Ilmu Pedang Pengejar Roh Karya Mong Long Bagian 1
ILMU PEDANG PENGEJAR ROH Karya: Mong Long Dijalanan yang bersih terdapat sebuah rumah sederhana dengan
wajah-wajah yang sederhana....
Ini adalah Long Dong (nama tempat) sebuah desa yang sederhana
yang hanya ditinggali oleh 30-40 keluarga.
Matahari di bulan sembilan menyinari dijalanan yang tidak rata. Empat orang anak
remaja sedang pulang dari sekolah.
Salah satu diantara mereka ada yang bertubuh agak tinggi dan wajahnya agak merah,
dia berhenti melangkah dan berkata, "Hari ini kita pulang lebih awal, bagaimana kalau kita
bermain dulu?" Dua anak remaja lainnya berkata, "Baiklah...."
Anak remaja yang berwajah merah itu melihat temannya yang satu lagi dan bertanya,
"Shen Zhong-yuan, mengapa kau diam saja?"
Anak remaja yang bernama Shen Zhong-yuan itu berbadan kurus dan pendek, seperti
yang baru berusia 8-9 tahun.
Dia paling kecil diantara mereka berempat. Dengan serius dia berkata, "Guru
mengatakan bahwa hari ini kita pulang lebih awal karena harus membantu orang tua
panen padi, masa kita bermain di sini...."
Salah satu dari mereka berkata, "Memanen padi adalah pekerjaan pegawai, kita tidak
perlu membantu." Kata Shen Zhong-yuan, "Dirumah kami tidak ada pegawai."
"Mengapa di rumahmu tidak ada pegawai?"
Anak remaja yang berwajah agak merah itu walaupun hanya berusia 11-12 tahun tapi
dia seperti orang yang dewasa, dia menjawab, "Feng Qi, apakah kau tidak tahu,
dirumahnya hanya ada ibunya, dia tidak mempunyai banyak uang."
Kata Feng Qi, "Aku tidak percaya, katanya ayahnya berdagang diluar kota, mengapa
ayahnya tidak mengirim uang untuk dia dan ibunya?"
1 "Apakah kau tidak tahu dia tidak mempunyai ayah?"
"Tao San, kau jangan ngomong sembarangan!" Feng Qi sengaja berkata agak keras.
"Mengapa dia tidak mempunyai ayah" Bila dia tidak mempunyai ayah, dia datang dari
mana" Apakah dia adalah anak haram?"
Dengan tertawa Feng Qi melihat Shen Zhong-yuan.
Shen Zhong-yuan marah dan berteriak, "Kaulah yang anak haram!"
Feng Qi juga marah dan berkata, "Sembarangan bicara, semua orang tahu kalau aku
mempunyai ayah, sedangkan kau, siapa ayahmu" Dimana dia berada" Katakan, anak
haram!" Shen Zhong-yuan marah dan berteriak, "Kentut kau!"
Kata Feng Qi dengan tertawa, "Kalau aku kentut, coba katakan siapa nama ayahmu"
Dimana dia" Dan apa pekerjaannya" Betul kan, kau tidak bisa menjawab?"
Dengan tertawa Feng Qi menjawab, "Aku beritahu kepadamu, ayahku mengatakan
semenjak ibumu datang ke desa ini, dia sudah melahirkanmu tapi tidak mempunyai
suami. Kau adalah anak haram, apakah kau tidak mau mengakuinya?"
Dengan wajah merah, Shen Zhong-yuan tidak menjawab dan dia langsung pergi.
Kata Tao San, "Jangan pergi dulu, aku akan memberitahumu cara yang baik."
Shen Zhong-yuan berhenti melangkah, tapi dia tidak membalikkan badan.
Tao San tertawa dan berkata, "Katanya ibumu sangat akrab dengan Paman Chu, dia
seorang adalah pegawai disawah, mengapa kau tidak menganggapnya sebagai
ayahmu?" Hati Shen Zhong-yuan tergerak dan berpikir, "Betul, Paman Chu memang akrab
dengan ibuku dan juga sangat baik kepadaku, kalau saja...."
Dia sedang berpikir, Feng Qi berkata lagi, "Kalau ibumu tidak suka karena dia pincang,
itu tidak apa-apa, dirumahku masih banyak pegawai, mereka semua berbadan sehat.
Asalkan ibumu mau, tidak perlu khawatir...."
2 Kata-kata ini belum habis, Shen Zhong-yuan sudah membalikkan badan dan maju
beberapa langkah. Dia sudah mengayunkan kepalan tangannya ke wajah Feng Qi.
"Kau berani memukulku!"
Feng Qi sangat marah, sepasang tangannya mengepal dan mulai memukul, tapi
dengan mudah Shen Zhong-yuan menghindar. Dia memukul lagi pipi Feng Qi.
Tapi tiba-tiba di telinganya terdengar suara yang berbisik, "Nak, kau belajar ilmu silat
bukan untuk berkelahi, nanti akan diketahui orang...."
Ini adalah pesan ibunya, dia harus mendengarkannya. Sebenarnya dia tidak takut
menghadapi tiga orang itu, tapi dia malah membalikkan badan dan berlari.
Tapi terlambat, anak remaja yang bernama Tao San sudah maju, dia memeluk dari
belakang dan berkata, "Kita adalah teman, kita hanya bercanda, mengapa harus
berkelahi seperti ini?"
Dia seperti ingin melerai tapi malah memeluk Shen Zhong-yuan dengan sekuat tenaga.
Tubuhnya yang lebih tinggi satu kepala dari Shen Zhong-yuan. Begitu memeluk, Shen
Zhong-yuan merasa seperi dijepit oleh besi, ilmu silat yang dia pelajari dari ibunya
menjadi tidak bisa dikeluarkan. Mereka berdua segera datang untuk memukul Shen
Zhong-yuan. Hanya dalam sekejap Shen Zhong-yuan sudah dipukul puluhan kali, membuatnya
merasa pusing dan kesakitan.
Tao San melihat teman-temannya sudah cukup memukul Shen Zhong-yuan, dia
berkata, "Aku sudah katakan kepada kalian jangan berkelahi, mengapa kalian tidak
mau mendengar?" Karena hati dia senang, jepitan tangannya agak longgar. Shen Zhong-yuan yang
berada dalam pelukannya segera melepaskan diri.
Tiba-tiba Tao San merasa kaki dipegang, kemudian diseret kebelakang hingga terjatuh.
Rasa sakit membuatnya berteriak.
Shen Zhong-yuan langsung berlari ke depan Feng Qi, dengan kepalan tangan, kaki dan
telapak dia mulai menyerang mereka.
Awalnya Feng Qi dan teman-teman masih mengira mereka akan menang karena
jumlah mereka lebih banyak dan mereka melayani serangan Shen Zhong-yuan, tapi
3 terakhir mereka malah kewalahan melayani serangan Shen Zhong-yuan, lalu mereka
pun kabur. Walaupun Shen Zhong-yuan menang, tapi dia sangat marah karena Feng Qi telah
menghina ibunya. Dia tetap mengejar Feng Qi dari belakang, dia mengait kakinya.
Feng Qi terjatuh, Shen Zhong-yuan menaiki badannya dan masih terus memukul.
Sambil berkata, "Kau yang anak haram, hasil hubungan gelap ibumu dengan
pegawaimu!" Walaupun Feng Qi terus dipukul, tapi dia juga tidak mau kalah begitu saja dalam hati
dia berpikir, "Nanti aku akan memberitahu hal ini kepada ayahku."
Waktu itu juga dari arah desa datang seekor anjing besar, bulunya berkilauan.
Begitu Feng Qi melihat anjing itu, dengan gembira dia berkata, "Kepala Hijau, gigit dia!"
Ternyata anjing ini adalah anjing peliharaan Feng Qi. Begitu mendengar perintah
majikannya, dia segera datang dan menyerang Shen Zhong-yuan.
Shen Zhong-yuan kaget dengan wajah pucat dia segera lari, tapi anjing itu malah
mengejarnya lebih cepat lagi.
Lari kedua kakinya lebih lambat dari binatang berkaki empat. Kelihatannya dia sudah
hampir terkejar. Pikir Shen Zhong-yuan, "Kalau aku sampai tergigit, aku harus mengadu kepada siapa?"
Tiba-tiba mendengar suara anjing menggonggong kesakitan. Shen Zhong-yuan kaget
dan membalikkan badan untuk melihat keadaan anjing itu.
Karena kaget dia membalikkan badan lagi dan melarikan diri, tapi Feng Qi memerintah,
"Kepala Hijau, gigit dia!"
Waktu itu dari tempat jauh ada sesuatu benda melayang menghampiri. Benda itu
mengenai kepala anjing dan membuat anjing itu melengking kesakitan. Tapi dia tetap
tidak pergi. Shen Zhong-yuan melihat benda yang melayang itu adalah gumpalan tanah. Dia
segera meniru mengambil gumpalan tanah dan melempari anjing itu.
4 Karena terkena lemparan, anjing itu ketakutan dan kabur. Walaupun tuannya berteriakteriak, tapi anjing itu tetap berlari pulang dengan cepat.
Shen Zhong-yuan masih kaget dan terduduk ditanah. Jantungnya berdebar-debar dan
nafasnya pun terengah-engah.
Tiba-tiba dari arah sawah terdengar ada sesuatu bunyi. Segera Shen Zhong-yuan
berdiri dan membalikkan badan untuk melihat.
Ternyata ada seorang laki-laki yang berusia kira-kira 30 tahunan. Tubuhnya tinggi,
beralis tebal dan matanya pun besar, tapi jalannya sedikit pincang.
Dia adalah Paman Chu. Shen Zhong-yuan segera merasa hatinya tenang. Dia menarik nafas panjang, air mata
pun mengalir, dia berkata, "Paman Chu...."
Orang itu tak lain adalah Chu Zheng. Dia datang dengan langkah gagah. Dia juga
meraba kepala Shen Zhong-yuan dan berkata, "Anak Yuan, apakah kau terkejut"
Sudah tidak apa-apa."
Shen Zhong-yuan berkata, "Paman Chu, apakah tadi kau yang melempar gumpalan
tanah untuk mengusir anjing itu" Hanya sayang Paman tidak berhasil membunuh anjing
itu, kalau tidak...."
Chu Zheng menarik nafas dan bertanya, "Anak Yuan kenapa kau berkelahi dengan
mereka?" "Kata mereka.... aku adalah anak haram. Paman, beritahu kepadaku, apakah aku
adalah...." "Bukan, kau bukan anak haram, kau.... anak baik."
"Kalau begitu, ayahku berada dimana?"
Chu Zheng tertawa kecut dan menggelengkan kepalanya tapi dia tidak menjawab.
"Paman Chu, beritahu kepadaku, ayahku berada dimana" Dia belum pernah datang
menengokku, apakah ayahku sudah meninggal?"
Chu Zheng menarik nafas dan menjawab, "Boleh dikatakan seperti itu...."
5 Shen Zhong-yuan kaget dan bertanya, "Apa artinya ini" Apakah...."
"Hal ini tidak perlu dibahas lagi, kita pulang sekarang."
"Tidak, aku harus membahasnya dan mengetahui semuanya!" Shen Zhong-yuan
mengangkat kepala, dengan penuh air mata dia berkata, "Paman Chu, karena hal ini
mereka bukan hanya sekali dua kali menghinaku, mereka selalu mengatakan bahwa
aku adalah anak haram...."
Shen Zhong-yuan menangis, Chu Zheng mengerutkan dahi dan tampak bengong, dia
tidak tahu harus menjawab apa kepada Shen Zhong-yuan.
Shen Zhong-yuan tiba-tiba berkata, "Paman Chu, kalau...Paman....jadi ayahku
bagaimana?" Chu Zheng kaget dan berkata, "Mana boleh seperti itu?"
Tanya Shen Zhong-yuan, "Mengapa tidak boleh" Aku tahu Paman sayang kepadaku,
juga.... sayang kepada ibuku. Aku juga tahu ibuku.... juga sayang kepadamu...."
Hati Chu bergetar, "Anak ini belum cukup besar. Banyak hal yang tidak pantas dia
ketahui, tapi dia sudah mulai mencari tahu, kelak...."
Shen Zhong-yuan berkata lagi, "Paman Chu, katakanlah apa yang kau inginkan" Aku
mohon...." Chu Zheng terdiam lama, lalu dia pun berkata, "Nak, kau masih kecil, banyak hal yang
tidak boleh kau ketahui. Semua bukan seperti yang kau duga, begitu mudah, hanya aku
takut...." "Paman takut apa" Asalkan aku mau, aku akan bertanya kepada ibuku."
"Bukan, Nak...." Kata-katanya belum habis, dia sudah menarik tangan Shen Zhongyuan dan berkata, "Nak, ada yang datang. Kita masuk kesawah untuk bersembunyi."
Shen Zhong-yuan juga mendengar ada suara kuda berlari. Dia mengira Feng Qi sudah
memberitahukan hal ini ayahnya dan ayahnya datang untuk menghajarnya. Dengan
cepat ikut Chu Zheng masuk kesawah.
Hanya sebentar beberapa kuda sudah lewat membuat jalan itu penuh dengan debu
yang beterbangan. 6 Rumah Shen Zhong-yuan sangat sederhana tapi terlihat sangat rapi. Walaupun dia
adalah anak yatim, tapi kehidupannya tidak miskin.
Begitu Shen Zhong-yuan pulang, di atas meja dapur dia melihat ada ayam, bebek dan
daging. Ibunya sedang memasak.
Dia heran dan bertanya, "Ibu, hari ini bukan Imlek, mengapa ibu memasak sayur begitu
banyak?" Ibunya tertawa dan menjawab, "Ibu sudah memasak semua ini, makanlah, jangan
banyak tanya lagi." Kata Shen Zhong-yuan, "Ibu, aku sudah besar, banyak hal yang tidak kumengerti yang
ingin kutanyakan." Ibunya tertawa, suaranya sangat enak didengar. Kedua pipi memerah seperti bunga
yang baru mekar.... Shen Zhong-yuan sering merasa rendah diri karena dia tidak mempunyai ayah, tapi dia
bangga kepada ibunya. Ibunya sangat cantik, tidak seperti ibu teman-temannya, terlihat jelek dan wajahnya
penuh dengan keriput.... Ibunya berkata lagi, "Apakah kau tahu, pengurus wisma akan datang, ibu membuat
bermacam-macam sayur untuk dihidangkan. Pajak tahun ini akan dibebaskan, apalagi
dia membawa orang untuk membantu kita memanen padi. Nak, apakah perhitungan
seperti ini sangat tepat?"
Kata Shen Zhong-yuan, "Ibu saja yang menghitung."
Biarpun Shen Zhong-yuan merasa dia sudah besar, tapi dia tetap seorang anak. Dia
masih tidak bisa membedakan yang mana benar dan mana yang salah.
Dia teringat dalam satu tahun pengurus Wisma Bai-ma pasti akan datang beberapa
kali. Setiap kali datang ibunya harus melayani mereka dengan baik. Tapi setiap kali
sayur, daging dan lain-lain pasti akan mereka bawa pulang dan masih meninggalkan
uang untuk mereka, masih ada kain dan lainnya.
Tapi setiap kali setelah pengurus wisma itu pulang, ibunya pasti akan diam selama 3-4
hari, dia malas bicara....
7 Karena itu Shen Zhong-yuan tidak suka bila pengurus wisma itu datang, tapi dia tidak
bisa berbuat apa-apa. Makan malam biasanya diselenggarakan dirumahnya, di dapur sudah dipasang sebuah
meja besar. Pengurus wisma dan orang yang dia bawa, tampak sedang makan, minum
dan bercanda hingga larut malam, setelah itu mereka baru berhenti. Mereka mabuk
sampai tidur berserakan. Shen Zhong-yuan dan ibunya makan di dapur.
Shen Zhong-yuan paling menyukai masakan ibunya, walaupun kali ini dimeja makan
banyak daging dan ibunya yang memasakkan semua itu tapi dia tidak berselera untuk
memakannya. Dia hanya makan sebentar kemudian tidak melanjutkan.
Walaupun orang-orang itu sudah pergi, dia masih tidak tahu bagaimana cara
menyampaikan hal yang dia sudah rundingkan dengan Paman Chu kepada ibunya.
Ibunya menyuruh dia untuk tidur lebih awal. Dia mengira ibu merasa lelah, terpaksa dia
kembali kekamarnya. Di tempat tidur, dia hanya bolak balik karena tidak bisa tidur. Beberapa kali dia ingin
menyampaikan kata-kata yang tersimpan didalam hati kepada ibunya, tapi dia mencoba
untuk menahannya, dia memutuskan besok baru....
Dari dalam kamar tidurnya, dia mendengar ada yang membuka pintu kamar ibunya.
Shen Zhong-yuan tertawa. Sebenarnya ibu menyuruhnya tidur lebih awal, seharus dia
sudah harus tahu hal ini.
Pasti Paman Chu yang datang....
Ini bukan hanya asal bicara, dia bukan hanya sekali dua kali mendengarnya, malammalam seperti ini,
Paman Chu dan ibunya sedang melakukan apa" Dia tidak tahu kapan Paman Chu
pergi dari rumahnya. Dia hanya tahu pada keesokan harinya, ibunya pasti akan
terbangun pagi-pagi dan hatinya merasa riang.
Shen Zhong-yuan tertawa sendiri dan berpikir, "Paman Chu pasti ingin cepat-cepat
memberitahu ibu tentang kejadian tadi, semoga mereka...."
8 Dia ingin tidur tapi tidak bisa. Karena ingin tahu, secara sembunyi-sembunyi dia bangun
dan keluar dari kamarnya.
Dari jendela kamar ibunya dia mendengar ada suara laki-laki yang bernafas kasar dan
suara ibunya yang seperti merasa senang....
Malam itu, yang masuk ke kamar ibunya bukan Chu Zheng melainkan pengurus wisma
Bai-ma, Zheng Yu. Begitu Zheng Yu masuk ke dalam kamar, dia sudah tidak sabar harus menutup pintu.
Dengan erat dia memeluk Lu Xiu Yan dan berkata, "Sayang, aku sangat rindu
kepadamu." Dia sudah mencium Lu Xiu Yan dimana-mana.
Lu Xiu Yan berkata, "Anakku, anakku belum tidur...."
Dia belum selesai bicara, mulutnya sudah ditutup oleh bibir laki-laki itu. Bau arak, atau
lebih tepatnya bau laki-laki itulah yang membuat hatinya bergetar.
Hatinya kacau, dia juga membalas mencium laki-laki itu. Bau kedua tubuh yang
berlawan jenis.... Tangan yang kasar meraba dari punggung ke dada dan berhenti di payudara ibunya
yang kencang. Nafas laki-laki itu menjadi kencang. Dia menggendong Lu Xiu Yan ke
tempat tidur.
Ilmu Pedang Pengejar Roh Karya Mong Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Xiu Yan sedikit memberontak dan berkata, "Kakak, pintu belum ditutup...."
Sesudah meletakkan Xiu Yan di tempat tidur, dengan langkah terpaksa dia menutupkan
pintu. Kemudian sambil berjalan dia membuka baju, tidak menunggu Xiu Yan membuka
baju dalamnya, dia sudah menindihnya dengan gerakan yang kasar.
Hanya sebentar terdengar suara terengah-engah dan suara rintihan menjadi satu....
Zheng Yu sudah lelah dan kehabisan tenaga.
Hanya sebentar di kepala Xiu Yan terbersit pikiran aneh, "Dia tidak seperti Zheng. Dia
lembut, perhatian dan tidak pernah...."
Tapi pikiran ini hanya lewat sekilas di otaknya, Xiu Yan tetap dengan lembut tidur dalam
pelukan Zheng Yu. 9 Zheng Yu tertawa dengan puas dan dengan erat memeluk Xiu Yan.
Zheng Yu sudah puas, dia ingin tidur, tapi ada suara manja berkata, "Kakak, bagaimana
dengan pekerjaanmu di wisma?"
Tanya Zheng Yu, "Untuk apa kau menanyakan hal ini" Bila ada pertanyaan besok
baru.... bertanya...."
Kata-kata dia belum selesai, dia sudah tertidur pulas. Tapi Xiu Yan menggelitiknya
membuat Zheng Yu terbangun lagi.
"Adik, kenapa kau" Aku sudah merasa lelah."
"Tidak kau harus menjawabnya, karena besok pagi kau sudah harus pergi. Sekarang
harus berbicara dengan jelas!"
"Ada apa" Aku harus mengatakan apa?"
"Aku bertanya, bagaimana dengan masalah di wisma itu?"
"Hai, tidak perlu tergesa-gesa, tunggu...."
Xiu Yan marah dan berkata, "Sudah lama aku dan putraku kau sembunyikan ditempat
yang terpencil ini, tapi kau sendiri menjadi pengurus Wisma Bai-ma, apakah kau tega
melakukannya kepada kami" Mungkin kau belum melupakan Da Ni Zi, kau ingin
berkumpul lagi dengannya." "Jangan berkata seperti itu, dia sudah tua. Mana mungkin aku...." Sambil berkata,
Zheng Yu semakin erat memeluk Xiu Yan.
Tapi Xiu Yan berontak dan berkata, "Aku juga sudah tua, mungkin kau ingin mencari
yang lain lagi...." Kata-katanya belum selesai sudah disambung oleh Zheng Yu, dia berkata, "Mana
mungkin aku meninggalkanmu dan mencari yang lain...."
"Mungkin pada saat kau tidak menginginkanku, kau juga berkata seperti itu kepada
dia?" Zheng Yu tertawa dan berkata, "Sayang, apakah kau tidak bisa melihat, kakakmu ini
sudah tua. Siapa yang masih mau melirik padaku?"
10 Kata Xiu Yan, "Siapa yang bisa lepas dari Su Gu Duan Hun San Mu (bubuk pelemas
tulang memutus roh), terakhir tetap jatuh di tanganmu bukan?"
Zheng Yu tertawa dan berkata, "Adik, kau masih mengingat hal dulu?"
"Ingat atau tidak ingat pun percuma" Waktu itu kau mengatakan kepadaku bahwa
kakak seperguruanku adalah perempuan yang silau dengan kekayaan. Dia menyukai
yang dipertuan Wisma Bai-ma, ternyata ini adalah rencana kalian, kalau tidak...."
"Siapa yang mengatakan ini adalah rencana kami?"
"Apakah bukan seperti itu" Kau tidak perlu tahu aku tahu dari mana, jujur saja, ya atau
tidak?" "Ini...." "Kakak, tolong dengarkan nasihatku, hentikanlah rencanamu hingga disini, anak Yuan
sudah semakin besar, kalau memang benar hubunganmu dengan kakak seperguruan
belum putus, lebih kau juga membawanya kita cari sebuah tempat, walaupun aku
menjadi istri muda, ini tidak menjadi masalah. Hal ini kita lakukan supaya anak Yuan
tidak dihina terus, dia selalu dipanggil dengan sebutan anak ha...."
Zheng Yu terpaku, kemudian dengan wajah yang menyeramkan dia berkata, "Adik Yan,
ada apa denganmu?" Dengan dingin Xiu Yan tertawa dan menjawab, "Kau menanyakan aku kenapa, tolong
pikirkan juga nasibku, aku hanya sendiri membesarkan anak seorang diri, bertahuntahun aku melewatinya dengan susah. Hidupku tidak seperti orang juga tidak seperti
setan, ini semua sangat sulit!"
"Mengapa" Apakah ada yang mengganjal hatimu?"
"Benar, aku merasa tidak enak hati, suamiku setiap hari menemani orang lain, aku
sendiri hanya menjaga rumah yang kosong."
"Adik, kau salah, aku...."
"Aku sudah salah apa" Kau menginginkan warisan Bai-ma, kau benar-benar tidak tahu
malu! Kalau kau memang mampu kau harus berjuang sendiri, jangan hanya mengincar
harta benda milik orang lain, itu bukan sifat seorang laki-laki sejati." Xiu Yan berkata
lagi, "Kakak, aku sudah terbiasa hidup susah, walaupun aku tidak memiliki harta yang
berharga, asal bisa selalu berada disisimu, aku sudah merasa...."
11 Dia seperti seekor kambing begitu jinak di dalam pelukan Zheng Yu.
Dengan terharu Zheng Yu memeluknya, dengan lembut dia meraba....
Tapi yang terbayang oleh Zheng Yu saat ini adalah Wisma Bai-ma yang mewah dan
Nyonya Wisma Bai-ma yang genit dan juga cantik.
Tidak! Dia tidak akan melepaskan apa yang sudah didapatnya atau yang akan
didapatnya! Dengan perlahan Zheng Yu menarik tangannya yang memeluk Xiu Yan, kata-kata yang
ada di dalam hatinya dia ucapkan di depan Xiu Yan, "Tidak, Adik, aku tidak bisa...."
Xiu Yan melotot, matanya membesar, dia bertanya, "Mengapa, apakah ada yang tidak
bisa kau tinggalkan?"
"Selama puluhan tahun aku bekerja disana, tidak bisa kulepaskan begitu saja, Wisma
Bai-ma, aku harus mendapatkan wisma itu berikut dengan harta bendanya, karena itu
terpaksa kau...." Suara Xiu Yan sangat keras, seperti yang berteriak, tapi kata-katanya belum selesai,
Zheng Yu sudah menutupi mulutnya dengan tangannya dan dia marah, "Kau ini
kenapa?" "Tidak apa-apa," kata Xiu Yan, "Kau jangan lupa, aku juga seorang perempuan,
dosamu sudah cukup banyak!"
"Diam!" Zheng Yu membentak, "Jangan sembarangan bicara!"
Xiu Yan duduk, kemarahan selama puluhan tahun yang terpendam di hatinya, akhirnya
meledak juga, dia berkata, "Apakah aku sudah salah bicara" Baiklah, hari ini kita
perjelas semuanya, waktu itu kau dengan cara licik sudah menipuku, menipuku agar
mau mengikutimu, kau kira kau sudah berhasil membodohiku, aku hanya bisa pasrah,
asal kau baik kepadaku, aku akan menerima semuanya dengan senang hati, tapi kau
malah menipuku lagi, kakak seperguruan pun kau tipu juga, Tuan Wisma Bai-ma pun
sama, jangan kau kira tidak ada yang tahu kelakuanmu itu...."
Terdengar suara tamparan, suara Xiu Yan langsung berhenti, kemudian dia
membentak, "Kau, kau berani memukulku!"
12 Zheng Yu duduk, walaupun di kamar itu tidak dipasang lampu, tapi kemarahannya
terasa, karena tidak berapa lama kemudian dia berkata, "Apakah kau mengira aku tidak
berani memukulmu?" Xiu Yan hanya bengong, tak lama dia berkata lagi, "Baiklah marga Zheng, mulai hari ini
kita putus hubungan, kita tempuh jalan masing-masing."
Xiu Yan ingin turun dari tempat tidur dan dia harus melewati tubuh Zheng Yu, segera
Zheng Yu membentak, "kau berani melakukannya" Tidak akan semudah itu!"
"Kau menginginkan apa?"
"Kau hidup sebagai marga Zheng, mati pun harus menjadi setan bermarga Zheng,
jangan harap...." Xiu Yan juga marah, dia menampar Zheng Yu, dia hanya ingin
menampar tidak berniat untuk membunuh.
Tapi Zheng Yu sudah menangkap tangannya kemudian menotok nadinya, satu
tangannya mencekik leher Xiu Yan, hanya dalam waktu yang singkat terdengar
tenggorokan Xiu Yan berbunyi, tak lama nafasnya pun berhenti.
Shen Zhong-yuan mendengar semuanya dari luar jendela. Ada suara laki-laki dan
perempuan yang sedang tertawa, dia mengira laki-laki itu adalah Paman Chu, dia
merasa kaget sekaligus senang.
Dalam hati dia berpikir, "Aku tidak perlu banyak bertanya lagi." Sambil tertawa dia
kembali ke kamarnya. Di tempat tidur hatinya masih merasa gembira dan berpikir, "Kelak aku tidak akan
ditertawakan oleh mereka karena tidak mempunyai ayah."
Tapi tidak lama kemudian dia mendengar ada suara orang beradu mulut, semakin lama
semakin keras, anehnya suara laki-laki itu bukan suara Paman Chu, tapi seperti
suara.... Dia merasa terkejut karena jelas ibunya sedang bertengkar mulut dengan pengurus
Wisma Bai-ma, dengan cepat dia mengenakan baju dan keluar kehalaman.
Suara di dalam kamar itu bukan lagi suara orang yang bertengkar mulut, dia
mendengar ada suara.... 13 Tidak diragukan lagi, dengan langkah besar-besar dia berjalan, tapi baru saja berjalan
dua langkah, bajunya sudah ditarik dan diangkat oleh sepasang tangan yang kuat,
begitu dia membalikkan kepalanya untuk melihat ternyata orang itu adalah Chu Zheng.
Dia ingin berteriak, tapi mulutnya sudah dibekap oleh Chu Zheng, dan berkata, "Anak
Yuan, jangan bersuara, cepat ikut pergi denganku!"
Shen Zhong-yuan masih merasa mengkhawatirkan ibunya yang berada di dalam
kamar, tapi karena bajunya sudah ditarik oleh Chu Zheng terpaksa dia mengikutinya.
Walaupun Chu Zheng pincang, tapi larinya sangat cepat seperti angin.
Hanya dalam waktu singkat mereka sudah berada diluar kota, Chu Zheng baru berhenti
berlari. Shen Zhong-yuan dengan terengah-engah bertanya, "Paman Chu, sepertinya ibuku
bertengkar mulut dengan pengurus wisma yang jahat itu, mengapa kau tidak
mengijinkanku membantu ibu?"
Chu Zheng tidak menjawab.
Kedua matanya terus menatap Paman Chu, dia melihat Paman Chu sedang
meneteskan air mata. Dengan aneh Shen Zhong-yuan bertanya, "Paman Chu, ada apa" Mengapa kau
menangis?" Chu Zheng menghela nafas sebelum menjawab, "Anak Yuan, bukan paman tidak mau
membantu, tapi.... aku tidak bisa, apalagi.... sudah terlambat...."
"Apa maksud Paman dengan terlambat?"
"Aku tidak menyangka orang yang bermarga Zheng itu begitu kejam, dia tiba-tiba
membunuh ibumu, ibumu sudah meninggal...."
"Tidak! Tidak akan, ibu tidak akan...." Tapi Shen Zhong-yuan tahu selama ini Paman
Chu tidak pernah membohonginya, dia menangis dengan histeris.
Chu Zheng memeluknya dan berkata, "Anak Yuan, apakah selama ini Paman pernah
membohongimu?" Shen Zhong-yuan tidak menjawab, dia hanya menggelengkan kepalanya.
14 "Paman sangat sayang kepadamu dan juga ibumu."
Shen Zhong-yuan mengangguk.
Kata Chu Zheng lagi, "Bukan Paman tidak mau menolong ibumu, juga bukan tidak mau
membalaskan dendam ibumu.... bila Paman tidak pincang, kita berdua pun belum tentu
bisa melawan dia. Apalagi hatinya seperti ular, tidak disangka dia berani membunuh
ibumu...." Shen Zhong-yuan tahu ibunya mati terbunuh, dia memberontak dalam pelukan Chu
Zheng dan berteriak, "Aku akan membunuhnya! Aku ingin membalaskan dendam
ibuku!" Chu Zheng terus memeluknya dengan erat dan berkata, "Anak Yuan, bila kau ingin
membalaskan dendam ibumu, kau harus ikut dengan Paman pergi dari sini, mencari
suatu tempat untuk melatih ilmu
silat. Nak, membalaskan dendam ibumu sepuluh tahun lagi pun belum terlambat."
Shen Zhong-yuan terpaku kemudian berkata, "Mengapa harus pergi dari sini" Ini
adalah tempat kita, mengapa kita tidak bisa tinggal disini lagi?"
"Kita tidak bisa tinggal disini lagi, orang itu sangat kejam, dia bisa membunuh...." Chu
Zheng menunjuk ke rumah Shen Zhong-yuan dan berkata, "Anak Yuan, lihatlah!"
Terlihat ada kebakaran di desa itu, yang terbakar adalah rumahnya! Shen Zhong-yuan
sangat sedih dan marah, membuat matanya terlihat seperti kobaran api.
Shen Zhong-yuan menarik tangan Chu Zheng dan berkata, "Paman, ayo kita pergi dari
sini!" Chu Zheng tidak banyak bicara, segera dia membawa Shen Zhong-yuan pergi. Dua
sosok orang, yang satu tinggi dan yang satu kecil sudah menghilang di dalam
kegelapan. - ooo OOO ooo Kemarin cuaca masih cerah, semalam angin utara sudah berhembus, hari ini udara
begitu berkabut dan dingin.
Setelah sarapan, angin kencang mulai berhenti berhembus, salju pun mulai turun,
membuat udara terasa basah dan dingin.
15 Ketua Wisma Bai-ma adalah orang yang terkenal didunia persilatan, dengan julukan
sebagai Dewa Pedang dan bernama Lu Yi-feng.
Saat ini dia sedang berada diperpustakaan, sambil membaca dengan nikmat dia minum
teh, dia sedang membaca pelajaran silat yang tercatat dilembaran bukunya.
Dia berusia kurang lebih 60 tahun, tubuhnya gagah da berwajah tampan, jenggotnya
panjang terurai di dada, walaupun rambutnya sedikit mulai memutih, tapi dia masih
terlihat gagah, kedua matanya masih tampak bersemangat.
Dari halaman terdengar langkah kaki yang tergesa-gesa, pengurus Zheng Yu datang
dan berkata dengan wajah tegang, "Tuan Besar, keadaan tidak baik, Tuan Muda dia...."
Hati Lu Yi-feng bergetar tegang dan berkata, "Tenang dulu, apa yang terjadi" Ada apa
dengan anak Rui?" Zheng Yu menenangkan dirinya dan berkata, "Telah terjadi sesuatu dengan Tuan Muda
Rui, dan Tuan Muda Gao terluka parah, mereka...."
Belum habis kata-kata Zheng Yu, Lu Yi-feng sudah jatuh pingsan.
"Guru! Sadarlah, Guru!" Dalam keadaan pingsan dia merasa ada kehangatan masuk ke
dalam tubuhnya. Dia tersadar, begitu membuka mata dia segera bertanya, "Anak Rui berada dimana?"
Dia baru tahu disekelilingnya, kecuali Zheng Yu masih ada istrinya, Shu Yu-zhu dan
putrinya Lu Yue-juan, ada yang sedang mengirimkan tenaga dalam kedalam tubuhnya,
dia adalah murid ketiganya yang bernama Li Hao.
Kata Zheng Yu, "Tuan Besar, Tuan Muda Rui berada di ruang tamu, begitu juga dengan
Tuan Muda Gao...." Belum habis mendengarkan jawaban Zheng Yu, Lu Yi-feng sudah berdiri, tapi karena
masih merasa pusing, hampir saja dia jatuh. Untung Shu Yu-zhu dan Lu Yue-juan,
segera memapahnya. Kata Shu Yu-zhu, "Suamiku, jangan terburu-buru, tenangkan dirimu dulu baru kita pergi
ke ruang tamu." Sambil memapah ayahnya Lu Yue-juan menangis.
16 Lu Yi-feng berkata, "Cepat bawa aku ke ruang tamu!"
Ada pepatah yang mengatakan: hal yang paling menyedihkan adalah kehilangan anak
pada masa tua. Apalagi anak itu adalah anak terakhirnya....
Lu Yi-feng adalah orang kaya di Long Xi, pada saat muda dia sangat menyukai ilmu
silat dan dia pun banyak berteman dengan orang-orang dunia persilatan, kemudian dia
pun menjadi murid Biksu Yi Qing, melihat Lu Yi-feng pada dasarnya adalah orang yang
pintar dan juga lincah, maka Biksu Yi Qing mengajarkan ilmu Zhui Hun Duo Ming-jian
Fa (Jurus Pedang Pengejar Roh Mengambil Nyawa) kepada Lu Yi-feng.
Setelah Lu Yi-feng lulus dari belajar ilmu silat, ayahnya sudah meninggal kemudian dia
pun menjual harta warisan dari ayahnya dan dia membuka kantor Biao (pengiriman
barang) yang bernama Wei Yuan.
Selama puluhan tahun dia berkelana di dunia persilatan dengan ilmu pedang yang
hebat yang dimilikinya, kemudian dia pun mendapat julukan Bai-ma Shen Jian (Dewa
Pedang Berkuda Putih). Dia pun mendapatkan harta yang berlimpah dari hasil kerjanya dan menjadi orang
terkaya di Long Xi. Tapi kehidupannya berjalan dengan penuh cobaan-cobaan, selama beberapa tahun
berturut-turut putra sulungnya yang bernama Lu Chen dan putra keduanya yang
bernama Lu Qi meninggal, istrinya tidak kuat menanggung kesedihan ini, akhirnya dia
pun mengikuti jejak putranya, meninggalkan dia....
Setelah berumur 50 tahun, Lu Yi-feng mengambil keputusan akan meninggalkan dunia
persilatan yang penuh gejolak, dia menghabiskan banyak uang untuk membuat Wisma
Bai-ma, dia ingin melewatkan masa tuanya di wisma itu hingga dia meninggal.
Tapi putra ketiganya yang mendapat julukan Fei Yun Jian (Pedang Awan Terbang)
yang bernama Lu Rui tidak mengijinkan ayahnya menutup kantor Biao Wei Yuan, Lu Yifeng pun tahu sifat anaknya yang masih muda dan tidak akur dengan ibu tirinya,
dengan terpaksa dia mengijinkan Lu Rui meneruskan usahanya mengurus kantor Biao.
Dia ditemani murid tertua Lu Yi-feng yang bernama Gao Xiang.
Gao Xiang mendapat julukan si Kepala Besi. Murid kedua Lu Yi-feng bernama Chen
Kuai mendapat julukan si Pena Besi Pengait Perak juga membantu Lu Rui.
17 Selama beberapa tahun ini usaha mereka lancar-lancar saja, tidak disangka hari ini
telah terjadi suatu musibah.
Di ruang tamu ada dua tandu, Chen Kuai tampak berada disisi tandu itu, melihat
gurunya datang, dia segera berlutut dan memanggil-manggil, "Guru...."
Kemudian dia pun menangis sejadi-jadinya.
Ilmu Pedang Pengejar Roh Karya Mong Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Lu Yi-feng mengangkatnya supaya berdiri dan berkata, anak Kuai, jangan menangis
lagi, ceritakan apa yang sudah terjadi?"
Dia melihat Fei Yun Jian Lu Rui sudah penuh dengan luka, wajahnya sangat pucat,
membuktikan bahwa dia sudah meninggal.
Di dada Gao Xiang masih tertancap sebuah belati, karena luka tusukan itu sangat
dalam, darah yang keluar menjadi banyak dan sekarang darah sudah membeku, bila
belati itu dicabut, maka nafasnya pun akan putus.
Gao Xiang masih dalam keadaan sadar, begitu melihat gurunya datang, tubuhnya
bergerak. Lu Yi-feng melihatnya dia segera mendekat dan berkata, "Anak Xiang, bagaimana
keadaaanmu?" Dia mengirimkan tenaga dalam ke tubuh Gao Xiang, terdengar Gao Xiang yang
berusaha menjawab dengan terpatah-patah, "Guru, muridmu ini tidak berguna, sebelum
mati masih bisa bertemu dengan guru, aku merasa sangat gembira....Yin-shan Wu-mo,
Lima Setan dari Yin Shan (gunung Yin) merampokku.... dia mengambil uang, juga
membunuh.... masih mengatakan.... akan mencari Guru ingin membalaskan dendam
Tian Sheng....Guru...."
Kata-katanya belum selesai, tapi nafasnya sudah tidak ada.
Lu Yi-feng meneteskan air mata, dia menghela nafas panjang, kemudian dia mencabut
belati yang menancap di dada Gao Xiang.
Di pisau itu terukir gambar kepala serigala yang buas, ini adalah tanda dari Yin-shan
Wu-mo. Kemudian dia pun melihat tubuh putranya, dia merasa aneh dan bertanya kepada Chen
Kuai, "anak Kuai, bukalah baju kakak seperguruanmu, aku ingin melihat lukanya?"
18 Begitu baju Lu Rui dibuka, semua yang berada disana sangat terkejut, karena di
punggung Lu Rui ada bekas telapak tangan yang berwarna hijau kehitaman dan
tampak membengkak, bekas telapak enam jari masih bisa terlihat, dari sini bisa terlihat
bahwa Xuan-yin-zhang (nama ilmu) yang melukainya.
Lu Yi-feng juga kaget, dalam hati dia berpikir, "Kapan Guo Shi Luo berlatih ilmu Xuanyin-zhang yang begitu lihai?"
Ternyata Yin Shang Wu Mo dulu dijuluki Yin Shan Liu Mo (Enam Setan dari Yin Shan)
tapi mereka menamakan si Dewa Kematian Enam Jari, Guo Shi Luo. Dewa Serigala,
Cou Qing-yun. Naga Beracun, Jie Tian Sheng. Yu Wen-bing, si Wajah Hijau. Yu Wen
Huan, Siluman Rubah Hitam. Yin Shao-lin, mereka adalah murid-murid Yin Shan Lao
Guai (Orang Tua Aneh dari Yin Shan) Mu Rong Kai, murid yang tertuanya adalah Guo Shi Luo. Karena tangan
kanannya memiliki enam jari, dia dijuluki dengan Dewa Kematian Enam Jari.
Enam belas tahun yang lalu, sewaktu Lu Yi-feng membawa putra sulungnya, Lu Chen
dan beberapa orang Biao ke An Xi (nama tempat), pada saat itu mereka bertemu
dengan rombongan Guo Shi Lao yang sedang merampok seorang pedagang.
Segera mereka membantu, hanya beberapa jurus bertarung si Naga Beracun, Jie Tian
Sheng sudah mati di bawah Zhui Hun Duo Ming-jian. Guo Shi Luo tahu mereka tidak
bisa mengalahkan lawannya, akhirnya mereka segera kabur.
Zheng Yu yang menjadi pengurus Wisma Bai Long ini adalah salah satu diantara para
pedagang itu. Dia sebatang kara, istri dan anaknya sudah meninggal, berdagang pun
selalu rugi besar. Lu Yi-feng merasa kasihan, ditambah lagi dia mengenali banyak buku-buku filsafat
kehidupan, oleh karena itu dia menerima Zheng Yu bekerja di kantor Biao.
Begitu Zheng Yu bekerja ke kantor Biao, dia melihat Nyonya Lu berbadan lemah dan
sering sakit. Dia meminta orang kantor Biao agar menjodohkan adik sepupunya agar
menjadi istri muda Lu Yi-feng. Dia adalah Nyonya Lu yang sekarang yaitu Shu Yu-zhu.
Kemudian Shu melahirkan seorang putri. Lu Yi-feng mempunyai tiga orang putra,
sekarang dia mendapatkan seorang putri, hal ini benar-benar membuatnya bahagia.
Begitu istrinya meninggal otomatis Shu Yu-zhu menjadi istri yang sah.
Semenjak Tian Sheng mati, Yin Shan Liu Mo menghilang dari dunia persilatan.
19 Kedua putra Lu Yi-feng mati secara berturut-turut. Lu Yi-feng menyangka bahwa itu
adalah perbuatan Guo Shi Luo.
Selama lima tahun terakhir ini, Yin-shan Wu-mo mulai muncul lagi, Lu Yi-feng masih
tidak menganggap berat kemunculan mereka.
Lu Yi-feng sangat mengetahui bagaimana kemampuan ilmu silat Yin-shan Wu-mo, si
Enam Jari, Guo Shi Luo pun dia tahu sampai dimana kemampuannya.
Dia juga pernah melihat kemampuan si Pisau Terbang, Zhou Qing-yun. Setelah
beberapa kali dipikir bolak balik, sekarang dia sadar bahwa Yin-shan Wu-mo mulai
membalas dendam kepadanya.
Sesudah mengurusi penguburan putra dan muridnya, mungkin karena terlalu sedih dan
lelah, dia merasa hatinya risau dan juga tidak tenang.
Tadinya dia ingin menyebarkan undangan untuk para pendekar, mengajak temantemannya di dunia persilatan untuk membalas dendam kepada Yin-shan Wu-mo.
Tapi dia teringat lagi bahwa dia sudah tidak kuat untuk berkelana di dunia persilatan,
apalagi Yin-shan Wu-mo sudah mengisyaratkan akan mencari ketempat tinggalnya.
Dia percaya dengan mengandalkan ilmu Zhui Hun Duo Ming-jian, musuhnya masih
belum bisa menandingi dirinya.
Walaupun dia ingin segera membalas dendam tapi dia terpaksa harus mengunci diri di
kamar rahasia untuk berlatih ilmu silat, dia berharap bisa mengembalikan ilmu yang
sudah lama tidak dilatihnya dan staminanya....
Dia sudah menyuruh Zheng Yu untuk menjual kantor Biao Wei Yuan dengan harga
murah. Hari itu di ruang rahasia, dia memasang puluhan lilin dengan huruf satu (garis
horisontal). Dia ingin berlatih Yi Zhi Shen Gong yang dia pelajari dari biksu Shao-lin
(Ilmu Satu Jari Dewa). Tiba-tiba ada yang membuka pintu, ternyata Shu Yu-zhu masuk membawa makanan
untuknya. Segera dia berhenti dan berkata, "Istriku, kenapa kau mengantarkan nasi" Bukankah
aku sudah memberitahu kepadamu, jika malam begini aku berlatih ilmu silat, aku tidak
terbiasa makan nasi."
20 Shu Yu-zhu sudah berumur 30 tahun lebih, dia masih cantik. Tapi dia tetap
bersemangat, walaupun tubuhnya kecil tapi montok. Dia sangat lembut dan dewasa, dia
juga begitu menyilaukan....
Sesudah mendengar kata-kata suaminya, dia tertawa dan berkata, "Beberapa hari ini
suamiku tentu merasa lelah, aku membuatkan beberapa macam sayur untuk teman
minum arak, apalagi disini sangat sepi. Kita masih bisa mengobrol."
Dia menyusun sayuran di atas meja juga menuangkan arak untuk suaminya. Suami
yang sudah tua, istri masih muda ada perbedaan keinginan yang tidak sama.
Lu Yi-feng tahu apa yang dimaksud dengan istrinya, dia tertawa dan bertanya, "Istriku,
bagaimana keadaan anak Juan beberapa hari ini?"
Shu Yu-zhu menggelengkan kepala dan berkata, "Kau tahu anak Rui dan anak Juan
walaupun mereka tidak lahir dari rahim yang sama, tapi mereka tumbuh bersama.
Mereka juga sangat akrab. Beberapa hari ini dia merasa sangat sedih. Untung anak
Kuai sudah pulang, mereka bisa saling berbagi. Pikirannya pun menjadi agak tenang."
Shu Yu-zhu menarik nafas dan berkata, "Mungkin ini adalah jodoh, anak Hao adalah
orang yang baik juga tampan, dia lebih baik dari anak Kuai tapi anak Juan tidak
menyukai anak Hao." Ternyata Li Hao adalah keponakan Shu Yu-zhu. Dia sangat tampam, dia menjadi murid
Lu Yi-feng sudah sepuluh tahun lebih.
Ilmu silatnya lumayan kuat, Lu Yi-feng ingin menjodohkan putrinya dengan dia, tapi Lu
Yue-juan lebih menyukai Chen Kuai.
Lu Yi-feng sangat sayang kepada putrinya, dia tidak melarangnya. Dengan segala cara
Shu Yu-zhu mencoba melarangnya tapi tetap tidak berhasil.
Lu Yi-feng tertawa dan berkata, "Perjodohan anak, kita tidak perlu khawatir...." Tiba-tiba
dia berdiri dan membentak, "Siapa itu" Cepat masuk!"
Dia tidak mengijinkan orang masuk ke kamar rahasianya, sekali pun itu muridnya.
Begitu suara bentakannya berhenti, pintu kamar terbuka.
Tampak seorang seperti setan masuk dan orang itu membalikkan badannya untuk
menutup pintu. Ternyata wajahnya ditutup ketika dia sudah membalikkan badan.
Lu Yi-feng merasa aneh dan membentak, "Siapa kau!"
21 Orang yang wajahnya ditutup itu tertawa dan berkata, "Aku bermarga Guo, aku datang
untuk menagih hutang sepuluh tahun lalu. Kau sudah membunuh Jie Tian Sheng."
Lu Yi-feng tertawa dan berkata, "Kalau begitu kau adalah si Dewa Kematian Enam Jari.
Hanya saja Tuan terlalu berani, apakah karena kalian berjumlah beberapa orang maka
berani mengacaukan Wisma Bai-ma. Suruh yang lain masuk, aku akan bereskan
semuanya!" Begitu dia selesai bicara, dia merasa badan kenal dengan orang itu.
Orang yang wajahnya tertutup itu berkata, "Pak Tua, aku sendiri sudah cukup untuk
menghadapimu, tidak perlu banyak bicara, keluarkanlah pedangmu!"
Dia mengeluarkan golok yang berada dibelakang dan mulai digerakkannya. Cahaya
golok berkilauan, angin yang dikeluarkan pun kencang.
Lu Yi-feng sudah tahu bahwa ilmu silat orang itu sangat tinggi, tapi karena dia seorang
diri, Lu Yi-feng sama sekali tidak menaruh di hati semua perkataannya.
Dengan dingin dia berkata, "Terhadap kalian yang tarafnya hanya seperti tikus, tidak
perlu memakai pedang, hanya dengan tangan kosong pun sudah cukup!"
Begitu habis bicara, dia mengeluarkan jurusnya dan menyerang ke arah dada depan
orang itu. Ilmu silat Lu Yi-feng sangat tinggi, kecuali Zhui Hun-jian yang terkenal di dunia
persilatan, Da Li Jin Gang Zhang (Tenaga Telapak Emas dan Baja) juga terkenal
didunia persilatan. Kedua telapak tangannya segera mendorong. Telapak belum sampai di dada orang itu,
angin sudah sampai terlebih dulu.
Orang yang wajahnya ditutup itu tahu bagaimana lihainya ilmu silat ini, tanpa sadar dia
mundur selangkah. Dengan cepat dia mengeluarkan ilmunya menahan serangan
musuh. Lu Yi-feng melihat ilmu goloknya begitu lancar dan bagus, dia memuji, "Ilmu golok yang
bagus!" Tapi dia tetap dengan sekuat tenaga menyerang. Satu jurusnya ternyata dilawan
dengan dua kali jurus golok.
22 Walaupun orang yang wajahnya ditutup itu memiliki pisau di tangannya, tapi dia tetap
takut dengan wibawa lawannya. Dia hanya mengayunkan pisau ke kiri dan ke kanan,
maju dan mundur. Dalam waktu singkat mereka sudah bertarung sebanyak 20 jurus lebih.
Tiba-tiba Lu Yi-feng sengaja memberi peluang supaya diserang. Peluang ini terlihat
lawannya, dengan goloknya menggambar lingkaran yang berkilauan, golok itu sudah
membacok kepinggang Lu Yi-feng.
Segera tangan kiri Lu Yi-feng mengunci golok lawan, tangan kanan sudah memukul
wajah lawan. Jurus ini adalah jurus paling ganas dibanding ilmu silat Lu Yi-feng lainnya. Tenaga yang
dikeluarkan sangat dahsyat, tapi juga harus memboroskan tenaga yang banyak.
Dia baru saja ingin menahan serangan pisau, tiba-tiba merasa ada urat nadinya yang
bergetar. Kemudian dia merasa tenaga dalamnya menghilang.
Walaupun tangan kanannya sudah dikeluarkan tapi tenaganya sama sekali tidak ada.
Hatinya mencelos, dia mengira mungkin beberapa hari ini hatinya merasa sedih karena
itu tubuhnya tidak bertenaga.
Dengan cepat dia mundur dua langkah, tapi dia sudah tidak berani memakai tenaga
dalam lagi. Si wajah yang ditutup itu sepertinya tahu keadaan Lu Yi-feng. Dia tertawa dingin dan
langsung maju dua langkah.
Golok seperti ilusi cahaya, tenaganya seperti guntur menyerang Lu Yi-feng dari tiga
arah, cepat dan tepat. Lu Yi-feng bukan orang sembarangan, saat dia terkejut, dia langsung mengubah
jurusnya. Dia tahu tidak bisa dengan tangan kosong merebut senjata lawan. Dengan
gerakan silat yang bahunya hampir mengenai tanah, dia menghindari serangan lawan.
Kemudian dengan cepat dia sampai di tempat penyimpanan senjata dan mengambil
sebilah pedang panjang. Dia menghindar kemudian berguling sambil mengambil
senjata kemudian meloncat.
Beberapa gerakannya adalah gerakan cepat, membuat orang tidak menyangkanya
sama sekali. 23 Si wajah yang ditutup itu merasa kaget, tapi dia juga memuji, "Sangat baik!"
Begitu tangan Lu Yi-feng sudah memegang pedang, dengan dingin dia berkata,
"Teman, ilmu golokmu sangat bagus, mati di bawah ilmu silat Zhui Hun Duo Ming Dao
pun tidak membuatku malu."
Dia mulai menyerang. Si wajah yang tertutup itu sepertinya sudah mulai goyah, dia menghindar ke Shu Yuzhu yang sedang berdiri dengan bengong.
Lu Yi-feng takut istri tercintanya diserang oleh musuh, dia membentak, "Penjahat,
berani kau!" Bayangan pedang seperti gunung, pedang berkilauan mencegah maksud musuhnya.
Si wajah tertutup tidak bisa mendekati Shu Yu-zhu. Dia berusaha keluar dari serangan
musuh. Dua buah senjata beradu, golok yang dipegang olehnya dibabat hingga putus.
Si wajah tertutup terkejut dan senjata yang tersisa separuh dianggapnya sebagai
senjata rahasia dan dilemparkan ke arah Lu Yi-feng.
Kemudian dari pinggangnya dia mengeluarkan sempoa besi, seperti petir menyambar
kepada dua nadi Lu Yi-feng.
Begitu melihat sempoa besi itu, Lu Yi-feng merasa kaget. Dia tahu sempoa itu milik
pengurus Wisma Bai-ma yaitu Zheng Yu!
Sepuluh tahun lebih dia tahu bahwa pengurus wisma yang tidak bisa ilmu silat ini
menggunakan sempoa besi ini.
Walaupun dia merasa aneh, tapi dia tidak banyak menaruh curiga. Dia hanya mengira
Zheng Yu menyukai sempoa besi ini.
Sekarang setelah melihat sempoa besi ini, segera dia tahu dan dengan kaget berkata,
"Ternyata kau!"
Hati Lu Yi-feng terkejut, tapi tangannya sedikit pun tidak menjadi lamban. Dengan
pedang yang panjang, dia bisa menyapu biji sempoa ini. Dia tetap menyerang seperti
tadi. 24 Tapi sayang pada saat itu pun, Lu Yi-feng mulai merasakan ada hawa dingin
menyerang punggungnya. Dia terkejut dan membalikkan badan untuk melihat, ternyata yang menyerangnya tak
lain adalah istri tercintanya. Ini benar-benar membuatnya kaget bukan kepalang.
Dia berteriak, "Kau...."
Dengan dingin Shu Yu-zhu berkata, "Hei marga Lu, di arak yang kau minum tadi sudah
kuberi Shu Gu San. Walaupun tenaga dalammu kuat, aku ingin tahu kau bisa bertahan
sampai berapa lama, mengaku kalahlah!"
Begitu Lu Yi-feng mendengar semuanya, dia baru sadar kenapa dari tadi tenaga
dalamnya tidak seperti dulu, ternyata dia sudah terkena rencana jahat, bukan hari ini
saja, mungkin sudah berlangsung selama beberapa tahun....
Dia melihat kesekelilingnya, keadaan tidak mengijinkan dia untuk terus bertarung. Dia
bergerak cepat dan sudah siap melarikan lari, dia bersiul panjang.
Tapi suara siulannya belum habis, sepasang tangan Shu Yu-zhu sudah menyerang.
Lu Yi-feng sama sekali tidak menyangka ternyata istrinya yang lembut dan baik itu
adalah pesilat tangguh Xuan-yin-zhang.
Tangan yang lembut seperti tidak bertulang, sekarang berubah seperti tangan hantu,
angin yang dikeluarkan dari telapak terasa sangat dingin.
Lu Yi-feng terkejut, tapi dengan ilmu Zhui Hun Dao Ming Dao yang dimilikinya dia tidak
takut bila Shu Yu-zhu dan Zheng Yu bergabung.
Tapi apakah dia tega membunuh istri tercintanya"
Karena itu Lu Yi-feng hanya mengayunkan pedang menahan telapak angin itu dan
terpaksa mundur terus. Tiba-tiba dia mendengar Zheng Yu berkata dengan sadis, "Marga Lu, kau sudah
puluhan tahun mengambil istriku, sekarang bila kau mati jangan menyalahkanku!"
Suaranya belum selesai, biji sempoa besi sudah dilepaskan sebanyak puluhan butir
membuat ruangan itu seperti hujan sempoa dan kain kuning.
25 Lu Yi-feng mendengar semuanya, dia menjadi bengong. Dalam hati dia berpikir,
"Apakah semua ini benar?"
Dengan cepat dia menahan benda-benda itu. Tapi dua butir biji sempoa berhasil
mengenai pundaknya, rasa sakit yang menyerangnya membuat pedang yang
dipegangnya terjatuh, dalam kesempatan ini, Shu Yu-zhu mulai menyerang, tangan
kanannya sudah mengenai dada Lu Yi-feng, dia berteriak kemudian jatuh terlentang.
Zheng Yu takut Lu Yi-feng belum mati juga takut orang-orang yang berada di Wisma
Bai-ma akan berdatangan, dalam keadaan yang sangat menggemparkan itu, Zheng Yu
menancapkan golok yang tersisa setengah itu ke perut Lu Yi-feng, dia menarik Shu Yuzhi pergi dari sana.
Malam itu, Lu Yue-juan sedang duduk di dalam kamarnya sambil berpikir dan
berkhayal. Dia seperti ibunya, sangat cantik.
Sejak kecil sudah terlihat kecantikannya dan kulitnya seputih giok. Setelah dewasa dia
Ilmu Pedang Pengejar Roh Karya Mong Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tampak lebih menarik lagi, pantas saja bila Lu Yi-feng menganggapnya seperti sebuah
mutiara dalam genggamannya.
Dia lahir di keluarga yang kaya raya, dia bisa saja bertingkah sombong dan memerintah
para pelayannya, tapi dia tidak seperti itu.
Sejak kecil, begitu tangan kecilnya memegang pedang, dia sudah tidak ingin
melepaskannya lagi. Dia tidak menyukai pekerjaan perempuan, dia sepertinya sudah berjodoh dengan
pedang dan golok. Lu Yi-feng melihat putrinya begitu menyukai ilmu silat, hatinya merasa sangat senang.
Bila ada waktu senggang dia sering mengajarkan ilmu silat kepada putrinya.
Setelah sepuluh tahun lebih berlalu, ilmu silat Lu Yue-juan tidak kalah dengan kakak
dan kakak seperguruannya.
Sejak kecil Lu Yue-juan senang tertawa, hanya karena hal kecil saja dia bisa tertawa
hingga tidak bisa berhenti. Banyak pemuda yang menyenangi gadis ini.
Lu Rui senang bermain dengannya tapi semenjak Lu Chen dan Lu Qi meninggal lalu Lu
Yi-feng mundur dari dunia persilatan, dia susah mendengar tawanya lagi.
26 Waktu itu Lu Yue-juan mulai beranjak dewasa dan dia mulai akrab dengan kakak
seperguruannya yaitu Chen Kuai.
Begitu diketahui oleh Shu Yu-zhu, dia segera mengatur agar Chen Kuai dipindahkan ke
kantor Biao Lan Zhou dan Lu Yue-juan semakin sedih kemudian dia menjadi pendiam.
Walaupun sepupunya yang bernama Li Hao sering menghiburnya, tapi dia merasa Li
Hao hanya berpura-pura dan mempunyai maksud tertentu. Maka dia pun menjauhi Li
Hao. Selama beberapa hari ini keadaan di Wisma Bai-ma sangat kacau, begitu selesai
menguburkan Lu Rui dan Gao Xiang, Lu Yi-feng merasa sangat sedih, kerjanya hanya
berlatih ilmu silat di kamar belakang.
Melihat Shu Yu-zhu sepertinya juga banyak hal yang dia pikirkan.
Pagi hari dia ditemani oleh Chen Kuai berlatih ilmu silat, tapi pada malam hari dia hanya
seorang diri di kamar, dia merasa sedih dan kesepian.
Malam ini pembantunya merasa lelah dan sudah pergi tidur.
Hati Lu Yue-juan merasa sangat galau dia pun sulit tidur, tiba-tiba dia mendengar ada
suara siulan yang panjang, Lu Yue-juan tahu bahwa itu adalah suara siulan ayahnya,
hatinya langsung tergerak, dia ingat kakak seperguruan tertuanya pernah berkata
bahwa Yin-shan Wu-mo akan segera datang untuk membalas dendam, segera dia
mengambil pedang dan dengan cepat keluar dari jendela kamarnya, hanya dalam
waktu singkat dia sudah berada di atap rumah.
Ilmu meringankan tubuh Lu Yue-juan sangat tinggi, dia bergerak seperti seekor burung,
tak lama dia pun sampai dibelakang rumah, hanya dalam waktu singkat juga dia sudah
berada di depan orang itu, dia membentak, "Penjahat, kau mau melarikan diri kemana"
Cepat berhenti! Kalau tidak aku akan menyerangmu dengan pedang!"
Ternyata pada waktu dia kecil, karena dia sering memegang pedang kecil, maka
setelah dewasa, Lu Yi-feng membuatkan dua belas buah pedang pendek untuknya
sebagai senjata rahasia. Selama beberapa tahun ini, dia semakin mahir menggunakan senjata rahasia ini. Ada
seratus dinding sasaran, maka ada seratus kali tepat mengenai sasaran.
27 Orang itu sepertinya takut dengan senjata rahasia pedang milik Lu Yue-juan, dia
meninggalkan orang yang berada dalam gendongannya, dengan cepat dia melarikan
diri masuk ke dalam hutan.
Lu Yue-juan mendekat untuk melihat orang yang ditinggalkan tadi, dia terkejut bukan
kepalang, ternyata orang itu adalah ibunya, sepertinya karena terkejut dia pun pingsan,
tapi tubuh ibunya tidak terluka sama sekali, dia memapah ibunya, memijit agar sadar
dan juga memanggilnya. Shu Yu-zhu mulai sadar, melihat ada putrinya dia terpaku, kemudian dia berkata,
"Anak, cepat.... tolong ayahmu."
Lu Yue-juan terkejut dan berkata, "Ibu, ada apa dengan ayah?"
Shu Yu-zhu menarik nafas dan menjawab, "Yin-shan Wu-mo datang untuk membalas
dendam, ayahmu, dia.... dia terluka berat.... cepatlah...."
Li Hao dan Chen Kuai membawa senjata datang dari arah belakang, ada beberapa
orang yang membawa obor. Lu Yue-juan berteriak kepada Li Hao, "Kakak seperguruan, cepat papah ibu pulang!"
Sebelum kata-katanya habis dia sudah meloncat dan berlari, bayangannya pun sudah
tidak terlihat. Chen Kuai yang berada di pinggir memujinya, "Tidak disangka dalam beberapa tahun
ini, ilmu meringankan tubuhnya maju dengan pesat!"
Dalam waktu singkat Lu Yue-juan sudah berada dikamar rahasia ayahnya, di bawah
cahaya lilin dia melihat tubuh Lu Yi-feng penuh dengan darah.
Lu Yue-juan kaget dan berteriak, dia melihat setengah golok tertancap di perut
ayahnya, dia tahu bahwa tenaga dalam ayahnya sangat kuat, walaupun dia terluka
parah, tapi lukanya tidak akan membahayakan jiwanya, tapi begitu dia meraba tubuh
ayahnya terasa dingin seperti es, segera dia menempelkan kedua telapak tangannya ke
punggung Lu Yi-feng. Walaupun tenaga dalamnya biasa-biasa saja, tapi Lu Yi-feng sudah mulai bisa
bernafas, luka dari perutnya mengalir darah dan tidak bisa berhenti.
Tiba-tiba di luar ada suara langkah kaki yang tidak teratur.
28 Yang pertama masuk adalah beberapa pegawai, melihat keadaan seperti itu wajah
mereka langsung bengong, kemudian Li Hao memapah Shu Yu-zhu masuk bersamasama dengan Chen Kuai, yang terakhir masuk adalah pengurus Wisma Bai-ma, Zheng
Yu, dia datang seakan-akan baru bangun dari tidur.
Waktu itu Lu Yi-feng terbangun dari pingsannya dengan perlahan dia membuka mata,
melihat Lu Yue-juan berada disisinya, dengan terengah-engah dia ingin mengatakan
sesuatu, tapi setelah melihat ada Zheng Yu dan Shu Yu-zhu disana, dia merasa sangat
marah, tapi hatinya berpikir, "Putriku dan semua murid tidak memiliki persiapan sama
sekali, bila aku mengatakannya sekarang, mereka berdua akan membunuh...."
Dia hanya berkata, "Putriku...." Segera dia berpura-pura tidak kuat dan memejamkan
matanya. Lu Yue-juan tahu bahwa ayahnya ingin mengatakan sesuatu, sambil menangis dia
memanggil, "Ayah."
Dia mendekatkan telinganya ke mulut Lu Yi-feng, dengan suara kecil Lu Yi-feng
berkata, "Putriku, pergilah ke Tian Shui Yu-quan-guan (nama tempat) untuk mencari
paman gurumu, untuk membalaskan dendam ayah, ibumu dan...." tiba-tiba tubuh Lu Yifeng gemetar, kemudian tenggorokannya pun berbunyi, kepalanya terkulai, dia sudah
menghembuskan nafas terakhirnya.
Lu Yue-juan sangat kaget dan dia berteriak, "Ayah!"
Dia melihat ibunya sedang mengosokkan tangannya kedada ayahnya, dia tidak
menaruh curiga, begitu memegang nadi ayahnya, dia tahu bahwa ayahnya sudah
meninggal, dia pun menangis sejadi-jadinya.
Shu Yu-zhu memeluk Lu Yue-juan, dia pun ikut menangis, dia berkata, "Anak, jangan
menangis lagi." Li Hao pun ikut menasihati, "Adik, guru sudah meninggal dengan tenang, kau harus
menjaga kesehatanmu."
Disana ada dua orang yang dengan dingin melihat semua itu.
Yang satu adalah si Penghitung Besi, Zheng Yu dan yang satu lagi adalah si Pena Besi
Pengait Perak, Chen kuai.
29 Awalnya rencana Zheng Yu adalah berpura-pura menculik Shu Yu-zhu dan memancing
orang-orang yang berada di wisma itu keluar, supaya nyawa Lu Yi-feng tidak ada yang
menolong kemudian dia akan mati dengan sendirinya.
Dia melihat Lu Yue-juan terkena akal muslihatnya, segera dia meletakkan Shu Yu-zhu
dan melarikan diri, kemudian dia kembali lagi ke wisma, begitu dia sampai di kamar
rahasia itu, tidak disangka Lu Yi-feng belum mati, dia terpaku karena melihat Lu Yi-feng
sepertinya ingin mengatakan sesuatu, Shu Yu-zhu juga tampak bengong, dengan
isyarat matanya Zheng Yu menyuruh Shu Yu-zhu mendekati Lu Yi-feng, begitu Shu Yuzhu menempelkan telapak tangannya ke dada Lu Yi-feng, dia tahu bahwa Lu Yi-feng
sudah tidak mungkin hidup lagi, baru dia merasa tenang.
Di matanya terlihat ada tawa licik. Tapi Pena Besi Pengait Perak, Chen kuai
mempunyai pikiran yang lain.
Dia tahu ilmu silat Yin-shan Wu-mo memang sangat tinggi dan kejam tapi mereka
bukan lawan gurunya. Sekarang gurunya terluka begitu berat, dia juga mendengar ada suara orang yang
bertarung. Keadaan ini benar-benar membuat orang tidak mengerti.
Dia melihat gurunya berbicara dengan adik seperguruannya, dia juga melihat istri
gurunya tampak bengong kemudian tergesa-gesa mendekati gurunya dan meraba dada
gurunya dengan tangannya.
Dia sudah curiga. Begitu tangan Shu Yu-zhu dilepaskan dari dada Lu Yi-feng, telapak
Shu Yu-zhu terlihat ada warna kehijauan seperti besi. Hati Chen Kuai bergetar, dia
sepertinya tahu sesuatu. Tapi dalam keadaan seperti itu, dia tahu bahwa dia bukan lawan mereka. Dia harus
bisa menahan diri kalau tidak, perbuatannya akan merusak semua rencana.
Matahari baru saja terbit, Lu Yue-juan membawa bungkusan, dia pamit kepada ibunya.
Dia mendorong pintu kamar ibunya, melihat pengurus Zheng Yu sedang duduk di kursi
sambil menikmati teh. Tempat ini adalah tempat duduk ayahnya.
Lu Yue-juan merasa sangat benci dan marah, dia memelototi Zheng Yu tapi tidak
berbicara apa-apa. Lu Yue-juan tidak meladeni dia, dia hanya berpamitan kepada ibunya.
30 Zheng Yu melihat dia masuk, dengan tergesa-gesa dia berkata, "Nona.... kau.... ini
adalah...." Lu Yue-juan berkata kepada ibunya, "Bu, sebelum ayah meninggal dia berpesan
kepadaku agar aku pergi ke Yu-quan-guan (nama kuil) dan meminta Paman Guru Yuan
Chen.... memimpin upacara pemakaman ayah, aku...."
Dia tidak memberitahu apa pesan yang sudah disampaikan oleh ayahnya kepada
ibunya. Dia sendiri juga merasa heran. Dia menutup-nutupi bila ayahnya mengundang
paman guru untuk membalas dendam.
Lu Yue-juan berkata lagi, "Aku datang kesini untuk pamitan, sekarang aku akan pergi."
Lu Yue-juan merasa hatinya sangat sakit, dia menangis.
Shu Yu-zhu kaget, tapi dengan lembut memegang pundak Lu Yue-juan dan berkata,
"Anak Juan, bila ayahmu sudah berpesan seperti itu, suruh saja anak Kuai yang pergi,
tidak perlu kau pergi sendiri."
Kata Lu Yue-juan, "Pesan terakhir ayah menginginkan agar putrinya harus menuruti
kemauannya, kali ini aku harus pergi."
Kata Shu Yu-zhu, "Baiklah kalau begitu, biarlah sepupumu menemanimu pergi."
Tadinya Lu Yue-juan setuju, tapi tiba-tiba dia berubah pikiran dan berkata, "Aku bukan
anak kecil lagi! Perjalanan juga tidak begitu jauh, tidak perlu ditemani." Dia berpesan
lagi, "Sebelum aku pulang, ayah tidak boleh dimasukkan ke dalam peti mati."
Setelah habis bicara dia melotot ke arah Zheng Yu. Kemudian dia membalikkan badan
dan pergi. Begitu Lu Yue-juan pergi, Zheng Yu dan Shu Yu-zhu merasa sangat malu, hingga
terdengar suara derap kuda berlari Shu Yu-zhu baru tersadar dan menyesal mengapa
dia tidak mengantarkan putrinya sampai diluar pintu.
Zheng Yu berkata, "Anak ini memiliki sifat semaunya, kelak bagaimana kau bisa
menjelaskan semua ini kepadanya?"
Shu Yu-zhu juga marah dan berkata, "Kau yang tidak tahu malu. Kau ingin
mendapatkan harta benda orang lain, kau mendorong istrimu sendiri menjadi istri Lu Yifeng. Dulu walaupun kita hidup susah, tapi putri kita tidak seperti ini."
Wajah Zheng Yu memerah dia berkata, "Aku juga tidak menyangka...."
31 Kata Shu Yu-zhu, "Kalau saja kita lebih awal membunuh Lu Yi-feng, saat putri masih
kecil keadaan itu malah lebih baik. Ini semua kesalahanmu, kau memang tidak
berguna!" Zheng Yu diam karena dia tidak bisa membantah.
Kemudian dia berkata, "Kemarin anak Yuan mendengar pesan terakhir si Setan Tua itu,
kemungkinan dia bukan hanya mengundang Biksu Yuan Chen memimpin upacara
pemakaman." Shu Yu-zhu terpaku, "Berarti...."
Kata Zheng Yu, "Aku terus memperhatikan mulut Lu Yi-feng, walaupun dia tidak
mengucapkan nama kita, tapi bila dia menyuruh anak Yuan mengundang Yuan Chen
untuk memeriksa jenasah Lu Yi-feng, orang ini sangat berpengalaman, sepertinya ini
akan beresiko tinggi."
Shu Yu-zhu sangat kaget, karena Lu Yi-feng mati dibawah Xuan-yin-zhang nya. Yang
memiliki kekuatan Xuan-yin-zhang seperti dia hanya Dewa Kematian Enam Jari, Guo
Shi Luo. Tapi dia tidak bisa memalsukan bekas telapak dengan enam jari. Apakah
semua ini bisa menipu mata Biksu Yuan Chen yang tajam"
Shu Yu-zhu bertanya, "Harus bagaimana kita sekarang?"
Dengan tenang Zheng Yu berkata, "Suruh anak Hao memberitahu kepada Guo Shi Luo,
supaya menghalangi kepergian anak Juan, supaya dia tidak bisa pergi ke Yu-quanguan. Beberapa hari ini jika dia tidak pulang, kita harus cepat-cepat mengebumikan si
Setan Tua itu, bila nanti Yuan Chen datang, baru kita...."
Dengan tenang dia mengatakannya, tapi Shu Yu-zhu malah terdiam lama dan baru
berkata, "Kita berusaha menyuruh anak Hao menghalangi kepergian anak Juan hingga
lewat tujuh hari baru kita kuburkan jenasah Lu Yi-feng."
Walaupun Zheng Yu menyetujui ide Shu Yu-zhu tapi dalam hatinya dia mempunyai ide
lain. Kemudian dia mencari Li Hao untuk menjalankan rencana ini.
Langit mulai turun salju dan jatuh tepat di wajah Lu Yue-juan. Dia merasa sangat
kedinginan. Semenjak Lu Yue-juan meninggalkan Wisma Bai-ma, dengan lari cepat sekejap dia
sudah berjalan sejauh 3-4 kilometer.
32 Tiba-tiba kudanya terpeleset, dia merasa kaget tapi untung tidak terjadi sesuatu
padanya. Dia tahu dengan cara berjalan seperti itu kudanya akan mati kelelahan, karena itu dia
mulai berjalan pelan-pelan.
Semenjak jenasah Lu Rui dan Gao Yiang dibawa ke Wisma Bai-ma, hatinya selalu
merasa tertekan. Sekarang begitu melihat pemandangan yang indah walaupun tidak didampingi seorang
pun dari keluarganya, tapi dia malah merasa hatinya tenang dan bebas.
Ayahnya tidak sempat mengatakan siapa pembunuh yang sudah mencelakainya, dia
sudah keburu mati terlebih dulu.
Lu Yue-juan selalu merasa ada sesuatu yang tidak benar, tapi walau bagaimanapun
ayahnya sudah memberi petunjuk agar pergi ke Yu-quan Kuan untuk meminta bantuan
kepada paman gurunya. Bukan sekali dua kali dia mendengar Zhui Hun Duo Ming-jian Fa milik Biksu Yuan Chen
sangat lihai. Di sampingnya masih ada seorang murid yang masih muda, dia bernama Ma Zao-ling.
Sejak kecil dia sudah ikut dengan gurunya, dia juga pintar dan lincah. Dia sudah
mendapatkan seluruh ilmu dari gurunya, Yuan Chen.
Selama dua tahun ini walaupun baru lulus dari belajar ilmu silat, tapi di dunia persilatan
dia sudah sangat terkenal, dia dijuluki dengan Qing Shan Ke (Tamu Berbaju Hijau).
Bila guru dan murid itu mau turut campur, dendam ayahnya pasti bisa terbalas.
Tidak lama kemudian kudanya sudah bisa berlari dengan cepat lagi. Dia telah tiba di
sebuah kota. Di ujung kota itu terdapat sebuah toko. Disana banyak tersedia sayuran dan arak,
karena sejak pagi dia belum sarapan, oleh karena itu dia merasa sangat lapar maka dia
pun segera turun dari kudanya dan berjalan memasuki toko itu.
Pelayan toko dari kejauhan sudah kelihatan datang menyambutnya. Yang satu siap
memberi makan kuda, yang satu lagi menanyakan, "Nona, mau pesan sayur apa?"
Tanya Lu Yue-juan, "Apakah ada makanan dan minuman yang enak?"
33 Pelayan melihat dia begitu tergesa-gesa, dia tidak berani bertanya. Segera mereka
menyampaikan pesan Lu Yue-juan ke dapur, lalu membawakan teh yang baru diseduh.
Hanya sebentar sayur dan nasi sudah diantar kemejanya. Walaupun tamunya
mengatakan ingin makanan yang sederhana tapi pelayan melihat bahwa Lu Yue-juan
adalah orang kaya, mereka membuatkan makanan yang beraneka macam.
Lu Yue-juan lahir di keluarga kaya, dia sangat royal, dia minum dan makan tidak
mempedulikan harganya. Hanya sebentar sayur dan nasi sudah habis, dia pun merasa
kenyang. Tiba-tiba di luar toko ada suara yang bertengkar.
Yang satu berkata, "Kau mau lari kemana" Disini bukan tempat makan bubur, cepat
pergi!" Sepertinya pelayan tadi yang berkata seperti itu.
Tapi yang satu lagi dengan suara memelas berkata, "Jangan menghinaku, aku bukan
pengemis, aku juga mempunyai uang."
Pelayan itu tahu pengemis ini marah, dia juga marah. Tapi setelah didengar lagi teliti....
sudah tidak ada suara. Gordyn toko dibuka, seorang pengemis muda tampak sedang mabuk. Rambutnya
berantakan dan wajahnya kotor, bajunya compang camping, kakinya sedikit pincang,
dia masih menggunakan sebuah kayu yang dijadikan sebagai tongkat. Dia seperti
pengemis yang berada dijalanan.
Pengemis itu masuk ke rumah makan, dia melihat kesekelilingnya. Kemudian melihat
Lu Yue-juan yang sedang duduk sendiri, dia melihat agak lama.
Lu Yue-juan melihat sorot matanya seperti aliran listrik, matanya tampak sangat
bersemangat.
Ilmu Pedang Pengejar Roh Karya Mong Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Hatinya bergetar, dia teringat sewaktu ayahnya masih hidup sering mengajar dan
mengatakan, "Di dunia persilatan, biksu, pengemis dan perempuan jangan diganggu.
Mungkin saja orang itu adalah pesilat tangguh...."
Tiba-tiba dia berpikir, "Aku juga seorang perempuan apakah aku juga tidak boleh
diganggu?" 34 Dia tertawa sendiri. Tawa Lu Yue-juan terlihat oleh pengemis itu. Dia segera mendengar dan dengan
tertawa dia berkata, "Nona, kau seorang sendiri tapi memesan begitu banyak sayur,
apakah kau bisa menghabiskan semuanya" Bagikan saja kepadaku sebagian agar aku
bisa mengirit uangku."
Lu Yue-juan sudah tahu dia bukan pengemis biasa, tidak boleh menganggap remeh
kepadanya. Melihat dia begitu serius, Lu Yue-juan pura-pura berkata, "Bukankah kau mempunyai
uang, kenapa kau mau saja memakan sisa nasi dan sayur dari orang lain?"
Jawab pengemis itu, "Aku mempunyai uang, tapi ada di kantong orang lain."
Lu Yue-juan merasa lucu, dia tertawa dan berkata, "Kalau begitu makanlah sayuran ini,
aku sudah kenyang." Pengemis itu merasa sangat berterima kasih kepada Lu Yue-juan lalu duduk. Dengan
serius dia pun mulai makan, pelayan pun tidak berani melarangnya.
Sayur yang dipesan Lu Yue-juan salah satunya terdapat sayur ikan Angxiao. Karena
sayur itu sangat enak, Lu Yue-juan sendiri hampir menghabiskan setengah ekor.
Si pengemis itu menjepit kepala ikan dengan sumpit. Hanya sekali jepit, ikat itu sudah
terbalik.... Lu Yue-juan pernah melihat ayahnya yang makan dengan cara seperti itu sedangkan
dia sendiri tidak bisa. Sekarang melihat orang ini bisa melakukannya, dalam hati dia berpikir, "Mungkin dia
adalah orang kaya, tapi dia hanya pura-pura menjadi pengemis.... dunia persilatan
penuh dengan bahaya. Aku sendiri sekarang ini berada di luar, tidak perlu banyak
bicara dengan orang yang tidak kukenal."
Dia berdiri dan ingin segera pergi dari sana, terdengar ada suara jernih yang berkata,
"Nona, aku berterima kasih untuk kebaikanmu. Bila ada jodoh kelak kita pasti akan
bertemu lagi, aku akan membalas budimu. Nona sepertinya sedang tergesa-gesa dan
sepertinya juga banyak pikiran, bila ada kesusahan aku akan bersedia membantumu."
35 Lu Yue-juan melihat mulut pengemis itu tidak bergerak tapi ada suara yang keluar.
Hatinya tergerak juga dengan tertawa kecut, "Benar, aku sedang mengalami kesulitan,
tapi sayang kau tidak bisa membantu."
Dia tidak banyak bicara lagi, segera membalikkan badan dan pergi.
Kota Xin Xiang dan Tian Shui hanya berjarak 30 kilometer lebih. Sesampainya di kota
Xin Xiang hari sudah mulai sore. Di kota itu ada sebuah penginapan, yang bernama
Penginapan Kai Sheng. Lu Yue-juan memesan sebuah kamar dan menginap. Dia bersiap-siap akan bangun
pagi kemudian berangkat ke Yu-quan-guan.
Malam hari. Malam sangat dingin dan angin pun berhembus dengan kencang. Kira-kira
pukul dua dini hari, ada beberapa orang naik ke atas tembok. Mereka seperti setan
datang ke penginapan Kai Sheng.
Sesampainya di penginapan, empat orang tinggi datang dari empat penjuru
penginapan. Dua orang sudah naik ke atas tembok, hanya dalam waktu singkat,
mereka sudah menghilang. Lu Yue-juan karena merasa ada sesuatu yang mengganjal pikirannya, dia tidak bisa
tidur. Tiba-tiba dia terdengar di atas atap ada suara orang yang berjalan, dia merasa kaget.
Segera dia memasukkan sebutir obat ke dalam mulutnya untuk menawar racun.
Kemudian menyiapkan pedang di sisinya dan berpura-pura tertidur nyenyak.
Suara langkah itu berhenti, seseorang seperti suara mutiara tergantung terbalik di luar
jendela. Di sisi telinganya terselip sebuah kupu-kupu yang terbuat dari kain fanel. Terdengar
kertas jendela sobek, kemudian ada bau wewangian yang masuk ke dalam kamar.
Walaupun Lu Yue-juan sudah menelan obat penawar, tapi dia tetap tidak berani
bertindak ceroboh. Dia memencet hidungnya dan berpura-pura bersin, membuat musuh
terpancing dengan reaksinya.
Benar saja, orang yang berada di luar jendela terkena tipuannya. Dia segera turun dari
posisi menggantungnya. Dengan ujung pedang dia mencongkel pintu. Hanya sebentar
dia sudah masuk kedalam kamar.
36 Di dalam kegelapan, Lu Yue-juan melihat ada dua orang yang masuk. Walaupun ilmu
silatnya tidak rendah tapi dia tetap masih kaget.
Salah satu dari mereka bertanya, "Kakak Keempat sudah lama aku menyukainya,
perempuan ini sangat cantik, tapi selalu tidak ada kesempatan. Sekarang biarkan aku
yang memeluknya." Yang satu lagi menjawab, "Bila perbuatan kita tidak diketahui oleh kakak tertua, tidak
masalah bagiku." Orang itu tertawa dan berkata, "Terima kasih, Kakak Keempat."
Dia menyimpan senjatanya dan mendekati tempat tidur.
Lu Yue-juan yang masih sadar merasa sangat marah, tapi dia menahan kemarahannya.
Begitu orang itu mendekat, dia berteriak, "Kau cari mati!"
Pedangnya pun sudah mengeluarkan serangan, terlihat kilauan pedang berkelebat dan
terdengar suara yang berteriak. Ternyata tangan orang itu sudah terpotong.
Lu Yue-juan sudah meloncat terbang seperti ikan. Ujung pedang langsung menuju ke
tenggorokan musuh dan dagu. Karena marah, serangannya cepat, ganas dan tepat.
Terlihat orang itu akan mati di bawah pedang Lu Yue-juan, tapi orang yang dipanggil
kakak keempat itu dengan jurus Chun Feng Fei Liu (Pohon Yang Liu Tertiup Angin
Semu), berusaha menolongnya hanya terlihat ada cahaya pedang, dua senjata sudah
saling beradu. Walaupun nyawa tertolong tapi pundaknya sudah tergores.
Yang dipanggil kakak keempat melihat temannya terluka, dia tidak ingin bertarung lebih
lama lagi. Dengan cepat dia membawa orang yang terluka itu kemudian melarikan diri.
Lu Yue-juan datang ke Yu-quan-guan karena ingin bertemu dengan Biksu Yuan Chen
demi membalaskan dendam ayahnya.
Sekarang dia melihat orang itu datang bukan untuk memerkosa, dia tidak ingin begitu
saja melepaskan, dia mengejar dan membentak, "Kalian mau lari kemana?"
Sesudah berkata dia segera melepaskan senjata rahasianya yang berupa pedang kecil.
37 Orang yang dipanggil kakak keempat itu sangat berpengalaman. Begitu dia melarikan
diri dia sudah bersiap-siap terhadap serangan senjata rahasianya Lu Yue-juan. Dia
sudah mendengar ada suara senjata rahasia menyambar.
Walaupun dia menghindar dengan cepat, tapi pedang pendek itu tetap menancap
ditangannya. Walaupun merasa sakit dia tetap dengan sekuat tenaga berusaha
melarikan diri. Lu Yue-juan tidak mau lawannya meloloskan diri dengan jurus Yan Zi Chuan Lian
(Burung Walet Melewati Gordyn), dia mengejar mereka.
Melihat lawan sudah naik ke atas atap, dia masih tetap mengejar dan ikut naik ke atas
atap. Tapi pada saat kakinya belum berdiri dengan mantap, ada sebuah pengait yang
menunggunya. Walaupun dia bisa menghindar, tapi dia melihat disana sudah ada lima orang menanti.
Hatinya bergetar dan berpikir, "Apakah Yin-shan Wu-mo sudah datang?"
Dia tampak ragu, terdengar salah satu dari mereka berkata, "Ilmu pedang gadis ini
sangat lihai, mari kita pergi!"
Lu Yue-juan mengira musuhnya takut kepada pedangnya. Walau agak terlambat tapi
dia tetap mengejarnya. Orang-orang ini ilmu meringankan tubuhnya sangat tinggi. Yang dipanggil kakak
keempat ini meskipun tangannya sudah terluka dan sedang menggendong temannya,
tapi di atas atap dia tetap meloncat dan berlari seperti melayang.
Karena ingin membalas dendam, Lu Yue-juan tidak berpikir panjang lagi, dia terus
mengejar mereka. Dalam waktu singkat dia sudah berada di luar kota.
Hari mulai terang, tapi bulan sabit masih menggantung di langit, bintang-bintang masih
berkilauan. Di depan matanya adalah pegunungan, dikaki gunung itu adalah hutan yang
gelap. Lu Yue-juan teringat ayahnya pernah berkata, "Bila ada hutan janganlah masuk." Dia
pun segera berhenti. Ketika dia berhenti melangkah, orang yang dikejarnya juga berhenti dan membalikkan
badan berkata, "Dari dulu aku sudah mendengar bahwa pak tua Lu Yi-feng mempunyai
ilmu silat yang sangat tinggi, tidak disangka putrinya begitu penakut."
38 Karena Lu Yue-juan marah dia membentak, "Siapa yang takut dengan kalian" Siapa
kalian?" Orang itu tertawa dingin dan menjawab, "Bila terhadap pak tua Lu Yi-feng aku tidak
berani sombong, tapi bila terhadapmu yang di ibaratkan dengan burung yang masih
kecil, itu sangat mudah seperti membalikkan telapak tangan. Kami adalah Yin-shan Wumo, aku adalah si Dewa Kematian Enam Jari, Guo Shi Luo."
Orang-orang ini tak lain adalah Yin-shan Wu-mo, yang masuk ke kamar Lu Yue-juan
kemudian tangannya terputus adalah si Rubah Hitam, Yin Shaolin. Yang terkena
senjata rahasia pedang adalah Yu Wen Huan.
Yin Shao-lin adalah seorang hidung belang, dia selalu membawa wewangian obat bius
untuk membuat para gadis tidak sadarkan diri, kemudian diperkosa.
Tadinya dia ingin mengambil kesempatan ini untuk mengerjai Lu Yue-juan, tapi tidak
disangka berniat mencuri ayam, ayamnya tidak dapat malah umpannya habis dan dia
terluka di tangan Lu Yue-juan.
Mengira ayahnya mati di tangan Yin-shan Wu-mo, begitu melihat mereka dia sangat
marah. Kemarahan membuatnya membentak dengan suara keras, "Penjahat, ganti
nyawa ayahku!" Dengan jurus-jurus yang ganas dan pedang Long Quan (Pedang Mata Air Mata Naga),
dia menusuk ke dada Guo Shi Luo.
"Apakah kau pantas bertarung dengan kakak tertuaku?" Si Wajah Hijau Yu Wen-bing
bergerak sudah memainkan sepasang kaitnya.
Begitu melihat adiknya, Yu Wen Huan terkena pedang kecil milik Lu Yue-juan, dia
bertambah marah lagi. Dengan gerakan cepat, sepasang kait kanan sudah menyerang
ke dada dan kait kiri menyerang perut musuhnya.
Menghadapi musuh yang begitu kuat seperti itu, beberapa kali Lu Yue-juan berada
dalam bahaya. Dia memutar pedangnya kemudian menusuk kaki kanan Yu Wen-bing,
ini adalah salah satu jurus Zhui Hun Dao Ming Jin, yang dinamakan Yan Hun Chan Zu
(Roh Sedih Mengikat Kaki). Jurus ini bisa menyerang kaki musuh juga bisa menghindari
serangan musuh. Jurus ini benar-benar sangat lihai.
Yu Wen-bing kaget, dengan cepat dia mengeluarkan jurus Liu Xing Duo Di (Meteor
Jatuh Kebumi) untuk menghindar. Jurus pedang Lu Yue-juan sangat lihai, begitu ujung
pedang mengenai tanah, dengan tenaga pantulan dia melayang keatas dan melewati
39 kepala Yu Wen-bing. Ujung pedang sudah menepis belakang kepala dan pundak
musuh. Yu Wen-bing bukan pesilat biasa, dia bisa menghindari pedang musuh, berbarengan
dengan itu tangan kirinya mengait tubuh musuh.
Tapi Lu Yue-juan sudah bersiap-siap menghadapi serangan itu. Pedang yang tadinya
ingin dijulurkan ditariknya kembali dan membalikkan badannya untuk menusuk leher
musuh. Karena gerakan Yu Wen-bing agak lambat, pundak kirinya terkena tusukan. Baju dan
dagingnya pun sudah terkoyak, membuatnya berteriak dan mundur beberapa langkah.
Di belakang terdengar ada suara. Suara ini menyerang kebagian belakang badannya
Lu Yue-juan, dia tahu pasti ada orang yang menyerangnya dari belakang.
Dia jongkok untuk menghindar, ternyata ada sebuah pecut yang menyerangnya. Orang
yang memegang pecut gergaji ini adalah Yin-shan Wu-mo yang kedua.
Orang itu berperawakan kurus dan tinggi, dia bernama Ba Shen Lang, Zhou Qing-yun.
Sebenarnya Zhou Qing-yun adalah seorang pencuri kuda yang terkenal. Dia sangat
mahir menunggang kuda, apalagi dalam memainkan pecut, pengalamannya sudah
puluhan tahun. Dia mencuri kuda seperti hanya bermain-main. Waktu itu karena dia dikejar oleh
musuhnya, dia lari ke arah utara, secara kebetulan dia bertemu dengan Yin Shan Lao
Mo (Setan Tua dari Yin Shan) Mu Rong Kai. Karena Zhou Qing-yun sangat kagum
kepada nama Mu Rong Kai, juga karena takut dikejar oleh musuh, dia rela menjadi
murid Yin Shan Lao Mo. Mu Rong Kai melihat dia sangat mahir bermain pecut, sengaja dia membuatkan pecut
yang sekarang digunakan olehnya. Pecut itu berbentuk seperti gergaji, panjangnya 4.5
meter, dari kejauhan pecut itu bisa menyerang musuh, dari dekat juga bisa menjaga
dirinya. Jika orang terkena pecut ini, maka kulit dan dagingnya akan terkoyak. Ini adalah
senjata yang sangat lihai.
Lu Yue-juan pernah mendengar ayahnya yang bercerita tentang hal ini, tapi tidak
pernah melihat senjata itu. Tapi dia juga tidak takut dengan pecut itu,
Lu Yue-juan marah dan berkata, "Tidak tahu malu menyerang orang dari belakang!"
40 Segera dia memutarkan pedangnya, dengan cepat menusuk ke wajah musuh.
Zhou Qing-yun membentak, "Kau datang tepat pada waktunya." Dengan pecut itu dia
sudah melilit pedang Lu Yue-juan.
Walaupun Lu Yue-juan masih muda, tapi karena dia lahir di keluarga pesilat, dia agak
mengerti tentang ilmu pecut.
Dia tahu ilmu apa yang diinginkan oleh musuhnya. Begitu pedangnya mau dilibat,
segera dia tarik kembali. Dengan miring dia memotong pecut itu.
Zhou Qing-yun tidak bisa melilit pedang Lu Yue-juan lagi malah beberapa gigi gergaji
sudah ditebas oleh pedang Lu Yue-juan. Zhou Qing-yun kaget dan mundur beberapa
langkah. Walaupun Yu Wen-bing terluka karena terkena pedang, tapi lukanya tidak begitu berat,
melihat Zhou Qing-yun tidak bisa menahan serangan Lu Yue-juan. Dia maju untuk
membantu temannya. Mereka berdua bergabung melawan Lu Yue-juan. Karena Lu Yue-juan kurang
pengalaman juga kurang bersikap tenang, dalam beberapa puluh jurus kemudian dia
sudah terdesak kalang kabut.
Dalam waktu itu ada sesosok bayangan orang sedang berjalan ke arah mereka. Dewa
Kematian Enam Jari, Guo Shi Luo segera mengenal bahwa orang itu adalah Li Hao.
Dia ingat dengan perintahnya kali ini dan berteriak, "Adik Kedua, hati-hati jangan
melukai Lu Yue-juan. Nona menyerahlah, kami tidak akan melukaimu!"
Tapi dia tidak memperhatikan hal lain, bahwa dibelakang Li Hao sejauh beberapa meter
ada orang lain, kadang-kadang berjalan kadang-kadang bersembunyi.
Begitu Li Hao mendekati tempat mereka bertarung, dan dia bersembunyi disemaksemak. Bayangan orang itu sudah berputar dan masuk ke kuburan kemudian segera
menghilang. Di bawah sinar bulan yang seperti air, cahaya menyinari tiga bayangan orang yang
sedang bertarung. Mereka sudah bertarung sebanyak puluhan jurus.
Lu Yue-juan sudah merasa lelah, sebelah tangannya harus menahan jurus musuh,
sedangkan tangan yang lainnya harus menahan senjata kait lawan.
41 Yu Wen-bing dan Zhou Qing-yun sudah menuruti perintah Guo Shi Luo agar tidak
membunuh, Lu Yue-juan dibuatnya terengah-engah dan berkeringatan oleh mereka.
Dalam pertarungan itu, Zhou Qing-yun sudah melihat Lu Yue-juan semakin kelelahan
dan lemah. Hatinya sangat senang. Begitu Lu Yue-juan mengeluarkan sebuah jurus
yang agak lambat dan dapat ditahan oleh Yu Wen Bong, dia segera memecut kaki Lu
Yue-juan. Pecut itu mengenai Lu Yue-juan.
Lu Yue-juan berteriak dan hampir terjatuh. Dengan ujung pedang dia menahan
tubuhnya. Zhou Qing-yun tertawa terbahak-bahak, dia sudah siap-siap ingin
menangkap Lu Yue-juan hidup-hidup....
Pada saat keadaan begitu tegang, terdengar suara lengan baju yang tertiup angin. Dari
atas langit terlihat bayangan seseorang.
Dia turun tepat di antara Lu Yue-juan dan Zhou Qing-yun.... tubuhnya belum berhenti
dengan benar, tongkatnya sudah memukul Zhou Qing-yun.
Angin yang dihasilkan dari tongkat itu membawa angin besar. Zhou Qing-yun kaget dan
mundur, begitu meneliti, ternyata yang datang adalah orang dengan rambut yang
berantakan, bajunya compang camping, ternyata dia adalah seorang pengemis yang
masih muda. Dengan suara membentak Zhou Qing-yun bertanya, "Siapa kau" Berani benar kau
mengurusi urusan Yin-shan Wu-mo!"
Pengemis itu tertawa terbahak-bahak, dengan dingin dia berkata, "Jangan tanya siapa
aku! Dengan nama Yin-shan Wu-mo, kalian menghina seorang perempuan, aku tidak
bisa menerimanya. Kalau berani, bertarunglah denganku!"
Zhou Qing Yuan membentak dan berkata, "Kau cari mati!"
Dengan pecut gergaji dia sudah memecut ke arah pinggang pengemis. Jurus ini begitu
cepat, ganas dan bertenaga besar, benar-benar sangat lihai.
Tapi pengemis itu hanya diam, begitu pecut itu hampir mengenai tubuhnya, dengan
tangan kiri dia mengangkat tongkatnya. Dengan ringan dia menyapu pecut itu, tapi
pecut itu telah melilit tongkat.
Begitu tongkat itu sudah terlilit, Zhou Qing-yun berteriak, "Lepas!"
42 Dengan tenaga tangan kanan, dia menarik, tongkat sudah melayang sejauh beberapa
meter. Hati Zhou Qing-yun sangat senang, tapi hanya sejenak segera dia melihat sebilah
Ilmu Pedang Pengejar Roh Karya Mong Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pedang secepat cahaya menyerangnya. Dia sangat kaget, dia ingin menarik kembali
tangannya, tapi sudah terlambat.
Ditengah suara teriakan, dia sudah melihat darah bermuncratan di depan matanya.
Karena telapak tangannya sudah terpotong mengikuti pecut yang melayang sejauh
beberapa meter. Zhou Qing-yun terluka. Dalam suasana yang begitu penuh dengan kekagetan, dia baru
bisa melihat tangan pengemis itu sudah memegang sebilah pedang. Pedang ini adalah
sebilah pedang pusaka. Dia takut disusul oleh serangan lanjutan lawan, walaupun tangan kanannya terasa
sakit, tangan kirinya mengeluarkan dua pisau terbang dan dilemparkan kearah
pengemis itu kemudian dia pun mundur.
Ternyata tongkat pengemis itu bagian tengahnya kosong. Di dalam tongkat tersimpan
sebilah pedang. Begitu tongkat itu diterbangkan, tangan kanannya sudah memegang
pegangan pedang dan tiba-tiba menyerang lawan.
Lawannya tidak menyangka dengan semua kejadian ini. Sekarang dua pisau terbang
menyerang dia, tapi begitu tangannya diputar, pisau itu terjatuh ke bawah.
Sekarang Yu Wen-bing baru sadar dan tahu bahwa dia sudah bertemu seorang pesilat
tangguh. Dia terdiam sebentar kemudian tiba-tiba mengeluarkan jurus Dua Naga Keluar
dari Air, kaitannya sudah mengait pinggang si pengemis.
Tidak disangka pengemis itu seperti mempunyai mata di punggungnya. Begitu kait
diulurkan, dia sama sekali tidak membalikkan kepala untuk melihat, hanya dengan
sebuah gerakan, terdengar suara kait yang terputus dan berdenting karena terjatuh ke
tanah. Yu Wen-bing kaget dan terpaku. Sekarang pengemis itu sudah membalikkan badan,
dengan pedang dia menggambar lingkaran dan ujung pedangnya sudah berada di
depan mata Yu Wen-bing. Dengan kaget Yu Wen-bing mencoba menghindar dia juga
ingin melarikan diri. Pengemis itu seperti ingin melindungi Lu Yue-juan dan dia tidak mengejar Yu Wen-bing.
43 Lu Yue-juan belum jelas melihat siapa yang datang membantunya, tapi dia tahu orang
yang membantunya adalah seorang pesilat tangguh. Dia menarik nafas, tubuhnya
terasa lelah. Ada rasa dingin yang menyerang ke dalam jantungnya, tak terasa dia
terjatuh dan pingsan. Perubahan yang terjadi begitu cepat, walaupun Dewa Kematian Enam Jari, Guo Shi
Luo berpengalaman didunia persilatan, perubahan ini tetap membuatnya terkejut. Dia
tidak bisa menebak dari mana asalnya jurus-jurus pengemis ini, dia juga tahu dirinya
bukan lawan yang seimbang dengan si pengemis.
Dia tampak ragu kemudian dia membungkukkan badan memberi hormat dan berkata,
"Aku adalah Guo Shi Luo, aku dititipkan seseorang untuk menjaga nona ini supaya
nona ini bisa menghindari bencana, siapakah Anda" Mengapa ikut campur ke dalam air
keruh ini?" Meskipun Guo Shi Luo berbicara dengan sikap sangat hormat tapi pengemis itu hanya
menjawab dengan dingin, "Kau mengundang tamu dengan todongan senjata, apakah
ini masuk akal" Kau tidak perlu tahu siapa aku" Aku harus campur tangan dalam
masalah ini, kalau kau tidak terima kau boleh ikut bertarung melawanku!"
Gao Shi Luo merasa perkataannya dari luar pengemis ini terlihat lemah tapi di
dalamnya terlihat keras. Walaupun sangat marah tapi dengan terpaksa dia berkata, "Kalau begitu kelak kita
akan bertemu lagi!" Guo Shi Luo menyuruh anak buahnya pergi.
Pengemis itu mengawasi semua musuhnya pergi, setelah tidak kelihatan lagi baru dia
memeriksa luka Lu Yue-juan.
Walaupun dia tahu bahwa Lu Yue-juan adalah seorang perempuan, sangat tidak sopan
bila dia memeriksa lukanya. Tapi serangan Yin-shan Wu-mo tadi sangat lihai, dia sudah
tidak mempunyai waktu untuk berpikir lagi.
Dia memegang tangan Lu Yue-juan dan memeriksa nadinya, ternyata Lu Yue-juan
sudah terkena serangan Xuan Yin.
Segera dia mendudukkan Lu Yue-juan di depannya, tangan kanannya ditempelkan ke
punggung Lu Yue-juan dan menyalurkan tenaga dalam kedalam tubuh Lu Yue-juan
untuk mengeluarkan racun dan mengobati luka.
44 Sinar bulan yang lembut menyinar wajah Lu Yue-juan yang cantik. Mulutnya indah
seperti bunga yang baru keluar dari air, begitu indah membuat orang segera menaruh
hati. Si pengemis itu walaupun sedang mengobati luka Lu Yue-juan, tapi melihat keadaan ini
tetap membuat hatinya bergetar. Tapi dia berusaha membuyarkan pikiran itu, dia
melihat ke tempat jauh dan jauh....
Hanya dalam waktu sebentar tubuh Lu Yue-juan yang tadinya terasa dingin mulai
menjadi hangat. Lu Yue-juan mulai berkeringat, dengan perlahan pengemis itu menarik
tenaga dalamnya juga menarik kembali pandangannya. Dengan pelan dia
membaringkan Lu Yue-juan di bawah dan pergi begitu saja.
Walaupun Lu Yue-juan memiliki ilmu silat yang tinggi, tapi dia lahir di keluarga kaya,
sudah terbiasa sudah hidup enak. Dia tidak tahan dengan rasa lelah yang dideritanya
hari ini dan sudah mengalami
pertarungan yang sengit. Walaupun racun Xuan Ying Zhang sudah dikeluarkan, tapi dia
tidak bisa segera sadar. Dalam keadaan sadar dan tidak sadar, sepertinya dia bertemu dengan kakak
seperguruan Chen Kui. Anehnya kenapa kakak seperguruannya memakai baju
compang camping, yang membuat dia lebih heran adalah mengapa kakak memeluk
dan mencium dia.... Walaupun Lu Yue-juan sudah lama jatuh cinta kepada kakak kedua yang sejak kecil
tumbuh bersama. Tapi sekarang setelah dia dipeluk dan dicium, Lu Yue-juan tetap
merasa malu dan dia berkata, "Kakak, kau.... jangan seperti itu nanti terlihat orang...."
Tidak tahu seterusnya dia harus berkata apa lagi, karena mulutnya sudah ditutup oleh
mulut lain dan dipeluk lebih erat lagi.
Lu Yue-juan merasa malu dan wajahnya pun memerah, tapi dia juga merasa senang.
Kedua tangannya dibuka dan menerima ciuman itu....
Sewaktu dia sedang menikmatinya, dia merasa sepasang tangan nakal meraba ke
pinggang dan terus ke bawah.... Lu Yue-juan terkejut dan segera tersadar, dia juga
membuka matanya lebar-lebar.
Di bawah sinar bulan, terlihat bahwa yang memeluknya ternyata bukan Chen Kuai
melainkan Li Hao. 45 Kaget bukan kepalang, dia memberontak dan berteriak, "Kau, lepaskan aku!"
Tapi Li Hao tetap memeluknya dan tidak mau melepaskan, dia berkata, "Adik, aku rindu
kepadamu. Paman sudah meninggal, akulah satu-satunya kerabatmu...."
Lu Yue-juan marah dan merasa malu, dia menampar Li Hao juga memukulnya.
Pukulannya mengenai dada Li Hao, kesempatan ini digunakan oleh Lu Yue-juan untuk
lepas dari pelukan Li Hao. Pedangnya tidak ada, segera dia berlari ke belakang.
Dia mengeluarkan pedang pendek dan meloncat, dia sudah berdiri dengan jari menjepit
pedang, kemudian dia membentak, "Kau mau apa?"
"Adik, tidak perlu sampai begitu, dengarkan dulu...."
Lu Yue-juan makin marah dan berkata, "Siapa adikmu" Kau adalah binatang, cepat
pergi dari sini!" Li Hao marah dan berkata, "Adik, kau sudah dilukai oleh Yin-shan Wu-mo, aku berhasil
mengusir mereka juga membantumu mengobati luka, mengapa perlakuanmu seperti ini
terhadapku?" Waktu itu karena Lu Yue-juan sudah merasa lelah, apalagi sudah terkena pukulan
penjahat, dia segera pingsan. Siapa yang sudah menolongnya, dia sama sekali tidak
tahu. Begitu mendengar penjelasan kakak sepupunya, hatinya pun menjadi tidak tega
untuk membunuh. Dia berkata, "Kau sudah menolongku, aku merasa sangat berterima kasih. Tapi kenapa
kau begitu kurang ajar kepadaku?"
Li Hao menjawab, "Aku mengaku salah, jangan beritahu hal ini kepada bibi."
Kemarahan Lu Yue-juan mereda dan dia bertanya, "Mengapa kau bisa datang kesini?"
Li Hao tampak ragu, kemudian dia menjawab, "Setelah terjadi banyak hal di Wisma Baima, kau pergi ke tempat jauh seorang diri. Aku merasa tidak tenang, karena itu aku
mengikutimu hingga kesini. Untung tidak terjadi apa-apa denganmu."
Setelah mendengar kata-katanya, dia menyimpan pedangnya ke pinggang. Melihat
pedangnya berada dibalik semak-semak, dia segera mengambilnya.
Tidak disangka sewaktu dia akan mengambil pedang terdengar senjata rahasia yang
berbunyi. Di malam yang sunyi, Lu Yue-juan tidak memiliki persiapan sama sekali, dia
46 sudah terkena sebuah batu kecil dan batu itu sudah menotoknya, membuat badannya
menjadi lumpuh separuh. Dengan cepat Li Hao datang dan dia menambah beberapa totokan lagi, kemudian
tertawa, "Adik, kau jangan menyalahkanku karena bibi sudah menjodohkanmu
denganku. Kau selalu bersikap dingin kepadaku, terpaksa malam ini kita jadikan tanah
yang gersang ini sebagai tempat tidur. Bintang di langit menjadi saksi, kita lewatkan
malam pengantin pertama disini."
Dia memeluk Lu Yue-juan dengan erat, walaupun Lu Yue-juan marah dan malu hingga
ke titik terakhir, tapi tubuhnya terasa lemah dan sama sekali tidak bisa digerakkan
maupun memberontak. Dia hanya bisa marah, tapi tidak memiliki cara untuk
menghentikan kelakuan Li Hao.
Waktu itu dari arah kuburan ada yang tertawa terbahak-bahak. Dalam suara tawa
muncul bayangan seseorang yang turun.
Begitu menapakkan kakinya, orang itu berkata, "Mana ada saudara sepupu yang
menghina adik sepupunya sendiri" Benar-benar jarang dilihat. Aku ingin bertanya dari
segi perasaan dan segi aturan, posisimu berada dimana?"
Terpaksa Li Hao melepaskan Lu Yue-juan. Begitu dia melihat orang itu, rohnya serasa
sudah terbang jauh karena orang yang datang tak lain adalah orang yang tadi sudah
mengalahkan Yin-shan Wu-mo.
Tapi dia tetap berkata, "Tuan, kami adalah saudara sepupu, mengapa kau turut campur
masalah orang lain?"
Pengemis itu terdiam, kemudian dengan dingin dia tertawa. Kedua matanya sangat
tajam menatap Li Hao. Lu Yue-juan berteriak, "Tuan, tolonglah aku. Aku tidak mengaku bahwa dia adalah....".
Li Hao tidak mendengar kata-kata Lu Yue-juan selanjutnya, dia sudah melarikan diri.
Pengemis itu tidak mengejarnya.
Melihat Li Hao sudah melarikan diri, baru dia membalikkan kepala dan berkata kepada
Lu Yue-juan, "Aku pernah makan nasi dan sayur milik Nona. Aku sudah mengatakan
bahwa aku akan membalas budi. Sekarang semua hutangku sudah lunas. Maaf, aku
harus pergi." Dia membalikkan badan dan langsung pergi.
47 Lu Yue-juan mengawasinya pergi, Lu Yue-juan ingin tertawa dan berkata, "Mengapa
kau menolong seseorang tidak sampai tuntas, totokanku belum terbuka, kau sudah
ingin pergi?" Si pengemis terpaku, kemudian dia tertawa dan berkata, "Aku lupa, aku tidak tahu Nona
sudah tertotok. Apalagi laki-laki dan perempuan tidak boleh saling memegang, ini
adalah peraturan sejak dulu. Aku adalah seorang pengemis dan Nona adalah seorang
putri yang kaya, membunuh pun aku tidak berani...."
Lu Yue-juan tahu dia sedang bercanda, tapi dia yang meminta pertolongan jadi dia tidak
boleh marah. Lu Yue-juan hanya tertawa dan berkata, "Aku tahu ilmu silatmu sangat
tinggi. Kau jangan sengaja menutup-nutupinya, walaupun aku sendiri bisa membuka
totokannya tapi harus memakan waktu yang agak lama. Di pengunungan terpencil
seperti ini, seseorang yang ditotok nadinya sama sekali tidak bisa melawan. Aku minta
agar kau mau membantuku."
Pengemis itu tertawa dan berkata, "Hutang budi kepada Nona sudah kubayar, sekarang
kau menyuruhku membuka totokan, nona harus menyetujui satu hal."
Lu Yue-juan melihat pengemis ini selalu tertawa, dia tidak tahu apa yang diinginkan
oleh pengemis itu. Dia tidak bisa menjawab permintaannya, terdengar pengemis itu
berkata lagi, "Nona, kalau kau pelit lebih baik kita bertemu di lain waktu saja."
Lu Yue-juan melihat dia benar-benar ingin pergi, dengan cepat Lu Yue-juan berkata,
"Kau tidak memberitahu apa yang kau inginkan, mana bisa aku menyetujuinya?"
"Betul juga," Pengemis itu tertawa dan berkata, "Aku hanya ingin tahu nama Nona saja."
Lu Yue-juan menarik nafas dan tertawa menjawab, "Aku bermarga Lu, bernama Yuejuan...."
Belum habis dia bicara, pengemis itu sudah berkata, "Ternyata Nona adalah putri dari
Wisma Bai-ma. Ayah Nona baru saja meninggal, mengapa Nona pergi jauh seorang
diri?" Sambil bicara dia memungut gumpalan tanah, kemudian dia menghancurkannya
kemudian menebarkannya ke tubuh Lu Yue-juan. Tanah seperti hujan berjatuhan ke
tubuh Lu Yue-juan. Lu Yue-juan bengong sebentar, tapi dia segera merasa nadinya bergetar di beberapa
tempat, kemudian rasa kakunya mulai menghilang.
48 Lu Yue-juan melihat cara pengemis itu membuka totok begitu hebat. Dia merasa sangat
kagum dan berkata, "Terima kasih kau sudah...."
Tiba-tiba Lu Yue-juan berpikir, "Aku ini sangat bodoh, mengapa aku bisa langsung
percaya begitu saja kepadanya" Ilmu silatnya Li Hao hanya begitu saja apakah itu
mungkin...." Sekarang kelihatannya orang ini mungkin yang menolongku."
Lu Yue-juan berkata, "Tadi yang mengusir Yin-shan Wu-mo pasti kau, apakah benar"
Aku ingin menanyakan nama dan margamu, kelak aku akan...."
Kata si pengemis itu, "Masalah kecil jangan terus tergantung di mulut. Aku hanya
seorang pengemis, bukan pendekar tapi bila harus memberantas kejahatan dan
membantu yang lemah, aku pasti akan melakukannya." Dia berkata lagi, "Aku belum
bertanya, Nona akan pergi kemana?"
Dengan sedih Lu Yue-juan menjawab, "Kakakku dan ayahku berturut-turut meninggal
tapi aku tidak tahu siapa musuhku yang sebenarnya" Kali ini aku akan pergi ke kuil Yuquan-guan untuk meminta bantuan kepada Paman Guru Yuan Chen agar mau
membantuku membalas dendam."
Pengemis itu berpikir sebentar dan berkata, "Menurut pendapatku, Nona tidak perlu
pergi ke Yu-quan-guan."
Lu Yue-juan terkejut dan bertanya, "Apa maksudmu?"
"Nona akan sia-sia pergi ke Yu-quan-guan, Nona harus segera kembali ke Wisma Baima. Masalah membalas dendam keluarga, Nona kurang mampu melakukannya."
Lu Yue-juan tidak mengerti. Dia berpikir sebentar dan berkata, "Aku sudah mengambil
keputusan harus pergi kesana, walaupun Pendekar sudah menolong nyawaku, aku
tidak bisa menuruti kata-katamu."
Pengemis itu menggelengkan kepala dan berkata, "Kalau begitu Nona harus menjaga
diri, aku harus pergi."
Dia segera membalikkan badan dan pergi.
Lu Yue-juan baru ingat belum menanyakan namanya, dia merasa bingung....
Lu Yue-juan sudah pergi dari Wisma Bai-ma, Li Hao pun menghilang, hati Chen Kuai
semakin merasa curiga. Tapi dia sendiri tidak mengerti apa alasan mereka pergi.
49 Chen Kuai adalah turunan dari keluarga pesilat. Dulu ayah Chen Kuai di dunia
persilatan adalah seorang yang cukup terkenal, jurus Ying Cao (Cakar Elang) dan ilmu
kaitnya pernah menjagoi dunia persilatan. Tapi sayang umurnya sangat pendek, ketika
Chen Kuai berumur lima tahun, ayahnya jatuh sakit dan meninggal dunia.
Ayahnya bersahabat dengan Lu Yi-feng, sebelum meninggal ayahnya sudah berpesan
kepada seorang pelayan agar membawanya ke Wisma Bai-ma.
Karena Chen Kuai sudah tidak mempunyai orang tua, maka Lu Yi-feng menerima
menjadi muridnya, pelayan yang mengantar dan Chen Kuai sendiri sudah menganggap
Wisma Bai-ma adalah tempat tinggal mereka.
Sekarang karena Lu Yue-juan dan Li Hao telah pergi meninggalkan Wisma Bai-ma,
maka tugas menjaga peti mati Lu Yi-feng jatuh ke tangan Chen Kuai. Beberapa hari ini
dia memperhatikan tingkah laku istri gurunya, walaupun dia datang untuk
bersembahyang tapi dia sama sekali tidak terlihat sedih. Karena itu Chen Kuai semakin
bertambah curiga. Pada hari kedua setelah kematian Lu Yi-feng, pelayan tua itu membersihkan ruangan
dimana Lu Yi-feng sering berlatih silat. Dia menemukan biji sempoa yang sudah
terbelah menjadi dua. Pertama kali melihatnya dia tidak menaruh curiga, tiba-tiba dia teringat kepada
pengurus wisma yang bernama Zheng Yu yang sering menggunakan sempoa,
walaupun dia hanya seorang pelayan tapi karena sudah lama bekerja di keluarga
pesilat dia menjadi curiga dan disimpannya biji sempoa itu di balik bajunya.
Dia memperhatikan sempoa milik Zheng Yu ternyata sudah diganti dengan yang baru.
Dia merasa terkejut, tapi dia berusaha untuk tidak memperlihatkan rasa terkejutnya.
Kemudian dia pun menyerahkan biji sempoa itu kepada Chen Kuai.
Sepuluh tahun lebih Chen Kuai selalu menganggap Zheng Yu tidak bisa ilmu silat,
paling-paling hanya bisa menendang. Sekarang setelah melihat biji sempoa itu, dia
terus mengawasi Zheng Yu.
Pengurus ini mempunyai tubuh yang kurus, wajahnya seperti yang lemah, tapi jalannya
terlihat cepat dan ringan. Kedua matanya sering bersorot dingin. Semua ini adalah ciriciri dari pesilat tangguh.
Chen Kuai tahu semenjak gurunya meninggal, orang ini sudah tidak takut-takut lagi
kepada siapa pun. Bila dulu dia sedang, dia akan mengunci diri, mungkin tidak ada
seorang pun yang tahu siapa dia sebenarnya.
50 Jika beberapa hal ini dihubung-hubungkan, mengenai identitas Zheng Yu dan
hubungannya dengan Shu Yu-zhu, Chen Kuai mulai merasa curiga. Dia ingin
memecahkan teka-teki ini. sehingga bila nanti Biksu Yuan Chen telah datang, dia bisa
menjadi saksi. Setelah makan malam, dia melihat seorang pelayan kecil yang bernama Lu Sheng
Ilmu Pedang Pengejar Roh Karya Mong Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sedang bermain. Dia mendekatinya kemudian memanggilnya.
Chen Kuai mengeluarkan uang dan memberikannya kepada Lu Sheng sambil berkata,
"Lu Sheng, aku ingin meminta bantuanmu, ini ada sedikit uang untuk membeli baju
baru." Lu Sheng terkejut dan berkata, "Tuan Muda ingin mengetahui tentang apa" Aku tidak
berani menerima uang ini."
"Aku memberikan uang ini untukmu, mengapa kau harus takut?"
Akhirnya Lu Sheng menerimanya.
Chen Kuai melihat di sekeliling sana tidak ada orang, dia berkata, "Sudah 4-5 hari ini
aku menjaga peti mati guru, aku merasa lelah dan sedikit merasa pusing. Sekarang kau
tidur dulu, nanti menjelang tengah malam gantikan aku selama setengah jam."
Kata Lu Sheng, "Tuan Muda, bila menggantikan Tuan Muda berjaga satu malam, itu
tidak masalah. Tapi pengurus sudah berpesan begitu sudah malam semua pelayan
harus kembali ke kamar tidur masing-masing dan tidak diijinkan untuk berkeliaran di
luar, jika ketahuan olehnya, aku tidak berani menanggung resikonya."
Kata Chen Kuai dengan marah, "Kau hanya takut kepadanya, apakah kepadaku kau
tidak takut?" Begitu melihat Lu Sheng begitu terkejut, dia mengganti kata-katanya, "Kau tidak perlu
merasa takut, bila ada yang bertanya kau tinggal katakan bahwa aku yang
menyuruhmu." Chen Kuai berpesan lagi, "Sebelum giliranmu menjaga peti mati, datang dulu ke
kamarku dan mengganti pakaianmu dengan bajuku, supaya bisa mengurangi
kecurigaan orang-orang. Kau harus berhati-hati jangan sampai ketahuan oleh orang
lain." Sebenarnya Lu Sheng sangat ketakutan dan juga khawatir.
51 Menjelang tengah malam ada sesosok bayangan yang diam-diam berjalan ke arah peti
mati. Kemudian ada satu lagi bayangan dengan cepat berlari keluar.
Orang yang keluar belakangan bersembunyi di sudut dinding melihat keadaan disana
sebentar, kemudian melihat ke halaman depan lalu ke belakang. Ternyata dia adalah si
Pena Besi Pengait Perak, Chen Kuai.
Di pinggang Chen Kuai terselip sebatang Pan Guan Bi (Pena Hakim) dan dipundaknya
menggendong sebuah kait tangan besi, wajahnya ditutup dengan kain hitam, dan
berpakaian khusus untuk keluar malam.
Chen Kuai melewati Wisma Bai-ma. Wisma ini benar-benar sangat mewah dan megah.
Tiang yang diukir, kolam yang dipenuhi dengan teratai, jembatan melengkung
menghiasi danau. Dia melihat Zheng Yu tidak berada di kamarnya, apakah dia benarbenar....
Dia tahu Zheng Yu berilmu silat tinggi, maka dengan sembunyi-sembunyi dia naik ke
atas atap dan menunggu sambil melihat ke sekelilingnya.
Sampai keadaan sunyi kemudian dia mengambil posisi menggantung terbalik untuk
melihat ke dalam kamar. Begitu melihat keadaan di kamar, benar-benar membuat dia
bergolak amarahnya. Ternyata di dalam kamar Shu Yu-zhu sudah berdandan dengan sangat cantik. Dia
berada dalam pelukan seseorang. Orang ini kurus dan berbaju mewah. Dia tak lain
adalah Zheng Yu. Dalam hati Chen Kuai berpikir, "Benar-benar pasangan ini berselingkuh. Dan
perempuan ini pasti sudah membunuh guru!"
Dari balik ikat pinggangnya, dia mengeluarkan tiga buah pisau terbang. Baru saja akan
dilempar, terdengar Shu Yu-zhu dengan manja berkata, "Kau hanya bersenang-senang
disini, bila anak Juan datang membawa Biksu Yuan Chen, bagaimana caramu
menghadapinya?" Jawab Zheng Yu sambil tertawa, "Mungkin anak Juan sementara ini tidak akan
kembali." Chen Kuai yang berada di luar mendengar semua kata-kata Zheng Yu, hatinya
bergetar. Dia berpikir, "Aku harus mendengar dia mengatakan adik berada dimana
sekarang ini, setelah itu baru membunuh dia!"
52 Terlihat Shu Yu-zhu menggeliat keluar dari pelukan Zheng Yu dan berkata, "Apa
maksud kata-katamu?"
Zheng Yu tertawa dan berkata, "Menurutku, anak Juan tidak bisa pergi ke Yu-quanguan. Sekarang ini dia sudah jatuh ke tangan Guo Shi Luo."
Tanya Shu Yu-zhu, "Bukankah aku sudah berpesan agar mereka jangan ikut campur!"
"Apakah kau mengira keponakan tersayangmu itu bisa mengerjakan sesuatu" Ilmu
silatnya lebih rendah dari anak Juan. Pasti anak Juan tidak mau mendengar katakatanya, karena itu aku harus menyiapkan orang untuk membuat anak Juan
menyerah." Shu Yu-zhu berkata, "Diantara Yin-shan Wu-mo, Si Mo dan Wu Mo bukan orang baikbaik, bila anak Juan jatuh ke tangan mereka, apa yang akan terjadi pada anak Juan?"
Zheng Yu tertawa licik dan menjawab, "Kau benar-benar perempuan yang tidak bisa
berpikir panjang. Kau tenang saja! Aku hanya menyuruh mereka menculik anak Juan,
kemudian menyuruh keponakanmu muncul untuk menolongnya, anak Juan akan
sangat berterima kasih kepada Li Hao, mungkin dengan begitu dia akan setuju dengan pernikahannya.
Bukankah ini cara yang paling baik?"
Shu Yu-zhu tertawa dan berkata, "Idemu benar-benar banyak dan brilian!"
Chen Kuai mendengar obrolan mereka, dia merasa ingin melemparkan senjata
rahasianya lagi. Tiba-tiba ada suara langkah kaki yang mendekat. Dia melihat kebalik
gunung buatan, keluar tiga sosok bayangan. Chen Kuai segera bersembunyi untuk
mendengarkan. Ketiga orang itu tiba di bawah loteng dan memanggil, "Kakak Shu, aku Guo Shi Luo
ingin bertemu." Zheng Yu yang di loteng menjawab, "Kalian naik saja ke atas!"
Terdengar suara langkah yang tidak teratur, mereka bertiga sudah naik ke atas.
Chen Kuai sudah tahu bahwa Guo Shi Luo adalah Ketua Yin-shan Wu-mo, dia juga
dijuluki dengan Dewa Kematian Enam Jari.
Semenjak Mu Rong Kai mati, tidak ada lagi orang yang memiliki ilmu Xuan Yin lebih
tinggi darinya. Yang membuat Chen Kuai heran adalah mengapa Guo Shi Luo
53 memanggil Zheng Yu dengan sebutan kakak seperguruan" Yang satu lagi kakak
seperguruan perempuan itu siapa"
Zheng Yu dan Shu Yu-zhu sedang duduk disisi ranjang, terdengar Zheng Yu bertanya,
"Mengapa Adik Seperguruan Yu Wen menjadi seperti ini" Dimana anak Juan berada
sekarang?" Chen Kuai baru bisa melihat dengan jelas diantara dua orang itu, yang satu, tangan
kanannya terluka. Walaupun sudah dibalut tapi bajunya masih ada noda bercak darah.
Guo Shi Luo dengan kesal berkata, "Kakak, persoalan menjadi rumit. Tadinya kami
dengan mudah menangkap telah putrimu, tapi tiba-tiba muncul seorang pengemis
muda membantunya. Ilmu pedangnya sangat tinggi. Setelah dia pergi, aku baru ingat
bahwa ilmu pedang yang dimiliki olehnya adalah ilmu Zhui Hun Duo Ming-jian. Ilmunya
ternyata berada di atas Pak Tua Lu Yi-feng. Hanya dalam beberapa jurus, Adik Zhou
sudah kalah dan kehilangan telapak tangannya. Mungkin dia akan cacat seumur hidup.
Yu Wen dan Zhou dilukai oleh putrimu. Adik Yin, tangannya putus sebelah...."
Zheng Yu bertanya, "Dimana anak Juan berada sekarang ?"
"Tidak tahu, mungkin ikut dengan pengemis itu."
Zheng Yu bertanya, "Apakah dia benar-benar sudah tiba di Yu-quan-guan?"
Jawab Guo Shi Luo, "Tidak, dia pergi kesana pun percuma karena Yuan Chen sedang
menutup pintu rumahnya rapat-rapat untuk berlatih silat. Dia tidak akan meladeni siapa
pun yang datang, termasuk putrimu.... Tapi murid Yuan Chen yang dijuluki dengan Qing
Shan Ke Ma Zao-ling sudah pergi entah kemana. Mungkin si pengemis itu adalah dia.
Kakak harus bersiap-siap, dia akan datang bersama putrimu untuk membuat keributan."
Zheng Yu terdiam lama, tiba-tiba wajahnya penuh dengan hawa membunuh. Dengan
galak dia berkata, "Tidak disangka rencanaku harus gagal di tangan putriku sendiri.
Baiklah, kalian sementara diam disini dulu. Kita harus waspada bila Ma Zao-ling datang
untuk membuat keributan. Kita harus bergabung untuk membereskannya. Terhadap
putriku kalian jangan lemah hati, asalkan tidak terancam nyawanya."
Chen Kuai merasa heran, dalam hati dia berpikir, "Mengapa penjahat Zheng Yu selalu
memanggil adik seperguruan dengan panggilan anak Juan" Apakah adik adalah putri
dari penjahat ini.... jika beberapa orang ini bergabung menghadapi Ma Zao-ling.
Meskipun ilmu silatnya tinggi, tapi dia tidak akan dapat mengalahkan empat orang
pesilat tangguh ini, apalagi mereka sudah merencanakan akan menyergap. Aku harus
memberitahu mereka."
54 Dia sudah mengambil keputusan dan dia menarik badan dari posisi menggantung di
jendela. Sewaktu dia akan pergi dari sana, tidak terduga dia menginjak genteng yang
pecah. Walaupun suaranya kecil tapi sudah terdengar oleh orang-orang yang berada di
dalam kamar, terpaksa dia turun dan berlari keluar dari wisma.
"Siapa!" Yang pertama terdengar adalah suara bentakan, kemudian sudah ada beberapa
bayangan ikut melayang keluar....
Chen Kuai tahu dia tidak akan sanggup melawan mereka, terpaksa dia berlari lebih
cepat lagi. Orang yang pertama kali keluar dari kamar itu adalah Zheng Yu.
Tidak lama mengejar, Zheng Yu sudah tahu orang yang berlari itu adalah Chen Kuai.
Dia berpesan, "Kalian tetap berada di tempat, biar aku sendiri yang menghadapinya!"
Bukan Zheng Yu merasa sombong, melainkan ilmu silatnya memang benar-benar
tinggi. Dengan ilmu meringankan tubuh yang tinggi, dia seperti kilat sudah keluar dari
tembok Wisma Bai-ma. Chen Kuai hanya beberapa meter di depannya.
Dia membentak, "Kau mau lari kemana?"
Diringi dengan suara bentakan itu, tujuh butir biji sempoa sudah dilepaskan ke
punggung Chen Kuai. Chen Kuai tahu di belakangnya ada senjata rahasia yang diarahkan untuk
menyerangnya. Dia ingin menghindar tapi takut tidak keburu, terpaksa dia membalikkan
badan. Dengan kait perak dia menggambar lingkaran.
Terdengar beberapa kali suara benturan, biji-biji sempoa itu terjatuh tapi benturan kait
perak itu membutuhkan tenaga yang besar, sehingga mengendorkan tangan Chen Kuai
sehingga menjadi lemas. Walaupun Chen Kuai sudah tahu bahwa Zheng Yu adalah murid Yin Shan Lao Mo, tapi
dia tidak menyangka bahwa ilmu silat Zheng Yu begitu lihai, hal itu membuat Chen Kuai
merasa kaget. Musuh sudah berada di depan mata, terpaksa dia memegang pena dan berkata,
"Ternyata adalah Pengurus Zheng, kau mempunyai ilmu silat begitu tinggi dan
bersembunyi di Wisma Bai-ma, sekarang apa yang kau mau?"
55 Zheng Yu tertawa dingin dan menjawab, "Gurumu sudah mati, beberapa putra dan
muridnya pun sedang menunggu dia dijalan kematian. Mungkin dia juga akan
mengundangmu agar mau menemaninya. Menyerahlah!"
Segera dia membunyikan sempoa besinya. Suara sempoa besi dapat membuat hati
orang menjadi kacau. Jawab Chen Kuai, "Belum tentu!"
Dengan sebelah tangan dia memegang kait, menyerang ke tangan musuh, sebelah
tangan memegang pena kemudian menyerang perut musuhnya.
Satu jurus dengan dua gerakan yang berbeda, cepat dan ganas benar-benar pantas
dijuluki Pena Besi Pengait Perak.
Walaupun Chen Kuai adalah murid Lu Yi-feng, tapi Lu Yi-feng tidak mau ilmu silat
turunan keluarga Chen musnah. Dia membantu mengajarkan ilmu silat Chen Zi Yuan
kepada putranya. Karena Chen Kuai pintar dan berbakat, dengan cepat ilmu keluarga Chen dikuasainya,
dan beberapa bagian ilmu Zhui Hun Duo Ming-jian pun dikuasai olehnya, karena itu
begitu ilmunya dikeluarkan, terlihat sangat aneh dan sukar diduga....
Burung Hoo Menggetarkan Kun Lun 13 Dewa Arak 87 Setan Bongkok Sejengkal Tanah Sepercik Darah 9
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama