Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo Bagian 19
itu selanjutnya. Dorongan inilah yang membuat Sian Lun tidak
mau meninggalkan tempat itu, yaitu di sekitar dinding tinggi di
mana harem dan tempat Kaisar beradu berada di baliknya.
Dinding pemisah itu merupakan batas bagi seorang pengawal
seperti dia, dan yang boleh memasuki tempat itu hanyalah
para dayang dan para thai-kam saja.
Sian Lun berjalan-jalan di sekitar tempat itu dan wajah
gadis itu selalu terbayang olehnya. Dia membayangkan yang
bukan - bukan. Membayangkan betapa gadis itu diperkosa
oleh Kaisar! Betapa gadis itu menjerit dan menangis tanpa ada
yang berani menolongnya! Hatinya merasa amat tidak enak
dan gelisah merasa tidak berdaya dan mulailah Sian Lun
meragukan tindakannya. Benarkah kalau dia menjadi
pengawal di tempat itu, melihat kesewenang - wenangan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
2 tanpa berdaya sedikitpurj juga" Di istana ternyata bukan
tempat tinggal orang-orang baik. Baru melihat gadis yang
menangis sedih karena "bernasib haik" diterima sebagai selir
Kaisar itu saja sudah merupakan kenyataan yang menyolok
betapa di tempat indah dan megah ini terjadi kejahatan dan
pemerkosaan yang tidak dianggap jahat lagi karena keadaan.
Apakah bedanya perkosaan yang dilakukan seorang Kaisar
dan seorang jai-hoa cat (penjahat pemerkosa wanita)"
Bedanya hanyalah bahwa kalau Kaisar mengandalkan
pengaruh kekuasaannya, maka seorang pemerkosa wanita
mengandalkan kekuatannya! Korbannya sama. seorang wanita
lemah yang tidak berdaya ! Akan tetapi, apa yang dapat
dilakukannya di tempat ini" Kalau dia berada di luar dan ada
seorang penjahat mempergunakan kekuatannya memperkosa
wanita, dia dapat turun tangan menghajar penjahat itu dan
mencegah terjadinya kelaknatan itu. Akan tetapi di sini, dia
malah harus menjaga keamanan pria yang memperkosa
wanita itu, karena pria itu kebetulan menjadi Kaisar !
Kenyataan ini mendatangkan kepahitan hebat dalam hati Sian
Lun yang menjadi bingung sendiri !
Ah, pendekar macam apakah dia ini" Dia menyumpah diri
sendiri. Makin dipikir makin kecut rasa hatinya. Boleh jadi
umum memandang dia sebagai seorang pengawal Kaisar yang
pongah dan terhormat, akan tetapi wanita tadi akan tetap
memandangnya sebagai begundal yang rendah dan kejam,
kaki tangan seorang pemerkosa yang tak mengenal
prikemanusiaan. Alangkah rendahnya !
Tiba - tiba Sian Lun menyelinap ke dalam bayangan gelap.
Dia melihat berkelebatnya bayangan orang. Terkejutlah dia
karena dia melihat banyak sekali bayangan berkelebat
meloncati dinding yang menjadi batas daerah terlarang itu!
Celaka, pikirnya. Hal itu jelas tidak wajar sama sekali. Tidak
mungkin mereka itu para pengawal, karena sudah terdapat
larangan bagi para pengawal untuk memasuki daerah itu apa
lagi dengan cara meloncati dinding tembok seperti kelakuan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
maling-maling itu. Maling" Tiba-tiba dia tertegun dan cepat
kedua kakinya menggenjot dan tubuhnya sudah melayang
dengan cepat, mengejar bayangan-bayangan yang mencurigakan itu. Dia tidak perduli lagi apakah dia melanggar
daerah terlarang, karena tugasnya adalah menjaga
keselamatan Kaisar dan gerakan bayangan bayangan itu
sungguh amat mencurigakan hatinya.
Cepat bagaikan seekor burung rajawali terbang, tubuh Sian
3 Lun sudah melayang naik ke atas dinding untuk mengejar
bayangan-bayangan tadi. Dia sudah diberi tahu tentang letak
bangunan-bangunan di seluruh istana dan dia tahu di mana
adanya kamar Kaisar kalau beliau sedang bersenang-senang
dengan para selirnya. Maka ke tempat itulah dia menuju.
Tiba tiba terdengar bentakan-bentakan dan disusul dengan
suara beradunya senjata-senjata tajam. Ternyata bayanganbayangan orang yang menyerbu itu
telah disambut oleh para thaikam pengawal. Hanya thaikam-thaikam saja yang boleh
menjaga di sebelah dalam ini dan di antara para thaikam
memang ada yang memiliki ilmu silat yang cukup tangguh
Akan tetapi, agaknya para penyerbu iiu terdiri dari orang
orang yang lihai karena segera terdengar teriakan teriakan
kesakitan dan para thaikan itu roboh mandi darah.
"Keparat, berani kalian mengacau di sini"' Sian Lun
membentak ketika melihat mereka merobohkan lima orang
thaikam. Dengan cepat dia sudah menerjang, dan biarpun
para penyerbu itu menyambut terjangannya dengan pedang
namun gerakan Sian Lun terlampau cepat dan hawa pukulan
tangannya saja sudah cukup membuat mereka terpelanting,
disusul tamparan dan tendangan sehingga dalam sekejap
mata saja tiga orang anggauta penyerbu itu roboh dan
pingsan! Melihat munculnya seorang pengawal yang demikian
tangguhnya, seorang thaikam pengawal menjadi girang dan
cepat berkata, "Cepat, harap lindungi sri baginda !"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendengar teriakan ini, Sian Lun berlari menuju ke kamar
Kaisar. Dia melihat tiga bayangan orang juga berlari ke arah
kamar itu dan begitu tiba di dekat kamar, dia sudah
mendengar isak tangis seperti senja tadi, isak tangis gadis
berwajah pucat itu. Tanpa memperdulikan apa-apa lagi,
karena yang dituju hanya menyelamatkan Kaisar, Sian Lun
mendahului tiga bayangan itu dan langsung meloncat
menerjang jendela kamar itu.
'Brakkkk.......!" Jendela itu jebol dan Sian Lun sudah berada
di dalam kamar. Kaisar sedang merangkul dan menciumi Siang Bwee yang
menangis lirih. Mendengar suara pecahnya jendela disusul
masuknya seorang pengawal, Kaisar terkejut bukan main.
Sebelum Kaisar sempat menegur, Sian Lun sudah berkata,
"Cepat sri baginda, harap menyingkir dan bersembunyi ! "
Kaisar segera dapat memaklumi keadaan, maka dalam
keadaan setengah telanjang, Kaisar meloncat dan sebentar
kemudian lenyap melalui sebuah pintu rahasia di balik almari.
Siang Bwee cepat membungkus tubuhnya dengan selimut,
mukanya pucat dan matanya memandang terbelalak kepada
Sian Lun yang berdiri tegak menghadap ke arah jendela yang
4 dijebolnya tadi. "Serbuuuu........!" Terdengar teriakan dan muncullah tiga
orang laki-laki berloncatan dengan sigapnya melalui jendela itu
sambil memutar pedang mereka yang berobah menjadi
gulungan sinar menyilaukan mata. Dan di belakang mereka
muncul pula seorang laki-laki yang memegang sebuah kipas
hitam yang besar dan panjang! Orang ini bukan lain adalah
Cai Hun Sek, ditemani oleh tiga orang tokoh Hek-san-pang
yang memegang pedang di tangan kiri. Melihat betapa empat
orang itu semua memegang sebatang kipas hitam, Sian Lun
merasa heran, akan tetapi dia tidak sempat bicara lagi karena
tiga orang berpedang itu sudah menerjangnya dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
serangan kilat. Tiga batang pedang menyambar diikuti
kebutan kipas yang mendatangkan angin kuat!
Ketika Can Hun Sek tadi mendengar teriakan Sian Lun yang
mendahului masuk kamar Kaisar dia terkejut dan marah, lalu
bersama tiga orang temannya mengejar. Akan tetapi setelah
masuk kamar itu, dia tidak lagi melihat Kaisar hanya seorang
wanita cantik yang berselimut dan kini mendekap selimut yang
menyelubungi tubuhnya dan mendekam di sudut dengan
muka pucat. Can Hun Sek membiarkan tiga orang kawannya
mengeroyok pemuda berpakaian pengawal yang bertangan
kosong itu sedangkan dia sendiri cepat mencari-cari Kaisar.
Namun percuma. Dia tidak dapat menemukan Kaisar, bahkan
tidak menemukan pintu lain kecuali pintu depan dan jendela.
Ketua Hek-san-pang ini terkejut dan heran bukan main. Dia
tidak melihat Kaisar keluar, dan dia tadi merasa yakin bahwa
Kaisar berada di dalam kamar ini ! Tentu ada pintu rahasia,
pikirnya, dan hal ini memang sudah diberitahukan oleh Su
Hong, akan tetapi gadis yang menjadi dayang itu sendiri tidak
tahu di mana adanya pintu rahasia itu karena yang
mengetahuinya hanyalah Kaisar sendiri ! Pintu rahasia itu
menembus ke dalam kamar Kaisar di istana, kamar besar di
sebelah dalam, bukan di bagian harem lagi. Selagi dia
membongkar - bongkar meja kursi dan lemari untuk mencari
kamar di balik pintu rahasia itu, terdengar suara hiruk-pikuk
dari para pengawal di luar, dan ketika dia melihat ke arah tiga
orang kawannya, dengan kaget dia melihat tiga orang
kawannya itu terdesak hebat oleh si pengawal muda bahkan
seorang di antara mereka telah terluka dan terhuyung. Celaka,
pikirnya. Can Hun Sek yang cerdik segera melihat wanita yang
masih mendekam di sudut. Tentu selir tersayang dari Kaisar,
pikirnya. Dapat dipergunakannya sebagai sandera untuk
meloloskan diri ! Maka tanpa banyak cakap lagi, dia lalu
menyambar pinggang wanita itu dan membawanya lari keiuar!
Siang Bwee menjerit, akan tetapi segera bungkam karena
5 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ditotok dan dipanggul lalu dibawa meloncat keluar melalui
jendela yang jebol tadi. Melihat ini, Sian Lun menjadi marah. Dia mengeluarkan
bentakan nyaring, tubuhnya bergerak cepat dan dua orang
pengeroyoknya berteriak, pedang mereka terpental, kipas
mereka pecah dan mereka sendiri roboh terjengkang seperti
teman mereka yang pertama. Akan tetapi dari ujung atau
gagang kipas mereka berhamburan jarum-jarum hitam yang
hampir saja mengenai tubuh Sian Lun kalau pemuda ini tidak
cepat melempar tubuhnya ke belakang sambil bergulingan.
Sementara- itu, Can Hun Sek yang merasa gagal usahanya
itu cepat lari keluar dan lima orang pengawal yang
menghadangnya menjadi bingung dan tidak berani menyerang
karena melihat penjahat itu memanggul tubuh seorang
wanita. Wanita yang keluar dari kamar Kaisar itu sudah pasti
adalah selir Kaisar yang terkasih, maka tentu saja mereka
tidak berani melukai tubuh selir Kaisar. Kesempatan ini
dipergunakan oleh Can Hun Sek untuk menekan alat pada
gagang kipasnya Sinar hitam menyambar-nyambar dan lima
orang pengawal itu berteriak dan roboh terguling, terkena
serangan gelap dari jarum-jarum beracun yang keluar dari
gagang kipas hitam! Can Hun Sek cepat meloncat dan lari
sambil memanggul tubuh Ci Siang Bwee.
"Pangcu, cepat ke sini......l" Terdengar bisikan Su Hong
yang sudah mencegat dan di bawah petunjuk dayang ini,
akhirnya Can Hun Sek dapat melarikan diri melalui sebuah
pintu tembusan yang biasanya dipergunakan oleh para
thaikam atau dayang yang keluar masuk daerah terlarang itu.
Sambil memanggul tubuh Siang Bwee yang hanya terbungkus
selimut, Hun Sek cepat menyelinap melalui pintu kecil di
taman itu dan hendak melarikan diri.
"Pangcu, tunggu saya........!" Su Hong berseru dan lari
mengejar. "Mereka tentu tahu kalau saya ikut main dalam
peristiwa ini dan saya akan dihukum berat ....., tunggu dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bawa saya, pangcu.....!" Sebagai anggauta Htk-san-pang,
sedikit banyak gadis ini mengerti ilmu silat dan diapun dapat
berlari cepat, sungguhpun tentu saja dibandingkan dengan
ketuanya itu dia kalah jauh.
Akan tetapi tiba-tiba Can Hun Sek membalik, tangannya
yang memegang kipas hitam bergerak dan sinar hitam
menyambar ke arah Su Hong. Gadis ini terkejut bukan main,
tahu apa artinya sinar hitam itu namun tidak sempat mengelak
dan dia menjerit dengan nyaring sekali, lalu tubuhnya
terjengkang dan tewas, beberapa batang jarum beracun
bersarang di tenggorokannya! Can Hun Sek membunuhnya
6 karena kalau gadis itu ikut, tentu dia tidak dapat melarikan diri
dengan leluasa dan cepat maka jalan paling baik baginya
adalah membunuh anak buahnya sendiri yang mencintanya
itu. Akan tetapi justeru perbuatannya inilah yang mendatangkan bencana baginya. Tadinya Sia Lun sudah
kehilangan jejaknya. Pemuda ini tidak tahu harus mengejar ke
mana, karena memang dia tidak hafal akan keadaan di dalam
daerah terlarang ini, tidak tahu akan adanya pintu kecil
rahasia di dalam taman itu. Selagi dia kebingungan dan
melangkah mencari-cari dan tanpa diketahuinya dia malah
menjauhi buronannya, tiba tiba dia mendengar jerit
melengking dari Su Hong itu. Maka cepat dia meloncat dan lari
mengejar ke arah suara jeritan wanita itu yang disangkanya
tentu jeritan selir Kaisar yang dilarikan penjahat tadi.
Setelah dia tiba di pintu kecil tersembunyi di dalam taman
itu, dia melihat tubah seorang wanita muda menggeletak tak
bernyawa lagi. Dia cepat memeriksa dan melihat bahwa
wanita itu adalah seorang gadis yang cantik, berpakaian
dayang. Maka teringatlah dia akan teriakan seorang thaikam
tadi bahwa pemimpin para penyerbu itu adalah kakak dari
dayang Su Hong. Inikah dayang Su Hong" Akan tetapi dia
tidak sempat menyelidiki hal itu, melainkan cepat meloncat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keluar dari pintu kecil itu dan terus lakukan pengejaran.
Akhirnya, setelah dia berloncatan ke atas genteng rumahrumah penduduk kota raja, dia melihat
bayangan orang yang dikejarnya. Dia segera mengenal bayangan itu memanggul
tubuh seorang lain. Cepat dia mengejar dan bayangan itu
telah riba di dekat dinding kota raja yang tinggi. Dia berpikir
bahwa tidak mungkin bayangan itu akan dapat meloncati
dinding yang sedemikian tingginya, maka Sian Lun
mempercepat larinya, terus mengejar.
Akan tetapi, terkejutlah dia ketika dia melihat bahwa
Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
penjahat itu sudah tiba di dinding dan melihat bayangan itu
merayap naik melalui seutas tali yang agaknya memang sudah
di persiapkan terlebih dulu di tempat itu. Tcmpat yang sunyi
dan jauh dari pintu gerbang, jauh dari para penjaga tembok
benteng itu ! Dengan cepatnya bayangan yang memanggul
gadis istana itu memanjat ke atas dan ketika Sian Lun
akhirnya tiba di bawah dinding, penjahat itu telah berada di
atas ! 7 Jilid XXVI DINDING itu memang terlampau tinggi
untuk diloncati, maka Sian Lun cepat
menyambar tali yang tadi dipergunakan
oleh penjahat itu untuk melarikan diri dan
diapun segera memanjat dengan tali itu
ke atas. Tiba tiba terdengar suara ketawa
dan tali yang dipergunakan untuk
memanjat itu putus, diputus dari atas oleh
Hun Sek sambil tertawa. Pada saat itu,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sian Lun baru tiba di tengah-tengah dinding yang tinggi itu!
Akan tetapi pemuda sakti ini tidak menjadi bingung. Begitu
merasa betapa tali itu terlepas, secepat kilat dia menggunakan
kedua telapak tangannya untuk menempel pada dinding!
Kemudian, dengan pengerahan tenaga sinkangnya, dia
merayap di dinding itu seperti seekor cecak, perlahan-lahan
terus naik ke atas ! Akan tetapi hambatan ini memberi kesempatan kepada
ketua Hek-san pang itu untuk loncat turun dari atas dinding
dan melarikan diri. Para penjaga melihatnya dan melakukan
pengejaran, namun tidak ada seorangpun penjaga yang
mampu menandingi kecepatan lari ketua Hek san-pang itu.
Setelah Sian Lun berhasil mencapai puncak tembok, dia
melihat di bawah sinar bintang yang remang-remang
bayangan para penjaga yang melakukan pengejaran. Dia
cepat meloncat turun dan mengerahkan kepandaiannya berlari
cepat, mengejar. Sebentar saja dia sudah dapat menyusul
para penjaga yang ketinggalan jauh. Melihat bahwa yang
mengejar adalah seorang yang berpakaian pengawal istana,
para penjaga cepat menunjukkan ke mana larinya penjahat
itu. Sian Lun terus mengejar dan para penjaga itu akhirnya
menghentikan pengejaran mereka karena sebentar saja
mereka sudah kehilangan bayangan dua orang yang
berkejaran itu. "Pembunuh keji, engkau hendak lari ke mana?" Sian Lun
membentak ketika akhirnya dia dapat menyusul buronannya di
luar sebuah hutan yang sunyi di lereng bukit. Sejak tadi Can
Hun Sek sudah merasa khawatir sekali melibat betapa
pengawal muda yang lihai itu terus mengejarnya dan biarpun
dia sudah mengerahkan seluruh kepandaiannya berlari cepat,
tetap saja pengejarnya makin lama makin dekat di
belakangnya. Mendengar bentakan ini, dia tiba-tiba
menghentikan larinya, membalik dan kipasnya ditodongkan.
Sinar hitam menyambar ke arah Sian Lun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
8 Akan tetapi Sian Lun sudah mengenal serangan senjata
gelap ini dan dengan mudah dia menyampok sinar hitam itu
dengan lengan bajunya sambil mengerahkan tenaga saktinya.
Jarum-jarum hitam itu runtuh ke atas dan Sian Lun tetap
menerjang ke depan dengan sikap mengancam.
"Tahan! Atau....... kubunuh wanita ini!"
Can Hun Sek berteriak sambil mengancamkan kipasnya ke
tengkuk Siang Bwee yang dipondongnya. Sian Lun terkejut
dan memandang kepada wajah gadis yang kini berada dalam
pondongan Hun Sek, menjadi perisai bagi tubuh penjahat itu.
Wajah yang pucat, sepasang mata yang terbelalak lebar
penuh rasa takut, akan tetapi melihat keadaan yang lemas itu
tahulah Sian Lun bahwa gadis itu tertotok. Gadis yang pernah
dilihatnya menangis ketika disisiri rambutnya oleh dua orang
thaikam. Akan tetapi tentu saja bagi Sian Lun yang terpenting adalah
menangkap penjahat yang berusaha membunuh kaisar itu,
maka dia tetap melangkah maju. "Tidak ada artinya engkau
membunuhnya, tetap saja engkau takkan terlepas dari
tanganku ! " Tentu saja Hek san pangcu itu menjadi terkejut dan juga
kecewa. Tadinya dia mengira bahwa gadis yang telah
diculiknya itu akan menjadi sandera yang amat berharga dan
dapat menolong dirinya dalam melarikan diri, seorang puteri
yang penting, atau selir kaisar yang terkasih sehingga orang
akan mau melepasnya untuk mendapatkan kembali puteri
atau selir itu. Akan tetapi siapa sangka, agaknya pengawal
yang amat lihai itu tidak mengambil pusing apakah dia akan
membunuh wanita itu ataukah tidak! Celaka, pikirnya, susahsusah dia culik! Tadinya, melihat
kecantikan dara itu, dia memiliki dua niat. Pertama, menjadikan gadis itu semacam
sandera yang dapat dipergunakannya kalau ada bahaya
mengancamnya, ke dua kalau sampai dia berhasil lari bersama
gadis itu, tentu dia akan memperoleh seorang gadis cantik
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang akan menyenangkan hatinya! Akan tetapi kiranya semua
itu hanya mimpi kosong belaka dan gadis ini agaknya tidak
berguna sama sekali! "Sialan !" Dia berseru marah dan melemparkan tubuh gadis
itu ke samping, kemudian dia meloncat ke belakang dan
jarum-jarum hitam dari kipasnya meluncur ke arah gadis itu.
Inilah satu-satunya jalan baginya untuk memancing pengawal
lihai itu dan dia berhasil!
Melihat gadis itu dilemparkan ke bawah kemudian diserang
dengan jarum-jarum yang amat berbahaya itu, Sian Lun
terkejut bukan main. Tentu saja sebagai seorang pendekar
yang selalu siap untuk melindungi fihak lemah yang terancam
bahaya, dia tidak mungkin membiarkan gadis itu terancam
9 bahaya tanpa turun tangan. Melihat sinar hitam menyambar
ke arah gadis itu, dia cepat menubruk ke depan, menghadang
antara gadis itu dan sinar hitam yang menyambarnya, sambil
mengebutkan tangan kirinya ke arah jarum-jarum yang
meluncur datang. Jarum - jarum itu terpukul angin dan
runtuh, akan tetapi kesempatan itu dipergunakan oleh Hun
Sek untuk melarikan diri secepat mungkin.
Gadis itu terlempar dan selimut yang membungkus
tubuhnya itu terbuka tanpa dia mampu membetulkan kembali
karena kaki tangannya tidak dapat digerakkan. Maka dia
menjadi bingung, malu dan hanya dapat mengeluh, akan
tetapi biarpun dia tertotok, tak mampu bergerak atau
berteriak, Siang Bwee tahu betul bahwa dia diselamatkan oleh
pengawal muda yang gagah perkasa itu.
Setelah melihat bahwa gadis yang mengeluh itu tidak
terluka, Sian Lun cepat membuka totokannya sehingga Siang
Bwee mampu bergerak dan cepat-cepat membetulkan selimut
yang terbuka itu dan Sian Lun sudah melompat pergi
menghilang ke dalam gelap untuk melakukan pengejaran.
Akan tetapi, dia telah mempergunakan waktu terlampau
banyak untuk menyelamatkan Siang Bwee tadi dan kini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bayangan buronan itu sudah tidak nampak lagi, sudah ditelan
oleh kegelapan yang pekat dari. hutan di depan itu.
Sian Lun masih mencoba untuk mencari-cari di dalam hutan
gelap itu namun hasilnya sia-sia dan akhirnya terpaksa dia
kembali ke tempat di mana Siang Bwee tadi ditinggalkannya.
Dia melihat gadis itu masih mendekam dan menangis tersedusedu. Gadis itu ketakutan bukan main,
tidak tahu harus pergi ke mana dan tidak tahu pula berada di mana. Dia sama sekali
tidak berdaya, dan tempat itu demikian gelap dan sunyi maka
dia hanya dapat menangis.
"Nona........ "
Siang Bwee terkejut, mengangkat mukanya yang tadi
menunduk dan ternyata pemuda yang menolongnya tadi telah
berada di depannya. Bukan main girang rasa hatinya dan
Siang Bwee cepat menjatuhkan diri berlutut di depan Sian
Lun. "Terima kasih atas pertolonganmu, taihiap........ "
"Ahh, harap nona jangan merendahkan diri seperti itu,"
Sian Lun cepat berkata sambil memegang kedua lengan itu
dan menariknya bangkit berdiri. "Saya hanya seorang
pengawal biasa, dan nona adalah sedang........" Dia hendak
mengatakan selir sri baginda akan tetapi teringat betapa gadis
ini menangis ketika dia hendak dijadikan selir kaisar, dia ragu ragu.
"Dan aku hanya seorang wanita lemah yang telah
kauselamatkan nyawanya, taihiap"
"Sudahlah, itu sudah merupakan tugasku, nona. Mari
kuantar nona kembali istana."
10 Siang Bwee menunduk dan memejamkan mata, lalu
menggeleng kepala. Sian Lun menjadi tidak sabar. "Mari nona........"
"Tidak........ tidak....... jangan bawa aku kembali........"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pada saat itu datang sepasukan pengawal dan melihat
betapa Sian Lun telah menyelamatkan selir kaisar, mereka
merasa gembira dan kagum sekali. Beramai-ramai Siang Bwee
lalu dikawal kembali ke istana. Siang Bwee tidak dapat
membantah lagi dan hanya dapat menangis. Diam-diam Sian
Lun yang mengikuti di belakangnya merasa kasihan kepada
gadis ini, akan tetapi bagaimana dia mampu menolongnya"
Diapun tahu bahwa gadis ini tidak suka menjadi selir kaisar,
bahwa gadis itu terpaksa dan seperti diperkosa, dan bahwa
menurut watak pendekar, dia sudah seharusnya mencegah
terjadinya perkosaan atau paksaan itu. Akan tetapi betapa
mungkin" Yang melakukannya adalah kaisar, dan dia telah
menjadi pengawal kaisar !
Ketika rombongan pengawal bersama Siang Bwee tiba
kembali di istana, ternyata berita tentang tertolongnya selir
baru kaisar itu telah didengar oleh istana dan yang
menyambut mereka adalah kaisar sendiri bersama Thio thaikam yang telah mendengar tentang
kerusuhan itu dan sudah cepat-cepat datang ke istana. Pembesar gendut ini sudah
mendengar betapa pengawal muda yang baru saja
diterimanya dan diangkatnya menjadi anggauta pasukan
pengawal itu ternyata telah berhasil menyelamatkan kaisar
dan kini malah datang setelah berhasil menolong pula selir
yang diculik penjahat! Tentu saja dia merasa bangga bukan
main, apa lagi ketika kaisar memuji-muji pemuda pengawal itu
di depannya. Semua pengawal berikut Siang Bwee menjatuhkan diri
berlutut ketika mereka melihat kaisar berada di dalam ruangan
itu menyambut mereka. Kaisar tersenyum dan memandag
kepada Sian Lun. "Siapa namanya" " tanyanya kepada Thio thaikam.
"Namanya Tan Sian Lun, sri baginda," jawab pembesar
kebiri gendut itu sambil menjura.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sian Lun, kau majulah," kaisar berkata dan Sian Lun
terkejut, lalu merangkak maju dan berlutut dengan penuh
hormat, mukanya menunduk.
"Angkat mukamu, kami ingin melihat wajahmu".
Terpaksa Sian Lun mengangkat mukanya dan dia menatap
wajah kaisar yang tersenyum ramah, wajah yang
membayangkan pengaruh dan kekuasaan. Dia merasa jerih
11 dan menunduk kembali. "Ha ha, memang engkau tampan dan gagah, Sian Lun.
Kami girang sekali bahwa engkau telah memperlihatkan
kebaktianmu, telah menyelamatkan kami dan berhasil pula
merampas kembali Siang Bwee yang diculik penjahat." Kaisar
mengerling ke arah Siang Bwee yang kini telah memakai
pakaian, diberi oleh para pengawal tadi untuk menutupi
tubuhnya yang tadinya hanya tertutup selimut. "Maka
sekarang katakanlah, apakah yang engkau kehendaki sebagai
hadiahmu" Kami akan memenuhi semua permintaanmu !"
Semua orang merasa terkejut dan merasa iri terhadap Sian
Lun. Kalau pada saat itu pemuda ini menyatakan minta
apapun, kiranya permintaan itu akan terpenuhi dan hal ini
bukan merupakan kelakar belaka. Andaikata dia minta harta
yang amat besar, atau kedudukan yang amat tinggi, kiranya
akan dilaksanakan oleh kaisar yang sedang amat gembira dan
berterima kasih itu. Keadaan menjadi hening, semua telinga
menanti jawaban pemuda itu dengan hati tegang berdebar.!
"Sri baginda, semua yang hamba lakukan sudah menjadi
tugas kewajiban hamba, oleh karena itu hamba tidak
mengharapkan hadiah apapun, dan beribu terima kasih hamba
haturkan atau kebijaksanaan paduka."
Semua mata kini memandang kepada Sian Lun dengan.
terbelalak, karena jawaban ini sungguh amat mengejutkan
hati mereka. Sian Lun melihat ini dan diapun menjadi gugup.
Dia khawatir kalau-kalau dia salah bicara, ketika melihat ke
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
arah Siang Bwee, dia melihat pula gadis itu memandang
kepadanya dengan sinar mata seperti orang memohon, maka
dia teringat dan cepat-cepat dia bergerak menghormat ke
arah kaisar dan melanjutkan kata-katanya tadi, "Atas berkah
Thian dan kemuliaan paduka, hamba telah berhasil
menyelamatkan nona ini ........., dan hamba mengembalikannya kepada paduka........" Dia meragu,
khawatir salah bicara. "Taihiap....... taihiap telah menyelamatkan aku dari
malapetaka, jangan kepalang menolongku, taihiap......... bawa
aku pergi dari sini.........!" Ucapan Siang Bwee ini mengejutkan
semua orang pula, dan yang lebih terkejut adalah Sian Lun,
yang cepat membantah. "Nona.......ini....... ini.......jangan berkata begitu........"
Keadaan menjadi gaduh karena semua ponggawa dan
pengawal yang hadir saling pandang dan saling berbisik bisik,
12
Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sedangkan kaisar sendiri setelah memandang terbelalak lalu
tertawa dan bicara lirih dengan Thio-thaikam yang agaknya
mengusulkan sesuatu kepada kaisar.
"Bagus!" tiba-tiba kaisar berkata dengan suara nyaring dan
agaknya nampak gembira sekali. "Engkau telah menentukan
pilihanmu, Sian Lun. Engkau akan kami angkat menjadi
panglima yang memimpin pasukan untuk membasmi para
pemberontak, mengepalai selaksa perajurit, dan selain itu,
kami akan menghadiahkan Siang Bwee kepadamu !"
Sian Lun terkejut bukan main mendengar kalimat terakhir
itu dan cepat dia hendak membantah. Melihat ini, Thiothaikam cepat berkata dengan suara
setengah berbisik, dan terdengar khawatir, "Tan-taihiap, cepat mengaturkan terima
kasih atas kemurahan sri baginda"
Sian Lun sadar bahwa menolak pemberian kaisar dapat
dianggap menghina, maka dia lalu memberi hormat dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berbisik, "Beribu terima kasih hamba haturkan kepada paduka
sri baginda yang mulia......."
Kaisar masih tertawa, lalu berkata lagi "Akan tetapi,
sebelum itu, engkau harus memperlihatkan kesetiaanmu dan
membuat jasa. lagi, yaitu dengan mengejar dan membasmi
gerombolan yang tadi berani mengacau di istana. Setelah
engkau berhasil, baru engkau akan menerima hadiahmu."
Setelah berkata demikian, kaisar lalu melambaikan tangan dan
membalikkan tubuh, masuk kembali ke dalam istana
diantarkan oleh para ponggawa dan pengawalnya. Beberapa
orang thaikam lalu menggandeng kedua lengan Siang Bwee,
setengah memaksanya masuk ke dalam. Gadis itu meronta
sedikit, menoleh dan memandang kepada Sian Lun yang
masih berlutut dan pemuda ini tidak berani mengangkat muka.
Sebuah tangan menyentuh pundaknya dan ternyata itu
adalah Thio-thaikam, "Taihiap engkau beruntung sekali.
Pangkatmu tinggi dan gadis itu manis........."
Melihat di situ tidak ada orang lagi, Sian Lun bangkit berdiri
dan sambil mengerutkan alisnya dia berkata, "Akan tetapi,
taijin, saya tidak ingin menerima wanita, saya tidak ingin
beristeri sekarang ini."
"Hemm, tidak perlu menjadi isterimu, taihiap, sebagai
seorang panglima, apa salahnya mempunyai selir" Ha-ha-ha,
tidak perlu engkau malu-malu."
Wajah Sian Lun menjadi merah sekali, dalam hati dia sama
sekali tidak setuju, akan tetapi tidak berani menyatakan
dengan mulut, maka dia lalu berkata, "Thio-taijin, saya hendak
berangkat sekarang juga mengejar penjahat itu."
"Nanti dulu, taihiap. Tidak akan begitu mudah kalau engkau
tergesa-gesa. Sebaliknya, engkau membawa pasukan yang
sudah tahu akan gerombolan Hek-san-pang itu."
13 "Hek-san-pang?" Sian Lun teringat akan kipas-kipas hitam
yang dipergunakan oleh para penjahat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Thio-thaikam mengangguk. "Marilah ikut bersamaku dan
kita bicarakan tentang cara membasmi gerombolan itu seperti
yang diperintahkan kaisar. Engkau tentu tidak ingin gagal,
bukan " " Karena Sian Lun memang tidak tahu ke mana dia harus
mencari gerombolan itu, dan agaknya pembesar ini mengerti
betul dan mengenal gerombolan Kipas Hitam yang telah
berani mencoba membunuh kaisar, maka dia mengangguk
dan mengikuti Thio-thaikam menuju ke gedung pembesar itu
yang berada di kompleks istana karena Thio - thaikam adalah
pembesar yang mengepalai semua thaikam istana.
Dan memang benar dugaannya, Thio-thaikam dan
beberapa orang perwira telah mengenal gerombolan itu dan
Sian Lun mendapat banyak keterangan tentang Hek-san-pang.
Hek-san-pang adalah perkumpulan yang bersarang di Ma-kunsan, memiliki kekuatan kurang lebih
seratus orang dan amat ditakuti di daerahnya sehingga pembesar setempatpun tidak
berani mengganggunya. Setelah menerima petunjuk-petunjuk
dan keterangan akhirnya berangkatlah Sian Lun membawa
seratus orang perajurit. Dia tidak mau membawa lebih banyak
pasukan ketika mendengar bahwa gerombolan itu hanya
berkekuatan kurang lebih seratus orang.
Ekspidisi pasukan yang hendak membasmi gerombolan
Hek-san-pang itu sengaja oleh Sian Lun dilakukan dengan
diam-diam tanpa memberi kabar atau mengirim kurir terlebih
dulu ke kota-kota di depan. Dia tidak ingin kalau fihak
gerombolan mengetahui terlebih dulu.
Betapapun juga, begitu tiba di sarangnya, Can Hun Sek
cepat mengumpulkan semua anak buahnya dan bersiap-siap.
Dia tahu bahwa dia telah melakukan suatu hal yang amat
berbahaya dan setelah usahanya membunuh kaisar gagal,
tentu akan datang pembalasan dari fihak kota raja. Dia
bahkan berhasil membujuk supeknya, yaitu pamannya sendiri,
Can An, tokoh Hek-san-pang tua yang kini tidak lagi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mencampur urusan dunia, untuk membantu melindunginya! Can An mencela keponakannya.
dan 14 "Engkau terlalu ceroboh," tegurnya. "Bagaimana engkau
berani mencoba untuk membunuh kaisar" Dan setelah
usahamu gagal, jalan satu-satunya untuk menyelamatkan diri
hanya lari dari sini."
"Tidak, supek. Kami akan melawan dan harap supek
membantu dan melindungi kami."
Can An menarik napas panjang. "Orang setua aku ini sudah
tidak takut menghadapi kematian, akan tetapi Hek-san-pang
yang kami bina dengan susah payah dan kini akan melihat
kehancurannya, sungguh membuat hati merasa gelisah dan
berduka. Aku tidak takut menghadapi lawan, Hun Sek. Akan
tetapi, melawan pasukan pemerintah sama dengan bunuh
diri." Can Hun Sek yang amat membenci pemerintah, terutama
setelah kegagalannya itu mengerutkan alisnya. "Kalau supek
tidak berani, supek boleh pergi menyelamatkan diri, akan
tetapi aku Can Hun Sek akan berjuang sampai mati!" Dia
menepuk dadanya. Kakek pendek yang mukanya putih itu memandang dengan
mata terbelalak dan mukanya berobah merah. "Sungguh
engkau telah merendahkan supekmu, Hun Sek!" Akan tetapi
ketua Hek- san - pang itu tidak memperdulikannya lagi karena
dia sudah yakin bahwa supeknya tentu akan mau
membantunya. Dia sudah berhasil membakar hati supeknya.
Orang yang cerdik ini tahu betapa supeknya memiliki
keangkuhan besar dan kalau dibakar hatinya tentu akan mau
membantunya melawan musuh.
Beberapa hari kemudian, lewat tengah hari, tibalah
pasukan yang dipimpin oleh Sian Lun di sarang Hek-san-pang.
Mereka ini tidak sempat mengurung atau mengancam, karena
begitu mereka tiba, fihak Hek-san-pang telah menyambut
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan hangat, dengan serbuan sambil berteriak-teriak
seperti serigala-serigala yang buas!
Can Hun Sek sendiri bersama Can An sudah maju
menghadapi Sian Lun yang oleh Tbio-thaikam telah diberi
pakaian panglima yang gagah, dengan sebatang pedang
panglima tergantung di pinggangnya. Melihat serbuan fihak
Hek-san-pang, Sian Lun lalu mengeluarkan aba-aba untuk
menyambut dan terjadilah perang kecil yang amat seru dan
hebat di lereng Bukit Ma-kun san.
Melihat dua orang tua dan muda dengan kipas hitam lebar
itu menghadapinya, Sian Lun bersikap tenang dan
membentak, "Pemberontak laknat! Lebih baik kalian menyerah
dan menjadi tangkapan kami untuk kami bawa ke kota raja
dari pada kalian mengalami kehancuran!"
"Penjilat kaisar lalim!" Can Hun Sek menudingkan kipas
15 hitamnya dengan sikap menghina. "Kami adalah orang-orang
gagah yang siap berjuang sampai titik darah terakhir, tidak
sudi tunduk kepada anjing penjilat macam engkau !" Setelah
berkata demikian, Can Hun Sek sudah menyerang dengan
nekat. Melihat ini, Can An terpaksa maju pula menggerakkan
kipasnya, membantu keponakannya menghadapi panglima
yang telah dikenal oleh Hun Sek sebagai pengawal lihai yang
menggagalkan usahanya membunuh kaisar.
Sian Lun menjadi marah mendengar makian itu. Dia
melihat gerakan mereka dan tahu bahwa baginya, tingkat
kepandaian mereka itu tidaklah terlalu membahayakan, maka
diapun menyambut serangan mereka tanpa mencabut
pedang! Dengan mudah dia mengelak dari sambaran dua
kipas hitam yang bertubi-tubi melakukan totokan-totokan itu.
Setelah dia memperhatikan cara penyerangan lawan, dia mulai
membalas dengan tamparan-tamparan tangannya yang
mengandung sinkang kuat sekali sehingga setiap kali dua
orang lawannya itu menangkis, kipas mereka terpental dan
tubuh mereka terhuyung. Bukan main kagetnya hati Can An
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melihat kelihaian panglima muda ini. Dia tahu bahwa dia dan
keponakannya sama sekali bukanlah tandingan panglima ini
maka dia lalu berseru, "Hun Sek, kau larilah, biar aku
menghadangnya!" Akan tetapi, Sian Lun justeru mendesak Hun Sek karena dia
mengenal orang ini sebagai penjahat yang melarikan Siang
Bwee dan yang berusaha membunuh kaisar, sehingga tidak
ada kesempatan sama sekali bagi Hun Sek untuk melarikan
diri! Dengan nekat Can An yang berusaha menyelamatkan
keponakannya itu menyerang dan menubruk dari belakang,
kipasnya digoyang dan segulung asap hitam menyambar ke
arah Sian Lun! Pemuda ini, terkejut, maklum bahwa itu adalah
asap beracun, maka cepat dia menggunakan khikang dan
meniup ke arah asap yang membuyar dan tertiup membalik.
Pada saat itu Can Hun Sek juga menyerangnya dengan jatumjarum hitam yang menyambar keluar
dari kipasnya. Dalam keadaan berbahaya ini, Sian Lun menggunakan ujung lengan
bajunya mengebut sambil mengerahkan sinkangnya dan
terdengar Hun Sek menjerit dan roboh karena di antara
jarum-jarum hitamnya yang membalik secepat kilat oleh
kebutan ujung lengan baju Sian Lun tadi telah memasuki
matanya! Tubuhnya berkelojotan karena jarum itu menusuk
sedemikian kuatnya sehingga menembus mata dan memasuki
otak membuat dia tewas tak lama kemudian.
"Berani kau membunuh pangcu kami ! " bentak Can An
yang menyerang lagi dengan nekat. Sian Lun menyambutnya
dengan sebuah tendangan yang mengenai dadanya. Tubuh
kakek kate ini terlempar menimpa beberapa orang perajurit
16 pemerintah yang segera menggerakkan senjata mereka dan
tewaslah Can An dengan tubuh penuh luka luka. Tewasnya
dua orang ini membuat para anak buah Hek san pang menjadi
gentar dan panik sehingga dalam waktu kurang dari satu jam
saja mereka telah dapat dirobohkan semua oleh pasukan
pemerintah! Mayat mereka malang melintang memenuhi
lereng bukit itu. Tidak ada seoranpun anggauta Hek-san-pang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang ikut perang dapat lolos karena fihak pasukan
menggunakan anak-anak panah untuk merobohkan mereka
yang mencoba untuk melarikan diri!
Dengan kemenangan besar ini Sian Lun disambut di kota
raja dengan senyum lebar oleh Thio-thaikam dan dia lalu
diarak memasuki sebuah gedung yang diberikan untuknya
oleh kaisar melalui Thio thaikam! Sebuah gedung yang cukup
megah, lengkap dengan perabot-perabot rumah yang serba
mewah, dan pelayan yang lengkap.
Sejak saat itu, Tan Sian Lun, pemuda sederhana yang sejak
kecil hidup sebagai petani atau nelayan sederhana bersama
gurunya, berubah menjadi seorang panglima muda yang
terhormat, memiliki gedung yang megah dan mewah, Dan
pada sore hari itu, lewat senja, di waktu matahari mulai
terbenam di barat, serombongan orang dengan pakaian indah
diiringkan tambur dan gembreng mengantar sebuah joli yang
dihias rapi memasuki halaman gedung panglimi muda yang
baru ini. Sian Lun merasa terkejut dan heran ketika menerima
laporan dari pelayannya bahwa rombongan utusan kaisar yang
mengantar "nona pengantin" telah tiba! Tergesa-gesa dan
dengan hati tegang Sian Lun hendak keluar, akan tetapi
seorang pelayannya memberi tahu bahwa selayaknya
majikannya itu menanti saja di dalam kamar dan "nona
pengantin" akan diantar sampai ke dalam kamarnya!
Karena belum tahu akan hal-hal seperti itu, Sian Lun
menurut dan duduklah dia di dalam kamarnya, kamar yang
baru dan cukup mewah. Dia duduk di atas kursi dalam kamar
itu dengan hati berdebar tegang. Dia tadinya sudah lupa akan
janji kaisar untuk menghadiahkan nona cantik itu kepadanya.
Dia sudah bertukar pakaian dan mengenakan pakaian biasa,
dan di dalam hatinya yang tegang itu terdapat kebingungan
akan tetapi juga keputusan yang akan diambilnya kalau sudah
berhadapan dengan wanita itu karena kini dia dapat menduga
bahwa wanita yang disebut "nona pengantin" itu dan yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dikirim oleh kaisar, tentu bukan lain adalah selir yang
ditolongnya dari tangan penculik itu.
Pintu kamar itu terketuk dari luar. Sian lun adalah seorang
17 pemuda gagah perkasa, namun saat itu dia hampir melonjak
kaget mendergar ketukan yang sudah dinanti nantinya itu !
"Siapa?" "Ciangkun, Thio-taljin telah datang hendak bertemu dengan
ciangkun !" terdengar suara pelayan.
"Silakan beliau masuk !" Sian Lun cepat bangkit dan pintu
kamar itu terbuka. Masuklah Thio-thaikam yang gendut
mengiringkan Ci Siang Bwee dara cantik jelita itu!
"Wah, kionghi. Tan-ciangkun!" Thio-thaikam menyoja ke
arah Sian Lun yang cepat membalas. "Selamat atas anugerah
yang ciangkun terima dari sri baginda, terutama hadiah
Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berupa nona ini. Saya sendiri yang mengantar Siang Bwee
yang sudah siap melayani ciangkun, Nah, sekali lagi selamat
dan sampai jumpa besok."
"Tapi....... Thio-taijin apakah tidak duduk dulu" silakan......
" Sian Lun berkata gugup.
"Hi hik, mengganggu saja. Terima kasih, saya hendak pergi
saja," kata pembesar gendut itu dengan lagak kegenitgenitan. "Siang Bwee, layani Tan ciangkun
baik - baik" Dia lalu
keluar dan daun pintu itu ditutup dari luar.
Sejenak Sian Lun tertegun, kemudian menoleh dan melihat
dara itu masih berdiri di situ seperti patung, tersenyum
senyum malu. Kedua kaki Sian Lun terasa lemas dan gemetar,
maka dia lalu mundur dan menjatuhkan diri duduk kembali ke
kursinya yang tadi. Sejenak hening di kamar itu, Sian Lun
duduk seperti patung, dara itu berdiri menunduk seperti
patung pula, hanya mulutnya tersenyum malu-malu.
Kemudian mata yang jeli itu mengerling dan melihat Sian Lun
duduk seperti patung, bengong memandangnya dia lalu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membalikkan tubuh menghadap pemuda itu dan melangkah
maju sampai dia berdiri dalam jarak dekat dengan Sian Lun.
"Taihiap .. " katanya, suaranya lirih seperi bisikan, bingung
dan canggung dan malu-malu matanya bersinar-sinar amat
indahnya, bibirnya tersenyum malu-malu dan wajah yang
berdagu runcing itu amat manisnya. Dara itu mengenakan
pakaian yang amat indah, akan tetapi juga amat tipis setelah
jubah luarnya dibuka sebelum memasuki kamar iiu sehingga
terbayanglah lekuk lengkung tubuhnya yang padat melakui
pakaian sutera tipis itu. Seorang dara yang amat jelita, yang
berdiri malu-malu dan tidak tahu agaknya harus berkata apa.
"Taihiap ...." kembali Siang Bwee berbisik, tangan
kanannya diangkat ke atas menyentuh muka sendiri dengan
gaya malu-malu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
18 "Nona. mengapa engkau datang ke sini " " Akhirnya Sian
Lun dapat juga mengeluarkan suara, suara yang parau dan
sumbang. Mendengar pertanyaan ini, sepasang mata yang indah itu
terbelalak, bulat dan bening, berseri-seri dan akhirnya dara
itmenjatuhkan diri berlutut di depan kaki Sian Lun. "Mengapa.
taihiap" Sri baginda sendiri yang menyerahkan aku kepadamu,
dan aku........ merasa girang sekali, aku merasa bahagia sekali
.......ah, betapa baiknya sri baginda, aku merasa berbahagia
sekali, taihiap........" Kembali dara itu mengerling dan
tersenyum malu-malu sinar matanya seperti mengeluarkan
seribu satu kata-kata yang jelas namun yang tidak mau Sian
Lun menerimanya. Melihat dara itu berlutut di depannya dan kini menengadah,
nampak wajahnya yang ayu, dan karena dara itu berlutut di
sebelah bawah, dia dapat melihat belahan dada muda yang
padat di antara lipatan bajunya yang tipis, darah tersirap naik
di dalam tubuh Sian Lun. Pemuda ini memejamkan kedua
matanya, menarik naas panjang lalu berkata, "Bangkitlah,
nona dan duduklah. Kita bicara baik - baik."
Ada sesuatu dalam suara pemuda itu yang membuat Siang
Bwee mengerutkan alisnya dengan gelisah, dan membuat dia
tidak berani membantah, perlahan dia bangkit berdiri lalu
dengan halus menghampiri sebuah bangku bundar di balik
meja, kemudian duduk dengan patuh dan mukanya menunduk
namun sepasang matanya mengerling ke atas, menatap wajah
yang tampan itu penuh selidik.
"Tan-taihiap......" bisiknya khawatir melihat pemuda itu
masih duduk tak bergerak sambil memejamkan kedua
matanya. Sian Lun membuka matanya dan sejenak pandang mata
mereka bertemu. Akan tetapi Sian lun lalu mengalihkan
pandang matanya ke bawah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nona, mengapa di depan sri baginda nona berani minta
kepadaku untuk membawa pergi dari istana?" tiba-tiba Sian
Lun bertanya, suaranya penuh teguran karena selain hal itu
dianggapnya terlalu sekali, juga itulah sebabnya mengapa kini
sri baginda, dinasihati oleh Thio-thaikam agaknya,
menyerahkan gadis ini sebagai hadiah kepadanya! Kalau Siang
Bwee tidak bersikap seperti itu, tentu tidak mungkin gadis itu
kini berada di dalam kamarnya, membuat dia kebingungan
karena tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Kehadiran
gadis ini menghilangkan rasa gembiranya telah memperoleh
kedudukan dan kesempatan membantu pemerintah.
"Ahhh....... maafkan saya, taihiap....." Gadis itu menunduk
dan alisnya yang kecil hitam melengkung indah itu bergerak
dan ada kesedihan membayang di wajah yang berkulit halus
19 seperti sutera yang menutupi tubuhnya itu. "Memang sikap itu
amat tidak patut, akan tetapi... .aku memang takut berada di
istana, dan aku...... aku ingin menghambakan diri kepadamu,
taihiap." Makin bingunglah rasa hati Sian Lun mendengar ini.
"Hemm, mengapa begitu" Bukankah engkau telah menjadi
selir sri baginda di malam terjadinya keributan itu ?"
Wajah itu menjadi merah, sepasang mata itu terbelalak
memandang kepada Sian Lun kemudian menunduk lagi dan
berobah pucat. "Ahhh..... itulah sebabnya, taihiap. Aku belum menjadi selir
sri baginda! Tidak........! Belum terjadi, taihiap, kalau sudah
terjadi, apa taihiap kira aku masih mau hidup" Aku sudah
mengambil keputusan malam itu bahwa kalau sampai aku
dipaksa dan tidak dapat melawan, besoknya aku akan
membunuh diri ! Dan itu pulalah sebabnya mengapa aku
merasa berhutang budi kepadamu, taihiap, lebih dari
nyawaku. Engkau telah membebaskan diriku dari peristiwa
yang tak kukehendaki itu, kemudian engkau malah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membebaskan aku dari malapetaka lebih hebat lagi ketika aku
diculik penjahat " Mendengar penuturan ini, Sian Lun mulai memperhatikan
gadis itu yang masih menunduk. Sungguh aneh sekali gadis
ini! "Eh, nona. Bukankah semua wanita akan merasa
berbahagia sekali kalau terpilih menjadi selir sri baginda?"
Wajah yang ayu itu diangkat kembali dan kini sinar mata
yang memandang Sian Lun bersinar-sinar penuh semangat
dan kedua pipi yang tadinya pucat itu kini menjadi kemerahan
seperti buah tomat masak. Sian Lun makin terheran-heran
melihat betapa pipi itu dapat demikian cepatnya berobah
warna, sebentar pucat sebentar merah! Kalau saja yang
memiliki pipi itu seorang ahli sinkang, dia tidak akan merasa
heran karena dia sendiri setiap saat dapat saja membuat
mukanya menjadi pucat kehilangan darah atau menjadi
kemerahan penuh aliran darah. Akan tetapi gadis ini berobahrobah mukanya karena perobahan
perasaan hatinya! Betapa peka dan halusnya! "Tan-taihiap, harap engkau ketahui bahwa aku bukanlah
termasuk wanita yang gila kehormatan, kemuliaan dan harta
benda! Aku bukan wanita yang suka mengorbankan badan
dan batin demi untuk mengejar kesenangan!"
Ucapan ini keluar dengan semangat berapi api sehingga
mulai berobah pandangan Sian Lun terhadap gadis ini.
Sampai agak lama mereka berdiam diri sehingga suasana
dalam kamar itu menjadi sunyi, Kemudian terdengar Sian Lun
berkata, "Akan tetapi mengapa engkau mau menerima ketika
20 diserahkan kepadaku, bahkan tadi engkau mengatakan bahwa
engkau berbahagia sekali dapat berada di sini?" Sambil
berkata demikian, Sian Lun memandang wajah itu penuh
selidik. Kembali wajah itu yang tadi sudah merah penuh
semangat, kini bahkan menjadi makin merah sampai ke leher
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan telinganya. Sejenak gadis itu tidak mampu menjawab,
hanya menunduk, kemudian terdengar kata-katanya lirih,
"Tan-taihiap. bagaimana aku tak akan merasa berbahagia"
Engkau telah menyelamatkan diriku, aku berhutang budi,
berhutang nyawa dan kehormatan. Aku ingin membalas budi
taihiap itu dengan jalan menghambakan diri, melayani
taihiap........" "Hemm, hanya itu" Jadi engkau........
menjadi.......isteriku, atau....... selirku?"
akan suka Gadis itu memejamkan kedua matanya sambil tetap
menunduk dia berkata, "Aku bersedia dengan segenap
kerelaan hatiku, taihiap !"
"Nona......... "
"Namaku Ci Siang Bwee, taihiap, harap jangan menyebut
nona...... aku adalah hambamu, taihiap."
"Baiklah, Siang Bwee. Sekarang jawablah
sejujurnya, apakah engkau cinta kepadaku" "
dengan Gadis itu memandang terbelalak dan sejenak dia bengong,
kemudian dia menunduk kembali. "Aku....... aku tidak tahu.....,
taihiap.....aku tidak tahu........"
"Hemm, tanpa cinta engkau bersedia menyerahkan diri
kepadaku. Lalu apa bedanya dengan kalau engkau
menyerahkan diri kepada sri baginda ?"
"Jauh bedanya! Aku berhutang budi kepadamu, aku ingin
membayar, aku ingin membalas budimu, dan selain itu.......
aku kagum kepadamu, taihiap, aku memujamu karena taihiap
mengingatkan aku akan mendiang Tan-taihiap lain yang
semenjak kecil sudah menjadi tokoh pahlawan dalam hatiku.
Aku membayangkan taihiap seperti Tan-taihiap pujaanku
itulah, maka aku bersedia melayanimu. Perasaan kagum dan
pujaanku terhadap taihiap mungkin melebihi rasa cinta,
taihiap." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
21 Sian Lun makin tertarik dan dia mengerutkan alisnya.
"Sudahlah jangan kau bicara tentang melayani aku, Siang
Bwee. Ketahuilah bahwa aku belum berniat untuk mempunyai
isteri, apa lagi selir ! Aku hanya menerimamu karena aku tidak
dapat menolak, karena menolak berarti akan menghina
kaisar." "Tapi........ tapi........ kalau sri baginda dan terutama
sekali...... Thio-taijin tahu bahwa taihiap akhirnya tidak
menerimaku, tentu hal itu amat....... tidak baik bagimu,
taihiap. Taihiap akan dianggap menolak anugerah kaisar, dan
selain mungkin aku akan diambil kembali, juga taihiap dapat
dituduh menghina. Ah, jangan lakukan itu, taihiap, jangan
sampai aku dibawa kembali ke harem kaisar........" Gadis itu
menangis dan tiba-tiba kembali dia menjatuhkan diri berlutut.
"Tenanglah, Siang Bwee, tenanglah dan kau duduklah "
Sian Lun menariknya berdiri dan menyuruhnya duduk kembali
dengan halus. Dia tidak berani lama-lama menyentuh lengan
gadis itu yang hangat dan halus, apa lagi ketika dekat dia
mencium bau yang harum menggairahkan.
"Jangan khawatir. Siang Bwee. Engkau kuterima di sini, dan
biarlah engkau boleh pura-pura menjadi...... eh, selirku. Akan
tetapi engkau harus tahu bahwa aku sama sekali tidak niat
mempunyai selir, maka hanya terhadap orang luar saja kita
pura-pura menjadi........eh, suami isteri. Mengertikah engkau "
Semua itu hanya demi menjaga agar jangan sampai engkau
diambil kembali ke dalam istana dan aku dituduh menolak
pemberian kaisar." "Terima kasih, aku memang selalu yakin bahwa taihiap
adalah seorang pendekar budiman. Akan tetapi..... aku juga
khawatir kalau kalau kehadiranku taihiap terima dengan
terpaksa dan taihiap merasa terganggu karena...... apakah.....
taihiap tidak..... cinta padaku....?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kini wajah Sian Lun yang berobah merah. Tanpa berani
memandang wajah cantik itu dia menjawab, "Aku tidak tahu.
Siang Bwee. Aku tidak tahu tentang cinta........"
"Tapi taihiap tidak membenciku, bukan?"
"Sama sekali tidak, aku tidak benci padamu, aku malah
suka sekali kepadamu karena engkau seorang gadis yang
aneh dan baik, juga jujur."
"Dan aku amat memujamu taihiap, seolah-olah Tan taihiap
pujaanku semenjak aku kecil Itu kini hidup kembali dalam
dirimu. Setiap malam aku akan bersembahyang untuk
keselamatan dan kebahagianmu, taihiap. "
Mendengar ini, Sian Lun merasa terharu, akan tapi juga
tertarik karena gadis ini beberapa kali menyebut nama
seorang Tan-taihiap lain yang dikenal oleh gadis itu semenjak
22 kecil, "Eh, Siang Bwee, siapakah dia Tan taihiap yang
kausebut sebut tadi itu?"
Aneh sekali, sebelum menjawab, Siang Bwee menoleh ke
kanan kiri, kemudian mendekat dan berbisik, "Namanya
adalah mendiang Tan Bun Hong......."
Tentu saja Sian Lun menjadi terkejut bukan main seperti
mendengar suara halilintar Dia bangkit dari tempat duduknya
dan mengulang nama itu. "Tan Bun Hong........?"
"Sssttt, taihiap, harap jangan meneriakkan nama itu keraskeras. Kalau terdengar orang lain, amat
berbahaya......." Sian Lun sudah menguasai hatinya yang terguncang tadi.
Dia tadi hanya terkejut karena tidak menyangka sama sekali
bahwa dayang ini akan menyebutkan nama mendiang
ayahnya "Hemm, mengapa begitu. Siang Bwee" Dan
bagaimanakah engkau bertemu dengan pendekar yang
bernama Tan Bun Hong itu" Ceritakanlah kepadaku "
"Taihiap, aku sendiri ridak pernah bertemu dengan beliau,
akupun hanya mendengar cerita itu dari ibuku yang juga amat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memujanya bagai seorang pendekar budiman yang bernasib
malang. Tan-taihiap itu menjadi mantu dari Pangeran Song,
dan ketika itu ibuku adalah seorang di antara selir Pangeran
Song. Ketika Tan - taihiap dan seluruh keluarga Pangeran
Song terbasmi pemerintah karena dituduh memberontak,
ibuku yang cantik dan masih muda tidak ikut dibunuh
melainkan dihadiahkan kepada seorang pengawal."
Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Siang Bwee lalu menceritakan riwayatnya. Ibunya, bekas
selir Pangeran Song yang masih muda dan cantik itu terhindar
dari hukuman mati karena ditolong oleh Thio-thaikam dan
dihadiahkan kepada seorang pengawal yang berjasa. Setelah
menjadi isteri pengawal she Ci bekas selir itu melahirkan
seorang anak perempuan, yaitu Siang Bwee. Ibu yang selalu
masih terkenang kepada keluarga Song inilah yang
menceritakan kepada puteri tunggalnya tentang keluarga Song
dan tentang seorang pendekar bernama Tan Bun Hong yang
amat dikaguminya, dan ibu ini selalu berpesan kepada
puterinya agar kelak puterinya dapat berjodoh dengan
seorang pendekar gagah perkasa dan berbudi seperti Tantaihiap itu. Sayang sekali bahwa
ayahnya, pengawal she Ci itu
tewas dalam tugasnya, dan ibunya juga meninggal dunia
ketika dia berusia sepuluh tahun. Maka dia lalu dipelihara oleh
Thio-thaikam sebagai pelayan dalam, Dan akhirnya karena dia
cantik dan pandai, oleh Thio-thaikam dia dihadiahkan kepada
kaisar sebagai dayang. Siang Bwee bercerita pula tentang semua yang didengar
dari ibunya mengenai riwayat pendekar Tan Bun Hong. Betapa
pendekar itu menentang pembesar-pembesar yang bertindak
sewenang-wenang menindas rakyat, betapa pendekar itu
23 menentang Thio-thaikam sehingga dikejar-kejar dan tentu
sudah celaka kalau tidak ditolong oleh keluarga Pangeran
Song sehingga akhirnya menjadi mantu Pangeran Song yang
budiman. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Akan tetapi........ Thio - thaikam dan kaki tangannya
mengenalnya sehingga akhirnya Tan-taihiap itu dikeroyok dan
tewas, sedangkan seluruh keluarga Song ditangkap dan
dihukum mati semua........"
"Ahh.......!" Sian Lun menjadi pucat sekali setelah
mendengar semua penuturan Siang Bwee. Memang pernah
dia mendengar dari paman dan bibinya, mendiang Gan Beng
Han dan Kui Eng yang tinggal di Cin-an tentang ayahnya.
Akan tetapi mereka itu hanya menceritakan bahwa ayahnya
adalah seorang pendekar yang menentang pembesarpembesar jahat dan betapa ayahnya itu
kemudian tewas dalam tugasnya membasmi pembesar murtad, dan ibunya
beserta semua keluarga ibunya juga tewas karena tuduhan
memberontak. Kini, dari gadis ini dia mendengar kesemuanya
dengan jelas. Jadi kematian ayahnya itu karena Thio-thaikam !
"Apakah ibumu pernah menceritakan kepadamu siapakah
yang telah membunuh..... pendekar Tan Bun Hong itu Siang
Bwee?" tanyanya, menekan suaranya yang terdengar agak
gemetar. "Tidak, taihiap. ibuku hanya menceritakan bahwa ketika itu
yang menjadi kaki tangan dan pembantu pembantu utama
dari Thio-thaikam adalah Tek Po Tosu, Bong Kak Liong dan
Bong Kak Im." Sian Lun mengepal tinjunya, "Di mana adanya mereka itu
sekarang?" "Dua orang saudara Bong itu menurut ibuku telah tewas di
tangan para pendekar, sedangkan tosu itu kini tidak lagi
membantu Thio-taijin, hanya mewakilkan muridnya yang
menjadi kepala pengawal pribadi Thio taijin"
"Ah, kaumaksudkan Liem Kiat itu?" Sian Lun teringat akan
pengawal yang bertubuh jangkung kurus bermata sipit dan
berhidung pesek itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang Bwee mengangguk dan menoleh ke kanan kiri.
"Sudahlah, taihiap tidak baik membicarakan mereka dan.......
eh, kenapakah engkau, taihiap" Engkau....... engkau .......
menangis?" Siang Bwee memandang terbelalak melihat pemuda
perkasa itu mengepal tinjunya dan kedua matanya menitikkan
beberapa tetes air mata. Memang Sian Lun tak dapat
menahan air matanya ketika dia mendengar tentang ayah
24 ibunya yang tewas. Sungguh celaka, mereka itu tewas di
tangan Thio-thaikam dan dia sendiri kini menjadi kaki tangan
Thio-thaikam ! Itulah yang membuat dia tidak dapat menahan beberapa
titik air matanya tanpa disadarinya sehingga nampak oleh
Siang Bwee yang bertanya karena heran.
Sian Lun dapat mempercaya wanita ini, bahkan inilah satusatunya orang yang boleh dipercaya
mengenai keadaan pribadinya, rnaka dia mengusap kedua mata dengan lengan
baju, menarik napas panjang untuk menenangkan hatinya,
kerpudian dia berkata lirih, "Dengar baik baik, Siang Bwee,
engkau adalah satu-satunya orang yang kupercaya di sini,
maka demi arwah mendiang ibumu dan mendiang ayah
bundaku, ketahuilah bahwa aku adalah putera tunggal dari
Tan Bun Hong dan Song Kiu Bwe."
"Ohhh........ ohhh..... " Siang Bwee terbelalak memandang,
dari kedua matanya kini bercucuran air mata dan mulutnya
ternganga keheranan. Akhirnya dia menjatuhkan diri berlutut
di depan kaki Sian Lun. "Kiranya taihiap adalah putera
mereka......... ah, aku ikut menangis di waktu masih kecil
mendengar penuturan ibu bahwa Tan-taihiap mempunyai
seorang putera yang entah ke mana hilangnya namun ibu
yakin bahwa putera itu tidak ikut terbasmi. Kalau tidak salah
ingat, ibu pernah mengatakan nama putera itu, kalau tidak
salah........ Sian Lun namanya......."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ibumu benar, akulah Tan Sian Lun. dan aku berhasil
diselamatkan oleh mendiang paman dan bibiku........" Kembali
Sian Lun merasa hatinya tertusuk mengingat akan kebaikan
Gan Beng Han dan Kui Eng yang juga tewas terbunuh orang.
Mengapa semua orang baik-baik di dunia ini terbunuh oleh
orang-orang jahat" Mengapa semua orang baik-baik di dunia
ini bernasib malang dan orang orang jahat bahkan bernasib
baik dan hidup makmur dan bahagia"
Pendapat seperti apa yang saat itu mengganggu pikiran
Sian Lun merupakan semacam "penyakit" yang dimiliki oleh
hampir semua orang di dunia ini. Kita sudah terbiasa
semenjak kecil untuk memandang diri sendiri sebagai yang
terbaik, yang terbersih, yang terpandai dan yang paling
sebagainya lagi. Diri sendiri itu dapat diperluas meniadi
keluarga sendiri, kelompok sendiri, suku sendiri, bangsa
sendiri. Karena pandangan ini, maka setiap kali ada
kemalangan atau malapetaka menimpa diri kita, maka kita
memperbesar iba diri dengan keluhan mengapa orang
"sebaik" kita ini tertimpa kemalangan, malapetaka dan
sebagainya lagi ! Dan hal ini merupakan satu di antara sebab
sebab yang menimbulkan rasa penasaran, dendam,
ketidakpuasan dan kebencian. Selama hidup aku tidak pernah
25 menipu atau merugikan orang, kenapa sekarang aku ditipu
dan dirugikan orang" Selama hidup aku suka menolong orang
dan aku hidup sebagai orang yang baik hati, mengapa nasibku
selalu malang dan sengsara" Selama hidup aku baik terhadap
orang lain, mengapa tidak ada orang yang baik kepadaku"
Demikianlah kita selalu mengeluh dengan hati penasaran !
Kalau kita membuka mata memandang diri sendiri, kiranya
kita akan mendapat kenyataan bahwa "penyakit" macam itu
juga ada pada kita! Tidaklah demikian haInva "
Mengapa kita selalu ingin menonjolkan diri sebagai yang
terbaik" Mengapa pula kita mengharapkan suatu imbalan atau
hadiah bagi semua tindakan yang kita anggap baik itu " Tidak,
aku tidak minta imbalan atas kebaikanku, bantah seseorang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mungkin. Akan tetapi, kalau sekali waktu tertimpa kemalangan
lalui "mengeluh" mengapa dia yang baik itu tertimpa
kemalangan, bukankah hal ini sama saja dengan
mengharapkan imbalan, agar KEBAIKANNYA iiu menjauhkan
segala kemalangan. Apakah kebaikan yang mengandung
pamrih memperoleh imbalan itu kebaikan namanya" Bukankah
itu merupakan suatu kemunafikan yang menyulap suatu daya
upaya memperoleh keuntungan menjadi suatu kebaikan"
Mengapa kita selalu cenderung menganggap bahwa setiap
kemalangan tidak patut dijatuhkan kepada kita, sebaliknya
setiap keberuntungan memang sudah tepat menjadi milik kita"
Pendapat ini hanya mengundang datangnya sesal dan kecewa,
yang menuntun kepada rasa penasaran, kebencian, dan
kesengsaraan batin. Yang dinamakan KEBAIKAN itu bukan lagi kebaikan kalau
sudah kita sadari sebagai kebaikan! Misalnya ada seorang
kelaparan, kita lalu memberinya makan. Kalau perbuatan ini
kita lakukan karena dorongan iba hati terhadap orang yang
kelaparan itu, maka inilah perbuatan wajar, perbuatan yang
mengandung cinta kasih. Akan tetapi kalau kita menyadari
bahwa itu adalah perbuatan baik, dan demi "kebaikan" itu kita
lalu menolongnya, sadar bahwa kita telah melakukan
kebaikan, maka kebaikan macam ini adalah kebaikan yang
condong berpamrih. Macam-macamlah pamrihnya itu,
mungkin untuk mencari pujian dari orang lain, mungkin untuk
menerima syukur dan terima kasih dari yang ditolong,
mungkin untuk memuaskan perasaan sendiri yang telah
"berbuat baik", bahkan mungkin lebih luas dan tinggi lagi yaitu
mengharapkan agar kebaikannya itu dicatat di "sana" sebagai
tabungan untuk kelak diambil kalau sudah mati atau di raktu
perlu. Perbuatan yang oleh umum dianggap baik itu lenyap
sifat kebaikannya kalau di waktu melakukannya kita sadari
sebagai kebaikan. Hanva orang lainlah yang menilai. Kita
sendiri hanya beibuat dengan dasar cinta kasih yang dapat
26 berbentuk belas kasih atau iba hati.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Segala macam peristiwa yang menimpa diri kita hanyalah
merupakan akibat dari segala macam perbuatan kita. Peristiwa
yang menimpa diri kita merupakan pemetikan buah dari pohon
perbuatan yang kita tanam sendiri, dan ini terjadi tanpa kita
sadari. Semua perbuatan kita atau pohon yang kita tanam
sehari-hari, hanja dapat bersih dan sehat apabila kita mau
waspada setiap saat, waspada dengan membuka mata
memandang diri sendiri, pikiran sendiri perbuatan sendiri
sehingga kita dapat waspada dan sadar setiap saat dan
dengan kewaspadaan ini kita pasti akan dapat menyingkirkan
semua perbuatan yang tidak benar yang berarti kita
menghindarkan penanaman pohon yang jahat, yang kelak
sudah pasti tanpa kita sadari atau minta, akan menghasilkan
buah yang jahat pula yang harus kita petik sendiri.
Oleh karena itu, setiap kali datang kemalangan atau
malapetaka menimpa diri kita, dari pada kita mengeluh dan
merasa penasaran mengapa kita yang "begini baik" tertimpa
mala petaka yang "begitu buruk", adalah jauh lebih
bermanfaat apabila kita merenung dan meneliti diri sendiri dan
selalu waspada terhadap segala apa yang terjadi, haik di
sebelah dalam maupun di luar diri kita, tanpa menamakan
peristiwa itu sebagai yang baik ataupun yang buruk, tanpa
menyesal kepada Tuhan, kepada musia lain. maupun kepada
setan atau kepada alam. Kita meneliti diri sendiri setiap saat
karena diri pribadi adalah SUMBER dari terjadinya segala
sesuatu atas diri kita itu.
Sampai lama Sian Lun dan Siang Bwee diam saja. Sian Lun
menunduk, termenung, sedangkan Siang Bwee memandang
kepada pemuda ini dengan mata terbelalak dan mulut
ternganga. Sama sekali tidak disangka - sangkanya bahwa
pemuda yang amat dikaguminya dan dipujanya karena telah
menyelamatkannya itu, pemuda yang mengingatkan dia akan
tokoh pujaannya, yaitu mendiang Tan-taihiap yang semenjak
dia kecil merupakan tokoh pujaannya, ternyata pemuda ini
adalah putera tuugaI tokoh pujaannya itu! Betapa anehnva.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Thian Yang Maha Kuasa......!" Gadis itu mengucapkan
bisikan seperti berdoa "Sungguh untung sekali aku....... ah.
makin rela aku untuk menghambakan diri kepadamu, taihiap."
Sian Lun juga sudah dapat menguasai dirinya lagi. Dia teringat
akan nasehat gurunya bahwa dia harus mengesampingkan
urusan pribadinya dan mendahulukan kepentingan negara.
Kini. dia tahu siapa yang mencelakakan ayah bundanya. Thiothaikam dan kaki tangannya, yaitu
yang masih ada hanya Tek 27 Po Tosu, guru dari Liem Kiat, kepala pengawal pribadi Thiothaikam! Akan tetapi yang amat
mengherankan hatinya adalah
keadaan Thio-thaikam. Mendiang ayahnya memusuhinya dan
tentu hal itu terjadi karena Thio-thaikam merupakan seorang
pembesar lalim yang menindas rakyat. Akan tetapi mengapa
seorang panglima seperti Ong-ciangkun yang dia tahu gagah
perkasa itu memuji Thio-thaikam sebagai pembesar yang
baik" Dan dia melihat sendiri betapa pembesar kebiri itu amat
dipercaya dan disuka oleh kaisar.
"Siang Bwee, katakanlah sejujurnya", apakah engkau tidak
suka kepada Thio-taijin?"
Tanpa berpikir lagi Siang Bwee berkata "Tidak, aku sama
sekali tidak suka, kepadanya, aku bahkan membencinya,
taihiap. Sebaiknya taihiap jangan mau menjadi pembantunya,
sebaiknya, taihiap menjauhi saja orang itu !"
"Eh, kenapa begitu" Mengapa engkau membencinya?"
"Karena dialah yang telah menghancurkan keluarga ayah
taihiap! Sejak dahulu, begitu mendengar dari ibu bahwa Thiotaijin menjadi biang keladi kehancuran
mendiang Tan-taihiap dan keluarga Pangeran Song, aku sudah membencinya"
"Maksudku,bagaimana engkau melihat kehidupan Thiotaijin" Bagaimana kenyataannya" Lepas dari
soal dia menghancurkan kehidupan ayah bundaku, apakah dia itu
seorang pembesar yang baik ataukah jahat?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kini Siang Bwee mengerutkan alis berpikir sampai agak
lama. "Terus terang saja, taihiap. semenjak ibu meninggal dan
dalam usia sepuluh tahun aku dipeliharanya, aku tidak pernah
melihat atau mendengar bahwa dia itu seorang pembesar
yang sewenang-wenang. Aku memang sering kali merasa
heran mengapa dahulu ibu menceritakan kepadaku bahwa
Thio-taijin adalah seorang pembesar yang menindas rakyat.
Kini dia tidak mengurus pemasukan uang pajak seperti dahulu,
melainkan lebih menguruskan keamanan dan hubungan
dengan bangsa asing. Oleh karena itu maka dia tidak kelihatan
Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
melakukan penindasan terhadap rakyat. Akan tetapi aku tetap
benci kepadanya karena dia telah menghancurkan kehidupan
ayah bunda taihiap."
Sian Lun menarik napas panjang. Urusan negara harus
didahulukan, pikirnya. Tidak baik menuruti nafsu perasaan dan
dendam atas kematian ayah bundanya. Pula, dia dapat
mengerti mengapa ayahnya dan keluarga ibunya dihukum
mati, tentu karena ayahnya melawan pembesar dan
pemerintah, maka dianggap pemberontak. Apapun alasan
ayahnya tetap saja kenyataannya ayahnya melawan
pemenntah sehingga menerima hukuman. Dia harus dapat
melihat kenyataan ini, dan sudah menjadi kewajiban Thiothaikam dan kaki tangannya untuk
menentang pemberontak 28 dan mengabdi kepada negara. Dia sama sekali tidak boleh
mendendam karena urusan antara ayahnya dan Thio-thaikam
bukan merupakan urusan pribadi, melainkan urusan antara
yang menentang pemerintah dan yang membela pemerintah.
Dan dalam hal itu, dia tidak dapat menyalahkan Thio-thaikam.
Pikiran ini membuat hatinya agak lega dan hilanglah rasa
penasaran dan dendam yang membuat hatinya panas tadi.
"Sudahlah, Siang Bwee, mulai sekarang kita tidak perlu
membicarakan tentang mereka lagi, dan mulai sekarang, bagi
orang lain engkau telah menjadi........ eh, selirku seperti yang
dikehendaki oleh kaisar."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang Bwee mengangguk dan hatinya seperti tertusuk. Dia
sendiri tidak boleh mengharapkan lebih, akan tetapi dia akan
merasa berbahagia sekali kalau Sian Lun benar-benar mau
menerimanya sebagai selir atau lebih lagi, sebagai isteri. Dia
tahu bahwa dia telah jatuh cinta kepala pemuda perkasa ini
semenjak pemuda itu melepaskannya dari pencemaran oleh
kaisar kemudiau menolongnya dari tangan penjahat, dan
cintanya semakin mendalam setelah dia mengetahui bahwa
pemuda ini adalah putera tunggal dari pendekar pujaannya.
"Hanya bagi mengerti." orang lain........ baiklah, taihiap, aku Sian Lun memandang wajah yang menunduk itu dan
agaknya dia dapat merasakan kekecewaan gadis itu, dan dia
menarik napas panjang, tidak, dia sama sekali belum
memikirkan wanita, belum memikirkan tentang cinta.
Tugasnya masih menggunung di depannya.
Pada saat itu terdengar pintu kamar diketuk orang dan
ketika Sian Lun menyuruh pengetuk itu masuk, seorang
pengawal melaporkan bahwa Ong-ciangkun datang dan
mohon bertemu dengan Tan-ciangkun. Sian Lun girang sekali
dan berkata, "Persilakan beliau masuk !"
Akan tetapi dari luar pintu kamar itu terdengar suara orang
tertawa. "Ah, aku sudah berada di sini!" Itulah suara Ongciangkun yang sambil tertawa sudah
muncul dan memasuki kamar itu. 29 "Aku datang untuk menghaturkan selamat, Tan-taihiap......
eh, maksudku Tan - ciangkun! Aku telah mendengar akan
pengangkatan itu yang ditentukan sendiri oleh sri baginda.
Sungguh aku ikut merasa girang. Kionghi, kionghi (selamat,
selamat)! " kata panglima muda itu dengan wajah berseri dan
mengangkat kedua tangan, dikepal di depan dada.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Terima kasih, Ong-ciangkun, semua ini terjadi karena hasil
bantuan dan jerih payahmu," Sian Lun cepat menjawab sambil
tersenyum dan memberi hormat pula.
Tiba-tiba Ong-ciangkun melihat Siang Bwee yang sudah
bangkit berdiri dan menundukkan mukanya, berdiri di sudut.
"Eh, dia ini....... ah, tak salah lagi, tentu dia ini nona yang
dihadiahkan oleh sri baginda kepadamu, bukan " "
Wajah Sian Lun berobah merah dan dia hanya mengangguk
sambil menahan senyumnya.
"Bukan main ! Engkau sungguh beruntung, Tan-ciangkun.
Sekali lagi kionghi untuk kebahagiaanmu ini dan kuharap
kalian akan menikmati bulan madu kalian, ha-ha !" Makin
merah wajah Sian Lun, juga Siang Bwee makin menunduk
untuk menyembunyikan kekecewaan hatinya karena ucapan
selamat itu baginya seperti juga ejekan yang amat
menyakitkan hati. "Terima kasih, terima kasih. sahabatku yang baik. Mari kita
duduk di ruangan dan bicara dengan enak sambil mencoba
kiriman arak harum yang baru saja kudapat dari Thio-taijin."
Sambil bergandeng tangan, dua orang sahabat itu keluar
dari dalam kamar, dan dengan cekatan Siang Bwee lalu lari ke
dapur dan mempersiapkan arak dan hidangan seadanya untuk
tamu yang menjadi sahabat majikannya itu.
Ketika Siang Bwee dengan diikuti dua orang pelayan wanita
mengeluarkan hidangan makanan dan arak wangi, dia
mendapatkan dua orang perwira muda itu tengah asyik
bercakap cakap Dengan sikap lemah lembut d
(http://cerita-silat.mywapblog.com)
http://cerita-silat.mywapblog.com ( Saiful Bahri - Seletreng - Situbondo )
an sopan santun, Siang Bwee mempersilakan tuan rumah dan tamunya
makan minum, kemudian dengan membungkukkan tubuh
dengan lemah gemulai dia mengundurkan diri bersama para
pelayan. Semenjak tadi Ong-ciangkun memandang wanita ini dan
sinar matanya membayangkan kekaguman besar. Setelah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang Bwee pergi, dia berkata dengan sikapnya yang jujur
kepada Sian Lun, "Tan ciangkun, sungguh engkau berbahagia
sekali memperoleh seorang isteri seperti dia itu. Kapankah
diadakan upacara pernikahan sehingga aku dapat minum arak
pengantin sampai mabok ?"
"Ah, terus terang saja, aku belum memikirkan tentang
pernikahan atau isteri, Ong-ciangkun."
"Eh " Jadi kalau begitu dia hanya menjadi selirmu?"
"Beginilah. Eh apa katamu tadi tentang gerakan
gerombolan yang menentang pemerintah" Benarkah bahwa
gerombolan Im-yang-kauw kini mempunyai seorang pemimpin
wanita yang amat pandai dan telah mengobrak abrik
sepasukan tentara" Sukar dipercaya seorang wanita yang
masih muda dapat mengobrak-abrik dan memaksa pasukan
yang terdiri dan seratus limapuluh orang sampai mundur."
"Tadinya aku sendiripun tidak percaya. Akan tetapi setelah
aku melakukan pemeriksaan, ternyata bahwa berita itu tidak
bohong. Seorang perwira yang ikut dalam pasukan itu
menceritakan sendiri kepadaku betapa lihainya wanita muda
itu Katanya, wanita itu cantik jelita dan memiliki kesaktian
yang amat hebat! sehingga setiap orang yang berani
mengeroyok dan mendekatinya pasti dirobohkannya dengan
mudah, bahkan perwira itu sendiri biru kena disambar angin
pukulannya saja sudah terlempar dan jatuh dari atas
punggung kudanya. Padahal perwira itu kukenal sebagai
seorang yang tidak rendah ilmu silatnya."
"Hemm, kalau tidak salah, wanita pemimpin Im - yang kauw itu pastilah Im - yang kauwcu yang
bernama Kim-sim Niocu, seorang wanita yang memang memiliki kesaktian hebat
Bukankah wanita itu berpakaian serba putih dan pandai
memainkan sabuk hitam?" Sian Lun mendapatkan keterangan
tentang Kim-sim Niocu dari ayah dan ibu Yap Wan Cu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, engkau sudah mengenalnya, Tan ciangkun" Memang
kabarnya dia berpakaian putih dan cantik sekali, akan tetapi
apakah dia pandai memainkan sabuk hitam atau tidak, aku
1 tidak mendengar beritanya. Hanya yang jelas, dia memiliki
ilmu kepandaian yang tinggi sekali. Memang aku sendiri
pernah mendengar tentang Kim sim Niocu itu, akan tetapi
bukankah dia dan anak buahnya telah diserbu dan dibasmi
oleh pasukan pemerintah yang dibantu oleh para pendekar,
beberapa tahun yang lalu?"
Tentu saja Sian Lun juga tahu akan hal ini. Dalam
penyerbuan itulah matinya paman Gan Beng Han dan bibi Kui
Eng, pikirnya. Merekapun tewas oleh Kim sim Niocu itu, dalam
pertandingan yang adil, dan memang wanita itu lihai bukan
main. ''Tentu dia telah menghimpun kekuatan lagi. Aku akan suka
sekali kalau ditugaskan membawa pasukan dan membasmi
gerombolan itu" "Mengapa tidak" Kalau sekarang kita menghadap Thio taijin
dan membicarakan hal itu. tentu dia setuju sepenuhnya kalau
engkau memimpin pasukan menyerbu Im-yang-kauw yang
kabarnya kini telah bergabung dengan Pek lian-kauw itu.
Kurasa memang hanya engkau yang akan dapat menandingi
wanita sakti itu, Tan ciangkun."
Dua orang sahabat yang sama-sama muda, gagah perkasa
dan memiliki kedudukan tinggi dalam ketentaraan Kerajaan
Tong tiauw itu, kini meninggalkan rumah gedung Sian Lun
untuk pergi mengunjungi Thio-thaikam. Di sepanjang
perjalanan menuju ke istana thaikam ini, Sian Lun memancing
agar Ong-ciangkun suka bercerita tentang keadaan orang she
Thio itu. "Ong ciangkun, engkau mengerti bahwa Thio-thaikam
menjadi orang atasanku, oleh karena itu aku harus mengenal
betul pribadinya. Melihat sikapnya, dia itu bukan seorang ahli
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perang dan tidak memiliki kepandaian bu (silat), mengapa dia
dapat berkuasa dalam bidang pertahanan dan keamanan ?"
"Memang benar, Tan-ciangkun. Dahulu Thio-thaikam giat
dalam urusan pemerintahan, bahkan kalau tidak salah dia
dahulu pernah menjabat sebagai pengumpul dana dan
pengatur pajak. Akan tetapi semenjak beberapa tahun ini, dia
lebih giat mengurus soal keamanan dan sepanjang yang
kudengar, dia amat baik dan menjalankan segala nasihat dan
petunjuk Menteri Han Gi yang bijaksana Memang sebaiknya
dia menjabat kedudukannya yang sekarang dari pada dia
menjadi pengumpul dana, karena......." Perwira itu tidak
melanjutkan. "Karena apa, Ong ciangkun?" Melihat keraguan temannya
itu, Sian Lun memberanikan-nya dengan berterus-terang,
"karena seperti yang pernah kudengar, beliau itu menindas
rakyat dengan peraturan pajaknya?"
"Ssst, lebih baik kita tidak membicarakan hal itu,
2 sahabatku. Urusan itu sudah lama lewat dan kalaupun beliau
pernah mendapatkan nama buruk dari pekerjaannya itu, kini
nama buruknya telah terhapus dan tertutup oleh jasa-jasa dan
nama baiknya Orang tidak selamanya jahat dan tidak
selamanya pula baik, bukan?"
Sian Lun mengangguk. Biarpun singkat, ucapan Ong Gi itu
beralasan. Tidak adillah kalau menilai seseorang dari satu
perbuatan yang pada suatu saat saja, dengan menekankan
pada perbuatannya yang satu itu. Ada kalanya orang berbuit
baik, ada kalanya pula berbuat sebaliknya. Ayah bundanya
tewas sebagai korban keadaan saja. Hatinya lebih lapang
ketika dia bersama sahabatnya tiba di depan istana Thio taijin,
sungguhpun semenjak mendengar penuturan Siang Bwee,
terdapat ganjalan di dalam dadanya terhadap pembesar ini.
-o0dewikz-budi0o- Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kurang lebih seratus orang itu berbaris dengan rapi dan
muncul bersama dengan terbitnya matahari pagi di muara
Sungai Huang-ho, di pantai lautan Po-hai itu. Mereka terdiri
dari anggauta-anggauta Pek-lian kauw dan anggautaanggauta Im yang kauw yang dapat dilihat dari
pakaian mereka. Para anggauta Pek lian kauw mempunyai tanda
gambar teratai putih di dada mereka sedangkan para
anggauta im-yang-kauw memakai tanda gambar Im Yang di
dada mereka. Mereka berjalan dalam barisan tanpa
mengeluarkan suara, dan sikap mereka keren sekali. Di bagian
depan dari pasukan yang berjalan kaki ini berjalan empat
orang. Yang pertama adalah seorang Bangsa Uighur yang
bertubuh seperti raksasa hitam, otot-otot lengannya nampak
menjendol dan gerak-geriknya membayangkan seorang yang
bertubuh kokoh kuat dan bertenaga besar. Dia ini bukan lain
adalah Gu Lam Seng, tokoh Uighur yang kepalanya di bungkus
sorban, jago silat dan gulat Bangsa Uighur yang dikirim oleh
bangsanya untuk bekerja sama dengan fihak Pek-lian-kauw,
dai lm-yang-kauw. Di samping Gu Lam Sing berjalan Thai-kek
Seng-jin, kakek berkepala botak yang membawa tongkat
bambu Sisik Naga, ketua Pek-lian kauw wilayah timur yang
memiliki kepandaian silat dan sihir yang lihai itu. Di belakang
mereka ini berjalan Kok Beng Thiancu, kakek yang masih
nampak gagah dan tampan, berpakaian sederhana akan tetapi
sikapnya penuh wibawa itu. Di sebelahnya berjalan seorang
dara yang kelihatan gagah dan cantik jelita, berpakaian sutera
putih tanpa kembang tanpa tanda apapun, sabuknya merah
dan di balik pakaian sutera putih itu membayang pakaian
dalam warna kehijauan. Gadis ini cantik sekali, terutama
sepasang matanya yang lebar dan jernih bersinar tajam. Gadis
ini bukan lain adalah Gan Ai Ling yang kini telah menjadi
pengganti Im-yang kauwcu yang telah tewas di tangannya!
3 Akan tetapi rentu saja Ling Ling tidak mau menjadi kauwcu,
biarpun sedikit-sedikit dia mempelajari pula Im-yang-kauw
untuk mengenal agama ini. Kalau dulu dia suka berpakaian
serba hijau, kini dia suka berpakaian putih, bukan untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
meniru mendiang Im-yang kauwcu, melainkan karena dia
ingin berkabung untuk ayah bundanya sungguhpun kini
pembunuh ayah bundanya itu telah dia balas dan bunuh pula.
Seperti telah diceritakan di bagian depan, gadis yang amat
lihai dan tinggi ilmu silatnya akan tetapi masih kurang
pengalaman ini terjatuh ke dalam kekuasaan sihir dari Thaikek Seng-jin ketua Pek-lian-kauw yang
mengingatkan kepada gadis itu betapa ayah bundanya dahulu adalah pembela rakyat
penentang pembesar pembesar lalim, Ling Ling dapat terbujuk
Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dan gadis ini sekarang menganggap bahwa Pek-lian-kauw dan
Im-yang-kauw adalah perkumpulan orang-orang gagah, kaum
patriot yang membela rakyat yang tertindas!
Memang mudah bagi kita untuk mencela Ling Ling sebagai
seorang dara yang hijau dan tidak berpengalaman dan bodoh,
mau saja ditipu oieh bujuk rayu ketua Pek-lian-kauw sehingga
dia mati-matian membela perkumpulan itu! Sebaiknya kalau
kita menilai diri kita sendiri. Bukankah kita semua ini juga
tidak banyak bedanya dengan keadaan Ling Ling"! Sampai
sekarangpun, peristiwa yang menimpa diri Ling Ling itu masih
terus berulang dan tanpa kita sadari, kita mendiri juga
menjadi koiban Semua kelompok, semua perkumpulan, semua
partai di dunia ini dalam perjuangannya tentu selalu
mengangkat diri sebagai pembela rakyat.! Semua pemimpin
golongan selalu mendengung-dengungkan perjuangan demi
membela rakyat jelata, dengan kata kata penuh semangat dan
amat menarik sehingga kita semua percaya secara membuta
dan membantu serta membela usaha golongan itu, membela
usaha partai itu,! berjuang menurut apa yang mereka gariskan
secara mati-matian dan fanatik. Padahal, hampir selalu dan
hal ini dapat dibuktikan dari sejarah, para pemimpin
kelompok, golongan atau partai itu pada hakekatnya hanya
mengejar sukses bagi diri mereka sendiri saja yang pada saat
pengejarannya selalu menggunakan nama demi rakyat, demi
negara dan sehagainya lagi. Buktinya" Sudah terlalu banyak,
sudah terlalu sering, namun baru disadari setelah terlambat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Betapa banyaknya golongan atau partai yang gagal dalam
perjuangannya, menjadi pecundang, menjadi buronan, yang
pertama-tama menjadi korban adalah para pengikut yang
tadinya tidak tahu apa-apa itulah. Dan para pemimpinnya"
Para pimpinan dari partai yang kalah dan gagal itu" Sudah
4 berbondong-bondong berlumba untuk menyelamatkan diri,
melarikan diri sambil membawa harta benda yang berhasil
mereka kumpulkan! Kita semua sudah melihat sendiri
kenyataan ini dan telah terjadi pula di seluruh pelosok dunia.
Dan bagaimana seandainya gotongan atau partai yang kita
bela karena kita terkena bujukan itu memperoleh kemenangan
dan jaya" Tak perlu kita berpura-pura, dapat kita lihat pula
betapa yang jaya hanyalah beberapa gelintir orang yang
tadinya menjadi pimpinan itulah. Sedangkan para pengikut
yang tadinya membela perjuangan itu secara mati - matian"
Dilupakan sudah! Para pengikut yang tidak tahu apa-apa itu
hanya diperlukan di waktu terjadi perebutan, di waktu terjadi
pertentangan, di waktu terjadi perang dan permusuhan. Kalau
kalah" Para pengikut ini mati konyol lebih dulu. Kalau
menang" Para pengikut ini hanya menjadi penonton dari
mereka yang mabok kemenangan dan hanya menggigit jari,
atau kalau kebagianpun hanya sisanya Bagaimana dengan
para pemimpin yang pandai membujuk" Kalau kalah mereka
berlomba melarikan diri. Kalau menang mereka berlomba pula
memperkaya diri! Yang dipaparkan di sini bukan sekedar pendapat penuh
sentimen belaka, melainkan kenyataan yang tak dapat
ditutup-tutupi lagi. Demikian pula Ling Ling. Dara ini, seperti
juga kita, telah terpikat oleh segala slogan dan bujuk rayu
sehingga dia percaya bahwa apa yang diperbuatnya itu adalah
tindakan yang benar dan gagah perkasa, bahwa dia
membantu dan membela perkumpulan yang patriotik! Inilah
sebabnya mengapa ketika golongannya bertemu dengan
pasukan pemerintah dan pasukan itu hendak menangkap
orang-orang Pek-lian-kauw yang dianggap pemberontak, dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
telah mengamuk dan merobohkan banyak perajurit,
mengobrak-abrik pasukan itu dengan mengandalkan kedua
tangan dan kakinya yang ampuh!
Akan tetapi, karena Ling Ling tidak mau memperkenalkan
namanya, dan hal ini juga menurut nasihat Thai kek Seng jin,
maka dia terkenal sebagai Im-yang-kauwcu ! "Menentang
pemerintah lalim sebaiknya menyembunyikan nama sendiri
karena hal itu akan membahayakan diri kita. Tentu saja
pemerintah mempunyai mata-mata di manapun, sehingga
kalau nama kita sudah dikenal, tentu kehidupan kita menjadi
tidak pernah aman, biarpun berada di mana juga." Demikian
Thai kek Seng-jin menasihatkan. Tentu saja tujuan nasihatnya
itu berbeda sama sekali dari pada yang diduga oleh Ling Ling.
Kakek cerdik ini bermaksud agar dunia kang ouw tangan ada
yang tahu bahwa puteri mend ang Gin Beng Han itu kini
membantu Pek lian-kaiw, karena hal ini temtn akan
mengundang banyak tokoh kang ouw untuk datang dan
5 menyadarkan Ling Ling ! Dan agaknya Ling Ling, biarpun tidak
mau secara resmi menjadi Im yang-kauweu, tidak merasa
rendah disangka orang sebagai ketua Im-yang-kauw yang
baru, pengganti dari Kim sim Niocu.
Pagi hari itu, setelah melakukan perjalanan beberapa hari
lamanya, para tokoh Pek lian-kauw dan Im-yang-kauw ini,
ditemani oleh tokoh Uighur itu, memimpin serombongan orang
Pek lian kauw dan Im-yang kauw untuk menyerbu sarang
Beng-kauw ! Seperti telah diceritakan di bagian depan. Gin San pernah
membuat geger di Pek-lian-kauw ketikaka dia mencari Imyang kauwcu. Biarpun Gin San sudah
bertanding beberapa gebrakan melawan Ling Ling, namun kedua orang muda ini
tidak saling mengenal karena keadaan yang gelap remangremang. Akan tetapi setelah melihat ilmu
kepandaian tinggi dari pemuda itu, apa lagi ketika Gin San mampu menandingi
ilmu sihir dari Thai-kek Seng-jin, para tokoh Pek lian-kauw dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Im-yang-kauw itu dapat menduga bahwa pemuda itu tentu
seorang tokoh Beng-kauw. Hal ini kemudian dipastikan oleh
penjelasan Liang Kok Sin bahwa memang pemuda lihai itu
adalah sute dari tiga orang ketua Beng kauw.
Kenyataan bahwa ada tokoh Beng-kauw berani mengacau
itu mendatangkan rasa penasaran dan marah sekali dalam hati
Thai-kek Seng-jin dan Kok Beng Thiancu. Mereka lalu
membujuk Ling Ling untuk membantu. Tentu saja Ling Ling
suka sekali membantu, pertama tama karena dia memang
ingin sekali membasmi Beng-kauw yang menjadi biang keladi
utama yang menyebabkan kematian ayah bundanya, dan ke
dua karena dia memang ingin membantu semua perjuangan
Pek lian-kauw dan Im-yang-kauw yang patriotik, dan ketiga
kalinya karena dia ingin sekali mengadu kepandaian dengan
pemuda tokoh Beng kauw yang lihai itu.
Di antara para anak buah Im yang kauw, terdapat pula
Liang Kok Sin dan Liang Hwi Nio, karena kakak beradik yang
pernah menyerbu Beng-kauw ini bertugas sebagai penunjuk
jalan. Demikianlah, pada pagi hari itu mereka telah mendekati
sarang Beng-kauw yang masih sunyi. Guha - guha di
sepanjang pantai Po-hai yang menjadi sarang Beng-kauw itu
masih gelap dan sunyi, belum dimasuki sinar matahari dan
agaknya orang-orang Beng-kauw masih tidur nyenyak !
Akan tetapi, kelirulah kalau menduga bahwa orang-orang
Beng-kauw itu lengah. Sebaliknya malah. Kedatangan
rombongan orang Pek-lian-kauw dan Im yang kauw itu jauhjauh telah diketahui mereka! Mereka itu
sejak subuh tadi sudah siap sedia dan begitu rombongan musuh itu semua
telah berkumpul di depan guha guha. tiba-tiba terdengar
suitan-suitan saling sahut di sekeliling tempat itu dan
6 muncullah para anggauta Beng-kauw dari belakang batu-batu
dan para anggauta Beng-kauw yang berjumlah kurang lebih
seratus orang inipun sudah mengurung tempat itu.!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang-orang Pek-lian-kauw dan Im-yang-kauw terkejut dan
bersiap siap untuk menyerbu, akan tetapi mereka melihat
betapa Kok Beng Thiancu dan Thai kek Seng-jin memberi
isyarat agar mereka semua tenang saja, sedangkan dara
perkasa yang mereka andalkan itu berdiri tegak saja
memandang dengan senyum merendahkan. Maka besarlah
hati mereka dan para anggauta dua perkumpulan itu pun
hanya berdiri tegak dan siap untuk bergerak apabila aba-aba
sudah dikeluarkan. Kok Beng Thiancu yang dianggap sebagai pimpinan
penyerbuan ini karena dialah ketua dari Im-yang pai, segera
membuka mulut berkata, suaranya dalam dan mengandung
getaran amat kuat karena kakek yang gagah ini sudah
mengerahkan khikangnya untuk membuat suaranya bergema
sampai jauh, "Kami pimpinan Im-yang-pai mengundang
pimpinan Beng-kauw agar keluar dan bicara dengan kami
sebagai laki-laki, bukan hanya bersembunyi dan mengandalkan anak buah untuk menakut nakuti kami !"
Karena suara itu bergetar hebat, maka para anggauta
Beng-kauw menjadi terkejut juga, dan suasana menjadi sunyi
setelah gema suara itu lenyap. Tiba-tiba terdengar suara
ketawa bergelak dari sebuah guba yang besar tak jauh dari
situ, suara ketawa inipun bergema dengan nyaringnya, apa
lagi karena keluar dari sebuah guha maka gaungnya lebih kuat
dari pada suara Kok Beng Thiancu yang membuyar di tempat
terbuka. "Ha-ha-ha, sudah lengkaplah persekutuan busuk itu! Kok
Beng Thiancu dari lm-yang-pai Thai-kek Seng-jin dari Pek-liankauw, dan Gu Lam Sing dari Uighur!
Agaknya menghimpun kekuatan untuk menentang kami, ha ha-ha!"
Suara itu belum lenyap gaungnya ketika tiba tiba dari
dalam guha itu keluar gulungan asap hitam dan dari dalam
asap ini muncullah tiga orang kakek ketua Beng-kauw yang
melangkah menghampiri pimpinan Pek-lian-kauw dan ImTiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang-pai itu sambil tersenyum lebar dan pandang mata
mengejek. Mereka itu adalah Kwan Cin Cu, Hok Kim Cu dan
7 Thian Bhok Cu. Melibat munculnya tiga orang ketua mereka
para anak buah Beng-kauw menjadi tabah dan besar hati,
maka merekapun tersenyum-senyum mengejek dan membusungkan dada. Setelah mereka berhadapan muka. Kok Beng Thiancu
menjadi merah mukanya karena dia teringat betapa Bengkauw telah banyak melakukan hal-hal
yang merugikan perkumpulannya. Akan tetapi, sesuai dengan sikap seorang
pemimpin besar perkumpulan Im-yang-pai yang terkenal, dia
menjura kepada mereka dan berkata, "Agaknya kami
berhadapan dengan tiga orang ketua Beng-kauw yang
bernama Kwan Cin Cu, Hok Kim Cu, dan Thian Bok Cu.
Benarkah?" Kwan Cin Cu yang biasanya pendiam itu kini maju
menjawab. Menghadapi tamu penting seperti ini, maka dialah
yang meniawab sendiri selaku ketua nomor satu dari Bengkauw wilayah utara dan timur ini.
"Dugaanmu benar, Kok Beng Thiancu. Biarpun baru
sekarang kita saling bertemu muka, namun kita sudah saling
mengenal nama lama sekali. Ketua lm-yang pai datang
bersama sekutunya dan anak buahnya, apakah demikian
pengecut untuk tidak datang sendiri melainkan mengandalkan
banyak orang?" Sepasang mata Kok Beng Thiancu seperti mengeluarkan
sinar kilat. "Sudah lama kami mendengar nama besar tiga
ketua dari Beng-kauw dan merasa beruntung hari ini dapat
berhadapan muka. Kami adalah laki-laki sejati, bukan seperti
orang-orang yang suka berlaku curang dan pengecut,
menggunakan nama perkumpulan lain untuk mengacau di Cinan seperti yang telah dilakukan oleh
Beng-kauw beberapa tahun yang lalu. Kemudian tokoh terbesar dari Beng-kauw
telah begitu tak bermalu pula untuk melayani murid-murid
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kami yang muda. Telah terlalu banyak perhitungan bertumpuk
antara Beng-kauw dan Im-yang-pai. maka hari ini sengaja
kami datang untuk menyelesaikannya !"
Jilid XXVII TIGA orang ketua Beng-kauw
itu masih tenang-tenang saja dan
tersenyum mengejek. Melihat yang muncul hanya ketua Im-yang
pai, ketua Pek-lian-kauw wilayah
8 timur, dan tokoh pertengahan
Uighur, bersama seorang dara
yang masih amat muda, mereka
sama sekali tidak merasa jerih
karena mereka sudah mendengar
sampai di mana kelihaian tiga
orang tokoh itu dan merasa bahwa
mereka masih mampu menandingi
lawan. Juga jumlah anak buah
fihak musuh kurang lebih seratus orang itu bukan merupakan
lawan berat. Tadinya mereka masih khawatir kalau Im-yangkauwcu ikut bersama fihak lawan,
karena mereka tahu bahwa kauwcu yang cantik itu memiliki kepandaian yang lebih tinggi
dari ayahnya, ketua Im-yang-pai. Akan tetapi ternyata wanita
cantik itu tidak ikut datang sehingga hati mereka merasa lega.
"Kok Beng Thiancu, kami adalah fihak tuan-rumah, akan
tetapi kami sudah biasa menghargai tamu. Nah, sekarang
boleh kau pilih sendiri, apakah kalian akan majukan jagoan
untuk melawan kami seorang lawan seorang, ataukah akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
main keroyokan" Silakan pilih sesukamu!" Tantangan yang
keluar dari mulut Kwan Cin Cu ini tentu saja merupakan
ejekan yang amat memandang rendah kepada fihak lawan.
Kok Beng Thiancu memang sudah bersepakat dengan
Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sekutunya bahwa untuk menghadapi tiga orang ketua Bengkauw, yang akan maju adalah dia
sendiri, Thai-kek Seng-jin,
dan Ling Ling. Maka mendengar tantangan itu dia menjawab,
"Kami tahu bahwa semua kejahatan yang dilakukan oleh
Beng-kauw terhadap kami adalah diatur oleh kalian bertiga.
Oleh karena itu, kedatangan kami untuk membuat
perhitungan dengan kalian bertiga pula, kalau mungkin, tanpa
mencampurkan anak buah kita ke dalam pertandingan. Tiga
ketua Beng-kauw, kami bertiga menantang kalian untuk
mengadu kepandaian secara adil dan gagah!" Ketika ketua
Im-yang-pai berkata demikian, Thai-kek Seng-jin dan Ling
Ling telah maju dan berdiri di sampingnya.
Tiga orang ketua Beng-kauw itu terkejut melihat majunya
Ling Ling. Sama sekali tidak disangkanya bahwa gadis itu yang
akan maju, mereka menyangka bahwa tentu jago Uighur itu
yang akan menjadi orang ke tiga. Akan tetapi mereka tidak
merasa khawatir dan ketiganya tertawa bergelak. Mereka tahu
bahwa di antara para lawan ini, hanya Thai-kek Seng-jin yang
memiliki kepandaian tinggi dan yang merupakan lawan berat.
Maka mereka bertiga lalu saling memberi isyarat, tangan
mereka bergerak dan nampaklah sinar berkilauan ketika Kwan
Cin Cu sudah mencabut golok peraknya, Hok Kim Cu
mengeluarkan pedang emasnya, dan Thian Bbok Cu
menggerakkan tongkat kayunya.
9 "Ha-ha, kami bertiga sudah siap. Kalian majulah kalau
sudah bosan hidup!" kata Kwan Cin Cu yang menghadapi
Thai-kek Seng-jin, sedangkan Hok Kim Cu menghadapi Kok
Beng Thiancu sedangkan Thian Bhok .Cu menghadapi Ling
Ling. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tahan dulu!" tiba-tiba Ling Ling membentak nyaring,
suaranya mengandung getaran yang amat kuat. "Harap ji-wi
mundur dulu dan biarkan aku bicara dengan manusia iblis ini!
" katanya kepada Kok Beng Tbiancu dan Thai-kek Seng-jin.
Dua orang kakek ini mengangguk dan melangkah mundur,
karena memang mereka ingin mempergunakan dara yang
amat lihai ini untuk menghadapi para musuh mereka.
Tiga orang ketua Beng kauw kini memandang kepada Ling
Ling dengan alis berkerut. Kwan Cin Cu yang selalu berhati hati tidak memandang rendah, hanya
menduga-duga siapa gadis ini, karena kalau gadis ini seorang tokoh Im yang-kauw
atau Pek lian kauw, mengapa namanya belum pernah terkenal
di dunia kang-ouw, sebaliknya kalau bukan tokoh besar, tidak
mungkin diajukan sebagai jagoan. Hok Kim Cu memandang
dengan wajah berseri, menaksir naksir dan membayangkan
betapa akan bahagianya kalau dia bisa memperoleh keturunan
dari seorang gadis yang begini cantik jelita dan gagah
perkasa. Sedangkan Thian Bhok Cu yang selamanya tidak
suka kepada wanita itu memandang Ling Ling dengan penuh
kebencian." "Eh. kalian tiga orang kauwcu dari Beng-kauw. Kalau kalian
bukan pengecut-pengecut tak tahu malu, tentu kalian akan
mengakui semua perbuatan kalian dan berani bertanggung
jawab. Aku bertanya, apakah sepuluh tahun yang lalu orangorang kalian mengacau di Cin-an
dengan menyamar sebagai orang-orang Im-yang-pai. Kwan Cin Cu merasa tidak perlu lagi menutupi kenyataan
itu karena memang dia tahu ketika datang Cin Beng Thiancu
dan dua orang muda Im-yang-kauw tempo hari bahwa fihak
Im-yang-kauw telah mengetahui rahasia itu. Maka dengan
mengangkat dada dia berkata, "Kalau benar demikian, engkau
mau apakah dan siapakah engkau, nona muda?"
"Perbuatan Beng-kauw yang pengecut dan curang itu telah
menjadi sebab kematian pendekar Gan dan isterinya," kata
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ling Ling yang tidak mau memperkenalkan diri,
"kedatanganku ini untuk menebus kematian mereka. Pertamatama aku ingin sekali bertemu dengan
mereka yang sepuluh tahun lalu mengacau di Cin-an, kalau tidak salah, ada
beberapa orang saikong dan nenek iblis. Aku tantang mereka
10 untuk keluar dan melawanku, sebelum kami membuat
perhitungan dengan kalian tiga orang ketua Beng-kauw!"
Ucapan yang lantang ini membuat semua anggauta Bengkauw merasa penasaran. Gadis itu masih
muda sekali, kelihatan lemah, mengapa berani mengeluarkan suara besar
seperti itu" Kwan Cin Cu saling pandang dengan dua orang
saudaranya. Dia berpikir bahwa gadis ini agaknya seorang
tokoh baru fihak musuh, sama sekali tidak terkenal sehingga
sukar untuk mengukur kepandaiannya. Sekarang gadis itu
menantang murid-murid mereka yang dahulu bertugas
mengacau di Cin-an, sungguh merupakan kesempatan baik
untuk mengujinya. Maka dia lalu memandang ke kiri dan
berkata, "Ui-bin dan Hek-bin, kalian ditantang, majulah dan
layani nona ini ! " Sejak tadi memang Ui-bin Sai-kong dan Hek bin Sai-kong
yang merasa penasaran menyaksikan sikap para musuhnya,
apalagi mendengar tantangan gadis itu. Kini, mendapat
perintah guru mereka, keduanya sudah cepat meloncat ke
depan dan menghadapi Ling Ling.
"Kami berdua yang dulu mengacau di Cin-an!" kata Hek-bin
Sai-kong yang bermuka hitam penuh brewok itu. "Engkau
siapakah dan mau apa" "
Ling Ling memandang kedua orang kakek itu dengan sinar
mata tajam penuh selidik. Dia mengingat-ingat dan dia
mengenal mereka itu. Ya, dia teringat akan dua orang saikong
yang dulu hampir saja membunuh dia dan Sian Lun ketika
mereka berdua membantu Pek I Nikouw melawan dua orang
saikong ini. Maka dia mengangguk-angguk dan berkata,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar, aku ingat kepada kalian! Akan tetapi mana itu dua
orang nenek iblis yang dulu mengacau di belakang Kuil Banhok-tong di Cin-an " Suruh mereka
berdua maju sekalian untuk kubereskan !" Dua orang saikong itu terkejut dan marah. Mereka tentu
saja tidak mengenal lagi gadis ini sebagai anak perempuan
yang dulu membantu Pek I Nikouw. Ketika dara remaja ini
bertanya tentang dua orang nenek yang bukan lain adalah
Mo-kiam Kui-bo dan Leng-kiam Kui bo, mereka makin marah,
teringat betapa dua orang sumoi mereka itu telah tewas pula
di tangan dua orang muda Im-yang kauw.
"Bocah sombong ! Untuk menghadapi engkau, cukup
dengan kami berdua!" bentak Ui-bin Sai-kong sambil
menggerakkan kedua tangannya yang memegang senjata
kongce, semacam tombak trisula yang pendek. Hek-bin Saikong juga sudah mencabut sepasang
pedangnya dan memasang kuda-kuda. Ling Ling memandang tajam, melihat senjata kedua orang
11 kakek ini teringatlah dia akan peristiwa sepuluh tahun yang
lalu ketika ia melawan kongce itu dengan sebatang pedang
kecil sehingga pedangnya patah dan dia nyaris tewas oleh
tendangan kakek bermuka kuning ini kalau saja tidak ditangkis
oleh Sian Lun ! Maka sambil tersenyum mengejek dia berkata,
"Nah, kalian majulah !"
Tentu saja dua orang saikong itu merasa sungkan untuk
menyerang seorang dara remaja yang bertangan kosong
dengan menggunakan senjata, apa lagi mengingat bahwa
mereka maju berdua. Dengan mata mendelik karena sudah
marah sekali, Ui-bin Sai-kong membentak, "Bocah sombong,
keluarkan senjatamu !"
Akan tetapi Ling Ling tersenyum."Saikong siluman,
semenjak pedang kecilku kaupatahkan dengan kongcemu itu
sepuluh tahun yang lalu. aku ingin sekali mematahkan
kongcemu dengan tangan kosong saja. Majulah!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Alis Ui-bin Sai-kong berkerut dan kini teringatlah dia kepada
anak perempuan kecil yang pernah menyerangnya, membantu
Pek I Nikouw yang lihai. "Ah, kiranya engkau bocah setan itu?"
bentaknva, diam-diam dia merasa jerih juga karena ketika
anak itu berusia delapan tahun saja sudah membuktikan
keberanian yang luar biasa. Sekarang, dengan sikap yang
angkuh ini, kiranya anak luar biasa yang telah menjadi dara
remaja ini tentu mempunyai suatu andalan yang cukup kuat
Maka tanpa banyak cakap lagi dia lalu membentak keras dan
menyerang dengan sepasan kongcenya. Sinar putih
menyambar dari kanan kiri, mengarah kepala dan lambung
Ling Ling. Biarpun bagi orang awam dan bagi para anggauia
perkumpulan yang hidir dan yang rata-rata memiliki ilmu silat
cukup kuat itu nampak betapa sepasang kongce itu
menyambar amat cepatnya sehingga berobah menjadi dua
sinar putih, namun bagi Ling Ling, gerakan itu terlampau
lamban! Dengan amat mudahnya dia mengelak dan mundur
dua langkah ke belakang. Akan tetapi pada saat itu, terdengar
bentakan parau dan Hek-bin Sai-kong sudah menyerang dari
kiri, sepasang pedangnya juga berobah menjadi dua gulungan
sinar yang menusuk dan membabat. Pada saat yang hampir
bersamaan, sepasang kongce yang tadi tidak mengenai
sasaran, kini sudah meluncur datang lagi melengkapi serangan
sepasang pedang. Boleh dikara empat batang senjata
menyambar dari pelbagai jurusan secara hampir serentak.
Dengan gerakan indah dan lincah, senyumnya tak pernah
meninggalkan bibir, Ling Ling terus mengelak dan dia bersilat
dengan gaya Kong-jiu-jip-pek-to (Dengan Tangan Kosong
Memasuki Ratusan Golok), ilmu silat yang menjadi
kebanggaan dari perguruan di Kwi-hoa-san. Ilmu ini tentu saja
12 mengandalkan kelincahan atau ginkang yang amat tinggi, di
samping langkah-langkah kaki yang amat hebat sehingga
setiap gerakan tubuh, setiap langkah kaki, sudah mampu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menghindarkan diri dari serangan lawan yang bagaimana
hebatpun. Melihat betapa sampai belasan jurus senjata mereka belum
juga berhasil mencium lawan, dua orang saikong itu terkejut
bakan main. Tahulah mereka bahwa gadis ini adalah seorang
yang amat mahir dalam ilmu ginkang, maka merekapun
merobah siasat penyerangan mereka. Kalau tadi mereka
menyerang jurus demi jurus dengan gerakan kuat dan
langsung, kini mereka mulai memutar senjata mereka dan
hendak mempergunakan kecepatan putaran senjata itu untuk
mengimbangi kecepatan lawan. Maka nampaklah empat
gulungan sinar yang berputar-putar dan mengepung Ling Ling
dari empat penjuru, seolah-olah menutup seluruh jalan
keluarnya ! Akan tetapi, tiba-tiba terdengar suara melengking panjang
dan lenyaplah tubuh dara itu dari depan mereka! Dua orang
kakek itu terkejut bukan main, cepat memutar tubuh dan
menubruk dara itu yang sudah berada di belakang mereka.
Namun, kembali tubuh itu melesat dan berobah menjadi
bayangan yang menghilang! Demikian cepatnya gerakan dara
ini sehingga kedua orang kakek itu menjadi pening dan kabur
pandangan mata mereka setelah beberapa kali mereka
berputaran karena selalu dara itu lenyap setiap kali diserang.
Inilah ilmu ginkang yang sudah mencapai puncaknya dan hal
ini tidak mengherankan. Dara itu dibimbing sendiri oleh Bu
Eng Lojin, kakek sakti itu. Dari julukan ini saja, Bu Eng (Tanpa
Bayangan), orang dapat menduga bahwa kakek itu adalah
seorang ahli ginkang yang luar biasa, dan memang
demikianlah adanya. Maka, setelah Ling Ling dapat mewarisi
ginkang dari suhunya ini, dia dapat pula melakukan gerakan
gerakan yang sedemikian cepatnya seolah olah dia dapat
menghilang saja seperti setan! Kalau Ling Ling menghendaki,
tentu dia sudah dapat merobohkan dua orang lawannya itu
dalam beberapa jurus saja karena memang tingkat
kepandaian dua orang saikong itu masih jauh di bawah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tingkatnya. Akan tetapi Ling Ling memang ingin menguji
kepandaian dua orang lawan itu dulu di samping keinginannya
menguji diri sendiri. Kini, setelah dua orang kakek itu pening
dan tubrukan-tubrukan serta serangan-serangan mereka mulai
ngawur, tiba-tiba dia melengking nyaring dan ketika dua orang
kakek itu menubruknya, tubuhnya mencelat ke atas dan dari
13 atas dia sudah cepat mengulur tangan dan di lain saat kedua
tangannya telah merampas sebatang pedang dan sebatang
kongce! Dua orang kakek itu marah sekali, membalik dan melihat
betapa dara itu telah berdiri menanti mereka dengan dua
macam senjata itu di tangan! Dua orang saikong itu
mengeluarkan suara menggereng seperti singa dan mereka
menubruk dengan senjata mereka yang tinggal sebelah itu.
Ling Ling tidak mengelak, melainkan menggunakan kedua
senjata itu menangkis sambil mengerahkan sinkangnya.
"Cringgg! Cringggg!!" Bunga api berhamburan ketika
kongce bertemu kongce dan pedang bertemu pedang, dan
akibatnya pedang dan kongce di tangan Ui-bin Sai-kong dan
Hek-bin Sai-kong telah patah! Dan sebelum dua orang saikong
itu mampu menghilangkan rasa kaget, kembali dara itu
mengeluarkan lengking panjang, kedua tangannya bergerak
dan nampaklah dua sinar berkeredepan menyambar ke depan.
Beruang Salju 2 Pendekar Hina Kelana 25 Iblis Pulau Hantu Pusaka Tongkat Sakti 2
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama