Max Havelar Karya Multatuli Bagian 4
Kau ingin ikut lagi ke Teluk Balai" tanyaku. Terserah Anda, Pak.
Tidak, aku bertanya apakah menurut-mu perjalanan semacam ini menyenangkan"
Jika Ayah saya berkata begitu, jawabnya. Bukankah ini cukup untuk membuatku marah" Tapi aku tidak marah, matahari sudah terbenam, dan aku merasa diriku cukup baik hati (gem"thlich) untuk tidak dikecewakan oleh ketololan separah itu. Atau, lebih tepatnya, kurasa aku mulai senang mendengar suaraku sendiri karena hanya sedikit di antara kita yang tidak suka mendengarkan suara kita sendiri. Dan kupikir, setelah kebisuanku sepanjang hari, kini setelah aku bicara, aku patut mendapatkan sesuatu yang lebih baik daripada jawaban-jawaban konyol Si Upik Keteh .
Aku akan menceritakan sesuatu kepadanya, pikirku, sehingga diriku akan mendengarnya juga, tanpa memerlukan jawaban apa pun. Nah, kalian tahu bahwa, seperti saat muatan kapal diturunkan, keranjang gula yang diangkut terakhir ke atas kapal
~276~ adalah yang pertama kali diturunkan. Jadi, pada umumnya kita akan mengemukakan terlebih dahulu pikiran atau cerita yang kita peroleh paling akhir.
Belum lama berselang, dalam majalah Hindia Belanda aku membaca cerita Jeronimus 74 , Pemecah- Batu Jepang . Jeronimus ini sudah menulis banyak hal yang indah. Apakah kalian membaca Lelang di Rumah Orang Mati " Juga Makam-Makam " Dan, terutama Pedati " Akan kuberikan kepada kalian yang terakhir ini.
74 Nama pena Baron van Ho"vell, pendeta Batavia yang sering membela bumiputera saat dia jadi anggota parlemen.
Aku baru saja membaca Pemecah-Batu Jepang . & Nah, mendadak kuingat bahwa kemarahanku pada hari itu berhubungan dengan betapa berbahayanya jalan-jalan di Natal & . Kau tahu, Verbrugge, tidak ada kapal perang yang bisa mendekati pelabuhan ini, terutama pada bulan Juli & . Ya, Duclari, di sana musim hujan mencapai puncaknya pada bulan Juli, sangat berbeda dengan di sini & . Nah, bahayanya pelabuhan ini berhubungan dengan ambisi memalukanku. Aku sering mengusulkan kepada Residen agar membangun pemecah-gelombang di
~277~ Natal, atau setidaknya pantai buatan di mulut sungai, maksudnya untuk mendatangkan perdagangan ke dalam Distrik Natal yang menghubungkan Distrik-Distrik Batak dengan lautan. Satu setengah juta penduduk di pedalaman tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan hasil bumi mereka karena Pelabuhan Natal begitu buruk. Nah, usulan ini belum disetujui oleh Residen, atau setidaknya dia menyatakan pemerintah tidak akan setuju, dan kalian tahu bahwa Residen tidak pernah mengusulkan sesuatu pun, kecuali jika sebelumnya mereka sudah tahu bahwa usulan itu akan menyenangkan pemerintah.
Pada prinsipnya pembuatan pelabuhan di Natal bertentangan dengan sistem terpisah; bukannya kedatangan mereka diupayakan, melainkan malah kapal-kapal itu dilarang masuk ke pelabuhan, kecuali dalam keadaan sangat darurat. Namun, ketika kapal datang biasanya kapal penangkap ikan paus Amerika atau kapal Prancis yang memuat lada di daerah-daerah independen di sisi utara aku selalu meminta kaptennya menulis surat untuk meminta izin memuat air bersih. Kemarahanku karena gagalnya segala upayaku untuk melakukan sesuatu demi kepentingan Natal, atau lebih tepatnya lagi keangkuhanku yang terluka karena aku masih begitu tidak berarti, sehingga
~278~ tidak bisa memerintahkan pembuatan pelabuhan di tempat yang kuinginkan semuanya ini berhubungan dengan pencalonanku untuk menguasai tata surya membuatku begitu jengkel hari itu.
Ketika aku sudah sedikit pulih pada saat matahari terbenam, karena sesungguhnya ketidakpuasan adalah penyakit, aku teringat kepada pemotong-batu Jepang, atau mungkin aku hanya memikirkan kisah ini keraskeras untuk menelan tetes terakhir obat yang kurasa kuperlukan, seraya memaksakan diri untuk mengatakan bahwa aku melakukannya demi kebaikan anak itu. Namun dia, anak itu, bisa menyembuhkanku setidaknya selama beberapa hari melebihi kisah apa pun.
***** Upik! Ada seorang laki-laki pemecah batu. Pekerjaan ini berat, dan dia bekerja keras; tapi upahnya kecil dan dia tidak merasa puas. Dia mendesah karena kerjanya berat, lalu dia berteriak, Oh, seandainya saja aku kaya sehingga bisa beristirahat di atas balai-balai berkelambu.
Lalu, turunlah malaikat dari surga dan berkata, Terjadilah seperti yang kau katakan.
Lelaki itu menjadi kaya dan beristirahat di atas balaibalai berkelambu sutra merah.
~279~ Lalu, Raja negeri itu lewat, diiringi pengawal berkuda di depan dan di belakang keretanya. Payung emas nan indah menaungi sang Raja.
Begitu lelaki kaya tadi mendengar berita ini, dia merasa sedih karena mereka tidak memayungi kepalanya dengan payung emas, dan dia tidak merasa puas. Dia mendesah dan berteriak, Aku ingin menjadi raja.
Lalu, turunlah malaikat dari surga dan berkata, Terjadilah seperti yang kau katakan.
Dan, dia menjadi raja. Di depan keretanya ada banyak penunggang kuda, di belakang keretanya juga ada para penunggang kuda, dan payung emas memayungi kepalanya.
Lalu, matahari bersinar sangat garang dan membakar tanah sedemikian rupa sehingga rerumputan mengering.
Dan, Raja mengeluh karena matahari membakar wajahnya dan lebih berkuasa daripadanya; dan dia tidak merasa puas. Dia mendesah dan berteriak, Aku ingin menjadi matahari.
Lalu, turunlah malaikat dari surga dan berkata, Terjadilah seperti yang kau katakan.
Dan, dia menjadi matahari. Dia mengirimkan cahayanya ke atas dan ke bawah; ke kanan dan ke kiri
~280~ ke mana-mana. Dan, dia membakar rerumputan di tanah, serta wajah para pangeran yang berada di bumi.
Lalu, muncullah awan di antara dirinya dan bumi, dan cahaya matahari terpantul kembali.
Dia marah karena kekuasaannya ditentang. Dia mengeluh bahwa awan ini lebih berkuasa daripadanya. Dia pun merasa tidak puas.
Dia ingin menjadi awan yang begitu berkuasa. Lalu, turunlah malaikat dari surga dan berkata, Terjadilah seperti yang kau katakan.
Dan, dia menjadi awan. Dia menempatkan dirinya di antara matahari dan bumi, dan menyerap cahaya matahari sehingga rerumputan menjadi hijau.
Lalu, awan itu berubah menjadi tetes-tetes besar hujan di bumi dan membuat sungai meluap, lalu banjir itu menyapu kawanan ternak.
Dan, awan itu merusak ladang dengan begitu banyak air.
Lalu, hujan jatuh di atas batu yang tidak bergerak dan bergemuruh dalam aliran deras, tapi batu itu tetap bergeming.
Awan itu pun marah karena batu itu tetap bergeming; dan karena kekuatan alirannya tidak berarti. Dia tidak merasa puas.
~281~ Dia berteriak, Batu ini lebih berkuasa daripadaku. Aku ingin menjadi batu ini.
Lalu, turunlah malaikat dari surga dan berkata, Terjadilah seperti yang kau katakan.
Dia menjadi batu dan tidak bergerak ketika matahari bersinar ataupun ketika hujan turun.
Lalu, datanglah seorang lelaki yang membawa beliung, pahat tajam, serta palu besar, dan memecah batu.
Batu itu pun berkata, Apa ini" Lelaki itu lebih berkuasa daripadaku, dan memecah batu dari dadaku. Dan, dia merasa tidak puas.
Dia berteriak, Aku lebih lemah daripadanya, aku ingin menjadi lelaki itu.
Lalu, turunlah malaikat dari surga, dan berkata, Terjadilah seperti yang kau katakan.
Dan, dia menjadi pemecah batu. Dia memecah batu dengan kerja keras dan dia bekerja keras untuk upah yang kecil. Dia merasa puas.
Bagus sekali, ujar Duclari, tapi kini kau masih berutang bukti bahwa si Upik kecil ini tak ternilai.
Tidak, aku tidak berjanji untuk membuktikan hal itu. Aku hanya ingin menceritakan kepada kalian bagaimana aku bisa mengenalnya. Ketika sudah
~282~ selesai dengan ceritaku, aku bertanya, Dan kau, Upik, apa yang kau pilih seandainya malaikat dari surga datang untuk bertanya kepadamu; apa yang kau inginkan"
Pak, saya akan memintanya untuk membawa saya bersamanya ke surga.
Bukankah itu indah" tanya Tine kepada tamutamunya, yang mungkin menganggap jawaban itu sangat tolol.
Havelaar bangkit berdiri dan mengusap keningnya.
~283~ Bab 12 [KELANJUTAN DARI KOMPOSISI STERN] AX SAYANG, ujar Tine, hidangan pencuci mulut kita sedikit sekali bisakah kau kau ingat Madam Scarron 75 "
Bisakah aku menceritakan sesuatu yang lain alihalih menyantap kue" Astaga! Suaraku parau, kini giliran Verbrugge.
Ya, Tuan Verbrugge! Tolong gantikan Max, ujar Madam Havelaar.
Verbrugge bimbang sejenak, lalu memulai: Dahulu kala, ada seorang lelaki yang mencuri kalkun.
Oh, dasar bandel! teriak Havelaar, Itu cerita dari Padang! Lagi pula, bagaimana kelanjutannya" Itu saja. Kau tahu akhir ceritanya"
Yang pasti, aku menyantap kalkun itu bersama &
~284~ seseorang. Kau tahu mengapa aku diskors di Padang"
75 Karena makanan sedikit, Madam Scarron terpaksa menghidangkan kisah sebagai jamuan.
Kata orang, ada kekurangan uang di Natal, jawab Verbrugge.
Itu tidak seluruhnya keliru, tapi juga tidak benar. Dari banyak penyebab mengapa aku sangat ceroboh dalam tanggung jawab keuanganku di Natal. Tapi, ini sering sekali terjadi pada masa itu. Masalah-masalah di Sumatra Utara, tak lama setelah terjadi perdamaian di Baros, Tapus, dan Singkel 76 , begitu membingungkan, semuanya begitu kacau sehingga orang tidak bisa menyalahkan se-orang pemuda yang lebih tertarik menunggangi kuda daripada berada di mejanya atau membereskan catatan pembukuan. Semuanya tidak bisa diharapkan agar teratur rapi seakan seorang pegawai pembukuan Amsterdam bertanggung jawab untuk itu tanpa perlu mengerjakan hal lain.
Daerah-daerah Batak sedang bergolak, dan kau tahu, Verbrugge, betapa semua yang terjadi di sana berpengaruh pada Natal. Setiap malam aku tidur dengan pakaian lengkap, siap untuk apa saja; dan ini
~285~ sering kali diperlukan. Lagi pula ada bahaya, beberapa hari sebelum kedatanganku, terbongkar rencana pemberontakan dan pembunuhan pejabat pendahuluku. Dan ada sesuatu yang menarik dalam bahaya, terlebih bagi seorang lelaki berusia dua puluh dua tahun. Ketertarikan ini membuat aku semakin tidak bisa mengerjakan pekerjaan kantor, atau melakukan keakuratan dan kecermatan yang diperlukan untuk pengelolaan masalah keuangan dengan baik. Lagi pula, aku punya segala macam pikiran gila di dalam kepala & .
76 Tiga daerah jajahan Belanda di pantai barat Sumatra Utara. Singkel adalah wilayah kekuasaan Belanda yang terletak paling utara di pulau itu, dan dipisahkan oleh sungai bernama sama dari Trumon dan Analabu, kerajaan-kerajaan kecil yang masih independen. Lebih jauh ke utara terdapat Kesultanan Aceh. Seluruh pantai dari Air-Bangis sampai titik utara dikenal oleh para pelaut dengan nama Pantai Lada.
Itu tidak perlu, jawab Madam Havelaar kepada seorang pelayan laki-laki.
Apanya yang tidak perlu"
Tadi kukatakan kepada mereka untuk menyiapkan sesuatu di dapur omelet atau semacam itulah.
Ah! & dan itu tidak perlu karena aku sudah memulai ceritaku nakal sekali, Tine. Baiklah, sejauh
~286~ menyangkut diriku; tapi tuan-tuan ini juga punya suara dalam hal ini. Verbrugge! Apa yang kau sukai" Omelet bagianmu atau cerita"
Itu pilihan yang sulit untuk lelaki sopan, jawab Verbrugge.
Aku juga tidak ingin memilih, imbuh Duclari, karena itu adalah keputusan di antara suami dan istri; dan
Entre l "corce et le bois, il ne faut pas mettre le doigt. 77
Aku akan membantu kalian, Tuan-Tuan, omeletnya & .
Madam, ujar Duclari yang santun, omeletnya jelas akan sama berharganya seperti & .
77 Jangan masukkan jarimu di antara kayu dan kulitnya. Artinya, jangan ikut campur dalam masalah keluarga penerj.
Seperti ceritanya" Tentu saja, seandainya omelet itu memang berharga, tapi ada kesulitan & .
Aku berani bertaruh tidak ada gula di rumah ini, kata Verbrugge, ambillah punyaku sebanyak yang kalian perlukan.
Gulanya ada dari Madam Slotering. Bukan, bukan itu. Seandainya omeletnya enak, itu tidak
~287~ masalah & . Kalau begitu apa, Madam" Apakah omeletnya jatuh ke dalam api"
Seandainya saja begitu. Tidak, mustahil jatuh ke dalam api, omelet itu & .
Tapi, Tine, ujar Havelaar, kalau begitu apa" Omelet itu tak ternilai, Max! Seperti seharusnya perempuan-perempuanmu di Arles itu. Aku tidak punya omelet aku tidak punya apa-apa lagi.
Astaga, kalau begitu ceritanya saja, kata Duclari, yang berpura-pura putus asa dengan jenaka. Tapi kita punya kopi, seru Tine.
Bagus! Kalau begitu, kita akan minum kopi di serambi depan dan marilah kita mengundang Madam Slotering dan anak-anak perempuannya, ujar Havelaar.
Lalu, kelompok kecil itu pun bergerak.
Kurasa dia tidak akan datang, Max. Kau tahu, dia lebih suka tidak makan bersama kita, dan dalam hal ini, aku tidak bisa mengatakan kalau dia keliru.
Dia mungkin sudah mendengar bahwa aku suka bercerita, ujar Havelaar, dan itu agaknya menakutkannya.
Kau keliru, Max! Itu tidak akan mengganggunya dia tidak memahami bahasa Belanda. Tidak, dia
~288~ mengatakan ingin mengurus rumah tangganya sendiri, dan aku sangat memahami itu. Kau tahu bagaimana kau menerjemahkan namaku E. H. v. W. "
EIGEN HAARD VEEL WAARD 78 .
Itu dia. Dia benar. Lagi pula, tampaknya dia tidak begitu suka bergaul. Bayangkan saja, dia menyuruh para pelayan mengusir semua orang asing yang berada di dekat rumahnya & .
Aku minta cerita atau omelet, ujar Duclari. Aku juga, seru Verbrugge. Pengelakan tidak diterima. Kami berhak memperoleh hidangan lengkap. Oleh karena itu, aku minta cerita mengenai kalkun.
Itu sudah kuceritakan kepada kalian, ujar Havelaar. Aku mencuri kalkun itu dari Jenderal van Damme, dan menyantapnya bersama seseorang.
Sebelum seseorang masuk ke surga, ujar Tine jenaka.
Tidak, itu pengelakan, teriak Duclari, kami ingin tahu mengapa kau mencuri kalkun itu"
Yah, karena aku kelaparan, dan itu salah Jenderal van Damme yang telah menskorsku.
Jika kau tidak mau bercerita lebih banyak, lain kali aku akan membawa omelet sendiri, keluh Verbrugge.
~289~ 78 Eigen Haard veel Waard= Perapian milik sendiri sangatlah berharga
(Tidak ada tempat senyaman rumah sendiri). Nama istri Havelaar adalah Everdine Huberts van W"nbergen.
Percayalah, tidak ada lagi selain itu. Dia punya banyak kalkun, sedangkan aku sama sekali tidak punya. Hewan-hewan ini dihalau melewati pintu rumahku; aku menangkap seekor, dan kukatakan kepada lelaki yang berlagak menjaga mereka, Katakan kepada Jenderal bahwa aku, Max Havelaar, mengambil kalkun ini karena ingin menyantapnya. Dan, bagaimana dengan epigram itu" Apakah Verbrugge memberitahumu soal itu" Ya.
Itu tidak ada hubungannya dengan kalkun. Itu karena Jenderal telah menskors begitu banyak pejabat. Di Padang ada tujuh atau delapan orang yang diskors dari jabatan mereka dengan cara yang kurang lebih adil. Banyak di antara mereka yang lebih tidak patut mendapatkannya daripada aku. Asisten Residen Padang sendiri diskors dengan alasan yang, aku yakin, jauh berbeda dengan alasan yang tercantum dalam surat keputusannya. Akan tetapi, harus kukatakan kepada kalian bahwa aku tidak bisa memastikan kalau aku tahu segalanya mengenai hal itu, dan aku hanya mengatakan apa yang menurutku benar dan apa yang
~290~ mungkin benar di Padang, terutama ketika mengingat semua keanehan Jenderal itu.
Dia menikahi istrinya untuk memenangkan taruhan satu anker (sepuluh galon) anggur. Dia sering keluar pada malam hari dan keluyuran. Suatu ketika Tuan Valkenaar begitu menghormati penyamaran Jenderal itu, sehingga memukulinya di sebuah jalan kecil di dekat rumah piatu anak perempuan karena mengiranya sebagai pengganggu ketenteraman umum biasa. Tidak jauh dari tempat itu, tinggallah Nona .... Ada desasdesus bahwa Nona ... ini telah melahirkan seorang anak, yang kemudian tidak diketahui keberadaannya. Asisten Residen hendak menyelidiki masalah itu, dan tampaknya mengungkapkan keinginannya di pesta main kartu di rumah Jenderal.
Keesokan harinya dia menerima perintah untuk pergi ke distrik tertentu yang pengawasnya telah diskors dari jabatannya karena ketidakjujuran entah benar atau tidak untuk menyelidiki dan melaporkan masalah itu. Jelas, Asisten Residen itu bertanya-tanya mengapa dia diberi tugas yang sama sekali tidak ada hubungan dengan distriknya. Namun, sejujurnya karena dia menganggap tugas ini sebagai kehormatan besar, dan karena dia memiliki hubungan yang baik dengan Jenderal itu, dia tidak punya alasan untuk
~291~ mencurigai adanya perangkap. Dia menerima tugas itu dan pergi ke ... aku tidak tahu ke mana ... untuk melaksanakan perintah itu.
Setelah beberapa waktu, dia kembali dan membuat laporan yang tidak menyalahkan Pengawas itu. Namun, lihatlah! Masyarakat (yaitu tak seorang pun dan semua orang ) di Padang, kini mengetahui bahwa Pengawas itu diskors hanya untuk memberi peluang bagi pemecatan Asisten Residen dari jabatannya, untuk mencegah penyelidikan yang ingin dilakukannya sehubungan dengan raibnya anak itu, atau setidaknya untuk menunda penyelidikan itu sampai pemecahan misterinya menjadi lebih sulit.
Kuulangi bahwa aku tidak tahu apakah itu benar. Namun, karena aku mengenal Jenderal van Damme dengan baik, bagiku itu tampaknya sangat bisa dipercaya; dan di Padang juga tidak ada seorang pun yang menganggap Jenderal van Damme tidak mampu melakukan hal semacam itu, mengingat betapa buruk moralnya. Sebagian besar orang hanya memujinya untuk satu hal, yaitu keberaniannya menghadapi bahaya. Lagi pula, jika aku yang pernah melihatnya menghadapi bahaya bersikukuh dengan pendapat bahwa dia memang lelaki pemberani, hal itu saja akan mencegahku untuk menceritakan kisah ini. Memang
~292~ benar bahwa Jenderal itu telah menyebabkan banyak orang dibabat habis di Sumatra, tapi itu harus dilihat dengan lebih saksama untuk membentuk penilaian yang benar mengenai keberaniannya. Betapapun aneh kelihatannya, aku yakin Jenderal itu mendapatkan kejayaan militernya gara-gara semangat mempertentangkan se-gala hal yang sedikit banyak bisa memancing semangat kita semua. Seseorang bisa dengan mudah mengakui bahwa Peter atau Paulus memang begini atau begitu; tapi siapakah dia sehingga orang harus membiarkannya" Lagi pula, kau pasti akan menerima pujian, seandainya mempunyai kesalahan besar yang sangat mencolok. Kau, Verbrugge, mabuk setiap hari & .
Aku" tanya Verbrugge, yang tidak begitu banyak mengonsumsi minuman beralkohol.
Ya, aku membuatmu mabuk setiap hari. Kau begitu lupa diri sehingga Duclari tersandung tubuhmu di serambi depan. Itu dianggapnya tidak menyenangkan, tapi dia akan segera mengingat sesuatu yang baik dalam dirimu yang belum pernah diungkapkannya. Lagi pula, ketika aku datang dan menemukanmu berbaring horizontal, maka Duclari akan meletakkan tangannya di lenganku dan berkata, Oh, percayalah, dia sebenarnya lelaki yang baik,
~293~ jujur, dan menyenangkan! Aku akan berkata begitu mengenai Verbrugge, walaupun dia dalam keadaan vertikal, ujar Duclari.
Tapi, tidak dengan begitu berapi-api dan penuh keyakinan. Renungkanlah, seberapa sering kita mendengar orang berkata, Oh, seandainya saja lelaki ini mau memperhatikan bisnisnya, dia akan menjadi seseorang, tapi .... Lalu, muncullah cerita betapa dia tidak memperhatikan bisnisnya, dan karenanya dia bukan siapa-siapa. Aku yakin, aku tahu alasannya. Bagi mereka yang sudah mati, kita selalu mendengar sifat-sifat baik yang belum pernah kita dengar. Ini karena mereka tidak akan merintangi jalan siapa pun. Semua orang kurang lebih berjalan seiring. Kita ingin menempatkan orang lain jauh di belakang kita dan memiliki segalanya di bawah kita. Kesopanan, bahkan kepentingan diri sendiri, mencegah diakuinya hal ini karena orang-orang akan langsung tidak mau memercayai kita, walaupun kita menyatakan sesuatu yang benar. Maka dicarilah dalih, dan lihatlah bagaimana cara kita melakukannya. Ketika kau, Duclari, mengatakan, Letnan Slobkous adalah tentara yang baik. Sungguh, dia tentara yang baik. Aku tidak bisa mengungkapkan secara memadai seberapa baiknya Letnan Slobkous sebagai tentara, & tapi dia
~294~ bukan ahli teori & . Bukankah begitu, Duclari"
Aku tidak pernah mengenal atau melihat Letnan Slobkous.
Baiklah, ciptakan dia, dan katakan begitu mengenainya.
Nah, aku menciptakannya, dan berkata begitu. Kau tahu apa yang kini kau katakan" Kau mengatakan bahwa kau, Duclari, sangat ahli dalam teori. Aku tidak lebih baik sedikit pun. Percayalah, kita keliru jika marah besar terhadap seseorang yang sangat jahat karena orang-orang baik di antara kita juga sangat mendekati jahat. Misalkan, kita menyebut kesempurnaan sebagai 0 derajat dan kejahatan sebagai 100 derajat. Lalu, betapa kelirunya kita yang berfluktuasi antara 98 sampai 99, jika menjelekkan seseorang yang berada pada 101. Lagi pula, aku masih yakin ada banyak orang yang tidak mencapai derajat keseratus karena tidak memiliki sifat-sifat yang baik, misalnya keberanian, yang kira-kira setara dengan 1 derajat.
Aku berada di derajat keberapa, Max" Aku perlu kaca pembesar untuk melihat bagianbagian yang lebih kecil, Tine.
Aku keberatan, teriak Verbrugge, tidak, Madam, bukan keberatan terhadap kedekatanmu
~295~ dengan 0. Bukan. Namun terhadap pejabat-pejabat diskors, seorang anak hilang, seorang jenderal dituduh & .
Tapi, mana ceritanya"
Tine, upayakan lain kali ada sesuatu di dalam rumah. Tidak, Verbrugge, kau tidak akan mendapatkan ceritanya , sampai aku sudah sedikit lebih lama menceritakan kegemaranku, yaitu semangat mempertentangkan. Kubilang bahwa semua orang melihat semacam persaingan di antara makhluk sesamanya. Seseorang tidak boleh selalu menyalahkan apa yang sudah begitu jelas; oleh karena itulah, kita suka memuji sifat baik secara berlebihan, agar sifat buruk orang itu (yang sesungguhnya adalah satusatunya hal yang ingin kita ungkapkan) menjadi lebih jelas, tanpa menunjukkan keberpihakan kita. Seandainya seseorang datang kepadaku dan mengeluh bahwa aku menyebutnya pencuri, padahal aku juga menyebut anak perempuannya sebagai gadis yang cantik, akan kujawab, Bagaimana kau bisa begitu marah, padahal aku telah menyebut anak perempuanmu sebagai gadis cantik" Tidakkah kalian lihat, aku selalu menang" Kami sama-sama punya toko grosir; aku mencuri pelanggan-nya yang tidak mau membeli kismis dari seorang pencuri, dan pada saat
~296~ yang bersamaan aku juga disebut orang baik karena memuji anak perempuan seorang pesaing dalam bisnis.
Tidak, itu tidak begitu buruk, ujar Duclari, itu hanya sedikit berlebihan.
Kau berpikir begitu karena aku membuat perbandingannya agak singkat dan terang-terangan. Kau harus sedikit meringankannya. Namun, seandainya kita harus benar-benar mengakui bahwa seseorang memiliki sifat yang patut dihargai, dihormati, atau dipuji, dengan senang hati kita akan mencari, di dekat sifat ini, sesuatu yang bisa membebaskan kita sebagian atau seluruhnya dari penghormatan ini.
Kepada penyair semacam itu kita harus membungkuk hormat, tapi & dia memukuli istrinya. Maka kau lihat, dengan senang hati kita menggunakan memar hitam dan biru istrinya sebagai alasan untuk tetap menegakkan punggung. Lagi pula, pada akhirnya kita senang karena penyair tadi memukuli makhluk malang itu perbuatan yang, dalam semua kasus lainnya, harus kita kutuk. Jika kita harus mengakui bahwa seseorang memiliki sifat-sifat yang memungkinkannya untuk dihormati setinggi langit, jika kita tidak lagi bisa mengingkari haknya itu tanpa
~297~ dianggap tolol, tidak peka, atau iri, kita akan berkata, Wah, hormatilah dia!
Namun, ketika kita sedang memujinya setinggi langit, dan ketika dia sendiri masih berpikir bahwa kita mengagumi kehebatannya, kita sudah membuat tali gantungan yang dimaksudkan untuk pada kesempatan baik pertama menjeratnya. Semakin banyak perubahan di antara orang-orang yang patut dipuji itu, semakin besar harapan orang untuk mendapat giliran seperti mereka. Dan, ini benar sehingga kita terbiasa dan terlatih seperti pemburu yang menembak burung gagak tanpa memungutnya untuk menjerat orang-orang yang patut dipuji itu, walaupun kita sendiri tidak akan pernah bisa menjadi seperti mereka.
Seandainya Kappelman hidup dari sauerkraut 79 dan bir keras, dia pasti berkata: Alexander tidaklah agung & dia kebanyakan alkohol, walaupun Kappelman sama sekali tidak punya kesempatan untuk bersaing dengan Alexander dalam menaklukkan dunia. 79 Acar kol.
Bagaimanapun, aku yakin banyak orang tidak akan pernah punya gagasan bahwa Jenderal van Damme
~298~ teramat berani, seandainya keberaniannya itu tidak berfungsi sebagai sarana bagi ucapan yang selalu diimbuhkan: tapi & moralitasnya! Dan, pada saat yang bersamaan, kebejatan moral ini tidak akan pernah terlalu dipikirkan oleh banyak orang karena mereka sendiri begitu rentan dalam hal ini seandainya sifat buruk tersebut tidak diperlukan untuk menyeimbangkan keberaniannya yang terkenal itu, yang mengganggu kenyenyakan tidur beberapa orang.
Satu sifat yang dimiliki oleh Jenderal itu dalam derajat yang sangat tinggi adalah semangatnya. Apa yang diinginkannya untuk terjadi pada umumnya benar-benar terjadi. Akan tetapi, kalian lihat bahwa aku langsung menyiapkan antitesis. Namun, Jenderal itu sangat bebas dalam memilih sarananya dan, seperti perkataan Van der Palm 80 yang menurutku tidak adil mengenai Napoleon, Rintangan moralitas tidak pernah menghalanginya , maka jelas lebih mudah untuk mencapai tujuan jika kau tidak menganggap dirimu terikat oleh peraturan semacam itu.
Asisten Residen Padang membuat laporan yang kedengarannya membela Pengawas yang diskors itu, yang penskorsannya agak diwarnai oleh ketidakadilan. Skandal Padang berlanjut: orang selalu membicarakan raibnya anak itu. Sekali lagi, Asisten
~299~ Residen harus memperhatikan masalah itu. Namun, sebelum bisa memecahkan misterinya, dia menerima surat keputusan dari Gubernur Sumatra Barat yang menyatakan bahwa dia diskors karena kelalaian . Dikatakan bahwa, karena persahabatan atau rasa iba, Asisten Residen itu telah memberikan keterangan palsu mengenai Pengawas, walaupun mengetahui yang sebenarnya.
80 Johannes Henricus van der Palm, penulis dan orator Belanda
terkenal, lahir pada 1763, wafat pada 1840; paling dikenal karena Alkitab untuk anak-anak dan terjemahan Alkitab karyanya.
Aku tidak membaca dokumen-dokumen mengenai masalah ini. Namun, aku tahu bahwa Asisten Residen sama sekali tidak punya hubungan dengan Pengawas itu, dan ini sudah terbukti dari penunjukan dirinya untuk menyelidiki masalah itu. Lagi pula, aku tahu kalau dia orang yang terhormat, pemerintah juga menganggapnya begitu, dan ini tampak dari pembatalan penskorsannya setelah masalah itu diselidiki di lain tempat di luar pantai barat Sumatra.
Belakangan, Pengawas itu juga dipulihkan kehormatannya. Penskorsan mereka menginspirasiku untuk membuat epigram yang, atas perintahku,
~300~ diletakkan di meja sarapan Jenderal van Damme oleh seseorang yang saat itu bekerja melayaninya, dan yang dulunya bekerja melayaniku
Penskorsan berpindah-pindah, penskorsan berkuasa Yan Tua si Jago Skors, si serigala jadijadian tolol Pasti dia sudah menskors Nuraninya sendiri, Seandainya nurani itu masih ada! Itu tidak pantas, ujar Duclari.
Aku juga setuju .& Tapi, aku harus melakukan sesuatu. Bayangkan saja: aku tidak punya uang, tidak menerima apa-apa, sehingga setiap hari aku takut mati kelaparan, yang pada kenyataannya nyaris kualami. Aku hanya punya sedikit atau sama sekali tidak punya kerabat di Padang. Lagi pula, kukatakan kepada Jenderal itu bahwa dialah yang bertanggung jawab seandainya aku mati kelaparan dan tidak menerima pertolongan dari siapa pun. Di pedalaman ada orangorang yang, ketika mendengar apa yang terjadi, mengundangku untuk datang ke rumah mereka; tapi Jenderal melarang penerbitan surat perjalananku ke sana. Aku juga tidak diizinkan pergi ke Jawa. Di lain tempat, aku akan berhasil mengatasi masalahku itu, dan mungkin juga di sana, seandainya orang-orang tidak begitu takut kepada Jenderal yang berkuasa itu. Tampaknya dia ingin membiarkan aku mati kelaparan.
~301~ Keadaan seperti itu berlangsung selama sembilan bulan!
Dan, bagaimana caramu bertahan sepanjang waktu itu" Apakah Jenderal punya banyak kalkun"
Tidak, aku hanya mencuri satu kali & . Aku menciptakan puisi-puisi, menulis komedi-komedi & , dan seterusnya.
Cukupkah itu untuk membeli beras di Padang" Tidak, tapi aku tidak mengharapkan itu, & aku lebih suka tidak menceritakan bagaimana aku bisa hidup.
Tine meremas tangan Havelaar; dia tahu. Aku membaca beberapa baris puisi yang saat itu kau tulis di bagian belakang kuitansi, ujar Verbrugge.
Aku tahu apa maksudmu; baris-baris itu memberimu gagasan mengenai keadaanku. Saat itu aku berlangganan majalah The Copyist. Karena majalah itu dilindungi oleh Sekretaris Jenderal, uang pelanggan masuk ke kas negara. Mereka memberiku kuitansi sebesar dua puluh gulden. Karena uang ini harus dibukukan di kantor gubernur, dan kuitansi yang belum dibayar harus melewati kantor-kantor itu untuk dikirim kembali ke Batavia, aku memanfaatkan peluang ini dan memprotes kemiskinanku di belakang kuitansi itu.
~302~ Vingt florins & quel tr"sor! Adieu litt"rature. Adieu, Copiste, adieu! Trop malheureux destin. Je meurs de faim, de froid, de soif, et de chagrin & Vingt florins
font pour moi deux mois de nourriture. Si j avais vingt florins & je serais mieux bott", Mieux nourri,
mieux log", j en ferais bonne ch"re. Il faut vivre avant tout, soit vie de mis"re. Le crime fait la honte,
et non la pauvret". Dua puluh gulden & alangkah banyak! Selamat tinggal sastra. Selamat tinggal The Copyist, selamat tinggal!
Malang nasibku. Aku mati kelaparan, kedinginan, kehausan, dan merana & Dua puluh gulden, dua bulan makanan. Kalau aku punya sebanyak itu & kupakai sepatu bagus, Makananku lezat, rumahku bagus, hidupku senang. Yang terpenting hidup, biarpun sengsara. Yang memalukan kejahatan, bukan
kemiskinan. Namun kemudian, ketika aku menemui Penerbit The Copyist untuk menyerahkan dua puluh guldenku, mereka mengatakan aku tidak berutang apa-apa. Tampaknya Jenderal sendiri yang membayarkan utangku, untuk mencegah kuitansi bertulisan itu dikirim kembali ke Batavia. Namun apa yang
~303~ dilakukannya setelah pencurian kalkun itu " Itu pencurian; dan setelahnya epigram itu" Dia menghukumku dengan keji. Seandainya menuduhku bersalah karena tidak menghormati Gubernur Sumatra Barat yang pada masa itu bisa dijelaskan dengan sedikit licik sebagai upaya untuk merusak atau memberontak, atau sebagai pencurian di jalanan umum , dia menunjukkan dirinya sebagai orang yang benar. Tapi tidak, dia menghukumku dengan cara yang lebih baik! Dia memerintahkan orang yang mengawasi kalkun-kalkun agar memilih jalan lain untuk seterusnya; sedangkan mengenai epigramku & itu lebih parah lagi dia tidak berkata apa-apa, dan tidak berbuat apa-apa. Kalian lihat betapa kejamnya! Dia sama sekali tidak memberiku kesempatan untuk menjadi martir & . Tidak ada hukuman yang akan membuat diriku menarik, dan aku tidak diizinkan untuk sengsara atas lelucon yang keterlaluan & . Ini cukup untuk membuatku muak terhadap segala epigram dan kalkun. Karena tidak ada dorongan, api kegeniusan padam sampai ke bunga api terakhirnya! Aku tidak akan pernah mengulangi perbuatanku itu! []
~304~ Bab 13 [DISUSUN OLEH STERN] AN kini, bisakah kami mendengar mengapa kau diskors" tanya Duclari.
Oh, ya, karena aku bisa meyakinkan, bahkan membuktikan, kebenaran dari semua yang kukatakan mengenai hal itu. Akan kalian lihat bahwa aku tidak bertindak lancang ketika, dalam mengungkapkan cerita mengenai anak yang hilang itu, aku tidak mengabaikan skandal Padang; karena kalian akan menganggap tindakanku itu sangat beralasan, segera setelah aku membuat kalian mengenal Jenderal ini dalam urusan yang menyangkut diriku sendiri.
Ada ketidakakuratan dan kekurangan dalam pembukuanku di Natal. Kalian tahu betapa semua ketidakakuratan berakhir dengan kerugian;
~305~ ketidakakuratan tidak pernah memperbanyak uang. Dikatakan bahwa aku kurang ribuan gulden. Tapi perhatikan, mereka tidak memberitahukan hal itu kepadaku selama aku berada di Natal. Secara tidak terduga, aku menerima penugasan di dataran tinggi Padang. Kau tahu, Verbrugge, di Sumatra penugasan ke dataran tinggi Padang dianggap lebih menguntungkan dan lebih menyenangkan daripada penugasan di Keresidenan Utara. Karena aku baru saja menerima kunjungan Gubernur nantinya kalian akan tahu mengapa dan bagaimana dan karena halhal yang terjadi di rumahku, yang kurasa telah kutangani secara jantan, aku menganggap penugasan ini sebagai kehormatan dan berangkat dari Natal ke Padang. Aku melakukan perjalanan itu dengan kapal Prancis Baobab dari Marseilles, yang telah memuat lada di Aceh dan, tentu saja, singgah di Natal untuk mengambil air bersih.
Begitu tiba di Padang, dan hendak berangkat dari sana ke pedalaman, aku ingin melakukan kewajibanku mengunjungi Gubernur. Tapi, dia menitipkan pesan bahwa dia tidak bisa menerimaku, sekaligus menyatakan bahwa aku harus menunda keberangkatanku ke tempat pekerjaan baruku sampai ada perintah selanjutnya. Kalian mungkin percaya
~306~ bahwa aku sangat terkejut mendengarnya terlebih karena Gubernur meninggalkanku di Natal dengan suasana hati yang membuatku mengira dia menyukaiku.
Aku hanya punya beberapa kenalan di Padang. Tapi, dari beberapa kenalan yang kumiliki itu, aku mendengar, atau lebih tepatnya menyadari bahwa Jenderal marah kepadaku. Kukatakan menyadari karena, di wilayah seperti Padang saat itu, kebaikan banyak orang bisa berfungsi sebagai termometer untuk mengetahui kedudukan seseorang di mata Gubernur. Aku merasakan munculnya badai di dekatku, tanpa mengetahui dari mana angin akan datang. Karena perlu uang, aku meminta beberapa teman untuk meminjamiku uang, dan sangat terkejut ketika menerima penolakan di mana-mana.
Di Padang, seperti juga di tempat lainnya mana pun di Hindia, ada kemurahan hati yang besar dalam hal ini. Di semua kasus lainnya, beberapa ratus gulden akan dipinjamkan dengan senang hati kepada seorang Pengawas yang perjalanannya tertunda di luar dugaan. Tapi, semua orang menolak untuk menolong-ku. Aku mendesak beberapa orang untuk mengatakan penyebab ketidakpercayaan ini, dan pada akhirnya aku tahu sedikit demi sedikit bahwa kesalahan dan kelalaian
~307~ menyangkut urusan uang telah ditemukan di Natal, sehingga aku dicurigai tidak jujur dalam pembukuan. Aku tidak terkejut mendengar adanya kesalahan dalam pembukuanku; hal yang sebaliknya malah akan mengejutkanku. Namun, aku bertanyatanya apakah Gubernur yang telah menyaksikan sendiri betapa aku selalu berjuang jauh dari kantorku untuk menghadapi ketidakpuasan penduduk yang siap memberontak kapan saja, sehingga dia sendiri pun memujiku sebagai orang yang pemberani menuduhku tidak jujur, karena dialah yang paling tahu, jika dibandingkan dengan semua orang lainnya bahwa itu mustahil terjadi, kecuali jika ada force majeure 81 . 81 Bencana yang tak terhindarkan penerj.
Dan, walaupun force majeure ini disangkal, walaupun mereka ingin membuatku bertanggung jawab atas semua kesalahan yang terjadi ketika aku sering kali dengan mempertaruhkan nyawa berada jauh dari uang atau segala yang berhubungan dengannya, dan harus memercayakan orang lain untuk mengurusnya. Walaupun saat melakukan satu hal aku diharapkan untuk tidak mengabaikan hal lainnya, satusatunya kesalahanku hanyalah kecerobohan yang sama
~308~ sekali tidak bisa disamakan dengan ketidakjujuran. Lagi pula, pada masa itu ada banyak contoh ketika pemerintah mempertimbangkan posisi sulit para pejabat mereka di Sumatra, dan tampaknya secara prinsip bisa menerima beberapa kelonggaran dalam hal-hal semacam itu. Pemerintah hanya mensyaratkan agar para pejabat ini mengganti kekurangan itu, dan kata tidak jujur tidak pernah diucapkan tanpa buktibukti yang sangat jelas. Ini sudah sangat menjadi kebiasaan, sehingga aku sendiri menyatakan kekhawatiranku kepada Gubernur di Natal bahwa aku harus membayar mahal setelah pembukuanku diperiksa di kantor-kantor di Padang. Lagi pula dia menjawab, seraya mengangkat bahu, Ah! & urusan uang itu & . seakan dia sendiri merasa bahwa masalah yang kurang penting harus mengalah pada masalah yang lebih penting.
Harus kuakui bahwa urusan uang itu penting. Namun, betapapun pentingnya, dalam hal ini masih kalah penting jika dibandingkan dengan berbagai tugas dan urusan lainnya. Seandainya, melalui kecerobohan atau keteledoranku, beberapa ribu gulden hilang dalam pembukuanku, ini tidak kuanggap remeh. Namun, seandainya uang ribuan itu hilang sebagai akibat dari upaya suksesku mencegah pemberontakan
~309~ yang akan menghancurkan Distrik Mandailing, dan yang akan mengembalikan orangorang Aceh ke tempat kami baru saja mengusir mereka dengan pengorbanan besar darah dan harta, besarnya kekurangan uang itu tidaklah berarti, bahkan tampak sedikit tidak adil untuk meminta pembayaran kembali dari orang yang telah mengamankan kepentingan-kepentingan yang jauh lebih besar. Namun, aku menganggap pembayaran kembali semacam itu benar karena tidak adanya penagihan akan memaparkan seseorang pada tuduhan tidak jujur.
Setelah menunggu selama berhari-hari, kalian bisa membayangkan perasaanku ketika akhirnya menerima surat dari Sekretaris Gubernur yang menyatakan bahwa aku dicurigai tidak jujur, dan diperintahkan untuk menanggapi sejumlah tuduhan menyangkut pembukuanku. Beberapa di antaranya bisa langsung kujelaskan. Tapi, untuk menjelaskan tuduhan-tuduhan lainnya, aku harus melihat dokumen-dokumen dan, yang terutama, penting sekali bagiku untuk menyelidiki semua masalah itu di Natal. Di sana, aku bisa memeriksa para pegawai dan karyawan lainnya untuk memastikan penyebab kesalahan-kesalahan itu, dan kemungkinan besar aku akan berhasil dalam upayaku menjelaskan segalanya. Misalnya, kelalaian untuk
~310~ membukukan uang yang dikirim ke Mandailing [kau tahu, Verbrugge, pasukan-pasukan di pedalaman dibayar dari kas Natal] atau sesuatu semacam itu yang mungkin bisa langsung kuketahui sebagai penyebab semua kesalahan menyedihkan ini, seandainya aku bisa menyelidikinya di tempat.
Namun, Jenderal menolak mengizinkanku pergi ke Natal. Penolakan ini membuatku lebih memperhatikan lagi keganjilan tuduhan ketidakjujuran yang diarahkan kepadaku. Mengapa aku mendadak dipindahkan dari Natal, seakan aku mendapat promosi, jika aku benarbenar dicurigaitidakjujur" Mengapamerekabarumenyampaikan kecurigaan memalukan itu kepadaku untuk pertama kalinya ketika aku berada jauh dari tempat aku bisa mendapat kesempatan untuk membersihkan diri" Dan yang terutama, mengapa semua masalah ini disodorkan kepadaku dengan cara yang sangat tidak menyenangkan, berlawanan dengan kelaziman dan keadilan"
Sebelum menjawab semua tuduhan ini sebaik mung-kin, tanpa informasi lisan ataupun tulisan, aku mengetahui bahwa alasan mengapa Jenderal sangat marah kepadaku adalah
Karena aku telah banyak menentangnya di Natal,
~311~ lalu diimbuhkan, aku telah melakukan kesalahan.
Nah, aku memahami semuanya itu. Ya, aku telah menentang Jenderal, tapi dengan gagasan naif bahwa dia akan menghormatiku karena aku telah menentangnya. Namun, setelah kepergiannya, tidak ada sesuatu pun yang membuatku mengira bahwa dia marah kepadaku karena itu. Dengan tololnya, aku menerima pemindahan menyenangkan ke Padang sebagai bukti bahwa dia menganggap perlawananku sangat mulia. Kalian akan melihat betapa sekilas aku mengenalnya saat itu.
Namun, ketika kudengar bahwa inilah penyebab parahnya tuduhan terhadap administrasi keuanganku, aku merasa tenang. Aku menjawab setiap tuduhan sebaik mungkin, dan mengakhiri suratku yang masih kusimpan salinannya dengan kata-kata,
~312~ Keesokan harinya, aku diskors berdasarkan ketidakjujuran administrasi. Petugas pengadilan diperintahkan untuk melakukan tugas dan kewajibannya terhadapku; dan begitulah posisiku di Padang ketika baru berusia dua puluh tiga tahun. Kubayangkan masa depanku pasti tercemar. Orangorang menasihatiku untuk mengajukan banding mengingat usia mudaku; karena aku masih di bawah umur ketika kesalahan palsu itu terjadi. Namun, aku tidak mau melakukan hal itu. Bukankah aku sudah berpikir, menderita, dan bisa dikatakan bekerja terlalu keras untuk meminta keringanan hanya berdasarkan usia mudaku" Dari penutup surat yang tadi kusebutkan, kalian bisa melihat bahwa aku tidak mau diperlakukan
~313~ seperti anak kecil. Aku telah melakukan tugasku di Natal, menentang Gubernur dan bersikap seperti seorang lelaki. Lagi pula dari surat itu, kalian bisa memahami betapa tidak beralasannya tuduhan yang mereka lontarkan terhadapku; karena orang yang bersalah akan menulis surat dengan gaya berbeda.
Akan tetapi, aku tidak ditangkap walaupun ini seharusnya dilakukan jika tuduhan itu sangat beralasan. Mungkin, kelalaian yang mencolok ini bukannya tanpa dasar karena seorang tawanan harus dikurung dan diberi makan. Karena tidak bisa meninggalkan Padang, pada kenyataannya aku masih tawanan, tapi tawanan tanpa tempat berteduh dan tanpa makanan. Aku sudah sering menulis surat kepada Jenderal, walaupun sia-sia, memintanya untuk tidak mencegah kepergianku dari Padang karena, seandainya pun aku bersalah, tidak ada kejahatan yang bisa dihukum dengan kelaparan.
Setelah Majelis Pengadilan yang bingung bagaimana cara menangani masalah itu menemukan jalan keluar dari kesulitan itu dengan menyatakan tidak mampu memutuskan, karena tuntutan terhadap kejahatan ketika bertugas di daerah tidak bisa diproses tanpa izin dari pemerintah di Batavia. Setelah itu, Jenderal menahanku selama sembilan
~314~ bulan di Padang. Sampai akhirnya, dia sendiri menerima instruksi dari markas besar untuk mengizinkanku pergi ke Batavia.
Beberapa tahun setelah itu, ketika aku punya sedikit uang Tine Sayang, kaulah yang memberikannya kepadaku aku membayar beberapa ribu gulden untuk membereskan pembukuan Natal tahun 1841 dan 1842, lalu seseorang, yang mungkin bisa dianggap mewakili Gubernur Hindia Belanda, mengatakan, Jika aku adalah dirimu, aku tidak akan berbuat begitu & aku tidak akan membayar untuk selama-lamanya.
Ainsi va le monde! 82 ***** Havelaar hendak memulai cerita yang diharapkan oleh tamu-tamunya yang menjelaskan dalam hal apa dan mengapa dia begitu menentang Jenderal van Damme di Natal ketika Madam Slotering muncul di serambi depan rumahnya, lalu menggamit opas polisi yang duduk di bangku di dekat rumah Havelaar. Polisi itu menghampirinya, lalu mengucapkan sesuatu kepada seorang lelaki yang baru saja memasuki pekarangan, mungkin hendak pergi ke dapur di belakang rumah. Mereka mungkin tidak akan memperhatikan hal ini, seandainya saat makan siang tadi Madam Havelaar
~315~ tidak mengatakan bahwa Madam Slotering sangat pemalu, dan tampaknya melakukan semacam pengawasan terhadap semua orang yang memasuki pekarangan. Mereka melihat lelaki yang sudah dipanggil oleh polisi tadi menghampiri Madam Slotering, lalu perempuan itu menanyainya, dan tampaknya lelaki itu sangat tidak suka. Akhirnya, lelaki itu mundur, dan segera berada di luar. 82 Begitulah dunia penerj.
Sayang sekali, ujar Tine; mungkin orang itu menjual ayam atau sayur, aku masih belum punya apaapa di rumah.
Kalau begitu, suruh seseorang mengejarnya, jawab Havelaar; kau tahu bahwa perempuan pribumi gemar menunjukkan kekuasaan mereka. Suaminya dulu orang terpenting di sini. Dan, betapapun kecil arti Asisten Residen sebagai individu, di distriknya sendiri dia adalah raja kecil; perempuan itu belum terbiasa dengan penurunan takhta. Kita tidak boleh mengambil kenikmatan kecil ini dari perempuan malang itu; bertindaklah seakan kalian tidak melihatnya.
Ini tidak sulit bagi Tine; dia tidak menginginkan
~316~ kekuasaan. Diperlukan penyimpangan di sini, dan aku bahkan ingin menyimpang mengenai penyimpangan itu. Tidaklah mudah bagi seorang penulis untuk berlayar dengan tepat di antara dua batu sandungan, yaitu terlalu berteletele atau terlalu singkat. Lagi pula, kesulitan ini semakin bertambah jika dia menjelaskan situasi yang harus memindahkan pembaca ke wilayahwilayah tak dikenal. Ada hubungan yang terlalu manis antara tempat dan kejadian, sehingga kita tidak bisa mengabaikan begitu saja penjelasan mengenai tempat; dan menghindari kedua batu sandungan yang sudah kusebutkan itu akan menjadi dua kali lebih sulit bagi seseorang yang memilih Hindia Belanda sebagai latar belakang ceritanya. Karena penulis yang menangani situasi-situasi di Eropa mungkin sudah mengetahui banyak hal, sedangkan penulis yang ceritanya mengacu pada Hindia harus terus-menerus bertanya kepada diri sendiri apakah pembaca non-Hindia akan memahami dengan benar ini atau itunya. Seandainya pembaca Eropa membayangkan Madam Slotering tinggal bersama keluarga Havelaar, sebagaimana halnya yang terjadi di Eropa, tampaknya sulit dipahami jika dia tidak hadir bersama kelompok yang minum kopi di beranda depan itu. Jelas, aku sudah
~317~ menyatakan bahwa Madam Slotering tinggal di rumah terpisah; tapi untuk memahami hal ini dengan benar, dan juga untuk memahami kejadiankejadian yang akan dijelaskan kemudian, aku benar-benar harus memperkenalkanmu dengan rumah dan pekarangan Havelaar.
Tuduhan yang sering dilontarkan terhadap seniman besar yang menulis Waverley bahwa dia sering kali menyiksa kesabaran pembaca dengan menyisihkan terlalu banyak halaman untuk topografi bagiku tampaknya tidak beralasan; dan aku yakin, untuk menilai kepantasan penjelasan semacam itu, seseorang hanya perlu mempertimbangkan apakah topografi ini mutlak diperlukan untuk menimbulkan kesan yang ingin dikomunikasikan oleh penulis kepadamu. Jika begitu, jangan tersinggung karena dia mengharapkanmu untuk bersusah payah membaca apa yang telah ditulisnya dengan susah payah pula. Namun, jika penjelasan semacam itu tidak diperlukan, singkirkanlah buku itu; karena penulis yang cukup tolol untuk memberikan topografi secara tidak perlu sebagai pengganti gagasan, bukunya jarang sekali layak dibaca, walaupun pada akhirnya topografinya berakhir.
Namun, penilaian pembaca mengenai perlunya
~318~ penyimpangan sering kali keliru, karena dia tidak bisa tahu, sebelum terjadinya klimaks, apa yang diperlukan dan apa yang tidak diperlukan untuk mengembangkan situasinya secara sistematis. Lagi pula, ketika dia membaca kembali buku itu setelah klimaks aku tidak membicarakan bukubuku yang hanya perlu dibaca satu kali lalu menganggap penyimpangan ini atau itu bisa dihilangkan tanpa merusak kesan buku secara keseluruhan, tetap muncul pertanyaan apakah dia akan mendapat kesan yang sama secara keseluruhan seandainya penulis itu tidak menggiringnya ke sana dengan cara yang bisa dikatakan sedikit dibuat-buat, dan justru melalui penyimpangan-penyimpangan yang baginya tampak berlebihan itu.
Apakah menurutmu kematian Amy Robsart akan mengharukanmu, seandainya kau merasa asing dengan ruangan-ruangan Kenilworth 83 " Lagi pula, apakah menurutmu tidak ada hubungan hubungan melalui kontras antara pakaian mewah yang dikenakan Leicester celaka itu ketika menunjukkan dirinya dan kekelaman jiwanya kepada Amy Robsart" Tidakkah kau mengerti bahwa Leicester semua orang yang mengenalnya dari sumbersumber lain selain novel itu sendiri pasti tahu jauh lebih buruk daripada lukisan dirinya di Kenilworth" Namun, penulis novel besar
~319~ itu, yang lebih suka memikat dengan pengaturan artistik warna-warna daripada kekasaran warna, tidak sudi mencelupkan kuasnya ke seluruh lumpur dan darah yang menggelayuti lelaki celaka kesayangan Elizabeth itu. Dia berharap bisa menunjukkan satu titik saja di dalam kolam lumpur tersebut; tapi dia tahu cara menampilkan titik-titik semacam itu agar mencolok di mata melalui apa yang diletakkannya secara berdampingan dalam tulisan-tulisan abadinya. 83 Istana Earl Leicester dalam roman Watter Scott yang berjudul sama.
Siapa pun yang menganggap semua pendampingan ini bisa ditolak karena terlalu berlebihan, benar-benar lupa bahwa ketika melakukan hal itu untuk mendatangkan efek-efek, seseorang harus kembali pada aliran yang semenjak 1830 berkembang begitu lama di Prancis. Walaupun, untuk menghormati negara itu, harus kukatakan bahwa penulis yang paling merendahkan cita rasa baik justru paling dihargai di negara-negara asing, dan bukan di Prancis sendiri. Para penulis kurasa aliran ini kini sudah tidak ada lagi menganggap mudah untuk mencelupkan tangan ke kolam darah dan melontarkan nodanoda besar ke atas lukisan agar bisa dilihat dari kejauhan.
~320~ Garis-garis kasar merah dan hitam memang lebih mudah untuk dilukis daripada garis-garis indah kelopak bunga bakung. Oleh karena itu, pada umumnya aliran tersebut lebih suka memilih raja sebagai pahlawan cerita, dimulai dari masa ketika bangsa itu baru dilahirkan. Kau lihat, kesedihan raja direpresentasikan di atas kertas melalui tangisan rakyat; kemarahan-nya memberi peluang kepada penulis untuk membunuh ribuan orang di medan pertempuran; kesalahan-nya memberi ruang untuk melukiskan bencana kelaparan dan wabah penyakit hal-hal semacam itu bisa digambarkan dengan pensil kasar.
Seandainya kau tidak terharu melihat mayat yang terbaring di sana, masih ada ruang dalam ceritaku bagi seorang lagi yang meregang kesakitan dan masih berteriak. Tidakkah kau menangisi ibu yang mencari anaknya dengan sia-sia" Nah, akan kuperlihatkan kepadamu ibu lain, yang melihat anaknya dibelah empat. Apakah kau tetap tidak tergerak melihat penderitaan lelaki itu" Kutingkatkan jumlahnya seratus kali lipat dengan menyiksa sembilan puluh sembilan orang di sampingnya. Apakah kau cukup tabah untuk tidak bergidik ketika melihat tentara ini, yang melahap lengan kirinya sendiri di benteng terkepungnya karena
~321~ kelaparan & " Wahai, pembaca yang berselera tinggi! Kuusulkan agar kau memberiku perintah, Orang-orang di sebelah kanan dan kiri harap berputar, membentuk lingkaran, dan masing-masing menyantap lengan kiri orang yang berdiri di sebelah kanannya & . Kerjakan!
Ya, dengan cara ini kengerian yang dibuat-buat menjadi konyol & dan dengan senang hati akan kubuktikan secara en passant 84 .
Akan tetapi, kita akan menjadi seperti itu jika terlalu cepat mengutuk penulis yang ingin menyiapkanmu untuk klimaks tanpa menggunakan warna-warna yang ber-teriak ini. Namun, bahaya dari ekstrem lain masih lebih besar lagi. Kau membenci upaya-upaya sastra kasar, yang mengira harus menguasai perasaanmu dengan menggunakan senjatasenjata yang sangat kasar. Namun, jika penulis jatuh ke dalam ekstrem lain, jika dia berdosa karena menyimpang terlalu jauh dari masalah pokoknya, dengan terlalu banyak memberikan sketsa, kemarahanmu akan lebih besar lagi. Itu memang benar karena dia telah membuatmu bosan, dan ini tidak termaafkan.
~322~ 84 Sambil lalu penerj.
Max Havelar Karya Multatuli di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Seandainya kita berjalan bersama-sama, dan setiap saat kau menyimpang dari jalanan, lalu memanggilku ke dalam semak-semak hanya untuk memperpanjang perjalanan, kurasa ini tidak menyenangkan, dan aku akan jalan sendirian di masa mendatang. Namun, jika kau bisa menunjukkan tanaman yang belum kukenal, atau aku bisa melihat sesuatu yang luput dari pandanganku, jika sesekali kau menunjukkan sekuntum bunga yang ingin kupetik dan kusisipkan di lubang kancing, aku akan memaafkan penyimpanganmu dari jalanan. Ya, aku akan berterima kasih untuk itu.
Lagi pula, bahkan tanpa bunga ataupun tanaman, jika kau mengajakku menepi untuk menunjukkan jalan setapak di antara pepohonan yang nantinya akan kita lalui, tapi yang kini masih berada jauh di depan sana dan berkelok-kelok seperti garis yang nyaris tidak terlihat melintasi ladang di bawah sana, aku juga tidak akan menganggap penyimpangan ini keliru. Karena, ketika akhirnya kita tiba sejauh itu, aku akan tahu betapa jalan kita berkelok-kelok melewati pegunungan, betapa matahari, yang beberapa menit lalu ada di sana, kini berada di sebelah kiri kita; dan
~323~ mengapa bukit itu kini berada di belakang kita, padahal puncaknya baru saja berada di depan kita & . Maka melalui penyimpangan itu, kau telah memudahkanku untuk memahami perjalananku dan memahami berarti menikmati.
Pembaca, dalam ceritaku, aku sering meninggalkanmu di jalanan besar walaupun banyak yang kukorbankan untuk tidak membawamu ke semaksemak bersamaku. Aku khawatir perjalanan itu akan melelahkanmu karena aku tidak tahu apakah kau akan merasa senang dengan semua bunga dan tanaman yang hendak kuperlihatkan kepadamu. Namun, karena percaya bahwa setelah itu kau akan merasa senang melihat jalan setapak yang sebentar lagi akan kita lalui, aku merasa wajib untuk menceritakan sesuatu mengenai rumah Havelaar.
Kau akan sangat keliru jika membentuk gagasanmu mengenai rumah di Hindia menurut gagasan Eropa, dan membayangkan setumpuk batu, ruang-ruang kecil yang dionggokkan di atas ruang-ruang besar, dilengkapi jalanan di depannya, tetangga di kanan kiri dengan dewa-dewa rumah tangga mereka bersandar pada dewa-dewa rumah tanggamu, serta kebun kecil dengan tiga semak gooseberry di belakangnya. Dengan beberapa perkecualian, rumah di Hindia
~324~ 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
hanya punya satu lantai. Pembaca Eropa akan menganggap ini sangat ganjil. Ini lumrah karena peradaban atau apa yang menyebut diri sebagai peradaban gemar menganggap semua yang alami sebagai keanehan. Rumah di Hindia sangat berbeda dengan rumah di Eropa, tapi rumahrumah itu tidak aneh; rumahrumah Eropa-lah yang aneh.
Orang yang pertama kali memberikan kemewahan kepada dirinya sendiri dengan tidak tidur di kamar yang sama dengan sapi-sapinya tidaklah membangun kamar kedua di atas kamar pertama, melainkan di sampingnya, karena membangun semua kamar itu di atas tanah akan lebih sederhana dan lebih nyaman. Rumah tinggi Eropa bermula dari kekurangan ruang. Kita mencari tinggi di udara untuk sesuatu yang tidak kita temukan di atas tanah; maka semua pelayan rumah menutup jendela kamar mereka di loteng-atap pada malam hari untuk memprotes kesesakan ini, walaupun aku yakin sekali mereka memikirkan sesuatu yang lain.
Jadi, di wilayah itu, di tempat peradaban dan kelebihan penduduk belum mendorong umat manusia ke atas akibat tekanan dari bawah, rumah-rumah hanya punya satu lantai; dan rumah Havelaar tidak menjadi perkecualian
~325~ 19 20 21 dari peraturan ini. Ketika masuk, & tapi tidak, aku akan memberimu bukti bahwa aku sama sekali tidak akan melukiskan pemandangan. Bayangkan sebuah persegi panjang; bagilah menjadi dua puluh satu bagian, tiga melintang, tujuh membujur. Beri angka pada setiap bidang ini, dimulai dari pojok kiri atas, dari sana ke kanan, sehingga angka empat berada di bawah angka satu, dan seterusnya.
Tiga angka pertama bersama-sama membentuk serambi depan yang sering kali terbuka di ketiga sisinya, dan yang bagian depan atapnya disokong oleh pilar-pilar. Dari sana, lewat dua pintu-sorong, seseorang akan memasuki serambi dalam yang direpresentasikan oleh tiga angka berikutnya. Bidang 7, 9, 10, 12, 13, 15, 16, dan 18 adalah kamar, yang sebagian besarnya berhubungan lewat pintu. Ketiga angka terakhir membentuk serambi terbuka di belakang, dan angka-angka yang belum kusebutkan adalah semacam serambi atau lorong dalam. Aku sangat bangga dengan penggambaran ini 85 .
Aku tidak tahu ungkapan apa yang digunakan di Belanda untuk memberikan gagasan yang diusung oleh kata pekarangan di Hindia. Pekarangan bukanlah kebun, atau taman, atau ladang, atau hutan, tapi menyerupai salah satu dari semuanya itu, atau
~326~ menyerupai semuanya itu, atau sama sekali tidak menyerupai semuanya itu. Pekarangan adalah tanah yang menjadi bagian dari sebuah rumah, sejauh tidak ditutupi oleh bangunan rumah itu. Jadi, ungkapan kebun dan pekarangan akan terasa berlebihan di Hindia. Tidak ada atau hanya ada sedikit rumah yang tidak memiliki tanah semacam itu. Beberapa pekarangan berisi hutan, kebun, serta ladang, dan mengingatkanmu pada taman; yang lainnya berupa kebun bunga; di lain tempat, sekali lagi, seluruh pekarangan berupa padang rumput luas; dan akhirnya, ada beberapa pekarangan yang sangat sederhana, hanya berupa persegi empat berkerikil yang mungkin kurang sedap dipandang, tapi mendukung kebersihan di dalam rumah karena serangga banyak bersarang di rerumputan atau pepohonan.
85 Nomor 7 dan 10; 10 dan 13; 13 dan 16 saling dihubungkan dengan pintu. Di antara 5 dan 8, ada pintu; di antara 17 dan 20, ada pintu; di antara 7 dan 8; 10 dan 11; 13 dan 14; 16 dan 17, ada pintu; di antara 8 dan 9; 11 dan 12; 14 dan 15; 17 dan 18, ada pintu.
Pekarangan Havelaar sangat luas. Ya, betapapun aneh kedengarannya, salah satu sisi pekarangan itu bisa dikatakan tidak berujung karena dibatasi ngarai yang membentang hingga ke bantaran Ciujung sungai
~327~ yang memeluk Rangkas Bitung dengan salah satu kelokannya. Akan sulit untuk mengatakan di mana tanah milik rumah Asisten Residen itu berakhir dan di mana tanah milik umum dimulai karena air pasang tinggi dan banjir Sungai Ciujung yang saat itu sedang surut hingga sejauh cakrawala, tapi saat lain bisa memenuhi ngarai hingga berada dekat sekali dengan rumah Havelaar mengubah batasbatasnya setiap saat.
Ngarai itu selalu mengganggu pandangan Madam Slotering. Ini jelas sekali. Tanaman di mana-mana begitu cepat pertumbuhannya, mengingat adanya lumpur yang ditinggalkan oleh sungai. Walaupun pasang surut air berlangsung dengan kekuatan yang mencerabut dan menghanyutkan semak-semak, tak berapa lama tanah sudah tertutupi oleh kerimbunan yang membuat pembersihan tanah, bahkan yang berada di dekat rumah, sangatlah sulit. Lagi pula, ini sungguh mengesalkan, bahkan untuk siapa saja yang bukan seorang ibu. Selain berbagai jenis serangga yang pada umumnya terbang sepanjang malam mengerubungi lampu dalam jumlah sangat banyak sehingga memustahilkan kegiatan membaca dan menulis, dan karena itu sangat menjengkelkan. Ada sejumlah ular dan hewan lain di semak-semak; bukan hanya di
~328~ ngarai, tapi bahkan bisa ditemukan setiap saat di kebun, di dekat dan di belakang rumah, atau di rerumputan di taman di depan rumah.
Jika seseorang berdiri di serambi depan dengan wajah menghadap taman ini dan memunggungi rumah, di sebelah kirinya terdapat bangunan dengan kantorkantor, rumah-dagang, dan tempat untuk rapat, tempat Havelaar berpidato di hadapan para pejabat pagi itu, dan di belakangnya terdapat ngarai yang menghampar sampai ke Ciujung. Persis di seberang kantor-kantor itu terdapat gedung tua Asisten Residen, yang kini dihuni untuk sementara waktu oleh Madam Slotering. Lagi pula, karena seseorang bisa memasuki pekarangan melalui dua cara, yaitu lewat kedua sisi lapangan rumput, tentu saja orang yang memasuki pekarangan untuk pergi ke dapur atau kandangkandang yang berada di belakang bangunan utama harus melewati kantor-kantor atau rumah Madam Slotering. Di salah satu sisi belakang bangunan utama itu terdapat kebun sangat luas yang membangkitkan kegembiraan Tine karena banyaknya bunga yang ditemukannya di sana, terutama karena si kecil Max bisa begitu sering bermain di sana.
Havelaar sudah minta maaf kepada Madam Slotering karena belum sempat berkunjung. Dia akan
~329~ ke sana keesokan paginya; tapi Tine sudah mampir dan berkenalan dengan perempuan itu. Sudah kukatakan bahwa Madam Havelaar bisa disebut pribumi dan hanya bisa bicara dalam bahasa Melayu. Dia sudah menyatakan keinginannya untuk mengurus rumah tangganya sendiri, dan Tine langsung setuju. Lagi pula, persetujuan Tine bukanlah sekadar basa-basi, tapi terutama karena dia khawatir dirinya, yang baru saja tiba di Lebak, tidak bisa menyambut Madam Slotering dengan cara yang dianggapnya pantas, mengingat keganjilan situasi yang dihadapinya. Seperti kata Tine, perempuan ini, yang tidak memahami bahasa Belanda, memang tidak akan terganggu dengan ceritacerita Max.
Namun, Tine memahami adanya lebih banyak hal yang harus dilakukan agar tidak mengganggu keluarga Slotering. Lagi pula dapur hemat, sehubungan dengan pengetatan keuangan yang hendak dilakukan, membuatnya menganggap keinginan Madam Slotering ini sangatlah bijak. Seandainya pun pengaturannya tidak seperti itu, tetap masih diragukan apakah hubungan dengan orang yang hanya bicara satu bahasa tanpa adanya satu pun tulisan tercetak dalam bahasa itu yang bisa memperadabkan pikiran akan mendatangkan kegembiraan bagi kedua belah pihak.
~330~ Sebisa mungkin, Tine akan menemani perempuan itu, dan akan bicara banyak dengannya mengenai dapur dan puding , walaupun ini akan selalu tidak menyenangkan. Oleh karena itu, jauh lebih baik jika segala sesuatunya diatur melalui pemisahan sukarela Madam Slotering, sehingga memberikan kebebasan yang sempurna kepada semua orang. Namun anehnya, Madam Slotering bukan hanya menolak untuk menghadiri acara makan, tapi bahkan tidak menyambut tawaran untuk menyiapkan makanan di dapur rumah Havelaar. Lagi pula, seperti kata Tine, rasa malu itu agak terlalu berlebihan karena dapur rumahnya cukup luas.[]
~331~ Bab 14 [KELANJUTAN DARI KOMPOSISI STERN] ALIAN tahu, kata Havelaar memulai, jajahan Belanda di pantai barat Sumatra dibatasi oleh distrik-distrik independen di bagian utaranya, dengan Aceh sebagai yang terpenting. Dikatakan bahwa pasal rahasia dalam perjanjian 1824 telah membatasi kita untuk tidak memperluas garis perbatasan ke arah itu hingga melampaui Sungai Singkel. Oleh karena itu, Jenderal van Damme, yang dengan faux air Napol"on 86 ingin memperluas pemerintahannya sampai sejauh mungkin, langsung berhenti karena adanya rintangan yang tak teratasi di sana. Aku harus meyakini keberadaan pasal rahasia itu karena, jika tidak, aku akan terkejut mengapa Raja Trumon dan Analabu, yang memiliki wilayah-wilayah
~332~ penting sehubungan dengan perdagangan aktif mereka dalam lada, baru jatuh ke dalam kekuasaan Belanda belakangan ini.
86 Meniru-niru Napol"on penerj.
Kalian tahu betapa mudahnya mencari alasan untuk berperang dengan kerajaan-kerajaan kecil semacam itu dan merebut wilayah mereka. Mencuri provinsi akan selalu lebih mudah daripada mencuri penggilingan 87 . Aku yakin Jenderal van Damme bahkan akan mencuri penggilingan, seandainya dia suka, dan karenanya aku tidak memahami mengapa dia bisa mundur dari wilayah-wilayah di utara itu, seandainya tidak ada alasan yang lebih penting untuk itu selain kebenaran dan keadilan. Bagaimanapun, dia tidak memperluas jajahannya ke utara, melainkan ke timur. Wilayah Mandailing dan Angkola [yang terakhir ini adalah nama Asisten Keresidenan yang dibentuk dari daerah-daerah Batak, yang baru saja ditenangkan] belum terlalu bebas dari pengaruh Aceh (sekali kefanatikan berakar di sebuah daerah, pencabutannya akan sulit), walaupun orang-orang Aceh tidak lagi berada di sana. Namun, ini tidak cukup untuk Gubernur. Dia memperluas kekuasaannya
~333~ ke pantai timur, lalu para pejabat dan garnisun Belanda dikirim ke Bila dan Portibi, tempat-tempat yang, seperti kau ketahui, dievakuasi setelah itu ketika pada akhirnya, komisioner pemerintah datang ke Sumatra dan menganggap perluasan ini tidak berguna dan tidak menyetujuinya, terutama karena bertentangan dengan prinsip-prinsip ekonomi yang sangat ditekankan oleh negeri Belanda. Jenderal van Damme menyatakan bahwa perluasan ini tidak akan memberatkan anggaran, karena semua garnisun baru itu terdiri dari pasukan-pasukan yang sudah dianggarkan keuangannya, dan karena dia telah mempersembahkan wilayah yang sangat luas untuk pemerintah Belanda tanpa adanya pengeluaran tambahan apa pun. Sedangkan mengenai pengurangan garnisun di tempat-tempat lain, terutama di Mandailing, dia yakin bisa menaruh cukup banyak kepercayaan pada kesetiaan dan kepatuhan Yang Dipertuan 88 , pejabat paling berpengaruh di Distrik Batak. Dengan enggan, komisioner pemerintah mengalah setelah berulang kali diyakinkan oleh Jenderal itu bahwa secara pribadi, dia akan bertanggung jawab atas kesetiaan Yang Dipertuan. 87 Mengacu pada Le Meunier de Sanssouci karya Andriena, yang
~334~ mencantumkan perkataan Frederick Agung dari Prussia, On respecte un moulin, on vole une province.
88 Secara harfiah berarti orang yang berkuasa gelar tertinggi di Sumatra.
Nah, Pengawas pendahuluku di wilayah Natal adalah menantu laki-laki Asisten Residen daerahdaerah Batak, dan dia bermusuhan dengan Yang Dipertuan. Belakangan, aku mendengar banyak keluhan mengenai Asisten Residen ini, tapi aku menerimanya dengan hatihati karena berasal dari Yang Dipertuan yang baru saja dituduh melakukan pelanggaran-pelanggaran lain, dan karenanya mungkin berupaya membela diri dengan memaparkan kesalahan-kesalahan penuduhnya. Bagaimanapun, Pengawas Natal itu meminta bantuan ayah mertuanya untuk melawan Yang Dipertuan; dan ini semakin mudah karena Pengawas itu sangat akrab dengan seseorang bernama Sutan Salim, pejabat Natal yang juga membenci pejabat Batak itu. Terjadi permusuhan di antara keluarga kedua pejabat ini: penolakan lamaran pernikahan, kecemburuan terhadap pengaruh satu sama lain, keangkuhan di pihak Yang Dipertuan yang keluarganya lebih tinggi derajatnya, dan banyak lagi penyebab yang membuat Natal dan Mandailing terus bermusuhan satu sama lain.
~335~ Mendadak tersiar laporan mengenai ditemukannya persekongkolan di Mandailing menyangkut Yang Dipertuan, yang tujuannya mengibarkan bendera suci pemberontakan dan membunuh semua orang Eropa. Berita ini pertama kali diketahui di Natal karena seseorang selalu mendapat lebih banyak informasi mengenai wilayah tetangganya daripada wilayah tetangga itu sendiri. Banyak di antara mereka yang berada di wilayah tetangga itu, karena takut membahayakan kedudukan seorang pejabat, berhatihati untuk tidak menceritakan keadaan yang mereka ketahui, dan menyingkirkan ketakutan itu begitu memasuki wilayah yang tidak dipengaruhi oleh pejabat tadi.
Ini pula alasannya, Verbrugge, mengapa aku tidak asing dengan masalah-masalah Lebak. Aku tahu banyak mengenai apa yang terjadi di sini, bahkan sebelum aku tahu akan ditugaskan di sini. Pada 1844, aku berada di Distrik Karawang dan melakukan banyak perjalanan ke Priangan. Lagi pula, di sana, pada 1842, aku bertemu dengan banyak pemilik tanah di daerah sekitar Buitenzorg 89 dan Batavia, dan aku tahu betapa tuan-tuan tanah ini selalu bergembira dengan kondisi menyedihkan di Distrik Lebak, karena para pengungsinya pergi untuk menggarap tanah
~336~ mereka & . 89 Tempat kediaman Gubernur Jenderal.
Nah, persekongkolan di Mandailing yang seandainya benar-benar terjadi akan mengecap Yang Dipertuan sebagai pengkhianat, pasti diketahui dengan cara yang sama di Natal. Menurut bukti dari saksisaksi yang diperiksa oleh Pegawas Natal, pejabat itu bersama saudara laki-lakinya, Sutan Adam, hendak mengumpulkan para pejabat di sebuah hutan keramat. Di sana, mereka akan bersumpah untuk tidak beristirahat sebelum kekuasaan Kristen di Mandailing hancur. Tentu saja, dia mendapat inspirasi dari surga untuk mewujudkan sumpah itu; kalian tahu kualifikasi ini selalu ada dalam hal-hal semacam ini.
Aku tidak bisa mengatakan dengan pasti apakah memang itu tujuan Yang Dipertuan. Aku membaca buktinya. Namun, kalian akan lihat mengapa hubungan implisit tidak boleh diletakkan di sana. Sudah jelas dia, dengan kefanatikan Islamnya, cukup mampu melaksanakan proyek semacam itu. Dia, bersama seluruh penduduk Batak, baru saja diubah keyakinannya oleh para paderi menjadi pemeluk agama sejati; dan pemeluk agama baru biasanya
~337~ fanatik. Akibat dari berita yang benar atau baru bersifat dugaan ini adalah: Yang Dipertuan ditangkap dan dibawa ke Natal. Di sana, Pengawas mengurungnya di benteng, dan pada kesempatan pertama mengirimnya lewat laut kepada Gubernur pantai barat Sumatra di Padang, bersama semua dokumen yang memaparkan tuduhan berat terhadapnya sehingga membenarkan tindakan keras yang dilakukan oleh Pengawas. Jadi, Yang Dipertuan meninggalkan Mandailing sebagai tawanan. Di Natal, dia dikurung di atas kapal perang yang mengangkutnya. Oleh karena itu, dia mengira tak peduli bersalah atau tidak, karena dia secara resmi telah dituduh melakukan pengkhianatan terhadap pemerintah dirinya akan tiba di Padang sebagai tawanan. Lagi pula, jelas dia merasa terkejut ketika mengetahui saat mendarat bahwa dia tidak hanya bebas, tapi Jenderal, dengan kereta yang sudah menunggu di pantai, merasa terhormat bisa menyambut dan menyediakan penginapan untuk Yang Dipertuan di rumahnya. Jelas, seseorang yang dituduh melakukan pengkhianatan terhadap pemerintah tidak akan pernah merasa sebegitu terkejut dan gembiranya.
Tidak lama berselang, Asisten Residen Mandailing diskors dari jabatannya karena segala
~338~ macam kekurangan yang tidak akan repot-repot kukomentari di sini. Nah, Yang Dipertuan, setelah beberapa waktu berada di rumah Jenderal di Padang, mendapat perlakuan yang sangat terhormat, kembali ke Mandailing melalui Natal. Tapi bukan dengan kepercayaan diri seseorang yang dinyatakan tidak bersalah, melainkan dengan keangkuhan seseorang yang berdiri begitu tinggi sehingga tidak memerlukan pernyataan tidak bersalah. Sesungguhnya masalah itu tidak pernah diselidiki. Lagi pula, seandainya tuduhan terhadap Yang Dipertuan dianggap keliru, masalah mencurigakan ini perlu diselidiki untuk menghukum saksi-saksi palsu dan orang-orang yang menyuruh mereka membuat keterangan palsu.
Tampaknya Jenderal menemukan alasan mengapa penyelidikan ini tidak perlu dilakukan. Tuduhan terhadap Yang Dipertuan dianggap nonavenue 90 , dan aku ya-kin dokumen-dokumen yang berhubungan dengan masalah itu tidak pernah diserahkan kepada pemerintah Batavia.
Beberapa hari setelah kepulangan Yang Dipertuan, aku tiba di Natal untuk mengambil alih pemerintahan distrik itu. Tentu saja, pendahuluku menceritakan apa yang baru saja terjadi di Mandailing, dan memberiku informasi yang diperlukan mengenai kondisi politik
~339~ wilayah itu sehubungan dengan departemenku. Tidak bisa disalahkan, jika dia banyak mengeluhkan perlakuan tidak adil (di matanya) yang harus diterima oleh ayah mertuanya, dan dia tidak memahami perlindungan yang tampaknya diterima Yang Dipertuan dari Jenderal.
Saat itu, aku dan dia tidak tahu bahwa pengiriman Yang Dipertuan ke Batavia merupakan pukulan yang diarahkan ke wajah Jenderal, dan bahwa dia punya alasan yang baik apa pun itu untuk menjamin pejabat itu dari tuntutan pengkhianatan terhadap pemerintah. Ini teramat penting bagi Jenderal karena saat itu komisioner pemerintah yang tadi kusebutkan telah menjadi gubernur jenderal, dan mungkin bisa menarik Jenderal itu dari pemerintahan karena tidak menyukai keyakinannya tidak berdasar terhadap Yang Dipertuan; keyakinan yang dijadikan oleh Jenderal itu sebagai dasar kengototannya menentang evakuasi pantai timur.
90 Tidak sah penerj. Tapi, kata pendahuluku, apa pun yang mungkin menggerakkan Jenderal untuk mengakui semua tuduhan terhadap ayah mertuaku dan tidak berpikir untuk
~340~ menyelidiki tuduhan yang jauh lebih berat terhadap Yang Dipertuan masalah ini belum berakhir! Lagi pula, jika di Padang, sesuai dugaanku, bukti tersumpahnya telah dihancurkan; di sini, aku punya sesuatu yang lain, yang tidak bisa dihancurkan.
Lalu, dia menunjukkan putusan Mahkamah Pengadilan di Natal yang dipimpinnya, yang berisikan hukuman terhadap seseorang bernama si Pamaga berupa pencambukan, penyelaran, dan aku yakin, kerja paksa selama dua puluh tahun karena berupaya membunuh Tuanku 91 (pejabat Hindia) di Natal.
Bacalah proc"sverbal 92 sidang pengadilan itu, kata pendahuluku, maka kau bisa menilai apakah ayah mertuaku akan dipercayai di Batavia ketika menuduh Yang Dipertuan melakukan pengkhianatan terhadap pemerintah"!
Aku membaca dokumen-dokumen itu. Menurut pernyataan para saksi dan pengakuan terdakwa, si Pamaga telah disuap untuk membunuh Tuanku, Sutan pelindungnya, dan Pengawas yang menjalankan pemerintahan di Natal. Untuk melaksanakan rencananya, dia pergi ke rumah Tuanku, dan di sana memulai percakapan mengenai sewah 93 dengan para pelayan yang duduk di tangga serambi dalam, bermaksud mengulur keberadaannya di sana sampai
~341~ melihat Tuanku, yang memang segera muncul dengan dikelilingi sejumlah kerabat dan pelayan. Pamaga menyerang Tuanku dengan sewah-nya, tapi entah kenapa tidak berhasil melaksanakan rencana jahatnya. Tuanku, yang sangat ketakutan melompat keluar dari jendela, dan Pamaga kabur; dia bersembunyi di hutan, dan beberapa hari kemudian ditangkap oleh polisi Natal.
Ketika terdakwa ditanya apa yang membuatnya melakukan penyerangan itu dan hendak membunuh Sutan Salim serta Pengawas Natal, dia menjawab bahwa dia disuap oleh Sutan Adam, atas nama saudara laki-lakinya Yang Dipertuan Mandailing .
Jelas atau tidak" tanya pendahuluku. Putusan eksekusi fiat 94 dari Residen dilaksanakan berupa pencambukan dan penyelaran; dan kini, si Pamaga dalam perjalanan melewati Padang untuk dikirim ke Jawa menjalani kerja paksa.
Saat yang bersamaan, dokumen-dokumen proc"sverbal tiba di Batavia untuk menunjukkan siapa lelaki yang telah membuat ayah mertuaku diskors. Putusan itu tidak bisa dibatalkan oleh Jenderal, seandainya pun dia ingin melakukannya.
~342~ 91 Gelar jabatan yang hanya digunakan di Sumatra. 92 Berita acara.
93 Senjata Hindia, berupa golok melengkung. 94 Eksekusi yang resmi dan disetujui.
***** Aku mengambil alih pemerintahan Distrik Natal, dan pendahuluku pergi. Setelah beberapa waktu, mereka memberitahuku bahwa Jenderal akan datang dengan kapal perang untuk mengunjungi Utara, juga Natal. Dia tiba dengan rombongan besar di rumahku, dan ingin melihat dokumen asli menyangkut lelaki malang yang telah diperlakukan dengan begitu buruknya itu. Menurutku, para penuduh itu sendirilah yang patut dicambuk dan diselar.
Aku sama sekali tidak mengerti karena saat itu penyebab pertikaian mengenai Yang Dipertuan masih belum kuketahui, dan karenanya aku tidak bisa memahami apakah pendahuluku telah dengan sadar dan sengaja menghukum orang yang tidak bersalah dengan hukuman seberat itu, atau apakah Jenderal ingin melindungi seorang kriminal dari hukuman yang adil. Aku ditugaskan untuk menangkap Sutan Salim dan Tuanku. Karena Tuanku muda sangat dicintai oleh rakyat, dan karena kami hanya punya garnisun kecil di
~343~ benteng, aku memohon untuk diizinkan tidak menangkapnya, dan permohonanku dikabulkan; tapi tidak ada pengampunan bagi Sutan Salim, musuh Yang Dipertuan.
Rakyat gempar. Penduduk Natal menganggap Jenderal merendahkan dirinya sendiri dengan menjadi alat kebencian Mandailing. Lagi pula, dalam keadaan inilah sesekali aku bisa melakukan sesuatu yang dianggap oleh Jenderal sebagai tindakan berani, terutama karena dia tidak memberiku pendamping berupa pasukan kecil yang bisa dikirim dari benteng atau detasemen marinir yang dibawanya dari kapal, ketika aku pergi berkuda ke tem-pat-tempat para penghasut berkumpul. Pada kesempatan ini kuamati bahwa Jenderal van Damme sangat memperhatikan keselamatan dirinya sendiri, dan karenanya aku tidak memercayai reputasi militernya.
Dia membentuk dewan yang bisa kusebut ad hoc, beranggotakan beberapa ajudan, para petugas lain, magistrat yang dibawanya dari Padang, dan aku sendiri. Dewan ini bertugas menyelidiki bagaimana proses pengadilan dilakukan terhadap si Pamaga di bawah pendahuluku. Aku harus memanggil sejumlah saksi karena pernyataan mereka diperlukan untuk penyelidikan itu. Jenderal, yang tentu saja memimpin,
~344~ melakukan interogasi dan buktinya ditulis oleh magistrat. Karena yang disebut terakhir ini hanya sedikit memahami bahasa Melayu, dan sama sekali tidak memahami bahasa Melayu yang digunakan di Sumatra Utara, sering kali jawaban para saksi perlu diterjemahkan untuknya, dan ini sebagian besarnya dilakukan oleh Jenderal itu sendiri. Dari semua sidang dewan ini diperoleh dokumen-dokumen yang menunjukkan dengan sangat jelas bahwa si Pamaga tidak pernah berniat membunuh siapa pun; dia tidak pernah melihat atau mengenal Sutan Adam atau Yang Dipertuan; dia tidak menyerang Tuanku Natal yang tidak melompat keluar dari jendela, dan seterusnya. Selanjutnya, hukuman terhadap si Pamaga yang malang itu dibuat atas desakan pemimpin pengadilan, yaitu pendahuluku, dan Sutan Salim sebagai anggota Dewan Pengadilan, yaitu orang yang telah menciptakan kejahatan palsu si Pamaga untuk memberikan senjata pembelaan diri kepada Asisten Residen Mandailing yang diskors, dan untuk menyalurkan kebencian mereka terhadap Yang Dipertuan.
Cara Jenderal melakukan penyelidikan mengingatkanku pada pesta permainan kartu tertentu dari salah satu Sultan Marokko, yang berkata kepada
~345~ lawan mainnya 95 , Keluarkan kartu hati atau kugorok lehermu. Penerjemahannya, karena diperintahkan Jenderal untuk ditulis oleh petugas pengadilan, juga sangat tidak tepat.
Aku tidak tahu apakah pendahuluku dan Sutan Salim mendesak Sidang Pengadilan agar menyatakan si Pamaga bersalah. Namun, aku tahu bahwa Jenderal van Damme memang memaksakan bukti yang diberikan untuk membuktikan ketidakbersalahannya. Tanpa mengetahui kecenderungan semuanya ini, aku menentang mereka, sampai-sampai merasa wajib untuk menolak menandatangani beberapa dokumen, dan dalam hal ini aku sangat menyinggung perasaan Jenderal.
Kini, kalian memahami aliran kata-kata yang kugunakan untuk mengakhiri jawabanku atas pengamatan yang dilakukan terhadap administrasi keuanganku, dan yang berisikan permohonanku untuk dilepaskan dari semua pertimbangan murah hati. 95 Duta Besar Prancis.
Itu tindakan yang sangat berani, mengingat usiamu, ujar Duclari.
Kurasa itu sesuatu yang wajar, tapi jelas Jenderal
~346~ van Damme tidak terbiasa dengan segala hal semacam itu. Aku telah banyak menderita akibat urusan ini. Oh, tidak, Verbrugge, aku mengerti apa yang hendak kau katakan. Aku tidak pernah menyesalinya, bahkan harus kutambahkan, seharusnya aku tidak berpuas diri dengan hanya memprotes cara Jenderal memeriksa saksi-saksi dan menolak menandatangani semua dokumen. Seandainya saja saat itu aku bisa menebak apa yang baru kuketahui belakangan bahwa semuanya ini muncul karena tekad yang sudah dirancang sebelumnya untuk menuduh pendahuluku. Kupikir, Jenderal meyakini ketidakbersalahan si Pamaga, dan membiarkan dirinya terhanyut oleh keinginan terpuji untuk menyelamatkan korban tak bersalah dari konsekuensi kesalahan dalam pengadilan, sebisa mung-kin, setelah pencambukan dan penyelaran dilakukan. Walaupun pendapat ini membuatku menentang kebohongan, alasannya membuatku tidak segigih yang seharusnya jika aku tahu bahwa semuanya ini bukanlah untuk menyelamatkan orang yang tidak bersalah. Namun, kebohongan yang dirancang tersebut untuk mengenyahkan bukti-bukti yang memberatkan Jenderal dengan mengorbankan kehormatan dan kesejahteraan pendahuluku. Dan apa yang terjadi dengan pendahulumu"
~347~ tanya Verbrugge. Untungnya, dia sudah pergi ke Jawa sebelum Jenderal kembali ke Padang. Tampaknya dia bisa mempertanggungjawabkan perbuatannya kepada pemerintah di Batavia; setidaknya dia tetap bertugas. Residen Air Bangis yang mengeluarkan eksekusi fiat itu & .
Diskors" Tentu saja. Kau lihat bahwa aku tidak begitu keliru ketika menyatakan, dalam epigramku, bahwa Gubernur berkuasa atas kita sebagai penskors .
Dan apa yang terjadi dengan semua pejabat yang diskors ini"
Oh, masih ada banyak lagi. Semuanya, satu per satu, telah dipulihkan kembali jabatannya. Beberapa di antara mereka kemudian diberi jabatan yang sangat penting.
Dan Sutan Salim" Jenderal membawanya sebagai tawanan ke Padang. Dari sana, dia dibuang ke Jawa. Kini, dia berada di Cianjur di Keresidenan Priangan. Pada 1846, aku berada di sana dan mengunjunginya & . Masih ingatkah kau, Tine, mengapa aku pergi ke Cianjur"
Tidak, Max, aku benar-benar sudah lupa.
~348~ Wah, siapa yang bisa mengingat segalanya" & . Aku menikah di sana, Tuan-Tuan!
Karena kau sudah menceritakan beberapa hal kepada kami, benarkah kau sering sekali berduel di Padang" tanya Duclari.
Ya, aku sering berkelahi. Ada banyak alasan untuk itu. Sudah kuceritakan kepada kalian bahwa sikap Gubernur di tempat yang sangat terpencil itu bisa digunakan untuk mengukur keramahan orangorang. Sebagian besar dari mereka sangat tidak menyukaiku, dan ini sering kali muncul dalam bentuk sikap yang kasar. Aku, sebaliknya, sangat sensitif.
Salam yang tidak dijawab, ejekan mengenai si tolol yang berani melawan Jenderal , sindiran mengenai kemiskinanku, keadaanku yang kelaparan, makanan yang buruk, tampaknya itulah ganjaran kebebasan moralku kalian mengerti bahwa semuanya ini mengesalkanku. Banyak orang, terutama para perwira, yang tahu bahwa Jenderal senang melihat orang berduel dan, terutama, dengan seseorang yang begitu hina sepertiku. Oleh karena itu, mungkin kesensitifanku sengaja dibangkitkan, dan terkadang aku juga membela orang lain yang kuanggap teraniaya. Bagaimanapun, setiap hari aku berduel, dan se-ring kali harus berduel dua kali dalam sehari. Ada
~349~ sesuatu yang sangat memikat dalam berduel, terutama dengan pedang. Namun, kalian mengerti bahwa kini aku tidak akan melakukan hal semacam itu, walaupun ada alasan yang sama banyaknya dengan masa itu. Sini, Max! jangan jangan tangkap serangga kecil itu sini. Jangan pernah menangkap kupu-kupu. Mulanya makhluk kecil itu merayap untuk waktu yang lama sebagai ulat di pohon, dan itu bukan kehidupan yang menyenangkan. Kini, dia baru saja punya sayap dan ingin beterbangan di udara dan bersenang-senang, mencari makanan di dalam bunga dan tidak melukai siapa pun. Lihat, bukankah lebih enak melihatnya beterbangan di sana"
Jadi, percakapan itu berpindah dari duel menjadi kupu-kupu; dari orang baik yang menyayangi ternaknya menjadi kejahatan terhadap hewan; dari loi Grammont 96 menjadi Parlemen Prancis di Paris, tempat undang-undang itu diterima; dari republik dan menjadi banyak hal lainnya. Akhirnya, Havelaar bangkit berdiri. Dia pamit kepada tamu-tamunya karena harus menyelesaikan pekerjaan.
Ketika Pengawas mengunjungi Havelaar di kantor keesokan paginya, dia tidak tahu bahwa Asisten Residen baru itu kemarin berkuda ke Parang Kujang dan baru saja kembali.
~350~ ***** Kumohon pembaca percaya bahwa Havelaar terlalu sopan untuk bicara begitu banyak dan memonopoli percakapan. Dia tak hendak melalaikan kewajiban tuan rumah yang menyatakan bahwa tamu harus bebas menerima atau menolak kesempatan untuk menunjukkan seperti apa diri mereka. Kuharap apa yang kusampaikan sudah mencukupi untuk menilai penjelasan yang kuberikan mengenai karakter dan pikiran Havelaar, dan membuat pembaca berminat untuk mengikuti petualangan yang menanti Havelaar dan keluarganya di Rangkas Bitung.
Keluarga kecil itu melanjutkan hidup dengan damai. Havelaar sering sekali pergi keluar sepanjang hari, dan menghabiskan setengah malam di kantornya. Hubungan antara dirinya dan komandan garnisun sangat menyenangkan, dan percakapan akrabnya dengan Pengawas juga sama sekali tidak menunjukkan adanya perbedaan kedudukan yang sering kali membuat hubungan sosial di Hindia begitu kaku dan tidak menyenangkan. Kecenderungan Havelaar untuk memberikan bantuan sebisa mungkin sering kali menguntungkan Bupati, yang juga sangat menyukai kakak laki-lakinya itu. Lagi pula, pada akhirnya, keramahan Madam Havelaar banyak membantu
~351~ hubungan menyenangkan di antara beberapa orang Eropa dan pejabat pribumi. Surat-menyurat mengenai pekerjaan dengan Residen Serang menunjukkan adanya saling keakraban; perintah-perintah Residen diberikan dengan santun dan dipatuhi dengan cermat.
96 Jenderal de Grammont adalah pengusul undang-undang perlindungan terhadap hewan, yang diterima dalam Corps Legislatif pada 1850.
Rumah tangga Tine segera berubah teratur. Setelah menunggu untuk waktu yang lama, perabot datang dari Batavia. Mentimun diacar; dan di masa mendatang, ketika Max menceritakan sesuatu di meja makan, itu bukanlah karena tidak ada telur untuk omelet, walaupun cara hidup keluarga kecil itu menunjukkan dengan sangat jelas bahwa penghematan dilakukan dengan ketat.
Madam Slotering jarang meninggalkan rumah dan hanya sesekali bergabung dengan keluarga Havelaar untuk minum teh di serambi depan. Perempuan itu sedikit bicara dan selalu mengawasi semua orang yang mendekati rumahnya atau rumah Havelaar. Orang-orang sudah terbiasa dengan apa yang mereka sebut penyakit monomania itu, dan segera tidak memperhatikannya lagi.
~352~ Semuanya tampak mengembuskan kedamaian. Bagi Max dan Tine sangatlah mudah untuk menyesuaikan diri dengan hidup serbakekurangan di pedalaman, dengan hanya sedikit komunikasi. Karena tidak ada roti yang dipanggang di daerah sekitar situ, mereka tidak punya roti. Bisa saja roti didatangkan dari Serang, tapi ongkos pengangkutannya terlalu tinggi. Seperti juga orang lain, Max mengetahui adanya banyak sarana untuk mendatangkan roti ke Rangkas Bitung tanpa harus membayar; tapi KERJA TANPA BAYARAN, penyakit kanker Hindia itu sangat mengerikan bagi Havelaar. Jadi, ada banyak barang yang bisa didapat secara cuma-cuma melalui kekuasaan, tapi tidak bisa didatangkan dengan harga yang pantas. Dalam hal semacam itu, Havelaar dan istrinya bersedia menjalani hidup serbakekurangan. Bukankah perempuan malang itu pernah hidup selama berbulanbulan di sebuah kapal Arab tanpa ranjang kecuali dek, tanpa pelindung lain dari panasnya matahari dan siraman hujan selain meja kecil, sehingga dia harus menjejalkan tubuh di antara kakikaki meja itu" Bukankah di kapal itu dia harus berpuas diri menerima nasi kering dan air kotor" Lagi pula, bukankah dia, dalam keadaan itu dan banyak keadaan lainnya, selalu merasa puas asalkan bisa
~353~ bersama dengan Max-nya"
Akan tetapi, ada satu keadaan di Lebak yang menyedihkan Tine: si kecil Max tidak bisa bermain di kebun karena ada begitu banyak ular. Ketika mengetahui hal ini dan mengeluhkannya kepada Havelaar, suaminya itu menjanjikan upah kepada para pelayan untuk setiap ular yang bisa mereka tangkap. Namun, pada hari pertama dia sudah membayar begitu banyak sehingga terpaksa menarik kembali janjinya untuk selanjutnya; karena, bahkan dalam keadaan biasa pun, tanpa perlu melakukan penghematan ketat, pembayaran ini akan segera melampaui pendapatannya. Diputuskan bahwa untuk selanjutnya, si kecil Max tidak boleh lagi meninggalkan rumah dan, ketika ingin menghirup udara segar, dia harus berpuas diri dengan bermain di serambi depan. Dengan tindakan pencegahan ini pun Tine masih selalu khawatir, terutama pada malam hari, karena sudah umum diketahui bahwa ular sering kali merayap ke dalam rumah dan, untuk mencari kehangatan, bersembunyi di kamar.
Ular dan hewan-hewan pengganggu semacam itu bisa ditemukan di mana-mana di Hindia. Namun, di kotakota besar, dengan penduduk yang tinggal berdekatan, tentu saja mereka lebih jarang ditemukan
~354~ daripada di tempat-tempat yang lebih liar seperti Rangkas Bitung. Seandainya pun Havelaar memutuskan untuk membersihkan pekarangannya dari alang-alang hingga ke perbatasan ngarai, ular-ular itu terkadang masih akan muncul di kebun, tapi tidak dalam jumlah besar seperti sekarang ini. Sesuai dengan sifat alaminya, reptil-reptil ini lebih menyukai kegelapan dan lubang-lubang tersembunyi daripada tempat terang dan terbuka, sehingga jika pekarangan Havelaar dijaga kebersihannya, ular-ular itu tidak akan mau menyesatkan diri dengan sengaja dan meninggalkan alang-alang ngarai. Namun, pekarangan Havelaar tidak dibersihkan, dan aku ingin menjelaskan alasannya, karena ini akan memberiku kesempatan lain untuk menjelaskan kesewenangwenangan yang merajalela hampir di semua tempat di jajahan Hindia Belanda ini.
Rumah orang-orang berkuasa di pedalaman dibangun di atas tanah milik umum, seandainya hal semacam itu memang ada di sebuah negara yang pemerintahnya merampas segalanya. Cukuplah jika dikatakan bahwa tanah-tanah itu bukanlah milik penghuni resminya yang tidak akan mau repot-repot membeli atau menyewa tanah dengan biaya perawatan yang terlalu besar untuknya. Nah, ketika pekarangan
~355~ rumah yang diberikan kepadanya terlalu luas untuk dirawat, dalam waktu beberapa minggu (pertumbuhan tanaman begitu cepat) pekarangan itu akan berubah menjadi hutan belantara. Akan tetapi, pekarangan semacam itu jarang terlihat dalam kondisi buruk. Ya, pelancong sering kali mengagumi taman indah yang mengelilingi rumah seorang residen. Tidak ada pejabat di pedalaman yang punya pendapatan memadai untuk menyuruh pekerjaan perawatan itu dilakukan dengan upah layak, dan karena penampilan terhormat rumah pejabat diperlukan agar penduduk yang begitu mementingkan penampilan luar tidak bisa menemukan sesuatu pun di dalamnya yang patut dicela, pertanyaannya adalah bagaimana cara mewujudkannya.
Di sebagian besar tempat, para penguasa bisa mempekerjakan orang-orang yang dijatuhi hukuman di lain tempat; tapi tahanan semacam itu tidak ada di Banten karena alasan politik. Namun, bahkan di semua tempat yang memiliki tahanan-tahanan semacam itu pun, jumlah mereka mengingat adanya jenis-jenis pekerjaan lain yang harus mereka lakukan jarang sebanding dengan pekerjaan yang diperlukan untuk merawat pekaranganpekarangan luas. Sarana lain harus ditemukan, dan pemanggilan para pekerja untuk
~356~ melakukan kerja paksa digunakan. Bupati atau Demang yang menerima panggilan semacam itu cepatcepat mematuhinya, karena dia tahu sekali bahwa setelah itu akan sangat sulit bagi penguasa yang menyalahgunakan kekuasaannya untuk menghukum pejabat pribumi yang melakukan kesalahan serupa, sehingga kesalahan seseorang bisa menjadi penyelamat bagi orang lain.
Namun, menurutku kesalahan pejabat semacam itu, dalam beberapa kasus, tidak boleh dinilai terlalu keras dan, yang terutama, tidak boleh dinilai menurut gagasan orang Eropa. Penduduk itu sendiri akan merasa aneh, mungkin karena mereka sangat tidak terbiasa, seandainya dalam segala hal harus selalu mematuhi dengan sangat ketat ketentuan-ketentuan mengenai jumlah mereka yang diwajibkan untuk bekerja paksa, karena mungkin saja terjadi situasi yang tidak terpikirkan ketika ketentuanketentuan ini dibuat.
Namun, begitu batas yang secara mutlak sah itu terlampaui, akan sulit untuk menentukan kapan kelebihan semacam itu bisa disebut sebagai kejahatan. Yang terutama, kehati-hatian sangat diperlukan ketika diketahui bahwa para pejabat itu hanya menunggu adanya contoh buruk untuk ditiru secara berlebihan.
~357~ Ada cerita mengenai seorang raja yang memerintahkan pembayaran bagi setiap butir garam yang digunakan dalam santapan sederhananya ketika dia bepergian menjelajahi negeri untuk memimpin tentaranya. Jika tidak, katanya, ini akan menjadi awal ketidakadilan yang pada akhirnya akan menghancurkan kerajaannya. Nama raja itu mungkin Timurleng, Nuruddin, atau Genghis Khan. Entah cerita ini fabel atau bukan, kejadiannya sendiri berasal dari Asia. Lagi pula, sama seperti melihat tanggultanggul di laut saja akan membuatmu memikirkan kemungkinan air pasang, maka harus diakui adanya kecenderungan terjadinya kesewenang-wenangan semacam itu di negeri tempat pelajaran semacam itu diberikan.
Orang-orang yang dipekerjakan oleh Havelaar secara sah hanya bisa membersihkan sebagian kecil pekarangan yaitu bagian yang terdekat dengan rumahnya dari alang-alang dan semak-semak. Sisanya berubah menjadi hutan belantara dalam waktu beberapa minggu. Havelaar menulis surat kepada Residen mengenai sarana untuk memperbaiki keadaan ini, entah dengan tenaga kerja bayaran atau dengan mengusulkan kepada pemerintah agar orang-orang yang dihukum kerja paksa bisa bekerja di Keresidenan Banten, sama seperti di tempat-tempat
~358~ lainnya. Dia menerima penolakan disertai penjelasan bahwa, untuk mengurus pekarangannya, dia berhak mempekerjakan orang-orang yang dijatuhi hukuman mengerjakan jalanan umum olehnya sebagai magistrat. Havelaar tahu sekali soal ini; tapi dia tidak pernah menggunakan hak ini, entah di Rangkas Bitung atau Ambon, juga di Menado atau Natal. Baginya mengejutkan jika kebunnya dirawat sebagai hukuman atas kesalahan kecil, dan dia sering kali bertanya kepada diri sendiri mengapa pemerintah membiarkan saja ketentuan-ketentuan ini, yang bisa menggoda pejabat untuk menghukum pelanggaran kecil yang bisa dimaafkan dengan hukuman yang tidak sebanding dengan pelanggaran itu sendiri, tapi yang sebanding dengan kondisi atau luas pekarangannya. Gagasan itu sendiri, yaitu bahwa orang yang dihukum walaupun secara adil bisa melihat adanya kepentingan diri sendiri yang tersembunyi di balik putusan yang dijatuhkan, membuat Havelaar selalu lebih mendahulukan sistem pemenjaraan yang juga sangat tidak menyenangkan ketika terpaksa menjatuhkan hukuman.
Inilah penyebab si kecil Max tidak bisa bermain di kebun, dan Tine tidak bisa mendapatkan begitu banyak kesenangan dari bunga-bunga, seperti yang
~359~ diharapkannya pada hari kedatangannya di Rangkas Bitung. Tentu saja, hal ini dan kemalangankemalangan kecil semacam itu tidak memengaruhi pikiran sebuah keluarga dengan begitu banyak bahan untuk membangun kehidupan keluarga yang bahagia. Lagi pula, bukan karena hal-hal se-pele inilah jika terkadang Havelaar masuk dengan kening berkerut, sekembalinya dari perjalanan, atau setelah mendengarkan seseorang yang ingin bicara dengannya.
Kita telah mendengar dari pidatonya kepada para pejabat bahwa dia akan melaksanakan tugas dan menentang ketidakadilan. Lagi pula, pada saat yang sama, aku juga berharap pembaca bisa melihat, dari percakapan-percakapan yang kusampaikan, bahwa Havelaar jelas memiliki kemampuan untuk mencari dan mengungkapkan apa yang tersembunyi dari orang lain atau yang hanya tampak samar-samar. Oleh karena itulah, kita bisa asumsikan bahwa tidak banyak kejadian di Lebak yang lolos dari pengamatannya. Kita juga telah melihat bahwa bertahun-tahun sebelumnya, Havelaar telah memperhatikan wilayah ini dengan cara sedemikian rupa sehingga dari hari pertama dia bertemu dengan Verbrugge di pendopo, tempat cerita ini dimulai, dia telah menunjukkan bahwa dirinya tidak asing lagi dengan lingkup
~360~ tugasnya yang baru. Dengan menyelidiki di tempat, Havelaar menemukan banyak hal yang menegaskan kecurigaannya sebelumnya. Lagi pula, yang terutama, catatan-catatan resmi telah membuatnya mengenal kondisi daerah ini yang teramat menyedihkan. Dari surat-surat dan catatan-catatan Asisten Residen pendahulunya, dia mengamati bahwa lelaki itu telah melakukan pengamatan yang sama. Suratsurat untuk pejabat berisikan teguran demi teguran, ancaman demi ancaman, dan memperlihatkan dengan sangat jelas bagaimana pendahulunya itu akhirnya mengatakan hendak berhubungan langsung dengan pemerintah jika keadaan ini berlanjut.
Ketika Verbrugge menyampaikan hal itu, Havelaar menjawab bahwa dalam kasus ini pendahulunya telah bertindak sangat keliru, karena Asisten Residen Lebak sama sekali tidak boleh melewati Residen Banten. Dia menambahkan bahwa ini sama sekali tidak bisa dibenarkan karena pejabat tinggi tidak boleh memihak pemerasan dan tirani.
Dengan mendukung ketidakadilan semacam itu, yaitu seperti yang dimaksudkan oleh Havelaar, bukan berarti Residen akan memperoleh manfaat atau keuntungan dari kejahatan ini, melainkan tetap saja ada penyebab yang membuat Residen tidak bersedia
~361~ menanggapi keluhan-keluhan dari pendahulu Havelaar. Kita telah melihat bagaimana pendahulu ini sering kali bicara dengan Residen mengenai kesewenang-wenangan yang terjadi, dan betapa siasianya tindakan ini. Oleh karena itu, sangatlah menarik untuk menyelidiki mengapa Residen, sebagai kepala seluruh Keresidenan, dan memiliki kewajiban yang sama untuk menegakkan keadilan seperti Asisten Residen ya, bahkan melebihi kewajiban Asisten Residen memilih untuk terus menentang keadilan.
Ketika Havelaar tinggal di rumah Residen di Serang, dia sudah bicara dengannya mengenai kesewenang-wenangan di Lebak, dan telah menerima jawaban bahwa ini terjadi di mana-mana dalam derajat yang lebih besar atau lebih kecil .
Nah, Havelaar tidak bisa menyangkal ini. Siapa yang bisa berpura-pura melihat sebuah daerah yang tidak pernah mengalami sesuatu yang keliru" Namun, menurutnya ini bukan alasan untuk membiarkan kesewenang-wenangan terjadi, terutama jika seseorang ditunjuk untuk menentangnya. Lagi pula, setelah Havelaar mengenal Lebak, pertanyaannya bukanlah sedikit kesewenang-wenangan, melainkan kesewenang-wenangan dalam skala sangat besar, yang dijawab oleh Residen bahwa di Ciringin (yang
~362~ juga termasuk wilayah Banten) keadaannya masih lebih buruk .
Jika kini bisa dipastikan, seperti yang mungkin terjadi bahwa seorang residen tidak mendapat manfaat lang-sung dari pemerasan dan pemanfaatan penduduk secara sewenang-wenang, timbul pertanyaan: lalu apa yang membuat banyak orang membiarkan kesewenangwenangan semacam itu tanpa memberitahukannya kepada pemerintah, walaupun itu berlawanan dengan sumpah dan tugas mereka" Orang yang mempertanyakan hal ini, pasti merasa benar-benar aneh karena kesewenang-wenangan ini diakui dengan tenang, seakan itu adalah sesuatu yang berada di luar jangkauan atau kemampuan mereka. Aku akan berupaya menjelaskan penyebabnya.
Pada umumnya menyampaikan berita buruk sangat tidak menyenangkan, dan tampaknya seakan sebagian dari kesan tidak menyenangkan ini melekat pada orang yang bertugas menyampaikannya. Nah, ketika hanya ini yang menjadi alasan beberapa orang untuk mengingkari walaupun mereka lebih tahu keberadaan sesuatu yang tidak menyenangkan, seberapa banyak lagi hal ini akan menjadi alasan, seandainya seseorang menghadapi risiko untuk tidak hanya dipermalukan yang tampaknya menjadi nasib
~363~ pembawa berita buruk tetapi juga dianggap sebagai penyebab berita buruk itu.
Pemerintah Hindia Belanda gemar menulis surat kepada majikan mereka di negeri Belanda, mengabarkan bahwa segalanya berjalan secara memuaskan. Para residen ingin memberitakan hal ini kepada pemerintah. Para asisten residen, yang hanya menerima laporan-laporan menyenangkan dari pengawas masing-masing, juga tidak mengirimkan hal-hal yang tidak menyenangkan kepada residen masing-masing. Dari semuanya ini, muncullah laporan tertulis resmi mengenai masalah-masalah ini, menyiratkan keoptimisan palsu yang bukan hanya bertentangan dengan kebenaran, melainkan juga disertai pendapat yang sesungguhnya dari para optimis itu sendiri, begitu mereka menangani masalahmasalah yang sama ini secara lisan atau, yang bahkan lebih mencurigakan lagi, secara bertentangan dengan laporan-laporan tertulis mereka sendiri.
Kau Aku Dan Sepucuk Angpau 9 Gaung Keheningan Eloquent Silence Karya Sandra Brown Bukit Pemakan Manusia 8
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama