Ceritasilat Novel Online

Tamu Dari Gurun Pasir 3

Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa Bagian 3


Cek Siong-cu maju kedepan dan berkata dengan suara nyaring: "Asal ada orang yang unjukkan diri urusan gampang diurus. Orang2 dari golongan Hian-bun yang sudah binasa ditangan bocah itu sudah hampir seratus orang jumlahnya. Kalau benar Thian-cu-kauw mau mengakui dan menanggung dosa orang jahat itu, barangkali rekening ini nanti akan kami perhitungkan atas diri kalian orang2 Thian-cu-kauw"
Pada saat itu dari dalam rimba terdengar lagi satu suara aneh yang lantas disusul dengan munculnya dua orang yang aneh bentuk rupa dan tubuhnya. Yang satu adalah seorang gemuk pendek dengan potongan seperti gentong dan yang lain ialah seorang kurus kering tinggi macam galah bambu. Kedua orang itu tatkala berada di dalam kalangan, yang kurus kering sambil ulurkan tangannya yang panjang lantas berkata sambil menuding Cek-siong-cu.
"Urusan hari ini kalian hendak putuskan begitu saja atau menantikan kami turun tangan dulu?" Ciak-yan Ie-su yang adatnya paling berangasan, ketika mendengar perkataan itu berewoknya lantas pada berdiri. Dengan mata mendelik ia membentak dengan suara keras "Kau siapa! Berani kau keluarkan perkataan2 begitu sombong didepan kami?"
Orang kurus kering itu dengan sikap lebih bengis berkata dengan suara dingin "Kami adalah Thian-long Tancu Ie Tiang Siang dan Tec-im Tancu Thian Lui. Dengan kedudukan kami sebagai Tancu, hendak membereskan kalian bangsa imam durhaka rasanya tidak terlalu menghina, bukan?"
Ngo-bie, Kun-lun dan tiga partai lainnya didalam rimba persilatan merupakan partai2 besar dari golongan orang baik2. Sedang kedua orang itu hanya merupakan orang2 yang berkedudukan sebagai Tancu dari perkumpulan Thian-cu-kauw yang belum menonjol dan sama sekali belum keluar namanya, kini orang2 itu ternyata sudah berani mengucapkan perkataan demikian dihadaaan para ketua partai2 besar itu, dapatlah diduga betapa gila dan sombongnya orang2 kurus dan gemuk itu.
Ciak-yan Ie-su merasakan dadanya hampir meledak. Lam-gak Koan-cu dan lainnya juga sudah pada gusar.
Selagi orang2 lima partai besar itu hendak membalas dengan kata2 pedas, pada saat itu Lim Tiang Hong yang berdiri disamping setelah mengatur pernapasannya sebentar. Luka2nya sudah mulai sembuh. Ia yang sejak tadi merasa jemu terhadap tiga orang yang mengaku dirinya sebagai Tancu dari Thian-cu-kauw itu, lantas berpaling dan berkata kepada Henghay Kow-loan "Mari kita pergi"
Tapi selagi ia melangkahkan kakinya, Cek-siong-cu membentak: "Jahanam, apa kira masih pikir bisa pergi" Berbareng dengan kata2nya itu, badan imam dari Khong-tong ini sudah bergerak naik keatas. Se-olah2 lakunya seekor burung besar. Badannya melayang turun lagi sambil pentang lima jari2 tangan, ia menyambar kepada Lim Tiang Hong.
Sebelum tangan itu sampai, angin yang keluar dari jari2nya sudah menyambar lebih dulu. Lim Tiang Hong sangat gusar. Se-konyong2 berbalik satu putaran. Tangannya juga terangkat dan jarinya menyentil. Kekuatan tenaga sebesar biji kacang yang tiada tampak ujudnya lantas meluncur keluar.
Dengan memperdengarkan suara "Srr"-nya lantas menembusi serangan tangan Cek-siong-cu yang terus mengarah jalan darah Hoa-kay dan Soan-kie di tubuh imam itu.
Ilmu tertinggi yang sulit dipelajari dari golongan Hian-bun ini sudah tentu dikenal baik oleh Cek-siong-cu sampai dimana kelihayannya. Maka ia lantas berjumpalitan ditengah udara sambil memutar kedua tangannya. Dengan susah payah baru akhirnya berhasil juga ia menghindarkan serangan lihay itu. Bukan kepalang terkejutnya hati imam ini hinggga setelah melayang turun kembali, imam Khong-tong ini cuma dapat berdiri melongo, tidak bisa berkata apa2 dan tidak mampu menggerakkan lagi kaki tangannya.
Pada saat itu didalam rimba tampak berkelebat satu bayangan padri tinggi besar. Setelah keluar seruan kaget dari mulutnya, bayangan tinggi besar itu lantas menghilang kembali.
Lim Tiang Hong yang setelah mengeluarkan ilmunya yang dinamakan Cek-shie Seng-wan-kang, kakinya tidak berhenti. Ia masih berjalan dengan tindakan lebar sambil menarik lengan Henghay Kouwloan
Wajahnya Hek-sa Tan-cu berubah dengan mendadak. Dengan mata bersinar buas ia berkata sambil ketawa mengejek: "Kawanan imam tidak tahu diri! Kalian berani tidak pandang mata Thian-cu-kauw" Jikalau tidak diberi sedekit hajaran, kau tentunya masih anggap bahwa orang2 dari Thian-cu-kauw gampang dihina!"
Ia lalu menggetarkan tangan kanannya. Berbareng dengari gerakan tangannya itu, meluncur keluar juga satu kekuatan tenaga yang tersembunyi dengan warna hitamnya. Cepat bagai anak panah meluncur dari busurnya serangan ini mengarah enam jalan darah diseluruh badan Cek-siong-cu.
Cek-siong-cu, sebagai ketua dari Khong-tong-pay yang banyak pengetahuannya, segera mengenali bahwa serangan itu adalah serangan yang dinamakan Tee-im Mo-at Ek-hun-chiu. Seketika itu ia ketawa dingin, kedua tangannya digerakkan dari atas ke bawah hingga menimbulkan gulungan kekuatan tenaga dalam yang meluncur dari tangannya.
Itu adalah satu tipu serangan simpanan dari Khongtong-pay yang dinamakan Hong-seng Tian-kok, salah satu dari tujuh jurus ilmu pukulan Mo-in Ciang-hoat.
Tatkala kekuatan tenaga itu meluncur keluar, hawa warna hitam dari Hek-sa Tan-cu sesaat itu lantas dibikin buyar
Leng Hin menggeram. Wajahnya nampak gusar, sampai tulang2 di sekujur badannya pada berbunyi keretekan. Ia lalu angkat tangannya tinggi2. Telapakan tangan yang hitam jengat tiba2 menjulur menjadi lebih panjang dan lebih besar. Orang ini sambil pendelikkan matanya yang lebar, berjalan setindak demi setindak menghampiri musuhnya.
Ciak-yan Ie-su, Lam-gak Koan-cu dan Giok-hie-cu sangat kuatir kalau2 Cek siong-cu tidak mampu menyambuti serangan ganasnya orang she Leng itu. Maka tanpa merasa semuanya sudah pada menggeser kakinya mendekati Cek-siong-cu.
(-dw-) Jilid ke 3 IE TIANG SIANG yang badannya kurus kering dan seorang yang badannya gemuk seperti gentong sambil ketawa mereka berkata hampir berbareng: "Tuan2 ketua dari lima partai besar apakah kembali akan menggunakan cara lama yang biasa kalian gunakan untuk mengepung lawan tangguh" Ha, ha.... ilmu silat dan partai2 besar di daerah Tiong-goan kiranya cuma menggunakan siasat mengeroyok menjatuhkan lawan. Ha, ha...."
Beberapa imam itu yang memang merasa dirinya bersalah, wajahnya pada merah membara. Dengan sejujurnya, mereka pada saat itu sebetulnya tidak ada maksud hendak mengeroyok lawannya. Maka Ciak-yan Ie-su lantas membentak sambil delikkan matanya: "Kau jangan sembarang membuka mulut memaki orang seenaknya saja!"
Pada saat itu, Hek-sa Tancu sudah mendekati dirinya Cek siong-cu kira2 lima kaki jauhnya. Kedua tangannya Leng Hin ditekuk seperti gaetan, dengan cara demikian gerakannya itu tidak beda dengan gerakan binatang buas yang hendak menerkam mangsanya.
Buat pihaknya Cek-siong-cu, ia juga sudah memusatkan seluruh kekuatan tenaganya yang sudah mendapat latihan beberapa puluh tahun kepada kedua tangannya.
.Se-konyong2 sesosok bayangan orang dari atas pohon sejarak kira2 sepuluh tombak lebih terlihat melayang turun ke dalam medan pertempuran.
Orang muncul yang secara tiba2 ini menendangkan kedua kakinya secara beruntun dengan menggunakan ilmu mengentengkan tubuh golongan Bu-tong-pay. Saat itu tatkala tiba dimedan pertempuran lalu memisahkan orang yang sedang hendak bertempur mati2an. Kemudian berkata dengan sikap tenang.
"Nampaknya enam partay golongan Hian-bun dengan Thian-cu kauw ini tidak mungkin bisa dibereskan, maka sebaiknya dengan satu waktu saja untuk kita membikin perhitungan."
Ie Tiang Siang yang berdiri disamping lantas nyeletuk dengan: ....
--- (ada halaman yg sobek sebagian)--- "Bu-tong It-khie dari golongan Bu-tong pay yang sudah lama asingkan diri kiranya juga sudah tiba. Ini sungguh bagus sekali. Kami dari pihaknya Thian-cu-kauw sembarang waktu suka menantikan tantangan kalian"
.Kemudian ia berkata kepada Leng Hin: "Leng Tancu, urusan hari ini biarlah kita tutup sampai disini dulu. Mari kita pergi"
Kedua manusia iblis itu lantas mundur kedalam rimba, diikuti si gemuk Thian Lui.
Sedangkan para ketua dari partai2 besar semuanya masih tetap berdiri ditengah kalangan, namun tiada satu yang menghalangi kaburnya mereka.
Sebabnya ialah. Bu-tong It-khie itu masih pernah Susiok (Paman seperguruan) dari Leng-siauw-cu, yang saat itu menjadi ketua Bu-tong-pay. Baik ilmu silat maupun kedudukannya, orang ini masih lebih tinggi setingkat dari para ketua partai yang saat itu berada disitu. Maka terhadap usulnya orang aneh ini tidak ada satupun antara mereka yang berani menentang.
Setelah tiga Tan-cu tadi berlalu, para ketua partai golongan Hian-bun lantas maju menemui Bu-tong It-khie untuk memberi hormat.
Terhadap orang2 itu Bu-tong lt-khie tidak banyak bicara. Dari badannya, mengeluarkan sebuah botol batu giok, lalu mengeluarkan sebutir obat pil yang kemudian dimasukkan kedalam mulut Thian-hian Totiang yang sedang terluka. Setelah itu ia lalu berkata sambil menghela napas: "Urusan ini makin lama makin ruwet dan makin aneh. Nampaknya dalam rimba persilatan dalam waktu tidak lama lagi pasti akan terjadi pertumpahan darah secara besar2an. Kita enam partai dari golongan Hian-bun harus dapat menghadapi soal ini se-baik2nya. Jikalau salah bertindak sedikit saja, nanti akan menimbulkan lain keruncingan yang lebih hebat"
Ciak-yan Ie-su yang masih belum hilang mendongkolnya, lantas menjawab: "Enam partai dari golongan Hian-bun kita yang merupakan partai2 besar buat daerah Tiong-goan, apakah harus mandah anak2 muridnya di-bunuh2 orang begitu saja" Apakah kita harus selamanya berpeluk tangan tidak boleh turut campur dalam urusan ini?"
Bu-tong It-khie meng-urut2 jenggotnya yang panjang, lalu meng-geleng2kan kepalanya sambil berkata pula "Bukan begitu maksud Pinto. Urusan ini sudah tentu harus kita selidiki sampai ke-dasar2nya. Tapi kalau mau dikata bahwa pemuda itu tadi adalah pembunuhnya yang asli, dalam hal ini Pinto tidak setuju. Menurut apa yang Pinto sudah selidiki selama beberapa hari ini, ternyata kita harus rubah semua pendirian dan pandangan kita dalam menghadapi peristiwa berdarah ini"
Ia berhenti lalu melanjutkan lagi: "Pertama, anak muda itu ada mempunyai kekuatan dan ilmu silat sangat tinggi. Gerak-gerik dan tindak-tanduknya kelihatan sangat hati2. Lweekangnya agaknya juga cukup sempurna. Jika tidak mendapat pimpinan dan didikan orang sakti sudah tentu dia tidak bisa melatih sampai pada taraf tinggi begitu. Lagi pula, pemuda itu setiap kali turun tangan kebanyakan selalu mengambil sikap mengalah. Apa kalian tidak tahu itu" Malah tindakan dan ucapannya nyata2 memperlihatkan bahwa dia adalah orang dari golongan baik2. Sama sekali bukannya itu orang yang mempunyai ciri sebagai manusia jahat dan biadab. Kedua, orang2nya dari Hong-hong-tie pada menyebutnya Kongcu. Apa maksudnya orang2 itu membuat orang bingung. Ketiga, Thian-cu-kauw jarang sekali perlihatkan orang2nya dikalangan Kang-ouw. Tapi kali ini tiba2 muncul, bahkan menyebut pemuda itu sebagai Kauwcu muda, ini sebetulnya merupakan satu hal yang tidak habis kita mengerti. Dengan adanya tiga patokan nyata diatas tadi, maka tidak boleh tidak kita harus bertindak lebih hati2. Jangan bertindas terlalu gegabah. Ini bukan berarti Pinto takut terhadap sesuatu urusan, melainkan kuatir kalau2 kita telah salah raba, hingga menganggap orang baik sebagai penjahat. Kalau kesalahan ini nanti betul2 terjadi, sungguh akan menyulitkan kedudukan kita"
Ciah-yan Ie-su dan lain2nya yang semuanya merupakan para ketua dari berbagai partai besar. Setelah mendengar uraian panjang lebar tersebut dan setelah merenungkan kembali semuanya dengan otak dingin, juga akhirnya mengerti bahwa dalam hal ini tentu ada buntutnya yang panjang.
Hong-hong-tie yang selamanya belum pernah perlihatkan diri dalam kalangan Kang-ouw, yang bagi orang2 rimba persilatan baru hanya mendengar namanya saja. Maka tentu orang2 dari Hong-hong-tie hampir rata2 mempunyai kepandaian sangat tinggi. Cuma mereka tidak agul2kan kepandaian, juga tidak suka cari setori dangan lain orang. Maka orang2 dunia Kang-ouw semua menganggap bawa perkumpulan itu adalah satu perkumpulan dari orang2 pandai yang sudah tidak mau mencampuri urusan dunia Kang-ouw lagi, maka mereka putuskan tidak perlu menyelidiki lebih jauh perihal orang2 Hong-hong-tie itu.
Sementara, mengenai perkumpulan agama Thiancu-kauw, juga pada akhir2 ini saja namanya didengar orang. Apa tujuannya dan siapa pemimpinnya tiada seorangpun yang tahu. Hanya, dari tindak-tanduk orang2nya yang sangat berandalan, dapat dipastikan bahwa perkumpulan agama tersebut bukanlah didirikan oleh orang2 yg berasal dari golongan orang baik2.
Dan tentang asal usulnya Lim Tiang Hong, hingga saat itu masih merupakan suatu teka teki bagi mereka. Apalagi setelah dengan tiba2 ada hubungan antara pemuda ini dengan dua perkumpulan yang sangat gelap asal usulnya itu. Maka urusannya kini mulai menjadi lebih sulit dipikirkan.
Hasil perundingan dari beberapa imam itu telah mengambil kesimpulan bahwa Lim Tiang Hong adalah sebagai salah satu pembunuh dari peristiwa pembunuhan besaran yang barusan terjadi, maka mereka akan melanjutkan lagi penyelidikannya dan mencari tahu asal usul anak muda ilu.
.197 Disamping itu semua, enam partai itu juga telah mengutus anak muridnya yang terpilih paling jempolan untuk menyelidiki orang yang mencurigakan sikapnya didalam dunia Kang-ouw. Disamping itu mereka juga ditugaskan untuk menyelidiki gerak gerik orang2 Thiancu-kauw.
Setelah perundingan selesai, mereka lantas pada berpisahan untuk menjalankan rencana yang mereka rundingkan bersama itu.
-odwo- Bab 6 SETELAH meningggalkan medan pertempuran, hatinya Lim Tiang Hong semakin jengkel terhadap kepandaian dan kekuatannya sendiri kini mulai timbul rasa tidak percaya sepenuhnya. Sehingga pada saat itu, ia telah mengalami beberapa kaii pertempuran dan telah dua kali terluka. Itu apakah disebabkan karena kurang taktiknya dalam menghadapi musuh2nya ataukah karena kepandaiannya sendiri yang melempem" Bukankah orang tua Penyipta itu pernah mengatakan padanya bahwa ia hendak diciptakan sebagai orang kuat nomor satu dalam dunia" Akan tetapi, mengapa begitu muncu! didunia Kang-ouw lantas berjumpa dengan begitu banyak musuh2 kuat"
Lam-hay Giam-mo, Pak-mo It-koay dan lima imam dari golongan Hian-bun, kepandaiannya masing2 agaknya selisih tidak jauh dengan kepandaiannya sendiri. Tapi itu dua orang tua baju hijau dan gadis ciiik baju merah, kepandaian mereka ternyata sungguh hebat. Dan disamping mereka, itu tiga Taucu dari Thian-cu-kauw juga mempunyai kepandaian sangat tinggi.
Tapi Lim Tiang Hong tidak memikir dengan seksama, bahwa orang yang pernah dijumpainya itu boleh dikata merupakan orang-orang kuat nomor satu didalam kalangan Kang-ouw. Dengan kepandaian diri sendiri yang baru muncul, sudah mampu mengimbangi kekuatan mereka saja sebenarnya sudah merupakan suatu hasil yang boleh dikatakan telah menggemparkan dunia Kang-ouw atau sebagai satu kejadian yang langka, apalagi ia pernah dikeroyok oleh mereka semua!
Henghay Kow-loan yang sejak tadi menyaksikan pemuda itu nampak diam saja, lalu menanya padanya: "Sekarang aku rada2 curiga terhadap kau. Aku minta kau suka berterus terang dihadapanku siapa sih sebetulnya kau ini" Kongcunya dari Hong-hong-tie ataukah Kauw-cu muda dari Thian-cu-kauw?"
"Semua bukan. Aku sendiri tidak tahu dimana adanya Hong-hong-tie, juga belum pernah dengar nama Thian-cu-kauw. Pendek kata sekarang ini aku sedang terumbang ambing dalam kegelapan. Semuanya serba membingungkan" demikian jawab Lim Tiang Hong sambil ketawa getir dan geleng2kan kepala.
Itu memang dari hal sebenarnya. Sebab, begitu ia muncu! dalam dunia Kang-ouw, lantas ia menghadapi rupa2 kesulitan dari partai2 dan orang2 golongan Hianbun. Dan selanjutnya ia juga dibikin pusing oleh urusannya Siauw-lim-sie. Dan sekarang mendadak muncul orang2nya Hong-hong-tie dan Thian-cu-kauw yang masing2 mengakuinya ia sebagai orang mereka. Tidak peduli mereka itu bermaksud baik atau jahat, tapi semuanya tetap merupakan teka teki besar baginya.
Ia mulai memikirkan kembali hal2 yang pernah dihadapi.
Satu, partay2 dari golongan Hian-bun menganggapnya sebagai musuh. Itu disebabkan karena salah anggapan mereka yang mengatakan bahwa ia adalah pembunuh dari orang2 baik itu.
Dua, Siauw-lim-pay telah berkesalahan paham terhadapnya, itu disebabkan karena ada orang yang mencuri pedang kuno di gereja Siauw-lim-sie.
Tiga, kawanan iblis dari golongan hitam mengeroyoknya, itu disebabkan karena mereka semua anggap bahwa ialah yang sesungguhnya mencuri patung kuno dari Siauw-lim-sie hingga mereka berserikat hendak merampas barang berharga tersebut.
Ketiga soal diatas pokok pangkalnya hanya satu. Asal ia bisa menemukan satu atau beberapa orang yang wajahnya mirip betul dengan wajahnya sendiri, urusan terang akan menjadi beres dengan sendirinya.
Cuma, ia seorang diri, tidak ungkulan rasanya berbuat apa2. Apalagi setiap tindakan ada bahaya, kemaaa harus mencari orang yang mirip dengannya itu"
Soal keempat, Hon-hong-ti sudah salah lihat padanya, yang dikatakan sebagai Kongcu dari Kok-cu mereka. Apakah peristiwa pembunuhan itu adalah hasil dan perbuatan Kongcu orang2 Hong hong-tie itu"
.201 Kelima. Orang2 Thian-cu-kauw anggap ia sebagai Kauwcu mudanya. Kalau begitu, Kauwcu muda dari Thian-cu-kauw itu juga merupakan salah satu dari terbitnya semua peristiwa yang memusingkan kepalanya.
Dari kedua soai tersebut lantas dapat lagi ditarik kesimpulan bahwa orang yang melakukan kejahatan dari kawanan imam itu mungkin ada dua. Yang satu adalah ketua dari Hong-hong-tie, dan lainnya tentu adalah Kauwcu muda dari Thian-cu-kauw itu. Pada anggapannya untuk dapat menebus dosanya sendiri, ia harus mampu turun tangan terhadap kedua perkumpulan itu yang mungkin mempunyai Kongcu dan Kauwcu yang romannya mirip dengan ia sendiri.
Berbareng dengan itu, timbul pula rasa curiga dalam hatinya. Apakah kedua orang itu ada hubungannya dengan ia sendiri" Ataukah ayah serta ibunya berada dalam dua perkumpulan tersebut".
Heng-hay Kow-loan yang melihat Lim Tiang Hong sehabis menjawab pertanyaannya lalu kembali berada dalam keadaan seperti orang sedang berpikir keras, lalu menanya pula padanya sambil kerutkan alisnya: "Sejak kau meninggalkan kota Lok-yang, aku pernah mengadakan penyelidikan di-mana2, tapi tidak pernah mendapatkan sedikitpun tanda2 apa2, juga tidak pernah melihat lagi ada itu pengemis tua. Gereja Siauw-lim-sie juga nampak sepi sunyi tidak bedanya dengan keadaan biasa. Orang2 dari kalangan Kang-ouw yang berada dikota Lok-yang juga sudah tidak kelihatan mata hidungnya lagi. Aku tahu dalam hal ini pasti ada apa2nya yang terselip. Maka malam2 aku lalu berangkat menuju ke selatan. Dalam perjalananku aku melihat banyak orang2 Kong-ouw itu pada berbondong2 mengejar kau ke selatan. Apa kau masih belum tahu gerakan mereka itu" Kecuali Tang-hay Gia-mo dan beberapa orang ciari golongan hitam serta orang2 dari golongan Hian-bun, agaknya masih ada banyak orang lain lagi yang berkepandaian tinggi yang diam2 menguntit di belakangmu. Beberapa kali aku telah bertemu dengan orang2 begitu, tapi semuanya seperti kelihatan kepalanya tidak kelihatan ekornya".
Sehabis berkata, ia memikir sejenak, kemudian berkata pula seperti orang sedang menyesali anak muda itu: "Aku sendiri juga tidak tahu sebetulnya bagaimana bisa membetulkan kerewelan begitu rupa. Bagaimana caranya menyelesaikan urusan ini benar2 membuat aku merasa sangat cemas"
Lim Tiang Hong lalu berkata sambil menghela napas: "Aku merasa sangat bersyukur dan terima kasih atas perhatian nona yang begitu besar terhadap diriku yang rendah. Kini urusan sudah sampai jadi begini rupa, terpaksa cuma bisa kuantapi dan melihat saja apa yang akan terjadi nanti dikemudian hari. Aku si orang she Lim perbuatannya tidak ada yang tidak patut diketahui olah orang luar. Aku belum pernah melanggar liang-simku sendiri. Buat dewasa ini meskipun untuk sementara aku harus menerima berbagai kesulitan, tapi biar bagaimana peristiwa semua ini tentu ada batas waktunya musti berakhir. Tentu semua orang nanti akan dapat melihat keadaan sebetulnya. Mengenai dirinya Tang-hay Gia-mo dan lain2 orang dari golongan hitam, aku sesungguhnya tidak pandang mereka dimataku".
"Apa kau mau membiarkan urusan ini ber-larut2 begitu saja dan tidak memikirkan untuk mencuci bersih namamu sendiri?"
"Buat sekarang ini bagaimanapun aku menjelaskan kepada mereka sudah tidak ada gunanya. Bahkan ada kemungkinan besar akan menambah kesalah pahaman lebih hebat Menurut pikiranku, penjahat itu berbuat begitu pasti ada maksud dan tujuannya. Jika belum mencapai tujuannya, rasanya orang itu tidak mau berhentikan usahanya. Maka, tidak ada halangannya kita sambil melihat gelagat menyelidiki. Untuk sementara kira boleh diam dan selanjutnya kita turun tangan untuk mengadakan penyelidikan. Soal penting yang aku hadapi dan harus kuselesaikan pada dewasa ini adalah mencari tahu dimana adanya ayah bundaku...."
Ia berhenti sejenak lalu berkata pula: "Jikalau nona masih ada urusan penting, silahkan mengurus persoalanmu sendiri. Aku yang rendah merasa tidak enak hati kalau sampai urusan nona jadi terlantar karena urusan kecilku ini"
Maksud pemuda ini berkata demikian sebenarnya mengharap jangan sampai karena urusanrya nona itu terlibat dalam pertikaian yang sedang meningkat ketingkat yang tinggi itu.
Henghay Kow-loan yang muncul didunia Kang-ouw jauh lebih dulu daripada Lim Tiang Hong, sudah tentu mengenal lebih banyak keadaan dalam dunia Kang-ouw. Ketika mendengar ucapan pemuda itu, ia tahu apabila berjalan sama2 dengannya, makin sulit bagi pemuda itu bergerak. Dan jika saling berpencaran, mungkin lebih leluasa untuk mengadakan penyelidikan. Maka ia lantas menyahut sambil angguk2kan kepala.
"Dan kau sendiri, kau harus berlaku hati2. Jikalau aku mendapat kabar apa2 aku bisa lantas memberitahukan kepadamu"
Sehabis berkata, ia menatap wajah anak muda itu. Dengan sorot mata mengandung banyak arti ia memperhatikan terus mukanya, kemudian menghilang ke dalam rimba yang lebat.
Lim Tiang Hong yang saat itu hatinya sangat kalut, sama sekali tidak ambil perhatian atas sikap nona itu terhadap dirinya. Ia lalu cemplak kudanya yang terus dilarikan ke arah kota Kim-leng.
Setelah memasuki kota Ciok-thao-shia, tiba2 menghadapi soal sulit lain lagi. Sebab pengemis tua mata satu itu kala itu hanya memberitahukan padanya dan menyuruhnya mencari tabib ternama yang mendapat julukan Heng-lim Cun-loan dikota Kim-leng, tapi ia lupa menanyakan alamatnya, hingga tidak tahu tabib ternama itu berdiam didalam kota ataukah diluar kota" Ia sudah menanyakan pada beberapa orang yang kebetulan melintas di jalanan, tetapi semuanya pada mengatakan tidak tahu.
Kota Kim-leng, dulu pernah dijadikan ibukota dari enam Kerajaan. Ini merupakan satu kota penting didaerah Kang-lam. Penduduknya ada beberapa juta jiwa. Maka untuk mencari tahu alamatnya seseorang, sesungguhnya bukanlah satu soal mudah. Terpaksa ia harus mencari satu rumah penginapan lebih dulu. Tapi baru saja masuk kamar sebuah rumah penginapan, tiba2 ia mendengar ada orang menyebut nama Buddha. Seorang padri tua kurus kering yang nampaknya welas asih datang menghampirinya.
Lim Tiang Hong yang memiliki pendengaran sangat tajam, sudah lantas mengetahui kalau ada orang mengikuti dirinya. Dengan perlahan ia balikkan dirinya dan tatkala ia angkat mukanya, baru ia tahu bahwa padri tua kurus kering itu ternyata adalah ketua dari Siauw-limpay Hui Hui Taysu. Maka ia lantas berkata sambil kerutkan alisnya: "Taysu adalah seorang beribadat tinggi, sudah tentu juga mengetahui bahwa segala urusan harus mendapat pertimbangan. Tapi entahlah apakah Taysu sama halnya dengan beberapa hwesio yang kasar itu dan ingin berkelahi dengan aku yang rendah?"
"Anak muda, jangan gampang marah2. Kau duduklah dulu, mari kita bicara dengan tenang" demikian kata Hui Hui Taysu sambil ulap2kan tangannya.
Lim Tiang Hong mengawasi padri kurus itu dengan perasaan heran, namun ia masih merasa agak kurang senang.
"Orang kata bahwa beberapa partai besar di daerah Tiong-goan" demikian ia berkata, "per-lahan2 sudah mulai runtuh. Aku yang rendah juga mempunyai kesan begitu. Ada sebabnya orang2 yang mengakui dirinya sebagai orang2 golongan partai baik2, ternyata tidak bisa membedakan kebaikan dan kejahatan" Umpama saja itu patung Buddha tua kepunyaan partai Siauw-lim-pay yang hilang, orang2 Siauw-lim-sie sendiri yang tidak mampu menjaga patung berharga itu, sebaliknya malah menuduh orang secara membabi buta. Dengan terus terang, aku yang rendah apabila menginginkan itu kitab pelajaran ilmu silat Siauw-lim-pay. tidak ada perlunya aku antarkan kembali patung kuno itu pada kalian"
Lim Tiang Hong yang selama ini mendalami berbagai kejadian yang membuat jengkel hatinya, kini semua rasa mendongkolnya itu ditumplekkan kepada ketua dari Siauw-lim-pay.
Tetapi Hui Hui Taysu setelah mendengarkan penuturannya pemuda itu, bukan saja tidak marah sebaliknya malah berkata sambil angguk2kan kepalanya: "Ucapan Sicu memang benar. Selama beberapa hari ini, Loceng sudah dapat sedikit bahan2 yang bisa digunakan untuk menyelidiki peristiwa janggal itu. Hari ini Loceng perlu menemui Sicu, pertama ialah Loceng kuatirkan anak murid dari partai kami yang masih belum mengetahui keadaan yang sebenarnya nanti timbulkan pertikaian lagi dengen Sicu. Dan kedua, ialah ingin membuktikan dua perkara yang Loceng tahu. Loceng mengharap supaya Sicu suka menjawab pertanyaan2 Loceng dengan sejujurnya" Ia berhenti sejenak, lalu berkata pula: "Dari ilmu Sicu Cek-khie Seng-wan-kang dan ilmu pedang To-liong Keng-hong telah membuat Loceng ingat dirinya seseorang yang bernama Bu-ceng Kiam-khek yang pada enam puluh tahun berselang pernah menggemparkan dunia Kang-ouw. Apakah Sicu ini muridnya orang tua itu ataukah murid tidak langsungnya?"
Lim Tiang Hong terperanjat mendengar pertanyaan itu. Ketua Siauw-lim-pay ini benar2 berbeda jauh sifatnya daripada padri2 yang lainnya. Begitu melihat ia sudah dapat menebak jitu asal usul perguruannya. Maka, setelah memikir bolak balik ia merasa bahwa dihadapan padri tua yang beribadat tinggi dan berpengetahuan luas itu tidak perlu rasanya untuk berbuat selingkuh. Maka ia lantas anggukkan kepalanya sebagai jawaban.
Hui Hui Taysu kembali menanya: "Sicu ini ada Kongcu dari Hong hong-tie atau Kauwcu muda dan Thian-cu-kauw" Dan apa maksud Sicu datang ke daerah Kang-lam ini?"
"Pertanyaan Taysu yang pertama semua bukan. Kedatangan aku yang rendah kekota Kim-leng ini perlunya adalah hendak menemui satu tabib kenamaan yang berjuluk Heng-lim Cun-loan untuk mencari keterangan ayah bundaku"
"Dengan adanya jawaban Sicu itu, maka hilanglah sudah semua kecurigaan yang selama ini meliputi hati Loceng. Malam ini, atas nama Siauw-lim-pay Loceng meminta maaf kepada Sicu dan disamping itu juga mau menasehatkan kepada Sicu supaya suka berlaku hati2 dalam segala hal. Pada waktu belakangan ini, dalam Kimleng sudah banyak berkumpul orang2 kuat dari kalangan kang-ouw yang akan menerbitkan onar besar terhadap diri Sicu"
Sehabis berkata, padri kurus itu lalu mengeluarkan sebuah ikan emas kecil yang terbuat dari batu giok warna merah yang lalu diserahkan kepada Lim Tiang Hong sembari berkata: "Ini adalah barang kepercayaan Ciang-bunjin dari partai Siauw-lim kami. Jikalau ada anak murid golongan Siauw-lim-pay hendak mencari setori dengan Sicu, boleh sicu keluarkan benda kecil ini, dan sekarang karena Loceng sendiri masih mempunyai urusan penting, ingin minta diri dulu dari sicu".
Lim Tiang Hong setelah menyerahkan emas kecil warna merah itu, lalu memeriksa benda tu sebentar, lalu dimasukkan kedalam sakunya. Dan tatkala ia angkat kepalanya lagi, ternyata Hui Hui Taysu sudah tidak berada dihadapannya, hingga diam2 hatinya berpikir: "Padri tua ini benar2 cerdik dan nampaknya pandai mengurus segala perkara. Cuma hanya saja, ia masih belum tahu untuk apa ia menanyakan kedua soal yang ditanya tadi...."
Selagi berada dalam keadaan setengah melamun, diluar jendela tiba2 terdengar suara orang berkata sambil perdengarkan ketawanya yang nyaring: "Aku hitung2 sudah waktunya kau harus sampai disini"
Setelah itu lalu dibarengi oleh munculnya si Pengemis Tua Mata satu yang melayang masuk ke dalam kamar sambil perlihatkan roman muka berseri2.
Lim Tiang Hong buru2 berbangkit dan menyilahkan tetamu tak diundang itu duduk, kemudian baru berkata. "Locianpwee, kedatanganmu ini sungguh kebetulan. Aku sedang menghadapi soal sulit karena tidak berhasil juga menemukan dimana tempat kediaman tabib Heng-lim Cun-loan itu"
"Adik kecii, perkataanmu Locianpwee itu boleh kau buang jauh2 Panggil aku Toako saja sudah cukup...."
Lim Tiang Hong heran dan mengawasi sikap pengemis tua itu. Selagi hendak rnenanya pula, pengemis tua tiba2 berkata dengan sikap tegang: "Disini bukan tempatnya kita bicara. Mari kita pergi dulu ke rumahnya si orang tua Heng-lim Cun-loan. disana nanti boleh bicara se-puas2nya"
Ia lalu menerik tangannya Lim Tiang Hong dengan ia lebih dulu lompat balik melalui jendela, kemudian kabur menuju ke luar kota.
Ketika Lim Tiang Hong merasakan tangannya ditarik, ia tidak tahu apa sebabnya pengemis tua itu begitu gelisah kelihatannya. Ia merasa tidak enak dihati untuk menanyakan apa2, maka hanya mengikuti saja tanpa banyak bicara.
Perjananan mereka baru berhenti setelah tiba di suatu perkampungan yang ada tanaman pohon2 lebat dan terletak dibawah kaki gunung Cie-kim-san.
"Apa sudah sampai?" tanya Lim Tiang Hong tiba2.
"Hm. Kita tidak usah mengetok pintu. Mari masuk saja." demikian jawab si Pengemis Mata 5atu.
Dua orang tua dan muda itu lalu melompati tembok pagar, lari menuju ke sebuah rumah yang kecil mungil bentuknya.
Baru saja kaki mereka menginjak payon rumah, dari dalam tiba2 terdengar suara orang menegur: "Sahabat dari mana malam2 berkunjung kemari" Silahkan turun saja"
Si Pengemis lalu menyahut sambil ketawa bergelak2: "Aku si pengemis miskin yang datang, mengapa tidak lekas2 menyambut?"
Sambil gapaikan tangannya kearah Lim Tiang Hong, pengemis itu melayang turun ke bawah dan terus berjalan ke kamar buku dalam rumah kecil tersebut.
Saat itu, seorang pertengahan umur yang berbadan seperti seorang pelajar sedang berdiri di pintu kamar buku sambil perlihatkan wajah ber-seri2.
Si Pengemis Mata Satu lalu memperkenalkan Lim Tiang Hong pada tuan rumah tersebut. "ini adalah itu orang yang namanya sudah sangat kesohor di daerah Kang-lam sebagai tabib sakti Heng-lim Cun loan,"
Heng-lim Cun-loan, demikian tuan rumah itu. berkata sambi ketawa berkakakan: "Kau si pengemis ini bisa saja. Mari kita ber-omong2 di dalam kamar"
Baru saja ketiga orang itu duduk dikursi masing2, dari lain ruangan kamar tiba2 terdengar suara sangat merdu. "Ayah, tamu siapa yang datang begini malam?"
Heng-lim Cun-loan membentak suara perlahan: "Orang sudah begini besar mengapa masih tidak kenal aturan. Hayo lekas keluar, disini ada pamanmu, si pengemis miskin dan Lim Siauw-hiap"
Sebentar kemudian seorang gadis berusia kira2 tujuh belas tahun telah muncul di dalam kamar menghadap di depan tiga orang itu. Gadis ini sesungguhnya sangat cantik. Raut mukanya tidak ada yang dapat dicela. Apa lagi dengan adanya kedua sujen dikedua pipinya, lebih2 membuat sedap dipandangi. Kecantikannya menonjol apabila ia ketawa. Gadis ini mengenakan pakaian warna lila yang sederhana bentuknya. tapi dipakai di badannya yang kecil langsing nampaknya sangat menarik.
Sambil perlihatkan ketawanya yang manis gadis ilu berkata: "Siok-siok, mengapa begini malam kau baru datang?"
Kedua biji matanya yang hitam jeli nampak mengerling menyapu wajahnya Lim Tiang Hong. Ia cuma ketawa ketika melihat anak muda ini, tapi tidak mengatakan apa2.
Lim Tiang Hong membungkukkan badan memberi hormat pada si nona. Oleh karena tidak ada orang yang memperkenalkan, ia merasa tidak enak hati menyapa nona itu lebih dulu.
Pada saat itu matanya Heng-lim Cun-loan tengah menatap wajah Lim Tiang Hong tanpa berkesip. Agaknya orang tua ini sedang memikirkan sesuatu atas diri anak muda ini.
Si Pengemis Mata Satu yang menyaksikan keadaan demikian lantas ketawa bergelak-gelak. Ia mengira bahwa tabib kenamaan itu telah menaksir dirinya anak muda itu untuk diambil sebagai menantunya.
Ketika pengemis itu ketawa, si gadis manis itu juga turut ketawa geli. Ia tertawa karena menyaksikan sikap Lim Tiang Hong yang ke-malu2an seperti orang dusun yang baru turun ke kota.
Sebaliknya dengan Heng-lim Cun-loan, orang tua ini agaknya tidak menghiraukan sikap si pengemis dan anaknya. ia lantas berkata sambil menepuk pahanya sendiri: "Aneh, aneh...."
Kali ini adalah gilirannya si pengamis mata satu yang dibuat melongo. Pengemis ini lantas berhenti tertawa dan lalu menegur sahabatnya itu: "Eh sahabat, ada apa sih yang membikin kau begitu kerupukan" "
Heng-lim Cun-loan menjawab sambil geleng2kan kepala: "Sudah banyak aku melihat orang, tapi belum pernah menyaksikan orang yang mempunyai bentuk dan bakat luar biasa seperti Lim Siauw-hiap ini. Aku lihat, dalam tubuhnya pasti ada tersembunyi kekuatan yang tidak ada batasnya, nampaknya kekuatan itu sangat menyolok sekali. Kekuatan lweekangnya agaknya sudah mencapai dasar yang sangat sempurna. Kalau diukur usianya dan waktu latihan saja, tidak mungkin waktu sekarang ini ia mempunyai kekuatan begitu hebat. Dalam hal ini pasti ada pengaruhnya obat mujijat atau kekuatan tenaga orang lain yang dipindahkan. Memang kalau begini saja tidak mengherankan. Yang lebih aneh ialah, kekuatannya sungguh menonjol seperti bola yang habis dipompa penuh. Sayang kekuatan itu mengapa tidak ditembuskan ke dalam dirinya atau batas Hian-koan supaya lebih hebat lagi dayanya. Lagi juga, bagi bentuk badan Lim Siauw-hiap yang kekar ini. memang merupakan satu bakat luar biasa untuk melatih ilmu silat. Dan guru yang mendidiknya rupanya juga ada satu guru kenamaan yang sukar dicari bandingannya. Mengapa gurunya itu tidak memberi kesempatan supaya kekuatan yang menonjol keluar itu tersimpan kedalam. Ini benar2 membuat aku tidak habis mengerti. Satu guru baik, satu murid berbakat, Ah! pendeknya aku tidak mengerti"
Si Pengemis Mata Satu lalu tertawa ber-gelak2 sambil berkata: "Siapa yang tidak tahu kau si pelajar miskin ini ada menyimpan kepandaian yang luar biasa tingginya. Apalagi ilmu ketabibanmu yang sudah tidak ada keduanya dikolong langit ini, kau berani mengeluarkan perkataan begitu panjang tentu mempunyai juga cara untuk memperbaiki keganjilan dalam diri Lim Siauw-hiap ini"
Lim Tiang Hong yang duduk disamping antara keduanya, dalam hati merasa tidak puas. Pikirnya: "Kepandaian suhu sudah mencapai ke tingkat yang tidak ada taranya. Kau ini terhitung orang macam apa berani2 mencela kepandaian suhu?"
Pada saat itu Heng-lim Cun-loan sudab geser tubuhnya mendekati Lim Tiang Hong Lalu sambil memegang tangannya anak muda itu,tabib ini berkata:
."Lim Siauw-hiap, bolehkah Lohu periksa sedikit urat nadimu?"
Lim Tiang Hong dengan perasaan kurang senang mengulurkan tangan kanannya. Pada anggapnya bahwa perkataan Heng-lim Cun-loan tadi sangat menyinggung nama baik suhunya. Padahal dari hal ilmu ketabiban si orang tua Penyipta juga sebetulnya tidak dibawahan Heng-lim Cun-coan.
Kalau Lim Tiang Hong sampai bersikap acuh tak acuh demikian sebabnya ialah, ia mengikuti gurunya hanya dalam waktu sangat singkat saja. Dalam waktu satu tahun yang sangat singkat bagi orang yang hendak belajar silat dalam, sesungguhnya bukan suatu pekerjaan mudah bagi seseorang. Meski bagaimanapun tinggi kepandaiannya untuk menurunkan seluruh kepandaiannya kepada orang lain, apalagi orang itu tidak mempunyai dasar2 ilmu silat sama sekali seperti Lim Tiang Hong ini.
Heng-lim Cun-loan setelah memeriksa urat nadi Lim Tiang Hong, kembali berada dalam keadaan termenung2. Lama sekali baru ia berkata: "Lim Siauw-hiap pernah minum obat mujijat apa?"
"Sumber air dari gurun pasir dan nyalinya naga api" jawab Lim Tiang Hong dengan suara hambar.
Dan ia juga lalu menceritakan bagaimana pengalamannya digurun pasir yang tidak ada manusianya itu.
Heng-lim Cun-loan berkata sambil mengeluh napas: "Obat mujijat yang jarang ada dalam dunia itu serupa saja sudah cukup dapat membuat orang menjadi lain rupa. Satu saja cukup membuat orang yang makan mempunyai urat seperti kawat dan tulang2 seperti besi. Apalagi Siauw-hiap sudah ambil ke-dua2nya itu, sekarang lohu sudah mengarti apa sebabnya...."
Si Pengemis Mata Satu mendadak nyeletuk dengan suara cemas: "Kau orang tua ini mau kata apa" Bicaralah terus terang, tak perlu main putar putaran begitu rupa. Aku si pengemis masih ada banyak urusan yang akan dirundingkan dengan saudara kecil-ku ini".
Heng-lim Cun-loan berkata sambil bersenyum: "Perlu apa kau ter-gesa2. Coba kau pikir, sumber air dari gurun pasir itu, yang merupakan satu barang yang berasal dari sarinya emas dan batu giok (kumala). Sifatnya termasuk dalam golongan dingin. Orang minum suatu cawan kecil saja sudah cukup dapat membuat badannya seperti sudah berganti rupa. Dan, Siauw-hiap ini, dalam keadaan kehausan, sudah minum hampir satu bak kecil. Betapa hebatnya itu kau tentu juga tahu. Lagi juga, nyalinya naga api itu. Sifatnya masuk dalam golongan panas, buat orang yang melatih ilmu silat, kalau makan barang itu, besar sekali faedahnya. Sayang pada waktu Siauw-hiap ini makan nyali itu, sama sekali belum mempunyai dasar2 lweekang, hingga khasiat nyali naga api itu masih tertutup oleh sumber air dari gurun pasir itu dan semuanya mandek didalam urat2 dan nadinya. Dengan begitu, itu malah mengganggu kekuatan seluruh tenaga dalamnya hingga tentu saja tidak bisa digunakan secara leluasa...."
Bicara sampai disiiu, si Pengemis Mata Satu kembali mendesak: "Sudah, sudah.... Siapa sih kebanyakan waktu mau dengar segala ocehan jual obatmu itu" Kau katakan saja dangau cara bagaimana dapat kau memperbaiki dan menambah kekurangannya. Kalau bisa menembus Seng-sie Hian-koannia supaya obat yang mandek didalam dirinya itu mengeluarkan khasiat seluruhnya, aku si pengemis miskin akan tanggung bahwa Siauw-hiap ini tidak nanti akan melupakan budimu ini untuk se-lama2nya".
Heng-lim Cun-loan kembali ketawa ber-gelak2 dan lantas berkata: "Cara untuk menyempurnakan dirinya aku yakin masih bisa. Jikalau menghendaki supaya obat itu seluruhnya mengeluarkan khasiat, supaya tersalur ke seluruh badannya, aku sungguh tidak mempunyai kepandaian serupa itu. Dalam hal ini dikemudian hari, apabila kekuatan lweekang Lim Siauw-hiap sudah mendapat kemajuan pesat, rasanya tidak susah untuk ia sendiri menyalurkan kekuatan obat itu ke seluruh badannya. Sementara mengenai syarat yang kau katakan-tadi, ha, ha.... si pengemis miskin, kau sungguh terlalu pandang rendah aku si Heng-lim Cun-loan"
Si Pengemis Mata Satu tahu bahwa tabib itu telah salah paham dengan maksudnya. Namun ia masih tidak mau memberi penjelasan, sebaliknya malah berkata sambil ketawa ber-gelak2: "Kalau begini terserah padamulah".
Heng-lim Cun-loan lalu berbangkit, sanbil menggapai Lim Tiang Hong tabib ini lalu berkata: "Lim Siauw-hiap, mari ikut aku".
.Kemudian ia memanggil lagi: "Yan-jie, tuang satu cawan Ciok-cie Bwee-hoa-lo"
Gadis manis yang dipanggil Yan-jie tadi terus berdiri didepan pintu. Dengan sepasang matanya yang jeli ia mendengarkan dengan cermat segala perkataan orang tua itu sambil kadang2 melirik ke-arah Lim Tiang Hong. Ia merasa bahwa kedatangan pemuda itu aneh baginya. Dan ia juga mengira didalam diri anak muda itu ada sedikit rahasia apa2. Maka didalam batinya timbul perasaan aneh. Ia seperti seorang penyelidik yang sudah menemukan apa" yang menarik perhatiannya, sehingga perhatiannya ditujukan untuk menyelidiki apa2 yang menarik perhatiannya itu. Akan tetapi sampai pada saat itu ia tidak mendapat kesempatan untuk buka suara.
Tatkala mendengar panggilan ayahnya, ia lantas menghampiri lemari obat dan menuang secawan 'Giokcie Bwee-hoa-lo' yang disebut ayahnya tadi yang lalu diserahkan dalam tangan orang tua itu.
Heng-lim Cun-loan saat itu sudah menggulung lengan baju si anak muda yang lebar. Setelah menyambuti cawan obat dari putrinya lalu diserahkan kepada Lim Tiang Hong sambil berkata: "Siauw-hiap, minumlah ini. Lohu akan bantu kau supaya kekuatan tenaga obat yang mandek didalam urat2mu mengalir kedalam tempatnya yang benar"
Lim Tiang Hong diam2 mengerahkan kekuatan tenaga dalamnya. Ia merasa tidak ada gangguan apa2. Maka dalam hatinya timbul rasa curiganya,. Entah perbuatan apa yang dilakukan secara sembunyi2 oleh orang tua ini diluar tahunya.
Sebaliknya dengan si Pengemis Mata Satu yang berdiri di sampingnya, ia tahu bahwa orang aneh yang mempunyai kepandaian sangat tinggi itu akan melakukan sesuatu usaha yang tidak dapat diakukan oleh sembarang orang, untuk-membuat Lim Tiang Hong menjadi seorang yang sempurna betul2.
Ketika pergemis ini melihat wajah Lim Tiang Hong yang seperti bersangsi, cepat2 ia berkata padanya: "Lotee, lekas siap sedia dan jangan coba mengadakan perlawanan dengan tenaga dalammu. Semua kau bikin seperti sewajarnya, sebab Heng-lim Cianpwee akan melakukan suatu usaha yang tidak ada taranya untuk membantu kau menjadi orang yang lebih sempurna"
.Tepat pada saat itu, Heng-lim Cun-loan mendadak membuka lebar matanya. Kedua tangannya bergerak bagaikan kilat. Beruntun jarinya menotok ketiga puluh enam jalan darah di badan Lim Tiang Hong.
Gerakannya yang gesit dan arah tujuannya yang tepat membuat si Pengemis Mata Satu diam2 merasa kagum.
Lim Tiang Hong setelah minum obat Giok-cie Beehoa-Io tadi, merasa ada hawa hangat nyelusup ke sekujur badannya dengan per-lahau2. Karena mendengar pesannya si Pengemis Mata Satu, ia tidak berani lagi menggunakan kekuatan tenaga dalamnya secara serampangan. Maka ia terus membiarkan hawa hangat itu menyelusuri sekujur badannya dan pada saat itulah jari tangan Heng-lim Cun-loan, sitabib sakti, tepat menotok pada tiga puluh enam jalan daran di atas badannya.
Sejak itu ia merasa sekujur badannya ngilu, pada urat2nya seperti ada kutu yang ber-jalan2....
Heng-lim Cun-loan setelah menotok jalan darah di seluruh badan Lim Tiang Hong, kemudian memusatkan seluruh kekuatannya dan menepuk badan anak muda itu ber-ulang2 sambil berseru: "Lekas gunakan kekuatan tenaga dalammu. Tembusi jalan darah dibadanmu. Aku juga akan turut membantu kau dengan sekuat tenaga!"
Satu tangannya. saat itu diletakkan di bagian jalan darah Bengbun-hiat si anak muda, hingga kekuatan sangat besar dirasakan masuk dalam darah tersebut.
Lim Tiang Hong setelah mendengar seruannya lalu mengerahkan seluruh tenaga dalamnya.
Dengan melalui urat2 dan seluruh jalan darahnya terus menembus kebagian terpenting yang dinamakan Ceng-sie Hian-koan.
Lim Tiang Hong merasakan darahnya mengalir ccpat di sekujur badannya. Kekuatan tenaga dalamnya se-olah2 gelombang air sungai cepat melalui urat2 dibadannya. Asap putih seperti halimun tipis lalu nampak keluar dari atas kepalanya.
Itu adalah suatu gejala dan tanda2 bahwa ilmu lweekang sudah mencapai ke suatu taraf, yaitu taraf yang tertinggi. Sampai Heng-lim Cun-soan dan si Pengemis Mata Satu yang mlenyaksikan itu menjadi terheran2. Sebab, satu pemuda yang usianya masih sangat muda, ternyata mempunyai kekuatan tenaga dalam begitu hebat, entah bagaimana nanti kalau usianya bertambah lagi"
Lim Tiang Hong setelah melatih kekuatan tenaga dalamnya sebentar, tiba2 membuka matanya. Ia merasa sekarang dirinya luar biasa segarnya. Dan entengnya kalau berjalan se-olah2 mengapung diawang-awang. Ia tahu bahwa Iweekangnya sudah mencapai ketingkatan yang paling tinggi. Maka ia lantas lompat bangun dan segera mengucapkan terima kasih kepada Heng-lim Cunloan.
Pada saat itu ia baru dapat lihat bahwa tabib kenamaan itu parasnya sudah pucat pasi, kelihatannya seperti orang keletikan sekali.
Ia merasa sangat tidak enak. Tiba2 ia ingat bahwa dibadannya masih ada sebotol pil Soat-som-wan pemberian orang2nya Hong-hong-tie. Maka ia lantas memberikan sebutir. Dengan kedua tangan ia angsurkan obat pil itu kepada Heng-lim Cun-loan seraya berkata: "Cianpwee telah menggunakan kekuatan tenaga dalam terlalu banyak. Boanpwee merasa tidak enak sekali.... Ini ada sebutir pil Soat-som-wan, entah dapat membantu Cianpwee atau tidak"
Heng-lim Cun-loan menyambuti obat pil itu dengan tangannya, sesaat nampak ia terperanjat dan berseru kaget: "Ee...."
Si Pengemis Mata Satu yang orangnya bersifat polos lantas ketawa ber-gelak2 sembari berkata: "Lotee, kau sesungguhnya orang luar biasa. Obat Soat-som-wan yang merupakan salah satu obat pusaka dalam rimba persilatan untuk mengobati luka2 dalam sudah kau miliki. Entah dari mana kau dapatkan obat mujijat itu?"
"Itu adalah barang pemberian orang2nya Honghong-tie"
Heng-lim Cun-loan mendadak mengawasi Lim Tiang Hong dengan sorot mata tajam, kemudian berkata bergelak2: "Orang toh sudah mendapat gelaran Tabib sakti" Masa tabib lihay perlu makan obat lain orang lagi" Sudi kecintaan Lim Siauw-hiap ini akan Lohu terima cuma dalam hati"
Setelah itu ia lalu mengembalikan pil Soat-som-wan kepada si anak muda.
Lim Tiang Hong agaknya merasa jengah. Dengan wajah malu ke-merah2an ia lalu berpaling dan berkata kepada si Pengemis Mata Satu: "Locianpwce barusan ketika berada didalam kota kelihatannya sangat gelisan. Apa Locianpwce sudah melihat apa2 yang mencurigakan?"
Si Pengemis Mata Satu lantas menjawab sambil menghela napas: "Lotee, kau bagai orang yang baru menginjak dunia Kang-ouw, tentu masih belum tahu betapa berbahaya dan jahatnya orang2 dunia Kang-ouw umumnya. Dalam perjalanananmu ketika seorang diri kau melawan kawanan manusia iblis, ilmu pedang Toliong Keng-hong yang kau gunakan sudah menggemparkan seluruh dunia Kang-ouw. Dikemudian hari, kalau kau muncul didunia kang-ouw, entah akan tambah berapa banyak keruwetan"
Lim Tiang Hong yang mendengar keterangan si Pengemis Mata Satu bahwa ada orang yang lagi2 hendak mencari setori dengannya, seketika lantas timbul perasaan gusarnya. Maka dengan tidak mengindahkan nasehat si pengemis itu ia malah ketawa dingin berulang2. Agaknya sedikitpun tidak merasa jeri terhadap ancaman orang banyak.
Si Pengemis Mata Satu berkata pula dengan sikap sungguh2: "Dikota Kim-leng-shia dewasa ini sudah banyak berkumpul orang2 kuat dari berbagai golongan, hingga kota itu se-olah2 sudah diliputi hawa pembunuhan. Orang2 kuat dari Siauw-Iim-pay sudah keluar semuanya. Disamping itu, orang2 dari berbagai gelongan dari daerah Tiong-goan, orang2 golongan hitam dan putih, entah berapa banyak jumlahnya yang sudah berkumpul dikota Kim-leng itu. Selain dari itu, ahli warisnya. Ngo-Iiong It-hong (Lima naga dan satu burung hong) yang dulu namanya sangat kesohor didunia Kangouw juga sudah muncu! dikota itu. Nampaknya pembunuhan besar besaran didunia Kang-ouw sudah tidak dapat dielakkan lagi. Aku si pengemis tua kuatir kau belum tahu keadaan sebenarnya dan kembali akan menimbulkan huru hara lain. Maka itulah aku buru2 ajak kau datang kemari"
Lim Tiang Hong yang nampaknya sudah mulai tenang setelah mendengarkan keterangan itu, mendadak timbul pikirannya hendak masuk ke kota untuk melihat keadaan sebenarnya. Tapi karena melihat sikap sungguh2 dan perhatian sangat besar dari si Pengemis Mata Satu terhadapnya, ia merasa tidak enak mengutarakan maksudnya itu secara terus terang
Heng-lim Cun-loan yang saat itu sudah pulih kekuatannya lantas nyeletuk: "Ngo-liong (lima naga) dari Thian lam dan It-hong (satu burung hong) dari Tiang-lim mungkin dulu pernah ada ganjalan sakit hati dengan suhunya. Jikalau kau bertemu dengan mereka, sebaiknya menyingkir saja, jangan sampai timbul kerewelan yang tidak ada perlunya"
Lim Tiang Hong sebaliknya merasa kurang puas terhadap maksud baik dari tabib kenamaan itu. Diam2 ia berkata kepada dirinya sendiri: 'Tujuanku terjun kedunia Kang-ouw cuma untuk membasmi segala kejahatan, bukannya suruh aku menyingkir dari segala kesulitan...."
Mendadak pada saat itu ia ingat bahwa maksud dan tujuannya datang kekota Kim-leng itu adalah untuk mencari keterangan dimana adanya ayah bundanya. Maka ia lantas alihkan pembicaraan kesoal tersebut. Dengan sangat hati2 dan jelas sekali ia lalu menerangkan semua pengalamannya, kemudian ia menanyakan kepada Heng-lim Cun-loan kalau2 tabib itu pernah dengar dulu ada sepasang suami istri yang dianggap sebagai ayah bundanya itu,
Heng-lim Cun-loan kelihatan berjalan mundar mandir didalam kamarnya. Sebentar-sebentar ia harus menepuk jidatnya sendiri hendak meng-ingat2 kejadian masa masa lalu.
Se-konyong2 ia berseru: "Ow! Aku ingat sekarang...."
Lim Tiang Hong sesaat itu kelihatan sangat girang. Cepat2 ia menghampiri tabib itu. Dengan sepasang mata yang terbuka lebar2 ia mengawasi orang tua itu sambil menantikan keterangannya dengan perasaan tidak sabaran.
Teka teki yang selama itu meliputi dirinya mungkin akan mendapat jawaban dari mulut tabib kenamaan ini.
Tepat pada saat itu, Heng-lim Cun-loan tiba.2 pentang lebar matanya. Dengan suara keras ia membentak: "Siapa!...."
Diatas payon diluar rumah tiba2 terdengar suara orang ketawa dingin yang kemudian disusul dengan munculnya sebuah benda hitam yang dilemparkan kearah Heng-lim Cun-loan.
Heng-lim Cuti-loan ulur tangannya. Dengan dua jarinya ia menyupit benda hitam tersebut. Mendadak ia merasa tangannya menggetar, badannya bergoyang, tatkala ia melihat benda hitam tersebut, sikapnya mendadak berubah....
-=dw=- Bab 7 TATKALA Lim Tiang Hong dan si Pengemis Mata Satu maju melihat, ternyata benda itu adalah sebatang anak panah yang biasanya digunakan sebagai tanda perintah dari sesutu perkumpulan. Benda itu panjangnya kira2 lima sampai enam dim. Diatasnya ada terukir lima ekor naga.
Si Pengemis Mata Satu lantas berseru: "Aya! Ngoliong Kiok-hun-leng...."
Lim Tiang Hong dalam hati berkata: "Ini mungkin ada tanda kepercayaan dari Thian-lam Ngo-liang (Lima naga dari Thian-lam)".
Cepat2 ia baliki badan, lalu dilihatnya bahwa nona kecii yang dipanggil Yan-jie itu sudah melesat keluar dari lubang jendela seperti burung kepindis saja. Oleh karena ia kuatir akan terjadi sesuatu atas dirinya nona itu, maka ia juga lantas menyusul melalui lubang jendela bekas dilalui si nona.
Gerakan Lim Tiang Hong memperlihatkan betapa tinggi dan mahirnya ia menggunakan ilmu meringankan tubuhnya, sebab begitu melesat, sudah mencapai tempat sejarak sepuluh tombak lebih. Di tengah udara tubuhnya berjumpalitan, lalu menukik turun dan hinggap di atas tanah.
Tiba2 dari jauh terdengar suara memuji "Suatu kepandaian meringankan tubuh yang bagus sekali!"
Lim Tiang Hong mengenali bahwa suara itu adalah suaranya si nona kecil Yan-jie. Begitu kakinya menginjak tanah, ia lantas lompat lagi sampai dua kali menghampiri kearah dari mana datangnya suara nona kecil tadi.
Disuatu tempat ia dengar suaranya Yan-jie yang ketawa ter-kekeh2 sambil berkata: "Orang toh sudah kabur jauh, perlu apa kau begitu gelisah?"
Lim Tiang Hong berobah merah mukanya.
Ia merasa sangat girang bahwa kepandaiannya sudah mendapat kemajuan sangat pesat, sehingga tidak usah lagi ia memikirkan bahwa orang yang mengejar duluan tadi tidak memberikan kesempatan bicara padanya.
Yan-jie berkata pula: "Hei! Apakah kau ada mempunyai nyali untuk ber-sama2 dengan aku pergi kekota?"
"Bukan soal berani atau tidak, tapi kau belum memberitahukan kepada ayahmu, resanya kurang baik" jawab Lim Tiang Hong disertai suara ketawanya.
"Tidak apa2...."
Belum habis ucapannya, orangnya sudah melesat lagi sejauh lima enam tombak. Lim Tiang Hong semula menganggap nona itu main2 saja. Siapa tahu, nona cilik itu begitu mengucapkan perkataannya, lantas berlari jauh. Maka terpaksa ia mengejar dengan mengeluarkan ilmunya yang dinamakan It-sia Cian-lie.
Anak perempuan kebanyakan mau menang sendiri. Yan-jie begitu melihat Lim Tiang Hong mengejar, bukan saja tidak menghentikan gerakannya, malah sebaliknya ia tertawa ter-kekeh2 dan kakinya bergerak semakin cepat. Sebentar saja ia sudah melesat lagi sampai beberapa puluh tombak.
.Lim Thian Hong yang saat itu sudah mendapat kemajuan pesat dalam ilmu berlarinya, maka ilmu It-sia Cian-lie sekarang juga dapat digunakan cepat bagai kilat akan tetapi ia sengaja hendak mengalah. Ia tidak mau merebut kemenangan dengan seorang anak perempuan, maka tetap ia mengejar dengan mengimbangi gerakan nona itu, agak sedikit jauh dari padanya.
Dalam waktu sekejapun kedua anak muda itu sudah tiba dibawah pintu kota.
Mendadak.... Dari dalam kota melesat sesosok bayangan kecil langsing dengan kecepatan bagaikan kilat meluncur ke luar kota....
Lim Tiang Hong yang menyaksikan itu lantas berseru': "Hei, itu ada ilmu mengentengi tubuh It-sia Cian-lie!"
Penemuan itu membuat ia ter-heran2 dan sangat terkejut. Ia lalu mengerahkan kekuatannya, badannya melesat tinggi kira2 tujuh sampai delapan tombak. Ditengah udara badannya berjumpalitan beberapa kali. kemudian melesat lagi cepat mengejar bayangan tersebut.
.Lim Tiang Hong yang telah mengerahkan seluruh kepandaiannya itu, kecepatan berlarinya sungguh sangat mengagumkan. Tidak sampai sejarak seratus tombak berlari, ia sudah melihat lagi bayangan langsing tadi. Dilihat dari arah larinya bayangan tersebut, agaknya hendak menuju ke arah gunung Cie-kim-san.
Ia sudah bertekad hendak mengusut se-dalam2nya mengenai asal usul ilmu silat seorang yang memiliki ilmu silat seperti yang ia miliki sendiri, sudah tentu tidak mau melepaskannya begitu saja. Maka gerak kakinya makin dipercepat. Dengan jalan beberapa kali melesat saja badannya sudah berhasil mendekati bayangan orang
Bayangan orang didepan matanya kini agaknya merasa terkejut mengetahui ada orang yang mengejar dibelakangnya. Maka dengan mendadak kakinya dihentikan, sambil balik badannya orang itu menegur: "Apa perlunya kau mengejar aku?"
Lim Tiang Hong terperanjat. Dengan cepat ia juga menghentikan gerak kakinya, Tapi diluar segala dugaan, bayangan orang itu ternyata adalah Im-san Mo-Iie adanya.
.Saat itu Im-san Mo-lie juga sudah mengetahui bahwa orang yang mengejar dibelakangnya itu adalah Lim Tiang Hong, maka cepat2 ia berkata dengan wajah ber-seri2 "Ji-tee, kau....!" dan tangannya diulur menyekal lengannya Lim Tiang Hong, lalu berkata pula seperti lakunya seorang kakak terhadap adik yang sangat memperhatikan adiknya: "Kabarnya ada orang dengan diam2 mengejar kau. Harus kau berlaku hati2 sedikit, jangan sampai terjatuh dalam tangan orang2 sebangsa mereka"
Disebutnya soal tersebut, membuat Lim Tiang Hong merasa jengkel. Dengan alis berkerut ia menjawab: "Aku masih tidak pandang apa2 kawanan manusia tidak tahu malu itu"
"Tapi sebaiknya kau berlaku hati2 sedikit. Kini encimu masih ada sedikit urusan yang harus segera dibereskan. Kau pulanglah lebih dulu"
Setelah berkata demikian, ia lalu memberikan sebuah benda yang berbentuk petasan yang lalu diserahkan kepada Lim Tiang Hong seraya katanya: "Kalau kau merasa sangat terdesak dan membutuhkan bantuan cepat, boleh kau lepaskan tanda ini, nanti akan ada orang yang datang memberi bantuan padamu"
Lim Tiang Hong sebetulnya tidak ingin menerima pemberian nona itu, tetapi terhadap "enci akuan" didepannya ini, ia sudah mendapat kesan baik, tetapi sedikit aneh. Disatu pihak ia merasa sedikit jemu, tapi disamping itu dalam hatinya entah timbul perasaan apa yang ia sendiri tidak tahu. Maka selagi ia masih merasa ragu2 dalam memberi jawaban, Im-san Mo-lie sudah menyesapkan benda macam petasan itu ke dalam tangannya, dan orangnya sebentar sudah menghilang ditelan kegelapan.
Lim Tiang Hong yang mengejar dengan susah payah, begitu bertemu muka dengan Im-san Mo-lie sudah kelupaan menanyakan asal usul ilmu lari pesat Itsia Cian-lie yang dimiliki oleh sang enci itu. Tatkala kini ia sadar dan ingat hal itu, ternyata enci ilu sudah berlari jauh.
Maka terpaksa ia balik ke kota dengan membawa perasaan jengkel.
Begitu tiba ditempatnya tadi, ia tidak melihat Yanjie. Ia mengira nona itu karena tidak dapat menyusulnya sewaktu mengejar Im-san Mo-lie tadi, tentu pulang lagi kerumahnya.
Memikir demikian, cepat2 ia baliki badan untuk kembali ke rumah Heng-lim Cun-loan. Tidak nyana, begitu masuk pintu, apa yang ia lihat telah membuat ia berdiri kesima.
Heng-lim Cun-loan, itu tabib kenamaan untuk daerah Kang-lam, ternyata sudah menggeletak ditanah menjadi mayat dengan mulut menyemburkan darah hitam. Sedangkan si pengemis Mata Satu yang tadi berada disitu juga, saat itu tidak ketahuan entah kemana perginya"
Ia lalu mengadakan pemeriksaan secara teliti keadaan sekitar dalam rumah, lalu dapat menemukan darah yang bercucuran di sana sini. Meja kursi dan tempat tidur pada terbolak-balik. Di beberapa bagian dinding tembok hancur disana sini. Keadaan semuanya itu jelas memperlihatkan bahwa barusan pernah terjadi pertempuran sengit.
Mungkin Heng-lim Cun-loan yang bertempur malawan musuh2nya seorang diri, karena tidak tahan, akhirnya binasa ditangan musuh2nya yang berjumlah banyak.
Heng-lim Cun-loan itu, bukan hanya pandai dalam ilmu ketabiban, tetapi juga memiliki kepandaian ilmu silat yang termasuk kuat dalam kalangan persilatan. Sekalipun tidak dapat melawan orang2 dalam jumlah banyuk, pasti dapat mengambil jalan mundur dan akan selamat. Tetapi kini, mengapa ia dapat dibinasakan oleh lawannya dengan cara demikian mudah" Dan siapa pula lawan yang dapat membinasakan orang tua itu"
Pengetahuannya Lim Tiang Hong mengenai orang2 dunia Kang ouw memang tidak seberapa luas. Peristiwa berdarah sangat misterius seperti yang ia lihat saat itu dengan sendirinya tidak mampu dipecahkan .oleh otaknya.
Lama ia memikirkan persoalan tersebut, sedikitpun tidak mendapatkan jawaban yang boleh dikatakan tepat.
Tiba2 matanya terbentur pada sebuah benda hitam mengkilat yang menggeletak di tanah. Dengan cepat ia memungut benda hitam tersebut, mulutnya lantas mengeluarkan geraman hebat.
"Ow! Pembunuhnya pasti turunan dari Thian-lam Ngo-liong. Sungguh kejam perbuatan kalian! Aku Lim Tiang Hong sebelum dapat membasmi habis keturunanmu, bersumpah tidak mau jadi orang lagi!"
Dalam sengitnya, panah itu diselipkan ke pinggangnya. Dengan laku seperti orang kalap lalu lari menuju ke kota lagi.
Terhadap kematian Heng-lim Cun-loan itu, Lim Tiang Hong merasakan hatinya sangat berduka. Pertama, karena tabib sakti itu pernah melepas budi menyempurnakan kepandaian ilmu silat dan tenaga dalamnya. Budi yang dilepas telah tabib itu kepada dirinya tidak boleh dikatakan sedikit. Dan kedua, Henglim Cun-loun adalah seorang tabib sakti yang kenamaan, orang yang pernah ia tolong jiwanya, tidak terhitung jumlahnya. Tapi kini, terbinasa secara demikian mengenaskan, sungguh merupakan suatu kejadian yang tidak adil dalam dunia ini.
Lain dari itu, satu hal lain yang membuat ia semakin sedih ialah, baru saja orang tua itu hendak menceritakan asal usul yang menyangkut diri serta ayah bundanya,
.242 tiba2 kedatangan satu panah maut yang merenggut jiwa tabib sakti itu.
Kini Heng-lim Cun-loan sudah tewas. Kemana lagi harus ia cari keterangan lengkap yang ada hubungannya dengan dirinya sendiri"
Karena Itulah, tidak mengherankan kalau pada waktu itu, perasaan gusar, cemas, sedih dan gemas mengaduk semua dalam otaknya. Ia sudah bertekad hendak mencari keturunannya Thian-lam Ngo-liong untuk membalaskan sakit hati atas kematian Heng-lim Cun-loan ini.
Hampir semalam suntuk sudah ia lari mundar mandir.
Ketika ia sampai kedalam kota untuk kedua kalinya, hari sudah menjelang fajar.
Mendadak ia ingat halnya Yan-jie dan si Pengemis Mata Satu.
Yan-diie yang ber-sama2 dengannya masuk kedalam kota tadi mengapa sampai sekarang masih belum kelihatan kembali" Apa ada terjadi sesudah atau diri nona itu"
.Pengemis Mata Satu dengan Heng-lim Cun-loan ada mempunyai perhubungan persahabatan sangat erat. Tidak mungkin pengemis ini mau meninggaikannya begitu saja.
Barangkali ketika ia dan Yan-jie bersama2 masuk kedalam kota, Pengemis Mata Satu itu juga turut mengikuti di belakangnya. Apa tidak boleh jadi pada saat itu tabib kenamaan itu dikerjakan orang"
Pada saat itu Lim Tiang Hong tidak memperdulikan keselamatannya sendiri, hampir setiap pelosok dan gang2 telah dijelajahi, tetapi tetap tak dapat menemukan jejak kedua orang tua dan muda itu.
Karena perutnya sudah lapar, maka ia masuk kedalam sebuah rumah makan dan dahar makanannya seorang diri saja
Tiba2 ia dapat dengan pembicaraan antara dua orang Kang-ouw yang duduk didekat mejanya dengan suara rendah. Satu diantaranya dengan logatnya dari Sucuan berkata: "Loko, menurut anggapanmu, didalam dunia rimba persilatan pada dewasa ini, kepandaian golongan mana yang paling kuat?"
"Sudah tentu golongan Thian-lam Ngo-Iiong yang saat ini menjagoi didaerah Tay-lee!" demikian seorang lainnya lantas men-jawab dengan logat propinsi In-lam.
Lim Tiang Hong yang mendengar itu, semangatnya bangun seketika. Ia segera pasang telinganya untuk mendengarkan pembicaraan mereka lebih lanjut.
Orang yang bicara dengan logat Su-coan itu agaknya tidak setuju anggapan kawannya itu, ia lantas berkata pula: "Pendapatmu itu rasanya kurang tepat! Kepandaiannya "Tiang-lim It-hong", rasanya tidak berada dibawahnya Ngo-Iiong. Kini telah tersiar kabar yang mengejutkan lagi, dulu itu jago pedang yang mempunyai gelar "Bu-ceng Kiam-khek", yang pernah mengalahkan "Thian-lam Ngo-Iiong' dan "Tiang-lim It-hong" dengan ilmu pedangnya "To-liong Keng-hong', kabarnya juga sudah mempunyai murid yang mewariskan seluruh kepandaiannya, yang kini sudah muncul di dunia kangouw!"
Sang kawan itu nampaknya sangat terkejut. "Apa benar" Kalau begitu kita akan menyaksikan suatu keramaian yang hebat lagi"
"Kiranya memang begitu. Keturunannya Thian-lam Ngo-Iiong, yakni Tiat-ciang Kim-liong Cin Cit Ya setelah mendengar kabar itu segera memberitahukan kapada empat saudara seperguruan yang lainnya supaya mereka lekas datang ke Kang-lam untuk mencari muridnya Buceng Kiam-khek itu. Mereka hendak melampiaskan sakit hati mereka karena dulu pernah dikalahkan oleh...."
Tepat pada saat itu terdengar suara orang mendaki undak2an tangga, dan sebentar lalu muncul seorang nenek2 yang bersikap loyo, rambutnya sudah putih semua. Di tangan nenek ini tergenggam sebatang tongkat, di tangan lain menuntun seorang gadis muda yang mengenakan pakaian ringkas dan di dadanya ada sulaman seekor burung Hong warna putih.
Pembicaraan kedua orang Kang-ouw tadi mendadak berhenti.
Sebentar kemudian terdengar pula suara itu orang yang menggunakan logat propinsi Sucoan dengan suaranya yang rendah sekali ia berkata: "Orang lagi bicarakan dirinya, eh orangnya datang.... Itu nenek2 yang nama gelarannya Thian-san Lo-!o adalah keturunannya Tiang-lim It-hong. Sedangkan itu gadis muda yang berjalan di belakangnya, adalah murid si nenek bernama Cu Giok Im alias Burung Hong Putih. Barargkali mereka datang ke Kang-lam sini juga hendak mencari murid keturunannya Bu-ceng Kiam-khek"
Setelah memberi penjelasannnya itu, ia lalu mengalihkan pembicaraannya ke lain soal dengan suara yang lebih keras.
Lim Tiang Hong diam2 memperhatikan nenek2 itu bersama muridnya. Ia telah mendapat kenyataan bahwa Thian-san Lo-lo itu meskipun diluarnya kelihatan sangat loyo, tapi sepasang matanya ada sangat bercahaya. Terang ia ada mempunyai latihan tenaga dalam yang sangat sempurna. Ia cuma memperhatikan dirinya lain orang, tapi tidak merasa dirinya sendiri sedang diperhatikan orang lain.
Si Burung Hong Putih dengan sepasang matanya yang jeli juga sedang memperhatikan dirinya. Ia tidak ingin sampai dirinya diketahui sebagai seseorang yang berkepandaian tinggi. Tingkah lakunya dibuat-buat sedemikian rupa supaya orang lain tidak ambil perhatian terhadapnya. Tapi tidak urung usahanya itu meleset semua.
Ia tiba2 mendengar Cu Giok Im berkata kepada suhunya: "Kabarnya Tiat-ciang Kim-long Cin Cit Ya sudah menemukan jejak bocah itu. Entah suhu sudah tahu atau belum?"
Thian-san Lo-lo memejamkan matanya. Nenek ini menjawab dengan suara acuh ia acuh: "Apa benar...." Biar bagaimana selewatnya malam ini nanti kita bicarakan lagi"
"Suhu, kalau aku menggunakan ilmu pedang Ciololo Im-yau Bit-cong-kiam, bisakah kiranya memecahkan ilmu pedangnya To-liong Keng-hong dari bocah itu?"
"Ilmu pedang ini adalah buah ciptaan suhumu yang khusus untuk menghadapi ilmu pedang To-liong Kenghong. Bukannya suhumu ini suka terkebur, kalau cuma kekuatan dan kepandaianmu berimbang dengan dia, barangkali susah sekali buat ia loloskan diri dari pedangmu"


Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Lim Tiang Hong yang mendengar perkataan itu diam2 merasa geli dihati. Karena, ilmu pedang To-liong Keng-hong-nya itu adalah ciptaan suhunya yang telah ia pelajari sampai hampir menggunakan waktu setengah abad lamanya. Bagaimana begitu mudah buah ciptaan seorang Penyipta ulung dipecahkan orang begitu saja"
Meskipun dalam hatinya berpikir demikian, tetapi diluarnya Lim Tiang Hong sama sekali tidak memperlihatkan perubahan sikap apapun, ia tetap makan minum seenaknya sambil tundukkan kepala
Saat itu tiba2 terdengar pula suara orang naik tangga loteng, kemudian terlihat lagi muncul disitu beberapa orang. Orang2 ini ada yang mengenakan pakaian sebangsa padri, imam dan lain2 lagi berupa, orang2 Kang-ouw kebanyakan.
Melihat sikap rombongan orang2 yang baru datang itu. segera Lim Tiang Hong mengetahui bahwa mereka itu tentu adalah orang2 Kang-ouw yang berkepandaian tinggi.
Dan oleh karena lebih dahulu ia telah mendapat kisikan dari Hui Hui Taysu, hingga ia tahu bahwa kota Kim-leng saat itu sedang bergolak suatu kejadian besar yang akan menggegerkan dunia Kang-ouw. Maka terhadap kedatangan orang2 itu, ia tidak heran lagi.
Pada saat itu, rombongan orang2 itu sudah pada mencari tempat duduknya masing2. Diantara mereka, ada seorang yang mengenakan pakaian ringkas warna kuning, matanya ditujukan kearah Cu Giok Im tanpa berkesip. Malah kadang2 mengeluarkan suara ketawanya yang menunjukkan tingkah laku ceriwis sekali.
Si Burung Hong Putih Cu Giok Im ada seorang gadis yang sifatnya juga berandalan dan sudi gawe. Bagaimana ia mau mengerti diperlakukan orang sedemikian rupa"
Maka tiba2 saja terdengar suara bentakan dari gadis muda ini "Hei orang yang mau cari mampus, kau tertawakan siapa?"
Seorang laki2 pertengahan umur yang diwajahnya terdapat sebuah tanda bekas bacokan dan yang beralis gompyok serta mempunyai mata lebar besar, lantas menjawab dengan suara dingin: "Jikalau tuanmu suka tertawa, untuk apa kau usilan?"
Cu Giok Im mendadak berbangkit dari tempat duduknya. Dengan sebelah tangan bertolak pinggang, tangan lain menuding ke-arah orang2 dalam rombongan itu, sedangkan mulntnya membentak: "Buka dulu matamu kalau belum lamur! Orang2 dari golongan Tianglim-pay tidak mudah dihina orang!"
Namanya Tiang-lim It-hong dulu pernah merendengi namanya Thian-lam Ngo-Iiong. Kedua nama itu sangat terkenal sehingga melebihi nama2 beberapa partai besar dari daerah Tiong-goan. Maka setelah Cu Giok Im mengatakan nama golongannya itu, orang2 yang berada disitu diam2 pada terperanjat. Mereka sama mengerti bahwa apabila tidak ada yang mau mengalah seorang diantaranya, pertempuran sengit mungkin akan segera terjadi.
Setiap orang pada membuka matanya lebar2, agaknya hendak menantikan perkembangan selanjutnya. Sedangkan tamu2 biasa, ketika menyaksikan keadaan demikian, yang kecil nyalinya sudah pada ketakutan setengah mati, diam2 satu demi satu pada ngeloyor pergi.
Siapa nyana, setelah Cu Giok Im menyebutkan nama golongannya, laki2 itu bukan saja tidak keder, sebaliknya malah berkata dengan pelembungkan dada, sikapnya sangat menghina: "Ow, kalau begitu aku kini berhadapan dengan keturunan dari Tiang lim It-hong" Cuma saja, papan merek yang sudah usang itu sekarang belum boleh keluar lagi menggertak orang hidup. Ha, ha...."
Bukan kepalang rasa gusarnya Cu Giok Im dapatlah kita bayangkan.
Srreet! Dan pedang panjang sudah keluar dari serangka yang tergantung dipinggang Burung Hong Putih.
Tepat pada saat itu, tiba2 ada satu tenaga tersembunyi yang tidak kelihatan telah meluncur ke arah rombangan orang2 itu seperti air bah.
Lelaki yang bertandakan bacokan diatas wajahnya itu lalu membalik tangannya sambil tertawa ter-bahak2.
Dengan ilmu Im-han Khie-kang yang kelihatan menghitam di kedua tangannya orang codet ini menyambuti serangan yang tidak terlihat itu.
Sebentar kemudian tiba2 terdengar suara bergedubrakan ramai sekali. Meja dan kursi2 nampak bergelimpangan, sedangkan kursi yang tadi diduduki oleh itu lelaki bertanda bacokan diatas mukanya itu, bersama mejanya kelihatan hancur berantakan.
Perubahan yang terjadi secara mendadakan itu membuat terperanjat setiap orang yang berada disitu.
Kiranya, nenek2 yang kelihatan loyo badannya itu, tepat pada saat Cu Giok Im mencabut pedangnya, sudah mengangkat tangannya dan melancarkan serangan lihay tersebut.
Itu lelaki codet dimukanya, ketika dirugikan demikian rupa, agaknya tidak mau mengerti. Sambil mengeluarkan suara geraman hebat, ia pentang kedua tangannya.
Dan si nenek berambut putih itu tiba2 membuka matanya yang tadi terpejam. Sepasang matanya sungguh menakutkan, sinarnya ber-api2. Lalu sambil ketawa dingin ia berkata: "Kau cari mampus sendiri!"
Berbareng dengan kata2 itu, lengan bajunya yang gerombongan dikibaskan, lalu dari situ meluncur keluar ilmunya yang telah lama terkenal, ln-hun Sin-kang, itu ilmu yang paling ampuh dari golongan Tiang-lim-pay.
Serangan itu, jikalau meluncur keluar, niscaya semua meja dan kursi serta jendela2 diloteng rumah makan itu akan rusak hancur semuanya.
Dalam saat yang kritis itu, tiba2 ada suatu kekuatan yang tidak berwujud yang memunahkan seketika ilmu dari nenek tua itu.
.Lim Tiang Hong kelihatan bangkit dari duduknya, dengan malas2an ia berjalan di-tengah2 antara kedua pihak itu sembari berkata: "Berkelahi diatas loteng rumah makan, bukankah akan membawa akibat yang tidak enak bagi tuan pemilik rumah makan ini" Apakah kalian kedua pihak suka pandang mukaku dan menunda dulu sebentar perkelahian ini?"
Ia dengan kata2nya itu memperlihatkan senyuman lebar. Dengan mengeluarkan serangan tadi, boleh dikata sudah pula mempengaruhi perasaan setiap orang yang barada di atas loteng rumah makan itu.
Rombongan orang2 itu yang tadinya mengira bahwa kekuatan yang dapat memunahkan serangan hebat dari si nenek itu berasal dari seorang tua kenamaan yang sudah berpengalaman, tidak nyana kiranya hanya satu bocahlah yang melakukan itu, satu bocah yang masih berbau pupuk bawang!
Lelaki yang bercodet wajahnya itu lantas berkata sambil pendelikkan matanya: "Kau masuk hitungan manusia macam apa, berani kau campur tahu dalam urusan tuan besarmu disini?"
Lim Tiang Hong sambil berpeluk tangan berkata lagi dengan suara tenang: "Aku yang rendah adalah Lim Tiang Hong. Sungguh tidak ada maksudku melarang kalian berkelahi. Tapi, tentu paling baik kalau itu tidak dilakukan diatas loteng ini"
Begitu mendengar disebutnya nama 'Lim Tiang Hong', suasana diloteng tersebut tiba2 memperdengarkan suara gemuruh, mereka itu ada yang merasa ter-heran2, dan ada sebagian lagi yang merasa gusar. Setiap orang dengan wajah tidak sama memperlihatkan sikap yang berlainan pula.
Karena, pemuda yang kini berpeluk tangan di tengah2 mereka itu, sekalipun baru saja memasuki dunia Kang-ouw, tetapi kepandaiannya sungguh sangat menakjubkan!
Anak muda ini bukan hanya sudah menjatuhkan Hek-liong Siang-sat sudah merubuhkan tiga orang imam dari Bu-tong-pay serta menyerbu gereja Siauw-lim-sie hanya seorang diri. Dan sekarang ini, selama dalam perjalanannya menuju ke selatan, kembali sudah terlolos dari kepungan golongan Lam-hay dan golongan rimba hijau dari 7 propinsi.
Kejadian2 yang menggemperkan dunia rimba persilatan dan lama tersiar dalam dunia Kang-ouw. Umumnya orang2 pada menganggap, bahwa ia itu adalah seorang terkuat dari orang tingkatan muda selama seratus tahun belakangan ini. Hanya sayangnya pemuda itu tidak mengetahui asal usul dirinya sendiri, sehingga telah menimbulkan kegemparan di-mana2.
Semua orang masih belum dapat membuktikan ia itu dari golongan orang baik2 atau orang dari kalangan hitam. Maka sedikit banyak masih banyak orang memandang pemuda ini sebagai orang berbahaya.
Siapa nyana, si codet tadi ketika mendengar disebutnya nama Lim Tiang Hong, ia lantas memandang anak muda itu dari atas sampai ke bawah, lalu dari bawah menuju ke atas lagi.
Tiba2 ia maju menghampiri dan berkata sambil membungkukkan badan dalam2: "Toathun Tancu Beng Khong disini dengan beberapa orang kawan kini menjumpai Siauw-kauwcu"
Lim Tiang Hong melengak. .Selagi hendak ia mananya, tiba2 Tancu mengajak anak buahnya yang dikatakan kawannya, dengan wajah ketakutan lari turun ke bawah,
Si Burung Hong Putih Cu Giok Im ketika melihat Lim Tiang Hong yang tadi mencampuri urusan itu, diwajahnya terkilas sesuatu senyuman. Tentang terhadap anak muda yang gagah ini telah timbul kesan baik dalam hatinya. Akan tetapi, begitu ia mendengar perkataan laki2 codet tadi, wajahnya, dengan memperlihatkan sikap menghina ia berdeham.
Lim Tiang Hong memandang ke arah wanita muda ini sejenak, lalu sambil tersenyum balik ke tempat duduknya lagi.
Keonaran yang kelihatan tadi sukar dicegah, akhirnya telah berakhir dengan cara yang tidak ter-duga2 demikian rupa. Pelayan rumah yang tadinya pada ketakutan setengah mati, mendengar suara agak redaan, baru berani keluar lagi dari tempat persembunyiannya masing2.
Cu Giok Im mengeluarkan sepotong uang perak yang dilemparkan ke atas meja. lalu dengan membimbing nenek2 loyo itu mereka lalu turun ke bawah. Waktu hendak meninggalkan tempat tersebut, matanya melirik ke arah Lim Tiang Hong. Sikapnya aneh, se-olah2 yang merasa sayang meninggalkan si anak muda.
Lim Tiang Hong duduk lagi sebentar, lantas pulang ke rumah. Ia yang pikirannya sudah kusut, setelah minum arak beberapa tenggak, dirasakan pikirannya semakin kusut saja.
Seorang diri ia duduk termenung menghadapi lampu. Banyak persoalan yang menindih perasaannya.
Pertama, mengapa Heng-lim Cun-loan bisa terbunuh orang" Siapakah orangnya yang mempunyai kepandaian begitu tinggi yang bisa membunuh tabib kenamaan ini"
Kedua, Tian-lam Ngo-Iiong apakah dari golongan baik2 ataukah dari golongan tersesat" Mereka dengan suhunya, Bu-ceng Kiam-khek, sebetulnya ada mempunyai permusuhan apa" Dengan alasan apa mereka bermaksud hendak membunuh Heng-lim Cunloan".
Ketiga di kota Kim-leng yang paling belakang ini entah akan terjadi peristiwa besar apa lagi. Mengapa sampai menarik perhatian begitu banyak orang sehingga pada ber-bondong2 ke situ" Apakah hal ini ada hubungannya dengan ia sendiri"
Dan akhirnya, ia mengingat pula akan encinya, yang ia kenal ditengah jalan, itu wanita yang disebut Imsan Mo-lie. Terhadap enci akuannya ini ia merasa aneh atas segala gerak gerik dan tindak tanduknya. Ada banyak hal yang sangat mencurigakan hatinya. Terutama mengenai ilmu mengentengi tubuh wanita itu, yang juga adalah ilmu lari It-sia Cian-lie, kepandaian ciptaan suhunya, mengapa juga ia pandai dalam ilmu itu"
Lama ia memikir, ia merasa bahwa ia harus mencari si Pengemis Mata Satu yang sudah mempunyai banyak pengalaman didunia kang-ouw, yang mungkin dapat menjawab semua pertanyaannya itu....
Saat itu suasana diluar sudah sangat sunyi. Lampu2 ruangan sudah mulai dipadamkan, suatu tanda bahwa malam sudah mulai larut.
Mendadak ia dengar suara yang sangat halus nyelusup ke dalam telinganya. Oleh karena saat itu kepandaiannya sudah mendapat kemajuan pesat, maka suara betapapun kecilnya, kalau hanya dalam jarak sepuluh tombak disekitarnya, dapat terdengar oleh telinganya.
Terdorong oleh perasaan ingin tahu, ia lantas melesat melalui daun jendela, dan kemudian melayang turun d atas atap rumah diseberang sana.
Akan tetapi, keadaan disekitarnya masih tetap sunyi senyap tidak kedengaran suara apapun juga, juga tidak terlihat bayangan seorangpun juga.
Ia yakin benar bahwa pendengarannya tadi sedikitpun tidak salah. Tetapi aneh, kenapa sekarang tidak kelihatan bayangan seorangpun"
Pada saat itu dari jarak jauh kelihatan meluncur ke atas satu sinar biru. Seperti juga bunga api, menyala di tengah udara, lama belum padam.
Jelas sekali bahwa itu adalah suatu tanda rahasia dari suatu partai.
Maka saat itu ia lantas melesat lagi keatas, menuju kearah meluncurnya sinar biru tadi.
Sesaat kemudian ia sudah sampai di tempat dari mana sinar biru tadi diluncurkan. Ketika ia memeriksa keadaan di sekitar tempat itu, ternyata adalah suatu tempat yang ternama di dalam kota Kim-leng, yakni apa yang disebut bukit Cian-hud-gan. Diatas bukit ini ada terdapat banyak patung2 kuno yang tidak terhitung jumlahnya.
Tempat itu yang sebetulnya ada suatu tempat yang amat sepi, di waktu larut malam seperti malam itu, keadaannya kelihatan semakin sunyi, sehingga patung2 kuno itu kelihatannya sangat menakutkan.
Ketika angin malam yang dingin menyampok ke wajahnya, membuat anak muda ini merasakan badannya dingin dan menggigil, Dengan Sendirinya pula tangannya lantas meraba gagang pedangnya.
Tiba2 suatu pemandangan yang mengerikan terbentang di depan mata Lim Tiang Hong. Tanpa merasa ia sudah mundur dua tindak kebelakang.
Dibawah sebuah patung besar, disitu ada rebah menggeletak bangkainya empat orang padri. Kepala mereka yang kelimis sudah hancur. Perutnya berlubang, darah dan isi perutnya pada berhamburan ditanah, keadaan mereka itu sangat mengerikan.
Dengan membesarkan nyalinya ia coba maju lagi beberapa langkah.
Tidak jauh dari situ, kembali matanya kebentrok dengan bangkainya dua orang imam, yang rebah terlentang dilereng bukit.
Dari pemeriksaan yang hati2, Lim Tiang Hong mendapat kenyataan bahwa pada belum lama berselang tentu telah terjadi suatu pertempuran dan pembunuhan besar2an.
Takala ia maju lagi kebagian atas, kembali ia bertemu dengan bangkai2 yang lebih banyak. Bangkai2 itu terdiri dari padri (imam) dan orang biasa. Tetapi yang utama kematian mereka semua dalam keadaan mengerikan.
Mendadak ia menemukan sebuah patung besar yang berada ditempat tertinggi dari bukit tersebut yang sudah dibikin hancur oleh kekuatan tenaga dalam yang sangat hebat. Dibagian perut dari patung tersebut, nampak ada robekan kertas yang masih berlumuran darah.
Tertarik oleh pemandangan ganjil ini, ia lantas maju menghampiri dan melihat keadaan patung tersebut.
Ia telah menemukan sebuah kotak batu giok warna putih yang berada di sebelah dalam perut patung tersebut. Ketika ia buka kotak itu, didalamnya ada sejilid kitab bewarna kuning yang bertuliskan huruf2 "TAT MO IE KIN KENG' dimukanya.
Hatinya berpikir: "Apa kitab inikah yang disebut Tatmo It-kin-keng yang disimpan dalam patung kuno"'
Baru saja ia hendak membuka lembaran pertama dari kitab tersebut, tiba2 terdengar suara orang ketawa yang kemudian disusul dengan munculnya dua orang.
Yang satu adalah Biauw-chiu Thian-koan Su-khong Yao, dan yang seorang lagi adalah ketua dari Lam-haypay Lam-hay Gia-mo.
Kedua orang yang tersebut belakangan ini dengan sorot mata tajam mengawasi si anak muda, kemudian berkata sambil ketawa ber-gelak2: "Bocah, kau sungguh hebat! Tapi kalau kau tidak lekas bekerja sama dengan kami, jangan pikir bisa berlalu lagi dari tempat ini".
"Belum tentu," jawab Lim Tiang Hong sambil ketawa dingin.
"Kalau tidak percaya, boleh kau coba2 saja" berkata pula, Biauw-chiu Thian-koan sambil menunjuk ke bawah.
Lim Tiang Hong melihat kearah yang ditunjuk si copet. Benar saja, disana terlihat banyak orang bergerak,
.263 anak buahnya Lam-hay Gia-mo dan kawanan berandal dari tujuh propinsi sudah mengurung dirinya begitu rapat.
Seketika itu ia lantas gusar. Sementara tangan kirinya memasukkan kotak ke dalam saku, mulutnya membentak: "Kalau kalian berani, boleh maju! "
Tiba2 suatu suara melengking tinggi terdengar dari atas bukit, kemudian disusul oleh meluncurnya satu bayangan orang. Cepat bagai kilat bayangan ini melayang turun menerjang Lim Tiang Hong.
Sesaat kemudian terdengar suara jeritan ngeri, orang yang barusan menerjang Lim Tiang Hong itu telah terpental dua tiga tombak tingginya karena mendapat papakan dari angin serangan Lim Tiang Hong. Orang itu me-layang2 ditengan udara dan akhirnya jatuh ke bawah bukit.
Dibawah penerangan sinar rembulan, semua orang baru dapat melihat bahwa orang yang barusan hendak membokong Lim Tiang Hong tadi ternyata adalah si Kampret Terbang, salah seorang tokoh terkenal dari golongan hitam.
Kejadian itu sungguh mengejutkan semua orang. Sungguh tidak nyana bahwa dalam beberapa hari saja anak muda ini yang tidak ketahuan asal usulnya, kepandaiannya sudah bertambah dan kekuatannya sudah berambah berlipat ganda.
Berbareng pada saat jatuhnya badan si Kampret Terbang, dari bawah bukit kelihatan melesat sesosok bayangan orang.
Orang ini, dibagian dadanya ada sulaman burung hong putih. Dari tandanya itu dapatlah diketahui bahwa dia adalah muridnya orarg pandai dari golongan Tianglim It-hong yang bernama Cu Giok Im.
Kelakuannya Cu Giok Im ini sangat aneh. Sesampainya wanita muda ini diatas bukit, ia tidak mau ambil bagian dalam perebutan kitab tersebut, juga tidak berkata apa2. Kedatangannya itu se-akan2 khusus hendak menyaksikan keramaian saja.
Blauw-chiu Thian-koan dan Lam-hay Gia-mo saling pandang sejenak, kemudian kelihatan seperti hendak tergerak untuk mengadakan penyerangan berbareng.
Mendadak dari bawah bukit tampak berkelebat beberapa bayangan padri yang lalu menyusul lagi suara orang memuji nama Buddha, kemudian salah seorang daripadanya berkata dengan suara nyaring: "Manusia jahat kau sungguh terlalu kejam...."
Empat padri dari bagian penyimpan kitab digereja Siauw-lim-sie sama seperti empai ekor burung garuda melayang ke atas bukit.
Biauw-chiu Thian-koan Su-khong Yao tahu benar bahwa kesempatan haik segera akan lenyap, maka ia lalu memekik keras, bersama dengan beberapa orang anak buahnya ia sudah turun tangan terlebih dahulu, menyerang langsung pada Lim Tiang Hong.
Lam-hay Gia-mo agaknya juga tidak mau ketinggalan. Sambil perdengarkan suara melengking panjang ia bersama anak buahnya, juga sudah menyerang dari sayap kanan.
Lim Tiang Hong perdengarkan suara ketawa dinginnya. Ber-ulang2, tiba2 tangannya terpentang. Dari dalamnya keluar angin serangan yang hebat.
Beruntun tiga kali ia menyerang secara demikian, hingga angin hebat meluncur keluar dari tangannya. Dan disamping itu, ia juga tidak lupa melindungi dirinya sendiri dengan kekuatan tanaga Cao-khie untuk membendung serangan lawan2nya.
Maka setelah serangannya itu meluncur keluar, beberapa anak buahnya Su-khong Yao yang menyerang lebih dulu sudah pada dibikin terpental badannya, seolah2 beberapa layangan putus talinya serentak pada melayang turun ke bawah bukit.
Bersamaan pada saat itu, disitu tiba2 terdengar suara bentakan yang kemudian disusul dengan berkelebatnya sinar pedang, menyambar kawanan manusia jahat yang menyerang Lim Tiang Hong.
Itu adalah gerakannya Cu Giok Im, yang secara mendadak sekali membantu si anak muda.
Gerakan wanita itu kemudian disusul pula oleh datangnya dua orang aneh yang wajahnya sangat garang kelihaiannya. Kedua orang ini lantas bertempur dengan Biauw-chiu Thian-koan dan Lam-hay Gia-mo.
Kedua orang berwajah aneh itu sembari bertempur, mulutnya berseru menjengeki: "Cuma mengandal kekuatan kalian orang2 tak berguna ini, begitu berani mati bermusuhan dengan Thian-cu-kauw. Benar2 kalian tidak ukur diri sendiri. Ha, ha...."
Pada saat itu pihaknya Biauw-chiu Thian-koan dan Lam-hay Gia-mo sudah terpukul mundur.
Cu Giok Im lantas menarik kembali pedangnya dan menghampiri Lim Tiang Hong. Ia bertanya pada si anak muda: "Hei, aku mau tanya kau. Ada orang kata bahwa kau ada muridnya Bu-ceng Kiam-khek, tapi ada sebagian orang lagi yang memanggil kau Siao-Kauwcu dari Thiancu-kauw. Siapa sih sebetulnya kau ini....?"
"Yang benar adalah murid Bu-ceog Kiam-khek. Aku tidak tahu apa yang dinamakan Thian-cu-kauw itu" jawab Lim Tiang Hong.
Diwajahnya Cu Giok Im yang cantik mendadak terlihat perubahan. "Kalau begitu, aku bantu kau membereskan pertempuran disini dan setelah itu kita nanti boleh saling mengukur tenaga lagi"
Lim Tiang Hong lantas menjawab dengan suara menyatakan ketidak senangannya: "Terima kasih atas kebaikan hatimu, tapi aku tidak perlu bantuan orang. Selain dari itu, aku juga sudah lama tahu maksud kedatanganmu. Dalam soal ini boleh kita bicarakan lagi dilain waktu. Saat ini aku tidak ada tempo"
"Kau tidak suka aku bantu, namun aku tetap akan memberi bantuan untukmu, karena aku kuatir orang nanti dengan tidak sengaja melukai kau...."
Maksud ucapan Cu Giok Im ini sebetulnya ialah, jikalau Lim Tiang Hong terluka ditangan orang lain, maka ia lantas tidak dapat kesempatan untuk membalas sakit hati Tiang-lim It-hong yang dulu dikalahkan oleh suhunya Lim Tiang Hong. Tetapi ketika ia mengeluarkan ucapan tersebut, ia merasa bahwa perkataannya itu kurang tepat atau tidak pada tempatnya. Maka untuk selanjutnya tidak dilanjutkan lagi, berbareng dengan itu wajahnya juga berubah merah seketika.
Pada saat itu empat orang padri dari Siauw-lim-sie juga sudah berada dihadapannya.
Hui Bing Siansu lalu berkata: "Malam ini semua kejadian sudah merupakan suatu bukti, sekarang sicu masih mau berkata apa lagi"
Lim Tiang Hong lalu mengeluarkan kotaknya dari dalam sakunya yang langsung diberikan kepada Hui Bing Siansu seraya berkata: "Kotak batu giok ini aku dapatkan dari dalam perut patung Budda itu. Betul sebagai kotak untuk menyimpan Tat-mo Ie-kin-keng atau bukan kalian boleh periksa sendiri. Aku Lim Tiang Hong malam ini karena datang terlambat setindak, hingga tidak tahu orang2 ini dibinasakan oleh siapa"
Hui Kak tiba2 berkata sambil ketawa ber-gelak2: "Jikalau kau tidak melukai orang, bagaimana kotak ini bisa berada di tanganmu?"
"Percaya atau tidak terserah pada kalian. Sejujurnya aku katakan, kalau aku tidak memandang muka Hui Hui Taysu, kotak ini tidak sudi aku serahkan pada kalian. Kalian toh tidak bisa ber-buat apa2 terhadapku!" berkata Lim Tiang Hong dalam gusarnya.
"Siauw-lim-pay tidak gampang2 membiarkan terus sepak terjangmu!" kata Hai Kak dengan suara dinginnya.
Lim Tiang Hong tiba2 dongakkan kepala dsn berkata sambil ketawa ber-gelak2: "Dengan terus terang kuberitahukan kepadamu aku Lim Tiang Hong tidak pandang mata kepada kalian orang2 dari Siauw-lim-pay".
Hui Beng Siansu kuatir akan menerbitkan onar besar, maka buru2 menyambuti kotak yang disodorkan oleh Lim Tiang Hong.
Dua orang aneh yang berdiri disamping tiba2 mengulurkan tangannya dan mencegah sembari berkata:
.270 "Apa kalian mau ambil barang ini tanpa memperlihatkan ilmu kalian dari Siauw-lim-pay" Rasanya tidak begitu gampang! He, he...."
Hui Bing Siansu lalu menjawab sambil kerutkan alisnya: "Tuan-tuan ini siapa, kenapa berani menyampuri urusannya Siauw-lim-pay"
"Kami adalah Tee-im Tancu Thian Lui dan Thianliong Tan-cu U Tiang Siang dari Thian-cu-kauw. Kalian hendak mengandalkan pengaruh dan nama besar Siauwlim-pay merebut kitab wasiat dari tangannya Siauw Kauwcu" Sekarang boleh kalian terangkan dulu apakah kami dua saudara harus campur tangan atau tidak"
Hui Kak Siansu lalu menyelak dengan suara gusar: "Kalau begitu, apa kalian sudah bertekad hendak turut campur tangan?"
Tee-im Tancu Thian Lui yang berpengawakan pendek bulat, lalu berkata pula sambil dongakkan kepalanya: "Orang lain boleh takuti pengaruhnya kalian orang2 dari Siauw-lim-pay, tapi bagi Thian-cu-kauw kami, kalian tidak ada harganya sama sekali!"
Kedua Tancu dari Thian-cu-kauw sebetulnya ada mengandung lain maksud. Disatu pihak ia mengulur tempo dengan sengaja, dilain pihak mereka memang bermaksud hendak mengacau se-bisa2nya dalam rimba persilatan.
Empat padri dari Siauw-lim-sie benar saja kena dibikin gusar sekali oleh karenanya. Orang2 kepala gundul ini lalu berkata sambil memuji nama Buddha: "Kalau begitu kau jangan sesalkan bahwa Loceng sekalian berlaku kurang sopan"
Thian-liong Tancu yang badannya tinggi kurus, dengan sikapnya yang kaku dan suaranya yang ketus dingin berkata: "Kami dua saudara justru hendak belajar kenal dengan ilmu kalian dari Siauw-lim-sie"
Setelah mengucapkan perkataannya itu, kekuatannya dipusatkan kekedua tangannya, lalu perlahan2 badannya bergerak maju, sedangkan sepuluh jari2 tangan kanan dan kirinya seketika berubah seperti sepuluh bilah pisau belati tajam yang memancarkan sinar warna hitam.
Ketika sepuluh jari2 tangan itu bergerak, lantas terpancar uap hitam, nyata orang itu telah melatih ilmu nyeleweng yang mengandung bisa.
Thian Lui yang gemuk bulat badannya, juga tidak keluarkan suara perkataan apa2 lagi. Pakaiannya yang lebar gerombongan tiba2 melembung besar seperti balon. Diwajahnya yang jelek nampak warna merah seperti darah yang mengitari kedua bola matanya. Dengan sinar matanya yang tajam dan buas, orang gemuk ini mengawasi dapa empat padri dari Siauw-limsie.
Pada saat itu, empat padri dari Siauw-lim-sie masing2 sudah mengerahkan kepandaian dan kekuatannya, juga bergerak per-lahan2 mendekati dua orang aneh dari Thian-cu-kauw tersebut. Pertempuran hebat agaknya sudah akan segera dimulai.
Lim Tiang Hong pada saat itu sebetulnya boleh mengeluarkan ikan2an warna merah yang diberikan oleh Hui Hui Taysu kepadanya untuk mencegah empat padri itu supaya lekas membatalkan perkelahian tersebut. Tetapi ia sudah merasa gemas sekali terhadap empat padri ini yang mengeluarkan perkataan2 kurang ajar terhadapnya. Maka dengan sikap dingin, ia tidak memperdulikan suassana tegang disitu, se-akan2 semua soal tidak ada hubungannya dengan ia sendiri.
Semua kawanan orang jahat yang berada disitu barusan sudah dibikin jeri oleh tindakan Lim Tiang Hong barusan yang membikin terbang badannya si Kampret Terbang.
Dan kini menyaksikan orang2 Thian-cu-kauw dan Siauw-lim-pay yang hendak mengadakan pertempuran mati2an, tanpa sadar mereka pada mundur kakinya sejauh tiga kaki. Mendadak suara gemuruh keras terdengar. Hui Kak siansu sudah turun tangan lebih dulu. Dengan ilmu pukulan Lo-han-koan, padri ini sudah menyerang U Tiang Siang. Serangannya itu tidak kepalang tanggung, sebab sambaran anginnya saja terdengar men-deru2.
Sedangkan pihak yang diserang, U Tiang Siang, adalah seorang terkuat dari golongannya sendiri, Thiancu-kauw. Biasanya orang ini sangat sombong dan kejam. Kali ini, ketika mendapat serangan secara mendadakan dari Hui Kak Siansu, kontan mengeluarkan suatu pekikan seperti setan. Sepuluh tangannya yang telah menghitam tiba2 terpentang lebar se-olah2 sepuluh belati tajam hendak menembusi serangan Hui Kak dan hendak mengarah berbagai jalan darah diatas badan padri itu.
Dengan cepat Hui kak Siansu tarik kembali angin serangannya, kemudian memutar kepalannya seperti kitiran. Dalam waktu sekejapan, ia sudah melakukan serangan secara beruntun sampai 7 kali, baru berhasil memunahkan serangannya musuh tapi tidak urung sudah mundur sampai 3 tindak.
Setelah Hui-kak bergebrak, pihaknya Hui-kong Siansu juga lantas kebutkan jubahnya yang lebar, mengeluarkan satu serangan yang tidak kelihatan dan tidak bersuara, menghajar si gendut pendek Thian Lui.
Tee-im Tancu yang bentuk badannya gendut dan kate ini, perangainya jauh lebih ganas dan kejam dari pada U Tiang Siang Waktu diserang oleh Hui-kong Siansu mendadak ia gerakkan badannya. tangannya diputar laksana titiran, suara gemuruh lalu terdengar hebat, kekuatan kedua belah pihak saling beradu.
Dalam adu kekuatan tenaga itu, Hui-kong Siansu agak dirugikan karena gerak badannya yang agak mengadah, hingga kesudahannya terdesak mundur sampai 3 kaki. Thian Lui sebaliknya dengan mata melotot dan sikap girang serta rambut berdiri lalu menggeram: "Kau coba sekali lagi kepandaiannya orang Thian-cukauw!"
Badannya yang gemuk gendut seperti gentong nampak bergoyang-goyang. serangan yang kedua sudah meluncur bagaikan kilat cepatnya
Hui-kong Siansu dengan sikap sungguh2 mengangkat kedua kepalan tangannya, dengan tipunya Thian-ong Tek-tai atau raja malaikat menunjang pagoda, kembali ia menyambuti serangan sigendut itu dengan kekerasan.
Pada saat itu, Hui-kak Siansu sudah bergebrak dengan U Tiang Siang kira2 10 jurus dan Hui-kong yang merasa agak berat melayani lawan gemuk yang ternyata sangat tangguh itu, juga mengeluarkan ilmu kepandaian simpanan yang dinamakan "Hok-mo Ciang hoat" ialah ilmu pukulan tangan kosong menundukkan iblis. Seketika itu ilmu tenaga dalam yang dinamakan 'cao-khie' dibarengi dengan pukulan tangannya yang dilancarkan secara bertubi-tubi, telah menggulung lawannya seperti gelombang air laut.
Selagi pertempuran masih berjalan sangat ramainya dan belum ketahuan siapa yang kalah dan menang, dari jauh tiba2 kelihatan meluncur seorang padri tinggi besar, dengan kecepatan bagaikan kilat melayang ke dalam medan pertempuran, dan kemudian berseru: "Perintah dari Ciang-bun-jin: semua murid golengan Siauw-lim-pai, harus segera berkumpul didalam rimba sebelah timur laut, jangan ada yang ketinggalan....!"
Setelah memberi perintahnya, padri tinggi besar itu lantas melesat dan lari menuju arah timur laut.
Perubahan yang terjadi secara mendadak, telah membuat Hui-beng Siansu tercengang. Namun perintah ketua atau Ciang-bunjin seolah-olah firman raja yang tidak boleh dilanggar, sudah tentu ia tidak berani membawa caranya sendiri. Dengan mata melirik kepada kotak batu giok ditangannya Lim Liang Hong, ia lantas membentak dengan suara keras: "Tahan, kita mundur....!"
Berbarang dengan itu, ia sudah lompat melesat lebih dulu menyusul ke arahnya paderi tinggi besar tadi.
Kejadian itu bukan cuma Lim Tiang Hong saja yang dibuat heran, sekalipun Biauw-chiu Thian-koan dan Lamhay Gia-mo juga tidak habis pikir mengapa Siauw-lim-pai sendiri juga tidak mau kitab wasiatnya itu"
.Hanya kedua Tancu dari Thian-cu-kauw itu saja, setelah lawannya pada berlalu, tidak merasa kaget atau heran. Mereka pada keluarkan suara ketawa dingin, kemudian memutar tubuh dan menghilang kearah yang berlawanan dengan orang2 dari Siauw-lim-pai tadi.
Lim Tiang Hong cuma bisa berdiri menjublek. Tiba2 telinganya dapat menangkap satu suara yang mengisiki padanya: "Kongcu, kau telah tertipu! kitab itu adalah palsu...."
Bicara sampai disitu, suara itu lantas sirap kembali.
-odwo- Bab 8 LIM TIANG HONG merasa tidak asing dengan suara yang mengisiki dirinya tadi. Setelah diingat-ingat, ia baru ingat bahwa suara itu adalah suaranya Gin-sie-siu, itu orang tua berambut putih dari Hong-hong-tie.
Orang tua itu dulu pernah menolong dirinya, sikap dan tingkah lakunya juga baik, kiranya tidak mungkin kalau akan menipu dirinya.
.Dalam gusarnya, ia lantas banting kotak batu giok itu sehingga hancur berantakan ditanah. Kemudian badannya lompat melesat setinggi 10 tombak lebih, ditengah udara ia jumpalitan dan lantas meluncur seperti burung elang menuju ke arah timur laut.
Si burung Hong putih Cu Giak Im yang berdiri disamping dengan suara cemas berseru padanya: "Kau hendak kemana?"
Tapi Lim Tiang Hong dalam sekejapan saja sudah meluncur sejarak 20 tombak lebih, hingga ia banting2 kaki dengan perasaan mendongkol dan kemudian juga lari menyusul.
Dalam waktu sekejapan saja Lim Tiang Hong sudah mencapai perjalanan kira2 5 lie jauhnya. Tatkala tiba di sebuah rimba yang lebat dari dalam rimba itu mendadak muncul dirinya seorang tua baju kuning berusia kira2 60 tahun, sambil mengurut jenggotnya yang panjang ia menegur Lim Tiang Hong: "Apakah tuan anak muridnya Bu-ceng Kiam-khek?"
Dalam kagetnya Lim Tiang Hong lantas menjawab dengan suara nyaring: "Kalau ya bagaimana" Kalau bukan kau mau apa?"
Orang tua baju kuning itu dengan tenang berkata pula: "Lohu adalah Tiat-ciang Kim-liong Cin Cit.
.279 Kedatanganku ini memang sengaja mencari tuan, untuk membuat perhitungan dengan suhumu dimasa yang lampau"
Lim Tiang Hong mendengar disebutnya nama Tiatciang Kim-liong, wajahnya berubah seketika. Peristiwa darah dirumahnya Heng-lim Cun-loan, mendadak terlintas dalam otaknya. Dengan alis berdiri ia berkata sambil ketawa dingin: "Kiranya kau adalah murid keturunannya Thian-lam Ngo-Iiong. Hutang darah harus bayar dengan darah, kau dengan tanpa sebab telah membunuh mati dirinya Heng-lim Cun-loan. Siauw-ya-mu malam ini akan membuat perhitungan dengan kau"
Sehabis berkata, lantas mengeluarkan serangannya yang disertai kekuatan tenaga dalamnya yang sangat hebat.
"Tunggu dulu!" Tiat-ciang Kim-liong berseru sambil lompat ke samping untuk menghindarkan serangan tersebur, kemudian berkata pula dengan sikap terheranheran: "Apa kau katakan barusan?"
"Diwaktu tengah malam buta bersama kawan2mu kau masuk ke rumahnya Heng-lim Cun-loan dan kemudian membunuh mati padanya, sungguh kejam perbuatanmu!"
"Kau ngaco belo, lohu dengan Heng-lim Cun-loan tidak mempunyai permusuhan apa2, perlu apa membunuh mati padanya" Lagi pula, Heng-lim Cun-loan ada seorang tabib kenamaan dan berkepandaian tinggi, bagaimana bisa dibinasakan oleh seorang dua orang berkepandaian biasa saja?"
"Bukti sudah cukup nyata, apa kau masih perlu menyangkal"
"Trang!' tanda "Ngo-Iiong Kiok-hun-leng' sudah dikeluarkan diri dalam sakunya Lim Tiang Hong dan dilemparkan ke tanah.
Tiat-ciang Kim-liong pungut dan periksa tanda itu, seketika lantas berdiri melongo. Setelah berpikir sejenak, lalu berkata dengan suara gusar: "Ini adalah tanda kepercayaan lohu yang lohu berikan kepada seseorang untuk menyampaikan kabar kepada "Sie-liong" (empat naga) yang lainnya, dari mana kau dapatkan benda ini" Apakah kau sudah bunuh mati orang yang membawa tanda kepercayaanku ini?"
"Malam itu justru aku berada dirumahnya Heng-lim Cun-loan, mula2 ada orang dengan secara menggelap melemparkan benda Kiok-hun-leng ini kepada Heng-lim Cun-loan, aku lalu mengejar orang itu sampai ke kota Kim-leng, tapi tidak berhasil menemukan padanya. Sekembaliku dari kota Kim-leng, aku telah ketemukan Heng-lim Cun-loan sudah binaaa menggeletak ditanah. Jikalau bukan perbuatan kalian 5 Naga, perbuatan siapa lagi?"
"Bagaimana kau bisa menafsir demikian...?"
"Kau tak usah berlagak, serahkan jiwamu!"
Dalam sengitnya, Lim Tiang Hong lantas lompat maju dan melakukan serangan secara beruntun sampai 11 kali. Setiap serangan, ada begitu hebat dan ganas.
Untung yang diserang ada salah satu orang terkuat dan yang merupakan kepala dari kawanan lima Naga, jikalau tidak, mungkin siang2 sudah rebah menggeletak di tanah sebagai bangkai.
Mendengar keterangan itu, Tiat-ciang Kim-liong merasa kaget dan gusar. Kaget, karena murid keturunannya Bu-ceng Kiam-khek, ternyata ada mempunyai kepandaian begitu tinggi. Gusar, karena fitnahan ini entah ada perbuatan siapa"
Sebagai seorang Kang-ouw yang sudah banyak pengalaman, ia tak mau pada saat demikian turun tangan kepada lawannya yang masih muda itu. Dengan sekuat tenaga ia coba mengelakkan setiap serangannya Lim Tiang Hong, kemudian ia membentak dengan suara keras: "Tahan dulu!"
Setelah ftu, iapun segera lompat melesat sejauh 5 kaki. Lim Tiang Hong agaknya masih tidak mau mengerti, ia masih dengan mata melotot mengawasi lawannya serta menunggu kesempatan hendak melakukan serangan lagi.
Tiat-ciang Kim-liong baru saja hendak membuka mulutnya akan mengatakan sesuatu, mendadak badannya merasa seperti terpagut ular. Ia lemparkan tanda 'Ngo-Iiong Kiok-hun-leng'nya ke tanah, wajahnya pucat pasi, kemudian berkata dengan suara gusar: "Sungguh kejam, telah menggunakan cara busuk dan keji, untuk mencelakakan diri lohu...."
Dengan serentak memutar tubuhnya dan lari ke dalam rimba.
.Hong yang berdiri meojublek seperti patung. Diam2 lantas berpikir: "kapan aku mencelakakan dirinya?".
Selagi masih berdiri menjublek seorang diri, dari jauh ia kelihatan 2 bayangan orang, sebentar saja sudah berada di hadapannya. Salah satu adalah si Pengemis Mata Satu yang wajahnya kusut dan rambutnya awut2an, satu lagi adalah Yan-jie yang memakai pakaian berkabung.
Senopati Pamungkas I 17 Pendekar Remaja Karya Kho Ping Hoo Bara Diatas Singgasana 19

Cari Blog Ini