Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung Bagian 18
'Gien jie, jangan pergi!" secara samar samar terdengar
suara yang amat merdu berkumandang datang.
Ular itu baru saja meluncur separuh jalan mendadak putar
kepala dan laksana kilat yang menyambar berkelebat kembali
ketempat semula, Saat itulah Liem Tou baru tahu kalau didalam lembah
tersebut bukan saja ada penghuninya bahkan memelihara
juga seekor ular besar yang berwarna keperak perakan.
Tidak terasa Liem Ton semakin dibuat tertegun lagi oleh
kejadian tersebut. Pada saat Liem Tou lagi berdiri termangu mangu itulah
mendadak dari belakang tubuhnya berkumandang datang
suara seorang perempuan yang lagi membentak nyaring,
"Lelaki liar dari mana yang sudah datang kemari " berani
mencari gara gara kedalam lembah mati hidup ini?"
Sewaktu Liem Tou dapat mendengar didalam lembah
gunung laksana sorga ini ternyata ada seorang gadis bahkan
nama lembah itupun belum pernah terdengar dia jadi
termangu-mangu. Dengan cepat dia menoleh kebelakang dan disekelilingnya
tetapi tak tampak sesosok bayangan manusiapun tidak kuasa
lagi dia sudah bergumam seorang diri:
"Apanah aku benar benar sudah menemui setan?"
"Siapa yang setan" kau baru benar-benar setan!" teriak
orang itu lagi dari belakang tubuhnya
Dari nada suaranya yang polos dan lucu jelas menunjukkan
kalau orang itu adalah seorang bocah perempuan yang masih
muda. Liem Tou merasa semakin terperanjat lagi, pikirnya:
"Jika didengar dari nada suaranya sudah jelas dia seorang
bocah perempuan yang masih kekanak kanakan, tetapi
bagaimana bisa memperoleh kepandaian silat yang begitu
lihai" kenapa sampai bayangan tubuhnya pun sama sekali
tidak kelihatan?" Pikirannya dengan cepat berputar, dengan cepat dia menoleh
kebelakang. Tetapi kembali terdengar suara cekikikan sedang
bayangannya lenyap kembali tak berbekas.
Tidak terasa hatinya merasa rada kheki juga, bentaknya:
"Kalau memangnya kau bukan orang setan kenapa tidak suka
unjukkan diri untuk bertemu?"
"Hii-.. hii.. hii. .. kau sendiri yang tak dapat melihat diriku,
sekarang harus mau salahkan siapa lagi ?" sahut orang itu
sambil tertawa cekikikan.
Mendadak terasa bayangan hijau berkelebat mendatangi
dihadapannya sudah berdiri seorang gadis berbaju hijau yang
baru berusia enam tujuh belas tahunan. wajah gadis itu amat
cantik dan menawan hati. dengan sikap setengah tertawa
setengah tidak terutama sepasang matanya yang bulat besar
memandang kearah Liem Tou tak berkedip, Tidak terasa lagi
Liem Tou merasa hatinya rada tergetar, pikirnya :
Jilid 34 : Di dalam lembah
Nona ini sangat menawan hati tetapi bagaimana mungkin
bisa berdiam seorang diri di tengah lembah yang amat sunyi
ini?"" Berpikir akan hal itu dia lantas tersenyum.
"Cayhe Liem Tou sedang lewat di gunung ini harap nona
suka memberi petunjuk yang berguna" katanya.
Gadis yang ada dihadapannya segera tertawa cekikikan
sambungnya dengan cepat. "Lembah mati hidupku ini selamanya belum pernah
kedatangan orang asing, kau mau pergi kemana" ada urusan
apa datang kemna" bilamana bukannya aku mencegah
dengan cepat ada kemungkinan kau sudah ditelan oleh Gien
jie!' Mendengar perkataan tersebut Liem Tou segera
menjulurkan lidahnya memperlihatkan rasa ketakutan.
Yang nona maksudkan apakah ular yang memancarkan
sinur keperak perakan tersebut?" tanyanya.
Dengan perlahan gadis itu mengangguk,
Pikiran Liem Tou dengan cepat berputar, mendadak dia
mundur satu langkah kebelakang dan sengaja memperlihatkan
rasa ketakutan, 'Nona memelihara seekor ular yang demikian besar dan
tinggal dil embah mati hidup ini. apakah kau ingin
menghadang diriku untuk merampok harta kekayaanku "
cayhe adalah seorang sastrawan yang miskin, harap nona
suka melepaskan satu jalan hidup buat diriku."
Sehabis berkata kembali dia menjura memberi hormat.
Sewaktu nona itu mendengar Liem Tou minta ampun
kepadanya dia lantas tertawa cekikikan, jawabnya.
"Tidak mungkin walaupun gien jie itu kelihatannya amat
galak tetapi selamanya belum pernah makan orang dia sudahh
berjaga selama ratusan tahun lamanya dikelilingi rumput mati
bidup itu selamanya belum pernah meninggalkan lembah ini"
Liem Tou cuma memandangi dirinya tanpa menjawab,
mendadak gadis itu menghentikan perkataannya sedang sang
mata dengan liar nya menyapu dirinya sekejap.
"Baiklah !' ujarnya kemudian, "Kau adalah orang asing
pertama yang mendatangi lembah ini maka aku akan anggap
kau sebagai tetamu dan memberi keistimewaan kepadamu
untuk beristirahat di daiam lembah, tetapi besok pagi kau
harus berangkat, mau tidak"
Liem Tou berpikir sebentar, dia merasa tidak urung hari ini
tidak berhasil menemukan si kakek tna berambut putih itu, dia
lantas mengangguk dan mengikuti gadis itu masuk kedalam
lembah, Sttelah berjalan beberapa saat lamanya, mendadak Liem
Tou teringat kembali kalau kerbaunya masih ada didepan,
diapun merasa tidak erak untuk membawanya serta tanpa
seijin gadis tersebut, teriaknya kemudian:
'Nona mengijinkan aku untuk beristirahat disini cayhe
merasa sangat berterima kasih sekali, tetapi bolehkah
kerbauku ini dibawa serta masuk ke dalam ?"
"Binatang tak berpikir. tidak boleh ! bilamana kau berani
membawanya masuk aku akan segera perintahkan Gien jie
untuk menggigitnya" Liem Tou tidak dapat berbuat apa apa, terpaksa dia
meninggakan kerbaunya di luar lembah dan memesannya
beberapa kata. Setelah itu dia baru meloncat turun ke bawah lembah,
setelab melewati suatu tanah rerumput yang tebal sampailah
dia orang di sebuah kebun bunga yang lebat. dengan langkah
yang perlahan dia melanjutkan perja anannya ke depan.
Sang gadis dengan memimpin Liem Tou berjalan masuk ke
dalam kebun bunga itu dan berjalan putar balik tidak
menentu. Lama kelamaan Liem Tou merasa juga kalau keadaan agak
aneh, dia tahu bunga banga itu pisti bukanlah tumbuh dengan
sendirinya tetapi diatur sesuai dengan barisan Kioe Koa Pat
Kwa yang amat aneh sakali.
Gadis itu tidaK mengucap sepatah katapun. dia membawa
dia orang jalan berputar putar sebentar mundur atau ke kiri
atau kekanan, sedang Liem Tou sambil mengingat ingat
barisan tersebut mengikuti terus dari belakangnya.
Liem Tou pernah mempelajari barisan Kioe Kong Pat Kwa
dari kitab pusaka Toa Loo Cin Keng. tetapi saat ini semakin
berjalan dia merasa hatinya semakin terperanjat karena
barisan tersebut dia sama sckali tidak mengerti, dia cuma bisa
mengingat, ingatannya dengan paksa tetapi dengan demikian
pula rasa terkejutnya terhadap gadis itu semakin terjadi.
Pikirnya; "Sewaktu bertemu muka tadi jelas ilmu me ringankan
tubuhnya jauh lebih tinggi satu tingkat dari diriku ditambah
lagi barisan yang aneh dan sukar untuk dipecahkan ini
bilamana dia sengaja mengaturnya buat diriku maka aku tak
akan berkutik lagi."
Berpikir sampai disini diam diam Liem Tou menghela napas
panjang dan sambungnya lagi:
"Heai'.,. perduli bagaimanapun akn sudah mencuci tangan
dan bukan manusia dunia kang ouw lagi. walaupun
kepandaian silat dari gadis ini amat tinggi asalkan aku tidak
bergerak melawan dirinya bukankah urusan sudah jadi
beres?"' Bilamana dia tidak berpikir masih tidak mengapa, setelah
berpikir akan hal itu hatinya jadi semakin bingung jalan yang
diingatnya tadipun kini sudah terlupakan sama sekali. Tetapi
dia masih bisa tersabar diri, "Nona!' tanyanya "Kenapa kita
harus berputar putar terus di dalam kebun ini apakah
rumahmu masih jauh ?"
Mendengar perkataan tersebut gadis itu segera tersenyum.
Baru berjalan beberapa langkah apakah kau sudah merasa
lelah maka tetus terang saja aku beri tahu kepadamu,
perjalanan masih belum ditempub separuhnya kebetulan sekali
ini hari kau bisa nenerjang kemari, bilamana di dalam waktu
biasanya pemandangan di daiam lembah ini tidak bakal bisa
terlihat jelas." Bunga rumput pohon dan kayu bisa dipan ang dan diraba
kenapa bisa tidak kelihatan apakah kau benar adalah setan
dan tempat ini adalah dunia halus?"
Gadis itu segera menghentikan langkahnya dan putar
hadan 'Kau jangan bicara sembarangan lagi". bentaknya keras.
Bilamana aku adalah setan maka kau tidak bakal bisa hidup
sampai sekarang ." Liem Tou cuma bisa menjulurkan lidahnya dan menjadi
tenang kambali. dia kembali ikut berputar dan berjalan
beberapa lama. Mendadak dihadapannya muncullah seekor
ular raksasa yang berwarna merah dengan tubuh sebesar
gentong air elihatannya sangat menyeramkan sekali.
Tidak terasa Liem Tou merasa rada cemas dia pura pura
memperlibatkan rasa terperanjatnya yang bukan alang
kepalang. Gadis itu ketika melihat Liem Tou tidak berani ikut maju ke
depan lantas menggoda. "Kau takut yaaa " tadi aku sudah bilangkan kalau gien jie
tidak bakai melukai orang sebelum dapat perintahku."
Liem Tou yang didalam hati bermaksud untuk memancing
lebih jelas lagi akan persoalan tersebut segera ujarnya:
'Keadaan amat menyeramkan dan membuat orang jadi
merasa takut. sebenarnya daun merah yang dijaga olehnya itu
barang pusaka apa?" Bilamana membicarakan soal dedaun merah itu kau
janganlah lerlalu pandang remeh barang itu, dedaun itu
bernama rumput mati dan hidup, dan nama dari lembah mati
hidup inipun timbul karena daun tersebut.
Walaupun daunnya kecil tetapi bilamana dimakan oleh
orang yang berlatih ilmu silat maka sama saja dengan
mendapat tambahan sepuluh tahun latihan, setiap orang yang
makan dedaunan ini pasti akan mati satu kali bilamana orang
yang bisa makan maka dia akan mati selama satu tahun
lamanya; sebaliknya bilamana yang makan daun itu adalah
seorang yang memiliki tenaga dalam maka selama tiga lima
hari atau satu bulan dia akan mati hal ini tergantung
bagaimana dahsyatnya tenaga dalam yang dimiliki.
Mendengar sampai disitu tidak tertahan lagi Liem Tou
segera menjerit kaget tetapi dalim hati dia merasa setengah
percaya setengah tidak dia tidak percaya kalau didalam kolong
langit benar benar ada semacam rumput mati hidup yang bisa
mematikan manusia untuk sementara waktu.
'Perkataan dari nona ini cayhe merasa rada tidak percaya"
seruaya keheranan. "Bilamana seorang manusia makan
ratusan lembar daun utu bukankah dia akan sadar kembali
setelah ratusan tahun kemudian" "
Betul perkataanmu benar sekali! teriak gadis itu dan sangat
kegirangan. "Memang begitu adanya bahkan akupun pernab
makan seratus...." Tetapi baru saja berbicara sampai kata kata seratus
mendadak dia menutup mulutnya tak berbicara.
Dengan rasa tertegun Liem Tou memandang dirinya lalu
gumamnya seorang diri : "Kalau bagitu apakah nona sudah berusia di atas seratus
tahun ?" Mendengar perkataan itu air muka gadis tersebut segera
berubah jadi merah padam.
'Sesukamu mau bicara bagaimana poyoknya aku belum
sampai berubah jadi seorang nenek tua yang sudah reyot"
bentaknya. Sambil berkata dia lantas memetik beberapa lembar daun
mati hidup dan diserahkan kepada Liem Tou
Aku seoraru diri hidup di lembah ini. setiap hari kecuali
bermain denga gien jie paling banter duduk bersemedi,
sedang supek sendiripun setiap tahun cuma datang satu kali
aku benar benar merasa rada kesepian. ini hari kau suka
datang hatiku merasa amat girang, beberapa lembar daun ini
aku hadiahkan kepadamu".
Liem Tou segera menerima daun itu dan langsung
dimasukkan Ke dalam mulutnya.
"Eei - - eei tak bisa jadi, tak bisa jadi" Teriak gadis itu
dengan terperanjat. "Kalau mati yaa mati, tapi jangan mati
disini, bila mana kau ada disini bagaimana dengan mayatmu "'
'Nona harap berlega hati' ujar Liem Tou sambil tertawa.
?"Bilamana aku sungguh sungguh mau mati juga tak akan
mati ditengah gunung yang begitu sunyi sehingga jadi setan
gentayangan, kau tak usah berteriak aku sendiri juga tak akan
melakukannya," "Aku masih mengira kau adalah seorang yang jujur"ujar
gadis itu lagi sambil tertawa. "Tak disangka kau pun sama
sekali tak jujur." Liem Tou lantas menyimpan beberapa lembar daun itu ke
dalam sakunya lalu mengikuti gadis itu masuk kedalam
lembah tersebut. Terlihatlah di tiga bagian tempat itu ditutupi dengan
dinding batu yang tigginya
ada beberapa kaki, sedang dinding sebelah kiri terukir
empat kata : "Daripada hidup lehih baik mati."
Di atas kata kata "Mati" tertancaplah sebilab pedang kuno
yang menembus ke dalam batu itu sehingga tinggal
Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
gagangnya saja yang tertinggal di luar:
Liem Tou merasa keberanan. barusaja dia bermaksud
untuk menanyakannya gadis tersebut sudah meloncat ke
tengah batu itu dan mengangkat sebuah batu yang amat
besar "Tamu terbormat, silahkan masuk !" teriaknya sambil
menggape. Belum sempat Liem Ton memberi jawaban dia sudah
masuk terlebih dulu ke dalam. terpaksa Liem Tou pun ikut
masuk ke dalam. Tampak ruangsn dinding di dalam gua tersebut amat besar.
kursi maupun meja terbuat dari batu tersebar di tempat itu.
Gadis itu lantas menuding kes ebuah kursi batu dan
persilahkan Liem Tou untuk duduk disana. sedang dia sendiri
dengan gesitnya menekan sebuah tombol membuka sebuah
pinty dan berjalan masuk ke dalam.
Tidak sedang lama kemudian dia sudah keluar dengan
membawa buah buahan segar.
Melihat akan hal itu Liem Tou jadi keheranan, dalam hati
pikirnya diam diam : "Aku disebabkan hendak mencari si kakek berambut putih
itu sudah memasuki tempat tinggalny. gadis ini aku tidak tahu
siapakah namanya dan bagaimana dahsyat kepandaian
silatnya, aku hsrus baik baik menyelidiki dia orang dan
mencari tahu bagaimana keadaannya."
Baru saja dia berpikir sampai disitu dan hendak
mengucapkan sesuatu mendadak gadis tersebut sudah
mengerutkan wajahnya, dengan pandangsn yang amat tajam
dan dingin dia pandang wajah Liem Tou tak berkedip.
"Siapakah namamu aku sudah tabu bahkan akupun
mengetahui kalau kau memiliki kepandiaian silat yang amat
tinggi. Sekarang aku mau tanya padamu, sebetulnya karena
urusn apa, kau telah berani mendatangi gunung
Hong san ini " Bilamana kau berani berbohong, hmmm
hmm! Jangan harap kau orang bisa lolos dari lembah ini."
Liem Tou yang melihat dia orang berubah seratus delapan
puluh derajat hatinya merasa rada berdesir.
Diam diam lantas pikirnya di hati : "Ini hari aku benar
benar sudah bertemu dengan setan."
Tetapi dia bernyali besar dan berkepandaian tinggi,
Walaupun menhadapi peristiwa itu, hatinya masih tetap
tenang tenang saja "Nona harap kau jangan menaruh banyak
curiga" ujarnya sambil tertawa.
Aku Liem Tou benar benar lewat di tempat ini dan bertemu
secara kebetulan saja, sedang mengenai ilmu silat cayhe cuma
pernah berlatih beberapa hari saja, tetapi sekarang aku sudah
mengunci tanganku keadaanku mirip seperti orang biasa."
Sepasang mata gadis itu dengan amat dunginuya
memandang tajam wajahnya lalu mendengus dengan amat
dinginnya. "Kau sungguh sungpuh tidak suka berbicara baikla. aku
mau memperlihatkan semacam barang keppdamu."
Sembari berkata dengan perlahan dia menekan sebuah
botol di dinding sebelah kanan dengan perlahan dinding
tersebut membuka sebingga terlihatlah pemandangan
didalamnya, Pemuda itu hanya merasakan hatinya berdesir bulu kuduk
pada berdiri mendadak dia bangkit berdiri sedang tenaga
dalamnya disalurkan ke seluruh tubuh siap siap meng-hadapi
segala kemungkinan. Kiranya dibalik pintu itu adalah sebuah ruagan batu yang
tidak begitu luas tetapi saat ini sudab dipenuhi dengan
kerangka manusia bahkan kerangka itu ada suatu
keistimewaannya yaitu disetiap batok kepalanya terteralah
lima buah lubang. Sekali pandang saja Liem Tou sudah dapat melihat kalau
orang orang itu mati karena terkena cengkeraman yang
mematikan. Gadis itu sewaktu melihat sikpp Liem Tou. yang merasa
tegang pada wajahnya segera terlihat satu senyuman yang
sangat dingin. "Kau sudah melihat jelas barang barang itu, lebih baik
mengaku terus terang"
"Kalau begitu aku beritahukan kepadanya saja urussn ini
tak ada hubungannya maupun sangkut paut dengan dirinya,"
demikian pikir Liem Tou dihati.
Karenanya dia lantas menjawab :
"Aku mendatangi gunung Hing san adalah hendak mencari
seseorang . . . Siapa tahu sewaktu dia hendak mengatakan tentang si
kakek berambut putih itu mendadadak terdengarlah suara
dengusan kerbaunya berkumandang datang disusul dua suara
aneh yang menusuk telinga mengiringinya
. Air muka cadis itu rada jadi melengak teriaknya.
"Kau jangan bergerak dari sini, kerbaumu ada urusan
biarlah aku pergi melihatnya sebentar"
Sehabis berkata tampak bayangan hijau berkelebat keluar
dari dalam ruangan batu itu.
Siat itu suara mendengus kerbaunya semakin lama semakin
keras sampai akhirnya hanya terdengar suara pekikan yang
mengerikan. Dengan adanya suara itu Liem Tou tidak dapat menahan
sabar lagi, ujung kakinya segera menutul permukaan tanah
lalu meluncur keluar dari ruangan dan menerjang ke antara
pepohonan : Tetapi pada saat yang bersamaan pula tampak sinar
keperak perakan berkelebat ular bear berwarna keperak
perakan itu sudah menghalangi perjalanannya.
Dalam hati Liem Tou tahu kalau ular ini sangat pandai
sekali, dengan cepat dia menjura ke arahnya.
'Gien jie . silahkan mundur kerbauku mendapatkan susah,
aku mau pergi menolong dirinya.
Ular berwarna keperak perakan itu masih tetap melingkar
dihadapannya tanpa bergerak, cuma sepasang matanya yang
besar berwarna kehijauan dengan tajamnya memperhatikan
diri Liem Tou, Saat ini kerbaunya berteriak semakin keras lagi babkan
kedengarannya berada dalnm keadaan ysng amat berbahaya,
Liem Tou merasakan batinya berdebar amat keras, dengan
cepat serunya kembali : Gien jie cepat Kau menyiagkirlah kerbauku sudah terjadi
peristiwa, teus terang aku beritahukan kepadamu aku tak
dapat menahan sabar lagi."
Ular yang berwarna keperak perakan itu masih teiap
bergoyang kekanan dan kekiri tiada hentinya. Liem Tou
merasa hatinya semakin khe ki bentaknya kemudian.
"Gien jie cepat memberi jalan, kalau tidak aku tidak akan
membuat sungkan sungkan lagi terhadap dirimu. Walaupun
aku sudah mengunci tangapku, tetapi di daiam ilmu
meringankan tubuh masih bisa digunakan. aku tidak akan
takut kepadamu." Selesai berkata Liem Ton segera meloncat ke atas setinggi
lima enam kaki ingin melompati ular tersebut, tetapi gerakan
dari ular itu amat cepat laksana kilat, mendadak dia
meluruskan tubuhnya ke atas schingga tergantung ditengah
jalan dan tepat menghalaagi perjalanan dari Liem Tou,
Liem Tou ingin sekali menghajar ular itu dengan
menggunakan ilmu telapaknya tetapi dia sudah mengunci
tangannya bila berbuat demikian bukankah sama saja
melanggar perkataan sendiri "
Didaiam keadaan yang kepepet terpaksa dia meloncat
turun kembali ke tempat semula sedang ular itupun lantas
melingkat kembali seperti keadaan semula.
Semakin dipikir Liem Tou merasakan hatinya semangkin
panas, batinnya. 'Ini hari tidak nyana aku bisa dihalangioleh seekor ular dan
sama sekali tidak punya cara untuk menghindarinya. bilamana
bukannya aku mengunci tangan terlebih dahulu sejak tadi
sudah kuhancurkan ular terkutuk ini."
Pada saat itulah dalam hati Liem Ton rada sedikit bergerak,
meadadak dia teringat kembali akan pedang yang tertancap di
atas dinding sebelah kiri itu, kenapa tidak segera mengambil
pedang itu dan digunakan untuk menakut nakuti dirinya lalu
dengan mengambil kesempatan itu keluar dari lembah "
Berpikir sampai disitu dia tiba tiba meloncat ke depan siapsiap
mencabut ke luar pedang itu waktu itulah mendadak
tampak bayangan hijau berkelebat, gadis itu sudah balik
kembali ketempat tersebut.
"Gien jie cepat menyingir ?" bentaknya keras "Liem Tou"
kiranya kau hendak mencari supekku. kini dia sudah datang
dan kau boleh bertemu muka dengan dirinya".
"Siapakah supekmu "* tanya Liem Tou kebingugan setelab
lama dia berdiri tertegun
Sudah tentu Oei Tiap supek, kecuali dia ada siapa lagi "
jawab sang gadis dengan lincahnya.
Baru saja dia selesai berkata dari antara pepobonan
munculnya seorang kakek tua berambut putih, begitu bertemu
dengan Liem Lou dia lastas tertawa terbabak bajak.
'Haa - - - Ha ahli -waris dari Thio Too Long apa kabar
selama perpisahan ini"
Liem Tou sewaktu melihat orang itu bukan lain adalah si
orang tua berambut putih yang dicarinya kesana kemari tak
menentu hatinya merasa sangat girang, mendadak dia
jatuhkan diri berlutut di atas tanah dan menjalankan
pengormatan besar. 'Heng san cianpwee !' ujarnya. 'Berkat perkataan dari
cianpwee aku Liem Tou jadi sadar kembali dan mengetahui
kalau dosaku amat berat. pada sebulan yang aiu di atas
gunung Cing Shia di depan umum sudah mengunci tanganku
dan angkat sumpah berat untuk melakukan perjalanan jauh
datang ke gunung Heng san mencari cianpwee dan minta
maaf atas segala perbuatan yang telah aku lakukan.
Masih mendingan kalau siorang tua beram but putih itu
tidak mendengar perkataan itu, setelah mendengar perkataan
itu dia jadi amat gusar, ujung jubahnya dikebutkan kedepan
Segulung angin pukulan yang amat dahsyat dengan cepatnya
menyembur dari samping tubuh sang pemuda.
Lien. Ton yang sudah punya maksud untuk tidak melawan
begitu angin pukulan tersebuf melanda datang, tubuhnya
segera terhantam jatuh dan berjumpalitan diatas tanah.
"Liem Tou cepat kau menggelinding pergi dari sini, kau
jangan bertemn muka lagi di sini, aku tidak akan menerima
caramu yang sangat luar biasa itu. bentak si orang tua
berambut putih dengin kasarnya. "Tahukah kau Oey Poh si
bocah cilik itu dikarenakan hendak mencari si orang tua telah
berlari ke seluruh gunurg Heng san dan kini terjatuh ke dalam
jurang sebuah tulang kakinya telah patah"
L'em Tou yang mendengar perkataan ini segera merasakan
telinganya jadi mendengung dan hatinyapun ikut merasa
kuatir atas keselamatsn dari Oey Poh, tetapi dia masih tetap
memohon : "Cianpwee, kedatangan boanpwee kali ini benar benar
timbul dari dasar lubuk batiku, cianpwee suka memaafkan
dosa dosaku " Si orane tua berambut putih itu tetap marah marah tetapi
tak sepatah katapun yang dicapkan keluar, mendadak
tangannya diulapkan ke depan dari gerombolan perpohonan
segera bergema datang suara yang amat menyeramkan dan
mendirikan bulu kuduk. Dari antara gerombolan pepohonan muncullah dua ekor
gorilla berwarna kuning yang amat besar, sambil pentangkan
mulutnya lebar lebar kedua ekor binatang itu lantas berjalan
mendekati diri Liem Tou. Melihat hal tersebut Liem Tou jadi amat terperanjat dengan
pandangan yang amat tajam diapun lantas memperhatikan
kedua ekor binatang buas tersebut.
Kedua ekor gorilla itu sambil menggerak gerakkan
tangannya mendesak semakin mendekat sedang Liem Tou
selangkah demi selangkah mundur ke belakang.
Mendadak kera raksasa yang ada disebelah kiri menjerit
lalu bagaikan sambaran angin saja menyambar dada Liem
Tou. Dengan cepat Liem Tou tundukkan badannya untuk
menghindar, siapa tahu kera raksasa itu amat cerdik dadanya
ditekuk kedepan kakinya menyapu membuat sang pemuda
jatuh terpukul rubuh ke atas tanah.
Begitu tubuh Liem Tou jatuh ke atas tanah si kera raksasa
itu pun lantas berhenti menyerang dan berdiri disamping
sambil bertepuk tangan kegirangan.
Liem Tou dengan rasa amat malu merangkak bangun dia
tahu kedua ekor kera raksasa ini sengaja mendapat perintah
untuk mengganggu dirinya. karena itu dengan cepat dia maju
ke depan menjura kepada si orang tua berambut putih itu.
"Kedatangan dari boanpwee kali ini adalah benar benar
timbul dari dasar hatiku, harap cianpwee suka memaafkan
perbuatanku dan mengampuni dosa dosa diri Liem Tou!"
Si orang tua berambut patih itu tetap tak memandang
sekejap pun terhadap diri sang pemuda.
Pada saat itu mendadak kaki kanannya mengencang
dengan tanpa mengeluarkan sedikit suara pun dia sudah kena
diangkat oleh kera raksasa itu dan dibanting ke atas tanah.
Liem Tou tak kuat menahan bantingan tersebut seketika itu
juga tubuhnya terlempar sejaub dua kaki dan mendekam di
atas tanah dengan kepala pening dan dada turun naik tak
menentu. Tetapi Liem Tou tetap bersabar, dia kembali merangkak
bangun dan ujarnya kepada si orang tua berambut putih itu:
"Kalau memangnya cianpwee tidak bermaksud untuk
memaafkan dosaku, kenapa sudah menyuruh binatang
binatang berbulu itu untuk mempermainkan diriku?"
Si orang tua berambut putih itu masib tetap tidak
menggubris. "Hii . . ,hii Liem Tou" seru gadis itu tiba tiba sambil tertawa
cekikikan. 'Tadi kau bi-lang kau sudah mengunci tanganmu
sekarang tentunya kau tahu bukan kalau mengunci tangan
adalah suatu perbuatan yang amat sulit sekali?"
Setelah mendengar perkataan dari gadis itu Liem Tou
segera merasa hatinya rada tergerak, agaknya dia sudah
memahami akan sesuatu tetapi tidak mengerti apa
Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
maksudnya. Waktu itulah kedua ekor kera raksasa itu kembali sudah
mendadak maju dari belah kiri dan sebelah kanan.
Kini Liem Tou sudah bersiap sedia, menanti kedua ekor
kera raksasa itu hampir mendekati tubuhnya meadadak dia
berkelebat menghindar. Kali ini kera raksasa itu menubruk tempat yang kosong,
dengan cepat mereka berdua saling menempelkan tangannya
lalu putar tubuh satu lingkaran, dengan gesitnya kembali
mereka menghalangi di depan tubuh Liem Tou.
Sejak semula Liem Tou sudah memperhatikan akan hal ini.
dia orang mana suka membiarkan dirinya tercengkeram,
tubuhnya dengan cepat berputar dan muudur dua langkah ke
belakang. Siapa tahu kera raksasa itu amat gesit tanpa diduga sama
sekali oleh Liem Tou, mendadak dia putar tubuh meloncat ke
depan sedang yang lain sejak tadi sudah berjongkok di atas
tanah menanti. Separuh kaki Liem Tou belum sempat mencapai permukaan
tanah tubuhnya sudah keburu kena dicengkeram dan dilempar
ke depan segulung tenaga dorongan yang amat keras segera
membuat tubuhnya terlempar sejauh tiga empat kaki.
Tetapi kali ini Liem Tou berhasil berjumpalitan di tengah
udara dan dengan entengnya melayang turun ke atas tanah,
tetapi air mukanya sudah berubah sangat hebat sepasang alis
nya dikerutkan Rapat rapat sedang matanya dengan melotot
lebar lebar memperhatikan kedua ekor kera raksasa itu tanpa
bergerak. Kedua ekor kera raksasa itu sewaktu melihat mereka gagal
merubuhkan Liem Toa kembali menerjang dari kedua belah
sisi. Sampai saat ini Liem Tou tak dapat menahan sabar lagi, dia
segera menoleh ke arah si orang tua berambut putih dan
teriaknya "Heng san cianpwee, walaupun aku Liem Tou sudah
banyak melakukan perbuatan dosa tetapi orang yang aku
bunuh kebanyakan adalah manusia manusia laknat yang
berhati kejam bilamana kau terus menerus menghina dan
mempermainkan diriku aka merasa sangat tidak terima."
Kedua ekor kera itu tanpa mengucapkan kata kata lagi
segera berebut maju ke depan untuk mencecar kembali
serangan serangannya. Liem Tou tidak dapat menahan diri lagi" sepasang matanya
segera melancarkan sinar yang amat tajam.
Kalian binatang terkutuk. cepat tahan. bentaknya keras.
Tetapi Iwekangnya dengan tanpa tersaa sudah disalurkan
kedalam tangannya siap siap melancarkan serangan
mematikan. Tetapi sewaktu dia menoleh ke arah si orang tua berambut
putih itu tampaklah wajahnya pada saat ini sudah berubah
sangat hebat sepasang biji matanya yang jeli dan tajam
dengan seramnya lagi memperhatikan diri Liem Tou.
Sedang gadis itupun entah sejak kapan air mukanya
berubah hebat dan penuh diliputi oleh napsu membunuh.
Liem Tou segera merasakan hatinya bergidik. teringat akan
tindakannya mengunci tangan, hatinya merasa semakin
berdebar. Dengan perlahaa lahan dia menarik kembali tenaga
iweekangnya saat itulah kedua ekor kera raksasa itu sudah
menyerang datang. Liem Tou tepaksa mundur untuk
menghindarkan diri. "Bilamana demikian terus menerus harus sampai kapan
urusan baru selesai" pikir pemuda itu di hati.
Lim Tou segera mengerutkan alisnya rapat rapat,
mendadak teringat olebnya pedang yang tertancap di atas
dinding tersebut, Kenapa tidak menggunakan pedang tersebut
untuk menakut nakuti kera tersebut"'' pikirnya.
Tanpa ragu ragu lagi dia lantas meloncat ke depan dan
mencabut keluar pedang itu, diantara berkelebatnya sinar
kebiru biruan yang menyilaukan mata diselingi suara
dengungan yang memekikkan telinga.
Liem Tou jadi merasa amat terkejut dan dia tahu pedang
itu bukanlah barang biasa melainkan sebilah pedang pusaka
yang sangat berbarga sakali.
Sewakiu dia merasa keheranan mengapa sebilah pedang
pusaka yang demikian bagusnya ditancapksn di atas tebing
batu itu oleb sang gadis serta si orang tua berambut putih
mendadak terdengarlah suara kedua orang itu sudah
membentak keras : Jangan ! Cepat tancapkan kembali ke tempat semula"
Dengan rasa amat tegang mereka berdua menerjang ke
depan dengan gerakan yang sangat cepat lalu bersaha
merebut kembali pedang ke biru biruan yang ada di tangan
Liem Tou itu. Liem Tou yang lagi menyekal pedang mana sukaa direbut
begitu saja, dengan gesitnya dia pun miring ke samping satu
langkah untuk menghindar 'Kalian sudah memaksa kera kera itu untuk mangganggu
aku, apakah aku tidak boleh menggunakan pedang untuk
berjaga diri"'" bentaknya.
"Heeeeeeiiii Liem Tou !" ujarnya
si orang tua berambut putih itu sambil menghela napas
panjang "Aku si orang tua selamanya berhati welas kasih,
sebenarnya kali ini aku hendak gunakan sepasang kera itu
untuk mencoba keteguhan hatimu yang lagi mengunci tangan,
tidak disangka kau sudah mendatangkan bencana, mulai saat
ini mungkin bakal memaksa kau terjerumus kembali ke dalam
kancah pemburuhan yang lebih mendalam, heeii ! Sudah
terlambat' ! Sudah terlambat !"
Sehabis berkata dia lantas duduk bersila menghadap ke
arah dinding tebing itu. Gadis itupun dengan cepat menggape diri Liem Tou sambil
ujarnya: "Heeei kau cepat kemari dan duduklah dibelakang
supekku." Liem Tou yang melihat mereka tak bermaksud lagi untuk
merebut pedang tersebut bahkan menanggapi urusan itu
dengan begitu tegang terpaksa dia mengundurkan diri di
belakang si orang iua berambut puth itu:
Pada saat itulah dari balik dinding batu terdengar suara
tertawa yang amat menyeramkan berkumandang keluar.
suara tersebut kedengarannya sangat menusuk telinga.
Air muka gadis itu segera memperlibatkan rasa ketakutan,
gumamnya seorang diri: "Bilamana dia berar benar keluar maka di kolong langit
pada saat ini tidak bakal ada orang yang dapat
menguasainya." Mendengar perkataan itu Liem Tou jadi melengak.
"Siapakah dia orang" kenapa kalian begitu takut terhadap
dirinya ?" tanyanya keheranan.
"Bilamana dikatakan maka dia adalah suciku" jawab gadis
itu sambil memandang sekejap ke arah Liem Tou. "Tetapi dia
sudah memperoleb seluruh kepandaian silat dari ayabku.
mundurnya partai Heng san pay justru karena dia, wajahnya
amat cantik sekali laksana bidadari tetapi hatinya kejam
bagaikan kalajengking, apalagi kini dia sudah makan ratusan
lembar daun mati hidup dan dikurung dalam ratusan tahun
oleh ayahku. bilamana dia berhasil keluar dari kurungan itu
maka tenaga dalamnya tidak bakal ada yang bisa menandingi.
sekalipun supekku memiliki ilmu lweekang Thay Ih sin Kang
yang amat lihay dapatkah dia menguasai dirinya masih
merupakan satu persoalan yang sulit."
Berbicara sampai disitu dia berhenti sebentar untuk
kemudian balik tanyanya: 'Bagaimana dengan ilmu pedangmu" sampai waktunya kau
boleh pergi menghadapinya. Dia paling takut dengan pedang
Lan Berg Kiam yang ada ditanganmu itu'.
Mendengar perkataan tersebut Liem Tou segera merasakan
hatinya tergetar amat keras Tidak.,. tidak bisa' teriaknya.
"Aku sudah mengunci tanganku. aku cuma menakut ingin
nakuti diri kera kera tersebut dengan pedang ini saja padahal
aku tidak bakal melukal siapapun."
Gadis itu rada melengak tangannya dengan cepat
menyambar merampas kembali pedang Lan Beng Kiam itu
kemudian serunya dengan amat gusar:
'Kalau memang kau orang tidak suka turun tangan lebih
baik jangan berdiri saja disana, terus terang aku katakan
kepadamu, bilamana sampai suciku berhasil meloloskan diri
dari kurungan tersebut maka suatu bencana akan menimpa
seluruh dunia kangouw, Tumpukan tulang yang baru saja kau
lihat adalah tulang tulang dari anak murid Heng san Pay yang
terbinasa ditangan suciku. kau kira di daiam urusan ini kau
orang dapat loloskan diri ?"
Liem Tou yang mendengar dia berkata demikian keras,
merasakan adanya suaiu keseriusan dalam urusan ini, hatinya
pun ikut merasa cemas jaga akhirnya.
'Apa benar perkataanmu itu "' tanyanya. 'Aku sudah
bersumpah tidak bargebrak lagi dengan orang lain, apakah
karena urusan ini aku harus melanggar sumpahku sendiri "
Gadis, itu cemberut makinya:
"Suciku bisa lolos dari kurungannya semua ini disebabkan
karena kau oranp terlalu usil tangan dan mencabut keluar
pedang yang ada di atas tebing itu, dia orang bakalan dapat
mendatangkan bencana yang amat besar bagi dunia
persrilatan. Coba aku mau tanya , dalam persoalan ini apa kau
masih mau berpeluk tangan saja" Biarpun kau sudah pernah
bersumpah atau belum lebih balk kau sedikit tahu situasi dan
keadaan!' Keringat dingin mulai mengucur keluar membasahi
keningnya, hal ini benar benat membingungkan jalan pikiran
Liem Tou Pada saat itulah dinding yang semuia tertututp rapat
dengan perlahan lahan mulai bergeser ke samping disusul
dengan suara tertawa yang amat seram bergema datang.
Gadis itu kelihatan mulai merasa tegang tangannya mulai
menepuk pundak si orang tua berambut putih itu.
"Oei Tiap supek titli dengan membawa pedang ada disini.!"
Orang tua berambut putih itu mengangguk perlahan,
sepasang telapak tangannya dengan perlahan lahan diangkat
ke depan dada siap siap menghadapi sesuatu.
Liem Tou yang melihat kejadian itu segera mengerti kalau
dia orang tua hendak melancarkan satu pukulan yang
mematikan atau sedikit dikitnya melukai orang saar suci dari
gadis itu keluar atau pada saat pintu dinding terbuka lebar.
Setelah melihat jelas kejadian itu mendadak dalam hati
Liem Tou bergerak suatu ingatan teringat gerakan gadis itu
yang menepuk nepuk pundak Oei Tiap loojien suatu akal
berkelabat datang. Mendadak dia menjatubkan diri duduk bersila di belakang
tubuh si orang tua berambut putih itu,
"Asalkan aku tidak turun tangan sendiri untuk melukai
orang hal ini tak bisa diartikan melanggar sumpahku sendiri,
tetapi dengan begitu akupun bisa membantu menyalurkan
tenaga dalam padanya" demikian pikirnya di hati.
Berpikir sampai disitu tenaga dalamnya segera disalurkan
ke depan, sepasasg telapak tangannya ditempelkan pada
punggung orang tua berambut putih itu,
Selurub tubuh orang tua berambut putih itu segera
bergetar dengan keras air mukanya yang semula amat tegang
kinipun sudah tersenyum, diikuti tertawa yang amat
membisingkan telinga. "Haa . ,haaa , . " Boen Ing Aku Oei Tiap supek sudah lama
menantikan kemunculanmu kembali dari dinding kurungan
tersebut. Dari balik dinding segera berkumandang datang suara
tertawa aneh yang amat menyeramkan, disusul dengan suara
yang amat nyaring dan merdu berkumandang keluar,
Terima kasih supek yang sudah lama menantikan
kedatanganku, tetapi kau orang tua belum juga mati bukan "
selama stratus tahun ini aku merasa seperti di dalam impian
saja kau tidak merasa kelamaan bukan?"
Sekali lagi Oei Tiap Loojien tertawa terbahak bahak.
Boen Ing ! di atas ada langit di bawah ada tanah gunung
dan air tetap berdiri dan me ngalir sepanjang jaman, selama
seratus tahun ini pibak Heng san Pay benar benar sudah
kau hancurkan, tetapi keadaannya malah semakin menjadi
tenang, siancay.! siancay!"
'Ehmm - - tidak kusangka si tulang tua masih juga ada
disini. Boen Ing hampir keluar lagi dan kali ini akan membuat
para ornng Bu Lim pada melongo semua." jawab suara dari
balik dinding itu. Mendadak Oei Tiap Loo jien dengan amat gusar berteriak
keras, bentaknya : 'Boen Ing, apa kau selama seratus tabun ini belum merasa
menyesal juga dan tetap ingin mercelakai orang " sekalipun
kini kau sudab menjadi seorang jagoan tanpa tandingan di
kolong langit, tetapi tahukah kau bahws manusia punya
tenaga Thian yang punya kuasa ?"
"Heee - - heee - - - siapa yang mambasmi diriku " Boen Ing
sudab dibinasakan Thian pada seratus tahun yang lalu."
Suaranya mendadak berubah jadi amat kasar dan keras,
bentaknya ; 'Oei Tiap supek kau jangan terlalu banyak bicara lagi,
beritahu segera padaku apa kah It Tiap suhu masih hidup di
dunia" aku harus mengucapkan terima kasih atas budi
dicabutnya pedang Lan Beng Kiam tersebut, siapa orangnya
yang baru saja melakukannya" Heee... heee.. orang itu sudah
membantu aku sehingga dapat melihat sang surya kembali.
orang itu punya jodoh dengan aku maka dialah yang akan
kukerjakan seielah seratus tahun diam terus"
Liem Tou yang mendengar perkataan itu segera
mengerutkan alisnya rapat rapat, dia belum pernah bertemu
dengan orang yang ada di balik dinding tetapi jika didengar
dari suara tertawanya yang amat memuakkan itu hatinya
terasa amat mangkel. 'Siapa yang maui kau nenek tua gila aku Liem Tou
mencabut pedang Lan Beng Kiam dikarenakan tidak tahu kau
ada disana . . . Hmm ! jikalau aku tahu kau berada disana
tidak bakal aku mau melakukannya."
Liem Tou jangan bicara lagi !" cegah gadis ada di
Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sampingnya dengan gugup. 'Dia bilang sudah maui dirimu,
tidak menginginkan nyawamu."
Mendengar perkataan itu Liem Tou agak melengak, tetapi
dia adalah seorang yang cerdik. bukan saja menjadi gugup
atau terkejut malahan air mukanya memperlihatkan rasa yang
bergirang hati. "Hey orang yang aaa di balik dinding kau dengarlah !
pedang Lan Beng Kiam akulah orangnya yang mencabut
keluar, aku bernama Liem Tou, kau bilang orang yang
pertama kau maui adalah diriku jikalau aku tidak suka padamu
bagaimana" Dinding batu itu perlahan demi perlahan mulai nembuka
lebar hanya di dalam sekejap saja sudah terbuka suatu celah
yang hanya cukup untuk dilewati seorang saja.
Dari balik celah yang kecil itulah mendadak berkelebat
keluar dua titik cahaya yang berkilauan.
'Heee - " heee - - Liem Tou ! Liem Tou! bagus. bagus sekali
heee - - heee kau tidak suka padaku tapi aku suka padamu
kecuali bila kau bukan lelaki ! biarmana lelaki jangan harap
kau bisa lolos dari tanganku."
"Aku tak mau, kau hendak berbuat apa " tantang pemuda
itu sambil terrawa. "Liem Tou kau tak maui aku, aku tetap menginginkan
dirimu sebelum orang pertama aku dapatkan tak akan aku
mencari yang ke dua"' teriak Boen Ing tiba tiba dengan suara
yang amat keras. Justru Liem Tou menginginkan dia bicara begitu, tak terasa
lagi hatinya merasa amat girang.
"Bagus sekali, aku mau libat apa kau suka bohong atau
tidak," Tetapi dia mendadak teringat kembali akan sesuatu, kini
dia sudah mengunci tangannya bagaimana mungkin bisa
melawan dirinya " batinyapun jadi amat murung.
Dinding batu kembali bergeser beberapa coen ke samping
sinar matanya yang amat tajam dari Liem Tou segera dapat
melihat di dalam dinding tersebut dimana duduk bersila
seorang gadis berusia dua puluh tahun dengan rambut yang
amat panjang terurai sepanjang pundak, wajahnya amat pucat
dan menyeramkan walaupun panca inderanya normal tetapi
dari sepasang matanya memancar keluar cahaya yang amat
tajam sekali. Liem Tou yang melihat cahaya tajam yang memancar
keluar dari sepasang matanya itu dalam hatinya merasa
tergetar keras pikirnya: 'Jika ditinjau dari tajamnya cahaya mata jelas bahwa
tenaga dalam yang berhasil dia latih sudah mencapai pada
taraf kesempurnaan, kemungkinan di kolong langit pada saat
ini tak ada seorangpun yang dapat menandingi dirinya,
bilamana dia sampai berhasil meloloskan diri dari tempat itu
maka keadaan akan semakin runyam".
Sewaktu dia lagi berdiri terpesona itulah terdengar gadis
yang berada disisinya sedang tersenyum padanya.
"Liem Tou caramu ini memang amat bagus sekali ' ujarnya.
'Tetapi bilamana dia sungguh-sungguh keluar dari
kurangannya mana kau dapat lolos dari ceagkeramaannya,
apalagi pada saat ini kau sudah mengunci tangan".
Beberapa parkataan ini sudah jelas menunjukkan rasa
kekuatiran terbadap keselamatan dari diri Liem Tou tetapi
karena perkataan itu pula pemuda ini merasa hatinya tertusuk
dan tak bisa mengucapkan sepatah katapun.
"Akhirnya dia menggelengkan kepalanya dengan perlahan.
"Mati atau hidup ditentukan oleh Thia. Aku Liem Tou cuma
bisa menghadapi dirinya dengan seluruh tenaga,"
Gadis itu pun bisa melihat kemurungan dalam hati Liem
Tou. "Eei kau jangan takut,'* hiburnya. "Walau pun supekku
pernah kau pukul tetapi dia sama sekali tidak marah. sampai
tiba waktnnya aku serta supek akan bantu dirimu dengan
sekuat tenaga, sekalipun misalnya kau berhasil ditawan diapun
akan mencabut nyawamu setelah kau kawin dengan dirinya,
kau harus ingat baik baik jangan sekali kali kawin dengan
dirinya," Berbicara sampai disini air mata gadis itupun berubah
menjadi meran padam agaknya dia merasa malu juga.
Diam diam Liem Tou pun lantas mengingat baik baik
perkataan itu dalam hati dia pun merasa sangat berterinaa
kasih kepada dara itu. Pada saat itu pula celah dinding kembali membuka
beberapa depa lebarnya, "Hey Boen Ing keluarlahl" Teriak Oei Tiap Loojien dengan
keras, Bukannya keluar sebaliknya Boen Ing tetap duduk bersila
dengan amat tenangnya. Kali ini Liem Tou tidak berani berlaku gegabah lagi, diam
diam tenaga dalamnya dihimpun dan disalurkan masuk melalui
punggung Oei Tiap Loojien, bersamaan itu pula bisiknya
kepada orang tua itu. "Oei Tiap Loojien, hajar dulu ketempat kosong untuk
mencoba kekuatan kita.'"
Dengan perlahan Oei Tiap Loojien meng-angguk
"Boen Ing !" bentaknya kembali. "Sejak semalam. It Tiap
suhu sudah beritahu padaku kau lebih baik mati dari pada
hidup aku lihat lihat baik kau matikan saja maksud hatimu itu.
Sembari bicara tangan kanannya menuding ke arah depan
menghajar dinding batu itu.
Segulung angin pukulan yang amat santar menggulung ke
depan dengan dahsyatnya, dengan disertai suara desiran yang
amat memekikkan telinga, pukulan itu masuk ke dalam celah
dinding, Liem Tou hanya melihai Boen Ing sedikit menggerakkan
tubuhnya angin pakulan yang amat santar lewat dari bawah
kakinya menghajar dinding sebeiah dalam
Kecepatan dan kegesitan Boen Ing sewaktu menghindari
dilakukan dengan amat cepat bagaikan kilat , jelaslah bahwa
tenaga dalam nya tidak rendah.
Pikiran Liem Tou segera berputar. mendadak kepada Oei
Tiap Loojien bisiknya. "Dia sudah menphindar. kelihatanrya di dalam ruangan itu
masih ada tempat kosong coba kau seranglah dia sekali lagi
dengan menggunakan ilmu pukulan Siang Heng Ciang Hoat.
kita lihat dia akan menghindar lagi ke arah mena!"
Ternyata Oei Tiap Loojien benar benar mendengarkan
perkataannya, telapak kirinya berputar melancarkan satu
pukulan dahsyat ke dalam celah.
Keistimewaan dari pukulan Sian Hong Ciang Hoat ini justru
karena bisa membelok maka akan membuat orang sulit untuk
menghindar. Tetapi Boen Ing yang lulus dari perguruan Heng San Pay
sudab tentu memahami akan ilmu pukulan 'Sian Hong Ciang
Hoat' tersebut. maka terdengarlab dia bersuit aneh ujarnya.
'Oei Tiap Supek kau masih ketinggalan jauh !"
Bersama itu sepasang telapak tangannya bersama sama
didorongkan ke depan, tanpa memperdulikan lagi datangnya
angin pukulan berputar dari Oei Tiap Loojien dan melancarkan
serangan balasan ke depan.
Segulung angin pukulan laksana menggulungnya ombak di
tengah samudra dengan sangat cepatnya menggulung keluar.
Gadis yang berada di sisi Oei Tiap Loojien begitu dia
melihat orang tua dalam keadaan bahaya segera dengan
pedang Lan Beng Kiamnya membentuk serentetan cahaya
kebiru biruan menutup ke depan, bersamaan itu ia
melancarkan satu pukulan dengan menggunakan ilmu "Thay
Ih Sin Kang" menyambut datangnya serangan musuh.
"Bangsat kau berani melawan !" Bentak Oei Tiao Loojien
pada saat yang amat kritis itu.
Terburu dia menarik kembali angin pukulan berputar di
tangan kirinya bersamaan itu pula telapak kanannya dengan
disertai teraga dalam yang amat dahsyat mendesak ke depan.
Kini tenaga pukulan Oei Tiap Loojien adalah merupakan
tenaga gabungan, walaupun dia hanya menangkis dengan
telapak tangan sebelah tetapi kedahsyatannya melebihi satu
pukulan. Seketika itu juga tiga gulungan angin pukulan yang amat
dahsyat bertemu menjadi satu disertai suara ledakan yang
menggetarkan bumi, tanah terasa bergeser, pepohonan dan
dedaunan pada roboh sedang batu dan pasir beterbangan
memenuhi angkasa, Oei Tiap Loojie " serta gadis itu segera
merasakan selutuh tubuhnya tergetar keras, tangannya jadi
kaku dan linu. Boen Ing pun untuk sementara tertahan oleh pukulan itu,
tangannya pun terasa kaku dan linu membuat air mukanya
yang sejak semuia sudah pucat pasi kini semakin menghijau.
cuma saja di daiam sekejap sudah pulih kembali seperti sedia
kala. Kini celah di hidung sudah terpentang lebar lebar dan dia
pun sudah bangun berdiri sehingga saling berhadap hadapan
dengan Oei Tiap Loojien. Saat saat inilah merupakan detik detik yang menentukan
apakah Boen Ing berhasil meloloskan diri atau tidak, karena
itu air mukanya berubah menjadi tegang.
Keadaan dari Oei Tiap Loojien pun sama saja. dia yang
semula duduk bersila kini sudah bangun berdiri dan
memperkuat kuda kudanya seluruh perhatian dipusatkan ke
depan dan sedikitpun tidak berani berayal. Gadis berbaju hijau
itupun dengan mencekal kencang kencang pedang Lan Beng
Kiam berdiri di samping orang itu. sepasang matanya
memandang tajam ke pihak musuh diapun sudah bersiap siap
menghadapi serangan. Kurang lebih seperminuman teh mendadak Liem Tou
nerasakan di belakang tubuhnya berdesir datang suara yang
amat perlahaa, hatinya rada bergidik kiranya ular raksasa
yang berwarna keperak perakan itu entah sejak kapan sudah
melata ke samping tubuhnya.
Walaupun saat ini Liem Tou merasakan hatinya terkejut
bercampur nceri dia tidak berani juga meninggalkan tempat
ini. cuma saja alisnya dikerutkan rapat rapat. tiada hentinya
sang mata melirik ke arah ular tersebut
Waktu itu pula gadis berbaju hijau itu pun melihat
munculnya ular raksasa berwarna keperak perakan itu
wajahnya segera memperlihatkan rasa kegirangan
Mendadak terasa angin serangan berkelebat dari atas
kepalanya diiringi suera pekikan nyaring yang menyayatkan
hati. bayangan kuning berkelebat kiranya kedua ekor gorella
milik Oei Tiap Loojien sudah menerjang ke arah celah dinding
tersebut bersamaan itu pula dengan diiringi suara desiran ular
berwarna keperak perakan itu sudah meluncur ke dalam celah.
Ketiga ekor binatang itu bagaikan kilat cepatnya sudah
meryerang ke arah Boen Ing agaknya perempuan itu
sendiripuu sama sekali tidak menyangka akan hal ini.
Diiringi suara teriakan ngeri yang menyayatkan hati sinar
merah memancar ke empat penjuru, kedua ekor gorela itu
sudah mencelat ke tengah udara dan menggeletak tak
bergerak lagi di atas tanah.
Gadis berbaju hijau yang melihat kedua ekor gorila tersebut
sudah mati di tangan Boen Ing lantas tarik hawa murninya
diam diam. "Supek, kapan kita mau turun tangan " teriaknya.
Pedang Lan Beng Kiamnya menuding ke depan, tanpa
memperdulikan keselamatan dirinya sendiri dia sudah
menubruk ke arah dalam celah batu dinding tersebut.
Oei Tiap Loojien yang selama ini tidak bergerak bukannya
tidak mengerti akan waktu. Justru sebaliknya sedang
menunggu kesempatan seperti ini.
"Boen Ing, ini hari adalah hari kematianmu,! bentaknya
keras Sepasang telapak tangannya didorong kedepan dengan
sejajar dada, angin pukulan dari Oei Tiap Loojien serta Liem
Tou yang meru pakan dua orang jagoan aneh Bu lim sudah
tentu amat dahsyat sekali.
Boen Ing yang melihat datangnya serangan tersebut dia
lantas bersuit nyaring mendadak tubuhnya menyusut ke
belakang sehingga lebih rendah beberapa kali lipat dan
berbasil menghindarkan diri dari angin pukulan yang amat
dahsyat itu dan tubuhnyapun dengan cepat menyusup keluar.
Di dalam seejap mata itulah... Braaak. Dengan diiringi
suara bentrokan yang amat keras angin pukular dari Oei Tiap
Loojin dan Liem Tcu tergetar miring ke samping dengan diikuti
tubuh Boen Ing yang menyusup ke samping.
Si gadis berbaju hijau yang melihat akan hal itu segera
bentaknya keras. "Perempuan siluman! Boen Ing kau ingin melarikan diri
kemana" Dan pedangnya dengan cerat dibabat ke arah pinggang
Boen Ing dengan kecepatan luar biasa, maka terdengarlah
suara jeritan ngeri yang menyayatkan hati dari perempuan itu.
Dan tubuhnya perempuan itupur meluncur ke tengah lembah
sehingga di tengah tumpukan bunga kini hanyalah tinggal lima
buah jari kaki yang masih berceceran darah segar.
Kiranya babatan pedang Lan Beng Kiam dari gadis herbaju
hijau itu tidak berhasil mengenai sasarannya dengan tepat
tetapi berhasil membaabat putus kelima buah jari kaki
perempuan itu sehingga ia berhasil melarikan diri ke dalam
barisan bunga, Gadis berbaju hijau itu tidak berdiam diri sampai di situ
saja. sambil mencekal pedangnya erat erat iapun mengejar ke
barisan bunga itu. 'Supek cepat kemari'Teriaknya keras. 'Been Ing tiak
pahamakan barisan bunga tersebut. jangan sampai lepaskau
dia pcrgi. ayoh, cepat kita binasakan dirinya"
Oei Tiap Loojien yang melihat gadis berbaju hijau itu
bukanlah tandingan dari Boen Ing.
"Cing jie kembali" Cegahnya dengan suara yang amat
keras. "Boen Ing sudah melarikan diri ke dalam barisan
bunga" Sam Nie Kioe Kong Khie Ban Toa Tin. sekalipun saat
ini ada sepuluh orang Boen Ing juga tidak bakal berhasil
meloloskan diri, lebih baik kau cepat cepat menolong Gien jie
lebih dulu" Si gadis berbaju hijau yang tahu kalau pedang Lan Beng
Kiam yang berada ditangannya pada saat ini adalah
merupakan sebuah senjata tajam yang paling ditakuti oleh
Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Boen Ing dalam hati bukannya merasa jeri terbadap dirinya
tetapi karena Gien jienya terluka maka dia putar badan
berjalan kembali. Tampaklah babwa ular peraknya melingkar menjadi satu
agaknya sedang merasakan suatu penderitaan yang amat
hebat. Dengan perlahan Oei Tiap Loojien pun berjalan ke samping
kedua ekor kera raksasa peliharaannya itu hatinyapun merasa
bergidik juga karena kera raksasa yang sudah berhasil dilatih
kebal terhadap segala macam senjata tajam kini ternyata
sudah binsa di bawah cengkeraman maut dari Boen Ing
sehingga batok kepalanya meninggalkan bekas lima buab
lubang berdarah yang mengerikan.
Teringat kelincahan serta kecerdikan dari kedua ekor kera
raksasa peliharaannya ini Oei Tiap Loojien merasakan hatinya
jadi kecut, sambil membelai bulu halus berwarna kuning dari
keranya itu air matanyapun bercucuran dengan amat
derasnya, Cing jie ! kedua ekor kera raksasa ini sudah mati, gien jie
mu baik baik saja bukan?"
Gadis berbaju hijau yang sedang melihat ularnya melingkar
menjadi satu itupun dalam hatinya lantas tahu kalau binatang
kesayangannya itupun tentu sedang terluka parah.
Dengan sangat telitinya dia memeriksa seluruh tubuh ular
tersebut hatinya merasa bertambab pedib seperti ditusuk
tusuk, kiranya bagian tujuh coen dari ular raksasa tersebut
sudah terbakar hangus dan sekalipun dewa juga tak mungkin
dapat menolongnya lagi,"
Kini metdengar pertanyaan dsri Oei Tiap Loojien dengan
amat sedihnya lalu dia menjawab *
"Gien jie sudah kena dihajar dan hangus tujul coenrya,
setentar lagi diapun pasti akan mati ."
Karena sedihnya Oei Tiap loojien menundukkan kepalanya,
sepatah katapun tak dapat diucapkan keluar.
Liem Tou yang melihat kedua orang itu sedang meneteskan
air mata buat sepasang kera raksasa serta ular raksasanya
diapun tak terasa sudah teringat kembali akan kerbau nya
kenapa dia mendengus terus " apakah kerbaunyapun ikut
terancam bencana " Lama selali Oei Tiap loojien termenung mendadak dia
meloncat bangun dan teriaknya dengau keras:
"Apakah Gin jie benar benar hendak mati" kaiau bagitu
cepatlan babat putus ekornya dan hisaplah darah pusakanya.
barang yang amat berharga ini tak boleh dibuang dengan
begitu saja." Tidak , , , tidak , , , " teriak gadis berbaju hijau itu dengan
suara yang amat keras ' Bagaimana aku tega untuk menghisap
darah gien jie" sekalipun darah Gien jie lebih berharga dari
apapun aku tak akan mau menghisapnya hal ini benar benar
adalah suatu perbuatan yang amat menyeramkan".
Mendengar akan perkataan itu Oei Tiap Loojien segera
mengerutkan alisnya rapat rapat ujarnya.
"Cing jie kau jangan terlalu bodoh, ini adalah suatu
kesempatan yang tidak bakal terjadi lagi selama ribuan
tahbun. kau ingin men-cari ke mana kesempatan yang baik
ini?" Ujarnya denpan kesal. 'Apalagi sewaktu ayahmu
menangkap Gien jie kemari karena tujuannya juga karena
ingin menghisap darah pusakanya ! kini dia sudah hampir
mati, hawa mujijatnyapun semakin hari akan semakin buyar,
bilamana kau tidak cepat cepat menghisapnya menanti dia
sampai putus napas, walaupun darab bisa kau hisap tetapi
kegunaannya tidak bakal ada"
Gadis berbaju hijau itu tetap berdiri tegak. tiba tiba dia
lempar pedang Lan Beng Kiamnya ke atas tanah dan meloncat
ke depan. 'Aku tidak bisa berbuat demikian' teriaknya keras. Bilamana
kau hendak menghisap darahnya turun tanganlah sendiri'.
Hanya dalam Beberapa kali loacatan saja dia sudah
menerjang masuk ke dalam barisan bunga.
'Eeeei Cing jie ! kau hendak pergi ke-mana 1" teriak Oei
Tiap Loo jien dengan amat cemas' Berhati hatilah jangan kau
sampai bertemu dengan Boen Ing, kau bukanlah
tandingannya." Aku memang sedang mencari dirinya, dia sudah terluka - aku tidak takut pada dirinya lagi" Teriak Cing jie dari tempat
kejauhan. Oei Tiap Loo jien yang mendengar Cing jie hendak pergi
mancari si perempuan iblis itu hatinya semakin kecut.
"Cing jie kembali - - Cing jie kembali - -kau tidak boleh
manempuhh bahaya ! ' Kali ini ia tidak mendengar lagi suara jawaban dari Cing jie,
tidak memungut pedang Lan Beng Kiam dengan cepat Oei
Tiap Loo jien enjotkan tubuhnya mengejar masuk ke dalam
barisan bunga itu. Kini tinggal Liem Tou seorang diri berdiri di antara mayat ke
dua ekor kera raksasa itu. sambil termangu mangu dia
memandang ke arah ular raksasa yang lagi menggeliat
diantara batu batuan dengan amat kerasnya, jelas sekali dia
lagi menderita suatu kesakitan luar biasa.
Kini waktu sudah menunjukkan kentongan kelima. sinar
sang surya pun secara samar samar sudah muncul di ufuk
timur; Pedang Lan Beng Kiam yang menggeletak diatas tanah
memancarkan keluar cahaya biru yang berkilauan. baru saja
Liem Tou mendengar dengan jelas selurub perkataan
diucapkan oleh Oei Tiap Loojien maupun gadis berbaju hijau
itu. Kini melihat penderitaan dari ular raksasa yang mendekati
sekarat itu lantas merasa kan sayang buat darah mujijatnya
itu, walau pun begitu hatinya masih tetap ragu ragu untuk
bertindak selanjutnya. Waktu dengan perlahan berganti Liem Tou yang melihat
Oei Tiap Loojien serta ga dis berbaju hijau yang masuk ke
dalam barisan bunga sama sekali tidak menunjukkan gerak
gerik apapun dan telah melihat ular raksasa itu semakin
mendekati ajalnya tak terasa lagi gumamnya:
"*Apakah ini yang dinamakan nasib" apa mungkin darab
mujijat dari ular raksasa iru milikku" buat apa aki merasa ragu
ragu lagi" Berpikir sampai disitu. hatinyaoun menjadl rada lega. tanpa
membuang wakiu lagi dia memungut pedang Lan Berg Kiam
tersebut dan berjalan menndekati sisi tubuh ular rakstsa yang
hampir mendekati ajalnya itu.
Tangannya dengan kecepatan bagaikan kilat menyambar
ke depan menyenkram ekornya lalu dengan sekuat tenaga
dipencet sehingga tulang ekornya jadi patah.
Dengan menimbulkan suara yang amat aneh ular itu
seketika itu jatub tak sadarkan diri.
Tidak membuang waktu lama lagi, pedang ditangan
kanannya menyambar memutuskan ekor ular itu lalu
dihisapnya darah segar itu kuat kuat.
Suatu cairan yang dingin serta manis dengan lancarnya
mengalir masuk ke dalam perut melalui tenggorokannya
disusul suatu hawa panas mengalir keluar dari pusarnya.
Diapun tidak merasakan bal hal yang diluar dugaan dengan
lahapnya darah tersebut dihisapnya sampai kering, setelah itu
baru menghembuskan napas panjang panjang.
Setelah melepaskan mayat sang ular dengan perlahan dia
baru menggerak gerakkan badannya.
Siapa tahu pada Saat itulah tububnya sempoyongan hampir
hampir tidak kuat untuk berdiri tegak sedangkan perutnyapun
amat panas dan sakit seperti diiris iris!
"Apakah yang sudah terjadi ?" pikirnya di hati 'Apa mungkin
Oei Tiap Loo Jien sengaja mengatur jebakan ini untuk pancing
aku masuk kedalam perangkap " kalau memanng demikian
habis sudah diriku "'
Sejak menerjunkan dirinya ke dunia kang ouw Liem Tou
selalu saja menemui musuh musuh yang hendak mencabut
nyawanya. oleh karena itu setiap kali bertemu dengan
manusia manusia yang berhati licik itu setiap kali dia lantas
terpikir ada kemungkinan sudah kena dibokong oleh musuh.
Pada saat itulah merdadak dari tempat kejauhan
berkumandang datang suara suitan yang amat nyaitng jelas
itulah suara suitan dari Boei Ing diikuti bergemanya suara
bentakan yang berulang kali dari Oei Tiap Loo jien.
Waktu itu sang surya memancarkan sinarnya ke selaruh
jagat raya-membuat pandangan di dalam lembah tersebut
terutama pepohonan diatur menuiut barisan 'Sam Nie Kioe
Kong Khei Boen Toa Tin,' itu kelihatan begitu indah dan
menawan. Jilid 35 DALAM hati Liem Tou paham bahwa pada saat ini Oei Tiap
Loojien pasti lagi bergebrak dengan amat seriusnya melawan
Boen Ing siperempuan iblis itu, tetapi justru pada waktu
perutnya amat sakit sekali, untuk membantunya jelas tak
mungkin sekali sehingga membuat hatinya amat cemas.
"Akh, lebih baik aku mencari suatu tempat untuk istirahat
dan salurkan hawa murni ada kemungkinan sebentar lagi akan
sembuh." Dia berpikir kembali: "Jika tadi aku tahu kalau darah ular raksasa itu membuat
orang merasa tersiksa bagaimana pun juga aku tidak akan
meng hisapnya," Sembari berpikir, jalan sempoyongan dia-pun masuk
kedalam ruangan batu dimana gadis berbaju bijau
mengajaknya masuk tadi, perutnya benar benar terasa separti
dibasar keringat mengucur keluar bagaikan curahan bujan,
bahkan batok kepalanyapun seperti mau meledak dibuatnya
Dengan tubuh terhuyung huyung akhirnya dia tiba juga
disebuah pojokan ruangan untuk duduk bersila, dengan
perlahan hawa -murninya disalurkan kedalam perut untuk
menekan hawa panas itu kembali kepusat se telah itu dengan
mengikuti pelaj.ran yang termuat didalam kitab To Kong Pit
Liok dia mulai berlatih dan memimpin hawa panas teisebut
mengaliri seluruh tubuh, dan seluruh urat nadi dan akhirnya
masuk kejalaa darah yang terpenting, sebentar saja dia sudah
ber ada didalam keadaan lupa akan segala gala nya
Waktu itu dia sama sekali tidak ingat kalau 0ei Tiap Loojien
serta gadis berbaju hijau itu lagi terjadi suatu pertempuran
yang amat seru dan mendebarkan hati didalam barisan bunga
itu. Kiranya setelah gadis berhaji hijau itu membuang pedang
dan menerjang masuk ke-dalam barisan bunga, dengan
kehafalan terhadap tempat itu dan dengan amat cepatnya dia
sudah menemukan tempat dimana Boen Ing terjerbak,
Beberapa saat kemudian terdengarlah Oei Tiap Loojien
mengejar dari arah belakang sambil berteriak keras.
"Cing jie, .! kau jangan membuat aku orang tua jadi jengkel
untuk mencari Boen Ing di dalam barisan bunga ini bukanlah
pekerjaan yang harus dilakukau dengan tergesa gesa,"
"Supek." Teriak gadis berbaju hijau itu dengan amat
gusarnya yang menanti Qei Tiap Loo jien mendekati dirinya,
"Bukankah kau orang tua ingin mengisap darah dari Gien -jie"
buat apa kau ikut datang kemari?"
Dengan perlahan Osi Tiap Loo jien meng hela napas
panjang sambil membelai rambut gadis berbaju hijau yang
amat panjang itu -ujarnya dengan suara yang amat halus
'Cing jie. Selama hidup ayahmu selalu ber bakti demi Heng
san Pay dan kini cuma tinggal kau serta Boen Ing dua orang
saja yang mana memperoleh pendidikan langsung dari beliau.
Dan Ciangbunjien Heng San Pay saat ini Heng San Jie Yu pun
tidak lebih merupakan murid angkatan yang amat muda,
terhadap ilmu silat Heng San Pay paling paling cuma
memperoleh sedikit kulitnya saja! Dan akupun sudah
bersumpah tidak akan menerima murid sudah tentu lain kali
kesemuanya ini harus tergantung pada dirimu seorang, aku
inginkan kau sukses karena itu akusuruh kau menghisap aarah
mujijat dari Gien jie itu, siapa tahu . . ."
"Supek kau tidak usah melanjutkan kembali kata katamu
itu" potong gadis berbaju hijau itu cepat. "Bagaimanapun juga
aku tidak akan menghisap darah dari Gien jie !"
"Ehmm . . . aku tahu kalau kau tak tega untuk menghisap
darah Gien jie dan sekarang bukankah aku sudah menurut ?"
" ujar Oei-Tiap Loojien lagi sambil mengangguk. :'Baik lah !
Sekarang kita tidak usah lagi mengungkap kembali persoalan
ini, kini aku ingin tanya padamu, tahukah kau kemana
perginya Boen Ing siperempuan iblis itu ?"
Dengan perlahan Cing jie gelengkan kepalanya.
Oei Tiap Loojien lantas tertawa. "Sekarang kita harus
mengambil keputusan untuk menyusun suatu rencana, kita
hendak kurung dia didalam barisan bunga ini sampai mati
ataukah mencari dirinya dan basmi dirinya dari muka bumi ini,
Ceng jie kau merasa cara yang mana lebih bagus"'
'Kurung mati dia didalam barisan bunga bukanlah suatu
persoalan yang mudah lebih baik kita basmi saja!" sahut Cing
jie dengan kukuh dan gagah.
"Baiklah, mari ikut aku pergi?" Berbicara sampai disini Oei
Tiap Loojien lantas putar badan dan berlalu dari sana.
Walaupun didalam hati gadis berbaju hijau itu rada ragu
ragu tetapi terpaKsa dia ikuti juga dari belakang tubuhnya,
berjalan mendekati seratus tindak mendadak Oei Tiap Loo jien
menuding kearah jejak darah yang ada diatas tanah.
"Cing jie coba kau lihat, jari kaki Boe lag sudah terpapas
sampai putus, kita cukup mencari jejaknya dengan mengikuti
jejak darah itu sudah tentu akhirnya bakal ketemu". Demikian
mereka berdua dengan mengikuti jejak darah yang berceceran
diatas tanah berjalan maju kedepan.
Tidak lama kemudian mereka pun sudah -menemukan boen
Ing yang lagi duduk dibawah tumbuhan bunga yang rimbun
tetapi saat ini dia berada didalam keadaan telanjang bulat
tanpa selembar kainpun yang menutupi tubuhnya.
Melihat akan hal itu Oei Tiap Loojien jadi melengak tetapi
sebentar kemudian sudah jadi gusar.
"Boen Ing!" Bentaknya dengan keras "Kau perempuan
cabul kau membuat partai Heng San pay merasa malu, kau
perempuan sundal tidak tahu malu!"
Boen Ing tetap tidak ambil perduli dengari pandangan
melongo perempuan itu memandang mereka berdua yang
berjalan semakin mendekat itu.
Pada waktu itulah Oei Tiap Loojien mendadak menemukan
Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
beberapa lembar cabikan kain yang sudah kumal dan hancur
segera dia jadi sadar kembali apa yang sudah terjadi
Kiranya Boen Ing bukannya sengaja bermaksud untuk
melepaskan pakaiannya hingga berada didaiam keadaan
telanjang bulat tetapi karena pakaian itu yang sudah berusia
ratusan tahun lebih itu kini sudah tentu hancur karena lapuk
sehingga sewaktu tadi dia melarikan diri saking tergoncangnya
membuat kain itu semakin koyak dan terlepas semua.
Walaupun pada saat ini Oei Tiap Loo jien bermaksud
hendak melenyapkan dirinya tetapi dia pun merasa dirirnya
tidak tega demi melihat dia dalam keadaan telanjang bulat.
Setelah memandang sekejap kearah Cing -jie akhirnya dia
melepaskan jubahnya sendiri dan dengan mengerahkan
tenaga dalamnya-yang kuat dia melemparkan kearahnya .
"Boen Ing cepat terima pakaian itu dan pakailah untuk
kemudian terimalah kematianmu"
Boen Ing lantas menerima pakaian tersebut, dan air
mukanya menampilkan suatu senyuman tawar serta dingin.
Setelah selesai berpakaian dia bargun ber diri dengan
perlahan dan berjilan dua lang kah kedepan Oei Tiap Loojien.
"Supek !?" ujarnya sambil menjatuhkan diri berlutut. "Boen
Ing sudah dikurung selama seratus tahun oleh suhu walaupun
hanya makan dedaunan mati hidup bagaikan berada dalam
impian dan berasa apapun, tetapi pada sepuluh hari yang lalu
aku sudah sadar kembali dan didalam tempo yang singkat itu
lah aku mulai merasa menyesal terhadap kekejaman serta
perbuatan jahat yang pernah ku lakukan tempo hati. asalkan
kini supek suka mengampuni dosa Boen Ing maka sutit li mu
lai saat ini juga akan menyesali dosaku dan berganti berbuat
baik." Memang Oei Tiap Loojien adalah benar benar seorang tua
yang amat ramah, begitu mendengar perkataan itu dia sama
sekali tak merasa ragu. Wajahnya berubah kegilangan dan
teitawa tergelek dengan kerasnya.
Sekalipun demikian didalam pandangan gadis berbaju hijau
itu sama sekali berbeda, peristiwa yang telah silam kini
kembali ber kelebat memenuhi benaknya.
Boen Ing sebenarnya adalah murid keempat dari It Tiap
Loo jien, pada mulanya dia sangat pendiam halus dan berbudi,
wajahnya pun sangat cantik bahkan memiliki kecerdasan yang
luar biasa didalam ilmu silat karena itu dia memperoleh kasih
sayang yang luar biasa dari It Tiap Lao jien yang menurun kan
seluruh kepandaian silat kepadanya.
Siapa tahu setelah tenaga dalam Boen Ing memperoleh
kemajuan yang amat pesat itu lah sikapnya mendadak
berubah. Secara diam diam diapun mengadakan hubungan gelap
dengan Toa suheng serta Jie suheng, setelah mengadakan
hubungan lantas membinasakarnya Demikianlah sejak itu mu
rid murid It Tiap Loo jien yang paling di andalkan pun mulai
lenyap tak berbekas. Semula It Tiap Loo j'en memiliki dua puluh orang anak
murid, hanya didalam jangka waktu tiga bulan saja sudah
ada separuh bagian yang lenyap tak berbekas, tetapi waktu itu
It Tiap Loojien sama sekali tidak mencurigai diri Boen Ing.
Lewat beberapa bari kemudian kembali dua orang
muridnya lenyap, walaupun hati It Tjap Loojien merasa cemas
tetapi tak bisa berdaya apa apa
Akhirnya ia mengumpulkan seluruh anak mu ridnya yang
ada disana untuk merundingkan persoalan itu
Siapa tahu pada saat perienuan itulah secara terbuka Boen
Ing sudah menceritakan hal yang sebenarnya, walaupun It
Tiap Loo jien pun berada disana dia berhasil juga
membinasakan saudara saudara seperguruan lainnya bahkan
Boen Ing berhasil juga melolos-kan diri.
Karena persoalan itu It Tiap Loojien jadi terpukul hatinya,
didalam keadaan sedih itulah dia lantas mengundang
suhengnya Oei-Tiap Loojien untuk mencari mengelilingi
seluruh gunung Heng san tapi hasil yang diperoleh hanya nihil.
Pada suatu hari It Tiap Loojien teringat kembali dengai diri
Cing jie yang berada di dalam lembah mati hidup, mereka
lantas putar haluan untuk berangkat kesana.
Pada saat itulah mereka menemukan Boen Ing lagi
mengejar Cing jiu untuk dibunuh.di dalam keadaan gusar It
Tiap Cinjien segera turun tangan menolong Cing jie dan
menangkap diri Boen Ing dengan menggunakan barisan
bunga "Sam Nie Kioe Kong Khei Bun-Toa Tin" yang memaka n
waktu cukup lama dalam mengatur barisan itu.
Menurut maksud It Tiap Cinjien waktu itu dia hendak turun
tangan membinasakan perempuan tersebut tetapi hal ini
berhasil dicegah oleh Oei Tiap Loojien.
Berkat ketekunan dia kesabaran dari Oei Tiap Loojien ini
akhirnya dia berhasil mengetahui juga mengapa silcap serta
sifat Boen Ing bisa berubah menjadi begitu buas.
Kiranya pada suatu hari disebuah guha di atas gunung dia
Boen Ing sudah bertemu tiga orang toosu, dan saat itulah
Boen Ing diperkosa bergantian bahkan setiaphari yang
membuat dia menjadi hampir mati lemas.
Karena peristiwa itulah dia jadi membenci setiap orang
lelaki, dan tak terhindar lagi Heng San pay mengalami hari
naasnya. Oei Tiap Loojin yang mendengarkan kisah dari Boen Ing ini
hatinya merasa amat kasian dan memberi kemurahan hati
buat dirinya Dia menyerahkan seratus lembar daun mati hidup dan
mengurung dirinya selama seratus tahun lamanya.
It Tiap Cingjien pun kkusus membuatkan sebush ruangan
batu yang didepannya ditancapkan pedang Lan Beng Kiam
sebagai pencegahnya. Dia tahu dalam seratus tahun kemudian bilamana Boen
Ing muncul kembali karena sudah memakan dedaun mati
hidup maka tenaga dalamnya akan memperoleh kemajuan
yang amat pesat, dan waktu itulah cuma pedang Lan Beng
Kism saja yang paling ditakutinya.
Bersamaan itu pula dengan tidak sayang nya It Tiap Cing
jien mengurung diri Cing Jie pula diruangan lain agar setelah
sembilan puluh delapan tahun kemudian sewaktu dia sadar
dari tidurnya ia memiliki tenaga daiam yang tidak berada
dibawah Boen Ing. Walaupun cara ini amat bagus sekali tetapi Ie Tiap Cinjien
sudah salah memperhitungkan sesuatu, dia tidak sampai
berpikir bahwa tenaga dalam Cing jie yang semula memang
sudah kalah satu tingkat dari Boen Ing walaupun sudah lewat
seritus tahun kemudian juga akan tetap kalah satu tingkat'
Dengan pandangan yang amat tajam Cing jie sigadis
berbaju hijau itu memperhatikan diri Boen Ing tajam tajam.
Mendadak dia menemukan kesepuluh jari kakinya yang
terpapas waktu itu mengalirkan darah yang amat deras,
hatinya jadi melengak. "Kenapa jari kaki yang terpapas itu mengeluarkan darah
dengan begitu derasnya."
Pikirnya dengan cepat terputar mendadak teringat olehnya
kalau pada waktu itu pasti lah dia lagi menyalurkan hawa
murninya. 'Supek, berhati hatilah" bentaknya.
Dengan terburu buru diapun melancarkan satu kali pikulan
dahsyat kearah depan. Terdengar Boen Ing tertawa seram, tubuh nya berkelebat
menghindarkan diri dari serangan tersebut.
Pada saat itulah Oei Tiap Loojen sudah merasa akan
sesuatu hal yang tak beres, 'Celaka !' teriaknya.
Tubuhnya segera bergerak mcloreat sejauh satu kaki
bersamaan itu pula sambil putar badan sepasang
telapaknyapun didorong kedepan.
Siapa tahu Boen Ing sudah menggunakan ilmu pukulan
berputar yang amat lihay dari Heng San Pay untuk
menghindar kebelakang tubuh Oei Tiap Loojien,
cengkeramannya dengan disertai desiran tajam
menyengkeram batok kepala orang tua itu.
Walaupun Oei Tiap Loojien jadi orang amat sabar dan
ramah tetapi menghadapi peiempuan cabul yang memiliki
kepandaian silat yidq amat dahsyat ini tidak berani berlaku
ayal, dengan sekuat tenaga dia meloncat kedepan.
Boen Ing yang melihat cengkeramannya mencapai pada
sasaran yang kosong dia kembali tertawa seram, dengan
gerakan tubuh berputar dia melayang kembali satu kaki ke
samping , setelah mengibaskan pukulan Oei Tiap Loo jien
mendadak telapak kirinya dengan menggunakan jurus "Shia
Kwa Kiem -Tha' atau menggantung miring pagoda emas,
menghajar kedepan. Melihat datangnya serangan tersebut Oei Tiap Loo jien
segera mendengus dingin. "Dengan menggunakan ilmu pukulan Sian-Hong Ciang'Hoat
untuk menghadapi aku orang tua, bukankah hal ini saja
mencari - - -' Belum habis dia berkata telapak kanan Boen Ing dengan
menggunakan jarus poo "Hong Can Gwat atau angin taupan
membabat rembulan kembali melancarkan serangannya
kedepan. Kali ini serangan yang digunakan adalah jurus serangan
dari ilmu telapak Thay lh Ciang Hoat.
Dua gulung angin pukulan yang-satu jurus yang lain
berputar dengan amal cepatnya -menggencet seluruh tubuh
Oei Tiap Loejien. Dalam hati Oei Tiap Lojien marasa amat terperanjat
pikirnya , 'Ilmu telapak angin berputar serta ilmu telapak Thay
Ih.Ciang adalah ilmu dahsyat dari Heng Sin Pay kami kini dia
bisa melancarkannya dengan cara berpisah dari kiri maupun
kanan sungguh merupakan suatu gabungan yang luar biasa"
Untuk beberapa saat lamanya dia jadi kebingungan sendiri
sehingga berdiri termangu mangu ,
'Boen Ingg kau jangan berbuat terlalu kejam 'Bentak Cing
jie pada waktu itu dengan suara yang merdu.
Diapun melancarkan satu pukulan yang tepat dan
memusnahkan datangnya serangan dahsyat Thay Ih Ciang
Hoat sebaliknya Oei-Tiap Loo jien sendiri sambil putar badan
menghadang datangnya pukulan Sian Hong-Ciang dari Boen
Ing itu' Kini Boen Ing bisa menghadapi dua orang musuh sekaligus
bahkan bisa memisahkan tenaga dalamnya menjadi dua
bagian tanpa menunjukkan kalau tenaga dalamnya lebih tinggi
dari tenaga dalam kedua orang itu.
Boen Ing yang melihat kedua orang itu berhasil
memunahkan serangannya dengan suatu kerja sama yang
erat. sifat buasnya muncul kembali dihatinya rambutnya yang
panjang dengan cepat dilingkarkan pada lehernya,
'Supek l' bentaknya dengan suara yang amat mengerikan.
'Hari ini aku Boen Ing akan bertanding dengan dirimu."
Sehabis berkata kesepuluh jari tangannya dipentangkan
lebar lebar; bagaikan jepitan besi segera menubruk kearah Oei
Tiap Loo-jien. Sambil putar badan melancarkan serangan semuanya
dilakukan dengan gerakan yang amat mengejutkan.
Oei Tiap Loo jien hanya merasakan segulung angin berdesir
lewat. Boen Ing dengan menggunakan jurus "Tong Im Mie
Puhi atau awan gelap menutupi jagat mencengkeram batok
kepala Oei Tiap Loo jien, serangannya amat ganas dan kejam.
Oei Tiap Loojien yang diserang kepalanya kontan jadi
marah ", bentaknya "Cing jie. Kau jangan turun tangan dulu!'
Ilmu telapak Thay It Ciang Hiat dengan cepat dikerahkan
keluar, dengan mengguna kan jurus jurus "Coan Yen Leng
Siauw' atau burung walet menembus awan serta 'Kiem -Hong
Yau Wei' atau tawon emas goyang ekor menyambut
datangnya dua cengkeracran Boen Ing si perempuan
berambut panjang itu, membentangkan cengkeramannya
kesamping dan meloncat kekiri.
Sepasang telapak tangan Oei Tiap Loojien dengan
menimbulkan angin pukulan amat santar berturut turat
melancarkah tiga pukulan mengancam bagian bagian tubuh
yang berbahaya dari perempuan tersebut
Boen Ing tertawa ringan tubuhnya melayang ketengah
udara kemudian dengan beberapa kali kelebatnya saja sudah
dapat menghirdarkan diri dari serangan itu.
Oei Tiap Loojien yang kini sudah berusia melewati seratus
tahun dan selamanya belum pernah bertempur dengan
demikian seru nya terhadap orang lain, kini hawa amarah mya
sudah berkobar membuat dia orang dengan tiada hentinya
rrelancarkan serangan-serangan berantai.
Agaknya memang Boen Ing punya maksud untuk pancing
dia melancarkan serangan dengan sekuat tenaga dia sama
sekali tidak menghindar maupun membalas sebaliknya
berusaha untuk mempertahankan diri saja .
Cing jie sigadis berbaju hijau yang menonton jalannya
pertempuran dari samping lantas bisa melihat dengan jelas
walaupun serangan serangan daii Oei Tiap Loojien amat
dahsyat dan kuat bahkan setiap serangan mengancam bagian
tubuh yang berbahaya tapi cukup perempuan itu meloncat
atau menghindar berhasil juga menghindarkan diri dari
serangan itu tanpa membuang tenaga, hal ini berarti pula
kalau kepandaian perempuan itu jauh lebih tinggi setingkat
dari si arang tua Hatinya mulai merasa kuatir rnengenai ke selamatan Oei
Tiap Loojien, dengan pandangan tak berkedip ia
memperhatikan terus gerakan tubuh Boen Ing yang lagi
berputar dan meloncat. Hanya didalam sekejap saja Oei Tiap Loojien sudah habis
melancarkan serangkaian ilmu pukulan Thay Ih Ciang tetapi
menjawil ujung baju Boen Ing pun tak berhasil, hatinya pun
menjadi semakin gusar. Untung dia adalah seorang kakek tua yang sudah berusia
lanjat dan berpengalaman walau pun berada dalam keadaan
amat gusar tetapi dia masih dapat berjaga diri. dia tidak ingin
memaksa orang muda dan punya maksud untuk mengadu
jiwa dengan dirinya. Boen Ing pun lama kelamaan mengetahui juga bilamana
dia bertempur secara begitu terus terusan maka hasil yang
diperoleh adalah nihil. maka segera dia tertawa dengan
seramnya.
Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Heee .hieee " . . Oei Tiap Supet" serunya dengan dingin,
"Kiranya kau pun tidak lebih cuma begini saja, dimanakah
letak kegagahanmu tempo hari sewaktu menangkap aku Boen
Ing" apakah dikarenakan kekurangan sebilah pedang Lam
Beng Kiam milik suhu kau sudah luntur semangat ?"
Baru berbicara sampai disitulah mendad&k gadis berbaju
hijau itu dapat melihat kalau darah yang mengalir keluar
melalui jari jari kakinya yang terpapas itu semakin deras, tidak
kuasa lagi teriaknya : "Supek, bersiap siaplah menghadapi
serangannya " Gerakan tubuh Boen Ing pun telah jauh berubah, dari
kedudukan bertahan kini berubah jadi,kedudukan menyerang,
dengan tangan kirinya dia melancarkan ilmu telapak Sian
Hong Ciang sedang tangan kanannya melanjutkan serangan
dengsn menggunakan ilmu Thay Ih Ciang, dua gulung angin
pukulan laksana menggulungnya ombak ditengah samudra
satu lurus satu berputar menekan tubuh Oei Tiap Loojien.
Seketika itu juga daerah seluas sepulun kaki dari sana
sudah terkurung rapat oleh angin pukulannya.
Maka dengan paksakan diri Oei Tiap Loo jien rrenerima
juga dua serangannya itu, tetapi tak terasa olehnya tubuhnya
sendiri sudah meloncat sejauh dua kaki lebih.
"Boen Ing ' bentaknya dengan keras. "Darimana kau
dapatkan ilmu gabungan dari ke dua buah kepandaian telapak
tangan ini?" Dari air muka yang pucat itu Boen Ing terlintaslah satu
senyuman tawar, mendadak jeritnya dengan seram.
'Oei Tiap kau si orang tua yang tidak mati mati, sepatutnya
kalau kau belajar ilmu silat lima puluh tahun lagi."
Sembari berbicara sepasang telapak tangan nya sudah
dihantamkan kedepan pula, tetapi kali ini dia bermaksud untuk
merusak dan menghancurkan diri Oei Tiap Loojien maka itu
serangannya baru sampai ditengah jalan dari gerakan telapak
sudah berubah jadi gerakan mencengkeram dan berebut maju
ke depan, Didalam keadaan yang amat terburu buru Boen Ing
melancarkan dua buah pukulan yang berbeda kearah kiri Oei
Tiap Loojien lantas merasa amnt payah sekali.
Pada saat ini dia cuma bisa menghindar kesamping
meloncat kepinggir saja untuk, meloloskan diri dari kejarau
angin pukulan dari perempuan tersebut.
Belum habis suatu ingatan didalam benak nya mendadak
sepasang cengkeraman dari Boen Ing sudah mengancam pula
didepan dadanya, "Aaaa . . . !" teriaknya kaget air mukanya seketika itu juga
terubah jadi pucat pasi, di dalam keadaan yang amat gugup
itulah sepasang telapaknya dipentangkan lebar lebar, "Boen
Ing, kau berani!" bentaknya keras.
Baru saja perkataan itu selesai diucapkan lengan kirinya
telah terasa amat sakit, lima jari tangan kanan Boen Ing yang
laksana jepitan besi sudah mencengkeram kedalam daging
lengannya dalam dalam, saking sakit nya air muka Oei Tiap
Loojien yang sudah purat pasi itu kini berubah menjadi kehijau
hijauan Melihat keadaan yang amat kritis yang mengancam jiwanya
dia cepat cepat ambil satu keputusan
Hawa murninya dengan cepat disalurkan! memenuhi
seluruh tubuh, lengan kanannya mendadak membalik dan
mengirim satu pukulan yang amat dahsyat kedepan.
Saat ini adalah saat kritis yang mengancam jiwanya tanpa
memperduli kesopanan lagi telapak tangan tepat menyapu
kearah kedua bukit teteknya.
Cing jie si perempuan berbaju hijau yang ada disamping
kalangan sewaktu melihat supeknya Oei Tiap Loojien berada
didalam keadaan yang sangat bahaya segera membentak
keras, sepasang tangannya dengan menggunakan jurus Tay
Lang Tui Tan, atau memisahkan ombak mendorong perahu
menghantam kedepan. Segulung angin pukulan laksana dingin baja dengan
cepatnya menggulung kedepan menekan purggung Boen Ing.
Boen Ing yang tangannya sebelah masih menancap
didalam daging lengan Oei Tiap Loo-jien maka kini cuma
tersisa tangan kirinya saja untuk melawan musuh, tak perduli
bagaimana juga sukar buatnya untuk menerima datang nya
dua gulung angin pukulan itu.
Didalam keadaan amat terperanjat itulah telapak kirinya
menangkis datangnya pukulan Oei Tiap Loojien, tetapi
sebentar kemudian dia merasakan pukulsn tersebut berat
bagaikan gunung Thay san yang membuat telapak kirirya
tergetar keras dan menjadi linu.
Sedang waktu itu angin pukulan dari Cing jiepun sudah
tiba, maka sambil mengigit kencang bibirnya dia berkelit
kesamping. Oei Tiap Loojien sama sekali tak menduga kalau dia bisa
berbuat demikian, maka kuda kudanyapun tergempur
sehingga tubuhnyapun ikut berputar
Dengan demikian keadaannya pada saat ini tepat berhadap
hadapan dengan datangnya angin pukulan dari Cing jie itu
Untuk menarik kembali serangannya tidak sempat. . . Braaaak,
. ! " dengan amat tepatnya pukulan tersebut bersarang pada
punggung Oei Tiap Loojien.
Dengan kedahsyatan dari tenaga dalam Cing jie hasil
latihan selama seratus tahun lebih walaupun menggunakan
kasiat dari dedaun tetapi Oei Tiap Loojien tidak bakal sangguo
menerima datangnya pukulan itu Kepalanya terasa pening dan
dadanya jadi mual tidak tertahan lagi dia muntahkan darah
segar. Boen Ing yang lagi mencengkeram lengan Oei Tiap Loojien
hingga tembus kedalam dagingnya begitu melihat adanya
cahaya merah menyambar datang hatinya jadi kaget, dia tahu
bilamana dirinya tidak menghindar maka darah segar tersebut
pasti akan mengotori wajahnya
Didalam keadaan cemas tangannya sedikit tergetar
segumpil lengan Oei Tiap Loojien kotan tersayat lepas dari
tempatnya semula sedang dia sendiri meloncat mundur sejauh
dua kaki. Keadaan dari Oei Tiap Loojien pada saat ini benar benar
amat mengerikan sekali, dia tak kuat untuk berdiri lebih lanjut
tak kuasa lagi lantas rubuh keatas tanah, air mukanya
berubah jadi pucat bagaikan mayat.
Melihat kejadian itu Cing jie sigadis berbaju hijau itu jadi
amat terperanjat. "Supek! supek " teriaknya kaget.
Dengan cepatnya dia lantas menubruk kedepan
"Ce . . , cepat . . . cepat . . . bimbing aku , , kedalam , ,
kedalam barisan , , bunga "
Didalam hati Cing jie mengerti bilamana saat ini dia tak
menolong Oei Tiap Loojien lolos dari sana maka keadaan dari
orang tua sangat berbahaya sekali.
Dengan cepat dia dongakkan kepalanya ke atas terlihatlah
Boen Ing yang merupakan gadis amat cantik saat ini didalam
pandangannya kelihatan amat mengerikan dan menyeramkan
sekali ! Dengan gupup Cing jie menyambar tubuh Oei Tiap Loojien
sambil enjotkan tubuhnya lari kedalam barisan bunga
"Hee . , " hee . . . Cing moay l kau Hendak melarikan diri
kemana "' Tanya Boen Ing sambil tertawa dingin. "Cepat bawa
aku mencari Liem Tou, aku mau pakai dan kerjain dirinya
terlebih dulu" Sepasang pundaknya sedikit bergerak bagai kan bayang
bayang setan saja dengan kencangnya membuntuti terus dari
belakang tubuh gadis berbaju hijau itu dia tidak melancarkan
serangan tetapi juga tidak meninggalkan diri Cing jie pada
jarak lebih dari satu kakipun.
Kiranya semula Boen Ing pun pernah tertawan didalam
barisan bunga itu sehingga diapun tahu bagaimana
dahsyatnya barisan bunga tersebut, bilamana tak ada orang
memimpin jangan harap bisa lolos dari barisan bunga itu,
karenanya dia berusaha untuk membututi terus dirinya.
Cing jie yang melihat Boen Ing membuntuti terus tiada
hentinya dalam hati benar benar merasa amat cemas
Kini mendengar perkataan tersebut dia lantas mencibirkan
bibirnya. "Siapa yang menjadi adik Cing mu" Hmm! jangan mimpi
aku suka membawa kau lolos dari barisan bunga ini."
"Heee," heee Cing moay kau jangan marah" seru Boen Ing
lagi sambil tersenyum' "Aku tetap akan mengikuti dirimu terus
bilamana kau berhasil lolos dari barisan bunga ini maka
akupun bisa pula untuk lolos dari sini kecuali bila kau serta Oei
Tiap Loojien rela untuk mengawani aku bersama sama mati
terkurung disini," Sehabis berkata kembali dia tertawa seram
Cing jie yang mendengar perkataannya sedikitpun tidak
salah dalam hati mulai mengambil keputusan pikirnya.
"Perempuan cabul Boan Ing aku akan ada jiwa dengan
dirimu walaupun tenaga dalamku kalah satu tingkat dari
dirirmu tapi belum tentu bisa menderita kekalahan".
Mendadak teringat kembali olehnya pedang pusaka Lan
Beng Kiam tersebut, dia merasa bilamana ada pedang itu
maka dirinya tidak usah takut terhadap dia lagi.
Sewaktu dia lagi melamun seorang diri itu lah mendadak
terdengar Oei Tiap Loojien yang ada didalam rangkulan
merintih. "Cing jie kau jangan cemas, bawalah terus dirinya kedalam
pusat barisan Sam Nie Kioe Kong Khie Bun Toa Tin ini
bilamana ada kesempatan cepat cepat meloloskan diri '.
Cing jie segera menurut perkataannya dan berlari menuju
kepusat barisan itu. Kedahsyatan dari barisan bunga "Sam Nie Kioe Kong Khei
Bun Toa Tm' ini benar benar luar biasa sekali, semakin lama
Boen Ing dibuat semakin kebingungan dan dia merasa
keadaan semakin tak beres.
Terlihatlah Cing jie sebertar miring ke samping mendadak
mundur kekiri tiga langkah kekanan empat langkah kadang
kadang pula maju berputar mundur melingkar.
Hanya didalam sekejap saja Boen Ing sudah tidak mengerti
manakah utara manakah selatan tetapi dia cuma tahunya
mengikuti gerakan dari Cing jie terus menerus gadis itu
bertindak bagaimana diapun mengikuti dengan cara yang
sama. Seluruh perhatianrya pada saat ini benar benar terpusatkan
pada langkah langkah Cing jie matanya melorot lebar lebar tak
ber-kedip sedikitpun. Tidak lama kemudian mereka sudah tiba pada pusat
barisan tersebut, sewaktu Cing-jie hendak minta petunjuk dari
Oei Tiap -Loo jien itulah mendadak hatinya jadi terperanjat
sekali' Kira nya entah sejak kapan, Oei Tiap Loo jien sudah jatuh
tidak sadarkan diri tetapi bibirnya masih sedikit bergerak
gerak. Dalam hati gadis itu jadi amat cemas sekali.
"Supek ! supek ! kau jangpn mati, cepat bangun. , , bangun
, , bangunlah" Teriaknya.
Lama sekali baru kelihatan Oei Tiap Loo jien sedikit
bergerak kemudian dengan perlahan menjadi sadar kembali.
"Cing jie !" ujarnya tanpa tenaga. 'Aku , , aku , . aku tidak
akan mati dengan demikian saja tetapi aku tidak . , tidak
dapat ber tahan lebih lama lagi, tetapi , , ."
Cing jie yaa? mendengar dari nada suara nya rada tidak
panya harapan dengan gugup lantas teriaknya.
"Supek cepat kau bilang tapi kenapa "'
Lama sekali Oei Tiap Loo jien memejam kan matanya,
akhirnya dia membuka matanya kembali.
'Cuma darah pusaka dari Gien jie atau tiga lembar dedaun
mati hidup yang bisa melindungi sisa hidupku ini, tetapi Gien
jie ada kemungkinan sudah binasa.'
Waktu itu Cing jie cuma kepingin melindungi nyawa dari
Oei Tiap Loo jien, maka tidak 'berpikir panjang lagi sehabis
mendengar perkataan itu dia meloncat kesamping kiri
memetik tiga lembar dedaun mati hidup lalu dimasukkan
kedalam sakunya. Ketika dilihatnya Boen Ing masih membuntuti terus dari
jarak satu kaki dibelakangnya dalam hati benar benar merasa
amat gusar -maka sembari melancarkan satu pukulan dahsyat
tubuhnyapun meloncat kedepan sejauh tiga kaki lebih .
Dia tidak berani berdiam lebih lama lagi sambil menarik
hawa murninya panjang panjang tanpa menoleh lagi dia
segera mengerahkan ilmu meringankan badan berlari ke
depan. Baru saja tubuhnya hampir keluar daii barisan bunga ini
mendadak berdesirnya angin menyampok ujung pakaiannya
Boen Ing kira nya sambil mengebut ngebutkan ujung baju nya
membuntuti terus dibelakang tubuhnya
Cing jie amat gemas sambil balik badan dan dia kirim satu
pukulan lagi kedepan. 'Boen Ing aku akan hajar kau sipereripuan cabul!"
bentaknya. Boen Ing hanya berdiam diri saja tubuhnya mendadak
berkelebat menghindar kesamping.
"Siauw Giok Cing ! ujarnya dengan dingin. "Kau sudah
papas putus jari kakiku soal ini aku masih, belum menagih
rekening dengan dirimu, kini bilamana kau sudah membawa
aku keluar dari barisan ini maka hutang itu akan aku anggap
lunas, aku tak akan merca ri dirimu lagi dan hanya mencari
Liem Tou seorang." Si gadis berbaju putih itu segera melotot kan matanya
lebar-lebar, dia pada saat ini benar-benar kepingin mengadu
jiwa dengan dianya tetapi berhubung ada Oei Tiap Loojien
didalam rangkulannya membuat hatinya jadi bingung.
Pada saat itu dia merasa serba susah mendadak Oei Tiap
Loojien merintih perlahan ujarnya :
'Cing jie, aku rasa diriku tidak kuat bertahan lebih lama lagi,
cepatlah kau serahkan dedaun mati hidup kepadaku, tiga
tahun kemudian kita akan bertemu kembali!'
Beberapa perkataan dari Oei Tiap Loojien inilah 'segera
membuat Cing jie jadi sadar, pikirnya :
"'Kenapa aku harus membuang waktu di-sini" Cepat entah
Gien jie sekarang sudah mati atau belum ?"
"Tidak supek !" sahutnya kepada si orang tua itu,
"Bagaimanapun juga kita harus pergi melihat dulu apakah ular
raksasa itu masih hidup atau sudah mati."
Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tanpa memikirkan apakah Boen Ing nanti ikut keluar dari
barisan bunga itu atau tidak dia lantas putar badan, dengan
beberapa kali loncatan saja dia sudah keluar dari barisan
bunga tersebut, Boen Ing pun dengan cepat ikut meloncat keluar dari
barisan itu. kemudian mendongakkan kepalanya dan tenawa
terbahak bahak. "Mulai saat inilah aku Boen Ing baru benar benar bisa
melihat matahari lagi."
Mendadak wajahnya berubah jadi amat serius, lalu menoleh
sekejap memandang ke arah Cing jie.
Waktu itu Cing jie sudah tiba disamping celah celah batu,
melihat ekor ular tersebut sudah putus sedangkan Lam Beng
Kiam telah lenyap tidak berbekas dalam hatinya lantas tahu
kalau pedang tersebut tentulah sudah diambil oleh Liem Tou
dan sekalian menghisap darah pusaka itu.
Saking sedihnya tidak kuasa lagi dia meneteskan air mata,
kepada Oei Tiap Loojien ujarnya dengan sedih :
"Soepek ' Kita sudah ditakdirkan untuk berpisah kembali
selama tiga tahun, Itu namanya nasib. Akh Liem Ton kau
sungguh menggemaskan."
Pada saat itulah mendadak Boen Ing memutar mutarkan
biji matanya tiba tiba t Bangan nama Heng San Pay. Tetapi dia bafts
saJa ?linm n darah ular raksasa itu eda ke
snungkinaa tiga hari kemudian baru sadar ? baiklah kau
melindungi dirinya.' bicar? sampai disitu keadaan Oei Tiap -iLoojien sudah
semakin parah lagi napasnya
^fj,to? n"tmV hpr Sersengkai eengkaJ tidak karuan jelas
sebera '^n p ' . . . " ,fm nnms,-va tar lagi dia tidak kuat
mempertahankan diri 4dgl "astb " Akn . . Melihat kejadian tersebut Cing jie Jadi amat terperanjat dengan terburu buru dia ke|uaf ketiga lembar dedaun ma
" d dlkuHyah dula dimulutoyti
setelah itu baru dimasukkan kedalam mulut
padfl radis tersebut. "Cing mcsy! Dimana Liem Tou"
Baru saja Cirg jie hendak menjawab men dadak tcdengar
Oei Tiap Loojien sudah men^ gerakkan bibirnya berbicara
< Oei Tiap Loojien untuk ditelan.
Sampai waktu itu Cing jie benar benar ti dak dapat
menahan tetesan air matanya yang
"Cing jie l' pesannya. "Ba?k baiklah kau menga'ir keluar
semakin deras, lindungi Liem Tou. dia e emiliki ilmu silat
"Ooow, supek! salamat tinggal** serunya se yang amat lihay
apalagi pernah minum darah dih A&fa .,.! tiga tahun bukanlah
suatu jang pusaka dari ular raksasa tersebut lain kali bo waktu
yang pendek,. leh digunakan sebagai seorang pembantumu un Ah muka
Oei Loojien lantas melintas satu tuk menangkap Boen Ing
kembali kedalansenyuman yang amat sedih dengan perlahan
lembah serta mesieghkkau kembali kecernei'dia mengangguk.
3? "Hey CitJg moay kau masin tak suka b\c?
n e y uiug uiuc*.? "-" " - i
ra" Tercengar Boen Ing membentak lagi de mg, menutup
matanya dan menutup pern. i,gan suaranya yang amat keras.
Sebetulnya pasannya. Sehabis berbicara dia mengbela napas r&n
m Liem Ton sudah pergi kemana - perkataaJ
yang sudah aku ucapkan tak baiat kupungkiri dah menutup
pernapasannya kali ini tak se
,. hnfir ?i r mntnnvn kembali. Cmg jie yang melihat Oei Tiap Loojien su
butir air matanya keluar, air mukanya berCinJ jie mana suka menggubris dirinya ubah jadi dingin
bagaikan es, sambil membo
n--. T;#n f DOtiE tubuh Oei TiaD Loniien dia b
,tariU Cmg jie sigadis berbaju hijau itu sama anga kali
tidak mengambil gubris, dia tetap menu
. _1. n. se Cing jie mana suka inengguDris ainnya ?ja.n u...e.u
uuBa" ivQiJ oautu,i saat ini dari tenggorokan Oei Tiap
Loojien pong tubuh Oei Tiap Loojien dia berjalan
mengeluarkan suara yang perlahan kembali i masuk kedalam
ruangan batu tersebut, dia membuka matanya dan b-rkata
deogai *Hey c,ng m?)ay , kau dengar tjdak pef_ amat
halus seperti suara nyamuk. kattanku ?" terdengar Boen Ing
siperempuan "Masih ada lagi Cing jie! alat rahasia da- cabul itu
membentak kembali, ri ruangan batu tentu kau sudah
meigetahu' dengan amat jelas bukan " didalam rtangai
tersebut sudah disembunyikan suatu rangkai ,up mulutnya
rapa(. rapati an ilmu silat yang amat dahsyat dari suhu di
hulu. semasa hidupnya dia tak pernah berkati Melihat s.kap
tersebut dalam hati Boen sebaliknya menjelang kematiannya
dia b J ^ "la, memecahkan sendiri persoalan ter berkata
tetapi aku serta ayahmu sudah per"! ^nt- akhirnya terdengar
dia bergumam se memeriksa sekeliling tempat ini dan hasilnjj
ng ln ? nihil, cobalah kau periksalah sekali lagi dt "Ooouw , . .
kiranya Liem Tou ada didalam ngan teliti, bila mana kau
berhasil mempel sana, tempe hari suhu pernah membawa ain
jarinya ada kemungkinan masih bisa meng? masuk kesana.
katanya tempat itu ruangan sai diri Boen Ing. bersemedi dari
sucow ya tempo hari bahkan
RS : 33" Selama setatus tahun ini Boen Ing di-sudbh dipasangi
dengan alat rahasia yang -(kurung didalam ruangan batu
disisi kiri dari ruangan sekarang, hatinya sudah benar berat de. merasa
jeri terhadap tempat itu. kini dibc-baI kar hatinya oleh
perkataan Cing jie dalam I hati diam diam mulai berpikir:
"Cuma mengandaikan kau Giok Cing se-percaya bisa
mengurung amat bahaya Sembari bergumam sendiri mendadak ngan beberapa kali
lonc. tan dia sudah ada diluar ruangan batu itu.
Dikarenakan Liem Tou duduk dipojokan maka dipandang
sepintas lalu dari tempat lu orar'S aku tidak aran sudah tentu
tak akan aapat ditemukan. Qir'ku.
Baru saja Bon Ing melangkahkan kakinyal Pikirannya
dengan cepat berputar tanpa kedalam ruangan batu iiu
mendadak seperti Pikir la8J diapun ikut membuntuti dari arah
relah teringat akan sesuatu mata dengan terjtelakang.
buru buru dia kebelakang.
mengundurkan diri kembali
Mendadak sepasang matanya dapat melihat iLiem Tou yang
lagi duduk bersila menyandar
"Kenap", tidak masuk ?"" ejek Cing jie de|psda f'indin??
agaknya dia sudah berada di n;gan nada yang amat dingin.
" 'Kau Boen Ing sudah mempunyai tenaga dalam hasil
latihan seratus tahun, apakah, cuma sebuah ruangan batu
yang demikian kfj cilnya bisa mengurung dirimu?"
dalam keadaan lupa segala segalanya.
Melihat wajahnya yang amat serius, keren dan berwibawa
itu tidak kuasa lagi dalam hatinya timbullah suatu perasaan
menghormat. Saat itu Cing-jie pun lagi berdiri disainUjung kakinya sedikit menutul tanah dengan Ping
memandang kearah Liem Tou dengan
amat cepatnya dia sudah berkelebat dari samping
tubuhnya, lewau bandingan melongo. Boen Ing yang jaraknya masih rada jaul tidak bisa melihat
keadaan yang sebeiiarnyi dari Liem Tou sebaliknya Cing jie
sejak se mula sudah dapat melihat kalau diantara per napasan
pemuda itu secara samar samaa mengalir keluar dua
gulung asap yang amal tipis, hal ini menunjukkan kalau
tenaga da lam sang pemuda sudah berhasil di latih
hingga mencapai pada tarif kesempurnaan bej simaan itu
pula wajah yang tampan dari Liem Tou sudah menarik
perhatian Cing jieJ Hatinya waktu itu lagi bergolak hebat, dil merasa cemas
dan benci atas kekurangan rjaran Liem Tou yang sudah
menghisap hatisj darah Gien-jie tetapi diapun merasa senangi
dengan wajah yang ganteng dari pemuda ter-J sebut sehingga
tak terasa dia lupa meletakkan tu.buh Oei Tiap Loojien keatas
tanah. Matanya dengan terpesona memandang ke-arah pemuda
itu tak berkedip sedang mu-lutnyapun tak mengucapkan
sepatah kata pun. !PaJa saat itulah teTfiengat Boen Ing ter tawa ringan
menyadarkan lamunan dari gadis ters-ebut.
"Licin To^' teriaknya dengan keras. 'Aku datang hendak
mengerjakan dirimu buat apa kau buang waktu untuk
bersemedi disini ?" Sambil berkata dia mengebutkan ujung ju bahnya daa
berjalan mendekati diri Liem " TouCing jie yang berdiri riisisinya menjadi fea^et, teringar
kembali kata kata terakhir Oa Tiap Loo jien yang minta "agar
dia me lindungi baik baik pemuda it? membuat hati nya jadi
tergetar, tubuhnya dengan cepat ma ju dua langkah kedepan
meighalangt didepan "tubuh pemuda itu.
'Boen Ing !' Bentaknya dengan keras .Bila tmana kau berani
mengganggu seujung rambutnya aku tidak akan berlaku
sungkan sung kan lagi terhadap dirimu/
Sehabis membentak keras dia lantas mele takkan tubuh Oei
Tiap Loo jien keatas tanah dan berjalan kesamping tuouh Liem
Tou. 4i Tiba tiba sinar msfanya terbentur de" ngan pedang Lan
Beng Kiam yang terletak dilisi pemuda tersebut, hatinya jadi
amatgi rang tandannya dengan kecepatan yang luar biasa
menyambar kedepan memungut pedang itu lalu putar
badannya. Waktu itulah Boen Ing sudah berada kujang lebih lima depa
dari tempatnya saat ini..
Pedangnya dengan cepat digetarkan kede pan yang
memancarkan cahaya biru menyi laukan mata dengan
menggunakan jurus Sun Yen To Liem" atsu tiga walet
menembus hu tar. berturut turut " dia melancarkan tiga kali
tusukan memaksa Boen Ing berturut -turut mundur sejauh
tujuh delapan tindak. "G:ok Cing V Bentak Boen Ing dengan gu sar. Oei Tiap Loo
supek terh.ka ditanganmu. tentang hal ini aku sama tekali
tidak mencari urusan dengan .dirimu, hanya saja ter hadap
Liem Tou aku tidak bisa lepas tangan, aku sudah berkata
kepadanya dan perkataan ini tidak bakal bisa dilanggar Liem
Tou pasti aku dapatkan, bilamana kau meniesak aku leb li
lanjut jaragan salahkan aku berlaku tidak sungkan legi
terhadai diTimu." Cing jie yang ada pedarg hiv Beng Kipm ditanp^nnyadslEni
fcaii merasa arrat rrartap?
"Boen Ing ! Ksu suka pergi attu tidak itu brusanrru. terus
terang saja aku Siauw Giok-Cing katakan, aku sama sekali
tidak takuti dirimu," sahutnya dingin.
Boen Ing yang melihat Liem Tou kini ada dihadapannya
justru Cing jie berdiri dihadap annya dengan menegang
pedang Lan Beng Kiam membuat sifat buasnya timbul
kembali. 'Cing moay ! Jangan ksu salahkan enci log mu tidak
berbudi" bentaknya keras.
3ubahnya yang lebar digetarkan kedepan melancarkan satu
angin pukulan kedepan. ber samaan itu pula tanpa
mbmikirkan urusan yang lain dia menubruk kearah depan
Cing jie tertawa ditgin, pedaag Lan Beng Kiamnya
digetarkan ke depan menutup da. tangnya serangan tersebut,
dengan disertai desiran angin dinrin serta c; baya biru yang
menyilaukan mata dia mengancam seluruh-bagian bagian
bahaya dari tubuh Boen Ing yaig memaksa dia terdesak dan
bertut turut mundur beberapa tindak keberakang.
Cing jie yang melibat serangannya berbasil memaksa
musuhnya mundur dari tempat semula berturut turut dia lalu
melancarkan kembali serangan berantai.
JDari jurus "Yen Tiap Leng Po" atau kupu indah terbang
melaypng mendadak berubah ja di jurus 'Shia Yang Lok Jiet'
atau sang raja lenyapkan jagat serta 'Mong Ay Hwee Hong5'
at8u senja merendah pelangi beterbangan me rraksa Boen Ing
jadi kalang kabut dan kelabak an dengan sendirinya
Diam diam perempuan itu jadi terperanjat, terburu buru dia
mengundurkan diri ke-belakang dengan cepat. Walaupun
kedua ujung bajunya yang lebar kena dibabat pula oleh Cmg
jie sehingga putus, tubuhnya cepat ce pat malayang jatuh
ketana'i. Setelah rasa terkejutnya bisa ditenangkan sinar mata yang
taji m dengan amat gusarnya lantas melosoti diri Siauw Giok
Cing tak ber kedip. 'Hmm! h mm ! Boen Ing. kau masih mempunyai
kepandaian apa lagi " . . . ayoh keluarkan*" Ejek Cing jie
dengan suara yang sa ngat dingin.
Yang paling ditakuti kini oleh Boen Ing adalah periang
pusaka Lan Beng Kiam tersebut ia tahu bilamana dirinya harus
bergebrak melawan Cing jie dengan menggunakan tangan
kosong maka didalam sepuluh bagian pasti sembilan bagian
akan menemui kerugian Sinar mata berputar tiada hentinya, me sda dak
pandangannya berhenti pada kedua belah ujung bajunya
terpapas diatas tanah itu.
Cing jie diam diam merasa terkejut pula. pikirnya :
"Kedua potongan baju itu tak boleh dida patkan kembali
olehnya, kalau tidak pedang Lan Beng Kiamku ini berhasil dia
Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kuasai!" RS 35 49 e pati dia lantas rrerasa kaget bukan main.
Celaka. . .' ' Pedangnya dengan cepat digerakkan meBerpikir sampai disitu dia lantas maju b berapa langkah
kedepan. Siapa tahu baru saja dia menggerakkan bs dannya gerakan
Boen Ing jauh lebih cepat kncarkan seluruh jurus kepandaian
yang per lagi, sembari bergerak maju perempuan itu n"h
dipelajarinya selama ini, cahaya ke b'm pun melancarkan satu
pukulan dahsyat kede " biruan yang amat menyilaukan mata
dengan pan. membentuk setengah lingkaran busur me Cing jie terpaksa menyabetkan pedangnya ngnrung seluruh
tubuh gadis itu terutama di kedepan untuk menangkis
;angannya terasa - ri Liem Tou serta Oei Tiap Loojie.
tergetar keras tub^hnyapun mundur satu langkah.
Baru saja tubuhnya hendak maju kembali waktu itulah
Boen Ing sudah berhasil mere but sobekan ujung jubah itu
dan menggera kan tangannya menyambar kearah depan de
ngan amat samar. Kain adalah semacam benda lunak yang bi| Sa bergerak
dan berputar dengan luwes dan lemas senjata ini justeru
merupakan Rawan dari senjata senjata keras seperti toya
golok pedang dan lain lainnya.
Cing jie melihat Boen Ing berhasil mere j but sobekan
ujung baju tersebut bahsan kini menyerang dengan amat
gencarnya di dalam Untuk beberapa saat lamanya walaupun Brei Ing
mempunyai sobekan ditangan masih tak berbasil juga
mengadakan penyerang ari.
Akhirnva dia meloncat kesamping meng -hentikan
serangannya, sambil memandang ke arah Cing jie ujarnya
dengan dingin. 'Cing moay! aku lihat Liem Tou itu sama sekali tidak ada
sangkut pautnya dengan di ri*nu, buat apa kau orang mati
matian me -lindungi dirinya"'
Melibat pihak mnsuh menarik kembali se tangannya, Cing
jie pun lantas menarik pula pedang Lan Beng Kiamnya dan
berdiri tak tergerak disana.
5J. "Boen Ing!" sahutnya. "Orang lela'ci amar1 banyak sekali
dikolong langit, kenapa jus-teru kau meaginginkan dirinya"'
"Aku sudah bilang dia adalah orang yand melepaskan diriku
dari dinding ba'u itu .na!.a, aku Boen Ing akan memerahkan
badanku !" e padanya, hal ini adalah suatu hal yang luar biasa
baginya" seru Bcea log dengan gusar.
Cing j e yang mendengar perkataannya -itu suatu akal
muncul didalam benaknya. "'Liem Tou adalah tamu pertama yang mej masuki lembah
mati bicup ini, lebih baik kuu lenyapkan ingatan ini saja !
jawabnya. "Boen Ing . , , aku mau memperlihatkan se! macam
barang kepadamu, sukakah kau orang untuk nelihatrya?"
"Kau menginginkan aku melihat ap^"'' 'Sealah melihat
tentunya kau bakal tahu dengan sendirinya, buat apa kau banyak ber
tanya"'' Sembari berkata dia maju dua langkah ke depan sambil
menenteng pedangaya. Boen Ing tetap berdiri tak bergerak, sepasang matanya
dengan amat lajam memper hatikan stl ruh tubuh Ciag jie
agaknya dia 1 gi memeriksa apakah perbuatan ini merupakan
satu akal atau bukan. "Heeee... hecee .. kalau kau tidak suka me l-.hat juga tak
mengapa' ejek Cing jie samb l tertawa dingin. "Pokoknya
semuapun pp-rnan meneiina perbuatan yang baik."
'Kau bilang apa"' teriak Boen Ing dengan kebtnguiigaa setlah
mendengar perkataan ter sebut Ayo'n cepat bawa aku
pergi kesana, aku akan mengubah maksudku terlebih dulu. Lie
n Tou, akan aku tinggalkan dulu,., tetapi bilamana kau men pu
ainku heeee... heeee.., jangan harap kau bisa lolo* dari
kematihnmu.?" Dengan dinginnya Cing jie mendengus, dia tidak menjawab.
Pedang Lan Beng Klam nya segera dituding kan kearuh
dinding batu tersebut sambil ka u nya:
"Disebelah sana aku beritahu padamu cara
nrfuk menggerakkan alat rafasia tersebar, sudah tentu kau
bakal melibat dengan sendirinya."
Boen Ing ternyata sungguh sungguh melakukan apa yang
ditunjuk olsh Cing jie itu, dia berjalan mendekati dindrng itu
dan mulai meraba permukaannya ytng halus dan -amat dingin.
'Setengah depa disebelah kiri tempat itu dua kaki diatas
rabalah kebawah, kau akan bisa melihat barang tersebut."
Boen Ing yang mendengar perkataan tersebut jadi ragu
ragu dengan cepat ia menoleh
"Kau tidak lagi menggunakan siasat bukan?" tanyanya ragu
ragu! Dalam hati Cing jie sudah mempunyai satu kemantapan,
mendadak dia putar badan ber diri menghadap keluar pintu
sedang tangan kirinya ditempelkan pada pintu batu itu.
"Kau pergi lihatlah sendiri, aku tidak ingin memberitahukan
kepadamu, tetapi bilamara kau tidak tega akupun tidak ingin
memaksa.** 5 i Boen Ing berdiam diri beterapa saat lama aya setelah
dirasakan tiada yeng aneh dia baru mengikuti perunjuk itu
Tangannya dengan perlahan mulai meraba dinding itu tentu
dengan hati amat tegang, dia tak mengetahui apakah yang
hendak ditun jukkan Cmg jie kepadanya.
Tetapi walaupun dia sudah meraba beber? pa saat lamanya
dinding bata itu tetap dinding batu tak ada sebuah bendapm
yang due muinya Dalam hati ia merasa ditipu, dongan amat gusarnya dia
lantas menoleh kearah belakang.
Mendadak " - "Kliik , , ,!' dinding batu itu membuka
kesamping sehingga terlibatlah sua tu pemandangan yang lain
daripada yang lain di balik tempat tersebut.
Boen Ing jadi terperanjat, dengan tergesa gesa dia
mengundurkan diri dua langkah kebe lakang sedang telapak
tangannya disilangkan didepan dada siap siap menghadapi
sesuatu. Tampaklah berpuluh pu'uh sosok kerangka manusia
bertumpukan dibalik dinding itu. di aus batok kepala setiap
Bagus Sajiwo 11 Harimau Mendekam Naga Sembunyi Karya Wang Du Lu Kedele Maut 16
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama