Ceritasilat Novel Online

Matahari Esok Pagi 8

Matahari Esok Pagi Karya S H Mintardja Bagian 8


memerangi orang-orang asing yang katanya mulai menginjakkan kakinya di tanah
Jawa. Prajurit itu berkata kepada anak perempuanku, ibu Sindangsari itu "Suami
Nyai telah gugur di medan perang"
Tentu saja isterinya menjerit. Dan prajurit itu meneruskan "Ia gugur di
sebelahku, karena akupun terluka waktu itu,
meskipun tidak parah. Pada hari Soma-Bang. He, bukankah Soma-Bang itu Soma
Pahing" Ki Reksatani menjadi termangu-mangu sejenak. Terngiang pesan kakaknya "Karena
itu, kalau kau tidak dapat
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
menyelesaikan, apalagi orang lain" Dan ia menjawab waktu itu
"Bukankah aku hanya menyampaikan keputusan Ki Demang
saja" lalu "anak kecilpun dapat melakukannya seandainya pantas"
Namun tiba-tiba ia kini menghadapi masalah itu. Kakek Sindangsari menolak hari
yang diputuskan oleh Ki Demang.
Meskipun demikian Ki Reksatani masih mencoba menekankan hari itu, katanya "Tetapi ini keputusan Ki Demang"
"Tetapi apakah Ki Demang benar akan
menyiksa Sindangsari dengan segala macam cara. Ia sudah mengambilnya meskipun ia tahu, gadis tersebut tidak
menghendakinya. Kini ia memilih hari yang paling pahit bagi bakal isteri yang
terpaksa menjalani perkawinan itu. Hari kematian ayahnya. Itu tidak baik. Tidak
baik untuk segala-galanya"
Ki Reksatani menjadi ragu-ragu. Apakah ia akan memaksakan kehendak Ki Demang seperti yang dikatakannya, atau ia harus
menyampaikan jawaban kakek tua ini kepada kakaknya. Jika ia kembali tanpa
keputusan itu, maka kakaknya pasti akan memaki-makinya. Tetapi kalau ia
memaksakan kehendak itupun, agaknya kesannya akan terlampau jelek.
Berbagai macam pertimbangan telah melintas di dalam
kepalanya. Namun ia masih tetap ragu-ragu.
"Kalau aku pulang, maka kakang Demang pasti akan
menunjuk hidungku sambil berkata "Nah, percaya" Bukankah kau tidak dapat
menyelesaikannya?" desah Ki Reksatani di dalam hatinya.
Karena Ki Reksatani tidak segera menjawab, maka kakek Sindangsari itupun berkata
"Nah, Ki Reksatani. Sebaiknya hal ini sekali lagi dibicarakan dengan Ki Demang.
Aku harap Ki Demang sudi mempertimbangkan keadaan bakal isterinya.
Aku tidak berkeberatan hari apapun juga. Aku memang
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
menganggap bahwa semua hari itu baik. Tidak ada hari
pantangan. Tidak ada hari yang mencelakakan kita. Tetapi pertimbangan kami
tentang hari Soma-Pahing ini lain. Bukan karena hari itu sendiri, tetapi apa
yang telah terjadi pada hari itu, yang akan selalu membayangi cucuku. Kalau pada
hari itu ia harus menjalani hari perkawinannya, tetapi pada hari itu ia
mengenang kematian ayahnya, apakah perkawinan itu akan dapat membuat kesan yang
baik baginya?" Ki Reksatani menarik nafas dalam-dalam. Dan tiba-tiba saja ia berkata kepada
diri sendiri "Apa pedulimu" Biarlah kakang Demang marah. Lebih baik lagi kalau
tiba-tiba saja ia memutuskan semua hubungannya dengan gadis itu karena
kemarahan yang meluap-luap. Alangkah baiknya"
Karena itulah maka Ki Reksatanipun kemudian menjawab
"Baiklah. Aku akan kembali kepada Ki Demang. Aku akan mengatakan kepadanya,
jawaban yang aku terima tentang hari itu"
"Ya, sebaiknya demikian. Dan aku mengucapkan, terima
kasih atas kesediaan Ki Reksatani"
Dan apa yang dibayangkan oleh Ki Reksatani benar-benar telah terjadi. Ki Demang
menjadi marah bukan buatan. Kalau saja ia belum setua itu, mungkin kakaknya itu
sudah menamparnya. Namun justru yang diharapkan oleh Ki
Reksatani tidak terjadi. Ki Demang itu dengan serta-merta membanting mangkuk di
atas batu umpak saka guru, sambil berteriak "Aku batalkan perkawinan ini!"
"Tidak!" Yang dikatakan kemudian adalah "Kembali ke rumah itu.
Aku tidak mau menunda lagi"
"Kakang" Ki Reksatani mencoba menjelaskan "masalahnya bukan untuk menunda hari
perkawinan itu. Tetapi hari yang dipilih itulah yang tidak sesuai. Hari itu
adalah hari kematian ayah Sindangsari"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Persetan dengan kematian siapapun juga"
"Kalau kakang Demang memang ingin lebih cepat, kakang Demang dapat memilih hari
lain, justru lebih cepat dari hari itu"
Ki Demang mengerutkan keningnya. Bahkan ia berkata di dalam hatinya "O, jadi
perkawinan itu dapat berlangsung lebih cepat. Sepuluh hari lagi misalnya, atau
setengah bulan. Sejenak ia merenung. Tetapi tiba-tiba ia sadar, bahwa sebulan
itu adalah hari yang sebaik-baiknya. Ia memperhitungkan bahwa di hari-hari itu Pamot sudah tidak ada lagi di Kademangan
ini. Tetapi apabila lebih cepat dari itu, mungkin para pengawal khusus masih
belum ditarik ke Mataram, sehingga apabila Pamot menjadi mata gelap,
masalahnya akan menjadi bertambah sulit.
Karena itu maka katanya "Tidak. Aku tidak mau merubah hari yang sudah menjadi
keputusan itu. Bukan keputusanku sendiri, tetapi keputusan beberapa orang tetua
Kademangan Kepandak. "Aku tahu kakang. Tetapi untuk kebaikan kakang sendiri.
Para tetua Kademangan tidak tahu, masalah apa yang dapat tumbuh pada keluarga
kakang nanti. Apakah kakang sampai hati melihat, justru di hari perkawinan itu
isteri kakang Demang menjadi murung dan sedih" Dan untuk seterusnya isteri
kakang Demang itu sama sekali tidak berani
mengenangkan hari perkawinannya justru karena hari
perkawinannya itu adalah hari duka baginya, hari kematiannya ayahnya"
"Mungkin sebulan dua bulan ia akan selalu terkenang.
Tetapi lambat laun ia akan melupakannya" sahut Ki Demang
"dan apakah gunanya kami kelak selalu mengingat-ingat hari perkawinan itu" Yang
penting bagi kami adalah keserasian hidup di hari-hari berikutnya"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Ki Reksatani mengerutkan keningnya. Apalagi ketika
kemudian mendengar kakaknya berkata "Pokoknya, aku sudah berkeputusan. Hari itu
adalah hari yang paling baik. Katakan kepada kakek gadis itu"
Ki Reksatani mengumpat-umpat di dalam hatinya.
"Nah, pergilah kembali ke rumah itu"
"Tetapi tentu tidak sekarang, kakang" jawab Ki Reksatani
"besok aku akan ke rumahnya "
"Kenapa besok?"
"Bukankah sekarang sudah terlampau malam?"
"Baikklah. Kau besok harus pergi ke rumah itu. Katakan bahwa keputusanku tidak
dapat berubah" Ki Reksatani mengangguk-anggukkan kepalanya, meskipun ia mengumpat-umpat di
dalam hati. Demikianlah, di perjalanan pulang ke rumahnya, tidak
henti-hentinya ia berdesah. Perkawinan kakaknya kali ini benar-benar telah
menyiksanya. Perkawinan itu sendiri telah membuatnya gelisah dan cemas, bahwa
harapannya akan musna. Sedang pelaksanaannyapun telah membuatnya pusing kepala.
Namun tiba-tiba Ki Reksatani itu tertegun. Sejenak ia merenung, dan sejenak
kemudian kepalanyapun terangguk-angguk.
"O, aku memang bodoh sekali" Ia menggeram "Kenapa aku tadi terpengaruh oieh
kata-kata kakek Sindangsari dan bahkan mengharap Kakang Demang membatalkan
niatnya" Bodoh sekali. Seharusnya aku tahu, bahwa kakang Demang tidak akan mengurungkan niatnya
apapun yang akan terjadi.
Sebenarnya bagiku lebih baik bertindak kasar seperti kakang Demang. Biar kakek
Sindangsari sakit hati, atau gadis itu akan selalu sedih. Aku tidak peduli. Itu
lebih baik bagiku. Menurut
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
beberapa orang, perkawinan yang selalu dibayangi oleh kemurungan dan kesedihan
tidak akan dapat melahirkan anak.
Bahkan seandainya hari itu memang mempunyai pengaruh, dan hari yang bernilai
tigabelas itu tidak baik, sokurlah. Biarlah salah seorang dari mereka mati atau
kemudian bercerai atas perkawinan itu sehingga perkawinan itu gagal dan tidak
ada anak-anak yang dilahirkan karenanya "
Ki Reksatani mengangguk-anggukkan kepalanya. Tetapi
sekilas ia berpikir "tetapi kelak kakang Demang pasti akan kawin lagi dengan
orang lain" Ki Reksatani menarik nafas dalam-dalam. Namun kemudian ia berdesis "Persetan
waktu mendatang. Sekarang yang
sedang aku hadapi adalah Sindangsari"
Ki Reksatanipun kemudian mempercepat langkahnya,
menembus gelapnya malam. Titik embun yang dingin
membasahi ikat kepala dan pakaiannya. Tetapi ia sudah tidak menghiraukannya sama
sekali. Angin malam yang dinginpun sama sekali tidak terasa menyentuh kulitnya.
Di malam hari berikutnya, sekali lagi Ki Reksatani dengan seorang kawannya pergi
ke rumah Sindangsari, Tetapi kini sudah membawa ketetapan, bahwa hari yang
ditentukan oleh Ki Demang tidak akan dapat dirubah-rubah lagi.
Kakek Sindangsari yang menerimanya mengerutkan keningnya ketika Ki Reksatani itu berkata "Maaf, bahwa kakang Demang agaknya
sudah tidak mau merubah rencananya" "Itu kurang bijaksana" jawab kakek Sindangsari.
"Aku juga sudah berusaha mengatakan alasan-alasan yang bagiku masuk akal. Tetapi
kakang Demang sama sekali tidak mau bergeser. Ia sudah terlampau lama menunggu.
Bahkan di dalam nada kata-katanya, ia merasa, seakan-akan dirinya sama sekali
tidak diacuhkan oleh keluarga ini, sehingga sama
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
sekali tidak ada niat untuk menentukan hari perkawinan yang sebaik-baiknya.
"Bukan maksud kami" jawab kakek Sindangsari yang
terpotong oleh kata-kata Ki Reksatani "Aku tahu. Dan aku sudah mengatakannya
kepada kakang Demang. Tetapi kakang Demang sama sekali tidak mempercayai" Ki
Reksatani berhenti sejenak, lalu "pada pokoknya, dengan menyesal aku harus
menyampaikan keputusan Kakang Demang, bahwa hari yang sudah ditentukan itu tidak
akan dapat berubah" Kakek Sindangsari menarik nafas dalam-dalam. Kini tidak ada lagi cara yang
dipergunakannya untuk menunda hari perkawinan itu. Ia harus melaksanakannya
kalau keluarganya tidak ingin mendapat kesulitan karena Ki Demang.
"Bagaimana pendapat Ki Demang, kalau aku minta waktu
sekedar untuk mengadakan persiapan secukupnya" Seandainya Ki Demang sudah mantap dengan hari itu,
bukankah selapan lagi hari itu akan datang kembali"
"Maaf, maaf. Aku tidak dapat mengatakan apa-apa lagi.
Aku mendapat pesan dari kakang Demang, bahwa hari itu tidak akan dapat bergeser
sekejappun" Ki Reksatani berhenti sejenak, lalu "memang sebenarnya terlampau
berat bagiku untuk mengatakannya. Tetapi apa boleh buat"
Kakek Sindangsari menarik nafas dalam-dalam. Sekali lagi, dan sekali lagi,
seakan-akan ingin melepaskan himpitan perasaan di dalam dadanya. Namun ia tidak
pernah berhasil meyingkirkan kepepatan yang menyesak itu.
"Nah, apakah yang harus aku sampaikan kepada kakang
Demang nanti?" bertanya Ki Reksatani.
Orang tua itu menggeleng "Tidak ada. Tidak ada yang
pantas disampaikan kepada Ki Demang"
Ki Reksatani mengangguk-anggukkan kepalanya. Sejenak ia duduk merenungi lampu
minyak di atas ajuk-ajuk.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Sejenak mereka saling berdiam diri. Berbagai gambaran hilir mudik diangan-angan
kakek Sindangsari. Ia mengangkat wajahnya ketika ia mendengar lamat-lamat suara
cucunya menangis "Agaknya anak itu mendengar pembicaraan ini"
katanya di dalam hati. Ki Reksatani dan kawannyapun mendengar suara isak yang tertahan-tahan.
Merekapun segera mengerti, bahwa Sindangsarilah yang menangis itu.
"Menangislah sampai air matamu kering" berkata Reksatani di dalam hatinya
"mudah-mudahan kau menjadi sakit
karenanya, kemudian mati"
Malam menjadi semakin malam. Ki Reksatani dan
kawannyapun kemudian minta diri. Namun ketika ia berdiri di muka pintu, ia
teringat suatu. Sejenak ia berpikir, namun ketika nafsunya melonjak di dadanya,
ia berkata kepada diri sendiri di dalam hati "Aku harus mengatakannya. Biarlah
hatinya menjadi semakin sakit. Biarlah ia dimakan oleh duka dan sedih"
Maka berkatalah Ki Reksatani itu kemudian "Suruhlah
cucumu itu diam. Aku tahu, betapa pahit jalan hidup yang harus ditempuhnya.
Tetapi aku kira ia harus berusaha untuk menyesuaikan dirinya dengan kenyataan.
Aku tahu bahwa cucumu tidak akan dapat melepaskan tali perasaannya atas pemuda
yang bernama Pamot. Tetapi Pamot segera akan
hilang dari Kademangan ini. Bersama-sama dengan para
pengawal khusus ia akan dikirim ke Mataram, karena Mataram memerlukannya untuk
menggempur orang orang kulit putih yang kini mulai menjamah Tanah ini. Suruhlah
anakmu berdoa agar Pamot selamat, meskipun jarang sekali orang yang dapat pulang
dari medan yang ganas itu. He, kau tahu, bahwa orang orang asing itu sama sekali
tidak mengenal perikemanusiaan"
Bertanyalah kepada anakmu, dimana suaminya sekarang" Ki Reksatani berhenti
sejenak, lalu tiba-tiba suaranya menurun
"Maaf. Bukan maksudku untuk menakut-nakuti. Tetapi
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
agaknya aku sudah terdorong perasaan, karena kebencianku kepada orang-orang
asing itu" Sekali lagi ia berhenti berbicara, lalu "Sudahlah. Aku minta diri.
Tetapi, lupakanlah saja kata-kataku yang terakhir. Mudah-mudahan pendengaranku itu tidak benar, bahwa Pamot dan beberapa orang pengawal khusus
akan segera berangkat ke medan


Matahari Esok Pagi Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

perang" Wajah kakek Sindangsari itu menjadi tegang. Sebelum ia bertanya Ki Reksatani
sudah menyambung "Aku memang
terdorong kata. Hal ini masih menjadi rahasia. Karena itu, aku minta kau dan
seisi rumah ini merahasiakannya juga. Bahkan seandainya kalian bertemu dengan
Pamot, kalian jangan mengatakannya lebih dahulu.
Jika rahasia ini bocor sebelumnya, maka kakang Demang pasti akan marah sekali.
Dan sumbernya tidak ada dua. selain keluarga ini, karena belum ada orang lain
yang mengetahuinya" "Tetapi, tetapi" suara kakek Sindangsari tergagap "seandainya rencana itu benar, kapankah mereka akan
berangkat?" "Aku tidak tahu. Itupun rahasia pula"
Kakek Sindangsari menundukkan kepalanya. Terbayang
anak muda yang bernama Pamot itu berada diantara para prajurit yang sedang
berjalan dalam satu iringan menuju ke Barat.
"Sudahlah, aku minta diri"
"O, silahkan, silahkan" jawab kakek Sindangsari yang
kemudian mengantarkan tamunya sampai ke regol halaman.
Sepeninggal Ki Reksatani, Sindangsari sama sekali tidak dapat menahan hatinya
yang pedih. Berita kepergian Pamot, keputusan hari-hari perkawinan yang tidak
dapat berubah, dan sikap Ki Demang yang keras telah membuatnya hampir berputusasa. Bahkan kadang-kadang memang terbersit suatu pendirian "Alangkah senangnya
kalau maut datang menjemput
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
sebelum hari perkawinan itu "tetapi untuk membunuh dirinya, Sindangsari masih
dibayangi oleh ajaran agamanya, bahwa perbuatan itu adalah perbuatan yang
bertentangan dengan agama Islam.
"Tetapi apakah aku akan dapat menanggung segala
penderitaan ini?" pertanyaan itu selalu mengguncangguncangkan dadanya. Keluarga kecil itu benar-benar merasa ditimpa kemalangan.
Masalahnya berkisar pada gadis yang bernama Sindangsari itu. Tetapi mereka tidak
dapat berbuat apa-apa. Mereka hanya tinggal menerima nasib mereka yang suram.
Dalam pada itu, Sindangsari benar-benar tenggelam dalam duka. Pamot telah tidak
pernah mengunjunginya lagi sejenak peristiwa malam itu. Meskipun ia masih selalu
mengharap bahwa pada suatu ketika ia akan dapat bertemu lagi dengan Pamot, namun
berita tentang hari perkawinannya dan
keberangkatan Pamot meninggalkan padukuhan Gemulung,
telah membuat hatinya menjadi semakin sakit.
Sementara itu Ki Reksatani menjadi sedikit berlega hati, bahwa ia telah
mengatakan sesuatu yang dapat membuat
keluarga kecil itu menjadi semakin jauh dari Ki Demang di Kepandak, meskipun
pada suatu saat Ki Demang akan masuk ke dalam lingkungan keluarga itu apabila
perkawinan telah berlangsung. Kebencian keluarga itu kepada Ki Demang, lebihlebih lagi Sindangsari, pasti akan membuat perkawinan itu tidak tenteram.
Tetapi ternyata bahwa pemberitahuan secara resmi, bahwa Mataram memerlukan anakanak muda yang sudah mendapat latihan khusus itu datang lebih dari dugaan Ki
Demang. Karena Mataram sendiri ingin segera menyelesaikan persiapan pengiriman pasukan
itu, maka semuanya berjalan dengan cepat pula.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Ki Jagabaya di Kepandak tidak mempunyai pilihan lain
untuk menentukan siapa saja yang akan berangkat ke
Mataram, kecuali seperti yang dikehendaki oleh Ki Demang. Ia harus menunjuk
limapuluh orang pengawal khusus yang akan mewakili Kademangan mereka di dalam
perjuangan melawan orang-orang asing yang mulai menginjakkan kakinya dibumi
tercinta ini. Dan diantara limapuluh orang itu harus terdapat nama Pamot.
Berita itupun dalam sekejap, telah menjalar dari telinga ketelinga. Setiap anak
muda mempercakapkan kemungkinan bahwa lima orang kawan-kawan mereka akan segera
berangkat ke Mataram. Hampir setiap orang yang merasa dirinya anggauta
pengawal khusus berharap, agar ia dapat terpilih untuk mengikuti pasukan yang
akan menjelajahi pulau Jawa ini sampai hampir ke ujung Kulon.
Ki Jagabayapun segera melakukan persiapan secukupnya.
Selain memilih nama-nama dari antara pasukan pengawal, Kademangan Kepandak harus
mempersiapkan juga senjata-senjata yang mereka perlukan, meskipun Mataram pasti
akan menyediakan pula. Pakaian dan kelengkapan-kelengkapan yang lain.
"Kalian tidak usah terlampau ribut" berkata seorang perwira yang pada suatu hari
datang di Kepandak "Mataram sudah menyediakan segala-galanya. Apabila tidak
semua dari yang lima puluh orang itu akan berangkat. Kami masih harus mengadakan
latihan-latihan yang berat. Dalam latihan-latihan itu akan dapat kami tentukan,
siapakah yang benar-benar memenuhi syarat untuk bersama dengan prajurit Mataram
melawat ke Barat" Ki Demang dan Ki Jagabaya mengangguk-anggukkan
kepalanya. Namun terasa hati Ki Demang menjadi berdebar-debar pula. Pamot pasti
dapat berbuat sedemikian, sehingga
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
ia tidak cukup memenuhi syarat untuk dipilih menjadi bagian dari pasukan Mataram
itu. "Tetapi perkawinan itu sudah berlangsung" berkata Ki
Demang di dalam hatinya "ia tidak akan dapat mengganggu lagi. Paling sedikit ia
akan berada di Mataram selama tiga bulan, sebelum pilihan terakhir jatuh. Dan
waktu yang tiga bulan itu sudah cukup bagiku untuk membuat Sindangsari seorang
isteri yang baik" Sementara itu Ki Jagabaya telah bekerja dengan keras
untuk menentukan siapa yang akan dipilihnya. Ia baru
mempunyai sebuah nama yang pasti.
Pamot. Yang empatpuluh sembilan masih harus ditentukannya dari seluruh anggauta pasukan
pengawal. Di hari-hari latihan, Ki Jagabaya dengan tekun menunggui para anggauta pengawal
itu. Bersama-sama dengan prajurit Mataram yang memimpin latihan itu, ia mencoba
memilih antar mereka. Ternyata bahwa prajurit yang memimpin latihan itupun telah
menunjuk anak muda yang bernama Pamot itu pula.
Ki Jagabaya yang mengerti latar belakang dari kehidupan Pamot, hanya dapat
menarik nafas dalam-dalam. Anak-anak muda yang lain, dapat berbangga diri, bahwa
mereka terpilih untuk mewakili Kademangan Kepandak ikut serta berjuang melawan
tangan-tangan asing yang mulai menyentuh Tanah ini. Tetapi apakah Pamot juga
dapat berbangga demikian, meskipun sebenarnya ia memang memiliki kemampuan yang
cukup" Pamot memang kadang-kadang merasa dirinya terlampau
kecil. Perasaan yang aneh tumbuh di dalam hatinya. Seperti yang diduga oleh Ki
Jagabaya. "Apakah kau hanya sekedar disingkirkan?" Pertanyaan itu selalu melonjak-lonjak
di dalam hatinya. Sehingga pada suatu saat ia tidak dapat menahan hati lagi.
Ditemuinya kawannya Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
yang dianggapnya cukup mengerti tentang keadaannya,
Punta. "Apakah kau yakin bahwa aku pantas untuk ikut
bersamamu dan kawan-kawan yang lain?" bertanya Pamot.
Punta menjadi heran "Kenapa ?"
"Aku merasa bahwa aku mempunyai masalah yang khusus.
Seandainya aku tidak pantas sekalipun, maka aku pasti akan di kut sertakan di
dalam latihan yang akan diadakan di Mataram itu"
"Kenapa kau sebenarnya" Puntalah yang kemudian
bertanya "bukankah Ki Jagabaya, pelatih yang datang dari Mataram itu, dan atas
persetujuan Ki Demang, kau terpilih?"
"Tetapi aku merasa bahwa ada persoalan lain yang
memaksa untuk memilihku. Agar aku pergi dari Kademangan ini"
"Kau berprasangka" sahut Punta, namun kemudian ia
meneruskan "atau kau memang berkeberatan untuk pergi"
"Tentu tidak Punta. Buat apa aku tinggal di Kademangan ini lebih lama" Itu hanya
akan menyiksaku" "Kalau begitu kita pergi"
"Tetapi aku tidak mau, kalau aku terpilih sekedar karena aku harus pergi. Tetapi
sebenarnya aku tidak memenuhi syarat untuk dipilih"
"Ah, kau mempersulit dirimu sendiri. Kalau begitu, kau dapat mengajukan alasan,
agar kau tidak ikut"
Itupun tidak dapat aku lakukan. Mereka pasti akan
menyangka lain. Dikiranya aku tidak mau pergi karena gadis itu"
"Jadi bagaimana?" berkata Punta kemudian "kau telah
terlihat dalam suatu lingkaran yang tidak berujung pangkal"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Ya" jawab Pamot "karena itu aku minta pertiMbanganmu"
Punta menarik nafas dalam-dalam. Ia memang melihat
kesulitan di dalam hati Pamot. Karena itu, maka iapun mencoba ikut
memikirkannya, pemecahan apakah yang
sebaik-baiknya dilakukan.
"Pamot" berkata Punta kemudian "sekarang kau harus
melepaskan dirimu dari masalah masalah yang seolah-olah tidak akan dapat kau
pecahkan itu, Bagaimanakah kata
hatimu. Apakah kau ingin berangkat atau tidak?"
"Sudah tentu, aku ingin berangkat" berkata Pamot.
"Kau benar-benar ingin berangkat?"
"Ya, tentu" "Kenapa kau ingin berangkat?" Pamot menjadi terheranheran "Pertanyaanmu aneh Punta"
"Tidak. Aku ingin tahu apakah yang sudah mendorongmu
untuk berangkat ke Mataram, sudah tentu dengan harapan untuk dapat ikut serta
dalam pasukan yang akan dikirim ke Barat"
Pamot menarik nafas dalam-dalam. Katanya "Meskipun aku sama sekali tidak berarti
apa-apa Punta, tetapi aku akan menyumbangkan tenagaku untuk mengusir orang-orang
asing itu" Punta mengangguk-anggukkan kepalanya "Jadi bukan
sekedar melarikan diri dari kegagalanmu?"
"Gila kau. Kau sudah menambah hatiku menjadi bingung.
Kalau demikian, aku tidak perlu ikut di dalam pasukan ini. Aku dapat membunuh
diriku, terjun keju-rang di sebelah
bendungan, atau menggantung diri"
"Jangan marah Pamot. Aku hanya sekedar meyakinkan"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Punta. Kau harus mengerti hal ini. Aku tidak mau kalau kau kawanku yang
terdekat masih meragukan. Kau ingat, di saat-saat kami menyatakan diri kami
untuk mendapat kesempatan memasuki pasukan pengawal khusus" Bukankah sejak saat itu kita sudah
meletakkan diri dalam suatu arah, pada suatu saat kita akan mendapat kesempatan
untuk berbuat sesuatu bagi Kepandak. bagi Mataram" Pada saat itu Kademangan Kepandak
belum disentuh oleh masalah-masalah seperti kini. Sindangsari masih belum pulang
ke padukuhan, karena ayahnya masih belum dinyatakan gugur"
Punta mengangguk-anggukkan kepalanya. Katanya "Aku
mengerti Pamot. Aku minta maaf, bahwa aku masih harus meyakinkannya sekali lagi.
Kehadiran gadis itu, dan perkembangan keadaan, kadang kadang memang dapat
merubah pendirian seseorang" Punta berhenti sejenak, lalu
"tetapi kau masih tetap di dalam pendirianmu seperti yang kita nyatakan di saat
saat kita menyatakan diri kita untuk ikut serta di dalam pasukan pengawal
khusus. Dengan demikian, maka kau tidak perlu ragu-ragu. Kalau kau akan pergi,
pergilah. Kita bersama-sama atas nama Kademangan Kepandak, telah
berbuat sesuatu, ikut menegakkan Mataram yang Agung ini"
Pamot tidak segera menjawab.
"Kau tidak usah memikirkan, apakah kau pantas atau tidak.
Atau orang orang Kepandak ini sekedar menyingkirkan kau, atau alasan alasan yang
apapun juga. Kalau kau memang sudah bertekad untuk berjuang, kau tidak usah
mempedulikan apapun juga. Kau tidak usah mempersoalkan suara burung kedasih yang
merindukan kematian, atau kaok burung gagak yang keta-gihan bangkai. Pergilah,
kita akan pergi bersama-sama, kita seorang memang tidak berarti, tetapi
keseluruhan pasukan Mataram itu kelak pasti akan terdiri dari kita seorang dalam
suatu kesatuan yang besar"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Pamot mengangguk-anggukkan kepalanya. Katanya "Ya.
Aku akan pergi. Keputusan itu sebenarnya sudah ada sejak aku memasuki pasukan
pengawal khusus" Punta mengangguk-anggukkan kepalanya "Kalau kau sudah mengambil keputusan jangan
hiraukan apapun lagi"
Pamot mengerutkan keningnya. Tetapi ia tidak segera
menjawab. "Apakah kau masih juga ragu ragu?"
"Tidak" Pamot menjawab dengan nada yang rendah "tetapi aku harus minta diri
kepada Sindangsari. Aku harus
mengatakkan kepadanya, bahwa aku akan pergi"
Punta menarik nafas dalam-dalam.
"Aku bisa mengerti Pamot"
Demikianlah, Pamot menjadi gelisah. Ia sudah bertekad bulat untuk pergi
meninggalkan padukuhannya. Apapun yang dikatakan kepada Punta, tetapi ia tidak
dapat berbohong kepada diri sendiri, bahwa ia memang ingin pergi dari Gemulung.
Pergi, sejauh-jauhnya agar ia dapat melupakan kepahitan yang mencengkamnya.
"Tetapi bukan itu alasanku satu-satunya "ia menggeram
"Aku adalah pasukan pengawal khusus. Kepergianku adalah tugas utama yang aku
tunggu selama ini" Di rumahnya Sindangsaripun selalu dibayangi oleh
kepahitan hati. Hampir setiap saat ia menangis. Kadang-kadang di tengah-tengah
malam ia menghentak-hentakkan tangan dan kakinya. Tetapi ia tidak dapat
mengatakan, bahwa sebenarnya ia selalu diganggu oleh keinginannya untuk bertemu
lagi dengan Pamot" "Meskipun hanya satu kali" desisnya.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Tetapi ia terpaksa menekan keinginannya itu dalam-dalam di dalam lubuk hatinya.
Bahkan akhirnya, harapannya untuk dapat bertemu dengan Pamotpun menjadi semakin
luluh. Tetapi Pamot sendiri tidak pernah berputus-asa. Ketika ia sudah mendapat
kepastian bahwa ia harus berangkat, maka tanpa menghiraukan apapun lagi, ketika
matahari menjadi semakin dalam terbenam, dan malampun menjadi semakin
kelam, dengan hati-hati Pamot keluar dari halaman rumahnya.
Niatnya sudah bulat, bahwa ia ingin bertemu dengan
Sindangsari meskipun hanya untuk minta diri. Sebelum :a dapat bertemu dengan
gadis itu, rasa-rasanya hatinya sama Sekali belum tenang.
Dengan hati-hati Pamot menyusuri jalan sempit menuju ke rumah Sindangsari.
Meskipun kadang-kadang tumbuh pula seperti yang pernah terjadi, namun nalarnya
telah menjadi buram. Ia sudah tidak dapat lagi berpikir dengan bening. Yang
menjadi persoalan baginya adalah minta diri kepada
Sindangsari. Pamot sama sekali tidak menyadari, bahwa sepasang mata selalu mengikutinya.
Setiap langkahnya. Dengan diam-diam orang yang selalu memandanginya itupun
melangkah semakin mendekatinya.
Pamot yang berjalan sambil berjingkat-jingkat itu terkejut bukan kepalang,
ketika sebuah lengan terjulur dari dalam gerumbul mencengkam bahunya. Dengan
serta-merta ia menggeliat, lalu meloncat menjahuinya. Pada saat kedua kakinya berjejak di atas
tanah, maka iapun sudah bersiaga, apapun yang akan terjadi kemudian.
"Akan kemana kau Pamot" terdengar sebuah pertanyaan.


Matahari Esok Pagi Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pamot menarik nafas dalam-dalam. Ia mengenal suara itu dengan baik. Dan ternyata
pula, sejenak kemudian orang itupun telah muncul dari balik gerumbul.
"Kau membuat aku terkejut, Lamat" desis Pamot.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Apakah kau akan mengunjungi Sindangsari?"
Pamot termangu-mangu sejenak. Tetapi kemudian ia
menganggukkan kepalanya. Untunglah bahwa aku melihat kau. Kalau tidak mungkin
kau akan mengalami nasih yang kurang baik"
"Kenapa ?" bertanya Pamot.
"Aku melihat dua orang yang bersembunyi di pinggir jalan, di tempat kau
berkelahi dahulu, meskipun agak bergeser sedikit"
"Siapa?" "Aku tidak jelas. Tetapi aku dapat menduga, bahwa mereka adalah pengawaspengawas yang dikirim oleh Ki Demang.
Apalagi setelah mereka memutuskan, bahwa kau akan ikut serta bersama kelimapuluh
orang yang akan dikirim ke
Mataram" Pamot menarik nafas dalam-dalam.
"Ternyata perhitungan mereka tepat. Kau masih berusaha untuk bertemu dengan
Sindangsari" "Aku akan minta diri"
"Aku mengerti. Dan akupun mendapat tugas serupa.
Manguripun menduga, bahwa kau pasti masih berusaha untuk bertemu dengan
Sindangsari" Pamot tidak menjawab. "Sebaiknya, kau kembali saja Pamot"
Tiba tiba Pamot mengangkat wajahnya yang tegang.
Dengan tegas ia menjawab "Tidak. Aku harus bertemu dengan Sindangsari. Setiap
saat aku dapat diberangkatkan. Aku tidak mau pergu sebelum aku mengatakan
kepadanya, bahwa aku tidak lari"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Kau tidak perlu mengatakan kepadanya ,bahwa kau tidak akan lari"
"He, jadi kaupun sekarang juga sudah menghalang aku"
"Jangan lekas menjadi buram. Aku kira kau lain dengan Manguri. Dengarlah, aku
belum selesai" Pamot menarik nafas dalam-dalam. Terdengar suaranya
menurun "Maaf. Aku sedang bingung"
"Maksudku Pamot, kau jangan mengatakan bahwa kau
tidak akan lari. Sebaiknya kau minta diri. Minta diri saja, secara wajar, agar
gadis itu tidak mencoba mencari-cari jawab atas teka-tekimu yang sulit itu"
Pamot tidak segera menyahut. Namun kemudian iapun
mengangguk-anggukkan kepalanya "kau mengerti maksudku?" "Ya" "Tetapi apakah kau harus menemuinya sekarang?"
"Aku takut, bahwa aku akan terlambat. Siapa tahu, besok aku harus sudah masuk
barak bagi mereka yang akan
diberangkatkan ke Mataram, agar kami masing-masing
mendapat pengawasan yang se-baik-baiknya.
Lamat menarik nafas dalam-dalam. Dipandanginya jalan
yang menjelujur di hadapannya, menusuk kegelapan. Ia tahu dengan pasti, bahwa di
pinggir jalan ini dua orang sedang duduk terkantuk-kantuk untuk mengawasi apakah
Pamot pergi menemui Sindangsari malam ini. "Pamot" berkata Lamat kemudian "kalau kau memang
berkeras hati untuk pergi ke rumah Sindangsari, kau harus memilih jalan lain,
meskipun lebih jauh. Tetapi dengan demikian, kau tidak akan dilihat oleh kedua
orang yang bersembunyi itu, karena mereka mengawasi jalan yang
melalui regol halaman rumah Sindangsari"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Jadi, apakah aku harus memilih jalan belakang?"
"Ya. Jangan melalui regol. Kau harus meloncat dinding halaman, dan mendekati
rumahnya melalui kebun belakang.
Pamot menjadi berdebar-debar. Ia benar-benar harus berbuat seperti seorang
pencuri. Tetapi ia sudah memutuskan, malam ini ia harus bertemu dengan Sindangsari. Kalau
tidak maka ia dapat kehilangan setiap kemungkinan untuk itu.
Karena itu, maka iapun kemudian menjawab "Kalau
menurut pendapatmu, aku harus melalui halaman belakang., maka aku akan
melakukannya. Aku memang harus bertemu
dengan Sindangsari malam ini. Rasa-sanya, aku tidak akan dapat bertemu lagi
untuk selanjutnya" Lamat mengangguk-anggukkan kepalanya. Katanya "Pergilah.Tetapi hati-hatilah"
Pamotpun kemudian meneruskan langkahnya. Tetapi ia
memilih jalan yang lain. Ia berbelok pada sebuah jalan yang sangat sempit
diantara dinding batu-batu halaman rumah di sebelah menyebelah.
Lamat yang masih berdiri di tempatnya menarik nafas
dalam-dalam. Perlahan-lahan terdengar ia berdesis "Kasihan anak itu. Ia jauh
lebih menderita dari Manguri, karena cinta Manguri tidak mendapat tanggapan dari
Sindangsari. Tetapi anak ini merasa, bahwa ia sudah mendapat tempat di hati
gadis itu. Namun tiba-tiba ia telah dicampakkan dengan semena-mena"
Lamat meraba kepalanya yang botak. Perlahan-lahan
dilingkarkannya ikat kepala yang hanya tersangkut dilehernya., berjuntai menutupi bagian dadanya yang
telanjang. Perlan-lahan ia memutar tubuhnya. Tetapi ketika kakinya terayun selangkah, ia
tertegun. Sekali lagi ia berpaling.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Dipandanginya kehitaman malam yang kelam, meskipun
Pamot sudah tidak kelihatan lagi.
Ternyata Lamat tidak sampai hati melepaskan Pamot
berjalan sendiri. Dengan tergesa-gesa iapun sekali lagi berbalik dan berjalan
searah dengan langkah Pamot.
"Kalau terjadi sesuatu atasnya" gumamnya.
Sementara itu, Pamot telah menyusupi gelapnya malam
diantara pagar-pagar batu. Sekali-sekali ia meloncat-loncat, namun kemudian ia
berhenti melekat dinding batu apabila ia mendengar sesuatu. Namun ternyata
langkahnya tidak terganggu sampai ia meloncat, memasuki kebun belakang rumah Sindangsari.
Tetapi kini tiba-tiba saja hatinya menjadi berdebar-debar.
Sejenak ia diam mematung, memandang rumah yang
membeku di dalam kekelaman malam.
Pamot menarik nafas dalam-dalam. Sekali lagi dan sekali lagi. Dicobanya untuk
menenteramkan hatinya dan mengatur pernafasannya yang melonjak-lonjak.
"Aku harus menemuinya" Pamot menggeretakkan giginya,
untuk mengerahkan keberaniannya yang serasa membeku.
Perlahan-lahan Pamot merangkak diantara pepohonan
maju mendekati rumah Sindangsari. ia tahu benar dimana Sindangsari sedang tidur.
Tetapi tumbuh pula keraguan-keraguannnya. Apakah anak itu belum berpindah
tempat?" "Persetan" sekali lagi ia menghentak "Aku tidak boleh kehilangan banyak waktu,
sebelum aku gagal oleh sebab-sebab yang tidak aku duga-duga"
Pamotpun merayap semakin dekat. Seperti yang pernah
dijanjikan, maka iapun mengetuk dinding bilik Sindangsari dari luar
dengan isyarat yang sudah mereka bicarakan sebelumnya. Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Sindangsari yang berada di dalam bilik itu terkejut. Ia memang belum tidur.
Hampir setiap malam ia menunggu
isyarat itu. Dan karenanya hampir setiap malam ia hanya tidur beberapa saat,
justru menjelang fajar, sehingga tubuhnya menjadi kurus dan wajahnya menjadi
pucat. Sindangsaripun kemudian mengetuk biliknya perlahanlahan seperti isyarat Pamot. Isyarat Sindangsari itu ternyata telah membuat hati
Pamot yang seakan-akan sedang
membara itupun menjadi sejuk.
"Untunglah, Sindangsari masih berada di tempatnya"
Gejolak yang ada di dalam hati Sindangsari, sebagai
seorang gadis remaja yang dibakar oleh kepahitan cinta yang patah, telah
mendorong Sindangsari untuk perlahan-lahan dan dengan sangat hati-hati bangkit
dari pembaringannya. Seperti Pamot, gadis itu sama sekali tidak menghiraukan
apapun lagi, meskipun ia masih sempat untuk berhati-hati.
Kali ini, ternyata kakeknya tidak mendengar gerit pintu butulan di belakang.
Karena itu, tidak seorangpun yang mengetahui bahwa Sindangsari telah keluar dari
biliknya, dan bahkan keluar dari rumahnya.
Ketika pintu butulan itu terbuka sejengkal, terasa bulu-bulu Sindangsari
meremang. Yang melintas di depan pintu adalah kegelapan malam yang pekat.
Sehingga yang tampak olehnya hanyalah hitam belaka.
Namun dalam kebimbangan itu, terdengar suara perlahan-lahan di sisi pintu "Sari.
Aku disini" "Pamot" desis Sindangsari.
"Ya" Hati Sindangsari menjadi berdebar-debar. Dengan kaki
gemetar ia melangkah keluar pintu, dan dengan hati-hati sekali didorongnya
pintunya sehingga tertutup kembali.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Tetapi Sindangsari tidak segera dapat melihat Pamot di dalam kegelapan. Karena
itu, sejenak ia berdiri, mematung di depan pintu yang sudah tertutup dengan dada
yang berdebar-debar. "Sari" terdengar suara berdesis perlahan-lahan.
Sindangsari mencoba memandang ke arah suara itu. Tetapi ia tidak melihat
sesuatu. Gadis itu terperanjat ketika didengarnya desah nafas dekat di sampingnya,
kemudian sentuhan tangan dibahunya.
"Marilah" Sindangsari tidak sempat berbuat apa-apa ketika tangannya ditarik oleh Pamot menjauhi pintu butulan, masuk ke dalam kebun yang
kelam. Ketika mereka kemudian terhenti, sejenak mereka saling berpandangan meskipun
yang tampak hanyalah bayang-bayang yang kehitam-hitaman. Namun mata hati masingmasing seolah-olah dapat langsung memandang ke pusat
jantung. Sejenak mereka terpaku diam. Namun sejenak kemudian,
tanpa disadari, didorong oleh gelora hari yang selama ini tertahan,
Sindangsari dengan serta-merta menjatuhkan
kepalanya di dada Pamot yang bidang; Tangisnyapun
kemudian membanjir tanpa dapat di tahan-tahan lagi,
meskipun Sindangsari berusaha sekuat-kuatnya.
Yang terdengar kemudian hanyalah isak tangis gadis itu, yang menyentuh-nyentuh
sepinya malam. Namun sejenak kemudian Pamot menyadari, bahwa suara
tangis itu akan dapat didengar orang. Karena itu, maka iapun berbisik di telinga
Sindangsari "Diamlah Sari. Malam terlampau sepi, Suara tangismu akan didengar
orang" Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Sindangsari tidak menyahut. Tetapi air matanya masih saja membasahi dada Pamot
yang berdebar-debar. "Jangan menangis"
Sindangsari mencoba menahan tangisnya. Namun kemudian ia berkata lirih diantara isaknya "Kakang Pamot, apakah aku dilahirkan
sekedar untuk membasahi padukuhan ini dengan air mata?"
"Ah, jangan berpikir begitu"
"Sejak aku menginjakkan kakiku di padukuhan tempat aku dilahirkan ini, aku
selalu menitikkan air mata. Hampir di setiap saat. Tetapi agaknya air mataku
tidak juga akan setiap kering.
Bukankah aku akan berangkat ke Mataram, selanjutnya kau akan turut melawat ke
Barat?" "Ya Sari" "Seperti ayah?"
Pamot tidak menyahut. Terasa dadanyapun berdesir.
Teringat olehnya, pasukan Mataram yang pertama hampir setahun yang lalu,
mengalami kegagalan dengan korban yang tidak sedikit.
"Katakan, apakah kau akan kembali?" desak Sindangsari
"Aku tidak tahu Sari. Tetapi aku percaya bahwa semuanya ada di tangan Tuhan Yang
Maha Esa" "Kakang" suara Sindangsari menjadi lirih sekali, tetapi kau akan kembali bukan"
Pamot menjadi termangu-mangu sejenak. Namun kemudian ia menjawab "Kita akan selalu berdoa Sari, mudah-mudahan aku
diperkenankan untuk kembali ke padukuhan ini"
Sindangsari semakin melekatkan tubuhnya. Kini dipeluknya Pamot erat-erat seperti
tidak akan dilepaskannya lagi, seperti Pamot juga memeluknya.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Kakang Pamot" suara Sindangsari semakin lirih "kalau kau tidak ditunjuk menjadi
salah seorang dari mereka yang akan berangkat ke Mataram" tiba-tiba suaranya
terputus. "Kenapa Sari?" Sindangsari tidak segera menyahut.
"Kenapa Sari" desak Pamot.
"Kalau kau tidak pergi kakang" desis Sindangsari "Aku akan mengajakmu lari"
"Lari?" Pamot mengulangi kata-kata itu tanpa sesadarnya.
Kata-kata itu memang pernah melintas di kepalanya. Dan kini Sindangsari
mengucapkan kata-kata itu pula.
"Ya kakang" desis Sindangsari "tetapi, kini aku tidak dapat melakukan justru
karena kau terpilih diantara mereka yang akan berangkat ke Mataram. Aku tidak
mau, bahwa aku akan disebut seseorang yang hanya sekedar mementingkan diriku
sendiri, selagi Mataram dalam bahaya. Ayahku sudah gugur.


Matahari Esok Pagi Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tetapi seperti juga ibuku, ayah dilepaskannya dengan cemas.
Apakah sekarang aku akan menghalang-halangi kau, karena kau harus lari dengan
seorang gadis?" Terasa dada Pamot menjadi sesak. Dalam keadaan yang
demikian gadis itu masih juga sempat berpikir tentang Tanah Tumpah darahnya.
"Tetapi" Sindangsari berdesis "Aku harap kau kembali
kakang. Kau harus berusaha kembali ke padukuhan ini"
"Ya Sari. Aku akan berusaha kembali"
"Kau, kau" suaranya terputus.
"Apa Sari?" "Kau jangan pergi karena aku kakang. Kau jangan
melepaskan hari depanmu, karena aku tidak dapat memenuhi hasrat nuraniku. Impian
kita bersama-sama" Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Pamot tidak menjawab. Tetapi ditekannya gadis itu
semakin rapat di dadanya.
"Kakang, berjanjilah. Bahwa kau akan datang kembali"
Pamot masih berdiam diri. Kini ia menyadari maksud
Sindangsari. Gadis itu mencemaskannya, bahwa karena
kegagalannya mendapatkan Sindangsari, ia akan lari dan membunuh diri di
peperangan. "Kakang, kenapa kau diam saja?"
"Pamot menarik nafas dalam-dalam. Jawabnya terbata-bata
"Sari. Aku tentu akan berusaha untuk kembali, kecuali Tuhan memang tidak
mengijinkannya. Tetapi percayalah bahwa aku tidak akan membiarkan diriku terbenam dalam keputus-asaan"
Pamot berhenti sejenak, lalu "Sari, akupun pernah berangan-angan untuk lari
seperti yang kau katakan. Lari bersama-sama mencari daerah yang dapat memberikan
perlindungan kepada cinta kita. Tetapi sekarang aku tidak dapat melakukannya.
Kecuali aku tidak yakin bahwa kau akan dapat menemukan ketenteraman dari
bayangan Ki Demang dan mungkin juga Manguri, maka kini kita dihadapkan kepada
tugas yang berat itu"
"Aku akan berdoa untukmu kakang" suara Sindangsari
hampir tidak dapat didengar lagi "maafkan aku"
"Kau tidak bersalah Sari"
"Tetapi, tetapi, kau berangkat ke medan perang dalam
keadaan yang buram" "Aku akan selalu berdoa,
mudah-mudahan hatiku- mendapat terang dari padanya "
"O" tiba-tiba tangis Sindangsari menyentak. Air matanya seperti
dicurahkan dari rongga matanya. Tubuhnya terguncang-guncang karena isaknya yang tertahan-tahan.
"Kakang maaf kanaku kakang"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Kau tidak bersalah Sari"
"Tetapi percayalah, cintaku padamu tidak tergeser seujung rambutpun. Aku selalu
mengenangmu dan mengharap kau
pulang meskipun yang kau jumpai di padukuhan ini hanyalah kegagalan dan
kehampaan" "Ya Sari" "Meski tubuhku akan direnggut oleh kekuasaan di
Kademangan ini, tetapi hatiku tetap padamu"
Pamot tidak menjawab. Tetapi terasa darahnya menjadi
semakin cepat mengalir. Apalagi Sindangsari yang telah kehilangan kesadaran
dirinya sebagai seorang gadis itu, seakan akan tidak mau melepaskannya sama
sekali. Dalam dekapan malam yang sepi, maka keduanyapun
tenggelam semakin dalam di lautan darah remaja yang
bergelora di dalam diri masing-masing-Himpitan perasaan yang selama ini menindih
hati Sindangsari, seakan-akan meledak tanpa dapat dikendalikannya lagi. Bahkan
kini jantungnya serasa menyala dalam sentuhan tangan-tangan seorang laki-laki
yang dicintainya. Tiba-tiba sebuah hati terguncang melihat peristiwa yang terjadi kemudian, di
luar kesadaran manusia yang terikat oleh adab yang berlaku. Lamat yang selalu
mengamat-amati Pamot karena kecemasannya bahwa anak itu akan mengalami
bencana, memalingkan wajahnya yang tegang.
"Setan, anak setan kau Pamot" geramnya di dalam hati
"aku tidak peduli lagi, apakah kau akan dicekik iblis. Tidak ada gunanya aku
berbuat kebaikan atasmu selama ini. Kenapa kau tidak mati dikeroyok oleh orangorang dari gerombolan Sura Sapi?"
Dengan gigi yang terkatup rapat-rapat, Lamat bergeser dari tempatnya,
meninggalkan halaman yang telah dinodai justru
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
oleh cinta yang tulus. Betapa penyesalan mengguncangkan dada keduanya, tetapi
semuanya itu sudah terjadi.
Sindangsari duduk bersimpuh sambil menutup wajahnya
dengan kedua telapak tangannya yang basah oleh air mata.
Air mata penyesalan yang bercampur dengan kepahitan yang seakan-akan semakin
lama semakin bertimbun-timbun di
dalam dirinya. "Kenapa hal ini terjadi kakang?" isak Sindangsari.
Dada Pamotpun serasa menjadi retak karenanya. Terputus-putus ia berkata "A ku,
aku.....................tetapi aku tidak tahu Sari. Semuanya terjadi dengan
tiba-tiba di luar sadarku. Aku minta maaf"
Sindnagsari tidak menjawab.
"Kalau ada yang dapat aku lakukan, apapun aku mau
melakukkannya" suara Pamot menjadi serak "apakah aku
harus mengatakan kepada Ki Demang?"
"Kenapa?" bertanya Sindnagsari.
"Seandainya aku harus dihukum picis, akupun akan
menjalaninya" "Bukan salahmu sendiri kakang"
"Jadi" Apakah yang harus aku lakukan?"
"Tinggalkan aku sendiri. Kalau kau akan berangkat ke
Mataram aku hanya dapat mengucapkan selamat jalan"
"Lalu, apa yang akan kau lakukan?"
"Aku tidak akan membunuh diri kakang. Aku sadar bahwa dengan demikian aku hanya
akan menambah panasnya api
neraka" "Lalu?" "Tinggalkan aku sendiri"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Pamot masih mematung di tempatnya. Dilihatnya Sindangsari mengusap air matanya yang tiba-tiba saja menjadi kering. Bahkan
sambil menengadahkan wajahnya ia berkata
"Kakang Pamot, aku tidak dapat membebankan kesalahan ini hanya kepadamu. Akupun
sudah bersalah. Kalau ada azab karena perbuatan kita, biarlah aku juga
menanggungnya. Karena itu, aku tidak akan membunuh diri: Aku akan berterus terang kepada setiap
orang yang akan bertanya kepadaku, seandainya ada akibat yang tumbuh karenanya.
Biarlah aku dicampakkan sebagai sampah, atau diarak keliling padukuhan.
Tetapi aku tidak akan membunuh diri, dan kau juga tidak akan membunuh dirimu di
peperangan" Sepercik keheranan melonjak di dada anak muda itu.
Apakah yang telah membuat Sindangsari tiba-tiba saja
menjadi begitu tabah menghadapi keadaan"
Tetapi ia tidak perlu bertanya, karena Sindangsari berkata
"Kakang, akhirnya aku menjadi kenyang akan kepahitan hidup ini. Kini rasarasanya aku sudah sampai ke puncaknya. Aku tidak dapat lagi merengek seperti
anak-anak. Aku sudah dewasa. Apa yang terjadi agaknya telah mengguncang isi
dadaku, dan justru membuat aku sadar, sebenarnya aku
memang sudah dewasa. Semua masalah tidak akan selesai dengan tangis dan keluhkesah. Betapa penyesalan berkobar di dadaku, tetapi semuanya telah terjadi.
Apakah aku akan dapat ingkar lagi" Aku sudah terdampar ke dalam suatu kenyataan,
bahwa aku memang mencintaimu sepenuh hati.
Tetapi cintaku selama ini adalah cinta yang belum dewasa.
Peristiwa yang sekejap ini agaknya telah membuat aku
menyadari segala-galanya.
Pamot hanya dapat menundukkan kepalanya, Kini ia
seakan-akan tidak berhadapan lagi dengan Sindangsari yang selama ini selalu
memeras air matanya. "Pamot, tinggalkan aku sendiri"
"Tetapi............" desis Pamot.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Tinggalkan, aku sendiri"
Seperti dipukau oleh pesona yang tidak terlawan, tiba-tiba Pamot bergeser
mundur. "Selamat jalan Pamot. Mungkin kita tidak akan bertemu lagi sampai kau berangkat
nanti. Tetapi aku masih menghadap melihat, kau kembali, membawa kemenangan bagi
Mataram. Setidak-tidaknya kau dapat mengobati sakit hatiku, karena ayahku telah gugur
oleh ketamakan orang-orang asing itu"
Pamot menganggukkan kepalanya. Mulutnya serasa kini
terkunci. Setapak demi setapak ia bergeser ke dalam gelapnya malam di dalam
kebun yang rimbun. Namun kemudian dipaksakannya juga berdesis "Selamat
tinggal Sindangsari, Semoga kau berbahagia"
Kata-kata itu hampir saja telah melemparkan Sindangsari ke dalam percikan air
matanya kembali. Namun ia bertahan sekuat-kuat tenaganya. Bahkan ia masih sempat
berkata "Hatiku besertamu"
Sejenak Pamot memandangi, Sindangsari yang masih
duduk bersimpuh. Kemudian selangkah lagi anak muda itu telah hilang di dalam
malam yang kelam. Sepeninggal Pamot, barulah Sindangsari membenahi
dirinya. Kemudian dengan tergesa-gesa ia masuk lewat pintu butulan dengan hatihati. Tetapi ketika tubuhnya telah terbujur di pembaringannya, maka sekali lagi
ia menumpahkan air matanya, seakan-akan ingin diperasnya sampai kering. Kini
bukan saja hari depannya yang suram yang membenahi
hatinya, tetapi juga penyesalan, penyesalan yang maha dalam.
Sementara itu Pamot berjalan tertatih-tatih di jalan sempit menjauhi rumah
Sindangsari. Seperti gadis itu, Pamotpun telah dicengkam oleh penyesalan yang
luar biasa. Ia tidak dapat mengerti, kenapa ia lelah melakukannya.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Pamot terkejut ketika tiba-tiba saja seseorang yang
bertubuh tinggi, kekar, berkepala botak berdiri di hadapannya.
Tanpa sesadarnya Pamot berdesis "Lamat"
Tetapi wajah Lamat kini nampak lain dari wajah yang selalu dilihatnya. Wajah itu
benar-benar mengerikan, seperti bentuk tubuhnya. Laki-laki itu bagaikan seorang
raksasa yang berdiri di tengah-tengah jalan siap untuk menerkamnya.
"Lamat" sekali lagi Pamot berdesis.
"Kau memang anak yang tidak pantas dilindungi" tiba-tiba Lamat menggeram.
Pamot menjadi heran. "Kau sangka aku tidak mengerti apa yang sudah kau
lakukan?" suara Lamat parau meninggi.
"Apa yang aku lakukan?" bertanya Pamot.
"Perbuatan terkutuk itu"
"Oh, kau mengintip?"
Tiba-tiba Pamot terdorong beberapa langkah, sebelum ia terbanting jatuh. Terasa
pipinya menjadi sakit, seakan-akan giginya berguncangan. Ketika tangannya
mengusap mulutnya, setitik cairan yang hangat membasahi tangannya. Darah.
"Lamat, kau memukul aku?"
"Ya. Aku memukulmu" Lamat menggeram "bahkan aku
akan membunuhmu" Wajah Pamot menjadi merah. Darah di bibirnya telah
membuat darahnya mendidih.
"Aku menyesal, bahwa aku tidak pernah mendengar
perintah Manguri selama ini. Kalau aku mematuhi perintahnya, aku sudah
mematahkan kakimu sejak semula, maka kau tidak akan melakukan perbuatan setan
itu" Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Pamot masih membeku di tempatnya.
"Dan kau masih juga berani menuduhku, mengintip
perbuatan iblismu itu?" nafas Lamat menjadi terengah-engah
"dengar, dengarlah. Aku tidak sampai hati melihat kau kehilangan kesempatan
untuk bertemu dengan gadis itu, sehingga aku berusaha untuk menolongmu. Aku
mencoba mengawasimu agar kau tidak terjebak oleh orang-orang yang memang sedang
menunggumu. Tetapi ternyata yang kau
lakukan adalah perbuatan terkutuk itu.
Tiba-tiba terasa sesuatu menghentak di dada Pamot.
Perlahan-lahan kepalanya terkulai lemah, seakan-akan ia tidak berani lagi
menatap sorot mata Lamat yang menghunjam
kedadanya. "Pamot" berkata Lamat "sekarang aku berdiri di tempatku.
Aku adalah pesuruh yang setia dari Manguri. Aku harus membuat kau lumpuh atau
mati sama sekali. Kalau kau akan mencoba melawan, melawanlah. Kalau kau ingin
berteriak memanggil kawan-kawanmu, Punta dan siapa lagi, berteriaklah. Aku dapat membunuh kau dalam rangkap lima sekaligus"
Tetapi Pamot tidak mengangkat wajahnya. Jawabannya
sama sekali tidak disangka-sangka oleh Lamat "Kalau kau ingin melakukan,
lakukanlah Lamat. Barangkali itu memang lebih baik" Pamot berhenti sejenak "Aku
juga menyesal, kenapa kau selama ini selalu berbaik hati kepadaku. Kalau kau
bunuh aku sejak semula kau mendapat perintah itu, maka aku tidak akan mempunyai
kesempatan membiarkan hatiku
dicengkam oleh setan seperti yang baru terjadi. Penyesalan yang bagaimanapun
juga tidak akan ada gunanya Lamat.
Karena itu, aku memang mengharapkan sesuatu terjadi
atasku, agar dapat mengurangi beban penyesalan yang
hampir tidak tertanggungkan lagi"
Lamat yang berdiri tegak di tengah jalan itu mengerutkan keningnnya. Dan ia
mendengar Pamot berkata "Kalau kau
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
ingin melakukan sesuatu, lakukanlah. Aku sudah siap untuk menjalani apa saja.
Apalagi kau, yang selama ini selalu berbuat baik kepadaku. Bahkan kaulah yang
selama ini melindungi aku dari bahaya yang ternyata selalu mengerumuni aku" Lamat justru seakan-akan

Matahari Esok Pagi Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membeku di tempatnya Dipandanginya saja Pamot yang menundukkan kepalanya
dalam-dalam. Bahkan kemudian perlahan-lahan kekesalan hatinyapun menjadi cair.
Meskipun demikian Lamat berusaha untuk tidak menampakkannya, sehingga dengan
nada yang keras ia berkata. Jadi apa yang kau kehendaki sebenarnya sekarang"
Mati atau apa?" Pamot menggelengkan kepalanya "Aku tidak mempunyai
suatu keinginan apapun. Aku tidak tahu apa yang seharusnya aku kehendaki dalam
saat-saat seperti ini"
Lamat menarik nafas dalam-dalam. Ia tidak dapat terus menerus
menegangkan lehernya, sehingga terdengar suaranya yang menurun "kau sadari bahwa kau sudah berbuat suatu kesalahan yang
besar sekali?" "Ya" "Pamot" tiba-tiba suara Lamat merendah "kau tahu akibat dari perbuatanmu?"
Pamot mengangkat wajahnya. Tetapi ia tidak menjawab.
"Dengan demikian kau telah menaburkan bibit di ladang orang lain. Kalau yang
tumbuh itu tidak dikehendaki, maka akan tersia-sialah akhirnya. Bukan kau. Bukan
kau yang akan menanggung kepahitan yang berkepanjangan"
Dada Pamot berdesir tajam. Dan kepalanyapun terkulai
lemah. Tetapi Lamat tidak segera meneruskan kata-katanya.
Tampak sesuatu melintas di dadanya. Sekali lagi Lamat
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
mencoba menarik nafas dalam-dalam untuk menenteramkan hatinya.
Tiba-tiba terlintas di kepalanya di saat-saat keluarganya mengalami bencana.
"Tidak" tiba-tiba ia menggeram dalam hatinya "Aku tidak pernah mempersoalkan
kenapa ayah Manguri itu ada di
rumahku pada saat timbul kebakaran. Kenapa ia berkeras hati untuk menolong aku"
Tidak. Itu adalah suatu kebaikan"
Lamat memejamkan matanya sambil menggeleng- gelengkan kepalanya. Sejak semula ia tidak berani melihat kenyataan itu
selengkapnya. Ia selalu mencoba untuk
memotong kenangan itu seperti yang dilakukan setiap kali.
"Aku wajib berterima kasih kepadanya, ia selalu berteriak di dalam hatinya untuk
mengatasi masalah-masalah lain yang tumbuh di hatinya.
Tetapi apa yang terjadi atas Pamot dan Sindangsari kini seakan-akan telah
mengungkat seluruh isi dadanya betapa ia mencoba mengenyahkannya.
"Hubungan yang demikian dapat melahirkan anak-anak
yang tidak dikehendaki" suara itu serasa bergumam di dalam rongga dadanya. Terus
menerus tidak henti-hentinya. Apalagi kemudian diantara suara itu terdengar
sebuah desis lamat-lamat "kaupun salah satu dari anak-anak yang tidak
dikehendaki" "Tidak, tidak" tiba-tiba Lamat menggeram, sehingga Pamot terkejut karenanya.
"Apa maksudmu Lamat?" bertanya Pamot.
Lamat menjadi tegang sejenak. Namun kemudian ia
menjawab "Aku tidak akan berbuat apa-apa atasmu sekarang"
Pamot menjadi heran melihat tingkah laku Lamat. Tetapi ia tidak ingin bertanya.
Agaknya Lamatpun sedang diamuk oleh
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
perasaan yang terungkat dari dalam lubukhatinya yang paling dalam.
Selagi Pamot termangu-mangu, terdengar Lamat berdesis
"Pulanglah. Pulanglah, selagi orang orang yang mencarimu itu belum menemukan kau
disini" Pamot tidak segera dapat mengerti, kenapa Lamat sendiri menjadi seakan-akan
terombang-ambing oleh keadaan yang tidak menentu. Tetapi Pamot kemudian
mendengar Lamat itu berkata pula "Cepat. Pergilah"
"Baiklah Lamat" jawab Pamot "Aku akan pulang".
Seperti anak-anak yang ketakutan melihat peronda yang marah, Pamotpun segera
berjalan tergesa-gesa pulang ke rumahnya. Tetapi ia tidak segera dapat
melepaskan diri dari kerisauan yang menghentak-hentak.
Akhirnya, hari yang ditentukan itupun datang. Di halaman Kademangan, limapuluh
orang pengawal khusus telah siap dalam
sebuah barisan memanjang. Mereka sedang mendengarkan beberapa penjelasan dari seorang perwira prajurit Mataram yang akan
membawa pasukan pengawal khusus itu. Kemudian Ki Jagabaya dan Ki Demangpun
memberikan pesan-pesan kepada anak-anak mereka yang
akan berangkat menunaikan kewajiban mereka sebagai anak-anak Mataram yang merasa
tersinggung kehormatannya
karena kehadiran orang-orang asing di bumi tercinta.
Pamot yang ada diantana mereka, masih juga dirisaukan oleh keadaan dirinya
sendiri. Ia hampir tidak dapat mendengar sama sekali pembicaraan dari orangorang tua dan pemimpin-pemimpin Kademangan, yang mengucapkan selamat jalan dan
beberapa nasehat itu. Hanya sepatah-sepatah ia menangkap penjelasan dari
perwira prajurit Mataram yang memberikan gambaran kepada pa rapengawal khusus
itu, apa yang akan mereka lakukan kemudian.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Tidak ada keharusan bagi kalian untuk berangkat" berkata perwira itu "pasukan
yang akan berangkat harus merupakan pasukan yang kuat dan tabah, sehingga dengan
demikian harus didasari atas niat yang mantap dan dengan suka rela.
Kalian mungkin pernah mendengar bahwa pasukan yang
pernah dikirim sebelumnya, mengalami kegagalan. Kini kita harus mempersiapkan
diri sebaik-baiknya. Pada saatnya kita akah mengulangi lagi. Tetapi waktu yang
tepat masih harus kita perhitungkan"
Para pengawal khusus itu mengangguk-anggukkan kepalanya. Tanpa sesadarnya Pamot memandang wajah Ki
Demang dengan sudut matanya. Sekilas ia melihat kegelisahan yang membayang disorot matanya.
"Apakah Ki Demang meragukan aku?" berkata Pamot
diliatinya "barangkali aku mengajukan keberatan dan tidak bersedia berangkat
sekarang?" Tetapi Pamot memang sudah bertekad untuk pergi ke
Mataram, ikut di dalam persiapan untuk melawan ke Barat.
Tidak seorangpun yang tahu pasti, kapan mereka akan
berangkat, karena seperti yang dikatakan oleh perwira prajurit Mataram itu,
bahwa keberangkatan pasukan itu harus
diperhitungkan masak-masak dari segala segi.
Namun ternyata bahwa yang limapuluh orang itu tetap
dalam sikap mereka. Mereka telah menyediakan diri untuk mendapat tempaan lahir
dan batin dalam bidang keprajuritan di Mataram.
"Ada dua kemungkinan bagi seorang prajurit" berkata
perwira itu "di peperangan kalian dihadapkan pada keadaan yang tanpa pilihan
selain dua kemungkinan itu. Hidup atau mati. Kemungkinan itu kedua-duanya sama
harganya dan kedua-duanya dapat terjadi atas kalian semua"
Setiap wajah kini menjadi tegang. Namun hati mereka
benar-benar telah mantap. Mereka akan pergi.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Maka setelah semua pesan-pesan dan pembicaraan selesai, pasukan kecil itupun
segera sipersiapkan. Beberapa orang keluarga mereka mengantarkan dengan wajah
yang muram. Mereka melepas anak-anak mereka dengan hati yang berat.
Tetapi seperti anak-anak itu sendiri, merekapun menyadari, bahwa itu adalah
suatu kewajiban bagi setiap putera Mataram.
Meskipun demikian ketika pasukan itu bergerak, ada juga beberapa orang ibu yang
menitikkan air mata. Anak-anak mereka itu seakan-akan telah pergi dan tidak akan
kembali lagi. Diantara mereka yang mengantarkan pasukan kecil itu
sampai ke pinggir padukuhan adalah orang tua Pamot. Mereka memandang anaknya
dengan dada yang berdebar-debar.
Kedua orang tuanya menyadari bahwa pamot pergi bukan saja melakukan
kewajibannya, tetapi iapun telah dibebani oleh masalah pribadinya, meskipun
kedua orang tua itu tidak tahu, bahwa beban yang sebenarnya bagi anaknya adalah
lebih dari yang mereka duga.
Ketika ibunya menitikkan air mata, ayah Pamot berkata "Itu akan lebih baik bagi
anakmu. Ia akan mendapat saluran untuk melepaskan himpitan perasaannya selama
ini. Kalau ia dan seluruh pasukannya berhasil, maka ia akan mendapat obat bagi
dirinya sendiri" Ibunya menganggukkan kepalanya, tetapi titik air matanya justru semakin banyak
mengalir. "Sudahlah. Marilah kita pulang" ajak ayah Pamot.
Keduanyapun kemudian meninggalkan orang-orang yang
masih berkerumun di tepi padukuhan sambil melambailambaikan tangan mereka. Dengan langkah yang berat
keduanya berjalan pulang ke Gemulung.
Ki Demang yang ikut mengantar mereka sampai ke regol
padukuhan menarik nafas dalam-dalam ketika pasukan kecil itu menjadi semakin
lama semakin jauh. Keberangkatan
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
pasukan itu terasa membuat hatinya menjadi lapang. Sebagai seorang pemimpin di
Kademangan Kepandak ia sudah
menyerahkan anak-anak terbaik yang ada di Kademangannya untuk suatu tugas yang
berat, tetapi mulia. Namun bersamaan dengan itu, ia sudah melepaskan pula
sepucuk duri yang menghunjam di dalam dagingnya. Pamot. Pamot telah pergi
bersama pasukan itu, sehingga ia tidak akan dapat
mengganggu lagi hubungannya dengan Sindangsari.
"Ia tidak akan segera kembali" berkata Ki demang di dalam hatinya "seandainya ia
sengaja membuat dirinya tidak terpilih, maka waktunya pasti sudah akan lewat
dari hari perkawinan itu"
Dengan demikian, maka Ki Demang merasa bahwa
jalannya sudah menjadi licin. Manguri tidak begitu penting baginya, karena
Sindangsari sendiri tidak menghendakinya.
Meskipun demikian, bukan berarti bahwa anak itu tidak perlu diawasi. Sebab masih
ada juga kemungkinan, meskipun kecil sekali,
Manguri akan mengambil Sindangsari dengan kekerasan. "Tetapi semuanya sudah jelas" berkata Ki Demang "kalau pada suatu saat
Sindangsari hilang, maka hal itu pasti dilakukan oleh keluarga Manguri. Meskipun
di dalam keluarga itu ada raksasa bodoh itu sekalipun, persoalannya tidak akan
menjadi terlampau sulit, karena agaknya raksasa itupun tidak setia mutlak kepada
keluarga Manguri" Maka sehari setelah pasukan itu berangkat ke Mataram. Ki Demang
sudah mulai sibuk membicarakan hari-hari perkawinannya. Persiapan-persiapan sudah dilakukan sebaik-baiknya. Bahkan apa
yang diperlukan, oleh bakal isterinyapun sudah dicukupinya.
"Rumah itu harus diperbaiki" berkata Ki demang "dan di saat-saat hari perkawinan
pada rumah itu harus dipasang tarub. Peralatan akan berlangsung di rumah
penganten Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
perempuan dan di hari kelima akan berlangsung di
Kademangan" Orang-orang tuapun mulai sibuk pula. Bahkan setiap orang di Kademangan Kepandak
menjadi sibuk. Meskipun tidak dengan sepenuh hati, namun kakek, nenek, dan ibu Sindangsaripun
harus mengadakan persiapan-persiapan pula. Bahkan beberapa orang tetangga telah
sibuk membantu, orang-orang laki-laki membantu memperbaiki
rumahnya tanpa diminta, sedang perempuan-perempuan
membantu menyediakan makan untuk mereka.
"Aku tidak dapat menolak" berkata kakek sindangsari.
Sindangsari mengangguk-anggukkan kepalanya. Adalah
mengherankan sekali bahwa tiba-tiba saja sindangsari tidak lagi selalu menangis
meksipun masin tampak dari sorot matanya, luka yang pedih di hatinya. Namun anak
itu agaknya telah menemukan kenyataan diri, bahwa ia memang harus menjalaninya.
Mau tidak mau. Namun justru ibunyalah yang menjadi semakin bersedih
hati Sindangsari yang pasrah itu terasa sebagai suatu pengorbanan yang tiada
taranya dari anak gadisnya itu.
Sikapnya yang tiba-tiba menjadi matang dan dewasa
menghadapi keadaannya, menumbuhkan perasaan iba yang
menyayat. Sebagai seorang ibu, maka ikatan yang paling halus yang menghubungkan
perasaannya dengan perasaan
puterinya, telah tergetar. Tetapi ibunya tidak tahu, kejutan apakah yang telah
membuat Sindangsari menjadi dewasa
sepenuhnya. Ketika ibunya melihat sindangsari justru ikut membantu persiapan-persiapan
yang dilakukan oleh tetangga- tetangganya, hatinya menjadi trenyuh. Ia tidak dapat
menahan titik air mata yang meleleh di pipinya. Semakin dekat hari-hari yang ditentukan itu, maka semakin sibuklah rumah
Sindangsari dan rumah Ki Demang. Bahkan
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
regol-regol di padesan-padesan yang termasuk wilayah
Kademangan Kepandak telah diperbaiki pula tanpa ada yang memberikan
perintah. Rakyat Kepandak menyambut perkawinan Ki Demang dengan gembira, karena sudah
menjadi kebiasaan mereka berbuat demikian. Setiap Ki
Demang kawin, maka seluruh Kademangan seolah-olah ikut menyelenggarakan
peralatan, meskipun terbatas sekali.


Matahari Esok Pagi Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dan kali ini, seperti biasanya, Ki demangpun menyelenggarakan pertunjukan tiga
malam di rumah penganten perempuan dan tiga malam di Kademangan.
Wayang beber, tari topeng dan sebagainya.
Namun dalam pada itu, semakin dekat hari perkawinan itu berlangsung, hati
Manguripun menjadi semakin gelisah.
Bagaimanapun juga ia tidak dapat melupakan gadis itu.
Sindangsari telah benar-benar menjerat hatinya.
"Aku mengenal puluhan gadis di Gemulung dan padukuhan-padukuhan lain di Kepandak, bahkan di luar
Kademangan ini. Aku pernah berhubungan dengan beberapa diantaranya.
Tetapi tidak seorangpun yang dapat mencengkam perasaanku seperti gadis ini" katanya di dalam hati "memang
Sindangsari bukan gadis yang mudah tunduk dan memang bukan gadis yang pantas
untuk mengisi waktu yang sepi. Tetapi aku pasti akan segera kehilangan semua
kesempatan untuk memilikinya "
Manguri yang tidak pernah murung, kali ini selalu duduk termenung. Sekali-kali
ia memanggil Lamat, tetapi tidak ada yang dapat diperintahkan kepadanya lagi.
"Kau tidak perlu berkeliaran lagi di malam hari Lamat"
berkata Manguri "Pamot sudah pergi. Aku kira ia tidak akan kembali lagi"
Lamat tidak menjawab. Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Tetapi aku kira itu lebih baik daripadaku yang setiap kali masih akan melihat
gadis itu, yang kemudian akan menjadi Nyai demang"
Lamat mengangguk-anggukkan kepalanya.
"He, kenapa kau mengangguk-angguk ?" tiba-tiba Manguri membentak.
Lamat terkejut. Namun ia menjawab "A ku sependapat
dengan kau, bahwa memang lebih baik meninggalkan
Kepandak seperti Pamot"
"Tetapi Pamot mempunyai alasan yang kuat. Bahkan alasan yang dapat dikagumi oleh
seluruh rakyat Kepandak, bahwa ia akan pergi berjuang" Manguri berhenti sejenak,
lalu "tetapi aku tidak mempunyai kesempatan serupa"
Hampir saja Lamat menunjukkan kesalahan Manguri,
bahwa selama ini ia tidak bergaul rapat dengan anak-anak muda yang lain. Tetapi
niatnya diurungkannya, karena hal itu pasti akan menumbuhkan kemarahannya saja.
Tetapi tiba-tiba Manguri menggeram "Persetan dengan
perang. Biarlah mereka yang tidah menghargai nyawanya sendiri pergi berperang.
Tetapi aku tidak. Aku mempunyai kepentingan pribadi yang lebih penting dari
kepentingan orang lain, daripada perang itu. Biarlah orang lain berperang,
tetapi aku akan mencari jalan untuk mendapatkan anak itu.
Lamat menarik nafas dalam-dalam. Manguri telah benarbenar tergila-gila kepada sindangsari. Tetapi bagaimanapun juga, apabila
Sindangsari telah menjadi isteri Ki Demang, semua jalan pasti sudah tertutup"
"Aku masih mempunyai satu kemungkinan" desis Manguri
"laki-laki itu harus membantuku. Kalau tidak, aku dapat menghancurkannya.
Namanya maupun tubuhnya "
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Tetapi Manguri terkejut ketika ia melihat Lamat menggeleng-gelengkan kepalanya "Laki-laki itu bukan laki-laki kebanyakan"
"He" Manguri terkejut "kau kenal siapa laki-laki itu?"
Lamat tiba-tiba terdiam. Kepalanya tertunduk dalam-dalam.
Tetapi ia tidak menjawab.
"Baik. Aku tidak berkeberatan kalau kau mengenal siapa laki-laki itu. Itu bukan
salahmu, seperti bukan juga salahku kalau aku juga mengetahuinya" Manguri
terdiam sejenak lalu "tetapi kenapa kau menganggapnya bahwa ia bukan laki-laki kebanyakan?"
Lamat tidak dapat menolak untuk menjawab. Maka katanya
"Ia memiliki kemampuan diatas kemampuan kita kebanyakan"
"Dan kau?" Namun Lamat menggeleng. Jawabnya "Aku tidak tahu.
Tetapi ia pasti dapat melawan lima orang gerombolan Sura Sapi sekaligus apabila
ia mau" Manguri mengerutkan keningnya. Kemudian katanya "Itu
kebetulan sekali. Ia akan dapat membantu kita. Kau dan orang itu"
Dada Lamat berdesir. Tetapi ia berkata "Maksudku, kau tidak akan dapat
mengancamnya. Baik namanya maupun
tubuhnya, karena seisi rumah ini bersama-sama sulitlah untuk mengatasinya"
Manguri mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia sadar,
bahwa laki-laki itu memang bukan laki-laki kebanyakan.
Bahkan ayahnyapun pasti tidak akan dapat melawannya. Tiga orang setingkat
ayahnyapun akan dapat dikalahkannya.
"Tetapi" berkata Manguri kemudian "meskipun ia dapat
mengalahkan seisi rumah ini sekaligus, namun ia tidak akan dapat mengalahkan
ibu" Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Sesuatu yang tajam serasa menusuk jantung Lamat. Sambil menahan perasaannya ia
berkata di dalam hatinya "Dunia ini telah menjadi sedemikian kotornya. Dimanamana aku menjumpai tingkah laku yang memuakkan. Manguri, ayahnya, ibunya, dan bahkan
Pamot, anak yang aku anggap bersih itupun telah terjerumus ke dalam perbuatan
yang serupa" Lamat menggigit bibirnya ketika ia sampai pada suatu
pertanyaan "tetapi apakah perbuatan Ki Demang itupun tidak dapat dimasukkan ke
dalam suatu tindakan yang tercela" Ia dapat
memaksakan kesaksian yang membenarkan kekeliruannya itu. Sehingga dengan demikian ia tidak perlu melakukan
kesalahannya sambil bersembunyi"
Namun kepala Lamat menjadi semakin tertunduk ketika ia bertanya pula kepada diri
sendiri "Lalu. Bagaimana dengan aku" Aku adalah orang yang paling tidak jujur di
muka bumi. Aku telah mengiakan yang tidak sesuai dengan nuraniku. Aku telah melakukan yang
sebenarnya tidak aku kehendaki. Tetapi itupun aku telah berkhianat karena
perasaanku yang ingkar"
"He" tiba-tiba Manguri membentak "Kenapa kau diam
saja?" Lamat terkejut. Diangkatnya kepalanya sambil bertanya
"apakah yang harus aku katakan" Semuanya benar dan
memang demikianlah adanya"
Manguri mengangguk-anggukkan kepalanya "Ya. Aku harap ibu dapat membantu aku.
Sekarang harapanku satu-satunya adalah, agar ayah pergi mengurus ternaknya
keluar. Semakin jauh semakin baik, agar laki-laki itu mendapat kesempatan
menemui ibu" Kata-kata itupun terasa menusuk jantung Lamat. Tetapi ia tidak dapat berkata
apapun. "Lamat" tiba-tiba Manguri berkata "apakah kau tidak dapat berusaha bertemu
dengan Sindangsari" Lamat terkejut mendengar pertanyaan itu "Sekali saja?"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Untuk apa?" bertanya Lamat.
"Cobalah bertanya kepadanya. Sepeninggal Pamot, ia
hanya dapat memilih satu diantara dua. Aku atau Ki Demang.
Kalau ia sempat berpikir, maka aku kira ia akan memilih aku.
Ia sudah mengenal aku sebagai seorang yang kaya raya, meskipun Ki Demang juga
kaya. Tetapi Ki Demang sudah lima kali kawin, dan umurnya sudah tidak dapat
disebut muda lagi" Dada Lamat menjadi berdebar-debar. Terlonjak suatu
jawaban, tetapi hanya di dalam hatinya "Kau seharusnya sudah berapa kali kawin
Manguri, apabila kau bukan anak muda yang licik?"
"Bagaimana" Manguri mendesak.
"Tetapi" suara Lamat dalam sekali "hampir setiap kali aku mengawasi Pamot selama
ini, aku selalu melihat dua orang petugas yang dikirim oleh Ki Demang. Meskipun
aku tidak dapat melihat wajahnya dengan jelas, karena aku tidak dapat
mendekatinya, namun tampak bahwa keduanya adalah orang-orang pilihan"
"Kau tidak berani?"
"Bukan tidak berani. Tetapi apabila terjadi benturan
kekuatan, meskipun mungkin aku tidak kalah, namun mereka akan segera mengenal
aku. Bukankah dengan demikian Ki Demang akan dengan mudahnya bertindak
terhadapku dan mungkin terhadap seluruh keluarga ini" Kecuali kalau kita memang sudah siap
untuk menyatakan perang"
"Gila kau" bentak Manguri "tetapi, baiklah, aku akan
mencari jalan lain. Mudah-mudahan ayah segera pergi.
Agaknya sudah ada tanda-tanda itu, karena ayah sudah mulai menyiapkan beberapa
puluh ekor ternak dan sudah ada
pembicaraan-pembicaraan tentang pengiriman ternak itu ke Mataram, sebagai bekal
para prajurit yang akan menyerang orang-orang asing itu"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Lamat tidak menjawab, tetapi ia mengeluh di dalam
hatinya. Rumah ini benar-benar seperti neraka yang di si dengan setan-setan
iblis dan sebangsanya. Namun kini jelas bagi Lamat, bahwa agaknya Manguripun tidak akan berhenti sampai
titik perkawinan Ki Demang. Anak muda yang licik itu pasti akan mencari jalan
apapun juga untuk mendapatkan Sindangsari.
Ketika Manguri kemudian meninggalkannya, Lamat menarik nafas dalam-dalam.
Perlahan-lahan ia melangkah sambil menundukkan kepalanya. Terbayang di mata
hatinya, betapa kedua anak-anak muda, Pamot dan Sindangsari saling
mencintai. Tetapi cinta mereka telah direnggut oleh kekuasaan Ki Demang di
Kepandak . "Seandainya mereka tidak menjadi putus-asa, hal itu pasti tidak akan terjadi.
Mereka merasa bahwa mereka tidak akan dapat saling mempertemukan hati kembali"
tetapi tiba-tiba Lamat menggeram "apapun alasannya, tetapi mereka telah
melakukan perbuatan terkutuk itu"
Dalam pada itu, persiapan yang dilakukan oleh keduabelah pihak, keluarga
Sindangsari dan Ki Demang sudah semakin sempurna. Rumah-rumah mereka sudah mulai
memasang kerangka-kerangka tarub. Janur-janur kuning sudah mulai disiapkan, sehingga
saatnya menjadi semakin dekat untuk menyangkutkannya pada kerangka-kerangka yang
sudah siap. Sejalan dengan itu, ayah Manguripun menjadi semakin
sibuk menyiapkan ternak-ternaknya. Ia memang mendapat pesanan
dari orang-orang yang memang menjadi lengganannya, untuk menyerahkan beberapa puluh ekor sapi, yang harus disiapkan
pula sebagai bekal dari pasukan
Mataram yang akan mengulangi serangannya atas orangorang asing yang mulai membangun sebuah kota yang
mereka namakan Betawi. Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Aku harus pergi di hari-hari peralatan itu" berkata ayah Manguri "adalah
memalukan sekali apabila aku mendapat undangan untuk menghadirinya. Aku tidak
dapat menolak untuk tidak hadir, tetapi apabila aku hadir, perasaanku pasti akan
menjadi panas, karena aku sendiri pernah membicarakan masalah gadis Itu dengan
Ki Demang" "Lalu, apakah cukup bagi ayah dengan meninggalkan
Kademangan ini?" bertanya Manguri.
"Maksudmu?" "Apakah tidak ada usaha lain yang dapat dilakukan?"
Ayahnya menggelengkan kepalanya "Kedudukanku pasti
akan menjadi sangat sulit. Aku tidak dapat melawan
kekuasaan Ki Demang di Kepandak"
"Kita mempunyai uang ayah. Kita dapat berbuat banyak"
"Sudahlah Manguri. Jangan menjadi gila. Persoalan hidup ini bukan sekedar
persoalan Sindangsari. Aku harus mengurus perdaganganku. Kalau aku tenggelam di
dalam masalahmu saja, masalah yang sebenarnya sudah jelas, maka hubunganku dengan orang-orang yang selama ini selalu
mengambil daganganku akan menjadi berkurang. Mereka
akan lari kepada orang lain, sehingga kita akan kehilangan banyak pasaran"
ayahnya berhenti sejenak, lalu "sebaiknya kau mulai sejak sekarang. Isilah
waktumu dengan kerja. Aku masih sempat untuk mengajarimu sekarang. Kalau kelak
aku menjadi semakin tua, dan pada suatu saat aku sudah tidak kuat lagi bekerja,
kau sudah pandai mengambil alih pekerjaan ini"
Manguri tidak segera menyahut.
Dan tiba-tiba ayahnya berbisik "Di sepanjang jalan, di kota-kota lain, kau akan
menjumpai lebih dari sepuluh Sindangsari.
Bahkan yang jauh lebih cantik daripadanya. Kalau kau
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
membawa uang banyak di dalam kampilmu, maka tidak akan ada kesulitan apapun
untuk mendapatkan mereka"
"Jangankan sepuluh ayah" berkata Manguri sambil
bersunggut-sungut "sedang dengan uang ayah yang banyak sekali ini, satupun tidak
kita dapatkan" "Bukan Sindangsari yang itu" berkata ayahnya "karena itu berlajarlah merantau
sebagai seorang pedagang"
Manguripun kemudian terdiam. Namun sekilas terbayang di dalam angan-angannya,
apabila ayahnya pergi, maka laki-laki itu pasti akan datang. Dan ia akan dapat
minta tolong kepadanya. Setidak-tidaknya ia akan dapat memberikan
petunjuk, jalan apakah yang harus ditempuhnya.
"Kalau ibu bersedia membantu, maka aku berharap untuk mendapatkan jalan itu"
katanya di dalam hati. Maka ternyata beberapa hari kemudian ayah Manguripun
sudah siap. Pada saat di rumah Sindangsari mulai dipasang tarub, demikian pula
di rumah Ki Demang, maka ayah
Manguripun pergi meninggalkan padukuhan Gemulung.
"Aku harus menunaikan panggilan suci" katanya kepada
utusan Ki Demang yang datang kepadanya, mengundangnya untuk datang keperalatan


Matahari Esok Pagi Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

perkawinannya "karena aku sudah tidak muda lagi, dan tidak dapat ikut di dalam
pasukan pengawal khusus, maka aku akan berjuang dengan cara yang lain. Aku akan
mengusahakan perbekalan mereka, supaya mereka tidak kehilangan kekuatan
dipeperangan" "Apa yang akan kau lakukan?" bertanya utusan itu.
"Aku akan menyediakan ternak. Berpuluh-puluh. Aku harus segera menyerahkan
sebagian yang sudah dapat aku
kumpulkan" Utusan itu mengangguk-anggukkan kepalanya "Baiklah"
katanya "nanti aku sampaikan kepada Ki Demang"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Aku minta maaf "sambung ayah Manguri "mudahmudahan semuanya dapat berlangsung dengan baik"
"Terima kasih. Ki Demang tentu akan dapat mengerti"
Sepeninggal orang itu, Manguri menghampiri ayahnya dan bertanya "Ayah benarbenar tidak akan hadir?"
Ayahnya mengangguk "Ya. Aku tidak akan hadir"
"Karena tugas suci itu?"
Ayahnya mengerutkan keningnya, namun kemudian ia
tersenyum "Kau harus pandai mempergunakan kesempatan.
Biarlah anak-anak muda itu berperang. Namun justru dalam keadaan ini ternak
menjadi meningkat harganya, dan aku mendapat banyak keuntungan"
Manguri mengangguk-anggukkan kepalanya. Dan ayahnya
berkata pula "Karena kau tidak ikut di dalam lingkungan pasukan pengawal, maka
kau dapat pergi bersamaku dalam tugas suci ini. Kau dapat ikut membanggakan
dirimu, bahwa kaupun telah membantu perjuangan. Kau dapat berkata
kepada anak-anak muda yang menyabung nyawanya itu,
bahwa tanpa perbekalan yang cukup mereka bukan apa-apa.
Dan kitalah yang mengusahakan perbekalan itu"
"Tetapi bukankah persediaan itu bukan milik kita"
"Tentu bukan. Kau jangan terlampau bodoh, seperti sudah aku katakan, kita
memanfaatkan keadaan. Aku membeli
ternak itu dengan harga biasa. Tetapi aku dapat menjual kepada orang-orang yang
ada di dalam lingkungan dalam keprajuritan Mataram dengan harga yang tinggi.
Mereka tidak akan menolak karena mereka memerlukannya segera. Sudah tentu mereka
tidak akan sempat membeli seekor demi seekor seperti aku di padukuhan-padukuhan
kecil" Manguri mengangguk-anggukkan kepalanya. Tetapi tibatiba ia menjawab "tetapi tidak kali ini ayah. Kali ini aku akan
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
mencoba mengatur perasaanku lebih dahulu. Aku ingin
menyembuhkan luka yang telah mengoyak hatiku"
"O, kau sekarang tiba-tiba saja menjadi cengeng. Seperti pangripta cerita-cerita
dalam tembang macapat. Bukankah hatimu tidak terbuat dari daun pisang yang mudah
koyak?" Manguri tidak menyahut. "Besarkan hatimu. Hari-harimu masih panjang. Kau masih mungkin sekali memiliki
hari-hari yang cerah. Hari ini matahari tenggelam, tetapi esok pagi, matahari
itu akan terbit kembali"
Manguri tidak menjawab, dan ayahnya berkata seterusnya
"Tetapi lain kali kau harus bersedia belajar melakukan pekerjaan ini, supaya kau
kelak dapat menyambung usaha ayah yang sudah kau lihat sendiri hasilnya "
Manguri mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Jika demikian, hati-hatilah kau di rumah. Kendalikan Lamat baik-baik. Jangan
terlampau kau sia-siakan anak itu. Jangan terlalu sering kau bentak-bentak. Ia
anak baik. Ia dapat menjadi pelindung dari seluruh keluarga ini"
Manguri menganggukkan kepalanya pula. "Jaga ibumu
baik-baik. Jangan kau sakiti hatinya. Ia menjadi semakin tua meskipun tampaknya
seperti kakaknya saja"
Sekali lagi Manguri menganggukkan kepalanya.
"Kau menjadi penggantiku di rumah kalau aku tidak ada"
"Baik ayah" jawab Manguri kemudian.
Maka ayah Manguri itupun kemudian minta diri kepada
isterinya dan seisi rumahnya. Beberapa orang pengawal sudah siap di halaman yang
luas itu yang kemudian akan pergi bersama-sama dengan ayahnya, mengambil ternakternak yang sudah terkumpul di kebun peternakannya, dan
membawanya ke Mataram. Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Ketika ayah Manguri itu melintasi pintu regol, ia melihat Lamat berdiri
termangu-mangu. Sejenak ia berhenti, katanya
"Jaga rumah ini baik-baik"
Lamat menganggukkan kepalanya dalam-dalam.
"Keamanan rumah ini adalah tanggung jawabmu. Kau tahu, bahwa banyak masalah
masih dapat timbul karena pokal
Manguri itu. Mungkin orang-orang Sura sapi, mungkin anak-anak muda yang
mendendamnya, atau barangkali karena
kesalahannya, maka Ki Demang berbuat sesuatu atas keluarga ini"
"Aku akan berusaha sebaik-baiknya" jawab Lamat.
Ayah Manguri tersenyum. Ia tahu benar kemampuan yang
tersimpan di dalam diri raksasa itu.
Sekali lagi ayah Manguri itu berpaling. Dilihatnya isteri dan anaknya berdiri
termangu-mangu di belakangnya.
"Ingat Manguri" katanya "jangan berbuat aneh-aneh"
Manguri mengangguk. Maka iring-iringan kecil itupun kemudian meninggalkan regol rumah Manguri yang
besar, menuju ke sebuah pategalan yang dipergunakan oleh ayah Manguri untuk
menyimpan ternaknya yang sudah terkumpul sebelum terjual.
Manguri dan ibunyapun kemudian berdiri di regol sambil memandangi iring-iringan
yang semakin lama menjadi
semakin jauh. Perlahan-lahan Manguri mengangguk-angguk.
Tanpa sesadarnya ia berkata "Semuanya membawa senjata"
"Pekerjaan ayahmu adalah pekerjaan yang berbahaya
dalam keadaan seperti sekarang ini" berkata ibunya "di sepanjang jalan dapat
saja iring-iringan ternaknya bertemu dengan beberapa orang penjahat"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Manguri mengangguk-anggukkan kepalanya, dan tiba-tiba saja ia berkata "Pekerjaan
yang menyenangkan, sebuah
petualangan yang dapat memberikan banyak penghasilan"
Ibunya memandang wajah Manguri yang masih terpaku
pada bintik-bintik yang bergerak semakin jauh "Kau mulai tertarik pada pekerjaan
itu?" Manguri mengangguk "Ya. Banyak sekali yang dapat
dikerjakan. Mendapat uang, bertualang, dan apa saja di sepanjang perjalanan"
"Manguri" ibunya mengerutkan keningnya "itukah yang
menarik perhatianmu" Bukan usaha yang memerlukan
ketekunan dan keuletan?"
"Tentu ibu. Tanpa ketekunan dan keuletan, ayah tidak akan dapat menjadi pedagang
ternak yang besar seperti sekarang"
"Nah, hal itulah yang harus mendapat perhatian"
"Tentu. Tetapi di samping kesibukan itu kadang-kadang seseorang memerlukan juga
selingan yang segar"
"Manguri, apa maksudmu, dengan mengatakan hal itu?"
"Tidak ibu. Aku tidak bermaksud apa-apa. Ibu tahu, saat ini hatiku serasa sedang
terluka. Aku memerlukan tempat yang dapat memberikan kesejukan di dadaku yang
serasa gersang" Ibunya menarik nafas dalam-dalam "Ah kau" tetapi Manguri justru tersenyum.
Bintik-bintik di kejauhan itu kini sudah hilang ditelan tikungan.
Dalam pada itu, bintik-bintik di kejauhan itupun kini telah hilang di balik
tikungan, sehingga Manguri kemudian berkata
"Ayah sudah tidak kelihatan lagi. Perjalanannya kali ini adalah perjalanan yang
pendek. Ayah hanya pergi ke Mataram
membawa ternaknya, sehingga tidak lebih dari tiga atau empat hari ayah pasti
akan sudh selesai dengan segala urusannya "
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Belum tentu" sahut ibunya "kadang-kadang ayahmu
memerlukan waktu sepekan untuk menunggu penyelesaian
pembayarannya. Kalau uang itu ditinggalkannya; maka
pembayaran itu justru akan tertunda-tunda semakin lama"
Manguri mengangguk-angguk, tetapi ia tidak menjawab
lagi. Keduanyapun kemudian melangkah meninggalkan regol
halaman naik ke pendapa, sementara Lamat yang masih
berdiri di regol meggeleng-gelengkan kepalanya.
"Keluarga ini adalah keluarga yang kaya raya" desisnya
"tetapi sekedar kekayaan lahiriah. Mereka sama sekali tidak memiliki kekayaan
batiniah. Kekayaan rohani"
Lamat menarik nafas dalam-dalam. Tetapi iapun kemudian melangkah ke halaman
belakang. Tetapi ia masih sempat bertanya kepada diri sendiri "tetapi kenapa aku
masih juga berada disini?"
Pertolongan yang diberikan oleh ayah Manguri, dan
sekaligus sebagai belenggu yang dipasang di hati Lamat itu agaknya benar-benar
sulit untuk dilepaskannya.
Dalam pada itu, Kademangan Kepandak menjadi semakin
ramai karena hari perkawinan Ki Demangpun akhirnya sampai juga. Tiga hari tiga
malam di rumah Sindangsari akan
diselenggarakan pertunjukan yang pasti akan sangat menarik perhatian orang-orang
di sekitarnya. bukan saja dari
padukuhan Gemulung, tetapi juga dari padukuhan-padukuhan di sekitarnya. Sedang
pada hari kelima, bertepatan dengan boyongan penganten, di Kademanganpun akan
diadakan peralatan yang serupa. "Namun penghuni rumah yang kini sudah dihiasi dengan
tarub itu sama sekali tidak mewarnai peralatan yang
diselenggarakannya. Wajah-wajah mereka tampak suram,
betapapun mereka mencoba tersenyum dengan tetanggaTiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
tetangga mereka yang telah membantu menyiapkan segala keperluan perkawinan itu.
Meskipun demikian seorang perempuan gemuk berkata
kepada kawannya yang duduk di sampingnya "Lihat, bukankah Sindangsari sudah
tidak menangis lagi" Meskipun wajahnya masih muram, namun nanti, setelah ia
tinggal di Kademangan, ia akan segera tersenyum. Pamot itupun akan segera
dilupakannya. Baru berapa hari anak itu pergi, Sindangsari sudah hampir
melupakannya" Kawannya mengerutkan keningnya. Jawabnya "Tentu, ia
berpura-pura menolak, karena ia sudah terlanjur menyatakan cintanya kepada
Pamot, supaya kelihatannya ia seorang gadis yang setia. Tetapi lihat saja,
sebentar lagi ia akan menjadi Nyai Demang yang baik. Mungkin ia adalah gadis
yang terbaik yang pernah menjadi isteri Ki Demang"
"Apa yang baik pada gadis ini?"
"Ia adalah gadis yang cantik"
"Belum tentu seorang gadis yang cantik dapat menjadi
seorang isteri yang baik. apalagi pada dasarnya Sindangsari tidak menyukai Ki
Demang" "Ia akan segera menyukai. Pakaian yang bagus, perabot rumah tangga yang lengkap
dan kedudukan yang baik akan membuatnya menjadi seorang istri yang baik. Lebih
daripada itu, melihat badannya yang segar dan berisi, ia akan dapat memberikan
seorang anak atau lebih kepada Ki Demang"
Tetapi kawannya mengerutkan keningnya. Dengan bersungguh-sungguh ia berbisik "Apakah begitu?" Kenapa isteri-isteri Ki Demang
yang lain tidak pernah punya anak" He"
suaranya menjadi semakin lirih "isteri-isteri Ki demang yang terdahulu tidak
pernah merasa bersalah karena mereka tidak punya anak. Apakah kau pernah
berbicara dengan salah seorang dari mereka?"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Tentu, tidak seorang perempuanpun yang mau mengakui, bahwa ia tidak akan
mempunyai anak. sebagai seorang janda ia tentu akan mengalami banyak kesulitan
untuk dipinang orang, apabila ia tidak akan dapat mempunyai anak. Mereka mencoba
melemparkan kesalahan kepada suami-suami mereka. Kepada Ki Demang misalnya"
Kawannya tidak menyahut lagi, karena beberapa orang
yang lain mendekati mereka dan membantu pula pekerjaan yang sedang mereka
lakukan. Demikianlah, maka ketika saat yang ditentukan tiba, hari itu adalah hari Soma
Pahing, rumah Sindangsari menjadi sangat ramai. Obor-obor telah dipasang di
regol halaman yang sudah diperbaiki. Lampu-lampu minyak yang terletak diatas
ajuk-ajuk bambu berserakan di seluruh halaman. Tarub janur kuning menghiasi
segala sudut dan bahkan di depan tarub di tengah-tengah terikat sepasang tundun
pisang, dua ikat padi, jagung dan dedaunan. Kemudian di hadapan pintu depan
tergolek sebuah pasangan lembu, sejembangan air dan
bermacam-macam rangkaian upacara penganten.
Peralatan yang diselenggarakan di rumah sindangsari
itupun menjadi sangat meriah. Ibu Sindangsari tidak henti-hentinya
mempersilahkan tamu-tamunya duduk, menerima
sumbangan berupa apa saja, kelapa, beras, dan sayursayuran, mempersilahkan mereka makan, kemudian mempersilahkan mereka pindah ke ruang depan.
Tiga hari tiga malam, rumah itu dihiasi dengan lampulampu minyak yang terang dan obor-obor di regol. Tiga hari tiga malam seisi
rumah itu seakan-akan tidak tidur
sekejappun. Ki Demang yang sudah untuk kesekian kalinya menjadi pengantin, untuk
sepekan akan tinggal di rumah Sindangsari setelah di hari yang pertama ia
menginjakkan kakinya sebagai mempelai dilakukan segala macam upacara adat.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Tetapi Ki Demang sendiri selama sepekan itu sama sekali tidak dapat beristirahat
pula. Tamu-tamunya datang setiap saat dari segala penjuru Kademangan. selain
itu, kawan-kawannya para Demang dan bebahu Kademangan yang
lainpun berdatangan pula untuk mengucapkan selamat.
Kadang-kadang disuatu saat, di halaman rumah penganten perempuan itu terikat
lebih dari sepuluh ekor kuda sekaligus.
Kuda yang dibawa oleh para tamu yang datang dari luar Kademangan Kepandak.
Namun Ki Demangpun kadang-kadang harus mengerutkan
keningnya. Ada pula beberapa orang tamu yang kurang dapat menyesuaikan dirinya.
Meskipun hanya sambil bergurau, namun ada diantara mereka yang berkata "He, Ki
Demang di Kepandak, kau benar-benar seorang yang paling beruntung.
Bukankah kau kali ini kawin untuk yang kesekian kalinya" Kau masih juga berhasil
memikat hati seorang perawan yang begitu cantik dan muda"
Kawan-kawannya tertawa serentak, meskipun Ki Demang
sendiri menjadi tersipu-sipu dan menegangkan keningnya.
Tetapi betapa terkejutnya hati Ki Demang, ketika ia melihat beberapa ekor kuda
memasuki regol halaman rumah
Sindangsari. Ternyata yang datang itu adakah beberapa orang perwira dan prajurit
Mataram. "Apakah yang mereka kehendaki" katanya di dalam hatinya yang berdebar-debar "Aku
baru kawin. Agaknya ada sesuatu yang penting, sehingga beberapa orang prajurit
datang sekaligus" Karena itu, maka dengan tergopoh-gopoh Ki Demang
sendiri turun dari tangga rumah Sindangsari menyongsong kedatangan mereka.
Tetapi Ki Demang itupun kemudian berdiri termangu

Matahari Esok Pagi Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mangu. Sebelum ia menemui mereka, ternyata ibu Sindangsari telah mendahuluinya.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Nyai tidak mengabari kami" berkata salah seorang perwira.
"Maaf kakang. Sebenarnya aku memang tidak ingin
mengabari siapapun juga"
"Aku mendengar dari prajurit yang bertugas di Kademangan Ini untuk melatih para pengawal khusus yang masih tinggal dan menurut
pendengaranku akan ditambah lagi"
"Tentu, tentu mereka mengetahuinya" Nyai Wiratapa
berhenti sejenak, lalu "silahkan"
Ketika Nyai Wiratapa berpaling, dilihatnya Ki Demang sudah berdiri di depan
tangga rumahnya. "Itulah menantuku" desis Nyai Wiratapa.
Para prajurit itu mengerutkan keningnya "Bukankah ia
Demang di Kepandak" "Benar. Orang itulah Demang di Kepandak" Beberapa orang perwira saling memandang
sejenak. Tetapi mereka tidak bertanya sesuatu. Meskipun demikian Nyai Wiratapa
telah dapat menebak isi hati mereka, sehingga tanpa malu-malu, bahkan seolaholah ia mendapat saluran untuk menumpahkan perasaannya, iapun berkata "Jangan
terkejut kalau menantuku terlampau lambat kawin"
"Apakah ia belum pernah kawin?" salah seorang dari
prajurit yang datang itu bertanya. Tetapi kawannya segera menggamitnya, sambil
berbisik "Aku dengar perkawinan ini adalah yang keenam kalinya"
Prajurit muda yang bertanya itu terkejut "He, bukankah Sindangsari itu anak Ki
Wiratapa itu?" "Sst "kawannya berdesis.
Prajurit muda itupun terdiam. Yang terdengar kemudian adalah suara Nyai Wiratapa
"Marilah, silahkan kalian masuk"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Para prajurit itupun kemudian berjalan perlahan-lahan mengikuti Nyai Wiratapa
setelah menambatkan kuda-kuda mereka. Namun prajurit muda itu masih saja
bertanya kepada kawannya yang terdekat "He mana mungkin Sindangsari
kawin dengan seorang yang telah kawin untuk kelima kalinya"
"Jangan ribut. Hal itu sudah terjadi"
"Kalau aku tahu, aku datang melamarnya sejak ia
meninggalkan Mataram"
Para prajurit itupun kemudian diperkenalkannya dengan Ki Demang di Kepandak,
mempelai laki-laki, menantu Nyai
Wiratapa. Beberapa orang diantara para prajurit itu terpaksa menahan
perasaannya, agar tertawanya tidak terloncat di bibirnya melihat kejadian yang
ganjil itu. Selain dengan Ki Demang, maka para tamu itupun
diperkenalkan pula dengan Ki Reksatani dan Ki Jagabaya, yang seolah-olah menjadi
pelindung Ki Demang selama Ki Demang menjalani masa-masa perkawinannya di rumah
isterinya. di samping beberapa orang kepercayaan Ki Demang sendiri yang
bertebaran disegala sudut halaman"
"Mereka adalah kawan-kawan ayah Sindangsari Ki Demang berkata ibu Sindangsari.
"O terima kasih. Terima kasih atas kunjungan ini" berkata Ki Demang.
Para prajurit itu mengangguk-anggukkan kepalanya.
Seorang perwira yang tertua berkata "Kami sekedar datang untuk mengucapkan
selamat. Meskipun kami tidak diundang, tetapi kami adalah kawan-kawan baik Ki
Wiratapa. Ki Wiratapa adalah seorang prajurit yang jarang ada duanya. Berani,
tangkas dan memiliki kemampuan untuk
menghadapi persoalan yang tiba-tiba. Tetapi ia adalah seorang yang tidak mementingkan diri
sendiri, sehingga justru ia menjadi korban karena berusaha melindungi temantemannya" Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Ki Demang mengangguk-anggukkan kepalanya. Tetapi
kunjungan kawan-kawan ayah Sindangsari itu merupakan
suatu persoalan baru baginya. Ternyata bahwa pengaruh keadaan dan persamaan
nasib di medan perang, telah
mempengaruhi hubungan para prajurit itu. Meskipun Ki
Wiratapa sudah tidak ada lagi, namun mereka masih tetap bersikap baik dan akrab
dengan keluarganya. "Aku harus mempertimbangkan keakraban hubungan ini"
berkata Ki Demang di dalam hatinya. Sehingga dengan
demikian perlakuannya terhadap keluarga Sindangsaripun harus dipertimbangkannya
pula. Tetapi tamu-tamu itu tidak lama duduk bercakap-cakap
dengan ibu Sindangsari dan menantunya. Setelah mereka mendapat sekedar jamuan
dan mengucapkan selamat kepada sindangsari sendiri, maka merekapun segera minta
diri. "Kami baru mempunyai banyak pekerjaan" berkata perwira yang tertua.
"Kalian tidak pernah mempunyai waktu terluang. Kalian selalu mengatakan banyak
pekerjaan" sahut Nyai Wiratapa.
"Tetapi kali ini kami benar-benar mempunyai banyak
pekerjaan. Bayangkan, kami menerima anak-anak muda dari Kademangan di sekitar
Mataram. Kami harus melatih mereka sebelum kami memilih siapakah diantara mereka
yang dapat kami kirimkan ke medan"
"Jadi kalian akan mengulangi serangan itu" Seperti yang dilakukan oleh kakang
Wiratapa?" "Ya" "Hampir setahun yang lalu, dua gelombang serangan telah gagal. Apakah sekarang
hanya prajurit-prajurit dari Mataram saja yang berangkat"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Tentu tidak" jawab perwira itu "kekuatan Mataram tidak berada di Mataram saja.
Tetapi para prajurit di daerah pantai Utarapun akan berangkat juga"
"Lewat laut seperti gelombang yang pertama hampir
setahun yang lalu?" Perwira itu menggelengkan kepalanya "Kami tidak tahu.
Apakah kami harus mengulangi lagi serangan lewat lautan, atau kami akan
mengambil cara lain"
Nyai Wiratapa mengangguk-anggukkan kepalanya "Mudahmudahan kalian berhasil. Seorang kemanakanku ada di dalam pasukan itu"
"Dari Kepandak?"
"Ya. Kalau ia ikut terpilih kelak, aku titipkan ia kepada kalian"
"Siapa namanya?"
Nyai Wiratapa ragu-ragu sejenak. Dengan sudut matanya di sambarnya wajah Ki
Demang yang tegang. "Siapa?" desak prajurit itu.
Nyai Wiratapa menarik nafas dalam-dalam. Ia terlanjur mengatakannya kepada para
prajurit itu oleh desakan
perasaannya, tetapi ketika ia menyadari bahwa Ki Demang duduk diantara mereka,
ia menjadi ragu-ragu. Meskipun demikian ia tidak dapat menolak pertanyaan
perwira itu, sehingga betapapun beratnya ia menjawab
"Namanya Pamot"
Perwira itu mengangguk-anggukkan kepalanya "Pamot" ia mengulangi.
Namun nama itu telah menggetarkan jantung Ki demang.
Apakah maksud ibu sindangsari itu" Kenapa ia masih saja menyebut-nyebut nama
Pamot dihadapannya justru pada hariTiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
hari perkawinannya" Dan kenapa mertuanya itu menyebut Pamot sebagai
kemenakannya" Pertanyan-pertanyaan itu bergolak di dalam dada Ki
Demang. Namun kemudian iapun dapat mengambil kesimpulan bahwa bukan saja Sindangsari yang berkenan atas kehadiran Pamot di
dalam keluarga itu. Tetapi juga
keluarganya. Seluruh keluarganya.
"Aku akan membuktikan bahwa aku adalah menantu yang
baik" berkata Ki demang di dalam hatinya.
Ternyata prajurit yang bertanya itu sama sekali belum mengenal anak muda yang
bernama Pamot. Karena itu
katanya "Baiklah Nyai. Aku akan mencari anak yang bernama Pamot dari Kepandak.
Kalau ia kemanakanmu, aku berharap bahwa ia akan menjadi seperti pamannya Ki
Wiratapa" "Gugur dipeperangan?" bertanya Nyai wiratapa.
"Tidak. Tidak. Maksudku, seperti Ki Wiratapa di dalam olah tata dan sikap
keprajuritannya" Nyai Wiratapa menarik nafas dalam-dalam.
"Sudahlah Nyai" berkata periwa itu "aku kini benar-benar minta diri. Aku dapat
berbicara sampai malam apabila aku lupa waktu. Tetapi kami harus segera kembali"
Para prajurit itupun kemudian meninggalkan rumah bekas sahabatnya yang telah
gugur. Mereka masih juga saling mempercakapkan, kenapa Nyai Wiratapa mengambil
menantu seorang yang telah beberapa kali kawin.
"Aku kira Ki Demang itu agak menekan keluarga kecil itu"
tiba-tiba salah seorang berdesis.
Kawan-kawannya mengerutkan keningnya "Mungkin. Hal
itu memang mungkin sekali. Tetapi kenapa Nyai Wiratapa tidak mengatakannya?"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Bagaimana mungkin ia dapat mengatakannya. Menantunya yang tercinta itu selalu menunggui pembicaraan kita"
"Maksudku, di kesempatan lain. Beberapa waktu sebelumnya" "Kita pasti dapat mengerti. Ia seorang janda yang tinggal di daerah kekuasaan Ki
Demang Kepandak. Tentu ia tidak berani berbuat
apa-apa. Seandainya suaminya masih ada, persoalannya pasti akan lain, meskipun mereka tinggal di Kademangan itu pula"
"Tetapi semunya sudah terlanjur. Perkawinan itu sudah terjadi"
"Aku menyesal sekali" gumam prajurit muda yang sejak
semula selalu menggerutui perkawinan itu "bukankah aku agak lebih tampan dari Ki
Demang itu, bahkan aku lebih muda?"
"Tetapi" desis prajurit yang lebih tua "tiga rangkap kau tidak akan dapat
menyamai Demang di Kepandak di dalam olah senjata"
"Bohong" sahut prajurit muda itu.
"Beberapa orang diantara kita yang agak tua-tua ini pasti sudah mendengarnya.
Kakak beradik dari Kepandak itu.
Meskipun aku sendiri baru kali ini melihat orangnya"
Prajurit muda itu bersungut-sungut" Katanya "Kalau
perkawinan itu belum terlanjur, aku bersedia melakukan perang tanding dengan
taruhan gadis itu. Tetapi karena perkawinan itu sudah terjadi, dan kita tidak
tahu apa yang sudah terjadi atas gadis itu, maka aku tidak akan bersedia lagi
untuk melakukannya" "Siapa yang minta kepadamu untuk melakukan itu?"
"Tidak ada" Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Kawan-kawannya tersenyum. Sambil menepuk punggung
prajurit muda itu kawannya berkata "Tunggulah sampai ia menjadi janda. Agaknya
umurmu masih agak lebih panjang dari umur Ki Demang di Kepandak"
"Itu kalau aku tidak mati dipeperangan" jawab prajurit itu sambil tersenyum
pula. Namun demikian salah seorang diantara para perwira itu berkata "Tetapi kasihan
juga janda dan anaknya itu. Kalau benar
Ki Demang melakukan tekanan, ia sudah menyalahgunakan kekuasaannya"
Tidak seorangpun yang menjawab. Perkawinan itu ternyata memang sudah terjadi.
Dalam pada itu, di rumah Sindangsari Ki Demang masih
saja memikirkan pesan ibu Sindangsari. Buat apa sebenarnya ia berpesan kepada
prajurit-prajurit itu agar mereka
memperhatikan anak muda dari kepandak yang bernama
Pamot. "Apakah ibu Sindangsari ini masih mengharapkan Pamot
kembali dan pada suatu saat merebut Sindangsari dari
tanganku?" bertanya Ki Demang kepada diri sendiri. Tetapi kemudian dijawabnya
"Selama ini aku harus berhasil membuat kesan yang lain kepada keluarga ini"
Demikianlah maka tamu-tamu Ki Demang seorang demi
seorang telah meninggalkan rumah itu. Meskipun perempuan-perempuan di dapur
masih saja sibuk. Namun keramaian di rumah Sindangsaripun berangsur berkurang.
Setelah lewat hari yang ketiga, maka yang sibuk kemudian adalah orang-orang yang
membongkar tarub-tarub yang sudah mulai layu.
Janur-janur kuning yang menjadi kering, dan tratag yang tidak berguna lagi.
Yang kemudian menjadi sibuk sekali adalah Kademangan
Kepandak. Mereka justru baru mempersiapkan tratag, terub dan berbagai macam alat
upacara dan keramaian. Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Rumah Sindangsari yang berangsur-angsur
menjadi semakin sepi, telah membuat Sindangsari menjadi berdebar-debar. Tamu-tamu Ki
Demang sudah tidak banyak lagi,
sehingga Ki Demang sudah banyak mempunyai kesempatan
untuk duduk berdua saja dengan isterinya. Sindangsari.
Dalam saat-saat yang demikian, Sindangsari sama sekali tidak dapat melupakan
anak muda yang bernama Pamot.
Bukan saja karena hatinya seakan-akan telah terjerat olehnya, tetapi langkahnya
yang terdorong di saat-saat terakhir telah membuatnya gelisah setiap saat.
Meskipun Sindangsari tidak lagi melakukan perlawanan atas perkawinannya itu,
namun hubungannya dengan suaminya
terasa telah dibatasi oleh sebuah garis yang tebal.
"Apakah Ki Demang akan dapat mengetahuinya, bahwa aku kini bukan gadis lagi?"
pertanyaan itulah yang selalu mengguncang hatinya.
Namun dengan demikian, ia mengharap semuanya agar
segera terjadi. Kalau Ki Demang nanti akan mengetahui apa yang sudah
dilakukannya, biarlah segera mengetahui. Kalau ia harus dibunuh karenanya,
biarlah hal itu cepat pula terjadi.
Dalam kegelisahan itulah ia iustru mengharap Ki demang bersikap sebagai seorang
suami. Di malam terakhir menjelang malam kelima, yang sesuai dengan rencana Sindangsari
akan diboyong ke Kademangan, terasa betapa malam itu sangat mencengkam perasaan


Matahari Esok Pagi Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sindangsari. Besok malam ia sudah akan meninggalkan rumah ini. rumah yang telah
didiaminya sejak ia pulang dari Mataram karena ayahnya telah gugur. Rumah kakek,
nenek dan ibunya. Besok ia akan berpisah dengan mereka, mengikuti suaminya, ke rumah yang belum
dikenalnya. Meskipun Sindangsari telah pasrah diri dalam perkawinan yang sudah terjadi itu,
namun perpisahan dengan seluruh keluarganya telah membuatnya menjadi sangat
gelisah. Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Dengan hati yang pedih ia berbaring di pembaringannya yang masih ditaburi dengan
bunga-bunga yang beraneka
warna. Bunga mawar, melati, kantil dan kenanga.
Di luar biliknya masih terdengar beberapa orang tua-tua yang bercakap-cakap.
Tetapi semakin malam menjadi semakin sepi. Sejenak kemudian ia mendengar Ki
Reksatani minta diri. Sedang Ki Jagabaya sejak sore tidak tampak datang ke rumah itu.
"Aku akan pulang kakang" Ki Reksatani minta diri "aku kira kakang Demang sudah
dapat beristirahat, karena sudah tidak banyak tamu lagi. Besok kakang Demang
akan pulang ke Kademangan. Agaknya tiga malam lagi kakang Demang akan tidak dapat tidur. Tamutamu akan berdatangan lagi untuk selama tiga hari tiga malam paling sedikit"
Ki Demang mengguk-anggukkan kepalanya "Baiklah"
katanya "tetapi biarlah anak-anak itu tetap tinggal disini"
"Ada tiga orang yang masih ada di belakang. Mereka akan menjaga rumah ini"
Ki Demang mengangguk-anggukkan kepalanya.
Sepeninggal Ki Reksatani rumah itu menjadi semakin sepi.
Meskipun demikian pintu depan rumah itu masih tetap
terbuka. Kakek Sindangsari duduk di serambi depan rumahnya bersama-sama beberapa
orang-orang tua sebayanya. Sedang neneknya berada
di dapur bersama ibunya mengawani beberapa orang
tetangga yang masih saja sibuk. Mengemasi alat-alat yang sudah tidak
dipergunakan lagi, tetapi juga masih menyediakan makan bagi mereka yang
membenahi rumah itu setelah sekian lama dipergunakan untuk peralatan.
Ki Reksatani yang meninggalkan halaman rumah Sindangsari berjalan dengan langkah yang lamban. Kelelahan dan kesal telah
merambat di seluruh tubuh dan hatinya. Tiga
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
malam ia sama sekali tidak sempat tidur. Hanya siang hari ia dapat memejamkan
matanya meskipun hanya sebentar.
Pasangan Naga Dan Burung Hong 7 Perawan Lembah Wilis Karya Kho Ping Hoo Jodoh Rajawali 6

Cari Blog Ini