Ceritasilat Novel Online

Balada Padang Pasir 10

Balada Padang Pasir Karya Tong Hua Bagian 10 mengendalikan diri lagi, oleh karenanya ia sama sekali tak mau minum". Saat itu senyum Zhao Ponu barulah benar-benar tercermin di matanya, ia menjura ke arahku, "Banyak terima kasih!". Ia kembali menghormat ke arah Huo Qubing, lalu berbalik dan pergi. Aku duduk untuk beberapa saat, aku merasa kepalaku agak berat dan cepat-cepat bangkit, "Mumpung arak belum naik ke kepala, aku pulang dulu". Huo Qubing segera bangkit, sambil memegang kantong arak ia berkata, "Aku akan pergi bersamamu!" Tenda Huo Qubing didirikan dengan membelakangi gunung, untukku, ia sengaja memerintahkan agar kemah-kemah lain didirikan jauh dari tendanya. Sebelum aku sampai di tenda, kakiku telah menjadi lemas, Huo Qubing memapahku, namun aku mengibaskan tangannya dan berjalan sendiri dengan terhuyung-huyung, akan tetapi, tanpa memperdulikan diriku yang meronta-rota, ia membopongku masuk ke dalam kemah. Di tengah kegelapan, pikiranku seakan menjadi terang, perlahanlahan, segala peristiwa yang terjadi muncul di hadapanku dengan jelas, namun aku pun sepertinya kebingungan, sama sekali tak bisa mengendalikan pikiranku sendiri, hal-hal yang tak ingin kupikirkan malahan nampak paling jelas, hatiku amat pedih. Sambil meraba-raba, Huo Qubing menyalakan lentera, lalu melangkah ke sisiku dan memperhatikanku, ia menghela napas dengan berat, mengambil sapu tangan, lalu menghapus air mataku, "Apa kau masih berduka karena Xiao Tao, Xiao Qian dan Li Cheng?" Aku menarik lengan bajunya namun masih mengucurkan air mata, "A Die ku sudah pergi, Jiu Ye tak menginginkanku, sekarang Xiao Tao dan Xiao Qian juga sudah pergi, Lang Xiong sudah punya istri dan putri, hanya tinggal aku sendirian". Seketika itu juga tangan Huo Qubing berhenti bergerak, dengan sebuah tangannya, ia mengambil kantung arak, lalu minum beberapa tegukan besar, sedangkan tangan yang satunya menyeka air mata dari sudut mataku, "Omong kosong! Kenapa tinggal kau sendirian! Aku akan menemanimu". Hidungku berair, dengan asal aku menyambar lengan bajunya dan membuang ingus dengannya, lalu bertanya sambil memandangnya, "Kenapa kau begitu baik padaku?" Huo Qubing memandangi lengan bajunya sendiri, lalu dengan tak berdaya menggeleng-geleng, mengibaskan tanganku, menjejalkan sapu tangan ke dalam genggamanku dan menanggalkan jubah luarnya, "Kau ini benar-benar bodoh atau pura-pura bodoh" Walaupun aku tak mengatakannya dengan gamblang, masa kau sama sekali tak paham bahwa aku ingin menikahimu?" Aku meraba-raba mencari kantung arak, namun Huo Qubing mencengkeram tanganku, "Jangan minum lagi". Sambil berbicara ia sendiri minum beberapa teguk. Aku mengibaskan tangannya, hendak merampas kantung arak, namun ia mengenggam tanganku erat-erat, "Jawab pertanyaanku dan aku akan memberimu minum, apakah kau sama sekali tak suka padaku?" Huo Qubing menatapku tanpa berkedip, aku menelengkan kepalaku, berpikir untuk beberapa saat, "Tak tahu". Huo Qubing menghela napas panjang, "Kalau begitu, ketika melihatku sedih, kau sedih tidak" Hari ini, apakah kau mencemaskanku?" Aku mengangguk-angguk, "Sampai sekarang aku tak mau melihat pohon kuihua, begitu melihatnya hatiku langsung sedih. Aku takut kau dilukai orang Xiongnu dan cepat-cepat berjalan semalaman kemari". Ia tersenyum getir, "Dalam hatimu ada aku". Sambil berbicara ia mengambil kantung arak dan memaksa dirinya kembali minum. "Hari itu di Yueya Quan kau jelas sudah berjalan jauh, kenapa berbalik" Ketika kau berpaling memandangku, kau tahu tidak kalau wajahmu memerah" Kenapa wajahmu memerah" Kalau dalam hati kau tak memikirkanku, kenapa kau sengaja menyediakan tempat duduk di rumah hiburan untukku" Saat kau sedih, aku selalu memikirkan cara untuk membuatmu tertawa, tapi saat aku sedih, bukankah kau juga mencari cara untuk mengalihkan perhatianku" Saat itu ketika aku tak senang karena Sima Qian dan para sastrawan itu memberi penilaian buruk padaku, kau yang tak pernah menyentuhku, tak segan menarik lengan bajuku dan berbicara padaku, kau jelas-jelas sedang bergurau denganku, jelas-jelas sedang mencoba membuatku tertawa, beberapa hari belakangan ini, karena aku menahanmu di sini, pikiranmu penuh rencana untk melarikan diri, namun begitu aku berbicara tentang ayahku, kau langsung mengalihkan pokok pembicaraan dan berbicara tak tentu arah. Yu er, aku hanya pernah sekali melakukan kesalahan, hanya terlambat selangkah saja, seandainya di Chang"an".." Sambil tersenyum aku menunjuk wajahnya dan berkata, "Kau sudah mabuk, wajahmu merah seperti pantat monyet". Sambil tersenyum ia menggeleng, "Kaulah yang benar-benar mabuk, kalau tak mabuk mana bisa sebentar menangis sebentar tertawa". Sambil menggeleng aku melambaikan tanganku, "Aku tak mabuk, pikiranku sangat terang". Aku memandang kantung arak dalam genggamannya, "Aku ingin minum, aku sudah begitu lama tak minum arak susu kuda, waktu kecil aku mencuri-curi minum, rasanya benar-benar tak enak". Ia kembali minum beberapa teguk, "Sekarang kau masih merasa rasanya tak enak?" Dengan wajah muram aku berkata, "Sekarang juga tak enak, tapi di dalamnya ada rasa A Die". Ia memberikan kantung arak itu kepadaku, sambil berpegangan pada tangannya aku minum seteguk besar arak, ia menarik tangannya dan menenggak arak yang tersisa sampai tandas, lalu dengan asal mencampakkan kantung arak itu. "Yu er, jangan kembali ke kawanan serigala, menikahlah denganku!" Huo Qubing berbaring dengan miring di atas permadani, dengan mata nanar karena mabuk, ia memandangiku. Aku tertawa cekikikan, tak berkata apa-apa. Ia kembali berkata, "Meng Jiu tak jelek, anggun bagai pohon kumala, senyumnya bagai cahaya rembulan, benar-benar seorang lelaki yang jarang terlihat di dunia yang fana ini, tapi aku juga tak kalah dengannya, lagipula aku pasti akan memperlakukanmu dengan sangat baik, lupakanlah dia!" Sebelum aku berbicara, ia sudah tertawa terbahak-bahak, "Aku sudah mabuk, kalau tak mabuk, biar bagaimana pun juga aku tak akan bicara seperti ini, tapi pikiranku sangat terang". Aku mengerutkan dahiku, sosok hangat di bawah cahaya lentera itu, sosok hangat yang anggun itu, sosok yang selalu tenang itu?" Huo Qubing tiba-tiba muncul di hadapanku, "Sekarang akulah yang berada di hadapanmu, jangan pikirkan orang lain". Aku memandanginya, air mataku kembali bercucuran, Huo Qubing menyekanya untukku, jari jemarinya mengelus pipiku, ketika menyentuh bibirku, ia bimbang sesaat, lalu jari jemarinya segera berubah menjadi panas membara, tubuhku pun menjadi kaku. Dengan terpana aku memandangnya, tiba-tiba ia menghela napas panjang, lalu sekonyong-konyong menciumku, hatiku seakan paham sekaligus bingung, tubuhku menjadi enteng sekaligus lemas, seakan hendak melayang sekaligus seakan hendak tenggelam, hanya ada bibirnya, tangannya dan tubuhnya yang membakarku bagai api, namun hatiku amat dingin, aku menginginkan panas membara ini....... -------------------Aku terbangun di tengah suara lolongan serigala yang terdengar sayup-sayup, kepalaku terasa berat dan tubuhku terasa lemas, dengan kesakitan aku membuka mata, begitu melihat keadaanku dan Huo Qubing yang intim, aku langsung menutup mata dengan tak percaya. Hatiku terkesiap, adegan demi adegan yang terjadi kemarin malam muncul dalam pikiranku, terkadang dengan jelas dan terkadang dengan kabur. Aku berbaring, tak berani bergerak, otakku seakan beku, lolongan serigala kembali terdengar. Dengan hati-hati aku menyelinap keluar dari pelukan Huo Qubing, lalu cepat-cepat mengenakan pakaian sambil membelakanginya. Lilin masih tersisa separuh, aku tak dapat menghadapi ruangan yang begitu terang itu, maka aku meniup lilin itu, lalu berdiri dengan diam di tengah kegelapan, di belakangku, Huo Qubing berbalik, karena terkejut, aku melompat keluar tenda. Di kejauhan, barisan prajurit yang sedang berpatroli berbaris mendekat, aku cepat-cepat bersembunyi di balik sebuah batu, lalu pergi mengikuti suara lolongan serigala yang terputus-putus itu. Bulan sabit yang segera akan tenggelam tergantung miring di angkasa, terpantul di riak hijau kumala sebuah sungai, Lang Xiong berdiri di sebongkah batu di tepinya, sambil setengah mendongak ia melolong, serigala putih salju pun menemaninya melolong, melihatku, sang putri kecil mendatangiku, namun begitu tiba di sisi kakiku, ia mendengking pelan, ragu-ragu dan tak melangkah ke depan. Sambil mengigit bibirku, aku mengendongnya, "Apakah bauku berubah?" Aku melangkah ke samping Lang Xiong dan duduk di sisinya, Lang Xiong mengendusku, lalu dengan bimbang mendengking, namun setelah melihatku tak menghiraukannya, dengan bosan ia pun menelungkup di atas batu besar itu. Apakah bauku sudah berubah" Karena aku sudah bukan seorang gadis lagi, hari ini aku telah menjadi seorang wanita. Aku meraup air yang sedingin es itu dan membasuh wajahku, hendak menggunakannya untuk menyadarkan diriku sendiri, namun setelah sadar, aku harus bagaimana" Dengan diam aku memandangi air yang dalam itu, berbagai pikiran muncul dalam benakku namun aku tak kuasa memikirkannya. Sang putri kecil meronta-ronta dalam pelukanku, namun aku tak bermain dengannya seperti dulu, maka dengan tak sabar ia melompat turun dari pelukanku dan pergi untuk mengigit ekor ayahnya. Tiba-tiba, serigala putih salju berlari ke dalam hutan sambil mengeram dengan penuh ancaman, dengan heran aku berpaling, walaupun tak bisa melihat apapun di tengah kegelapan, pasti ada sesuatu yang membuat si serigala putih salju tak tenang. Namun Lang Xiong yang sifatnya sangat waspada masih dengan riang bermain dengan sang putri, dan hanya mengeram dengan pelan ke arah serigala putih salju. Aku berpaling dan langsung duduk dengan kaku. Setelah mendengar geraman Lang Xiong, serigala putih salju tak lagi bersikap agresif, namun masih dengan amat hati-hati berjaga di samping sang putri. Setelah beberapa lama, aku baru mendengar sebuah suara lembut yang penuh rasa cemas dan takut di belakangku, "Yu........Yu er, aku..........aku........." Suaranya semakin lama semakin lirih, suasana di sekelilingku pun kembali sunyi senyap, kami berdua, yang seorang di depan, sedangkan yang seorang lagi di belakang, yang seorang duduk dan yang seorang lagi berdiri, sama-sama tak berani bergerak. Sang putri kecil berhenti bermain, dengan matanya yang hitam legam, ia memandangku, lalu memandang Huo Qubing. Dengan tak sabar, Lang Xiong melolong, memukulku dengan cakarnya, lalu menerjang ke arah Huo Qubing sambil melolong, setelah itu, ia mengajak serigala putih salju dan putri kecil berjalan pergi. Huo Qubing berjalan ke belakangku, "Ma.......maaf, aku......aku......" Tak nyana, seseorang sepertinya juga bisa begitu tegang sampai tak bisa menyelesaikan perkataannya. Sambil memeluk lutut, aku memandang ke danau, "Tak perlu minta maaf, kalau ada yang bersalah, kita sama-sama bersalah. Lagipula, kau juga tak memaksaku". Suaraku tenang namun hatiku amat galau. Huo Qubing hendak duduk, namun setelah ragu sejenak, ia melangkah menjauh, lalu duduk di atas sebongkah batu yang jauh dan ikut memandangi danau tanpa berkata apa-apa, untuk beberapa lama kami berdua diam seribu bahasa. Dengan asal, ia memungut sebutir batu di sisi kakinya dan melemparkannya ke danau, kebetulan batu itu mengenai bayangan rembulan di danau, cahaya bulan pun pecah berkeping-keping. Tiba-tiba ia bangkit dan berjalan ke sisiku, lalu mencengkeram bahuku sehingga aku memandang ke arahnya. Dengan sinar mata yang penuh tekad, ia berkata, "Yu er, menikahlah denganku". Hatiku amat galau, aku tak berani menyambut pandangan matanya, pandangan mataku melayang ke permukaan air danau, ternyata Lang Xiong dan serigala putih salju sedang berbaring berendeng pundak di depanku, mereka memandang kami dengan penuh perhatian, putri kecil pun berbaring di tanah, meniru ayah ibunya, ia menelengkan kepalanya, matanya yang hitam legam menatap kami berdua. Benakku penuh berbagai pikiran yang tak dapat diucapkan, namun di tengah kegalauanku, mau tak mau aku tersenyum, dengan asal aku memungut sebutir batu dan melemparkannya ke arah Lang Xiong, "Bagus sekali, bukan?" Lang Xiong tak bergeming dan matanya tak berkedip walaupun batu itu jatuh tepat di depan kakinya, namun putri kecil terkejut dan melompat ke punggung sang ayah. Walaupun Lang Xiong tak dapat berbicara, sinar matanya nampak cemas, namun penuh harapan dan dukungan, ingin agar aku bahagia, sinar matanya persis dengan sinar mata A Die sebelum kami berpisah. Aku menatap mata Lang Xiong tanpa berkedip, lalu tersenyum, "Baiklah". Huo Qubing mencengkeram lenganku, "Kau berkata baiklah" Apa kau berkata padaku?" Aku memandang ke sekelilingku, lalu tersenyum dan bertanya, "Memangnya di sini ada orang lain" Kalau begitu sebaiknya aku pikir-pikir dulu". Huo Qubing menatapku tanpa berkedip untuk beberapa saat, lalu sekonyong-konyong berteriak keras-keras, sambil memelukku ia melompat turun dari batu itu, lalu melompat-lompat dan menarinari. Lang Xiong melolong dengan gembira ke angkasa, putri kecil menirunya dan ikut melolong-lolong. Untuk beberapa saat, rasa girang bergema di atas sungai itu. Aku memandang rembulan yang akan segera tenggelam di barat, apakah saat ini bulan purnama itu juga menyinari seseorang di Chang'an itu" Aku memandang Huo Qubing, menatap sepasang matanya yang penuh rasa bahagia, untuk beberapa saat aku menatapnya tanpa berkedip, hatiku tergerak, aku tersenyum, memeluknya dan bersandar di bahunya. Huo Qubing memelukku dengan tenang, namun tak lama kemudian, ia mengoyang-goyangkanku, "Katakanlah sekali lagi. Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Apakah kau benar-benar berjanji?" Hatiku girang sekaligus berduka, aku mengangkat kepalaku dan berkata sambil memandangnya, "Jin Yu berjanji akan menikah dengan Huo Qubing". Ia tertawa keras, "Ini adalah perkataan terbaik yang pernah kudengar seumur hidupku. Katakan sekali lagi". Aku memukul bahunya, "Tak mau". Dahinya menempel pada dahiku, senyum memenuhi wajahnya, matanya yang secemerlang bintang menatapku, dengan lembut ia memohon, "Katakanlah sekali lagi, sekali lagi saja". Aku memelototinya dengan kesal, tapi mulutku menuruti kemauannya, dengan lembut aku berkata, "Aku berjanji akan menikahimu". Huo Qubing mencium wajahku, "Istriku yang baik". Wajahku tak berekspresi, senyum Huo Qubing agak membeku, dengan bimbang ia memandangku. Perkataan 'istriku yang baik' itu terngiang dalam hatiku, saat itu aku baru benar-benar paham bahwa statusku akan segera berubah, perlahan-lahan wajahku menjadi panas, sudut-sudut bibirku terangkat, Huo Qubing sepertinya sudah tahu apa yang kupikirkan, rasa bimbangnya menghilang, dengan penuh kelembutan matanya memandangku, tanpa berkata apa-apa, ia memelukku erat-erat. Di ufuk timur langit sudah menjadi terang, dari hutan telah terdengar kicauan merdu burung-burung, malam telah berlalu dan hari yang baru akan segera dimulai, seperti hidupku sendiri. Aku dan Huo Qubing berjalan di depan, Lang Xiong dan serigala putih salju membuntuti di belakang kami, kadang-kadang sang putri kecil berlari ke depan, mengejar kupu-kupu, kadang-kadang meniru sang ayah, berjalan dengan tenang dan anggun. Setelah tinggal bersama selama dua hari lebih, sikap waspada serigala putih salju terhadap Huo Qubing sudah banyak berkurang, asalkan aku ada, ia tak melarang putri kecil bermain dengan Huo Qubing. "Kalau terus berjalan ke arah ini, kita akan masuk ke wilayah kekuasaan Raja Qiutu bangsa Xiongnu, walaupun mereka sudah kalah telak, dan di sekitar tempat ini tak ada pasukan utama, mungkin kita akan bertemu dengan sisa-sisa bala tentara mereka". Sambil tersenyum, Huo Qubing memperingatkanku. Aku menjawab, "Aku tahu, orang Xiongnu berpindah-pindah mengikuti air dan rumput, dan kaki gunung Qilian Shan adalah tempat yang paling banyak airnya dan subur, walaupun pasukan Xiongnu sudah kalah dan mundur, namun para pengembala Xiongnu di sini tentu enggan meninggalkan tempat ini, oleh karenanya, mungkin kita tak akan bertemu prajurit Xiongnu, namun sangat mungkin bertemu dengan pengembala Xiongnu". Dengan agak heran ia bertanya, "Katamu kau hendak mengajakku bertemu seseorang, apakah ia orang Xiongnu?" Aku berpaling memandangnya, "Kalau ia orang Xiongnu memangnya kenapa?" Dengan penuh semangat kepahlawanan ia berkata, "Yu er, tersenyumlah, makin lama berjalan wajahmu makin serius saja. Jangankan seorang Xiongnu, kalaupun harus menemui shanyu Xiongnu sendiri, aku akan menemanimu". Ia melirik gaunku, "Tapi sepertinya bukan seorang Xiongnu, aku mencarikanmu pakaian perempuan Han dan pakaian perempuan negara-negara Xiyu, bahkan pakaian Xiongnu, tapi kau sengaja memilih pakaian Qiuci, pakaian Xiongnu adalah yang paling dahulu kau campakkan, sepertinya kau agak muak melihatnya". Aku menghela napas dengan pelan, "Seharusnya aku memakai pakaian perempuan Han, tapi pakaian Qiuci ada cadarnya". Aku melirik pakaiannya, "Tapi ada kau juga sudah cukup". Setelah melewati beberapa lembah, kami berjalan menembus sebuah hutan, Lang Xiong sudah tahu kami hendak kemana, dengan tak sabar ia berlari mendahului kami. Tak berapa lama kemudian, Lang Xiong berlari kembali tanpa bersuara, ia mendekatiku dan menggeram pelan, aku segera berhenti, Huo Qubing bertanya, "Ada apa" Di depan ada orang?" Aku mengangguk, untuk sesaat aku ragu-ragu, namun terus berjalan, manusia dan serigala sama-sama berusaha berjalan dengan tak bersuara. Aku dan Huo Qubing membungkuk dan berjalan di tengah semak-semak, namun begitu melihat sosok yang berdiri di depan makam itu aku tiba-tiba berhenti, Huo Qubing pun cepat-cepat berhenti dan mengintip dari balik semak-semak. Sebuah makam besar dan sebuah makam kecil, seseorang sedang duduk dengan tenang di depan makam-makam itu sambil minum arak, tak jauh di belakangnya, dua orang pengawal berdiri dengan sikap hormat. Begitu dapat melihat orang itu dengan jelas, Huo Qubing memandangku dengan agak terkejut dan cemas, namun aku hanya memandang Yinzhixie yang sedang duduk di depan makam tanpa berkedip. Di tengah semak yang rimbun terkadang terdengar dengung serangga, sinar mentari menerobos dari sela-sela pohon dan dedaunan, menyinari rumput liar di depan makam dan tubuh Yinzhixie, membuatnya tak nampak jelas di bawah bayangbayang dan membuat suasana semakin mencekam. Ia minum arak dengan tenang sambil menghadap ke makam itu, tubuhnya diselimuti bayang-bayang, sepertinya ia minum untuk melipur lara. Yinzhixie menyiangi rumput di sekitar makam, mencabutinya dengan tangannya. Para pengawal di belakangnya segera maju, lalu berkata sambil setengah berlutut, "Shanyu, biar kami yang mengerjakannya!" Namun tanpa berkata apa-apa, Yinzhixie melambaikan tangannya, para pengawal itu saling memandang, lalu kembali ke tempat mereka masing-masing. Tanpa sadar, tanganku mencengkeram semak-semak di sisiku, makin lama makin erat, ketika Huo Qubing melihatnya, ia cepatcepat menarik tanganku dari semak berduri itu, namun tanganku sudah berlumuran darah. Yinzhixie membersihkan kedua makam itu hingga bersih, lalu menuang secawan arak di depan makam yang besar, ia sendiri pun ikut minum secawan arak, "Saudara Xu, hari ini kau tentu sangat gembira. Sebagian besar Qilian Shan telah direbut Dinasti Han, mungkin setelah ini kau akan dapat tidur di tanah Dinasti Han, maka kurasa kau tak akan menolak minum arak denganku. Kau pernah berkata padaku bahwa kalau bangsa pengembara dibandingkan dengan bangsa petani yang menetap, pada akhirnya mereka akan kalah, untuk sementara, bangsa pengembara akan dapat mengandalkan pasukan berkuda yang cepat untuk mengalahkan bangsa petani, akan tetapi kalau bangsa pengembara tak segera mengubah cara hidup mereka, mereka tak akan dapat mengembangkan jumlah penduduk, budaya dan harta mereka, dan lama kelamaan akan dikalahkan oleh bangsa petani, dan akhirnya tak bisa menguasai bangsa petani itu. Sekarang aku bertanya padamu, bagaimana kalau setelah mengalahkan bangsa petani itu, kami mengikuti adat istiadat mereka" Katamu kalau bangsa pengembara berhenti mengembara dan melebur dalam bangsa petani, walaupun dapat menguasai mereka, dalam beberapa generasi, sifat istimewa bangsa pengembara dapat sama sekali hilang dan terlebur dalam bangsa petani itu, sehingga bangsa pengembara akan menjadi lemah dan lenyap. Saat itu aku tak percaya, sejak zaman nenek moyang, kami telah hidup dengan cara seperti itu, asalkan punya petarung-petarung ulung, bagaimana kami dapat lenyap begitu saja" Sekarang aku baru paham maksudmu. Sekarang semua terjadi seperti ramalanmu, setelah masa pemerintahan Wendi, kas negara Dinasti Han melimpah dan penduduknya banyak, bangsa Xiongnu sulit mengungguli kekuatan manusia dan harta Dinasti Han". Yinzhixie kembali menuang secawan arak untuk A Die, "Dahulu ada Wei Qing, sekarang muncul Huo Qubing, tapi bangsa Xiongnu tak punya seorang jenderal pun. Pasukan berkuda yang selalu dibanggakan leluhur kami dikalahkan Huo Qubing, seorang jenderal dari negara petani ternyata lebih cepat dan perkasa dibandingkan kami bangsa Xiongnu yang lahir di punggung kuda, karena dia, Dinasti Han yang sejak zaman Wei Qing hanya bertahan sekarang justru menjadi penyerang". Setelah minum araknya, ia menghela napas panjang, "Sebenarnya, kami tak dapat berbuat apa-apa lagi mengenai hal itu, namun sekarang yang kukhawatirkan adalah penyatuan kekuasaan di Dinasti Han. Semua pasukan Han berada di bawah kendali langsung kaisar, namun komando pasukan kami terpecah belah, setiap suku sepertinya tunduk pada Shanyu, namun sebenarnya setiap kepala suku mempunyai perhitungan sendiri. Sekarang tak seperti dahulu ketika Xiongnu berjaya, saat bertempur kami menghabiskan seluruh kekuatan untuk memperebutkan harta, begitu seorang Huo Qubing datang, setiap kepala suku khawatir pasukannya sendiri akan hancur dan menunggu pasukan suku lain maju dahulu, akhirnya, karena saling menunggu, mereka semua binasa, dalam hal kecil ini saja kami sudah kalah dari Dinasti Han. Tapi aku tak akan menyerah, dan juga tak dapat menyerah. Andaikan aku lahir belasan tahun lebih awal dan dapat mempersatukan serta mengubah sistem pemerintahan kita sebelum Liu Che naik takhta, sekarang.........sepertinya Langit tak memberi waktu pada Xiongnu, Langit sepertinya berpihak pada Dinasti Han......" Mau tak mau aku melirik Huo Qubing, rupanya sekarang ia adalah musuh yang paling ditakuti Xiongnu. Huo Qubing memperhatikan wajahku, ia bertanya dengan berbisik, "Kau paham perkataannya?" Aku mengangguk-angguk. Dengan lembut Yinzhixie mengelus makam yang kecil, matanya setengah terpejam, seakan sedang memikirkan banyak hal, setelah amat lama, tangannya masih bertumpu di atas makam itu. Melihat wajahnya, aku menjadi bimbang, tentunya bukan dia yang mengirim pembunuh untuk membunuhku, ia sama sekali tak curiga bahwa aku belum mati, tapi......aku berubah pikiran, masalah ini tak penting, aku enggan memikirkannya lebih lanjut. Setelah lama duduk dengan tenang, akhirnya tanpa berkata apaapa ia bangkit, lalu pergi membawa orang-orangnya. Aku masih berjongkok untuk beberapa saat, lalu baru menerobos keluar dari semak-semak dan berlutut di depan makam, "A Die, aku datang membawa seseorang menemuimu". Aku melihat ke arah Huo Qubing, ia segera berlutut di depan makam, lalu bersujud sambil berkata, "Paman, caixia Huo Qubing, aku akan menikahi putrimu". Mataku berlinangan air mata, namun mendengar perkataannya, mau tak mau aku tersenyum, "Kenapa kau begitu tak sabar seperti ini" A Dieku belum tentu suka padamu". Sambil tersenyum, Huo Qubing mengaruk-garuk kepalanya, ia memperhatikan huruf-huruf di batu nisan, "Ayahmu orang Xiongnu?" Aku menggeleng-geleng, "Orang Han". Huo Qubing melihat ke arah makam kecil di sampingnya, lalu bertanya dengan berbisik, "Ini saudaramu?" Walaupun Yinzhixie telah mengelap nisan A Die, aku masih mengambil sehelai sapu tangan dan membersihkannya dengan seksama, Huo Qubing segera merampas sapu tangan itu dari genggamanku, "Biar aku yang membersihkannya, kalau ayahmu melihat bekas luka di tanganmu ia akan menyalahkanku, kalau marah, ia tak akan mengizinkanmu menikahiku, celaka kalau begitu". Setelah mengelap makam A Die, Huo Qubing hendak membersihkan makam kecil, namun aku menghalanginya, "Yang itu tak usah dilap". Rasa heran nampak di matanya, namun ia tak banyak bertanya, setelah terdiam untuk beberapa lama, aku berkata, "Itu makamku". Untuk sesaat Huo Qubing tertegun, lalu segera memahami semuanya, "Pantas saja di Chang'an kau sangat takut bertemu orang ini, kau tak mau ia tahu bahwa kau masih hidup". Aku mengangguk-angguk. Lang Xiong memutari makam beberapa kali, lalu ia bosan dan mengajak serigala putih salju dan putri kecil masuk ke hutan. Aku bersila di atas tanah, "Kau sudah menaklukkan Qilian Shan, membuat A Dieku beristirahat di tanah Han, A Die pasti akan suka padamu". Huo Qubing tak bisa menahan rasa girangnya, sambil tersenyum, ia bersujud tiga kali, "Banyak terima kasih atas penghargaan yang diberikan ayah mertua". Aku jengah sekaligus gusar, "Mana ada orang seperti kau ini, begitu cepat mengubah panggilan" Walaupun sifat A Die terhitung bebas, namun sebenarnya ia sangat menganggap penting aturan sopan santun". Huo Qubing mengangkat alisnya, "Kau dan ayahmu tak sama". Sambil mengangguk aku berkata, "Ya, kata A Die aku sukar menanggalkan sifat liarku, aku selalu tak sabar menjalankan peraturan yang dibuat manusia, sekarang aku nampak seperti manusia, dan berusaha keras mematuhi peraturan, tapi sebenarnya......." Huo Qubing tertawa dan menimpali, "Tapi sebenarnya berhati serigala dan berparu-paru anjing ". Dengan sikap merendahkan aku mendengus, lalu menjura ke arahnya, "Terima kasih atas pujianmu. Sejak kecil aku selalu merasa bahwa berhati serigala dan berparu-paru anjing seharusnya adalah sebuah pujian, serigala dan anjing adalah hewan yang amat setia dan cerdas, aku tak mengerti kenapa orang Han menggunakannya untuk memaki orang". Huo Qubing mendongak dan tertawa terbahak-bahak, aku setengah berduka setengah tertawa, "Dahulu aku juga berkata begitu pada A Die, dan dia juga mendongak dan tertawa terbahak-bahak". Sang mentari telah condong ke barat, sinarnya menyinari makam A Die dengan miring, membuat semuanya berwarna merah jingga dan hangat. Huo Qubing selalu menemani di sisiku, apa yang ingin kukatakan didengarkannya dengan seksama, namun ia tak banyak bertanya tentang hal-hal yang tak ingin kuceritakan. Kadang-kadang kesedihan muncul dalam hatiku, namun dengan beberapa kata, ia menggodaku hingga aku kesal sekaligus tertawa, sehingga aku hanya dapat tersenyum-senyum kecut. Sambil memicingkan mata, aku memandang matahari terbenam, A Die kau tak usah mengkhawatirkanku lagi, asalkan ada orang ini di sisiku, tak akan mudah mencari saat dimana aku benarbenar menangis. Aku teringat akan sosok sebatang kara Yinzhixie di depan makam dan memandang mata Huo Qubing yang penuh rasa cinta, hatiku amat tersentuh. Pandangan mata kami berdua saling bertemu, namun tiba-tiba ia menjentikkan jarinya keras-keras dan berkata dengan gusar, "Kalau kau memandangku seperti itu, aku akan.......", aku tak sempat menghindar dan ia sudah mendaratkan sebuah ciuman di wajahku, "......tak bisa menahan diri untuk tak jadi maling cabul". Dengan geram aku memukulnya, namun ia tertawa dan berseru, Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Ayah mertua yang mulia, apa kau lihat betapa galaknya Yu er?" Seketika itu juga, tiba-tiba aku sadar bahwa aku telah melepaskan semuanya, melepaskan masa lalu, dan melepaskan kebencianku pada Yinzhixie. A Die, sekarang aku baru benarbenar mengerti bahwa anjuranmu adalah semata-mata karena kau mencintaiku. Hanya dengan melepaskan semuanya dan melangkah ke depan, aku baru dapat memperoleh kebahagiaan. ------------------Walaupun pasukan Xiongnu telah menderita kekalahan, kehidupan rakyat jelata masih harus berlanjut, kerbau dan domba masih berlarian di bawah langit biru, pasar pun masih ramai. Orang Han, Xiongnu dan berbagai bangsa Xiyu berkumpul di sini, dan masih sibuk mencari penghidupan. Seorang Xiongnu yang buta matanya duduk di sudut jalan, ia mengeluarkan sebuah kecapi kepala kuda dan menyanyi, suara nyanyiannya sedih, wajah para penonton di sekitarnya ada yang nampak sedih, ada yang tersenyum setelah mendengarkannya, dan ada pula yang menghela napas, setelah melemparkan beberapa keping uang ke depan orang buta itu, mereka cepatcepat pergi. Huo Qubing melemparkan setahil perak, membuat semua orang memperhatikan kami, aku cepat-cepat menariknya pergi, dengan berbisik, Huo Qubing bertanya, "Orang itu sedang menyanyi tentang apa?" Aku meliriknya, "Menyanyi tentang kau". Huo Qubing tersenyum, "Bernyanyi tentang aku" Sayang aku tak paham bahasa Xiongnu". Aku menyenandungkan lagu itu dengan suara pelan, "Kehilangan Yanzhi Shan kami, membuat istri-istri kami pucat pasi; kehilangan Qilian Shan membuat ternak kami tak berkembang biak". Lirik lagu itu sederhana, namun berasal dari lubuk hati yang terdalam, membuatku tersentuh, mau tak mau, aku merasa sedih. Orang buta itu perlahan-lahan menjauh dan suara nyanyiannya pun menghilang, di kedai arak beberapa orang minum-minum sambil menyenandungkan lagu orang buta itu dengan suara rendah, Huo Qubing melirik orang-orang yang sedang bernyanyi itu, "Tak heran, walaupun kami menang telak, kau tak kelihatan senang". Aku berkata, "Pada dasarnya aku tak terlalu suka peperangan, aku tak melarang membunuh, orang yang harus dibunuh memang harus dibunuh, tapi pembantaian di medan perang selalu membuatku takut. Waktu kecil aku hidup di tengah bangsa Xiongnu, namun aku bukan orang Xiongnu". Huo Qubing menghembuskan napas lega, lalu tersenyum dan berkata, "Bagus kalau begitu, barusan ini ketika mendengarmu bernyanyi, aku agak khawatir". Kami masuk ke sebuah kedai arak milik seorang Han, sang pelayan bertanya seraya tersenyum, "Ingin minum arak?" Huo Qubing memandangku untuk minta pendapat, wajahku panas membara, sambil melengos aku berkata, "Terserah padamu, aku tak minum". Wajahnya nampak jengah, ia melambaikan tangan ke arah pelayan itu, "Ambilkan beberapa hidangan!" "Setelah selesai berjalan-jalan di sini, kau mau pergi ke mana lagi?", setelah makan dua potong daging sapi, Huo Qubing bertanya. Aku menggeleng-geleng, "Tidak ke mana-mana lagi, tempat ini sudah sangat berbeda dibandingkan saat aku kecil. Aku tak tahu apakah memang tempatnya yang berubah, atau pandangan mataku yang berubah". Ia tertawa dan berkata, "Mungkin pikiranmulah yang sudah berubah, kalau begitu, setelah selesai makan kita kembali ke markas". Beberapa lelaki Xiongnu yang sudah mabuk menelungkup di atas meja, dengan terbata-bata, mereka bersenandung, "Kehilangan Yan......Yanzhi Shan membuat......istri-istri kami pucat pasi; kehilangan Qilian......lian Shan.....membuat ternak kami......tak berkembang biak". Mereka menyanyi dengan begitu sedih hingga tersedu-sedan, air mata bercampur arak pun berjatuhan di atas meja. Huo Qubing menghela napas dengan pelan, "Kenapa kemanapun kita pergi lagu ini selalu terdengar?" Aku berpura-pura terkejut, lalu dengan suara pelan menyindirnya, "Ah! Lebih hidup dibandingkan tulisan para sastrawan itu, rupanya nama besar Jenderal Besar Huo sudah tersebar ke seluruh padang pasir bersama lagu ini, mungkin lagu ini akan terdengar selama seribu tahun. Seribu tahun lagi, orang yang mendengarnya akan teringat pada kegagahan Jenderal Besar Huo, mereka pasti akan terpesona, alangkah gagahnya!" Sambil berbicara aku mengkedip-kedipkan mataku ke arahnya. Sudut-sudut bibir Huo Qubing terangkat membentuk seulas senyum, ia berbisik di sisi telingaku, "Aku hanya ingin membuatmu terpesona ". Aku belum selesai menyindirnya dan malahan sudah kena sindir. Napas dari hidung dan mulutnya menyapu wajahku, telingaku pun menjadi panas membara, aku cepat-cepat berpura-pura menunduk dan makan, menghindarinya. Namun pendengaran orang di meja sebelah ternyata tajam, begitu mendengarku berbicara tentang Huo Qubing, ia tersenyum ke arahku sambil mengangguk-angguk, lalu mengadu cawan arak dengan teman-teman semejanya, sambil tertawa ia berkata, "Tahun ini memang tahun kemenangan kita orang Han, di musim semi, Jenderal Huo bersama sepuluh ribu orang berhasil merebut Yanzhi Shan, di musim gugur ia pun mengalahkan pasukan Xiongnu dan merebut Qilian Shan". Orang yang minum bersamanya melirik orang Xiongnu yang menelungkup di atas meja, lalu mengejeknya, "Waktu kecil aku datang kemari bersama ayah untuk berdagang, orang-orang barbar ini sering sombong dan mengejek kami orang Han sebagai pengecut, atau terpaksa menghadiahkan putri-putri kami untuk menyenangkan hati mereka, atau hanya bertahan di balik tembok kota, tak berani benar-benar berkelahi dengan mereka di atas punggung kuda, sekarang entah siapa yang takut berkelahi dengan siapa". Tak nyana, walaupun wajah orang Xiongnu yang menelungkup di meja itu kasar, ia paham bahasa Han, begitu mendengarnya, ia bangkit sambil bertumpu pada meja, menunjuk kedua orang yang berbicara itu, lalu berteriak marah dengan bahasa Xiongnu, "Kalian orang Han cuma besar mulut saja, ayo keluar dan berkelahi, kalau kalian menang, aku akan memotong kepalaku dan memberikannya pada kalian, supaya bisa kalian pamerkan di Negara Han". Walaupun orang Xiongnu itu hanya berbicara tentang kekalahan mereka, namun bangsa Xiongnu memandang enteng kematian dan mementingkan keberanian, begitu mereka berkata seperti ini, lawan mereka tak boleh menganggapnya enteng karena sebenarnya mereka telah bersumpah untuk bertarung sampai mati. Kedua orang itu memandang lelaki kekar yang sudah berdiri di depan mereka dengan angkuh itu, wajah mereka nampak bimbang, orang yang tadi melihat ke arahku sambil tersenyum menggertakkan giginya, lalu bangkit dan berkata, "Ayo bertanding". Ketika aku sedang asyik menonton mereka, Huo Qubing tiba-tiba mengenggam tanganku, pandangan matanya memandang ke luar jendela. Aku tertegun sesaat, lalu segera meletakkan sumpit dan memakai cadar. Orang Xiongnu yang mabuk itu memandang ke sekelilingnya, lalu keluar dari kedai arak, secara kebetulan, ia bertemu dengan serombongan orang yang memakai pakaian Xiongnu, "Saudarasaudaraku dari padang rumput, namaku Hei Shitou, aku hendak bertanding dengan dua orang yang menghina kita orang Xiongnu, orang Han semuanya licik dan suka ingkar janji, apakah kalian bersedia menjadi saksi?" Sebelum Yinzhixie sempat membuka mulut, Mudaduo sudah mendengus, "Tentu saja bisa, kau harus memenggal kepala mereka". Kabar dengan cepat tersebar, orang Xiongnu yang bergerombol di jalan semakin banyak, kedua orang yang duduk di meja sebelah itu nampak ketakutan, mereka memandang ke arah pemilik kedai, minta tolong. Namun sang pemilik kedai menggeleng-geleng, lalu menghela napas dengan pelan dan berkata, "Walaupun kita telah menang, namun sejak dahulu kala tempat ini selalu milik Xiongnu, kekuatan orang Xiongnu mana bisa hilang hanya karena satu pertempuran saja" Kalian malah menghina mereka sebagai orang barbar di kampung halaman mereka sendiri, orang Xiongnu tak sudi kalian hina, lagipula mereka baru saja kalah telak dan masih menyimpan amarah. Kami orang Han yang berdagang di sini, sehari-hari sudah biasa bersikap sopan pada orang Xiongnu, aku benar-benar tak bisa membantu kalian". Huo Qubing bertanya dengan suara pelan, "Apa yang mereka katakan barusan ini?" Aku berkata, "Jangan-jangan kedua orang Han ini tak akan pulang hidup-hidup, benar-benar menyebalkan , kalau ingin berkelahi cepatlah berkelahi, jangan menahan orang di sini, membuat orang sebal saja ". Huo Qubing tersenyum, "Kalau kau bukan sedang tertahan di sini karena orang yang takut kau temui itu, jangan-jangan kau adalah orang yang paling senang menonton keramaian ini". Aku memelototinya, "Beban di hatiku sudah hilang, sekarang aku sudah tak takut menemuinya lagi, hanya saja sekarang aku malas repot, lebih sedikit masalah lebih baik". Di jalan seorang lelaki Xiongnu berseru, "Kalian punya dua orang, kami juga mengajukan dua orang, kami tak ingin mengambil keuntungan dari kalian, kalian silahkan pilih salah satu dari kami". Orang-orang Xiongnu di jalan itu serentak menimpali dengan marah, mereka tak takut mati. Sambil bertopang dagu, aku memandang kedua orang di meja sebelah itu, orang yang sudah berjanji akan berkelahi dengan Hei Shitou perlahan-lahan menjadi tenang, namun kawannya malahan memandang ke jalan, tubuhnya gemetaran. Dengan gusar ia berseru pada kawannya itu, "Karena keadaan sudah jadi seperti ini, paling jelek kita akan mati, jangan sampai menjatuhkan muka orang Han". Namun kawannya masih gemetaran, sama sekali tak bergerak, sehingga mengundang tawa orang-orang di jalan. Dengan dingin Huo Qubing memandang mereka, dengan geli aku mencibir. "Caixia Yu Shun, dia bermarga Chen dan bernama Li, kami berdua orang Chengji, Longxi, kalau kepala kami benar-benar dipenggal orang Xiongnu, kami harap gongzi mengingat persaudaraan diantara sesama orang Han dan bersedia memberitahu keluarga kami". Yu Shun menjura dalam-dalam kepada Huo Qubing. Huo Qubing menghormat pada Yu Shun lalu berkata dengan hambar, "Kabarnya Chengji di Longxi sering melahirkan pejuang dan jenderal termasyur, di zaman Negara-Negara Berperang, Negara Qin mempunyai jenderal Li Xin, sedangkan Negara Zhao mempunyai jenderal Li Mu, Dinasti Han awal mempunyai jenderal Li Zuoche, dan sekarang mempunyai Jenderal Terbang Li Guang. Reputasi putra-putra Chengji di pasukan Han sangat baik, tapi hari ini aku melihat putra Chengji yang sangat berbeda". Dengan wajah malu Yu Shun melirik Chen Li, Chen Li tiba-tiba menunjuk ke arahku, lalu berseru keras-keras pada orang-orang di jalan, "Dia, dia barusan ini juga menghina Xiongnu, dialah yang pertama bicara, dia memuji-muji Huo Qubing, aku cuma ikutikutan saja". Walaupun aku membelakangi orang-orang itu, aku dapat merasakan beberapa ratus pandangan mata terpusat di tubuhku, melihat aku seorang perempuan, mereka tak bisa melampiaskan kemarahan mereka padaku dan beralih memandang Huo Qubing dengan gusar. "Ah!", seru Mudaduo dengan tertahan, tiba-tiba ia berkata, "Tuanku, ayo kita pergi! Disini terlalu banyak orang, jangan berlama-lama di sini". Sebelum ia sempat menyelesaikan perkataannya, Yinzhixie justru masuk ke dalam kedai arak dan berkata pada Huo Qubing sambil tersenyum, "Dunia ini memang kecil". Huo Qubing duduk tanpa bergeming, tak menjawab salam Yinzhixie. Seorang pengawal Yinzhixie maju ke depan, dengan gusar ia berkata, "Ketika melihat kepandaian gongzi di Chang"an tanganku agak gatal. Caixia Tieniemu, caixia punya sedikit kepandaian dan ingin beradu kepandaian dengan gongzi". Huo Qubing masih duduk tegak, tak bergeming, ia sama sekali tak menghiraukan mereka dan hanya memandangku. "Hahaha?"orang Han memang seperti ini, cuma besar mulut saja". Suara tawa orang-orang di luar semakin keras, seseorang mengejek, "Barusan ini ketika bicara tentang orang lain, ia seperti seorang jantan, ternyata cuma sampah". Aku menghela napas, kalau benar-benar tak bisa menghindar, kami harus menghadapinya, aku tersenyum ke arah Huo Qubing dan berkata, "Tak usah perdulikan aku, berbuatlah sesukamu". Huo Qubing mengangguk-angguk, bangkit dan berkata pada Tienimu dengan suara lantang, "Kalau bertanding denganmu, aku akan berbuat tak adil! Ajukanlah orang yang paling pandai memanah dan berkuda diantara kalian orang Xiongnu, kalau aku kalah aku akan memberikan kepalaku pada kalian, kalau kalian kalah, setelah ini, di pasar ini orang Xiongnu tak boleh bersikap kurang ajar pada orang Han lagi. Kudengar orang Xiongnu paling menjunjung tinggi janji mereka, maka aku tak khawatir kalian akan ingkar janji". Karena Tieniumu adalah pengawal pribadi Yinzhixie, ia tentunya ia adalah seorang tokoh diantara bangsa Xiongnu. Akan tetapi Huo Qubing masih menganggapnya tak memenuhi syarat, saking marahnya, wajahnya mencadi pucat pasi, ia hendak berbicara, namun Yinzhixie menatapnya dengan tajam, kedua tangannya terkepal erat-erat, dengan geram ia menatap Huo Qubing, namun hanya dapat menahan amarahnya. Beberapa ratus orang berkerumun di jalan, mereka yang sebelumnya berbicara dengan ribut terguncang oleh kegagahan Huo Qubing, sekonyong-konyong, mereka menjadi tenang. Beberapa saat kemudian, orang-orang Han yang berkerumun di luar berseru mengelu-elukannya, mereka yang tadinya nampak mengkerut dan seakan ingin bersembunyi menegakkan tubuh mereka dan memandang orang Xiongnu dengan penuh semangat, menampakkan wajah bangsa Han yang sebenarnya. Beberapa orang Xiongnu dan orang Xiyu yang tak mengerti bahasa Han segera bertanya pada orang-orang yang berkerumun tentang apa yang sedang terjadi. Setelah mengerti, orang-orang Xiongnu itu berhenti bersikap kurang ajar dan memandang Huo Qubing dengan kagum. Mereka yang tadi berebut untuk bertanding kini saling memandang dengan ragu, mereka tak tahu siapa yang memenuhi syarat untuk bertanding. Hei Shitou berseru, "Walaupun nona ini memuji Huo Qubing yang berasal dari bangsa Han, namun ia sama sekali tak menghina Xiongnu, Huo Qubing memang lihai, ia benar-benar berperang Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo dengan kami di punggung kuda. Walaupun ia musuh kami, namun aku harus mengakui bahwa ia adalah seorang pahlawan. Kalian yang ingin bertanding dengan tuan muda ini, bertandinglah dengannya, tapi aku masih akan bertanding dengan kedua orang itu, untuk membuat mereka menarik kembali perkataan mereka". Huo Qubing dan Hei Shitou saling menjura memberi hormat, "Kalau aku kalah, mereka berdua harus minta maaf padamu". Chen Li berkata dengan cemas, "Kalau ia kalah, kami pasti akan minta maaf". Yu Shun melirik Huo Qubing, lalu memperhatikanku, ia berkata kepada Hei Shitou, "Kalau tuan muda ini kalah, aku akan mempersembahkan kepalaku untuk mohon maaf". Para penonton berseru pelan, Hei Shitou mengubah sikap angkuhnya dan memuji, "Lelaki pemberani, aku menarik kembali perkataan yang kuucapkan sebelumnya, kalian orang Han sama sekali bukan orang yang hanya besar mulut saja". Semakin lama, orang Xiongnu makin banyak bergerombol, namun tak ada seorang pun diantara mereka yang memandang rendah orang Han, semua berbisik-bisik, membicarakan siapa yang harus maju bertanding. Tieniumu gusar sekaligus cemas, urat-urat biru di tangannya menonjol keluar, namun begitu melihat ekspresi wajah Yinzhixie, ia hanya dapat berdiri tanpa berkata apa-apa. Saat Yinzhixie terakhir melihatku, aku berumur dua atau tiga belas tahun, sekarang aku telah tumbuh besar, tinggi dan sosok tubuhku sudah banyak berubah, dan memakai cadar pula. Aku berdiri di sisinya, Yinzhixie memperhatikanku sejenak, lalu memandang Huo Qubing yang menarik pandangan mata semua orang. Namun pandangan matanya itu membuat Mudaduo seketika itu juga menjadi pucat pasi, ia berusaha untuk tak melihat ke arahku, namun tak bisa menahan diri untuk tak mengawasi wajahku yang bercadar, sinar matanya nampak rumit. Huo Qubing seakan tak merasakan pandangan semua orang yang tertuju padanya, ia duduk dengan tenang, menghirup beberapa teguk teh, lalu bertanya padaku dengan suara lirih sambil tersenyum, "Kalau benar-benar kalah dan kepalaku hilang, bagaimana?" Aku tersenyum dan berkata, "Kalau begitu, apa boleh buat, aku hanya bisa mengikutimu ke liang kubur". Huo Qubing tertegun sejenak, lalu tanpa memperdulikan orang-orang di sekeliling kami, mengenggam erat-erat tanganku, aku pun balas mengenggam tangannya, pandangan mata kami berdua bertemu dan kami pun tersenyum. Orang-orang di luar masih mempertengkarkan siapa yang seharusnya maju bertanding, sekonyong-konyong Yinzhixie berkata dengan tenang, "Apakah gongzi bersedia bertanding melawan caixia?" Suaranya tak keras, namun suara-suara pertengkaran segera berhenti, pandangan mata lebih dari seribu orang segera terpusat pada dirinya, walaupun wajah mereka nampak ragu-ragu, orang-orang yang tadinya punya jagoan masing-masing tak bisa membantah melihat kegagahannya. Para pengawal di sisi Yinzhixie segera berlutut, memohon padanya, Tieniumu memohon, "Tuanku, anda tak pantas bertanding dengannya sendiri, siapapun diantara kami sudah cukup, kalau anda merasa kami tak pantas bertanding, biarkan Zhenda maju, aku tak akan berebut untuk maju dengannya". Mudaduo memperhatikan tanganku dan tangan Huo Qubing yang saling mengenggam, sinar matanya terkadang girang terkadang cemas. Setelah mendengar perkataan Yinzhixie, ia amat terkejut, mulutnya terbuka, seakan hendak menasehatinya, namun akhirnya ia menutup mulutnya. Huo Qubing merasa bahwa tanganku tiba-tiba menjadi kaku, sebelum memberi jawaban pada Yinzhixie, ia memandangku untuk bertanya. Kepandaian berkuda dan memanah Yinzhixie terhitung nomor satu diantara bangsa Xiongnu, mungkin ia tertarik untuk bertanding dengan Huo Qubing, namun bagaimanapun juga ia sekarang adalah seorang raja, paling-paling ia hanya akan memerintahkan seorang pengawal yang paling jago untuk maju bertanding, tapi ia adalah seseorang yang memainkan bidak caturnya tak sesuai dengan peraturan catur, tak nyana, pertandingan ini akan benar-benar menjadi sebuah pertarungan hidup dan mati. Tapi orang yang mengenggam tanganku adalah Huo Qubing, walaupun menghadapi pertarungan hidup dan mati, ia mana mungkin mundur" Aku mengenggam tangan Huo Qubing dan tersenyum berseriseri. Sinar matanya nampak lega, ia pun tersenyum, lalu menarikku hingga bangkit, kepada Yinzhixie ia berkata, "Aku tak punya kuda dan busur, aku hendak mohon bantuan anda menyiapkannya". Yinzhixie tersenyum dan mengangguk, "Tapi kalau kau kalah, aku tak menginginkan kepalamu, aku hanya ingin kau membantuku, bekerja bersamaku tanpa memperdulikan siapa tamu atau tuan rumah, aku akan memperlakukanmu sebagai seorang saudara. Selain itu aku juga akan menghimbau orang-orang Xiongnu di sini untuk menghormati orang Han". Para pengawal Yinzhixie dan Mudaduo serentak berseru dengan terkejut, orang-orang Xiongnu di jalan memandang Yinzhixie dengan kebingungan, lalu memandang Huo Qubing, Huo Qubing tertawa terbahak-bahak, "Suatu kehormatan bagi caixia, namun maaf, aku adalah seorang Han, di kolong langit ini aku hanya akan melakukan perbuatan yang ingin dilakukan seorang Han. Kalau kalah, aku masih akan memberikan kepalaku padamu!" Yinzhixie terdiam sejenak, lalu sambil tersenyum memandang tanganku dan tangan Huo Qubing yang saling mengenggam, "Apakah nyonya orang Qiuci" Adat orang Qiuci dan Xiongnu sangat mirip?".." Aku memotong perkataannya, sambil mengigit lidahku aku berkata, "Apapun yang ingin dilakukannya, aku pun ingin melakukannya". Rasa terkejut berkelebat dalam mata Yinzhixie, dengan tajam ia menatap mataku. Aku tersenyum dan dengan tenang membalas pandangan matanya. Aku tak menghindar, tak takut, dan tak mendendam, aku hanya merasa tenang, namun tak punya perasaan tertentu, seakan hanya membalas pandangan mata seorang asing yang tak sopan. Di sampingnya, Mudaduo begitu tegang hingga tubuhnya gemetar. Beberapa saat kemudian, rasa kecewa muncul di mata Yinzhixie, sepertinya ia agak sedih, ia menggeleng perlahan, lalu berbalik dan berjalan ke depan tanpa berkata apa-apa, para pengawalnya segera mengikutinya. Sambil bergandengan tangan, Huo Qubing dan aku mengikuti di belakangnya. Orang-orang yang berkerumun di jalan dengan spontan membuka jalan bagi kami. Para pengawal terkadang menoleh melihat kami berdua, ketika melihatku pandangan mata mereka penuh simpati dan rasa iba, Mudaduo berkali-kali menatapku dengan tajam, memberi isyarat agar aku pergi, namun aku berpura-pura tak melihatnya dan terus berjalan. Huo Qubing bertanya dengan suara lirih, "Apa ilmu memanahnya sangat tinggi" Kenapa orang-orang ini memandangku seperti memandang ikan mati?" Sambil tersenyum aku mengangguk-angguk, "Sangat tinggi, luar biasa tinggi". "Oh!", ujar Huo Qubing dengan pelan, dengan acuh tak acuh ia mengangkat bahunya, lalu dengan dingin ia melangkah ke depan. Tieniumu menuntun seekor kuda, di punggung kuda itu tergantung sebuah busur, Huo Qubing mengambil busur itu dan mencobanya, lalu menarik tali kekang dan memandang ke arahku, sambil tersenyum aku berkata, "Aku menunggumu di sini". Ia melompat ke punggung kuda, senyumnya secemerlang mentari, "Yu er yang baik, banyak terima kasih! Punya istri seperti ini, hatiku benar-benar puas". Setelah selesai berbicara, dengan busur panjang di punggungnya, ia memacu kudanya tanpa menoleh ke belakang. Mudaduo berdiri di sampingku, matanya memandang ke depan, dengan lirih ia berkata, "Jiejie, ternyata kita sudah pernah bertemu di jalanan Chang"an malam itu, Shan?"ilmu silatnya sudah kau kenal dengan baik, jiejie, kau tak takut" Dia juga aneh, nampaknya ia sangat menyukai jiejie, ini adalah pertarungan hidup dan mati, tapi ia tak berpaling melihatmu lagi". Aku tersenyum namun tak berkata apa-apa. Takut, bagaimana aku tak takut" Tapi di dunia ini, mau tak mau akan ada sesuatu yang kau takuti, tapi harus dilakukan. Di angkasa, sekawanan angsa liar terbang di kejauhan, Yinzhixie menyuruh orang-orang yang sedang mempersiapkan papan sasaran berhenti, lalu menunjuk langit sambil tersenyum, "Lebih baik kita menggunakan kawanan angsa liar di angkasa itu untuk menentukan kalah dan menang, setelah setengah batang dupa habis terbakar, yang berhasil memanah lebih banyak akan menang". Huo Qubing menjura sambil tersenyum, lalu mengangguk setuju. Begitu dupa dinyalakan, mereka berdua memacu kuda mereka dan mengejar angsa liar, lalu dengan hampir bersamaan melepaskan anak panah, pekikan mengenaskan terdengar di angkasa, dua ekor angsa liar serentak terjatuh, angsa-angsa lain terkejut, dalam sekejap mata, kawanan angsa itu menjadi kacau balau, setiap angsa mengepakkan sayapnya, berusaha untuk melarikan diri. Angsa-angsa liar berterbangan di angkasa, manusia mengejar mereka di bumi, Yinzhixie dan Huo Qubing berdua melepaskan anak panah demi anak panah dengan cepat, sambil memacu kuda mereka dengan secepat kilat untuk mengejar angsa-angsa liar yang berterbangan ke segala penjuru, mereka harus cepatcepat melepaskan anak panah sebelum angsa-angsa liar itu berada di luar jangkauan panah, dan berusaha sekuat tenaga untuk menjatuhkan sebanyak mungkin angsa. Cara bertanding yang aneh seperti ini memang lebih menarik daripada pertandingan memanah menggunakan papan sasaran, ribuan orang penonton tak bersuara sedikitpun, sambil menahan napas, mereka mengawasi kedua orang yang sedang mencongklang di kejauhan itu, di tengah padang rumput yang begitu luas hanya terdengar suara derap kaki kuda dan pekikan angsa liar. Kekhawatiran membuatku galau, kalau bicara tentang ketajaman penglihatan, mungkin tak ada orang di tempat ini yang melebihiku, tapi saat ini tak nyana aku tak tahu berapa banyak angsa yang telah dijatuhkan oleh Huo Qubing. Aku berpaling memandang Mudaduo, wajahnya pun nampak cemas, ia menggeleng-geleng, "Aku tak bisa menghitung, dari tadi hitunganku sudah kacau balau, sudah bagus kalau aku dapat menghitung berapa ekor yang dijatuhkan Shan?"tuanku". Pada mulanya aku memandang Yinzhixie dengan cemas, lalu memandang Huo Qubing, dalam hati aku diam-diam merapal, cepatlah sedikit, lebih cepat sedikit lagi. Namun saat ini aku tibatiba merasa lega, kalau semua sudah ditakdirkan, untuk apa merasa cemas" Aku tak lagi memandang Yinzhixie dan hanya memandangi Huo Qubing, aku tak perduli apakah ia melarikan kudanya dengan cepat, atau apakah angsa-angsa liar itu terbang dengan cepat, aku hanya mengagumi sosoknya di punggung kuda dan gayanya saat menarik busur, setiap saat terukir satu demi satu dalam hatiku. Setelah setengah batang dupa terbakar, orang yang bertugas mengawasinya berseru, "Waktunya sudah habis". Kedua orang yang sedang mementang busur itu segera berhenti, lalu mencongklang kembali, para pengawal Yinzhixie memungut angsa-angsa liar, kerumunan penonton dengan tegang memperhatikan orang-orang yang sedang memungut angsa itu, namun Yinzhixie dan Huo Qubing sama sekali tak perduli, sambil menunggang kuda, mereka mengobrol, entah sedang membicarakan apa, mereka sama-sama tertawa, penuh semangat kepahlawanan dan kebebasan. Setelah turun dari punggung kuda, Yinzhixie tersenyum dan memuji Huo Qubing, "Ilmu memanah yang benar-benar bagus, ilmu berkuda yang bagus". Huo Qubing yang tak tahu cara merendah berulangkali merangkap tangan, seraya tersenyum ia berkata, "Sama-sama, sama-sama". Orang yang bertugas memungut angsa mengangguk, lalu maju dan melapor, "Panah putih mengenai dua puluh dua ekor, panah hitam mengenai.......dua puluh tiga ekor". Para penonton tiba-tiba bersorak-sorai, namun ada yang merasa girang dan ada yang merasa sedih. Hatiku berdebar-debar, namun dengan cepat kembali menjadi tenang, mataku memandang Huo Qubing dengan lembut. Ia mendengar hitungan mereka, namun masih tersenyum acuh tak acuh, ia berpaling memandangku, sinar matanya penuh permintaan maaf, sambil tersenyum aku menggeleng, ia pun mengangguk sambil tersenyum. Dengan sikap bersungguh-sungguh, Yinzhixie menghormat kepada Huo Qubing menurut kebiasaan Xiongnu, dengan amat tulus ia berkata, "Mohon pertimbangkan kembali tawaranku tadi". Ia menghormat pada Huo Qubing dalam kedudukannya sebagai Shanyu, semua orang yang mengikutinya nampak amat terkejut. Huo Qubing tersenyum dan berkata, "Aku sudah berkata sebelumnya, aku orang Han dan hanya dapat melakukan perbuatan yang ingin dilakukan seorang Han, aku telah bertaruh dan berani menerima kekalahan, kau tak usah banyak bicara lagi". Setelah selesai berbicara, ia tak lagi menghiraukan semua orang dan berjalan ke arahku dengan langkah-langkah lebar, tak nyana, di hadapan semua orang, ia menarikku ke dalam pelukannya, membuka separuh cadarku, lalu menunduk dan menciumku, dalam sekejap mata, suara riuh rendah di sekeliling kami pun menjadi sunyi senyap. Di padang rumput yang sunyi senyap itu, bahkan angin pun seakan berhenti bertiup, aku hanya mendengar suara detak jantungnya dan detak jantungku. Semuanya sirna dari pikiranku, di bumi dan langit yang luas tak berbatas, hanya ada aku dan dia, dia dan aku. Waktu yang sangat pendek itu bagai seumur hidup. Berbagai peristiwa sejak kami untuk pertama kalinya bertemu dan bertukar pandang dengan cepat muncul silih berganti dalam pikiranku. Saat itu, aku baru sadar bahwa sedikit demi sedikit, tanpa terasa, ia telah dengan keras kepala mengukir dirinya sendiri dalam hatiku. Ketika nyaris kehilangan dirinya, aku baru menyadari betapa takutnya aku kehilangan dirinya, hatiku terasa begitu pedih, begitu sakit hingga sekujur tubuhku gemetar dalam pelukannya, akan tetapi.......Langit tak punya perasaan, sekarang aku hanya dapat berusaha sebisanya menuangkan seluruh perasaanku dalam ciuman ini, agar ia tahu isi hatiku. Ciuman pertama kami yang sebenarnya adalah juga ciuman Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo terakhir kami, aku memeluknya erat-erat, dan ia pun memelukku erat-erat. Namun kemesraan ini mau tak mau berakhir juga, dengan perlahan, ia meninggalkan bibirku, lalu merapikan kembali cadarku dengan lembut, "Yu er, aku mohon satu hal darimu, bawa peti matiku ke Chang'an, aku tak ingin beristirahat di tanah asing. Di sana juga ada seseorang yang sedang mencari......." Sinar matanya nampak sedih, penuh berbagai emosi yang bergejolak, tiba-tiba, ia menahan perkataan yang hendak diucapkannya, lalu tersenyum penuh kehangatan, dengan bersungguh-sungguh ia berkata, "Berjanjilah padaku, kau harus pulang ke Chang'an". Aku tahu bahwa ia khawatir aku akan benar-benar melaksanakan gurauan diantara kami berdua itu dan mengikutinya ke liang kubur, oleh karenanya, ia sengaja menyuruhku melakukan hal itu. Sebenarnya, aku sama sekali tak berniat menuruti perkataannya, namun agar ia merasa lega, aku mengangguk dengan pelan, akan tetapi diam-diam aku sudah mengambil keputusan. Hatiku sedikit demi sedikit hancur berkeping-keping, dan setiap kepingannya berubah menjadi duri yang tajam, mengalir bersama darahku dan membuat sekujur tubuhku kesakitan, namun aku masih tersenyum padanya, aku ingin agar yang dilihat olehnya untuk terakhir kalinya adalah senyumku, kecantikanku, aku tak ingin ia mengkhawatirkanku. Ia pun memandangku untuk beberapa lama tanpa berkata apaapa, matanya penuh rasa enggan berpisah, akhirnya ia mengecup dahiku, perlahan-lahan melepaskanku, berbalik menghadap pengawal Yinzhixie dan berkata sembari tertawa, "Pinjamkan sebilah golok tajam untukku". Bangsa Xiongnu berwatak keras, namun ketika melihat perbuatan yang sangat mengejutkan itu, mata mereka terbelalak. Dengan tercengang, Mudaduo memandangku, aku tersenyum kepadanya, melompat ke depannya dan mengambil pisau yang tergantung di ikat pinggangnya, lalu segera mundur, "Pinjam sebentar! Setelah ini aku juga masih akan mohon adik melakukan sesuatu". Wajah Mudaduo pucat pasi, bibirnya gemetar, ia hendak menghalangiku, namun tiba-tiba berpaling ke arah Yinzhixie, ia mengigit bibirnya keras-keras, tak berkata apa-apa. Untuk beberapa saat, para pengawal Yinzhixie hanya berdiri dengan tertegun, setelah itu dengan enggan Tieniumu mengeluarkan goloknya, Huo Qubing menerimanya, lalu mengayunkannya ke lehernya sendiri, aku tahu bahwa aku seharusnya memejamkan mata, namun aku tak dapat kehilangan kesempatan terakhir untuk melihatnya, aku memandangnya tanpa berkedip, napasku tertahan di dada, golok yang mengayun ke lehernya itu juga mengayun ke leherku, hawa maut memenuhi udara. Tiba-tiba, Yinzhixie berseru, "Tunggu dulu". Pandangan mata Yinzhixie menyapu ke wajah kedua orang yang bertugas mengumpulkan angsa, lalu ia membungkuk untuk memeriksa tumpukan angsa itu, kedua orang itu langsung berlutut, hatiku terkesiap, tanpa memperdulikan apapun, aku melompat ke sisi Yinzhixie dan memeriksa tumpukan itu. Semua angsa yang dipanah dengan anak panah berbulu putih tertembus diantara sepasang mata mereka, sedangkan anak panah berbulu hitam selalu menembus dada mereka, tepat mengenai jantung. Namun ada seekor angsa yang matanya terkena panah, namun anak panah yang mengenainya berbulu hitam. Aku bimbang, namun hal ini tak akan dapat diselidiki sampai tuntas, kecuali kalau Yinzhixie sendiri....... Ekspresi wajah Yinzhixie hambar dan tenang, bibirnya seakan tersenyum, ia menerima sapu tangan yang diberikan Mudaduo kepadanya, mengelap tangannya dan memandang kedua orang yang sedang berlutut itu. Seberkas sinar dingin berkelebat bagai kilat, di tengah sinar itu, kepala salah satu dari kedua orang itu telah berguling-guling di tanah. "Ah!", para penonton berseru terkejut, suasana langsung menjadi sunyi senyap, dengan ketakutan mereka memandang Yinzhixie. Membunuh orang bukan hal aneh bagi lelaki-lelaki dunia persilatan yang sudah malang melintang di berbagai negara, namun membunuh sambil sebelumnya tersenyum, dengan begitu tenang, dan setelah membunuh masih tersenyum dengan santai, amat jarang terlihat di dunia ini, ia seperti hanya sedang memetik sekuntum bunga saja. Kepala dan wajah pengawal di sebelahnya berlumuran darah segar, namun ia masih terus berlutut, tak bergeming. Dengan dingin Yinzhixie memandang goloknya, setelah darah yang melumurinya hilang, ia baru dengan perlahan mengantungkannya di pinggangnya, dengan tenang dan nada suara yang ramah, seakan sedang mengobrol dengan seorang teman, ia berkata, "Katakanlah apa yang terjadi sebenarnya". Sang pengawal bersujud, lalu dengan suara gemetar berkata, "Ketika kami sedang memungut angsa, karena......karena terlalu berani, kami mengambil kesempatan saat berada jauh dari orang untuk dengan diam-diam menukar panah berbulu putih dengan panah berbulu hitam". Yinzhixie tersenyum dan berkata, "Kau sudah bertahun-tahun mengikutiku, tentunya kau tahu apa yang paling kubenci". Para pengawal lainnya berlutut, hendak mohon ampun, namun tak berani membuka mulut, dengan memohon, Tieniumu memandang ke arah Mudaduo, namun Mudaduo menggeleng pelan dengan tak berdaya. Yinzhixie tak lagi memandang para pengawal yang sedang berlutut, ia berbalik dan memberi hormat pada Huo Qubing, lalu meminta maaf, "Tak nyana, anak buahku dapat melakukan sesuatu seperti ini". Dengan sikap bersungguh-sungguh, Huo Qubing membalas menghormat, "Saudara sangat mulia!" Pengawal yang wajahnya berlumuran darah kembali bersujud tiga kali sambil menghadap punggung Yinzhixie, tiba-tiba ia mencabut golok dan menghunjamkannya ke dadanya sendiri dengan sekuat tenaga, golok itu menembus keluar dari punggungnya dan sang pengawal pun tersungkur ke tanah, para penonton serentak berseru terkejut, namun pandangan mata Yinzhixie dengan dingin menyapu mereka, mereka pun segera diam, menghindari pandangan matanya, tak berani beradu pandang dengannya. Yinzhixie memandang mayat yang tergeletak di tanah itu dengan acuh tak acuh, "Perlakukan keluarganya dengan baik". Sebuah pertandingan tak nyana menjadi seperti ini, walaupun wajah orang Han nampak girang, mereka merasa jeri pada Yinzhixie, mereka tak berani berkata apa-apa, bahkan sampai ada yang diam-diam menyelinap pergi. Wajah orang Xiongnu nampak muram, dengan diam mereka pergi. Orang-orang dari berbagai negara Xiyu lain sudah biasa terjepit diantara Dinasti Han dan Xiongnu, mereka bersikap netral, setelah keramaian usai, mereka pun pergi dengan tenang. Yu Shun datang dan mengucapkan terima kasih pada Huo Qubing sambil menyeret Chen Li, namun Huo Qubing hanya mengangguk dengan wajah dingin, Yu Shun masih ingin berbicara, namun Chen Li amat takut pada Yinzhixie, ia menarik Yu Shun dan memaksanya cepat-cepat berlalu. Keadaan berubah dengan amat cepat, barusan ini aku berusaha agar ia tak enggan bertindak karena memikirkanku. Karena tekadku sudah bulat, aku tak memperdulikan siapa yang akan pergi dahulu atau belakangan. Sekarang hatiku tenggelam, aku berpikir bahwa kalau terlambat selangkah saja, di depan mataku ia akan.......aku memandangnya dengan tertegun. Huo Qubing juga sedang memandang ke arahku, kami berdua saling memandang sambil tersenyum, dengan serentak kami melangkah mendekat, tangan kami saling mengenggam, kami diam seribu bahasa namun pikiran kami sama, sambil bergandengan tangan, kami berbalik dan melangkah pergi. Di belakang kami, Yinzhixie berseru, "Mohon jangan pergi dahulu, siapa nama kalian berdua?" Huo Qubing tertawa keras-keras, "Kita hanya kebetulan bertemu, kalau berjodoh, sampai jumpa nanti, nama kami tak ada harganya untuk disebutkan". Yinzhixie tertawa dan berkata, "Aku benar-benar ingin berkawan dengan kalian. Aku hanya akan berbicara tentang persahabatan, tak membicarakan hal lainnya. Aku sudah sangat lama tak bertemu pasangan yang begitu hebat seperti ini, dan juga sudah amat lama tak sesenang ini, aku ingin mengundang kalian minum arak dan mabuk bersama". Huo Qubing berkata, "Aku juga sangat mengagumi kemurahan hati saudara, akan tetapi kami harus melakukan sesuatu dan bertemu dengan rombongan pengawal keluarga kami, sehingga tak bisa berlama-lama di tempat ini". Yinzhixie menghela napas dengan pelan, "Kalau begitu aku hanya dapat berharap takdir akan mempertemukan kita lagi". Yinzhixie memerintahkan para pengawalnya untuk mengambilkan dua ekor kuda, di punggung salah seekor kuda itu tergantung busur yang sebelumnya digunakan untuk bertanding. "Karena kalian hendak pergi dengan cepat, kuharap kalian tak menolak kedua ekor kuda ini". Kuda-kuda itu adalah kuda bagus yang mahal, Huo Qubing adalah orang yang selalu bersikap terus terang, ia tersenyum, "Tak sopan kalau kami menolak, banyak terima kasih". Kami memacu kuda-kuda itu, setelah agak jauh, Huo Qubing berpaling dan memandang Yinzhixie, lalu menghela napas dan berkata, "Orang ini benar-benar seorang tokoh! Kalau melihat sikapnya, ketika hasil pertandingan diumumkan, ia sudah mencurigai anak buahnya, tapi untuk memaksaku tunduk padanya, ia berlagak tak tahu dan baru membongkarnya di saatsaat terakhir. Orang ini sangat pandai bermuslihat, rasa curiganya besar, caranya bertindak kejam tanpa ampun, namun sikapnya jujur dan terus terang, aku tak bisa memahaminya!" Hatiku terkesiap, aku menyeletuk, "Tapi melihat sikapmu setelah itu, kau amat mengaguminya, seakan tak menyadari apapun, persis seperti seorang orang gagah dunia persilatan......." Sebelum sempat menyelesaikan perkataanku, aku sadar bahwa saat itu Huo Qubing dan Yinzhixie memang benar-benar sedang melakukan pertandingan hidup dan mati, pada mulanya mereka berdua beradu kepandaian, namun setelah itu beradu siasat, kalau Huo Qubing salah langkah dan membuat Yinzhixie merasa curiga, jangan-jangan yang diberikannya pada kami bukan kuda. Seekor kuda berpapasan dengan kami, begitu pandangan mata penunggangnya menyapu ke arah Huo Qubing, wajahnya langsung berubah. Huo Qubing segera melecutkan cambuknya, mencambuk kudanya keras-keras, lalu mencambuk kudaku, ia tertawa dan berkata, "Gelombang pertama belum surut, gelombang kedua sudah timbul. Yu er, kita harus kabur secepatnya. Orang tadi adalah bekas jenderal Dinasti Han Zhao Xin, sekarang jenderal Xiongnu. Ia sudah mengenaliku dan tak akan membiarkan kita meninggalkan tempat ini hidup-hidup, kuharap di sini tak ada bala tentara Xiongnu, kalau hanya belasan orang saja aku tak takut". Sambil memacu kuda agar berlari lebih cepat, aku tersenyum kecut dan berkata, "Kelihatannya......ada bala tentara Xiongnu di dekat sini, walaupun jumlahnya tak banyak, mereka adalah prajurit pilihan". Aku berpaling ke belakang, Zhao Xin melompat turun dari kuda, lalu memberi hormat pada Yinzhixie, setelah itu, Yinzhixie dan rombongannya segera melompat ke punggung kuda. Huo Qubing tersenyum dan berkata, "Ternyata, seperti yang kuduga, orang ini pasti berkedudukan tinggi diantara bangsa Xiongnu". Pasukan yang mengejar kami semakin banyak, suara derap kaki kuda bergemuruh, membuat seluruh padang rumput bergetar pelan. "Dia........dia bernama Yinzhixie", aku mengigit bibirku. "Ah!", ujar Huo Qubing, "Shanyu Xiongnu?"" Aku mengangguk. Huo Qubing terdiam untuk beberapa saat, lalu mendadak tertawa, "Hari ini benar-benar mengembirakan, aku telah mengalahkan Shanyu Xiongnu, tapi sekarang harus melarikan diri". Sambil memperhatikan keadaan di sekelilingku, aku memacu kudaku, "Kelihatannya hanya ada padang rumput di sini, tak baik untuk bersembunyi. Asalkan bisa masuk ke pegunungan Qilian Shan, aku akan punya cara untuk menghindari mereka, dengan bantuan Lang Xiong, tak ada orang yang lebih mengenal ribuan li pegunungan Qilian Shan daripadaku". Sambil tersenyum, Huo Qubing mengiyakan. Kuda yang diberikan Yinzhixie pada kami benar-benar kuda yang jarang ditemui, setelah berlari beberapa shichen, walaupun nampak lelah, mereka masih berlari dengan cepat. Namun karena para pengejar di belakang kami dapat mengganti kuda, jarak diantara kami telah menjadi amat dekat. Kalau mereka tak melepaskan anak panah, kami masih punya harapan, akan tetapi kalau mereka melepaskan anak panah.......ketika aku sedang berpikir, Huo Qubing menarikku, hendak memindahkanku ke kudanya, sehingga aku akan duduk di depannya, bersama menunggang seekor kuda. Aku mengayunkannya tanganku untuk menghalanginya, dengan kesal aku berkata, "Dua orang menunggang seekor kuda dibandingkan dengan satu orang menunggang seekor kuda siapa yang lebih cepat" Kau anggap aku ini siapa" Ketika kau sedang belajar memanah di Markas Yulin, aku sudah melarikan diri di tempat ini. Aku tak butuh kau menangkis anak panah dengan punggungmu, aku ingin kita semua hidup". Huo Qubing tertegun sejenak, lalu tiba-tiba mengangguk, "Baiklah! Tapi kau tak boleh membiarkan mereka melukaimu". Qilian Shan sudah samar-samar nampak di kejauhan, semangatku dan Huo Qubing pun timbul, beberapa anak panah mulai berterbangan ke arah kami, namun selalu ditujukan ke kuda kami, rupanya kalau tak sampai terpaksa, Yinzhixie tak mau membunuh Huo Qubing dan ingin menangkapnya hidup-hidup. Sambil memacu kuda, Huo Qubing mengayunkan cambuk untuk menangkis anak panah, ikat pinggangku pun menari-nari, menangkis anak panah yang berterbangan di dekat kuda. Ia tersenyum dan berkata, "Yu er, bantu aku menangkis anak panah sebentar". Ia mengambil busur yang tergantung di sisi pelana dan tiga anak panah, bagai meteor, anak-anak panah itu melesat, tiga kuda yang berada di paling depan meringkik mengenaskan, lalu terjungkal ke tanah. Aku mengayunkan ikat pinggang sutraku dan menghalau anak panah yang datang, sambil tersenyum aku memuji, "Ilmu memanah yang bagus, sukar untuk memanah kuda tepat di dahinya". Dengan puas diri, Huo Qubing mengedipkan matanya, "Terima kasih atas pujian nyonyaku!" Aku mendengus dengan dingin dan tiba-tiba menarik ikat pinggangku, seketika itu juga, dengan kalang kabut ia terpaksa mengayunkan cambuknya untuk menangkis anak panah. Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Melihatnya kalang kabut, aku tak bisa menahan senyum muncul di wajahku yang tadinya tak berekspresi, namun sebelum senyum menghilang dari wajahku, sebatang panah telah melesat ke punggungku, aku membungkuk untuk menghindarinya, namun tak nyana, anak panah demi anak panah terus melesat dengan cepat ke arahku, semuanya tertuju ke bagian-bagian penting tubuhku, maka aku tak berani bersikap semberono lagi, ikat pinggangku menari-menari menyelubungi tubuhku, dengan sekuat tenaga menangkis anak panah. Di sisi Huo Qubing, anak panah hanya melesat ke arah kudanya saja, dengan geram ia meraung, "Kalau kalian ingin memanahku, lakukanlah!" Kulihat Mudaduo menarik busur untuk melepaskan anak panah ke tenggorokanku, aku tak berani mempercayainya, tanganku terlambat bergerak dan sebatang anak panah menembus ikat pinggangku, lalu melayang ke dadaku, Huo Qubing terpaksa tak dapat melindungi kudanya dari anak panah, ia mengayunkan cambuknya dan menangkis anak panah itu untukku, paha kudanya telah terkena panah, namun untung saja lukanya tak parah dan malahan membuat lari kuda itu untuk semenatara semakin cepat. "Yu er!", dengan gusar ia berseru. Dengan kebingungan aku memandangnya, begitu melihat ekspresi wajahnya aku segera tersadar, "Maaf, tak akan terjadi lagi". Mudaduo masih menghujaniku dengan anak panah, aku menangkisnya satu demi satu. Air mukanya tenang tak berubah, tembakan anak panahnya jitu, aku pun sadar sepenuhnya dan bergerak dengan cepat. Hanya saja?"hanya saja, aku tak mengerti, dimana orang yang dahulu memanggilku jiejie itu" Apakah di padang rumput ini hanya ada pengkhianatan belaka" Mudaduo memberi perintah pada orang di sisinya, orang itu raguragu sejenak, namun akhirnya menurut, ia tak lagi memanah kudaku, melainkan mulai memanahku. Sosok Yinzhixie muncul di tengah rombongan itu, "Duo er, apa yang sedang kau lakukan?" Tangan Mudaduo gemetar, ia tak berani melihat ke arah Yinzhixie dan hanya berseru, "Shanyu, kalau kita dapat menangkap Huo Qubing hidup-hidup, kita akan dapat menakut-nakuti bala tentara Han dan memberi semangat bangsa Xiongnu, akan tetapi wanita itu tak ada gunanya, dengan melakukan hal ini kita akan dapat mengacaukan pikiran Huo Qubing, sehingga kesempatan kita untuk menangkapnya bertambah besar". Sebelum Yinzhixie menjawab, Zhao Xin berkata, "Shanyu menghargai orang berbakat dan hendak membuat Huo Qubing menundukkan diri, akan tetapi watak Huo Qubing keras, ia tak mungkin menundukkan diri pada kita, kalau Shanyu hendak menangkap hidup-hidup Huo Qubing, perkataan permaisuri masuk akal". Yinzhixie memandang Huo Qubing, berpikir sejenak, lalu mengangguk setuju. Melihat wajahku berubah, dengan cemas Huo Qubing bertanya, "Apa yang mereka katakan?" Kulihat Qilian Shan yang sudah nampak di depan mata, aku memaksa diriku untuk tersenyum, "Aku hendak bertaruh, kalau tebakanku benar, kita punya kesempatan untuk menang". Huo Qubing mengangguk, "Tapi jangan melakukan perbuatan bodoh, aku tak bisa menerimanya, kita akan sama-sama hidup atau mati". "Mengerti!" Sebuah tanganku mengayunkan ikat pinggang, sedangkan tangan yang satunya lagi dengan perlahan membuka cadar, setelah itu, aku menatap Mudaduo dengan tajam, wajah Mudaduo tak lagi tenang, rasa takut muncul dengan sekilas di wajahnya, gerakan tangannya bertambah cepat, anak panah berterbangan bagai bintang jatuh, melihat reaksinya, tebakanku kemungkinan besar benar. Cadarku terbuka, melambai-lambai di tengah angin, sambil tersenyum, aku memandang Yinzhixie, wajahnya berubah, ia cepat-cepat berseru, "Berhenti!" Hujan anak panah pun berhenti, beberapa anak panah yang sudah terlanjur dilepaskan melenceng dan terjatuh ke tanah. Sambil tersenyum aku membuat wajah lucu ke arah Yinzhixie dan meleletkan lidahku, pada saat yang sama, aku diam-diam memungut sebatang anak panah dan menusukkannya ke pantat kudaku. Dengan wajah kebingungan, Yinzhixie terpana. Saat itu kudaku sudah melompat seakan terbang ke arah Qilian Shan, Huo Qubing membuntuti dengan ketat di belakangku. Yinzhixie memandang ke arah Mudaduo, "Duo er, apa kau melihatnya" Itu......itu Yu Jin, bukan?" Beberapa ratus prajurit mengejar kami, namun mereka tak lagi melepaskan anak panah, Mudaduo berseru, "Tak.......tak tahu. Tapi seharusnya bukan. Shanyu, Yu Jin sudah mati, kalau ia Yu Jin, ia tak mungkin berbuat seperti ini". Dengan kebingungan Yinzhixie mengangguk-angguk, "Seharusnya ia membenciku, tak mungkin tersenyum padaku seperti itu". Tiba-tiba ia berseru ke arahku, "Yu Jin, kaukah itu" Apakah sebenarnya kau Yu Jin atau bukan?" Aku tertawa cekikikan, lalu berpaling dan berkata dengan kenes, "Coba tebak". Zhao Xin membungkuk memberi hormat pada Yinzhixie di punggung kuda, lalu berkata dengan sikap hormat, "Hamba tak tahu siapa gadis ini, tapi hal ini tak penting. Yang harus kita tangkap adalah Huo Qubing". Yinzhixie mendadak tersadar, air mukanya kembali seperti biasa, matanya kembali menjadi tenang. Dengan penuh kebencian aku menatap Zhao Xin. kalau benar-benar terjadi apa-apa pada kami, aku pasti akan menyeretmu ke liang kubur. Yinzhixie memandang Qilian Shan, sinar matanya dingin menyeramkan, ia memberi perintah, "Yang berhasil membunuh Huo Qubing akan dihadiahi sepuluh ribu tahil emas. Jangan lukai perempuan itu". Rasa benci tiba-tiba muncul di mata Mudaduo, berkobar-kobar bagai api, melihatnya, punggungku terasa dingin. "Qubing!" Diantara hidup dan mati, tak ada waktu untuk banyak bicara, aku dan Huo Qubing saling bertukar pandang, kami berdua serentak merunduk di punggung kuda, anak panah melesat ke arah Huo Qubing bagai hujan. Aku sudah berusaha sekuat tenaga menangkis anak-anak panah itu dengan ikat pinggangku, namun dalam sekejap mata, kudanya sudah penuh anak panah bagai seekor landak, sambil meringkik mengenaskan, kuda itu terjerembab dengan lemas. Begitu kudanya terjatuh, Huo Qubing menyambar ikat pinggang putihku, lalu menerjang ke depan, dengan meminjam tenaga kudaku, ia masuk ke sebuah lembah, setelah itu ia cepat-cepat menyusup ke dalam hutan, tiga anak panah kembali melesat, tiga ekor kuda pun kembali terjungkal. Sekarang jalan menjadi terjal dan makin sempit, kuda-kuda yang tiba-tiba terjungkal itu membuat barisan prajurit yang mengejar di belakang kami menjadi kacau balau. Aku kembali memukul kudaku, membuatnya berlari lebih cepat, namun aku sendiri melompat ke samping, lalu dengan cepat menyusup ke hutan. Mataku melirik Yinzhixie yang sedang mementang busur, lalu dengan cemas memandang ke arah Huo Qubing, di bawah bayangan gelap pepohonan, Yinzhixie sama sekali tak bisa melihat Huo Qubing, namun ternyata ia dapat mengetahui dimana Huo Qubing berada dengan mengikuti arah anak panah yang dilepaskannya, Yinzhixie kembali melepaskan tiga anak panah, setiap anak panah itu menuju ke bagian tubuh yang penting, Huo Qubing berusaha sekuat tenaga menghindarinya, namun ia masih terkena sebuah anak panah. Aku mengigit bibirku erat-erat, tanpa berkata apa-apa, aku cepatcepat menerjang ke depan dan menarik Huo Qubing, namun sambil tersenyum ia menggeleng-geleng, memberi isyarat bahwa ia dapat berjalan sendiri. Aku mengangguk, lalu melayang keluar dari tengah pepohonan dengan bantuan ikat pinggangku, Huo Qubing mengikuti di belakangku. sambil berlari, aku memanggil dengan suara pelan, begitu terdengar lolongan serigala-serigala lain di hutan itu, aku baru merasa lega, aku berpaling memandang Huo Qubing, ternyata sebagian besar jubahnya telah basah berlumuran darah. Suara lolongan serigala di tengah hutan semakin keras, lolongan serigala yang melengking menyelimuti seluruh gunung itu, di belakangku, Huo Qubing berlari dengan berbelok-belok, setelah berlari sampai ke tepi sungai, aku berhenti dan memeriksa luka Huo Qubing, aku hendak mencabut anak panah itu, namun ia berkata, "Tunggu dulu". Sambil berbicara ia masuk ke dalam sungai, berjalan sampai ke tepian, lalu berlari dengan cepat, sambil menutupi mulut lukanya dengan hati-hati ia berbalik ke arah sebaliknya, lalu melompat ke dalam air, "Sekarang anak panahnya boleh dicabut". Setelah mengikat lengannya erat-erat dengan ikat pinggangku, aku menggertakkan gigiku dan dengan amat cepat mencabut anak panah itu. Darah segar menyembur keluar, tumpah di tengah air, lalu dengan amat cepat mengalir bersama air dan tak terlihat lagi. Huo Qubing tersenyum seperti biasa, lalu menunjukkan bagaimana cara membalut lukanya sehingga dapat menghentikan aliran darah namun tak menganggu gerakan tubuhnya. Aku termasuk orang yang sering melihat darah mengalir, tapi melihat darahnya tumpah aku merasa kepalaku pening, tanganku menjadi lemas. Namun aku tak ingin dirinya harus menenangkan diriku di saat seperti ini, maka aku hanya dapat dengan sebisanya membuat wajahku nampak tenang dan tanganku tak gemetar, tanpa berkata apa-apa, aku membalut lukanya. Untuk menyembunyikan bau tubuh kami, kami berdua masuk ke dalam air, berjalan melawan arus. Karena tenaga Yinzhixie amat besar, luka yang ditimbulkannya cukup dalam, setelah dibalut, walaupun darah mengalir keluar dengan lambat, namun alirannya belum berhenti, wajah Huo Qubing nampak biasa, seakan tak terjadi apa-apa, namun makin lama makin pucat. Aku memandang keadaan alam di sekelilingku, "Hari akan segera gelap, ayo cari tempat untuk beristirahat dulu!" Ia mengangguk. Mendadak, sebuah sosok hitam melompat ke arahku, dengan kaget aku segera menghadang di depan Huo Qubing, namun Huo Qubing pun berkelit dan menghadang di depanku, kami berdua punya pikiran yang sama, sama-sama takut pasangan kami terluka. Setelah melihat bahwa sosok itu adalah Lang Xiong, aku berteriak tertahan, lalu dengan girang memburu ke depan. Lang Xiong mengajak kami berdua ke sebuah air terjun yang berukuran sedang, ia berpaling dan mengeram pelan, lalu melompat masuk ke balik air terjun hingga tak terlihat lagi. Aku menarik tangan Huo Qubing dan melompat ke balik air terjun itu, ternyata di balik air terjun itu ada sebuah gua, walaupun gua itu agak lembab, namun gua itu benar-benar tempat yang bagus untuk bersembunyi. Orang biasa tak akan menyangka bahwa di balik air terjun ada sebuah gua yang begitu tersembunyi, selain itu, air pun menyembunyikan bau tubuh kami, sehingga kami tak perlu takut pada anjing pemburu. Aku mencari sebuah tempat yang tinggi dan membuat Huo Qubing duduk di tempat itu. Aku kembali memeriksa lengannya, lalu berbalik hendak pergi, "Di dekat sini pasti ada tanaman obat penghenti aliran darah, aku akan mencarinya dulu". Ia langsung menahanku, "Aku masih bisa menahan luka kecil ini, Yinzhixie bertekad untuk menangkapku hidup-hidup, walaupun ada serigala yang membantumu menghadang mereka, bagaimanapun juga hewan liar tak bisa melawan prajurit-prajurit terlatih, sekarang kita belum bisa meloloskan diri dari mereka".." Aku menutupi mulutnya, "Justru karena kita belum dapat meloloskan diri dari mereka, kita harus menghentikan aliran darahmu, kalau darahmu masih mengalir seperti itu, apakah kau ingin aku mengendongmu" Masa seorang jenderal tak bisa membedakan mana hal yang penting dan tak penting?" Ia menatapku tanpa berkata apa-apa, aku tersenyum dan berkata, "Aku akan mengajak Lang Xiong, tak akan terjadi apa-apa". Ia memberikan busurnya padaku, "Kau bisa memanah?" Aku hendak menolak, tapi agar ia merasa agak lega, aku mengangsurkan tanganku dan menerimanya, "Bisa". Angin sepoi-sepoi bertiup, sang rembulan bersinar terang, air sungai bergemericik, serangga dan burung menyanyi. Sebuah malam musim panas yang tenang dan indah, seakan sama sekali tak ada marabahaya yang mengintai. Dengan gesit, Lang Xiong menerobos ilalang dan melewati batu karang, aku melompat-lompat di belakangnya sambil memetik buah-buahan yang dapat dimakan, bagaimanapun juga daya pandang Lang Xiong lebih baik dariku, ia lebih dahulu menemukan rumput obat di tebing. Sebenarnya aku pun tak tahu apa nama rumput itu, karena serigala selalu mencari rumput itu untuk menyembuhkan luka, aku menyebut mereka rumput penyembuh luka. Sambil mengigit buah, aku berlari ke depan dengan cepat, sebelum aku sampai di air terjun, Lang Xiong melolong pelan, lalu menghadang di depanku, beberapa ekor anjing hitam berhadapan dengan Lang Xiong. Yinzhixie dan Mudaduo, yang seorang di depan sedangkan yang seorang lagi di belakangnya, perlahan-lahan keluar dari tengah hutan. Di belakang Lang Xiong dan anjing-anjing hitam itu kami saling memandang, mataku sengaja melihat ke ke belakang, lalu melihat ke sekelilingku, seakan sedang mencari tahu berapa banyak orang yang datang bersama mereka, namun sebenarnya mencari tahu apakah mereka memperhatikan air terjun itu. Yinzhixie memandangiku tanpa berkata apa-apa, Mudaduo bertanya, "Mana Huo Qubing?" Aku membuang buah yang sudah habis kumakan ke pepohonan, "Untuk mengalihkan perhatian kalian, kami berpisah". Mudaduo memandang ke arah Yinzhixie, Yinzhixie menatap mataku tanpa berkedip, wajah Mudaduo perlahan-lahan menjadi pucat pasi, suara Yinzhixie lembut, seakan takut suaranya akan membuatku lari karena takut, "Apakah kau Yu Jin?" Setelah berpisah bertahun-tahun, ia sepertinya tak banyak berubah, masih lelaki tertampan diantara bangsa Xiongnu, tapi aku sudah bukan gadis yang selalu menatapnya dengan penuh kekaguman itu lagi. Aku diam sejenak, lalu menggeleng-geleng, "Aku bukan dia". Mudaduo sepertinya menghembuskan napas lega, Yinzhixie hendak maju ke depan namun Lang Xiong menggeram memperingatkannya, di lembah terdengar lolongan serigalaserigala lain, anjing-anjing itu pun menjadi amat ketakutan, namun masih dengan bandel menyalak. Dengan geram aku menendang Lang Xiong dan melolong, serigala-serigala di lembah itu pun segera diam. Karena suara kami terdengar dari balik air terjun, Huo Qubing belum tentu tahu Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo bahwa di luar terjadi sesuatu, namun karena serigala tolol itu melolong, Huo Qubing pasti telah mendengarnya. Yinzhixie berjalan ke arahku dengan hati-hati, perkataanku kutujukan pada Huo Qubing, namun aku berteriak pada Yinzhixie, "Jangan mendekat, kalau kau mendekat, aku akan langsung?"langsung".." Dengan enteng aku mengambil sebatang anak panah dan menujukannya ke jantungku sendiri, "Tak sudi hidup lagi". Yinzhixie cepat-cepat mundur beberapa langkah, lalu sambil tersenyum girang ia berkata, "Kau Yu Jin". Aku melirik Mudaduo dan bertanya, "Yinzhixie, apakah aku Yu Jin atau bukan amat penting bagimu" Kalau aku Yu Jin, apa yang dapat kau lakukan?" Ia agak kebingungan, lalu mengumam, "Kau masih hidup, ternyata kau masih hidup". Ia menatapku dengan tajam untuk beberapa saat, seakan sedang sekali lagi memastikan bahwa aku benar-benar masih hidup, "Tapi kau tak membenciku?" Aku tersenyum dan berkata, "Aku sudah berkata aku bukan Yu Jin, Yu Jin sudah mati, aku yang sekarang tak punya hubungan apa-apa denganmu, yang ingin kau tangkap adalah Huo Qubing, kalau kau masih Raja Kiri Guli yang ksatria mohon jangan menyusahkan seorang wanita sepertiku, biarkan aku pergi!" Yinzhixie berbicara dengan bahasa Xiongnu, namun aku selalu menggunakan bahasa Han untuk menjawabnya, agar Huo Qubing tahu bahwa aku sedang berusaha meloloskan diri dan ia tak boleh bertindak nekad. Yinzhixie mendongak memandang bulan sabit di angkasa, Mudaduo memandangnya dengan tergila-gila, matanya berlinangan air mata, akan tetapi ia mengigit bibirnya keras-keras, mengeraskan hati agar air matanya tak meleleh. Ujung lengan jubah Yinzhixie melambai-lambai dengan ringan di tengah tiupan angin, naik turun dengan melankolis. Sambil tersenyum ia berkata pada sang rembulan, "Yu Jin, aku lebih suka begitu melihatku kau langsung ingin membunuhku, atau memandangku dengan penuh kebencian, paling tidak hal itu berarti bahwa aku selalu ada dalam hatimu, bahwa kau tak pernah melupakanku, tapi?"tapi bagaimanapun juga aku tak menyangka bahwa kau dapat melihatku seakan seperti melihat seorang asing". Ia menunduk dan memandang mataku, "Tak perduli dalam keadaan apapun, tak perduli apakah aku Shanyu bangsa Xiongnu, atau putra mahkota yang belum naik takhta, saat orang lain hanya memperhatikan mereka, matamu selalu menatapku, penuh kekaguman dan penuh rasa percaya, walaupun usiamu masih muda, tapi matamu seakan sudah paham semuanya, semua kesedihanku, semua kekhawatiranku, semua muncul di matamu, kau girang untukku, khawatir untukku, namun sekarang semuanya telah lenyap?" Tanpa sadar, aku mengelus mataku, lalu memandang ke arah Mudaduo, "Mungkin Yu Jin yang dulu memang memandangmu seperti itu, namun sekarang sudah orang lain yang memandangmu seperti itu. Mungkin sinar matanya tak sama dengan sinar mata Yu Jin saat itu, namun di matanya pun hanya ada kau seorang". Yinzhixie berpaling memandang Mudaduo, Mudaduo tak bisa menahan diri lagi, air matanya meleleh, ia pun menunduk dan cepat-cepat menyekanya. Untuk sesaat Yinzhixie tertegun, berbagai ekspresi muncul silih berganti di wajahnya, lalu ia mengeluarkan sehelai sapu tangan dan menaruhnya di tangan Mudaduo. Sekonyong-konyong Yinzhixie berkata, "Yu Jin, karena kau tak membenciku, ayo ikut aku pulang". Aku tertawa dan berkata dalam bahasa Xiongnu, "Kecuali kalau aku mati, kalau kau ingin membawa pulang mayat, silahkan coba!" Aku kembali beralih ke bahasa Han dan berkata, "Yinzhixie, seharusnya kau tahu A Dieku orang Han, ia selalu ingin mengajakku pulang ke Dinasti Han, sekarang hidupku di sana sudah sangat baik, kalau kau masih punya sedikit hati nurani, jangan memaksaku". "Bagaimana Huo Qubing bisa meninggalkanmu dan kabur sendirian" Kau......apakah kau sudah menikah dengannya" Tak apa, hal ini tak penting, orang Xiongnu tak memperdulikan hal-hal seperti itu". Aku marah dan berkata dengan geram, "Ia meninggalkanku, ia terkena panahmu dan tak bisa bergerak dengan leluasa lagi, ia tak ingin membebaniku, maka ia menipuku dengan menyuruhku mencari makanan untuknya, tapi ketika aku kembali, ternyata ia sudah tak terlihat lagi". Aku mengigit bibirku, mataku berlinangan air mata, namun aku memaksa diriku sendiri untuk tersenyum, "Awas kalau aku sampai menemukannya, kalau sampai ketemu, aku akan memanahnya". Perkataan itu setengah benar dan setengah palsu, dan memang sesuai dengan watak kami berdua, nampaknya Yinzhixie telah mempercayainya, ia terdiam untuk beberapa saat, lalu berjalan selangkah demi selangkah menghampiriku, seakan tak memperdulikan ancaman Lang Xiong, "Yu Jin, ikut aku pulang". Sinar matanya penuh tekad, untuk sesaat hatiku galau, dengan panik aku membidiknya, "Jangan mendekat, aku tak akan pulang denganmu". Sambil tersenyum ia menggeleng-geleng, lalu bertanya dengan lembut, "Apakah kau hendak memanahku dengan ilmu memanah yang kuajarkan padamu" Ingatkah kau, saat masih kecil, kau duduk di depanku di punggung kuda, dan aku mengenggam tanganmu, mengajarimu memanah?" Sambil berbicara, ia berjalan ke arahku tanpa memperlambat langkahnya sedikitpun, dan tanpa sedikitpun menghiraukan panah dalam genggamanku, beberapa ekor anjing mengepung Lang Xiong, tanganku gemetar, dengan bahasa Xiongnu aku berseru, "Berhenti! Aku tak akan ikut kau pulang, tak akan......" Aku mendengar panggilan Lang Xiong yang memberitahuku bahwa Huo Qubing sedang mendekati kami, hatiku cemas, tanpa berpikir panjang lagi, aku melepaskan anak panahku. Dengan panik aku memandang anak panah itu melesat ke depan, Yinzhixie menatapku tanpa berkedip, matanya penuh rasa duka dan tak percaya. Mudaduo menerjang ke depan, lalu menjerit dan terjatuh dengan lemas. Anak panah itu menancap di dadanya, dalam sekejap, bajunya telah memerah. Sepasang tanganku gemetar, dengan lemas, aku berlutut di tanah, untuk beberapa saat, Yinzhixie tertegun, seakan belum menyadari apa yang terjadi, lalu ia memandang Mudaduo, wajahnya nampak panik, ia pun melangkah ke depan dan membopong Mudaduo. Selangkah demi selangkah, aku berjalan ke sisinya, "Maaf, Mudaduo, aku......." Suaraku gemetar, aku tak dapat berbicara lagi, bagaimana kami sampai dapat saling membunuh" Tiba-tiba aku memukul dengan keras ke arah Yinzhixie, tak nyana, ia tak menangkis dan membiarkan tinju dan telapakku mendarat di tubuhnya, "Semuanya karena kau, kenapa kau selalu ingin melakukan perbuatan seperti ini" Selalu memaksa kami sehingga kami tak bisa hidup dengan tenang. Kenapa kau tak dapat melepaskan A Die, kenapa kau tak bisa melepaskanku" Sekarang karenamu aku dan Mudaduo kakak beradik jadi berkelahi....." Yinzhixie seakan tak mendengar perkataanku, ia menunduk untuk memeriksa luka Mudaduo. Mudaduo bernapas dengan terengahengah, ia memandangku dan berkata, "Jiejie, maaf, seharusnya aku tak membencimu, sebenarnya masalah ini tak ada hubungannya denganmu, akulah yang menyewa empat orang Xiyu untuk pergi ke Chang'an........" Aku berulangkali menggeleng-geleng, "Bukan salahmu, semua salah Yinzhixie". Air mata Mudaduo berjatuhan bagai butir-butir mutiara yang terlepas, "Jangan menyalahkannya, ini semua karenaku, ia sayang padaku hanya karena sifatku mirip denganmu, ia merasa amat bersalah padamu, tapi aku tak rela, semua ini salahku......." Dengan lembut Yinzhixie menutupi mulut Mudaduo, "Jangan bicara lagi, Yu Jin benar, semua ini salahku". Ia bersiul beberapa kali, lalu membopong Mudaduo dan pergi, "Duo er, kau tak akan mati, aku pasti akan dapat menyelamatkan nyawamu, bukankah kau selalu ingin kita berdua pergi bermain ke Danau Suiye" Begitu kau sembuh, kita akan segera berangkat......" Selagi berbalik, pandangan mata Yinzhixie memandang ke arahku, seakan hendak mengucapkan seribu satu perkataan yang tak terucapkan. Mudaduo mencengkeram lengannya, ia terbatuk dan berkata, "Benar......benarkah" Tubuhku......dingin sekali......" Yinzhixie menunduk memandang Mudaduo, "Benar, aku akan segera membawamu ke tabib, kau akan baik-baik saja......." Sambil membopong Mudaduo, ia berjalan, semakin lama semakin jauh, setelah berada di balik pepohonan, ia masih berpaling melihatku, namun ia mendengar Mudaduo terbatuk, sepertinya darahnya mengalir keluar semakin deras, Yinzhixie tak berani berlama-lama dan mempercepat langkahnya, dalam sekejap mata, ia telah menghilang diantara pepohonan yang rimbun. Di bawah bulan dan tiupan angin dingin, aku berdiri dengan tertegun sambil memandang tempat mereka menghilang. Huo Qubing memelukku dari belakang, "Asalkan mendapatkan pertolongan tepat pada waktunya, ia pasti akan dapat hidup, walaupun ia kehilangan banyak darah, anak panah itu sama sekali tak mengenai bagian tubuh yang penting, selain itu, saat melepaskan anak panah kau tak punya keinginan untuk membunuh, gerakan tanganmu tak mantap, lukanya pasti tak terlalu dalam". Mengalirkan darah" Aku segera tersadar dan melihat ke sekelilingku, lalu cepat-cepat menariknya kembali ke dalam gua, memberikan buah-buahan yang kusimpan di saku dadaku padanya, lalu memberi obat padanya. Huo Qubing berkata, "Robek bajumu, lalu panggil seekor serigala dan ikatkan kain itu di tubuhnya, setelah itu, suruh ia berlari dari tempatmu berdiri tadi. Karena sibuk mengurus perempuan itu, untuk sementara Yinzhixie tak akan memperhatikanmu, akan tetapi ia pasti akan menyuruh orang mengejarmu. Lebih baik kita menunggu saja, bersembunyi di sini dua atau tiga hari lagi dan baru pergi setelah mereka selesai mencari". Aku segera melakukan semua yang ia katakan. Rumput penyembuh luka tak mengecewakan harapanku, melihatnya berhenti mengalirkan darah, hatiku terasa agak lega dan aku kembali teringat akan kejadian barusan ini, "Mudaduo akan baik-baik saja?" Sambil tersenyum, Huo Qubing memelukku, "Masa Shanyu bangsa Xiongnu yang gagah perkasa tak bisa menyelamatkan seorang perempuan" Ia pasti akan baik-baik saja, kau mengkhawatirkannya hingga pikiranmu kacau, coba pikirkan dengan seksama kejadian yang baru saja terjadi itu, apakah kau tak merasa bahwa ada suatu maksud tertentu di balik tingkah lakunya" Ternyata dalam waktu yang pendek ia telah berhasil mengambil keuntungan dari keadaan itu, melukai dirinya sendiri untuk membuat orang takluk padanya, orang secerdik itu mana bisa begitu mudah mati?" Untuk beberapa lama aku terdiam, lalu menyusup ke dalam pelukannya, "Maaf, seharusnya setelah bersembahyang di makam A Die kita langsung pergi, aku seharusnya tak menuruti keinginanku untuk bermain sehingga mengundang banyak masalah". Dengan lembut Huo Qubing membelai pipiku, lalu tersenyum dan berkata, "Akulah yang seharusnya minta maaf, nyonyaku ingin bermain, tapi aku tak melindunginya dengan baik dan malahan membuat nyonyaku terkejut. Tunggu sampai aku mengusir Xiongnu dari padang pasir selatan dan membuat seluruh padang pasir menjadi milik Dinasti Han, kau akan bisa bermain sesukamu tanpa khawatir". Sekonyong-konyong, aku mencengkeram tangannya dan mengigitnya keras-keras, ia meringis kesakitan dan berteriak, dengan gusar aku berkata, "Jangan panggil aku nyonyamu lagi". Ia berpikir sejenak, lalu berkata, "Kalau begitu, istriku saja?" Aku berlagak hendak mengigitnya lagi, ia pun berkata, "Yu er, kau akan kupanggil Yu er". Aku memelototinya namun mulutku yang menempel di tangannya tertawa, akan tetapi, sebelum bunyi tawaku menghilang, air mataku telah jatuh berderai-derai. Ia tak berkata apa-apa, hanya membelai rambutku, "Qubing, seharusnya kau tahu siapa Yu Dan" A Dieku adalah gurunya, aku bukan putri kandungnya melainkan seorang anak yang dipungut olehnya dari tengah kawanan serigala, saat itu aku tak mau........ketika pertama kalinya melihat Yinzhixie, ia......." Untuk pertama kalinya aku berbicara tentang masa laluku, ketika bercerita tentang saat-saat bahagia, aku tersenyum ketololtololan, saat bercerita tentang saat-saat sedih, air mataku bercucuran. Sejak menangis penuh duka saat mendengar kabar tentang meninggalnya A Die, aku selamanya tak pernah menangis karena masa lalu. Aku selalu takut diriku tak cukup kuat, begitu menangis seluruh keberanian yang dengan susah payah kukumpulkan akan sirna, maka aku pun berpura-pura tak sedih dan hidup seperti biasa. Namun hari ini aku tak lagi takut, menangis dan tertawa tanpa beban, selagi mengoceh panjang lebar, entah kapan, aku pun jatuh tertidur. "Apa yang sedang kau pikirkan?", tanya Huo Qubing dengan lembut, aku berhenti memandang keluar dan menurunkan tirai kereta, lalu berpaling dan tersenyum, "Aku agak berat meninggalkan Lang Xiong". Sambil mengenggam tanganku, Huo Qubing berkata, "Kita harus banyak berterima kasih pada Lang Xiong karena kali ini dapat pulang hidup-hidup dari Qilian Shan.Tapi kelihatannya kau lebih suka tak pulang ke Chang'an". Aku mengerutkan dahiku, tak berkata apa-apa. Setelah lama terdiam, Huo Qubing berkata, "Aku juga tak ingin pulang ke Chang'an". Setelah berpikir sejenak, aku baru memahami maksudnya, dengan hati setengah girang dan setengah pedih, aku tersenyum dan berkata, "Hanya kau yang menganggapku permata, tak akan ada yang mencoba merebutku darimu". Huo Qubing tersenyum hambar, seakan sedang memikirkan sesuatu, tanpa berkata apa-apa, ia menarikku ke dalam pelukannya. Kepalaku bersandar di lututnya, dengan kelelahan aku memejamkan mataku, Huo Qubing mengeser bagian bawah tubuhnya agar aku dapat berbaring dengan sedikit lebih nyaman, "Kalau capek, tidurlah". Aku berkata, "Duduk di dalam kereta memang agak membosankan, kalau kau bosan, pergilah menunggang kuda! Tak usah sengaja menemaniku". Dengan lembut jari-jemari Huo Qubing membelai dahiku, "Bersamamu mana ada kata bosan" Tidurlah dengan tenang". Senyum muncul di sudut-sudut bibirku, lalu aku masuk ke alam mimpi. Ketika aku sedang setengah terbangun, dari luar kereta Zhao Ponu memanggil dengan suara pelan, "Jenderal". Huo Qubing Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo membuka tirai kereta, "Apakah sudah ada kabar?" Aku memelototi Huo Qubing, lalu cepat-cepat bangkit. Huo Qubing tersenyum nakal, tangannya memukul punggungku dengan lembut sambil memandang Zhao Ponu dan Chen Ankang. Zhao Ponu dan Chen Ankang sama-sama sedang berkuda di luar kereta, ketika melihat kami berdua di dalam kereta yang baru saja memisahkan diri, sambil tersenyum Chen Ankang mengalihkan pandangan matanya, namun Zhao Ponu terkejut, ia menunduk, lalu seakan tak terjadi apa-apa dengan sikap hormat berkata, "Sudah ada kabar tentang Adipati Bowang Zhang Qian dan Jenderal Li Guang. Setelah berangkat dari You Beiping, Jenderal Li yang memimpin empat ribu prajurit berangkat terlebih dahulu, sedangkan Adipati Bowang yang membawa selaksa prajurit berkuda mengikuti di belakangnya. Tak lama setelah itu, Jenderal Li bertemu pasukan utama Raja Bijak Kiri Xiongnu yang terdiri dari empat puluh ribu orang, dan empat ribu prajurit itu pun terkepung". Aku menghela napas dengan pelan, sambil menutupi mulutku aku memandang Zhao Ponu, orang Xiongnu menganggap Raja Kiri sebagai yang dituakan, pasukan Raja Kiri tak berada di bawah komando Shanyu, pasukannya adalah pasukan pilihan. Li Gan tentunya ikut dengan ayahnya, apakah ia baik-baik saja" Huo Qubing melirikku, dengan wajah hambar ia mendengarkan laporan itu. "Saat itu seluruh pasukan kacau balau, bahkan sampai ada yang berteriak agar mereka menyerah saja, namun Li Gan tetap tenang dan tak takut, ia mohon agar Jenderal Li memerintahkannya bertempur, hanya dengan belasan prajurit penunggang kuda, Li Gan mengamuk diantara pasukan Xiongnu, setelah membunuh hampir dua ratus prajurit Xiongnu, ia kembali dengan selamat, lalu melemparkan kepala-kepala orang Xiongnu ke depan para prajurit yang ketakutan, sambil tertawa ia berkata, 'Apa susahnya membunuh orang barbar"' Walaupun kami sudah terkepung, asalkan kami dapat bertahan sampai pasukan Adipati Bowang tiba, dengan menyerang bersama pasukan Adipati Bowang, orang Xiongnulah yang akan kalah. Wajah semua orang nampak malu, mereka membulatkan tekad, menghunus pedang dan serentak berseru, 'Kami hendak bertarung sampai mati dengan Xiongnu'". Huo Qubing bertepuk tangan dengan pelan, lalu mengangguk dan memuji, "Bagus, Kakak Ketiga Li!" Zhao Ponu dan Chen Ankang nampak bersemangat, Zhao Ponu berkata, "Orang Xiongnu murka, anak panah menghujani kami mulai dari saat matahari terbit sampai matahari terbenam, lebih dari separuh prajurit kami tewas, anak panah pun sudah habis, namun di bawah pimpinan Jenderal Li, kami masih bertahan. Di hari kedua kami kembali bertempur dan kehilangan separuh prajurit lagi, namun saat matahari terbenam, pasukan Adipati Bowang tiba, dan orang Xiongnu pun cepat-cepat mundur". Huo Qubing mendengus dengan dingin, "Kecepatan bergerak pasukan Zhang Qian itu benar-benar mengagumkan". Walaupun Zhao Ponu tak berkata apa-apa, di wajahnya nampak sikap merendahkan, namun wajah Chen Ankang nampak tenang, tak emosional. Huo Qubing berkata, "Karena dikepung, Li Guang tak bisa membantuku sesuai rencana semula, tapi bagaimana dengan Gongsun Ao?" Chen Ankang membungkuk dan berkata, "Apa yang terjadi pada Jenderal Gongsun memang sesuai dengan perkiraan jenderal, karena tersesat di padang pasir, ia tak bisa bergabung dengan pasukan kita seperti yang telah direncanakan". Huo Qubing mengangkat bahunya, lalu sambil tersenyum acuh tak acuh berkata, "Lucu sekali, kepala paman bakal pusing". Zhao Ponu tertawa dan berkata, "Tujuan utama Sri Baginda menyerang Xiongnu kali ini adalah untuk menguasai Hexi, dengan mengusir mereka dari Hexi, kita akan dapat membuka jalan ke setiap negara Xiyu. Walaupun Jenderal Gongsun Ao dan Li Guang tak benar-benar ikut bertempur, kita sudah mencapai tujuan yang direncanakan Yang Mulia, dengan jumlah pasukan yang sedikit kita mengalahkan musuh yang banyak jumlahnya, dan tak hanya mengalahkan Xiongnu dengan telak melainkan juga membuat Qilian Shan yang mereka banggakan menjadi wilayah Han Agung, wajah Yang Mulia pasti akan berseri-seri dan beliau tak akan menghukum berat Jenderal Gongsun". Sudut-sudut bibir Huo Qubing terangkat membentuk seulas senyum, tanpa berkata apa-apa, ia melambaikan tangannya untuk menyuruh mereka mundur. Ia duduk dengan tenang, entah sedang memikirkan apa, untuk beberapa lama, ia tak bergerak. Aku menarik-narik lengannya, "Apa yang sedang kau pikirkan" Kali in kau berjasa besar, apakah kau sedang memikirkan hadiah apa yang akan diberikan kaisar padamu?" Ia tertawa dan tiba-tiba memitingku di bawah tubuhnya, "Aku cuma ingin kaisar menganugerahkan pernikahan, aku menginginkanmu". Aku gusar sekaligus jengah, aku mengenggam tangannya yang hendak meraba-raba ke dalam bajuku, "Kau bukannya berkata, bahwa sebelum menikah kita tak akan......" Ia tersenyum dan mencium bibirku, "Aku berkata kita tak akan melakukan hal itu, tapi tak berkata tak bisa mencium, tak bisa memeluk, tak bisa meraba-raba......" Aku mendorongnya seraya berkata, "Di luar kereta ada orang. Kau jangan sinting!" Ia menghela napas panjang, berbaring dengan miring di atas lenganku, lalu berteriak keluar, "Perintahkan pasukan berjalan lebih cepat agar dapat lebih cepat mendirikan kemah dan beristirahat!" Aku memarahinya, "Kau menyalahgunakan kekuasaanmu!" Ia berpaling dan mendesah lembut di telingaku, kalau aku tertawa ia tentu akan makin bersemangat, maka aku menahan tawa sekuat tenaga, dengan muka tanpa ekspresi aku bertanya, "Barusan ini, apa yang kau pikirkan?" Sebelum menjawab pertanyaanku, ia telah mencubit cuping telingaku, "Kata orang, orang yang cuping telinganya besar selalu beruntung, kelihatannya keberuntunganmu sangat besar, menikah denganku adalah suatu keberuntungan besar". Aku mendengus, "Kata orang, orang yang bibirnya tipis mata keranjang. Kalau begitu, aku takut menikah denganmu". Sambil tersenyum berseri-seri, ia melirikku, "Sekarang kau masih berani bicara begini padaku?" Sambil berbicara, ia mengulum cuping telingaku dan mengigitinya dengan lembut, lidahnya membelai-belai lekukan-lekukan telingaku. Aku merasa separuh tubuhku lemas, sedangkan yang separuh lagi gemetar, napasnya menjadi berat, ia agak tak bisa menahan diri. Dengan suara bergetar aku cepat-cepat berkata, "Aku tahu apa yang kau pikirkan, kau tentu sedang berpikir bahwa kau terjepit diantara kaisar dan Jenderal Wei, dan memikirkan bagaimana caranya kau harus mengatur hubungan itu". Ia berhenti, lalu mencubit wajahku dengan lembut sambil tersenyum, "Kau sangat pandai mengepung Wei untuk menyelamatkan Zhao ". Setelah menenangkan diri untuk beberapa saat, jantungku yang berdebar-debar baru menjadi tenang kembali, "Kau tak menyangkal, maka tebakanku tentunya benar". Ia menghela napas dengan pelan, memandang ke atap kereta, lalu mengulet, "Masalah itu tak usah dipikirkan sampai kita kembali ke Chang'an! Tak usah pikirkan masalah itu dulu". Aku terdiam sesaat, lalu mengangguk-angguk, "Benar. Tak usah pikirkan masalah itu dulu. Walaupun khawatir, kita akan mengkhawatirkannya setelah pulang ke Chang'an". Salah satu tangannya menyangga tubuhnya, sedangkan tangan yang satu lagi mengelus-elus dahiku dengan lembut, ia menunduk dan memandangku tanpa berkedip, "Aku tak perduli sebenarnya kenapa kau khawatir atau takut, tapi ingatlah, setelah ini aku akan jadi suamimu, dalam segala hal aku akan mendampingimu, tak perduli suka atau duka, kita akan menghadapinya bersama, setelah ini kau tak akan menghadapi Tokoh Besar 3 Pendekar Hina Kelana 3 Air Mata Di Sindang Darah Harpa Iblis Jari Sakti 22

Cari Blog Ini