Ceritasilat Novel Online

Rahasia Bayi Tergantung 3

Wiro Sableng 106 Rahasia Bayi Tergantung Bagian 3


Luhpiranti tidak tahu kalau dia punya seorang kakak bernama Latampi...."
"Kau benar Luhmasigi. Akan kuceritakan pada kalian berdua..." jawab Luhniknik
pula. "Ketika Latampi dan Luhpiranti masih kecil, waktu itu mereka baru berusia
sekitar dua dan satu tahun. Aku dan suamiku Lasegara berpisah. Luhpiranti tetap
bersamaku sedang Latampi dibawa oleh Lasegara. Selama belasan tahun sampai ke
dua anak kami menjadi dewasa, kami maupun anak-anak tak pernah bertemu satu sama
lainnya...."
"Kau tak pernah mengatakan pada Luhpiranti bahwa dia sebenarnya punya seorang
kakak kandung bernama Latampi. ." ujar Nenek Hantu Lembah Katak.
Itulah dosa dan kesalahanku. Jadi.... Jika dalam peristiwa ini ada yang bersalah
maka akulah orangnya. Dan si jahanam Lasegara itu..." kata Luhniknik.
"Lalu apa yang kemudian terjadi" Luhpiranti ibu muridku ini hati gantung diri"
Kau tidak tahu.... Tidak berusaha mencegah nya?"
"Ketika aku sadar dari pingsan, kudapati Luhpiranti dan Latampi tak ada lagi di
tempat itu. Capung sakti juga lenyap. Berarti mereka sudah kabur entah kemana.
Beberapa waktu kemudian aku menyirap kabar tentang adanya mayat perempuan muda
yang mat! tergantung di rimba belantara. Aku tidak begitu menaruh perhatian karena tidak
akan menyangka setelah melahirkan anak Luhpiranti kemudian mati menggantung
diri.... Saat itu Rahasia Bayi Tergantung 42
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
waktuku lebih banyak tersita dalam menuntut ilmu kesaktian. Aku berhasil
mendapatkan ilmu aneh dan langka seperti yang kalian lihat. Di kepalaku ada
kerucut asap merah. Aku berhasil mendapatkan ilmu tetapi aku menelantarkan anakanakku sendiri..."
"Sudahlah, kau tak usah terlalu menyalahi dan menyesali diri sendiri Luhniknik.
Itu sebabnya aku tak pernah mau kawin. Kalau laki-laki dan perempuan sudah tahu
nikmatnya bergaul satu sama lain, segala macam urusan aneh bisa muncul dan
membuat diri tak karuan...."
Dua nenek itu menunggu sampai Luhcinta reda tangisnya. Lalu Luhmasigi alias
Nenek Hantu Lembah Laekatakhijau bertanya. "Muridku, aku tahu kau pasti bisa
tabah menghadapi kenyataan ini. Yang aku tidak tahu apa yang bakal kau lakukan
sekarang?"
"Wahai, memang itu juga yang ingin aku ketahui cucuku Luhcinta," kata Hantu
Penjunjung Roh pula.
Walau sebenarnya di dalam hatinya sudah ada tekad yang muncul namun setelah
agak lama berdiam diri baru Luhcinta berkata. "Dengan izin guru dan nenek saya
akan mencari jejak dimana beradanya makam ibunda Luhpiranti. Lalu saya akan
mencari Latampi. Dia adalah paman, sekaligus ayah saya. Saya juga akan mencari
makhluk bernama Lajundai itu. Dia pangkal sebab terjadinya peristiwa besar
ini...." "Hemmm.... Kalau aku jadi engkau, aku pasti akan melakukan a pa yang barusan kau
katakan itu," kata Hantu Lembah Laekatakhijau.
"Cucuku Luhcinta, kau memang harus mencari makam ibumu sampai dapat. Kau juga
harus mencari ayahmu Latampi. Dalam mencari Lajundai berhati-hatilah. Puluhan
tahun silam aku pernah menyirap kabar bahwa manusia itu tengah berusaha
mendapatkan satu ilmu yang sangat hebat. Kalau saat ini dia masih hidup pasti
dia telah menguasai ilmu itu."
"Terima kasih atas nasihat Nenek dan Guru. Kapankah saya boleh meninggalkan
tempat ini?"
"Kau boleh pergi kapan saja kau suka!" jawab Hantu Penjunjung Roh.
"Kalau begitu izinkan saya pergi sekarang juga wahai Nenek dan Guru...."
"Doaku bersamamu wahai cucuku..." ujar Hantu Penjunjung Roh.
"Doaku juga bersamamu Luhcinta!" kata Nenek Hantu Lembah Laekatakhijau.
Luhcinta berlutut dan cium tangan nenek serta gurunya."
Tak lama setelah Luhcinta pergi, Hantu Penjunjung Roh berpaling pada Hantu
Lembah Laekatakhijau.
"Luhmasigi, apa kau cukup memberi bekal ilmu pada cucuku" Kau tahu dunia ini
penuh seribu satu macam mara bahaya dan tipu daya...."
"Kau tak usah khawatir Luhniknik. Luhcinta adalah murid tunggalku. Semua ilmu
yang aku miliki sudah kuwariskan padanya...."
"Jangan-jangan kau hanya mengajarkan ilmu tidur dengan katak!" ujar Hantu
Penjunjung Roh sambil menyeringai.
"Wahai Luhniknik. Ada satu hal ingin aku katakan padamu. Tidur dengan katak
lebih nikmat dari pada tidur dengan laki-laki. Hik... hik... hik!"
"Jadi itu rupanya sebab kau tidak pernah kawin dengan laki-laki! Hik... hik...
hikkkk!" Dua nenek itu sama-sama tertawa terkekeh-kekeh.
* * * Rahasia Bayi Tergantung 43
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
________________________________________________________________________________
__ SEBELAS elama perjalanan di dalam hutan sampai keluar lagi dari hutan, orang-orang itu
tak banyak bicara. Mereka seolah tenggelam dalam alam pikiran masing-masing.
Lakasipo Smalah lebih suka menuntun Laekakienam dari pada menunggang kuda
berkaki enam itu.
"Aneh, aku tak bisa melupakan gadis itu..." bisik Naga Kuning perlahan sekali
agar tidak ada yang mendengar.
Si kakek Setan Ngompol yang dibisiki pura-pura tolol. "Gadis yang mana"
Luhkimkim maksudmu..?"
"Bukan! Gadis berbaju biru tadi. Itu.... Yang bernama Luhcinta...."
"Hemmm.... Dia memang cantik sekali. Terus terang aku juga selalu ingat-ingat
dirinya," kata Setan Ngompol sambil menyeringai.
Apa yang dibicarakan ke dua orang itu walau berbisik-bisik sebenarnya didengar
oleh Wiro. tapi dia berpura-pura tidak tahu. Malah dia berkata pada Lakasipo.
"Sobatku Hantu Kaki Batu! Sejak tadi kau kulihat berjalan setengah melamun. Apa
yang ada dalam benakmu"! Siapa yang kau pikirkan"!"
"Aku tidak melamun. Aku tidak memikirkan siapa-siapa!" jawab Lakasipo tetapi
mukanya menjadi merah. Karena sebenarnya saat itu dia memang tengah melamun
mengingat-ingat Luhcinta!
Wiro usap-usap perut Lakasipo hingga lelaki ini menggeliat kegelian. "Sobatku,
jangan kau menipu diri sendiri. Aku tahu semua kita yang ada di sini termasuk
sobat kita Hantu Jatilandak pasti tengah mengingat membayang-bayang wajah cantik
jelita gadis bernama Luhcinta itu. . Kalian jangan ada yang berpura-pura. Benar
lean?" Semua yang ada di situ sama-sama tertawa lebar.
"Dengar, apa kalian masih mau ketemu dengan gadis itu?"
"Tentu saja mau! Tapi kita tidak tahu dia pergi kemana!" Yang menjawab Naga
Kuning. "Kalau dia suka bertemu kita, kalau tidak bagaimana?" tanya Setan Ngompol.
"Kalau tidak suka paling-paling tidak suka padamu!" kata Naga Kuning pula.
Membuat si kakek merengut marah. ,
"Aku bisa menduga kira-kira kemana gadis itu perginya!" kata Wiro pula seraya
rangkapkan dua tangan di depan dada.
"Kemana"!" Beberapa mulut bertanya hampir berbarengan.
Wiro tersenyum. "Lakasipo, kau tahu rumah perempuan tukang mengawinkan orang di
Negeri Latanahsilam itu" Siapa namanya nenek satu itu?"
"Aku tahu tempat kediamannya. Namanya Lamahila.,." menerangkan Lakasipo.
"Gadis itu pasti menuju ke sana!" kata Wiro pula.
"Bagaimana kau bisa menduga begitu?" Hantu Jatilandak untuk pertama kalinya
bersuara. "Waktu dia bertanya padamu tentang apakah ada orang yang bisa memberi petunjuk
kesaksian bahwa Luhpiranti benar-benar istri Latampi, bukankah kau mengatakan
bahwa orang itu adalah Lamahila. Nenek tukang mengawinkan orang di Latanahsilam!
Nah, jelas Rahasia Bayi Tergantung 44
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
Luhcinta ingin membuktikan dan mengetahui dari si nenek langsung. Jelas dia akan
mencari Lamahila...."
"Jelas pula kita akan menemuinya di sana!" sambung Naga Kuning.
"Kau mungkin benar sobatku Pendekar 212."
"Bukan mungkin tapi pasti!" kata murid Sinto Gendeng pula seraya garuk kepala.
"Agar lebih cepat sampai ke sana, sebaiknya kita tunggangi saja kuda kaki
enammu. Eh, apa kita semua bisa naik?"
"Pasti bisa!" jawab Setan Ngompol. "Tapi sobat kita Hantu Jatilandak apa mungkin
duduk di atas punggung Laekakienam dan kuda itu tidak bakalan luka tertusuk
duri-durinya"!"
"Pasti bisa!" kata Hantu Jatilandak pula. Lalu dia usap bagian belakang tubuhnya
sampai ke kaki. Serta merta puluhan duri-duri lancip yang menempel di tubuhnya
rebah sama datar dengan kulitnya.
"Hebat juga kawan kita satu ini," kata Naga Kuning memuji. Lalu dia berbisik
pada Wiro. "Menurutmu apa duri yang ada di badan Hantu Jatilandak itu tumbuh
sampai ke dalam-dalam...?"
"Dalam-dalam mana maksudmu Naga Kuning?"
"Maksudku duri itu juga tumbuh di bagian anunya...."
"Kalau itu kau tanya saja langsung kepadanya. Atau minta Lakasipo agar kau
diceploskan ke balik celananya!" jawab Wiro sambil menyeringai.
"Walah! Bisa jadi saringan tubuhku!" kata Naga Kuning pula.
* * * Dugaan Wiro Sableng tidak meleset. Ternyata Luhcinta memang pergi ke
Latanahsilam mencari rumah kediaman nenek bernama Lamahila itu. Walau gadis ini
memiliki ilmu meringankan tubuh yang sanggup membuat dia berlari sangat cepat
namun Latanahsilam cukup jauh. Paling cepat menjelang malam baru dia akan
sampai. Sepanjang perjalanan dia mengingat-ingat semua pengalaman dan kejadian yang
dialaminya sejak dia meninggalkan lembah tempat kediaman gurunya sampai dia
ditolong oleh Hantu Penjunjung Roh yang ternyata adalah neneknya sendiri.
Kemudian gadis ini teringat pada Lakasipo dan tiga kawannya.
"Tiga manusia kerdil itu. Entah mengapa aku selalu saja ingat pada yang satu.
Pemuda kerdil konyol bernama Wiro itu. Kalau selesai urusanku di Latanahsilam
dan aku tahu pasti bahwa aku ini anak yang dilahirkan Luhpiranti dan ayahku
memang lelaki bernama Latampi, aku akan berusaha menemui Hantu Raja Obat. Mudahmudahan saja dia bisa menolong membesarkan tiga orang kerdil itu."
Tepat ketika sang surya menggelincir ke ufuk tenggelamnya Luhcinta dengan
diantar oleh seorang anak kecil sampai di depan pintu rumah kediaman Lamahila.
Setelah mengucapkan terima kasih gadis ini memperhatikan keadaan rumah kayu di
tengah kawasan peladangan itu. Pohon-pohon besar tumbuh di beberapa tempat.
Bayang-bayangnya membuat keadaan di depan rumah menjadi gelap. Luhcinta mengetuk
pintu seraya berseru.
"Nenek Lamahila, apakah kau ada di dalam"!"
Tak ada jawaban.
Rahasia Bayi Tergantung 45
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
Luhcinta mengetuk kencang dan memanggil lebih keras. "Siapa di luar?" Tiba-tiba
terdengar suara orang di dalam rumah.
"Saya Luhcinta. Datang dari jauh untuk satu keperluan!"
"Apa kau hendak minta dikawinkan"!" Orang di dalam rumah bertanya.
Luhcinta tersenyum. "Aku datang untuk urusan lain. Ada satu hal yang ingin
kutanyakan!"
"Kalau begitu masuklah wahai tamu dari jauh. Pintu tidak dikunci!"
Luhcinta mendorong daun pintu yang serta merta mengeluarkan suara berkereketan
begitu terbuka. Masuk ke dalam rumah gadis ini dapatkan keadaan agak gelap. tak
ada lampu minyak atau obor. Dia tegak sesaat untuk membiasakan penglihatannya.
Bagian dalam dari rumah yang cukup besar itu hanya merupakan satu ruangan
terbuka. Di sudut kanan dekat sebuah tempayan besar ada satu bangku terbuat dari
kayu. Di atas bangku inilah Luhcinta melihat sesosok tubuh duduk terbungkukbungkuk membelakanginya.
"Nenek Lamahila..." tegur Luhcinta,
Yang disapa keluarkan suara bergumam lalu batuk-batuk. Luhcinta melangkah
mendekati sosok yang duduk. ternyata orang ini mengenakan sehelai kerudung kulit
kayu hingga hampir seluruh wajahnya tertutup. Apalagi di dalam rumah keadaannya
gelap hingga dia tidak dapat melihat jelas wajah si nenek.
"Nenek Lamahila, maafkan kalau saya mengganggu dirimu. Agaknya kau dalam
keadaan kurang sehat. Dengar, saya tidak akan lama. Saya...."
Luhcinta hentikan ucapannya ketika tiba-tiba si nenek keluarkan suara tawa
mengekeh lalu singkapkan kerudung yang menutupi wajahnya!
Terkejutlah gadis ini begitu melihat kepala dan wajah yang tersingkap itu. Dia
tidak melihat wajah seorang nenek tapi satu kepala berbentuk kepala macan tutul!
"Hantu Seratus Tutul!" seru Luhcinta dan cepat melompat mundur.
Suara kekehan sosok di atas bangku kayu berganti dengan suara seperti macan
menggereng. Makhluk ini memang bukan lain adalah Hantu Seratus Tutul yang
sebelumnya telah melarikan diri dari rimba belantara setelah dikeroyok oleh
Lakasipo, Hantu Jatilandak dan Luhcinta. Karena dia mendengar percakapan
Lakasipo dengan Luhcinta, seperti Wiro Hantu Seratus Tutul ini bisa menduga
bahwa cepat atau lambat Luhcinta akan mencari nenek bernama Lamahila itu. Maka
Hantu Seratus Tutul mendahului mendatangi tempat kediaman si nenek. Pada saat
mana nenek Lamahila tidak berada di rumah.
"Waktu di hutan kalian mengeroyokku. Sekarang kita berhadapan satu lawan satu
wahai gadis bernama Luhcinta. Kalau kau turuti apa mauku kau tidak akan ku apaapakan! Tapi jika kau melawan nasibmu lebih jelek. Kau akan kubunuh sampai aku merasa
puas! Wahai Luhcinta, mengapa kita tidak berbaik-baik dan berbuat cinta" Kau datang
kemari, bukankah sengaja mencariku?"
Luhcinta tersenyum.
"Wahai Hantu Seratus Tutul! Kekejian rupanya masih ada dalam benakmu. Nafsu
kotor masih mengalir dalam darahmu! Aku kemari bukan mencarimu. Tetapi mencari
nenek Lamahila...."
"Orang yang kau cari tidak ada di rumah. Dia tidak akan kembali sampai besok
pagi. Kau boleh menunggu. Lalu sambil menunggu bukankah kita lebih baik bersenangsenang" Di sudut sana ada sebuah ranjang. Walau terbuat dari kayu tapi alasnya jerami
kering yang lembut...."
Rahasia Bayi Tergantung 46
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
"Kalau pemilik rumah tidak ada, aku terpaksa pergi dulu. Kau boleh tinggal di
sini. Seorang diri. .!" Luhcinta kemudian balikkan tubuh, melangkah ke pintu. Tapi
cepat sekali kakek yang tubuhnya berbentuk macan Tutul itu menghadang
langkahnya. "Jangan membuat kesabaranku hilang wahai gadis cantik. Lekas tanggalkan
pakaianmu...!"
"Wahai! Kau rupanya sudah terlalu jauh dirasuk nafsu keji dan kotor. Aku minta
jalan...."
"Aku minta tubuhmu!" jawab Hantu Seratus Tutul. Lalu dia menyergap.
Luhcinta segera dorongkan dua telapak tangannya. Gerakannya perlahan dan lembut.
"Macan jejadian, hari sudah malam. Tidurlah...." Dua larik angin sangat sejuk
berhembus menerpa Hantu Seratus Tutul. Orang ini terkejut besar ketika merasakan
tiba-tiba tubuhnya terdorong dan matanya menjadi berat. Rasa kantuk yang amat
sangat menyerangnya.
Perlahan-lahan tubuhnya huyung ke tanah.
"Celaka! Apa yang terjadi dengan diriku!" Hantu Seratus Tutul cepat sadarkan
diri. Dia segera kerahkan tenaga dalam menolak kekuatan yang laksana mau
menyirap tidur dirinya.
Dari mulutnya melesat auman dahsyat yang membuat rumah kayu itu berderik-derik.
Bersamaan dengan itu sosok tubuhnya berubah menjadi lima. Lima manusia berbentuk
macan Tutul ini kemudian secara berbarengan menyerbu Luhcinta. Dua tangan
keluarkan kuku-kuku hitam panjang. Membeset ganas ke arah wajah dan badan
Luhcinta. "Wahai Hantu Seratus Tutul, jika kau inginkan aku mengapa kau dan empat macan


Wiro Sableng 106 Rahasia Bayi Tergantung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hendak melukai diriku!" Berseru Luhcinta. Tangan kirinya didorongkan ke depan.
Tangan kanan membuat gerakan mengayun dari bawah ke atas sementara dua kaki
borings dengan tumid menjejak tanah.
Empat rangkul angin sejuk menyambar ke depan. "Jika kesejukan tidak mendatangkan
kesabaran maka berubahlah menjadi hawa panas!"
"Wusss... wusss!"
Dua larik angin yang datang dari bawah serta merta menjadi panas luar biasa. Dua
ekor macan tutul yang mendapat serangan menggereng keras lalu melompat. Yang
satu sempat cidera karena sambaran angin panas. Daun telinganya sebelah kiri dan
bulu-bulu kepala sekitar tengkuk kelihatan hangus mengepulkan asap! Makhluk ini
meraung keras: Tanpa perdulikan rasa sakit dia kembali menyerbu Luhcinta bersama
empat kawannya.
Murid nenek dari Lembah Laekatakhijau ini menghadapi semua serangan dengan
tenang. Dua tangan dan dua kakinya bergerak tiada henti. Dia seperti seorang
penari di atas panggung. Meliak-liuk lembut dan sesekali tiba-tiba menempelak
lawan dengan pukulan yang sangat keras. Seekor lagi dari lima macan tutul itu
cidera, hidungnya hancur.
Meski dua teman mereka sudah terluka namun tiga lainnya masih terus menyerbu.
Malah bertambah beringas dan ganas. Luhcinta yang berkepandaian tinggi namun
boleh dikatakan tidak punya pengalaman sama sekali lambat laun menjadi terdesak
juga. Ketika gadis ini bersiap-siap hendak mengeluarkan ilmu kesaktian yang
disebut "Tangan Dewa Merajam Bumi" yang sanggup membuat para penyerang
terbanting ke tanah dan lumpuh, tiba-tiba Hantu Seratus Tutul keluarkan suitan
keras. Bersamaan dengan itu dia melesat ke depan seolah terbang. Empat sosok
macan lainnya berguling lantai rumah.
"Seettttt!"
"Dess... desss... dess... dess!"
Rahasia Bayi Tergantung 47
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
Luhcinta terpekik. Tubuhnya terjatuh ke tanah. Sebelum dia sempat menghantam
tubuhnya telah jatuh tertelentang di lantai rumah. Dua tangan dan kakinya berada
di dalam cekalan empat macan jejadian hingga sulit baginya untuk melepaskan
diri. Kuku-kuku macan itu mencekam demikian rupa. Kalau dia bergerak sedikit
saja maka akan lukalah keempat anggota badannya.
Hantu Seratus Tutul tertawa bergelak. "Luhcinta gadis cantik tapi keras kepala!
Apakah kau sudah siap untuk bercinta" Ha... ha... ha...?" Kakek bermuka dan
bertubuh macan ini berjongkok di samping si gadis. Sepasang matanya berkilatkilat. Lidahnya diulur berulang kali menjilati bibirnya. Tangannya bergerak ke
dada Luhcinta. Sebelum dia berhasil menyentuh tubuh si gadis, tiba-tiba
terdengar satu auman dahsyat. Membuat Hantu Seratus Tutul terlonjak lalu jatuh
terduduk di lantai. Sementara empat macan lainnya dongakkan kepala dan mengaum
keras. Empat buntut mereka bergerak liar kian kemari. Sepasang mata mereka
kemudian memandang besar ke dinding rumah sebelah kanan yang tiba-tiba jebol.
Dari jebolan dinding tiba-tiba menyeruak muncul satu kepala harimau besar
berbulu putih bermata hijau!"
* * * Rahasia Bayi Tergantung 48
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
________________________________________________________________________________
__ DUA BELAS etika harimau putih melangkah ke arahnya Hantu Seratus Tutul berteriak pada
empat macan tutul jejadian agar segera menyerang. Empat macan tutul mengaum
K keras lalu melompat menyergap harimau putih. Begitu mendapat serangan, harimau
putih tundukkan kepala. Dari sepasang matanya melesat dua larik sinar hijau. Dua
macan tutul sebelah depan terpental melabrak dinding rumah. Dibarengi auman
keras tubuh dua binatang ini berubah menjadi asap dan akhirnya lenyap. Melihat
kejadian itu dua kawan mereka segera putar tubuh siap untuk larikan diri.
Kembali dua larik sinar hijau membeset.
Seperti tadi dua macan tutul terpental jauh, meraung keras lalu berubah jadi
asap! Bulu tengkuk Hantu Seratus Tutul merinding dingin. Sekujur tubuhhya gemetar
seperti diguyur air es .
"Harimau putih bermata hijau! Kau kesasar ke tempat yang salah! Lekas tinggalkan
tempat ini kalau tidak mau kubunuh!"
Harimau putih tanpa perdulikan ancaman itu mengaum dahsyat lalu melompat
menyerang Hantu Seratus Tutul.
"Jangan bunuh orang itu!" Satu suara perempuan berteriak. Ternyata Luhcinta.
Gadis ini walaupun dirinya tadi hendak dinodai Hantu Seratus Tutul namun dalam
keadaan seperti itu masih bisa timbul rasa kasihannya. Saat itu tubuh Hantu
Seratus Tutul sudah ada dalam gigitan harimau putih. Sekali binatang ini
mengatupkan rahangnya amblaslah tubuh kakek bermuka macan itu. Nyawanya tidak
tertolong lagi. Namun teriakan Luhcinta tadi membuat harimau putih menahan
gerakan mulutnya. Sesaat dia menatap si gadis. Lalu kepalanya diputar ke arah
dinding rumah yang jebol. Binatang ini tak bergerak seolah menunggu seseorang.
Dari luar rumah terdengar suara teriakan. "Datuk Rao Bamato Hijau! Kau dengar
ucapan gadis itu. Sampai jelas apa maksudnya jangan bunuh orang dalam
gigitanmu!"
"Duukkk... duukkkk... dukkkk." Tanah terasa bergetar. Seolah ada raksasa yang
melangkah di luar sana. Sesaat kemudian masuklah Hantu Kaki Batu ke dalam rumah.
Diiringi Hantu Jatilandak. Di balik sabuk yang melintang di pinggang Hantu Kaki
Batu tiga sosok kecil yaitu Wiro, Naga Kuning dan Setan Ngompol bersiap-siap
melompat turun.
Luhcinta kerenyitkan kening lalu mengulas senyum di bibir. "Wahai, salah satu
dari mereka pasti telah menolong diriku. Harimau besar bermata hijau ini agaknya
yang bernama Datuk Rao Bamato Hijau," katanya dalam hati. Dia sama sekali tidak
menduga kalau yang jadi tuan penolongnya adalah Pendekar 212 Wiro Sableng.
Datuk Rao Bamato Hijau menggereng lalu campakkan sosok Hantu Seratus Tutul yang
saat itu telah berubah kembali wujudnya menjadi seorang kakek-kakek. Beberapa bagian tubuhnya tampak luka mengucurkan darah akibat gigitan harimau putih.
Ketika melihat siapa-siapa yang datang dia jadi bertanya-tanya mengapa ada
diantara orang-orang itu mengeluarkan perintah agar dia tidak dibunuh. "Berarti
salah satu diantara mereka adalah orang sakti dan memiliki harimau putih itu..."
pikir Hantu Seratus Tutul.
"Wahai Luhcinta, kami tidak mengerti mengapa kau inginkan orang yang hendak
melakukan perbuatan terkutuk atas dirimu dibiarkan hidup! Yang bicara adalah
Lakasipo alias Hantu Kaki Batu.
Rahasia Bayi Tergantung 49
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
Luhcinta cepat menjawab. "Membunuh orang yang tidak berdaya itu semudah
membalikkan telapak tangan wahai sahabatku Lakasipo. Tetapi apakah kau tidak
tahu bahwa kematian tidak selamanya jalan keluar dari satu persoalan" Kekuatan
kasih jika dipergunakan mungkin lebih menguntungkan dari pada pembunuhan...."
Walau tidak memahami akan ucapan si gadis namun Lakasipo jadi terdiam. Wiro
Sableng garuk-garuk kepalanya. "Tidak mengerti aku sifat gadis cantik ini. Sudah
dua kali orang hendak mencelakainya. Masih saja dia unjukkan sikap sabar. Setiap
ucapan dan tindakannya berdasarkan kasih. Tidak percuma dia bernama Luhcinta!"
Semua orang tak ada yang bicara. Mereka seolah menunggu dan ingin melihat apa
yang hendak dilakukan Luhcinta. Gadis ini melangkah melewati Hantu Jatilandak,
Wiro, Naga Kuning dan Setan Ngompol. Di hadapan Lakasipo dia berhenti sebentar
dan berkata. "Aku tidak mau orang itu dibunuh karena aku ingin mengorek
keterangan lebih dulu darinya.
Apa artinya kematian tak berguna dibanding keterangan penting yang bisa
kudapat...."
Lakasipo hanya anggukkan kepala. Wiro garuk-garuk kepala dan melirik pada Naga
Kuning serta Setan Ngompol. Sebelum melangkah mendekati Hantu Seratus Tutul yang
sampai saat ini masih tergelimpang di lantai rumah, Luhcinta lebih dulu
mendatangi Datuk Rao Bamato Hijau. Tanpa rasa takut diusapnya tengkuk binatang
itu seraya berkata. "Wahai Datuk Rao Bamato Hijau. Aku Luhcinta mengucapkan
terima kasih atas pertolonganmu tadi...."
Datuk Rao Bamato Hijau seolah senang mendengar kata-kata itu lalu menjilat-jilat
lengan si gadis. Luhcinta kemudian dekati Hantu Seratus Tutul. (Mengenai harimau
sakti bernama Datuk Rao Bamato Hijau harap baca serial Wiro Sableng Wasiat Iblis
terdiri dari 8 Episode). "Orang tua, ini saat yang tepat kau harus menceritakan padaku siapa adanya
Lajundai. Siapa penguasa Istana Kebahagiaan itu dan aku merasa kau sebenarnya adalah kaki
tangan seseorang...."
"Aku punya pendapat yang sama!" Tiba-tiba Hantu Jatilandak ikut bicara. "Kau
hendak membunuh dan menguliti tubuhku! Siapa yang menyuruhmu...."
"Tidak ada! Tidak ada yang menyuruhku...!" kata Hantu Seratus Tutul.
"Wahai, jika kau tidak mau bicara mungkin sekali ini aku sendiri yang akan
meminta harimau sakti ini untuk membunuhmu!" kata Luhcinta. Waktu bicara
suaranya tetap lembut bahkan disertai ulasan senyum di bibirnya.
"Gadis cantik. . " Siapapun kau adanya aku Hantu Seratus Tutul tidak
berdusta..,."
Luhcinta kembali tersenyum. "Kek, apakah kau masih ingin mengajakku ke Istana
Kebahagiaan" Bukankah penguasa istana itu yang menjadi majikanmu?" Sebenarnya
Luhcinta hanya menduga-duga dan memancing saja. Namun ucapannya itu ternyata
membuat berubah paras Hantu Seratus Tutul. Namun orang ini masih saja mengancing
mulutnya. "Aku juga tahu, kau tahu banyak tentang manusia bernama Lajundai. Hatiku sedih
kalau kau tidak mau bicara...." Luhcinta berpaling pada Datuk Rao Bamato Hijau.
"Harimau sakti Datuk Bamato Hijau. Aku tak dapat menolong kakek itu lagi.
Terserah kau mau berbuat apa terhadapnya!"
"Datuk Rao sahabatku! Kau telah mendengar ucapan gadis itu. Tunggu apalagi"!"
Satu suara kecil berteriak. Luhcinta berpaling. Gadis ini terkejut ketika
mengetahui yang barusan bicara adalah Wiro, salah satu dari tiga orang bersosok
setinggi lutut itu.
Rahasia Bayi Tergantung 50
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
Datuk Rao mengaum keras. Dua larik sinar hijau memancar dari kedua matanya.
Ketika binatang ini melangkah ke arahnya, putuslah nyali si kakek.
"Jangan! Tahan!" Si kakek berteriak. . "Ah, kau akhirnya mau bicara juga..."
kata Luhcinta sambil tersenyum. "Bicaralah. Tak perlu takut...."
"Memang... memang ada yang menyuruhku. Tapi bukan membunuhmu wahai gadis
bernama Luhcinta. Aku hanya ditugaskan membunuh Hantu Jatilandak. Juga lelaki
berkaki batu itu beserta tiga temannya manusia-manusia kerdil itu! Tapi aku
tidak diperintahkan membunuhmu. Aku hanya kebetulan bertemu dengan kau di tengah
jalan. Terhadapmu aku hanya hendak melampiaskan...."
"Hantu Seratus Kutul!" berteriak Wiro.
"Namaku Hantu Seratus Tutul. Bukan Kutul!"
"Persetan Tutul atau Kutul!" bentak murid Sinto Gendeng. "Katakan siapa yang
menugaskanmu membunuh kami-kami ini semua"!"
Hantu Seratus Tutul terdiam. Matanya memandang melotot pada Wiro. Murid Sinto
Gendeng berpaling pada harimau putih. "Datuk Rao! Bunuh manusia tidak berguna
itu!" Harimau putih mengaum keras. Dua matanya pancarkan sinar hijau angker. Hantu
Seratus Tutul jadi leleh nyalinya. Dia angkat kedua tangannya dan jatuhkan diri
berlutut di hadapan Wiro yang tingginya kini sepinggangnya.
"Jangan suruh binatang itu membunuhku! Jangan.... Aku akan bicara. Aku akan
katakan semua...."
Wiro angkat tangan, member] tanda pada Datuk Rao Bamato Hijau. Harimau sakti ini
rundukkan kepala dan hentikan langkah.
"Yang memerintah aku membunuh gadis itu, juga semua kalian adalah..."
Belum sempat Hantu Seratus Tutul mengucapkan nama tiba-tiba berkiblat selarik
sinar merah disertai deru angin laksana sambaran puting beliung. Semua orang
berseru kaget dan berlompatan jauhkan diri. Hantu Seratus Tutul hanya keluarkan
jeritan pendek. Lalu
"wuuussss!"
Pendekar 212 berseru kaget ketika melihat sinar merah itu menghantam ke jurusan
tempat dia dan Hantu Seratus Tutul berada. Sambil melompat selamatkan diri Wiro
pukulkan tangan kanannya. Selarik sinar putih perak menyilaukan mata menderu ke
depan, berusaha menangkis hantaman cahaya merah! : "Dessss!"..."Wiro terguling di tanah. Dia cepat bangkit. Dadanya sesaat mendenyut sakit.
Tangan kanannya seperti kesemutan. Walau tengkuknya agak dingin karena sangat
tegang dan lututnya goyah namun dia gembira melihat kenyataan. Dalam keadaan
tubuh yang tidak sebanding dia masih mampu melepaskan pukulan Sinar Matahari dan
sanggup mendorong sinar merah hingga dirinya selamat. Tapi apakah memang dia
yang hendak dihantam oleh pembokong gelap itu" Wiro memandang berkeliling. Dia
tidak melihat Hantu Seratus Tutul.
Ketika semua orang memandang ke tengah rumah, termasuk Wiro, mereka jadi
merinding. Sosok Hantu Seratus Tutul hanya tinggal tulang belulang. Kulit dan
daging tubuhnya terkelupas mengerikan!
"Pukulan Mengelupas Puncak Langit Mengeruk Kerak Bumi!" seru Lakasipo yang
mengenali pukulan yang telah menamatkan riwayat Hantu Seratus Tutul.
"Pukulan itu hanya dimiliki Hantu Muka Dual" berucap Pendekar 212. "Berarti dia
barusan ada di sini. Membunuh si kakek karena tidak mau rahasianya terbuka...."
Rahasia Bayi Tergantung 51
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
"Tunggu dulu. Menduga boleh saja. Tapi bersikap penuh selidik harus diutamakan,"
Luhcinta ikut bicara. "Mungkin juga bukan kakek ini yang jadi sasaran. Tapi
salah satu dari kita..." berkata Luhcinta. "Atau mungkin penyerang gelap memang
inginkan nyawa si kakek, tapi sekaligus juga mengincar nyawa sahabatku bernama
Wiro Sableng itu!"
Sesaat semua orang jadi terdiam. Wiro garuk-garuk kepala berulang kali.
"Sebaiknya kita tinggalkan tempat ini cepat-cepat," kata Setan Ngompol sambil
pegangi bagian bawah perutnya yang sudah basah kuyup oleh kucuran air kencing.
"Tunggu, kita perlu bicara. Mencari kejelasan siapa kira-kira orang di belakang
layar yang mengatur perintah atas diri Hantu Seratus Tutul," kata Lakasipo.
"Juga mencari tahu siapa si pembokong sialan tadi!" kata Naga Kuning.
"Aku tetap berbesar duga si pembokong adalah Hantu Muka Dua," berkata Lakasipo.
"Antara Hantu Seratus Tutul dan Hantu Muka Dua ada kesamaan ilmu yang mampu
mengelupas atau menguliti tubuh manusia. Hanya bedanya kakek bermuka macan ini
mengandalkan dua pisau kecil berbentuk arit sedang Hantu Muka Dua pukulan sakti
bernama Mengelupas Puncak Langit Mengeruk Kerak Bumi. Lalu si pembunuh Hantu
Seratus Tutul pasti sekali Hantu Muka Dua. Hanya dia yang memiliki kesaktian
yang mengerikan itu. Jelas karena Hantu Muka Dua tidak mau rahasianya
tersingkap. Tapi dibalik semua itu kurasa ada hal lain yang hendak disembunyikan
Hantu Muka Dua. Yang saat ini sulit kuduga apa adanya. Dia membunuh Hantu
Seratus Tutul dengan pukulan Mengelupas Puncak Langit Mengeruk Kerak Bumi.
Berarti dia membiarkan atau sengaja memberi tahu bahwa dialah pelakunya...."
Wiro berpaling pada Luhcinta lalu berkata. "Hantu Seratus Tutul menyebut-nyebut
Istana Kebahagiaan. Jangan-jangan Hantu Muka Dualah penguasa istana itu. . "
"Mungkin sekali!" kata Lakasipo. "Bukankah selama ini dia selalu mengumbar kata
bahwa dia adalah Raja Di Raja Segala Hantu di Negeri Latanahsilam"!"
"Selain itu!" Wiro rnenyambungi. "Mungkin sekali Hantu Muka Dua membunuh si
kakek muka macan itu agar dia tidak memberi keterangan tentang manusia bernama
Lajundai."
"Kalau benar makhluk bernama Hantu Muka Dua itu yang jadi biang racun semua
kejadian ini, sungguh dia makhluk yang sangat keji. Akupun hampir
dicelakainya...." Lalu Luhcinta menceritakan pertemuannya dengan Hantu Muka Dua
yang membawanya ke tempat
kediamannya di bawah Telaga Lasituhitam.
"Sahabat kami Luhcinta," Setan Ngompol ikut bicara setelah terus-terusan berdiam
diri. "Waktu bertemu pertama kali kau pernah menanyakan tentang beberapa orang.
Yang masih kuingat antaranya Latampi, Luhpiranti.... Jika kau mau memberi tahu
siapa adanya orang-orang itu lalu juga siapa adanya Lajundai, mungkin kita bisa
berbagi pikir dan akal untuk membantumu...."
"Betul, kau juga menyebut satu nama yaitu Hantu Penjunjung Bakul... Maksudku
Hantu Penjunjung Roh!" kata Wiro pula.
Luhcinta tersenyum. "Panjang ceritanya. Semua menyangkut riwayat diriku. Aku tak
mungkin...."
"Bagaimanapun panjangnya kami bersedia dan ingin sekali mendengar," kata


Wiro Sableng 106 Rahasia Bayi Tergantung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Lakasipo. "Ya, betul. Walau sampai tujuh hari tujuh malam, kami akan mendengarkan
penuturanmu!" ucap Naga Kuning pula.
Rahasia Bayi Tergantung 52
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
Luhcinta tersenyum. Dia memandang ke arah Wiro seolah minta persetujuan. Hal ini
membuat Lakasipo, Naga Kuning dan Setan Ngompol menjadi agak cemburu.
"Ada apa sebenarnya antara kau dengan gadis itu. Dari tadi kulihat dia terusterusan memandangmu seperti kau ini kecakepan saja!" bisik Naga Kuning.
"Mengapa salahkan diriku! Dia punya mata! Boleh saja melihat siapa saja. Mungkin
matanya menjadi sepat kalau melihat dirimu atau si kakek itu. Jadinya aku yang
dipandang-pandang..." jawab murid Sinto Gendeng sambil menyengir. Naga Kuning
dan Setan Ngompol donggakkan kepala lalu menoel puncak hidung masing-masing
dengan jari telunjuk mengejek Wiro. Wiro sendiri saat itu melangkah menghampiri
Datuk Rao Bamato Hijau. Dia peluk leher harimau sakti ini dan ciumi bagian
kepalanya diantara dua mata. "Sahabat pelindungku Datuk Rao Bamato Hijau. Aku
berterima kasih kau bersedia kupanggil untuk menolong gadis itu. Kalau saja kita
tidak cepat bertindak tentu saat ini dirinya telah ternoda....".
Datuk Rao Bamato Hijau kedip-kedipkan matanya. Lidahnya dijulurkan menjilati
tangan Wiro. "Datuk, aku tidak boleh membiarkanmu berlama-lama di tempat ini. Sekali lagi aku
dan gadis itu mengucapkan terima kasih...."
"Datuk Rao Bamato Hijau, jika aku ingat padamu dan ingin bertemu apakah bisa?"
tanya Luhcinta lalu enak saja dia ikut memeluki dan menciumi wajah sang datuk.
Harimau putih itu keluarkan suara menggereng halus dan usap lengan Luhcinta
dengan jilatan lidahnya. Si gadis tersenyum dan terpekik kecil kegelian.
"Selamat jalan Datuk..." kata Wiro.
Datuk Rao Bamato Hijau mengaum. Semua orang tergagau kaget. Pada saat sosok
harimau putih itu lenyap Wiro dan Luhcinta yang kini hanya memeluk angin samasama terjerembab dan pipi mereka saling bergeseran!
"Sialan si Wiro itu! Dia pasti berpura-pura jatuh!" kata Naga Kuning berbisik
pada Setan Ngompol.
"Anak itu rejekinya memang lebih besar. Kalau saja sosoknya sama besar dengan si
gadis, lebih keenakan lagi dia! Lalu kita mau bilang apa"!" Setan Ngompol
mencibir lalu tertawa perlahan. "Dikata apa...?" jawab Setan Ngompol.
Dengan wajah agak kemerahan Luhcinta memandang berkeliling lalu berkata.
Kita belum lama berkenalan. Tapi begitu banyak saling menanam budi. Aku percaya
pada kalian semua sahabatku. Kalau memang kalian mau tahu, aku akan ceritakan
riwayat diriku. Aku mulai sejak diriku yang masih berusia dua bulan ditemukan
seorang nenek sakti di dalam hutan. Di dalam satu kantong yang tergantung di
badan seorang perempuan muda yang mati menggantung diri...."
Selagi semua orang terkejut mendengar kata-kata si gadis, Luhcinta melangkah
meninggalkan tern pat itu. Semua orang serta merta bergerak mengikuti. Di satu
tempat yang sunyi yang dipilih sendiri oleh Luhcinta, gadis itu lalu menuturkan
riwayat dirinya.
* * * Rahasia Bayi Tergantung 53
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
________________________________________________________________________________
__ TIGA BELAS uasana hening sunyi menyelimuti tempat itu begitu Luhcinta selesai menceritakan
riwayat kehidupannya. Lakasipo menatap si gadis dengan perasaan penuh haru. Wiro
Sdan Naga Kuning serta Setan Ngompol tertunduk sedih. Bahkan kuda hitam berkaki
enam milik Lakasipo yang ada tak jauh dari tempat itu tegak diam seperti
termenung, seolah turut larut dalam keharuan.
Dalam keadaan seperti itu ada suara prang menahan isak dan menarik nafas panjang
berulang kali. Orang ini adalah Hantu Jatilandak. Dia duduk di tanah tundukkan
kepala. Wajahnya yang penuh duri berusaha ditutupinya dengan ke dua tangan.
"Hai, apa-apaan si Jatilandak itu!" bisik Naga Kuning pada Wiro dan Setan
Ngompol. "Kita semua memang terharu mendengar riwayat sedih Luhcinta, tapi mengapa pakai
sesenggukan segala...."
"Dia ingin diperhatikan gadis cantik itu. Kepingin disayang-sayang..." jawab
Setan Ngompol seraya pencongkan mulutnya yang kempot.
Saat itu Luhcinta sendiri telah melangkah mendekati Hantu Jatilandak.
Dipegangnya bahu Hantu Jatilandak lalu berkata. "Wahai sahabatku yang gagah.
Rupanya kesedihanku adalah kesedihanmu juga...."
"Maafkan saya orang buruk yang berlaku bodoh ini. Wahai sahabatku Luhcinta,
riwayatmu mengingatkanku pada diriku sendiri. Walau kini hatiku bahagia bahwa di
dunia ini tidak aku sendiri yang bernasib malang, namun menghadapi kehidupan
selanjutnya aku seperti berada di lautan kebingungan...."
"Apa yang membuatmu berperasaan seperti itu Hantu Jatilandak" Ingin aku
mendengar untung perasaanmu, apakah juga sehebat derita nasib diriku...?"
"Sebenarnya aku meninggalkan pulau tern pat kediaman guruku Tringgiling Liang
Batu bukan untuk bersuka-suka melihat dunia luar. Tapi dalam maksud mencari ayah
dan ibuku. Menurut guru kedua orang tuaku telah kejatuhan musibah berupa kutuk
dari para Peri di Negeri Atas Langit. Konon ayah adalah seorang bernama
Lahambalang, penduduk Latanahsilam sedang ibu adalah Peri dari Negeri Atas
Langit. Antara mereka sebenarnya tidak boleh kawin. Tapi ayah dan ibu sudah
demikian saling mencinta. Mereka melanggar pantang larangan. Ketika aku lahir
ibu meninggal dan ayah lenyap entah kemana. Aku sendiri lahir dalam keadaan
buruk mengerikan seperti ini...."
Semua orang, termasuk Naga Kuning dan Setan Ngompol yang tadi mencemooh
Hantu Jatilandak jadi terdiam.
"Wahai Hantu Jatilandak, ternyata kita sama-sama mempunyai ganjalan dalam hidup
ini. Aku, juga teman-teman di sini sangat ingin mendengar riwayatmu. Kalau kau
bersedia menceritakan..."
Hantu Jatilandak menatap wajah Luhcinta sesaat lalu anggukkan kepala. (Mengenai
riwayat Hantu Jatilandak harap baca serial Wiro Sableng berjudul Hantu
Jatilandak) Untuk ke dua kalinya semua orang yang ada di tempat itu ikut dalam
haru setelah mendengar kisah yang diturunkan Hantu Jatilandak. Mereka tidak
menyangka begitu hebat kisah kehidupan pemuda yang tubuhnya mulai dari kepala
sampai ke kaki ditumbuhi duri-duri menyerupai bulu landak itu.
Rahasia Bayi Tergantung 54
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
"Wahai para sahabat," Lakasipo akhirnya keluarkan ucapan setelah cukup lama
mereka berdiam diri. "Ternyata kita semua termasuk diriku mempunyai ganjalan
hidup. Rasanya sudah saatnya kita memusatkan usaha mencari Hantu Sejuta Tanya
Sejuta Jawab. Siapa tahu dia bisa memberi petunjuk bagaimana aku bisa bebas dari
dua kaki batu ini. Juga memberi petunjuk dimana beradanya ayah Luhcinta yang
bernama Latampi itu. Siapa adanya Lajundai.
Lalu dimana beradanya ayah Hantu Jatilandak yang bernama Lahambalang. Di mana
pula makam ibunda Luhcinta serta makam ibunda Hantu Jatilandak. Juga sangat
diharapkan Hantu Sejuta Tanya dan Sejuta Jawab bisa menolong tiga sahabatku ini
agar bisa kembali ke dunia seribu dua ratus tahun mendatang dari mana mereka
berasal. Atau menolong membuat sosok mereka bisa Sebesar kita agar keselamatan
mereka tidak terus-terusan terancam. Sahabat kami Luhcinta, apakah kau akan
melanjutkan perjalanan seorang diri atau bergabung bersama kami mencari Hantu
Sejuta Tanya Sejuta Jawab?"
Luhcinta jadi terdiam. Ditatapnya wajah Lakasipo beberapa lama lalu dia
berpaling pada Wiro.
"Lihat, lagi-lagi dia memperhatikan Wiro," bisik Naga Kuning.
"Sudah, biar saja dia mau melihat pada siapa," jawab Setan Ngompol. "Yang
penting kalau dia mau ikut bersama kita pasti asyik jadinya perjalanan kita...."
"Wahai Lakasipo dan semua sahabatku! Beruntung aku bertemu dengan kalian. Terus
terang saja Negeri Latanahsilam ini sangat luas dan serba asing bagiku. Apalagi
guru telah memberi ingat banyaknya hal yang bisa membahayakan diriku. Jika
kalian tidak keberatan, aku mau ikut bersama kalian...."
Naga Kuning berseru gembira. Si Setan Ngompol berjingkrak-jingkrak tapi lalu
pegangi bawah perutnya yang mendadak basah lagi! Wiro garuk-garuk kepala melihat
kelakuan dua temannya itu. Luhcinta tersenyum-senyum. Lakasipo melangkah
mendekati kuda hitamnya.
Ketika semua orang bersiap hendak pergi tiba-tiba mengumandang satu seruan
disertai menghamparnya bau seperti rempah-rempah direbus. "
"Luhcinta sahabatku gadis tercantik di seluruh jagat! Jangan pergi dulu sebelum
aku membayar hutang budi baikmu! Jangan bikin aku tidak bisa tidur tidak sedap
makan! Bukan karena rindu atau jatuh hati padamu! Tapi karena ganjalan hutang
piutang budi baik itu!
Ha... ha... ha!"
Sesaat kemudian terdengar suara "beerrr... beerrr... beerrr!" Lalu muncullah
seorang gemuk bermuka bulat, mengenakan pakaian panjang dan sangat gombrong
terbuat dari anyaman rumput kering menyerupai jerami. Di pipinya sebelah kiri
ada satu tahi lalat besar atau tompel berwarna hi tarn ditumbuhi bulu-bulu hitam
halus. Di atas kepalanya ada segulung kain menyerupai sorban. Lalu hebatnya, di
atas sorban ini dia menjunjung sebuah belanga besar terbuat dari tanah. Dari
dalam belanga ini mengepul asap kecoklatan menebar bau harumnya rempah-rempah!
"Sahabatku kakek sakti berjuluk Hantu Seribu Obat!" seru Luhcinta begitu melihat
siapa yang muncul di tern pat itu. "Hidup saling tolong menolong adalah satu
keharusan. Itu tandanya manusia harus hidup berdasarkan kasih sayang satu sama
lainnya. Mengapa kau menganggap pertolonganku menyelamatkan dirimu tempo hari
sebagai hutang budi segala.
Aku harap kau tidak lagi punya pikiran seperti itu...."
Yang disebut Hantu Seribu Obat tertawa lebar lalu batuk-batuk. "Wahai....
Ternyata kau punya banyak sahabat di tempat ini. Tapi Luhcinta,, aku sudah
bersumpah tidak akan pergi dari Rahasia Bayi Tergantung 55
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
tempat ini sebelum kau meminta satu pertolongan apa yang kau inginkan dariku!
Aku bisa memberimu obat agar tetap awet muda sejuta tahun...."
Luhcinta tertawa merdu mendengar kata-kata hantu bersosok gemuk itu.
"Aku tidak main-main.... Akan kuramu sekarang juga obat awet muda itu untukmu!"
berkata Hantu Seribu Obat lalu usap-usap tompel di pipi kirinya sementara tangan
kanannya menyelinap ke balik jubah dan tahu-tahu dia sudah memegang sebuah gelas
terbuat dari tanah.
"Tunggu!" kata Luhcinta. "Terima kasih kau mau memberi obat ajaib itu untukku
wahai Hantu Seribu Obat. Namun jika memang aku boleh meminta, bukan semata
memenuhi permintaanmu sebagai balas budi, tapi untuk menolong orang lain.
Bisakah kau memberikan obat agar tiga sahabatku yang kecil-kecil ini menjadi
besar sosok mereka" Besar seperti kita-kita ini..?"
Wiro, Naga Kuning dan Setan Ngompol tentu saja terkejut tetapi gembira sekali
mendengar kata-kata Luhcinta itu.
"Ya Tuhan! Ternyata besar sekali rejeki kita malam ini! Ada orang yang mau
menolong kita!" ujar Naga Kuning.
"Kalau benar si gendut bertompel besar itu bisa menolong kita, ah! sungguh
bahagia hatiku! Kita tidak akan dibayangi rasa takut celaka lagi. Dan aku akan
mencari nenek cantik bernama Luhlampiri itu!"
"Husss!" Wiro pelototkan matanya pada Setan Ngompol. Tapi mulutnya menyeringai.
"Belum apa-apa niatmu sudah jelek saja!" Setan Ngompol yang terkejut disentak
langsung pegang bagian bawah perutnya.
"Kau punya tiga sahabat yang kecil-kecil katamu! Wahai apa mereka tiga kurcaci
di dekat belukar itu"!"
"Sialan! Kita disebutnya tiga kurcaci!" maki Naga Kuning.
"Betul sekali wahai sahabatku Hantu Seribu Obat. Mereka masing-masing bernama
Wiro, Naga Kuning dan Setan Ngompol. Kalau kau bisa menolong aku sangat
berterima kasih..."
kata Luhcinta pula.
"Kami juga sangat berterima kasih!" menyambungi Wiro.
Hantu Raja Obat dekati ke tiga orang itu lalu jongkok di hadapan mereka. "Hee. .
Tidak sulit! Tidak sulit! Tapi ada syaratnya walau cuma gampang! Mereka harus
sabar menunggu...."
"Walau bersiang bermalam hari, kami akan menunggu Kek!" kata Naga Kuning.
Hantu Seribu Obat menyeringai. Dia pejamkan kedua matanya. Dari mulutnya keluar
suara merapal. Lama sekali dia berbuat seperti itu hingga semua yang ada di
tempat itu diam-diam mulai merasa gelisah. Menjelang tengah malam dari balik
jubah jeraminya Hantu Seribu Obat keluarkan sebuah gelas tanah. Lalu belanga
berisi godokan rempah-rempah yang ada di atas kepalanya diturunkan. Hawa panas
menyambar ke arah semua orang yang ada di tempat itu. Tapi Hantu Raja Obat enak
saja memegang belanga yang panas itu dengan tengah kirinya. Perlahan-lahan
sambil terus merapal dia kucurkan cairan dalam belanga ke dalam gelas tanah.
Gelas tanah kemudian diletakkannya di tanah di hadapan Naga Kuning.
"Kurcaci bernama Naga Kuning, ini obat untukmu. Jangan minum sebelum kuberi
tahu saatnya!"
"Terima kasih Kek. Eh Bapak..." kata Naga Kuning.
Rahasia Bayi Tergantung 56
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
"Aku bukan kakek apalagi bapakmu!" kata Hantu Seribu Obat tapi sambil tersenyum
dan kedipkan mata...."
Dari dalam jubahnya Hantu Seribu Obat keluarkan gelas tanah ke dua. Seperti tadi
diiringi rupakan mantera dia terangkan cairan dalam belanga ke gelas tanah, lalu
gelas tanah diletakkannya di depan Setan Ngompol.
"Kakek bau pesing. Ini batumu! Jangan minum sebelum kuberi tahu saatnya!"
"Hantu Seribu Obat, aku si Setan Ngompol mengucapkan ribuan terima kasih," kata
Setan Ngompol seraya menjura.
Hantu Seribu Obat tertawa lebar. Lalu dia keluarkan gelas tanah ke tiga. Sebelum
menerangkan cairan godokan rempah-rempah yang harum ke dalam gelas tanah itu dia
perhatikan dulu wajah Pendekar 212 Wiro Sableng. Lalu orang ini tersenyum. "Anak
muda, aku melihat seribu akal seribu rencana dalam benakmu. Tap! aku gembira
akal dan rencana itu semua menuju kepada yang baik-baik.... Bolehkah aku
membisikkan sesuatu padamu?"
"Hantu Seribu Obat, aku...." Wiro terpaksa tidak teruskan ucapannya karena saat
itu Hantu Seribu Obat sudah membungkuk dan mendekatkan mulutnya ke telinganya.
Lalu dengan suara sangat perlahan orang ini berkata. "Bagaimana kalau aku
meramal sesuatu tentang dirimu wahai anak muda bertampang tolol, konyol tapi
berhati polos...."
"Sil... silahkan saja. Aku suka mendengar..." kata Wiro.
"Ratusan orang akan jatuh cinta pada gadis itu. Tapi hanya ada satu pemuda yang
berkenan di hatinya. Kau!"
Wiro undur melangkah dan tetap wajah besar Hantu Seribu Obat. "Gadis itu....
Maksudmu gadis yang mana" Siapa?"
"Anak setan! Ha... ha... ha! Bukankah begitu gurumu selalu memanggilku"!"
"Astaga! Bagaimana kau bisa tahu"!" tanya Wiro dengan terkejut, mulut ternganga
dan mata melotot.
Hantu Seribu Obat tertawa mengekeh hingga Wiro merasa tanah yang dipijaknya
bergetar. "Sudahlah, kau tak usah tanyakan hal itu. Sekarang...."
"Tunggu dulu. Kau belum mengatakan siapa adanya gadis itu...."
"Siapa lagi kalau bukan si cantik tinggi semampai bertubuh ramping dan berwajah
selagi tembus itu. Luhcinta!"
"Hantu Seribu Obat! Kau jangan bergurau...."
"Bergurau yang enak-enak apa salahnya! Lagi pula aku tidak bergurau padamu. Kau
akan lihat kenyataan di kemudian hari. Bisa-bisa kau lupa jalan pulang ke negeri
asylum anak muda! Ha... ha... ha!"
Hantu Seribu Obat kembali jongkok dan mulai menerangkan cairan di dalam belanga
ke gelas tanah ketiga. Gelas diletakkannya di depan Wiro seraya berkata. "Ini
batumu. Jangan di minum sebelum aku beritahu saatnya!"
"Terima kasih Hantu Seribu Obat," kata Wiro seraya menjura dalam-dalam.
Hantu Seribu Obat lalu duduk bersila di tanah. Dua tangan dirangkapkan di depan
dada. Matanya dipejamkan. Mulutnya komat-kamit entah merapal apa dan tanpa
suara. Makin larut malam makin dingin udara di tempat itu. Secara aneh kantuk mulai
menyerang semua orang yang ada di situ. Secara aneh pula mereka seperti dihantui
oleh rasa ketidaksabaran.
Setan Ngompol dan Naga Kuning menatap ke arah gelas tanah di hadapan masingmasing secara terus menerus dan sesekali mereka sating pandang. Wiro juga duduk


Wiro Sableng 106 Rahasia Bayi Tergantung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bersila di Rahasia Bayi Tergantung 57
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
tanah, sikapnya tenang. Matanya dipejamkan seolah bersamadi. Luhcinta duduk di
bawah sebatang pohon. Sesekali memperhatikan wajah Pendekar 212 dari kegelapan.
Hantu Jatilandak sebenarnya ingin Luhcinta memintakan obat bagi dirinya agar
duri-duri di sekujur kepala dan tubuhnya bisa dilenyapkan. Tapi karena merasa
sungkan dia memilih diam saja.
Sebaliknya Lakasipo sengaja agak menjauhkan diri di satu sudut yang gelap.
Sambil menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya dia selalu menatap wajah
jelita Luhcinta.
Menjelang dini hari hawa dingin semakin menjadi-jadi. Rasa kantuk hampir tak
dapat ditahan lagi. Hawa ketidaksabaran semakin menggila. Tiba-tiba Hantu Seribu
Obat bangkit berdiri. Tanpa berkata apa-apa dia melangkah pergi dan akhirnya
lenyap ditelan kegelapan.
Lama ditunggu tak kunjung kembali.
"Hantu Seribu Obat pergi begitu saja! Bagaimana dengan kita" Jika dia kembali
tujuh hari kemudian apa kita harus menunggu dan baru minum obat itu setelah
mendapatkan tanda dari dia" Walah, tidak kukira sesulit ini urusannya...."
"Kita tunggu saja. Kalau dia tidak muncul kembali bagaimana nanti saja..." jawab
Setan Ngompol. Ketika langit di ufuk timur mulai terang dan di dalam rimba belantara ayam-ayam
hutan terdengar berkokok, Hantu Seribu Obat tidak juga muncul. Hantu Jatilandak
dan Lakasipo telah tertidur. Luhcinta masih tetap duduk di bawah pohon dan Wiro
masih terus dalam sikap tadi yaitu bersila seperti bersemadi.
"Aku sudah tidak sabaran..." kata Naga Kuning pada Setan Ngompol. ,
"Aku juga. Dari tadi aku sudah enam kali ngompol. Bagaimana menurutmu?" bertanya
Setan Ngompol. "Mungkin Hantu Seribu Obat hanya mau menguji kita. Sebenarnya kita sudah boleh
meneguk obat itu. Aku yakin dia tidak akan kembali..." sahut Naga Kuning.
"Kalau begitu kita teguk saja obat dalam gelas tanah itu!" berkata Setan
Ngompol. "Setuju!" jawab Naga Kuning.
Dua orang itu yakni Naga Kuning dan Setan Ngompol segera saja menyambar gelas
tanah. Lalu "gluk... gluk... gluk!" Keduanya teguk habis cairan di dalam gelas
tanah yang selain harum ternyata juga masih hangat. Sesaat kemudian keduanya
merasa tubuh mereka ringan dan segar sekali.
"Kakiku mulai membesar!" berseru Naga Kuning seraya pegang kaki kanannya yang
saat itu memang berubah menjadi besar, tambah besar dan akhirnya mencapai ukuran
kaki orang di Negeri Latanahsilam. Namun bocah ini kembali berteriak. "Ya Tuhan!
Mengapa cuma kaki kananku saja yang membesar. Bagian lain tubuhku tetap tidak
berubah!" Naga Kuning jadi kelabakan dan pegangi kepala, tubuh serta kaki
kirinya. Memandang ke samping dia tambah terkejut menyaksikan si kakek Setan
Ngompol. Kakek ini tak kalah kaget dan bingungnya. Ternyata dari keseluruhan
auratnya hanya kaki kirinya saja yang besar!
"Kau kaki kanan! Aku kaki kiri!" teriak Setan Ngompol. "Aduh! Bagaimana ini.
Kaki kiriku membesar. Anuku jadi miring kejepit. Aku jadi kepingin ngompol
terus-terusan! Celaka! Kalau begini jadinya menyesal aku minum obat itu!"
Tiba-tiba terdengar suara tawa bergelak. Sesaat kemudian muncullah Hantu Seribu
Obat di tempat itu. Lakasipo dan Hantu Jatilandak telah terbangun. Mereka kaget
melihat apa yang terjadi atas diri Naga Kuning dan Setan Ngompol. Luhcinta
merasa bersalah dan pucat bingung wajahnya.
Hanya Pendekar 212 saja yang masih tetap duduk , bersila, diam tak bergerak
dalam keadaan mata terpejam.
Rahasia Bayi Tergantung 58
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
"Itulah akibat kalau manusia tidak menurut kata, tidak mendengar ucapan. Tidak
mematuhi segala tanda dan isyarat! Itu satu pertanda bagaimana akibatnya kalau
manusia tidak menunjukkan rasa setia kawan. Kalau kawanmu yang satu masih mau
menunggu dan bersabar dengan segala ketenteraman hati dan ketenangan jiwa,
mengapa kalian berdua mau melakukan kesalahan, melanggar apa yang aku katakan"
Meneguk obat sakti sebelum aku memberi tahu saatnya" Aku kasihan padamu wahai
Naga Kuning dan Setan Ngompol. Kalian harus menunggu sampai bulan purnama
terbit. Pada saat itulah kalian boleh meneguk obat di dalam gelas tanah. Dan
kalian akan menjadi sebesar orang-orang di Negeri Latanahsilam...."
"Tapi obat dalam gelas tanah itu sudah kami minum habis!" kata Naga Kuning.
"Ah, kau keliru. Coba lihat lagi ke dalam gelas tanah.."
Naga Kuning dan Setan Ngompol ulurkan kepala, memandang ke dalam gelas tanah di
hadapan mereka. Keduanya terkejut karena ternyata mereka melihat gelas tanah itu
masih berisi penuh obat berbau harum itu!
"Aneh..." kata Naga Kuning perlahan sambil memandang pada Setan Ngompol.
"Bagaimana dengan sahabat kami Wiro?" tanya Naga Kuning pula.
"Oh, dia.... Karena dia patuh pada apa yang aku katakan maka dia akan menerima
berkah seperti apa yang diinginkannya dan seperti apa yang dimintakan Luhcinta."
Hantu Seribu Obat berpaling pada Wiro. "Anak muda, apakah kau sudah siap meneguk
obat yang kuberikan?"
Pendekar 212 Wiro Sableng buka kedua matanya, menatap ke arah Hantu Seribu Obat
lalu berkata. "Dengan izinmu aku akan meneguk obat cairan sakti."
Hantu Seribu Obat tersenyum. "Kau ku ijinkan meneguk obatmu. Aku tahu di sini
kami hanya mengenal Dewa sebagai penguasa tertinggi yang serba kuasa dan penuh
kasih. Di negerimu kau mengenal Tuhan Yang Maha Esa, Maha Kasih dan Maha Kuasa.
Apakah kau keberatan kalau aku memohon kepada Dewa agar permintaanmu bisa
dikabulkan dan di dalam hatimu kau berdoa pada Tuhanmu minta agar permohonanmu
dikabulkan?"
Wiro mengangguk. Diam-diam dia merasa tegang.
"Kalau begitu mari kita sama-sama berdoa..." kata Hantu Seribu Obat pula.
Wiro pejamkan mata, berdoa dalam hati, memohon kepada Yang Maha Kuasa, Tuhan
Seru Sekalian Alam.
"Kau boleh minum obatmu wahai anak muda...."
Terdengar suara Hantu Seribu Obat. Dengan tangan gemetar dan tak lupa menyebut
nama Tuhan, Pendekar 212 ambil gelas tanah di hadapannya lalu meneguk cairan
harum hangat di dalamnya sampai habis. Belum sempat dia meletakkan gelas tanah
itu ke tempat semula, ajaib!
Tiba-tiba dia melihat tubuhnya semakin tinggi. Tanah tempat dia hendak
meletakkan gelas semakin jauh. Di sekitarnya terdengar seruan Naga Kuning dan
Setan Ngompol. Juga decak kaget Lakasipo, Hantu Jatilandak dan Luhcinta.
Memandang berkeliling Wiro dapatkan dirinya telah sama tinggi dengan Hantu
Jatilandak, Lakasipo dan Luhcinta. Wiro raba pakaiannya. Lalu dia meraba
pinggang. Kapak Maut Naga Geni 212 yang ada di pinggangnya ternyata juga ikut
menjadi besar! "Benar-benar ajaib..." kata Wiro dalam hati. Lalu dia ingat pada dua temannya.
Di sebelah sana Naga Kuning dan Setan Ngompol tegak termiring-miring karena
hanya satu kaki mereka saja yang jadi besar. Keduanya melambaikan tangan pada
Wiro. Rahasia Bayi Tergantung 59
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
"Terima kasih Tuhan. Kau mengabulkan permintaanku," kata Wiro. "Terima kasih
Hantu Seribu Obat! Kau telah menolongku...." Wiro memandang berkeliling.
Mencari-cari. Tapi Hantu Seribu Obat tak ada lagi di tempat itu.
"Dia sudah pergi..." kata satu suara lembut dan merdu di samping Wiro.
Ketika Wiro berpaling pandangan Pendekar 212 saling beradu dengan Luhcinta.
"Sahabatku Luhcinta, kalau bukan kau yang meminta mungkin aku tak bisa jadi
seperti ini. Aku sangat berterima kasih padamu. . "
Luhcinta membuka mulut hendak menjawab. Namun sesaat dia hanya tegak terdiam.
Matanya yang bening terbuka lebar. Dia berdiri seperti terpesona. Setelah
keadaan Wiro menjadi sebesar dirinya, dia tidak menyangka kalau pemuda ini
benar-benar memiliki wajah tampan.
"Sahabat, kau hendak mengatakan sesuatu?" tanya Wiro.
Luhcinta tersenyum. Walau agak kikuk dia membuka mulut juga. "Kasih sayang
adalah sumber kekuatan di alam ini. Kasih sayang adalah bagian semua manusia.
Para Dewa telah menunjukkan kasihnya padamu. Aku gembira melihat keadaan dirimu
seperti sekarang ini wahai Wiro..." kata Luhcinta. Matanya yang bagus bening
menatap mesra pada Pendekar 212. Lalu dia ulurkan tangan memegang lengan si
pemuda. Saat itu juga keduanya merasakan ada hawa hangat mengalir di tubuh
masing-masing, mendatangkan rasa bahagia yang tiada taranya.
Si kakek Setan Ngompol unjukkan wajah cemberut. Termiring-miring dia melangkah
mendekati Naga Kuning lalu berkata. "Kalau tahu akan jadi begini, lebih baik aku
minta obat supaya tidak ngompol-ngompol aja pada Hantu sialan itu!" Setan
Ngompol saking kesalnya lalu tepuk-tepuk bagian bawah perutnya. "Nasibmu masih
jelek buyung." Katanya tapi apa lacur. Karena ditepuk-tepuk langsung si buyung
terpancar beser!
Rahasia Bayi Tergantung 60
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
TAMAT Episode berikutnya :
HANTU TANGAN EMPAT
Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito
Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia
Direktorat Jenderal Hak Cipta, Paten dan Merek dibawah nomor 004245
"Mengenang Alm. Bastian Tito"
Pengarang Wiro Sableng
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Komentar dan saran : samademail@gmail.com
IM : samchatacc@yahoo.com
atau Kaskus thread No. 414999
Rahasia Bayi Tergantung 61
Golok Bulan Sabit 3 Pendekar Bayangan Sukma 5 Keris Naga Merah Sumpah Jago Jago Bayaran 1

Cari Blog Ini