Ceritasilat Novel Online

Raja Sesat Penyebar Racun 2

Wiro Sableng 051 Raja Sesat Penyebar Racun Bagian 2


dalam kegelapan.
Pendekar 212 perlahan-lahan turunkan tubuh kaku dan bisu Suro
Markum. Bagitu kedua kaki Suro menginjak tanah, Wiro lepaskan totokan
ditubuh orang tua itu lalu mendorongnya kuat-kuat ke arah kawannya. Tapak
Jingga cepat menahan tubuh Suro Markum. "Kau tak apa-apa Suro...?"
"Aku tidak cidera. Siapa sebenarnya pemuda itu" Ilmu silatnya aneh.
Kalau dia mau tadi dia bisa melemparkanku ke jurang batu di bawah teluk..."
kata Suro Markum pula.
"Aku berniat menyerangnya lagi. Kita belum mencoba jurus-jurus ilmu
silat selusin tangan besi..." menyahuti Tapak Jingga.
"Aku tak punya selera lagi meneruskan perkelahian ini Tapak Jingga, lagi
pula aku punya firasat, kita berdua belum tentu mampu mengalahkan pemuda
gondrong itu..."
"Kalau begitu sebaiknya kita tinggalkan bukit Karang Gontor ini! Aku tidak
mau pemuda sableng itu mengejek dan mempermainkan kita seperti tadi!"
Tapak Jingga memberi isyarat pada kawannya. Tapi Suro Markum tetap berdiri di
tempatnya bahkan menegur Pendekar 212.
"Anak muda, siapa kau sebenarnya" Tadi kau menyebut sebagai orang
segolongan dengan kami. Apa maksudmu...?"
"Bukankah kalian tengah menyelidiki perkara malapetaka kematian begitu
banyak penduduk yang terjadi akhir-akhir ini...?"
Tapak Jingga dan Suro Markum sama mengiyakan.
"Nah akupun melakukan hal yang sama. Penyelidikanku memberi
kenyataan bahwa semua korban yang mati biru itu bukan karena dicekik atau
disedot dedemit. Tapi semua mati keracunan!"
"Keracunan"!" mengulang Suro Markum.
"Ada orang yang sengaja meracun. Entah makanan atau minuman
mereka. Karena Dedemit Karang Gontor disebut-sebut dan dikaitkan dengan
23 051 Raja Sesat Penyebar Racun Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
peristiwa ini maka aku menyelidik sampai disini. Ternyata aku tidak menemukan
apa-apa. Kecuali kalian berdua yang mula-mula sempat kusangka kaki tangan
dedemit itu!"
"Jika rakyat yang mati memang adalah korban keracunan seperti katamu,
ini adalah satu hal aneh luar biasa!" ujar Suro Markum. "Pertama, siapa yang
mau-mauan, begitu
tega meracuni rakyat" Kedua
apa maksud mereka...melakukan peracunan...?"
"Kutambahkan satu pertanyaan lagi!" menyambung Wiro. "Di Kotaraja
dan di Keraton begitu banyak ahli pengobatan. Mengapa tak satu orangpun
mengetahui dan mengatakan bahwa korban adalah akibat keracunan, bukan
dibunuh oleh dedemit!"
Mendengar kata-kata Wiro itu Suro Markum dan Tapak Jingga jadi saling
pandang. "Pemuda ini benar, Tapak Jingga. Ada yang tidak beres di Kotaraja. Kita
harus cepat kembali..." bisik Suro Markum pada kawannya. Lalu dia berpaling
pada Wiro. "Anak muda, malam ini kami yang tua mendapat pelajaran berguna
darimu. Kami tidak akan melupakan hal ini. Kami berharap dapat berjumpa
denganmu di lain kesempatan..."
"Kalau boleh aku bertanya, untuk siapakah kau bekerja melakukan
penyelidikan?" tanya Tapak Jingga.
"Untuk orang-orang yang jadi korban itu. Untuk kebenaran...!" jawab Wiro
lalu memutar diri dan tinggalkan kedua erang tua itu lebih dahulu.
24 051 Raja Sesat Penyebar Racun Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
HUJAN GERIMIS TURUN bersamaan dengan lenyapnya rembulan
dibalik awan tebal. Udara dingin mencucuk tulang dan kesunyian mencengkam
desa Tanggul Rejo yang terletak jauh di tenggara Kotaraja.
Bersamaan dengan bertiupnya angin malam, dari kelokan jalan muncul
dua penunggang kuda. Keduanya mengenakan pakaian hitam dan wajah
masing-masing ditutup dengan cadar sebatas mata. Anehnya dua orang ini
sengaja menunggang kuda dengan langkah sangat perlahan sehingga derap
delapan kaki kuda tunggangan itu hampir tidak terdengar. Sambil bergerak
keduanya memandang kekiri dan ke kanan, memperhatikan setiap bidang tanah
yang mereka lewati, meneliti rumah-rumah penduduk yang terletak saling
berjauhan. "Kau lihat tambak ikan di sebelah sana...," penunggang kuda disebelah
kanan berbisik pada kawannya.
"Ah, matamu tajam sekali kawan. Itu sasaran paling empuk yang kita
temui malam ini. Kau atau aku...?"
"Jika kau mau silahkan saja..."
Mendengar ucapan kawannya itu penunggang kuda disebelah kanan
segera turun dari kudanya. "Tunggu aku di tempat gelap sana. Awasi keadaan
sekitar sini. Jika ada bahaya lekas beri tanda..." kata orang itu begitu turun
dari kuda. Lalu dia melangkah mengendap-endap ke arah sebuah tambak ikan.
Dikejauhan kelihatan sebuah rumah berada dalam keadaan gelap.
Begitu sampai di-tepi, tambak ikan, orang ini memandang dulu berkeliling.
Ketika dirasakannya aman, cepat-cepat dia mengeluarkan sebuah kantong kecil
terbuat dari kulit kerbau yang ujungnya diikat kencang dengan seutas tali.
Dengan cepat dibukanya tali ini lalu dari dalam kantong yang kini terbuka
ditebarkannya sejenis bubuk berwarna putih kelabu ke dalam tambak. Setelah
itu kantong kulit diikatnya kuat-kuat lalu dengan cepat dia kembali menemui
kawannya. "Selesai..." bertanya kawan yang menunggu.
"Beres!" jawabnya seraya melompat naik ke atas punggung kuda. Dari
situ kedua orang bercadar hitam itu melanjutkan perjalanan memasuki desa
Tanggul Rejo lebih ke dalam. 'Seperti tadi, keduanya tak mau memacu kuda
tunggangan, melainkan bergerak perlahan"
"Sebentar lagi sudah lewat tengah malam..." 'Penunggang kuda di sebelah
kiri berkata. "Menurut penyelidikanku ada sekitar empat puluh rumah di desa ini.
Berarti ada empat puluh sumur yang harus kita kerjakan. Menurutmu apa kita
punya waktu melakukannya...?"
"Sesuai petunjuk, tak perlu semua sumur kita kerjakan. Jika dapat
separuhnya saja itu sudah cukup...Nah, lihat. Di depan sana ada rumah. Kulihat
25 051 Raja Sesat Penyebar Racun Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
sebuah sumur di sebelah belakang. Giliranmu turun tangan, kawan...Aku akan
mendatangi rumah di sebelah sana. Lekas bergabung jika pekerjaanmu
selesai..."
Dua penunggang kuda berpisah. Satu jalan terus, lainnya membelok ke
kanan, memasuki pekarangan besar sebuah rumah, langsung menuju ke
halaman belakang dimana terdapat sebuah sumur.
Di tepi sumur, tanpa turun dari kudanya orang itu mengeluarkan sebuah
kantong kulit, membuka ikatannya. Lalu bubuk putih kelabu yang ada dalam
kantong dituangkannya sedikit ke dalam sumur! Sehabis memasukkan bubuk itu
ke dalam sumur, dia cepat-cepat mengikat kantong kulit, simpan kembali
kantong itu dibalik pakaiannya lalu bergerak memutar kudanya. Pada saat itulah
terdengar suara anjing menggonggong. Mula-mula hanya seekor saja, namun
sesaat kemudian ada setengah lusin anjing yang berlompatan dari tempat gelap.
Keenam anjing itu mengerubungi kuda sambil terus menyalak.
"Celaka!" keluh si penunggang kuda. Dia cepat menyentakkan tali kekang
kuda tungganggannya. Binatang ini meringkik keras. Hampir bersamaan dengan
ringkikan itu, dari arah rumah terdengar suara membentak: "Siapa diluar"!" Lalu
terdengar suara pintu terbuka. Menyusul suara tongtong yang dipukul terus
menerus. Suara tongtongan dari arah rumah itu dalam waktu cepat mendapat
sambutan dari berbagai jurusan.
Si penunggang kuda menjadi panik. Dia memacu kudanya sekencangkencangnya tetapi enam ekor anjing tadi ternyata ikut mengejar. Hatinya
tercekat ketika di depan sana dilihatnya ada serombongan orang. Tangan kiri
memegang obor, tangan kanan. membawa berbagai macam senjata!
Melihat hal ini penunggang kuda itu cepat memutar kudanya ke arah dari
mana dia datang sebelumnya. Namun dari arah itupun bermunculan banyak
sekali orang yang membawa obor serta senjata! Dari kedua ujung jalan dua
rombongan orang itu mendatangi dengan cepat seraya berteriak-teriak.
'Tangkap! Bunuh penebar racun!"
"Cincang sampai lumat!"
"Gantung kaki ke atas kepala ke bawah!"
Jantung si penunggang kuda bercadar serasa copot. Terlebih lagi ketika
dilihatnya dari bagian gelap di kiri kanan jalan bermunculan pula orang-orang
yang membawa obor dan senjata. Menyadari dirinya terkurung di-tengah-tengah
dan terancam bahaya maut mengerikan orang itu menjadi nekad. Dia
menggebrak kudanya berusaha menerobos kepungan orang di sebelah selatan
jalan. Dua orang pengurung terjengkang dihantam kaki kuda. Tapi
penunggangnya sendiri tak berhasil lolos. Seseorang sempat menarik kakinya
hingga tubuhnya terlontar dan jatuh terbanting ke jalanan.
"Cincang!"
"Bunuh!"
Sebatang golok menyambar membabat dada. Sebatang tombak
menyorong ke depan. Traang!
Golok yang seharusnya membacok kepala itu tertahan oleh batang
26 051 Raja Sesat Penyebar Racun Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
tombak. Bersamaan dengan itu ada orang yang berteriak.
"Tunggu!"
Ternyata dia adalah Kepala Desa Tanggul Rejo.
Kepala Desa ini pula yang tadi menangkis bacokan golok. Orang banyak
mengeluarkan suara kemarahan dan kutuk serapah ditujukan pada Kepala Desa
itu. Kepala Desa cepat menguasai keadaan dengan berteriak: "Membunuh
keparat penyebar racun ini mudah saja! Aku ingin cepat-cepat menggorok
lehernya mencincang kepalanya! Tapi dengar! Kita harus menyelidik! Dia harus
dipaksa memberi keterangan mengapa dia menebarkan racun di desa kita! Siapa
yang menyuruh!"
Mendengar kata-kata Kepala Desa itu, orang banyak mengendur sedikit
kemarahan mereka. Namun seseorang masih sempat membetot Tepas kain
hitam yang menutupi wajah lelaki yang terbujur di tanah setengah bergelung.
Tak satu orangpun mengenali tampang manusia itu. Berarti dia bukan
penduduk desa Tanggul Rejo.
Selagi orang desa menahan amarah dan selagi Kepala Desa berbicara,
orang yang terguling di jalanan itu tidak sia-siakan kesempatan. Mati
disadarinya memang sudah jadi bagiannya. Tapi dia tidak mau mati dicincang dan ditembus
puluhan senjata. Maka dengan cepat dia keluarkan kantong kulit yang ada di
balik pinggangnya.
Lalu cepat sekali dia menuangkan bubuk putih kelabu yang ada dalam
kantong kedalam mulutnya yang dibuka lebar-lebar. Kejadian itu berlangsung
cepat sekali, tidak terduga oleh semua orang yang ada di tempat itu.
Tidak perlu menunggu lama. Orang ini mulai melejang-lejang. Mukanya
menjadi biru sampai ke bibir. Sepasang mata membeliak. Dari tenggorokannya
ada suara menggeru lalu menyembur busah dan air berwarna hitam pekat.
"Kurang ajar! Bangsat itu menenggak racun yang dibawanya sendiri!"
teriak seseorang.
"Dia bunuh diri!"
"Kita terlambat!" teriak kepala desa lalu dengan marah ditendangnya
kepala orang itu. Apa yang terjadi kemudian sungguh mengerikan. Puluhan
macam senjata berkelebat menusuk dan menghunjam di sekujur tubuh orang
itu. Mukanya tak bisa dikenali lagi!
"Aku yakin bangsat itu tidak datang sendirian!" seorang lelaki yang hanya
mengenakan celana pendek hitam berkata. Dia menurunkan obornya kesalah
satu bagian jalanan. Yang jauh dari kerumunan orang banyak. "Lihat!" katanya.
"Ditanah ada jejak-jejak lebih dari seekor kuda. Paling tidak ada dua kuda yang
lewat disini!"
"Kalau begitu kita harus menyebar lalu memeriksa setiap pelosok desa!"
kata Kepala Desa pula
"Aku setuju!" seseorang menyahuti.
"jika bangsat satu itu ketemu, tak perlu diberi waktu untuk bertanya
segala. Gorok lehernya! Cincang kepala dan tubuhnya! Habis perkara!" seorang
27 051 Raja Sesat Penyebar Racun Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
penduduk desa menimpali.
28 051 Raja Sesat Penyebar Racun Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
DI MALAM YANG SAMA, di desa Lebak Wangi yang terletak disebelah barat
Kotaraja, seorang penunggang kuda sejak tadi mendekam dibalik lumbung padi
yang terletak di pekarangan belakang sebuah rumah besar milik seorang
hartawan yang puteranya menjadi salah seorang Kepala Pasukan di Keraton
Barat. Di halaman belakang itu, seorang lelaki tua tampak tengah merapikan
susunan kayu api. Orang yang mendekam dibalik lumbung padi sudah tidak
sabaran. Matanya pulang balik memperhatikan si orang tua dan sumur yang
terletak hanya sepuluh tombak saja di sebelah kiri lumbung padi. Tapi karena
sumur itu berada di halaman terbuka, jika dia mendekati mustahil orang tua itu
tak akan melihatnya.
"Orang tua celaka itu ada-ada saja yang dikerjakan!" memaki si
penunggang kuda. "Apa perlu kubereskan saja dia lebih dulu..."
Walaupun sudah punya pikiran seperti itu, nyatanya orang dibalik
lumbung memutuskan untuk menunggu saja sampai orang tua di sebelah sana
selesai dengan pekerjaanya. "Kalau kayu api itu sudah disusunnya dengan rapi,
pasti dia akan masuk ke dalam rumah. "Begitu orang dibalik lumbung berpikir.
Tetapi, setelah selesai merapikan kayu api, orang tua tadi kini malah mengambil
sebuah sapu lidi besar dan mulai menyapu.
"Sialan!" runtuk orang dibalik lumbung... Dia raba golok di pinggang
kirinya. Lalu bergerak keluar dari balik lumbung.
Orang tua yang tengah menyapu halaman angkat kepalanya dan
berpaling ketika mendengar ada suara telapak kaki kuda mendatangi.
Disangkanya putera majikannya yang. datang.
"Raden...Kaukah itu...?" tegurnya.
Namun begitu penunggang kuda tersebut sampai di hadapannya
terkejutlah orang tua itu. Si penunggang kuda ternyata seorang berpakaian
serba hitam yang wajahnya ditutup dengan kain berwarna hitam pula!
"Rampok!" desis orang tua itu. Sapu di tangannya dilemparkan. Dia
memutar tubuh untuk lari seraya berteriak. Namun dia hanya sempat memutar
tubuhnya sedikit saja dan sebelum mulutnya bisa berteriak, sebilah golok telah
berkelebat dalam kegelapan malam. Orang tua yang malang itu terhuyung nanar
sambil menggapai-gapai ke udara. Pangkal lehernya hampir putus. Darah
mengucur. Dia berusaha keras untuk berteriak, tapi hanya lidahnya yang
terjulur. Setelah itu tubuhnya terhempas jatuh ke tanah!
Orang berkuda sarungkan kembali golok berdarah, lalu bergerak
mendekati sumur. Di tepi sumur dia mengeluarkan sebuah benda berbentuk
bulat sepanjang satu setengah jengkal yang ternyata adalah sebatang bambu
kecil. Dengan cepat dibukanya sumbat kain di salah satu ujung bambu lalu
29 051 Raja Sesat Penyebar Racun Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
bubuk putih kelabu yang ada dalam bambu itu dipercikkan-nya ke dalam sumur.
Selagi dia melakukan hal itu tiba-tiba dari dalam sumur melesat keluar dua buah
tangan yang langung mencekal pergelangan tangan si penunggang kuda.
Penunggang kuda itu berteriak saking kagetnya.
Lalu terdengar suara kraaakk!


Wiro Sableng 051 Raja Sesat Penyebar Racun di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Untuk kedua kalinya orang di atas kuda berteriak. Kali ini karena tulang
lengangnya telah dipatahkan oleh dua tangan yang mencuat keluar dari dalam
sumur. Tabung bambu berisi bubuk racun yang dipegangnya terlepas dan jatuh
di pinggir sumur. Tubuhnya sendiri terbetot jatuh dari atas punggung kuda.
Ketika dia berusaha bangkit berdiri di hadapannya berdiri sesosok tubuh
berpakaian serba putih.
"Kurang ajar! Bangsat ini rupanya! Bagaimana dia bisa mendekam
sembunyi didalam sumur itu!" me-runtuk orang yang patah tangannya. Tadi dia
menyangka yang keluar dari dalam sumur itu adalah sebangsa setan atau hantu
malam! "Ha...ha! Matamu yang juling cukup kukenali! Tapi aku perlu melihat
tampangmu!"
Sekali tangannya bergerak, orang berpakaian putih berhasil menjambret
lepas kain hitam penutup wajah lelaki di hadapannya.
"Ki Dukun Japara! Benar kau rupanya!"
"Pemuda sableng! Kau ikut campur terlalu jauh! Nyawamu atau jiwaku!"
Si pakaian hitam yang ternyata adalah Ki Dukun Japara, pergunakan tangan
kirinya untuk mencabut golok. Namun sebelum dia sempat menyentuh senjata
itu, satu totokan membuat tubuhnya menjadi kaku dan mulutnya menjadi bisu.
"Dukun bejat penebar racun! Sekarang kau ikut aku ke Kotaraja! Disitu
nanti kau harus bicara banyak sebelum Sri Baginda memerintah memisahkan
kepala dan tubuhmu!"
Ki Dukun Japara yang berada dalam keadaan kaku dan gagu hanya bisa
memaki dalam hati. Orang berpakaian putih yang ternyata adalah Pendekar 212
Wiro Sableng memungut tabung bambu yang tercampak di tanah dan
menyumpalkan penutupnya. Tabung berisi racun itu disisipkannya di pinggang
kiri. Lalu Wiro memanggui tubuh Ki Dukun Japara dan meletakkannya diatas
punggung kuda. Saat itulah melesat sebuah benda dalam kegelapan. Wiro
rundukkan kepala. Benda yang melesat lewat seujung kuku dari pipi kanannya
lalu menancap tepat di punggung kanan Ki Dukun Japara yang menggeletak
melintang di atas kuda! Benda itu ternyata adalah sebatang panah!.
"Pembokong keparat!" maki Wiro. Dia lepaskan pukulan tangan kosong
mengandung tenaga dalam dahsyat ke jurusan dari mana datangnya panah itu.
Beberapa pohon kecil dan semak belukar rambas namun si pembokong telah
lebih dahulu melarikan diri. Di kejauhan terdengar suara derap kaki kudanya
menjauh. Wiro segera memeriksa keadaan. Ki Dukun Japara dan jadi terkejut ketika
melihat wajah orang tua itu berubah kebiruan. Dirobeknya punggung pakaian Ki
Dukun. Kulit punggung itupun tampak membiru!
30 051 Raja Sesat Penyebar Racun Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Panah beracun!" kertak Wiro. Dia menotok lagi beberapa bagian tubuh Ki
Dukun Japara. Lalu perlahan-lahan anak panah yang menancap di punggung
orang tua itu dicabutnya. Ketika diperhatikannya ujung runcing panah, tampak
bagian itu juga berwarna biru kehitaman.
"Aneh, siapa yang menginginkan nyawa dukun keparat ini?" pikir
Pendekar 212 sambil garuk-garuk kepala. "Dia ternyata menjadi penyebar racun.
Pasti cuma kaki tangan atau pelaku biasa saja. Lalu yang jadi biang kerok
mengotaki semua kegilaan ini..."! Di Kotaraja semua akan tersingkap. Aku harus
membawa dukun sialan ini kesana secepatnya!"
Baru saja Wiro hendak naik ke atas kuda dimana tubuh Ki Dukun Japara
menggeletak tiba-tiba dua penunggang kuda muncul di tempat itu. Yang
pertama seorang pemuda berseragam Perwira Muda Kerajaan, satunya lagi
seorang dara berpakaian jingga yang rambutnya dikuncir dan pada punggungnya
tersembul gagang sebilah pedang.
"Hai! Siapa kau"! Apa yang terjadi disini"!" bertanya Perwira Muda itu
dengan suara membentak sedang sang dara memandang dengan mata penuh
selidik pada murid Sinto Gendeng yang tertegak sambil pegangi anak panah.
31 051 Raja Sesat Penyebar Racun Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
DARA DI ATAS KUDA tiba-tiba berseru kaget ketika melihat dan mengenali
sosok tubuh yang menggeletak di halaman belakang. "Astaga! Itu si kakek
Samino! Apa yang terjadi dengan dirinya"!" Sang dara melompat dari atas kuda,
langsung berlari ke arah mayat orang tua yang terbujur di tanah. Lalu terdengar
teriaknya "Kakak Primadi! Pembantu kita ini sudah mati! Ada luka besar
dipangkal lehernya!"
Pemuda yang mengenakan seragam Perwira Muda Kerajaan itu jadi
terkejut lalu melompat turun dari punggung kudanya.
"Jelas dia dibunuh!" desis Perwira Muda bernama Primadi itu.
Sreett! Gadis berpakaian jingga hunus pedangnya. Meskipun halaman belakang
itu agak gelap namun sinar pedang yang berwarna kebiruan jelas terlihat tanda
pedang itu adalah sebilah senjata mustika. Dan demikian cepatnya gerakan si
gadis, tahu-tahu ujung pedang sudah menempel di perut Pendekar 212!
"Ah...Urusan ini jadi kapiran!" keluh murid Sinto Gendeng dalam hati.
"Aku tidak membunuhnya!" kata Wiro pula.
"Kami tidak bertanya! Tapi hanya ada satu orang disini! Kau!" bentak sang
dara. "Itu satu lagi yang menggeletak di atas kuda! Pingsan ditancap panah
beracun!" Wiro menuding ke arah tubuh Ki Dukun Japara yang menggeletak
diatas kuda dalam keadaan tertotok dan luka di punggungnya.
"Ditancap panah katamu! Tapi mengapa anak panah itu ada ditanganmu,
bukan menancap di tubuhnya"!" bertanya si Perwira Muda.
"Aku barusan mencabut anak panah itu dari punggungnya! Panah itu
beracun!" "Bagaimana kau tahu panah itu beracun"!" tanya sang dara baju jingga.
Nada suaranya terus saja keras dan galak.
"Kalian lihat saja punggung dan mukanya. Biru kehitaman!" jawab Wiro
pula. Sepasang muda mudi yang ternyata adalah kakak beradik itu saling
pandang seketika. Lalu sang dara berkata pada kakaknya "Aku curiga...Janganjangan manusia satu ini salah seorang penyebar racun maut itu!"
"Aku juga berpikir begitu," sahut kakak si gadis. "Dan pasti dia pula yang
membunuh pembantu kita itu!"
"Walah! Kalau menuduh jangan keliwatan!" ujar Wiro mulai jengkel tapi
diam-diam juga merasa kawatir. Ujung pedang yang diacungkan gadis berbaju
jingga itu menempel ketat di perutnya. Membuat Wiro merasa ragu-ragu untuk
melakukan sesuatu.
"Orang tua itu dibunuh oleh orang yang ada di atas kuda." Wiro coba
menerangkan. 32 051 Raja Sesat Penyebar Racun Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Kami tidak melihat, jadi tidak bisa mempercayai ucapanmu!" kata
Primadi."Kakak sebaiknya cepat kau geledah dia!" ujar si adik. Lalu pada Wiro
dia mengancam. "Jika kau berani bergerak, kutembus perutmu dengan pedang ini!"
Dibawah ancaman pedang Pendekar 212 terpaksa biarkan dirinya
digeledah oleh Perwira Muda itu. Dan celakanya yang pertama sekali ditemukan
oleh sang perwira adalah tabung bambu berisi racun milik Ki Dukun Japara yang
diselipkan Wiro di balik pinggangnya!
Perwira itu mengamati tabung yang disumpal dengan kain sebagai
tutupnya, berpaling sesaat pada adiknya lalu membuka kain penyumpal. Ketika
penutup tabung bambu terbuka, bau yang tajam membersit ke luar. Si Perwira
yang sudah tak asing lagi dengan bau seperti itu segera tunggingkan bagian
mulut tabung. Sejumlah bubuk.putih kelabu berjatuhan ke tanah.
"Racun merang putih!" seru perwira itu begitu dia mengenali bubuk yang
keluar dari tabung. Rupanya dia seorang yang ahli dalam segala macam racun.
"Apa kataku!" teriak dara adik sang perwira. "Aku sudah curiga! Dia pasti
adalah manusia jahanam penyebar racun! Kini terbukti!"
"Racun dalam tabung itu bukan milikku. Benda itu dibawa oleh orang
yang kini menggeletak di atas kuda sana. Dia yang membunuh pembantu kalian.
Lalu ketika dia hendak menuangkan bubuk racun ke dalam sumur dimana saat
itu aku bersembunyi, kupatahkan tangannya. Tubuhnya lalu kutotok..."
'Kau bersembunyi di dalam sumur" Ha...ha...ha! Sungguh gila dan tolol
sekali ucapanmu! Mana ada orang bisa bersembunyi didalam sumur, apalagi
sumur itu airnya dalam. Paling tidak dua kali tinggi manusia!" ujar dara berbaju
jingga. "Memang hanya orang tolol yang mau mati bersembunyi dalam sumur
sedalam itu. Tapi aku tidak tolol! Lihat sendiri apa yang aku palangkan di dalam
sumur!" Mendengar ucapan Wiro itu, Primadi si perwira melangkah ke dekat sumur
lalu menjenguk ke dalam. Meskipun bagian dalam sumur cukup gelap, namun
matanya yang sudah terlatih masih dapat melihat sebuah batang pohon
melintang di pertengahan sumur. Karena makin kebawah sumur itu semakin
menyempit, maka batang pohon itu dapat melintang dengan kokoh walau
dibebani tubuh manusia.
"Aneh! Bukan pekerjaan mudah menempatkan batang pohon seperti itu
dalam sumur...Siapa sebenarnya pemuda berambut gondrong itu"!" Primadi
melangkah mendekati Wiro kembali. Adiknya yang bertanya tidak diacuhkannya.
Dia kembali menggeledah Wiro dan kali ini ditemukannya Kapak Maut Naga Geni
212 di belakang pinggang sang pendekar! Sesaat sang perwira dan adiknya
terkesiap melihat sinar yang keluar dari mata kapak. Bukan saja membuat
mereka merasa angker tapi sinar kapak mustika itu ternyata membuat redup
sinar biru yang memancar dari pedang di tangan sang dara!
Primadi memperhatikan senjata di tangannya itu dengan mata tak
berkesip. Dia antara mendengar dan tidak kata-kata yang diucapkan Wiro.
33 051 Raja Sesat Penyebar Racun Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Perwira Muda, kalau senjata itu kau rampas, aku bersumpah membunuh kau
dan adikmu!"
Si perwira sesaat masih memandang lekat-lekat pada senjata ditangannya
lalu berpaling pada Wiro. "Aku pernah mendengar riwayat besar dari senjata ini.
Kau...kau Pendekar 212..."!" Suara sang perwira bergetar dan tangannya yang
memegang senjata mustika itu mendadak terasa seperti kesemutan...
Wiro mengangguk perlahan. Perwira itu cepat-cepat kembalikan Kapak
Naga Geni 212 lalu menoleh pada adiknya. "Sarungkan pedangmu. Mari kita
menghatur maaf pada Pendekar 212 yang punya nama besar di seantero tanah
Jawa ini..."
"Pendekar 212...?" mengulang sang adik. "Jadi dia...pendekar sableng
yang terkenal itu...?"
Wiro tertawa lepas dan cepat menyambuti kapak yang dikembalikan
padanya. "Untung kalian lekas mengenali si manusia jelek ini! Kalau tidak urusan
bisa bertele-tele!"
"Pendekar 212, aku Primadi dan adikku Primarani mohon maafmu. Tadi
kami sungguh-sungguh tidak tahu berhadapan dengan siapa. Empat tahun yang
silam bukankah kau pernah menyelamatkan Kerajaan dari tangan kaum
pemberontak. Aku tidak melupakan hal itu. Waktu itu aku masih sebagai kepala
penjaga pintu gerbang selatan Kotaraja..."
Wiro kembali tertawa sambil menggaruk-garuk kepalanya dengan tangan
kanan yang juga memegang anak panah yang sebelumnya dicabutnya dari
punggung Ki Dukun Japara.
"Eh, itu anak panah yang katamu menancap di punggung orang itu?"
bertanya Primadi
Wiro mengangguk.
"Boleh kulihat..."
Wiro berikan anak panah yang dipegangnya pada Primadi. Perwira muda
ini memeriksanya dengan teliti. Lalu dia berpaling pada adiknya dengan paras
berubah. Wiro melihat perubahan paras ini langsung bertanya.
"Perwira, kau mengenali anak panah ini?"
Mula-mula perwira itu tak mau menjawab. Namun setelah adiknya
membisikkan sesuatu maka diapun berkata: "Ini adalah anak panah yang biasa
dipergunakan oleh Sri Baginda di Kerajaan Timur terutama pada saat berburu.
Dan beliau dikenal sebagai ahli panah nomor satu. Aku tahu betul. Ketika
hubungan antara Kerajaan Barat dan Timur masih baik, aku sering ikut
mengawal Sri Baginda Kerajaan Timur pergi berburu! Karena itu aku mengenali
sekali anak panah ini. Lihat, cetakan tiga buah bintang pada besi bagian
belakang kepala anak panah. Ini adalah lambang Kerajaan Timur!"
"Lalu jika anak panah yang sama seperti ini yang dipergunakan untukmembunuh manusia penebar racun disana itu, apa kira-kira yang ada dibenakmu
Perwira Muda...?" tanya Pendekar 212.
34 051 Raja Sesat Penyebar Racun Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Aku tak berani menjawab!" Sahut Primadi.
Justru adiknya Primarani yang membuka mulut: 'Tidak masuk akal kalau
Raja di Timur ada sangkut paut dalam peristiwa ini. Tapi..." Sang dara tidak
teruskan ucapannya.
"Bukankah antara Sri Baginda di Timur dengan kakaknya di Barat tengah
terjadi silang sengketa?" ujar Pendekar 212.
"Betul, tapi tetap aku tidak bisa percaya bahwa Raja di Timur bertindak
sejauh ini!"
"Setiap manusia bisa silat. Mungkin karena harta atau pangkat, atau
perempuan. Mungkin pula karena tahta dan kekuasaan..."
"Pendekar 212, jika kau memang tengah menyelidiki masalah besar
menyangkut kematian, ratusan rakyat karena diracun ini, mari kita bekerjasama.
Aku memang ditugaskan untuk melakukan penyelidikan bersama adikku..."
Primadi memotong ucapan Wiro.
"Begitu..." Siapa yang menugaskanmu" Sri Baginda Kerajaan Barat..."
Perwira Muda itu menggeleng. "Mapatih Singaranu...," jawabnya.
Wiro memandang pada Ki Dukun Japara yang ada di atas punggung kuda.
"Manusia itu mungkin bisa memberi keterangan. Bagaimana kalau kita bawa dia
sekarang juga ke Kotaraja dan dihadapkan pada Sri Baginda?"
"Sri Baginda tak ada di Keraton. Saat ini beliau telah berangkat memimpin
ratusan pasukan untuk menyerbu Kerajaan Timur. Aku diperintahkan untuk
menghubungi pusat pasukan di selatan. Sebelum menuju kesana aku mampir
dulu disini."
"Kerajaan Barat menyerbu Kerajaan Timur" Berarti perang saudara segera
pecah!" ujar Wiro.
"Kita tidak bisa menyalahkan Raja di Barat," ikut bicara Primarani. "Raja di
Barat sudah cukup memberikan kekuasaan dan kepercayaan pada adiknya di
Timur. Sang adik ternyata menjadi serakah, ingin menjadi Raja besar di seluruh
Kerajaan. Menyebar fitnah serta memutar balikkan kenyataan dan malah diduga
keras sebagai melakukan pengacauan di Barat dengan menebar racun
pembunuh melalui kaki tangannya. Kini dengan ditemuinya anak panah ini
terbukti bahwa dia memang yang jadi dalang kekacauan belakangan ini. Ratusan
rakyat yang tidak berdosa menemui kematian akibat keganasannya menebar
racun maut! Aku ingin sekali menghajar kaki tangannya yang menggeletak diatas
kuda itu!"
"Kau harus bersabar dulu, saudari,! kata Wiro pula. "Kita harus mengorek
keterangan dan bukti-bukti dari dia. Dan itu harus dilakukan di hadapan Raja.
Paling tidak diketahui oleh Mapatih Kerajaan!"
"Pendekar 212 betul! Kita harus segera membawa orang itu ke Kotaraja!
Kita pergi bersama-sama!"
"Kau punya tugas menghubungi pasukan di selatan" mengingatkan
Primarani. "Aku punya firasat bahwa ke Kotaraja lebih penting dari pada ke selatan.
Kita berangkat sekarang juga!"
35 051 Raja Sesat Penyebar Racun Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
SEBELUM MATAHARI TERBIT Wiro, Primadi dan Primarani yang membawa Ki
Dukun Ja-' para dalam keadaan masih kaku dan gagu karena ditotok Pendekar
212 memasuki Kotaraja. Mereka langsung menuju Keraton menemui Patih Raden
Mas Singaranu. bisu di atas punggung kuda memasuki Kotaraja Kerajaan Barat.
Keraton nampak sepi, hanya tiga orang pengawal kelihatan di pintu
depan. Ketiga orang itu diantar masuk ke dalam sebuah ruangan tertutup. Wiro


Wiro Sableng 051 Raja Sesat Penyebar Racun di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang memanggul tubuh Ki Dukun Japara mendudukkan si mata juling ini diatas
sebuah kursi besar hingga dia tak beda dengan sebuah patung, tidak bergerak
dan tidak berkesip.
Tak lama kemudian Patih Singaranu memasuki ruangan. Dia memandang
pada kedua kakak beradik itu sesaat, melirik pada Pendekar 212 lalu berpaling
ke arah sosok orang yang duduk di kursi besar. Sesaat patih lanjut usia itu
menatap wajah Ki Dukun Japara lalu berpaling pada Perwira Muda disampingnya. "Perwira Primadi, bukankah kau mendapat tugas menghimpun pasukan di
selatan dan membawanya ke timur?" menegur Patih Singaranu.
"Betul sekali Mapatih. Namun ada sesuatu yang lebih penting..." sahut
Perwira Muda itu.
"Tunggu dulu! Siapa orang yang kau dudukkan di atas kursi sana"
Keadaannya seperti ditotok dan tangan kanannya kulihat seperti patah. Lalu..."
sang patih memandang pada Pendekar 212, "Siapa pula pemuda ini" Aku rasarasa pernah melihatnya sebelumnya. Atau mungkin aku salah..."
"Tidak Mapatih. Kau tidak salah. Pemuda ini adalah Pendekar 212 dari
Gunung Gede. Dialah yang empat tahun lalu ikut menyelamatkan Kerajaan dari
kaum pemberontak."
"Pendekar 212 Wiro Sableng! Aku tidak pernah melupakan nama yang
berjasa besar itu! Benar-benar tidak diduga, dalam Kerajaan seperti ini kau
muncul seperti membawa bakti baru menyelamatkan Kerjaan untuk kedua
kalinya!" Patih Singaranu melangkah kehadapan Wiro dan memegang bahu
Pendekar 212 dengan kedua tangannya.
"Sekarang terangkan siapa adanya orang berwajah biru yang duduk di
kursi itu!"
"Namanya Ki Dukun Japara," memberi tahu Primadi lalu meneruskan:
"Dia tertangkap basah oleh Pendekar 212 ketika hendak memasukkan
racun ke dalam sumur di rumah kediaman kami!" Perwira itu memperlihatkan
tabung bambu berisi racun pada sang patih.
"Ah! Rupanya Pendekar 212 diam-diam juga telah mengikuti apa yang
tengah terjadi di Kerajaan!" ujar Patih Singaranu. Lalu dia melangkah kehadapan
36 051 Raja Sesat Penyebar Racun Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
orang yang duduk di kursi. Memperlihatkannya sejenak. "Perwira! Bagaimana ini!
Menurutmu dia menyebarkan racun, tapi dia sendiri keracunan!"
Pendekar 212 lalu menerangkan apa yang terjadi sebelumnya. Setelah
mendengar itu, Patih Singaranu yang juga merupakan seorang dedengkot
persilatan segera lepaskan totokan-totokan di tubuh Ki Dukun Japara. Begitu
totokannya lepas, orang tua itu hampir saja jatuh terjerembab. Dari mulutnya
terdengar suara mengerang kesakitan karena tangannya yang patah.
"Namamu Ki Dukun Japara"!" Mapatih menegur. Bukannya menjawab, Ki
Dukun Japara malah langsung jatuhkan diri, berlutut memegangi kedua kaki
sang patih laiu meratap: "Mohon ampunmu 'Mapatih...Mohon ampunmu...!"
"Apa betul kau menyebarkan racun yang telah menimbulkan kekacauan
dan menyebabkan kemati-an ratusan rakyat yang tidak berdosa...?"
"Mohon ampunmu Mapatih! Mohon..."
Perwira Muda Primadi jadi jengkel. Dijambaknya rambut orang tua itu lalu
membentak: "Jika kau masih terus berucap seperti itu, kupecahkan kepalamu
saat ini juga! Jawab pertanyaan Patih Kerajaan! Kau menebarkan racun dimanamana! Kau pasti salah seorang pentolannya."
"Memang...memang aku melakukan itu. Tapi...tapi aku hanya orang
suruhan saja..." membuka mulut Ki Dukun Japara.
"Siapa yang menyuruhmu"!" tanya Patih Kerajaan.
"Aku...aku...tidak tahu jelas..."
"Jangan coba berdusta Ki Dukun!" yang bicara adalah Wiro. "Racun panah
itu masih bekerja dalam tubuhmu. Jika kau mau mengaku akan kami beri obat
penawar. Kalau tidak nyawamu tidak akan tertolong. Kau hanya bisa bernafas
sampai tengah hari nanti! Dan sebelum mati kau akan sangat menderita!"
Tubuh Ki Dukun Japara menggigil. Dalam keadaan terduduk di lantai dia
berkata: "Aku...aku tidak berdusta. Aku tidak tahu orang itu. Kami hanya
bertemu tiga kali pada malam hari. Dia menutupi wajahnya dengan kain
hitam..." "Apa yang dilakukan orang itu setiap kali kau menemuinya"!" bertanya
Primadi. "Dia menyerahkan sekantung racun, memberiku uang lalu memberikan
perintah-perintah..." jawab Ki Dukun Japara. Lalu dia menyambung: "Aku
bersumpah, aku benar-benar tidak tahu siapa orang itu."
"Kau pasti ingat ciri-cirinya. Jika dia bicara denganmu kau pasti mengenali
suaranya jika bertemu lagi dengan dia..." berkata Patih Singaranu.
"Ciri-cirinya tidak jelas. Setiap pertemuan selalu malam hari dan di tempat
yang gelap. Suaranya mungkin kukenali lagi jika bertemu..."
"Coba kau ingat-ingat. Pasti ada sesuatu yang bisa kau ingat tentang
orang itu..." Patih Singaranu mendesak tapi dengan berpura-pura membujuk.
"Dia...dia selalu mengenakan pakaian hitam. Wajahnya tak kelihatan
karena ditutupi kain. Perawakannya sedang-sedang saja. Dia selalu muncul
menunggang kuda..." Ki Dukun Japara terdiam sejenak. "Aku ingat...! Orang itu
selalu membawa busur dan sekantong anak panah di punggungnya...!"
37 051 Raja Sesat Penyebar Racun Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Perwira Muda Kerajaan itu terkejut dan perlahan-lahan berpaling pada
adiknya. Lalu diambilnya anak panah yang sejak tadi diselipkan adiknya pada
sarung pedang dan diperlihatkannya pada Patih Singaranu. Sang patih
mengambil panah itu, menimang-nimangnya sambil memperlihatkan. Lalu dia
berpaling pada Primadi dan berkata dengan suara tegang: "Hanya ada satu
orang yang memiliki anak panah seperti ini. Gusti Bandoro Pangeran
Harjokusumo, Raja di Timur!"
"Betul Mapatih. Memang itu yang saya ketahui..." jawab sang perwira pula
dan ikut tegang.
"Jika begitu adalah tepat sekali kalau kini Raja kita sampai menyerbu
Keraton Timur. Dari situlah sumber bencana maut beracun itu!" kertak Patih
Singaranu. "Saya akan menyusu! ke timur bersama Primarani. Saya percaya Pendekar
212 mau bergabung bersama kami..."
"Tunggu! Jangan pergi dulu...!" berseru Ki Dukun Japara.
"Apa maksudmu' Minta diobati lebih dulu"!" tanya Wiro.
Ki Dukun Japara menggeleng. "Aku menyesal. Dihukum matipun aku
pasrah! Aku hanya ingin mengatakan bahwa aku ingat sesuatu..." Ketika Patih
Singaranu memegang dan menimang-nimang anak panah beracun yang pernah
menancap di punggungnya itu, Ki Dukun Japara, setiap penunggang kuda
bercadar menyerahkan bungkusan racun kepadanya,
Perwira Muda Primadi hanya bisa memaki panjang pendek sambil
membanting-banting kaki
38 051 Raja Sesat Penyebar Racun Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
DI LUAR KOTARAJA sebelum memasuki perbatasan menuju Kerajaan Timur,
Patih Raden Mas Singaranu yang menunggang kudanya di sebelah depan
mengangkat tangan kanan ke atas, memberi tanda. Seluruh rombongan serta
merta berhenti. Dia memutar kudanya dan memandang pada selusin pengawal,
lalu pada sosok Ki Dukun Japara yang berada di atas seekor kuda, tergeletak
melintang tak berkutik karena sebelum berangkat sang patih telah menotok
tubuhnya sampai kaku, tak bisa bergerak. Hanya mulutnya saja yang masih bisa
membuka suara. "Mapatih, mohon petunjukmu. Ada apa kita berhenti?" seorang perajurit
kepala ajukan pertanyaan dia selalu memperhatikan tangan kanan orang itu.
Antara ibu jari dan jari telunjuknya terdapat sebuah tahi lalat lebar, hitam
berbulu. Ketika hal itu diberitahukannya pada orang-orang yang ada dihadapannya, Primadi dan adiknya tampak merenung berpikir-pikir sementara Patih
Singaranu sesaat memandang tak berkesip pada Ki Dukun Japara lalu melangkah
mundar mandir. "Tak pernah kulihat ada orang dengan tanda seperti itu. Kau tidak salah
lihat...?" tanya sang Patih kemudian.
Ki Dukun Japara gelengkan kepala.
Tiba-tiba Patih Raden Mas Singaranu mengambil keputusan: "Perwira
Muda Primadi! Ini perintah. Kau dan adikmu serta Pendekar 212 Wiro Sableng
tetap berada disini.
Keraton perlu dijaga karena semua Perwira dan para tokoh persilatan
berada di medan perang bersama Sri Baginda. Lain dari pada itu, Keraton penuh
dengan harta pusaka yang harus dijaga baik-baik! Aku sendiri akan berangkat
sekarang juga ke timur. Manusia keparat penebar racun ini harus kubawa serta
dan akan kuhadapkan pada Sri Baginda. Dia satu-satunya saksi atas segala
kejahatan yang dilakukan Raja di Keraton Timur!"
Habis berkata begitu Patih Singaranu berteriak memanggil pengawal.
"Siapkan kudaku. Aku butuh selusin pengawal dan angkut orang yang duduk di
kursi sana. Kita berangkat ke timur saat ini juga!"
"Mapatih...," ujar Perwira Muda Primadi. Tapi patih tua itu sudah
melangkah cepat meninggalkan mereka.
Hanya beberapa saat saja setelah rombongan Patih Singaranu bergerak
meninggalkan Keraton, Pendekar 212 mendekati Primadi dan berkata: "Aku
bukan prajurit Kerajaan atau petugas Keraton. Jadi perintah Mapatih tadi tidak
berlaku untukku! Aku harus pergi ke Timur!"
"Hai! Mana bisa begitu!" seru Primadi. "Kau harus tetap berada di Keraton
ini, Pendekar 212!"
Tapi Wiro tertawa lebar dan lambaikan tangannya.
"Kakak Primadi, dia benar. Dia orang luar yang tidak terikat segala aturan
39 051 Raja Sesat Penyebar Racun Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
dan perintah siapapun. Sama dengan aku. Jadi aku akan berangkat bersamanya
menuju ke timur!"
Kedua mata Perwira Muda Primadi jadi membelalang mendengar ucapan
adik. perempuannya itu. "Kau berada dibawah perintah Primarani! Kau adikku!"
"Aku memang adikmu! Tapi aku bukan bawahanmu!" sahut Primarani lalu
tertawa panjang dan berkelebat menyusul Pendekar 212 Wiro Sableng.
"Manusia keparat penyebar racun itu!" sahut sang patih. "Merepotkan
saja membawanya ke timur. Kuputuskan agar nyawanya dihabisi disini saja...!
Mendengar ucapan itu Ki Dukun Japara berseru : "Patih Kerajaan! Aku
memang sudah pasrah menerima kematian! Tapi bukankah aku akan dijadikan
saksi dihadapan Raja"!"
Patih Singaranu mendengus. "Sri Baginda tidak membutuhkan kesaksian
manusia busuk sepertimu!" sahut Singaranu. Lalu dia berteriak : "Perajurit
Kepala! Penggal kepala orang itu!"
Perajurit yang diperintahkan segera hunus pedangnya lalu dekati Ki
Dukun Japara yang tergeletak tak berdaya. Orang ini hanya bisa pejamkan mata
ketika pedang tajam berkilau membabat ke arah lehernya!
Saat itu, entah dari mana datangnya terdengar suara siulan. Lalu patahan
sebatang cabang pohon melesat menghantam kepala perajurit yang hendak
memancung Ki Dukun Japara. Perajurit ini menjerit keras. Keningnya robek besar
dan mengucurkan darah deras. Tubuhnya terjengkang dari atas kuda. Dia jatuh
ke tanah bersama pedang yang terlepas dari genggamannya.
Sebelas perajurit terbeliak kaget. Patih Raden Mas Singaranu memandang
berkeliling dengan paras membesi. Di saat itu pula sebuah batu melayang
menghantam pinggul kuda yang membawa Ki Dukun Japara. Terkejut dan
meringkik, binatang ini lalu menghambur dan lari ke arah timur.
"Lekas kejar! Tahan kuda itu!" teriak Patih Singaranu. Namun terlambat.
Kuda yang membawa Ki dukun Japara telah mencapai tikungan. Patih Singaranu
hantamkan tangan kanannya. Satu gelombang angin dahsyat menderu ke
depan. Merambas semak belukar dan pepohonan di tepi jalan, membuat debu
pasir dan bebatuan beterbangan ke udara. Namun Ki Dukun Japara dan kudanya
tetap saja lolos. Malah ketika Singaranu dan sebelas perajurit menggebrak kuda
masing-masing untuk melakukan pengejaran, dari samping kiri tiba-tiba seperti
ada angin punting beliung menyambar. Dua pohon tumbang menutup jalan. Dua
lobang besar membelintang di tengah jalan. Sebelas perajurit terpelanting
berkaparan. Sang patih sendiri kalau tidak lekas melompat dari atas kudanya,
pasti tak mampu bertahan dari kejatuhan.
"Bangsat rendah siapa yang punya pekerjaan ini"!" menyumpah
Singaranu dengan mata merah memandang berkeliling. "Ah... pasti dia! Aku
mengenali pukulan sakti tadi. Pukulan benteng topan melanda samudera! Pasti
dia! Kalau begini, naga-naganya urusan bisa jadi kapiran!" Patih Singaranu
berteriak. Memerintahkan agar sebelas perajurit yang babak belur karena jatuh
dari tunggangan mereka agar segera naik ke atas kuda masing-masing. Lalu
rombongan itu terpaksa mengambil jalan menyamping untuk menghindari dua
40 051 Raja Sesat Penyebar Racun Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
pohon yang melintang serta dua lobang besar di tengah jalan.
SEPERTI TELAH DITUTURKAN, Keraton Timur hanya merupakan satu
pusat Kerajaan Kecil/dibandingkan dengan Keraton di Barat yang menjadi pusat
Kerajaan Barat, kecil dalam artian wilayah dan juga kekuatan balatentaranya.
Karena itu tidak mengherankan ketika pasukan Barat menyerbu, meskipun
para perajurit di timur bertahan mati-matian, namun akhirnya mereka terdesak
juga. Saat demi saat pasukan penyerbu semakin mendekati Keraton Timur. Pekik
jerit mereka yang terluka, erangan orang-orang yang meregang nyawa, suara
teriakan para Kepala Pasukan, ringkikan kuda dan suara beradunya senjata
semua bergabung menjadi satu.
Pada saat perang saudara berkecamuk seperti itulah Pendekar 212 Wiro
Sableng, Primarani dan Ki Dukun Japara muncul dari arah barat. Dukun tua
bermata juling ini tidak lagi berada dalam keadaan tertotok karena sudah
dilepaskan oleh Wiro. Bagai mana dia tahu-tahu berada bersama Wiro dan
Primarani" Jawabnya lain tidak karena kedua orang itulah tadi yang
menimbulkan halangan bagi rombongan Patih Singaranu, setelah terlebih dahulu
Pendekar 212 Wiro Sableng menyelamatkan sang dukun dari tabasan pedang
perajurit atas perintah Pafih Singaranu.
Primarani kemudian melempar pinggul kuda Ki Dukun Japara hingga
binatang ini menghambur lari. Karena mereka berada di seberang jalan, dengan
mudah Wiro serta Primarani memepet kuda yang membawa Ki Dukun Japara lalu
melarikannya menuju ke timur, mendahului rombongan Patih Singaranu.
Wiro dan Primarani berusaha mendekati Keraton Timur dari arah yang
paling aman yaitu di sebelah selatan. Saat itu pintu gerbang Keraton Timur telah
bobol dan pasukan dari Barat mulai memasuki halaman luas Keraton sambil
berteriak-teriak.
"Aku tidak melihat Sri Baginda Kerajaan Barat!" berseru Wiro.
Primarani memandang berkeliling lalu menyahuti; "Aku juga tidak! Kita
harus cepat menerobos ke dalam Keraton. Kemungkinan besar Sri Baginda
bersama para tokoh persilatan sudah menyelusup masuk. Pangeran
Harjokusumo pasti sudah terkepung! Kita masuk sekarang Wiro! Jangan tunggu
sampai Patih Singaranu muncul disini. Keadaan nanti bisa berubah!"
Wiro mengangguk lalu berpaling pada Ki Dukun Japara.
"Dengar kau dukun kampret!" hardik Wiro. "Ikuti kemana kami pergi.
Jangan coba melarikan diri karena itu sama saja kau bunuh diri! Racun dalam
tubuhmu masih bekerja!"
"Jangan kawatir... Aku tak akan menjadi pengkhianat untuk kedua kali..."
jawab Ki Dukun Japara.
Wiro memberi isyarat pada Primarani. "Kau yang tahu seluk beluk Keraton
Timur, silakan jalan duluan..."
Ketika ketiga orang itu berhasil menerobos masuk ke dalam Keraton
Timur lewat pintu samping, ruangan besar dimana biasanya diadakan
pertemuan-pertemuan penting sudah berubah menjadi arena pertempuran yang
mengerikan. 41 051 Raja Sesat Penyebar Racun Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Lebih dari dua puluh mayat perajurit kedua belah pihak bergeletakan di
lantai: Beberapa orang pengawal Keraton Timur masih berusaha bertahan
dibawah pimpinan Tumenggung Jalak Karso, orang kesetiaan Pangeran
Harjokusumo. Di hadapan mereka empat tokoh silat Keraton Barat mengamuk
menebar maut dan bukan merupakan lawan Tumenggung Harjokusumo serta


Wiro Sableng 051 Raja Sesat Penyebar Racun di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

para pengawal yang tinggal sedikit itu.
Dibelakang kelompok penyerbu tegak seorang lelaki berusia sekitar enam
puluh tahun, berpakaian kebesaran lengkap dengan topi tingginya dan
memegang sebilah pedang berlumuran darah di tangan kanannya yang memakai
sarung tangan dari kain berwarna merah. Dia tiada hentinya berteriak-teriak
memberi semangat para tokoh silat dan dua Perwira Tinggi berhasil mendesak
lawannya yaitu pihak Keraton Timur.
"Orang berpakaian mewah dan selalu berteriak-teriak itu, bukankah dia
Sri Baginda Keraton Barat?" bertanya Wiro pada Primarani. Sang dara
mengangguk. "Air mukanya kulihat pucat. Padahal..." Wiro tidak meneruskan
ucapannya karena di ujung sana dilihatnya patih Singaranu muncul dan langsung
mendekati Sri Baginda, membisikkan sesuatu seraya menunjuk ke arah Wiro dan
Primarani berada.
"Pendekar 212... Patih Singaranu pasti menginginkan kematianku saat ini
juga. Aku tidak tahu mengapa. Tapi ada sesuatu yang ingin kukatakan
padamu..."
"Apa dan katakan cepat!" jawab Wiro pula.
"Orang berpakaian mewah itu. Suaranya... sangat sama dengan suara
orang yang menemuiku sebanyak tiga kali. Orang yang memberikan perintah
menebar racun...!"
"Kau jangan main main Ki Dukun Japara! Kau sama saja menuduh Sri
Baginda melakukan kekejian itu...!" bentak Primarani.
"Mungkin dia tidak main-main..." satu suara terdengar dari samping.
Ketiga orang itu berpaling.
"Kakak Primad?, bukankah tugasmu menjaga Keraton" Mengapa kau
berani muncul disini!" seru Primarani begitu melihat siapa yang ada di
sebelahnya. "Persetan dengan Keraton. Aku bukan kacung penjaga gedung Keratoni.
Aku ingin menyaksikan sendiri akhirkah semua kegilaan ini!" jawab Perwira Muda
Primadi. Sementara itu Pangeran Harjokusumo, yang mengenakan pakaian
serderhana saja bertahan mati-matian sementara satu demi satu para pengawal
yang mengelilinginya mulai berguguran. Ketika Tumenggung Jalak Karso
akhirnya tersungkur tewas, Pangeran itu dengan putus asa campakkan
pedangnya dan berteriak keras : "Sri Baginda Keraton Barat! Kau yang
menginginkan pertumpahan darah ini! Aku ingin agar kau juga yang menghabisi
nyawaku saat ini!" Lalu dengan langkah tegap Pangeran yang berusia 29 tahun
itu bergerak menuju ke hadapan Sri Baginda Keraton Barat yang bukan lain
adalah kakak kandungnya sendiri.
42 051 Raja Sesat Penyebar Racun Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Pendekar 212..." berbisik Primadi, "ucapanmu tadi benar. Aku tak pernah
melihat Sri Baginda berwajah sepucat itu. Memang aku sudah lama tidak pernah
bertemu muka dengan dia. Tapi dia keiihatan seperti orang sehat yang sakit.
Lalu, aku tak pernah melihat Sri Baginda memakai sarung tangan hitam seperti
itu..." "Astaga! Jangan-jangan suaranya yang sama seperti yang dikatakan Ki
Dukun ini ada sangkut pautnya dengan tangan kanan yang disarungi itu! ujar
Wiro pula. "Kau benar!" ujar Primarani. "Tapi bagaimana membuktikannya ?"
"Harus ada seseorang yang bisa membetot lepas sarung tangan itu!"
sahut Wiro. "Aku akan melakukannya!"
Di depan sana Pangeran harjokusumo telah sampai di hadapan Sri
Baginda. Saat itu terdengar Sri Baginda berkata: "Harjokusumo, walau
bagaimanapun kau tetap adik kandungku! Tapi dosa dan kesalahanmu sangat
besar. Bukan hanya terhadapku, tetapi juga terhadap rakyat dan Kerajaan. Kau
membunuh ratusan rakyat dengan jalan menyuruh kaki tanganmu menyebar
racun..." "Itu tak pernah kulakukan! Itu fitnah keji!" teriak Pangeran Harjokusmo.
Sri Baginda tertawa lalu berkata pada Patih Singaranu yang ada
disampingnya. "Perlihatkan anak panah yang kau bawa itu, paman Patih."
Patih Singaranu memperlihatkan anak panah yang ada cap tiga
bintangnya. "Ini milikmu! Dipakai untuk membunuh salah seorang kaki
tanganmu guna menutup rahasia...!"
"Busuk!" teriak Pangeran Harjokusumo. "Sebuah busur dan sekantong
anak panah milikku lenyap secara aneh sebulan yang lalu. Si pencuri pasti
menyalah gunakannya..."
"Dalihmu setipis angin pagi, adikku! Kau menginginkan kekuasaan yang
tebih besar. Ingin menggulingkan tahtaku dengan membuat kekacauan keji!
Membunuh rakyat di timur yang berdosa dengan harapan agar kami menjadi
lemah dan kacau. Lalu kau menyusup melakukan penyerbuan. Tapi aku lebih
cepat adikku! Kami melumpuhkanmu seperti yang terjadi saat ini!"
"Aku tak ingin mendengar ucapan-ucapanmu lagi Sri Baginda. Aku siap
menerima kematian!"
"Itu memang sudah jadi bagianmu!" jawab Sri Baginda. Pedang di
tangannya diangkat tinggi-tinggi.
43 051 Raja Sesat Penyebar Racun Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
SELESAI MENGATAKAN hendak berusaha menanggalkan sarung tangan hitam
yang dipakai Sri baginda, Pendekar 212 Wiro Sableng segera melangkah. Namun
baru bergerak dua tindak, tiga orang menghadang jalannya. Mereka bukan lain
adalah seorang Perwira Tinggi Kerajaan Timur beserta dua tokoh silat. Dua
tokoh silat ini ternyata adalah Tapak Jingga dan Suro Markum!
"Kalian berempat kami tangkap! Jangan berani melawan!" begitu si
Perwira Tinggi membentak.
Wiro sadar benar, waktunya sangat sempit untuk menyelamatkan
Pangeran Harjokusumo apalagi untuk menanggalkan sarung tangan Sri Baginda.
Maka tanpa banyak bicara dia jatuhkan diri seraya berkata;
"Kami tidak tahu melakukan kesalahan apa, tapi sesuai perintahmu aku
menyerahkan diri!" Selesai berkata begitu Wiro dengan satu gerakan kilat cabut
Kapak Maut Naga Geni 212 dan hantamkan gagang senjata mustika ini ke perut
si Perwira Tinggi. Orang ini menjerit keras, mencelat diantara Tapak Jingga dan
Suro Markum lalu tergeletak di lantai tanpa kabarkan diri lagi.
Suro Markum dan Tapak Jingga, walau sudah tahu kehebatan murid Sinto
Gendeng, namun tak bisa berbuat lain dari pada tetap harus menyerbu. Dan
akibatnya mereka harus merasakan hantaman keras gagang senjata di tangan
Wiro. Keduanya roboh menyusul si Perwira Tinggi tadi. Pendekar 212 memang
sengaja tidak mau membunuh ketiga orang itu karena dia yakin ada sesuatu
yang tidak beres yang nanti perlu dikorek dari mulut mereka.
Ruangan besar dalam Keraton itu menjadi geger ketika Kapak naga Geni
212 berkiblat memancarkan sinar menyilaukan. Udara menjadi panas dan dalam
ruangan menderu suara seperti ribuan tawon mengamuk! Tidak kepalang
tanggung, Wiro juga lepaskan dua kali pukulan sinar matahari ke arah dinding
keraton sebelah kiri hingga hancur berantakan. Dalam keadaan kacau begitu
Wiro Sableng melompat ke arah Pangeran Harjokusumo dan mendorong
pangeran ini keras-keras kesamping, tepat pada saat pedang di tangan Sri
Baginda membabat ke arah lehernya dengan sebat!
"Bangsat rendah! Siapa kau"!" teriak Sri Baginda marah sekali lalu
memburu dengan pedangnya ke arah Wiro.
"Ah, dulu pernah kutolong. Hendak mengangkatku jadi Kepala Pasukan
Kotaraja sebagai balas jasa! Tapi saat ini dia tidak mengenaliku, malah memburu
dengan pedang! Orang ini pasti bukan Sri Baginda! Bangsat!" maki Wiro. Dia
membuang diri kesamping ketika pedang menikam ke dadanya. Sekali lagi Sri
Baginda menghunjamkan senjatanya ke arah perut namun saat itu Wiro sudah
menghantam dengan Kapak Maut Naga Geni 212. Senjata di tangan Sri Baginda
terpental patah dua dan leleh ujung-ujungnya. Sri baginda sendiri terjatuh
tumpang tindih dengan Patih Singaranu. Sang patih walau dalam keadaan jatuh
44 051 Raja Sesat Penyebar Racun Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
masih sempat lepaskan satu hantaman tangan yang mengandung tenaga dalam
tinggi. Namun dengan sekali menyapukan kapak mustikanya serangan lawan
amblas dan sang patih mengerang karena dadanya seperti ditusuk ratusan jarum
panas!Terhuyung-huyung Sri Baginda: mencoba berdiri. Saat itulah Wiro cekal
tangan kanannya dan memuntirnya kebelakang. Dengan sekali tarik saja Wiro
berhasil menanggalkan sarung tangan hitam di tangan kanan Sri Baginda.
Terlihatlah sebuah tahi lalat lebar, hitam dan berbulu!
'Semua yang hadir disini!" Wiro berteriak dengan mengerahkan tenaga
dalam tiingga semua orang tergagap dan sama berpaling kepadanya,
"Apakah Sri Baginda kalian memiliki tahi lalat seperti ini di tangan
kanannya"! "Wiro lalu acungkan tangan yang dipuntirnya itu ke depan.
Semua orang menatap tajam, lalu saling pandang. Satu demi satu mulai
gelengkan kepala dalam herannya.
"Kalau begitu dia bukan Raja kalian. Tapi monyet yang menyamar! Mari
kita lihat tampangnya yang asli!"
Breet...bre,ettt...brett!
Sri Baginda menjerit keras. Entah mengapa Patih Singaranu juga ikutikutan berteriak. Semua yang hadir ditempat itu melengak kaget ketika Wiro
pergunakan tangan kanannya untuk merobek sehelai topeng yang sangat tipis di
wajah Sri Baginda. Begitu topeng tersebut tanggal, kelihatanlah wajahnya yang
asli! "Raden Anom Wiraculo!" semua orang berseru hampir berbarangan.
"Aha!" seru Wiro pula. "Ternyata monyet ini bernama Raden Anom
Wiraculo! Putera Mapatih Raden Mas Singaranu!" Wiro lalu lepaskan puntrian
tangannya, dorong orang itu kedepan hingga terhuyung-huyung. Puluhan
manusia segera menyerbu untuk menghajarnya tapi Pangeran Harjokusumo
cepat menghalangi.
"Dia dan ayahnya jelas menjadi dalang pertumpahan darah ini! Niatnya
jelas, menginginkan tahta Kerajaan secara sangat licik. Mereka berdua pasti tahu
dimana kakakku berada! Lekas katakan dimana Sri Baginda kalian sandera"!"
"Beliau... beliau ada di ruang bawah tanah Keraton Barat jawab Raden
Anom Wiraculo. Terdengar jeritan keras. Semua orang berpaling. Pangeran Harjokusumo
berteriak mencegah tapi sia-sia saja. Kalau dia masih bisa melindungi sang putera, namun sang ayah yaitu Patih Singaranu tak sempat lagi diselamatkan.
Puluhan senjata menancap di tubuh patih tua itu.
Disuatu sudut Perwira Muda Primadi masih tegak tertegun seakan-akan
tak percaya dengan apa yang disaksikannya. Dia merasa ada seseorang
menyelipkan sesuatu di tangan kirinya. Tapi baru beberapa lama kemudian dia
menjadari ada sesuatu dalam genggamannya itu. Ketika dia ingat dan
memeriksanya, ternyata sehelai surai 'pendek, berbunyi:
Sahabat, ruangan ini terlalu pengap bau darah dan kematian. Aku pergi
45 051 Raja Sesat Penyebar Racun Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
dulu mencari tempat yang lebih menyenangkan. Adikmu Primarani ikut
menemaniku. Jangan marah... Wiro Sableng
Perwira Muda Primadi hanya bisa geleng-geleng kepala. "Manusia
sableng! Benar-benar sableng! Bagaimana dalam keadaan seperti ini dia masih
sempat-sempatnya membuat surat. Dan menggaet adikku...!"
TAMAT 46 051 Raja Sesat Penyebar Racun Wiro Sableng 212
Pusaka Golok Iblis Dari Tanah Seberang 1 Jodoh Rajawali 16 Penobatan Di Bukit Tulang Iblis Perawan Sesat 1

Cari Blog Ini