Ceritasilat Novel Online

Balada Padang Pasir 13

Balada Padang Pasir Karya Tong Hua Bagian 13 sehat, walaupun kaya raya, belenggu yang paling menakutkan di kolong langit membelenggu hatimu yang merindukan kebebasan. "Yu er, apakah kau menangis" Aku telah membuatmu bersedih......." Aku memaksa diriku tersenyum, "Tidak. Aku bahagia. Kata tabib kau harus menjaga ketenangan pikiranmu, harus banyak beristirahat. Kau mau tidur?" Ia menyentuh bekas air mata di sudut mataku, lalu memelukku erat-erat, begitu kuat, seakan hendak untuk selamanya memenjarakanku dalam pelukannya, "Yu er, Yu er, Yu er.......sejak saat ini kita tak akan berpisah lagi. Setelah kau pergi, aku makin cepat bertindak, berharap agar dapat secepatnya menarik diri dari Chang'an dan mengundurkan diri, setelah aku membereskan semuanya, kita akan pergi ke Xiyu, membeli dua ekor kuda yang larinya cepat, pasti larinya akan sangat cepat dan jejak kita dapat menghilang tanpa bekas". "Baik". Air mataku menetes-netes di atas bahunya. Ia berkata, "Aku selalu ingin menjadi tabib saja, setelah aku mengatur semuanya dengan baik di Xiyu, kita akan membuka sebuah rumah obat di pinggir jalan raya, aku mengobati sakit orang, kau membantuku mengumpulkan obat-obatan, usaha kita tentu lumayan". Aku berkata, "Dengan ilmu pengobatanmu, usaha kita pasti akan sangat baik, sehingga kita bahkan tak akan punya waktu untuk membuat teh". "Tak bisa begitu, walaupun menyembuhkan orang sakit paling penting, tapi aku masih harus menemanimu. Aku akan memasang pengumuman, bahwa setiap hari aku hanya akan memeriksa dua puluh orang". "Baik, kalau ada orang lain yang berkeras menemuimu, aku akan memukul mereka sampai mereka lari pontang-panting untukmu". "Kita dapat mendirikan sebuah pondok dari balok kayu di Tianshan untuk menghindari hawa panas di musim panas". Semuanya bagai benar-benar terjadi, dengan terpana aku tersenyum, "Di musim dingin kita dapat pergi ke Pegunungan Berapi di Turpan". "Yu er, rasa ikan di Danau Kanas sangat lezat, aku akan memanggangnya untukmu, kau belum pernah makan ikan panggangku bukan" Resepnya kudapatkan dari sebuah kitab kuno, kabarnya kitab itu adalah kitab resep masakan Kaisar Kuning, entah benar atau tidak, tapi rasanya benar-benar luar biasa". "Ya, kata para pengembala, air Danau Kanas terkadang berubahubah warnanya menuruti musim atau cuaca, kadang-kadang biru langit, hijau tua, hijau zamrud, atau putih susu, hampir dua puluh macam warnanya, aku pernah pergi ke sana dua kali bersama kawanan serigala, dan hanya melihat dua warna saja". "Kalau begitu kita tinggal di tepi danau setahun lebih saja, supaya dapat melihat dua puluh macam warna itu dengan seutuhnya. Yu er, selain itu kau ingin pergi ke mana lagi?" ?"".. Jiu Ye tertidur di bahuku, wajahnya nampak lega, bibirnya tersenyum. Dengan lembut aku membaringkannya di atas bantal, lalu bangkit dan menutup jendela. Di balik jendela, sang mentari yang sedang terbenam bersinar, setengah angkasa dipenuhi lembayung senja bagai darah. Aku berpaling dan melihat senyum bahagia Jiu Ye, tiba-tiba sekujur tubuhku lemas tak berdaya dan terjatuh ke lantai. Aku memandang Jiu Ye dan menangis tersedu-sedu, namun tak berani bersuara, aku mengigit tanganku sendiri, air mataku bercucuran bagai bendungan jebol, mengalir keluar dengan deras. Kumohon padamu, Langit, berbaik hatilah padanya sekali ini saja, ketika ia bangun besok pagi, buat ia melupakan segala yang terjadi hari ini, melupakan segalanya, melupakan segalanya?" Aku tak tahu bagaimana aku dapat pulang ke rumahku sendiri, diriku seakan hampa, begitu lelah hingga hampir ambruk. Akan tetapi setelah masuk kamar, aku menemukan bahwa beberapa perabot tanah liat yang dahulu tertata di atas meja telah tersapu ke lantai sehingga lantai berantakan. Aku menghela napas dengan berat, lalu segera pergi ke Wisma Huo. Begitu melihatku, Paman Chen segera berseru agar aku berhenti, lalu berkata, "Kemarin malam tuan muda cepat-cepat pulang dari istana, lalu sengaja pergi ke Yipin Ju dan membeli beberapa hidangan kesukaanmu, katanya ia masih sempat makan malam denganmu. Melihatmu tak ada, aku berkata akan mengirim orang untuk menjemputmu, namun ia berkata akan pergi sendiri menjemputmu. Saat pergi sikapnya riang gembira, semalaman ia tak pulang, aku pun mengira ia tidur di tempatmu. Tapi ketika matahari sudah tinggi hari ini ia pulang, tak minum seteguk pun, tak makan sesuap pun, dan mengunci diri di kamar, siapapun tak boleh masuk. Sebelum kau datang, ia baru saja pergi, wajahnya sangat tak enak dilihat, kudengar Hong Gu berkata bahwa sejak kemarin ia tak makan, kemarin malam ia menunggu semalaman di kamarmu". Paman Chen berusaha keras berbicara dengan lembut, "Nona Yu, Meng Jiu benar-benar seorang pria yang baik, kami pun benar-benar banyak berhutang budi padanya.......", wajahnya nampak malu, "Akan tetapi tuan muda benar-benar bersikap sepenuh hati padamu, demi dirimu, bahkan anugerah pernikahan dari kaisar pun ditolaknya. Kecuali permaisuri dan Jenderal Besar Wei Qing, hubungannya dengan para tetua lain di keluarganya juga sangat tak baik, aku bersalah padamu dan tak berani berkata apa-apa, tapi......ai!" Huo Qubing belum lama sembuh dari sakitnya, walaupun kelihatannya sehat walafiat, bagaimana ia bisa menanggung semua itu" Karena terlalu khawatir, nada suaraku mengandung sikap menyalahkan, "Kenapa kalian tak menasehatinya?" Begitu perkataan itu keluar dari mulutku, aku tersadar bahwa aku telah bersikap seperti orang bodoh. Qubing mana mau mendengar nasehat orang" Aku cepat-cepat minta maaf pada Paman Chen, "Aku salah bicara. Apakah kau tahu kemana ia pergi?" Paman Chen menggeleng, "Tuan muda tak memperbolehkan orang mengikutinya, mungkin ia pergi ke rumah nyonya, ke wisma sang putri, wisma Jenderal Gongsun, atau mencari tempat minum-minum". Aku berbalik dan keluar, "Aku akan mencarinya". Dari wisma Putri Pingyang sampai wisma Jenderal Gongsun, dari wisma Jenderal Gongsun sampai Wisma Chen, aku mencarinya, selain itu aku mencarinya di kedai-kedai arak dan rumah-rumah hiburan terkenal di Chang'an, namun tak bisa menemukan jejaknya. Saat aku keluar dari Tianxiang Fang, sudah tengah malam, aku berdiri di bawah lentera yang tergantung di depan Tianxiang Fang, dengan kebingungan aku memandang ke segala penjuru di kegelapan malam. Qubing, dimana kau berada" Dalam hatiku muncul secercah harapan, aku berpikir bahwa ia telah pulang ke rumah, maka aku segera pergi ke Wisma Huo, namun begitu melihatku, lelaki penjaga rumah menggeleng, "Jenderal belum pulang. Pengurus Rumah Tangga Chen telah menyuruh orang mencarinya di segala penjuru, tapi belum menemukannya". Tanpa berkata apa-apa, aku kembali masuk ke tengah kegelapan malam. Ketika sedang menyalakan api dengan batu pemantik, tiba-tiba terpikir olehku bahwa ia mungkin berada di suatu tempat. Tanggal lima belas belum lama berlalu, di langit masih nampak bulan purnama, cahayanya yang terang dan jernih menyinari Yuanyang Teng berwarna hijau zamrud yang memenuhi bukit bagai ukiran kumala. Aku berlarian diantara Yuanyang Teng di bukit itu, "Qubing! Qubing!" Suaraku berulang-ulang mengema di lembah itu, namun hanya suaraku seorang yang terdengar. Dari kaki sampai puncak bukit, hanya desir angin diantara Yuanyang Teng yang menjawabku. Huo Qubing, dimana kau berada" Huo Qubing, apakah kau hendak meninggalkanku" Sejak kemarin lusa, aku terus menerus merasa tegang bagai seutas senar, dan tak tidur, dalam kesedihanku, aku tak bisa bertahan lagi, dengan kelelahan aku berlutut di tanah dan menutupi wajahku sendiri, wajahku seakan menangis sekaligus tersenyum, aku mengeluarkan suara yang tak kumengerti. Saat ini, aku bagai sebutir kacang diantara batu gilingan yang tergilas oleh kedua batu di atas dan di bawahku hingga hancur berkeping-keping. Kedua batu itu menderita, namun apakah mereka tahu akan penderitaanku" Kenapa Huo Qubing tak paham, bahwa bagiku ia telah menjadi tulang dan darahku. Kalau aku hendak memilih Jiu Ye, aku sudah pergi, untuk apa menunggu sampai hari ini" Sepasang tangan menarik tanganku dari wajahku, matanya yang muram menatapku, diam seribu bahasa. Kukira ia tak akan muncul, aku memandanginya untuk beberapa saat, lalu dengan tertegun bertanya, "Apakah kau masih menginginkanku?" Matanya nampak sedih sekaligus girang, dengan tegas ia berkata, "Dahulu sebelum mendapatkanmu aku berkata tak akan melepaskanmu, apalagi lagi sekarang". Hatiku yang terkatung-katung langsung kembali ke tempatnya semula, aku menghela napas, lalu menyusup ke dalam pelukannya, "Aku lelah sekali, lelah sekali! Jangan marah padaku, karena menyembuhkan sakitmu, Jiu Ye sakit parah, maka aku tinggal di sana......" Sekonyong-konyong ia menciumku dan menghentikan perkataanku, ciumannya itu begitu bergairah hingga terasa kasar. Aku terlalu lelah, pikiranku tak terlalu jernih, dengan tertegun aku bertanya, "Kau tak ingin tahu apa yang terjadi?" Matanya tak lagi hitam kelam seperti sebelumnya, kali ini matanya penuh bintangbintang cemerlang. Sambil tersenyum ia kembali mencium bibirku, "Aku hanya ingin tahu bahwa hanya akulah seorang yang dapat melakukan perbuatan ini". Ia bimbang sesaat, "Karena kau sudah kembali, sakitnya tentunya sudah tak parah lagi?" "Demamnya sudah menghilang. Kata tabib, walaupun demam tingginya berbahaya, namun oleh karenanya hawa dingin dan lembab dalam tubuhnya sudah terusir keluar, setelah ini ia tinggal memulihkan diri saja". Sejak pulang ke Chang'an, ini adalah untuk pertama kalinya kami berbicara tentang Jiu Ye dengan tenang. Sepasang matanya menatapku dengan tajam, "Yu er, maafkan aku. Bagaimanapun juga, kalian lebih dahulu saling mengenal, lagipula dalam perkara ini, cara-cara yang kupakai tak sepenuhnya ksatria, situasi yang terjadi hari ini pun timbul karena kesalahanku, manusia bukan pohon atau rumput, mana bisa tak berperasaan" Teman biasa saja tak ingin sahabatnya menderita, apalagi kalau masih ada ganjalan yang belum hilang, namun masalah ini akan terurai bersama berlalunya waktu". Walaupun Paman Chen telah datang untuk minta maaf, hari itu Huo Qubing pergi tanpa berkata apa-apa, setelah itu ia pun sama sekali tak terlihat minta maaf. Karena ia mendadak jatuh sakit, aku tak ingin mengungkit-ungkit masalah yang tak menyenangkan itu, dan hanya dapat berusaha sebisanya untuk melupakannya. Ia untuk pertama kalinya berkata demikian, ia tak memaksaku melainkan bersedia memberiku waktu, bersedia mempercayaiku. Rasa hangat bergejolak dalam hatiku, rasa dipersalahkan, marah dan tak sudi yang tersembunyi dalam hatiku pun hilang tanpa bekas. Aku mengangsurkan tanganku dan memeluknya erat-erat. Aku sama sekali tak berbicara, sikapku padanya adalah jawaban yang terbaik, dengan girang ia menghela napas pelan, lalu memelukku erat-erat. Tubuh kami berdua berdekatan, saling menyentuh, tiba-tiba perut bawahku merasakan tekanan sebuah benda yang keras, suasana diantara kami berdua yang penuh kelembutan langsung berubah. Dengan jengah ia mengeser bagian bawah tubuhnya, "Bukan aku yang memikirkan yang tidak-tidak, dia sendiri yang tak menurut". Ia jarang terdengar berbicara seperti itu, aku menyandarkan kepalaku di bahunya sambil tersenyum. Tubuhnya menjadi kaku, lalu ia berpaling dan mencium telinga dan leherku, "Yu er, aku sangat rindu padamu, kau bersedia atau tidak?" Wajahku terkubur di dadanya, aku tertawa pelan, namun tak berkata apa-apa, ia tersenyum, "Tak berkata apa-apa berarti tak menentang" Yu er, kalau kau punya anak, bagaimana?" Dengan lincah aku menjawabnya, "Kalau punya anak, ya punya anak! Memangnya kita tak mampu membesarkannya?" Kukira ia sangat senang, namun tak nyana, ia terdiam, wajahnya sama sekali tak berekspresi, dengan amat dingin ia bertanya, "Bahkan kalau setelah kau hamil aku tetap tak bisa menikahimu" Kau paham apa makna hal ini" Apakah kau tahu bagaimana orang akan membicarakanmu?" Aku mengangguk, tiba-tiba ia membopongku, lalu dengan cepat berlari ke arah lembah. Pada mulanya aku tak mengerti maksudnya, kenapa tak kembali ke rumah" Terpikir olehku bahwa apapun yang diinginkan orang ini di kolong langit, ia pasti akan melakukannya. Dengan wajah pucat karena terkejut, aku bertanya, "Apa yang hendak kau lakukan" Kau kan tak ingin melakukan hal itu......di sini?" Ia tersenyum dengan enteng, "Yu er paling mengerti diriku! Di sana ada mata air panas, kalau berendam di dalamnya kita tak akan kedinginan, dengan bumi sebagai lantainya dan langit sebagai atapnya, dan berada di dalam air, jangan-jangan rasanya akan sulit dilukiskan, jauh lebih menarik dibandingkan dengan di kamar. Lagipula, setelah menunggu lebih dari setengah tahun, dan karena kita memang akan melakukannya, aku tak ingin menunggu lebih lama lagi". "Tapi......tapi hari akan segera terang!" Dengan lembut ia menaruhku di atas sebongkah batu di tepi mata air panas itu, sambil membuka pakaianku ia berkata, "Bagus, bukan" Saat malam gelap gulita bertemu dengan hari yang terang adalah saat bumi dan langit, serta yin dan yang bertemu. Apakah kau masih ingat pada buku yang kucarikan untukmu itu" Menurut buku itu, sekarang adalah saat yang paling baik untuk berlatih ilmu rahasia kamar tidur......" Selagi berbicara ia telah mengajakku masuk ke dalam mata air panas itu, suaranya pun tertelan air. Karena takut aku kedinginan, ia masuk ke dalam air dengan amat cepat, sehingga ia masih mengenakan topi berhias batu kumala di kepalanya. Aku mengambilnya, dan rambutnya yang hitam legam pun terurai di air, saat ini pemandangan itu sudah begitu akrab denganku, mau tak mau aku tersenyum. Ia tertegun sejenak, lalu bereaksi, ia menarikku ke depan dirinya dan menciumku dengan mesra, sebuah ciuman yang amat panjang, sehingga ketika kami naik ke permukaan air, napas kami berdua yang pesilat ini menjadi tersengal-sengal. Ia tertawa dan berkata, "Aku hampir melupakan cita-citaku saat Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo itu, waktu itu aku ingin menciummu di dalam air, tapi kau begitu galak, aku cuma mengandeng tanganmu, tapi kau ingin membuatku menjadi seorang cacat. Yu er, kalau pada hari itu kau benar-benar menendangku, apakah kau sekarang merasa sangat menyesal?" Aku mendengus, lalu dengan keras kepala berkata, "Aku pasti tak akan menyesal". "Kalau begitu, akulah yang menyesal, menyesal karena saat itu aku hanya bisa melihat, tapi tak bisa makan! Tapi hari ini aku dapat........." Ia menyeringai seperti seekor harimau lapar yang hendak menerkam mangsa, tiba-tiba ia memelukku, lalu ciumannya jatuh bagai hujan, mendarat di wajah, leher dan dadaku...... -------------------Setelah tabib istana memeriksa denyut nadi Huo Qubing, ia berkata bahwa semuanya normal, akan tetapi setelah Tabib Istana Zhang memeriksa denyut nadinya, sehari kemudian ia menulis sebuah resep, resep itu tak berisi obat, melainkan cara memulihkan diri dengan makanan dan minuman sehari-hari. Aku dan Paman Chen tahu kenapa Tabib Zhang terlambat sehari dalam menulis resep, tapi kami tak berbicara tentangnya di depan Huo Qubing. Saat aku mengantar Tabib Zhang pulang, ia melihat bahwa aku sepertinya ingin bicara namun menahan diri, dalam hati kurasa ia sudah tahu apa yang ingin kukatakan, namun wajahnya sama sekali tak menunjukkannya, dengan perlahan ia berkata, "Kemarin aku membicarakan ilmu pengobatan dengan Tuan Meng Jiu, kalau dibandingkan dengannya, ilmu pengobatan yang sudah bertahun-tahun kupelajari tak ada artinya......" Apa yang dikatakannya setelah itu sama sekali tak kudengar, aku hanya mengerti bahwa Jiu Ye sudah sehat walafiat. Waktu dapat menyembuhkan tubuh yang terluka, bukankah ia juga dapat menyembuhkan hati yang terluka" Dengan perlahan aku kembali ke kamar, dari balik jendela kulihat Qubing sedang menunduk membaca resep itu, ketika mendengar langkah kakiku, ia mengangkat kepalanya dan tersenyum ke arahku, aku hendak tersenyum namun tak kuasa melakukannya, aku hanya melangkah dengan cepat dan menyingkap tirai, lalu masuk. Ia mengenggam tanganku untuk menghangatkannya, rasa hangat di telapak tangannya perlahan-lahan membuat hatiku yang dingin menjadi hangat. Aku berbalik mengenggam tangannya dan tersenyum ke arahnya dengan hangat. Qubing sepertinya mengerti namun berlagak tak mengerti, sambil tersenyum ia memandang daftar makanan yang harus diperhatikan di resep itu, ia mendengus, jelas tak ingin mematuhinya, "Ini tak boleh dimakan, itu juga tak boleh dimakan, yang dapat kumakan hanya sedikit". Namun ketika melihatku memandanginya, wajahnya segera berubah, ia berbisik di telingaku dengan wajah nakal, "Jangan marah! Jangan marah! Asalkan kau memperbolehkanku setiap hari makan kau, aku pasti......" Sebelum menyelesaikan perkataannya, ia telah melompat keluar, menghindari sebuah jambangan kumala yang dengan cepat melayang ke arahnya. "Prang!", jambangan itu pecah berkepingkeping di ambang pintu, di luar kamar, dua gadis pelayan terkejut dan cepat-cepat berlutut, dari balik jendela Huo Qubing tertawa dan berkata, "Aku pergi ke istana dulu, aku akan pulang secepatnya". Aku cepat-cepat menyusul keluar, "Tunggu dulu. Ada yang ingin kutanyakan padamu". Tanpa berpaling, ia melambaikan tangannya dengan enteng, "Aku tahu apa yang kau khawatirkan. Kita bukannya belum pernah menyelinap masuk ke istana malammalam dan dipergoki kaisar. Kalau mereka ingin mengadu atau melapor, biarkan saja. Kaisar tak hanya tak akan memperdulikannya, ia malahan akan merasa lega......." Apa yang dikatakannya belakangan terdengar sayup-sayup, ia sudah berjalan jauh. Aku berpikir sejenak, kalau Li Gan tak punya kesaksian atau bukti lain, tak ada yang perlu dikhawatirkan. Ketika aku berbalik, kedua gadis pelayan, Qingwu dan Xiangdie, masih berlutut di depan kamar, "Kenapa kalian masih berlutut" Cepat bangkit". Kedua gadis itu berpaling untuk memastikan bahwa Huo Qubing benar-benar sudah berjalan jauh, lalu menepuk-nepuk kepala mereka dan bangkit, mulut Xiangdie secepat tangannya, sambil menyapu lantai ia berkata, "Sejak kecil kami sudah menjadi hamba dan sudah terbiasa, begitu mendengar suara benda pecah dari kamar majikan, reaksi pertama kami adalah berlutut, reaksi kedua adalah berseru, 'Hamba patut mati', sebenarnya kami sering tak tahu apa yang sebenarnya terjadi". Aku tersenyum dan berkata, "Kenapa kalian begitu takut pada jenderal" Aku belum pernah melihatnya menghukum seorang pelayan". Qingwu tersenyum, namun tak berkata apa-apa dan hanya menunduk sambil mengelap lantai, setelah berpikir beberapa saat, Xiangdie menjawab, "Benar! Ia sebenarnya belum pernah menghukum kami. Entah kenapa, kami justru takut padanya. Kata saudari-saudari kami, gadis-gadis pelayan di wisma lain semua berharap dapat melayani tuan muda rumah itu, dengan cara ini, mereka berharap dapat melompat ke cabang yang tinggi, tapi di wisma kami sama sekali tak pernah terjadi hal seperti itu, kami semua mencari akal agar dapat bersama jenderal......" Ketika berbicara sampai di sini, ia tiba-tiba sadar bahwa ia telah terlalu banyak bicara, setelah mengatakannya, wajahnya merah padam karena malu. Aku menutupi mulutku dan tertawa, "Nanti aku akan menyampaikan perkataanmu itu pada jenderal". Qingwu dan Xiangdie cemas mendengarnya, mereka berjalan ke sampingku dan memandangku dengan mengiba-iba, aku mendehem-dehem, "Aku dapat tak menyampaikannya, tapi setelah ini kalian harus menurut padaku". Wajah keduanya nampak kecut, Qingwu berkata, "Nona yang baik, apakah kami belum cukup menurut padamu" Kalau kau bertanya pada kami, bukankah kami memberitahukan semuanya padamu" Tapi kalau nyonya tua menanyai kami, hal-hal yang tak dapat dibicarakan tak kami beritahukan padanya, sedangkan yang mau tak mau harus kami beritahukan pun hanya kami beritahukan sedikit saja". Aku menghela napas dengan pelan, lalu merangkul bahu mereka berdua, "Kakak berdua bermaksud baik, mengasihani aku yang tak punya sanak saudara ini, terima kasih banyak pada kakak berdua. Setelah kalian selesai beres-beres, kita akan makanmakan di Yipin Ju". Begitu mendengarnya, mereka berdua mengangguk sambil tersenyum, Xiangdie menghela napas dan berkata, "Kau ini sebentar galak, sebentar lembut, sebentar mengibakan, tak heran jenderal begitu melihatmu tak bisa berkutik". Wajahku tersenyum, namun diam-diam aku menghela napas, mereka berdua telah dipilih dengan seksama oleh Paman Chen sebelum mereka ditugaskan melayani Huo Qubing, mereka pun memperlakukanku dengan baik. Namun karena Wei Shaoer, Gongsun He dan lain-lain, orang-orang lain di wisma ini wajahnya tersenyum menyambutku, tapi punya pikiran lain dalam hatinya. Setelah peristiwa sakitnya Huo Qubing, sikap merendahkan dan bermusuhan Wei Shaoer padaku jauh berkurang, namun sikapnya masih hambar. Aku juga tak ingin mengundang cemoohannya, kalau bisa menghindarinya, aku menghindar, kurasa ia juga tak ingin bertemu denganku, oleh karenanya kami sangat jarang bertemu. Hubunganku dengan Huo Qubing boleh dikatakan sangat terangterangan, dari kaisar sampai para prajurit dan perwira di markas, semua tahu bahwa aku adalah miliknya, Huo Qubing pun tak pernah menutup-nutupinya, di depan Zhao Ponu dan kawankawan akrab lainnya, ia memperlakukanku sebagai istri; akan tetapi hubungan kami juga boleh dikatakan tak jelas, dari kaisar sampai para pelayan di wisma ini, semua memperlakukanku seperti seorang gadis yang belum menikah, seakan diriku adalah seorang wanita yang dibawa Huo Qubing untuk bermain-main saja, begitu bangun tidur, aku akan menghilang dari pandangan mata mereka. Dari musim dingin sampai musim semi, dari musim semi sampai musim panas, mereka sudah terbangun dari tidur, namun aku masih berada dalam pandangan mata mereka, dan mereka pun masih berkeras mengacuhkanku. Aku sangat jarang menghadiri perjamuan di istana, tapi kali ini adalah ulang tahun permaisuri, secara pribadi, ia berkata pada Huo Qubing agar mengajakku, walaupun ia tak mengatakannya secara terang-terangan, dengan tindakan kecil ini ia secara diamdiam merestui hubunganku dengan Huo Qubing. Setelah itu, kalau saja ia tak menekan saudari-saudarinya, jangan-jangan hari-hariku akan makin sukar, dalam hati aku merasa berterima kasih padanya, oleh karena itu, aku mengubah sikapku yang dahulu malas masuk ke istana dan berdandan dengan seksama. Aku mengikuti gaya rambut orang Han, namun tak memakai perhiasan rambut yang populer di kalangan orang Han, melainkan untaian manik-manik batu ametis yang berbentuk seperti jala, untaian manik-manik itu samar-samar nampak di tengah rambutku yang hitam legam, sehingga cahaya bintang di malam hari seakan memancar dari rambutku, batu ametis yang paling besar kira-kira sebesar ibu jari, batu itu terjuntai di dahiku. Walaupun pakaianku mirip gaya baju yang sedang populer di Chang'an, namun agak berbeda, di atas gaun sutraku aku memakai selapis kain sutra setipis sayap tonggeret. Sulaman yang anggun tersembunyi di balik sayap tonggeret itu, menciptakan suatu keindahan yang samar-samar, ketika aku melangkah pakaianku nampak makin menawan. Ketika Huo Qubing melihatku, matanya berbinar-binar, ia tersenyum dan memujiku, "Aku selalu merasa bahwa kau paling cantik ketika memakai pakaian Xiyu, tak nyana, kau pun dapat mengenakan pakaian Han dengan begitu indah, rupanya sebelum ini kau tak berusaha berdandan dengan serius". Di istana, permaisuri nampak sedang duduk dengan tegak sambil menerima ucapan selamat dari ratusan pejabat. Huo Qubing menarikku ke depan dan mengajakku bersujud untuk memberi selamat, namun aku berkeras tak mau maju, "Kau sendiri saja yang maju, aku sudah datang, permaisuri tentu sudah tahu maksudku, kalau kau dan aku terang-terangan maju bersama, kita akan menyusahkan permaisuri". Wajah Huo Qubing nampak agak kesal, "Aku lebih suka kau agak lebih bodoh, tak usah terlalu banyak memikirkan orang lain dan juga tak terlalu menyengsarakan dirimu sendiri". Aku mencibir ke arah guru muda putra mahkota dan istrinya yang sedang memberi hormat pada permaisuri, lalu tertawa dan berkata, "Wajah seperti mereka itu apakah bahagia" Semua orang memuji mereka sebagai pasangan yang serasi, tapi aku tak perduli". Huo Qubing melepaskan tanganku, lalu maju seorang diri dan menghormat pada permaisuri. Setelah perjamuan dimulai dan arak beredar, Li Yan baru masuk dengan perlahan, wajahnya nampak kelelahan, di balik pakaiannya yang mewah, ia makin nampak mengibakan. Melihatnya, mau tak mau semua orang menahan napas, khawatir kalau mereka menghembuskan napas, mereka akan membuat wanita cantik itu hancur berkeping-keping. Suasana perjamuan yang ramai mendadak menjadi sunyi senyap karena dirinya, hanya gemerisik pakaiannya saat ia bergerak yang terdengar, cincin-cincin kumala di bajunya terkadang saling beradu, berdenting di tengah tiupan angin, menimbulkan sebuah pesona yang sulit dilukiskan. Dengan lemah gemulai ia melangkah ke hadapan permaisuri dan berlutut untuk memberi hormat, namun sambil tersenyum Permaisuri Wei berkata, "Tak usah banyak peradatan! Tubuhmu tak sehat, tak usah menghormat, maksud baikmu sudah cukup". Akan tetapi ia masih tetap bersujud memberi hormat, lalu mundur. Saat duduk, Liu Che membantunya, lalu berbisik padanya, Li Yan mengerutkan dahinya dan menggeleng, dengan tak berdaya, Liu Che memandangnya sambil tersenyum, lalu memandang ke arah sang permaisuri, namun walaupun ia masih tersenyum, di matanya tak lagi nampak rasa sayang dan iba. Kalau orang-orang yang ambisius melihatnya, entah apa yang akan mereka pikirkan" Sejak semula, Li Yan sudah dengan sabar mengalah, namun sekarang ia sedikit menunjukkan taringnya, dengan cara ini ia secara tersamar menunjukkan pada para pejabat siapa sebenarnya yang paling penting dalam hati Liu Che. Begitu muncul, ia telah berhasil membuat permaisuri yang seharusnya menjadi bintang utama menjadi pemeran pembantu. Pandangan mataku menyapu pesta itu, saat ini sebenarnya berapa orang yang menginginkan Liu Sui menjadi putra makhota" Dan berapa orang yang mengharapkan keluarga Wei jatuh, sehingga mereka dapat diuntungkan karenanya" Kalau Permaisuri Wei dan Li Yan dibandingkan, jelas bahwa pengaruh sang permaisuri di istana jauh lebih besar, tapi kelemahannya justru terletak di sini, para pendukung keluarga Wei nampak jelas, orang yang ingin menjatuhkan mereka mempunyai sasaran yang jelas, namun para pendukung Keluarga Li semua berada dalam kegelapan, mereka dapat bersekongkol dengan diam-diam. Pandangan mataku beralih ke arah Huo Qubing, bibirnya sedikit bergerak, tanpa suara ia berkata, "Kau yang paling cantik". Aku memelototinya dan sedikit mengangkat daguku dengan angkuh, menunjukkan bahwa aku tak mempercayai kebohongannya, namun hatiku terasa manis. Li Guangli yang berada di sampingku melihat pembicaraan lewat mata diantara diriku dan Huo Qubing, ia menghela napas dengan berat, lalu bangkit dan berkata pada kaisar dan permaisuri, "Negara-negara Xiyu mempersembahkan gadis-gadis penari pilihan, dua belas penari yang terbaik hendak mempersembahkan sebuah tarian Xiyu untuk ulang tahun Yang Mulia Permaisuri". Liu Che tersenyum dan memuji, lalu memandang ke arah sang permaisuri, Permaisuri Wei mengangguk, "Panggil mereka untuk menari". Walaupun tarian itu tarian Xiyu, akan tetapi agar lebih sesuai dengan perayaan ulang tahun permaisuri, tarian itu dicampur dengan gaya tarian Han, sehingga gerakan tarian bangsa Hu yang bebas dan bersemangat sedikit diperhalus dan diganti dengan gerakan yang lincah namun anggun. Penari utama bertubuh tinggi, ia berputar-putar bagai seekor kupu-kupu, naikturun seakan melayang. Mau tak mau aku mengangguk, ia benar-benar seorang penari kelas satu, tak nyana, Li Yan juga melihat wanita itu sambil mengangguk. Malam ini, untuk pertama kalinya pandangan mata kami berdua saling bertemu, matanya bagai mata air musim semi, indah dan jernih, seakan begitu melihatnya, kita dapat melihat ke dasar hatinya, aku teringat akan saat kami pertama kalinya bertemu, dan bagaimana sinar matanya begitu penuh perasaan, namun sekarang ia seakan sudah menjadi orang lain. Mendadak ia tersenyum, dengan agak iba ia menggeleng-geleng ke arah diriku. Aku ingin membalas senyumannya, dan bertanya padanya, sebenarnya siapa yang lebih menyedihkan diantara Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo kami berdua" Aku memikirkan hal itu, namun merasa bahwa hal itu tak ada artinya, untuk apa saling menekan" Aku mengalihkan pandangan mataku, tak lagi memandangnya. Para hadirin bertepuk tangan dan bersorak, aku pun tersadar. Liu Che merasa sangat puas, sambil bertepuk tangan ia tertawa dan berkata, "Kalian harus diberi hadiah besar!" Permaisuri Wei baru saja hendak membuka mulut, namun Li Yan sudah berkata dengan lembut, "Wanita-wanita ini jauh-jauh datang dari Xiyu yang ribuan li jaraknya ke Dinasti Han, sekarang mereka sebatang kara, sama sekali tak punya tempat bersandar. Hadiah terbesar tak dapat mengungguli sebuah keluarga. Hari ini, para pemuda berbakat dan tampan Chang"an berkumpul di aula ini, Yang Mulia sebaiknya menjadi mak comblang dan menghadiahi mereka sebuah keluarga tempat bersandar". Profesi penari pada akhirnya tak akan bertahan lama, mereka harus mengunakan masa muda untuk mencari jalan keluar, walaupun mereka harus menjadi selir atau bernasib lebih buruk lagi, namun kalau mereka dapat melahirkan seorang putra, di tempat yang bukan kampung halaman mereka ini, akhirnya mereka akan mendapatkan tempat bersandar. Wanita-wanita lain nampak girang, namun sang penari utama hanya menyapu para hadirin dengan pandangan matanya. Ketika Liu Che melihat mata para wanita yang penuh harapan itu, wajahnya nampak lembut, ia berpaling menatap permaisuri, lalu tersenyum, Permaisuri Wei pun sepertinya teringat akan sesuatu, wajahnya memerah dan ia menunduk. Li Yan segera mengalihkan pandangan matanya, ia menengadah dan memandang ke langit. Ia berlagak dengan tak sengaja memperhatikan Li Gan, cawan di genggamannya bergetar, arak pun menetes-netes keluar. Liu Che berkata pada gadis-gadis penari Xiyu itu, "Kabarnya, di negara-negara Xiyu, pertandingan balap kuda adalah kesempatan terbaik bagi para wanita untuk mengungkapkan isi hatinya pada lelaki yang disukainya, mereka dapat memukul pelan lawan dengan cambuk ketika sedang berpacu, atau dapat mengungkapkan isi hatinya melalui tarian dan nyanyian. Zhen mengikuti adat istiadat Xiyu dan memperbolehkan kalian untuk memilih sendiri". Musik pun berkumandang, kali ini benar-benar musik tarian Xiyu yang penuh semangat dan kebebasan. Kulit yang seputih salju, pinggang yang lemah gemulai bagai pohon liu dan pandangan mata yang merebut sukma pun dalam sekejap meramaikan ruangan itu. Sambil tersenyum, Li Yan memandangku, hatiku menjadi dingin, tiba-tiba aku paham apa yang hendak dilakukannya. Liu Che telah mengeluarkan titah, kalau sampai ada wanita yang memilih Huo Qubing...... -------------------Sebelumnya, walaupun Huo Qubing tak mematuhi kehendak Liu Che, namun saat itu Liu Che belum sempat berkata akan menganugerahkan pernikahan. Mereka berdua sepertinya baru dengan santai berbicara tentang rumah ketika Huo Qubing bersumpah bahwa sebelum bangsa Xiongnu ditumpas, ia tak akan berumah tangga. Hari ini, di hadapan segenap pejabat negara, Liu Che telah berjanji pada para penari Xiyu, kalau Huo Qubing sekali lagi membangkang?"aku tak berani memikirkannya, tanganku mengenggam bajuku sendiri dengan erat, mataku menatap para penari di panggung tanpa berkedip. Huo Qubing pun telah menduga tipu muslihat yang hendak dijalankan oleh Li Yan, ia bangkit dan hendak pergi, namun dua orang penari telah menari sampai di depannya, menghalangi jalannya. Wajah Huo Qubing dengan perlahan berubah menjadi dingin, bibirnya tersenyum tipis, ia pun kembali duduk di atas tikar dan menuang secawan arak, sikapnya hambar dan tenang, seakan di sisinya sama sekali tak ada dua wanita yang sedang menari dengan lemah gemulai. Aku menghela napas, lumayan, masih ada waktu, kalau Huo Qubing tak menerima keduanya, mereka berdua harus bertarung dahulu dengan tarian. Wajah Li Guangli nampak tak enak dilihat, makin penuh kebencian dan rasa cemburu. Setelah berpikir sejenak aku baru mengerti, rupanya kedua perempuan itu bukan bidak-bidak catur yang sudah mereka atur sebelumnya, mereka benar-benar suka pada Huo Qubing. Sambil tersenyum kecut aku memandang kedua penari perempuan itu, tak tahu harus merasa bangga atau khawatir. Penari utama paling menonjol paras dan sosok tubuhnya, semua tuan muda dan lelaki paruh baya yang cabul memperhatikannya, saat ini, ia melangkah ke arah Huo Qubing mengikuti gerakan tariannya, suasana pun langsung menjadi meriah. Beberapa orang sok tahu yang tak tahu apa-apa bersorak-sorai, sambil tertawa mereka berseru, "Si jelita seperti ini tentunya hanya pantas berjodoh dengan seorang pahlawan". Mereka entah sedang menjilat Huo Qubing atau sedang bermain-main dengan maut. Di sisi Huo Qubing, Wei Qing dan para jenderal lain menonton dengan wajah dingin, bahkan sampai tak menghiraukan wanita-wanita yang menari di hadapan mereka, akan tetapi, putra-putra keluarga kekaisaran dan bangsawan yang dipimpin Li Guangli tanpa sadar membuat keonaran. Suasana perjamuan itu menjadi panas-dingin, sangat aneh. Penari-penari lain memandang sang penari utama, wajah mereka jengah sekaligus kesal, namun mereka tahu bahwa mereka tak dapat menandinginya, lalu dengan enteng berputar-putar menjauh. Lesung pipit si penari utama bagai bunga, matanya yang jelita memandang kesana-kemari, gaunnya berputar-putar dan dengan tak terasa ia melangkah ke sisi Huo Qubing, namun Huo Qubing masih minum arak dengan tenang. Saat ia berlutut dengan satu kaki di hadapan Huo Qubing, ia telah menjatuhkan pilihannya. Aku tak perduli apa yang akan terjadi setelah ini, aku harus melakukan sesuatu sekarang. Aku tak berani ragu-ragu lagi dan melirik ke arah Richan, ia pun mengangguk. Aku melepaskan sepatuku, lalu mengantungkan bel yang mulamula tergantung di pergelangan tanganku di pergelangan kakiku. Sambil dengan perlahan bangkit, aku bertepuk tangan tiga kali dengan nyaring, mengacaukan tarian Xiyu itu dan membuat semua orang memandang ke arahku. Wajah Huo Qubing nampak terkejut, aku tersenyum ke arahnya dan mengedipkan mataku. Sebuah lagu yang lincah dan cepat terdengar dari seruling Richan, bagai seekor kuda yang melompat-lompat di padang rumput, atau seekor burung yang terbang di langit biru. Dengan mengikuti irama lagu, aku berputar ke arah Huo Qubing, di setiap ketukan, aku menghentakkan kakiku dengan lembut, bel dan seruling berpadu dengan harmonis, menciptakan sebuah gaya yang istimewa. Pada mulanya gerakan kakiku tak lancar dan beberapa kali salah langkah, mengundang tawa beberapa gadis penari, namun aku memelototi mereka. Hah! Kalau kalian sudah tujuh atau delapan tahun tak menari sepertiku dan kalian dapat menari seperti aku sekarang ini, aku akan membiarkan kalian menertawakanku. Langkah kakiku perlahan-lahan menjadi lancar, perasaan saat menari dengan liar di padang rumput kembali muncul dalam tubuhku, ditambah dengan ilmu silat yang kulatih, aku lebih lincah dan kuat dibandingkan para perempuan penari biasa, aku menarikan tarian cinta perempuan Xiongnu, walaupun aku tak menarikannya dengan baik, namun aku membuat orang memperhatikanku. Huo Qubing tersenyum, menuang secawan arak dan menenggaknya, di wajahnya nampak rasa bahagia yang sulit dilukiskan, yang samar-samar mengandung rasa bangga. Karena terlalu terkejut, para hadirin tak tahu bagaimana harus menanggapi tarianku, mereka hanya menatapku dengan mulut ternganga, di tengah suasana yang sunyi senyap, suara bel terdengar semakin merdu, bagai tawa seorang gadis di tengah angin musim semi, membuat hati orang mau tak mau menjadi lembut. Penari wanita itu dengan tenang memandangku, ia tersenyum ke arahku, langkah kakinya berubah menjadi cepat, ternyata ia juga menarikan sebuah tarian Xiongnu. Aku dan dia menari di hadapan Huo Qubing, Huo Qubing yang mula-mula sibuk menikmati arak dengan acuh tak acuh, tiba-tiba memandangku dan memandangnya dengan penuh perhatian, seakan benarbenar sedang memilih siapa yang terbaik diantara kami berdua. Orang ini ternyata seperti semak berduri di padang rumput, begitu mendapatkan sedikit cahaya matahari, langsung menjadi hidup. Aku merasa geram, namun senyumku justru semakin lebar, saat aku berputar ke arah Huo Qubing, dengan memanfaatkan gaunku yang terkembang lebar, aku menendang ke arahnya, namun tak nyana ia telah berjaga-jaga, tangannya menangkap kakiku dan mengenggamnya erat-erat. Suara seruling semakin cepat, namun aku terpaku di tempat dengan sikap dan ekspresi wajah yang aneh, hanya lenganku yang masih bergerak mengikuti irama musik. Untung saja, sejak kecil Richan sudah mengiringiku menari, begitu melihat ada sesuatu yang aneh, ia memperlambat irama lagunya, sehingga membuat si penari wanita yang tak menduga irama lagu akan berubah hampir terjatuh. Pandangan mata para hadirin tertarik ke arahnya dan untuk sementara tak memperhatikan gerakanku yang aneh. Sang penari wanita segera menyeimbangkan tubuhnya dan memandang Richan yang sedang meniup seruling dengan kesal, namun tak nyana, yang dilihat olehnya bukan seorang pemusik, melainkan seorang lelaki gagah yang mengenakan pakaian mewah, rambutnya yang hitam legam digelung, matanya tajam dan hidungnya mancung, jelas bahwa ia adalah seorang Hu. Richan sedikit membungkuk untuk minta maaf ke arahnya, sang penari tertegun, lalu dengan wajah merah padam, ia melengos. Aku tak bisa mempertahankan senyum di wajahku, walaupun ada tarian yang tak menggunakan gerakan kaki dan hanya menggunakan gerakan separuh tubuh dan lengan, tapi sekarang?" Huo Qubing melihat bahwa sinar mataku yang memandangnya semakin lama semakin dingin, sambil tersenyum ia mengelus kakiku, melepaskanku, lalu seakan tak ada apa-apa, menuang secawan arak. Tarian sudah lama berlangsung, namun gerakanku dan gerakan wanita Hu di sisiku itu agak kacau, wajahnya merah, sedangkan wajahku panas membara, kami berdua saling membentur. Aku terkejut dan tersadar, dengan kesal aku memelototi Huo Qubing, sekarang kau masih ingin mengodaku" Namun ia masih memperhatikan ekspresi wajahku dengan penuh perhatian, bibirnya tersenyum. Sang wanita Hu pun berubah pikiran, tariannya menjadi makin semarak, gaya menggodanya semakin menjadi-jadi. Aku meliriknya beberapa kali dengan kesal, mempertimbangkan apakah aku harus menggunakan sedikit akal busuk dan diamdiam melukainya, kalau tidak, aku tak mungkin dapat memenangkan pertandingan menari ini. Akan tetapi, di bawah pandangan semua orang, dan terlebih lagi karena ada orangorang seperti Li Yan dan Li Gan yang waspada, bagaimana kalau aku ketahuan" Suara seruling Richan terhenti, lalu mendadak berubah memainkan sebuah lagu cinta yang populer di padang rumput, lagu itu mengambarkan rasa kagum seorang pria pada seorang wanita yang kebetulan bertemu dengannya. Suara bel di kakiku mendadak menjadi kacau-balau, tubuh wanita itu pun gemetar, sepertinya ia memandang Richan dengan terkejut sekaligus girang. Para hadirin yang paham arti lagu itu terkejut dan tercengang, mereka tak paham apa yang sebenarnya terjadi malam ini. Apakah semua mendadak menjadi gila karena birahi" Dengan bertanya-tanya aku menatap Richan, namun Richan tak menanggapiku dan hanya memandang wanita Hu itu. Wanita Hu itu memandang Richan, memandang Huo Qubing, lalu memandangku, tiba-tiba ia mengambil keputusan, dengan beberapa putaran, ia tiba di depan meja Richan, lalu dengan perlahan membungkuk dan berlutut dengan satu kaki di hadapan Richan, menunjukkan bahwa ia telah menerima Richan sebagai tuannya. Keadaan berubah dengan amat cepat, wajah Li Guangli penuh amarah, tiba-tiba ia bangkit, namun Li Yan cepat-cepat bertepuk tangan dan berkata sebelum ia sempat membuka mulut, "Selamat bagi kalian berdua". Pandangan mata Li Guangli dan Li Yan beradu, dengan kaku Li Guangli pun kembali duduk. Perempuan yang cerdas itu berubah pikiran pada saat-saat terakhir, ia mempertaruhkan segalanya untuk melepaskan diri dari nasibnya sebagai bidak catur. Ia mempertaruhkan masa depan dan nasibnya, dan Richan tak akan mengecewakannya, selama Richan masih hidup, ia akan mengurus dirinya, walaupun hanya untuk sehari. Aku membungkuk untuk menghormat pada Huo Qubing, lalu berbalik dan kembali ke tempat dudukku semula. Semua orang memandangku dengan tertegun, Li Yan tertawa dan bertanya, "Jin Yu, kau naik panggung tanpa alasan yang jelas, lalu kembali duduk tanpa memberi penjelasan apapun, kau anggap tempat ini tempat apa?" Pandangan mataku dan pandangan mata Permaisuri Wei beradu, kami pun paham maksud masing-masing. Karena keluarga Wei dan Li sudah tak sejalan lagi, dan karena Li Yan selangkah demi selangkah menekanku, maka aku tak usah mengalah lagi. Aku berlutut di hadapan Li Yan, lalu berkata dengan tegas, "Tentunya tempat ini adalah tempat perjamuan yang diselengarakan kaisar untuk ulang tahun permaisuri". Mendengar perkataaanku itu, mata Li Yan nampak penuh amarah, namun ia tak dapat berkata apa-apa. Selir kesayangan tetap seorang selir, ia harus menahan diri di hadapan istri sah, apalagi terhadap permaisuri yang berkuasa di istana belakang" Ia tak dapat berbicara sesuka hatinya di sini. Liu Che memandang ke sekelilingnya dengan hambar, begitu mendengar perkataanku, tanpa berkata apa-apa, ia melirik permaisuri, lalu memandang sekilas Huo Qubing, setelah itu, sambil tertawa ia berkata, "Tarian Jin Yu bagus, ia harus diberi hadiah". Sambil tersenyum lembut, Permaisuri Wei berkata, "Hamba menunggu titah Yang Mulia". Badai yang tersembunyi di balik tarian yang menawan dan mengairahkan itu untuk sementara buyar, namun apakah tari dan lagu yang telah dipertunjukkan oleh diriku dan Richan akan menimbulkan badai yang lebih besar" Pertarungan diantara keluarga Wei dan Li sudah terang-terangan terlihat, malam ini Liu Che jelas berpihak pada keluarga Li, namun hal ini jelas merupakan siasat seorang kaisar untuk menyeimbangkan kedua kekuatan itu, persis seperti bagaimana ia meminjam kekuatan keluarga Wei untuk melawan keluarga Dou bertahun-tahun yang Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo silam, dahulu ia menyokong keluarga Wei untuk menghancurkan keluarga Dou dan Wang, kali ini tibalah giliran keluarga Wei yang besar kekuasaannya. Di kereta kuda, di sepanjang jalan, Huo Qubing menatapku sambil tersenyum. Setelah masuk ke kamar, ia masih terus tersenyum sambil menanggalkan mantelnya, melihat senyumnya, amarahku berkobar, "Kau bukannya memikirkan bagaimana cara mengatasi Li Yan dan malahan tersenyum-senyum tak jelas terus di sini, entah setelah ini akal bulus apa lagi yang akan dilancarkannya". Ia menghela napas panjang, berbaring di dipan, lalu menyilangkan kedua tangannya di belakang kepalanya, wajahnya nampak amat puas, "Aku berharap dia akan melancarkan akal bulus, paling bagus kalau sering-sering bisa seperti malam ini". Aku mendengus, "Benar! Di hadapan seluruh pejabat sipil dan militer, beberapa perempuan memperebutkan cintamu, benarbenar membanggakan, benar-benar hebat!" Bibirnya tersenyum, ia memicingkan matanya, seakan mengingatingatnya, "Sebenarnya memang hebat, kalau bukan karena mereka, aku masih tak tahu betapa kau mengkhawatirkanku, dan sama sekali tak dapat membayangkan bahwa kau bersedia menarikan tarian cinta untukku" Aku menengadah dan mengulirkan mataku, lalu tertawa terbahakbahak, "Aku sangat mengkhawatirkanmu, ya!" Wajahnya yang nakal benar-benar mengundang kemarahanku, aku menerjang ke arahnya dan mencubit lehernya, "Kalau kau seenaknya meraba-rabaku di depan semua orang di aula besar, aku pasti akan membuatmu khawatir sampai mampus!" Sebuah tangannya mengelitikku, sedangkan yang sebuah lagi menarikkku ke dalam pelukannya, "Maksudmu, asalkan tidak di hadapan para hadirin di aula besar, aku boleh berbuat sesuka hatiku" Boleh seenaknya meraba-raba" Kalau begitu aku tak akan sungkan-sungkan lagi". Qingwu dan Xiangdie yang sedang membawa peralatan cuci muka kebetulan melihat kami berpelukan dengan mesra, Xiangdie tiba-tiba menjatuhkan sapu tangan dan kotak rias yang berada dalam genggamannya, namun Qingwu tetap bersikap tenang, ia membungkuk memberi hormat, lalu menarik tangan Xiangdie agar cepat-cepat keluar kamar sambil menunduk. Habislah aku! Sekali ini aku tak punya muka lagi, reputasiku di depan mereka telah hancur lebur. Dengan kesal aku memelototi Huo Qubing, namun ia hanya menutup kelambu dengan sekali tarik. ?"?"?".. Siapa kelinci, siapa harimau, siapa yang sebenarnya memangsa siapa, akhirnya kupahami! Mungkin karena sudah musim dingin dan udara dingin, tiba-tiba aku berubah menjadi amat rakus, dan amat kuat makan. Kadangkadang, begitu memikirkan makanan lezat, di tengah malam aku sampai tak bisa tidur. Huo Qubing sengaja memerintahkan juru masak yang pandai berjaga di dapur semalaman agar aku dapat makan di tengah malam kalau sedang ingin makan. Walaupun ia berkata bahwa kalau aku makan sendirian, aku boleh membangunkannya, tapi di pagi hari ia harus melatih pasukan di markas dan juga harus pergi ke istana, aku tak ingin menyusahkannya, maka aku berusaha menyelinap keluar dengan tanpa suara, lalu kembali sambil meraba-raba di tengah kegelapan setelah selesai makan. Ia sudah terbiasa aku berguling kesana kemari di sisinya, ketika pergi aku menggunakan ilmu ringan tubuh, sehingga ia tetap terlelap dan sangat jarang tahu aku pergi, akan tetapi ketika kembali, karena saat itu puncak musim dingin, ketika masuk ke selimut, tubuhku membawa hawa dingin. Walaupun aku berusaha menghindar, namun ia merasakan kehadiranku dan dengan setengah sadar menarikku ke dalam pelukannya agar dapat menghangatkan tubuhku dengan kehangatan tubuhnya sendiri. Ia melakukan semuanya itu tanpa berpikir, hanya bergerak di bawah sadar, hal ini justru membuatku semakin senang. Sejak Huo Qubing berkata ia akan memberiku waktu, ia tak seperti dahulu yang selalu mencari tahu isi hatiku dari perkataan dan tindakanku, walaupun kadang-kadang aku termenung, ia sama sekali tak seperti dahulu, tak marah atau ingin tahu, melainkan dengan tenang pergi, memberiku ruang untuk berpikir sendiri. Ketika terkenang akan saat-saat sulit yang pernah kualami, dahulu aku berpikir bahwa Langit tak pernah memperdulikanku. Begitu lahir ayah dan ibuku meninggalkanku, namun apa boleh buat, karena aku tak pernah mengenal mereka, aku tak merasa kehilangan atau sedih. Namun ia juga membuatku bertemu dengan A Die, membuatku ditimang-timang dengan penuh kasih sayang, akan tetapi ketika aku benar-benar telah menjadi manusia, ketika aku sedang menikmati kasih sayang A Die, dalam semalam ia merengut segalanya. Sahabat masa kecilku tewas, dan orang yang paling kuhormati dan kukagumi memaksa A Die bunuh diri, tak ada yang lebih kejam dari semua kejadian ini. Mengembara di padang pasir yang luas bukan penderitaan, yang menderita adalah hati seorang gadis di tengah kota Chang'an yang ramai. Kalau pertemuan pertama di Yueya Quan itu adalah suatu tindakan Langit yang tak disengaja, pertemuan kembali di Chang'an sepertinya adalah tindakan Langit yang disengaja. Saat itu entah sudah berapa kali aku bertanya pada Langit, kalau tak berjodoh, kenapa mempertemukan kami, dan karena sudah mempertemukan kami, kenapa membuat harapanku sia-sia" Sepertinya Langit sengaja mempersulit dan menyiksaku untuk bersenang-senang saja. Namun sekarang, berbaring dalam pelukan Huo Qubing sambil memandangi wajahnya yang sedang tertidur, aku berpikir bahwa Langit memberikannya padaku karena Langit memperdulikanku, walaupun diantara aku dan dia masih ada berbagai masalah, sampai ia menikahiku pun tak bisa. Aku mengenggam tangannya, walaupun ia terlelap, namun di bawah sadar ia balas mengenggam tanganku. Dengan lembut aku mengangkat tangannya dan menciumnya, asalkan tangan kami berdua saling mengenggam, kami dapat menghadapi segalanya, tak perduli di Xiyu atau Chang'an, di medan perang atau di istana, bahkan sampai hidup atau mati sekalipun. Setelah Huo Qubing kembali dari istana, aku masih tidur dalam selimut. Ia menepuk dahinya, lalu menghela napas panjang dan berkata, "Dahulu kudengar para prajurit tua di markas berbicara tentang wanita, katanya wanita sebelum menikah dan sesudah menikah sama sekali berbeda, waktu itu aku tak percaya, tapi melihatmu sekarang, akhirnya aku percaya. Matahari sudah hampir condong ke barat, tapi kau belum bangun juga. Lapar, tidak?" Aku meringkuk dalam selimut, tak bergerak, "Tadi aku sudah makan sedikit, tapi aku malas, sama sekali tak ingin bergerak". Ia meraba leherku, aku kedinginan dipegang olehnya dan cepatcepat menghindar, namun ia kembali menyentuhku, aku pun segera duduk. Ia mengambil baju untukku, lalu berkata, "Bangunlah! Yipin Ju mengeluarkan masakan baru, kata Zhao Ponu, rasanya lumayan, ayo kita coba". Aku menelan air liurku, seketika itu juga, semangatku timbul, ia memandangku, tak tahu harus tertawa atau menangis, "Sekarang di pikiranmu selain makan ada apa lagi?" Aku menelengkan kepalaku dan berpikir sejenak, lalu memandangnya dengan mesra, "Cuma ada satu hal lain". Sebelum berbicara, ia sudah tersenyum, suaranya berubah menjadi sangat pelan, sangat lembut, "Apa itu?" Dengan sikap bersungguh-sungguh aku berkata, "Minum! Kemarin malam, sup jamur itu enak sekali!" Ia tertawa sampai wajahnya seakan terbelah, lalu mengetuk dahiku dan berkata dengan tak sabar, "Cepat sedikit cuci muka!" Ketika baru masuk ke Yipin Ju aku melihat Jiu Ye. Ia mengenakan jubah biru muda, bersih dan rapi bagai salju pertama di gunung tinggi. Sambil mendengarkan Tianchao berbicara, ia tersenyum dengan hangat, namun dalam senyumnya tersembunyi rasa sedih. Ketika melihatku, kepedihan nampak di matanya, mau tak mau, langkah kakiku terhenti, tak bisa maju dan tak bisa mundur, dengan agak khawatir aku memandang Huo Qubing, walaupun wajahnya nampak tak senang, ia tersenyum dengan hangat padaku, "Kalau kau tak ingin makan, kita pulang dulu saja". Senyumnya yang hangat membuat hatiku yang cemas perlahanlahan menjadi lega, melarikan diri bukan jalan keluar, aku tak bisa selamanya mengajak Huo Qubing melarikan diri dari medan perang setiap kali bertemu Jiu Ye, hal itu tak adil bagi Huo Qubing. Aku tersenyum ke arah Qubing, "Aku ingin makan". Ia mengenggam tanganku dengan erat, matanya berbinar-binar. Tianchao bangkit dan memberi hormat kepada Huo Qubing, sambil tersenyum Jiu Ye mengundang kami duduk, Tianchao bertanya, "Xiao Yu, kau ingin makan apa?" Aku tersenyum dan berkata, "Kata Qubing ia mengajakku ke sini untuk mencicipi hidangan baru. Apa namanya?" Aku berpaling ke arah Huo Qubing, ia mengerutkan dahinya, "Aku lupa menanyakan namanya, apa boleh buat! Suruh mereka menghidangkan semua hidangan yang paling baru". Aku mencibir, "Kau anggap aku ini babi, ya! Bisa menghabiskan semuanya?" Qubing berlagak terkejut, "Melihat kelakuanmu beberapa hari ini, menurutmu aku harus menganggapmu apa" Kau pasti akan dapat menghabiskannya, mana bisa tak menghabiskannya?" Aku mengerenyitkan hidungku, mendengus, lalu berpaling dan tak menghiraukannya lagi. Ketika melihat sepasang mata Jiu Ye yang hitam legam dan sulit diselami, aku baru mengerti bahwa keakrabanku dengan Huo Qubing nampak sangat intim di matanya, dan keintiman itu bagai sebilah pedang tajam yang begitu diayunkan dapat melukainya dalam-dalam. Sebuah mangkuk bertutup yang diukir dibawa ke meja, sang pelayan dengan seksama memperkenalkan hidangan itu, "'Di langit daging naga, di bumi daging keledai', manis dan harum, hidangan istimewa yang berkhasiat di musim dingin". Begitu ia membuka tutupnya, aku mencium baunya, namun aku tak merasa baunya lezat, perutku justru terasa mual, aku pun cepatcepat memburu ke jendela dan muntah. Sang pelayan terkejut, ia segera menuang secawan teh dan memberikan sehelai serbet padaku, dengan hati-hati Huo Qubing mengikutiku, matanya penuh rasa khawatir, "Apa yang sakit?" Aku minum beberapa teguk teh dan merasa sedikit lebih baik, "Tak tahu, tiba-tiba aku merasa ingin muntah". Wajah Jiu Ye pucat pasi, di matanya samar-samar nampak rasa putus asa, ia memberi perintah pada sang pelayan, "Daging yang baunya keras bawa kembali ke dapur, ambilkan teh yang baru diseduh, tambahkan sedikit kulit jeruk". Huo Qubing membantuku untuk kembali duduk di tikar, "Sudah agak baikan" Kau ingin makan sedikit" Atau ingin pulang dan minta diperiksa tabib?" Jiu Ye menatapku dengan tajam, lalu tiba-tiba berkata, "Kuperiksa denyut nadimu". Aku melihat ke arah Huo Qubing, namun ia tersenyum dan berkata, "Untuk sesaat aku lupa bahwa di sini ada seorang tabib yang berilmu tinggi". Dengan hati-hati Jiu Ye menempelkan tangannya ke pergelangan tanganku, tak nyana, jari jemarinya lebih dingin dari es. Walaupun ia berusaha sebisanya menahan diri, namun aku dapat merasakan ujung jarinya bergetar. Untuk beberapa saat, ia memeriksa denyut nadiku, Huo Qubing benar-benar tak bisa menahan diri lagi, dengan cemas ia bertanya, "Ada apa?" Dengan perlahan, Jiu Ye menarik tangannya, ia tersenyum, namun senyum muram macam apa itu" "Selamat, jenderal. Kau akan menjadi seorang ayah". Setelah tertegun sejenak, Huo Qubing mencengkeram lengan Jiu Ye, ia kegirangan, tak berani mempercayai perkataannya, "Apa katamu?" Jiu Ye melengos, melihat ke luar jendela, bibirnya gemetar, ia hendak menjawab pertanyaan Huo Qubing, namun suaranya tertahan di tenggorokannya. Tianchao mendorong Huo Qubing, lalu dengan dingin berkata, "Jiu Ye berkata bahwa Jenderal Huo akan menjadi seorang ayah". Lalu ia berkata pada Jiu Ye dengan suara pelan, "Jiu Ye, ayo pulang!" Sambil memandang ke balik jendela, Jiu Ye mengangguk, dirinya yang selalu memperhatikan sopan santun bahkan sampai tak minta diri, tanpa berpaling, ia langsung pergi. Dengan wajah kegirangan Huo Qubing memandangku, ia tersenyum ketolol-tololan, duduk dengan tertegun. Walaupun terjadi secara mendadak, namun hal ini adalah sesuatu yang cepat atau lambat akan terjadi, andaikan hal ini terjadi di tempat lain, atau di waktu yang lain, aku akan begitu girang hingga tak kuasa berbicara, namun hari ini....... Aku mengenggam pergelangan tangannya, tangannya sama sekali tak sedingin es lagi. Sekonyong-konyong, Huo Qubing membopongku, lalu berjalan keluar dengan langkah-langkah lebar. "Ah!", ujarku, "Apa yang kau lakukan?" Yipin Ju kontan menjadi sunyi senyap, semua orang memandang kami dengan tercengang, aku menyembunyikan wajahku di dadanya, aku sangat ingin semua orang berhenti memandangiku. Namun Huo Qubing sama sekali tak perduli, mungkin baginya orang-orang itu tak ada. Ia membopongku ke dalam kereta, lalu berkata pada para pengiring yang dengan sikap hormat menunggu di luar kereta, "Cepat pergi ke istana dan panggil tabib terbaik". Aku mencengkeram lengannya, "Jangan! Hal ini adalah urusan kita berdua, aku suka ketenangan. Begitu kita memanggil tabib, akan timbul keributan, lagipula di luar istana juga ada tabib yang baik". Ia memukul pahanya sendiri, lalu menyuruh para pengiring berhenti, "Saking girangnya aku lupa mempertimbangkan segalanya. Tapi......", sambil tersenyum, ia mengenggam tanganku, "Sekarang aku benar-benar ingin berteriak keras-keras. Aku akan segera punya seorang putra". Kebahagiaannya menjangkitiku, aku bersandar di bahunya sambil tersenyum, lalu aku tiba-tiba bereaksi dan mencubitnya, "Apa maksudmu" Kalau ia anak perempuan, kau tak senang?" Ia segera menggeleng-geleng, "Senang, semua aku senang. Kalau anak laki-laki, aku bisa mengajarinya menunggang kuda dan berburu, kalau anak perempuan, aku juga senang, punya Yu er kecil, bagaimana aku bisa tak suka" Aku ingin anak laki-laki dan perempuan, lahirkanlah banyak anak, nanti aku bisa membuat regu cuju, ayah dan anak maju bertanding bersama, kujamin lawan akan kalah telak sampai celana pun tak punya". Mendengarnya, mulutku ternganga, "Memangnya aku induk babi?" Wajahnya penuh rasa puas diri, "Aku tak berani meminta, hanya kalau kau bersedia". Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Aku kembali ingin mencubitnya, namun kupikir orang ini berkulit tebal, cubitan itu tak banyak artinya baginya. Orang ini biasa keluar-masuk medan perang dan tak berkedip menghadapi hujan panah, pedang dan tombak, kekuatan kecil di tanganku ini hanya akan membuatnya merasa gatal saja, lebih baik aku tak usah membuang-buang tenagaku. Sambil mengerutkan dahi, aku memejamkan mata, tiba-tiba suaranya menjadi tegang, "Yu er, kau tak enak badan?" Aku tak menghiraukannya, bersandar di bahunya tanpa berkata apa-apa, ia langsung merasa cemas dan berteriak ke luar, "Cepat pulang ke rumah!" Begitu selesai berbicara, ia sudah kembali berkata, "Jangan berguncangguncang!" Di luar, cambuk sang kusir terdengar mengayun, rupanya ia hendak mencambuk kuda, namun ia cepat-cepat menariknya kembali dan menaruhnya, lalu dengan sikap hormat bertanya, "Maksud jenderal, lebih cepat atau lambat" Kalau lebih cepat pasti akan sedikit terguncang-guncang". Aku tak tahan lagi dan tertawa, Huo Qubing bereaksi dan memukul tanganku dengan pelan beberapa kali, "Sekarang kau menggunakan akal bulus untuk menghukumku". "Siapa yang membuatku tak bisa melawanmu" Setelah ini aku hanya dapat mengandalkan akal bulus". Aku menyengir, "Sekarang juga ada seorang sandera di dalam diriku, coba lihat apakah kau masih berani menganiayaku atau tidak". ?"?"?"?"?" Aku tak tahu apa yang terjadi pada orang lain setelah hamil, selain dari tak bisa mencium bau daging atau ikan yang keras, semuanya seperti biasa, pada mulanya aku merasa malas, namun sekarang aku telah seperti sediakala. Makanku baik, tidurku pun baik, kalau Huo Qubing tak sering menatapku dengan tegas untuk mengingatkanku bahwa sekarang aku tak hanya bertanggung jawab atas diriku sendiri, mungkin aku juga dapat berkata bahwa aku pun asyik bermain. Ketika aku baru sampai ke samping ayunan, dari belakangku Huo Qubing memanggil, "Yu er". Aku pun hanya dapat berbalik dan pergi. Hari ini adalah suatu hari musim dingin yang hangat bermandikan sinar mentari, begitu membuka mata aku langsung berkata, "Kita seharusnya menunggang kuda di luar kota". Namun tanpa membuka matanya, Huo Qubing berkata, "Jangan melupakan keadaan dirimu saat ini". Keadaan diriku" Bukankah dalam perutku hanya ada seorang manusia mungil" Apa anehnya" Lagipula saat ini masih tak terlihat. Kata Hong Gu, seorang wanita harus belajar membuka sebelah mata sekaligus menutup sebelah mata lainnya, karena kalau seorang wanita terus menerus mengawasi seorang lelaki, lelaki itu akhirnya tak akan berdiam di sisinya, melainkan seringkali melarikan diri dari sarang untuk menghindari diawasi oleh sang wanita. Tapi, bagaimana kalau seorang lelaki selalu mengawasi seorang wanita" Ketika aku bertanya padanya, Hong Gu terdiam untuk beberapa lama dan baru menjawab bahwa seharusnya wanita itu harus diam-diam tertawa, karena dengan demikian lelaki itu tak akan punya waktu untuk memandang wanita lain. Aku sangat kesal, tak adil, sangat tak adil. Malam itu, aku menyampaikan perkataan Hong Gu itu pada Huo Qubing setelah menukar kata wanita dengan lelaki, "Seorang lelaki harus belajar membuka sebelah mata sekaligus menutup sebelah mata lainnya, tak boleh selalu mengawasi seorang wanita, kalau ia selalu mengawasi wanita itu, akhirnya ia akan?"" Aku berusaha memberi isyarat padanya agar ia memeriksa tingkah lakunya akhir-akhir ini. Ia sedang mengamati peta Xiongnu di meja yang berada di hadapannya, setelah mendengar perkataanku, tanpa mengangkat kepalanya, ia berkata dengan hambar, "Tak ada orang yang tak ingin hidup, aku pun tak akan memberimu kesempatan". Aku mendengus, melihat ke kiri dan ke kanan, ke depan dan ke belakang, lalu berjalan keluar masuk ruangan, namun masih tak dapat menemukan mainan yang diperbolehkan olehnya untuk dimainkan di dalam rumah, ia menghela napas, lalu memandangku sambil bertopang dagu, "Apakah kau benar-benar merasa begitu bosan?" Sambil mencibir aku mengangguk-angguk, "Semua gadis pelayan di sisiku mematuhi perkataan Paman Chen, sekarang sedikitsedikit mereka memandangku, mereka semua tak mau menemaniku melakukan apapun, sebelumnya aku dapat bermain bola, bermain ayunan, bermain petak umpet, dan masih dapat pergi menunggang kuda, berburu atau mendaki gunung denganmu, namun sekarang aku tak bisa melakukan apapun, membaca buku pun tak boleh berlama-lama, katanya membaca buku selagi hamil dapat merusak mata, menyulam juga tak bisa, menurutmu, apa yang harus kulakukan?" Dengan heran ia berkata, "Sepertinya kau memang tak bisa melakukan apapun, kalau begitu, bagaimana orang lain menjalaninya?" "Kata bidan yang kau panggil, melahirkan adalah hal terpenting yang harus dilakukan seorang wanita, apa lagi yang harus kulakukan" Tentunya banyak makan dan tidur, banyak beristirahat, berkonsentrasi untuk membesarkan bayi dalam perut, lalu melahirkannya". Kedua tanganku membentuk sebuah bola yang menonjol di perutku. Ketika mendengar perkataanku, ia tertawa, melambaikan tangannya untuk menyuruhku menghampirinya, lalu menarikku hingga aku duduk di pangkuannya, "Aku tak tahu kau begitu bosan, setelah ini aku akan mencari waktu untuk banyak menemanimu. Hmm"..", ia berpikir sejenak, "Begini saja! Kau sudah membaca tak sedikit kitab ilmu perang, aku sebaliknya sangat sedikit membaca kitab perang, kita akan main perangperangan di kotak pasir ini, kita masing-masing akan menguasai suatu wilayah, lalu saling menyerang". Kekesalan dalam hatiku menghilang tanpa bekas, sambil tertawa aku bertepuk tangan, "Tapi seperti ini kurang seru, ayo kita bertaruh". Dagunya bersandar di dahiku, "Terserah padamu. Setelah menjual usahamu, kau sebenarnya punya berapa banyak uang" Kalau sampai habis karena kalah jangan menangis". Sambil tersenyum aku berkata, "Jangan pikir karena bangsa Xiongnu menganggapmu dewa perang yang tak terkalahkan, kau pasti dapat mengalahkanku. Pertama, bangsa Xiongnu tak mengenalmu seperti aku. Kedua, kita akan bertempur di wilayah Xiongnu, kalau aku mengunakan pengetahuanku tentang bentang alam dan cuaca Xiyu, kau pasti akan ketinggalan jauh di belakang. Ketiga, jangan melupakan kasus Zhao Kuo, berperang di atas kertas dan berperang sungguhan adalah dua hal yang amat berbeda, kalau tidak, masa Jenderal Zhao She yang terkenal di zamannya tak bisa mengalahkan putranya yang seperti tong kosong nyaring bunyinya?" Wajahnya langsung berubah menjadi serius, "Alasan terakhir tak tepat, saat itu, walaupun Zhao She kalah telak dari Zhao Kuo, namun ia tahu bahwa pada dasarnya, putranya tak bisa mengalahkannya. Tak perduli bagaimana hasilnya, dalam hati aku sudah tahu siapa yang menang dan siapa yang kalah. Tapi kedua alasan pertama sangat masuk akal". Ia mengenggam kedua tanganku, lalu berbisik di telingaku, "Di dunia ini, hanya kau seorang yang tak pernah kuwaspadai, sampai begitu melihatmu untuk pertama kalinya, aku berharap kau akan masuk ke dalam hatiku. Sebenarnya, ini sesuatu yang aneh. Karena sejak kecil aku keluar masuk istana, sebenarnya aku adalah seseorang yang amat waspada, namun aku tahu bahwa kau pantas kudapatkan dengan segala jerih payah, dan secara naluriah aku tahu bahwa aku benar". Hidungku terasa pedih, aku berpaling dan mencium pipinya, lalu bersandar di bahunya tanpa berkata apa-apa untuk beberapa saat, setelah itu, sambil tersenyum aku berkata, "Kau sepertinya memakai siasat perang urat syaraf, sebelum berperang melemahkan kemauan berperang musuh, apakah kau ingin membuatku menjadi lemah hati?" Ia tertawa, "Kau ini bukannya sedang menyisakan jalan untuk mundur" Kalau kalah kau akan berkata bahwa kau tak mau membunuh demi reputasimu sebagai orang yang murah hati, dan menyisakan kekuatan untuk menang lain kali". Kami dua ekor rubah ini saling tersenyum dengan wajah tak berdosa, tulus dan murah hati. Dengan enteng aku mengambil sehelai sutra putih, lalu menuliskan jumlah taruhan di atasnya, Qubing melihatnya, lalu menulis sebuah jumlah yang besarnya dua kali lipat di sampingnya. --------------------Walaupun kekuatan utama Xiongnu telah melarikan diri ke utara Gurun Gobi, mereka masih merampok di daerah perbatasan Dinasti Han. Di penghujung musim gugur, lebih dari selaksa prajurit berkuda Xiongnu masuk ke Dingxiang dan You Beiping, lalu merampok dan membunuh lebih dari seribu rakyat Han yang tinggal di perbatasan. Setelah mempertimbangkannya dengan seksama, Liu Che akhirnya memutuskan untuk mengirim pasukan ke gurun utara untuk menumpas pasukan Xiongnu. Huo Qubing semakin sibuk, namun sesibuk apapun, ia selalu berusaha mencari waktu untuk mendampingiku, kalau dapat membicarakan masalah di rumah, ia berusaha untuk bekerja di rumah, para bawahannya menjadi tamu yang sering berkunjung ke Wisma Huo. Kehamilanku belum nampak, di rumah, kecuali sang bidan serta tiga atau empat pelayan wanita yang melayaniku, tak ada yang tahu bahwa aku sudah mengandung. Ketika akhir tahun hampir tiba, untuk merayakan peristiwa gembira itu, Qubing memerintahkan agar semua orang diberi hadiah besar, seluruh wisma penuh kegembiraan, dengan girang, para pelayan menghiasi wisma dengan meriah, mereka keluar-masuk rumah, ramai sekali. Permainan perangku dan Huo Qubing di bak pasir pun amat menarik, saat itu aku berkata bahwa aku mengenal baik dirinya, tapi lupa bahwa ia juga sangat mengenal diriku. Aku sama sekali tak lebih unggul darinya, ia memenangkan tujuh atau delapan dari sepuluh pertempuran, seandainya berperang sungguhan, ditambah dengan kegagahannya, aku pasti kalah telak. Belakangan, pikiranku berubah, aku tak lagi berpikir sebagai diriku, melainkan sebagai Yinzhixie, dan dengan seksama memikirkan kekuatan pasukan serta bagaimana Yinzhixie menempatkan dan menggunakan mereka, lalu, dengan memanfaatkan pengetahuanku tentang bentang alam dan cuaca, aku berusaha memojokkan pasukan Huo Qubing, sehingga Huo Qubing pun berkali-kali mengangguk dan memujiku. Di bak pasir yang kecil itu kami berperang ribuan li, seakan berperang di seluruh wilayah Xiongnu. Peta milik Dinasti Han mengandung banyak kesalahan, setiap selesai bertanding, aku memberitahu Huo Qubing tentang kesalahan-kesalahan itu dengan teliti, ia pun sangat suka belajar, ia sering minta aku memberi penjelasan dan bertanya tentang cuaca serta keadaan di tempat itu, sampai ia hafal di luar kepala. Para sastrawan hanya melihat bahwa ia berkali-kali menang perang, tapi berapa orang yang tahu bahwa di balik semua itu ia berusaha keras seperti ini" Dari Li Guang sampai Gongsun Ao, para jenderal sering tersesat saat memimpin pasukan, akan tetapi Qubing sering dapat seorang diri menerobos masuk ke wilayah musuh sambil membawa pasukan dan bergerak dengan bebas di dalamnya, lalu menyerang di tempat yang tak terduga. Seorang Han yang dibesarkan di Chang'an ternyata dapat mengenal bentang alam di berbagai negara Xiyu dan Xiongnu dengan begitu baik, entah berapa banyak usaha yang telah dilakukannya" Huo Qubing menemaniku melihat para pelayan mengantung lentera, sambil tersenyum, aku menunjuk tulisan yang tertera di lentera-lentera itu, "Sepertinya, kau akan segera kehilangan wisma ini" Bukankah huruf 'Huo' itu seharusnya diubah menjadi 'Jin'?" Ia memelukku dari belakang, dagunya mengosok-gosok leherku dengan lembut, seakan sedang memikirkan hal lain, ia berkata, "Boleh! Papan nama di depan wisma sekalian ditukar saja menjadi Wisma Jin. Kau sudah kehilangan cukup banyak uang karena kalah, apakah sisanya cukup untuk memelihara seisi wisma ini?" Para pelayan di sisi kami menunduk atau menengadah dengan penuh perhatian, pandangan mata mereka terpusat pada sebuah titik di kejauhan, seakan hanya sedang berkerja dengan serius dan sama sekali tak memperhatikan hal-hal lain. Sekarang kulit wajahku sudah dilatih oleh Huo Qubing sehingga menjadi jauh lebih tebal, terutama saat berada di rumah, dan aku sudah terbiasa dipeluk-peluk olehnya. Kalau ia ingin melakukan sesuatu, ia sama sekali tak perduli apakah di sekitarnya ada orang atau tidak. Aku mengibaskan tangannya, lalu mencibir dan tersenyum, "Setelah ini, begitu keluar rumah orang Wisma Huo akan dapat langsung dikenali orang". Dengan asal, ia bertanya, "Kenapa?" Aku berbalik menghadap dirinya, meniru mimik muka para pelayan, lalu memusatkan pandanganku ke sebuah titik di kejauhan, "Mata semua orang sudah menjadi juling, masa belum jelas juga?" Pandangan matanya menyapu para pelayan yang sedang sibuk bekerja, lalu kembali memandang ke arahku, ia mencubit hidungku, lalu mencium mataku, tak bisa menahan tawa, "Kau juga jangan ikut-ikutan menjadi juling". Chen Ankang dan Zhao Ponu datang sambil mengobrol dan tertawa, dan kebetulan melihat adegan ini. Kurasa Chen Ankang sudah sering mendengar tentang aku dan Huo Qubing, daya tahannya jauh lebih tinggi dari Zhao Ponu yang berada di sampingnya, walaupun senyumnya agak dipaksakan, namun raut wajahnya masih seperti biasa. Namun Zhao Ponu menunduk sambil menatap ujung sepatunya sendiri, melihat wajahnya, aku malu bukan kepalang dan hanya berbisik, "Datang lagi seorang juling", lalu tak kuasa menahan tawa lagi. Dengan asal, aku membalas penghormatan mereka, lalu pergi sambil tertawa, Huo Qubing yang berada di belakang diriku pun tertawa tertahan, setelah batuk beberapa kali, ia berkata, "Mereka sudah menunggu di kamar baca, ayo pergi ke sana!" ------------------Tahun keempat Yuanshou, awal musim panas. Hari itu amat panas walaupun musim panas baru saja dimulai. Seluruh istana Han Agung dipenuhi tekad untuk menumpas Xiongnu sampai ke sarangnya. Semua jenderal, tak perduli tua atau muda, berpangkat rendah atau tinggi, berusaha sekuat tenaga untuk maju terlebih dahulu, berharap dapat ikut serta dalam serangan terbesar dan terjauh yang pernah dilancarkan Dinasti Han sampai saat itu, sehingga dapat mengharumkan nama seluruh negara Han Agung dan mengukir nama mereka sendiri dalam sejarah. Setelah mempertimbangkannya dengan seksama, Liu Che memutuskan untuk mengirim tiga ratus ribu prajurit, mereka akan keluar jauh dari Tembok Besar untuk menumpas kekuatan Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Shanyu dan Raja Bijak Kiri Xiongnu. Ia menunjuk Wei Qing dan Huo Qubing menjadi panglima perang. Setiap jenderal akan memimpin lima puluh ribu pasukan berkuda dan akan masuk ke pedalaman wilayah Xiongnu melalui dua jalan yang berbeda. Untuk memastikan kemenangan dan mempersatukan seluruh pasukan, pasukan Wei Qing dipimpin oleh para perwira setengah baya dan tua yang sudah banyak kali bertempur bersamanya, sedangkan para prajurit di bawah komando Huo Qubing adalah para perwira muda usia yang dipilih olehnya sendiri. Pada mulanya Li Gan memohon agar ia boleh mengikuti ayahandanya bertempur bersama Wei Qing, namun Liu Che tak setuju sehingga Li Gan kehilangan kesempatan untuk ikut dalam serangan ini. Setelah mendengar tentang hal itu, Huo Qubing mohon pada Liu Che agar Li Gan dijadikan wakilnya, sehingga jika terjadi apa-apa padanya di pertempuran, Li Gan akan mengantikannya memimpin pasukan. Tindakan Huo Qubing ini tak hanya sangat tak diduga oleh Li Gan dan yang lainnya, tapi juga mengejutkan diriku yang sudah terbiasa dengan sikapnya yang suka berbuat sesuka hatinya. "Qubing, apakah kau tak khawatir Li Gan tak mau mematuhi perintahmu" Atau diam-diam bersiasat terhadapmu?" Medan perang berbahaya, kalau memikirkan bahwa Li Gan akan berada di sisinya, hatiku semakin bimbang. "Orang yang dicurigai jangan dipakai, orang yang dipakai jangan dicurigai. Li Gan adalah seorang perwira yang gagah, sayang kalau tak dipakai! Pertarungan diam-diam kami di Chang"an adalah suatu hal, akan tetapi menghadapi bangsa Xiongnu di medan perang adalah suatu hal lain lagi, Li Gan adalah seorang Han, ia tak mungkin tak tahu mana yang yang penting bagi negara. Yu er, kau jangan khawatir, aku Huo Qubing kapan pernah salah melihat orang?" Huo Qubing berbicara dengan penuh percaya diri, aku berpikir sejenak, lalu merasa bahwa perkataannya itu masuk akal, aku memilih untuk percaya buta pada kemampuan Huo Qubing melihat orang, dan hatiku bertambah bangga. Ia memuji Li Gan sebagai seorang lelaki jantan, akan tetapi ia sendiri adalah seorang jantan diantara lelaki jantan, berani menempatkan musuh di posisi penting dan tak membuat rencana untuk mengatasinya kalau Li Gan naik pangkat dan berkuasa karena hal ini. Kalau pikirannya tak lebih terbuka dari Li Gan, bagaimana ia dapat memahami pikiran Li Gan" Dan juga bagaimana ia dapat bertenggang rasa dengan Li Gan" Setelah sibuk mempersiapkan segalanya, mereka hanya tinggal menunggu keberangkatan. Untuk misi kali ini, Dinasti Han telah menghimpun Wei Qing, Huo Qubing, Gongsun He, Li Guang, Zhao Ponu, Lu Bode dan jenderal-jenderal menonjol lain, boleh dikatakan bahwa jenderal-jenderal bintang Han Agung semua berkumpul di satu tempat. Sima Xiangru, salah seorang dari kedua Sima yang termasyur di Han Agung pun ikut serta, sastrawan bintang itu akan menulis bagaimana para jenderal bintang Dinasti Han bersinar cemerlang di langit Xiongnu. "Pagi-pagi besok kau akan berangkat, cepatlah beristirahat!", aku menasehati Huo Qubing, ia sedang menelungkup di atas perutku, mendengarkan, "Dia bergerak lagi". Aku tertawa dan berkata, "Semakin lama dia semakin nakal, di malam hari ia sering menendangku sampai aku terbangun, apa dia tak perlu tidur?" Dengan pelan ia berkata, "Anak manis, jangan menganiaya ibumu, kalau tidak ayah tak sayang padamu. Tunggu sampai kau keluar dan kau boleh bergerak sesuka hatimu". Sambil tertawa aku mendorongnya pergi, lalu berbalik dan meniup api lentera hingga padam, "Tidurlah!" Ia memelukku, untuk beberapa lama ia tak bergerak-gerak, saat aku mengira ia telah tertidur, tiba-tiba suaranya terdengar, "Yu er, maafkan aku karena meninggalkanmu seorang diri di Chang"an. Kali ini perjalanan sangat jauh, kalau semuanya berjalan dengan cepat, jangan-jangan aku baru dapat pulang tiga atau empat bulan lagi". Aku mengenggam tangannya, "Jangan khawatir! Masa kau tak kenal watakku" Masa kau masih khawatir ada orang yang dapat menganiayaku" Lagipula, di rumah ada Paman Chen, di istana ada permaisuri. Pusatkan perhatianmu untuk mengalahkan bangsa Xiongnu! Yinzhixie tak bisa ditundukkan dengan begitu mudah". Tangannya membelai perutku, "Sudah hampir empat bulan, tapi kenapa tubuhmu masih tak banyak berubah?" Aku tertawa dan berkata, "Apa jeleknya" Kata tabib, aku memang tak terlalu kelihatan, tapi jangan-jangan sebentar lagi akan sangat terlihat". Kepalaku menyusup ke dalam pelukannya, lalu aku menggerutu, "Celaka, saat kau pulang, tentu tepat pada saat aku kelihatan paling jelek. Aku akan bersembunyi darimu, setelah anak kita lahir, kita baru bertemu lagi". Ia tertawa terbahak-bahak, "Kulihat bahwa kau tak berusaha berdandan, kukira kau tak perduli. Jangan takut, matahari padang pasir sangat beracun dan terik, ketika pulang aku tentu sudah sehitam belut, kalau kau tak menolakku, aku juga tak akan menolakmu", ia menghela napas dengan pelan, lalu menciumku dengan lembut, "Untung saja hanya empat bulan, aku masih punya waktu untuk melihatmu melahirkan, kalau tidak aku pasti khawatir sekali". "Kalau pulang pun kau tak akan dapat melihatnya dilahirkan, lakilaki tak boleh berada di sisi kami, katanya wanita yang sedang melahirkan itu kotor, dan dikhawatirkan dapat membawa nasib buruk, oleh karenanya laki-laki hanya menunggu di luar saja". Dengan sikap merendahkan, ia mendengus, "Wanita yang kau cintai melahirkan anak bagimu, mana mungkin membawa nasib buruk, yang ada hanya seluruh rumah penuh kebahagiaan. Nanti aku pasti akan berjaga di sisi dipan untuk mendampingimu". Dadaku terasa hangat, dan juga terasa pedih. Bagaimana aku bisa melepasnya pergi" Bagaimana aku bisa tak ingin ia mendampingiku" Dan bagaimana aku bisa tak khawatir" Namun cinta tak boleh menjadi belenggu, sebelum bertemu, kami adalah burung-burung yang terbang sendirian, setelah bersama, kami tak boleh membuat pasangan kami terbang lebih lambat, atau terbang rendah menemani kami, melainkan harus menjadi sepasang burung biyi, yang mengajak pasangannya terbang lebih tinggi dan mendampinginya, sehingga cita-cita dan mimpinya dapat menjadi kenyataan. Oleh karenanya, aku harus membuatnya pergi dengan tenang, dan memberitahunya bahwa aku dapat menjaga diriku dan anak kami yang akan lahir dengan baik. Setelah air mataku mengering, dengan riang aku tertawa dan berkata, "Kau pikir aku akan melepaskanmu" Kata orang melahirkan sakit sekali, terutama ketika melahirkan anak pertama, aku pasti ingin kau melihatnya, mungkin kalau sakit sekali, aku akan mengigitmu, kalau harus kesakitan kita akan bersakit-sakit bersama". Ia mengiyakan, "Bersakit-sakit bersama, bersenang-senang bersama". Aku berpikir bahwa ia harus pergi pagi-pagi keesokan harinya, maka aku berpura-pura lelah, lalu menguap sambil menutupi mulutku, ia pun segera berkata, "Ayo tidur!" Aku memejamkan mataku, mendengarkan napasnya perlahan-lahan menjadi tenang dan panjang. Aku membuka mataku dan dengan termenung-menung memandangi profil wajahnya yang nampak jelas dari samping. Qubing, kau harus pulang tanpa kehilangan selembar rambut pun, harus. Pagi harinya, setelah melepas Huo Qubing, aku pindah ke kediaman Hong Gu, aku tak tahan tinggal di Wisma Huo kalau ia tak berada di situ, bagaimanapun juga, aku istri yang bukan istri, tamu yang bukan tamu, kalau tinggal di rumah itu, aku dianggap siapa" Wisma itu penuh orang yang sering menjadi mata-mata dan banyak bergunjing, aku malas menghadapi berbagai mata yang diam-diam mengawasiku. Paman Chen ternyata amat bersimpati padaku, ia tak berkata apa-apa dan hanya memerintah bidan, gadis-gadis pelayan yang biasa melayaniku, juru masak dan beberapa orang pengawal mengikutiku, rombongan yang besar itu membuat Hong Gu terkejut dan tertawa. Aku memperhatikan halaman itu, lalu dengan puas, aku mengulet, "Masih lebih enak di rumah sendiri". Hong Gu menghela napas, "Bagaimana dengan Wisma Huo?" Aku tersenyum dan berkata, "Kalau ada Qubing, rumah, kalau ia tak ada, bukan rumah". Hong Gu membantu menyingkirkan ranting-ranting yang jatuh di depanku, "Kau bertemu dengan Jenderal Huo, entah suatu keberuntungan atau kemalangan". Sambil tersenyum lebar, aku melangkah ke hadapannya, lalu menunjuk wajahku sendiri dan menyuruhnya memperhatikannya, "Lihatlah! Kau lihat atau tidak" Apa ini" Lain kali jangan bicara seperti ini lagi". Hong Gu cepat-cepat tersenyum dan berkata, "Sudah lihat, sudah lihat". Ia melirik perutku, "Entah anak ini nanti akan seperti siapa" Tapi tak perduli seperti siapa, ia akan jadi seorang setan kecil. Asalkan ia tak mewarisi kelihaian kalian berdua saja, kalau tidak, bukankah ia akan merepotkan orang lain?" Sebelumnya saat di Wisma Huo, semua gadis pelayan tak bisa membaca, sekarang, ditemani Hong Gu suasana jauh lebih menarik. Membaca buku, memetik Qin, main catur, atau mengobrol tentang kejadian-kejadian menarik di Chang'an, harihari pun berlalu dengan tenang dan nyaman. Ketika bercakapcakap, kadang-kadang kami membicarakan masa lalu, aku tak punya perasaan apa-apa, namun Hong Gu sangat merindukan masa jaya Luoyu Fang dahulu. Ketika berbicara tentang Fang Ru, Hong Gu menghela napas dengan pelan, "Menurutku ia bukan seorang yang tak tahu terima kasih, tapi sekarang kalau melihatku ia berusaha menghindar, kadang-kadang, kalau bertemu muka, ia berpura-pura tak melihatku". Aku tertawa dan berkata, "Kawin dengan ayam ikut ayam, kawin dengan anjing ikut anjing, kawin dengan pikulan dibawa pergi. Li Yannian punya ganjalan terhadapku, dahulu ketika hubunganku dengan Li Yan baik, tak apa-apa, namun sekarang hubunganku dengannya tak baik, Fang Ru tak bisa melawan semua orang di keluarga suaminya". Hong Gu cepat-cepat menutupi mulutku, "Adikku yang baik, kalau bicara hati-hati sedikit, kenapa sekarang masih menyebut nama kecilnya?" Aku mendengus dengan dingin, "Apakah aku menyebut nama Li Yan atau tidak tak akan mempengaruhi sikapnya padaku". Dahulu, karena iba padanya, aku selalu mengalah, namun ia terus menekanku, sehingga perasaanku terhadap dirinya telah menjadi hambar. Akan tetapi, karena sumpah berbisa itu, walaupun aku telah mencengkeram urat nadinya, aku masih tak dapat berbuat apa-apa. Apa artinya hidupnya dibandingkan dengan hidup Huo Qubing dan Jiu Ye" Namun, walaupun aku menaati sumpahku, ia masih tak bisa tak mengkhawatirkan diriku, pada mulanya ia hanya ingin memaksaku meninggalkan Huo Qubing dan meninggalkan Chang'an, sekarang, kurasa ia pun sudah tak punya perasaaan apapun terhadap diriku, seandainya ia dapat lebih cepat memojokkanku, ia akan lebih cepat merasa lega. Saat ini Qubing tak ada di Chang'an, dan aku sedang mengandung, maka aku hanya dapat menyembunyikan diri. Hidup manusia memang seperti ini, semakin berusaha bersembunyi, justru semakin tak bisa bersembunyi. Yang kutakuti adalah Li Yan, dan ia justru menemukanku. Li Yan memerintahkan agar aku datang ke istana untuk mengucapkan selamat ulang tahun padanya. Walaupun Li Yan disayang oleh kaisar, namun ia masih seorang selir, tak dapat dibandingkan dengan permaisuri, tak dapat menerima ucapan selamat ratusan pejabat dan hanya dapat merayakannya dengan perjamuan kecil diantara wanita-wanita istana, akan tetapi, semakin kecil pesta itu, aku semakin khawatir. Hong Gu berkata, "Perjamuan ini tak baik, lebih baik kau pergi ke istana dan minta bantuan permaisuri untuk menolaknya". Sambil tersenyum getir aku menggeleng-geleng, Paman Chen menghela napas, "Walaupun kita tak tahu apakah permaisuri sudah tahu bahwa Nona Jin sudah mengandung, tapi permaisuri selalu perduli pada Nona Jin, saat ini Jenderal Huo sedang tak ada di sini, tentunya permaisuri khawatir kalau Nona Jin pergi ke istana seorang diri, kalau dapat menolak, ia pasti sudah menolaknya, tentunya kaisar telah menyetujuinya, dan oleh karenanya permaisuri tak dapat berkata apa-apa?" Aku memandangi tubuhku, "Sekarang kehamilanku sudah nampak dan tak bisa disembunyikan. Mungkin Li Yan telah mendengar desas-desus dan sengaja mengundangku ke istana untuk melihatku. Kata tabib, kehamilan tiga bulan pertama paling berbahaya, sangat mudah keguguran, aku sudah berhasil menyembunyikannya dari mereka untuk begitu lama, beberapa bulan sudah berlalu dengan tenang, aku pun sudah puas". Tiba-tiba, Paman Chen berlutut dan bersujud di hadapanku, "Nona Jin, pelayan tua ini mohon agar anda menjaga diri anda baik-baik. Kalau terjadi sesuatu, anda harus menahan diri demi anak ini, tak perduli seberapa besar kekesalan anda, anda harus menunggu jenderal pulang dan baru melampiaskannya". Aku tak tahu harus tertawa atau menangis, sambil menghindar aku berkata, "Aku adalah ibu anak ini, aku lebih cemas dibandingkan dengan dirimu, kau tak perlu berkali-kali memperingatkanku. Apakah menurutmu aku sangat keras kepala dan semberono?" Paman Chen amat malu sehingga ia tak dapat berkata apa-apa, aku mendengus dengan pelan, hanya karena aku tak meyakinkan Huo Qubing untuk menikahi seorang putri, di mata mereka aku menjadi seseorang yang sama sekali tak tahu mana hal yang penting dan tak penting. Hong Gu mengenggam tanganku, lalu tersenyum pada Paman Chen dan berkata, "Walaupun kadang-kadang Yu er keras kepala, tapi ia bukan seseorang yang sama sekali tak bisa membedakan mana hal yang penting dan yang tak penting". Dengan tak berdaya, aku memandang Hong Gu, ia sedang memujiku, atau sedang menghibur Paman Chen" Jangan-jangan ia malahan membuat Paman Chen makin bimbang. Sekarang aku dianggap seorang penjahat yang tertangkap basah, yang sulit untuk dipuji. Saat itu puncak musim panas, di sepanjang jalan, udara amat panas, hampir tak tertahankan. Sebelum sampai di tempat perjamuan, angin sejuk menerpa wajahku, aku mendengar suara air bergemericik dan segera merasa segar. Li Yan memang pandai menikmati hidup, ia menyuruh orang mendirikan sebuah kincir air untuk mengangkat air kolam yang diberi es, air itu lalu turun melalui kisi-kisi bambu yang telah Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo dipersiapkan sebelumnya, suaranya bergemericik seakan sedang turun hujan. Pesta itu diselenggarakan di tengah tirai hujan itu. Hujan air es itu tak hanya mengusir panas tapi juga membuat suasana makin menarik. Ada serombongan wanita yang menikmati keindahan bunga dari balik tirai air, ada yang bermain air, ada yang bermain catur di dekat tirai air, dan ada pula yang menaruh anggur dan buah-buahan lain di es yang terletak di bawah tirai air, kadang-kadang mereka memakannya, suasana benar-benar nyaman. Ketika gadis-gadis yang belum menikah melihat tubuhku, dan melihat bahwa gaya rambutku masih sama dengan mereka, yaitu gaya rambut seorang gadis yang belum menikah, mereka tak kuasa menahan rasa heran dan mencuri-curi pandang ke arahku, banyak ibu-ibu memandangku dengan sikap merendahkan dan cepat-cepat menyingkirkan anak gadis mereka, mereka tak mau gadis-gadis mereka melihatku, seakan kalau lama-lama melihatku, gadis-gadis itu juga akan hamil sebelum nikah seperti diriku. Ada yang bersikap sopan atau mungkin tak berani bersikap kurang ajar padaku karena suami-suami mereka, mereka mengangguk dan tersenyum padaku, atau memberi salam lalu cepat-cepat menghindar. Aku bagai wabah penyakit, begitu aku berjalan ke suatu tempat, semua segera cepat-cepat menghindar. Dengan santai aku mengambil buah anggur dari air dan melahapnya, begitu melihat pemandangan ini, Li Yan seharusnya girang. Akan tetapi aku benar-benar mengecewakannya, melihatku seperti ini, jangan-jangan ia tak senang. Aku tumbuh besar di Gurun Gobi yang tandus, tak rapuh dan manja, hal seperti ini tak bisa melukaiku. Ketika sedang asyik makan, tiba-tiba aku melihat seseorang yang sudah akrab denganku berdiri sendirian di sebuah pojok. Tentunya Li Yan amat benci pada gadis penari Xiyu yang saat itu mengkhianatinya itu, tapi ia sengaja mengundangnya, apa yang hendak ia lakukan" Sambil makan anggur, aku berjalan ke arahnya, ketika melihatku, wajahnya nampak jengah, aku memberinya anggur, "Kau nampak cantik sekali memakai baju Han". Ia menghormat padaku, "Selama ini, aku sering mendengar Richan berbicara tentang kalian dan aku sangat ingin bertemu denganmu, tapi tak mudah bagi kami untuk menemuimu, kudengar Richan berkata bahwa Jenderal Huo sangat melindungimu, sehingga pelayan biasa di Wisma Huo pun tak bisa melihatmu. Tak nyana, kau telah mengandung, kalau Richan tahu, ia pasti akan sangat girang". Aku tersenyum sambil memandangnya, aku merasa amat tersentuh, "Kau memanggilnya Richan, apakah ia memperbolehkanmu memanggilnya demikian" Kalau begitu, bukankah aku harus memanggilmu kakak ipar?" Kedua pipinya memerah, namun sikapnya santai, "Panggil saja aku Wei Ji". "Baiklah! Panggil aku Yu er, Xiao Yu juga boleh". Aku melirik cincin kumala di jarinya, aku terkejut dan segera mengenggam tangannya untuk memperhatikannya, melihat wajahku, ia berkata dengan suara pelan, "Hari ini ketika aku keluar rumah, Richan mencopotnya dari jarinya sendiri, lalu menyuruhku memakainya, mula-mula aku tak tahu kenapa, sekarang......" Mata wanita yang selalu bersikap dingin itu memerah. Cincin itu adalah peninggalan kakek Richan, sejak kecil ia tak pernah menanggalkannya, namun ia sengaja menyuruh Wei Ji membawanya ke perjamuan ini, ia memintaku untuk melindungi wanita sebatang kara yang mengembara di tempat asing ini. Aku memukul-mukul punggungku sendiri, Wei Ji segera bertanya, "Apa kau ingin duduk sebentar?" Ia membantuku mencari tempat duduk, namun semua tempat duduk yang nyaman sudah diduduki orang, masih ada beberapa tempat duduk di pojok, namun tak ada yang dapat diduduki dua orang bersama-sama. Sambil tersenyum, Wei Ji menunjuk tempat duduk yang kelihatannya lebih baik, "Ayo duduk di sana! Aku tak ingin duduk, aku bisa mengobrol denganmu sambil berdiri". Aku meringis ke arahnya, lalu menarik tangannya dan langsung membawanya ke tempat duduk terbaik di tempat itu, wanitawanita yang sedang mengobrol dan bersenda-gurau di tempat itu pun langsung terdiam, dengan heran mereka melihat ke arah kami, setelah aku sampai di sisi mereka, beberapa orang diantara mereka tiba-tiba berdiri, lalu cepat-cepat pergi dengan wajah muak dan menghina. Aku tersenyum ke arah Wei Ji sambil membuat isyarat tangan yang dipakai para pengembala di padang rumput kalau menang pacuan kuda, setelah itu aku memanggilnya dengan suara pelan, merapikan gaunku dan duduk. Wei Ji duduk di sisiku, sambil menutupi mulutnya, ia tersenyum. Sekarang para wanita itu sudah tahu apa yang dahulu kulakukan, setelah memperhatikanku, mereka menatapku dengan penuh kebencian, namun mereka tak berani bersikap tak sopan, dan hanya bersikap makin angkuh terhadapku, dengan suara yang seakan pelan, namun jelas dapat didengar olehku, mereka berkata, "Kabarnya dahulu dia pemilik rumah hiburan! Ia khusus menghibur lelaki, tak heran ia begitu tak tahu malu". Aku berpaling dan tersenyum ke arah Nyonya Jiang yang sedang mengipasi dirinya sendiri, "Nyonya ini belum mendengar semuanya! Masa kau tak tahu bahwa Nyonya Li berasal dari rumah hiburanku?" Dalam sekejap, wajahnya menjadi seputih salju, dari rumah hiburan paling sukses dalam menghibur lelaki muncul seorang wanita yang kecantikannya meruntuhkan negara. Nyonya Jiang yang ingin menghinaku melupakan hal ini. Dengan dingin pandangan mataku menyapu wajah wanita-wanita lainnya, walaupun tak ingin melakukannya, mau tak mau mereka menunduk. Dengan suara lirih, Wei Ji berkata, "Mereka takut padamu?" Sambil tersenyum aku menggeleng-geleng, "Yang mereka takuti adalah Qubing, dan mungkin"..Nyonya Li. Kau tentunya sudah sedikit banyak mendengar tentang watak Qubing, Walaupun mereka adalah istri para pejabat sipil dan suami-suami mereka tak berada di bawah komando Qubing, namun kaisar lebih menganggap penting pejabat militer daripada pejabat sipil, bagaimanapun juga, mereka tak berani mempertaruhkan masa depan dan hidup suami-suami mereka hanya untuk bertengkar denganku. Dan aku?".", aku mendengus dengan dingin, "Perjamuan hari ini tentunya adalah Perjamuan Hongmen. Karena walaupun mengaku kalah aku masih tak bisa mundur, maka aku tak usah sungkan lagi dan sekalian menakut-nakuti setan-setan kecil ini agar pergi saja". Ketika aku sedang berbicara, Li Yan dan Permaisuri Wei masuk sambil bergandengan tangan, di belakang mereka nampak Selir Yin yang baru-baru ini diberi gelar oleh Liu Che. Pandangan mata Li Yan dan Permaisuri Wei berdua jatuh di perutku, namun mereka berdua berlagak tak melihatnya dan mengalihkan pandangan mata mereka, lalu menerima sembah sujud para hadirin. Namun Selir Yin justru tersenyum ke arahku, dengan pelan ia berkata, "Selamat". Li Yan selalu dengan sopan bertanya dahulu kepada Permaisuri Wei, hendak melihat tarian apa, atau hendak main permainan minum arak apa, namun sambil tersenyum, Permaisuri Wei menampik, "Hari ini kaulah yang berulang tahun, tentu saja kaulah yang harus menentukan segalanya, aku hanya tamu saja". Setelah Li Yan berunding dengan Selir Yin dan beberapa wanita lain, mereka akhirnya memutuskan untuk bermain dengan bilahbilah bambu bergambar bunga, dayang-dayang pelayan Li Yan menjadi pemimpin permainan. Para tamu bermain dengan penuh semangat dan berusaha membuat Li Yan tertawa, sehingga seluruh aula itu penuh kegembiraan. Ketika suasana sedang hangat, pejabat istana datang menyampaikan titah, mereka mengusung sebuah dudukan dari kayu Tan yang diselimuti sehelai kain satin merah tua bersulamkan burung Hong. Di atasnya berdiri sebuah pagoda kumala bertingkat sembilan yang berkilauan. Batu kumala utuh sebesar itu langka, ditambah dengan seni ukiran yang digunakan untuk membuatnya, benda itu benar-benar sebuah harta karun yang sulit ditemui di dunia. Nampaknya Liu Che telah berusaha keras untuk mendapatkan hadiah ulang tahun ini, semua orang tercengang melihatnya, pandangan mata mereka yang melihat ke arah Li Yan pun makin penuh rasa kagum. Sambil tersenyum lebar, Li Yan memerintah para pelayan istana menaruh pagoda kumala itu di tengah perjamuan, sehingga semua orang dapat mengaguminya. Liu Bo yang jalannya masih tertatih-tatih berjalan dengan terhuyung-huyung ke depan untuk menghadiahkan persik panjang umur pada sang bunda, seperti seorang dewasa mungil, dengan amat sopan ia bersujud memberi hormat dan mengucapkan selamat, namun karena hanya menghafalkannya, di tengah ucapan selamat itu ia tiba-tiba lupa kata-kata yang harus diucapkannya, sambil menelan ludah dan menghisap ibu jarinya, ia berpaling untuk minta tolong pada Liu Ju, sang putra mahkota yang berada di belakangnya, dengan suara lirih, Liu Ju pun mengingatkannya, akan tetapi, ia semakin tegang dan semakin tak bisa bicara, ia memandang ke sekelilingnya, melihat pandangan mata para hadirin yang menatapnya sambil tersenyum, lalu menarik bibirnya dan menyusup ke dalam pelukan sang kakak, menyembunyikan kepalanya, tak memperbolehkan kami melihatnya. Sepasang kakak beradik yang sangat lucu, diriku yang memandang segalanya dengan hambar pun mau tak mau tersenyum. Sambil tersenyum, Permaisuri Wei menggeleng, namun walaupun Li Yan tersenyum, sinar matanya dingin, pelayan wanita di sisinya cepat-cepat menarik Liu Bo dari pelukan Liu Ju dan mengendongnya pergi. Aku diam-diam menghela napas, di keluarga Sang Putra Langit, mana ada kakak beradik biasa" Walaupun pikiran mereka masih polos, ibu-ibu mereka tak akan memperbolehkannya. Kotak bilah bambu jatuh di tangan Nyonya Jiang yang sebelumnya bertengkar denganku, ia mengambil sebilah bambu dan memberikannya pada pemimpin permainan, sang pemimpin tersenyum dan membacanya, "Bilah bambu bunga peoni, orang yang menarik bilah bambu ini dapat memerintah siapapun di perjamuan ini untuk melakukan suatu hal". Setelah membacanya, ia segera menaruh bilah bambu itu ke dalam kotak. Sambil tersenyum kalem, Permaisuri Wei melihat ke arah Nyonya Jiang, seakan dengan bimbang, Nyonya Jiang berpikir sesaat, pandangan matanya menyapu wajah kami, lalu jatuh di wajah Wei Ji, "Sampai saat ini aku sulit melupakan gerakan tarian cinta nyonya di pesta itu, aku hendak mohon nyonya menarikannya sekali lagi untuk kami". Kedudukan Wei Ji bak bumi dan langit dibandingkan dengan dahulu, walaupun ia dilahirkan di tengah keluarga sederhana, dan juga bukan orang Han, namun bagaimanapun juga, saat ini ia telah menjadi selir seorang bangsawan bergelar Guanglu. Aula itu penuh penari, namun Nyonya Jiang tak menyuruh mereka menari dan sengaja menyuruh Wei Ji menari untuk menyindir diriku yang saat itu memperebutkan Huo Qubing dengannya, dan sekaligus menggunakannya untuk menghina Wei Ji. Sambil tersenyum tipis, aku memandang sang pemimpin permainan, ketika dayang-dayang itu beradu pandang denganku, di matanya nampak rasa jeri, ia pun melengos. Bagaimanapun juga, mereka masih agak takut padaku, tapi terhadap Wei Ji"..wajah Wei Ji menjadi merah padam, lalu perlahan-lahan kembali seperti biasa, di bawah meja, ia mengenggam tanganku, lalu dengan perlahan bangkit dan mulai menari. Li Yan tersenyum ke arahku, lalu menuang secawan anggur dan meminumnya. Ketika Permaisuri Wei mendengar bahwa Nyonya Jiang memilih Wei Ji, wajahnya nampak lega, ia lalu dengan santai berpaling dan berbicara pada Liu Ju. Dalam benakku sekonyong-konyong muncul sebuah perkataan, orang yang paling mengenalmu adalah musuhmu. Gerakan tarian Wei Ji lincah dan anggun, membuat orang tergerak, namun semua orang tercengang, menertawakannya, merendahkannya, atau makan sambil menunduk, tak berani mencari masalah, tak ada yang benar-benar melihat tariannya, hanya Liu Bo yang berada dalam pelukan ibu susunya yang menontonnya dengan penuh perhatian, di bagian tarian yang indah, ia tertawa cekikikan sambil bertepuk tangan, lalu merontaronta hendak turun dari pangkuan sang ibu susu agar ia dapat berdiri untuk menontonnya. Wei Ji berputar-putar mengikuti irama lagu pengiring tarian, aku melihat dua atau tiga butir manik-manik bergulir entah dari mana, sebelum aku sempat berkata "hati-hati", Wei Ji sudah menginjak manik-manik itu, tubuhnya terhuyung ke belakang, tanpa sadar, tangannya berpegangan pada sesuatu, karena tergesa-gesa, ia merengut kain sutra merah alas pagoda kumala, begitu tubuhnya menyentuh tanah, pagoda kumala yang berkilauan itu pun pecah berkeping-keping. Ketika Liu Bo yang sedang menonton melihat Wei Ji terjatuh, dengan terhuyung-huyung, ia berjalan ke depan, hendak memayangnya, untung saja wanita yang berada di sisinya cepat gerakan tangannya, wanita itu menarik Liu Bo, namun walaupun demikian, serpihan batu kumala mengores lengan Liu Bo, tangannya pun berlumuran darah. Para dayang-dayang dan sang ibu susu kebingungan dan berseru-seru memanggil tabib istana. Menghancurkan pagoda kumala yang dihadiahkan kaisar pada istrinya adalah kesalahan berat, namun kali ini ia juga melukai seorang pangeran, kesalahannya pun bertambah berat. Sambil menunduk, Li Yan memeriksa luka Liu Bo, setelah menyeka darah hingga bersih, ia menemukan bahwa Liu Bo hanya terluka di dua tempat, rasa jeri di matanya pun memudar, namun wajahnya nampak makin panik, air matanya berlinangan, dengan bengis, ia memarahi para dayang dan sang ibu susu. Napasku yang tertahan sekarang dengan perlahan terlepas, untung saja, untung saja tak terjadi suatu masalah besar. Tapi walaupun demikian?".jantungku berdebar-debar, aku berpaling memandang ke arah Wei Ji, selurah aula ribut, namun ia hanya berlutut di lantai dengan tenang, walaupun wajahnya pucat pasi, raut wajahnya sangat tenang. Ia menanggalkan cincin kumala dari ibu jarinya, dengan cepat menaruhnya dalam tanganku, lalu berbisik, "Wei Ji tak beruntung, mohon beritahu Richan, walaupun terlunta-lunta di negeri asing, dapat berjumpa dengannya adalah keberuntungan dalam hidupku, tak usah merindukanku". Li Yan melirik Wei Ji, mengendong Liu Bo, lalu memandang serpihan-serpihan pagoda kumala di lantai dan berkata pada Permaisuri Wei, "Aku menyerahkan segalanya pada Permaisuri". Wei Ji telah mengkhianati Li Yan, ia pasti akan membunuhnya. Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Kejadian-kejadian hari ini nampaknya seluruhnya kesalahan Wei Ji, dan keduanya adalah kesalahan besar, tak ada gunanya bagi Permaisuri Wei untuk bertengkar dengan Li Yan hanya untuk melindungi seorang penari Xiyu yang tak ada hubungannya dengan dirinya. Permaisuri Wei memandang Wei Ji, tapi seakan tak melihatnya, dengan hambar ia berkata, "Kita akan menuruti peraturan istana, orang yang melukai pangeran akan dicambuk seratus kali dahulu, sedangkan mengenai masalah pagoda kumala, walaupun peristiwa ini terjadi di istana belakang, hamba merasa bahwa hal ini seharusnya diputuskan oleh kaisar". Li Yan mengangguk. Dicambuk seratus kali! Dihukum seperti itu, Wei Ji pasti akan mati, mana ada kesudahannya" Li Yan menghibur Liu Bo, namun matanya memandangku dengan sikap menantang. Bibi Yun yang berdiri di belakang permaisuri menggeleng ke arahku, ketika Permaisuri Wei memandang ke arah diriku, matanya melihat ke perutku dengan sikap memperingatkan. Tanganku mengenggam cincin Richan erat-erat, begitu erat hingga tanganku terasa nyeri. Demi anak aku harus menahan diri, harus menahan diri?"saat Richan memberi cincin ini pada Wei Ji, ia pasti tak menyangka bahwa aku telah mengandung, aku juga harus mengurus seorang manusia kecil yang lemah, setelah kejadian ini berlalu, ia pasti dapat memahami keadaanku saat ini. Lagipula, hari ini nasib begitu buruk, Li Yan sendiri pun tak menyangka bahwa jebakannya berhasil dengan begitu sempurna dan menyeret sang pangeran ke dalamnya, walaupun lukanya ringan, kesalahan yang ditimpakan sangat besar. Wei Ji ditarik keluar oleh para pengawal istana, ia memejamkan matanya, wajahnya tenang. Di satu pihak, aku tak henti-hentinya mencari seribu satu alasan untuk menahan diri, namun di lain pihak juga tak henti-hentinya bertanya pada diriku sendiri, kalau hari ini aku membiarkan Wei Ji mati, apakah setelah itu aku dapat hidup dengan hati tenang" Apa bedanya aku dan Li Yan yang makin lama makin kejam" Dahulu aku membenci Yinzhixie karena ia mengkhianati temantemannya, bukankah ini juga semacam pengkhianatan" Sekonyong-konyong, aku berkata, "Tunggu dulu". Dengan tak berdaya, Permaisuri Wei memandang ke arahku, namun Li Yan pura-pura tak mendengarnya dan tersenyum penuh kepuasan, ia mengangguk-angguk ke arahku, Jin Yu, kau tak mengecewakanku, selamat datang dalam jebakan. Aku berlutut di hadapan Permaisuri Wei dan Li Yan, "Walaupun Wei Ji bersalah, namun ia bukan penyebab kejadian itu".Aku membuka telapak tanganku, sebutir manik-manik jasper berada di dalamnya. Saat itu, di tengah kekacauan, aku memungut manik-manik itu, sebenarnya barang bukti ini sangat lemah, begitu lemah hingga ia seakan menarikku ke dalam lumpur, dan tak bisa ditarik keluar oleh siapapun, "Saat itu ketika Wei Ji menari, hamba melihat ada beberapa butir manik-manik semacam ini bergulir ke kakinya, oleh karenanya, ia pun terjatuh". Li Yan melirik manik-manik itu tanpa berkata apa-apa, dayangdayangnya berkata, "Para pangeran dan putri sering bermain dengan manik-manik kumala semacam itu, masa kau bermaksud mengatakan bahwa"..", tiba-tiba ia menutup mulutnya, lalu berlutut dan bersujud, "Hamba patut mati". Li Yan menamparnya, lalu membentaknya, "Budak hina, kau beraninya bicara sembarangan!" Li Yan memandang ke orangorang di sekelilingnya, "Selain Jin Yu, siapa lagi yang melihat manik-manik semacam ini bergulir ke arah kaki Wei Ji?" Semua orang menggeleng keras-keras. Tanpa berkata apa-apa, Li Yan memandang ke arah Permaisuri Wei, sekarang perkara ini tak dapat diselesaikan hanya dengan membunuh Wei Ji, karena sebutir manik-manik, tuduhan tertuju ke arah para pangeran dan putri di tempat itu, siapa yang karena cemburu hendak menghancurkan pagoda kumala yang dihadiahkan oleh kaisar pada Nyonya Li" Dan melukai pangeran kecil" Senyum sinis muncul di bibir sang permaisuri, "Perkara ini akan diselidiki sampai ke dasarnya, sekarang bawa Wei Ji ke tahanan dulu". Li Yan memandang Permaisuri Wei tanpa berkedip, Permaisuri Wei masih tersenyum sinis, lalu kembali berkata, "Bawa Jin Yu pergi dan jaga dia baik-baik". "Klang!", sipir mengunci pintu sel. Air mata bercucuran dari mata Wei Ji, "Xiao Yu, untuk apa kau melibatkan dirimu sendiri?" Aku menarik tangannya, lalu memakaikan cincin kumala itu padanya, " Karena Richan memberikannya sendiri padamu, kau harus mengembalikannya padanya sendiri". Barusan ini, ketika menghadapi maut, wajah Wei Ji tenang, namun saat ini air matanya jatuh berderai-derai, aku menyeka air matanya, lalu memperhatikan sel itu, "Sedikit lebih baik dari yang kubayangkan". Wei Ji segera bangkit dan mengumpulkan jerami di lantai, lalu menumpuknya menjadi sebuah tumpukan tebal, ia minta aku duduk di atasnya, "Sel ini tak pernah mendapatkan sinar matahari sepanjang tahun, hawa dari lantai sangat jahat". Aku mengelus perutku, dalam hati aku berkata, maafkan aku, ayahmu belum lama pergi dan aku tak bisa mengurusmu sampai kau masuk ke penjara. Aku selalu menganggap Li Yan sebagai musuh keluarga Wei dan sama sekali tak menganggapnya musuhku, tapi mulai hari ini, diantara kita berdua sama sekali tak ada perasaan apapun. Ternyata ia membuat jebakan di dalam jebakan, sebenarnya jebakan ini ditujukan ke mana" Kalau Li Yan hendak menyerang Liu Ju dan Permaisuri Wei dengan perkara ini, jurus yang dimainkannya terlalu ringan, sebenarnya, apa yang hendak ia lakukan" Sekarang aku sama sekali tak bisa melihatnya dengan jelas. Dua hari berlalu, tak terjadi apa-apa. Kurasa Paman Chen dan Hong Gu sudah membuat keributan dan mencari cara untuk menjengukku, namun mereka belum muncul, nampaknya perkara ini sangat serius. Makanan kami sudah jauh lebih baik dari makanan tahanan lain, namun tak lebih dari makanan babi dibandingkan dengan Darah Para Tumbal 3 Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo Anak Rajawali 6

Cari Blog Ini