Dewi Ular Misteri Dewi Pembalasan Bagian 2
berkurang dendammu?" bisik Gizma.
Citra mengangguk.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jangan lupa, hadiahnya...," bisikan Itu makin pelan dan bernada canda.
Citra hanya tersenyum sedikit terasa kaku. Karena
di dalam harinya mulai dibayangi kebimbangan
tentang seorang lelaki. Citra masih belum paham,
mengapa Gizma merasa lega juga jika Citra selesai
bercinta dengan seorang lelaki" Padahal, lelaki yang sedianya akan diberikan
kepada Gizma sebagai
hadiah, belum sempat ia berikan. Justru ia sendiri
yang bergumul dengan lelaki itu. Yammar, misalnya.
Tapi, pada saat ia ketakutan melihat Yammar berubah
menjadi patung batu, Gizma muncul, dan
mengucapkan kata 'terima kasih' kepada Citra. Kok
aneh" Mengapa Gizma berbicara terima kasih"
Bukankah lelaki itu belum jadi diserahkan kepada
Gizma, tahu-tahu sudah telanjur mengalami
keajaiban, berubah jadi patung batu"
"Hei, mana Gizma..."!" tanya Ranu yang menyusul Citra di halte bis.
Citra ingin menjawab, tapi tak jadi. Sebab Gizma
pergi lagi entah ke mana. Tanpa pamit pada Citra,
tanpa berpesan apa-apa. Hilang begitu saja. Dan,
tubuh Citra kembali merasa dirayapi hawa dingin.
"Kayaknya tadi Gizma jalan ke halte sama kamu,
kan?" "He-eh! Dia pulang duluan pakai taksi," jawab Citra menutupi keganjilan yang
ada. Ranu mengeluh. "Huhhh... payah. Aku belum ngobrol banyak sama
dia, sudah pergi!"
"Esok mungkin dia menemuiku lagi," ucap Citra menegaskan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Eh, lu mau ajak gue ke rumah Gizma, Enggak"
Tolong deh, Tra...! Ada bonus pizza buat kamu deh.
Pokoknya siiip... aja!" bujuk Ranu, riang.
Citra tertawa geli. Padahal dalam hatinya ia kembali diliputi keanehan.
Perubahan-perubahan yang tempo
hari dirasakan kembali menjelma dalam jiwanya.
Debar-debar aneh di dalam dadanya bagai menggelitik
ke bagian-bagian yang peka oleh sentuhan jemari
pria. Hawa dingin itu membangkitkan gairahnya,
membuat ia berdecak-decak sebagai ganti desah,
membuat pikirannya melambung tinggi dalam
khayalan bercumbu. Ingatannya pada saat-saat di
atas ranjang bersama Yammar, kembali bermunculan.
Begitu kuat menggoda batin, membuat batin itu
sendiri menuntut sesuatu yang nyata.
Citra jadi berani menggandeng tangan Ranu.
Mereka sama-sama menunggu bis kota. Malam mulai
sepi, sekalipun tidak berarti sunyi. Ranu sedikit heran melihat tangan Citra
meremas jemarinya, sepertinya
gadis itu sedang menahan sesuatu yang tak ingin
dilepaskan dari dalam hatinya. Sempat pula Citra
bertanya dalam hati,
"Haruskah aku membawa Ranu ke sebuah hotel"
Haruskah aku bercumbu dengannya" Ohhh...
menyiksa sekali debaran jantungku ini. Aduuuh...!
Rasa-rasanya aku nggak tahan, ingin segera memeluk
Ranu saat ini juga," keluh Citra dalam hati.
Tangan Citra meremas jemari Ranu makin kuat
Ranu jadi lebih curiga dan bertanya,
"Ada apa sih"! Kamu kelihatan gelisah sekali dan...
dan...." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hei, Citra...!" seru seseorang dari dalam mobil Mazda merah. Seruan itu yang
membuat kata-kata
Ranu terputus. "Hei, Lex...! Duuuh... sombongnya! Gue numpang
ah!" "Masuklah!" kata Alex, teman lama Citra. 'Temanmu itu nggak ikut?"
"Ran, lu mau ikut numpang nggak"!" "Nggak usah!
Gue kan beda jurusan!"
"Kalau gitu, aku cabut duluan, ya"!"
"Oke! Hati-hati, Tra...!"
Ranu melambai dengan akrab. Pikirannya masih
tertuju pada kecantikan Gizma yang sangat
mengagumkan itu.
Dalam mobil Alex, Citra menghamburkan tawa,
seperti tawa kerinduan. Dua tahun ia tidak bertemu
dengan AIex. Dulu, Alex menjabat sebagai supervisor
tempat kerja Citra waktu di Surabaya. Dan,
pertemuan malam ini adalah pertemuan yang tak
diduga-duga sama sekali.
"Kamu kok ada di sini, Lex. Ngapain"!"
"Biasa! Lagi ngurus proyek di Jakarta. Aku baru empat hari yang lalu tiba di
sini, kok!"
"Eh, bagaimana kabarnya Pak Yos, boss kita itu!
Masih suka ngamuk-ngamuk"!"
"Sudah nggak pernah ngarnuk lagi, orang bininya sudah tiga, kok."
"Hahhh..."! Bininya tiga"!"
Citra membelalak sambil tertawa, la kelihatan
girang sekali bertemu dengan Alex, sebab dulu AIex
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pernah coba-coba mendekatinya, tapi kurang
sambutan. Hanya saja, dalam keadaan batin Citra
dirongrong birahi seperti
Saat ini, rasa-rasanya tak ada alasan untuk
menolak pendekatan Alex. Tentu saja Alex merasa
gembira melihat Citra memberi sambutan begitu
hangat, ceria dan menggairahkan. Alex sendiri
mengakui dalam hati, bahwa Citra semakin kelihatan
menggairahkan, semakin cantik dari yang dulu, dan
semakin nakal matanya.
"Pak Yos itu gila, kali ya" Masa punya bini sampai tiga" Gimana menggilirnya,
Lex?" "Mana aku tahu?" jawab Alex. "Punya bini satu aja aku nggak pernah, kok sampai
membayangkan yang
bininya tiga...."
"Emang lu belum kawin-kawin juga, Lex?"
"Kawin sih sudah. Cuma nikahnya yang belum!"
Citra terkekeh lagi.
"Aku malah belum nikah belum kawin. Jadi nggak
tahu rasanya orang kawin dan orang nikah itu kayak
apa!" "Mau..."!" pancing Alex setelah tertawa ngakak.
"Mau apa maksudmu?"
"Mau merasakan"!"
"Merasakan apa"!"
Citra makin menggoda, lalu keduanya tertawa
dalam gumam. Pipi Citra dicubit oleh Alex. Tak
mengelak sama sekali. Justru Citra makin menggoda
dengan cibiran bibir yang lucu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku menginap di sebuah hotel. Kau mau melihat
kamarku?" "Boleh! Aku ingin tahu kamar seorang supervisor kayak apa sih megahnya?"
"Eh, aku bukan supervisor lagi sekarang...! Sudah naik pangkat!" ujar Alex
sambil berlagak
menyombongkan diri sekadar dalam gurauan saja.
Kamar hotel yang ditempati Alex berukuran W.
Cukup nyaman kelihatannya. Bersih. Fasilitasnya
lengkap: AC, TV, telepon, dan lain sebagainya.
"Pasti sedikitnya sudah tiga cewek yang lu ajak tidur di sini, ya?"
"Hush! Ngaco aja!"
Alex mencubit pantat Citra. Citra berlagak
mengelak. Tawanya berhamburan sewaktu Alex
mengejarnya dengan gemas. Citra jatuh di atas
ranjang empuk berlapis selimut tebal warna coklat
muda. Alex memeluk bersama sebaris tawa. Lalu,
keduanya sama-sama diam setelah Alex mengecup
bibir Citra satu kali. Senyum Citra masih
mengembang. Ada perasaan ingin menolak pada diri
Citra, tapi ada sesuatu yang mendorong batinnya
makin menuntut untuk lebih dari sekadar kecupan.
"Kenapa tidak dari dulu kamu mau menerimaku,
Citra." "Nggak tahu nih...! Tadi begitu aku lihat kamu, langsung aku deg-degan."
"Kenapa deg-degan?"
"Semalam aku mimpi tidur sama kamu, hi, hi, hi...!"
"Bagaimana kalau mimpimu itu jadi kenyataan"!"
pancing Alex makin semangat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Malam itu, kembali Citra bergelimpang kemesraan
yang diburunya terus-menerus. Sebelum Aiex
memperoleh kebahagiaannya yang diharapkan, Citra
masih memacu dirinya untuk mencapai titik
kemesraan tertinggi.
Lalu, Citra pun ingat peristiwa serupa yang
dialaminya bersama Yammar. Hatinya menjadi cemas,
penuh ketegangan. Ia buru-buru menjauhi ranjang.
"Aaakh...!" Alex mengerang bagai orang kesakitan dalam keadaan uratnya menegang
semua. "Uhhh...
tolong aku, Citra...! Aaaow...! Citra... aku... aku
kraaam...!"
"Ch, apa... apa yang harus kulakukan..."!"
Citra kebingungan. Panik. Ia ingin menelepon
resepsionis, tapi tidak jadi. Karena suara Alex
menghentak mengagetkan sambil tubuhnya
menggeliat kaku. Matanya terpejam kuat-kuat pada
saat kulit kakinya mulai menjadi berbintik-bintik
kasar. Citra jadi merinding. Debaran jantungnya membuat
sekujur tubuh gemetar. Sekali lagi ia menyaksikan
tubuh orang yang habis diajaknya bercumbu menjadi
kaku. Kedua kakinya berbentuk kulit Menjadi keras
berbintik-bintik. Lalu, perubahan itu merayap ke atas.
Sesuatu yang tadi keras kini juga berbintik-bintik
kaku. Dan akhirnya, sekujur tubuh Alex berubah
menjadi patung batu dalam keadaan kedua tangan
mendekap dada dan mulut menganga. Alex menjadi
patung batu dengan expresi wajah bagai orang
memekik dalam mencapai puncak kenikmatannya.
"Alex...! Alex, ohhh...!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Citra menangis, napasnya makin terengah-engah.
Ia meraba tubuh Alex, ternyata benarbenar berubah
menjadi patung batu yang kasar.
Tubuh Citra yang belum sempat mengenakan
pakaian itu menjadi panas, tidak sedingin tadi.
Keringatnya mulai bercucuran bagai menyembur dari
pori-pori kulitnya. Dalam keadaan takut dan
kebingungan itu, Citra mendengar suara lembut di
belakangnya. 'Terima kasih, Citra...!"
Wajah Citra segera berpaling.
"Ch, kau...!" bentak Citra begitu melihat Gizma merapikan rambut di depan
cermin. "Memuaskan sekali orang-orang pilihanmu itu...!
Aku menyukai hadiah seperti ini, Citra," Gizma berkata sambil menyeka
keringatnya yang mengucur di
sekujur tubuh. Ia tersenyum memandang Citra yang
berwajah bingung.
"Dia temanku! Kenapa dia menjadi patung"!
Ohhh..., Gizma, aku tak mau seperti ini! Aku tak
mengerti apa maksud kemisteriusan ini, Gizma..."!"
"Akan kujelaskan maksudnya. Tapi, pejamkan
matamu dulu."
Citra tertegun dengan napas masih ngos-ngosan.
Gizma masih tetap kalem, kendati napasnya sendiri
tampak terengah-engah, namun tak separah Citra. Ia
berkata dengan penuh wibawa,
"Pejamkan mata, Citra. Kau harus beristirahat,
Teman...!"
Sekali ini, Citra kembali memejamkan mata. Tak
lebih dari sederik. Ia buru-buru membuka matanya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
karena ingin menanyakan sesuatu kepada Gizma.
Tetapi, ketika ia membuka kelopak matanya, ternyata
dia kembali tercengang. Ia berada di dalam kamarnya
lagi. Duduk di tepian ranjang dengan mengenakan
gaun tidur yang tipis.
Kamar itu sepi. Tak ada patung Alex. Tak ada
Gizma. Sepertinya semua itu hanya sebuah mimpi
belaka. Ia melihat pakaian seragam kerjanya
tergeletak di lantai, bawah kursi. Sepertinya ia tadi sudah pulang, melepas
pakaian seragamnya dan
berganti gaun tidur yang tipis itu. Hanya saja, semua itu tidak di-L sadari
Citra. Tak diingat sama sekali.
Yang ia ingat hanya berada dalam kamar hotel
bersama Alex. Bercumbu dan selesai. Gizma muncul,
Citra memejamkan matanya. Lalu, ketika ia hendak
menanyakan sesuatu pada Gizma, tahu-tahu ia sudah
berada di dalam kamarnya sendiri. Uhhh... sangat
ajaib. Membingungkan sekali.
Citra menjadi malu pada dirinya sendiri. Ketika ia
berdiri di depan cermin, ia melihat wajahnya layu.
Pucat Kesegarannya bagai terkuras habis untuk
bercinta bersama Alex. Pada saat itu ia merasa benarbenar malu pada diri
sendiri, mengapa ia menjadi
perempuan jalang. Padahal selama ini nafsunya tak
pernah terbakar sehebat itu. Ia pandai
menyembunyikan perasaan pribadinya. Ia pernah
mengharapkan ciuman dari Nico, tapi ia bertahan
untuk tidak mengatakan harapannya itu. Sekarang
kenapa keadaan jadi terbalik sama sekali. Ia begitu
berani memancing ielaki. Berani menyerang lelaki
iebih dulu. la jadi buas dan beringas dalam bercumbu.
Oh, malunya! Padahal dalam keadaan seperti saat
Dewi Ular Misteri Dewi Pembalasan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ini, saat ia memandang dirinya di cermin ini, ia sama sekali tidak menyukai
caranya yang brutal itu. Dalam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keadaan seperti sekarang, ia tidak akan berani
memancing-mancing lelaki untuk menggiringnya ke
alam bercinta yang beringas.
Menyadari sikapnya belakangan ini, maka timbullah
kekhawatiran dalam hati Citra. Ia mengeluh dalam
kecemasan, dan berbisik pada dirinya sendiri,
"Bagaimana kalau aku sampai hamil" Perutku sering merasa mual, ingin muntah tapi
susah. Oh, jangan-jangan benih-benih itu berubah mejadi janin dalam
rahimku. Ohhh... mengerikan sekali! Aku tidak mau
hal itu terjadi! Tidak!"
-ooo0dw0ooo- SIANG itu, Citra sengaja datang ke rumah Andani
sendirian. Tidak begitu mengherankan kedatangan itu
bagi Andani. Tapi yang mengherankan adalah
kelesuan wajah Citra dengan kemurungannya.
"Kenapa sih?" tak perlu dijelaskan, Citra sudah paham arti teguran Andani itu.
"Ada sedikit masalah," jawab Citra. "Carikan rumah kontrakan buat aku dong."
"Kontrakan" Kok aneh" Bukannya kamu lebih enak
tinggal di rumah oommu yang mentereng itu" Kok
malah kamu pindah sih" Nggak salah nih"!"
"Ketenanganku sudah terganggu di sana. Aku mulai muak!" Citra bicara sambil
cemberut. "Bisa kaujelaskan padaku, Tra?" Mulanya Citra sedikit ragu. Tapi akhirnya ia
bicara juga apa adanya kepada Andani "Aku diganggu Oom Piet terus-menerus.
Tingkahnya makin iama makin
menjengkelkan sekali!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Andani berkerut dahi memandang Citra yang
cemberut lesu. la menjadi curiga melihat semburat
warna pucat yang melapisi wajah Citra. Lalu, ia pun
berbisik, "Kau diganggu... diganggu dalam birahi?"
Citra mengangguk.
'Tapi, kuminta ini rahasia sekali lho, An. Jangan
sampai ada yang tahu."
"He-eh...!" Andani mengangguk beberapa kali.
'Tapi... tapi berhasil menodaimu" Atau hanya kejahilan tangannya saja?"
Sukar sekali memberi jawaban yang pasti. Alangkah
malunya Citra bila temannya mengetahui bahwa
kesuciannya telah hilang. Tapi, ia sendiri dibayangbayangi oleh kengerian yang sebenarnya, sehingga
butuh jalan keiuar yang baik. Dari keraguannya itu,
akhirnya Citra memilih jawaban,
"Cuma keisengan tangannya aja, kok."
"Ohhh... syukurlah kalau cuma begitu. Berarti kau belum dinodai. Memang, ada
baiknya kamu harus
cepat-cepat pindah dari rumah itu sebelum keisengan
itu ngelunjak jadi kebiadaban!"
"Kebiadaban itu sudah terjadi...."
Ingin sekali Citra mengatakannya demikian, tapi
kata-kata itu tersekat di tenggorokan, tak jadi
terlontar. Hanya saja, ia menjadi termenung dalam
kebungkamannya. Pikirannya mulai menerawang pada
kelakuan Oom Piet yang makin menggila itu. Yang
masih segar dalam ingatannya, adalah saat tadi pagi
ia selesai mencuci bajunya, lalu ia ingin mandi. Tiba-tiba, Oom Piet muncul dari
dalam bak mandi yang
besar itu. Rupanya, lelaki setengah baya itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengetahui kebiasaan Citra jika habis mencuci, pasti mandi. Karena istrinya
pergi mengantar kedua
anaknya ke sekolah, maka Oom Piet langsung masuk
ke dalam bak mandi dalam keadaan polos. Air di
dalam bak mandi hanya setengah, dan ia menunggu
Citra di situ, sampai pintu kamar mandi terdengar
dikanoig oleh Citra.
Citra hampir berteriak sekeras-kerasnya sewaktu
Oom Piet muncul dari dalam bak mandi pada saat
Citra telah melepas segala pelapis badannya. Untung
tangan Oom Piet segera meraih mulut Citra dan
membekapnya sambil berbisik,
"Ssst..! Kalau kau berteriak dan bibi mendengar, maka masalah ini akan diadukan
pada tantemu. Tantemu nggak akan percaya kalau aku naksir kamu!
Kamu yang akan dianggap kurang ajar sama suami
tantemu! Diam, jangan teriak-teriak."
Sambil berbisik begitu, tangan Oom Piet melepas
bekapan di mulut Citra, dan berpindah meremas di
dada. Citra berhasil meronta, lalu mundur sampai ke
sudut Sayang ia tak sempat meraih handuk untuk
menutupi tubuhnya, sehingga ia hanya bisa mendekap
dadanya sambil menghadap ke dinding. Kepalanya
berpaling, menampakkan wajah yang marah dan
muak kepada Oom Piet
"Jangan anggap aku seperti masa muda ante, Oom!
Aku bukan perek! Keluar sana!"
Citra memberanikan diri mengusir Oom Piet dari
kamar mandi. Oom Piet justru mendekat, dan Citra
kebingungan menghindarinya.
"Sudah lama aku menaruh hati padamu, Citra.
Sumpah! Aku ingin sekaii memilikimu!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jangan dekati aku, Oom!" Kata-kata itu tak didengar oleh Oom Piet
Lelaki setengah baya itu justru makin mendekat
dan meraih pundak Citra sambil berbisik,
"Sekali ini saja, Citra! Sekali saja!"
'Lepaskan aku...! Persetan dengan kemau-anmu!
Ohhh... lepaskan!"
Citra meronta, tapi Oom Piet lebih cekatan
meraihnya dan menciumi wajah Citra penuh nafsu.
Tak ada pilihan lain bagi Citra, tangannya pun
bergerak cepat menampar wajah Oom Piet.
Pakkk...! Keras sekali tamparan Citra, membuat Oom Piet
terhenyak. Kemudian dengan kedua tangan Citra
mendorong Oom Piet kuat-kuat Maka, terpelantinglah
lelaki itu dan jatuh dengan kepala membentur dinding.
Benturan itu cukup keras, dan mengakibatkan kepala
Oom Piet bocor. Darah mengalir dari iuka di belakang kepala. Citra menjadi
tambah tegang. Ia buru-buru
meraih handuk dan membalut tubuhnya dengan
handuk itu, kemudian cepat-cepat keluar dari kamar
mandi. Ia dicekam ketakutan. Terengah-engah ketika
sudah berada di dalam kamarnya. Ia mengunci pintu
kamarnya, takut kalau Oom Piet masuk dan
mengamuk. Tak terasa ia pun melelehkan air mata
kesedihan. Sedih memikirkan nasibnya yang
belakangan ini menjadi bahan incaran lelaki jalang.
Sampai-sampai oomnya sendiri tega hendak
memperkosanya untuk yang kedua kalinya.
Beruntung saat ini Citra dalam keadaan sadar,
dalam keadaan sebagai diri pribadinya yang asli. Tak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ada pengaruh obat dan lain sebagainya, sehingga
dalam kedaan seperti saat ini, Citra tetap akan
melawan perbuatan tak senonoh itu. Semasa ia masih
punya tenaga dan kesempatan, ia akan meiawan
tindakan seperti itu. Ia tak mau menjadi hina oleh
kemauannya sendiri.
"Citra, tolong panggilkan dokter...," kata Oom Piet sambii mengetuk-ngetuk pintu
kamar Citra. Debar-debar di dalam dada Citra membuat
napasnya sedikit sesak. Khawatir kalau Oom Piet
terlalu banyak mengeluarkan darah, dan mengalami
akibat yang lebih parah jagi. Citra jadi bingung kala itu. Untung tantenya
segera datang, dan la
mendengar Oom Piet mengaku terpeleset di kamar
mandi. Maka, luka di kepala Oom Piet itu segera
diurus oleh tantenya, dan Citra merasa aman.
"Bagaimanapun pamannya kamu, Tra...," kata Andani mengomentari penuturan Citra,
tapi suatu saat ia akan berusaha lebih hati-hati lagi. Lelaki semacam itu, jelas
tidak akan berhenti bertindak sebelum
keinginannya tercapai. Jadi, aku sangat setuju kalau kau pindah, mencari
kontrakan sendiri."
"Kau bisa membantuku, kan"!"
"Mudah-mudahan bisa. Yang kutahu, di sekitar sini tak ada rumah petak yang dikontrak-kontrakkan.
Kalau di rumah Hanna, nah... di sana ada. Memang
masyarakat sekitarnya punya usaha mengontrakkan
rumah petak. Cuma..., ya, kamu harus mau campur
tangan dengan tukang bakso, tukang somay,
pokoknya orang-orang macam gituanlah...!"
"Kalau memang adanya itu, apa boleh buat! Tapi
kalau ada aku mau cari yang agak bersih. Tenang."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Andani seperti teringat sesuatu. Ia bersemangat.
"O, iya... ini nih... rumah di ujung deretan rumahku ini juga katanya mau
dikontrakkan. Satu rumah.
Nggak dipetak-petakkan perkamar kayak di rumah
Hanna." "Utuh satu rumah"!"
"He-ehl Orangnya mau dinas di luar negeri selama tiga tahun. Rumah dan beberapa
perabotannya akan
dikontrakkan! Cuma... beberapa harga kontrakannya,
aku nggak tahu. Kalau kamu mau, yuk kuantarkan ke
sana!" Rumah itu cukup luas. Halamannya sendiri
mempunyai padang rumput yang sangat leluasa buat
bermain-main. Bersih dan tampak segar. Rumah itu
milik pegawai kedutaan yang dua hari lagi akan
berangkat ke Roma. Di dalamnya, selain ada telepon
juga ada antena parabola. Semua itu termasuk dalam
satu perabot yang harus dibayar uang sewanya. Satu
tahun 2 juta. Gila! Punya uang dari mana Citra"
Gajinya satu tahun tidak sampai sebesar itu. Sampai
di tempat kerja, Andani masih membicarakan soal
rumah tersebut.
"Eh, asyik juga lho kalau kamu menempati rumah
itu! Aku bisa sering main ke situ!"
"Iya. Aku sendiri juga senang kalau tinggal di
rumah seperti itu. Tapi... dua jutanya itu yang bikin sesak napas," kata Citra.
"Apaan yang dua juta?" tegur Ranu, nimbrung pembicaraan Andani dan Citra.
"Gue harus cari uang dua juta nih, Ran. Buat
kontrak rumah! Bagus deh rumahnya!" kata Citra.
"Lu bisa bantu gue nggak?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bantu nyengir bisa!" jawab Ranu. "Gue punya ide kalau lu butuh uang segitu."
"Apaan..."!"
Citra bersemangat. Serius.
"Cari boss, ajak nonton, minta bayaran dua juta.
Beres!" "Huhhh... konyol lu! Emangnya gue pe-rek!" sambil Citra menepuk-nepuk punggung
Ranu. Akibatnya,
Ranu benar-benar meringis karena merasa sakit oieh
tepukan keras Citra.
Gurauan Ranu itu tiba-tiba menjadi satu bahan
renungan buat Citra. Mencari boss. Ya, barangkali
memang bisa dilakukan oleh Citra dengan
mengandalkan kecantikannya. Tetapi, apakah itu patut dan layak" Apakah itu tidak
akan merendahkan harga
dirinya sebagai gadis yang cantik dan terpelajar"
"Apakah aku masih punya harga diri?" bisiknya dalam hati. "Aku sudah kotor.
Sudah ternoda dan menjadi hina. Apakah aku pantas membanggakan diri
sebagai gadis yang masih punya harga diri?"
Lamunannya dibuyarkan oleh tepukan tangan Ranu
dari belakang. Citra sempat memekik dan nyaris
melonjak. "Gila lu!" makinya asal nyeplos.
"Hel, kapan kamu mau ajak aku ke rumah Gizma"
Udah nggak sabaran nih."
'Tenang aja. Pokoknya bereslah...!"
"Huhhh... beres, beres...! Buktinya sudah tiga hari dari sejak aku berkenalan
dengan Gizma, kamu nggak
ajak aku ke sana!" Ranu bersungut-sungut "Eh,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gimana kalo malam ini" Ntar kita pulang jam delapan
aja, yuk?"
"Pulang jam delapan"!"
"Alaaah... gue bisa bikinin alasan deh supaya iu bisa cabut jam delapan! Asal,
kita ke rumah Gizma. Oke"!"
"Ke rumah Gizma" Hra... sepertinya ada sedikit titik terang buat Citra.
Barangkali Gizma bisa
membantunya mencarikan pinjaman uang 2 juta
untuk mengontrak rumah tersebut Boleh juga gagasan
Ranu secara tidak sengaja itu," pikir Citra
Mereka berdua menuju rumah Gizma. Ranu agak
heran ketika bajaj yang mereka tumpangi berhenti di
tanah kosong, depan sebuah rumah kuno yang gelap
dan rusak berat itu. Seperti bekas terbakar. Baru
turun dari bajaj saja Ranu sudah bergidik.
"Ini..."! Di sini Gizma tinggal"!" katanya terheran-heran.
"He-eh...! Kenapa?"
"Ah, yang benar aja, Tra! masa perempuan secantik Gizma tinggal di tempat
seperti ini" Ini kan rumah
sudah tidak dihuni puluhan tahun lamanya! Ngaco aja
lu!" "Ikuti aku aja deh! Jangan banyak omong!" seraya Citra melangkah menerabas
rumput liar, menuju
rumah kuno yang banyak coretan-coretan dari tangan
iseng. "Tra... lu jangan main-main deh! Gue nggak suka kalo lu nakut-nakutin!"
"Siapa yang nakut-nakutin! Bego! Gue mau anter
kamu ke rumah Gizma!"
'Iya. Tapi masa di sini sih"! Konyol lu, ah!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lu yang konyol! Kalau lu nggak mau, ya udah! Kita pulang sajalah!"
Dewi Ular Misteri Dewi Pembalasan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Mereka jadi ribut sendiri sebelum melangkah terlalu
dekat dengan rumah gelap dan kotor itu. Malam itu
rembulan menampakkan senyumnya di balik awan.
Cahayanya sebagian menerpa bumi dan membuat
suasana di sekitar rumah kuno itu menjadi tambah
menyeramkan, sekalipun remang-remang.
"Sumpah, Ran! Gue ketemu dia di sini!"
"Kapan"! Dan lagi, ngapain kamu di rumah itu, kok bisa ketemu Gizma"!"
Hampir saja Citra tergelincir dengan pertanyaan
Ranu. Untung ia segera mampu menguasai diri dan
mengekang jawaban yang sebenarnya. Ia hanya
berkata, "Lu nggak usah tanya macem-macem deh.
Sekarang gini aja, lu ke rumah dia atau nggak. Pilih!"
"Ya, mau! Tapi gue nggak mau kalo hi ajak ke
rumah serem itu!"
"Jadi mau lu diajak ke mana" Ke hotel"!"
Ranu jadi tertawa sendiri. Citra sedikit sewot
"Udah, ah! Kalo lu nggak mau, kita batalin ajal Kalo kita ribut di sini, nggak
enak. Ntar dikira orang kita mau ngapa-ngapain!"
Citra hendak kembali ke jalanan, tapi tangan Ranu
segera meraih lengan Citra.
"Oke deh...," katanya. "Asal lu beneran nih, ya"!
Kalo lu main-main ama gue, gue enggak mau kenal lu
lagi!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalo lu nggak percaya ama gue, ya udah! Kita
pulang aja!"
"Percaya, percaya...!" Akhirnya Ranu mengalah.
'Tapi ingat, Tra. Jangan jauh-jauh dari gue."
"Takut kalau gue lari"!"
"Hm... terus terang, aku takut sama tempat serem kayak gini...!"
Citra mengikik geli. Ranu tambah merinding
mendengar suara tawa Citra.
"Ah, lu jangan ketawa deh! Bikin sport jantung aja tawamu itu!" seraya mereka
melangkah mendekati
rumah kuno itu.
Sejenak Citra memandang salah satu tiang yang
masih berdiri di rumah itu. Bayangan dalam benaknya
melayang pada masa-masa ia diikat di tiang itu. Ia
juga memandang lantai tiang yang banyak tumbuh
lumut dan rumput Terkenang pula saat ia digilir oleh enam lelaki tak bertanggung
jawab di lantai Itu. Hati Citra tergores, lukanya terkuak lagi. Tak sadar ia pun
menangis. Mulanya melelehkan air mata, akhirnya
mengisak. Pedih. Kenangan itu membuat Citra nyaris
meratapi mahkotanya yang hilang di situ.
"Citra...," bisik Ranu tegang. "Kenapa menangis"
Takut, ya" Gue juga nih...!"
Ranu tidak tahu masalah yang sebenarnya. Citra
masih berusaha menutupi rahasia pribadinya itu.
Karena takut didesak oleh berbagal pertanyaan,
akhirnya Citra berusaha menguasai emosinya. Ia
berhenti menangis sekali pun masih tersendat-sendat
napasnya. Ia melangkah meninggalkan tempat
kenangan pahit itu. Bara dari dendamnya untuk
sementara diredam kuat-kuat dalam dada.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tempat itu sunyi. Tempat itu lembab dan berbau
apek. Yang ada hanya suara desiran angin, lalu
lolongan anjing di kejauhan. Samar-samar
kedengaran, sehingga menambah suasana serem
makin mencekam. Langkah Citra hati-hati sekali,
karena di situ juga terdapat pecahan botol atau beling lainnya. Setapak demi
setapak mereka melangkah.
Debar-debar jantung Ranu lebih keras ketimbang
Citra. Pemuda bertubuh sedikit kurus itu memang
kelihatan sekali rasa takutnya, la menggandeng
lengan Citra, dan Citra merasakan tangan yang
menggandengnya itu gemetar sejak tadi. Bahkan Citra
pun merasakan tangan yang memegangi lengannya
itu kini berair. Keringat dingin Ranu mengucur dari
tiap pori-pori kulitnya.
"Gizmaaa...!" seru Citra ketika mereka tiba di tempat yang diperkirakan dulu
pernah menjadi ruang
makan keluarga pemilik rumah ini.
"Gizma...! Aku datang bersama Ranu...!"
Sepi. Tak ada jawaban. Suara berdenting pun tak
ada. Hanya lolong anjing di kejauhan yang mewarnai
kesunyian di tempat remang ini. Gtra melirik ke sana-sini, mencari pintu yang
dulu dipakai masuk ke
ruangan yang amat terang dan mewah. Tetapi di situ
tidak ada pintu, kecuali pintu yang menuju ke dapur
dan sudah tak berdaun pintu lagi.
"Kurasa kau hanya mempermainkan aku saja,
Tra...," bisik Ranu sambil gemetar.
"Tidak! Sumpah. Aku dibawanya kemari oleh Gizma.
Dulu, kayaknya di situ ada pintu. Gizma membuka
pintu di situ, dan ada sinar terang di dalamnya. Lalu, kami masuk dan ngobrol di
dalam kamar yang mewah
itu." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Citra melangkah dengan hati-hati. Jantungnya pun
jadi berdetak-detak setelah semua dinding yang
gerompal dan retak-retak itu diperiksanya. Ternyata
tidak ada pintu sepotong pun.
"Aaaow...!"
Ranu melompat dan berteriak keras sambil
memeluk Citra. "Ngeeeooong...!"
"Bangsat! Kucing...!" cacinya sambil teregah-engah.
Seekor kucing berbulu putih melompat dari sebuah
tumpukan kardus dan segera berlari keluar. Kucing
itulah yang mengejutkan Ranu, dan suara teriakan
Ranu yang membuat Citra bagai kehilangan denyut
jantungnya. Akhirnya mereka terengah-engah
bersama sambil menahan rasa geli justru membuat
Ranu kesal sendiri.
"Kita cabut aja, Tra! Brengsek!"
Citra tak bisa membantah. Ranu ngomel-ngomel
tiada hentinya. Menganggap Citra penipu,
menganggap Citra konyol, menganggap...! Apa saja
dianggap oleh Ranu. Citra tak bisa bilang apa-apa,
sebab dia sendiri merasa heran. Sangat terheranheran. Sukar sekali baginya meyakinkan Ranu, bahwa
di tempat itulah Citra bertemu dengan Gizma yang
cantik dan mempunyai kamar yang mewah. Nyatanya
malam ini di situ tidak ada Gizma, bahkan pintu dari kamar mewah itu pun tak
ada. Mau bilang apa kepada
Ranu" "Aku sudah menduga, kamu pasti cuma bercanda!"
gerutu Ranu. "Bercanda pala lu rengat Gue sendiri tadi juga
ketakutan!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Citra kesal sendiri jadinya. Mereka naik bajaj,
kembali ke Blok M. Citra mengajak Ranu makan di
gudeg lesehan, jalan Melawai.
Mereka duduk di atas tikar yang digelar di pinggiran jalan sambil menikmati teh
poci dan makan nasi
gudeg ala Yogyakarta. Hal ini ditanggung oleh Citra, karena ia merasa bersalah,
tak bisa membuktikan
kebenaran kata-katanya. Citra ingin menenteramkan
hati Ranu yang kelihatannya sangat kecewa dengan
peristiwa tadi. Dan, usaha Citra menenangkan jiwa
Ranu itu berhasil. Ranu justru tertawa sendiri setelah termenung sejenak, sambil
menunggu hidangan yang
dipesannya. "Gue rasa lu salah alamat, Tra. Bukan itu kali
rumah Gizma."
"Ya, ampun, Ranu...I Apa gue perlu menjalani
sumpah pocong sih"! Bener deh! Aku lihat sendiri,
jelas sekali, dia mengajak gue ke situ dan masuk ke
kamar yang punya perabot serba logam. Bagus deh
tempatnya. Sampai sekarang aku masih menyimpan
gelas pemberiannya. Gelas dari beling yang berbentuk segi empat. Bukan bulat
kayak gelas-gelas biasanya.
Pokoknya...."
Citra berhenti bicara, la memandang tiga cowok
yang turun dari sebuah mobil Jeep terbuka. Dua di
antaranya sudah dikenal Citra. Yang berambut cepak,
adalah cowok yang waktu itu dipanggil dengan nama
Yon. Sedangkan yang satu lagi, yang agak pendek...,
Citra tak tahu namanya. Tetapi, cowok itu juga yang
telah memperkosanya dengan kasar. Citra ingat,
cowok agak pendek itu selain memperkosanya juga
menggigit salah satu dada Citra yang menonjol hingga menjadi lecet. Sakit Hanya
saja, waktu ia masuk ke
kamar Gizma, semua rasa sakit itu menjadi hilang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hei, kok bengong aja! Terusin dong cerita lu!" kata Ranu.
Citra gelisah. Menghela napas dalam-dalam. Ia
melirik Yon dan dua temannya yang duduk di tikar
samping Ranu. Debar-debar jantungnya membuat
Citra sukar bicara. Debar-debar itu bercampur rasa
dendam dan cemas.
"Kenapa sih?" desak Ranu berbisik. Citra
menyembunyikan wajah. Kentara kalau dicekam
kecemasan yang menggelisahkan.
Ranu jadi curiga.
"Ran, kita pulang aja, yuk...!"
"Pulang" Belum makan udah pulang" Gi-mana sih"
Baru aja duduk...!"
"Pulang aja deh!"
Citra bergegas. Ia bicara kepada pelayan nasi
goreng, "Mbak... kami nggak jadi makan. Hm... berapa teh poci ini"!"
Tiba-tiba cowok yang belum pernah dikenal Citra,
teman Yon, menyapa,
"Lho... kok nggak makan"! Cowoknya lagi boke,
ya"!"
Ranu berpaling, memandang dengan sikap
bermusuhan. "Eh, lu ngomong jangan asal gonggong, ya!"
"Lu kenapa nyolot"! Memang elu yang jadi cowok
tuh cewek"! Huhhh... ngaca dong! Nggak pantes,
tahu"!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ran, udah...! Cepetan kita pulang, Ran!" Citra menarik tangan Ranu, tapi Ranu
bertahan. Rupanya
dia ada nyali juga untuk melawan cowok brandal itu.
Tiba-tiba cowok yang pernah menggigit dada Citra
itu berseru, "Hei, Yon... lihatl Tuh dia cewek yang kita antri tempo hari...!"
Ohhh... malunya Citra. Merah padam wajahnya
seketika itu, sebab ada beberapa pembeli yang
langsung berpaling memandangnya. Ranu semakin
panas mendengar ucapan cowok itu. Apalagi Yon
berkata, "Iya. Benar juga, Bas! Dia yang waktu itu kita antri malah cekikikan geli..!"
kemudian Yon dan Bas
tertawa. Teman yang tadi membuat gara-gara itu ikut
tertawa juga. Ranu tak bisa menahan emosinya. Kaki kanannya
segera bergerak cepat, melayang dari bawah ke
samping dan menghantam punggung cowok di
sampingnya itu. Cowok Itu terjungkal ke depan,
tersungkur menabrak sebaskom sayur kerecek.
Mukanya terbenam di sayur yang pedas itu.
"Ran...! Kabuuur...!"
Citra menarik-narik tangan Ranu. Tapi Ranu masih
belum puas. Waktu cowok yang tadi dipanggil Bas oleh Yon itu mendekat, Ranu
segera melayangkan kembali
tendangannya. Tapi, Bas menangkis dan Yon segera
menendang perut Ranu dengan keras.
"Hughhh...!"
Ranu terbungkuk.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ranuuu...!" teriak Citra panik. "Ohhh... tolong...!
Tolong pisahin mereka...!"
Cowok yang tadi wajahnya masuk ke dalam baskom
sayur, kali ini mengambil botol bekas Fanta, kemudian menyerang Ranu. Betot itu
dihantamkan ke kepala
Ranu. Pyarrr...! Ranu memekik kesakitan. Kepalanya berdarah.
Tergores oleh pecahan botol pelipisnya. Yon segera
menghantam mulut Ranu dengan piring kosong yang
sempat diambilnya dari meja.
Prakkk...! "Uhhh...!"
Ranu sempoyongan. Citra menjerit-jerit. Kemudian
menahan tubuh Ranu yang hampir jatuh.
"Cepat lariii...! Lari, Ranuuu.... Ayo, le-kaaas...!"
Citra menarik Ranu. Dan, mereka pun segera
melarikan diri. Ranu masih digandeng
Citra, sebelah tangannya memegangi luka di
wajahnya yang mengucurkan darah. Orang-orang tak
berani melerai perkelahian itu, karena mereka tahu
anak-anak yang mengejar Ranu itu punya kelompok
tersendiri yang bisa datang sekaligus dalam jumlah
banyak. "Hei, jangan lari kau...!" teriak Bas, yang nama lengkapnya Abas.
"Kejar dia, Srok...!" teriak Yon kepada cowok yang wajahnya tadi terendam sayur.
Asrok, nama panggilan
cowok itu, kali ini mengeluarkan rantai dari
pinggangnya. Rupanya ia ke mana-mana selalu
mengenakan ikat pinggang dari rantai untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menghadapi perkelahian sewaktu-waktu. Asrok lari
dengan cepat Ia penasaran kepada Ranu. Sementara
Dewi Ular Misteri Dewi Pembalasan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
itu, Ranu masih terus ditarik oleh Citra kendati
kepalanya terasa sangat pusing dan sakit Langkahnya
pun jadi terhuyung-huyung.
"Tolooong...!" teriak Citra sambil berlari. Asrok semakin dekat Larinya cepat
lagi. Sedangkan Ranu
makin lemah. Larinya bertambah lamban.
"Belok ke situ, Ran...!" kata Citra begitu melihat sebuah rumah makan Padang
masih buka. Dan, mereka pun segera masuk ke rumah
makan Padang sambil berteriak-teriak, 'Tolong...!
Tolong, kami dikejar penjahat...! Kami mau dirampok.
Oh, tolooong...!"
Hanya ada tiga orang yang makan di rumah makan
tersebut. Mereka justru ketakutan mendengar seruan
Citra. Dua lelaki yang ada dalam satu meja itu
menghentikan makannya. Tetapi, seorang wanita yang
duduk sendirian menikmati makanannya itu segera
berdiri mendekati Citra.
"Lawan dia, Citra...!"
"Oh, kau...! Gizma...!"
Citra memeluk Gizma. Ranu duduk di sebuah kursi
dengan lemas tempa disuruh. Semua orang hanya
memperhatikan mereka tanpa berani berbuat apa-apa.
"Lawan dia. Matikan satu, dan yang lain akan
mundur...!" bisik Gizma.
"Aaaow...!"
Ranu merintih kesakitan. Rupanya ia baru aja
mencabut serpihan beling botol yang ter-'sa di
lukanya. Citra segera mengeluarkan aputangan dari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tas gantungnya, dan menempelkannya pada luka-luka
Ranu. Pada saat itu, badan Citra merasa dingin sekali.
Menurutnya karena ia terlalu dicekam rasa takut, la
segera berdiri dan bicara pada Gizma, tetapi lagi-lagi Gizma pergi tanpa bilangbilang padanya.
"Gizma..."!"
Citra kebingungan mencari Gizma. Orang-orang
yang memperhatikan seperti patung, tak bergerak.
Mereka bagai mengalami shock melihat adegan
berdarah itu. "Hei, keluar kau...!" teriak Asrok sambil berdiri di depan pintu rumah makan.
Rantainya gemerincing.
Ranu berdiri sambil memegangi lukanya.
"Keluar...!" bentak Asrok'lagi.
Citra maju ke depan Ranu. Matanya tajam tak
berkedip. Menatap Asrok dengan mulut terkatup rapat
Asrok siap mengibaskan ran-tinya. Tapi, begitu
melihat Citra berdiri dengan wajah kaku, Asrok jadi
melangkah mundur. Sepertinya ia merasa takut
melihat wajah cantik Citra yang kaku dan bermata
tajam itu. Ia sempat mengusap tengkuk kepalanya
yang merasa merinding.
Citra melangkah sampai ke batas pintu.
Asrok masih mundur perlahan-lahan. Beberapa
meter di belakang Asrok, tampak Yon dan Abas
berlari-lari menyusulnya.
"Embat aja, Srok!" teriak Yon.
Abas berdiri di samping Asrok sambil memandang
Citra. Napasnya masih terengah-engah. Abas berbisik
agak keras, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Gue seret ceweknya, lu habisin muka cowoknya!
Yuk...!" Abas hendak melangkah mendekati Citra, tapi
tangan Asrok yang memegang rantai tiba-tiba
berkelebat. Cring...! Prakkk...!
"Aaaow...! Srok...! Apa-apaan lu"!"
Asrok mendekati Abas, kemudian rantainya
disabetkan kembali.
Crakkk...! Kepala Abas berdarah.
"Hei, hei...! Dia teman kita sendiri, Srok! Masa lu buta sih"!" teriak Yon
sambil melerai, memegangi tangan Asrok. Tetapi, rantai itu pindah ke tangan kiri
dan menghantam ke pundak Yon.
"Aaaow...!" Yon berteriak.
Abas hendak bangun dalam keadaan bingung,
sebab ia diserang teman sendiri. Asrok mendekat
dengan mulut rapat. Rantainya dipu-tar-putarkan di
atas kepala. Lalu, dalam satu hentakan rantai itu
disabetkan kembali ke arah kepala Abas.
Prakkk...! Prakkk...!
"Aaah...! Aaaow...!" Abas berteriak kesakitan. Ia terjatuh dengan kepala
berdarah. Kini, rantai itu
kembali menghantam mulutnya.
Proook...! Mulut itu pun mengucurkan darah. Gigi Abas rontok
dua biji. Asrok bagai orang gila yang tak kenal belas kasihan sama sekali.
Setelah ia menendang perut Yon
hingga Yon terpelanting kesakitan, maka rantainya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pun disabetkan ke wajah Abas beberapa kali. Bahkan
kini ia sendiri berteriak,
"Aaa... grrr...!"
Prak, prak, prok... jeprot... jeprot...!
Rantai itu disabetkan bertubi-tubi. Tubuh Abas
terkapar di jalanan dengan bermandi darah, tetapi
Asrok masih menghantamkan rantai sebesar jempol
kaki orang dewasa ke tubuh Abas.
"Jangan, Srok...! Jangan...!" teriak Yon melihat Abas bermandi darah di jalanan.
Asrok tak peduli
dengan teriakan Yon. Orang-orang yang menyaksikan
adegan itu pun merasa ngeri. Banyak yang
memalingkan wajah, tak tega melihat kepala Abas
dihancurkan Asrok dengan rantai. Tubuh Abas hanya
bisa berkelojot beberapa kali. Rantai masih
dihantamkan tak beraturan ke bagian kepalanya.
Rantai itu sendiri berlumur darah. Sampai-sampai
salah satu pintu toko di dekat Abas terkapar itu
terkena percikan darah.
Asrok seperti orang kesetanan. Tak ada yang berani
memegang atau menghentikan gerakannya. Abas
masih kejet-kejetan, dan Asrok beium berhenti
menghantamkan rantainya ke bagian kepala Abas
yang sudah tak berujud kepala manusia itu. Lebih dari seratus kali sabetan,
akhirnya Abas tak bergerak lagi.
Ia menghembuskan napas terakhir pada saat otaknya
memercik keluar dari tengkorak kepalanya yang
dihancurkan oleh rantai Asrok.
Asrok terengah-engah. Jatuh berlutut Wajahnya,
dan beberapa bagian tubuhnya, terkena percikan
darah dari kepala Abas.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baaas..."! Abaaas...!" teriak Asrok dalam keadaan sangat terkejut Ia segera
merangkak mendekati
kepala Abas yang sudah hancur. Memandang dengan
mata membelalak liar. Ia melihat rantai yang
digenggamnya ternyata berdarah.
"Baaas...! Kenapa kau..."! Ohhh.... Abaaas...!"
Orang-orang yang mengerumuni dari kejauhan
menjadi heran melihat tangis Asrok semacam tangis
penyesalan. Banyak yang berpendapat, perbuatan
Asrok adalah perbuatan di luar kesadaran diri sendiri.
Citra tersenyum tipis memandang kematian Abas.
Napasnya menghempas lega. Ia pergi membawa Ranu
tanpa setahu orang-orang.
Tiga dendam telah terpenuhi. Citra merasa puas
melihat kematian orang-orang yang pernah
memperkosanya. Menurutnya, cara kematian yang
mereka alami cukup sepadan dengan kekejian mereka
saat merobek kegadisannya. Tinggal tiga lagi. Yon,
orang yang tadi ikut mengeroyok Ranu, lalu.... Tom,
yang memiliki rambut panjang seperti rocker nyasar,
dan Sam. Mereka harus mengalami kematian yang
lebih mengerikan lagi. Paling tidak, sama
mengerikannya dengan kematian teman-teman
mereka. Lalu, bagaimana dengan Oom Piet" Apakah ia harus
mati juga" Ia telah menikmati kehangatan Citra
dengan cara memberikan obat pada kuah super mie
yang sengaja disendokkan untuk Citra. Oom Piet
memperdaya Citra, menikmati apa yang ia inginkan
dalam kead Citra tak bisa apa-apa. Apakah ia perlu
mengalami nasib seperti Abas"
Citra masih mempertimbangkan, sebab
bagaimanapun juga itu menyangkut masalah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keluarganya sendiri. Sekarang yang dipikirkan Citra
adalah hadiah buat Gizma. Kalau ia tidak memberi
hadiah pada Gizma, maka nyawanya yang menjadi
jaminannya. Ini aturan main yang mereka sepakati
berdua. Sekarang, siapa yang dijadikan korban" Lelaki mana yang ingin diberikan
kepada Gizma" Ranu..."
-ooo0dw0ooo- RUMAH pegawai kedutaan itu akhirnya berhasil
ditempati Citra. Dalam waktu satu malam, ia berhasil memperoleh check kontan
sebesar dua juta, dari
seorang lelaki yang bernama Oom Harllan. la seorang
pengusaha hotel, yang pada malam itu istrinya sedang melahirkan. Citra mengantar
Ranu untuk menjahitkan
luka-lukanya akibat perkelahian di jalan Melawai. Pada saat Citra menunggu Ranu
selesai ditangani dokter, di pintu gerbang rumah sakit ia sempat berkenalan
dengan Oom Harllan.
Omong punya omong, kenal punya kenal, akhirnya
Oom Harllan mengajak Citra untuk pulang bersamasama. Waktu itu, tubuh Citra masih terasa dingin,
seperti direndam di dalam tumpukan batu es. Citra
tahu, lelaki setengah baya itu tergoda oleh
kecantikannya. Mata lelaki itu sering memandang ke
bagian dada Citra yang tampak menantang. Citra
masih bisa jaga gengsi, sekalipun dalam hati kecilnya, ia merasa tak perlu
melayani Oom Harllan. Tapi,
mulutnya sempat melontarkan kata,
"Saya sedang bingung, Oom."
"Kenapa bingung" Apa kesulitanmu" Mungkin bisa
kubantu." "Saya butuh uang dua juta untuk menebus saudara saya. Besok saya harus lunasi
rekening rumah sakit
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu, Oom. Ah, saya bingung sekali, sebab sampai hari ini saya nggak pegang uang
lebih dari sepuluh ribu...."
Oom Harllan tersenyum. "Itu kan masalah kecil.
Bisa saja saya bantu kamu, asal kamu juga bisa bantu juga."
Citra sengaja tertawa dengan kesan kurang
percaya. Oom Harllan menjadi lebih penasaran, la
nekat mengeluarkan buku check dari tas kecli yang
dibawa-bawanya sejak tadi. Setelah membubuhkan
angka 2 juta rupiah, ia berikan check itu kepada Citra.
"Nih, kalau kamu nggak percaya! Saya serius."
Citra diam sejenak, mempelajari check tersebut.
Lalu, la tersenyum nakal seraya berkata, "Saya juga serius."
Ia meremas tangan Oom Harllan. Mata lelaki itu
semakin berbinar-binar. Citra menambahkan kata,
"Malam ini juga saya ingin membalas pertolongan ini."
"Hanya malam ini saja?"
Citra menggeleng.
"Sampai kapan Oom butuh pertolongan, saya siap
sedia membantu. Hm... sebentar, saya bilang dulu
pada saudara saya yang di dalam...!"
Citra pergi menghubungi Ranu. Oh, belum selesai
juga. Bibir Ranu ikut dijahit karena sobek waktu
dihantam piring oleh Yon. Ia tak berani mengganggu
Ranu. Ia hanya menulis sebuah pesan pada selembar
kertas, kemudian dititipkan kepada seorang suster.
"Tolong, sampaikan pesan ini kepada teman saya
itu. Terima kasih sebelumnya, Suz."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sama seperti Yammar dan Alex, akhirnya Oom
Harllan pun berubah menjadi patung batu. Malam itu
juga, urusan Citra selesai. Badannya kembali panas,
tidak sedingin tadi. Gizma muncul di kamar hotel, dan menyuruh Citra memejamkan mata.
Itulah riwayat rumah kontrakan seharga dua juta.
Kini rumah itu ditempati oleh Citra sendirian. Kadang-kadang saja Andani tidur
di situ, atau Hanna, atau
Ninung. Hanya Sarah yang belum pernah datang ke
rumah kontrakan Citra.
Ranu sendiri pernah datang ke rumah Citra, tapi ia
tidak bermalam di sana. Ia hanya membicarakan soal
Gizma, dan rasa kagumnya terhadap kecantikan
Gizma. Tetapi, pada sore ini, Ranu datang tidak
sekadar bicara soal Gizma. Luka jahitannya masih
membekas, belum kering betul. Sepertinya bukan
hanya luka jahitan di pelipis saja yang belum kering, melainkan luka di hatinya
juga masih basah, la
penasaran, karena beberapa hari ini diam-diam ia
mencari Yon dan Asrok, namun gagal.
"Kau ini apa-apaan"! Mengapa harus mencari
mereka!" Citra kesal karena hatinya mencemaskan Ranu.
"Nggak perlu lagi cari-cari mereka! Ntar bikin lu tambah susah!"
'Tra, aku masih penasaran sama omongan mereka!
Aku nggak rela kamu dikatakan pernah diantri dan lain sebagainya! Aku ingin
robek mulut tuh anak, biar
nggak sembarangan kalo ngomong!"
Citra salut terhadap pembelaan Ranu. Tapi sifat
Ranu yang penasaran membuatnya cemas sekali. Citra
tahu, Ranu punya keberanian. Tapi Citra juga bisa
mengukur kekuatan yang ada pada Ranu. Tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seimbang dengan mereka. Tubuh Ranu sendiri agak
Dewi Ular Misteri Dewi Pembalasan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kurus, tidak sekekar tubuh Tom atau Yon. Kalau
terjadi duel antara Ranu dengan Tom, Citra sangsi
untuk mengharapkan kemenangan dari Ranu.
"Ran, lupakan omongan mereka itu! Kamu nggak
perlu penasaran lagi sama omongan mereka. Anggap
saja mereka sedang mabuk"
geleng-geleng kepala. "Mereka nggak sedang
mabuk, dan nggak bisa dianggap begitu, Citra. Mereka harus diberi pelajaran!
Biar nyaho! Biar tahu adat!"
Napas Citra dihela panjang-panjang. Susah juga
membujuk Ranu untuk melupakan kata-kata Yon.
Ranu sendiri bilang,
'Tra... sejak aku tahu kau berdiri di depanku
menghadang Asrok, aku semakin merasa nggak rela
kalau kamu dilukai oleh mereka, secara fisik maupun
batin. Aku tahu kamu sakit hati oleh kata-kata
mereka, dan aku harus membalas sakit hatimu."
"Nggak perlu, Ran! Nggak perlu!"
"Kenapa nggak perlu"!" tukas Ranu cepat "Kalau tidak ada kamu, nasibku akan
seperti korban yang
dihancurkan dengan rantai itu. Jadi, apa salahnya
kalau aku merasa beruntung, sebab kamu berani
berdiri di depanku ketika Asrok hendak masuk rumah
makan" Pembelaanmu yang seperti itu, nggak bisa
kubalas dengan ucapan terima kasih saja!"
"Bisa...!"
"Nggak bisa!" Ranu ngotot,
Citra diam. Lama sekali mereka saling membisu.
Duduk Citra lebih santai lagi. Merebah di sofa empuk, kepalanya berpaling ke
arah akuarium, tak berani
memandang Ranu. Mungkin ada sesuatu yang telah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
selesai ia renungkan, karena tiba-tiba Citra berkata dengan tanpa memandang
Ranu, "Jangan mencampuri urusan pribadiku, Ran."
"Urusan... urusan pribadi, bagaimana?"
"Kematian mereka adalah urusan pribadiku. Aku tak ingin mereka mati di tangan
orang lain. Tak ingin
mereka hancur di tanganmu. Aku yang bertindak
sebagai algojo mereka...,"
Citra memandang Ranu, "Bukan kamu yang berhak
membunuh mereka."
Merinding tengkuk kepala Ranu mendengar ucapan
Citra dengan wajah dingin itu. Ranu tahu, Citra bukan sedang main-main. Gadis
itu serius. Karena itu, Ranu tidak berani menyepelekan ucapan tersebut
"Apa yang telah terjadi sebenarnya, Citra...?" bisik Ranu dengan hati-hati
sekali. Tak ada senyum sedikit pun di bibirnya, tak ada canda sepatah kata pun
dari tiap katanya. Mata Ranu pun menatap Crtra dengan
serius, sampai dahinya sedikit berkerut
'Tra...," sapanya lagi setelah Citra diam saja. "Aku sahabatmu, bukan?" Citra
masih diam. "Kau percaya padaku, bukan?"
Citra tak ada reaksi. Makin lama suara Ranu
semakin lembut mengharu. Baru sekarang Citra
merasakan kesungguhan Ranu dalam berbicara
dengannya, seakan pada saat Itulah jati diri Ranu
muncul di depan Citra.
"Sejak peristiwa di Melawai itu, Tra.... Kau sudah kuanggap bukan sekadar
sahabat Dukamu kujadikan
dukaku juga. Sungguh, Tra. Aku merasa berhutang
nyawa padamu. Jadi, apa salahnya kalau aku ikut
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membantu meringankan bebanmu. Apa salahnya
kalau aku turut menanggung masalahmu?"
Citra masih diam. Makin membiru hatinya
mendengar kata demi kata yang diucapkan penuh
perasaan itu. "Katakan, kau ada masalah apa dengan mereka.
Katakan yang sebenarnya. Kalau itu suatu rahasia,
nyawaku yang jadi jaminan untuk menutup rahasia
itu. Nyawaku, Tra...."
Tak tahan juga Citra memendam keharuan itu. Kian
lama kian jelas kedua matanya digenangi air. Bantalan sofa masih dipeluknya.
Matanya yang basah
menerawang, mulutnya ditutup dengan bantalan sofa
itu. Ia belum mengisak. Ia bertahan untuk tidak
mengisak. Namun, apakah ia akan mampu"
Ranu bergeser, duduk lebih dekat lagi dengan Citra.
Kini semakin yakin hati Ranu, bahwa Citra telah
menyimpan satu rahasia pribadi yang ingin dipikulnya sendiri. Ranu merasa tak
reia jika Citra menanggung
beban penderitaan seorang diri. Maka, dengan lembut
dan masih penuh hati-hati, Ranu pun berkata pelan,
"Kau menyimpan dendam kepada mereka selama
ini" Benar begitu?"
Citra mengangguk samar. Ranu menghela napas,
menenangkan emosi. Tapi rasa penasarannya
mendesak batin, memaksa ia bertanya,
"Kenapa kau mempunyai dendam kepada mereka?"
Makin deras air mata itu mengalir, makin sulit Citra mengekang isak tangisnya.
Akhirnya, ia pun memeluk
Ranu dalam satu luapan tangis yang meratap-ratap. Di sela tangisnya itu, Citra
melontarkan kata
mengharukan, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku... aku dinodai mereka, Ranuuu...!"
"Ya, Tuhan...!"
Ranu bagai lemas. Tulangnya seperti dilolosi dari
bawah. Ia memeluk Citra erat-erat Tubuh Citra
terguncang-guncang oleh tangisnya yang kian
menjadi. Sore beranjak petang. Hari itu mereka libur,
sehingga tak ada beban harus pergi ke tempat kerja.
Citra memuaskan tangisnya dalam pelukan Ranu.
Setelah ia merasa sedikit puas, ia pun menceritakan
awal peristiwa menyakitkan itu, terjadi.
"Itulah sebabnya aku ingin menangis ketika aku
melihat tiang dan lantai pada rumah kuno itu, Ranu.
Aku teringat saat-saat mahkotaku hilang direnggut
mereka secara beramai-ramai."
"Sungguh biadab mereka itu," geram Ranu dalam terawangnya yang mengandung
dendam. "Mereka berenam. Tiga di antaranya telah
kubunuh...."
"Kau yang membunuhnya?" Ranu sangsi. Citra mengangguk.
"Satu orang terjatuh dari lantai lima di tempat keria kita. Satu lagi dihantam
mobil dan tergencet pagar
pembatas jalur, dan yang terakhir., yang kemarin
diremukkan kepalanya oleh temannya sendiri."
Semua kematian yang diceritakan Citra terbayang
jelas dalam ingatan Ranu. Tetapi, ia masih tidak tahu, mengapa Citra merasa
sebagai pembunuh mereka.
"Padahal kau tidak menyentuh mereka seujung
rambut pun, kan?" tanyanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku mempunyai semacam kekuatan gaib.
Kekuatan itu mulanya tidak kuketahui. Sejak peristiwa di Melawai itu, baru aku
bisa menyimpulkan, bahwa di dalam diriku ternyata ada satu kekuatan gaib yang
tak kutahu entah dari mana datangnya. Aku bisa
memerintahkan musuh-musuhku untuk melakukan
apa saja, bahkan bisa mendorong mereka dengan
hanya menggunakan pandangan mata. Oh, banyak
sekali perubahan pada diriku yang membingungkan,
Ran. Terutama terjadi setelah aku mengalami
pemerkosaan itu...."
Citra tak jadi melanjutkan ceritanya, karena pada
saat Itu ada sebuah Vespa berhenti di depan
rumahnya. Ia bergegas membukakan pintu untuk sang
Tamu. "Oh, kau Nico..."! Lama sekali tidak menemuiku?"
Hati Citra berdebar-debar. Nico datang. Berdiri di
depan pintu. Memandang ke dalam, menatap Ranu
sebentar, kemudian memandang keadaan di luar
rumah. Nico berkata dengan dingin,
"Rumah ini cukup nyaman. Tenang dan sup!.
Memang enak untuk santai. Hebat sekali kau bisa
kontrak rumah seharga dua juta. Mestinya kau harus
bekerja keras dong."
"Nico.. masuklah dulu."
"O, tidak. Aku tidak ingin mengganggu kalian. Aku cuma ingin menyampaikan pesan
dari Oom Piet sekeluarga, yang telah kau kecewakan dan kau
lupakan itu."
"Nico, kita perlu bicara. Kau tidak akan mengerti jika...."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kensi sakit. Sekarang diopname di rumah sakit
Cuma itu pesan yang harus kusampaikan padamu.
Oke, aku pulang dulu! Selamat bersenang-senang,
Citra." "Nico..."! Nic...!"
Citra berlari mengejar Nico yang sudah berada di
atas Vespa. Ia sangat cemas dan sedih melihat sikap
Nico yang dingin.
"Nico, kau pasti belum paham dengan apa yang
terjadi dan telah menimpaku belakangan ini. Kita perlu bicara tanpa emosi,
Nico." "Kurasa tak ada yang perlu dibicarakan lagi. Kurasa semuanya sudah jelas
bagiku." "Nic... aku masih... masih mencintaimu. Aku...."
"Buang saja cinta itu! Terlalu murah!" Setelah mengucapkan kata-kata demikian,
Nico menstarter
Vespa-nya, kemudian pergi tanpa mau berpaling pada
Citra lagi. Citra hanya memandang kepergian Nico
dengan tangis yang tak bisa dibendung lagi. Ia
memandang sampai Nico hilang di balik tikungan.
Bibirnya digigit sendiri sambil melangkah gontai. Di pintu, Ranu berdiri
memperhatikan Citra dengan
penuh rasa iba. Tanpa diminta, ia menyambut Citra
yang limbung, lalu memeluknya kuat-kuat setelah
pintu ditutup. Citra menghamburkan tangis untuk
yang kedua kali dalam pelukan Ranu. Bisikan lembut
sempat didengar oleh Citra,
"Tabah. Bersabarlah. Ada masanya sendiri untuk
berhenti dari penderitaan. Ada masanya, Citra.
Sekarang yang kaubutuhkan adalah ketabahan."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nico...! Aku masih mencintai dia, Ran! Aku
mencintai Nico, tapi dia tidak mau tahu dengan
masalahku...."
"Suatu saat, dia pasti mau tahu. Bersabarlah, Citra.
Maklumilah sikapnya tadi, karena ia melihat aku
berada di sini berdekatan denganmu. Ia pasti cemburu padaku. Orang cemburu sukar
diberi penjelasan pada
saat rasa cemburunya di puncak. Tapi nanti, setelah
emosinya reda, kita baru bisa memberi penjelasan
padanya, dan ia pasti mau mengerti tentang semua
ini, Citra."
Ranu. Alangkah bijaknya dia dalam keadaan seperti
itu. Alangkah besar rasa persahabatannya. Kalau saja Ranu tidak pandai menghibur
hati Citra dengan
serangkai kata-katanya, sudah pasti Citra akan
berlarut-larut dalam tangisnya. Ucapan-ucapan
sederhana dari Ranu, bagi Citra sungguh suatu
penghibur hati yang sedang duka. Ternyata inilah
orang yang dicari Citra sejak ia kehilangan
mahkotanya. Ranu pandai mengalihkan rasa. Pandai pula
membawa diri dalam bergaul. Ia tahu apa yang
dibutuhkan Citra pada malam ini. Bukan buaian
mesra, melainkan kesegaran jiwa. Peralihan satu
konsentrasi. Karenanya, Ranu mengajak Citra jalanjalan supaya pikiran Citra tidak terbelit oleh duka dan kenangan pahitnya terusmenerus. "Aku masih punya sisa gaji untuk bulan ini," kata Ranu. "Bagaimana kalau kita
nonton di Twenty One"
Ada film lucu di sana!"
Ranu punya sasaran yang tepat Film lucu itu
mampu mendominir otak Citra, sehingga suasana
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang ada di dalam gudang bioskop itu telah merubah
duka Citra menjadi suka.
"Sayang sekali kita tidak bisa bersama Gizma," bisik Ranu. "Kalau saja Gizma ada
di antara kita, mungkin suasana akan jadi lebih ceria lagi."
Kata-kata diucapkan Ranu pada saat mereka makan
di Pujasera. Citra melirik Ranu, ia melihat rona sesal membentang tipis di wajah
Ranu. Lalu, Citra pun
berbisik lirih, "Kau ngebet sama dia?"
Geli juga Ranu mendengar pertanyaan itu. "Ngebet dalam hal apa?" Ia ganti
bertanya. Citra hanya
mengikik sembil menikmati sisa es telernya.
Ranu bicara sambil mempermainkan sendok gelas
yang telah kosong.
"Aku penasaran sekali. Dia itu... masih kuliah atau sudah bekerja" Masih single
atau udah punya suami?"
"Lu tanya aja sendiri kalau lagi ketemu dia," jawab Citra.
"Coba ceritakan sedikit tentang perkenalanmu
dengan Gizma. Ada pembicaraan apa saja selama ini
dengannya, mungkin aku bisa mempunyai kesimpulan
untuk menyelidiki pribadinya."
"Ah, lu kayak detektif aja! Terlalu banyak nonton HAMMER kali lu!" sifat canda
Citra sudah nampak normal kembali. Ranu senang, sebab itu ia tertawa
iepas. "Eh, Ran... elu bener-bener naksir dia?"
"Busyet dah! Lu pikir main sandiwara?"
"Bukan begitu, Ran.... Kalo lu beneran naksir dia, gue sampein ke dia deh! Ntar
gimana kata dia, gue
sampein ke lu!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mau jadi comblang lu" Ha, ha, ha...!"
"Demi seorang sahabat, nggak ada salahnya, kan?"
Citra melirik lucu.
Dewi Ular Misteri Dewi Pembalasan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Boleh juga begitu. Tapi... kira-kira dia udah punya suami apa belum, sih" Kalo
menurut pandangan lu,
gimana?" "Kalau menurutku sih... dia belum punya suami!
Memang usianya, kayaknya, di atas kita. Yah,
mungkin tiga-empat tahun lebih tuaan dia ketimbang
kita. Tapi, gue nggak pernah lihat dia jalan ama cowok Di rumahnya juga gue
lihat nggak ada tanda-tanda
kehidupan cowok di sana!"
Ranu merenung, manggut-manggut sambil
menggumam. "Ah, sayang kita nggak tahu di mana rumah dia
sebenarnya!"
"Ya di situ itu, yang kemarin kita samperin tapi membingungkan itu, Ran!"
"Nyatanya nggak ada apa-apa kecuali tempat
angker doang!" Ranu bersungut-sungut
"Gue sendiri sampai sekarang masih heran lho.
Bener kok. Tempo hari, gue dalam keadaan sadar
masuk ke situ, dituntun ama dia. Tapi, waktu kita ke sana kok bisa nggak ada dia
punya pintu kamar, ya?"
Citra jadi ikut merenungkan kembali soal misteri
kamar Gizma itu. "Apa enaknya kita ke sana lagi, Ran?"
"Kapan" Sekarang" Huh... ogah! Mendingan disuruh maju ke medan perang daripada
kebingungan di sarang hantu Itu!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Citra jadi tertawa geli. Jam tangannya menunjuk ke
pukul 11 malam lewat 10 menit Citra akhirnya
mengajak Ranu pulang. Ranu memanggil pelayan
untuk menghitung jumlah makanan dan minuman
yang harus dibayar. Tetapi, pelayan lelaki itu bilang,
"Kan sudah dibayar, Bang."
"Sudah dibayar"!" Ranu memandang Citra.
"Belum. Gue belum bayar kok."
"Siapa yang bayar. Mas?" tanya Ranu.
'Itu..., Tante yang duduk di pojokan sana! Yang
pakai jaket cokiat, tuh...!"
Mata Ranu dan Citra membelalak, lalu keduanya
tersenyum. Gizma sedang duduk sendirian menikmati
minumannya, la melambai sewaktu Citra dan Ranu
memandangnya, mereka berdua bergegas mendekati
Gizma. "Brengsek lu, Giz! Pasti udah dari tadi nongkrong di sini, ya?" kata Citra ikut
duduk di samping Gizma.
"Sudah lama aku di sini. Sebelum kalian datang aku sudah nongkrong di sini,"
kata Gizma. "Kok nggak gabung ke kita?" kata Ranu.
Gizma tersenyum manis, memandang minumannya.
Ia berkata pelan,
'Takut mengganggu keasyikan kalian."
"Ah, keasyikan apa" Kami cuma ngobrol-ngobrol
biasa," sergah Citra. "Eh, Giz... ada yang naksir kamu," bisik Citra.
Ranu melengos karena mendengar bisikan itu. Ranu
malu juga kalau Citra menyampaikan soal katakatanya tadi di depan dia sendiri. Untung saat itu Citra
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bisik-bisik di telinga Gizma dan mereka berdua
akhirnya jadi mengikik tertahan. Ranu jadi salah
ringkah. Dengan suara kalem, tapi bisa didengar oleh
mereka, Gizma berkata,
"Lelaki yang naksir aku adalah leiaki yang malang nasibnya."
"Apa hatimu tertutup dan beku membatu"!" sahut Ranu tiba-tiba.
Gizma hanya tersenyum getir. Ranu kembali
tersipu, tak sadar ia terpancing oleh kata-kata Gizma.
-ooo0dw0ooo- Pada saat itu, ada dua pemuda yang mabuk yang
jalannya sempoyongan. Dari kejauhan mereka telah
sama-sama ngoceh tak karuan. Sampai di meja Gizma
mereka berdua berhenti. Yang mengenakan topi
berkata, "Bob... lihat tuh ada dua bidadari! Lu pilih yang mana?"
Yang dipanggil Bob menjawab,
"Cakepan yang itu! Yang pakai jaket!"
"Hei, ngapain kalian di sini! Ayo, sana!" usir Ranu.
"Emangnya ini Pujasera punya bapak moyang lu"!"
kata yang pakai topi. Ranu nyaris menampar pemuda
itu, tapi tangannya segera dipegang Citra. Gizma
sendiri berkata kalem,
"Biarkan saja, Ranu...!"
Yang tadi dipanggil: Bob, mendekati Gizma dengan
mata merahnya. Ia membungkuk, kedua tangannya
berada di atas meja, depan Gizma. Ranu menahan
Kemelut Di Majapahit 18 Juragan Tamak Negeri Malaya Karya Widi Widayat Pedang Kayu Harum 10
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama