Wiro Sableng 110 Rahasia Patung Menangis Bagian 3
Hantu Jatilandak tiba-tiba menggerung lagi lalu melompat tegak. "Aku tidak
percaya! Para Peri itu selalu menjatuhkan tangan jahat terhadapku! Karena
perbuatan mereka ayahku lenyap tak tentu rimbanya! Ibuku tak diketahui di mana
beradanya. Kini satu-satunya benda yang sangat kusayangi mereka ambil! Terkutuk!
Jahat!" Saking marahnya Hantu Jatilandak hantamkan tangan kanannya ke pecahan batu besar
yang ada di dekatnya.
Batu itu hancur berkeping-keping dan setiap kepingan yang tadinya berwarna
kelabu berubah menjadi kekuning-kuningan serta mengepulkan asap!
"Bersabar dan tabahlah wahai kerabatku Hantu Jatilandak," kata Si Penolong
Budiman. "Kesabaran dan ketabahan adalah dua dari sekian banyak kekuatan kasih di atas
muka bumi ini...." Luhcinta menambahkan.
Hantu Jatilandak mendengus dan berpaling pada si gadis. "Kita manusia di muka
bumi selalu bicara tentang kasih sayang. Tapi para Peri di atas langit sana
mengumbar malapetaka! Apa dosa kesalahanku sampai aku diperlakukan seperti ini"!
Mengapa derita tidak pernah putus menimpa diriku"!"
Penuh haru Luhcinta gelengkan kepalanya. Hatinya sangat pilu melihat keadaan
Hantu Jatilandak hingga dia tak mampu berkata lagi sementara Si Penolong Budiman
tegak termangu.
Tiba-tiba dalam gelapnya malam terdengar suara menguik. Lalu ada suara
menggelepar dan sambaran angin. Seekor burung gagak hitam entah dari mana
munculnya tahu-tahu sudah hinggap di ujung lancip sebuah batu.
"Gagak itu..." desis Hantu Jatilandak. "Makhluk pemberi petunjuk.... Dia muncul
lagi...." Gagak di atas batu menguik lagi. Angguk-anggukkan kepalanya ke arah Hantu
Jatilandak lalu kepakkan sayapnya. Sesaat binatang ini berputar-putar rendah
lalu terbang ke arah timur. Ingat peristiwa sebelumnya di mana si gagak memberi
petunjuk hingga dia sampai ke 110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
tempat itu, Hantu Jatilandak segera lari mengikuti burung itu. Luhcinta sesaat
masih diam. Lalu gadis ini pun berkelebat pula ke arah lenyapnya Hantu
Jatilandak. "Gadis bernama Luhcinta! Tunggu dulu! Kau belum memenuhi janjimu!" berseru Si
Penolong Budiman. Namun Luhcinta telah lenyap ditelan kegelapan malam.
Si Penolong Budiman bermaksud hendak mengejar pula. Namun dia sadar keadaan
mukanya. "Aku harus menutupi wajahku lebih dulu. Baru mencari gadis itu.
Wajahnya sama benar. Aku yakin dia...." Orang ini menarik nafas dalam lalu
tinggalkan kawasan bukit batu itu penuh kecewa.
110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
BASTIAN TITO Rahasia Patung Menangis
LUHCINTA hampir kehabisan tenaga karena sepanjang malam dia berlari terus
menerus mengikuti Hantu Jatilandak. Di sebelah depan Hantu Jatilandak juga
merasakan sekujur tubuhnya seperti mau bertanggalan.
Nafasnya megap-megap. Dia lari mengikuti gagak hitam yang terbang rendah di
depannya. Pada saat langit di sebelah timur tampak terang, gagak hitam melesat ke arah
selatan, memasuki satu kawasan bebukitan rendah ditumbuhi aneka warna kembang
yang sedang mekar. Baik Hantu Jatilandak maupun Luhcinta tidak sempat
memperhatikan keindahan disekelilingnya. Mereka lari terus. Waktu menyeberangi
satu anak sungai kecil dan dangkal serta berair sejuk jernih, Hantu Jatilandak
pergunakan kesempatan untuk meneguk minum sepuas hatinya lalu lari lagi
mengikuti gagak hitam yang berputar-putar seolah sengaja menunggu. Hal yang sama
juga dilakukan Luhcinta. Gadis ini cuci mukanya lalu teguk air sejuk itu. Ketika
dilihatnya Hantu Jatilandak melanjutkan larinya, dia pun ikut mengejar.
Di salah satu puncak bebukitan yang penuh bunga-bunga itu, gagak hitam melayang
turun dan hinggap di atas sebuah batu runcing berlumut. Di sini binatang ini
menguik beberapa kali. Hantu Jatilandak memandang berkeliling.
"Kau mendapat sesuatu petunjuk...?" tanya Luhcinta begitu sampai di sebelah
Hantu Jatilandak.
"Burung itu berhenti di sini. Berarti ada sesuatu di tempat ini. Tapi aku belum
melihat apa-apa. Semua tempat ditumbuhi bunga-bunga...."
Luhcinta ikut memperhatikan keadaan di tempat itu sementara matahari sudah
muncul penuh dan kini keadaan jadi terang benderang.
"Di belakang batu tempat burung itu hinggap..." kata Luhcinta. "Aku melihat
bunga-bunga tumbuh agak terkuak. Mungkin ada seseorang sebelumnya melewati
tempat itu...."
"Coba kita menyelidik," kata Hantu Jatilandak pula.
Ke dua orang itu bergerak ke balik batu berlumut.
Gagak hitam menguik keras beberapa kali.
110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
"Lihat!" Luhcinta berseru, menunjuk ke arah depan.
"Di balik rimbunan bunga-bunga setinggi kepala itu....
Ada lobang besar...."
Hantu Jatilandak cepat menyelidik. Apa yang dikatakan Luhcinta ternyata benar.
Di balik serumpun bunga-bunga yang batangnya hampir setinggi kepala manusia,
ketika disibakkan kelihatan sebuah lobang besar.
"Mulut sebuah goa..." kata Hantu Jatilandak.
Luhcinta mengangguk. "Aku mencium ada bau harum keluar dari dalam sana...."
"Kau tunggu di sini. Aku akan menyelidik masuk ke dalam," kata Hantu Jatilandak.
"Kita masuk sama-sama," kata Luhcinta pula.
Maka ke dua orang itu pun masuk ke dalam. Semula mereka menyangka keadaan dalam
goa itu gelap gulita.
Ternyata ada cahaya terang di sebelah depan. Berjalan sejauh hampir lima puluh
langkah, Hantu Jatilandak keluarkan seruan tertahan dan hentikan langkahnya.
"Ada apa...?" tanya Luhcinta.
Hantu Jatilandak memberi isyarat. "Bicara perlahan.
Lihat ke depan sana..." Hantu Jatilandak miringkan tubuh sengaja merapat ke
dinding kanan goa agar Luhcinta dapat melihat jelas ke ujung goa.
Sewaktu si gadis memandang ke depan, dia cepat tekap mulut menahan seruan yang
hampir keluar dari tenggorokannya. Di depan sana, di ujung goa tampak tegak
patung perempuan cantik yang sebelumnya ada di bukit dingin. Tak jauh dari
patung ada sebuah obor yang nyala apinya mulai mengecil. Keadaan di dalam goa
sejuk sekali dan ada bau harum memenuhi udara.
"Aku seperti pernah mencium bau harum ini sebelumnya..." bisik Luhcinta.
"Aku juga..." jawab Hantu Jatilandak. "Aku tidak mengerti, bagaimana patung
perempuan cantik itu berada di sini...."
"Betul. Malam tadi kita lihat sendiri belasan Peri turun dari langit memboyong
mencurinya..." kata Luhcinta pula. "Peri-peri itu membawa patung ini ke dalam
goa ini?" "Aku tak bisa menduga. Hati-hatilah Luhcinta. Aku mau mendekat ke ujung sana.
Aku punya firasat ada orang lain dalam goa ini. Dia bersembunyi di balik sosok
patung...."
"Kau juga hati-hati..." kata Luhcinta yang merasa senasib dengan pemuda malang
itu. Baru saja Hantu Jatilandak bergerak dua langkah tiba-tiba dari balik patung di
ujung goa ada suara membentak.
"Siapa di sana"!"
110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
"Suara perempuan..." bisik Luhcinta. "Aku seperti mengenali tapi tak bisa
memastikan karena suara itu disertai gema pantulan dinding goa...."
"Jika tidak menjawab jangan salahkan kalau aku menjatuhkan tangan jahat!" Suara
dari balik patung kembali menggema.
"Aku Hantu Jatilandak!" memberi tahu Hantu Jatilandak.
"Aku Luhcinta!"
"Hantu Jatilandak, berikan satu bukti bahwa kau memang Hantu Jatilandak adanya!"
Si pemuda jadi bingung. Luhcinta berbisik. "Kirimkan satu duri landakmu ke balik
patung...."
Hantu Jatilandak gerakkan pipi kanannya. Sebuah duri coklat yang ada di pipi itu
melesat ke depan, menancap di dinding goa sebelah sana.
Sunyi sejenak. Sesaat kemudian dari balik patung perempuan menangis muncul
sesosok tubuh berpakaian serba putih dan menebar bau wangi.
"Peri Angsa Putih!" Hantu Jatilandak dan Luhcinta berseru hampir berbarengan.
Terkejut dan tidak menyangka sama sekali akan menemui sang Peri di tempat itu.
Sesaat ke dua orang yang baru masuk ini tegak terpana menatapi wajah Peri Angsa
Putih. Aneh, ke dua orang ini melihat ada bekas menangis pada sepasang mata biru
sang Peri. "Kalian datang hanya berdua?" tanya Peri Angsa Putih karena diam-diam dia
mengharap Pendekar 212
Wiro Sableng juga muncul bersama mereka. Sang Peri menjadi kecewa karena memang
hanya Hantu Jatilandak dan Luhcinta yang masuk ke dalam goa. Apalagi sejak
beberapa waktu lagi dia merasa cemburu atas hubungan Wiro dengan Luhcinta.
Dari hanya terkejut Hantu Jatilandak berubah menjadi marah. Kehidupannya yang
penuh derita selama ini adalah gara-gara kutukan para Peri. Patung yang sangat
disayanginya lenyap dilarikan orang. Ternyata Peri Angsa Putih yang
melakukannya! "Peri Angsa Putih, jadi kau rupanya yang punya pekerjaan! Sungguh aku tidak
menyangka! Dari dulu tindakanmu selalu mendatangkan kesengsaraan padaku!"
Hantu Jatilandak membentak.
"Wahai, apa maksud ucapanmu Hantu Jatilandak?"
tanya Peri Angsa Putih. Suaranya terdengar agak serak.
"Jangan berusaha mencari dalih. Kau seperti ayam putih terbang siang yang
tertangkap tangan dan tak mungkin berdusta lagi!"
Peri Angsa Putih memandang pada Luhcinta.
"Kerabatku bernama Luhcinta, mungkin kau bisa 110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
menerangkan maksud semua ucapan Hantu Jatilandak...."
Luhcinta menjadi kikuk. Gadis ini berkata. "Hantu Jatilandak, harap kau bicara
terus terang pada Peri itu.
Tak perlu memakai kata-kata berkias. Agar persoalan yang kau hadapi bisa jelas
dan tak ada salah menduga satu dengan yang lain."
"Peri Angsa Putih, kau tahu di mana patung perempuan cantik ini sebelumnya
berada?" bertanya Hantu Jatilandak.
"Aku tahu. Di bukit batu dingin," jawab Peri Angsa Putih polos.
"Lalu bagaimana patung ini tahu-tahu berada dalam goa ini bersamamu" Apakah
patung batu ini punya kaki, bisa berjalan sendiri atau ada yang membawanya ke
sini?" Berubahlah paras Peri Angsa Putih mendengar kata-kata Hantu Jatilandak itu.
Sesaat dia memandang ke arah Luhcinta, menunggu kalau-kalau gadis itu akan
mengucapkan sesuatu menyambung kata-kata Hantu Jatilandak. Ketika si gadis tidak
berkata apa-apa maka Peri Angsa Putih lalu membuka mulut. "Hidup memang penuh
keanehan. Apa yang dilihat dengan mata nyata belum tentu sesuai dengan apa yang
diduga. Apa yang dijelaskan dengan kata-kata belum tentu didengar dipercaya.
Wahai Hantu Jatilandak, ketahuilah, malam tadi serombongan Peri, entah siapa
yang memerintah, turun ke Negeri Latanahsilam untuk mengambil patung ini dari
bukit batu dingin. Mereka bermaksud membawa patung ini ke Negeri Atas Langit
karena rasa khawatir yang berkelebihan. Mereka takut patung ini bisa menimbulkan
sesuatu yang tidak diingini...."
"Patung batu, hanya sebuah benda mati menjadi bahan kekhawatiran ketakutan!
Sungguh bodoh sekali para Peri di Negeri Atas Langit itu!" kata Hantu Jatilandak
pula. "Aku menduga, salah satu dari para Peri yang mengambil patung ini adalah
kau sendiri!"
"Patung itu bukan patung biasa wahai Hantu Jatilandak. Kau mengetahui sendiri.
Mana ada patung biasa pandai berkata-kata. Mana ada patung batu bisa
mengeluarkan air mata. Mana mungkin patung biasa mengucurkan darah ketika
lehernya ditebas. Noda darah itu masih ada pada tubuhmu...."
Hantu Jatilandak pandangi dada dan ke dua tangannya.
Memang darah yang mengucur secara aneh dari kutungan leher patung perempuan itu
masih melekat di tubuh Hantu Jatilandak.
"Aneh, mengapa kau tahu semua kejadian itu?"
tanya Hantu Jatilandak.
"Tidak aneh, karena sejak patung itu berada di bukit batu dingin aku berada
tidak jauh dari sana...."
"Apa kepentinganmu wahai Peri Angsa Putih?"
110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
"Sejak lama antara kami bangsa Peri terdapat perselisihan dalam cara berpikir
dan bertindak. Tak mungkin dan tak boleh hal ini kujelaskan padamu. Aku salah
seorang yang menentang cara berpikir serta tindakan para Peri yang kuanggap kuno
dan tidak mau melihat perubahan-perubahan yang terjadi di atas bumi.
Namun agaknya aku hanya berjalan sendiri. Para Peri lainnya tidak setuju bahkan
marah. Itulah sebabnya setiap hal yang bertentangan dengan para Peri lainnya aku
selalu melakukan secara diam-diam...."
"Aku sungguh gembira mendengar kata-katamu wahai Peri Angsa Putih. Tapi menurut
kakekku Tringgiling Liang Batu, justru kaulah Peri yang hendak menculik diriku
ketika aku dilahirkan dan dilemparkan oleh ayahku sampai jatuh ke pulau kediaman
kakekku itu.... Sekarang kau bicara lain. Mungkin aku perlu mendengar ucapan
Peri lain untuk mengetahui siapa dan bagaimana dirimu sebenarnya...."
Walau hatinya merasa tersinggung atas ucapan Hantu Jatilnndak itu namun Peri
Angsa Putih berusaha tersenyum dan menjawab. "Jika kau memang berniat, siapa
yang melarangmu untuk bertemu dan bicara dengan para Peri" Wahai, aku berada di
sini. Di dalam goa di mana patung perempuan cantik yang kau sayangi juga berada
di sini. Ayam putih terbang siang katamu. Aku tertangkap tangan. Tertangkap
basah! Tertangkap tangan dan basah bagaimana" Seperti kukatakan tadi dan kau
ketahui sendiri. Para Peri sengaja hendak memboyong patung ini ke Negeri Atas
Langit. Aku satu-satunya yang tidak menyukai hal itu. Tapi tak mungkin aku
menentang Peri sebanyak itu. Satu-satunya jalan adalah bertindak secara diamdiam. Malam tadi dengan menyamar aku mencuri patung ini dan membawanya ke dalam
goa ini...."
"Mengapa kau melakukan hal itu wahai Peri Angsa Putih" Menjadi pahlawan untuk
sebuah patung benda mati?"
"Terus terang aku tidak suka dengan tindakan para Peri. Mereka telah melangkah
terlalu jauh dalam meng-urus hal-hal yang tak patut mereka lakukan. Kemudian
satu hal yang amat penting, seperti aku katakan tadi patung ini bukan patung
biasa. Apakah kau tidak merasa bahwa dalam aliran darahmu, dalam detak jantungmu
seperti ada pertalian batin antaramu dengan patung ini...."
"Aku tidak mengerti...."
"Kau menyukai patung ini. Kau menyayangi mengasihinya. Wahai, itulah yang
kumaksudkan pertalian batin, sambung rasa. Kau bahkan tidak peduli akan
keselamatan tubuh serta jiwamu sendiri demi 110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
menyelamatkan patung ini. Itulah rasa kasih sayang sejati. Mengenai kasih sayang
pengetahuanku hanya secupak dangkal. Mungkin kerabat Luhcinta bisa
menjelaskan...."
Luhcinta diam saja tapi dia tahu kalau Peri Angsa Putih menyindirnya. "Apa pula
maksud Peri satu ini menyindirku..." membatin Luhcinta.
"Aku akan membawa patung ini dari sini!" Hantu Jatilandak tiba-tiba berkata.
"Kau memang berhak atas patung ini..." kata Peri Angsa Putih pula. "Tapi jika
aku menyarankan, sampai keadaan benar-benar aman biar saja patung ini tetap di
sini. Para Peri di Negeri Atas Langit tidak tahu kalau patung ini kusembunyikan
di sini...."
"Apa yang dikatakan Peri Angsa Putih mungkin benar. Sebaiknya kau mengikuti
nasihatnya," Luhcinta ikut bicara.
"Kalau begitu aku menurut saja. Namun ada satu hal yang perlu kutanyakan padamu
wahai Peri Angsa Putih. Menurutmu patung ini bukan patung biasa. Aku juga tahu
dan menyadari. Lalu, apakah kau mungkin tahu asal usul patung ini" Tak mungkin
tahu-tahu bisa berada di bukit batu dingin. Untuk menemuinya aku mendapat
petunjuk aneh dari seekor gagak hitam. Burung itu juga yang memberi petunjuk
letak goa ini padaku.... Kalau patung ini memang dipahat orang, siapakah
pemahatnya"
Mengapa setelah selesai patung ditinggalkan begitu saja di bukit sunyi?"
"Wahai...." Peri Angsa Putih menatap sejurus wajah Hantu Jatilandak. "Jika
kuceritakan satu kebenaran padamu, apakah kau akan cukup tabah mendengarnya?"
"Penderitaan dan kesengsaraan telah menempa diriku menjadi orang paling tabah di
muka bumi ini, wahai Peri Angsa Putih."
Wiro Sableng 110 Rahasia Patung Menangis di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Luhcinta lalu menyambung. "Kebenaran adalah salah satu kekuatan paling luar
biasa dari kasih sayang. Aku yakin Hantu Jatilandak akan tabah mendengar
ceritamu wahai Peri Angsa Putih."
"Kalau begitu baiklah. Patung itu adalah tubuh kasar ibu kandung yang
melahirkanmu. Ayahmu yang bernama Lahambalang membawa jenazah ibumu ke bukit
batu dingin dan meninggalkannya di sana. Para Peri khawatir satu musibah besar
akan menimpa mereka jika jazad ibumu dibiarkan dalam keadaan seperti itu. Maka
mereka menurunkan hawa dingin luar biasa hingga sosok ibumu membeku menjadi
patung batu. Sosoknya memang berbentuk patung batu. Tapi ketahuilah sesungguhnya
dia masih dalam keadaan hidup karena dia mendengar dan punya perasaan.... Walau
mungkin secara akal sehat 110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
kalian tidak bisa menerima kenyataan ini...."
Sekujur tubuh Hantu Jatilandak bergetar. "Tidak!"
katanya dengan suara serak. "Aku bisa menerima kenyataan ini. Suara batinku
sebelumnya memang sudah menduga begitu." Hantu Jatilandak memandang ke arah
patung. Air mata meluncur ke pipinya yang penuh dengan duri-duri panjang
berwarna coklat. "Ibu...." Suara Hantu Jatilandak tercekat. Pemuda malang ini
lalu jatuhkan diri di lantai goa. Bersimpuh dan mencium kaki patung.
Luhcinta usap ke dua matanya. Peri Angsa Putih tundukkan kepala menahan derai
air mata. Hantu Jatilandak baru bergerak ketika bahunya terasa kejatuhan tetesan air
hangat. Ketika dia memandang ke atas dilihatnya air mata keluar, jatuh menetes
dari sepasang mata patung. "Ibu...!" Hantu Jatilandak meratap panjang dan peluk
serta ciumi patung batu itu.
Tiba-tiba Peri Angsa Putih melangkah ke pintu goa.
"Ada orang datang..." bisiknya. "Kalian tetap di tempat.
Aku akan menyelidik...." Lalu dengan cepat dia menuju ke mulut goa. Dari balik
rerumpunan bunga dia mengintip. Terkejutlah Peri Angsa Putih. Enam orang Peri
berpakaian merah muda dilihatnya melangkah menuju rerumpunan bunga-bunga.
"Wahai, bagaimana mereka bisa mengetahui tempat ini. Pasti ada yang jahat
membocorkan rahasia. Apa yang harus kulakukan?"
Di depan sana enam orang Peri semakin dekat. Peri paling depan malah telah
menyibakkan kelompok bunga-bunga sebelah depan.
Peri Angsa Putih pejamkan mata. Telapak tangannya dikembangkan. Dalam hati dia
membaca mantera.
Lalu dengan suara sangat perlahan dia mengucap.
"Kebenaran datangnya dari Junjungan Segala Junjungan!
Tak ada satu kekuatan pun bisa meruntuhkannya! Tapi bila saat ini kebenaran akan
roboh juga, biarlah aku mati terhimpit di cadas paling bawah. Wahai para Dewa,
wahai para Peri dan semua roh baik yang tergantung antara langit dan bumi.
Tolong diriku. Tolong orang-orang di dalam goa ini!" Habis mengucap begitu Peri
Angsa Putih tiup telapak tangan kanannya. Lalu tangan itu dilambaikannya pulang
balik ke mulut goa. Saat itu juga muncullah larikan-larikan benang halus seperti
terbuat dari kapas Benang-benang itu bersusun demikian rupa menutupi mulut goa
yang besar, membentuk sarang laba-laba Peri Angsa Putih kembali meniup. Seekor
laba-laba besar kemudian muncul mendekam di atas jaring.
Ketika enam orang Peri menyibakkan bunga-bunga 110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
di mulut goa, Peri Angsa Putih telah melompat masuk ke dalam goa. Dia masih
sempat mendengar salah seorang dari mereka berkata. "Tidak mungkin patung
sebesar itu disembunyikan di dalam goa tanpa memutus dan merusak jaring labalaba ini. Aku rasa sudah sejak lama goa ini tidak pernah dimasuki manusia atau
binatang! Wahai kerabatku, mari kita menyelidik ke tempat lain!"
Peri Angsa Putih merasa lega ketika mengetahui ke enam Peri di luar sana telah
pergi meninggalkan tempat itu. Ketika dia berbalik dilihatnya Hantu Jatilandak
dan Luhcinta telah berdiri di hadapannya. Hantu Jatilandak tundukkan tubuhnya
dalam-dalam dan berkata. "Wahai, Peri Angsa Putih Peri penolongku. Maafkan kalau
sebelumnya ada salah menduga dalam diriku terhadapmu.
Aku tidak tahu harus berucap bagaimana untuk menyatakan rasa terima kasihku
padamu...."
Dalam harunya Peri Angsa Putih masih bisa tersenyum.
Dia ulurkan tangan hendak mengusap rambut Hantu Jatilandak. Tapi menarik
tangannya kembali begitu sadar kalau di kepala si pemuda tidak ada rambut,
melainkan duri-duri landak yang panjang dan runcing!
* * * 110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
BASTIAN TITO Rahasia Patung Menangis
KUDA HITAM berkaki enam itu melesat ke dalam senja memasuki malam. Lakasipo yang
berada di sebelah depan menunjuk ke arah timur. Sebuah bukit terjal kelihatan
menghitam di kejauhan.
"Itu bukit tujuan kita," kata Lakasipo lalu mem-perlambat lari kudanya. "Yang di
arah barat itulah yang disebut Labukit Tanpa Mentari. Pada pagi hari sampai
siang bukit itu tidak pernah kena matahari. Waktu matahari beralih ke barat
sinarnya juga tidak bisa menyentuh bukit karena ada bukit lain yang lebih tinggi
menghalangi."
"Aku heran," kata Naga Kuning yang duduk di paling depan Laekakienam. "Kalau ada
orang mau membunuh kakek tukang ngompol itu, mengapa susah-susah mengundang dan
mengadakan Perjamuan Pengantar Arwah segala!"
"Nenek berjuluk Hantu Pembedol Usus yang menyamar jadi Luhlampiri itu jelasjelas adalah kaki tangan Hantu Muka Dua," menyahuti Wiro. "Aku yakin penculikan
Si Setan Ngompol ini satu jebakan yang didalangi oleh Hantu Muka Dua!"
"Aku juga menduga begitu," kata Lakasipo yang duduk di sebelah belakang. "Hantu
keparat itu tidak akan berhenti menyiasati kita sebelum kita semua menemui
ajal!" Udara mulai terasa dingin. Apalagi Laekakienam si kuda raksasa berlari laksana
angin. Tak selang berapa lama mereka sampai di balik bukit besar yang
menghalangi bukit kecil di sampingnya. Antara ke dua bukit itu terdapat satu
lembah kecil tertutup rimba belantara.
Inilah bagian dari daerah yang disebut Labukit Tanpa Mentari.
Suasana gelap dan sunyi mencekam. Saking sepi-nya suara tiupan angin terdengar
jelas. Naga Kuning memandang berkeliling lalu hendak melompat turun.
Wiro cepat mencekal leher baju anak ini.
"Jangan bertindak gegabah! Pakai turun segala!
Aku merasa bahaya berada di sekitar kita!"
"Tapi aku tidak melihat apa pun kecuali hitam gelap.
Telingaku tidak mendengar suara apa pun! Lakasipo, apa benar ini kawasan yang
disebut Labukit Tanpa Mentari" Jangan-jangan kita tersesat ke tempat yang 110
RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
keliru!" "Kita tidak keliru. Aku sudah pernah datang ketempat ini sebelumnya...."
"Jika ada undangan yang disebut makan-makan, apa pun namanya pasti bau makanan
sudah sampai ke hidungku. Mungkin juga ada penyambutan yang meriah.
Bukankah kita tamu-tamu agung yang perlu dihormati?"
Naga Kuning kembali berucap.
"Kita adalah tamu-tamu yang hendak dipesiangi oleh kaki tangan Hantu Muka Dua!"
kata Wiro. Lakasipo hentikan kudanya di satu tempat. Dari balik pakaiannya dia mengeluarkan
sebuah kantong kecil terbuat dari jerami kering. Lalu dia mengeluarkan tiga
butir benda berwarna coklat dan diberikan satu persatu pada Wiro dan Naga
Kuning. "Apa ini" Tahi kambing atau tahi tuyul"!" tanya Naga Kuning sementara Wiro
memperhatikan benda yang ada di telapak tangannya itu.
"Obat penangkal racun! Lekas telan! Jika kita diundang makan oleh musuh, sudah
pasti makanan atau minuman yang dihidangkan akan mengandung racun mematikan!
Jadi kita harus berjaga-jaga...."
"Tapi hidangan dan minuman masih belum kelihatan!" kata Naga Kuning pula.
"Sudah, lekas saja kalian telan!"
Naga Kuning dan Wiro saling pandang sejenak.
Tanpa banyak cerita ke dua orang itu lalu masukkan butiran coklat itu ke dalam
mulut. Begitu obat masuk ke dalam mulut Wiro keluarkan suara tercekik dan mau
muntahkan obat itu yang ternyata pahit sekali. Hal yang sama juga terjadi dengan
Naga Kuning. Anak ini langsung mual perutnya dan mau muntah. Tapi Lakasipo cepat
tepuk tengkuk ke dua orang ini hingga obat yang ada dalam perut mereka meluncur
ke dalam tenggorokan, masuk ke dalam perut.
"Obat dajal! Pahitnya bukan main!" kata Naga Kuning.
Pendekar 212 hanya bisa menyengir lalu meludah beberapa kali.
Kesunyian di kawasan antara dua bukit itu dipecah oleh suara bebunyian yang
mendadak terdengar dari arah lembah. Wiro memandang ke jurusan rimba belantara
gelap di bawahnya.
"Tetabuhan apa itu...?" ujar Naga Kuning.
"Tuan rumah yang mengundang agaknya telah mengetahui kedatangan kita..." kata
Lakasipo pula. "Suara tetabuhan itu seolah dekat sekali. Tapi aku tidak melihat apa-apa...."
Wiro bersuara. Naga Kuning menepuk paha Pendekar 212 lalu berkata. "Coba kau pergunakan ilmu
kesaktian Menembus 110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
Pandang yang kau dapat dari Ratu Duyung...."
"Kau benar. Akan kucoba," sahut Wiro. Sesaat sang pendekar jadi ingat dan rindu
pada Ratu Duyung.
Kemudian dia arahkan pandangannya ke rimba belantara gelap, kerahkan tenaga
dalam ke mata lalu kedipkan kedua matanya dua kali.
"Apa yang kau lihat?" tanya Naga Kuning tidak sabaran.
"Tunggu..." jawab Wiro. "Pandanganku masih kabur...."
Lalu dia lipat gandakan hawa sakti ke kepala.
Sesaat kemudian sang pendekar keluarkan suara berdecak. "Luar biasa..." ujar
murid Sinto Gendeng. Dua matanya tidak berkesip. Naga Kuning dan Lakasipo tidak
sabaran. "Aku melihat lebih dua belas gadis, cantik-cantik semua. Mereka duduk
mengelilingi meja yang diterangi puluhan kayu-kayu aneh menyala. Mereka
mengenakan pakaian kuning muda. Tapi, astaga!"
"Tapi apa"!" Lajcasipo bertanya.
"Astaga apa"!" Naga Kuning menyambung.
"Pakaian mereka di sebelah punggung tersingkap lebar. Di sebelah depan sangat
rendah. Lalu pada bagian pinggul terbelah tinggi...." Wiro basahi bibirnya
dengan ujung lidah. "Dari sini saja sudah terlihat kemulusan dan keputihan tubuh
mereka...."
"Jebakan salah-salah bisa membuat kita lupa," kata Lakasipo. "Apa lagi yang kau
lihat. Hantu Muka Dua ada di sana?"
Wiro menggeleng. "Manusia Segala Tipu, Segala Keji dan Segala Nafsu itu mana
berani unjukkan muka terang-terangan. Dia selalu bersembunyi di balik punggung
kaki tangannya. Aku juga tidak melihat kawan kita Si Setan Ngompol. Di atas meja
banyak hidangan dan minuman. Namun belum ada satu pun yang menyentuh.
Ada dua buah kursi kosong di kiri kanan meja. Rupanya sesuai undangan, untukku
dan untuk Naga Kuning....
Tunggu dulu. Ada dua orang menggotong sebuah kursi besar. Homm.... Kukira itu
kursi untukmu Lakasipo.
Aneh, bagaimana mereka bisa mengetahui kehadiranmu?"
"Hantu Muka Dua punya banyak pembantu dan mata-mata. Kalian sudah siap?" tanya
Lakasipo. Wiro dan Naga Kuning anggukkan kepala. Lakasipo tepuk pinggul kuda
hitam berkaki enam. Binatang raksasa ini segera melompat lari menuruni lembah
kecil. Tak selang berapa lama dalam kegelapan di depan sana kelihatan cahaya
terang. Lalu sesaat kemudian mereka sampai di ujung satu pedataran terbuka.
Lakasipo hentikan Laekakienam di balik sebatang pohon besar. Suara te tabuhan
masih terus terdengar. Malah tambah keras.
110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
Baru saja kedua raksasa itu berhenti tiba-tiba empat belas orang gadis
berpakaian kuning bergerak bangkit dari kursi masing-masing, memutar tubuh
mereka ke arah pohon besar dan secara bersamaan berucap. "Para tetamu yang
diundang telah datang! Selamat datang di Perjamuan Pengantar Arwah. Mengapa
tidak terus menghampiri meja perjamuan dan duduk di antara kami?"
Setelah berkata begitu ke empat belas gadis itu sama-sama bungkukkan tubuh
memberi penghormatan.
Karena pakaian mereka di sebelah dada terbuka lebar maka waktu membungkuk bagian
dada gadis-gadis cantik ini seolah melompat keluar, putih menantang! Lakasipo,
Naga Kuning dan Pendekar 212 Wiro Sableng mendelik besar melihat pemandangan
itu. Naga Kuning berucap. "Kita di sini saja. Jangan buru-buru ke sana. Biar mereka
membungkuk sampai berulang kali. Sampai kita puas melihat! Hik... hik!"
"Bocah gendeng! Orang mengincar nyawa kita! Kau masih bicara ngawur!" maki
Pendekar 212. "Kalau tidak untuk menyelamatkan kawan kita kakek tukang ngompol
itu, jangan harap aku mau-mauan ke sini!"
"Lagakmu! Tadi kau sudah keluar iler melihat punggung dan dada serta paha
putih!" menyahuti Naga Kuning.
Jengkel Wiro sentil kuping kiri Naga Kuning hingga bocah ini meringis kesakitan
dan mau membalas.
"Jangan bertengkar!" kata Lakasipo menengahi.
Lalu dia memberi isyarat. "Kita turun. Ingat semua yang sudah diatur. Kalau
selamat kita harus selamat semua.
Kalau ada yang celaka, yang lain harus menyabung nyawa untuk menolong." Lalu
Lakasipo melompat turun.
Karena dia telah mengerahkan tenaga dalam maka sewaktu kakinya menyentuh tanah
sama sekali tidak terdengar suara atau pun getaran.
"Aku tidak percaya kalau belasan gadis cantik itu tega-teganya membunuh kita!"
kata Naga Kuning masih bercanda lalu melompat turun dari kuda mengikuti
Lakasipo. Wiro turun paling belakang.
Beberapa langkah sebelum mereka mencapai meja besar, enam gadis berpakaian
kuning muda segera menyambut lalu mengantarkan mereka ke kursi masing-masing.
Naga Kuning duduk sendirian di sisi kanan meja.
Bocah ini duduk cengar-cengir dan tiada hentinya memandang penuh kagum pada dua
gadis cantik di kiri kanannya.
Di sisi kiri Wiro dan Lakasipo duduk terpisah dua kursi. Suara tetabuhan
perlahan-lahan sirna. Gadis yang duduk di ujung meja sebelah kanan bangkit
berdiri. Suara 110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
tetabuhan perlahan-lahan sirna. Gadis di ujung meja membungkuk ke arah Naga
Kuning di sisi kanan dan Wiro serta Lakasipo di sisi kiri meja. Naga Kuning
serasa berhenti nafasnya melihat dada putih besar yang seperti hendak membusai
keluar itu. "Gila! Tanganku jadi gatal mau meraba..." kata si bocah dalam hati.
"Atas nama tuan rumah yang mengundang, kami mengucapkan selamat datang pada tiga
orang gagah yang telah sudi hadir di tempat ini. Sebagai penghormatan pertama
kami persilahkan para tamu agung membasahi tenggorokan, meneguk anggur murni
yang ada dalam piala kayu...."
Gadis cantik yang duduk di samping kiri Naga Kuning lalu ambil cangkir kayu
berbentuk piala berisi minuman dan menyerahkannya pada anak itu sambil tersenyum
kedipkan mata. Naga Kuning seperti melayang di sorga balas tersenyum serta
kedipkan dua matanya berulang kali lalu ambil piala kayu. Gadis yang duduk di
samping kanan Naga Kuning membantu anak ini mendekatkan piala kayu ke bibirnya.
"Gluk... gluk...." Naga Kuning teguk minuman dalam piala kayu dua kali. Rasa
hangat menjalar sampai ke perutnya. Mukanya berubah merah. Bocah ini tersenyum.
Kedipkan matanya. Dengan dua tangannya dipegangnya lengan gadis cantik di
sebelahnya lalu dekatkan piala kayu ke mulut dan teguk kembali anggur di
dalamnya. Sesaat kemudian anak ini batuk-batuk lalu tersandar ke kursi.
Dua matanya berputar-putar dan mulutnya pencong ke kiri. Air liurnya mulai
meleleh. Di sisi meja yang lain Wiro dan Lakasipo juga mengalami hal yang sama. Dua orang
ini tampak seperti melayang-layang seperti meneguk minuman yang disuguhkan. Ke
duanya senyum-senyum lalu terduduk dengan mata mendelik tapi sayu hampir seperti
orang juling. "Dari tadi minum melulu!" kata Naga Kuning ketika si cantik di sebelahnya
kembali mendekatkan piala kayu ke mulutnya. "Apa aku boleh menyantap makanan di
atas meja?"
Dua gadis di sebelahnya tersenyum manis. "Tamu yang mulia, harap sudi menunggu.
Hidangan di atas meja belum boleh disentuh sebelum hidangan utama disiapkan dan
Wiro Sableng 110 Rahasia Patung Menangis di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
disajikan."
"Lalu mana hidangan utamanya"!" tanya si bocah sambil julurkan lidahnya.
"Harap bersabar wahai tamu agung! Sebentar lagi makanan utama akan segera
dihadirkan. Sambil menunggu harap habiskan minuman dalam piala...."
110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
Ke tiga orang itu seperti setengah dicekoki, diberi minuman dalam piala kayu.
Tak selang berapa lama keadaan mereka kelihatan semakin parah.
Pendekar 212 Wiro Sableng duduk terkulai. Tangan kanannya ada di atas kepala
seperti mau menggaruk.
Tapi dia seolah tidak punya daya untuk menggerakkan jari-jarinya! Matanya
semakin juling. Mukanya tambah kuyu. Mulutnya komat-kamit termonyong-monyong
seperti hendak mengatakan sesuatu, tapi yang keluar justru adalah suara hembusan
angin turun naik seperti orang bengek!
Lakasipo sebentar-sebentar menyedot hidungnya seperti orang ingusan. Matanya
berputar jelalatan. Dari mulutnya tiada henti keluar sendawa. Sesekali diseling
suara seperti mau muntah.
Naga Kuning lain pula keadaannya. Dia tidak lagi duduk di alas kursi tapi pindah
ke lengan kursi. Matanya kuyu jereng. Dari mulutnya keluar ludah dibarengi suara
cegukan. Setiap cegukan berhenti, dari bagian bawah tubuhnya mengepos keluar
suara angin alias kentut!
"Aneh..." bisik seorang gadis berpakaian kuning pada kawan di sebelahnya. Tiga
orang itu memperlihatkan gejala aneh. Padahal tegukan ke dua tadi sudah bisa membuat
mereka menemui ajal...."
"Wahai, setahuku mereka berilmu tinggi. Mungkin saja bisa bertahan beberapa
waktu. Tapi lihat saja sebentar lagi. Selama ini tidak ada satu orang pun bisa
lolos dari kematian setelah meneguk Racun Pelibas Usus. Mereka akan menemui ajal
dengan usus hancur lebih dulu. Lalu menjerit-jerit seperti orang kemasukan roh
jahat. Setelah itu tegang kaku tak bernyawa!"
Naga Kuning dan Wiro Sableng delikkan mata. Tapi ketika para gadis memandang
padanya, ke dua orang ini langsung kuyu kembali.
Tiba-tiba terdengar suara seperti dua piring kaleng diadu satu dengan lainnya.
Lalu muncul sebuah gerobak terbuat dari besi. Seorang lelaki tinggi besar
berkulit hitam yang mukanya bopeng, berambut panjang sepinggang dan bermata
merah mendorong kereta itu.
Setiap dia menyeringai kelihatan barisan gigi-giginya besar-besar. Pada lantai
gerobak ada setumpuk kayu bakar menyala. Lalu pada palang besi yang melintang di
atas gerobak, hampir tak dapat dipercaya dan sungguh mengerikan terikat sesosok
tubuh manusia dilumuri minyak dan hanya mengenakan sehelai cawat kecil. Orang
itu ternyata mau dijadikan kambing guling!
110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
Jarak antara sosok orang itu dengan api kayu memang cukup jauh tapi hawanya
tetap saja panas bukan kepalang. Sosok tubuh yang malang itu kelihatan merah
hampir melepuh. Tidak bergerak dan juga tidak bersuara.
Mungkin sekali sudah tidak bernyawa lagi! Dan orangnya bukan lain adalah si
kakek berjuluk Si Setan Ngompol!
Baik Wiro, maupun Naga Kuning dan Hantu Kaki Batu alias Lakasipo sama sekali
tidak memperlihatkan gelagat apa-apa. Ke tiga orang ini tetap saja dalam keadaan
seperti tadi. "Makanan utama sudah datang!" Gadis di ujung meja berseru memberi tahu setelah bertepuk tangan tiga kali.
Orang bermuka garang yang mendorong gerobak besi hentikan gerobak itu di sisi
kanan. Lalu dia ambil sebuah sapu pendek terbuat dari jerami yang tergantung
dalam sebuah kaleng berisi minyak di salah satu tiang gerobak besi. Minyak ini
dipoleskannya ke muka dan sekujur tubuh Si Setan Ngompol. Ketika ujung sapu
menyentuh bagian bawah perut si kakek, perut orang tua ini berkedut-kedut lalu
ces... ces... ces. Ada tetesan air jatuh ke atas kayu bakar. Si kakek
terkencing! Pertanda dia masih hidup walau mungkin sudah sekarat!
Orang bermuka bopeng dekati gadis di ujung meja.
Dia membisikkan sesuatu lalu kembali melangkah ke gerobak besi. Si gadis
bertepuk tiga kali.
"Hidangan utama Perjamuan Pengantar Arwah yakni seekor kambing muda yang masih
belum tumbuh tanduk siap disajikan! Wahai para tamu agung! Juru masak ingin
bertanya. Para tamu agung mau mengecap kambing guling ini dalam keadaan mentah,
setengah matang atau matang!"
Si gadis memandang pada Wiro, Naga Kuning dan Lakasipo yang duduk terkulai di
kursi masing-masing.
"Wahai! Tak ada jawaban! Berarti para tamu minta makanan utama dihidangkan
secara matang!" Gadis itu memberi tanda pada juru masak dengan lambaian tangan.
Si muka bopeng menyeringai. Dengan tangan kirinya dia putar palang besi di atas
perapian. Sosok Si Setan Ngompol berputar-putar di atas gerobak. Lalu si muka
bopeng cabut dua buah benda yang tersisip di pinggangnya yakni sebilah golok
penjagal besar, berbentuk empat persegi panjang, putih berkilat dan sebatang
besi lancip. Golok digosok- gosokkdnnya berulang kali ke batangan besi hingga
mengeluarkan suara gesekan mengerikan. Di atas gerobak sosok Si Setan Ngompol
kembali kucurkan air kencing.
Tiba-tiba tangan kiri juru masak bermuka bopeng itu tusukkan besi lancip ke
perut Si Setan Ngompol. Tangan kanan yang memegang golok persegi panjang
dibacokkan 110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
ke pangkal paha si kakek!
Serrrr! Air kencing Si Setan Ngompol mancur deras!
110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
BASTIAN TITO Rahasia Patung Menangis
HANYA tinggal sejengkal ujung besi lancip akan menembus perut dan sekejapan lagi
bagian tajam golok penjanggal akan memutus amblas pangkal paha Si Setan Ngompol,
tiba-tiba tiga sosok melesat ke udara.
"Braaakkk!"
Sosok pertama mendarat di meja perjamuan. Membuat meja itu hancur berantakan.
Semua apa yang ada di atas meja itu mencelat bermentalan. Delapan kaki meja
melesak amblas ke dalam tanah!
Itulah sosok Hantu Kaki Batu alias Lakasipo. Dia menghancurkan meja perjamuan
dengan gebrakan Kaki Roh Pengantar Maut. Para gadis di sekeliling meja
berpekikan lalu saling berhamburan. Namun hanya empat orang saja yang bisa
kabur. Karena begitu mereka hendak melarikan diri sosok ke dua yang melesat ke
udara yakni Naga Kuning cepat mendorong sosok gadis terdepan. Enam orang
langsung jatuh saling tindih. Dua orang coba bangkit berdiri hendak kabur lagi
tapi pakaiannya dibetot si bocah. Dari pada robek dan jadi bugil dua gadis ini
memilih diam. Empat gadis lagi, termasuk yang tadi menjadi juru bicara perjamuan
tertegun diam tak bisa bergerak. Tubuh mereka kaku tegang dimakan totokan Naga
Kuning! Anak ini kemudian melompat ke arah gerobak besi. Dengan cepat dia
lepaskan ikatan di tangan dan kaki Si Setan Ngompol lalu seret kakek ini ke
tempat aman. "Anak setan.... Aku hampir meregang nyawa! Mungkin jiwaku tidak ketolongan lagi!
Mengapa kalian bersikap alon-alon asal kelakon menolongku"!"
"Aku tak bisa menjawab saat ini Kek! Yang penting kami bisa menolongmu walau
keadaanmu seperti kambing guling benaran! Lalu yang juga tak kalah pentingnya,
kapan lagi bisa berdekatan dan berpegang-pegang tangan dengan gadis-gadis cantik
itu! Hik... hik... hik!"
"Bocah edan! Aku hampir matang dipanggang orang, kau masih saja bisa enak-enakan
cari kesempatan!"
Setan Ngompol memaki habis-habisan. Sekujur tubuhnya terasa sakit dan panas.
Di atas meja, begitu membuat meja hancur berantakan Lakasipo langsung melompat
ke arah juru masak muka bopeng. Kaki kanannya menderu ke kepala tukang jagal
itu. Tapi dengan cepat si muka bopeng jatuhkan diri, 110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
berguling di tanah. Tubuhnya secara aneh berubah hijau pekat. Tangan kanannya
memukul. Selarik sinar hijau pekat berkiblat. Bau amis menebar!
"Pukulan Kelabang Racun Hantu*." teriak Lakasipo mengenali pukulan itu. "Jadi
kau adalah Hantu Kelabang Dari Bukit Racun!" Lakasipo cepat menyingkir
selamatkan diri.
Si muka bopeng bergelak. Saat itu dia sudah tegak berdiri dan berkata dengan
suara keras. "Sayang kau mengenali diriku di saat ajal sudah di depan mata!"
Orang ini kembali hantamkan tangan kanannya. Lakasipo gembungkan rahang. Tangan
kanannya menggempur.
Lima larik sinar hitam menderu dahsyat.
"Lima Kutuk Dari Langit!" Kini si muka bopeng yang berjuluk Hantu Kelabang Dari
Bukit Racun itu yang berteriak kaget begitu mengenali pukulan yang dilepaskan
Lakasipo. Dia cepat melompat ke kiri. Namun saat itu sosok Pendekar 212
berkelebat. Selarik sinar putih mengeluarkan suara seperti ribuan tawon mengamuk
dan menghampar sinar panas berkiblat di tempat itu.
Hantu Kelabang Dari Bukit Racun pergunakan besi runcing dan golok penjagal untuk
menangkis. "Traangg!"
"Traaang!"
Si muka bopeng berteriak kesakitan. Dua tangannya melepuh kepulkan asap. Besi
runcing dan golok empat persegi terbabat buntung lalu hancur berkeping-keping,
hangus mengepulkan asap! Putuslah nyali Hantu Kelabang Dari Bukit Racun ini.
Walau dia masih menyimpan satu ilmu kesaktian namun dia memilih lebih baik
selamatkan diri. Tanpa banyak cerita dia segera putar tubuh untuk larikan diri.
Tapi di depannya tiba-tiba menghadang Naga Kuning. Melihat cuma seorang bocah
yang menghadangnya si muka bopeng langsung melabrak sambil pukulkan tangan kanannya.
Larikan sinar hijau melesat di atas kepala Naga Kuning. Bocah ini seperti
kambing bandot mengamuk menyeruduk ke depan. Kelabang Hantu terhenyak ke tanah.
Naga Kuning cepat berkelebat hendak menetaknya.
Tapi si bocah jadi berseru kaget ketika melihat bagaimana sosok orang itu mulai
dari kepala sampai ke kaki berubah menyerupai seekor kelabang. Kelabang raksasa
jejadian ini berjingkrak ke udara. Buntutnya melesat menghantam kepala Naga
Kuning sedang kepalanya dengan dua tangan sebelah depan menyambar ke leher
Lakasipo! Lakasipo memang bisa mengelak selamatkan diri.
Tapi Naga Kuning yang tidak menduga kejadian itu terlambat membuat gerakan
selamatkan diri. Ekor 110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
beracun kelabang raksasa itu sampai di batok kepalanya!
Pada saat itulah sebuah benda putih menerobos laksana kilat, memayungi batok
kepala Naga Kuning.
Lalu ketika benda putih ini bergerak berputar terdengar suara craaasss!
Ekor kelabang jejadian putus amblas. Cairan hijau menyembur dibarengi suara
raungan aneh. Naga Kuning jatuhkan diri walau pakaian hitamnya sempat terkena
semburan cairan hijau. Ketika dia memandang ke depan dilihatnya sosok Hantu
Kelabang Dari Bukit Racun telah berubah kembali menjadi sosok lelaki muka bopeng
garang. Namun satu kakinya tak ada lagi, buntung dibabat Kapak Maut Naga Geni
212 yang tadi dipergunakan Wiro untuk melindungi kepala Naga Kuning, sekaligus
membabat putus ekor kelabang jejadian yang dalam bentuk aslinya adalah kaki kiri
Hantu Kelabang Dari Bukit Racun!
Terhuyung-huyung Hantu Kelabang bangkit berdiri.
Kakinya yang buntung diangkat tersentak-sentak. Belum sempat dia berdiri dengan
benar satu jotosan mendarat di mukanya!
"Kraaakkk!"
Jotosan dalam jurus Kepala Naga Menyusup Awan yang dilepaskan Pendekar 212 Wiro
Sableng membuat hancur hidung Hantu Kelabang. Pipinya melesak ke dalam tengkorak
kepalanya! Raungan yang keluar dari mulutnya yang ikut hancur terdengar aneh
mengerikan! Tangan Wiro sekali lagi berkelebat. Sosok Hantu Kelabang mendadak sontak menjadi
kaku tegang tak bisa bergerak begitu totokan ampuh dengan telak disarangkan Wiro
ke pangkal leher si tukang jagal itu.
"Kambing guling muka bopeng pasti lebih enak dari pada kambing tua tukang
ngompol!" kata Wiro. Lalu tubuh kaku Hantu Kelabang Hijau Dari Bukit Racun
digotongnya, dibawa ke arah gerobak besi.
"Jahanam! Kau mau bikin apa"!" teriak si muka bopeng walau dalam keadaan kaku
tapi masih bisa bicara karena Wiro memang sengaja tidak menotok jalan suaranya.
"Ha... ha...! Tidak kira kambing ini bisa bicara! Lihat saja apa yang akan
kubikin padamu! Ada budi ada talas.
Ada keji ada libas! Ha... ha... ha!" Sambil tertawa-tawa murid Sinto Gendeng
ikat pergelangan tangan dan dua kaki orang itu ke palang besi yang melintang di
atas kayu api pada gerobak besi. Wiro lalu putar palang besi itu hingga sosok si
muka bopeng ikut berputar. Lalu ke atas tubuh yang berputar ini dia guyurkan
minyak dari dalam kaleng yang tergantung pada tiang gerobak.
Hantu Kelabang Hijau Dari Bukit Racun berteriak 110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
seolah lidah dalam mulutnya yang hancur mau copot!
Semua gadis berpakaian kuning yang tidak sempat melarikan diri palingkan muka,
tidak berani menyaksikan apa yang terjadi. Apalagi begitu mereka mulai mencium
bau daging yang mulai meleleh terpanggang.
"Tobat! Ampun! Lepaskan aku!" teriak Hantu Kelabang.
Lakasipo datang mendekat. "Siapa biang keladi yang menyuruh kalian melakukan
kebiadaban terhadap kakek temanku"! Lekas jawab!" Lakasipo membentak sambil
jambak rambut Hantu Kelabang yang mulai berbau sangit dijilat api.
"Ampun! Aku akan bilang! Hantu Muka Dua! Dia yang memerintahkan kami!" jawab
Hantu Kelabang Hijau berteriak. "Aduh, tolong! Lepaskan aku! Panas sekali!
Tubuhku terbakar!"
Lakasipo menyeringai. "Bagus, aku akan panggil Hantu Muka Dua untuk menolongmu!
Sebelum dia datang biar aku menolong membuat tubuhmu jadi sejuk dingin...."
Lakasipo ambil kaleng minyak dari tangan Wiro lalu guyurkan sampai habis. Sosok
Hantu Kelabang Hijau kepulkan asap menebar bau menggidikkan. Di bawahnya kayu
api pemanggang berkobar lebih besar.
Naga Kuning melompat ke hadapan gadis-gadis itu.
"Waktu kakek itu kalian perlakukan dengan keji, semua kalian tersenyum tertawa!
Sekarang mengapa kalian palingkan muka memperlihatkan rasa ngeri! Satu-satu
kalian akan kami panggang seperti si muka bopeng itu!
Kau duluan!" Si bocah menuding ke arah gadis yang tadi bertindak sebagai juru
bicara. Gadis ini langsung pucat wajahnya. Dia segera jatuhkan diri. Kawankawannya mengikuti.
"Tamu agung! Jangan salahkan kami! Kami hanya orang suruhan!"
"Peduli amat! Mengapa mau disuruh!" kata Naga Kuning seraya dongakkan kepala dan
rangkapkan tangan di depan dada sementara dua kaki tegak direnggangkan.
Sikapnya seperti seorang pendekar jempolan. Wiro dan Lakasipo cuma menyeringai
melihat kelakuan anak itu.
"Kalau kami tidak mau, kami akan dimasukkan ke dalam ruangan penyiksaan oleh
Hantu Muka Dua!"
"Betul! Sudah banyak teman kami dijebloskan ke dalam Ruang Obor Tunggal di
Istana Kebahagiaan!"
"Dosa kalian sama besarnya dengan dosa Hantu Muka Dua, jadi kami para tamu agung
tidak mungkin memberi ampun!"
Si gadis jatuhkan diri hampir bersimpuh. "Aku dan kawan-kawan akan lakukan apa
saja asal tidak dipanggang di atas kereta besi itu!" Si gadis memohon.
"Hemmm... begitu?" Naga Kuning turunkan kepalanya.
110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
Memandang sambil tersenyum dan kedipkan mata pada si gadis. Lalu dia bertanya.
"Coba katakan apa saja yang bisa kau lakukan untukku dan kawan-kawan...."
"Apa saja! Apa saja yang kalian minta!"
"Misalnya"!" tanya Naga Kuning.
Si gadis di sebelah depan berpaling dulu pada teman-teman di belakangnya. Ketika
para gadis itu anggukkan kepala baru dia menjawab. "Ada sebuah bangunan rahasia
di sebelah timur rimba belantara. Di dalamnya ada dua belas kamar. Kami bisa
membawa kalian ke sana sebelum sampai pertengahan malam.
Kalian boleh berada di sana sampai sang surya terbit...."
"Tawaran menggiurkan," kata Naga Kuning sambil senyum dan kedip-kedipkan
matanya. "Kalau sampai di sana, lalu apa yang mau kalian lakukan?" Si bocah
bertanya. "Terserah para tamu agung. Kami hanya mengikut!"
"Wah, asyik juga! Tapi biar kutanya dulu teman-temanku!" kata Naga Kuning.
Saat itu Lakasipo dan Wiro Sableng sudah melangkah mendekati Naga Kuning. Mereka
memandang pada gadis-gadis cantik yang duduk bersimpuh di tanah itu.
Wiro Sableng 110 Rahasia Patung Menangis di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kalian gadis baik-baik yang bisa kembali ke jalan baik. Jika kalian berjanji
mau meninggalkan Istana Kebahagiaan, kami akan melepaskan kalian!"
Gadis-gadis itu langsung jatuhkan diri dan berbarengan berucap. "Kami berjanji!"
"Hai! Janji itu tidak berlaku untukku!" Naga Kuning berteriak.
"Buang pikiran kotor yang ada dalam benakmu Naga Kuning!" kata Wiro.
"Hai! Siapa yang punya pikiran kotor"!" teriak si bocah.
"Aku dan Lakasipo tidak tuli. Kami dengar semua pembicaraanmu. Kami lihat
sendiri sikap genitmu! Bocah edan tak tahu diri! Jangan mencari kesempatan dalam
kesempitan!" sentak Pendekar 212.
"Kalian salah sangka! Aku tidak mencari kesempatan dalam kesempitan! Terbalik!
Justru aku mencari yang sempit jika ada kesempatan! Hik... hik... hik!" Naga
Kuning tertawa cekikikan lalu melesat ke atas pohon dan duduk di salah satu
cabangnya ketika Wiro hendak melabraknya.
"Kalian semua boleh pergi! Jauhkan diri kalian dari Istana Kebahagiaan!" kata
Wiro kemudian. Semua gadis itu tak ada yang bergerak. Mereka dongakkan kepala menatap ke arah
Wiro dengan perasaan tidak percaya.
"Sungguhkah" Kami boleh pergi begitu saja...?"
Wiro anggukkan kepala
110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
Si gadis bangkit berdiri. Kawan-kawannya mengikuti.
Wiro kemudian melepaskan totokan pada beberapa gadis yang tadi dilakukan Naga
Kuning. Gadis cantik di sebelah depan berkata. "Namaku Luhcempaka. Budi kalian tidak
akan kami lupakan. Jika ada kesempatan dikemudian hari tentu kami akan
membalasnya...."
"Tidak usah memikirkan hal itu. Kalian boleh pergi dengan aman," kata
Pendekar212. Matanya terasa silau melihat sosok-sosok cantik yang pakaiannya
tersingkap di sana-sini itu.
Gadis-gadis itu membungkuk. Melihat ini Naga Kuning langsung melompat turun dari
cabang pohon. Matanya tidak berkedip memperhatikan belahan dada gadis cantik.
Sewaktu hendak bergerak pergi si gadis di sebelah depan memberi isyarat pada
teman-temannya. Lalu dari balik pakaian kuningnya dia mengeluarkan satu tabung
bambu. Tabung itu diserahkannya pada Wiro.
"Apa ini?" tanya Pendekar 212.
"Di dalam tabung itu ada cairan obat. Bisa kau pergunakan untuk mengoles tubuh
kakek yang tadi di-garang itu. Dalam waktu tiga hari luka bakarnya pasti akan
sembuh!" "Terima kasih..." kata Wiro sambil tersenyum.
"Hanya itu yang bisa kami lakukan untuk membalas kebaikan kalian. Hanya itu dan
ini...." Lalu si gadis melompat ke depan. Bersama kawan-kawannya secara tidak
terduga dia berkelebat, satu persatu menciumi Wiro, Lakasipo dan Naga Kuning.
Naga Kuning usap-usap pipinya sambil menatap ke arah kegelapan tempat lenyapnya
gadis-gadis cantik berpakaian kuning muda itu. "Lumayan," katanya. "Dari pada
tidak mendapat apa-apa sama sekali! Hik... hik... hik!"
"Kalian beruntung, aku tetap saja ketiban nasib jelek! Lekas bawa kemari obat
dalam tabung itu ke sini!"
Dari arah kiri terdengar ucapan si kakek Setan Ngompol.
Wiro memandang pada Naga Kuning lalu serahkan tabung bambu ke tangan si bocah.
"Serahkan padanya..."
kata Wiro pula.
Naga Kuning ambil tabung bambu itu lalu melangkah mendekati Si Setan Ngompol.
"Ah, kau si bocah setan! Hari ini harap kau mau sedikit berbakti pada kakekmu
ini," kata Setan Ngompol begitu melihat Naga Kuning berada di depannya me megang
tabung bambu berisi obat. "Tolong usapkan obat itu dengan tanganmu ke tubuhku.
Selangkanganku sebelah belakang lebih dulu!"
"Sialan! Siapa sudi!" kata Naga Kuning setengah berteriak dan bantingkan kaki
kanannya ke tanah.
110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
Si Setan Ngompol tertawa cekikikan! Lakasipo dan Pendekar 212 Wiro Sableng ikut
tertawa gelak-gelak.
TAMAT BASTIAN TITO PENDEKAR KAPAK MAUT NAGA GENI 212
Segera terbit: HANTU LANGIT TERJUNGKIR
110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Jodoh Rajawali 11 Pendekar Mata Keranjang 25 Bidadari Penyebar Cinta Jejak Darah Masa Lalu 1
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama