Ceritasilat Novel Online

Pendekar Pemanah Rajawali 18

Pendekar Pemanah Rajawali Sia Tiauw Eng Hiong Karya Jin Yong Bagian 18


"A Heng" itu ialah nama kecil dari Oey Hujin, istri yang Oey Yok Su sangat mencintainya. Nama itu, sekalipun Oey Yong gadisnya, tidak mendapat tahu.
Orang banyak heran melihat sikapnya tocu dari Tho Hoa To ini, air mukanya berubah, air matanya
mengembang, dan entah apa yang diucapkannya itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Cuma sebentar Oey Yok Su berada dalam keadaan yang luar biasa itu, mendadak ia kembali pada dirinya sendiri. Sekarang ia seperti bermuram durja. Ia mengibaskan tangannya, terus ia menanya Kwee
Ceng dengan suara keras, sikapnya bengis: "Apakah kitab Kiu Im Cin-keng yang lenyap di tangannya Bwee Taiuw Hong terjatuh ke dalam tanganmu"!"
Kwee Ceng terkejut, hatinya pun ciut.
"Tee"teecu tidak mengetahui kitabnya Bwee Cianpwee itu terlenyap di mana"." sahutnya guup, suaranya tak lancar. "Jikalau aku mendapat tahu, pasti sekali aku suka membantu mencarinya, untuk dibayar pulang kepada tocu?"
Oey Yok Su mengawasi wajah orang dengan tajam, pada itu ia tidak nampak kepalsuan, maka itu maulah ia percaya orang tidak berdusta. Karenanya ia jadi mau percaya juga yang istrinya, dari dalam alam baka, sudah mewariskannya kepada pemuda ini.
"Baiklah, saudara Cit dan saudara Hong!" katanya kemudian, suaranya terang, "Inilah baba mantu pilihannya istriku almarhum, maka itu sekarang aku tidak dapat membilang apa-apa lagi. Anak, aku menjodohkan Yong-jie kepadamu, kau haruslah
memperlakukan dia baik-baik. Yonng-jie telah
termanjakan olehku, dari itu haruslah kau suka mengalah tiga bagian"."
Oey Yong girang bukan kepalang. Ia lantas saja
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tertawa. Sama sekali ia tidak menjadi likat karena keputusan itu.
"Ayah, bukankah aku satu anak baik?" ia berkata.
"Siapa yang bilang aku telah termanjakan olehmu?"
Kwee Ceng benar tolol tetapi kali ini, tanpa menanti tanda pengajaran dari Oey Yong, sudah lantas ia menekuk lutut di hadapannya Oey Yok Su, untuk paykui empat kali seraya ia memanggil: "Gakhu Tayjin!" Tapi, belum sempat ia berbangkit, tiba-tiba Auwyang Kongcu membentak: "Tahan dulu!"
Ang Cit Kong girang bukan main, ia sampai ternganga, tetapi ketika ia mendengar suaranya Auwyang Kongcu, ia dapat berbicara.
"Apa"!" dia tanya. "Apakah kau belum juga menyerah?"
"Apa yang dibacakan saudara Kwee barusan jauh terlebih banyak daripada isinya kitab ini," berkata Auwyang Kongcu. Ia pun rupanya menginsyafi itu.
"Mestinya ia telah mendapatkan Kiu Im Cin-keng yang asli! Aku yang muda hendak membesarkan nyali, hendak aku menggeledah tubuhnya!"
"Oey Tocu sudah selesai menjodohkan putrinya, perlu apa kau menimbulkan kerewelan baru"!" Ang Cit Kong menegur. "Kau dengar apa kata pamanmu barusan?"
Matanya Auwyang Hong terbalik.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aku Auwyang Hong, mana dapat aku diakali orang?"
dia berkata dengan nyaring. Ia mau percaya tuduhan keponakannya dan merasa pasti di tubuhnya Kwee Ceng ada kitab "Kiu Im Cin-keng" yang asli, bahkan sekejap itu ingin ia merampas kitab itu, hingga ia melupakan yang Oey Yok Su sudah memutuskan
pilihan baba mantunya itu.
Kwee Ceng tidak takut digeledah, mana dia lantas meloloskan ikat pinggangnya.
"Auwyang Cianpwee, silahkan kau periksa!" ia menantang, ia berserah diri. Ia pun terus mengasih keluar segala isi sakunya, yang mana ia letaki di atas batu.
Auwyang Hong mellihat semua barang itu adalah uang perak, sapu tangan, batu api dan lainnya, tidak ada kitab, maka ia mengulurkan tangannya ke tubuh si anak muda.
Oey Yok Su kenal baik si See Tok yang sangat licik dan telangas, yang di dalam murkanya yang sangat dapat menurunkan tangan jahat. Kalau si Bisa dari Barat ini keburu menurunkan tangan, walaupun ia lihay, tidak nanti ia dapat mengobati menantunya itu.
Maka hendak ia mencegah. Sambil batuk-batuk ia lonjorkan tangannya yang kiri, diletaki di tulang punggung Auwyang Kongcu. Itulah tulang paling penting pada tubuh manusia, asal Tong Shia
menurunkan tangannya yang lihay, habis sudah tulang itu, terbinasalah Auwyang Kongcu di situ juga.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ang Cit Kong dapat melihat sepak terjangnya Oey Yok Su, ia dapat menduga maksud orang, ia tertawa di dalam hatinya. Pikirnya: "Oey Lao Shia benar-benar sangat memihak! Sekarang ia menyayangi baba
mantunya, dia lantas melindungi muridku yang tolol ini"."
Sebenarnya juga Auwyang Hong berniat menggunai pukulan kodoknya akan menghajar dengan meraba perutnya Kwee Ceng. Asal ia dapat menekan perut itu, selang tiga tahun, Kwee Ceng bakal dapat sakit dan akan mati karenanya. Tapi ia bermata awas, ia dapat melihat penjagaannya Oey Yok Su itu, lantas ia membatalkan niatnya itu. Ia menggeledah tubuh Kwee Ceng, ia tidak mendapatkan lainnya barang. Ia berdiam sesaat. Ia tidak mempercayai almarhum Oey Hujin benar-benar mewariskan kitab itu dari alam baka, untuk memilih menantunya. Setelah itu, ia dapat memikir lainnya lagi.
"Anak ini tolol, memang tak mungkin ia mendusta.
Kalau aku menanya padany, mungkin sekali ia akan memberikan keterangannya yang sebenarnya?"
Maka ia gerakilah tongkat ularnya, hingga gelang emasnya berbunyi berkontrang, hingga dua ekor ularnya melilit-lilit.
Menampak itu, Kwee Ceng dan Oey Yong mundur
bersama. "Kwee Sieheng," Auwyang Hong menanya, suaranya tajam, "Dari manakah kau mempelajarinya isi kitab Kiu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Im Cin-keng ini?" "Aku ketahui tentang sejilid kitab Kiu Im Cin-keng akan tetapi belum pernah aku melihatnya," menyahut Kwee Ceng, jujur. "Kitab bagian atas ada pada Toako Ciu Pek Thong?"
Ang Cit Kong heran hingga ia menyelak.
"Eh, eh, mengapa kau panggil toako kepada Pek Thong?" ia menanya.
"Ciu Toako telah mengangkat saudara dengan teecu,"
Kwee Ceng menyahut, kembali dengan sejujurnya.
"Yang satu tua bangka, yang lain muda belia, sungguh edan!" tertawa Ang Cit Kong. "Kacaulah aturan peradatan!"
"Kitab bagian bawah?" Auwyang Hong tanya pula.
"Kitab itu telah dibikin lenyap di telaga Thay Ouw, oleh Suci Bwee Tiauw Hong," Kwee Ceng menyahut pula.
"Sekarang Bwee Suci sedang dititahkan gakhu untuk mencari kitab itu. Aku telah memikir, setelah memberitahukan kepada gakhu, ingin aku pergi untuk membantu mencari."
Dengan keponakannya, Auwyang Hong saling
memandang. "Kau belum pernah melihat Kiu Im Cin-keng, cara bagaimana kau dapat membacanya di luar kepala?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tanya pula Auwyang Hong, kali ini dengan bengis.
"Apakah yang aku baca barusan itu Kiu Im Cin-keng?"
Kwee Ceng balik menanya. "Tidak, tidak bisa jadi!
Itulah Ciu Toako yang mengajari aku menghapalnya!"
Diam-diam Oey Yok Su menghela napas, kelihatannya ia putus asa.
"Inilah seperti bicaranya hantu atau malaikat, sungguh sangat samar," pikirnya. "Rupanya benar anakku berjodoh dengan bocah ini, maka segala-galanya terjadi secara kebetulan sekali."
Selagi Tong Shia heran, Auwyang Hong menlanjuti pertanyaannya.
"Sekarang ini di mana adanya Ciu Pek Thong?"
demikian tanyanya. Kwee Ceng hendak memberikan penyahutannya,
ketika mertuanya memotong: "Anak Ceng, tidak usah kau banyak omong." Kemudian si Sesat dari Timur ini berpaling kepada Auwyang Hong untuk mengatakan
"Inilah urusan tidak berarti, buat apa dibicarakan panjang-panjang" Saudara Hong, saudara Cit, kita sudah duapuluh tahun tidak bertemu, marilah di pulauku ini kita minum puas-puas selama tiga hari!"
Oey Yong pun segera berkata: "Cit Kong-kong, nanti aku memasaki kau beberapa rupa sayuran! Bunga teratai di sini bagus sekali, jikalau lembaran bunga itu dimasak ayam tim campur lengkak segar dan daun
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
teratai, pastilah rasanya lezat sekali! Dan kau tentulah akan sangat menyukainya!"
Ang Cit Kong tertawa lebar.
"Sekarang telah tercapailah maksud hatimu!" katanya.
"Lihat, bagaimana girangmu!"
Digoda begitu, Oey Yong tertawa.
"Cit Kong-kong, Auwyang Pepe, dan kau Auwyang Sieheng, silahkan!" ia lantas mengundang. Ia membawa sikap manis terhadap mereka semua, tak terkecuali Auwyang Kongcu.
Auwyang Hong menjura terhadap Oey Yok Su.
"Saudara Yok, aku menerima baik kebaikan hati kau ini," ia berkata. "Saudara, di sini saja kita berpisahan"."
"Saudara Hong," menyahut si tuan rumah, "Kau datang dari tempat yang jauh dan aku belum lagi melakukan kewajibanku sebagai sahabat, mana bisa enak
hatiku?" Sama sekali tidak ada niatnya Auwyang Hong,
berdiam lebih lama lagi, karena ia telah putus asa.
Sebenarnya ia datang bukan melulu untuk jodoh keponakannya itu, lebih daripada itu, hendak ia sesudah pernikahannya sang keponakan, bekerja sama Oey Yok Su mencari Kiu Im Cin-keng, kitab ajaib itu. Tidak demikian, sebagai ketua suatu partai, mana
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sudi ia sembarang menaruh kaki di Tionggoan"
Pernikahan sudah gagal, ia pun lenyap harapannya, ia menjadi sangat tawar hatinya. Tetapi Auwyang
Kongcu, si keponakan berpikir lain.
"Paman," katanya Auwyang Kongcu, "Keponakanmu tidak punya guna, ia membikin kau malu, tetapi Oey Peehu telah menjanjikannya hendak mengajari
keponakanmu semacam ilmu kepandaian"."
Auwyang Hong mengasih dengar suara "Hm!" Ia ketahui dengan baik belumlah padam cintanya si keponakan ini terhadap Oey Yong, maka juga si keponakan masih hendak mencari ketika untuk bisa terus berdekatan dengan nona itu. Alasan belajar ini adalah alasan yang paling baik. Si keponakan menjadi mungkin mendapat ketika akan merayu-rayu hati Oey Yong hingga si nona akhirnya terjatuh juga ke dalam pelukannya"."
Oey Yok Su dilain pihak jug atidak puas hatinya. Ia telah memberikan janjinya itu karena ia percaya pasti Auwyang Kongcu bakal lulus, maka hendak ia
menurunkan semacam pelajaran kepada Kwee Ceng, siapa tahu kesudahannya adalah kebalikannya
dugaannya itu, ialah Auwyang Kongcu yang jatuh.
"Auwyang Sieheng," ia lantas berkata, "Kepandaian pamanmu adalah yang terlihay di kolong langit ini, tidak ada lain orang yang dapat menandanginya, karena ini adalah warisan keluargamu sebenarnya tak usah kau mencari dari lain kaum. Hanya apa yang dinamakan Co-to Pang-bun, yaitu ilmu golongan kiri
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
atau sampingan, aku si tua masih juga
mempunyakannya sedikit, maka jikalau sieheng tidak mencelanya, yang mana saja yang aku mengerti, suka aku mengajarkannya padamu."
Auwyang Kongcu sudah lantas berpikir; "Hendak aku memilih yang paling lama dipelajarinya, yang paling meminta waktu. Tocu ini kabarnya mengerti ilmu Ngo-heng Ki-bun, baiklah aku minta ilmu itu yang tak keduanya dikolong langit ini, yang tentunya tak habis dipelajari dalam sehari semalam"." Maka ia lantas menjura dan berkata: "Keponakanmu mengagumi ilmu Ngo-heng Ki-bun dari peehu, maka itu aku mohon kebaikan budi peehu untuk mengajari saja aku ilmu itu."
Oey Yok Su berdiam, tidak lantas ia menjawab. Ia merasa sulit. Ngo-heng Ki-bun itulah kepandaiannya yang paling utama, sekalipun kepada putrinya belum ia mewariskannya, maka itu cara bagaimana dapat ia menurunkannya kepada orang luar" Tetapia ia sudah mengeluarkan kata-katanya, tak dapat ia menyesal atau menarik pulang. Maka kemudian menyahutlah ia:
"Ilmu Ki-bun itu menggenggam banyak sekali, kau hendak mempelajari yang mana satu?"
Auwyang Kongcu cuma mengutamakan dapat tinggal selama mungkin di pulau Tho Hoa To ini, maka itu ia menjawab; "Keponakanmu melihat jalanan di Tho Hoa To ini sangat berliku-liku, pepohonannya pun lebat sekali, aku menjadi sangat menganguminya, maka itu aku mohon peehu sukalah memperkenankan aku
tinggal di sini untuk beberapa bulan. Dengan begitu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
maka keponakanmu jadi dapat ketika untuk belajar dengan sabar."
Mendengar itu, air mukanya Oey Yok Su berubah. Ia segera melirik kepada Auwyang Hong. Di dalam
hatinya, ia berpikir; "Jadinya kau hendak menyelidiki rahasianya pulauku ini! Sebenarnya, apakah maksud kamu?"
Auwyang Hong sangat cerdik, mengertilah ia sudah akan keragu-raguannya tuan rumah itu. Maka lantas ia menegur keponakannya: "Kau sungguh tidak tahu tingginya langit dan tebalnya bumi! Tho Hoa To ini tercipta setelah peehumu menghabiskan hati dan darahnya, pulau ini teratur begini sempurna, bahwa orang luar tidak berani menyerbunya semua
mengandal kepada lihaynya ini, dari itu mana dapat peehumu membebernya kepada kau?"
Oey Yok Su tahu orang menyindir, dengan dingin ia berkata: "Walaupun Tho Hoa To ada hanya sebuah bukit yang gundul, orang di kolong langit ini belum tentu ada yang sanggup mendatanginya untuk
membikin celaka pada aku Oey Yok Su!"
Auwyang Hong tertawa. "Aku kesalahan omong, saudara Yok, maaf!" ia memohon.
"Hai, saudara Racun, saudara Racun!" Ang Cit Kong tertawa dan turut berbicara. "Akalmu ini akal memancing kemarahan orang, kau menggunainya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dengan caramu yang kurang jujur!"
Oey Yok Su seperti habis akal, ia selipkan seruling kumalanya di leher bajunya.
"Tuan-tuan, silahkan turut aku!" ia mengundang.
Maka itu berhentulah pembicaraan mereka.
Auwyang Kongcu ketahui tuan rumah murka, ia melirik kepada pamannya.
Auwyang Hong mengangguk, lalu ia bertindak
mengikuti tuan rumah. Yang lain-lainnya pun turut mengikutinya.
Jalanan berliku-liku, sekeluarnya dari rimba bambu itu, di depannya mereka terlihat sebuah pengempang teratai yang besar, yang bunga teratainya sedang mekar banyak, hingga di situ tersebarlah bau harum semerbak yang halus dari bunga yang indah dan bersih itu. Daun-daun teratai pun terampas luas dan lebar. Di tengah-tengah pengempang ada sebuah jalanan yang memotong untuk tiba di lain tepi, hingga dengan begitu pengempang itu menjadi terbelah dua.
Oey Yok Su berjalan di jalanan di tengah pengempang itu, ia memimpinnya orang banyak ke sebuah rumah yang nampak terawat rapi sekali, yang tiang-tiangnya terbuat dari batang-batang atau bongkol pohon cemara yang tak dibuangi babakannya hingga nampak jadi wajar. Di luar itu pun merambat pohon-pohon rotan yang beroyot. ketika itu ada di musim panas tetapi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berada di dalam rumah itu, semua orang mersakan adem.
Oey Yok Su mempersilahkan lebih jauh keempat
tetamunya masuk ke dalam kamar tulis dimana
bujangnya yang gagu segera menyuguhkan the, yang airnya berwarna hijau, tetapi setelah dihirup, teh itu dingin bagaikan salju, meresap hingga ke ulu hati.
Ang Cit Kong tertawa, ia berkata: "Orang bilang, sesudah tiga tahun menjadi pengemis, berpangkat pun dia tak sudi, tetapi, saudara Yok, jikalau aku dapat tinggal tiga tahun di dalam duniamu yang begini adem nyaman, menjadi pengemis pun tak sudilah aku!"
"Saudara Cit," menyahut Oey Yok Su, "Jikalau benar kau sudi tinggal untuk suatu waktu denganku di sini, supaya kita kakak beradik dapat minum arak dan mengobrol, itulah sungguh hal yang aku memintanya pun tidak dapat."
Ketarik hatinya Ang Cit Kong mendengar suara orang yang sungguh-sungguh itu.
Tetapi Auwyang Hong segera berkata; "Kamu kedua tuan, jikalau kau sampai tidak berkelahi, tak usah sampai dua bulan lamanya, pastilah kau berhasil menciptakan semacam ilmu pedang yang luar biasa gaib!"
"Ha, kau mengiri?" tanya Ang Cit Kong tertawa.
"Tapi aku bicara dari hal yang benar!" menyahut
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Auwyang Hong. Kembali Ang Cit Kong tertawa.
"Ini pun kata-katamu yang di hati lain di mulut lain!"
bilangnya. Dua orang ini tidak bermusuh besar tetapi mereka saling mendendam, di antaranya Auwyang Hong yang memikir dalam dan licik serta licik. Ang Cit Kong yang polos dan mulutnya terbuka, kalau Cit Kong tidak memikir sesuatu, See Tok sebaliknya menyimpan maksud, sebelum Ang Cit Kong mampus di tangannya, tak mau ia sudah. Hanya ia, karena liciknya, wajahnya ia tidak kentarakan sesuatu. Demikian kali ini, apapun yang Cit Kong bilang, ia mengganda tertawa.
Oey Yok Su sudah menekan pada suatu bagian dari mejanya itu, lalu terlihat di tembok sebelah barat ada sebuah gambar san-sui atau panorama gunung dan air yang bergerak naik sendirinya, setelah mana di situ lalu tertampak sebuah pintu rahasia. Ia mengulurkan tangannya ke dalam pintu itu, untuk menarik keluar segulung kertas. Ia mengusap-usap itu beberapa kali, kemudian ia memandang Auwyang Kongcu seraya
berkata: "Inilah peta lengkap dari Tho Hoa To. Di pulau ini ada jalanan rahasia, jalan keder menuruti jurus patkwa, dan semua itu tercatat di dalam peta ini, sekarang kau ambillah ini, untuk kau mempelajarinya dengan seksama."
Mendenagr itu, pemuda itu hilang harapannya. Yang ia harap adalah dapat tinggal lebih lama di Tho Hoa To,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
siapa tahu ia hanya diberikan sehelai peta pular. Ia merasa bahwa ia gagal, tetapi meski demikian, ia menjura untuk menyambuti peta itu.
Oey Yok Su tidak segera menyerahkan petanya itu.
"Tunggu dulu!" katanya.
Auwyang Kongcu melengak, ia menarik pulang
tangannya yang sudah diulur itu.
"Setelah kau mendapatkan peta ini," berkata Oey Yok Su, "Kau mesti pergi ke Lim-an, dimana kau mesti cari sebuah rumah penginapan atau kelenteng dimana kau dapat tinggal menumpang. Selang tiga bulan, aku nanti perintah orang untuk mengambil pulang. Peta ini cuma diingat dalam hati, aku larang kau membuat
salinannya!" Mendengar itu, di dalam hatinya, si pemuda berkata:
"Kau tidak mengijinkan aku tinggal di pulaumu ini, siapa sudi memperdulikan segala ilmu sesatmu itu"
Bagaimana dalam tempo tiga bulan aku dapat
menolongi kau menjagai kitabmu itu" Jikalau ada kerusakan atau kehilangan, siapa yang dapat
bertanggungjawab. Lebih baik aku tidak
mengerjalannya!" Hampir ia menampik, ketika mendadak sebuah pikiran lain masuk ke dalam
otaknya: "Dia kata hendak memerintah orang datang mengambilnya nantin, tentulah ia bakal mengutus gadisnya ini. Ini pun ada suatu ketika baik untuk berada dekat si nona"." Maka ia lantas mengubah pula pikirannya, terus ia mengulur pula tangannya,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menyambuti peta itu, yang ia masuki ke dalam
sakunya. Auwyang Hong segera mengangkat kedua tangannya, untuk pamitan.
Oey Yok Su tidak menahan lagi, malah ia segera mengantarkannya hingga di muka pintu.
"Saudara Berbisa," berkata Ang Cit Kong. "Lain tahun di akhir tahun kembali tiba saatnya perundingan ilmu pedang di gunung Hoa San, maka itu baik-baik saja kau memelihara dirimu, supaya nanti kita dapat bertempur secara hebat!"
Auwyang Hong menyahuti dengan tawar. Katanya:
"Menurut aku baiklah kita tidak usah saling berebut lagi! Sekarang ini pun sudah ada ketentuannya siapa yang bakal menjadi orang yang ilmu silatnya paling lihay di kolong langit ini!"
Bab 39. Perahu yang indah
"Eh, sudah ada orangnya?" menanya Ang Cit Kong heran. "Mungkinkah kau, saudara Beracun, sudah berhasil menciptakan semacam ilmu silat baru yang tak ada bandingannya lagi?"
Auwyang Hong tersenyum. "Apa sih kebisaan dan kebijakasaannya Auwyang Hong hingga dapat memperoleh gelaran orang yang ilmu silatnya nomor satu di kolong langit ini?" ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berkata, "Yang aku maksudkan ialah orang yang telah memberi pelajaran kepada Kwee Sieheng ini."
Mendengar itu, Ang Cit Kong tertawa.
"Adakah kau maksudkan aku si pengemis bangkotan"
Kalau benar, aku mesti memikir-mikirnya dulu!
Kepandaian saudara Yok bertambah sekian hari, kau sendiri, saudara Berbisa, kau juga makin gagah dan panjang umur, sedang Toan Hongya itu aku percaya dia juga tidak akan mensia-siakan kepandaiannya, maka aku rasa, tinggallah aku si pengemis yang terbelakang."
"Tetapi, saudara Cit," berkata Auwyang Hong pula, "Di antara orang-orang yang pernah memberi pelajaran kepada Kwee Sieheng belum pasti kaulah yang
terlihay".." "Apa"!" menegaskan Ang Cit Kong. Ia baru mengucap sepatah itu, atau Oey Yok Su sudah memotong; "Ah, apakah kau maksudkan Loo Boan Tong Ciu Pek
Thong si Bocah Bangkotan yang nakal?"
Pertanyaan ini diajukan kepada Auwyang Hong.
"Benar!" menyahut See Tok cepat. "Karena Loo Boan Tong sudah pandai ilmu Kiu Im Cin-keng, maka kita si Tong Shia, See Tok, Lam Tee dan Pak Kay, kita semua bukan lagi tandingan dia!"
"Hal itu belumlah pasti," berkata Tong Shia, "Kitab itu mati, ilmu silat itu hidup!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Senang See Tok mendengar perkataan tuan rumah.
Mulanya ia tidak puas, ialah ketika Tong Shia mencoba menyimpangi pertanyaannya kepada Kwee Ceng
tentang di mana adanya Ciu Pek Thong. Sekarang muncullah pula soalnya Ciu Pek Thong itu. Karena ia pandai bersandiwara, ia tidak menyatakan sesuatu pada wajahnya, bahkan sengaja dengan tawar ia kata;
"Ilmu silat Coan Cin Pay lihay sekali, kita semua pernah belajar kenal dengannya, maka kalau Loo oan Tong ditambah dengan Kiu Im Cin-keng, umpama kata Ong Tiong Yang hidup pula, belum tentu ia sanggup menandingi adik seperguruannya ini, jangan kata pula kita si segala tua bangka!"
"Mungkin Loo Boan Tong lihay melebihkan aku tetapi tidak nanti melebihkan kau, saudara Hong," berkata Oey Yok Su. Ia tidak mau menyebutnya "Saudara Beracun" seperti Ang Cit Kkong. "Inilah aku tahu pasti."
"Jangan kau merendah, saudara Yok," berkata See Tok. "Kita berdua adalah setengah kati sama dengan delapan tail. Kalau kau membilang seperti katamu barusan, maka teranglah ilmu silatnya Ciu Pek Thong tak dapat melampaui kau! Ini, aku khawatir".."
Ia lantas berhenti, kepalanya digelengka berulang-ulang.
Oey Yok Su bersenyum. "Lihat saja di Hoa San lain tahun!" katanya. "Di sana saudara Hong akan mengetahuinya sendiri!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Auwyang Hong mengawasi, ia mengasih lihat roman sungguh-sungguh.
"Saudara Yok, ilmu silatmu telah lama aku mengaguminya," katanya, "Akan tetapi jikalau kau bilang kau dapat mengalahkan Ciu Pek Thong,
sungguh aku sangsi. Jangan kau memandang enteng kepada si tua bangka berandalan itu?"
Biar bagaimana, Oey Yok Su kena dipancing panas hatinya oleh See Tok.
"Kau tahu, Loo Boan Tong berada di pulau Tho Hoa To ini!" katanya nyaring. "Sudah lima belas tahun lamanya aku mengurung dia!"
Mendengar itu, dua-dua Auwyang Hong dan Ang Cit Kong terperanjat. Hanya si Bisa dari Barat sudah lantas tertawa bergelak.
"Saudara Yok gemar sekali bergurau," katanya.
"Mari!" berkata Oey Yok Su yang tidak sudi berbicara lebih banyak lagi, tangannya pun menunjuk, bahkan dia berjalan di depan, dengan tindakan yang cepat, hingga bagaikan terbang dia jalan molos di rimba bambu.
Ang Cit Kong mengikuti, sebelah tangannya menuntun Kwee ceng, sebelah yang lain Oey Yong.
Auwyang Hong pun menarik tangan keponakannya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Semua mereka menggunai ilmu mereka meringankan tubuh.
Hanya sebentar, mereka sudah sampai di muka gua di mana Ciu Pek Thong dikurung, hanya setibanya dis itu, Oey Yok Su menperdengarkan suara kaget. ia telah mendapat lihat rusaknya kawat-kawat kurungan di muka gua. Dengan satu enjotannya ia lompat, ke muka gua sekali, yang segalanya sunyi dan tak nampak sekalipun bayangannya si bocah bangkotan yang lucu itu.
Dengan kaki kirinya, Tong Shia menginjak tanah, atau tiba-tiba ia terperanjat. Ia merasakan kakinya itu seperti menginjak barang lembek dan tanah kosong.
Tapi ia telah sempurna ilmunya enteng tubuh, maka lekas menyusullah kaki kanannya, hingga ia dapat berlompat, masuk ke dalam gua.
Sekarang ia melihat dengan tegas kosongnya gua itu.
Tapi yang hebat adalah kakinya kembali menginjak tanah lembek dan kosong seperti tadi. Tentu sekali, tidak dapat ia menaruh kakinya. Maka ia lantas mengasih keluar serulingnya, menggunai itu untuk menekan dan menolak tembok gua, dengan begitu tubuhnya pun melesat keluar.
Ang Cit Kong dan Auwyang Hong bersorak memuji menyaksikan indahnya tubuh yang ringan dari si Sesat dari Timur ini. Tapi ketika Oey Yok Su menaruh kakinya di luar gua, kakinya itu memperdengarkan satu suara, sebab kaki itu melesak masuk ke dalam sebuah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
liang. Kaget Tong Shia. Ia merasakan kakinya basah atau demak. Kembali ia mencelat naik. Diwaktu itu ia melihat Cit Kong dan Auwyang Hong beramai telah tiba di muka mulut gua di mana mereka itu menginjak tanah tanpa kurang suatu apa, karena itu ia lantas turun di samping putrinya. Hampir di itu waktu, ia mendapat cium bau busuk. Ia menunduk untuk
melihat. Untuk mendongkolnya, ia mendapatkan kedua kakinya penuh dengan kotoran manusia.
Semua orang menjadi heran, kenapa Oey Yok Su
kena orang akali. Dalam murkanya Oey Yok Su menyambar sebatang
cabang pohon, dengan itu ia menyerang tanah ke barat dan ke timur, akan mencari tahu tanah kosong semua atau tidak. Habisnya kecuali tiga tempat yang ia injak tadi, lainnya tanah berisi dan keras. Maka tahulah ia sekarang, ketika Ciu pek Thong meloloskan diri, dia sudah menginjak tanah dengan hebat, membuat tiga liang itu, habis mana, semua ketiga liang dipakai jongkok untuk membuang kotoran dari dalam
perutnya". Dengan penasaran, Oey Yok Su bertindak masuk pula ke dalam gua. Tidak ada barang lainnya di situ kecuali beberapa botol dan mangkok. Hanya di tembok terlihat huruf-huruf yang samar-samar.
Auwyang Hong tertawa di dalam hati menyaksikan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tong Shia "terjebak" itu, tetapi sekarang, melihat orang memperhatikan tembok, ia heran, maka ia bertindak mendekati hingga dekat sekali. Di tembok gua itu tertampak ukiran huruf-huruf yang berbunyi:
"Oey Lao Shia! Kau telah menghajar patah kedua kakiku, kau sudah mengurung aku limabelas tahun di dalam gua ini, sebenarnya aku pun mesti menghajar patah juga kedua kakimu, baru aku puas, tetapi kemudian, setelah aku memikir masak-masak, sukalah aku memberi
ampun padamu, dan urusan kita boleh disudahi saja.
Hanya dengan ini aku menyuguhkan kau tumpukan-tumpukan besar dari kotoran serta beberapa botol air kencing. Silahkan kau memakainya. Silahkan".!"
Di bawah itu ada diletaki daun, hingga empat huruf ukiran itu menjadi ketutupan.
Oey Yok Su ingin tahu, ia pegang daun itu, untuk diangkat. Dibawah daun itu ada sehelai benang, karena daun diangkat, benang itu kena terpegang dan ketarik. Mendadak saja terdengar suara di atasan kepala mereka. Oey Yok Su sadar, segera ia
berlompat menyingkir ke kiri.
Auwyang Hong, si licik sudah lantas turut melompat, ke kanan. Hanya berbareng dengan itu, terdengarlah suara nyaring di atasan kepala mereka, dari sana jatuh beberapa botol yang mengeluarkan air, maka juga mereka lantas kena tersiram, hingga kepala mereka basah dan bau air kencing.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Menyaksikan itu Ang Cit Kong tertawa berkakakan.
"Sungguh harum! Sungguh harum!" katanya.
Oey Yok Su murka dan mendongkol sekali sehingga ia tidak dapat tidak mememtang mulutnya untuk mencaci.
See Tok juga sangat mendongkol tetapi ia pandai bersandiwara, ia tidak mengutarakan kemurkaannya pada parasnya, sebaliknya ia tertawa, seperti juga ia pandang itulah lelucon.
Oey Yong sudah lantas lari pulang, untuk mengambil pakaian untuk ayahnya menukar pakaiannya yang basah dan bau itu. Ia pun membawa sepotong baju lain, baju ayahnya juga, yang mana ia serahkan pada Auwyang Hong.
Selesai dandan, kembali Oey Yok Su masuk ke dalam gua. Ia memeriksa dengan teliti. Sekarang tidak ada laigi lain jebakan. Ia periksa pula huruf-huruf tadi, di bagian yang ditutupi daun, di situ ia melihat dua baris huruf-huruf yang halus, bunyinya:
Daun ini jangan sekali-kali diangkat atau ditarik, sebab di atas ini ada air kencing yang bau yang dapat mengalir turun. Hati-hatilah, hati-hati, jangan menganggap bahwa kau telah tidak diberi ingat terlebih dulu!"
Oey Yok Su mendongkol berbareng geli di hati. Sebab ia telah menjadi korban dari keteledorannya sendiri.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tapi sekarang ini ia ingat suatu apa, ia seperti baru sadar. Ia ingat, diwaktu ia kena kesiram, ia merasakan air kencing itu masih rada hangat. Itu artinya orang pergi belum lama. Maka ia lantas lari keluar seraya berkata: "Loo Boan Tong pergi belum jauh, mari kita susul padanya!"
Kwee Ceng terkejut. Ia ketahui dengan baik, apabila mereka bertemu, pasti mereka bertempur. Hendak ia mencegah mertuanya. Tapi sudah kasep, Oey Yok Su sudah kabur ke timur.
Orang semua tahu jalanan di pulau ini luar biasa, mereka menyusul dengan lari sekeras-kerasnya. Kalau mereka ketinggalan jauh, mereka bisa mendapat susah.


Pendekar Pemanah Rajawali Sia Tiauw Eng Hiong Karya Jin Yong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mereka berlari-lari tidak lama atau mereka tampak Ciu Pek Thong di sebelah depan mereka, jalannya
perlahan-lahan. Oey Yok Su menjejak tanah, tubuhnya lantas mencelat pesat dan jauh. Maka di lain saat ia sudah tiba di belakangnya orang kurungannya itu, sebelah
tangannya dipakai untuk menyambar ke arah leher.
Ciu Pek Thong rupanya ketahui datangnya serangan, ia berkelit ke kiri seraya membalik tubuhnya, sembari memandang penyerangnya itu dan berkata: "Oh Oey Lao Shia yang harum semerbak!"
Sambarannya Oey Yok Su ini adalah sambaran yang ia telah latih selama beberapa puluh tahun, sebatnya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
luar biasa, akan tetapi Ciu Pek Thong dapat
mengegosnya secara demikian sederhana, hatinya menjadi terkesiap. Ia tidak menyerang terlebih jauh, hanya ia mengawasi orang. Ia lantas menjadi heran.
Ternyata kedua tangannya Ciu pek Thong terikat di depan dadanya, akan tetapi muka orang tersungging senyuman, sikapnya menyatakan orang bergembira sekali, saking puasnya hati.
Kwee Ceng sudah lantas maju setindak.
"Toako!" ia memanggil. "Sekarang ini tocu telah menjadi mertuaku, maka kita pun menjadi orang sendiri!"
Pek Thong menghela napas.
"Ah, mengapakah kau tidak dengar kataku?" katanya menyesal. "Oey Loa Shia ini sangat licik dan aneh, maka itu bisakah anak perempuannya satu anak yang boleh dibuat sahabat olehmu" Nanti, seumur hidupmu, akan kau merasakan kepahitan"."
Oey Yong maju mendekati, ia tertawa.
"Ciu Toako, lihat itu di belakangmu, siapa yang datang?" ia berkata.
Pek Thong segera menoleh, ia tidak melihat siapa juga.
Justru itu tangannya si nona melayang, menimpuk dengan baju bau dari ayahnya yang ia telah gumpal,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mengarah punggung orang. Loo Boan Tong benar-benar lihay. Ia mendengar suara angin, segera ia berkelit. Maka bungkusan itu jatuh ke tanah.
Melihat itu Pek Thong tertawa berlenggak-lenggak.
"Oey Lao Shia," ia berkata, "Sudah kau kurung aku lamanya limabelas tahun, sudah kau siksa aku
limabelas tahun juga, tetapi aku cuma membikin kau menginjak kotoran dua kali dan membajur kepalamu satu kali, kalau sekarang kita menyudahinya, apakah itu tidak pantas?"
Oey Yok Su tidak menjawab, ia hanya menanya; "Kau telah merusak kawat-kawat kurunganmu, kenapa
sekarang kau mengikat kedua tanganmu?"
Inilah hal yang membikin ia tidak mengerti.
Pek Thong tertawa pula. "Dalam hal ini aku mempunyai alasanku sendiri,"
sahutnya singkat. Ketika Ciu pek Thong baru-baru dikurung di dalam gua, beberapa kali hendak ia menerjang keluar untuk mengadu jiwa dengan Oey Yok Su, ia seperti sudah tidak dapat menahan sabar, hanya kemudian, ia mendapat satu pikiran baru. Ia pun sangsi akan dapat mengalahkan tocu dari Tho Hoa To itu. Lantas ia mencari kawat dengan apa ia membuat pagar di depan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
guanya, untuk dengan itu mengurung dirinya sendiri, kawat itu rapat seperti sarang laba-laba. Ia pun mengendalikan dirinya supaya ia jangan menuruti saja hatinya yang panas. Ia anggap beradat berangasan dapat merugikan diri sendiri. Sampai itu hari ia bertemu dengan Kwee Ceng dena mendengar
perkataannya ini anak muda, yang ia angkat jadi saudaranya, ia mendapat ilham. Maka ia lantas menciptkan ilmu silatnya itu berkelahi seorang diri, kemudian bersama Kwee Ceng, ia bertempur dengan menggunai empat tangan mereka tetapi mereka
memecah hati, hingga mereka jadi seperti empat orang" Maka juga sekarang, walaupun Oey Yok Su sangat lihay, tidak dapat ia melawan Pek Thong, yang bertubuh satu tetapi seperti terdiri dari dua Pek Thong.
Setelah itu, Pek Thong memikirkan daya untuk
membalas sakit hati pada Oey Lao Shia, yang sudah menyiksa padanya. Seperginya Kwee Ceng, ia duduk bersila di dalam guanya itu, dengan berdiam diri secara begitu, ia lantas teringat pada pengalamannya puluhan tahun, pengalaman senang dan susah, budi dan permusuhan, cinta dan benci. Ia tengah
melayangkan pikirannya itu tatkala mendengar suara seruling serta suara ceng dicampur sama siulan panjang. Mendadak semangatnya menjadi terbangun hampir tak dapat ia menguasai diri. Ia menjadi murang-maring. Tapi pun ia lantas ingat pula sesuatu.
"Adik angkatku itu kalah ilmunya dengan aku tetapi kenapa ia tidak dapat etrgoda bujukannya seruling Oey Lao Shia?" demikian ia berpikir. Tadinya ia belum mengetahuinya sifatnya Kwee Ceng, setelah
pergaulannya sekian lama, ia bagaikan sadar.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ya,ya!" mengertilah ia. "Dia sangat jujur dan polos, dia tidak punya pikiran sesat, tetapi aku, yang sudah berusia tinggi, masih aku berkutat memikir daya upaya untuk membalas dendaman! Kenapa aku menjadi
begini cupat pikiran" Sungguh lucu!"
Pek Thong bukan penganut Coan Cin Kauw tetapi ia toh mengenal baik tujuan partai itu, yang bersikap tenang dan "tak berbuat sesuatu" (bu-wi), maka itu ia gampang sadar, pikirannya gampang terbuka.
Begitulah sambil tertawa lama, ia berbangkit bangun.
Ia melihat cuaca terang, mega putih memain di atas langit, dengan begitu hatinya pun menjadi terabg.
Hanya sekejap itu, hilang ingatannya yang Oey Lao Shia sudah menyiksa ia selama limabelas tahun, ia pandang itu urusan tetek bengek. Tetapi dasar ia berandalan dan jenaka, ia toh berpikir: "Kali ini aku pergi, tidak nanti aku datang pula ke pulau Tho Hoa To ini, jikalau aku tidak meninggalkan sesuatu untuk Oey Lao Shia, si tua bnagka sesat itu, cara bagaimana nanti dia dapat mengingat hari kemudiannya?"
Segera setelah itu ia mendapat pikiran untuk
mempermainkan pemilik Tho Hoa To itu. Dengan
gembira ia membuat liang, ia menyetor kotoran perutnya di situ. Ia pun mengisikan beberapa botol dengan air kencingnya, yang ia gantung dengan sehelai benang, ia membuat pesawat rahasianya.
Dengan mengungkit batu, ia meninggalkan surat peringatan itu. Habis itu baru ia pergi keluar dari gua.
Baru jalan beberapa tindak, kembali ia ingat apa-apa.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Jalanan di Tho Hoa To ini sangat aneh," demikian pikirannya, "Kalau nanti Oey Lao Shia ketahui siang-siang buronku, dia dapat menyusul aku. Haha, Oey Lao Shia, jikalau kau hendak berkelahi, tidak nanti kau sanggup melawan aku".
Gembira orang tua ini, mendadak ia mengibas
tangannya ke arah sebuah pohon kecil di sampingnya, lalu terdengar suara ambruk keras, ialah suara robohnya pohon itu yang terpapas kutung. Ia menjadi kaget sendirinya.
"Ah, bagaimana aku maju begini pesat?" ia tanya dirinya sendiri. Ia menjadi berdiam. Tidak lama, ia menyerang pula pohon di sampingnya, sampai
beberapa pohon dan semua itu tertebas kutung, tanpa ia menggunai senjata tajam. Ia heran bukan main, hingga ia berseru: "Bukankah ini ilmu Kiu Im Cin-keng"
Kapannkah aku melatihnya?"
Pek Thong menaati pesan Ong Tiong Yang, kakak seperguruannya itu, ia tidak berani mempelajari bunyinya kitab Kiu Im Cin-keng, akan tetapi untuk mengajari Kwee Ceng, tanpa merasa ia seperti berlatih sendirinya. Diluar dugaannya ia telah berhasil. Saking kaget, ia berteriak-teriak seorang diri: "Celaka! Celaka!
Ini dia yang dibilang setan masuk ke dalam tubuh, yang tak dapat di usir lagi!"
Maka ia lantas mengambil beberapa lembar babakan pohon yang ulet, ia membuatnya itu menjadi tambang, lalu dengan bantuan mulutnya, ia mengikat sendiri kedua tangannya. Di dalam hatinya ia berjanji:
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Semenjak ini hari, jikalau aku tidak dapat melupakan bunyinya kitab itu, seumurku tidak akan aku berkelahi sama siapa juga! Biarnya Oey Lao Shia dapat
menyandak aku, aku tidak bakal membalas, supaya aku tidak melanggar pesan suheng"!"
Sudah tentu Oey Yok Su tidak ketahui janjinya Pek Thong kepada dirinya sendiri itu, ia menyangka si tua bangka jenaka ini lagi bergurau. Maka itu ia berkata, memperkenalkan: "Loo Boan Tong! Inilah saudara Auwyang, yang kau telah kenal".dan ini"."
Belum lagi habis Oey Lao Shia berbicara, Ciu Pek Thong sudah jalan mengitari mereka, ia mencium pada tubuh setiap orang, kemudian ia berkata sambil tertawa: "Inilah tentunya si pengemis tua Ang Cit Kong, inilah aku dapat menerkanya! Sungguh Thian maha adil, maka juga air kencing cuma membajur Tong Shia serta See Tok berdua saja! Saudara Auwyang, tahun dulu itu pernah kau menghajar aku dengan tanganmu, sekarang aku membalasnya dengan banjuran air
kencingku, dengan begitu impaslah kita, tidak ada salah satu yang rugi!"
Auwyang Hong tersenyum, ia tidak menjawab, hanya ia berbisik kepada Oey Yok Su: "Saudara Yok, orang ini sangat lincah, terang sudah kepandaiannya berada di atasan kita, maka itu lebih baik kita jangan ganggu dia."
Oey Yok Su tapinya berpikir; "Kita sudah tidak bertemu lamanya duapuluh tahun, mana kau ketahui
kemajuanku tidak dapat melayani dia?" Maka terus ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berkata kepada Ciu Pek Thong: "Pek Thong, telah aku bilang padamu, asal kau mengajari aku Kiu Im Cin-keng, habis aku menyembahyangi istriku almarhum, akan aku merdekakan kau. Sekarang kau hendak
pergi ke mana?" "Sudah bosan aku berdiam di pulau ini, hendak aku pergi pesiar," menyahut Pek Thong.
Oey Yok Su mengulurkan tangannya.
"Mana kitab itu?" dia minta.
"Toh sudah dari siang-siang aku memberikannya pada kau," sahut Pek Thong.
"Kau ngaco belo! Kapan kau memberikannya?"
Pek Thong tertawa. "Kwee Ceng khan baba mantumu, bukan?" dia balik menanya. "Apa yang menjadi kepunyaannya, bukankah menjadi kepunyaanmu juga" Aku telah ajari dia Kiu Im Cin-keng dari kepala sampai buntut, apa itu bukan sama saja seperti aku mengajari sendiri?"
Kwee Ceng terkejut. "Toako!" tanyanya. "Benarkah itu Kiu Im Cin-keng?"
Ciu Pek Thong tertawa berkakakan.
"Mustahilkah yang palsu?" ia membaliki.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Oey Yok Su tetap heran. "Kitab bagian atas memang ada pada kau," ia berkata,
"Habis darimana kau dapatinya yang bagian bawah?"
Lagi-lagi Pek Thong tertawa.
"Bukankah itu telah diberikan kepadaku oleh tangannya baba mantumu sendiri?" ia menanya pula.
Panas hatinya Tong Shia, ia lantas berpaling kepada Kwee Ceng, matanya tajam. Ia telah kata dalam hatinya: "Kwee Ceng bocah cilik, kau telah mempermainkan aku! Bukankah Bwee Tiauw Hong, si buta sampai sekarang masih berkutat mencari kitab itu?" Tapi lekas ia menoleh pula pada Pek Thong seraya berkata: "Aku menghendaki kitab yang tulen!"
Pek Thong tidak menyahuti, ia hanya menghadapi Kwee Ceng.
"Saudara, coba kau keluarkan kitab di dalam sakuku ini," ia berkata kepada adik angkatnya itu.
Kwee Ceng menuruti, ia merogoh ke sakunya kakak angkat itu. Ia mengeluarkan sejilid buku tebal kira-kira setengah dim.
Pek Thong mengulur tangannya menyambuti kitab itu.
Sekarang ia berpaling kepada Oey Yok Su.
"Inilah kitab Kiu Im Cin-keng yang tulen bagian atas,"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ia berkata. "Kitab bagian bawahnya pun terselip di dalam ini. Jikalau kau ada mempunyai kepandaian, nah kau ambillah!"
"Kepandaian apa aku harus gunai?" tanya Oey Yok Su.
Pek Thong menjepit buku dengan kedua tangannya, lalu ia memiringkan kepalanya.
"Nanti aku pikir dulu!" sahutnya. Ia terus berdiam sekian lama. Kemudian ia tertawa dan berkata:
"Kepandaiannya si tukang tempel!"
"Apa"!" Oey Yok Su menegaskan, heran.
Pek Thong tidak menyahuti, ia hanya angkat kedua tangannya ke atas kepalanya, atas mana maka
berterbanganlah banyak hancuran kertas, bagaikan kupu-kupu berselibaran, mengikuti tiupan angin, berhamburan ke empat penjuru, maka hanya sekejap habis semuanya buyar, entah kemana parannya".
Oey Yok Su murka berbareng kaget. Ia tidak
menyangka begini hebat tenaga dalam dari Pek
Thong, yang sanggup menjepit hancur kitab itu secara demikian hebat.
"Hai, bocah bangkotan yang nakal, kau
mempermainkan aku!" dia membentak. "Hari ini jangan kau harap dapat berlalu dari pulauku ini!" Dan ia berlompat maju dengan serangannya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tubuhnya Pek Thong berkelit, lalu terhuyung ke kiri dan kanan, dengan begitu lewatlah serangannya Oey Yok Su di samping tubuhnya itu.
Tong Shia heran yang orang tidak melakukan
pembalasan. Ia pun heran untuk caranya orang
mengegos tubuh itu. Dilain pihak, ia pun sadar. Maka bertanyalah ia kepada dirinya sendiri. "Aku Oey Yok Su, apakah dapat aku melayani seorang yang kedua tangannya diikat?" Maka segera ia berlompat mundur tiga tindak.
"Loo Boan Tong, kakimu sudah sembuh atau belum?"
ia menanya nyaring. "Aku terpaksa mesti berbuat tak pantas terhadapmu! Lekas kau putuskan ikatan pada kedua tanganmu itu, hendak aku belajar kenal dengan kau punya Kiu Im Cin-keng!"
Pek Thong berlaku sabar ketika ia menyahuti: "Tidak hendak aku mendustai kau. Aku ada mempunyai
kesulitanku sendiri yang sukar untuk aku
memberitahukannya. Ikatan pada tanganku ini, biar bagaimana juga, tidak dapat aku meloloskannya."
"Biarlah aku yang memutuskannya!" kata Oey Yok Su.
Dia maju, dia ulur tangannya.
Mendadak saja Pek Thong menjerit-jerit: "Tolong!
Tolong!" Tapi di mulut ia berkoakan, tubuhnya sendiri lompat berjumpalitan, jatuh ke tanah, terus
menggelinding beberapa gulingan.
Kwee Ceng kaget. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Gakhu!" ia memanggil mertuanya. Ia pun maju, niatnya untuk mencegah.
Ang Cit Kong menarik tangan pemuda itu.
"Jangan berlaku tolol!" katanya perlahan.
Kwee Ceng berdiam, matanya mengawasi Ciu Pek
Thong. Si tua bangka jenaka dan berandalan itu bergulingan terus, bukan main lincahnya gerakannya itu. Oey Yok Su maju terus, dia memukul, dia menendang, tetapi tidak pernah dia mengenai sasarannya.
"Perhatikan gerak-geriknya!" Ang Cit Kong berbisik pula kepada muridnya.
Kwee Ceng terus memandang pula, segera ia
menginsyafi kepandaian bergulingan dari Ciu Pek Thong itu. Itulah dia tipu silat yang di dalam kitab disebutnya "Coa heng lie hoan" atau "Ular menggeleser, rase jumpalitan". Maka ia memasang matanya terus, ia memperhatikannya. Kapan ia
menyaksikan di bagian yang indah, tanpa merasa ia berseru: "Bagus!"
Oey Yok Su menjadi penasaran sekali yang pelbagai serangannya itu menemui kegagalan, hatinya semakin panas, maka itu ia menyerang makin hebat. Dan hebatlah kesudahannya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tubuh Ciu Pek Thong tidak terkena pukulan tetapi bajunya saban-saban robek sepotong dengan
sepotong, bahkan rambut dan kumisnya juga ada yang terputuskan serangan dahsyat tocu dari Tho Hoa To.
Lama-lama ia pun menginsyafi bahaya yang
mengancamnya. Salah sedikit saja, ia bisa celaka, tidak mati tentu terluka parah. Maka diakhirnya ia mengerahkan tenaganya, ia membuat ikatannya puus, habis mana dengan tangan kiri ia menangkis
serangan, dengan tangan kanan ia meraba ke
punggungnya, akan menangkap seekor tuma, yang ia terus memasuki ke dalam mulutnya untuk digigit, menyusul mana ia berteriak-teriak: "Aduh! Aduh! Gatal sekali!"
Oey Yok Su terkejut juga disaat sangat terancam itu Pek Thong masih sanggup menangkap tuma dan terus bergurau, tetapi karena ia sangat penasaran, ia tidak menghentikan penyerangan, bahkan tiga kali beruntun ia menggunai pukulan-pukulan lawan.
Segera terdengarlah suara Ciu Pek Thong: "Dengan sebelah tanganku tidak dapat aku menangkis, mesti aku pakai dua-dua tanganku berbareng!" kata-kata ini disusuli sama gerakan dari kedua tangannya; Tangan kanan dipakai menangkis, tangan kiri menyambar kopiah lawan!
Didalam halnya tenaga dalam, sebenarnya Ciu Pek Thong kalah dari Oey Yok Su, maka juga tempo Tong Shia menangkis tangan kanan itu, dia lantas saja terhuyung, dia roboh setelah beberapa tindak. Tapi ia pun sebat, tangan kirinya sudah berhasil menyambar
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kopiahnya pemilik dari Tho Hoa To itu!
Oey Yok Su berlompat maju, dalam murkanya ia
menyerang dengan kedua tangannya.
"Gunai dua-dua tanganmu!" dia berseru. "Sebelah tangan saja tak cukup!"
"Tidak bisa!" Pek Thong pun berseru. "Cukup dengan satu tangan!"
Oey Yok Su bertambah gusar.
"Baiklah!" serunya sengit. "Kau coba saja!" Ia melanjuti menyerang dengan dua tangannya itu, menghajar sebelah tangan lawan, yang dipakai menangkis.
Begitu kedua tangan bentrok, ebgitu terdengar suara keras. Begitu lekas juga Ciu Pek Thong jatuh terduduk, kedua matanya ditutup rapat.
Melihat begitu, Oey Yok Su tidak menyerang pula.
Cuma lewat sedetik, Ciu Pek Thong mengasih dengar satu suara, dari mulutnya muncrat darah hidup, mukanya pun menjadi pucat paci.
Semua orang heran dan tercengang. Mungkin Pek Thong tidak menang, tetapi belum tentu dia kalah.
Maka, kenapa dia tidak hendak menggunai dua-dua tangannya"
Habis muntah darah, Pek Thong berbangkit dengan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
perlahan-lahan. "Aku mempelajari Kiu Im Cin-keng diluar tahuku, tetapi meskipun demikian aku telah melanggar juga pesan kakak seperguruanku. Jikalau aku menggunai kedua-dua tanganku, Oey Lao Shia, pasti tidak nanti kau sanggup melawan aku."
Oey Yok Su percaya kata-kata itu, ia membungkam. Ia pun merasa tidak enak sendirinya. Bukankah tanpa sebab ia sudah mengurung orang limabelas tahun dipulaunya itu dan sekarang ia melukakannya" Maka itu ia merogoh sakunya mengeluarkan satu kotak kumala, dari dalam situ ia mengambil tiga butir obat pulung warna merah, yang mana terus ia angsurkan kepada lawannya itu. Ia berkata: "Pek Thong, obat luka di kolong langit ini tidak ada yang melebihkan ini pil Siauw-hun-tan dari Tho Hoa To. Kau makan ini setiap tujuh hari sekali, lukamu bakal tidak mendatangkan bahaya. Sekarang, mari aku antar kau keluar dari pulauku ini."
Pek Thong mengangguk. Ia sambuti pil itu, satu di antaranya ia lantas telan. Habis itu ia meluruskan napasnya.
Kwee Ceng sudah lantas berjongkok di samping toako ini, untuk menggendongnya, setelah mana ia berjalan mengikuti mertuanya hingga di tepi laut. Di muara tertampak enam atau tujuh buah perahu, besar dan kecil.
Auwyang Hong, yang mengikuti berkata kepada Oey
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Yok Su: "Saudara Yok, tidak usah kau menggunai lain perahu untuk mengantarkan Ciu Toako keluar dari pulau ini, aku minta dia suka naik perahuku saja."
"Dengan begitu aku membikin kau berabe, saudara Hong", menyahut Oey Yok Su menerima tawaran. Ia lantas memberi tanda kepada bujang gagu, maka bujang itu pergi masuk ke dalam sebuah perahu besar darimana dia membawa keluar sebuah penampan
yang berisikan uang goanpo emas.
"Pek Thong, sedikit emas ini pergilah kau bawa untuk kau pakai," berkata Oey Yok Su pada Loo Boan Tong.
"Kau benar terlebih lihay dari Oey Lao Shia, aku takluk padamu!"
Pek Thong meram sejak tadi, perlahan-lahan ia membuka matanya. Kembali ia perlihatkan
kenakalannya. Ia melihat ke perahunya Auwyang Hong, di kepala perahu itu dipancar bendera putih di mana ada di sulam dua ekor ular-ularan. Menyaksikan itu ia tidak senang.
Auwyang Hong menepuk tangannya, terus ia
mengeluarkan seruling kayu yang ia tiup beberapa kali.
Tidak lama dari situ, dari dalam rimba terdengar suara berisik sekali. Lalu terlihat dua bujang gagu memimpin beberapa pria berpakaian putih keluar dari rimba, mereka itu menggiring rombangan ularnya. Dengan menggeleser di beberapa lembar papan, yang
dipasang di antara perahu dan pinggiran, semua binatang berlegot itu naik ke dalam perahu, berkumpul di dasarnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aku tidak mau duduk di perahunya See Tok!" berkata Pek Thong. "Aku takut ular!"
Oey Yok Su tersenyum. "Kalau begitu, kau naiklah perahu itu!" ia kata, menunjuk ke sebuah perahu kecil di samping.
Ciu Pek Thong menggeleng kepala.
"Aku tidak sudi duduk di perahu kecil, aku menghendaki yang besar!" katanya sambil tangannya menunjuk.
Oey Yok Su agaknya terkejut.
"Pek Thong, perahu itu sudah rusak, belum dibetulin!"
ia memberitahu. "Tidak dapat perahu itu dipakai."
Orang semua lihat perahu itu besar dan indah, buntuntya tinggi, catnya yang kuning emas berkilauan.
Terang itu ada sebuah perahu baru, tidak ada tanda-tandanya rusak.
Pek Thong sudah lantas membawa tingkahnya si
bocah cilik. "Tidak, tidak dapat aku tidak menaiki perahu itu!"
katanya bersikeras. "Oey Lao Shia, mengapa kau begini pelit?"
"Perahu itu perahu sialan," Oey Yok Su berkata,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Siapa menduduki itu, dia mesti celaka, kalau tidak sakit tentu dapat halangah, maka itu sudah lama dibiarkan saja tidak dipakai. Siapa bilang aku pelit"
Jikalau kau tidak percaya, sekarang aku nanti bakar untuk kau lihat!"
Ia benar-benar memberi tanda kepada orangorangnya, maka keempat bujang gagu lantas
menyalakan api bersiap membakar perahu yang indah itu.
Mendadak Ciu Pek Thong menjatuhkan diri duduk di tanah, sambil mencabuti kumisnya ia menangis
menggerung-gerung. Melihat itu, orang semua terbengong. Cuma Kwee Ceng yang kenal tabiat orang, di dalam hatinya ia tertawa.
Habis menarik-narik kumisnya, Pek Thong terus bergulingan. Masih ia menangis.
"Aku hendak duduk perahu baru itu! Aku hendak duduk perahu baru itu!" teriaknya berulang-ulang.
Oey Yong lantas lari ke tepi laut, untuk mencegah si gagu mebakar perahu.
Ang Cit Kong tertawa, dia berkata: "Saudara Yok, aku si pengemis tua seumurnya sial dangkalan, biarlah aku temani Loo Boan Tong menaik itu perahu yang angker.
Biarlah kita lawan jahat dengan jahat, biarlah kita coba bergulat, lihat saja, aku si pengemis tua yang apes
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
atau perahumu yang angker itu yang benar-benar keramat!"
"Saudara Cit," berkata Oey Yok Su. "Baiklah kau berdiam lagi beberapa hari di sini. Kenapa mesti buru-buru pergi?"
"Pengemis-pengemis besar, yang sedang, yang cilik, semuanya yang ada di kolong langit ini," menyahuti Ang Cit Kong, "Tak berapa hari lagi bakal berapat di Gakyang di Ouwlam, untuk mendengari putusanku si pengemis tua yang hendak memilih ahli waris dari Kay Pang. Coba pikir kalau ada aral melintang terhadap aku si pengemis tua dan karenanya aku pulang ke langit, apabila tidak siang-siang aku memilih gantiku, bukankah semua pengemis menjadi tidak ada
pemimpinnya" Maka itu si pengemis tua perlu lekas-lekas berangkat."
Oey Yok Su menghela napas.
"Saudara Cit, kau sungguh baik!" ia berkata. "Seumur hidupmu, kau senantiasa bekerja untuk lain orang, kau bekerja tidak hentinya seperti kuda berlari-lari."
Ang Cit Kong tertawa. "Aku si pengemis tua tidak menunggang kuda, kakiku ini tidak terpisah dari tindakannya," katanya. "Kau keliru! Nyata kau berputar-putar mendamprat orang!
Kalau kakiku adalah kaki kuda, bukankah aku menjadi binatang?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Oey Yong tertawa, dia campur bicara.
"Suhu, itulah kau sendiri yang mengatakannya, bukan ayahku!" bilangnya.
"Benar, guru tak sebagai ayah!" berkata Ang Cit Kong.
"Biarlah besok aku menikah dengan seorang pengemis perempuan, agar lain tahun aku mendapat anak
perempuan untuk kau lihat!"
Oey Yong bertepuk tangan, bersorak.
"Tak ada yang terlebih baik daripada itu!" serunya.
Auwyang Kongcu melirik kepada nona itu, di antara sinar matahari ia tampak satu paras yang cantik sekali, kulit yang putih dadu bagaikan bunga dimusim semi, atau sebagai sinar matahari indah diwaktu fajar. Mau atau tidak ia menjadi berdiri menjublak.
Ang Cit Kong sudah lantas mempepayang pada Ciu Pek Thong.
"Pek Thong," katany. "Mari aku menemani kau menaiki itu perahu baru! Oey Lao Shia ada sangat aneh, maka itu kita berdua jangan kita kasih diri kita
diiperdayakan!" Ciu Pek Thong menjadi sangat girang.
"Pengemis tua, kau seorang baik!" katanya gembir.
"Baiklah kita mengangkat saudara!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Belum lagi Cit Kong menjawab, Kwee Ceng sudah datang sama tengah.
"Ciu Toako!" katanya. "Kau sudah angkat saudara denganku, bagaimana sekarang kau juga hendak
mengangkat saudara dengan guruku?"
"Ada apakah halangannya?" Pek Thong tertawa.
"Jikalau mertuamu mengijinkan aku naik perahunya yang baru, hatiku akan menjadi girang sekali, dengan dia pun suka aku mengangkat saudara!"
Sementara itu Cit Kong telah mencurigai Oey Yok Su.
Ia berlaku jenaka tetapi hatinya berpikir. Kenapa Tong Shia menghalangi orang memakai perahunya yang besar dan indah itu" Bukankah di situ mesti ada terselip rahasia" Sebaliknya Ciu Pek Thong berkeras hendak menaiki perahu itu, apabila ada bahaya, seorang diri tidak nanti Pek Thong dapat membela dirinya. Bukankah Pek Thong tengah terluka di dalam badan" Maka itu ia anggap perlulah ia menemani untuk membantu apabila perlu.
"Hm!" Oey Yok Su memperdengarkan suara di hidung.
"Kamu berdua lihay, aku pikir umpama kamu menghadapi bahaya, kamu bisa menyelamatkan diri, maka itu aku Oey Yok Su berkhawatir berlebih-lebihan.
Kwee Sieheng, kau pun boleh ikut pergi bersama!"
Kwee Ceng terkejut saking herannya. Bukankah aneh mertua itu" Ia suka diakui sebagai mantu, ia sudah panggil "Ceng-jie" anak Ceng, tetapi sekarang panggilan itu diubah pula menjadi "sieheng" yang


Pendekar Pemanah Rajawali Sia Tiauw Eng Hiong Karya Jin Yong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
asing. Ia memandang mertuanya itu.
"Gakhu?" katanya.
"Bocah cilik yang termaha!" membentak Oey Yok Su.
"Siapakah gakhumu"! Sejak hari ini, jikalau kau menginjak pula Tho Hoa To setindak, jangan kau sesalkan aku Oey Yok Su keterlaluan!"
Mendadak ia menyambar punggungnya satu bujang gagu di sampingnya seraya ia menambahkan: "Inilah contahnya!"
Bujang gagu itu sudah dipotong lidahnya, maka itu waktu ia menjerit, suaranya tidak keruan. Sampokan itu membuat tubuhnya terpelanting seperti terbang, terlempar ke laut di dalam mana ia lantas hilang tenggelam. Lebih dulu daripada itu semua anggota di dalam tubuhnya itu sudah hancur luluh.
Semua bujang lainnya menjadi akget dan ketakutan, mereka lantas pada berlutut.
Semua bujang yang ada di Tho Hoa To ini ada bangsa jahat dan tidak mengenal budi, tentang mereka itu, Oey Yok Su sudah mencari tahu jelas sekali, maka ia tawan mereka dan dibawa ke pulau, lidah mereka semua dikutungi dan kupingnya ditusuk hingga
menjadi tuli, setelah itu ia wajibkan mereka melayani padanya. Ia sendiri pernah berkata: "Aku Oey Yok Su, aku bukannya seorang kuncu. Kaum kangouw
menyebut aku Tong Shia, si Sesat dari Timur, maka dengan sendirinya tak dapat aku bergaul sama bangsa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
budiman. Bujang-bujang, semakin ia jahat, semakin tepat untukku."
Orang menghela napas menyaksikan ketelengasan tocu dari Tho Hoa To ini.
Kwee Ceng kaget dan heran, ia lantas menekuk lutut.
"Apakah dari dia yang tak mempuaskanmu?" Ang Cit Kong tanya Tong Shia.
Oey Yok Su tidak menjawab, hanya ia memandang Kwee Ceng dan menanya dengan bengis: "Bagian bawah dari Kiu Im Cin-keng itu, bukankah kau yang memberikannya kepada Ciu Pek Thong"!"
"Ada sehelai barang yang aku berikan pada Ciu Toako, aku tidak tahu barang apa itu," menyahut Kwee Ceng.
"Jikalau aku tahu"."
Bagaikan orang yang tak tahu salatan, yang tak mengenal berat dan entengnya urusan , Ciu Pek Thong memotong kata-kata adik angkatnya itu. Hebat kegemarannya bergurau.
"Kenapa kau membilangnya tak tahu?" demikian selaknya. "Bukankah kau telah merampasnya itu dari Bwee Tiauw Hong dengan tanganmu sendiri" Syukur Oey Yok Su si tua bangka itu tidak mendapat tahu!
Mestinya kau pun telah membilangnya kau telah paham kitab itu, bahwa selanjutnya di kolong langit ini tidak ada tandinganmu!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Ceng kaget bukan main.
"Toako!" serunya. "Aku"aku kapannya pernah mengatakannya demikian?"
Ciu Pek Thong mendelik. "Memangnya kau telah mengatakan demikian!" ia memastikan.
Kwee Ceng membaca Kiu Im Cin-keng tanpa
mengetahui kitab itulah kitab ajaib itu, hal itu memang membuatnya orang tak percaya, maka sekarang
dengan Ciu Pek Thong membebernya, Oey Yok Su
menjadi seperti kalap, hingga ia tak ingat lagi si tua bangka berandalan itu lagi bergurau atau bukan, ia sebaliknya menganggap orang telah lenyap sikap kekanak-kanakannya dan tengah berbicara dengan sebenar-benarnya. Ia lantas saja memberi hormat kepada Pek Thong, Ang Cit Kong dan Auwyang Hong:
"Persilahkan!" katanya. Habis itu dengan menarik tangan Oey Yong, ia memutar tubuh untuk mengeloyor pergi.
Oey Yong hendak berbicara dengan Kwee Ceng, baru ia memanggil: "Engko Ceng!" ia sudah ditarik ayahnya beberapa tombak jauhnya, terus dengan cepat masuk dibawa ke dalam rimba.
Ciu Pek Thong tertawa bergelak, tapi mendadak ia merasakan dadanya sakit, ia berhenti dengan tiba-tiba.
Ia cuma berhenti sebentar, lantas ia tertawa pula. Ia kata: "Oey Lao Shia telah kena aku jual! Aku bergurau,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dia kira itulah benar-benar!"
Cit Kong menjdai heran. "Jadi benar tadinya Ceng-jie tidak ketahui halnya kitab itu?" ia tegaskan.
"Memang ia tidak tahu!" Pek Thong tertawa. "Dia hanya mengira itu latihan napas saja. Jikalau dia mengetahuinya lebih dulu, mana dia sudi belajar padaku" Adikku, kau sekarang telah ingat baik-baik isi kitab, bukan" Bukankah kau bakal tidak akan
melupakannya pula?" Setelah berkata demikian, Pek Thong tertawa pula, tetapi segera ia berjengkit kesakitan, wajahnya menyeringai. Lucunya sembari jalan ia tertawa dengan saban-saban manahan sakitnya"!
"Ah, Loo Boan Tong!" Ang Cit Kong membanting kakinya. "Bagaimana kau masih berguyon saja! Nanti aku bicara sama saudara Yok!"
Ia lari ke dalam rimba ke arah tadi Oey Yok Su berlalu dengan putrinya. Begitu ia memasuki, ia kehilangan itu ayah dan anak daranya. ia pun melihat jalan melintang tidak karuan, hingga tak tahu ia mesti mengambil jurusan yang mana. Semua bujang gagu pun bubar setelah berlalunya majikan mereka. Maka dengan terpaksa Ang Cit Kong kembali. Mendadak ia ingat Auwyang Kongcu ada mempunyakan peta Tho Hoa
To. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Auwyang Sieheng," katanya lantas. "Aku minta sukalah kau memberi pinjam petamu sebentar."
Pemuda itu menggeleng kepala.
"Tanpa perkenan dari Oey Peehu, siauwtit tidak berani meminjamkannya kepada lain orang," Auwyang Kongcu menolak. "Harap Ang Peehu memaafkan aku."
"Hm!" Cit Kong perdengarkan suara dinginnya. Lalu ia kata di dalam hatinya, "Benar-benar aku tolol!
Mengapa aku hendak meminjam peta dari bocah ini"
Dia justru menghendaki sangat supaya Oey Lao Shia membenci muridku!"
Ketika itu dari dalam rimba terlihat munculnya serombongan orang dengan seragam putih, yang
diantar oleh seorang bujang gagu. Itulah tigapuluh dua nona-nona tukang menari dari Auwyang Hong dan mereka segera memberi hormat seraya menekuk lutut kepada Auwyang Hong itu sambil berkata: "Oey Laoya menitahkan kami turut looya pulang."
Tanpa memandang lagi kepada mereka itu, Auwyang Hong menggeraki tangannya memberi tanda supaya mereka naik perahu, kemudian ia menoleh kepada Ang Cit Kong dan Ciu Pek Thong seraya berkata:
"Perahunya saudara Yok itu mungkin benar ada rahasianya, maka itu baiklah kamu legakan hatimu, nanti perahuku mengikutinya dari belakang, jikalau ada perlunya, akan aku memberikan bantuanku."
"Siapa kesudian kau berbuat baik kepadaku?" bentak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ciu Pek Thong gusar. "Aku justru hendak mencoba-coba ada apakah yang aneh pada perahunya Oey Lao Shia ini! Jikalau kau mengikuti kita, habisnya tidak ada bahaya, tidak ada bencana, bukankah itu tidak ada artinya?"
Auwyang Hong tidak menjadi gusar, ia bahkan tertawa.
"Baiklah!" sahutnya gembira. "Sampai kita bertemu pula!"
Ia memberi hormat, terus ia naik ke perahunya.
Kwee Ceng sendiri mengawasi dengan mendelong
jalanan yang diambil Oey Yong tadi.
"Adikku, mari kita naik perahu!" Ciu Pek Thong mengajak sambil tertawa. "Hendak aku melihatnya, apakah bisa perahu ini membikin mampus kita
bertiga?" Lalu dengan sebelah tangan menarik Ang Cit Kong dan sebelah tangan yang lain menarik adik angkatnya itu, ia bertindak turun ke perahu yang besar dan indah itu. Di situ ada delapan bujang gagu yang menanti untuk melayani mereka. Semua mereka itu
membungkam. Melihat mereka itu, Ciu Pek Thong tertawa pula.
"Mungkin kalau satu hari Oey Lao Shia kumat tabiatnya, dia juga bakal mengutungi lidah putrinya!
Kalau itu sampai terjadi maka barulah aku percaya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
benar dia mempunyai kepandaian lihay".?"
Kwee Ceng mendengar itu, ia menggigil sendirinya.
Memang hebat kalau benar-benar Oey Yok Su karena gusarnya memotong lidah anaknya.
"Apakah kau takut?" menanya Pek Thong tertawa bergelak-gelak. Tanpa memanti jawaban, ia memberi tanda kepada si orang-orang gagu itu untuk mulai memberangkatkan perahu itu. Mereka berlayar
mengikuti angin Selatan. "Sekarang mari kita periksa ke dasar perahu ada apanya yang aneh!" Cit Kong mengajak.
Pek Thong dan Kwee Ceng menurut, maka itu mereka lantas mulai bekerja. Mereka mulai dari depan, lalu ke tengah, terus ke belakang. Semuanya dicat mengkilap.
Barang makanan pun lengkap: ada beras, ada daging, dan sayuran. Sama sekali tidak ada bagian yang mana juga yang mencurigakan.
Ciu Pek Thong menjadi sangat mendongkol.
"Oey Lao Shia menipu!" teriaknya, sengit. "Dia bilang perahunya ini berbahaya, toh bahayanya tidak ada!
Sungguh menyebalkan!"
Cit Kong tapinya tetap curiga. Ia lompat naik ke atas tiang layar, ia tidak dapatkan apa-apa yang luar biasa.
Maka lantas ia memandang jauh ke laut. Ia menampak hanya burung-burung laut beterbangan, angin meniup-niup keras, membuatnya gelombang mendamparTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dampar tanpa pangkalnya, seperti nempel langit.
Berdiam di atas kapal, ia justru merasa segar.
Ditiup angin, tiga batang layarnya membuatnya perahu menuju ke Utara.
Ketika Ang Cit Kong berpaling ke belakang, ia mendapatkan kenderaan airnya Auwyang Hong
mengikuti sejarak dua lie, terlihat nyata layarnya yang putih sulaman dari ular-ularan yang berkepala dua sedang mengulur lidahnya.
Cit Kong lompat turun, kepada anak-anak buah ia memberi tanda agar perahu diarahkan ke barat laut, ketika jurusan telah diubah, ia lantas melihat pula ke belakang.
Juga perahunya Auwyang Hong turut berubah, tetap mengikuti.
"Apa perlunya ia mengikuti terus?" Pek Kay menanya dirinya sendiri. "Benar-benarkah ia bermaksud baik" Si tua bangka berancu itu tidak biasanya bertabiat demikian baik budi"!"
Apa yang dia pikirkan itu, Cit Kong tidak beritahukan Pek Thong. Ia tahu tabiat aneh dan aseran dari kawan ini, ia khawatir orang nanti kumat amarahnya atau tabiat anehnya itu. Ia cuma menitahkan anak buah kapal kembali mengubah tujuan ke timur lurus.
Karena tujuan diubah, perahu berputar, bersama layar-layarnya kenderaan ini miring dan menjadi kendor
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
jalannya. Belum lama, lalu tertampak perahunya Auwyang Hong pun menuju ke timur".
"Bagus juga jikalau kita mengadu ilmu di tengah laut,"
pikir Cit Kong kemudian. Ia masuk ke dalam gubuk perahu. Ia tampak Kwee Ceng duduk menjublak saja, suatu tanda pemuda itu kalut pikirannya.
"Muridku," menegur sang guru, "Mari aku ajarkan kau semacam ilmu mengemis nasi, jikalau tuan rumah tetap tidak sudi mengamal, kau libat dia selama tiga hari tiga malam, supaya kau buktikan nanti, dia suka mengamal atau tidak!"
Pek Thong tertawa mendengar perkataan orang itu.
"Jikalau tuan rumah memelihara anjing galak?"
tanyanya. "Jikalau kau tidak pergi, anjing jahat itu bakal menggigitnya! Habis bagaimana?"
"Tuan rumah yang demikian tidak berperasaan prikemanusiaan, kalau malamnya kau santroni dan mencuri sepuasnya hartanya, itulah tidak melanggar hukum Thian?" kata Cit Kong.
"Adikku," Pek Thong terus menanya Kwee Ceng,
"Mengertikah kau maksud gurumu" Itu berarti dia menganjurkan kau menggerembengi mertuamu itu!
Umpama kata dia tetap tidak hendak menyerahkan putrinya dan bahkan hendak menghajar kau, maka pergilah kau diwaktu malam membawa lari gadisnya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
itu!" Mendengar demikian, mau tidak mau, Kwee Ceng
tertawa. Kemudian ia mengawasi orang jaqlan
mondar-mandar, sikapnya tak tenang. Ia mendadak ingat suatu apa.
"Toako," ia menanya, "Sekarang kau hendak pergi ke mana?"
"Tidak ada tujuannya, adikku," Pek Thong menyahut.
"Ke mana saja asal pesiar?"
"Aku hendak meminta sesuatu, toako"."
Pek Thong segera menggoyangi tangannya.
"Jikalau kau mau minta aku kembali ke Tho Hoa To untuk membantui kau mencuri istri, itulah tidak nanti aku lakukan!"! sahutnya.
Merah mukanya Kwee Ceng. "Bukannya itu, toako!" ia menjelaskan. "Aku ingin toako pergi ke Kwie-in Chung di telaga Thay Ouw."
Matanya si orang tua mencelik.
"Untuk apakah?" dia menanya.
"Chuncu dari Kwie-in-chung yaitu Liok Seng Hong ada seorang kesatria," Kwee Ceng menerangkan. "Dia sebenarnya murid dari mertuaku, karena kerembetTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
rembet urusannya Hek Hong Siang Sat, dia dihajar mertuaku itu hingga kedua kakinya gempor, susah untuk baik kembali. Aku lihat kaki toako dapat sembuh, maka ingin aku agar toako mengajarkan ia ilmunya supaya kakinya itu sembuh seperti sediakala!"
"Oh, itulah gampang!" sahut Pek Thong.
Kwee Ceng girang, hendak ia menghanturkan terima kasih, tatkala muncul suara menjeblaknya pintu, lalu muncul seorang anak buah dengan romannya pucat saking ketakutan, tapi karena ia tidak dapat bicara, dia cuma bisa menggerak-geraki tangannya.
Menduga mesti terjadi sesuatu, Cit Kong bertiga berlompat keluar untuk melihat?"
* * * Oey Yong telah diajak pulang, dia terus ditarik hingga ke dalam rumah. Tentu saja, karena dipaksa ayahnya itu, tidak dapat ia berbicara dengan Kwee Ceng. Ia menjadi masgul dan dongkol sekali. Terus ia masuk ke dalam kamarnya, ia menguncikan pintu. Ia menangis dengan perlahan.
Oey Yok Su menyesal juga telah mengusir Kwee Ceng karena ia menuruti hawa amarahnya, terutama karena ia anggap si anak muda lagi menghadapi bahaya maut. Hendak ia menghibur gadisnya tetapi Oey Yong tidak memperdulikannya. Anak ini terus tidak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
membuka pintu kamarnya, diwaktu santap malam, ia tidak muncul untuk berdahar. Ketika sang ayah menyuruh bujangnya perempuan membawa makanan
naik dan lauknya, ia lemparkan itu ke lantai hingga tumpah beserakan dan piring mangkoknya pecah
hancur. Keras Oey Yong berpkir. "Ayah akan lakukan apa yang dia ucapkan. Kalau engko Ceng datang pula ke mari, dia bakal di hajar mati. Kalau aku buron, dilain hari aah pun tentu tidak bakal mengasih ampun". Pula, dengan membiarkan dia tinggal seorang diri saja, tidakkah ia menjadi kesepian?" Bukan main berdukanya nona ini. Ia tidak dapat pikiran yang baik.
Ketika beberapa bulan yang lalu ia dimaki ayahnya, itu waktu ia buron tanpa berpikir lagi, setelah bertemu pula dengan ayahnya itu, ia mendapatkan rambut ayahnya itu mulai ubanan, hingga baru selang
beberapa bulan, si ayah seperti bertambah puluhan tahun. Melihat itu, ia masgul sekali, hingga ia bersumpah tidak akan membikin ayah itu berduka pula. Sekarang" Di luar sangkaannya, ia menghadapi ini kesulitan. Tidak buron, ia pikirkan Kwee Ceng.
Kalau ia buron, ia berati ayahnya". Maka ia menangis sambil mendekam di pembaringan.
"Coba ibu masih hidup, tentulah ibu dapat mengambil putusan untukku". Tidak nanti ibu membiarkan aku bersusah hati begini?" Begitu ia berpikir, mengingat ibunya yang sudah lama meninggalkan dunia fana ini.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ingat ibunya itu, ia menjadi terlebih sedih. Ia berbangkit, ia membuka pintu, terus ia pergi ke thia, ruang depan.
Pintu rumahnya Oey Yok Su di pulau Tho Hoa To ini ada dipasang seperti untuk main-main saja. Pintu besarnya siang atau malam dipentang lebar-lebar, maka itu dengan tindakan perlahan, Oey Yong bisa keluar terus. Di luar pintu ia melihat bintang-bintang di langit. Kembali ia berpikir keras.
"Tentulah sekarang engko Ceng sudah terpisah beberapa puluh lie dari sini," pikirnya. "Entah sampai di kapan aku bakal dapat bertemu pula dengannya"."
Ia menghela napas, ia menepas air mata dengan ujung bajunya. Lalu ia bertindak ke dalam pohon-pohon bunga. Ia menyingkap cabang-cabang, ia mengebut-negbut daun-daun, sampai ia berada di depan kuburan ibunya.
Di depan kuburan itu tumbuh pelbagai macam pohon bunga, yang di empat musim berbunga bergantian.
Semua itu ada bunga-bunga pilihan dan ditanam Oey Yok Su sendiri. Kecuali harum bunga, dipandang diantara sinar rembulan, bunganya sendiri pun permai indah.
Oey Yong menolak batu nisan, ke kira tiga kali, ke kanan tiga kali juga. Lalu ia menarik ke depan. Dengan perlahan-lahan batu itu berkisar, memperlihatkan sebuah liang atau lorong di dalam tanah. Ia bertindak ke dalam lorong itu. Ia membelok tiga kali. Kembali ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
membuka pintu rahasia, yang terbuat dari batu. Maka tibalah ia di dalam, di kuburan dari ibunya yang pekarangannya lebar. Ia menyalakan api, untuk memasang pelita di muka kuburan sekali.
Pintu kuburan semuanya tetlah tertutup sendirinya.
Maka Oey Yong berada seorang diri. Ia memandang gambar ibunya, yang dilukis oleh ayahnya sendiri. Ia berpikir keras.
"Seumurku belum pernah aku melihat ibuku," pikirnya.
"Kalau nanti aku sudah mati, bisakah aku bertemu dengannya" Bisakah ibu masih begini muda seperti gambar ini, begini cantik" Di mana sekarang adanya ibu" Di atas langit atau di bawah langit" Apakah ibu masih di dalam pekarangan yang luas ini" Baiklah aku berdiam di sini untuk selama-lamanya, untuk
menemani ibu"."
Di tembok di dalam liang kubur ini ada sebuah meja, di atas mana diletaki pelbagai macam batu permata yang luar biasa, tidak ada satu juga yang tidak indah.
Semua itu dikumpulkan oleh Oey Yok Su dari pelbagai tempat, ketika dulu hari ia malang melintang di kolong langit ini. Baik istana atau keraton, baik gedung orang-orang berpangkat besar atau orang-orang hartawan, atau pun sarang-sarang berandal, hampir tak ada tempat yang ia tidak pergikan, dan asal ada barang permata yang ia sukai, lantas ia ambil atau ia rampas.
Sebelum mendapatkannya, belum ia puas. Ia gagah luar biasa, matanya sangat tajam, maka ia bisa mendapatkan demikian banyak permata itu. Semua itu sekarang dikumpulkannya di dalam kuburan istrinya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
itu, untuk dipakai menemani arwah istrinya.
Semua permata itu bergemerlapan tertimpa cahaya api.
Oey Yong berpkiri pula: "Semua permata ini tidak mempunyai perasaan tetapi mereka benda yang hitung ribuan tahun tak akan rusak termusnah. Malam ini aku melihatnya. Bagaimana kala nanti tubuhku sudah berubah menjadi tanah" Bukankah permata ini tetap berada di dalam dunia" Benarkah makhluk yang
berjiwa, makin dia cerdik makin pendek umurnya"
Oleh karena ibu cerdas luar biasa, dia cuma hidup duapuluh tahun, lalu menutup mata?"
Ia menjublak mengawasi gambar ibunya itu. Kemudian ia padamkan api. Ia pergi ke tepi peti kumala dari ibunya. Ia mengusap-usap sekian lama, lalu ia berduduk di tanah, tubuhnya disenderkan kepada peti.
Ia berduka sekali. Ia merasakan seperti menyender pada tubuh ibunya. Lewat sekian lama, ia ketiduran dan pulas.
Mimpi Oey Yong. Ia merasa ia telah berada di kota raja, di dalam istana Chao Wang dimana seorang diri ia melawan pelbagai jago. Lalu di tengah jalan di perbatasan ia bertemu Kwee Ceng. Baru mereka
bicara beberapa patah kata, mendadak ia mendapat lihat ibunya, tak dapat, tak terlihat tegas. Ibunya itu terbang ke langit, ia memburunya di bumi. Ibu itu tertampak terbang makin lama makin tinggi. Ia menjadi sangat khawatir. Sekonyong-konyong ia mendengar suara ayahnya, memanggil-manggil ibunya. Suara itu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
makin lama terdengar makin nyata.
Sampai di situ, mendusinlah si nona. Ia masih mendengar suara ayahnya. Ia lantas menetapi hatinya.
Sekarang ia mendapat kenyataan, ia bukan bermimpi lagi. Ayahnya benar-benar telah berada di dalam kuburan ibunya itu, berada bersama dia. Ia ingat, ketika ia masih kecil, sering ayahnya bawa ia ke dalam kuburan ini, berdiam sambil memasang omong. Baru selama yang belakangan ini, jarang ia bersama ayahnya memasukinya. Ia tidak menjadi heran yang ayahnya datang. Ia berdiam. Diantara ia dan ayahnya itu ada menghalang sehelai kain. Karena ia lagi mendongkol, tidak sudi ia menemui ayahnya itu. Ia mau keluar kalau nanti ayahnya sudah pergi.
Lalu ia mendengar suara ayahnya:
"Telah aku berjanji padamu hendak aku mencari Kiu Im Cin-keng sampai dapat, hendak aku membakarnya supaya kau melihatnya, supaya arwahmu di langit mendapat ketahui. Kitab yang sangat kau pikirkan itu, yang kau ingin ketahui apa bunyinya, aku telah mencarinya sia-sia selama limabelas tahun. Barulah ini hari dapat aku memenuhi keinginanmu itu"."
Oey Yong heran bukan main.
"Darimana ayah mendapatkan kitab itu?" ia menanya dalam hatinya.
Ia mendengar ayahnya bicara terus: "Bukan maksudku sengaja hendak membinasakan mantumu itu. Siapa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
suruh mereka sendiri ingin menaiki perahu itu..?"
Oey Yong terkejut sendiri.
"Mantu ibuku?" pikirnya. "Apakah ayah maksudkan engko Ceng" Kalau engko Ceng duduk di dalam
perahu itu, kenapakah?"
Maka ia lantas memasang kupingnya pula.
Kali ini ayah itu bicara dari hal kesusahan hatinya dan kesepiannya sendiri semenjak ia ditinggal pergi istrinya itu, yang cantik dan baik hatinya, yang mencintainya.
Tergetar hati Oey Yong mendengari keluh kesah ayahnya itu.
"Aku dan engko Ceng ada anak-anak baru belasan tahun, maka mustahil di belakang hari kita tidak bakal bertemun pula," pikirnya. "Sekarang ini tidak dapat aku meninggalkan ayah?"
Belum sempat Oey Yong berpikir lebih jauh, ia sudah dengar ayahnya berkata lebih jauh: "Loo Boan Tong telah memusnahkan kitab bagian atas dan bagian bawah dengan gencetan tangannya, ketika itu aku mengira tidak dapat aku mewujudkan keinginanmu itu, siapa tahu seperti disuruh hantu atau malaikat, dia bersikeras hendak menaiki itu perahu terpajang yang indah yang aku sengaja bikin untuk pertemuan kita nanti?"
Kembali Oey Yong menjadi heran.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Sering aku minta naik perahu itu, ayah selalu melarang dengan keras. Kenapa ayah membuatnya itu untuk ia bertemu sama ibu?"
Anak ini ketahui tabiat ayahnya aneh tetapi ia masih belum tahu keinginan terakhir dari ayahnya itu. Oey Yok Su aneh tetapi terhadap istrinya ia sangat mencinta, sedang istri itu menutup mata karena dia.
Maka ia telah memikir untuk mengorbankan diri untuk istrinya itu. Ia tahu lihaynya kepandaiannya sendiri, tidak nanti ia terbinasa dengan jalan menggantung diri atau meminum racun, maka ia memikir satu cara lain.
Ia pergi dari pulaunya, ia menculik pembikin perahu yang pandai, yang ia suruh membuatnya perahu
terpajang itu. Segala-galanya perahu itu sama dengan perahu yang biasa, hanya papan dasarnya ia bukan memasangnya kuat-kuat dengan paku, hanya ia ikat dengan tali yang dipakaikan getah. Memang, berlabuh di muara, perahu itu terpandang indah, akan tetapi satu kali dia berlayar di laut dan terdampar-dampar gelombang dahsyat, tidak sampai setengah harian, dia bakal karam sendirinya. Sebab musnahlah itu "paku-pakun istimewa". Oey Yok Su telah memikir untuk membawa jenazah istrinya ke dalam perahu itu, untuk berlayar dan nanti mati bersama di dalam gelombang, hanya setiap kali ia mau berangkat, lalu hatinya tidak tega membawa pula anak daranya yang manis itu. Ia juga tidak tega meninggalkan anak itu sebatang kara.
Maka diakhirnya, ia membuatnya pekuburan ini.
Karena itu, perahu berhias itu dibiarkan saja tak terpakai, setiap tahun dicat baru, hingga nampaknya terus baru dan bagus.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Oey Yong tidak ketahui pikiran ayahnya itu, maka heranlah ia. Ia terus berdiam hingga ia mendengar pula perkataan ayahnya: "Loo Boan Tong dapat membaca kitab Kiu Im Cin-keng di luar kepalanya, dai hapal sekali. begitu pun dengan si bocah she Kwee itu, yang menghapalnya tak salah. Sekarang aku
mengirimkan jiwa mereka berdua, itu sama artinya dengan membakar habis kitab tersebut. Maka arwah kau di langit, aku percaya puas dan tenanglah kau.
Hanya sayang si pengemis tua she Ang itu, tidak karu-karuan turut mengantarkan nyawnya".. Di dalam satu hari aku membinasakan tiga ahli silat kelas satu, dengan begitu aku telah memenuhi janjiku kepadamu, maka jikalau di belakang hari kita bertemu pula, pasti kau akan membilangnya suamimu telah membuktikan perkataannya!"
Oey Yong kaget hingga ia bergidik. Ia belum
mengetahui pasti tetapi ia dapat menduga perahu berhias itu mestinya terpasangkan pesawat rahasia yang luar bhiasa. Ia ketahui baik lihaynya ayahnya ini.
Maka itu mungkin Kwee Ceng bertiga sudah menjadi korban. Ia jadi sangat berkhawatir dan berduka, hampir ia berlompat kepada ayahnya itu untuk memohon pertolongan untuk tiga orang itu. Tapi ia terpengaruh kekhawatiran yang sangat, sampai kakinya menjadi lemas, hingga tak kuat ia mengangkat kakinya unntuk bertindak, dan mulutnya pun tak dapat mengeluarkan perkataan. Ia cuma mendengar suara tertawa
ayahnya, yang terus pergi berlalu.
Sekian lama Oey Yong berdiam diri, ia mencoba
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menenangkan diri. Ia cuma berpikir satu: "Aku mesti pergi menolongi engko Ceng! Jikalau aku tidak berhasil, aku akan menemani dia mati"!"
Anak ini mengerti, percuma ia meminta bantuan ayahnya. Ayah itu terlalu mencintai istrinya tidak akan bisa mengubah keputusannya. Maka ia lari keluar dari perkuburan, terus ia ke pinggir laut, terus juga ia melompat naik ke sebuah perahu kecil. Ia mengasih bangun seorang bujang gagu yang menjaga perahu itu, menitahkan dia memasang layar dan mengayuh, untuk berlayar ke tengah laut.
Sementara itu terdengar tindakan kaki kuda yang lari keras dan berbareng pun terdengar juga suara seruling dari Oey Yok Su, Oey Yong berpaling ke darat, maka ia melihat kuda merah dari Kwee Ceng lagi lari mendatangi. Rupanya binatang itu tak betah berdiam di pulau, malam itu ia keluar berlari-lari"
Oey Yong lantas berpkir; "Di laut begini luas, ke mana aku mesti cari engko Ceng" Kuda kecil itu memang luar biasa tetapi begitu ia meninggalkan tanah, ia pun tak dapat berbuat apa-apa lagi"."
Bab 40. Habis cucut, datang ular....
Begitu lekas Ang Cit Kong, Ciu Pek Thong dan
Kwee Ceng tiba di luar gubuk perahu, mereka
merasakan kaki mereka basah. Nyata mereka telah menginjak air, atau kaki mereka kena kerendam air.
Tentu sekali mereka menjadi sangat kaget. Tapi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mereka sadar, maka itu dengan menjejak tanah, dengan mengenjot tubuh, mereka berlompat naik ke tiang layar. Cit Kong bahkan sambil menenteng dua bujang gagu. Ketika ia memandang ke sekitarnya, yang nampak ialah laut yang luas, perahunya sudah tergenang air.
"Pengemis tua, Oey Lao Shia benar hebat!" berteriak Pek Thong. "Bagaimana perahu ini dibuatnya?"
"Aku juga tidak tahu!" menjawab Ang Cit Kong. "Eh, anak Ceng, kau peluki tiang, jangan kau lepaskan".!"
Kwee Ceng belum menjawab ketika mendadak, di
antara suara keras, badan perahu terbelah menjadi dua. Kedua anak buah kaget sekali, sampai
pelukannya kepada tiang layar terlepas dan tubuhnya kecebur ke air.
"Loo Boan Tong, kau bisa berenang atau tidak?" Cit Kong tanya.
"Coba-coba saja!" sahut Pek Thong tertawa. Suaranya tersampok angin hingga tak terdengar nyata. Mereka terpisah.
Perlahan perahu tenggelam, sebagaimana tiang layar melesak perlahan ke dalam air. Hanya pasti, tidak lama lagi, tiang itu bakal tenggelam juga.
Ang Cit Kong mendapat pikiran.
"Anak Ceng!" ia berkata, "Tiang ini menjadi satu dengan tubuh perahu, mari kita patahkan! Mari!"
Kwee Ceng menurut, maka keduanya lantas
mengerahkan tenaga mereka. Dengan berbareng
mereka menebas dengan tangan mereka kepada
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
batang tiang. Tidak peduli tangguhnya tiang, serangannya dua orang itu toh membuatnya patah. Maka dengan keduanya memeluki terus hingga mereka jatuh ke air. Dengan terus memegang tiang itu, mereka tidak kelelap.
Mereka pun bisa berenang.
Cit Kong mengeluh di dalam hati. Mereka sudah terpisah jauh dari tepian, di sekitarnya tak nampak daratan. Tanpa pertolongan, biar bagaimana kosen, mereka toh akan mati haus dan kelaparan.
Di sebelah selatan, di tengah laut, terdengar suara tertawa berkakakan. Itulah suaranya Ciu Pek Thong.
"Anak Ceng, marilah kita hampirkan dia!" Cit Kong mengajak.
Kwee Ceng menurut, maka dengan berpegangan
tiang, sambil mengayuh, mereka berenang ke arah si tua berandalan itu. Beberapa kali mereka terdampar balik ombak yang keras. Angin keras, gelombang berisik, suaranya Pek Thong toh masih terdengar lapat-lapat. Maka mereka mencoba berenang terus.
Tidak lama, terdengar pula suaranya Pek Thong itu:
"Loo Boan Tong telah berubah menjadi anjing kecemplung ke air! Inilah sup asin yang dipakai untuk menggodok si anjing tua"!"
Mau tidak mau, Kwee Ceng tertawa. Masih saja kakak itu bergurau, berguyon. Tidakkah mereka lagi
menghadapi bahaya maut" Sekarang terbukti benar-benar artinya "Loo Boan Tong", si bocah bangkotan yang nakal.
Mereka mencoba terus, akhirnya tidaklah sia-sia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
percobaan mereka itu. Tidak lama berselang, mereka toh datang dekat satu pada lain. Sekarang terlihat nyata, Pek Thong itu menolong diri dengan mengikat kakinya kepada papan perahu, dengan begitu ia menjadi bisa berdiri di atas air dan berjalan dengan bantuan ilmunya ringan tubuh, sang gelombang tidak menjadi rintangan. Pantas ia bisa berkelakar seperti tidak menghiraukan bahaya kehausan dan kelaparan.


Pendekar Pemanah Rajawali Sia Tiauw Eng Hiong Karya Jin Yong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kwee Ceng menoleh ke belakang. Perahunya sudah lenyap dari muka laut. Dengan begitu paszi hilang sudah semua anak buah perahu itu terkubur di dasar laut.
Disaat itu, sekonyong-konyong terdengar teriakan Ciu Pek Thhong: "Ayo! Hebat!"
Cit Kong dan Kwee Ceng menoleh dengan cepat,
mereka pun menanya ada apa. Pek Thong menuju ke arah jauh: "Lihat di sana! Cucut! Sebarisan ikan cucut!"
Kwee Ceng menjadi besar di gurun pasir, tak tahu ia hebatnya ikan cucut atau hiu, maka heran ia
menampak gurunya berubah air mukanya. Kenapa
guru itu nampak jeri begitu pun Pek Thong, sedang keduanya sangat lihay"
Cit Kong menhajar tiang layar, ia membikin patah, lalu potongan yang satu ia pegangi sendiri, yang lain mau ia menyerahkannya pada Kwee Ceng.
Hampir itu waktu, air laut di depan mereka menjublar, lalu tertampak munculnya seekor ikan cucut yang mulutnya dipentang, hingga nampak dua baris giginya yang putih yang mirip gergaji, berkilau di bawah sinar matahari. Hanya sebentar saja, dia sudah selam pula.
"Hajar kepalanya!" kata Cit Kong pada Kwee Ceng
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sambil menyerahkan potongan tiang layar itu, untuk dijadikan pentungan.
Kwee Ceng tapinya merogoh ke sakunya.
"Teecu ada punya pisau belati!" sahutnya. Dan ia lemparkan pentungan itu kepada Ciu Pek Thong, yang menyambutinya.
Lalu datang empat atau lima ekor ikan, yang
mengurung mereka. Mungkin belum jelas, binatang laut itu tidak segera menyerang.
Pek Thong membungkuk, tangannya terayun. Hanya sekali kemplang, pecahlah kepalanya seekor ikan.
Begitu membaui darah, ikan-ikan itu menyambar tubuh kawannya, kemudian mereka disusul sama yang
lainnya, mungkin puluhan atau ratusan ekor. Mereka itu tak kenal kawan, mereka cuma tahu daging harus dicaplok.
Kwee Ceng terkejut melihat keganasan binatang-binatang itu! Selagi ia mengawasi, ia merasakan kakinya ada yang bentur. Lekas-lekas ia tarik kakinya itu. Dengan bergeraknya air, seekor cucut menyambar kepadanya. Ia mendorong tiang layar dengan tangan kirinya, untuk berkelit ke kanan, sebaliknya tangan kanannya menyerang. Tepat serangan itu, pisau belatinya pun pisau belati mustika, maka sekali tikam saja, berlobanglah tubuh ikan, darahnya mengucur keluar. Maka ia pun lantas diserbu kawan-kawannya"!
Demikian tiga orang itu bertempur dengan kawanan ikan galak itu, mereka main berkelit, saban hajarannya terus meminta korban. Bgausnya untuk mereka, asal ada korban, korban itu dikepung ramai-ramai oleh ikan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
yang lainnya. Hanya menyaksikan keganasan ikanikan itu, hati mereka terkesiap juga.
Yang hebat, ikan itu banyak sekali, tak dapat semuanya dibunuh habis. Mungkin mereka sudah
membinasakan duaratus ikan ketika mereka
mendapatkan matahari mulai doyong ke barat".
"Pengemis tua bangka! Adik Kwee!" berseru Ciu Pek Tong. "Kalau sebentar langit gelap, tubuh kita bertiga, sepotong demi sepotong bakal masuk ke dalam perut ikan! Sekarang mari kita bertaruh, siapakah yang bakal paling dulu di gegares cucut?""
Cit Kong nyata tak kurang jenakanya.
"Yang digegares cucut itu yang menang atau yang kalah?" tanyanya.
"Tentu saja dia yang menang!" ia mendapat jawaban.
"Oh!" berteriak Cit Kong. "Kalau begitu, lebih suka aku kalah!"
Kata-kata ini disusuli sebatan tangan dengan jurus
"Naga sakti menggoyang ekor", maka seekkor cucut, yang mendadak menyambar kepadanya, kena terhajar mampus, setelah dua kali meletik, ikan itu berdiam, tubuhnya mengambang, kelihatan perutnya yang putih.
Besar sekali ikan itu. "Tangan yang lihay!" Pek Thong memuji. "Hayo, kau sebenarnya mau bertaruh atau tidak"!"
"Maafkan aku, tidak dapat aku menemani kau!" Cit Kong menolak, tetapi ia tertawa lebar.
Pek Thong pun tertawa terbahak-bahak.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Eh, adik, kau takut atau tidak?" ia tanya adik angkatnya.
"Mulanya takut, tapi sekarang tidak lagi," sahut Kwee Ceng. Sebenarnya ia jeri tetapi menyaksikan
keberanian guru dan kakak angkatnya itu, yang demikian gembira, ia pun jadi ketarik hatinya. Ia tengah berkata begitu ketika seekor ikan menyambar ke arahnya. Ia lantas berkelit, tangan kirinya diangsurkan.
Itulah pancingan. Ikan itu kena dijebak. Dia berlompat ke muka air dan menuburuk!
Kwee Ceng menyingkirkan tangan kirinya, yang
hendak disambar itu, berbareng dengan itu, dengan tangan kanannya ia menikam. Pada tangan kanan ini ia mencekal pisau belatinya. Tepat pisau ini menancap di tenggorokannya ikan. Tapi ikan lagi berlompat, piasu itu nyempret ke bawah sampai di perutnya, hingga dia seperti terbelek. Segera ia mati, perutnya udal-udalan, darahnya mengalir ke luar.
Itu waktu Ang Cit Kong dan Ciu Pek Thong juga telah dapat membinasakan masing-masing seekor lagi, hanya kali ini, Pek Thong merasakan dadanya sakit.
Inilah sebab sakitnya belum pulih bekas dihajar Oey Yok Su. Tapi ia tertawa ketika ia berkata: "Pengemis tua, adik Kwee, maaf, tidak dapat aku menemani kau lebih lama pula. Hendak aku berangkat lebih dulu ke dalam perutnya si cucut!"
Habis berkata, Pek Thong berpaling, justru ia melihat sebuah layar putih dan besar lagi mendatangi.
Cit Kong juga sudah lantas mendapat lihat layar itu, bahkan segera ia mengenali kayar perahunya
Auwyang Hong. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tiga orang ini mendapat harapan, maka semangat mereka seperti terbangun. Kwee Ceng mendekati Pek Thong, untuk membantu kakak angkatanya itu.
Lekas sekali, perahu besar telah tiba, dari situ lantas dikasih turun dua perahu kecil, untk menolongi tiga orang itu.
Pek Thong memuntahkan darah tetapi ia masih bicara sambil tertawa, suatu tanda nyalinya sangat besar, kematian dipandang sebagai berpulang". Ia
menunjuk kepada kawanan hiu itu dan mencaci kalang kabutan.
Auwyang Hong dan keponakannya menyambut di
kepala perahunya. Hati mereka gentar akan
menyaksikan di laut situ berkumpul demikian banyak ikan hiu itu".
Tapi Auwyang Hong menjadi ketarik hatinya. Ia suruh beberapa orangnya memancing, umpamnya daging, maka lekas sekali mereka dapat mengail delapan ekor ikan ganas itu.
"Bagus!" tertawa Ang Cit Kong sambil menuding ikan itu. "Kau tidak dapat gegares kami, sekarang kamilah yang bakal gegares dagingmu!"
Auwyang Kongcu tertawa. "Keponakanmu ada mempunyai daya untuk peehu membalas sakit hati!" katanya. Ia perintah orangnya mengambil bambu, yang terus diraut lancip dan tajam, kemudian sesudah dengan tombak mulut ikan
dipentang, tonggak bambu itu dikasih masuk ke dalam mulut ikan itu, yang akhirnya dilepas pulang ke laut.
"Inilah cara untuk membikin mereka untuk selamanya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tidak dapat makan!" berkata si anak muda sambil tertawa. "Berselang delapan atau sepuluh hari, mereka bakal mampus sendirinya!"
"Inilah kekejaman!" pikir Kwee Ceng. "Cuma kau yang dapat memikir akal ini. Ikan yang doyan gegares ini bakal mati kelaparan, sungguh hebat!"
Ciu Pek Thong melihat sikap tak puas dari Kwee Ceng, ia tertawa dan berkata: "Anak, kau tidak puas dengan ini cara, kejam sekali, bukankah" Ini dia yang dibilang, kalau pamannya yang jahat mesti ada keponakan yang jahat juga."
Adalah biasa bagi See Tok Auwyang Hong, jikalau orang mengatakan dia jahat, dia tidak menjadi kurang senang, bahkan sebaliknya, dia girang sekali. Maka itu mendengar perkatannnya Ciu Pek Thong, dia
tersenyum. "Loo Boan Tong," dia berkata, "Permainan kecil sebagai ini apabila dipadu sama kepandaiannya si mahkluk berbisa bangkotan bedanya masih sangat jauh. Kamu bertiga telah dikeroyok sekawanan cucut cilik, tetapi kamu sudah lelah hingga tak dapat bernapas. Untukku, itulah keroyokan tidak berarti."
"Oh, si mahluk berbisa bangkotan sedang mengepul!"
berkata Ciu Pek Thong. "Jikalau kau dapat mengeluarkan ilmu kepandaianmu dan sanggup
membuatnya semua cucut ini terbasmi habis, maka aku si bocah bangkotan yang bakal berlutut dan mengangguk-angguk di hadapanmu dan tigaratus kali dan aku akan memanggil engkong padamu!"
"Sampai begitu, itulah aku tidak berani terima," berkata Auwyang Hong. "Jikalau kau tidak percaya, bolehlah kita berdua bertaruh!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Bagus, bagus!" berseru Pek Thong. "Bertaruh kepala pun aku berani!"
Ang Cit Kong sebaliknya bersangsi.
"Biarnya ia pandai mengukir langit, tidak nanti dia dapat membunuh ikan ratusan itu semua," pikirnya.
"Aku khawatir dia mengandung maksud jahat lainnya?"
Auwyang Hong tertawa. "Bertaruh kepala orang, itulah tak usah!" katanya.
"Jikalau aku menang, cukup aku minta kau melakukan satu apa yang kau tidak dapat tampik, dan jikalau aku yang kalah, terserah kepadamu kau hendak
menitahkan apa padaku. Kau lihat, tidakkah ini bagus?"
"Taruhan apa juga yang kau kehendaki, aku terima!"
menjawab Ciu Pek Thong. Auwyang Hong segera berpaling kepada Ang Cit
Kong. "Aku minta saudara Cit menjadi saksi!" katanya.
"Baik!" Cit Kong menerima. "Hanya hendak aku menanya, kalau seorang menang dan apa yang dia kehendaki, orang yang kalah tidak dapat
melakukannya atau dia menolak untuk melakukannya, bagaimana?"
"Dia harus terjun ke laut supaya dia digegares cucut!"
berkata Ciu Pek Thong. Auwyang Hong tersenyum, ia tidak membilang suatu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
apa, dia hanya menitah satu orangnya membawakan dia sebuah cangkir kecil terisi arak, lalu dengan dua jari kanannya ia menjepit lehernya ular di kepala tongkatnya, untuk mementang mulutnya, maka dari mulut itu terus mengalir keluar racunnya, masuk ke dalam cawan itu, habis mana itu cawan ia sambuti. Di situ terlihat bisa ular memenuhi separuh cangkir, warnanya hitam. Kemudian ia meletaki ularnya, ia ambil yang seekor pula, untuk dikeluarkan juga racunnya seperti pertama tadi.
Habis dikuras bisanya, kedua ular itu melilit di ujung tongkat, tubuhnya tak berkutik, rupanya keduanya sangat letih dan tenaganya habis.
Auwyang Hong memerintah mengambil seekor cucut, diletaki di lantai perahu. Dengan tangan kiri ia pegang mulutnya ikan itu bagian atas, mulutnya bagian bawah ia injak dengan kakinya, begitu ia mengerahkan tenaganya, mulut ikan itu terus terpentang lebar. Tidak tempo lagi, bisa ular di dalam cawan itu dituang ke dalam mulut ikan. Setelah itu, mulut ikan itu dilepaskan hingga menjadi tertutup pula. Akhirnya, See Tok memperlihatkan kepandaiannya yang lihay. Ia geraki tangan kirinya, ia menyolok menampak ke perut ikan itu, lalu ia mengangkat dengan kaget, menyusul mana tubuh ikan yang besar itu terlempar ke laut, suaranya menjublar hebat, air lautnya muncrat tinggi.
"Ah, aku mengerti sekarang!" Pek Thong berseru tertawa. "Inilah caranya si pendeta tua bangka mematikan kutu busuk!"
"Toako, apakah artinya si pendeta tua bangka mematikan kutu busuk?" Kwee Ceng tanya.
"Kau belum tahu?" menyahut sang toako. "Di waktu dulu di kota Pianliang ada seorang pendeta yang jalan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mengitar di jalan-jalan besar sambil berteriak-teriak menjual obat peranti membinasakan kutu busuk, katanya obatnya sangat manjur, umpama kata obatnya itu tidak dapat membinasakan kutu busuk hingga habis bersih, ia suka mengganti kerugian pada si pembeli dengan harganya obat sepuluh kali lipat. Dengan caranya ini ia menjadi dapat banyak pembeli, obatnya sangat laku. Tinggal si pembeli obat. Satu pembeli pulang untuk menyebar obatnya di pembaringannya.
Malamnya" Haha! Kawanan kutu busuk tetap datang bergumul-gumul, dia digigiti hingga setengah mampus!
Besoknya dia cari si pendeta, dia minta ganti kerugian.
'Tidak bisa jadi obatku todak mujarab!' kata si pendeta.
'Kalau benar gagal, tentulah kau salah memakainya".'
Si pembeli tanya, 'Habis bagaimana cara
memakainya"' Si pendeta menyahuti: ' Kau tangkap si kutu busuk, kau pentang bacotnya, kau cekuki dia obat ini. Jikalau kutu busuk itu tidak mampus, besok baru kau datang pula padaku"' Pembeli itu jadi
mendongkol. Katanya, 'Kalau aku dapat tangkap kutu busuk itu, asal aku pencet, masa dia tidak mampus"
Kalau begitu, untuk apa aku beli obatmu"' Lalu si pendeta menyahuti secara enak saja, 'Memangnya aku pun tidak larang kau memencetnya!'"
Mendengar itu Kwee Ceng, Ang Cit Kong dan
Auwyang Kongcu juga tertawa berkakak. Hanya See Tok si Bisa dari Barat meneruskan berkata: "Obatku tidak sama dengan obat peranti mematikan kutu busuk dari pendeta itu."
"Coba kau menjelaskannya," minta Ciu Pek Thong.
Auwyang Hong menunjuk ke laut.
"Nah, kau lihat di sana!" sahutnya.
Cucut tadi, setelah jatuh di air, dia timbul pula,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
perutnya lebih dulu. Dia mati dengan lantas. Segera setelah itu, tujuh atau delapan ekor cucut lainnya datang, untuk menyambar menggigit, menggerogoti dagingnya, disusul oleh yang lainnya lagi. Sebentar saja, cucut itu habis tinggal tulang-tulangnya yang tenggelam ke dasar laut. Hanya aneh semua cucut yang menggerogoti itu, hanya berselang beberapa menit, pada timbul pula dengan perut di atas, tubuhnya mengambang. Sebab semauanya telah mati. Lalu
mereka dikeroyok pula oleh yang lain-lainnya, yang masih hidup. Kejadian ini terulang lagi. Setaip cucut yang memakan daging kawannya lantas mati, dia digegaresi kawan lainnya, kawan ini pun mati dan menjadi makanan kawannya lagi. Demikian
seterusnya, matilah setiap cucut yang makan daging kawannya sendiri. Maka juga selang sekian lama, bukan puluhan melainkan ratusan mayat cucut pada mati ngambang. Mungkin itu akan menjadi ribuan korban".
Menyaksikan itu, Ang Cit Kong menghela napas.
"Tua bangka beracun, tua bangka beracun!" katanya.
"Dayamu sungguh-sungguh sangat jahat! Cuma bisanya dua ekor ular, korbannya begini banyak"."
Auwyang Hong tidak menjawab hanya ia mengawasi Ciu Pek Thong, dia tertawa girang sekali, tandanya hatinya sangat puas.
Pek Thong membanting-banting kakinya, tangannya mencabuti kumisnya.
Di muka air, di sana sini, terlihat hanya
mengambangnya bangkai-bangkai cucut.
"Saudara Hong," kata Cit Kong kemudian, "Ada satu hal yang aku tidak mengerti, ingin aku kau
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menerangkannya." "Apa itu saudara Cit?" tanya Auwyang Hong.
"Racunmu secangkir, kenapa lihaynya begitu rupa dapat membinasakan cucut begini banyak?"
"Itulah sederhana saja!" Auwyang Hong tertawa. "Inilah disebabkan bisa ularku berbisa luar biasa. Kalau bisa ini dimakan seekor ikan, ikan itu keracunan, lantas semua dagingnya menjadi beracun juga, kalau dia dimakan oleh cucut yang lain, cucut itu pun mati keracunan. Keracunan ini terjadi terus-menerus, racunnya bahkan jadi semakin hebat, bukannya
menjadi berkurang. Dan bekerjanya racun tak habis-habisnya."
Kata-katanya See Tok ini dibuktikan dengan cepat.
Kecuali bangkai cucut, di situ tidak ada cucut lainnya lagi yang masih hidup. Mungkin ada yang telah kabur.
Ikan-ikan kecil pun menjadi korban cucut atau kabur juga".
Laut lantas menjadi tenang seperti biasa.
"Lekas, lekas menyingkir!" berkata Cit Kong. "Hawa racun di sini sangat hebat!"
Auwyang Hong memberikan titahnya maka tiga buah layar perahunya dikerek naik, hingga di lain saat perahunya itu sudah menggeleser menuruti sampokan angin Selatan menuju ke barat laut.
"Tua bangka berbisa, benar-benar bisamu hebat,"
berkata Pek Thong kemudian. "Sekarang kau menghendaki aku berbuat apa" Kau bilanglah!"
Auwyang Hong tertawa. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Silahkan tuan-tuan masuk ke dalam dulu untuk menyalin pakaian," ia berkata. "Kita pun perlu dahar dan beristirahat. Tentang pertaruhan, kita boleh bicarakan perlahan-lahan."
"Tidak, tidak bisa!" berkata Pek Thong, yang tidak sabaran. "Kau mesti menyebutkannya sekarang juga!"
Auwyang Hong tertawa. "Kalau begitu, saudara Pek Thong, silahkan ikut aku!"
katanya. Kwee Ceng dan Ang Cit Kong melihat Pek Thong
diajak Auwyang Hong dan keponakannya ke perahu bagian belakang, mereka sendiri di minta datang ke gubuk depan dimana empat nona berseragam putih muncul untuk melayani.
Cit Kong tertawa, dia berkata; "Seumurku, aku si pengemis tua, belum pernah begini beruntung".!"
Ia lantas dibukai pakaiannya, tubuhny digosoki dengan sabun.
Mukany Kwee Ceng merah, ia tidak berani meloloskan pakaiannya.
"Takut apa?" kata Ang Cit Kong tertawa. "Masa kau nanti digegares?"
Dua nona menghampirkan, akan membukai sepatu
dan ikat pinggangnya. Pemuda ini lantas mendahului membuka sepatunya, ia menutupi diri dengan seprai, dengan cara itu ia menukar baju dalam.
Cit Kong tertawa lebar, begitu pun keempat nona
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pelayan itu". Baru habis mereka berdandan, dua nona datang
membawa masing-masing penampan berisikan arak, sayur dan nasi putih. Katanya mereka, majikan mereka mempersilahkan keduanya dahar seadanya saja,
Kwee Ceng sudah lapar, ia lantas menyeret kursi.
"Mari, suhu!" ia mengajak.
"Kamu pergi dulu," kata Cit Kong kepada kedua nona itu, tangannya diangkat, "Aku si pengemis tua tidak dapat dahar, apabila aku melihat nona-nona cantik manis!"
Kedua nona itu tertawa, mereka berlalu seraya menutup pintu perahu perlahan-lahan.
"Lebih baik jangan makan ini," ia bilang. "Si tua bangka berbisa sangat licin dan licik. Kita makan nasi putih saja."
Habis berkata, Cit Kong menurunkan cupu-cupu
araknya, ia membuka tutupnya dan menggelogoki dua ceglukan, setelah itu, ia mulai dahar, nasi saja. Kwee Ceng turut dahar. Mereka makan tiga mangkok.
Sayurannya mereka tuang ke bawah lantai perahu.
"Entah dia minta apa dari Ciu Toako," kata Kwee Ceng kemudian.
"Entahlah, tetapi pasti sudah bukan urusan benar!"
sahut Cit Kong. Ketika itu pintu dibuka perlahan-lahan, satu nona berdiri di depan pintu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ciu Loo-ya-cu mengundang tuan Kwee ke belakang,"
kata dia. Kwee Ceng mengawasi gurunya, terus ia ikut budak itu. Mereka jalan dari samping pergi ke belakang.
Angin mulai meniup keras, perahu terombang-ambing.
Si nona bertindak perlahan, tetapi terang ia mengerti ilmu silat. Di belakang, ia mengetok pintu tiga kali, perlahan-lahan, lalu ia menanti sebentar, untuk kemudian membukanya pintu dengan perlahan juga. Ia pun kata dengan perlahan: "Tuan Kwee sudah datang!"
Kwee Ceng masuk ke dalam, lantas pintu di belakang ditutup rapat. Ia lihat sebuah ruang kosong, tidak ada orangnya. Ia heran. Tengah ia berpikir, pintu di samping kiri ditolak, di situ muncul Auwyang Hong serta keponakannya.
"Mana Ciu Toako?" tanya Kwee Ceng.
Auwyang Hong tidak lantas menyahuti, ia hanya menutup dulu daun pintu, lalu ia maju satu tindak.
Mandadak saja ia mengulur sebelaha tangannya
menyambar tangan kiri Kwee Ceng. Pemuda ini tidak menyangka jelek, orang pun sangat sebat, tak dapat ia menghindarkan diri. Bahkan ia terus dipencet nadinya hingga ia tak dapat berkutik lagi. Di lain pihak Auwyang Kongcu dengan sangat gesit menyambar pedang di dinding perahu, menghunus itu, ujungnya terus diancamkan ke tenggorokan orang!
Kwee Ceng berdiri menjublak. Ia bingung hingga ia merasakan kepalanya pusing. Ia tidak mengerti, apa maksudnya itu paman dan keponakan.
Lalu terdengar Auwyang Hong tertawa tawar.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Loo Boan Tong telah kalah bertaruh denganku,"
katanya, "Tetapi ketika aku titahkan ia melakukan sesuatu, ia menolak!"
"Oh"!" Kwee Ceng berseru tertahan. Ia mulai mengerti.
"Aku menyuruh ia menulis Kiu Im Cin-keng untuk aku lihat," Auwyang Hong memberikan keterangan terus.
"Lalu ia membilangnya bahwa itulah tidak masuk hitungan!"
Kwee Ceng pun berpikir, "Tentu sekali mana toako sudi mengajarimu?"" Ia lalu menanya: "Mana Ciu Toako?"
Auwyang Hong tertawa pula dengan dingin.
"Dia telah membilang, jikalau dia tidak bicara, ia nanti terjun ke laut untuk tubuhnya dipakai memelihara ikan cucut," ia menyahuti. "Kali ini dia tidak menyangkal."
Kwee Ceng kaget tidak terkira.
"Dia"dia?" serunya. Ia mengangkat kakinya, berniat lari keluar. Tapi keras cekalannya See Tok, ia terus ditarik kembali.
Auwyang Kongcu pun menggeraki tangannya maka
ujung pedangnya membuat baju orang pecah dan dan membentur tubuh.
Auwyang Hong menuding ke meja di mana ada alat-alat tulis.
Pukulan Naga Sakti 11 Kisah Sepasang Rajawali Karya Kho Ping Hoo Pedang Kayu Harum 2

Cari Blog Ini