Ceritasilat Novel Online

Tabir Asmara Hitam 1

Joko Sableng Tabir Asmara Hitam Bagian 1


Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
JOKO SABLENG PENDEKAR PEDANG TUMPUL 131
Pdf Ebook oleh : Dewi KZ
SCAN BY ARDIANSYAH
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
SATU PADA satu tanah agak menggugus masing-masing orang melihat seraut wajah tampan
milik seorang pemuda. Sepasang matanya tajam. Hidungnya
mancung. Namun bukan karena ketampanan raut si pemuda yang membuat semua orang
tersentak dan pentangkan mata masing-masing. Ternyata pemuda ini tidak berdiri
tegak dengan berpijak pada kedua kakinya.
Sebaliknya sepasang kakinya berada di atas, sementara kepalanya di bawah
menopang tubuhnya! Pada
mulutnya tampak sebuah karet bundar seperti dot bayi yang sesekali disedot.
Setiap kali si pemuda gerakkan mulut menyedot, terdengar suara duutt! Duuuttt!
Duuuttt! Dan lebih dari itu, ternyata pemuda ini tidak mempunyai tangan!
Anehnya, meski tegak dengan kaki di atas dan kepala di bawah, namun pakaian yang
dikenakan tidak menyibak ke bawah. Dan kedua lengan pakaiannya yang kempes
karena tak berisi tangan, tampak kaku ke samping kiri kanan.
Selagi semua orang di situ masih tegak dengan terkesima dan mulut terkancing,
Daeng Upas yang gerakannya untuk lakukan totokan pada Pendekar 131
tertahan malah sosoknya tersurut dua langkah laksana terbang segera berkelebat
ke arah si pemuda yang tegak terbalik dan langsung lepaskan dua jotosan dari
jarak empat tangkah!
Seakan tahu pukulan Daeng Upas yang dapat lakukan jotosan atau tendangan walau
dari jarak jauh, si pemuda gerakkan dua bahunya sebelum kedua tangan Daeng Upas
bergerak Sepasang lengan baju si pemuda bergerak kebawah mengibas tanah.
Bettt! Bettt! Pada saat bersamaan, sosok si pemuda melenting ke udara setanggi dua tombak.
Membuat gerakan jungkir balik satu kali, lalu mendarat di atas tanah dengan
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bertumpu pada kedua ibu jari kakinya!
Daeng Upas tegak di atas tanah dengan wajah tegang dan rahang terangkat. Sebagai
orang yang memiliki kepandaian tinggi meski selama ini tidak ada orang yang
mengetahui, dari sikap dan gerakan si pemuda, nenek yang wajahnya masih
membayang kecantikan ini telah maklum jika si pemuda bukanlah orang yang dapat
dipandang sebelah mata.
Di sebelah depan, murid Pendeta Sinting perhatikan baik-baik ke arah si pemuda.
"Sulit dipercaya jika tidak melihat sendiri. Rimba persilatan ternyata tidak
hanya disarati urusan aneh. Tapi juga dikelilingi manusia-manusia aneh!"
batinnya. Agak ke samping. Raka Pradesa sipitkan sepasang matanya dengan dahi berkerut.
Diam-diam dia juga berkata dalam hati. "Banyak tokoh-tokoh yang kukenal meski
hanya lewat ciri-cirinya. Namun ciri-ciri pemuda ini belum pernah kudengar!
Apakah dia tokoh yang baru saja muncul" Atau selama ini dia tidak menunjukkan
kepandaiannya hingga namanya tidak banyak dikenal kalangan dunia persilatan"!"
Seperti halnya Pendekar 131 dan Raka Pradesa. Dewi Siluman juga terlihat
menduga-duga siapa adanya si pemuda. Entah karena tak dapat jawaban dari dirinya
sendiri, perempuan bercadar dan berjubah hitam anak Daeng Upas ini segera
berpaling pada Ki Buyut Pagar Alam yang berada di sampingnya sambil bergumam.
lagi "Siapa pemuda buntung itu, Ki Buyut"!"
Kakek berwajah pucat yang kedua tangannya selalu masuk ke dalam saku jubah
hitamnya yang juga adalah adik kandung Daeng Upas berpaling dengan gelengkan
kepala. "Berpuluh tahun merambah rimba persilatan, baru kali ini aku melihatnya!
Telingaku pun belum pernah mendengar orang membicarakan pemuda
seperti dia. Tapi melihat usianya, kukira dia orang yang baru dalam kancah dunia
persilatan. Hanya saja dia memiliki kepandaian sangat tinggi...."
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendengar ucapan Ki Buyut, Dewi Siluman
perdengarkan dengusan. "Urusan ini belum selesai. Kemunculannya akan menambah
keadaan tidak karuan!
Kita be!um tahu benar apakah pemuda buntung ini benar-benar mempunyai ilmu
tinggi. Sebaiknya dia kita singkirkan dahuiu!"
"Di sini ada ibumu. Kita tunggu dulu apa yang hendak dilakukan olehnya!"
"Tapi...."
Ucapan Dewi Siluman belum selesai, Ki Buyut telah memotong. "Kau tak usah
khawatir. Orang-orang selama ini memang tidak tahu sampai di mana Ilmu yang
dimiliki Ibumu. Hingga ibumu hanya dipandang mata terpejam...," Ki Buyut Pagar
Alam tertawa pelan. Lalu lanjutkan ucapannya. "Sebentar lago mereka akann sadar
bahwa dugaan mereka jauh meleset ".
Sementara Daeng Upas sendiri setelah dapat kuasai rasa kejut dan geramnya maju
satu langkah. Nenek ini sebenarnya masih panasaran dan ingin lakukan serangan
lagi. Namun berfikir bahwa urusan mengorek keterangan Pendekar 131 yang baru
dilihatnya saat hendak berusaha masuk ke Istana Hantu lebih penting, maka dia
urungkan niatnya. Sebaliknya dia segera keluarkan bentakan.
"Pemuda tak dikenal" Siapa kau"! Mengapa kau berlaku lancang menahan gerakanku"
Apa hubunganmu dengan pemuda berpakaian putih itu"!" Jari tangan Daeng Upas
lurus menunjuk pada murid Pendeta Sinting yang masih duduk di atas tanah.
Pemuda bertangan buntung kempotkan pipinya
menyedot karet bundar di mulutnya. Hingga saat itu terdengar suara duuttt!
Duuttt! Duuttt!
Sepasang mata Daeng Upas membeliak besar.
Dadanya bergemuruh keras melihat orang yang ditanya tidak segera menjawab
sebaliknya malah permainkan dot di mulutnya!
"Keparat! Kalau kau tidak jawab pertanyaanku, lekas
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyingkir dari sini! Jika tidak, membunuhmu bukan hal sulit bagiku!"
Orang yang dibentak memandang sekilas pada Daeng Upas. Lalu tengadah dengan pipi
mengembung. Saat meniup, karet di mulutnya mencuat keluar dan mengapung di
udara. Mulutnya lalu bergerak dan terdengarlah ucapannya.
"Nenek cantik. Tiga pertanyaanmu, mungkin aku hanya bisa menjawab dua. Untuk
satunya biarlah sementara ini menjadi pekerjaan rumah buatmu! Harap kau tidak
marah dan setuju usulku!"
Sementara berkata, karet bundar mirip dot bayi tetap mengapung di atas
kepalanya, membuat semua orang di tempat itu makin beliakkan mata kecuali Daeng
Upas yang kesabarannya hampir-hampir saja pupus.
"Aku telah bertanya. Aku tak mau tahu usul! Yang kuminta jawaban!" kata Daeng
Upas dengan suara keras setengah menjerit.
"Aku akan menjawab. Aku tak mau tahu kau terima usulku apa tidak!" ujar pemuda
bertangan buntung. Lalu tanpa hiraukan sengatan pandangan Daeng Upas dia
teruskan kata-katanya.
"Aku bukannya lancang mencegah tindakan orang.
Hanya aku tidak suka melihat orang berlaku semena-mena pada orang yang sudah
tidak berdaya! Perlu juga kau ketahui, aku tidak kenal dengan pemuda berbaju
putih itu! Kalau tidak kena! Apakah mungkin punya hubungan"!" Si pemuda balik
bertanya, "Kau tak punya hak untuk bertanya padaku:" hardik Daeng Upas. "Kau belum
mengatakan siapa dirimu!"
Si pemuda bertangan buntung lancipkan mulut menyedot. Dot bayi yang mengapung di
atas kepalanya bergerak turun dan masuk ke dalam mulutnya. Kejap kemudian
terdengar suara duuttt! Duuuttt! Berulang kali. Di lain saat si pemuda hembuskan
napas. Bundaran karet di mulutnya mencelat lagi dan seperti tadi mengapung di
atas kepalanya. Bersamaan dengan itu
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terdengar ucapannya.
"Seperti kukatakan tadi, aku hanya bisa jawab dua pertanyaanmu. Untuk jawaban
satunya mungkin kelak jika kita jumpa lagi masih bisa kujawab!"
Daeng Upas masih coba menindih gejolak amarahnya.
Lalu menyeringai sambil berkata.
"Hem.... Begtu" Sekarang kuperintah kau untuk tinggalkan tempat ini!"
"Hem.... Begitu!" Si pemuda ikut-ikutan berkata seperti ucapan Daeng Upas. "Kau
mengatakan aku tak punya hak bertanya padamu. Sekarang apa salah jika aku
mengatakan kau tak berhak memerintahku"!"
"Itu awal petaka bagimu!" teriak Daeng Upas.
Si pemuda kembang kempiskan pipinya. Bundaran karet di atas kepalanya bergerak
turun naik seirama keluarmasuknya napas si pemuda. Anehnya meski bundaran karet
itu turun naik di udara, namun pada saat itu terdengar juga suara duuttt!
Duuuttt! Duuutt!
"Wah. Nenek ini bukan hanya fcetap cantik meski sudah tua, tapi pandai juga
bikin malapetaka. Apakah kau juga bisa membuat hura-hura, Nek"!" Yang buka suara
adalah murid Pendeta Sinting.
Daeng Upas sentakkan kepalanya ke arah Pendekar 131. tubuhnya bergetar pertanda
dia menahan hawa marah. Tangan kirirya menunjuk pada murid Pendeta Sinting "Kau
jangan ikut campur buka mulut! Nanti ada saatnya kau harus bicara jswab semua
pertanyaanku!"
sentaknya. "Hem.... Begitu"!" Joko ikut bicara seperti pemuda bertangan buntung yang
menirukan gumaman Daeng Upas. "Kau nanti akan ajukan berapa pertanyaan. Nek"!"
Daeng Upas tidak menjawab. Sepasang matanya mendelik angker menatap pada murid
Pendeta Sinting Pendekar 131 tampak mainkan jari kelingkingnya ke dalam lobang
telinganya. Lalu seakan tidak acuhkan pandangan marah orang, dia berucap.
"Kau nanti pasti akan kecewa. Karena berapapun
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pertanyaan yang akan kau ajukan, aku hanya bisa menjawab satu!"
"Bercandalah sepuasmu sebelum mampus!" ujar Daeng Upas lalu arahkan pandangannya
kembali pada pemuda bertangan buniung.
"Edan!" gumam Raka Pradesa. "Dalam keadaan begitu, masih sempatnya mengajak
bercanda!" Pemuda ini berlama-lama memandangi murid Pendeta Sinting.
Namun tatkala Joko balik memandangnya, pemuda berkumis tipis ini cepat alihkan
pandangannya. Diam-diam dia membatin. "Siapa gadis berbaju hijau itu"
Sepertinya mereka belum kenal betul. Tapi mengapa melindunginya" Apakah dia
tertarik pada Pendekar 131?" Tidak mendapat jawaban pasti dari pertanyaan-nya,
pemuda berkumis tipis ini arahkan pandangannya pada Dewi Siluman dan Ki Buyut
Pagar Alam. "Perempuan dan kakek itu kudengar memiliki kepandaian tinggi. Hem.... Ada silang
sengketa apa mereka dengan Joko" Sekarang apa yang harus kulakukan" Joko
tampaknya terluka dalam cukup parah.
Kalau aku mengajaknya pergi, semua orang yang ada di sini tentu tidak akan
tinggal diam! Ah...."
Pemuda ini laiu berpaling pada Daeng Upas yang saat itu melangkah ke arah pemuda
bertangan buntung
"Pemuda buntung! Kau dengar kata-kataku. Apa kau ingin kakimu buntung sekalian,
hah"!"
"Nenek cantik. Tega-teganya kau berkata begilu tanpa tangan saja aku sudah
menderita. Bagaimana kalau kakiku buntung juga"!"
"Bagus berarti kau masih sayang anggota tubuhmu!"
"Ah.... ini adalah barang titipan Tuhan, sudah selayaknya kusayang-sayangi. Dan
tak akan kubiarkan siapapun mengambilnya!"
Daeng Upas tertawa panjang. "Tidak ada hal sulit bagiku mengambil barang apa
pun! Termasuk kedua kakimu. Tapi aku masih berbaik hati jika kau segera enyah
dari sini!"
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pemuda bertangan buntung ikut-ikutan tertawa panjang. "Kalau kau gampang
mengambil barang apa pun. Apa sukarnya bagiku mempertahankan barang milikku?"
"Jahanam! Kau benar-benar minta mampus!" hardik Daeng Upas. Ucapannya belum
selesai, sosoknya telah melesat ke depan. Kedua tangannya diangkat tinggi-tinggi
dan kirimkan jotosan kanan kiri sekaligus.
Kalau nenek ini bisa melepas jotosan dari jarak jauh dengan lawan bisa dibuat
terjengkang, bisa dibayangkan jika jotosan itu betul-betul menghantam sasaran!
Karena lesatan sosok Daeng Upas bergerak tiba-tiba, maka kali ini tidak ada
kesempatan lagi bagi pemuda bertangan buntung untuk menghindar. Dan karena tidak
punya kedua tangan untuk menangkis jotosan, semua orang yang melihat sama
menduga apa yang hendak menimpa si pemuda. Namun semua orang dibuat jadi
melengak. Pemuda bertangan buntung tiba-tiba lipat tubuhnya ke depan terus ke bawah.
Lalu... Wuuuttt! Kini sepasang kaki berada di atas, kepala di bawah menopang
tubuhnya. Kejap lain mulutnya menguncup menyedot.
Duuuttt! Duuttt! Duuttt!
Terdengar suara tiga kali berturut-turut. Karet bundar yang sedari tadi
mengapung di udara melesat cepat dan masuk ke dalam mulutnya. Saat bersamaan,
kedua kakinya bergerak membuat sikap seperti orang bersila.
Buukkk! Buuukkk!
Sepasang tangan Daeng Upas beradu dengan
sepasang kaki pemuda bertangan buntung. Daeng Upas tampak tegak dengan tubuh
bergoyang-goyang keras. Raut wajahnya berubah. Malah kedua tangannya yang baru
saja bentrok bergetar, membuat nenek ini geram bukan main. Didahului bentakan
melengking, sosoknya melorot ke bawah hingga kedua lututnya menekuk. Tiba-tiba
sambil bertumpu pada telapak
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tangannya, sepasang kakinya mencuat ke depan lepaskan tendangan ke wajah si
pemuda! Di depannya, kepala si pemuda yang dibuat untuk menopang tubuhnya tampak
bergoyang-goyang, membuat sosok sang pemuda ikut-ikutan bergoyang.
Kejap kemudian kepalanya tampak bergerak menggeser ke belakang.
Melihat kepala si pemuda bergeser ke belakang menghindari tendangan, Daeng Upas
cepat melompat depan. Dan dengan masih bertumpu pada telapak tangannya, sepasang
kakinya teruskan tendangan Saat itulah, karena kepalanya terdorong ke belakang
sepasang kaki si pemuda bergerak lurus ke bawah.
Daeng Upas mendelik angker. Semua orang yang melihat terkesiap. Karena tiba-tiba
gerakan kaki si nenekk tertahan oleh sepasang kaki pemuda yang kini
menggapitnya. Malah bukan hanya sampai disitu. Begitu kakinya berhasil menggapit
sepasang kaki si nenek, pemuda bertangan buntung gerakkan kepalanya lagi ke
depan sambil meniup. Bundaran karet mencuat keluar.
Namun bersamaan itu menderu angin kencang.
Daeng Upas berteriak nyaring. Dewi Siluman
mendengus. Raka Pradesa cepat palingkan kepalanya, demikian juga gadis berbaju
hijau yang kini telah bangkit. Ki Buyut tampak alihkan pandangannya pada jurusan
lain. Hanya murid Pendeta Sinting yang tidak alihkan pandangannya pada jurusan
lain, malah dia tertawa bergelak sambil berkata
"Nek! Untung kau masih mengenakan rangkapan pakaian dalam. Jika tidak... pasti
aku akan melihat pemandangan sangat luar biasa! Nyatanya pahamu masih mulus
meski di sana-sini tampak bekas kudisan...."
"Jahanam kurang ajar!" teriak Daeng Upas sambil gerakkan kedua tangannya
mengibaskan pakaian bagian bawahnya yang berkibar-kibar tersapu tiupan pemuda
bertangan buntung hingga tubuh bagian bawah sampai
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hampir pantat si nenek terlihat jelas.
Saat kedua tangan Daeng Upas bergerak kibaskan pakaiannya, pemuda bertangan
buntung gerakkan kakinya ke atas. Sosok si nenek ikut bergerak ke atas.
Merasa geram dan malu, Daeng Upas cepat gerakkan kedua tangannya sambil
doyongkan tubuh ke depan.
Laiu menghantam kedua kaki si pemuda yang masih menggapit kakinya.
WuuttU Wuuuttt!
Sejengkal lagi tangan Daeng Upas meremukkan kedua kaki si pemuda. Pemuda ini
lepaskan gapitannya.
Lalu cepat tarik pulang kakinya ke belakang dan kini tegak memunggungi dengan
bertumpu pada kedua ibu jari kakinya!
Sementara Daeng Upas sendiri tampak tercekat.
Hantaman kedua tangannya melabrak tempat kosong.
Dan kini tubuhnya melayang deras ke bawah!
Sebenarnya Daeng Upas bukanlah orang berkepandaian rendah meski selama ini dia coba sembunyikan kepandaiannya pada orang
lain. Malah terhadap Dewi Siluman, anak tunggalnya sendiri dia tidak mau
menunjukkan. Namun karena saat itu hawa kemarahan lebih memegang kendali
pikirannya, maka nenek itu tampak bisa dibuat main-main oleh pemuda bertangan
buntung.

Joko Sableng Tabir Asmara Hitam di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tapi saat tubuhnya melayang deras ke bawah, ibu Dewi Siluman ini tidak mau
berbuat ayal. Setengah tombak lagi tubuhnya menghantam tanah, tiba-tiba ia
membuat gerakan berputar dan serta-merta lepaskan pukulan dari atas udara pada
pemuda bertangan buntung yang kini tegak di hadapannya memunggungi!
Gelombang angin luar biasa kencang menderu
keras ke arah si pemuda. Terdengar suara duutt! duutt!
duuuttt! Tiga kali berturut-turut. Lalu sosok si pemuda terangkat satu tombak ke
uclara. Kedua kakinya membuat sikap bersila. Lalu bergerak pulang-balik ke depan
ke belakang laksana orang berayun-ayun.
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pada saatat bersamaan, gelornbang angin melasat susul menyusul seiring gerakan
kaki si pemuda Bummmmmm !!
Ledakan keras terdengar ketika gelombang angin yang dilepas Daeng Upas betermu
angin yang melesat dari gerakan kaki bersila si pemuda bertangan buntung.
Daeng Upas terdorong sampai satu tombak ke
belakang, namun nenek ini mendarat di atas tanah dengan kaki tegak meski
wajahnya tampak berubah pucat. Di depan sana, sosok pemuda bertangan buntung
terpental namun setelah membuat gerakan berputar dua kali, dia menjejak tanah
dengan tubuh tegak bertumpu pada ibu jari kakinya! Wajahnya yang tampan pias,
gerakan kembang-kempis mulutnya yang menyedot bundaran karet makin keras, hingga
suara Duutt! Duuutt! Duuuttt! Terdengar beberapa kali.
"Pemuda gila ini kalau dibiarkan bisa membuat celaka!" desis Daeng Upas. Lalu
nenek ini membuat gerakan berputar-putar. Kejap itu juga dari tubuhnya mengepul
asap makin lama makin banyak dan berputar-putar seiring putaran si nenek. Saat
lain mendadak Daeng Upas berseru keras. Asap yang berputar-putar mengelilingi
tubuhnya bergerak keluar dan berputar-putar cepat ke arah pemuda di hadapannya.
"Kau tak akan lotos dari pukulan maut 'Angin Keranda', Pemuda gila!" seru Daeng
Upas sebutkan pukulan yang kini melabrak ke arah si pemuda dengan tegak kacak
pinggang dan senyum menyeringai.
Si pemuda sontak putuskan sedotan mulutnya.
Sepasang matanya membeliak.
"Ha"! Kau benar-benar ingin mengambil kedua kakiku!" ujar si pemuda dengan suara
bergetar setelah meniup hingga bundaran karet di mulutnya terapung di depan
kepalanya. Daeng Upas tertawa mengekeh. "Bukan hanya kakimu, tapi sekaligus selembar
nyawamu!" Sambil gelengkan kepala, si pemuda bertangan
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
buntung doyongkan tubuh ke belakang. Tiba-tiba tubuhnya disentakkan kembali ke
depan. Beeetttt! Dari dada si pemuda melesat bongkahan awan
putih yang keluarkan suara luar biasa keras hingga menusuk gendang telinga.
Kejap kemudian tempat itu laksana diguncang gempa hebat. Tanah bermuncratan ke
udara. Pohon-pohon di sekitarnya berderak lalu tumbang karena tanahnya rengkah
akibat guncangan.
Suara tawa Daeng Upas terputus laksana disambar setan. Sosoknya terpental sampai
dua tombak ke belakang. Untung Ki Buyut masih sempat berkelebat dan menahan
tubuhnya hingga selamatlah tubuh si nenek dari terjengkang roboh menghempas
tanah. Namun tak urung dari mulutnya keluar cairan merah pertanda dia telah
terluka dalam. Setelah salurkan tenaga dalamnya, Daeng Upas segera dapat tegak
kembali meski sosoknya masih bergetar.
Di depan sana, sosok si pemuda tampak terkapar di atas tanah. Raut wajahnya
makin pias. Keringat membasahi tubuhnya dari kepala sampai kaki. Dari sudut
mulutnya tampak pula mengalir darah. Anehnya, bundaran karet masih tetap
mengapung di udara di tempat mana tadi si pemuda bertangan buntung tegak
berdiri! "Huh.... Mana dotku!" tiba-tiba si pemuda menggumam. Lalu mulutnya membuat
gerakan menyedot.
Karet bundar yang mengapung laksana ditarik kekuatan aneh lalu bergerak ke arah
si pemuda dan kejap lain telah berada di mulut si pemuda. Saat bersamaan,
sepasang kakinya menekuk. Sekali sentak, tubuhnya terangkat ke atas. Terhuyung
sejenak namun tak lama kemudian diam dengan mulut mainkan karet bundar!
"Astaga! Kemana mereka"!" Tiba-tiba Ki Buyut berbisik pada Daeng Upas yang
berada di sampingnya.
Daeng Upas pentangkan matanya lalu memandang berkeliling. Tubuhnya serentak
bergetar keras. Ternyata
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pendekar 131 dan gadis berbaju hijau tidak ada lagi di tempat itu. Pemuda
berpakaian hitam-hitam berkumis tipis pun tidak tampak lagi. Demikian juga Dewi
Siluman. "Ki Buyut! Lekas cari Durga Ratih! Kukira dia mengikuti lenyapnya pemuda
berpakaian putih tadi!
Dan jika kau berhasil menangkap pemuda itu, jangan kau bunuh. Aku harus bicara
dahulu dengannya. Aku akan selesaikan pemuda gila buntung itu! Dia sangat bahaya
jika dibiarkan hidup!"
Tanpa berkata lagi, Ki Buyut segera berkelebat tinggalkan tempat itu. Sebenarnya
Ki Buyut tidak mau tinggalkan tempat itu. Dia tampak meragukan kakaknya bila
berhadapan sendiri dengan pemuda bertangan buntung. Namun karena dia tahu
bagaimana sifat kakaknya, lagi pula Dewi Siluman tidak boleh dibiarkan pergi
sendirian karena saat ini banyak tokoh-tokoh yang muncul dan belum bisa
diketahui apa tujuannya, akhirnya kakek berjubah hitam ini berkelebat pergi.
Sepasang mata Daeng Upas menyengat pandangi pemuda buntung, satu-satunya yang
masih ada di tempat itu. Dengan pasang tampang angker, dia membentak.
"Gara-gara ulahmu, urusan jadi berantakan! Aku tak akan tinggalkan tempat ini
sebelum membuatmu mampus tiga kali!"
"Ah. Rupanya kau tahu jika aku punya nyawa rangkap tigal Tapi sayang hari ini
aku tidak suka berbagi nyawa denganmu meski satu pun!" jawab si pemuda.
Habis berkata begitu, sosoknya melenting satu tombak ke udara. Dengan gerak
cepat, kakinya bersila ke bawah, lalu diayunkan ke depan.
Gelombang angin menderu cepat, bukan langsung ke arah Daeng Upas, melainkan yang
dituju adalah tanah di depan si nenek. Namun Daeng Upas ternyata salah duga. Dia
mengira si pemuda menyerang ke arahnya, hingga dengan menggembor keras dia
sentakkan kedua tangannya memapak gelombang angin yang datang.
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bummm! Tanah terbongkar muncrat ke udara. Saat itulah baru si nenek sadar. Dia cepat
angkat tangannya kembali dan didorong ke arah depan. Namun tangan si nenek
tertahan di udara. Karena sepasang matanya tidak menangkap lagi sosok pemuda
bertangan buntung!
"Jahanam keparat!" maki Daeng Upas sambil banting-kan kaki. Kepalanya lalu
didongakkan, mulutnya terbuka berteriak.
"Pemuda buntung gila! Kau adalah tambahan korban yang harus mampus di tanganku!"
Habis berteriak, kedua tangannya yang berada di udara disentakkan ke depan
dengan tampang membesi dilanda hawa amarah. lagi
Yang jadi sasaran kemarahannya adalah pohon-pohon di depan sana. Pohon-pohon itu
berkeretekan lalu perlahan-lahan tumbang perdengarkan suara berdebam-debam. Daun
dan tanah yang tertimpa pohon bertabur ke udara. Saat suasana lengang kembali,
sosok Daeng Upas tidak terlihat lagi di tempat itu.
* * * Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
DUA KITA tengok sejenak apa yang terjadi dengan Pendekar 131 hingga tiba-tiba
lenyap. Saat Daeng Upas lepaskan pukulan 'Angin Keranda' dan pemuda buntung
memangkas dengan sentakkan tubuhnya ke depan, semua orang di tempat itu
terkesima dan memandang tak berkesip. Saat itulah satu bayangan berkelebat
cepat. Dan laksana elang si bayangan menyambar sosok murid Pendeta Sinting.
Begitu cepatnya gerakan si bayangan, Pendekar 131 sendiri baru sadar jika
tubuhnya disambar orang tatkala sudah berada kira-kira tujuh tombak dari
tempatnya semula!
Gadis berbaju hijau yang berada di samping sebelah kanan murid Pendeta Sinting
merasakan desiran angin halus. Saat dia berpaling, dia masih sempat menangkap
kelebatan orang. Ketika dia tidak melihat lagi Pendekar 131, gadis berbaju hijau
ini cepat pula putar diri setengah lingkaran lalu berkelebat ke arah perginya si
bayangan. Pada saat itulah, Raka Pradesa melihat gerakan si baju hijau. Dan ketika matanya
tidak menangkap sosok Pendekar 131, pemuda berpakaian hitam-hitam ini merasa
curiga. Tanpa pikir panjang lagi dia segera menghambur ke arah perginya si gadis
berbaju hijau. Melihat Raka Pradesa berkelebat pergi, Dewi Siluman yang berada tidak jauh
kernyitkan dahi. Dia sebenarnya tidak akan menghalangi perginya pemuda
berpakaian hitam-hitam berkumis tipis ini, karena dia menduga pemuda ini tidak
artinya. Namun tatkala matanya melirik dan tidak mendapati Pendekar 131 dan
gadis berbaju hijau, perempuan anak kandung Daeng Upas ini segera menyusul ke
arah berkelebatnya Raka Pradesa.
Ki Buyut tidak hiraukan berkelebatnya Dewi Siluman, karena saat itu sosok Daeng
Upas tampak mencelat ke belakang, membuatnya harus segera selamatkan kakak
kandungnya. Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pada satu tempat yang ditumbuhi rangasan semak belukar lebat yang di sana-sini
banyak jalan setapak yang berkelok dan bersimpang-simpang, satu bayangan
hentikan larinya. Dia menoleh sejenak kebelakang. Lalu melirik pada sosok tubuh
yang ada di pundak kanannya.
Orang yang memanggul sosok di pundaknya ini adalah seorang perempuan berambut
panjang yang digelung ke belakang. Rambutnya diberi pewarna hitam berkilatkilat. Dia mengenakan pakaian panjang berwarna coklat hampir menutupi sekujur
tubuhnya. Wajahnya sulit dikenali, karena ditutup dengan bedak tebal. Alis matanya disaput
pewarna hitam dan tebal.
Kelopak matanya sebelah atas diberi warna hijau merah.
Bibirnya dipoles merah menyala.
"Hai! Hendak kau bawa ke mana aku" Kenapa kau menculikku"!" Orang di panggulan
perempuan berbedak tebal buka mulut. Dia bukan lain adalah murid Pendeta
Sinting. Orang yang ditegur tidak menjawab. Dia hanya palingkan mukanya sejurus. Pendekar
131 terlengak melihat raut wajah orang. Hingga tak lama kemudian dia berkata
lagi. "Hai! Siapa kau"! Turunkan aku!"
Meski mulut murid Pendeta Sinting membuka
keluarkan teguran, namun sebenarnya dalam hati dia membatin sendiri. "Celaka!
ini manusia apa hantu perempuan"! Apa tujuannya"!"
Karena tidak ada sahutan, untuk kesekian kalinya Joko buka mulut.
"Hai! Harap...."
Perempuan berbedak tebal berpaling. Sepasang matanya menatap pada murid Pendeta
Sinting. Mulutnya yang merah menyala bergerak membuka.
"Harap tidak bertanya dahulu! Nanti semuanya akan kujelaskan! Bahaya masih
mengikuti!"
"Tapi harap kau turunkan aku!"
Mulut yang dipoles merah menyala bergerak
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sunggingkan senyum. Lalu kepalanya menggeleng pelan. "Meski kau tidak merasakan
sakit lagi, tapi untuk sementara ini kau belum bisa salurkan tenaga dalammu,
Anak Muda. Padahal bahaya belum lenyap. Apa yang hendak kau andalkan menghadapi
bahaya saat ini?"
Joko Sableng terdiam karena ucapan perempuan berbedak tebal betul adanya. Namun
karena merasa jengah berada di pundak perempuan, murid Pendeta Sinting berujar.
"Tapi kuharap kau turunkan tubuhku. Untuk berjalan saja aku masih mampu!"
Kepala perempuan berbedak tebal kembali
menggeleng "Saat Ini bukan saatnya berjalan-jalan!
Kita harus bergerak cepat"
Selagi perempuan berbedak tebal berkata, Joko coba gerakan tubuhnya, tapi dia
melengak. Ternyata tubuhnya tegang tak bisa digerakkan.
"Kau menotokku" Kata Pendekar 131.
"Maaf itu harus kulakukan! Keadaanlah yang mengharuskan demikian! Harap tidak
berburuk sangka!
Karena jika mau, saat ini juga aku bisa berbuat apa saja terhadapmu!"
Habis berkata begitu, perempuan berbedak tebal berpaling ke belakang, lalu kejap
lain dia berkelebat menyelinap di balik semak belukar.
Joko pentangkan sepasang matanya. Mulutnya
hendak bicara lagi. Namun sebelum suaranya terdengar, si perempuan telah
mendahului. "Jangan banyak bicara dahulu. Jika tidak, terpaksa aku menghentikan jalan
suaramu!" Ucapan bernada ancaman si perempuan membuat murid Pendeta Sinting kancingkan
mulutnya lagi, meski dalam hati makin banyak dibuncah berbagai pertanyaan.
Saat itulah tiba-tiba satu bayangan hijau hentikan larinya tak jauh dari tempat
di mana tadi perempuan berbedak tebal berhenti. Ternyata dia adalah gadis muda
berparas cantik yang mengenakan baju warna
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hijau. Dia sejenak palingkan kepala ke kanan kiri dengan mata liar memperhatikan
berkeliling. "Ke mana dia" Apa aku harus teruskan perjalanan ke tempat yang ditentukan" Ah.
Tak kusangka jika ada halangan! Hingga perjalananku terhambat. Untung dia segera
datang.... Tapi sekarang aku harus bagaimana"
Kulihat pemuda berbaju hitam-hitam itu mengikutiku!
Meski dia mengatakan sahabat pada pemuda berbaju putih, tapi aku belum yakin
benar!" gumam gadis berbaju hijau. Setelah berpikir sejenak, gadis ini segera
berkelebat. Namun langkahnya tertahan tatkala dari rumpun semak belukar
terdengar suara halus.
"Aku di sini.... Cepat kau ke sini!"
Gadis berbaju hijau tersentak namun menarik napas lega, karena dia mengenali
suara orang. Hanya untuk beberapa saat dia masih tegak tidak menuruti ucapan
suara halus. Karena ternyata suara halus itu seperti terdengar dari empat
penjuru angin, hingga si gadis tidak dapat menentukan di mana adanya orang
keluarkan suara.
Melihat hal ini, dari semak belukar kembali terdengar suara halus.
"Aku berada di sebelah kananmu. Cepat!"
Gadis berbaju hijau melirik ke kanan, lalu berkelebat menyelinap. Di antara
rumpun semak belukar, dia melihat seorang perempuan berbedak. Dia hendak buka
mulut. Namun diurungkan tatkala dilihatnya perempuan berbedak tebal gelengkan
kepala. Pendekar 131 sipitkan matanya, diam-diam dia membatin. "Adakah perempuan ini
yang dimaksud gadis berbaju hijau dengan ucapannya sesaat yang lalu?" Sebenarnya
dia ingin mengutarakan isi hatinya, namun saat teringat pada ancaman perempuan
berbedak tebal, dia urungkan maksudnya.
Saat itulah, tiba-tiba satu bayangan hitam berkelebat.
Namun sampai jalan setapak yang bersimpangan, dia berhenti. Kepalanya bergerak
ke kiri kanan. Lalu
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terdengar dia bergumam.
"Kemana gadis itu" Dia lenyap seperti ditelan bumi.
Padahal tentu belum jauh dari sini! Sial! Gara-gara banyaknya simpang Jalan dan
rumpun semak belukar, aku jadi kehilangan jejaki"
Orang ini yang tidak lain adalah Raka Pradesa perhatikan rangasan semak belukar
di kanan kirinya dengan mata mendelik seolah hendak menembusi lebatnya semak
belukar. Namun sejauh ini dia tak dapat menemukan gadis berbaju hijau yang
diikutinya. Setelah agak lama, akhirnya dia memutuskan
mengambil jalan setapak yang ke arah selatan. Namun baru saja tubuhnya hendak
berkelebat, satu suara membuat gerakannya tertahan.
"Berhenti!"
"Celaka! Mendengar suaranya, pasti dia Dewi Siluman!" gumam Raka Pradesa.
"Keselamatan Pendekar 131 lebih penting. Perempuan Itu tak perlu dilayani!"
Raka Pradesa tak hiraukan teriakan orang. Dia segera berkelebat. Namun baru saja
tubuhnya bergerak, satu bayangan berkelebat melewati dan tahu-tahu di hadapannya
telah tegak perempuan bercadar dan berjubah hitam yang tidak lain Dewi Siluman
adanya! "Aku cuma akan bicara sekali!" kata Dewi Siluman seraya menatap tajam. "Pasang
telinga baik-baik! Lalu jawab dengan jujur! Dibawa ke mana pemuda yang kau


Joko Sableng Tabir Asmara Hitam di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

katakan sahabatmu itu"!"
Raka Pradesa tampak sedikit terkejut. Namun tak lama kemudian tersenyum. Sambil
balik memandang bola mata sang Dewi yang tampak dari lobang cadar hitamnya, Raka
Pradesa buka mulut menjawab.
"Katakan dulu apa maksudmu mengejar sahabatku itu!"
Dewi Siluman tidak segera memberi jawaban,
membuat Raka Pradesa berujar.
"Jangan-jangan kau tertarik padanya! Benar..,"!"
Sepasang mata Dewi Siluman membesar. Rahang di
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
balik cadarnya mengembung, kedua tangannya
mengepal dan bergetar. Namun yang kemudian
terdengar adalah suara tawanya yang mengekeh panjang!
"Aku memang tertarik...," kata Dewi Siluman, membuat raut wajah Raka Pradesa
berubah. "Bukan pada tubuhnya, melainkan pada selembar nyawanya!"
"Apa di antara kau dan dia ada sengketa"!"
"Hem.... Jangan-jangan kau bukan sahabatnya! Jika benar sahabatnya pasti kau
tahu apa masalahnya hingga aku tertarik nyawanya! Kau telah berani mendustaiku!"
"Kau jangan salah sangka. Meski kami bersahabat, namun urusan pribadi tidak
pernah kami bicarakan!
Tentu antara kau dan dia ada masalah pribadi!"
Dewi Siluman kembali tertawa mengekeh mendengar ucapan Raka Pradesa. Puas
tertawa perempuan bercadar dan berjubah hitam ini berkata.
"Urusanku dengannya lebih daripada urusan pribadi!"
"Aku tak mengerti maksudmu!"
"Kau memang belum saatnya mengerti! Sekarang jawab pertanyaanku tadi!"
"Aku tidak bisa menjawab pertanyaanmu, karena kau dan aku bernasib sama!
Kehilangan jejak!"
"Melihat sikapnya, kali ini kata-katanya mungkin benar! Namun pemuda ini belum
mengatakan siapa dia sebenarnya. Padahal dia tahu banyak tentang diriku!
Malah tentang ibuku! Aku harus tahu siapa dia!"
membatin Dewi Siluman. Seperti diketahui, Raka Pradesa telah dapat menebak
dengan tepat siapa adanya Dewi Siluman, malah juga tentang Ibunya meski saat itu
Raka Pradesa belum sempat mengucapkan karena buru-buru dipotong ucapannya oleh
Dewi Siluman yang takut rahasianya diketahui orang.
(Lebih jelasnya silakan baca serial Joko Sableng dalam episode: "Gerbang Istana
Hantu"). "Pemuda berpakaian hitam!" kata Dewi Siluman.
"Kau telah dapat mengetahui siapa aku meski kita belum
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pernah bertemu. Sekarang aku tanya padamu. Siapa gadis berbaju hijau yang
membawa sahabatmu itu"!
Katakan juga siapa kau adanya!"
Raka Pradesa tersenyum. Setelah terdiam agak lama akhirnya dia menjawab.
"Namaku Raka Pradesa. Aku hanyalah anak seorang petani biasa. Hanya karena aku
suka keluyuran, maka sedikit banyak aku tahu siapa tokoh-tokoh terkenal dalam
rimba persilatan! Meski aku tahu hanya dari ciri-cirinya saja!"
Dewi Siluman kernyitkan dahi di balik cadarnya. Lalu berujar. "Lalu siapa gadis
berbaju hijau itu"!"
"Terus terang. Aku tidak mengenalinya!"
"Begitu" Lalu dari siapa kau mengetahui diriku juga ibuku"!"
"Seperti kataku tadi. Aku adalah orang yang suka keluyuran. Aku suka bertanya
pada setiap orang yang kutemui. Jadi aku lupa dari siapa aku mendengar ciri-ciri
serta ceritamu!"
"Hem.... Selama ini hanya beberapa orang saja yang mengetahui keberadaan ibuku.
Adalah hal mustahil jika orang jalanan dapat mengetahuinya!" pikir Dewi Siluman.
"Pemuda ini berkata bohong!"
Berpikir begitu, anak Daeng Upas ini lalu berkata keras.
"Kau telah berani bohong padaku!" lagi Kening Raka Pradesa mengernyit.
"Bagaimana kau bisa menuduhku demikian?"
Dewi Siluman tertawa pelan. "Siapa aku lebih-lebih Ibuku, hanya beberapa orang
saja yang tahu. Adalah tidak masuk akal jika orang jalanan mengetahuinya! Kau
menyembunyikan sesuatu. Kau tidak berterus terang katakan siapa dirimu!"
"Ah. Itu terserah penilaianmu! Yang penting memang begitulah kenyataannya!"
"Kau masih belum mau terus terang"!" kata Dewi Siluman setelah agak lama
terdiam. Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku telah katakan terus terang!"
Di balik cadarnya, Dewi Siluman menyeringai.
"Aku bertanya sekali lagi. Siapa kau sebenarnya"!"
"Aku telah mengatakannya padamu!"
Habis berkata begitu Raka Pradesa melangkah hendak tinggalkan tempat itu. Namun
baru satu langkah, Dewi Siluman telah membentak garang.
"Kau bisa tinggalkan tempat ini, tapi tanpa nyawamu!"
Ucapan Dewi Siluman membuat Raka Pradesa
menjadi geram. Dia berpaling dengan mata menatap tajam. Kalau perturutkan hati,
ingin rasanya dia balas membentak meladeni perempuan bercadar dan
berjubah hitam itu. Namun setelah berpikir agak panjang, akhirnya dia hanya
tersenyum dingin, Lalu tanpa berkata-kata lagi, putar tubuh setengah lingkaran
dan melangkah tinggalkan tempat itu
Sikap Raka Pradesa membuat Dewi Siluman naik pitam. Tanpa didahului kata-kata,
kedua tangannya diangkat lalu lepaskan satu pukulan jarak |auh.
Terdengar satu deruan. Kejap lain satu gelombang angin keras melesat ke arah
Raka Pradesa. "Dia tampaknya tidak main-main dengan ancam-annya!" gumam Raka Pradesa lalu
segera berkelebat selamatkan diri.
"Hem.... Tampaknya kau menyimpan kepandaian juga!" desis Dewi Siluman lalu
merangsek ke depan.
Kedua tangannya langsung lepaskan jotosan ke arah kepala si pemuda.
Meski pada mulanya Raka Pradesa tidak bermaksud meladeni, namun karena saat itu
Dewi Siluman telah lancarkan pukulan, mau tak mau Raka Pradesa segera pula
angkat kedua tangannya.
Dess! Desss! Dua pasang tangan beradu keras. Dewi Siluman membeliak dengan raut di balik
cadarnya berubah.
Dari bentrokan tadi, sang Dewi benar-benar yakin jika
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pemuda di hadapannya tidak seperti apa yang diduga.
"Harap kau tidak memaksakan kehendak! Aku tak ingin membuat silang sengketa
denganmu!" ujar Raka Pradesa sambil kibaskan kedua tangannya yang baru saja
bentrok. Setelah menatap sekilas pada Dewi Siluman, pemuda berpakaian hitamhitam ini hendak pergi.
Tapi untuk kesekian kalinya gerakan Raka Pradesa tertahan, karena saat itu
tampak melesat satu kabut hitam membawa serta gelombang angin dahsyat. Dewi
Siluman tampaknya telah lepaskan pukulan 'Kabut Neraka'.
Seakan tahu kehebatan pukulan sang Dewi, Raka Pradesa tak mau bertindak ayal.
Dia cepat tarik kedua tangannya ke belakang. Lalu serta-merta didorong ke depan.
Wuuttt! Wuuuttt!
Dua gelombang angin laksana suara gemuruh
gelombang laut melabrak ganas ke depan.
Blammm! Tempat itu berguncang keras. Rangasan semak belukar yang berada di sekitar
tempat itu terabas ra-ta.
Sosok Raka Pradesa terdorong deras ke belakang.
Tubuhnya berguncang-guncang hendak jatuh. Namun saat tubuhnya hendak roboh
terjengkang, dia membuat gerakan berputar. Kejap lain sosoknya kembali tegak
meski dengan raut berubah dan tangan bergetar. Di depan sana, sosok Dewi Siluman
hanya tersurut tiga langkah. Namun tak urung juga raut di balik cadarnya
berubah. "Setan!" maki Dewi Siluman geram mengetahui pukulan 'Kabut Neraka' yang
dilepaskannya bisa ditahan lawan. Tanpa pikir panjang lagi, sepasang mata Dewi
Siluman bergerak membesar. Saat lain sepasang kakinya menghentak tanah.
"Sinar Setan!" terdengar gumaman dari balik semak belukar.
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di depan, tiba-tiba satu sinar hitam melesat dari sepasang mata Dewi Siluman
menghantam tanah lima langkah di depannya. Bersamaan dengan itu, tanah yang
terhantam sinar hitam rengkah dan rengkahan itu terus bergerak cepat ke arah
Raka Pradesa. Inilah pertanda jika Dewi Siluman telah lepaskan pukulan 'Sinar
Setan'. Di hadapannya, Raka Pradesa tampak tercekat.
Sejenak dia tampak bimbang, namun kejap lain dia angkat kedua tangannya. Namun
belum sampai kedua tangannya lakukan gerakan menyentak, dari arah rimbun semak
belukar melesat satu gelombang angin dahsyat. Sosok Raka Pradesa terpental ke
samping kanan. Lalu terdengar suara ledakan keras. Rengkahan tanah akibat
pukulan 'Sinar Setan' yang dilepas Dewi Siluman terhenti seketika!
* * * Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
TIGA SATU sosok tubuh tegak lima langkah di samping tanah yang rengkah. Kedua
tangannya ditarik pulang ke belakang lalu diluruhkan. Sosoknya tampak sedikit
bergetar, pertanda dia baru saja lepaskan pukulan dengan mengerahkan tenaga
dalam kuat. Dia adalah seorang perempuan yang mukanya diberi bedak tebal hingga tidak bisa
dikenali. Rambutnya digelung ke belakang. Bibirnya dipoles merah menyala.
Orang ini mengenakan pakaian panjang berwarna coklat.
Sementara itu bersamaan dengan terdengarnya ledakan keras, sosok Dewi Siluman
tersapu sampai dua tombak ke belakang. Sepasang matanya menyipit membesar.
Selain merasakan sakit di sekujur tubuhnya juga hampir tak bisa mempercayai
pukulan sakti yang dilepasnya tadi dapat dipangkas dengan mudah.
"Keparat! Siapa kau"!" bentak Dewi Siluman setelah dapat kuasai diri seraya
menatap tak berkesip pada perempuan berbedak tebal.
Perempuan berbedak tebal arahkan pandangannya sejurus pada Raka Pradesa. Lalu
memandang pada Dewi Siluman. Bibirnya yang merah menyala membuka.
"Durga Ratih.... Jangan memaksakan hati. Dan tinggalkan tempat ini dengan baikbaik! Jika mau ku-sarankan, jangan kau perturutkan kemauan. Kau tidak akan
mendapatkan apa-apa...."
Wajah di balik cadar Dewi Siluman seketika berubah.
Sepasang matanya makin mendelik mendapati orang di hadapannya tahu siapa
dirinya. "Perempuan! Aku bertanya. Tidak butuh saran!" kata Dewi Siluman setengah
berteriak. Dadanya tampak bergerak turun naik dengan keras.
"Di sini kurasa bukan tempat yang baik untuk bertanya jawab! Harap kau bersabar.
Kelak kau tentu akan mendapat jawaban pasti...."
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dewi Siiluman perdengarkan dengusan keras.
Rupanya dia tak dapat menahan kesabaran. "Tampaknya kau ingin mampus tanpa
dikenali!"
Sosok Dewi Siluman berkelebat. Kedua tangannya kirimkan pukulan ke arah kepala
perempuan berbedak tebal. Dua gelombang angin menderu mendahului tangan yang
memukul, jelas jika sang Dewi kerahkan hampir segenap tenaga luar dan dalamnya.
"Ah. Rupanya kau keras kepala seperti ibumu!"
gumam perempuan berbedak tebal lalu kelebatkan tangan kanannya ke samping.
Buukkk! Etauukkk!
Dewi Siluiman berseru tertahan. Sosoknya terhuyung ke san iping dan terjajar
sampai satu tombak. Kejap lain tubuhnya roboh dengan pinggang menghantam tanah
terlebih dahulu. Kedua tangannya yang baru saja tersapu tangan kanan perempuan
berbedak tebal bergetar keras. Dan saat Dewi Siluman memeriksa, matanya
membelalak. Jubah bagian lengannya robek dengan kulit memerah di baliknya!
"Jahanam! Kubunuh kau!" teriak Dewi Siluman.
Laksana terbang perempuan bercadar dan berjubah hitam ini bangkit dan melesat ke
arah perempuan berbedak tebal. Kedua tangannya bergerak lepaskan pukulan 'Kabut
Neraka'. Namun belum sempat kabut hitam melesat keluar dari kedua tangannya, tiba-tiba
kedua tangan sang Dewi tersentak mental ke belakang. Di saat lain tubuhnya
terdorong keras dan terjengkang jatuh di atas tanah!
Sepuluh langkah di hadapan Dewi Siluman,
perempuan berbedak tebal tarik kedua tangannya yang baru saja mendorong dengan
telapak terbuka.
Dari lehernya terlihat butiran keringat. Pakaiannyapun basah. Jelas walaupun
hanya mendorongkan kedua tangan, namun hal itu dilakukan dengan pengerahan
tenaga dalam. "Durga Ratih...," kata perempuan berbedak tebal.
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Turuti ucapanku atau kau akan mendapat celaka sendiri!"
Dengan menahan marah dan sakit, Dewi Siluman perlahan-lahan bangkit. Menatap
tajam pada perempuan di hadapannya.
"Kau!" ujarnya. "Jangan mimpi urusan ini selesai sampai di sini!"
Habis berkata begitu, Dewi Siluman putar diri lalu berkelebat tinggalkan tempat
itu. Perempuan berbedak tebal memperhatikan kepergian Dewi Siluman dengan gelengkan
kepala dan menggumam tak jelas.
"Terima kasih atas pertolonganmu...," kata Raka Pradesa lalu sedikit bungkukkan
tubuh. Perempuan berbedak tebal berpalinq. Sepasang matanya memandang lekat-lekat pada
pemuda berpakaian hitam-hitam dari ujung rambut sampai kaki.
"Anak cantik...," ujar si perempuan dengan suara pelan. "Apa benar kau mencari
sahabatmu"!"
Wajah Raka Pradesa seketika berubah. Dadanya berdebar. Mulutnya hendak membuka
untuk bicara. Namun kejap lain kembali terpancing. Hanya sepasang matanya yang kini menatap
tak berkesip pada perempuan berbedak tebal.
"Anak cantik.. Kau belum menjawab pertanyaanku...."
Raka Pradesa belum juga buka mulut. Sebaliknya sepasang matanya memperhatikan
dirinya sendiri, seolah ada yang tidak beres. Perempuan berbedak tebal
sunggingkan senyum.
"Keadaanmu tidak ada yang berubah. Hanya tutup tipis di wajah dan kumis di atas
bibirmu yang membuat kau tampak beda...."
Raka Pradesa terkesiap. Kali ini pemuda berkumis tipis ini tidak dapat lagi
menyembunyikan rasa kagetnya.
Malah jika di belakangnya tidak ada tanah yang rengkah akibat pukulan 'Sinar
Setan' Dewi Siluman, niscaya dia
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
akan surutkan langkah ke belakang!
"Dia.... Dia tahu siapa diriku...," kata Raka Pradesa dalam hati. Lalu dengan
suara agak gemetar dia berucap.
"Siapa kau sebenarnya...?"
Perempuan berbedak tebal kembali tersenyum.
Sambil arahkan pandangannya ke jurusan lain dia berkata.
"Seperti kukatakan pada Durga Ratih tadi, di sini bukan tempat yang baik untuk
bertanya jawab. Kau juga harap bersabar. Dan sekarang jawab pertanyaanku!"
Meski dadanya masih dibuncah dengan berbagai pertanyaan, setelah berpikir
sejenak, Raka Pradesa akhirnya buka mulut menjawab.
"Aku memang mencari sahabatku...."
"Siapa...?"
"Pemuda bernama Joko Sableng bergelar Pendekar Pedang Tumpul 131...."
"Kenapa kau mencarinya kemari?"
Setelah agak lama terdiam, Raka Pradesa menjawab.
"Aku hanya menduga-duga...."
"Hem.... Berarti kau tidak tahu pasti ke mana sahabatmu itu pergi."
"Benar...!"
"Bagaimana bisa begitu?" tanya perempuan berbedak tebal sambil menatap kembali
ke arah si pemuda.
"Dia dalam keadaan terluka. Aku menduga dia dilarikan seseorang! Tapi sayang aku
kehilangan jejak!"
"Kau begitu mengkhawatirkan keadaannya. Kau tertarik padanya?"
Mendengar pertanyaan perempuan, untuk kesekian kalinya paras wajah Raka Pradesa
kembali berubah.


Joko Sableng Tabir Asmara Hitam di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Untuk beberapa saat pemuda ini terdiam. Namun setelah dapat kuasai diri, ia
berucap. Tapi sebelum suaranya terdengar, perempuan berbedak tebal telah
mendahului berkata.
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Anak cantik. Kau tak usah mengkhawatirkan sahabatmu itu. Dia baik-baik saja.
Sekarang pulanglah!
Suatu saat pasti kau akan jumpa lagi dengan sahabatmu itu."
"Aku tahu dia teriuka. Bagaimana kau bisa mengatakan dia baik-baik saja?"
"Dia memang terluka. Tapi akan segera baik kembali.
Jelas"!"
"Hai! Jangan-jangan kau yang membawanya! Dimana dia sekarang"!"
Perempuan berbedak tebal putar diri. Lalu berujar pelan.
"Aku tak dapat mengatakan padamu. Aku harus segera pergi...."
"Tunggu!" seru Raka Pradesa menahan gerak langkah perempuan berbedak tebal.
"Dengar, Anak cantik. Kau tak ingin kehilangan sahabatmu itu bukan?" kata
perempuan berbedak tebal mendahului bicara tanpa berpaling.
"Apa maksud ucapanmu"!"
"Sahabatmu harus cepat mendapat pertolongan. Jika tidak, kau tahu sendiri apa
yang akan terjadi menimpanya!"
"Tapi...." Raka Pradesa tak kuasa teruskan ucapannya.
Perempuan berbedak tebal gelengkan kepala.
"Tabahkan hati. Untuk sementara ini biar sahabatmu berada di tanganku! Kau
pulanglah!"
Raka Pradesa tegak dengan tubuh gemetar. Sementara perempuan berbedak teruskan
langkah. Tiba-tiba Raka Pradesa meloncat dan tegak menghadang.
"Kau belum mengatakan siapa dirimu. Bagaimana aku bisa mempercayai katakatamu"!"
"Aku tak dapat mengatakannya saat ini. Tapi yang jelas aku tahu siapa dirimu!
Dan jika kau kunasihati, tanggalkan penyamaranmu. Karena tak jarang
penyamaran hanya mendatangkan rasa kecewa.... Lebih
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
baik berterus teranglah, lebih-lebih dalam
penampilanmu!"
"Perempuan ini tahu banyak tentang diriku. Siapa dia sebenarnya" Kenapa dia
menasihatiku demikian"
Apakah...." Raka Pradesa tak teruskan membatin, karena saat dia memandang ke
depan, perempuan berbedak tebal telah jauh dari tempatnya berdiri.
"Aku harus menyelidik. Aku ingin buktikan kebenaran ucapannya!" Ratai Pradesa
segera melesat menyusul perempuan berbedak tebal.
Merasa diikuti, perempuan berbedak tebal segera berkelebat. Dan pada satu
tempat, dia menyelinap, lalu berlari balik ke arah mana dia tadi berada.
"Heran. Baru saja di.a di tempat ini. Tapi lenyap ke mana dia"!" gumam Raka
Pradesa begitu berada pada satu tempat dan maitanya tidak lagi menangkap sosok
perempuan berbedak tebal yang dikejar.
"Joko.... Joko...." Tanpa sadar Raka Pradesa menggumam dengan suara serak. "Di
mana' kau sekarang" Apakah benar ucapan perempuan tadi bahwa kau akan segera
baik" Apakah kau tahu jika aku adalah..," gumaman pemuda berkumis tipis ini
terhenti. Tangan kiri kan annya terangkat dan menakup wajahnya. Setelah agak lama dan
kedua tangannya diturunkan, tampak sepasang matanya sedikit berkaca-kaca. Dia
menarik napas dalam dan panjang berulangkali. Lalu dengan dada diselimuti
berbagai buncahan perasaan, dia melangkah perlahan meninggalkan tempat itu.
Sementara di balik rimbun semak belukar tidak jauh dari tempat terjadinya
perkelahian tadi, perempuan berbedak tebal melangkah ke arah gadiis berbaju
hijau yang jongkok di samping sosok Pendekar 131 yang menggeletak di atas tanah
diam tak bisa bergerak dan bersuara.
"Maaf, Anak muda. Hal itu harus kulakukan demi kebaikanmu!" ujar perempuan
berbedak tebal seraya
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tekankan jari telunjuknya pada dua urat besar di leher murid Pendeta Sinting,
lepaskan totokan yang membuat Joko tak dapat bicara.
Begitu perempuan berbedak tebal tarik pulang jari telunjuknya, Joko Sableng
segera berkata.
"Aku tadi mendengar suara sahabatku. Ke mana dia sekarang" Apa sebenarnya yang
terjadi"!"
"Kita tak punya waktu berlama-lama di sini! Nanti saja kuceritakan!" kata
perempuan berbedak tebal. Lalu bungkukkan sedikit tubuhnya. Saat dia tegak
kembali, sosok Pendekar 131 telah berada di pundak kirinya.
Karena saat itu murid Pendeta Sinting dalam keadaan tertotok, maka dia tak bisa
berbuat banyak. Malah karena menduga kedua perempuan itu benar-benar ingin
menolongnya, dia tak buka mulut lagi saat perempuan berbedak tebal berkelebat
dan diikuti oleh gadis berbaju hijau.
* * * Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
EMPAT MURID Pendeta Sinting tidak tahu sudah berapa lama dia berada di tempat itu.
Yang dia tahu, saat dia buka kelopak matanya, tubuhnya sudah dapat digerakkan
lagi. Malah ketika dia coba salurkan tenaga dalamnya, rasa sakit tidak lagi
terasa. "Ke mana perempuan berdandan seronok itu" Gadis berbaju hijau pun tidak
kelihatan!" desis Joko lalu memandang berkeliling. Dia dapatkan dirinya berada
pada satu ruangan batu yang lima belas langkah di hadapannya tampak sebuah
lobang pintu. Memandang jauh keluar kelihatan rimbun dedaunan dan jajaran pohon.
Yakin tidak ada orang di ruangan itu, perlahan-lahan Pendekar 131 melangkah
menuju lobang pintu. Namun baru dua tindak, satu bayangan berkelebat dan tahutahu sesosok tubuh telah tegak di balik lobang pintu.
Joko jerengkan sepasang matanya memandang
tak berkesip. Sosok itu adalah seorang perempuan mengenakan pakaian panjang
warna coklat. Wajahnya tertutup bedak tebal.
"Ah, dia...," gumam murid Pendeta Sinting mengenali siapa adanya orang. Lalu
bungkukkan sedikit tubuh sambil berujar.
"Meski kau belum sebutkan siapa dirimu, aku mengucapkan terima kasih. Karena kau
yang telah menolongku...."
Perempuan berbedak tebal tersenyum. Diam-diam dia membatin. "Pemuda menarik. Tak
heran Jika gadis-gadis banyak menyukainya. Hanya sayang bila dia salah
jalan...."
"Anak muda. Kuharap kau sudah agak baik...," ujar perempuan berbedak tebal
setelah terdiam agak lama.
"Berkat pertolonganmu. Sekali lagi kuucapkan terima kasih...." Murid Pendeta
Sinting menatap lekat-lekat pada perempuan di hadapannya. "Harap kau sudi
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebutkan diri...."
Perempuan berbedak tebal gelengkan kepala.
"Saat ini aku belum bisa turuti permintaanmu. Tapi percayalah, suatu saat nanti
kau tentu akan mengetahuinya. Sekarang kau cukup mengenaliku
sebagaimana kau lihat...."
Pendekar 131 menghela napas panjang. "Kau telah berjanji hendak menceritakan
sahabatku pemuda berpakaian hitam-hitam tempo hari...."
Sepasang mata di bawah kelopak yang diberi warna hijau dan merah milik perempuan
berbedak tebal tak berkesip pandangi Joko seakan baru saja melihat.
"Dia tidak tahu siapa adanya pemuda berpakaian hitam-hitam sahabatnya itu.
Hem.... Tapi tak baik aku ikut campur urusan ini. Biarlah kelak dia yang akan
tahu sendiri!" kata perempuan berbedak tebal dalam hati.
Lalu penuhi permintaan Joko menceritakan pemuda berpakaian hitam-hitam yang
bukan lain adalah Raka Pradesa.
"Kau tak usah cemas. Dia dalam keadaan baikbaik...,"
kata perempuan berbedak tebal mengakhiri ceritanya.
Joko menganggukkan kepalanya. Dia menarik napas lega. Karena dia tahu dari sikap
Raka Pradesa jelas jika pemuda berkumis tipis ini hendak berusaha
menolongnya tempo hari meski usahanya tidak berhasil.
"Sekarang aku tanya padamu, Anak Muda. Kenapa kau berusaha masuk Istana
Hantu...?" tanya perempuan berbedak tebal masih dengan menatap tak berkesip.
Joko terkesiap tak menduga jika si perempuan tahu apa yang dilakukannya tempo
hari. Namun sejauh ini dia belum mengatakan apa tujuannya, karena meski
perempuan berbedak tebal telah menolongnya, tapi dia belum dapat meraba apa
tujuan sebenarnya si perempuan. Lebih-lebih si perempuan tidak mau sebutkan
dirinya dan menyembunyikan wajah di balik bedak tebal agar tidak mudah dikenali.
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seakan tahu apa yang terpikir oleh murid Pendeta Sinting, perempuan berbedak
tebal tersenyum dan berkata.
"Kalau kau ragu mengatakannya karena menaruh curiga padaku, aku tak memaksa.
Namun satu hal yang harus kau perhatikan, jangan kau terseret mengikuti ucapan
orang. Karena bukan saja kau akan mendapat kecewa, tapi mungkin akan membuatmu
sengsara!"
Murid Pendeta Sinting kerutkan dahi. Dia teringat akan ucapan Raja Tua Segala
Dewa. "Meski kata-katanya lain, tapi nada maksudnya sama! Apa dia tahu banyak
tentang Istana Hantu?"
"Apakah kau tahu siapa gerangan penghuni Istana Hantu"!" tanya Joko pada
akhirnya. "Sampai sekarang siapa penghuni istana itu masih jadi teka-teki. Tapi aku punya
seorang sahabat yang mungkin bisa menjawab pertanyaanmu...."
"Siapa dia?" sahut Joko Sableng cepat.
"Kau harus mengatakan dulu apa tujuanmu hendak memasuki Istana Hantu!"
"Tiga sahabatku dikabarkan lenyap begitu saja. Dan seseorang menduga jika
lenyapnya sahabat-sahabatku itu didalangi penghuni Istana Hantu!"
Mendengar ucapan Joko, perempuan berbedak tebal perdengarkan suara tawa pelan.
Seraya gelengkan kepala dia berkata.
"Jika demikian halnya, kau harus perhatikan ucapanku tadi, Anak Muda!"
"Tapi aku harus buktikan dahulu! Karena sedikit banyak aku berhutang budi pada
ketiga sahabatku itu!
Lebih-lebih kegemparan yang kini melanda rimba persilatan kusirap karena juga
ulah penghuni Istana Hantu!"
Keterangan Pendekar 131 membuat tawa perempuan berbedak tebal makin panjang dan
sedikit keras. "Bukti memang harus diperoleh. Tapi tidak baik berburuk sangka
terlebih dahulu! Dan kau memang perlu
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menemui sahabatku Itu!"
"Semula aku memang ingin bertemu sahabatmu itu.
Tapi tidak enak rasanya jika tidak buktikan dengan mata kepala sendiri!"
"Kau telah gagal memasuki Istana Hantu. Kurasa kau masih akan menemui kegagalan
jika kau mencobanya lagi! Bahkan tak mustahil kau akan mendapat celaka bila
keras kepala!"
Pendekar 131 tertawa pelan. "Bagiku, lebih baik mati daripada membiarkan orang
bertindak semena-mena!"
"Tapi mati dalam kebodohan adalah lebih sia-sia!"
sahut perempuan berbedak tebal dengan suara agak keras.
"Apa maksudmu"!"
"Aku tidak bisa mengatakan. Kalau kau suka, temuilah seorang kakek di sebuah
kuil tua di sebelah barat Candi Jago arah barat Gunung Bromo. Dia pernah
mengatakan padaku bahwa dia menunggu seseorang sebelum ajal menjemputnya! Siapa
tahu kau adalah orang yang ditunggu. Mungkin juga dia bisa mengatakan padamu apa
yang kini menjadi tanda tanya di hatimu!
Sekarang aku harus pergi...."
Perempuan berbedak tebal balikkan tubuh. Namun sebelum sosoknya berkelebat
pergi, murid Pendeta Sinting berseru.
"Aku tidak melihat gadis berparas cantik berbaju hijau yang bersamamu. Ke mana
dia" Dan siapa dia...?"
Tanpa putar diri menghadap, perempuan berbedak tebal gelengkan kepala. "Dia jauh
dari sini. Dan lupakan gadis itu! Ada seorang gadis cantik kini mengharapkan
dirimu! Jangan kecewakan dia!"
Joko Sableng terbelalak. Dia hendak buka mulut bicara lagi, tapi perempuan di
hadapannya telah berkelebat.
Untuk beberapa saat lamanya murid Pendeta Sinting tegak tercenung seakan
menyimak ucapan yang baru didengarnya dari perempuan berbedak tebal.
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aneh. Mengapa dia berkata begitu" Siapa gadis yang dikatakan mengharapkan
diriku?" Namun tiba-tiba Joko tertawa sendiri. "Dia mungkin bercanda. Siapa
gadis cantik yang mau dengan pemuda jelek dan luntang-lantung seperti
diriku..."!"
Puas tertawa sendiri, akhirnya Joko melangkah ke arah lobang pintu. Tapi tibatiba dia hentikan langkah.
Kepalanya tengadah. Sepasang matanya terpejam rapat.
Lalu muncul bayangan Dewi Seribu Bunga.
"Kenapa aku tidak bisa melupakan murid Maut Mata Satu itu" Bagaimana dia
sekarang?"
Sesaat kemudian terbayang wajah Sitoresmi.
"Gadis cantik.... Sayang dia harus mengalami nasib kurang baik. Tapi aku tak
akan melupakannya. Dia telah rela berkorban untukku...."
Perlahan-lahan Pendekar 131 buka kelopak matanya. Lalu luruskan kepala. Kejap
lain sosoknya berkelebat keluar. Bayangan Dewi Seribu Bunga dan Sitoresmi masih
terbayang di pelupuk matanya.
* * * Sebenarnya murid Pendeta Sinting ingin kembali ke Istana Hantu. Namun teringat
akan ucapan-ucapan perempuan berbedak tebal, akhirnya dia memutuskan untuk pergi
ke arah tempat yang dikatakan si perempuan. Setelah melakukan perjalanan sehari
dua malam, akhirnya Joko sampai di pelataran Candi Jago.
Saat itu malam hampir saja berujung, namun karena angkasa di tutup arakan awan,
hamparan bumi terlihat masih gelap gulita. Sementara udara dingin menderu
kencang. Joko tidak hiraukan suasana. Dia teruskan lari
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ke arah barat. Kira-kira dua ratus tombak dari pelataran Candi Jago, tepatnya pada hamparan
rumput tebal merangas tak terawat, murid Pendeta Sinting hentikan larinya.
Sejarak sepuluh tombak di depannya, dalam keremangan cuaca, lamat-lamat sepasang
mata Joko melihat sebuah bangunan batu hitam yang tidak begitu besar. Malah jika
tidak diperhatikan dengan seksama, dalam gelapnya suasana, mungkin orang akan
menduga jika bangunan batu itu adalah gugusan batu biasa.
Pendekar 131 pasang telinga baik-baik. Sepasang matanya dipentang besar
menembusi kegelapan.
Beberapa saat kemudian, murid Pendeta Sinting dapat memastikan jika bangunan
hitam itu adalah sebuah kuil.
Namun untuk beberapa saat, dia tertegun. Sepasang telinganya mendengar suara
aneh. Seperti helaan napas
.berat dan panjang tapi secara tiba-tiba diputus. Tak lama kemudian terdengar
lagi helaan napas. Namun terputus lagi. Demikian terus-menerus.
Walau hatinya dibuncah sedikit ngeri, namun karena sudah bertekad apalagi telah
melakukan perjalanan jauh, akhirnya Joko melangkah perlahan menuju kuil di
hadapannya setelah edarkan pandangan berkeliling.
Sejarak dua tombak dari bangunan kuil yang tampak hitam dan tidak terawat hingga
di kanan kirinya tampak ilalang tinggi dan rumput tebal, Pendekar 131 hentikan
Pahlawan Dan Kaisar 5 Kait Perpisahan Serial 7 Senjata Karya Gu Long Puteri Es 2

Cari Blog Ini