Tengkorak Maut Karya Khu Lung Bagian 8
kedahsyatannya Malaikat Penyakitan sudah amat tersohor
dikolong langit: -00d000w00- BAB 28 SECARA diam2 mereka terus menguntit dibelakangnya,
jauh dibelakang dan sangat hati2 sekali hingga sedikitpun tak
menimbulkan suara, mereka takut jejaknya ketahuan oleh
pemuda lihay itu. 495 Tentu saja mimpipun ia tak mengira kalau Malaikat
penyakitan yang mereka takuti dan segani, kini sudah
merupakan seekor harimau ompong. segenap ilmu silatnya
punah tak berbekas. sebaliknya Han Siong Kie sendiripun tak menyangka kalau
ia dikuntit dan diawasi gerak geriknya oleh para jago silat.
Dengan cepat berita itu disiarkan oleh para jago persilatan
yang berjaga disekitar benteng Maut kesegala penjuru dunia
dengan cara yang paling cepat.
Malaikat penyakitan, ahli waris dari Mo-tiong ci-mo setelah
masuk kedalam benteng maut ternyata telah muncul kembali
dari benteng itu dalam keadaan selamat.
Begitu kabar itu tersiar dikolong langit sebagian besar
orang persilatan segera menganggap pemilik benteng maut
atau yang dikenal sebagai Tengkorak maut,pastilah hasil
penyaruan dari Mo tiong ci mo, sebab pada empat puluh
tahun berselang, Tengkorak maut dan iblis diantara iblis tak
pernah munculkan diripada saat yang bersamaan.
Dengan tersiarnya kabar itu, maka Han Siong Kie menjadi
sasaran dari perhatian segenap umat persilatan. terutama
sekali mereka2 yang pernah merasakan kelihayan dan
menderita kerugian ditangan Tengkorak maut serta iblis
diantara iblis.. Fajar telah menyingsing .... sang surya memancarkan
cahaya ke emas2an dari ufuk sebelah timur.
Han Siong Kie merasa lapar, dahaga bercampur penat . . .
perjalanan yang ditempuh semalam suntuk hanya berhasil
melampaui jarak sejauh enam puluh li, ia mempunyai tujuan
untuk menuju kota yang terdekat, makan hingga kenyang
kemudian membeli kuda untuk melanjutkan perjalanan.
Sebuah hutan lebat terbentang di depan mata, nun jauh
diseberang hutan ia temukan sebuah dusun kecil penemuan
496 itu membuat semangatnya bangkit kembali, ia segera
percepat langkahnya menuju dusun tersebut.
Tiba2 desiran ujung baju tersampok angin berkumandang
datang dari arah depan. Han Siong Kie terkesiap. serentak ia menghentikan langkah
kakinya dan berpaling ke arah mana berasalnya suara itu.
Tiga sosok manusia meluncur datang dari depan dan
secepat kilat mengepung sianak muda itu dalam posisi segi
tiga. Diikuti...sreet sreeet desiran tajam bergema tiada hentinya
beb erapa puluh sosok bayangan manusia muncul dari arah
empat arah delapan penjuru, diantara mereka terdapat aneka
ragam manusia, dari padri, imam sampai kaum pengemis dari
kay-pang jumlahnya diantara seratus orang..
Han Siong Kie merasa amat terkejut menghadapi
pemunculan jago yang Begitu banyaknya, ia sadar bahwa
orang2 itu muncul untuk mencari gara2 dengan dirinya,
padahal tenaga dalam yang ia miliki telah punah, bukankah itu
berarti hanya jalan kematian yang bakal diterima olehnya"
Dalam keadaan Begitu, Han Siong Kie tidak dapat berbuat
lain kecuali mengawasi tiga orang jago yang berada
disekelilingnya. orang pertama adalah seorang imam tua yang rambut
maupun alisnya telah putih, sekilas memandang ia segera
kenali imam tua tersebut sebagai Kui Goan cu, ketua Tiangloo
dari partai Khong tong yang pernah cari tahu jejak gurunya, ia
tercekat dan jantungnya berdebar keras.
orang kedua adalah seorang padri tua bermuka merah,
sedangkan orang ketiga adalah seorang nenek tua bermuka
jelek. berwajah keriput dan membawa tongkat kuning
berwarna ke emas2an. 497 Enam buah sorot mata yang tajam, laksana kilat menatap
wajah Han Siong Kie tanpa berkedip.
setelah hening beberapa saat lamanya, per-tama2 Kui Goan
cu dari partai Khong tong yang buka suara lebih dahulu
tegurnya: "siau sicu, kembali kita berjumpa muka"
Han Siong Kie tahu bahwa ia tak dapat lolos dari kepungan
lagi, sambil bulatkan tekad ia balas menegur dengan suara
dingin, "Ada urusan apa kalian datang mencari aku?"
"Bu liang siu hud" seru Kui Goan cu sambil rangkap
sepasang telapaknya "sebelum kita berbicara marilah aku
perkenalkan dahulu dua orang jago ini, yang satu ini adalah
Seng Gong taysu dari gereja siau lim si, sedang yang itu
adalah Kim ciang popo dari gunung Yan san selain itu hadir
pula umat persilatan dari pelbagai penjuru, adapun kehadiran
kami semua adalah mengandung satu tujuan"
"Apa tujuan kalian?"
"Kami sangat berharap dapat mengetahui jejak dari
gurumu Mo tiong ci mo"
Mendengar ucapan tersebut, diam2 Han sioag Kie
mengeluh dalam hatinya. "Habis sudah riwayatku ini hari, pasti aku akan menemui
ajalnya ditempat ini."
Manusia apabila jiwanya terancam oleh bahaya maut, ia
sudah putus asa kadangkala malah akan pasrah dan jauh lebih
tenang sikapnya dari pada siapapun.
Demikian juga keadaan Han Siong Kie pada saat itu,
bukannya jeri atau pecah nyali dia malahan berseru dengan
nada angkuh: "Kalau aku tidak bersedia menjawab kalian mau apa?"
Paras muka tiga orang jago lihay itu seketika berubah hebat.
498 Seng Gong taysu dari gereja siau lim si segera mendengus
dingin. "Hmm aku rasa siau sicu tak dapat ambil keputusan dengan
seenak hatinya sendiri"
Kim ciang popo dari gunung Yao sanpun menepuk tongkat
emasnya berulang kali, kemudian sambil menatap pemuda itu
dengan pandangan tajam hardiknya.
"Hey bocah muda, aku harap engkau bersedia menjawab
beberapa buah pertanyaanku secara jujur"
Han Siong Kie menyapu wajah Kim ciang po dengan
pandangan dingin kemudian katanya.
"Aku bisa menjawab dengan sejujurnya asal pertanyaan
yang kau ajukan pantas kujawab dengan jujur?"
"Hmm aku ingin tahu apakah Me tiong ci mo adalah hasil
penyamaran dari pemilik benteng maut yang disebut
Tengkorak maut" Mendapat pertanyaan tersebut, Han Siong Kie malah
terperanjat dibuatnya. "Darimana engkau bisa berkata
demikiam?" serunya. "Bukankah engkau adalah ahli waris dari iblis diantara
iblis?"" "Tentu saja aku toh tak pernah menyangkal akan
kebenaran tersebut?"
"Dan engkau .... bukankah baru saja keluar dari Benteng
maut?"" satu ingatan dengan cepat berkelebat dalam benak Han
Siong Kie, ia tahu tindakannya memasuki benteng maut serta
lolosnya dia dalam keadaan selamat pasti sudah diawasi oleh
kawanan persilatan, sehingga dalam waktu singkat Begitu
banyak umat persilatan yang telah berkumpul disana.
499 Dengan nada gamblang ia segera mengangguk tanda
membenarkan-"Benar, aku memang baru saja keluar dari
benteng maut itu" "Kenapa engkau bisa keluar dari benteng tersebut dalam
keadaan selamat?" desak Kim ciang popo lebih jauh.
"Aku rasa persoalan ini sama sekali tak ada sangkut
pautnya dengan dirimu, jadi aku harap lebih baik engkau
tutup mulut saja" Paras muka Kim ciang popo yang jelek seketika berubah
sangat hebat, rambutnya yang telah beruban bergetar keras,
serunya lagi dengan nada menyeramkan-"sebenarnya lblis
diantara iblis adalah penyaruan dari Tengkorak maut atau
bukan?" "Berdasarkan alasan apa engkau ajukan pertanyaan yang
ngawur seperti itu?"
"Berdasarkan kedudukanmu serta tingkah lakumu yang
dapat keluar masuk Istana maut secara bebas"
Meskipun tenaga dalam yang dimilikinya telah punah,
kecongkakan dan kejumawaan dalam sikap Han Siong Kie
sama sekali tidak berkurang, kontan ia tertawa dingin tiada
hentinya. "Heehh heehh heehh.. apakah engkau tidak merasa
terlalu brutal ucapanmu itu?"
"ooh.. jadi engkau tidak bersedia untuk bicara?"
"Jangan paksa aku untuk bicara kalau kau ingin tahu
dudukperkara yang sebenarnya kenapa tidak berkunjung
sendiri kedalam Istana maut untuk melakukan penyelidikan?"
Ucapan yang kasar dan sangat mengena di hati itu seketika
membuat paras muka tiga orang jago persilatan itu berubah
hebat. Beberapa waktu kemudian seng Gong taysu dari gereja
siau lim si berseru kembali:
500 "Kami akan berkunjung sendiri kesana untuk melenyapkan
bibit bencana bagi umat persilatan, segenap umat Bu- lim
akan bersatu padu untuk menghancurkan benteng maut dari
muka bumi, tapi bagi siau sicu sendiri aku rasa lebih baik
bicara terus terang saja sebab kalau tidak.."
"Kalau tidak kenapa?"
"segenap umat persilatan yang hadir dalam gelanggang
hari ini mungkin tak akan melepaskan siau sicu dengan begitu
saja" "Termasuk taysu sendiri?"
"omintohud mau tak mau terpaksa aku harus ikut serta
dalam pergerakan ini"
Dalam hati timbullah keinginnan bagi Han Siong Kie untuk
menerangkan bahwa Tengkorak maut bukanlah hasil
penyaruan dari Mo tiong ci mo, tapi sebelum ia sempat
berbicara, Kim ciang popo telah tak sabar lagi dan segera
membentak keras. "Bocah keparat, ayoh bicara"
Mendengar bentakan itu, Han Siong Kie merasa gusar
sekali, ia tahu seratus orang jago persilatan yang berkumpul
disana waktu itu, semuanya merupakan lawan2 dari
Tengkorak maut ataupun iblis diantara lblis. bicara atau tidak
baginya sama saja tak ada artinya, maka dengan ketus pula
dia menjawab "Aku tak mau bicara engkau mau apa?"
sejak lama Kim ciang popo, yang beradat keras sudah ada
keinginan untuk mencoba kelihayan Malaikat penyakitan yang
dikatakan sangat lihay itu, toya emasnya segera direntangkan
didepan dada lalu berseru:
"Bocah dungu, engkau anggap dengan andalkan beberapa
ilmu silat sesatmu itu maka engkau sudah dapat malang
melintang dikolong langit tanpa tandingan?"
Han Siong Kie sadar jika lawannya turun tangan maka dia
pasti tak akan lolos dari cengkeraman mautnya tapi bagi
501 sianak muda itu tak ada jalan lain kecuali menerima kematian
tersebut dengan pasrah. Rasa sedih murung dan kesal berkecamuk dalam benaknya,
ia tak menyangka setelah nyaris mati dalam benteng maut
akhirnya toh harus menerima kematian ditangan para jago
persilatan- Sambil menggertak gigi segera serunya:
"Engkau tak usah mengancam, aku tak terbiasa dengan
gertak sambal macam itu"
"Anak iblis sialan mulutmu benar2 sangat tajam akan
kujajal dirimu lebih dahulu" bentak Kim ciang popo dengan
penuh kegusaran. Cahaya emas berkelebat lewat, toya emas itu secepat kilat
meluncur kearah depan. suasana dalam gelanggang seketika diliputi ketegangan,
semua orang ingin tahu apa yang terjadi setelah nenek toya
emas melepaskan serangan gencarnya.
Ditengah jeritan yang amat nyaring tubuh Han Siong Kie
tersapu telak dan mencelat keangkasa, darah segar muncrat
keluar dari bibirnya. Tiga orang jago yang ada ditengah gelanggang kontan jadi
tertegun dibuatnya. Para jago yang ada disekeliling gelanggangpun
memperdengarkan jeritan kaget bercampur nada heran.
"Blammm..." badan Han Siong Kie terlempar sejauh tiga
tombak dari tempat semula dan roboh tak berkutik lagi diatas
tanah. Meskipun tenaga dalam masih dimiliki olehnya, tapi karena
urat2 penting dalam tubuhnya ditotok oleh pemilik benteng
maut maka hawa murni yang dimilikinya tak dapat dihimpun
menjadi satu, kendatipun Begitu berkat tenaga dalam sebesar
502 dua ratus tahun hasil latihan yang masih terkandung di dalam
tubuhnya, ia selamat dari luka yang lebih parah akibat
hantaman toya tersebut. Peristiwa itu sama sekali berada diluar dugaan setiap
orang, malaikat penyakitan yang dua hari berselang masih
malang melintang tanpa tandingan dikolong langit, ternyata
pada saat ini tak mampu menghadapi sebuah serangan dari
Kim ciang popo. "Apa yang sebenarnya telah terjadi?" per-tama2 Seng Gong
taysu menegur lebih dulu dengan muka tercengang dan
perasaan tidak habis mengerti.
Dengan perasaan bimbang dan ragu Kui Goan cu dari
partai Khong tong ikut gelengkan kepalanya.
"Aku sendiripun tak dapat menjelaskan persoalan itu, sebab
ketika untuk pertama kalinya aku berjumpa dengan bocah itu,
jelas kuketahui bahwa ia memiliki ilmu silat yang sangat lihay."
Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Hei hidung kerbau, engkau yakin tak salah melihat?" tegur
Kim ciang oopo dengan marah.
sebutan " Hidung kerbau" itu dirasakan tajam dan pedas
dalam hati Kui Goan cu, merah padam selembar wajahnya,
dengan terbata2 ia lalu menjawab: "Bukankah ia telah
mengakui sendiri akan hal itu?""
"Tapi kenyataan membuktikan kalau ia sama sekali tidak
berkepandaian silat, bagaimana penjelasanmu tentang soal
ini?"" Dalam pada itu dengan sempoyongan perlahan2 Han Siong
Kie bangkit berdiri dari atas tanah, para jago yang hadir dalam
gelanggang kembali dibuat gempar oleh kejadian tersebut.
Sambil mengenyitkan alisnya yang tebal, Seng Gong taysu
segera berkata: 503 "Kalau dikatakan ia sama sekali tak berilmu silat, hantaman
toya tadi sudah cukup untuk mematahkan tulang
punggungnya, tapi.. kenapa ia tidak mampus?" Kim ciang
popo termenung beberapa saat lamany a, kemudian
menjawab: "Perduli bagaimanapun juga, duduk persoalan yang
sebenarnya hanya bisa kita ketahui dari mulutnya sendiri"
Ia enjotkan badan dan melayang kehadapan Han Siong Kie.
Pada waktu itu pemuda she Han tersebut berdiri dengan
sempoyongan, sekujur badannya terasa amat sakit, tenaganya
ludas dan untuk berbicarapun tak kuat lagi, dengan
pandangan sayu ia balas menatap wajah lawannya.
Mendadak.. Kim ciaog popo melihat sesuatu diatas tanah,
ia temukan sebuah benda hitam menggeletak ditanah, ketika
diambil ternyata benda itu adalah sebuah sarung tangan
terbuat dari tembaga, diatas punggung dan telapak sarung
tangan itu penuh terukir tulisan2 yang lembut.
Dengan hati berdebar perempuan itu, mengawasi lebih
seksama lagi, tiba2 ia menjerit kaget:
"Aaaah kitab pusaka Hud jiu Poo pit"
Rupanya sewaktu tubuh Han Siong Kie terhantam oleh toya
tadi dan mencelat keudara, tanpa disadari olehnya kitab
pusaka tangan Buddha itu sudah terjatuh keatas tanah.
Betapa terperanjatnya sianak muda itu setelah mendengar
seruan itu, tapi jiwanya pada saat ini terancam bahaya, tentu
saja tidak sempat baginya lagi memikirkan benda itu lagi,
maka melirikpun ia tidak.
Kui Goan cu dari partai Khong tong serta seng Gong taysu
dari gereja siau lim si memiliki ketajaman pendengaran yang
luar biasa, kedua oraog itu menerjang kedepan ketika
dilihatnya benda yang berada dalam genggaman Kim ciang
popo ternyata bukan lain adalah kitab pusaka Hud jiu Poopit
504 yang sudah tersohor namanya didalam dunia persilatan sejak
seratus tahun berselang, mereka sama2 berdiri terperangah
dibuatnya. Baik Kui Goan cu maupun Seng Gong taysu sama2
merupakan orangZ beribadah yang beriman tinggi namun
setelah menjumpai benda mestika yang tak ternilai harganya
itu tak urung mereka unjukan pula rasa tamak dan napsU
serakahnya. Tiba2 antara gerombolan jara jago yang hadir disisi
gelanggang terdengar seseorang dengan suara yang aneh dan
berseru: "Kitab pusaka telapak Buddha dari mana anak iblis ini bisa
dapatkan benda mustika itu?""
Begitu teriakan tersebut keluar dari mulutnya seketika itu
juga suasana jadi gempar dan para jago persilatan yang
berada disekeliling gelanggang sama2 menerjang kedepan
bagaikan gulungan air bah.
Buru2 Kim ciang popo masukan kitab pusaka telapak
Buddha itu kedalam sakunya kemudian enjotkan badannya
dan melayang keluar gelanggang dalam dua tiga kali loncatan
saja tubuhnya sudah berada tiga puluh tombak jauhnya dari
tempat semula. Ditengah suara bentakan dan hiruk pikuk yang amat
memekikkan telinga, semua jago persilatan yang berada
disekeliling tempat itu sama2 mengerahkan segenap
kekuatannya untuk melakukan pengejaran.
Gerakan tubuh Kim ciang popo cepat bagaikan sambaran
kilat, dengan kepandaian silat yang dimilikinya untuk
meloloskan diri bukaniah suatu pekerjaan yang terlalu sulit,
tapi ketika untuk ketiga kalinya ia melayang keudara,
mendadak segulung angin pukulan yang amat dahsyat dan
santar menerjang kearah badannya dan memaksa perempuan
itu mau tak mau harus meluncur kembali keatas tanah.
505 seorang kakek tua yang cebol dan gemuk bagaikan ibis,
ibarat sukma yang melayang saja tahu2 sudah munculkan diri
dihadapannya. Begitu melihat siapa yang munculkan diri, diam2 Kim- ciang
Popo tarik napas dingin, dengan hati terkesiap segera
tegurnya: "Tee heng sian Dewa berjalan dalam tanah apa maksudmu
datang kemari?" orang yang barusan munculkan diri itu bukan lain adalah "
Tee heng sian" Dewa berjalan dalam tanah Tok Kun yang
dikenal sebagai manusia paling sulit dilayani, jarang ada orang
yang mengetahui akan asal usulnya, tiada orang pula yang
mengetahui sampai dimanakah kelihayan tenaga dalam yang
dimilikinya. sementara itu dewa berjalan dalam tanah telah tertawa
cekikikan sambil berkata:
"Hiihhh hiiihhh hiiiihhh Oei Cio Kiok siapa yang melihat ia
mendapat bagian, masa engkau hendak mengangkangi benda
mustika itu untuk kepentinganmu seorang diri?"
Dalam waktu yang amat singkat itulah semua jago
persilatan yang mengejar dari belakang telah tiba disana dan
mereka segera membentuk lingkaran kepngan yang berlapislapis.
-00d000w00- Jilid 14 KARENA kemunculan harta mustika tadi, perhatian semua
orang ditujukan kearah sarung tangan Hud jiu poo pit itu, dan
Han Siong Kie untuk sementara waktu terlupakan.
506 Nenek bertoya emas Oei Ciu Kiok yang jalan perginya
dihadang, hatinya merasa mendongkol bercamcur gusar,
sambil menggertak gigi dan melototkan matanya bulat2 ia
berseru: "Dewa berjalan dalam tanah, apakah engkau hendak
merampas barang milik orang lain" terus terang kuberitahukan
kepadamu, aku oei ciu Kiok bukanlah lampu lentera yang
kehabisan minyak, orang lain mungkin jeri kepadamu, tapi aku
nenek tua sama sekali tidak memperdulikan akan soal itul"
Dewa berjalan dalam tanah menggerakkan badannya yang
gemuk dan cebol hingga maju beberapa depa kedepan, sambil
picingkan matanya jadi kecil ia menjawab:
"Ooooh tidak berani aku tidak berpikiran begitu, cuma
kedatangan kita orang2 persilatan pada saat ini toh
dikarenakan satu tujuan" tidak sepantasnya kalau engkau lupa
kawan dan pergi dengan begitu saja"
suara bisikan dan kegaduhan menyelimuti seluruh
gelanggang, berpuluh2 pasang mata yang memancarkan
keserakahan sama2 ditujukan kearah kitab pusaka Hud ji Poo
pit yang berada dalam saku nenek bertoya emas, semua
orang mengilar dan ingin mendapatkannya.
Rupanya nenek bertoya emas mengetahui akan kekuatan
sendiri, ia sadar asal manusia cebol itu turut campur dalam
perebutan ini, maka semua perhitungannya akan meleset,
rasa benci dan dendam segera menyelimuti hatinya, sambil
silangkan toyanya didepan dada ia berseru:
"Cebol sialan, aku nenek tua mohon beberapa petunjuk
ilmu silat darimu" "ooooh ..... jangan salah paham, aku bukan datang kesini
untuk ajak engkau berkelahi" sahut Dewa berjalan dalam
tanah sambil mengebaskan ujung bajunya, "seorang pria
sejati tak akan berkelahi dengan kaUm wanita sekalipun
menang juga tak bisa dibanggakan."
507 "Kentut busuk" Cahaya ke emas2an berkelebat lewat, toya emas itu
bagaikan beribu2 ekor ular emas secepat kilat meluncur
kedepan dan menghantam sekujur badan Dewa berjalan
dalam tanah. Merasakan datangnya ancaman tersebut, Dewa berjalan
dalam tanah segera menggerakan tubuhnya dan meloloskan
diri dari kurungan bayangan toya lawan ia menghardik:
"Tahan-. " Cahaya emas jadi lenyap tahu2 ujung toya emas tersebut
sudah kena dicengkeram oleh Dewa berjalan dalam tanah.
Demontrasi kepadaian yang amat luar biasa ini seketika
membuat para jago persilatsn yang berada disisi gelanggang
jadi amat terkesiap dan berubah wajah mereka, sama sekali
tak mengira kalau ilmu silat yang di miliki Dewa berjalan
dalam tanah begitu lihaynya sehingga dalam sekali gebrakan
saja toya emas lawannya berhasil digenggam.
Paras muka Nenek bertoya emas yang pada dasarnya
sudah jelek, kini berubah makin jelek lagi. sorot mata penuh
kebencian dan perasaan dendam memancarkan keluar dari
mata nenek tua, rambutnya yang telah beruban pada bangkit
berdiri bagaikan landak. Tiba2 Dewa berjalan dalam tanah mengendorkan
cekalannya, Nenek bertoya emas segera mundur tiga langkah
kebelakang. Kenyataan dengan jelas membuktikan bahwa suatu
persekongkolan untuk menghadapi ahli waris dari iblis
diantama iblis, kini sudah berubah jadi suatu perebutan benda
mustika yang melibatkan setiap umat persilatan dari segala
penjuru kolong langit. 508 Dengan sorot mata yang tajam Dewa berjalan dalam tanah
menyapu sekejap wajah semua jago yang hadir disana,
kemudian tertawa terbahak2.
"Haahh haahh..haahh.. tujuan dari kehadiran rekan
persilatan semua pada saat ini adalah untuk menghadapi
anakan iblis tersebut, kemudian mencari tahu jejak dari iblis
tua serta membalas dendam berdarah dari masing2
perguruan, oleh karena itu kita tak boleh merobah tujuan kita
hanya disebabkan karena kemunculan benda pusaka yang
sama sekali tak terduga ini"
semua orang anggukkan kepalanya tanda menyetujuinya
namun sorot mata yang memancarkan kerakusan masih belum
tergeser dari tubuh nenek bertoya emas.
Setelah berhenti sebentar Dewa berjalan dalam tanah
melanjutkan kembali kata2nya:
"Dewasa ini kita harus bereskan dahulu persoalan kita yang
terpenting, sedangkan mengenai pusaka yang muncul secara
tak terduga ini Hiiihhh biiihhh hilihhh setiap orang yang hadir
disini berhak untuk memperoleh bagian, penyelesaian boleh
kita lakukan belakangan saja cuma ..."
Bicara sampai disini ia lantas berpaling kearah Nenek
bertoya emas dan menambahkan"oei ciu Kiok. sekali lagi kuperingatkan kepadamu jikalau
engkau hendak mengangkangi benda mustika tersebut
seorang diri maka orang pertama yang akan dicari oleh iblis
diantara iblis atau Tengkorak maut adalah engkau, percayakah
engkau bahwa dengan kekuatanmu kamu bisa lolos dari
bencana itu?" Ucapan yang tajam dan tepat itu segera mengena dihati
Nenek bertoya emas, membuat bulu kuduknya tanpa terasa
pada bangun berdiri, ia gelagapan dan tak mampu
mengucapkan sepatah katapunTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
509 Dipihak lain.. setelah berdiri termangu2 beberapa saat
lamanya, Han Siong Kie tersadar kembali dari lamunannya,
sambil menahan rasa sakit yang tak terkirakan selangkah demi
selangkah ia berjalan menuju keujung hutan,
mempertahankan kehidupan adalah suatu tindakan yang
jamak sebagai umat manusia, pemuda itu sadar bahwa
jiwanya pada hari itu terancam bahaya, tapi sepenuh tenaga
ia berusaha untuk mencoba selamatkan jiwanya dari ancaman
tersebut. Terdengar Dewa berjalan dalam tanah berkata kembali:
"sekarang lebih baik saudara sekalian menangkap bocah
muda itu lebih dahulu. janganlah biarkan dia lolos dari tempat
ini, siapa tahu kalau bocah muda itu sengaja menggunakan
siasat untuk menipu kira dengan pura2 tak berkepandaian,
karena melihat jumlah kita yang terlalu banyak dan sadar
kalau tak mampu melakukan perlawanan, kita tidak boleh
termakan oleh tipu muslihatnya itu..."
Kobaran semangat tersebut segera membangkitkan kembali
semangat para jago untuk menangkap Han Siong Kie, tapi
sebelum sempat berbuat sesuatu, mendadak .... Nenek
bertoya emas dengan suara yang keras dan nyaring bagaikan
geledek berseru: "Bagus... bagus sekali... manusia cebol berani benar
engkau gunakan ilmu mencopet untuk mencuri benda mustika
Hud jiu Poo pit dari sakuku, ayoh cepat serahkan kembali
kepadaku" Begitu bentakan tersebut diutarakan keluar, sorot mata
semua orangpun tanpa sadar sama2 dialihkan keatas badan
Dewa berjalan dalam tanah.
Paras muka Dewa berjalan dalam tanah sama sekali tak
berubah, deagan nada dingin ia menjawab:
510 "Heemmm hheeemmm engkau tak usah ribut2 terus untuk
sementara waktu biarlah benda mustika aku yang simpan
lebih dahulu". Rasa benci dan dendam Nenek bertoya emas terhadap
Dewa berjalan dalam tanah sudah mendarah daging, ia kontan
mendengus dingin. "Hmm engkau tak usah berlagak sok. perkataan semacam
itu hanya bisa membohongi bocah berumur tiga tahun, kalau
aku nenek tua tidak percaya dengan pribadimu lantas
Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bagaimana?"" Ucapan ini seketika membungkamkan mulut Dewa berjalan
dalam tanah, dari malu ia jadi gusar dan segera teriaknya:
"Anggap saja aku telah merampasnya dari tanganmu
engkau mau apa?" suasana dalam gelanggang kontan berubah jadi hening
sunyi dan sedikiteun tak kedengaran apa2, semua orang tahu
sampai dimana kelihayan ilmu silat yang dimiliki Dewa berjalan
dalam tanah, oleh karena itu tak seorang pun ingin turun
tangan lebih dahulu kendatipun begitu tak seorang
manusiapun yang tinggalkan gelanggang.
Kesunyian yang mencekam seluruh jagad mendatangkan
napsu membunuh yang berlapis2 dalam benak setiap orang.
Dalam pada itu, Han Siong Kie dengan tubuh sempoyongan
telah berjalan, kurang lebih seratus tombak dari tempat
semula.. Mendadak bayangan manusia berkelebat lewat, tujuh orang
imam dan lima orang padri tahu2 menghadang jalan perginya.
Ketujuh orang imam tersebut adalab rombongan jago lihay
partai Khong-tong yang dipimpin oleh Kui Goan cu, sedangkan
lima orang padri adalah Seng Gong taysu dari gereja siau limsi
serta empat orang hweesio muda lain yang bertubuh kekar.
Dengan paras muka membesi Kui Goan cu menegur:
511 "Siau sicu, aku harap engkau bersedia menjawab dengan
sejujurnya, benarkah gurumu adalah penyaruan dari
Tengkorak maut.?" "Hmm aku tak dapat menjawab pertanyaanmu itu" sahut
Han Siong Kie dengan suara lemah.
"Pinto datang kemari karena sedang melakukan perintah
guruku,jika siau sicu tak bersedia menjawab pertanyaanku ini,
bagaimana kalau kuundang kedatangan sicu keatas gunung
Khong tong untuk menemui guruku?""
Walaupun sudah putus asa dan tak mempunyai kekuatan
untuk melawan, keangkuhan dan kejumawaan Han Siong Kie
masih menguasahi benaknya, ia menggeleng dengan ketus:
"Aku tidak mau"
"Kui Goan too heng" sela Seng Gong taysu dari samping "
lebih baik biar pinceng bawa dulu sicu ini pulang ke gunung
Siong san, bila urusan kami telah selesai barulah kami undang
kehadiran para wakil dari pelbagai perguruan untuk
menyelesaikan persoalan ini, entah bagaimanakah pendapat
kalian?" Malaikat bertenaga raksasa Leng Beng cu yang beradat
keras dan berangasan tak dapat menahan sabar lagi, terutama
ia pernah mengalami kerugian besar ditangan Han Siong Kie,
dengan suara keras segera bentaknya:
" Kenapa musti ribut terus" ayoh, kita bekuk dulu bangsat
cilik ini" Bersamaan dengan selesainya perkataan itu, telapak yang
besar bagaikan kipas langsung dibabat kearah dada si anak
muda itu. Ia tak tahu kalau kepandaian silat Han Siong Kie telah
punah, dalam serangannya itu ia gunakan tenaga sebesar dua
belas bagian, sebelum serangan tiba angin pukulan sudah
512 cukup membuat pemuda itu sempoyongan, agaknva Han song
Kie bakal mampus terhajar oleh serangan dahsyat itu..
Disaat yang kritis dan amat mencekam perasaan itulah..
tiba2 jeritan ngeri berkumandang memecahkan kesunyiantubuh
malaikat raksasa Leng Beng cu yang tinggi besar
mencelat keudara, kemudian roboh terkapar diatas tanah.
Darah kental.. perlahan2 meleleh keluar dari batok kepala
bagian belakang. Enam imam dan lima padri lainnya yang menyaksikan
peristiwa itu, sama2 merasa tercekat hatinya dan tanpa terasa
bulu kuduk pada bangun berdiri.
Dengan sempoyongan Han sing Kie mundur beberapa
langkah kebelakang, "Blaam" ia roboh keatas tanah dan jatuh
tak sadarkan diri Sementara itu enam imam dari partai Khong-tong dan lima
padri dari gereja siau lim si masih memandang kearah mayat
malaikat raksasa Leng Beng cu dengan pandangan terkesiap.
mata mereka terbelalak dan mulut mereka melongo,
sementara badannya gemetar keras, rupanya diatas batok
kepala imam raksasa itu tertancap selembar daun yang tipis.
Membunuh orang dengan sambitan daun, kepandaian
ampuh semacam itu jarang sekali ditemui dalam kolong langit.
sesosok bayangan manusia laksana menyambar kilat
berkelebat lewat dari sisi badan lima padri enam imam
tersebut, semua orang merasa terperanjat, diantaranya Kui
Goancu dan seng Goan taysu yang merupakan jago lihay kelas
satu dalam dunia persilatann, ternyata tak sempat melihat
jelas paras muka bayangan tersebut, bukan begitu saja,
mereka pun tak tahu apakah orang itu seorang pria atau
wanita. Malaikat penyakitan yang menggeletak di atas tanah,
kini lenyap tak berbekas.
513 Melukai orang, menyelamatkan orang rupanya dilakukan
oleh seorang yang sama dan dalam waktu yang bersamaan,
tapi siapakah orang lihay itu"
Bentakan keras, benturan nyaring berkumandang datang
dari samping gelanggang. Tidak jauh dari tempat kejadian itu, beberapa ratus orang
jago persilatan sedang melangsungkan suatu pertarungan
yang paling seru dan paling dahsyat untuk memperebutkan
kitab pusaka Hud jiu Poo pit.
sekali lagi seng Gong taysu menyapu sekejap mayat Leng
Beng cu yang terkapar diatas tanah, kemudian dengan badan
ngeri ujarnya kepada Kui Goan-cu: "Too heng, mungkinkah
perbuatan ini dilakukan oleh Iblis diantara iblis."
sebelum padri dari gereja siau lim si itu menyelesaikan
kata2nya imam tua itu cepat- cepat menukas:
"Apabila kenyataan sesuai dengan berita yang tersiar dalam
persilatan dan Tengkorak maut bukan lain adalah penyaruan
dari iblis diantara iblis, itu berarti persoalan ini sudah
mencapai keadaan yang paling serius dan kritis, pinto harus
segera pulang ke gunung untuk minta petunjuk ketua kami"
seng Gong taysu mengangguk:
"Betul, akupun mempunyai maksud untuk berbuat
demikian." Begitulah, salah satu diantara enam orang imam tersebut
segera membopong jenasah dari Leng Beng-cu, kemudian
tanpa membuang waktu lagi mereka segera berangkat untuk
kembali kegunung Khong tong guna memberi laporan kepada
ketua mereka. Dipihak lain, pertarungan sengit untuk memperebutkan
kitab pusaka Hud jiu Poo pit masib berlangsung dengan
serunya, semua pihak mengerahkan segala kemampuan yang
dimilikinya untuk merampas benda mestika ttu dari tangan
514 orang lain, belum selang seperminum teh, sudah belasan
orang jago lihay persilatan yang menemui ajalnya ditempat
tersebut.. -oood0wooo- BAB 29 SEMENTARA itu, dipihak lain ketika Han Siong Kie sadar
kembali dari pingsannya, ia temukan tubuhnya berbaring di
tengah sebuah hutan belantara yang gelap hingga sinar
matahari tak mampu menembus sampai kebawah.
Rasa sakit bagaikan di tusuk dengan jarum membuat
pemuda itu tak dapat dikuasahi lagi mendengus berat. "Nak,
engkau telah sadar?"
Teguran itu dirasakan Han Siong Kie amat mengetuk
perasaan hatinya. dari suara itu pula dia segera mengetahui
siapakah yang telah menolong jiwanya dari ancaman maut.
"Kau..kau.. adalah orang yang kehilangan sukma" bisiknya
dengan suara gemetar. "Benar" "Kau.. untuk sekian kalinya telah menolong aku, budi
kebaikan sebesar ini tak akan kulupakan untuk selamanya"
"Nak,jangan pikir yang bukan2 sekarang makanlah dahulu
obat ini,pengaruh obat tersebut akan mengurangi penderitaan
dalam tubuh.." Baru saja Han Siong Kie akan menyatakan rasa terima
kasihnya, sebutir obat dengan cepat telah meluncur masuk
kedalam mulutnya dan tertelan kedalam perut.
Beberapa saat kemudian rasa nyeri dan sakit dalam
tubuhnya semakin berkurang, buru2 ia merangkak bangun
dan duduk diatas tanah, sepasang matanya terbelalak lebar2,
515 namun suasana disekitar situ sunyi senyap tak terlihat sesosok
bayangan manusia pun, ia tak tahu dimanakah orang yang
kehilangan sukma menyembunyikan diri.
"Cianpwe, kenapa engkau tidak unjukkan diri untuk
berjumpa dengan diriku?" ujarnya dengan perasaan tulus .
"sekarang masih belum tiba waktunya"
"Dari mana cianpwae bisa tahu kalau aku ...."
"Untuk sementara waktu engkau tak usah bertanya soal itu
lebih dahulu, bukankah engkau telah masuk dalam benteng
maut?"" "Benar aku telah berkunjung kedalam benteng tersebut"
"Dan engkau sudah bertemu dengan pemilik benteng
maut". " "sudah dia adalah seorang manusia berkain cadar dimuka
yang amat misterius, bertemu atau tidak sama sekali tak ada
bedanya" "Sudah kau ceritakan tentang asal usulmu?"
"Tidak. aku belum menceritakan apa2 kepadanya"
Mendengar jawaban tersebut orang yang kehilangan sukma
menghela napas panjang. "Aaaai .. nak mengapa engkau tidak
turuti perkataanku?"
"Sebab aku masih belum mengerti apa sebabnya cianpwee
suruh aku berbuat begitu" jawab Han Siong Kie dengan
perasaan minta maaf. "Aaai.. nak engkau sudah salah, kini berbuat kesalahan
yang jauh lebih besar, aku suruh engkau berbuat begitu tentu
saja dengan disertai maksud-maksud tertentu, sedangkan
mengenai apa sebabnya untuk sementara waktu aku tak dapat
beritahu padamu, bukannya aku berlagak sok rahasia, dalam
516 kenyataan aku tak dapat beritahukan persoalan ini langsung
dengan mulutku sendiri aaai .. sekarang..."
Han Siong Kie merasa tak habis mengerti terhadap ucapan
orang yang kehilangan sukma ia tak paham apa sebabnya
perempuan itu tak dapat beritahukan persoalan itu kepadanya
dengan mulut sendiri" suatu teka-teki yang membingungkan
hatinya. Terdengar orang yang kehilangan sukma berkata
kembali. "Nak. kalau toh engkau tak mau berbuat seperti apa yang
kupesankan kepadamu, mengapa engkau mengunjungi
benteng maut dan bisa lolos dalam keadaan selamat?"
"Aku sedang melakukan tugas yang dibebankan guruku"
"Jadi engkau benar2 sudah angkat iblis diantara iblis
sebagai gurumu?" "Perkataan cianpwee sedikitpun tak salah"
"Boleh aku tahu kisahnya hingga engkau berjumpa dengan
iblis diantara iblis serta angkat sebagai gurumu?"
Han Siong Kie mengangguk secara gamblang dan tidak
merahasiakan sesuatu apapun ia menceritakan semua
kejadian yang dialaminya selama ini.
Selesai mendengar kisah tersebut dengan penuh emosi
orang yang kehilangan sukma berseru:
"Kau maksudkan seorang gadis yang menyebut diri sebagai
istri yang ditinggalkan telah selamatkan engkau dari dalam
benteng" "Benar, ia bersedia menolong aku karena akupun pernah
selamatkan selembar jiwanya"
"Sungguh tak nyana dia.." mendadak orang yang
kehilangan sukma teringat akan sesuatu dan perkataan yang
belum sempat di selesaikanpun terpotong ditengah jalanTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
517 "Ciancwee kenal gadis yang bernama istri yang ditinggalkan
itu?" tanya Han Siong Kie cepat dengan perasaan tercengang.
"oooh... tidak... tidak aku tidak kenal, saat ini tenaga dalam
yang kau miliki masih belum dapat dihimpun kembali" buruburu
orang yang kehilangan sukma mengalihkan pokok
pembicaraan ke soal lain.
Dengan penuh panasaran dan rasa jengkel Han Siong Kie
mendengus dingin- "Hmm Benar, tenaga dalamku tak dapat dihimpun kembali,
menurut gadis yang bernama Istri yang ditinggalkan, asal
jalan darahku yang tertotok bisa dibebaskan maka tenaga
dalamku masih tetap utuh seperti sedia kala"
"Maksudmu?"?"
"Mungkin dalam dunia persilatan tak ada orang lagi yang
bisa bebaskan jalan darahku yang tertotok dengan kepandaian
khusus benteng maut itu."
orang yang kehilangan sukma termenung dan berpikir
beberapa saat lamanya, kemudian dengan nada yang sedih ia
menjawab: "Ucapanmu memang tidak keliru, dikolong langit dewasa ini
memang jarang sekali ada orang yang mampu membebaskaa
totokan jalan darah yang dilakukan secara khusus itu."
"Apakah cianpwee dapat membebaskan pengaruh totokan
tersebut?" tanya sang pemuda dengan penuh harapan.
"Aku?" "Aku hanya menduga begitu, sebab dengan tenaga dalam
yang cianpwee miliki kemungkinan besar..."
"Dugaanmu tepat sekali, aku memang dapat membebaskan
totokan tersebut" 518 Mendengar jawaban tersebut Han Siong Kiejadi amat
terperanjat dan merasakan jantungnya berdebar keras, ia
dapat merasakan bahwa perkataan yang diucapkan oleh orang
yang kehilangan sukma diutarakan dengan perasaan hati
tertekan, tak tahan lagi dia berseru:
"Cianpwee....kau..."
"Aku tak apa2 nak. aku akan bebaskan jalan darahmu yang
Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tertotok" ujar orang yang kehilangan sukma lagi dengan suara
lebih tenang dan datar. Han Siong Kie merasa amat terharu sekali hingga seluruh
badannya gemetar keras, ia tak menyangka kalau orang yang
kehilangan sukma menyanggupi untuk bebaskan jalan
darahnya yang tertotok. setelah jalan darah itu bebas maka
tenaga dalam yang dimilikinya akan pulih kembali seperti sedia
kala dan pertama2 dia akan mengunjungi suhunya lebih
dahulu meskipun kedatangannya akan mendatangkan
kekecewaan bagi gurunya tapi keadaan jadi jauh lebih baik
dari pada sama sekali tak dapat berjumpa dengan dirinya.
Kedua dia akan merampas kembali sarung tangan Hud jiu
Poo pitnya dan mengunjungi malaikat hawa dingin sehingga
sepasang benda mustika itu dapat bersatu kembali dan..
Belum habis dia berpikir suara dari orang yang kehilangan
sukma telah berkumandang: "Nak, aku ada satu pertanyaan
hendak kuajukan kepadamu"
"Katakanlah yang hendak kau tanyakan?"
"Kau... kau... apakah engkau sangat membenci ibumu?"
Han Siong Kie tak menyangka kalau pihak lawan akan
mengajukan pertanyaan tersebut, mendengar pertanyaan itu
bagaikan di pagut ular berbisa sekujur tubuhnya bergetar
keras. 519 Ucapan terakhir dari paman gurunya Telapak naga beracun
Thio Lin sesaat sebelum meninggal dunia kembali
berkumandang dalam sisi telinganya:
"...aku pernah membawa engkau untuk menemui ibumu,
tapi ia hendak membinasakan kita berdua secara keji."
Selain itu, iapun teringat kembali dengan adegan ketika
ibunya Siang Go cantik ong cui Ing turun tangan secara keji
terhadap dirinya, ketika ia berada diwilayah Lian huan tan
pusat kekuasaan perkumpulan Thian che kau.
Makin diingat perasaan hatinya makin sakit bagaikan di
iris2, dengan penuh penderitaan ia mendengus berat. "Aku...
aku tak punya ibu" sahutnya kemudian.
"Kebencianmu kepadanya sudah mencapai ketingkat itu?""
tanya orang yang kehilangan sukma lebih jauh.
Han Siong Kie menggigit bibirnya kencang2. "Aku tak mau
mengungkap soal dirinya lagi."
"Tapi dikolong langit toh tak ada orang tua yang tidak
menyayangi putra kandung sendiri?"?"
"Benar, bagi orang lain mungkin saja perkataan itu benar...
tapi bagi diriku tidak"
"siapa tahu kalau ia mempunyai kesulitan yang memaksa
dirinya terpaksa harus berbuat begitu?""
"Kesulitan" haaahh haaahh haaah"
Dengan kalap dan penuh ledakan perasaan emosi, Han
Siong Kie tertawa keras, diantara gelak tertawanya penuh
mengandUng rasa sedih, gusar, saklt hati serta perasaan lain
yang mengacaukan pikirannya, ia benci kepada ibunya yang
berhati kejam bagaikan seekor ular beracun itu
"Nak, cinta kasih orang tua terhadap anaknya tiada
berbeda dikolong langit, suatu ketika engkau akan paham
520 dengan sendirinya" nasehat orang yang kehilangan sukma
lebih jauh. "Hmm sekarangpun aku sudah mengerti" jawab pemuda itu
penuh kebencian. Melihat kekerasaa hati pemuda itu, orang yang kehilangan
sukma menghela nafas panjang.
"Aaaai nak, suatu hari engkau akan merasa menyesal atas
Cara berpikir serta pandangan yang kau kemukakan pada saat
ini" Han Siong Kie tercengang dan tidak habis berpikir terhadap
ketepatan orang yang kehilangan sukma menebak latar
belakangnya, siapakah orang itu" kenapa ia bisa tahu akan
asal usulnya dengan begitu tepat" kenapa ia begitu menaruh
perhatian terhadap dirinya"
Dari pertolongan yang diberikan perempuan ini setiap kali
ia sedang mengalami kesulitan atau mara bahaya, hal ini
sudah jelas membuktikan bahwa pertolongan itu bukan
diberikan secara kebetulan saja, se-akan2 ia selalu mengikuti
kemanapun dia pergi, kenapa ia berbuat demikian?"
suatu teka teki yang tak terjawab" sejak kemunculan orang
yang ada maksud hingga saat ini, teka-teki tersebut selalu
membelenggu perasaan hatinya. Berpikir sampai disitu tak
tahan lagi ia bertanya: "sekali lagi aku mohon bertanya,
siapakah name cianpwee?""
"Nak, waktunya belum tiba, lebih baik janganiah kau
tanyakan lebih dahulu tentang soal itu"
"Agaknya cianpwee merasa paham sekali dengan semua
asal usulku..?" "Betul, dan mungkln apa yang kuketahui jauh melebihi apa
yang kau bayangkan sekarang"
521 satu ingatan dengan cepat berkelebat dalam benak Han
Siong Kie, jangan2 orang yang kehilangan sukma adalah
sanak keluarga sendiri atau saudara saperguruan dari
ayahnya, sebab perguruan dari ayahnya hingga saat ini masih
merupakan teka teki besar, andaikata ia berhasil mendapat
keterangan dari mulut perempuan ini mengenai sebab
musabab bunuh dirinya sang paman guru Telapak naga
beracun Thio Lin, siapa tahu kalau ia bakal memperoleh
tanda2 yang bakal menguntungkan penyelidikannya" Berpikir
sampai disitu, dengan nada menyelidik ia segera bertanya:
"Cianpwee, ada satu persoalan yang sampai kini tidak
kupahami, aku harap apa yang membingungkan hatiku itu
dapat kuketahui dari keterangan cianpwee, apakah engkau
bersedia untuk menjawab?"
"Apa yang ingin kau tanyakan" coba utarakan lebih dahulu"
"Mengenai perguruan dari ayahku"
"ooooh tentang soal itu" orang yang kehilangan sukma
sangsi sebentar "kali ini engkau bakal kecewa lagi sebab aku
masih belum dapat memberitahukan soal ini kepadamu."
Mendengar jawaban tersebut Han Siong Kie dibuat apa
boleh buat oleh kemisteriusan orang yang kehilangan sukma
hatinya terjelos dan ia segera berseru: "Kalau begitu
anggaplah aku telah banyak bertanya"
orang yang kehilangan sukma sama sekali tidak gusar oleh
sindiran tersebut, beberapa saat kemudian ia berkata: "Nak,
sekarang engkau boleh bangkit berdiri"
Han Siong Kie menurut dan bangkit berdiri
"Jangan bergerak, jangan berpaling kebelakang" kembali
orang yang kehilangan sukma berkata.
Han Siong Kie merasakan hatinya jadi amat tegang,
jantungnya terasa berdebar keras, ia tahu orang yang
522 kehilangan sukma akan membebaskan jalan darahnya yang
tertotok. Desiran angin tajam menggulung, tiba2 dari tempat yang
tak jauh dari sana "Duukk duuk duuk secara beruntun
bersarang di atas beberapa jalan darah penting sianak muda
itu, sekujur badannya gemetar keras, dan ia merasakan hawa
murni yang mulai bergerak dalam tubuhnya, dengan cepat
pemuda itu coba menyalurkan hawa murninya, ia merasakan
tenaga dalamnya dapat dihimpun kembali dengan cepatnya.
Rasa girang yang menyelimuti hati pemuda itu sulit
dilukiskan dengan kata2, ia segera berteriak:
"Aku berhasil pulihkan kembali tenaga dalamku aku segar
kembali..." "Benar anakku, meskipun tenaga dalammu telah pulih
seperti sedia kala, namun akibat hantaman toya emas tadi
luka dalam yang kau derita cukup parah, sekarang semedilah
dahulu dan salurkan hawa murninu mengelilingi seluruh badan
sebanyak sepuluh kali dengan pengerahan tenaga itu maka
daya kerja obat yang kau telan tadi akan menunjukkan kasiat
yang lebih besar." Han Siong Kie menurut dan segera pejamkan matanya
rapat2 berdiri ditempat itu juga dia salurkan hawa murninya
mengelilingi seluruh badan sebanyak sepuluh kali setelah itu
dia rasakan badannya jadi segar bugar kembali dan rasa sakit
yang semula menyelimuti badannya kini sudah lenyap tak
berbekas. "Nak" rintihan lirih berkumandang datang dari balik hutan
belantara. Tenaga murni yang dimiliki Han Siong Kie saat itu telah
pulih kembali seperti sedia kala, rintihan yang bagaimana
lirihnya tak mungkin bisa mengelabuhi pendengarannya, ia
terperangah mendengar suara aneh tersebut.
523 "Cianpwee kee . . kenapa engkau.." ia segera menegur
"Sambutlah bends ini"
Sebuah bungkusan berwarna putih tiba2 meluncur ke
arahnya. Dengan cepat Han Siong Kie terima benda itu dan
diperiksanya dengan seksama, seketika itu juga sekujur
badannya gemetar keras dengan bulu kuduk pa da bangun
berdiri matanya terbelalak lebar bagaikan disambar geledek di
siang hari belong dengan jantung berdebar keras secara
beruntun ia mundur lima langkah ke belakang keringat dingin
mengucur keluas membasahi seluruh badannya.
Ternyata benda yang dilemparkan orang yang kehilangan
sukma barusan bukan lain adalah sebuah telapak tangan
manusia yang ditebas sebatas pergelangan, darah masih
mengalir dari bekas kutungan tersebut, jelas telapak tangan
itu ditebas belum lama berselang atau mungkin disaat ia
mendengar suara rintihan lirih tadi.
Dengan badan gemetar keras karena terkesiap bercampur
kaget Han Siong Kie berdiri menjublak tanpa sanggup
mengucapkan sepatah katapun lama... lama sekali ia baru
berseru: "cianpwee kau... kau..."
"Nak engkau tak usah kaget, akulah yang telah menebas
kutung telapak tangan sendiri"
Han Siong Kie mundur dengan sempoyongan, hampir saja
ia tak sanggup berdiri tegak dengan amat terperanjat ia
menegur: "Kenapa cianpweee.... kenapa engkau berbuat
begitu?"" orang yang kehilangan sukma menghela napas panjang,
suaranya agak gemetar. "Nak baik2lah simpan telapak tanganku itu, dikala engkau
berkunjung kembali kedalam benteng maut dan bertemu
dengan pemilik benteng maut, seandainya ia bertanya
524 siapakah yang telah bebaskan jalan darahmu yang tertotok
maka serahkanlah potongan telapak ini kepadanya"
Han Siong Kie merasakan telinganya mendengung keras
dan pandangan matanya jadi gelap. hampir saja roboh tak
sadarkan diri "Cianpwee jadi engkau telah mengutungi telapak tanganmu
karena telah membebaskan jalan darahku yang tertotok?"
jeritnya dengan suara amat serak.
"Betul tapi engkau tak usah sedih ataupun memikirkan
persoalan itu didalam hati"
Air mata jatuh berlinang membasahi seluruh wajah Han
Siong Kie, ternyata orang yang kehilangan sukma mengutungi
telapak tangan sendiri karena ia telah bebaskan jalan
darahnya yang tertotok tapi apa sebabnya ia berbuat
demikian" Bukan saja berulang kali ia telah berutang budi
kepadanya, sekarang iapun berutang budi yang jauh lebih
besar dari pada budi2 lainnya sebab orang itu telah
mengorbankan lengannya untuk selamatkan jiwanya,
bagaimana mungkin budi sebesar ini dapat dibalas?" saking
terharunya pemuda itu menangis terisak. serunya dengan
suara ter-bata2: "cianpwee kau... kau... kenapa kau berbuat
demikian untukku?" kenapa?""
"Dikemudian hari engkau akan mengerti dengan sendirinya
kenapa aku rela berkorban demi dirimu"
"Kalau sejak permulaan tadi aku sudah tahu begini, aku
lebih rela tak punya kepandaian silat daripada harus
mengorbankan telapak tangan cianpwee"
"Nak masih banyak pekerjaan dan tugas yang harus kau
kerjakan, dalam keadaan begini engkau tak boleh kehilangan
ilmu silat sebab hal itu sangat penting bagimu untuk
menyelesaikan semua pekerjaan tersebut"
525 "Kendatipun begitu tiada alasan bagi cianpwee untuk
berkorban sebesar ini demi diri ku"
"Siapa bilang tak beralasan" alasan tentu ada dan
dikemudian hari engkau akan paham sendiri apa sebenarnya
alasan itu" "Tapi bagaimana mungkin aku bisa hidup tenteram akibat
peristiwa ini?" "Aku toh sudah suruh engkau tak usah pikirkan kejadian ini
didalam hati?" sela orang yang kehilangan sukma dengan
cepat, Han Siong Kie menghela napas panjang.
"Aaai budi yang cianpwee lepaskan kepadaku ibaratnya
sang surya di angkasa bagaimana mungkin aku dapat
membalas budi kebaikan sebesar ini"
"Nak. kejadian ini toh sudah berlalu kenapa musti engkau
pikirkan terus", sekarang ini kita masih berada didaerah
pertempuran, sementara pertarungan seru masih terus
berlangsung dengan hebatnya"
"Pertarungan sengit?" siapa yang sedang bertempur?"
tanya sang pemuda keheranan:
"orang2 persilatan yang datang kemari karena
kehadiranmu" "Lalu apa sebabnya mereka saling bertempur sendiri?"
"Mereka sedang memperebutkan kitab pusaka Hud jiu Poo
pit yang terjatuh dari sakumu."
"oooh" Han Siong Kie berseru tertahan, perasaan hatinya
merasa bergetar kertas. Kitab pusaka Hud jiu Poo pit sangat
mempengaruhi rencana pembalasan dendamnya, tapi kini
manusia2 tamak sedang memperebutkan benda miliknya itu
secara memalukan sekali, tanpa terasa darah panas bergelora
dalam benak pemuda ini. 526 sementara dia masih melamun, tiba2 terdengar orang yang
kehilangan sukma berkata:
"Nak. aku hendak pergi dari sini, ada sebuah permintaan
Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
aku harap bagaimanapun juga harus kau sanggupi, apakah
engkau bersedia?""
" Harap cianpwee katakan keluar, aku bersumpah pasti
akan melaksanakannya"
"Kunjungilah Benteng maut sekali lagi, Ceritakanlah asal
usulmu yang sebenarnya"
Tercekat hati Han Siong Kie mendengar permintaan itu,
pikirnya didalam hati: "Baiklah kusanggupi saja permintaan ini, tapi terlebih
dahulu aku harus berhasil merampas kembali kitab pusaka
Hud jiu Poo pit kemudian berangkat kebukit Kou lou san untuk
menjumpai Malaikat hawa dingin dan memberitahukan jejak
malaikat hawa panas, setelah sepasang sarung tangan itu
berhasil aku memepelajari ilmu sakti sie mi sinkang akan
kukunjungi kembali benteng maut. Berpikir sampai disini ia
lantas menjawab: "Aku turuti permintaan cianpwee"
"Apakah sekarang juga engkau akan berangkat kesitu?"
Pemuda itu menggeleng. "Aku masih ada dua persoalan penting yang harus
diselesaikan lebih dahulu, kemudian baru kukunjungi kembali
benteng maut" "Baiklah kalau begitu, tapi ingat, engkau harus ceritakan
asal usulmu yang sebenarnya, selain itu asal usulmu hanya
boleh kau ceritakan kepada pemilik benteng maut seorang,
janganlah sampai ada orang kedua yang mengetahui rahasia
ini" Walaupun dalam hati kecilnya sangsi dan bercampur
curiga, namun diluaran ia menyahut juga:
527 "Akan kuingat selalu di dalam hati"
Mendadak satu ingatan berkelebat dalam benaknya, buru2
melanjutkan kembali kata2nya.
" Cianpwee, belum lama berselang ketika berada dalam
sebuah rumah penginapan, aku telah bertemu dengan
seorang cianpwee yang menyebut diri sebagai ong Popo, ia
berhasil menemukan racun cabul Jit bi san yang
mempengaruhi seorang gadis, apakah cianpwee itu adalah..."
"Dugaanmu tidak keliru, orang itu memang aku"
satu ingatan kembali berkelebat dalam benak Han Siong
Kie, segera pikirnya: "Jangan2 paras muka itu adalah paras muka yang asli dari
orang yang kehilangan sukma?""
sementara itu perempuan tersebut telah berkata kembali.
"Nak, apakah engkau telah melaksanakan perkataanku dan
berbuat.." "Maaf cianpwee, ketika kutemukan bahwa racun yang
mengeram dalam tubuh nona Go siau Bi telah punah, maka
aku tidak melakukan petunjuk dari cianpwee"
"Apa?" engkau tidak melakukan seperti apa yang
kuucapkan"." orang yang kehilangan sukma termenung beberapa saat
lamanya, kemudian ia menghela napas sedih.
"Aaaai .. perhitungan manusia toh akhirnya tak dapat
menangkan perhitungan takdir."
Terperangahlah sianak muda itu mendengar keluhan
tersebut, dengan nada tercengang ia berseru:
"cianpwee, apa yang kau katakan?""
528 "oooh...tidak....tidak apa-apa, Nak Aku tak dapat berdiam
terlalu lama disini, selamat tinggal"
Han Siong Kie berdiri membungkam ditempat semula seakan2
baru sadar dari suatu mimpi yang aneh, sesaat
kemudian ia baru enjotkan badan dan meluncur kearah luar
hutan. Beberapa saat kemudian hutan belantara sudah
ditinggalkan dan suara bentakan keras dan bentrokan senjata
mana lapat2 mulai terdengar dari kejauhanPemuda itu segera mempercepat gerakan badannya
meluncur kearah gelanggang, sementara itu pertarungan
diantara para jago persilatan masih berlangsung dengan
sengitnya, korban yang terluka dan mati terkapar dimana2..
Pada saat itu Nenek bertoya emas sambil memegang
toyanya sedang berdiri disisi kalangan.
seorang kakek tua bermuka lebar bertelinga besar sedang
terlibat dalam suatu pertarungan yang amat seru melawan
Dewa yang berjalan dalam tanah.
Kedua belah pihak sama2 merupakan jago lihay dunia
persilatan, pertarungan yang sedang berlangsung waktu itu
benar2 seru sekali hingga membuat orang jadi tertegun dan
berdiri menjublak. Desiran angin puyuh disertai gulungan pasir dan debu
beterbangan diseluruh angkasa, begitu tajam serangan2 yang
mereka lancarkan sehingga membuat para jago yang
mengikuti jalannya pertarungan darijarak lima tombakpun
merasakan tajamnya desiran angin pukulan tersebut.
Tiba2.. Nenek bertoya emas menghentakkan toyanya
keatas tanah, kemudian terjunkan diri kedalam gelanggang
pertarungan, bersama sama dengan kakek bermuka lebar
bertelinga besar ia mengerubuti Dewa berjalan dalam tanah
habis2anTiraikasih Website http://kangzusi.com/
529 Berbicara tentang ilmu silat, kepandaian yang dimiliki Dewa
berjalan dalam tanah seimbang dengan kepandaian kakek
bermuka lebar bertelinga besar itu,jika dibandingkan dengan
kepandaian Kim ciang Popo atau nenek bertoya emas maka
kepandaian mereka setingkat lebih tinggi, bila satu lawan satu
tentu saja keadaan seimbang, tapi setelah main kerubut maka
situasi dalam gelanggang pertarungan pun kembali mengalami
perubahan besar. Nenek bertoya emas sangat benci kepada Dewa berjalan
dalam tanah setelah menyergap dari samping, semua
serangan yang dilepaskan olehnya merupakan serangan2 keji
yang luar biasa dahsyatnya.
Dalam waktu singkat Dewa berjalan dalam tanah terdesak
pada posisi dibawah angin.
Tiga puluh gebrakan kemudian, Dewa berjalan dalam tanah
telah terancam oleh bahaya, ia mulai terdesak hebat dan tak
mampu membela diri, setiap saat kemungkinan besar jiwanya
terancam. Pada saat itulah Nenek bertoya emas dengan nada
mengejek segera menyindir:
"Hei orang cebol katanya kamu lihay" kenapa tak becus
begitu...?" kalau engkau bersedia serahkan kitab pusaka Hud
jiu Poo pit itu kepadaku, maka urusan diantara kita mudah
dirundingkan" "oei Ciu Kiok" seru Dewa berjalan dalam tanah dengan
nafas tersengkal2 " engkau benar2 tak tahu malu, hutang ini
dikemudian hari pasti akan kutagih sendiri kepadamu"
"Huuhh... cebol, pentang dulu matamu lebar2 dan coba
lihat dulu, apakah engkau mampu untuk meloloskan diri dari
kurungan kami. ..?"?"
"Hmm siapa bilang tak mampu?"?"
"Kalau begitu, lihat saja bagaimana hasilnya nanti."
530 Dalampada itu, kakek tua bermuka lebar bertelinga besar
sekaligus telah melancarkan dua puluh empat buah serangan
berantai yang memaksa Dewa berjalan dalam tanah sekali lagi
terdesak mundur berulang kali.
Menggunakan kesempatan yang sangat baik itulah, Nenek
bertoya emas segera membentak keras, toya emasnya
membentuk selapis tembok emas yang amat rapat
menyumbat mati jalan mundur Dewa berjalan dalam tanah
Dalam keadaan demikian, asal Dewa berjalan dalam tanah
mundur dua langsah lagi kebelakang, niscaya tubuhnya akan
menumbuk diatas dinding emas tersebut.
Tiba2 suara benturan keras yang amat memekikan telinga
berkumandang, dari tengah udara bayangan manusia saling
berpisah satu sama lainnya dan cahaya emaspun seketika
lenyap tak berbekas dari pandangan..
Perawakan badan Dewa berjalan dalam tanah yang
dasarnya sudah gemuk lagi cebol kini telah menggembang
hingga bulat bagaikan sebuah bola udara.
sementara nenek bertoya emas dan kakek bermuka lebar
bertelinga besar berdiri kurang lebih satu tombak
dihadapannya dengan muka terkesiap bercampur ngeri.
Dari antara jago lihay yang hadir dalam gelanggang, segera
terdengarlah ada orang yang menjerit kaget:
"Aaah ilmu sakti Tee tan-kang"
Ilmu sakti Dewa berjalan dalam tanah yang tak pernah
digunakan selamanya. sekonyong2..
Sesosok bayangan manusia bagaikan burung elang
menyambar turun ketengah gelanggang dengan kecepatan
bagaikan sambaran petir. "Malaikat panyakitan. "
"Mala ikat penyakitan. "
531 Jeritan2 kaget berkumandang diantara para jago persilatan,
sasaran utama mereka yang hampir saja terlupakan ini
ternyata muncul kembali ditengah gelanggang dalam kondisi
segar, peristiwa ini benar2 berada diluar dugaan setiap orang.
-00d000w00- BAB 30 ADA SATU hal yang tidak dimengerti oleh para jago
persilatan, bukankah Malaikat penyakitan sudah kena dihajar
oleh hantaman toya emas Kim ciang Popo sehingga luka
parah" kenapa saat ini dia bisa munculkan diri dengan
gorakan tubuh yang begitu cepat hingga menggidikkan hati"
Tentu saja, diantara para jago persilatan itu Kim ciang Popo
lah yang merasa paling terperanjat dan bergidik.
Ketika musuh besar saling berjumpa muka, sorot mata
kedua belah pihak sama2 berubah jadi merah berapi2.
Begitu mencapai permukaan tanah, dengan sorot mata
yang tajam laksana kilat Han Siong Kie menatap wajah Kim
ciang Popo tanpa berkedip. membuat nenek itu jadi merinding
dan bulu kuduknya tanpa terasa pada bangun berdiri
Benarkah iblis kecil bermuka penyakitan yang berada
dihadapannya sama sekali tak becus dalam ilmu silat seperti
apa yang dialaminya belum lama berselang" atau mungkin ia
sengaja sedang ber-pura2 berbuat begitu untuk mengibuli
pandangan orang banyak terhadap dirinya?"
Dalam pada itu Dewa berjalan dalam tanah telah tarik
kembali ilmu sakti Tee tan kangnya, sambil picingkan matanya
mengawasi ahli waris dari iblis diantara iblis itu dalam hati
kecilnya diam2 ia mengambil pertimbangan, haruskah
tinggalkan tempat ini" atau..
532 Suasana ditengah gelanggang seketika berubah jadi sunyi
senyap tak kedengaran sedikit suarapun
setelah lama sekali menatap wajah Nenek bertoya emas
tanpa berkedip. dengan suara dingin ia menegur: "Bawa
kemari" "Apanya yang bawa kemari?"" seru nenek bertoya emas
pura2 tak mengerti. " Nenek siluman, engkau tak usah berlagak pilon
dihadapanku, ayoh bawa kemari".
seruan 'nenek siluman' yang bernada tak sedap didengar
itu kontan membuat paras muka nenek bertoya emas yang
pada dasarnya sudah jelek makin nampak jelek barupada kali
ini ada orang berani memaki kejelekannya tepat dihadapan
mukanya. Begitu marah dan geramnya nenak tua itu sehingga sambil
tertawa seram ia berseru:
"Bocah bangsat kemplangan toya ku tadi tidak berhasil
mengirim engkau pulang ke rumah nenekmu sekarang.."
Belum habis ia berkata secepat sambaran petir Han song
Kie telah meluncur kedepan dan tahu2 sudah kembali
ketempat semula, dalam genggamannya kini telah bertambah
dengan sejenis benda dan benda itu bukan lain adalah toya
emas senjata andalan dari nenek bertoya emas tersebut.
Ditengah jeritan kaget yang berkumandang memecahkan
kesunyian dengan hati terperanjat dia pecah nyali secara
beruntun nenek bertoya emas mundur tiga langkah lebar ke
belakang. Demontrasi kepandaian sakti yang dilakukan Han Siong Kie
ini dengan cepat membuat gempar seluruh gelanggang, paras
muka semua jago persilatan yang hadir disitu sama2 berubah
hebat, diam2 hati mereka terasa amat tercekat.
533 sekali lagi dengan suara yang dingin dan amat ketus Han
Siong Kie menegur: "sebetulnya engkau mau serahkan
kepadaku atau tidak?""
Bagaimanapun juga nenek bertoya emas adalah seorang
jago persilatan yang sudah lama tersohor akan kelihayannya
dikolong langit, sudah tentu ia tak mau menelan penghinaan
tersebut dengan begitu saja, dengan muka merah membara
karena gusar ia membentak keras: "Bocah bangsat, rupanya
engkau pingin mampus?"?"
sepasang telapak disilangkan satu sama lainnya, kemudian
badannya menerjang ke depan sambil melancarkan serangan.
Han Siong Kie masih teringat terus dengan dendam sebuah
pukulan toyanya, melihat datangnya serangan tersebut, ia
segera mendengus dingin. "Hmm sebuah pukulan toya dibalas dengan sebuah pukulan
toya, itu baru dinamakan adil"
Cahaya emas berkelebat lewat, diiringi jeritan kesakitan
yang mengerikan, sambil muntah darah segar tubuh Nenek
bertoya emas mencelat sejauh tiga tombak dari tempat
semula. Jeritan kaget bergema diseluruh kalangan, setiap jago
merasakan bulu kuduknya pada bangun berdiri
Dengan tenaga dalam yang dimiliki Kim ciang popo,
ternyata ia tak mampu menahan sebuah seranganpun dari
musuhnya, kepandaian ampuh semacam ini benar2 membuat
hati orang terkesiap. mungkin dalam gelanggang saat ini tak
seorang manusiapun yang merupakan tandingannya .
Dengan sorot mata memancarkan kebengisan selangkah
demi selangkah Han Siong Kie berjalan menghampiri nenek
bertoya emas yang terkapar diatas tanah, langkah kakinya
yang berbunyi gemirisik menimbulkan napsu membunuh yang
Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
534 makin lama semakin tebal, begitu tegang suasananya
membuat setiap ortang terpukau dan berdiri menjublak.
Dengan sekuat tenaga Nenek bertoya emas berusaha untuk
meronta bangun dari atas tanah tapi baru bangkit setengah
jalan dengan lemas ia roboh kembali diatas tanah, hal ini
menunjukkan bahwa luka dalam yang di derita olehnya cukup
parah. suasana dalam gelanggang tercekat dalam keseraman dan
kengerian, hawa nafsu membunuh menyelimuti seluruh udara
membuat jantung semua orang berdebar keras.
Tiba2 Dewa berjalan dalam tanah yang gemuk dan cebol
itu meloncat maju kedepan dengan suara keras ia berteriak:
"Hei bocah muda benda yang kau inginkan berada
ditanganku." sambil berkata dia ambil keluar sarung tangan Hud jiu Poo
pit itu kemudian di acungkan keudara setelah itu buru2 benda
itu dimasukan kedalam sakunya.
Dengan cepat Han song Kie putar badan, toya emas yang
berada dalam gengamannya dibuang keatas tanah.
TindakanDewa berjalan dalam tanah yang ksatria dan
jantan ini mendapatpujian dari setiap jago yang hadir
digelanggang, sebab dengan perbuatannya itu dia tidak
kehilangan jiwa jantan seorang jago persilatan, sebab justru
dengan perbuatannya itu maka dengan selembar jiwa dari
nenek bertoya emas berhasil diselamatkan.
Dengan berlangsungnya peristiwa ini, dengan cepat
memandang pula tujuan semula dari kehadiran jago persilatan
ditempat itu. Mula pertama tampaklah kakek bermuka lebar bertelinga
besar itu menggeserkan tubuhnya kesisi Dewa berjalan dalam
tanah, diikuti semua jago persilatan yang berada disekeliling
tempat itupun berbareng maju satu tombak kedepan, dengan
535 begitu gelanggangpun semakin diperciut hingga empat
tombak belaka luasnya. suatu pertempuran sengit rupanya
segera akan berlangsung..
Dengan sorot mata yang tajam bagaikan sambaran kilat,
Han Siong Kie menyapu sekejap seluruh gelanggang,
kemudian dengan nada dingin tegurnya kepada dua orang
yang berada dihadapannya:
"siapakah kalian berdua ?""
"Aku adalah Dewa berjalan dalam tanah, bocah muda
engkau pernah mendengar nama ku?" Han Siong Kie
menggeleng. "Belum pernah kudengar nama itu" katanya, sorot matanya
segera dialihkan kearah kakek bermuka lebar bertelinga besar
tadi. sebelum buka suara orang itu sudah memperkenalkan diri
lebih dahulu: "Aku adalah Heng sang Pedagang pejalan kaki
Ku It Hui..." "Hmm baru pertama kali ini kudengar nama mu itu"
Mendengar ejekan tersebut baik Dewa berjalan dalam
tanah maupun Pedagang perjalan kaki Ku It Hui sama2
tertawa dingin tiada hentinya.
sekali lagi Han Siong Kie maju beberapa langkah kedepan
sambil menatap wajah Dewa berjalan dalam tanah tajam2
serunya: "Benda itu toh berada ditanganmu ayoh cepat serahkan
keluar" Dewa berjalan dalam tanah tertawa seram:
"Heeehh...heehhh...heehhh... bocah muda, kenapa tidak
kau tanyakan dulu kepada semua sahabat yang hadir dalam
gelanggang pada saat ini, apakah mereka setuju kalau
kuserahkan kembali benda itu kepadamu atau tidak?""
536 Han Siong Kie segera naik darah, dengan muka merah
membara ia mendengus dingin. "Hmm" sebenarnya engkau
mau serahkan kembali benda itu kepadaku atau tidak?""
"Bukannya tak mau, cuma aku tak dapat berbuat demikian"
"Heeebh... heeehh heeehhh kalau memang begitu, jangan
salahkan kalau aku tak akan berlaku sungkan2 lagi terhadap
dirimu" Begitu ucapan terakhir diutarakan keluar sepasang
telapaknya disertai tenaga dalam yang luar biasa dahsyatnya
langsung membacok badan Dewa berjalan dalam tanah.
Menyaksikan datangnya ancaman tersebut, hampir pada
saat yang bersamaan Dewa berjalan dalam tanah serta
Pedagang pejalan kaki Ku It Hui melancarkan serangan secara
berbareng untuk menyambut datangnya ancaman tersebut.
"Blammm" bentrokan dahsyat yang amat memekikan
telinga berkumandang di seluruh angkasa, Dewa berjalan
dalam tanah serta Pedagang berjalan kaki Ku It Hui samasama
tergentar hingga mencelat sejauh satu tombak dari
tempat semula itupun badan mereka masih sempoyongan
tiada hentinya. Han Siong Kie tak sudi memberi kesempatan lebih jauh
kepada musuhnya untuk berganti napas tubuhnya sekali lagi
menerjang kedepan telapak kirinya menghajar tubuh
Pedagang berjalan kaki Ku It Hui sedangkan tangan kanannya
dengan lima jari dipentangkan bagaikan kuku garuda langsung
mencengkeram Dewa berjalan dalam tanah.
Dalam satu jurus terbagi menjadi dua gerakan yang secara
terpisah mengancam dua orang jago lihay dari dunia
persilatan bukan saja pukulan yang dilepaskan berat bagaikan
tindihan sebuah bukit karang, cengkeramanpun cepat lakana
kilat. 537 Pedagang pejalan kaki Ku It Hui segera melayang delapan
depa dari permukaan tanah, ia melepaskan sebuah serangan
balasan yang tidak kalah hebatnya..
sedangkan Dewa berjalan dalam tanah menghindar
kesamping dengan suatu gerakan yang cekatan ia meloloskan
diri dari sambaran kilat tersebut..
Hampir pada saat yang bersamaan, delapan buah pedang
pusaka disertai delapan buah desiran angin tajam menyergap
tubuh Han Siong Kie dari arah belakang.
Dengan sigap Han Siong Kie meluncur ke udara dan
melepaskan diri dari ancaman angin pukulan serta desiran
pedang lawan, ketika dia berpaling kebelakang maka
terlihatlah orang yang menyergap tubuhnya dengan serangan
delapan bilah pedang tadi ternyata bukan lain adalah delapan
orang pria setengah baya yang memakai jubah warna biru.
Dengan pandangan mata yang tajam pemuda itu menyapu
sekejap wajah kedelapan orang jago pedang baju biru
tersebut, lalu dengan suara adem tegurnya: "siapakah kalian
berdelapan" sebutkan dahulu siapa nama kamu semua.."
"Kami adalah delapan pendekar pedang dari kota Tiong
ciu"jawab salah seorang diantara delapan jago pedang itu
dengan suara ketus dan dingin.
"Apa maksud kalian datang kemari?"
"Tujuan kedatangan semua umat persilatan yang
berkumpul dalam gelanggang saat ini adalah sama yakni
menuntut balas serta menagih hutang2 lama dari Mo tiong cimo."
Han Siong Kie terperangah dibuatnya, dari sini jelas sudah
memperlihatkan bahwa musuh besar dari gurunya tersebar
dikolong langit yang diketahui olehnya adalah jago2 dari partai
Khong tong, gereja siau lim si serta Thian lam pay ditambah
538 pula jago2 persilatan yang hadir dalam gelanggang dewasa
ini... Itu berarti dalam perjalanannya dikemudian hari ia telah
memikul suatu tanggung jawab yang sangat berat pembalasan
dendam pasti akan ditemuinya selama ini tapi dendam sakit
hati apakah yang terikat diantara mereka" dia sendiripun tak
tahu. Berpikir sampai disitu diam2 dia ambil keputusan untuk
merampas kembali kitab pusaka Hud jiu poo-pit lebih dahulu
kemudian pulang ketempat tinggal gurunya untuk memberi
laporan sebab batas waktu sepuluh hari sudah bakal habis, ia
tak ingin gurunya mati dengan membawa penyesalan hingga
gurunya mati tak pejamkan mata. setelah ambil keputusan
dihati, dengan suara dingin segera katanya lantang:
"Pada waktu ini aku tak punya banyak waktu luang,
dikemudian hari kalian pasti akan memperoleh penyelesaian
yang adil dari persengketaan ini."
"Malaikat penyakitan, omong kosong tak ada gunanya, kau
anggap dengan mengucapkan kata2 tersebut maka urusan
dapat diselesaikan dengan begitu saja?""
"Lalu apa yang kalian kehendaki?""
"Katakanlah tempat persembunyian dari iblis diantara iblis"
"Andaikata aku tak mau bicara?"?"
Paras muka delapan pendekar pedang dari kota Tiong- ciu
berubah hebat, pemimpin mereka segera berseru dengan
nada kasar: "Hmm aku rasa engkau tak mungkin bisa membungkam
terus menerus" "Huuhh... dengan andalkan kalian beberapa orang hendak
paksa aku untuk bicara", jangan mimpi disiang hari bolong"
539 Dihina dan dimaki dengan kata kata yang begitu
memandang rendah terhadap mereka, delapan pendekar
pedang dari kota Tiong ciu tak mampu menahan hawa
amarahnya lagi, ditengah bentakan keras delapan bilah
pedang dengan menciptakan selapis cahaya tajam yang
berkilauan langsung mengurung badan Han Siong Kie, hawa
pedang mendesir dan memancar keempat penjuru membuat
para jago yang berada lima tombak disekitar tempat itupun
ikut merasakan desiran angin tajam tadi.
Dikolong langit tidak terlalu banyak manusia yang mampu
menghadapi serangan gabungan dari delapan pendekar
pedang itu sekalipun belum sampai tarap tiada tandingan
namun jarang sekali ada jago yang berani beradu kepandaian
dengan mereka berdelapan sekaligus.
Menyaksikan datangnya ancaman yang begitu dahsyat,
diam2 Han Siong Kie merasa amat tercekat hatinya, sepasang
telapak diayun berulang kali dan sekaligus melancarkan lima
buah serangan berantai. Kelima buah pukulan yang dilepaskan itu cepat sekali
hingga se-akan2 merupakan suatu penggabungan satu jurus
serangan belaka, bukan begitu saja bahkan tenaga murni
yang disertakan dalam serangan tersebut merupakan tenaga
hasil latihan selama dua ratus tahun yang maha dahsyat, bisa
dibayangkan betapa dahsyat dan ngerinya serangan maut itu.
Dikala para jago persilatan yang hadir ditempat itu masih
dibikin bingung dan tercengang oleh situasi yang mengerikan
itu "Bluumm .." suatu ledakan dahsyat yang sangat
memekikkan telinga bergelegar diangkasa, jeritan ngeri
berkumandang saling susul menyusul, tiga sosok bayangan
manusia mencelat ketengah udara dan lima kilatan cahaya
tajam menggaris ditengah angkasa.
540 Suasana jadi gaduh dan kacau balau, bayangan manusia
terpencar kesana kemari diantara delapan pendekar pedang
dari Tiong- ciu, lima orang jago diantaranya kehilangan
senjata, sedang tiga orang lainnya terpental sejauh dua
tombak lebih dari tempat semula.
Paras muka mereka semua pucat pias bagaikan mayat,
tubuh mereka gemetar keras dan untuk beberapa saat
lamanya tak seorangpun diantara mereka yang buka suara
ataupun meugucapkan sepatah kata.
Berhasil dengan serangannya yang pertama, Han Siong Kie
tak mau buang tempo lebih jauh, secepat sambaran kilat ia
menerjang kearah Dewa berjalan dalam tanah.
Pedagang pejalan kaki Ku It Hui yang berada disampingnya
tanpa mengucapkan sepatah katapun tiba2 melancarkan
sebuah pukulan yang mengerikan.
Han Siong Kie tak menduga kalau Pedagang pejalan kaki
Ku It Hui bisa menyergap dari sisi gelanggang, waktu tidak
mengijinkan baginya untuk berpikir panjang, berada ditengah
udara tubuhnya segera berputar kearah mana berasalnya
serangan itu, sepasang telapak didorong kedepan menyambut
datangnya ancaman tersebut.
"Blaamm.." benturan nyaring kembali bergelegar
diangkasa, Pedagang pejalan kaki Ku It Hui menjerit
kesakitan, badannya mencelat sejauh empat tombak dari
tempat semula dan terkapar diantara kerumunan para jago
lainnya. Dewa berjalan dalam tanah mengerti kalau gelagat tidak
menguntungkan baginya, dalam detik terakhir itulah ia himpun
tenaga sakti Tee tan kang miliknya, sekujur badan jadi
bergelembung bagaikan bola angin.
Han Siong Kie yang menyaksikan keadaan aneh tersebut
jadi tertegun untuk beberapa saat lamanya.
541 Dewa berjalan dalam tanah menggeram aneh sepasang
telapaknya didorong keluar.
"Blaaammm " suatu ledakan hebat dahsyat meluncur
kedepan langsung menghantam tubuh Han Siong Kie.
Sianak muda itu amat terperanjat, sepasang telapaknya
segera didorong kedepan untuk menyambut datangnya
ancaman itu, ketika dua jenis tenaga bertemu satu sama
lainnya segera terjadi suatu ledakan dahsyat yang
memekikkan telinga kedua belah pihak sama tergentar
mundur satu langkah kebelakang sementara sisa2 tenaga
benturan itu bagaikan gulungan ombak segera memancar
keempat penjuru. Pada waktu itulah hujan senjata rahasia yang amat rapat
bagaikan hujan gerimis tersebar diseluruh angkasa
mengurung sekujur badan Han Siong Kie.
Pemuda itu membentak keras, sepasang telapak didorong
kedepan secara beruntun, gelombang hawa murni selapis
demi selapis memancar keluar dan mementalkan senjata2
rahasia yang mengancam kearahnya itu, tapi senjata rahasia
tersebut berhamburan tiada hentinya bagaikan hujan gerimis,
membuat siapapun yang memandang jadi terkesiap dan
bergidik rasanya. Menggunakan kesempatan yang sangat baik itulah delapan
pendekar prdang dari kota Tiongciu mengundurkan diri dari
gelanggang demikian juga dengan Dewa berjalan dalam
Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tanah serta Pedagang pejalan kaki Ku It Hui kedua jago lihay
ttu cepat2 mundur kebelakang.
Diantara senjata rahasia yang berhamburan diangkasa
terdapat pula jarum2 halus yang sangat beracun, serangan
lembut seperti itu terang tak mungkin ditangkis dengan
pukulan telapak, untuk beberapa saat Han Siong Kie dibikin
kalang kabut dan kelabakan tiada hentinya, kejadian ini
542 dengan cepat memancing timbulnya hawa napsu membunuh
dalam hatinya. Sepasang telapak berputar membentuk lingkaran, senjata
rahasia yang berhamburan segera terpental keempat penjuru,
kemudian sepuluh jari tangannya tiba2 dibentangkan lebar2.
sepuluh gulung desiran angin tajam, secepat sambaran
kilat memancarkan keluar..
Ilmu jari Tong kim ci adalah sejenis ilmu sentilan yang luar
biasa dahsyatnya, emas dalam jarak lima tombak pun akan
berlubang jika termakan oleh serangan tersebut.
Jeritan ngeri yang menyayatkan hati bergema saling susul
menyusul, begitu seramnya hingga menggidikkan hati semua
orang. seluruh jari berkelebat kesana kemari tiada hentinya, setiap
penjuru dijelajahi secara merata dan tak ada yang kelewatan.
Jeritan ngeri berkumandang saling susul menyusul, seluruh
hutan belantara itu tercekam dalam suasana yang betul2
mengerikan, se-akan2 dunia persilatan sedang menghadari
hari kiamat. Hujan senjata rahasia segera terhenti, sementara jeritan
ngeri makin lama semakin banyak dan makin melengking..
Diatas permukaan tanah tertambah dengan mayat2 yang
bergelimpangan disana sini, kurang lebih lima puluh sosok
mayat terkapar di atas tanah dalam keadaan yang
mengerikan, dada atau batok kepala mereka berlubang, darah
kental mengucur keluar tiada hentinya.
Pembantaian yang keji seperti ini, boleh dibilang jauh lebih
mengerikan danjauh lebih menyeramkan daripada tindak
tanduk Mo tiong ci mo dimasa lampau.
Semua jago persilatan yang hadir digelanggang tercekat
semua dibuatnya, paras muka mereka pucat pias bagaikan
543 mayat dan sukma seraya melayang tinggalkan raganya karena
ketakutan. Bau amis darah.. kebrutalan... kekejian menyelimuti seluruh
gelanggang. -oood0wooo- Jilid 15 MENDADAK... seorang kakek cebol berbadan gemuk
munculkan diri dari barisan para jago, setibanya ditengah
gelanggang ia merogoh kedalam sakunya dan ambil ke luar
sebuah benda, setelah diletakkan diatas tanah sambil tertawa
seram katanya: Inilah sarung tangan Hud jiu Poo pit, aku Dewa berjalan
dalam tanah tidak ingin mencicipi harta kekayaan ini, sekarang
benda ini kuserahkan kembali kepada rekan2 persilatan
semua. Habis berkata ia enjotkan badandan buru-buru tinggalkan
tempat celaka itu. sarung tangan tembaga hitam memancarkan Cahaya yang
menyilaukan mata, semua sorot mata para jago dengan
pandangan serakah ditujukkan keatas benda tersebut.
Siapapun ingin mendapatkan benda mustika yang
diidamkan oleh setiap orang itu, siapapun ingin memilikinya,
tindakan dari Dewa berjalan dalam tanah benar2 berada diluar
dugaan setiap jago yang hadir digelanggang.
Han Siong Kie malahan dibuat terperangah oleh sikap
lawannya, ia tak mengira kalau Dewa berialan dalam tanah
secara suka rela bersedia serahkan benda mustika itu
kepadanya, mungkin juga manusia cebol itu sudah mengerti
andaikata ia tidak serahkan benda itu maka sulitlah baginya
544 untuk meloloskan diri dari sana, selain itu mungkin diapun
sudah dibuat ngeri oleh pemilik benda itu..
Sementara masih berpikir, pemuda she Han itu siap maju
kedepan untuk memungut sarung tangan Hud jiu Poo pit itu..
Segulung desiran angin yang sangat aneh menggulung
lewat dan mendorong sarung tangan Hud jiu Poo pit segera
menggelinding sejauh dua tombak dari tempat semula, di ikuti
seorang kakek tua berjubah hitam dan bermuka merah
bagaikan darah tampil ditengah gelanggang.
Han Siong Kie merasa amat terkesiap, dengan cepat ia
berpaling kebelakang, ketika sepasang mata saling bertemu
pemuda itu merasakan hatinya tercekat, dari pancaran mata
kakek baju hitam itu ia dapat merasakan hawa sesat yang
membikin hati orang jadi bergidik.
Suasana jadi gaduh dan rata2 para jago persilatan yang
hadir disana sama2 menunjukkan paras muka ngeri
bercampur takut. "siapakah engkau" tegur Han Siong Kie dengan nada
dingin. Kakek tua berjubah hitam itu mengerutkan wajahnya, lalu
dengan seram ia menjawab: "Aku adalah Dewa racun Yu
Hoat" Dewa racun Yu Hoat tersohor karena ilmu racunnya yang
sangat lihay dan tiada tandingan dikolong langit. setiap orang
persilatan yang mendengar namanya pasti akan berubah
wajah dan ketakutan, tak nyana iblis tua tersebut telah
munculkan diri di tempat itu.
Han Siong Kie berpengalamau cetek dan tak kenal banyak
jago persilatan, tentu saja ia tak tahu siapakah manusia yang
menyebut diri sebagai Dawa racun Yu Hoat ini, ia segera
mendengus dingin. 545 "Apa maksudmu datang kemari ?" tegur Han Siong Kie.
Dewa racun Yu Hoat tertawa seram tiada hentinya.
"Heehhh..heehhh..heehhh . Malaikat penyakitan aku telah
tertarik sekali dengan sarung tangan tembaga milikmu itu, aku
harap engkau bersedia menghadiahkan kepadaku"
"Hmm engkau jangan mimpi disiang hari bolong" teriak Han
Siong Kie dengan nada menghina
Pada waktu itu dua sosok bayangan manusia laksana kilat
menerjang kedepan dan menyambar sarung tangan mustika
Hud jiu Poo pit yang berada kurang lebih dua tombak jauhnya
itu. "Cari mampus" hardik Dewa racun Yu Hoat dengan geram,
telapaknya langsung di ayun kedepan membabat tubuh kedua
orang itu. Ditengah jeritan ngeri yang menyayatkan hati dua sosok
bayangan manusia itu mencelat kebelakang dan roboh
terkapar diatas tanah, setelah berkelejit sebentar mereka tak
berkutik lagi, darah hitam mengalir keluar dari ketujuh lubang
inderanya. Diam2 Han Siong Kie merasa bergidik juga menghadapi
kelihayan musuhnya yang amat luar biasa itu, ia tak mengira
kalau kekejian racun Dewa racun Yu Hoat sudah mencapai
taraf yang tak terkirakanDewa racun Yu Hoat sendiri sama sekali tidak memandang
sekejappun kearah dua sosok mayat yang mati akibat
keracunan itu, sekali lagi dengan nada menyeramkan ia
berseru: "Malaikat penyakitan, apakah engkau bersedia
hadiahkan benda itu kepadaku?"
Han Siong Kie mendengus dingin.
"Hmm kalau engkaupunya kepandaian, silahkan ambil
sendiri dari atas tanah"
546 Air muka Dewa racun Yu Hoat berubah sangat hebat, ia
menggerakkan tubuhnya dan meluncur dua tombak kedepan,
baru saja ia hendak ambil benda itu...
Mendadak tanpa angin tanpa puyuh sarung tangan mustika
Hud jiu Poo-pit tersebut melayang sendiri ketengah udara.
Ia menjerit kaget dan segera mengikuti ke arah mana
sarung tangan itu meluncur, ternyata Malaikat penyakitan
dengan tenangnya sedang memegang sarung tangan mustika
tadi. Kiranya pada saat yang terakhir Han Siong Kie telah
menggunakan unsur "mengisap" dari ilmu telapak Mo-mo
ciang hoat untuk mengisap pusaka Hud jiu Poo pit itu
sehingga melayang kearahnya.
Kepandaian mengisap benda yang didemonstrasikan sianak
muda itu seketika mencengangkan hati para jago yang hadir
dalam gelanggang. Mungkin kejadian ini merupakan kejadian yang pertama
bagi Dewa racun Yu Hoat dimana ia jatuh kecundang ditangan
orang, paras muka yang semula sudah pucat karena gusar kini
berubah jadi kehijau2an, sepasang matanya memancarkan
dua gulung cahaya yang menggidikkan hati.
"Bocah keparat" geramnya dengan penuh kemarahan, "
engkau sendiri yang sudah ogah hidup, jangan salahkan kalau
aku bertindak keji kepadamu"
"ooh.. kalau memang lihay, silahkan mencoba sendiri untuk
merampas benda tersebut dari tanganku"
Han Siong Kie masukkan sarung tangan mustika Hud jiu
Poo pit itu kedalam sakunya kemudian himpun tenaga dan
bersiap siaga menghadapi segala kemungkinan yang tak
diinginkan, perasaan hatinya kaku dan tawar sementara hati
kecilnya kebat kebit, sebab ia tahu bahwa ilmu racun yang
dimiliki pihak lawan amat dahsyat dan tak mungkin bisa
547 dilawan dengan andalkan tenaga dalam belaka. Dalam pada
itu Dewa racun Yu Hoat maju selangkah kedepan.
Suasana dalam gelanggang tercekam dalam ketegangan,
setiap orang merasakan hatinya kebat kebit tak karuanSeorang makhluk racun tua yang sudah tersohor akan
kelihayannya akan berhadapan dengan seorang ahli waris iblis
sakti yang pernah menggetarkan kolong langit.
Berpuluh2 pasang mata tidak sakejappun beralih dari
tengah gelanggang, mereka ingin tahu siapakah yang bakal
menang diantara kedua orang itu.
Han Siong Kie putar otak tiada hentinya, ia menganggap
siapa menyerang lebih dulu dialah yang menang posisi,
mendadak serangan telapak ditangan dan serangan jari
tangan kanan dilancarkan secara berbareng....
Ditengah gulungan angin pukulan yang maha dahsyat
terselip desingan totokan jari yang tajam dan luar biasa.
Dewa racun Yu Hoat tertawa dingin, secepat kilat tubuhnya
menyingkir lima depa kesamping, setelah menghindarkan diri
dari gempuran yang maha dahsyat itu, disaat sang badan
berkelebat lewat sepasang telapaknya diluncurkan kedepan
secara berbareng, kecepatannya luar biasa sekali.
Baru saja Han Siong Kie merasakan serangan jari dan
telapaknya mengena disasaran yang kosong, segumpal angin
pukulan berbau amis telah meluncur tiba.
Ia tahu bahwa angin pukulan tersebut mengandung sari
racun yang amat jahat, barang siapa terkena pasti akan mati,
tapi untuk meloloskan diri dari ancaman tanpa tersentuh oleh
pukulan itu bukanlah suatu pekerjaan yang mudah.
Dalam keadaan gelisah cepat2 jalan darahnya ditutup,
sepasang telapakpun mendadak melepaskan pukulan.
548 "Bluumm" dentuman keras bergelepar diudara, Dewa racun
Yu Hoat tergetar mundur lima langkah kebelakang dengan
sempoyongan- Han Siong Kie sendiri merasakan kepalanya nanar dan agak
berkurang, kulit badan diluar pakaiannya terasa panas
bercampur gatal, ia tahu bahwa tubuhnya sudah terkena
racun keji, dalam terkesiapnya hawa napsu membunuh
menyelimuti wajahnya, sepasang telapak diayun berbareng
dan sepuluh desiran angin pukulan segera meluncur kedepan.
Dewa racun Yu Hoat amat terperanjat setelah mengetahut
angin pukulan beracun yang berhasil menyapu tubuh lawan,
ternyata sama sekali tidak dirasakan oleh musuhnya,
mungkinkah Mala ikat penyakitan telah berhasil melatih
tubuhnya sehingga kebal terhadap serangan pukulan beracun. Disaat pikiran tersebut masih berkelebat dalam benaknya,
desiran angin totokan telah meluncur datang dengan
hebatnya, jika terkena serangan tersebut niscaya tubuhnya
akan berlubang dan mampus.
Dalam keadaan terkesiap bercampur gelisah, dewa racun
itu tidak ambil perduli soal gengsi lagi, cepat2 ia jatuhkan diri
ke atas tanah dan bergelinding sejauh delapan depa lebih dari
tempat semula... Jeritan ngeri kembali berkumandang tiada hentinya,
delapan orang jago persilatan yang berdiri disekitar tempat
kejadian tersambar oleh serangan tersebut dan segera roboh
terkapar diatas tanah. Dewa racun Yu Hoat sendiri saking terkejutnya keringat
dingin sampai mengucur keluar tiada hentinya, ia tahu
berdiam terus ditempat itu tak akan menguntungkan dirinya,
dengan cepat ia enjotkan badan dan melarikan diri terbirit2.
Han Siong Kie sendiripun menyadari bahwa persoalan
penting yang dibebankan di atas pundaknya masih banyak
549 yang belum terselesaikan, ia tak ingin buang waktu lebih jauh,
setelah menyapu sekejap kearah para jago yang hadir
ditempat itu, dengan langkah lebar ia segera berlalu dari
gelanggang tersebut. semua jago lihay baik dari golongan hitam maupun dari
golongan putih tak ada yang berani tampil kedepan untuk
menghadang jalan perginya, mereka semua membungkam
dalam seribu bahasa. Desiran angin menembusi angkasa bergema dari kejauhan,
beberapa sosok bayangan manusia tiba2 dengan kecepatan
bagaikan kilat meluncur masuk kedalam gelanggang.
Dengan cepat Han Siong Kie menghentikan langkah
kakinya, begitu tahu siapa yang datang ia merasa amat girang
dan hampir saja menyapa, tapi dengan cepat ia teringat
kembali dengan penyaruannya pada waktu itu, ucapan yarg
hampar meluncur keluar segera tertelan kembali kedalam
perut. Orang yang barusan datang bukan lain adalah saudara
Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
angkatnya yakni Lam kay pengemis dari selatan,
dibelakangnya mengikuti pula empat orang pengemis berusia
lima puluh tahunan yang semuanya membawa sebuah toya
penggebuk anjing. Pengemis dari selatan dan Padri dari utara, adalah jago2
lihay yang amat tersohor namanya dikolong langit pada waktu
itu, kecuali beberapa orang gembong iblis jarang sekali ada
orang yang mampu menandingi dirinya, kemunculan jago tua
ini segera merubah suasana dalam gelanggang itu.
Berada dibadapan orang banyak. tentu saja Han Siong Kie
tak dapat membongkar rahasia sendiri, ia segera maju
selangkah kedepan dan memberi hormat. "Locianpwee, tolong
tanya ada urusan apa engkau datang mencari aku?" tanyanya.
sikap yang sopan dari Han Siong Kie seketika membnat
para jago terperangah dibuatnya, mungkinkah nama besar
550 pengemis selatan telah menggetarkan hati Malaikat
penyakitan sehingga ia bersikap begitu menghormat.
Tentu saja termasuk pengemis dari selatan sendiripun tak
tahu apa sebabnya musuh mereka bersikap hormat.
Dengan sorot mata yang sangat tajam pengemis dari
selatan mengawasi wajah Han Siong Kie beberapa saat
lamanya, kemudian ia menegur:
"Engkau yang bernama Malaikat penyakitan?""
"Betul, itulah aku"
"Dan engkau adalah ahli waris dari Mo tiong-ci mo iblis
diantara iblis?""
"Dugaanmu tak keliru"
"Engkau baru saja keluar dari dalam benteng maut?""
"Benar" "Benarkah tengkorak maut bukan lain adalah iblis diantara
iblis?" "Keliru besar pendapatmu itu"
"Keliru besar?"
"Benar, keliru besar sekali"
"Baik" kata Pengemis dari selatan kemudian setelah
termenung sebentar, "aku tak mau ambil perduli apakah berita
itu benar atau tidak- aku pengemis tua hanya ingin
mengajukan satu pertanyaan kepadamu.."
"Katakanlah, apa yang ingin kau tanyakan?"
"Sekarang gurumu ada dimana?"
Diam2 Han Siong Kie terkejut, tentu saja tak dapat
menerangkan dimanakah gurunya berada, setelah berpikir
sebentar ia balik bertanya . . "Ada urusan apa locianpwee
mencari guruku?" 551 "Empat puluh tahun berselang guru iblismu itu telah
membantai seorang ketua cabang, tiga orang hiangcu, dua
belas orang kepala regu dan lima puluh orang murid
perkumpulan kay-pang kami dari kantor cabang sam siang, ini
hari kami datang kemari untuk menagih hutang berdarah itu?"
Han Siong Kie jadi kelabakan dibuatnya, untuk beberapa
saat lamanya ia tak tahu bagaimana musti menjawab.
Empat orang pengemis tua dibelakang pengemis dari
selatan dengan nyata menunjukkan perasaan sedih bercampur
gusar. Pelbagai ingatan berkelebat dalam benak Han Siong Kie, ia
berusaha mencari akal untuk mengatasi masalah pelik yang
memusingkan kepalanya ini.
-oood0wooo- BAB 31 SETELAH termenung beberapa saat lamanya, pemuda itu
berpikir dalam hatinya, menurut perkataan gurunya orang2
yang dibunuh adalah mereka2 yang pantas dibinasakan,
sedang menurut keterangan yang pernah diberikan put lo
sianseng, seorang jago kawakan dari persilatan, gurunya tak
pernah membunuh orang tanpa sebab.
Bagi dia sendiri, boleh dibilang tak sepotong keteranganpun
yang diketahui olehnya mengenai dendam permusuhan yang
terikat selama puluhan tahun belakangan ini, tapi sebagai ahli
waris dari gurunya sudah menjadi kewajiban babinya untuk
memikul tanggung jawab itu.
Apa yang harus ia terangkan kepada engkoh tuanya ini "
Dalam pada itu pengemis dari selatan dengan muka
memancarkan kegusaran telah menegur kembali dengan suara
berat: 552 "Bocah keparat, sudah kau pertimbangkan masak2
persoalan ini?""
"sepuluh hari kemudian, bagaimana kalau aku berkunjung
sendiri kemarkas besar locianpwee untuk memberikan
keterangan?" "Itu sih tak perlu, aku hanya ingin tahu jejak dari gurumu"
"Tapi aku tak mungkin bisa menerangkan soal ini kepada
locianpwee" "Bocah keparat, janganlah banyak main akal muslihat di
hadapanku, bicaralah terus terang kemudian masing2
menempuh jalannya sendiri"
"Andaikata aku tidak bersedia untuk menjawab, apa yang
hendak locianpwee lakukan?"
Empat orang pengemis tua dibelakang pengemis dari
selatan segera mendengus dingin, dari sikap mereka jelas
menunjukkan bahwa beberapa orang jago itu siap untuk
melancarkan serangan- Pengemis dari selatan sebera menengadah dan tertawa terbahak2.
"Haaah haaahh haaahhh bocah muda, engkau tak dapat
ambil keputusan dengan seenaknya sendiri"
"Jadi locianpwee ada maksud untuk turun tangan?""
"Andaikata engkau tidak bersedia untuk bicara terus
terang, apakah aku pengemis tua harus pulang dengan tangan
hampa?" Diam2 Han Siong Kie mengerutkan dahinya setelah
mendengar perkataan itu, dalam kenyataan ia sungkan untuk
turun tangan dan bertarung melawan kakak angkatnya sendiri,
lagipula bertempur dengan kekerasan belum tentu dapat
menyelesaikan persoalan yang sedang dihadapi.
553 Untuk meloloskan diri tentu saja sangat mudah sekali
baginya, perbuatan itu dapat dilakukan ibarat membalik
telapak sendiri, sebab termasuk pengemis dari selatan sendiri,
seorang manusiapun yang dapat mengejar jalan perginya.
"Hmm, tentu saja tak sudi pergi dengan cara begitu, sebab
demi nama besarnya dan nama besar gurunya ia tak boleh
berbuat begitu, kalau mau pergi maka dia harus pergi secara
gagah dan terang2an-"
Rupanya empat orang pengemis tua dibelakang pengemis
dari selatan sudah tak sabar menahan diri lagi, mereka
silangkan tongkat penggebuk anjingnya didepan dada,
kemudian salah satu diantaranya berseru:
"Tiangloo, buat apa engkau banyak bicara dan bersilat lidah
terus dengan bangsat itu?"
Dengan pandangan yang dingin dan menyeramkan, Han
Siong Kie menyapu sekejap empat orang pengemis tua itu,
mulutnya tetap membungkam dalam seribu bahasa.
Menyaksikan tingkah laku anak buahnya, buru2 pengemis
dari selatan goyangkan tangannya mencegah mereka turun
tangan, serunya: "Jangan bertindak gegabah kalian masih bukan
tandingannya..." kemudian sambil berpaling kearaa Han Siong
Kie sambungnya lebih lanjut:
"Bocah muda, aku pengemis tua paling segan untuk
mengulur waktu lebih baik bertindaklah lebih terus terang dan
terbuka " Baru saja Han Siong Kie hendak menjawab. tiba2...
Pada saat itulah dari tempat kejauhan berkumandang
datang suara pekikan setan yang amat membetot hati, suara
itu begitu nyaring dan melengking diangkasa membuat semua
jago persilatan yang hadir dalam kalangan sama2 merasakan
bulu kuduknya pada bangun berdiri
554 Bersamaan dengan makin mendekatnya pekikan setan yang
tajam dan memekikkan telinga itu, sesosok bayangan merah
meluncur dari tengah udara dan jatuh ketengah gelanggang.
Benda itu bukan lain adalah sebuah tengkorak kepala yang
penuh berlepotan darah, dengan angker dan seramnya benda
tersebut bercokol digelanggang.
"Tengkorak maut" tak kuasa lagi Han Siong Kie menjerit
lengking dengan nada terperanjat.
Pemilik benteng maut bisa muncul secara tiba2 ditempat
tersebut, peristiwa ini benar2 berada di luar dugaan setiap
orang. Pengemis dari selatan dan keempat orang pengemis tua itu
dengan hati terkesiap dan badan merinding, ber sama2
mundur satu tombak lebih kebelakang.
suasana dalam gelanggang seketika berubah jadi sunyi
senyap tak kedengaran sedikit suarapun, begitu sunyinya
hingga jarum yang jatuh ketanahpun dapat kedengaranMaut..kematian serta hawa seram yang menggidikkan
mencekam seluruh angkasa, menekan perasaan setiap jago
yang hadir di situ. Paras muka semua jago persilatan yang hadir disana sama2
berubah jadi pucat keabu2an, badan serta tulang mereka
terasa kaku dan tak bertenaga, tak seorangpun berani
bergeser barang setengah langkahpun dari tempat semula,
jangan dikata melarikan diri, untuk bergerak majupun tak
berani, se-akan2 mereka beranggapan bahwa elmaut akan
menjemput nyawa mereka jika mereka berani maju.
Dalam pada itu Nenek bertoya emas yang sedang
bersemedi telah menyelesaikan latihannya, luka yang diderita
sudah separuh bagian sembuh, sambil bangkit berdiri ia
pungut senjata toyanya yang tergeletak diatas tanah.
555 Tapi tiba2 sorot matanya bertemu dengan tengkorak darah
yang menggeletak ditengah gelanggang, nampaknya nenek itu
merasa amat terperanjat, dengan sempoyongan tubuhnya
roboh kembali keatas tanah dan sedikitpun tak berkutik.
Han Siong Kie sendiri dengan pandangan yang tajam dan
sama sekali tak berkedip menatap tengkorak berwarna merah
itu, pelbagai ingatan dan perasaam berkecamuk dalam
benaknya... Kenapa Pemilik benteng maut munculkan diri secara tiba2"
apakah ia sudah tahu kalau jalan darahnya yang tertotok telah
dibebaskan orang" orang yang kehilangan sukma minta kepadanya untuk
berkunjung kembali kebenteng maut dan menceritakan asal
usulnya, rahasia apakah yang terkandung dibalik peristiwa itu"
Kalau Pemilik benteng maut menanyakan urusan tentang
dibebaskannya jalan darah yang tertotok, apakah dia harus
mengeluarkan kutungan telapak tangan dari 0rang yang
kehilangan sukma" Kenapa orang yang kehilangan sukma mengutungi telapak
tangan sendiri" Ingatan tersebut berkecamuk tiada hentinya dalam benak
sianak muda itu, Kian lama darah panas dalam dadanya kian
mendidih, dendam berdarah ditambah rasa dendam karena
orang yang kehilangan sukma harus mengutungi telapak
tangan sendiri, membuat pemuda itu ingin melampiaskan
semua perasaannya ke atas tubuh Pemilik benteng maut.
Dalam waktu singkat, suasana disekitar gelanggang jadi beku
dan membeku. Suasana sepi, hening dan tak terdengar sedikit sUarapUn,
begitu sunyinya se-akan2 berada disuatu tanah pekuburan
yang luas. 556 Jago persilatan yang berkumpul di empat penjuru tak ada
yang berkutik ataupun menunjukkan sesuatu reaksi apapun,
mereka punya perasaan seakan2 sedang menunggu
keputusan hukuman. Tulang tengkorak yang penuh berlepotan darah ditambah
mayat2 yang sejak semula telah bergelimpangan diatas tanah,
menambah seramnya suasana disekeliling tempat itu.
Lama kelamaan.. akhirnya Han Siong Kie tak kuasa
menahan diri, ia berteriak dengan geram:
"Tengkorak maut, kenapa belum juga munculkan diri?"
Teriakan tersebut kembali menggetarkan hati setiap jago
persilatan yang hadir disekeliling gelanggang, mungkinkah
Tengkorak maut betul2 bukan hasil penyaruan dari iblis
diantara iblis" sebab kalau tidak ahli waris dari iblis diantara
iblis yakni Malaikat penyakitan tak mungkin akan menantang
gembong iblis itu untuk beradu kepandaian. Kenapa Malaikat
penyakitan berani menantang Tengkorak maut untuk adu
kepandaian" Tentu saja kecuali Han Siong Kie pribadi, tak seorangpun
yang mengetahui alasannya.
Dalam pandangan sebagian besar orang persilatan,
Tengkorak maut bukan saja mendatangkan rasa seram dan
ngeri, diapun membawa kemisteriusan yang membingungkan
hati, selama puluhan tahun belakangan ini belum pernah ada
orang yang menyaksikan paras muka aslinya.
sekarang, kecuali rasa kaget dan terkesiap mencekam
perasaan hati setiap jago yang hadir disitu, merekapun
merasa keheranan dan ingin tahu duduk perkara sebenarnya.
Begitu suara bentakan diri Han Siong Kie berkumandang
diudara, pekikan setan itu segera berhenti berggema, semua
orang merasakan pandangan matanya jadi kabur dantahu2
ditengah gelangang telah bertambah dengan sesosok
557 bayangan manusia berjubah hijau, bertopi hijau dan
berpakaian cadar warna hijau pula. "Aaah.. Pemilik benteng
maut" para jago sama2 berbisik dalam hatinya.
Han Siong Kie sendiri dengan mata melotot besar bagaikan
gundu menatap gembong iblis tersebut tanpa berkedip.
Suasana ditengah gelangggang makin sunyi dan tebang,
apalagi setelah Tengkorak maut munculkan diri.
Sementara itu Tengkorak maut sendiri dengan seram dan
angkernya berdiri dihadapan Han Siong Kie, ia membungkam
dalam seribu bahasa. Pengamis dari selatan beserta kempat orang pengemis tua
disisinya tanpa disadari telah mundur kebelakang dan
mendekatt tepi kalangan dimana para jago berkumpul.
Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dengan begitu ditengah gelanggang pada saat ini
tinggalkan Han Siong Kie dan Tengkorak maut itu saja yang
berdiri saling berhadap2an.
Han Siong Kie menggertak gigi menahan rasa benci dalam
hatinya, dengan suara lantang ia menegur:
"Poocu, engkau ada urusan apa datang kemari?"
Tengkorak maut sama sekali tidak menjawab pertanyaan
sianak muda itu, dengan suara dalam ia berseru lantang:
"Hari ini sengaja aku berbuat murah hati, semua orang
yang hadir disekitar gelanggang segera enyah dari sini"
Suara itu tidak begitu keras, tapi semuajugo persilatan
yang hadir disekitar gelanggang, baik dekat maupun jauh
sama2 merasakan telinganya jadi amat sakit.
se akan2 mendapat pengampunan, tanpa membuang
waktu barang sedikitpun juga, para jago sama2 putar badan
dan kabur dari tempat celaka itu dalam sekejap mata, semua
orang sudah berlalu tak berbekas.
558 Hanya seorang jago yang tidak berlalu dari situ, orang itu
bukan adalah ketua para tiang loo dari perkumpulan Kay
pang, pengemis dari selatan adanya.
Tindakan dari pengemis tua ini sama sekali diluar dugaan
Han Siong Kie, membuat sianak muda itu tercengang,
bukankah kakak angkatnya dengan jelas mengetahui kalau
kepandaian silat bukan tandingan Tengkorak maut " bahkan
belum lama berselang hampir saja jiwanya melayang ditangan
gembong iblis itu, sekarang kenapa ia tidak pergi" maksud
tujuan apa yang terkandung dalam hatinya" Tanpa berpaling
kembali Tengkorak maut berseru:
"Hey pengemis tua yang tak tahu diri, rupanya engkau
sudah bosan hidup dikolong langit?"
Pengemis dari selatan tertawa dingin tiada hentinya.
"Heeeeh heeeehh heeeehhh poocu, apakah engkau hendak
turun tangan terhadapapku pengemis tua?"
"Tentu saja, seandainya engkau masih juga tak tahu diri "
"Bagaimana sih baru bisa dikatakan tahu diri?"
"Sekarang sudah tak sempat lagi, engkau telah ditakdirkan
untuk mampus ditanganku"
"Poocu apakah engkau sudah lupa dengan janjimu
terhadap sutay cou perkumpulan kami Song Tiat koay?"
"Heeeehh heehhh heeehhh pengemis busuk, lebih baik
jangan bermain setan dihadapanku "
Mendengar jawaban tersebut, tiba2 Pengemis dari selatan
membentak keras: "Bangsat kurang ajar, berani benar engkau menyaru
sebagai tengkorak maut untuk meracuni dunia persilatan-"
Han Siong Kie sangat terperanjat mendengar seruan itu.
559 "Tengkorak maut ini adalah tengkeorak maut gadungan?"
pikirnya dihati, "berdasarkan alasan apa engkoh tua mengatakan
Tengkorak maut ini adalah tengkorak maut gadungan?"
setelah termenung sebentar, sianak muda itu berpikir lebih
jauh: "Aaah benar, persoalannya pasti terletak pada kata2 yang
tercantum dalam janji antara sutay cou perkumpulannya Song
Tiat koay dengan pemilik benteng maut dan Tengkorak maut
yang hadir didepan mata pada saat ini sama sekali tak tahu
akan persoalan itu" Sementara ia masih termenung, bayangan hijau berkelebat
lewat didepan matanya, dengan suatu jangkauan buas tahu2
Tengkorak maut itu sudah berdiri kurang lebih beberapa
tombak dihadapan Pengemis dari selatan.
Menyaksikan datangnya terjangan tersebut, tanpa sadar
pengemis dari selatan merasakan badannya merinding dan
bulu kuduknya pada bangun berdiri, dengan cepat ia mundur
beberapa langkah kebelakang.
Han Siong Kie tak ingin menyaksikan engkoh tuanya
terancam bahaya, buru2 ia enjotkan badan dan ikut meluncur
kedepan, dengan suatu gerakan yang manis ia rebut posisi
disamping Tengkorak maut tersebut.
Dengan suara yang dingin menyeramkan Tengkorak maut
mendengus dingin, serunya:
"Hei pengemis tua, engkau hendak selesaikan dirimu
sendiri ataukah aku yang harus turun tangan untukmu?"
Pengemis dari selatan kembali mundur selangkah
kebelakang, hardiknya lantang:
"Tengkorak maut engkau telah membunuh anak murid
perkumpulan kami dalam kuil Bu hoo ditepi pantai pek swi tan,
560 kemudian membinasakan pula pangcu kami yang baru dikuil
sian kong bio." "Tutup mulut, aku mau tanya kepadamu, engkau hendak
turun tangan sendiri ataukah aku yang harus turun tangan
bagimu?"" Pengemis dari selatan tertawa seram tiada hentinya.
"Heeehhh heeeehh hheeehh Tengkorak maut, hari kiamatmu
telah tiba" Tengkorak maut mendengus penuh kegusaran, sepasang
telapaknya diayun keatas dan telapaknya segera didorong ke
arah luar. Han Siong Kie merasakan hatinya tercekat, ia dapat
membuktikan sekarang kalau Tengkorak maut yang hadir
dihadapannya saat ini adalah Tengkorak maut gadungan, tapi
berdasarkan apakah engkoh tuanya menuduh kalau tengkorak
maut yang sedang dihadapinya saat ini adalah Tengkorak
maut gadungan" "Aah benar" pikir pemuda itu kemudian "pastilah bangsat
tua ini tidak dapat menjawab pertanyaan yang dia ajukan tadi"
Rupanya semaktu Tengkorak maut memutar telapak
tangannnya kearah depan itulah Han Siong Kie dapat melihat
bahwa sepasang telapak musuhnya ini walaupun satu hitam
yang lain putih namun sedikitpun tidak bercahaya, sebaliknya
dia masih ingat pemilik benteng maut yang asli mempunyai
telapak kiri yang hitam pekat dan bercahaya tajam, sedangkan
telapak kanan berwarna putih bagaikan pualam.
Pengemis dari selatan mengalihkan sorot matanya kearah
luar dan menyapu kesana kemari dengan hati gelisah, rupanya
ia sedang menunggu datangnya bala bantuanTiba2 Han Siong Kie membentak keras: "..Hey harap.
tunggu sebentar" 561 "Bocah keparat, engkau tak usah gelisah lebih dahulu" seru
Tengkorak maut tanpa berpaling barang sedikitpun jua, "aku
akan mengantar keberangkatan pengemis tua ini lebilh
dahulu.. " Sambil berkata sepasang telapaknya digetarkan keras2.
Pengemis dari selatan ayunkan telapaknya, tiba2 ia
temukan kalau tenaga dalam yang dimilikinya tak dapat
dihimpun kembali, kejadian ini amat mengejutkan hatinya
membuat pengemis itu merasakan sukmanya serasa melayang
tinggalkan raganya, dengan muka berubah jadi hijau membesi
ia mundur tiga langkah kebelakang.
Tengkorak maut berpekik nyaring, sepasang telapak ditarik
dan didorong kearah depan, dua gulung angin pukulan yang
amat panas dengan cepat menggulung kearah depan...
Paras muka Pengemis dari selatan berubah pucat pias, ia
tak bisa bergerak kecuali menunggu saat kematian bagi diri
sendiri Disaat yang amat kritis dan amat berbahaya itulah
mendadak dari arah samping menggulung lewat segulung
angin pukulan yang maha dahsyat, begitu kerasnya pukulan
itu membuat badan pengemis dari selatan terpental sejauh
satu tombak lebih dari tempat semula dengan nyaris ia
berhasil lolos dari gempuran Tengkorak maut yang maha
dahsyat dan mengerikan itu.
Orang yang barusan melancarkan serangan bukan lain
adalah Malaikat penyakitan ahli waris dari iblis diantara iblis.
Perbuatan malaikat penyakitan melancarkan serangan
untuk menyelamatkan jiwanya ini, dengan cepat membuat
pengemis dari selatan jadi tertegun dan tidak habis mengerti.
Dipihak lain dengan penuh kegusaran Tengkorak maut
berpaling kearah Han Siong Kie lalun bentaknya:
562 "Malaikat penyakitan, kalau engkau pingin mampus
janganlah bertindak terlalu terburu nafsu"
Dari ucapan ini Han Siong Kie semakin dapat tarik
kesimpulan kalau tengkorak maut yang sedang dihadapinya
saat ini bukanlah Tengkorak maut yang asli, tapi pemuda itu
belum merasa yakin seratus prosen, ia ada maksud untuk
mencoba sekali lagi sebelum ambil keputusan.
Sambil tertawa dingin segera serunya kembali:
"Tengkorak maut kemarin malam pukulanmu telah kutukar
dengan sebuah totokan jari, secara beruntung kita bisa
bertarung dalam keaadaan seimbang, beranikah engkau
sambut tiga buah totokan jariku lagi?""
Mendengar seruan tersebut, Tengkorak maut tergetar
mundur tiga langkah lebar kebelakang, mukanya tertegun dan
tak tahu apa yang musti dijawabi
Apa yang diucapkan Han Siong Kie barusan tidak lebih
hanya pembicaraan kosong belaka, tujuannya adalah untuk
menyelidiki apakah pihak lawan benar-benar Tengkorak maut
yang asli atau bukan, dari sikap yang diperlihatkan pihak
lawan, Han Siong Kie pun dapat memastikan kalau pihak
lawan adalah Tengkorak Maut gadungan-Tak kuasa lagi ia
tertawa ter-bahak2, serunya:
"Haah..haahh..haahh.. saudara, kepandaianmu untuk
menyaru sebagai Pemilik benteng maut masih selisih jauh
sekali" Napsu membunuh yang tebal seketika memencarkan keluar
dari balik lubang mata di atas kain cadar Tengkorak maut,
sambil menyeringai seram ia berseru: "Bocah keparat, ini hari
saat kematianmu sudah tiba"
Sepasang telapak direntangkan kesamping dan pukulan
dahsyatpun segera siap dilepaskan-..
563 Han Siong Kie tak berani memandang rendah pihak
lawannya, dengan cepat ia himpun segenap kekuatan yang
dimilikinya untuk bersiap sedia menghadapi gempuran lawan.
Pada saat telapak tangannya sedang diangkat ketengah
udara itulah, mendadak Tengkorak maut berkelebat kearah
depan, sepasang telapaknya bukan menyerang kearah si anak
muda itu sebaliknya malah menyerang Pengemis dari selatan
yang berada disamping. Tindakan ini sama sekali berada diluar dugaan Han Siong
Kie, untuk menolong sudah tak sempat lagi, ia hanya bisa
berdiri menjublak sambil memandang dengan mulut melongo.
Pengemis dari selatan sendiripun tak pernah menduga
kalau pihak lawan bakal menggunakan akal selicik itu,
sementara ia masih terperangah, angin pukulan telah
menerjang tiba dengan hebatnya.
Ditengah dengusan ngeri karena kesakitan, tubuhnya
terpental sejauh satu tombak lebih dari tempat semula,
untung tenaga dalam yang dimilikinya cukup sempurna
sehingga pukulan tersebut tidak sampai merenggut jiwanya.
Setelah roboh terkapar diatis tanah, dengan cepat ia loncat
bangun, titik darah kental mengalir keluar dengan derasnya
dari ujung bibir menodai jenggotnya yang berwarna putih.
Han Siong Kie benar2 dibuat sangat gusar sekali, tangan
kanannya diayun kedepan melepaskan sebuah totokan jari
dengan ilmu Tong kim ci yang dilatih dan diselidiki selama
Pedang Angin Berbisik 16 Tujuh Pembunuh Qi Sha Shou Karya Gu Long Pendekar Bayangan Setan 10
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama