Pendekar Naga Putih 34 Mustika Naga Hijau Bagian 2
Salju seperti tak sabar untuk mendengar penjelasan dari
saudara tuanya itu.
"Hhh..., sayang aku tidak berhasil menemukan bocah
keparat itu, Adi" Bagaimana dengan Garuda Cakar Lima"
Apakah tua bangka yang sombong itu sudah kau
bereskan?" ujar Iblis Beruang Hitam balik bertanya
setelah menjawab teguran adiknya.
"Tua bangka keras kepala itu terpaksa kubunuh.
Karena meski sudah tidak berdaya setelah kulukai, tetap
saja ia tidak mau memberikan keterangan mengenai
benda itu. Sedangkan Siluman Tongkat Beracun telah
lebih dulu menghilang, setelah menghabisi seluruh murid
Perguruan Cakar Baja. Mungkin saat ini ia tengah
melakukan pengejaran terhadap Wirya Saka. Sepertinya
ia sudah dapat menduga kalau pemuda itu pasti
melarikan diri dan tempat ini, " jelas Iblis Beruang Salju
dengan wajah kecewa ketika mendengar tentang
kegagalan saudara tuanya itu.
"Hm.... Kalau begitu, kita habisi saja seluruh wanita
dan anak-anak yang berada di dalam bangunan
perguruan ini. Setelah itu, baru kita mencari putra
Garuda Cakar Lima," usul Iblis Beruang Hitam yang
sepertinya menjadi kalap karena tidak berhasil menemukan benda yang dicari-carinya itu. Usai berkata
demikian, kakinya melangkah menuju bangunan utama
Perguruan Cakar Baja.
"Percuma, Kakang. Semuanya sudah dibantai habis
oleh Setan Tongkat Beracun. Rupanya saingan kita itu
merasa geram dan jengkel. Sehingga, rasa kesalnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dilampiaskan kepada seluruh penghuni perguruan ini.
Sebaiknya kita tinggalkan saja tempat ini," ajak Iblis
Beruang Salju sambil memperdengarkan tawanya yang
berkepanjangan. Jelas, lelaki botak bermantel kulit
beruang salju itu merasa gembira akan apa yang telah
dilakukan Siluman Tongkat Beracun.
"Hm.... Baguslah kalau begitu. Berarti kita tidak perlu
mengotori tangan lagi untuk membantai mereka. Ayolah,
kita tinggalkan tempat sial ini," ujar Iblis Beruang Hitam
yang segera membalikkan tubuhnya, dan mengajak
saudaranya untuk meninggalkan Perguruan Cakar Baja.
Dalam sekejap mata, tubuh Iblis Kembar lenyap di
balik pagar kayu bulat yang mengelilingi perguruan. Dan,
yang tinggal hanya puluhan mayat murid Perguruan
Cakar Baja berikut ketuanya, Garuda Cakar Lima.
Oo-dw-ray-oO Semilir angin pegunungan yang sejuk, mengiringi
langkah kaki seorang pemuda tampan berjubah putih.
Rambutnya yang panjang berkibar dipermainkan angin.
Namun, wajah yang tampan dan bersih itu, selalu terhias
senyuman lembut dan tenang. Sehingga, membuat orang
suka bila melihatnya. Sebab, penampilan pemuda
berjubah putih itu menimbulkan kesan ramah dan murah
senyum. Tidak berapa lama kemudian, pemuda itu tiba di
sebuah desa yang cukup ramai. Kedatangannya tepat
saat diselenggarakan pekan yang biasa diadakan dua
hari setiap minggu. Maka, tidak heran kalau hari itu
suasana di Desa Ampenan tampak jauh lebih ramai dari
biasanya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun, keramaian dan kebisingan itu sama sekali
tidak mengganggu langkah pemuda berjubah putih.
Kedua kakinya terus terayun menyusuri keramaian itu,
dan sampai di sebuah kedai makan yang saat itu sangat
ramal dikunjungi orang.
"Ada yang bisa kubantu, Kisanak...?" tanya seorang
lelaki berusia sekitar empat puluh tahun dengan nada
ramah. Menilik dari pakaian yang dikenakannya, jelas
lelaki itu merupakan pelayan kedai yang bertugas
menyambut pengunjung
'Wah, ramal sekali kedaimu hari ini, Paman," ucap
pemuda tampan itu tersenyum, sambil mengedarkan
pandangannya ke seluruh ruangan kedai. Kemudian
dipesannya makanan dan pelayan yang datang
menghampirinya.
"Begitulah, Kisanak. Selain kedai ini merupakan yang
terbaik di Desa Ampenan, kebetulan juga hari ini
bertepatan dengan diadakannya pekan. Tentu saja
suasana lebih ramai dan bising dari hari-hari biasa.
Mmm..., Kisanak dari mana..." Sepertinya baru saja
menempuh perjalanan yang cukup jauh...?" tanya
pelayan kedai yang bertugas menyambut para tamu itu,
setelah melihat pakaian pemuda itu tampak lusuh dan
agak berdebu. "Benar, Paman. Aku adalah seorang perantau yang
kebetulan merasa tertarik melihat ramainya Desa
Ampenan. Mmm..., jadi ini adalah Desa Ampenan...?"
tegas pemuda tampan itu seraya meleberkan senyumnya
dan mengedarkan pandangan melalui jendela di samping
kanannya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Yah, desa ini bernama Ampenan. Tapi, jangan
Kisanak tanyakan mengapa desa ini bernama demikian.
Sebab, aku sendiri tidak mengetahui asal-usulnya...," ujar
pelayan berwajah ramah itu berseloroh.
Sehingga, keduanya sama-sama tertawa.
Pembicaraan keduanya terhenti ketika pelayan yang
bertugas melayani pesanan para tamu datang membawa
pesanan pemuda berjubah putih itu.
"Terima kasih...," ucap pemuda tampan berjubah
putih itu, setelah hidangannya tertata rapi di atas meja.
"Silakan dicicipi, Kisanak. Semoga makanan di desa ini
sesuai dengan seleramu...," ujar pelayan berwajah ramah
itu. Kemudian bergegas meninggalkan pemuda itu. Lalu,
dinikmatinya hidangan itu tanpa terburu-buru.
"Ah, Kakang Juladi.... Silakan.... Silakan, Kakang..., "
terdengar pelayan berwajah ramah yang berdiri di dekat
pintu kedai itu berseru gembira dan penuh hormat.
Seorang lelaki gagah berkumis lebat, nampak
melangkah memasuki kedai Wajah muram itu tersenyum
sekilas kepada pelayan yang menyambut kedatangannya
Sehingga membuat pelayan, yang sepertinya telah
mengenal baik lelaki gagah itu, mengerutkan kening.
Jelas, ia merasa heran dengan kemurungan wajah lelaki
yang dipanggil dengan nama Juladi itu.
"Ada apa, Kakang..." Sepertinya hatimu sedang susah
hari ini?" kembali pelayan tua itu bertanya sambil
menjajari langkah Juladi yang tengah menuju ke arah
meja. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hhh..., bencana besar, Adi. Benar-benar mengerikan.
dan membuat hati penasaran, " sahut Juladi yang segera
menarik kursi dan menghempaskan tubuhnya sambil
menghembuskan napas panjang.
"Bencana besar..." Mengerikan..." Apa maksud
Kakang" Aku.... Aku tidak mengerti...?" gumam pelayan
itu mengerutkan keningnya semakin dalam. Kemudian
dengan penuh tanda tanya, ia pun segera duduk di
sebelah Juladi Jelas sekali, rasa penasaran hatinya ketika
mendengar kata-kata lelaki gagah itu.
"Hhh..., selepas subuh tadi, aku berpamitan kepada
kepala desa untuk menjenguk saudaraku yang tengah
menderita sakit. Karena saudaraku tinggal di desa
sebelah, maka dengan sendirinya aku melalui Perguruan
Cakar Baja yang letaknya memang berada di luar desa
Ini. Tahu kau, apa yang menyebabkan aku kembali dan
menunda perjalananku itu...?" tanya Juladi menghentikan
ceritanya dan menatap pelayan itu lekat-lekat
Pelayan berwajah ramah itu menggelengkan kepalanya dengan wajah bodoh. Sehingga, Juladi
kembali melanjutkan ceritanya.
"Pada saat aku melintasi pintu gerbang perguruan itu,
tiba-tiba hatiku merasa tidak enak Sebab, tidak biasanya
Perguruan Cakar Baja sepi dan tidak terlihat seorang pun
penjaga. Perasaan tidak enak itu semakin kuat
mencengkeram hatiku. Karena semilir angin yang
berhembus, menebarkan bau busuk seperti bangkai!"
Jelas Juladi menekankan kata-katanya dengan suara
rendah, tapi cukup jelas bagi beberapa orang yang
berada tidak jauh dari tempatnya. Termasuk pemuda
berjubah putih yang terlihat mulai mengangkat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepalanya perlahan. Jelas, ia tertarik dengan cerita lelaki
bernama Juladi itu.
''Lalu..., apa yang Kakang lakukan...?" desak pelayan
itu sambil merapatkan kursinya dengan perasaan tegang.
"Merasa penasaran, aku segera melompat turun dari
punggung kuda dan melangkah mendekati pintu
gerbang. Karena beberapa kali kupanggil tidak ada
sahutan, maka aku memberanikan diri mengintai dari
celah-celah pintu gerbang. Kaget bukan main hatiku
ketika menyaksikan pemandangan di halaman depan
Perguruan Cakar Baja. Sebab, di sana kulihat puluhan
murid perguruan itu tampak bergeletakan dengan bau
anyir darah yang memualkan. Setelah memastikan
puluhan sosok tubuh itu sudah menjadi mayat, langsung
saja aku kembali dan melaporkan kepada kepala desa...,"
ujar Juladi kembali menghentikan ceritanya. Perlahan
diteguknya air yang telah dihidangkan seorang pelayan di
atas mejanya. "Bagaimana, pendapat Ki Cagak" Apa tindakan beliau
setelah mendengar laporan Kakang...?" tanya pelayan itu
tak sabar. "Yah, beliau langsung saja menyuruhku untuk
menemaninya melihat perguruan itu. Dugaanku ternyata
benar, Adi. Puluhan mayat murid-murid Perguruan Cakar
Baja bergeletakan dalam keadaan mulai membusuk! "
''Tapi.... mengapa Kakang sekarang berada di sini"
Apakah Ki Cagak juga sudah kembali bersama Kakang...
?" "Tidak Ki Cagak tetap berada di sana. Sedangkan aku
diperintahkannya
untuk kembali ke desa, guna Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengambil peralatan untuk penguburan dan membawa
beberapa orang kawan. Wah, aku harus bergegas Adi.
Kawan-kawanku tentu sudah menunggu. Aku hanya
singgah sebentar untuk menanyakan kabar tentang anak
majikanmu. Apakah dia sudah kembali dari rumah
pamannya yang berada di seberang sungai itu?" tanya
Juladi agak malu-malu. Sambil berkata demikian. lelaki
gagah berusia tiga puluh tahun itu melirik ke kiri-kanan.
Sehingga, beberapa orang yang tengah melihat ke
arahnya, langsung saja memalingkan muka dengan
wajah kaget. Juladi yang merupakan tangan kiri Kepala Desa Cagak
itu tersenyum tipis. Untunglah suaranya agak direndahkan ketika ia bertanya tentang anak gadis
pemilik kedai itu, yang memang sudah lama diincarnya.
Dan, tidak ada seorang pun yang mengetahui perasaan
hatinya, kecuali pelayan berwajah ramah itu. Sebab,
pelayan itu yang selama ini selalu memberikan
keterangan semua yang menyangkut anak gadis
majikannya. Setelah meneguk tandas minumannya, Juladi pamit
Dan, melangkah meninggalkan kedai itu. Sedang pelayan
yang menjajari langkahnya mengantar sampat ke
ambang pintu. "Kalau tidak salah, besok Nyai Lasih akan kembali.
Nanti kusampaikan kalau Kakang Juladi sudah rindu dan
ingin berjumpa. Bagaimana menurutmu, Kakang...?"
tegas pelayan itu tersenyum simpul sambil mengerjapngerjapkan matanya menggoda.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sesuka kaulah...," sahut Juladi sambil bergegas
melompat ke atas punggung kudanya. Seraya melambaikan tangannya sebelum meninggalkan kedai.
"Hei, mau ke mana, Kisanak" Mengapa terburu-buru"
Apakah hidangan di kedai ini tidak berkenan dengan
seleramu...?" tegur pelayan itu ketika membalikkan
tubuhnya, dan melihat pemuda berbaju putih yang
hendak melangkah ke luar.
"Ah, hidangan di kedai ini memang benar-benar
memuaskan, Paman. Lihat saja, semua hidangan itu
sudah ludes dan berpindah ke dalam perutku," sahut
Pendekar Naga Putih 34 Mustika Naga Hijau di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pemuda itu sambil menepuk perutnya perlahan. "Sayang
aku harus melanjutkan perjalanan. Sehingga tidak bisa
berlama-lama di sini."
Dan sambil tetap tersenyum, pemuda itu kemudian
melangkah meninggalkan kedai.
"Hm... Seorang pemuda yang ramah dan menarik Aku
suka kepadanya. Kalau saja ia dapat tinggal di desa ini,
aku yakin ia akan menjadi rebutan para gadis...," gumam
pelayan itu mengikuti langkah pemuda berjubah putih
dengan tatapan matanya. Ia baru berbalik setelah
bayangan pemuda berjubah putih itu lenyap di tengah
keramaian orang-orang yang berbelanja di pekan.
Oo-dw-ray-oO 6 Pemuda berbaju putih yang tidak lain Panji, baru saja
mengerahkan ilmu lari cepatnya setelah melalui tempat
sunyi. Sengaja kepandaiannya dikerahkan untuk Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendahului lelaki gagah bernama Juladi yang dilihatnya
di kedai. Panji yang merasa tertarik dengan cerita lelaki
berkumis lebat itu, segera menyelesaikan hidangannya
ketika melihat lelaki itu pergi.
Setelah cukup lama berlari melintasi hutan kecil dan
semak belukar, pemuda tampan itu tiba di sebuah jalan
yang cukup lebar.
"Hm..., Juladi dan kawan-kawannya pasti melewati
tempat ini. Sepertinya aku telah sampai lebih dulu dari
mereka...," gumam Panji yang segera melangkah pelan
menyusuri jalan berbatu.
Tidak berapa lama berjalan, pendengarannya yang
tajam menangkap suara derap kaki kuda di belakangnya.
Suara derap yang semakin dekat itu sama sekali tidak
dipedulikannya. Kakinya tetap saja melangkah pelan
tanpa menoleh ke belakang.
Apa yang diperkirakan Panji ternyata tidak meleset
Sebab, rombongan orang berkuda yang beberapa
tombak di belakangnya memang dipimpin oleh Juladi.
Ketika rombongan itu melintas di sampingnya,
bergegas Panji menyingkir ke tepi jalan. Kepalanya
menoleh sekilas ke arah rombongan itu
"Eh" Bukankah pemuda berjubah. putih itu yang tadi
kulihat di kedai" Bagaimana ia tahu-tahu telah berada di
tempat ini...?" gumam Juladi sempat mengerutkan
keningnya ketika melewati Panji. Tampak gambaran rasa
heran di wajah lelaki gagah itu. "Hm.... Mungkin hanya
pakaiannya saja yang serupa. Sebab, mustahil kalau la
bisa mendahuluiku."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tanpa mempedulikan Panji lagi, Juladi kembali
melarikan kudanya mendahului pemuda berjubah putih
itu. Dibuangnya semua dugaan yang sangat mustahil
menurut pemikirannya.
Sedang Panji yang tidak menduga kalau lelaki itu
sempat memperhatikannya ketika di kedai, menjadi
kaget akan ketelitian lelaki gagah itu.
Setelah rombongan yang terdiri dari lima belas orang
penunggang kuda itu sudah lenyap, kembali Panji
melanjutkan perjalanannya dengan menggunakan ilmu
lari cepat. Ia terus membayangi rombongan Juladi. Dan,
baru menghentikan larinya ketika mereka tiba di depan
sebuah bangunan perguruan.
Ketika seorang di antara dua lelaki yang menjaga di
depan gerbang mempersilakan, Juladi beserta rombongannya bergegas memasuki bangunan.
Panji keluar dari persembunyian setelah rombongan
Juladi dan kedua orang penjaga pintu gerbang itu lenyap
di batik pagar kayu bulat, yang mengelilingi bangunan
itu. Bagaikan seekor burung besar, tubuh pemuda
berjubah putih itu melayang naik di samping kanan
bangunan itu. Dan, mendarat ringan pada sebatang
cabang pohon yang tumbuh di tempat itu.
"Seluruh penghuni perguruan ini tewas, Juladi. Kecuali
mayat Wirya Saka yang belum dapat kita temukan. Baik
bagian dalam maupun luar perguruan ini sudah diperiksa
dalam jarak puluhan tombak. Namun, tidak seorang pun
yang menemukan mayat putra Ketua Perguruan Cakar
Baja. Benar-benar mengherankan...," ujar seorang lelaki
gagah berusia sekitar lima puluh tahun. Melihat dari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sikap dan cara Juladi menghadapinya, jelas orang tua itu
Ki Cagak, Kepala Desa Ampenan.
"Nampaknya,
kita memang sukar menemukan penyebab kejadian ini, Ki. Entah bagaimana nasib putra
Garuda Cakar Lima itu. Mungkinkah orang yang
melakukan pembantaian ini telah menculiknya?" gumam
Juladi mengerutkan keningnya sambil menatap Ki Cagak.
"Rasanya tidak mungkin, Juladi. Kejadian ini pasti ada
penyebabnya. Melihat dari luka-luka pada tubuh-tubuh
mayat ini, jelas kalau yang melakukannya bukan satu
orang. Entah ini disebabkan karena dendam atau apa.
Yang jelas, aku belum bisa menjawabnya. Lebih baik kita
kubur dulu mayat-mayat ini. Dan, kita tidak berhak
mencampurinya. Menurutku, semua ini ada kaitannya
dengan orang-orang rimba persilatan," ucap Ki Cagak
yang segera memerintahkan orang-orangnya untuk
mengubur seluruh mayat-mayat itu, agar tidak menimbulkan keresahan di kalangan penduduk desanya.
"Jadi, kita harus berdiam diri, Ki...?" tanya Juladi
menatap tajam wajah orang tua itu menuntut
penjelasan. ''Yahhh..., karena kita sama sekali tidak tahu
penyebabnya. Bisa saja pelakunya yang bersalah, dan
bisa juga perguruan ini yang bersalah. Nah, menurutmu,
apa tindakan yang harus kita ambil?" Ki Cagak batik
bertanya dengan senyum tipis menghias wajahnya. Jelas,
orang tua itu tidak ingin adanya tuduhan tersembunyi
yang diajukan pembantunya itu.
Mendengar ucapan kepala desanya, Juladi bungkam.
Sebab, la sendiri tidak mengetahui, siapa yang bersalah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dalam kejadian itu. Sehingga, ia tidak bisa menentukan
sikap, ke mana harus berpihak.
"Sudahlah, Juladi. Kita hanya orang-orang desa, dan
bukan kaum rimba persilatan. Kejadian ini jelas
berhubungan dengan kaum persilatan. Karena itu kita
tidak bisa berbuat apa-apa. Kecuali para pembantai itu
mengganggu ketenteraman desa kita. itu baru menjadi
tanggung jawab kita," jelas Ki Cagak yang kemudian
melangkah meninggalkan pembantunya, yang masih
termenung memikirkan semua ucapan kepala desanya.
Sementara Pendekar Naga Putih yang ikut mendengarkan pembicaraan kedua orang itu termenung
sesaat Semula ia hendak keluar dari persembunyiannya
dan menemui kedua orang itu. Namun, ketika ia
mendengar bahwa mereka tidak mengetahui secara jelas
duduk masalahnya, Panji segera memutuskan untuk
meninggalkan tempat itu, dan mencoba mencari putra
Garuda Cakar Lima yang bernama Wirya Saka.
Tanpa sepengetahuan orang-orang yang berada di
dalam bangunan itu, tubuh Panji segera melesat
meninggalkan tempat itu. Ia memutuskan untuk
mengambil jalan ke Selatan. Sebab, menurutnya kalau
memang Wirya Saka melarikan diri, tidak mungkin ia
melalui tempat sunyi yang dipenuhi semak belukar.
Sebaliknya, pemuda itu pasti memilih jalan ramai,
yang sama sekali di luar dugaan para pengejarnya.
Oo-dw-ray-oO Pemuda berjubah putih itu melangkah tenang
menyusuri jalan berbatu kecil yang cukup lebar. Semilir
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
angin yang membelainya, membuat pikiran Panji teringat
akan Kenanga kekasihnya.
Ingatan tentang dara jelita yang ditinggalkannya di
sebuah desa terpencil bernama Desa Pugar, membuatnya tiba-tiba merasa rindu dalam suasana yang
sunyi itu. "Hm.... Dalam kehidupan ini, memang terkadang lebih
sering kita mengorbankan perasaan untuk kepentingan
orang lain. Seperti yang kembali kualami. Bencana
penyakit menular yang mewabah di Desa Pugar, terpaksa
memisahkan aku dari Kenanga. Sebagai seorang
pendekar, tentu saja aku tidak bisa tinggal lama di desa
itu. Sebab, bukan tidak mungkin kalau di tempat lain
tengah terjadi bencana yang sifatnya berlainan," gumam
pemuda tampan berjubah putih itu dalam hati. Sesekali
kepalanya yang tertunduk itu terangkat menatap
gumpalan mega biru.
Panji menghela napas panjang dan menekan
kerinduan yang mendera jiwanya. Sebagai pemuda
gemblengan tokoh sakti, ia memiliki kekuatan batin yang
melebihi ukuran manusia biasa. Namun, kerinduan itu
sulit dilenyapkan seketika. Sebab, pendekar gemblengan
seperti Panji tetap manusia biasa, yang memiliki
perasaan sebagaimana manusia umumnya. Sehingga,
wajar kalau pemuda perkasa itu memiliki perasaan yang
sama dengan pemuda-pemuda lain yang sebayanya.
Dan kini, apa yang ditemuinya di dalam perjalanan,
telah membuatnya bertekad untuk mengungkapkan
rahasia itu. Peristiwa pembantaian di Perguruan Cakar
Baja dan lenyapnya putra ketua perguruan itu, telah
menimbulkan jiwa kependekarannya. Perjalanannya kali
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ini karena ia ingin mencari putra Garuda Cakar Lima yang
bernama Wirya Saka.
Teringat akan kewajibannya sebagai seorang pendekar
semakin membuat rindunya terhadap Kenanga tersingkir.
Karena dirinya telah digariskan untuk melakukan
kewajiban seperti itu. Dan, Panji tidak bisa menghindarinya. Semenjak kecil ia telah dididik untuk
menjadi seorang pendekar yang membela kebenaran.
Dan, semua itu telah berakar di dalam batinnya. Apalagi
ia sangat menyukai kewajibannya itu. Maka, dengan
sendirinya Panji tidak merasakan beban dalam menjalankan tugas hidupnya sebagai seorang pendekar.
Dengan tanpa mengenal lelah dan putus asa, Panji
selalu bertanya pada setiap desa atau pedusunan kecil
yang disinggahinya. Dan, semua keterangan yang
diperolehnya, telah membawa langkah Pendekar Naga
Putih semakin jauh memasuki pedalaman wilayah
Selatan. Sebab, dari beberapa desa yang pernah
disinggahinya, ia mendapat keterangan tentang seorang
pemuda asing berwajah lusuh dan selalu menggambarkan kecemasan menuju ke pedalaman
Selatan. Sehingga, Panji berusaha menyusuri jejak yang diduga
pasti jejak Wirya Saka. Apalagi keterangan dari beberapa
penduduk desa menggambarkan usia pemuda asing itu
sekitar satu atau dua tahun lebih muda darinya. Semakin
bertambah kuat dugaan Pendekar Naga Putih, pemuda
itu pasti Wirya Saka.
"Hm.... Sebentar lagi kegelapan sudah mulai berkuasa.
Aku harus menemukan tempat untuk bermalam. Mudahmudahan saja ada sebuah desa di sekitar tempat ini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kalau tidak, terpaksa aku harus bermalam di dalam
hutan lagi." gumam Panji menengadahkan kepalanya.
dan menatap sinar jingga yang nampak di kaki langit
Pendekar Naga Putih 34 Mustika Naga Hijau di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sebelah Barat. Bergegas pemuda itu mengerahkan ilmu
lari cepatnya untuk berpacu dengan sang waktu. Sekejap
saja, tubuhnya telah melesat bagal bayangan hantu yang
lenyap di balik pepohonan dan bebatuan besar.
Oo-dw-ray-oO Saat itu, matahari memancar terik. Sinarnya dengan
garang menebar ke permukaan bumi. Panasnya sengatan
sinar matahari siang itu, membuat hembusan angin
terasa hangat. Namun, sosok tubuh yang berpakaian lusuh tampak
tidak mempedulikan panasnya sinar matahari. Meski
langkahnya nampak lelah, sosok lusuh yang ternyata
seorang pemuda tampan itu, tetap melanjutkan
perjalanannya. Peluh yang membasahi wajah dan
pakaiannya, sama sekali tidak dipedulikan. Wajah
tampan itu tampak agak kecoklatan karena sering
disengat cahaya matahari.
Ketika tiba di mulut sebuah hutan, pemuda yang
usianya paling sekitar delapan belas atau sembilan belas
tahun itu, menghempaskan tubuhnya di bawah pohon
berdaun lebat. Sehingga, Ia terlindung dari sengatan
sinar matahari.
"Huhhh...," terdengar helaan napas yang keluar dari
mulutnya. Peluh yang berlelehan di wajahnya, dihapusnya dengan lengan baju yang juga kumal itu.
"Gila...! Panas sekali udara siang ini...," desah pemuda
itu merebahkan tubuhnya di atas rerumputan hijau yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tebal. "Ah, aku harus mencari aliran sungai di sekitar
tempat Ini. Rasanya akan segar kalau tubuh penat Ini
dapat berendam di air jernih yang sejuk.... "
Mendapat pikiran demikian, pemuda berwajah lusuh
itu bergegas bangkit, dan melangkah memasuki hutan
semakin ke dalam. Tidak berapa lama kemudian, tibalah
ia di sebuah tepian sungai yang berair jernih. Namun,
ketika ia hendak melepaskan pakaiannya, tiba-tiba
telinganya menangkap gerakan langkah kaki beberapa
orang dari sebelah belakangnya.
Wajah pemuda itu tampak tegang ketika ia melihat
belasan orang bertampang kasar dan beringas, bergerak
menghampirinya. Tubuh orang-orang itu tinggi besar
dengan wajah terhias cambang bauk yang kotor. Jelas,
mereka adalah orang-orang liar yang tinggal di wilayah
hutan itu. "Maaf, bolehkah aku tahu, siapakah kalian" Dan,
adakah yang bisa kubantu...?" sapa pemuda berwajah
lusuh itu mencoba bersikap ramah dan bersahabat.
Namun, belasan orang lelaki kasar berwajah menyeramkan itu, sama sekali tidak menanggapi. Mereka
terus saja melangkah maju dengan sinar mata
mengancam. Melihat dari sikapnya, jelas rombongan
lelaki kasar itu mempunyai niat yang tidak baik terhadap
pemuda itu. Rombongan lelaki kasar itu baru menghentikan
langkahnya, dalam jarak satu tombak ke hadapan
pemuda yang bernama Wirya Saka. Kemudian salah
seorang yang sepertinya merupakan pimpinan orangorang kasar itu, melangkah maju mendekati Wirya Saka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hm..., kau telah lewat di daerah kekuasaan kami
tanpa izin! Sekarang, cepat serahkan barang-barangmu!"
ujar lelaki bertubuh raksasa itu dengan logat yang aneh
dan terdengar kaku.
Mendengar ucapan yang bernada mengancam itu,
menyadarkan Wirya Saka kalau saat itu ia tengah
berhadapan dengan gerombolan manusia liar, yang
sering merampas dan mencelakai orang. Sehingga, tanpa
sadar pemuda itu meraba gagang pedang yang
tersembunyi di balik pakaiannya Karena ia sudah
menduga kalau perkelahian tidak mungkin dapat
dihindarkan. Ia pun tahu orang-orang seperti itu sama
sekali tidak memiliki rasa kasihan, dan tanpa peduli siapa
pun korbannya. "Maaf, Kisanak. Aku adalah seorang pengelana miskin
yang tidak mempunyai apa-apa. Bahkan, pakaian yang
kukenakan hampir tidak ada bedanya dengan kalian.
Jadi, maaf kalau aku tidak bisa memberikan sesuatu
untuk kalian semua...," sahut Wirya Saka dengan wajah
tegang. Kecemasan yang tergambar di wajah pemuda itu tentu
saja merupakan suatu yang wajar. Sebab, selain jumlah
kawanan manusia liar itu cukup banyak, mereka tampak
bertenaga kuat. Mungkin hal itu disebabkan lingkungan
kehidupan mereka yang keras dan penuh tantangan.
Sehingga, mereka sama sekali tidak mengenal arti
kesopanan. "Hm..., jangan kau pikir dapat mengelabui kami,
Manusia Muda! Kulihat di pinggang kirimu ada
bungkusan kain kuning. Nah, coba kau berikan benda itu
kepadaku!" sambil berkata demikian, lelaki bertubuh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
raksasa itu langsung mengulurkan tangannya hendak
mengambil bungkusan kain kuning di pinggang Wirya
Saka. Wuttt! Uluran jari-jari tangan yang nampak kokoh itu,
menangkap angin kosong. Karena Wirya Saka telah
menggeser tubuhnya dengan melangkah dua tindak ke
belakang. Dengan sendirinya sambaran tangan lawannya
luput. "Ghrrr...! Rupanya kau hendak melawan, Anak Muda!
Kalau begitu, kau akan kurencah!" geram lelaki bertubuh
seperti raksasa itu segera melompat dan menerkam
tubuh pemuda itu.
"Tahan...!" seru Wirya Saka dengan mengerahkan
tenaga dalam. Sehingga, seruannya sempat membuat
lelaki kasar itu menghentikan gerakannya.
Terlihat lelaki bertubuh seperti raksasa itu tertegun
dengan bola mata meliar. Jelas, suara teriakan pemuda
itu sempat membuatnya heran. Sebab, suara teriakan
pemuda itu terasa menggetarkan bagian dalam dadanya.
Terdengar suara menggereng bagaikan harimau luka,
yang keluar dari kerongkongan lelaki itu.
"Kisanak. Harap jangan mencari perkara. Bukankah di
antara kita tidak ada permusuhan" Lagi pula, apa
untungnya kalian merebut benda tak berharga ini dari
tanganku?" ujar Wirya Saka sambil tangan kirinya
mengangkat bungkusan kain kuning itu. Sedangkan
tangan kanannya tetap memegang hulu pedang. Jelas,
pemuda itu telah siap bila orang-orang kasar itu
memaksakan kehendaknya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau memang benda itu tidak berharga, coba
tunjukkan kepadaku...!" desak lelaki seperti raksasa itu
dengan suara menggeram. Sambil berkata demikian,
kakinya melangkah maju mendekati Wirya Saka.
Tentu saja Wirya Saka tidak sudi memenuhi
permintaan lelaki itu. Sebab, bila ia menunjukkan benda
mustika itu, pasti mereka akan merebutnya. Sehingga,
pemuda itu terpaksa bungkam dan kembali menyimpan
bungkusan kain kuning itu di pinggangnya.
"Kurang ajar...!" geram lelaki bertubuh raksasa itu
dengan wajah gelap. Tangan kanannya bergerak
melambai. Gerakan itu jelas merupakan perintah kepada
kawan-kawannya untuk menyerbu Wirya Saka.
''Yeaaa...! "
Tanpa diperintah dua kali, belasan orang lelaki
bertubuh raksasa bergerak menyerbu Wirya Saka
sembari berteriak-teriak serak.
Sadar kalau perkelahian tidak mungkin dapat
dihindarkan lagi Wirya Saka bergegas mencabut keluar
senjatanya. Whuuut.. ! Sinar putih berkeredep menyilaukan dengan disertai
suara mengaung tajam. Senjata itu langsung bergerak
menyilang beberapa kali dengan menimbulkan suara
mendengung. Namun, belasan lelaki kasar bertubuh raksasa itu
sepertinya sama sekali tidak mengenal rasa takut.
Mereka terus bergerak maju, tanpa mempedulikan
sambaran pedang pemuda itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bettt! Bettt! Wirya Saka menggeser langkahnya seraya menarik
mundur tubuhnya ke belakang. Sehingga, dua orang
yang melancarkan cengkeraman ke tubuhnya hanya
mengenal daerah kosong. Gerakan yang dilakukan muda
itu, ternyata tidak berhenti begitu saja, melainkan
pedang di tangannya berkelebat menyilang beberapa kali
ke arah dua orang lawan, yang lebih dahulu tiba di
dekatnya itu. Wukkk! Takkk! Takkk! "Aaah...! "
Kaget bukan main hati Wirya Saka, ketika kedua orang
itu menangkis pedangnya dengan tangan telanjang. Dan
hebatnya, justru senjata pemuda itu yang berbalik.
Seolah yang dihantamnya bukan lengan manusia,
melainkan segumpal batu cadas yang keras.
"Gila...!" desis Wirya Saka yang segera melompat
mundur dan berjumpalitan beberapa kali menjauhi lawannya. Dengan wajah keheranan, Wirya Saka menatap mata
pedangnya. Pemuda itu baru dapat menarik napas lega
ketika mendapati mata pedangnya tidak rusak. Sebab,
hatinya merasa khawatir ketika merasakan pedangnya
seperti membentur benda keras yang kuat.
Kalau saja ia tidak membuktikannya sendiri, rasanya
pemuda itu tidak akan mempercayai kalau ada orang
yang mampu menahan tebasan pedangnya dengan
tangan telanjang. Bahkan, saat itu sepertinya ia masih
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
belum mempercayai apa yang baru saja dialaminya itu.
Sehingga, untuk beberapa saat lamanya, pemuda itu
hanya dapat, berdiri dengan mata membelalak.
Oo-dw-ray-oO 7 "Yeaaa... !"
Wirya Saka sadar dari keterpakuannya ketika
dikejutkan suara-suara teriakan orang-orang kasar itu.
Cepat pemuda itu melompat mundur, menghindari
sambaran dua bilah pedang yang mengancam tubuhnya.
Whuuut! Whuuut!
Dua batang senjata yang berdesing nyaring itu,
berhasil dielakkannya. Namun, hati pemuda itu terkejut
ketika melihat pedang-pedang yang luput dari sasaran
itu, bergerak memutar secara aneh dan kembali
mengejarnya. "Haiiit. . . ! "
Menyadari kalau terus-menerus menghindar, senjatasenjata itu tidak akan berhenti mengejarnya. Dengan
nekat, pemuda itu mengerahkan segenap kekuatan
tenaga saktinya, dan langsung memapaki sambaran dua
batang senjata lawannya. Dan....
Trang! Trang! "Uuuh.. . !"
Putra Garuda Cakar Lima itu kembali memekik untuk
kedua kalinya. Sebab, pedang yang dipakai memapaki
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
serangan lawan itu, membalik cepat dan mengancam
wajahnya. Segera pemuda itu melemparkan tubuhnya
dan berjumpalitan beberapa kali di udara.
"Gila...! Tenaga mereka ternyata sangat kuat sekali...!"
keluh Wirya Saka sambil mengurut tangan kanannya
yang terasa bagaikan patah tulang-tulangnya. Kenyataan
itu semakin membuat hatinya bertambah cemas.
Sadar kalau ia tidak bakal dapat menandingi orangorang kasar itu, maka Wirya Saka mencoba memutar
otaknya, mencari jalan untuk lolos.
"Kepung rapat! Jangan biarkan pemuda itu lolos!"
Terdengar suara parau yang keluar dari mulut
pemimpin belasan orang lelaki bertubuh raksasa itu.
Hal itu mencerminkan pikirannya cukup cerdik.
Sehingga dapat membaca gelagat pada w ajah dan sikap
Wirya Saka. "Setan...!" desis Wirya Saka yang menjadi geram
melihat lawan-lawannya semakin rapat mengurung.
Karuan saja hati pemuda itu semakin bertambah cemas.
Dengan mencoba tetap bersikap tenang, Wirya Saka
menghadapi belasan orang lelaki kasar itu dengan
pedangnya. Diputarnya pedang itu hingga membentuk
gulungan sinar, yang membungkus sekujur tubuhnya.
"Heaaat...! "
Sambil mengeluarkan pekikan keras, tubuh pemuda
itu melesat menyambut serangan para pengeroyoknya.
Menyadari gerakan lawan terlihat rata-rata lambat, Wirya
Saka bertempur dengan mengandalkan kecepatan
geraknya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Meskipun
Pendekar Naga Putih 34 Mustika Naga Hijau di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
agak terdesak, Wirya Saka terus berkelebatan di antara sambaran senjata-senjata
lawannya. Sesekali pedang di tangannya berkeredep
membabat tubuh lawan.
Takkk! Takkk! "Uuuh...! "
Untuk kesekian kalinya, tubuh pemuda itu kembali
terjajar limbung. Karena tebasan pedangnya yang
menghantam tubuh lawan telah terbalik, sehingga
membuat lengannya ngilu dan kesemutan. Tentu saja
kenyataan itu makin membuyarkan harapannya untuk
melepaskan diri dan cengkeraman orang-orang liar itu.
Wuttt! Crabbb! Crabbb!
Tiga batang pedang yang besar dan bermata kasar itu,
menghantam tanah tempat tubuh pemuda itu terjatuh.
Untunglah ia masih sempat bergulingan. Sehingga,
tubuhnya tidak sampat menjadi sasaran senjata
lawannya. Setelah beberapa kali bergulingan guna menghindari
sambaran senjata pengeroyoknya, tubuh Wirya Saka
melenting bangkit seraya memutar senjatanya melindungi tubuh.
"Heeeaaa... !"
Wuttt... ! Wirya Saka menggeser tubuhnya ke samping, ketika
sebatang senjata lawan menusuk dadanya dengan
kekuatan hebat Pemuda itu tidak lagi berani untuk
menangkis. Sebab, ia sadar kalau hal itu hanya akan
membuatnya rugi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Meskipun disadarinya bahwa tubuh lawannya rata-rata
memiliki kekebalan, putra Ketua Perguruan Cakar Baja
tetap melancarkan serangan balasan ke arah musuhnya.
Pedang di tangannya berkelebat cepat menusuk
belakang telinga lawannya yang tengah terjerembab
akibat tusukannya yang luput itu.
Crakkk! "Aaargh... !"
Girang bukan main hati Wirya Saka ketika melihat
lawannya meraung keras, terbabat ujung pedangnya
yang ternyata mampu melukai lawan.
Lelaki bertubuh raksasa yang menjadi korban ujung
pedang Wirya Saka, terjajar mundur sambil memegangi
telinga kirinya. Dari sela-sela jari tangan orang itu,
nampak mengalir darah segar.
Tanpa membuang-buang waktu lagi, pemuda itu
langsung melesat dan kembali menusukkan senjatanya
kee bagian belakang telinga lawannya. Sebab matanya
telah terbuka kalau bagian di tubuh orang itu, ternyata
sama sekali tidak kebal seperti di bagian lain tubuh
raksasa itu. ''Yeaaat...!"
Dengan diiringi pekikan nyaring
yang penuh semangat, Wirya Saka kembali menusukkan ujung
pedangnya ke bagian belakang telinga kanan lawannya
yang terluka itu.
Crattt! "Akh... !"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kembali lelaki bertubuh raksasa itu menjerit dan
terhuyung limbung. Sedangkan tempat yang menjadi
sasaran ujung pedang Wirya Saka tampak darah segar
mengucur. Semangat pemuda itu semakin menyala ketika melihat
korban senjatanya itu, terjatuh dan menggelepar sekarat.
Sebab, dua buah jalan darah besar, yang terkena senjata
pemuda itu daerah yang sangat berbahaya dan bisa
mengakibatkan kematian. Terbukti tubuh orang itu diam
tak bergerak. Mati.
Dengan semangat yang kembali menggebu-gebu,
Wirya Saka menjadi yakin kalau dirinya dapat lolos dari
kepungan orang-orang liar itu. Sebab, kematian salah
seorang kawan mereka, telah membuat belasan lelaki
bertubuh raksasa lainnya terkejut dan kepungannya
merenggang. ''Bunuh manusia muda keparat itu...!" perintah
pemimpin yang murka dengan kematian salah seorang
pengikutnya. Sedangkan dirinya sendiri sudah melompat
dan menerjang Wirya Saka.
Kaget bukan main hati Putra Ketua Perguruan Cakar
Baja ketika melihat pimpinan gerombolan orang babar itu
ternyata dapat bergerak gesit. Jelas, pemimpin itu
berbeda dengan para pengikutnya. Pantas kalau ia
dijadikan pimpinan
Wuttt! Wuttt! "Aah.. . !"
Wirya Saka memaki tertahan ketika hampir saja ujung
pedang lawannya membeset kulit tubuhnya. Untunglah
tubuhnya masih sempat dimiringkan. Sehingga, ujung
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pedang lawan lewat setengah jengkal di depan
tubuhnya. Sembari mengeluarkan bentakan nyaring, pemuda itu
menusukkan pedangnya ke arah mata lawan. Karena
hanya daerah itulah yang terpikir olehnya saat itu.
Trangngng..! "Aaakh...!"
Terdengar suara benturan keras yang memercikkan
pijaran bunga api. Sedangkan pedang di tangan Wirya
Saka terlempar lepas dari genggamannya. Bahkan, tubuh
pemuda itu terjungkal ke belakang dengan disertai jerit
kesakitan. Wirya Saka yang terbanting cukup keras di atas
permukaan tanah itu, terbelalak ngeri ketika belasan
batang senjata meluruk ke tubuhnya Pemuda itu
terpaksa menyerahkan nasibnya di tangan gerombolan
liar itu "Haiiittt. . . ! "
Tepat saat kematian hampir menjemput Wirya Saka,
tiba-tiba terdengar teriakan nyaring bagai menggetarkan
seluruh daerah hutan itu. Disusul dengan berkelebatnya
sesosok bayangan putih yang langsung membagi-bagikan
pukulan dan tendangannya dengan kecepatan luar biasa.
Sehingga, putra Ketua Perguruan Cakar Baja yang
menyaksikan gerakan itu menduga kalau orang yang
menolongnya memiliki seribu tangan dan kaki.
Terdengar jerit kesakitan susul-menyusul. Dan, diiringi
pula suara berdebuk nyaring yang seolah-olah mengguncangkan bumi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wirya Saka hampir tak percaya melihat sosok tubuh
yang mengeluarkan cahaya putih keperakan, sanggup
menjatuhkan belasan lelaki raksasa itu, hanya dengan
pukulan dan tendangannya saja. Pemandangan itu
membuat pemuda Ini sadar kalau dirinya telah ditolong
oleh seseorang yang memiliki kepandaian yang sukar
diukur. "Bangkitlah, Kisanak. Kau tidak apa-apa, bukan...?"
sapa penolongnya itu dengan suara ramah dan wajah
menggoreskan senyum tenang.
"Ahhh... !?" Wirya Saka menahan jeritannya ketika
melihat wajah penolongnya. Ia benar-benar tidak
menyangka kalau penolongnya ternyata masih muda.
Dan, mungkin hanya beberapa tahun lebih tua darinya.
Semula ia menduga penolongnya yang sakti itu
seorang kakek-kakek yang sangat tua. Karena kenyataannya berbeda dengan prasangkanya, maka
Wirya Saka seperti terkesima dan tak mampu untuk
bersuara. "Mengapa, Kisanak..." Apakah wajahku mirip dengan
hantu...?" kembali pemuda berjubah putih itu tersenyum
kepada Wirya Saka.
"Ah, bukan.... Bukan itu maksudku," sahut Wirya Saka
cepat. "Tadinya..., eh, semula kusangka kau seorang
kakek-kakek. Tapi..., kau..., apakah kau yang dijuluki
Pendekar Naga Putih" Dan, pukulan yang kau gunakan
untuk menjatuhkan raksasa-raksasa liar itu, bukankah
'Tenaga Sakti Gerhana Bulan'".
"Begitulah kaum rimba persilatan menjulukiku,
Kisanak," jawab Panji sederhana dan singkat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, ayahku Garuda Cakar Lima selalu menceritakan
tentang dirimu kepadaku. Beliau berharap agar aku
dapat memiliki kepandaian, keramahan dan ketenangan
sepertimu, Pendekar Naga Putih. Sayang, beliau
sekarang sudah tiada. Sedang nasibku belum lagi lepas
dan incaran maut," desah Wirya Saka seraya
menundukkan wajahnya menekuri rerumputan. Jelas,
rasa kesedihan terpancar pada wajah pemuda itu ketika
teringat akan kematian orang-orang yang dicintainya.
Hatinya nelangsa mengingat dirinya kini hidup sebatang
kara. "Hm.... Bangkitlah, Wirya. Aku sudah mendengar
semua yang telah menimpa keluarga dan perguruanmu.
Keberadaanku di sini hanya ingin mencari tahu tentang
nasibmu. Syukurlah Tuhan mempertemukan kita.
Sehingga, memungkinkan aku mendapat keterangan
yang lengkap dan jelas mengenai pembantaian di
perguruanmu itu," jelas Panji sambil menepuk perlahan
bahu Wirya Saka. Seolah-olah dengan berbuat demikian,
ia ingin memberikan kekuatan hati kepada pemuda
malang itu "Jadi..., jadi kau sudah mengetahuinya?" tegas Wirya
Saka mengerutkan keningnya Sepertinya ia merasa heran
mendengar perkataan Pendekar Naga Putih tadi
"Secara kebetulan aku singgah di Desa Ampenan, dan
sempat menyaksikan mayat-mayat yang masih bergeletakan di dalam bangunan Perguruan Cakar Baja.
Setelah mendengarkan percakapan Kepala Desa Ampenan, aku pun segera mencarimu. Firasatku
mengatakan engkau masih hidup dan mungkin
memerlukan bantuan," sahut Panji menjelaskan tentang
apa yang diketahuinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, ternyata apa yang sering diceritakan ayah, sama
sekali tidak berlebihan. Terima kasih atas kesediaanmu
bersusah-payah. mencariku dan mau menolongku.
Sayang, aku tidak bisa menjanjikan apa-apa sebagai
balasannya," ucap Wirya Saka menundukkan kepalanya
merasa terharu dengan apa yang dilakukan Pendekar
Naga Putih kepadanya.
"Hm. ., rupanya apa yang diceritakan ayahmu itu
belum lengkap. Perlu kau ketahui, Wirya. Sebagai
seorang pendekar, kita harus bersedia mengorbankan
kepentingan pribadi untuk menolong orang banyak. Dan,
semua itu harus dilandasi dengan rasa ikhlas, tanpa
mengharap imbalan apa pun. Meskipun hanya ucapan
terima kasih. Sebab sudah menjadi kewajiban kita
sebagal pendekar untuk membela kebenaran dan
mencegah kemungkaran. Apakah ayahmu belum memberitahukan hal ini?" tanya Panji dengan nada
bersahabat "Maaf, aku lupa, Pendekar Naga Putih...," desah Wirya
Saka dengan suara lirih, hampir tak terdengar.
"Lupakanlah. Dan, kau boleh memanggilku cukup
dengan Panji saja. Bagaimana...?" usul pemuda berjubah
putih sambil menatap Wirya Saka lekat-lekat.
"Maaf, aku tidak berani, Pendekar Naga Putih. Biarlah
aku memanggilmu dengan julukan saja," pinta putra
Garuda Cakar Lima dengan nada penuh permohonan.
Tampaknya pemuda itu sangat mengagumi sosok
Pendekar Naga Putih. Dan, dengan menyebut julukan itu,
merupakan suatu kebanggaan baginya.
"Terserahmulah..., " ujar Panji seraya mengangkat
bahunya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pendekar Naga Putih 34 Mustika Naga Hijau di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Lalu, bagaimana dengan raksasa-raksasa itu" Apakah
kau akan membunuhnya" Kurasa hal itu lebih baik.
Karena kalau masih dibiarkan berkeliaran, mereka akan
selalu mengganggu orang-orang yang kebetulan lewat di
hutan Ini, " ucap Wirya Saka melemparkan pandangannya ke arah belasan lelaki liar bertubuh tinggi
besar dan berotot itu, yang tengah bersiap hendak
menerjang kembali.
"Kita lihat saja. Apakah mereka dapat kita tundukkan
dengan sedikit tipuan...," sahut Panji yang segera
melangkah, mendekati belasan lelaki liar bertubuh
raksasa itu. Saat itu juga, Pendekar Naga Putih
mengerahkan 'Tenaga Sakti Gerhana Bulan'nya. Sehingga, tubuh pemuda itu terbungkus lapisan kabut
bersinar putih keperakan yang berpendar menyilaukan
mata. Sengaja Panji mengerahkan tenaga saktinya. Sebab,
menurut apa yang diketahuinya, orang-orang liar seperti
gerombolan raksasa itu, pastilah memuja sesuatu
sebagai dewanya. Dan, ingin melihat tanggapan mereka
setelah tubuhnya kembali terbungkus lapisan kabut
bersinar putih keperakan itu.
"Kau..., siapa kau...?" dengus lelaki bercambang bauk
yang memiliki codet panjang pipi kirinya, yang menjadi
pimpinan gerombolan liar itu. Menilik dari sikap dan
suaranya, jelas lelaki raksasa itu merasa tegang dan
terpengaruh dengan keadaan Panji, yang memang aneh
bagi sebagian orang. Terlebih lagi, bagi mereka yang
merupakan orang-orang liar dan jarang bergaul dengan
manusia luar. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hm.... Aku adalah Dewa Bulan yang sengaja turun
untuk memberi peringatan kepada kalian. Sebab, dosadosa yang telah kalian lakukan, sudah melebihi
takaran...," sahut Panji sengaja mengerahkan kekuatan
tenaga saktinya ketika menjawab pertanyaan lelaki
bertubuh raksasa itu Sehingga, suaranya seperti datang
dari segala pelosok hutan dan bergema menggetarkan
jantung. Dugaan pemuda berjubah putih itu ternyata tidak
meleset Wajah lelaki bertubuh raksasa dan pengikutnya
nampak pucat ketika mendengar ucapannya. Sehingga,
membuat Pendekar Naga Putih melanjutkan sandiwaranya. "Tapi..., kami..., tidak bersalah. Yang kami lakukan
hanya meminta pajak bagi orang yang lewat di wilayah
hutan ini. Apakah itu merupakan dosa...?" bantah lelaki
bertubuh raksasa itu sambil menahan hawa dingin yang
terpancar dari tubuh Pendekar Naga Putih. Sehingga,
hawa dingin itu telah membuat tubuh beberapa orang
dari mereka sampai menggigil cukup hebat.
"Hm.... Rupanya kalian masih hendak menyangkal.
Kalian memang patut untuk dihukum...!" kembali suara
Panji terdengar bergaung bagaikan datang dari setiap
pelosok hutan. "Kau penipu...! Aku tidak percaya kalau kau memang
Dewa Bulan yang kami semudah itu. Tunjukkan tandatandamu yang lain...?" teriak pemimpin gerombolan liar
itu mencoba menekan rasa takutnya. Meski sebenarnya
ia mulai percaya dengan ucapan sosok tubuh terselimuti
kabut putih keperakan itu, namun ia berusaha untuk
tidak mempercayainya begitu saja
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Heaaat.. !"
Sambil mengeluarkan pekikan keras, lelaki codet itu
merangsek maju dengan sambaran pedangnya, yang
menimbulkan desingan angin tajam dan berhawa maut
Wirya Saka yang melihat penolongnya tidak mencoba
menghindar, tentu saja menjadi tegang. Sebab, ia tahu
betapa kuatnya tenaga lelaki codet itu. Ngeri hatinya
membayangkan tubuh Pendekar Naga Putih kalau
sampat terobek oleh senjata lawan.
Namun, apa yang disaksikan Wirya Saka, benar-benar
hampir tidak bisa dipercayainya. Sebab, pada saat
pedang lelaki codet bertubuh raksasa itu datang
menyambar, mendadak tubuh Pendekar Naga Putih raib
dari pandangan. Sehingga, tebasan senjata itu hanya
mengenal tempat kosong.
"Gila...! Pendekar muda yang sakti itu ternyata bisa
pula raib dan pandangan!" Entah ilmu apa yang telah
dipergunakannya?"
desah Wirya Saka dengan kekaguman yang semakin bertambah.
"Eh!?" lelaki codet bertubuh raksasa itu menoleh ke
kiri dan kanan. Karena ia telah kehilangan sasarannya.
Karuan saja keringat dingin mengalir membasahi kening
dan wajahnya. Hatinya semakin kuat menduga, kalau
pemuda itu benar-benar Dewa Bulan yang disembahnya.
"Bagaimana" Apakah kau masih merasa penasaran...
?" tiba-tiba saja, terdengar sebuah teguran halus.
Namun, mengandung ketegasan dan perbawa yang amat
kuat. "Ahhh...! Ampunkan aku..., ampunkan aku.... Hukumlah aku kalau memang dianggap telah melakukan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dosa. Hukumlah aku, Dewa Bulan Yang Agung...," ujar
lelaki codet itu yang langsung saja menjatuhkan tubuh
berlutut di depan Pan)l, yang serta-merta muncul di
belakang belasan orang lelaki bertubuh raksasa itu.
Diam-diam hati Panji merasa geli menyaksikan betapa
semua orang yang berada di tempat itu kebingungan
mencarinya. Padahal, la hanya menggunakan kecepatan
geraknya untuk mengelabui mata lawan. Dan, ia benarbenar tidak menyangka kalau Wirya Saka dapat pula
dikecohnya. Sebab, pemuda itu terlihat kebingungan dan
mencari-carinya. Kenyataan itu membuat Panji menjadi
gembira. Karena hal itu menandakan kalau ilmu
meringankan tubuhnya telah hampir mencapai puncak
kesempurnaan. Sehingga, orang-orang berkepandaian
tinggi seperti Wirya Saka dan lelaki codet itu pandangan
matanya dapat mudah dikelabui.
"Hm.... Bangkitlah kalian semua!" ujar Panji, nada
suaranya terdengar sangat menggetarkan. "Untuk kali
ini, aku hanya memberikan peringatan keras, tanpa
hukuman! Tapi ingat! Lain kali aku akan datang untuk
mengambil nyawa kalian semua, paham?"
"Kami mengerti, Dewa Bulan Yang Agung. Mulai saat
ini, kami berjanji tidak akan mengulangi perbuatan yang
sudah-sudah. Semoga, Dewa Bulan Yang Agung selalu
memberikan keberkahan kepada kami," ujar lelaki codet
itu mewakili kawan-kawannya seraya tetap bersujud
mencium rerumputan. Sehingga, mereka tidak sadar
kalau saat itu Panji sudah melesat membawa Wirya Saka,
dan meninggalkan hutan itu. Tindakan itu dilakukan Panji
karena dianggapnya sudah selesai. Maka, pemuda
berjubah putih itu pergi dengan membawa serta Wirya
Saka. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara rombongan lelaki bertubuh raksasa itu,
masih tetap berlutut tanpa berani mengangkat kepalanya. Padahal orang yang mereka sembah telah
jauh meninggalkan hutan itu
Oo-dw-ray-oO 8 Setelah merasa cukup jauh meninggalkan hutan, Panji
menghentikan larinya. Diturunkannya tubuh Wirya Saka
yang rada di atas bahunya.
''Maaf, aku terpaksa melakukan ini kepadamu,
Wirya...," ucap Panji sambil menjatuhkan tubuhnya di
bawah sebatang pohon, yang tumbuh di tepi jalan
berbatu. "Ah, kau membuatku malu saja, Pendekar Naga Putih.
Seharusnya aku yang meminta maaf. Karena telah
membuatmu susah," kilah Wirya Saka yang juga ikut
duduk dt samping Panji. Bahkan, pemuda itu langsung
menyandarkan tubuhnya ke betang pohon.
"Hm..., sudahlah. Sekarang ada baiknya kau
menceritakan masalah yang tengah kau hadapi. Tapi,
kalau kau merasa keberatan atau persoalanmu terlalu
rahasia. aku tidak akan mendesaknya," ucap Panji
setelah beberapa saat keduanya terdiam.
"Tentu saja aku tidak keberatan untuk menceritakannya kepadamu, Pendekar Naga Putih,"
sahut putra Garuda Cakar Lima cepat. Dan, untuk
menunjukkan kalau Ia memang tidak merasa keberatan,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
segera dipaparkannya duduk persoalan. yang membuat
keluarganya terbantai habis.
Panji mendengarkan penuturan pemuda itu dengan
tekun. Tidak sekali pun ia memotong cerita yang tengah
dibeberkan Wirya Saka. Sehingga, apa yang diceritakan
pemuda itu, tertangkap jelas olehnya.
"Hm.... Jadi benda bernama Mustika Naga Hijau
peninggalan Dewa Kerdil itu yang menyebabkan
kematian ayah dan saudara-saudara seperguruanmu?"
tanya Panji seraya mengangguk-anggukkan kepala
setelah mendengar cerita Wirya Saka hingga selesai.
"Benar, Pendekar Naga Putih. Dan, aku yakin kalau
mereka tidak akan berhenti sebelum benda ini mereka
miliki," jawab Wirya Saka seraya melepaskan pandangan
ke langit yang cerah.
"Hm.... Apakah Iblis Kembar dan Siluman Tongkat
Beracun mengetahui tempat penyimpanan harta dan
ilmu-ilmu tinggi itu, seperti yang kau ceritakan?" tanya
Panji ingin tahu.
"Entahlah. Kalau mengingat Dewa Kerdil dikejar
selama bertahun-tahun, ada kemungkinan mereka
mengetahui tempat penyimpanan harta dan ilmu-ilmu
tinggi peninggalan tokoh maha sakti ratusan tahun yang
lalu itu. Tapi, karena benda mustika ini merupakan kunci
untuk membuka tempat penyimpanan itu, maka mereka
mengejar-ngejar Dewa Kerdil tanpa mengenal lelah,"
sahut Wirya Saka menduga-duga.
"Lalu, apa kegunaan Mustika Naga Hijau itu...?" Panji
semakin merasa tertarik dengan cerita Wirya Saka.
Sepertinya ingin mengetahui secara lebih jelas.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau menurut catatan yang ada dalam peta ini, aku
harus meletakkan Mustika Naga Hijau tepat saat bulan
purnama di depan Gua Ular. Sedangkan letak sua itu di
sekitar Gunung Talang. Sebab, pintu gua yang tertutup
oleh dinding batu padas tebal itu, hanya dapat terbuka
bila sinar Mustika Naga Hijau yang berpendar karena bias
sinar purnama yang menyorot tepat di pintu sua itu. Eh,
apakah kau mengetahui letak Gunung Talang, Pendekar
Naga Putih...?" tanya Wirya Saka ketika teringat kalau ia
sama sekali belum mengetahui letak gunung itu.
Sedangkan, pada peta yang diberikan Dewa Kerdil,
dikatakan letak gunung itu berada di wilayah Selatan.
Dan, tempatnya yang tepat sama sekali tidak tertulis.
"Hm.... Tidak sulit untuk mencari Gunung Talang itu,
Wirya. Justru Gua Ular itu yang sukar ditemukan. Sebab,
bukan hanya satu gua yang terdapat di sekitar gunung
itu. Rasanya akan memakan waktu lama untuk
menemukan gua yang kau maksudkan itu, " sahut Panji
yang memang mengetahui letak Gunung Talang yang
dicari Wirya Saka.
"Jangan khawatir, Pendekar Naga Putih. Di dalam peta
ini, jelas sekali ditunjukkan letak gua itu. Dan, menurutku
tidak sulit untuk menemukannya."
"Hm.... Kalau begitu, apa lagi yang kau tunggu..."
Ayolah kita berangkat!" ajak Panji segera bangkit berdiri.
Tanpa banyak cakap lagi Wirya Saka melompat
bangkit dengan wajah cerah. Dengan adanya Pendekar
Naga Putih bersamanya Wirya Saka yakin segala
rintangan akan dapat dihadapi ia tidak perlu merasa
cemas lagi dengan Iblis Kembar dan Siluman Tongkat
Beracun. Karena semua itu pasti tidak akan sulit dihadapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pendekar Naga Putih 34 Mustika Naga Hijau di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sahabat barunya yang menjadi penolongnya itu. Tentu
Wirya Saka yang telah mengetahui kesaktian Panji,
menjadi tenang.
Oo-dw-ray-oO "Berhenti... !"
Tiba-tiba terdengar sebuah bentakan keras, yang
disusul dengan berkelebatnya dua sosok tubuh dan
langsung menghadang Panji dan Wirya Saka. Sehingga,
kedua pemuda itu menghentikan langkah.
"Iblis Kembar...!" desis Wirya Saka yang sempat
merasa kaget dengan kehadiran dua orang lelaki kembar
berkepala botak dan bertubuh kekar berotot itu.
Panji sendiri sudah dapat menebak kedua lelaki
kembar itu. Dan, Ia sama sekali tidak merasa terkejut
dengan kehadiran mereka yang menghadang perjalanannya. Malah kakinya melangkah, mendekati
kedua tokoh sesat yang namanya tersohor sebagai
tokoh-tokoh kelas satu dari kalangan sesat. Bahkan,
kekejaman mereka telah sampai pula di telinga Pendekar
Naga Putih. Maka, pertemuan itu memang sesuatu yang
telah lama diharapkan Panji. Sebab, kabar yang sering
didengarnya, kedua tokoh sesat itu sangat sukar dicari.
Seperti juga dirinya, Iblis Kembar tidak memiliki tempat
tinggal yang tetap.
"Pendekar Naga Putih...!?" gumam sepasang manusia
sesat itu agak terkejut melihat Panji bersama pemuda
incaran mereka.
"Hm.... Pendekar Naga Putih Apa maksudmu
melakukan perjalanan bersama bocah setan itu" Atau
kau pun menginginkan Mustika Naga Hijau dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berpura-pura menolongnya?" sindir Iblis Beruang Hitam
menatap Panji dengan kening berkerut. Kemudian ia
berpaling kepada Wirya Saka.
"Hei, Bocah! Ketahuilah, orang yang berjuluk Pendekar
Naga Putih itu juga mempunyai niat seperti kami. Jika
kau sudah menemukan Gua Ular, maka pemuda yang
berpura-pura menolongmu, akan merebut Mustika Naga
Hijau, dan menyerakahinya. Ha ha ha...! Kau telah
ditipunya mentah-mentah, Bocah! "
"Benar, Bocah. Lebih baik kau bekerja sama dengan
kami. Sejahat-jahatnya Iblis Kembar, tidak akan
melupakan orang yang telah berjasa. Dan, kau akan
mendapat bagian bila mau bekerja sama dengan kami.
Bagaimana?" bujuk Iblis Beruang Salju menimpali ucapan
saudara tuanya.
Namun, Wirya Saka bukanlah bocah kemarin sore
yang bisa dibujuk dengan kata-kata manis. Putra Ketua
Garuda Cakar Lima sudah sering mendengar cerita
tentang kegagahan dan kejujuran Pendekar Naga Putih
dari mendiang ayahnya. Tentu saja, ia tidak terpengaruh
dengan bujukan Iblis Kembar. Bahkan, dengan senyum
lebar pemuda itu balas mengejek lawannya.
"Aku tidak keberatan untuk bekerja sama denganmu,
Iblis Kembar Tapi, aku mempunyai satu syarat yang
harus kau penuhi, tentu saja kalau kau setuju," ujar
Wirya Saka tenang
Sedangkan Panji sendiri hanya berdiri tenang, tanpa
terpengaruh dengan perkataan-perkataan ketiga orang
itu. Senyum di bibir Pendekar Naga Putih tetap menghias
wajahnya. Hanya tatapan matanya saja yang menyorot
tajam ke wajah Iblis Kembar berganti-ganti.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Katakan apa syaratmu, Bocah" Aku pasti akan
menyetujuinya," sambut Iblis Beruang Salju dengan
wajah berseri. Tentu saja ia merasa gembira mendengar
pemuda itu mau bekerja sama dengan mereka berdua.
"Tidak sulit," jawab Wirya Saka sambil melipat kedua
tangannya di depan dada. "Merangkaklah kalian berdua
seperti anjing kudisan, yang menggonggong karena lapar
dan ingin meminta tulang kepada majikannya. Nah,
bukankah syarat itu sangat mudah?"
Merah wajah Iblis Kembar mendengar penghinaan
yang tidak kepalang tanggung itu. Selama hidup, baru
kali ini mereka mendapat hinaan dari seorang pemuda
yang masih hijau. Tentu saja semua itu tidak pernah
terlintas dalam benak mereka. Jangankan seorang
pemuda hijau seperti Wirya Saka, tokoh-tokoh rimba
persilatan akan berpikir seribu kali untuk melontarkan
hinaan itu kepada Iblis Kembar. Maka, dapatlah
dibayangkan betapa murkanya kedua tokoh sesat itu
mendengar syarat yang diajukan Wirya Saka. Bahkan,
tubuh keduanya menggigil karena kemarahan yang
menggelegak seperti akan meledakkan dada mereka.
"Jahanam! Kurobek mulutmu yang busuk itu, Bocah
Setan...!" geram Iblis Beruang Hitam yang tak sanggup
menahan kemarahannya, sambil meluncur dengan
cengkeraman maut yang mengarah wajah Wirya Saka.
Plakkk! "Aihhh...!"
Iblis Beruang Hitam berseru tertahan, ketika telapak
tangannya terasa bagaikan membentur bongkahan salju
yang amat dingin. Sehingga, tubuhnya terjajar mundur
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sejauh satu tombak. Hal itu disebabkan ia tidak
menggunakan tenaga sepenuhnya dalam melontarkan
cengkeraman maut itu.
Sedangkan di depan Wirya Saka telah berdiri Pendekar
Naga Putih, yang sekujur tubuhnya telah terselimuti
lapisan kabut bersinar putih keperakan.
Jelas, Panji yang telah memapaki cengkeraman Iblis
Beruang Hitam. Karena, lelaki berjubah putih itu tidak
tinggal diam ketika melihat Wirya Saka terancam maut.
"Keparat! Jadi kau benar-benar hendak berhadapandengan kami, Pendekar Naga Putih" Baik! Kalau memang
itu yang kau inginkan! Jangan sesali nasibmu yang sial
itu!" geram Iblis Beruang Hitam yang kembali
menyiapkan jurus-jurusnya untuk menghadapi Pendekar
Naga Putih. Sadar kalau lawan yang dihadapi kali ini bukanlah
orang sembarangan, maka Iblis Beruang Salju tidak
tinggal diam. Keduanya segera bergerak maju ke arah
Pendekar Naga Putih dengan langkah cepat, dan gerakan
tangan yang menimbulkan angin menderu tajam.
Panji bukan tidak tahu akan kehebatan kedua
lawannya, maka begitu bergerak, ia langsung mengeluarkan 'Ilmu Silat Naga Sakti' yang menjadi
andalannya. Wuttt! Wuttt! Terdengar suara berdesingan, yang disertai sambaran
angin dingin menembus tulang, ketika sepasang cakar
naga Panji menyambar-nyambar memapaki serangan
lawannya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Yeaaa...!"
Iblis Kembar berteriak nyaring seraya melontarkan
serangan-serangan mautnya, secara bergantian dan
susul-menyusul. Sepertinya, mereka hendak menutup
kemungkinan bagi lawan untuk melontarkan serangan
balasan. Wukkk! Wukkk! Panji menarik tubuhnya doyong ke belakang, ketika
cakar Iblis Beruang Hitam meluncur ke arah wajahnya.
Sedangkan cengkeraman Iblis Beruang Salju yang
mengancam lambung kanannya, ditepiskan dengan
menggunakan telapak tangan kirinya.
Plakkk! "Uhhh...!"
Begitu tubuh Iblis Beruang Salju terjajar mundur
tubuh pemuda itu mengegos berputar disertai liukkan
tubuhnya, yang bagaikan seekor naga muncul di atas
permukaan laut, dan begitu kepalanya menyembul ke
luar, sepasang cakar Panji telah melesat mencengkeram
dada dan lambung Iblis Beruang Hitam.
Karuan saja Iblis Beruang Hitam yang tidak
menyangka lawan dapat bergerak demikian cepat,
menjadi kelabakan. Namun, sebagai seorang tokoh sakti,
yang ilmunya telah mendarah daging, langsung tubuhnya
diturunkan merendah dengan menekankan bobot tubuh
pada kaki belakang yang menekuk. Sedangkan kaki
depannya menjulur lurus ke muka. Semua itu
dilakukannya dengan kuda-kuda yang sangat rendah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan begitu serangan lawan luput, lelaki berkepala tak
yang mengenakan mantel kulit beruang hitam itu,
langsung melangkah mundur sambil melepaskan sebuah
tendangan kilat dengan menggunakan kaki depannya.
Zebbb Melihat datangnya tendangan kilat yang mendadak itu,
Panji memiringkan tubuhnya sambil menepiskan tangan
itu dengan telapak tangan kanannya. Sedangkan tangan
kirinya terlontar lurus menggedor dada lawannya
Plakkk! Buggg! "Hugkh...!"
Tubuh Iblis Beruang Hitam, terlempar mundur sejauh
satu tombak lebih. Meskipun hantaman itu tidak terlalu
keras, namun cukup membuat pemapasannya bagaikan
tersumbat! Dan, pada sudut bibirnya tampak cairan
merah merembes keluar. Jelas, pukulan telapak tangan
Pendekar Naga Putih sempat mengguncangkan isi dada
tokoh sesat itu.
Panji yang semula berniat mengejar lawannya,
mendadak dikejutkan oleh teriakan Wirya Saka. Dan
ketika Pendekar Naga Putih menoleh, tampak Wirya Saka
tengah berjuang mati-matian guna menyelamatkan
dirinya dari sambaran tongkat lelaki jangkung yang
diputarnya mengincar tubuh putra Garuda Cakar Baja itu.
Desss! "Aaargh... !"
Karena kepandaian yang dimiliki Wuya Saka memang
masih jauh di bawah lawannya, maka tanpa dapat
dihindari lagi, hantaman tongkat lelaki jangkung itu telak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bersarang di punggungnya, setelah mencoba bertahan
selama sepuluh jurus. Tubuh Wirya Saka terlempar bagai
sehelai daun kering yang diterbangkan angin.
Menyaksikan kejadian itu, cepat Pendekar Naga Putih
melesat dan menyambut tubuh Wirya Saka yang tengah
mengapung di udara. Dengan mengulur kedua tangannya, maka selamatkan Wirya Saka. Sehingga,
tubuhnya tidak sampai terbanting mencium tanah.
Namun, selagi tubuh Panji mengapung dan menangkap
Wirya Saka, lelaki jangkung yang bersenjatakan sebatang
tongkat itu melesat dengan tusukan ujung tongkatnya ke
arah tubuh Pendekar Naga Putih.
Dan.... Tukkk! "Hugkh... !"
Panji mengeluh pendek ketika ujung tongkat lelaki
jangkung yang berjuluk Siluman Tongkat Beracun,
menghantam telak dada kanannya. Sehingga, tubuh
muda berjubah putih itu sempat tersentak balik dalam
keadaan oleng. Tapi tidak percuma Panji dijuluki sebagai Pendekar
Naga Putih. Meski dadanya dirasakan sesak dan gatal
muda itu masih dapat menyelamatkan dirinya agar tidak
sampai terbanting di tanah. Dengan melakukan berapa
kali salto, kedua kakinya dapat mendarat dengan selamat
di tempat yang cukup aman.
Begitu menjejak tanah, cepat Panji menurunkan tubuh
Wirya Saka, dan langsung merogoh buntalan kaiannya.
Ditelannya pil berwarna putih seperti salju, guna
menghilangkan rasa sakit yang dideritanya akibat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hantaman tongkat lawan. Pemuda berjubah putih itu
sadar kalau senjata yang digunakan lawannya mengandung racun jahat. Dan, untuk mencegahnya ia
harus bertindak cepat.
Sayang, Pendekar Naga Putih tidak keburu untuk
mengobati Wirya Saka, karena Iblis Kembar maupun
Siluman Tongkat Beracun telah melesat ke arahnya
secara bersamaan. Dan, dari angin pukulan yang
ditimbulkan sambaran tangan mereka, jelas serangan itu
mengandung maut
Sadar kalau posisinya sudah lemah, bergegas
Pendekar Naga Putih memantapkan kuda-kudanya
dengan mengerahkan seluruh tenaga saktinya. Sehingga,
sepasang kakinya bagaikan tertanam di dalam bumi.
"Heaaah. .. !"
Dibarengi sebuah bentakan menggeledek, Panji
mendorongkan kedua telapak tangannya ke depan guna
menyambut serangan ketiga orang lawannya. Maka....
Pendekar Naga Putih 34 Mustika Naga Hijau di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Bresssh! Blakkk! Desss!
"Aaa... !"
"Aaakh... !"
"Hugkh...!"
Benturan dahsyat yang seolah-olah akan mengguncangkan alam sekitar di arena pertarungan itu
terdengar berdentam nyaring menggetarkan udara.
Disusul dengan teriakan-teriakan
tertahan, dan terlemparnya tubuh Iblis Beruang Hitam serta Siluman
Tongkat Beracun. Karena serangan kedua tokoh sesat itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berhasil dipapak dengan dorongan telapak tangan
Pendekar Naga Putih.
Sedangkan Iblis Beruang Salju yang melejit mengelakkan sambaran tangan Panji, berhasil mengirimkan hantaman telapak tangannya, yang telak
mengenai dada bagian atas pemuda bel]ubah putih itu.
Sehingga, tubuh pemuda itu tergetar, dan agak doyong
ke belakang. Sedangkan sepasang kakinya yang laksana
tertanam di talam tanah, sama kali tidak terangkat.
Hanya tanah tempat telapak kaki pemuda itu berpijak
tampak amblas hingga dalamnya satu jengkal. Sementara dan sudut bibir Pendekar Naga Putih, tampak
darah segar merembes keluar. Jelas, Panji tidak luput
dari luka akibat hantaman telapak tangan Iblis Beruang
Salju. Iblis Beruang Salju sendiri begitu berhasil menyarangkan serangannya, kembali melontarkan sebuah tendangan kilat yang meluncur deras ke arah
perut Pendekar Naga Putih yang tengah bergoyanggoyang akibat benturan dahsyat tadi. Sehingga....
Desss... ! "Huagkh... !"
Untuk ketiga kalinya, tubuh Panji kembali menerima
hantaman keras dari salah seorang lawannya. Tanpa
dapat dicegah lagi, tubuh pemuda perkasa itu langsung
terjungkal dengan disertai semburan darah segar yang
keluar dari mulutnya.
Meskipun demikian, Pendekar Naga Putih masih
mampu mempertahankan dirinya agar tidak sampat
terbanting ke tanah. Tapi, tampak tubuh pemuda itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terhuyung ketika berusaha memantek kedua kakinya
untuk menahan daya dorong yang masih tersisa akibat
hantaman keras lawannya.
"Hmh.... "
Sambil menggeram lirih, Panji menyilangkan kedua
tangannya di depan dada dengan telapak tangan
menghadap ke dalam. Kemudian, secara perlahan,
sepasang tangannya bergerak terkembang ke atas dan
tetap dalam bentuk cakar naga, dengan telapak tangan
menghadap ke bumi. Gerakan itu dibarengi pula dengan
kedua lutut ditekuk, sehingga membentuk kuda-kuda
menunggang kuda.
Terdengar helaan napasnya yang berkepanjangan.
Wajah Pendekar Naga Putih yang semakin memucat,
tampak mulai berubah seperti semula. Jelas, Panji
tengah berusaha untuk mengusir rasa sesak seperti
menyumbat jalan napasnya.
"Huagkh... !"
Gumpalan darah segar kembali terlompat dari mulut
Panji. Bersamaan dengan itu, rongga dadanya terasa
agak longgar. Kekhawatiran akan nasib Wirya Saka, yang
saat itu berada dekat dengan tempat berdiri Iblis
Beruang Salju, membuat Panji segera melesat kembali ke
arah lawannya. Dan langsung melontarkan rangkaian
serangan yang cepat dan menggetarkan!
Iblis Beruang Salju terpaksa melayani Pendekar Naga
Putih seorang diri, tanpa rasa gentar sedikit pun. Karena
ia tahu keadaan Pendekar Naga Putih saat ini sudah tidak
sekuat semula. Luka dalam yang dideritanya sedikit
banyak telah mengurangi kedahsyatan tenaga saktinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sehingga, Iblis Beruang Salju pun menyambutnya
dengan tidak kalah ganas. Pertarungan kembali berlanjut
dengan sengit. Tapi, meski tenaganya tidak sehebat semula, namun
untuk menghadapi Iblis Beruang Salju seorang diri
tidaklah membuat Pendekar Naga Putih kesulitan.
Bahkan, dalam jurus-jurus yang kedua puluh lima,
tampak Panji menguasai pertarungan. Sedangkan
lawannya, tidak lagi mempunyai kesempatan untuk
melontarkan serangan balasan. Karena ruang geraknya
terasa seperti dihimpit dinding-dinding salju yang seolaholah membekukan aliran darahnya.
Untunglah Iblis Beruang Salju tidak terlalu aneh
dengan hawa dingin. Sehingga meskipun sambaran cakar
naga Panji selalu disarati gulungan hawa dingin menusuk
kulit, namun tidaklah terlalu menyulitkan lawannya.
Justru, sambaran cakar pemuda itulah yang amat
dikhawatirkannya.
Ketika pertarungan memasuki jurus yang keempat
puluh, Pendekar Naga Putih berhasil menyarangkan
sebuah sambaran cakarnya, yang langsung merobek
tubuh Iblis Beruang. Salju.
"Heaaah...!"
Brettt! "Aaakh... ! "
Iblis Beruang Salju menjerit parau ketika tubuh
depannya terasa perih terkena sambaran jari-jari tangan.
lawannya. Bahkan, tubuhnya sempat melintir bagaikan
gasing akibat kerasnya sambaran cakar pemuda itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Saat itu, Panji yang berniat hendak mengejar
lawannya, terpaksa menunda langkahnya ketika merasakan adanya sambaran angin dari belakangnya.
Cepat pemuda itu berbalik dan menjejakkan kakinya
ketika melihat datangnya serangan dari seorang lelaki
berkepala botak, yang mengenakan mantel kulit beruang
hitam. Siapa lagi penyerang licik itu kalau bukan orang
tertua dari Iblis Kembar.
Begitu menjejakkan kakinya, tubuh Panji langsung
melambung dan berputar dengan kepala berada di
bawah. Sedangkan kedua kakinya dalam posisi tegak
lurus dan berada di atas. Berbarengan dengan itu
sepasang cakar Panji bergerak cepat menggencet kepala
warnanya dari kiri dan kanan.
Wukk! Prakkk...!
"Aaargh... !"
Iblis Beruang Hitam meraung setinggi langit ketika
sepasang cakar naga Pendekar Naga Putih, menghantam
telak kedua sisi kepalanya. Darah segar mengalir dari
mulut tokoh sesat itu seiring dengan suara gemeretak
bunyi tulang kepala yang remuk. Dengan tubuh limbung,
Iblis Beruang Hitam terhuyung ke depan bagaikan orang
mabuk. Kemudian terjerembab di atas tanah berumput,
dan menggelepar sekarat.
"Kakang... !"
Melihat keadaan saudaranya, Iblis Beruang Salju
berteriak parau dan langsung menghambur ke arah
tubuh Iblis Beruang Hitam, yang menggelepar bagaikan
ayam disembelih. Dan, darah segar semakin banyak
menggenang di sekitar kepalanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kakang...!" terdengar Iblis Beruang Hitam berseru
serak ketika ia mengangkat tubuh itu, ternyata telah
terkulai tewas.
Bagaikan banteng luka, Iblis Beruang Salju menoleh
ke arah Pendekar Naga Putih penuh ancaman. Perlahan
dilepaskannya tubuh Iblis Beruang Hitam dari pelukannya. Kemudian ia melompat dan menerjang Panji
seperti orang kerasukan setan!
"Heaaa. . . !"
Panji yang melihat lawannya menyerang secara
membabi-buta, sama sekali tidak gentar. Dengan penuh
ketenangan, pemuda berjubah putih itu bergerak
menghindari setiap sambaran pukulan dan cengkeraman
lawannya. Dan, itu tidak terlalu sulit baginya. Apalagi
lawannya tengah dilanda kemarahan yang menggelegak,
maka semakin mudah bagi Pendekar Naga Putih
menghadapinya. "Haaat.. !"
Ketika melihat kesempatan baik, Panji segera
melontarkan sebuah tendangan kilat ke arah perut
lawannya. Bukkk! Tubuh Iblis Beruang Salju tersentak ke belakang
ketika tendangan lawan telak bersarang di perutnya.
Namun, bagaikan tidak merasakan salut. lelaki botak
bertubuh kekar dan berotot itu kembali melompat
bangkit dan langsung menerjang kalap.
Sadar kalau lawannya benar-benar telah kesetanan,
Panji segera merendahkan kuda-kudanya, siap Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyambut datangnya serangan itu. Dan, pada saat
cengkeraman-cengkeraman lawan hampir mendekatinya,
Pendekar Naga Putih langsung melontarkan pukulan
jarak jauh dengan telapak tangan terbuka.
Whusss...! Blaggg...!
Bagaikan dilempar sebuah tangan raksasa yang tak
tampak, tubuh Iblis Beruang Salju terlonjak ke belakang
dengan diiringi raung kematiannya. Dan semburan darah
segar memercik membasahi permukaan tanah berumput
di sekitar tempat itu.
Setelah menggelepar sesaat, tubuh tokoh sesat itu
terkulai tewas. Hantaman pukulan jarak jauh Panji telah
meremukkan bagian dalam dadanya. Sehingga, Iblis
Beruang Salju menyusul saudaranya yang telah lebih
dahulu pergi. Teringat akan lawannya yang tinggal seorang,
Pendekar Naga Putih mengedarkan pandangannya ke
sekitar tempat itu Namun, sosok Siluman Tongkat
Beracun ternyata telah lenyap tanpa bekas.
"Hm..., rupanya ia telah meninggalkan tempat ini
dengan diam-diam. Syukurlah kalau begitu," desah panji
yang segera melangkah ke arah tubuh Wirya Saka yang
masih tergeletak pingsan.
Panji menarik napas lega ketika mendapati Wirya Saka
masih belum terlambat untuk diobati. Maka, pemuda
berjubah putih itu bertindak cepat untuk segera
menyadarkan dan menambahkan kesehatan putra
Garuda Cakar Baja itu
Oo-dw-ray-oO Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah kesehatan Wirya Saka pulih seperti sediakala,
Pendekar Naga Putih segera mengantarkannya ke
Gunung Talang. Beberapa hari kemudian, kedua orang
pemuda itu tiba di tempat tujuan
"Sekarang kita tinggal mencari Gua Ular, Pendekar
Naga Putih," seru Wirya Saka dengan nada gembira.
Sedang panggilannya terhadap Panji tetap tidak berubah.
"Di sebelah mana kira-kira letak Gua Ular itu, Wirya...
?" tanya Pendekar Naga Putih seraya menoleh ke arah
Wirya Saka yang jelas sekali tampak kegembiraan pada
wajah dan tingkahnya.
"Menurut keterangan di peta ini, Gua Ular terletak di
sebelah Timur Gunung Talang. Ayolah kita cari tempat
Pendekar Naga Putih 34 Mustika Naga Hijau di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
itu...," ajak Wuya Saka yang segera berlari mendahului
Panji. Ketika matahari sudah semakin naik tinggi, tibalah
kedua orang pemuda itu di depan sebuah gua, tibalah
bagian mulutnya tertutup sebuah dinding batu padas
yang berlihat karena terlalu tua. Dan, semak belukar
tampak menutupi mulut gua. Sehingga, bila orang tidak
memperhatikannya, tentu tidak akan menyangka kalau
itu merupakan mulut gua.
"Tidak salah lagi. ini pasti Gua Ular seperti yang
tercantum di peta!" teriak Wirya Saka seraya melompatlompat bagaikan orang kesurupan.
Sementara Panji hanya tersenyum-senyum
menyaksikan tingkah Wirya Saka yang seperti anak kecil
menemukan kembali boneka kesayangannya. Merasa
tugasnya sudah selesai, tubuh Panji segera berkelebat
meninggalkan Wirya Saka yang masih melompat-lompat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pendekar Naga Putih.... Pendekar Naga Putih...!"
panggil Wirya Saka yang baru teringat akan keberadaan
Panji. Namun, meskipun mencari ke daerah sekitar, tetap
saja sosok Pendekar Naga Putih tidak dapat ditemukannya. "Ah..., Kakang Panji benar-benar seorang pendekar
sejati yang tidak mengharapkan imbalan atas jasajasanya. Kalau kelak aku sudah menguasai ilmu-ilmu
tinggi di Gua Ular, akan kuikuti jejak Kakang Panji...,"
janji Wirya Saka sambil melangkah kembali menuju Gua
Ular. Hembusan angin sore yang bersemilir lembut,
mengiringi langkah kaki pemuda itu.
Nah, bagi para pembaca yang ingin mengetahui kisah
Wirya Saka selanjutnya, silakan ikuti serial Pendekar
Naga Putih dalam episode "Pendekar Gila".
SELESAI Raksasa Rimba Neraka 1 Dewi Ular 46 Misteri Bocah Jelmaan Jaka Lola 11
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama