Pedang Dewa Naga Sastra Bun Liong Sian Kiam Karya Rajakelana Bagian 5
keempat yang disebut jurus "to-jio-bun-sian" (dewa sastra
merebut mustika), dalam rangkaian jurus ini kui-san-ok
terdesak hebat, barisan pengeroyok makin kacau dan kalang
kabut, dalam jurus keempat puluh sebuah cengkraman
menembus pertahanan siu-kui
"buk?" cengkraman itu merobek lambung siu-kui, dan hawa
panas yang luar biasa memecahkan syaraf otot dan
menggoncang aliran darah siu-kui, siu-kui terkapar dengan
nafas tersegal-segal, lalu nafasnya berhenti karena nyawanya
sudah putus. Kui-san-ok terkesima melihat anaknya meregang nyawa, lalu
dengan marah ia menerjang Han-hung-fei dengan membabi
buta, namun jurus keempat dari han-hung-fei sangat luar biasa,
sehingga dalam sepuluh gebrakan membuat dua orang
277 pembantu utama kui-san-ok terlempar dua tombak akibat dua
pukulan keras yang menghantam dada mereka, keduanya
langsung tewas karena jatung mereka langsung pecah, kuisan-ok dan dua rekannya makin marah dan menyerang dengan
nekat. Namun sekuat apapun mereka berusaha, mereka
bahkan telah jadi bulan-bulanan han-hung-fei, dan pada hurus
keempat puluh kembali jotosan han-hung-fei menghantam dada
Kui-san-ok dan coa-kang, keduanya terkapar tewas seketika.
Bu-kwi mundur dengan wajah pucat pias, han-hung-fei dengan
sorotan mata tajam menatap bu-kwi, bu-kwi mengucurkan
keringat dingin merasa dia dikuliti oleh sambaran mata Hannhung-fei, han-hung-fei melangkah mendekatinya
"ampunkan nyawaku taihap.." pinta Bu-kwi sambil berlutut dan
bersujud berkali-kali "saya akan mengampunimu jika engkau menjawab
pertanyaanku." "ba..ba..baik taihap, a.aa..aku akan menjawab pertanyaan
taihap." sahut Bu-kwi
"beritahukan padaku siapakah itu lao ?" tanya Bun-liong-taihap
"lao itu adalah murid-murid dari enam datuk."
"siapa-siapakan itu enam datuk ?"
"liang-lo-mo , coa-tung-mo-kai, pek-mou-hek-kwi,lam-sinpek,see-hui-kui dan pak-koai-lo."
Berapa orang lao yang ada ?"
"delapan orang taihap ?"
"lao-si murid siapa dari enam datuk ?"
"lao-si mu..murid dari lam-sin-pek
"lao-ngo dan lao-liok ?"
"lao-ngo murid liang-lo-mo dan lao-liok murid dari pek-mou-hekkwi
278 "Saya tidak pernah berurusan dengan enam datuk kenapa
murid-muridnya mengincar saya ?"
"karena yaihap telah membunuh tetua-tetua dari bawahan
mereka ?" "kamu siapa tetuamu ?"
"tetuaku saicu-bin-kui ?"
"dimana tetuamu sekarang ?"
"tetuaku menunggu kami di chongqing bersama lao-ngo."
"ooh, begitu, tetuamu itu bawahan siapa ?"
"atasan tetua adalah liang-lo-mo
"lalu siapa lagi yang saya bunuh bawahan dari enam datuk?"
"hai-kiam-kwi, jasad itu kui-san-ok, empat tetua pangcu kaipang
?" "pangcu-kaipang " hmh".kaipang dibawah datuk siapa ?"
"dibawah coa-tung-mo-kai."
Lam-sin-peng dan lao-si, liang-lo-mo dan lao-ngo dimana
tinggal ?" "lam-sin-pek di kota Khangshi, liang-lo-mo di huangzhou,"
"baik karena kamu telah menjawab pertanyaanku dengan baik,
maka kamu saya ampuni." ujar Bun-liong-taihap, lalu berkelabat
meninggalkan bu-kwi, bu-kwi merasa lega dan juga langsung
meninggalkan hutan itu dan membiarkan jasad empat orang
rekannya. Han-hung-fei menuju kota khangshi dan tiga bulan kemudian
dia sampai dikota wuhan, daerah itu sedang bergolak
pertempuran dimana pasukan ang-bi-tin perang terbuka
dengan pasukan pemerintah di luar kota, rakyat berbondongbondong mengungsi melarikan diri, akibat perang memang
sangat menyengsarakan, baik pasukan pemerintah maupun
pasukan ang-bi-tin mememfaatkan penduduk menjadi tameng
279 untung bersembunyi dan menjalankan taktik penyusupan,
bahkan pemaksaan dan penjarahan harta benda, merupakan
pemandangan biasa pada saat perang.
Untuk menghindari daerah pertempuran, Han-hung-fei
mengambil jalan tikus menerobos hutan dan lembah untuk
mencapai kota khangsi, perjalanan itu cukup sulit dan
memakan waktu lama, sehingga akhirnya tiga bulan kemudian
han-hung-fei sampai ke kota khangshi, namun daerah ini terjadi
konflik perang, dari seorang pengungsi han-hung-fei menuju
sebelah barat kota menuju pek-kok, namun sesampai disana
lam-sin-pek dan lao-si tidak ditempat, dengan kecewa ia
meninggalkan pek-kok. Ketika melintasi sebuah sungai, Han-hung-fei melihat gerakan
bayangan gesit, lalu dengan rasa penasaran Han-hung-fei
mengintai, tiga bayangan itu adalah kam-peng, kwee-bwee-kuibo dan eng-kiam, ketiganya masuk jauh kedalam hutan,
disebuah tebing, eng-kiam mengangkat sebuah batu dan
menarik tuas yang ada dibawahnya dan dinding tebing itu
bergerak, ternyata tebing yang ditumbuhi rumput itu memiliki
pintu, ketiga orang itu masuk, dan sesaat kemudian pintu batu
itu bergeser kembali, Han-hung-fei berdiam di tempat
persembunyiannya menatap dinding yang sudah tertutup, lalu
Han-hung-fei mengitari tempat itu.
Dan dibagian belakang Han-hung-fei melihat empat orang
penjaga sedang bermain judi, empat orang itu demikian asik
dalam permainan, han-hung-fei memungut empat kerikil, dan
dengan kuatannya Han-hung-fei menyentil enpat kerikil itu
sehingga melesat ke arah emapat orang penjaga
"tuk..tuk..tuk..tuk.." kerikil itu tepat menghantam jalan darah
280 mereka, dua orang kaku dan bisu dan dua orang lemas
pingsan. Empat orang itu penjaga mulut pintu bagian belakang yang
pintunya dari pagar bambu, sekali hentak oleh Han-hung-fei
pagar bambu itu ambrol, lalu Hung-fei masuk kedalam dengan
sikap waspada, dia terus menelusuri lorong, didalam rungan
bawah tanah itu ternyata banyak sekali lorong, han-hung-fei
terdiam sejenak memandangi tiga lorong yang ada didepannya,
lalu dengan untung-untungan ia memasuki lorong bagian
kanan, lalu tidak berapa lama dia sampai pada sebuah lobang
yang merupakan pintu, karena setelah lobang itu merupakan
ruangan besar, lobang pintu berada di atas sementara dibawah
dibawah banyak orang sedang berkumpul
"kami sangat berterimakasih bahwa lao-sam dan kiu-kwee-kuibo menjadi bagian dari pasukan pendam yang berada diwilayah
ini." ujar lelaki paruh baya yang menjadi pimpinan pasukan
pendam di wilayah selatan."
"tidak usah sungkan toan-sicu, kejayaan yang nantinya kita
dapatkan merupakan akan sama-sama menguntungkan bagi
kita, ceritakanlah sudah sampai dimana gerakan pasukan ini !"
sahut lao-sam "pasukan kita dan ang-bi-tin telah berhasil menguasai khangshi,
dan sebagian pasukan akan terus bergerak ke wuhan, dan
sebagian akan kekota nancao, dan pasukan kita oleh pimpinan
ang-bi-tin ditugasakan menuju nanchao bersama tiga ratus
ang-bi-tin." "lalu kapan kita akan berangkat ?"
"kita berangkat besok sebelum matahari terbit, jadi lao-si dan
kiu-kwee-kui-bo bisa istirahat dikamar yang kami sediakan,
281 sementara kami akan berkemas bekal untuk perjalanan besok."
"mari saya antar lao-sam !" sela eng-kiam, lalu lao-sam dan kiukwee-kui-bo meninggalkan ruang pertemuan itu, han-hung-fei
duduk menunggu sampai orang-orang di ruang pertemuan itu
pergi, dan setelah ruangan itu kosong, Han-hung-fei dengan
gerakan ringan melompat kebawah, lalu dia masuk kelorong
dan mencoba mencari dimana lao-sam istirahat.
Ketika han-hung-fei masuk sebuah ruangan tiba-tiba ia bertemu
dengan dua orang, dengan satu lompatan luar biasa han-hungfei menotok keduanya, sehingga saat mereka terkejut mereka
sudah lemas, lalu han-hung-fei terus menelusuri lorong dan
sampai pada ruangan yang cukup bersih dan bagus, Han-hungfei melihat eng-kiam dan lao-sam sedang makan dan minum,
lalu dengan gerakan ringan Han-hung-fei menerobos kedalam
dan berdiri dihadapan dua orang itu
"bangsat bun-liong-taihap rupanya." bentak Lao-sam karena
melihat gagang pedang Han-hung-fei, eng-kiam dan lao-sam
menyerang dengan dahsyat.
Suara pertarungan dan teriakan eng-kiam yang menyerang
dengan pedangnya membuat anak buahnya segera muncul,
dan begitu juga dengan kui-kwee-kui-bo, kiu-kwee-kui-bo yang
melihat musuh adalah bun-liong-taihap, segera melepas
cambuknya dan menyerang han-hung-fei, tiga lawan kosen ini
dihadapai oleh han-hung-fei dengan ilmu tangan kosongnya
yang luar biasa, jurus ketujuh dikerahkan untuk membendung
banjir serangan dari ketiga lawannya, kisuran puting beliung
yang dibentuk putaran tubuh han-hung-fei membuat mental
serangan ketiga lawannya, namun sampai delapan puluh jurus
ketiga lawan ini masih dapat menekan seranganya, terlebih
serangan lao-sam yang bertubi-tubi mampu menahan kekuatan
282 putaran sin-kang yang keluar dari setiap jotosan dan pukulan
yang keluar dari kisuran putaran tubuh han-hung-fei, melihat
arena yang tidak mendukung jurusnya, maka Han-hung-fei
mengeluarkan jurus kedelapan, dan jurus dahsyat serta
mematikan ini membuat tiga lawanya tegetar dan undur
beberapa tindak, namun ujung cambuk kiu-kwee-kui-bo laksana
ular mematuk terus mengintai tubuh han-hung-fei.
Saat eng-kiam dan lao-sam undur sebuah gerakan serangan
tangkas dari han-hung-fei gerakan menulis kalimat itu
mengarah bagian atas kiu-kwee-kui-bo, kui-bo mempercepat
liukan cambuknya sembilan ekor cambuknya mengarah
sembilan titik penting pada tubuh han-hung-fei, delapan titik
dapat diselamatkan namun satu titik tepat pada bagian
lambungnya berhasil ditotol ujung ekor cambuk kui-bo,
untungnya sin-kang han-hung-fei lebih tinggi, sehingga hung-fei
hanya merasakan nyeri dikulit.
Lao-sam dan eng-kiam menyusulkan serangan, han-hung-fei
melompat menghindar dan terus menyerang kedua lawannya
dengan gerakan-gerakan indah dan unik, kali ini eng-kiam
terjebak pada pertarungan dekat, sebuah totolan telunjuk Hanhung-fei menembus pergelangan tangannya hingga pedangnya
jatuh, dan sebuah totolan maut mengarah pada keningnya
"crok?" kening itu tembus dan darah serta otaknya meleleh
mambasahi wajahnya, dua serangan dari belakang mengintai
han-hung-pei, dan srat"pendar warna hijau muncul, pedang
dewa naga sastra tercabut dari sarungnya, dengan rangkaian
jurus bun-liong-sian-kiam, Han-hung-fei menyerang kedua
lawannya. 283 Toan-gui terkejut melihat eng-kiam tewas, selaku pimpinan
pasukan terjun kekencah pertarungan, namun bun-liong-taihap
sedang pada puncak serangannya yang luar biasa dan
mengesankan, toan-gui dalam dua gebrakan langsung menjerit
karena dadanya sudah tembus oleh ujung pedang bun-liongtaihap, baik lao-sam maupun kiu-kwee-kui-bo menjadi kalang
kabut melihat serangan yang pedang yang sungguh tiada
taranya itu, enam puluh jurus berlalu, akhirnya saat cambuk kuibo putus ditebas pedang, kemudian serangan susulan yang
mengarah dadanya hanya bisa dihindarkan dengan
menjatuhkan diri dan berguling, kui-bo lansung menjatuhkan
diri, namun saat ia hendak menggulingkan tubuh satu sabetan
luar biasa "srat".adouwwhhh".crak..aghh?" perut kui-bo terbuka dan
usunya terburai, dan gerakan pedang naga sastra yang
spontan tidak hanya sampai disitu, tapi masih bergerak zigzag
ke arah kaki, sehinga kaki kui-bo sebatas paha terkuntung
sebelum jurus bun-liong-sian-kiam ditutup dengan kudakudanya yang khas.
Lao-sam pucat dan ciut nyalinya, dia segera melarikan diri
menerobos pintu dan berlari menelusuri lorong, sementara
anak buah pasukan pendam melihat engkiam dan pimpinan
mereka tegeletak tidak bernyawa, sebagian mereka sudah
keluar untuk melarikan diri, han-hung-fei mengejar lao-sam,
han-hung-fei bingung entah lorong mana diantara banyak
lorong yang digunakan lao-sam, han-hung-fei kecewa saat
mendapatkan lorong buntu, dan untung bagi lao-sam ia dapat
keluar dari pintu belakang yang sudah dijebol han-hung-fei,
dengan rasa takut yang sangat lao-sam melintasi hutan,
sementara han-hung-fei berkutat di antara beberapa lorong,
284 saat han-hung-fei kembali keruangan seorang lelaki yang
bersembunyi di balik batu ditangkap han-hung-fei
"cepat kamu tunjukkan jalan keluar !" bentak han-hung-fei,
dengan tubuh gemetar anak buah toan-gui membawa hanhung-fei keluar melalui pintu depan, setelah sampai diluar
"kesebelah mana kota nanchao !?" tanya han-hung-fei, leleki itu
menunjuk arah selatan, lalu han-hung-fei berkelabat kea rah
selatan, dan dua minggu kemudian Han-hung-fei sampai dikota
nanchao, dan dikota ini ia mendapatkan jejak lao-sam menuju
Huangsan, tanpa menunda-nunda han-hung-fei melanjutkan
pengejaran. Setelah sampai di huangsan han-hung-fei mencari penginapan
untuk bermalam, selama dua hari han-hung-fei berada di
huangsan, dan ia tidak mendapatkan berita keberadaan laosam di penginapan yang ia tempati, dan ia juga telah mencoba
melihat tempat-temnpat hiburan dan perjudian, tidak ada
bayangan lao-sam, lalu Han-hung-fei berencana meninggalkan
huangsan menuju hopei, saat ia melewati gerbang barat,
seorang pengemis tua dengan muka babak belur merintih
kesakita. "kamu kenapa lo-kai, mukamu babak belur kenapa ?" tanya
Han-hung-fei "tuan..tolonglah aku, aku sudah tidak makan selama dua hari,
keluargaku telah binasa akibat perang yang kejam ini, hartaku
dijarah dan hidupku terlunta-lunta selama dua bulan ini." keluh
lelaki tua itu "baiklah paman, marilah kita kekedai itu, dan saya akan
mentraktir paman makan sekenyang-kenyangnya." sahut Hanhung-fei
285 "terimakasih tuan, semoga kebaikan tuan dibalas oleh Thian."
ujar pengemis tua itu, lalu merekapun masuk sebuah kedai
makan, pengemis itu pun makan dengan lahap dihadapan hanhung-fei, mukanya yang memar bengkak nampak
mengharukan. "paman, kenapa dengan mukamu ?"
"ah aku tadi memang sial, dirumah yang pojok itu aku
mengemis makanan, tapi yang kuterima adalah tamparan dari
dua orang penjaga.
Pedang Dewa Naga Sastra Bun Liong Sian Kiam Karya Rajakelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"itu rumah siapa paman ?" tanya han-hung-fei
"saya tidak tahu tuan, saya bukan penduduk sini, saya dari kota
hofei, kota itu jadi bulan-bulanan pasukan pemerintah maupun
pasukan ang-bi-tin yang tipu daya."
"eh apa maksud paman pasukan ang-bi-tin yang tipu daya ?"
"mereka menamakan perang ini untuk perbaikan hidup rakyat
dari penguasa korup, namun cara-cara mereka memperlakukan
penduduk yang katanya mereka perjuangkan di perlakukan
dengan sewenang-wenang."
"jadi paman mengungsi kesini ?"
"benar tuan, dan aku sudah satu bulan disini hidup dari belas
kasihan orang." sahut pengemis tua itu, han-hung-fei merasa
kasihan, lalu ia menatap rumah yang ditunjuk oleh pengemis
itu. "hmh..pelayan !" desah Han-hung-fei sambil memanggil
pelayan, pelayan datang mendekat
"iya kongcu ada apa ?" tanya pelayan
"berapa harga makanan paman ini ?" tanya Han-hung-fei,
pelayan menghitung sejenak
"dua tail kongcu !" sahut pelayan, han-hung-fei memberi dua tail
"pelayan rumah itu rumah siapa ?" tanya han-hung-fei sambil
286 menunjuk rumah dipojok "rumah yang besar dan berpagar tembok itu ?" tanya pelayan
memastikan "benar rumah yang berpagar tembok."
"ooh, itu rumah she-sima seorang terkaya dikota ini, kongcu
jangan kesana." "kenapa pelayan ?" tanya han-hung-fei, karena pemilik rumah
itu milik seorang datuk ternama."
"datuk " apa julukan datuk itu ?" tanya han-hung-fei
"pemilik rumah itu dikenal dengan julukan pek-mou-hek-kwi di
rimba persilatan." Jawab pelayan
"ooh ternyata dia disini tinggal" gumam han-hung-fei
"baiklah pelayan dan terimakasih," ujar han-hung-fei, pelayan
itu mengangguk dan pergi, pengemis tua yang sedang makan
menatap han-hung-fei dengan heran
"tuan kenapa menanyakan penghuni rumah itu ?"
"tidak ada apa-apa paman, dan ini sepuluh tail untuk paman,
semoga dapat membentu paman beberapa hari." ujar Hanhung-fei, uang yang curi tiga tahun lalu, sekarang hanya tinggal
dua tail emas dan dua puluh tail tembaga.
"terimakasih tuan, sungguh tuan demikian baik hati." sahut
pengemis tua itu dengan hati haru.
"sudahlah paman, sekarang aku akan pergi dan jagalah diri
paman !" sahut han-hung-fei, pengemis itu mengangguk penuh
rasa terimakasih. Han-hung-fei melompat dari pagar belakang rumah pek-mouhek-kwi, dengan gerakan yang ringan ia mengendap-endap
kesebuah bagunan, dari pendengaran yang tajam ia
mengetahui ada tiga orang didalam bangunan itu, sewaktu ia
melintasi sebuah paviliun ia melihat seorang wanita sedang
287 menyuapi anak umur satu tahun, dengan mengendap-endap
Han-hung-fei mendekati bangunan didepan paviliun, dengan
gerakan yang ringan han-hung-fei bergantung seperti
kelelawar, dia mengintai tiga orang yang sedang duduk dan
bercakap-cakap, han-hung-fei merasa gembira karena
buruannya ada disini. Tiga orang itu adalah lao-ji, lao-sam dan lao-liok, Kam-peng
atau lao-sam yang melarikan diri untuk menyelamatkan diri dari
han-hung-fei terus tancap gas setelah sampai di alam luar,
tujuannya kekota nanchao, di nanchao ia hanya makan dan
terus melanjutkan pelarian menuju huangsan, Lao-sam sampai
satu hari sebelum Han-hung-fei, sesampai di huangsan
berkebetulan ia melihat bayangan Lao-ji memasuki kota
"lao-ji..!" panggilnya, Lao-ji berhenti dan menoleh
"heh..kamu lao-sam, bukankah kamu harus ke khangsi ?"
"benar tapi kamu kenapa kesini " bukankah seharusnya kamu
di hopei ?" "aku ada keperluan dirumah, mari kamu ikut saya kerumah."
sahut Lao-ji, lalu membawa lao-sam kerumah kediaman
suhunya. Kedatangan keduanya disambut oleh Yan-hui atau lao-liok.
"bagaimana hasil pertemuan di lanzhou ?" tanya Yan-hui.
"kita semua sepakat untuk mewujudkan pak-koai-lo cianpwe
untuk menduduki istana." sahut Tan-hang.
"bagaimana kabarmu lao-liok, dan bagimana pula kabar
anakmu ?" sela lao-sam dengan semyum lembut
"aku baik-baik saja lao-sam, eh kenapa kamu tahu aku sudah
beranak ?" sahut Yan-hui dan bertanya heran.
"ihwal kamu terungkap saat membahas tentang bun-liongtaihap." sela Tan-hang
288 "kenapa bisa begitu ?"
"karena lao-si ternyata teman masa kecil bun-liong-taihap."
"lalu apa hubungannya dengan keadaanku ?"
"liok-cianpwe menyarankan agar lao-si menarik bun-liongtaihap masuk dalam aliran kita, awalnya lao-si menolak karena
lao-ngo hamil oleh bun-liong-taihap." sahut kam-peng
"hi..hi..hi" kesengsem juga ternyata lao-ngo, lalu selanjutnya
bagaimana ?" "karena hal itu terbuka suhu menyampaikan juga keadaanmu,
jadi baik suhu maupun liang-lomo akan menjadikan kedua anak
bun-liong-taihap menjadi pembunuh ayahnya sesuai yang
kamu katakana." sela tan-hang.
"lalu bagaimana tanggapan lao-si ?"
"pak-koai-lo juga ikut membujuk supaya rencana penarikan
bun-liong dilaksanakan, terlebih lagi ternyata lao-pat adalah
adik dari lao-si, akhirnya lao-si menyetujui ?" sahut Tan-hang
"apakah menurutmu lao-si akan berhasil menaklukkan hati bunliong-taihap ?"
"saya cenderung meyakini akan berhasil, karena jikapun tidak
kartu as yang merupakan kedua anaknya akan jadi bumerang
menyakitkan nantinya bagi Bun-liong-taihap." sela kam-peng.
"oh ya lao-sam, kamu belum menjawab kenapa kamu tidak
berada dikhangsi ?" tanya lao-ji
"ah"aku dan engkiam apes betul."
"apes bagaimana ?" tanya lao-ji
"kami baru sampai kemarkas pasukan pak-koai-lo bertemu
dengan "yaoyan-taihap" (sipendekar binal)
"siapa yaoyan-taihap ?" tanya Lao-liok heran
"hehehe..hehehe..siapa lagi kalau bukan ayah anakmu itu laoliok." sahut Tan-hang
289 "kenapa kalian sebut dia pendekar binal ?"
"hehehe"hehehe"karena suhu dan liang-lo-mo cianpwe
menjulukinya begitu." sahut Tan-hang.
"lalu bagaimana lao-sam ?" tanya Yan-hui
"kami mengeroyoknya, tapi dia sangat luar biasa, eng-kiam ,
dan kiu-bwee-kui-bo tewas ditangannya, bahkan toan-gui
pimpinan pasukan pendam juga mati, saya ini sedang
melarikan diri dari kejarannya." sahut kam-peng
"memang si yaoyan ini luar biasa, lao-si dan lao-ngo juga
melarikan diri darinya, lam-sin-pek cianpwe saja dapat
dikalahkannya." sela Tan-hang
"apa " lam-sin-pek cianpwe kalah darinya ?" seru Yan-hui
merasa tidak percaya."
"benar, makanya liok-cianpwe menharap lao-si berhasil dalam
misinya." "sudahlah kalau begitu kalian istirahatlah dulu, besok kita
lanjutkan !" ujar Yan-hui dan meninggalkan kedua rekannya,
Tan-hang membawa Kam-peng kekamar tamu, kam-peng
istirahat selama dua hari, saat Han-hung-fei mengintip
ketiganya yang sedang bercakap-cakap sambil minum arak,
Han-hung-fei tidak menduga akan melihat Yan-hui, sesaat
tubuhnya gemetar dan itu sudah cukup membuat tiga lao
mengetahui kehadirannya, sehingga ketiganya segera
menyerang sambil keluar. Han-hung-fei berjumpalitan saat sebuah serangan sin-kang
mengarah padanya, pintu itu ambrol dan han-hung-fei berdiri
tenang menyambut tiga lao yang marah
"hehehe..hehehe"ternyata lao-sam bersembunyi disini." ujar
Han-hung-fei dengan nada sinis
290 "han-hung-fei apa maksudmu datang kemari !?" tanya Yan-hui
dengan nada bergetar, betapapun ia dengan pendekar ini
punya kisah istimewa "siapa " kamu han-hung-fei ?" seru Kam-peng terkejut, hanhung-fei heran melihat ketekejutan lao-sam
"memang benar aku adalah han-hung-fei, lalu kenapa lao-sam
?" tanya Han-hung-fei
"hehehe..hehehe" hung-fei ternyata kita pernah bersama
dulunya ?" "eh kamu siapa lao-sam ?" tanya Han-hung-fei
"aku adalah kam-peng, tentunya kamu masih ingat kita dibawa
oleh suhu coa-tung-mo-kai" sahut Kam-peng
"oh..ternyata lao-sam adalah kam-peng murid coa-tung-mo-kai."
Ujar Han-hung-fei "benar, jadi tidak seharusnya kita bermusuhan bukan ?"
"aku tidak memusuhi kalian kalau kalian tidak usil pada saya,
yang dimulai oleh si lao-liok yang penuh tipu daya."
"hi..hi"hi" han-ko hal-hal yang sudah belalu sebaiknya kita
lupakan." sela Yan-hui
"apa yang kamu lakukan pada saya, mungkin masih saya
maafkan, tapi ada dua lao yang harus saya temukan." sahut
Han-hung-fei "apakah maksudmu Lao-si ?" sela Lao-ji
"benar, eh kenapa kamu tahu ?" tanya Han-hung-fei heran
"karena ia bercerita bahwa ia lari darimu, dan tentunya kamu
kejar sebagaimana sekarang engkau mengejar saya" sela Laosam
"apakah kamu hendak membunuhnya juga " apa yang
dilakukannya padamu, han-ko ?" sela Yan-hui
"ah..tentu tidak, aku tidak akan membunuhnya, dan dia tidak
291 ada salah padaku, dan yang hendak harus merasakan
hajaranku adalah Lao-ngo" sahut Han-hung-fei geram
mengingat betapa ia terluka dua pukulan Lao-ngo karena
terjerat tipu daya. "ooh..maksudmu Yang-lian, lupakanlah itu hung-fei, sebaiknya
kita berteman sebagaimana dulu." sela Kam-peng
"kita tidak berteman kam-peng, malahan dulu kamu dan si gankui mengolok-olok saya dan menjadikan saya jadi sasaran
pukulan kalian." sahut han-hung-fei dengan sorot mata tajam
"itu hanya masa dimana kita masih anak-anak." sahut Kampeng
"baik kali ini akan kulupakan semua hal yang dilakukan Lao,
tapi katakana padaku dimana aku bisa menemui lao-si ?" ujar
Han-hung-fei "boleh aku tahu han-ko " kenapa engakau ingin menemui lao-si
?" "tidak, ini urusan peribadi saya." aahut Han-hung-fei tegas."
"sudah kalau begitu, apakah lao-ji dan lao-sam tahu kemana
lao-si ?" ujar Yan-hui "baiklah hung-fei karena kita adalah
teman, maka saya kasih tahu, bahwa lao-si berada di lanzhou,
tapi saya yakin dia menuju ke chang-an lalu kemudian akan ke
chongqing." ujar Kam-peng.
"benar apa yang dikatakan oleh kam-peng, karena itu daerah
misi perjalannya dalam kesepakatan yang ditetapkan liokcianpwe.
"baik, terimakasih kam-peng atas informasinya, dan kamu yanhui bagaimana kabarmu?"
"hi..hi" ternyata aku demikian kamu perhatikan Han-ko."
"ah..aku juga hanya ingin menawarkan suasanan tegang pada
pertemuan ini." sahut Han-hung-fei
292 "memang pertemuan ini juga menegangkan bagiku, apalagi
kamu datang-datang untuk mengejar lao-sam, bagaimana
kalau kamu masuk dan minum-minum bersama kami ?" ujar
Yan-hui "benar hung-fei, sebagai bukti bahwa kita telah mellupakan
kejadian kecil diatara kita, aku ingin mengajakmu bersulang
arak." sela Kam-peng dengan senyum.
"baik kalau begitu." sahut Hung-fei, lalu merekapun masuk dan
suasana pertemuan itu berubah jadi ceria, tiga lao sangat
mengerti bahwa menghadapi Bun-liong-taihap sebagai musuh,
mereka akan kalah, terlebih lao-ji dan lao-sam mendengar
sendiri bahwa menurut perhitungan Lam-sin-pek, dua dari
datuk baru imbang dengan kesaktian pemuda didepan mereka
ini, jadi setidaknya tiga datuk baru bisa mengalahkan pemuda
ini, sementara mereka hanya tiga lao, jelas mereka akan
binasa, kalau terjadi pertempuran.
Setelah minum-minum Han-hung-fei berniat untuk segera pergi
"aku hendak pergi dan terimakasih semuanya." ujar han-hungfei
"apakah secepat itu han-ko " bermalamlah disini setidaknya
semalam saja Han-ko." sahut Yan-hui dengan nada manja dan
senyum lembut "ah..ti"tidak, itu tidak bagus hui-moi." sahut Han-hung-fei
"apanya yang tidak bagus han-ko " apakah kamu masih pada
saya ?" "tidak..a..aku tidak marah padamu, sudahlah aku pergi saja."
"menurutku bermalamlah disini hung-fei." sela Kam-peng
"ah"tidak sobat, aku harus pergi, maaf jika aku
mengecewakan kalian." sahut han-hung-fei
"hiks..hiks"hiks"karena aku han-ko tidak mau bermalam,
memang aku akui aku salah telah menipumu han-ko." sela yan293
hui sesugukan, sikap ini membuat Han-hung-fei jadi bingung
"aduh..bu..bukan demikian hui-moi ." ujar han-hung-fei
"kalau bukan lalu kenapa han-ko tidak mau bermalam ?" ujar
Yan-hui merajuk, han-hung-fei makin serba salah melihat yanhui menangis
"aduh..kam-peng tolongkah aku, katakan padanya aku tidak
lagi membencinya." "hehehe..hahaha".hung-fei, aku tidak tahu kenapa kamu
dengan lao-liok, sepertinya dekat, aku teman lao-liok dan kamu
juga teman saya, apa yang bisa saya katakan teman?" sahut
Kam-peng, Hung-fei terheyek seketika, karena telah melibatkan
kam-peng dalam menjawab bantahan yan-hui.
"baiklah kalau begutu hui-moi, aku akan berangkat esok pagi."
ujar Han-hung-fei "hi..hi"terimakasih han-ko, hatiku lega dan sekarang aku mau
pergi mandi." sahut Yan-hui dengan nada manja, han-hung-fei
menatap lao-ji dan lao-sam, dan ia menunduk dengan muka
merah karena jengah, malam itu mereka makan bersama
"suhu kalian kemana, lao-ji ?" tanya Han-hung-fei
"suhu sedang berada di utara untuk sebuah urusan." jawab tanhang
"saya tidak menyangka bahwa kamu menjadi orang luar biasa
sakti hung-fei." sela Kam-peng
"ah..kamu terlalu memuji kam-peng." sahut Han-hung-fei
"saya dengar pedangmu itu jadi rebutan dulunya dikalangan
dunia persilatan." sela Tan-hang
"sepertinya memang demikian, tapi sudahlah kita
Pedang Dewa Naga Sastra Bun Liong Sian Kiam Karya Rajakelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
membicarakan hal lain saja." sahut
Han-hung-fei mencoba menyetop pembicaraan yang mengarah
pada dirinya. 294 "lalu merekapun membicarakan hal-hal lain, tentang perang
yang sedang berkecamuk hingga larut malam, han-hung-fei
tidur dikamar tamu bersama Kam-peng, malam itu Han-hung-fei
tidak bisa tidur, pikirannya sudah melanglang ke chang-an atau
kechongqing, dimana ia nantinya akan bisa menemui Wan-lin,
Han-hung-fei keluar kamar dan pergi ketaman disebelah
paviliun. "kamu disini hui-moi, kenapa kamu tidak tidur ?"
"aku tidak bisa tidur han-ko, malam ini terasa gerah sekali, lalu
han-ko kenapa tidak bisa tidur ?" sahut Yan-hui dan bertanya
dengan senyum lembut memikat, Han-hung-fei
"aku hanya tidak sabar untuk berangkat ke chang-an hui-moi
"apakah lao-si yang membuatmu seperti ini ?"
"ah..tidak"a..aku hanya penasaran tentang siapa dirinya ?"
"apa yang ingin kamu ketahui tentang dirinya ?"
"ah..tidak apa-apa sudahlah, aku akan kembali kedalam." sahut
Han-hung-fei sambil berbalik
"tunggu dulu han-ko !" seru Yan-hui sambil menagkap
pergelangan tangan Han-hung-fei,
"yan-hui, jangan lagi membuat kesalahan !" tegur Han-hung-fei
karena merasakan gelagat yang tidak baik.
"han-ko jangan sergah aku, aku ini hanya wanita yang tidak
bisa melupakan dirimu." sahut Yan-hui menunduk dan mulai
sesugukan, han-hung-fei jadi kelabakan
"hui-moi, sudah kukatakankan padamu aku tidak mencintaimu."
sahut Han-hung-fei "aku tahu, tapi dapatkah aku merasakan kembali apa yang
kurasakan dulu ketika bersamamu ?"
"hush"jangan begitu hui-moi, nanti kamu akan sengsara
sendiri, dan untung saat itu tidak mengakibatkan dirimu hamil,
295 yang katamu akan membuat malu." sahut Hung-fei, walhal dia
tidak tahu bahwa Yan-hui telah melahirkan anaknya dan
anaknya sudah ia lihat saat seorang pelayan memberi makan
seorang anak dipaviliun yang sekarang mereka tempati
"Han-ko"aku tidak tahan lagi, aku menerima desakan birahimu
cukuplah bagiku." "apa maksudmu hui-moi ?"
"kamu tentu merasakan gejolak yang mesti kamu tuntaskan
ketika melihat tubuhku, bukan ?"
"apakah itu namaya birahi ?" tanya Han-hung-fei polos
"benar han-ko, kamu tuntaskan itu." sahut Yan-hui sambil
memeluk dan mencium Han-hung-fei.
"ja..jangan hui-moi, a..aku merasa malu jika diketahui
suhengmu dan Kam-peng "mereka tidak akan tahu, han-ko." sahut Yan-hui, lalu kembali
mencecar lumatan-lumatan dibibir han-hung-fei.
Han-hung-fei yang lemah dan lugu terbakar birahi, saat dia
memberikan balasan pada lumatan itu, ia pun jadi aktif
mendominasi perhelatan birahi itu, dilantai paviliun, disaksikan
bulan sepotong hubungan sanggama penuh ledakan birahi itu
berlangsung sampai jauh larut malam, setelah selesai Hanhung-fei merasa malu, dia malu kalau kam-peng atau Tan-hang
tahu, dia segera bangkit dan buru-buru memakai pakainnya
kembali, lalu meninggalkan Yan-hui.
Tan-hang dan Kam-peng tidur dengan pulas, namun ketidak
pedulian mereka pada kejadian itu bukan tidak ada maksud,
semua kejadian malam itu merupakan rentetetan jebakan, Tanhang dan Kam-peng adalah orang-orang yang cerdik, keluguan
dan kepolosan adalah merupakan kelemahan Bun-liong-taihap,
dan kelemahan ini akan mereka mamfaatkan pada setiap
296 peluang, usaha terselubung ini akan berakhir pada kebinasaan
Han-hung-fei jika saatnya tiba. Han-hung-fei tidak menyadari
hidupnya kini dalam intaian permaianan halus para datuk dan
lao, Han-hung-fei telah mengambil pemahaman salah akan arti
hubungan pria dan wanita, pemahaman suka sama suka telah
menjadikan ia budak nafsunya, ia telah kalah mutlak pada
godaan wanita, gagal total memahami petuah Lam-sian.
Keesokan harinya Han-hung-fei meninggalkan kota Huangsan,
perjalanannya terasa ringan, hatinya senang menuju kota
chang-an atau mungkin kechongqing, wajah lao-si menjadi
hiasan dalam benaknya dalam perjalanan panjang yang akan ia
tempuh, bayangan bertemu dengan lao-si memotivasi gerak
langkah perjalanan Bun-liong-taihap, karena hopei menjadi
wilyah konflik perang dahsyat, Han-hung-fei mengambil jalan
tikus melintas lembah dan gunung menuju Nanjing, dari Nanjing
ia melintas lagi sehingga sampai kekota kaifeng.
Dari kota kaifeng dia menuju chang-an, sesampai di chang-an,
kondisi perang semakin menghebat, pasukan ang-bin-tin
banyak memenangkan pertempuran diberbagai kota, pasukan
itu laksana semut beriring menuju kota raja, keadaan yang
genting itu membuat Han-hung-fei menyimpulkan bahwa lao-si
tidak akan bertahan dikota yang sedang dalam bahaya, lalu ia
melanjutkan perjalanan menuju chongqing.
Seminggu kemudian Han-hung-fei disebuah hutan mencium
baud aging bakar yang lezat, lalu dia melangkah kaki
mendekati aroma yang menerbitkan rasa laparnya,
"siapa itu ?" teriak suara memergokinya, kedua mata bertaut,
yang memergokinya ternyata wan-lin, wan-lin kontan berlari,
hatinya masih ragu karena walaupun ia yakin bahwa pemuda
297 dihadapannya adalah han-hung-fei, tapi pertemuan pertama
mereka sangat tidak bagus, mereka berhadapan sebagai
musuh. Dengan satu loncatan gesit, Wan-lin melompat kea rah lembah
hutan dan berlari sekuat-kuatnya
"Wan-lin..!" seru Han-hung-fei sambil mengejar Wan-lin, kejarkejaran pun terjadi dikeremangan senja itu, untung bagi Wan-lin
malam mulai menyelimuti, Wan-lin cepat sembunyi dibalik
sebuah batu, teriakan Han-hung-fei yang memanggil namanya
membuat hatinya bergetar, rindunya menggelora, rasa
sayangnya muncul, Han-hung-fei melintas ditempat ia
sembunyi, dan terus meneriakkan namanya, dan kemudian
bayangan Han-hung-fei muncul lagi dan duduk sekitar tiga
tombak dari tempat ia sembunyi
Wan-lin dengan menahan nafas mengintai bayangan Hanhung-fei yang diselimuti kegelapan, dan hati Wan-lin berdebar
han-hung-fei berdiri sambil berteriak
"lin-moi"!" kenapa engkau lari " aku bukan musuhmu lin-moi,
aku hung-fei ingin bertemu denganmu, lin-moi aku rindu
padamu"!" teriak Hung-fei lalu duduk lemas, teriakan yang
penuh dengan hati pilu itu, membuat Wan-lin terisak dibalik
batu, Han-hung-fei otomatis mendengar isakan itu, lalu Hanhung-fei bergerak gesit melompat ke arah suara isakan, dan
Wan-lin yang merasa kepergok langsung melompat, namun
"buk"auh?" kedua bayangan itu bertubrukan diudara,
keduanya jatuh bergulingan
"lin-moi apakah kamu itu lin-moi..?" ujar Han-hung-fei dengan
nada lirih dan meraba-raba muka Wan-lin, hatinya sesak
298 karena dalam pelukannya ini adalah wanita yang dikejarnya,
benarkah ini wan-lin " pikirnya
"cih..lepaskan aku bangsat !" bentak Wan-lin, han-hung-fei
segera melepaskan pelukanya
"plak?" muka Han-hung-fei ditampar wan-lin
"lin-moi " benarkan kamu lin-moi ?"
"aku tidak kenal lin-moi !" teriak Wan-lin
"lin-moi " apakah kamu wan-lin putri dari paman wan-keng ?"
tanya Han-hung-fei, Wan-lin terdiam, hatinya bergetar
diingatkan pada ayahnya "kamu siapa sebenarnya ?" tanya Wan-lin dengan nada
bergetar, walaupun ia sudah yakin, namun ia harus pastikan
"a..aku Han-hung-fei Wan-lin." jawab han-hung-fei
"han-ko"han-ko".benarkah"..?" jerit Wan-lin dengan bibir
bergetar "benar lin-moi..a..aku han-ko." sahut Han-hung-fei
"oh..han-ko kamu kemana sajakah ?" tanya Wan-lin, hatinya
membuncah dengan tangis yang pecah, Wan-lin mendekat dan
memeluk Han-hung-fei, Han-hung-fei juga balas memeluk Wanlin.
"lin-moi syukurlah kamu ternyata masih hidup, Gao-hujin tewas
sementara engkau dan peng-te hilang."
"saya dibawa suhu Lam-sin-peng dan sejak itu aku hidup
dibawah asuhannya "lalu peng-ji kemana ?"
"saat itu aku tidak tahu, karena aku pingsan."
"lalu selanjutnya bagaimana ?"
"aku baru tahu beberapa bulan yang lalu, bahwa peng-te
diasuh oleh suhunya Pak-koai-lo.
299 "Lin-moi janganlah menjadikanku sebagai musuh, aku tidak
sanggup lin-moi." "han-ko " aku juga tidak ingin jadi musuhmu, namun posisi
berdiri kita berbeda."
"Lin-moi ! jangan kau katakan demikian, dunia boleh
memusuhiku, tapi tolong kamu jangan memusuhiku, sungguh
aku tidak tahan memikirkannya."
"kenapa han-ko, kenapa kamu tidak tahan bermusuhan
dengaku ?" "lin-moi, a..aku cinta padamu lin-moi, bagaimana aku bisa hidup
jika engkau yang aku cintai memusuhiku."
"han-ko benarkah engkau mencintaiku ?"
"benar Lin-moi, hanya kamulah yang saya cintai." sahut Hanhung-fei sambil meremas jemari lembut Wan-lin, Wan-lin
menikmati remasan itu, namun tiba-tiba ia terbayang wajah
Yang-lian dan Yan-hui, dan wajah-wajah liok-cianpwe
"Han-ko, jika engkau memang cinta padaku, maukah kamu
mengikuti permintaanku ?"
"tentu lin-moi sayang, katakanlah apa yang harus kulakukan
untukmu ?" "Han-ko, supaya kita tidak berhadapan selaku musuh, maukah
engkau sama berdiri disampingku menjadi bagian diriku yang
hidup dalam naungan liok-cianpwe, bersama meraih kejayaan
hidup dan mengokohkan sendi-sendi aliran."
"demi cintaku lin-moi sayang, aku akan ikut apa katamu, biarlah
orang lain memusuhiku asal kamu menyayangiku."
"oh..han-ko..aku juga cinta padamu, lega hati ini bahwa kita
dapat meraih mimpi bersama." sahut Wan-lin dengan lembut
dan rasa haru, Han-hung-fei memeluk dan mencium bibir Wanlin, sontak tubuh wan-lin bergetar, lumatan itu menyesakkan
dan meletupkan birahinya, Wan-lin pun membalas dengan rasa
300 hangat dan sayang, permainan terus meningkat ke arah yang
lebih panas, malam sunyi dan dingin itu terasa panas oleh
hentakan birahi yang menyala-nyala.
Dibalik batu yang bisu, diatas rerumputan hutan belukar,
dikegelapan malam yang sunyi, menjadi saksi atas pertautan
birahi dua insan manusia yang berselimut cinta dan rindu,
kedua insane berkali-kali mencapai puncak kenikmatan yang
melelahkan, dorongan rindu dan cinta menjadikan dua sejoli itu
enggan untuk mengehentikan perpaduan asmara yang
demikian nikmat dan melelapkan, saat matahari sudah naik
tinggi keesokan harinya barulah mereka berhenti, sesaat dalam
ketelanjangan itu mereka berpelukan dengan hangat, Hanhung-fei bangkit dan menggendong kekasihnya menuju sebuah
sungai yang mengalir, keduanya mandi dan membersihkan diri,
sambil bermain air kedua sejoli itu berpendar kemesraan yang
tak kunjung selesai, saling cubit, saling colek dan saling remas,
bahkan saat birahi menghentak, penuntasan pun dilakukan
ditepi sungai, setelah terhempas pada lembah kenikmatan yang
melelahkan, keduanya kembali kedalam air membersihkan diri.
Han-hung-fei dan Wan-lin memakai pakaian ganti, lalu dengan
cekatan didorong rasa senang dan bahagia Han-hung-fei
mencari binatang buruan untuk mengisi perut yang lapar, Wanlin mempersiapakan api sambil menanti kekasihnya, dua ekor
ayam hutan menjadi santapan nikmat kedua sejoli itu, tak
bosan mereka saling menyuap dan bercanda melahap daging
ayam bakar. "marilah kita kechongqing dan kita akan menikah disana Linmoi." ujar Han-hung-fei, dengan manja Wan-lin melompat
kepunggung Han-hung-fei "bawalah aku han-ko, tapi kita ke chang-an saja, atas restu
301 suhu kita akan menikah !" bisik Wan-lin dekat telinga han-hungfei, Han-hung-fei dengan sekali lompatan telah terbang keatas,
dan hanya menjejakkan kaki diujung ranting rerimbunan hutan
Han-hung-fei melayang sambil menggendong kekasihnya.
Sepanjang perjalanan tidak ada hari tanpa kemesraan, canda
dan derai tawa bahagia, seminggu kemudian kedua sejoli itu
sampai kekota chang-ang yang genting, Han-hung-fei dibawa
ke "In-san" (gunung awan) sebuah bukit sebelah utara kota
chang-an, dilereng bukit berdiri sebuah bangunan megah milik
tee-tok-siang, rumah itu sekarang merupakan markas petinggi
Pak-koai-lo yang akan mengadakan kudeta pada saat
pengambil alihan istana, kedatangan Wan-lin dan Bun-liongtaihap disambut oleh enam datuk, dan seluruh lao, termasuk
lao-ngo. Lao-ngo atau Yang-lian setelah berpisah dengan Wan-lin di
chang-an, Lao-ngo langsung menuju kediaman tee-tok-siang,
kedua saudara seperguruan itu baru seminggu pulang dari butong-pai bersama Tan-hang,
"selamat datang lao-ngo !" sapa bao-lam orang pertama dari
pasangan tee-tok-siang "selamat berjumpa tee-tok." sahut lao-ngo
"apakah ada hal penting yang ingin disampaikan oleh liang-lomo cianpwe ?" sela Bu-lim, orang kedua dari tee-tok-siang
"tidak ada tee-tok, aku hanya menumpang disini untuk
sementara." "ooh, demikiankah " tentu saja boleh lao-ngo." sahut Bao-lam
"tapi kalian harus tahu bahwa aku juga akan melahirkan disini."
"hmh..apakah laao-ngo hamil ?"
"benar" jadi aku butuh tumpangan untuk melahirkan." sahut
Lao-ngo 302 Sejak itu Lao-ngo tinggal di tempat tee-tok-siang, tee-tok-siang
sering keluar rumah hingga kadang berbulan-bulan, Lao-ngo
hanya ditemani empat orang pelayan wanita dan sepuluh orang
penjaga laki-laki, semua pelayan sangat menghormati lao-ngo,
karena melihat betapa majikan mereka yang tergolong senior
dunia persilatan demikian menghormati lao-ngo, ketika usia
hamil Yang-lian tujuh bulan, tee-tok-siang kembali
kekediamannya, darai pertemuan di lanzhou.
"kalian semua harus mempersiapkan tempat ini untuk markas
kita yang mungkin akan dihuni dalam waktu dekat, seluruh
senior hek-to akan berkumpul disini." ujar tee-tok-siang pada
seluruh pelayannya "apakah suhu juga akan kesini tee-tok ?"
"benar lao-ngo, dan saya juga sudah memberitahu loncinpawe
bahwa lao-ngo ada disini." sahut Bao-lam
"hal apa yang akan kita lakukan disini ?"
Pedang Dewa Naga Sastra Bun Liong Sian Kiam Karya Rajakelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"pak-koai-lo memiliki rencana besar dalam istana, dan akan
dilaksanakan saat pengambilan istana." sahut Bu-lim.
Dua bulan kemudian Lao-ngo melahirkan anaknya, bayi lakilaki yang sehat dan mungil, kelahiran anak itu disambut oleh
tee-tok "inikah mesin pembunuh sang ayah ?" gumam Bao-lam
"benar tubuhnya sehat dan saatnya jika tiba ia akan menjadi
pewaris yang akan menghabisi nyawa ayahnya,
hahaha..hahaha?" sahut Bu-lim
"apa maksud kalian tee-tok ?"
"ketahuilah Lao-ngo, baik anak lao-liok maupun anak ini akan
dijadikan oleh Liok-cianpwe menjadi mesin pembunuh
ayahnya." sahut Bao-lam.
"benar, jika usaha lao-si tidak berhasil menarik si yaoyan-taihap
303 ikut bergabung dengan kita
"yaoyan ?" siapa yaoyan-yaihap ?" tanya Yang-lian heran
"hehehe"cianpwe liang-lomo menggelar ayah anak ini yaoyantaihap."
"hi..hi"suhu ada-ada saja." sahut Yang-lian tertawa
"maksudnya lao-si berhasil manarik si yaoyan, sebenarnya apa
dan kenapa lao-si diberi tugas seperti itu ?"
"karena Lao-si adalah teman masa kecil si yaoyan, jadi dengan
memmfaatkan kedekatan masa kecil, diharap Lao-si berhasil
dalam misinya." "artinya si yaoyan akan menjadi suami lao-si ?"
"benar lao-ngo, jika sudah menjadi suami tentunya si yaoyan
akan ikut mendukung istrinya."
"aku sudah menduga ada demikian, dan saya yakin bahwa laosi akan berhasil, karena si yaoyan memang menunjukkan
gejala seperti itu saat di kota chongqing." gumam Yang-lian.
"siapakah nama anak ini Lao-ngo " apakah lao-ngo sudah
mempunya nama untuknya ?"
"namanya Han-ok-liang." sahut Yang-lian
"hmh..nama yang sangar dan mengerikan, hahaha..hahaha?"
ujar Bu-lim, lalu mereka meninggalkan Lao-ngo dengan
putranya. Sebulan kemudian Liang-lo-mo datang, beliau disambut
muridnya dan tee-tok-siang
"apakah baru aku yang datang tee-tok ?"
"benar cianpwe, dan tentunya tidak lama para cianpwe juga
akan segera muncul." Sahut bao-lam
"hehehe"lian-ji apakah kamu sudah melahirkan anakmu ?"
"sudah suhu, daan sekarang bersama pelayan." sahut Yang304
lian. "bawa kemari anakmu itu !" perintah Liang-lo-mo, Yang-lian
segera bangkit dan pergi kedalam untuk mengambil anaknya.
"hehehe..hehehe bayi yang kuat, dan sehat siapa namanya
lian-ji ?" "han-ok-loang suhu.." jawab Yang-lian
"hahaha..hahaha luar biasa, namamu akan menjadi momok
yang menakutkan suatu saat nanti." sahut Liang-lo-mo sambil
tertawa terbahak-bahak, Liang-lomo menggendong cucu
muridnya dan membawa kehalaman, liang-lo-mo demikian
gembira bermaain dengan cucu muridnya.
Tiga hari kemudian pek-mou-hek-kwi, lao-ji, lao-ngo datang,
siangnya disusul oleh coa-tung-mo-kai beserta lao-sam dan
lao-chit, kemudian keesokan harinya empat datuk dan lao-lao
yang lain datang, kecuali lao-si, setelah semua hadir pesta pun
dilakukan sebagai wujud kegembiraan mereka dalam
pertemuan itu, setelah makan malam enam datuk dan tujuh lao
berkumpul "ada satu hal yang ingin saya sampaikan pada kalian semua."
ujar liang-lo-mo "apa hal itu liang-lo-mo ?" tanya see-hui-kui
"sehubungan dengan si yaoyan." sahut liang-lo-mo
"apa maksudnya liang-lo-mo ?"
"maksudku begini, walaupun lao-si berhasil menikahi si yaoyan
dan dia akan ikut barisan kita, saya ingin kartu as kita pada
kedua anaknya tetap kita wujudkan, sebagai jaga-jaga."
"hal itu saya setuju ." sela pek-mou-hek-kwi.
"baiklah kita setuju, lalu apa rencanamu liang-lo-mo ?" tanya
pak-koai-lo 305 "saya minta cucu murid saya dan cucu murid pek-mou-hek-kwi
mewarisi masing-masing tiga dari kita."
"hehehe..hehehe" ide yang jitu, saya setuju, sebutkan nama
cucumu itu liang-lo-mo !" sela see-hui-kui
nama cucu muridku ok-liang." sahut liang-lomo
lalu nama cucu muridmu pek-mou ?" tanya coa-tung-mo-kai
"namanya kwi-ong." jawab pek-mou-hek-kwi
"hahaha..hahaha"nama-nama yang luar biasa, memang akan
dijadikan mesin waktu yang jika meledak tentu sangat luar
biasa." sela pak-koai-lo.
"baik saya akan mewarisi ok-liang." sela coa-tung-mo-kai
"saya mewarisi kwi-ong." sela pak-koai-lo, lalu datuk yang lain
pun memberikan pernyataan, sehingga han-kwi-ong mewarisi
pek-mou-hek-kwi, pak-koai-lo dan see-hui-kui, sementara hanok-liang mewarisi liang-lo-mo, coa-tung-mo-kai dan lam-sinpek.
"saya juga dalam pertemuan ini ingin menyampaikan sesuatu
pada kalian." ujar Pak-koai-lo
"hal apa lagi pak-koai-lo ?" tanya see-hui-kui
"ketika saya berada di lokyang, anak buah saya "pak-hong-kwi"
dan "coa-hui" memberikan laporan bahwa dikaifeng ada
jiangzhou yang merupakan barisan pendekar, yang mana misi
mereka adalah mengawal perjuangan."
"memang mereka juga bagian dari perjuangan ini pak-koai-lo."
sela coa-tung-mo-kai "benar coa-tung-mo-kai, tapi mereka itu adalah duri dalam
daging misi kita, karena jelas barisan itu akan mendukung
sepenuhnya liu-xuan."
"jadi artinya tantangan kita yang sebenarnya adalah jiangzhou."
306 sela pek-mou-hek-kwi. "benar pek-mou, jadi kita harus mewaspadai jiangzhou."
"lalu apa rencanamu pak-koai-lo ?" tanya lam-sin-pek
"aku sudah menugaskan mata-mata untuk menyelidik gerakan
mereka, semoga saja dalam waktu dekat kita akan mengetahui
kekutan mereka, sehingga kita dapat menyusun rencana
selanjutnya." sahut Pak-koai-lo.
"kalau begitu kita tunggu saja hasil penyelidikan anak buahmu
Pak-koai-lo." sahut lam-sin-pek, semuanya mengangguk
menyetujui." Tiga bulan setelah itu Lao-si dan bun-liong-taihap muncul
"selamat datang lao-si dan bun-liong-taihap." Sapa mereka
ramah, han-hung-fei menjura dihadapan enam orang tua itu
"selamat bertemu liok-cianpwe." sahut Han-hung-fei, lalu lao-si
memperkenalkan enam datuk dan tujuh lao, saat melihat zhoupeng, han-hung-fei memeluknya mesra
"wan-peng syukurlah ternyata kita masih dapat berkumpul." ujar
Han-hung-fei "benar han-twako, kedatanganmu hari ini merupakan
kebahagiaan bagiku, dan tentunya bagi semua kita yang hadir
disini." "fei-ji, kami baru tahu bahwa kamu adalah bagian dari lin-ji dan
peng-ji, kamu datang bersama lin-ji tentu sudah mempunyai
rencana bukan ?" ujar Lam-sin-pek
"benar cianpwe, saya dan lin-moi, ingin agar kami dinikahkan."
sahut han-hung-fei."
"hehehe..hehehe..hal itu mudah diatur fei-ji, namun ada hal
yang harus kita selesaikan dulu." sela Pak-koai-lo
"hal apakah itu cianpwe ?" tanya Han-hung-fei
307 "aku tidak tahu apakah anda akan mau mengerjakannya ?"
"jangan sungkan cianpwe, katakanlah hal apakah yang mesti
saya kerjakan ?" "baiklah, dengarlah lao-si, ada sebuah gerakan yang amat
potensial yang akan menghalangi misi kita."
"gerakan apakah itu cianpwe ?" tanya Lao-si
"dikota kaifeng ada gerakan yang menamakan dirinya
jiangzhou yang terdiri dari kalangan bui-lim, jika keberadaan
mereka eksis maka misi kita akan mendapat tantangan berat."
sahut Pak-koai-lo "jadi maksud cianpwe saya dan han-ko akan kesana untuk
menghabisi mereka ?"
"benar lao-si, bagaimana menurutmu apakah bun-liong-taihap
akan sudi membantu kita ?"
"tentunya han-ko akan membantu kita cianpwe, bukankah
begitu han-ko ?" sahut lao-si dan bertanya pada Han-hung-fei.
"benar cianpwe, kami sudah seia sekata dengan lin-moi, jadi
kalau tugas itu dibebankan padanya tentunya aku juga akan
ikut mendukungnya." sela Han-hung-fei
"hahaha"hehehe"bagus bun-liong-taihap, bantuan dan
dukunganmu sunguh amat berarti, jadi lusa kalian berangkatlah
ke kaifeng, setelah tugas disana selesai maka niat kalian yang
suci itu akan kita resmikan, bukankah demikian para datuk ?"
ujar Pak-koai-lo. "benar sekali pak-koai-lo, saya sebenarnya sangat ingin supaya
murid saya segera bersanding dengan pilihan hatinya, namun
karena tugas ini amat penting maka saya akan bersabar
menantikan hari bahagia itu.: sela Lam-sin-pek, semua datuk
mennganguk, dengan raut wajah sedikit di sedihkan, luar biasa
memang para datuk ini, roman serigala berbulu dombanya
demikian kentalnya, sehingga Han-hung-fei yang memang
308 polos benar-benar tidak menyadari bahwa ia berada di sarang
musang berbulu domba, tidak akan ada seorangpun yang
berbelas kasihan padanya, semuanya siap menggerogotinya
tanpa sedikitpun perasaan.
Keesokan harinya Han-hung-fei berjalan-jalan dilembah
bersama Wan-lin. "liok-cianpwe nampak sangat akur sekali lin-moi." ujar Hanhung-fei
"benar han-ko, dan itu sudah berlansung lama sejak mereka
masih muda, rasa persaudaraan mereka sangat kuat, dan oleh
karena itu pantaslah mereka mempunya jaringan yang kuat,
"dan kalian juga lao-lao mewarisi watak mereka."
"ya"kami juga di ajarkan akan arti predikat yang disematkan
pada kami, kata lao itulah yang membuat kami satu."
"hmh"masa depan lao tentunya akan menggantikan enam
datuk, dan kedengarannya sangat semarak
"hi..hi"tapi aku hanya bangga padamu han-ko, karena tidak
dipungkiri bahwa kamu lebih hebat dari kami, saya punya
bayangan dimasa depan, bahwa kamulah yang nantinya
memimpin kami." ujar Wan-lin dengan senyum lembut dan
manja. "hehehe".hehehe..bukankah itu terlalu muluk lin-moi ?"
"tentu tidak han-ko sayang, bagaimana dikatakan muluk, jika
memang kenyataannya kamu adalah bagian dari kami dan
tidak ada yang menafikan bahwa kamu adalah orang terhebat
di "In-san" ini, betapa bangga dan bahagianya aku han-ko, jika
saatnya posisi itu engkau pangku dan aku disampingmu." sahut
Wan-lin penuh rasa senang.
309 "jika hal itu membahagiakanmu sayang, kita akan wujudkan."
ujar Han-hung-fei, wan-lin dengan senyum lembut memeluk
kekasihnya, kecupan-kecupan mesra bertautan dengan canda
gairah muda dua sejoli, di tepi sebuah sungai keduanya mandi
bersama, keduanya melewati hari itu dengan madu asmara
yang memabukkan, setelah puas mereka kembali menjelang
sore, dan mereka disambut untuk makan malam, bagi lao-ngo
dan lao-liok kemesraan yang berlaku didepan mereka tidak
membuat mereka risih dan terganggu, ini semua karena ikatan
diantara mereka yang kuat, misi mereka lebih utama dari
perasaan mereka. Malam itu suasana di in-san sangat sepi, Han-hung-fei tidur
dikamar tamu bersama lao-pat, banyak cerita tentang masa
kecil yang diceritakan didepan zhou-peng hingga latut malam
"han-ko, aku sudah mengantuk sekali, aku duluan tidur yah ?"
ujar zhou-peng "baiklah peng-te, aku juga akan tidur." sahut han-hung-fei, tidak
lama kemudian Zhou-peng sudah pulas, Han-hung-fei mencoba
tidur namun sungguh amat susah, han-hung-fei menatap langitlangit kamar, pikirannya menerawang jauh di bawah tanah di
lembah huai, dia mencoba memejamkan mata, semakin jelas
ruangan itu, bahkan perkataan suhengnya Han-hui-lung yang
dalam tulisan terngiang ditelinganya
kuburkanlah tulangku dan resapilah semua ajaran suhu,
semoga Thian memberkatimu."
Han-hung-fei turun dari ranjangnya, dan melangkah keluar
kamar, ketika dia melangkah kearah taman belakang dia
mendengar dua orang sedang bercakap-cakap, keduanya
adalah Ma-hua-meng dan Coa-shuang, anak buah pak-koai-lo
dibidang pendanaan 310 "yang jelas misi akan terwujud tanpa halangan, ang-bi-tin ada
dalam genggaman cianpwe, dan barisan pendekar di jiangzhou
akan habis ditumpas bun-liong-taihap dan lao-si" ujar coa-sung
"taktik liok-cianpwe dan para lao memang amat luar biasa,
dengan memafatkan perasaan cinta bun-liong-taihap mereka
akan terus memperalat pendekar itu." bisik coa-sung.
"hushhh..pelankan suaramu ! kamu ini banyak omong, sudah
mari kita tidur." sahut Ma-hua-meng menegur coa-sung dengan
sangat pelan sehingga nyaris desahan, namun bagi Han-hungfei pernnyataan itu sudah jelas ditelinganya.
Han-hung-fei melanjutkan langkahnya ke taman belakang,
disana ia merenungkan diri, bertanya dalam hati kebenaran
percakapan dua orang dalam kamar yang ia lewati, apakah
wan-lin akan juga menipunya sebagimana dua lao yang juga
ada di rumah ini " apakah cinta ini hanya sebuah permainan "
tidak..wan-lin tidak akan mencelakakannya, ia tahu wan-lin juga
mencintainya, tidak mungkin wan-lin menipunya, bantah suara
hatinya, benaknya penuh dengan pertentangan, karena
pikirannya mumet dan lelah didera perang batin yang tidak
kunjung padam, lalu Han-hung-fei bersiulian di tengah malam
gelap gulita yang sepi, sunyi dan dingin.
Kota Lokyang sudah dikuasai pasukan jendral Li, pionir jendral
dalam menaklukkan lokyang adalah penghuni jiangzhou yang
dipimpin oleh Khu-ciangkun.
"kita akan menunggu dua pasukan lagi untuk menguasai kota
terakhir, yakni chengdu di barat dan yinchang diselatan,
sementara di utara, kota taiyuan juga sudah dikuasai."
"apa yang kita lakukan dalam waktu menunggu ini ciangkun ?"
tanya tung-kim-pang "kita tetap waspada dan pimpinan pasukan tetap dalam
311 poskonya untuk menjaga stiap kemungkinan yang tidak kita
inginkan, dan kepada lu-taihap harap membawa sepuluh
Pedang Dewa Naga Sastra Bun Liong Sian Kiam Karya Rajakelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tentara kembali ke kaifeng untuk mengambil persediaan
ransum kita, kita tidak akan membebankan ransom kepada
penduduk yang sudah menderita dan didera ketakutan" ujar
Khu-ciangkun "baik ciangkun, hari juga kami akan berangkat." sahut Lu-piauw
"dan para cianpwe selama masa menunggu ini akan tetap
melatih para tentara." Ujar Khu-ciangkun, Lam-sian, Pak-sian,
can-beng-lama dan lo-keng-lama mengangguk
Tiga haris setelah penaklukan kota lokyang, Han-hung-fei dan
Wan-lin memasuki kota, mereka bersama kim-liong dan kimtiauw, dua orang staf tinggi dalam ang-bi-tin, tentara yang
menjaga gerbang kota langsung mengenal mereka karena alis
mereka yang bercat merah, lalu mereka menjura memberi
hormat "kami ingin bertemu dengan Khu-ciangkun." ujar Kim-liong
"baik, mari saya akan mengantar tuan-tuan." sahut pimpinan
pos penjaga, lalu pimpinan pos jaga membawa merekmenemui
Khu-ciangkun. "selamat datang kim-liong dan kim-tiauw." sapa khu-ciangkun
ramah "selamat bertemu Khu-ciangkun."
"hal apakah yang menyebabkan kedatangan tuan-tuan ?"
"kami bertugas menyiapkan jaringan pendam didalam kota
chang-an, sehingga jika saatnya tiba maka pasukan istana
akan tersudut." "wah..satu startegi yang jitu dan baik kim-liong, lalu apakah
kekuatan disini dibutuhkan untuk membentuk jaringan tersebut
?" 312 "tidak lagi ciangkun, karena barisan kita sudah menempati
empat titik didalam kota rja, dan kami kesini hanya ingin melihat
keadaan disini." "terimaksih kim-liong dan kim-tiauw." sahut Khu-ciangkun
"oh..ya ini adalah bun-liong-taihap dan Wan-lin, mereka adalah
pimpinan salah satu titik jaringan pendam dalam kota raja." ujar
Kim-tiauw. "selamat datang taihap dan lihat, maaf jika kami terlambat
menyapa, dan sungguh aku merasa senang, bahwa Bun-liongtaihap yang namanya dalam tiga tahun terakhir ini amat
menggemparkan dunia persilatan."
"terimakasih ciangkun, ciangkun terlalu memuji." sahut Bunliong-taihap.
Malam itu Khu-ciangkun mengadakan pertemuan menyambut
empat rekan seperjuangan itu
"cianpwe dan sicu sekalian, kita sangat berbahagia bahwa kita
dikunjungi oleh dua orang senior ang-bi-tin yankni kim-tiauw
dan kim-liong, kemudian kita juga dikunjungi oleh pendekar
yang membuat kita takjub akhir-akhir ini yakni bun-liong-taihap."
Semua pendekar menjura memberi hormat.
"hahaha..hahahaha selamat bertemu kembali han-taihap ?"
sapa Lam-sian "selamat berjumpa Lam-sian-cianpwe, pertemuan ini sungguh
menggembirakan hati kami." sahut Bun-liong-taihap.
Bun-liong taihap dan wan-lihap adalah pimpinan jaringan
pendam di kota raja." ujar Khu-ciangkun
"terimakasih pada khu-ciangkun yang telah menyambut kami
dengan hangat, karena ini masa menunggu para rekan kita dari
selatan dan barat, jadi kami menyempatkan diri untuk melihat
situasi disini dan setidaknya kami akan kembali dalam tiga hari
313 ini." ujar Kim-tiauw, jamuan itu berlangsung dengan meriah, lalu
empat tamu itu ditempatkan di satu rumah bekas pejabat yang
melarikan diri, di halaman ditempatkan beberapa orang
penjaga. Kim-tiauw mengetuk pintu kamar Lao-si, lao-si membuaka pintu
kamar "ada apa kim-tiauw ?" tanya lao-si dengan berbisik
"ajak bun-liong-taihap, kita adakan pertemuan di kamar saya."
sahut Kim-tiauw, Lao-si mengangguk sambil menutup pintu
kamarnya, dan segera menuju kamar Han-hung-fei
"han-ko !?" panggil Wan-lin, daun pintu terbuka
"ada apa lin-moi ?" tanya Han-hung-fei, Wan-lin menerobos
masuk, pakailah bajumu, kita ada hal penting mau dibicarakan
demgan kim-tiauw." ujar Wan-lin, Han-hung-fei segera memakai
bajunya dan keduanya segera keluar kamar.
"lao-si dan bun-liong-taihap, setelah saya hitung, semua
pendekar ada sekitar dua ratus orang, dan yang yang menjadi
incaran kita hanya ada delapan orang, yakni Lam-sian, Paksian, seng-twi-sin-kun,swat-kok-tiauw,hwi-ciang, swat-kiamtaihap,hoasan-taihap,butong-pek-peng."
"lalu apa rencananya kim-tiauw ?" tanya Wan-lin
"kita punya tiga hari untuk membunuh mereka berdelapan."
sahut kim-tiauw, mendengar itu Han-hung-fei menelan
ludahnya karena tiba-tiba ia merasa tenggerokoannya kering,
hatinya berkecamuk. "tunggu dulu, aku merasa sedikit pusing, kalian bisa
melanjutkan, nanti bagaimana hasilnya biar lin-moi yang
menyampaikan pada saya," sela Han-hung-fei
"kamu baik-baik saja kan han-ko ?" tanya Wan-lin cemas
314 "aku baik-baik saja lin-moi, maaf aku kekamarku dulu." ujar
Han-hung-fei, setelah Han-hung-fei pergi, ketiganya terdiam
"lao-si apa menurutmu kekasihmu itu akan mau melakukannya
?" tanya kim-liong "aku akan bujuk dia, lanjutkanlah !" sahut Wan-lin
"baik, karena mereka berdelapan, kita harus masing-masing
menaklukkan dua orang dalam satu malam saat kita bersaksi,
demikian tugas berhasil kita akan lansung pergi dari sini." ujar
Kim-tiauw "siapa membunuh siapa menurutmu kim-tiauw ?" tanya Wan-lin
"lam-sian dan pak-sian ditangani oleh bun-liong-taihap, swatkok-tiauw dan hwi-ciang lao-si sendiri yang tangani, seng-twisin-kun dan swat-kiam-taihap saya yang akan menangani, lalu
hoasan-taihap dan butong-pek-peng akan ditangani kim-liong."
Sahut Kim-tiauw. "kapan rencana itu kita jalankan ?"
"kita lakukan saat malam ketiga, dan dua hari ini kita akan
membaca situasi masing-masing sasaran kita."
"benar kalau memungkin kita ajak masing-masing sasaran kita
ketempat tertentu." sela Kim-liong
"hah..itu ide bagus, jadi kita laksanakan rencana kita sejak esok
lusa sampai malamnya." Sahut Kim-tiauw
"baiklah kalau begitu, hanya saya sedikit ragu dengan Bunliong-taihap." sela kim-liong
"lao-si rencana kita ini tidak boleh bocor, dan tolong supaya
bun-liong-taihap dipastikan kesediannya." ujar Kim-tiauw.
"baik, saya akan menemui han-ko." sahut Wan-lin sambil
bangkit dari duduknya, lalu keluar kamar kim-tiauw dan
menemui Han-hung-fei, Han-hung-fei setelah sampai di kamar
ia duduk diranjang dengan pikiran kalut, apa yang telah ia
315 lakukan " jerit hatinya, haruskah ia membunuh orang-orang
yang tidak bersalah ini " haruskah ia mengikuti kemauan Wanlin yang dicintainya " Han-hung-fei kalut dan bingung, perang
batinnya berkecamuk luar biasa, bukankah ia telah menjanjikan
dukungan, ini semua hanya demi cintanya pada Wan-lin,
haruskah ia mengecewakannya ?" pikiran mumet membuat
Han-hung-fei makin pening, satu sisi batinnya meneriakkan
cinta mendalam, satu sisi hatinya menantang.
"han-ko bagaimana dengan kepalamu " apakah masih pusing
?" tanya Wan-lin tiba-tiba masuk kedalam kamarnya, melihat
kelembutan wajah kekasihnya yang mendekat, ia lalu
merentangkan tangan minta dipeluk, Wan-lin memeluk hangat
Han-hung-fei "kamu kenapa sayang, apa yang kamu pikirkan ?" tanya Wanlin sambil mengecup kening kekasihnya
"lin-moi sayang, haruskah kita membunuh orang ?"
"han-ko sayang, misi ini sangat penting bagiku dan aliran kita,
ini semua untuk kita bertiga, saya, kamu dan peng-te, haruskah
kita berhenti menurutmu ?"
"ta..tapi hatiku merasa berat lin-moi."
"han-ko aku banyak mengharap banyak padamu, hanya
kamulah tempatku untuk bersandar minta kekuatan, sungguh
tidak sulit bagimu untuk mewujudkan impian kita." bujuk wan-lin
dengan raut sedih dan haru, matanya berkaca-kaca, melihat itu
runtuhlah pertahanan Han-hung-fei, lalu ia mengecup kedua
mata Wan-lin dan air mata itu mengucur membasahi bibirnya
"jika demikian lin-moi, baiklah kita akan lakukan, bagaimana
rencana yang kalian bicarakan ?" ujar Han-hung-fei, Wan-lin
mendorong kekasihnya sehingga ia menindih tubuh Han-hungfei, nantilah kita bicarakan han-ko, aku ingin kemesraan malam
ini." bisik Wan-lin lembut dan penuh gairah.
316 Kedua sejoli itupun melakukannya dengan mesra, keduanya
saling mendaki puncak kenikmatan, penuntasan itu membuat
han-hung-fei makin nyaman dan yakin akan melakukan hal
yang terbaik untuk kekasihnya, dipenghujung malam itu, dalam
pelukan cinta, dikehangatan dua tubuh yang telanjang yang
menyatu "han-ko, diantara delapan orang itu, kami memutuskan Lamsian dan Pak-sian akan han-ko tangani." ujar Wan-lin lembut
sambil mengelus dada telanjang kekasihnya
"kapan akan dilaksanakan sayang ?" tanya Han-hung-fei
lembut "esok lusa sampai malamnya, masing-masing kita akan
menyelesaikan semuanya dalam satu hari dan malam itu,
mungkin han-ko bisa mengajak lam-sian dan Pak-sian kesatu
tempat" "baiklah..mari kita tidur !" sahut Han-hung-fei sambil memeluk
hangat wan-lin, sebentar saja merekapun pulas.
Keesokan harinya, keadaan berjalan seperti biasanya, setelah
makan malam Han-hung-fei bercakap-cakap dengan lam-sian
dan pak-sian "jiwi cianpwe ! bagaimana kalau besok kita kehutan sebelah
selatan?" "untuk apa kita kesan han-taihap ?" tanya Pak-sian
"disamping menikmati binatang buruan saya ingin lebih kenal
dengan jiwi-cianpwe."
"hehehe..hehehe"lam-sian besok kalau begitu kita akan
menyaksikan bun-liong-sian-kiam yang luar biasa."
"benar Pak-sian, baiklah kita akan pergi bersama besok." sela
Lam-sian. 317 Disebuah hutan disebelah selatan banyak terdapat ayam hutan,
tiga orang kosen sedang makan bersantap dengan nikmat,
Han-hung-fei menatap dua dewa yang berumur tujuh puluh
tahun lebih yang makan dengan lambat
"han-taihap dimanakah sebenarnya engkau memperoleh
anugrah yang besar kamu miliki sekarang ?" tanya Pak-sian
"aku mendapatkannya di lembah huai cianpwe."
"ooh ternyata disana, Lam-sian." sahut Pak-sian sambil
menatap Lam-sian "itulah kalau sudah jodoh, pak-sian, enam datuk dan banyak
kalangan pendekar uring-uringan mencari bun-liong-sian-kiam,
tahunya bejodoh dengan Han-taihap.
"sejak kapan kamu mendapatkannya han-taihap ?" tanya paksian
"sejak aku berumur sebelas tahun, dan aku keluar setelah
sembilan tahun mempelajarinya."
"hehehe..hehehe..tentu masa yang sangat sulit pada seusia itu
menghadapi alam dengan kesendirian." sela lam-sian
"benar cianpwe, untungnya alam juga memberikan makanan
yang melimpah." sahut Han-hung-fei sambil berdiri
"jiwi-cianpwe marilah kita saling jajal untuk menambah
pengalaman." ujar han-hung-fei
"ayok pak-sian kamu duluan nanti baru saya." sahut Lam-sian,
lalu Pak-sian-pun berdiri, keduanya memasang kuda-kuda, dan
lalu bergerak saling menyerang, Han-hung-fei mengeluarkan
jurus "minling-xiau-bun-sian" jurus kedelapan dari ilmu tangan
kosongnya, gerakan menulis dalam tiap serangan dan bertahan
membuat Pak-sian terkesima dan semakin gembira
menghadapi lawan muda yang membanggakan ini, Pak-sian
mengeluarkan ilmu "tee-tong-pak-sian" (dewa utara
318 menggetarkan bumi) merupakan ilmu tangan kosong yang luar
biasa milik Pak-sian, gerakan rumit dari Han-hung-fei berlaku
imbang dengan Pak-sian, Lam-sian juga tertawa-tawa
menonton pertempuran itu "hayo..pak-sian jangan mau kalah,eeh awas muka di tulis
hehehe..hahaha".." ujar Lam-sian sambil tertawa sekaligus
takjub. Lebih dari dua ratus jurus berlalu, pak-sian sudah kelelahan,
Han-hung-fei juga merasa kagum dengan dewa satu ini,
julukannya sebagai dewa bukan nama kosong.
"baiklah han-taihap, cukuplah pada bagian ini, sekarang
mataku tidak sabar ingin melihat bun-liong-sian-kiam." ujar Paksian
"baik..cianpwe." sahut Han-hung-fei dan mencabut pedangnya
yang bersinar hijau, kedua dewa meleltkan lidah sanking
kagumnya melihat kharisma pedang ditangan Han-hung-fei,
Pak-sian mencabut senjata kipasnya yang merupakan senjata
andalannya. Han-hung-fei memulai kuda-kuda ilmu pedangnya yang
sungguh membuat kedua dewa itu terkagum-kagum karena
terkesan, lalu bagaikan kilat tubuh Han-hung-fei meluncur
kedepan dan membuka serangan dalam rangkaian ilmu bunliong-sian-kiam, Pak-sian dengan kegesitan yang ia miliki
mengundar dan membalas serangan luar biasa itu, Pak-sian
mengeluarkan jurus kipasnya yang membawa keharuman
namanya, yang bernama "kwi-hut-san-sian" (dewa kipas
mengusir iblis), hawa kipas membuat angin ditempat itu
berkesiuran, mengembang dan menutup menjadi kunci
kekuatan ilmu kipas pak-sian, pertarungan senjata itu sangat
luar biasa, dan gerakan pedang Han-hung-fei yang cepat
319 dengan kombinasi kaya perubahan gerakan meliuk-liuk
demikian dahsyat, Pak-sian merasakan hebatnya tekanan dari
serangan yang ia terima, ia kerahkan segala kekuatan bertahan
dari ilmu kipasnya, namun ketika memasuki jurus keseratus
lima puluh, gencarnya sambaran dan kilatan pedang membuat
ia kewalahan, dengan sedayanya ia menghindar dan
menyelamatkan dir, namun serangan han-hung-fei tidak juga
mengendur untuk menyelesaikan pertarungan, bahkan makin
gencar, hal ini membuat kedua dewa terkejut
"sudahlah han-taihap, pak-sian sudah kelabakan setengah
mampus dan dia sudah kalah." seru Lam-sian, namun jawaban
yang ia dapatkan mebuat hatinya miris
"crak..agh"crak"srat?" sebuah bacokan mengantam perut
pak-sian, pak-sian mengeluh, sambil memegang perutnya yang
terburai, dan disusul bacokan menghantam pahanya hingga
kaki itu putus, dan malangnya sabetan vertikal dari bawah
keatas menyambar tubuh depan Pak-sian, Han-hung-fei
melakukanya sambil berjumpalitan kebelakang dan menutup
jurus itu dengan posisi kuda-kudanya yang khas.
Han-taihap iblis apa yang merasukimu !?" kertak Lam-sian
Pedang Dewa Naga Sastra Bun Liong Sian Kiam Karya Rajakelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dengan hati sedih melihat rekannya bersimbah darah tewas
dengan perut dada serta dagu terbelah, tanpa menjawab Hanhung-fei menyerang Lam-sian, Lam"sian yang masih geram
dan terkejut tidak menduga serangan kilat itu, lalu dengan sigap
ia melompat menjauh, dan dengan gerakan luwes dia
mencabut mouwpit dan melepas sabuknya yang hanya
sepanjang setengah tombak, mouwpit ditangan kanan dan
sabuk pendek ditangan kiri, Lam-sian menyambut serangan
Han-hung-fei dengan jurus gabungan dua senjatanya yang
bernama "in-hua-bun-pit" (pena sastra melukis mega) dan
"giok-tan-sian-kin" sabuk dewa menjerat kemala) .
320 Han-hung-fei dengan serangannya yang bertubi-tubi laksana
kilat menyerang Lam-sian, dan berkat ketenangan lam-sian
pertempuran berjalan seru dan menegangkan, dalam seratus
jurus lebih lam-sian masih dapat mengimbangi jurus Han-hungfei, pada hurus seratus delapan puluh, sabuk Lan-sian putus,
untungnya mouw-pit mengancam pergelangan tangan Hanhung-fei sehingga han-hung-fei menarik serangan susulan yang
berbahaya, kemudian Han-hung-fei kembali menyerang, Lamsian dengan gigih bertahan, namun serangan itu luar biasa
dahsyat, sambaranya membuat hati miris, lima puluh jurus
berikutnya Lam-sian hanya dapat bertahan dan tidak lama ia
pun terdesak "crak"agh.." tangannya sebelah kiri putus sebatas siku, darah
memancur deras, "srat".srat.." dua sabetan menyusul menggores perut dan
memotong urat nadi dileher Lam-sian
"han-taihap..aku harap ini keterlanjuran yang tidak disengaja,
se..se..selamatkan dirimu taihap." ujar Lam-sian dengan sorot
mata kasihan melihat wajah Han-hung-fei, lalu ia pun
menghembuskan nafas terakhir, Han-hung-fei tercenung berdiri
disamping mayat Lam-sian, tiba-tiba tangannya gemetar
"tidaak"tidakk".. oh Thian..apa yang kulakukan ini,
tidakk"..oh tidak"Thian".ampun aku..!" jerit Han-hung-fei
sambil berlutut mengerung dengan tangis pilu
"suheng"suheng"..aku mau mati saja..!" teriaknya keras
sehingga hutan itu bergema dan bergetar, Han-hung-fei
meloncat keatas dan hendak menghempaskan kepalanya
kearah batu besar tidak jauh dari mayat Pak-sian
"prak?" batu itu hancur berkeping-keping, hal ini karena
hempasan itu di mulai dengan teriakan kuat dan sehingga hawa
321 sakti dalam tubuh Han-hung-fei bergerak penuh dan pada
puncak kekuatannya, sehingga bukan kepalanya yang hancur
ta;pi batu yang disodok kepalanya
"oh"tidakk, suheng aku mau mati saja suheng" aku tidak
akan bisa hidup seperti ini." keluhnya sambil mencari-cati apa
saja untuk membunuhnya, lalu ia melihat pedangnya disamping
mayat lam-sian, saat ia mendekat ia mendengar seruan terakhir
Lam-sian "selamatkan dirimu taihap.." Han-hung-fei teheyak melihat
kembali wajah Lam-sian yang tadi jelas menatapnya dengan
pandangan iba "cianpwe"! cianpwe". aku terkutuk cianpwe"." teriak Hanhun-fei dan mengangkat gagang pedangnya dan ujungnya
diarahkan pada jantungnya
"selamatkan dirimu taihap"." suara itu kembali berngiang
ditelinganya "tidak..tidak..tidak"!" teriaknya, dan setiap ia katakan "tidak"
suara itu menjawabnya seruan terakhir Lam-sian, akhirnya
beban sesal itu luar biasa membuat Han-hung-fei pingsan
disamping mayat Lam-sian Menjelang malam Han-hung-fei sadar, kegelapan yang hendak
menyelimuti senja temaram makin redup, Han-hung-fei duduk
dan melihat dua mayat yang tergeleyak bersamanya,
tangisnyapun meledak, lalu ia mengangkat mayat Lam-sian
kedekat mayat pak-sian, ia menciumi mayat keduanya ,
tangisnya semakin pilu menyibak kekelaman hutan yang gulita
"cianpwe..cianpwe"aku terkutuk cianpwe"oh
cianpwe"kenapa aku harus hidup kalau hanya untuk
menanggung sesal ini,uuuu..uuu"cianpwe".!
uuuu..uuu..ciapwe"ahk..akh?" setelah batuk dua kali, untuk
kedua kalinya Han-hung-fei pingsan.
322 Sementara siang itu juga Kim-liong dan Kim-tiauw mengajak
empat sasaran mereka ke gerbang utara, sesampai di hutan
bambu keduanya tanpa basa-basi menyerang empat pendekar,
seng-twi-sin-kun terlempat dengan muntah darah akibat
pukulan sakti kim-liong dan demikian juga hoasan-taihap yang
dibokong kim-tiauw "apa yang kalian lakukan !?" tanya swat-kiam-taihap
"kalian harus mampus ! sahut Kim-liong sambil menerjang,
swat-kiam-taihap menyambut serangan dengan keras dengan
keras "dhuar?" beradunya dua hawa sakti membuat swat-kiamtaihap undur tujuh langkah, sementara kim-liong hanya tiga
langkah, kedua ang-bi-tin itu menyerang dengan ganas empat
lawan mereka, hoasan-taihap yang sudah terluka dalam tidak
dapat mengerahkan kemampuannya, bahkan ia cepat terdesak,
kim-tiauw dan Kim-liong memfokuskan serangan pada hoasantaihap dan seng-twi-sin-kun, dan usaha mereka itu berhasil,
dua pendekar itu terhempas tidak bernyawa setelah mendapat
dua pukulan dahsyat dari kedua ang-bi-tin
lalu kemudian keduanya menyerang dua pendekar yang
lainnya, pertemoran sengit pun terjadi, hanya sampai
menjelang sore kedua pendekar dapat bertahan, dan
keduanyapun tewas, lalu empat pendekar itu dibuang kedalam
jurang, dan kedua ang-ni-tin kembali kekota, Wan-lin karena
tidak bisa berinteraksi dengan dua lama ia terpaksa menunggu
malam, malam itu saat mau makan malam Khu-ciangkun
menayakan keberadaan lam-sian dan pak-sian, dan beberapa
pendekar yang belum muncul, penjaga gerbang selatan
menyampaikan bahwa lam-sian, pak-sian serta bun-liong-taihap
keluar melewati posko mereka, demikian juga penjaga gerbang
323 utara mengatakan bahwa empat taihap dan dua ang-bi-tin
melewati posko mereka. Khu-ciangkun menatap lao-si dengan pandangan tajam
"Wan-lihap kemanakah menurutmu ketiga rekanmu pergi ?"
tanya Khu-ciangkun. "sungguh aku juga tidak tahu ciangkun." jawab Lao-si dengan
tenang "hmh..baiklah, kita makan saja dulu, semoga saja tidak lama
lagi mereka akan datang." ujar khu-ciangkun, lalu merekapun
makan, khu-ciangkun merasa ada yang tidak beres, karena
tidak biasanya Lam-sian dan Pak-sian melewatkan makan
malam. Setelah selesai makan, khu-ciangkun menjaga ketat rumah
yang ditinggali oleh empat tamunya, saat malam sudah larut
dengan gin-kangnya yang luar biasa lao-si keluar dan
mengendap diatas kamar can-beng-lama dan lo-keng-lama, lokeng-lama sudah terbaring diranjangnya dengan pulas
semenatar can-beng-lama sedang bersiulian diatas ranjangnya,
lao-si turun dari langit-langit kamar dengan pukulan petirnya
yamg mematikan, can-beng-lama terkejut, namun serangan
lao-si yang mengarah lo-keng-lama yang hendak bangkit tidak
bisa dihindarkan "hgh"hgh?" lokeng lama kejang dan bagian dalam tubuhnya
hangus matang, dia tewas setelah memuntahkan darah hitam
dari mulutnya, pukulan tangan kiri lao-si menyambut serangan
can-beng-lama. "brak?" can-beng-lama melayang melabrak dinding, lao-sin
bergeraak cepat menguunakan pedangnya menyerang Canbeng-lama yang masih terpuruk, dan ketika ia gendak bangkit
324 "crak"." Sekali sabetan kuat pedang lao-si telah menebas
kepala can-beng-lama, can-beng-lama tanpa bersuara tewas
seketika, lao-si langsung kabur dari atas atap dan bergerak
gesit ke arah utara, suara runtuhnya dinding tidak sempat
membuat penjaga memergoki pembunuhan itu, mereka sampai
dikamar lama, keduanya telah tewas, liuar biasa Lao-si dalam
gerakannya yang hanya dalam hitungan menit itu.
Khu-ciangkun tiba dikamar setelah dilaporkan penjaga, sesaat
dia memperhatikan mayat dua lama
"cepat kalian periksa rumah peristirahatan kim-liong !" perintah
khu-ciangkun, lalu merekapun berbondong-bondong ketempat
peristirahatan empat tamu mereka, dan tempat itu kosong
"kalian dengar semua, para penyimpang perjuangan ini telah
menunjukkan belangnya, jadi penghuni In-san harus dijaga
ketat, dan besok saya akan melapor kepada jenderal LI dan
melaporkan kasus ini, dan kalian pergi mengejar ke gerbang
utara, karena kemungkinan besar pembunuh wanita itu lari kea
rah sana." ujar Khu-ciangkun,
"benar semoga saja ji-sian dan pendekar lainnya tidak terjadi
apa-apa." sela tung-kim-pang.
Pasukan bergerak kearah utara, dan memang benar lao-si
bertemu dengan dua ang-bi-tin disebuah kelenteng yang tidak
dipakai, lalu untuk menghindari pengejaran mereka langsung
keluar dari kota lokyang dengan mengecoh penjaga gerbang
utara dengan kegesitan gin-kang mereka, dan lalu lari
meninggalkan kota. Saat pagi hari, sinar cahaya mentari menerobos rerimbunan
hutan, Han-hung-fei siuman dari pingsannya, dengan hati sesal
dan sedih ia menguburkan ji-sian dalam satu kuburan, dia
325 meletakkan batu diatas kuburan itu dengan ukiran kalimat,
"makam ji-sian-cianpwe", setelah itu ia menuju sumber air,
matanya yang sembab oleh air mata yang mengalir terus
dicucinya, lalu ia sesugukan lagi penuh kepiluan hati, dia
terbaring lemas ditepi sungai, gairah hidupnya padam sama
sekali, seadainya ia bisa memutar waktu pikirnya dalam sesal
yang merobek-robek sukmanya.
Matahari kian naik, setelah lama baring Han-hung-fei bangun
dan kembali mencuci mukanya, ia terus berjalan memasuki
hutan hingga siang harinya, seekor ayam hutan ia tangkap dan
dibakar, ia hanya mengambil dua sayatan, seleranya hilang,
lalu ia bersandar di sebuah pohon, tubuhnya sangat lemah, ia
istirahat sejenak memberikan waktu pada pikirannya untuk
mencerna kejadian yang jalani, sejak bertemu dengan Wan-lin,
di selingi tiupan angin yang membawa aroma bunga botan
membuat Han-hung-fei merasakan kesejukan, tiba-tiba ia
mendengar senandung, suara itu berat dan sedikit parau,
menandakan suara itu milik seorang lelaki yang sudah berumur
"indahnya kicau seekor punai
"menari didahan menyambut pagi
"hidup ini memang periu dikaji
"supaya tiap liku dapat dimengerti
"indahnya kicau seekor punai
"menari didahan menyambut pagi
"hidup ini memang harus dijalani
"sebagi bukti khazanah diri
"indahnya kicau seekor punai
"menari didahan menyambut pagi
326 "hidup manusia ada aturan sendiri
"ikuti ia supaya diri tetap berbudi
"indahnya kicau seekor punai
"menari didahan menyambut pagi
"hidup binatang beda dengan diri
"aturan rasa dan seonggok birahi
Seorang lelaki tua berpakain tosu melintas di depannya, Hanhung-fei yang tercenung mendengar untaian kata dalam
nyanyian itu, dan tersadar ketika lelaki itu berdiri didepannya
"kongcu ! apakah masih ada sisa daging bakarmu ?" tanya si
tosu "masih ada totiang, ini dan makanlah !" sahut Han-hung-fei
sambil memberikan panggang ayam hutan
"hehehe..hehehe"terimakasih kongcu." ujar tosu tua sambil
tertwa, lalu ia pun memakan daging bakar dengan pelan dan
menikmatinya disetiap kunyahan.
"totiang ! untaian nyanyianmu itu tentunya banyak penjelasan,
bukan " dapatkah totiang memberikan penjelasan padaku ?"
pinta Han-hung-fei "intinya kongcu, hidup yang dijalani hendaklah berbudi,
bagaimana supaya berbudi " maka hidup harus dimengerti, dan
supaya mengerti haruslah dikaji." sahut si tosu
"hal apakah yang dikaji dalam hidup totiang ?" tanya Han-hungfei
"yang dikaji dalam hidup hanyalah dua kongcu." jawab si tosu
"apa sajakah yang dua itu totiang ?"
"yang dua itu kongcu, adalah baik dan buruk, darimana kita
ketahui sesuatu baik atau buruk " jawabannya dari mengkaji
manfaat dan tidak bermamfaat."
327 "lalu apa hubungan mengkaji hidup dengan binatang pada
untain terakhir, totiang ?"
"dari mengkaji akan lahir pengertian, dan dari pengertian akan
terbitlah aturan, nah..aturan ini yang menjaga manusia tetap
berbudi, manusia dan binatang sama-sama memiliki rasa dan
birahi, hanya yang membedakannya adalah aturan itu tadi, rasa
dan birahi manusia punya aturan, sementara binatang tidak."
"apakah aturan dari rasa dan birahi manusia, totiang ?"
"aturan dari rasa dan birahi manusia adalah bermartabat dan
seimbang." "dapatkah totiang mencontohkan padaku ?" tanya Han-hung-fei
"contoh seperti rasa manusia ingin makan, maka makan harus
bermartabat, bagaimana makan yang bermartabat "
memperoleh makanan itu dari hal yang baik, menggunakan
makan itu untuk hal yang baik, kemudian makan harus
seimbang, bagaimana makan yang seimbang " makanlah
sesuai kebutuhan, tidak kurang dan tidak berlebihan." Jawab
sitosu "bagaimana dengan birahi, totiang ?" tanya Han-hung-fei
"manusia birahi pada lawan jenisnya, maka birahi disalurkan
harus bermartabat, bagaimana birahi yang bermartabat "
disalurkan dengan kerelaan, terikat dan tanggung jawab,
kemudian birahi harus seimbang, bagaimana birahi yang
seimbang " birahilah sesuai mamfaat." urai tosu tua itu, Hanhung-fei tercenung, dan membayangkan apa yang telah
dilakukannya dalam menyalurkan birahi, dia menyalurkan
dengan rela namun dia tidak terikat dan juga tidak bertanggung
jawab, kecuali hanya kepada Wan-lin
"totiang kenapa harus terikat supaya dikatakan birahi yang
bermartabat ?" tanya Han-hung-fei
328 "karena ikatan itu yang memanusiakan manusia." jawab si tosu
"maksudnya bagaimana totiang " aku tidak mengerti."
"maksudya begini kongcu, jika kongcu menyalurkan birahi
dalam keadaan ada ikatan, maka kongcu dan pasangan
kongcu benarlah seorang manusia, tapi jika tidak ! maka tidak
obahnya kongcu dan pasangan kongcu seperti binatang." sahut
Pedang Dewa Naga Sastra Bun Liong Sian Kiam Karya Rajakelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
si tosu tua, Han-hung-fei tertunduk, dia tidak hanya binatang,
tapi bahkan dia binatang yang tidak bertanggung jawab, artinya
ia lebih rendah dari binatang, pikirmya menyimpulkan
"totiang, birahi disalurkan dengan kerelaan, tapi disana tidak
ada cinta, lalu bagaimana kita akan mengikat diri dengan
pasangan dan bertanggung jawab padanya ?"
"itu artinya kongcu menyalurkan birahi tidak seimbang, kongcu
telah melakukan hal yang tidak bermamfaat, jika sesuatu yang
tidak bermamfaat dilakukan kongcu, maka akan menimbulkan
kebinasaan, setidaknya kebinasaan yang dirasakan adalah,
hidup dengan rasa sesal dan rasa bersalah" sahut tosu tua,
Han-hung-fei terdiam lagi karena merasakan kebenaran katakata si tosu tua, ia sekarang dirundung sesal yang akan
menggerogoti hidupnya karena menginginkan cinta ia telah
menjadi seorang pembunuh, dan yang dibunuh dua orang
cianpwe yang namanya dihormati, demikian juga karena
menyalurkan birahi, ia telah melakukan dengan empat wanita
dengan berdasrkan kerelaan, dan tiga daripadanya tidak
bermamfaat, hatinya terenyuh bongkahan sesal membumbung
relung sukmanya, air matanya meleleh dan ia pun terisak sedih.
"kongcu yang baik kenapa engkau menangis ?" tanya si tosu
tua "totiang.., aku ini orang tidak berbudi." Jawab han-hung-fei
"kongcu yang baik, mumpung Thian masih memberi
329 kesempatan, perbaikilah diri, hanya itu yang benar dan tepat
sekarang kamu lakukan."
"totiang memang benar, memperbaiki diri yang harus saya
lakukan." sahut Han-hung-fei kepada dirinya sendiri
"terimaksih atas makanannya kongcu, karena hari sebentar lagi
akan petang, sebaiknya aku melanjutkan perjalanan." ujar si
tosu tua dengan senyumya yang bersahaja
"baiklah totiang, dan terimaksih juga atas pemahaman yang
telah totiang sampaikan."
"hehehe..hehehe.." tawa sitosu tua sambil melangkah dan
bersenandung "berbahagialah orang yang belajar, walaupun tertatih untuk
mengamalkan. "berbahagialah orang yang sadar, walaupun terlambat untuk
melakukan "berbahagialah orang yang sabar, walaupun berat untuk
menjalankan "berbahagialah orang yang berpikir, walaupun rumit untuk
difahamkan Han-hung-fei termenung lagi mendengar untaian lagu si tosu,
baris kedua lagu itu membuat hatinya semakin kuat.
"lam-sian-cianpwe pesan terakhirmu yang agung akan
kulakukan, aku hanya bisa menyelamatkan diriku dengan
memperbaiki diri, jiwi-sian-cianpwe" han-suheng bantu aku
untuk menjalani pernak-pernik hidup yang penuh tipu daya ini,
totiang yang budiman, doakan aku agar mampu menjalankan
pesanmu, ingatkan aku akan untain syairmu yang sarat
makna." ujar Han-hung-fei dalam hati, azamnya demikian kuat,
kepalanya menunduk mengingat untaian lagu si tosu tua, dan
330 dengan nafas sesak ia lalu menyannyikan lagu punai didahan
dan syair bahagia. Han-hung-fei meninggalkan hutan sambil menyanyi dan
bersyair yang dihapalkannya, setelah selesai sekali hatinya
makin mantap dan tenang, lalu dia ulang lagi sepanjang
perjalanan, dia berjalan demikian santai menuju kota chang-an,
tujuannya hanya satu membuat perhitungan dengan liokcianpwe dan pat-lao.
Khu-ciangkun kembali ke lokyang, semua pendekar
dikumpulkan "bagaimana hasil penyelidikan kalian !?"
"kami telah menumukan kuburan ji-sian." sahut tung-kim-pang
"apa yang terjadi pada ji-sian ?" tanya Khu-ciangkun
"sepertinya Bun-liong-taihap membunuh keduanya dan lalu
menguburkannya." sahut Tung-kim-pang
"hmh"sungguh tidak diduga perbuatan bun-liong-taihap, lalu
yang lain bagaimana ?"
"kami tidak menemukan jejak empat pendekar, dan juga kami
tidak menemukan jejak empat pembunuh itu." sahut Tung-kimpang
"baiklah, tidak ada waktu bagi kita untuk bersedih, kita harus
merelakan kepergian delapan pendekar senior kita, dan aku
telah mendapat mandat dari Li-goanswe untuk mendatangi "Insan" jika terbukti niat culas penyimpangan perjuangan ini, maka
kita harus relakan nyawa untuk menggalkannya." ujar Khuciangkun
"kami siap ciangkun, kapan dan dimanapun." sahut para
pendekar serempak. 331 "baik malam ini kemasi perbekalan yang dibawa lu-taihap, kita
akan berangkat besok menuju In-san" ujar Khu-ciangkun.
Keesokan harinya Khu-ciangkun dengan hampir dua ratus
pendekar dan tiga ratus tentara bergerak meninggalkan kota
Lokyang, pasukan itu dibagi dengan tiga rute yang masingmasing dua rute dilewati masing-masing seratus pendekar, dan
satu rute dilewati tiga ratus tentara dibawah pimpinan Khuciangkun, rute yang dilewati oleh lu-piuaw dan seratus
pendekar diikuti oleh bun-liong-taihap dari kejauhan.
Lao-si dan dua ang-bi-tin sampai di In-san, mereka disambut
oleh liok-cianpwe beserta penghuni yang berjumlah dua ratus
orang "bagaimana dengan tugas kalian ?" tanya Pak-koai-lo
"tugas berjalan dengan lancer, delapan senior pendekar telah
dibunuh." jawab Kim-tiuaw.
"hahaha..hahahaa"luar biasa, sekarang jianzhou seperti
macan ompong." sela coa-tung-mo-kai sambil tertawa, dan
yang lain pun ikut tertawa senang
"lalu kenapa kalian tidak bersama bun-liong-taihap ?"
"mungkin han-ko akan menyusul, dia menghadapi ji-sian, dan
saya yakin keduanya sudah tewas ditangan Han-ko." sahut
Lao-si "bagaimana kamu yakin lao-si ?"
"karena sampai malam ji-sian tidak pernah muncul, itu artinya
misi tuntas." sahut Lao-si
"benar cianpwe, siasat yang kami jalankan memang demikian,
membawa keluar para sasaran dan membunuhnya, setelah
berhasil berkumpul di utara kota lokyang, hanya karena bunliong-taihap membawa ji-sian kegerbang selatan, mungkin ia
sudah berbalik kesini." ujar Kim-tiuaw.
332 "sampai saat ini, ia belum muncul, menurutmu apa yang terjadi
lao-si." tanya Lam-sin-pek
"saya juga tidak tahu suhu, sebaiknya kita tunggu saja, dan
saya yakin Han-ko akan kembali kesini."
"hehehe..hahaha".baguslah kalau begitu lao-si, jadi mari kita
merayakan berhasilnya tugas kalian." sela pak-koai-lo, lalu
merekapun menuju ruang makan, lao-si tidak selera makan,
dan bahkan permisi dari perjamuan untuk masuk kekamarnya,
sudah dua minggu ia tidak selera makan, kepalanya sering
pusing "kamu kenapa lao-si ?" tanya lao-ngo yang tiba-tiba muncul
"aku tidak tahu, aku merasa mual kalau mau makan dan
kepalaku sering pusing." sahut Lao-si
"benarkah !?" tanya Lao-ngo terkejut
"eh kamu kenapa terkejut begitu ?" tanya Lao-si
"lao-si saya yakin kamu sedang hamil." sahut Lao-ngo
"ah"benarkah " apa kamu awalnya seperti yang kurasakan
saat ini "ah..kamu bagaimana sih, kan kamu yang carikan tabib untukku
saat itu "hmh"benar juga, aduh han-ko belum juga muncul." Keluhnya
"hi..hi"anak han-ko sedang berkembang lagi, nasib kita
memang lucu, kita seperti sumur janin bun-liong-taihap." ujar
Lao-ngo "hishh kamu centil kali." tegur Lao-si
"hi..hi"lao-si kamu memang enak, berkali-kali bersama han-ko,
apa kamu tidak kasihan padaku yang hanya sekali."
"hish..banyak lelaki disini, ada lao-it dan lao-lao lainnya." sahut
Lao-si "aku sudah rasakan, tapi rasanya lain yah dengan Han-ko." ujar
Lao-ngo makin nakal 333 "ih..kamu lao-ngo, membuat perutku makin mual." ringis lao-si
"hi..hi"itu karena ayah janin itu kupuji-puji." sahut Lao-ngo
"eh kalian kenapa " kenapa kasak-kusuk ?" sela lao-liok yang
tiba-tiba masuk kamar "hi..hi"lao-liok anak han-ko ada didalam perut lao-si." sahut
Lao-ngo "oh..ya selamat kalau begitu lao-si." ujar Lao-liok
"sudahlah kalian pergilah, aku mau istirahat." sahut Lao-si
"istirahat akan semakin menambah sakitmu, sebaiknya kamu
bicara dan mengobrol yang banyak hingga kamu lupa mual dan
pusingmu." "apa yang mau dibicarakan ?" tanya Lao-si
"banyak dan yang terpenting hebatnya han-ko, benar kan laoliok." sahut Lao-ngo
"hi..hi"benar juga lao-ngo, bicaralah tentang Han-ko lao-ngo."
sahut lao-liok. "eh lao-liok, lao-si tidak percaya bahwa rasa han-ko beda
dengan lelaki disini."
"memang beda sekali." sahut Lao-liok, dengan senyum nakal
"apanya yang beda ?" tanya Lao-si
"menurutmu lao-liok apanya yang beda ?" tanya Lao-ngo
"kamu duluan lao-ngo baru nanti saya." Sahut lao-ngo
"hmh..bedanya adalah saat han-ko mengambil inisitif,
waahh..dia begitu mendiminasi, ledakan birahinya laksana
kawah merapi meletus, hi"hi"hi"." sahut Lao-ngo
"hmh memang benar terlebih kalu dia melumat dan mencium.
Iiii". rasanya kita hendak dimakan bulat-bulat, hi..hi"." sela
Lao-liok "apa yang lain tidak seperti itu ?" tanya lao-si
"alah".si kam-peng tubuhnya hanya yang tinggi, sebal kalau di
334 ingat." sela lao-liok
"hi..hi..emangnya kenapa dengan si lao-sam." tanya Lao-si
tidak tahan menahan tawa melihat bibir lao-liok yang monyong
"bayangkan saja, saya baru naik, eh tibanya dia muncrat."
"hehehe..hi..hi?".hi"." tawa lao-si dan lao-ngo berderai
"aku juga ketibaan sial dengan si lao-it, tubuh kekarnya
menipu." ujar Lao-ngo
"eh kenapa dengan lao-it ?" tanya Lao-si
"hi.hi..hi?" tawa lao-ngo tertawa sambil memegang perut
sehingga ceritanya berhenti
"ah..kamu nih bikin orang penasaranj saja, ayok cepat katakana
kenapa dengan lao-it." sela lao-liok
"hi.hi".co..boba hi..hi"." sudahlah ada apa sebenarnya ?"
tanya Lao-si tidak juga bisa juga menahan tawannya melihat
tawa lao-ngo "hi..hi..coba kalian bayangkan baru saja kami berciuman dan
tubuhnya kutindih, dan tiba kuraba kebawah sudah basah
semua, hi..hi?" "hi..hi"hi"." tawa mereka meledak.
Tiga wanita yang tidak memahami arti dari kemanusiaan,
mereka merasa anteng dengan hal-hal yang seharusnya dijaga
dan dihormati, awal dari kehidupan insan dimaknai laksana
sumur yang siapa saja boleh mendatanginya, cerita mereka
makin hangat dengan lao-lao lain, bahkan bebrapa anak buah
Pak-koai-lo yang memnuhi hasrat, tapi akhirnya berakhir juga
pada han-ko yang serba wah..kuat dan memuaskan.
Sebulan kemudian gerakan dari empat kota pun mulai beraksi,
penghuni In-san sudaj sip-siap menunggu gendrang jatuhnya
istana, pagi itu mereka bersiap mau menuruni bukit, namun
huru-hara terjadi, dimana pasukan Khu-ciangkun yang sudah
335 sampai seminggu lalu di desa ang-san sebelah timur In-san
telah menjalankan misi peyelidikan, para pendekar dengan
cekatan menyusup di posko terdepan dikaki bukit, karena
enaknya bicara, karena sama-sama pasukan yang hendak
menggulingkan rezim, bocorlah misi pak-koai-lo, hal itu dimulai
dengan angan-angan jika pak-koai-lo menjadi kaisar, apa
jabatan yang mereka terima dan berapa banyak harta yang
akan mereka nikmati, sementara para pendekar dengan
gerakannya yang ringan dan halus telah mendengar bocoran
itu. Ketika para pendekar melapor pada Khu-ciangku, Khu-ciangku
menjalankan misi pencegahan, saat pasukan dari tiga kota
sudah mengepung kota raja, Pak-koai-lo dan datuk lainnya
keluar, mereka heran melihat pasukannya mendapat serangan
dari tentara, ketika Kim-tiauw melihat khu-ciangkun.
"mereka dari jiangzhou cianpwe." bisik kim-tiuaw
"bangsat"enyah kalian semua ! teriak Pak-koai-lo terjun ke
dalam pertempuran, lima datuk pun ikut bergerak, dan demikian
juga pat-lao. Para pendekar berusaha Manahan laju kesadisan enam datuk
dan pat-lao, namun mereka laksana dedaunan yang dimakan
api kemarahan lao-liok, puluhan pendekar sudah meregang
nyawa bahkan sudah mencapai ratusan saat yang mengiriskan
itu, sebuah gerakan luar biasa terjun menghantam pak-koai-lo
"buk".des?" dua pukulan bertemu, pak-koai-lo tidak menduga
kemarahannya akan berakhir dengan kematiannya, tenaga
yang dia tangkis ternyata bukan milik pendekar biasa, namun
tenaga Bun"liong-taihap, tenaga itu laksana gunung menimpa
tubuhnya, mulutnya dua kali memuntahkan darah, dan bahkan
ditambah dengan sebuah tendangan yang mengarah ulu
336 hatinya, dan tak pelak jantungnya pecah, Pak-koai-lo mati
mengenaskan, liam datuk belum menyadari karena riuhnya
pertempuran, tapi disaat serangan kilat menghantam coa-tungmo-kai, coa-tung-mo-kai terlempar sambil memuntahkan darah,
sebelum serangan susulan menghabisi riwayat Coa-tung-mokai, see-hui-kui membokong Han-hung-fei, Han-hung-fei
berjumpalitan dan kali ini dia mengeluarkan pedangnya yang
luar biasa, ditengah-tengah riuhnya perang kilatan pedang
berwarna hiujau itu menyambar-nyambar bagaikan naga hijau
yang mengamuk, Coa-tung-mo-kai yang teluka tidak mampu
menahan ketika sambaran pedang menebas bahunya, dia
menjerit setinggi langit, dua serangan susulan sebelum
pemutupan jurus masih memakan sasaran ditubuh coa-tungmo-kai.
See-hui-kui dengan kekuatan dan kemampuannya menghadapi
han-hung-fei, dan see-hui-kui boleh berlega hati karena lamsin-pek dan liang-lo-mo sudah ikut mengeroyok Han-hung-fei
"pak-koai-lo telah tewas?" teriak lu-piauw, karena dari hasil
penyelidikan pak-koai-lo adalah puncak dari penyimpangan ini,
mendengar itu pasukan pak-koai-lo jaatuh mental, tiga datuk
melawan han-hung-fei, sungguh luar biasa pedang legendaris
itu telah menyita semua perhatian, melihat tiga datuk masih
belum mampu menundukkan bun-liong-taihap, pek-mou-hekkwi terjun, kali ini han-hung-fei melawan gerombolan luar biasa,
Pedang Dewa Naga Sastra Bun Liong Sian Kiam Karya Rajakelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kilatan pedangnya dikurung empat pedang lawan, kegesitanya
di halangi dengan trik pancingan empat kawakan yang telah
menjadi datuk puluhan tahun.
Han-hung-fei mengerahkan seluruh kemapuan dan keampuhan
ilmu pedangnya, beberapa luka ditubuhnya telah mengalirkan
darah, namun empat datuk juga mengalami hal yang sama,
337 namun luka-luka mereka tidak selebar dan sebanyak yang
diderita Han-hung-fei, Han-hung-fei memang bertekat untuk
melawan sampai titik darah penghabisan, oleh karena itu
kekuatannya sungguh luar biasa, kegesitannya masih cukup
walaupun harus terjebak dengan banyaknya serangan yang
mengancamnya. semua orang menyaksikan pertarungan luar biasa itu, lao-si
dan lao-lao lainnya terkesima, Khu-ciangkun yang terluka
bahunya akibat pukulan coa-tung-mo-kai duduk menyaksikan
perang tanding yang jarang bandingnya itu, hatinya bergetar
kuduknya merinding melihat betapa bun-liong-taihap berjuang
mati-matian diantara sambaran pedang yang juga tidak kalah
dahsyatnya, kunci dari misi sebenarnya sudah selesai, pakkoai-lo sudah tewas ditangan bun-liong-taihap, pertempuran ini
sebenarnya tidak lagi urusan negara, namun sudah merupakan
antar kalangan dunia persilatan.
Barisan Pak-koai-lo sudah banyak yang menyingkir, dan oleh
khu-ciangkun menahan pasukannya untuk tidak mengejar,
sambil terus menyaksikan pertempiran dahsyat itu, pat-lao
hanya berdiri tidak bisa berbuat apa-apa, untuk terjun jalannya
pertempuran masih setingkat diatas mereka, bahkan campur
tangan mereka akan merusak gerak irama pedang empat datuk
yang demikian hebat dan saling mendukung, sehingga
membuat han-hung-fei mati kutu dan terdesak hebat.
Han-hung-fei terus terdesak, dia bergerak mundur untuk keluar
dari kurungan empat senjata lawannya, semua orang mengikuti
pertempuran itu, hingga Han-hung-fei terpaksa berhenti karena
dibelakangnya adalah jalan buntu yang menganga jurang yang
sangat dalam 338 "pek-mou atas, liang lomo- bawah see-hui-kui kanan, seraang.."
teriak lam-sin-pek. Empat bilah pedang mengaung, han-hungfei berjumpalitan kebelakang karena luar biasanya desakan
empat pedang yang datang bersamaan.
Han-hung-fei dengan melayang kemulut jurang
"hahaha..hahaha mampus kamu yaoyan !" teriak liang-lomo.
Empat datuk menatap pasukan Khu-ciangkun, lalu dengan
amarah meledak mereka menyapu pasukan itu dengan kilatan
pedang, malang bagi Khu-ciangkun mereka habis dibabat
empat datuk, tepi jurang itu bergelimpangan ratusan mayat
pendekar dan tentara, setelah puas membunuhi pasukan khuciangkun, mereka kembali kemarkas.
Kematian Pak-koai-lo telah melumerkan tujuan mereka, lalu
mereka segera meninggalkan In-san kembali ketempat
kediaman mereka masing-masing, lam-sin-pek bersama lao-si
yang hamil empat bulan kembali ke khangshi, see-hui-kui dan
lao-it kembali ke barat, liang-lomo dan lao-ngo beserta han-okliang kembali ke teluk mata ikan, pek-mou-hek-kwi kembali
kehuangsan bersama lao-ji dan lao-liok, laoa-pat mengajak laosam dan lao-chit ke lanzhou.
In-sam tinggal sepi oleh mayat-mayat bergelimpangan,
tinggallah tee-tok-siang yang harus membersihkan tempat itu
kalau ingin tetap tinggal disana, namun sepertinya kedua
saudara itu memilih tinggal terbukti keduanya menendangi
mayat ke arah lembah, demikian juga pembantunya yang
tinngal lima mengangkati mayat dan membuangnya kejurang
dimana tubuh han-hung-fei melayang jatuh.
339 Pendekar Wanita Penyebar Bunga 19 Imbauan Pendekar Karya Khu Lung Bara Diatas Singgasana 23
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama