Ceritasilat Novel Online

Tiga Naga Sakti 23

Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo Bagian 23


bagian barat, di mana dahulu menjadi tempat tinggal keluarga
kaisar sendiri ! Maka ke tempat inilah Sian Lun mengajak sute
dan sumoinya pergi, berindap indap dengan hati-hati sekali.
Dia tidak tahu di mana Siang Bwee ditahan, tidak tahu di
mana adanya orang she An, orang Khitan yang kini memiliki
dara itu. Maka dia sudah mengambil keputusan untuk
menangkap Thio-thaikam ! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dapat dibayangkan betapa gembira hatinya ketika tiba tiba
dia mendengar suara thaikam itu tertawa-tawa dan bercakapcakap. Cepat dia memberi isyarat
kepada Ling Ling dan Gin 19 San untuk mengikutinya, berindap-indap menuju ke sebuah
ruangan di dalam, menyelinap melalui pagar rendah dengan
lompatan-lompatan kilat. Akhirnya tibalah mereka di sebuah
ruangan di mana nampak Thio thaikam duduk minum arak,
ditemani oleh dua orang sambil tertawa-tawa dan bercakapcakap. Seorang di antara mereka
dikenal oleh Sian Lun karena
orang ini bukan lain adalah Tiat-liong Liem Kiat, pengawal
pribadi Thio-thaikam yang lihai itu. Dan di sebelahnya duduk
seorang kakek tua yang berpakaian seperti seorang tosu,
sikapnya masih gagah dan tosu ini agaknya tidak memantang
makanan berdarah. Dia makan daging dan minum arak
dengan sikap biasa saja, biarpun dia tidak ikut tertawa-tawa
seperti yang dilakukan oleh Thio thaikam dan Liem Kiat.
Melihat bahwa Thio-thaikam hanya ditemani oleh Liem Kiat
dan tosu yang tidak dikenalnya itu, Sian Lun kehilangan
kewaspadaannya. Dia merasa yakin akan dapat menangkap
pembesar kebiri gendut itu maka tanpa banyak cakap lagi dia
lalu meloncat ke dalam ruangan itu! Melihat ini, tentu saja
Ling Ling dan Gin San juga cepat mengikutinya, berloncatan
ke dalam ruangan. "Aha, kiranya baru muncul sekarang!" Liem Kiat mengejek
dan perwira ini sudah bangkit berdiri melindungi Thio-thaikam,
sedangkan tosu tua itupun bangkit berdiri dan dengan tenang
memandang Sian Lun. "Thio-thaikam, engkau manusia keparat, pengkhianat keji
!" Sian Lun sudah membentak dan menerjang ke depan
dengan maksud menangkap pembesar itu, akan tetapi Liem
Kiat menyambutnya dengan pukulan Ang-se-ciang yang sudah
dipersiapkannya semenjak tadi. Melihat pukulan ini, Sian Lun
mengelak dan kakinya menyambar sedemikian cepatnya
sehingga hampir saja lambung Liem Kiat terkena tendangan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kalau dia tidak cepat melempar tubuhnya ke belakang sambil
berteriak, "Suhu....... !"
Tosu itu sudah melompat ke depan dan dialah yang
menangkis pukulan lanjutan yang dilakukan Sian Lun terhadap
Liem Kiat. "Dukkk....... !" Keduanya terkejut dan Sian Lun memandang
tajam kepada tosu itu, jantungnya berdebar mendengar Liem
Kiat menyebut suhu kepada tosu itu. Teringat dia akan
penuturan Siang Bwee tentang kaki tangan Thio thaikam yang
dahulu memusuhi ayahnya. "Engkaukah Tek Po Tosu ?" bentaknya.
Tek Po Tosu, tosu tua itu, memang sudah mendengar dari
Thio-thaikam bahwa putera keturunan Tan Bun Hong kini
telah menjadi perwira, bahkan menjadi kaki tangan atau
bawahan Thio-thaikam. Ketika Sian Lun tadi muncul, melihat
20 wajahnya saja dia sudah menduga karena memang wajah
pemuda ini mirip mendiang ayahnya.
"Menyerahlah kepada pinto, orang muda," katanya lembut,
akan tetapi dengan kemarahan meluap Sian Lun sudah
menerjang maju lagi, dengan maksud menangkap Thio
thaikam. Akan tetapi tosu itu menghalangi dan dia lalu
menyerangnya. Sementara itu, secara tiba-tiba, tempat itu telah penuh
dengan pengawai dan nampak pula beberapa orang yang
membuat Ling Ling dan Gin San terkejut bukan main. Di
antara tokoh-tokoh yang dikenalnya, seperti An Hun Kiong,
Tayatonga atau Tai-lek Hoat-ong, Ba Mou Lama, Sin Beng
Lama dan lain-lain, nampak pula di situ Kim sim Niocu Bu
Siauw Kim dan juga Pek-ciang Cin-jin Oaw Sek ! Tentu saja
melihat dua orang ini, Ling Ling dan Gin San menjadi terkejut
dan juga marah bukan main.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Perempuan iblis, engkau hendak lari ke mana sekarang?"
bentak Ling Ling dan dia segera menerjang Bu Siauw Kim
dengan kemarahan meluap-luap. Bu Siauw Kim tersenyum dan
meloncat mundur. Tempatnya segera digantikan oleh enam
orang pengawal yang serentak maju mengepung Ling Ling.
Dara ini marah dan mengamuk seperti seekor naga sakti.
Demikian pula, ketika melihat Ouw Sek, Gin San
memandangnya dengan muka merah. Dia memang sudah
mendengar berita kejatuhan kota raja ke tangan Tibet itu
memperoleh bantuan dari orang-orang Beng-kauw, bekas
anak buah Beng-kauw utara yang sudah hancur. Tahulah dia
kini setelah dia melihat ke hadiran Ouw Sek di kota raja
bahkan di istana, bahwa tentu orang-orang Beng-kauw itu
dihasut dan diperalat oleh murid Beng-kauw yang murtad ini.
Beng-kauw telah diseret ke dalam lumpur pemberontakan dan
pengkhianatan oleh Ouw Sek.
"Ouw Sek, manusia busuk! Kiranya engkau yang
menggerakkan sisa anggauta Beng-kauw utara !" bentaknya.
Ouw Sek tertawa. "Ha-ha, murid keponakanku yang baik.
Kenapa engkau tidak lekas berlutut kepada paman gurumu"
Aku telah berhasil mengangkat Beng-kauw, kalau engkau mau
membantu, aku akan memberi kedudukan lumayan
kepadamu........" "Jahanam !" Gin San sudah menerjang dan Ouw Sek yang
amat lihai itu sambil tertawa lalu meloncat ke belakang dan
kembali enam orang pengawal yang menggantikan tempatnya
mengeroyok Gin San. Tek Po Tosu yang segera dapat melihat bahwa ilmu
kepandaian putera mendiang Tan Bun Hong itu amat tinggi,
jauh lebih tinggi dari pads tingkat kepandaian mendiang ayah
pemuda itu, dan jauh lebih tinggi dari pada tingkatnya sendiri,
21 bersama muridnya, Liem Kiat, dia sudah meloncat mundur dan
enam orang pengawalpun sudah menggantikannya. Kini, tiga
orang muda itu dikeroyok oleh belasan orang pengawal yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rata-rata memiliki ilmu silat tinggi dan memang ternyata
bahwa mereka bertiga itu sudah dinanti oleh Thio-thaikam!
Kini, Sian Lun melihat betapa pembesar itu lenyap dari situ,
yang ada hanya jagoan-jagoannya yang berilmu tinggi, yang
kini mengurung tempat itu sambil menonton belasan orang
pengawal mengeroyok mereka bertiga! Tiga orang itu
mengamuk dengan hebat sekali. Sepak-terjang mereka
laksana tiga naga sakti bermain-main di angkasa, beterbangan
dan berkelebatan ke sana ke mari dan dalam waktu beberapa
menit saja mereka masing-masing telah merobohkan enam
orang pengeroyok itu! Akan tetapi, begitu ada yang roboh,
muncul lagi pengawal-pengawal lainnya sehingga mereka
bertiga tetap terkurung terus dengan ketat.
Para pengawal itu sama sekali bukanlah lawan tiga orang
pendekar sakti ini, mereka seperti mentimun melawan durian
saja dan dalam beberapa jurus kemudian, kembali masing
masing pendekar merobohkan enam orang pengeroyoknya.
Akan tetapi tiba-tiba mereka kehilangan semua lawan dan
ruangan itu ternyata telah tertutup dari luar. Selagi mereka
bersiap untuk menerjang keluar dan mendobrak pintu, tibatiba dari empat penjuru terdengar suara
mendesis dan nampaklah asap kekuningan memasuki ruangan itu, ditiupkan
atau disemprotkan dari luar.
"Sute, sumoi.......awas....... asap beracun .. !"
Sian Lun berseru kaget sekali.
"Tahan napas.......!" Gin San juga berseru kaget. Ketiganya
lalu cepat berusaha mendobrak pintu, akan tetapi pintu itu
terbuat dari baja yang tebal dan kokoh kuat sehingga mereka
tidak sanggup mematahkannya. Sian Lun meloncat ke arah
jendela dan sekali kakinya menendang, jendela itu pecah
terbuka, akan tetapi dari jendela ini menyambar belasan
batang anak panah sehingga dia terpaksa mengelak,
kemudian dari jendela itu disemprotkan pula asap beracun
sehingga tentu saja mereka tidak berani mendekati jendela.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kamar itu makin penuh dengan asap dan betapapun mereka
bertahan, akhirnya mereka tidak dapat menghindarkan asap
memasuki hidung dan mulut karena dari luar berhamburan
senjata-senjata rahasia yang membuat mereka berloncatan ke
sana-sini dan karena pengerahan tenaga ini terpaksa mereka
harus menyedot hawa. Dan robohlah tiga orang pendekar
sakti yang mengamuk seperti tiga ekor naga sakti itu, terbius
22 oleh asap beracun. Para pengawal yang menutupi muka
dengan saputangan yang sudah diberi obat penawar segera
berlompatan ke dalam, dipimpin oleh An Hun Kiong yang
sudah membawa pedang untuk membunuh mereka.
"Jangan bunuh mereka ! Tangkap dan belenggu agar besok
dapat kita hukum untuk menakut-nakuti teman-teman mereka
yang masih berkeliaran !" Tiba-tiba terdengar Ba Mou Lama
berseru. Karena yang menduduki kota raja dan istana adalah
pasukan besar Tibet, maka tentu saja yang paling berkuasa
pada saat itu adalah Ba Mou Lama. Mendengar seruan ini, An
Hun Kiong tidak jadi menggunakan pedangnya dan dia lalu
memerintahkan orang-orangnya untuk membelenggu ketiga
orang itu dan menyeret mereka ke dalam ruang tahanan di
belakang istana di mana terdapat puluhan orang tahanan lain.
Tiga orang ini dimasukkan ke dalam sebuah kamar tahanan
yang kokoh kuat, dan mereka masing-masing dibelenggu
pengan rantai baja pada kaki tangan mereka pada dinding
tembok sehingga tubuh mereka yang pingsan itu bersandar
pada tembok dau tergantung kepada kedua tangan mereka
yang terbelenggu pergelangannya. Selain terbelenggu kaki
tangan mereka dengan gelangan yang ditanam di tembok,
juga belasan orang penjaga dengan anak panah siap di busur
menjaga di luar kamar itu, siap melepaskan anak panah
membunuh mereka andaikata mereka itu berusaha hendak
meloloskan diri. Setelah melihat betapa tiga orang ini tak
berdaya dan terjaga ketat, barulah An Hun Kiong yang
bertugas mengepalai para penjaga ruang tahanan ini,
meninggalkan pesan kepada para penjaga untuk waspada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjaga tiga orang itu, kemudian pergilah dia pulang ke
tempatnya di bagian kiri istana, kembali ke kamarnya untuk
mengaso. Sementara itu, Ci Siang Bwee yang tadinya duduk di atas
pembaringan dalam kamar mewah itu sambil menangis
mengenangkan nasibnya, mendengar pula akan keributan di
dalam istana. Dari para dayang dan pengawal, dia mendengar
bahwa kekasihnya, Tan-ciangkun bersama dua orang lain
telah menyerbu dan menimbulkan kekacauan dan bahwa
mereka bertiga itu akhirnya dapat ditangkap dan dimasukkan
dalam kamar tahanan untuk menanti hukuman yang akan
dijatuhkan besok pagi. Dapat dibayangkan betapa kaget rasa
hati Siang Bwee mendengar berita ini, lemas dan lemah
lunglai rasa seluruh tubuhnya! Dia merasa ditipu oleh Thio
thaikam! Dia telah dengan hati hancur lebur menyerahkan
dirinya kepada An Hun Kiong memenuhi permintaan Thiothaikam, semata mata untuk
menyelamatkan nyawa Tan Sian
Lun yang dicintanya. Selama dua malam berturut-turut dia
menangisi nasibnya, dengan amat berduka dia membiarkan
23 dirinya dikuasai oleh orang Khitan itu, memejamkan mata dan
memperkuat batinnya dengan bayangan bahwa apa yang
dilakukannya itu adalah demi cintanya terhadap Tan Sian Lun.
Dan sekarang, setelah dua hari dua malam dia menyerahkan
dirinya untuk dipermainkan oleh An Hun Kiong, dia mendengar
bahwa Sian Lun telah ditangkap dan akan dihukum mati !
Air matanya sudah diperasnya habis selama dua hari dua
malam ini. Tidak, dia tidak hanya akan menangis saja, dia
harus mencari akal untuk menyelamatkan kekasihnya ! Siang
Bwee timbul semangatnya ketika mengingat bahwa
kekasihnya itu membutuhkan pertolongannya, kalau tidak
akan matilah pria yang dipuja dan dicintanya itu. Dan
waktunya hanya tinggal malam ini ! Siang Bwee mondarmandir di dalam kamar itu, dengan kedua
tangan terkepal, alisnya berkerut, keadaannya seperti seekor harimau betina
dalam kurungan yang merasa tidak betah di situ dan hendak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mencari jalan keluar. Akhirnya, dia lalu cepat pergi ke kamar
mandi, membersihkan badan dan memakai minyak harum,
berganti pakaian dan merias diri secantik cantiknya !
Dengan tubuh lelah An Hun Kiong memasuki gedungnya.
Begitu menginjakkan kaki di lantai gedungnya, teringatlah dia
kepada Siang Bwee dan alisnya berkerut. Hatinya amat
kecewa. Dia telah mendapatkan seorang wanita yang cantik
dan amat menyenangkan hatinya, seorang gadis yang masih
perawan, yang amat pandai membawa diri, akan tetapi juga
seorang gadis yang patah hati ! Gadis itu hanya menangis
saja, dan biarpun tidak pernah menolak segala tuntutan dan
permintaannya, dan telah menyerahkan diri dengan sukarela
tanpa paksaan, namun dia tahu bahwa dara itu tidak
menyerahkan hatinya dan menyerahkan dirinya secara
terpaksa sekali. Dara itu selalu bermuram durja dan menangis
saja. Kesal juga hatinya. Dia suka kepada wanita itu, dia ingin
wanita itu bahagia dan dapat tersenyum dalam pelukannya,
dapat membalas kasih sayang dan kemesraan yang
dilimpahkannya. Namun gadis itu selalu muram wajahnya dan
tidak pernah mau mengaku mengapa gadis itu berduka.
Sebetulnya, ingin sekali dia memasuki kamar itu, hatinya
sudah penuh kerinduan, akan tetapi bayangan wajah muram
itu membuat hatinya kesal, apa lagi tubuhnya sedang lelah,
maka diapun melewati kamar itu dan hendak pergi ke
kamarnya sendiri untuk mengaso.
"Engkau sudah pulang, taijin..........?"


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

An Hun Kiong terkejut dan cepat menengok. Pintu kamar
wanita yang diambilnya sebagai selir, karena belum
dinikahinya, itu telah terbuka sedikit dan nampak Siang Bwee
mengintai dari dalam, tersenyum kepadanya dan memandang
dengan wajah berseri namun nampak malu-malu Hampir saja
24 An Hun Kiong tidak dapat percaya akan pandangan matanya
sendiri dan dia segera menghampiri. Pintu dibuka lebar dan
kembali dia terpesona. Betapa cantiknya Siang Bwee !
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pakaiannya serba baru, rambutnya yang dia tahu amat halus
dan hitam panjang itu digelung indah, wajah yang amat
dikenalnya dengan kulit halus kemerahan itu kini dibedaki
halus dan dalam jarak satu meter lebih saja dia sudah
mencium keharuman semerbak dari tubuh dan rambut itu.
Dan wajah itu, sama sekali tidak muram, melainkan berserisenl Dan mulut yang biasanya cemberut
itu dan yang amat menggairahkan karena bentuknya yang indah, kini tersenyum
dikulum, amat manisnya. Dan mata yang biasanya sayu dan
basah air mata itu kini berkilauan penuh api gairah dan penuh
tantangan ! "Siang Bwee........! " An Hun Kiong berbisik dan masuk ke
dalam kamar. "Taijin, kenapa sampai begini malam...... "
Siang Bwee berbisik dan setelah An Hun Kiong duduk, dia
cepat berlutut di depannya untuk membuka sepatunya.
"Apakah taijin ingin mandi " Apakah perlu dipersiapkan
makanan ?" Semua ini ditanyakannya dengan sikap amat
manis, dengan kerling mata tajam memikat dan senyum yang
manisnya melebihi madu An Hun Kiong sampai tak mampu
menjawab, dan akhirnya setelah Siang Bwee selesai membuka
kedua sepatunya, dia meraih, memegang lengan wanita itu
dan menariknya duduk di atas pangkuannya. Siang Bwee
tersenyum dan memandang malu-malu, membuang muka
dengan sikap yang malu-malu kucing namun makin menarik
hati dan membangkitkan gairah,
"Siang Bwee....... sayangku....... mimpikah aku........."
Benarkah engkau ini yang bersikap begini manis kepadaku
......... ?" "Taijin aneh....... siapa lagi kalau bukan Siang Bwee....... "
Apakah taijin mengira aku siluman rase?" Siang Bwee
tersenyum dan tertawa kecil. An Hun Kiong memeluknya dan
dengan lembut memalingkan wajah cantik itu menghadapinya.
Sejenak mereka bertemu pandang dan An Hun Kiong makin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kagum melihat mata itu sama sekali tidak seperi kemarin,
bahkan tidak seperti siang tadi kini berseri penuh gairah.
"Tapi....... tapi mengapa engkau ....... selama dua hari
hanya menangis dan nampak muram ?"
"Ahhh....... taijin......., pantaskah bagi seorang perawan
untuk bersikap gembira pada saat menyerahkan diri untuk
pertama kali kepada, seorang pria ?"
25 An Hun Kiong mengangguk-angguk. "Dan sekarang ?"
"Sekarang aku adalah milikmu, dan karena taijin amat
mencintaku, maka hidupku penuh kebahagiaan....... "
"Siang Bwee........ !" An Hun Kiong girang bukan main dan
dia lalu mendekap, menciumi wajah itu, mata dan mulut itu,
dengan penuh kemesraan. Makin giranglah dia ketika
merasakan betapa wanita itupun membalas cumbu rayunya,
membalas ciumannya. Sunyi kamar itu, dan keduanya
tenggelam dalam lautan kemesraan yang belum pernah
dialami oleh An Hun Kiong selama ini.
Menjelang tengah malam, An Hun Kiong rebah dengan
wajah berseri dan tubuh lelah, sambil merangkul leher
kekasihnya. Dia mengelus rambut yang halus itu, mengusap
sedikit keringat di dahi kekasihnya, lalu mencium pipinya
dengan lembut. "Aku sayang padamu, Siang Bwee. Ah. betapa aku cinta
padamu ....... " bisiknya.
"Kenapa engkau begitu lama tadi meninggalkan aku, taijin"
Sampai capai aku menantimu. Ada urusan apakah yang
menahanmu dan ada apakah terjadi ribut-ribut tadi" Aku
hanya mendengar dan para pengawal akan terjadinya
keributan di istana. Ada apakah?" Siang Bwee memancing
sambil merangkul pinggang pembesar atau perwira yang
gagah itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, ada tiga orang pemberontak mengacau. Mereka itu
amat lihai akan tetapi akhirnya tertawan juga."
"Siapakah mereka, taijin?"
"Yang seorang adalah orang yang amat kaukenal. Dia
adalah bekas majikanmu, Tan-ciangkun!"
"Ahh......!" Tiba-tiba Siang Bwee bangkit duduk, tidak
mcmperdulikan rambutnya yang terurai dan selimut yang
menutupi dadanya terbuka sehingga An Hun Kiong melihat
pemandangao yang amat menggairahkan hatinya. Akan tetapi
perwira ini terkejut juga melihat kekasihnya itu bangkit duduk
dan kelihatan marah, mengepal tinju dan matanya
bersinar.sinar. "Ada apakah, Siang Bwee?" tanyanya dengan khawatir.
"Bagus sekali dia tertangkap! Aku .... aku benci kepada
orang itu, taijin !" kata Siang Bwee.
An Hun Kiong sudah duduk dan merangkul tubuh itu,
memangkunya dan menciumnya. "Heran, bukankah dia bekas
majikanmu?" tanyanya sambil memancang penuh selidik.
"Bukan hanya majikan, akan tetapi aku dihadiahkan oleh sri
baginda kaisar kepada Tan ciangkun, untuk menjadi isterinya!
Akan tetapi, ia manusia kejam itu sama sekali tidak
memperdulikan aku, dia menghinaku, tidak pernah
mendekatiku sehingga aku hanya dianggap sebagai pelayan
26 saja !" "Ah, mana mungkin" Wanita secantik engkau ..... "
"Taijin, perlukah engkau ragu-ragu lagi" Bukankah aku
masih perawan ketika untuk pertama kali menyerahkan diri
kepadamu?" An Hun Kiong merangkul dan menciumnya. Aku percaya
dan memang benar demikian, akan tetapi, mengapa orang she
Tan itu tidak menjamahmu" Apakah dia banci?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Entahlah, dan hal itu amat menyakitkan hatiku, taijin."
Hemm, tenangkan hatimu. Besokpun dia akan dihukum
gantung di depan pintu grrbang!"
Siang Bwee menahan perasaan ngeri yang mengiris
jantungnya. Lalu dia turun dari pembaringan dan berkata
dengan suara marah, "Penasaran! Kalau aku belum membalas
penghinaannya, dan dia sudah keburu mati, sungguh
penasaran! Taijin, kalau memang tatjin mencintaku, tolonglah
agar aku dapat membalas dendam ini, kalau tidak........ ah,
kelak kalau aku melahirkan anak, tentu akan terpengaruh
buruk oleh dendam yang tak terbalas ini !"
An Hun Kiong tersenyum. Disebutnya anak mendatangkan
rasa mesra dan baru dalam hatinya. Dia lalu merangkul
pinggang Siang Bwee dan menariknya sehingga wanita itu
terjatuh ke atas pangkuannya.
"Engkau makin cantik saja kalau marah-marah, Siang
Bwee, engkau begitu membencinya, lantas, apa yang hendak
kaulakukan" Aku dapat menyiksanya dulu sebelum dia
dihukum mati, kalau itu yang kauhendaki!"
"Tidak, hatiku takkan pernah puas kalau bukan aku sendiri
yang menghinanya, yang menyiksanyai Taijin, kalau besok dia
dihukum mati, akan terlambatlah dan selama hidup aku akan
menyesal sekali. Maka, bawalah aku sekarang kepadanya,
taijin, berilah kesempatan kepadaku untuk membalas
penghinaannya, untuk mentertawakannya, sampai puas hatiku
!" An Hun Kiong mengangguk-angguk. Wanita ini baru saja
memperlihatkan bahwa cintanya telah
mendapatkan sambutan, dan wanita ini tadi baru saja membuktikan bahwa
telah bertunas cinta penuh kemesraan baginya. Tentu saja dia
tidak ingin kehilangan kelembutan dan kemesraan yang
nikmat itu, dan betapapun dia harus dapat memenuhi
permintaannya. Permintaan yang pantas, pikirnya, karena
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tentu Siang Bwee merasa dihina dan malu telah ditampik oleh
seorang pria! Dan pula, apa salahnya kalau dia membiarkan
27 wanita ini melampiaskan dendamnya" Para tawanan itu tidak
berdaya, masih pingsan mungkin dan dalam keadaan
terbelenggu rantai baja, apa lagi di luar banyak terdapat
pengawal dau penjaga. Hanya, kalau sampai terlihat para
tokoh lain bahwa dia memenuhi permintaan yang bukanbukan dari hati wanita yang mendendam
itu, tentu dia merasa tidak enak dan malu. Maka, permintaan ini harus dilakukan
sekarang menjelang tengah malam sehingga tidak akan ada
yang melihatnya. Kalau besok tentu terlambat, pula, kalau
waktu siang akan nampak oleh banyak orang.
"Baiklah, Siang Bwee Memang aku menjadi kepala bagian
tawanan, maka mudahlah untuk membawamu ke sana." Dia
tidak tabu betapa jantung di dalam dada Siang Bwee berdebar
tegang, dan dia tidak mengira bahwa memang Siang Bwee
telah lebih dulu menyelidiki pangkat dan kekuasaannya di situ
sehingga tentu saja wanita itu telah tahu bahwa dialah yang
menjadi kepala bagian tawanan. Oleh karena itulah maka
wanita ini tadi menggunakan akal untuk merayu dan
melayaninya semanis mungkin, sungguhpun hal itu dilakukan
dengan hati hancur penuh pengorbanan diri demi pelaksanaan
usahanya menyelamatkan kekasihnya.
"Terima kasih, taijin.......terima kasih....."
"Hushh, jangan sebut tajin lagi, lupa lagi engkau........
bisikan tadi........?"
Kedua pipi wanita cantik itu menjadi merah sekali. Bagi An
Hun Kiong tentu dianggap sebagai tanda malu, padahal
merahnya wajah Siang Bwee itu adalah karena marah !
Seujung rambutpun tidak ada perasaan cinta terhadap pria ini,
bahkan yang ada hanya rasa muak dan benci, benci sekali
karena terpaksa dia harus menyerahkan diri kepada orang ini.
Akan tetapi demi keselamatan Sian Lun, ah, segalanya demi
Sian Lun, dia akan mau melakukan, apapun, bahkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengorbankan nyawa sekalipun. Maka dia lalu berkata dengan
muka merah dan tersenyum malu-malu, "Baiklah....... koko....... terima kasih atas kebaikanmu........"
An Hun Kiong tersenyum girang dan meraih leher
kekasihnya, menciumnya dengan mesra dan lama sekali dan
baru melepaskannya ketika Siang Bwee meronta perlahan dan
mendorongnya dengan halus. "Ah, koko, bukankah engkau
hendak mengajak aku ke sana sekarang" Nanti kalau aku
sudah puas membalas dendam. Kita masih mempunyai banyak
waktu untuk itu........ "
An Hun Kiong tertawa girang dan mereka lalu berpakaian.
Tentu saja An Hun Kiong mengenakan pakaian panglima
karena dia hendak mengunjungi tempat para tawanan dan tak
lama kemudian keluarlah mereka berdua. Biarpun, hatinya
merasa agak tidak enak terhadap para anak buahnya karena
dia mengunjungi tawanan bersama kekasihnya, akan tetapi
28 dia menahan perasaan ini demi cintanya kepada wanita ini
yang telah memberi kesenangan dan kepuasan kepadanya
oleh sikap yang tiba-tiba berobah amat mesra dan manis itu.
Tentu saja para pengawal dan penjaga memandang dengan
mata terbelalak, akan tetapi tidak ada seorangpun yang berani
bertanya apa lagi membantah ketika mereka melihat An Hun
Kiong bersama wanita cantik itu memasuki rumah tahanan.
"Nah, itulah dia.......!" An Hun Kiong berkata ketika mereka
tiba di depan kamar tahanan yang kokoh dan terjaga ketat itu.
di mana Sian Lun, Gin San, dan Ling Ling ditahan.
Dapat dibayangkan betapa hancur dan penuh rasa iba hati
Siang Bwee ketika dari luar dia melihat kekasih pujaan hatinya
itu terbelenggu kaki tangannya dan berdiri menggelantung
pada belenggu kedua tangannya dalam keadaan pingsan.
Akan tetapi dia menahan perasaan hatinya itu, kemudian
berkata lirih kepada An Hun Kiong,
"Koko, harap buka pintunya, biarkan aku mendekat."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
An Hun Kiong memberi tanda kepada para penjaga untuk
tetap berjaga di luar dan siap dengan anak panah mereka,
kemudian dia menggunakan kuncinya membuka pintu kamar
tahanan itu dan menggandeng tangan Siang Bwee
memasukinya. Tiga orang tawanan itu memang masih dalam
keadaan pingsan. Biarpun An Hun Kiong maklum betapa
lihainya tiga orang muda itu, namun mereka itu masih
pingsan, juga terbelenggu dengan amat kuatnya, dan dia
yakin benar bahwa tidak mungkin ada manusia dapat
mematahkan belenggu pada kaki tangan mereka itu yang
terbuat dari baja tebal. Selain itu, di situ masih ada belasan
orang penjaga dengan anak panah siap di tangan. Tiga orang
tawanan itu takkan mampu memberontak sama sekali,
pikirnya dengan tenang. "Ah.......dia........dia sudah mati......!" Siang Bwee berkata,
menahan kehancuran hatinya dan suaranya yang gemetar
lemah disangka oleh An Hun Kiong sebagai suara orang
kecewa. "Tidak, Siang Bwee, dia belum mampus."
"Akan tetapi........ apa artinya kalau dia tidak mampu
melihatku, mendengarku atau merasakan sesuatu " Aku ingin
dia dapat mendengar dan melihat, agar dia dapat merasakan
pembalasanku, koko."
An Hun Kiong tersenyum, makin besar wanita ini
memperlihatkan kebenciannya terhadap pemuda itu makin
baik, karena betapapun juga ada rasa cemburu di dalam
hatinya mendengar bahwa wanita yang dicintanya itu dahulu
oleh kaisar dihadiahkan kepada pemuda ini.
"Mudah saja, sayang. Kautunggu sebentar !" An Hun Kiong
lalu minta kepada seorang penjaga di luar kamar tahanan itu
29 untuk mengambil air dalam ember. Tak lama kemudian
datanglah penjaga itu membawa seember air. Sambil tertawa
An Hun Kiong lalu mengambil ember itu dan menyiramkan


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sebagian air ember ke muka Sian Lun ! Dia tahu bahwa satuTiraikasih Website http://kangzusi.com/
satunya alat untuk menyadarkan orang yang pingsan karena
asap bius adalah air. "Koko, biarkan teman temannya itu sadar juga agar
merekapun melihat siksaan yang kulakukan! Aku ingin benar
benar puas membalas dendam!" Siang Bwee berkata Dalam
kegembiraannya, An Hun Kiong tertawa dan diapun
menyiramkan sisa air ke wajah Ling Ling dan Gin San.
Dengan hati berdebar penuh ketegangan. Siang Bwee
memandang kepada Sian Lun. Hatinya terasa nyeri dan ngeri
melihat betapa kaki tangan kekasihnya itu dibelenggu dengan
rantai yang amat kuat sehingga seekor gajah-pun belum tenru
akan dapat mematahkan ranta baja sepeiti itu. Dilihatnya
perlahan-lahan kedua lengan yang tergantung itu menggigil,
jari jari tangannya bergerak gerak tanda bahwa pemuda itu
sudah hampir sadar dari pingsannya. Muka dan lehernya
basah kuyup, rambut kepalanya juga basah dan air menetesnetes turun dari hidung dan dagunya.
Ingin Siang Bwee menubruk kekasihnya, menangisi dan mengeringkan muka
yang basah itu. Air yang menetes netes itu nampak olehnya
seperti air mata pemuda itu !
Siang Bwee lalu mendekati An Hun Kiong dan berkata,
"Koko, pinjamkan pedangmu kepadaku !"
An Hun Kiong terbelalak dan mulutnyi tersenyum lebar,
"Eh, mau ap (http://cerita-silat.mywapblog.com)
http://cerita-silat.mywapblog.com ( Saiful Bahri - Seletreng - Situbondo )
a engkau " Dia dan teman temannya itu belum
boleh dibunuh Bwee rnoi ! Kalau engkau membunuhnya tentu
aku akan kesalahan. Mereka harus dibunuh di depan umum
besok, sebagai peringatan agar tidak ada lagi yang berani
memberontak !" "Jangan khawatir, koko, akupun mengerti dan aku tidak
akan membunuhnya, hanya akan menakut nakutinya dan
menyiksanya," jawab Siang Bwee.
Au Hun Kiong melolos pedangnya dan sambil tersenyum dia
menyerahkan pedang yang mengkilap tajam itu kepada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kekasihnya. Betapapun juga, dia berada di situ dan dia dapat
mencegah kalau kekasihnya meluap kemarahannya sehingga
lupa dan akan membunuh tawanan itu. Kini Siang Bwee berdiri
menghadapi Sian Lun yang sudah mulai menggerak-gerakkan
pelupuk matanya. An Hun Kiong berdiri di belakang Siang Bwee simbil
bertolak pinggang dan tersenyum lebar, ingin sekali tahu apa
yang akan dilakukan oleh kekasihnya itu untuk membalas
dendam dan menghina tawanan mu. Siang Bwee melangkah
maju menghampiri Sian Lun dan pedang telanjang itu
ditodongkan ke dada pemuda itu. Sian Lun mengejap ngejapkan kedua matanya, mengeluh lirih lalu
membuka matanya. Dia terbelalak, lalu mengejap-ngejapkan matanya
lagi seolah-olah tidak percaya akan apa yang dilihatnya ketika
pertama kali membuka mata dia melihat wajah yang amat
dikenalnya, wajah cantik dari Siang Bwee! Akan tetapi melihat
wanita itu berdiri di depannya sambil menodongkan sebarang
pedang ke dadanya, dia hampir tidak percaya akan apa yang
disaksikannya dan mengira bahwa dia sedang dalam mimpi!
"Mimpikah aku.......?" Dia bertanya dengan suara lirih,
karena sungguh dia merasa seperti dalam mimpi saja,
semenjak bertemu dengan sute dan sumoinya sampai mereka
bertiga menyerbu istana dan tertawan. Dia menarik- narik
kedua tangannya akan tetapi baru dia sadar bahwa kedua
tangan dan kakinya terbelenggu rantai kuat ! Kembali dia
memandang Siang Bwee. "Hi - hik!" Siang Bwee tertawa aneh! "Tidak. Tan Sian Lun,
engkau tidak sedang mimpi, dan kaudengarkan kata kataku
baik-baik. jangan banyak bergerak kalau tidak ingin pedang ini
menembusi jantungmu!"
Sian Lun terbelalak, bukan mendengar ucapan itu,
melainkan melihat betapa mata kiri Siang Bwee berkedip
kedip, jelas memberi isyarat kepadanya! Dia melihat An Hun
Kiong di belakang wanita itu dan Sian Lun bukanlah seorang
1 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bodoh! Sebaliknya, dia cerdas sekali dan kini, melihat orang
Khitan yang kabarnya merupakan orang yang diberi hadiah
oleh Thio-thaikam berupa diri Siang Bwee yang dipaksa oleh
orang kebiri itu, melihat pula sikap Siang Bwee, dia tahu
bahwa wanita yang mencintanya ini tentu sedang bermain
sandiwara. Maka diapun lalu berkata dengan suara dingin,
"Nona, setelah aku tertawan, apa kaukira aku takut mati!
Mau bunuh, lakukanlah !" Dengan sedikit kata-kata ini dia
sudah memberi tahu kepada Siang Bwee bahwa diapun ikut
bersandiwara dan Siang Bwee mengertilah. Biasanya, Sian Lun
tidak pernah menyebutnya nona, melainkan menyebut
namanya saja, dan pemuda itu sama sekali tidak
memperlihatkan kekagetan dan tidak bertanya apa-apa, hal ini
menandakan bahwa Sian Lun tentu sudah mengerti atau
mendengar akan keadaannya dan tahu bahwa dia
bersandiwara. Jantungnya berdebar tegang dan dia
mengerling ke arah Gin San dan Ling Ling, dengan kerling
yang diulang dan penuh arti, kemudian berkata, suaranya
terdengar ketus dan galak.
"Tan Sian Lun, engkau laki-laki sombong, engkau laki-laki
yang besar kepala! Sekarang, setelah engkau menjadi
tawanan, engkau bisa apakah" Huh, besok engkau akan
digantung! Hayo, perlihatkan lagakmu sekarang! Huh, kalau
boleh, aku sendiri ingin sekali membunuhmu!"
Sian Lun sama sekali tidak memperhatikan ucapan-ucapan
Siang Bwee karena tabu bahwa semua ucapan itu hanya
kosong belaka dan di balik sikapnya ini. Siang Bwee tentu
menghendaki sesuatu dan diapun mengertilah. Siang Bwee
mengerling ke arah Gin San dan Ling Ling, agaknya hendak
memberi waktu kepada dua orang itu untuk sadar, dan ketika
dia menoleh kepada mereka, hatinya girang sekali melihat
bahwa sutenya dan sumoinya itupun mulai sadar dan melihat
betapa merekapun basah kuyup, dia tahu bahwa merekapun
disiram air. Hal ini mungkin juga merupakan hasil siasat Siang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bwee. Tentu Siang Bwee mengharapkan mereka bertiga dapat
meloloskan diri maka berani bersikap seperti itu. Diam dia dia
lalu mengumpulkan hawa sakti di dalam pusarnya dan
mencoba-coba rantai di kaki dan tangannya. Kuat bukan main
rantai itu, pikirnya dan mematahkannya dengan tenaga
agaknya tidak mungkin. Akan tetapi, rantai rantai itu tertanam
ke dalam tembok! Biarpun mematahkan rantai baja
merupakan hal yang agaknya tidak mungkin, akan tetapi
menjebol rantai itu dari tembok tentu akan dapat
dilakukannya' "Dahulu engkau berlagak, memandang rendah kepadaku.
2 Sekarang" Hemm, engkau menjadi tawanan, engkau hampir
mampus, dan aku berdiri di sini menghinamu, sebagai isteri
seorang yang berkua. Hi - hik, betapa akan celaka nasibku
kalau dahulu engkau bersikap ramah dan aku menjadi
isterimu, Sian Lun ! Rasakan engkau sekarang!"
Sian Lun memperhitungkannya dan dia melihat bayangan
para penjaga yang siap dengan anak panah di luar kamar itu.
Jalan satu-satunya hanyalah menangkap An Hun Kiong
sebagai sandera sebagai perisai ! Dan dia mengerling lagi
kepada sute dan sumoinya, melihat bahwa merekapun saling
pandang dan kaki tangan mereka tergetar, tanda bahwa
merekapun sedang memperhitungkan keadaan ! Suasana
amat menegangkan baginya, dan hal ini agaknya terasa pula
oleh An Hun Kiong, Melihat sikap tiga orang itu yang diam saja
akan tetapi mata mereka begitu lincah dan tajamnya
memandang ke kanan kiri dengan kerlingan kerlingan penuh
perhatian dan perhitungan, dia merasa ngeri dan tidak enak
juga. "Siang Bwee-moi, sudah cukuplah. Mari kita pergi dari
kandang ini. Kau boleh melukainya asal jangan membunuh,
lalu mari kita pergi saja dari sini!" kata An Hun Kiong sambil
melangkah mendekati kekasihnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi, Siang Bwee sudah merasa gelisah bukan main
dan hampir putus harapan melihat betapa Sian Lun masih saja
mengerling ke sana ke mari dan belum juga dapat meloloskan
diri dari belenggu ! Tadinya dia harapkan pemuda itu yang dia
tahu amat lihai, akan dapat memperoleh akal untuk
membebaskan dirinya. Akan tetapi ternyata bahwa agaknya
pemuda itu benar-benar tidak berdaya sehingga percuma
sajalah semua siasat yang dijalankannya. Kegelisahan karena
putus harapan ini membuat wanita ini menjadi nekat dah tiba
tiba dia meloncat ke depan, merangkul pinggang Sian Lun
dengan lengan kirinya sedangkan tangan kanannya masih
memegar pedang, matanya memandang kepada An Hun Kiong
dengan sinar berapi penuh kebencian mukanya pucat sekali
dan dia berkata denga suara nyaring.
"Manusia busuk An Hun Kiong! Aku tidak berhasil
membebaskan dia, akan tetapi aku akan mati bersamanya !"
Lalu dia menoleh dan berbisik kepada Tan Sian Lun, "Tan
taihiap...besok engkau akan dihukum mati........ biarlah aku
mendahuluimu, dan aku akan menantimu ........" Berkata
demikian, Siang Bwee membalikkan pedang dan hendak
menggorok lehernya sendiri.
"Bwee-moi.......!" An Hun Kiong berseru kaget.
Pada saat itu, Sian Lun menggerakkan pinggulnya dan sisi
pinggul ini menumbuk tangan kanan Siang Bwee. Wanita itu
berseru kaget, tangannya terasa nyeri dan pedang itu terlepas
3 dari pegangannya, mengeluarkan bunyi nyaring di atas lantai
batu. Dan pada saat itu, Sian Lun telah menggerakkan seluruh
tenaganya menarik belenggu rantai baja pada kaki dan
tangannya. Terdengar suara keras, batu-batu berantakan dan
debu mengebul tebal ketika rantai-rantai itu jebol dari
tanamannya di tembok ! Pemuda itu telah berhasil
membebaskan diri, sungguhpun rantai-rantai itu masih
bergantungan pada kaki dan tangannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Taihiap.......!" Siang Bwee
berteriak girang dan kaget
bukan main, akan tetapi Sian
Lun telah merangkulnya dan
melindunginya dari runtuhan
batu-batu dari tembok yang
berhamburan. "Minggirlah engkau, Siang
Bwee.......!" kata Sian Lun dan
mendorong tubuh wanita itu
dengan halus ke belakangnya.
Pada saat itu, berturutturut terdengar suara hirukpikuk dan batu batu dari
tembok berhamburan, debu mengebul makin tebal ketika Ling Ling dan Gin San juga sudih
berhasil menarik belenggu-belenggu kaki tangan mereka
sampai jebol dan terlepas dari tembok.
Melihat ini, Ang Hun Kiong hendak melarikan diri. Akan
tetapi Ling Ling yang memiliki ginkang luar biasa itu sudah
meloncat seperti seekor naga sakti menyambar dan tahu-tahu
dia telah menampar ke arah kepala An Hun Kiong. Orang she
An ini bukan seorang lemah, melainkan murid terkasih dari
Tai-lek Hoat-ong, maka tentu saja dia melihat tamparan ini
dan cepat mengelak. Akan tetapi, gerakan Ling Ling terlampau
cepat baginya dan sebelum dia mampu menyelamatkan diri,
sebuah tendangan kilat dari dara sakti itu mengenai lututnya
dan diapun roboh terpelanting. Gin San sudah meloncat dekat
dan mengayun belenggu di tangan kanannya untuk
menghancurkan kepala orang Khitan itu.
"Tringggg !" Belenggu itu tertangkis oleh belenggu lain,
yaitu rantai belenggu yang digerakkan oleh Sian Lun.
"Sute jangan bunuh dia ! Kita butuh dia untuk sandera !"
teriak Sian Lun dan barulah Gin San sadar bahwa dia tadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melakukan hal yang sangat ceroboh dan terburu nafsu karena
terdorong kemarahan. "Engkau benar, suhengl" katanya dan sekali jari tangannya
rnenotok, tubuh An Hung Kiong telah menjadi lemas.
4 Sian Lun cepat menarik berdiri tubuh orang she An itu,
kemudian membentak kepada para penjaga yang menjadi
bingung dan yang sudah mempersiapkan anak panah di busur
masing-masing, "jangan bergerak, atau kami bunuh An Hun
Kiong ini !" Melihat betapa orang penting dari Khitan yang menjadi
kepala mereka itu telah tertawan musuh, para penjaga
menjadi bingung sekali, tak tahu apa yang harus mereka
lakukan, dan beberapa orang di antara mereka yang berada di
belakang, cepat lalu berlari untuk memberi laporan ke dalam
istana. "Taihiap........ cepat........ kunci-kunci ada di saku bajunya
!" kata Siang Bwee dengan wajah pucat akan tetapi sepasang
matanya yang indah itu kini berseri dan berkilat penuh
kegembiraan, harapan dan semangat setelah melihat betapa
keadaannya berobah sama sekali. Kalau tadinya dia sudah
putus harapan dan nekat hendak membunuh diri, kini ternyata
semua berjalan seperti yang direncanakan dan diharapkannya
! Sian Lun telah bebas, bahkan dua orang kawannya yang
gagah itupun telah bebas dan lebih dari itu malah, mereka
telah dapat menawan An Hun Kiong sebagai sandera !
"Ah, Siang Bwee......... terima kasih......." kata Sian Lun
ketika dia memeriksa dan menemukan kunci - kunci di dalam
saku baju tawanan itu, termasuk kunci- kunci untuk membuka
belenggu kaki dan tangan mereka bertiga. Kini mereka benarbenar telah bebas dan mereka bertiga
sudah siap menghadapi musuh. Sian Lun yang melindungi tubuh Siang Bwee dan
memegang tubuh An Hun Kiong sebagai perisai di depannya,
segera berkata kepada sute dan sumoinya, "Mari kita keluar,
jangan berada dalam ruangan.........!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka bertiga sudah tahu akan bahayanya kalau mereka


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berada dalam ruangan seperti ketika mereka tertangkap,
maka kini ketiganya cepat keluar dari pintu itu. Para penjaga
mundur mundur dengan ketakutan dan bingung karena
mereka tentu saja tidak berani melepaskan anak panah,
bahkan tidak berani bergerak menyerang karena khawatir
kalau kalau An Hun Kiong dibunuh.
Kini mereka berada di luar kamar kurungan. "Sute, cepat
bebaskan para tawanan lain!" kata Sian Lun sambil
melemparkan seikat kunci kepada sutenya. Dia tahu bahwa
para tawanan itu adalah panglima-panglima dan pembesarpembesar,
juga orang-orang gagah yang telah mempertahankan dan melawan para penyerbu Tibet itu,
5 orang-orang penting yang tertangkap kemudian dijebloskan ke
dalam penjara. Jumlah mereka ada tigapuluh orang lebih dan
kini Gin San membuka semua kamar tahanan membebaskan
mereka tanpa perlawanan dari para penjaga yang kehabisan
akal melihat kepala mereka tertangkap.
Setelah mereka semua bebas, para tawanan itu cepat
merampasi senjata tombak, golok dan dang dari para penjaga,
dan mereka siap untuk melakukan perlawanan mati-matian.
Tiba-tiba datang serombongan pasukan dikepalai oleh Ba Mou
Lama, Tai - lek Hoat-ong, Sin Beng Lama, Pek - ciang Cin - jin
Ouw Sek, dan Kim-sim Niocu Bu Siauw Kim!
Tiba-tiba Pek ciang Cin-jin Ouw Sek meloncat ke depan,
kedua tangannya diangkat ke atas dan terdengar dia
mengeluarkan suara teriakan melengking nyaring yang
membuat beberapa orang perajurit terguling roboh, disusul
suaranya yang penuh wibawa dan terdengar aneh
mengeluarkan getaran hebat,
"Siapa berani menawan An Hun Kiong sicu ! Hayo lepaskan
dia, lepaskan dia, lepaskan dia....... aku memerintahkanmu
untuk melepaskan dia !" Kedua tangannya digerak-gerakkan
dan tiba-tiba Sian Lun merasa kedua kakinya gemetar,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
matanya terbelalak seperti orang ketakutan dan
melepaskan cekalan pada kedua lengan An Hun Kiong!
dia Akan tetapi tiba tiba terdengar suara melengking lain dan
sebelum An Hun Kiong sempat bergerak karena tubuhnya
lemas tertotok, Coa Gin San telah menyambar lengannya dan
menarik tawanan ini. "Suheng, jangan perdulikan dia ! Gertak sambalnya itu
tidak ada artinya !"
Mendengar suara Gin San yang juga mengandung getaran
kuat dan berpengaruh ini, Sian Lun sadar kembali dan dia
segera mengumpulkan kekuatan sinkangnya untuk menjaga
diri dari kekuatan ilmu sihir lawan. Dia merasa ada tangan
halus menyentuh lengannya dart belakang. Dia menoleh dan
melihat Siang Bwee berdiri ketakutan. Dia tersenyum kepada
wanita itu dan berbisik, "Jangan takut......." Siang Bwee juga
tersenyum biarpun wajahnya pucat. Kini dia tidak takut lagi.
Setelah berada di samping pria yang dicintanya, menghadapi
apapun dia tidak takut. Paling hebat dia akan mati akan tetapi
mati di samping kekasihnya merupakan kebahagiaan baginya,
jauh lebih bahagia dari pada hidup namun terpisah!
"Mati hidup aku bersamamu, taihiap....... " bisiknya.
Melihat kini para jagoan fihak lawan telah siap untuk
mengepung dan mengeroyok, hanya mereka itu masih ragu
6 karena melihat An Hun Kiong menjadi tawanan, Sian Lun lalu
berkata tanpa ragu ragu lagi kepada Siang Bwee. "Cepat, kau
naiklah ke punggungku, biar kugendong dan kulindungi."
Tentu saja Siang Bwee merasa sungkan sekali, sungguhpun
diam-diam dia meraba amat berbahagia akan kesudian orang
yang dicintanya itu untuk menggendong dan melindunginya.
"Akan tetapi, taihiap........" katanya dan tiba-tiba mukanya
berubah merah sekali. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ssttt......cepatlah
sebelum terlambat!" kata pula Sian Lun
yang maklum bahwa satusatunya jalan bagi mereka
bertiga untuk lolos agaknya
harus mengadu nyawa dan dia
tidak mungkin dapat melindungi
Siang Bwee dengan baik kecuali
kalau menggendongnya. Meninggalkan Siang Bwee di situ
berarti wanita itu tentu akan
mati tersiksa karena sudah
mengkhianati An Hun Kiong dan
kalau terjadi pertempuran melawan orang orang pandai
itu, sukar baginya untuk melindungi Siang Bwee jika terpisah
darinya. Mendengar suara mendesak itu, Siang Bwee lalu merangkul
leher Sian Lun dari belakang dan merasa betapa pinggulnya
didorong oleh telapak tangan Sian lun sehingga dia terangkat
ke atas dan duduklah dia di punggung pria yang dicintanya
itu. "Rangkul leherku kuat kuat........" bisik lagi Sian Lun. Tidak
perlu disuruh Siang Bwee sudah merangkul leher orang yang
dicinta itu dengan pasrah dan dia sudah mengambil keputusan
untuk mati hidup bersama orang yang di kaaihinya ini.
Ba Mou Lama dan para orang Tibet, juga termasuk Ouw
Sek dan Bu Siauw Kim, sudah siap menerjang akan tetapi tibatiba Tai-lek Hoat-ong, tokoh Khitan
yang sakti itu, berseru dengan suara penuh kekhawatiran. "Harap jangan
menggunakan kekerasan !" Tentu saja dia merasa khawatir
sekali melihat keadaan muridnya yang sudah dibekuk oleh Gin
San itu dan maklumlah dia bahwa kalau tiga orang muda yang
sakti itu hendak membunuh murid nya, dia tidak akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
7 mungkin dapat menolongnya. Dan tadi ilmu sihir yang
dipergunakan oleh Ouw Sekpun sudah gagal. Menggunakar
kekerasan menyerang mereka berarti membunuh muridnya !
"Jangan serang mereka.... ah, jangan dulu..." Kembali Tailek Hoat-ong atau Tayatonga itu berseru
ketika melihat sikap para sekutunya dan dia cepat meloncat ke depan, menghadapi
Sian Lun dan memandang pemuda ini dengan sinar mata
tajam. "Kenapa kalian bertiga begini pengecut, mempergunakan
An-sicu sebagai sandera dan tidak berani menghadapi kami
secara gagah ?" bentaknya.
"Omong kosong !" bentak Gin San mewakili suhengnya.
"Bicara tentang kecurangan dan sifat pengecut, siapakah yang
lebih pengecut " Kalian menggunakan kekuatan pasukan dan
pengeroyokan untuk mengepung kami! Hayo mundur, atau ....
kuhancurkan kepala dia ini !" Sambil berkata demikian, Gin
San sudah mengangkat tangannya didekatkan kepada kepala
An Hun Kiong yang berwajah pucat dan sinar matanya
membayangkan ketakutan hebat itu. Melihat ini, Tai-lek Hoatong mundur dan dia mengeluarkan
ucapan dalam bahasa asing kepada Ba Mou Lama dan kawan-kawannya. Dan para
tokoh itu lalu mundur, dan terdengar aba-aba Ba Mou Lama
kepada para penjaga untuk memberi jalan kepada tiga orang
tawanan yang terlepas itu.
"Kami melepaskan kalian, akan tetapi kalianpun harus
membebaskan An-sicu" teriak Tai lek Hoa-ong dari balik
pasukan yang berdiri di kanan kiri jalan memberi jalan kepada
tiga orang muda itu. "Kita lihat saja nanti!" Gin San berseru pula. Melihat betapa
fihak musuh sudah memberi jalan, Sian Lun lalu menurunkan
Siang Bwee dan wanita ini berjalan sendiri, dengan pedang
pinjaman dari An Hun Kiong tadi masih di tangannya. Ketika
mereka berempat keluar dari kamar tahanan, Siang Bwee
tidak lupa untuk memungut pedang itu, karena dianggapnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pedang itu berguna bagi kekasihnya. Dia tidak tahu bahwa
orang yang sudah memiliki tingkat kepandaian seperti mereka
bertiga itu, tidak memerlukan lagi bantuan senjata tajam.
Tiga orang pendekar perkasa itu kini berjalan perlahan
dengan hati-hati penuh kewaspadaan. Mula - mula Gin San
berjalan di depan sambil menelikung An Hun Kiong yang
ditekuk lengannya kebelakang dan diancam kepalanya dengan
tangan kiri. Kemudian di belakangnya berjalan Siang Bwee
dengan pedang di tangan, dilindungi dari belakang oleh Sian
Lun. Dan di belakang sendiri berjalan Ling Ling untuk menjaga
dari belakang sehingga dara ini melangkah setindak demi
setindak sambil mundur, sikapnya waspada dan gagah sekali,
8 siap menghadapi serangan dari manapun juga datangnya !
Ketika mereka bertiga tiba di tempat terbuka yang lebar,
yaitu di tepi taman bunga, dari istana, tempat itu ternyata
amat terang, dipasangi banyak lampu penerangan dan di situ
telah menanti para tokoh sakti fihak musuh bersama pasukan
besar pengawal yang segera mengurung tempat itu ! Kiranya
fihak musuh menggiring mereka ke tempat terbuka yang luas
sehingga mudah untuk mengepung tiga orang buronan itu !
Melihat keadaan ini, Sian Lun cepat berbisik kepada
sutenya, "Sute, lemparkan dia di tengah-tengah biar dijaga
oleh Siang Bwee dan kita melindungi di sekelilingnya !"
Gin San maklum akan maksud suhengnya, maka dia lalu
menotok lagi tubuh An Hun Kiong yang menjadi lumpuh sama
sekali tanpa mampu menggerakkan tubuhnya dan
melemparkan tubuh orang Khitan ini ke tengah-tengah
"Siang Bwee, jaga dia dengan pedangmu dan jangan kau
pergi menjauhinya, " kata pula Sian Lun. Siang Bwee maklum
bahwa kekasihnya dan dua orang temannya itu akan melawan
musuh, maka diapun mengangguk dan dia lalu mendekati An
Hun Kiong yang rebah miring, berdiri menodongkan pedang di
tangannya itu ke dada orang yang amat dibencinya ini. Tiga
orang pendekar muda itu lalu menjaga di sekelilingnya,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membentuk segitiga, membelakangi Siang Bwee menghadap
ke luar dengan sikap gagah. Mereka bertiga maklum bahwa
mereka akan menghadapi pengeroyokan hebat, namun sedikit
juga mereka tidak nerasa gentar. Dengan adanya dua orang
saudara seperguruan yang semenjak kecil saling berpisah
namun yang kini dapat bersatu kembali, mereka masing
masing merasakan adanya suatu semangat yang bernyala
nyala, bahkan ada juga sedikit perasaan untuk berlumba dan
saling memperlihatkan kelihaian dan kegagahan masingmasing.
Biarpun mengepung ketat, jelas nampak pada wajah para
perajurit pengawal itu bahwa mereka merasa gentar sekali
menghadapi tiga orang pendekar ini. Mereka maklum bahwa
tiga orang itu amat berbahaya dan betapa nyawa mereka
sendiri amat terancam, karena mereka sudah melihat sendiri
betapa sebelum tertawan, banyak di antara kawan mereka
yang roboh daa tewas oleh tiga orang yang lihai ini. Maka,
mereka menjadi ragu-ragu bahkan nampak jerih sekali. Hanya
para perajurit dan perwira Tibet yang tadi tidak ikut
mengeroyok, yang nampak berani dan merekalah yang sudah
siap untuk turun tangan begitu aba aba. diberikan.
Tai-lek Hoat-ong memandang dengan alis berkerut. Dia
maklum bahwa dia tidak mungkin lagi mencegah Ba Mou
Lama mengerahkan orang-orangnya untuk mengeroyok, tanpa
memperdulikan keselamatan An Hun Kiong yang berada di
tangan tiga orang itu. Tahulah kini tokoh Khitan itu bahwa
9 dalam persekutuan ini fihaknya kena diakali oleh para tokoh
Tibet, karena setelah mereka semua berhasil menduduki kota
raja, orang-orang Tibet inilah yang memperlihatkan
kekuasaannya, dan fihak Khitan hanya dianggap sebagai
sekutu dan pembantu saja yang harus mentaati kehendak
para pimpinan Tibet. Kini bahkan nyawa An Hun Kiong tidak
diperdulikan lagi oleh Ba Mou Lama, maka diam-diam dia
merasa khawatir dan marah sekali, memandang dengan wajah
pucat ke arah An Hun Kiong yang rebah miring ditodong
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pedang oleh Siang Bwee. Dari para penjaga dia sudah tahu
akan duduknya peristiwa, tahu bahwa An Hun Kiong dapati
tertipu oleh wanita itu yang ternyata telah berkhianat dan
bersekutu dengan tiga orang buronan itu.
Orang - orang Beng-kauw, yaitu bekas anak buah Bengkauw utara yang kini menjadi anak buah
Ouw Sek dan diperbantukan di istana, juga nampak jerih karena di situ
terdapat Coa Gin San yang mereka kenal sebagai tokoh Bengkauw yang amat lihai itu! Maka ketika
Ba Mou Lama akhirnya memberi aba-aba, "Serbu!" yang bergerak maju hanyalah
beberapa belas orang perwira dan perajurit Tibet yang
agaknya ingin berlomba untuk merobohkan atau menangkap
tiga orang muda itu. Dan ternyata bahwa di antara mereka ini
lebih banyak yang menerjang kepada Ling Lmg, mungkin
karena mereka mengira bahwa tentu di antara mereka
bertiga, dara yang cantik manis ini yang paling lemah, atau
mungkin terdorong oleh sifat mata keranjang merekat. Tidak
kurang dari sepuluh orang menerjang Ling Ling, dan hanya
lima enam orang saja menerjang Gin San dan Sian Lun. Akan
tetapi, hasilnya sama saja. Ketika orang-orang itu menyerbu
dengan senjata-senjata tajam mereka, dan dengan tangantangan terulur rakus ke arah tubuh Ling
Ling, segera nampak senjata beterbangan disusul pekik dan teriakan hiruk-pikuk,
kemudian tubuh orang-orang yang menyerbu ini terpelanting
ke kanan kiri dan belakang dan dalam beberapa gebrakan
saja, semua penyerbu telah roboh dan kalau tidak tewas tentu
terluka parah! Mereka itu benar-benar seperti sekelompok
nyamuk menyerbu api lilin!
Makin jerihlah para perajurit menyaksikar kehebatan tiga
orang pendekar itu, dan Siang Bwee yang tadinya ketakutan
sekali kini memandang dengan wajah berseri dan pandang


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mata penuh kagum kepada pria yang dicintanya dan dua
orang temannya itu! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebaliknya. Ba Mou Lama menjadi marah bukan main. lelah
banyak dia kehilangan anak buah dan semua korban itu hanya
10 untuk menghadapi tiga orang muda yang datang membikin
kacau istana! "Semua pasukan siap! Kepung mereka jangan sampai ada
yang lolos, Kami sendiri yang akau menghadapi mereka!" Dia
lalu minta kepada para tokoh lihai yang membantunya untuk
maju. . Jilid XXXII "BIAR AKU yang menghadapi bocah ini!" kata
Ouw Sek sambil menghampiri
Gin San dan pendeta berusia
setengah abad yang berpakaian mewah, tampan dan gagah ini sudah menerjang dengan senjatanya
yang istimewa, yaitu tongkat
emas yang mengeluarkan sinar berkilauan. Karena tokoh
Beng kauw ini pernah menghadapi Gin San, maka diapun tidak berani memandang ringan karena dia
tahu bahwa pemuda ini sungguh memiliki ilmu silat yang
tinggi sekali dan biarpun dia pernah mengalahkan Gin San.
namun kekalahan itu tipis sekali maka dia harus berhati hati
dan tidak memandang rendah, sungguhpun pendeta pesolek
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ini menyerang sambil tertawa tawa. Di lain fihak Gin San juga
sudah mengenal orang ini, tahu akan kesaktiannya, maka
diapun sudah siap dan menyambut serangan itu dengan
pengerahan tenaga dan dengan hati hati sekali.
Ba Mou Lama dibantu oleh Sin Beng Lama dan beberapa
orang Panglima Tibet yang cukup lihai, segera maju
menerjang Sian Lun. Pemuda ini sudah siap dan diapun tahu
akan kelihaian pendeta Tibet itu, maka dia tidak berani
11 memandang rendah, apa lagi pendeta ini dibantu oleh Sin
Beng Lama dan tiga orang Panglima Tibet yang cukup
tangguh. Tai-lek Hoat-ong sendiri, dibantu oleh beberapa orang
Khitan lalu maju menerjang Ling Ling yang menyambutnya
dengan marah. Ketika itu. Bu Siauw Kim juga meloncat dan
membantu kekasihnya, Ouw Sek. Akan tetapi Ouw Sek
mengerutkan alisnya dan berkata.
"Siauw Kim, jangan kau bantu aku. Dia ini musuh besarku.
Lebih baik kau bantu Tai-lek Hoat-ong yang kewalahan
menghadapi naga betina di sana itu !"
Bu Siauw Kim menoleh dan memang benarlah. Ling Ling
terlampau hebat bagi Tai-lek Hoat-ong dan empat orang
Khitan itu. Maka sambil berseru nyaring dia sudah meloncat
dan menerjang Ling Ling yang mendesak Tai-lek Hoat-ong
dengan pukulan-pukulan dahsyat.
"Dukkkl" Ling Ling menangkis sehingga tubuh Bu Siauw
Kim terpental. Kedua orang wanita yang sama cantiknya ini
saling pandang, Siauw Kim tersenyum mengejek sedangkan
Ling Ling memandang penuh kemarahan dan kebencian.
Musuh besar ayah bundanya ini masih hidup dan sekarang dia
memperoleh kesempatan untuk menghadapinya dan
membunuhnya. "Bagus, engkau datang mengantar nyawa !" bentaknya dan
dia segera menerjang musuh besarnya itu dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lompatannya yang amat cekatan seperti seekor burung walet
menyambar. Memang Ling Ling telah mewarisi ginkang dari Bu
Eng Lojin sehingga dia dapat bergerak luar biasa cepatnya.
Bu Siauw Kim sendiri yang termasuk seorang wanita sakti
dan memiliki ginkang istimewa, Sampai terkejut bukan main
dan cepat diapun mengelak sambil menggerakkan tangan
menangkis karena hanya mengelak saja amat berbahaya
menghadapi kecepatan kilat itu. Kembali lengan mereka
bertemu dan tahu-tahu Ling Ling sudah menyerangnya lagi.
Bu Siauw Kim terdesak dan untung baginya karena saat itu,
Tai-lek Hoat-ong sudah menerjang Ling Ling sehingga dara ini
terpaksa membagi perhatiannya. Dia lalu dikeroyok dua dan
terjadilah perkelahian yang amat seru, tidak kalah serunya
dengan perkelahian yang terjadi antara Gin San melawan Ouw
Sek. Kalau Ouw Sek yang menandingi Gin San dan Tai-lek Hoatong dibantu Bu Siauw Kim yang
menandingi Ling Ling itu membuat dua orang pendekar ini memperoleh tandingan yang
amat kuat, di lain fihak Sian Lun sebenarnya terlampau kuat
bagi Ba Mou Lama dibantu Sin Beng Lama. Akan tetapi, di
samping guru dan murid ini terdapat tiga orang Panglima
Tibet yang tangguh, dan setiap kali Sian Lun merobohkan tiga
12 orang panglima ini, muncul tiga orang lain sehingga dia selalu
tetap dikeroyok oleh lima orang lawan!. Karena itu, maka
keadaannya tidak lebih baik dari pada keadaan dua orang sute
dan sumoinya dan dia harus mengerahkan seluruh tenaga dan
kepandaian untuk menghadapi lawan, dan di samping itu juga
selalu waspada agar tidak ada musuh yang dapat menyelinap
ke dalam lingkaran dan menyerang Siang Bwee atau
menolong dan membebaskan An Hun Kiong.
Siang Bwee memandang dengan alis berkerut dan penuh
kekhawatiran. Musuh terlampau banyak dan biarpun tiga
orang pendekar itu amat sakti, namun dikurung oleh demikian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
banyaknya musuh, keadaannya menjadi berbahaya juga. Dia
tahu akan hal ini akan tetapi sikapnya tetap tenang.
Betapapun juga, Sian Lun berada di situ dan kalau dia
melihat pemuda pujaan hatinya itu roboh dan tewas, diapun
tidak mungkin dapat hidup lagi dan dia tentu akan membunuh
diri dengan pedangnya, akan tetapi tentu saja lebih dulu dia
akan membunuh An Hun Kiong yang amat dibencinya. Kalau
sejak tadi dia belum membunuh An Hun Kong padahal
kesempatan berada di lengannya, adalah karena dia
menganggap bahwa orang Khitan ini masih penting bagi tiga
orang pendekar itu, sebagai sandera. Padahal, tangannya
sudah gatal-gatal untuk segera menusukkan pedang di
tangannya itu ke dalam dada Panglima Khitan itu, sampai
menembus jantungnya ! An Hun Kiong juga maklum bahwa nyawanya berada di
ujung rambut. Semenjak tadi dia memandang Siang Bwee dan
ketika kebetulan wanita itu memandang kepadanya, An Hun
Kiong berkata, suaranya penuh dengan kelembutan dan kasih
sayang, "Bwee moi mengapa ...... mengapa kau lakukan
ini.......?" Siang Bwee tidak menjawab, hanya memandang dengan
sinar mata penuh kebencian dan ujung pedangnya menempel
di dada orang Khitan itu, sampai menembus baju dan terasa
nyeri pada kulit dada. "Bwee-mol, aku........ aku cinta kepadamu ....... kau tahu
ini, dan kau........ bukankah engkau telah menjadi isteriku,
bukankah engkaupun suka kepadaku " Kenapa kau berbalik
sikap dan memusuhiku" Sayangku, aku cinta padamu, aku
adalah suamimu, ingatlah ini...... "
"Crott! " Ujung pedang itu menikam sehingga masuk satu
senti ke dalam daging di dada An Hun Kiong, membuat orang
Khitan itu menyeringai menahan nyeri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Keparat jahanam!" Siang Bwee mendesis penuh kepedihan
13 hati. "Siapa sudi padamu" Aku menyerahkan diri hanya karena
ingin menyelamatkan Tan-taihiap! Engkau anjing hina! Aku
bersumpah untuk membunuhmu, karena engkau telah
memaksa aku mengorbankan kehormatanku!" Sampai di sini.
Siang Bwee tidak dapat menahan dua titik air mata
penyesalan jatuh. "Tapi........ tapi aku tidak pernah memaksamu ......... dan
malam tadi, engkau demikian manis........ demikian penuh
penyerahan, kemesraan........ aughhh !"
Kembali pedang itu ditekan dan dari dada An Hun Kiong
mengucur darah karena ujung pedang telah melukai dadanya.
"Bangsat ! Aku berbuat demikian untuk membujukmu
membawaku kepadn Tan-taihiap ! Tunggu saja......aku pasti
akan membunuhmu, keparat !" Siang Bwee berkata lagi penuh
penyesalan dan kedukaan. Dia merasa betapa dirinya menjadi
kotor dan hina, tidak berharga lagi bagi Sian Lun. Akan tetapi
dia harus bertahan sampai pendekar itu benar benar terbebas
dari bahaya. Akan tetapi, agaknya, harapan Siang Bwee jauh dari pada
kenyataan. Tiga orang pendekar itu menghadapi lawan-lawan
yang amat tangguh karena pengeroyokan yang tiada hentinya
sehingga mereka mulai merasa lelah setelah malam mulai
larut dan pagi menjelang tiba.
Gin San sendiri tadinya masih dapat mengimbangi Ouw
Sek. Kedua orang ini yang mempunyai sumber kepandaian
yang sama, tentu saja saling mengenai ilmu-ilmu masingmasing. Hanya Ilmu Cap sha Tong thian
ciptaan mendiang Maghi Sing tidak dikenal oleh Ouw Sek, akan tetapi Ouw Sek
juga memiliki pukulan-pukulan simpanan yang tidak dikenal
Gin San, dan betapapun juga dasar dari pada pukulan mujijat
ini masih satu sumber, maka keduanya masih mampu
menghindarkan diri. Untungnya bagi Gin San, biarpun dia
kalah matang dalam latihan, pemuda ini telah mewarisi tenaga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mujijat dari mendiang gurunya itu sehingga dalam hal tenaga
sinkang, bukan saja dia dapat mengimbangi Ouw Sek, bahkan
dia lebih kuat sedikit dibandingkan dengan Ouw Sek yang
banyak menghamburkan tenaganya dalam pengejaran
kesenangan dunia dan untuk melampiaskan nafsu nafsu
berahinya. Karena kekalahan latihan namun kemenangan
tenaga sin-kang inilah maka perkelahian antara kedua orang
tokoh Beng-kauw ini benar-benar hebat dan sampai sekian
lamanya tidak ada yang menang atau kalah. Akhirnya,
beberapa orang tokoh Tibet yang merasa tidak sabar terjun ke
dalam gelanggang perkelahian, mengeroyok Gin San karena di
antara tiga orang pendekar muda itu, hanya Gin San yang
sejak tadi tidak dikeroyok. Majunya beberapa orang ini tentu
saja membuat Gin San terdesak, dan seperti halnya Sian Lun
14 dan Ling Ling, begitu dia merobohkan dua tiga orang
pengeroyok, tubuh atau mayat mereka itu dihalau pergi dan
sebagai gantinya telah ada pengeroyok - pengeroyok lain yang
bertenaga segar maju menggantikan.
Tiga orang pendekar inipun maklum bahwa keadaan amat
gawat dan berbahaya. Mereka telah merobohkan entah
berapa banyak orang pengeroyok yang selalu diganti oleh
yang baru, dan mereka sudah kehilangan banyak tenaga.
Mereka maklum bahwa kalau keadaan seperti ini dilanjutkan,
akhirnya mereka akan roboh, juga karena lelah. Akan tetapi
untuk melarikan diripun tidak mungkin. Tempat itu dikepung
ketat, tidak ada jalan keluar sama sekali! Maka ketiganya,
tanpa mengeluarkan sepatahpun kata, sudah mengambil
keputusan untuk melawan sampai hembusan napas terakhir!
Sinar matahari pagi telah mulai menyorot dan perkelahian
di taman itu masih berlangsung dengan hebatnya.
"Desak terus, serbu terus !" Ba Mou Lama berteriak ketika
melihat betapa tiga orang muda perkasa itu sudah mulai
lamban gerakannya saking lelahnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi, seolah-olah sebagai jawaban atas teriakannya
itu, tiba-tiba terdengar suara gegap-gempita di luar istana
yang disusul oleh suara gemuruh dan teriakan-teriakan yang
amat gaduh. Semua orang terkejut dan tak lama kemudian,
suara itu kian gemuruh, dan muncullah beberapa orang
perajurit berlarian ke tempat pertandingan itu. Kemudian
terdengar teriakan-teriakan gugup,
"Musuh datang menyerbu !"
"Pintu gerbang kota raja sudah bobol! "
"Musuh sudah berada di depan istana!"
"Bantu memperkuat pintu gerbang istana!"
"Celaka, musuh membobolkan pintu gerbang!"
Teriakan-teriakan itu menggegerkan mereka yang sedang
mengeroyok tiga orang pendekar itu. Sebaliknya, Sian Lun,
Gin San dan Ling Ling girang bukan main. Saat yang mereka
tunggu-tunggu sudah tiba. Pasukan-pasukan kaisar telah
berhasil menyerbu dan memasuki kota raja, bahkan telah
mengepung istana dan sudah membobolkan benteng dan
pintu gerbang istana! Tentu saja kenyataan ini menambah
semangat bagi mereka, memulihkan tenaga mereka sehingga
dengan gerakan tangkas sekali Ling Ling mampu menendang
lutut Tai-lek Hoat-ong, membuat tokoh Khitan itu terguling
dan sebelum Bu Siauw Kim sempat mencegah, Ling Ling telah
meloncat ke depan dan sekali kakinya bergerak, dia telah
menginjak kepala Tai-lek Hoat-ong. Terdengar lengking
mengerikan dan kepala itupun pecah!
Bu Siauw Kim terkejut bukan main, akan tetapi karena saat
itu Ling Ling sudah menerjangnya dengan pukulan pukulan
15 maut yang dilakukan bertubi tubi, Bu Siauw Kim mengelak dan
terus mundur. Tiga orang Khitan yang menyerang Ling Ling


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membuat dara ini tidak dapat mendesak terus akan tetapi
kemarahannya meluap-luap dan tubuhnya bergerak cepat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sehingga tiga orang itupun terpelanting dan roboh tewas
terkena tamparan tamparan maut dari dara ini !
Sementara itu, Sian Lun juga mendejak Ba Mou Lama yang
nampak gugup. Pendeta ini lalu melompat ke belakang,
mengucapkan kata kata dalam Bahasa Tibet kepada murid
dan para pembantunya, kemudian pendeta Lama berjubah
merah ini sudah berlari meninggalkan gelanggang perkelahian
karena dia harus memimpin pasukan untuk menghadapi
penyerbuan musuh. Sian Lun mengamuk seperti seekor naga
sakti dan dalam beberapa jurus saja, biarpun dia dikeroyok
banyak orang Tibet, dia berhasil menendang roboh Sin Beng
Lama. Pendeta ini masih sempat menusukkan tongkatnya ke
dada Sian Lun, akan tetapi Sian Lun mengibaskan tangannya
dan tongkat itu membalik, langsung menancap dada
pemiliknya. Sin Beng Lama berteriak dan roboh, tewas
seketika ! "Hendak lari ke mana kau ?" Gin San membentak ketika
melihat Ouw Sek meloncat ke belakang dan melarikan diri.
Ouw Sek ini orangnya cerdik sekali. Mendengar akan
datangnya serbuan musuh, tentu saja dia merasa gentar dan
paling perlu adalah menyelamatkan dirinya sendiri, maka
tanpa berkata apa apa dia sudah meloncat dan melarikan diri.
"Sute, jangan kejar! " teriak Sian Lun karena merasa
khawatir kalau-kalau Gin San akan terjebak. Mendengar
seruan ini, terpaksa Gin San menahan diri dan hanya
mengamuk dan merobohkan orang orang Tibet dan Khitan
yang kini menjadi makin panik karena selain para
pemimpinnya roboh dan mundur, juga suara-suara serbuan
pasukan musuh makin dekat dan membuat mereka makin
gentar. "Siluman betina jangan lari kau !" Ling Ling juga berteriak
ketika melihat tiba - tiba Bu Siauw Kim lari meninggalkan
gelanggang menyelinap di antara kekacauan para perajurit
Tibet. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sumoi, jangan kejar !" kembali Sian Lun berseru dan Ling
Ling terpaksa menghentikan niatnya, apa lagi karena memang
tidak mudah mengejar musuh yang lenyap di antara para
perajurit pengawal Tibet dan Khitan yang mulai berlarian ke
sana sini seperti serombongan semut yang dikacau itu.
Akhirnya tidak ada lagi musuh yang mengeroyok mereka dan
16 ketiga orang muda sakti itu baru merasa betapa letihnya
kedua tangan dan kaki mereka. Mereka lalu menghampiri
Siang Bwee dan melihat wanita ini menangis.
"Jangan........!!" Tiba-tiba Sian Lun meloncat, namun
terlambat. Pedang di tangan Siang Bwee itu sudah amblas ke
dalam dada An Hun Kiong. Orang Khitan itu terbelalak,
mengeluarkan jerit tertahan dan tubuhnya berkelojotan, darah
menyembur keluar ketika dengan sekuat tenaga Siang Bwee
mencabut kembali pedang itu. Kemudian, sambil menangis,
wanita yang sudah nekat ini menggerakkan pedang
menggorok leher sendiri !
Akan tetapi, semenjak menggagalkan percobaan membunuh diri dari Siang Bwee di dalam kamar tahanan, Sian
Lun telah waspada, maka begitu melihat wanita itu
menggerakkan pedang, dia sudah meloncat ke depan,
menubruk dan merampas pedang itu, melemparnya! jauhjauh.
"Siang Bwee, apa yang kau lakukan ini?" bentaknya,
dengan nada penuh teguran. Siang Bwee menoleh,
memandang kepada pria itu, kemudian dia menjatuhkan diri
berlutut dan menangis tersedu-sedu.
"Taihiap untuk apa aku hidup lagi...." Hidup sebagai
seorang yang hina, kotor dan tercemar......." Ahh, mengapa
taihiap mencegah aku mati " Apakah taihiap begitu tidak
menaruh kasihan kepadaku .... ingin melihat aku hidup
tersiksa.......?" Ling Ling mengerutkan alisnya, dan juga Gin San maklum
apa yang telah terjadi dan menimpa gadis yang lemah namun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berwatak gagah dan berani ini. Seperti juga Ling Ling, dia
dengan mudah dapat menduga bahwa gadis ini amat
mencinta Sian Lun, mengorbankan diri untuk Sian Lun ! Dan
harus mereka akui bahwa tanpa bantuan gadis ini, mereka
bertiga mungkin takkan mampu menyelamatkan diri.
Sian Lun juga mengerti dan hatinya terharu bukan main.
"Siang Bwee, jangan kau membunuh diri, jangan kau mati!
Aku akan berduka dan merana sekali kalau engkau melakukan
hal itu." Sepasang mata yang basah air mata itu terbelalak, muka
yang pucat itu berdongak memandang. "Be........ benarkah
ucapanmu itu, taihiap" Engkau .... engkau menhendaki aku
hidup.......?" Sian Lun mengangguk "Aku ingin melihat engkau hidup,
sehat dan bahagia!" "Tapi........ aku hanya dapat berbahagia kalau hidup di
17 dekatmu, taihiap! Bolehkah aku terus di sampingmu?"
Kembali Sian Lun mengangguk dengan hati terharu, dan
dia mengangkat bangun gadis itu yang kembali menangis,
akan tetapi kini menangis karena berbahagia. Kalau dia boleh
hidup di dekat Sian Lun, tentu saja dia mau hidup seribu
tahun lagi ! "Terima kasih, taihiap. Aku tidak akan membunuh diri,
sama sekali tidak!" "Tapi kau harus benar benar memegang janjimu itu," kata
Sian Lun. "Katakan, siapakah yang memaksamu.......
menyerahkan diri kepada An Hun Kiong?"
"Thio-taijin si keparat itu !" kata Siang Bwee sambil
mengepal tinju tungannya yang kecil.
"Hayo kauantar aku mencarinya!" katanya, kemudian
menoleh kepada sute dan sumoinya. "Sute, dan kau sumoi,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tentara kerajaan sudah menyerbu, lekas kalian membantu dan
jangan biarkan penghianat keji itu meloloskan diri. Aku akan
menyerbu masuk ke istana mencari Thio-thaikam !" Setelah
berkata demikian, Sian Lun menggandeng tangan Siang Bwee
diajak memasuki istana untuk menjadi petunjuk jalan.
Sementara itu, Ling Ling sejenak tertegun menyaksikan
sikap Sian Lun dan Siang Bwee. Dia dapat melihat betapa
Siang Bwee amat mencinta Sian Lun, dan melihat pula betapa
suhengnya itu amat terharu dan agaknya suhengnya takkan
mampu membiarkan gadis itu melepas budi yang sedemikian
besarnya tanpa membalasnya. Hal ini mendatangkan rasa
tidak enak di dalam hatinya. Dia tidak tahu betapa Gin San
memandang kepadanya dengan sinar mata penuh kagum dan
mesra. Barulah dia terkejut ketika Gin San menyentuh
tangannya. "Sumoi, kita baru saja lolos dari lubang maut !" kata
pemuda ini gembira. Ling Ling membiarkan tangannya
dipegang sebentar, kemudian menarik tangannya dengan
halus. "Berkat pertolongan Siang Bwee, ji-suheng. Mari kita
mengamuk keluar, aku ingin sekali dapat membekuk batang
leher siluman betina Bu Siauw Kim ! Aku ingin dapat
membalas kematian ayah bundaku,"
"Mari kubantu engkau, sumoi. Akupun belum puas kalau
belum dapat merobohkan penjahat Ouw Sek !"
Biarpun tadi mereka amat lelah, namun istirahat sejenak itu
telah memulihkan tenaga mereka dan ketika teringat akan
musuh-musuh mereka, Ling Ling dan Gin San menjadi
bersemangat lagi dan larilah keduanya keluar dari istana di
mana telah terjadi pertempuran karena fihak pasukan sudah
mulai menyerbu. Di antara para penyerbu terdapat beberapa
orang anggauta Im yang-pai yang memberi hormat ketika
18 mereka melihat dua orang muda perkasa itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara itu, Sian Lun bersama Siang Bwee telah
memasuki istana dan dengan wanita itu menjadi petunjuk
jalan, Sian Lun memasuki gedung di mana Thio-thaikam
tinggal semenjak istana diduduki oleh pasukan Tibet. Akan
tetapi kedatangannya terlambat karena pembesar itu telah
melarikan diri dari tempat itu. Dari seorang dayang yang
menggigil ketakutan Sian Lun mendapat keterangan bahwa
Thio thaikam baru saja ikut melarikan diri bersama para
pembesar lain melalui pintu belakang, dikawal oleh para
pengawal pribadinya. Melihat bahwa pasukan pasukan pemerintah telah
menyerbu, Sian Lun yang juga melihat adanya beberapa orang
Im-yang-pai lalu menyuruh lima orang Im-yang-pai untuk
menjaga dan melindungi Siang Bwee. Tentu saja lima orang
itu merasa bangga dan girang dipercaya oleh pendekar ini.
"Siang Bwee, kautunggu di sini dulu, aku harus mengejar
keparat itu !" kata Sian Lun dan tanpa menanti jawaban,
tubuhnya sudah melesat cepat, lenyap di antara keributan dan
banyak orang dan dia sudah melakukan pengejaran terhadap
Thio-thaikam. Setelah keluai dari istana, ternyata olehnya bahwa kota raja
telah penuh dengan pasukan kerajaan dan hatinya menjadi
lega. Orang-orang Tibet dan Khitan banyak yang telah roboh,
sebagian besar berusaha untuk melarikau diri dan terjadi
pertempuran di mana-mana, akan tetapi selalu fihak pasukan
kerajaan yang mendesak dan menghimpit karena selain
jumlah mereka lebih banyak, juga semangat mereka lebih
besar dibandingkan dengan fihak musuh ang sudah gentar
menerima pembalasan hebat itu.
Sian Lun mencari jalan sambil merobohkan beberapa orang
musuh. terdekat, dan setelah bertanya sana-sini akhirnya dia
memperoleh jejak Thio-thaikam dan rombongannya yang
melarikan diri lewat pintu gerbang barat. Cepat dia melakukan
pengejaran dan akhirnya dia melihat rombongan Thio-thaikam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ini sedang bertempur melawan pasukan kerajaan tepat di luar
pintu gerbang sebelah barat itu. Girang hatinya melihat ini,
apalagi ketika dia mengenal bahwa pasukan itu dipimpin oleh
sahabatnya. Panglima Ong Gi ! Biarpun pasukan Ong-ciangkun
ini jauh lebih banyak jumlahnya, namun karena Thio thiikam
yang berkuda itu dikawal oleh orang-orang pandai, maka
agaknya Ong-ciangkun menghadapi kesukaran dan banyak
perajuritnya sudah roboh sungguhpun bagi rombongan Thiothaikam sukar pula untuk dapat
menyelamatkan diri karena
19 sudah terkepung rapat. Ong-ciangkun sendiri yang dibantu oleh beberapa orang
perwira sedang mencoba untuk mengepung dan merobohkan
dua orang yang kelihatan amat lihai, dan segera Sian Lun
mengenal mereka ini sebagal Tiat-liong Liem Kiat dan
gurunya, yaitu Tek Po Tosu. Mengenal Tek Po Tosu, bangkit
kemarahan Sian Lun. Itulah orangnya yang menurut Siang
Bwee adalah tangan kanan Thio-thaikam yang memusuhi
ayahnya dahulu. Maka dia segera menyerbu sambil berseru,
"Ong ciangkun, serahkan tosu siluman ini kepadaku!"
Melihat munculnya pemuda ini, Ong Gi girang bukan main,
"Tan-ciangkun.......!" serunya dan dengan kagum dia
menyaksikan betapa dengan sekali terjang saja. Sian Lun telah
berhasil merobohkan empat orang perajurit pengawal musuh
dan kini pemuda perkasa itu sudah mendesak Tek Po Tosu
dan muridnya. Melihat ini, Ong Gi lalu memerintahkan para
perwira bawahannya untuk memperkuat pengepungan
terhadap Thio-thaikam yang masih dilindungi oleh banyak
pengawal itu. Tek Po Tosu terkejut dan merasa jerih menyaksikan sepak
terjang Sian Lun yang sekali terjang telah merobohkan empat
orang itu. Dia sudah cepat menggerakkan sepasang pedang di
tangannya, menyilangkan sepasang pedang itu di depan dada,
sikapnya melindungi diri saja karena dari gerakan pemuda itu
maklumlah dia bahwa pemuda ini amat lihai, jauh lebih lihai
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dari pada mendiang pendekar Tan Bun Hong, ayah kandung
pemuda ini. Liem Kiat yang sudah pernah merasakan kelihaian
pemuda itupun sudah melintangkan pedangnya, dan
membiarkan para pengawal mengepung pemuda itu.
Dengan mata bersinar penuh kemarahan Sian Lun
memanding kepada tosu tua itu dan membentak, "Tek Po
Tosu, ingatkah engkau akan dosa-dosamu kepada mendiang
ayahku, pendekar Tan Bun Hong?"
Tek Po Tosu tidak menjawab, hanya memandang dengan
mata terbelalak dan wajahnya agak pucat, jantungnya
berdebar ngeri karena dalam pandangannya, wajah Sian Lun
pada saat itu serupa benar dengan pendekar Tan Bun Hong
ketika pendekar itu mengamuk di gedungnya belasan atau
duapuluh tahun yang lalu.
Liem Kiat juga gentar terhadap pemuda ini, maka dia cepat
mengeluarkan aba-aba untuk menggerakkan pasukan
pengawalnya yang segera mengeroyok Sian Lun. Pemuda ini
mengamuk seperti seekor naga dan banyaklah perajurit
pengawal yang terpelanting ke kanan kiri.
"Lun-koko..........!" Seruan ini membuat Sian Lun menengok
dan dia melihat bahwa ada pasukan baru yang datang dan di
antara mereka terdapat Yap Wan Cu yang baru saja berteriak
20 memanggilnya itu, di samping ayah bunda gadis itu yang
menyerbu musuh dengan gagah perkasa ! Tentu saja Sian Lun
menjadi gembira sekali. "Wan Cu moi-moi" teriaknya dan cepat dia menyambung,
"Kau hadapi tikus-tikus ini agar aku dapat menghadapi tosu
keparat itu" "Baik. Koko!" Wan Cu mengamuk dan memutar pedangnya
membuat para pengawal itu kocar - kacir. Hati dara ini
gembira dan penuh semangat begitu dia melihat pemuda
perkasa yang dicintanya itu dalam keadaan selamat. Tadinya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dia sudah khawatir bukan main ketika ada berita bahwa Sian
Lun bersama dua orang temannya tertawan musuh.
Setelah Wan Cu datang membantu, Sian Lun lalu melompat
dan menerjang Tek Po Tosu yang menyambut serangannya
dengan bacokan pedang kiri disusul tusukan pedang kanan.
Serangan ini cukup dahsyat, akan tetapi bagi Sian Lun hanya
merupakan serangan lemah seorang tua yang ketakutan.
Dengan merendahkan tubuh dia membiarkan bacokan pedang
lewat dan ketika pedang ke dua menusuk, dia miringkan
tubuh dan tangannya bergerak ke depan. Tek Po Tosu berseru
keras karena tiba - tiba saja tangan kanannya terasa lumpuh
dan pedang di tangan kanan yang menusuk tadi telah pindah
ke tangan lawan ! Saat itu Liem Kiat yang membantu gurunya menerjang dari
belakang. Tanpa menoleh Sian Lun melontarkan pedang
rampasannya ke belakang. Pedang meluncur bagaikan anak
panah cepatnya menyambut tubuh Liem Kiat.
"Creppp !" Pedang itu menusuk perut dan menembus
punggung Liem Kiat. Pengawal kurus ini terjengkang roboh
dan tewas seketika. Tek Po Tosu marah dan juga ketakutan. Dia menjadi nekat,
menggunakan pedang di tangan kiri untuk menubruk,
sedangkan tangan kanannya melakukan pukulan yang
mengandung tenaga lweekang
"Plakk ! Krekk !" tosu itu mengeluh, pedangnya terlempar
dan lengan kanannya patah tulangnya ketika bertemu dengan
lengan Sian Lun ! Ternyata menghadapi musuh besar ini, Sian
Lun telah mengerahkan seluruh tenaganya sehingga tentu
saja Tek Po Tosu tidak dapat menahannya. Tahu bahwa
nyawanya terancam, kakek ini lalu melompat dan hendak
melarikan diri. Akan tetapi Sian Lun telah menyambar pedang
musuh itu dan sekali melontarkan pedang itu, pedang telah
meluncur cepat mengejar. Tek Po Tosu mengeluarkan teriakan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
nyaring dan roboh menelungkup, punggungnya tertembus
21 pedangnya sendiri dan tewaslah dia.
Setelah berhasil membunuh musuh lama ayahnya, Sian Lun
lalu menyerbu ke arah pasukan pasukan pengawal yang
mempertahankan Thio-thaikam. Thaikam gendut itu kelihatan
pucat dan menggigil di atas kudanya melibat betapa pasukan
pengawalnya mulai terhimpit. Dia sendiri memegang sebatang
pedang, namun pedang itu hanya dipegang dengan tangan
gemetar, karena dia tidak berani ikut bertempur. Sian Lun
maklum bahwa pembesar ini mempunyai dosa besar, telah
berkhianat terhadap pemerintah, maka dia lalu melompat,
melampaui kepala para pengawal dan meluncur turun di
tengah-tengah, tak jauh dari pembesar itu. Melihat pemuda ini
tiba-tiba berada di depan kudanya, Thio-thaikam terkejut
bukan main. Akan tetapi dasar orang yang terlalu
mementingkan diri sendiri dan yang diingat hanya
keselamatan dirinya sendiri, dia masih ada muka untuk
berkata, "Tan-ciangkun, selamatkan saya...... dan selaksa tail emas
akan kuberikan kepadamu......!"
Tentu saja ucapan itu merupakan minyak yang disiramkan
dalam api kebencian Sian Lun. Dia mengeluarkan bentakan
nyaring dan melompat ke depan. Pembesar gendut itu
mencoba untuk membacokkan pedangnya, akan tetapi sekali
sampok saja pedang itu terpental dan di lain saat tubuhnya
sudah diseret turun dari atas kuda oleh Sian Lun yang menarik
lengan tangan pembesar itu.
"Aduhhh......... aduhh......... mati aku......!"
Thio-thaikam berteriak-teriak seperti seekor babi disembelih. Akan tetapi Sian Lun yang maklum akan
pentingnya orang ini, tidak mau membunuhnya, hanya
menariknya bangun dan berteriak nyaring.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Thio-thaikam telah kutangkap ! Hayo kalian semua
menyerah !" Semua pasukan pengawal itu hanya melindungi Thiothaikam karena menerima upah besar.
Kesetiaan mereka hanyalah kesetiaan belian saja. maka kini melibat betapa
pembesar itu telah tertawan, nyali dan semangat mereka
lenyap. Mereka membuang senjata dan menjatuhkan diri
berlutut, menyerah saja ketika mereka digiring oleh para
pasukan di bawah pimpinan Panglima Ong Gi.
Sementara itu, Gin San dan Ling Ling yang tadi mengejar
keluar istana, tidak lagi dapat menemukan bayangan Ouw Sek
dan Bu Siauw Kim. Ketika mereka tiba di luar pintu gerbang
22 utara, mereka melibat rombongan Ba Mou Lama sedang
mengamuk, dikeroyok oleh pasukan kerajaan yang merasa
kewalahan juga menghadapi pendeta yang sakti ini,
sungguhpun jumlah mereka jauh lebih banyak dari pada
jumlah para pengikut Ba Mou Lama. Melihat ini, dua orang
muda perkasa itu sudah menerjang masuk. Gin San langsung
menghadapi Ba Mou Lama sedangkan Ling Ling mengamuk
dan menerjang para pengikut Ba Mou Lama, yaitu para
pendeta dan Panglima Tibet yang melarikan diri bersama
pemimpin besar mereka itu.
Ba Mou Lama adalah seorang pendeta Lama Jubah Merah
yang sakti. Kelompok Lama Jubah Merah memang terkenal
sebagai kelompok pendeta di Tibet yang selain berpengaruh
juga memiliki banyak tokoh yang pandai dan Ba Mou Lama
merupakan seorang di antara mereka yang telah berhasil
menjadi seorang di antara pimpinan Kerajaan Tibet. Kini,
karena petualangannya telah gagal, dan ternyata pasukannya
hanya mampu bertahan beberapa hari saja di kota raja, dia
merasa kecewa dan juga menyesal karena Kerajaan Tibet
tidak segera mengirim pasukan besar untuk memperkokoh
kedudukannya di kota raja. Maka dia menjadi nekat dan
begitu melihat Gin San terjun ke dalam medan pertempuran
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan dia tahu benar akan kelihaian pemuda ini, dia sudah
menyambut dengan serangan-serangan maut! Namun, Gin
San dapat menghindarkan diri dengan amat mudah, lalu dia
langsung mengeluarkan ilmunya yang hebat, yaitu jurus-jurus
dari Cap-sha long-thian. Dia tidak mau menghamburkan waktu
karena diapun maklum bahwa lawannya adalah seorang
pandai yang perlu dihadapi dengan jurus-jurus ilmu simpanan
ini. Melihat gerakan aneh yang mendatangkan angin dahsyat
berputaran itu, Ba Mou Lama terkejut bukan main. Pukulan
menyamping dari Gin San yang dilakukan dengan tubuh agak
direndahkan itu disambutnya dengan dorongan kedua telapak
tangannya pula, dan pendeta Lama ini berteriak kaget karena
angin berpusing yang keluar dari pukulan pemuda itu
sedemikian kuatnya sehingga dorongan kedua tangannya
yang menyambut itu tidak kuat bertahan dan tubuhnya sudah
terpelanting ke belakang dan terbanting ke atas tanah tanpa
dapat dicegahnya lagi Melihat betapa pendeta Tibet yang telah merobohkan
banyak sekali perwira dan perajurit ini akhirnya telah
terpelanting roboh, terdengar para perajurit kerajaan bersorak
gembira dan belasan orang perajurit menubruk maju seperti
berebutan untuk membunuh musuh yang ditakuti akan tetapi
juga dibenci ini. "Jangan........!" Gin San berseru kaget, namun seruannya
terlambat. Pendeta yang sudah terpelanting itu tiba tiba
23 mengeluarkan teriakan nyaring melengking dan empat orang
di antara belasan orang perajurit yang menerjang itu
terlempar ke belakang menabrak kawan-kawan sendiri dan
mereka itu tewas seketika dengan dada atau kepala pecah
terkena pukulan-pukulan maut Ba Mou Lama! Ternyata
pertemuan tenaga dengan Gin San tadi hanya membuat dia
terpelanting dan tenaganya masih amat kuat sehingga dalam
segebrakan saja dia kembali telah membunuh empat orang
pengeroyok. Terkejutlah para perajurit itu dan mereka mundur
kembali dengan gentar dan marah. Beberapa orang di antara
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka melontarkan tombak untuk membalas kematian empat
orang kawan mereka tadi. Akan tetapi setiap kali Ba Mou
Lama ynng kini telah bangkit kembali itu bergerak, tombaktombak itu tertangkis dan terpental ke
samping. Akan tetapi kini Gin San sudah berada di depannya
kembali. "Ba Mou Lama lihat, para pengikutmu telah kocarkacir, riwayatmu telah habis, apakah
engkau tidak juga mau menyerah?" bentak Gin San yang ingin menawan kakek ini
karena dia tahu bahwa kakek ini adalah biang keladi atau
pimpinan tertinggi dari fihak musuh yang telah menduduki
kota raja dan merupakan orang penting.
Ba Mou Lama maklum bahwa dengan adanya pemuda
tangguh ini, jalan untuk lari membebaskan diri baginya sudah
terputus, dan diam-diam dia merasa menyesai sekali terhadap
para pembantunya yang ternyata dalam keadaan seperti itu
telah pergi mencari keselamatan masing-masing. Kalau di situ
misih ada Pek-ciang Cin-jin Ouw Sek, tentu masih ada harapan
baginya untuk membebaskan diri. Maka dia menjadi nekat dan
menudingkan telunjuknya ke arah muka Gin San.
"Orang muda keparatl Dari pada menyerah lebih baik mati!"
"Hemm, engkau sendiri yang cari mati !" kata Gin San dan
diapun cepat menangkis karena kakek yang nekat itu sudah
menyerangnya dengan ganas. Terjadilah perkelahian yang
amat seru dan hebat. Para perajurit membuat lingkaran dan
menonton, karena tidak ada di antara mereka yang berani
memasuki gelanggang perkelahian ini. Baru angin pukulan
kedua orang sakti ini saja yang menyambar-nyambar terasa
seperti angin badai dan membuat mereka gentar bukan main.
Maka mereka membentuk lingkaran lebar dan berdiri agak
jauh. Memang hebat luar biasa perkelahian itu. Ba Mou Lama
merupakan tokoh paling lihai di antara semua pimpinan
musuh, kecuali Pek-ciang Cin - jin Ouw Sek tentu saja. Apa
lagi kini dalam keadaan tersudut seperti seekor harimau yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
24 terkurung dan tidak lagi melihat jalan keluar untuk
menyelamatkan diri, Ba Mou Lama menjadi nekat. Dia amat
membenci pemuda yang melawannya karena pemuda inilah
yang tidak memungkinkan dia melarikan diri Kalau tidak ada
pemuda ini, agaknya masih ada harapan baginya untuk lari.
Pemuda ini yang menjadi rintangan terbesar, maka dia
menyerang dengan ganas, serangan nekat untuk mengadu
nyawa. Pemuda ini harus mati, baru ada harapan baginya
untuk menyelamatkan diri, atau kalau tidak, biar dia mati dari
pada tertawan dan mengalami hinaan-hinaan.
Kenekatan Ba Mou Lama memperlipat-gandakan kekuatannya dan membuat Gin San menjadi agak kewalahan.
Pendeta itu tidak lagi memperdulikan pertahanan atau
perlindungan dirinya, melainkan mencurahkan seluruh
perhatian dan mengerahkan seluruh tenaganya untuk
menyerang. Oleh karena itu, serangan-serangannyapun nekat
dan hebat sekali, memaksa Gin San untuk bersikap waspada
karena setiap serangan kakek itu sama sekali tidak boleh
dipandang ringan. Tentu saja dengan kenekatan lawan seperti
itu dia melihat lowongan-lowongan terbuka, akan tetapi
karena serangan-serangan Ba Mou Lama datang bertubi-tubi,
dia belum sempat mengirim serangan balasan dan hanya
sibuk menghindarkan semua serangan lawan dengan cara
mengelak atau kadang kadang menangkis.
Sementara itu, tak jauh dari situ, Ling Ling mengamuk
dengan ganasnya. Dia berloncatan ke sana-sini, berkelebatan
seperti seekor naga sakti beterbangan dan kemanapun
tubuhnya berkelebat, tentu ada seorang dua orang lawan
yang roboh! Sepak terjangnya ini mengagumkan para perajurit
kerajaan dan beberapa kali mereka bersorak penuh kagum
dan girang memperoleh bantuan dua orang seperti Gin San
dan Ling Ling itu. Semangat para pengikut Ba Mou Lama
menjadi makin kecil dan akhirnya mereka mencoba untuk
melarikan diri, dikejar-kejar oleh para perajurit yang tidak
mengenal ampun. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hampir seratus jurus lamanya Gin San selalu bertahan.
Kemudian dia melihat betapa gerakan lawan makin
mengendur. Tahulah dia bahwa Ba Mou Lama telah terlalu
banyak mengerahkan tenaganya dan mungkin karena dihimpit
penyesalan, kekecewaan dan juga kegelisahan maka kakek itu
mulai menjadi lemah. Ketika melihat kesempatan baik ini,
begitu melihat kedua tangan kakek itu kembali menyerangnya
dengan dorongan yang mengandung tenaga dahsyat, dia tidak
25 mengelak atau menangkis melainkan menyambutnya dengan
kedua telapak tangannya pula.
"Plakk!!" Dua pasang tangan yang mengandung tenaga
sinkang amat kuat itu saling temu dan melekat! Ba Mou Lama
cepat menggerakkan kakinya untuk menendang, akan tetapi
Gin San sudah waspada akan hal ini maka begitu lawan
menggerakkan kaki, diapun menggerakkan kaki menangkis.
"Krekkk !" Ba Mou Lama mengeluh dan kaki kirinya menjadi
lumpuh karena tulang betisnya patah ! Akan tetapi dia masih
nekat dan mengerahkan seluruh tenaga pada kedua
tangannya. Gin San merasa betapa ada hawa yang kuat dan
panas menyerangnya melalui telapak tangan, maka diapun
mengerahkan tenaga sekuatnya.
Hebat adu tenaga ini. Tidak nampak, namun terasa oleh
para penonton betapa hebatnya dua orang itu mengadu
tenaga. Akhirnya, setelah mukanya penuh dengan peluh yang
menetes-netes turun dan kepalanya mengeluarkan uap putih.
Ba Mou Lama mengeluh lagi dan kakinya yang tinggal sebelah
yang dapat bertahan itu melangkah mundur, hampir dia roboh
dan pada saat itu, Gin San mengeluarkan bentakan keras


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sambil mendorong. Tak dapat di tahan lagi tubuh Ba Mou
Lama terjengkang kemudian terbanting roboh, kedua
tangannya masih kaku dilonjorkan ke depan. Gin San yang
maklum akan kekuatan lawan, sudah menyusulkan serangan
dengan jurus dari Cap-sha Tong-thian. Tangan kanannya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyambar dari atas ke bawah. Ba Mou Lama menggerakkan
kedua lengan yang masih kaku itu untuk menangkis.
"Dess!!" Debu mengebul tinggi dan tubuh kakek itu
terguling - guling lalu berhenti dan tak bergerak lagi karena
dia sudah tewas! Terdengar sorak-sorai gegap-gempita dan
hal ini membuat sisa para pengikut Ba Mou Lama makin
cemas sehingga mudah saja mereka itu dirobohkan oleh Ling
Ling dan para perajurit kerajaan. Habislah semua pengikut
Tibet itu dan tempat itu menjadi tempat pembantaian yang
amat mengerikan! Dalam waktu setengah hari saja, habislah sudah semua
riwayat Ba Mau Lama dengan petualangannya. Dia telah
mengguncangkan sejarah dengan keberhasilannya menduduki
kota raja dan bahkan menduduki istana, dengan bantuan
orang orang Khitan di bawah pimpinan An Hun Kiong dan
dengan bantuan dari dalam istana oleh Thio - thaikam !
Petualangannya ini sama sekali tidak direstui oleh Kerajaan
Tibet, oleh karena itu Kerajaan Tibet tidak mengirim pasukan
bala bantuan sehingga petualangannya itupun hanya dapat
bertahan selama beberapa hari saja. Memang Kerajaan Tibet
tidak merestui petualangan ini, tidak menyetujui kelancangan
Ba Mou Lama yang tidak memperhitungkan kekuatan sendiri.
26 Kalau Ba Mou Lama sampai dapat berhasil, semua itu adalah
berkat bantuan Thio thaikam y"ng tidak saja telah dapat
mempermainkan kaisar, akan tetapi pembesar kebiri yang lihai
sekali ini bahkan dapat mengelabui pembesar tinggi yang
bijaksana seperti Penasehat Militer Han Gi dan yang lain-lain!
Boleh dibilang hampir semua pengikut Ba Mou Lama dan
An Hun Kiong tewas dalam serbuan balasan dari pasukan
kerajaan, dan sebagian dari mereka yang berhasil melarikan
diri dan bersembunyi di antara rakyat selalu menjadi orangorang buruan. Dengan segala
kegembiraan dan kebesaran
akhirnya kaisar kembali ke istana di mana diadakan pesta
kemenangan yang meriah. Dalam pesta itu, nama tiga orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pendekar Tan Sian Lun, Gan Ai Ling, dan Coa Gin San disebutrebut, bahkan mereka bertiga
dipanggil untuk menghadap
kaisar dan menerima pahala dari kaisar bahkan menaikkan
pangkat Sian Lun menjadi seorang panglima muda. Akan
tetapi karena Ai Ling atau Ling Ling dan Gin San tidak mau
menerima pangkat, mereka ini hanya menerima benda-benda
berharga, dan di antaranya mereka masing-masing menerima
tanda kesetiaan dan orang kepercayaan kaisar, yaitu sebatang
pedang yang sarungnya terbuat dari pada emas ukir ukiran.
Dengan pedang ini, mereka mempunyai kekuasaan untuk
setiap waktu datang dan minta menghadap kaisar, dan
pedang inipun membuat mereka menjadi tamu tamu agung
bagi para pembesar di seluruh negeri !
Thio thaikam dijatuhi hukuman mati, demikian pula ratusan
orang pengikutnya yang tertangkap hidup-hidup. Selebihnya
telah tewas dalam penyerbuan itu. Yang kalah menjalani
hukuman mati sedangkan yang menang mengadakan pesta
pora sampai tiga hari tiga malam !
Tiga orang muda perkasa itu begitu keluar dari istana
disambut oleh keluarganya Yap Yu Tek yang sudah menanti
sejak tadi. Yap Yu Tek, Gan Beng Lian dan puteri mereka, Yap
Wan Cu, semenjak membantu pasukan kerajaan untuk
menyerbu kota raja dan merampasnya dari tangan pasukan
Tibet, tidak pernah meninggalkan kota raja karena mereka
menanti sampai kaisar kembali ke istana dan kemudian
dengan girang mereka mendengar tentang unugerah yang
dilimpahkan kaisar kepada para pendekar muda yang telah
berjasa besar itu. "Kiong hi (selamat), Lun koko!" Wan Cu menyambut
keluarnya tiga orang muda itu dengan ucapan selamat kepada
Sian Lun dengan wajah berseri dan sinar mata bercahaya
gembira. "Anugerah hebat apakah yang kauterima dari sri
baginda?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
27 Dengan tersipu-sipu Sian Lun menceritakan kenaikan
pangkatnya dan suami isteri Yap juga memberi selamat,
demikian pula kepada Ling Ling dan Gin San mereka memberi
selamat. "Sian Lun, kiranya sekarang sudah tiba waktunya bagi
keluarga kami untuk membicarakan urusan antara kita." Tiba
tiba Yap Yu Tek berkata ketika mereka berenam memasuk
sebuah restoran besar di mana keluarga Yap hendak menjamu
tiga orang muda ini. Mendengar itu, tiba-tiba wajah Wan Cu menjadi merah
sekali dan dia membuang muka sambil menahan senyum.
Melihat ini, Sian Lun juga menjadi tersipu-sipu dan dia cepat
memberi hormat kepada Yap Yu Tek sambil berkata, "Harap
paman dan bibi sudi memaafkan saya. Tapi........ tapi........
ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan kepada paman
dan bibi berdua saja......... "
Ling Ling dan Gin San saling bertukar pandang. Dua orang
muda ini sudah tahu akan persoalan Siang Bwee dan biarpun
Sian Lun tidak pernah mengatakan sesuatu, namun mereka
berdua tahu bahwa tidak mungkin Sian Lun dapat melupakan
Siang Bwee, wanita yang amat mencintanya dan sudah
mengorbankan segala-galanya untuk Sian Lun.
Dua orang muda itu bangkit berdiri. "Biarlah kami pergi
dulu........." "Eh, eh......, jangan, Ling Ling ! Kalian duduk saja di sini,
temani Wan Cu. Mari, Sian Lun, kita bicara di dalam !" kata
Yap Yu Tek yang lalu bangkit bernama isterinya dan mengajak
Sian Lin untuk bicara di ruangan dalam restoran besar itu.
Karena baru saja ada perang, maka restoran itu belum
didatangi tamu dan pemiliknya hanya melayani permintaan
keluarga Yap yang hendak menjamu tiga orang pendekar
muda yang mendapat anugerah dari kaisar itu. Oleh karena
itu, maka Yap Yu Tek dan isterinya dapat bicara dengan
leluasa bersama Sian Lun di sebelah dalam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah paman dan bibinya itu duduk berhadapan dengan
dia di ruangan dalam, Sian Lun berkata dengan suara tenang,
"Harap bibi dan paman sudi memaafkan saya. Sebetulnya
berat bagi saya untuk membicarakannya dengan paman
berdua, akan tetapi apa boleh buat, karena menyimpannya
sebagai rahasia lebih tidak baik lagi."
Suami isteri itu saling pandang dengan sinar mata khawatir,
akan tetapi Yap Yu Tek segera berkata dengan lembut kepada
pemuda yang menundukkan kepala itu, "Sian Lun, antara kita
terdapat ikatan kekeluargaan, kita bukanlah orang-orang lain,
maka memang tidak semestinya kalau ada hal-hal yang
disembunyikan. Di samping ikatan perjodohan antara engkau
28 dan Wan Cu, engkau adalah keponakan kami. Nah, katakanlah
apa yang hendak kausampaikan kepada kami?"
Dengan hati-hati dan singkat Sian Lun lalu menceritakan
pengalamannya ketika dia menyelamatkan kaisar dan oleh
kaisar dia diberi hadiah seorang gadis bernama Ci Siang Bwee
yang oleh kaisar dimaksudkan agar menjadi isterinya atau
selirnya. "Saya tidak mungkin berani menolak pemberian itu," Sian
Lun melanjutkan kepada Yap Yu Tek dan Gan Beng Lian yang
mendengarkan penuh perhatian. "Akan tetapi sayapun tidak
mempunyai keinginan untuk beristeri atau berselir, oleh
karena itu, berkat bantuan Siang Bwee, biarpun gadis itu
tinggal sebagai pembantu rumah tangga saja, namun di luar
dia saya perkenalkan sebagai selir. Hal ini untuk menjaga agar
jangan sampai sri baginda tersinggung dan merasa saya tolak
anugerah beliau........... "
Sampai di sini, wajah Sian Lun menjadi merah sekali dan
Yap Yu Tek mengangguk-angguk sambil tersenyum. Pemuda
ini benar-benar seorang muda yang hebat, pikirnya.
Mengambil selir, apa lagi setelah memperoleh kedudukan
panglima, apa sih salahnya". Pada jaman itu, bagi seorang
pria berkedudukan, memiliki selir bukanlah hal yang patut
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dibuat malu, bahkan pada sebagian besar orang merupakan
kebanggaan. Sungguhpun dia sendiri tidak pernah mempunyai
selir! "Lanjutkanlah ceritamu, Sian Lun. Aku dapat mengerti
keadaanmu," katanya,
Sian Lun lalu melanjutkan ceritanya. Betapa dia, Ling Ling,
dan Om San menyerbu ke istana dan akhirnya tertawan.
Betapa mereka bertiga sudah berada di ambang maut, dan
agaknya tidak mungkin dapat tertolong lagi kalau saja tidak
muncul Siang Bwee! Dia menceritakan betapa oleh Thiothaikam Siang Bwee dihadiahkan secara
paksa kepada An Hun Kiong, dengan ancaman bahwa kalau wanita itu menolak,
maka Sian Lun akan dibunuh.
"Dia...........dia terpaksa mentaati karena hendak menolong
saya, kemudian ....... ketika kami bertiga tertawan dan sudah
tidak ada harapan lagi. Siang Bwee muncul bersama An Hun
Kiong dan dengan membiarkan diri terancam maut, dia telah
berhasil menolong kami sehingga dapat bebas........ "
Sian Lun menceritakan bagian ini dengan sejelasnya, dan
dengan suara tergetar karena merasa terharu.
"Setelah kami semua lolos dari bahaya, Siang Bwee
membunuh An Hun Kiong dan akan membunuh diri kalau saja
tidak keburu saya cegah. Dia merasa terhina dan merasa kotor
dan rendah, dia ingin mati saja. Akan tetapi saya telah
berhutang budi kepadanya, maka saya berjanji bahwa dia
29 boleh hidup selamanya di samping saya. Nah, inilah yang
perlu saya ceritakan kepada paman dan bibi dalam hubungan
ikatan jodoh yang paman berdua usulkan."
Hening sejenak setelah Sian Lun selesai menceritakan
semua itu. Sebagai orang-orang yang menjunjung kegagahan,
suami isteri itu diam-diam merasa kagum akan kejujuran
pemuda ini. Oleh karena iiu, tanpa merasa sungkan lagi, Gan
Beng Lian juga mengajukan pertanyaan yang terbuka dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jujur, sambil memandang tajam kepad wajah pemuda yang
tampan gagah dan tenang itu.
"Sian Lun, jawablah sejujurnya. Apakah engkau cinta
kepada Wan Cu dan apakah engkau suka menjadi suaminya?"
Yap Yu Tek sendiri sampai terkejut mendengar pertanyaan
isterinya yang demikian terbuka dan seolah-olah merupakan
serangan yang amat hebat itu. Dia melihat betapa wajah Sian
Lun tiba-tiba berobah merah dan tahulah dia bahwa pemuda
ini benar-benar tersudut oleh serangan yang demikian tibatiba. Akan tetapi diapun melihat
pentingnya pertanyaan itu
diajukan, karena ikatan jodoh itu menyangkut masa depan
puteri tunggal mereka, maka haruslah dilakukan penjajagan
secara mendalam dan jelas.
Setelah menelan ludah menenteramkan jantungnya yang
agak terguncang menghadapi pertanyaan itu, Sian Lun lalu
memandang kepada bibinya itu sambil berkata, "Bibi, kalau
boleh saya berkata terus terang, saya amat kagum dan suka
kepada Wan Cu moi moi, dan saya tentu saja suka untuk
menjadi suaminya." Lapang rasa dada Yap Yu Tek mendengar ini dan dia
menghela napas panjang, akan tetapi Gan Beng Lian masih
terus "menyerang" dengan pertanyaan yang lebih
mengguncangkan lagi, "Sian Lun, apakah engkau mencinta
wanita yang bernama Ci Siang Bwee itu ?"
"Lian moi........!" Yap Yu Tek berseru tertahan karena
betapapun dia merasa bahwa isterinya tidak berhak
mengajukan pertanyaan itu. Akan tetapi Sian Lun mengangkat
tangan kirinya ke atas dan suaranya terdengar sungguhsungguh dan halus.
"Biarlah, paman. Memang sebaiknya kalau-berterus terang
dalam hal ini agar kelak tidak menimbulkan penyesalan apaapa. Begini, bibi, dan paman,
Sesungguhnya saja saya sendiri
tidak atau belum tahu apakah yang dinamakan cinta itu, dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
saya sendiri tidak tahu apakah saya pernah jatuh cinta. Akan
tetapi, kalau paman berdua ingin mengetahui perasaanku saat
ini, aku kagum dan suka kepada Wan Cu moi-moi. dan
terhadap Siang Bwee, saya merasa kasihan dan hutang budi
30 yang harus saya bavar dengan membahagiakan dia sebagai
balas budi. Nah, kiranya sudah jelas bagi paman berdua, dan
selanjutnya, tentang ikatan jodoh itu terserah kepada paman
dan bibi." Kembali hening sampai agak lama setelah Sian Lun
membuka isi hatinya secara amat jujur itu. Kini Beng Lian
memandang suaminya seol (http://cerita-silat.mywapblog.com)
http://cerita-silat.mywapblog.com ( Saiful Bahri - Seletreng - Situbondo )
ah - olah isteri ini minta
pertimbangan dan pendapat suaminya setelah calon mantu itu
menyatakan isi hatinya secara demikian terbuka. Yap Yu Tek
menarik napas panjang. "Kalau begitu, tidak ada halangannya. Kurasa Wan Cu juga
tidak akan keberatan kalau suaminya mempunyai seorang selir
seperti wanita yang amat setia itu."
Gan Beng Lian mengerutkan alis, lalu menarik napas
panjang pula. "Sebenarnya aku sendiri paling tidak suka
melihat pria mempunyai lebih dari seorang isteri, akan tetapi
dalam keadaan seperti Sian Lun, kurasa juga tidak ada
halangannya kalau dia mengambil Siang Bwee sebagai selir
untuk membalas budi setelah wanita itu melakukan segalanya
itu untuknya. Wan Cu tentu akan dapat mengerti."
Wajah Sian Lun berobah merah, akan tetapi diam-diam dia
merasa lega juga. "Nah, Sian Lun, dengan pernyataan kami ini
maka ikatan jodoh dapat dilanjurkan dan diresmikan," kata
Yap Yu Tek lagi sambil memandang wajah pemuda itu.
"Nanti dulu, paman dan bibi. Ada suatu hal lagi. Saya telah
berjanji kepada sute Coa Gin San dan sumoi Gan Ai Ling


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bahwa saya akan membantu mereka mengejar dan membalas
kepada Pek-ciang Cin-jin Ouw Sek dan Kim-sim Niocu Bu
Siauw Kim. Ouw Sek adalah musuh sute karena Oaw Sek
membawa Beng-kauw ke dalam kesesatan maka perlu
Naga Pembunuh 19 Puri Rodriganda Karya Dr. Karl May Menuntut Balas 13

Cari Blog Ini