Pendekar Rajawali Sakti 93 Bidadari Dasar Neraka Bagian 2
murid Padepokan Tirtaloka untuk membawa pemuda itu.
"Tahan!" sentak Rangga, menghalangi. Ditatapnya
tajam-tajam ke arah Ki Sapta Ireng.
"Menyingkirlah, Kisanak!"
"Beginikah cara-cara orang terhormat seperti kalian memperlakukan orang yang
belum tentu bersalah?"
"Huh! Kau membuatku semakin marah. Jangan salahkan kalau kami bertindak kasar!"
"Ki Sapta Ireng, tahan...!" teriak Sadewo mencegah, ketika dua orang murid
padepokan sudah langsung
menyerang Rangga.
Tapi teriakan pemuda itu sia-sia saja, karena Ki
Sapta Ireng sama sekali tidak menggubrisnya. Malah, kakinya melangkah mendekati
Sadewo dan menarik
tangannya, untuk segera berlalu dari tempat itu. Namun langkahnya terhenti,
ketika kedua orang murid
padepokan terpekik kesakitan dengan tubuh terhuyung-huyung. "Hm.... Agaknya kau berisi juga. Baiklah. Kau boleh
bermain-main dulu dengan mereka!" dengus Ki Sapta
Ireng. Seketika, murid-murid padepokan yang lain langsung mengurung dan menyerang ganas Pendekar Rajawali Sakti. "Ki Sapta Ireng! Dengar kata-kataku! Pemuda itu...."
"Diam kau, Sadewo! Apakah kau senang ada orang
asing yang membelamu" Tapi walau bagaimanapun juga, kau takkan terlepas dari hukuman!"
Sadewo sebenarnya tidak gentar menghadapi Ki
Sapta Ireng. Dan dia benar-benar menghormatinya sebagai utusan Ki Wisnu Perkasa. Lagi pula, melihat kekerasan orang itu, rasanya
memang tidak ada gunanya lagi membantah. Kalaupun ada penyesalan, itu karena
merasa telah melibatkan Pendekar Rajawali Sakti dalam urusannya.
"Kisanak! Jangan memaksaku bertindak keras pada
mereka! Suruh anak buahmu menyingkir!" teriak
Rangga memperingatkan.
Tapi, Ki Sapta Ireng sama sekali tidak menoleh.
"Baiklah kalau memang itu yang kau kehendaki.
Terpaksa aku membela diri, kalau mereka bermaksud
mencelakaiku!"
"Ki Sapta Ireng! Aku mencoba mengingatkan bahwa
pemuda itu bukan orang sembarangan. Kau sama saja
mencelakakan murid-murid yang lain bila menyuruh
menyerangnya!"
"Sadewo! Haruskah kupecahkan mulutmu agar kau
diam"! Siapa pun orang yang menghalangi tugasku,
dia harus mampus!"
"Kau akan menyesal, Ki Sapta ..."
"Huh!"
Tapi benar saja, Ki Sapta Ireng berjalan kira-kira tujuh tombak, terdengar jerit
kesakitan yang saling susul-menyusul. Mula-mula hal itu tidak dipedulikannya.
Tapi ketika salah seorang tubuh anak buahnya melayang ke arahnya, mau tidak mau terpaksa wajahnya
menoleh. Dan, tampaklah pemuda berbaju rompi itu
sedang mengamuk hebat. Kesepuluh orang anak buah
Ki Sapta Ireng dibuat jungkir balik tidak berdaya. Dan dalam waktu sekejap saja,
mereka dapat dilumpuhkan.
"Kurang ajar! Rupanya kau perlu mendapat pelajaran langsung dariku. Yeaaa...!"
"Ki Sapta, jangaaan...!" teriak Sadewo, mencegah.
Tapi laki-laki setengah baya itu telah melompat menyerang Pendekar Rajawali
Sakti. * * * 5 Kalau pemuda itu mampu mengalahkan muridmuridnya dengan mudah, maka pastilah kepandaiannya sangat tinggi. Begitulah yang terpikir dalam benak Ki Sapta Ireng. Maka
tanpa berpikir panjang lagi segenap kemampuannya langsung dikerahkan untuk menjatuhkan lawan secepatnya.
Melihat lawannya gencar sekali menyerang, Rangga
tidak tinggal diam. Langsung dikeluarkannya jurus
'Sembilan Langkah Ajaib'! Kini, tubuhnya tampak meliuk-liuk menghindari setiap serangan lawan. Gerakan kakinya sangat lincah dan
cepat, sambil sesekali
membalas serangan. Bahkan terkadang gerakangerakannya tidak beraturan, seperti orang yang kebanyakan minum arak Tapi justru
gerakan demikian,
membuat lawannya sulit mendesak Bahkan untuk
mendekati saja, rasanya sudah sulit sekali.
"Yeaaah...!"
Ki Sapta Ireng cepat menyodokkan kepalan tangannya ke kening Pendekar Rajawali Sakti. Maka, cepat-cepat Rangga menangkis sambil
balas menyerang dengan kepalan tangan ke arah dada lawan.
"Hiyaaat..!"
"Akh! Ki Sapta Ireng kontan mengeluh, begitu dadanya terasa seperti dihantam godam. Nafasnya jadi tersengal.
Dan belum juga dia berbuat sesuatu, Rangga sudah
kembali menyerang. Tak ada waktu baginya, kecuali
memapak serangan pukulan Pendekar Rajawali Sakti.
Dan.... Plak! "Ikh!"
Ki Sapta Ireng merasakan kedua tangannya jadi
ngilu ketika beradu dengan tangan Rangga.
Dan saat itu pula, Pendekar Rajawali Sakti mengayunkan kaki kanannya, langsung menghantam telak
dagu lawan. Ki Sapta Ireng kontan terjajar ke belakang sambil memekik keras,
merasakan sakit yang amat
sangat Bahkan dua buah giginya seketika rontok. Dan dari mulutnya, keluar darah
kental. "Bangsat! Agaknya kau memang tidak bisa dikasih
hati, Bocah...!" dengus Ki Sapta Ireng sambil menyeka darah yang keluar dari
mulutnya. Tapi belum lagi dia bersiap akan menyerang Pendekar Rajawali Sakti, tiba-tiba melesat dua sosok bayangan dan langsung berdiri
tegak di tengah-tengah arena pertarungan. Ki Sapta Ireng, Sadewo, serta muridmurid padepokan yang mengenali salah seorang di antaranya, langsung memberi hormat
"Ki Wisnu Perkasa! Syukurlah kau cepat datang.
Kami telah menemukan Sadewo dan bermaksud menyerahkannya, kalau saja...."
"Sudahlah, Ki Sapta Ireng. Aku mengerti persoalannya," sahut salah seorang di antara dua sosok bayangan yang baru datang tadi.
Kedua laki-laki itu memang sudah berusia lanjut.
Yang seorang, seluruh rambut kepala, kumis, dan
jenggotnya telah memutih. Wajahnya lebar sedikit lon-jong. Tubuhnya besar dan
kekar terbalut baju putih.
Kerut-kerut di wajahnya menandakan kalau usianya
telah lanjut Namun demikian sorot matanya tegas dan keras menandakan sikap
hatinya. Dialah Ki Wisnu
Perkasa, orang yang dihormati.
Sementara di sebelahnya, terlihat orang tua yang
usianya hampir sebaya. Hanya, tubuhnya lebih sedikit pendek Bajunya kumal dan
dekil seperti pengemis. Ditambah, di tangannya terdapat sebuah tongkat bambu
yang agak lebar.
"Anak muda, siapa kau" Kulihat, kepandaianmu
sungguh hebat. Namun sungguh sayang, bila dipergunakan untuk mengganggu urusan orang lain!" sapa
orang tua berbaju putih dengan suara tenang menyelidik.
"Aku hanya seorang pengembara biasa. Namaku
Rangga" sahut Rangga kalem.
"Hmmm...."
"Kisanak, maaf. Aku sama sekali tidak berniat mencampuri urusan kalian. Tapi, aku tidak bisa tinggal di-am melihat ketidakadilan
di depan mataku. Kalau
memang kau bijaksana, mestinya akan menilai orang
setelah tahu jelas latar belakang persoalannya. Tapi kalau menuduh tanpa bukti,
itu hanya dilakukan
orang-orang picik," sambung Rangga, masih terdengar tenang sekali nada suaranya.
Wajah orang tua itu tampak merah mendengar kata-kata yang diucapkan Rangga. Sudah jelas, meski tidak langsung, kata-kata
terakhir pemuda itu merupakan sindiran tajam yang membuat telinganya jadi panas. Tapi dia mampu menahan diri untuk bersikap setenang mungkin.
"Hmmm.... Kata-katamu memang tidak salah.
Maafkanlah perkataanku tadi yang telah menyinggung
perasaanmu. Ki Wisnu Perkasa memang buta hati, sehingga belum mampu melihat mana yang benar dan
salah, selain dari apa yang terlihat di depan matanya...."
Rangga hanya tersenyum saja.
*** "Sungguh kebetulan, Kisanak! Maafkanlah katakataku tadi. Kehadiranku ke sini, sama sekali tidak ingin mencampuri urusan guru
dan murid. Secara kebetulan saja aku bertemu Sadewo yang sedang terluka
dan dikerubuti dua orang tak dikenal. Lalu hatiku ter-gerak untuk menolong. Dan
akhirnya, kami berdua
berhasil mengusir lawan, meski Sadewo terluka. Kemudian Sadewo menceritakan persoalan, dirinya padaku. Dia mengakui kalau hatinya cemas, karena takut gurunya sendiri tidak percaya dengan apa yang
terjadi sebenarnya. Dan lagi-lagi, aku memang lancang karena bermaksud
menemaninya. Juga, aku akan
menjadi saksi kebenaran ceritanya padamu," jelas
Rangga singkat Ki Wisnu Perkasa mengangguk-anggukkan kepala,
kemudian berpaling pada Sadewo. Dan yang dipandangi, saat itu juga tengah memandang padanya. Tapi
pandangannya langsung dialihkan kepada Pendekar
Rajawali Sakti.
"Nah, Sadewo. Beranikah kau bersumpah kalau tidak pernah mengenal gadis itu sebelumnya?"
"Ampun, Guru! Aku bersumpah tidak kenal gadis
itu sebelumnya. Dia hanya memfitnahku!"
"Tahukah kau, kenapa aku bisa langsung mempercayai kata-katamu?"
Sadewo menggeleng. Begitu juga, Ki Sapta Ireng.
Dia sedikit terkejut mendengar kata-kata Ki Wisnu
Perkasa. Tidak biasanya orang tua itu cepat merubah keputusannya begitu saja.
Baru tadi memerintah untuk menangkap dan menghukum Sadewo. Tapi kini tiba-tiba telah berubah dan mengampuninya.
"Nah murid-muridku semua, dengarlah penuturanku. Aku tidak akan bisa percaya pengakuan Sadewo,
kalau saja Ki Bangkalan yang berada di sampingku ini tidak menjelaskan duduk
persoalan yang menyangkut
gadis itu. Beliau adalah salah seorang sahabatku. Ki Bangkalan bercerita kalau
belakangan ini muncul seorang gadis berilmu tinggi yang suka mencari pemudapemuda sebagai pemuas nafsunya. Dan cara apa pun
akan digunakan untuk mendapatkan pemuda yang dikehendakinya. Setelah mendengar ciri-cirinya lewat
penuturan Ki Bangkalan, maka aku berkesimpulan kalau gadis itu adalah orang yang sama dengan yang
mengaku kekasih Sadewo. Hanya saja, Sadewo difitnah, karena gadis itu menginginkan dirinya. Dengan
begitu persoalan Sadewo selesai. Dan aku tidak akan malu menarik hukumannya,
kalau ternyata memang
terbukti tidak bersalah!" kata Ki Wisnu Perkasa panjang lebar.
Ki Sapta Ireng tidak berani membantah. Begitu juga
murid-murid padepokan yang lainnya. Sementara wajah Sadewo tampak berseri. Dihampirinya Rangga dengan senyum tulus.
"Sobat, terima kasih atas pertolonganmu. Kini aku
bebas dari fitnah keji itu. Atas nama guru, kami bermaksud mengundangmu ke
padepokan," ucap Sadewo.
"Betul, Anak Muda. Suatu kehormatan bagi kami
bila bisa mengundangmu...," timpal Ki Wisnu Perkasa.
Sedangkan Ki Bangkalan sendiri mendekat sambil
tersenyum kecil.
"Anak Muda, marilah ikut bersama kami. Suatu kehormatan besar bagi Padepokan Tirtaloka, karena dapat dikunjungi seorang pendekar besar sepertimu,"
ajak orang tua itu ramah.
"Ah! Kisanak terlalu berlebihan. Aku hanya orang
biasa yang tidak memiliki perbedaan dengan semua
yang ada di sini. Maafkanlah. Bukannya bermaksud
menolak, tapi aku ada urusan lain yang harus dikerjakan. Mungkin di lain waktu,
bila kalian masih menerima kehadiranku, aku akan berkunjung ke Padepokan
Tirtaloka," sahut Rangga menolak halus.
"Ki Bangkalan, kau menyebutnya pendekar besar.
Apakah kau sudah mengenal anak muda ini sebelumnya?" tanya Ki Wisnu Perkasa heran.
"Apakah kau betul-betul tidak mengenalnya?" Ki
Bangkalan balik bertanya.
"Ki! Kawanku inilah orang yang sering diceritakan
pada kami. Dialah Pendekar Rajawali Sakti!" jelas Sadewo menjelaskan.
"Oh, sungguhkah"! Betul-betul mataku telah lamur
sehingga tidak bisa mengenali orang!" Ki Wisnu Perka-sa tampak terkejut
Begitu juga Ki Sapta Ireng serta murid-murid padepokan lain. Mereka benar-benar tidak tahu kalau pemuda tampan berbaju rompi putih ini adalah Pendekar
Rajawali Sakti. Seorang pendekar muda yang sudah
kondang dalam rimba persilatan. Tidak ada seorang
pun yang tidak mengenalnya. Bukan hanya mereka
yang berada di jalur golongan putih yang mengagumi, tapi juga yang berada di
jalan sesat Orang-orang rimba persilatan pasti akan berpikir seribu kali bila
harus berhadapan dengan Pendekar Rajawali Sakti. Bukan
hanya ilmu olah kanuragannya yang sangat tinggi, tapi juga ilmu kedigdayaannya
sangat sukar dicari tandin-gannya. Belum lagi pedang pusakanya yang sangat
sakti dan berpamor dahsyat Tidak ada satu senjata
pun di dunia ini yang bisa menandinginya. Jadi bukan hal aneh kalau mereka
sampai terlongong, begitu tahu kalau pemuda ini adalah Pendekar Rajawali Sakti.
"Oh, sungguh malu aku! Maafkanlah atas kelancanganku tadi, Kisanak," ucap Ki Sapta Ireng tanpa malu-malu.
"Sudahlah. Aku jadi malu hati dipuji begini. Itu
Pendekar Rajawali Sakti 93 Bidadari Dasar Neraka di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
hanya nama kosong belaka," sahut Rangga jengah melihat sikap mereka yang dianggap berlebihan.
Meski mereka kembali menawarkan agar turut sudi
memenuhi undangan, tapi Rangga tetap menolak dengan halus. Melihat sikap pemuda itu, akhirnya mereka tidak lagi memaksa. Kini
rombongan itu kembali ke
Padepokan Tirtaloka, sedangkan Rangga melanjutkan
perjalanannya. *** "Apa..."!"
Bidadari Dasar Neraka membelalakkan matanya
dengan suara nyaring. Kedua anak buahnya diam
sambil menundukkan kepala, tidak berani menatap
bola mata perempuan cantik yang mendelik lebar. Tatapannya begitu tajam berkilat-kilat, seakan-akan sepasang bola api yang hendak
membakar hangus seluruh tubuh mereka. Bidadari Dasar Neraka memang kelihatan marah sekali sampai wajahnya terlihat memerah dan meregang kaku.
Tapi sebentar kemudian, gadis itu terlihat terdiam
seperti memikirkan sesuatu. Keningnya jadi berkerut, dan kelopak matanya pun
terlihat menyipit Sementara, dua orang pengikutnya masih belum berani mengangkat kepala. Sudah barang tentu mereka tidak tahu pe-rubahan yang terjadi pada
wajah Bidadari Dasar Nera-ka. "Tadi kalian menyebutkan julukannya. Hm.... Siapa
dia?" "Pe..., Pendekar Rajawali Sakti," sahut Raja Manik, tergagap.
"Hmmm...," gumam Bidadari Dasar Neraka sambil
tersenyum-senyum kecil.
"Orangnya masih muda dan tampan, Nyai...," tambah Raja Manik Laki-laki tinggi kurus ini berharap, setelah mendengar kabar itu kemarahan
Bidadari Dasar Neraka akan
berubah. Dia memang pandai sekali melihat perubahan raut wajah majikannya. Dan ini cepat di manfaatkannya, sebelum kemarahan wanita Bidadari Dasar Neraka kembali memuncak
"Masih muda dan tampan?"
"Betul, Nyai!" sahut Raja Manik mulai memperlihatkan senyumnya.
Raja Manik sudah menyangka kalau Bidadari Dasar
Neraka sudah hilang marahnya. Tapi, ternyata perkiraannya meleset jauh. Dan tiba-tiba saja, wajah Bidadari Dasar Neraka kembali
berubah meregang kaku.
Dan.... "Setan! Kau ingin merubah pendirianku untuk tidak
menghukummu, heh..."!" hardik Bidadari Dasar Neraka, kembali mendelik bola matanya.
Raja Manik mengkerut. Wajahnya kembali pucat
pasti dan tertunduk ketakutan, melihat raut wajah Bidadari Dasar Neraka kembali
angker. Dan suaranya
pun sudah kembali tergagap.
"Ten..., tentu saja tidak, Nyai...," ujar Raja Manik buru-buru.
"Bagus! Kalau begitu, cari dan tangkap dia!"
"Eh! Tapi..., tapi...."
"Goblok! Apakah kalian ingin membuat aku malu"
Atau ingin kupenggal kepala kalian sekarang juga,
heh..."!"
"Ba.... Baik, Nyai...," sahut Raja Manik cepat.
Mereka langsung melangkah menuju ke pintu dengan membawa senjata baru, pengganti senjatanya yang telah dihancurkan Pendekar
Rajawali Sakti. Namun
senjata itu masih dengan bentuk yang sama. Mereka
tampak melangkah bergegas. Tapi belum juga keluar,
sudah terdengar teriakan Bidadari Dasar Neraka.
"Tunggu...!"
"Eh..."! Ada apa lagi, Nyai...?"
"Tolol! Tentu saja aku ikut denganmu!" sentak Bidadari Dasar Neraka. "Setelah dipecundangi, apakah
kalian pikir mampu menangkapnya..." Huh! Goblok..."!"
"Tentu saja tidak, Nyai. Itulah yang kami maksudkan...," wajah Raja Manik terlihat cerah.
"Apa yang kau maksudkan"!"
"Eh! Maksudku..., dia terlalu menghina, Nyai. Katanya, dia tidak takut dan akan menghajar Nyai habis-habisan kalau nanti
berhadapan. Untuk itulah, kebetulan sekali kalau Nyai bermaksud bertempur dan menangkapnya. Serta...," Raja Manik tersenyum tidak melanjutkan kata-katanya.
"Hi hi hi...! Kau memancingku, Raja Manik. Tapi
kau pikir, aku bisa dikibuli begitu saja, he...".r Setelah dikalahkan, kalian
tentu dendam dan bermaksud me-minjam tanganku, bukan" Tapi kalau aku bermaksud
menangkapnya, bukan berarti itu kulakukan untuk
kalian. Ini urusanku, mengerti...!" Sedikit saja dia dice-lakakan, tidak ada
ampun lagi buat kalian berdua. Pa-ham..."!" keras sekali suara Bidadari Dasar
Neraka. Raja Manik jadi terdiam membisu. Dan kini wajahnya tidak lagi bisa diangkat, untuk menatap wajah
cantik wanita itu. Sedangkan Gondo Keling yang sejak tadi tidak terdengar
suaranya, semakin dalam saja
menundukkan wajahnya. Suaranya benar-benar tidak
bisa lagi dibuka melihat kemarahan Bidadari Dasar
Neraka sudah meluap, bagaikan gunung berapi yang
tinggal menunggu waktu saja untuk memuntahkan laharnya. "Ayo, kita berangkat sekarang!" ajak Bidadari Dasar Neraka.
"Ba.... Baik, Nyai," sahut Raja Manik dan Gondo
Keling berbarengan.
Sesaat kemudian, mereka bertiga telah berlari cepat ke suatu arah yang
ditunjukkan Raja Manik.
Tidak ada seorang pun yang bicara lagi. Entah, apa
yang ada dalam kepala mereka masing-masing saat ini.
Tapi sesekali terlihat seulas senyum tersungging di bibir wanita berwajah cantik
bagai bidadari yang selalu mengenakan baju tipis warna biru muda ini.
*** Namun begitu mereka tiba di tempat pertarungan
dua orang pengikut Bidadari Dasar Neraka ini melawan Pendekar Rajawali Sakti tadi, tidak satu pun yang melihat ada orang di sini.
Bidadari Dasar Neraka kemudian memutuskan untuk menyusul mereka ke Padepokan Tirtaloka. Pikirnya, Pendekar Rajawali Sakti telah membawa kembali
Sadewo ke sana.
Tapi baru saja bermaksud meninggalkan tempat itu,
tiba-tiba saja....
Wusss! Siap! "Heh..."! Hup...!"
Tiba-tiba dua buah bayangan berkelebatan begitu
cepat, dan tahu-tahu di depan sudah berdiri dua sosok tubuh menghadang mereka.
Wajah sosok yang baru
datang itu terlihat garang, menunjukkan dendam kesumat Melihat dari raut wajah, tampaknya mereka telah berusia sekitar empat puluh tahun lebih. Yang seorang, laki-laki berbaju
kembang-kembang. Pada tangan kanannya tergenggam pedang. Sedangkan yang
seorang lagi wanita berwajah bulat Pakaiannya berwarna ungu, pada tangannya terlihat sebatang tongkat berhulu kepala naga.
"Hi hi hi...! Ternyata dua orang sahabat lama yang
hadir. Ki Dewok Sisik dan Nyi Palaning. Ada keperluan apa kalian jauh-jauh
menemuiku?" tanya Bidadari Dasar Neraka seraya memperdengarkan suara tawanya
yang nyaring dan kering.
"Hm. Ternyata dugaanku benar. Kau adalah Bidadari Dasar Neraka...."
Laki-laki yang tadi disebut Bidadari Dasar Neraka
bernama Ki Dewok Sisik hanya mendengus sinis. Sebaliknya, perempuan bernama Nyi Palaning itu sudah
langsung memperlihatkan kegarangannya.
"Perempuan keparat! Kedatangan kami ke sini bukan bermaksud beramah-tamah denganmu. Tapi, ingin
membuat perhitungan hutang nyawa!"
"Eh! Sabar dulu, Sobat Sejak kapan aku berhutang
nyawa denganmu?"
"Huh! Pura-pura berdalih. Dua hari yang lalu seorang muridku kedapatan tewas dengan tubuh pucat
menguning. Sedangkan muridku yang lain kau buat
cedera hingga ada yang tewas. Kau tahu, apa artinya itu" Kupikir hanya perbuatan
seorang gadis bejat saja yang mengaku Bidadari Dasar Neraka. Tapi, siapa
nyana pelakunya ternyata memang kau sendiri, yang
dengan nafsu iblismu menyedot sari kejantanan setiap pemuda untuk membuatmu
terus awet muda!"
"Hi hi hi...! Melihat caramu berbicara, agaknya kau cemburu betul denganku.
Tapi, siapa yang mengatakan aku sebagai penyebab tewasnya murid-muridmu"
Justru mereka hendak membunuhku! Maka, tentu saja aku melawan. Dan soal muridmu yang tewas itu,
ohhh...! Dia betul-betul menggairahkan...."
"Perempuan cabul! Terimalah kematianmu!
Yeaaa...!"
"Heh...! Agaknya kau semakin galak saja."
Bidadari Dasar Neraka bergerak cepat menghindari
serangan. Tapi saat itu juga Ki Dewok Sisik tak mau ketinggalan.
"Nyi Palaning, jangan serakah! Dia juga punya hutang nyawa denganku!"
"Huh! Siapa peduli urusanmu! Kalau kau suka,
ambil saja bagianmu nanti!"
"Aku tidak sabar. Tidak peduli apa kata orang, yang penting dia harus mampus
ditanganku!" tegas Ki Dewok Sisik.
Laki-laki itu sudah langsung menyerang Bidadari
Dasar Neraka dengan pedang terhunus.
"Hi hi hi...! Sayang! Sebenarnya, ingin sekali aku
menghajar kalian berdua bersamaan. Tapi, kedua
pembantuku jadi tidak punya kerjaan. Biarlah kau
bermain-main dengan mereka saja, Ki Dewok Sisik!"
Kata-kata Bidadari Dasar Neraka seperti perintah
bagi Raja Manik dan Gondo Keling. Tanpa diperintah langsung lagi, mereka sudah
langsung melesat ke arah Ki Dewok Sisik.
"Yeaaah...!"
"Keparat! Kalau kalian ingin mampus, kemarilah lekas!" bentak Ki Dewok Sisik kesal bercampur geram,
seraya menghentikan serangannya pada Bidadari Dasar Neraka. Karena tiba-tiba saja kedua orang itu telah menyerangnya cepat sekali bagaikan angin topan dahsyat,
tentu saja membuat Ki Dewok Sisik jadi berang setengah mati. Cepat dia melompat,
berkelit menghindari
serangan dua orang pengikut Bidadari Dasar Neraka.
"He he he...! Pikirlah, Gondo Keling. Sebaiknya dia kita apakan" Apakah kau
tertarik jika nanti orang ini dibuat sup makan malam mu?"
"Ha ha ha...! Aku suka sekali, Raja Manik. Sayang,
dagingnya pasti alot. Tapi tidak apalah untuk meng-ganjal perutku yang lapar,"
sahut Gondo Keling terta-wa lebar.
Merasa diremehkan begitu, tentu saja Ki Dewok Sisik semakin geram saja. Gerahamnya bergemerutukkan menahan amarah. Dan beberapa kali ludahnya
disemburkan sambil mendengus, mencoba bertahan
untuk tidak terpancing amarahnya.
Ki Dewok Sisik langsung merubah jurus, dan memainkan jurus andalannya, 'Memancing Bulan Bintang'. Jurus ini penuh tipu dan gerakan cepat, serta
mengandalkan tenaga dalam kuat Sesaat, terlihat kedua lawan Ki Dewok Sisik kerepotan. Raja Manik
menggeram. Gada berdurinya tampak meleset cepat
menimbulkan desiran angin kencang, memapak setiap
serangan lawan. Sementara, Gondo Keling sendiri memainkan cambuk berdurinya seperti mengejar ke mana
saja lawan bergerak.
"Hiyaaa...!"
* * * 6 Pada suatu kesempatan, Ki Dewok Sisik mengelebatkan pedangnya. Melihat serangan yang begitu cepat, Raja Manik segera memapaknya dengan gada berduri. Trakkk! Benturan dua buah senjata yang berlawanan jenis
tak dapat dielakkan lagi. Namun akibatnya, Ki Dewok Sisik jadi terlongong
bengong begitu menyadari kalau pedangnya telah patah. Tubuhnya memang sempat
terjajar, namun tak urung dia jadi terpaku sesaat Sementara, gada Raja Manik pun
terlepas dari genggaman.
Mendapat kesempatan baik ini, Gondo Keling segera
ikut membantu dengan lecutan cambuknya. Sedangkan Raja Manik kembali menyerang dengan kepalan
tangan kanan yang berisi tenaga dalam penuh.
Ctar! Diegkh! "Aaakh!"
Tubuh Ki Dewok Sisik langsung terjungkal ke belakang sejauh tiga tombak disertai jerit kesakitan, begitu dua serangan lawan
mendarat telak di dada dan
iganya. Dari mulutnya kontan menyembur darah merah kehitam-hitaman. Sesat kepalanya bergerak pelan, kemudian diam untuk
selamanya. Nyawanya langsung
melayang saat itu juga, dengan dada yang hancur dan tulang-tulang iga patah.
Nyi Palaning sempat melihat kematian Ki Dewok Sisik. Namun perempuan tua itu hanya mendengus sinis. Selain memang tidak ada urusan dengan orang
tua itu, saat ini Bidadari Dasar Neraka sedang gencar mendesaknya. Bahkan
keadaannya semaian terpojok
Tongkat di tangannya yang sejak tadi diandalkan untuk mendesak lawan, seperti tidak berarti apa-apa
menghadapi kelincahan tubuh Bidadari Dasar Neraka
yang bergerak ringan dan cepat sekali.
"Aku sudah bosan bermain-main denganmu, Nenek
Peot! Kini terimalah kematianmu!" desis Bidadari Dasar Neraka sambil mencabut
pedang kembarnya.
Sriiing! "Huh! Perempuan rendah! Kau pikir kesombongan
mulutmu mampu membuktikan hal itu" Kaulah yang
akan mampus hari ini!"
Bidadari Dasar Neraka tidak mempedulikan ucapan
Nyi Palaning. Dan tubuhnya sudah langsung bergerak
bagai kilat dengan sambaran kedua pedang pendek dari perak di tangan yang dahsyat dan saling susul, ke arah kepala, dada, dan
Pendekar Rajawali Sakti 93 Bidadari Dasar Neraka di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pinggang lawan. Melihat serangan ini, Nyi Palaning jadi terkejut setengah mati.
Agaknya, lawan betul-betul hendak membuktikan ucapannya. Maka, tongkatnya segera diputar sedemikian rupa untuk membentengi tubuhnya,
dan sesekali balas menyerang.
Sementara itu dengan mengerahkan tenaga dalam
penuh, Bidadari Dasar Neraka berusaha menembus
pertahanan lawan. Langsung dihantamnya tongkat di
tangan Nyi Palaning.
"Hiyaaat..!"
Prakkk! Perempuan tua itu jadi terkejut, karena tongkatnya
patah jadi dua dihantam pedang lawan. Bahkan tubuhnya sempat tergempur beberapa langkah ke belakang. Tangannya kontan terasa ngilu seperti kesemutan, sehabis beradu senjata tadi. Dan karena begitu terkejut, Nyi Palaning lupa
pada pertahanannya. Ma-ka....
Crab! Cras! "Aaakh!" .
Nyi Palaning kontan berteriak kesakitan, begitu pedang lawan menembus jantungnya. Dan ternyata, Bidadari Dasar Neraka tidak memberi ampun sedikit
pun. Maka sabetan pedang berikutnya, langsung menyambar leher Nyi Palaning hingga nyaris putus. Perempuan tua itu jadi terhuyung-huyung seperti ayam
disembelih. Tubuhnya langsung ambruk dan nyawanya langsung melayang.
Bidadari Dasar Neraka dan kedua pembantunya
langsung meninggalkan tempat itu, begitu lawanlawannya sudah tidak berkutik lagi.
*** Desa Parit Susuk berbatasan dengan Desa Jambu
Pasir yang terletak di sebelah timurnya. Keadaannya cukup ramai, walau kalah
jauh dibandingkan desa te-tangganya. Saat itu seorang pemuda tampan berambut
terurai tampak berjalan santai memasuki mulut Desa
Parit Susuk. Pemuda berbaju rompi putih yang tidak
lain Rangga, atau lebih dikenal berjuluk Pendekar Rajawali Sakti, saat ini merasa perutnya mulai lapar. La-lu, dicarinya kedai
makanan yang terdekat Namun ada hal yang sedikit aneh. Ternyata, beberapa orang
tengah memperhatikannya dengan seksama. Bahkan salah seorang dari mereka malah mendekat
"Kisanak! Kalau kau masih sayang pada nyawamu,
sebaiknya lekas tinggalkan desa ini!" kata orang itu langsung memperingatkan.
Tangga mengerutkan alisnya.
"Bahaya apa gerangan Kisanak?"
"Sudahlah jangan terlalu banyak tanya! Telah banyak pemuda gagah berwajah tampan sepertimu yang
menjadi korban perempuan iblis itu!"
"Perempuan iblis?" tanya Rangga, jadi teringat penuturan Sadewo.
Sebelumnya, Pendekar Rajawali Sakti memang tidak
mempunyai urusan dengan perempuan itu. Tapi sepanjang jalan, banyak terdengar tentang perbuatan
cabul sekaligus sangat kejam yang dilakukan wanita
iblis itu. Pemuda-pemuda berparas tampan serta gagah diculiknya, lalu ditinggalkan dalam keadaan tewas.
"Siapa lagi kalau bukan Bidadari Dasar Neraka!"
sahut laki-laki berkulit hitam dan berbaju lusuh.
Rangga mengangguk.
"Terima kasih atas nasihatmu, Kisanak. Tapi, perutku lapar. Mana mungkin aku bisa kuat berjalan sebelum diisi...."
"Terserah mu sajalah. Aku hanya memperingatkan.
Banyak orang di sini yang mengungsikan putranya ke
Desa Jambu Pasir atau ke kotaraja, karena di sana lebih aman!"
Setelah berkata demikian orang itu langsung meninggalkan Rangga.
Pendekar Rajawali Sakti hanya menggeleng perlahan. Dalam hatinya, setelah mendengar sepak terjang perempuan itu, justru malah
ingin bertemu dan berniat menghentikan perbuatannya. Kaki Rangga lurus
melangkah, dan masuk ke dalam sebuah kedai!
Kedai ini tampaknya sepi pengunjung. Paling tidak
yang terlihat hanya tujuh orang yang masing-masing
berada dalam empat buah meja. Melihat gerakgeriknya, agaknya mereka termasuk orang-orang persilatan. Namun Rangga tidak
mempedulikan, dan langsung memesan makanan. Dan begitu pesanan datang,
Rangga segera menyantapnya.
Baru saja Pendekar Rajawali Sakti selesai menyantap hidangan, dari mulut kedai muncul seorang gadis berparas cantik Bajunya
berwarna putih dengan rambut panjang diikat pita putih. Di pinggangnya, terselip
sebilah pedang terbuat dari perak. Walaupun cantik namun wajahnya terlihat
galak. Di sebelahnya tampak berjalan seorang pemuda gagah berwajah tampan. Di
punggungnya, tersembul pedang berukuran besar. Melihat sikap mereka, agaknya kedua anak muda ini adalah sepasang kekasih.
Rangga hanya menatap mereka sekilas. Dan dia
bermaksud untuk meninggalkan kedai, tapi cepat
mengurungkan niatnya. Saat itu matanya melihat dua
orang bertubuh besar yang tadi berada di pojok kedai, bangkit dan mendekati
kedua anak muda itu.
"Bidadari Dasar Neraka! Kebetulan kau berada di
sini. Kami Sepasang Naga Pertala, akan membuat perhitungan atas perbuatanmu membunuh saudara seperguruan kami!" kata salah seorang dari Sepasang
Naga Pertala yang memiliki tubuh tinggi besar.
Sementara, gadis berbaju putih itu menaikkan alis
dengan pandangan heran. Di liriknya kedua laki-laki bertubuh besar dan kasar
itu. Yang berbicara dengannya tadi, sepasang matanya bulat seperti melotot Sedangkan yang seorang lagi,
bermata sayu dengan kelopak kiri codet sepanjang jari telunjuk.
*** "Dua pengemis busuk, menyingkirlah dari hadapanku!" geram gadis itu dengan suara nyaring.
"Huh! Setelah sekian lama mencarimu, baru sekarang bertemu. Kau pikir apa aku akan membiarkan
mu pergi begitu saja"! Kau harus menerima balasan
dari kami!" balas salah seorang dari mereka dengan
wajah garang. "Kurang ajar! Apa urusannya hingga kau menuduhku yang tidak-tidak"!"
"Sudah, Taji Sulur! Untuk apa berlama-lama. Biar
kubereskan perempuan keparat ini!" sentak laki-laki yang bermata sayu, langsung
menghantamkan kepalan
tangannya ke meja.
"Tahan, Kisanak!" teriak pemuda di sebelah gadis
yang dipanggil Bidadari Dasar Neraka, berniat mencegah. Tangannya langsung
disodorkan untuk menangkis. Plak! Tapi laki-laki bermata sayu tidak mempedulikannya. Langsung kakinya diayunkan menendang pemuda
itu dengan cepat.
"Taji Lalang! Hadapilah pemuda tolol itu! Biar perempuan iblis ini kubereskan!" teriak si mata bulat yang bernama Taji Sulur,
langsung menyerang gadis
berbaju putih. Hiyaaat..!"
"Gembel-gembel keparat! Kupecahkan batok kepala
kalian berani mengganggu orang tanpa sebab!" teriak
gadis itu, sambil berusaha mengelak.
"Berteriaklah sepuas hatimu, Perempuan Cabul!
Tapi hari ini, Sepasang Naga Pertala akan menghentikan perbuatan terkutukmu!"
"Keparat! Kau tuduh aku perempuan cabul"! Hih!
Betul-betul akan kuremukkan kepalamu!" sentak gadis itu geram.
Pertarungan keempat orang itu berlanjut di luar, ketika si pemilik kedai
berteriak-teriak memohon agar barang-barang miliknya tidak hancur berantakan.
Mendengar disebutnya nama Bidadari Dasar Neraka
oleh kedua Naga Pertala itu, tentu saja menarik perhatian semua orang yang
berada di situ. Mereka langsung berduyun-duyun menyaksikan pertarungan, dan
memaki-maki gadis itu. Bahkan beberapa orang penduduk melemparinya dengan benda-benda keras. Tak
bisa dilukiskan betapa marahnya penduduk desa ini
terhadap perempuan berjuluk Bidadari Dasar Neraka.
Memang, beberapa hari ini, sepuluh orang pemuda desa kedapatan tewas dengan tubuh pucat kekuningan.
Beberapa orang melihat mereka diculik oleh seorang
perempuan yang berjuluk Bidadari Dasar Neraka.
"Jahanam keparat! Apa-apaan ini"! Kubunuh kalian
semua...!" teriak gadis itu kalap.
Pedang pendeknya berkelebat ke sana kemari
menghindari hujan benda-benda keras yang dilemparkan para penduduk ke arahnya. Dan dia juga harus
menghindari serangan lawan yang bertangan kosong
sambil berusaha membalas. Gerakan gadis itu sungguh gesit, hingga sedikit pun tidak mengalami kesulitan menghadapi lawan. Bahkan
sedikit demi sedikit
Taji Sulur terlihat mulai terdesak hebat Kedua tangannya yang memiliki kuku-kuku
tajam bagai cakar maut, sama sekali tidak berkutik menghadapi permainan pedang gadis itu.
"Kini mampuslah kau, Keparat!"
Sehabis membentak nyaring, ujung pedang si gadis
menyambar ke arah leher Taji Sulur. Namun, Taji Sulur cepat menundukkan kepala. Melihat kesempatan
yang hanya sedikit ini, saat itu juga kaki kanan gadis itu sudah melayang ke ulu
hati lawan. Taji Sulur masih sempat menghindar dengan melompat ke atas. Tapi, gadis itu telah menyusulinya dengan kelebatan pedang ke arah leher, dada,
dan pinggang. Taji Sulur cepat bersalto ke samping, tapi tubuh si gadis sudah berputar dengan
kedua kaki terbuka lebar. Langsung dilepaskannya tendangan beruntun ke
perut dan dada Taji Sulur yang tidak mampu mengelak Tubuh lelaki bermata bulat
itu terpental dua tombak.
Namun sebelum jatuh ke tanah, ujung pedang gadis
itu sudah memburu ke arah jantungnya.
"Tahan...!"
Tiba-tiba sesosok tubuh berkelebat cepat ke arah
pertarungan Taji Sulur melawan Bidadari Dasar Neraka. Cepat gadis itu menghentikan serangan. Begitu ju-ga pemuda yang tengah
bertarung dengan Taji Lalang.
Mereka langsung memberi hormat pada orang tua berusia lanjut dan berjenggot putih sepanjang dada.
"Eyang Guru...!"
*** Orang tua itu mengangguk ramah sambil mengelus
jenggotnya, kemudian berpaling pada Sepasang Naga
Pertala. "Kisanak berdua, ada urusan apa hingga kalian berurusan dengan kedua orang muridku?" tanya orang
tua itu, ramah.
"Huh! Kau rupanya Raja Pedang Bermata Dewa.
Pantas saja permainan pedang mereka cukup tangguh.
Tapi tidak kusangka kalau murid perempuanmu mempunyai sifat dan kelakuan seperti iblis!" desis Taji Sulur, dengan wajah tidak
senang. "Kisanak! Benarkah tuduhanmu itu" Kalau murid
perempuanku ini dituduh bersifat dan berkelakuan seperti iblis, dapatkah kalian
berdua membuktikannya?"
tanya orang tua yang ternyata berjuluk Raja Pedang
Bermata Dewa, masih bersikap ramah.
"Buktikan apa lagi"! Tanyakan pada semua penduduk di sini, siapa yang tidak kenal Bidadari Dasar Neraka perempuan cabul
berkelakuan iblis!"
Mendengar kata-kata Taji Sulur, semua penduduk
yang masih berada di situ mengacungkan tangan dengan teriakan-teriakan marah kepada gadis yang disangka Bidadari Dasar Neraka.
"Kisanak! Dengar penjelasanku! Kalian salah duga
jika menuduh muridku sebagai Bidadari Dasar Neraka.
Aku justru menyuruh mereka untuk menghentikan
sepak terjang perempuan iblis itu!" tandas Raja Pedang Bermata Dewa.
"Dusta! Kau hanya berdalih untuk melindungi muridmu!" "Hm.... Pernahkah sebelumnya kau bertemu perempuan itu?"
Taji Sulur dan Taji Lalang terdiam sesaat.
"Melihat langsung memang tidak. Tapi dari ciri-ciri yang kami peroleh, sama
dengan murid perempuanmu
itu!" "Menuduh tanpa bukti adalah fitnah, Kisanak. Kau
telah memfitnah muridku. Dan itu perbuatan keji. Bagaimana mungkin bisa
menuduhnya sebagai Bidadari
Dasar Neraka, tanpa kau melihatnya sendiri" Apakah
bila ada seratus gadis yang berpakaian sepertinya, lalu akan kau tuduh sebagai
Bidadari Dasar Neraka pula"
Lalu, bagaimana jika ternyata bukan perempuan yang
dimaksud, sedangkan dia telah kau bunuh. Sudah puaskah hatimu karena ternyata Bidadari Dasar Neraka
yang asli masih berkeliaran?"
Sepasang Naga Pertala kembali terdiam, wajahnya
kali ini tidak segarang tadi. Agaknya kata- kata Raja Pedang Bermata Dewa
mengena juga di hati mereka.
Keduanya saling berpandangan sejenak.
"Raja Pedang Bermata Dewa! Kami tidak akan meminta maaf, sebelum terbukti kalau gadis itu bukan
perempuan yang kami cari. Tapi kalau ternyata benar, maka bukan dia saja yang
tidak akan selamat Bahkan
akan kupastikan, seluruh tokoh persilatan akan mengejarmu karena melindungi perempuan keji berhati iblis!"
"Aku bertanggung jawab penuh terhadap segala
perbuatan yang dilakukan kedua muridku!" sahut Raja Pedang Bermata Dewa itu
mantap. Sepasang Naga Pertala mendengus sinis, sebelum
meninggalkan tempat itu. Tapi belum lagi melangkah
jauh, tiba-tiba sesosok tubuh ramping telah berdiri di dekat pemuda tampan murid
Raja Pedang Bermata
Dewa. "Hi hi hi...! Ada urusan apa di sini, hingga kelihatan ramai sekali?"
Semua mata tersentak berpaling ke arah asal suara.
Maka, tampaklah seorang gadis berparas jelita berusia sebaya dengan murid
perempuan Raja Pedang Bermata
Dewa. Rambutnya panjang terurai, sebatas pinggul.
Bajunya tipis, sehingga bagian tubuhnya terlihat jelas.
Sehingga, mata setiap laki-laki yang berada di situ seperti tidak berkedip. Di pinggangnya tampak sepasang pedang pendek terbuat dari
Pendekar Rajawali Sakti 93 Bidadari Dasar Neraka di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
perak Melihat kehadiran dan gerak-geriknya yang genit
dan tersenyum memikat, membuat Sepasang Naga Pertala memandang curiga.
"Siapa kau"!" bentak Taji Sulur langsung.
Tapi gadis itu pura-pura tidak mendengar. Dia malah memandang pemuda di dekatnya sambil tersenyum. "Kakang, kenapa kau diam saja" Apakah kau tidak
mengenaliku lagi?"
"Siapa kau"!" tanya pemuda itu dengan dahi berkerut menunjukkan kebingungannnya.
Sementara itu, murid perempuan Raja Pedang Bermata Dewa sudah langsung mencibir.
"Sudahlah, Kakang Prana. Akui saja kalau memang
dia kekasihmu...," kata gadis itu sinis.
"Utari! Dengar dulu penjelasanku! Aku sama sekali
tidak mengenalnya!"
Pemuda yang dipanggil Prana itu bermaksud menghampiri gadis bernama Utari. Tapi yang dihampiri sudah langsung melarikan diri
dari tempat itu sambil
menutupi wajahnya dengan kedua tangan.
Baru saja Prana akan menyapa, tapi secepat itu pula gadis cantik di dekatnya bergerak menyambar. Pemuda itu cepat menyadari keadaan. Cepat ditangkisnya sambaran tangan itu, tapi jari tangan lain gadis itu menyerang dengan
gerakan sulit diikuti mata biasa.
Tahu-tahu saja, sebuah totokan mendarat di tubuh
Prana. Akibatnya, tubuhnya jadi kaku seperti tidak
bertulang. Prana langsung ambruk tertotok. Dan sebelum tubuhnya menyentuh tanah,
gadis itu telah menyambarnya sambil berkelebat cepat meninggalkan
tempat itu. "Perempuan iblis! Ternyata kaulah orangnya! Kau
pikir bisa melarikan diri dariku" Yeaaa...!"
Raja Pedang Bermata Dewa yang sempat melihat
perbuatan gadis itu berniat mengejar. Dia memang telah menduga, kalau gadis itu
tidak lain dari Bidadari Dasar Neraka yang sedang dipersoalkan tadi. Tapi baru
saja tubuhnya hendak mengempos tenaganya, tiba-tiba dua sosok tubuh langsung
menghadang dan mengirim serangan beruntun ke arahnya.
"Yeaaa...!"
Ctaaar! "Jahanam!" maki Raja Pedang Bermata Dewa.
Kalau saja dia tidak cepat berkelit, mungkin tubuh
Raja Pedang Bermata Dewa akan hancur dihajar ujung
cambuk berduri milik sosok yang tak lain dari Gondo Keling. Dan belum lagi
sempat menguasai diri, sabetan gada berduri dari Raja Manik nyaris meremukkan
batok kepalanya. Orang tua itu cepat merebahkan tubuhnya, kemudian bergulingan dengan kaki menyilang
menyambar salah seorang lawan.
"Hiyaaat..!"
"Uts!"
Wuuut! Raja Manik dan Gondo Keling memang bukan lawan
enteng bagi Raja Pedang Bermata Dewa. Dengan senjata dan kepandaian yang tidak rendah, sulit mengalahkan salah satu di antara
mereka dalam waktu singkat Bahkan, belum tentu Raja Pedang Bermata Dewa
mampu mengalahkan mereka secara berbarengan.
Namun demikian, nama Raja Pedang Bermata Dewa
bukanlah nama kosong. Dia amat disegani semua tokoh persilatan karena ketinggian ilmu silatnya. Apalagi bila sudah memainkan
ilmu pedangnya seperti saat
ini. Sementara mendengar teriakan orang tua itu. Sepasang Naga Pertala terkejut. Gadis yang baru tiba itu ternyata perempuan yang
dicarinya. Tanpa mempedulikan orang tua yang sedang dikeroyok dua orang itu,
mereka langsung mengejar Bidadari Dasar Neraka.
Namun, meski telah mengerahkan ilmu lari cepatnya,
tetap saja Bidadari Dasar Neraka itu tidak juga tersu-sul. Bahkan jarak mereka
semaian jauh, dan akhirnya gadis itu malah menghilang. Sepasang Naga Pertala kini hanya bisa memaki-maki kesal karena kehilangan
buruannya. * * * 7 Melihat gadis itu kabur sambil membawa lari pemuda murid Raja Pedang Bermata Dewa, Pendekar Rajawali Sakti mulai curiga. Maka, tubuhnya langsung
melesat secara kilat. Langsung dikerahkannya ilmu
meringankan tubuhnya untuk mengejar gadis itu. Namun setelah sekian jauh berlari, Pendekar Rajawali
Sakti merasakan kalau ilmu lari cepat gadis itu hebat sekali. Meski seluruh
kemampuannya sudah dikerahkan, tapi jaraknya dengan gadis itu tidak semakin
dekat Bahkan perlahan-lahan jaraknya semakin jauh.
Melihat hal itu, Rangga tidak habis pikir. Dia mendengus kesal dalam hati.
Tiba-tiba, Pendekar Rajawali Sakti menghentikan
larinya sambil memperhatikan arah lesatan gadis itu.
Setelah menduga-duga arahnya, Rangga berlari cepat
ke arah padang rumput yang agak luas. Begitu tiba,
kepalanya segera mendongak ke atas. Lalu....
"Suiiit!"
Kembali Pendekar Rajawali Sakti mendongakkan
kepalanya, mengharapkan rajawali raksasa sahabatnya mendengar panggilannya.
Setelah menunggu beberapa saat, di kejauhan terlihat sebuah titik hitam yang semakin lama semakin besar. Dan begitu bentuknya
terlihat jelas yang berupa rajawali raksasa putih keperakan, Pendekar Rajawali
Sakti tersenyum girang.
"Syukurlah kau mendengar panggilan ku, Rajawali
Putih...."
"Khragkh...!"
Rajawali Putih menukik cepat bagai kilat, sambil
menguncupkan kedua sayapnya. Sementara, Rangga
memasang kuda-kuda agar tubuhnya tidak terlontar
oleh angin kencang yang ditimbulkan kepakan sayap
burung rajawali sahabatnya. Dan begitu mendarat, di-elus-elusnya bulu-bulu
Rajawali Putih seperti ingin menumpahkan rasa rindu dan sayangnya.
"Rajawali Putih! Aku memerlukan bantuanmu. Bawalah aku ke arah utara secepatnya" kata Rangga,
langsung naik ke punggung Rajawali Putih.
Seperti mengerti apa yang diucapkan Pendekar Rajawali Sakti, Rajawali Putih langsung melesat cepat ke arah yang ditunjukkan
Rangga. Dan dalam waktu
singkat, mereka sudah membelah angkasa di atas
awan-awan yang berarak
"Aneh! Ke mana gadis itu" Secepat apa pun dia bergerak, mustahil bisa menghilang begitu saja!" desis Rangga keheranan sambil
memperhatikan keadaan di
bawah. Dengan mengerahkan aji Tatar Netra' Pendekar Rajawali Sakti dapat melihat jelas apa yang ada di bawah sana. Sebuah lembah gelap
yang pengap banyak ditumbuhi pohon lebat. Dari celah ranting pohon, terli-hatlah sebuah pekuburan tua
yang diapit sebuah lereng gunung. Di situ, ternyata tidak ada satu tempat yang diduga untuk
persembunyian. Juga tidak ada sesuatu yang mencurigakan.
Beberapa kali Rangga berputar-putar di atas tempat
itu, dan memeriksa keadaan sekelilingnya. Namun tidak juga ditemukan jejak gadis itu. Yang terlihat hanya Sepasang Naga Pertala
yang berjalan pelan sambil menendang dan memukul apa saja yang ditemui di tengah jalan. Tadinya Rangga akan menyuruh Rajawali Putih untuk melesat kembali. Tapi, tiba-tiba matanya menangkap seorang gadis berbaju
putih tengah berlari kencang sambil mendekap wajahnya dengan kedua tangan. Arah yang dituju gadis itu, mau tidak mau akan berlawanan dengan Sepasang
Naga Pertala, meskipun
masih jauh. Rangga bisa memperhitungkan, mereka
akan bertemu di persimpangan jalan.
Apa yang diperkirakan ternyata terbukti. Gadis itu
memang bertemu Sepasang Naga Pertala di persimpangan jalan. Namun, tampaknya gadis itu tidak pedu-li. Sedangkan Sepasang Naga
Pertala yang memang sedang kesal karena buruannya menghilang, bermaksud
menumpahkan kekesalannya pada gadis itu.
"Berhenti!"
Tapi gadis itu tidak menggubrisnya. Melihat hal ini, Taji Sulur dan Taji Lalang
sudah langsung melompat menghadang. Gadis itu segera menghentikan langkahnya.
Dan begitu melihat siapa yang menghadang di depannya, langsung diserang Sepasang
Naga Perkasa dengan pedang pendek di tangan.
"Gembel busuk keparat! Kalau bukan karena kalian, semua ini tidak akan terjadi! Yeaaa...!"
"Huh! Kau pikir kami akan begitu mudah percaya
dengan tipuan gurumu" Kali ini, kau tidak akan berdaya dan akan mampus di tangan
kami!" bentak Taji
Sulur sambil mendengus garang.
Maka pertarungan tidak dapat dihindari lagi. Gadis
yang tidak lain Utari dan merupakan murid Raja Pedang Bermata Dewa langsung menyerang ganas. Memang, sejak melihat kehadiran seorang wanita cantik yang gerak-geriknya sangat
manja terhadap Pranajaya, rasa cemburunya langsung meledak! Hatinya terasa
perih dan tidak kuasa melihat hal itu. Dengan membawa luka hati, Utari pergi meninggalkan tempat itu tanpa mempedulikan siapa
pun. Tapi, siapa nyana ti-ba-tiba dua orang yang tadi menimbulkan kerusuhan
dan membuatnya terhina, sudah menghadangnya. Kini, tak heran kalau Utari seperti menemukan pelampiasan sakit hatinya dengan menyerang ke arah dua
lawannya secara bertubi-tubi.
Kalau saja berhadapan satu persatu, mungkin Utari
mampu mengalahkannya. Tapi kali ini, kedua lawannya maju berbarengan, menggunakan paduan ilmu silat yang kompak. Akibatnya, serangan yang dilancarkannya selalu kandas. Bahkan
kalau tidak hati-hati, mungkin dia sendiri yang akan terkena serangan balasan
lawan yang sangat gencar.
Dan dengan satu serangan yang tidak terduga, Sepasang Naga Pertala mampu membuatnya kewalahan.
Utari cepat membabatkan pedang pendeknya ketika
datang serangan dari Taji Lalang dengan sodokan pukulan. Tapi, Taji Lalang cepat menarik serangannya, dan secepat kilat berkelit.
Sementara saat itu juga, Taji Sulur sudah langsung membantu dengan ayunan kaki
kanannya ke perut Utari. Serangannya begitu cepat,
sehingga Utari jadi terdesak hebat. Cepat dihindarinya
serangan itu. Tapi kemudian, Taji Lalang menyusuli
dengan pukulan ke arah dada.
"Hiyaaat..!"
Plak! Gadis itu kontan menjerit kesakitan dan tubuhnya
langsung terbanting ke tanah. Dan belum sempat Utari bangkit, Taji Sulur sudah
mengejar seraya mengirim-kan satu pukulan mautnya.
"Mampus!"
Wusss...! "Heh!"
*** Taji Sulur tersentak kaget ketika tiba-tiba saja
mendesir angin kencang yang membuatnya hampir
terpental. Untung saja kuda-kudanya dipasang kuatkuat. Ternyata angin keras yang mendesir itu berasal dari sebuah bayangan hitam
yang tampak semakin
membesar. Dan belum lagi Sepasang Naga Pertala tersadar, dari bayangan hitam itu melompat sosok pemuda berbaju putih. Pemuda tampan berompi putih itu
berdiri gagah di antara mereka ketika angin kencang sudah berhenti.
Sementara itu Sepasang Naga Pertala sampai terbelalak memperhatikan seekor rajawali raksasa berdiri tegak dengan dada membusung.
Seumur hidup, baru
kali ini mereka melihat burung rajawali yang demikian besar. Sampai-sampai,
mulut mereka ternganga dengan mata mendelik Sedangkan di dekat burung raksasa itu terlihat seorang pemuda tampan berbaju rompi putih. Di balik punggungnya
tampak tersembul gagang pedang berbentuk kepala burung. Siapa lagi kalau bukan Pendekar Rajawali Sakti.
"Kaukah pemilik burung ini" Menurut kabar, pemilik burung ini adalah Pendekar Rajawali Sakti. Kisanak! Kaukah orangnya?" tanya
Taji Sulur. "Benar. Demikianlah orang-orang memberi gelar
padaku. Kulihat, sejak tadi kalian terus bertengkar.
Bahkan kini ingin saling membunuh. Tidakkah kalian
merasa malu dengan bertindak bodoh seperti ini" Padahal, orang yang tengah diributkan sedang mencari
keuntungan di tengah-tengah kalian sendiri," kata
Rangga atau lebih dikenal sebagai Pendekar Rajawali Sakti.
"Apa maksudmu, Kisanak?" tanya Taji Sulur merasa
kurang senang. "Maksudku, kenapa kalian malah saling menumpahkan kekesalan dan kemarahan pada orang yang
bukan pada tempatnya. Bidadari Dasar Neraka adalah
persoalan kalian. Dan, padanyalah kalian seharusnya menumpahkan kemarahan!"
Taji Sulur dan Taji Lalang berpikir sesaat Sepertinya, mereka mengerti apa yang dikatakan pemuda
itu. Tapi sebenarnya dalam benak mereka tengah terlintas bayangan, bagaimana pemuda itu mengendarai
seekor burung rajawali raksasa yang mampu terbang
cepat" Padahal, belum lama pemuda itu berada di dalam kedai. Dan kini, tiba-tiba sudah berada di tempat ini. Jelas, pemuda itu
mengendarai rajawali raksasa untuk ikut mengejar Bidadari Dasar Neraka. Inilah
ke-curigaan mereka. Tidak diragukan lagi, belakangan ini banyak sekali tokoh
persilatan yang mencari perempuan Bidadari Dasar Neraka untuk membuat perhitungan. "Kisanak! Kau tadi pasti bersama kawanmu itu sudah berkeliling di angkasa. Apakah kau tidak melihat,
ke mana menghilangnya Bidadari Dasar Neraka?"
tanya Taji Lalang.
Rangga menggeleng lemah.
"Sayang sekali..., aku sudah mencarinya hingga
berputar-putar di seluruh tempat ini. Tapi, jejaknya hilang di perbukitan itu,"
tunjuk Pendekar Rajawali Sakti ke satu arah.
Sepasang Naga Pertala mengikuti arah yang ditunjuk pemuda itu.
"Maksudmu, Lereng Gunung Setan"!" tanya mereka
hampir berbarengan.
Pendekar Rajawali Sakti 93 Bidadari Dasar Neraka di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Rangga mengerutkan dahi setelah mengangguk Nada ucapan mereka terlihat sumbang, seperti mengisya-ratkan ketakutan ketika
mendengar nama tempat itu.
Pendekar Rajawali Sakti sendiri baru tahu kalau perbukitan yang tadi dilihatnya
bernama lereng Gunung
Setan. Tapi apa hebatnya tempat itu, hingga kedua
orang ini terlihat ketakutan"
"Kisanak, ada apakah di tempat itu sebenarnya?"
"Itu tempat keramat Dan tidak seorang pun yang
sampai di tempat itu, akan bisa keluar hidup-hidup.
Bahkan datuk persilatan sekalipun berpikir seribu kali untuk mendatanginya,"
jelas Taji Sulur.
"Hmmm, jadi sekarang bagaimana" Apakah kalian
tidak bermaksud mengejar Bidadari Dasar Neraka" Besar dugaanku, dia bersembunyi di tempat itu!" kata
Rangga menambahkan.
Pemuda itu sengaja berkata demikian untuk menakut-nakuti Sepasang Naga Pertala. Padahal dia sendiri tidak yakin, apakah
perempuan iblis itu berada di sa-na. Tapi melihat paras Sepasang Naga Pertala
yang mulai gentar, di situlah kesempatannya menakutnakuti. Ditanya begitu, Sepasang Naga Pertala pura-pura
tidak mempedulikannya.
"Biarlah, lain kali saja. Kalau dia kami temui di lua-ran. Perempuan itu tentu
tidak akan selamat!" ujar Ta-ji Sulur, menutupi rasa takutnya.
"Kisanak, kami permisi dulu!" lanjut Taji Lalang.
Sepasang Naga Pertala melirik sejenak pada Utari
sebelum meninggalkan tempat itu. Bagaimanapun,
nama Pendekar Rajawali Sakti memiliki pengaruh tersendiri di hati mereka. Kalau saja mereka berkeras untuk menggempur gadis itu,
bukan tidak mungkin Pendekar Rajawali Sakti akan turun tangan. Bahkan persoalan akan semakin runyam. Jalan terbaik memang
menghindar. Dan itu yang dilakukan Sepasang Naga
Pertala. "kisanak! Apakah kau baik-baik saja?" sapa Rangga
mendekati gadis itu.
Gadis itu tidak menjawab. Malah, dia sibuk membersihkan debu-debu yang melekat pada pakaiannya.
Dan tanpa menoleh lagi, kakinya terus melangkah meninggalkan pemuda itu. Rangga tersenyum kecil sambil mendesah pelan.
"Sungguh malang nasib orang tua itu memiliki murid yang tidak sopan. Bahkan sepatah kata pun tidak terucap untuk sekadar
berbasa basi...," sindir Rangga.
Gadis itu berbalik Sepasang matanya, langsung melotot garang ke arah Pendekar Rajawali Sakti.
"Kisanak! Jangan sampai kutampar mulutmu yang
kurang ajar! Seenaknya saja kau menuduh orang tidak sopan! Apakah kau pikir
sudah hebat, karena meno-longku" Huh! Aku tidak memerlukan pertolonganmu!"
"Heh" Kenapa jadi marah" Apakah kau merasa kata-kataku menyinggung perasaanmu. Aku tak menuduh siapa-siapa, Nisanak!"
"Huh! Dasar laki-laki, pandai berpura-pura. Jadi
kalau bukan ditujukan padaku, ditujukan kepada siapa lagi"!" dengus gadis itu kesal.
"Maaf, Nisanak! Aku tidak ada waktu untuk meladeni kelakuanmu yang kekanak-kanakan! Kalau kesal
karena merasa kekasihmu memiliki perempuan lain,
kau salah duga. Perempuan itu berjuluk Bidadari Dasar Neraka. Dan kekasihmu bukan sedang bersenangsenang, tapi sedang menghadapi maut!" kata Rangga,
sebelum melompat ke pundak rajawali raksasa tunggangannya, lalu melesat cepat ke angkasa. Pendekar
Rajawali Sakti memang paling tidak suka meladeni gadis yang sok pintar dan mau
menang sendiri.
Gadis itu terhenyak. Bagaimana mungkin pemuda
tadi mampu bergerak secepat itu" Dia sendiri sulit melihat gerakannya, karena
tiba-tiba saja Pendekar Rajawali Sakti telah melesat cepat bersama Rajawali
Putih. "Pendekar Rajawali Sakti" Siapa dia sebenarnya"
Apakah seorang datuk persilatan?" pikir Utari. Dan pikiran itu dihubungkannya
dengan sikap Sepasang Naga Pertala yang sangat hormat pada pemuda itu. Pastilah dia seorang tokoh hebat
Tapi, apa yang dikatakannya tadi" Oh! Benarkah
itu" Benarkah Kakang Prana saat ini dalam bahaya"
Kalau benar gadis itu Bidadari Dasar Neraka, berarti aku sudah melakukan
kesalahan besar dengan meninggalkannya begitu saja."
*** "Eyang Guru, maafkanlah tindakanku yang bodoh.
Ke manakah Kakang Prana sekarang?" ucap Utari, ketika telah menemui gurunya, Raja Pedang Bermata
Dewa. Raja Pedang Bermata Dewa menyarungkan pedangnya sambil menghela napas berat.
"Dia dilarikan perempuan itu...."
"Bidadari Dasar Neraka?"
Orang tua itu mengangguk, sehingga membuat Utari tampak cemas.
"Eyang! Kita harus menolongnya! Tadi, aku sempat
bertemu Pendekar Rajawali Sakti...."
"Apa"! Pendekar Rajawali Sakti?"
Gadis itu heran melihat keterkejutan gurunya setelah mendengar julukan itu disebutnya.
"Kau bertemu dengannya" Di mana"!"
Utari lalu menceritakan secara singkat pertemuannya dengan Pendekar Rajawali Sakti. Juga diceritakannya tentang kemungkinan menghilangnya Bidadari
Dasar Neraka. "Sungguh gegabah kau mengumpatnya! Aku sendiri
pun belum tentu unggul melawannya. Sudahlah. Lebih
baik, kita menuju lereng Gunung Setan untuk mencari jejak perempuan itu. Dan
Pranajaya harus diselamatkan, apa pun akibatnya!"
"Eyang! Kenapa tempat itu begitu ditakuti?" tanya
Utari. "Konon, dahulu kala di situ bersembunyi seorang
tokoh sesat yang belum pernah terkalahkan. Tapi setelah puluhan tahun, namanya
tenggelam begitu saja.
Yang ada hanya cerita dari mulut ke mulut yang terus hidup," jelas orang tua
itu. Utari kini mengerti. Lalu mereka kemudian berian
meninggalkan tempat pertemuan mereka. Sebuah
tempat di depan kedai, tempat Pranajaya diculik Bidadari Dasar Neraka.
* * * 8 Meski tidak begitu yakin akan dugaannya, tapi
Rangga menyempatkan menyelidiki tempat tadi. Firasatnya mengatakan, bahwa perempuan itu bersembunyi di tempat ini. Dan dugaannya ternyata tidak meleset Di bawah sana atau
tepatnya di daerah pekuburan, samar-samar terdengar suara orang bertarung.
Rangga tidak bisa memastikan, siapa saja orang-orang itu. Maka disuruhnya
rajawali raksasa sahabatnya untuk turun.
"Terima kasih, Rajawali! Sekarang terbanglah tinggi-tinggi, tapi jangan jauhjauh. Aku masih membutuhkanmu," ujar Rangga sebelum mereka berpisah.
"Khraaagkh...!"
"Jaga dirimu baik-baik, Rajawali!" seru Rangga
sambil melambaikan tangan begitu sahabatnya telah
membubung tinggi ke angkasa.
Setelah tidak terlihat lagi, Rangga langsung berlari cepat ke arah pertarungan
yang dilihatnya tadi dari angkasa.
Lereng Gunung Setan memang merupakan tempat
angker. Bukan saja karena suasananya yang mencekam, tapi juga banyak terdapat kuburan tua. Pohonpohonnya besar dan telah berusia ratusan tahun. Juga, terdapat sebuah cerita rakyat tentang bersemayamnya seorang tokoh sesat yang berilmu silat sangat tinggi. Dan selama
malang-melintang di dunia persilatan, dia belum menemukan tandingan. Tapi cerita
itu telah terkubur puluhan tahun yang lalu. Bahkan
lebih dari satu abad, sehingga sudah mulai dilupakan orang. Namun keangkeran
lereng Gunung Setan tetap
saja membawa ingatan yang menakutkan bagi siapa
saja. Apalagi, konon tidak ada seorang pun yang selamat bila melewati tempat
itu. *** Sementara itu, Ki Wisnu Perkasa banyak mendapat
penjelasan dari sahabatnya yang bernama Ki Bangkalan. Orang tua itu sejak menjadi abdi kerajaan, memang jarang berkecimpung dalam dunia persilatan.
Padahal, dulunya dia termasuk pendekar muda yang
disegani. Persahabatan di antara mereka masih terus terjalin sampai sekarang.
Kini, mereka sedang berjalan menuju arah yang
jauh di depan terlihat bukit-bukit kecil. Salah satunya terdapat lereng Gunung
Setan. Dan agaknya, itulah
yang menjadi tujuan mereka.
Apakah kau merasa yakin kalau perempuan iblis itu
bersembunyi di sana?" tanya Ki Wisnu Perkasa.
"Murid-muridku telah ku sebar ke mana-mana.
Termasuk, mengawasi tempat itu dari kejauhan. Kau
tahu sendiri, Ki Wisnu" Perempuan itu adalah Bidadari Dasar Neraka sesungguhnya.
Dia telah menjadi gadis
cantik, sejak hidup sezaman dengan kita...."
"Tapi, kenapa wajahnya seperti gadis remaja?"
Ki Bangkalan terkekeh.
"Itulah yang sejak tempo hari ku pikirkan. Saudara
seperguruanku yang bernama Ki Balung, juga beberapa orang muridnya, telah tewas. Aku baru tahu kalau dia Bidadari Dasar Neraka,
dari sisa murid Ki Balung yang masih hidup. Mulanya, aku tidak yakin. Tapi
ketika mendengar bahwa tempat persembunyiannya di
Gunung Setan, maka dugaanku semakin kuat Setan
Kayangan, yang memang bersemayam di tempat itu
pasti menurunkan kepandaiannya, sehingga kemajuan
Bidadari Dasar Neraka begitu pesat"
"Kita akan menemukan lawan tangguh kalau ternyata dia memang masih hidup, Ki."
Ki Bangkalan kembali terkekeh.
"Kalau Setan Kayangan masih hidup, dia sudah tua
renta dan tenaganya sudah lemah!"
"Bisa saja kau bergurau, Ki...."
"Coba lihat!"
Ki Bangkalan tiba-tiba menunjuk ke suatu arah,
begitu telah tiba di pekuburan tua itu. Dan memang, mereka melihat gadis yang
dicari-cari keluar lewat sebuah pintu di dinding bukit terjal di belakang
pekuburan. Di pundaknya, terlihat sesosok tubuh yang sudah tidak bernyawa, dan
langsung dilemparkannya begitu
saja ke dalam sebuah lubang yang telah tersedia.
"Perempuan iblis! Kiranya betul kau bersembunyi di
sini!" bentak Ki Bangkalan sambil melompat ke hadapan gadis itu, di susul Ki Wisnu Perkasa.
Gadis berbaju tipis berwajah cantik dengan rambut
panjang terurai itu terkejut sejenak. Tapi kemudian cepat bisa menguasai diri
sambil tersenyum-senyum.
"Hm.... Dua kakek bangkotan rupanya yang mengunjungi ku. Ada apa gerangan?"
"Bidadari Dasar Neraka! Perbuatanmu sudah kelewat batas. Kau harus mempertanggung jawabkannya
hari ini juga!" dengus Ki Bangkalan.
"Hi hi hi...! Kata-katamu seperti Malaikat Maut yang menentukan kematianku. Ki
Bangkalan dan kau Ki
Wisnu Perkasa. Dahulu saja, kalian tidak mampu
mengalahkanku. Apalagi sekarang, setelah aku mempelajari warisan Setan Kayangan. Dengan sekali kebut, kalian akan menyesal!"
"Heh" Jadi benar kau mewarisi kepandaian Setan
Kayangan"!" kata Ki Bangkalan, terkejut
Tapi orang tua itu buru-buru menepis keterkejutan
di wajahnya, dan kembali menunjukkan sikap garang.
"Hi hi hi...! Kenapa" Kau terkejut" Nah, menyingkirlah dari sini sebelum
kesabaranku habis. Aku sedang tidak berselera menyambut kalian.
Bidadari Dasar Neraka lalu berbalik, bermaksud
masuk ke dalam gua di perut bukit Tapi saat itu juga...
"Bidadari Dasar Neraka! Kau pikir seenaknya saja
melakukan perbuatan iblismu tanpa ada tanggung jawab" Biarlah ku korbankan jiwa kroposku ini, daripa-da mendiamkan perbuatanmu
yang semakin merajalela!" bentak Ki Wisnu Perkasa.
"Hiyaaat..!"
Dengan cepat, tubuh Ki Wisnu Perkasa yang tinggi
besar itu melesat menyerang Bidadari Dasar Neraka.
Tampaknya dia tidak mau sungkan-sungkan lagi untuk menggunakan senjatanya yang aneh. Panjangnya
seperti pedang. Tapi matanya, berlekuk-lekuk seperti keris.
Wajah Bidadari Dasar Neraka tampak beringas.
Dengan cepat tubuhnya bergerak menghindar. Langsung dibalasnya serangan itu dengan sepasang pedang pendek dari perak.
"Hm. Sebenarnya aku tidak ingin membunuh orang.
Tapi kalian terlalu memaksa. Biarlah, hari ini ku
bungkam orang-orang sok pahlawan seperti kalian.
Yeaaah...!"
Ki Wisnu Perkasa terkejut melihat gerakan perempuan itu. Pandangannya yang selama ini cukup terlatih, ternyata mendapat sedikit kesulitan melihat lawan berkelebat demikian
cepatnya. Maka, cepat-cepat senjatanya dibabatkan.
Trak! "Akh!"
Terlihat percikan bunga api ketika senjata mereka
berbenturan. Kembali Ki Wisnu Perkasa mengeluh ketika tangannya terasa perih dan ngilu.
Perempuan itu betul-betul tidak memberi kesempatan sedikit pun. Bahkan kini tiba-tiba ujung pedang pendeknya berkelebat ke arah
tenggorokan. Ki Wisnu
Perkasa cepat bergerak ke samping. Dan. ..
Bret! "Akh!"
Ujung pedang berhasil merobek pinggang Ki Wisnu
Perkasa. Dia berteriak kesakitan. Namun serangan Bidadari Dasar Neraka tidak
berhenti sampai di situ.
Bahkan ujung pedangnya yang sebuah lagi, menderu
deras ke jantung lawan.
"Bidadari Dasar Neraka, lihat serangan!"
Pendekar Rajawali Sakti 93 Bidadari Dasar Neraka di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ki Bangkalan berteriak nyaring sambil melompat
menyerang, pada saat-saat jiwa sahabatnya terancam.
Bidadari Dasar Neraka seketika menghentikan serangan. Dan tanpa menoleh, kakinya terayun menghajar dada Ki Wisnu Perkasa. Sedangkan tangannya memapak tongkat Ki Bangkalan yang menderu ke arah
batok kepala. "Akh...!"
Ki Wisnu Perkasa terjungkal beberapa tombak sambil memegangi dadanya yang terasa nyeri akibat tendangan lawan yang begitu keras. Walau segenap tenaga dalamnya telah dikerahkan, tapi tetap saja Ki Wisnu Perkasa terluka dalam
yang cukup parah. Dari mulutnya tidak henti-henti keluar darah segar.
Sementara itu, dengan geram Bidadari Dasar Neraka mencurahkan perhatian pada Ki Bangkalan.
Lawannya ini sedikit memiliki kepandaian lebih
tinggi dibanding Ki Wisnu Perkasa. Tapi hal itu ternyata tidak menyulitkannya. Puluhan tahun lalu, mereka memang pernah bertarung. Dan
sampai saat ini, ternyata kemajuan yang dicapai orang tua itu tidak terlalu
pesat Sehingga, dengan mudah serangannya dapat
dibaca lawan, dan cepat dipatahkannya.
Dalam satu kesempatan, kedua pedang Bidadari
Dasar Neraka berkelebat cepat, dan sulit dielakkan Ki Bangkalan. Maka sejadijadinya orang tua itu menangkis dengan tongkatnya. Tapi ketika ternyata mereka
beradu, tongkat Ki Bangkalan putus menjadi tiga potong. Sementara itu, ujung pedang lawan yang satunya lagi ternyata langsung
menyambar telak perutnya.
Bret! "Akh!"
"Mampus!"
Ki Bangkalan mengeluh kesakitan dengan tubuh
sempoyongan. Dan belum juga dia menyadari apa yang
terjadi, Bidadari Dasar Neraka telah berkelebat untuk menghabisinya. Dan....
Trek! "Heh!"
"Hiyaaat..!"
"Uts!"
Bidadari Dasar Neraka kontan menghentikan serangan ketika sebuah kerikil menghantam pedangnya.
Dan tahu-tahu, di depannya terlihat seorang pemuda
tampan berambut panjang. Bajunya rompi putih dengan pedang bergagang kepala burung tersembul di balik punggungnya.
Melihat ketampanan pemuda yang tak lain Pendekar Rajawali Sakti, Bidadari Dasar Neraka mendesah
kagum. Dan seketika, senyumnya terkembang.
*** "Hi hi hi...! Kukira tua bangka dari mana lagi yang akan menjadi pahlawan
kesiangan. Tak tahunya, ternyata pemuda gagah yang kesasar di tempatku ini.
Bocah, siapa namamu?" kata Bidadari Dasar Neraka, genit "Pendekar Rajawali Sakti! Oh, syukurlah...," desau Ki Bangkalan tersenyum
lagi. "Ow" Kaukah orangnya yang bergelar Pendekar Rajawali Sakti" Hm.... Kedua pemandu ku telah bercerita banyak tentangmu. Dan,
baru kali ini mereka tidak
berdusta. Kau sungguh tampan dan cocok sebagai
pendamping ku," kata Bidadari Dasar Neraka dengan
gerak-gerik genit dan kata-kata yang dibuat sehalus mungkin.
Rangga tersenyum kecil.
"Oh! Jadi kaukah orangnya yang bergelar Bidadari
Dasar Neraka" Pantas saja semua laki-laki bertekuk
lutut padamu. Wajahmu demikian cantik jelita. Suatu kehormatan besar bagiku bisa
menjadi pendamping-mu. Kapankah aku memulainya?"
Ki Bangkalan dan Ki Wisnu Perkasa yang melihat
sikap pemuda itu menjadi curiga. Kali ini, habislah ha-rapan mereka karena
ternyata Pendekar Rajawali Sakti bertekuk lutut melihat kecantikan perempuan
iblis itu. Kalau mereka berpikir begitu, lain halnya Bidadari
Dasar Neraka. Pemuda itu tidak terlihat sama sekali kalau sudah takluk. Katakatanya dikeluarkan disertai rasa penuh percaya diri, seperti mengejek. Tapi,
dugaannya itu disembunyikan.
"Hi hi hi...! Kenapa mesti tergesa-gesa" Kemarilah, Sayang. Sebagai pendamping
ku, kau akan ku manja
dan kuberi kedudukan istimewa...."
Rangga mendekati perempuan itu dengan sikap
waspada. Tampak Bidadari Dasar Neraka merentangkan kedua tangannya untuk memeluknya.
"Kemarilah, Sayang. Mendekatlah lagi, agar aku bisa menumpahkan semua kasihku padamu," ujar Bidadari Dasar Neraka dengan suara renyah dan mendayu.
Rangga terus mendekat Dan ...
Plak! Dugaan Rangga ternyata terbukti. Tangan kiri Bidadari Dasar Neraka bergerak cepat sekali, untuk menotok pundaknya. Tapi tangan
kanan Pendekar Rajawali
Sakti tidak kalah cepat dalam menangkis. Serangan
wanita iblis itu ternyata hanya berselang beberapa saat saja, seketika tangan
kanannya bergerak menotok
kembali. Rangga cepat memiringkan tubuhnya. Namun
bersamaan dengan itu, lutut kiri Bidadari Dasar Nera-ka menghantam pangkal
pahanya. Dan disertai teriakan nyaring, Rangga bergerak ke atas dan berputaran beberapa kali di udara.
Kemudian kedua kakinya
mendarat mulus di atas tanah, tanpa suara sedikit
pun. "Hi hi hi...! Ternyata dugaanku tidak keliru. Kau
bukan pemuda sembarangan. Tapi, jangan harap bisa
mengelabuiku, heh" Kau akan ku taklukkan di bawah
telapak kakiku!" desis Bidadari Dasar Neraka, lalu
kembali menyerang Pendekar Rajawali Sakti dengan
sepasang pedang pendeknya.
"Hm.... Perempuan cabul, apakah kau pikir aku
akan suka menyerah begitu saja" Kau boleh coba kalau mampu!" ujar Rangga, sinis.
"Kau pikir, siapa dirimu bisa berkata sombong seperti itu" Gurumu sendiri mungkin tidak akan se gegabah itu!" kata Bidadari
Dasar Neraka. "Guruku memang tidak akan berkata seperti itu.
Tapi, dia akan langsung menendang mu ke neraka!"
"Keparat!"
"Hm...."
Dalam kemarahannya Bidadari Dasar Neraka tidak
tanggung-tanggung lagi. Kedua pedangnya menyambar
cepat, dibayangi gerakan tubuhnya yang sangat cepat dan sukar diikuti pandangan
biasa. Rangga cukup terkejut, tapi tidak gugup. Kecepatan
lawan dalam bergerak memang luar biasa. Bahkan ketika jurus 'Sembilan Langkah Ajaib', telah dikeluarkan Bidadari Dasar Neraka
masih juga mampu mengejarnya. Malah ketika jurus itu dimainkan penuh, gerakan
Bidadari Dasar Neraka semakin cepat lagi.
Beberapa jurus telah berlangsung, namun Rangga
tidak memiliki kesempatan untuk balas menyerang.
Perempuan iblis itu betul-betul tidak memberi kesempatan sedikit pun untuk
menarik napas. "Baru kau rasakan sekarang kalau mulut besarmu
hanya omong kosong belaka. Sebentar lagi, kau akan
mampus di tanganku! Yeaaah...!"
Dalam suatu kesempatan, Bidadari Dasar Neraka
mengelebatkan pedang pendeknya ke arah leher Pendekar Rajawali Sakti. Namun dengan gerakan merunduk, Rangga berhasil mengelakkannya. Hanya saja,
sayangnya Rangga tidak memperhatikan pedang pendek yang satu lagi dari Bidadari Dasar Neraka. Karena begitu tubuhnya merunduk,
pedang di tangan kiri lawan menyambar dadanya.
Cras! "Aaakh!"
Dan sebelum Rangga memperbaiki keadaannya, Bidadari Dasar Neraka telah menyusuli dengan sebuah
pukulan jarak jauh yang cukup keras!
Wusss! "Aaakh...!"
"Aku tidak akan membuatmu mati enak. Tapi, kau
harus bertekuk lutut dan menyembahku untuk memohon ampun!" dengus Bidadari Dasar Neraka.
Rangga saat itu langsung terjerembab dan berguling-guling di tanah. Dan tubuhnya terus bergulingguling ketika dari telapak tangan perempuan iblis itu menyembur sebuah sinar
kuning kemerah-merahan
seperti nyala api. Serangannya memang seperti sengaja diarahkan ke bagian tubuh
yang tidak mematikan.
Dan memang, hal itu disengaja Bidadari Dasar Neraka untuk menyiksa Pendekar
Rajawali Sakti terlebih dahulu.
"Pukulan Api Kematian ini akan mengakhiri kesombonganmu! Hiyaaat..!"
Rangga cepat bangkit berdiri. Dan dalam kesempatan yang sempit itu, dia merasa sudah saatnya menghadapi lawan dengan pedang pusakanya.' Maka ketika
tubuhnya melenting ke atas untuk menghindari serangan lawan, pedangnya telah tercabut dari warangkanya. Maka, seketika sinar biru menerangi tempat
itu. Bidadari Dasar Neraka kontan terkejut melihat kehebatan pamor pedang lawan.
Apalagi ketika pedang
dalam genggaman pemuda itu langsung melesat cepat
bagai kilat ke arahnya.
Perempuan iblis itu mencoba menangkis dengan
kedua pedangnya yang telah dialiri tenaga dalam ting-gi. Dan....
Trang! Betapa terkejutnya Bidadari Dasar Neraka ketika
melihat kedua pedangnya putus. Masih untung dia cepat menghindar dari sambaran pedang lawan berkat
ilmu meringankan tubuhnya yang sudah begitu tinggi.
Kini keadaan jadi berbalik. Bidadari Dasar Neraka
harus mati-matian menyelamatkan selembar nyawanya dari serangan lawan yang gencar dan tidak hen-ti-hentinya. Sempat
terlihat, kemarahan wajah Pendekar Rajawali Sakti begitu kaku dan membiaskan
luar biasa. Ketika sinar biru yang keluar dari pedangnya menerangi sekitarnya.
Dengan satu gerakan gesit, tubuh Bidadari Dasar
Neraka melenting ke atas. Lalu dengan cepat, dia
mempersiapkan ajiannya yang sangat dahsyat
"Api Kematian'! Yeaaah...!"
Tapi Pendekar Rajawali Sakti lebih cepat dan gesit
menghindar. Bahkan tangan kirinya langsung mengusap batang pedang. Kemudian, telapak larinya cepat
disorongkan ke arah lawan.
"Aji 'Cakra Buana Sukma'...!"
"Heh!"
Glaaar! Bidadari Dasar Neraka yang baru saja melepaskan
ajian tidak sempat menghindar lagi. Seketika tubuhnya hancur dihantam pukulan
aji 'Cakra Buana Sukma'
yang mengeluarkan sinar biru berkilauan. Tanpa sempat mengeluh, nyawanya langsung melayang dari raga
yang telah hancur.
Rangga berdiri tegak dengan sorot mata tajam memandang lawannya yang telah hancur. Lalu, pedangnya disarungkan ke warangka di punggung.
"Selamat Kisanak! Kau telah menghancurkan biang
malapetaka yang sangat meresahkan rimba persilatan.
Rangga berbalik, melihat Raja Pedang Bermata Dewa telah berada di situ bersama seorang murid perempuannya.
"Maaf, Kisanak. Aku tidak sempat menyelamatkan
muridmu. Dia telah tewas sebelum aku tiba...," kata Rangga sambil menunjuk ke
sebuah lubang. "Apa" Kakang Prana tewas"! Oh, tidak! Tidaaak..!
Kakang Prana, jangan tinggalkan aku...!" Utari berteriak sambil memburu ke
lubang yang ditunjuk Pendekar Rajawali Sakti.
Air mata gadis berderai ketika mengeluarkan sesosok tubuh pucat kekuning-kuningan yang telah tidak
bernyawa lagi. Tangisnya begitu memilukan. Sedangkan Raja Pedang Bermata Dewa tidak kuasa menatapnya. Ki Wisnu Perkasa dan Ki Bangkalan pun hanya
menundukkan kepala, ikut berduka cita.
Sementara itu Pendekar Rajawali Sakti telah melesat jauh, melanjutkan petualangannya.
SELESAI Scan/E-Book: Abu Keisel
Juru Edit: Aura PandRa
https://www.facebook.com/pages/DuniaAbu-Keisel/511652568860978
Document Outline
1 *** *** *** *** * * * 2 *** *** *** * * * 3 *** * * * 4 *** * * * 5 *** *** *** * * * 6 *** *** *** * * * 7 *** *** * * * 8 *** *** SELESAI Bukit Siluman 1 Pendekar Bloon 12 Perjalanan Ke Alam Baka Tengkorak Maut 18
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama