Dil3ma Karya Mia Arsjad Bagian 3
Tiba-tiba Reva melotot kayak tersadar oleh kata-kataku entah yang bagian mana. Haha... aku ngerti sekarang. Ya, ya, aku tahu.... Reva tertawa-tawa sinis dengan nada mengejek yang bikin aku makin lama makin dongkol. Apa lagi sih"!
144 Tahu apa" Sekarang kamu juga perginya sama dia, kan" Proyek. Hahaha... aku lupa kalau proyek itu punya kalian berdua. Elwan... dan Nania. Pantes kamu tenang-tenang aja sama masalah kita. Ternyata...
Cukup! Cukup! Cukup! Kok diem aja, Na" Bener, ya, kata-kataku" Kamu bingung mau nyangkal gimana lagi"
STOOOOOPPP! Na, kamu udah ngecek belum, si Elwan itu naksir siapa" Kalau memang betul kata kamu dia nggak berniat memanfaatkan kamu karena kamu owner majalah, udah pasti dia naksir salah satu temen kamu yang cantik-cantik itu. Entah Lura atau Mala.
Hatiku sakit banget sekaligus terhina. Aku tahu aku nggak cantik-cantik banget, tapi aku juga tahu aku nggak jelek. Aku tahu aku nggak tinggi, langsing, dan seksi, tapi aku juga nggak bulat tak berbentuk kayak bola, kan" Apa betul yang selalu Reva bilang, bahwa aku harus bersyukur ada cowok kayak dia yang naksir sama aku dengan tulus karena semua cowok lain nggak mungkin tahan sama aku" Karena semua cowok lain, kalaupun ada, paling banter cuma naksir sama harta papaku doang"
Elwan nggak naksir siapa-siapa. Dia ada kontrak kerja sama aku.
Reva menyunggingkan senyum sinis, bikin hatiku makin sakit.
Kamu bener-bener polos, apa pura-pura nggak nyadar supaya bisa deket-deket si Elwan itu terus sih"!
Ya Tuhaaan... tolooong....
DIN DIN! Na! Aku menoleh ke jalanan depan rumah. Lura. Ayo, buruan. Ntar telat! teriaknya sambil melambai-lambai dari jendela mobil seolah tahu aku betul-betul perlu pertolongan buat kabur dari Reva.
145 Aku pergi dulu, kataku dingin, langsung melesat ke mobil Lura, tanpa sekali pun menoleh ke belakang.
Kenapa lagi, Na" Dia pengin ikut" tanya Lura setelah aku naik ke mobilnya.
Aku tersenyum kecut. Dia cemburu sama Elwan. Lura melirik. Emang lo ada apa sama Elwan" Aku mengangkat bahu. Cuma kerjaan kok.
Lura tersenyum tipis. Manusia mana sih yang nggak dicemburuin Reva" Jangankan Elwan, Mang Cecep tukang parkir deket kantor lo, kalau cakepan dikit juga dicemburuin, kali.
Aku diam. Komentar Lura kedengaran ringan dan nggak ada maksud apa-apa, tapi buatku komentar-komentar kayak gini semakin memperpanjang daftar negatif Reva.
Deg deg deg.... Kenapa jantungku deg-degan gini" Waktu Elwan melambai dari kejauhan dan jalan mendekat, jantungku nggak bisa berhenti bikin konser dangdut dadakan. Mukaku serasa nyut-nyutan panas karena kayaknya semua darah dipompa ke sana dan menciptakan (lagi-lagi) muka ala rebus-rebusan.
Halo, Partner. Dengan hangat Elwan menyalamiku. Wangi parfumnya semilir mampir ke depan hidungku, bikin muka rebusrebusanku makin mateng aja. Elwan kelihatan bersih dan elegan dengan kemeja putih berdasi tipis serta celana hitam rapi.
Mendadak semua kebeteanku kabur tunggang langgang. Sori ya telat. Ada urusan intern, kataku asem.
Lura melempar senyum manis.
Tadi aku udah ketemu Hanna. Ini ID kita buat ke backstage. Aku juga ketemu Danu. Orangnya asyik. Elwan menyodorkan ID card dengan tulisan namaku.
Aku mengalungkan ID card tersebut. Kita langsung ke belakang sekarang"
Elwan mengangguk semangat. Ayo. Waktu persiapan kayak gini pasti lebih banyak objek menarik.
146 Aku nggak bisa berhenti memandangi Elwan. Nggak bisa berhenti menghirup semilir wangi parfumnya yang bikin dengkul mendadak lemas. Nggak bisa berhenti bersikap norak. Eh, awas!
Mak! Untung aku nggak pingsan waktu tangan Elwan meraih bahuku, menarik aku ke pinggir waktu ada bagian kostum heboh mendorong-dorong gantungan baju. Aku tahu persis Elwan lagi membidik sesuatu untuk dipotret, dan dia tinggalin begitu aja demi menyelamatkan aku dari tabrakan sama tumpukan baju.
Kamu lagi capek, ya" Kamu duduk aja deh, Na. Aku bisa kok sendiri.
Aku tersenyum lemas. Padahal aku sudah bertekad buat menendang pikiran tentang Reva jauh-jauh hari ini, tapi kok aku nggak bisa berhenti ngelamun gara-gara sakit hatiku tadi" Aku nggak pa-pa kok. Kalau perlu bantuan bilang aja lagi. DEG! Elwan nyaris bikin aku kejang-kejang pingsan lagi waktu dia merangkul dan menggiringku ke sofa kecil di pojokan backstage. Kamu duduk aja di sini, ya" Nanti kalau aku perlu bantuan, aku telepon 911.
Aku nurut. Dari sini aku bisa melihat Elwan yang asyik membidikkan kameranya. Senyumnya yang ramah waktu disapa orang atau waktu melambai ke arahku sambil memastikan aku baik-baik aja.
Gawat! Kayaknya... aku naksir Elwan.
Aku anter kamu pulang, ya" Elwan membereskan kameranya.
Nggak pa-pa. Aku bisa pulang naik taksi. Show-nya selesai sekitar dua jam yang lalu. Lura lagi asyik ngobrol sama buruan barunya. Model cowok pendatang baru yang sok artis. Elwan dan aku masih nongkrong di backstage buat hunting objek beres-beres selesai show. Lura juga ngajakin bareng sih tadi. Mata Elwan membulat lucu. Aku nggak setuju. Apa sih" Aku mendelik. Kok" Nggak setuju apa" 147
Aku nggak setuju kamu naik taksi jam segini. Bahaya. Kalau ada apa-apa sama kamu, panjang urusannya. Kamu kan ke sini kerja bareng aku. Paling aman kamu sama aku aja. Oke"
Aku senyam-senyum salting. Jangan-jangan alesan Elwan aja pengin pulang bareng aku. Aduuuhh! Stop, Nania! Stooop! Kenapa aku jadi ge-eran gini sih"! Ya, oke lah. Menghargai deh, menghargai..., kataku sok imut.
Kamu nggak bilang Lura dulu" Lewat SMS aja. Yuk.
Elwan merogoh-rogoh tas kameranya dan mencomot kunci mobil. Nah, ini dia. Yuk. Silakan, tuan putri. Elwan bergaya sok pangeran dan mempersilakan aku jalan duluan ke pintu keluar. Ke pintu keluar tempat kejutan mengerikan menunggu....
Re-Reva" Rasanya aku kejang, kesetrum, sakit kepala, dan keluhan-keluhan ajaib lain demi melihat Reva berdiri di depan pintu keluar dengan wajah angker dan tangan mengepal. Entah gimana, aku bisa tahu Reva pasti sudah nunggu di situ dari tadi.
Elwan menatapku bingung. Minta penjelasan kenapa ada lakilaki bertampang seram dengan ekspresi siap tarung menunggu kami di depan pintu. Semakin bingung lagi karena laki-laki itu keliatan nyolot banget pengin menghajar Elwan.
Ohhh. Jadi ini yang namanya Elwaaan... sekarang mau lanjut ke mana lagi nih berduaan" Hotel"! Kan udah selesai kerja -nya. Ya, kan"
Bener-bener keterlaluan! Reva betul-betul kelewat batas! Otaknya rusak sampe bisa setega itu ngeluarin kalimat nggak berperasaan kayak gitu di tempat parkir! Apa dia pikir semua manusia di sini pada nggak punya kuping selain kami bertiga"!
Elwan juga kayaknya punya pikiran yang sama waktu dia maju satu langkah mendekati Reva dengan muka nggak terima. Wah... wah... tunggu... tunggu. Saya nggak ngerti, saya nggak ngerti. Maksud Anda apa ya"
148 Reva semakin sinis. Alaaah! Nggak usah pura-pura deh lo! Apa yang lo incer dari Nania"! Jelas dia bukan tipe cewek idaman lo, kan"!
Elwan baru mau buka mulut untuk protes, tapi Reva merepet lagi.
Lo pengin megang proyek di majalah dia terus" Iya" Atauuu... temen dia yang mana yang lo mau" Mala" Lura" Ha"! Siapa"! Nggak usah numbalin dia dulu dong! Mulut Reva semakin liar nggak terkontrol. Mungkin otaknya juga makin goblok!
Aku makin panas. REVA! Jangan sembarangan ngomong!!! Kamu pikir
Elwan menangkap tanganku yang mengacung-acung ke atas heboh saking marahnya. Pelan-pelan Elwan menurunkan tanganku. Udah, Na, udah....
Napasku tersengal-sengal menahan emosi yang membludak. Aku betul-betul marah, kecewa, terhina. Kenapa Reva bisa setega ini"!
Dari tempat aku berdiri, aku juga bisa merasakan Elwan lagi setengah mati berusaha tenang.
Ohhh... udah berani pegang-pegangan tangan di depan umum, ya"! Ck... ck... ck... Reva masih belum mau berhenti juga.
Maaf ya, Anda nggak bisa ngomong baik-baik" Saya nggak ngerti maksud Anda. Suara Elwan yang berusaha tenang nggak berhasil menyembunyikan nada-nada gemetar karena marah.
Lo munafik banget sih"! Fotografer kayak lo yang dikelilingin model-model cantik mana mungkin naksir cewek tipe cewek gue gini kalau nggak ada maksud terselubung"!
CUKUP! Reva betul-betul menghinaku. Menginjak-injak harga diriku! Lagi apa sih dia sebetulnya sekarang ini" Lagi marah karena cemburu dan nggak terima ceweknya jalan sama cowok lain, apa memang sengaja mempermalukan dan menghina aku di depan orang"! Apa ada cowok yang cinta dan cemburu, tapi malah 149
menghina dan merendahkan ceweknya di depan orang lain"! Apa begitu caranya" Aku MALU!
Lengan Elwan dengan hangat meremas bahuku. Tanpa harus ngomong apa-apa, aku tahu Elwan minta aku tenang. Oh, jadi Anda pacarnya Nania"
Kenapa"! Kaget dia punya pacar"!
Bukan. Kaget karena ada pacar yang menjelek-jelekkan ceweknya sendiri. Apa maksudnya tipe cewek kayak Nania " Kalau dia nggak istimewa, kenapa Anda mau jadi pacarnya"
Muka Reva merah padam. Lo jangan ngebacot aja!!! Apa yang lo mau dari dia"! Semua cowok yang coba deketin dia, pasti ada maunya! Semua juga tahu dia kaya raya!
Elwan tersenyum sinis. Termasuk Anda"
Dan BUGHHH! Tinju Reva melayang ke rahang Elwan. REVA! Berhenti! Apa-apaan sih"! Segelintir orang yang masih ada di situ mulai mendekat, termasuk dua satpam.
Harusnya, setelah dipermalukan sedemikian rupa, Elwan berhak menghajar Reva dengan sadis. Tapi Elwan diam. Dia cuma menatap Reva dingin. Lalu menoleh ke arahku, menatapku lembut. Bukan lembut. Iba, lebih tepatnya. Dia tahu aku malu dan terhina. Dia kasihan sama aku!
Nania! Kita pulang! Atau kamu mau pulang sama laki-laki itu dan membuktikan kalau kamu betul kegatelan sama dia"!
Aku diam. Menggigit bibir supaya air mata yang membendung nggak pecah dan bikin aku semakin malu karena menangis meraung-raung di tempat umum. Sumpah, aku bingung! Aku terlalu malu untuk pulang sama Elwan. Tapi aku nggak mau pulang sama Reva! Aku juga takut pulang sendirian naik taksi dalam keadaan kayak gini.
AYO! teriak Reva. Aku melirik Elwan. Dia kok malah SMS-an"! Somebody help me!
Aku masih diam. Yang jelas bikin Reva semakin berang.
150 NANIA! AYO KITA PULANG! Tolooong....
Elwan celingukan mencari sesuatu. Dan beberapa detik kemudian, aku tahu apa yang dia cari. Lura dan Hanna berlari-lari panik dari dalam gedung. Yang dia SMS tadi pasti Lura.
Dengan cepat Lura memeluk aku. Menenangkan aku. Tapi kok malah bikin aku semakin pengin nangis"
Ohhh... panggil bantuan, ya"! Reva semakin menjadi-jadi. Mendingan Anda pulang. Nania membuktikan dia nggak selingkuh karena dia nggak bakal pulang bareng saya. Saya juga yakin dia nggak mau semobil sama Anda. Dia bisa pulang sama Lura, kata Elwan tanpa emosi.
Kebalikan Reva yang kelihatan makin emosi. Heh! Lo jangan kurang ajar ya! Ngatur-ngatur! Lo mau gue ha
Maaf, Mas, ikut saya ke pos keamanan. Akhirnya satpam gedung ambil tindakan sebelum Reva melayangkan tinjunya lagi.
HEH! Lepasin saya, Pak! Satpam itu terus menggiring Reva ke pos keamanan. NANIA!!! Jangan diem aja! NANIA!!! Elwan, bangsat lo!!! Aku mematung.
Lo nggak pa-pa, Wan" sayup-sayup aku mendengar suara Hanna menanyakan keadaan Elwan.
Nggak, gue nggak pa-pa. Itu Nania yang kayaknya harus buru-buru dianter pulang. Suara Elwan kedengaran khawatir. Rangkulan Lura semakin erat. Kita pulang, yuk, Na" Aku mengangguk lemas.
Samar-samar aku lihat Elwan mendekat. Kamu pulang sama Lura ya"
Wan, aku... aku... aku min
Elwan menepuk-nepuk punggung tanganku. Udah, udah, nggak usah diomongin sekarang. Kamu pulang aja dulu. Ya" Tapi, Wan
151 Nanti aja kita ngobrol lagi ya"
Aku cuma bisa pasrah waktu Lura menuntunku ke mobil. Sepanjang jalan aku cuma bisa diam. Betul-betul diam. Bahkan menangis pun aku nggak pengin lagi. Dadaku sesak, tapi bukan karena air mata. Aku juga nggak tahu karena apa. Kali ini aku lebih merasa bodoh daripada sakit hati.
152 A KU nggak berani menatap Elwan. Setelah kejadian malam itu,
aku paling malu sama Elwan. Hari ini Elwan datang ke kantor. Selain karena masalah kerjaan, aku tahu dia juga pengin membahas masalah Reva. Senyum Elwan masih sama hangatnya, keramahannya juga nggak berubah sedikit pun setelah dia melihat salah satu sisi gelap hidupku.
Minum apa, Wan" Malah aku yang jadi canggung. Sumpah, aku malu banget!
Elwan duduk bersandar di sofa. Apa aja, Na.
Untung dia bilang apa aja. Soalnya tinggal jus mangga yang ada di kulkas. Minum, Wan.... aku duduk di samping Elwan. Gimana foto-fotonya" Bagus"
Elwan menatapku aneh. Mantap. Kamu nggak mau cerita ke aku"
Aku mengernyit. Cerita apa" Masalah kamu udah selesai"
Aku menarik napas panjang dan membuang napas berat. Nggak perlu diomongin lah, Wan. Nggak penting juga.
jadi semakin jatuh cinta...
153 Menurutku penting. Apalagi aku juga dibawa-bawa, kan" Apa menurut kamu aku nggak berhak tahu"
Iya, ya, pake acara ditonjok, lagi. Memang sebetulnya Elwan berhak tahu sih. Dia pacarku, Wan. Udah lumayan lama. Anak rally juga.
Pantesan kayaknya kamu nggak pengin ngajak aku ke tempat rally. Karena dia, ya"
Aku mengangguk sekilas. Dia emang gitu, Wan. Cemburuan, sensitif.... Semuanya aku ceritain sama Elwan. Semuanya! Entah kenapa rasanya lebih gampang dan lebih lancar daripada aku cerita sama Lura atau Mala. Elwan mendengarkan aku dengan serius, tanpa menyela, dan nggak sedikit pun menghakimi. Mendengarkan sampai aku selesai.
Na, apa kamu merasa pantes diperlakukan begitu" Sori, tapi... menurut kamu yang kemarin itu apa nggak keterlaluan"
Aku mengangkat bahu. Aku sebetulnya udah lama ngerasa muak. Tapi nggak tahu deh kenapa aku susah banget bertindak. Aku selalu lemah setiap dia nangis dan ngerayu minta maaf. Aku juga takut... nggak bakal punya pacar lagi, kataku pelan.
Elwan menatapku bingung. Maksudnya" Yang namanya putus kalau nggak cocok kan wajar. Apalagi masih tahap pacaran. Tapi masa patah hati dan ngejomblo kan nggak selamanya, Na"
Aku menghela napas. Enak buat kamu ngomong. Kamu fotografer terkenal. Secara fisik oke. Kita realistis aja, blakblakan pasti banyak cewek yang suka sama kamu. Kamu kerja dikelilingin cewek cantik. Kamu nggak bakalan ngejomblo lamalama. Aku yakin. Nah, aku"
Elwan semakin nggak ngerti. Maksud kamu apa" Bahwa kamu harus selalu bersyukur karena masih untung ada siapa itu Reva yang mau jadi pacar kamu, karena laki-laki lain nggak bakalan ada yang mau, gitu"
JLEB! Aku serasa ditinju sampai mental ke Arab Saudi. Betul banget tebakan Elwan. Aku memang selalu berusaha bersyukur 154
masih ada laki-laki yang mau jadi pacarku, setiap kali aku sakit hati dan sedih karena Reva. Itu manjur banget bikin aku kuat.
Siapa pun orangnya, Na, Reva atau siapa pun, kamu harus tahu, cinta itu bukan cuma karena fisik aja. Jadi nggak ada alesan kamu punya pikiran bahwa Reva adalah satu-satunya laki-laki yang mau jadi pacar kamu dan kamu harus merasa beruntung cuma karena itu lho, Na. Kamu punya banyak kelebihan, Na.
Aku diam. Kalimat Elwan pernah keluar dari mulut Lura, Mala, bahkan Nissa. Tapi waktu itu aku sama sekali nggak bisa terima. Aku langsung tersinggung. Langsung mengelak dan refleks membela diri. Bukan... bukan... membela diri, tapi membela Reva. Kali ini" Aku sama sekali nggak pengin mendebat Elwan. Aku malah merasa tersanjung, karena aku ngerasa secara nggak langsung Elwan bilang sama aku untuk nggak rendah diri.
Lagian, siapa bilang aku nggak ngejomblo lama" senyum kocak menghiasi bibir Elwan. Aku jomblo lho. Udah lumutan nih. Kali sebentar lagi jadi fosil.
Mau nggak mau aku cekikikan. hanks ya, Wan.... Elwan menyeruput jus mangganya. Untuk"
Untuk semuanya. Untuk menghibur aku hari ini. Terutama untuk waktu itu. Kamu nggak bales Reva, bikin dia menjadi-jadi dan mempermalukan aku.
Kamu sama dia gimana sekarang"
Aku mengangkat bahu. Tahu deh, Wan. Sejak waktu itu sampe hari ini, aku belum mau ngomong sama dia. Hampir tiap hari dia nelepon aku, tapi aku nggak mau angkat. Aku belum tahu harus gimana. Temen-temenku juga bilang aku harus pikirin mateng-mateng langkah ke depannya. Tahu lah, Wan... aku juga bingung.
Aku setuju sama temen-temenmu. Take your time, think about it, deeply. Kamu harus pikirin semuanya baik-baik. Aku tersenyum getir. Makasih. Aku setengah mati nahan diri 155
supaya nggak mendadak pingsan karena tahu-tahu Elwan menatap mataku dalam dan teduh.
Kamu harus percaya satu hal, Na. Semua yang Tuhan ciptakan itu sempurna dengan caranya masing-masing, termasuk kamu.
Jantungku serasa melorot dan siap-siap mau meledak berkat suara Elwan yang tenang dan dalam... sampai tahu-tahu Elwan nyengir tolol.
Jadi kamu tenang aja, Na! Si Reva itu pasti bakalan kualat kalau menghina-hina kamu! Menghina-hina ciptaan Tuhan itu namanya!
Aku melongo. Kontan cekikikan. Aku penginnya dia kualat dikutuk jadi gemuk! Dia kan takut banget gemuk!
Elwan ikut cekikikan. Iya, bener. Dikutuk jadi gemuk. Terus suka kentut. Jangan lupa bisulan di pantat sampe susah duduk....
Aku ngakak. Iya, iya, terus giginya ompong dua di depan, telunjuknya kejepit pintu sampe bengkak nggak bisa ngupil... terus... aku mendadak diam melihat air muka Elwan yang tahutahu serius menatapku lurus-lurus. Kenapa, Wan" Kamu sadar nggak sih kamu mencalonkan diri kualat" Aku bengong. H-hah, m-maksud kamu"
Elwan cengengesan sendiri. Doain orang yang jelek-jelek kan kualat juga!
Ihhh, Elwaaan! Nggak tahu juga angin dari mana yang mendorong tanganku dengan santainya memukul-mukul bahu Elwan sambil cekikikan. Perasaanku lega. Senang. Gembira. Semua karena Elwan.
Baru kali ini aku bisa menghina Reva habis-habisan. Baru kali ini mengakui bahwa aku kesal sama Reva jadi hal yang menyenangkan banget-banget!
Aku kayaknya... makin jatuh cinta sama Elwan.
156 A KU menatap sekeliling hall pameran dengan puas. Foto Elwan
keren-keren. Promo majalah juga kelihatannya sukses. Jadi lebih unik setelah menerapkan ide Hanna dengan ada catwalk kecil di tengah main hall yang mempertunjukkan fashion show kecil dengan mengundang desainer-desainer lokal untuk berpartisipasi.
Proyek pameran kerja sama majalahku dan Elwan betul-betul berlangsung memuaskan. Semua datang. Lura, Mala, dan Hanna pastinya, yang didaulat jadi MC di fashion show mini idenya sendiri itu.
Aku menghampiri Elwan yang baru selesai di-interview dan mengulurkan tanganku tulus. Selamat ya. Foto-fotonya keren.
Elwan tersenyum lebar. Makasih ya. Selamat juga buat kamu. Ini kan proyek kamu juga.
Mau nggak mau aku merasa senang Elwan bilang begitu. Kamu udah lihat semua fotonya, Na"
tanganku pengin nampar, kakiku pengin nendang, mulutku pengin histeris mengabsen semua makhluk penghuni kebun binatang, tapi...
157 Aku menggeleng. Ini aku baru mau keliling. Tadi kan acaranya padet banget.
Aku saranin kamu ke bagian sana, kata Elwan, menunjuk salah satu sudut.
Oh ya" Ada foto apa aja di sana"
Yuk kita lihat. Elwan mendorong bahuku pelan ke arah yang dia tunjuk.
Aku langsung nggak bisa berhenti melongo sampai mataku berkaca-kaca, nyaris menangis melihat foto-foto apa yang ada di sini. Fotoku. Iya! Fotoku! Dengan tema besar he beautiful brain behind the page , foto-fotoku yang entah aku nggak hapal diambil di mana aja, terpampang di situ. Aku sudah beberapa kali bilang, kan, aku nggak cantik, aku juga nggak seksi, tapi di foto-foto ini aku....
Gimana menurut kamu" tanya Elwan.
Aku menoleh kagum. Wan, makasih ya.... Belum pernah ada orang yang melihat aku dari... sisi ini.
Oh! Aku ingat foto yang itu! Fotoku yang kelihatan kepanasan berdiri di bawah payung tapi dengan serius menatap ke tempat pemotretan. Aku ingat! Itu waktu aku turun langsung ke pemotretan di jalan tol belum jadi, waktu Hanna jadi modelnya, dan pertama kali aku ketemu Elwan. Dia majang foto itu"! Lebih gilanya lagi DIA PUNYA FOTO ITU"! Ck... ck... ck....
Semua fotoku waktu serius bekerja. Aku nggak tahu aku bisa kelihatan cantik waktu bekerja.
Naniaaa.... Lura menepuk-nepuk pipiku heboh. Keren banget. Ya, kan, Ndra"
Indra mengangguk. Kamu eksotis banget di foto yang itu. Jago, lo, ya, mengambil sisi eksotis perempuan, katanya, memuji Elwan dengan cara yang aneh.
Aku cekikikan melihat Mala yang pura-pura muntah. Sebetulnya aku agak nggak setuju Lura ngajak Indra ke sini. Hubungan balas dendam -nya sama Indra menurutku udah kelamaan. Aku 158
nggak sabar menunggu Lura menjatuhkan kartu AS-nya sampai Indra kleper-kleper. Tapi belum-belum juga. Aku jadi khawatir. Tapi ya mau gimana lagi.
Lo nerima order foto pre-wedding nggak" Mala menatap fotofoto karya Elwan kagum.
Kenapa nggak" kata Elwan. Siapa yang mau nikah" Mala meringis. Yah, siapa tahu aku... nanti Kami kompak menghela napas. Masih juga terlalu berharap sama Mas Sis.
Elwan tersenyum maklum. Telepon aja aku.
Serasa dapat angin, Mala langsung cerah ceria kesenangan. Khayalannya pasti langsung melayang ke mana-mana.
Wad-duuh... ini bagus buat koleksi pribadi. Kamu jadi kayak model lho, Na. Tahu-tahu Papa dan rombongan Mama plus adik-adikku nongol.
Papa ini. Nongol-nongol langsung bikin aku malu hati. Eh, Pa, ini nih kenalin, Elwan Putra. Fotografernya.
Papa menyalami Elwan hangat. Waaah... bagus-bagus fotonya. Ya, Ma"
Mama mengangguk. Makasih banyak, Om. Makasih juga udah dateng lho, Om. Kehormatan buat saya.
Nissa senyam-senyum jail. Ih, kecil-kecil kegenitan. Mas Elwan, Nissa juga mau dong difoto kayak model. Nissa kan ceking kayak model. Masak Kakak yang
Aku melotot galak. Aku yang apa"! Elwan terkekeh-kekeh.
Ya udah, kalian ngobrol lagi deh. Kami mau icip-icip kuenya.
Elwan tersenyum sopan pada Papa. Silakan, Om, silakan.... Papa menggandeng Mama dibuntuti adik-adikku ke meja buffet.
159 Keluarga besar yang rame dan bahagia, ya" komentar Elwan sambil menatap orangtua dan adik-adikku.
Iya. Makanya lo jangan coba-coba ngerusak keluarga orang! REVA! Aku langsung lemas! Kenapa dia ada di sini" Oke, dia masih pacarku, tapi aku kan nggak ngundang dia! Kami lagi berantem, dan akhir-akhir ini, kapan coba Reva nggak bikin kacau"!
Demi berduaan sama dia, kamu sengaja nggak ngundang aku" serang Reva sengit. Lura, Mala, dan Hanna langsung merapat ke aku.
Aku langsung gemetaran. Aku tahu ini belum puncaknya, tapi aku udah bisa baca gelagatnya ini bakalan parah dan memalukan. Reva, please, not now. Ini acaranya Elwan juga.
Dengan menyebalkan dan tampang menghina, Reva malah tepuk tangan. Wah wah wah... hebat. Punya acara berdua. Siapsiap buat kawinan, ya"
GLEK. Aku menelan ludah. Tanganku mengepal gemetaran. Aku betul-betul berusaha nahan untuk nggak menampar Reva. Di mataku sekarang Reva kayak manusia bermuka babi yang kurang ajar dan suka ngomong sembarangan. Reva
Habis ini apa, Na" Mengumumkan pertunangan"! Kawin" Dasar perempuan muna!
Kakiku mengejang. Aku pengin menendang dengan jurus sekali tendang mandul ke arah selangkangan Reva. Aku benci banget!!! Ini kelewatan!
Mas, Mas, tolong dong.... Ini tempat umum, Elwan berusaha menenangkan Reva.
Dengan kasar Reva mengibaskan tangannya. Alaaah! Jangan ikut ngebacot, lo! Ini semua gara-gara lo, tahu nggak!!! suara Reva makin mengeras.
Ini nggak bisa dibiarin. Aku menarik tangan Reva. Ikut aku! Aku mau ngomong sama kamu! kataku tegas, biarpun suaraku agak gemetar karena menahan malu dan air mata.
160 Dengan marah aku menyeret Reva ke ruang khusus panitia yang memang disediakan buat aku. Tanpa ampun aku membanting pintunya. Napasku tersengal-sengal saking kesalnya.
Mau kamu apa sih"! Apa kamu belum puas juga bikin aku malu" Bikin aku sakit hati"!
Reva berkacak pinggang dengan muka frustrasi. Aku bikin kamu malu"
Iya!!! Apa maksud kamu" Kenapa sih kamu tega banget, Va"!
Nggak kebalik" Kenapa kamu yang tega banget ngekhianatin aku terang-terangan"! Tega main api di depan aku"! Kamu yang mempermalukan aku sebagai pacar kamu!!! balas Reva.
Aku menarik napas. Aku nggak mau nangis! Siapa yang mengkhianati kamu"! Itu kan tuduhan kamu, Va! Itu kan kata kamu!!! Dan itu tuduhan konyol, tahu nggak!!!
Reva kelihatan semakin berang. Apa bukti yang aku lihat kurang jelas"! Kamu masih mau ngelak" Gila ya kamu!!!
Aku ikut naik darah. Kapan sih Reva bisa punya kuping untuk mendengar suara orang lain" Kamu yang gila! Kamu ba... ba... BABI! BABI! BABI! teriakku dalam hati. Kamu ba... BABI!!!! Ba... bangsat!!! Mulutku nggak tega sekasar itu. Biarpun aku nggak yakin bangsat lebih sopan daripada babi.
Aku yakin seyakin-yakinnya Reva kaget dan jantungan setengah mati mendengar aku bisa ngomong sekasar itu sama dia. Selama ini, apa pun yang dia lakukan, apa pun yang dia bilang, aku nggak pernah berani menentang. Kali ini aku nggak tahan. Apapa, Na"
Kamu! Kamu bangsat, tahu nggak!!! Kamu tega nuduh aku yang nggak-nggak. Selama ini kamu kasar, kamu hina aku, kamu nyakitin hati aku.... Kapan aku ninggalin kamu" Kapan aku nggak maafin kamu"! Buat apa aku pakai selingkuh-selingkuh segala" Mending langsung aja aku tinggalin kamu!!! Reva diam. Mematung kaget.
161 Kamu BANGSAT!!! Kita... kita putus aja, Va! Aku capek... aku
HUP! Belum sempat aku ngomong apa-apa lagi, tiba-tiba Reva memeluk aku erat-erat. Mendadak aku lemas. Mendadak aku menangis.
Maafin aku, Na... maafin yaaa... aku udah jahat sama kamu... maafin....
Napasku naik-turun. Reva betul-betul bikin emosiku berantakan. Tadi dia bikin aku begitu marah. Waktu aku lagi di puncak amarah, baru bisa melepaskan semua uneg-uneg, tiba-tiba dia memelukku sayang dan dengan penuh penyesalan kayak gini. Bikin aku mendadak bisu.
Maafin ya, Naa... aku... aku... nggak mau kehilangan kamu, Na.... suara Reva mulai bergetar. Dia nangis. Seperti biasa. Aku diam.
Na, jawab aku dooong.... Kamu maafin aku, kan" Aku... aku nyesel, Na....
Aku nggak boleh menyerah begitu aja. A-aku... perlu waktu buat mikir, Va.
Karena kaget, refleks Reva mendorong aku sampai dia bisa melihat jelas mukaku yang dia peluk tadi. Buat apa, Na"
Aku... aku cuma perlu waktu aja buat mikirin semuanya. Setelah semua yang terjadi.
Tangan Reva meremas bahuku. Dia pasti pengin banget menekan dan memaksa aku untuk menerima permintaan maafnya. Tapi dia juga nggak goblok untuk mengambil risiko aku bakal betul-betul marah dan langsung ninggalin dia detik ini juga. Karena dia sekarang menyaksikan sendiri bahwa aku juga bisa nekat dan marah besar.
Na, kita bakal baik lagi, kan" suara Reva lembut. Aku menatap Reva lurus-lurus. Pokoknya aku perlu waktu dulu, Va.
162 Dengan lembut Reva meraih tanganku lalu menciumi punggung tanganku mesra. Hebat! Orang gila yang tadi ngamuk dan ngomong seenak udel bodongnya, hilang begitu aja nggak berbekas. Tapi kamu janji, ya, Na, kita bakal baik lagi" Ya, Sayang" Maafin aku, ya" bujuknya dengan nada tetap lembut tapi jelas banget maksa.
Kita keluar dulu sekarang, bisa" Acara ini penting buat aku. Jadi tolong, kalau kamu memang menghargai aku, sayang sama aku kayak yang kamu bilang tadi, harusnya kamu nggak bakal menghancurkan acara hari ini.
Reva langsung bimbang. Setengah hatinya jelas pengin maksa aku di sini, mengeluarkan semua kalimat bujukan sampai kering sampai aku menyerah minta ampun lalu bilang iya. Setengah hati lainnya jelas dia mau membuktikan dia sayang aku dan nggak bakalan merusak acara ini.
Kesempatan emas! Sementara Reva kebingungan sendiri, aku buru-buru bergerak keluar. Kalau kamu lapar, icipin aja kue-kuenya, kataku sambil ngeloyor keluar. Di depan, semua sudah menunggu dengan ekspresi serius. Lura, Mala, Hanna, dan Elwan. Semua kelihatan khawatir.
Aku menyunggingkan senyum tipis. Pada kenapa" Sakit perut" Sakit kepala"
Nggak ada yang menjawab. Semua malah kompak melempar pandangan simpati.
Gue nggak pa-pa. Oke" Sembuh semuaaa" kataku sok-sok bercanda.
Tak lama Reva nongol. Semua langsung bungkam dengan ekspresi aneh.
Kita makan, yuk" ajak Reva sok mesra. Sok santai dan menganggap nggak ada apa-apa yang terjadi. Heran, kok dia bisa ya kayak gitu"
Aku menoleh malas. Silakan aja, Va, itu mejanya di sana. Aku masih banyak kerjaan.
163 Muka Reva langsung kelihatan dongkol. Tapi mau nggak mau ya dia terpaksa menerima. Dia tahu kalau hari ini dia bikin aku marah dan malu lagi, sedikit aja, semuanya bisa langsung tinggal sejarah.
Daripada lebih malu lagi, akhirnya Reva pasrah dan jalan ke meja makanan sendirian. Hati kecilnya sebetulnya pengin pulang. Emosinya sudah menggila pengin meninju sesuatu. Tapi dia pasti merasa lebih goblok dan kalah kalau pulang dan meninggalkan aku dan Elwan tanpa pengawasan.
Jadi gimana, Na" Beres" bisik Lura, nggak tahan penasaran. Aku mengangkat bahu. Sementara ini iya.
Lura mendekat. Sementara" Lo baikan"
Pertanyaan Lura bikin aku tersentak kaget. Lura juga kelihatan kaget dan nggak enak hati.
Sori, Na, maksud gue Aku mengibaskan tangan pelan. Ngerti gue. Ngerti. Yang jelas gue belum putus. Gue minta waktu untuk mikirin semuanya. Jadi..." Mala nggak ngerti.
Aku celingukan mencari sosok Reva. Males banget kalo dia tahu aku ngomongin dia. Ya gitu. Dia minta maaf, bener-bener minta maaf dan nyesel sama kejadian tadi dan yang kemarin-kemarin.
Sambil nangis" potong Lura. Standar. Jurus andalan dari zaman godzila ompong, katanya sinis.
Aku cemberut sebal. Pokoknya kali ini gue nggak langsung iya-iya aja. Gue minta waktu buat mikir. Gue memang ngerasa perlu waktu buat mikir.
Elwan memasukkan tangannya ke saku. Aku jadi nggak enak. Semua ini ternyata gara-gara aku, ya"
Lho" Aku mengibas-ngibaskan tangan panik. Bukan. Bukan. Masalahnya bukan di kamu. Siapa pun orangnya, Wan, Reva pasti kayak gini. Masalahnya ada di dia. Bukan kamu. Bukan juga aku... mungkin.
164 Mungkin" Elwan menatapku bingung.
Ya mungkin. Aku juga sering punya salah kok sama Reva. Aku bisa lihat Lura memutar bola matanya bosan. Dia paling benci kalau aku mulai menyalah-nyalahkan diri sendiri.
Na, inget ya, kalau ada apa-apa, aku selalu siap bantu kok, tambah Elwan lembut.
Hatiku berdesir nggak jelas. Ih, nggak banget deeehhh!
...mun aja" ... Kak! Ditanya Papa tuh! Nissa menepak-nepak bahuku. Hah"
Ditanya Papa tuhhh... katanya kenapa ngelamun aja" Aku menegakkan duduk setelah dari tadi bersandar di jendela mobil. Selesai acara aku pulang nebeng mobil Papa. Siapa yang ngelamun"
Papa mengintip lewat spion. Ya kamu, Na. Kenapa" Aku menggeleng. Nggak kenapa-napa. Cuma ngantuk doang, Pa. Tapi lega. Acaranya sukses. Mudah-mudahan hari kedua sama hari ketiga juga rame terus.
Eh, Na, Mama suka tuh sama si Elwan Putra itu. Tahu-tahu Mama nyeletuk.
Idiiih... Mama naksir" Nissa duluan kali, Ma, yang ngantre di belakang Kakak.
Aku mendelik. Ha" Memangnya kamu naksir dia, Na" Mama langsung heboh. Jiwa biang gosipnya langsung ON.
Yaaah... Mama. Itu anak kan pernah nganter, eh, ngawal si Nania pulang ke rumah. Cuma belum diajak masuk aja. Papa ikut-ikutan rese.
Dasar, pada usil semua. Untung mereka nggak tahu kejadian heboh Reva tadi. Aku yakin banget Papa bisa ngamuk kalau tahu. Paaa... jangan bikin gosip deh.
165 Tapi itu anak memang baik, ya" Berbakat, lagi. Aku cuma bisa geleng-geleng. Terseraaah... terseraaah... aku mau tidur dulu ya. Ngantuk.
Nggak ada yang lebih pas selain pura-pura tidur. Aku langsung merem. Sementara pikiranku melayang ke mana-mana. Dari tadi aku memang ngelamun. Aku sendiri bingung kenapa aku ngelamun. Karena konflikku sama Reva kah" Atau... karena Elwan, yang entah gimana semakin sering bikin aku deg-degan nggak jelas"
166 M ENGINTAI" Aku dan Lura saling pandang dengan muka bingung. Mala mengajak kami semua mengintai Mas Sis. Gila nggak sih"!
Eh, yang namanya mengintai, memata-matai itu ya harus misterius. Sendirian. Masa keroyokan" komentar Lura, yang aku tahu pasti sebetulnya nggak punya nyali buat ikut acara pengintaian itu.
Mala mengangkut beberapa kaleng minuman dari kulkas Lura dan memboyongnya ke sofa tempat kami duduk berleha-leha sambil menonton ulang Sex and he City season satu. Justruuu... gue ngajak kalian semua buat menyamarkan pengintaian gue. Jadi kalau kepergok, nggak konyol sendirian. Ya, mau, ya, please"
Aku meraih botol Green Tea yang dibawa Mala. Ohhh... jadi lo pengin ketangkep bareng-bareng" Mal, kalau ngajak temen itu ya, ajak makan enak kek, jalan-jalan ke mana, gitu.... Lah ini, ibaratnya lo yang mau bunuh diri, kita semua diajak nyemplung jurang. Aku sendiri juga rada ciut sih soal acara pengintaian ini. Yang bener aja, memata-matai keluarga orang, bo! mari mengintai!
Dil3ma Karya Mia Arsjad di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
167 Lu" Mala menatap Lura penuh harap. Lura dengan bodoh celingukan. Ha" Luraaa... kok gitu sih" Bantuin gue dong. Ya" Tampang bule Lura meringis. Ungg... I ll go with the crowd deh, katanya nggak jelas.
Bahu Mala melorot kecewa karena nggak langsung dapat dukungan. Dia membenamkan badannya di sofa. Kalian kok gitu sih..." Gue bener-bener butuh bantuan kalian. Gue nggak mungkin ngelakuin itu sendirian, kata Mala putus asa.
Aku merapatkan dudukku ke Mala. Tapi lo nyadar nggak sih, risikonya gede" Kalau ketahuan, bukan nggak mungkin istrinya Mas Sis maki-maki lo di depan umum. Gue udah cukup deh ada di situasi waktu si Lura dilabrak di CITOS dulu.
Makanya gue butuh bantuan kalian, kata Mala lesu. Gue bener-bener pengin kepastian dari Mas Sis. Dan gue pengin lihat langsung kebenarannya dengan mata kepala gue sendiri. Biarpun misalnya kenyataannya nggak sesuai sama bayangan gue.
Lura menggigit-gigit bibirnya gusar. Memangnya nggak ada cara lain selain menguntit"
Ada ide" Mala balik nanya. Lura menggeleng tolol.
Please, pada mau, ya, nolongin gue" Gue bener-bener nggak bisa tenang nih. Kalau nggak sama kalian, gue mesti minta tolong sama siapa lagi"
Bagaikan jurus pamungkas, kalimat Mala tadi langsung bikin aku dan Lura mental ke segala arah. Aku langsung merasa nggak setia kawan. Kayaknya Lura juga merasa begitu. Sahabat lagi kesusahan, masa ngambil risiko sedikit aja nggak mau"
Ya, okelah, gue ikut. Tapi kalau ada apa-apa, misalnya kita dilaporin ke polisi, lo yang tanggung jawab lho, Mal.
BLUK! Mala langsung memelukku heboh. Makasih ya, Naaa....
168 Lura mengangkat tangan tanda menyerah. Komandan maju, prajurit maju.
BLUK! Sekarang Mala gantian memeluk Lura. Eh, kayaknya gue punya lemper deh! ingat Lura tiba-tiba. Semua langsung cerah. Lumayan, malem-malem gini ngemil lemper.
Setelah melesat ke kulkas, Lura balik dengan sepiring lemper dengan bungkus daun hijau kekuningan. Nih, udah gue masukin ke microwave sebentar. Cukup kan, asal anget aja" Lura menaruh piring lemper di atas meja.
Nggak ada yang lebih nikmat daripada acara menginap bersama, nonton Sex and he City, ngerumpi sambil makan lemper isi daging yang
Kok berlendir" Aku bergidik jijik dan memandangi lemper di tanganku ngeri. Mencurigakan nih.
Mala menoleh cepat. Lu, ini lemper lo beli di mana, tanggal berapa"
Lura bengong. Mikir. Nggak beli deh. Dikasih. Aku buru-buru mengembalikan lemper di tanganku ke piring. Dikasih siapa, kapan"
Dikasih Bang Rudy, kopilot. Bikinan istrinya, katanya. Pas gue habis terbang sama dia ke Kuala Lumpur.
Pwehhh! Dengan panik Mala melepeh segigit lemper yang dengan lempeng dia kunyah ke tisu. Lura! Itu kan udah nyaris dua minggu lalu"! Pantesan asem!
Lura cekikikan. Hahaha! Lo kayak baru pertama kali ke tempat gue aja, makan di sini kan harus ekstra hati-hati. Secara gue seneng banget ngoleksi makanan-makanan kuno. Asem, ya"
Kadang aku penasaran pengin sweeping apartemen Lura. Jangan-jangan aku nemuin makanan-makanan dari zaman Orde Baru yang ditumbuhi jamur-jamur spesies baru.
169 *** Sesuai penyelidikan Mala sebelumnya, sore ini kami bakal nguntit Mas Sis yang dicurigai berencana kencan sama istrinya.
Dan di sinilah kami. Dengan bodohnya ngumpet di mobil Lura yang parkir di depan rumah Mas Sis, menunggu si Bos keluar dari sarangnya. Sebelumnya Mala sempat ngecek apa Mas Sis masih di rumah atau nggak.
Kita nunggu sampe kapan nih" Gimana kalau ternyata dia beneran nggak enak badan dan nggak mau ke mana-mana hari ini" Lura mulai nggak sabar.
Aku mengangguk setuju. Atau, bisa aja kan dia tadi bohong" Bilang ada di rumah padahal di mana gitu... di hotel, misalnya. Ngapain dia di hotel" sergah Mala sebel.
Ya berduaan sama istrinya laaaah. Secara anaknya udah gedegede, kan susah kalau mau ngapa-ngapain yang menyebabkan keributan. Kata-kata Lura bikin Mala tambah sebel. Jelas dia nggak rela Mas Sis berduaan di kamar hotel sama istrinya. Pokoknya dia nggak rela Mas Sis ngapa-ngapain sama istrinya. Mengingat buat mereka itu kan halal. Sementara Mala cuma bisa harap-harap cemas.
Jangan bikin aku jadi parno dong, protes Mala. Dengan santai Lura menggigit cokelat yang dia bawa buat bekal. Itu mungkin banget lho! Buktinya kita udah nyaris dua jam di sini, nggak ada tanda-tanda Mas Sis masih di rumah.
Mala mulai gelisah. Sabar dooong... namanya juga pengintaian.
Dua puluh menit kemudian.
Hoaaahhhmmm... belum juga" Lura yang sempat ketiduran menguap lebar.
Mala menggeleng dengan muka serius. Lalu berubah keruh. Ya udahlah, udahan aja. Kita pu
170 Mal! Mal! Itu kali, itu! Aku menunjuk-nunjuk heboh mobil mewah yang keluar dari dalam rumah.
Iya, bener! Itu mobilnya Mas Sis! Ayo, Lu, ikutin! perintah Mala antusias.
Lura langsung tancap gas.
Perkiraanku meleset. Mas Sis nggak menuju hotel mewah atau restoran mewah yang bikin kami ribet ngikutinnya. Mobil mewahnya meluncur ke Plaza Senayan.
Dengan gaya detektif amatiran, kami mengikuti Mas Sis dan istrinya masuk toko keluar toko. Nggak ikut masuk sih. Paling ngumpet di toko depan, di koridor toilet, atau di sela-sela pilar.
Gila, begini ya kalau mau cerai" Dibelanjain barang-barang mahal dulu" komentar Lura ngasal.
Mala mendengus. Sebal menatap kemesraan Mas Sis dan istrinya yang menenteng banyak kantong belanjaan bermerek. Kami terus menguntit dari jarak aman. Sampai...
Bo, masuk bioskop. Mau diikutin juga" aku menyiku Mala. Ya iyalah! Sampe beres pokoknya! kata Mala tegas. Semua nurut. Nonton film komedi romantis pilihan Mas Sis dan istrinya. Lebih gila lagi, Mala nekat nanya ke mbak di konter tiket Mas Sis dan istrinya duduk di mana, lalu membeli tiket di tempat kami bisa memantau dengan jelas.
Pengintaian nggak ada masalah selain makin jelasnya indikasi Mas Sis kemungkinan bohong tentang rencana perceraiannya. Yang bikin Mala nggak tahan dan kabur keluar, waktu Mas Sis dan istrinya berciuman mesra bagai sepasang ABG yang kekurangan modal dan pacaran di bioskop. Mungkin mereka lagi bernostalgia tuh.
Nih, minum, Mal. Teh herbal dari Cina, biar badan lo enakan.
Aku melirik Lura. Udah dicek tanggal kedaluwarsanya belum" Kasian kan Mala kalau udah sedih masih keracunan juga. 171
Masih sesenggukan, Mala menyeruput teh hangat dari Lura. Dia betul-betul shock melihat adegan di bioskop tadi. Sepanjang jalan dia cuma nangis tanpa ngomong sepatah kata pun. Dia sadar itu istri Mas Sis, tapi kan kata Mas Sis hubungan mereka sudah renggang. Kok masih ciuman di bioskop"
Menurut gue, lo harus siap nerima kenyataan sepahit apa pun lho, Mal, nasihat Lura lembut. Gue tahu gue gampang ngomong doang, tapi memang itu kayaknya jalan terbaik buat lo sekarang. Lo harus tegas, Mal.
Aku setuju banget. Iya, Mal. Biarpun gue sendiri bukan orang yang engg... tegas..., tapi hubungan gue sama Reva kan nggak melibatkan pihak berlabel istri. Dalam kondisi ini, selama Mas Sis masih punya istri, lo bakal tetep jadi pihak yang salah.
Bener, kan" Yang namanya selingkuhan, biar dibolak-balik gimana pun, tetep aja salah. Karena ya memang salah.
Mala mengusap air matanya sedih. Gue tahu. Cuma sakit banget rasanya ngeliat mereka mesra kayak gitu. Gue sayang banget sama Mas Sis. Apalagi dia juga kayaknya sayang sama gue. Tapi tetep aja Mala menangis lagi.
Kami memeluk Mala bareng-bareng. Mal, semua orang pasti punya titik lemah dalam hidupnya. Gue yakin lo bisa ngelewatin ini, bisik Lura.
Sekarang selanjutnya semua di tangan lo, Mal. Cuma lo yang tahu apa yang terbaik buat lo sendiri.
Mala menutup mukanya. Aku nggak mau terus-terusan jalan di tempat. Aku harus ambil tindakan. Hidup aku nggak boleh hancur gara-gara ini. Dan aku juga nggak mau jadi penghancur hidup orang lain.
Lalu kami semua berpelukan lagi.
Ini dia selingkuhan terbaik abad ini. Sadar..., celetuk Lura bercanda.
Kayak banci sadar, tambahku iseng.
172 Mala cemberut. Nggak bisa apa seriusnya ditahan lebih lamaan dikit" Kan lagi adegan sedih nih! protes Mala.
Dan kami bertiga tertawa ngakak. Lagi-lagi tertawa nggak jelas. Entah tertawa gara-gara bercandaan tadi atau karena senang akhirnya Mala dapat pencerahan. Atau... sekadar pengin ngakak aja. Melepas stres.
173 L AMA-LAMA spagetinya bisa keriting tuh. Dipelintir-pelintir
tapi nggak dimakan. Aku mendongak. Menatap Elwan dan piringnya yang nyaris kosong. Emang mau buka jasa pengeritingan spageti, jawabku asal sambil nyengir.
Elwan tadi pagi datang ke kantorku. Mengantar album berisi foto-foto yang dipajang di pameran waktu itu dalam ukuran lebih kecil pastinya. Terus dia ngajak makan siang sekalian. Ya aku mau lah! Secara aku udah sadar kalau (kayaknya) aku ada rasa sama Elwan. Bukannya yang di tahap ngotot pengin jadi pacarnya sih. Tapi aku deg-degan dan seneng aja ada di dekat Elwan. Kamu emang hobi, ya"
Apa" alisku terangkat sebelah. Ngelamun.
Aku memutar bola mataku pura-pura kesal. Usiiilll.... Atau nggak hobi"
Aku mengernyit. Apa"
Makan, kata Elwan sambil nyengir.
kapan sih saat yang tepat" apa
pertimbangannya" gimana" kenapa" why" when" how"
174 Dia bisa banget iseng godain aku. Mau nggak mau aku senyum juga. Aku menimpuk Elwan dengan bungkus tusuk gigi. Makan sih bukan hobi, tapi kebutuhan hidup. Ngaco aja. Percaya nggak, Wan, Mala yang kalem, pasrah, dan rada polos itu, lagi merencanakan hal besar.
Elwan menatapku antusias. Oh, ya" Apa" Ada hubungannya sama Mas Sis-Mas Sis itu"
Ya iya lah. Mas Sis itu kan konflik terbesar dalam hidup Mala. Tapi aku salut, Wan, kalau bener rencana itu dia laksanain, aku acungin jempol buat Mala.
Asal jangan cobek aja. Cobek"
Elwan mengangguk sambil menahan senyum geli. Iya. Jempol aja yang diacung-acungin, jangan cobek. Tahu, kan, katanya kalau ada tamu nyebelin yang bertamu nggak pulang-pulang, pergi aja ke dapur, terus acung-acungin cobek. Secara misterius katanya bisa memancarkan gelombang ngusir dan bikin si tamu pulang. Pernah denger"
Aku melotot sebal. Elwan! Serius dong.
Iya, iya, sori. Terus, hal besar dalam hidup kamu gimana" Hal besar dalam hidupku" Reva"
Elwan mengangkat bahu. Apa aja. Pengin tahu aja, kalau kamu juga punya rencana besar. Siapa tahu.
Elwan nggak pinter berbohong. Aku tahu yang dia maksud jelas Reva. Setelah apa yang dia saksikan selama ini, udah cukup kok dasar buat dia mempertanyakan soal Reva.
Rencana besar sih banyak. Tapi aku nggak tahu deh punya nyali apa nggak, jawabku, sengaja menggantung. Hah! Memangnya aku punya rencana apa" I m totally hopeless and clueless!
Kamu pernah denger tentang Undang-Undang KDRT, nggak"
Hah" Undang-Undang KDRT" Aku menggeleng bingung. Kenapa emangnya"
175 Tahu nggak kalau penganiayaan itu bukan cuma berbentuk penganiayaan fisik, tapi juga bisa psikis"
Ohhh... ya ampuuun. Aku langsung cekikikan.
Lho, orang ngomongin penganiayaan kok kamu malah cekikikan" Ini serius lho.
Aku menutup mulutku lalu menatap Elwan lucu. Kamu nggak pinter basa-basi, ya" Kamu mau bilang perlakuan Reva sama aku udah masuk penganiayaan, kan"
TUING! Tampang Reva kayak maling kolor tertangkap basah. Eng nggak kok, bukan itu... maksud aku
Aku mengibas-ngibaskan telapak tanganku sambil terus cengarcengir. Udahlah, Waaan, aku tahu kok. Aku ngerti. Makasih ya atas perhatiannya. Aku juga udah berpikir sampe ke situ kok.
Elwan cuma mengangguk-angguk. Nggak tahu harus bilang apa.
Aku sekarang juga lagi dalam masa perenungan kok, Wan. Emang sih belum sampe ke keputusan putus atau lanjut.
Elwan menatapku serius. Jadi masih ada pertimbangan buat lanjut"
Aku mengangkat bahu. Gimana ya, Wan, biar gimanapun, aku udah lama pacaran sama Reva. Jujur aja, aku serius dan sa-yang sama dia. Kadang emang apa yang dia lakuin nggak pantes. Apalagi menurut orang-orang terdekat aku. Tapi... di luar semua itu, aku juga punya banyak hari menyenangkan sama Reva. Kenangankenangan romantis yang bikin aku yakin kalau dia sebenernya sayang kok sama aku.... Aku menarik napas. Malah mungkin terlalu sayang. Sampe kadang-kadang dia nggak bisa kontrol saking takutnya kehilangan aku. Mungkin. Yaaah, pokoknya, Wan, sekarang aku bakal mempertimbangkan semuanya. Mencari tahu soal semuanya. Apa yang terbaik buat aku. Buat dia juga.
Elwan nggak komentar sedikit pun. Dia cuma senyum dan menepuk-nepuk punggung tanganku. Yang, entah gimana, malah bikin aku pengin nangis dan lompat ke pelukannya.
176 *** Aku dan Mala lagi di airport, karena Mala minta dijemput sedatangnya dia dari tugas luar kota sama Mas Sis. Seperti biasa, kami janjian ketemu di A&W. Aku sampai duluan. Disusul Mala. Lura datang belakangan, karena dia nyusul naik taksi.
Aku melirik Lura. Perasaan dari mulai datang, dia kelihatan aneh. Cemas nggak jelas. Datang-datang memesan segelas Cola, duduk dengan muka cemas, lalu menggerogoti sedotannya sampai gepeng dan bergerigi dalam waktu beberapa detik. Lo kenapa sih, Lu" aku menatap Lura khawatir. Lura menyedot Cola dari sedotannya yang mulai bocor. Parah...
Parah apanya" tanyaku nggak ngerti. Robi...
Ucapan Lura yang sepotong-sepotong bikin aku gemas pengin merebut Cola yang dari tadi cuma disedot sekali dengan sedotan yang sudah jadi korban pembantaian. Akhirnya aku betul-betul nggak tahan. Sini dulu minumannya. Nah, sekarang cerita yang jelas. Kenapa Robi"
Tadi gue ketemu Neisa Lho, tadi katanya Robi. Sekarang kok Neisa" potong Mala. Gimana siiihhhh... Neisa, mantannya Robi yang nyebelin itu lhooo, Lura menjelaskan gusar. Tadi gue ketemu dia di mal... dia negur gue aja gitu!!!
Aku menatap temanku bingung. Ditegur... terus kenapa" Ditegur terus digampar" tanyaku iseng.
Lura mendelik keki. Ya nggak lah!
Kirain. Habis heboh banget, kataku jail minta ampun. Dijamin sekarang Lura pasti pengin banget memuntir hidungku sampai kebalik lubangnya di atas.
Dia nanya, apa bener gue putus sama Robi" Soalnya kata dia, sahabat dia yang temennya Robi, bilang sama dia begitu!!! Waktu 177
diputusin Robi, dia kan masih suka banget sama Robi!!! Gimana dooong..."
Aku bingung sendiri. Gimana apanya" Kan cuma nanya doang.
Lura menatapku dengan pandangan halooo-cerna-dong-cerna! Jelas banget dia pengin balikan lagi sama Robi!
Dia bilang gitu" tanya Mala.
Lura menggeleng. Ya nggak sih! Tapi kelihatan banget kok! Lo tahu sendiri, Neisa kan masih ngejer-ngejer Robi. Tapi Robi tetep... setia... sama gue. Lura menelan pil pahit waktu melontarkan kalimat terakhirnya.
Iya, Robi memang setia banget. Dan kesetiaan Robi malah Lura jadiin jaminan bahwa dia bakal aman menebar serangan dendam ke cowok-cowok playboy di dunia. Sampai akhirnya Robi ngasih dia kesempatan mikir, Lura tetep aja nggak bisa mikir.
Ya udah. Berarti sekarang saatnya lo dateng ke Robi, minta maaf, dan terima lamarannya, Lu. Impian gue menikah kemungkinan gagal. Masa lo juga mau buang impian yang tinggal lo ambil aja, Lu" Mala yang dari tadi diam kedengaran miris waktu bilang semua itu. Dia memang sudah ikhlas apa pun yang terjadi nanti waktu dia bertindak, tapi hatinya tetep aja sakit.
Kata-kata Mala bikin Lura terdiam. Minta maaf sama Robi dan menerima lamarannya" Minta maaf, Lura mungkin bisa. Tapi... menerima lamaran Robi"
Lo sebenernya masih sayang nggak sih sama Robi" aku menatap Lura.
Gue sayang sama Robi. CTAK! Aku menjentikkan jari keras. Nah, udah jelas, kan, jawabannya" Buat apa bingung-bingung lagi"
Dengan gerakan slow motion, Lura menoleh ke arahku, lalu menatap aku lurus-lurus. Pertanyaan yang pas buat lo juga tuh. Lo sendiri gimana sama Reva" Terus... kenapa bingung-bingung"
178 SINGGGGGG!!! Mendadak semua hening. Sadar bahwa kami ini manusia-manusia yang nggak bisa ambil keputusan. Kecuali Mala, kali, sejauh ini.
Gue cuma menunggu saat yang tepat aja kok, aku nggak terima dituding balik.
Lura mengernyit. Saat yang tepat untuk..." Untuk mutusin gimana perasaan lo sebenarnya" Memangnya sekarang bukan saat yang tepat" Kalau gitu kapan dong" Apa kriteria hari yang tepat" Perlu pertimbangan apa lagi" Nggak tahu, kan" Sama, gue juga, Na. Gue juga lagi menunggu saat yang tepat.
Aku menarik napas panjang. Ini bakal jadi keputusan terberat yang harus gue ambil dalam hidup gue.
Semua mata menuju ke aku.
Keputusan apa" tanya Mala.
Hmmm... untuk mutusin atau... nerusin sama Reva. Kayaknya saat ini aku yang paling parah. Lura, biarpun bingung, yakin dan tahu persis dia sayang sama Robi. Mala" Keputusan yang dia buat akan segera menunjukkan hasilnya. Aku" Bahkan perasaanku sendiri pun aku nggak tahu. Apa aku masih sayang sama Reva atau nggak.
179 J ANTUNG Mala nggak bisa berhenti berdegup kencang. Hari
ini mungkin bisa dinobatkan jadi hari paling menegangkan sepanjang hidupnya.
Mala menekan nomor telepon kantornya sambil duduk manis di kursi belakang taksi yang dia pesan dari tadi malam via telepon. Halo, Rima" Rim, tolong ya, hari ini aku datang telat. Ada keperluan keluarga mendadak. Tapi aku pasti ke kantor kok. Oke thanks ya, Rim, bye.
Mala menarik napas panjang. Jalan, Pak. Ini alamatnya. Taksi bercat biru itu pun meluncur menerobos kemacetan Jakarta.
Menurut alamatnya, ini rumahnya, Mbak. Taksi Mala berhenti di depan rumah mewah berpagar tinggi dengan pos satpam kecil di depan gerbangnya.
Bener kayaknya, Pak. Mala mengecek alamatnya, lalu menatap papan nomor rumah yang menempel di dinding. Mbak mau saya tunggu apa ditinggal" Tunggu aja, Pak bisa"
hari ketika semuanya menjadi jelas buat mala
180 Si sopir mengangguk. Bisa, Mbak. Mala turun dari taksi. Sebentar ya, Pak"
Si Sopir mengangguk lagi. Saya parkir di bawah pohon itu, ya, Mbak.
Iya, Pak. Nanti saya ke sana. Mala menutup pintu taksi lalu berjalan kaku menuju rumah. Semakin dekat, jantung Mala semakin heboh jedag-jedug. Serasa ada Mike Tyson numpang latihan tinju menonjok-nonjok rongga dadanya dari dalam. Kakinya sekarang mulai gemetaran. Tapi dia nggak boleh mundur. Ini harus diselesaikan SEGERA.
Mala celingukan di depan pintu pagar. Belum apa-apa udah keringat dingin. Kemarin nggak, nggak sampai tadi malam Mala masih merasa sangat siap untuk semua ini. Sekarang kok sampai sini nyalinya malah ngacir sekencang motor bebek matic andalan Deddy Mizwar.
Maaf, Mbak cari siapa ya"
Mungkin karena tingkah Mala sudah masuk kategori mencurigakan, nggak juga menekan-nekan bel yang tombolnya mejeng nyolot segede wajan, akhirnya satpam rumah merasa harus menegur Mala.
Shit! Kalau udah ketangkap basah gini masa masih ada pikiran mo kabur juga" A-anu, Pak, Ibu ada"
Ibu Virnie" Mala mengangguk. Iya. Ada" Nama Mbak siapa ya"
Mala, jawab Mala pendek dan nggak jelas. Pasti dalam hati satpam itu bertanya-tanya. Mala siapa"
Mungkin malas bertanya-tanya lebih lanjut, si satpam menekan tombol interkom yang pastinya terhubung ke dalam rumah.
Yo, Pak Satyooo" suara medok pembantu di dalam rumah menjawab interkom.
Ini ada yang cari Ibu. Mbak Mala namanya. 181
Yo, yo, sebentar tak bilangin Ibu dulu. Bentar, yooo" Yo yo yo! What s up, maaan" Mala senyam-senyum sendiri mendengar suara si mbak medok yang agak-agak kedengaran kayak nge-rap itu.
PIIIIP! Interkom di pos Pak Satyo berbunyi.
Kata Ibu, masuk aja. Ditunggu di teras belakang depan kolam, Paaak....
Rumah ini ternyata nggak cuma mewah di luar, tapi juga di dalam. Pak Satyo mengantar Mala ke teras belakang. Ada tempat duduk-duduk di pinggir kolam berenang gaya minimalis yang keren banget.
Silakan, Mbak... Pak Satyo cuma mengantar Mala sampai ambang pintu, lalu kembali ke posnya.
Mala berjalan gugup ke salah satu kursi tempat dia ditunggu. S-selamat pagi, Bu....
Perempuan cantik itu, Bu Virnie, istri Mas Sis, tersenyum ramah. Seperti waktu itu, dan waktu di mal waktu dia memberi ongkos taksi karena merasa berdosa membiarkan Mala pulang sendiri naik taksi. Badan Mala terasa kaku waktu Bu Virnie memeluknya hangat lalu mendekatkan pipinya dan cipika-cipiki.
Duduk, Mal. Sudah sarapan" suaranya yang tenang bikin Mala malah makin ngeper dan pengin berendam sampai tenggelam dan mati di kolamnya yang bergaya itu.
Makasih, Bu. Tapi tadi saya sarapan di rumah. Kalau gitu minum aja, ya" Teh, kopi" Mala makin jiper. T-teh aja, Bu. Makasih.
Dengan anggun dan berwibawa Bu Virnie memanggil pembantunya untuk membawakan teh buat Mala. Perempuan seperti ini yang mau diceraikan Mas Sis" Kurang apa dia"
Mala nggak sanggup ngomong apa-apa. Dari tadi dia cuma diam tertunduk sementara Bu Virnie dengan sabar menunggunya bicara sambil meminum teh susu hangatnya.
182 Saya sudah tahu, kata Bu Virnie tiba-tiba. Hah"
Bu Virnie tersenyum hangat waktu Mala refleks mendongak saking kagetnya. Saya sudah tahu, Mala... tentang hubungan kamu sama suami saya.
GLEK! Apa" S-sudah tahu...." Mala mematung. Dia kena serangan bisu. Kalimat Bu Virnie tadi terdengar enteng dan tenang. Tapi Mala serasa digaplok gajah Lampung. Kepalanya langsung pusing. Rasa-rasanya badannya juga demam mendadak. Kalau dia menemukan bintik-bintik merah, berarti ke-gep istri pacar terbukti bisa menyebabkan demam berdarah. S-saya
Kamu boleh bilang apa aja yang kamu pengin bilang sampai membawa kamu ke sini, ke rumah ini, untuk ketemu saya. Saya yakin suami saya nggak tahu, kan"
Mala menggeleng. Mas Sis... eh, Bapak, nggak tahu, Bu. Saya izin urusan keluarga. Tapi nanti saya balik ke kantor.
Bu Virnie tersenyum lagi. Bikin Mala makin pengin mati aja. Dia harus terbuka soal hubungan gelapnya dan Mas Sis pada perempuan anggun dan baik hati ini istri sah Mas Sis. Akan lebih gampang kalau istri Mas Sis itu ibu-ibu bawel bersasak tinggi, suka melotot, memaki-maki, keturunan nenek sihir sekalian. Dia janji apa sama kamu"
Mala terlongo-longo. Selain cantik, anggun, baik hati, ternyata Bu Virnie juga punya kemampuan super bisa baca pikiran orang. Sementara lidah Mala kelu dan nggak bisa ngomong apaapa, pertanyaan itu meluncur dengan mulus dari bibir Bu Virnie.
Bilang aja, Mala, saya nggak bakal marah kok. Rasanya gajah Lampung yang tadi menggaplok kepala Mala sekarang beraksi menendang mukanya berkali-kali. Mala ketakutan. Kesakitan. Kebingungan. M-menikah, Bu, jawab Mala pelaaan banget.
Kamu mau" 183 BROOT!!! Sekarang gajah Lampung itu kentut di muka Mala. S-saya
Saya tahu kamu mau. Nggak pa-pa, Mala. Nggak ada yang salah kalau kamu pengin menikah sama orang yang kamu sayang. Suara Bu Virnie bagai air dingin yang mengguyur Mala sampai pusing karena kedinginan.
Mala diam. Bu Virnie menatap Mala dengan tatapan yang susah dimengerti. Marah" Dia nggak kelihatan marah. Kesal" Dia juga nggak kelihatan kesal. Sedih juga nggak.
B-bu... apa betul, Ibu dan M-mas eh Bapak sedang ada masalah dan mau bercerai" AHHH... akhirnya pertanyaan itu bisa juga keluar dari mulut Mala. Pertanyaan yang nggak pernah mendapatkan jawaban memuaskan dari Mas Sis. S-saya berhubungan sama Mas Sis, karena Mas Sis bilang
Kamu bukan satu-satunya, Mala.
Napas Mala terasa berhenti tiba-tiba. Bukan satu-satunya" Maksud Ibu..."
Saya pikir, setelah menikah hobi Mas Sis buat selingkuh bakal sembuh. Bu Virnie tersenyum miris. Wajah cantiknya kelihatan letih dan banyak pikiran. Ternyata... mungkin saya terlalu banyak berharap.
Kepala Mala pusing. Hantaman yang dia pikir paling buruk adalah kemurkaan Bu Virnie karena mendapati perempuan lain suaminya datang ke rumah dan mempertanyakan kejelasan statusnya. Ternyata dia sekarang harus menelan kejutan pahit bertubitubi. Hobi... selingkuh"
Mala, jujur saya marah, sebal, tapi juga sekaligus kasihan sama kamu. Saya bisa lihat kamu satu-satunya perempuan selingkuhan Mas Sis yang betul-betul jatuh cinta sama dia. Nggak kayak yang lain. Yang cuma mau senang-senang atau pengin menikmati harta Mas Sis tanpa perlu status.
Air mata Mala menggenang. Satu tinju telak di mukanya.
184 Satu-satunya perempuan selingkuhan Mas Sis yang betul-betul jatuh cinta sama dia. Nggak kayak yang lain. NGGAK KAYAK YANG LAIN! YANG LAIN! Padahal Mas Sis bilang dia betul-betul cinta sama Mala dan pengin menikahi Mala karena sudah nggak tahan sama istrinya. Dia bilang nggak mau kehilangan Mala karena akhirnya dia menemukan wanita yang betul-betul dia cinta dan dia penginin jadi pendamping hidupnya sampai akhir hayat. Mas Sis bilang
Air mata Mala mulai berjatuhan heboh. Berebut pengin membuat banjir dadakan. M-maaf, Bu... Mala terisak kecil.
Tangis Mala langsung pecah waktu Bu Virnie menyodorkan tisu. Mungkin kayak gini yang disebut orang berhati malaikat. Memberi tisu pada selingkuhan suaminya yang menangis karena patah hati . Normalnya, harusnya si istri tertawa puas sambil bilang mampus lo, perempuan nggak tahu diri! atau mati kaaauuu terbakar di neraka!
Saya menghargai kamu mau datang ke sini baik-baik dan bicara sama saya, kata Bu Virnie setelah tangis Mala mereda. Maaf, saya merusak impian dan imej indah kamu tentang suami saya. Mala, jujur aja, kalau Mas Sis mengatakan ingin cerai dari saya dan mau menikahi kamu, saya rela mengalah. Prinsip saya, selama saya bisa, saya akan berusaha bertahan. Tapi kalau kalimat itu terlontar dari mulut Mas Sis, itu artinya dia udah nggak butuh saya, kan"
Mala diam. Tegar banget Bu Virnie.
Kenyataannya, sampai hari ini Mas Sis masih mesra sama saya. Nggak sedikit pun tanda-tanda dia mau meninggalkan saya.
Mala menatap mata Bu Virnie kagum. Iya, kagum! Dia sekarang begitu kagum pada wanita di depannya ini. Ada berapa wanita seperti dia di dunia ini" Bu, jadi ini bukan pertama kalinya Ibu... di dikhianati Mm Bapak"
Entah sudah berapa kali saya menerima maafnya. Entah sudah 185
berapa kali saya menemukan bon pembelian atas nama perempuan lain, entah berapa kali saya harus malu karena ada teman yang melihat suami saya jalan dengan perempuan lain. Bahkan sejak kami masih pacaran. Harusnya saya sadar. Dia itu ganteng, supel, dan... kaya. Pasti selalu jadi incaran perempuan. Semua kejadian mengerikan itu dibeberkan Bu Virnie dengan suara tenang. Matanya memang menerawang, tapi tanpa setitik air mata pun!
Mala menarik napas dalam-dalam. M-maaf, Bu, jadi apa yang membuat Ibu masih bertahan" Kenapa Ibu mau aja dinikahi dulu" Padahal Ibu tahu
Karena saya cinta sama dia. Mungkin sama kayak kamu. Sekarang saya anggap ini ibadah saya. Setiap saya sakit hati, saya selalu ingat Tuhan nggak akan memberi cobaan di luar kemampuan kita, kan" Lagi pula, sampai hari ini perlakuan Mas Sis pada saya masih sama seperti dulu. Masih mesra, masih Mala, saya nggak mau munafik, dalam lubuk hati saya, saya masih punya sedikit harapan bahwa ada saatnya nanti Mas Sis bisa berubah. Mungkin karena kesabaran saya, mungkin karena melihat kesetiaan saya. Mungkin ada saatnya nanti Tuhan membuka mata Mas Sis, untuk melihat betul-betul bahwa saya ada. Dan akan selalu ada buat dia.
Mala semakin kagum melihat sosok Bu Virnie. Tadi dia begitu patah hati karena ternyata dia habis-habisan kena tipu Mas Sis. Tapi sekarang" Dia marah besar sama Mas Sis karena tega menyakiti perempuan sebaik Bu Virnie. Bu, saya minta maaf.
Jemari Bu Virnie meraih telapak tangan Mala yang gugup memain-mainkan cangkir tehnya, kurang kerjaan. Bukan salah kamu, Mala. Kamu cuma perempuan yang sedang jatuh cinta. Mala tertunduk dalam.
Maafin suami saya, ya"
Ya ampun! Hati Bu Virnie ini terbuat dari apa sih" Gigi emasnya dewa baik hati" Bu, apa Ibu nggak mau bertindak" Menegur 186
suami Ibu" rasanya refleks hati Mala ikhlas begitu aja melepas Mas Sis.
Saya tegur kok, Mal. Sebatas teguran manusia. Mengingatkan. Saya yakin ada waktunya nanti Tuhan yang bantu saya negur dia.
Speechless. Mala langsung speechless.
Mala, ini cuma batu sandungan kecil dalam perjalanan panjang hidup kamu. Jangan putus asa, ya"
Bu, saya kagum sama Ibu. Saya akan selalu berdoa semoga Ibu bahagia. Saya betul-betul minta maaf, Bu. Mala bangkit dari duduknya. Saya pamit dulu, Bu, saya harus balik ke kantor.
Bu Virnie bangkit dan memeluk Mala. Terima kasih ya, Mal.... Hati-hati.
Mala nggak bisa ngomong apa-apa lagi.
Suratnya akan saya susulkan segera, Pak. Suara Mala datar dan sedikit bergetar menahan emosi.
Mas Sis bangkit, lalu duduk rapat di samping Mala. Kaget mendengar pengunduran diri lisan Mala. Ini sebenarnya ada apa sih, Sayang" Kamu kok tiba-tiba
Maaf, Pak, bisa kita bicara lebih serius" Biarpun dia sudah ikhlas menerima kenyataan tadi, ternyata menahan diri dari godaan Mas Sis masih aja susah.
Alis Mas Sis mengernyit. Mala, c mon, Sayang, jangan bikin aku bingung dong. Ada apa sih" Masa ngambeknya sampe pake acara resign"
Dasar playboy tua! Lama-lama Mala gemas juga. Oke. Bapak dengar saya baik-baik. Tadi saya dari rumah Bapak. Bertemu istri Bapak.
DZIG! Bogem pertama mendarat di hidung mancung Mas Sis.
Saya sudah bicara panjang-lebar. Dia bahkan sudah tahu apa 187
yang mau saya bicarakan sebelum saya ngomong sepatah kata pun.
JDAG! Bogem kedua menghantam dari bawah dagu. Mas Sis oleng dan limbung.
Ternyata saya memang terlalu bodoh, terlalu polos, sampesampe saya percaya sama semua omongan palsu Bapak. Mala menelan ludah.
Tunggu... tunggu.... Kamu jangan terpengaruh istri saya, dia itu cuma
Mala mengangkat tangannya, menyuruh Mas Sis berhenti ngomong. Saya memutuskan untuk berhenti jadi selingkuhan Bapak maupun pekerjaan saya sebagai sekretaris Bapak. Tolong hargai keputusan saya, Pak. Intonasi Mala semakin tegas dan yakin.
Tapi... tapi... saya betul-betul sayang sama kamu, Mala. Sayang, jangan gitu dong.
Mala menatap Mas Sis tajam, lalu tersenyum sinis. Serasa dapat angin, Mas Sis coba-coba lagi. Please, Sayang, percaya dong. Aku sama istriku memang mau cerai. Kehidupan rumah tangga kami juga udah berantakan. Nggak saling ngomong lagi, berantem terus-terusan. Kami bahkan nggak pernah saling ngomong lagi untuk waktu yang lama.
BOHONG! sergah Mala cepat. Saya ada di belakang Bapak waktu Bapak dan Ibu ke Plaza Senayan, jalan-jalan mesra dan belanja barang-barang branded. Saya bahkan ada di belakang Bapak, waktu Bapak dan Ibu nonton bioskop dan ciuman mesra. Mas Sis melongo. T-tapi
Masih ngotot juga" Maaf, Pak, tapi saya nggak sesabar dan sebaik Bu Virnie untuk mempertaruhkan hidup saya dengan punya suami tukang selingkuh kayak Bapak.
DUWENG! Hantaman telak untuk Mas Sis. Jurus pamungkas. Berakibat fatal!
Satu lagi, Pak, inget karma. Inget umur. PUASSSSS rasanya!!!
188 Mala melenggang keluar meninggalkan Mas Sis-nya terbengong-bengong.
HU... HU... HU.... Aku menyodorkan kotak tisu sambil sebelah tangan mengusapusap punggung Mala.
Lura melompat melewati sofa dengan sekaleng Pocari Sweat di tangannya. Minum deh, minum. Lo udah banyak nangis, kan, dari tadi siang" Pasti kekurangan cairan deh. Nih.
Aku menyelipkan poni Mala ke belakang kupingnya. Lo hebat banget, Mal. Kami bangga sama lo. Ya, kan"
Lura mengangguk setuju. Nggak semua orang punya keberanian kayak lo, Mal. Tindakan lo udah bener. Aku terus mengusap punggung Mala yang masih naik-turun sesenggukan.
Setelah melempar bom ke Mas Sis tadi siang, Mala langsung nggak bisa berhenti menangis. Katanya, waktu kejadiannya sih dia merasa puas, kuat, dan baik-baik aja. Begitu duduk di taksi, perasaannya langsung jungkir balik. Mala langsung sedih dan stres karena katanya dia sadar dia bukan pacar Mas Sis lagi. Sadar bahwa nggak akan ada lagi perhatian dari Mas Sis. Nggak ada lagi peluk sayangnya Mas Sis. Dia jomblo. Ditambah lagi... pengangguran! Mendadak Mala merasa kehilangan. Banyak kehilangan. Tujuan taksi yang tadinya langsung menuju rumah, langsung berubah haluan ke apartemen Lura. Mala nggak mungkin sanggup sendirian. T-tadi... padahal t-tadi... gue... baik-baik aja... huhuhu....
Lura merangkul Mala. Mala, itu wajar. Pasti nggak gampang kehilangan sesuatu yang kita sayangi. Apalagi yang kita pikir bakal jadi bagian hidup kita. Jadi wajar kalau kita sedih dan kehilangan. Perlu waktu, Mal....
Mala menatap kami bergantian. Makasih ya, kalian berdua.
189 Hati gue saat ini sakit banget. Tapi gue lega, dan gue yakin, tindakan gue bener.
Gue bangga, Mal, sumpah. Aku menatap lekat mata Mala yang bengkak.
Mala tersenyum miris. Seenggaknya, sekarang semuanya udah jelas buat gue.
Iya, seenggaknya sekarang semuanya jelas buat Mala. Beruntung banget dia. Kenapa aku nggak bisa seberani Mala"
Aku mencomot sepotong kue dari stoples. Aku nggak bisa begini terus.
190 K AKAAAK... licik abis sih! Itu tadi empat langkah, dadunya
kan tiga! pekik Iman protes karena pionku naik tangga dan langsung menyusul ke atas.
Aku, Nissa, dan Iman lagi main ular tangga di kamarku. Hari Minggu ini aku lagi males ke mana-mana.
Lho, tadi aku jalan tiga kok, balasku membela diri. Curang ah, Kakak, aku juga lihat Kakak jalannya empat. Nissa belain Iman.
Akhirnya aku nyerah karena kecuranganku yang kurang profesional terbongkar, dan memundurkan pionku.
TOK TOK TOK. Non Nania, ada Mas Reva, si Mbok membawa berita buruk.
Aku duduk tegak. Ngapain" Pertanyaan bodoh. Nggak tahu, Non, Mas Reva-nya nunggu di bawah. Ya iya lah, mana mungkin si Mbok tahu.
Malas-malasan aku turun dari ranjang dan menyisir rambutku sekilas. Biarpun nggak penting kelihatan cantik di depan Reva,
Dil3ma Karya Mia Arsjad di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
second chance. nggak ada salahnya, kali, ya" kali....
191 aku juga nggak mau kelihatan jelek, yang bisa dijadiin amunisi Reva untuk ngeledek pada masa depan.
Reva duduk gelisah di sofa ruang tamu. Na... dia buru-buru berdiri begitu melihat aku.
Duduk aja lagi. Aku sadar banget suaraku kedengaran dingin dan judes. Aku juga sadar Nissa si ceking yang usil dan centil itu lagi ngintip dan nguping di balik tembok. Aku sempatkan melempar tatapan maut ke arah adikku itu.
Mungkin reaksiku yang jadi dingin dan menjauh lumayan berdampak besar buat Reva. Baru kali ini aku melihat dia nggak pede. Sejak aku duduk dia cuma diam, salah tingkah, dan kayaknya berharap aku yang buka mulut duluan.
Ehem! Nggak jelas juga sih kenapa aku berdeham. Iseng aja. Hening, gitu lho.
Eh, anu, Na, ngng... gini.... Ternyata satu dehaman aja udah berefek. Cukup bikin Reva kaget dan tersadar dia harus ngomong sesuatu tentang tujuan dia datang ke sini. Na, aku perlu ngomong sama kamu.
Ngomong aja. Kamu masih marah sama aku, Na"
Tampangku pasti nyebelin banget sekarang ini. Senyum sinis dan ekspresi mengejek yang dijamin bisa bikin orang kesel dan pengin nabok. Tapi aku rasa Reva pantes dapat suguhan muka nyebelin kok. Marah" Soal"
Na, please, aku di sini buat minta maaf karena aku udah keterlaluan sama kamu.
Minta maaf. Cuma Reva dan Tuhan yang tahu sudah berapa kali Reva minta maaf sama aku. Iya, dimaafin, kataku pendek. Reva langsung kelabakan. Bingung.
Aku menaikkan sebelah alis. Terus" Ada lagi" Siapa sangka aku bisa sesadis ini sama Reva" Tapi perlakuan dia sama aku akhir-akhir ini, masukan dari orang-orang dan... Elwan, lamalama bikin aku merasa harus lebih tegas terhadap Reva.
192 Tiba-tiba Reva menggenggam tanganku. Well, aku nggak terlalu tegas sampai berani menepis genggaman tangan Reva. Aku diam. Bukan cuma itu, Na, sekarang kita gimana"
Gimana apanya sih" Aku udah maafin, kan" Kamu minta maaf, kan" Gila! Begini rasanya ada di atas angin, kali, ya" Berasa betul-betul punya power.
Reva meremas tanganku. Hubungan kita, Na. Kita kayak biasa lagi, kan"
Kayak biasa" Kayak biasanya Reva yang bikin aku sakit hati terus" Kayak biasanya Reva mempermalukan aku di depan umum" Kayak biasa yang gimana" Kayak biasa lagi maksudnya gimana"
Kita sama-sama lagi, jalan bareng lagi... biasa lagi.... Dimarah-marahin nggak jelas lagi" Berantem terus lagi" Nggak tahu deh, Va, aku
Na, please, please, please, kasih aku kesempatan lagi. Aku sayang sama kamu, Na. Kamu tahu itu, kan" Please, Na, please give me a second chance. here s always a second chance, right"
Aku menatap mata Reva tajam. Mencari sesuatu. Nggak tahu juga apa. Kebohongan, mungkin" Tapi hebatnya, yang aku lihat sekarang cuma mata laki-laki putus asa yang kelihatan berkacakaca nyaris menangis. Dan dengan kurang ajarnya memadamkan api amarahku yang tadinya asyik berkobar-kobar mantap. Aaku
Na, kamu juga masih sayang aku, kan" Aku diam. Iya" Nggak" Iya apa nggak, ya"
Kamu nggak mungkin tega mengorbankan hubungan kita, kan, Na"
Mengorbankan" Mengorbankan untuk" Apa dia masih ngomongin Elwan" Elwan... hufff... kok aku deg-degan. Kamu mau kan ngasih kesempatan buat aku" Buat kita" Aku menyerah.
Angkat tangan. 193 KO! Aku mengangguk. Sekali. Cukup sekali aja. Oke. CLING! Mata Reva langsung berbinar-binar. Aku cuma menatap kosong.
Aku sayang banget sama kamu, Na.... Aku takut banget aku bakal kehilangan kamu.... Aku dapat pelukan heboh. Aku cuma diam. Merasa biasa aja.
Reva pulang. Setelah aku menolak keluar makan sama dia untuk merayakan hari baikan. Sangat nggak penting. Aku bilang hari ini aku lagi pengin di rumah. TIDUR. Tumben dia nggak maksa.
Kak, main lagi nggak niiih" todong Nissa begitu melihat aku muncul di ambang pintu kamar.
Aku melempar badanku ke kasur. Perasaanku nggak jelas. Kayaknya aku nggak merasa lega tuh baikan sama Reva. Nggak merasa masalah terselesaikan. Anehnya, waktu Reva memohonmohon minta maaf tadi, aku juga nggak bisa nolak. Aku cuma merasa... kosong. Datar. Dan harus bilang iya.
Please, Na, give me a second chance. here s always a second chance, right" Second chance"! How could he consider this as a second chance"! Terus yang dulu-dulu itu apa" Second chance Reva mungkin sudah lewat beberapa tahun yang lalu, kan"
194 A KU dan Mala saling pandang sambil sama-sama mencomoti
kentang large-nya McD. Lura menatap tajam Mala. Lo nggak mungkin bilang nggak, kan, Mal" Waktu itu kan gue ikutan misi mengintai Mas Sis. Itung-itung balesannya buat gue.
Hahaha! Ada yang terikat kontrak tak tertulis rupanya. Mala menggigit-gigit bibir panik. Memandangku dengan muka putus asa. Ketakutan dia bakal nyemplung sendirian.
T-tapi... masa gue sendirian, Lu" Waktu itu kan juga lo berani soalnya Nania ikut, katanya, berusaha membebaskan diri dari kontrak matinya.
Ya dong. Lo juga, kan, Na" Masa lo pilih kasih" Waktu Mala, lo mau. Kenapa pas giliran gue lo nggak mau bantu" Emangnya gue nggak berarti, ya, buat kalian"
Yaaah... jurus ngambek melankolis dilempar dengan sukses. Persis kayak waktu Mala melempar jurus gue-minta-bantuansiapa-lagi-kalo-bukan-kalian"
Gue mau ketemu Elwan. Kemaren dia nggak jadi ke kantor jadi mata-mata... lagi"!
195 gue, jadi kami mau ketemuan di luar. Dia mau ngasihin foto pameran kemaren. Paling sekalian makan gitu. Nggak mungkin gue batalin. Nggak enak. Benernya nggak enak bawa-bawa Elwan. Tapi nggak pa-pa lah, emang besok aku mau ketemuan sama Elwan kok.
Elwan-nya ajak aja. Nggak pa-pa, kan, dia jalan bareng kita" kata Lura mantap.
Aku mau Set! Belum selesai Mala ngomong, Lura melotot duluan. Mo lempar alasan juga"
Mala bungkam. Lura dapat berita dari teman SMA-nya yang juga temen kantornya Neisa. Katanya Neisa bilang dia bakal pergi bareng Robi malam Minggu ini. Jadilah teman SMA Lura heran dan nanya, emang Lura udah beneran putus sama Robi"
Membakar emosi banget nggak sih" Pertama, Lura benci banget sama Neisa sejak awal dia pacaran sama Robi. Udah putus, udah jadi eks, tapi annoying-nya minta ampun. Kedua, berarti Robi ngasih lampu hijau dong ke cewek itu" Padahal kan dia sama Lura masih dalam masa break. Belum ada keputusan. Kok Robi jalan sama Neisa"!
Lho, apa bedanya sama lo, Lu" Lo sendiri sampe hari ini masih terus-terusan sama Indra. Buat ukuran ngasih pelajaran , ini udah kelamaan, tahu. Emang sepupu lo yang pacarnya Indra belum sadar"
Lura menggigit french fries-nya. Ya gue beda dong. Gue sih murni nggak ada perasaan apa-apa sama Indra. Emang cuma mo ngasih pelajaran doang. Sama cowok-cowok yang lain juga. Tapi Neisa kan eks-nya gitu lho. Jangan-jangan Robi sengaja break dari gue gara-gara Neisa. Kalau bener gitu, gue nggak terima. Aku dan Mala saling pandang.
Ya, kalian mau, ya, nolongin gue" Menurut info temen gue, 196
setelah dia sok-sok ngorek-ngorek info dari Neisa, mereka bakal ketemuan di Krispy Kreme PI 2 jam tujuh malem besok. Gue ke toilet dulu, aku bangkit.
Aku ikut. Mala mengikuti langkahku ke toilet. Lura terlambat mencegah kami berdua.
Kirain misinya lo waktu itu pertama dan terakhir. Ternyata menular ke Lura, aku ngedumel sambil mencuci bersih tangan dengan sabun yang entah berapa persen sabun berapa persen air saking cairnya.
Aku menatap Mala lewat kaca di depan wastafel. Dengan begini, artinya kita terikat kontrak mati betulan.
Maksud lo" Karena lo dan Lura gue bantuin, berarti lain kali kalau gue punya misi tolol kayak gini, lo dan Lura juga harus bantu. Balas budi juga supaya nggak dibilang pilih kasih. Ya, dong"
Mala meringis. Ya sih. But don t you ever think to spy on Reva, ya, Na"
Alisku mengerut. Why"
Aduh, baru ngebayangin kita ke-gep aja aku udah pusing. You know Reva lah, Na. Dia nggak bakal ragu bikin malu kamu kita di depan orang banyak, kan"
Aku menghela napas. Reva. Temen-temenku aja nganggep dia bom waktu. Dan aku malah ngasih laki-laki itu second chance .
Aku melirik Mala. Pertanyaannya kayaknya nggak perlu dijawab. Aku juga kok males banget ya rasanya ngebelain Reva" Aku malah nyubit Mala gemas.
Aduh! Apaan sih, Na" Kok kamu nyubit aku" Itu hukuman, tahu!
Mala melongo bingung. Hukuman apa" Emangnya aku salah apa sih"
Aku melipat kedua tangan di dada dengan tampang sok ngambek. Ya gara-gara lo dulu pake nguntit-nguntit Mas Sis, sekarang 197
lihat, kan, akibatnya" Si Lura jadi terinspirasi! Dari zaman gue baru brojol, gue nggak pernah punya cita-cita jadi detektif, tahu! Mana nggak dibayar, lagi!
Mala langsung manyun. 198 G ERAI sepatu dekat Krispy Kreme PI 2 jam tujuh kurang
lima menit. ITU tuh! Neisa! Lura memekik tertahan.
Aku, Lura, dan Mala kompak menoleh ke arah counter Krispy Kreme yang lumayan ramai.
Aku menyiku Lura pelan. Heh, nggak usah berisik, kali. Malah ketahuan, ntar! Kita mata-mata, kan" Bukan mulut-mulut. Semua menatapku aneh. Apa coba, mulut-mulut " Najis banget. Lihat tuh belahan dada, rendah banget, desis Lura sirik.
Aku melirik jail. Tapi oke kok. Toketnya XL gitu lho, ada lah yang dipamerin.
Lura langsung manyun. Aku celingukan. Mana Robi-nya" Bukannya dia antitelat, Lu" Biasanya kan dia selalu datang duluan.
Tauk. Macet kali. Masa sih" Kantornya kan deket dari sini, timpal Mala. Aku rasa acara pengintaian ini berlebihan deh, tambah Mala lagi. mission embel-embel
199 Kok berlebihan" Buat Lura, kecurigaannya sama sekali nggak berlebihan. Status nggak jelas sama pacar di-mix sama mantan yang kegatelan... kombinasi mematikan, kan"
Lo tahu Robi, kan, Lu" Dia itu sangat menghargai wanita. Kapan sih dia pernah ngebiarin lo nunggu" Jangankan elo, waktu gue minta anter dia buat urusan bank aja, dia bela-belain, kan, dateng duluan" Kalau dia masih ada rasa sama Neisa, mana mungkin dia biarin Neisa nunggu. Ini udah nyaris lima belas menit lho, aku pidato.
Lura diam. Kelihatan nggak sabar menunggu Robi nongol. Dan setelah sekitar sepuluh menit, Robi akhirnya muncul di ambang pintu.
Itu Robi, bisik Lura. Mukanya sekilas muram. Semakin membuktikan Lura memang masih sayang sama Robi.
Robi berjalan ke arah Neisa duduk. Cewek itu berdiri, lalu tersenyum lebar begitu sadar Robi datang. Harusnya satu adegan ini bikin Lura lega: Robi menghindar waktu Neisa mau bercipikacipiki dan cuma menyalami Neisa sambil tersenyum ramah.
Mereka kelihatan ngobrol mendiskusikan sesuatu, lalu langsung pergi dari gerai Krispy Kreme. Pastinya kami detektif amatiran langsung ikut bergerak mengikuti sasaran.
Mereka nggak keliatan lagi kencan, komentar Mala. Aku mengangguk. Iya, Lu. Cipika-cipiki aja Robi nggak mau, kan, tadi" Sekarang juga... tuh... jalannya nggak ada mesra-mesranya sama sekali.
Namanya juga orang PDKT ulang. Kaku lah pasti. Jangan pada bawel dong. Fokus. Fokus, dumel Lura.
Dan semuanya mematung waktu dengan genitnya Neisa menyeret Robi masuk ke gerai perhiasan.
Lura kelihatan shock. Kami semua diam nggak komentar setelah melihat Neisa dengan sok manja melihat-lihat perhiasan dan menarik-narik Robi untuk melihat dan kayaknya minta pendapat. Dan yang bikin 200
Lura makin membeku, Robi kelihatan serius memberi pendapat dan ikut memilih milih.
Tuh, kan... bener. Jangan-jangan mereka bukan sekadar PDKT, tapi mau nikah. Jelas kan sekarang, Robi mutusin gue emang karena dia mau balik lagi sama Neisa. Dia berhasil bikin gue percaya dan simpati, nganggep dia bener-bener ngasih break karena peduli sama pertimbangan-pertimbangan gue.
Aku menatap Lura nggak percaya. Lo serius nganggep Robi kayak gitu, Lu" Lo kan nggak denger mereka ngomong apa tadi sampe Robi akhirnya ikut milih-milih perhiasan, kan" Lura mengibaskan tangan. Buat gue sih udah jelas. Ya tapi lo kan masih menduga-duga. Belum pasti seratus persen bener.
Kayaknya Lura udah nggak bisa berpikir jernih. Dia udah nggak peduli omonganku maupun Mala. Di mata dia sekarang ini, Robi berkhianat dari komitmen break mereka yang belum ada keputusan akhirnya.
Kita pulang, kata Lura dingin.
Aku mencekal tangan Lura. Lo nggak mo nemuin Robi aja" Bener atau nggaknya kan cuma dugaan lo, kalau mau buktiin lo temuin aja Robi sekarang. Bisa aja kan, kita pura-pura nggak sengaja ketemu dia" Kita bisa lihat reaksinya.
Tapi nggak mempan. Lura tetap geleng-geleng. Nggak perlu. Gue udah nggak peduli. Yang penting gue udah tahu keputusan Robi dengan mata kepala gue sendiri. Tinggal tunggu aja, apa Robi berani ngakuin keputusannya itu ke gue. Buat gue ini udah selesai.
Akhirnya kami nongkrong di Izzi Pizza Mahakam. Karena aku janjian sama Elwan di situ. Berhubung Lura udah bete bin sebel binti darah tinggi, dia juga pengin ikut. Akhirnya semua ikut. Elwan sempet bengong aku datang berombongan. Cukup nih makanannya" kayaknya sih Elwan nyindir. Me-201
nimbang pesanan makanan kami udah kayak orang nggak makan tiga kali puasa tiga kali Lebaran selama Bang Toyib nggak pulangpulang.
Dua loyang piza ukuran large, lasagna, spageti, garlic bread, chicken wings.
Mana, Wan, keluarin dong foto-fotonya, todong Mala. Elwan mengeluarkan album hitam model minimalis dan meletakkannya di atas meja.
Aku buru-buru menahan album dari Elwan sebelum diambil Mala. Nggak ada foto gue yang itu, kan, Wan"
Elwan terkekeh. Ya ada lah... di halaman-halaman depan, malah.
Lu, makan dong. Masa tega kami harus ngabisin semua ini tanpa bantuan lo" Aku nggak tahan. Dari tadi Lura cuma diam, nggak mesan apa-apa. Minum juga nggak. Sampai akhirnya aku yang pesan minuman buat dia.
Jawaban Lura cuma gelengan kepala gaya orang nyaris pingsan dan senyuman supertipis.
Elwan..., kata Lura tiba-tiba. Misalnya lo bilang break sama cewek, itu artinya apa"
Uhuk! Elwan langsung batuk tersedak, nggak nyangka kena lemparan granat dadakan. Ehem... sori, sori, gimana, gimana tadi" katanya, berusaha kelihatan tenang.
Misalnya lo punya cewek, terus ada suatu masalah, lo ngajak break. Itu artinya apa" Putus, introspeksi, atau alasan aja supaya bisa mutusin cewek tanpa harus ngucapin kata putus"
Twewew! Sepersekian detik Elwan bengong terkaget-kaget. Kalau mau putus langsung aja bilang putus. Rasanya sih kalau gue pribadi nggak bakal pake alasan break untuk bilang putus ya. Kenapa"
Menurut gue bodoh aja. Lura menatap Elwan penasaran. Bodoh" Kenapa" Misalnya pengin putus, langsung ajalah bilang putus. Misal-202
nya kita dibenci, atau harus menghadapi reaksi histeris atau apa, tapi kan saat itu juga langsung selesai. Jelas. Clear. Pake alasan break sih cari masalah aja. Menurut gue, ya. Kalau status masih digantung, berarti gue sama cewek gue masih punya urusan yang belum selesai, kan" Gue berhak minta kejelasan. Cewek gue juga berhak ngejer-ngejer gue minta penjelasan. Kami kejer-kejeran nggak jelas dong jadinya"
Lura diam. Dan semakin lama, gue pasti makin jadi pengecut. Karena udah keenakan di status break, gue pasti nggak bakal berani bilang putus. Dan secara refleks pasti menghindari tanggung jawab itu. Buat ngasih kepastian.
Jadi" Elwan tersenyum sekilas. Kalau gue minta break, itu artinya gue bener-bener pengin introspeksi diri.
Akhirnya Lura mau juga mencomot sepotong piza. hanks to Elwan, kayaknya dia ngasih jawaban yang tepat.
Kalau lo lagi introspeksi, lo bakal jalan sama cewek lain nggak" Eks lo, misalnya"
Jelas banget Elwan melempar pandangan minta tolong ke arahku. Dia takut salah ngomong. Sebelumnya aku emang sempet cerita dulu sama Elwan soal rencana hari ini. Intinya sih Elwan udah tahu ada kejadian apa tadi. Engg... jalan sama cewek, yahhh, sama temen nggak pa-pa, kan" jawab Elwan mati gaya.
Lura menggigit pizanya dengan muka nggak puas. Bukan. Ini kencan. PDKT.
Rupanya Lura lagi bikin survei.
Gini deh, Lu, menurut gue, ngg... saran gue buat cewek yang di-break sama cowoknya, misalnya ada kecurigaan atau apa kek, bagusnya ditanya langsung aja.
Alis Lura berkerut penuh tanda tanya.
Kayak gue bilang tadi, dalam status break, kita masih ada hak 203
untuk nanya kok. Itu kan demi kejelasan yang menyangkut hidup kita juga.
Aku meringis ke Elwan penuh terima kasih. Kasihan banget dia. Sebagai satu-satunya cowok di sini, jadi sasaran penelitian Lura.
BLUK. Tiba-tiba Lura menelungkupkan mukanya di meja. Aku menepuk bahu Lura. Kenapa, Lu"
Bahu Lura terguncang-guncang pelan. Lura nangis. Elwan langsung panik, takut dia salah ngomong. Aku menggeleng pelan pada Elwan tanda tenang-aja-ini-bukan-gara-gara-lo. Lu..."
Mala yang dari tadi nggak banyak ngomong, buru-buru menyodorkan tisu. Kenapa, Lu" tanya Mala lembut.
Sambil terus telungkup dan menangis sesenggukan, Lura menggeleng. Nggak tahu... gue... gue... bingung...
Lalu aku dan Mala memeluk Lura. Membiarkan dia menangis sepuasnya.
Terus... kamu sama Reva" Gimana" Elwan yang lagi nyetir melirik aku yang kayaknya kelihatan jelas ngelamun.
Susah banget sih nggak melibatkan Reva dalam hidupku sebentaaar aja" Kenapa semua orang penasaran gimana hubunganku sama Reva" Begitulah... kami lagi... ehm... mulai dari awal lagi. Dia udah minta maaf sama aku.
Elwan menepuk-nepuk punggung telapak tanganku. Ya baguslah. Aku ikut seneng. Tapi jangan kejeblos lubang yang sama, ya" Kamu harus bisa tegas bawa hubungan kalian ke arah lebih baik.
Membawa hubungan aku dan Reva ke arah yang lebih baik. Hmmm... ke arah mana itu" Gimana caranya" Aku bahkan nggak bisa membayangkan sesuatu yang lebih baik mungkin terjadi antara aku dan Reva. Perasaanku sama Reva aja masih nggak jelas ke mana arahnya.
204 Baikan... hhh... aku baru sadar separo hatiku menyesal kenapa menerima permintaan maaf Reva begitu aja.
Kamu ngantuk" Aku tersadar dari acara melamun. Iya. Nggak tahu nih. Ya udah, tidur aja, Na. Kalau udah sampe rumahmu, aku bangunin kamu.
Aku senyum diam-diam. Senang dapat perhatian dari Elwan. Kalau Reva yang nyetir, dia bakal ngamuk misalnya aku tidur. Dia bilang dia bukan sopir yang harus terus nyetir sementara majikannya tidur. Katanya kalau aku pengin tidur di mobil, pergi aja sama Pak Mono atau Mang Dadang, sopir di rumah.
Padahal bukannya kalau cowok melihat ceweknya ngantuk atau capek, harusnya dia ngasih perhatian dengan ngasih izin tidur" Itu kan satu wujud melindungi juga. Melindungi dari penyakit yang bisa menyerang kalau kita kurang tidur, melindungi dari kantong mata, melindungi dari bangun kesiangan.... Krrrrkkk.
Aku tidur betulan diiringi sayup-sayup suara merdu Michael Bubl" yang mendayu-dayu menyanyikan lagunya, I wanna go home....
205 K ITA mau ke mana, Va" aku rada sebel sama Reva yang
sok-sok berahasia. It s our first date after the fight.
Kejutan dong, Na. Kalau dikasih tahu jadi nggak surprise lagi dong"
Aku menyandar ke jok mobil dengan malas. Va, bukannya aku nggak suka kejutan. Tapi aku nggak pengin salah kostum.
Reva mendengus kecil, tanda dia keki banget sama aku. Nggak kayak biasanya, kali ini dia masih bersabar dan nggak memperpanjang perdebatan bodoh soal surprise nggak surprise dan saltum nggak saltum. Aku mau ajak kamu ke rally. Udah lama kan kita nggak ke sana" Kamu sibuk sama acara foto-foto kamu.
Tadinya aku berniat protes karena bawa-bawa acara foto-foto yang jelas mengarah ke Elwan. Tapi aku males. Toh aku juga suka-suka aja diajak ke bengkel dan ketemu anak-anak. Eh, kalau gitu mendingan aku bawa mobil dong. Tiba-tiba aku teringat si Mazda.
Ya jangan dong. Habis dari sana kita kan mau jalan berdua. Masa dua mobil" tentang Reva sambil menstarter mobilnya.
nggak jelas apa rasanya. kalau masih ada rasa....
206 Terus ngapain ke sana kalo nggak bawa mobil" Brrrmmm... Reva menginjak pedal gas. Ngapain kek. Aku sama sekali nggak punya bahan obrolan. Kayaknya Reva juga sama. Dari tadi nyetir dengan muka serius tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Alhasil perjalanan ini sangat garing. Segaring ikan asin berjemur di pantai Kuta. Garber. Garing Berat.
Hoaaahhhmmm.... Tiba-tiba aku merasa ngantuk dan menguap lebar.
Reva melirik. Ngantuk" Pasti dia ketakutan aku tinggal tidur. Sementara sekarang ini posisi dia masih rawan seandainya dia berani cari-cari masalah sama aku. Dengan mengancam jangan tidur, misalnya.
Gitu deh, jawabku pendek.
Emang pulang malem, sampe jam segini masih ngantuk" Biarpun nggak blakblakan, jelas Reva mulai meluncurkan aksi interogasinya.
Ah, terserah deh mau nginterogasi juga. Iya. Malem banget. Kami ngobrol di Izzi Mahakam sampe malem.
Pancingan mengena. Sama siapa" Biasalah Lura, Mala, sama Elwan juga.
TUING! Reva mendadak tegang. Elwan ikut ngumpul sama kalian" Banci banget sih ngumpul sama cewek-cewek. Atau kegenitan"
Ternyata tebakanku salah. Reva cuma bertahan sampe sini aja. Ya kebetulan aja ada perlu sama aku, jadi sekalian lah. Daripada ribet janjian lagi.
Iri. Semua juga bisa baca air muka Reva yang iri. Dia iri karena Elwan bisa masuk ke antara aku dan teman-temanku yang sableng-sableng itu. Dan jelas dia sadar, dari tongkrongannya aja Elwan jauh lebih simpatik dibanding dia. Apalagi dia sudah menyaksikan sendiri kebaikan dan ke-gentle-an Elwan. Nilai plus lain buat Elwan. Tapi nggak perlu ikut ngumpul-ngumpul juga, kali. Kesempatan banget, gerutu Reva berlanjut.
207 Repot banget sih ngurusin Elwan" Emangnya kenapa sih" Ya biarin ajalah. Dia kan kenal juga sama yang lain. Lura malah curhat sama Elwan.
DUG! Satu pukulan telak lagi buat Reva. Bayangin, salah satu temenku bisa curhat sama Elwan. Nggak perlu muna, Reva jelas tahu kedua temanku itu pada nggak suka sama dia. Nah ini, Elwan, si orang baru, bisa-bisanya malah jadi tempat curhat! Jangan-jangan dia gay.
WHAT"! Sembarangan kamu, nuduh-nuduh orang gay. Reva menyunggingkan senyum sinis. Gay man is woman s best friend, kan" Memenuhi kriteria banget.
Nggak juga lah. Cowok yang gentleman juga bisa kok jadi best friend, tukasku pedas.
Reva diam. Akhirnya kami berdua diam sepanjang jalan menuju bengkel.
Wah, Iko punya mobil baru. Aku turun dari mobil dan berjalan antusias menuju Iko yang asyik mengelap mobil barunya.
Normalnya sih, Reva pasti langsung ngamuk-ngamuk aku melenggang ninggalin dia begitu aja. Dia bakal bilang aku nggak nganggep dia lah, aku kecentilan lah, aku nggak pengin dilihat punya pacar lah, ini lah, itu lah. Kadang aku bersyukur banget sampe hari ini kupingku masih baik-baik aja, nggak budek dan nggak kena gangguan jiwa karena stres.
Mobil baru nih..." Weiiitttsss... dari mana aja niiihhh, pasangan sehidup-semati" Kok baru nongol lagi"
NYIITT! Hatiku serasa nyelekit disebut pasangan sehidup-semati. Rasanya kayak cap menempel di jidat aja saking semua orang tahu gimana posesifnya Reva dan anehnya hubunganku sama Reva yang dipikir-pikir sering saling mengintimidasi. Aku ngaku, aku sama posesifnya sama dia. Tapi nggak dengan tega 208
dan gampangnya ngeluarin kata-kata yang nggak pantes kayak dia ke aku.
Iko berhenti mengelap mobil barunya. Cakep, nggak" Dengan bangga Iko menepuk-nepuk kap mobilnya.
Cakep nih. Gue juga ada rencana pengin mobil baru, tibatiba Reva datang dan nyeletuk. Hah, pake duit dari mana beli mobil baru" Dasar nggak mau kalah!
Dari tampangnya, aku tahu Iko hafal sifat Reva dan sangat maklum. Bisnis lagi rame nih, Na" Udah lama nggak ke sini. Gitu deh....
Kayak nggak tahu dia aja sih" Dia kan biasa angin-anginan. Kadang rajiin banget, kadang males banget. Nggak konsisten. Biasa, uang buat dia kan nggak masalah.
Kumat lagi deh. Nggak bisa apa komentar nggak sarkastis begitu" Aku melirik tajam tapi malas komentar.
Iko celingukan. Nggak bawa mobil" Yeee, ngapain dong kemari"
Reva rikuh karena pertanyaan Iko. Tadi kan dia yang ngelarang aku bawa mobil. Kayaknya nggak bakal lama di sini. Aku mengernyit. Lho, ngapain dong"
...gue janjian sama Wahyu, mo lihat barang.
D**N! Ternyata ada tujuan lain toh" Kirain mau ngapain kek ke sini. Janjian sama Wahyu. Ugh! Si Wahyu kan rajanya spare part second. Apa lagi sih yang mau dibeli Reva"! Hati sih kesal setengah mampus, tapi kok nggak ada nafsu sedikit pun pengin buka mulut. Tenaga buat ngomel betul-betul low batt. Akhirnya aku cuma melengos pelan.
Suasananya langsung aneh, soalnya aku langsung bete. Ujungujungnya aku cuma diam duduk di kantin sambil minum teh botol dan ngemil roti bakar. Sampai akhirnya si Wahyu datang juga. Tampangnya tampang jualan banget. Bukan menjual, tapi jualan. Bedanya" Tampang menjual=ganteng, tampang jualan= butuh duit. Beda, kan"
209 Naniaaa... Wahyu menyalami aku. Ke mana aja nih, Bu Bos" Lama nggak kelihatan, bisnis lagi sibuk, ya" Pejabat pasti sibuk berat dooong" Ngerti lah, ngerti... cerocos Wahyu ala sales andal melempar kalimat pembuka untuk menjerat pembelinya. Wah, kebetulan banget nih, ada Bu Bos juga. Banyak barang bagus, Buuu.
Tuh, bener, kan" Apalagi Wahyu ini hafal banget aku sering ngasih donasi buat Reva.
Nah, tuh lo tahu gue sibuk. Emang lagi banyak yang lebih penting buat diurusin. Peduli amat kalau aku kedengaran sinis. Wajar dong" Aku kesel banget soalnya, serasa ditipu. Dijebak! Dijeblosin ke jurang! Huh!
Wahyu langsung nggak enak. Emang harus. Kalau masih enakenak aja, berarti Wahyu bukan cuma bermuka badak, tapi juga berhati badak. Eh, Va, mau lihat barangnya sekarang"
Yuk. Di mana" Nah, ini nih satu nominator lagi manusia berorgan badak.
Aku manyun. But keep silent. Silence is golden. Meragukan! Coz I don t feel like gold, I feel like besi rongsokan! Alias sebel berat.
Kita semobil aja apa gimana" Wahyu menatap aku dan Reva bergantian.
Terserah dehhh. Aku mengangkat bahu. Akhirnya diputuskan semobil, naik mobil Reva. Nggak efisien banget. Berarti nanti Wahyu harus dianter ke sini lagi dong"
Ni barangnya bagus banget, kalian nggak bakalan kecewa deh. Tahu-tahu kepala Wahyu nongol di antara jokku dan Reva. Bikin kaget aja. Ganggu banget mukanya deket gini, minta ditoyor! Belok kanan, bro, belok kanan! perintah Wahyu tiba-tiba sambil monyong-monyong. Situ, Bos, situ... di rumah temen gue tuh. Di depan.
Reva menepikan mobilnya. Weitttsss, Wahyu my maaan, sambut cowok gondrong yang 210
nongol dari pintu depan rumah. Wah, markas manusia bermuka jualan nih!
Wahyu ber-high-five ria sama si gondrong. Kenalin nih, temen gue, Reva. Ini ceweknya, Ibu Bos Nania. Muda-muda gini pengusaha lho.
Rombeeeng, kata si gondrong sopan sambil cengengsan. Si Rombeng ini kata Wahyu.
Hah, namanya Rombeng"
...nama aslinya sih bukan Rombeng, tapi Romi Ohhh... kirain.
...tapi merujuk pada penampilannya yang kayak gembel dan suka pake baju butut kayak kain rombeng, makanya... jadi Rombeng deh. Jagonya barang-barang second kondisi prima nih! promosi Wahyu semangat.
Sang Raja Jin 2 Raja Naga 02 Kutukan Manusia Sekarat Sepasang Maling Budiman 1
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama