Balada Padang Pasir 7
Balada Padang Pasir Karya Tong Hua Bagian 7 dan ikut tertawa. Sosoknya belum terlihat, namun dari kejauhan suaranya telah terdengar, "Daging panggang yang sangat harum, dan dipanggang dengan cara Xiyu pula, Qubing benar-benar tahu cara menikmati hidup". Aku terkejut dan segera bangkit, namun Huo Qubing menggeleng-geleng seraya tersenyum, "Tak apaapa, itu pamanku". Kalau tahu sebelumnya, aku tak akan datang, dengan kesal aku berkata, "Pamanmu" Kaisar juga pamanmu! Apakah itu Jenderal Gongsun?" Huo Qubing mengangguk, lalu bangkit dan berjalan ke pintu untuk menyambut sang paman, Gongsun Ao dan Gongsun He berjalan dengan berendeng pundak, melihatku berdiri di belakang Huo Qubing, rasa terkejut sekilas nampak di wajah mereka, namun dengan amat cepat menghilang. Dalam hati aku memuji mereka, ternyata mereka rubah-rubah tua, tak bisa dibandingkan dengan kami. Ketika pulang ke rumah malam itu, walaupun suasana hatiku tak riang gembira namun juga tak buruk, aku tak akan membiarkan orang yang tak ada sangkut-pautnya denganku mempengaruhi perasaanku, namun diam-diam aku menjadi lebih waspada. Ketika melihat caraku memotong daging dengan pisau, Gongsun He merasa terkejut dan bertanya apakah aku pernah hidup di tengah bangsa Xiongnu, aku merasa tegang, tanpa banyak pikir, aku menjawab bahwa aku tak pernah tinggal bersama mereka. Gongsun He sendiri adalah orang Xiongnu, bagaimana ia bisa tak melihat kemahiranku menggunakan pisau" Walaupun ia tak bertanya-tanya lagi, tapi ia jelas tahu aku telah berbohong, pandangan matanya kontan menjadi dingin. Kalau kupikirkan lagi sekarang, seandainya saat itu aku dapat dengan tenang menjawab bahwa aku pernah tinggal bersama para pengembala, tak akan ada masalah. Akan tetapi karena menghindar aku malah mengundang kecurigaan Gongsun He. Gongsun Ao sepertinya lebih tak suka lagi padaku, bahkan sampai merendahkanku. Huo Qubing menyadari perasaan mereka berdua, ia tak berkata apa-apa, namun sikapnya padaku bertambah baik, ia bahkan mengambil pisau dari tanganku dan mengiris daging sendiri, lalu menaruhnya di hadapanku. Selamanya, aku selalu melihat Huo Qubing dilayani orang, tak pernah melayani orang lain, Gongsun He dan Gongsun Ao tercengang. Melihat sikap Huo Qubing itu, Gongsun Ao yang tadinya bersikap sombong terpaksa bersikap agak ramah padaku dan menekan rasa tak sukanya padaku. -------------------Beberapa hari ini, setiap saat makan, aku teringat akan daging panggang yang lezat dan tukang masak yang pandai itu, lauk di meja mendadak berubah hambar. Kalau Huo Qubing tahu bahwa setelah makan hidangan lezatnya, aku dengan tamak mencari akal untuk merampas tukang masak itu, entah ia akan mengataiku seekor serigala rakus atau tidak. Ketika aku sedang memimpikan makanan lezat, sambil menangis, si gadis pelayan kecil Xin Yan memburu masuk, "Fangzhu, cepat lihat, Tuan Muda Ketiga Li mengobrak-abrik rumah kita, kami tak bisa menghalanginya. Aku didorong hingga terjatuh, dan pakaian baru yang kupakai juga dirobek olehnya". Sambil berbicara ia mengelus-elus bajunya yang robek, tangisnya bertambah sedih, aku tertawa dan memberinya sehelai sapu tangan untuk menyeka wajah, "Jangan menangis, bukankah itu hanya sehelai pakaian saja" Aku akan memberimu pakaian, besok panggil tukang jahit untuk membuatkan baju baru untukmu". Xin Yan berhenti menangis dan tersenyum, dengan takut-takut ia berkata, "Aku ingin memilih warnanya sendiri". Aku berkata, "Baik! Sebenarnya apa yang terjadi?" Wajahnya nampak masih terkejut, "Kami juga tak tahu mengapa, Tuan Ketiga Li adalah orang yang sangat ramah dan terpelajar, bicaranya sopan, dan juga banyak memberi hadiah, biasanya kami suka kalau ia datang. Tapi hari ini begitu masuk ke rumah, ia langsung berteriak memanggil Hong Gu, lalu sambil berbicara menghancurkan barang-barang, kami hendak menghalanginya, tapi ia mendorong kami semua pergi, dari wajahnya ia sepertinya ingin memukul orang, maka kami langsung melarikan diri, sekarang ia pasti masih mengamuk!" Ketika ia masih berbicara, Hong Gu berlari masuk dengan rambut berantakan, aku tak bisa menahan diri dan tertawa terbahakbahak, dengan kesal Hong Gu memarahiku, "Kau masih bisa tertawa saja, kalau ia terus mengamuk, tahun ini kita akan kelaparan". Ketika ia berbicara, rambutnya yang berantakan seperti sarang burung melambai-lambai, seakan sedang diacakacak oleh seekor burung, bahkan Xin Yan yang berada di sisiku juga mengigit bibirnya menahan tawa. Hong Gu geram dan ingin mencubit Xin Yan, namun aku memberi isyarat padanya, dan Xin Yan pun cepat-cepat lari keluar ruangan. "Baiklah, jangan marah, kalau Tuan Muda Li ingin menghancurkan barang-barang, apa yang dapat kita lakukan" Jangankan bicara tentang ilmu silatnya yang tak bisa kita lawan, kalaupun dapat mengalahkannya, apakah kita berani mengusirnya keluar dari rumah ini" Biarkan dia mengamuk! Kalau sudah capai ia kan tak akan mengamuk lagi". Aku menarik Hong Gu agar ia duduk di bangku, lalu mengambil cermin tembaga agar ia dapat bercermin. Ia berteriak terkejut, lalu cepat-cepat mengambil sisir dan merapikan rambutnya. "Seumur hidupku aku belum pernah diperlakukan seperti ini, didorong-dorong dan dimaki-maki oleh seorang pemuda sebagai seorang wanita berbisa. Ia bertanya tentang masalah sapu tangan itu dan aku berkata bahwa fangzhu benar-benar telah menyelidiki masalah itu dan memberitahuku bahwa nona itulah pemiliknya, ia berteriak minta kau menemuinya, namun kulihat matanya penuh kebencian, dan bahwa keadaan agak runyam, maka aku mengelak dengan berkata bahwa kau sedang keluar rumah dan tak akan kembali untuk beberapa lama. Apakah Tuan Muda Li sudah tahu bahwa Nyonya Li adalah wanita yang dicarinya" Hal ini hanya diketahui oleh kau dan aku saja, bagaimana dia bisa tahu" Sapu tangan itu bukannya sudah kau bakar habis?", dengan wajah kesal, Hong Gu tak henti-hentinya mengomel. "Aku juga tak tahu". Aku membantu Hong Gu merapikan rambutnya, lalu membantunya membuat sanggul, "Hong Gu, sejak hari ini, lupakanlah masalah sapu tangan itu, masalah ini tak pernah ada, setelah ini, apapun yang terjadi, jangan mengungkit-ungkitnya lagi". Pandangan mataku bertemu dengan pandangan mata Hong Gu di cermin tembaga, untuk sesaat ia tak berkata apa-apa, lalu seakan tak terjadi apa-apa, ia berkata, "Aku sudah melupakannya". Si gadis pelayan kecil masuk sambil membawa air panas, dengan wajah khawatir ia berkata, "Tuan Ketiga Li masih mengamuk!" Begitu mendengarnya, mata Hong Gu seakan mengalirkan darah. Aku tertawa terkekeh-kekeh dan berkata, "Jangan sedih, tak usah khawatir. Berapapun nilai benda yang dirusaknya, aku ingin ia mengantinya". Dengan sangsi Hong Gu berkata, "Kau masih berani minta ganti rugi padanya" Aku tak berani. Kalau ia sekarang melihatmu, kaulah yang akan dihancurkannya". Aku tersenyum dan berkata, "Untuk apa aku minta ganti rugi padanya" Kata pepatah, "Anak kurang ajar, ayah membayar', Jenderal Li Guang orangnya adil dan baik hati, kabarnya kalau prajuritnya kelaparan ia tak mau makan dahulu, dan selalu membagi hadiah yang diterimanya dengan para prajuritnya, orang seperti ini masa akan ingkar janji" Asalkan kita mengirim bon kerusakan pada Jenderal Li, masa ia tak akan menganti kerugian kita?" Hong Gu berpikir sejenak, rasa cemas di wajahnya sirna, lalu ia mengangguk sambil tersenyum, "Kedua kakak lelaki Li Gan semua mati muda, kabarnya Jenderal Li sangat sedih karenanya, oleh karenanya, Li Gan sangat berbakti pada ayahnya, tak pernah membangkang, kalau Jenderal Li tahu tentang hal ini, kurasa walaupun Li Gan sangat kesal ia tak akan berani membuat masalah. Yu er, kau memang cerdas, membunuh ular dari jarak tujuh cun". Aku mengambil gincu dan memberikannya padanya, "Buat daftar barang-barang yang rusak dan berikan padaku". Dengan kebingungan Hong Gu memandangku, lalu mengangguk-angguk. Li Yan, tak nyana kau telah menyalakan api yang begitu besar, dan api itu telah berkobar di tempatku terlebih dahulu, maka kau harus memberiku ganti rugi dua kali lipat untuk barang-barang yang hancur itu. Jenderal Li adalah seorang yang murah hati, aku segan mengambil keuntungan dari seorang jujur, maka aku terpaksa minta kau membayar. Apakah hari pertama tahun baru membuatku gembira" Gembira apa" Perutku penuh amarah. Melihat sepasang alisku beradu, dengan bimbang kakek memandang Xiao Feng, namun Xiao Feng menggeleng untuk memberi isyarat bahwa ia tak tahu apaapa. Setelah duduk begitu lama aku benar-benar sudah tak tahan lagi, aku melompat bangkit, menghormat pada kakek, lalu berlari ke Pondok Bambu. Untuk pertama kalinya aku menendang pintu Pondok Bambu, "Bruk!", suaranya terdengar dengan keras, pintu halaman terbuka lebar-lebar. Aku belum bersuara, namun suara Jiu Ye yang diiringi tawa sudah terdengar dari dalam rumah, "Apa kau Xiao Yu?" Suaranya bagai obat panas dalam yang paling ampuh. Api kemarahanku dengan serta merta padam tak berbekas. Aku menghela napas dengan pelan, memperlambat langkah kakiku, lalu mendorong pintu dengan pelan. Jiu Ye duduk di depan meja, tangannya mengenggam sesuatu dari bambu yang sedang diukir olehnya, aku berdiri di pintu sambil memandangnya, ia pun menaruh benda dari bambu dan pisau kecil yang sedang dipegangnya, lalu berpaling memandangku, "Kenapa tak duduk?" Aku berjalan ke kursi di sisinya dan duduk, lalu menunduk dan memandang meja tanpa berkata apa-apa, Jiu Ye bertanya, "Kau sedang marah, ya?" Aku masih diam seribu bahasa, Jiu Ye berkata, "Kelihatannya bukan marah. Bagaimana perayaan tahun barumu" Kemarin malam Tianchao memaksaku pergi bersama mereka......" Sambil mengerutkan dahi, aku menatap meja tanpa berkedip, tapi ia terus bicara tak henti-hentinya, tentang permulaan perjamuan sampai bersulang, tentang bersulang sampai mabuk, tentang....... Aku tak pernah melihatnya begitu suka bicara, aku berpaling memandangnya seraya bertanya, "Aku sedang marah, masa kau tak bisa melihatnya" Seharusnya dengan penuh perhatian kau bertanya, 'Kenapa kau marah" Apa aku melakukan sesuatu yang salah"'" Wajahnya nampak tak berdosa, sambil menahan tawa ia berkata, "Oh! Kenapa kau marah" Apa aku melakukan sesuatu yang salah?" Dengan kesal sekaligus tak berdaya aku menarik napas panjang, dengan lemas aku menelungkup di atas meja, kenapa ia begitu bebal" Sebenarnya, kenapa aku begitu memandang tinggi dirinya" Sifatnya aneh, kelihatannya lembut dan ramah, namun sebenarnya menghindari orang jauh-jauh. Walaupun pengetahuannya luas dan paham tentang banyak hal, tapi aku tak ingin menikah dengan buku. Identitasnya pun agak misterius, sepertinya ia rakyat Han Agung, tapi sepertinya menentang Dinasti Han.......aku berusaha memikirkan segala kekurangannya. Wajahnya nampak tak berdaya dan kebingungan, "Aku sudah bertanya, tapi kau tak menjawab, lantas aku harus bagaimana?" Dengan kesal aku mengebrak meja, "Kau sedikitpun tak punya ketulusan! Lebih baik tak usah bertanya. Kau terus saja bercerita tentang pengalaman menarik tahun barumu!" Ruangan itu menjadi sunyi senyap, untuk beberapa saat tak ada suara terdengar, mendadak aku merasa khawatir, apakah ia marah padaku" Ketika hendak mengangkat kepalaku, pandangan mataku jatuh pada sesuatu dalam tangannya, yaitu sepasang anting jasper bersepuh emas. "Entah kau anggap aku cukup tulus atau tidak?" Aku menengadah memandangnya dan menerima anting itu. Warna emasnya adalah pasir, warna jaspernya adalah air, ternyata bentuknya seperti Yueya Quan yang terhampar di tengah padang pasir. Namun yang lebih luar biasa lagi, ia menggunakan namaku dan memberinya makna yang lebih mendalam . Pertemuan pertama di padang pasir tak berbatas, pertengkaran yang berubah menjadi persahabatan di tepi ombak biru jasper. Mainan mungil seperti ini dapat dibuat dengan begitu indah dan halus, kepandaian orang yang membuatnya benar-benar luar biasa. Aku memandangnya untuk beberapa saat, memakainya di telingaku tanpa berkata apa-apa, lalu dengan wajah tanpa ekspresi berkata, "Lumayan. Karena kau begitu murah hati, sementara ini aku tak marah lagi". Aku berkata dengan serius, namun senyum di sudut bibirku sulit ditahan, sebelum selesai berbicara, senyum telah muncul di wajahku, karena kegirangan, mataku memicing menjadi berbentuk bulan sabit. Melihat mataku, rasa muram sekilas muncul di wajahnya, ia pun cepat-cepat menghindari pandangan mataku. Suara Shi Yu terdengar dari luar, lalu ia masuk sambil mengusung baki. Aku memandang mangkuk di hadapanku, lalu berkata dengan pelan, "Kau tak mengundangku, sehingga aku mengira bahwa kau lupa dan tak menepati janjimu!" Untuk beberapa lama Jiu Ye tak menjawab, lalu berbicara dengan begitu pelan sehingga ia seakan tak berkata apa-apa, "Bagaimana bisa sampai lupa" Bagaimanapun juga, hari ini kau harus berbahagia". Sambil mengaduk-aduk mi ulang tahun di dalam mangkuk itu, aku berbisik, "Bahagia atau tidak, semua tergantung padamu". Setelah selesai makan mi, Jiu Ye menemaniku mengobrol sambil mengambil bambu dan pisau kecil yang setipis daun pohon liu. Melihatnya, aku bertanya, "Apa kau ingin membuat seruling bambu?" Jiu Ye mendengus, "Bambu ini sengaja dibawa orang suruhanku dari Jiuyi Shan, ia telah tumbuh di bawah naungan batu karang selama sepuluh tahun, batangnya tebal, di segala cuaca, nadanya tak akan berubah. Namanya sangat indah, yaitu Xiangfei Zhu , suaranya pun lebih merdu dibandingkan dengan bambu biasa". Aku segera mendekat untuk memperhatikannya, "Inikah bambu yang termasyur itu" Benar! Bukankah bintik-bintik ini mirip tetesan air mata" Sederhana namun anggun, benar-benar indah!" Tubuh Jiu Ye menjadi kaku, tanpa terasa ia menjauhkan dirinya dariku, lalu tersenyum dan berkata, "Aku sudah punya banyak sekali seruling, tapi melihat bahan yang sukar di dapat ini, tanganku jadi gatal ingin bergerak. Kalau kau suka, setelah Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo selesai aku akan memberikannya padamu!" Aku tertawa terkekeh-kekeh dan berkata, "Kebetulan aku orang yang tak pernah bisa menolak hadiah". Sambil tersenyum Jiu Ye menggeleng-geleng, tak berkata apaapa. Setelah keluar dari Wisma Shi, secara kebetulan aku berpapasan dengan Shenxing dan Tianchao, aku pun membungkuk memberi hormat, "Selamat tahun baru pada kakak kedua dan ketiga Shi, semoga sehat walafiat dan segala berjalan sesuai kehendak". Mereka berdua membalas penghormatanku, untuk sesaat pandangan mata Shenxing terpaku di telingaku, lalu dengan tanpa ekspresi, ia mengalihkan pandangan matanya, namun Tianchao terus memandangiku, lalu tiba-tiba tersenyum dan berkata, "Jiu Ye bersusah payah sedemikian rupa, ternyata untuk memberimu hadiah tahun baru". Kudengar bahwa perkataannya mengandung makna yang tersembunyi, mau tak mau aku meraba telingaku, aku pun bertanya, "Apa maksudmu" Jiu Ye bersusah payah bagaimana?" Tian Chao berkata, "Ketika masih kecil, Jiu Ye secara khusus belajar mengukir batu kumala, tapi tak berlatih membuatnya setiap hari, kali ini karena ia membuat sebuah benda mungil yang halus, Jiu Ye secara khusus belajar pada seorang pengrajin tua, tapi ia masih menghabiskan tak sedikit batu-batu kumala bagus. Jiu Ye sangat berbakat membuat kerajinan-kerajinan seperti ini, mulai dari senjata sampai keramik yang digunakan sehari-hari, ia dapat membuat semuanya, tapi setelah melihatnya membuat benda ini, aku baru tahu bahwa benda yang paling sukar dibuat di kolong langit ini adalah perhiasan perempuan". Aku tertegun sesaat, lalu dengan mengumam bertanya, "Katamu benda ini dibuat oleh Jiu Ye sendiri?" Tianchao tersenyum namun tak berkata apa-apa, ia membungkuk padaku lalu pergi bersama Shenxing, namun aku hanya berdiri di tempat dengan bengong. 'Aku tak tahu tahun ini aku sebenarnya umur berapa. Li Yan sudah hamil, sebentar lagi akan punya anak, tapi aku masih terombang-ambing di sini dengan galau. Kalau tak ada orang yang cocok, aku belum tentu ingin menikah, tapi kalau ada orang yang cocok, aku pasti akan meraih kesempatan itu. Andai A Die tahu bahwa aku tak meraih segala yang diperlukan untuk kebahagiaan diriku sendiri, ia pasti akan marah dan memakiku sebagai seorang bodoh. Apakah aku seorang bodoh" Tentu saja aku bukan seorang bodoh, aku adalah Jin Yu yang cerdas, pandai, cantik dan menggemaskan, oleh karenanya walaupun kau awan yang melayang-layang di angkasa, aku akan menangkapmu. Kau suka padaku, benar bukan" Kau pernah berkata bahwa kau dan aku tak sama, aku sudah mempelajari dengan serius semua buku yang kau baca, kurasa aku dapat disejajarkan denganmu. Kalau kau ingin menjadi burung Peng, aku bersedia menjadi angin, menemanimu terbang tinggi; kalau kau hanya ingin menjadi kupu-kupu bodoh, aku pun bersedia menjadi kupu-kupu bodoh; kalau yang kau kagumi adalah seekor keledai hitam yang berjalan keluar ke barat dari Hangu Guan dan sejak saat ini tak kelihatan jejaknya lagi, maka kita dapat membeli beberapa ekor kuda dan menghilang lebih cepat dari Lao Zi, menghilang tanpa jejak; untung saja kau tak suka pada Konghucu, walaupun aku menghormatinya, aku tak suka padanya, tapi kalau kau benar-benar suka padanya, kita akan mematuhinya?".' Aku mengigit tangkai kuas tulis erat-erat, dengan dahi berkerut aku memandang berhelai-helai kain di atas beberapa meja itu. Aku sedang memberi semangat padaku sendiri, namun kenapa semakin banyak menulis hatiku malahan semakin jeri" Diam-diam dalam hati aku berulangkali berkata pada diriku sendiri, ia suka padaku, suka padaku?", aku tak berani menulis lebih banyak dan menulis tanggal di sudut kain itu: Tahun Baru Tahun Yuanshou, setelah selesai menulis aku cepat-cepat menyimpan kain itu. ----------------------Setelah mengoyang-goyangkan tabung itu untuk beberapa saat, sebatang tongkat ramalan terjatuh dari dalamnya, Huo Qubing hendak memunggutnya, namun aku telah mengenggamnya eraterat, ia pun bertanya, "Apa yang kau kumohon?" Aku menggeleng-geleng, "Aku tak mau memberitahumu". Ia mendengus, "Apa yang ingin kau mohon" Kalau bukan urusan usaha pasti urusan perjodohan, sekarang usaha sudah berada dalam tanganmu, dengan watakmu yang seperti ini, hal yang akan kau tanyakan pada orang lain pasti hanya urusan perjodohan". Aku berkeras membantah, "Pasti bukan!" Lelaki penafsir ramalan di sebelah kami memandang kami dengan hati-hati, melihat kami berjalan melewatinya, ia segera berdiri, aku mendadak menghentikan langkahku, lalu berjalan menghindarinya sambil mengenggam tongkat ramalan itu. Huo Qubing tertawa dan bertanya, "Kenapa kau tak menanyakannya?" Sambil mengenggam tongkat bambu itu aku berjalan untuk beberapa saat, lalu tiba-tiba membuang tongkat itu ke tengah rerumputan di tepi jalan, "Aku tak mau bertanya, ia bisa tahu peruntungan orang lain tapi tak tahu peruntungannya sendiri. Begitu melihatmu memakai pakaian yang luar biasa, ia berharap mendapat bayaran besar setelah meramal, tapi kenapa ia tak dapat meramal apakah ia sendiri akan berhasil atau tidak?" Huo Qubing tersenyum dan berkata, "Paling tidak kau masih bisa menahan diri, rupanya kau belum sampai putus asa". Sekarang aku pun merasa bahwa diriku agak konyol, tapi saat itu begitu melihat papan bertuliskan "Ramalan Perjodohan", tanpa bisa ditahan kakiku melangkah masuk, karena putus asa aku bersedia melakukan apapun. Hatiku amat jeri, namun wajahku masih nampak penuh percaya diri, "Aku cuma ingin mencoba hal baru, main-main saja". Sambil menyengir Huo Qubing melirikku, ia malas berdebat denganku dan menyerahkan segalanya padaku. Angin bertiup, aku mencium-cium udara dengan sekuat tenaga, "Harum sekali! Bunga apa ini?" Huo Qubing berkata, "Bunga Huai". Aku berpaling memandangnya, "Untuk apa kau mengajakku pergi" Apa untuk mendaki gunung?" Sambil berjalan ia berkata, "Kalau tak ada apa-apa, memangnya aku tak boleh mengajakmu keluar" Jalan-jalan sesuka hati saja, coba lihat bunga Huai di atas kepalamu itu?"." Perkataannya setelah itu sama sekali tak kudengar, segenap perhatianku terpusat pada kereta kuda di depanku, Huo Qubing berpaling memandangku, lalu mengikuti pandangan mataku dan memandang kereta kuda itu, kereta kuda itu pun berhenti di depan sebuah rumah megah. Aku tersenyum kepadanya, "Tibatiba aku ada urusan, aku pergi dulu". Ia mencengkeramku, "Tak boleh pergi!" Dengan sekuat tenaga aku mengibaskan tangannya, "Kapankapan aku akan mencarimu dan minta maaf". Sebelum aku sempat menyelesaikan perkataanku, aku sudah melayang ke arah kereta itu, di belakangku ia berseru, "Xiao Yu!" Tanpa berpaling, aku terus maju ke depan dan mendarat di sisi kereta kuda itu, tangan Qin Li yang memegang cambuk mendadak mengepal erat-erat, namun begitu melihatku ia menjadi lega dan mengangguk sambil tersenyum. Aku mengketuk-ketuk dinding kereta, Jiu Ye membuka tirai, ketika melihatku, ia tersenyum dan bertanya, "Kenapa kau berada di luar tembok kota?" Aku membungkuk dan menyingkapkan tirai untuknya, "Kau bukannya juga berada di luar kota?" Setelah berbicara aku memandang Qin Li dengan bimbang, melihat ekspresiku, Jiu Ye berkata seraya tersenyum, "Nenekku bermarga Shi, nama kecilnya Qing, rumah ini dinamai "Wisma Qing", rumah ini secara khusus dibangun oleh kakekku di masa mudanya untuk nenek. Aku sama sekali tak ingin merombaknya, oleh karenanya aku tak membuatnya mudah dilewati kursi roda". Aku berpaling memandang rumah itu, aku merasa sangat iri, kakek ini ternyata begitu romantis. Dahulu aku tak paham, ia jelas-jelas bermarga Meng, tapi menamai usahanya Perusahaan Shi, selain itu semua anak yatim piatu yang dibesarkan perusahaan Shi pun bermarga Shi, hari ini aku baru tahu bahwa marga itu adalah marga wanita yang dicintainya. Jiu Ye mengambil sebatang tongkat dari dalam kereta, itulah tongkat yang sebelumnya kulihat di sudut kamar bacanya itu. Dengan bertumpu pada tongkat ia berdiri di atas tanah, seharusnya tongkat itu membuatnya nampak canggung, namun tongkat yang tersembunyi di balik lengan baju dan jubahnya yang lebar itu sama sekali tak nampak aneh. Karena untuk pertama kalinya melihatnya berdiri tegak, aku malahan bengong, dengan terpana aku memandanginya. Ia menertawakan dirinya sendiri, "Memangnya aneh, ya?" Aku cepat-cepat menggeleng, menggeleng keras-keras, "Tidak, kau"..bagus sekali kelihatannya!" Ia memandang ke arahku, aku cepat-cepat berkata, "Apakah sebelum ini tak ada orang yang memberitahumu, seperti apa kau di mata orang lain" Kau?"kau?"setiap gerakanmu sangat?"." Aku semakin tegang dan semakin tak bisa menemukan kata-kata yang tepat untuk mengambarkannya, dan juga khawatir ia akan salah paham karena aku terus menatapnya, sehingga aku hampir mengigit lidahku sendiri ketika berbicara. Ia mengangsurkan tangannya dan merapikan rambutku yang berantakan ditiup angin, sambil menatapku tanpa berkedip ia berkata dengan amat lembut, "Yu er, tak usah bicara, aku paham maksudmu". Aku tersenyum padanya, namun pandangan mataku melayang melewati pundaknya, kulihat Huo Qubing masih berdiri di tempatnya semula, memandangi kami dari kejauhan. Aku merasakan suatu kepedihan yang sulit dikatakan dan cepat-cepat menghindari pandangan matanya. Sambil bertumpu pada tongkat, Jiu Ye berjalan, "Karena di gunung ini banyak terdapat sumber air panas, kakek sengaja membangun rumah di tempat ini". Aku berjalan dengan perlahan di sisinya, lalu bertanya sembari tersenyum, "Apakah kau sengaja datang ke sini untuk berendam air panas?" Ia menjawab, "Benar, air panas berkhasiat untuk memperlancar peredaran darah di kakiku". Dengan sembunyi-sembuyi aku memandang kakinya, namun sayang kakinya tersembunyi di balik jubahnya, sehingga aku tak bisa melihat apa penyakit yang dideritanya, namun melihatnya berjalan, nampaknya ia tak perlu bersusah payah. Sebelum masuk ke pintu, dengan tak sadar aku berpaling ke kejauhan, sosok Huo Qubing masih tampak tak bergeming. Saat itu akhir musim semi, bunga Huai di atas kepalanya sedang rimbun-rimbunnya, seluruh pohon itu diselimuti warna putih salju. Saat angin bertiup, kuntum-kuntum bunga luruh berguguran, namun di tengah angkasa yang seakan penuh salju berterbangan, dirinya yang selalu suka kebersihan tak nyana sama sekali tak bergerak dan membiarkan kuntum-kuntum bunga berjatuhan di atas kepala dan jubah brokatnya. ------------------Kuncup-kuncup bunga Yuanyang Teng mulai muncul, diantara daun hijau, kuncup-kuncup bunga berwarna putih itu bermain 'petak umpet' denganku, kalau aku memperhatikan mereka dengan teliti, aku baru dapat menemukan dimana kuncup-kuncup baru bersembunyi. Kemarin ada sembilan kuncup, hari ini ada lima belas, aku menghitungnya kembali untuk memastikan bahwa aku tak salah menghitung, dengan kecepatan seperti ini, tak lama lagi aku tak akan dapat menghitung mereka lagi. Aku berdiri di depan ruji Yuanyang Teng seraya mengumam, "Aku sudah menangkap banyak sekali cacing tanah, dan memberi kalian tahi kerbau di awal musim semi, tahun ini kalian harus membalas budiku! Kalian harus berbunga paling banyak dan paling indah". Daun-daun Yuanyang Teng melambai-lambai ditiup angin, seakan menjawab pertanyaanku. "Saat kalian sedang mekar dengan indahnya, aku akan mengajaknya kemari untuk melihat kalian". Aku mencium selembar daun yang baru tumbuh, "Kalian berusaha keras, aku juga berusaha keras". Ketika aku masuk ke Pondok Bambu, Tianchao nampak sedang duduk di depan meja sambil menulis. Dengan heran aku menunjuk kursi roda yang kosong di halaman sambil bertanya, "Mana Jiu Ye" Sudah keluar rumah?" Tianchao tersenyum dan berkata, "Pergi ke Rumah Anggrek untuk menengok kakek Xiao Feng". Aku mengangguk sambil memandang kursi roda, aku masih agak heran. Tianchao menaruh kuas tulisnya dan berjalan ke sisiku, lalu berkata sambil memandang kursi roda itu, "Salah satu kaki Jiu Ye sama sekali tak bisa digerakkan, namun kaki yang satu lagi dapat digerakkan, kalau menggunakan tongkat, ia dapat berjalan, walaupun tak jauh. Setiap hari bergerak lebih baik bagi tubuh daripada duduk saja". "Hmm", kataku, untuk beberapa saat Tianchao diam, lalu kembali berkata, "Saat kecil, walaupun Jiu Ye sulit berjalan, tapi ia suka bergerak, ia selalu ingin tahu tentang hal-hal baru, selalu suka mengikuti kami bermain, tapi waktu itu kami tak tahu apa-apa, dan selalu menganggap bahwa mengajaknya merepotkan, karena selalu harus menunggunya. Kami tak berani menunjukkannya di depan dirinya, tapi di belakangnya selalu mencari cara agar dapat meninggalkannya, bahkan orang yang menemukan cara itu sampai dianggap paling pintar. Perlahanlahan, Jiu Ye menyadari maksud kami, ia menjadi semakin pendiam dan semakin banyak menghabiskan waktu membaca buku, mungkin karena teman-teman yang bisu itu tak mungkin meninggalkannya. Pada suatu ketika, di belakang punggung Tuan Tua, Jiu Ye keluar rumah seorang diri dengan tongkat dan tak pulang sampai hari gelap. Tuan Tua yang cemas memakimaki kami, lalu menghukum kami dengan menyuruh kami berlutut di atas batu jalan. Setelah itu Jiu Ye pulang, bajunya robek, wajahnya biru lebam dan tangan serta kepalanya berlumuran darah. Namun ketika ditanya tentang apa yang terjadi, ia tak mau berkata apa-apa dan hanya berkata bahwa ia sendiri yang tak berhati-hati, setelah itu ia mohon Tuan Tua memperbolehkan kami bangkit". Tianchao memandang kursi roda sambil menghela napas panjang, aku diam, hatiku pedih, berbagai perasaan bercampur aduk dalam hatiku. "Saat itu kami benar-benar menyesal, kakak pertama memukuli para berandal Chang'an untuk mengetahui apa yang terjadi. Ternyata setelah Jiu Ye membaca tentang cara membuat senjata di kitab Mo Zi, ia pergi ke jalan untuk melihat pandai besi menempa besi, para berandalan yang sama-sama tak tahu apaapa seperti kami itu mengikutinya sambil menyanyi, 'Si cacat berkaki tiga, jalannya goyang-goyang, orang lain selangkah dia sepuluh langkah, membuatnya diomeli istri'. Sambil menyanyi mereka meniru cara Jiu Ye berjalan dan mengundang tawa orang banyak. Mereka dan Jiu Ye berkelahi, dan tentu saja Jiu Ye kalah, kepalanya berdarah karena kena pukul. Kakak pertama marah dan berkelahi dengan berandal-berandal itu. Kami ingin mengajak Jiu Ye keluar untuk bermain, tapi sejak saat itu Jiu Ye tak mau memakai tongkat di depan orang lain". Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo 'Si cacat berkaki tiga, jalannya goyang-goyang, orang lain selangkah dia sepuluh langkah, membuatnya diomeli istri'. Kata siapa 'Manusia dilahirkan berwatak baik"' Sepertinya perkataan Xun Zi bahwa 'Manusia dilahirkan berwatak jahat' lebih masuk akal . Sekarang aku paham kenapa tongkat itu diletakkan di sudut kamar baca, dan juga paham kenapa walaupun diletakkan di sudut kamar, tongkat itu sama sekali tak berdebu. Ia seorang tabib, tentunya ia tahu manfaat berolah raga bagi kesehatannya sendiri, akan tetapi lagu dan ejekan orang itu membuatnya hanya mau menggunakan tongkat kalau tak ada orang. Tianchao berpaling memandangku dan bertanya, "Apakah kau menyalahkan kami?" "Sedikit! Tapi kalau Jiu Ye sendiri tak memperdulikannya, aku juga akan melupakannya, kalau tidak......." Sambil tersenyum aku memandang Tianchao. Tianchao tersenyum dan berkata, "Yu er, watakmu memang benar-benar terus terang, dan tak perduli pada urusan orang lain". Aku mendongak dan bertanya, "Aku hanya ingin hidup dengan baik, dan ingin orang yang kusayangi hidup dengan baik, aku tak ingin mencelakai orang lain tanpa alasan, apakah ini salah?" Tianchao cepat-cepat berkata, "Tak salah, tak salah! Tapi kau jangan salah paham terhadap perkataanku. Kami bertiga sangat bersyukur kau datang! Setelah Jiu Ye pulang dari Wisma Qing ia tak lagi malu menggunakan tongkat di depan orang lain, tahu tidak, bahkan kakak kedua yang sangat kalem matanya memerah ketika melihat Jiu Ye menggunakan tongkat di depan kami. Batu besar di hati Jiu Ye dan kami yang sudah membebani kami bertahun-tahun lamanya akhirnya hilang karenamu". Wajahku terasa agak panas, aku menunduk melihat ke tanah, lalu dengan suara pelan menggerutu, "Qin Li sialan, kelihatannya begitu penakut dan pendiam, tapi mulutnya tak bisa dipegang". Tianchao tertawa terbahak-bahak, "Untung saja mulutnya tak bisa dipegang! Kalau kau melihatnya menirukan wajahmu saat memandang Jiu Ye dengan penuh kekaguman, kau akan tahu bahwa tak memperkerjakannya di rumah hiburanmu adalah suatu kesalahan! Saat itu kami tertawa sampai kaki kami lemas, kakak pertama bahkan sampai mengebrak meja hingga patah karena tak bisa menahan diri". "Apa katamu" Ayo ulangi kalau berani!", teriakku sambil mengoyangkan pinggul dan menendang ke arahnya. Sebelum Tianchao sempat menjawab, Jiu Ye yang bertumpu pada tongkat masuk ke halaman, "Perkataan apa yang harus diulangi?" Aku memelototi Tianchao, lalu memburu ke sisi Jiu Ye, "Qin Li nakal, kau harus menghukumnya dengan keras, kalau tidak, serahkan saja dia padaku untuk dihukum". Jiu Ye melirik Tianchao dan bertanya, "Kapan Qin Li menyinggungmu?" Wajah Tianchao nampak cemas, ia memandangku dengan memohon-mohon, setelah mendehem-dehem untuk beberapa saat, dengan jengah aku menjelaskan, dengan nakal aku berkata, "Menyinggung orang tak perlu ada alasannya, lagipula, akulah yang disinggung olehnya". Jiu Ye berjalan ke sisi kursi roda dan duduk, Tianchao cepatcepat menghampirinya sambil membawa sapu tangan, sambil mengelap keringat di dahinya, Jiu Ye berkata, "Hukumannya adalah menjadi kusir keretamu selama sebulan, terserah bagaimana kau akan menghukumnya". Dengan penuh kemenangan aku melirik Tianchao, Jiu Ye kembali berkata, "Akhir-akhir ini kakak pertama, kedua dan ketiga banyak menganggur, kulihat pabrik batu kumala di Lantian perlu diawasi, menurut kakak ketiga siapa yang cocok melakukannya?" Wajah Tianchao nampak makin cemas, dengan bersungguhsungguh ia berkata pada Jiu Ye, "Kakak ipar baru melahirkan, kakak pertama tak mau meninggalkannya selangkah pun, untuk membantu kakak pertama, kakak kedua mengurus semua urusannya. Barusan ini aku merencanakan untuk memeriksa kembali pembukuan semua usaha kita di Chang'an, lalu memberikannya pada murid-murid kita Xiao Feng dan Xiao Yu untuk dipelajari. Mentari dan rembulan menjadi saksi, demi gunung dan sungai, kami benar-benar tak bermalas-malasan!" Sambil bertumpu pada punggung kursi roda Jiu Ye, aku menunduk sambil tersenyum, Jiu Ye menghela napas dengan pelan, "Mendengar katamu sepertinya kalian memang benarbenar tak bermalas-malasan". Tianchao segera berkata, "Kami memang benar-benar tak bermalas-malasan! Kami cuma kadang-kadang minum teh bersama, mengobrol seharian dan mendengarkan cerita, lain kali peristiwa semacam ini tak akan terjadi lagi. Kami akan begitu sibuk sampai tak punya waktu untuk mengobrol". Karena sibuk bergurau, ternyata aku tak mendengar maksud tersembunyi di balik perkataan Jiu Ye itu, setelah Tianchao selesai berbicara, aku baru paham bahwa Jiu Ye telah menebak apa yang sebenarnya dilakukan oleh Tianchao, hatiku terasa agak jengah, girang dan manis, tanpa berkata apa-apa, aku berdiri di samping Jiu Ye. Dengan langkah-langkah lebar Jinyan berlari masuk ke halaman, begitu melihatku senyum lebar muncul di wajahnya, "Yu er, kenapa kau di sini" Kau datang menenggok Jiu Ye?" Tianchao dengan cepat berjalan ke sisinya, lalu mendorongnya keluar, "Minyak wangi yang baru datang kemarin belum kau periksa, kau harus segera memeriksanya".." Suara Jinyan terdengar dari luar halaman, "Tidak ada! Kan katamu?"jangan bekap mulutku?"hah" ?"Apa?"Lantian".......Oh!........" Beberapa saat kemudian suara Jinyan sudah tak kedengaran lagi, hanya terdengar Tianchao berkata, "Jiu Ye, kitab pembukuan yang belum kusalin akan kubawa besok, hari ini ada masalah mendesak yang harus kami kerjakan dulu, kami pergi dulu". Setelah ia selesai berbicara hanya terdengar suara langkah kaki yang berjalan dengan cepat, tak lama kemudian halaman itu telah menjadi sunyi senyap. Hatiku galau, rasa manis dalam hatiku bercampur rasa jengah, aku tak tahu harus berkata apa, namun Jiu Ye seakan tak merasakan apa-apa dan mendorong kursi rodanya masuk ke dalam rumah, "Seruling dari bambu Xiangfei sudah selesai, urat batangnya sudah bagus sehingga kalau ditambahi ukiran akan terlalu berlebihan, maka aku cuma bermalas-malasan saja dan tak mengukirnya. Apakah kau suka?" Aku menerima seruling itu, "Aku tak paham hal-hal seperti ini, kalau menurutmu bagus, maka kurasa seruling ini tentu bagus". Jiu Ye tersenyum dan berkata, "Di rumahmu tinggal seorang ahli musik istana yang termasyur, banyak orang yang ingin berguru padanya tapi tak bisa, apakah kau pernah minta ia mengajarimu satu dua hal?" Karena ia menyebut nama Li Yannian, mau tak mau aku menjadi teringat pada Li Guangli, dahiku pun berkerut, Jiu Ye bertanya, "Kenapa?" Aku menghela napas, "Kalau berpikir tentang Li Guangli, aku hanya bisa menghela napas dan berkata "Naga punya sembilan putra, semuanya berbeda-beda[6]?". Jiu Ye tersenyum dan berkata, "Kau terlalu banyak pikiran, kalau ia benar-benar menjengkelkan, usir saja dia, habis perkara". Aku tersenyum tanpa berkata apa-apa, masalahnya tak sesederhana itu, demi kau, aku tak bisa mengusirnya begitu saja. Jiu Ye batuk-batuk pelan, "Akhir-akhir ini bisnis rumah hiburanmu berkembang dengan sangat cepat, kudengar dari bawahanku bahwa kau juga membuka usaha rumah bordil, apakah kau diamdiam?"..kau masih bisa membuka usaha lain, kenapa melakukannya" Kalau kau hanya ingin mendapat keuntungan, tak ada jeleknya kalau kau membuka usaha lain. Sekarang kau terlalu terburu-buru bertindak". Setelah terkejut, hatiku girang, sesuatu yang kupikir tak akan diketahui orang lain ternyata tak bisa disembunyikan darinya, kecuali?"kecuali kalau ia selalu mengamati setiap perbuatanku dengan seksama, dengan terbata-bata aku berkata, "Aku punya rencana tersendiri". Ia terdiam, lalu tiba-tiba berkata, "Yu er, kau tahu tidak kenapa aku sengaja tak pernah berjalan memakai tongkat di luar" Kalau tak ada sesuatu yang luar biasa, aku hanya mau duduk di kursi roda, dan selalu berusaha agar orang lain berpikir bahwa tubuhku sangat lemah, bahkan Tianchao dan yang lainnya mengira bahwa aku terlalu lemah untuk berjalan jauh dan sering sakit. Sebenarnya kakiku memang cacat dan tubuhku memang lemah, tapi tak separah kelihatannya". Aku tertegun sesaat, apakah hal itu bukan disebabkan oleh rasa rendah diri semasa kanak-kanak seperti yang diceritakan Tianchao" "Kenapa" Untuk siapa kau berpura-pura?" Jiu Ye mengangguk, "Untuk kaisar. Ibuku adalah cucu keponakan Ibusuri Dou, waktu kecil ia sering bermain-main di istana, saat itu hubungan kaisar dan ibu sebagai sepupu sangat baik, oleh karenanya, selama Ibusuri Dou masih hidup, Perusahaan Shi sangat dekat dengan Keluarga Dou. Setelah Keluarga Dou jatuh, kaisar sangat mengkhawatirkan kekuatan Keluarga Dou. Setelah ayah dan ibu meninggal dunia, Perusahaan Shi yang begitu besar jatuh ke tanganku, kalau saja aku bukan seorang cacat yang kelihatannya selalu sakit-sakitan, dan kalau saja usaha Perusahaan Shi di tanganku tak sedikit demi sedikit mengalami kemunduran, Perusahaan Shi tak akan dapat mengelak dari kehancuran total". Untuk pertama kalinya ia mengambil inisiatif untuk menceritakan latar belakang keluarganya, aku tertegun mendengarnya, saat itu berapa umurnya" Di usia yang begitu muda ia harus bertanggung jawab atas hidup begitu banyak orang dan berjaga-jaga terhadap kaisar. Tapi ia hanya bercerita tentang hubungan keluarganya dengan Dinasti Han, bagaimana hubungannya dengan Xiyu" Apa tanggung jawabnya di sana" Seberapa berat segala beban yang ditanggungnya" Ia menatapku dengan tajam, lalu berkata dengan perlahan, "Yu er, kaisar sekarang penuh perhitungan dan waspada, tindakannya sangat tegas, kalau diperlukan, ia dapat memerintahkan siapapun dibunuh. Jangan menyinggung keluarga kekaisaran, kalau kau ingin bersaing dengan perusahaan lain di Chang"an, aku dapat?"tapi?"" Ia menelan perkataan yang sudah berada di bibirnya, lalu berkata dengan amat bersungguh-sungguh, "Yu er, kau harus memikirkan masakmasak setiap perbuatanmu". "Bruk!", aku menghempaskan sumpit di atas meja. "Apa-apaan ini, bakpao bagus seperti ini, kenapa isinya begini?" Hong Gu melirikku, lalu kembali makan bakpao di tangannya, "Bakpao yang dikukus dengan bunga Huai wangi baunya, aku sengaja menyuruh dapur membuatnya. Beberapa hari yang lalu aku menyeduh teh dengan bunga Huai dan kau marah-marah, hari ini bakpao yang enak juga mengundang kemarahanmu, memangnya kapan bunga Huai menyinggungmu, sehingga begitu melihatnya amarahmu langsung berkobar?" Dengan murung aku duduk, Hong Gu terus makan dan tak menghiraukanku lagi. Bukan bunga Huai yang menyinggungku, melainkan akulah yang tak mau memikirkan orang yang berdiri di bawah pohon Huai itu. Setelah lama berbaring aku belum bisa tidur juga, maka aku memakai baju dan membuka pintu sambil meraba-raba di tengah kegelapan. Di bawah cahaya bintang yang berkelap-kelip, di tengah malam gelap gulita, terlihat seseorang berdiri di bawah ruji Yuanyang Teng, jantungku melompat begitu mengenalinya, untuk sesaat aku tak bisa menemukan kata-kata yang tepat. Huo Qubing berbalik dan memandangiku tanpa berkata apa-apa, setelah beberapa saat ia tiba-tiba berkata, "Kau tak menepati janjimu, katamu kapan-kapan kau akan mencariku, tapi sampai sekarang kau belum datang mencariku juga". Aku berjalan ke hadapannya, setelah diam sejenak, aku masih belum dapat menemukan perkataan yang tepat, aku melihat ke arah Yuanyang Teng, sekuntum bunga yang putih bersih sedang mekar dengan malu-malu, aku terkejut sekaligus girang dan berseru dengan spontan, "Lihat! Bunga itu sedang mekar, bunga pertama yang mekar tahun ini!" Huo Qubing berpaling memandang bunga itu, "Rupanya aku adalah orang pertama yang melihatnya mekar". Aku mengambil napas dalam-dalam, "Wangi sekali, kau bisa menciumnya tidak?" Huo Qubing berkata, "Tahun lalu aku tak bisa melihat mereka berbunga karena aku berada di Xiyu, tapi mereka tahu diri, tahun ini bunga pertama mereka mekar untukku". Aku tertawa dan berkata, "Tak kusangka kau begitu sombong, sampai bunga juga mekar untukmu! Kau hanya kebetulan datang di saat yang tepat saja". Huo Qubing menatap bunga itu, dari wajahnya nampaknya ia sedang berpikir, "Datang di saat yang tepat sangat sukar, dalam beberapa hal, kalau datang lebih pagi semuanya akan berbeda". "Satu, dua, tiga......", kepalaku terkubur diantara bunga dan dedaunan, aku sedang menghitung kuncup bunga satu persatu, Huo Qubing terkejut dan tertawa heran, "Masa kau ingin menghitung semua kuncup bunga itu?" Aku menghitung untuk beberapa saat, lalu berhenti dan tersenyum, "Justru kalau tak bisa menghitungnya, aku gembira, artinya mereka telah berusaha keras untuk berbunga". Huo Qubing bertanya, "Kenapa mereka disebut Bunga Jinyin" Warna peraknya aku tahu, yaitu bunga putih yang sekarang terlihat, tapi mana warna emasnya?" Aku tersenyum dan berkata, "Sekarang belum waktunya, aku tak mau memberitahumu, datanglah beberapa hari lagi dan kau akan tahu". Huo Qubing tersenyum, "Aku akan menganggapnya sebagai sebuah undangan, aku pasti akan segera memenuhi undangan si cantik". "Ah!", ujarku, lalu aku berkata dengan kesal, "Kau ini......." Tiba-tiba ia menarik lenganku, lalu berjalan keluar, "Malam ini langit penuh bintang, aku akan mengajakku ke suatu tempat yang mengasyikkan". Aku ragu sejenak, namun melihatnya begitu bersemangat, aku tak sampai hati menolaknya, tanpa berkata apa-apa aku mengikutinya. Karena Taman Shanglin tak dikelilingi tembok, pandangan mataku tak terhalang dan dapat melihat kemegahannya. Aku memandang istana kekaisaran yang terbentang di depanku, pintunya beribu-ribu, aku menelan ludahku dan berkata, "Di Taman Shanglin ada tiga puluh enam istana, kita akan pergi ke istana yang mana?" Huo Qubing tertawa dan berkata, "Ternyata kau pemberani dan tak lari ketakutan". Dengan kesal aku berkata, "Kalau akan mati aku akan menyeretmu menjadi kambing hitam". Ia melirik wajahku, "Apa kita ini termasuk sedang mati dan hidup bersama?" Aku tertawa sinis, tak menghiraukan omongan gilanya. "Kita akan pergi ke Panggung Shenming, bangunan tertinggi di Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Taman Shanglin, dari atasnya kita dapat melihat seluruh taman dan sebagian besar Kota Chang'an. Kalau kita berbaring di sana melihat bintang rasanya tak akan kalah dari melihat bintang di padang pasir. Di seluruh Chang'an hanya aula depan Istana Weiyang yang lebih tinggi, tapi sayang sekali, istana itu adalah tempat tinggal kaisar sehari-hari, penjagaannya sangat ketat, malam ini kita tak bisa kesana". Dapat melihat segalanya" Pandangan mata sama sekali tak terhalang" Hatiku tergelitik. Ia mengajakku melompati tembok dan naik ke bubungan atap, di sepanjang jalan semua aman sampai ke Panggung Shenming. Pertama, karena tak ada yang tinggal di sini, dan kedua, karena tak ada benda berharga di dalamnya, tak ada penjaga, hanya ada prajurit yang kadangkadang berpatroli. Di tengah kegelapan, aku dan Huo Qubing merangkak naik tangga, namun sebelum sampai di puncak, dua suara terdengar dari atas, kami berdua berhenti melangkah, dengan berbisik, Huo Qubing memaki, "Bangsat siapa itu?" Aku berpaling dan tersenyum, "Memangnya cuma kau yang boleh datang ke sini" Karena ada orang lain, ayo kembali!" Huo Qubing berkata, "Kau cari tempat untuk bersembunyi, aku akan lihat siapa bangsat itu dan mengusirnya pergi". Aku ingin menariknya pergi, namun ia telah melompat ke depan. Benar-benar seorang diktaktor! Tak heran orang-orang di Chang'an tak berani menyinggungnya. Aku memandang ke sekelilingku, ketika hendak bersembunyi di balik jendela, Huo Qubing telah mendarat di sisiku tanpa suara, lalu langsung menarik tanganku dan mengajakku turun, dengan heran aku bertanya, "Memangnya di atas ada siapa, sampai kau turun dengan terbirit-birit seperti ini?" Dengan hambar ia berkata, "Kaisar". Sambil menutupi mulutku aku tertawa, lalu berkata dengan pelan, "Ternyata dia si bangsat kaisar". Walaupun ia melirik untuk memperingatkanku, seulas senyum nampak di wajahnya. Aku mengibaskan tangannya, lalu berjalan ke depan, "Ayo kita pergi melihat-lihat". "Apa bagusnya" Kalau sampai tertangkap aku tak mau menolongmu", kata Huo Qubing, tubuhnya tak bergerak. Aku mengayun-ayunkan lengannya sambil memohon dengan suara pelan, "Suara tak mudah terdengar di sudut tembok tempat kaisar itu, ayo kita pergi mendengarkan. Lagipula ia sedang........tak waspada terhadap kita". Huo Qubing melirikku, menghela napas, lalu menarikku ke atas tanpa berkata apa-apa. Benar saja, Li Yan juga ada di sini. Di bawah cahaya bintang yang memenuhi langit, Li Yan sedang duduk di lutut Liu Che, Liu Che menyelimuti Li Yan erat-erat dengan jubah, namun ia sendiri dengan sembarangan duduk di lantai. Mereka berdua duduk saling berdempetan, untuk beberapa lama tak berkata apa-apa. Dengan menempel erat di telingaku, Huo Qubing berbisik, "Kita tak bisa mendengar mereka, tapi mungkin kita akan melihat.......permainan.......asmara". Aku mencubitnya keraskeras, namun ia memelukku erat-erat dan tiba-tiba mengigit telingaku. Tubuh kami berdua menempel dengan erat, aku ingin menjerit dan meronta namun tak berani melakukannya, maka dengan meraba-raba aku mengenggam tangannya erat-erat, ia mengira aku hendak melancarkan jurus terhadap dirinya, walaupun ia membiarkanku mengenggam tangannya, namun ia mengerahkan tenaganya dan bersikap waspada. Oleh karenanya, akhirnya aku hanya dapat mengayun-ayunkan tangannya saja dengan pelan, seketika itu juga ia menjadi tenang dan membuyarkan tenaga di tangannya, dengan lembut ia mencium cuping telingaku, lalu melepaskan tanganku. Aku gemetar pelan, tubuhku lemas, untuk sesaat aku tak berdaya. Ketika aku dapat bereaksi dan hendak membalas, tiba-tiba terdengar suara lembut Liu Che, "Istana Weiyang lebih tinggi dibandingkan tempat ini, setelah kau melahirkan dan tubuhmu sudah pulih, kita akan naik ke sana untuk melihat seluruh kota Chang'an". Aku cepat-cepat mendengarkan bagaimana Li Yan menjawab, "Istana Weiyang adalah tempat ratusan pejabat menghadap fujun , qieshen tak berani pergi ke sana". Ternyata ketika hanya berdua Li Yan dan Liu Che seperti suami istri biasa. Ia tak memanggilnya Yang Mulia, melainkan suami, ia pun tak menyebut dirinya hamba, melainkan selir. Huo Qubing yang menempel erat di belakangku menghela napas panjang, dengan lembut aku mengenggam tangannya. Liu Che tertawa terbahak-bahak, "Kalau aku berkata kau boleh pergi ke sana, kau boleh pergi ke sana, siapa yang berani membantah?" Li Yan memeluk leher Liu Che dan menciumnya, "Yang Mulia diam-diam membawa qieshen kemari untuk melihat pemandangan dan bintang-bintang saja, qieshen sudah sangat senang. Yang paling penting di sini hanya ada kita berdua, kau suamiku dan aku istrimu. Ah! Salah, ada anak kita juga, kita sekeluarga ada di sini, qieshen sudah sangat puas. Yang Mulia hendak menyenangkan hatiku, maka hamba tak akan membuat dahi Yang Mulia berkerut. Pergi ke istana itu tak penting bagiku, tapi kalau dilihat orang, jangan-jangan mereka akan berbicara yang tidak-tidak, walaupun Yang Mulia tak memperdulikannya, namun Yang Mulia akan kesal. Aku tak ingin kau tak senang, melainkan ingin seperti kau yang selalu ingin aku selalu tersenyum". Setelah terdiam beberapa lama, Liu Che menjawab, "Perasaanku terhadapmu pun sama". Setelah berbicara, Li Yan menyusup ke dalam pelukannya. Li Yan, oh Li Yan, lelaki seperti ini dengan tulus mencintaimu, apakah hatimu dapat bertahan" Ketulusan atau sandiwara, sandiwara atau ketulusan, mataku sudah menjadi berkunangkunang, apakah kau sendiri dapat membedakannya" Sebenarnya kau sedang selangkah demi selangkah menyerang istana, atau kau sendiri yang terjebak di dalamnya" Aku ingin mendengarkan lebih lanjut, namun ketika teringat pada Huo Qubing, aku mengurungkan niatku, aku mengoyangkangoyangkan tanganku untuk memberi isyarat bahwa kami akan pergi. Namun ketika kami berdua baru saja berbalik, tanpa terasa gaunku tersangkut sesuatu, "Krek!", bunyi kain robek terdengar dengan jelas di tengah kesunyian. Liu Che berkata dengan gusar, "Siapa itu?" Dengan panik aku memandang Huo Qubing, ia menggeleng, memberi isyarat agar aku tak usah khawatir, semua akan dibereskan olehnya. Ia berbalik, lalu menarik tanganku dan menaiki panggung. "Hamba pikir malam ini adalah saat yang baik untuk melihat bintang, tak nyana, hamba kebetulan menganggu Yang Mulia dan nyonya. Yang Mulia sama sekali tak membawa pengawal, jangan-jangan Yang Mulia menyelinap masuk?" Huo Qubing menghormat dan berbicara sambil tersenyum. Ia sama sekali tak perduli bahwa kami telah masuk ke istana tanpa izin dan bersikap seakan kami semua hanya kebetulan berpapasan di jalan, Liu Che nampak tak bisa berbuat apa-apa, tapi juga agak kagum, padangannya menyapu diriku yang sedang berlutut, lalu ia tersenyum dan berkata, "Zhen belum menanyaimu tapi kau malahan sudah menanyai zhen dahulu. Rupanya selain hal yang kau sebutkan itu, kita punya pikiran yang sama. Semua bangkit!" Aku bersujud dengan sungguh-sungguh, lalu ikut bangkit bersama Huo Qubing. Liu Che melepaskan Li Yan, setelah bangkit Li Yan menatapku dengan tajam, lalu memandang ke lantai. Diam-diam aku menghela napas, berpikir untuk mencari kesempatan untuk memberi penjelasan pada Li Yan. Liu Che berkata, "Karena kau sudah datang untuk melihat bintang, kau tak boleh menunduk terus, lalukanlah apa yang ingin kau lakukan, kabarnya kau tumbuh besar di Xiyu, seharusnya kau pemberani". Aku menunduk dengan sikap hormat seraya berkata, "Baik!" Setelah berkata aku berpaling dan melihat ke kejauhan, namun aku tak melihat apapun. Dengan lembut Li Yan berkata, "Yang Mulia, kita sudah selesai melihat pemandangan, sekarang malam pun sudah larut, hamba merasa agak lelah". Liu Che melirik perut Li Yan yang membuncit, lalu segera bangkit, "Kita memang sudah harus kembali, tempat ini kita tinggalkan untuk mereka". Sambil tersenyum ia melirik Huo Qubing, mengangkat lentera kulit domba yang tergeletak di lantai, lalu berjalan ke tangga panggung sambil memapah Li Yan. Huo Qubing dan aku berlutut untuk mengantar mereka pergi, ketika sampai di tangga, Liu Che sekonyong-konyong berpaling dan berkata pada Huo Qubing seraya tersenyum, "Malam ini aku melepaskanmu, beberapa hari lagi jelaskan masalah ini pada zhen". Huo Qubing tersenyum dan berkata, "Siap, Yang Mulia". Tiba-tiba Li Yan berkata, "Beberapa hari lagi kami akan melihat teratai di Telaga Taiye, hamba hendak menyuruh Jin Yu ikut, supaya kami dapat mengobrol mengusir bosan". Liu Che mengangguk memberi izin, aku pun segera bersujud, "Hamba akan mematuhi perintah niangniang". Sosok Liu Che dan Li Yan menghilang di tangga panggung. "Bangkitlah!", Huo Qubing menarikku hingga bangkit, "Ternyata begitu melihat kaisar sikapmu seperti itu, kau lebih jinak dari kelinci yang melihat harimau". Aku berjalan ke tepi panggung, lalu bersandar pada langkan, "Kalau begitu, menurutmu aku harus bagaimana kalau bertemu kaisar" Apakah aku harus bicara dengan terus terang?" Huo Qubing bersandar di sisiku, "Sikapmu sudah bagus, istana penuh dengan wanita-wanita lemah lembut dan penurut, kaisar sudah bosan melihat mereka. Wanita seperti Nyonya Li itu, yang tak kehilangan sikap lemah-lembut seorang wanita, namun sebenarnya pemberani dan agak liar, lebih dapat menambat hatinya". "Bagaimana denganmu?" Aku memperhatikan pandangan matanya, Huo Qubing tersenyum acuh tak acuh, "Aku sehari-hari keluar masuk istana, kaisar sering bertindak sesuka hatinya, aku bukannya tak pernah melihat kaisar bermesraan dengan istriistrinya, tapi bagimu seorang gadis yang belum menikah melihatnya......" Aku memelototinya, "Tak usah beromong kosong, kau tahu yang kutanyakan bukan itu". Walaupun sikapku tetap tenang, mau tak mau wajahku terasa agak panas, dengan wajah tanpa ekspresi aku memandang ke kejauhan. Huo Qubing terdiam sesaat, lalu berkata, "Seperti yang kukatakan, aku sudah sering tak sengaja melihat kaisar bermesraan dengan berbagai wanita, tapi ini adalah untuk pertama kalinya aku melihat kaisar menemani seorang wanita duduk tanpa berkata apa-apa, mereka berdua hanya duduk berdempetan dengan tenang, tak melakukan apapun, dan juga untuk pertama kalinya mendengar kaisar dan seorang istrinya hanya menggunakan kata aku dan kau, ketika mendengarnya, diam-diam aku merasa kaget". Ia menghela napas, lalu kembali berkata, "Kaisar juga seorang lelaki, kadang-kadang ia juga butuh seorang wanita yang memperlakukannya sebagai orang biasa, karena sudah terlalu banyak orang yang memujanya, kalau tidak, kemanapun matanya memandang, ia hanya akan memandang tempat kosong, bukankah sangat sepi" Bibi bukannya tak baik, tapi wataknya terlalu lemah lembut dan penurut, dahulu, ketika kaisar masih berada di bawah tekanan Ibusuri Dou dan kedudukannya masih tak pasti, ditambah dengan watak Permaisuri Chen yang licik dan susah diatur, di tengah penderitaannya kaisar memang membutuhkan seorang wanita seperti bibi, seseorang yang dapat dengan lemah lembut dan penuh perhatian memujanya. Tapi kaisar sekarang adalah seseorang yang pemberani dan kuat, ketika sedang menjalankan rencana-rencana besar, ia membutuhkan seseorang yang dapat tertawa bersamanya dan kadang-kadang memandangnya sebagai orang biasa". Aku tersenyum dan berkata, "Ternyata kau selalu membela kaisar, pantas saja ia memperlakukanmu dengan istimewa". Huo Qubing tersenyum dan berkata, "Sejak dahulu kala, bukankah cinta seorang kaisar sering beralih" Bibi sangat mengerti prinsip ini, maka ia tak memperdulikannya. Sekarang ada Nyonya Li, beberapa tahun lagi pasti akan ada Nyonya Wang atau Zhao. Apakah ia harus melawan mereka semua?" Memang benar, seperti yang dikatakannya, Istana Belakang selalu penuh bunga yang mekar tak lebih dari seratus hari, kalau bukan Li Yan orang lain juga dapat mendapatkan cinta kaisar, asalkan Li Yan tak menganggu kalian, kalian pun tak akan melawannya. Akan tetapi kalau Li Yan melahirkan seorang anak lelaki, untuk menghentikan serangan militer Dinasti Han ke Xiyu, ia pasti akan mendukung putranya merebut kedudukan putra mahkota, dan pertarungan diantara Li Yan dan keluarga Wei pun tak dapat dihindari lagi. Untuk pertama kalinya aku menghela napas dengan kepala pusing. "Kau kenapa?" Huo Qubing bertanya. Aku menggeleng-geleng, lalu mendongak memandang langit, hari ini kami berdua duduk berendeng pundak mengagumi bintangbintang, namun di lain hari apakah kami akan bermusuhan dan bersikap dingin satu sama lain" Kalau kehangatan ini akhirnya berubah menjadi serpihan-serpihan yang terlupakan, aku hanya dapat mengenang saat ini. Sambil tersenyum aku menatapnya, lalu menunjuk ke Bima Sakti di angkasa, "Apa kau tahu asal usul Bima Sakti?" Sambil mencibir Huo Qubing berkata, "Walaupun aku tak suka membaca buku, tapi aku sudah pernah mendengar cerita Niu Lang Zhi Nu . Itu bintang Niu Lang, apakah kau bisa menemukan bintang Zhi Nu?" Aku mencari-cari dengan seksama, "Yang itu, ya?" Huo Qubing menggeleng, "Bukan". "Yang itu, ya?" Huo Qubing kembali menggeleng, "Bukan". Aku memandangnya dengan bimbang, "Yang ini pasti benar, apa kau tak salah?" Huo Qubing tersenyum dan mengetuk dahiku, "Kau sendiri yang bodoh tapi malahan meragukanku, masa aku bisa salah" Dalam peperangan, menentukan arah berdasarkan bintang-bintang adalah pelajaran dasar, sejak belum bisa berjalan dengan benar, aku sudah duduk di pangkuan paman dan belajar mengenali bintang-bintang". Aku mengelus-elus dahiku, lalu dengan kesal berkata, "Aku bodoh" Kau juga bukan orang pintar, kalau dua orang bodoh saling memandang, mereka baru dapat......." Sebelum menyelesaikan perkataanku dengan kesal aku menutup mulut, bukankah aku ini seperti babi gendut yang berlari masuk ke rumah penjagalan ---- sengaja mencari maut" Justru membuka kelemahanku sendiri" Huo Qubing bersandar di langkan, lalu melirikku, seakan tersenyum namun tak tersenyum. Dipandang olehnya, jantungku berdebar-debar, aku pun memandang angkasa dengan berpura-pura kalem, "Yang itu?" Ia tertawa pelan, "Mukamu merah". "Sekarang musim panas, aku kepanasan, memangnya kenapa?" Pemandangan indah dan suasana menyenangkan, kami mengagumi bintang-bintang dengan gembira, suara terputusputus kami berdua dengan sayup-sayup melayang-layang di bawah langit penuh bintang, bintang-bintang pun berkelap-kelip, seakan sedang diam-diam tersenyum. -------------------Di danau bunga teratai mekar, di tepi danau ada si cantik, bunga teratai bagai wajahnya, wajahnya bagai bunga teratai, bunga Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo teratai dan wajahnya menjadi satu, membuat mataku berkunangkunang. "Apa kau lihat wanita-wanita di Istana Belakang itu" Semuanya berwajah cantik, aku sedang berpikir, ketika kaisar melihat begitu banyak wanita yang berusaha menarik perhatiannya, apakah ia merasa senang atau bosan?" Sambil dengan perlahan mengayunkan kipas bundar berlukiskan wanita cantik dalam genggamannya, Li Yan berkata dengan hambar. "Sudah cukup asalkan kau adalah sekuntum bunga yang tercantik, aku malas mengurus orang lain", kataku seraya tersenyum. Li Yan menarik tanganku, sembari berjalan ia berkata, "Kuharap kau berkata dengan tulus". Aku berhenti melangkah dan berpaling ke arah Li Yan, lalu menjelaskan, "Hari itu saat menunggu Adipati Guanjun, aku sama sekali tak tahu siapa dia, setelah itu kami kebetulan bertemu di Chang'an, malam itu ketika kau bertemu dengan kami pun kebetulan, diantara aku dan dia sama sekali tak ada apa-apa". Li Yan tersenyum, "Kau merasa tak ada apa-apa, tapi dia pasti punya perasaan padamu, seperti apa watak Huo Qubing itu" Ia tak pernah memandang orang, tapi saat memandangmu, matanya terpaku padamu". Dengan tak berdaya aku berkata, "Aku dianggapnya tuan penolongnya, ia selalu bersikap sopan padaku, sedangkan mengenai caranya memandang orang, aku tak bisa berbuat apa-apa tentangnya". Sambil menatap mataku, Li Yan berkata, "Kabarnya kau memanggil seorang guru untuk kakak keduaku, dan juga mencarikan teman belajar untuknya. Walaupun kontrak penjualan Fang Ru sudah tak ada di tanganmu, namun ia merasa berterimakasih padamu, kalau kau tak berkata apa-apa, ia tak akan pergi, dan kakak pertamaku akan terus menunggunya, selain itu masih ada si tuan muda, Li.......", Li Yan berhenti sejenak, lalu berkata dengan perlahan, "Kami semua sepertinya adalah bidak-bidak caturmu, Jin Yu, sebenarnya apa yang kau inginkan?" Aku terdiam seribu bahasa, sebenarnya apa yang kuinginkan" Sebenarnya yang kuinginkan amat sederhana, lebih sederhana dibandingkan yang diinginkan orang lain, bukan kekuasaan, kekayaan atau kemasyuran, aku hanya ingin bersama Jiu Ye. Andaikan Jiu Ye bersedia meninggalkan Chang'an, aku dapat meninggalkan semua di Chang'an ini. Tapi ia sepertinya tak ingin pergi, maka aku hanya dapat memilih untuk tinggal, dan dengan sekuat tenaga menjadi sebatang pohon, membantunya menahan hujan dan angin, dan bukan menjadi sekuntum bunga yang bersembunyi di pucuk pohonnya sambil memancarkan keharuman, tapi hanya dapat melihatnya menahan hujan dan angin sendirian. Mungkin wajah seorang wanita yang cantik dan polos adalah wajah yang paling membuat orang tergerak, tapi aku lebih suka menjadi sebatang pohon yang tak cantik atau harum, sehingga paling tidak dapat ikut menanggung beban di pundaknya. Sambil mengayunkan kipasnya, Li Yan berjalan dengan anggun, "Kau menggunakan tari dan nyanyi untuk mempengaruhi Chang'an, dari rumah hiburanmu tak henti-hentinya muncul gaya sanggul, pakaian dan perhiasan, membuat wanita-wanita terkemuka Chang'an berbondong-bondong mengikutinya. Kabarnya kau dan Hong Gu secara khusus membuka rumah rias bertarif mahal yang hanya menerima wanita-wanita bangsawan, kau nampaknya hanya seorang pengelola rumah hiburan, tapi karena kau berkata bahwa aku adalah sahabat yang mengerti isi hatimu, aku tak bisa mengecewakanmu. Hujan gerimis tampaknya tak perlu ditakuti, namun kalau turun hujan setengah tahun, jangan-jangan akan menimbulkan banjir. Tak semua anak mau mendengarkan ayah ibunya, dan tak semua suami mau mendengarkan istrinya, tapi mau mendengarkan dua diantara sepuluh perkataan sudah sangat baik, lagipula wanita paling cerewet, asalkan dapat menganalisa perkataan mereka, janganjangan kau tahu pikiran banyak pejabat di istana". Nampaknya Li Yan sudah cukup berkuasa di istana. Saat aku terakhir bertemu dengannya, ia hanya tahu desas-desus tentang semua yang terjadi di luar istana, tapi sekarang ia sudah tahu semuanya dengan jelas. "Kurasa kali ini aku sudah cukup berhatihati, untuk melakukan hal ini, aku sengaja membiarkan rumahrumah hiburan yang dipimpin Tianxiang Fang meniruku, bahkan sampai membiarkan mereka mendahuluiku, lalu aku baru mengikuti mereka, hal ini pun dapat kau ketahui". Dengan kenes Li Yan memutar matanya, "Kau ini Jin Yu. Terhadapmu aku tak bisa tak waspada. Selain itu, kau juga sedikit demi sedikit membeli rumah-rumah bordil, saat tergila-gila, rahasia apapun bisa dikorek dari mulut lelaki. Jin Yu, sebenarnya apa yang hendak kau lakukan?" Aku mengenggam tangan Li Yan dan berkata, "Aku berjanji, apapun yang kulakukan, tujuan kita tak akan berlawanan". Li Yan berkata, "Dari dulu aku selalu mempercayai hal ini, paling tidak kau tak akan menghalangiku, tapi setelah aku tahu ada sesuatu diantaramu dan Huo Qubing, aku tak terlalu merasa pasti lagi. Jin Yu, masih ada sesuatu yang terlewatkan, kami semua bagai bidak-bidak catur di tanganmu, tapi kenapa kau sengaja tak mau melihat bidak catur terbesar di sampingmu" Kau selalu bersiasat, maju selangkah demi selangkah, tapi kenapa kau melewatkan Huo Qubing" Jangan berkata padaku bahwa kau tak sengaja melewatkannya". "Aku........aku........", aku tak dapat menjelaskannya, hatiku seakan disambar geledek, mendadak aku tak bisa memberikan penjelasan pada Li Yan, bahwa selagi maju selangkah demi selangkah, aku telah melupakan Huo Qubing. Tak nyana, aku benar-benar telah melupakannya. Sambil tersenyum kecut aku berkata, "Aku benar-benar tak bisa memberi penjelasan yang dapat kau terima, mungkin aku merasa bahwa bidak catur ini terlalu berharga dan tak bisa dengan sembarangan dijalankan". Sambil tersenyum Li Yan melirikku, raut wajahnya nampak gembira, dengan santai ia menikmati keindahan bunga teratai, aku berpikir sejenak, lalu berkata, "Apa kau masih ingat sebelum kau masuk istana aku pernah bertanya pada kakak pertamamu" Kau jugalah yang mengajari aku Lagu Orang Yue itu". Li Yan mendehem, lalu menatapku dengan tajam. "Aku mempelajari lagu itu untuk majikan Perusahaan Shi. Aku tahu kau pasti telah mencari tahu majikan Perusahaan Shi itu orang macam apa, tapi kurasa informasi yang kau dapatkan sangat sedikit, apapun yang ingin kau ketahui, aku dapat memberitahumu. Apakah sekarang kau percaya bahwa diantara aku dan Huo Qubing tak ada apaapa?" Dengan wajah tak berekspresi Li Yan menatapku dengan tajam untuk beberapa saat, lalu dengan perlahan mengangguk, "Jin Yu, apakah kau mau bersumpah?" Aku menggeleng, "Aku tak bisa bersumpah tak akan menjadi musuhmu, tapi aku tak akan mendahului mencelakaimu, namun bagaimana kalau kau ingin mencelakaiku?" Li Yan tertawa, "Jin Yu, bicaramu terus terang. Aku tak ingin kau bersumpah tentang hal itu dan memaksamu melakukan sesuatu yang tak kau kehendaki. Aku hanya ingin kau bersumpah tak akan membocorkan identitasku dan menggunakannya untuk menekanku di kemudian hari". Pandangan mata kami saling beradu, aku tersenyum dan berkata, "Kalau aku tak bersumpah padamu, jangan-jangan aku tak akan bisa hidup dengan tenang!" Dengan hambar Li Yan tersenyum, setelah berpikir dengan diam untuk beberapa saat, aku berkata, "Aku bersumpah demi nyawaku sendiri untuk sama sekali tak membocorkan identitasmu". Sambil tersenyum, Li Yan menggeleng, "Jin Yu, apakah kau lupa pernah memujiku sebagai sahabat yang mengerti isi hatimu" Yang terpenting dalam hatimu bukan hidupmu, bersumpahlah demi orang yang kau sukai". Dengan gusar aku menatap Li Yan, namun senyumnya tak berubah, sambil menyeringai geram aku mengangguk-angguk, "Li Yan, Li Niangniang, ternyata istana dapat mengubah seseorang dengan begitu cepat. Sepertinya aku sudah tak ingin mengenalmu lagi. Baik! Kuturuti keinginanmu, aku bersumpah demi hidup Jiu Ye untuk sama sekali......." Li Yan menggeleng, "Tidak, gunakan hidup orang yang kau sukai". Aku tersenyum sinis, "Apa bedanya" Demi nyawa orang yang kusukai, aku bersumpah untuk selamanya tak membocorkan identitasmu". Li Yan tersenyum dan menunjuk ke langit, "Langit sudah mendengarmu". Tanpa berkata apa-apa aku memandang daun teratai yang rimbun di telaga, senyum di wajah Li Yan menghilang, "Jin Yu, jangan salahkan aku, kau tak tahu betapa sulitnya setiap langkah yang harus kujalani. Permaisuri Wei menguasai Istana Belakang, di luar pun ada Jenderal Wei dan Jenderal Gongsun, dan sekarang ditambah lagi dengan Huo Qubing, walaupun sekarang aku sedang naik daun, tapi berapa lama cinta kaisar dapat bertahan" Orang-orang istana angkuh, watak Permaisuri Wei kelihatannya lemah lembut, sepertinya tak mempertengkarkan apapun, tapi ia dapat berbuat demikian karena orang-orang di sisinya dapat mengerjakan apapun untuknya, maka ia dengan senang hati berlagak menjadi orang baik". Ia memandang daun teratai di telaga dan menghela napas. Kami berdua sibuk dengan pikiran masing-masing, tertegun tanpa berkata apa-apa, tiba-tiba di belakang kami terdengar suara lantang seorang lelaki, "Semoga niangniang panjang umur!" Aku dan Li Yan pun berbalik. Dengan sikap hormat Li Gan membungkuk, dengan hambar Li Yan pun berkata, "Bangkitlah!" Seketika itu juga Li Gan mengangkat kepalanya, sinar matanya penuh kepedihan yang berapi-api, namun ia segera menenangkan dirinya, sehingga seakan matakulah yang salah lihat. Tuan Muda Ketiga Li yang mahir ilmu sastra dan silat, walaupun tak secemerlang Huo Qubing yang bagai mentari, adalah pria impian gadis-gadis Chang'an. Sikap Huo Qubing terlalu keras, membuat orang tak berani mendekat atau bersandar padanya, dan bahkan tak bisa menebak kemana ia hendak pergi. Namun Li Gan bagai sebuah gunung dan membuat hati wanita merasa aman. Pandangan mata Li Gan menyapu ke arahku, ia tersenyum panik, aku menghormat kepadanya, ia pun tertawa, "Tahun baru tahun lalu kita bertemu, masih ingat?" Aku menjawab, "Ingat, Adipati Guanjun mengajak hamba, atas perintah nyonya". Tanpa kentara, Li Gan memandang Li Yan, walaupun agak bingung ia tak banyak bertanya lagi, Li Yan tersenyum dan berkata, "Sebutlah namanya, mungkin kau tak tahu siapa dia, tapi kalau kukatakan bahwa ia adalah fangzhu Luoyu Fang, kurasa di Chang'an ini tak banyak orang yang tak mengenalnya". Wajah Li Gan sekonyong-konyong berubah, sinar matanya menjadi dingin menyeramkan, menikam ke arahku bagai sebilah pedang tajam, aku menghindari pandangan matanya dan memandang ke arah Li Yan, sambil tersenyum manis, Li Yan memandangku, sudut-sudut bibirnya sedikit bergerak, walaupun tak berkata apa-apa, aku dapat menebak maksudnya, 'Kami tak dapat selalu kau manipulasi, kau pun tak bisa selalu mendapatkan apa yang kau inginkan'. Aku menatapnya, lalu memutuskan untuk memandang ke lantai, berlagak tak tahu apa-apa. Li Gan bosan memandangku dan tak lagi menatapku, pandangan matanya langsung beralih ke arah Li Yan, memberi isyarat agar Li Yan memandang sesuatu dalam lengan jubahnya. Wajah Li Yan selalu tersenyum, namun begitu melihat huruf 'li' yang seperti sulur-suluran tersulam di bagian dalam lengan jubah Li Gan, senyumnya serta merta menjadi kaku, ia memberi isyarat padaku dengan matanya, setelah semua ini selesai aku akan mohon padamu, tapi di dunia ini mana ada hal yang begitu gampang" Mata Li Gan penuh pisau es, namun mata Li Yan penuh kelembutan, seperti seseorang yang sedang tenggelam, senyumku amat cemerlang. Suara Huo Qubing yang dingin terdengar, "Li San, kau sedang lihat apa?" Dari sudut pandang Huo Qubing, Li Gan nampaknya sedang menatapku tanpa berkedip, tapi ia tak tahu dengan sinar mata seperti apa Li Gan memandangku, ia hanya melihat senyumku yang cemerlang, namun tak tahu bahwa aku sedang bertarung dengan Li Gan. Li Gan ingin memberi penjelasan, namun bagaimana ia dapat menjelaskan peristiwa ini" Masa ia harus memberitahu Huo Qubing bahwa ia membenciku karena Li Yan" Li Gan berbicara pada Huo Qubing dengan terbata-bata, namun wajah Huo Qubing semakin lama semakin dingin, sebenarnya masalah apa yang begitu sukar dijelaskan oleh Li Gan" Rupanya ia sudah memikirkan berbagai kemungkinan. Kejadian itu sangat lucu dan aneh, membuat orang mau tak mau merasa geli. Pandangan mata Li Yan beralih ke wajahku, "Hah", dengusnya, ia mengangsurkan tangan dan memapahku, lalu tertawa terbahak-bahak. Untuk sesaat aku menahan diri, lalu tak kuasa melakukannya lagi dan ikut tertawa. Li Gan berdiri tanpa berkata apa-apa untuk beberapa saat, menghela napas panjang, lalu menggeleng seraya tertawa tak berdaya. Hanya Huo Qubing yang masih mengawasi kami bertiga yang tertawa-tawa dengan pandangan dingin. Liu Che dan Putri Pingyang melangkah menghampiri kami, sambil tersenyum ia bertanya, "Apa yang membuat kalian tertawa dengan begitu gembira" Zhen jarang melihat nyonya tertawa lepas seperti ini". Kami cepat-cepat menghormat ke arah mereka, sambil tersenyum Putri Pingyang memandang Li Yan dan bertanya, "Sebenarnya ada apa" Aku sangat ingin tahu". Li Yan memelototiku, lalu dengan kalem berkata, "Barusan ini Jin Yu menceritakan sebuah lelucon yang sangat lucu". Kaisar dan sang putri memandang ke arahku, aku membuka mulutku, namun tak berkata apa-apa, lalu kembali membuka mulutku, dan masih tak bersuara. Dengan penuh kemenangan, Li Yan tersenyum ke arahku, aku pun tersenyum, mengalahkanku tak segampang itu, "Lelucon ini kudengar dari Tuan Muda Li, lebih baik ia saja yang menceritakannya pada Yang Mulia dan Putri". Li Yan mengerutkan dahinya, lalu melirikku dengan kesal, namun aku memandangnya sambil tersenyum. Mengingat apa yang dilakukannya padaku, tindakanku ini tidak keterlaluan. Kaisar dan putri sama-sama memandang Li Gan, namun Huo Qubing menatapku dengan dingin, aku mengerenyitkan dahiku ke arahnya, si bodoh ini! Kapan aku punya kesempatan menjadi begitu akrab dengan Li Gan sampai bisa mendengar gurauannya" Setelah tertegun sejenak, Li Gan menghormat pada kaisar dan putri, "Hamba unjuk kebodohan saja. Ada seorang kutu buku, rumah tetangganya kebakaran, ibu pemilik rumah itu mohon padanya agar ia cepat-cepat pergi memberitahu suaminya yang sedang main catur dengan orang lain. Si kutu buku pergi dan berdiri di samping dua orang yang sedang bermain catur itu, setelah selesai bermain, si tetangga baru melihatnya, lalu segera bertanya, "Saudara, kenapa mencariku?" "Oh", kata si kutu buku, "Adik hendak memberitahukan sesuatu padamu, saudaraku yang Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo baik, rumahmu kebakaran". Si tetangga terkejut sekaligus marah, "Kenapa tak bilang dari tadi?" Si kutu buku menyoja, lalu dengan santai berkata, "Saudaraku yang baik, kau jangan marah, apakah kau tak pernah mendengar pepatah kuno yang berbunyi, 'Bukankah seorang budiman sejati selalu diam ketika mononton pertandingan catur"'" Kaisar tersenyum, "Orang budiman yang paling lurus sering melakukan perbuatan seorang picik, lelucon ini ada maksudnya, yaitu menyindir orang yang ambisius". Mendengarnya, sang putri bertanya sembari tersenyum, "Apakah di dunia ini benar-benar ada orang seperti itu?" Li Gan berkata, "Di dunia ini, tak sedikit orang egois yang rela mengorbankan hidup orang lain untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Hamba tak menceritakan lelucon ini dengan baik, Nona Jin Yu dapat menceritakannya dengan jauh lebih baik, benar-benar membuat orang tertawa". Aku merasa gusar, Li Gan diam-diam menyindirku, setiap perkataannya jelas-jelas tertuju padaku. Selagi Li Gan berbicara, Li Yan selalu memandang ke lengan jubah Li Gan, walaupun ia berusaha sekuat tenaga menahan diri, namun wajahnya nampak agak jengah, ia kembali memandangku sambil memohon, aku mengangguk dan wajahnya pun perlahan-lahan nampak lega. Dengan penuh perhatian, kaisar bertanya pada Li Yan, "Kau merasa tak enak badan?" Li Yan menjawab, "Mungkin agak terlalu lama berdiri". Putri Pingyang cepat-cepat berkata, "Istirahatlah di paviliun di depan itu!" Kusangka Li Yan dan kaisar akan mendahului pergi, namun tak nyana, sang putri telah membuka mulut, maka Li Yan pun terpaksa berkata, "Terima kasih, kakak". Sang kaisar memapah Li Yan, mereka berdua berjalan di depan dengan perlahan, sedangkan kami mengikuti di belakang. Sambil tersenyum sang putri menanyai Huo Qubing, namun Li Gan tak berani berjalan di sebelahnya, dan sengaja memperlambat langkahnya. Aku pun memperlambat langkahku sehingga aku berada di sisinya, namun dengan wajah dingin ia menghindariku. Huo Qubing berpaling dan menatapku dengan tajam, namun aku mengerutkan dahiku dan tak memperdulikannya. Paviliun sudah dekat, namun Li Gan sama sekali tak memberi kesempatan padaku untuk berbicara dengannya. Aku mengambil keputusan dan menyelinap ke sisi Li Gan, lalu menangkap lengan jubahnya, namun reaksinya sangat cepat, ia segera melompat ke samping untuk menghindariku. Akan tetapi, aku telah mengantisipasi gerakannya dan mengikutinya, lalu sengaja mengerahkan tenaga ke tanganku, kami berdua sama-sama pesilat, maka dengan suara keras, lengan jubah Li Gan telah berhasil kurobek. Keempat orang yang berjalan di depan mendengar suara itu dan berpaling, memandangku dan Li Gan, wajah Huo Qubing menjadi semakin tak enak dilihat. Li Gan murka, ia menunjukku, aku segera berlari ke depannya dan dengan wajah jengah minta maaf padanya, sekaligus berpura-pura karena kebingungan menjatuhkan potongan lengan jubah ke tanah, lalu dengan tak sengaja menginjak-injaknya, sebenarnya aku sedang berusaha menghilangkan huruf 'li' yang disulam dengan benang perak itu. Huo Qubing sekonyong-konyong marah, "Kalian sedang main apa" Apa di sini kalian boleh saling tarik menarik dan robek merobek?" Sekarang Li Gan telah sadar kenapa aku sengaja merobek lengan jubahnya, pandangannya beralih ke wajah Li Yan, lalu ia berlutut di hadapan sang kaisar, "Hamba bersalah!" Aku pun cepat-cepat ikut berlutut. Li Yan hendak menolong kami, namun Liu Che tertawa sambil menggeleng, lalu berkata pada sang putri, "A Zi, apakah kau ingat kenakalanku waktu kecil?" Sang putri tersenyum dan berkata, "Siapa yang tak pernah nakal atau berkelahi saat masih kecil" Melihat mereka berdua aku jadi ingat saat aku masih gadis". Sambil tersenyum, Liu Che mengalihkan pandangannya dari wajah Huo Qubing ke wajahku dan Li Gan, "Semua bangkit! Li Gan, pakaianmu robek, pulanglah dahulu". Li Gan bersujud, memungut potongan lengan jubah dari tanah, lalu cepat-cepat berbalik dan melangkah pergi. Sambil tersenyum Putri Pingyang berkata pada Liu Che, "Yang Mulia terlalu membela Qubing dan cepat-cepat mengusir Li Gan, mengurangi keasyikan kita saja". Sambil tersenyum Liu Che memandang wajah Huo Qubing yang dingin. "Kalau aku tak mengusir Li Gan, masa kita harus menunggu mereka berkelahi" Saat itu, menghukum mereka salah, tak menghukum mereka juga salah, mau ditaruh di mana muka zhen si kaisar ini?" Putri Pingyang tersenyum dan mengangguk, "Sebenarnya, dengan wataknya yang seperti ini, Huo Qubing pasti akan melakukannya". Suatu masalah yang dapat berubah menjadi bencana akhirnya dapat diselesaikan, aku agak lelah dan ingin minta diri, namun tak bisa menemukan alasan yang tepat, sambil menunduk aku duduk tanpa berkata apa-apa. Wajah Li Yan nampak agak lesu, melihat wajahnya, Liu Che merasa khawatir, ia menyuruh orang memanggil tabib dan membawa Li Yan pulang ke istana, setelah itu, kami dapat membubarkan diri. Huo Qubing berjalan di sisiku, namun sama sekali tak mengucapkan sepatah kata pun padaku. Aku ingin berbicara dengan Li Yan, aku merasakan kekhawatiran yang sulit dijelaskan, wajahku bagai papan kayu. Setelah kami berdua meninggalkan taman, tanpa berkata apaapa aku menghormat padanya, hendak pergi, namun sambil menahan amarah, ia berkata, "Aku akan mengantarmu pulang". Aku menggeleng, "Tak usah. Aku masih ingin pergi ke tempat lain". "Naiklah!" Huo Qubing melompat ke atas kereta kuda. Ia memandangku dengan wajah dingin, sama sekali tak mengizinkanku membantah. Dengan tak berdaya aku tersenyum, lalu melompat ke kereta kuda, "Kau jangan marah padaku, aku ingin pergi ke rumah Jenderal Li". Untuk sesaat ia menatapku, lalu memerintah kusir kereta untuk pergi ke wisma Jenderal Li. Aku memandangnya dan merasakan perasaannya, hatiku terasa pedih, dengan lembut aku menjelaskan, "Aku tak begitu kenal Li Gan, sejak kau mengajakku ke markas pasukan Yulin, ini adalah untuk pertama kalinya aku bertemu dengannya, hari ini adalah kali kedua kami bertemu". Wajah Huo Qubing nampak agak lega, namun nada suaranya masih dingin, "Baru dua kali bertemu kenapa seperti itu?" Aku berkata, "Masalah itu ada sebabnya, bagiku Li Gan cuma seperti kuaci kecil, kalau mataku sedang kabur aku tak bisa menemukannya". Ujung-ujung bibir Huo Qubing terangkat, "Kalau begitu bagimu aku ini apa?" Aku bimbang sesaat, lalu berkata sambil tertawa cekikikan, "Kau seperti labu besar, puas tidak?" Namun ia tak tertawa dan langsung bertanya, "Bagaimana dengan Meng Jiu?" Senyum di wajahku membeku, aku berpaling, menyingkap tirai kereta dan memandang keluar, berusaha mengacuhkan pandangan mata membara yang membakar bagian belakang kepalaku. Ketika sampai di wisma Jenderal Li, aku masih memikirkan bagaimana aku dapat membuat Li Gan menemuiku, namun Huo Qubing sudah masuk dengan jumawa, para pengawal sepertinya sudah terbiasa dengannya dan hanya memberi hormat. Aku cepat-cepat mengejarnya, "Akulah yang ingin bertemu Li Gan, kenapa kau ikut?" Huo Qubing berkata, "Sekarang sepertinya kaulah yang mengikutiku, bukan aku yang mengikutimu. Kalau kau tak mau mengikutiku, kita pergi sendirisendiri saja. Kau boleh pergi ke pintu gerbang dan minta pelayan membiarkanmu keluar". Aku memelototinya, namun tak berkata apa-apa lagi dan mengikutinya dengan tenang. Huo Qubing bertanya pada seorang pelayan, ternyata Li Gan sedang berlatih memanah di lapangan. Ia sudah hafal seluk beluk wisma Jenderal Li dan tak perlu penunjuk jalan, setelah berbelok dan berputar-putar, kami sampai di lapangan. Li Gan mengenakan pakaian ketat, sedang memanah di tengah lapangan, kekuatan setiap anak panah yang dilepaskan mengejutkan, dan langsung menembus sasaran. Dengan suara lirih aku berkata, "Ilmu panah yang bagus, semua mengenai sasaran, kau benar-benar pantas menjadi keluarga si jenderal terbang". Begitu melihatku, pupil mata Li Gan mengkerut, tiba-tiba ia membidikkan panahnya ke arahku. Seketika itu juga aku tahu Li Gan tak sedang menakut-nakutiku, matanya dingin menyeramkan, rasa benci di matanya sangat luar biasa, ia benar-benar ingin membunuhku. Tubuhku menjadi kaku, aku hendak bergerak namun tak berani bergeming, hendak berbicara namun tak berani bersuara, khawatir perkataan yang salah akan membuatnya murka. Kalau anak panah itu sampai terbang ke arahku, dengan ilmu panah keluarga si jenderal terbang yang termasyur di kolong langit, kesempatanku untuk menghindarinya sangat kecil. Huo Qubing cepat-cepat melangkah ke depan dan menghadang di hadapanku, sikapnya dingin, ia dan Li Gan saling berhadapan tanpa berkata apa-apa. Tangan Li Gan gemetar, tiba-tiba ia mengalihkan bidikan busurnya ke papan sasaran, "Wus!", anak panah itu menembus bagian tengah lingkaran merah, badan anak panah itu seluruhnya menembus papan sasaran, di permukaan papan sasaran hanya tersisa bulu-bulu putih yang bergetar pelan. Aku menghembuskan napas yang selama ini tertahan di dadaku, tubuhku lemas. Kedudukanku rendah, bagi putra-putra pembesar ini aku bagai semut yang bisa mereka lumat tanpa banyak pikir. Aku selalu bersiasat, tapi lupa bahwa hidupku dapat dengan mudah dihabisi sebatang panah, apa gunanya siasatku di hadapan mereka" Hari ini, untung saja Huo Qubing ikut, kalau tidak, kalau tidak.........barusan ini dalam keadaan di antara mati dan hidup aku tak takut dan justru setelah itu baru takut. Apakah Li Yan benar-benar tak menduga reaksi Li Gan" Apakah ia sedang memberiku sebuah peringatan" Atau apakah ia memang selalu menginginkanku mati" Apakah di dunia ini ada rahasia yang dapat dijaga lebih ketat dari rahasia orang mati" Semakin memikirkannya, hatiku semakin jeri, Huo Qubing berbalik dan memayangku, untuk pertama kalinya aku mendahului mengenggam tangannya. Tanganku masih gemetar, ia mengenggam tanganku erat-erat dengan kedua tangannya. Karena sehari-hari menunggang kuda dan berlatih silat, telapak tangannya penuh kapalan, kasar kalau diraba, penuh kekuatan yang membuatku merasa aman, perlahan-lahan hatiku menjadi tenang dan tanganku tak lagi gemetar. Li Gan berjalan ke sisiku, lalu seakan tak terjadi apa-apa, menyoja kepada Huo Qubing, Ia kembali memandangku seperti biasa, lalu menggeleng dan tersenyum, "Coba lihat apa lain kali kau masih berani mencari Tuan Muda Ketiga Li". Aku hendak tersenyum tapi tak bisa tersenyum, dengan terbata-bata aku berkata, "Kenapa tak berani" Tapi......tapi aku minta kau temani". Li Gan berjalan ke sisiku, lalu seakan tak terjadi apa-apa, menyoja ke arah Huo Qubing, "Mohon maaf atas kekasaranku, tapi kau tiba-tiba menghadang di depan anak panahku, sampai aku mandi keringat dingin". Huo Qubing berkata dengan dingin, "San ge, sejak bisa merangkak kita sudah bersama tinggal di markas pasukan Yulin, saat aku masih sangat kecil, Li Dage mengajariku ilmu memanah, hubungan kita selalu baik, aku tak ingin setelah ini karena salah paham kita jadi bermusuhan, maka hari ini aku memberitahumu dengan sungguh-sungguh, bahwa kalau di kemudian hari kau berani bersikap seperti itu lagi padanya, ilmu memanahku tak kalah darimu". Dengan terkejut aku menatap Huo Qubing, berbagai perasaan berkecamuk dalam hatiku, ternyata ia begitu habis-habisan membela diriku. Li Gan juga terkejut, namun setelah itu ia sepertinya paham dan menatapku dengan heran, lalu tersenyum getir dan berkata, "Hari ini aku tak dapat mengendalikan diriku, setelah ini tak akan terjadi lagi. Kuharap Nona Jin dapat memakluminya". Sudut-sudut bibirku terangkat. Memakluminya" Lain kali aku akan menempelkan pisau di lehermu, coba lihat apa kau dapat memakluminya" Tapi aku hanya dapat berkata dengan hambar, "Aku datang untuk berbicara denganmu". Sekarang Huo Qubing malahan melangkah menjauh. Sambil memandang Li Gan aku berkata, "Nyonya Li berasal dari rumah hiburanku, semua yang kulakukan adalah untuk melindunginya, kurasa, setelah kejadian hari ini, seharusnya kau mempercayaiku. Aku tahu kau menyukainya, tapi apakah ia tahu isi hatimu?" Li Gan terdiam sesaat, lalu menggeleng, "Ia tak tahu, dia sudah menjadi selir kaisar, di matanya aku tak ada bedanya dengan pejabat lain, aku pun tak ingin ia tahu, perasaanku ini hanya perasaan pribadiku saja". Benar seperti dugaanku, Li Yan hanya berlagak tak tahu apa-apa dan menimpakan semuanya padaku. Sambil berpikir aku berkata, "Aku bersumpah tak akan memberitahu Nyonya Li". Li Gan mendengus dengan sinis, "Dahulu kau menyembunyikan suatu hal yang seharusnya diketahui olehnya, aku benar-benar mempercayai sifatmu ini. Aku jelas lebih dahulu bertemu dengannya dari kaisar, tapi aku kalah selangkah darimu, terlambat selangkah berarti luput seumur hidup, kau paham?" Di dalam nada suaranya yang sedih muncul rasa geram. Aku jeri mendengar nada suaranya, "Setelah aku menipumu, bagaimana kau tahu bahwa Nyonya Li adalah wanita yang kau cari?" Di mata Li Gan nampak rasa sedih dan girang sekaligus terkejut, "Suatu hari ketika masuk istana, aku kebetulan melihatnya memakai sehelai sapu tangan yang serupa, walaupun warnanya tak sama, namun sulaman huruf "li" yang mirip sulur-sulurannya persis sama. Saat itu aku seperti disambar geledek, tertegun tak kuasa berkata apa-apa, saat itu aku baru sadar bahwa aku sangat bodoh. Di dunia ini kecuali dirinya, apakah ada wanita bermarga Li lain yang begitu menawan" Di mataku ia benarbenar bagai bidadari di tengah air, saat ia bersenda gurau dengan cerdas dengan kaisar, aku sudah jatuh cinta padanya, hanya saja saat itu?"hanya saja saat itu aku tak berani jujur pada sendiri, sampai melihat sapu tangan itu, aku baru sadar akan apa yang telah terlewatkan olehku, dan semua ini terjadi karenamu, kenapa kau sengaja membohongiku" Langit telah memperbolehkanku melihat huruf "li" itu, tapi kenapa begitu terlambat" Jin Fangzhu, menurutmu seharusnya aku membencimu atau tidak?" Tubuhku terasa agak dingin. Saat itu aku tak memberitahunya keadaan yang sebenarnya dan sama sekali tak menyangka bahwa hari ini ia akan begitu marah. Andaikan seorang wanita yang begitu cantik dapat bertemu dengan Li Gan, putra keluarga Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo terkemuka yang tampan dan berbakat, serta tergila-gila padanya, entah ia akan memilih masuk ke istana yang berbahaya atau tidak. Tapi Li Yan sama sekali bukan wanita biasa yang hanya mencari seorang suami yang baik, ia tak akan memilih Li Gan. Akan tetapi masalah ini berputar kembali, dan ternyata kembali ke takdir yang telah digariskan. Aku tak lagi berani memandang wajahnya, sambil menunduk aku berkata, "Karena keadaan sudah seperti ini, semuanya tak bisa dikembalikan seperti sediakala lagi, tapi kumohon padamu agar jangan mencelakai Nyonya Li, tahukah kau bahwa huruf "li" di lengan bajumu hari ini dapat mengundang bencana besar" Huruf 'li" itu sangat unik, orang yang pernah melihatnya tak akan melupakannya. Aku tak tahu kaisar pernah melihatnya atau tidak, tapi tak perduli apakah ia pernah melihatnya atau tidak, kau tak boleh menempatkan Nyonya Li yang tak tahu apa-apa dalam situasi yang begitu berbahaya". Suara Li Gan terdengar murung, "Aku tak akan mencelakainya. Hari ini aku ceroboh dan mengenakan pakaian yang salah, aku akan membakar semua pakaian dan benda-benda lain yang bersulamkan huruf "Li" itu, sejak saat ini huruf itu hanya akan terukir dalam hatiku". Aku cepat-cepat menghormat padanya, lalu segera berlari ke arah Huo Qubing. Huo Qubing bertanya, "Wajah kalian berdua sama-sama tak enak dilihat, sebenarnya bagaimana kau telah membuat Li Gan tersinggung?" Aku menahan senyum, "Sedikit salah paham, sekarang sudah dijelaskan". Huo Qubing memandangku tanpa berkata apa-apa, di biji matanya yang hitam legam sinar dan bayangan saling bercampur, entah apa yang sedang dipikirkannya. Dengan mulus Li Yan melahirkan seorang putra, Han Wudi memberinya nama Bo, selain itu ia memberi banyak hadiah pada Putri Pingyang, serta Li Yannian dan Li Guangli kakak beradik. Mengingat posisi putra mahkota masih kosong, orang-orang ambisius di istana mau tak mau mulai menebak-nebak apakah putra tertua yang dilahirkan Permaisuri Wei, Liu Ju, akan masuk ke Istana Timur , atau Liu Bo yang begitu disayang itu. Ada yang berpendapat bahwa karena kekuatan keluarga Wei di istana besar, Liu Ju memiliki kesempatan yang lebih baik, namun ada yang berpendapat sebaliknya, keluarga Wei bersandar pada Permaisuri Wei yang memperoleh cinta kaisar sehingga perlahanlahan bisa menjadi besar seperti saat ini, namun di masa datang, bukankah keluarga Li juga dapat melakukan hal yang sama" Lagipula, watak sang putra tertua, Liu Ju, sangat berbeda dengan kaisar, walaupun saat ini kaisar masih menyukainya, setelah ia dewasa, mungkin kaisar tak akan suka padanya. Arus bawah bergolak dengan liar di istana, namun keluarga Wei tetap berdiam diri, semua berjalan seperti biasa, bahkan Jenderal Wei Qing sampai masuk ke istana untuk memberi hadiah pada Li Yan secara pribadi dan memberi selamat atas kelahiran Liu Bo. Li Cai, Li Gan dan anggota keluarga-keluarga terkemuka lain di istana pun tak berkata apa-apa dan hanya berebut memberi selamat atas kelahiran Liu Bo. Di tengah suasana yang ramai itu, ketika Liu Bo belum genap berumur sebulan, Han Wudi mengumpulkan menteri-menterinya dan mengumumkan bahwa sang putra tertua Liu Ju diangkat menjadi putra mahkota. Kejadian itu terjadi dengan tiba-tiba, namun masuk akal. Bagaimanapun juga perang dengan Xiongnu dapat pecah sewaktu-waktu, kalau Liu Ju tak diangkat sebagai putra mahkota, bagaimana Liu Che dapat memastikan bahwa Wei Qing, Gongsun He dan Huo Qubing akan sepenuhnya setia padanya" Maklumat pengangkatan putra mahkota baru saja diumumkan, namun Li Yan yang belum lama melahirkan dan sedang memulihkan diri tiba-tiba sakit keras, setelah tak sadarkan diri tiga hari tiga malam ia baru dapat siuman dengan pertolongan tabib istana. Karena putus asa, Liu Che bersedia melakukan apapun, dengan tak berdaya ia menyuruhku masuk istana untuk membisikkan nama Li Yan di telinganya. Saat ada orang, aku hanya berbisik, "Niangniang", padanya, tapi saat tak ada orang, aku berkata, "Li Yan, masa kau sudi berpisah dengan putra yang baru kau lahirkan" Kau masih punya kesempatan, masa akan kau siasiakan begitu saja?" Ketika Li Yan siuman, wajah Liu Che nampak amat girang, sangat berbeda dengan wajahnya sebelum ini yang penuh kekhawatiran, ia sama sekali tak menutup-nutupi kecemasannya. Kupikir bahwa lelaki ini, lelaki yang menguasai seluruh kolong langit ini benarbenar mencintai Li Yan dan takut kehilangan dirinya. Saat memandang Liu Che, Li Yan tersenyum sambil menangis, tak nyana, ia sama sekali tak menghindari kami, ia mencium tangan Liu Che dengan lembut dan menyusup ke dalam pelukannya, enggan berpisah, dengan mengumam ia berkata, "Aku sangat takut tak bisa bertemu denganmu lagi". Seketika itu juga, tubuh Liu Che terguncang, ia memandang Li Yan dengan terpana, pandangan matanya penuh kasih sayang, rasa kasihan dan penyesalan. Mendadak tubuhku gemetar, aku menatap Li Yan, apa kau........apa kau benar-benar sakit" Atau apakah kau sengaja membuat dirimu sendiri jatuh sakit" Aku baru saja kembali ke rumah, aku kecapaian dan ingin langsung berbaring, akan tetapi tak nyana, Li Gan sedang menungguku di dalam rumah, dengan tak berdaya, Hong Gu yang menemaninya berkata, "Tuan Muda Li sudah menunggumu seharian penuh". Aku mengangguk-angguk, lalu memberi isyarat dengan mataku agar ia pergi. Setelah melihatnya keluar, Li Gan segera bertanya, "Apa ia sudah sadar" Apakah ia baik-baik saja" Dia?".." Suara Li Gan agak gemetar, bicaranya terbata-bata. Aku segera berkata, "Sudah sadar, kau jangan khawatir, kata tabib istana, ia hanya perlu merawat diri dan dalam sekitar dua bulan tubuhnya akan pulih kembali". Rasa khawatir yang memenuhi wajah Li Gan perlahan-lahan menghilang, namun wajahnya masih nampak sedih. Hidup Li Yan berada di ujung tanduk, namun dirinya hanya dapat duduk di sini saja dan dengan khawatir menunggu kabar tentangnya. Langit menjadi gelap, ruangan itu pun perlahan-lahan menjadi gelap, namun ia terus duduk dengan tenang, tak bergeming dan tak bersuara, aku pun terpaksa menemaninya. Setelah amat lama, di tengah kegelapan terdengar seseorang mengumam, suaranya amat lirih, namun amat tegas, "Kalau ini yang diinginkannya, aku bersedia membantunya dengan sekuat tenaga untuk mewujudkan keinginannya, asalkan ia tak jatuh sakit lagi". Aku bersandar pada bantalan, diam tak bersuara. Li Yan, kalau sakitmu ini hanya suatu kebetulan, Langit sepertinya mengasihanimu, tak nyana, sakitmu ini membuat seorang lelaki berhati baja merasa menyesal, dan membuat seorang lelaki lain bersumpah setia padamu. Li Gan adalah putra satu-satunya Jenderal Li Guang, kedudukannya di keluarga Li sangat penting, keputusannya pasti akan memperngaruhi haluan politik seluruh keluarga itu. Tapi kalau ini bukan hanya kebetulan belaka, maka siasat yang kau jalankan ini benar-benar mengejutkanku, seseorang yang baru saja menjadi seorang ibu, ternyata dapat mempertaruhkan nyawanya. Seseorang yang begitu telengas, bahkan terhadap dirinya sendiri" Dalam hatiku mulai muncul rasa jeri. Ketika aku dan Li Yan masih tenggelam dalam pikiran masingmasing, sekonyong-konyong pintu ruangan itu didorong hingga terbuka, aku dan Li Gan terkejut, lalu segera bangkit. Dengan wajah masam, Huo Qubing memandang kami, lelaki dan perempuan yang belum menikah berada dalam satu kamar saja sudah cukup jelek, dan kami malahan sama sekali tak menyalakan lentera, duduk saling berhadapan di kegelapan, benar-benar sulit dijelaskan. Li Gan memandang wajah Huo Qubing, di tengah kegelapan pun muncul seulas senyum, ia tersenyum kepadaku sambil menggeleng-geleng, setelah menjura untuk menghormat pada Huo Qubing, tanpa berkata apa-apa ia langsung melangkah keluar. Huo Qubing berusaha untuk mengendalikan dirinya, lalu bertanya, "Kapan kalian menjadi begitu akrab" Kau sudah lama begitu kelelahan di istana, masa beristirahat pun kau tak mau?" Aku sudah tak tidur dua hari dan dua malam, aku amat kelelahan, barusan ini karena Li Gan aku berusaha tetap bangun, tapi sekarang tanpa memperdulikan apapun, tubuhku ambruk ke belakang, dengan sembarangan aku menarik sehelai selimut dan menutupi diriku dengannya, "Aku capai sekali, biarkan aku tidur dulu, nanti kalau kau ingin memukul atau menghukumku, terserah". Untuk sesaat Huo Qubing tertegun, lalu seulas senyum perlahanlahan muncul di wajahnya, ia melangkah ke sisi bangku dan duduk. Ketika sedang setengah sadar, aku mendengarnya berbisik di telingaku, "Kau begitu percaya padaku, tapi aku agak tak percaya pada diriku sendiri, bagaimana kalau aku tak bisa menguasai diriku sendiri, mungkin"..mungkin aku akan"..mengerjaimu?"" Napasnya yang seakan ada dan tiada menyapu wajahku, bibirnya sepertinya menempel di pipiku, tapi aku begitu kecapaian sehingga tenggelam di alam mimpi yang gelap, sama sekali tak bisa berpikir. Saat terbangun, sudah tengah hari, aku memejamkan mataku dan kembali tidur, namun pikiranku tiba-tiba melayang ke bisikan yang seakan ada dan tiada kemarin itu, dengan terkejut aku tibatiba duduk di bangku. Aku menunduk, namun pakaianku masih utuh, hanya sepatuku telah dicopot dan diletakkan di depan bangku. Aku duduk sambil tertegun, sisi bangku telah kosong, sebenarnya aku bermimpi atau tidak" ---------------------Yuanyang Teng tak mengecewakanku, ruji penuh warna emas dan perak, rimbun melimpah ruah, kesemarakannya membuat para tukang kebun terkejut, mereka tak paham bagaimana caraku memelihara mereka. Sebenarnya sangat mudah, setiap hari aku memohon pada mereka, tanaman paham perasaan manusia, mungkin mereka tahu perasaanku dan ikut menantikan kedatangan lelaki itu, dan berharap harapanku menjadi kenyataan. Jiu Ye mendorong kursi rodanya, aku berjalan dengan perlahan di sisinya, menemaninya. Walaupun jalanku perlahan, namun jantungku melonjak-lonjak seakan akan melompat keluar. "Yu Jiejie!" Xiao Feng yang mengikuti di belakangnya berteriak keras-keras, "Ah!", ujarku, aku menenggok memandangnya, "Berisik! Memangnya aku tak punya kuping!" "Kalau begitu, kenapa kau tak menjawab pertanyaan Jiu Ye?", tanya Xiao Feng. Hatiku jeri, aku tak berani beradu mulut dengan Xiao Feng lagi, dengan jengah aku memandang Jiu Ye, "Barusan ini aku tak mendengarnya, apa yang kau tanyakan padaku?" Dengan geli Jiu Ye bertanya, "Apa yang kau pikirkan" Aku bertanya, kapan kau dan Tianchao dan yang lainnya menjadi begitu akrab" Kau sendirian mengundangku, namun mereka bertiga mendukungmu, seakan kalau aku tak berjalan-jalan di tamanmu aku mengundang kemarahan semua orang". "Entah kenapa mereka bertiga membantuku" Mungkin mereka sedang menanam budi baik, dan kelak akan menggunakannya untuk memerasku", Selagi berbicara, kami telah tiba di tamanku, aku berpaling memandang Shi Feng, Shi Feng membuat wajah lucu ke arahku, lalu berkata pada Jiu Ye, "Jiu Ye, sebelumnya ketika datang ke tempat kakak Yu aku belum sempat melihat-lihat, hari ini aku ingin pergi melihat-lihat ke tempat lain dulu, aku ingin melihat rumah hiburan nomor satu di Chang"an sebenarnya seperti apa". Jiu Ye tersenyum dan berkata, "Pergilah!" Setelah membuat isyarat tangan yang berarti uang ke arahku, Shi Feng berlari pergi. Seluruh taman dipenuhi keharuman bunga, begitu mendorong pintu hingga terbuka, Jiu Ye bertanya dengan suara pelan, "Apakah kau menamam bunga Jinyin?" Aku tersenyum ke arahnya dengan tegang, tak menjawab. Yuanyang Teng daunnya rimbun dan bunganya mekar dengan semarak. Di bawah sinar mentari musim panas, cemerlang bagai emas, putih bagai perak, hijau bagai batu kumala, sinarnya berkilauan, saling kontras satu sama lainnya, keindahannya menggerakkan hati. Jiu Ye memandangnya dengan seksama untuk beberapa saat, "Kau telah berusaha keras merawat mereka, untuk membuat mereka mekar dengan begitu bagus tentunya kau telah tak sedikit berjerih payah". Aku menatap bunga di ruji itu, ketegangan yang telah kurasakan beberapa hari ini perlahan-lahan lenyap, pikiranku menjadi tenang, "Bunga Jinyin mempunyai sebuah nama lain, apa kau tahu?" Jiu Ye terdiam untuk beberapa lama, "Karena di musim dingin mereka masih hijau, mereka juga disebut "Tahan Musim Dingin'. Aku tersenyum getir, sambil bertumpu pada kursi rodanya, aku perlahan-lahan berjongkok dan menatapnya dengan tajam, "Sebenarnya apa yang kau hindari" Kenapa kau tak menyebutkan nama lainnya" Karena bunga mereka saling membelit, seperti sepasang bebek mandarin yang sedang menari, orang menyebut mereka "Yuanyang Teng?". Jiu Ye tersenyum dan berkata, "Untuk sesaat aku lupa nama mereka, hanya ingat namanya sebagai obat-obatan. Hari ini kau mengundangku datang ke taman bukan hanya untuk melihat bunga, bukan" Aku ingat pohon liu di tepi danau kalian indah, ayo berjalan-jalan di tepi danau". Aku mengenggam tangannya yang hendak memutar roda kursi roda, "Aku benar-benar cuma mengundangmu melihat bunga, aku tak perduli apakah kau akan menertawakanku atau tidak, hari ini aku ingin memberitahukan isi hatiku padamu. Aku sengaja menanam Yuanyang Teng ini untukmu, aku menanamnya musim gugur dua tahun lalu, sekarang dua tahun sudah berlalu. Jiu Ye, aku......aku suka padamu, aku ingin menikah denganmu, di kemudian hari aku ingin melihat bunga bersamamu, dan bukan aku sendirian yang melihat mereka menari bersama". Tangan Jiu Ye gemetar pelan, jari-jarinya dingin bagai es, ia menatap sepasang mataku, rasa sedih, iba sampai takut bercampur aduk menjadi satu, aku tak bisa memahaminya. Tanganku yang mengenggam tangannya berubah menjadi dingin. Dengan memohon-mohon aku memandangnya, "Kuberikan hatiku padamu, simpanlah baikbaik......simpanlah.......baik.......baik". Mendadak, Jiu Ye menarik tangannya dari genggamanku, ia menghindari tatapan mataku dan hanya menatap Yuanyang Teng di hadapannya, ia berbicara dengan terbata-bata, dengan perlahan dan sukar, seakan untuk mengucapkan setiap kata ia harus menggunakan segenap tenaganya, "Aku tak biasa menemani orang lain melihat bunga, kurasa kau akan dapat menemukan seseorang yang dapat menemanimu melihat bunga". "Bruk!", hatiku terjatuh dan seketika itu juga hancur berkepingkeping. Tanganku sudah terlanjur mengapai-gapai di udara, aku Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo hendak meraih sesuatu namun telapak tanganku kosong, benarbenar sebuah postur yang aneh. Ia mengangsurkan tangannya, hendak mendorong kursi roda, namun tangannya seakan lemas tak berdaya, ia mendorong beberapa kali, namun kursi roda sama sekali tak bergerak. Aku mencengkeram lengan bajunya dan bertanya, "Kenapa" Apakah selama ini aku bertepuk sebelah tangan" Apakah kau sama sekali tak punya perasaan terhadapku" Apa yang kau takuti" Kakimu" Aku tak pernah memperdulikan hal-hal seperti itu. Jiu Ye, seseorang dapat berjalan jauh dalam hidupnya bukan karena kakinya, melainkan karena hatinya". Jiu Ye melengos, tak mau melihatku, sedikit demi sedikit ia menarik keluar tangannya yang berada dalam genggamanku, mulutnya terus menerus berkata, "Yu Er, kau begitu baik, pasti akan ada orang yang bersedia menemanimu melihat bunga". Aku memandang lengan jubahnya perlahan-lahan keluar dari genggamanku, namun sama sekali tak berusaha mencegahnya. Ternyata memang ada orang yang lebih sukar ditangkap dari awan yang melayang-layang. Sebuah suara yang amat dingin terdengar, "Sebenarnya memang ada seseorang yang bersedia menemaninya melihat bunga". Aku tak bergeming, hanya memandangi tanganku sendiri. Bagaimana ia dapat menolakku dengan begitu kejam" Menolakku dan menolakku lagi. Sebenarnya kesedihan terbesar bukanlah patah hati melainkan rasa putus asa yang tiada akhir. Huo Qubing berjalan ke hadapan Jiu Ye, "Meng Jiu majikan Perusahaan Shi?" Sikapnya angkuh namun wajahnya pucat pasi. Jiu Ye menjura ke arahnya, dengan ekspresi wajah yang rumit ia melirikku, dengan wajah yang semakin pucat ia berpaling ke arahku dan berkata, "Yu er, temanmu datang, aku pergi dulu". Ia mendorong kursi rodanya, hendak berlalu. Huo Qubing berkata, "Namaku Huo Qubing". Seketika itu juga, kursi roda Jiu Ye yang sudah bergerak ke depan berhenti, "Aku sudah lama mendengar nama besar anda, hari ini aku beruntung dapat bertemu dengan anda, aku merasa sangat mendapat kehormatan". Namun ia sama sekali tak berpaling. "Dia sudah pergi", kata Huo Qubing dengan hambar. Aku masih tak bergeming, Huo Qubing menarikku, namun aku mengibaskan tangannya dan menjerit, "Jangan campuri urusanku! Siapa yang memperbolehkanmu seenaknya masuk ke rumahku" Keluar!" Tangan Huo Qubing mendadak mengepal, lalu menghantam ruji Yuanyang Teng, "Apa kau lupa kau telah mengundangku melihat bunga" Yuanyang Teng" Kau cuma memberitahuku bahwa namanya Bunga Jinyin". Batang-batang bambu patah, Yuanyang Teng bergoyang-goyang lalu ambruk ke tanah dengan suara keras. Dengan tak percaya aku menggeleng. Kenapa mereka ambruk" Jerih payah selama dua tahun, kenapa bisa dengan begitu mudah hancur" Apakah sebuah mimpi telah sirna" Dengan penuh kebencian aku memandang Huo Qubing, sepertinya ia pun terkejut, dengan terpana ia memandang sulur yang terhampar di tanah itu, matanya nampak kebingungan, "Yu er, apakah menurutmu sulur yang saling membelit ini seperti hidup manusia?" ------------------Walaupun aku telah menyuruh tukang kebun untuk dengan sebisanya menyelamatkan Bunga Jinyin, namun karena batang utamanya telah terluka, bunganya satu demi satu melayu, dan daunnya helai demi helai menguning. Aku melihat mereka dari hari ke hari mati dan merasa bahwa hal-hal dalam hatiku yang selama ini kupercayai pun sedikit demi sedikit lenyap. Ketika Hong Gu melihatku hanya memandangi bunga saja dan sama sekali tak menjawab pertanyaannya, ia memanggilku dengan suara pelan. Dengan wajah tanpa ekspresi aku berkata, "Suruh mereka pulang, aku tak ingin menemui tamu". Dengan jengah Hong Gu berkata, "Mereka sudah datang tiga kali, kali bahkan Tuan Wu yang sedang sakit pun datang. Yu er, kalau kau memandang mukaku, temuilah mereka". Aku menciduk air dari tahang air, lalu dengan hati-hati menyiramkannya ke Yuanyang Teng. Maafkan aku, pertengkaran diantara kami manusia telah membuat kalian yang tak berdosa ini menderita. Hong Gu berjongkok di depanku, "Tuan Wu pernah menolongku, Perusahaan Shi adalah majikan lamaku, sekarang tiga orang terpenting di Perusahaan Shi sudah menunggu seharian di muka pintu, di Chang"an belum pernah terjadi sesuatu seperti ini. Yu er, kumohon padamu, cepat temui mereka". Sepertinya kalau aku tak menjawab, Hong Gu akan terus memohon-mohon. "Persilahkan mereka masuk". Aku menyiramkan sisa air ke tanah. Aku menghormat pada Jinyan, Shenxing dan Tianchao, begitu Jinyan hendak berbicara, Shenxing meliriknya dan ia pun segera menutup mulutnya. Tianchao berkata, "Xiao Yu, apakah kau ingin memisahkan diri dari kami Perusahaan Shi, dan sejak saat ini tak mau menemui kami lagi?" Aku sangat ingin menjawabnya sambil tersenyum, seakan tak terjadi apa-apa, namun aku tak dapat bersikap acuh tak acuh. Aku menarik napas dalam-dalam, lalu berkata dengan suara serak, "Tanpa memperdulikan keadaan keuangannya, Jiu Ye Golok Naga Kembar 5 Pendekar Kembar 6 Cumbuan Menjelang Ajal Pinangan Iblis 2