Ceritasilat Novel Online

Dewi Lembah Bangkai 1

Wiro Sableng 043 Dewi Lembah Bangkai Bagian 1


TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Episode 043 Ebook dibuat oleh Dewi Tiraikasih
http://cerita-silat.co.cc/
Email : 22111122@yahoo.com
Sumber buku: Solgeek (Dani) dan Kiageng80
1 043 Dewi Lembah Bangkai -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
LIMA PERAJURIT berkuda berderap memasuki halaman rumah yang
penuh ditumbuhi pohon singkong. Mereka memiliki tampang-tampang
galak, membekal golok besar di pinggang masing-masing. Begitu sampai
di depan rumah papan beratap rumbia, kelimanya langsung melompat
turun. Yang didepan sekali menendang pintu rumah sambil berteriak:
"Adi Sara! Kami perajurit Kadipaten datang membawa surat perintah
penangkapan!"
Pintu rumah terpental tanggal. Perajurit yang menendang
langsung masuk diikuti dua orang temannya. Dua lagi menunggu di luar
berjaga-jaga dengan tangan menekan hulu golok.
Di dalam rumah, ketika dikejauhan terdengar derap kaki lima
perajurit Kadipaten itu, seorang lelaki tua berambut putih memegang
bahu seorang pemuda berusia dua puluh tahun seraya berkata:
"Anakku Adi! mimpiku semalam mungkin akan menjadi kenyataan. Aku
dengar suara derap kaki-kaki kuda dikejauhan. Menuju ke rumah kita
ini. Hampir pasti itu adalah orang-orang Kadipaten. Aku tidak menyesali
perbuatanmu bercinta dengan puteri Adipati itu. Namun jurang antara
dirimu dengan dirinya terlalu besar. Kalaupun kau bisa melompatinya,
masih ada bahaya lain yang menghadang ditepi jurang lainnya. Dan
ternyata kau tidak mampu melompati jurang itu anakku. Aku ayahmu
juga tidak berkekuatan untuk menolongmu. Adipati pasti akan
menyuruh anak-anak buahnya untuk menangkapmu..."
"Menangkapku ayah" Apa salahku" Apakah seseorang bisa
ditangkap karena mencinta dan dicintai oleh orang lain"!" Adi Sara
pemuda berwajah tampan itu bertanya.
Sang ayah tertawa, tapi wajahnya menunjukkan kemuraman
"Adipati bisa mempergunakan seribu alasan untuk menangkapmu, Adi.
Bisa atau tidaknya seseorang ditangkap tergantung siapa yang
memegang kekuasaan. Dan kekuasaan itu ada di tangan Adipati
Sawung Glingging. Cepat kau tinggalkan rumah ini. Tinggalkan desa.
Menghilanglah, tinggalkan desa dan jangan kembali-kembali lagi..."
"Aku tidak akan melakukan hal itu ayah! Kalaupun aku harus
pergi, kita musti pergi sama-sama!" jawab Adi Sara.
"Jangan turutkan pikiran tololmu anakku! Pergilah! Sekarang
juga! Selamatkan dirimu! Cepat...!" Wajah Adi Sara tampak bimbang.
Dia tahu bahaya besar yang mengancamnya. L-alu dia bertanya:
"Bagaimana dengan dirimu sendiri ayah?"
"Jangan pikirkan tua bangka ini! Pergi lekas! Sambangi makam
ibumu sebelum meninggalkan desa! Lekas Adi!"
Di luar sana lima penunggang kuda sudah memasuki pekarangan.
2 043 Dewi Lembah Bangkai -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Adi Sara memegang tangan ayahnya, mencium tangan orang tua itu lalu
bergerak meninggalkan rumah lewat pintu belakang. Sebelum menghilang dibalik pohon-pohon besar di belakang rumah dia masih sempat
mendengar suara pintu depan ditendang bobol. Hal ini membuat
langkahnya terhenti. Dia menyelinap dibalik sebatang pohon besar.
Di dalam rumah Sara Jingga ayah Adi keluar dari kamar tepat
pada saat tiga perajurit bersenjatakan golok masuk dan sampai
dihadapannya. "Kami mencari Adi Sara! Mana pemuda itu"!" perajurit di sebelah
depan membentak.
"Anak itu tidak ada disini! Sejak semalam dia tidak pulang!" jawab
Sara Jingga. "Jangan dusta!"
"Sarungkan golok kalian! Bicara biasa-biasa saja! Senjata tidak
akan membantu kalian menemukan anak itu! Karena dia memang tidak
ada disini!"
"Kami membawa surat perintah dari Adipati Tawang Merto untuk
menangkap pemuda itu!"
Terkejutlah Sara Jingga mendengar keterangan si perajurit.
"Wilayah ini dibawah kekuasaan Adipati Sawung Glingging! Mengapa
Adipati Tawang Merto yang mengeluarkan surat perintah penangkapan"
Dan aku perlu tahu apa salah anakku hinggaxtia mau ditangkap!"
Si perajurit mendengus. "Siapa saja yang mengeluarkan surat
perintah penangkapan bukan soal! Adipati Sawung Glingging dan
Adipati Tawang Merto toh akan saling menjadi besan!"
Mendengar keterangan itu pahamlah kini Sara Jingga. Rupanya
benar putera Adipati Tawang Merto hendak dijodohkan dengan puteri
Adipati Sawung Glingging. Disitu pula pangkal sebabnya mengapa
anaknya hendak ditangkap.
"Kalian boleh geledah rumah ini Adi Sara tak ada disini! Katakan
apa salah anak itu. Kalian belum menjelaskan!"
"Anakmu diketahui menjadi anggota kelompok garong Warok
Bekontoro! Apa perlu ditanya lagi mengapa kami datang menangkapnya"!"
"Fitnah! Anakku keluar desapun belum pernah. Bagaimana
mungkin dia jadi anak buah Bekontoro!"
Si perajurit tidak menjawab. Dia memberi isyarat pada dua
kawannya. Kedua orang ini lalu melakukan penggeledahan. Adi Sara
tidak ditemukan. Keduanya kembali dan memberi tahu kawannya tadi.
"Kalau pemuda itu tidak ada disini, kau jadi gantinya orang tua!
Kau kami tangkap!"
"Aku tidak bersalah, tidak berdosa! Jangan pergunakan kekuasaan kalian untuk berlaku semena-mena!" ujar Sara Jingga dengan suara
tandas. Namun untuk ucapannya itu satu hantaman gagang golok
harus diterimanya di bagian kepala. Orang tua ini menjerit kesakitan,
lalu terhuyung antara sadar dan tiada. Tubuhnya kemudian di seret ke
3 043 Dewi Lembah Bangkai -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
luar rumah. Saat itulah terdengar bentakan penuh marah disertai berkelebatnya seseorang. "Perajurit-perajurit biadab! Lepaskan ayahku!"
Lima perajurit cepat berpaling.
"Adi Sara!" seru perajurit yang jadi pimpinan. "Akhirnya muncul
juga anak yang katanya tidak pulang sedari tadi malam! Kau tak usah
kawatir! Ayahmu akan kami lepaskan, tapi kau harus kami tangkap!"
Adi Sara melihat bagian kening ayahnya terkoyak dan ada darah
yang mengucur. Ini membuatnya kalap.
"Bangsat! Kalian apakan ayahku!" teriak pemuda ini lalu
melompati perajurit terdekat. Pemuda ini tidak memiliki kepandaian
bela diri apapun, apalagi ilmu silat tinggi. Modalnya hanya keberanian
dan kenekatan yang dibakar oleh kemarahan. Dia berhasil merampas
golok salah seorang perajurit. Namun sebelum senjata itu sempat
dihunusnya, dua hantaman pada punggung dan belakang kepalanya
membuat Adi Sara tersungkur ke depan. Lalu datang tendangan
bertubi-tubi menghajar muka dan tubuhnya. Wajahnya bengkak
membiru. Dari hidung dan mulutnya mengucur darah. Dua tulang
iganya patah. Pemuda ini terguling pingsan di samping sosok tubuh
ayahnya. "Kita bunuh saja pemuda ini!" berkata seorang perajurit.
"Jangan! Ingat perintah Adipati Tawang Merto. Dia.harus kita
buang ke Lembah Bangkai!"
"Kenapa mencapaikan diri membuangnya jauh-jauh kesana?"
salah seorang perajurit membuka mulut bertanya.
"Kau pergilah tanyakan sendiri pada Adipati Tawang Merto! Jika
kau tidak mau menjalankan perintah, bersiaplah untuk dihukum dan
dipecat!" Dalam keadaan pingsan tubuh Adi Sara akhirnya dinaikkan ke
atas kuda. Lima perajurit itu kemudian segera tinggalkan tempat
tersebut. 4 043 Dewi Lembah Bangkai -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
AKU mulai mencium bau busuk itu. Kita segera sampai ditempat
tujuan! Tutup hidung kalian..." Perajurit yang berkuda di sebelah depan
memberi tahu dan cepat keluarkan sehelai sapu tangan dari saku
pakaiannya. Sapu tangan ini diikatkannya ke mukanya hingga
menutupi hidung dan mulutnya. Empat kawannya segera mengikuti apa
yang dilakukannya. Bau busuk semakin keras setiap langkah mereka
maju bergerak. Jalan yang mereka tempuh mulai mendaki. Di ujung
pendakian, kelimanya berhenti. Disitu menghadang sebuah lembah yang
lebih tepat dikatakan sebuah jurang sedalam lima belas tombak. Batubatu besar menyembul dian-tara kerapatan pepohonan dan semak
belukar. Bau busuk menghampar santar. Bau busuknya bangkai! Lima
perajurit itu merasakan nafas masing-masing seperti sesak. Tengkuk
menjadi dingin oleh rasa angker yang muncul sejak tadi.
"Lemparkan pemuda itu ke lembah, lalu lekas tinggalkan tempat
ini!" perajurit pemimpin memberi perintah. Dia memandang berkeliling,
berusaha mencari-cari dimana sumber yang menebar bau busuknya
mayat itu. Jika memang ada bangkai binatang atau mayat manusia,
mengapa dia tidak melihatnya dibawah sana" Mendadak tubuhnya
bergetar dan sekujur badannya keluarkan keringat dingin. Dibalik
kerapatan dedaunan pepohonan dan semak belukar di dalam lembah,
dia melihat belasan sosok tubuh yang telah membusuk, ada yang hanya
tinggal tulang-belulang saja, tergantung di cabang-cabang pohon!
Mayat-mayat manusia! Itulah bangkai yang menebar bau busuk
menyesakkan jalan pernafasan! "Lekas lemparkan pemuda itu!" teriak
perajurit itu. Rupanya empat kawannya juga sudah melihat mayat-mayat
busuk bergantungan di pepohonan itu dan langsung dirasuk ketakutan
setengah mati hingga melupakan apa yang harus mereka kerjakan. Dua
diantara mereka segera menurunkan tubuh Adi Sara. Satu mencekal
kedua kakinya, yang lain menjambak bahu pakaiannya. Tubuh pemuda
itu kemudian dilemparkan ke dalam lembah. Adi Sara terguling-guling
ke bawah, lenyap diantara semak belukar dan lebatnya daun-daun
pepohonan. "Lekas tinggalkan tempat ini!" teriak perajurit yang jadi pimpinan.
Dua perajurit segera melompat ke atas punggung kuda masing-masing.
Pada saat itulah tiba-tiba dari dalam lembah terdengar suara sesuatu.
Suara ini mempunyai pengaruh yang amat hebat karena ke lima
perajurit itu begitu mendengar begitu terpukau dan seperti tidak ingat
lagi untuk bergerak meninggalkan tempat itu. Atau memang karena
tiba-tiba saja mereka tidak mampu bergerak, termasuk ke lima ekor
kuda yang mereka tunggangi!
5 043 Dewi Lembah Bangkai -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Suara itu... Suara apa itu...?" bisik seorang perajurit.
"Suara kecapi..." yang lain balas berbisik.
"Aneh, siapa yang main kecapi di lembah itu?"
Wajah lima perajurit mendadak sontak menjadi pucat! Makin lama
suara petikan kecapi semakin jelas. Pada puncaknya tiba-tiba ada suara
nyanyian yang mengalun ditimpali suara kecapi tadi. Suara nyanyian itu
terdengar merdu sekali. Tetapi syair yang dibawakan membuat lima
perajurit Kadipaten jadi berdiri bulu tengkuk mereka.
Lembah Bangkai lembah kematian.
Jangankan menjejakkan kaki.
Melihatnya sajapun sudah cukup alasan Untuk mati!
Tak ada yang datang dan bisa pergi
Tak ada yang pergi membawa nyawa di badan
Lembah Bangkai lembah kematian
Siapa yang datang tak bisa kembali pulang!
Suara nyanyian lenyap, tapi suara kecapi terus berdentringan.
"Hai! Lihat...! Apa itu yang melesat di udara"!" tiba-tiba salah
seorang perajurit berteriak seraya menunjuk ke arah lembah. Saat itu
dari bawah lembah melesat seutas tali yang ujungnya dibuhul
berbentuk lingkaran. Baru saja perajurit itu berteriak begitu, tahu-tahu
ujung tali yang berbentuk lingkaran telah melesat ke arahnya lalu
menjirat batang lehernya. Sebelum dia bisa berbuat apa-apa, tubuhnya
sudah terbetot dari atas kuda, jatuh ke bibir lembah lalu tertarik dan
terseret sepanjang lereng lembah akhirnya lenyap diantara semak
belukar dan kerapatan pepohonan.
Melihat hal ini empat perajurit lainnya merasakan seperti putus
nyawa masing-masing. Serentak mereka baru sadar dan cepat
membedal kuda tinggalkan tempat itu. Namun tiga orang terlambat,
hanya satu yang sempat kabur. Dari bawah lembah tampak melesat
sebat empat utas tali yang ujungnya berbentuk lingkaran. Tiga tali maut
ini langsung menjirat leher tiga perajurit, satunya membentur pohon
dan ini menyelamatkan perajurit ke empat tadi. Di lain saat tubuh tiga
perajurit tersentak keras lalu jatuh dari punggung kuda masing-masing.
Selanjutnya tampak tiga tubuh itu terseret ke dasar lembah dan lenyap!
Bersamaan dengan itu suara petikan kecapi lenyap. Lembah
angker kembali diselimuti kesunyian. Hanya bau busuk bangkai yang
masih terus menghampar bersama siliran angin. Dan bau ini tak akan
pernah lenyap selama lembah angker itu berada disitu!
6 043 Dewi Lembah Bangkai -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
DARA BERPAKAIAN hijau itu mengetuk dinding gua sebelah luar tiga
kali berturut-turut. Dia menunggu sesaat. Lalu dari dalam gua
menggema suara halus. Suara perempuan. "Masuklah..."
Di atas sebuah kesetan dara berpakaian hijau membersihkan
kedua kakinya terlebih dahulu, lalu baru masuk ke dalam gua batu.
Ternyata gua itu tidak panjang. Melangkah sebelas langkah sang dara
sampai di sebuah ruangan kecil yang diterangi oleh sebuah pelita. Di
tengah gua tampak duduk seorang perempuan berpakaian hijau.
Wajahnya sulit untuk dilihat karena tertutup sehelai kain hijau tipis.
Namun dari balik cadar yang tipis itu, sepasang matanya seperti
menyorotkan sinar tajam yang membuat siapa saja merasa risih untuk
berani menatap. Di atas pangkuannya terletak sebuah kecapi. Rupanya
orang inilah tadi yang memetik kecapi, mungkin dia juga yang
menyanyi. Kalau seluruh lembah dibuncah oleh bau busuknya bangkai,
maka di dalam gua ini sama sekali tidak tersentuh oleh bau busuk yang
menyesakkan nafas itu. Malah disitu merambas bau harum semerbak
seperti harumnya bau bunga mawar dipagi yang cerah dan segar.
"Hijau Satu, berita apa yang hendak kau sampaikan padaku...?"
Dara berpakaian hijau yang dipanggil dengan nama Hijau Satu
menjura hormat lalu duduk bersimpuh di hadapan perempuan yang
memangku kecapi.
"Kita mendapatkan empat tambahan pajangan untuk pepohonan
di lembah, Dewi..."
Wajah dibalik cadar hijau tersenyum. "Bagus... Siapa orang-orang
itu?" "Mereka adalah perajurit-perajurit Kadipaten. Saya
tidak

Wiro Sableng 043 Dewi Lembah Bangkai di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengetahui dari Kadipaten mana. Sebetulnya mereka muncul lima
orang. Tapi yang satu sempat kabur. Harap maafkan atas kelalaian ini
Dewi... Kebetulan hanya saya sendiri yang ada di Lembah. Hijau Dua
dan Hijau Tiga masih belum kembali..."
Sang Dewi anggukkan kepala. "Dalam waktu singkat lembah ini
akan menjadi momok nomor satu dalam dunia persilatan. Lalu tokohtokoh persilatan akan muncul disini! Mereka datang dengan alasan
untuk membasmi angkara murka, menghancurkan kejahatan! Tapi
mereka akan kita sapu habis-habisan! Memang tidak semua mereka
melakukan kesalahan dan berdosa besar terhadap diriku!
Tapi dendamku setinggi langit sedalam lautan! Mereka yang
katanya ingin menegakkan kebenaran, menolong orang-orang tertindas,
ternyata semua omong kosong belaka! Aku telah jadi korban dari omong
kosong itu!"
7 043 Dewi Lembah Bangkai -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Sang Dewi tutup kata-katanya dengan menjentikkan jari-jari
tangannya diatas kawat-kawat kecapi. Terdengar suara berdentringan
disertai berkiblatnya enam sinar yang menyilaukan. Goa kecil itu terasa
bergetar. Hijau Satu merasakan tubuhnya terhuyung-huyung dan cepat
mengimbangi diri agar tidak jatuh. Setelah getaran dalam gua berhenti,
Hijau Satu baru membuka mulut kembali.
"Ada kejadian lain yang perlu saya beritahukan Dewi."
"Ya, katakanlah..."
"Sebelum perajurit-perajurit Kadipaten itu muncul membawa
seorang pemuda. Dalam keadaan pingsan pemuda ini mereka
lemparkan ke dalam lembah. Pemuda itu berada dalam keadaan
sakarat. Mukanya babak belur dan berselimut darah. Beberapa tulang
iganya patah. Bagian belakang kepalanya ada luka besar. Saya tidak
berani berbuat suatu apa tanpa izin Dewi..."
"Hijau Satu, bukankah ketentuan yang sudah kuberikan begitu
pasti" Siapa saja yang berani berada didekat lembah, apalagi kalau
sampai masuk ke dalam lembah harus dibunuh dan digantung
mayatnya dipepohonan"!"
"Saya mengerti Dewi dan tahu sekali akan aturan itu. Maafkan
saya kalau sudah bertindak salah. Saya tidak membunuh pemuda itu
karena dia muncul dilembah bukan karena kemauannya sendiri. Dia
dibawa oleh perajurit-perajurit Kadipaten dan dilemparkan ke lembah
dalam keadaan pingsan..."
"Bagaimana kalau kemudian pemuda itu sadar dari pingsannya,
melihat wajahmu yang cantik dan tubuhmu yang bagus dibalik pakaian
hijaumu yang tipis itu. Lalu dia merayumu dan memperkosamu seperti
kejadian dulu atas dirimu, atas Hijau Dua dan Hijau Tiga, juga atas
diriku!" Mendengar ucapan itu Hijau Satu terdiam. Wajahnya sesaat
pucat. Lalu dengan suara perlahan dia berkata: "Maafkan saya Dewi.
Saya mengaku bersalah tidak menuruti perintah..."
"Katakan, apa ada alasan lain sampai kau tidak membunuh
pemuda itu..."
Hijau Satu tidak bisa menjawab. Tapi sang Dewi diam-diam sudah
dapat meraba apa yang menjadi alasan anak buahnya itu. Maka diapun
berkata: "Bawa pemuda itu kemari...!"
Walaupun terkejut mendengar ucapan pimpinannya, namun Hijau
Satu cepat berdiri dan tinggalkan tempat itu. Tak lama kemudian dia
muncul kembali mendukung sosok tubuh Adi Sara lalu membujurkannya di atas lantai gua, dihadapkan sang Dewi.
Sesaat perempuan bercadar itu menatap wajah si pemuda yang
tertutup darah mengering. "Ambil kain basah dan bersihkan
wajahnya..." sang Dewi memerintah. Hijau Satu kembali keluar dari
dalam gua. Ketika masuk dia sudah membawa sehelai kain basah dan
langsung membersihkan darah yang mengering di wajah Adi Sara.
Begitu wajah itu menjadi bersih kelihatanlah wajah Adi Sara. Sang Dewi
8 043 Dewi Lembah Bangkai -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
terkesiap dan terdengar menarik nafas kaget. Hijau Satu ingin sekali
melihat apa yang terjadi, namun dia tak berani menatap wajah
pimpinannya itu.
"Sekarang aku tahu. Dugaanku tidak meleset. Hijau Satu tidak
membunuh pemuda ini karena dia memiliki wajah begini tampan. Dan
ya Tuhan...Mengapa wajahnya begitu mirip dengan...Kalau saja dia ada
disini pasti akan sulit dilihat perbedaannya! Ah, bagaimana ini"
Bagaimana aku harus mengambil keputusan..."!"
Lama sang Dewi terdiam. Lalu dia berpaling pada Hijau Satu.
"Hijau Satu. Kau harus melakukan sesuatu terhadap pemuda ini!"
terdengar suara sang Dewi.
"Saya siap untuk membunuhnya dan menggantung mayatnya di
pepohonan, Dewi..."
"Tidak...", berucap sang Dewi dengan suara perlahan. "Kali ini kau
kuperintahkan untuk mengobati dirinya!"
Hijau Satu angkat kepalanya tapi cepat-cepat menunduk.
"Perintahmu akan saya laksanakan Dewi..." katanya. Lalu cepat-cepat
dia mendukung tubuh Adi Sara dan meninggalkan gua itu,
membawanya kesebuah gua lain yang tidak jauh dari gua dimana sang
Dewi berada. 9 043 Dewi Lembah Bangkai -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
KETIKA pimpinan perajurit itu muncul, Adipati Tawang Merto dan
Adipati Sawung Glingging saling pandang sesaat. Lalu Tawang Merto
membuka mulut. "Rundono, melihat tampang dan gerak gerikmu muncul saat ini,
agaknya ada yang tidak beres! Apakah kau sudah menjalankan
tugasmu" Lalu mana empat orang anak buahmu"!"
"Sesuai perintah, Adi Sara berhasil kami ringkus. Dalam keadaan
pingsan pemuda itu kami bawa ke timur dan lemparkan ke Lembah
Bangkai! Namun sebelum kami meninggalkan tempat itu, dari bawah
lembah melesat sebuah tali berbentuk jiratan. Seorang perajurit
langsung terjirat lehernya dan tubuhnya kemudian tertarik ke dasar
lembah! Lalu ada empat tali lagi yang datang melesat. Saya masih
sempat menyelamatkan diri. Namun tiga anak buah saya menemui
nasib sama. Mereka kena dijirat dan lenyap di tarik ke dalam lembah!"
Kalau bukan saja Rundono yang menjadi orang kepercayaan
mereka yang menuturkan keterangan itu, Adipati Tawang Merto dan
Sawung Glingging mungkin tak akan mau mempercayainya. Kembali
kedua Adipati ini saling pandang.
"Aku sendiri belum pernah berada di sekitar Lembah Bangkai itu,"
berkata Tawang Merto. Namun berita yang sampai ketelingaku mengenai
Lembah Bangkai itu macam-macam. Mulai dari baunya yang busuk
sampai pada adanya mayat-mayat yang bergelantungan di cabangcabang pohon. Lalu suara-suara aneh dan angker pada siang apalagi
malam hari. Apakah semua itu benar-benar ada. Bukan hanya lamunan
seorang penakut"!"
"Rundono telah menyaksikan sesuatu yang mengerikan. Dia telah
mencium sendiri bau busuk yang luar biasa! Semua itu bukan lamunan
atau cerita bohong sahabatku. Aku punya niat untuk menyelidiki sendiri
keadaan lembah yang disebut Lembah Bangkai itu. Ada suatu keanehan
di tempat itu. Siapa tahu dibalik keanehan itu ada satu
keberuntungan..."
"Calon besanku," menukas Sawung Glingging. "Kau bicara ngacok!
Apa maksudmu dengan keberuntungan?"
"Bukan mustahil disitu ada seorang berkepandaian tinggi. Jika
aku bertemu dengannya siapa tahu aku kebagian ilmu yang aneh-aneh!"
sahut Adipati Tawang Merto pula.
Sawung Glingging tahu betul sifat sahabat dan calon besannya
itu. Sejak muda Tawang Merto memang gemar berkelana untu mencari
dan belajar berbagai ilmu, mulai dari ilmu silat sampai ilmu kesaktian.
Bahkan dia juga memiliki banyak ilmu hitam. Termasuk benda-benda
sakti mandraguna.
10 043 Dewi Lembah Bangkai -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Siapapun tidak melarangmu untuk mencari ilmu kepandaian
walau saat ini kau sudah memilikinya sekarung penuh! Tapi menyelidik
dan pergi ke Lembah Bangkai kurasa terlalu besar bahayanya
sahabatku!"
"Tawang Merto tidak pernah takut dengan siapapun!" jawab sang
sahabat sambil menyeringai dan usap-usap dadanya.
"Maksudku bukan soal takut dan berani sahabat. Tapi ingat, kita
tengah merencanakan pesta besar. Pesta perkawinan anak-anak kita!
Apakah kau mau membuang-buang waktu untuk sesuatu yang tidak
berguna seperti itu...?"
"Hemm... Sebenarnya ini bukan suatu hal yang tidak berguna.
Tapi baiklah. Pada saat hendak mengatur hari perkawinan anak-anak
kita, tidak pada tempatnya memang kalau aku mempunyai rencana lain.
Biar maksudku menyelidiki Lembah Bangkai itu diundur dulu sampai
hari perkawinan anak-anak kita..."
Adipati Sawung Glingging tersenyum gembira.
Sambil menepuk bahu sahabat yang akan menjadi besannya itu
dia berkata: "Seharusnya memang begitu. Sekarang mari kita masuk
untuk membicarakan rencana besar ini bersama istri-istri kita. Jangan
biarkan orang orang perempuan itu menunggu terlalu lama. Nanti bisabisa mereka mengatur rencana sendiri!"
*** ADI SARA duduk di depan gua. Udara pagi terasa segar. Embun di
dedaunan masih belum pupus. Dia mengusap dadanya yang masih
diberi lapisan papan tipis untuk menjaga agar tulang iganya yang telah
dipertautkan tidak bergeser. Pemuda itu menghirup udara dalam-dalam.
Namun cepat sekali jalan nafasnya menjadi sesak begitu bau bangkai
merasuk masuk ke dalam penciumannya. Ketika dia beranjak untuk
masuk kembali ke dalam gua, dara berpakaian hijau itu tahu-tahu
sudah berada di hadapannya.
"Hijau Satu!" seru Adi Sara seraya cepat bangkit.
"Kau sudah bisa keluar goa sendiri. Itu tanda kau sudah mulai
sembuh. Benar begitu...?"
"Aku harapkan begitu Hijau Satu. Sembuh dan cepat bisa
meninggalkan tempat ini. Aku tidak mau membuatmu susah lebih
lama..." "Susah bagaimana maksudmu?"
"Ah, apakah bukan susah namanya karena selama ini kau
merawat luka-lukaku" Menyediakan makanan dan buah-buahan..."
"Semua itu bukan suatu kesusahan bagiku. Lagi pula semua
sesuai perintah..."
"Pasti perintah dari Dewimu itu, bukan?"
Hijau Satu mengangguk.
"Aku sangat berterima kasih padamu Hijau Satu. Aku ingin sekali
11 043 Dewi Lembah Bangkai -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
bertemu dengan Dewimu itu..."
"Belum saatnya Adi Sara. Belum saatnya. Tunggu sampai kau
sembuh benar."
"Berarti berapa lama lagi aku harus berada disini?"
"Aku tidak tahu. Dewi nanti yang akan menentukan," jawab Hijau
Satu. Dalam hatinya dara ini berkata: "Aku kawatir Adi Sara, janganjangan Dewi tidak mengizinkanmu meninggalkan lembah..."
"Hijau Satu... Aku ada beberapa pertanyaan!" Adi Sara berkata.
"Tanyakanlah. Jika aku bisa menjawab akan aku jawab. Jika
kurasa Dewi tidak berkenan aku memberi jawaban, maka aku tidak
akan menjawab."
"Baiklah, Dewimu itu tentu seorang yang sangat agung dan
berkuasa. Hingga segala sesuatunya kau harus tunduk padanya."
"Dia pimpinan kami disini. Siapa saja harus tunduk pada
pimpinan."
"Kami..." Maksudmu kau tidak sendirian disini?" tanya Adi Sara.
"Aku tidak melihat siapa-siapa disini!"
"Dewi punya tiga orang anak buah. Aku Hijau Satu, Hijau Dua
dan Hijau Tiga..."
"Hemm...Semua bernama Hijau...Hijau. Mana kawanmu yang dua
orang itu?"
"Mereka tengah menjalankan tugas di luar..."
"Kau menyebut dirimu Hijau Satu. Siapa namamu sebenarnya"
Apakah kau tidak punya nama" Ah, pasti kau punya nama. Kikuk
bagiku memanggilmu dengan nama Hijau Satu itu!"
Hijau Satu tersenyum. "Apa artinya nama" Aku tidak punya nama
lain. Namaku ya itu. Hijau Satu..."
Adi Sara geleng-geleng kepala. "Pasti Dewimu itu lagi yang
melarangmu memberi tahu nama aslimu. Tapi baiklah, tak jadi apa.
Sekarang pertanyaanku berikutnya. Dimana aku ini berada
sebenarnya?"
"Kau berada di Lembah Bangkai," memberi tahu Hijau Satu.
"Lembah Bangkai! Nama aneh dan menggidikkan. Pantas sejak
keluar dari gua aku mencium bau yang sangat busuk. Bau bangkai...
Nafasku menjadi sesak dan dadakku mendenyut sakit jika aku
menghirup udara dalam-dalam..."
"Sebetulnya kau belum boleh keluar dari dalam gua itu, Adi Sara.
Dan ingat satu pesanku. Ini perintah Dewi. Kau tidak boleh
meninggalkan gua lebih dari sepuluh langkah..."
"Eh, kenapa begitu?"
"Itu perintah dan tidak semestinya ditanya!" sahut Hijau Satu.
Lalu dari balik pakaian hijaunya dia mengeluarkan sebuah benda kecil,
ternyata potongan batang bambu kuning sebesar ibu jari sepanjang satu
jengkal. Pada ujung bambu terdapat penyumpal terbuat dari kayu kecil.
Hijau Satu tarik kayu penyumpal lalu menyuruh Adi Sara mengulurkan
tangan kirinya. Hijau Satu kemudian menempelkan ujung bambu ke
12 043 Dewi Lembah Bangkai -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
balik telapak tangan si pemuda. Sejenis minyak yang sangat harum
leleh ke atas permukaan tangan Adi Sara.
"Gosokkan minyak itu kelobang hidungmu. Seumur-umur kau tak
akan mencium lagi bau busuknya bangkai!" Hijau Satu menutup bambu
kecil lalu menyimpannya kembali ke balik pakaiannya. Adi Sara
melakukan apa yang dikatakan. Telapak tangannya yang berminyak
diusapkannya ke lobang hidungnya. Tercium bau yang sangat harum.
Perlahan-lahan bau itu sirna. Tapi kini Adi Sara tidak lagi mencium
busuknya bau bangkai.
"Minyak ajaib!" ujar Adi Sara sambil memandang keheranan pada
Hijau Satu. "Jika kau tak ada lagi pertanyaan, masuklah kembali ke dalam
goa. Dan jangan sekali-kali keluar jika tidak kuizinkan..."
"Masih kurang jelas bagiku, mengapa tahu-tahu aku berada
disini. Yang aku ingat adalah kemunculan lima orang perajurit
Kadipaten. Mereka menganiaya ayahku. Aku menyerang mereka. Setelah
itu aku tak ingat lagi..."
"Memang perajurit-perajurit Kadipaten itulah yang telah
membawamu ke sini lalu melemparkan tubuhmu ke dalam Lembah
Bangkai... Katakan mengapa mereka melakukan hal itu terhadapmu...?"
Adi Sara tidak menjawab. Ada dua bayangan wajah yang muncul


Wiro Sableng 043 Dewi Lembah Bangkai di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dipelupuk matanya saat itu. Pertama wajah ayahnya yang tua. Dia ingat
sekali karena melihat bagaimana orang tua itu diseret dan dipukuli oleh
lima perajurit Kadipaten. Bagaimana keadaan ayahnya saat ini" Dibawa
ke Kadipaten, dipenjarakan atau sudah dibunuh oleh orang-orang
Tawang Merto"! Lalu wajah yang kedua adalah wajah Ningrum, kekasih
yang sangat dicintainya dan juga mencintai dirinya. Hanya sayang
percintaan mereka dan rencana untuk membangun rumah tangga
terhalang oleh jurang lebar. Ningrum adalah puteri Adipati Sawung yang
oleh orang tuanya ternyata dijodohkan dengan Tubagus Kolokaping,
putera Adipati Tawang Metro, sahabat Sawung. Ketika Ningrum menolak
untuk dikawinkan dengan Tubagus dan dengan berani menyatakan
bahwa calon suaminya satu-satunya hanyalah Adi Sara, putera petani
miskin di desa Sumber Urip itu, maka marahlah Tawang Merto.
Bersama Adipati Sawung Glingging dia menyusun rencana untuk
menangkap, menghukum dan memenjarakan Adi Sara dengan tuduhan
sebagai ikut terlibat menjadi anak buah kelompok garong Warok
Bekontoro. Tapi dalam pelaksanaannya kemudian Adi Sara tidak
ditangkap dan dipenjarakan, melainkan dibuang ke Lembah Bangkai
karena dengan demikian jejak kematian dan lenyapnya pemuda itu tidak
akan diketahui orang lain.
"Aku harus meninggalkan tempat ini!" kata Adi Sara.
Bagaimanapun juga dia harus menolong ayahnya.
"Itu tidak mungkin dilakukan!" jawab Hijau Satu.
"Mengapa tidak" Hemm... Aku tahu. Kalau begitu apakah kau bisa
menemukan aku pada Dewimu itu?"
13 043 Dewi Lembah Bangkai -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Hijau Satu menggeleng. "Selain aku dan Hijau Dua serta Hijau
Tiga tidak orang lainpun boleh menemui Dewi. Kecuali Dewi memberi
tahukan lain..."
"Jika begitu aku terpaksa melarikan diri dari sini!" jawab Adi Sara
tandas. Hijau Satu tersenyum. "Tidak satu orangpun bisa keluar hiduphidup dari Lembah Bangkai..." katanya. Ketika dia hendak beranjak
pergi, dua sosok bayangan hijau berkelebat dan tahu-tahu di tempat itu
sudah berdiri dua orang dara berpakaian hijau seperti yang dikenakan
Hijau Satu. Wajah keduanya tak kalah cantik dengan wajah Hijau Satu.
"Hijau Dua dan Hijau Tiga" Bagus, kalian sudah kembali. Dewi
menunggu kedatangan kalian!"
Dua dara yang baru datang tidak segera menjawab teguran
sahabatnya itu, keduanya justru menatap tajam-tajam pada Adi Sara.
Hijau Tiga bertanya: "Siapa pemuda berwajah pucat ini"!"
"Namanya Adi Sara. Seminggu lalu dia dilemparkan orang-orang
Kadipaten ke daiam lembah" menerangkan Hijau Satu.
"Lalu kenapa dia dibiarkan hidup" Tidak segera dibunuh"!" tanya
Hijau Dua. "Dewi memerintahkan aku untuk tidak membunuhnya malah
merawatnya," jawab Hijau Satu.
Hijau Dua dan Hijau Tiga saling pandang. "Hmmm... sungguh
sulit dipercaya kalau Dewi yang memerintahkan begitu!" Dua dara itu
menatap tajam-tajam pada Hijau Satu. "Aku yakin ada hubungan
tertentu antara kau dan pemuda ini, Hijau satu..."
"Maksudmu"!"
"Kau bisa menjawabnya sendiri!
Kau berlaku tidak jujur! Kau menyukai pemuda ini! Betul kan"!"
"Kau bicara melantur! Jika kau menuduhku begitu berarti kau
juga menuduh Dewi seperti itu. Jaga mulutmu Hijau Dua!"
Hijau Dua terdiam dan ada rasa takut dalam hatinya karena telah
ketelepasan bicara seperti itu. Kawannya Hijau Tiga mengusap wajahnya
sesaat lalu berkata: "Rupanya peraturan di Lembah Bangkai sudah
berubah...?"
"Dengar kalian berdua. Yang berkuasa disini adalah Dewi dan dia
pimpinan kita. Hitam katanya berarti hitam! Putih harus putih!
Sebaiknya kau tidak menghabiskan waktu untuk mengobrol yang
bukan-bukan di tempat ini! Lekas melapor pada Dewi!"
Walau Hijau Dua dan Hijau Tiga tidak suka atas ucapan Hijau
Satu itu, bagaimanapun juga kedudukan Hijau Satu adalah diatas
mereka maka mau tak mau keduanya segera meninggalkan tempat itu
setelah sekali lagi mengerling pada Adi Sara.
"Jangan-jangan Dewi terpikat pada pemuda itu," bisik Hijau Dua.
"Wajahnya memang tampan..."
"Sssst... Jangan bicara terlalu keras. Kalau Dewi sempat
mendengar celaka kita berdua..."
ujar Hijau Tiga pula. 14 043 Dewi Lembah Bangkai -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
DI HADAPAN DEWI bercadar hijau dan memangku kecapi, Hijau Dua
dan Hijau Tiga menjura memberi hormat lalu duduk dengan khidmat.
Hijau dua kemudian membuka mulut bertindak sebagai juru bicara
pemberi laporan.
"Sesuai perintah kami telah menyerbu markas Datuk Sora
Gamanda. Tapi orang itu tidak ada di sana. Kami disambut oleh enam
anak muridnya. Semua kami musnahkan. Tak ada yang bersisa hidup
dan markas Datuk itu kami bakar!"
"Bagus!" Dewi bercadar hijau diam sejenak. "Apakah kalian juga
meninggalkan pesan disana"!"
"Sesuai perintah Dewi, pesanpun kami tancapkan pada sebatang
pohon, diatas secarik kain hijau bertulis huruf-huruf putih..."
"Coba sebutkan pesan yang kalian tinggalkan itu bunyinya
bagaimana?" tanya Dewi pula.
"Jika ingin menuntut balas datanglah ke Lembah Bangkai!"
Dewi bercadar angguk-anggukkan kepala. "Mulai sekarang kita
bersiap-siap untuk menyambut munculnya Datuk keparat itu. Lalu
bagaimana dengan dua tugas kalian yang lain?"
"Itupun sudah kami laksanakan Dewi. Pendekar Kaki Satu kami
buntungkan kakinya yang masih utuh sedang kaki kayunya kami
hancurkan. Tiga muridnya tewas. Dua melarikan diri. Sehabis
menyelesaikan urusan dengan Pendekar Kaki Satu kami tidak lupa
menancapkan pesan. Setelah itu kami menyerbu bukit Walang di
selatan namun tidak menemui Si Pedang Iblis. Kami justru disambut
oleh perempuan simpanannya yang dikenal dengan julukan Nenek
Kelabang Biru..."
Wajah Dewi dibalik cadar tampak berubah. "Pendekar Pedang Iblis
yang berusia tiga puluh tahun itu, kumpul kebo dengan seorang neneknenek berusia hampir tujuh puluh tahun" Sulit kupercaya!" Sebenarnya
bukan itu yang mengejutkan sang Dewi. Diam-diam dia mengetahui
kalau Nenek Kelabang Biru adalah salah seorang momok golongan
hitam yang sejak sepuluh tahun terakhir ini malang melintang di daerah
selatan. Kabarnya dia juga mengepalai para bajak yang gentayangan di
pantai selatan.
"Kalian bentrokan dengan nenek itu?" tanya Dewi.
Hijau Dua mengangguk. "Kami kemudian mengundurkan diri.
Bukan saja karena memang tidak ada urusan dengan dia, tapi ternyata
ilmu kepandaiannya sungguh luar biasa. Kami mengeroyoknya berdua.
Dalam tiga jurus dia bisa mendesak dengan serangan-serangan
berbahaya..."
15 043 Dewi Lembah Bangkai -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Dewi mengusap dagunya lalu berkata: "Itu sebabnya aku harus
cepat-cepat menurunkan lima jurus ilmu silat Lembah Bangkai. Kalian
harus sudah menguasainya sebelum para tetamu yang minta mampus
itu berdatangan di lembah ini. Dan jangan lupa, lipat gandakan
meminum ramuan kulit pohon yang kuberikan agar tenaga dalam kalian
meningkat dengan cepat!"
"Kami perhatikan hal itu Dewi dan terima kasih atas maksudmu
menurunkan lima jurus ilmu silat Lembah Bangkai."
"Jika tak ada lagi yang hendak kalian sampaikan atau tanyakan,
aku ingin beristirahat dulu..."
"Ada satu hal yang ingin kami tanyakan Dewi," sahut Hijau Dua.
"Katakan!"
"Apakah aturan di Lembah Bangkai ini mengalami perubahan?"
bertanya Hijau Dua. "Maksudmu?"
"Waktu sampai kemari tadi, kami menemui seorang pemuda
bernama Adi Sara tengah berbincang-bincang dengan Hijau Satu.
Menurut aturan pemuda itu siapapun dia dan bagaimanapun caranya
dia sampai disini haruslah dibunuh. Justru menurut Hijau Satu dia
telah menyelamatkannya bahkan merawatnya dari luka-lukanya..."
Sesaat sang Dewi agak terkesiap juga mendengar pertanyaan itu,
namun akhirnya dia menjawab juga: 'Tak ada peraturan yang berubah
di Lembah Bangkai ini. Orang luar yang datang harus dibunuh,
terutama kaum laki-laki. Namun untuk maksud dan tujuan kita, ada
kalanya kita harus memperhatikan keadaan. Lagi pula..."
Belum selesai Dewi Lembah Bangkai mengucapkan kata-katanya
tiba-tiba ditempat itu muncul Adi Sara. Melihat kedatangan si pemuda
Hijau Dua dan Hijau Tiga cepat berdiri. Salah satu dari mereka
membentak. -"Manusia lancang! Apakah kau tidak tahu bahwa tidak
seorangpun boleh masuk ke tempat ini tanpa izin Dewi"!"
Hijau Tiga menimpali: "Lagi-lagi Hijau Satu berlaku teledor!
Pemuda ini berada dibawah pengawasannya. Mengapa bisa masuk
kemari"!"
Saat itu pula Hijau Satu muncul disitu.
"Apa penjelasanmu Hijau Satu"!" Dewi bertanya. Suaranya tetap
halus tapi mengandung ancaman.
"Maafkan saya Dewi. Ketika pemuda ini sudah masuk ke dalam
goa, saya kira dia tak akan keluar lagi. Karena saya sudah memesankan
aturan di Lembah Bangkai ini. Tapi ternyata dia menyelinap dan tahutahu sudah ada disini. Saya siap menerima hukuman!"
Hijau Dua dan Hijau Tiga yang rupanya pada dasarnya memang
tidak senang terhadap Hijau Satu mencibirkan bibir, berharap sang
Dewi segera menjatuhkan hukuman. Tapi diluar dugaan pimpinan
mereka itu justru berpaling pada Adi Sara dan berkata: "Pemuda, kau
menyalahi aturan. Memasuki tempat orang tanpa izin. Memasuki
Lembah Bangkai saja berarti mati! Apalagi berani memasuki tempat ini.
16 043 Dewi Lembah Bangkai -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Apa kepentinganmu" Lekas katakan!"
"Pertama harap jangan salahkan Hijau Satu. Sesuai perintah Dewi
dia telah merawatku hingga saat ini meski belum sembuh tapi
keadaanku jauh lebih baik! Aku berhutang budi dan nyawa bukan saja
padanya, tetapi terutama sekali pada Dewi. Setelah Dewi menyelamatkan nyawaku, aku tidak yakin Dewi kemudian akan mengambilnya
kembali dengan jalan membunuhku!"
"Dewi! Pemuda ini pandai bicara! Mulutnya berbisa!" teriak Hijau
Dua. Dewi lambaikan tangan. "Dia belum menjawab pertanyaanku
mengapa dia berani masuk kemari!"
"Untuk itu aku mohon maafmu Dewi! Aku mengerti bahwa tempat
ini adalah sangat pribadi. Apalagi semua yang ada disini adalah orangorang perempuan. Hijau Satu sudah memberi tahu dan melarangku
keluar dari gua perawatan. Namun aku terpaksa kemari karena harus
memberi tahu bahwa aku akan meninggalkan tempat ini untuk
menolong ayahku! Orang-orang Kadipaten telah menganiayanya. Aku
harus mengetahui bagaimana keadaannya sekarang..."
"Mengapa orang-orang Kadipaten menganiaya ayahmu?" tanya
sang Dewi pula.
"Waktu itu mereka sebenarnya hendak menangkapku. Tapi
karena yang ada di rumah cuma ayah, maka mereka menyeret dan
memukuli orang tua itu. Aku harus pergi. Terima kasih atas..."
"Tunggu dulu! Kau harus menerangkan mengapa orang-orang
Kadipaten hendak menangkapmu"!"
"Yang jadi biang racunnya adalah Adipati Tawang Merto dan
Adipati Sawung Glingging. Semua gara-gara aku bermaksud mengawini
Ningrum, puteri Adipati Sawung yang ternyata diam-diam sudah
dijodohkan ayahnya dengan putera Adipati Tawang yang bernama
Tubagus Kolokaping. Aku lalu difitnah sebagai ikut berkomplot dengan
Warok Bekontroro, ditangkap, dianiaya lalu dibuang ke Lembah Bangkai
ini..." "Apakah kau sangat mencintai gadis bernama Ningrum itu?" tanya
Dewi. "Kami benar-benar saling mencinta. Aku akan menempuh cara
apa saja untuk mendapatkannya. Tetapi kemampuan dan kekuatanku
tidak mungkin untuk menghadapi kekuasaan kedua Adipati itu..."
Paras dibalik cadar hijau itu tampak berubah sesaat, begitu juga
paras Hijau Satu.
"Hemm..." terdengar sang Dewi menggumam. "Kapan hari
perkawinan Ningrum dengan Tubagus itu?"
"Hari ke lima bulan enam. Jadi tiga hari lagi. Begitu yang aku
dengar," sahut Adi Sara.
Sang Dewi tampak berpikir-pikir. Akhirnya terdengar kembali
suaranya: "Mengenai diri Ningrum kau tidak usah kawatir. Gadis itu
akan dibawa kemari..."
17 043 Dewi Lembah Bangkai -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Terkejutlah Adi Sara. Dan lebih terkejut lagi adalah ketiga gadis
berpakaian hijau. Sang Dewi sebaliknya tetap tenang. "Hijau Dua,
tugasmu untuk menculik gadis itu dan membawanya kemari. Untuk
menghadapi para tetamu yang bakal datang menyerbu kita masih
membutuhkan satu atau dua gadis lagi sebagai anak buahku. Ningrum
kujadikan Hijau Empat... Ada yang berkeberatan?"
Baik Hijau Satu maupun Dua dan Tiga tidak berani membuka
mulut. Justru yang terdengar adalah suara Adi sara. "Dewi, jika
maksudmu itu sungguhan, aku benar-benar mengucapkan banyak
terima kasih...Tapi jika gadis itu diculik, ayahku akan jadi sasaran.
Keadaannya sekarang entah bagaimana, dia pasti akan disiksa dan
dibunuh seperti yang mereka lakukan terhadapku!"
"Hijau Tiga akan mengurus orang tuamu itu," jawab Dewi pula.
Lalu dia berpaling pada Hijau Satu. "Bawa dia ke dalam goamu kembali!
Sekali ini aku tidak ingin melihatnya meninggalkan goa itu tanpa
izinku!" Hijau Satu menjura. Lalu dia memberi isyarat pada Adi Sara
untuk mengikutinya. Sebelum meninggalkan goa kediaman sang Dewi,
Adi Sara menjura pada gadis bercadar itu, juga pada Hijau Dua dan
Hijau Tiga. "Terima kasih. Ternyata kalian adalah manusia-manusia berbudi
tinggi. Aku siap berbakti pada kalian..."
"Lupakan hal itu! Disini tidak diperlukan bakti orang laki-laki!"
sahut Dewi pula.
Setelah Hijau Satu dan Adi Sara tak ada lagi di situ sang Dewi


Wiro Sableng 043 Dewi Lembah Bangkai di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berpaling pada Hijau Dua dan berkata: "Penculikan itu harus kau
lakukan pada malam pesta perkawinan. Jangan lupa meninggalkan
pesan. Adipati Tawang dan Sawung Glingging termasuk kaum laki-laki
yang harus dibasmi. Aku tahu betul Tawang Merto memiliki tiga istri
dan lebih dari setengah lusin gundik peliharaan! Sawung Glingging tidak
lebih baik dari pada calon besannya itu. Walau tidak punya istri lebih
dari satu dan tidak punya gundik, tapi anak istri orang banyak yang
digerayanginya! Malam ini pelajaran lima jurus ilmu silat Lembah
Bangkai akan kita mulai. Sampaikan pada Hijau Satu. Dan kalian harus
punya waktu untuk beristirahat karena pelajaran itu akan sangat
menguras tenaga..."
"Kami mohon diri dulu Dewi," kata Hijau Dua dan Hijau Tiga
berbarengan. 18 043 Dewi Lembah Bangkai -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
=6 PESTA perkawinan putera-puteri Adipati itu berlangsung sangat meriah
dan penuh kemewahan. Tamu-tamu yang datang bukan orang
sembarangan, bukan saja kaum bangsawan dan hartawan tapi banyak
pula pejabat-pejabat serta tokoh-tokoh penting dari Kotaraja. Hiburan
yang menyemarakan pesta perkawinan itupun merupakan hiburan kelas
satu yaitu serombongan pemain gamelan terkenal yang pada menjelang
tengah malam akan disambung dengan permainan wayang kulit oleh ki
dalang Ronggo Suwito dari Madiun.
Selagi para tetamu siap untuk mengambil santap malam yang
disediakan di sebuah bangsal besar, perhatian banyak orang tertarik
oleh munculnya seorang tetamu gadis jelita berpakaian hijau. Hampir
semua orang terutama kaum lelaki merasakan nafas mereka seperti
tertahan. Bukan saja oleh kecantikan dan kemulusan kulit sang dara,
tetapi lebih banyak oleh pakaian hijau yang dikenakannya. Pakaian itu
begitu tipis sehingga liku-liku bentuk auratnya terlihat dengan jelas!
Sepasang pengantin dan orang-tua masing-masing yang mengapit
mereka ikut terkesiap dan tahu-tahu tamu tunggal itu sudah berada di
depan pelaminan!
"Bidadari dari manakah yang turun ketempat pesta perkawinan
anakku ini!" ujar Adipati Tawang Merto. Kedua bola matanya terbuka
lebar menggerayangi dada dan bagian perut yang membayang dibalik
pakaian hijau tipis itu. Tenggorokannya tampak turun naik. Adipati
yang memang mata keranjang ini basahi bibirnya dengan ujung lidah.
Ketika Tawang Merto hendak menegur, sang tamu jelita lebih dulu
membuka mulut. "Aku datang bukan untuk memberi ucapan selamat. Tapi untuk
menjemput pengantin perempuan. Ningrum tidak layak menjadi suami
istri Tubagus Kolokaping!"
Bersamaan dengan itu lampu besar di tengah bangsal hancur
berantakan. Dalam keadaan yang tiba-tiba menjadi redup gelap
terdengar pekik pengantin perempuan. Lalu suara bentakan disusul
dengan mentalnya beberapa sosok tubuh.
"Penculik! Kejar!"
"Pengantin perempuan diculik!"
Adipati Tawang Merto yang barusan terjajar hampir jatuh ke lantai
cepat berdiri dan mengejar. Dua kali membuat lompatan dia sudah
berada di ujung bangsal dan menghadang si baju hijau.
"Gadis gila! Berani kau mengacaukan pesta perkawinan anakku!
Berani kau menculik puteriku! Rasakan!"
Seperti diketahui Tawang Merto memang memiliki ilmu silat dan
kesaktian. Maka sekali dia menggebrak serangannya yang mengeluarkan angin keras membuat Hijau Dua terkejut! Gadis ini cepat mengelak
dan susupkan satu tendangan. Tapi dengan mudah Tawang Merto
menghindari tendangan itu malah kini tinjunya berkelebat ke arah
19 043 Dewi Lembah Bangkai -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
kepala Hijau Dua. Sang dara segera maklum kalau Adipati itu memiliki
kepandaian silat tinggi, Dalam pada itu beberapa orang sudah mendatangi tempat itu dan mengurung. Beberapa pengawal yang bertugas
berjaga-jaga disitu telah pula menghunus senjata masing-masing.
Sebagai anak buah Dewi Lembah Bangkai, Hijau Dua tidak takut
menghadapi orang-orang itu. Namun yang lebih penting baginya adalah
menyelesaikan tugas dengan baik yaitu membawa Ningrum dalam
keadaan selamat ke Lembah Bangkai sesuai perintah pimpinannya.
Memikir sampai disitu Hijau Dua putar tubuhnya dan menghantam ke
kiri dimana Adipati Tawang Merto berada. Sang Adipati yang berada
dalam keadaan kalap langsung menyongsong serangan si gadis dengan
satu jotosan keras. Dua pukulan saling beradu. Tawang Merto mengeluh
kesakitan. Hijau Dua terhuyung hampir jatuh. Disaat itu dari samping
ada yang menyerang dengan hantaman kursi. Ternyata Adipati Sawung
Glingging. Melihat keadaan tidak menguntungkannya, apalagi setelah
mengetahui bahwa Tawang Merto memiliki tenaga dalam jauh lebih
tinggi darinya, Hijau Dua memutuskan untuk melarikan diri saja.
Kursi kayu yang dihantamkan sawung Glingging tidak
mengenai.sasaran karena Hijau Dua cepat mengelak. Sambil keluarkan
suara tertawa aneh, dara ini kebutkan lengan baju hijaunya yang
panjang. Serta merta menghamparlah bau busuk yang amat sangat di
tempat itu. Semua orang merasakan nafas menjadi sesak dan dada sakit
mendenyut. Satu demi satu mereka tampak terhuyung-huyung lalu
berjatuhan, tergelimpang dalam keadaan tubuh lemas lunglai. Satusatunya yang masih mampu tegak berdiri walaupun dengan nafas
menyengat adalah Adipati Tawang Merto. Adipati ini memburu Hijau
Dua dengan satu jotosan ke arah dada. Namun yang diserang sudah
memutar tubuh dan berkelebat pergi meninggalkan tempat itu.
"Bangsat penculik! Jangan kira kau bisa kabur!" teriak Tawang
Merto. Dia hantamkan tangan kanannya. Serangkum angin deras
menderu. Tapi kekuatan pukulan sakti ini hanya mencapai setengahnya
saja karena keadaan tubuhnya yang menjadi lemas akibat kebutan
lengan pakaian Hijau Dua yang menyebarkan bau mayat busuk tadi.
Saat itu Hijau Dua sendiri sudah lari jauh. Yang terdengar hanya
teriakannya dalam kegelapan malam.
"Tawang Merto! Kalau kau masih inginkan anak mantumu,
datanglah ke Lembah Bangkai!"
"Kurang ajar haram jadah!" kertak Adipati Tawang Merto dengan
dua tangan terkepal. Perlahan-lahan tubuhnya terduduk di tanah.
Pesta perkawinan yang tadinya begitu semarak dan penuh
kemewahan kini berubah menjadi kacau dan geger!
*** RASA takut disertai goncangan jiwa yang keras membuat Ningrum
20 043 Dewi Lembah Bangkai -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
jatuh pingsan selama dilarikan oleh Hijau Daun setengah malaman.
Sebelum mata hari terbit anak buah Dewi Lembah Bangkai itu berharap
sudah bisa sampai di lembah, namun dalam berlari digelapnya malam
ada satu kegelisahan merasuk dirinya. Dia merasa ada seseorang yang
membuntutinya dan dia yakin siapapun adanya orang ini bukanlah
orang dari Kadipaten karena si penguntit muncul setelah dia jauh
meninggalkan Kadipaten. Dan kesanggupan menguntit sejauh itu hanya
bisa dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kepandaian tinggi, paling
tidak mempunyai ilmu lari yang ampuh. Namun yang membuat Hijau
Dua menjadi sebal ialah setiap dia menoleh ke belakang, dia sama sekali
tidak melihat si pengejar. Seolah-olah orang itu sengaja menyembunyikan diri. Maka timbullah niat dalam diri dara itu untuk menjebak.
Di sebuah tikungan jalan, Hijau Dua jatuhkan selendang milik
pengantin perempuan yang sejak tadi terlibat di leher Ningrum. Lalu dia
merambas semak belukar di kanan jalan kemudian secepatnya
menyeberang ke kiri jalan dan mendekam di balik serumpunan pohon
bambu. Menunggu dengan mempertajam telinga dan sepanjang mata
tak berke-sip. Ternyata Hijau Dua tidak menunggu lama. Mula-mula terdengar
suara kaki berlari. Perlahan sekali padahal orang itu berlari kencang. Ini
sudah satu pertanda bahwa dia bukan saja memiliki ilmu lari cepat tapi
sekaligus ilmu meringankan tubuh. Sesaat kemudian muncul satu
sosok tubuh berpakaian putih. Orang ini berbadan tegap tanda usianya
masih mudah. Rambutnya gondrong menjulai bahu. Dia mengenakan
ikat kepala putih. Sambil menggaruk-garuk kepala orang ini
memandang berkeliling. Ketika berpaling ke jurusan pohon bambu Hijau
Dua segera dapat melihat raut wajahnya yang setengah terlindung oleh
kegelapan. "Hemm...Seorang pemuda bertampang keren. Tapi lagaknya
celangak celinguk seperti orang tolol!" berkata Hijau Dua dalam hati.
Lalu dilihatnya pemuda itu membungkuk memungut selendang
pengantin. Hijau Dua mengomel dalam hati ketika melihat si pemuda
menciumi selendang itu berulang kali. "Jangan-jangan pemuda ini salah
seorang yang tergila-gila pada Ningrum," pikir Hijau Dua. Dia
memperhatikan terus.
Pemuda berpakaian putih tampak melangkah ke arah semak
belukar yang tadi dirambas Hijau Dua. Dia masuk ke balik semak
belukar itu, memandang berkeliling. Tapi tidak menemukan apa yang
dicarinya. "Aneh, tak mungkin si jelita itu amblas ke dalam bumi! Tapi
kemana perginya" Mengapa bisa lenyap" Dan selendang ini, apakah
sengaja ditinggal sebagai tanda dia memang suka diikuti..."!"
"Pemuda geblek! Siapa suka padamu! Kenalpun tidak!" Hijau Dua
mendamprat dalam hati. Kemudian didengarnya lagi pemuda tak
dikenal itu berkata.
21 043 Dewi Lembah Bangkai -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Biasanya pemuda yang menculik gadis. Sekarang malah gadis
menculik gadis! Mau dijadikan apa" Ha...ha... ha... Semakin aneh dunia
ini rupanya!"
"Pemuda sialan! Dikiranya aku ini menculik Ningrum untuk
dijadikan apa!" Kembali Hijau Dua mengomel. Kalau diperturukannya
hatinya yang memberingas mau dia keluar dari balik pohon bambu saat
itu juga dan menghajar pemuda bermulut seenaknya itu.
"Ah, nasibku sial! Mungkin dia sudah kabur! Baiknya aku kembali
saja ke Kadipaten...!" Si gondrong kalungkan selendang pengantin di
lehernya lalu berbalik dan tinggalkan tempat itu ke arah mana dia
datang sebelumnya. Setelah menunggu beberapa lama dan yakin
pemuda tadi benar-benar telah meninggalkan tempat itu, Hijau Dua
keluar dari balik rerumpunan pohon bambu lalu meneruskan
perjalanan menuju Lembah Bangkai.
Dibalik sebatang pohon jati tua, terdengar suara tertawa perlahan.
Lalu keluar sosok tubuh pemuda tadi.
"Penipu tertipu! Mana ada pemuda sepertiku ini bisa ditipu
semudah itu...!" Dia kembali tertawa lalu mulai mengejar ke jurusan
lenyapnya Hijau Dua yang memanggul tubuh Ningrum.
22 043 Dewi Lembah Bangkai -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
UDARA PAGI yang seharusnya penuh kesegaran itu justru sama sekali
tidak dirasakan Pendekar 212 Wiro Sableng ketika pengejarannya
berakhir di pinggir lembah yang merupakan jurang dalam penuh semak
belukar dan batu-batu besar bertonjolan disana-sini. Hidungnya
mencium bau busuk yang amat sangat. Wiro memandang ke arah
lembah. "Gadis ini lenyap di sekitar tempat ini! Apakah dia kabur
menuruni lembah busuk ini?" Murid Sinto Gendeng dari puncak
Gunung Gede itu meneliti kembali. Kemudian melengaklah sang
pendekar ketika kedua matanya melihat sosok-sosok mayat yang
bergelantungan di cabang-cabang pepohonan!
"Gila! Tempat apa inir Siapa yang digantung dan siapa yang
menggantung"!" Dia berpikir-pikir apakah akan segera saja menuruni
lembah meneruskan penyelidikan. Selagi dia menimbang-nimbang
begitu rupa tiba-tiba terdengar suara nyanyian dari arah lembah,
ditimpali petikan kecapi.
Lembah Bangkai lembah kematian
Jangankan menjejakkan kaki
Melihatnya sajapun sudah cukup alasan untuk mati!
Tak ada yang datang dan bisa pergi
Tak ada yang pergi membawa nyawa di badan
Lembah Bangkai lembah kematian
Siapa yang datang tak bisa kembali pulang!
"Ah, ini baru kejutan!" ujar Wiro sambil garuk kepala. Kedua
matanya memandang tajam ke arah lembah. "Ada mahluk bermukim di
dasar lembah sana. Mungkin jin mungkin manusia aneh! Petikan
kecapi, suara nyanyian... Jelas mengandung tenaga dalam. Kalau tidak
mana bisa sampai terdengar sejauh ini...!"
Selagi Wiro bicara sendirian seperti itu tiba-tiba dia melihat
sesuatu melesat sangat cepat dari dasar lembah. Ketika diperhatikan
benda itu ternyata seutas tali yang ujungnya berbentuk buhul besar.
Dalam waktu sekejapan saja buhul besar itu telah menyambar ke arah
kepala Wiro. Dalam keterkejutannya masih untung pemuda ini sempat
jatuhkan diri. Tali lewat di atas kepalanya, jatuh melibat sebatang pohon
kecil. Begitu tali melibat pohon, terdengar suara berderak. Batang pohon
terangkat ke atas, akarnya tercabut berserabutan. Sesaat kemudian
pohon itu terbetot ke bawah, meluncur ke dalam lembah! Wira dapat
membayangkan kalau batang lehernya tadi sempat dilibat tali aneh itu!
"Ada orang sakti di dalam lembah yang pergunakan kepandaian23 043 Dewi Lembah Bangkai -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
nya untuk mencelakai dan membunuh sesama manusia!" ujar Wiro
dalam hati. "Gadis berbaju hijau yang menculik pengantin perempuan
itu..."!" Menduga sampai disitu membuat semakin bulat tekad sang
pendekar untuk turun ke dalam lembah. Sementara itu dari bawah sana
kembali terdengar suara nyanyian dan petikan kecapi. Wiro menunggu
sampai suara nyanyian dan petikan kecapi itu berhenti. Lalu pendekar
ini pentang mulut keluarkan suara nyanyian. Nadanya sungguh tidak
sedap karena sumbang. Tapi syair seenaknya yang dinyanyikannya
justru membuat penghuni lembah dibawah sana menjadi tidak enak dan
marah. Lembah indah ciptaan Tuhan
Berselimut bau busuk ciptaan insan
Sungguh memalukan pekerjaan yang kau lakukan
Bukan mensyukuri keindahan alam ciptaan Tuhan
Tapi rnengotori dengan mayat dan kebusukan
Urusan kematian adalah urusan Gusti Allah
Manusia jangan sombong merasa perkasa
Bila ajal sampai sudah
Kaupun akan berkubur di liang tanah
Lembah Bangkai diselimuti kesunyian begitu gema nyanyian
Pendekar 212 lenyap. Tapi sepasang mata murid Sinto Gendeng tak bisa
ditipu. Tersamar diantara kehijauan daun-daun pepohonan dia melihat
dua bayangan hijau bergerak cepat menuju bagian atas lembah. Wiro
menunggu. Tapi dua bayangan itu mendadak berhenti di lereng lembah,
dan mendekam di suatu tempat seolah-olah menunggu sesuatu.
Di saat yang sama Wiro mendengar suara derap kaki kuda di


Wiro Sableng 043 Dewi Lembah Bangkai di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

belakangnya. Ketika dia berpaling dilihatnya Adipati Tawang Merto dan
Adipati Sawung Glingging sudah berada di tepi lembah beserta lebih dari
dua puluh perajurit bersenjata lengkap.
"Orang muda! Siapa kau"! Apakah kau penghuni di tempat ini"!"
Tawang Merto mendekati Wiro sambil menutup hidung, tak tahan
mencium bau busuknya mayat.
"Aku baru saja sampai di lembah ini!" jawab Wird. "Hemmm, apa
yang kau lakukan pagi-pagi disini"!" yang bertanya kini adalah Adipati
Sawung Glingging.
"Aku mencari seseorang," jawab Wiro lagi.
"Hemm...gerak gerikmu mencurigakan! Jangan-jangan kau
anggota komplotan penculik anakku!"
Wiro tersenyum dan menyahuti: "Adipati, jangan asal menuduh
saja. Kau saksikan sendiri tempat ini. Angker dan menebar bau busuk!
Inilah Lembah Bangkai!"
"Nah, kau tahu nama lembah ini, pasti kau penghuni disini!"
"Ayah! Aku yakin manusia satu ini terlibat dalam penculikan
istriku!" seorang pemuda yang juga menunggang kuda menyeruak ke
24 043 Dewi Lembah Bangkai -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
depan lalu berteriak: "Pusaka Kadipaten! Tangkap pemuda ini!"
Sepuluh perajurit segera melompat turun dari kuda mereka.
"Kalian gila semua atau bagaimana" Tidak ada ujung pangkal
hendak menangkapku"!" teriak Wiro jadi gusar. Tapi sepuluh perajurit
itu merangsak maju.
"Bunuh dia kalau berani melawan!" berkata pemuda diatas kuda.
Dia bukan lain adalah Tubagus Kolokaping, putera Adipati Tawang
Merto. Kehilangan istrinya disaat bersanding dipelaminan membuatnya
ingin membunuh siapa saja saat itu.
Ketika perajurit-perajurit Kadipaten itu hanya tinggal tiga langkah
lagi dari hadapan Wiro, tiba-tiba dari dasar lembah terdengar alunan
nyanyian dan petikan kecapi. Adipati Tawang Merto dan calon besannya
Sawung Glingging terkesiap dan saling pandang. Sepuluh perajurit yang
hendak meringkus Wiro seolah-olah terpukau dan hentikan gerakan
mereka. "Betul apa yang dikatakan Rundono tempo hari. Lembah Bangkai.
Ada bau busuk. Ada suara nyanyian aneh dan petikan kecapi yang
menggidikkan..." berbisik Sawung Glingging.
"Jangan kita terpengaruh oleh pendengaran yang bukan-bukan.
Tidak ada jin atau setan yang pandai menyanyi dan main kecapi! Itu
pasti manusia juga. Aku yakin ini markas penculik keparat itu!" ujar
Tawang Merto. Dia bersiap-siap mencari jalan untuk menuruni lembah
dan memberi isyarat pada perajurit-perajurit yang ada dibelakangnya.
"Perajurit-perajurit tolol! Mengapa kalian diam saja"! Lekas
tangkap pemuda gondrong itu!" terdengar Tubagus Kolokaping berteriak
marah ketika dilihatnya perajurir-perajurit yang tadi sudah siap untuk
meringkus Wirio kini malah tegak seperti terpukau!
Dibentak begitu rupa sepuluh perajurit itu seperti sadar. Sambil
berteriak mereka melompati Pendekar 212 Wiro Sableng.
Adipati Tawang Merto yang sudah siap menuruni bibir lembah jadi
menahan tali kekang kudanya ketika dia melihat enam dari sepuluh
perajurit Kadipaten yang hendak menangkap pemuda berambut gondrog
itu mencelat dan berkaparan di tepi lembah sambil mengerang
kesakitan. Empat lainnya tertegun ketakutan.
Marahlah orang-orang Kadipaten itu, terutama Tawung Merto,
anaknya Tubagus Kolokaping dan Adipati Sawung Glingging. Langsung
saja Tawang Merto memerintahkan agar Wiro dibunuh saat itu juga!
Belasan senjata dihunus. Tubagus Kolokaping mencekal sebilah, golok
panjang erat-erat. Selain ayahnya, dialah yang paling mendendam atas
penculikan terhadap Ningrum.
Tawang Merto melompat dari kudanya. Justru inilah yang
menyelamatkannya dari seutas tali yang tiba-tiba melesat dari dasar
lembah. Buhul besar yang tadinya akan menyambar kepalanya, kini
hanya sempat menjirat leher kuda tunggangan. Binatang ini meringkik
keras, melejang-lejangkan keempat kakinya. Lalu dalam keadaan seperti
itu tubuhnya terseret menggelinding ke dalam lembah!
25 043 Dewi Lembah Bangkai -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Walau apa yang terjadi dengan kuda tunggangannya itu sempat
membuat kuduk Tawang Merto mengkirik, namun saat itu dia lebih
mementingkan pada tekadnya bersama yang lain-lain untuk membunuh
Pendekar 212 Wiro Sableng.,
Disaat yang menegangkan itu tiba-tiba muncul dua bayangan
hijau. Udara di bibir lembah serta merta menjadi busuk luar biasa.
Semua orang merasakan nafas menjadi sesak. Yang memiliki
kepandaian tinggi seperti dua Adipati dan puteranya serta Wiro Sableng
segera menutup jalan penciuman. Tetapi perajurit-perajurit yang
belasan jumlahnya mulai batuk-batuk, sakit mendenyut pada dada
masing-masing dan kedua kaki bergetar lemas, hampir tak kuasa lagi
menunjang tubuh mereka. Sementara itu puluhan kuda tunggangan
yang ada disitu mulai resah, meringkik tiada henti bahkan ada yang
sudah menghambur lari dari tempat itu.
Melihat munculnya dua gadis berpakaian tipis berwarna hijau,
perhatian semua orang terhadap Wiro Sableng menjadi beralih.
"Bangsat penculik! Dikejar kau datang sendiri! Mana puteriku"!"
teriak Adipati Sawung Glingging.
Hijau Dua, dara berpakaian hijau tipis yang tegak berkacak
pinggang tersenyum mencibir. "Kau rupanya ayah gadis itu! Sesuai
permohonan anakmu, Dewi telah memberi putusan mengampuni
jiwamu! Nah, kau tunggu apa lagi! Lekas minggat dari sini!"
"Dewi...Dewi siapa maksudmu, penculik keparat"!" teriak Tubagus
Kolokaping. Plaakk! Satu tamparan keras melabrak pipi pengantin yang kecurian istri
itu. Tubuhnya berputar terhuyung-huyung lalu terbanting ke tanah.
Bibirnya pecah mengucurkan darah. Melihat hal ini sang Ayah, Adipati
Tawang Merto menggerung marah dan lepaskan satu jotosan ke wajah
Hijau Dua. Dari samping Hijau Satu memapasi serangan Adipati itu
dengan satu tendangan ke arah perut. Membuat Tawang Merto terpaksa
batalkan serangannya pada Hijau Dua lalu membalik, maksudnya
untuk menggebuk Hijau Satu. Akibatnya bentrokan dua lengan tidak
terhindarkan. Hijau Satu terpekik. Tubuhnya terhuyung, lengan
kanannya terasa seperti patah. Sebaliknya Tawang Merto jatuh duduk di
tanah. Wajahnya pucat. Adipati ini cepat melompat bangkit. Kalau tadi
dia mengerahkan hanya setengah bagian saja dari tenaga dalamya,
maka kini dia kerahkan seluruh kekuatan tenaga dalam yang
dimilikinya. Akan halnya Wiro, karena merasa orang sudah melupakan dirinya
maka pemuda ini melompat ke cabang sebatang pohon dan
memutuskan untuk menonton saja apa yang terjadi dibibjr Lembah
Bangkai itu! Tidak percuma Tawang Merto mempelajari berbagai ilmu silat dan
kesaktian selama belasan tahun. Serangan-serangan
yang dilancarkannya menimbulkan deru angin, dibelakang kedua kakinya
26 043 Dewi Lembah Bangkai -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
debu beterbangan. Dalam waktu singkat dia berhasil mendesak Hijau
Dua. Sebetulnya dalam ilmu silat gadis muda anak buah Dewi Lembah
Bangkai itu tidak berada dibawah tingkat kepandaian sang Adipati.
Namun tenaga dalam yang dikerahkan penuh oleh lawan membuat
Hijau Dua harus berhati-hati dan memilih lebih baik mundur atau
berkelit pada saat dia merasakan tidak mungkin mengadu kekuatan.
Berlainan dengan Tawang Merto yang menunjukkan kehebatannya maka Adipati Sawung Glingging yang dibantu oleh tubagus
Kolokaping sama sekali tidak berdaya menghadapi serangan-serangan
Hijau Satu. Sesuai dengan pesan yang diterimanya dari sang Dewi,
Hijau Satu tidak mau menciderai Sawung Glingging yang ayah Ningrum
itu, sebaliknya serangannya dititikberatkan pada sang calon pengantin
pria yang sial. Akibatnya Tubagus Kolokaping menjadi bulan-bulanan
hantaman Hijau Satu. Dalam empat jurus saja pemuda itu sudah babak
belur dan tergelimpang di tanah.
Sawung Glingging yang menjadi kecut berteriak pada perajuritperajurit Kadipaten. Setengah lusin perajurit maju. Keenam perajurit ini
dibikin babak belur dalam tiga jurus. Sawung Glingging melompat
mundur dengan muka pucat.
"Sekali lagi aku memberi kesempatan. Apakah kau masih tidak
mau minggat dari tempat ini"!"
Mendengar ucapan Hijau Satu dan menyadari bahwa dia tidak
memiliki kemampuan untuk menghadapi gadis baju hijau itu sendirian.
Adipati Sawung Glingging melompat ke atas punggung seekor kuda lalu
menggebrak binatang itu meninggalkan lembah. Beberapa perajurit yang
juga sudah meleleh nyalinya termasuk Tubagus Kolokaping melakukan
hal yang sama. Hingga kini tinggallah Adipati Tawung Merto seorang
diri, masih ditunggui oleh sebelas perajurit yang rata-rata berada dalam
keadaan ketakutan.
Perkelahian antara Hijau Dua dan Tawang Merto semakin hebat.
Masing-masing mengeluarkan kepandaian. Tawang Merto andalkan
tenaga dalam yang tinggi dan pukulan-pukulan sakti tangan kosong.
Sebaliknya Hijau Dua andalkan kegesitan serta pukulan-pukulan ujung
lengan baju hitamnya yang membersitkan angin deras mengandung
hawa busuk menyesakkan. Meskipun dia dapat membendung semua
serangan lawan namun lama-lama Hijau Dua yang kurang pengalaman
itu mulai terdesak dan beberapa kali dia hampir kena hantaman
pukulan lawan yang mengandung jebakan-jebakan mematikan.
Melihat hal ini, Hijau Satu keluarkan suara suitan nyaring. Dari
dalam lembah tiba-tiba melesat seutas tali yang ujungnya membentuk
lingkaran maut. Ujung tali ini menderu ke arah kepala Tawang Merto
yang saat itu sama sekali tidak menyadari karena dengan segala
dendam dan kemarahan berusaha menghabisi Hijau Dua. Ketika tali
maut itu hampir lolos melewati kepalanya untuk menjirat lehernya, tibatiba sebatang patahan cabang kecil melayang ke udara. Tali yang siap
Pecut Sakti Bajrakirana 10 Pendekar Naga Putih 05 Jari Maut Pencabut Nyawa Si Tangan Sakti 7

Cari Blog Ini