Rajawali Emas 20 Ratu Dari Kegelapan Bagian 1
Bab 2 PEMUDA dari Gunung Rajawali yang melompat ke balik ranggasan semak untuk melihat sekaligus menyelamatkan Putri Lebah, tersentak dengan pekikan tertahan. Kejap lain dia segera melompat kembali ke belakang tatkala satu gelombang angin menghampar ke
arahnya! "Heiiii!!" serunya terkejut.
Blaar! Sambaran angin itu menghantam sebuah pohon
yang seketika menggugurkan dedaunan.
Rupanya apa yang dialami Rajawali Emas tidak
hanya sampai di sana saja. Begitu melihat tubuh pemuda berpakaian keemasan ini melompat dari balik
ranggasan semak, satu rangkaian serangan telah datang kembali. Maut Tangan Satu yang segera memburu!
Dan langsung mengibaskan pakaian lengan kirinya
yang tanpa lengan itu.
Cltaaaarr...!! Bila saja kesigapan Tirta tidak terlatih, tak ayal lagi
tubuhnya akan menjadi sasaran empuk gebrakan
Maut Tangan Satu. Tubuh si pemuda bergulingan agak
menjauh dengan memaki panjang pendek. Kejap lain
dia sudah berdiri tegak dengan kedua kaki terpacak di
atas tanah! Pandangannya tajam. Wajahnya mengkelap tanda
dia mulai marah. Namun kelihatan jelas kalau dia berusaha tindih kemarahannya. Karena dalam keadaan
seperti ini, amarah hanya akan membawa celaka saja.
Dan itu pantang dilakukan seorang pendekar. Apalagi
mengingat orang-orang yang menyerangnya ini bukanlah orang yang dikehendakinya. Mereka hanya menjadi
orang dungu suruhan Seruling Haus Darah!
Sementara itu dari balik ranggasan semak belukar,
melompat satu sosok tubuh kurus berjubah merah
dan hanya mengenakan cawat hitam belaka.
Begitu kedua kakinya menginjak tanah berjarak sekitar sepuluh langkah dari tempat Rajawali Emas berdiri, orang yang tak lain Datuk Jubah Merah ini, memandang dingin. Namun bibirnya menyunggingkan seringaian lebar. Dialah orang yang menyerang Tirta tadi
di saat si pemuda memburu ke balik ranggasan semak.
Sementara agak serong kanan berjarak dua tombak, lelaki berpakaian hitam sambung menyambung
yang memiliki rambut tegak seperti setan menyeringai
tak kalah lebarnya.
"Rupanya, kematian memang sudah benar-benar
akan menderamu, Rajawali Emas! Lebih baik menyerah saja ketimbang kau mampus percuma!!" ejeknya
dingin. Rajawali Emas cuma tersenyum mendapati ejekan
orang. Namun diam-diam dia berkata dalam hati,
"Kendati aku mulai menduga sesuatu, tetapi tak akan
kubiarkan orang-orang ini mencelakakan Putri Lebah!
Tetapi... ke mana perginya gadis itu setelah menerima
pukulan Datuk Jubah Merah dan terlontar ke balik
ranggasan semak belukar"!"
Seperti diceritakan dalam episode sebelumnya, setelah membagi tugas dengan Bwana yang segera terbang untuk menjalankan tugas yang diberikannya, Rajawali Emas bermaksud mengajak Ratu Dari Kegelapan
yang menyamar sebagai Putri Lebah untuk meneruskan langkah mencari Seruling Haus Darah. Namun
mendadak saja satu serangan datang dan dalam kejapan mata yang tak berjauhan, muncul Maut Tangan
Satu dan Datuk Jubah Merah.
Ratu Dari Kegelapan yang menyamar dan menjuluki dirinya sebagai Putri Lebah, yang mendapat tugas
dari Nenek Cabul untuk membunuh Rajawali Emas
namun hingga kini belum dilakukannya karena dia
menginginkan tidur dengan pemuda tampan itu, memang bermaksud meninggalkan Rajawali Emas untuk
sementara waktu. Mengingat, orang-orang Keraton
Wedok Mulyo sedang mencarinya dan dia berkeinginan
untuk membunuh mereka. Dibuatlah rencana jitu dan
dia mulai menyerang Datuk Jubah Merah, yang pada
akhirnya Putri Lebah membiarkan dirinya diserang terus menerus oleh Datuk Jubah Merah.
Tatkala satu hantaman telak membuat tubuh si gadis berpakaian hijau muda penuh renda putih di sepanjang kedua lengannya terlempar ke balik ranggasan
semak, Rajawali Emas segera memburu. Justru Datuk
Jubah Merah yang menyerangnya kemudian!
Sementara itu Tirta pun berkata, "Rasanya... kesabaranku sekarang mulai menipis! Kuperingatkan kepada kalian, lebih baik katakan pada Seruling Haus
Darah untuk menghentikan sepak terjang sialannya
daripada kucabik-cabik tubuhnya!" Lalu tanpa mempedulikan betapa wajah kedua orang yang berdiri di
hadapannya memerah, dengan santai dan pandangan
yang tak menyiratkan apa-apa, pemuda yang di kedua
lengannya terdapat rajahan burung rajawali keemasan
itu meneruskan kata pada Datuk Jubah Merah, "Orang
jelek bercawat dan berjubah norak! Kau sembunyikan
di mana gadis itu"!"
Mendengar pertanyaan orang, meledaklah tawa Datuk Jubah Merah. Lalu dengan suara mengejek dia '
berseru, "Mengapa kau harus memikirkan gadis itu"!
Dia sudah lari terbirit-birit dengan luka dalam di tubuhnya! Dalam perkiraanku, hanya memakan tiga kali
waktu penanakan nasi dia sudah mampus! Sayangnya,
kau tak menyaksikan kematian temanmu itu!" Lelaki
bercawat hitam ini menyambung dengan suara makin
penuh ejekan, "Atau dia kekasihmu, hah"! Dan kau
berlagak tenang padahal hatimu kebat-kebit tak karuan untuk mengetahui keadaannya"! Permainan
usang yang kau perlihatkan, Pemuda Celaka!!"
Tirta justru tersenyum mendengar kata-kata Datuk
Jubah Merah. Masih tersenyum dia berkata,
"Wah! Kenapa kau sampai berpikir kalau dia kekasihku"! Tetapi kau tidak perlu cemas, lelaki berlengan
buntung itu bisa juga lho jadi kekasihmu!"
"Keparat!" maid Datuk Jubah Merah keras.
Mendapati kesempatan untuk meneruskan ejekannya, Tirta berkata lagi,
"Mengapa harus pusing" Lelaki dengan lelaki kan
sama saja! Yang penting kan kasih sayang"!"
Belum habis kata-kata Tirta terdengar, mendadak
saja terdengar seruan kalap Maut Tangan Satu, "Mengapa harus membuang waktu"! Peringatan yang kuberikan tak kau indahkan! Bahkan kau berani menjual lagak! Berarti, kami akan membawamu hidup-hidup ke
Bukit Watu Hatur di mana Seruling Haus Darah menunggu kehadiran kami di akhir bulan ini!"
Mendengar kata-kata itu, Rajawali Emas segera palingkan kepala pada Maut Tangan Satu yang sedang
memandang dingin. Sepasang mata si pemuda sendiri
tak kalah dinginnya.
"Hmmm... kalau begini caranya, jalan satu-satunya
untuk menemukan Seruling Haus Darah memang harus kembali ke Bukit Watu Hatur. Di mana sebelumnya aku pernah melihat Dewi Topeng Perak dan yang
lainnya berada di sana. Jadi secara tidak langsung perjalananku mencari manusia sesat yang hendak menguasai rimba persilatan dan adalah orang yang berdiri
di belakang pembunuhan bergelombang ini, terasa siasia karena dari kata-kata yang diucapkan Maut Tangan Satu barusan, sepertinya dia juga tidak tahu di
mana tepatnya Seruling Haus Darah berada saat ini.
Dan sampai saat ini belum kudengar lagi berita tentang keganasan Seruling Haus Darah! Apakah karena
dia merasa sudah kehabisan lawan dan akulah orang
yang paling tepat menurutnya"!"
Mendapati seruannya tak mendapat sahutan, dengan geram Maut Tangan Satu sudah maju menggebrak. Lengan kirinya yang tanpa lengan dikibaskan berulang kali, hingga menimbulkan suara yang cukup
menyakitkan gendang telinga dan angin yang laksana
membeset! Datuk Jubah Merah sendiri tak mau bertindak ayal
pula. Kesempatan untuk membalas dendam pada pemuda yang di kedua lengan kanan kirinya terdapat rajahan burung rajawali keemasan ini mulai terbuka
nampaknya. Kini lelaki berjubah merah itu seakan melupakan
hadiah yang dijanjikan oleh Seruling Haus Darah bila
dia berhasil membawa Rajawali Emas ke hadapan Seruling Haus Darah!
Mendapati dua gempuran dahsyat sekaligus, untuk sejenak Tirta dibuat terkesiap. Kendati sebenarnya dia
memikirkan sesuatu tentang Putri Lebah, namun yang
membuatnya tidak enak karena dia tidak tahu ke mana perginya gadis berpakaian hijau muda yang di sepanjang lengan bajunya terdapat renda warna putih
itu. Dengan menggabungkan jurus 'Rajawali Lingkar
Bumi' dan 'Lima Kepakan Pemusnah Jiwa', pemuda ini
terus menghindar sambil membalas. Tenaga surya
yang berasal dari sari Rumput Selaksa Surya, dipergunakannya. Hingga setiap kali Rajawali Emas mengirimkan serangan, sentakan hawa panas menghampar
cukup mengerikan.
Sampai lima belas jurus hal itu berlangsung. Namun masing-masing orang belum bisa mengatasi lawan. Perbedaan yang nampak adalah, kalau Maut
Tangan Satu dan Datuk Jubah Merah menyerang sepenuh hati penuh kenafsuan, sementara Rajawali
Emas masih bertindak setengah.
Karena yang ada dalam pikirannya saat ini adalah
Putri Lebah. Tirta telah menduga sesuatu yang untuk
saat ini hanya diketahui oleh dirinya saja.
Tetapi lama kelamaan, dia pun gagal menindih
amarahnya. Tenaga surya dalam tubuhnya dilipatgandakan, hingga setiap kali dia menyerang, rerumputan
dan semak belukar langsung mengering dan luruh
menjadi serpihan.
Merasakan perubahan udara yang sangat kentara,
membuat Maut Tangan Satu dan Datuk Jubah Merah
mulai mengendorkan serangannya. Karena setiap kali
mereka mendekat, dirasakan hawa panas luar biasa
menyentak. "Celaka! Pemuda ini benar-benar tak bisa dipandang sebelah mata!" geram Maut Tangan Satu yang telah mundur dan berdiri tegak dengan pandangan tak
berkedip. Dadanya turun naik dengan napas yang
agak kembang kempis. "Pantas kalau Seruling Haus
Darah menginginkan nyawanya!"
Sementara itu, Datuk Jubah Merah yang mundur
pula bersamaan mundurnya Maut Tangan Satu, karena dia masih ingat kekalahannya saat bertarung dengan Tirta beberapa hari lalu menggeram keras, "Keparat betul! Bila melihat keadaannya, Maut Tangan Satu
nampaknya tak bisa berbuat banyak! Berarti keinginanku untuk membalas dendam pada pemuda jahanam ini bisa gagal total! Hmmm... baiknya biar kupanas-panasi manusia keparat berlengan buntung itu!"
Berpikir demikian, dengan suara mengejek Datuk
Jubah Merah berseru pada Maut Tangan Satu yang
masih memandang tak berkedip pada Tirta, "Maut Tangan Satu! Apakah orang yang dicari sudah berada di
depan mata, tak segera kita tangkap hidup-hidup" Kalaupun harus dibunuh, itu memang satu keharusan
yang kita lakukan!" Sesaat lelaki bercawat hitam itu
menghentikan ucapannya semata untuk melihat reaksi
Maut Tangan Satu. Setelah dilihatnya wajah lelaki
yang memiliki alis menukik dan seperti bertemu di
atas pangkal hidungnya berubah, segera saja dilanjutkan kata-kata yang disertai ejekan penuh, "Atau kalau kau takut dan merasa tak sanggup, lebih baik
tinggalkan tempat! Biar aku yang mendapatkan pemuda sialan ini! Dan mengenai hadiah yang akan diberikan Seruling Haus Darah, tetap akan kita bagi bersama! Tentunya satu masukan yang sangat kau harapkan, bukan"!"
Pancingan yang dilakukan oleh Datuk Jubah Merah
ternyata membawa hasil. Kedua gendang telinga lelaki
berlengan kiri kutung itu seperti ditusuk oleh sembilu
bermata tiga. Tatapannya menusuk seperti sembilu saat dia berkata, "Jahanam betul kau bicara! Apakah bukan kau
sendiri yang sudah putus nyali"!"
"Aku masih berkeinginan untuk bergebrak dengannya! Tetapi kau mundur karena dia...."
"Setan! Akan kurobek mulutmu setelah kubunuh
pemuda celaka itu!!" putus Maut Tangan Satu dengan
suara menyentak. Lalu dipalingkan kepalanya lagi pada Rajawali Emas yang kelihatan masih memikirkan
sesuatu tentang lenyapnya Putri Lebah. "Rajawali
Emas! Terimalah kematiaaaaannn!!"
Dan orangnya sudah melabrak kembali.
Saat baju lengan kirinya yang tanpa lengan digerakkan, lima larik cahaya merah yang menebarkan hawa
panas menderu. Lalu disusul dengan tendangan kaki
kanan yang mengarah pada kepala Rajawali Emas.
Rajawali Emas segera menjejak tanah, saat itu pula
tubuhnya melenting di udara. Serangan lawan lolos dengan sendirinya dan menghantam ranggasan semak
belukar yang seketika berpentalan di udara.
Rajawali Emas 20 Ratu Dari Kegelapan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sementara itu, masih berada di udara, Rajawali
Emas yang kali ini hendak memberikan pelajaran segera menggerakkan sepasang kakinya seperti menjejak,
tepat ke arah punggung Maut Tangan Satu,
Seketika lelaki berambut hitam kaku berdiri itu
menjatuhkan tubuh, lalu bergulingan.
Brak! Brak! Tanah di mana Maut Tangan Satu menjatuhkan
tubuh tadi langsung rengkah terkena jejakkan kedua
kaki Rajawali Emas. Bersamaan kedua kakinya hingga
lutut amblas dalam tanah, Rajawali Emas segera melompat kembali hingga tanah tadi ambrol dan berpentalan. Kedua tangannya digerakkan.
Wuutt! Wuuttt! Dua hamparan angin panas meluncur deras dengan
suara membeset ke arah Maut Tangan Satu, yang bukan hanya terkesiap tetapi juga keluarkan pekikan
ngeri. Sebisanya lelaki berambut berdiri seperti setan ini
langsung melompat dengan pencalan satu kaki yang
tertumpu pada sebatang pohon. Dia memang berhasil
menghindari serangan itu. Akan tetapi, Tirta yang terus memburunya sudah melepaskan satu tendangan
melalui kaki kanannya.
Des! "Aaaakkhhhh!!" menjerit tertahan Maut Tangan Satu sementara tubuhnya terlempar ke belakang dengan
darah membuyar dari mulutnya.
Dan bersamaan dengan itu, Datuk Jubah Merah
yang merasa berhasil memancing kemarahan Maut
Tangan Satu, segera melabrak maju tatkala melihat satu kesempatan untuk menyerang.
Rajawali Emas yang berdiri tegak membelakangi
nya segera merunduk begitu merasakan satu sambaran angin deras menderu ke arahnya.
"Setaaaann!!" maki Datuk Jubah Merah tatkala
mendapati serangannya lolos. Dan begitu menjejakkan
kedua kakinya di atas tanah, dia segera berbalik dan
melancarkan pukulan 'Karang Maut' kembali.
"Manusia satu ini tak patut untuk dikasihani!" maki Tirta dalam hati. Lalu dengan pencalan satu kaki,
diapun melompat ke udara. Bersamaan dengan itu
tangan kanannya yang masih dialirkan tenaga surya,
segera menggebrak!
Terdengar letupan keras berulang kali. Rupanya,
Datuk Jubah Merah benar-benar tak mampu menahan
diri. Tanpa hiraukan dadanya yang terasa sakit akibat
benturan barusan, begitu kakinya menjejak tanah, dia
sudah melenting kembali dengan kedua tangan disentakkan ke depan.
Rajawali Emas mendengus melihatnya. Sambil berputar, si pemuda menyentakkan kedua tangannya pula. Bummm! Pukulan Datuk Jubah Merah tertahan. Bersamaan
dengan itu, Rajawali Emas sudah maju dengan kedua
tangan mengembang, lalu disentakkan ke depan.
Tidak ada waktu lagi bagi lelaki tua bercawat itu
untuk menghindar atau menangkis, hingga saat itu juga Datuk Jubah Merah memekik keras dan terdorong
ke belakang akibat terhantam pukulan Tirta!
Tubuhnya terlempar beberapa tindak dalam keadaan goyah sebelum akhirnya ambruk dalam keadaan
terduduk di sebelah Maut Tangan Satu yang dengan
susah payah akhirnya berhasil duduk dengan kedua
kaki sebagai tumpuan pinggul.
Sepasang mata Datuk Jubah Merah yang sejak tadi
bersinar garang, kini kuyup memancarkan rasa nyeri.
dari mulut dan hidungnya mengalir darah agak kehitaman pertanda lelaki ini terluka dalam.
"Jahanam! Gagal sudah untuk membalas dendam
pada pemuda sialan ini!" makinya geram. "Tetapi, biar bagaimanapun juga, pemuda
ini harus mampus!!"
Lalu segera dikerahkan tenaga dalamnya kembali
dan siap untuk lancarkan serangan lagi. Namun sebelum lelaki tua bercawat ini melakukannya, satu pukulan keras menghantam kepalanya hingga rengkah.
Sesaat Datuk Jubah Merah membalikkan tubuhnya
ke belakang dengan kedua mata terbeliak besar. Mulutnya terbuka seperti hendak mengucapkan sesuatu.
Namun dia sudah keburu jatuh ambruk diiringi erangan kesakitan! Dari kepalanya mengalir darah merah
yang sangat kental, menyusul cairan warna putih yang
kemudian bersatu dengan darah merah itu.
Maut Tangan Satu yang barusan menghantamkan
pukulannya, mendengus.
"Manusia penghasut! Lebih baik kau memang mam
pus di tanganku!" serunya dengan suara serak. Lalu
dialihkan pandangannya pada Rajawali Emas yang
sama sekali tak menyangka kalau Maut Tangan Satu
akan menghantamkan pukulannya pada Datuk Jubah
Merah Kejap lain terdengar geraman keras Maut Tangan Satu "Rajawali Emas! Aku enggan mengaku kalah!
Suatu saat, semua ini akan kubalas!"
Rajawali Emas cuma tersenyum.
"Kau telah dibutakan oleh hadiah yang dijanjikan
Seruling Haus Darah! Seharusnya kau...."
"Jangan berkhotbah!" maki Maut Tangan Satu
sambil memegang dadanya kuat-kuat. Kedua matanya
nanar dengan kepala pusing berpendar. Mulutnya perlahan-lahan nampak mengembung. Kejap lain kembali
lelaki ini muntah darah. Dan ambruk jatuh pingsan.
Rajawali Emas menghembuskan napas panjang, seolah hendak membuang segala beban dalam dadanya.
"Kalian tergolong manusia-manusia yang haus hadiah dan kedudukan," desisnya dalam hati sambil
memandangi kedua sosok lawannya tadi yang terkapar
tak berdaya. "Aku tidak tahu. Itu upah yang tepat untuk kalian atau tidak."
Kejap lain, Rajawali Emas mengarahkan pandangannya ke depan. Entah apa yang ditatapnya karena
pandangannya kosong seperti tak menatap apa-apa di
hadapannya. Lalu terdengar desahannya pelan, "Ada sesuatu
yang terjadi pada Putri Lebah. Ya, sesuatu yang tak asing sebenarnya. Dan aku akan membuktikan dugaanku ini...."
Dua kejapan berikutnya. pemuda tampan dari Gunung Rajawali ini sudah berkelebat meninggalkan tempat itu. *** Bab 12 KEREMANGAN malam menghentak, menyeret angin
yang seperti merembet dengan timbulkan suara bagai
mendesis dari satu pohon ke pohon lain. Di langit tak
nampak sedikit pun sinar rembulan. Bahkan sang pemilik sinar itu tak menampakkan diri karena terhalang
oleh gumpalan awan hitam.
Dalam keremangan malam mengerikan, nampak
satu bayangan berkelebat sangat cepat, seperti disentak setan. Wajahnya susah dikenali karena malam
yang pekat. Namun menilik dari gerakan yang dilakukannya, jelas kalau bayangan itu bukan orang sembarangan. Sepeminuman teh berlalu dalam kebisuan mencekam. Di satu tempat yang dipenuhi batu-batu cadas,
bayangan itu berhenti. Seperti meneliti keadaan di sekitarnya, sepasang matanya yang masuk ke dalam
rongga berputar. Menyusul dialihkan pandangannya
ke depan. Kejap lain terdengar desisannya agak nyaring, dan
menandakan dia seorang perempuan, "Menilik keadaan, rasanya tak ada yang datang ke sini! Bagus! Manusia sialan itu pasti aman! Paling tidak, dia sudah siuman sekarang! Tulang punggungnya yang patah dua
buah itu sudah pulih seperti sediakala kendati lelaki
tirus bermuka setan itu akan menjadi bongkok Dia
tinggal meminum ramuan Daun Naga Merah yang dipadukan dengan Lendir Kodok Api, yang akan memulihkan seluruh tenaga dalamnya lagi! Betul-betul sinting! Aku jadi penasaran ingin tahu siapa yang telah
mencelakakannya!"
Habis mendumal tak karuan, bayangan itu berkelebat lagi. Dalam waktu tiga kejapan mata saja, bayangan ini tiba di balik sebuah batu karang besar yang
ujungnya lancip.
Dari tempat itu nampak bias-bias sinar yang semakin redup dari api unggun yang dibuat bayangan itu
sebelumnya. Kini nampaklah wajah bayangan itu yang
ternyata seorang perempuan tua berusia kira-kira tujuh puluh tahun.
Kulit si nenek sangat tipis sekali. Bibirnya yang keriput disaput gincu yang cukup tebal. Dagunya panjang dan lancip. Rambutnya masih hitam, panjang,
dan acak-acakan. Dia mengenakan pakaian panjang
berwarna jingga kemerahan.
Dan segera saja terdengar seruannya pada sosok lelaki berwajah tirus yang di pipi kanannya terdapat codetan yang tergolek lemah bersandar di batu itu,
"Maung Kumayang! Rupanya kau belum siuman juga!
Huh!! Kau masih beruntung karena berhasil kuselamatkan! Tetapi sayangnya, Lodang Kumayang sudah
mampus tatkala aku tiba! Aku ingin tahu siapa orang
yang telah mencelakakan kalian!"
Si nenek mengalihkan pandangannya pada api unggun yang semakin lama semakin mengecil. Hanya dua
kali angin berhembus, api itu pasti akan padam.
Namun sebelum angin memadamkan api unggun
yang menyala kembang kempis itu, mendadak saja dari sepasang mata si nenek, melesat sinar putih ke arah
api unggun itu. Terdengar suara mendesis cukup keras
tatkala sinar putih itu menghantam sasarannya.
Blusss! Asap mengepul ke atas dan api unggun itu mendadak membesar. Si nenek keluarkan dengusan sekarang. "Maung Kumayang! Kau beruntung karena memiliki
kambrat sepertiku yang mau membantu setiap kambratku dalam kesulitan! Bila aku tidak pernah mengenalmu ataupun bila mengenalmu berada di jalan yang
berbeda, justru akan kusiksa begitu kutemukan sosokmu yang pingsan!" Sambil memperhatikan telapak
tangan kanannya dia berkata lagi, "Kini tinggal kugodok Daun Naga Merah dan Lendir Kodok Api!"
Lalu dengan gerakan yang cepat, si nenek mempersiapkan segala sesuatunya. Namun yang membuat
orang harus menatapnya lebih lama, karena dia menggodok ramuan itu bukan dengan bantuan belanga dan
api. Melainkan telapak tangan kanannya sendiri dan sinar putih yang keluar dari matanya!
Dua lembar Daun Naga Merah yang ukurannya tak
lebih besar dari daun beringin, kini berada di telapak
tangan kanannya yang keriput dan membuka ke atas.
Sementara seekor kodok warna hitam pekat namun
bermata merah yang sudah mati, berada di tangan kirinya. Mendadak saja dikatupkan tangan kirinya itu. Tatkala telapak tangan kirinya dibuka, nampak kodok itu
sudah hancur. Dengan meniupnya si nenek membuang serpihan-serpihan kodok itu dan yang tinggal
kemudian hanyalah lendir warna merah api.
Lalu dituangnya lendir itu ke tangan kanan, disatukan dengan Daun Naga Merah. Kejap lain ditatapnya tanpa kedip telapak tangan kanannya itu.
Dan terlihatlah sinar putih yang keluar dari kedua matanya mengarah pada telapak tangannya. Seperti
membakar, kemudian nampak asap mengepul. Bau
tak sedap segera tercium. Dan semakin bau tak sedap
itu bertambah menyengat, senyuman di bibir si nenek
mulai nampak. "Sebentar lagi ramuan ini akan mencair! Kau harus
meminumnya dengan cepat, Maung Kumayang!"
Apa yang diperkirakan perempuan tua bergincu ini
memang benar. Karena kini yang nampak di telapak
tangannya, hanyalah seperti cairan belaka tanpa warna. Dengan berhati-hati dia berlutut dan mengangsurkan telapak tangan kanannya ke mulut Maung Kumayang. Plak! Tangan kirinya memukul kepala Maung Kumayang
hingga mulutnya terbuka. Dengan cepat dimasukkan
cairan itu ke dalam mulut Maung Kumayang.
Setelah tak ada lagi yang tersisa, tangan kanan si
nenek menekap mulut Maung Kumayang sementara
tangan kirinya memiringkan tubuh Maung Kumayang.
Setelah itu dia menyeringai lebar dengan pandangan tak berkedip.
"Kau beruntung, Maung! Karena setelah tiga hari
aku berusaha untuk mendapatkan Kodok Api ternyata
berhasil juga! Dan kau beruntung meminum lendir kodok itu!" Kejap lain nampak si nenek berlutut dengan kedua
tangan merangkap di depan dada. Perlahan-lahan sepasang matanya terpejam dengan bibir merapat.
Malam terus beranjak menjauh, seperti menekan
bumi dalam naungan kegelapan. Begitu pagi menjelang
bersamaan terdengarnya kokokan ayam hutan di kejauhan, Sosok lelaki berwajah tirus yang tergolek lemah nampak mulai bergerak.
Rajawali Emas 20 Ratu Dari Kegelapan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dari mulutnya keluar keluhan pelan tertahan.
Seketika si nenek membuka sepasang matanya. Se
kejap diperhatikan lelaki itu dengan senyuman di bibir
Di lain kejap dia sudah berkata, "Kau telah pulih,
Maung! Bahkan kau akan mendapatkan sesuatu yang
tak pernah kau bayangkan! Hanya sayangnya, kau tak
akan bisa berdiri tegak seperti dulu! Ya, ya... sayang
sekali! Tetapi toh, nyawa busukmu masih melekat pada jasadmu itu!"
Sosok lelaki berpakaian dan berjubah hitam itu kini
membuka kedua matanya dan melihat ke arah si nenek yang sedang menyeringai. Lalu perlahan-lahan beringsut membetulkan kedudukan tubuhnya.
"Siluman Kawah Api...," desisnya pelan.
Si nenek berpakaian jingga kemerahan berkata
Aku sudah membuang waktu menunda urusanku karena mengobatimu, Maung! Sekarang ceritakan kepadaku, siapa yang melakukannya! Karena aku tak
punya waktu banyak...."
Maung Kumayang sesaat terdiam. Pikirannya kembali pada satu peristiwa yang menyakitkan hatinya. Diingatnya saat itu dia bersama Lodang Kumayang, sedang mencecar Sri Kunting, murid Pendekar Pedang
yang haru saja mereka bunuh. Di saat itulah datang
Rajawali Emas yang bukan hanya menggagalkan rencana mereka untuk mempermalukan Sri Kunting, tetapi membuat nyawa Lodang Kumayang putus sementara dia sendiri pingsan dengan tulang punggung patah dua buah (Untuk mengetahui lebih jelas peristiwa
ini, silakan baca : "Seruling Haus Darah").
Maung Kumayang menarik napas panjang. Tubuhnya dirasakan mulai membaik dan jalan nafasnya
normal. Tetapi tatkala dia hendak menegakkan tubuhnya, alangkah terkejutnya orang ini. Karena dia tak bisa menegakkan tubuhnya!
Melihat keterkejutan dan perubahan wajah Maung
Kumayang, si nenek yang dipanggil dengan julukan Siluman Kawah Api berkata lagi, "Tadi sudah kukatakan,
kau tak akan bisa berdiri tegak kembali, Maung! Tetapi
jangan sesali urusan bodoh itu yang akan bikin mumet
kepalamu! Yang terpenting, kau masih hidup! Itu yang
harus kau pikirkan!"
Maung Kumayang menarik napas pendek. Diamdiam terdengar dengusannya yang sarat dengan kemarahan. Sepasang matanya membesar seperti ribuan
dendam yang menggumpal di dalam dirinya. Lalu terdengar desisannya, pelan namun cukup tajam terdengar, "Rajawali Emas...."
Sesaat terlihat kepala Siluman Kawah Api tergerak
ke belakang. Mulutnya terbuka hingga memperlihatkan deretan giginya yang masih lengkap tetapi hitam legam "Rajawali Emas...," desisnya mengulangi. "Aku pernah mendengar julukan itu di
saat kekacauan terjadi
di Lembah Karang Hantu. Maung Kumayang... katakan
kepadaku, seperti apa ciri-ciri Rajawali Emas?"
Dengan penuh kegeraman dan dendam, Maung
Kumayang mengatakan apa yang diketahuinya. Setelah terdiam beberapa saat dia melanjutkan kata, "Siluman Kawah Api. terima kasih atas pertolonganmu.
Bila saja kau tak menemukanku, mungkin aku sudah
menyusul Lodang Kumayang ke neraka!"
Seperti tak mempedulikan ucapan Maung Kumayang, Siluman Kawah Api berkata, "Katakan kepadaku... mengapa kau bisa bertemu dengan pemuda itu?"
Lagi-lagi Maung Kumayang menceritakan apa yang
terjadi. Begitu mendengar kata-katanya, Siluman Kawah Api nampak menjerengkan sepasang matanya.
Dagunya yang lancip nampak seperti makin meruncing. "Seruling Haus Darah...," ulangnya bagai desisan.
Maung Kumayang menangkap sesuatu dari nada
suara si nenek segera diangkat kepalanya. Sesaat dia
menatap si nenek sebelum berkata, "Sepertinya aku
menangkap gejala tak mengenakkan melihat sikapmu
sekarang...."
Siluman Kawah Api terdiam sesaat seperti memikirkan sesuatu. Lalu sambil tersenyum dia berkata,
"Tak ada yang mengganggu pikiranku dengan nama
yang kau sebutkan tadi." Lalu diam-diam dia menyambung dalam hati, "Justru kepergianku dari Goa Mati
untuk mencari manusia itu. Aku yakin... aku mengenal orang itu. Siapa tahu dia masih mengingat ku. Dengan begitu, aku bisa mendapatkan kesempatan untuk
bergabung dengannya dan membunuh Peri Gelang
Rantai...."
Lalu diangkat kepalanya lagi dan berkata pada Maung Kumayang, "Tahukah kau dimana aku bisa bertemu dengan Seruling Haus Darah?"
sesuatu. Bila yang dikatakannya tadi benar kalau
nama Seruling Haus Darah tidak mengganggu pikirannya, dia tak akan mungkin menanyakan soal itu. Tetapi karena dia telah menolongku, tak ada salahnya bila
terus terang kukatakan." Habis membatin begitu,
Maung Kumayang berkata, "Terus terang, sebenarnya
beberapa hari lalu aku dan Lodang Kumayang diharuskan menemuinya di Bukit Watu Hatur. Namun
sayangnya, Rajawali Emas telah membuat semuanya
berubah. Untuk saat ini, aku tidak tahu di mana harus
menemui Seruling Haus Darah."
Siluman Kawah Api terdiam seraya membatin, "Celaka! Kalau begini adanya, akan semakin sulit bagiku
untuk membuktikan siapa Seruling Haus Darah sebenarnya. Tetapi masih kuharapkan orang itu adalah...
Hmmm... tatapan manusia ini nampaknya masih menyelidik. Keparat! Apa yang hendak kulakukan tak boleh diketahui siapa pun juga."
Lalu dengan pandangan lurus ke arah Maung Ku
mayang, Siluman Kawah Api berkata, "Aku akan meninggalkanmu pagi ini juga. Usahakan jangan banyak
membuang tenaga dalam selama dua kali penanakan|
nasi. Bila kau melakukannya, maka Lendir Kodok Api
tak akan banyak gunanya."
"Lendir Kodok Api" Apakah khasiat yang bisa kudapatkan?" tanya Maung Kumayang dengan kening dikernyitkan. Sepasang mata si nenek menjereng. Lalu katanya
agak dingin, "Kau tahu bukan, aku paling tidak suka
mendengar pertanyaan-pertanyaan seperti itu"! Tetapi
tak perlu khawatir, karena kau akan mengetahuinya
Dan kupikir... kau sekarang akan bisa menandingi Rajawali Emas!"
"Kalau memang hasilnya seperti itu, mengapa justru kau memberikannya kepadaku?" tanya Maung
Kumayang tak memperdulikan kata-kata si nenek tadi.
"Pertanyaan yang sangat tepat sekali! Dalam tubuh
ku Sudah ada tenaga api yang berpuluh tahun kupelajari Kendati akhirnya aku mencium Lendir Kodok Api,
tetap saja tak ada gunanya sama sekali. Bahkan terasa
sia-sia belaka. Justru kaulah yang akan mendapatkan
manfaatnya! Dan kau bisa melihatnya sendiri! Hanya,
yang perlu kau ingat, jangan membuang tenaga dalam
mu dulu seperti yang kukatakan tadi!"
"Terima kasih!"
"Aku tak membutuhkan ucapan terima kasih! Yang
perlu kau ketahui, itulah untungnya menjalin hubungan denganku! Terus terang kukatakan, bila kau bukan kambratku, kau bukan hanya akan kubiarkan
mampus! Tetapi akan kutambah dengan satu siksaan
yang sangat kusukai Kau tahu bukan, kalau aku sangat suka menyiksa siapa saja yang bukan kambratku!"
Habis kata-katanya, sosok perempuan tua bergincu
itu berbalik. Dan tanpa menghiraukan panggilan
Maung Kumayang dia terus melangkah sambil membatin, "Mudah-mudahan Seruling Haus Darah orang
yang sama. Dan... dia tak pernah melupakan siapa aku
sebenarnya.... Apalagi kudengar Peri Gelang Rantai
sudah muncul kembali ke rimba persilatan ini! Berarti,
kesempatanku untuk membalas dendam padanya semakin dekat!"
Sementara itu Maung Kumayang sedang menghela
napas. "Aku bertambah yakin kalau perempuan ini sebenarnya menghendaki bertemu dengan Seruling Haus
Darah. Hmmm... ada apa sebenarnya" Apakah ada sesuatu yang... huh! Peduli setan dengan urusan perempuan tua itu! Apa yang dilakukannya terhadapku cukup membuatku untuk berterima kasih!" Di lain kejap,
terlihat wajah lelaki bercodet ini menegang, sepasang
matanya seperti mengeluarkan bara api, "Rajawali
Emas! Pemuda itu harus membayar nyawa Lodang
Kumayang dengan nyawanya!!"
Sunyi mengerjap. Biasan matahari pagi semakin
nampak. Maung Kumayang berusaha membetulkan letak duduknya. Dan dia menggeram keras tatkala kembali menyadari kalau tubuhnya tak bisa ditegakkan. ,
"Keparat betul! Pemuda dari Gunung Rajawali itu
bukan hanya harus mampus, tetapi akan kusiksa dulu
hingga dia tahu betapa murkanya alam ini!"
Namun mendadak saja lelaki berwajah tirus ini meregang dengan kepala menegak. Kejap lain tubuhnya|
bergulingan karena panas yang sangat menyengat
menderanya. Dalam waktu hanya sekejapan saja sekujur tubuhnya dibanjiri keringat!
*** Bab 3 PEREMPUAN yang mengenakan topeng warna perak
dan berpakaian panjang warna kuning cemerlang tiba
di tanah terbuka itu. Dari balik topeng perak yang dikenakan, sepasang matanya yang jernih namun tajam,
memperhatikan sekelilingnya.
"Sialan! Aku harus menemukan burung rajawali
raksasa itu yang sebelumnya kulihat terbang ke arah
barat! Seharusnya aku sudah menemukan burung rajawali raksasa itu yang kemungkinan besar mencari
majikannya! Berabe! Perempuan cabul yang kini mendapat mainan baru itu pasti akan mengejekku habishabisan!" Perempuan berpakaian kuning cemerlang yang tak
lain Dewi Topeng Perak ini memicingkan matanya. Kali
ini pandangannya ditujukan pada dua buah jejak kaki
yang besar di tanah.
Perlahan-lahan perempuan ini mendekat dan memperhatikan dua jejak di tanah yang amblas ke dalam
itu. Sebuah senyum aneh tersungging di bibirnya yang
tipis memerah. "Tak salah dugaanku. Burung rajawali raksasa itu
pasti telah menjumpai Rajawali Emas. Terbukti dengan
dua jejak kakinya di tanah yang amblas ini."
"Kau ternyata benar, Perempuan Bertopeng Perak!"
seruan yang diiringi desahan itu terdengar bersamaan
munculnya dua sosok tubuh. Orang yang berbicara
barusan, tak lain Nenek Cabul adanya, Sementara di
sisi perempuan cabul berpakaian panjang kuning kebiruan yang terbuka di bagian dadanya, berdiri seorang
lelaki tinggi kurus berwajah cekung mengenakan pakaian gombrang warna hitam bergaris merah.
Lelaki berkepala lonjong dengan rambut yang dapat dihitung dan tak lain Iblis Lembah Ular adanya,
tertawa panjang. Menyusul kata-katanya, "Kalau sudah begini, ke mana lagi harus dicari si Rajawali
Emas"! Pemuda itu harus mampus di tanganku!!"
Dewi Topeng Perak membalikkan tubuh. Dari balik
topeng perak yang dikenakannya, sepasang matanya
mendelik gusar mendengar kata-kata kedua orang itu.
Namun berpikir keduanya secara tidak langsung akan
membantunya untuk membalas dendamnya pada Rajawali Emas karena menggagalkan rencananya untuk
membunuh Mata Malaikat (Silakan baca : "Keranda
Maut Perenggut Nyawa" dan "Hantu Seribu Tangan"), segera saja perempuan yang tak
diketahui bagaimana
rupanya ini menindih kejengkelannya.
Tetapi saat keluarkan suara, kejengkelannya masih
nampak, "Lelaki berkepala lonjong! Bila kau bertanya
hendak ke mana, ke neraka pun tak ada urusannya
denganku!"
Bukannya marah mendengar makian itu, Iblis Lembah Ular justru makin keraskan tawanya seraya berkata, "Gila! Rupanya kau cemburu dengan yang telah kulakukan pada Nenek Cabul! Tidak usah gundah! Karena bila kau menginginkannya, aku bersedia melakukannya!!" Sementara di balik topeng yang dipakainya wajah
Dewi Topeng Perak mengkelap, Nenek Cabul justru tertawa keras hingga payudaranya yang besar namun sudah kendor itu bergoyang. Menyusul kata-katanya
yang semakin membuat Dewi Topeng Perak bertambah
mengkelap, '"Dewi Topeng Perak! Mengapa kau tak
mengatakan kepadaku bila kau menginginkan apa
yang kulakukan dengan Iblis Lembah Ular"! Aku tak
cemburu sama sekali! Bahkan aku hendak membagi
kenikmatan yang telah kudapatkan bersamanya! Ayolah kau lakukan! ! Bila kau malu, aku bisa menjauh!
Tetapi jangan terlalu banyak berharap aku tidak mengintip"!"
"Keparat! Kedua manusia ini harus diajar adat!
Menghadapi Iblis Lembah Ular kupikir tidak terlalu sulit! Demikian pula membunuh perempuan cabul keparat itu! Hanya saja, dia memiliki senjata ampuh milik Raja Dewa! Huh! Rasanya aku semakin tidak sabar
Rajawali Emas 20 Ratu Dari Kegelapan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
untuk melihat Trisula Mata Empat!" maki Dewi Topeng
Perak dalam hati. Tetapi lagi-lagi dia masih berusaha
menindih kemarahannya.
Seraya maju satu langkah dia berkata, "Urusan aku
menghendaki apa yang kau dapatkan dari Iblis Lembah Ular, adalah urusan yang menjijikkan! Tak mungkin aku akan pernah melakukannya! Ketimbang...."
"Denganku, lebih baik dengan Upasara alias Mata
Malaikat"!" potong Iblis Lembah Ular sambil menyeringai lebar. Tak menyangka orang akan berkata begitu, hampir
saja Dewi Topeng Perak sudah menggebrak maju. Namun dia masih berusaha tenang. Kendati demikian Iblis Lembah Ular yang sudah melihat gerakannya berkata sinis, "Mengapa harus dihentikan keinginanmu"! Silakan,
lakukan hingga kau akan menyesal karena telah berlaku bodoh!"
"Setan keparat! Jahanam betul! Menilik gelagat seperti ini, tak mungkin aku terus menerus membiarkan
diri bersama mereka! Sungguh menyesal aku yang begitu bodoh menghendaki kerja sama dengan Nenek
Cabul untuk membunuh Rajawali Emas! Hmmm...
akan ku tinggalkan saja kedua manusia celaka ini!
Dan satu saat, akan kubuat kejutan pada keduanya!
Terutama perempuan cabul keparat itu!" Habis memaki dan berpikir demikian, Dewi Topeng Perak berkata,
"Sebaik-nya, kalian umbar nafsu celaka kalian! Kita teruskan langkah masing-masing!"
Lalu tanpa menunggu jawaban dari kedua orang
itu, Dewi Topeng Perak segera berkelebat hingga yang
nampak hanyalah bayangan kuning belaka.
Sementara itu, Iblis Lembah Ular yang lama kelamaan menjadi jengkel, menggeram keras, "Keparat! ingin kurobek mulut celakanya itu! Huh! Ingin kulihat
seperti apa tampangnya"!"
Nenek Cabul yang mendengar geraman itu memperhatikan dan diam-diam membatin, "Bagus! Nampaknya aku bisa menguasai lelaki ini! Aku yakin dia
tahu di mana Seruling Haus Darah berada! Ini kesempatanku untuk mendapatkan Seruling Gading milik
Raja Seruling yang dirampas lelaki celaka itu! Mengenai Dewi Topeng Perak urusan mudah! Dan aku mulai
bisa menduga kalau Ratu Dari Kegelapan bisa menjalankan tugas yang kuberikan untuk membunuh Rajawali Emas! Berarti, tinggal membuat lelaki berkepala
lonjong ini bertambah patuh padaku!! Dan itu tidak
terlalu sulit!"
Lalu dengan gerakan gemulai dan langkah yang.
aduhai sehingga payudaranya bergoyang, perempuan '
tua yang masih memiliki kulit dan tubuh kencang ini
dengan sengaja menggelendoti bahu kanan Iblis Lembah Ular. "Sudahlah! Tak usah kau pikirkan perempuan bertopeng perak itu! Bukankah ini kesempatan baik hingga kita bisa memadu cinta kembali"!"
Mendengar kata-kata yang penuh rayuan dan tawaran yang tak bisa ditepiskan, Iblis Lembah Ular segera
alihkan pandangan pada Nenek Cabul yang sedang tersenyum. "Ya! Mengapa tidak"!" serunya kemudian sambil
membopong tubuh perempuan itu yang terkikik ke balik ranggasan semak.
*** Rajawali Emas menghentikan langkahnya di sebuah
jalan setapak. Di kanan kirinya yang nampak hanyalah
jajaran pepohonan. Pandangan pemuda dari Gunung
Rajawali ini mengarah ke depan. Samar pandangannya
menangkap sebuah bukit di kejauhan. Kejap berikutnya, terdengar kata-katanya,
"Bila aku beruntung, itulah Bukit Kalimuntu! Dan
di sanalah Puncak Kalimuntu yang menurut Putri Lebah berada! Urusan yang kulakukan ini justru membuatku agak tegang! Dan bila dugaanku benar, kemungkinan besar nyawa orang-orang dari Keraton Wedok Mulyo itu bisa diselamatkan! Mudah-mudahan pula Bwana lebih dulu menemukan Puncak Kalimuntu!
Hmmm... sebaiknya kuteruskan saja langkah!"
Namun sebelum pemuda bersenjatakan Pedang Batu Bintang yang berada di balik punggungnya melakukan maksud, mendadak terdengar satu suara, "Anak
muda! Kulihat ada sedikit kebimbangan di hatimu!
Dan nampaknya, kau mempunyai pikiran mendua dikarenakan masalah-masalah yang kau dapatkan! Terus terang, keputusanmu untuk menunda mencari Seruling Haus Darah memang benar! Urusan orangorang Keraton Wedok Mulyo yang tengah mencari Ratu
Dari Kegelapan yang telah membunuh Pangeran Wijayaharum sangat tepat! Lakukanlah!"
Sejenak pemuda sakti dari Gunung Rajawali ini
terdiam. Namun pandangannya diedarkan berkeliling.
"Aneh! Siapakah orang yang berbicara barusan"!
Menilik kata-katanya, dia tahu apa yang hendak kulakukan?" batinnya tak mengerti. Dan selepas matanya
memandang, yang nampak hanyalah jajaran pepohonan belaka. Sangat sulit sebenarnya orang bersembunyi karena di sekitar Tirta berdiri tak terdapat semak belukar. "Kalaupun dia tidak berada di sekitar sini, pastilah dia
bukan orang sembarangan. Karena suaranya sangat
jelas kudengar. Tetapi rasa-rasanya...."
Di lain kejap, Rajawali Emas sudah berkata sambil
rangkapkan kedua tangan di dada, "Orang yang barusan berbicara! Kau memang benar aku mempunyai
dua pikiran! Tetapi yang mengherankan, bagaimana
kau bisa mengetahui soal itu"!"
"Aku hanya menebak dan bukan mengetahui! Kuharap kau jangan terlalu menyanjung dengan kata-katamu!" sahutan itu terdengar kembali, seperti merayap
dibawa angin. "Kata-katanya sangat bijaksana sekali! Aku ingin
tahu siapa dia?" Habis membatin begitu, Tirta berkata
lagi, "Maafkan apa yang kukatakan ini! Bukan maksudku menyanjung! Tetapi, kau nampaknya mengetahui jalan pikiranku sementara aku tidak mengenal
siapa kau adanya"!"
"Sekali lagi kukatakan, aku tidak tahu jalan pikiranmu! Yang kulakukan hanya menebak saja dan kebetulan benar!" kembali sahutan itu terdengar.
Tirta yang mengandalkan nalurinya dan membuka
kedua matanya lebih lebar untuk mengetahui di mana
orang yang berbicara barusan berada, hanya bisa menarik napas panjang karena gagal menemukan di mana orang itu. Bahkan dia pun gagal setelah dipergunakan tenaga surya yang dialihkan sebagai radar untuk
menangkap hawa panas seseorang."
"jangankan untuk memastikan, menduga saja sangat sulit kulakukan," katanya dalam hati. "Tetapi aku yakin, rasanya aku pernah
mendengar suara ini. Tetapi di mana dan milik siapa suara itu" Baiknya, biar
kupancing agar dia berkata-kata lebih banyak lagi."
Memutuskan demikian, Rajawali Emas berkata,
"Adakah hal lain yang kau ketahui tentang diriku"!"
"Yang kuketahui dari dirimu tak banyak kendati kita pernah bertemu! Tetapi, dua orang sahabatmu yang
bernama Sri Kunting dan Wulung Seta dalam keadaan
baik-baik saja! Mereka sedang menuju ke Bukit Watu
Hatur sekarang!"
"Apa yang terjadi dengan keduanya?" tanya Tirta lagi semata ingin memperjelas dugaannya tentang orang
yang berbicara entah berada di mana ini. Lalu menyambung dalam hati, "Orang ini mengatakan dia pernah bertemu denganku"!"
"Tak banyak! Tetapi, keduanya baik-baik saja! Anak
Muda! Teruskan langkahmu sekarang menuju Puncak
Kalimuntu! Sesuatu akan terjadi di sana!"
"Apakah yang dimaksudkan orang ini seperti yang
kuduga?" kata Tirta dalam hati lagi. Lalu bertanya,
"Orang di balik angin... apakah yang kau maksudkan
akan terjadi sesuatu di Puncak Kalimuntu"!"
"Aku tak bosan-bosan mengatakan, kalau aku hanya menebak! Dan rasanya... aku sendiri tidak tahu
apa yang akan terjadi di sana!"
"Hmm... aku semakin kagum dengan kepribadian
orang ini. Dia betul-betul bijaksana dan...." Mendadak
saja kepala Rajawali Emas mendongak. Kembali dirangkapkan kedua tangannya di depan dada, "Rupanya aku begitu bodoh, tidak tahu siapa engkau
adanya.... Pendekar Bijaksana!"
Mendengar kata-kata Tirta, orang yang entah berada di mana itu tertawa.
"Justru baru kusadari kalau aku yang bodoh, tidak
tahu apa maksudmu memperpanjang kata! Seharusnya aku sadar akan kecerdikanmu, Anak Muda!"
Tirta mendesah lega. "Benar dugaanku. Dia adalah
Eyang Pendekar Bijaksana, guru dari Mata Malaikat
dan manusia sesat Hantu Seribu Tangan! Tak kusangka kalau aku akan bertemu kembali dengan orang tua
bijaksana ini. Sayangnya, dia tak mau menampakkan
wujudnya."
Habis membatin begitu kemudian Tirta berkata,
"Pendekar Bijaksana... apakah engkau pula orangnya
yang diceritakan Wulung Seta berbicara tanpa wujud?"
"Kau benar, Anak Muda! Murid Ki Alam Gempita
saat itu berada dalam posisi yang sulit! Hanya sekadar
wejangan yang bisa kuberikan kepadanya!"
"Masalah apa gerangan yang membuatmu muncul
kembali?" tanya Tirta pula.
"Seperti biasa, aku muncul bukan untuk menghukum. Tetapi hanya mencari kejelasan yang masih
mengambang di otakku! Dan entah mengapa aku seperti mengenal lelaki sesat yang menjuluki dirinya Seruling Haus Darah!"
"Hmmm... di saat rimba persilatan diguncang dengan kekejaman Hantu Seribu Tangan yang mempergunakan Keranda Maut Perenggut Nyawa, Pendekar
Bijaksana pun muncul hanya untuk mencari kejelasan! Apakah...." '
"Maafkan aku, Anak Muda!" suara orang di balik
angin yang kini diketahui Pendekar Bijaksana adanya
memutus kata batin Rajawali Emas. Kata-katanya
yang berikut membuat Rajawali Emas melengak, "Bukan maksudku memutus kata batinmu, tetapi ini memang harus kukatakan kepadamu! Kendati dari tempat ini kau bisa melihat Bukit Kalimuntu, namun kau
baru bisa tiba besok pagi meskipun kau mempergunakan ilmu peringan tubuhmu! Besok adalah hari ketujuh dari waktu yang menurut Putri Lebah, Ratu Dari
Kegelapan pada hari kedelapan berada di Puncak Kalimuntu! Kau akan menghadapi sesuatu yang cukup
mengejutkan! Tetapi menilik gelagat, sepertinya kau
bisa menduga apa yang akan membuatmu terkejut itu,
Anak Muda!"
Rajawali Emas kembali rangkapkan kedua tangannya di depan dada.
"Baiklah! Dan aku sangat berterima kasih atas kata-katamu itu!"
"Berhati-hati lebih baik ketimbang kau mengucapkan terima kasih atas kata-kataku ini!"
Dan entah bagaimana, tahu-tahu Rajawali Emas
merasakan angin berkesiur ke arah belakang dari jarak dua tombak di hadapannya. Pemuda yang memiliki
ilmu tinggi ini menarik napas pendek, "Gila! Aku yakin
kalau sebelumnya tadi dia berdiri tak jauh dariku! Tetapi tak mungkin, karena bila dia berdiri di hadapanku, aku bisa melihat sosoknya! Luar biasa! Entah berada di mana sebenarnya orang tua bijaksana itu kendati aku mendengar kesiur angin tadi!"
Setelah terdiam beberapa saat, pemuda yang di kedua lengannya terdapat rajahan burung rajawali berwarna keemasan ini, mengalihkan pandangan ke Bukit
Kalimuntu yang dilihatnya. Pandangannya begitu lekat
seolah menimbang jarak tempuh yang akan dilakukannya. "Sukar dipercaya bila Pendekar Bijaksana mengatakan aku membutuhkan waktu cukup lama untuk tiba
di Puncak Kalimuntu! Apakah dikarenakan jalannya
tidak seperti yang kubayangkan" Bisa jadi! Hmmm...
segera saja kuteruskan langkah!"
Memutuskan demikian, pemuda dari Gunung Rajawali ini segera berkelebat menuju Puncak Kalimuntu.
*** Bab 4 SEBENARNYA, ke mana perginya Putri Lebah" Sebaiknya kita ikuti dulu perjalanannya. Ratu Dari Kegelapan
yang menyamar sebagai Putri Lebah dan mempunyai
maksud untuk menyusul orang-orang utusan dari Keraton Wedok Mulyo yang termakan cerita bohongnya
ke Puncak Kalimuntu, merasa mendapat kesempatan
yang tepat begitu melihat kemunculan Datuk Jubah
Merah dan Maut Tangan Satu untuk segera menghabisi orang-orang itu.
Makanya, dia langsung menyerang Datuk Jubah
Merah. Dia yakin, dengan penyamarannya sebagai Putri Lebah, Rajawali Emas tak akan curiga mengingat sifatnya yang berangasan dan keinginannya untuk dikenal oleh orang-orang rimba persilatan saat dia langsung menyerang Datuk Jubah Merah.
Dengan cara menerima hajaran yang dilakukan Datuk Jubah Merah, Ratu Dari Kegelapan sengaja membuang tubuhnya ke balik ranggasan semak. Begitu tu
Rajawali Emas 20 Ratu Dari Kegelapan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
buhnya terlempar, segera saja dia berkelebat menjauh.
Dia yakin, kalau Rajawali Emas tak akan menduga
maksud sebenarnya. Karena kemungkinan besar Rajawali Emas akan berpikir, kalau dia tak sanggup
menghadapi Datuk Jubah Merah. (Baca serial Rajawali
Emas dalam episode: "Memburu Nyawa Sang Pendekar"). Di satu tempat yang cukup sepi, Ratu Dari Kegelapan menghentikan larinya. Nafasnya agak terengah
dengan keringat yang mengalir.
"Jahanam betul lelaki berjubah merah itu! Bila saja
aku tak menginginkan untuk segera membunuh
orang-orang Keraton Wedok Mulyo, akan kubunuh
dia!" makinya keras. Kendati sedikit banyaknya, apa
yang direncanakannya mulai nampak berhasil, dia tak
suka dihajar seperti tadi oleh Datuk Jubah Merah.
Sebelum menerima hajaran Datuk Jubah Merah,
Ratu Dari Kegelapan telah menamengkan diri dengan
ilmu 'Perisai Iblis', ilmu kebal yang mampu menahannya dari pukulan yang dilepaskan oleh Datuk Jubah
Merah. Makanya, dia sama sekali tak menderita apaapa setelah dihantam oleh lelaki berjubah merah itu.
Perempuan yang menyamar sebagai Putri Lebah ini
menengadahkan kepala. Dilihatnya arakan langit pagi
yang sedang melangkah menuju siang.
"Aku harus cepat menyelesaikan urusan, sebelum
Rajawali Emas mengetahui semua ini dan menjauh dariku hingga hilang kesempatanku untuk tidur dengannya! Tak peduli Nenek Cabul mau bersikap apa bila
suatu ketika mendapati Rajawali Emas belum mampus! Yang kuinginkan adalah tidur dengan pemuda itu!
Setelah berhasil, baru dia kubunuh!" katanya lagi dengan suara dingin. Lalu menyusul kata-katanya agak
ragu-ragu "Tetapi... mengapa sampai dua kali kupergunakan ilmu 'Uap Kembang Surga' untuk merangsang birahinya, sama sekali tidak berpengaruh" Apakah diam - diam pemuda itu tahu siapa aku sebenarnya" Atau... dia memiliki ilmu penangkal racun" Keparat! Keinginanku untuk tidur dengannya nampak semakin sulit, terutama sejak kedatangan orang-orang
Keraton Wedok Mulyo!"
Sejenak perempuan ini terdiam. Pandangannya lurus ke depan. "Aku harus lebih dahulu tiba di Puncak
Kalimuntu, sebelum orang-orang keraton itu! Tetapi
kuharapkan pula sebelum tiba di sana aku sudah bertemu dengan mereka! Tak terlalu sulit sebenarnya
membunuh mereka! Hmmm... sebaiknya, kubuka dulu
samaran ku ini...."
Setelah memperhatikan ke sekelilingnya dan dirasakan aman, Ratu Dari Kegelapan segera melompat ke
balik ranggasan semak belukar.
Dua kejapan berikutnya, telah muncul satu sosok
tubuh dari balik ranggasan semak tadi. Bukan sosok
Putri Lebah yang mengenakan pakaian hijau muda
dan di sepanjang kedua lengannya terdapat renda
warna putih, melainkan satu sosok tubuh perempuan
setengah baya yang jelita!
Sepasang matanya indah berseri namun terkesan
licik. Sepasang alisnya hitam legam. Ditambah dengan
hidung yang bangir dan bibir tipis memerah basah,
lengkaplah kejelitaan perempuan yang mengenakan
pakaian berwarna biru langit yang di setiap bagian terdapat untaian benang warna hijau. Di bagian atas sebelah kanan dadanya yang membusung, untaian benang hijau itu membentuk satu sulaman seperti mahkota. Dialah Ratu Dari Kegelapan!
"Dengan kembali menjadi diriku, kemungkinan besar aku bisa menghindari Rajawali Emas bila suatu ketika bertemu dengannya! Aku yakin dia tak akan mengenali siapa diriku ini!" kata Ratu Dari Kegelapan dalam wujud aslinya.
Lalu dibalikkan tubuhnya ke belakang. Sepasang
matanya menatap kejauhan.
Kembali dia mendesis, "Dari tempat ini Puncak Kalimuntu tidak nampak! Sayang, keinginanku untuk tidur dengan Rajawali Emas jadi tertunda karena kedatangan orang-orang Keraton Wedok Mulyo! Tetapi kuharap, semuanya akan berlangsung seperti yang kuinginkan! Sebaiknya, aku mulai saja menuju ke sana!!"
Di lain kejap, perempuan yang mengenakan pakaian berwarna biru langit dan di bagian atas dada sebelah kanannya terdapat sulaman benang warna hijau
bermotifkan mahkota ini, segera berkelebat ke arah barat! *** Perempuan tua berdagu lancip yang mengenakan
pakaian panjang warna jingga kemerahan itu menghentikan langkahnya. Sepasang matanya yang masuk
ke dalam memandang tak berkedip ke depan. Seperti
menimbang sesuatu.
Kejap lain terdengar desisannya, "Hmmm... bila
yang kuduga tentang Seruling Haus Darah benar, berarti semua yang kuinginkan dapat terlaksana! Setelah
kematian Dewa Tanpa Nama puluhan tahun lalu, mulailah merebak julukan Seruling Haus Darah yang kemudian menjadi orang paling sadis yang berada di belakang pembunuhan bergelombang! Seingatku, musuh
bebuyutan Dewa Tanpa Nama adalah Raja Setan!"
Perempuan tua ini terdiam sejenak sebelum melanjutkan kata- katanya, "Hingga saat ini aku memang belum pernah bertemu dengan orang yang berjuluk Seruling Haus darah! Tetapi entah mengapa justru aku seperti begitu dekat dengannya! Ya! Dugaanku.... Raja
Setanlah yang telah mengubah julukannya menjadi Seruling Haus Darah! Bila dugaan ini benar, aku yakin
kedudukanku akan semakin tinggi mengingat lelaki itu
pernah menjadi teman hidupku tanpa ikatan tali pernikahan! Apakah...."
Mendadak saja si nenek memutus kata-katanya
sendiri. Masih memandang ke depan diam-diam dia
membatin, "Hmm...ada monyet liar di balik ranggasan
semak belukar sebelah kananku. Kurang ajar! Siapa
cecunguk yang barusan berkelebat dan mendekam di
balik ranggasan semak belukar"! Jahanam betul! Akan
kupermainkan cepunguk sialan itu dengan tetap berlaku tidak tahu apa-apa! Dan akan kuhajar orang sialan ini!" Memutuskan demikian, perempuan tua yang tak
lain Siluman Kawah Api ini, segera bergerak kembali.
Kali ini tidak berkelebat seperti tadi, melainkan melangkah dengan pandangan ke depan sementara kedua
telinganya dibuka semakin lebar.
"Hm... cecunguk itu rupanya mengikutiku. Tetapi
sinting! Mengapa aku tak menangkap hawa panas
yang menguar dari tubuhnya" Apakah yang mengikutiku sebangsa iblis penghuni hutan ini" Atau... orang
itu sengaja menahan hawa panas yang dimiliki setiap
manusia dalam tubuhnya" Benar-benar hebat bila dia
bisa melakukan dan benar-benar kapiran bila dia masih terus mengikutiku!" makinya dalam hati.
Perempuan yang mempunyai niatan untuk menemukan Seruling Haus Darah karena ada satu dugaan
yang memaksanya berlaku seperti itu, terus melangkah dengan sikap tak acuh.
"Di depan sana kulihat tanah agak lapang. Di sanalah akan kuhajar orang iseng yang menguntitku ini!"
Siluman Kawah Api terus melangkah dan kedua telinganya terus menangkap gerakan orang yang entah
siapa berada di belakangnya. Begitu sepasang kaki kurusnya menginjak tanah yang agak terbuka. segera saja perempuan berdagu lancip ini berbalik. Tanpa banyak ucap, tangan kanannya sudah dikembangkan
dan dihentakkan ke belakang!
Wussss!! Menghampar gelombang angin panas yang timbulkan suara menggidikkan, menghantam ranggasan semak belukar yang bukan hanya pecah berpentalan
namun juga luruh menjadi serpihan.
Bukannya tersenyum melihat apa yang dilakukannya, perempuan tua ini justru melengak dengan pandangan melebar. Bahkan ia sampai mundur satu langkah. "Gila!" terdengar makiannya kemudian, menyusul
pandangannya diedarkan dengan cepat. Yang dilihatnya, hanyalah tanah di mana ranggasan semak belukar yang dihantamnya tadi telah menggundul dan
rengkah Tak ada sosok tubuh yang tergeletak akibat
hantamannya. Bahkan tak didengarnya suara apa-apa.
Perempuan tua ini memaki lagi, "Benar-benar kapiran! Siapa orang celaka itu"! Seharusnya dia sudah
terkapar terkena hantaman hawa panas yang kulepaskan! Paling tidak dia akan mengaduh atau keluarkan '
Ratu Cadar Jenazah 2 Pendekar Slebor 22 Manusia Pemuja Bulan Pendekar Tongkat Dari Liongsan 3
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama