Balada Padang Pasir 3
Balada Padang Pasir Karya Tong Hua Bagian 3 Li Yannian berjalan di depan, seorang pemuda yang wajahnya mirip dengannya, namun tak setampan dirinya, dan jauh lebih kasar darinya, mengikuti di belakangnya, sedangkan wanita yang berada di sisinya....... Pakaiannya putih seluruhnya, perawakannya tinggi langsing, cara berjalannya gemulai seakan sedang menari, tubuhnya cenderung kurus, namun lengan bajunya yang melambai-lambai seiring langkahnya yang gemulai membuatnya nampak anggun. Hong Gu mengumam, "Ternyata berjalan juga bisa seperti menari". Wajahnya ditutupi cadar sutra tipis, aku tak bisa melihat rupanya, namun sepasang matanya sudah cukup. Cantik jelita, dingin dan hangat, pedang dan golok seakan berkilauan. Dalam sekejap, matanya telah menyapu semuanya, namun aku belum mengetahui apapun tentang dirinya. Kilau pedang dan golok" Menarik sekali! Senyum mengembang di bibirku. Hong Gu menghela napas dengan pelan, lalu kembali beberapa kali menghela napas. Hanya dengan sosoknya, ia telah membuat Hong Gu yang telah melihat wanita cantik yang tak terhitung banyaknya tak kuasa berbicara. Li Yannian menghormat, "Ini adik lelakiku, namanya Guangli, ini adik perempuanku, namanya Yan". Mereka berdua menghormat padaku, aku pun bangkit, membalas penghormatan mereka. Aku membawa Li Yannian dan adik-adiknya melihat-lihat kamar mereka, Li Guangli nampak sangat puas, wajahnya berseri-seri, ia tak henti-hentinya berjalan keluar masuk. Wajah Li Yannian tak berekspresi, namun ia nampak mengamati ruangan itu dengan seksama, sepertinya ia juga merasa puas. Namun Li Yan tak ikut masuk ke dalam kamar, matanya hanya menyapu rumah dengan hambar, lalu jatuh di atas wajahku. Aku bangkit dan tersenyum ke arahnya, ia berkata, "Walaupun kepandaian bermain qin kakakku luar biasa, tapi bagaimanapun juga ia baru pertama kalinya datang di Chang'an, ia belum pantas diperlakukan seperti ini oleh fangzhu". Suaranya sama sekali tak merdu seperti suara seorang gadis, akan tetapi berat dan dalam, kalau kau mendengarkannya dengan seksama, kau baru dapat mendengarnya dengan jelas, selain itu, kau juga akan merasa seakan ada seseorang berbisik di telingamu di tengah kegelapan malam, dan dengan samar-samar menggelitik hatimu. Aku mengangkat bahuku seraya berkata, "Aku sangat tak ingin menarik perhatian orang, akan tetapi aku benar-benar ingin membuat kalian betah, kalian semua, tak hanya Li Shifu. Lagipula, aku lebih suka semuanya langsung selesai, dan tak menunggu kalian baru pindah rumah beberapa hari lagi, hal ini merepotkan bagiku, dan juga merepotkan bagi kalian". Li Yan berkata, "Kami semua?" Aku tersenyum dan berkata, "Kepandaian bermain qin kakakmu luar biasa dan wajahnya rupawan. Sang adik hanya dari sendratariku sudah berusaha menerka maksudku. Bagaimana aku bisa mengecewakan seorang sahabat yang mengerti isi hatiku?" Aku sengaja menekankan kata 'maksudku' dan 'sahabat yang mengerti isi hatiku'. Perlahan-lahan, senyum muncul dalam sinar mata Li Yan, "Ternyata pemikiran fangzhu memang cemerlang". Aku tak tahu apakah diantara kaum wanita ada perasaan saling mengagumi diantara sesama orang berbakat, akan tetapi ini adalah satu-satunya perkataan yang dapat kupakai untuk mengambarkan perasaanku saat itu. Aku menelengkan kepalaku dan berkata, "Kita serupa, namaku Jin Yu". Dengan anggun ia menanggalkan cadarnya, "Namaku Li Yan". Mau tak mau aku menghela napas, hatiku penuh rasa kagum, aku bukannya belum pernah melihat wanita cantik, namun ia tak hanya cukup disebut cantik saja, ternyata di dunia ini ada kecantikan yang membuat orang lupa daratan, seandainya bintang-bintang jatuh karena dirinya, dan mentari dan rembulan tak bersinar karena dirinya, aku sama sekali tak heran. Semua tempat kosong telah penuh, pertunjukan dua hari mendatang juga sudah terjual habis. Karena sebelumnya aku sudah berkata demikian, selain persen yang didapat setiap orang dari para tamu, di akhir bulan, semua orang mendapat bayaran sesuai dengan peran masing-masing dalam sendratari itu, wajah para nona berseri-seri, bahkan Fang Ru pun nampak tersenyum. Ia telah menjadi termasyur karena lagu itu, dan ongkos untuk bertemu dengannya sekarang telah lebih tinggi dari penyanyi paling terkenal di Tianxiang Fang. Selain ongkosnya naik, mereka juga harus menunggu apakah Fang Ru bersedia menerima tamu atau tidak, bagi orang kebanyakan, satu-satunya kesempatan untuk melihatnya hanya di pentas Hua Yue Nong sehari sekali saja. Di teater, selain kursi-kursi di meja teh di bawah, di loteng terdapat ruangan-ruangan pribadi kecil, di luarnya tergantung tirai-tirai sutra atau bambu yang dapat dibuka atau ditutup, sehingga lebih nyaman bagi para wanita dan tamu-tamu terhormat untuk menonton sendratari. Aku mengajak Li Yannian dan adik-adiknya duduk di salah satu ruangan kecil itu, Li Yannian berkata, "Nona Yu, kami duduk di bawah saja, tak perlu memakai tempat yang begitu bagus ini". Aku tersenyum dan berkata, "Ini tempat simpanan yang tak kujual, memang sengaja dikosongkan, Li Shifu tak usah sungkan". Li Yan melirikku, matanya berkilat-kilat, seakan sedang bertanya, untuk siapa kau menyimpan tempat ini" Aku menelengkan kepalaku sembari tersenyum, kau tebaklah. Seorang gadis pelayan membuka pintu dan masuk, tanpa memberi salam pada Li Yannian dan adik-adiknya, ia cepat-cepat berkata, "Hong Gu mohon fangzhu cepat datang, kita kedatangan tamu terhormat, Hong Gu merasa fangzhu sebaiknya menyambutnya secara pribadi". Tiba-tiba aku bangkit, setelah menenangkan diri sejenak, aku kembali duduk, sang gadis pelayan menatapku dengan heran. Li Yannian tersenyum dan berkata, "Orang yang dinanti-nanti telah tiba?" Aku mengangguk, "Kurang lebih begitu, Hong Gu sejak kecil tumbuh besar di Chang'an, ia kenal semua orang terpandang, kalau tak ada sesuatu yang luar biasa, ia tak akan memanggilku". Li Yan berkata, "Apakah kami harus keluar?" Aku menggeleng, "Masih ada tempat kosong". Setelah berbicara aku minum seteguk teh, menenangkan pikiran, lalu bangkit, merapikan pakaian dan melangkah keluar. Hong Gu sedang mengajak dua orang berjalan di serambi, begitu melihatku, wajahnya tampak lega. Xiao Huo, bukan, Huo Qubing, yang rambutnya digelung di balik kopiah kumala dan mengenakan pakaian brokat mewah, sedang berjalan dengan wajah acuh tak acuh. Begitu melihatku, ia langsung menghentikan langkahnya. Senyum mengembang di bibirku, dengan anggun aku maju dan menghormat, "Huo Gongzi sudi berkunjung ke Luoyu Fang, sungguh suatu kehormatan besar". Ia mengamatiku untuk beberapa saat, mendadak alisnya yang tajam terangkat, dan ia pun tersenyum, "Kau benar-benar datang ke Chang'an!" Hong Gu memandangiku, lalu memandanginya, wajahnya nampak kebingungan. Mula-mula aku ingin sedikit mempermainkannya, tapi ia tersenyum-senyum dengan wajah tak berdosa. Aku merasa agak kesal dan bergerak ke samping, mempersilahkannya masuk. Sebelum sempat melangkah, seorang gadis pelayan berlari menghampiri bagai terbang, dengan dingin Hong Gu memarahinya, "Apa-apaan ini" Walaupun sedang tergesa-gesa, kau tetap harus bersikap sopan". Gadis pelayan kecil itu segera menghentikan langkahnya, dengan agak jengah ia melirikku, aku pun bertanya, "Ada apa?" Ia menarik napas dan berkata, "Tuan Wu datang, dan juga ada seorang pemuda berusia dua puluhan yang berwajah anggun, Tuan Wu memanggilnya Tuan Ketiga Shi, lalu di kereta kuda sepertinya masih ada orang juga". "Ah!", kataku sambil menjinjing gaunku, aku mendadak tersadar, segera berbalik lalu menghormat pada Huo Qubing, "Tiba-tiba ada urusan, mohon gongzi memaafkanku". Aku segera berkata pada Hong Gu, "Ajak Huo Gongzi duduk dulu". Setelah berbicara aku cepat-cepat berlari ke luar. Dari belakang si gadis pelayan berseru, "Di pintu samping!" Jiu Ye sedang mendorong kursi rodanya masuk ke dalam, Tuan Wu, Tianchao dan Shi Feng membuntuti di belakangnya. Sebelum aku tiba, suaraku telah sampai, dengan gembira aku bertanya, "Kenapa kau tak menyuruh orang datang untuk memberitahuku dulu?" Jiu Ye tersenyum dan berkata, "Aku juga baru memutuskan untuk datang, datang untuk melihat kau sebenarnya sedang sibuk melakukan apa, sehingga kemarin seharian tak pulang". Aku mengerutkan hidungku dan tertawa, lalu melangkah ke sisinya, "Kemarin malam aku bukan sedang sibuk, melainkan sedang melihat orang cantik. Nanti kau akan kuajak melihat si cantik itu". Ia tersenyum dan tak berkata apa-apa. Aku membawa mereka menyusuri serambi, sambil tersenyum lebar aku berkata, "Mohon tuan-tuan berdua naik tangga, tuan muda Shi juga mohon ikut". Tianchao dan Tuan Wu saling memandang namun tak bergerak. Melihat mereka berdua tak bergeming, Shi Feng pun terpaksa hanya dapat berdiri dengan tenang. Jiu Ye memberi perintah, "Kalian berdua pergi dahulu!" Mereka bertiga menghormat, lalu berjalan menuju tangga, aku mengajak Jiu Ye masuk ke dalam sebuah kamar yang sempit, kamar itu sebenarnya tak lebih dari sebuah kotak kayu, hanya cukup untuk aku dan Jiu Ye saja, selain itu, aku pun tak dapat berdiri dengan tegak, sehingga aku seakan berlutut di sisinya. Aku meminta maaf, "Untuk keamanan, aku tak berani membuatnya lebih besar". Setelah menutup pintu, aku menarik sebuah bel perunggu, tak lama kemudian, kamar kecil itu perlahan-lahan naik ke atas. Setelah terdiam sejenak, Jiu Ye bertanya, "Agak mirip keranjang gantung, apakah kau sengaja membuatnya?" Aku mendehem pelan. Di dalam kegelapan, suasana sunyi senyap, begitu senyapnya sehingga aku seakan dapat mendengar suara 'dag dig dug' jantung sendiri yang melompat-lompat. Sebenarnya lilin berada dalam jangkauan tanganku, tapi aku tak ingin menyalakannya, Jiu Ye juga tak menyinggungnya. Di ruang yang sempit itu kami berdua saling berdiam diri. Bau obat yang samar-samar tercium dari tubuh Jiu Ye menyeruak, menusuk hidungku, dan tanpa terasa membelit hatiku. Ketika kami tiba, sendratari sudah dimulai. Ketika aku sedang menyeduh teh, Tuan Wu berbisik di sisiku, "Lebih baik kau lihat keadaan Hong Gu, kau sudah membuatnya susah!" Mendengar kami berbisik-bisik, Jiu Ye mengangguk dan berkata, "Yu er, kalau ada sesuatu yang harus kau kerjakan, pergilah!" Aku berpikir sejenak, memberikan perangkat minum teh di tanganku pada Tianchao, lalu keluar dari ruangan itu. Begitu melihatku Hong Gu langsung mengangkat baki teh dan menaruhnya ke dalam tanganku, "Aku benar-benar sudah tak tahan lagi. Wajah tuan muda Huo itu bisa membuat orang mati beku, begitu ia masuk ke rumah ini, aku merasa telah kembali ke hari terdingin musim dingin, namun sayangnya, aku hanya mengenakan pakaian musim semi. Aku tersenyum dan memutar otak mencari bahan pembicaraan, tapi ia mengangkat sebelah alis pun tidak. Aku takut akan mati, karena rumah hiburan kita tak menyinggung Jenderal Besar Wei tapi malahan mengundang amarah penguasa Chang'an yang angkuh ini. Tapi begitu kau muncul, ia langsung tersenyum, aku tak tahu kalian sedang main apa, tapi kalau aku terus menemani kalian bermain, janganjangan nyawaku akan melayang". Sambil berbicara ia hendak pergi, namun aku menghalanginya, "Kau tak boleh pergi". Hong Gu berputar menghindariku, "Tapi kau fangzhu, sekarang waktunya kau memakai kekuasaanmu. Kami prajurit-prajurit keroco ini cukup membantu-bantu saja". Selagi berbicara, ia telah bergerak menjauh dan hanya menampakkan punggungnya saja. Dengan geram aku berkata, "Tak punya rasa setia kawan". Hong Gu berpaling dan berkata sembari tersenyum, "Mana yang lebih penting" Rasa setia kawan atau nyawa" Lagipula, fangzhu, aku percaya padamu. Aku akan mendukungmu dari belakang". Aku menghela napas, lalu mengusung baki teh sambil berjalan dengan perlahan, ketika para pengiring yang berdiri di depan pintu melihatku, mereka cepat-cepat membuka pintu, aku sedikit membungkuk untuk berterima kasih, lalu dengan pelan melangkah ke dalam ruangan. Tuan Muda Huo yang katanya dapat mengubah musim semi menjadi musim dingin itu sedang duduk dengan tegak di atas tikar, dengan wajah tanpa ekspresi, ia menonton adegan-adegan di atas panggung. Aku menaruh baki teh di atas meja, lalu menyuguhkan teh dengan kedua tanganku untuk memberi hormat kepadanya, ketika aku melihat bahwa ia tak bereaksi, aku malas membuka mulut dan hanya menonton saja. Dengan enteng Huo Qubing mengangkat cawan teh dan menghirupnya. Saat itu, Qiu Xiang yang berperan sebagai jenderal muncul di panggung, sambil membawa pedangpedangan, ia menyanyi dan menari, memaki bangsa Xiongnu tamak dan haus darah, dan hendak membela negara dengan kepandaiannya. Huo Qubing mendengus hingga air teh dalam mulutnya tersembur keluar, sebuah tangannya bertumpu pada meja, sedangkan tangan yang lainnya mengenggam cawan, kepalanya menunduk dan sekujur tubuhnya gemetar pelan, sehingga cawan dalam genggamannya bergoyang-goyang hampir jatuh. Aku cepat-cepat berputar ke hadapannya, merampas cawan itu dan menaruhnya di atas meja, lalu mengambil sapu tangan dan mengelap air teh yang tumpah di atas piring hidangan. Ia tak kuasa menahan tawa seraya menunjuk-nunjuk Qiu Xiang di panggung, "Kalau Jenderal Besar Wei seperti itu, jangan-jangan ia sudah dibunuh bangsa Xiongnu, bukan ia yang membunuh mereka". Aku teringat akan keperkasaan prajurit-prajurit Xiongnu di punggung kuda dan hatiku pun terasa geli, sambil menahan tawa aku bangkit, hendak kembali ke tempat dudukku semula, namun ia menarikku hingga berhenti, aku memandangnya dengan heran, ia pun berkata, "Dalam sendratari ini, kecuali yang berperan sebagai putri itu, tak ada yang pantas ditonton. Duduklah dan temani aku mengobrol, ada sesuatu yang ingin kutanyakan padamu". Aku menunduk dan berkata, "Baik, Huo Gongzi". "Xiao Yu, saat itu aku tak bisa memberitahukan identitas diriku padamu, kau masih boleh memanggilku Xiao Huo", dengan agak tak sabar ia berkata. "Sekarang kau percaya bahwa aku orang Han?" "Entahlah. Kemunculanmu sangat aneh. Kau sangat mengenal Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo alam Xiyu, kau menyebut dirimu orang Han, tapi kau sangat asing dengan dunia Dinasti Han, kalau kami sama sekali tak curiga, apakah menurutmu kami normal" Setelah itu kami berpergian bersamamu dan kami memastikan bahwa paling tidak kau tak bermaksud jahat. Tapi saat itu aku pergi ke Xiyu dengan menyamar, sehingga benar-benar tak bisa memberitahumu identitas diriku". Aku menunduk dan tak berkata apa-apa, semua yang dikatakannya sangat masuk akal. Dengan suara pelan ia bertanya, "Xiao Yu, apakah penjelasanku dapat kau terima?" Aku mengangkat kepalaku dan memandangnya, "Aku sangat mengenal Xiyu karena aku besar di tengah kawanan serigala, secara naluriah kami tak mungkin tersesat di gurun pasir. Sebenarnya aku belum pernah tinggal di Dinasti Han, oleh karenanya aku tak mengenalnya. Aku menganggap diriku orang Han, karena di sini aku orang Han". Aku menunjuk-nunjuk hatiku sendiri, "Tapi mungkin bangsaku tak dapat diketahui dan aku adalah anggota kawanan serigala. Hanya ini yang dapat kukatakan, apakah kau mempercayai perkataanku?" Ia menatap mataku dengan tajam dan mengangguk, "Aku percaya, sedangkan mengenai hal-hal yang lain, mungkin suatu hari kau akan bersedia memberitahukannya padaku". Hanya orang yang sangat percaya diri berani menatap mata lawan bicaranya, Huo Qubing jelas adalah orang seperti ini. Setelah saling menatap beberapa saat, aku mengalihkan pandangan mataku, aku tak ingin menanyainya, dan juga tak ingin dinterograsi olehnya. Ia bertanya, "Apakah kau sudah lama tiba di Chang"an?" Aku berkata, "Setengah tahun lebih". Setelah berpikir sejenak, ia bertanya, "Karena kau sengaja mengubah sendratari ini, kau tentunya sudah tahu identitasku, kenapa kau tak langsung mencariku" Bagaimana kalau aku mendengar tentang sendratari ini tapi tak datang menontonnya?" Ternyata ia mengira bahwa adegan-adegan dalam sendratari itu sengaja digubah untuk dirinya, orang ini benar-benar terlalu percaya diri. Seulas senyum mengejek mengembang di sudutsudut bibirku, "Ketika aku ingin mencarimu aku tak tahu kau berada di mana, dan ketika aku tahu kau berada di mana, aku merasa tak perlu menemuimu". Ia memandangiku, dalam sekejap ekspresi wajahnya berubah menjadi sangat dingin, "Apa tujuanmu mengubah sendratari ini?" Aku mendengarkan suara nyanyian Fang Ru yang lemah lembut dan tak menjawab. Mendadak ia menarik sepasang tangannya yang tadinya melintang di atas lututnya ke kedua sisi tubuhnya dan mengepalkannya, "Kau ingin masuk istana" Kukira kau adalah sekuntum bunga eksotis dari padang pasir, tapi ternyata kau ingin menjadi burung hong". Aku menggeleng seraya tersenyum, "Tidak, aku sudah enak hidup sendiri seperti ini, untuk apa menyusup ke tempat celaka itu?" Wajahnya nampak lega, ia memandang kearah Fang Ru, "Kau ingin menjadi seperti dia?" Aku tersenyum sambil menggeleng-geleng, "Pikirannya sangat sederhana, hanya ingin menggunakan saat ini untuk mencari tempat yang baik untuk dirinya sendiri, mungkin paling tidak seumur hidup ia akan cukup sandang dan pangan. Aku tak ingin melakukan hal seperti itu, dan juga tak bisa memaksa orang lain melakukannya, lagipula, aku rasa ia adalah seseorang yang tak bisa hidup di tempat semacam itu". Ia berkata, "Kau ini begini bukan, begitu juga bukan, kalau begitu apa rencanamu sebenarnya?" Aku berbalik dan memandang kearah Fang Ru di atas panggung, "Dialah rencananya". Alisnya terangkat, ia seakan tersenyum namun tak tersenyum, ia pun memandangiku, "Kulihat bahwa kau ini tak seperti orang yang tumbuh besar di tengah kawanan serigala, malahan seperti orang yang dibesarkan rubah. Rencanamu sudah berhasil, sang putri sudah mendengar tentang Hua Yue Nong, ia bertanya apakah aku sudah datang ke Luoyu Fang dan bertemu dengan orang yang mengubahnya". Aku bangkit, "Banyak terima kasih atas pujiannya". Dengan seksama, ia mendengarkan lagu-lagu sedih dari panggung, nampaknya ia agak terpesona. Aku duduk dengan tenang, melihat bahwa ia sepertinya tak ingin berbicara lagi, aku hendak minta diri, namun ia berkata, "Dalam sendratari ini semuanya diperhitungkan dengan hati-hati, setiap lirik lagunya berada dalam batas-batas kepatutan, akan tetapi sebelum ini tanpa berkata apa-apa kau meninggalkanku dan cepat-cepat menyambut kepala Perusahaan Shi, apa kau tak takut aku marah?" Saat itu aku benar-benar tak berpikir panjang, tapi aku tak menyesal. Aku berpikir sejenak, lalu dengan hati-hati menjawab, "Dia adalah majikan besarku, tak ada alasan bagi seorang pelayan toko untuk tak keluar menyambut majikannya". Dengan hambar pandangan matanya menyapu diriku, "Benarkah" Apakah kedudukanku tak lebih tinggi dari seorang kepala perusahaan?" Sebelum aku sempat menjawab, pengiring yang berada di balik pintu melapor, "Tuan, Hong Gu mohon bertemu". Dengan agak tak sabar ia berkata, "Katakan saja apa masalahnya". Dengan gugup Hong Gu cepat-cepat berkata, "Huo Gongzi, hamba terpaksa menganggu gongzi, mohon maaf. Yu Niang, kata Shi Feng Xiaoge, tuan besar marah besar, ia sedang memarahi Tuan Wu". Marah besar" Sepertinya ini adalah reaksi terburuk yang dapat kuantisipasi, dengan tangan menyangga dahi, aku berkata dengan lemas, "Baiklah, aku akan segera pergi ke sana". Aku tersenyum minta maaf pada Huo Qubing, "Aku minta diri dulu, nampaknya kau bukan orang yang picik, maka mohon jangan menyusahkanku. Sekarang aku akan mengakui kesalahanku, keadaan sudah menjadi runyam". "Tak heran kalau sang putri bingung kenapa Perusahaan Shi bisa menjadi seperti ini. Kau si pelayan toko ini sangat bernyali besar, tanpa persetujuan kepala perusahaan berani mengubah sendratari tentang urusan pribadi keluarga kerajaan". Aku tak membantah dan perlahan-lahan bangkit. Sekonyong-konyong ia berkata, "Apakah kau ingin aku menemanimu?" Untuk sesaat aku tertegun, setelah paham, hatiku terasa hangat, sambil tersenyum aku menggeleng-geleng. Ia tersenyum kemalas-malasan, dengan wajah nakal ia berkata, "Tak usah terlalu menyalahkan dirimu sendiri, kalau Perusahaan Shi tak menginginkanmu, rumahku menginginkanmu". Aku membelalakkan mataku, lalu membuka pintu dan berlalu. Begitu melihatku, Hong Gu langsung menarik tanganku. Aku merasa seakan menyentuh es dingin, maka aku cepat-cepat membalik tanganku dan mengenggam tangannya, "Apa yang terjadi?" Hong Gu berkata, "Aku juga tak tahu, sebenarnya aku juga tak tahu apa-apa, seorang kakak kecil bernama Shi Fenglah yang diam-diam memberitahuku supaya cepat-cepat mencarimu, katanya Tuan Wu sedang dimarahi sambil berlutut! Sepertinya karena masalah sendratari itu". Aku berkata, "Jangan takut, semuanya akan kutanggung". Dengan suara pelan Hong Gu berkata, "Kau tak tahu peraturan Perusahaan Shi, bertahun-tahun yang lalu ada orang kaya raya yang menjadi pengemis di pinggir jalan, akhirnya ia mati kelaparan. Dan masih ada lagi hukuman yang tak kuketahui, semakin memikirkannya, aku semakin takut". Hatiku semakin lama semakin jeri, namun wajahku masih tersenyum, "Kalaupun ada masalah, akulah yang akan menanggungnya, masalah ini tak ada hubungannya dengan kalian". Wajah Hong Gu nampak khawatir, tanpa berkata apaapa, ia menemaniku berjalan. Xiao Feng menghadang kami, sambil memandang Hong Gu ia berkata, "Dia tak boleh masuk". Hong Gu kelihatannya hendak menunggu di luar, aku pun berkata, "Sendratari sudah hampir selesai, pergilah mengawasi mereka, jangan sampai terjadi apa-apa di saat yang penting ini, hal itu akan semakin menyusahkan Tuan Wu". Ia merasa bahwa perkataanku masuk akal dan segera mengangguk, lalu berbalik dan pergi. Aku berkata pada Xiao Feng, "Banyak terima kasih". Ia mendengus dan memandang Tianchao sambil mengangkat hidungnya, "Kau cepatlah berpikir bagaimana harus memberi penjelasan pada Jiu Ye! Pantas saja San Shifu mengajariku bahwa perempuan itu merepotkan". Aku mengangsurkan tanganku dan mengetuk dahinya, lalu dengan galak berkata, "Bocah sialan, kalau begitu kau lebih baik tak usah menikah saja". Setelah mengambil napas panjang, dengan hati-hati aku membuka pintu. Tuan Wu sedang berlutut sambil memunggungi pintu. Wajah Jiu Ye nampak tenang, tak seperti sedang marah, akan tetapi sinar matanya sama sekali tak lembut seperti biasanya. Dengan tangan menempel di kedua sisi tubuhnya, Tianchao berdiri di sisi Jiu Ye. Tirai yang menutupi jendela telah ditutup, terpisah dari sendratari yang menawan di panggung, suasana dalam ruangan itu sunyi dan serius. Mereka mendengar suaraku masuk ke dalam ruangan, namun Jiu Ye dan Tianchao sama sekali tak memandangku. Kepala seluruh rumah hiburan Perusahaan Shi berlutut di lantai, maka sepertinya tak ada alasan bagiku untuk tak berlutut, aku berjalan ke sisi Tuan Wu dengan langkah-langkah kecil, lalu ikut berlutut. Jiu Ye berkata dengan hambar, "Pergilah! Kenapa kau ikutikutan" Shenxing akan memberimu penjelasan". Tuan Wu bersujud dan berkata, "Aku seorang yatim piatu, kalau saja Perusahaan Shi tak membesarkanku, mungkin aku sudah lama dimakan anjing liar. Kali ini aku menyembunyikan masalah di Luoyu Fang dan tak melaporkannya pada tuan-tuan sekalian, bagaimanapun Jiu Ye menghukumku, aku tak akan mengeluh, tapi aku tak rela Perusahaan Shi menjadi seperti sekarang ini, dibandingkan dengan perusahaan lain, kita memperlakukan bawahan dengan baik dan berdagang dengan jujur dengan para pelanggan, tak pernah menipu atau menguasai pasar, tapi kenapa sekarang aku harus melihat dengan tak berdaya rumahrumah hiburan yang kupimpin, kalau tak saling berebut pengunjung, dibeli orang lain" Setiap kali aku bertanya pada Tuan Kedua Shi kenapa terjadi hal seperti itu, Tuan Kedua Shi selalu menyuruhku untuk tak ikut campur, cukup melihat saja. Apakah harta yang telah dikumpulkan oleh Tuan Tua seumur hidupnya akan dihambur-hamburkan hingga habis seperti ini" Jiu Ye, kelak kau mana punya muka untuk menemui?"" Tianchao membentaknya, "Tutup mulut! Semakin tua, kau semakin kurang ajar, bagaimana Tuan Tua mengajarimu berbicara dengan Jiu Ye?" Sambil bersujud, Tuan Wu berkata dengan tersedu sedan, "Aku tak berani, tapi aku benar-benar tak mengerti, tak rela, tak rela!" Sambil berbicara ia telah menangis tersedu-sedu. Air muka Jiu Ye sama sekali tak berubah, pandangan matanya beralih ke arahku. Dengan bandel aku mengangkat kepalaku dan menatapnya, ia berkata, "Kau benar-benar membuatku terkejut, kalau kau begitu pandai bermuslihat, Luoyu Fang tak cukup baik untukmu. Bukannya baik-baik menjalankan usaha, kau malahan menjilat para pembesar, apa tujuanmu bersusah-payah melakukan semua ini?" Tuan Wu menyeka air matanya, lalu mendahului berbicara, "Yu Niang masih muda, untuk menarik pelanggan, perbuatannya tak salah. Kalau ada yang salah, semua adalah kesalahanku, aku tak melarangnya, dan malahan membiarkannya berbuat sesuka hatinya. Kalau Jiu Ye ingin menjatuhkan hukuman, biarlah aku menanggung semuanya". Jiu Ye mendengus dengan dingin, lalu dengan perlahan berkata, "Lao Wu, kali ini kau khilaf, dengarkanlah lirik lagu itu dengan teliti, setiap kata di dalamnya telah diperhitungkan dengan seksama, orang yang tak punya kepandaian mana bisa membuatnya" Aku sudah melihat sendratari itu, ceritanya sangat unik, kalau hanya untuk menjadikan Luoyu Fang rumah hiburan paling ramai di Chang"an, cerita biasa juga sudah cukup, tak perlu mengambil resiko besar dengan membuat cerita yang menyinggung urusan pribadi keluarga kekaisaran. Di balik resiko besar pasti ada tujuan besar pula". Dengan terkejut Tuan Wu memandang ke arahku, aku memandangnya sambil minta maaf, lalu melihat kearah Jiu Ye dan berkata dengan tenang, "Sebenarnya aku memang sengaja melakukannya, tujuannya adalah untuk menarik perhatian Putri Pingyang, dan setelah itu bersahabat dengan sang putri". Jiu Ye memandangku, lalu berkata sembari mengangguk, "Ambisimu cukup tinggi, tapi apakah kau sudah memikirkan apakah kau sanggup menanggung akibatnya?" Aku berkata, "Akibatnya" Entah apa yang ditakutkan Jiu Ye" Kalau Perusahaan Shi seperti sekarang, hanya ada tiga kemungkinan, pertama, karena orang-orang di dalam Perusahaan Shi sendiri tak becus, sehingga tak ada orang yang mampu mengendalikan usaha yang begitu besar, tapi aku tahu, bukan begitu kejadiannya. Perusahaan Shi jatuh mengikuti kejatuhan Keluarga Dou, dan kenaikan tiba-tiba Keluarga Wei. Dengan demikian ada dua kemungkinan lain, yaitu karena Perusahaan Shi dahulu berhubungan dekat dengan Keluarga Dou, dan sekarang Putra Langit membenci mereka, Perusahaan Shi terkena imbasnya, atau, Perusahaan Shi bermusuhan dengan Keluarga Wei dan tentu saja hancur karenanya". Tianchao melirikku, Tuan Wu mendadak tersadar, wajahnya girang sekaligus khawatir, aku meneruskan, "Walaupun pengaruh dan kekuasaan Keluarga Wei sedang berada di puncaknya, tapi Jenderal Besar Wei selalu berusaha mengendalikan keluarganya dan melarang mereka menggunakan kekuasaan mereka untuk menindas orang lain, ia bahkan tak memperbolehkan orang yang bertahun-tahun yang lalu mencambukinya diselidiki. Oleh karenanya, diantara Perusahaan Shi dan Keluarga Wei tentu ada permusuhan yang mendalam, kalau tidak, Perusahaan Shi tak akan seperti sekarang ini. Kata orang, kekuasaan dan uang tak dapat dipisahkan, sejak dahulu kala, kalau ingin membesarkan bisnis, mau tak mau harus menjalin hubungan dengan para pejabat, apalagi di Chang"an ini, tempat berkumpul ratusan pejabat, dimana berbagai jenis kekuasaan saling bertautan" Walaupun aku belum pernah bertemu dengan Tuan Tua, namun aku dapat memahami pikirannya, oleh karenanya, kurasa Tuan Tua dahulu mempunyai hubungan yang baik dengan Keluarga Dou". Jiu Ye mengambil cawan teh di atas meja dan menghirupnya, "Karena kau sudah memahaminya, lantas kau ingin berbuat apa?" Aku berkata, "Tiga atau empat tahun yang lalu, aku tentu tak berani melakukannya, akan tetapi sekarang keadaan telah menjadi lebih menguntungkan bagi kita". Mata Tianchao dan Tuan Wu berkilat-kilat, menatapku tanpa Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo berkedip, namun Jiu Ye tak bereaksi, sambil menaruh cawan teh, ia berkata dengan hambar, "Nona Jin Yu, ribuan orang karyawan mengantungkan hidupnya pada Perusahaan Shi, mereka tak mempunyai kepandaianmu, tak mempunyai ambisimu, dan juga tak bisa menyerahkan hidup keluarga mereka ke dalam permainanmu. Sejak hari ini, Luoyu Fang akan kujual pada nona, dan tak punya hubungan apapun lagi dengan Perusahaan Shi, bagaimana nona mengelola Luoyu Fang adalah urusan nona sendiri. Tianchao, kita pulang ke rumah". Bicaranya hambar dan wajahnya tenang, akan tetapi hal itu justru makin menonjolkan sikap acuh dan asing yang sebelum ini tak pernah diperlihatkannya. Dengan tak percaya aku menatapnya tanpa berkedip, namun ia tak memandangku lagi dan mendorong kursi rodanya untuk pergi, saat melewati diriku dan Tuan Wu, karena kami sedang berlutut di depan pintu, kursi rodanya tak dapat lewat, sambil memandang ke mulut pintu ia berkata, "Mohon kalian berdua memberiku jalan". Nada suaranya sopan namun sedingin es, membuat hatiku membeku. Aku mendadak bangkit, membuka pintu dan lari keluar, Xiao Feng berseru, "Yu Jiejie!", namun aku tak memperdulikannya, aku hanya ingin jauh-jauh meninggalkan tempat ini, menjauhi mereka, menjauhi tempat yang sedingin es ini. Setelah berlari jauh, aku barulah memikirkan bagaimana ia turun dari loteng, ia tentu tak mau orang lain menyentuh tubuhnya, aku menggertakkan gigiku dan menghentakkan kaki dengan penuh kekesalan pada diriku sendiri, lalu cepat-cepat berlari kembali dan mencari orang yang dapat menjalankan kotak kayu itu, supaya ia dapat memberitahu Tianchao dan Shi Feng cara turun dari loteng. ----------------------"Dalam perang, seorang jenderal menerima perintah dari kaisarnya, menghimpun pasukan dan memusatkan kekuatannya. Saat berada di daerah yang sulit, jangan berkemah. Di mana jalan bersimpangan, bergabunglah dengan sekutu-sekutumu. Jangan berlama-lama di posisi yang terpencil dan berbahaya. Jika terkepung, gunakan siasat. Dalam keadaan genting, kau harus berperang. Ada jalan yang tak boleh diambil, pasukan yang tak boleh diserang, kota yang tak boleh dikepung, posisi yang tak boleh direbut dan perintah kaisar yang tak boleh dipatuhi." Aku membaca dalam hati, lalu menghentikan gerakan kuas tulisku. Kenapa" Saat itu, karena jeri pada sikap dan nada bicara Jiu Ye, ternyata aku tak memikirkan makna perkataannya dengan seksama. Ia berkata bahwa demi ribuan karyawan Perusahaan Shi, ia tak mengizinkanku membuat masalah, akan tetapi kami menjalin hubungan dengan para pejabat hanya demi kepentingan bisnis, dan sama sekali tak akan mencampuri perebutan kekuasaan di istana, bahkan berusaha menghindari pertarungan itu. Dahulu, kejatuhan Keluarga Dou yang bersikap sewenangwenang telah menyeret ribuan orang dalam Perusahaan Shi ke dalam jurang, kalau sekarang aku mengandalkan sang putri yang selalu bertindak dengan hati-hati, bukankah lebih aman" Asalkan langkahku benar, masa keadaan dapat lebih buruk dari sekarang" Apa sebenarnya yang ada dalam pikiran Jiu Ye" Bukankah kerutan yang samar-samar nampak di dahi Jiu Ye disebabkan oleh Perusahaan Shi" Aku mendengar suara pintu dibuka, namun sosokku tak bergeming, aku masih dengan terpana memandangi kitab Ilmu Perang Sunzi. Li Yan menaruh sepoci arak di hadapanku, "Kau ingin mendekam di kamar berapa lama lagi?" Aku meletakkan kuas tulis, lalu berkata sambil memandangnya, "Hong Gu menyuruhmu datang kemari?" Sambil memandang ke bawah, Li Yan menuang arak, "Ia justru melarangku datang kemari, tapi aku ingin menanyaimu sendiri. Apakah kau mempekerjakan kami kakak beradik ini supaya kami dapat makan dengan cuma-cuma di rumah ini?", sambil berbicara, ia memberikan cawan arak padaku, "Minum sedikit, ya" Arak ini dapat membuatmu melupakan kesusahan". Aku mendorong cawan itu kembali ke arahnya, "Hanya membuat lupa sesaat saja, setelah sadar, kesusahan akan berlanjut". Li Yan menggeleng-gelengkan kepalanya, sambil tersenyum, ia mengangkat cawan itu dan menenggaknya hingga tandas, "Kau tak paham gunanya, ia dapat membuatmu tak menjadi dirimu sendiri, membuat hatimu tanpa beban, melayang-layang, walaupun hanya untuk sementara, tapi bukan tak ada gunanya". Aku tak membantah dan mengambil cawan teh di atas meja, lalu menghirupnya. Sambil dengan perlahan minum arak, Li Yan berkata, "Kau punya rencana apa?" Aku mengangkat cawan teh dan berpikir untuk beberapa saat, lalu menggeleng, "Aku tak tahu. Tadinya aku hendak mengembalikan Perusahaan Shi ke posisinya sebelum mengalami kemunduran, tapi tiba-tiba aku sadar bahwa tak ada orang yang menginginkanku melakukan hal itu, semuanya hanya angan-anganku seorang belaka. Li Yan, apakah aku telah melakukan kesalahan?" "Jin Yu, kenapa kau menanyakan pertanyaan yang tolol seperti itu" Dalam hidup ini, kita selalu seperti perahu yang melawan arus, tak bisa berlayar dengan mulus, arus sungai tak memperbolehkanmu berlayar maju, kalau tak mendayung sekuat tenaga, kau akan didorong ke belakang oleh arus yang deras. Bahkan kalau Luoyu Fang hidup tidak mati pun segan, apakah kita dapat bertahan" Tianxiang Fang sangat agresif, di belakang mereka tentu ada kekuasaan pejabat. Rumah-rumah hiburan Perusahaan Shi yang tak sedikit jumlahnya disingkirkan atau dibeli oleh mereka, apakah pada suatu hari kau rela tunduk di bawah kaki mereka?" Dengan penuh arti, aku tersenyum dan berkata, "Kau belum lama tiba di Chang"an tapi sudah banyak tahu tentang segalanya". Ekspresi wajah Li Yan berubah-ubah, mendadak ia mengenggam tanganku, sambil menatapku dengan tajam ia berbisik, "Diantara kita berdua tak ada rahasia, sejak aku menebak tujuan sendratarimu, kau tentu sudah tahu apa keinginanku, aku membutuhkan bantuanmu". Walaupun aku tak menarik tanganku, aku juga tak menjawab, hanya tersenyum dan berkata, "Walaupun tanpa bantuanku, dengan mengandalkan kecerdasan dan wajah cantikmu, kau akan dapat meraih cita-citamu". Li Yan memandangku untuk beberapa saat, lalu tersenyum dan melepaskan tanganku, ia kembali mengangkat cawan arak dan menenggaknya, pipinya nampak merah karena arak, bagai bunga persik yang indah, benar-benar cantik tiada tara. Matanya yang sebening kolam musim gugur tak lagi berkilauan seperti dulu, hanya nampak seperti kolam yang dalam. Secantik bunga, parasnya dapat meruntuhkan negara, namun wajah jelitanya penuh kesedihan. Suara Fang Ru yang lembut terdengar, "Yu Niang, apa aku boleh masuk?" Dari nada suaranya, nampaknya ia ingin minta saranku, akan tetapi sikapnya sama sekali tak seperti itu, ketika suaranya baru saja terdengar, ia telah membuka pintu. Aku menghela napas dan berkata, "Berapa orang yang disuruh Hong Gu membujukku?" Tak nyana, Hong Gu tertawa di luar, "Aku bosan melihatmu mendekam di kamar terus". Aku berkata, "Masuklah. Kita semua sekalian duduk bersama dan berunding saja". Begitu Fang Ru masuk, seketika itu juga Li Yan mengenakan cadarnya, lalu sambil menunduk, ia duduk dengan tenang di sudut meja. Fang Ru dan Hong Gu duduk berendeng pundak di hadapanku. Sambil membereskan bilah-bilah bambu di atas meja, aku berkata, "Hong Gu, Tuan Wu tentunya telah memberitahumu bahwa Perusahaan Shi tak mengkehendaki kita lagi". Hong Gu tersenyum lebar dan berkata, "Aku tak tahu apa pendapatmu, apakah kau akan marah atau tidak, bagaimanapun juga aku tak berani mengatakannya di depan Tuan Wu, seluruh rumah hiburan yang dikelola Tuan Wu akan dilepas oleh Perusahaan Shi, kabarnya untuk modal membuka usaha obatobatan, asalkan dapat mengumpulkan uang pada saat yang ditentukan, setiap rumah boleh mengelola bisnisnya sendiri, dan juga boleh dibeli orang luar, tapi yang diutamakan adalah orang Perusahaan Shi sendiri. Sekarang Tuan Wu sudah seperti orang yang kehilangan segalanya, seharian hanya termenung di rumah saja. Akan tetapi aku malahan gembira mendengarnya! Tanpa Perusahaan Shi yang terlalu berhati-hati, kita akan bebas melakukan apa yang ingin kita lakukan!" Melepaskan semuanya" Aku menunduk menatap meja tanpa berkata apa-apa, Hong Gu menunggu beberapa saat, setelah melihatku sama sekali tak bereaksi, ia mendorongku dan bertanya, "Yu Niang, kau kenapa?" Aku bereaksi dan menggeleng, setelah berpikir sejenak, aku berkata, "Aku berterima kasih kalian bersedia mengikutiku, tapi apakah kalian sudah memikirkan kemana aku akan membawa kalian" Apa yang akan terjadi di masa depan kita" Misalnya, sendratari ini, bisa saja mengundang kemarahan keluarga kerajaan dan menimbulkan bencana". Hong Gu menggeleng dan berkata sembari tersenyum, "Dalam hati aku tahu suatu hal dengan jelas, yaitu kalau sampai terjadi bencana, yang kepalanya pertama menggelinding adalah kau, kami paling-paling cuma kaki tangan yang tak tahu apa-apa, tapi kalau sukses, kau tak akan pelit pada kami. Lagipula, kulihat kau ini tak gila dan tak bodoh, kau tak mungkin mengantar kepalamu sendiri ke ujung golok, oleh karenanya, aku sangat percaya padamu". Sambil menunduk, Fang Ru memilin-milin sapu tangan sutra dalam genggamannya, setelah Hong Gu selesai berbicara, ia menengadah memandangku, lalu dengan suara lirih berkata, "Hari ini, Yang Mulia Sun ingin aku menemaninya minum, tapi aku tak bersedia, maka aku menolaknya. Walaupun ia sangat marah, ia tak berani melampiaskannya karena ia tahu bahwa Jenderal Gongsun Ao bawahan Jenderal Besar Wei, Tuan Muda Huo, keponakan permaisuri dan Jenderal Besar Wei, keponakan penasehat kekaisaran Yang Mulia Li, dan Tuan Muda Li San, keponakan Jenderal Li Guang, semua datang untuk melihatku menari dan menyanyi. Tuan Muda Li menghadiahiku kain sutra, sedangkan Tuan Muda Huo memberiku sutra brokat". Aku tersenyum seraya menggeleng-geleng, dan memandang ke arah Hong Gu, Hong Gu tersenyum dan berkata, "Kau selalu mengurung diri di kamar sambil membaca buku, oleh karenanya aku tak punya kesempatan untuk memberitahumu ". Fang Ru meneruskan berbicara, "Apa yang akan terjadi di masa depan aku tak tahu, tapi aku tahu, bahwa kalau bukan karenamu, aku tak akan berani berkata 'tidak' pada Yang Mulia Li. Sekarang saudari-saudari di rumah ini berani tak menemui orang yang mereka tak sukai, sebelumnya mereka memaksa diri sendiri untuk melakukannya demi uang, tapi karena kita setiap hari berpentas, mereka yang berperan sebagai pelayan pun mendapat banyak uang. Selain itu, dulu kita tak berani sembarangan menyinggung tamu-tamu, tapi sekarang para tamu yang datang ke rumah ini tahu dengan jelas bahwa Hong Gu sangat melindungi kami, dan mereka justru yang tak berani sembarangan menyinggung rumah hiburan kita". Mendengar Fang Ru memuji dirinya, Hong Gu merasa agak jengah, ia cepat-cepat menuang teh dan menghindari pandangan mata kami. Aku tertawa dan berkata, "Ternyata dalam beberapa hari yang pendek ini, Hong Gu telah melakukan banyak hal!" Sambil menunduk, Hong Gu berpura-pura sibuk minum teh, berlagak tak mendengar perkataanku. Li Yan masih duduk sambil menunduk, seakan tak mendengar semua yang kukatakan. Aku meliriknya, lalu bertepuk tangan dan berkata, "Kalau begitu aku akan meneruskan berbicara, asalkan aku tak meninggalkan Chang'an, kita akan berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan banyak uang". Hong Gu menengadah dan berkata, "Kalau mau membesarkan bisnis, hanya ada satu kesempatan di depan mata. Sejak kau mengelola rumah kita dari awal musim semi sampai sekarang, dari hari ke hari pemasukan kita terus bertambah, ditambah dengan tabunganku selama bertahun-tahun, sekarang sudah cukup untuk membeli Luoyu Fang. Tak semua rumah hiburan bisa seperti kita dan bisa mengumpulkan uang pada saat yang tepat, asalkan punya uang kita dapat merebut kesempatan". Aku mengangguk untuk menunjukkan bahwa aku mengerti, namun aku memotong perkataannya, "Kalau sudah tak ada masalah lain, bubarlah! Aku sudah bosan di rumah terus beberapa hari ini, aku ingin berjalan-jalan!" Fang Ru menghormat padaku, lalu mendahului pergi, Hong Gu pun mengikutinya keluar. Aku bangkit dan mengundang Li Yan, "Apakah si cantik bersedia menemaniku menikmati pemandangan di luar?" Dengan anggun Li Yan menghormat dan berkata, "Maksud baik sulit ditolak, aku bersedia pergi". Mata kami berdua penuh senyum, kami pun pergi dengan berendeng pundak. Li Yan berkata, "Apakah malam ini kau akan pergi ke Perusahaan Shi?" Aku menghela napas dengan pelan, tak menjawab. Li Yan berkata, "Ternyata majikan Perusahaan Shi adalah seseorang yang sangat aneh, ketika semua baik-baik saja ia tak menjalankan bisnis rumah hiburan yang resikonya kecil dan malahan membuat bisnis obat yang harganya tak menentu. Membuat susah diri sendiri saja, kalau kau benar-benar memikirkan Perusahaan Shi, kau harus meluruskan hal ini". Aku tersenyum dan mengalihkan pokok pembicaraan, membicarakan tempat-tempat mengasyikkan di luar Chang'an dan berunding apakah kami akan pergi ke sana. Pohon-pohon liu di tepi danau rimbun menghijau, beberapa orang gadis pelayan sedang bercanda dengan ramai, salah seorang diantara mereka mematahkan sebuah ranting dan mereka pun bermain memukul air dengannya. Rasa kesal berkelebat dalam mata Li Yan, sambil mengerutkan dahi, ia mengalihkan pandangan matanya dan berkata padaku, "Aku kembali ke kamar dulu". Aku mengangguk, ia pun berbalik dan cepat-cepat pergi. Karena ekspresi wajahnya, hatiku terkesiap, seakan teringat akan sesuatu, namun tak tahu apa, sehingga aku terpaksa mengkesampingkannya. Ketika gadis-gadis pelayan itu melihat kami, mereka terkejut dan segera membuang ranting mereka, lalu menghormat. Tanpa berkata apa-apa, aku berjalan mendekat dan mengumpulkan ranting-ranting itu, sambil memandang mereka, aku bertanya, "Kalau ditanam di tanah, apakah ranting ini bisa hidup?" Gadisgadis itu saling berpandangan, lalu yang usianya paling tua berkata, "Sekarang musim menanam pohon liu sudah lewat, sepertinya tak bisa hidup". Aku berkata, "Berikan beberapa ranting ini ke tukang kebun untuk dicoba! Rawatlah dengan baik, mungkin beberapa diantaranya akan bisa hidup". Dengan wajah penuh rasa heran, gadis pelayan itu menerimanya, aku pun berkata dengan lembut, "Kalau karena mengagumi keindahannya, kita memetik bunga dan menaruhnya Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo di kamar, atau menyelipkannya di rambut, bunga sama sekali tak akan menyalahkan kalian, kalau untuk menggunakannya, kita mengambil ranting pohon liu untuk dijadikan keranjang, menggunakan semua sesuai dengan kegunaannya, pohon liu pun bersedia. Tapi kalau kau memetiknya hanya untuk dibuang, jangan sentuh mereka". Mula-mula para gadis pelayan itu tak tahu aku sedang berbicara tentang apa, namun mereka kemudian paham bahwa aku tak suka melihat mereka mematahkan ranting pohon liu, rasa takut muncul di wajah mereka, aku terpaksa melambaikan tangan untuk menyuruh mereka pergi, gadis-gadis pelayan itu pun bubar dengan ribut. Mereka lahir dan besar di tanah Zhongyuan yang subur, mereka tak tahu betapa berharganya warna hijau. Aku teringat akan A Die, akan Xiyu yang dipenuhi warna kuning, aku menekan berbagai pikiran dalam benakku, namun hatiku menjadi hampa, aku berdiri di tepi air dan memandang pohonpohon liu di hadapanku sambil tertegun. Mereka tak mengerti, benarkah mereka tak mengerti" Kemarahan Li Yan, apakah dimengerti oleh Li Yan" Li Yan sama sekali bukan orang yang akan meneteskan air mata karena bunga luruh. Aku kembali berpikir bahwa setelah Li Yan muncul, banyak hal tentangnya yang tak kumengerti, hatiku terkesiap, sekonyong-konyong, terpikir olehku siapa ia sebenarnya, "Ah!", tanpa suara aku berseru. Sekonyong-konyong, sebuah suara terdengar di belakangku, aku cepat-cepat berbalik, Huo Qubing sedang berdiri di belakangku, karena tergesa-gesa, ketika berbalik aku hampir membentur dadanya, secara naluriah aku melompat ke belakang, tapi setelah melompat aku baru tersadar bahwa aku berada di tepi air, aku hendak berputar, namun tak ada ruang untuk melakukannya. Huo Qubing segera menjulurkan tangannya, hendak menarikku, namun aku telah melompat terlalu jauh ke belakang, kedua tangan kami tak bisa saling berpegangan dan aku pun terjatuh ke dalam kolam. Aku belajar berenang bersama Lang Xiong, apakah gaya renangku termasuk gaya cakar anjing" Gerakan gaya berenang ini sama sekali tak anggun seperti naga berenang atau angsa terbang, aku berenang ke tepian, tapi Huo Qubing berdiri di tepian sambil tertawa terbahak-bahak, tertawa sampai ia harus memegangi perutnya dan hampir terjatuh ke tanah, "Kau memang benar-benar dibesarkan serigala, gayamu ini, gayamu ini, hahaha........kau tinggal membuka mulut dan menjulurkan lidahmu saja........" Suaranya tenggelam dibalik suara tawanya. Amarahku memuncak, sambil mencakar-cakar air, aku membuka mulut dan menjulurkan lidah seperti seekor serigala, tertawalah sampai mampus! Sambil menjerit, ia menutup matanya dengan tangan, lalu berjongkok dan menontonku sambil tertawa. Setelah aku berenang sampai ke tepian, ia mengangsurkan tangan kanannya untuk menarikku, tadinya aku ingin mengacuhkannya, tapi berubah pikiran dan mengenggam tangannya erat-erat, ketika ia sedang mengerahkan tenaga hendak menarikku, aku justru menariknya keras-keras, sambil menahan napas, aku pun bergerak ke dasar kolam. Di luar dugaanku, ia sama sekali tak melawan, genggaman tangannya sepertinya menjadi sedikit lebih erat dan ia mengikutiku masuk ke air. Setelah maksud jahatku berhasil, aku melepaskan tangannya, namun ia terus mengenggam tanganku erat-erat. Kami saling memandang di balik air berwarna zamrud di dasar kolam itu, di tengah gelombang air, rambutnya yang hitam melambai-lambai di air dan membuat sinar matanya yang nakal semakin cemerlang. Kedua kakiku menjejak air dan aku pun mengambang ke atas, sambil menarik tanganku, ia juga mengambang ke atas, namun ia masih tak mau melepaskan pegangannya. Ibu jari tanganku yang lain menekan titik mati rasa di sikunya, ia mengayunkan tangannya untuk menangkis, lalu membalikkan tangannya dan mencengkeram tanganku itu. Aku tersenyum manis, lalu tiba-tiba mencengkeram kedua tangannya, dengan meminjam tenaga tangannya, kakiku menendang pinggang bawahnya, melihatku tersenyum aneh, ia memandang ke bawah, lalu menjerit dan mendorongku pergi, "Kau perempuan ini kenapa begitu kejam" Kalau benar-benar kena tendanganmu, bukankah seluruh hidupku ini akan hancur?" Sambil bertumpu pada tepi kolam, aku melompat ke tepian. Pakaian bulan lima memang tipis, karena basah kuyup, pakaian itu menempel ke tubuhku. "Cck, cck", ia berdecak dan tertawa di air. Aku tak berani menengok dan cepat-cepat berlari ke dalam rumah. Aku segera masuk ke dalam kamar, sambil menukar pakaian, aku memberi perintah pada Xin Yan, si gadis pelayan di luar kamar, "Beritahu semua orang di rumah ini, kalau pengiring Tuan Muda Huo minta pakaian bersih, siapa pun tak boleh memberikannya. Katakanlah bahwa aku berkata bahwa semua pakaian lelaki sedang dicuci, tapi pakaian perempuan banyak tersedia, dan kita bisa memberikannya beberapa potong padanya untuk dipakai". Dengan heran Xin Yan mengiyakan, lalu cepat-cepat berlari keluar. Sambil menyisir rambutku yang basah di depan cermin perunggu, aku tertawa, ia mencoba mengolok-olokku di daerah kekuasaanku, tapi akhirnya siapa yang menjadi bahan tertawaan orang" Saat makan malam, Hong Gu memandangku seraya berkata, "Hari ini dengan wajah dingin Tuan Muda Huo masuk ke rumah kita, sebelum lama menonton sendratari, ia sudah menghilang. Tak lama kemudian, pengiringnya bertanya apakah kita punya pakaian bersih, akan tetapi karena perintahmu sebelumnya, kami kebingungan, takut Tuan Muda Huo marah dan menghancurkan rumah kita, semua orang di Chang'an tahu bahwa tak apa menyinggung Jenderal Besar Wei, tapi menyinggung Tuan Muda Huo berarti mempersiapkan upacara pemakaman diri sendiri". Sambil tertawa aku menyumpitkan sayur untuk Hong Gu, "Jadi dia kau beri pakaian atau tidak?" Dengan wajah penuh kepahitan, Hong Gu berkata, "Tidak, tapi aku benar-benar takut mati. Nonaku, kalian mau main apa terserah, tapi jangan lagi melibatkan kami orang yang tak tahu apa-apa ini, ya" Wanita tak boleh sering ketakutan, nanti cepat tua". Sambil menahan tawa aku berkata, "Tapi kalian sempat melihat Tuan Muda Huo?" Hong Gu berkata, "Tidak, setelah itu ia memerintahkan agar kereta kuda langsung dibawa ke depan rumah, dan juga menyuruh semua orang yang berada di tempat itu untuk pergi, lalu ia keluar. Hanya saja........hanya saja.......". Dengan tak sabar aku bertanya, "Hanya saja kenapa?" Hong Gu pun tertawa, "Hanya saja, semua tempat yang dilewati Tuan Muda Huo seakan kehujanan, tikar di kamar tempat ia duduk seluruhnya basah kuyup, bantalannya juga basah kuyup". Aku cepat-cepat melemparkan sumpitku, sambil bertumpu pada bantalan, tanganku memegangi perutku dan aku pun tertawa terbahak-bahak. Sejak kaisar Dinasti Han yang berkuasa sekarang secara eksklusif mengikuti ajaran Konghucu, ia selalu patuh pada aturan kesopanan yang diajarkan oleh Kong Zi, dalam ajaran 'Moralitas muncul dari kesopanan, pakaian adalah dasarnya', pakaian adalah sesuatu yang mendasar dalam menjalankan kesopanan. Di Chang'an, semua orang, mulai dari Putra Langit sampai rakyat jelata, sangat mementingkan cara berpakaian, dan Huo Qubing selalu memakai kopiah kumala dan berpakaian perlente, gayanya pun luar biasa. Kali ini kalau ia sampai terlihat oleh orang-orang terpandang Chang'an, jangan-jangan ia akan menjadi bahan tertawaan di istana. Ketika melihat sinar matanya yang angkuh, tiba-tiba aku merasa telah berbuat kesalahan dengan menertawakannya. Apakah ia perduli" Tak mungkin, ia bukan orang yang dibatasi oleh pakaiannya. Kalau ia dapat menghindar ia akan menghindar, tapi kalau kebetulan dilihat orang, jangan-jangan ia hanya memasang tampang dingin dan memandang lawan bicaranya seakan tak ada apa-apa, dan malahan membuat orang itu berpikir bahwa dirinyalah yang salah memakai pakaian, yaitu "pakaian basah" yang sekarang sedang populer di Chang"an, atau ia akan tertawa dengan acuh tak acuh, dan membuat orang itu merasa tak ada masalah apapun. -------------------Angin berdesir di sisi telingaku, kali ini adalah untuk pertama kalinya aku berlari dengan kekuatan penuh di Chang"an, karena merasa bebas, aku tak bisa menahan diri untuk tak mengangkat kedua lenganku dan berteriak keras-keras. Ketika tiba di Wisma Shi, aku berhenti dan untuk sesaat memandang tembok yang mengelilinginya, lalu melemparkan tali panjat dan segera memanjat dengannya. Sebelum kakiku memijak tanah, dua orang telah menyerangku dari kanan dan kiri. Aku tak ingin melukai mereka, maka aku berusaha menghindar sebisaku, akan tetapi mereka sama sekali tak lemah dan berhasil memaksaku bertahan di sudut tembok. Saat berada di Wisma Shi, aku tak pernah merasa bahwa penjagaan rumah itu ketat, saat ini aku baru tahu bahwa walaupun dari luar nampaknya longgar, penjagaan di dalam rumah sangat ketat. Aku memperhatikan mereka dan merasa bahwa orang yang berdiri di tempat berbayang-bayang adalah Paman Shi, maka aku cepat-cepat berseru, "Shi Bo, ini Yu er". Paman Shi berkata, "Kalian pergilah". Begitu mendengarnya, kedua orang itu segera melepaskan pegangan mereka dan mundur ke dalam kegelapan, sambil membungkuk, Paman Shi berjalan ke arahku, "Kau tak masuk dengan baik-baik lewat pintu gerbang, untuk apa berlagak menjadi bajing loncat?" Aku menarik cadar yang menutupi wajahku hingga terlepas, lalu mencibir tanpa berkata apa-apa. Sambil memandangiku, Paman Shi tersenyum, sambil berbalik untuk pergi, ia berkata, "Hah! Aku tak mengerti pikiran kalian bayibayi ini, Jiu Ye sepertinya belum tidur, pergilah!" Aku mendengus dan berkata, "Kata siapa aku datang mencari Jiu Ye" Aku justru sudah berhari-hari tak melihat Paman Shi dan datang untuk menjengukmu". Tanpa berpaling, Paman Shi tertawa terkekeh-kekeh dan berkata, "Aku sudah berumur, hendak tidur sedikit lebih cepat, lain kali kalau ingin menjenggukku, ingatlah untuk datang sedikit lebih pagi, kali ini biar Jiu Ye yang mengantikanku menemani tamu!", sambil berbicara, ia perlahan-lahan melangkah menjauh. Aku berdiri di tempatku semula sambil tertegun, aku mengigit bibirku, lalu segera berlari secepat-cepatnya. Suara seruling melayang di tengah hutan bambu, rembulan nampak dingin dan angin sepoi-sepoi bertiup, daun-daun bambu bergemerisik bagai denting kecapi, tiba-tiba aku merasa tubuhku agak dingin dan mempercepat langkah kakiku. Di balik tirai pondok bambu, nampak cahaya lentera, cahaya apinya bagai kunang-kunang, bayangannya nampak di kisi-kisi jendela, seakan membawa kesunyian malam. Aku duduk di atas dinding sambil mendengarkan lagu itu hingga selesai, setelah itu baru diam-diam merosot ke tanah, setelah berdiri beberapa lama, sosoknya masih tak bergeming. Aku berdiri di luar jendela dan bersandar tepat pada bayangannya, aku mengangkat tanganku dan menurunkannya, lalu kembali mengangkatnya, akhirnya ujung-ujung jemariku pun menyentuh wajahnya dengan lembut. Ini alismu, ini matamu, ini hidungmu, ini........bibirmu. Ketika jemariku menyentuhnya, hatiku terkesiap dan aku cepat-cepat menariknya. Punggung jariku dengan lembut meraba wajahnya, aku tak bisa melihatnya, namun aku tahu bahwa wajahnya tertutup kabut, apakah aku dapat menjadi angin, dan meniup kabut itu hingga buyar" Kau adalah bayangannya, kalau begitu kau pasti mengetahui beban dalam hatinya. Kenapa wajahnya tak pernah nampak gembira" Beritahu aku! Jendela mendadak dibuka, wajahnya muncul di hadapanku, tanganku sedang mengacung di udara, amat dekat dengannya, begitu dekat sehingga aku seakan dapat merasakan kehangatan tubuhnya, namun akhirnya aku tak menyentuhnya. Aku tak bisa menjelaskan apa yang kurasakan, apakah aku merasa kasihan atau girang" Di hadapannya aku tersenyum ketolol-tololan, lalu menarik tanganku dan menyembunyikannya di balik punggungku. Ia tersenyum lembut, "Sudah lama pulang?" Aku berkata, "Baru saja". "Di luar lembab, kalau kau tak buru-buru, masuk dan duduklah sebentar". Aku mengangguk, lalu masuk ke dalam kamar. Setelah menutup jendela, ia mendorong kursi rodanya ke depan meja, lalu dengan enteng menaruh seruling kumala di atas meja. Aku menunduk menatap lampu minyak di atas meja, kulihat bahwa sumbu lampu sudah mengeluarkan lelatu berbentuk biji akar saga , dan sedang mendesis pelan, aku mencabut tusuk konde perak di rambutku dan mengorek sumbu lampu dengannya. Setelah lelatu berjatuhan, cahaya lentera menjadi jauh lebih terang. Sambil menancapkan tusuk konde perak itu di rambutku, aku berkata, "Kenapa kau tak memakai lilin" Kenapa memakai lampu minyak seperti rakyat jelata?" Sambil memandang lampu itu, ia berkata, "Kata orang-orang tua, 'Lampu menyala, kebahagiaan datang'. Aku ingin tahu apakah perkataan itu benar atau tidak". Hatiku langsung menjadi berdebar-debar, dengan berpura-pura tak ada apa-apa, aku berkata, "Kalau begitu, benar atau tidak?" Perlahan-lahan, sebuah lengkungan yang indah muncul di bibirnya, tanpa menjawab pertanyaanku, ia berkata sembari tersenyum, "Kabarnya lampu minyak dapat memberitahu kita kalau ada setan, kalau setan datang, cahayanya berubah menjadi hijau, tadi aku memang melihat cahaya lampu berubah menjadi hijau, lalu aku membuka jendela untuk melihat keadaan di luar, ketika kau barusan ini berdiri di balik jendela, apakah kau merasa ada sesuatu di sampingmu?" Sambil menutupi mulutku aku tertawa, "Kabarnya setan sangat suka pada lelaki ganteng, suka menghisap tenaga yang mereka, kaulah yang harus berhati-hati". Ia berkata, "Kulihat kau ini benarbenar tak takut pada langit dan bumi, tapi di dunia ini, apakah ada sesuatu yang kau takuti?" Aku hampir saja berkata, "Kau!" Tapi aku tak berani mengatakannya, dan juga tak mau merusak senda gurau di bawah cahaya lampu itu. Aku membelalakkan mataku, lalu sambil tersenyum aku berkata, "Jiu Ye, kata Xiao Feng kau bisa mengobati orang" Kalau begitu, lain kali kalau kita sakit, kita tak usah membuang uang untuk memanggil tabib". Jiu Ye berkata, "Sakit berlama-lama membuat pasien menjadi tabib, sejak kecil, tabib-tabib terbaik di kolong langit telah keluar masuk rumah ini, bahkan ada yang tinggal di sini setengah tahun lebih, karena sering mendengarkan mereka aku menjadi paham". Walaupun ia berbicara sambil tersenyum, mendengarnya aku menjadi agak sedih, aku menelengkan kepala sambil memandang jendela, kalau saat ini ada orang di luar, ia akan melihat dua bayangan di balik jendela yang saling berdekatan, dan kegelapan malam yang dingin tak bisa menembus mereka. Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Ia bertanya, "Apa yang kau tertawakan?" Sambil tersenyum aku berkata, "Asal merasa gembira aku tertawa, memangnya harus ada sebabnya?" Ia pun tersenyum lebar. "Kenapa kau tersenyum?", tanyaku. Sambil tersenyum ia berkata, "Asal merasa gembira aku tersenyum, memangnya harus ada sebabnya?" Kami berdua duduk tanpa berkata apa-apa, aku mengambil seruling kumala di atas meja dan mengelus-elusnya, lalu dengan sembarangan memainkan beberapa nada yang tak menjadi sebuah lagu, tiba-tiba ekspresi wajahnya menjadi aneh dan ia mengalihkan pandangan matanya. Untuk sesaat aku tercengang, tapi lalu bereaksi, seruling itu sepertinya masih lembab karena ditiup oleh bibirnya, aku merasa tegang sekaligus girang dan menaruh seruling itu kembali di atas meja. Tak lama kemudian, ekspresi wajahnya kembali seperti biasanya, "Malam sudah larut, kembalilah ke kamar untuk beristirahat!" "Kau mengizinkanku tinggal di sini?", tanyaku. Ia berkata, "Kamar itu memang kamar kosong, tak apa kau tempati, hanya saja, sekarang kau punya usaha yang harus kau urus, merepotkan sekali kalau kau harus pulang-pergi". Aku berpikir sejenak, "Kenapa kau ingin melepaskan rumahrumah hiburan di Chang'an" Kalau aku bisa mengumpulkan uang untuk membelinya, apakah kau akan menentangnya?" Dengan hambar ia berkata, "Bagaimana kau mengelolanya adalah urusanmu sendiri, setelah kalian melunasi pembayarannya, rumah hiburan kalian sudah sama sekali tak ada hubungannya dengan Perusahaan Shi lagi, kita akan menjalankan usaha masing-masing sendiri". Aku memandangnya dengan kesal, kalau kau ingin makin mempertegas garis pembatas diantara kita, aku semakin ingin mengaburkannya. "Aku tak punya uang, pinjami aku uang". Tak nyana, sambil tersenyum ia berkata, "Aku hanya dapat memberimu cukup uang untuk membeli Luoyu Fang, karena kau tak punya uang untuk membeli rumah hiburan lain, maka kau lebih baik berusaha agar segalanya berjalan dengan lancar di Luoyu Fang". Mataku terbelalak lebar-lebar, dengan kesal aku memelototinya, "Jiu Ye!" Ia menahan senyumnya, lalu memandangku sambil berpikir untuk beberapa saat, lalu dengan perlahan ia berkata, "Yu er, air di Chang"an dalam, aku tak punya pilihan lain dan harus mengarungi air keruh di kolam ini, tapi kau dapat hidup dengan tenang, kalau kau ingin punya usaha, mengelola Luoyu Fang sudah cukup bagimu". Aku mencibir, "Mana bisa begitu gampang" Kalau aku tak menyerang orang lain, apakah orang lain tak akan menyerangku" Apakah Tianxiang Fang akan membiarkan Luoyu Fang berdiri?" Sambil tersenyum Jiu Ye berkata, "Mengenai hal ini kau tak usah khawatir, aku akan memastikan bahwa mereka tak akan menganggumu". Ternyata kau ingin membantuku, aku pun tersenyum, "Jiu Ye, aku tak ingin menjadi tanaman merambat. Tanaman merambat hidup dengan menjalar di pohon. Pohon itu dapat menaunginya dari hujan dan angin, sehingga ia tak usah menderita, akan tetapi, apakah pada suatu saat pohon itu akan kelelahan" Kalau badai terlalu lebat, pohon akan memerlukan sedikit bantuan, akan tetapi si tanaman merambat hanya dapat melihat saja tanpa dapat berbuat apa-apa. Aku tak ingin hidup menumpang pada pohon seperti tanaman merambat, aku justru ingin menjadi pohon, sehingga dapat membantu pohon di sisiku bertahan dari badai, lalu bersama mandi sinar matahari dan memandangi pelangi indah yang muncul setelah badai berakhir". Setelah selesai berbicara tanpa mengambil napas, tiba-tiba aku merasa bahwa perkataanku itu ternyata agak mirip dengan perkataan "istri seperti tanaman merambat yang mendukung pohon", seketika itu juga, wajahku seakan terbakar. Berbagai perasaan berkecamuk di mata Jiu Ye, ia memandangku dengan tercengang, hatiku galau, aku menunduk, tanganku yang berada di bawah meja memilin lengan bajuku keras-keras. Jiu Ye terdiam untuk beberapa lama, lalu berkata dengan terbatabata, "Yu er, lakukanlah apa yang kau inginkan!" Aku menengadah dan memandangnya dengan girang, dengan sedikit bergurau ia tersenyum dan berkata, "Tapi, aku hanya dapat meminjamkan uang untuk membeli Luoyu Fang. Kalau kau ingin menjadi pohon, kau harus dapat bertahan dari badai dengan kekuatanmu sendiri". Aku tersenyum sambil mencibir, "Kalau kau tak mau meminjamkan uang, tak usah melakukannya, memangnya aku tak punya cara untuk mendapatkannya?" Ia mengangguk dan berkata, "Kalau begitu aku akan menunggu dan melihat apa yang terjadi". "Kenapa kau ingin beralih ke bisnis obat-obatan?", sambil tersenyum aku bertanya. Jiu Ye sepertinya tiba-tiba teringat akan sesuatu, senyum di wajahnya menghilang, lalu dengan senyum yang dipaksakan ia berkata, "Karena kita sudah menyelesaikan transaksi bisnis kita, setelah in kita akan menjalankan usaha kita sendiri-sendiri, dan tak saling mencampuri urusan masing-masing". Hatiku yang hangat mendadak berubah menjadi dingin, dengan kebingungan aku memandangnya, dimana letak kesalahan perkataan yang baru kuucapkan padanya" Dengan tak berdaya ia memandangku, "Yu er, kau dan aku tak sama, aku melakukan hal ini demi kebaikanmu, dan juga untuk kebaikan rumah-rumah hiburan itu". "Apa yang berbeda diantara kita?", tanyaku sambil menatapnya tanpa berkedip. Ia memandangku dan tersenyum, namun di balik senyum itu nampak kegetiran yang samar-samar, "Kembalilah ke kamar dan tidurlah! Aku juga sudah lelah". Wajahnya memang tampak lelah, hatiku melunak, aku pun segera bangkit, "Kalau begitu aku kembali dulu". Ia mengangguk, mengambil sebuah lentera berbentuk ikan, lalu mengambil sebatang lilin dan menyalakannya, setelah memasang lilin itu dalam lentera, ia memberikannya padaku. Aku menghormat padanya, lalu mengangkat lentera itu dan kembali ke kamarku sendiri. Aku bangun agak terlambat, saat aku tiba di Luoyu Fang, matahari sudah tergantung tinggi di angkasa. Hong Gu sedang mengawasi Li Yan mengajar para gadis pelayan menari, ia melirikku dan berkata, "Kalau kau tak muncul juga, aku akan melapor pada pihak yang berwajib". Aku tak menjawab dan duduk dengan tenang sambil menonton gerakan tarian Li Yan. Ia duduk bersila di atas lantai sambil sesekali membuka mulut untuk memberi petunjuk pada gadis-gadis pelayan itu, atau memberi contoh, tangannya yang putih dan langsing menari-nari, matanya yang menawan selembut sutra. Hong Gu berbisik, "Kapan kau akan memperbolehkannya naik panggung" Kita tak perlu pendamping, hal ini malahan membebaninya, hanya dia seorang sudah cukup, kalau diiringi permainan qin Li Shifu, akan benar-benar......" Aku memotong perkataannya, "Sejak kecil kau sudah belajar menari, boleh dikatakan sudah menjadi empu di Chang'an, apakah menurutmu tak ada sesuatu yang berbeda dalam gaya tarian Li Yan?" Hong Gu mengangguk dan berkata, "Benar! Setelah melihat beberapa gerakan tariannya, sepertinya ia memasukkan gerakan Xiyu dalam tariannya, kelembutannya samar-samar mengandung kebebasan yang bergairah, terutama dalam pandangan matanya, aku pernah melihat penari Xiyu menari, mata mereka penuh gairah yang menggoda dan menawan hati, namun menurut selera kita agak keterlaluan, penari sejati tak akan mau melakukannya. Akan tetapi, Li Yan melakukannya dengan amat mempesona, matanya berkilauan, menyembunyikan hasratnya, membuat jantung berdebar-debar, akan tetapi ia tetap suci murni". Setelah para gadis pelayan menghormat untuk mengucapkan terima kasih, mereka membubarkan diri, namun ketika melewati kami, sambil berjingkat-jingkat, dengan tenang mereka menghormat. Li Yan membungkuk pada kami, lalu duduk di hadapan kami, "Apakah kalian sudah mendapatkan lencana emas itu?" Aku tersenyum namun tak menjawab, lalu berpaling ke arah Hong Gu dan berkata, "Aku ingin kau melakukan sesuatu. Kumpulkan keterangan tentang keadaan rumah-rumah hiburan yang dahulu dilepas oleh Perusahaan Shi dan yang baru-baru ini akan dilepas, semakin rinci semakin baik. Hmm, kalau ada rumah hiburan lain yang menyebalkan dan merasa dendam pada kita, kumpulkan juga keterangan tentangnya". Hong Gu tertawa dan berkata, "Gadis baik, kau benar-benar tak mengecewakanku. Aku sudah beberapa hari merencanakan hal ini, dan akan segera menyuruh orang pergi melakukannya, tapi uangnya dari mana?" Aku berkata, "Selain Luoyu Fang, aku merencanakan untuk membeli empat rumah hiburan lain, sekarang kita sudah punya uang untuk membeli dua rumah hiburan, sedangkan untuk yang lainnya aku punya suatu cara". Wajah Hong Gu nampak ragu, namun tanpa banyak bertanya ia segera pergi. Li Yan memandangku sambil tersenyum, lalu mengangguk dan berkata, "Tanpa tergesa-gesa, maju dengan mantap memukul musuh, katamu aku sahabat yang mengerti isi hatimu, tapi aku tak berani menerima anggapan itu, asalkan kau mengkehendakinya, cepat atau lambat, semua rumah hiburan di Chang'an ini akan menjadi milikmu". Aku tersenyum lebar dan berkata, "Akulah yang harus malu, jangan-jangan rumah hiburan di Chang'an tak masuk dalam hitunganmu". Li Yan berkata, "Ketika aku untuk pertama kalinya mendengar tentang sendratarimu, aku mengira bahwa kau adalah orang yang sengaja menjilat para pembesar, penuh muslihat dan pandai menggunakan kesempatan, namun sekarang aku baru tahu bahwa kau benar-benar ingin berbisnis, dan semuanya itu hanya kau gunakan untuk memajukan bisnismu. Wanita yang masuk ke dalam bisnis ini, tak perduli apakah ia benar-benar suka menari atau tidak, pada akhirnya ingin melepaskan identitasnya sebagai penari, akan tetapi kau suka berkecimpung dalam bisnis ini, sebenarnya apa tujuanmu?" Aku berkata, "Tak serumit yang kau pikirkan. Aku adalah orang yang datang dan pergi tanpa beban, dan juga tak menginginkan kekuasaan atau harta, kecuali kalau kekuasaan atau harta dapat membuatku bahagia, gunung emas atau perak pun tak dapat menandingi bulan purnama di padang pasir. Segala tindakanku telah kupertimbangkan dengan seksama, dan aku akan melakukan segalanya untuk mencapai tujuanku, tapi yang kuinginkan sangat sederhana, aku ingin menyenangkan hatiku sendiri, dan ingin orang yang kusayangi bahagia. Kalau Chang'an tak lagi mengasyikkan, mungkin aku akan berlari kembali ke Xiyu". Li Yan menatapku tanpa berkedip dan berkata, "Kau sepertinya seseorang yang tak punya ikatan, seperti seekor elang di angkasa, kau seharusnya terbang di Xiyu, mungkin Chang'an sama sekali tak cocok untukmu". Sambil tersenyum aku memandangnya dan bertanya, "Apakah kau pernah pergi ke Xiyu" Sepertinya kau sangat menyukainya". Sambil tersenyum manis, Li Yan berkata, "Walaupun ingin pergi ke sana, tapi aku belum pernah melakukannya. Hanya saja sejak kecil aku banyak mendengar ayah menceritakan kisah-kisah Xiyu". Dengan wajah girang sekaligus cemas, Hong Gu berlari masuk bagai terbang, sambil tersenyum mengejek, aku berkata, "Orang yang paling mementingkan penampilan kenapa hari ini berantakan begini" Gadis-gadis yang kau ajari akan diam-diam tertawa". Hong Gu berkata, "Sekarang aku tak punya waktu beradu mulut denganmu, pembantu Putri Pingyang baru saja datang dan menyuruh kita bersiap dengan seksama, sang putri sebentar lagi akan tiba". "Oh", kataku, lalu dengan acuh tak acuh berkata, "Bagaimana kita harus bersiap-siap" Apakah kita harus berlutut untuk menyambutnya di ambang pintu" Lalu berseru, "Yang Mulia, Yang Mulia, Yang Mulia?" Hong Gu menarikku hingga berdiri, "Kau cepatlah sedikit berdiri, aku sudah menyuruh para pelayan menyiapkan pakaian dan hiasan rambut, cepatlah berdandan". Aku melangkah keluar dengan cepat sambil diseret oleh Hong Gu, dan hanya sempat menoleh ke arah Li Yan sembari berkata, "Kau kembali dan minta Li Shifu juga bersiap-siap". Matanya pun berbinar-binar. Aku memandang hiasan rambut yang ditaruh di atas meja, lalu berseru, "Apakah aku harus memakai sanggul palsu" Kalau ditambah hiasan-hiasan emas perak dan kumala ini, apakah aku masih akan bisa berjalan?" Hong Gu tak memperdulikanku dan mengerahkan semua pelayan wanita untuk menyisir rambutku. Seorang pelayan wanita setengah baya mengosok sisir dengan serpihan kayu elm, lalu menyisir rambutku dengannya, setelah itu ia mengepangnya erat-erat, karena kesakitan, dahiku berkerut. Dengan wajah sabar pelayan wanita itu memberi perintah, "Cepat rapikan sanggul palsu itu hingga licin, sedikit pun tak boleh berantakan". Aku merasa wajahnya menyebalkan, aku pun menarik napas panjang dan berkata, "Cepat sedikit! Kalian meributkan hal yang tak penting, menyisir rambutku seperti ini terhitung penyiksaan". Hong Gu berkata, "Aku akan minta para tamu pulang sekaligus menyuruh orang menyapu rumah, menganti tirai dan menyalakan dupa". Sambil berbicara ia melangkah ke luar, aku cepat-cepat menyuruh si pelayan wanita berhenti, "Kau akan berkata apa pada para tamu?" Hong Gu berkata, "Apa susahnya mengatakannya" Aku akan berkata bahwa sang putri datang, siapapun tak akan berani membantah". Aku berkata, "Jangan, carilah alasan yang masuk akal untuk menyuruh mereka pergi, sekarang kembalikan uang mereka, setelah itu katakan pada mereka bahwa kalau mereka datang kemari lagi, mereka tak usah membayar". Hong Gu mengerutkan dahinya, aku kembali berkata, "Barangsiapa meributkan uang receh, ia tak bisa mendapatkan untung besar. Kita tentunya harus memanfaatkan kekuasaan dan pengaruh sang putri, tapi kita tak bisa melakukannya dengan semena-mena, tak baik kalau sang putri mendengar kita menggunakannya untuk menekan orang". Hong Gu tertawa dan berkata, "Baik! Aku akan menuruti semua perintahmu". Sebelum berlalu ia masih berkata pada si pelayan, "Sisir rambutnya baikbaik, aku pergi dahulu dan akan kembali". Setelah sepenanakan nasi, pelayan wanita itu dan tiga gadis pelayan baru selesai menyisir sanggul palsuku, setelah itu mereka memakaikan pakaian yang diambilkan Hong Gu untukku. Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Gaun panjang serasi dengan ikat pinggang, lengan baju lebar serasi dengan baju kegirangan. Rambut hitam legam, ladang biru kumala, rambut indah bagai awan berhiaskan tusuk konde kulit penyu, lengan seputih salju berhiaskan gelang bunga emas, jatuh di pergelangan kumala, kaki cantik memakai sepatu mutiara......." Aku mengumam pada diriku sendiri. Mungkin pikiranku terlalu sederhana, kepalaku pusing dibebani berbagai permata dan perhiasan, aku menuruti semua perkataan Hong Gu, aku curiga jangan-jangan ia memakaikan semua perhiasan yang dimilikinya padaku. Dengan tak berdaya aku berkata, "Apakah sudah cukup" Biarkan aku memikirkan apa yang harus kukatakan kalau bertemu sang putri?"" Hong Gu yang sedang memperhatikanku dari atas ke bawah berseru kaget, sambil menunjuk telingaku ia berkata, "Lepaskan itu!" Aku meraba telingaku, di telingaku tergantung anting perak yang amat kecil, begitu mendengarnya, aku melepaskannya. Hong Gu mencari-cari untuk beberapa lama diantara perhiasannya, lalu mengambil sebuah giwang jamrud berlapis emas berbentuk keranjang bunga yang mengantung ke bawah, agaknya perhiasanku masih harus ditambah sebuah "giwang menggantung". Hong Gu memakaikannya sendiri padaku, ia berbicara dengan tak henti-hentinya, "Perhiasan adalah satu-satunya harta yang sepenuhnya dimiliki oleh seorang wanita, perhiasan adalah sesuatu yang benar-benar dapat kita andalkan. Wajah jelita mengundang cinta lelaki, sekarang apa lagi yang kau butuhkan?" Aku hanya tahu mengangguk saja, ia kembali mengawasiku dengan teliti, aku pun cepat-cepat melarikan diri dari cengkeramannya. Setelah merasa agak tenang, aku merasa bahwa dandanan yang begitu mewah seperti ini agak tak pantas, tapi lalu aku berubah pikiran, apa boleh buat, aku telah menghabiskan begitu banyak waktu untuk memakainya, sang putri tentunya akan segera tiba, tak ada waktu untuk menganti dandananku. Orang-orang yang tak berkepentingan telah pergi ke belakang rumah, aku berdiri di ambang pintu, menanti perempuan yang membuat Permaisuri Chen dicampakkan dan keluarga Wei sekonyong-konyong naik daun. Kereta kekaisaran sang putri berhenti di depan pintu, dua orang gadis pelayan berusia tujuh atau delapan belas tahun segera turun dari kereta, aku membungkuk menghormat. Melihat dandananku, rasa terkejut samar-samar berkelebat di wajah mereka, lalu mereka nampak puas dan tersenyum ke arahku. Ternyata Hong Gu benar, pakaian seseorang adalah bagian dari aturan kesopanan. Kedua gadis itu membantu sang putri turun dari kereta, dan Putri Pingyang yang berpakaian mewah pun berdiri di hadapanku. Dahi dan sudut-sudut matanya sudah menunjukkan tanda-tanda penuaan, namun parasnya masih cantik, sikapnya anggun. Dengan suara lembut ia berkata, "Bangkitlah! Hari ini aku datang khusus untuk menonton sendratari". Aku bersujud, lalu bangkit dan menunjukkan jalan. Dengan hormat aku berkata, "Kami telah secara khusus mempersiapkan ruangan yang tenang, para penari sudah dengan hormat menunggu gongzhu". Begitu melihat sang putri, Fang Ru dan Qiu Xiang bersikap sangat hati-hati, sang putri mempersilahkan mereka duduk, dengan ragu-ragu mereka melihat ke arahku, aku mengangguk, dan mereka pun duduk. Akan tetapi, tanpa merendahkan diri atau bersikap angkuh, Li Yannian menghormat dengan sopan, lalu duduk dengan tenang, sang putri tak bisa menahan diri untuk tak memandanginya, aku segera berkata, "Ini adalah pemain qin yang mengiringi pertunjukan kami, ia bermarga Li dan bernama Yannian". Sang putri mengangguk dan berkata, "Mulailah!" Aku berkata, "Sendratari ini cukup panjang, biasanya kami baru selesai mementaskannya dalam beberapa hari, entah gongzhu hendak menonton seluruhnya, atau hanya adegan-adegan tertentu saja?" Putri Pingyang memandang Fang Ru dan Qiu Xiang yang sudah berdiri dan berkata, "Tampilkan lagu-lagu yang paling kalian kuasai saja!" Fang Ru dan Qiu Xiang segera mengiyakan sambil menghormat. Qiu Xiang menyanyi terlebih dahulu, yaitu adegan saat sang jenderal berperang di Xiyu, ia berjalan mondar-mandir seorang diri di bawah sinar rembulan, merindukan sang putri. Permainan Qiu Xiang dalam adegan tenang jauh lebih baik dari permainannya dalam adegan peperangan, namun yang paling banyak mendapatkan tepuk tangan adalah permainan qin Li Yannian. Ini adalah untuk pertama kalinya aku menyuruh Li Yannian memainkan lagu untuk tamu, selain itu ia juga bermain seorang diri, karena kepandaiannya bermain qin, semua orang di Luoyu Fang seakan ikut memainkan qin. Setiap petikan qinnya menyuarakan kerinduan, setiap nadanya mengambarkan cinta, kisah kasih yang menyentuh di medan perang pun berkumandang, permainan qin itu membuat Qin Xiang bersemangat, nyanyiannya jauh lebih bagus dari biasanya. Fang Ru dan Qiu Xiang berduet menyanyikan sebuah adegan selamat tinggal, Fang Ru menyanyikan adegan ini dengan penuh perasaan, ditambah dengan permainan qin Li Yannian, adegan itu membuat mata kedua gadis pelayan yang berada di samping sang putri memerah. Wajah sang putri pun nampak tertegun. Sebelum Fang Ru dan Qiu Xiang menyelesaikan lagu mereka, pintu dibuka seseorang, pengiring sang putri berkata, "Tuan Muda Huo mohon bertemu gongzhu". Sebelum ia menyelesaikan perkataannya, Huo Qubing telah masuk dengan langkah-langkah lebar, sang putri tersenyum dan berkata, "Watakmu masih begitu tak sabaran, kalau pamanmu melihatmu, ia akan mengomelimu". Dengan enteng Huo Qubing menghormat, lalu duduk di sisi sang putri sambil tersenyum, "Biarkan ia mengomel sesukanya, aku akan melakukan apa yang aku suka, kalau sudah tak tahan lagi, aku akan menghindarinya saja". Sang putri berkata, "Menghindarinya" Sudah berapa lama kau tak menjenguknya" Seingatku, saat tahun baru kau datang untuk mengucapkan selamat tahun baru, tapi sehari-hari kau sengaja menghindari pamanmu, sekarang sudah setengah tahun lebih, bagaimanapun juga kita sekeluarga, kau?"" Huo Qubing cepat-cepat menjura berkali-kali kepada sang putri, "Bibiku yang baik, mohon anda maafkan keponakanmu ini! Begitu masuk istana, aku ditegur yang mulia permaisuri, masa bibiku yang selalu baik padaku juga ikut menegurku" Setelah ini janganjangan aku tak berani mengunjungi rumah gongzhu lagi". Sang putri menggeleng-geleng, lalu kembali mendengarkan nyanyian. Begitu sang putri berpaling, wajah Huo Qubing langsung berubah dari musim semi bulan tiga menjadi hari musim dingin yang terdingin, dengan wajah dingin ia memandangiku dari atas ke bawah, dan akhirnya menatap mataku dengan tajam. Aku berlagak tak melihatnya, dan berpaling ke arah Fang Ru dan yang lainnya, akan tetapi pandangan matanya tak pernah beralih, setelah Fang Ru, Qiu Xiang dan Li Yannian berlutut di bawah menunggu titah sang putri, pandangan matanya barulah beralih. "Nyanyian kalian sangat bagus, permainan qinmu pun sangat bagus, tapi aku tak ingin sendratari ini dipentaskan lagi". Begitu mendengar perkataannya, rona merah di wajah Fang Ru dan Qiu Xiang langsung menghilang. Sang putri memandang ke arahku, aku pun segera berlutut di hadapannya dan bersujud, "Hamba mohon petunjuk yang mulia gongzhu". Sambil tersenyum sang putri mengangguk, ia melambaikan tangannya untuk menyuruh Fang Ru dan yang lainnya mengundurkan diri. Dengan seksama ia memandangiku, lalu mengangguk dan memujiku, "Paras yang begitu cantik, dan juga begitu cerdas, boleh dikata kau berani sekaligus pandai bersiasat".." Huo Qubing bangkit dan berjalan beberapa langkah, lalu berlutut di sisiku di hadapan sang putri, ia momotong perkataan sang putri, "Qubing hendak mohon maaf pada gongzhu". Ia berkata hendak minta maaf, tapi wajahnya masih tampak acuh tak acuh. Dengan terkejut sang putri tersenyum dan berkata, "Apakah kau juga melakukan kesalahan" Coba kalian lihat apakah hari ini matahari terbenam di timur". Kedua gadis pelayan mengiyakan sambil menghormat, lalu keluar dari ruangan itu sambil menunduk. "Ceritanya panjang, harus diceritakan mulai dari saat Qubing bertemu dengan Nona Jin ini?"", sambil berbicara, tangan Huo Qubing meraba-raba dan mengenggam tanganku di balik lengan jubah kami. Pakaian Dinasti Han menekankan lengan baju yang lebar, ketika kami berlutut, lengan baju kami saling bertumpukan sehingga memudahkan baginya, ketika aku sedang terkejut, ia telah menyentuh jari tanganku, aku segera menekuk jari telunjukku untuk menotok titik Quchinya , namun walaupun ia sedang berbicara pada sang putri sambil tersenyum, reaksi tangannya sangat cepat, ia menghindari jari telunjukku dan dalam sekejap mata, telapaknya menekan telapakku, setelah itu ia langsung mengenggam tanganku. Dengan puas diri, ia melirik ke arahku, tangannya dengan lembut meremas tanganku. Aku menengadah memandang sang putri, ketika sedang mendengarkan bagian cerita yang menegangkan, ia menatap Huo Qubing, matanya berkilat-kilat, seakan ia sedang dikejar bandit-bandit padang pasir dari kejauhan, dan nyawanya berada di ujung tanduk. Aku menarik tenagaku dan tanganku pun terkulai lemas dalam genggaman Huo Qubing, bicaranya agak melambat, ia berpaling melihatku dengan agak heran. Aku berlutut sambil menunduk, tak bergerak, namun perlahanlahan aku mencubit telapak tangannya dengan kukuku, berkat Hong Gu, tiga kuku jariku berwarna merah, panjang dan tajam. Dahinya berkerut, sudut-sudut bibirku terangkat membentuk seulas senyum tipis, coba lihat berapa lama kau dapat bertahan. ?"..tapi kami kembali tersesat, di tengah gurun pasir kami tak punya air dan tak tahu jalan, benar-benar lolos dari lubang jarum"..aiyo!" Mendadak ia menjerit, sang putri yang sedang asyik mendengarkan cerita terkejut mendengar jeritannya sehingga hampir melompat, aku juga terkejut hingga tanganku gemetar, dengan tegang aku melihat ke arah sang putri, dan tak berani mengerahkan tenaga lagi. Dengan terkejut sang putri bertanya, "Ada apa?" Huo Qubing masih mengenggam tanganku, "Rasanya seperti digigit seekor kalajengking jahat". Sang putri terkejut dan hendak bangkit, namun aku cepat-cepat berkata, "Ruangan ini sudah diasapi dupa, dan sebelum gongzhu datang sudah disapu dengan teliti, pasti tak ada serangga apapun di sini". Namun wajah sang putri masih nampak ketakutan dan ia hendak bangkit, aku tak berdaya dan memandang Huo Qubing dengan memohon-mohon sambil dengan pelan mencubit tangannya. Sambil tersenyum Huo Qubing berkata, "Ah! Sepertinya aku tak sengaja mencakar diriku sendiri". Wajah sang putri nampak lega, sambil tersenyum ia memandangku, "Dasar ceroboh, entah dia mirip siapa" Setelah itu bagaimana?" Huo Qubing meneruskan ceritanya, namunku perutku penuh api kemarahan, aku kembali ingin turun tangan, tapi begitu kukuku menekannya, ia segera menjerit, "Ular berbisa!" Aku terkejut dan segera menarik tanganku. Dengan heran sang putri bertanya, "Apa?" Dengan bersungguhsungguh, Huo Qubing berkata, "Di padang pasir banyak ular berbisa, semut berbisa dan lebah berbisa, dan mereka sangat suka mengigit manusia, tapi begitu kau menjerit, mereka tak berani mengigit". Wajah sang putri kebingungan, dengan tak paham ia mengangguk-angguk, Huo Qubing pun kembali melanjutkan kisah petualangan di padang pasirnya. Dalam hati aku mengeluh, baiklah, situasi tak menguntungkan, aku mana bisa tak menyerah" Terserah ia mau apa! Ia pun melonggarkan pegangannya dan hanya dengan lembut mengenggam tanganku. Setelah ia selesai bercerita, sang putri memandangku dan bertanya, "Katamu dia mengubah sendratari ini untuk menarik perhatianku?" Huo Qubing berkata, "Tepat sekali". Setelah berbicara ia memandangku, namun sinar matanya berkilat-kilat penuh ancaman, dengan dingin menekanku, genggaman tangannya pun tiba-tiba bertambah keras, benar-benar menyakitkan, aku memutar otak, lalu cepat-cepat berkata, "Hamba terlalu berani, mohon gongzhu menghukumku". Sinar mata Huo Qubing berubah menjadi lembut, pegangan tangannya menjadi longgar, sambil memandang ke arah sang putri, ia berkata, "Semua masalah ini disebabkan oleh Qubing, mohon gongzhu memaafkanku sekali ini". Sang putri memandanginya dan memandangku, lalu tersenyum,"Baiklah, semua bangkit! Aku tak bermaksud menghukum Jin Yu, dan juga sama sekali tak perduli pada pertengkaran kalian, kau sendiri yang membesar-besarkan masalah remeh, tapi aku senang mendengar cerita, hanya saja, aku belum pernah mendengar ada orang yang dapat memerintah kawanan serigala". Dengan enteng Huo Qubing berkata, "Hal ini sama sekali tak aneh, sejak dahulu hewan liar dapat berkomunikasi dengan manusia. Di zaman Musim Semi dan Musim Gugur, salah seorang dari tujuh puluh dua orang bijak dapat melakukannya, murid Kong Zi, Kong Yezhang, menguasai bahasa burung, di kemudian hari ia pun menjadi menantu Kong Zi. Karena paman sejak kecil berkawan dengan kuda, ia sangat paham watak kuda dan dapat mengendalikan mereka sesuka hatinya. Di Xiyu pun kabarnya ada orang yang dapat menjadi majikan burung elang". Sang putri tersenyum lega dan berkata, "Benar! Kuda-kuda perang pamanmu sepertinya bisa mengerti perkataannya. Asalkan punya waktu senggang, pamanmu langsung memandikan mereka sendiri, kadang-kadang sambil memandikan mereka ia berbicara pada kuda-kuda itu seperti pada seorang kawan lama, kulihat ia lebih banyak berbicara pada mereka daripada kepada manusia". Aku mencoba menarik tanganku, Huo Qubing tak lagi menghalangiku dan hanya mencubitku dengan pelan, lalu melepaskan tanganku. Aku bersujud untuk mengucapkan terima kasih pada sang putri, lalu kembali duduk di sisinya. Sambil memandang Huo Qubing, sang putri berkata, "Tahun lalu kau berkata hendak berburu di gunung, tapi kau malahan kabur ke Xiyu, kalau hal ini sampai terdengar oleh pamanmu, entah bagaimana?" Huo Qubing mendengus dan berkata, "Kaisar sudah memberiku izin, siapa yang berani menegurku?" Sang putri menghela napas dengan pelan, lalu berkata padaku, "Aku sudah melihat sendratari itu, dan juga sudah selesai mendengarkan cerita, panggil mereka masuk untuk bersiap pulang ke rumah". Aku segera bangkit, Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo menghormat dan memanggil para pengiring. Aku berlutut di luar pintu sampai kereta sang putri sudah jauh berlalu, setelah itu baru bangkit. Huo Qubing berbalik dan memandangku, namun aku tak memperdulikannya dan langsung berjalan ke dalam rumah, ia pun mengejarku. Aku masuk ke dalam ruangan tempatku menyambut sang putri, lalu duduk di bangku yang diduduki sang putri sambil termenung tanpa berkata apa-apa. Ia menemaniku duduk dengan tenang, lalu tiba-tiba berbaring terlentang di atas bangku pendek itu, "Apa yang kau rasakan?" Aku berkata, "Agak lelah, semua kata harus dipikirkan baik-baik sebelum dapat diucapkan, tapi ketika menjawab ternyata tak boleh terlambat. Lututku juga agak sakit karena terus berlutut". Ia tersenyum dan berkata, "Dan kau juga masih berdandan seperti ini" Untung saja aku mendengar bahwa putri datang kemari dan cepat-cepat menyusul, kalau tidak kau akan dimarahi habis-habisan". Aku berkata, "Kau terlalu khawatir". Ia mendadak duduk, lalu tertawa sinis, "Aku terlalu khawatir" Kalau sang putri menghadiahkanmu pada kaisar, kau tak akan bisa kembali". Aku tertawa dan berkata, "Bagaimana kalau ada yang lebih baik dariku?" Ia tercengang, "Siapa" Apakah di rumah ini ada nona yang belum muncul" Apa sebenarnya yang ingin kau lakukan?" Sambil memandangnya aku berkata, "Bagaimanapun juga, hari ini aku berterima kasih atas maksud baikmu. Sekarang aku hendak bertanya padamu, kalau ada orang dari tempat ini masuk ke istana, apakah kau akan menyalahkanku?" Ia tersenyum hambar dan kembali berbaring terlentang di bangku, "Di mata kaisar, bibi sudah menjadi bunga yang layu, di seluruh negeri orang telah memilih wanita-wanita baru, orang-orang ambisius di istana juga telah mencari wanita cantik di manamana, kalau bukan kau akan ada orang lain yang melakukannya. Oleh karenanya, sang putri selalu berhati-hati, saat kaisar berkunjung ke rumahnya, ia selalu mempersiapkan gadis-gadis cantik untuk menari dan menemaninya minum-minum, dan ada yang dibawa pulang kaisar ke istana, tapi selalu ada yang kurang, setelah menemani kaisar tidur beberapa kali, mereka dicampakkan. 'Melahirkan seorang putri tak kecewa, melahirkan seorang putra tak senang, siapa yang tak melihat bagaimana Wei Zifu merajai kolong langit"', kata lagu rakyat. Maksudnya, wanita cantik mana yang tak ingin menjadi Wei Zifu, tapi siapa yang memiliki wajah secantik bunga dan watak selembut air seperti Wei Zifu bertahun-tahun yang silam?" Aku berkata, "Dan siapa yang mempunyai adik seperti Jenderal Besar Wei dan keponakan seperti kau?" Sambil tersenyum ia menjura ke arahku, "Aku tak masuk hitungan, di mata Jenderal Besar Wei, aku cuma seorang bocah kaya yang manja, angkuh dan mau menang sendiri, serta suka menghambur-hamburkan uang. Kalau bisa, Jenderal Besar Wei tak mau mengakuiku sebagai keponakannya". Sambil tersenyum aku balas menanyainya, "Apa kau memang seperti itu?" Sambil tersenyum ia pun balas menanyaiku, "Apakah menurutmu aku memang seperti itu?" Aku tak menjawab pertanyaannya, dengan agak bingung aku bertanya, "Dahulu, karena menguasai bahasa burung, Kong Yezhang dianggap pembawa sial dan dijebloskan ke dalam penjara. Untuk menegaskan bahwa Kong Yezhang sama sekali bukan pembawa sial, Kong Zi sengaja menikahkan putrinya dengannya, kau khawatir aku akan dianggap pembawa sial, kenapa kau bercerita tentang kejadian di padang pasir itu?" "Kalau saat itu hanya ada aku seorang, aku pasti tak akan mengungkit peristiwa itu, akan tetapi kawan-kawan seperjalananku semua melihatmu memerintah kawanan serigala dengan mata kepala mereka sendiri, kaisar juga sudah tahu mengenai hal ini, apakah aku menyembunyikannya dari sang putri atau tidak, tak ada artinya". Aku mengangguk-angguk, ternyata aku tak bisa memikirkan segalanya. Ia berkata, "Suapi aku buah-buahan". Aku menaruh piring di sisi kepalanya, "Kau makanlah sendiri! Aku bukan gadis pelayan di rumahmu". Ia tersenyum dan menarik tanganku, "Kalau di rumahku ada seseorang yang seperti kau ini, untuk apa aku bersusah-payah datang kemari untuk dimarahi?" Aku mengibaskan tanganku untuk melepaskan diri dari pegangannya, dengan wajah serius aku berkata, "Sekarang kebetulan tak ada orang, dan ruangan ini juga luas, bagaimana kalau kita menjajal kepandaian sebentar?" Ia menghela napas panjang, lalu kembali berbaring, "Kau ini merusak suasana saja". "Kau bukannya pandai mengoda gadis-gadis pelayan di rumahmu?" Sambil tersenyum ia memelototiku dan berkata, "Ikut aku dan tinggallah di rumahku beberapa malam maka kau akan tahu". Aku mendengus dan tak lagi menjawab. Ia berkata, "Bawa si cantik itu untuk dilihat, apakah kita pantas bersusah payah untuknya?" Dengan terkejut aku bertanya, "Kita?" Ia mengangkat alisnya dan berkata, "Kenapa tidak?" Aku menunduk dan berpikir tanpa berkata apa-apa untuk beberapa saat, lalu berkata, "Aku mengerti, tapi kurasa untuk hal ini, lebih baik sang putri saja yang maju". Ia tersenyum, "Berbicara dengan orang yang banyak akalnya seperti kau ini benar-benar melelahkan, setiap perkataanku kau beri arti yang lain. Aku malas bersusah payah. Aku tak bisa menghadiahkan wanita cantik untuk mengambil hati kaisar, tapi aku suka mengucapkan perkataan 'kita' itu, kita, kita, bukan kau dan aku, tapi kita........kita........". Aku berkata, "Jangan bicara lagi". Ia tak memperdulikanku dan terus berkata, "Kita........kita.......". Dengan enteng aku mengambil buah dan menjejalkannya ke dalam mulutnya, tapi ia tak marah dan hanya mengunyahnya sambil tersenyum. Aku bangkit dan berkata, "Aku malas menanggapimu. Aku akan pergi mengurus urusanku sendiri". Ia pun duduk dan berkata, "Aku juga harus pulang". Sambil tersenyum lebar aku menatapnya seraya bertanya, "Kau tak mau ikut aku melihat si cantik?" Sambil tersenyum namun tak tersenyum ia bertanya, "Apakah kau mengira aku benar-benar seorang lelaki cabul?" Dengan mata berbinar-binar ia menatapku, seketika itu juga aku terdiam, lalu menggeleng dengan pelan. Ia menghapus senyum dari wajahnya, dengan sungguh-sungguh ia menatapku, "Untuk apa aku mengandalkan cara-cara seperti ini untuk mendapatkan kedudukan" Aku bukan tak paham, tapi aku tak sudi melakukannya. Kalau menurutmu cara ini mengasyikkan, lakukanlah, tapi hati-hati, jangan sampai terbelit di dalamnya". Setelah selesai berbicara ia berbalik, ketika lengan jubahnya masih melayang, ia telah keluar dari ruangan. -------------------Hong Gu, Fang Ru, Qiu Xiang dan yang lainnya duduk di kamarku, wajah mereka nampak muram, ketika melihatku masuk, mereka semua bangkit dan memandangku tanpa berkata apaapa, namun aku tersenyum, "Apa yang sedang kalian lakukan" Jangan khawatir! Besok matahari masih akan terbit seperti biasanya". Hong Gu berkata dengan geram, "Kau masih bisa tersenyum" Sendratari tak bisa dipentaskan lagi dan kita juga telah menyinggung sang putri, setelah ini bagaimana?" Aku berkata pada Fang Ru dan yang lainnya, "Kalian kembali dahulu, jangan khawatir, semuanya akan menjadi lebih baik dibandingkan sekarang, tak akan lebih buruk. Walaupun Hua Yue Nong dilarang, memangnya kita tak bisa mementaskan sendratari lain" Lagipula, Fang Ru dan Qiu Xiang telah dipuji oleh sang putri sendiri sebagai penyanyi yang baik, setelah dipuji seperti itu, masa kalian takut tuan-tuan muda di Chang'an tak mengejar kalian?" Begitu mendengarnya, wajah mereka nampak senang, dengan girang sekaligus khawatir mereka keluar ruangan Hong Gu bertanya, "Maksudmu, sang putri tak marah?" Aku berbaring di atas bangku, "Marah bagaimana" Kalau ia marah, dari dulu ia sudah menyegel rumah ini, untuk apa menunggu sampai hari ini?" Hong Gu duduk di hadapanku, lalu menuangkan teh untukku, "Kalau begitu, kenapa ia tak memperbolehkan kita menyanyi?" Aku tersenyum dan berkata, "Bagaimanapun juga, Hua Yue Nong adalah drama tentang masalah pribadi sang putri dan Jenderal Besar, karena tujuannya telah tercapai, sang putri tentu akan selalu menjaga reputasinya. Pelarangan ini sangat tepat waktunya, orang yang sudah menonton senang karena telah menonton, sedangkan yang belum menonton akan menyesal kenapa tak buru-buru menonton dan akan segera bertanya pada orang yang sudah menontonnya karena ingin tahu. Begitu berita ini tersebar dari mulut ke mulut, Fang Ru dan Qiu Xiang akan menjadi penyanyi paling termasyur di Chang'an". Sambil mendengarkan, Hong Gu berpikir, lalu mengangguk dan berkata, "Kalaupun tak ada Hua Yue Nong, orang-orang masih akan datang untuk menonton Fang Ru dan Qiu Xiang. Seseorang seperti Li Yan mana bisa dibandingkan dengan bintang-bintang di rumah hiburan lain" Saat ini tak ada yang dapat menandingi Fang Ru dan Qiu Xiang". "Fangzhu, ada orang datang mengantarkan barang". Gadis pelayan di luar ruangan melapor dengan hormat. Dengan heran aku bertanya, "Untukku?" Hong Gu tersenyum dan berkata, "Kalau bukan untukmu, masa ia membawanya kemari" Kau ini kalau sedang pintar punya seribu satu siasat, tapi kalau sedang bodoh, tolol sekali hingga patut ditertawakan". Ia memerintahkan, "Bawa masuk". Seorang bocah pelayan ikut masuk di belakang gadis pelayan itu, ia membawa sebuah sangkar yang diselimuti kain hitam, setelah menghormat pada Hong Gu dan aku, ia menaruh sangkar itu dengan hati-hati di atas meja. "Kelihatannya seperti sangkar burung, siapa yang mengirimnya?", sambil berbicara, Hong Gu bangkit dan membuka kain hitam itu. Aku pun bertanya, "Siapa yang mengantarkannya?" Sang bocah pelayan menjawab, "Seorang lelaki muda membawanya, ia tak meninggalkan namanya, hanya berkata agar diberikan pada fangzhu. Ketika kami bertanya, katanya begitu melihatnya, fangzhu akan mengerti". Aku mengangguk, lalu menyuruhnya keluar. "Sepasang merpati yang sangat cantik", Hong Gu menghela napas, "Cantik memang cantik, tapi untuk apa mengantar hadiah seperti ini" Kalau dibuat dari emas murni barulah lumayan". Aku bangkit dan melangkah ke hadapan sangkar itu, lalu berjongkok mengamati mereka. Bulu mereka seputih salju, mata mereka bagai sepasang rubi mungil. Yang seekor sedang tidur sambil mengangkat sebelah kakinya, sedangkan yang seekor lagi sedang memandangiku sambil menelengkan kepalanya. Dalam hatiku muncul seberkas rasa girang, aku pun berseru menyuruh gadis pelayan mengambilkan biji gandum. Hong Gu bertanya, "Siapa yang mengantarnya?" Ia menunggu beberapa saat, namun melihatku hanya mengulum senyum, ia pun menggeleng-geleng, "Tertawa seperti orang tolol saja!" Setelah itu ia berpaling, memikirkan setelah ini akan menyanyikan lagu apa, lalu keluar. Aku menaruh sangkar itu di atas meja, lalu memberi mereka biji gandum. Merpati yang sedang tidur, begitu melihat ada makanan, langsung terbangun dan merebut biji-bjian dari paruh merpati di sisinya. Akan tetapi merpati yang seekor lagi tidak marah dan hanya memandanginya makan, aku pun segera memberinya bijibijian dari tanganku. "Kau ini nakal sekali, maka aku akan menamaimu Xiao Tao, sedangkan kau begitu suka mengalah, maka aku menamaimu Xiao Qian, namaku Xiao Yu". Mereka berdua mencicit, entah mengerti perkataanku atau tidak, sayang aku hanya paham bahasa serigala dan tak paham bahasa merpati. Setelah makan malam, aku segera pergi ke Wisma Shi. Aku memandangi pintu gerbang, lalu memandangi tembok rumah, ketika aku masih bimbang hendak masuk dari mana, pintu telah dibuka sedikit, Paman Shi menjulurkan kepalanya keluar seraya bertanya, "Apakah kau Yu er?" Aku menjawab, "Paman Shi, ini Yu er. Apakah kau belum tidur?" Paman Shi membukakan pintu untukku, "Jiu Ye memerintahkan agar pintu dibiarkan terbuka untukmu". Aku segera mengucapkan terima kasih. Sambil menutup pintu, Paman Shi berkata, "Cepatlah pergi!" Setelah menghormat, aku melangkah dengan cepat ke Pondok Bambu. Tirai bambu setengah dibuka, aku berputar dan dengan gesit masuk ke dalam tanpa menyentuh tirai bambu itu. Sambil tersenyum, Jiu Ye memujiku, "Jurus yang bagus". Diam-diam aku merasa kesal, kenapa aku begitu tak sabaran" Namun aku hanya tersenyum hambar. Aku duduk di sisinya, "Terima kasih banyak atas hadiah merpatimu, aku sangat suka pada mereka, apakah mereka aslinya punya nama" Aku sudah memberi mereka nama". Jiu Ye berkata, "Mereka hanya punya nomor, mereka kau beri nama apa?" Aku berkata, "Yang galak dan nakal kunamai Xiao Tao, sedangkan yang lembut dan pengalah, kunamai Xiao Qian". Ia tersenyum, "Kalau begitu kau seharusnya dipanggil Xiao Yu". Aku mengangkat daguku, lalu tersenyum dan berkata, "Benar! Lain kali kalau aku memperkenalkanmu, aku akan memanggilmu Xiao Jiu". Ia tersenyum namun tak berkata apa-apa, lalu memberiku sebuah peluit bambu mungil, "Menurut pawang merpati, mereka berdua adalah merpati-merpati yang paling pandai diantara merpatimerpati yang dilatihnya beberapa tahun ini. Karena khawatir mereka terlalu terbiasa padanya, saat memberi mereka makan dan minum ia tak pernah membiarkan mereka melihatnya. Setelah kau memberi mereka makan dan minum selama sebulan dan mereka telah mengenalimu, mereka sama sekali tak perlu sangkar lagi". Dengan seksama aku memperhatikan peluit dalam genggamanku, buatannya amat halus, di bagian luarnya terukir gambar sepasang merpati yang sedang terbang berpasangan, sedangkan di ujungnya terdapat sebuah lubang kecil yang dapat dilewati tali, sehingga mudah dibawa-bawa. Aku mengangkatnya ke sisi bibirku dan meniupnya, dan sebuah lengkingan tajam yang menusuk telinga terdengar, aku pun cepat-cepat berhenti meniupnya. Jiu Ye tersenyum dan berkata, "Ini adalah peluit bambu istimewa, setiap suara yang dikeluarkannya menyampaikan perintah yang berbeda-beda, sejak kecil merpati telah dilatih dengan suarasuara ini, mereka dapat melaksanakan perintahmu". Dengan gembira aku berkata. "Apakah kau akan mengajariku meniupnya?" Ia berkata, "Karena aku telah memberimu merpati, bagaimana aku bisa tak mengajarimu meniupnya?" Setelah berbicara ia mengambil sebuah peluit lagi, lalu membawanya ke sisi bibirnya, aku cepat-cepat menutupi kedua telingaku dengan sepasang tanganku, akan tetapi suaranya ternyata amat merdu dan enak Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo didengar. Nadanya monoton, akan tetapi lagu yang dimainkannya amat lincah dan hidup, seperti anak-anak desa yang sedang bermainmain, dan entah kenapa membuatku tersentuh. Setelah ia selesai memainkan lagu itu, dengan suara lembut ia mengajariku tentang berbagai nada peluit itu dan perintahperintahnya. Sambil menerangkan, ia memberi contoh seraya memberi isyarat padaku untuk menirunya. Angin sepoi-sepoi bertiup dari balik jendela, bayangan pohon bambu menari-menari, di dalam ruangan kami berdua saling mengajar dan diajar, bekerja sambil tertawa-tawa. Tanpa terasa keharuman bunga memenuhi ruangan itu, kebahagiaan menyelimuti kami berdua. Hatiku seakan melayang-layang, lemas dan bergulung-gulung, bagai benang sutra yang tak henti-hentinya melambai-lambai. Ketika pandangan mata kami bertemu, sesuatu seakan ada dan tiada diantara kami. Mabuk kepayang, mabuk kepayang, kegirangan karena mabuk, sehingga hatiku tenggelam tanpa memperdulikan apapun. Aku mempermainkan kuas tulis dalam genggamanku, namun setelah berpikir sejenak, aku belum juga mengambil keputusan. Xiao Tao mendadak menerjang masuk dari jendela dan langsung hinggap di tanganku, aku segera melepaskan kuas tulis dan menarik tanganku, namun aku masih terkena cipratan tinta hitam hingga lengan bajuku basah. Dengan hati-hati Xiao Qian bertengger di ambang jendela, seakan hanya bisa memandang Xiao Tao tanpa dapat berbuat apa-apa, lalu memandangku dengan penuh simpati. Dengan geram aku mencengkeram leher Xiao Tao, "Sudah berapa helai baju" Sudah berapa kali" Hari ini aku benar-benar ingin mengubahmu bulumu yang seputih salju menjadi sehitam bulu gagak". Aku mengambil sehelai sapu tangan sutra dan mencelupkannya ke bak tinta, lalu mengosokkannya ke tubuh Xiao Tao. Xiao Tao mengibaskan sayapnya sambil mencicit, Xiao Qian yang berada di sisinya sepertinya malu, ia tak tahu harus berbuat apa, sambil mencicit, ia mendekam di ambang jendela, lalu menyelipkan kepalanya di sayapnya dan tertidur. Xiao Tao sepertinya tahu bahwa hari ini aku benar-benar marah, kalau membangkang ia hanya akan membuat dirinya semakin menderita, maka sedikit demi sedikit ia menjadi jinak, lalu dengan patuh membiarkanku mengolesi tubuhnya dengan tinta. Setelah mengolesi sebagian besar tubuhnya dengan tinta hitam itu, aku baru melepaskannya dengan kesal, namun mejaku masih berantakan. Sekonyong-konyong, suara ketukan terdengar dari pintu, "Kau hebat sekali, menganiaya seekor merpati". Huo Qubing bersandar pada ambang pintu sambil menyengir senang. Dengan kesal aku berkata, "Aku menganiaya dia" Kenapa kau tak bertanya bagaimana ia sehari-hari menganiayaku" Makanan dan segala yang dipakai olehnya, mana ada yang tak dihancurkannya?" Selagi aku mengomel, tiba-tiba Xiao Tao menegakkan seluruh bulunya, mengibaskan tubuhnya keraskeras, lalu mementang sayapnya hendak terbang ke luar. Aku bereaksi dengan secepat kilat dan berbaring menelentang, akan tetapi wajahku terasa dingin, sepertinya ada ribuan tetes tinta yang menciprat ke wajahku. "Xiao Tao, kurebus kau!" Jeritan marahku bercampur dengan tawa keras Huo Qubing, namun ia telah terbang keluar dari jendela, dalam sekejap, si gagak hitam itu telah berubah menjadi sebuah titik hitam di langit yang biru. Aku berbalik dan cepat-cepat menyeka wajahku dengan sapu tangan, di belakangku Huo Qubing berkata sembari tertawa, "Aku sudah melihat semuanya, sudah terlambat untuk menyembunyikannya". Aku berseru, "Keluar! Siapa yang membiarkanmu masuk?" Sambil tersenyum ia keluar ruangan, kusangka ia hendak pergi, namun aku mendengar suara air di jambangan air di halaman diciduk, tak lama kemudian, ia masuk kembali, dari balik punggungnya ia mengeluarkan sehelai sapu tangan yang telah diperas, tanpa berkata apa-apa, aku menerimanya dan menyeka wajahku dengannya. Setelah merasa telah mengelap wajahku hingga bersih, aku berbalik dan berkata, "Terima kasih". Ia menunjuk bagian bawah telinganya sendiri, aku cepat-cepat mengambil sapu tangan sutra itu dan mengelap telingaku, setelah itu, ia menunjuk dahinya, aku pun mengelap dahiku, lalu ia menunjuk hidungnya, namun ketika aku hendak mengelap hidungku, sekonyong-konyong aku berhenti dan menatapnya tanpa berkedip. Ia bertumpu pada meja, bahunya bergetar pelan, tertawa tanpa suara, aku melemparkan sapu tanganku ke arahnya, bangkit, lalu dengan geram berkata, "Kau memang pantas berpasangan dengan Xiao Tao". Sambil tertawa ia bertanya, "Kau mau kemana" Aku ingin membicarakan sebuah masalah serius denganmu". Sambil keluar ruangan aku berkata, "Ganti baju". Ketika aku kembali, ia sedang melihat-lihat gulungan-gulungan bambu di rak buku, begitu mendengar suara langkah kakiku, ia menengadah dan berkata, "Jin Guniang, apakah kau ingin menjadi seorang jenderal wanita?" Dari genggamannya, aku merebut gulungan Kitab Perang Sunzi milikku, lalu menaruhnya kembali di rak, "Tanpa izin yang empunya membolak-balik buku dengan sembarangan adalah perbuatan seorang rendah". Sambil tersenyum ia berkata, "Aku bukan seorang budiman, kau pun bukan seorang wanita terhormat, kita benar-benar berjodoh". Aku hendak membantah, namun melihat Li Yan masuk ke halaman. Begitu melihat ada orang asing, ia berbalik hendak pergi. Aku menarik-narik lengan baju Huo Qubing seraya berseru untuk menyuruh Li Yan tetap tinggal. Li Yan masuk ke dalam ruangan, Huo Qubing memandangnya dengan tenang tanpa berkata apa-apa, aku meliriknya seraya berkata, "Apa kau perlu sapu tangan untuk menyeka air liurmu?" Pandangan matanya tak beralih, masih terpaku padda Li Yan, namun ujung-ujung bibirnya terangkat membentuk seulas senyum nakal, "Aku masih bisa menahan diri, tak usah repot-repot". Tanpa berkata apa-apa Li Yan menghormat padaku, namun ia Cinta Orang Orang Gagah 2 Pendekar Rajawali Sakti 175 Manusia Lumpur Pedang Asmara 18