Ceritasilat Novel Online

Asleep Or Dead 5

Asleep Or Dead Karya Bunbun Bagian 5


Jam matkul Beliau selesai dengan diiringi suara bel yang terdengar nyaring dari lorong luar kelas. Gua yang hari ini duduk dengan Mat Lo di belakang Lisa dan Windi membuat Gua gagal paham dengan ilmu racik-meracik dari Pak Boy tadi. Udah ma tuh Dosen banyaknya ngomongin peuyeumpuan, eh si Mat Lo juga ikutan ngomongin 'tali syurga' si Windi yang duduk di depan bawah kami, mentangmentang si Windi lagi lepas jas seragam kampus. Lagian si Windi juga kenapa abis pake kemeja langsung 'tali syurga' coba " Pake tanktop dulu kek, kayak beibi Lisa di sebelahnya. Huehehehe.
Eh butuh mulustrasi Lisa gak "
Butuuuh, ucap reader mesum nan kamvret... Kasih dah Gaaan.
Lisa itu pokoknya wajahnya lokal banget, cah ayu dan manis lah, agak sulit cari yang benar-benar mirip dengannya.
Back to class... Mat Lo masih aja ngomongin si Windi yang memang semlohay bentuk bodinya. Gua bukannya ogah ngomongin si Windi, tapi nih si Mamat Pelo bener-bener lagi hornay kayaknya, bentar-bentar benerin celana bagian selangkangan, apa coba maksudnya ".
"Woi Mat, Lu kenapa ?".
"Kenapa apanya Za ?".
"Lu tongoan yak ?",
"Bentar-bentar gesek selangkangan Lu, parah Lu da gede masih tongoan aje".
"Sial! Kagak lah broh..",
"Ini si Otong bangun gara-gara bodinya si Windi nih.. he he he..".
"Parah Lu Mat, cuci muka sono ke toilet...", "Masih pagi ini Mat, ngawur aja Lu..".
"Hehehe, iya dah, bentar ya Beb..".
Woaah kamvretos! Kenapa jadi cucok gitu ucapan si Mat Lo, wah gesrek nih anak otaknya. Bahaya aselai dah. Mat Lo pun menuruni deretan tangga dan keluar kelas menuju toilet sendirian, walaupun Gua gak yakin dia beneran cuci muka. Gua itung ah berapa menit dia balik lagi ke kelas, kalo ampe 5 menit gak balik, berarti fix tuh anak jadi atlet senam 5 jari di bilik toilet.
"Za, kenapa telat tadi ?", tanya Lisa yang membalikkan badan ke belakang, kearah Gua.
"Euu.. Itu Lis, aku anter Mba Siska dulu",
"Kan lumayan jauh kantornya dari sini, hehehehe...", jawab Gua seraya menggaruk pelipis.
Gua lihat raut muka Lisa cemberut. Duh gak enak hati Gua sama teman perempuan yang satu ini, udah baik luar-dalam soalnya euy, huehehehe...
"Lis, nanti istirahat makan bareng ya..", "Biar aku yang teraktir deh..", ucap Gua.
"Eh " Beneran ?", "Berdua aja ?",
"Iih mauu...", jawabnya manja.
Yaelaaah, cuma diajakin makan berdua di kantin aja langsung sumringah dia, tapi ya syukur deh gak bete berkepanjangan. Tetep miris hati Gua kalo inget kebaikkan dirinya. Maafin aku ya Lis. Maaf banget.
Beberapa menit kemudian matkul selanjutnya pun dimulai setelah Dosen memasuki kelas bebarengan dengan Mat Lo yang mengekor dari belakang si Dosen. Gua lihat raut muka si Mat Lo sumringah. "Beres Bro ?", tanya Gua setelah Mat Lo kembali duduk di sebelah Gua.
"Beres Beb.. Hehehe...", jawabnya sambil mengerlingkan mata. "Bro..".
"Ya Beb ?". "Mata Lu udah pernah kelilipan botol bir belom ?".
"Hehehe.. Peace Za..", jawabnya sambil memberikan gesture peace dengan dua jari. ...
Setelah 1.5 jam mempelajari matkul B. Inggris, Bel istirahat pun berbunyi, Gua menepati janji kepada Lisa untuk mengajaknya makan di kantin. Tapi dasar si Mat Lo, mendengar Gua akan makan berdua malah minta ditraktir juga, ya mau gak mau lah dia ikut, dan kamvretnya nih anak malah ngajakin si Windi juga. Jebol ini ma dompet Gua.
Kami berempat makan di kantin, anggaplah kami makan nasi goreng, karena lupa makan apaan waktu itu. Lagi asyik-asyik menikmati nasgor, tiba-tiba bahu kiri Gua ada yang menepuk dari belakang. Gua menengok ke belakang dan seorang perempuan manis nan imut sedang berdiri tepat menghadap Gua.
"Di sms malah gak dibales sih Za..", ucapnya.
"Eh Kak, sorry hehehe...", "Belum cek hp nih..",
"Oh ya, ada apa Kak ?", tanya Gua.
"Nanti aja deh, kamu habisin dulu aja makannya, aku tunggu di kelas ku ya abis ini..", jawabnya lalu pergi begitu saja.
Gua pun kembali melanjutkan makan, tapi sepertinya ada yang terusik dengan kehadiran perempuan tadi.
"Za, kamu kenal sama mahasiswi kelas B tadi ?", tanya Lisa kepada Gua.
"Kenal, Kinan namanya..",
"Dia Kakak kelas aku di SMA dulu kok Lis...", jawab Gua. "Ooh... Kirain..", ucapnya lalu kembali menyendok makanan. "Kirain apa Lis ?".
"Enggak apa-apa, udah buru abisin makanan kamu, kan tadi kata Kinan ditungguin di kelasnya..", jawabnya seraya tersenyum simpul.
Beres menghabiskan makanan, Gua pun membayar 4 porsi menu pesanan kami tadi. Lalu bergegas ke kelas Kinan. Lisa sebenarnya tampak bete, tapi ya gimana lagi atuh Lis, hampura we nya, engkin ameung we ka kamar nomor 20 beh eweuh nu ngaganggu, hehehehe... "Kak..", sapa Gua ketika sudah berdiri di samping mejanya. Kinan yang sedang duduk itu tersenyum menatap Gua. "Sini duduk Za..", ucapnya sambil menepuk bangku di sampingnya. "Ada apa Kak ?", tanya Gua lagi setelah duduk di sampingnya.
"Gimana kost-an kamu ?", "Udah rapih ?", tanyanya.
"Oh, udah Kak..",
"Eh iya, nih aku beliin kamu minuman..", jawab Gua sambil memberikan minuman teh kemasan dingin dengan rasa apel.
"Eh makasih ya Za..", ucapnya menerima minuman, "Kamu kost deket sini kan ?", tanyanya lagi.
"Iya, deket kok Kak, nanti ya aku ajak kamu ke kost-an untuk liat-liat..", jawab Gua. Kemudian Kinan mengeluarkan sebungkus roti dari dalam tasnya. "Masih suka dengan roti Za ?".
"Masih Kak, Mmm... Kamu kenapa ?".
Kinan hanya menggeleng pelan lalu meremas rotinya. Gua terkejut melihatnya.
"Hei, Kak..", "Kamu kenapa ?", "Kak... Kok nangis ?".
Kinan tetap menangis, dan tangan yang meremas roti itu semakin kuat hingga roti pun hancur dalam genggamannya, beberapa teman sekelasnya melirik kearah kami berdua. Gua yang bingung tidak memperdulikan tatapan orang-orang di kelasnya ini, tanpa pikir panjang, hanya satu hal yang bisa Gua lakukan. Memeluknya.
"Kak, ada apa ?", tanya Gua pelan sambil memeluknya.
Kinan masih menangis dalam pelukkan Gua.
"Ya udah..", "Lepasin semuanya Kak, tumpahin semua tangis kamu...", ucap Gua lalu membelai lembut rambutnya.
Kinan membenamkan wajahnya ke dada Gua yang berbalut Jas dan dasi. Kedua tangannya melingkar ke pinggang ini, lalu tubuhnya pun bergetar karena isak tangisnya semakin keluar. Gua hanya bisa membelai lembut punggungnya. Beberapa menit Kinan masih Gua peluk sampai tangisnya pun mereda dengan sendirinya, lalu pelukkannya pun mengendur, Kinan mengambil tisu dari dalam tasnya.
"Maaf ya Za..",
"Jas, kemeja dan dasi kamu jadi basah..", ucapnya sambil menyeuka airmatanya.
"Enggak apa-apa Kak, jangan dipikirin..", "Kak..".
"Ya Za ?". "Aku punya salah sama kamu ?".
Kinan menggelengkan kepala dengan senyuman di bibirnya yang imut.
"Terus kenapa kamu nangis ?",
"Cerita sama aku Kak kalo kamu ada masalah..", "Mungkin aku bisa bantu kamu".
"Kamu gak salah..",
"Cuma akunya aja yang terlalu berharap sama kamu Za..", ucapnya. "Maksud kamu ?".
"Aku terlanjur suka sama kamu..", "Aku sayang kamu Za..".
Gua menghela napas pelan. Seperti ini lagi, selalu dalam situasi seperti ini. Gua tidak terkejut mendengar ucapannya tadi, tapi bagaimana lagi Gua harus menanggapinya. Dulu di saat kami masih SMA, Gua mengabaikannya, sekarang apa Gua harus mengabaikannya lagi.
"Aku tau perasaan kamu ke aku selama ini..", "Tapi..".
"Za, kamu pacaran Sherlin lagi ?", tanyanya memotong ucapan Gua. Kali ini Gua terkejut. "Kata siapa aku balikkan sama Sherlin ?", tanya Gua balik. "Aku liat kamu semalam di Pizza bareng Sherlin...", jawabnya. "Kamu ada di sana juga ?".
Kinan hanya mengangguk pelan.
"Aku cuma jalan dan makan aja sama Sherlin Kak, kita berdua gak balikkan...", "Aku memang udah punya pacar lagi, tapi bukan Sherlin..", jelas Gua.
"Siapa Za pacar kamu sekarang ?", "Veronica ?".
"Hah ?", "Kok jadi ke Vero sekarang ?", Gua semakin bingung dengan tebakkannya. "Ya satu kelas ku ini juga tau kok kalo Vero suka sama kamu..", jawabnya dingin. Kok jadi makin bingung gini. Masa iya Vero suka sama Gua, gak mungkin ah. "Enggaklah, gak mungkin dia suka sama aku..".
"Terus siapa pacar kamu ?".
"Siska.. Mba Siska..",
"Kakak kelas kamu di SMA..".
"Siska " Siska anak kelas 3 " Ketua Osis 2002 ?", tanyanya kaget. Gua mengangguk, "Iya..", jawab Gua.
"Kok bisa " Bukannya kamu belum masuk SMA waktu itu ?", "Aku sama Echa aja masih kelas 1, sedangkan Siska udah kelas 3 Za..".
"Dia kan tetangga aku Kak, tetanggan juga sama Rekti..", "Kita semua satu komplek..",
"Kalo pacarannya, baru awal lebaran kemarin...", jawab Gua menjelaskan.
Kinan hanya bisa menatap Gua dengan rasa tidak percaya. Apalagi yang bisa Gua ucapkan untuknya, hanya sebuah kejujuran inilah yang dapat Gua berikan, sama seperti halnya kepada Mba Yu tadi subuh.
"Maafin aku ya Kak..",
"Aku gak mau kamu terlalu berharap lebih lagi sama aku..", "Gak sampai hati aku lukain perasaan kamu Kak..",
"Ya walaupun aku tau kamu pasti udah terluka dan maaf untuk itu..", ucap Gua. ...
Gua keluar kelasnya setelah Kinan ingin menyendiri, diusir sih enggak, cuma Gua tau diri aja, mau menghiburnya bukanlah waktu yang tepat saat ini. Next time aja ya Kak, aku buat kejutan kecil untuk kamu, atau sebaliknya " Kamu yang buat kejutan buat aku "... See later.
Masih ada waktu setengah jam sebelum matkul selanjutnya di mulai. Gua berjalan ke tengah area kampus, dimana letak taman berada. Gua keluarkan sebungkus rokok semboro dan mengambilnya sebatang lalu membakarnya. Gua masih berdiri mencari bangku di taman ini yang kosong, tapi hampir semua bangku penuh oleh mahasiswa yang merokok atau hanya sekedar nongkrong berkelompok, belum lagi beberapa Dosen yang juga ikutan bersantai sambil menghisap nikotin. Mata Gua menangkap sesosok perempuan berparas cantik dengan rambut kemerahannya yang indah sedang membaca sebuah buku. Akhirnya Gua langkahkan kaki untuk mendekatinya.
"Hai Vo..", sapa Gua ketika berhenti tepat disampingnya.
Vero menengok kearah Gua lalu tersenyum, "Hai Eza, sini duduk Za..", jawabnya seraya menggeser posisi duduknya.
"Enggak Vo, Gua diri aja, lagi ngerokok nih..", ucap Gua lagi.
Vero tersenyum lalu tangan kanannya merogoh saku Jasnya dan mengeluarkan sebungkus rokok rasa menthol.
"Gue juga mau ngerokok..", jawabnya.
Weisss, perokok juga ternyata. Oke lah kalau begitu, ha ha ha ha... Gua pun duduk di sampingnya, lalu Vero membakar rokoknya dan menghembuskan asap dari mulutnya keatas. Beuuh garang amat Vo.
"Lagi baca buku apa Vo ?", tanya Gua seraya melirik ke buku diatas pahanya.
Tapi kok kampret ya ini mata, malah autofocus ke bagian lain. FYI, namanya juga anak perhotelan, pastilah pakaiannya berbeda dengan fakultas lain. Apalagi seragam mahasiswinya, aduh-aduh itu rok diatas lutut kalo diri udah berapa centi coba, apalagi kalo duduk, beeeuuuh Jotha berontak udah. Apalagi baru kali ini Gua disuguhi kaki perempuan yang berbalut stocking hitam, aiiiiihhh.. Fantasi kemana-kemana deh! Kalo kata genre blu pelem ma udah fetish nih, milah stocking or office girl, jadi inget 'veronica vain' yang jadi secretary kalo liat stocking item gini.. Fak! Ngawur nih otak! "Ini baca novel aja kok Za..", jawab Vero seraya kembali menghembuskan asap rokok dari mulutnya. "Suka baca novel luar Vo..", ucap Gua lagi ketika melihat beberapa isi ceritanya itu berbahasa inggris. "Iya Za, sekalian ngasah kemampuan bahasa juga.. hi hi hi..".
"Oh ya Vo, ada yang mau Gua tanyain..", "Tapi jangan marah ya hehehehe...". "Ada apa Za ?".
"Eeuu..", "Itu.. Euu.. Lu... Lu..", ucap Gua terbata,
"Lu beneran titip salam buat Gua kata Pak Boy ?", tanya Gua akhirnya. "Salam " Enggak ah..", jawabnya dengan raut muka yang keheranan. Lah, kamvret bener dah tuh Dosen satu. Gua diboongin ternyata. "Emang kenapa Za ?", tanya Vero lagi.
"Eh enggak...",
"Itu tadi pagi kata Dosen yang baru ngajar di kelas Gua, ada yang titip salam, katanya dari Veronica anak kelas B..", jawab Gua.
"Ooh Pak Boy ya..",
"Eh, emang Lo baru diajar sama dia ?", tanya Vero lagi.
Gua mengangguk, "Iya, baru hari ini, soalnya Dosen sebelumnya pindah katanya sih, makanya digantiin sama Pak Boy..", lanjut Gua.
"Oh gitu...", "Kalo kelas Gue emang dari awal matkul F&B services udah diajar sama itu Dosen..", "Mungkin karena sebelum libur puasa kemaren kali Za anak-anak kelas Gue pada ledekin..". "Maksudnya ledekin gimana Vo ?".
"Iya, kan itu Dosen satu suka genit gitu, ya suka ngeledek mahasiswi kelasan Gue lah, sampe pas Gue yang digodain, eh temen-temen malah bilang Gue udah punya cowok..", "Terus Pak Boy nanya siapa cowok Gue, yang jawab ya anak lain, kesebutlah nama Lo, he he he..", jawabnya menjelaskan.
Lah dasar, kok bisa-bisanya disangka ama temen kelasan si Vero dan Kinan kalo Gua cowoknya ni perempuan bohay satu sih. Deket aja baru-baru ini, ngobrol begini di taman aja jarang-jarang.
"Ya jadi disangkanya Gue ama Lo jadian kali sama Pak Boy.. ha ha ha ha", ucap Vero lagi seraya tertawa pelan.
"Jangan-jangan Pak Boy suka lagi ama Lu Vo..", ucap Gua menebak.
"Enggak kok Za..",
"Dia emang gitu, genit kelakuannya kalo sama mahasiswi...",
"Cuma orangnya baik kok, gak pelit nilai juga ke semua mahasiswa/i..", jawabnya.
Gua hanya mengangguk seraya membentuk huruf 'O' pada bibir ini. Bingung mau bahas apalagi, mata Gua malah kembali autofocus ke pahanya si Vo yang berbalut stocking hitam, duh bahaya lamalama disini. Gak beres nanti.
"Vo, Gua cabut dulu ya..", ucap Gua seraya berdiri.
"Mau kemana ?",
"Masib lama kan matkul selanjutnya Za..", jawabnya.
"Ke kelas, ada perlu ama temen..", "Duluan ya Vo".
Gua pun meninggalkan Vero yang masih asyik duduk di bangku taman dan membaca novelnya itu.
Ketika Gua masih berjalan ditengah taman menuju kelas Gua, ada suara yang memanggil.
"Zaa.." "Ssstt.., Sini oii..".
Gua menengok ke kiri dimana sumber suara itu memanggil, dan ternyata si Mat Lo sedang memberikan gesture tangannya menyuruh Gua mendekat. Akhirnya Gua pun melangkah kearahnya, tidak jadi ke kelas. Setelah Gua sudah duduk disamping si Mat Lo, ternyata dia tidak sendirian, tepat di samping kanannya ada seorang lelaki yang mengenakan tuxedo.
"Sini Za, hehehe.. Nih Gua ama Pak Boy lagi melakukan spionase..", ucap Mat Lo sambil tersenyum mesum.
"Spionase apaan ?", tanya Gua.
"Eh Za, pacar Lu cakep bener, bodinya mantep Za hehehe....", potong Pak Boy. Gua mengerenyitkan kening menatap kedua orang yang memiliki fantasi overload itu.
"Vero maksudnya Pak ?",
"Ah saya enggak pacaran sama dia kok Pak..", jawab Gua.
"Ya terserahlah apa kata Lu...",
"Yang jelas sayang kalo tuh perempuan Lu anggurin Za..", tandasnya,
"Nih liat nih.. mantep gak ?", ucap Pak Boy lagi seraya menyodorkan hp yang bentuknya baru Gua lihat.
Gua melirik ke layar hp yang ternyata bermerk O2 xda, di layarnya itu terpampang nyata sebuah foto yang menunjukkan paha dan kaki yang terbalut stocking hitam, jelaslah ini candid.
"Ah ngawur ente Pak..",
"Ini ma ngintip yak " Gila.. Cauurr..", ucap Gua kaget.
"Sssttt... Jangan berisiklah", "Tapi keren kan " Hehehe...",
"Sejauh ini sih belum dapet nih ampe isi dalemannya, susah Za hehe...", jelas Pak Boy. Gokil, diem-diem nih pervert si Pak Boy, hadeuh kacau bener.
"Eh, itu foto paha ama kaki si Vero bukan ?", tanya Gua menyelidik.
"Santai, bukan kok, hehehe..",
"Ini ma mahasiswi yang disitu tuh", seraya menunjuk salah satu mahasiswa di sebrang kami. "Tenang Za, bukan milik Vero kok, liat aja sepatunya beda kan..", timpal Mat Lo.
Gua hanya menggeleng pelan melihat aksi Dosum dan Mat Lo, duo maut dengan otak gesrek yang hobi motoin paha dan bokong mahasiswi di waktu istirahat kayak gini, dan aktifitas mereka akan berlanjut di hari-hari berikutnya. Gokil bener deh.
Masih untung sih gak kelewatan sampe bener-bener motoin ampe isi daleman rok. Tapi tetep pervert ya pervert aja.
Tidak lama bel masuk pun berbunyi, menandakan waktu istirahat telah usai. Btw, Gua kuliah kayak jaman SMA yak, ke jadwal gini, gak ada bedanya, ngehe emang.
... Jam 2 siang Gua sudah selesai kuliah, tidak ada lagi matkul setelah jam ini, waktunya pulang ke kostan. Singkat cerita Gua sudah memarkir mobil sang kekasih di area parkir kost-an, lalu Gua menuju ke kamar. Gua buka pintu tapi terkunci, tidak lama bunyi suara kunci pintu terbuka, dan... "Eh udah pulang Mas..", ucap Mba Yu.
"Loch Mba ?", "Kirain kamu udah pulang ke rumah, mobil mu gak ada di parkiran sih..", ucap Gua. "Iish, kebiasaan deh suka gak cek hp, aku kan udah sms dari siang..", balasnya.
"Hehehe, iya sih Mba, aku dari pagi belum cek hhp maaf deh ya...", jawab Gua lalu masuk ke dalam kamar.
Gua menaruh tas di kursi belajar, lalu membuka jas dan dasi. Mba Yu mengambilkan Gua air minum dari botol kemasan yang dituang ke gelas.
"Minum dulu Mas, cape ya..", ucapnya seraya menyodorkan segelas air sambil tersenyum.
"Eh makasih banyak Mba..", lalu Gua meneguk habis air di gelas tersebut, "Mba, kamu udah makan siang..", tanya Gua kemudian.
Mba Yu hanya menggelengkan kepala dengan raut muka yang sedih.
"Ya ampun!", "Kenapa gak makan " Di depankan banyak yang jual makanan Mba..", "Eh atau jangan-jangan kamu lagi gak pegang uang ?", tanya Gua khawatir.
"Bukan kok Mas, aku masih ada kalo uang sih, cuma...",
"Cuma sengaja mau nungguin kamu aja, biar makan bareng..", jawabnya lalu tersenyum.
Berarti dari pagi, mba Yu hanya makan sarapan nasi uduk yang Gua belikan. Sampai jam 2 siang gini belum makan lagi dia, duh mbaaa nanti sakit kamu Mba!.
"Ck, jangan gitu lain kali Mba, nanti kamu sakit maag...", "Ya udah aku ganti baju dulu ya Mba bentar..", ucap Gua.
Gua mengambil pakaian dari lemari dan masuk ke kamar mandi. Gua mengenakan kaos warna biru dengan short-jeans warna putih. Lalu keluar lagi dan langsung mengajak Mba Yu keluar untuk mencari makan.
"Mau makan di deket sini atau pakai mobil Mba ?", tanya gua sambil berjalan kearah gerbang kost-an. "Deket sini aja Za, kalo ada sih soto..", jawabnya.
Singkat cerita Gua dan Mba Yu sudah berada di warung soto betawi dekat kost-an, tidak begitu jauh, paling hanya 50 meter jaraknya. Setelah memesan makanan dan mulai menyantapnya, Gua kembali bertanya kepada Mba Yu, yang seksehnya gak ada habisnya itu.
"Mba, mobilmu kemana ?".
"Dipinjam teman Mas",
"Tadi jam 12 dia ke kost-an, aku yang suruh sih, soalnya dia nelpon mau pinjam mobil, terus motornya ditaruh di parkiran kost-an kamu..", jawabnya sambil menyendok makanannya.
"Ooh..", "Oh ya, rencananya kamu pulang ke rumah hari ini " Atau mau ke kost-an kamu ?", tanya Gua lagi.
"Mmm...", "Kalo nginap di kost-an kamu lagi boleh ?", tanyanya dengan nada suara genit.
PART 25 Sore hari sekitar pukul setengah 4, mobil Mba Yu datang ke kost-an, kemudian temannya mengembalikan kunci mobil milik Mba Yu.
"Mba", "Bener gak jadi nginep ?", tanya Gua ketika kami berada di area parkiran kost-an.
"Enggak deh Mas",
"Aku gak mau sampai ada salah paham sama Siska", "Kamu kan katanya mau jemput dia bentar lagi",
"Dan kamu sama dia, hari ini ada acara juga kan ?", ucapnya sambil tersenyum. "Iya sih Mba, mmm.. Maafin aku ya", ucap Gua.
"Ssstt..", "Udah jangan minta maaf lagi ah", "Semoga sukses ya Mas".
"Makasih Mba, kamu emang the best", "Makasih banyak pokoknya ya", balas Gua.
"Okey", "Aku pulang dulu ya", jawabnya.
Mba Yu pun masuk ke dalam mobilnya lalu pergi meninggalkan area kost-an seraya melambaikan tangan ke luar jendela mobil. Gua kembali ke dalam kamar dan bergegas masuk ke dalam kamar mandi, membilas tubuh hingga bersih dan wangi.
Mba Yu memang berniat menginap lagi hari ini, tapi setelah Gua memberitahukannya kalau sore ini akan menjemput kekasih hati, Mba Yu langsung mengurungkan niatnya dan memilih pulang ke rumah. Gua memang tidak berharap dia menginap lagi, bukan apa-apa, Mba Siska baru sekali ke kost-an Gua, kalau sampai pulang kerja Mba Siska minta main ke kost-an dan masih ada Mba Yu, mau ngomong apa Gua. Enggak akan ada alasan yang bisa diterima oleh sang kekasih kalau nyatanya ada mantan Gua di dalam kamar kost. Gimanapun sang kekasih tau kalau Mba Yu adalah orang ketiga saat Gua masih berhubungan dengan almh. Dini waktu smp.
Beres mandi, Gua langsung menuju lemari dan mengambil kemeja berwarna merah maroon lengan panjang berikut dengan hangernya, lalu untuk bawahannya Gua langsung mengenakan celana longjeans hitam, ah lupa, kaos hitam polos langsung Gua kenakan sebagai atasan sementara. Semprot parfum sana-sini beres, pakai jam tangan di pergelangan tangan kiri, tidak lupa sepatu boots warna hitam. Terakhir, rambut sedikit gondrong dibagian depan Gua acak. Beuh tampan banget si Agatha ini ya. Wajar kaum hawa ngejar-ngejar sih.
(Apa " Mau protes " Sok misuh-misuh we lah, huahahaha )
Jam sudah menunjukkan pukul 4 sore, waktunya cabut. Sambil menenteng hanger yang tergantung kemeja merah, Gua menuju parkiran. Masuk mobil, manasin bentar, keluarin hp dulu, ketik sms buat kekasih hati, sms send and delivered. Berangkats.
Gua terlambat karena jalanan macet, tapi gak apa-apa, Mba Siska si kekasih hati itu pasti mengerti kamvretnya jalan raya di ibu kota tercintah. Jam 5 kurang 10 menit Gua hentikan mobil di depan kantornya. Sms lagi deh untuk memberitahukan Sang Pangeran sudah sampai. Selang 5 menit kemudian Sang Putri pun berjalan kearah mobil. Eits, Gua turun duluan, membukakan pintu samping kemudi.
"Selamat sore Nona cantik", ucap Gua ketika Mba Siska sudah berada di dekat Gua. "Silahkan masuk Nona", lanjut Gua seraya mempersilahkannya masuk ke dalam mobil.
Mba Siska menahan senyumannya seraya mengerutkan kening. Yap, Gua yakin dirinya keheranan dengan sikap Gua yang tiba-tiba jadi begini. Tapi Gua hanya melemparkan senyuman saja sampai dia masuk ke dalam mobil. Lalu Gua berlari kecil ketika sudah memastikannya duduk manis dan menutup pintu mobil. Kembali Gua duduk di bangku kemudi dan memasang seatbelt, lalu Gua pacu mobil menuju rumah kontrakannya.
Seperti biasa, macet lagi. Selama perjalanan Gua bersiul-siul menunjukkan rasa bahagia. Tentu saja Sang Putri keheranan melihat Arjunanya bertingkah diluar kebiasaan seperti ini. "Za ?".
"Iya Honey". Mba Siska langsung kaget dan tertawa. Hais, Gua berusaha romantis nih Mba, jangan ketawa dong ah.
"Ha ha ha. Apa tadi Za ?",
"Kamu manggil aku apa ", hi hi hi".
"Honey", "H-O-N-E-Y". "Iiih.. Ada apaan nih ?",
"Sumpah deh kamu tuh aneh banget", "Pasti ada apa-apa nih".
"Iyalah Mba ku sayaang",
"Enggak mungkin kalo aku gak ada apa-apa, hehehe". "Ih emang ada apa Za ?".
"Aku mau ajak kamu dinner".
Mba Siska kembali terkejut dengan menaikkan kedua alisnya. Lalu tersenyum lagi.
"Dinner ?", "Serius ?".
Gua hanya mengangguk pelan dengan tetap menatap ke depan jalan raya. "Dimana ?".
Gua menengok kepadanya sekilas seraya tersenyum, "ada deeh", jawab Gua lalu mengerlingkan satu mata.
Mba Siska langsung mencubit pipi Gua sambil memanyunkan bibir. Gua pun terkekeh pelan dan kembali fokus mengendarai mobil. Kurang-lebih 20 menit kami sampai di rumah kontrakannya. Gua pun meminta Mba Siska mandi dan dandan yang rapih. Ketika Mba Siska mandi, Gua kembali ke mobil dan mengambil kemeja berwarna merah maroon. Kemudian kembali ke dalam rumah dan mengenakan kemeja tersebut di dalam kamar Mba Siska sambil bercermin, lalu Gua menuju dapur dan membasahi rambut dengan sedikit air dari wastafel. Kembali Gua bercermin sambil menata rambut dan mengacaknya di bagian depan, sudah terlihat okey, eh satu lagi nih, lengan kemeja, Gua gulung hingga se-siku. Sip. Tampan maksimal nih sekarang. Ntaps.
"Za", ucap Mba Siska dari ambang pintu kamar.
"Eh Mba", "Maaf-maaf.. Aku masuk kamar kamu buat ngaca aja hehe..", jawab Gua tidak enak karena sang kekasih sudah selesai mandi dan hendak masuk ke kamarnya.
"Enggak apa-apa kok", "Kamu, Kamu rapih banget", "Ada acara apa sih sebenernya ?", tanyanya lagi sambil melangkah masuk dan berdiri tepat dihadapan Gua.
"Heheheh", "Kan aku bilang mau ajak kamu dinner Mba". "Iya, tapi dalam rangka apa Za ?".
Wah, bener kata si Dewa dan Meli, nih Mba cantik pelupa juga. Gak apa-apa deh, biar Gua keep sampai waktunya tiba. Gumam Gua dalam hati.
"Nanti juga kamu tau Mba",
"Udah ganti pakaian dulu, syukur-syukur kamu ada gaun atau semacamnya Mba hehehe", jawab Gua.
"Ah!", "Iya ya, dress.. duh aku bawa ke sini gak ya.. aduuuh.. gimana kalo enggak ada niih..", ucapnya seraya melewati Gua dan membuka lemari pakaiannya.
Gua hanya terkekeh pelan dan keluar kamar lalu menutup pintunya. Gua duduk di sofa ruang tamu dan membakar sang racun sambil menikmati secangkir teh tawar hangat suguhannya. 10 meni t, 20 menit, 30 menit. Lamanyoo ini kekasih hati dandan.
Gua bangkit dari duduk dan mengetuk pintu kamarnya. "Mbaa", ucap Gua dari depan pintu kamarnya. "Yaa", jawabnya dari dalam.
"Lama amat Mbaa",
"Macet nanti di jalan Mba".
"Iya-iya Za sebentar lagi kok, 5 menit lagi ya", "Sebentar".
Beneran 5 menit gak nih, heuh cewek tuh yaa lama!. Ckckck.. Ceklek. pintu kamar terbuka.
"Za.". OUUH My Goodness! Holy moly kapollii..! I swear to GOD! She's fakin beautiful! Dress for dinner nya berwarna merah gela p, ah sama lah sama merah maroon seperti kemeja Gua. Make-up nya pas banget dengan wajahnya, pandai bersolek si Mba Polcan ini. Belum aksesoris seperti anting, tas pesta kecil berwarna hitam dan gelang di lengannya. Pas deh kamu jadi ratu malam nanti. Ugh pingin buru-buru menyematkan nama belakangku di nama kamu Mba.
Gua masih terpana dengan pesonanya. Sampai sang kekasih mendekati Gua dan berdiri tepat dihadapan Gua.
"Hei", "Kok malah diem ?".
"Eh.. Euu..", "Kamu, Kamu cantik banget Mba".
"Eum " Masa sih " Hi hi hi",
"Syukur deh kalo kamu suka sama penampilan aku..", jawabnya seraya tersipu malu.
Tidak lama kemudian Gua mengajaknya berangkat. Kami sudah berada di dalam mobil dan jalan raya untuk menembus kemacetan ibu kota ketika matahari mulai terbenam. Jam 7 malam kami pun sampai di parkiran basement sebuah gedung. Mudah-mudahan rekomendasi tempat makan disini benarbenar tepat.
"Ini kita mau kemana Za ?", tanya Mba Siska ketika Gua mematikan mesin mobil. "Surprise Mba..", jawab Gua seraya tersenyum.
Lalu Gua mengambil sebuah kain seperti selendang berwarna hitam dari balik jok kemudi. "Kamu pakai ini ya, biar sureprise..", ucap Gua lagi menunjukkan kain hitam tersebut.
"Heum ?", "Kamu tuh ya ada-ada aja deh, pake acara mau nutup mata aku gini", ucapnya tersenyum melirik kain di telapak tangan Gua.
Selesai menutup matanya dengan kain yang Gua ikat kebelakang kepalanya, Gua pun turun dari mobil dan membukakan pintunya. Lalu Gua genggam tangannya menuju lift. Sampai di dalam lift, Gua rasakan genggaman tangannya terasa semakin erat, senyuman indah tersungging di bibirnya.
Ting. Lantai 6, dan pintu lift terbuka.
Terpaan angin malam langsung menyapa kulit tubuh kami berdua, helaian rambut sang kekasih bergoyang kebelakang karena hembusan angin itu, lalu Gua kembali menuntunnya berjalan, melewati beberapa meja.
"Mba, sebentar ya", "Tunggu disini".
"Ih, jangan ditinggal dong",
"Akunya lagi ditutup matanya juga Zaa".
"Enggak, aku cuma beberapa detik doang kok. Beneran sebentar..".
Lalu Gua menaruh tangannya ke sebuah bahu kursi kayu di depannya. Gua pun melangkah sedikit menjauh dan menghampiri resepsionis, setelah berbicara sedikit menanyakan reservasi tadi siang dan memberikan nama Gua, resepsionis itu mengantar kami berdua ke meja di dekat ujung gedung.
Setelah Gua pastikan semuanya perfect. Gua pun memegang kedua bahu sang kekasih dari belakang.
"Mba..". "Ya ?". "Siap ?".
"Aku deg-deg-an Za, hi hi hi".
"He he he...", "Aku buka ikatannya ya".


Asleep Or Dead Karya Bunbun di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mba Siska mengangguk, lalu perlahan Gua buka kain hitam yang menutupi matanya.
Kekasih hati Gua itu menutup mulut dengan kedua tangannya, Gua pun merapatkan tubuh dari belakangnya, lalu berbisik.
"Gimana ?", "Do you like it ?", bisik Gua.
"Eza!", "This is so romantic", ucapnya lalu menengok ke kanan, kearah wajah Gua yang berada tepat disampingnya.
Gua tersenyum, lalu kedua tangannya memegang kedua tangan Gua dan diletakkan di depan perut langsingnya. Jadilah Gua memeluknya dari belakang.
"Happy birthday Honey", ucap Gua.
Mba Siska kembali menatap wajah Gua, raut wajahnya kembali terkejut, lalu tidak lama matanya berkaca-kaca.
"Ya ampun Za..",
"Aku sendiri lupa kalo hari ini tanggal lahir aku", jawabnya.
"Jujur Mba..", "Aku aja gak tau kalo hari ini kamu ulang tahun, kalo Dewa dan Meli gak sms aku tadi siang, aku gak mungkin bisa kasih kejutan ini buat kamu..",
"Maaf ya..", jelas Gua.
Mba Siska menggeleng pelan, lalu membalikkan badan dan memeluk Gua. Gua usap punggungnya. "Makasih ya Za".
"Sama-sama Mba..",
"Jangan lupa kita juga harus ucapin makasih buat Dewa dan adik mu, hehehe..", "Ya udah, ayo duduk Mba", ajak Gua kemudian.
Kami berdua duduk di kursi makan dan saling berhadapan. Di depan kami, di atas meja makan resto ini, ada sebuah set-up kecil yang memang sudah Gua rencanakan ketika mereservasi tadi siang. Bukan ide Gua, jujur saja ini semua adalah idenya Mba Yu. Ketika siang Gua dan Mba Yu makan soto di dekat kost-an, Gua menerima sms dari Dewa, yang isinya memberi kabar kalau sang kekasih hati Gua hari ini berulang tahun. Jelaslah Gua terkejut membaca isi smsnya, dan dalam kebingungan, hingga soto tidak Gua habiskan, Mba Yu pun bertanya keheranan.
Gua ceritakan isi sms tersebut kepada Mba Yu, kami berdua memikirkan acara surprise apa yang bisa Gua berikan untuk sang kekasih. Awalnya Gua hanya memikirkan akan membeli kado apa, tapi Mba Yu menyarankan Gua untuk lebih romantis, candle light dinner katanya lebih pas. Selesai makan soto, kami berdua langsung bergegas ke sebuah restoran yang pernah Mba Yu dan teman kampusnya singgahi dulu. Gua beruntung karena hari ini adalah hari senin, jadi tidak banyak yang reservasi. Setelah beres reservasi, muncul ide lainnya di otak Gua, masih di resto bersama Mba Yu, Gua langsung menulis beberapa permintaan kepada pegawai resto tersebut, agar kejutan untuk malam ini berjalan sempurna. Beres menuliskan request di secarik kertas, Gua dan Mba Yu pun pergi ke sebuah mall untuk membeli kado. Beres sudah semua planning Gua dan Mba Yu, sampai akhirnya Mba Yu dan Gua kembali ke kost-an dan Mba Yu pun pamit pulang ke rumah.
Dan sekarang, malam ini, disinilah Gua dan Mba Siska berada, rooftop restaurant. Sebuah lilin berwarna merah menyala terang, di sisi lainnya ada setangkai mawar merah, dan sebuah birthday cake kecil. Gua menggenggam kedua tangan Mba Siska yang berada di atas meja. Kami berdua saling tersenyum, Gua lihat matanya berbinar dengan sedikit rona merah alami di pipinya, bukan dari make-up nya.
Lalu Gua menyalakan lilin diatas cake kecil itu. Gua mengangkat cake tersebut dan meminta Mba Siska untuk 'make a wish', kemudian matanya terpejam sebentar, dan tidak lama ditiuplah lilin kecil diatas cake tersebut, kembali Gua taruh cake diatas meja dan bertepuk tangan, Mba Siska tertawa pelan melihat tingkah Gua.
Gua kembali menggenggam kedua tangannya, Gua tatap kedua bola matanya yang indah itu lekatlekat.
"Selamat ulang tahun Honey",
"Semoga selalu bahagia dunia akhirat ya sayang..", ucap Gua, "I Love You", tanda Gua.
"Aamiin..", "Makasih banyak sayang, I Love You too", "This is surprising me",
"Tonight is so perfect". "You deserve it Honey".
Tidak lama kemudian seorang pramusaji menghampiri kami dengan nampan yang berisi makanan, lalu makanan pun disajikan di atas meja. Dua Tenderloin steak dan dua gelas berisi air mineral plus satu botol red wine terpampang di depan mata kami berdua. Mba Siska kembali terkejut dengan sajian malam ini, lalu Gua pun mengajaknya mulai menyantap hidangan.
Hanya senyuman diantara kami yang terukir indah. Tidak ada sedikitpun kata yang terucap diantara kami ketika menyantap semua hidangan malam ini. Singkat cerita kami berdua sudah selesai menghabiskan menu utama. Lalu kembali pramusaji datang untuk menuangkan red wine ke gelas kami masing-masing. Setelah itu dengan gaya ala-ala elegan, Gua ajak Mba Siska bersulang. Ting... suara dua gelas yang bersentuhan.
Jujur, sebenarnya Gua tersenyum geli melihat tingkah Gua ini, sok-sok-an romantis. Kalau dipikir-pikir belum pernah Gua seromantis ini kepada perempuan. Apalagi kalau mengingat yang memberikan ide, dari orang yang tidak suka dengan keromantisan. Yap, Mba Yu kan bukan perempuan yang suka dengan perlakuan romantis. Tapi diluar dugaan, malah dirinya bisa memikirkan ide seperti ini. Thank you so much Mba Yu ku.
Selesai menikmati wine, Gua menjentikkan jari keatas, lalu seorang pramusaji datang menghampiri Gua dengan sebuah gitar akustik. Setelah menerima gitar tersebut, Gua menarik kursi ke samping Mba Siska. Jelaslah dirinya kembali terheran.
"Apalagi Za ?", tanyanya seraya tersenyum lebar menatap Gua.
"Dengerin aja ya sayang..", jawab Gua sambil memposisikan diri dengan nyaman untuk mulai bernyanyi.
Setelah Gua merasa nyaman, Gua mulai memetik senar gitar. "Ini untuk kamu", ucap Gua.
Dan Gua pun mulai menyanyikan lagu favorit sang kekasih hati..
Quote: I can't stand to fly I'm not that naive I'm just out to find The better part of me
I'm more than a bird, I'm more than a plane I'm more than some pretty face beside a train And it's not easy to be me
Wish that I could cry Fall upon my knees Find a way to lie
About a home I'll never see It may sound absurd, but don't be naive Even heroes have the right to bleed I may be disturbed, but won't you concede Even heroes have the right to dream And it's not easy to be me
Up, up and away, away from me
Well, it's all right, you can all sleep sound tonight I'm not crazy
Or anything I can't stand to fly I'm not that naive
Men weren't meant to ride With clouds between their knees
I'm only a man in a silly red sheet
Digging for kryptonite on this one way street Only a man in a funny red sheet
Looking for special things inside of me Inside of me
Inside me Inside me Inside of me
I'm only a man In a funny red sheet I'm only a man
Looking for a dream I'm only a man In a funny red sheet And it's not easy
It's not easy to be Me Disertai desiran angin malam yang cukup kencang, lagu yang Gua nyanyikan untuknya pun selesai. Senyum indah terukir di bibirnya, matanya mulai berkaca-kaca.
"Mba, gak boleh nangis loch", ucap Gua. "Aku seneng Za".
"I Love You Mba". "I Love You too Za".
Gua taruh gitar dengan posisi berdiri di samping meja makan, lalu Gua bangun dari duduk dan mengulurkan tangan kepada sang kekasih. Tangannya pun menyambut dan Gua ajak dia ke sudut ujung rooftop ini.
"Mba, indah ya kerlap-kerlip lampu Ibu Kota...", ucap Gua ketika sudah memeluknya dari belakang dan menyandarkan dagu ke bahu kanannya.
Kedua tangan Gua kembali melingkar ke perutnya, dan kedua tangannya pun bertumpuk diatas tangan Gua.
"Iya Za, ditambah lampu dari kendaraan..". "Kamu senang hari ini Mba ?".
"Aku bukan senang tapi bahagia",
"Bahagia banget malam ini atas semua yang kamu berikan..".
Gua tersenyum mendengar jawabannya, lalu Gua lepaskan pelukkan dari perutnya. Gua yang masih berdiri di belakangnya kini mengambil sebuah kado dari saku kemeja. Gua buka bungkusnya, Mba Siska tidak menoleh sedikitpun kebelakang.
"Mba". "Ya". "Tutup mata kamu sebentar ya".
"Heum ?", "Apa lagi Za " Masih ada kejutan lain ?". "Hehehe",
"Udah tutup dulu matanya".
Setelah Gua memastikan matanya terpejam, Gua lingkarkan kedua tangan kedepan lehernya, tanpa menyentuh tubuhnya sedikitpun, lalu Gua berbisik pelan dengan mencodongkan wajah ke sisi telinga kanannya.
"Buka mata kamu sayang".
Lagi dan lagi, Mba Siska terkejut tanpa mengeluarkan suara, kedua tangannya menutup mulutnya dengan mata yang sedikit terbuka lebar.
"Semoga kamu suka atas pemberian aku ya", ucap Gua lagi.
Mba Siska masih terpana kemudian wajahnya menengok ke kanan, kepada Gua.
"Za", "Ini bener-bener berlibahan".
"Enggak Mba, gak berlebihan kok",
"Ngomong-ngomong aku pegel nih, mau dipakaikan gak " Hehehe".
Mba Siska mencubit hidung Gua pelan sambil terkekeh. Lalu kembali wajahnya menatap kedepan. Gua pun memasangkan kalung yang liontinnya berbentuk hati ke leher putihnya. Setelah selesai mengaitkan kalung, Mba Siska menurunkan kembali rambut belakangnya yang dia tahan keatas. Lalu tubuhnya berbalik menghadap Gua.
Kembali senyum bahagianya terpancar dari wajah cantiknya. Gua pun ikut tersenyum, rasa bahagia yang dia rasakan sekarang ikut masuk ke dalam hati ini. Tonight is so amazing for us.
"Makasih sayang",
"Makasih banget, aku bahagia dengan semua kejutan yang kamu kasih malam ini Za..", "Aku sayang kamu".
Gua tersenyum lalu mengaitkan tangan kanan ke tengkuknya dan mencium lembut keningnya. Cup
"Aku juga sayang kamu Mba".
Malam semakin larut, angin malam kian bertiup kencang, karena dress Mba Siska yang tanpa lengan sudah pasti tidak bisa menahan dinginnya malam, Gua pun mengajaknya pulang.
Tidak lupa cake yang belum kami makan dibawa pulang beserta sebotol wine. Mahal coy itu minuman, sayang amat kalo Gua tinggal ma, kan lumayan buat di kost-an. ...
Sekitar pukul 21.00 wib, kami berdua sudah kembali berada rumah kontrakannya. Mba Siska masuk ke dalam kamar, Gua berdiri di ambang pintu kamarnya, bersandar ke kusen pintu. "Mba, aku pulang dulu ya".
"Eh ?", "Kok pulang ?".
"Udah malam Mba, kamu juga besokkan kerja", "Aku naik taxi aja".
Mba Siska tampak tidak setuju dengan ucapan Gua, lalu Mba Siska berjalan menghampiri Gua. Kami pun saling berhadapan di pintu kamarnya ini. Wajah Mba Siska mendongak keatas menatap wajah Gua, kedua tangannya memegang kedua dada Gua.
"Za". "Heum ?". "I Love You".
"I Love You too".
Kemudian bibirnya mendekati bibir Gua.
Cup Cup Cup Lama kami berciuman hingga kedua tangannya kini melingkar ke tengkuk Gua, membelai rambut belakang Gua, dan lama kelamaan tangan kirinya itu mencengkram rambut ini, lalu tangan kanannya menarik tengkuk Gua agar mengikuti langkahnya masuk ke dalam kamar. Tentu saja kami berdua masih dalam aktifitas saling memagut bibir. Kedua tangan Gua sudah memegang kedua sisi pinggangnya.
Hingga langkahnya terhenti karena tertahan sisi kasur kamarnya. Gua melepaskan pagutan bibir. "Za", ucapnya lirih dengan mata sayu menatap bibir Gua yang sudah basah. "Heum ?".
Mba Siska tidak menjawab, tapi kedua tangannya menarik kerah kemeja Gua. Dan.. Brugh...
Dirinya sudah terlentang diatas kasur dengan tubuh Gua berada tepat diatasnya.
PART 26 Baju kemeja Gua sudah terlepas 3 kancing dari bagian atas, tak jauh berbeda dengan kondisi sang kekasih, yang mana dress terusannya sudah turun hingga sedadanya. Nafas kami masih saling memburu, dan tangan kanannya pun masih meremas rambut belakang Gua, tangan kirinya memeluk punggung Gua. Kedua tangan Gua bertumpu diatas kasur untuk menahan tubuh. Sejenak dia melepas pagutannya, "hhh.. hhhh... Zaa..", ucapnya lirih dan terengah-engah.
Gua hanya memandanginya dengan jarak yang sangat dekat, Gua lihat dia menelan ludah dengan mata yang kembali terpejam. Lalu tangan kanannya menarik cepat kepala Gua agar jatuh ke sisi wajahnya. Suara bisiknya tepat terdengar di telinga kiri ini.
"Take it...", bisiknya di sela deru nafasnya yang masih memburu.
Seketika itu juga Gua bangun dan berdiri, Mba Siska membuka matanya ketika menatap Gua yang sedang tersenyum kepadanya, lalu Gua ulurkan tangan kanan dan langsung disambutnya hingga ia terduduk di sisi kasur. Gua berlutut dihadapannya.
"Mba...", "Aku sayang kamu..".
"Aku juga sayang kamu Za", ucapnya dengan mengaitkan kedua tangannya ke bahu Gua. "Tapi bukan ini yang aku mau Mba", ucap Gua lagi seraya melepaskan kedua tangannya dari bahu ini.
Lalu dengan wajah yang sedikit keheranan, Mba Siska hendak mengucapkan sesuatu lagi, tapi dengan cepat Gua cium bibirnya. Sambil tetap menciumnya Gua naikkan dress yang sudah turun tadi, hingga kembali menutup dan berada diatas kedua bahunya lagi.
Gua lepas ciuman tanpa pagutan di bibir, lalu Gua mengajaknya keluar kamar. Gua duduk di sofa ruang tamu, sedangkan Mba Siska berdiri tepat di depan Gua.
"Buatin aku kopi ya...", pinta Gua seraya kembali mengancingkan kemeja lagi hingga rapih.
Ketika Mba Siska masih berada di dapur, Gua mengeluarkan sebungkus rokok dan mulai membakar racun itu, menghisapnya perlahan dan menghembuskannya dengan cepat. Mata Gua terpejam ketika kepala ini Gua sandarkan ke bahu sofa dibelakang.
Gila! Hampir saja Gua melakukan hal diluar batas, untung saja belum terlalu jauh, dan memang masih dalam keadaan waras ini otak. Gua gak sangka sebegitu besar nafsunya sang kekasih seperti Mba Yu. Dibilang hampir enggak juga sih. Dressnya hanya turun sebatas dadanya, itu pun dadanya masih tertutup, celana jeans Gua masih tertutup aman, hanya kemeja saja yang dia buka 3 kancingnya. Jauh dari kata hampir. Lain cerita tapi kalau mengingat kondisi, suasana dan birahi yang terjadi diantara kami, semuanya mendukung, siapa yang mau ganggu jika Gua buka segelnya. Tapi seperti yang selalu Gua pikirkan kepada Mba Yu, kesempatan begitu banyak untuk Gua, namun ketika mendengar kata-kata "ambil aja", "aku rela", atau "pelan-pelan", otak Gua langsung mengatakan "No more open seal again dude.. That's enough". Yap, Gua gak mau lagi menjadi lucky bast*rd seperti di SMA dulu. Kalo dengan Lisa ", lah dianya pengalaman, biarlah gak apa-apa ya, asal jangan ngurangin yang stocknya masih segel. Kasihan nanti laki-laki diluar sana.
Tidak lama kemudian Mba Siska membawa secangkir kopi hitam dan secangkir teh manis hangat. Setelah menaruh cangkir diatas meja, Mba Siska duduk tepat di samping Gua, tubuhnya merapat, kepalanya disandarkan ke bahu kiri ini, dan tangan kananya dikaitkan ke lengan kiri Gua. "Za", panggilnya.
"Ya Mba..". "Kamu sayang kan sama aku ?", tanyanya tanpa menoleh sedikitpun.
"Sayang Mba", "Kenapa " Kamu ragu sama aku ya ?", tanya Gua seraya melepaskan lengan kiri dari kaitan tangannya.
Gua menengok kearahnya, sedangkan posisi duduk Mba Siska menyerong kearah Gua.
"Bukan", "Aku cuma..", ucapannya terhenti.
Gua melihat ada keraguan yang terpancar dari wajahnya. Entah sebenarnya apa yang ingin dikatakan sang kekasih, tapi hati Gua berkata, peluklah dirinya...
Gua langsung memeluknya, menyandarkan kepalanya ke dada ini, membelai lembut rambut dan punggungnya. Dan pada akhirnya Gua rasakan tubuhnya sedikit bergetar, tangisnya pun tumpah walau hanya terdengar pelan. Jelas Gua bingung ada apa dengan Mba Siska, bukan dengan cinta. Huehehehe.
"Kenapa nangis Mba ?", tanya Gua pelan sambil tetap mengelus punggungnya.
Mba Siska tidak langsung menjawab, Gua masih merasakan dirinya menangis. Lalu Gua biarkan dulu dia tenang selama beberapa menit, hingga hening yang kami rasakan, kemudian tubuhnya mundur dari pelukkan Gua. Wajahnya sedikit sembab, airmatanya sudah mengering dari pipinya. "Za..", ucapnya kali ini dengan kedua tangan memegang tangan Gua. "Ya Mba ?".
"Aku..", "Aku takut..", ucapnya lagi kali ini dengan wajah yang tertunduk.
Gua lepaskan satu tangan dari genggamannya, lalu Gua belai lembut sisi wajahnya hingga Gua menaikkan dagunya, agar wajahnya bisa Gua tatap kembali. Gua dekatkan wajah ini kehadapannya. "Apa yang kamu takutkan ?".
"Aku..", "Aku takut kehilangan kamu Za..".
Seketika itu juga langsung Gua peluk lagi dirinya.
"Aku gak akan ninggalin kamu Mba", "Gak akan",
"Kenapa kamu ngomong gitu ?", tanya Gua pada akhirnya.
"Aku udah terlalu sayang sama kamu Za..", "Aku gak pernah sesayang ini sama laki-laki lain". Degh..
Jantung Gua serasa berhenti sejenak sesaat mendengar ucapannya tadi. Entah apa benar atau tidak yang dia katakan, tapi bukan itu yang Gua pikirkan, melainkan harapannya lah yang mengusik Gua, sebesar itu rasa sayangnya kepada Gua, apa karena kejutan beberapa jam lalu, ah itukan hal biasa, maksud Gua bukan sesuatu yang benar-benar bernilai lebih.
Gua hanya bisa terdiam dan tetap memeluknya selama beberapa menit. Lalu Gua lepaskan pelukkan, dan memegang kedua bahunya.
"Aku akan berusaha bahagiain kamu Mba.. Sebisa ku",
"Aku gak bisa janjiin kamu apa-apa selain berusaha menyayangi kamu", ucap Gua.
Lalu kami berdua pun tersenyum. ...
Gua terbangun ketika suara spatula dan wajan saling beradu. Gua mengerjapkan mata sebentar lalu terduduk. Meregangkan sebentar otot-otot tubuh yang terasa pegal akibat sempitnya tidur di sofa ruang tamu rumah kontrakan ini.
Gua berjalan ke arah suara orang yang sedang memasak, ke dapur. Gua berhenti di dekat meja makan dapur dan memperhatikan sosok perempuan daster bermotif bunga yang membelakangi Gua. Senyum pun tersungging ketika sang kekasih hati memindahkan nasi goreng dari wajan ke piring. "Hmm.. Wanginyaaa..", ucap Gua.
"Eh ?", "Pagi Za, udah bangun", ucap Mba Siska seraya menengok ke belakang.
"Belom Mba, sleep walking nih", jawab Gua lalu menjulurkan lidah ketika Mba Siska menatap Gua.
"Ha ha ha ha", "Ada-ada aja ya kamu tuh", jawabnya seraya berjalan ke meja makan dan menaruh dua piring berisi nasi goreng buatannya.
"Kamu kok gak bangunin aku Mba ?".
"Aku bangunin kamu tau, tapi kamunya aja masih asyik ketiduran, lagian kayaknya kamu kecapean", jawabnya.
"Hmm.. Lumayan pegel badan ku Mba".
"Salah sendiri, disuruh tidur di kamar malah milih di sofa..", "Udah sana cuci muka sama gosok gigi dulu Za, terus sarapan".
Gua pun melangkah ke kamar mandi dan mencuci muka lalu gosok gigi sesuai permintaannya. Selesai bersih-bersih dikit, kembali Gua ke dapur, ke meja makan yang berada di sana. Ketika Gua lihat Mba Siska duduk di kursi, Gua peluk dari belakang dengan melingkarkan kedua tangan ke depan tubuhnya, lalu Gua kecup pipi kanannya.
Cup "Love You", ucap Gua.
"Love You too..",
"Tapi muka kamu belum di lap tuh, basah nih pipi aku, huu..", jawabnya sambil cemberut.
Gua tersenyum melihat wajahnya itu, karena wajah kami masih saling berhadapan, Gua isengi dia dengan memajukan bibir kepadanya. Mba Siska terkekeh pelan lalu bibirnya mengecup bibir Gua sekilas, kami pun tertawa pelan.
"Udah, ayo sarapan dulu..", ucapnya.
Gua pun duduk di hadapannya, dan kami berdua mulai menyantap nasi goreng buatannya ini. Segelas teh tawar hangat sudah disediakan di samping piring makan. Hmm.. Manteup masakannya, rasanya pas, gurihnya pas. Emang jago masak nih kekasih Gua. Lope yu pul dah Mba.
Selesai sarapan, seperti biasa Mba Siska membereskan piring dan gelas bekas makan kami, lalu membawanya ke wastafel cuci piring. Gua tersenyum sambil menggelengkan kepala dari kursi makan ini menatap dirinya yang sedang mencuci. Dalam pikiran ini, Gua mengingat kembali ucapannya tadi malam, hmm.. Mba, aku gak ada niat untuk ninggalin kamu, semoga aku bisa bahagiain kamu ya Mba, ucap Gua dalam hati.
Gua berdiri lalu berjalan mendekati sang kekasih yang masih asyik mencuci piring. Gua peluk dari belakang tubuhnya, uuuhh, aroma tubuhnya menyengat indra penciuman Gua. Kecup manjah ah tengkuknya.
Cup "Iih mulai ya nakalnya..", ucapnya tetap asyik menyabuni gelas kotor kali ini. "Biarin nakal juga, sama pacar sendiri ini".
Cup "Eza ah..". Cup
"Zaaa..". "Apa sayang ?",
"Mau nyabunin mata ku pakai sabun cuci itu ?", jawab Gua menggodanya. "Iih enggak kooook..".
"Terus ?". "Kalo mau nakal tunggu aku selesai nyuci dulu dong..", jawabnya tak kalah menggoda Gua.
Haiiisss, berubah gini si Mba Siska ku, dududuuuh, nakal ya sekarang kamu Mba, slepet nih nanti, bahahahaha...
Gua melepaskan pelukkan dan menuju kamar mandi. Bersih-bersih tubuh yang terasa lengket, singkatnya Gua sudah selesai mandi dan keluar hanya mengenakan celan jeans dan handuk yang melingkar ke leher Gua, tanpa memakai kaos penutup bagian tubuh atas lagi. Gua berjalan ke ruang tamu dan melihat di meja sudah tersedia kopi hitam. Ceuk, mantap bener ini calon bini Gua.
Setelah Gua duduk di sofa, Mba Siska keluar dari kamarnya dengan handuk dan pakaian yang dikaitkan ke tangannya.
"Za, aku mandi dulu ya", seraya berjalan ke arah bagian dalam rumah. "Mba".
"Ya ?", ucapnya berbalik badan. "Mau aku mandiin ?".
Mba Siska mengerenyitkan kening lalu menjulurkan lidah kepada Gua. "Hehehehe...", Gua terkekeh melihatnya buru-buru pergi dari hadapan Gua. ...
Jam 9 pagi Gua sudah berada di kampus, tepatnya di kelas Gua. Kali ini Gua duduk bersama Lisa, gak lagi sama si gesrek Mat Lo yang otaknya cuma mikirin bodi semlohay si Windi. Tapi kok ya Gua kayak ketularan si Mat Lo nih, apa karena memang dasarnya si Lisa seksi ya. Itu paha kok ya duduknya gak bisa rapet apa, ngangkang sedikit bikin pikiran Gua liar kemana-kemana, sial nih mata autofocus mulu kalo ama paha berbalut stocking.
Enggak banyak yang bisa Gua ceritakan selama belajar di kelas, ya cuma gitu-gitu aja lah. Sedikit ngobrol dengan Lisa soal materi kuliah dan sisanya kami fokus kepada Dosen yang mengajar di bawah sana.
Jam setengah 3 sore kami semua sudah bubar jalan alias pulang. Gua baru saja keluar kelas ketika melihat Kinanti duduk sendirian di bangku kayu samping kelas Gua.
"Hai Za..", sapanya ketika Gua melintas di depannya.
"Hai Kak", "Udah bubar duluan ?".
"Iya, baru 10 menit yang lalu", jawabnya. "Ooh.. Nungguin.. Mmm...".
"Nungguin kamu", ucapnya yang melihat Gua kebingungan, "Pulang bareng ya..", lanjutnya.
"Mmm... Boleh deh.. hehehe..".
Gua dan Kinanti pun akhirnya berjalan menuju parkiran. Karena memang hari ini mobil sang kekasih sengaja tidak Gua bawa, pagi tadi Gua naik taksi ke kost-an dari rumah kontrakannya, walaupun Mba Siska memaksa Gua untuk membawa mobilnya seperti kemarin, Gua tetap menolak. Sungkan lah Gua kalau sampai kebiasaan memakai mobilnya terus. Kepikiran kapan mau bawa kendaraan juga nih Gua ke kost-an, kalo sekedar kost kampus sih bisa jalan kaki. Tapi kalo lagi ada keperluan ke luar kan lumayan ribeut nanti Gua. Singkat cerita, Gua dan Kinan sudah berada di mobilnya, kali ini Kinan yang mengemudi.
"Za, mau makan dulu ?", tanyanya. "Mmm.. Makan dimana ?", tanya Gua balik. "Terserah kamu".
"Yang simpel aja ya Kak, mekdih aja gimana ?". "Okey".
Gua sengaja memilih ke resto fast-food agar bisa memesan burger sebagai pengganjal perut, karena pasti nanti sore sang kekasih ngajakin makan nih setelah dia pulang kerja.
Kinan mengarahkan mobil ke resto mekdih, lalu setelah melewati jalan berkelok sana-sini, kami pun sampai di resto mekdih. Kinan memesan menu lengkap, nasi, ayam crispy dan coke. Sedangkan Gua cukup dengan medium Burger plus air mineral kemasan, Gua memang kurang begitu suka dengan minuman soda sih.
Kami berdua memilih meja makan yang berada di luar, agar Gua bisa merokok. Kinan sempat menanyakan menu pesanan Gua yang nampaknya kurang mengenyangkan. "Kamu kenapa cuma pesen burger Za ?".
"Heum " Oh, gak apa-apa, lagi pingin makan burger aja".
"Za, kamu deket sama Vero ?", tanyanya disela-sela menyantap makan siang.
"Heum ?", "Enggak gitu deket, cuma kenal aja kok Kak..". "Ooh..".
Kinan pun kembali menyantap makanannya sampai habis. Sedangkan Gua selama menunggunya menghabiskan makan, membakar sebatabg nikotin. Singkat cerita selesai makan siang kami pun pergi dari resto ini. Kali ini Gua yang mengemudikan mobilnya, karena Kinan ingin lihat kost-an Gua, maka Guabarahkan mobil ke arah jalan menuju kampus lagi. Sekitar 20 menit akhirnya sampai juga di area parkiran kost-an.
... Kami berdua sudah berada di kamar kost no.20, lalu Kinan duduk di bangku belajar, sedangkan Gua berganti pakaian di kamar mandi. Beres ganti baju, Gua keluar ke arah dapur untuk membuat teh manis hangat.
"Silahkan Kak di minum, eh tapi masih panas sih, hehehe", ucap Gua seraya menaruh secangkir teh manis di atas meja belajar.
"Makasih Za, repot-repot segala",
"Eh kamar mu enak ya, adem, bersih lagi", ucapnya. "Ya alhamdulilah Kak",
"Ngomong-ngomong maaf aku lupa beli cemilan hehehe, cuma disuguhi minuman aja nih..".
"Ah apa sih, santai aja Za",
"Lagian tadi abis makan siang, masih kenyang", "Oh ya kamu gak bawa motor mu kesini Za ?", tanyanya.
"Mau sih Kak, mungkin libur nanti aku bawa ke sini",
"Gak ada kendaraan jadi kurang fleksibel juga kalo mau kemana-mana", jawab Gua.
Kami hanya mengobrol santai di kamar kost-an Gua, dengan pintu yang terbuka lebar tentunya. Banyak yang kami obrolkan dari mulai soal matkul di kampus, magang yang masih lama hingga akhirnya Kinan bercerita kalau Kakaknya akan menikah bulan ini.
"Oh mau nikah, perempuan apa lelaki sih Kakak mu Kak ?", tanya Gua yang memang belum bertemu sekalipun dengan Kakak atau adiknya.
"Perempuan Za", jawabnya.
"Ooh semoga lancar deh ya", timpal Gua.
"Iya Za, calon suaminya juga kerjanya di luar negeri, makanya ini agak dadakan mau bikin acara nikahannya", ucapnya lagi.
Sekitar pukul 4 sore Kinan pamit pulang ke apartemennya, Gua mengantarnya hingga parkiran. Ya sebenarnya untung sih dia pulang, karena kan sebentar lagi sang kekasih pulang kerja juga, walaupun Gua tidak menjemputnya karena mobil dibawa sendiri olehnya, tetap saja takutnya dia mau ke kostan. Akhirnya Gua sendirian lagi deh, karena acara tv gak ada yang menarik, Gua memilih duduk dan nongkrong di depan kamar. Jam segini penghuni kost-an belum pada pulang, otomatis suasananya sepi. Gua membakar rokok dan menikmati tiap hisapannya, bunyi sms masuk terdengar dari saku celana Gua.
Quote:Percakapan via sms :
Mba Siska : Za, aku pulang telat hari ini, ada lembur nih. Maaf ya sayang gk bsa masakin makan malam kamu.
Gua : Oh ok, gk apa2 Mba. Makan bisa beli kok di depan kost-an. Kamu jangan telat makan juga ya. Sampe jam brp lemburnya " Mau dijemput ".
Mba Siska : Iya Za, nanti aku makan kok habis maghrib. Kamu gak usah jemput, aku kan bawa mobil, nanti kamu repot kalo naik metro-mini kesini. Mungkin aku plng jam 8, nanti aku kabarin lg ya sayang.
Yaaa sang kekasih lembur, bete deh Gua mau ngapain sekarang, ah ya, mending makan dulu deh, kan tadi cuma keisi burger aja ini perut. Gua pun mengambil dompet ke dalam kamar, mengecek isinya dan hadeeuuuh tinggal selembar 10 rebuan! Hiks hiks hiks. Ini nih kemaren malem abis bikin acara surprise buat sang kekasih pake duit cash, ludes semua deh. Gua mau ke atm narik duit tapi gak ada kendaraan, lagian Gua gak tau dimana ada atm di dekat kost-an. Berpikir sejenak, ah Gua makan warteg aja dulu deh, pasti banyak yang murah. Gua pun bergegas keluar lagi setelah mengunci kamar. Sampai gerbang pagar kost-an ada sebuah mobil pewe hendak masuk, ya mau gak mau Gua buka lebih lebar pintu pagar. Setelah sebagian mobil itu masuk, kaca kemudinya diturunkan lalu..
"Makasih ya", ucap seorang perempuan yang mengenakan kacamata hitam kepada Gua. "Sama-sama", jawab Gua.
Mobil pun masuk dan Gua kembali menutup pagar, lalu berjalan ke arah deretan warung makan di dekat kost-an. Gua menimang-nimang, cukup gak nih makan di warteg, pasti cukuplah ya. Gua masuki warteg yang tidak begitu ramai lalu memesan nasi dan lauk. Singkat cerita Gua makan di warteg tersebut, enak makanannya dan warteg ini terbilang bersih. Masih menikmati makanan, masuklah seorang perempuan ke dalam warteg. Haaiissh bodinya manteub banget, seksi, kaosnya ngepress banget sampe lekuk tubuhnya tercetak jelas. Celananya sih long-jeans yang banyak robekrobek gitu dari paha hingga lutut.
Sekilas Gua memperhatikannya ternyata ini perempuan yang tadi bawa mobil pewe dan masuk ke dalam kost-an. Hmmm, yakin deh kalo nih perempuan penghuni kamar no.3. Si Female DJ.
Gua selesai makan dan hendak membayar ketika pemilik warteg sedang membungkus nasi untuk si perempuan itu. Ya karena posisi Gua bersebalahan, otomatis dia menengok kearah Gua ketika Gua memberikan uang kepada pemilik warteg.
"Hei, Lo kan yang tadi dari kost-an ya ?", tanyanya.
"Eh ?", Gua menengok, pura-pura baru menyadari kehadirannya, "Iya.. Mba nya yang tadi di mobil kan ?", tanya Gua balik.
"Iya..", "Lo kost di situ juga ?".
Gua hanya mengangguk. Lalu si pemilik warteg menyela obrolan kami. "Mas, semuanya jadi 15 ribu..", ucapnya kepada Gua.
Gua menengok dan sedikit terkejut, jiirrr kurang goceng duit Gua ini. Mamvus, malu amat, terus mau bayar pake apa ini!.
"Eh 15 ribu ya Bu ?",
"Eeuu.. Uang saya berapa ya tadi", pura-pura bego. "Tadi uangnya 10 ribu, kurang 5 ribu Mas..".
Gua pun merogoh saku celana berharap menemukan lembar kertas berharga, sial tapi gak ada selembar pun. Gua keluarkan dompet, dan kosong melompong isinya. Oh syit! Gua maubayar pakai apa ini kamvret! Hiks hiks...
"Kenapa ?", tanya si perempuan.
Gua menengok kepadanya dengan ekspresi bodoh. Gua bukannya menjawab tapi malah bengong ketika dia tersenyum lalu mengeluarkan lembaran uang dari dompetnya.
"Udah Bu, sekalian aja sama makanan dia", ucap si perempuan sambil memberikan uang kepada pemilik warung lalu, melirik kepada Gua.
"Udah tuh ambil uang Lo..", ucapnya lagi dengan tetap tersenyum.
Ya akhirnya Gua dibayarin sama si perempuan ini, duit 10 rebu yg harusnya buat beli makan tadi balik lagi ke dompet Gua. Kami berdua pun keluar dari warteg dan berjalan menuju kost-an. Malu banget ini pertama kenal udah ke gep gak ada duit. Turun dah citra Gua di mata nih perempuan.
"Eh iya Mba, nanti saya ganti uangnya, maaf ya..", ucap Gua sambil berjalan di sampingnya, "Uang saya belum di tarik dari atm", lanjut Gua.
"Ah santai aja kali..",
"Eh ngomong-ngomong nama Lo siapa ?", tanyanya. "Oh iya, saya Reza, panggil aja Eza", jawab Gua. "Oh Eza, oke deh..",
"Kalo Gue Bianca.. Panggil aja Bian", ucapnya.
Bian " Gak asik amat panggilannya. Ah Gua panggil Ka' aja deh, kan namanya itu penyebutannya Bianka.
"Kalo saya panggil Mbanya Ka' aja gimana " Daripada Bian hehe..". "Terserah bebas, asal ilangin itu kata 'Mba' nya, berasa tua Gue.. hehehe..".
Ya sesuai permintaannya deh, Gua gak perlu pake Mba atau Teteh. Langsung nyebut namanya aja. "Gak usah terlalu sopan Za, panggil nama aja, Umur kita gak beda jauh deh kayaknya". "Masa sih " Saya baru kuliah loch Mba, eh Ka'..".
"Gue baru 21 kok", jawabnya lagi.
"Wah Tua atuh, saya masih dibawah 19 tahun nih huehehe..". "Yee sialan Gue dibilang tua".
"Hehe.. Sorry-sorry canda Ka'".
Singkat cerita Gua dan Bianca sudah berada di kost-an, tepatnya di dalam kamarnya, pintunya terbuka kok slow. Emang Bianca yang ngajak Gua ke kamarnya, lebih tepatnya sih minta tuangin galon ke dispenser. Hiks ada maunya ternyata
PART 27 "Ka' Lu tau atm center deket sini gak ?", tanya Gua setelah menuang galon ke dispenser.
"Hemm... Tau tau..", jawabnya setelah menelan makanan, "Tuh deket deretan ruko yang keluar gang itu, pojok kanan..", "Lo mau ngambil duit ?", tanyanya balik.


Asleep Or Dead Karya Bunbun di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Iya, Gua keabisan duit",
"Ya udah deh, Gua ke sana dulu ya", ucap Gua hendak melangkah keluar kamar. "Eh, Lo gak takut apa ?", tanyanya lagi.
"Takut ?", "Takut apaan ?", tanya Gua kebingungan.
"Takut ditangkep pulici lah..",
"Kan Lo mau ngambil duit di atm, bukan mau narik.. Ha ha ha...", tawanya puas.
"Yeee sembarangan..", jawab Gua keki, "Garing Lu ah", ledek Gua.
"Gigi Lo tuh yang garing, hi hi hi..", "Eh mau kesitu naek motor ?". "Enggak, jalan kaki aja".
"Eh " Lumayan loch setengah kilometer ada kali". "Gak apa-apa, sekalian JJS hehe..".
"Tungguin Gue deh, abis makan bareng ke situ", ucapnya.
Gua pun duduk di kursi besi depan kamarnya, menunggu Bianca menghabiskan makanan. Sebatang racun sudah Gua bakar dan hisap sambil memperhatikan beberapa penghuni kost lainnya yang sudah pulang dari kantor mereka masing-masing. Tapi Gua belum melihat Mas Wisnu pulang, mungkin lembur tetangga sebelah kamar Gua itu. Tidak lama kemudian Bianca keluar dari kamarnya. "Yuk..", ajaknya.
"Ka' Lu pake jaket atuh..", ucap Gua.
"Loch " Emang kenapa " Sore yang panas kali Zaaaa... Ngapain pake jaket coba huu..", balasnya seraya mengunci pintu.
Ya mau gimana lagi, hak dia juga sih. Gua agak risih sebenernya, kaosnya ketat pake banget, duo dribble nya itu loch, jalan aja up & down. Bakal jadi pusat perhatian nanti.
Spoiler for Bianca: Kami berdua berjalan kaki menuju atm center, dan sepanjang perjalanan bener aja apa yang Gua pikirkan sebelumnya kejadian, dari mulai tukang ojek, pedagang kaki lima sampai pengendara motor yang melintas matanya pada ngeliatin si FDJ di samping Gua. Risih serisih-risihnya jadi pusat perhatian orang-orang, tapi si Bianca ma cuek aja, udah biasa kayaknya.
Setelah cukup jauh berjalan Gua dan Bianca akhirnya sampai juga di atm center, karena tidak ada yang mengantri, kurang dari 5 menit Gua pun selesai menarik uang dari mesin atm. "Nah udah full lagi dong dompetnya Za " Heheh..", ucap Bianca ketika Gua keluar dari atm center. "Hehe, mau nagih utang tadi ya ?", balas Gua.
"Iya lah...", "Tapi maunya ganti sama ice cream hihihihi..", jawabnya. "Oh oke deh, mau beli ice cream dimana Lu ?", tanya Gua. "Kita ke Mekdiiiih..", teriaknya kegirangan.
"Hah " Mekdih ?",
"Busyet, jauh itu ma Ka'..", ucap Gua kaget. "Ya kan bisa pake mobil kaliii.. Gimana sih Lo!".
"Ya maksud Gua tuh kenapa tadi gak sekalian aja bawa mobil jadi langsung berangkat ?", bela Gua. "Yang pengen JJS siapa tadi ?", balasnya.
Oke percuma Gua debat sama cewek macem Bianca, ngalah aja udah. Unik condong ngeselin nih si Bianca kayaknya. Alhasil kami berdua balik lagi deh ke kost-an untuk bawa kendaraan. Sampai di area parkiran Gua menghampiri mobil pewe yang Gua yakin pasti miliknya. Tapi si Bianca malah berdiri beberapa langkah di belakang Gua.
"Kok berenti " jadi gak ?", tanya Gua menengok ke belakang. "Lo mau ngapain ke mobil Gue ?", malah nanya balik nih anak. "Ya mau ngebelin Lu ice cream lah, di mekdih kan ?".
"Iya di mekdih, tapi berangkatnya pake mobil atau motor Lo kek..", jawabnya. Wah, ngeselin bener anak satu, baru juga kenal udah banyak maunya.
"Oh mau pake kendaraan Gua",
"Oke deh, tunggu ya...", jawab Gua lalu berjalan ke kamar kost-an. "Jangan lama-lama ambil kuncinya..", balasnya sedikit berteriak.
Hehehe, dipikir Gua mau ambil kunci motor atau mobil kali. Gua ke kamar cuma ambil jaket lalu kembali keluar dan melintasi area parkiran. Gua lihat Bianca masih berdiri di dekat mobil pewenya. Gua berteriak sambil membuka pagar kost-an.
"Ka'... Lu tunggu situ ya, Gua mau ambil kendaraan dulu".
"Hah ?", "Eh emang kendaraan Lo dimanaa ?". "Rumah".
Gua pun keluar sambil menutup kembali pintu pagar, entah ngomel apaan tuh anak, Gua gak hiraukan. Gua berjalan ke arah halte bis. Membakar rokok sambil duduk santai, dan tidak lama kemudian mobil pewe berhenti tepat di depan Gua. Lalu jendela kiri depan terbuka. "Songong Lo maen tinggalin Gue!", teriaknya sambil melotot dari jok kemudi. Gua cuma cengar-cengir melihat Bianca bersungut-sungut.
"Heh! Malah diem lagi, buruan masuk ah!", perintahnya semakin kesal.
"Hahaha.. oke oke okeee...".
Gua pun berjalan kearah mobilnya, lalu membuka pintu depan kiri. "Boleh ngerokok ?", tanya Gua sebelum masuk.
"Boleh". Singkat cerita kami berdua sudah berada di tengah-tengah kemacetan Jakarta di sore hari. Gimana enggak macet, jam pulang kantor ini coy. Gile deh amit-amit Gua liat padatnya nih kendaraan. "Gile ya macetnya amit-amit", ucap Gua membuka pembicaraan.
"Jam pulang kantor ya gini ini..", jawabnya.
"Eh ngomong-ngomong kantor, Lo kerja apa kuliah sih ?", tanya Gua.
Yap, sengaja Gua menanyakan profesi si Bianca semlohay ini, walaupun Gua udah tau dari Mas Wisnu, tapi gak ada salahnya kalo denger dari orangnya langsung dong.
"Gue DJ..", jawabnya singkat.
"DJ " Orang yang suka maenin piring itu ya " Pake sunlite..". "Garing loch ah!".
"Hahaha... Gigi Lu tuh garing.. Hahaha...". "Ye ngebales Lo!".
"Satu sama dong, heheh...".
Gua tertawa melihat wajahnya yang sewot. Lucu nih anak, asal jeplak kalo ngomong, kelakuan seenak jidat, cuek dan supel. Jarang Gua nemuin cewek kayak dia. Baru juga kenal udah kayak temen lama gak ketemu. Nice relationship...
Sampai juga kami di sebuah resto fastfood mekdih, padahal tadi siang Gua sama Kinan abis dari sini. Gua memesan dua ice cream mekdih, lalu kami duduk di bagian depan.
"Makasih yaaa...", ucapnya ketika menerima ice cream.
"Sama-sama, kan tadi Lu udah bantu Gua juga". "Hehehe bagus deh kalo sadar diri, hihihi..". "Wes sembarangan, dikira Gua gak tau diri kali ah".
"Hihihi.. Kali aja Lo lupa haha..",
"Bercanda Ezaaa, gw gak nagih kok, hehe..",
"Eh, kok Lo gak makan es krimnya ?", tanya Bianca melihat satu ice cream yang hanya Gua taruh. "Buat Lu dua-duanya..", jawab Gua seraya tersenyum.
"Waaah.. Makaciiii hihihi.. Iih tau aja kalo satu gak cukup hahaha...". "Iya lah tau, keliatan kali dari pipi Lu yang chubby gitu hahaha...". Tep
"Wooii, sembarangan maen meperin es krim ke idung Gua", sungut Gua setelah dipeperin ice cream dari sendok yang digenggamnya.
"Biariin, suruh siapa bilang Gue gendut!", jawabnya sambil mendengus kasar lalu kembali menikmati ice creamnya.
Hiish ngeselin nih orang, eh tapi cewek kan emang sensitif ya, walaupun Gua bercanda bilang chubby tetep aja disangkanya dia kegendutan. Padahal ma aslinya kagak. Gua cuma memperhatikannya yang serius memakan ice cream kedua. Lama-lama kok pengen ya Gua, da lama gak makan ice cream juga sih.
"Ka'..". "Heum ?", tanpa melihat Gua. "Enak ?".
Bianca hanya mengangguk tanpa melirik Gua sekalipun. "Bagi dong".
Bianca berhenti menyendok ice cream, lalu menengok ke depan, kearah Gua.
"Nih, Aaaa...", ucapnya lalu menyodorkan sendok berisi ice cream kearah mulut Gua. Gua pun membuka mulut, lalu...
"Enakk ajaaaa", ucapnya membelokkan sendok,
"Hap, Hmmm...", ice cream mendarat mulus masuk ke mulutnya sendiri.
Gua lalu menutup mulut dan menelan ludah. Kampret Gua dikibulin. Sue bener nih cewek. Gua cuma bisa manyun ketika dirinya tertawa melihat muka Gua yang cemberut. Akhirnya Gua membakar rokok sambil memperhatikan dede gemes yang berpakaian putih-abu hilir-mudik di resto ini. "Za, Lu masih kuliah ya ?", tanya Bianca tiba-tiba.
"Yoi". "Dimana ?". "Tuh yang deket kost-an". "Ooh Lo anak Pariwisata dong".
"Yoi", "Eh Lu kerja di daerah mana ?", tanya Gua akhirnya.
Kemudian Bianca menceritakan tempat kerjanya, yang pasti disalah satu tempat clubbing di sini (Jakarta), dan sudah pasti jam kerjanya dari malam hari sampai pagi. Bianca ini orangya asyik seperti yang Gua bilang sebelumnya, dan supel. Bianca perantau, dia hijrah dari daerah Sumatra ke Jakarta sekitar 4 tahun lalu, sempat tinggal di rumah saudaranya di daerah Jakpus tapi hanya selama 1 tahun, ya alesannya sih gak enak jadi bebani keluarga Om dan Tantenya.
"Lu udah lama ya tinggal di kost-an itu ?", tanya Gua lagi.
"Baru 1.5 tahun Za, sebelumnya kost di daerah xxx..", jawabnya "Ngomong-ngomong Lo asli mana sih " Peranakan ya ?", tanyanya. "Ya gitulah, almh. Nyokap Gua dari Nippon, kalo Bokap asli jawa barat..", jawab Gua.
"Ooh, kirain chinese atau korea", "Eh dari sini mau langsung balik ?".
"Iya Ka', kecuali Lo masih ada perlu hehehe".
"Nah, Lo berarti gak ada acara kan, kalo gitu temenin Gue cari baju buat perform nanti malem", ucapanya seraya menghabiskan suapan ice cream terakhir.
Alamak, diminta nemenin belanja baju " Ah parah ini, calon lama dan butuh kesabaran tingkat tinggi nih. Mau nolak tapi udah kepalang. Ya sudahlah bisa apa Gua selain ngikutin maunya nih mahluk. Selesai dari mekdih, Gua dan Bianca bergegas ke salah satu mall ketika langit sore sudah menampakkan warna abu gelap.
Gua mengekor dari belakang ketika kami berada disalah satu gerai pakaian khusus wanita. Ya karena dunia kerjanya itu tempat hiburan malam, so pasti pakaiannya yang sekseh kan, nah di gerai pakaian ini ternyata memang khusus menjual pakaian-pakaian ala-ala clubbers. Gak ada tuh dress yang sampai mata kaki, sampe di bawah lutut aja gak ada. Bianca ternyata enggak serepot dan seunik wanita pada umumnya, pilihan pakaian yang dia beli jatuh kepada 2 dress berwarna silver bling-bling dan warna hitam, yang mana keduanya tanpa lengan dan zippernya berada dibagian belakang dari punggung ke pinggang. Beres membeli pakaian dan membayar, Bianca mengajak Gua ke toko parfum, sekalian katanya, stock wangi-wangian untuk tubuh seksehnya udah menipis.
Btw, untung nih cewek cuma beli pakaian 2 potong, jadi gak ada berat-beratnya Gua nentengin kantung belanjaannya. Yoi, Gua yang disuruh bawain tuh dia punya pakaian. Somvlak bener deh. Tapi semuanya berubah ketika langkah kakinya keluar dari toko parfum dan menuju pusat bahan makanan, ini dia, jiwa emak-emaknya keluar. Tangannya dengan terampil menarik makanan ini, makanan itu, bahan masakkan ini, bahan masakkan itu. Gile deh, trolley penuh coy! "Ini serius Ka' Lu belanja segini banyak ?", ucap Gua ketika kami mengantri di kasir.
"Iyalah, kan buat sebulan Za",
"Lagian kemaren Gua liat bahan masakkan di dapur kost abis...", jawabnya.
Dipikir-pikir baik juga ini perempuan satu dibalik tingkahnya yang ngeselin. Doi beli mie instan ampe 1 dus, katanya buat ditaruh di lemari dapur kost-an. Belum bumbu-bumbu dapur kayak garam, gula, kecap, minyak goreng dan semacamnya.
"Emangnya, ini sengaja Lu beli buat anak-anak kost bawah ?", tanya Gua lagi.
"Iya Za, kan khusus anak kost bawah udah ada jatahnya, gantian beli keperluan dapur 3 minggu sekali, ada jadwalnya kok, nanti Lo juga bakal kena jatah, ha ha ha ha...", jawabnya.
Hoooh.. Ternyata khusus anak lantai dasar, alias kamar no.1 sampe no.20 itu ada peraturan sendiri yang dibuat, ya gini ini. Mereka 3 minggu sekali gantian harus belanja kebutuhan dapur. Lain cerita dengan penghuni lantai 1 dan 2, sepertinya beda dengan penghuni lantai dasar seperti kami. Memang bener sih apa yang diomongin Mas Wisnu, rasa saling kekeluargaan dan rasa sosial untuk penghuni lantai dasar lebih utama dibanding penghuni lantai 1 dan 2.
Singkat cerita kami berdua sudah kembali menuju parkiran, dan tentengan kantung belanjaan ditangan Gua semakin berat aja. Beres menaruh belanjaan yang seabrek ke jok belakang mobil, kini Gua yang menyetir, permintaan Non Bianca. Hadeuh...
"Za, Lo mau ikut gak ke acara tar malem ?", tanya Bianca sembari memainkan hp nya dari jok samping kemudi.
"Acara " Acara apaan ?", tanya gua balik sekilas menengok kearahnya lalu kembali menatap jalan raya di depan.
"Acara clubbing lah, ditempat kerja Gue, santai aja, free pass kok buat temen Gue ma hehehe..".
Hmm, clubbing ya. Gua belum pernah sekalipun masuk ke dunia hiburan malam kayak gitu. Kalo si Dewa sih udah sering. Pingin sih nyoba, tapi bukan hari ini kayaknya, gimana nanti kalo sang kekasih hati pulang kerja, bisa aja kan dia minta Gua datang ke rumah kontrakannya, bahaya lah kalo Gua lagi ajeub-ajeub.
"Next time aja lah Ka', Gua ada perlu sama orang ntar malem", jawab Gua beralasan. "Ya udah ajak aja sekalian temen Lo, gimana ?", ajaknya lagi.
"Wes enak aja, enggak bisalah, di cincang Gua nanti yang ada". "Lah " Emang siapa temen Lo " kok takut sih".
"Pacar Gua lah...".
"HAH "!" "HA HA HA HA HA...", tawa super puas.
Dih kenapa lagi nih mahluk, gak percaya apa Gua punya pacar. Ketawanya ngeunye banget dah!
"Woi, kenapa Lu ketawa ?",
"Gak percaya Gua udah punya cewek ?".
"Ah ha ha ha... Bukaaan.. Ha ha ha...", masih ketawa dia. "Diih, sarap nih anak ketawa gak berenti-berenti..", sungut Gua.
"Okey-okeey, hehehe..",
"Sorry-sorry, aduududuh, Gue ampe keluar aer mata nih ngetawain Lo..", ucapnya sambil menyeuka air mata,
"Gue percaya kok Za, kalo Lo udah punya cewek...", lanjutnya. "Terus " Ngapain Lu ketawa gak pake rem gitu ?", tanya Gua lagi.
"Ya jelaslah Gue ketawa, Lo tampang okeh, tinggi, lumayan macho lah..", "Tapi kok takut sama cewek Lo ha ha ha", jelasnya.
Yaelaaah, Lu belum tau aja Ka' cewek Gua kek begimane. Bundir lah Gua masuk ke tempat kerja Lu Ka'... Halaah cape deh.
"Lu belum tau aja cewek Gua kayak gimana Ka'..", ucap Gua. "Ceuk, cewek ma sama aja kaliii dimana-mana.." , jawabnya. "Serah Lu deh Ka'..", tandas Gua.
... Sekitar pukul 7 malam Gua sudah berada di kamar kost-an. Bianca " Selesai merapihkan belanjaan di dapur, Bianca kembali ke kamarnya sendiri. Gua yang sudah lumayan letih dan bau apeuk di badan bergegas ke kamar mandi dan membilas tubuh agar kembali segar. Kurang lebih jam setengah 8 malam, Gua kembali nongkrong di depan kamar, tepatnya duduk di kursi besi. Gua cek hp siapa tau sang kekasih sudah sms, dan ternyata benar aja, ada 1 sms masuk.
Quote:percakapan via sms :
Mba Siska : Za, aku sbntr lgi plng, kmu mau aku bawain makan apa "
Gua : Mba klo km cape lgsg plng aja ke kontrakan, aku ma gmpng kok soal makan. Mba Siska : Enggak apa2 Za, sms-in alamat kost kmu ya sayang. Kmu mau dibawain apa ".
Gua : Hmm, ya udah deh.. makan ma samain aja sama km dh Mba, apa aja. Nih alamat kost-ku : jl. xxx, no. xxx Gang. xxx samping xxx. Nanti klo da dkt sms/tlpon aja ya.
Mba Siska : Okey... (: Masih duduk santai, Gua membakar sebatang rokok, menengok sekilas ke kamar Mas Wisnu tapi lampu kamarnya masih padam dan pintunya pun tertutup rapat, masih belum pulang sepertinya. Kemudian Gua lirik kearah sebrang depan, dimana pintu kamar no.3 terbuka, dan keluarlah si Pimel Dijeh dengan pakaian biasa. Lalu dirinya berjalan ke arah Gua.
"Gak keluar lagi Lo ?", tanya Bianca ketika sudah berada di dekat Gua. "Keluar kemana, kendaraan gak ada", jawab Gua.
Lalu Bianca mengeluarkan sebungkus rokok semboro menthol dari saku hotpants nya dan duduk di samping kursi sebelah Gua.
"Lo gak niat bawa kendaraan kesini ?", tanyanya lalu membakar rokok.
"Nantilah minggu depan kali", jawab Gua,
"Ngomong-ngomong Lu berangkat gawe jam berapa ?", tanya Gua kali ini. "Nanti berangkat jam setengah 10".
"Wih malem amat ?".
"Iya, kan Gue performnya midnight, kalo sekarang temen Gue dulu, gantian gitu deh..", jawabnya seraya menghembuskan asap rokok dari mulutnya,
"Eh Gue liat foto cewek Lo dong, pingin tau cantikkan mana sama Gue hihihi..", ucapnya. "Jelaslah cantikkan cewek Gua kemana-mana", jawab Gua penuh penekanan. "Masa sih " mana coba liat dulu".
Gua pun kembali mengeluarkan hp dari saku celana dan membuka menu galeri dari hp. Lalu memberikannya kepada Bianca.
"Nih, jangan kaget Lu, hehehe..".
"Enggak bakal kaget Gue..", jawabnya sambil menerima hp Gua.
"Eh eh eh... serius nih cewek Lo ?", ucapnya dengan tetap memandangi layar hp di tangannya, "Cewek Lo beneran P****n Za ?", tanyanya lagi kali ini sambil melirik kearah Gua dengan ekspresi tidak percaya.
Gua tersenyum lalu menaik-turunkan alis, "Hehehe keren kan..", jawab Gua. "Keren, cantik lagi tapi...".
"Tapi apa ?". "Tapi kasian deh Gue ama cewek Lo". "Kenapa emangnya ?".
"Kasian aja, kok bisa mau ama Lo sih, ha ha ha ha", "Batin nih pasti cewek jadian ama cowok kayak Lo ha ha ha".
"Yeee songong Lu",
"Bahagia kali dia ama Gua ma".
"Hahaha..", "Eh kapan-kapan kenalin dong ama Gue". "Siape ?".
"Cewek Lo lah..".
"Dih ngapain, gak jelas amat ngenalin pacar Gua ama Lu ma".
"Eh songong nih anak ya",
"Daripada Gue hasut hayoo..", jawabnya. "Eh hasut apaan nih ?".
"Ya Gue bilang aja kalo Gue selingkuhan Lo ha ha ha ha...", balasnya.
Woh kamvretos bener si Bianca ngancemnya. Gua gak ada hubungan apa-apa sama dia malah mau fitnah. Gak bener nih.
"Ngawur aja Lu, jangan macem-macem deh..", ucap Gua. "Hihihi... Makanya kapan-kapan kenalin yak, okeh ?". "Ya gimana ntar aja lah".
Masih asyik ngobrol gak jelas dengan mahluk ngeselin ini, datanglah sebuah motor matic dan berhenti tepat di depan kamar Gua.
"Hai Za", ucap seorang perempuan seraya membuka helm dan berjalan kearah Gua, "Eh ada Kak Bianca juga", ucapnya lagi ketika menengok kearah Bianca.
"Hei Lisa, apa kabar ?",
"Tumben main kesini hehehe..", tanya Bianca.
Oh iya pasti kenal lah ya si Lisa sama Bianca, secara ini kan kost-an milik siapa hahaha.
"Alhamdulilah baik Kak, ini Eza kan satu kelas di kampus sama aku, jadi ya bakal sering kesini deh hihihi..", jawab Lisa.
"Oh kalian satu kelas",
"Eh si Eza pasti di kampus orangnya ngeselin ya Lis ?", tanya Bianca lagi. "Yaelah ini cewek masih gak sadar apa! yang ngeselin siapa daritadi oii..", balas Gua.
Lisa pun hanya tertawa mendengar cowok yang tampan rupawan saling ejek dengan cewek cantik, tapi seksi, tapi ngeselin juga, huehehehe.
Masih saling ejek antara Gua dan Bianca dan Lisa sebagai penonton opra yang sedikit-sedikit tertawa renyah, keluarlah seorang gadis bule dari kamar sebrang, kamarnya Bianca.
"Beeiiibb...", teriak si gadis bule kepada Bianca.
"Eh, Hiii, wait a second", jawab Bianca balas teriak,
"Eh Za, Lis, Gue ke kamar dulu ya, temen Gue manggil tuh..", ucapnya kepada kami seraya bangun dari kursi,
"Lisa hati-hati sama si Eza ya",
"Daaahh..", pamitnya lalu berlari kecil ke arah kamarnya.
Gua dan Lisa hanya memperhatikan Bianca hingga dirinya hilang ketika pintu kamarnya ditutup kembali. "Za".
"Ya Lis ?". "Kamu kenal Kak Bianca kapan ?".
"Baru tadi siang, tapi orangnya baik sih, walaupun ngeselin.. hehehe...".
"Ooh", lalu Lisa duduk di kursi tempat Bianca duduk tadi,
"Aku mau cerita, tapi kamu jangan kaget ya..", ucapnya lagi ketika sudah duduk.
"Cerita ?", "Soal apa " Duh kamu bilang gitu malah bikin aku jadi deg-degan", jawab Gua jadi penasaran. Lisa tersenyum, tapi bukan kepada Gua, tapi kearah pintu kamar no.3 disebrang sana, lalu...
"Kak Bianca itu sebenernya..." .
. . . . . . . "Sebenernya lesbian...", ucap Lisa seraya menengok kepada Gua.
PART 28 Gua terbatuk tanpa henti karena mendengar ucapan Lisa, ditambah asap rokok yang baru Gua hisap belum sempat Gua hembuskan keluar lagi. Lisa bergegas kearah dapur dan tidak lama kembali lagi dengan segelas air mineral di tangan kanannya.
"Ini Za minum dulu", ucap Lisa seraya menyodorkan segelas air di tangan kanannya kepada Gua, sedangkan tangan kirinya menepuk-nepuk pelan punggung Gua.
"Makasih Lis", ucap Gua ketika sudah menghabiskan air setengah gelas pemberiannya. "Kamu pasti kagetkan ?".
"Banget Lis, gak nyangka aja". Kemudian Lisa kembali duduk.
"Ya, awalnya aku juga gak percaya kalo Kak Bianca itu penyuka sesama jenis, tapi setelah deket sama dia, aku jadi yakin", ucapnya lagi.
"Udah berapa lama kamu deket sama dia Lis ?", tanya Gua.
Dan akhirnya Lisa pun menceritakan soal seorang perempuan sekseh bernama Bianca yang tinggal di kamar kost no.3 itu. Awalnya Lisa dekat dengan Bianca ketika Bianca sudah tinggal selama 3 bulan di kost-an ini. Saat itu Lisa masih SMA, nah disini Gua kira Lisa bersekolah di kampung halamannya, ternyata Lisa sudah ikut Kakaknya sejak SMA kelas 1 ke Jakarta. Back to Bianca, setelah kenal dengan Bianca, otomatis mereka menjadi akrab dan sering curhat-curhat layaknya teman perempuan biasa, dan semakin lama kenal, Lisa mulai curiga, bukan curiga karena Bianca tidak memiliki pacar melainkan sebuah kaset dvd. Lisa tidak sengaja menemukan beberapa keping dvd pirni bergenre Lesbiola di lemari tv milik Bianca. Dari situlah Lisa mulai menjaga jarak. Sampai akhirnya Bianca menyadari kalo Lisa selalu menghindar dan menjaga jarak.
Lalu sekitar satu bulan kemudian, Bianca kembali mendekati Lisa, tapi kali ini dengan maksud untuk menjelaskan perihal kelainan seksualnya.
Alasan kenapa Bianca bisa menjadi Lesbiola tidak dapat Gua ceritakan disini, sesuai permintaan Karakter.
Setelah Lisa mendengar kejujuran Bianca, Lisa pun kembali dekat dengannya. Bukan karena prihatin, iba atau suka. Melainkan Lisa percaya kalau Bianca hanya menyukai wanita bule, ya Bianca hanya tertarik dengan wanita asli luar negeri. Dan sampai Lisa kuliah, belum pernah dirinya melihat Bianca berpacaran dengan wanita lokal. Kalau kalian tanya kenapa " Gua sendiri gak tau dan gak peduli, bagi Gua itu hanya selera aja mungkin.
"Wow.. Bisa ya begitu si Bianca, sungguh disayangkan perempuan secantik dirinya bisa belok gitu Lis..", ucap Gua setelah mendengar cerita Lisa.
"Kenapa emang Za " Kamu suka ya sama Kak Bianca ?", tanyanya menyelidik.
"Hahaha... Aku kan normal Lis, dibilang suka ya suka, cuma ya sekedar suka gitu aja, tertarik aja, bukan jatuh hati", jawab Gua.
Masih asyik mengobrol dengan Lisa, kembali pintu kamar no. 3 terbuka, kali ini penghuninya pergi bersama perempuan bule yang mirip dengan pemain film twilight, Kristen Stewart. Ketika melintasi jalan tengah kost-an, Bianca hanya menyapa kami berdua dengan senyuman seraya melambaikan tangan. Gua dan Lisa hanya tersenyum sambil mengangguk menanggapinya. Tidak lama kemudian mereka berdua masuk ke dalam mobil pewe dan mobil pun meninggalkan kost-an. "Lis, itu pacarnya Bianca yang tadi ?".
"Mungkin, aku gak apal hehehe..". "Hmm..",
"Ngomong-ngomong pacar, kamu punya pacar gak sih Lis ?", tanya Gua. "Heum ?",
"Enggak Za, kenapa gitu ?", tanyanya balik kali ini seraya menyelipkan helaian rambut ke belakang telinganya dan tersenyum.
Jiirrr, kode nih bray. Salah nanya Gua, bajirut. Kalo Gua jawab, baper nanti Euneng Lisa. "Eh, enggak apa-apa kok hehe..", jawab Gua salting.
"Oh ya Za, kamu udah makan belum ?".
"Belum Lis, tapi pacarku mau kesini sih, bawa makan". "Ooh", ucapnya.
Dan suasana diantara kami berdua pun menjadi awkward. Mau ngomongin apalagi euy, mana dia kesini maksudnya mau ajak Gua makan berdua. Jadi gak enak banget deh. Untungnya sebuah mobil datang, dan turunlah seorang Pria dari pintu kemudi mobil tersebut dan berjalan kearah kami berdua. "Wah lembur Mas", ucap Gua ketika Mas Wisnu sudah berdiri di dekat Gua.
"Iya Za, biasalah banyak kerjaan",
"Eh ada Lisa, tumben nih maen ke kost-an malem-malem..", ucap Mas Wisnu ketika melirik kepada Lisa.
"Iya Mas, lagi main sekalian mau cari makan", jawab Lisa seraya tersenyum. "Wah asyik nih makan malem berdua, hehehe...",
"Yowis, aku masuk dulu ya Za, Lis..",
"Badan pada lengket, mau mandi hehehe...", ucap Mas Wisnu lagi. "Iya Mas, monggo..", jawab Gua dan Lisa bebarengan.
Mas Wisnu kembali berjalan meninggalkan kami berdua dan masuk ke dalam kamarnya. Gua dan Lisa kembali mengobrol, kali ini soal perkuliahan kami, hingga membicarakan soal Mat Lo yang mengejar-ngejar Windi, Pak Boy yang omongannya rada sengklek soal perempuan, sampai ujungnya Lisa menanyakan bagaimana Gua bisa mendapatkan kekasih yang berprofesi sebagai penegak hukum, Gua ceritakan kalau Mba Siska memang satu lingkungan di tempat tinggal Gua kemudian baru lebaran kemarin Gua dan Mba Siska pacaran setelah sekian lama kenal. Dan ketika malam semakin larut, sekitar pukul 20.30 sebuah mobil CieRVi memasuki halaman parkir kost-an.
Sang kekasih hati turun dari pintu kemudi, dengan plastik putih di tangan kanannya dan tas kerja yang tergantung di pundak kiri, lalu berjalan kearah kamar no.20 ini.
"Assalamualaikum..", salam diucapkan Mba Siska ketika sudah tinggal beberapa langkah mendekati Gua.
"Walaikumsalam..", jawab Gua dan Lisa.
"Mba, kenalin ini teman kuliah Ku, anak yang punya kost ini juga...", ucap Gua sambil berdiri dari duduk dan melirik kepada Lisa.
"Hai Mba, Aku Lisa, salam kenal Mba", ucap Lisa sambil menghampiri Mba Siska dan mengulurkan tangan.
"Oh hai.. Aku Siska", jawab Mba Siska menyambut jabat tangan Lisa dan tersenyum.
Setelah Mba Siska dan Lisa berkenalan, Gua dan Mba Siska mengajak Lisa untuk makan malam bersama di dalam kamar, jelas Lisa menolak dengan halus, tapi Mba Siska sedikit memaksa agar Lisa mau ikut makan bersama, dan akhirnya kami pun jadi makan malam bertiga.
"Mba, kamu kok pakai piyama ?", tanya Gua ketika Lisa sedang ke dapur mengambil piring dan mangkuk.
Mba Siska tersenyum sambil membuka makanan dari plastik. "Mau nginep, boleh kan ?", tanyanya seraya melirik kepada Gua.
"Eh " Nginep ?",
"Seriusan ini ?", tanya Gua balik terkejut.
Mba Siska hanya mengangguk sambil terkekeh pelan. Lalu tidak lama kemudian Lisa kembali dari dapur dengan tiga piring makan, satu mangkuk dan beberapa sendok. Kami pun mulai makan bersama di dalam kamar kost-an Gua ini, menu makanan yang Mba Siska beli cukup menggugah selera, ada capcay goreng, ayam goreng pedas dan tentu saja nasi. Sambil menyantap makanan, Mba Siska dan Lisa lebih dominan mengobrol, Gua hanya sesekali menanggapi obrolan mereka berdua.
Sekitar pukul 9 malam kami selesai makan dan Lisa pamit pulang. Gua mulai menggelar matras untuk alas tidur.
"Loch Za, kok pakai matras ?", tanya Mba Siska ketika keluar dari kamar mandi setelah mencuci muka.
"Iya Mba, kamukan tidur di kasur, biar aku disini aja", jawab Gua.
"Eh jangan Za, kamu tidur di kasur aja..",
"Sama aku..", ucapnya seraya berjalan kearah kasur. "Wah jangan Mba, gak enaklah aku..".
Kemudian Mba Siska tersenyum lalu menarik tangan Gua lembut untuk duduk di sisi kasur di sebelahnya.
"Enggak apa-apa Za, kamu sayang kan sama aku ?", tanyanya lagi. Gua mengangguk. "Iya.. Tapi..".
"Ssst.. Aku percaya kok sama kamu gak akan ngelakuin hal yang aneh", ucapnya memotong ucapan Gua.
Gua rebahan disamping Mba Siska, tak ada penghalang diantara kami berdua, bantal guling dikesampingkan olehnya, lalu Mba Siska menarik bed-cover untuk menyelimuti tubuh kami berdua. Mba Siska tidur menyamping kearah Gua, menaruh tangan kirinya diatas dada ini. Gua menengok kearahnya lalu tersenyum.
Cup... Gua kecup keningnya. "Jangan lupa berdo'a Mba". "Iya Za, good night".
Matanya terpejam lalu bibirnya sedikit bergerak yang sepertinya mengucapkan do'a sebelum tidur. Lalu Gua menatap langit kamar, mengucapkan do'a dalam hati dan mulai memejamkan mata.
... ... ... Satu minggu kemudian, hari sabtu. Gua tidak masuk kuliah, bukan karena bolos atau malas. Tapi hari ini ada acara penting keluarga, lebih tepatnya acara pernikahan. Siapa lagi yang menikah kalau bukan Ayahanda dengan Mba Laras. Gua memakai kemeja batik dengan bawahan celana jeans biru dongker. Keluarga yang ikut hanya Nenek, Om dan Tante, dan Gua. Ayahanda mengenakan jas hitam, kemeja putih, kopiah, layaknya orang yang akan melaksanakan akad pernikahan.
Dua mobil cukup membawa kami semua menuju kediaman Mba Laras. Gua mengemudikan si Black dengan Ayahanda disamping. Kemudian Om Gua membawa mobilnya sendiri dengan Tante, si kecil dan Nenek di dalamnya. Tetangga kanan-kiri dan depan rumah juga kami undang, dan hanya tetangga terdekat saja yang ikut dengan membawa mobil masing-masing. Total hanya ada lima mobil rombongan yang ikut. Gua memacu mobil tepat dibelakang mobil Om, diikuti oleh tiga mobil lainnya dibelakang. Sekitar pukul 7 pagi kami memasuki komplek perumahan. Dan karena memang Gua belum pernah sama sekali ke rumah Mba Laras, jadi Gua cukup terkejut ketika mobil di depan masuk ke perumahan disebelah kanan, rasanya Gua pernah kesini. Gua ingat komplek sebelah kiri adalah komplek perumahannya Olla.
Mobil berhenti tepat di depan rumah yang cukup besar, dua rumah yang dijadikan satu. Gua mematikan mesin mobil.
"Yah, ini rumahnya Mba Laras ?", tanya Gua sambil memperhatikan rumah diluar sana dari dalam kemudi mobil.
Ayahanda hanya mengangguk sambil merapihkan jas dan kopiahnya. "Yah..", ucap Gua lagi ketika Beliau hendak membuka pintu. "Heum ?".
"Ini rumah temen kampus A'a". ...
"Saya nikahkan engkau, Gibraltar bin Almarhum xxx, dengan putri saya, Larasati binti xxx dengan mas kimpoi seperangkat alat sholat dan uang tunai sejumlah dua ribu enam poundsterling dibayar tunai..".
"Saya terima nikahnya, Larasati binti xxx dengan mas kimpoi tersebut dibayar tunai".
Setelah para saksi mengatakan sah. Maka penghulu beserta kami yang menyaksikan acara ijab qobul tersebut mengucapkan syukur. Lalu tidak lama kemudian Ibu baru Gua keluar dari sisi bagian rumah lainnya dan duduk di sebelah Ayahanda setelah mencium tangannya.
"Cantik Kakak kamu", ucap Gua sedikit berbisik.
"Kalo aku ?". Gua menoleh kearah perempuan di samping kanan Gua, melihatnya dengan tersenyum. Perempuan ini sangat berbeda dengan pakaian yang dikenakannya sekarang. Memakai kebaya berwarna krem, rambut disanggul, make-up wajah yang cantik dan softlens berwarna biru.
"Cantik, Tante cantik banget kok..", jawab Gua sedikit melebarkan senyuman. Lalu tangan kirinya mendarat dipinggang Gua. "Gak usah pake Tante kalii Za..", ucapnya sambil cemberut.
"Hahaha, kan sekarang kamu jadi Tante aku Kak', hehehe..", jawab Gua.
Kinanti, Kakak kelas Gua di SMA dan juga teman kampus Gua ini sekarang sudah menjadi bagian keluarga. Ya, Mba Laras adalah Kakak Kinanti, otomatis Kinanti menjadi adik ipar Ayahanda dan Gua sebagai anak Ayah menjadi keponakannya Kinan. Sesempit inikah dunia Gua " Hmm.. Kejutan lain apalagi yang akan Tuhan berikan kepada Gua di masa yang akan datang " Gua hanya bisa berharap kebahagiaan yang menghampiri. Walau kini Gua tau ternyata mendapatkan kebahagiaan itu masih jauh dan sangat jauh ketika Gua mengingat semua ini.
Tidak ada acara resepsi, memang sudah menjadi kesepakatan kedua belah pihak untuk menyelenggarakan akad nikah saja. Setelah makan bersama yang cukup sederhana, Gua dan Kinanti keluar, kami berdua berjalan ke taman komplek di dekat rumahnya. Gua sengaja mengajaknya keluar karena ingin menikmati secangkir kopi hitam buatan Kinan sambil merokok.
"Gak nyangka ya Za, kita jadi keluarga", ucap Kinan setelah kami berdua duduk di bangku taman.
"Hehehe, iya Kak, kaget sih sebenarnya, tapi ya ini takdir mungkin", "Kakak kamu nikah dengan Ayah Aku", ucap Gua seraya menghembuskan asap rokok. "Kamu mau ikut anter ke bandara minggu depan Za ?".
"Gak tau deh Kak, soalnya kan hari kamis", "Bisa sih izin lagi kuliah..",
"Cuma gimana Ayah aja lah", jawab Gua.
Minggu depan Ayahanda dan Mba Laras memang akan langsung berangkat ke luar negeri, bulan madu " Ya semacam itu mungkin, karena sebenarnya kan Ayahanda memang sudah harus kembali bekerja, dan Mba Laras yang memang sudah berhenti bekerja setelah lebaran kemarin akan menetap bersama Ayahanda.
"Oh ya ngomong-ngomong, senin berangkat bareng aja Za ke kampus", ucap Kinan.
"Eum...", "Aku mau bawa kendaraan Kak, kan kemarin-kemarin aku gak ada kendaraan selama di Jakarta", jawab Gua.
... Keesokan harinya, minggu siang Gua sedang berada di teras depan kamar rumah. Bersama Nona Ukhti, Mba Laras dan Ayahanda. Bukan keinginan Gua untuk mengajak Nona Ukhti bertemu orangtua Gua, tapi Ayahanda lah yang ingin bertemu perempuan pemilik jam tangan berwarna biru pemberian Gua. Alasan Ayahanda sedikit membuat Gua heran, karena tadi malam kami sedikit berbincang mengenai pacar Gua, Mba Siska. Karena Beliau sudah mengetahui sosok Mba Siska, maka kini Nona Ukhti lah yang harus Gua bawa dan menemui Beliau. Beruntung Mba Siska sabtu kemarin dan hari minggu ini tidak pulang karena banyak kerjaan. Dan Ayahanda ingin tau yang mana sosok perempuan yang membuat Gua rela merogoh kocek untuk membelikan sebuah jam tangan yang cukup mahal. Kalau sudah begini, berarti Gua juga harus membawa satu perempuan lainnya, si penyuka warna hijau tosca.
"Nama kamu siapa Mba ?", tanya Ayahanda kepada Nona Ukhti. "Vera Om", jawab Ve seraya tersenyum.
Gua hanya bisa menahan tawa ketika Vera terlihat grogi, padahal paras cantik dan pakaian muslim yang dikenakannya cukup untuk membuat dirinya percaya diri. Belum lagi pagi -pagi dia ke salon dulu untuk perawatan wajah.
"Kuliah dimana ?".
"Di xxx Om, saya ambil fakultas fema, tepatnya gizi".
"Oh bagus itu Mba, bisa membantu dan mengabdi kepada masyarakat yang kekurangan gizi, apalagi kalau kamu lanjutkan studi ke program doktornya".
Obrolan Ayahanda dengan Nona Ukhti Vera pun berlanjut, Ayahanda menanyakan pekerjaan orangtua Nona Ukhti. Dan rasanya Gua sudah bisa merasakan ke-grogi-an pada diri Nona Ukhti sudah hilang seiring pembawaan Ayahanda yang lebih santai. Sekitar pukul 1 siang Mba Laras dan Ayahanda pergi keluar menggunakan mobil Om Gua, tinggallah Gua berdua dengan Nona Ukhti di teras ini.
"Minum dulu Ve, biar santai hahaha", ucap Gua ketika Vera mengelap wajahnya dengan tissue.
"Iih, kamu tuh ya bukannya ikut ngobrol, seneng ya akunya diintrogasi kayak tadi", jawabnya seraya memanyunkan bibir kepada Gua.


Asleep Or Dead Karya Bunbun di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Hahaha, Lucu kamu tuh",
"Ayah aku kan gak segalak Papah kamu Ve, heheh".
Seketika itu juga Vera langsung menaruh gelas cangkir yang hendak dia minum isi teh manisnya. Lalu menatap wajah Gua dengan ekspresi serius.
"Kamu masih marah ya soal perlakuan Papah ke kamu ?", tanyanya.
Gua menghela napas pelan lalu menggelengkan kepala. Tangan kanan Gua memegang lembut punggung tangan kiri Vera.
"Enggak kok Ve",
"Aku udah lupain kejadian itu", jawab Gua meyakinkannya.
"Maaf ya Za", "Maafin Papah", ucapnya sambil menundukkan kepala. Gua mengusap lembut belakang kepalanya yang terbalut hijab.
"Udah gak usah dibahas ya Ve, aku enggak masalahin kejadian yang udah lewat", "Ngomong-ngomong, gimana kalo kita makan siang aja sekarang", ucap Gua memberi saran.
Vera tersenyum dan mengangguk, lalu Gua bergegas ke kamar dan mengambil jaket. Setelah itu barulah Gua mengambil kunci si Black dan mengajak Vera keluar. Gua arahkan mobil ke jakan tol dan membuat Vera keheranan.
"Loch ?", "Kok masuk tol Za ?". "Iya, kan kita mau makan". "Makan dimana ?".
"Di restoran kesukaan kamu Ve". "Restoran kesukaan aku ?". "Japanese food..".
... ... ... Tiga hari kemudian. Kembali ke Ibu Kota Jakarta. Dimana sore hari Gua bersama Bianca sedang mengarungi jalan raya nan macet untuk menuju salah satu resto fastfood. Bianca anteng duduk di jok belakang si Kiddo dengan memegang kedua sisi pinggang Gua.
"Harusnya lewat jalan alternatif Za", ucapnya dari belakang. "Lupa Ka', Gua kira gak separah ini macetnya", jawab Gua sedikit berteriak.
Gua meliuk-liukkan si Kiddo mencari celah diantara deretan mobil yang berhenti karena kemacetan. Ya Gua sebenarnya senang, memilih motor tercinta yang Gua bawa ke Jakarta daripada Celica. Alasannya ya seperti sekarang, lebih bisa diandalkan pada saat macet seperti sekarang. Sekitar setengah jam perjalanan dari kost-an menuju mekdih kami pun sampai dan langsung masuk ke dalam resto setelah memarkirkan motor.
Bianca seperti biasa memesan ice cream, sedangkan Gua yang memang ingin mengganjal perut sebelum makan malam nanti, lebih memilih memesan cheese burger dan air mineral. Kami berdua duduk di meja resto area smoking.
"Za, besok Lo jadi ke Soetta ?", tanya Bianca sambil menyendok ice creamnya.
"Heum..", gumam Gua karena mulut masih mengunyah gigitan burger,
"Enggak tau Ka', soalnya Bokap belom ngabarin", ucap Gua ketika makanan di mulut sudah tertelan. "Kalo jadi, pake mobil Gue aja Za".
"Gampang, ada Kinan juga kok kalo jadi ke bandara".
Ketika hari senin kemarin, Gua menceritakan kalau Ayahanda dan Kakaknya Kinan menikah, Gua cerita kepada Bianca karena malam senin itu dirinya menanyakan Gua yang tidak ada di kamar kost pada hari sabtu, awalnya dia hendak mengajak Gua untuk ke tempat kerjanya, clubbing. Singkat cerita Gua mengatakan punya teman kampus sekaligus kakak kelas Gua di SMA dulu yang sekarang sudah menjadi adik ipar Ayahanda. Berarti ya Kinan menjadi Tante Gua. Bianca sempat terkejut dan heran, memang jodoh gak ada yang tau ucapnya. Kinan dan Bianca sempat berkenalan hari selasa lalu, ketika Kinan main ke kost-an Gua sepulang kuliah.
"By the way, kenapa Lo gak bawa mobil kesini sih ?", tanya Bianca lagi. "Males, macet Ka', lagian ada Lu ini, Gua bisa pinjem kalo perlu mobil hehehe", jawab Gua.
"Dih dasar Lo",
"Eh, tar malem jadi jalan sama pacar Lo ?".
"Jadilah, dia pingin makan malem berdua sama Gua, hehehe", "Kenapa emangnya " Cemburu Lu " Hahaha".
"Dih sorry ya. Lo bukan tipe Gue kalii".
Gua hanya tertawa mendengar jawabannya itu, yaiyalah bukan tipenya, kan Lu demennya sama, Ah sudahlah.
"Za". "Heum ?". "Gue mau cerita sama Lo, tapi Lo dengerin dulu semua sampai selesai ya".
Gua menaruh sisa burger diatas piring, meminum sedikit air mineral, lalu menyandarkan punggung ke bahu kursi.
"Gua dengerin Ka'..", ucap Gua.
Bianca pun meletakkan sendok ice cream lalu melipat kedua tangannya diatas meja makan. Menatap kepada Gua lekat-lekat. Lalu mulutnya mulai mengeluarkan kalimat-kalimat yang membuat Gua harus berpura-pura menunjukkan rasa terkejut, karena apa yang dikatakannya secara sekilas sama dengan apa yang diceritakan Lisa soal dirinya. Gua tetap mendengarkan Bianca ketika dirinya bercerita tentang awal dia bisa menyimpang hingga akhirnya terjebak dalam hubungan sesama jenis bersama seorang wanita bule yang bernama Esther. Yang Gua ketahui Esther adalah teman wanita Bianca saat Gua dan Lisa tengah mengobrol di depan kamar kost Gua. Hubungan mereka sudah berjalan selama satu tahun. Pacarnya itu dua bulan sekali datang ke Indonesia untuk menemui Bianca. "Terus ?", tanya Gua ketika Bianca selesai bercerita.
"Ya gitu, enggak ada terusannya",
"Sekarang Gue mau tau tanggapan Lo soal hubungan Gue sama Esther", jawabnya.
Gua mengeluarkan sebungkus rokok dari saku jaket, lalu membakar sebatang. Pelan Gua hisap racun dan menghembuskannya lewat hidung. Gua memalingkan muka kearah jalan raya di sisi kanan.
"Ka' Gua bukan orang baik",
"Gua pernah melakukan beberapa kesalahan dan dosa, yang pasti terhadap perempuan", "Kalo Gua bilang, ya salah sih hubungan yang Lu jalanin sekarang, tapi itu semua hak Lu, pilihan Lu..",
"Dan yang pasti semuanya akan ada konsekuensinya Ka', yang Gua anggap sebagai tanggungjawab kita atas apa yang kita pilih", ucap Gua tanpa sekalipun memandang wajahnya.
Lama kami terdiam, lalu Gua menengok kearahnya, yang duduk tepat di hadapan Gua. Wajahnya sedikit tertunduk.
"Apa Lo bisa bantuin Gue Za ?", ucapnya.
PART 29 Sekitar pukul 8 malam Gua dan Mba Siska sudah selesai makan malam di warung tenda pinggir jalan, kami berdua pulang menggunakan si Kiddo ke rumah kontrakannya, tentunya setelah sebelumnya Gua menjemputnya dari kantor sang kekasih itu.
Gua duduk di ruang tamu, sedangkan Mba Siska sedang berada di dapur, membuat secangkir kopi hitam untuk Gua dan sekalian mandi katanya. Kemudian sembari menunggu kopi datang, Gua membakar sebatang rokok dan mulai memikirkan permintaan Bianca tadi sore. Tidak sulit sebenarnya permintaan perempuan penghuni kamar kost no.3 itu, hanya saja akan terjadi salah paham kalau sampai Mba Siska mengetahui hal tersebut selain dari penjelasan Gua. Ya, gak ada cara lain selain menceritakannya kepada sang kekasih.
"Tadi kamu mau cerita apa Za ?", tanya Mba Siska setelah menaruh secangkir kopi di meja dengan balutan handuk di kepalanya.
"Duduk dulu sini Mba, cukup penting soalnya nih..", jawab Gua.
"Oh kalo gitu sebentar, aku ganti pakaian dulu ya", ucapnya lalu berjalan ke kamar.
Tidak lama kemudian, Mba Siska kembali ke ruang tamu dengan mengenakan daster motif bunga, lalu duduk di samping kiri Gua.
"Mau cerita soal apa tadi Za ?", tanyanya seraya menaruh telapak tangan kanannya ke paha kiri Gua. Gua meneguk kopi sesaat, lalu mematikan rokok yang memang sudah sampai batas puntungnya.
"Mba...", "Kamu dengerin dulu semua cerita aku sampai selesai ya",
"Supaya kamu enggak salah paham", ucap Gua sambil memandangi wajahnya.
Terlihat jelas raut wajah sang kekasih itu sedikit heran dan Gua yakin dia menerka ada hal yang enggak baik. Lalu Gua menghela napas pelan dan menyandarkan tubuh ke bahu sofa ruang tamu kontrakannya ini.
"Ada teman perempuan aku..", "Dia tinggal di kamar no.3 kost-an",
"Namanya Bianca.. Dan kami berdua baru kenal, terus baru dekat beberapa minggu lalu Mba..", ucap Gua mulai bercerita.
Gua melirik kearah sang kekasih sesaat.
"Terus ?", tanya Mba Siska dengan kening yang berkerut.
Ya, Gua tau sifatnya. Dia pasti mulai berpikir kalau hubungan Gua dan Bianca lebih dari sekedar teman biasa. Gua bisa merasakan kalau nada bicara Mba Siska menunjukkan ketidak sukaannya akan cerita yang harus Gua lanjutkan ini. Tapi daripada suatu saat nanti salah paham, lebih baik Gua terbuka dan jujur kepadanya.
"Dia seumuran sama kamu Mba",
"Pekerjaannya DJ di club xxx daerah xxx Jakarta ini..", lanjut Gua... Dan, "Aaww!!", teriak Gua kesakitan.
Paha kiri Gua diremas keras oleh tangannya itu. Kemudian sambil mengelus-ngelus paha dan menahan perih, Gua menengok kepada Mba Siska. Wow, apa-apaan itu ekspresi wajahnya nyeremin, matanya melotot pula. Wah belum apa-apa udah marah aja ini Polcan. Hadeuuh... "Mba, kamu kan belum denger ceritanya, sabar dulu kenapa sih!", ucap Gua dengan sedikit kesal.
"Alaah, ujungnya juga kamu bakal cerita kalau salah satu diantara kalian ada yang suka!", "Udah ngapain aja kamu sama dia Za "! Ngaku!", ucapnya tak kalah kesal dengan Gua. Ya ampun ini Polcan negative thinking nya parah amat. Gile, baru juga mau cerita ini, set dah...
"Ceuk, aku sama dia gak ada apa-apa Mba! Sumpah!", "Dia itu Lesbi Mba!!", ucap Gua to the point.
Mba Siska terkejut mendengar ucapan Gua tadi. "Lesbi " Serius Za ?", tanyanya dengan suara pelan kali ini.
Gua mengangguk pelan, lalu kembali mengeluarkan sebatang rokok dan membakarnya untuk yang kedua kali. Menghembuskan asapnya perlahan dan kembali menceritakan soal perempuan yang bernama Bianca kepada Mba Siska. Awalnya tetap saja Mba Siska tidak percaya dengan pertemuan Gua dan Bianca di warteg, memang sih kalau dipikir-pikir kok kayak sinetron, bisa kenalan di warteg karena kekurangan bayar makan. Tapi ya mau gimana lagi, faktanya memang gitukan. Beberapa kali Mba Siska menunjukkan kekesalan lewat raut wajahnya ketika Gua bercerita sudah dua kali Bianca mengajak Gua keluar, makan di mekdih. Salah Gua memang gak cerita atau ngabarin dia sebelumnya.
Api Di Bukit Menoreh 7 Animorphs - Alternamorphs 2 The Next Passage Pedang Pusaka Naga Putih 5

Cari Blog Ini