dasar lembah. Keduanya amat gemas dan marah
sekali ketika tak menemukan anjing itu. Anjing itu seolah-olah
telan menghilang. Setelah beberapa saat mencari kian kemari tanpa
hasil, akhirnya mereka terpaksa naik ke atas lagi.
Di atas lembah telah menunggu anakbuah Jiong-pang. Kemudian mereka beramai-ramai kembali hendak membuat perhitungan dengan rombongan Blo'on. Tetapi alangkah kejut mereka ketika rombongan orang2 aneh itu sudah tak
tampak. Dan makin kejut pula mereka ketika melihat si Katai pemalas Na Kok-kong dan
Jembel-gemuk Auya Hok diikat tubuhnya dan mulutnyapun
disumbat dengan kain. Oh Sin merah padam mukanya Sedang si Kaki satu Hong
Lui melonjak lonjak seperti orang kalap.
"Celaka, celaka !" ia berteriak-teriak, "kita telah
dipermainkan oleh gerombolan manusia gila". Habis berkata ia
terus ayun tubuh loncat ka muka.
"Ji-te, tunggu l'* teriak Oh Sun mencegah, "hendak kemana
engkau?" "Mengejar dan menghajar manusia2 gila itu," sahut Hong
Lui seraya hentikan gerakannya.
"Hm, boleh," kata Oh San," tetapi tak perlu terburu nafsu.
Kita tolong kedua sute kita dulu dan menanyakan
keterangannya. Eh, kemana sam sute ?"
Anakbuah Jiong-pang terkejut. Tadi mereka menyusul Oh
Sun kelembah dan tinggalkan ketiga pemimpin mereka yang
lain itu. Jelas To Hoan Na Kok-kong dan Auyang Hok masih
berada di-situ menghadapi rombongan Blo'on. Mengapa kini
yang dua diikat dan yang seorang tidak tampak.
"Lekas bilang," bentak si Kaki-satu Hong Lui yang cepat
marah. "Maaf, ji-ya," seru mereka serempak, "kami sekalian telah
menyusul pangcu ke lembah dan tak tahu apa yang telah
terjadi disini. Terapi jelas ketika kami pergi, sam ya, su-ya dan
ngo-ya masih berada disini."
"Hmm, manusia2 tak berguna, "Hong Lui menggeram.
"Ji sute, tolonglah si sute dan ngo-sute," Oh Sun yang
kuatir Hong Lui akan naik pitam terhadap anakbuahnya.
Ternyata Na Kok-kong dan Auyang Hok lelah tertutuk
jalandarahnya. Setelah dibuka tali ikatan dan jalandarahnya
yang tertutuk, kedua tokoh Jiong-pang itu terus loncat dan
lari. "Berhenti, sute," Hong Lui cepat loncat hadangkan
tongkatnya, "mau kemana sute ini "'
"Menghajar rombongan bangsat itu!" teriak Na -Kok-kong.
"Nanti dulu", cegah Hong Lui pula, "ceritakan dulu apa yang
telah terjadi disini ?"
"Ketika aku sedang bersemedhi untuk menyalurkan darahku
yang bergolak karena menghantam daging benjol di punggung
kakek bungkuk tadi.'' demikian Na Kok-kong mulai menutur.
"tiba2 tubuhku dicengkam dari belakang, mulutku" disumbat
kain dan lambungkupun di tutuk. Bangsat2 itu memang licik,
harus kubunuh." Jembel-gemuk Auyang Hok pun mengalami nasib serupa. Ia
ditubruk kakek Lo Kun sehingga takdapat berkutik. Belum
sempat berteriak, mulutnya sudah disumbat oleh Blo'on
dengan kain, lalu tubuhnya diikat kencang2 dengan tali. Dan
terakhir mereka lalu menutuk lambungnya sehingga ia tak
dapat bergerak. Tiba2 Na Kok-kong berteriak keras dan terus lari.
Hong Lui tercengang. Sebelum ia sempat bertindak, Pat-pi
sin-git Oh Sun sudah loncat menarik baju Na Kok-kong.
"Si-sute," seru ketua Kaypang utara itu, "hendak kamana
engkau ?" "Sam ko To Hoan.....," sahut Na Kok kong, "dia tentu
dibawa oleh rombongan bangsat itu !".
"Hai !" teriak Oh Sun terkejut sekali. Memang ia tak melihat
To Hoan tokoh nomor tiga dari Jiong-pang bergelar Jembeliblistertawa berada ditempat situ.
"Apakah sam-sute juga dikalahkan ?" teriak ketua Kay pang
utara sesaat kemudian. "Entahlah," sahut Na Kok-kong, "karena saat itu aku sedang
disiksa oleh mereka ... "
"Jahanam, hayo kita kejar!" teriak Oh Sun.
Demikian rombongan anakbuah Jiong pang dan keempat
pemimpin mereka, segera berangkat melakukan pengejaran
ke arah utara. Ketika hendak memasuki sebuah hutan mereka terkejut
karena melihat seorang pederi gundul duduk bersandar pada
sebatang pohon. "Paderi, apakah engkau melihat dua orang kakek dan dua
orang pemuda jalan disini ?" tegur Hong Lui seraya
menghampiri ketempat paderi muda itu.
Paderi itu tak menyahut melainkan delikan mata kepada
Hong Lui. Sikaki satu Hong Lui terkesiap. Belum ia sempat membuka
mulut, seorang anakbuah Jiong-pang maju dan membentak :
"Paderi. jangan kurang ajar terhadap ji-pangcu kami!"
Tetapi paderi itu malah beralih deliki mata kepada orang
itu. "Apa" Engkau berani memandang aku begitu bengis ?"
tiba2 anakbuah Jiong-pang itu membentak seraya terus
menampar mulut si paderi. Plak.....
Paderi itu memberingas. Biji matanya merah seperti darah.
Tetapi entah bagaimana dia tak dapat bicara apa2.
"Hai, apa dia bukan sara-suko," tiba2 Pengemis-gemuk
Auyang Hok berteriak seraya maju menghampiri.
"Ah, benar, sam suko," seru Auyang Hok lalu cepat2
menolong, "ah, sam suko kena di tutuk jalan-darahnya. Dia
tak dapat berkutik dan bicara ....."
Berulang kali Pengemis gemuk itu menutuk jalandarah
tokoh ketiga dari Jiong-pang yakni Pengemis iblis-tertawa To
Hoan, Tetapi tetap tak mampu membukanya.
"Hai, aneh, aneh.....," ia menggumam, "mengapa sam suko
tak dapat terbebas ?"
Hong Lui menghampiri, memeriksa sejenak lalu berkata:
"Dia terkena ilmu tutukan yang mengunakan ilmu Ciong jiu
hwat (tangan keras). Harus menggunakan waktu agak lama
......." Namun tokoh kedua dari Jiong-pang itupun gagal untuk
membuka jalandarah dari To Hoan. "Bagaimana ji-te," tegur
Oh Sun. "Aneh," gumam si Kaki-satu Hong Lui "mengapa tak juga
terbuka jalandarah sam sute ini."
Oh Sun terkejut. Ia tahu bahwa dalam ilmu tutukan, ji-te
atau adik kedua, Hong Lui itu ahli sekali. Kalau seorang seperti
Hong Lui tak mampu, Oh Sun beralasan untuk terkejut. Ia
kuatir juga tak mampu. Dan jika ia tak mampu, ia malu
kepada anakbuah Jiong-pang.
Setelah memeriksa sebentar, ia berkata : "Bawa sam-sute
pulang. Nanti kita usahakan pertolongan.
Demikian rombongan Jiong-pang itu terpaksa berangkat
pulang dengan membawa Pengemis ibiis-tertawa To Hoan


Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yung masih tertutuk jalan darahnya. Oleh karena itu To Hoan
tak dapat memberi keterangan apa2.
Diam2 Oh Sun menimang. Jika menilik rombongan kakek
gila dan pemuda tolol tadi, tak mungkin mereka memiliki
kepandaian menutuk jalan-darah yang sedemikian aneh. Ia
duga, tentu muncul seorang sakti yang mempermainkan ToHoan. Lebih baik tunggu sampai To Hoan bebas baru
mengatur langkah lagi. Sungai Kuning. Hari baru saja terang tanah. Fajarpun mulai menyingsing.
Mentari pagi pada musim semi memancarkan sinarnya yang
keemas-emasan. Namun rupanya kabut malam yang
menyelubungi tanah pegunungan masih enggan untuk
berpisah dengan pohon2 penghuni hutan. Mereka seolah
hendak menghalangi kedatangan sinar mentari pagi.
Dalam keremangan sinar mentari berselubung kabut itulah
tampak empat sosok tubuh berjalan menyusur jalan. Yang dua
orang, pendek dan terhuyung langkah. Dan yang dua orang,
kurus dan semampai. Salah seorarrg dari orang yang bertubuh
kurus itu seperti mempunyai tanduk pada kepalanya. Lebih
aneh pula, kedua bahu orang itu seperti tumbuh dua buah
benda hitam. Siapakah gerangan mereka "
Ah, kiranya pembaca tentu segera dapat menebak siapakah
mereka itu. Ya, benar, memang keempat orang itu bukan lain
yalah sahabat kita si B'o'on dengan kedua kakek Lo Kun,
Kerbau Putih dan pemuda Liok.
Blo'on mendongkol karena orang2 Kay-pang utara yang
mengajaknya berkelahi itu tiba2 pergi meninggalkannya. Oh
Sun, ketua Kay pang utara, mengejar monyet hitam kedalam
hutan. Anak buah Kay-pang utara atau Jiong-pang, pun segera
menyusul ketuanya. Katak-pemalas Na Kok-kong dan Jembel gemuk Auyang
Hok sedang duduk pejamkan mata menyalurkan tenaga-dalam
untuk menenangkan darahnya yang bergolak.
Yang ada tinggal Jembel-iblis-tertawa To Hoan karena
masih bertempur dengan pemuda Liok.
"Gila." teriak Blo'on, "mengapa mereka ngacir semua ?"
"Kejar!" seru kakek Lo Kun hendak ayunkan langkah.
"Kejar siapa ?" cepat Blo'on maju menghadang.
'Lho, tentu saja orang* itu tadi -Mereka hendak merampas
pedang yang dibawa lari si Hitam."
"Ha, ha, ha....." tiba2 Blo'on tertawa.
Kakek Lo Kun melongo. "Eh, mengapa engkau tertawa !" Apakah aku lucu ?"
teriaknya. "Ya, kakek memang lucu," sahut Blo'on, "tetapi aku tak
tertawa." Lo Kun kerutkan dahi : "Lalu mengapa engkau tertawa ?"
"Aku teringat pada tingkah laku orang tadi. Dia begitu
gugup setengah mati karena pedang tadi digondol si Hitam.
Teiapi monyet itu memang pintar sekali. Tak mungkin dia
dapat mengejarnya, ha, ha .... "
"Kalau begitu, aku tak perlu mengejar ?" tanya Lo Kun.
"Sudah tentu tak perlu, kecuali engkau memang hendak
berlatih ilmu lari," kata Blo'on.
Lo Kun bersungut-sungut : "Ho, anak Blo'on, beberapa hari
be!akangan ini kulihat engkau makin pintar tetapi pun makin
tak keruan. Apakah kepalamu masih sakit ?"
"Kepalaku " Siapa bilang aku sakit kepala?"
"Bukankah engkau mengatakan sendiri, dan engkau
katanya hendak mencari otak naga untuk obatnya?" seru Lo
Kun. "Aih aku mengatakan begitu " Eh, benar, benar, aku
memang ingin cari obat pengganti otakku yang kosong ini,"
kata Blo'on sambil mengelus elus gundulnya.
"Hai, apa apaan kalian !" tiba2 kakek Kerbau Putih
berteriak," mengapa omong tak keruan " Bukankah si Liok
sedang diserang orang. Tuh, lihat. dia sibuk menghadapi
lawannya !" Memang saat itu pemuda Liok sibuk sekali menghadapi
serangan Iblis-tertawa To Hoan. Pemuda yang berwajah cakap
dan berkulit halus serta bertubuh semampai itu, dengan
sepenuh tenaganya telah mencurahkan kepandaiannya.
Namun ia tetapi terdesak oleh lingkaran serangan To Hoan
yang juga menggunakan senjata tongkat besi.
Pemuda Liok curahkan ilmupedang Tui-hong kiam atau
Pedang-pemburu-angin. Pedangnya menyambar-nyambar
laksana kilat dan mrnderu-deru bagaikan badai.
Namun tongkat To Hoanpun tak kalah dahsyatnya. Tongkat
itu berkelebat naik turun laksana seekor naga bergeliatan di
udara. Kui gok-ciang atau Tongkat-iblis-menangis, demikian
nama tongkat dan ilmu permainan yang digunakan tokoh
ketiga dari partai Kay-pang utara itu.
"Apa apaan engkau ?" teriak kakek Lo Kun, "si Liok masih
cukup kuat untuk menahan lawan. Yang penting kita ringkus
dulu kedua orang yang sedang duduk diam itu. Kalau mereka
bargun wah, runyam. Tentu dapat membantu kawannya."
Tanpa menunggu jawaban, kakek Lo Kun terus
menghampiri ketempat Auyang Hok. Secpat kilat ia menubruk
tubuh Jembel gemuk itu sekuat dan mengikatnya kuat2
sehingga Auyang Hok hampir tak dapat bernapas.
Melihat itu kakek Kerbau Putih pun terus lari ketempat
Katak-pemalas Na Kok-kong dan tubruknya.
Tepat pada saat itu, terjadilah detik2 yang menentukan.
Karena terdesak dan hampir terancam bahaya dengan nekad
pemuda Liok segera taburkan pedangnya kemuka orang.
"Mampus engkau !" teriaknya. Tetapi teriakan itu sudah
jauh kumandangnya karena pemuda Liok itu sudah loncat lari.
To Hoan terkejut. Untung ia masih dapat miringkan tubuh ke
samping. Cret, pedang melayang di sisinya dan hanya berhasil
memapas segumpal rambut. Sekalipun begitu, sebagai
seorang tokoh pimpinan partai Jiong-pang, To Hoan marah
sekali. "Hai, hendak lari kemana engkau bangsat cilik!" serunya
terus loncat mengejar. Serentak pada saat itu, kakek Lo Kun yang sedang
memeluk tubuh Auyang Hok, segera berteriak : "Hai, Blo'on,
lekas ikat tubuh babi gemuk ini".
Saat itu To Hoan sudah berpuluh tombak larinya. Ia terkejut
ketika mendengar teriakan kakek Lo Kun. Tetapi ia
memutuskan, lebih dulu membunuh pemuda Liok baru
kemudian kembali lagi untuk menolong Auyang Hok dan Na
Kok-kong. Demikian Blo'onlah yang mengikat tubuh kedua pemimpin
Kay-pang utara itu lalu menyumpal mulutnya dengan kain
yang dirobeknya baju kedua orang itu.
Auyang Hok dan Na Kok kong marah sekali. Dengan sekuat
tenaga mereka meronta-ronta
"Kurang ajar, babi gemuk" bentak Lo Kun, "aku takkan
menyembelihmu, hanya suruh engkau tidur saja. Mengapa
engkau hendak berontak ?"
Karena mulut tersumbat kain, Auyang tak dapat berteriak.
Ia hanya dapat meronta makin keras.
Melihat itu Lo Kun jengkel sekali.
"Babi gemuk, engkau memang tak dapat perbaiki. Huh,
patutnya engkau disembelih saja," kata Lo Kun seraya terus
mencabut pedang dari pinggang Auyang Hok.
"Hai, kakek Lo Kun, hendak engkau apakan orang itu ?"
teriak B'o'on terkejut. "Menyembelih babi," sahut Lo Kun seraya mencekal leher
Auyang Hok dengan tangan kiri dan tangan kanan yang
memegang pedang hendak digorokkan.
"Jangan, kakek Lo Kun," seru Blo'on seraya rnenarik baju
kakek linglung itu, "dia bukan babi tetapi seorang manusia.
Apa engkau doyan makan daging manusia ?"
"Siapa bilang aku suka makan daging manusia," bantah Lo
Kun, "dagingnya nanti kita berikan pada si Kuning atau si
Hitam atau si Bagus. Terhadap ketiga binatang piaraan Blo'on, mereka telah
bersepakat untuk memberi nama. Karena anjing itu berbulu
kuning maka diberi nama si Kuning, karena hitam, maka
monyet itu dinamakan si Hitam. Sedang burung rajawali yang
bulunya mengkilap indah, mereka memberi nama sebagai si
Bagus. "Tidak sudi," teriak Blo'on," si Kuning tak doyan daging
manusia, si Hitam suka makan buah buah segar dan si Bagus
hanya gemar makan daging kambing. Dan jangan sekali kali
engkau, berani memberi mereka makan daging manusia.
Kalau mereka biasa makan daging manusia, kalau lapar, kita
kan bisa dimakan mereka nanti !"
Auyang Hok pucat wajahnya ketika lehernya hendak
digorok oleh Lo Kun. Untung karena dicegah Blo'on, kakek itu
tak jadi menyembelihnya. Sebagai seorang pemimpin Kaypang
yang biasanya mendapat penghormatan dari
anakbuahnya, sudah tentu dia tak kuat menahan hinaan yang
diderita saat itu dari seorang kakek limbung. la maronta-ronta
dan memandang kakek Lo Kun dengan mata berapi api.
Dalam pada itu Na Kok-kongpun tak kurang marahnya, la
Pendekar Lembah Naga 8 Panji Sakti (jit Goat Seng Sim Ki) Panji Hati Suci Matahari Bulan Karya Khu Lung Seruling Samber Nyawa 8

Cari Blog Ini