Rock N Roll Onthel Karya Dyan Nuranindya Bagian 2
justru karena rasa bersalahnya yang besar pada Saka. "Kan
Putri udah minta maaf"."
Saka menarik napas dalam, mencoba dengan segenap tenaga
mengontrol emosinya. Ia dapat merasakan adik semata wayangnya sangat tertekan. "Kamu kan izin ke Eyang Santoso pergi
sebentar sama Celia dan Dinar. Tapi, kenapa pulang sampai
malam gini sih, Pur" Mana HP nggak aktif lagi! Kalau kamu
kenapa-kenapa gimana" Sebenarnya kamu ke mana sih, Put?"
Saka masih mengulangi pertanyaan yang sama.
Purri tidak menjawab. Ia ragu. "A"aku cuma jalan-jaian
mnter-mUter Jogja sama Celia dan Dinar. Soalnya kan aku belum pernah keliling kota.?"
Saka menatap lurus ke arah Purri. Matanya seakan membaca
apa yang sebenarnya terjadi. Ia hafal benar dengan adiknya.
Saka tahu Putri berbohong. Entah apa tujuannya. Tapi yang
jelas, Putri berbohong. Namun, Saka tak mau berpikir buruk
tentang adiknya itu. Putri nggak pernah macam-macam. Saka
percaya itu. Purri berlagak sibuk memainkan karet rambUt di tangannya
untuk menumpi keguguPannya. Dalam hati ia terus berdoa
agar kakaknya tidak tahu bahwa dirinya berbohong.
Selama beberapa menit, mereka terdiam. Putri pun tak berani berbicara apalagi beranjak dari tempat duduk. Jantungnya
berdetak lebih cepat. Ia sadar, kakaknya jarang sekali marah.
Saka punya pribadi yang tenang dan terkontrol. Karena itu,
Putri sangat menghormatinya.
"Maaiin PUtri, Mas. . . "
pustaka"indoblogspoteom
http :!!pustaka-indnblogspotcnm
Saka masih menatap Putri. Saka tahu Putri sudah dewasa.
Ia sudah bisa menjaga diri. Tapi, gadis itu masih polos. Putri
nggak pernah melakukan hal yang aneh-aneh. Tangan kanan
Saka membelai kepala Purri dengan lembut sambil berkata pelan, "Lain kali kalau mau pergi, bilang dulu sama orang kosan,
ya. Mas Saka nyaris mati pas tau kamu ndak ada di Soda,
Put." Finnish... Mas Saka nggak tahu. Yap, Mas Saka nggak tahu,
Putri bohong. Putri terus-menerUs berkata dalam hati.
Saka menarik Putri ke dalam pelukan, tatapannya jauh, seperti mencoba memahami apa yang sebenarnya dirahasiakan
Putri darinya. Tapi, ia hanya diam tanpa melontarkan pertanyaan kepada adik kesayangannya itu. Ia malah mengecuP manis
kepala Putri. "Jangan diulangi lagi, ya. Mas Saka sayang sama
kamu, Pur." I will da anything fnr yuu. Anything... I
"Kamu nggak diomelin kan, Pur?"
Putri mendekatkan bibirnya pada ponsel di tangan. Kemupmmire. . . . dian dengan setengah berbisik ia berkata, "Diomelin. Tapi,
untungnya cuma sebentar. Mas Saka ndak biasa marahin aku,
Cel. Aku jadi nahi" enak nih?"
"Eh, Put. Kamu tadi dianter Dimas sampai rumah, kan?"
"Iya." "Kamu ngobrol apa aja sama dia?"
"Hmm" nggak ngobrol apa-apa. Kebanyakan diem."
"Tadi dia tuh kasihan sama kamu kalau haIUs pulang sendiri. Kamu beruntung ya, Pur."
pustaka"indoblogspoteom
http :!!pustaka-indnblogspotcnm
"Beruntung kenapa" Didiemin gitu kok beruntungi"1
"Dimas sama Sisko kayaknya naksir kamu tuh...."
"Hah" Dimas" Sisko" Ah, ndak mungkin. Kita kan baru
ketemu sekali," jawab PUtri pada Celia di telepon. Padahal dalarn hati ia dag-dig-dug juga. Dimas memang baik banget.
Sampai-sampai Putri nggak enak hati. Tapi, kayaknya Dimas
emang baik sama semua orang. Sementara Sisko... Dari tadi
dia kan cuek begitu. "Eh" aku kan tahu Sisko sering kepergok merhatiin kamu.
Buktinya, tadi dia nanya nomor telepon kamu, Put."
1"Trus" Kamu kasih?"
"Enggak. Aku suruh minta sendiri."
Purri menghela napas lega.
"Eh, besok lusa pas acara Seven Eighty kita kumpul di Soda
aja, ya. Jadi dari Soda kita berangkat rame-rame ke konser
Seven Eighty. Jangan lupa kita dandan habis-habisan. Rock and
rafif' ucap Celia bersemangat di telepon. Kemudian ia nggak
habis"habis menceritakan rencana pakaian dan dandanan yang
akan dikenakannya besok saat konser Seven Eighty.
Lima belas menit kemudian Putri menurup ponselnya dan
merebahkan diri di kasur kamar. Ia terdiam membayangkan
apa yang baru saja ia lakukan hari ini. Semuanya seperti mimpi. Bisa jalan bersama dengan band setenar Seven Eighty. Semua cewek di dunia ini pasti sirik kepadanya. Ia sungguh
beruntung. Tapi, kenapa di naserdmp Seven Eighty tadi Celia dan Dinar
begitu percaya diri" Bahkan, untuk pertama kalinya PUtri melihat Celia merokok. Celia kan bukan perokok Belum lagi ia
ikur"ikuran meneguk segelas minuman aneh yang diberikan
oleh Kunto. Mungkin itu yang namanya alkohol. Putri memang mencoba sedikit ketika Dinar memaksanya. Tapi, rasanya
pustaka"indoblogspoteom
http :!!pustaka-indnblogspotcnm
begitu pahit. Begitu tidak enak. Jauh lebih enak es teh manis
di kantin sekolah. Makanya baru mencicipi sedikit saja Putri
langsung muntah di kamar mandi.
Dimas yang menolong Putri di kamar mandi. Bahkan, jaket
kulit yang dikenakan cowok itu kotor terkena muntahan Putri.
Gadis itu malu sekali ketika Dimas tertawa melihat wajah
Putri memerah setelah mencicip minuman aneh itu.
"Makanya, kalo nggak biasa minum nggak Usah ikur-ikuran." Begitu kata Dimas tadi sambil tertawa geli. "Aku juga
nggak minum kok. Aku nggak suka."
Entah kenapa tadi Sisko menghilang. Ia pergi tiba-tiba tanpa
berpamitan dengan yang lain. Kata Dewo, Sisko memang sering begitu, mirip jelangkung. Datang tak dijemput, pulang
tak diantar. PUtri mulai membayangkan sosok Sisko di benaknya.
"Aduuuh, kenapa bukan Sisko sih yang mengantarkan aku pulang" Kenapa justru Dimas?" Putri berbicara sendiri. Dari awal
kenal, Putri memang tertarik dengan Sisko yang memiliki
tatapan mata tajam dan misterius. Coal. Belum lagi, sepertinya
cowok itu memiliki dunia sendiri. Terbukti sejak bertemu di
kafe tadi, Sisko hanya berbicara sedikit dengan mereka. Dia
asyik sendiri dengan ponsel dan rokok di tangannya, menjauh
dari teman-temannya. Ah, Putri memang selalu tertarik dengan
gitaris. "Kata Kunto, Siska sudah punya pacar. Tapi, kenapa tadi
Celia bilang, Sisko naksir aku?" Putri berpikir sejenak. Kemudian ia kembali bergumam, 1"Hmm" paling cuma bisa-bisanya
Celia aja. Orang dari tadi Sisko diem aja kok. Mendingan juga
tidur," ucap Putri sambil menarik selimutnya dan tertidur nyepustaka"indoblogspoteom
http :!!pustaka-indnblogspotcnm
Saka memegang kuat wayang Arjuna di tangannya. Wajahnya
terlihat berkonsentrasi. Kamar tidurnya sengaja ia gelapkan
dengan penerangan seadanya agar bayangan wayang di tangannya dapat terlihat jelas. Di tempat tidur terlihat dua wayang
yang tergeletak manis. 1Wayang Sembadra dan Srikandi, kedua
istri Arjuna. Saka menggerak"gerakkan tangan kanannya sambil menyenandungkan tembang Jawa. Gerakan tangannya yang lincah mampu membuat wayang itu seakan bernyawa.
Bapak yang mengajarkan Saka bagaimana menyatu dengan
wayang. Bagaimana wayang mampu merefleksikan segala yang
ada dalam kehidupan manusia.
Saka melemparkan wayang Arjuna di tangannya dan menangkapnya kembali. Kemudian ia menengok ke kedua wayang di
sebelahnya. Sesaat ia ragu memilih yang mana yang akan diambilnya. Ia terdiam sejenak. Keputusannya jatuh pada sosok
Srikandi. Ya, lebih seru memainkan Arjuna dengan Srikandi
karena keduanya mampu berkelahi.
Arjuna adalah sosok kesatria sejati. Ia tak pernah kalah di
medan pertempuran. Dengan panah pasopati, ia mampu
mengalahkan setiap musuhnya. Ia juga pecinta ulung. Mampu
menarik perhatian banyak wanita, termasuk Sembadra dan
Srikandi. Sembadra memiliki sifat yang lembut, anggun, dan
santun. Sedangkan Srikandi memiliki sifat lincah dan energik.
Srikandi bahkan ikut bertempur dalam perang Baratayudha
bersama Arjuna. Saka meletakkan seluruh wayangnya. Kemudian ia menjambkan diri di kasur kamar. Kedua tangannya menyangga kepala.
pustaka"indoblogspoteom
http :!!pustaka-indnblogspotcnm
Ia menatap langit"langit kamar sambil membayangkan wajah
Indah. Baginya, Indah sangat mirip dengan sosok Sembodro.
Lembut, anggun, dan santun. Indah selalu mampu membuatnya tersenyum saat bersamanya. Sosok wanita yang sangat
sempurna di mata lelaki. Tapi, kenapa Arjuna juga menikahi
Srikandi kalau Sembodro telah memiliki semua yang diinginkan laki-laki normal di dunia ini"
ia" Besoknya di halaman Soda, Saka sedang mencuci sepeda onthel
kesayangannya. Si Onthel emang harus rajin dicuci. Soalnya dia
suka ngambek kalau badannya udah mulai gatal-gatal banyak
debu. Apalagi tadi habis hujan. Dasar onthel centil.
"Hei, Bak".w Saka mengangkat wajahnya dan kaget melihat Coro berdiri
di hadapannya. Cewek itu mengenakan kaus pUtih polos dan
celana jeans yang sesuai mengikUti lekuk tubuhnya. Terlihat
lebih segar pagi ini. "Mbak Coro"w "Hehe" kaget, ya?" Coro balik bertanya sambil nyengir,
menunjukkan deretan giginya yang putih dan rata. Matanya
terlihat meneliti setiap sudut kosan Soda.
"Kok bisa tau alamat?"
"Gampang. Solidaritas 124. Aku inget kok" cuma kadangkadang suka bego aja. Hehehe?" Kemudian ia menepuk bahu
Saka, WJangan manggil aku 'Mbaki kenapa, sih" Aku tuh jadi
berasa tua tauk!" Kenapa cewek itu ke sini" Apa tujuannya" Bukannya Sisko
melarangnya bertemu Saka" Nekat juga nih cewek.
pustaka"indoblogspoteom
http :!!pustaka-indnblogspotcnm
Saka mencoba meneliti maksud kedatangan cewek itu. Tapi,
tetep saja nggak berhasil. Nggak ada alasan yang masuk akal.
Lalu Saka beranjak dari jongkoknya, "Ada apa, Mbak" eh,
Coto?" Coto nggak langsung menjawab. Ia masih asyik mengamati
kosan Soda tersebur. Sesekali ia berjalan ke samping, kemudian
kembali lagi. "Hmm... sibuk nggak?"
Saka berpikir sejenak. "Lumayan, sih. Nanti malem saya
musti nyanyi di Kali: Soda. Habis ini saya mau nganter barang
ke Malioboro dulu, Mbak. Biasa, titip jualan ke temen."
"Jualan" Kamu jualan apa?"
"Wayang. Mau lihat?"
"Hmm" Boleh." Corn tersenyum manis. Seperti sangat tertarik dengan ajakan Saka.
Saka menyampirkan lap sepeda pada bahu kirinya, menurunkan celana jeans yang ia gulung dan berjalan menuju keran air.
"Sebentar ya, saya cuei tangan dulu."
Setelah selesai, ia mengelapkan telapak tangannya pada pakaian dan mempersilakan Coro. "Monggo, Mbak Com"."
"Coro. Bukan Mbak Coto!" Cewek itu memperbaiki. Coro
mengikuti Saka menuju gudang di belakang rumah. Saka membuka pintu gudang yang terbuat dari kayu itu dan meminta
Coto masuk. Gudang tersebut penuh dengan kotak"kotak kayu
besar. Entah apa isinya. "Ini kotak-kotak apa?"
Saka membuka kunci salah satu kotak dan mengambil satu
per satu isi di dalamnya. Ternyata kotak itu berisi satu set wayang dengan berbagai bentuk.
Coro terperanjat. Matanya berbinar takjub. Saat ini di hadapannya, berdiri wayang-wayang dengan lekukan dan motif
yang begitu indah. Ia memang pernah melihat Twayang. Tapi,
pustaka"indoblogspoteom
http :!!pustaka-indnblogspotcnm
ia baru tahu kalau wayang memiliki jenis yang berbeda-beda.
Perlahan tangannya menyentuh benda dari kulit tersebUt, menyapu setiap sudutnya. "Ini" kamu yang buat?" tanya Coto
takjub. Dengan cepat Saka menyangkal. "B-bukan. Bukan itu," ucap
Saka panik. "Tapi, yang ini"," lanjutnya sambil menunjukkan
satu kotak kecil berisi wayang berukuran kecil alias mini.
Sialan! Padahal Coto nyaris takjub gara-gara mengira Saka
membuat wayang yang besar. Nggak tahunya...
"Kok kamu tiba-tiba muncul di kosan saya" Ndak takut
sama Sisko?" "Sisko lagi latihan bareng &amd"nya."
"Oooh, jadi kalau Sisko lagi latihan band; kamu berani ketemu saya?" "Nggak gitu?" Saka tersenyum tipis. Ia kembali sibuk dengan wayang-wa"
yangnya. "Batang pisangnya buat apa?" tanya Coro ketika melihat
batang pisang yang ditidurkan di dekat tembok." Belum sempat Coro mendengar jawaban dari Saka, mendadak cowok itu
langsung menancapkan wayang pada batang pohon tersebut
dan memainkannya layaknya dalang profesional.
Tangan Saka terlihat sangat terampil memainkan wayang
tersebut. Bahkan, ketika ia melemparkan wayang itu dan menangkapnya kembali. Benda kulit itu tampak seperti hidUp,
bernyawa. Kemudian Saka berhenti. la tersenyum.
Plok... plok... plok... Coro bertepuk tangan. "Kamu jago
juga ya, Sak!" "Wah, Mbak Coto bisa saja.?"
"Yeee... udah dibilang jangan manggil aku 'Mbaki." Coto
berkata dengan ngambek. "Belajar dari mana?"
pustaka"indoblogspoteom
http :!!pustaka-indnblogspotcnm
"Dari orangtua. Orangtua saya dalang."
Rock N Roll Onthel Karya Dyan Nuranindya di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Oh, pantes"." Coro manggut"manggut. Ia memperhatikan
Saka sedang membenahi wayangnya satu per satu. Menurut
Corn, Saka adalah perpaduan yang sangat unik. Di satu sisi ia
terlihat sangat tradisional, penyuka wayang, sikapnya tenang.
Tapi, dia juga gitaris andal dan penyuka musik rank cmd mil.
Coro memegang wayang-wayang kecil buatan Saka yang
menurutnya berbentuk aneh. Kok kayaknya tampang wayang
cewek dan cowok sama aja" Gimana cara bedainnya" Coto
mengangkat salah satu wayang dan mengamatinya dengan saksama. Saka menatap Coro saksama, membuat cewek itu sedikit
canggung. "Kamu kok ngeliatin aku kayak gitu?"
"Lucu." "Apanya" "Itu." Saka menunjuk pada wayang yang berada di tangan
Coro. 1"Nama wayang itu Srikandi, istri Arjuna. Dia wanita
yang cantik, bermental baja, jago berantem, naik kuda, dan
juga pintar mengatur strategi perang."
"Keren." Coto terkagum-kagum dengan sosok wayang di
tangannya. Ia menggerak-gerakkan tangan wayang tersebut ke
kiri dan ke kanan. Mencoba mengikuti gaya Saka mendalang.
"Trus apa lagi?"
"Srikandi itu terkenal jago memanah."
"Oh ya?" Saka tersenyum sambil mengangguk. Kemudian memasukkan
wayang-wayang kecilnya ke kardus kosong di sebelahnya. "Termasuk" memanah hati laki-laki." Saka berpaling ke arah
Coto. Menatapnya dalam diam. Tatapannya terlihat aneh.
Seperti anak panah yang langsung menUSuk mata Coro. "Sapustaka"indoblogspoteom
http :!!pustaka-indnblogspotcnm
yangnya, dia terlalu cinta sama Arjuna. Sampai-sampai terlalu
lemah untuk ninggalin cowok itu."
"Maksud kamu apa?" Coto merasa tatapan serta ucapan Saka
menyindirnya. Mungkin sedikit gede rasa. Tapi, biarin aja.
Saka menggeleng sambil tersenyum.
"Ini pasti Arjuna. Bener, kan?" tanya Coto sambil mengangkat salah satu wayang di atas kotak.
Saka menengok sesaat. Kemudian ia malah kembali sibuk
membereskan wayang"wayangnya sambil tersenyum simpul.
"Heh! Kamu kok nggak jawab?"
"Kalau mirip saya, berarti bener Arjuna."
"Huuu.?" Coro tampak kesal dan langsung meletakkan
wayang di tangannya. Saka beranjak dari tempatnya dan menenteng kardus berisi
wayang mini tadi. Coro kesal dengan sikap Saka yang terlalu cuek dan sulit
ditebak. "Kamu mau tinggal di sini aja atau mau ikur saya?" Saka
tiba-tiba bertanya. Dengan wajah cemberut, Coro menjawab. 1?"Aku mau pulang." Saka menatapnya datar. Kemudian mengangguk.
"Jangan pernah bilang ke Sisko kalau aku dateng ke rumah
kamu." "Itu permohonan atau ancaman?"
Coro menggigit bibirnya. "Itu perintah."
Saka terdiam sejenak. Ia menatap Coto dengan senyuman
khasnya. Kemudian ia membungkuk dan meletakkan telapak
tangan di dada. "Baik, Ndoro Ayu."
pustaka"indoblogspoteom
http :!!pustaka-indoblogspotcom
Kamar kos itu bercat biru muda. Di sudurnya terdapat cermin
yang terang oleh cahaya lampu. Coto duduk di sudur ruangan
sambil meminum segelas air putih di tangan. Rambut panjangnya ia jepit sembarangan, memperlihatkan lekuk lehernya yang
jenjang indah. Coto menarik kursi kecil di sudut pintu. Kemudian ia letakkan ke depan lemari. Ia melangkah ke atas kursi tersebut untuk mengambil sesuatu di atas lemari. Tangannya meraba-raba
dan menarik sesuatu dari sana. Sebuah case gitar yang berdebu. Cewek itu membuka penutupnya, menghilangkan debu yang
menempel, dan mengeluarkan gitar tersebut. Dalam hitungan
detik, Coro sudah memainkan dawai-dawai gitar tersebut.
Fazira. Suara gitarnya sudah tak seindah dulu. Sudah lama cewek itu tidak memainkan gitar miliknya itu. Sisko, pacarnya,
paling anti melihatnya bermain gitar. Padahal sewaktu memutuskan pindah ke Jogja untuk mengambil sekolah musik, gitar
itulah yang paling pertama dibawa Coto. Sisko tak pernah memahami betapa Coto sangat mencintai gitar. Apakah ada larangan seorang cewek menjadi gitaris"
Perlahan Coto hanyut dalam suara gitarnya yang falie. Pandangannya menerawang, mengingat kedua orangtuanya yang
sangat ia sayangi. 11Bapak itu dosen, Nduk. Ibu kamu itu guru. Keluarga kita
lahir dengan pendidikan tinggi. Bapak bangga kamu bisa lulus
dengan nilai memuaskan. Tapi, apa kata orang kalau kamu
memilih untuk meianjurkan kuliah musik?" Bapak berkata
sambil menahan emosi. pustaka"indoblogspoteom
http :!!pustaka-indoblogspotcom
"Selama ini aku selalu ngikutin semua keinginan Bapak"Ibu.
Tapi sekarang, aku pengin Bapak"Ibu kasih kebebasan aku
memilih apa yang sebenarnya aku inginkan. Aku pengin kuliah
musik di Jogja." Coto terdiam. Ia menitikkan air mata, mengingat alasannya
berada di Jogja saat ini. Kenapa ia nekat kos di Jogja. Apakah
dia masih terlalu kecil untuk menentukan jalan hidUpnya sendiri" Entah kenapa ia teringat Saka. Mendadak ia langsung senyam-senyum sendiri. Ah, cowok itu. Saka memang menarik.
Pembawaannya tenang, kalem, dan penuh pertimbangan, walaupun kadang ia sering melontarkan kata-kata yang menyebalkan dengan wajah sedatar-datarnya. Huh! Dia emang ngeselin!
Tapi" ngangenin. pustaka"indoblogspoteom
http :!!pustaka-indoblogspotcom
TOBAT! Saka bengong melihat dua gadis yang duduk berdampingan
di sofa ruang santai. Jangankan Saka, Dara yang terkenal punya penampilan paling nyentrik di antara yang lain pun ikutan
bengong. Apalagi Jhony, cowok kribo itu merasa rambutnya
mendadak lurus kayak di-refmunding melihat dua gadis tersebut. Malam ini memang jadwal konser Seven Eighty. Dara,
Jhony, dan Saka yang memang nggak punya rencana apa-apa,
sudah siap dari sore untuk datang ke konser tersebut barengan
teman-teman Putri; Celia dan Dinar. Sementara Ipank akan
menyusul langsung ke lokasi konser. Beberapa menit lalu teman-teman Patri baru tiba di Soda.
11INzI-mas Saka, mmm... kenalin ini Celia," ucap Putri menunjuk pada cewek ber"smrking hitam sobek"sobek dan berponi
mencuat ke atas. Celia nyengir. Sambil melambaikan tangan, "Hai!"
"Dan ini Dinar," ucap Purri kemudian menunjuk pada cepustaka"indoblogspoteom
http :!!pustaka-indoblogspotcom
wek di sebelah Celia yang punya dandanan lebih aneh lagi.
Jaket blue jeram dengan pin-pin yang nyaris memenuhi seluruh
bagian jaket. Apalagi ditambah dengan rambutnya yang mendadak berubah menjadi hijau. Heboh banget!
"Halo Mas Saka, saya Dinar," ucap Dinar sok akrab. Kemudian ia menarik tangan Putri dan membisikkan sesuatu di telinga cewek itu, "Put, mas kamu itu ganteng banget. Beneran!"
Belum sempat Putri menanggapi, Saka sudah lebih dulu
berbicara. "Kalian mau nonton konser Seven Eighty pakai pakaian kayak begini?" tanya Saka ragu. Dalam hati ia bertanya apakah
dia terlalu kolot sehingga tidak mengerti fashian anak muda
zaman sekarang. "Iya dong, Mas Saka. Kita kan rock and rofi!" ucap Celia
sambil menunjukkan lambang rock dengan jarinya.
Hhmmppffb Dara berusaha menahan tawa yang nyaris
meledak. Jhony yang panik karena mengetahui tawa Dara akan
meledak, langsung buru-buru membekap mulm cewek itu dengan bantal sofa hingga Dara dan Jhony pun terjungkal.
Saka duduk di sofa dengan telapak tangan di kepala. Bingung harus berbuat apa dengan kedua teman Potri tersebut.
Untungnya, Putri nggak ikut-ikutan dandan aneh. Sore itu
Putri mengenakan celana jeans dan kaus pink muda. Ia terlihat
manis. Sangat kontras dengan dandanan Celia dan Dinar yang
terkesan heboh dan" aneh!
"Mas, Putri kayaknya salah kostum. Boleh ndak kalau Puni"." "Sssst! Kamu jangan ikut-ikud" Belum sempat Putri menyelesaikan kalimatnya, Saka sudah buru-buru memotong. Takut
kalimat "horor" itu keluar dari mulut Putri.
Jhony dan Dara sibuk cengengesan memperhatikan tampang
pustaka"indoblogspoteom
http :!!pustaka-indoblogspotcom
Saka yang kelihatan pucat karena takut PUtri terkontaminasi
dandanan "ajaib" teman-temannya itu. Saka tidak bisa membayangkan rambut Purri yang mendadak berubah kayak tanduk
&mntonzumr. "Hei, dandanan mrk and roll nggak harus seperti itu lagi?"
Tiba-tiba suara lembut terdengar dari balik pintu teras kosan
Soda. Semua mata langsung tertuju ke arah datangnya suara dan
melihat sosok wanita cantik dengan kulit berkilau berdiri di
sana. Wanita itu tersenyum memperlihatkan deretan giginya
yang putih dan tertata rapi. Bersamaan dengan itu, aroma parfum Paris langsung tercium memenuhi ruangan itu.
"Mbak Meeel!" Semua orang yang berada di ruangan tersebut kompak berkata dengan terkejut.
Melanie Adiwijoyo, cueu Eyang Santoso yang sekolah fashion
di Paris tiba di kosan Soda bersama Bima. Cowok itu memang
diam-diam menjemput Melanie di airport. Pantas saja Bima
tidak mau ikut menonton konser Seven Eighty. Ternyata....
"Hei, Melanie! Makin cantik saja kau dari Paris." Jhony
yang punya radar untuk cewek cantik langsung sibuk mengamati Melanie dari ujung tambur sampai ujung kaki sambil
sesekali bersiul. Melanie berkacak pinggang melihat Jhony, "Bang Jhony!
Hmmm. .. masih nggak berubah ya dari dulu. Genit!" Melanie
berkata sambil melotot. "Mbak Mel, apa kabar?" Dara buru-buru menyambut
Melanie dan memeluk cewek itu. "Eyang pasti senang tahu
Mbak Mel pulang. Ayo kita ke kamar Eyang!" ueap Dara sambil menarik tangan Melanie menuju kamar Eyang Santoso.
"Kalian bertiga jangan ke mana-mana, ya. Tunggu lima menit, kalian akan aku ajari gimana caranya berdandan cantik
pustaka"indoblogspoteom
http :!!pustaka-indoblogspotcom
tapi tetap rani" amd roll!" ucap Melanie sambil mengedipkan
mata sebelum menuju kamar Eyang Santoso.
Putri, Celia, dan Dinar terpaku melihat seseorang yang baru
saja tiba di kosan Soda. Masalahnya, Melanie memang cantik
sekali. Jangankan cowok. Cewek"cewek seperti Putri, Celia,
dan Dinar saja mengagumi kecantikannya.
"I-itu tadi... Mbak Melanie" Mbak Melanie Adiwijoyo" Pemilik label baju Canting Cantiq" Ya Tuhan, dia memang cantik sekali." Hantaman musik moi: ami rofi menggetarkan gedung tempat
acara musik berlangsung. Para penonton yang sebagian besar
ABG, datang memadati tempat tersebur.
Di luar pintu masuk, terlihat calo-calo sibuk menempel penonton yang kebingungan karena kehabisan tiket. Sa-pxam'
mereka akan menawarkannya dengan harga lebih tinggi daripada harga tiket asli. Putri, Celia, dan Dinar datang dengan hasil dandanan
Melanie. Mereka terlihat keren dengan mix cmd mami" pakaian
dan beberapa aksesori yang dipinjamkan oleh Melanie. Nggak
mengherankan mereka menjadi pUsat perhatian cowok-eowok
di sana. Untuk Dinar dan Celia hal tersebut sangat menguntungkan. Tapi buat Putri, dia jadi salah tingkah sendiri. Nggak
pede. Jalannya pun jadi ngumpet-ngumpet kayak kura-kura.
Dara, Ipank, Jhony, dan Saka berdiri di dekat pintu masuk
&arkstage, terpisah dengan Putri dan teman-temannya yang lebih memilih berdesak-desakkan di depan panggung.
Saka memperhatikan sebuah meja yang terletak tak jauh
pustaka"indoblogspoteom
http :!!pustaka-indoblogspotcom
dari tempatnya berdiri. Di meja tersebut terlihat seorang pria
sibuk mengatur mixer di hadapannya. Ia tampak sangat sibuk
meladeni teriakan-teriakan kru Seven Eighty yang memintanya
menaikkan volume bass, menurunkan volume mic, dan banyak
lagi. Sampai-sampai ia tak sempat menghapus keringat yang
menetes di pelipis matanya. Ah, seandainya ia memiliki tangan
banyak seperti laba"laba. . .
Dari kejauhan, Coto yang melihat sosok Saka langsung berUsaha mendekat. "Hei, Saka!" teriak Coro dari balik barikade
yang menutupi berhingga. Sayangnya, Saka tidak mendengar
suara tersebut karena tertutup suara musik yang ingar-bingar.
"SAKAAA!" teriak Coro semakin keras sambil melambai-lambaikan tangan. Teriakan kali ini sanggup membuat Saka menengok ke arah
datangnya suara dan mendapati Coto menaiki barikade dan
melambaikan tangan. Saka mendekati pintu masuk backstage
tempat Coto berada. wKamu dateng juga," ucap Coto dengan berteriak agar
didengar Saka. "Aku sama temen-temen kosan, nganterin adik," ucap Saka
ikuran berteriak, dan dijawab oleh Coto dengan acungan jempol. Di atas panggung, Dewo tak henti-hentinya meloncat"loncat
mengajak penonton ikut menikmati lagu yang mereka bawakan. Sesekali ia mengarahkan mic ke penonton agar mereka
dapat ikut bernyanyi.
Rock N Roll Onthel Karya Dyan Nuranindya di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Saka bersedekap. Dalam hati ia menilai penampilan Seven
Eighty di atas panggung. Band itu memang luar biasa. Energi
yang diberikan pada lagu begitu kental terasa. Tempo yang
dimainkan oleh Kunto, drummer, sangat stabil sehingga memudahkan elemen musik lainnya berbaur. Musik rank and mil
pustaka"indoblogspoteom
http :!!pustaka-indoblogspotcom
yang energik dapat ia mainkan dengan semangat yang sangat
stabil. Ya, mereka masih hebat seperti dulu.
Tiba-tiba lampu mengarah pada drum set di panggung. Tabuhan drum dengan tempo cepat terdengar dari sana tanpa
bantuan suara alat musik lain. Kunto menunjukkan kemampuannya bermain drum solo. Membuat penonton langsung
bersorak kagum. Dewo menuju sudut panggung. Kemudian dengan lantang
ia berkata, "Kita minta satu orang di antara kalian untuk naik
ke panggung, rock and roll bareng kita."
Ucapan Dewo langsung disambut dengan tepuk tangan dan
siulan dari para penonton.
Dimas yang pertama kali menemukan sosok Saka langsung
tersenyum lebar. Ia membisikkan sesuatu pada Dewo yang sibuk mencari penonton yang mau ditarik ke panggung.
"Saya minta Mas yang di ujung sana!" ueap Dewo sambil
menunjuk ke arah Saka. Memang, di band itu hanya Dewo
yang tidak mengenal sosok Saka. Jadi ia sama sekali tidak berpikir apa-apa saat Dimas memintanya menunjuk seorang cowok yang berdiri di sudut panggung.
Semua orang menatap ke arah yang ditunjukkan oleh Dewo.
Kerumunan orang membelah, membentuk jalanan kosong dari
tempat Saka berdiri menuju panggung.
Sisko dan Kunto saling berpandangan ketika mengetahui
siapa orang yang ditunjuk Dewo. Mereka kaget setengah
mati. Saka celingukan. Sementara Dara, Jhony, dan Ipank justru
mendorong"dorong Saka agar ia mau ke panggung.
"MAIN! MAIN! MAIN!" Semua orang di gedung itu meneriakkan hal yang sama, meminta Saka untuk ke panggung
bermain gitar. pustaka"indoblogspoteom
http :!!pustaka-indoblogspotcom
Saka tampak ragu. Tapi, ia sudah kepalang basah karena semua mata tertuju kepadanya. Kalau tidak menerima ajakan
Dewo, ia sama saja dengan pecundang. Ia pun tidak mau itu
terjadi. Akhirnya perlahan, dengan langkah berat ia melangkah
ke panggung. Gedung konser yang tadinya ramai mendadak hening. Semua orang fokUs menatap panggung. Mereka tidak sabar ingin
melihat penampilan Saka. Di atas panggung, Saka melewati Sisko yang menatapnya
tajam. Seakan menusuk hingga ke jantungnya. Amarah dan
kebencian terpancar dari sorot matanya. Belum lagi melihat
perilaku Saka yang selalu tenang dan tanpa emosi, membuatnya semakin marah. Dimas menepuk pundak Saka beberapa kali, kemudian memberikan gitar yang dikenakannya pada Saka.
"Oke, kita kenalan dulu nih," ucap Dewo sambil merangkul
bahu Saka. "Namanya siapa, Mas?"
"Saka," jawabnya sambil menerima gitar pemberian Dimas.
"Saka, asyiknya kita bawain lagu apa nih?" Dewo kembali
bertanya. Kemudian ia menengok ke arah Kunto yang telah
siap dengan drum set"nya.
Kunto pun langsung menggebuk drumnya dengan tempo
yang sangat cepat. Dewo memberikan tanda kepada Kunto agar menurunkan
temponya. Ini terlalu sulit untuk diimbangi dengan gitar. Tapi,
Kunto nggak peduli. Cowok itu seakan mengeluarkan seluruh
emosinya. Lebih tepatnya dendam. Dewo pikir, Kunto pasti
sudah gila memberikan tempo sesulit itu kepada Saka.
Saka terpaku menatap lautan manusia di hadapannya. Wajahnya pueat pasi. Tubuhnya mendadak kaku. Tempo drum dari
Kunto membuat emosi Saka terpancing. Jantungnya berdegup
pustaka"indoblogspotrom
http :!!pustaka-indoblogspoteom
kencang. Jemari Saka menekan fet-f'et gitar terlalu keras, membuat urat"urat di tangannya terlihat. Nyaris mengeluarkan darah. Matanya mulai berkunang-kunang. Sinar lampu panggung
membuat Saka seperti melihat _fi'dskkuck kejadian tiga tahun
lalu di Gudang Sembilan. Kejadian yang menimbulkan luka
dan rasa bersalah di hatinya. Kejadian memilukan yang nggak
akan pernah ia lUpakan seumur hidupnya. AKKI"IH!!!
Yigg: rukun lulu. . . "Aku rum pengin liur my Slash manggung. Itu aja kok. "
?"Ezpi bukan kemari kamu kurus kubur dari rumah gini kun,
NM" Aku kurus kihug ups; semu Bupuk-Iku kamu mami kalau
mereka tuku kamu kuku" mulem-mufem gini untuk nonton uku
muuguug. " "Hz, juragan rumpui mereka tuku kalo gitu Kim eum'u sekali
ini, Sayang.... Cimon, lagun uku sering merasa bersukzk kurma.
nggak pernak sekali pun melihat kamu tampil di punguug. " Iuduk berkutat sumkz'l memkezhi lemkut dadu Suku dengan telapak
tangannya. Mutunyu yuugjemik uku bersinar memkuut Saku rek:
mekakukuu apa! pun untuk gadis itu.
?""api kakzu uuuti uku dildparin Polisi semu aruugtuu kamu
gimana?" ,Hei... Sayung, Houten konser itu bukan kriminalitas, kun?"
Malam itu, untuk perutmu kalinya. Induk nekat keluar rumah
tanpa kezpumitun dengen orangtuanya. fu! sungai" ingin menuntun
Suku manggung di Gudang Sembilan. Induk tuku ketu! orangutanyu pasti tidak akan mengizinkan seandainya ia pamit.
Suku ranger khawatir dengan keuekuum cewek im. Imktk yang
pustaka"indoblogspotrom
http :ttpustaka-indnblogspntcnm
ia kenatr adakah anak yang sopan afan penurut. Selama ini ia tak
pernak sekali pun bertindak nakal. Apakzgi sampai kaku?" dari
rumah. 11Da your best, my Slash.?" ucap Indak tersenyum samku'
menatap Saka sayang. Kedua tangannya mengusap lembut tengan
Saka. Saka mengangguk kemudian meiayangkan kecupan tennanu di
kem'ngr gada itu. Ia tak pernak menyangka... itu adakzk saat ter"
akhir mereka kita kemama.
Malam itu Gudang Sankikzn sangat ramai. Semua arang berteriak mewangi! nama He WH"; di panggung. Semua orang Ia"
ngat menikmati penampifan Saka afan band-nya waktu itu.
Mereka kergayang, eating dorang, kakkan ada yang merelakan
tukuknya diangkat dan diarak ke Jana kemari.
Saat ituiak Saka melihat Indak terrenyum mana ke arahnya.
Menatapnya dengan mratan mata kanga di tengah ratusan Penantan dt Mug Semkidan. %jak ayunya :ekztu memkuat kati
Saka tenang di mana pun ia kemda. Bahkan, di atas Panggung
penuh ingar"kingar Jekatrz'pun. Kamera kexayangan Indak yang
setafu ia bawa ke mana-mana tak Pernak melewatkan satu kali
pun Penampilan Saka a'i ata: panggung.
Hingga tragedi itu terjadi. Indak terlibat menaiki meja untuk
mengamkiffata Saka dari dekat. Meja yang menjadi pzjakannya
tak mampu menahan tubuh sembilan orang yang kerdiri di
atafnya. Indak terjatuh dan terinjak"injak. Sesaat Indak &enuaka
menyetamatkan kameranya. Epi, saat itu ia begitu temui). Ia tak
mampu lagi menahan takz't tubuhnya.
Seketika itu juga Saka menghentikan permainan gitarnya. Ia
menjatukkan gitarnya dan ktngtung turun dari Panggung kerusaka melewati lautan manun'a.
pustaka"indoblugspomum
http :ttpustaka-indnblogspntcnm
"Saka." Ngapain kamu" Batik! Batik, telat?" terdengar suara
Sitka akari atas Panggung.
Saka tak peduli. Sekuat tenaga Saka kerusaka menyekamatkan
Indak. Meneraka; kerumunan arang yang muiai tak terkendali
di Gudang Semkiian. Yapi sayang; nyawa gada itu tidak tendang. Indak tertenyum,
meninggal dengan tenang di Pelukan Saka.
Semenjak itu, kubangan Saka dan keluarga Indak memburuk.
Saka dianggap Penyekak utama kematian Indak. Hingga detik
ini pun perataan kenatak masih menyefimuti kati Saka. Itulah
yang' memkuatnya keluar dari ike Witten akan melqtratkan atrfkut
anak band di dirinya. Ia matik cinta kermustk. Yapi, ia tak
mau fagi keraksi a'i ata; panggung. Karena itu memkuatnya kemkafi teringat pada [Wb. Yapi, satu ha! yang tiafak Pernak kerukak sampai detik ini. Ia matik mencintai Indak.
Pagi hari, Saka terbangun dari tidurnya. Ia heran kenapa tubuhnya saat ini terbaring di atas kasur kamarnya. Ia tidak
ingat apa"apa, yang ia ingat hanyalah Saat ia bersiap ingin tampil di atas panggung pada konser Seven Eighty. Tapi, kenapa
saat ini ia juatru berada di kamar" Apa yang terjadi malam itu"
Apa semua cuma mimpi" Saka menepuk"nepuk wajahnya.
Koaan Soda sudah sepi saat Saka turun dati kamarnya. Sebelumnya ia menengok kamar Melanie dan mendapati Putri
masih tertidur di sana. Saka pun tak ingin membangunkan
adiknya itu. Putri pasti sangat lelah sepulang dati konser kematm. Eyang Santoso tidak terlihat di kamarnya. Mungkin beiiau
pustaka"indoblugspomum
http :ttpustaka-indnblogspntnnm
sedang betjalan-jalan di sekitar rumah untuk menghirup udara
pagi. Akhirnya, Saka memutuskan untuk ke toko kaset tempat
Data bekerja. Ia mau meminta penjelasan Dara mengenai apa
yang terjadi pada malam konser Seven Eighty. Selain itu, Saka
juga ingin mencari referensi untuk menciptakan lagu.
"Kamu berantem, Sak,W tutur Dara ketika Saka tiba di toko
kaset dan langsung menodnng cewek itu dengan berbagai pertanyaan. "Berantem" Di panggung?"
Dara menggeleng, "Bukan, di parkiran."
"Parkiran" Kok bisa?" tanya Saka sambil berusaha mengingat. Dara menarik napas panjang, "Malam itu kamu kelihatan
pucet banget di atas. panggung. Tiba-tiba aja kamu melepas
gitar dan langsung turun dari panggung. Kamu lari ke luar
gedung konser. Bang Jhony dan yang lain mengejar kamu.
Nggak taunya?" 1,Nggak taunya?" "Kamu mukulin orang kayak orang kesurupan. Orang itu
memar-memat kamu pukul. Padahal dia cuma nggak sengaja
menyeretnpet kamu yang lari keluar gedung tiba-tiba."
Saka masih tak percaya dengan omongan Data barusan. Ia
betul-betul tidak bisa mengingat kejadian itu. Mungkin memang begini rasanya orang amnesia. Ia hanya ingat, waktu itu
kepalanya dipenuhi dengan bayangan Indah. Sosok Indah seperti memasuki seluruh aliran darahnya, merasuki otaknya seperti ekstasi. "Trus, acaranya gimana?"
Dara merapikan rambut sambil berkaca pada pantulan CD
di tak. WAda penonton lain yang langsung naik ke panggung.
pustaka"indoblugspotnum
http :ttpustaka-indnblogspntnnm
Gantiin posisi kamu," tutur Dara kembali. "Kamu tenang aja,
Sak. Acara tetap berjalan kok."
Ucapan Data barusan sedikit melegakan buat Saka.
"Eh, aku punya CD bagus. Baru masuk tadi pagi. Mau dengerin?" ucap Dara berpindah topik. Tanpa meminta jawaban
Saka, Dara langsung menyodorkan sebuah CD. "Ini oke banget menurut aku." Saka membolak"balik eauer CD dan mengamati tulisan pada
CD tersebut. "Band Jepang?"
Dara mengangguk semangat.
"Alirannya apa?"
Dara mengangkat bahu, "Kamu dengerin aja deh. Unik banget nih kana. Suara vokalisnya sih kayak Bjork gitu. Cuma
doi sereaming. Musilmya juga keren banget, kayaknya dia nyampurin alat musik tradisional Jepang dengan modern. Musik
cadas!" lanjut Dara meyakinkan sambil mengangguk"angguk
layaknya juri Indonesian Ia'af.
"Kapan aku balikin?"
"Hmmm... tiga hari, ya."
"Siiip." Aneh. Dua tahun bukan waktu yang sebentar untuk meinpakan tragedi itu. Tapi, kenapa Saka masih saja mengingat
kejadian itu" Seharusnya ia sudah memulai hidupnya yang
baru. Oke, mungkin bukan sebagai anak kanak. Musik kan tidak hanya sebatas pada nge-kana'. Tapi, bisa juga sebagai pencipta lagu, pengajar musik, atau apa pun itu.
Saka memasang eaipkane di telinganya. Ketika tiba di kosan
Soda, cowok itu langsung memasang CD yang dipinjamkan
Dara dan mendengarkannya sambil rebahan di kasur kamar.
Alunan suara mnsik seperti kecapi dan gendang membuka
lagu yang didengarnya, agak panjang. Kemudian muncul rangpustaka"indoblugspotnum
http :ttpustaka-indnblogspntnnm
kaian melodi dari drum, gitar, dan bas, membentuk ritme
yang sangat enak didengar. Membaur menjadi satu.
Saka menurup mata. Mencoba mengikuu setiap detail suara
yang ditangkap telinganya. Tangan kanannya menepuk"nepuk
paha. Mengikuti tempo lagu tersebut.
Hingga akhirnya ia terbangun, melepaskan earphone"nya,
mengambil buku tulis, pensil, dan menyambar gitar yang tersandar di sudur ruangan. Buru-buru ia mengetes nada dengan
gitar, sedikit betkata-kata, dan menuliskannya pada buku tulis
di hadapannya. Selama berjam-jam ia betkUtat dengan ketiga
benda tetsebUt. Saka membuat lagu. Ya, Saka kembali membuat lagu hingga matahari sore menghilang berganti dengan
Gudang Semkitan. Malam. 1,Aku nggak suka kamu centil"centilan sarna cowok"cownk
langit gelap tak berbintang.
tadi." Siska berkata kepada Corn di depan Gudang Sembilan.
"Itu kan cuma temen lamaku. Aku udah bertahun-tahun
nggak ketemu sarna mereka. Aku cuma berusaha ramah?"
Corn mencoba membela diri.
wBerusaha ramah kan nggak usah pake rangkul-rangkulan
segala." Siska mengembuskan asap rokok ke wajah Corn pada
Rock N Roll Onthel Karya Dyan Nuranindya di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
hal ia tahu, Corn paling tidak suka dengan asap rokok. 1"Kamu
mikir nggak sih" Kelakuan kamu kayak tadi tuh nyakitin banget!" Corn bungkam seribu bahasa. Wajahnya tertunduk. Perlahan
ia memberanikan diri untuk berkata, "Kamu juga kalo ketemu
famjgtns cewek suka kecentiian."
pustaka"indoblugspotnum
http :ttpustaka-indnblogspntnnm
"Nggak Usah sok"sok balikin fakta deh! Ini udah berkali-kali
aku bilangin ya, ke kamu..."
"Emangnya aku nggak tau kalau kamu tuh dulu phykay,
tukang mainin cewek, pe?"
"Kamu dengerin dulu kain aku ngomong! Kamu tuh"
Aaakh!" Pfaaak! Tamparan mendarat di pipi kiri Corn. Perih. "Kalo
aku ngomong, kamu mnsti dengerin!" Siska berkata dengan
keras sambil memegang wajah Corn dengan tangan kanannya.
"Selama ini apa yang kamu mau aku kasih. Uang, baju, sepatu" semuanya!" Jalanan di depan Gudang Sembilan sangat sepi. Semua
orang di dalam menyaksikan adu jawara drummer. Tak seorang
pun melihat kejadian memiiukan itu.
Corn tampak kesakitan. Tapi cewek itu hanya terdiam, membiarkan perlakuan kasar pacarnya itu.
Saka yang siang itu memang berencana ke Gudang Sembilan, tanpa sengaja melihat perlakuan Siska. Ia pun langsung
menghentikan onthelnya. Saka yang melihat kejadian itu jelas
nggak terima. Ia berusaha menjauhkan Siska dari Corn.
Siska merasa terganggu, jelas naik pitatn. Apalagi pas ia tahu
Saka yang berusaha mencampuri urusannya, "Eh, kamu nggak
usah ikut campur ya, Boss!"
"Cuma iaki-iaki pengecut yang berani menampar pacarnya
sendiri." uKamu pikir kamu malaikat" Lebih pengeCUt mana di saat
manggung tiba-tiba pergi gitu aja, hah" Keluar dari kana yang
udah kita bangun sama"sarna seenaknya. Itu namanya banci.
Banci!" Siska mendekatkan wajahnya pada Saka.
Hampir saja Saka melayangkan pukulan di wajah Siska. Untung Corn berhasil menahannya.
pustaka"indoblugspotnum
http :ttpustaka-indnblogspntnnm
"Cukup, Siska! Kamu nggak punya hak sama sekali untuk
ngatain Saka kayak gitu. Mana kita tau kalau dia demam panggung?" Corn bemsaha mencari alasan yang masuk akal untuk
membela Saka. Ia menengok ke arah Saka dengan tatapan rnernnhnn sambil menggeleng. Memberi tanda agar Saka tidak
ikut campur. "Demam panggung" Saka The Slash demam panggung?"
Siska tersenyum mengejek. Kemudian ia menunjuk wajah
Saka. "Dia itu TOLOL!"
Saka menghela napas panjang, mencoba menahan dirinya
yang mulai ikutan emosi. "Aku cuma nggak suka melihat ceb
wek diperlakukan kasar sarna cowok." Saka membenarkan
posisi tas di bahunya. Kemudian ia melanjutkan kalimatnya,
"Apalagi kalau cowok itu pacarnya."
Siska melepaskan genggamannya pada lengan Corn. Ia menggosok hidung dengan punggung tangan dan mengangguk cepat. Kemudian ia melangkah rneninggalkan Corn dan Saka
tanpa sepatah kata pun keluar dari muiumya. Entah apa yang
dipikirkannya saat itu. Yang jelas, ia sempat menepuk pundak
kiri Saka ketika melewatinya.
"Kamu udah membuat masalah, Sak.| Mendingan sekarang
kamu pergi jauh-jauh," Corn berkata kepada Saka.
"Cowok itu udah kasar sama kamu."
"Itu sama sekali bukan umSan kamu!" ucapnya sambil kemudian berlari mengikuri Siska. "Siska!"
Tinggallah Saka terheran-heran dengan sikap Corn. Ia bingung kenapa Corn masih membela cowok itu yang jelas-jelas
bertindak kasat kepadanya.
Kamu harus bisa menghargai diri kamu sendiri, Car".
pustaka"indeblegspotnem
http :ttpustaka-indnblogspntnnm
Suara musik memenuhi seluruh ruangan di Gudang Sembilan.
Mungkin satu-satunya tempat di Jogja yang paling tidak pernah sepi adalah Gudang Sembilan. Selama ini ada saja acara
mnsik yang diselenggarakan di sana. Mungkin karena Gudang
Sembilan mempakan satu-satunya wadah untuk para mnsisi
bisa mengekspresikan diri secara gratis tanpa dipungut biaya
apa-apa. Yang penting medal kreatif dan nekat, pasti bisa tampil di Gudang Sembiian. Saka duduk di salah satu kursi di sana. Sesekali ia meneguk
Cnea-cnia dingin di tangannya. Wajahnya menatap lurus ke
arah panggung yang nyaris tak terlihat karena banyaknya orang
yang mencari tempat tertinggi untuk bisa melihat ke panggung
dengan jelas. Suasana itu mengingatkan Saka pada masa keciinya dulu. Ketika ada pagelaran wayang di Solo, 0tang-0tang
berbondong"bondong datang menonton, berisik banget. Meteka berdiri, jadi yang berada di deretan belakang nggak kelihatan. Kalau di pagelaran wayang, semakin malam, perlahan
orang-orang berguguran. Berbeda dengan di Gudang Sembilan
yang semakin malam justru semakin penuh sesak.
Saat ini di panggung diadakan adu kebolehan drummer yang
biasa dilakukan di Gudang Sembilan. Para drummer berlomba
memperoleh simpati pengunjung.
Baru saja pemain drum di panggung ditimpuki lantaran permainan drumnya yang asal-asalan. Ia pun langsung diseret turun panggung oleh orang-nrang di sana. Huuu... Sorakan terdengar memenuhi ruangan. "Saka The Slash?" Tiba-tiba seseorang terlihat memanggil
Saka dari kejauhan. pustaka"indeblugspotnum
http :ttpustaka-indoblogspotnom
Saka menengok ke arah datangnya suara dan mendapati seorang cowok tinggi besar dengan ikat kepala, mendekatinya.
"Kamu Saka, kan" Saka The Slash?" tanya orang itu kembali.
Setelah ia yakin orang yang dimaksudnya itu benar, ia lantas
menggenggam tangan Saka dan merangkulnya, "Woooiii... gila,
gila. Apa khabar, Bro?" Lelaki tersebut ternyata adalah Boni,
pemilik Gudang Sembilan. Ia langsung merangkul Saka begitu
bersahabat. "Masih inget sarna aku, Bon?"
"Sinting kali kamu! Aku mana mungkin lupa sama jawara
di Gudang Sembilan" Sampai-sarnpai kamu punya panggilan
khusus di sini, Saka The Slash."
Saka tertawa kecil, "Kamu bisa aja, Bon. Aku udah ngelupain kebanggaan menjadi raekstar di panggung...."
"Apa semua karena Indah?"
Saka terdiam sejenak. Mendadak sosok Indah, terbayang di
kepalanya. "Indah udah pergi, Bon."
"Tapi kamu belom bisa ngelupain dia kan, Sak" Kamu belum bisa terima kalau Indah meninggal. Karena itu kamu
nggak pernah muncul lagi setelah tragedi itu. Iya kan, Sak?"
Saka merasakan perih di dadanya. Seakan ada sayatan masa
lalu yang belum terobati. Kenangan manis bersama Indah terlalu sulit untuk dilupakan.
Boni merangkul tubuh Saka, "Semua orang yang ada di Gudang Sembilan waktu itu tahu insiden itu murni kecelakaan
dan semua orang juga tahu alasan kamu pergi. C inan, Sak,
kejadian itu udah dua tahun lain. Orang hebat kayak kamu
nggak seharusnya berhenti dari panggung musik secepat itu.
Kamu itu mekrtar sejati, Sak. Gudang Sembilan akan seru
kayak dulu lagi kalau kamu kembali main di sini."
Saka terdiam. Ia meminum segelas Coca-cola di hadapannya
pustaka"indoblogspotnom
http :ttpustaka-indoblogspotnom
sambil berpikir keras. Masih sangat jelas di pikiran Saka insiden dua tahun lalu di Gudang Sembilan. Ia masih ingat hari
ketika ia masih berjaya di Gudang Sembilan. "Ada hal yang
ndak bisa dimengerti sama orang lain, Bon. Aku udah kehilangan tau! di panggung. Tolong jangan paksa aku melakukan
hal yang na'ak mungkin aku lakukan..."
Boni terdiam. Ia sangat mengerti bagaimana perasaan Saka.
Jadi ia juga tak mau memaksa Saka untuk meluPakan gadis
itu. "Kamu tau nggak, Sak, semenjak kamu ninggalin Gudang
Sembilan, banyak banget produser yang nyari kamu ke sini.
Mereka tertarik untuk mengorbitkan kamu. Mereka nanya nomor kamu ke aku. Tapi, sesuai janji kita dulu, aku nggak akan
ngasih nomor HP-mu ke sembarang orang."
Saka tersenyum. "Ini nomerku yang baru, Sak. Hubungi aku kalo kamu berubah pikiran. Panggung Gudang Sembilan selalu terbuka untukmu..." " Hanks, Bon." Ringtanes mnsik rock and reti terdengar dari balik kantong
Saka. Cowok itu mengambil handphone dan menjawabnya.
Sesaat kemudian. . . "APA"! PUTRI HILANG LAGI"!"
Di sebuah studio kami. "Ha ha ha ha.?"
Suara tawa memenuhi ruang tunggu sebuah studio musik.
Terlihat Celia dan Dinar tertawa terpingkal-pingkai di sudut
pustaka"indoblogspotnom
http :ttpustaka-indoblogspotnom
ruangan. Patti juga di sana. Tetapi, gadis itu cembemt, sangat
bertentangan dengan sikap Celia dan Dinar.
"Kakak kamu itu kemarin lueu banget, Put! Ha ha ha
ha"." Sudah hampir satu jam Celia dan Dinar mengulang
kalimat yang sama sambil menertawakan PUtri atas kejadian
kemarin saat konser Seven Eighty.
"Kata kamu, Mas Saka gitaris hebat. Tapi" Huahaha..."
Dinar tertawa geli sebelum menyelesaikan kalimatnya. Membuat Putri semakin jengkel dan malu.
Sore itu Celia dan Dinar sengaja menjempLIt PUtri ke kosan
Soda. Karena kondisi kosan sedang kosong, Putri tak mau menyia-nyiakan kesempatan langka itu. Makanya dengan eyeliner
di mata, PUtri mengendap-endap keluar dari Soda bersama Celia
dan Dinar menuju studio tempat Seven Eighty biasa latihan.
Kebetulan hari itu Jay, manajer Seven Eighty yang juga sepupu
Celia, mengajak mereka untuk ikut melihat band itu latihan.
"Mas Saka gitaris hebat. Kalian aja yang ndak tau!" bela
Putri. Ia nggak terima kakaknya ditertawakan seperti itu oleh
Celia dan Dinar. Jay keluar dari dalam studio sambil membakar puntung rokoknya. Wajahnya teriihat stres dan emosi.
Ceiia, Dinar, dan PUtri jelas heran melihat Jay mondar-mandir dengan tampang panik. Kepala mereka berdua menengok
ke kiri dan ke kanan, kompak kayak latihan aerobik.
Sesaat kemudian Dewo, Dimas, dan Kunto muncul dari
dalam studio. Wajah mereka pun terlihat tegang.
Dimas memegang bahu Jay untuk menenangkan cowok itu.
Sepertinya ada sesuatu yang tidak beres di sana.
"Aku tuh cuma minta dia punya komitmen sama kana kita.
Aku tahu dia jago main gitar. Banyak yang kepingin satu kana
sama dia. Tapi bukan berarti dia bisa seenaknya gini. Selalu
pustaka"indoblogspotnom
http :ttpustaka-indoblogspotnom
mangkir tiap kali latihan. Pulang latihan selalu paling awal.
Tadinya aku masih nggak enak hati ngomong begini. Tapi sekarang dia udah keterlaluan. Semuanya dicampur aduk. Kan
semua ada waktunya sendiri-sendiri. Band, masalah dia, pacar
dia?" ]ay tiba"tiba berapi-api.
Semua personel Seven Eighty hanya diam. Memang sore itu
hanya Sisko yang belum juga muncul. Sebelumnya seseorang
menelepon ke nomor Jay dan memberi kabar, Sisko bikin rusuh di jalan. Orang itu mengetahui nomor telepon Jay dari
kandpkane Sisko yang menandakan ]ay adalah orang terakhir
yang ditelepon cowok itu.
"Ini tuh kelewatan. Udah sejam lebih kita nungguin Sisko
untuk latihan, dia masih belum muncul-muncul juga. Nggak
taunya dia bikin ribut lagi. Sinting tuh anak!" lanjur Jay sambil memegang kepala, seakan bingung harus memberikan sanksi apa lagi untuk Sisko. Baru beberapa menit ]ay ngomel-ngomei, tiba-tiba sosok
yang ditunggu-tunggu datang. Diantar dengan mobil kijang
hijau, Sisko keluar dari pintu belakang dengan ditemani dua
cowok. Dengan setengah menyeret, kedua cowok tersebut membawa
Sisko. "Heh! Ini temen kalian, kan?" tanya salah seorang cowok
tersebut. Setelah mengangguk, Dimas membantu kedua orang itu
mendudukkan Sisko di kursi ruang tunggu studio.
Sisko terlihat sempoyongan. Matanya merah. Tubuhnya bau
alkohol dan pelipisnya mengeluarkan darah. Dengan setengah
sadar ia berkata, "Woy! Kita mulai aja nih, latihannya?"
"Dia mabuk dan bikin rUsuh di jalan. Makanya dia kita
bawa ke sini. Soalnya, dia hampir aja dikeroyok massa. Di
pustaka"indoblogspotnom
http :ttpustaka-indoblogspotnom
antara kita nggak ada yang tau rumahnya. Tapi tadi saya ngecek nomor telepon terakhir yang dia hubungi di HP-nya."
Jay manggut-manggut. Sebenernya sore itu ia sangat emosi
dengan kelakuan Sisko. Sejak Seven Eighty menandatangani
kontrak dengan label, Sisko jadi senang menghambur"hambur"
kan uangnya. Semua dipakai buat hura-hura.
"Kalau begitu kami pulang dulu ya, Mas," ucap saiah seorang cowok tadi. "Oke deh. Makasih ya, Mas. Udah mau nganterin temen
saya," ucap Jay, menggenggam tangan kedua cowok itu satu
per satu. Belum ada lima menit setelah mobil kijang itu pergi meninggalkan studio, Jay hampir saja melemparkan bogem mentah ke
arah Sisko. Untungnya, ada Kunto dan Dewo yang menghalangi. "Dasar sinting! Ini bukan pertama kalinya ya, si goblok itu
ngerepotin kita semua!" ]ay berkata dengan emosi. Ponsel di
saku jay berbunyi. Ketika melihat nama yang muncul di layarnya, cowok itu menarik napas panjang sebelum mengangkatnya. "Halo" Oh iya, Bos, gimana, gimana" Oooh... iya. Ya,
ya. Manggung di Bali" Waduh tanggal segitu kayaknya nggak
Rock N Roll Onthel Karya Dyan Nuranindya di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bisa tuh, Bos. Iya, nih" hmm... iya, mmm... retekeefufe aja
gimana, Bos" Oke deh, Bos. Kami tunggu, ya?" Jay menurup
ponsel dan kembaii menatap Siska dengan emosi yang kembali
muncul. "Jay, dia tuh lagi mabok. Percuma juga kalau kamu emosi
kayak gitu!" ucap Dewo sambil menahan tubuh Jay.
"Dasar nggak punya otak!"
]kretf Sebuah pukulan mendarat di wajah Sisko tanpa berhasil dicegah. Membuat Celia, Dinar, dan Putri menjerit kencang. Tapi Sisko justru tersenyum menyebalkan.
pustaka"indoblogspotnom
http :ttpustaka-indoblogspotnom
"Ha ha ha" kamu berani mukui aku" Kalian semua mau
aku keluar dari Seven Eighty" Bisa hancur kalian tanpa aku?"
Sisko berkata dengan sombong.
"Kalo sampai kamu bikin kami aku hancur, awas kamu!"
Jay balas mengancam. "Hah" Bana' kamu" Ini band aku juga!" ucap Sisko sambil
menyeringai. "Yang kerja itu kami! Kami yang kasih kamu
duit! Tugas kamu cuma ngangkat telepon!"
"Brengsek kamu, Siska!"
"Udah, udah. Kalian jangan kayak anak kecil dong!" Celia
mendekati Jay dan Siska, bemSaha melerai. Ia tak terima sepupunya dibentak"bentak seperti itu oleh Sisko.
"Kok jadi pada berantem gini?" Dengan polosnya Putri berkata. "Yes, kang..." Tiba"tiba Sisko dengan cueknya menarik kepala Putri dan mencium bibirnya. Membuat semua mata yang
melihatnya terbengong-bengong.
Apalagi Celia dan Dinar yang langsung menjerit kaget melihat kejadian itu. Refieks Putri mendorong kuat-kuat tubuh Sisko. Bersamaan
dengan tangan Dimas yang memegang pergelangan tangan
Putri untuk menarik cewek itu ke belakang tubuhnya. Dimas
sepertinya tahu betul bagaimana Sisko kalau sedang dipengaruhi alkohol. Sekonyong-konyong Sisko terhuyung dan jatuh di hadapan
mereka. Entah berapa gelas alkohol yang ia minum sampai
ia" Sisko bisa semabuk itu. pustaka"indoblogspotnom
http :ttpustaka-indoblogspotnom
"PUtri ada di tempat Celia, Mas."
PUtri bohong lagi. Ya, Putri bohong pada Saka tentang keberadaannya di rumah Celia. Padahal saat ini ia berada di
kaseeamp Seven Eighty. Di dalam kamar mandi lebih tepatnya.
Sengaja menjauh dari teman-temannya agar mereka tidak mendengar percakapannya dengan Saka. Atau, sebaliknya.
Terdengar suara Saka marah-marah di telepon. Saka terdengar sangat kawatir dengan keadaan Putri saat itu. Putri tidak
menyalahkan Saka. Karena Putri nggak bilang"bilang mau pergi. Makanya, ia sempat bikin anak"anak kosan Soda geger
mencari cewek itu. "Sekarang kamu kasih ke aku alamat rumah Celia. Aku jemput kamu di sana." "Ndak usah, Mas. Aku... aku mau menginap di rumah
Celia. Ya" Celia lagi sakit, Mas. Demam. Aku dan Dinar diminta menemani karena orangtua Celia pergi ke luar negeri."
Iagi-lagi Putri berbohong. Ia mulai terbiasa mencari alasan
agar Saka tidak marah-marah.
Mendengar alasan Putri, Saka sedikit memaklumi. Sebenarnya, kasihan juga kalau Celia harus sendirian sementara sedang
sakit. Saka tidak setega itu melarang adiknya berbuat baik
kepada sahabatnya. Tapi Saka belum tenang sampai ia melihat
sendiri bahwa Putri baik"baik saja. "Kalau ada Dinar, buat apa
kamu juga harus di sana, PUtri" Kamu kan bisa balik besok.
Pokoknya, Mas Saka mau jempUt kamu. Kamu harus pulang,
Puui! Kasih tau di mana alamat rumah Celia."
"Mas Saka ndak perlu tau Putri di mana! PUtri ndak mau
pulang!" ucap Putri emosi, buru-buru memutus sambungannya.
Tak terasa air matanya menetes membasahi pipi. ia tak pernah
membohongi Mas Saka seperti itu seumur hidupnya. Apalagi
membentaknya. Bibir Putri bergetar. Jantungnya berdetak sa100 pustaka"indoblogspotnom
http :ttpustaka-indoblogspotnom
ngat cepat. Sebisa mungkin ia menenangkan diri dan berusaha
melangkah keluar. Namun, seseorang membuatnya terhenti.
Sisko muncul di hadapannya, membuat mata mereka bertemu. Cowok itu tak berkata apa-apa. Ia berjalan semakin dekat
dan meraih keran wastafel yang terletak tepat di sebelah Putri.
Suara gemercik air yang keluar dari ketan wastafel tak mampu mencairkan ketegangan pada diri PUtri. Kedua kakinya seakan menempei di lantai. PUtri teringat saat Sisko menarik
wajahnya dan mencium bibirnya tadi. Tapi seharusnya ia tak
perlu memikirkannya. Saat itu Sisko dipengaruhi alkohol. J]adi
sudah pasti cowok itu nggak akan mengingatnya.
Sisko terlihat membasuh wajahnya dengan air. Sinar yang
terpancar dari lampu wastafel, memperjelas bentuk wajah cowok
itu. Sisko terdiam sejenak, membuat air di wajahnya menuruni
lekuk hidungnya dan menetes tepat di pangkalnya. Ia menghela
napas panjang. Kemudian tangan kanannya mematikan keran.
Suara pancuran air yang berhenti membuat Putri langsung
terbangun dari kekagumannya pada Sisko. Ia menunduk dan
buru-buru beranjak dari tempatnya.
"Put!" Putri kembali menghentikan langkahnya dan menengok ke
arah Sisko. "Kamu nggak usah takut sama aku."
Putri terdiam. Sesaat kemudian ia menggeleng sambil termuduk. Sisko mengelapkan tangan pada handuk. Lalu perlahan ia
melangkah mendekati Puni. Semakin lama semakin dekat hingga Putri mampu merasakan embusan napas Sisko di hadapannya. Jantung Putri berdetak semakin cepat ketika sebuah kalimat
terlontar dari bibir Sisko.
101 pustaka"indoblogspotnom
http :ttpustaka-indoblogspotnom
"Tadi aku emang mabuk. Nggak sepenuhnya sadar sama apa
yang terjadi. Kecuali satu hal..." Sisko semakin mendekatkan
tubuhnya. Kali ini wajahnya mendekat ke telinga PUtri dan
berbisik, "Ciuman itu."
PLItri semakin ketakutan. Wajahnya pucat. Perlahan ia memperhatikan Sisko berjalan meninggalkan dirinya dalam gemetar. Setelah berhasil mengontrol perasaannya, perlahan Pittri berjalan menuju beranda rumah itu. Pmri berjongkok di salah
satu sudut, membenamkan wajah di pahanya. Ia menangis tersedu-sedu, sangat ketakutan di sana. Selain itu, ia menyesal
telah membohongi kakaknya. Mas Saka pasti marah kalau tahu
apa yang sebenarnya terjadi pada Putri. Ia bingung.
Tubuh Putri bergetar saking takutnya. Baru kali ini ia bertindak senekat itu. Apalagi sampai membohongi Saka.
Memang selama ini PUtri sangat menginginkan kebebasan
seperti Saka. Mengingat ia tinggal dengan orangtua yang sangat
protektif dan menentang keras kalau ada anak perempuan yang
keluar malam. Ia sangat mengidolakan Saka yang berani menentang Bapak-Ibu, tinggal di kota untuk meraih impiannya menjadi musisi. Saka-lah yang membuat Putri sangat ingin masuk
ke dunia yang dipandangnya penuh kebebasan. Setidaknya itulah yang ia tahu selama ini dari majalah dan televisi, dunia musik. Dunia anak kami; dunia yang penuh ekspresi kebebasan.
Selama ini Putri tidak pernah melihat dunia luar. Tidak seperti Celia dan Dinar yang memang kebetulan berasal dari
keluarga yang sangat liberal. Dinar dan Celia sering kali bercerita kepada PUtri tentang betapa serunya kehidupan di luar
sana. Oleh karena itu, untuk kali ini saja Putri ingin mencobanya. Ia ingin merasakan semuanya. Semuanya tanpa terkecuali. 102 pustaka"indoblogspotnom
http :ttpustaka-indoblogspotnom
"Maafin Putri, Mas. Maaf..?" ucap Putri dari dalam hatinya. Ia pun tak mampu menahan air matanya yang bertambah
deras membasahi pipi. Tiba-tiba Purri menyadari ada seseorang yang sejak tadi berada di dekatnya. Putri mendongak dan mendapati seorang cowok berada di sebelahnya, menatapnya datar.
Buru-buru Putri menghapus air matanya, "Kamu ngapain
di sini, Dimas?" "Ngeliatin kamu."
"Sejak kapan?" "Sejak. .. sekarang," jawabnya sambil nyengir. Menunjukkan
deretan giginya yang rapi.
Putri terdiam. Ia bingung harus berkata apa. Masalahnya,
Dimas terus memandanginya tanpa berpaling sedikit pun. Ini
membuat Putri jadi salah tingkah.
Dimas melihat jam tangannya, kemudian kembali menatap
Putri. "Udah malem. Kamu nggak pulang?"
PUtri terdiam sejenak, kemudian ia menggeleng pelan.
Dimas tersenyum. "Kenapa" Takut diomelin, ya?"
Putri kembali menggeleng. Kemudian ia bertanya heran,
"Memangnya kenapa" Aku ndak boleh ada di sini, ya?"
"Siapa bilang?"
PUtri mengangkat bahu. Kemudian ia menatap Dimas, menunggu alasan yang akan dilontarkan cowok itu.
"Nggak baik kalau cewek baik-baik tidur di tempat cowok." Seketika Patti langsung tersinggung. Ia merasa Dimas melecehkannya sebagai cewek liar yang patut dinasihati. Perkataan
Dimas barusan membuatnya tidak nyaman. "Aku kan ndak
sendiri. Ada Celia, Dinar?"
"Mereka itu beda," jawab Dimas cepat.
103 pustaka"indoblogspotnom
http :ttpustaka-indoblogspotnom
Putri mengerutkan kening, "Beda gimana maksudnya?"
Dimas tersenyum, kemudian wajahnya menunjuk ke dalam
ruang basecamp yang tertUtup pintu kaca sehingga terlihat dari
beranda. "Kamu lihat sendiri aja mereka gimana."
PLItri menengok ke dalam ruangan dan mendapati Celia tertawa di pangkuan Kunto sambil memegang rokok di tangannya. Sementara Dinar terlihat tertidur di sofa, bersebelahan
dengan Dewo dan Jay. Pada meja di hadapannya terdapat
botol-botol minuman dan asbak yang penuh puntung rokok.
Putri merinding melihat pemandangan di depan matanya. Ia
pikir adegan seperti itu cuma ada di televisi.
"Tempat ini nggak arnan buat kamu, Putri."
Dengan cepat Pittri menengok ke arah Dimas, mewaspadai
cowok itu. "Sisko mana?"
Dimas beranjak dari lantai tempat ia duduk, kemudian berpindah pada sudut beranda, menatap pemandangan malam
dari atas sana. "Cowok itu lagi. Psikopat. Palingan dia lagi
ngemis-ngemis minta speed sarna bandar."
"Speed" "Drugs," jawab Dimas santai. "Sisko orang paling tolol yang
pernah aku kenal. Dia emang kaya raya. Sayangnya, dia nggak
pernah bisa lepas dari drugs sejak pertama kali aku kenal dia.
Sampai orangtuanya nggak pernah lagi peduli dengan apa yang
dia lakukan. Dia itu pengecut, selalu lari dari masalah dengan
drugs." "Sisko pergi?" tanya Putri penasaran.
Dimas mengangguk. Seolah hal tersebut biasa dilakukan oleh
Sisko. Kemudian ia menatap Putri sambil tertawa kecil. Dalam
hatinya ia berpikir betapa polos cewek di hadapannya itu. Ia
tahu betul Sisko sangat mengincar PUtri karena kepolosannya.
Malam itu Putri merasa Dimas begitu baik kepadanya. Bah104 pustaka"indoblogspotnom
http :ttpustaka-indoblogspotnom
kan, cowok itu menawarkan diri untuk mengantarkan Putri
pulang. Tapi Putri menolak. Ia tidak enak dengan anak"anak
Soda, terutama dengan Eyang Santoso. Lalu, apa kata Mas
Saka kalau tahu Putri diantarkan pulang malam-malam dengan
seorang cowok, bukan Celia atau Dinar.
"Kamu tau Gudang Sembilan?" tanya Purri kepada Dimas.
Dimas menatap Putri heran sebelum mengangguk. Ia malah
balik bertanya, "Kenapa kamu tanya soal Gudang Sembilan?"
PUtri menghela napas panjang, "Mas-ku dulu gitaris di Gudang Sembilan. Mungkin itu satu-satunya tempat musik di
Jogja yang paling pengin aku datengin. Kata Mas-ku, Gudang
Sembilan satu-satunya tempat yang bagus untuk mencari musisi-musisi jempolan. Aku kepingin sekali ke sana, Dim?"
"Aku bisa ajak kamu ke sana kalau kamu mau."
Putri menatap Dimas seakan tak percaya. Ia tersenyum sumringah, "Bener, Dim" Kamu janji?"
Dimas tersenyum, "Iya, aku janji," ucapnya pelan. Kemudian Dimas meniupkan udara di tengah kedua telapak tangannya, "Kamu nggak kedinginan?"
"Aku tuh kalau di kamar malah selalu buka jendela. Enak
kena angin semilir."
"Ati-ati loh.?"
PUtri mengangkat alisnya seraya bertanya, "Ati-ati apa?"
"Ati-ati banyak nyamuk," jawab Dimas asal.
Dimas dan Putri saling bercerita mengenai banyak hal. Bukan soal Seven Eighty ataUpun Celia dan Dinar, melainkan
soal musik. Segala jenis musik mereka bicarakan.
"Kamu tau nggak sejarah mnsik ratk anar rail?"
Putri menggeleng. "Rack and naif itu muncul di Amerika sekitar akhir tahun
1940. Sebenernya musik itu percabangan musik country dan
105 pustaka"indoblogspotnom
http :ttpustaka-indoblogspotnom
R&B. Tapi pada akhirnya, rock and fait melahirkan berbagai
macam subgenre yang secara keseluruhan dikenal dengan nama
musik rack." Putri mendengarkan dengan saksama penjelasan Dimas. Seke
Rock N Roll Onthel Karya Dyan Nuranindya di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tika ia terkesima dengan kecerdasan cowok itu. Benar kata
teman-temannya, Dimas betul-betul smart.
"Ciri khas rack ana' rail itu bisa ketahuan pada ketukan
yang biasanya dipadukan dengan lirik. Rack ana' reli memakai
ketukan yang mengikuti salah satu ritme musik kfues yang
disebut kaagie waagie ditambah aksen kaekkeat yang hampir
selalu diisi pukulan snare drum. Semua alat musik bisa dipakai
dalam musik rack anar reli. Tapi biasanya cuma sebagai tambahan melodi aja." "Oooh... gitu. Kamu tau dari mana, Dim?"
Dimas menatap Putri sambil menghela napas panjang, "Baca
buku dooong..." PUtri manggut-manggut dengan polosnya. "Trus-trUs?"
"Nah, saking populernya, akhirnya rack and :'an bukan aja
mempengaruhi gaya bermuaik, tapi sekaligus gaya hidUp, gaya
berpakaian, dan bahasa. Inti rack and rail itu sendiri sih sebeHCIHYQ. cuma [11353th kebebasan berekspresi"."
Tak sengaja Putri tertidur di bahu Dimas. Membuat seluruh
aliran darah cowok itu berdenyUt-denyUt ketika menyadarinya. Perlahan Dimas melepas jaket kulitnya dan menyelimuti
Putri dengan jaket itu. Ia berusaha untuk tetap terjaga agar
Putri dapat tertidur dengan nyenyak tanpa gangguan apa pun.
Ya, sepertinya Dimas sangat peduli pada Putri. Tak sedikit pun
terlintas dalam pikirannya untuk berbuat jahat pada gadis
itu. 106 pustaka"indoblogspotnom
http :ttpustaka-indoblogspotnom
Di dalam mobil Bima"
"Kita semua nggak ada yang nemuin Putri, Sak. Mendingan
kamu pulang. Kita lihat besok aja. PUtri pasti pulang. Kalau
belum, baru kita lapor polisi." Melanie berkata di telepon. Saat
ini ia di mobil bersama Bima untuk mencari Putri.
Mobil Bima berjalan pelan menyusuri Jogja. Bima menyetir
dengan wajah khawatir. Biar bagaimanapun, Saka sudah ia anggap sebagai saudara sendiri. Hilangnya Putri membuatnya
harus ikut bertanggung jawab mencarinya. Sesekali ia meneliti
setiap gang yang mereka lewati. Memastikan tidak ada sosok
PUtri di sana. Melanie menutup ponsel. Kemudian ia menatap cowok di
sebelahnya. Dalam hati ia terus berkata bahwa Bima mungkin
jelmaan malaikat karena memiliki hati yang luar biasa baik
pada semua orang. "Kamu masih kayak dulu, ya.?"
Bima menengok ke arah Mel. "Miaksudmu?"
"Yaa... masih kayak dulu. Selalu peduli sama orang lain.
Ikhlas kalo mau nolong orang," ucap Mel pelan.
"Kalau niat nolong orang mah nolong aja, Mel. Ngapain
mUSti nggak ikhlas segala," jawab Bima sambil tersenyum kecil.
Kemudian ia kembali fokus pada jalanan di hadapannya.
"Aku selalu kangen kembali ke Jogja. Ketemu Eyang
Santoso, anak"anak Soda, udara Jogja...," ueap Melanie sambil
tersenyum dan menutup mata.
"Iya, udara di negara tropis kayak Indonesia memang nggak
ada yang bisa ngalahin. Siang panas banget, malem dingin banget," jawab Bima sambil tersenyum. Kemudian ia balik bertanya, "Kalau udara Paris gimana?"
107 pustaka"indoblogspotnom
http :ttpustaka-indoblogspotnom
"Dingin dan... sepi," ujar Melanie, kemudian menengok ke
arah Bima. Beberapa detik kemudian ia kembali berkata, "Ngomong"ngomong, makasih ya kucing kecilnya, syal, sama... suratmu juga." Gfekf' Jantung Bima berdegup kencang. Ia ingat telah
memberikan Mel semua benda itu sebelum Mel berangkat ke
Paris" Mungkin terdengar cupu. Tapi surat itu berisi pernyataan cintanya kepada Melanie. Pernyataan, bukan pertanyaan.
Bima hanya mengangguk sambil berusaha fokUs pada jalan.
Tapi ternyata gagal. Pikirannya kembali berkecamuk. Haruskah
dia membuat pertanyaan"
Hening. "Hmm" Kita sekarang mau ke mana?" tanya Melanie kemudian. Memecah keheningan yang terus menyelimuti mereka. "Pulang." Mel melirik bingung. Bima memang selalu begitu. Nggak
bisa ditebak perasaannya.
Bima yang bisa membaca arti lirikan Melanie langsung tersenyum. Ia justru balik bertanya untuk mengontrol perasaannya. "Emangnya kamu mau ke mana?"
Deg! Sesak napas. Mendadak sekujur tubuh Melanie serasa
seperti disiram air es. Ia terdiam kaku. Sebisa mungkin ia berkata-kata, "Kirain..."
"Kirain apa?" Melanie menggeleng. "Ah, enggak."
Mobil Bima melaju di bawah lampu-larnpu jalan Jogja.
Melewati deretan warung angkringan yang terang dengan lampu petromaks mereka. 3 Baca kisah Melanie dalam Canting (73me
108 pustaka"indoblogspotnom
http :ttpustaka-indoblogspotnom
"RambUt aku tuh bagUs nggak sih kalo dipotong kayak
gini?" tanya Bima tiba"tiba.
"Ng?" Melanie bertanya kembali. Padahal dalam hati ia terus bertanya kenapa Bima justru bertanya masalah rambut"
Bukannya soal surat yang dulu pernah diberikan kepadanya"
Ah, sudahlah. Tapi sejak kapan Bima nggak pede dengan penampilannya" Sejak kapan juga Bima minta pendapatnya soal
penampilan" "Ini loh, rambUt aku tuh bagus nggak sih kalo dipotong
kayak sekarang ini?" Bima mengulang pertanyaannya.
"Ooo" hmm... bagas kok," jawab Mel santai. Kemudian ia
menyentuh rambut yang berada di belakang telinga Bima,
"Cuma agak kepanjangan di bagian sininya."
CIIIT! Bima mengerem mendadak, membuat Mel kaget dan
langsung menarik tangannya. Jantungnya berdetak sangat cepat. Merinding. Apa ada yang salah dari jawabannya"
Mereka terdiam. Masing-masing berusaha mengontrol rasa
grogi yang menyelimuti. Bima menengok ke arah Mel. Pandangan mereka langsung
bertemu. Perlahan Bima menarik telapak tangan Mel. Jemarinya menyusup di antara jemari tangan Mel. Dengan lembut
Bima mencium punggung tangan gadis itu. "Aku" boleh nanya sesuatu sama kamu?"
Melanie mengangguk. "RambUtku beneran cocok dipotong kayak gini?"
Mel terdiam sejenak. Kemudian ia balik bertanya pelan, "Segitu pentingnya jawabanku?"
Bima tersenyum. Perlahan ia melepaskan tangan Mei dan
menyentuh wajah gadis itu. Menarik wajahnya agar mendekat.
"Penting banget," jawabnya lembut sambil melayangkan kecupan manis pada kedua kelopak mata Mel yang tertump.
109 pustaka"indoblogspotnom
http :ttpustaka-indoblogspotnom
"Soal surat itu... gimana lanjutannya?"
"Emangnya masih penting ya, ngikutin kelanjutannya" Kaiau
kita berdua tahu endingnya akan seperti apa."
Mel tersenyum. Kemudian berkata lembut, "Penting banget...." "Oke"." Bima memejamkan mata. Ujung hidung mereka
bertemu. "Melanie Adiwijoyo... Wiauia' yau ke my girl?"
Bersamaan dengan rintik air hujan yang membasahi kaca
mobil Bima, Mel menjawab pertanyaan itu dengan segenap
ketulusan dan kebahagiaan dalam hatinya. la mengangguk dengan pasti. Dan hujan pun semakin deras...
ie" Di Soda, Saka menUtup ponsel di tangannya dengan lemas.
Berkali-kali ia mencoba menelepon Putri, tetapi ponsel gadis
itu dimatikan. Semua anak Soda membantu Saka mencari Putri. Tapi tak seorang pun dari mereka berhasil menemukan
gadis itu. Ketika Saka menelepon ke Soda pun, Aiko berkata
bahwa belum ada kabar mengenai Putri.
Bagaimana kalau Putri tidak kembali besok" Bagaimana kalau Putri kenapa-kenapa" Saka pasti akan menyesal seumur
hidupnya. Ia harus ngomong apa sama Bapak"Ibu" Ya, BapakIbu tidak boleh tahu bahwa malam ini Putri tidak pulang ke
Soda. Sebenarnya Putri ke mana"
Tepat pukul 02.00 Saka tiba di kosan Soda dengan wajah
lelah, hampir berbarengan dengan hansip keliling yang selalu
siap siaga. Mereka memukul setiap tiang listrik yang dilewati
pada malam hari, menandakan situasi aman terkendali.
110 pustaka"indoblogspotnom
http :ttpustaka-indoblogspotnom
Lampu di dalam rumah sudah dimatikan semua, tanda bahwa penghuninya sudah tidur. Saka pun bergegas naik menuju
kamar tidurnya. Ketika ingin melangkah, sepintas Saka melihat bayangan
dari teras rumah. Ia pun mengurungkan niat untuk menuju
kamarnya. Siapa yang pulang ke rumah sepagi ini"
Cowok itu membungkuk. Dengan langkah pelan, ia meraih
sapu ijuk yang tersandar di balik lemari untuk membantunya
berjaga"jaga. Ia lalu ngumpet di balik lemari dengan memegang
kuat sapu di tangannya. Matanya menyipit, mencoba memantau ke mana arah bayangan tadi. Tangan kirinya siap menekan
tombol lampu di dinding. Terdengar suara pegangan pintu dibuka. Saka siaga. Dalam
hitungan detik, ia akan menyalakan lampu ruangan. Satu"
dua" ti... 111 pustaka"indoblogspotnom
http :ttpustaka-indoblogspotnom
"AAAKH!!!" Teriakan memenuhi ruangan ketika lampu dinyalakan. Saka
yang hampir memukul sosok misteriUs dengan sapu ijuk di
tangannya, mengurungkan niatnya. Ia menyadari siapa sosok
yang hampir saja ia pukul dengan gagang sapu itu. "PUtri?"
Sesaat kemudian terdengar suara anak-anak Soda berlarian
ke bawah. Eyang Santoso pun buru-buru mengambil tongkat
andalan yang biasa ia gunakan untuk menakut-nakuti anjing
liar di jalanan. Saka terdiam menatap gadis di hadapannya.
Putri kaku melihat kakak semata wayangnya berdiri di hadapannya, memergokinya pulang selarut ini.
Seperti menekan tombol pause di radio, semua di ruangan
tersebut terhenti. Terdiam seribu bahasa.
Jantung Saka berdetak kencang. Napasnya terasa berat. Tapi
ia hanya terdiam menatap lurus ke arah Purri yang terlihat liar
dengan make"up di wajah, jaket kulit, dan rok mini yang dipadukan dengan Stoking hitam.
112 pustaka"indoblogspotnom
http :ttpustaka-indoblogspotnom
Putri hanya bisa menunduk. Takut membalas tatapan kakaknya yang terkenal paling sabar di dunia. Kakak yang tak pernah berhenti membelanya di depan Bapak. Kakak yang selalu
ia idolakan selama ini. Wajah tegang terlihat dari masing-masing penghuni Soda.
"Melanie, tolong bawa Putri ke kamar." Suara Eyang Santoso
memecahkan ketegangan malam itu.
Melanie yang sudah mengenakan baju tidur mengangguk.
Ia berjalan pelan mendekati Putri dan menggandeng tangan
gadis itu. "Tunggu." Saka berkata datar, namun tegas. "Aku mau bicara sama Putri." "Ini sudah malam, Saka. Mungkin semua bisa dibicarakan
besok pagi saja. Biar semuanya tenang." Eyang Santoso mencoba memberikan saran karena cemas dengan apa yang akan
terjadi. "Aku cuma bntuh waktu sepuluh menit untuk bicara dengan Putri, Yang." Melanie menengok ke arah Eyang Santoso. Sesaat kemudian
ia melepaskan gandengannya pada Putri setelah melihat Eyang
Santoso mengangguk. Eyang Santoso berbalik untuk kembali ke kamar, meninggalkan Saka dan Putri di ruang santai, sementara anak-anak Soda
lainnya ikut kembali ke kamar masing"masing.
Setelah melihat anak"anak Soda pergi, Saka berjalan pelan
menuju sofa panjang. Putri mengikUtinya dan duduk di kursi
sebelahnya. Suasana hening sesaat. Saka menatap kosong ke arah jendela.
Ia mencoba menahan emosi yang nyaris tak terkontrol.
"Putri tau Putri saiah. Tapi Putri mohon Mas Saka jangan
bilang ke Bapak...."
113 pustaka"indoblogspotnom
http :ttpustaka-indoblogspotnom
"Kamu harus kembali ke rumah Bapak, Put." Saka memotong kalimat Putri. Putri menatap Saka sesaat, kemudian menunduk. "Putri ndak
mau pulang," jawab PUtri singkat. Kemudian ia kembali menatap Saka, "Kenapa sih semuanya ndak adil sama Patti" Kenapa sih Putri ndak pernah boleh kayak Mas Saka" Tinggal di
Jogja, jadi anak kana, dan bisa nonton konser mnsik kapan pun
Mas Saka mau. Kenapa juga Putri harm selalu jadi anak rumahan dan nahk pernah dibolehin keluar sampai malem kayak Mas
Saka" Patti kan juga pengin kayak Mas Saka. Putri ndak mau
jadi cewek knper yang ndak pernah keluar bareng temen-temen
ke mall, na'ak pernah ngerasain nonton konser musik..."
"Itu karena kamu perempuan, PUtri. Inget kata Bapak, perempuan itu harus selalu menjaga tata krama."
"Oh, jadi karena Purri anak perempuan, Putri ndak bisa kayak Mas Saka" Kayak temen-temen PUtri yang lain" PUtri bosen Mas diatur"atur'. Brengsek!"
"Putri! Siapa yang ngajarin kamu ngomong kasar kayak
gitu?" Saka mulai emosi. Cowok itu melihat sesuatu yang tidak
Rock N Roll Onthel Karya Dyan Nuranindya di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
beres di mata Putri. Ia menyadari Putri berbohong. "Habis
dari mana kamu?" "Ha-habis dari rumah Celia?"
"Bohong." "Pu-PUtri nafak bohong!"
"Bohong! Kamu bohong, Putri!"
"Aku ::an bohong, Mas Saka! Kenapa sih ndak ada yang
bisa percaya sama Purri" Kenapa Putri selalu dianggap masih
kecil" Mas Saka sama aja kayak Bapak-Ibu!" ucap Putri, berlari
naik menuju kamar. Saka berdiri dari sofanya, "Putri! Aku belum selesai ngomong! Kamu harus kembali ke rumah Bapak."
114 pustaka"indoblogspotnom
http :ttpustaka-indoblogspotnom
"TERSERAH, MAS SAKA! PUTRI CAPEEEK."
Pagi hari" "Kau tidak boleh kasar gitu sama adikmu, Sak." Jhony mencoba menasihati Saka ketika anak-anak Soda berkumpul di
ruang Santai. "Dia nangis terus kemarin, Sak. Kasihan," ungkap Melanie.
"Aku sampai bingung harus gimana."
"Gue tuh paling nggak tega kalau ngeliat cewek nangis. Kalau gue jadi elo, pasti gue bakalan minta maaf," ucap Ipank
ikut-ikutan nimbrung. Sesekali ia melirik ke arah Aiko, menunggu reaksi dari cewek berwajah Jepang itu.
"Ada yang cari perhatian tuuuh..." Dara yang sejak tadi
terlihat tertidur di suka, tiba"tiba mengeluarkan suara.
"Heh, Gulaii! Tidur mah tidur aja. Nguping lagi, Lo!" Ipank
yang merasa tersindir melemparkan bantal ke muka Dara,
membuat Dara langsung eekikikan.
Saka yang sedang memegang gitar akustik di tangannya hanya terdiam mendengar ucapan teman-teman kosannya itu.
"Sekarang adik Putri di mana, Melanie?" tanya Jhony pada
Melanie. "Lagi di kamar. Dari tadi dia nggak mau keluar kamar."
Saka meletakkan gitarnya dan bergegas menuju kamar
Melanie, tempat Puui berada.
Putri duduk di sudut kamar ketika Saka mengetuk kamarnya. Ia memeluk bantal sambil mendengarkan alunan musik
di radio yang memutar lagu Deep Purple.
Saka memasuki kamar dan duduk di hadapan PUtri, mena115 pustaka"indoblogspotnom
http :ttpustaka-indoblogspotnom
tap wajah adik kecilnya itu. "Deep Purple. Mereka pernah
ngadain konser di Jakarta tahun 75. Karena jumlah sekuriti
nggak sebanding dengan jumlah penonton yang datang, konsernya rusuh. Salah seorang anggota keamanan meninggal dan
ribuan orang luka-luka. Banyak nyawa bisa melayang karena
sebuah konser musik, Put."
Putri hanya diam tanpa tertarik menanggapi ucapan kakaknya itu. Saka pasti berpikir PUtri kemarin pergi menonton
konser musik karena melihat dandanan adiknya yang nggak
jauh berbeda dengan Celia dan Dinar sewaktu ingin menonton
konser Seven Eighty. "Mas Saka pasti mau nyuruh PUtri kembali ke rumah Bapak," ucap Putri tanpa memandang ke arah Saka.
Saka menghela napas panjang, "Siapa bilang?"
"Habisnya sih..." Pittri mendongak, menatap kakak semata
wayangnya itu. Saka tersenyum kecil. "Mas Saka baru sadar, ternyata kamu
udah dewasa. Kamu bukan lagi Putri yang cengeng dan manja,
yang selalu ngumpet di balik badanku kalau ketemu orang
baru." "Mas Saka masih marah sama Putri?"
"Aku naiak marah, cuma... sedikit kecewa," jawab Saka datar tanpa emosi. Sesaat ia menunduk, kemudian menerawang
jauh, "Waktu kecil, Bapak selalu mendidik aku untuk jadi
lelaki Jawa yang penurut dan bertanggung jawab. Kepercayaan
Bapak"Ibu terhadapku untuk menjaga kamu itu besar sekali."
Putri terdiam mendengar kenangan Saka.
"Tapi semenjak Mas Saka memUtuskan pergi ke kota untuk
mengejar cita-cita menjadi musisi, Bapak menganggap Mas Saka
memberontak. Kebanggaan Bapak beralih ke kamu, Pur. Setiap
kali Bapak"Ibu menelepon ke sini, selalu kamu yang dibangga116 pustaka"indoblogspotnom
http :ttpustaka-indoblogspotnom
banggakan. Adikrnu itu juara kelas, dapet penghargaan, dan
seterUsnya. Aku pun ikut bangga mendengar itu semua."
"Tapi Putri pengin kayak Mas Saka. Puui pengin jadi musisi. Pengin punya kami juga. Pengin bisa bebas."
"Tapi bukan berarti kamu pergi tanpa pamit dan pulang
larLIt malam kan, Pm" Jogja itu kota besar, Put, beda dengan
rumah Bapak di Solo. Kalau kamu kenapa-kenapa gimana"
Apa yang musti Mas Saka bilang ke Bapak?"
PUtri terdiam. "Apa kamu pernah berpikir gimana perasaan Bapak kalau
tau anak perempuan kebanggaannya berperilaku seperti itu di
Jogja?" "Maafin Putri, Mas..." Perlahan air mata Putri menetes.
"PUtri janji ndak akan mengulangi lagi. Tapi tolong, jangan
sampai Bapak tau... Purri masih kepingin di sini."
"Bikin album?" Saka kembali mengulangi kalimat Boni di telepon. Temannya itu memang suka nggak jelas kalau ngomong sambil panik
atau senang. Bahasanya suka sulit dimengerti gara-gara penyusunan kata-katanya kebalik-balik.
"Iya. Kemarin prodUser itu dateng ke tempatku. Dia lihat
Video kand"kand yang pernah tampil di Gudang Sembilan.
Nah, salah satunya kand"mu dulu, Sak. Dia ternyata suka banget sama penampilan panggung kamu dan pengin ngajak
kamu bikin album. Doi nawarin angka fantastis, Saki"
"Kamu kan tau aku sudah lama ndak manggung lagi," ueap
Saka mempertegas prinsipnya.
117 pustaka"indoblogspotnom
http :ttpustaka-indoblogspotnom
"Aku juga udah bilang gitu, Sak. Bahkan, aku cerita The
Veidets udah bubar. Vokalisnya meninggal karena kebanyakan
drugs, drummer"nya di penjara karena ketangkep mencuri di
toko musik, dan kartunnya pergi sekolah di Amerika. Yang ada
tinggal kamu. Tapi rany banget nih, Sak. Aku bilang aja kalo
kamu lagi dalam masa terapi."
"Terapi apaan?"
"Aku bilang aja kalo kamu stres dan dirawat di Rumah Sakit JTiwa." "Hah"!" "Huahaha... bercanda! Cuma yang jelas doi maksa, Sak.
Katanya, kamu orang yang dia cari selama ini. Dia mau kamu
bentuk band lagi dengan karakter yang sama seperti "Hie
Velders dulu. Gila kan, Man!" Boni berapi-api. Dan belum
sempat Saka menanggapi, Boni sudah kembali ngomong, "Angka kontrak yang dia tawarin gila banget, Bro. Kayaknya nggak
bakalan abis selama tujuh turunan. Kamu pasti nyesel banget
kalo nolak, Sak!" Sesaat Saka menengok ke arah Putri yang sedang memakan
keripik singkong di ruang santai sambil menonton sinetron.
Di sebelahnya terlihat Jhony yang membawa sekotak tisu
untuk menemaninya menonton sinetron. Cowok kribo itu memang sering mewek kalau nonton sinetron.
"Sany, Bon. Tapi aku memang sudah ndak mampu tampil
di panggung lagi. Mungkin jiwaku sudah m di sana. Kamu
kan tau aku juga belum pernah di major !akei'. Aku malas diatur-atur soal musik," ucap Saka pelan.
"Aku hargai prinsipmu, Sak. Tapi inget, kamu pernah punya
sebutan The Slash di Gudang Sembilan. Itu bukan sembarang
sebutan. Aku juga tau idealisme atau bisnis itu pilihan. Cuma
kamu mnsti sadar, manusia itu bntuh makan, Bro. Kalau hal
118 pustaka"indoblogspotnom
http :ttpustaka-indoblogspotnom
yang kamu mampu nggak bisa menjamin hidupmu sendiri,
buat apa kamu dikasih kemampuan itu sama Tuhan?"
Setelah berbicara dengan Boni, Saka pun menutUp telepon.
Ia terdiam beberapa saat memikirkan kata-kata Boni. Kemudian ia berjalan menuju ruang santai, bergabung dengan Purri
dan Jhony. Tiba di ruang santai, cowok itu langsung merebahkan tubuhnya di sofa. Putri yang melihat gelagat masnya itu langsung menghentikan keasyikannya memakan keripik singkong. Gadis itu langsung menyodorkan keripik ke Saka, "Mau?"
Saka melihat sekilas, kemudian tangannya merogoh kantong
keripik. Dalam hitungan detik ia telah mengunyah keripik tersebut di mulumya. "Hmm... enak. Beli di mana?"
"Dikasih Mas Bima. Tadi dia main ke sini," jawab Putri.
"Oooh. . ." Saka manggut-manggut.
"Lagi ada masalah ya, Mas?"
Saka asyik dengan keripik singkongnya sehingga nggak ngeh
dengan pertanyaan PUtri barusan. "Ng?"
"Mas Saka lagi punya masalah, ya?" Putri mengulangi kalimatnya. "Tadi siapa yang telepon, Mas?"
"Ng" Oooh... Boni. Bos Gudang Sembilan. Dia bilang ada
produser yang nyariin aku untuk nawarin bikin album," jawab
Saka sambil asyik mengunyah keripik singkong di mulUtnya.
"Trus" Mas Saka terima?" tanya Putri bersemangat.
Saka menggeleng. "Yaaah... kenapa ditolak" Kenapa sih Mas Saka ndak pernah
coba nge-kana' lagi" Padahal setahu Putri, dulu banyak banget
produser nawarin Mas Saka untuk bikin album."
BLAAAR! Suara petir disertai hujan tiba-tiba muncul. Dulu
musim hujan dimulai pada setiap bulan yang berakhiran -er.
September, Oktober, November] Desember. Tapi sekarang baru
119 pustaka"indoblogspotnom
http :ttpustaka-indoblogspotnom
bulan-bulan awal saja sudah sering hujan. Mungkin alam sudah tidak bisa kompromi lagi dengan ulah manusia.
Jhony beranjak dari tempat duduknya dengan terisak-isak.
Mendadak warna kinclong celananya membuat Saka dan Patti
tersentak. Jhony memang doyan banget memakai pakaian norak. Maklum, Jhony itu bnta warna. "Aku ke atas dulu ya,
Sak, Put. Ngantuk sekali aku ini," ucapnya sambil mengeluseins rambut kribonya dan mengambil kunci kamar dari dalam
rambut ajaibnya itu. Dengan langkah gontai, ia naik ke kamarnya rneninggalkan Saka dan Putri yang tertawa melihat kelakuan Jhony. "Mas Saka, kok kayaknya ada orang di halaman," ujar Putri
sambil celingukan ke balik jendela rumah.
"Hah" Orang" Mana mungkin ada orang hujan-hujan begini, Put. Ngaco kamu," tanggap Saka.
"Kayaknya beneran, Mas. Ada orang di halaman rumah."
Saka menengok ke jendela dan melihat seorang cewek berlari menerobos hujan menuju rumah. Tubuh cewek itu basah
kuyup. Saka pun buru-buru keluar ketika cewek itu berhasil
tiba di teras rumah. "Coro" Ngapain, Mbak?"
"Aku boleh numpang berteduh di sini, Sak?" Coto memotong pertanyaan Saka dengan tubuh menggigil, mencoba mencari alasan yang paling masuk akal.
"Masuk, masuk," ucap Saka sambil menutup pintu setelah
Coro masuk. Coto menatap PUtri. Kemudian ia tersenyum. "Adik kamu
ya, Sak?" "Iya. Adik saya," jawab Saka. "PutI kenalin ini Mbak Coro."
Putri mengulurkan tangan untuk berkenalan. Dalam hatinya
ia tersenyum kecil dan berkata dalam hati, "Mbak ini cantik
120 pustaka"indoblogspotnom
http :ttpustaka-indoblogspotnom
sekali. Penampilannya juga keren. Tapi sayang, cantik-cantik
namanya Coro. Hihihi..."
"Putri, pinjami Mbak Coto handuk dan bajumu," pinta
Saka kepada Putri. "Nggak usah, Sak."
"Ndak apa-apa, Mbak. Nanti masuk angin, loh." Putri berkata sambil bergegas ke kamar mengambil pakaian untuk
Coto. Setelah mengganti pakaiannya yang basah dengan baju milik
Putri, Coto duduk di sofa. Futri meminjamkan selimut abuabu kepada Corn agar tubuh cewek itu hangat. Kemudian
Putri naik ke kamar karena merasa ada sesuatu yang ingin
Coto bicarakan dengan kakaknya.
Saka membuatkan secangkir teh hangat, kemudian duduk
di sebelah Coro. Wajah Coro terlihat kemerahan menahan udara dingin. Perlahan ia meneguk teh hangatnya.
"Udah enakan?" Corn mengangguk pelan sambil tersenyum.
"Kamu habis dari mana hujan-hujan begini?"
"Aku baru tahu apa sebenarnya yang membuat Sisko segitu
bencinya sama kamu, Sak. Pantes aja dia selalu melarang aku
ketemu kamu. Dan setiap kali aku menyinggung namamu, dia
selalu marah. Seperti tadi, aku diturunin Sisko di jalan cuma
gara-gara aku tanya soal kamu...."
Saka terdiam menatap Coro.
"Dia marah dan langsung menarik aku keluar dari mobilnya." "Kamu nggak marah?" tanya Saka kaget mendengar ucapan
Coto barUsan. ]uatu ia yang emosi mendengar orang sebaik
Coto diperlakukan tidak adil oleh cowok macam Sisko. Tapi,
121 pustaka"indoblogspotnom
http :ttpustaka-indoblogspotnom
posisinya tidak cukup kuat untuk membela Coto. Sisko pacar
Coro. Sementara dia"
Coro menggeleng sambil tersenyum. "Ah, ini udah biasa
kok." "Terus, kenapa kamu malah ketemu saya sekarang?"
Rock N Roll Onthel Karya Dyan Nuranindya di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Coro tampak tersentak dengan pertanyaan Saka barusan. Ia
memandang wajah Saka. Sebenarnya, ia juga nggak tahu kenapa justru ingin bertemu Saka. Mata Coto menatap Saka
dalam-dalam. "Aku juga nggak tahu."
"Kamu nggak takut Sisko akan tahu kamu ke Soda untuk
ketemu saya?" Mata Corn menatap kosong. Cangkir di tangannya bergetar,
sama seperti bibirnya yang ikut gemetar karena dirinya tak
kuasa menahan tangis. Air mata menetes di pelupuk mata
Coto. Ia menangis. "A-aku telanjur sayang sama Sisko, Sak.
Meskipun orangtuaku nggak akan pernah setuju. Aku bingung.... Aku nggak tau. Aku nggak tau kenapa justru pengin
ketemu kamu. AKU NGGAK TAU!"
"Apa kamu masih cinta sama Sisko?"
"Aku masih cinta dia, Sak. Tapi...." Coto tak melanjurkan
kalimatnya. "Ndak ada pengecualian kalau orang cinta, Cor."
"Kamu sok tau!"
"Coba belajar jujur sama dirimu sendiri."
"Kamu nggak berhak mengatur hidupku, Sak!" Suara Coto
meninggi. Saka menatap Corn. Ia diam untuk menetralisir emosi Coro
yang semakin naik. Perlahan Saka bertanya, "Kamu percaya
sama saya?" "Aku percaya." 122 pustaka"indoblogspotnom
http :ttpustaka-indoblogspotnom
Saka tersenyum. Coro menjawabnya tanpa pengecualian.
"Kenapa kamu... bisa percaya sama saya?"
"AKU NGGAK TAU! AKU NGGAK TAU! AKU NGGAK
BISA JAWAB! JANGAN TANYA-TANYA AKU LAGI!"
"Oke, tapi biarin saya melakukan sesuatu untuk menenangkan kamu. Setidaknya ada yang bisa dilakukan cowok buat
menenangkan cewek yang tertekan di hadapannya. Bukannya
itu salah satu gunanya cowok di dunia ini?"
Mendadak air mata Coro menetes. Siska, pacarnya sendiri,
tak pernah mengatakan hal itu kepadanya. Tapi kenapa justru
Saka yang merasa harus bertanggung jawab untuk menenangkan perasaannya" "Aturan kamu nggak berlaku buat Sisko,
Sak." "Itu karena dia sejenis Pokemon," ucap Saka asal.
Corn tertawa dengan air mata di pipi. Ia kemudian menatap
Saka sendu. Saka merasakan sesuatu yang cukup aneh ketika Coto menyandarkan kepalanya di bahu Saka. Ya, Saka pun tak tahu
perasaan apa yang ia rasakan saat itu. Jantungnya berdebar lebih cepat. Ia tahu Coto mampu mendengarnya. Rasanya...
aneh. Coto terus menatap Saka dengan tatapan teduh. Air matanya tak berhenti menetes. Perlahan, Corn meringkuk di pelukan Saka, merasakan kenyamanan yang luar biasa. Waktu seakan
berhenti. Hanya detak jantung mereka yang tak menentu.
Udara dingin langsung terasa menyusup ke celah-celah pakaian.
Hujan seakan ikut merasakan gejolak perasaan aneh dalam hati
mereka. Tiba-tiba Saka tersentak dan langsung berdiri dari tempat
duduknya. Ia terlihat canggung. Tubuhnya bergetar hebat.
Coto yang terkejut dengan sikap Saka langsung menatap
123 pustaka"indoblogspotnom
http :ttpustaka-indoblogspotnom
cowok itu bingung. Padahal baru saja ia merasakan kehangatan
tubuh cowok itu yang telah berhasil menenangkannya. Apa
ada yang salah dengan itu semua" "Kenapa?"
Saka mencoba menenangkan pikirannya dalam sepersekian
detik. Bayangan wajah Indah tadi sempat bertandang di benaknya. Namun, ia langsung menyadari, cewek di hadapannya
itu bukan Indah, melainkan Coro. Dengan suara bergetar Saka
berkata, "Kamu" nggak seharusnya dateng ke sini."
"Maksud kamu?" "Ayo, saya antar kamu pulang?"
Aroma tanah basah akibat hujan tercium jelas di hidung. Keesokan hari di kamar, PUtri asyik mendengarkan mnsik The
Clash yang ia setel di MP5 piayer"nya. Ia mencoba mengikuti
nada musik tersebut dengan gitar di tangannya. Sesekali mulutnya bersenandung menyanyikan bait-bait lagu kana! tersebut.
Tiba-tiba ponselnya bergetar. Putri menjawabnya dan mendengar sapaan seorang cowok di seberang.
"Putri..." Suara lembut Dimas terdengar, "Hai, lagi ngapain
kamu?" "Dimas" Aku... lagi naiak ngapa-ngapain kok. Kenapa?"
"Nggak apa-apa. Kangen aja. Emang nggak boleh?"
PUtri tersenyum, "Ya... boleh sih"."
"Aku mau ajak kamu jalan-jaian."
?"Jalan-jalan" Ke mana?"
"Hmmm" kalo aku bilang surprn'e boleh, nggak?"
"Okeee," ueap Putri sambil tersenyum, beruaaha menerima
kata-kata Dimas, kemudian bertanya, "Kapan?"
124 pustaka"indoblogspotnom
http :ttpustaka-indoblogspotnom
"Sekarang." "Sekarang?" "Duh! Kebiasaan deh. Nanya mulu. Udah sekarang liat di
gerbang. Aku tungguin yaI Sayang."
Putri melongok keluar jendela kamarnya dan melihat Dimas
duduk di atas motor sambil melambaikan tangan. "Gila kamu,
Dim." "Buruan deh.?" Putri buru-buru meraih cardigan: pink-nya dan perlahan menuruni tangga kosan Soda. Dengan lari kecil Putri menyeberangi pekarangan kosan Soda. Dalam hitungan detik gadis itu
berdiri di hadapan Dimas. "Kok ndak bilang kalau mau
ke..." "Eee... Sssttt..." Dimas menggerak-gerakkan telunjuknya di
depan wajah Putri. Kemudian ia mengambil sesuatu dari dalam
tasnya dan memberikannya kepada Purri. "Ini buat kamu."
PUtri melihat kotak CD pemberian Dimas dan terkejut ketika melihat enver-nya. "Ini..."
"Itu singk kedua Seven Eighty. Belum terbit di pasaran,"
jawab Dimas dengan senyuman tulus.
Putri terlihat berbinar senang. Ia melonjak"Ionjak saking
senangnya. Kemudian Dimas menarik pergelangan tangan PUtri untuk
mengajaknya pergi. "Udah, senengnya jangan larna-lama.
Ayo!" "Eeeiiit... tunggu, tunggu!"
"Kamu tuh bawel ya, Sayang" Apa lagi sih?"
"Kita mau ke mana?"
"Udah jangan banyak nanya deh" rugbrire pokoknya."
Dalam hati Putri tersenyum. Dimas memang menyenangkan,
selalu penuh kejuran. Tanpa banyak tanya lagi Putri menaiki
125 pustaka"indoblogspotnom
http :ttpustaka-indoblogspotnom
motor Dimas. Putri nggak menyangka Dimas tiba-tiba datang
ke kosan Soda. Padahal selama ini di antara personel Seven
Eighty, Putri ngefans sama Sisko. Nggak pernah sekalipun ia
tertarik kepada Dimas. Dan Dimas berkali-kali memanggilnya
dengan sebutan" Sayang" Apa maksudnya"
"Purri?" Tiba-tiba Melanie muncul dan kaget melihat Putri
bersama seorang cowok di depan kosan Soda pagi-pagi. "Kamu
mau ke mana?" PUtri terlonjak kaget. Ia berusaha mengontrol keterkejmannya. "Mbak Mel. Ini Dimas, temen Putri."
"Kalian mau ke mana?" Melanie berkata ta tke paint. Memang itu ciri khas cewek ini. Langsung ke topik pembicaraan. "Maaf, jangan salahin Putri. Saya yang ngajak Putri pergi.
Nama saya Dimas. Mbak tenang saja. Saya bukan orang jahat,"
ueap Dimas datar. "Ini bukan masalah orang jahat atau bukan, ya. Tapi kamu
diam-diam mau bawa Putri pergi." Melanie berkata agak judes. Dimas terdiam menundukkan kepala. "Saya... saya cuma
kepingin jalan-jalan sama PUtri."
"Wkatff' Melanie terkert. Kemudian ia berpaling ke arah
Putri, "Dia pacar kamu, Pur?"
Pertanyaan Melanie membuat Putri langsung panik. "Bu-bukan. Dia... temen aku," ungkap Pittri. Gadis itu turun dari
motor Dimas, lalu kedua tangannya memegang tangan Melanie
sambil berbisikI "Mbak Mel, tolong jangan bilang Mas Saka,
ya" pfease...."
Mel melihat ada yang berbeda di mata PUtri. Gadis itu betul-betul tulUs memohon kepada Mel. Sepertinya, ia sangat
menyayangi cowok itu. Dan cowok itu" kelihatannya dia bu126 pustaka"indoblogspotnom
http :ttpustaka-indoblogspotnom
kan orang jahat. Yah, meskipun penampilannya sedikit urakan,
jaket kulit dan blue jeans. Tapi terlihat sekali cowok itu tidak
ada niat jahat kepada PUtri. Sepertinya, mereka saling menyayangi. How sweet... Putri dan Dimas akhirnya cukup lega ketika Melanie mengizinkan mereka pergi. Tapi dengan satu syarat, mereka harus
pulang sebelum jam tiga sore. Soalnya, jam segitu Saka sudah
pulang dari mengantarkan wayang-wayang jualannya ke
Malioboro. Jadi Saka nggak perlu tahu Putri sempat pergi. Mel
yang akan bertanggung jawab.
"Ini nomor teleponku. Tolong hubungi aku kalau ada apaapa," ucap Melanie sambil memberikan kertas kecil kepada
Dimas setelah sebelumnya Dimas melakukan hal yang sama.
Dimas mengangguk dan berjanji akan tepat waktu mengantarkan PUtri kembali ke Soda dengan selamat.
Purri membonceng motor Dimas. ia melingkarkan tangan
mungilnya di pinggang cowok itu kuat-kuat. Angin berembUs
kencang sepanjang jalan yang dilewati motor Dimas. Mereka
melewati jalan-jalan di Jogja yang masih sarat dengan suasana
pedesaan. Entah ke mana Dimas akan membawanya. Putri tidak peduli. Hanya satu yang ia tahu, ia begitu bahagia saat
bersama Dimas. Putri yakin Dimas cowok baik"baik.
Motor Dimas memasuki kawasan bangunan tua di sudut
Jogja. Kemudian ia membelokkan motornya ke tikungan di
antara dua gedung dan berhenti tepat di depan pintu bangunan tua yang ramai. Dimas melepas helmnya dan menengok ke arah Putri,
"kaeame to Gudang Sembilan, Sweety."
Wajah Purri bengong saking kagetnya. Ia begitu senang kare Dewi Sungai Kuning 2 Karunia Mutiara Cinta Karya Bang Bois Bende Mataram 15
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama