Ceritasilat Novel Online

Balada Padang Pasir 15

Balada Padang Pasir Karya Tong Hua Bagian 15 permata dalam hati kaisar, tak ada yang berani melakukan apapun padanya, hanya saja, anak kecil mudah terkena masalah, hari ini terjatuh, besok tercebur ke dalam kolam, atau tangan dan kakinya terluka, semuanya dapat terjadi. Saat itu, walaupun kaisar akan marah, paling-paling ia akan membunuh pelayan yang tak becus merawatnya". Kalau bukan karena dirinya, mungkin aku dapat menikah dengan Huo Qubing; kalau bukan karena dirinya, Liu Che belum tentu membawa anak itu ke istana untuk dibesarkan; kalau bukan karena dirinya, aku tak usah menjalankan rencana yang buruk ini, menempatkan orang-orang yang kucintai dalam bahaya serta mengelilingi gerbang neraka; penderitaan Jiu Ye beberapa hari ini juga seluruhnya karena dirinya, begitu pula dengan Qubing yang sekarang menyalahkan dirinya sendiri dan merasa sedih....... Senyumnya terlalu puas diri, terlalu girang, saat ini ia tak seperti Li Yan yang selalu bertindak selangkah demi selangkah dengan hati-hati, ia hanya seseorang yang menjadi menyimpang karena kehidupan di istana dan membenci takdirnya sendiri, lalu melampiaskannya pada diriku. Kalau aku menderita, kemarahannya karena tak dapat memperoleh kebahagiaan hidup seorang wanita biasa juga akan banyak berkurang. Segala kemarahanku terhadapnya yang terpendam dalam hatiku sekonyong-konyong meledak, dengan sekali mengegos aku telah berdiri di hadapannya, tanganku mencengkeram lehernya. Wajah Li Yan menjadi pucat pasi, ia terbatuk-batuk, namun masih tersenyum, "Aku melupakan ilmu silatmu! Namun ini bukan Xiyu atau padang pasir dimana kau dapat berbuat sesuka hatimu! Apakah kau berani melakukannya" Apakah kau sanggup menanggung akibatnya?" Ternyata tak hanya ia yang gila, sebentar lagi aku pun akan terpaksa menjadi gila. Aku menarik napas panjang, lalu dengan perlahan melepaskan cengkeramanku, sambil tersenyum aku menghormat padanya, "Mohon niangniang memaafkan kekhilafan sesaat hamba". Aku membantunya merapikan pakaiannya, lalu dengan suara yang amat pelan, aku berkata, "Li Niangniang, aku dan Qubing bukan orang yang lemah hati, kalau Shan er kehilangan sehelai rambutnya saja, aku akan membunuh seribu orang Loulan, kalau Shan er terjatuh, aku akan membunuh selaksa orang Loulan, kalau sampai ada kecelakaan lain, aku pasti akan.......mengubur seluruh Loulan untuk menemaninya!" Li Yan memandangku dengan terkejut, ketika ia baru saja hendak berbicara, aku merapikan rambut yang berantakan di sisi telinganya, lalu sambil mengelus pipinya, dengan lembut aku berkata, "Jangan khawatir, aku tak akan membocorkan jati dirimu, selamanya tak akan melakukannya, paling-paling aku hanya akan menghancurkan Loulan. Qubing memegang kekuasaan militer yang amat besar, kalau ketika pergi berperang ia melewati Loulan, dan membunuh sepuluh atau dua puluh ribu orang Loulan, kaisar tak akan memperdulikannya. Ai! Entah ada berapa banyak orang di Loulan" Aku dapat mengatur agar Loulan melakukan pembangkangan terhadap kaisar dan membuat kaisar murka, lalu dengan satu jurus memusnahkan Loulan". Sepasang mata Li Yan terbuka lebar-lebar, "Kau tak mungkin dapat melakukannya!" Semakin banyak aku berbicara, ia justru semakin tak percaya, aku tak berkata apa-apa, hanya melangkah mundur sambil tersenyum lebar, dan terus menatapnya. Melihat ekspresi wajahku, Li Yan segera tak lagi terlalu percaya pada kata-katanya sendiri. Melihat raut wajahnya, aku tahu bahwa ancamanku berhasil, setelah membungkuk memberi hormat padanya, aku berbalik dan pergi. Shan er, ini adalah hal kecil yang dapat kulakukan untukmu dari hati seorang ibuku yang merasa bersalah. Di belakangku, Li Yan mendadak tertawa, lalu berkata dengan perlahan, "Jin Yu, kau sungguh......" Aku tak berpaling, aku tahu saat ini ia tak dapat berkata apaapa?". Setelah meninggalkan istana, Qubing duduk di depan bak pasir, ia duduk di depannya semalaman, aku mengira ia sedang mengatur posisi pasukan, mengusir rasa sedihnya dengan bermain perang-perangan, maka aku tak mengusiknya, membiarkannya mengurai beban di hatinya. Sebelum tidur, aku menghampiri bak pasir itu, kulihat hanya ada beberapa huruf 'Shan' yang ditorehkan dalam-dalam di pasir. Ketika melihatku memandang bak pasir itu dengan terpana, ia mengangkat kepalanya dan tersenyum, matanya berbinar-binar dan ia menarikku ke dalam pelukannya, "Yu er, tak perduli apa yang dipikirkan kaisar, aku pasti akan mengembalikan anak kita ke sisimu". Aku terkejut dan cepat-cepat berkata, "Sekarang keadaan di istana sedang genting, permaisuri dan Jenderal Wei tak akan setuju kau membangkang pada kaisar". Kematian Li Guang membuat konflik diantara keluarga bangsawan Li dan keluarga Wei yang merupakan ipar kaisar semakin tajam. Sima Qian dan para pejabat sipil lainnya berdiri di sisi keluarga Li dan menolak keluarga Wei. Selain itu, rakyat jelata sangat menghormati Jenderal Li Guang dan diam-diam menyalahkan Wei Qing atas kematiannya yang mengenaskan. Li Yan dan selir-selir lain di istana mana bisa melewatkan kesempatan ini" Secara alami, mereka memutuskan beraliansi untuk mengoyang keluarga Wei yang selama ini tak tergoyahkan dengan mengesampingkan akibat yang akan terjadi. Semua orang di istana yang memperebutkan kedudukan putra mahkota sekarang bergabung menjadi satu, tanpa perduli apakah kelak mereka akan bermusuhan atau tidak. Saat ini adik Li Guang, Li Cai, menjabat sebagai perdana menteri dan merupakan pemimpin ratusan pejabat, dahulu ia diangkat sebagai adipati karena berjasa di angkatan bersenjata, sehingga ia juga dihormati di markas angkatan bersenjata. Sejak Li Guang wafat, ia selalu bersikap amat tenang, dan berusaha sekuat tenaga menahan putra dan cucu keluarga Li agar tak bertindak dengan gegabah, namun semakin tenang sikapnya, ia semakin menakutkan. Sebelum datang badai besar, semakin tenang cuaca, semakin besar kekuatan merusak badai yang akan datang itu. Saat ini, Wei Zifu sudah bukan wanita yang paling disayangi kaisar di istana belakang, Wei Qing pun bukan pria yang paling dianak emaskan dan dipercaya oleh kaisar. Walaupun Wei Zifu adalah permaisuri, namun semua orang tahu bahwa Li Yan adalah permata dalam hati kaisar, walaupun Wei Qing adalah seorang jenderal besar, namun semua pejabat di istana dapat melihat bahwa kaisar menggunakan Huo Qubing untuk menekan dan mengikis kekuatannya. Saat ini, Huo Qubing yang tak mau bergaul dan tak mau bersekongkol dengan orang lain, namun memegang kekuasaan yang amat besar dan sangat disukai kaisar, menjadi pusat pusaran badai pertarungan diantara keluarga Wei dan kekuatankekuatan lainnya. Keluarga Wei mencoba menerka sikapnya, kekuatan-kekuatan lain di istana pun melakukan hal yang sama. Kalau ia tak mau terlibat, kalau tak hati-hati, kedua belah pihak mungkin akan berusaha menghancurkannya. Persekongkolan untuk mencelakai dirinya yang berasal dari pihak lain sama sekali tak menakutkan, namun kalau keluarga Wei, untuk mencegah Liu Che menggunakan dirinya untuk menekan Wei Qing, bersekongkol untuk mencelakai dirinya, apakah ia dapat bertahan" Apakah keluarga Wei mengerti bahwa di balik sikap tak banyak bicara dan dingin Huo Qubing, tersembunyi api yang berkobar-kobar" Kalau mereka tenggelam dalam persekongkolan diantara mereka sendiri, mereka tak akan memahaminya. Ketika mendengar perkataanku, untuk sesaat Huo Qubing tak mengerti kenapa aku begitu mengkhawatirkan keluarga Wei, ia sangat heran, namun setelah ia memahami kekhawatiranku, rasa sedih sekilas muncul di matanya, lalu matanya berubah menjadi tenang, dan akhirnya menjadi hangat, sambil tersenyum, ia memelukku erat-erat, "Yu er yang bodoh, tak usah mengkhawatirkan diriku, aku akan melindungimu dan anak kita untuk seumur hidup, aku mana bisa begitu mudah dijebak orang?" Di balik tirai terdengar suara yang amat pelan sampai hampir tak terdengar, Huo Qubing, mungkin karena perhatiannya sepenuhnya terpusat pada diriku, atau karena ia percaya pada Paman Chen dan karena ini adalah rumahnya, tak sewaspada saat ia berada di medan perang, sehingga ia tak mendengarnya. Beberapa saat kemudian, Qingwu masuk dari balik tirai sambil mengusung baki teh, wajahnya merona merah, ia tak berani memandang kami berdua yang sedang duduk sambil berpelukan, sambil menunduk, dengan sikap hormat ia menaruh teh di meja, lalu segera berbalik dan pergi. Huo Qubing sama sekali tak memperhatikannya, namun sambil tersenyum aku melirik kakinya, ternyata Qingwu tak hanya pandai menari dengan lincah seperti namanya. Di wisma ini entah ada berapa orang seperti dirinya" Sepasang tanganku memeluk leher Qubing, aku mencium bibirnya. Sejak ia pulang, walaupun kami telah tinggal bersama berbulan-bulan lamanya, karena tubuhku belum pulih, ia selalu menahan nafsunya, sekarang karena aku menggodanya, ia sulit menahan diri, sambil balas menciumku dengan bergairah, ia segera membopongku dan berjalan ke dalam. Begitu tiba di dipan, kami berdua segera berpelukan, mula-mula aku menggodanya hanya untuk berpura-pura di depan orang lain, setelah berada di dalam kamar, aku akan dapat berbicara di bawah empat mata dengannya, akan tetapi sekarang ia pun membakarku, napasku terengah-engah, pikiranku kacau balau. Tiba-tiba gerakannya melambat, ia menyangga tubuhnya dengan sebuah tangannya, memandangiku dengan seksama, lalu mencium dahiku, sambil menciumi pipiku ia mengumam pada dirinya sendiri, "Aku amat merindukanmu........" Dengan sisa kesadaran terakhirku, sepasang tanganku memeluknya, tubuh kami berdua pun saling menempel. Mungkin karena tak ingin bersikap egois, ia hendak memperlambat gerakannya, agar dapat lebih menyenangkan diriku, akan tetapi karena digoda olehku seperti ini, ia sukar menahan diri lagi, sambil memanggil 'Yu er', ia hendak membuka sepasang kakiku........ "Qubing, Shan er bukan anak kita". Bibirku menempel di telinganya, suaraku bagai denging nyamuk. Sekujur tubuhnya mendadak menjadi kaku, matanya menatapku dengan tajam, mataku berlinangan air mata, aku cepat-cepat memeluknya dan berkata, "Maafkan aku, aku tak bisa membiarkan anak kita masuk ke istana, maka aku minta Jiu Ye mencari seorang anak yatim piatu yang lemah tubuhnya untuk diam-diam ditukar dengan anak kita. Aku tak bermaksud menipumu, tapi aku khawatir karena kau setiap hari masuk istana, aku takut ketika semua orang memandangmu, mereka akan tahu, sebenarnya aku sudah beberapa kali hendak mengatakannya, tapi selalu karena........" Melihat wajahnya yang perlahan-lahan menjadi kelam, suaraku pun makin pelan, segala penjelasan yang ingin kuucapkan kutelan kembali. Semua ini salahku, untuk apa mencari alasan lagi" Air mataku berlinangan memenuhi rongga mataku, aku berusaha keras untuk membuka mataku dan menahan air mataku jatuh bercucuran. Dada Huo Qubing naik turun dengan cepat, aku khawatir ia akan marah dan pergi, dengan jeri aku menarik tanganku yang memeluknya, namun lalu dengan tak rela mencengkeram erat-erat jubahnya yang sudah terbuka sampai ke pinggang. Ia menatapku dengan tajam untuk beberapa saat, lalu berkata dengan perlahan, "Aku sangat marah, tapi bukan marah karena kau menipuku. Tak perduli bagaimana kau menipuku, aku percaya bahwa kau melakukannya untuk kebaikan kita berdua. Sesuatu yang kau lakukan dalam keadaan darurat, masa aku tak mengerti" Tapi aku marah karena kau membahayakan jiwamu sendiri. Katakanlah, apakah persalinan dinimu itu disengaja" Kalau tak dipersiapkan sebelumnya dengan seksama dan dibantu dengan persalinan dinimu, pertukaran bayi ini mana bisa tak diketahui oleh orang-orang istana?" Aku telah menyiapkan alasan untuknya, akan tetapi tak nyana ia marah bukan karena aku menipunya, ia mempercayaiku sepenuhnya. Air mataku yang tertahan pun jatuh bercucuran, tiba-tiba aku memeluknya erat-erat, lalu berkata sambil menangis, "Setelah ini tak akan terjadi lagi, setelah ini tak akan terjadi lagi......." Sekonyong-konyong, ia memukul dipan dengan tinjunya, walaupun amat marah, namun suaranya sangat pelan, "Si Meng Jiu ini kenapa selalu menuruti kehendakmu" Sampai membiarkan dirimu membahayakan jiwamu" Anak kita dibawa Meng Jiu kemana" Apakah ia sehat?" Sambil tersedu sedan aku berkata, "Ya, ia sudah dibawa keluar dari Chang'an, ke sebuah tempat yang sangat aman. Walaupun ia lahir terlalu dini dua bulan, namun ia tak seperti Shan er di istana yang tubuhnya lemah dan sakit-sakitan, tubuhnya amat sehat dan kuat". Ia cepat-cepat menghapus air mataku, "Jangan menangis, walaupun aku marah padamu, aku lebih menyalahkan diriku sendiri. Di depan makam A Diemu aku bersumpah untuk menjaga dirimu baik-baik, dan tak membiarkanmu menderita sedikitpun, akan tetapi sejak kau mengikutiku pulang ke Chang'an, kau terus menderita. Hal ini terjadi karena aku pergi dan tak berada di sisimu, dan membiarkanmu menghadapi semuanya seorang diri". Selagi ia berbicara, air mataku jatuh dengan semakin deras. "Yu er sayang, jangan menangis, aku tak marah lagi. Tapi, Yu er, setelah ini, tak perduli apapun yang terjadi, kau tak boleh membahayakan jiwamu lagi, kalau benar-benar ada masalah, biarkan aku......." Tiba-tiba suaranya tercekat, matanya penuh rasa sedih, beberapa saat kemudian, ia baru berkata dengan perlahan, "Kau tak cuma Yu er ku yang tercinta, mungkin kaulah satu-satunya keluargaku di dunia, satu-satunya Yu er yang selalu percaya padaku tak perduli apapun yang terjadi dan selalu berdiri di sisiku. Kau mengerti?" Aku mengangguk kuat-kuat, "Aku tak akan melakukan sesuatu seperti ini lagi, aku.......", jari jemariku mengelus wajahnya dengan lembut, "Walaupun saat itu aku tak sadarkan diri, kau berhari-hari berjaga di sisi diriku yang hidup-matinya tak menentu sambil bersedih dan menyalahkan dirimu sendiri, aku mengerti, setelah ini aku akan menjaga diriku baik-baik, dan tak akan membuatmu menderita seperti itu lagi". Matanya penuh kehangatan, tiba-tiba ia mengangkat daguku, mengecup bibirku, lalu menciumiku dari bibir sampai ke mata, menghapus air mata yang belum kering dengan kecupannya. Api Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo diantara kami berdua pun kembali berkobar, makin lama makin panas, tak lama kemudian kesadaran kami pun telah terbakar habis, aku mengumam, "Qubing, kau pun tak boleh membuatku menderita seperti itu". Ia mengumam, mengiyakan, pinggangnya bergerak ke depan, dan tubuh kami berdua pun bersatu........ -------------------Musim semi tahun kelima Yuanshou sama sekali tak seperti musim semi, awal musim semi sudah lama berlalu, namun hawa dingin masih sangat mencekam, rumput dan dedaunan pun belum bersemi. Ketenangan yang menyelimuti Chang'an selama setengah tahun lebih tiba-tiba terusik, perdana menteri Han Agung, Li Cai, dituduh telah merampas tanah pemakaman dan tanah suci milik para dewa. Liu Che sangat percaya pada setan dan dewa, ia selalu mementingkan para dewa, di istana, para dukun sangat disukai kaisar, sehingga kalau melihat mereka para pangeran dan putri bersikap amat hormat. Akan tetapi perdana menterinya sendiri justru berani merampas tanah para dewa, Liu Che murka, ia menjebloskan Li Cai ke dalam penjara untuk menunggu diadili. Selama hidupnya, Jenderal Li Guang jujur dan suka menolong orang yang miskin atau berada dalam bahaya, walaupun selama empat puluh tahun lebih menikmati gaji dua ribu tahil, setelah meninggal dunia ia seakan tak punya harta benda sedikitpun. Ketika peti matinya memasuki Chang'an, rakyat jelata di seluruh penjuru kota menangis, terkenang akan kemurahan hatinya. Sekarang Li Guang belum lama wafat, namun adik sepupunya yang menjadi pemimpin keluarga Li, dituduh telah memperkaya dirinya sendiri dan merampas tanah suci para dewa. Walaupun perkaranya belum diadili, namun kabar buruk itu telah disebarkan di luar dan dalam kota oleh orang-orang yang ambisius. Rakyat jelata mana mengerti pasang surut keadaan di istana" Pendapat publik mudah diubah, dengan cepat reputasi keluarga Li menurun drastis. Li Gan berusaha keras untuk mencari dukungan di istana, bahkan sampai datang ke Wisma Huo dan mohon bertemu Qubing, namun Qubing tak menemuinya. Bertahun-tahun yang silam, Permaisuri Chen dibuang dan Wei Zifu diangkat menjadi permaisuri karena di istana Chen A Jiao ditemukan boneka-boneka kecil Wei Zifu dan wanita-wanita kesayangan kaisar lain, kabarnya Chen A Jiao tiap hari menusuk boneka-boneka itu untuk menyantet wanita-wanita itu. Kali ini, ketika dukun di istana menyuarakan kemarahan para dewa, mereka sebenarnya sangat menguntungkan keluarga Wei. Aku mulai meragukan boneka-boneka sihir yang ditemukan saat itu, dan sekarang juga meragukan kebenaran perampasan tanah suci itu. Boneka-boneka sihir dapat dengan mudah diselundupkan ke dalam istana A Jiao dengan bantuan dayang-dayang istana, atau mungkin cara yang lebih cerdas adalah dengan menyuruh orang mempengaruhi A Jiao yang sudah kehabisan akal, sedangkan mengenai tanah yang dirampas Li Cai, hal itu adalah suatu hal sepele, asalkan catatan di dokumen tanah diubah sedikit, karena tak hati-hati, Li Cai dapat secara tak sengaja mengambilnya. Sebenarnya, hal ini sangat cocok dengan ilmu perang, keluarga Wei menarik seluruh perhatian keluarga Li, namun diam-diam di balik mereka ada sebuah pasukan besar yang sekonyongkonyong muncul tanpa diduga siapapun dan menyerang secara mendadak, sehingga musuh kalah telak. Akan tetapi, mereka masih belum dapat memojokkan musuh, kalah-menang masih belum dapat dipastikan. Ketika kasus ini sedang diadili dan belum diputuskan, tanpa disangka-sangka, Li Cai bunuh diri di penjara untuk menghindari hukuman. Sang Jenderal Qingche, Adipati Anle dan perdana menteri Han Agung tak nyana membunuh diri di penjara karena merampas satu mu tanah suci. Bunuh diri" Aku berpikir sambil tertawa sinis, kalau saat itu aku dan Wei Ji mati keracunan di penjara, bukankah kami akan juga akan dikatakan telah membunuh diri" Dalam setengah tahun yang pendek, dua anggota keluarga Li yang paling tinggi jabatannya, yaitu Li Guang dan Li Cai, telah mati bunuh diri, sebelum selesai berkabung, perkabungan baru telah dimulai. Kedua jenderal itu tak mati di bawah pedang Xiongnu melainkan mati bunuh diri. Dengan dingin Huo Qubing menonton kejadian itu, ia masih berlatih silat dan memanah seperti biasa, bahkan mengajak orang main cuju di rumahnya, suasana di lapangan cuju masih ramai, namun rasa lelah di mata Qubing semakin nampak dengan jelas. Gongsun He mengajak Wei Junru mengunjungi Huo Qubing, katanya ia kebetulan lewat dan hendak berkunjung, namun kunjungan ini sangat tepat waktunya, yaitu saat posisi perdana menteri kosong dan semua faksi di istana mengincarnya. Begitu melihatku, Wei Junru menarik tanganku sambil tersenyum, ia menanyakan kesehatanku dan kehidupan sehari-hariku, nada suaranya mengandung teguran pada Huo Qubing, "Kau sudah biasa memakai sedikit pakaian, tapi coba lihat pakaian Yu er, hawa masih dingin, aku saja belum membuka mantelku, kenapa kau tak mengingatkan Yu er untuk berpakaian dengan hangat?" Ia berpaling dan tersenyum ke arah diriku, "Kalau Qubing berani menekanmu, carilah aku, kami adalah keluargamu". Walaupun Qubing kelihatannya dingin, namun dalam hati ia selalu menyayangi keluarganya, walaupun bermarga Huo, sebenarnya ia tumbuh besar di tengah keluarga Wei. Tak diterimanya diriku oleh keluarga Wei selalu merupakan suatu ganjalan dalam hatinya, sekarang ketika melihat bagaimana kakak perempuan tertua keluarga Wei memperlakukanku, walaupun air mukanya tak berubah dan ia masih berbicara dengan hambar kepada Gongsun He, matanya nampak girang, ia menikmati ramainya kunjungan kerabatnya. Dalam hati aku menghela napas, pada mulanya aku hanya membiarkan Wei Junru menarik tanganku, namun sekarang aku menarik tangannya, "Kalau bibi membantuku, Qubing tak akan berani menekanku lagi. Beberapa hari ini belakangan ini aku sedang menyulam, tapi tak pernah dapat menyulam dengan baik, untung saja bibi datang, mohon sedikit petunjuk bibi". Ketika mendengar perkataanku, Gongsun He memandang wajahku dengan sekilas, rupanya ia merasa berterima kasih padaku karena aku tahu bagaimana harus bersikap, di matanya nampak rasa kagum yang jarang terlihat. Wei Junru memandang Qubing sambil tersenyum, "Di luar banyak wanita penyulam yang pandai, masa Menteri Perang Dinasti Han masih ingin Yu er mengerjakannya sendiri" Apakah kau membuatnya untuk Qubing" Coba kulihat". Pandangan mata Qubing menyapu wajahku, walaupun ia berusaha menahan diri, namun ia masih nampak tersenyum, sekaligus samar-samar merasa puas diri. Melihat wajah Huo Qubing, Wei Junru dan Gongsun He dengan cepat bertukar pandang. Aku tersenyum dan menarik lengan Wei Junru, sambil mengobrol dan bergurau, kami keluar untuk melihat sulamanku, membiarkan Gongsun He mengatakan apa yang ingin dikatakannya pada Huo Qubing. Malam itu, ketika aku sudah agak mengantuk, tiba-tiba Qubing memanggilku dengan pelan, "Yu er", namun setelah itu untuk beberapa saat ia tak berkata apa-apa lagi. Aku tersenyum dan mengigit-gigit bahunya dengan lembut, "Kenapa belum tidur" Lakukanlah apa yang ingin kau lakukan. Walaupun aku tak ingin kau terlibat dalam perebutan kekuasaan karena hal itu adalah permainan catur hidup dan mati, tapi kalau kau ingin melakukannya, aku tak akan menentangnya". Ia tak berkata apa-apa, hanya menarik diriku ke dalam pelukannya dan memelukku erat-erat. Akan tetapi, tak lama kemudian tangannya menjadi nakal, aku berbisik memohon-mohon di telinganya, "Setelah beban pikiranmu hilang, kau mengodaku! Aku capek! Biarkan aku tidur......ah!" Sambil tersenyum, ia menciumku untuk menghentikanku, membuat perkataanku berhenti di bibir dan lidahku. Entah apakah ia banyak membaca kitab mengenai bidang ini, atau mungkin karena sering keluar masuk istana ia menjadi 'banyak melihat dan berpengalaman luas', bagaimanapun juga permainan asmara Qubing luar biasa. Beberapa saat kemudian, aku telah digoda olehnya hingga tak kuasa bersuara, sekujur tubuhku panas membara dan lemas, bagai sulur yang membelit pohon, membelit tubuhnya....... Persekongkolan Maut Balada Padang Pasir Karya Tong Hua Karena Li Cai bunuh diri untuk menghindari hukuman, posisi perdana menteri kosong, setiap faksi berusaha mati-matian untuk mengisinya, keramaian yang membuat mata berkunang-kunang dimana berbagai orang dicalonkan dan dipilih pun dimulai. Di tengah hiruk-pikuk itu, Huo Qubing tetap mempertahankan sikapnya yang dingin dan tak perduli pada kejadian-kejadian dalam istana, ia hanya memperdulikan melatih pasukan, bertamasya, berburu dan bermain cuju. Hanya saja, sosok sang putra mahkota, Liu Ju, berulangkali muncul di lapangan cuju. Huo Qubing pun mengajaknya bertamasya dan berburu, tanpa memperdulikan peraturan istana dan tanpa membawa pengiring, dua saudara sepupu itu diam-diam masuk ke hutan belantara, mereka pergi selama tiga hari, sibuk mengejar binatang buruan dan tak ingin pulang. Karena tiba-tiba kehilangan putra mahkota selama tiga hari, Permaisuri Wei yang biasanya lembut sikapnya menjadi amat marah, sang putra mahkota pun berlutut di hadapan seluruh istana untuk mohon ampun. Ia tak hanya mohon ampun, tapi juga bertanggung jawab atas segala yang terjadi, dengan sepenuh hati, ia mohon agar Qubing tak dihukum, namun dengan marah Permaisuri Wei berkata, "Kalian dua bersaudara ini harus dihukum!" Akan tetapi, sambil tersenyum kecut Liu Che menggeleng dan berkata, "Sudahlah! Sudahlah! Qubing berwatak gegabah, kau bukannya tak mengetahui hal ini. Ketika untuk pertama kalinya berperang, ia berani membawa delapan ratus orang menerobos garis pertahanan Xiongnu, sudah bagus ia tak membawa Ju er bertamasya di Xiyu". Huo Qubing tak menuruti aturan dan bersikap sesuka hatinya, hal ini bukan sesuatu yang baru, yang baru adalah kedekatannya dengan Liu Ju. Ketika musim gugur tiba, Liu Che memutuskan untuk memberikan kedudukan perdana menteri pada guru muda sang putra mahkota, Zhuang Qingzhai. Setelah Li Guang bunuh diri, akhirnya serangan terhadap keluarga Wei berakhir dengan kemenangan telak mereka. Aku belum pernah berbicara dengan putra mahkota, kesanku terhadapnya hanya berasal dari kabar burung di istana, aku tahu sifatnya dan sifat Liu Che berlainan, sifatnya lebih mirip Wei Qing dan Wei Zifu, walaupun kedudukannya sebagai putra mahkota tinggi, namun ia selalu bersikap rendah hati dan sopan, bersimpati pada kesusahan rakyat jelata yang amat menderita karena kesukaan Liu Che berperang, sehingga ia disukai para sastrawan yang menganjurkan pemerintahan yang welas asih. Tingkah laku putra mahkota kali ini membuatku terkejut. Ia dalam hati tentu sudah tahu maksud Huo Qubing, sebelumnya ia tak menolak dan memakai kesempatan itu untuk dengan diam-diam meninggalkan Chang"an. Berdasarkan sifat sang putra mahkota yang selama ini selalu menuruti aturan, siapapun tentu tahu bahwa Huo Qubinglah yang bertindak dengan gegabah, akan tetapi ia berulangkali minta ampun untuk Huo Qubing dan selalu berkata bahwa semua itu adalah kesalahannya, hal ini membuat Huo Qubing yang tak banyak bicara dan dingin semakin nampak bersalah dan dirinya sendiri dipuji semua orang. "Qubing, usia putra mahkota masih muda namun ia sudah begitu pandai bermuslihat". Qubing tersenyum hambar, "Bagi orang yang kedudukannya seperti dirinya, pandai bermuslihat bukan hal yang jelek. Kau jangan terlalu menyalahkannya, kalau ia sama sekali tak bisa bermuslihat, kita malahan benar-benar harus khawatir". Ia berkata demikian, namun di mata Huo Qubing sekilas masih nampak rasa kecewa dan sedih. Hatiku pun penuh rasa iba dan sedih, kau telah berusaha sekuat tenaga membantu mereka, namun mereka tak pernah dapat benar-benar mempercayaimu. Mereka ingin kau berusaha sekuat tenaga untuk mereka, namun pada saat yang sama hendak mengurangi kekuatan dan pengaruhmu di istana. Aku ingin membuyarkan kesedihannya, maka aku meleletkan lidahku ke arahnya, lalu berkata sambil mencibir, "Karena kau bersedia menjadi si murah hati, aku tak akan mencampuri urusanmu lagi! Tapi?"", aku beringsut ke sisinya dan menarik lengannya, "Kau harus mengajakku pergi berburu, kabarnya kaisar berencana mengajak para pejabat sipil dan militer pergi berburu di Istana Ganquan, ajaklah?"" Ia segera berkata, "Tak bisa!" Aku mengoyang-goyangkan lengannya sambil memohon-mohon, namun sambil berjalan pergi ia berkata padaku tanpa mau melihatku, "Aku pergi ke markas dulu, setelah aku pulang kita akan membicarakannya lagi". Aku tak menghiraukannya siasat untuk meloloskan diri itu dan masih menempelnya sambil mengoyang-goyangkan lengannya, ia pun berkata untuk membujukku, "Yu er, nanti kalau aku ada waktu luang, aku akan mengajakmu bermain ke gunung untuk beberapa hari, untuk apa pergi bersama mereka" Namanya berburu, tapi sebenarnya diam-diam berpolitik, kau pun tak akan bisa bermain sepuasmu". Aku mendengus, "Waktu luang" Kau sepanjang hari mana punya waktu luang" Kau sibuk dengan urusan pekerjaan, atau sibuk dengan urusan sepele, memanah, main cuju dan berburu, kelihatannya bermain-main, tapi semua mengandung maksud tersembunyi" Sangat melelahkan, kulihat kau ini tak punya banyak waktu, masa aku masih mengharapkan kau mengajakku bermain" Ajak aku! Ajak aku!?"" Di sepanjang jalan, melihat sikapku yang terlalu intim, para pelayan menunduk untuk menghindar melihat ke arah kami, Huo Qubing pun menghela napas, "Kulit wajahmu semakin lama semakin tebal!" Aku terus menerus memandanginya, sama sekali tak memperhatikan sekelilingku, ketika diingatkan olehnya, aku merasa agak jengah, namun aku masih tak mau kalah, "Bukankah aku mempelajarinya dari Jenderal Besar Huo! Karena mereka sudah pernah melihat saat-saat yang lebih intim, apa yang kutakuti" Ajak aku pergi! Ajak aku pergi!?"", aku kembali merengek-rengek. Akhirnya ia tak tahan lagi dan berpaling memandangku, mulamula sinar matanya nampak tegas, namun setelah melihat Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo ekspresi wajahku, ia menghela napas, lalu menggeleng-geleng dengan tak berdaya, "Baiklah! Jangan cemberut, aku akan mengajakmu". Seketika itu juga, aku tersenyum lebar, tadinya ia tersenyum kecut, akan tetapi melihatku tersenyum, ia pun tersenyum dengan girang dan mencubit pipiku, "Tak heran Meng Jiu menurut padamu, tak berdaya menolakmu".." Aku tak tahu apakah aku masih tersenyum lebar, namun senyumnya membeku, ia sadar bahwa ia telah salah bicara, tak seharusnya bergurau tentang diriku dan Jiu Ye, maka ia pun segera menelan perkataan yang belum diucapkannya itu. Seakan tak terjadi apa-apa, ia tersenyum dan berkata, "Cukup mengantarku sampai di sini saja!" Kulihat bahwa kami telah tiba di ambang pintu, aku pun mengangguk-angguk. Setelah memandangi punggungnya sampai menghilang, akhirnya wajahku menjadi lemas. Aku sangat banyak berhutang pada Jiu Ye, namun satu-satunya balasan yang diinginkannya tak bisa kuberikan padanya dalam kehidupan ini, aku hanya dapat berbuat seperti yang dimintanya, yaitu berusaha sekuat tenaga untuk hidup dengan bahagia, dengan demikian, ia akan merasa sedikit berbahagia. Namun kebahagiaan macam apa itu" Aku mendongak memandang langit yang berwarna biru tua, apakah para dewa benar-benar tinggal di atas awan putih itu" Kalau begitu kumohon pada kalian agar membuat Jiu Ye melupakanku, dan memberinya kebahagiaan yang sesungguhnya. ?"?"?"?"?" Sampai kami duduk di kereta kuda, keluar dari Chang"an menuju Istana Ganquan, Huo Qubing masih tak paham kenapa aku berkeras mengikutinya berburu. Ia tahu aku tak suka bergaul dengan keluarga kekaisaran, akan tetapi perburuan kali ini jelas adalah pertemuan para kerabat kaisar, putra mahkota Liu Ju, ketiga pangeran, Jenderal Besar Wei, Gongsun He, Gongsun Ao, Li Gan, Li Guangli, Zhao Ponu?"serta serombongan bangsawan baru dan lama, dan para pejabat tinggi istana. Karena kaisar, putra mahkota, para jenderal dan adipati semua berada di sini, mau tak mau kami dikawal oleh sebuah pasukan besar. Perjalanan ini nampaknya seperti sebuah perburuan, namun sebenarnya keadaan dapat berubah dengan amat cepat, berbagai faksi saling bertarung, entah siapa yang berburu siapa dalam perjamuan besar ini. Aku tak ingin menunggu seorang diri di Chang'an dengan cemas, aku hanya ingin menemaninya, kalaupun aku tak bisa membantunya, paling tidak, tak perduli apa yang terjadi, kami akan bersama. Ketika Liu Che melihatku, ia menunjuk Huo Qubing sambil menggeleng-geleng dan tersenyum. Melihat Li Yan di belakang Liu Che, Huo Qubing pun tersenyum dan berkata, "Kali ini hamba dan Yang Mulia punya pikiran yang sama". Liu Che tertawa dan berkata, "Bagus kalau kau punya pikiran yang sama, kalau kau menghadang di depanku, kau akan dapat melindungiku dari orang-orang cerewet yang selalu berkata bahwa aku adalah seorang kaisar yang tenggelam dalam paras cantik dan membahayakan negara. Orang yang kejam belum tentu seorang pahlawan, orang yang penuh cinta, yang seumur hidupnya hidup dengan bebas merdeka dan menikmati hidup sepuasnya adalah orang gagah sejati". "Bagus", puji Huo Qubing, ia lalu dengan enteng mengambil sebuah kantung arak yang tergantung di punggung kuda dan mengangsurkannya kepada Liu Che dengan sikap hormat, namun ia justru minum seteguk besar arak terlebih dahulu, Liu Che mengambil kantung arak itu sambil tertawa terbahak-bahak, lalu ikut minum. Saat ini mereka berdua seperti dua orang gagah dunia persilatan yang saling mengagumi, tak seperti seorang kaisar dan seorang pejabat. Tak heran kalau Liu Che menganakemaskan Huo Qubing, watak mereka banyak kesamaannya, keduanya penuh semangat kepahlawanan, pemberani dan suka berbuat sesuka hati, serta tak mempedulikan aturan kesopanan, hal-hal ini membuat Liu Che menyukai Huo Qubing; namun di pihak lain mereka sangat berbeda, yang seorang haus kekuasaan, sedangkan yang seorang lagi acuh tak acuh terhadap kekuasaan, hal ini membuat Liu Che semakin mengandalkan Huo Qubing. Li Yan sangat tak sehat, di dalam kereta kuda ia nampak sangat lesu. Hari ini tentunya keadaannya sangat tak baik, selain itu tubuhnya memang lemah, karena selalu khawatir, mau tak mau ia sakit-sakitan. Rupanya Liu Che sengaja mengajaknya keluar istana untuk menghiburnya. Liu Che benar-benar menyayangi Li Yan melebihi siapapun di istana belakang, ketika pergi berburu, walaupun merepotkan, ia mengajak Li Yan yang tertiup angin pun akan ambruk. Istana Ganquan dinamai demikian karena terletak di Gunung Ganquan, hutan di gunung itu lebat, penuh batu karang aneh, mata air mengalir di lerengnya, pemandangannya sangat indah. Sejak kecil Qubing sering mengunjunginya bersama kaisar dan Jenderal Besar Wei, ia sangat mengenal seluk beluk gunung ini, di jalanan gunung, ia mengobrol dan tertawa dengan suara pelan denganku, menunjukkan tempat-tempat indah dan menceritakan asal usulnya. Akhirnya ia mengajakku meninggalkan rombongan besar itu, kuda pun kami tinggalkan, kami berjalan menyusuri jalan setapak, mendaki sambil bergandengan tangan. Entah kapan orang-orang lain tiba di Istana Ganquan, di sepanjang jalan aku dan Qubing saling menggoda, ketika hari sudah gelap kami baru memasuki Istana Ganquan. Kami berdua masih tak mau berjalan di jalan besar dan memilih berjalan di jalan kecil yang sepi, di tengah jalan kecil itu, diantara batu-batu karang, samar-samar terlihat dua sosok manusia. Mataku dan mata Qubing lebih tajam dari orang biasa, walaupun hanya ada sinar rembulan, kami sudah dapat menebak siapa mereka. Ketika melihat mereka, walaupun untuk sesaat aku terkejut, aku bereaksi dengan tenang, namun Qubing nampak amat terkejut, ia segera berhenti melangkah, matanya penuh rasa tak percaya. Aku tak tahu apakah perjumpaan ini benar-benar suatu kebetulan, atau suatu 'perjumpaan kebetulan' yang sengaja dibuat. Aku melihat Li Gan sedang menghormat pada Li Yan sambil menekuk lututnya dan menunduk, Li Yan mengangsurkan tangannya, menyuruhnya bangkit, namun ketika bangkit, sekonyong-konyong Li Gan menarik ujung-ujung jari Li Yan. Rupanya Li Yan pun tak menduga Li Gan akan melakukan perbuatan itu, wajahnya nampak terkejut, namun tubuhnya gemetar pelan, tiba-tiba, air matanya samar-samar nampak berlinangan. Li Yan yang selalu pintar dan licin kali ini berubah menjadi sebongkah batu, ia tak menarik tangannya dan hanya memandang Li Gan dengan nanar, Li Gan menengadah memandang Li Yan, ketika pandangan mata mereka bertemu, dalam sekejap mata Li Gan seakan tersadar, ia cepat-cepat melepaskan pegangan tangannya, lalu mundur beberapa langkah. Walaupun hanya sesaat, begitu pendek hingga aku mengira pandangan mataku kabur, walaupun hanya tiga ujung jari, sehingga Li Gan jangan-jangan belum sempat merasakan kehangatan tangan Li Yan, namun gairah yang meledak-ledak itu benar-benar mengejutkan. Entah apakah sebelumnya Li Yan ingin memperingatkan Li Gan, akan tetapi sekarang Li Yan diam seribu bahasa, ia cepat-cepat menghindar, gerakannya amat cepat, sebelum aku dan Qubing sempat mencari tempat bersembunyi, ia telah melihat kami. Ia segera berhenti di tempat, dengan wajah pucat pasi memandang kami berdua, Li Gan pun telah melihat kami berdua, tanpa sadar, ia berjalan ke depan dengan langkah-langkah lebar, lalu menghadang di depan Li Yan, seakan kami adalah binatang buas yang hendak menyerang Li Yan, namun ia pun segera menyadari bahwa keadaan saat ini jauh lebih mengerikan dari bertemu binatang buas. Sepasang mata Li Gan berkilat-kilat dingin, tangannya mengepal erat. Rasa terkejut di mata Huo Qubing sirna, ia menarikku ke sisinya untuk melindungiku, sambil tersenyum sinis, ia berkata, "Li Sange, apakah kau bermaksud membunuh orang untuk melenyapkan saksi mata?" Li Yan tertawa pelan, ia keluar dari balik tubuh Li Gan, dalam waktu yang singkat, wajahnya telah kembali seperti biasanya, "Hidup atau mati kami tentunya tak masuk hitungan Jenderal Piaoqi, akan tetapi Yue er mu yang tercinta nampaknya tak akan dapat meloloskan diri". Li Gan dan Huo Qubing tak mengerti makna perkataannya itu, aku mendengus, "Aku tak tahu kenapa reaksi kalian begitu aneh, begitu aku dan Qubing datang, kami melihat niangniang berlari menghampiri kami, namun sebelum kami sempat menyapamu, Yang Mulia Li sudah menerjang keluar". Li Yan tersenyum dan berkata, "Aku sudah lama berjalan-jalan dan sudah lelah, aku kembali dulu". Setelah selesai berbicara ia berjalan pergi dengan perlahan, aku berpaling memandang punggungnya, "Aku memang tak ingin mengunakan hal ini terhadapnya, kalau tidak aku tak akan menunggu sampai hari ini, bukan karena takut, melainkan karena merasa iba". Langkah kaki Li Yan belum menghilang di tengah kegelapan malam, namun dalam sekejap mata, punggungnya yang tadinya tegak menjadi agak bungkuk, seakan tak kuat menahan beban berat. Dengan dingin Li Gan memandang diriku dan Huo Qubing, lalu berbalik dan pergi tanpa berkata apa-apa. Ujung-ujung bibir Huo Qubing melengkung ke atas, dengan tersenyum namun seakan tak tersenyum, ia memandangku, aku mengangkat tanganku, memberi isyarat akan menyerah, sambil tertawa aku pun berkata, "Aku akan menceritakan semuanya padamu". Walaupun berkata akan menceritakan semuanya padanya, aku hanya memberitahunya tentang bagaimana Li Gan memungut sapu tangan Li Yan, lalu tentang bagaimana aku memberikan sapu tangan itu kepada Li Yan, serta kenapa saat itu Li Gan ingin memanahku, sedangkan mengapa sebelumnya aku membakar sapu tangan itu, lalu kemudian berubah pikiran dan memberikannya pada Li Yan, tak kusebut-sebut. Aku bukan ingin menutup-nutupinya, namun aku tak tahu bagaimana harus menceritakan perasaanku saat itu padanya, dan juga tak tahu apakah kejujuran seperti itu akan melukainya atau tidak. Setelah cerita selesai, kami telah pulang ke kediaman kami. Terhadap masalah itu, ia tak bertanya sepatah kata pun, ia berbaring di dipan dengan wajah tanpa ekspresi, tanpa berkata apa-apa, ia memandangku menanggalkan pakaian dan perhiasanku. Aku beberapa kali membuka mulut, hendak menyampaikan hal-hal lain padanya, namun ia tak menanggapinya, aku pun ikut diam, kesunyian aneh di kamar itu menghimpitku hingga sukar benapas. Dari cermin aku memperhatikannya, hatiku semakin lama semakin tak enak, aku mengigit-gigit bibirku, ketika baru hendak berbicara, tiba-tiba ia bangkit, berjalan ke belakang diriku, duduk sambil menyilangkan kaki, lalu mengambil sisir dan menyisir rambutku. "Qubing, aku"." "Tak usah menjelaskannya, semua yang kau lakukan untuk Meng Jiu saat itu tak salah, watakmu memang begitu, yang aku sukai justru kau yang seperti itu. Aku hanya dapat bersukacita karena aku lebih beruntung dari Meng Jiu, setelah ini, yang memiliki semua ini adalah diriku". Ia memelukku sambil berkata dengan lembut. Ketika aku sedang merasa benar-benar tersentuh karena katakatanya, aku melihat di cermin bahwa bibirnya tersenyum dan matanya mengerling nakal, sekonyong-konyong aku bereaksi, aku meronta-ronta, lalu berbalik dan memukulnya, "Kau sengaja melakukannya! Kau sengaja berpura-pura marah, berlagak tersinggung, kau sengaja menakut-nakutiku! Dasar picik!" Ia tertawa terbahak-bahak, dengan santai ia melayani beberapa jurusku, lalu dengan sebuah tangannya ia mengenggam tanganku, sedangkan tangannya yang satu lagi menarik pinggangku, kami berdua pun jatuh bergulingan di atas permadani, "Dahulu kau membuatku tak sedikit menelan pil pahit, kalau sekarang aku menakut-nakutimu tak ada artinya". Suara tawanya yang nyaring dan omelan manjaku pun memenuhi kamar itu. ?"?"?"?"?" Dua hari setelah itu, aku terus menempel di belakang Huo Qubing seperti sebuah ekor. Dalam menunggang kuda dan berburu aku tak kalah dari para lelaki itu, bahkan kalau benar-benar dibandingkan, aku adalah orang yang paling banyak menangkap binatang buruan. Namun sekarang bukan saatnya aku memamerkan bakat berburuku, aku hanya melakukannya agar lelaki-lelaki lain tak menganggapku sebagai beban bagi Huo Qubing. Namun aku mempunyai sebuah kebiasaan yang sangat buruk, aku selalu lupa menggunakan busur dan anak panah. Begitu melihat binatang buruan, aku selalu memilih untuk mendekatinya dan menerkamnya, melihat kekuranganku ini, Qubing tertawa sampai terbungkuk-bungkuk, ia selalu mengingatkanku, "Yu er, kau bisa menggunakan busur dan panah di punggungmu, tak usah selalu menerkam seperti serigala". Ketika melihatku berpaling dan menatapnya, ia cepat-cepat menambahkan sambil tersenyum, "Wajahmu ketika hendak menerkam sangat lucu, sebenarnya aku sangat suka melihatnya". Hah! Melihat seringai nakalnya, aku mana percaya padanya" Setan kecil! Dari balik gunung, terdengar sebuah teriakan dari kejauhan, "Kawanan rusa besar!" Begitu mendengarnya aku segera bertepuk tangan dan berkata, "Daging rusa!" Huo Qubing melompat ke depan dan lari menghampirinya, sambil tersenyum ia berseru, "Perburuan yang bagus, lihatlah kepandaian suamimu, malam ini aku akan membuatmu makan kenyang". Benar-benar ada sebuah kawanan rusa besar, kawanan itu sangat padat, mungkin ada beberapa ribu ekor rusa di dalamnya, mereka berlari di tengah lembah, tanduk runcing di atas kepala mereka berkilauan di bawah sinar mentari. Dengan heran aku memandang kawanan rusa liar itu, kawanan rusa biasanya tak sebesar ini, di tempat ini, bagaimana bisa ada kawanan rusa liar yang begitu besar" Ketika berpaling, aku melihat Gongsun Ao berdiri di sisi Huo Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Qubing, entah apa yang dikatakannya pada Huo Qubing, wajah Qubing nampak kelam, rupanya ia amat marah. Aku berjalan ke arahnya, Gongsun Ao tersenyum ke arahku sambil mengangguk dan memanggilku, sambil menunjuk ke arah kawanan rusa, ia berkata pada Huo Qubing, "Jenderal besar berkeras untuk menyembunyikan masalah ini agar tak menimbulkan keributan, aku pun baru tahu kemarin ketika secara tak sengaja mendengar pelayan pribadi jenderal berbicara tentangnya. Karena jenderal sudah tahu, berhati-hatilah, sekarang bersenang-senanglah". Aku bertanya, "Ada apa?" Huo Qubing membidikkan anak panahnya ke arah kawanan rusa di lembah itu, "Li Gan memukul paman". Bersamaan dengan perkataannya, anak panah dengan cepat melesat, jaraknya begitu jauh, namun anak panah Huo Qubing tepat menembus leher seekor rusa. "Hah" Ia?".", aku tak tahu harus berkata apa tentang Li Gan, tak nyana ia begitu gegabah, berani memukul Wei Qing. Kedudukan Wei Qing dalam hati Qubing sangat istimewa. Sejak kecil Qubing tak punya ayah, sedangkan saat itu Wei Qing belum mempunyai putra, ketika Qubing untuk pertama kalinya naik kuda, Wei Qinglah yang mengendongnya, ketika untuk pertama kalinya mementang busur, Wei Qinglah yang mengajarinya, cerita pertama yang didengar Qubing adalah kisah sang paman berperang dengan bangsa Xiongnu, impian seumur hidup Qubing pun muncul dari rasa hormat dan kagumnya pada sang paman ketika masih kanak-kanak. Walaupun sekarang nampaknya Wei Qing dan Qubing berjalan sendiri-sendiri di markas, namun kedudukan Wei Qing di dalam hatinya masih tak tergantikan. Perbuatan Li Gan memukul Wei Qing lebih buruk daripada kalau ia memukul Qubing sendiri. "Kau bukannya ingin makan daging rusa" Kalau tak cepat-cepat, rusanya sudah kabur". Huo Qubing memimpin kami melompat ke dalam lembah, Gongsun Ao ikut berlari ke arah kawanan rusa bersamanya. Kulihat bahwa ia sedang berusaha keras menahan amarahnya, maka aku tak ingin banyak bicara tentang masalah itu dan membiarkannya, aku berlari mengikutinya dan Gongsun Ao ke lembah itu. Para pengawal yang mengenal baik lembah itu berseru-seru untuk menunjukkan jalan dan tempat-tempat yang sudah ditempati orang pada sang majikan. Liu Dashan, pengawal yang mengikuti di belakangku, karena tak hati-hati, terkilir karena tersandung batu, walaupun lukanya tak parah, namun larinya nampak melambat, ia mempersilahkanku mendahuluinya. Aku merasa bahwa walaupun kami belum mendekati kawanan rusa itu, namun kalau rusa-rusa liar itu berlari kemari, keadaan akan berbahaya, oleh karenanya aku tak berani meninggalkannya, "Tak usah tergesa-gesa, kita berjalan dengan lebih lambat sedikit saja, hal ini tak akan mempengaruhi perburuan rusa itu". Aku menengadah mencari sosok Huo Qubing, hendak menyuruhnya menungguku sebentar, tapi entah kapan, ia dan Gongsun Ao telah menghilang di balik batu karang dan pepohonan, rupanya karena sangat marah, ia hanya ingin pergi memanah rusa, menumpahkan darah segar untuk melampiaskan amarah dalam hatinya. Sebelum mendekati lembah, tiba-tiba aku mendengar suara teriakan kaget dari bawah, karena tercampur dengan suara derap kaki rusa, suara itu terdengar sayup-sayup. Hatiku tak tenang, hanya memikirkan Huo Qubing, tak memperdulikan orang lain lagi, aku segera berkata pada pengawal di sisiku, "Kau tinggal di sini, jangan turun, aku pergi dulu". Sebelum sempat menyelesaikan perkataanku, aku sudah pergi dengan amat cepat. Ketika sedang berlari dengan cepat diantara batu karang, sekonyong-konyong aku melihat seorang wanita yang pakaiannya serupa denganku berlari melewatiku, aku amat terkejut, namun tanpa berpikir panjang lagi, aku cepat-cepat berlari ke depan. Lembah itu semakin sempit, tebing di kedua sisinya amat curam, suara derap kaki kawanan rusa yang berlari bagai guntur, mengema di kedalaman lembah itu. Ternyata Huo Qubing berdiri seorang diri di tengah kawanan rusa itu, tak jauh darinya, Li Gan yang dadanya tertembus anak panah terbaring di belakang beberapa ekor rusa mati, entah sudah mati atau masih hidup. Huo Qubing melepaskan tiga batang anak panah sekaligus, setiap anak panahnya melesat dengan sebat dan ganas, rusarusa yang berlari mendekatinya satu persatu mati dengan mengenaskan di hadapannya, namun rusa di belakang mereka masih lari berbondong-bondong ke depan, tanduk di kepala mereka tajam bagai mata pedang, setiap saat dapat menusuk Huo Qubing. Dengan enteng ia menendang tubuh rusa-rusa yang mati di dekat kakinya, dan menumpuknya di sisi dirinya dan Li Gan, menjadikan mereka penghalang sementara. Para pengawal yang berada di luar lembah berteriak-teriak seakan gila, Zhao Ponu dan yang lainnya beberapa kali hendak menerjang ke tengah kawanan rusa, namun selalu terpaksa mundur karena kawanan rusa itu, mereka pun hanya dapat melepaskan anak panah dari luar lembah. Di bawah perlindungan para pengawal, Liu Che muncul, begitu melihat keadaan Huo Qubing, ia berseru dengan marah ke arah para pengawal, "Kalian masih belum menolongnya juga?" Para pengawal segera melapor, "Rusa terlalu banyak dan amat liar, alam di tempat ini pun sangat sulit, di kedua sisi terdapat tebing, diantaranya hanya ada sebuah jalan sempit, kami amat sulit melewatinya, mungkin kita harus mengerahkan pasukan". Liu Che serta merta tersadar, ia segera menanggalkan liontin giok yang dipakainya dan memberikannya pada Gongsun He, "Sampaikan titah zhen, kerahkan pasukan penjaga Istana Ganquan kemari untuk menyelamatkan mereka". Li Yan yang berada diantara kerumunan pengawal memandang Huo Qubing dan Li Gan yang berada di tengan kawanan rusa, wajahnya pucat pasi, tubuhnya bergoyang-goyang hampir terjatuh. Sambil mengepalkan tangan erat-erat, Liu Che berjalan mondarmandir, sambil dengan cemas menunggu pasukan datang, ia bertanya dengan marah, "Sebenarnya apa yang terjadi" Apa yang terjadi pada Li Gan?" Para pengawal saling memandang dengan kebingungan, salah seorang diantara mereka yang pemberani melapor dengan sikap hormat, "Hamba tak tahu apa yang terjadi, saat itu tak ada pengawal di sisi Jenderal Piaoqi dan Adipati Guannei". Saat itu Wei Kang yang berdiri di tengah kerumunan orang dan tak nampak khawatir seperti kami memandang ke arah Huo Qubing, matanya seperti samar-samar tersenyum. Sejak para pengikut Wei Qing berduyun-duyun meninggalkannya, hanya Ren An yang masih setia pada keluarga Wei, sekarang ia adalah guru muda putra mahkota. Ia berdiri sendirian di sebuah sudut, dengan wajah muram memandang ke kejauhan, dari waktu ke waktu, ia bertukar pandang dengan Wei Kang. Saat itu, Wei Qing yang sedang berburu di kejauhan telah tiba, begitu melihat keadaan itu dan mendengar laporan para pengawal, wajahnya yang tenang bagai gunung berubah, pandangan matanya menyapu wajah Gongsun Ao, Ren An dan Wei Kang, Gongsun Ao dan Ren An menghindari pandangan matanya dan menunduk, namun dengan bandel Wei Kang membalas pandangan mata ayahnya. Aku berdiri di pucuk pohon, memandang semua yang terjadi dari ketinggian. Anak panah di tempat panah Qubing semakin lama semakin sedikit, tanpa anak panah, bagaimana Qubing dapat melawan ribuan kaki dan tanduk rusa yang tajam" Mau tak mau tubuhku gemetar, hatiku yang kebingungan dan ketakutan hendak melompat keluar dari dadaku. Aku harus menenangkan diri! Aku harus menenangkan diri! Jin Yu, kalau kau ingin Qubing tetap hidup, kau harus tenang. Setelah mengucapkan perkataan itu beberapa kali, aku melompat turun dari pohon, lalu berlari ke arah Zhao Ponu. Anak panah Huo Qubing hanya tersisa tiga batang, semua orang memandangnya sambil menahan napas, ia melirik Li Gan yang tergeletak di tanah, sambil melepaskan tiga anak panah dengan serentak, ia melompat ke arah Li Gan dengan amat cepat, setelah dalam sekejap mata merengut tempat anak panah yang dibawa Li Gan, dengan gerakan yang gesit dan indah, ia melompat kembali ke tempatnya semula, ia memasang anak panah dan menarik busur, lalu kembali melepaskan tiga batang anak panah, dalam sekejap mata, tiga rusa pun terjatuh, namun masih ada seekor rusa yang menerjang ke hadapannya, jaraknya amat dekat, sehingga tenaga panah tak dapat merobohkannya. Tanduk rusa yang amat tajam itu menikam ke pinggangnya, rusarusa yang berada di kejauhan pun menerjang ke arahnya. Empat jari tangan kanannya mencengkeram tiga batang anak panah, ia mengangkat kaki kanannya dan mementang busur, sedangkan tangan kirinya menghunus pisau, ketika mata pisau yang tajam itu dengan telak menembus leher rusa di hadapannya, tiga batang anak panah pun dengan cepat melesat dan menembus leher tiga ekor rusa lain. Gerakan Huo Qubing secepat kilat, bagai seekor elang yang menerkam kelinci, ia berada diantara hidup dan mati, namun masih bersikap santai dan sesuka hati, luar biasa gagah, semua orang, termasuk Liu Che dan Wei Qing, mau tak mau berseru, "Bagus!" Para jenderal dan adipati yang pernah bertempur di bawah panjipanji Huo Qubing mengayun-ayunkan pedang mereka, seakan sedang bertempur, sambil berseru-seru, "Jenderal Piaoqi! Jenderal Piaoqi!" Aku menarik Zhao Ponu, "Adipati Zhao, mohon kejar Gongsun He, setelah ia selesai menyampaikan titah, cari cara untuk dapat kembali bersamanya. Kau tak perlu melakukan apapun, kau hanya perlu mengawasi segala tindak-tanduknya". Aku tak punya waktu untuk bersikap sopan dan menjelaskannya dengan panjang lebar, hanya dengan singkat mengatakan permintaanku. Wajah Zhao Ponu nampak panik, lalu dengan suara pelan, ia berkata, "Siap!" Ia menggunakan perkataan yang digunakan dalam pasukan untuk menerima perintah militer, tanpa banyak bicara bersumpah untuk melaksanakan permintaanku, dengan berterima kasih, aku mengangguk, ia pun segera berbalik dan pergi. Aku merampas tempat panah dari tangan beberapa pengawal, lalu mengikatkan semuanya di tubuhku, setelah itu, aku memanjat ke sebuah tempat yang terpencil, setelah merasa ketinggian dan sudutnya tepat, aku bergelantungan di sebatang pohon cemara yang menonjol keluar dari lereng gunung, memejamkan mataku, lalu meneriakkan sebuah lolongan panjang dari tenggorokanku. Bersamaan dengan lolongan itu, aku melepaskan pegangan tanganku, bagai bintang jatuh, dengan amat cepat tubuhku terjatuh ke dalam lembah. Begitu mendengar lolongan serigala, gerakan kawanan rusa menjadi kacau balau, dengan ketakutan mereka berusaha sekuat tenaga menghindari tempatku berada. Rusa terlalu banyak, lembah itu pun sangat sempit, mereka saling bertubrukan, walaupun kecepatan berlari mereka sudah melambat, namun tak ada tempat untuk menghindar. Aku melontarkan ikat pinggang manik emasku, ikat pinggang itu membelit pohon dan memperlambat gerakan jatuhku, lalu aku segera melepaskannya, setelah mengulangi gerakan itu tiga kali, aku telah mendekati permukaan tanah, namun ketika melepaskan ikat pinggangku untuk terakhir kalinya, aku hampir tak dapat menemukan tempat untuk berpijak diantara tanduk-tanduk rusa. Semua orang memandangku sambil menahan napas, saat ini aku berada di udara dan tak punya tempat untuk mendarat, sedangkan di bawah kakiku rusa berlarian, kecepatan jatuhku bertambah cepat, sepertinya aku pasti akan tewas. Ikat pinggang manik emas mendahuluiku dan memukul tiga ekor rusa, tiga ekor rusa itu pun tewas dan terjatuh, sedikit menghadang kawanan rusa yang berlari ke arahku, dengan memanfaatkan kesempatan itu, aku mendarat di belakang tanduk rusa-rusa mati itu, ikat pinggangku berputar-putar, dengan hatihati melindungi tubuhku, pada saat yang sama, aku melolong untuk memperlambat lari kawanan rusa. Huo Qubing berseru, "Jin Yu!" Namun ia tak berseru girang karena melihatku, melainkan berseru dengan marah dan terkejut. Aku tersenyum ke arahnya, sambil dengan susah payah berjalan mendekatinya di tengah kawanan rusa, aku berteriak, "Jaga dirimu baik-baik, kalau aku tahu kau terluka karena kurang waspada, aku tak akan bicara padamu setahun penuh". Jarak diantara kami dekat, dahulu, dengan kepandaian kami, kami hanya perlu melompat beberapa kali, namun hari ini kami begitu sulit melangkah, setiap langkah kami ambil diantara ratusan ekor rusa yang berlarian dan bertanduk tajam, ketika aku berhasil melewati tembok pelindung yang dibuatnya dari tumpukan mayat rusa dan mendarat di sisinya, mataku dan matanya berlinangan air mata. Tak perduli setelah ini apapun yang terjadi, tak perduli apakah hari ini kami dapat lolos hidup-hidup, paling tidak kami akan bersama. Ketika aku tiba di sisinya, ia kebetulan sedang melepaskan anak panah terakhirnya. Aku segera melemparkan tempat anak panah di punggungku ke arahnya, Huo Qubing menyambutnya, lalu menarik keluar anak panah, gerakannya secepat kilat. Melihat rusa berjatuhan, ketenanganku tiba-tiba buyar, jantungku melompat-lompat dengan cemas, untung saja, aku tiba tepat pada waktunya, kalau terlambat sedikit saja, aku tak berani memikirkan apa yang akan terjadi. Kepandaian memanahku tak sebaik dirinya, oleh karenanya aku tak mau mensia-siakan anak panah dan menaruh semua tempat anak panah yang kubawa di samping kakinya. Setelah menarik dan menumpuk rusa-rusa mati menjadi sebuah "benteng", aku cepat-cepat memeriksanya untuk mengetahui apakah ia terluka. Sambil memasang anak panah, dengan suara pelan ia memakiku, "Kau ini perempuan bodoh!" Li Gan yang berbaring di tanah tanpa bergeming terbatuk-batuk, lalu berkata dengan terbata-bata, "Kebodohan"..semacam".ini".adalah"..keberuntunganmu". Kulihat bahwa walaupun di tubuh Huo Qubing nampak tak sedikit bercak darah, ia sendiri tak terluka, maka aku berbalik dan memperhatikan Li Gan, anak panah menembus tubuhnya dalamdalam, karena ia memakai baju hitam, aku tak dapat melihatnya dari kejauhan, namun sekarang aku menemukan bahwa sebagian besar tubuhnya telah berlumuran darah. Aku menuangkan seluruh obat Jinchuang di lukanya, ia menarik ujung-ujung bibirnya, dengan susah payah tersenyum, "Ini panah Huo Qubing, tak usah"..berusaha dengan sia-sia. Walaupun tak ingin mencabut nyawaku dengan sebatang anak panah, ia pun tak berbelas kasihan. Kalau aku mendapatkan pertolongan sedikit lebih cepat, mungkin aku masih akan dapat hidup, sekarang"..sudah tak bisa". Dengan cemas, aku berusaha menghentikan aliran darahnya, "Kau harus tetap hidup, Li Yan berada di luar sana, ia hampir pingsan, kalau kau benar-benar mati, jangan-jangan ia akan sakit Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo keras". Ekspresi wajah Li Gan berubah-ubah tak menentu, suka duka seumur hidup dalam sekejap mata muncul di wajahnya. "Qubing, kau"..kenapa?" Saat ini aku tak ingin menyebutnya bodoh, namun saat ini ia benar-benar melakukan suatu tindakan yang bodoh, tindakan itu sendiri tak salah, tapi ia seharusnya tak melakukannya dengan cara yang begitu bodoh. Li Gan adalah seorang adipati Dinasti Han yang terhormat, keluarganya telah turun-temurun melayani Dinasti Han, kalau ia memanah Li Gan hingga tewas seperti ini, menurut hukum Dinasti Han ia akan dihukum mati. Tanpa berkata apa-apa, Huo Qubing menatap kawanan rusa di hadapannya, "Wus, wus!", dua ekor rusa pun terjatuh. Dengan lirih Li Gan berkata, "Kau jangan marah, kami berdua dijebak orang. Beberapa hari ini hatiku tak senang, maka aku memerintahkan para pengawalku untuk pergi, dan memilih tempat yang terpencil untuk berburu sendirian, setibanya di tempat itu, seorang wanita tiba-tiba muncul, dan tanpa alasan yang jelas menyerangku, setiap jurusnya ganas, membuatku terpaksa melawan mati-matian, melihat pakaianmu hari ini, aku baru tersadar?"" Ia terbatuk-batuk, perkataannya terputus. Sambil membantunya bernapas, aku berkata, "Aku mengerti. Barusan ini dengan samar-samar aku melihat seorang perempuan yang berpakaian seperti diriku. Suasana kacau karena kawanan rusa yang berlarian membuat pikirannya kacau dan amarahnya meluap-luap, sehingga nafsu membunuhnya keluar, selain itu, sebelumnya, amarah Qubing pun telah dipancing keluar oleh Gongsun He, oleh karenanya, ia memanahmu dengan murka". Li Gan tertawa terkekeh-kekeh, darah di sudut bibirnya muncrat, "Gongsun He berkata padamu bahwa aku memukul Jenderal Besar Wei?" Huo Qubing diam seribu bahasa, tak menjawabnya, Li Gan tak mengacuhkannya dan berkata, "Saat itu, ketika mendengar ayah bunuh diri, untuk sesaat aku lupa diri karena berduka, aku langsung pergi mencari Jenderal Besar Wei untuk mencari tahu apa yang terjadi, kenapa ia tak mau membiarkan ayah memimpin pasukan di garis depan, ayah pun bukan untuk pertama kalinya tersesat, kenapa kali ini ia bunuh diri" Para pengawalnya menghadangku, tak memperbolehkanku menemuinya, perkataan mereka pun kasar, semuanya memaki-maki ayah. Karena marah aku berkelahi dengan mereka, untung saja Jenderal Besar Wei keluar, ia hendak berseru untuk menyuruhku berhenti, namun dalam kemarahanku aku mendorongnya, tapi aku segera ditarik oleh para pengawalnya. Jenderal Besar Wei bertanya kenapa aku memukul mereka, aku harus berkata bagaimana, masa harus mengulangi penghinaan mereka terhadap ayahku sekali lagi" Lagipula saat itu kemarahanku sudah sampai ke ubun-ubun, aku merasa mereka semua adalah orang hina, aku malas banyak bicara, tak nyana, maling berteriak maling, para pengawal itu malahan berkata bahwa akulah yang sengaja mencari gara-gara". Aku mendengus, lalu berkata dengan sinis, "Hal ini sudah terjadi setengah tahun yang lalu, namun Gongsun He tak berkata apaapa tentangnya, dan justru mengatakannya hari ini". Li Gan mendadak terbatuk-batuk hebat, darah tak henti-hentinya menyembur dari mulutnya, ia menarik tanganku, "Nona Jin Yu, mohon kau?"mohon kau".." Kulihat nyawa seseorang sedang melayang di depan mataku, melihat rasa rindu dan duka di matanya, aku tiba-tiba merasa bahwa segala ganjalan di masa lalu tak perlu diungkit-ungkit lagi, dengan bimbang aku berkata, "Aku tak bisa melakukan segalanya, namun aku berjanji padamu untuk dengan sebisanya bersabar pada Li Yan, dan akan berusaha sebisaku untuk menasehati Qubing untuk tak mencelakainya". Li Gan terengah-engah beberapa kali, matanya penuh rasa terima kasih, walaupun wajahnya pucat pasi, ekspresinya nampak amat tenang, melihat ketenangannya, rasa bimbang di hatiku pun sirna, tanpa menyesal sedikitpun, aku berjanji padanya. Ia memejamkan sepasang matanya, bibirnya tersenyum tipis, telunjuk kanannya perlahan-lahan bergerak, tangannya gemetar, namun ia masih berusaha melakukan sesuatu, setelah bergetar untuk beberapa saat, akhirnya tangannya behenti bergerak, tak bergeming. Senyum tipisnya membeku di tengah darah yang berwarna merah tua, memancarkan rasa duka yang tak terlukiskan. Dengan hati-hati aku mengangkat tangannya, sebuah sulur yang digambar dengan darah segar nampak di sisi lengan bajunya, walaupun belum selesai digambar, namun karena sangat akrab dengannya, aku tahu bahwa sulur itu adalah sulur yang membelit huruf 'li' itu. Aku bukan seorang yang melankolis, namun melihat huruf 'li' itu, aku teringat akan saat pertama kali melihatnya, saat ia minum arak dari mangkuk besar dan makan sepotong daging besar, dengan semangat kepahlawanan yang berkobar-kobar, hatiku pun terasa pedih, mula-mula aku bermaksud segera memotongmotong lengan baju itu dengan pisau hingga hancur, namun lalu berubah pikiran, dengan hati-hati aku memotong lengan baju itu, lalu menyimpannya dalam saku dadaku. Di kejauhan, Zhao Ponu, Fuluzhi dan Yijijian memimpin pasukan bersenjata lengkap memisahkan kawanan rusa, jumlah rusa yang menerjang ke arah kami pun banyak berkurang, kebetulan anak panah kami juga sudah habis, dengan enteng Huo Qubing membuang busurnya, lalu menebas rusa-rusa yang menerjang ke arah kami. "Ia sudah meninggal". Aku berjalan ke sisi Huo Qubing, dengan manik-manik emasku, aku memukul rusa-rusa yang hendak menerjang dari samping, "Karena Li Gan sudah mati, tak ada saksi mata, namun masih banyak jejak yang dapat diselidiki orang. Kawanan rusa ini sangat aneh, walaupun aku tak tahu bagaimana mereka mengumpulkan rusa-rusa itu di sini, berilah aku sedikit waktu, aku pasti akan dapat menyelidikinya hingga tuntas". Huo Qubing mengenggam tanganku, matanya mengawasi Zhao Ponu dan yang lainnya yang sedikit demi sedikit mendekat, "Aku ingin kau melupakan semua yang dikatakan Li Gan padamu barusan ini". Tangannya sedingin es, tanganku pun berubah menjadi sedingin es. Air mata berlinangan di mataku, aku mengigit bibirku keraskeras, memaksa air mata berhenti mengalir, "Baik!" Zhao Ponu berlari ke hadapan kami, lalu berlutut dengan satu kaki pada Huo Qubing, namun wajahnya menghadap ke arahku, "Hamba berhasil melaksanakan perintah!" Ketika Zhao Ponu melihat Li Gan yang bersimbah darah, untuk sesaat air mukanya berubah, namun Fuluzhi dan Yijijian bersifat lugas, tanpa takut maupun tegang, mereka bertanya, "Apakah Adipati Guannei sudah meninggal?" Dengan hambar Huo Qubing memberi perintah, "Bawa jasad Li Gan ke atas". Setelah selesai berbicara ia tak memperdulikan semua orang dan langsung berjalan di depan. Zhao Ponu bersujud di hadapanku, "Kalau saja hamba sedikit lebih cepat datang, mungkin Adipati Guannei masih hidup". Aku menggeleng, lalu mengikuti Huo Qubing tanpa berkata apa-apa. Begitu melihat Huo Qubing, untuk sesaat Liu Che kegirangan, namun segera menahan dirinya. Fuluzhi meletakkan jasad Li Gan di atas tanah, tanpa berkata apa-apa, Li Yan jatuh pingsan, dayang-dayang dan tabib segera membawanya kembali ke Istana Ganquan. Pandangan mata Liu Che menyapu jasad Li Gan, lalu dengan sedingin es menatap Huo Qubing seraya melambaikan tangannya, para pengawal dan pejabat yang berjaga di sekelilingnya pun cepat-cepat pergi jauh-jauh. Seorang pengawal hendak mengajakku pergi, namun aku menatapnya tanpa bergeming dengan tenang. Wei Qing yang biasanya sedikit bicara mendadak berkata, "Biarkan ia tinggal!" Pengawal itu bimbang sejenak, lalu segera pergi. Tak lama kemudian, di tempat itu hanya tersisa Wei Qing, Gongsun Ao, Gongsun He dan para pejabat tinggi lain. Dengan dingin Liu Che berkata, "Beri zhen penjelasan. Memanah pejabat tinggi istana hingga mati adalah kejahatan yang hukumannya adalah hukuman mati!" Huo Qubing melangkah maju, lalu berlutut di hadapan Liu Che, namun tak berkata sepatah kata pun. Wajah Liu Che perlahan-lahan berubah menjadi kelam, Gongsun Ao cepat-cepat berlutut, lalu berkata sambil tersedu-sedan, "Hamba pantas mati! Saat itu Adipati Guannei memukul Jenderal Besar Wei, akan tetapi Jenderal Besar Wei memakluminya dengan mempertimbangkan bahwa Adipati Guannei baru saja kehilangan ayahnya, dan karena terlalu berduka melakukan suatu perbuatan yang tak pantas, oleh karenanya ia sama sekali tak mempermasalahkan kejadian itu. Akan tetapi hari ini hamba salah bicara dan malahan menceritakan kejadian itu secara panjang lebar pada Jenderal Piaoqi". Dengan geram Liu Che menendang Gongsun Ao, "Apakah kau sama sekali tak tahu watak Qubing?" Gongsun Ao terguling-guling di tanah, lalu segera kembali berlutut, tanpa menghiraukan luka yang dideritanya, ia bersujud tanpa henti sambil terus menerus berkata, "Hamba pantas mati, hamba pantas mati".." Tak lama kemudian, wajah Gongsun Ao telah berlumuran darah. Sinar mata Wei Qing nampak rumit, akhirnya ia tak kuasa menahan diri untuk tak mengambil keuntungan dari kejadian itu. Bertahun-tahun yang silam, Gongsun Ao telah menyelamatkan nyawanya, ia benar-benar merasa berhutang budi pada Gongsun Ao seumur hidupnya. Wei Qing berlutut di hadapan Liu Che, lalu berkata sambil bersujud, "Yang seorang adalah keponakan hamba, sedangkan yang seorang lagi adalah bawahan hamba, hamba seharusnya bertanggung jawab atas kematian Li Gan, mohon Yang Mulia menghukum hamba juga". Liu Che tak menghiraukan Wei Qing, ia hanya dengan murka menunjuk Huo Qubing sambil memakinya, "Zhen lihat dari caramu memimpin pasukan dan bertindak, kau sudah jauh lebih tenang dibandingkan saat muda dahulu, dan zhen pikir karena sudah mempunyai anak istri, kau tahu cara menahan diri, tapi hari ini kau kembali melakukan perbuatan semacam ini, beritahu zhen dengan jujur, sebenarnya apa yang dilakukan oleh Li Gan?" Tubuh Huo Qubing tegak lurus bagai buluh, punggungnya nampak tegang, namun hatinya sedingin es, ia menggunakan sikapnya yang keras untuk menyembunyikan duka dalam hatinya, keluarga Wei yang sejak kecil dianggapnya sebagai keluarganya telah mengkhianatinya. Liu Che tentunya juga merasakan bahwa ada sesuatu yang mencurigakan dalam masalah ini, dengan perkataannya itu, ia membantu Huo Qubing mencari alasan, berharap dapat mengalihkan tanggung jawab kepada Li Gan, namun bagaimana Huo Qubing dapat menimpakan kesalahan kepada seseorang yang sudah mati dan tak dapat membela diri demi menyelamatkan dirinya sendiri" Ia lebih-lebih lagi tak dapat mengatakan hal yang sebenarnya dan membuat Wei Qing kesulitan. Liu Che selalu mencari kesempatan untuk menekan Wei Qing, namun Wei Qing tak pernah melakukan kesalahan, setelah masalah ini muncul, tak perduli apakah Wei Qing tahu tentang masalah itu atau tidak, Liu Che tak akan membiarkan kesempatan emas ini berlalu. Wei Qing adalah gunung besar tempat seluruh keluarga Wei bersandar, kalau Wei Qing melakukan kesalahan, seluruh keluarga Wei akan berada dalam bahaya. Liu Che menunggu Huo Qubing untuk beberapa lama, namun ia masih tak mengucapkan sepatah kata pun. Liu Che pun berkata dengan geram, "Kau pikir zhen tak akan membunuhmu?" Tibatiba ia menunjukku dan berkata, "Jin Yu, kemari!" Aku maju ke depan dan berlutut di sisi Huo Qubing tanpa berkata apa-apa, tubuh Huo Qubing yang selama ini tenang gemetar pelan, namun ia masih memandang ke tanah, diam seribu bahasa. Liu Che berkata, "Hari ini zhen melihat tindakan Jin Yu, walaupun zhen tak menyukai Jin Yu, namun mau tak mau zhen harus memujinya, wanita ini bersedia melakukan segalanya demi dirimu, apakah kau ingin membuatnya menjadi seorang janda?" Kedua tangan Huo Qubing yang menempel di kedua sisi tubuhnya mengepal erat, urat-urat biru di tangannya menonjol keluar, jari-jemarinya bergerak, tanpa sadar, ia memunggut kerikil di tanah dan mengenggamnya, darah pun merembes keluar dari sela-sela jari tangannya. Dengan dingin Liu Che bertanya dengan perlahan, "Atau membiarkan Jin Yu menemanimu mati?" Aku mengenggam tangan Huo Qubing, dengan sekuat tenaga membuka kepalan tangannya, lalu membuang kerikil dalam genggamannya, setelah membersihkan tangan kirinya, aku berkata, "Tangan yang satunya lagi". Ia tertegun sejenak, lalu memberikan tangannya yang lain padaku, dengan lembut aku membuang kerikil di dalamnya, lalu mengambil sehelai sapu tangan dan mengelapnya hingga bersih, setelah itu, dengan hambar aku berkata, "Sudah". Setelah berbicara aku mengenggam tangannya, walaupun ia tak mendorongku pergi, ia seperti sebatang kayu, sama sekali tak bereaksi. Dengan bandel aku terus mengenggam tangannya, mataku terus menatapnya dengan terpana. Setelah beberapa saat, akhirnya ia berpaling memandangku, ia tersenyum ke arahku, matanya berbinar-binar, rasa bersalah dan kehangatan bercampur di dalamnya, sedangkan rasa duka dan dingin di dalamnya pun agak berkurang, dengan perlahan ia balas mengenggam tanganku. Di samping kami berdua seakan tak ada orang, semua orang pun tertegun. Liu Che tiba-tiba tertawa dingin beberapa kali, "Jin Yu, jangan-jangan zhen tak perlu bertanya apakah kau hendak mati atau tidak". Dengan sikap hormat aku bersujud, hatiku penuh rasa terima kasih pada Liu Che, entah karena sayang pada orang berbakat, atau meragukan masalah ini, ia terus memberi kesempatan pada Huo Qubing, bahkan sampai hendak menggunakan nyawaku untuk memaksa Huo Qubing membuka mulut, "Yang Mulia, hamba akan mengikuti Jenderal Piaoqi". Tanpa berkata apa-apa, Liu Che berjalan mondar-mandir di tempatnya semula, di satu pihak ada hukum Han Agung dan reputasinya di kemudian hari, di lain pihak ada hidup Huo Qubing, kaisar yang selalu dipuji orang sebagai kaisar Dinasti Han yang bijak dan berpandangan jauh itu pun merasa amat pusing. Setelah lama, wajahnya nampak kelelahan, ia pun bertanya, "Kabarnya hari ini juga ada pengawal yang karena tak hati-hati tewas terinjak-injak rusa?" Kepala pengawal di sampingnya segera menjawab, "Benar, secara keseluruhan ada delapan orang pengawal yang tewas terinjak rusa, Zhang Jing, Liu Dashan?"" Liu Dashan" Pandangan mataku menyapu ke wajah Wei Kang, Gongsun He dan Ren An, mereka benar-benar telah melakukan semuanya dengan tuntas. Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Setelah mendengarnya, Liu Che mengangguk, ia mendongak memandang langit, lalu seakan berkata pada dirinya sendiri, ia berkata, "Li Gan terperangkap di tengah kawanan rusa, karena tak hati-hati ia tewas terinjak-injak rusa, makamkan ia dengan kehormatan penuh!" Semua orang tertegun, Zhao Ponu dan yang lainnya berlutut, "Hidup Yang Mulia!" Sebagian besar para hadirin pun ikut bereaksi dan ikut berseru "hidup Yang Mulia", namun ada juga yang masih merasa geram dan menatap Huo Qubing dengan penuh kebencian, akan tetapi, di bawah pandangan mata Liu Che yang dingin dan tegas, mereka menunduk, lalu ikut berlutut. Setelah Huo Qubing menyuruhku untuk melupakan semua yang dikatakan Li Gan padaku, aku telah dengan amat tenang menunggu keputusan sang kaisar, sekarang hatiku bergejolak, untuk pertama kalinya, aku bersujud pada Liu Che dengan tulus, dan dengan sepenuh hati berseru, "Hidup Yang Mulia!" Liu Che memandang Huo Qubing yang sedang bersujud, matanya masih penuh amarah, ia mengibaskan lengan bajunya dan berlalu, "Hah! Hidup Yang Mulia" Kalau kalian benar-benar menginginkan zhen panjang umur, jangan membuat masalah untuk zhen". Perburuan untuk menghibur diri berakhir dengan mengenaskan. Adipati Guannei, Li Gan, tewas terinjak-injak rusa, sedangkan karena amat terkejut, Nyonya Li jatuh sakit. Liu Che tak lagi ingin bertamasya dan segera memimpin para pejabat sipil dan militer meninggalkan Istana Ganquan dan kembali ke Chang'an. Huo Qubing berubah menjadi luar biasa pendiam, sering sehari penuh tak berbicara sepatah kata pun. Ikatan kekerabatan adalah suatu kemewahan bagiku, ia sejak kecil telah memilikinya, namun ikatan itu hancur di hadapan kekuasaan dan kedudukan. Aku tak tahu bagaimana harus menghiburnya, aku hanya dapat menemani di sisinya dengan tenang, agar ketika berpaling ia dapat melihat diriku, dan tahu bahwa ia sama sekali tak sendirian. Tanpa terasa, musim semi tahun keenam Yuanshou tiba di Chang'an, saat menyadarinya, bunga persik telah mekar dan pohon liu telah menghijau, musim semi sedang semaraksemaraknya. Aku dan Huo Qubing berjalan berendeng pundak di tengah pohon persik, dengan enteng ia memetik sekuntum bunga persik dan menyelipkannya di pelipisku, lalu berbisik di telingaku, "Apakah kau ingin menjenguk anak kita?" Aku tertegun sejenak, tak berani mempercayainya, "Bukan yang di istana?" Dengan pelan ia mengiyakan. Kalau rahasia ini bocor, tak hanya hidup kami yang berada di ujung tanduk, Jiu Ye dan yang lainnya pun akan terkena getahnya, oleh karena itu, aku dan Huo Qubing selalu mengunci mulut kami rapat-rapat. Akan tetapi, bagaimana kami bisa tak memikirkannya" Hanya saja kami tak berani memikirkannya. Aku berbalik dan memeluk pinggang Qubing, wajahku bersandar di dadanya, "Ingin". Ia tersenyum dan mencubit hidungku, "Ai! Ai! Coba lihat! Kita belum mengucapkan delapan kata itu, tapi kau sudah berani memelukku di depan orang banyak. Jangan takut! Walaupun kau tak merayuku, aku tetap akan berusaha sekuat tenaga". Aku merasa jengah sekaligus gusar dan mendorongnya, lalu berbalik hendak pergi, namun ia tertawa di belakangku. Wajahku nampak gusar, namun hatiku girang, ia telah dengan perlahan kembali menjadi Huo Qubing yang dulu. Setelah makan malam, Huo Qubing memanggil Huo Guang ke kamar baca, mereka berdua lama berbicara di dalam kamar itu. Setelah keluar, sinar mata Huo Guang nampak makin penuh tekad, seakan dalam waktu yang singkat ia telah lebih dewasa beberapa tahun. "Apakah kau menasehati Adik Guang untuk meninggalkan Chang'an dan pulang ke rumah?" "Tidak! Setiap lelaki punya jalan yang ingin ditempuhnya, dimana ia dapat mewujudkan impiannya, hidupnya ditentukan sendiri olehnya. Aku hanya menjelaskan situasi di Chang'an sekarang padanya, memberitahunya bahwa di kemudian hari aku mungkin tak hanya tak dapat melindunginya, melainkan justru akan merepotkan dan membahayakan dirinya". Aku mengingat ekspresi wajah Huo Guang barusan ini dan sudah tahu apa keputusan Huo Guang, "Apakah Adik Guang memutuskan untuk tetap tinggal di Chang'an?" Sambil tersenyum, Huo Qubing mengangguk-angguk, sinar matanya nampak bangga. Di bulan tiga, bunga persik sedang mekar dengan semarak, namun pertarungan di istana lebih ramai dari bunga persik yang paling merah. Di pemakaman Li Gan, Huo Qubing tak muncul, justru Wei Qing, Gongsun Ao dan yang lainnyalah yang datang untuk berbelasungkawa. Putri Pingyang secara pribadi mengatur perjodohan kedua putri Li Gan. Liu Che, entah karena merasa bersalah pada Li Gan, atau karena ingin lebih jauh memecah belah Wei Qing dan Huo Qubing, setuju untuk menikahkan mereka berdua dengan sang putra mahkota, Liu Ju, dan menjadikan kedua gadis yang masih kecil itu selir putra mahkota. Walaupun keluarga Li telah ditinggalkan lelaki-lelaki mereka yang paling cakap dan sedang berada dalam usia puncak, dan hanya menyisakan para janda, wanita yang lemah dan kanak-kanak, sehingga keluarga besar itu nampaknya akan runtuh, namun sejak zaman Dinasti Qin, keluarga Li telah banyak menghasilkan jenderal-jenderal besar, mereka masih hidup di dalam hati rakyat jelata dan orang-orang istana. Keponakan Li Gan, Li Ling, walaupun masih berusia muda, sudah menunjukkan bakat kemiliteran yang sangat besar dan sangat disukai Liu Che, Liu Che berkata bahwa setelah ia sedikit lebih besar, ia akan diangkat menjadi pengawal pribadinya. Ketika berumur delapan belas tahun, Huo Qubing juga diangkat menjadi pengawal sang Putra Langit, diam-diam, Li Ling pun berubah menjadi calon jenderal besar di masa datang. Untuk menghadapinya, keluarga Wei berusaha merebut hati istana dan rakyat, berusaha menarik para pendukung keluarga Li untuk mendukung putra mahkota, serta segera menegaskan bahwa mereka tak terlibat dalam peristiwa pembunuhan Li Gan oleh Huo Qubing. Kabar Huo Qubing membunuh Li Gan tersiar dengan cepat, di istana orang yang bersimpati kepada nasib buruk keluarga Li semakin banyak, sebelumnya semua orang tak suka Wei Qing menjadi kepala keluarga Wei, namun sekarang mereka merasa bahwa Wei Qing yang selalu bersikap rendah hati dan sopan lebih baik daripada Huo Qubing yang sering menyinggung orang, sedangkan perlindungan yang mereka berikan pada orang-orang tua dan kanak-kanak keluarga Li membuat orang kagum, mata tombak mereka pun mulai diam-diam mengarah ke Huo Qubing. Walaupun Liu Che menekan mereka, ia tak bisa menghalangi mereka mengajukan berbagai petisi untuk memakzulkan Huo Qubing, bahkan sampai ada serombongan pejabat yang sambil menangis memohon pada kaisar untuk tak mengingkari hukum negara. Liu Che tak berdaya dan terpaksa menghukum Huo Qubing dengan memerintahnya menjaga kota Shuofang, sehingga ia dapat meninggalkan Chang'an jauh-jauh dan menghindari keadaan yang tak menguntungkan baginya itu. Ketika Liu Che untuk pertama kalinya menanyai Huo Qubing, hanya ada sedikit orang di tempat itu, setelah itu, kabar tentang kejadian itu juga ditutup-tutupi. Kenapa saat itu hanya sedikit orang yang tahu, dan sekarang semua orang di istana mengetahuinya" Kenapa tiba-tiba begitu banyak orang berani memakzulkan Huo Qubing" Di istana sekarang, kekuatan apa yang dapat menyerang Huo Qubing dengan begitu hebat walaupun kaisar jelas-jelas melindunginya" Huo Qubing seakan tak melihat badai di istana itu, ia terus bersikap seperti biasa. Ia sepertinya diam-diam memberi semangat pada orang-orang yang ingin memakzulkan dirinya, sebenarnya ia dapat melakukan sesuatu untuk menghentikan badai itu, akan tetapi ia hanya dengan hambar menonton badai dalam istana itu mengamuk makin hebat. Sebelum berangkat ke Shuofang, untuk pertama kalinya, Huo Qubing melanggar kebiasaannya sendiri, ia mengambil inisiatif untuk ikut campur dalam urusan istana, langkahnya mengejutkan, ia mohon kaisar mengangkat ketiga pangeran sebagai raja muda, dipimpin oleh Liu Bo. Hamba Menteri Perang Qubing mengajukan petisi pada Yang Mulia Kaisar dengan jaminan nyawa sendiri: Yang Mulia memberi titah pada hamba Qubing untuk menebus kesalahan dengan menjaga perbatasan. Hamba yang tak lebih dari anjing atau kuda, dengan jaminan nyawa sendiri, mohon Yang Mulia menganugerahkan kedudukan pada para pangeran di hari keberuntungan di tengah musim panas. Surat ini hanya ditujukan pada Yang Mulia seorang. Hamba Qubing sekali lagi menghaturkan sembah. Setelah selesai menulis petisi yang berisi permohonan pengangkatan ketiga pangeran itu, Huo Qubing memberikannya padaku, setelah membacanya dengan teliti, aku mengembalikannya padanya, "Bagus sekali! Sangat sopan dan rendah hati, tapi orang yang benar-benar sopan dan rendah hati tak akan menulis petisi semacam ini. Entah apa pendapat kaisar tentangnya?" Huo Qubing tersenyum dan menyimpan petisi itu, tak lagi banyak bicara. Setelah diangkat menjadi raja muda, seorang pangeran harus meninggalkan Chang'an dan pergi ke wilayahnya. Mereka nampaknya memiliki wilayah kekuasaan sendiri, namun sebenarnya hal ini menghentikan ambisi mereka untuk berebut kekuasaan dengan putra mahkota di Chang'an. Tindakan drastis yang diambil Huo Qubing dalam keadaan mendesak itu bagai sebutir batu yang menimbulkan seribu gelombang, pertarungan pun memenuhi danau, pertarungan diantara faksi yang mendukung putra mahkota dan faksi yang menolaknya menjadi panas. Para pejabat yang sebelumnya merasa untuk sementara tak perlu ikut dalam pertarungan itu sekarang mau tak mau harus memikirkan harus berpihak pada siapa. Liu Che belum menjawab permohonan Huo Qubing, kedua kubu di istana sama-sama tak mau mengalah. Beberapa hari kemudian, Perdana Menteri Zhuang Qingdi, Penasehat Kekaisaran Zhang Tang, Menteri Upacara Zhao Chong, Li Si dan Guru Muda Putra Mahkota Ren An bersamasama menandatangani sebuah petisi mendukung Menteri Perang Huo Qubing. Liu Che masih tak menjawab. Setelah itu, Zhuang Qingdi, Zhang Tang, Gongsun He dan para pejabat tinggi lainnya kembali mengajukan permohonan itu hingga empat kali berturut-turut, mereka berkata bahwa mereka mempertaruhkan nyawa mereka sendiri, namun pengikut mereka semakin banyak, diam-diam ada seratus pejabat yang mendukung mereka, suara-suara yang menentang pun perlahanlahan ditekan, hingga akhirnya hampir tak terdengar suara apapun. Liu Che masih tak memberi jawaban juga. Permohonan untuk mengangkat para pangeran itu dilontarkan oleh Huo Qubing, namun sejak itu ia tak berbuat apa-apa, hanya dengan hambar menonton keadaan dalam istana. Melihat usahanya hampir berhasil, dahinya justru berkerut, "Bagaimana paman bisa membiarkan keadaan menjadi seperti ini" Ai! Rupanya saat ini ia tak bisa menahan begitu banyak orang yang terlalu ambisius. Sekarang kaisar sedang gagah-gagahnya, perbuatan seperti ini, walaupun kaisar menyetujuinya, akan membuat kaisar semakin takut pada kekuatan putra mahkota dan keluarga Wei". Aku berkata, "Keluarga Wei adalah kekuatan yang diciptakan oleh kaisar, namun sekarang ia tak dapat mengendalikan mereka, kalau Jenderal Wei tak bisa mengendalikan keluarga Wei, hal ini tak aneh. Permaisuri, Putri Pingyang, putri tertua, putra mahkota, para jenderal dan adipati, berapa banyak orang yang berkepentingan di dalamnya" Kekuatan mereka semakin besar, jangan-jangan akan banyak pertentangan diantara mereka. Coba lihat keluarga Lu, Dou dan Wang di masa lalu, benar-benar tak mudah bagi Jenderal Besar Wei untuk mengendalikan mereka sampai sekarang". Qubing tersenyum getir, "Benar! Setiap orang punya ambisi dan keinginannya sendiri-sendiri, bukankah aku juga demikian" Aku tahu bahwa dari hari ke hari kaisar menjadi makin waspada terhadap kekuatan putra mahkota, ia tak ingin kekuatan putra mahkota terlalu cepat berkembang dan ingin menggunakan pangeran lain untuk mengendalikan putra mahkota, namun aku telah memberikan sebuah masalah pelik baginya". Semua orang di dalam dan luar istana sedang menunggu keputusannya, masalah ini sudah menjadi masalah yang berbahaya, kalau Liu Che tak setuju, situasi dalam istana akan menjadi mengerikan. Kurasa saat ini banyak kerabat kekaisaran dan bangsawan tak dapat tidur nyenyak, buktinya, bisnis rumah hiburan dan rumah bordil bertambah ramai. Di saat seperti ini, tiba-tiba Nyonya Li mengundangku. Hal ini benar-benar diluar dugaan, aku pun menduga-duga apa yang hendak dilakukannya. Huo Qubing melemparkan titah itu ke samping, lalu berkata dengan hambar, "Tak ada bagusnya, berpura-puralah sakit untuk menolaknya". Setelah berpikir sejenak aku berkata, "Kabarnya ia sakit-sakitan, aku ingin menemuinya. Lagipula, dengan mendengarkan perkataannya, kita akan dapat mengetahui maksud musuh". Huo Qubing merasa tindakanku berlebihan, namun ia tak ingin menentang keinginanku, ia tersenyum dan berkata, "Terserah padamu, kebetulan aku juga ingin mengunjungi permaisuri, ayo masuk istana bersama!" Sebelum tiba di tempat, aku telah mencium bau obat yang pekat. Di balik tirai, Li Yan memberi perintah pada gadis pelayan dengan suara pelan, "Suruh Jin Yu masuk". Rasa heran nampak di mata gadis pelayan itu, ia menyingkapkan tirai agar aku dapat masuk. Wajah Li Yan pucat pasi, namun pipinya merah padam. Walaupun tak paham ilmu pengobatan, aku merasa bahwa sakitnya tak ringan. Sambil tersenyum ia menunjuk ke sisi dipan, "Duduklah sedikit lebih dekat agar aku tak usah mengerahkan tenaga untuk berbicara". Senyumnya tak seperti dahulu, tapi agak mirip senyumnya ketika kami saling mengenal untuk pertama kalinya, tenang dan ramah, tak terlalu berjarak dan waspada. Aku menurutinya dan duduk di dekatnya, sambil tersenyum ia memandangiku, "Kau kelihatannya begitu cantik dan sehat, masih mekar dengan semarak, sedangkan aku sudah melayu". "Jangan berkata seperti itu, di istana ada tabib yang pandai, kalau beban pikiranmu hilang, kau akan sembuh". Ia tersenyum, "Aku lebih memahami keadaan tubuhku dari siapapun juga, hari-hariku tak banyak lagi. Aku terus menerus Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo bermuslihat, namun kehilangan lebih banyak daripada yang kuperoleh. Jin Yu, apakah kau masih membenciku?" Peristiwa demi peristiwa di masa lalu berkelebat dalam benakku: gadis bermata jeli yang bercadar tipis itu; gadis yang wajahnya dapat meruntuhkan negara namun selalu sedih itu; gadis yang mengajariku meniup seruling dan tertawa di bawah sinar lentera itu?". Aku menggeleng-geleng, "Aku tak ingin membencimu. beberapa tahun belakangan ini aku menemukan sebuah prinsip, yaitu bahwa sebelum menghancurkan musuh, kebencian sering terlebih dahulu menghancurkan diri kita sendiri. Aku ingin melupakannya, dan ingin mengingat peristiwa-peristiwa yang mengembirakan dalam hidup, ingin mencampakkan semua yang tak menyenangkan di belakangku, lalu terus berjalan ke depan. Hidup manusia hanya beberapa puluh tahun yang pendek, kalau kita menjalaninya dengan terburu-buru, mungkin kita tak punya waktu untuk melihat banyak sekali hal yang bagus atau menarik. Kalau kau tak punya waktu untuk menikmati hidup dan justru punya tenaga untuk membenci, lebih baik kau menggunakannya untuk menikmati kebahagiaan yang telah kau miliki". Li Yan berpaling dan terbatuk, aku segera mengambil sapu tangan dan memberikannya padanya, ketika ia meletakkan sapu tangan itu di sampingnya, sapu tangan itu telah penuh bercak darah. Hatiku sedih, namun ia tersenyum seakan sama sekali tak memperdulikannya, "Xiao Yu, nasibmu baik, oleh karenanya kau dapat berkata seperti ini. Dalam hidup ini ada dendam yang tak dapat dilupakan, contohnya aku. Kalau ada orang yang mencelakai Huo Qubing, apakah kau dapat memaafkannya" Apakah kau dapat melupakannya" Apakah kau dapat membiarkannya begitu saja" Jangan-jangan kau akan mempertaruhkan nyawamu sendiri untuk membalas dendam". Tanpa menunggu jawabanku, ia melambaikan tangannya, "Karena keadaan sudah seperti ini, kita tak perlu bertengkar lagi. Hari ini aku mengundangmu hanya karena ingin memohon suatu hal padamu dan bertanya tentang suatu hal padamu". "Silahkan katakan, kalau aku dapat melakukannya, aku akan berusaha sekuat tenaga melakukannya". "Jin Yu, hatiku sudah mati, aku tak memperdulikan apapun juga. Namun aku tak bisa melupakan orang-orang terdekatku yang kuseret ke dalam pertarungan ini karena sikapku yang egois. Aku tak mengkhawatirkan Bo er, asalkan aku mohon kaisar menyetujui permohonan Huo Qubing untuk mengangkatnya menjadi raja muda, Bo er akan meninggalkan Chang"an jauh-jauh dan tentunya akan dapat menghindari semua ini, akan tetapi, kakak-kakakku tak akan dapat menghindar, terlebih lagi kakak kedua, semakin lama ia semakin haus kekuasaan". "Aku mengerti maksudmu, akan tetapi Li Yan, kau harus mengerti bahwa hal ini tergantung pada Li Guangli, kalau ia tak bisa menahan diri dalam bertindak, cepat atau lambat akan timbul masalah. Sedangkan mengenai Qubing, kau tak usah khawatir, kurasa"..kurasa setelah kaisar mengabulkan permohonannya, kemunginan besar ini adalah hal terakhir yang dilakukan Qubing untuk putra mahkota dan keluarga Wei". Kehidupan luar biasa Huo Qubing sejak kecil hingga dewasa, dan kedudukan penting yang diperolehnya pada usia delapan belas tahun dari kaisar tak dapat dipisahkan dari hubungannya dengan keluarga Wei, asalkan dalam hatinya ia menganggap hutang budinya pada mereka sudah terbalas, sejak saat ini, keluarga Wei adalah keluarga Wei, dan dirinya adalah dirinya. Li Yan nampaknya tak memahami maksud perkataanku, dengan kebingungan ia berkata, "Hal terakhir?" Melihatku tak hendak menjelaskannya, ia tersenyum dan tak banyak bertanya lagi, "Aku akan berusaha sebisaku untuk memperingatkan dan mengekang kakak kedua, akan tetapi tentang apakah ia akan menurut atau tidak, aku tak dapat berbuat apa-apa. Kaisar akan merindukanku dan tentunya akan bersikap sedikit lebih lunak padanya. Aku sudah berusaha sebisaku, dan sekarang hanya dapat menundukkan diri pada kehendak Langit saja". Li Yan memandangi asap tipis dari pedupaan tanpa berkata apaapa, untuk beberapa lama ia diam seribu bahasa, aku pun tak bersuara, dengan diam menunggunya menanyakan hal yang ingin ditanyakannya. "Li"..Li Gan, apa yang dikatakannya menjelang ajal?" Ini adalah yang pertama dari dua keinginan Li Yan yang belum terpenuhi menjelang ajalnya, kalau Li Gan di alam baka tahu akan hal ini, ia akan dapat memejamkan matanya dengan puas. Diam-diam aku menghela napas dan mengeluarkan lengan baju berlumuran darah itu dari saku dadaku, lalu memberikannya pada Li Yan. Dengan terpana Li Yan memandang sapu tangan itu, kabut perlahan-lahan muncul di matanya, bagai butir-butir mutiara yang terlepas dari ikatannya, air matanya jatuh setetes demi setetes di atas lengan baju itu. Tiba-tiba aku mengigit telunjukkku sendiri, dan menyelesaikan tulisan huruf "li" yang belum selesai itu dengan tetesan darahku sendiri. Bercak darah yang lama sudah menghitam, sedangkan darah baru masih merah menyala, gelap dan terang saling kontras satu sama lain, tak saling bercampur, melainkan saling berlawanan, seperti takdir mereka yang tak bisa bersatu dalam kehidupan ini. Ia mengangkat lengan baju itu dan melihatnya sekali lagi, lalu memberikannya padaku, "Dalam kehidupan ini aku akan kembali mohon bantuanmu. Bantu aku membakarnya di depan makan LI Gan". Aku mengangguk-angguk. Sambil tersenyum ia mengenggam tanganku, aku pun balas mengenggam tangannya. Ia tersenyum ke arahku, cantik jelita bagai sekuntum bunga, seperti saat kami pertama kalinya bertemu bertahun-tahun yang lampau, senyumnya bagai rembulan muram ketika ia membuka cadarnya hari itu, "Xiao Yu, pulanglah! Aku akan mohon kaisar untuk memberikan Shan er pada kalian, tapi kedudukan Jenderal Huo sekarang"..kaisar sepertinya tak akan mengizinkannya, kuharap kau tak mendendam padaku. Kalau pada suatu hari pasukan Han benarbenar tiba di depan kota Loulan, kumohon kau mengingat persahabatan kita ketika kita saling mengenal dan mohon pada Jenderal Huo untuk berbelas kasihan pada rakyat jelata yang tak berdosa, untuk mengekang pasukannya dan tak membunuh mereka". Aku merapikan rambut di pelipisnya, lalu memapahnya agar dapat kembali berbaring di atas bantal, "Sakitmu sepenuhnya disebabkan karena pikiran, tak usah khawatir, kalau benar-benar ada suatu hari seperti itu, aku pasti akan berusaha sebisaku. Jangan lupa, Xiyu pun terhitung separuh kampung halamanku". Ia memejamkan matanya, suaranya amat lirih, seakan berkata pada dirinya sendiri, "Aku amat lelah, lelah sekali, sebentar lagi aku akan dapat beristirahat, kalau ibu melihatku, tentunya ia tak akan menyalahkanku" Aku sudah berusaha sebisaku, entah apakah ia sudah berjumpa dengan ayah atau belum. Aku ingin mendengar lagu gembala di tepi Sungai Kongque, arak Qiongyao yang harganya sepuluh ribu tahil emas kenapa tak seenak air Sungai Kongque" Sebenarnya yang kuinginkan hanya menari dan menyanyi di sekeliling api unggun di malam hari, dan pergi mencari padang rumput untuk sapi dan domba bersama orangorang yang kucintai di siang hari, aku lebih suka pinggangku menjadi gemuk karena melahirkan banyak anak, lebih suka tanganku menjadi kasar dan pecah-pecah karena mencabut bulu domba?"" Dengan pelan aku bangkit, lalu berjalan keluar. Para gadis pelayan telah diusir keluar, saat ini, di dalam istana yang luas dan gelap hanya ada Li Yan yang terbaring di balik kelambu, seumur hidupnya ia selalu sebatang kara. Sebelumnya aku selalu ingin bertanya, apakah ia menyesal telah memilih untuk masuk ke istana, namun hari ini, semua hutang budi dan dendam sudah hilang, aku hanya berharap agar ia dapat pergi dengan tenang. Bagi dirinya sendiri, ia benar-benar telah berusaha sekuat tenaga. Kalau semua wanita Loulan seperti dirinya, andaikan Liu Che hendak menaklukkan Xiyu, walaupun mungkin akan berhasil, ia harus menghabiskan harta Dinasti Han dan mengorbankan banyak orang. Kalau menang, rakyat jelata menderita, kalau kalah rakyat jelata pun menderita, tak perduli apakah menang atau kalah, selamanya rakyat jelata yang tak bersalahlah yang keluarganya akan tercerai-berai. Aku memberitahu gadis-gadis pelayan yang berjaga di luar agar masuk ke dalam, ketika aku hendak pergi, gadis pelayan yang selalu melayani Li Yan menarikku, "Nona Jin, mohon bantuanmu untuk menasehati niangniang agar ia mau menemui kaisar". Wajahku kebingungan tak paham, ia pun menjelaskan, "Setelah niangniang sakit berat, ia tak mau menemui kaisar lagi, setiap kali kaisar datang, ia paling-paling hanya berbicara dengan kaisar dari balik kelambu, sekarang kaisar amat geram, ia beberapa kali ingin memaksa masuk, tapi khawatir sakitnya akan bertambah parah". Tanpa berkata apa-apa, aku berpikir sejenak, lalu berpaling memandang istana di belakangku. Li Yan, apakah kau menggunakan siasat ini untuk mengukir dirimu lebih dalam dalam hati Liu Che" Apa yang tak bisa didapatkan oleh kaisar yang memiliki semuanya di kolong langit ini" Akan tetapi ia akan segera kehilangan dirimu, di saat kau sedang paling cantik, dan di saat ia paling ingin melihat wajahmu sekali lagi. Aku mengangguk pada gadis pelayan itu, "Maaf, aku tak bisa melakukannya". Setelah selesai berbicara, aku cepat-cepat pergi. Di dalam kereta kuda, Qubing memandangiku tanpa berkata apaapa, namun juga tak mengusikku, ia membiarkanku termenung dengan diam. Setelah beberapa lama, tanpa ujung pangkal, aku berkata, "Kaisar akan berjanji untuk menganugerahkan gelar raja muda itu". Alis Huo Qubing sedikit terangkat, "Apakah Nyonya Li dapat dengan begitu mudah melepaskan masalah ini?" Ia segera bereaksi, "Apakah ia benar-benar tak dapat bertahan lagi?" "Ya, pada dasarnya tubuhnya lemah, sekarang tubuh dan pikirannya sudah lemah, demi keselamatan putranya, sebelum meninggal ia akan memohon kaisar untuk menganugerahkan gelar raja muda pada para pangeran, sekarang para pejabat pendukung putra mahkota di istana sudah berkali-kali memohon, kalau Li Yan juga memohon kaisar untuk memenuhi permintaan terakhirnya, kaisar pasti akan menyetujuinya". Huo Qubing tak merasa girang, ia malahan menghela napas panjang, lalu menarikku ke dalam pelukannya, aku pun memeluknya erat-erat, lalu mendadak teringat akan pertanyaan Li Yan yang barusan ini belum kujawab, kurasa Li Yan tak ingin aku menjawabnya, karena ia sudah tahu dengan jelas jawabanku yang sebenarnya, mau tak mau pelukanku menjadi semakin erat, "Qubing!" "Ya?" "Kau harus selamanya bersamaku!" Pelukan Huo Qubing bertambah erat, bagai seribu jun kuatnya, "Baik!" Bunga persik melayu, menari-nari ditiup angin, luruh dan membuat bumi menjadi merah, wanita cantik yang dapat meruntuhkan negara pun seperti bunga yang luruh, jiwanya yang wangi tersebar di tengah angin. Di hari terakhir hidup Li Yan, akhirnya kaisar berjanji untuk menganugerahkan gelar raja muda pada para pangeran, Li Yan pun pergi dengan senyum di wajahnya. Li Yan meninggalkan legenda yang tak terhitung banyaknya tentang kecantikannya, meninggalkan kerinduan yang tak berbatas pada Liu Che, dan meninggalkan legenda tentang gadis miskin yang menjadi wanita yang paling dicintai kaisar, namun perjuangan pahit di baliknya telah terkubur tanpa jejak di dunia yang fana ini, diriku, satu-satunya orang yang mengetahui rahasianya, akan memendam semuanya di lubuk hatiku yang terdalam. ?"?"?"?"?"?" Huo Qubing mengajakku meninggalkan Chang"an, menapaki jalan ke Shuofang. Sebelum pergi, ia mohon agar diizinkan membawa Shan er pergi bersama kami, namun kaisar merasa tubuh Shan er tak sehat, sedangkan Shuofang sangat dingin, sebaliknya, di istana ada tabib pandai, oleh karenanya ia menolak permohonannya. Huo Qubing tak banyak berbicara tentang hal-hal lain, namun Zhao Ponu memberitahuku bahwa Wei Kang sedang merencanakan sesuatu, ia pun mohon pada kaisar agar diperbolehkan menemani kami. Entah karena pertimbangan apa, walaupun tahu dengan jelas bahwa Wei Kang dan Huo Qubing tak cocok, kaisar mengabulkan permohonannya. Aku tak ingin memikirkan hal-hal yang tak menyenangkan itu, hanya berpikir bahwa akhirnya aku akan meninggalkan Chang"an, dan segera akan bertemu dengan putraku, putraku yang langsung meninggalkanku begitu dilahirkan. Setelah merasa girang, aku juga samar-samar merasa sedih, saat bertemu dengan putraku juga berarti saat mengucapkan selamat tinggal pada Jiu Ye, hampir setahun aku telah tak berjumpa dengannya, apakah ia sekarang baik-baik saja" Namanya menjaga kota, namun Shuofang telah direbut Jenderal Besar Wei Qing dari tangan bangsa Xiongnu bertahun-tahun yang silam, dan setelah bertahun-tahun diperintah oleh Jenderal Besar Wei, telah menjadi amat kuat, lagipula, saat ini bangsa Xiongnu telah melarikan diri jauh ke utara Gurun Gobi, sebenarnya tak ada yang perlu dijaga. Di sepanjang jalan ke barat itu, Huo Qubing berjalan dengan amat santai, kalau menemukan pemandangan yang kusukai, ia sering berhenti, dan setelah aku puas bermain, baru meneruskan perjalanan lagi. Sebenarnya hatiku amat cemas, akan tetapi, semakin tegang, aku semakin menahan kecemasanku, khawatir kelihatan aneh dan mengundang kecurigaan orang lain. Wei Kang mewarisi sikap tegas Wei Qing dalam memimpin pasukan, namun tak memiliki sikap rendah hati dan pandai menahan diri Wei Qing, dalam dirinya lebih banyak sikap angkuh seorang bangsawan. Ia sangat tak puas terhadap cara Huo Qubing memimpin pasukan dengan sesuka hatinya, setiap kali Huo Qubing berkata hendak berhenti beberapa hari, ia selalu menentang, namun perkataannya dianggap angin lalu oleh Huo Qubing, ia sama sekali tak menghiraukan Wei Kang. Wajah Wei Kang semakin lama semakin tak enak dilihat, karena tahu menentang tak ada gunanya, ia tak lagi berkata apa-apa dan hanya menutup mulutnya saja, akan tetapi, di belakang punggung Huo Qubing, pandangan matanya semakin gelap dan penuh kebencian. Kami berjalan, berhenti dan bermain, dan akhirnya tiba di Shuofang, setelah Huo Qubing mengatur segalanya, ia mengajakku bertamasya ke segala penjuru. Kebanyakan prajurit di Shuofang adalah bekas bawahan Wei Qing, begitu Wei Kang tiba, ia semakin angkuh, akan tetapi Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo karena tak mempunyai senjata dan tak banyak yang harus dikerjakan, tak ada kesempatan baginya dan Huo Qubing untuk bertengkar. Perbedaan suhu dalam sehari dan semalam di padang pasir besar, walaupun di siang hari panasnya membuat orang terpanggang, begitu sang mentari tenggelam di balik gunung, hawa segera menjadi sejuk. Aku dan Huo Qubing sering menunggang kuda cepat dan berkuda semalaman di padang pasir, terkadang aku merasa bahwa sangat baik kalau dapat tinggal di Shuofang seperti ini dan meninggalkan Chang"an jauhjauh, namun aku tahu bahwa hal ini mustahil, bersama dengan semakin besarnya putra mahkota, kekuatan keluarga Wei pun semakin besar, Qubing adalah satu-satunya orang yang dapat mengendalikan kekuatan Wei Qing di markas, kaisar tak akan dengan mudah melepaskannya, dan kalau kaisar tak melepaskannya, Qubing akan berada dalam bahaya, dan semakin besar kekuatan putra mahkota, semakin besar pula bahaya yang mengancamnya. Huo Qubing mengajakku mengenang masa lalu, di kejauhan aku melihat Mingsha Shan. Saat itu tanggal lima belas, bulan purnama tergantung di atas puncak gunung, sinarnya yang terang-benderang menyelimuti padang pasir. Hatiku bergejolak, aku mendongak dan berseru keras-keras, lalu segera melompat turun dari kuda, sambil tertawa, aku berlari secepat-cepatnya ke mata air itu. Di Chang"an, aku selamanya tak dapat berbuat seperti ini, saat ini aku benar-benar merasa telah meninggalkan Chang"an. Melihatku kegirangan, tak seperti di sepanjang perjalanan, kegirangan spontan yang berasal dari lubuk hati terdalamku, Huo Qubing tertawa terbahak-bahak. Di tepi mata air, kami berdua menikmati bulan purnama, pasir yang keperakan dan air yang hijau bagai kumala. "Yu er, apa kau tahu apa yang paling kusesali seumur hidupku?" Aku mencopot sepatu, lalu mencelupkan kakiku di mata air, setelah berpikir keras sejenak, aku berkata, "Tak mendapat kesempatan untuk bertarung satu lawan satu dengan Yizhixie, karena Jenderal Besar Wei Qing telah mengalahkan kekuatan Shanyu Xiongnu". Ia mencopot sepatu dan kaus kakinya, lalu merendam kakinya di mata air, "Kemenangan dalam perang tak tergantung pada kekuatan seseorang, melainkan tergantung pada kerja sama dan kekuatan semua orang, paman menghadapi Shanyu, aku menghadapi Raja Bijak Kiri, siapapun yang mengalahkan sang Shanyu tak penting, yang penting adalah meraih kemenangan dengan bekerja sama secara harmonis". "Kematian Li Gan?" Ia menggeleng-geleng, "Walaupun aku tak turun tangan, ia tak akan dapat menghindari kematian, lagipula, lelaki sejati yang berdiri di bawah langit, kenapa harus menyesal" Ia harus melakukan yang harus dilakukan olehnya, walaupun merasa kasihan, namun tak menyesalinya". Aku bermain air dan sambil tertawa berkata, "Semuanya salah, aku tak mau menebak lagi". Ia terdiam sesaat, matanya memandang ke permukaan air, "Penyesalanku yang terbesar adalah, ketika meninggalkan Yueya Quan bertahun-tahun yang silam, walaupun jelas tahu bahwa kau akan datang ke Chang"an, aku tak memberitahukan identitasku padamu". Aku sedang menunduk sambil bermain air, mendengar perkataannya, senyumku membeku, tanganku masih mengadukaduk air, tapi hatiku tak lagi riang gembira. Sebenarnya di tepi mata air ini, orang yang pertama kukenal dan yang pertama kuucapi selamat tinggal, sama sekali bukan dirinya. Suara percakapan kami berdua mendadak menghilang, suara air di tanganku menjadi satu-satunya suara di padang pasir, cahaya rembulan menonjolkan kesunyian yang canggung itu. Huo Qubing menggelitik telapak kakiku dengan kakinya, aku takut geli dan cepat-cepat menghindar, tapi kakinya bergerak dengan lincah, bagaimanapun juga aku tak dapat menghindarinya, setelah beberapa kali bertarung, tanpa terasa perasaan canggung itu telah terusir pergi. Sambil tersenyum aku berkata, "Kalau kau menindasku lagi, aku akan melawan". Selagi berbicara, aku telah meraup air dan menyiramkannya ke wajahnya. Dengan tangannya, ia mencipratkan air ke arahku, sudut-sudut bibirnya terangkat, wajahnya menyeringai nakal, tiba-tiba ia menjejak air keras-keras, "Byur!", sekujur tubuh kami berdua pun basah kuyup. Aku meraung, "Sekujur tubuh basah kuyup, bagaimana bisa pulang" Nanti tubuh kita akan penuh pasir". Sambil tertawa ia mencebur ke dalam air, "Karena sudah basah kuyup, sekalian tak usah pulang saja, kita akan bermalam di sini, setelah matahari terbit besok, kita akan jemur pakaian sampai kering, lalu pulang". Sambil menanggalkan jubah luarnya dan dengan enteng melemparkannya ke tepi air, ia melirikku dengan penuh arti. Dengan kesal, aku menunjuk dirinya, "Kau sudah merencanakan semua ini". Sambil tertawa girang ia menarikku,, "Apa tak sayang, kalau tempat yang begitu bagus ini tak dimanfaatkan dengan baik?" Aku memasang muka tembok, tak sudi ikut dengannya masuk ke dalam air, namun ia sama sekali tak menghiraukanku, senyum memenuhi wajahnya, sebuah tangannya menarikku, sedangkan yang sebuah lagi menggelitik telapak kakiku, untuk sesaat aku mencoba menghindar namun tak dapat menghindar lagi, tak dapat bertahan dari godaannya, dengan tak berdaya aku pun menurutinya masuk ke dalam air. Ia menarikku untuk berenang ke tengah mata air, tiba-tiba aku memberi isyarat padanya agar berhenti bersuara, dengan heran ia berhenti, lalu mendengarkan dengan seksama. Ternyata suara itu suara seruling, melayang-layang dari suatu tempat yang amat jauh, suaranya sedikit demi sedikit bertambah keras, seakan orang yang meniup seruling itu sedang berjalan dengan amat cepat ke arah Yueya Quan. Tak lama kemudian, Huo Qubing pun mendengarnya, dengan kesal ia menggerutu, "Di Xiyu muncul seorang gila, orang gila yang di tengah malam bukannya enak-enak tidur di rumah tapi malahan berkeliaran tak tentu arah sambil meniup seruling di padang pasir". Aku tertawa dan berkata, "Para pelanggar hukum Han Agung dan Xiongnu, atau orang angkuh yang tak mau terikat oleh hukum, sering berkumpul di Xiyu, di tempat ini ada berbagai negara yang saling mempengaruhi, sebuah tempat dimana orang baik dan jahat berkumpul, sangat tak aneh kalau ada beberapa orang gila di sini". Aku berenang ke tepi air, dengan enggan, Huo Qubing pun mengikutiku. Suara seruling itu berubah, dari riang gembira berubah menjadi Pusaka Hantu Jagal 1 Pendekar Kembar 16 Geger Pantai Rangsang Raja Silat 27

Cari Blog Ini