Next Love Karya Rainsy92 Bagian 1
?"Title : Next Love Genre : Romance, Drama, Family .
Main Cast : Kim Family ( Kim Jin Woo " Winner " , Kim So Eun, Kim Rae Won, Kim Tae Hee )
. Support Cast : Kim Sang Bum, all member Winner, and any more.
Author : Rainsy92 "FB : Nunk Lucifergirl
Sinopsis : Jin Woo dan So Eun dulunya, dimasa SMA-nya adalah sepasang kekasih yang sangat tidak
cocok sama sekali. Pasalnya, setiap kali bertemu atau pasangan lain namai dengan kata
"berkencan" , mereka selalu berkelahi.
Si genius So Eun yang menduduki bangku kelas 3 SMA dan Si flower boy Jin Woo yang baru
masuk ke kelas 1 di SMA yang sama, dipertemukan dengan segala perbedaan mereka yang
sangat mencolok dimata umum, entah bagaimana ceritanya hingga mereka dapat menjalin
sebuah hubungan "pacaran" dalam kurun waktu 1 bulan saja, hanya satu bulan" Ya! tepat
satu bulan, meski jelas itu sebentar, namun bagi So Eun yang sejak awal tidak terlalu
menyukai kue browniesnya itu tentu terasa bagaikan satu tahun lamanya. Karena ia harus
memutuskan untuk berkuliah keluar negeri terlebih dulu demi mengakhiri hubungan yang
justru kekeuh dipertahankan oleh Jin Woo.
Dua tahun kemudian, mereka berdua dipertemukan kembali oleh takdir.. Namun bukan
dalam ruang lingkup suasana sekolah, melainkan suasana rumah. Ayah So Eun ( Kim Rae
Won ) dan ibu Jin Woo ( Kim Tae Hee ) memutuskan untuk menikah, sehingga dengan
terpaksa menyatukan ke dua mantan pasangan ini ( So Eun dan Jin Woo ) harus tinggal
satu atap. Ini berkah bagi Jin Woo, tapi musibah untuk So Eun.
*** Lonceng tanda pulang sekolah baru saja dibunyikan, ratusan siswa dan siswi dari dalam
kelas mereka masing-masing, berbondong-bondong menyerbu gerbang utama sekolah
umum tingkat akhir itu. Namun ada pemandangan berbeda tepat didepan kelas 1A.4 yang
memperlihatkan beberapa gadis dengan wajah manis berkerumun didepan kelas. Tepat
saat Kim Jin Woo keluar dari kelas yang baru dihuninya sejak satu bulan yang lalu, suara
riuh teriakan kekaguman menggema diseluruh lorong kelas. Gadis-gadis itu, sengaja
mengesampingkan rasa lelah ingin segera beristirahat dirumahnya hanya demi mengantar
Jin Woo pulang, walau pun hanya sampai didepan halte bus saja. Karena faktanya, Jin
Woo selalu memagari pengagum-pengaggumnya itu untuk lebih tahu secara dalam tentang
kehidupan pribadinya. "Jin Woo, jangan lupa ya nanti hubungi aku dinomor ini!" ucap salah seorang gadis
menyodorkan secarik kertas bertuliskan angka ponsel pada flower boy yang selalu
Onion Of Love (9) FF Special (13) Fabel (1) Fanfiction (39) Fanfiction Action (18) FF Saeguk (23) Lyric Melody (3) Pengetahuan (6) FF Fantasy (25) For Love One House (12) Indonesia punya cerita (36)
Simple Fanfiction (8) T he Only Earth (11) "dikerubuti lebah twiler itu. Jin Woo yang kedua lengannya dirangkul kesana kemari oleh
gadis lain hanya dapat menganggukan kepalanya seraya mengulas senyum yang bagaikan
angin surga bagi gadis yang memberikan nomor ponselnya tadi.
"Jin Woo ini untukmu, tolong disimpan baik-baik ya dan jadikan dia teman tidurmu!" ucap
salah satu gadis lainnya lagi memberikan boneka berbentuk hati pada pria yang suka sekali
memakai hoodie itu. "Baiklah, aku terima. Sekarang, bisakah kalian melepaskan aku noona-noona" Karena busku akan segera datang." ujarnya mengakhiri rangkulan yang sejak tadi menggelayuti
jemari, lengan, bahu, dan juga punggungnya.
Meski tidak rela melepas Jin Woo menjauh pergi dari mereka, namun akhirnya mereka
harus tetap menerima perpisahan itu, toh masih ada hari esok dan esoknya lagi. Jin Woo
melambaikan tangannya sebagai salam perpisahan untuk para gadis yang didominasi oleh
kakak-kakak kelasnya itu seraya mengerlingkan sebelah matanya menggoda, membuat
teriakan takjub dengan ketampanan pria itu kembali menyeruak hingga sampai ditelinga
seorang gadis berseragam sama yang tengah duduk seorang diri dihalte bus, tempat yang
akan Jin Woo tuju. Karena enggan mendengar lengkingan teriakan yang dianggap berlebihan itu, Kim So Eun
memasang earphone putih dikedua telinganya lalu menyalakan musik dengan volume
tinggi untuk meredam teriakan itu. Dan saat sepasang mata Jin Woo beralih menatap
makhluk cantik didepannya, semilir angin musim semi yang membawa bunga cherry
blossom berguguran datang menyapa mereka. Awalnya, Jin Woo dan So Eun hanya saling
diam meski posisi duduk mereka saling berdekatan. Sayup-sayup Jin Woo mendengar
suara emas G-Dragon yang So Eun gunakan untuk menyumpal telinganya, Jin Woo yang
penasaran memutuskan untuk bertanya.
"Itu Black-nya GD feat Jennie Kim bukan" Kau menyukai lagu dari leader Bigbang juga""
Tanyanya sekaligus bertegur sapa. Merasa ditanya, So Eun melepas satu earphone-nya lalu
menoleh ke samping tepat ke arah manik mata Jin Woo.
"Ya, sama halnya seperti gadis-gadis yang mengerumunimu tadi juga menyukai musik yang
sama denganku." sahutnya kembali memasang earphone yang sempat ia lepas tadi, namun
sedetik kemudian Jin Woo melepasnya lagi dan memasangkan ke telinga kirinya sendiri.
"Gadis-gadis itu .. Adalah noona-noona yang agresif, dia memberikan banyak barang
untukku. Padahal aku saja tidak tahu nama mereka." ujarnya tersenyum miring, "Padahal
aku belum menjadi adiknya G-Dragon Bigbang, tapi fansku sudah menjamur disini."
lanjutnya terdengar seperti sedang menyombongkan diri. Namun So Eun yang mendengar
celotehannya tak mau ambil pusing. Ia segera beranjak berdiri begitu melihat bus yang
akan mengantarnya pulang datang, membuat earphone ditelinga Jin Woo secara otomatis
terlepas. Begitu mengetahui mobil bus yang So Eun tunggu adalah bus yang sama dengannya, Jin
Woo bergegas mengekor dibelakang So Eun yang sudah lebih dulu menaiki kendaraan
umum itu. Saat didalam bus pun, Jin Woo memilih untuk duduk disamping So Eun yang
berada dibaris paling belakang, padahal masih banyak kursi yang kosong didepannya.
Pandangan Jin Woo terfokus pada sebelah earphone yang masih menggantung
mengganggur dibahu So Eun yang lebih nyaman memandangi jalanan Seoul dari balik
jendela bus ketimbang harus menatap pria tampan yang duduk disampingnya. Dan tanpa
meminta izin lebih dulu Jin Woo kembali mengenakan earphone itu ke telinganya,
rupanya Jin Woo juga sangat menyukai salah satu karya G-Dragon itu. Hingga bukan hal
yang aneh jika ia ingin mendengarkan juga lagu idolanya yang diputar So Eun.
"Aku pikir, hanya gadis muda seusiaku dan dibawahku saja yang selalu bersikap
kecentilan. Tapi ternyata, gadis tua pun membuatku kualahan karena keagresifannya."
Celetuk Jin Woo yang dibalas tolehan tajam oleh So Eun.
"Gadis tua katamu""
"Iya, gadis tua .. Gadis yang usianya diatasku. Seperti noona-noona disekolah kita tadi,
mereka lebih liar dibanding gadis yang memanggilku Oppa. Bahkan meski menyadari
usianya diatasku, ada saja noona yang tetap memanggilku Oppa. Hahaha .. Itu lucu
bukan!" lanjutnya tertawa renyah, namun So Eun justru memasang wajah ketusnya
dengan kembali mengalihkan pandangannya pada jendela bus disamping kanannya.
Menyadari guyonan dari celotehannya tidak berhasil membuat gadis imut disampingnya
tertawa, tawa lebar diwajahnya pun perlahan Jin Woo kendurkan. "Ehm, tidak lucu ya""
ujarnya memasang kembali sikap cool diwajahnya.
"Menurutmu" Jika kau tidak menyukai noona-noona itu, lalu untuk apa kau memberikan
banyak perhatian pada mereka" Itu namanya memberi akses untuk mereka tetap
menganggapmu spesial." balas So Eun tanpa melihat wajah lawan bicaranya sedikit pun.
Jin Woo kembali berdehem, menyadari bahwa semua yang gadis disampingnya katakan
adalah benar adanya. Lagi pula, Jin Woo adalah tipe pria yang suka sekali diperhatikan
oleh banyak orang dan jika sikap tebar pesonanya itu ia hentikan untuk para gadis,
rasanya ia akan kehilangan separuh jiwanya. Kecuali ...
"Menurutmu, bagaimana"" tanya Jin Woo menghadap So Eun dengan kedua tangannya
yang sibuk merapihkan tatan rambutnya.
"Bagaimana apanya""
"Apa pendapatmu tentang diriku"" paparnya memperjelas maksud pertanyaannya barusan.
Dengan malas, So Eun melihat kilas ke samping dan mendapati Jin Woo tengah
mengerlingkan mata padanya.
"Tampan dan .. Eum, dan .."
"Dan apa"!" sela Jin Woo antusias tak sabar menunggu hasil dari babak penentuan.
T ak Berkategori (10) ""Dan menderita syndrom percaya diri akut." ulas So Eun melanjutkan kalimatnya.
Jin Woo yang seolah mendengar pujian terakbar dari bibir manis gadis disampingnya
melonjak girang, "Yes!! Aku menderita syndrom .. Apa kau bilang tadi"" tanya Jin Woo lagi
setelah menyadari bahwa sepertinya ada sesuatu yang salah dari ucapan yang telinganya
tangkap. Mana mungkin bukan, gadis cantik disampingnya baru saja menghinanya dengan
memvonis bahwa Jin Woo menderita sebuah penyakit bernama, "Syndrom percaya diri
akut kau bilang"" ucapnya melemah dengan kembali duduk ditempatnya semula, So Eun
mengangguk enteng. "Sejak tadi kita belum berkenalan, namaku Jin Woo, Kim Jin Woo kelas 1A.4 calon adik
dari G-Dragon Bigbang. Dan siapa namamu" Kau kelas 1 apa"" ujarnya mengalihkan
pembicaraan lewat proses perkenalan secara resmi dengan mengulurkan tangannya tepat
dihadapan So Eun yang masih betah dengan sikap dinginnya.
Gadis itu menatap telapak tangan didepannya kilas lalu beralih menatap wajah sang
pemilik tangan. Seraya tangannya yang menjabat tangan Jin Woo, ia berujar.
"Perkenalkan, namaku Kim So Eun, kelas 3A.1 .. Senang bisa berkenalan denganmu adik
kelas!" ujarnya yang berhasil membuat Jin Woo terkena serangan struk mendadak.
"Ja-jadi, kkau .."
"Ya, benar. Aku adalah salah satu gadis tua yang menjadi kakak kelasmu .." potong So Eun
mempertegas identitasnya.
Bagai terkena kilatan petir dihari yang cerah, mata dan mulut Jin Woo terbuka lebar
mendengar pengakuan dari gadis imut disebelahnya.
"Ini tidak mungkin, bagaimana bisa gadis semanis dirimu menjadi kakak kelasku""
gumamnya yang nampak masih syok. So Eun tersenyum miring lalu kemudian menunjukkan
kartu siswa miliknya pada Jin Woo yang sudah seperti manekin hidup.
"See, kau lihat bukan" Berapa tanggal lahirku" Biar ku perjelas, tak semua gadis tua yang
kau cap agresif itu benar-benar agresif dan kekanakan. Kau mengerti adik"" tuturnya
mengacak gemas rambut Jin Woo sebelum beranjak berdiri lalu kemudian keluar dari dalam
bus. Jin Woo menepuk dahinya keras, berusaha menutupi rasa malunya dengan menutup
wajahnya menggunakan kelima jarinya kemudian. "Mati kau Kim Jin Woo !!" rutuknya
bergumam. *** "Pertemuan pertama, adalah tolak ukur yang sangat berpengaruh pada apa yang akan
terjadi di pertemuan kedua, dan yang berikutnya." -Kim Jin Woo, Next Love.
To be continued .. ?"Setelah kejadian memalukan itu, Jin Woo mulai mengubah presepsinya. Bahwa ternyata,
gadis yang usianya diatas Jin Woo tidak semuanya memiliki sifat yang sama. dan Kim So
Eun adalah satu-satunya gadis yang berhasil mengalihkan dunia Jin Woo sejak pertemuan
pertama mereka. Halo, adalah kata sapaan yang akan pertama kali kita ungkapkan pada seseorang yang ingin
kita kenal, dan ingin kita ketahui keadaannya. Tidak mungkin ada perkenalan tanpa
adanya kata Halo, dan tidak akan mungkin ada rasa suka bila kita tidak saling mengenal.
*** Pagi itu, setiap siswa maupun siswi penghuni kelas 3A.1 lebih dulu melempar
pandangannya ke arah lapang, sebelum memasuki pintu kelas mereka yang terbuka lebar.
Sora, teman sekelas So Eun yang baru saja kembali dari kantin, teralih perhatiannya pada
sosok pria tampan yang tengah berdiri hanya dengan satu kaki, dengan kedua tangannya
yang memegangi sepasang telinganya. Dan juga sebuah kertas karton bertuliskan
"Mianhae Noona!" yang melingkar dileher adik kelasnya itu membuat Sora mempercepat
langkahnya memasuki kelas.
Di dalam kelas, So Eun tengah duduk dikursinya dengan membolak-balikkan halaman buku
pelajaran yang sepertinya sama sekali tidak ia pelajari. Sepasang tangan lentik yang tibatiba saja mendarat diatas halaman bukunya membuat So Eun mau tidak mau
mendongakkan kepalanya, dan mendapati Sora tengah menatapnya dengan sorot mata
tajam. "Ada apa"" Tanyanya ketus,
"Apa kau tidak kasihan" Kim Jin Woo ! Adik kelas kita yang flower boy itu, kau hukum
sampai seperti itu" Dia sudah berdiri didepan kelas kita hampir setengah jam So Eun !"
Tegur gadis berambut ikal itu merasa iba pada Jin Woo yang rela melakukan hal konyol
seperti itu hanya demi mendapatkan maaf dari seorang Kim So Eun.
Namun masih dengan sikap dinginnya, So Eun berujar, "Biarkan saja, lagi pula bukan aku
yang memintanya seperti itu. Nanti jika dia sudah merasa lelah, adik kelas kurang ajar itu
juga pasti akan menyerah dengan sendirinya." sahutnya dengan beralih memalingkan
tubuhnya ke samping, enggan melihat wajah temannya yang merupakan salah satu dari
fans fanatik Jin Woo. Sebelah tangan So Eun yang tadinya digunakan untuk menopang
kepalanya bergerak mengisyaratkan Sora untuk pergi. Dan Sora pun hanya dapat memutar
bola matanya jengah, melihat tingkah si ranking 1 dikelasnya itu, sejurus kemudian ia
beringsut pergi keluar dari kelas. Tentu untuk menyuruh Jin Woo mengakhiri hukuman
konyolnya itu. "Aku tidak bisa noona, aku bersalah pada So Eun noona. Dan aku rasa ini hukuman yang
pantas untukku, sebelum So Eun noona sendiri yang memintaku untuk menyudahi
hukuman ini, aku tidak akan berhenti." Ungkap Jin Woo dengan bibirnya yang mengulum
Semua artikel Rainsy Library dilindungi
oleh : Rainsy Library Korean Fanfiction Pengetahuan Indonesia Story T entang Rainsy On going ! T ranslate T his Blog Kategori Onion Of Love (9) FF Special (13) Fabel (1) Fanfiction (39) Fanfiction Action (18) FF Saeguk (23) Lyric Melody (3) Pengetahuan (6) FF Fantasy (25) For Love One House (12) Indonesia punya cerita (36)
Simple Fanfiction (8) T he Only Earth (11) "senyum, Sora menghembuskan napasnya kasar lalu setelah itu bergerak menjauh dari pria
itu yang masih kekeuh untuk melanjutkan hukumannya, meski saat ini kakinya pasti sudah
mulai kesemutan. So Eun yang rupanya terganggu juga dengan ucapan Sora tadi, menutup buku
pelajarannya. Lalu kemudian bangkit berdiri, menjulurkan lehernya sedikit lebih tinggi
untuk mengintip dari jendela kelas, apakah benar adik kelas yang mengatainya gadis tua
juga kakak kelas yang agresif itu masih setia pada hukuman, yang awalnya hanyalah
sebuah keisengan So Eun saja pada saat Jin Woo menghampirinya untuk meminta maaf.
So Eun yang masih kesal dengan hinaan flower boy itu, tentu enggan memaafkannya
dengan mudah dan menyuruhnya untuk berdiri menggunakan satu kaki sementara kakinya
yang lain diangkat, juga kedua tangannya yang menjepit telinganya selama satu jam, maka
setelah itu So Eun akan mempertimbangkan permintaan maaf dari Jin Woo.
Tidak pernah So Eun sangka, ternyata Jin Woo benar-benar melakukan permintaannya.
Melihat matahari mulai terik bersinar, kemarahan So Eun sedikit mencair seiring bola
matanya yang menangkap rasa lelah dari raut wajah Jin Woo yang diperhatikannya dari
balik jendela kelas. Meski awalnya ragu, namun akhirnya kaki So Eun bergerak juga untuk
mendekati Jin Woo. Air muka Jin Woo berubah sumringah seketika melihat gadis yang membuatnya merasa
berdosa itu keluar dari dalam kelas,
"Halo noona ..!" sapanya tersenyum riang, bagi para gadis yang merupakan fans-nya Jin
Woo pasti sudah kejang-kejang sekarang jika mendapat sapaan juga senyuman mautnya
seperti tadi, beruntung So Eun bukanlah salah satu dari mereka.
"Sudahlah, menyerah saja .. Jangan siksa dirimu seperti itu." Goda So Eun tersenyum sinis
dengan menyandarkan punggungnya pada daun pintu.
"Tidak bisa, jika ini adalah satu-satunya cara agar noona mau memaafkanku, maka aku
akan terus seperti ini." tolaknya keras kepala.
"Mau sampai kapan, hum"" tanya So Eun dengan melipat tangannya didepan dada.
"Sampai kau mau memaafkanku." jawabnya singkat.
"Baiklah kalau begitu, lanjutkan .. Aku yakin sebentar lagi kau pasti akan menyerah."
Ujarnya melenggang pergi entah kemana, Jin Woo pun tidak tahu itu, yang Jin Woo
utamakan saat ini adalah bagaimana caranya agar ia dapat menyelesaikan hukumannya,
meski sebelah kakinya sudah kesemutan. Buliran keringat yang ada didahinya perlahan
Next Love Karya Rainsy92 di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
meluncur ke bawah dan jatuh tepat diatas kelopak mata Jin Woo, membuat pengelihatan
pria itu sedikit terganggu, Jin Woo mengerjapkan matanya sekali, berharap dengan cara
itu air keringatnya dapat hilang, namun yang ia rasakan justru pusing dikepala setelah
matanya sedetik lalu ia pejamkan.
Bersamaan dengan kepalanya yang terasa pusing, tubuh Jin Woo pun mulai kehilangan
keseimbangannya, hingga pada akhirnya, Jin Woo benar-benar tidak sanggup lagi untuk
berdiri disana. "Jin Woo ..!!" Tubuh Jin Woo yang lemas terjatuh tepat dipangkuan So Eun yang ternyata sejak tadi
masih memperhatikannya dari kejauhan. Samar-samar dari kelopak matanya yang terbuka
sedikit, Jin Woo mengintip sosok yang menyelamatkannya.
"Halo, noona .." Ujarnya tersenyum manis, tepat sebelum Jin Woo benar-benar kehilangan
kesadarannya. **** Saat ini So Eun dan Jin Woo tengah berada di kantin sekolah, dengan menyesap orange
juice digelasnya menggunakan sedotan, bibir Jin Woo tak henti-hentinya mengulas
senyum dengan sesekali melirik gadis manis yang duduk disampingnya, ia menggerakkan
kepalanya ke kanan dan ke kiri, sepertinya saat ini pria itu tengah bahagia atau bahkan
sangat bahagia. "Jika kau belum sarapan sama sekali, lalu kenapa kau melakukan hal itu"!" tegur So Eun
setengah membentak, masih merasa bersalah karena telah membuat adik kelas setenar Jin
Woo jatuh pingsan. Terlebih lagi saat kejadian itu terjadi, semua orang menyalahkannya.
Jika Jin Woo tidak cepat sadar, mungkin waktu itu So Eun akan habis dicakar oleh para
fans Jin Woo. "Kenapa aku melakukannya" Tentu itu aku lakukan demi mendapatkan maaf darimu
noona." sahut Jin Woo dengan wajah polosnya, So Eun mendengus, lalu kemudian
memalingkan wajahnya ke arah lain.
"Kau sudah selesai bukan" Kalau begitu aku akan pergi, aku harus kembali ke kelas
sekarang." selorohnya beranjak berdiri namun dengan gerakan cepat Jin Woo menangkap
sebelah tangannya. "Tunggu, kau mau kemana noona" Aku belum menghabiskan semua sandwich-ku, jadi
tetaplah disini menemaniku." pinta Jin Woo merengek seperti anak kecil, bergelayut
manja dilengan So Eun. Gadis itu mendesis, sedetik kemudian ia menghela napasnya berat setelah melihat pria
lain tengah berjalan menuju kantin, "Lepaskan! Aku benar-benar harus pergi dari sini."
tukasnya menghempaskan kasar tangannya dari Jin Woo dan berlalu.
Jin Woo mengernyit bingung melihat sikap kasar So Eun barusan, meski ia tahu bahwa So
Eun merupakan tipikal gadis yang acuh tak acuh, namun perlakuan tadi bukanlah So Eun
yang Jin Woo tahu. Ditengah kebingungannya, perhatian Jin Woo teralihkan pada sosok
pria yang memiliki postur tubuh lebih tinggi darinya menghampiri sebuah meja untuk
T ak Berkategori (10) "mencari So Eun. "Kau mencarinya" Untuk apa" Bukankah kalian berdua sudah putus"" Cetus salah seorang
gadis yang duduk bersama ke tiga temannya yang lain.
"Aku dan So Eun belum putus! Dia hanya salah paham saja denganku, jadi tolong beritahu
aku dimana dia"" tanya pria yang tak kalah tampan dari Jin Woo itu.
"Kim Sang Bum, sang kapten tim basket yang terhormat. Kau mungkin populer di sekolah,
tapi jika pacarmu saja kau hianati, maka otomatis kepopuleranmu itu akan menurun. Dan
aku sangat benci pria peselingkuh sepertimu! Terlebih lagi kau malah berselingkuh dengan
sahabat pacarmu sendiri.. Pergilah, aku tidak tahu dimana So Eun" sela salah satu gadis
lain, menbuat Jin Woo yang sejak tadi menguping, terbelalak kaget. Tanpa mencari tahu
sebelumnya, sekarang Jin Woo tahu. Apa penyebab gadis cantik seperti So Eun bersikap
sedingin es. "Yak! Aku hanya menanyakan pada kalian dimana So Eun! Bukan menyuruh kalian untuk
menceramahiku!" sembur Kim Bum menggebrak meja.
Jin Woo memutar bola matanya malas, melihat suasana kantin yang tidak kondusif hanya
karena ulah satu orang itu pun memilih untuk beranjak pergi dari tempatnya. Dan seiring
derap langkahnya yang bergerak menjauh, bersamaan dengan itu pula picingan tajam
sepasang mata Kim Bum terarah padanya. Kim Bum yang baru mengetahui bahwa ternyata
adik kelasnya itu juga tengah mendekati So Eun tentu mulai mengobarkan api persaingan
diantara mereka. **** "Halo noona ..!"
So Eun yang baru saja keluar dari toilet terkejut, mendapati Jin Woo sudah berdiri
menunggunya diluar, menyapanya lagi dengan senyuman mautnya. So Eun mengusap
dadanya yang masih terkena efek syok barusan, agar lebih tenang.
"Kau"! Bagaimana kau bisa tahu aku ada disini"" tanya So Eun merasa aneh, karena Jin
Woo dapat dengan mudah untuk menemukannya.
"Itu mudah, karena seorang gadis cenderung lebih sering menutupi isak tangisnya dibalik
suara bising keran air yang menyala. Ini untukmu," jawabnya lalu kemudian mengacungkan
sebatang cokelat pada So Eun.
"Apa ini""
"Sebatang cokelat untuk perekat hati yang pecah."
Sebelah alis mata So Eun terangkat ke atas, merasa bingung dengan ucapan Jin Woo atau
lebih tepatnya merasa aneh, karena dari mana Flower Boy ini tahu bahwa sejak tadi
didalam toilet So Eun tengah menangisi penghianatan dari kekasih dan sahabatnya
beberapa waktu lalu. Meski sebenarnya ada banyak pertanyaan yang ingin So Eun tanyakan pada pria
didepannya itu namun mengingat moodnya sedang tidak baik, ia pun memutuskan untuk
melangkah pergi meninggalkan Jin Woo setelah sebelumnya menolak cokelat pemberian
pria itu. "Hey noona tunggu !! Kenapa kau tidak menerima cokelatku"!" tanyanya berseru, karena
So Eun sudah terlalu jauh untuk diraih tangannya lagi.
"Aku tidak suka cokelat ! Cokelat membuatku gemuk, aku lebih suka bunga tulip putih
yang selalu berhasil membangun moodku yang sedang buruk !" Balas So Eun yang juga ikut
berteriak. So Eun melangkah menaiki satu persatu anak tangga menuju lantai dua, tepatnya ruang
perpustakaanlah tempat yang akan gadis itu singgahi. Namun dari lantai atas ia justru tak
sengaja memergoki Kim Bum tengah beradu argumen dengan Hyumi, sahabat So Eun yang
menjadi selingkuhan kekasihnya, dilantai bawah.
"Mau sampai kapan kau seperti ini"!! Aku dan So Eun sama-sama seorang wanita. Tapi
kenapa sekarang kau lebih mementingkan perasaannya" Dia sudah menjadi mantan
untukmu Kim Sang Bum!! Dia sudah menjadi mantanmu !" teriak Hyumi menarik-narik
seragam sekolah Kim Bum. "Yak! Kang Hyumi, berhentilah bersikap kekanakan seperti ini! Aku memang mencintaimu,
tapi aku juga tidak ingin hubunganku dengan So Eun berakhir buruk seperti ini. Aku ingin
memutuskannya dengan cara yang baik-baik, jadi bersabarlah .. Karena pada akhirnya, aku
akan tetap memilihmu." ungkap Kim Bum menarik tubuh Hyumi ke dalam pelukannya.
So Eun memejamkan matanya merasa tak sanggup untuk melihat momen itu, lalu
kemudian ia kembali melangkahkan kaki ke depan meski dengan kepala yang masih
tertunduk. Namun baru beberapa langkah ia berjalan, kakinya harus berhenti setelah
sepasang sepatu hitam menghalangi jalannya, membuat gadis itu menggerakkan matanya
pada sosok pria didepannya.
"Halo noona ! Apa kau juga ingin aku peluk"" tanya Jin Woo merentangkan kedua
tangannya lebar. So Eun berdecih lalu kemudian memilih untuk menghindari Jin Woo
dengan berjalan disisinya. Namun adik kelasnya itu tetap mengekor dibelakangnya.
Kim Bum yang melihat kejadian itu dari lantai bawah menggeram dalam hati. Meski dalam
pelukannya sudah ada seorang gadis cantik, namun hati dan pikiran Kim Bum tetap tidak
rela melihat So Eun didekati oleh pria lain, apalagi pria itu adalah adik kelasnya.
**** So Eun sampai di perpustakaan, ia mengambil salah satu buku dari sebuah rak dengan asal.
"Lalu kemudian bergerak menuju sebuah bangku yang sudah lebih dulu Jin Woo geser
untuknya. Dengan tersenyum lembut Jin Woo mempersilahkan So Eun untuk duduk.
Bukannya langsung duduk, So Eun justru memutuskan untuk duduk dilantai perpustakaan
dengan punggung yang ia sandarkan pada rak buku besar dibelakangnya. Mau tak mau, Jin
Woo juga mengikuti apa yang gadis manisnya lalukan, ia duduk bersila menghadap So Eun
yang mulai serius membaca buku yang tadi diambilnya.
Suasana sunyi perpustakaan perlahan membuat Jin Woo yang suka sekali berbicara mulai
merasa tidak nyaman. Karena tak betah dengan keheningan disekitarnya, ia pun menarik
buku yang menutupi wajah So Eun ke bawah.
"Halo noona ! Bolehkah aku berbicara"" tanyanya meminta izin, So Eun yang sebenarnya
tidak ingin diganggu kembali mengangkat buku itu untuk menutupi wajahnya.
"Meski aku melarangmu untuk bicara, kau pasti akan tetap mengoceh." jawabnya
membuat Jin Woo terkekeh.
"Kau tahu" Kemarahan adalah sumber utama datangnya penyakit hati bernama kebencian.
Jika noona tidak cepat menghilangkan kemarahanmu, kau bisa menjadi orang jahat
nantinya." ungkap Jin Woo berlagak bijak,
"Menjadi orang jahat" Mungkin lebih bagus seperti itu, dari pada seperti sekarang ini.
Sepertinya aku sudah salah menjadi orang baik, karena kedua orang yang aku sayangi
sekarang justru menusukku dari belakang." balas So Eun dengan mata yang berkaca-kaca.
"Noona tidak salah menjadi orang baik, hanya saja saat ini kau salah menempatkan diri.
Bersikap baiklah padaku, maka aku akan membalasnya dengan jutaan kebaikan yang akan
ku tunjukkan padamu." sambung Jin Woo menelisik lebih dalam makna dibalik ekspresi
wajah So Eun yang sendu dari samping.
"Jangan salahkan dia yang sudah menghianatimu. Karena jika dua orang gadis tumbuh dan
bersahabat sangat dekat, maka kemungkinan mereka jatuh cinta pada satu pria yang sama
sangatlah besar. Dan itu sudah dibuktikan keakuratannya oleh psikolog. Maka dari itu
jangan membenci sahabatmu, karena meski sekarang noona merasa tersakiti, bisa saja
saat ini perasaan sahabatmu itu jauh lebih sakit."
"Benarkah" Dari mana kau tahu semua kata bijak itu"" tanya So Eun takjub, karena ia
merasa pria didepannya itu jauh lebih dewasa dari So Eun yang usianya lebih tua dari Jin
Woo. Jin Woo tersenyum canggung dengan sebelah tangan yang menggaruk tengkuknya yang
tak gatal, "Aku, membacanya dari sini." tuturnya menunjukkan gadget ditangannya.
So Eun mendelik menatap layar gadget Jin Woo, sejurus kemudian ia tersenyum, dan
senyuman itu perlahan-lahan mengembang menjadi sebuah tawa lebar dan diikuti oleh Jin
Woo yang ikut tertawa lega karena dapat membuat gadis dinginnya menjadi hangat.
"Kim So Eun. Ikut aku, ada yang ingin aku bicarakan denganmu!" sela Kim Bum yang
menarik paksa lengan So Eun dan menyeretnya keluar dari perpustakaan, menyisakan Jin
Woo dengan ribuan perasaan yang berkecambuk dihatinya.
**** "Pendekatan, bukanlah proses dimana kita mencari tahu sebanyak-banyaknya tentang
apa yang gadis kita sukai. Melainkan pendekatan adalah sebuah proses dimana kita
mencari tahu berapa banyak hal yang gadis kita benci. Karena saat gadis yang kita sukai
itu tengah bad mood, setidaknya kita tidak melakukan sesuatu hal yang membuatnya
semakin membenci kita."-Kim Jin Woo, Next Love.
To be continued ... ?"Memikirkannya, memperhatikannya, dan mengkhawatirkannya merupakan beberapa tanda
dari sebuah rasa suka yang akan beralih menjadi rasa cinta atau sayang.
Jatuh Cinta itu mudah, semudah kita menarik lalu kemudian menghembuskan napas lewat
hidung. Layaknya manusia yang bernapas, tanpa perlu kita memberi perintah, semua
organ pernapasan kita akan bekerja dengan sendirinya memenuhi asupan oksigen ke
dalam paru-paru kita. Cinta juga begitu, tanpa diperintah .. Sistem dalam diri kita akan
bekerja lebih cepat seperti jantung yang berdegup kencang dan darah yang berdesir
cepat jika indera pengelihatan kita menemukan satu objek bernama cinta yang menjelma
menjadi seorang gadis cantik bernama, Kim So Eun.
*** Jin Woo berlari kencang menerobos kerumunan orang-orang yang berlalu lalang
didepannya, ia sudah tidak memperdulikan orang yang ditabraknya itu senior atau bahkan
guru. Yang terpenting saat ini adalah mencari tahu kemana Kim Bum membawa So Eun
pergi, termasuk mencarinya ke dalam kelas 3A.1 seperti orang gila.
"Ada yang lihat So Eun""" Tanyanya menggerakkan bola matanya kesekitar menanti
jawaban dari salah seorang penghuni kelas yang ada disana. Namun kakak-kakak kelasnya
itu cenderung lebih terfokus pada sikap Jin Woo yang seolah tengah mencari kekasihnya
itu, bahkan karena kaget idolanya menanyakan si rangking satu, beberapa gadis yang
awalnya tengah merias diri pun seketika menghentikan kegiatannya.
"Noona, apa kau tahu dimana So Eun-ku"!" tanyanya kalut menghampiri bangku Sora, Sora
yang saat itu tengah menikmati roti isinya seketika membeku dengan roti yang masih
menutupi mulutnya. "Apa" So Eun-ku"!" ucapnya balik bertanya, berharap ia telah salah mendengar.
Jin Woo menepuk dahinya merasa kesal pada dirinya sendiri yang baru menyadari bahwa
dirinya salah berucap, ia pun buru-buru meralat ucapannya. "Kim So Eun noona, apa kau
melihatnya"" Sora menggeleng lemah dengan matanya yang sedikit ia sipitkan, seolah tengah
mencurigai sikap Jin Woo yang seperti kebakaran jenggot. "Kalau begitu, berikan aku
nomor ponselnya. Aku harus segera menemukannya!"
**** Di taman belakang sekolah yang jarang sekali para murid sekolah itu kunjungi adalah
Korean Fanfiction Pengetahuan Indonesia Story T entang Rainsy On going ! T ranslate T his Blog Kategori Onion Of Love (9) FF Special (13) Fabel (1) Fanfiction (39) Fanfiction Action (18) FF Saeguk (23) Lyric Melody (3) Pengetahuan (6) FF Fantasy (25) For Love One House (12) Indonesia punya cerita (36)
Simple Fanfiction (8) T he Only Earth (11) "tempat dimana So Eun dan Kim Bum tengah berbicara, tepatnya diatas jembatan kayu
sebuah danau yang ditumbuhi beberapa bunga teratai. So Eun menatap Kim Bum dengan
tatapan terluka, terlebih lagi sejak di perpustakaan tadi Kim Bum terus menyeret dengan
meremas tangannya hingga sampai ditempat ini.
"Apa" Apa lagi yang akan kau jelaskan padaku"!!" Bentak So Eun menghempaskan
tangannya kasar membuat tangan Kim Bum terlepas,
"Apakah kau tidak bisa mendengarkan penjelasanku sedikitpun"" Tanya Kim Bum dengan
sorot mata mengkilat merah.
"Apa" Apa yang perlu kau jelaskan"! Hubungan kita sudah berakhir ketika malam itu aku
tak sengaja melihatmu berciuman dengan Hyumi !" Teriak So Eun mendorong kasar tubuh
Kim Bum ke belakang, Kim Bum yang tidak terima dirinya diperlakukan seperti itu semakin
bertambah kesal, ia mencengkram kuat sepasang bahu kecil So Eun.
"Itu salah paham ! Aku tidak menciumnya, dia yang menciumku lebih dulu ! Aku tidak
mencintainya, jadi tolong .. Kembalilah padaku." pintanya tegas.
Sementara itu tidak jauh dari taman, tepatnya dilorong salah satu gedung sekolah,
nampak Jin Woo tengah sibuk dengan ponselnya menekan beberapa digit nomor lalu
kemudian dilekatkannya ponsel pipih itu di telinga kirinya. "Ayolah, ku mohon .. Tolong
angkat teleponku noona, kau dimana"" Gumamnya cemas, dengan mata sayunya Jin Woo
beralih memandang keadaan taman yang sunyi didepannya namun sepasang manusia yang
berdiri diatas sebuah jembatan yang ada ditengah danau membuat Jin Woo mematung.
Deringan telepon yang terus berbunyi dibalik saku seragam sekolah So Eun mengalihkan
perhatian gadis itu untuk melihat siapa yang mencoba untuk menghubunginya,
"Jangan diterima .." cetus Kim Bum dengan nada suara yang ia tinggikan melihat So Eun
menatap layar ponselnya. "Ayo angkat teleponku, Kim So Eun .." pinta Jin Woo yang masih memperhatikan gadis itu
dari kejauhan. "Jangan menerimanya ku bilang !" tukas Kim Bum menggeram, namun So Eun tak
menghiraukan larangan itu. Ia lebih memilih untuk menerima panggilan telepon dari nomor
yang tidak ia kenali, Jin Woo menghela napas lega menyadari bahwa kini teleponnya telah
tersambung. "Halo, noona .."
"Kau .." "Ya, ini aku Kim Jin Woo .. Apa kau tidak apa-apa""
So Eun lebih dulu menatap Kim Bum kilas sebelum menjawab pertanyaan dari adik
kelasnya itu, "Aaku .." So Eun meringis kesakitan saat sebelah tangan Kim Bum yang menggenggam
bahunya semakin meremas bahunya kasar. "Aku .. Tidak apa-apa," Balas So Eun dengan
buliran airmata yang sudah mengalir keluar.
"Kau berbohong, cepat panggil namaku sekeras mungkin. Aku akan datang menjemputmu
kesana." Perintah Jin Woo yang semakin khawatir melihat sikap Kim Bum yang seolah ingin
menerkam gadis didepannya.
"Matikan." Lirih Kim Bum menatap So Eun tajam, gadis itu menggeleng lemah.
Next Love Karya Rainsy92 di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Noona !" Sebelah tangan So Eun yang menggenggam ponsel ditelinganya bergetar karena takut
melihat Kim Bum terus mengintimidasinya dengan tatapan membunuhnya.
"Noona, ku mohon tolong panggil namaku sekarang. Maka aku akan datang
menjemputmu!" Teriak Jin Woo semakin tak karuan menatap jarak sepasang mantan
kekasih itu semakin menyempit.
"Matikan ponselnya ku bilang!!" Bentak Kim Bum dengan mata melotot melempar ponsel
milik So Eun ke danau. Menarik tengkuk gadis itu ke arahnya lalu kemudian melumat
bibirnya kasar. Mata Jin Woo terbelalak lebar, menyaksikan pemandangan yang membuat hatinya
bergetar hebat, entah karena cemburu ataukah marah. Jin Woo mengepalkan sebelah
tangannya erat lalu kemudian berlari ke arah mereka, namun langkah kaki Jin Woo
otomatis terhenti setelah So Eun membalas ciuman kasar Kim Bum dengan menampar
pipinya keras. "Itu ciuman terakhir kita, dan setelah ini. Jangan pernah memaksakan kehendakmu lagi,
hubungan kita sudah berakhir, tuan Kim Sang Bum ! Karena sekarang, aku benar-benar
membencimu. Sangat membencimu !!" Ungkap So Eun berlari pergi berlawanan arah
dimana Jin Woo masih setia menjadi penonton pertengkaran mereka.
Selepas kepergian So Eun, Kim Bum berteriak kesal, meluapkan semua emosinya dengan
memukul sisi jembatan beberapa kali lalu bergerak pergi. Selangkah demi selangkah Jin
Woo mendekati danau tempat dimana Kim Bum dan So Eun bertemu, tepat didepan
danau ia diam termenung. Memperhatikan jembatan itu kilas lalu kemudian melanjutkan
langkahnya memasuki danau, Sora yang ternyata sejak tadi membuntuti Jin Woo menatap
prihatin ke arahnya. Gadis itu yakin sekali bahwa Jin Woo pasti tengah mencari ponsel
milik So Eun yang Kim Bum lempar ke dalam danau.
**** Jin Woo tengah duduk termenung di atap gedung sekolah memperhatikan teriknya
T ak Berkategori (10) "mentari siang itu dengan mata yang ia sipitkan, ketika angin musim semi berhembus ke
arahnya. Pandangan matanya teralih pada seragam sekolah miliknya yang tengah ia jemur
diatas sebuah tongkat yang sudah Jin Woo atur sedemikian rupa menjadi sebuah
jemuran. Tentu cara ini adalah cara paling mujarab untuk mengeringkan jas dan baju
seragamnya yang basah karena tadi ia terlalu dalam masuk ke dalam danau. Panasnya
cuaca hari ini membuat celana panjang yang melekat pada tubuh Jin Woo perlahan
mengering, padahal 30 menit lalu itu masih sangat basah. Sebuah senyuman lebar terpapar
jelas diwajah polos flower boy itu melihat seragamnya berkibar tinggi diterpa angin, Jin
Woo beranjak dari duduknya bergerak maju untuk memastikan apakah pakaian juga ponsel
milik So Eun yang berhasil ia temukan sudah kering seperti celananya atau belum. Jin Woo
menggeliat kecil, merenggangkan otot-otot tubuhnya dengan sesekali menguap, pertanda
bahwa ia sudah cukup lama berada disana seorang diri. Entah sudah berapa banyak jam
pelajaran yang ia lewatkan hari ini.
Jin Woo menyatukan kembali casing, baterai juga mesin ponsel smart phone milik So Eun
yang sudah kering. Setelah terpasang, ia mencoba untuk menyalakannya kembali. Dan
saat layar ponsel pipih itu menunjukkan tanda-tanda kehidupannya, Jin Woo kembali
tersenyum riang. "Bicaralah .. Apa yang ingin kau katakan padaku,"
Kelopak mata Jin Woo terbuka lebar ketika suara seorang gadis tertangkap telinganya,
disusul dengan suara derap kaki beberapa orang yang mendekat. Karena tidak ingin
diketahui keberadaannya, pria itu segera mengenakan seragamnya asal lalu kemudian
memilih untuk bersembunyi dibalik dinding dengan indera pengelihatannya yang masih
mengawasi sekitar. Rupanya, So Eun dan Hyumi-lah yang datang ke atap gedung .. Dari ekspresi wajah mereka
yang sulit diartikan itu, nampak dengan jelas bahwa hubungan kedua sahabat ini benarbenar tidak harmonis.
"Aku ingin kau menjauhi Kim Bum mulai dari sekarang." Ungkap Hyumi mengutarakan
maksudnya membawa So Eun yang tengah asyik menggambar didalam kelas ke tempat
terbuka yang sepi seperti ini. So Eun membuang napasnya berat, mengalihkan
pandangannya untuk melihat gumpalan awan putih yang berarak diatas langit biru yang
luas. "Sejak awal, aku tidak pernah mendekati Kim Bum." Sahut So Eun dengan datarnya.
Hyumi yang lebih memilih untuk menatap lantai pijakannya, mengeratkan kepalan
tangannya. "Aku tahu, aku bersalah karena telah merebut Kim Bum darimu, tapi perlu kau
tahu aku juga tak pernah menginginkan hal ini terjadi dalam hubungan kita. Kau
sahabatku. Tapi sekarang, aku sangat mencintai Kim Bum. Jadi tolong, biarkan kami
bahagia." So Eun yang tengah melipat tangannya diatas dada mencoba untuk tetap tenang, padahal
di dalam lubuk hatinya. Ia sudah menangis pilu mendengar perkataan itu keluar dari mulut
sahabatnya. Itu terlalu sakit untuk So Eun, benar-benar sakit. Begitu menyadari
airmatanya akan menetes, So Eun cepat-cepat mengerjapkan matanya beberapa kali agar
airmatanya tidak benar-benar jatuh membasahi pipinya.
"Kau tak perlu khawatir Kang Hyumi, karena hubunganku dan Kim Bum benar-benar sudah
berakhir bersamaan dengan berakhirnya persahabatan kita." Ungkapnya tegas sebelum So
Eun memutuskan untuk kembali memasuki gedung sekolah. Meninggalkan Hyumi dengan
sejuta rasa beralahnya, "Maaf So, Aku telah melukaimu .." Lirih Hyumi yang menjatuhkan satu bulir airmatanya ke
lantai yang gersang. Jin Woo yang sejak tadi mengintip mereka, nampak mengiringi
kepergian gadis itu dengan tatapan prihatin.
**** Jam sekolah sudah berakhir sekitar 10 menit yang lalu, namun So Eun masih betah berada
dalam kelasnya. Masih menghiasi satu halaman dalam bukunya dengan sebuah gambar
anime seorang gadis yang tengah bersedih.
"Ini, aku kembalikan .."
So Eun terkejut melihat sebuah tangan menyodorkan ponsel miliknya yang gadis itu pikir
sudah hilang atau mungkin rusak karena air danau. Sembari meraih ponsel berwarna biru
shapire itu, So Eun mendongakkan kepalanya.
"Kau "" Belum juga So Eun menanyakan bagaimana Jin Woo dapat menemukan ponselnya, adik
kelasnya itu justru lebih dulu memotong perkataannya. "Jangan cemas, ponselmu masih
sehat noona. Oh iya, aku sudah menyimpan nomorku didalam ponselmu, jadi tolong
angkat teleponku ketika aku menghubungimu, oke" Sampai jumpa noona !" ucapnya
beranjak pergi dengan melambaikan tangannya riang.
So Eun mengernyit bingung melihat ponsel yang kini sudah kembali ke tangannya. Namun
ia tak ingin berlarut-larut dalam kebingungannya mengingat ia harus segera pulang
sebelum busnya lebih dulu datang. Setelah selesai memasukkan peralatan sekolahnya ke
dalam tas So Eun, gadis itu mulai menggerakan tungkainya untuk pulang. Namun baru
sampai gerbang sekolah, langkahnya sudah ditahan oleh sepasang kekasih yang saling
merangkul mesra didepannya.
"So Eun ! Maukah kau pulang bersamaku" Aku dan Kim Bum Oppa rencananya akan makan
siang di cafe baru. Bagaimana"" Tanya Hyumi menawari dengan wajah sumringahnya.
So Eun nampak bingung untuk menjawab, haruskah ia menolak" Atau menerima ajakan itu
dengan resiko ia akan menjadi benda mati untuk ke dua pasangan kekasih baru
didepannya ini. Ditengah kebimbangannya, ponsel yang sedari tadi dalam genggaman
"tangan So Eun bergetar, dan saat gadis itu menatap layar ponselnya yang menyala So Eun
memutar bola matanya jengah. Pasalnya, dari layar ponselnya itu muncul sebuah kontak
dengan nama "Flower Boy Jin Woo." Tentu itu membuat siapapun yang melihatnya akan
mengira bahwa So Eun termasuk fans fanatik bocah itu. So Eun juga berdecak kesal
melihat wallpaper bunga tulip putih di ponselnya sudah diubah gambarnya menjadi wajah
Jin Woo yang tengah mengacungkan kedua jarinya dengan sebelah matanya yang ia
kedipkan genit. "Ya, halo .." Ucap So Eun malas-malasan mengangkat panggilan dari adik kelasnya itu.
"Hey ! Kenapa nada suaramu seperti itu" Harusnya kau lebih bersemangat setelah
melihat wallpaper ponsel terbarumu. Bagaimana, aku tampan bukan"" Seloroh Jin Woo
yang ternyata tengah memperhatikan So Eun dari area parkir.
"Tidak juga, justru dengan wallpaper barumu ini, membuat ponselku terlihat lebih
kotor." Balas So Eun sekenanya. Jin Woo mendelik melempar tatapannya ke arah So Eun
yang tengah ditunggu-tunggu jawabannya oleh Kim Bum dan Hyumi.
"Kau ada dimana sekarang"" Tanya Jin Woo lagi.
So Eun melirik Kim Bum dan Hyumi kilas lalu kemudian menjawab bahwa ia sedang berada
dihalte bus hendak pulang. So Eun mengernyit bingung ketika mendengar Jin Woo
diseberang telepon sana tertawa renyah.
"Kenapa kau tertawa""
"Karena kau mencoba untuk membohongiku. Aku tahu, kau tidak sedang berada di halte
bus. Tapi kau sedang berada dalam bahaya, apalagi dengan sahabat dan mantan kekasih
yang menghianatimu tengah berdiri di di depanmu." Ulas Jin Woo membuat So Eun
tercengang dan mulai mengedarkan pandangannya kesekitar mencari keberadaan Jin Woo.
Namun Jin Woo berhasil lebih dulu bersembunyi dibalik tanaman hias yang terpajang
didepannya. "So, bagaimana" Apa kau ingin ikut dengan kami"" Tanya Hyumi mengulangi ajakannya lagi.
"Sebenarnya kau sedang menelepon siapa"" tambahnya penasaran karena sejak tadi So
Eun terus menggerakkan bola matanya ke semua penjuru arah.
"Aha! Aku dapat jack pot. Benarkan, itu tadi suara Hyumi" Apa kau perlu bantuan noona"
Jika kau menyebut namaku dengan lantang sekarang. Maka aku akan datang
menjemputmu, tolong pikirkan ini baik-baik jangan sampai kau menyesal untuk yang
kedua kalinya." Mendengar kalimat terakhir Jin Woo barusan, So Eun jadi teringat kembali kejadian
sebelumnya. Bukankah saat ia didanau juga Jin Woo menawarkan bantuannya" Namun
sayangnya saat itu, So Eun tidak berani memanggil namanya sehingga Kim Bum berani
melakukan apa yang seharusnya tidak ia lakukan.
"Kim. Jin. Woo .." Ucap So Eun terputus-putus. Jin Woo tersenyum menang sementara
Hyumi dan Kim Bum mengernyitkan dahi mereka merasa aneh karena saat ini So Eun
tengah berbicara dengan adik kelasnya itu lewat telepon.
"Halo sayang ! Apa kau sudah cukup lama menungguku" Maaf ya aku terlambat datang."
Ucap Jin Woo yang tiba-tiba saja datang dan langsung merangkul bahu So Eun lembut.
"So, apakah Jin Woo adalah ..."
Lagi, untuk yang kedua kalinya. Jin Woo memotong kembali ucapan Hyumi yang sudah di
pastikan ingin menanyakan apakah Jin Woo adalah kekasih baru So Eun.
"Ya! Kau memang benar noona. Aku dan So Eun baru saja memulai hubungan, ya sama
halnya seperti kalian berdua. Dan kalian sedang apa disini"" tukasnya masih bergelayut
manja pada So Eun yang cenderung lebih memilih untuk diam, sama halnya dengan Kim
Bum yang malah terus menatap tajam ke arah So Eun. Mencari kebenaran dengan
pernyataan Jin Woo barusan.
Hyumi kembali menjelaskan tujuannya menemui So Eun adalah untuk mengajak gadis itu
pulang bersama sekaligus mengajaknya untuk makan siang sebagai wujud permintaan
maafnya. Tanpa meminta persetujuan dari So Eun lebih dulu, Jin Woo langsung
mengiyakan ajakan itu. Akhirnya mereka berempat pergi bersama ke sebuah cafe yang merangkap dengan toko
asesoris, karena untuk mendapatkan menu makan siang, mereka harus memesannya ke
depan. Jin Woo dan Kim Bum-lah yang pergi memesan, sementara gadis-gadis mereka
memilih meja yang strategis untuk menjadi tempat makan siang mereka.
Setelah menyebutkan makanan yang akan mereka pesan pada sang pelayan, Kim Bum dan
Jin Woo memilah milih asesoris yang terpajang didalam etalase kaca disampingnya sembari
menunggu pesanan mereka datang.
"Astaga, lihatlah .. Sepertinya jepit rambut itu cocok untuk So Eun-ku!" seru Jin Woo
antusias menunjuk sebuah jepit rambut berwarna biru muda berbentuk bunga tulip.
Kim Bum yang tahu adik kelas disebelahnya ini tengah memanas-manasinya menggeram
kesal seraya memutar bola matanya jengah. "So Eun-ku" Kau pikir So Eun akan mudah kau
miliki padahal kalian baru saling mengenal." Sungut Kim Bum menatap sinis Jin Woo, yang
justru mengabaikan ucapannya. Karena ia lebih memilih untuk berbicara dengan pelayan
yang berdiri dibalik meja etalase itu.
"Aku ingin membeli jepit rambut itu, bisakah kau membingkiskannya untukku"" Pintanya
yang langsung disanggupi oleh sang pelayan.
Sebuah box kecil berwarna merah muda dengan pita cantik berwarna hijau yang mengiasi
bagian atasnya diberikan pada Jin Woo yang tersenyum senang saat memasukkannya ke
"dalam saku celana. "Akan ku berikan hadiah ini pada So Eun saat mengantarnya pulang
nanti." Gumamnya melirik jahil ke arah Kim Bum yang pasti sudah menahan emosinya yang
sudah mendidih. "Tuan .. Pesanan anda sudah siap!" Seru seorang pelayan tidak jauh dari tempat Kim Bum
dan Jin Woo berdiri. "Baik ! Akan kami ambil sekarang." sahut Jin Woo mengangkat sebelah tangannya dengan
bergerak maju, disusul dengan Kim Bum yang mengekor dibelakangnya.
**** Hari ini, sinar matahari sama teriknya seperti kemarin. Meski begitu panas menyengat
kulit namun kedua pria tampan yang tengah beradu pandang diatas gedung sekolah
nampak tidak mempermasalahkan hal itu. Kim Bum dan Jin Woo adalah pria yang
dimaksud, mereka berdua sengaja bertemu ditempat seperti itu agar So Eun dan Hyumi
tidak melihat atau pun mendengar apa yang akan mereka bicarakan.
"Apa yang ingin kau bicarakan denganku Kakak senior"" Tanya Jin Woo dengan kedua
tangannya yang ia masukkan ke dalam saku celananya. "Cepatlah katakan saja apa yang
ingin kau bicarakan, karena waktuku terlalu berharga jika terbuang hanya untuk
meladenimu saja." Lanjutnya terdengar sombong ditelinga Kim Bum,
Sang Kapten tim basket itu berdecih, karena ia baru menemukan adik kelas sekurang ajar
Jin Woo. "Kau berbohong bukan" Kau bukan kekasih So Eun!"
Jin Woo tersenyum miring. "Memang apa urusanmu aku kekasih So Eun atau bukan"
Bukankah kau sudah tidak memiliki hubungan apapun dengan gadis manis itu""
Pernyataan Jin Woo barusan menyulut emosi Kim Bum yang langsung meremas kerah baju
Jin Woo. "Kau terlalu berani sebagai seorang adik kelas. Selagi aku masih berbaik hati
padamu, dan memintanya dengan cara yang sopan. Tolong, jauhi So Eun, karena dia
milikku. Hanya milikku !" Gertaknya melepaskan kembali tubuh Jin Woo yang sedikit
terdorong ke belakang. "Menjauhinya kau bilang" Bagaimana jika aku tidak bersedia untuk melakukannya, apa
yang akan kau lakukan padaku, senior" Mana mungkin bukan aku menyerahkan gadis
sebaik So Eun pada playboy sepertimu !" Tantangnya membuat Kim Bum semakin
meradang. Dan langsung menghadiahi Jin Woo dengan satu pukulan keras diwajahnya.
Jin Woo hampir saja tersungkur ke lantai jika ia tidak mempertahankan keseimbangan
tubuhnya, meski wajahnya langsung memar karena pukulan Kim Bum tadi, namun senyum
lebar diwajahnya tak pernah menyusut. "Jika kau memukulku karena aku tidak menuruti
permintaanmu, mungkin kau harus memukulku lagi. Karena aku sangat mencintai So Eun,
dan selamanya .. Aku akan melindunginya dari pria jahat sepertimu." Tuturnya dengan
penuh penekanan. Kim Bum mulai kembali meremas-remas tangannya, bersiap untuk melayangkan pukulannya
lagi, namun niatannya itu tertahan ketika melihat sebuah benda yang ia kenal terpasang
didasi yang melingkar dileher Jin Woo.
"Biar aku tebak, sepertinya .. Cintamu pada So Eun bertepuk sebelah tangan bukan""
Sindirnya dengan tersenyum meremehkan, membuat sepasang alis mata Jin Woo
terangkat ke atas. "So Eun tidak menyukaimu. Karena jepit rambut yang rencananya akan kau berikan
sepulang sekolah kemarin, masih berada ditempat yang tidak semestinya." tambahnya
menatap lurus ke depan. Membuat Jin Woo mau tidak mau ikut menatap ke arah yang
sama dengan Kim Bum. Rupanya Kim Bum menemukan jepit rambut berbentuk bunga tulip yang rencananya akan
Jin Woo berikan pada So Eun, bertengger manis menjadi hiasan dasinya. Flower boy itu
jadi teringat kejadian ketika mengantarkan So Eun pulang, saat itu Jin Woo memang ingin
memberikan jepit rambut itu pada So Eun, namun ia tak memiliki keberanian lebih untuk
memberikannya. Sehingga Jin Woo memasukkan jepit itu kembali ke dalam saku
celananya. Dan ia sengaja mengenakan jepit rambut itu pada dasinya sekarang karena
rencananya, hari ini ia akan memakaikannya sendiri di rambut So Eun saat makan siang
nanti. Tapi sekarang, niatannya itu justru disalah artikan oleh Kim Bum yang
menganggapnya telah ditolak oleh So Eun.
"Jika hadiahmu ditolak oleh gadis yang kau incar, lantas untuk apa kau masih
menyimpannya" Akan jauh lebih baik jika kau membuangnya seperti ini." Tukas Kim Bum
menarik jepit rambut di dasi Jin Woo lalu kemudian dilemparnya asal.
Jin Woo membelalakan matanya melihat sikap Kim Bum yang dianggapnya kekanakan itu,
matanya yang sejak tadi mengikuti kemana arah Kim Bum melempar jepit rambut itu
langsung teralih menatap garang kakak kelas didepannya.
"Sama halnya seperti perasaanmu pada So Eun yang harus kau buang jauh-jauh seiring
penolakan yang So Eun tunjukkan padamu. Menyerahlah, bocah !" Remehnya berlalu dari
hadapan Jin Woo. Selepas kepergian Kim Bum, Jin Woo segera menghambur mencari dimana jepit rambut
tadi terlempar. "Iiish .. Kakak kelas macam apa dia !" Rutuknya kesal mendapati jepitnya
terjatuh dan menyangkut disebuah pipa saluran air yang terpasang di sisi gedung berlantai
lima itu. Sora yang tak sengaja melihat Kim Bum menuruni tangga dari lantai paling atas dibuat
penasaran, pasalnya Kim Bum selalu membully junior dalam timnya yang tidak pandai dalam
pertandingan, di atap sekolah. Dan Sora benar-benar ingin tahu, kira-kira kali ini siapa
adik kelas yang baru di bully-nya lagi.
Dan ketika sampai di lantai atas Sora syok bukan main mendapati Jin Woo sudah separuh
"badannya menggelantung ke bawah gedung. "Jin Woo !!!" Teriaknya berlari untuk
menangkap kaki pria itu. Merasa ada seseorang yang memeluk kakinya, Jin Woo menoleh ke atas, "Hey ! Apa yang
kau lakukan noona" lepaskan kakiku .." Pintanya yang menjadi kesulitan untuk meraih
jepit yang hendak diambilnya, padahal sedikit lagi ia akan berhasil menggapainya.
Next Love Karya Rainsy92 di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tidak ! Aku tidak akan melepaskanmu. Apa yang sudah Kim Bum lakukan padamu sampai
kau berniat bunuh diri seperti ini !!" Tolaknya yang semakin memperat pelukannya pada
kaki Jin Woo. Belum juga adik kelasnya itu menceritakan yang sesungguhnya terjadi, Sora
lebih dulu berteriak meminta tolong. Membuat semua orang yang berada disekitar lantai
paling atas dan orang yang berada diluar gedung mendadak bergumul mendatangi sumber
suara. Jin Woo dengan tubuhnya yang masih terbalik, menutup wajahnya malu ketika sepasang
matanya menangkap kerumunan orang diluar gedung sudah meneriakinya agar tidak bunuh
diri. Seperti ramainya orang diluar gedung, beberapa orang juga sudah berkerumun
disekitar Sora dan tanpa diminta langsung ikut memegangi kaki Jin Woo.
"Hey ! Apa yang kalian lakukan"" Lepaskan kakiku !!" Teriak Jin Woo yang masih bersikeras
ingin meraih jepit bunga tulip yang tinggal satu jengkal lagi dapat ia raih.
"Kau .. Bisakah menggantikanku sebentar" Aku harus memanggil seseorang sekarang,"
Pinta Sora bergeser mundur, meminta salah seorang siswa yang berdiri disampingnya
untuk ikut memegangi kaki Jin Woo. Setelah tugasnya diambil alih, Sora beringsut pergi,
berjalan cepat menuruni tangga dan berlari-lari membelah lorong kelas dengan kecepatan
penuh. Begitu sampai diambang pintu kelas yang tuju, Sora langsung menarik sebelah
lengan So Eun yang tengah membaca novel romance dibangkunya.
"Hey, ada apa ini" Kau mau membawaku kemana"!!" Tanya So Eun yang kesulitan
mengimbangi langkah lebar Sora.
"Kau harus tahu apa yang akan Jin Woo lakukan sekarang hanya demi
memperjuangkanmu!" Jawab Sora tanpa berniat untuk menghentikan langkahnya. Namun
setelah mendengar nama Jin Woo disebut, So Eun langsung menarik tangannya yang
digenggam Sora. Membuat gadis itu otomatis menghentikan laju kakinya.
"Kenapa kau berhenti" Kita harus cepat sampai di atap gedung sebelum semuanya
terlambat." Tegurnya hendak kembali meraih tangan So Eun, namun gadis itu lebih dulu
menepis tangannya. So Eun berkata bahwa ia tidak akan pergi bersamanya, jika Sora tidak
menjelaskan lebih dulu apa yang sebenarnya terjadi.
Sora menarik napasnya dalam sebelum memulai bercerita bahwa Jin Woo hendak
melompat dari atap gedung setelah berbicara dengan Kim Bum. Dan Sora menduga, Kim
Bum pasti telah mengancam Jin Woo agar menjauh dari So Eun, "Apa kau tidak tahu" Kim
Jin Woo, dia menyukaimu. Bahkan demi terus berada disisimu dia rela melakukan apapun
untukmu, mulai dari menerima hukuman konyolmu, kalang kabut mencarimu saat kau
ditarik paksa oleh Kim Bum ke taman dan sampai flower boy-ku itu rela menceburkan diri
ke dalam danau hanya untuk mencari ponselmu saja yang Kim Bum lempar. Jika sampai
sesuatu terjadi dengan idolaku, aku tidak akan pernah memaafkanmu Kim So Eun!"
Paparnya panjang lebar menjelaskan pengorbanan yang sudah Jin Woo perbuat untuk So
Eun. "Apa"! Ja-jadi Jin Woo .. Ayo, kita harus cepat sampai ke atap gedung sekarang!" Ajak So
Eun yang justru berbalik menarik lengan Sora.
Kim Bum dan Hyumi yang saat itu baru kembali dari kantin, terheran-heran melihat semua
penguni sekolah nampak panik, mereka hilir mudik disekitar Kim Bum dan Hyumi ke arah
tangga menuju lantai atas, juga ada pula yang berlari menuju ke luar gedung. Kim Bum
yang penasaran pun bertanya pada salah seorang dari mereka dan mendapat kabar bahwa
Jin Woo akan bunuh diri, sebagai jawabannya. Kim Bum dan Hyumi nampak terkejut, lalu
kemudian mereka ikut berlari keluar gedung untuk memastikannya.
Dari bawah, Kim Bum dapat melihat Jin Woo yang masih berusaha ekstra keras untuk
meraih jepit yang dibuang oleh Kim Bum, meski kaki Jin Woo sudah digenggam kuat oleh
beberapa siswa disana. Sedetik kemudian, Kim Bum melihat So Eun datang, dengan wajah
khawatirnya ia berlari mendekati Jin Woo. Menyadari itu adalah sebuah kesalah pahaman,
Kim Bum bergegas masuk kembali ke dalam gedung untuk menyusul So Eun.
Sementara itu di atap gedung sekolah, Jin Woo menghela napasnya lega setelah sebelah
tangannya yang ia ulurkan ke bawah berhasil menggapai jepit rambut itu. Satu bulir peluh
Jin Woo menetes jatuh ke bawah, bersamaan dengan itu Jin Woo baru menyadari bahwa
ternyata ia berada diketinggian yang cukup membuat seseorang begidik ngeri dengan
kepala yang terbalik pula.
"Jin Woo !! Apa yang kau lakukan"!! Kenapa kau ingin bunuh diri hanya karena aku"!!"
Teriak So Eun kalut, membuat satu alis Jin Woo terangkat ke atas. Ia nampak berpikir
sejenak lalu kemudian ia tersenyum licik,
"Itu karena aku terlalu menyukaimu! Jika kau tidak mau menerima perasaanku, maka lebih
baik aku bunuh diri saja!" Ungkap Jin Woo menahan tawanya. Karena wajah Jin Woo
berada dibawah, tentu So Eun tidak akan tahu ekspresi apa yang sedang Jin Woo
pamerkan diwajahnya. Yang So Eun tahu hanyalah, ia tidak ingin ada seseorang bunuh diri
hanya karena dirinya. "Apa kau sudah gila" Hentikan sekarang, dan tolong tegakkan kembali tubuhmu." Pinta So
Eun mengisyaratkan agar beberapa siswa yang menahan kaki Jin Woo tadi dapat
menariknya ke atas. Namun Jin Woo yang merasa kakinya ditarik justru meronta untuk
dilepaskan, hingga salah satu dari siswa yang memeganginya tak sengaja melepaskan
tangannya. Membuat tubuh Jin Woo terdorong ke bawah. Semua orang baik itu diluar
gedung atau pun diatap gedung berteriak histeris, enggan melihat tubuh Jin Woo terjun
dari atap gedung. So Eun dan Sora pun tak kalah panik melihat beberapa orang yang
berusaha mengangkat tubuh Jin Woo malah terseret ke tepian gedung.
""Jin Woo ! Baik, lakukan apa saja yang kau inginkan asal kau menghentikan kekonyolanmu
ini." Ungkap So Eun membuat Jin Woo yang tengah mengatur degup jantungnya sedikit
menarik napas lega. "Kalau begitu, bisakah kau mengabulkan keinginanku yang satu ini""
"Apa"" "Bisakah kau menjadi kekasihku""
Kim Bum yang baru saja sampai, terhenyak mendengar permintaan aneh bagi orang yang
sebentar lagi meregang nyawa. Lalu kemudian Kim Bum mengalihkan pandangannya pada
So Eun yang nampak tengah berpikir.
"Kenapa kau diam noona" Kabulkan permintaanku atau aku akan benar-benar terjun dari
gedung ini !" Gertak Jin Woo yang berhasil membuat So Eun mengabulkan permintaannya.
"Ya! Aku akan mengabulkannya, aku. Akan menjadi kekasihmu."
"Sungguh"!" Tanya Jin Woo yang dalam sekali hentakan seperti sedang sit-up sudah
mengubah posisinya menjadi tegak berdiri. Membuat semua orang tercengang oleh
ulahnya, Jin Woo mengulas senyumnya lebar dengan melangkah mantap menghampiri So
Eun yang tengah mengelus dadanya.
"Kau menerima cintaku noona" Itu berarti sekarang kita sudah resmi berpacaran bukan""
Tanyanya meminta penjelasan. So Eun mengangguk ragu, sejurus kemudian, ia menaruh
kedua tangannya dibahu lebar Jin Woo
"Kau, tidak akan bunuh diri bukan"" Tanyanya cemas dengan mata berkaca-kaca, Jin Woo
tersenyum kecil. "Bunuh diri" Siapa yang ingin bunuh diri" Aku tidak ingin bunuh diri, aku hanya ingin
mengambil hadiah yang terjatuh ini untukmu." Jawabnya sembari memasangkan jepit
yang dibelinya pada rambut indah So Eun.
So Eun yang masih syok nampak seperti orang yang linglung saat Jin Woo tiba-tiba
mendekap tubuhnya erat. "Kalian lihat" Kalian dengar bukan" So Eun menerimaku. Aku dan So Eun berpacaran !
Yuhuuu..!!!" Teriak Jin Woo bahagia dengan memutar tubuh So Eun tanpa melepaskan
pelukannya. Membuat semua orang disekitarnya memasang ekspresi bingung, haruskah mereka
bahagia, atau malah justru kesal karena ternyata Jin Woo tidak benar-benar mencoba
untuk bunuh diri. **** "Bahagia itu ketika apa yang kita inginkan dikabulkan oleh Tuhan dan diwujudkan oleh
seorang malaikat dalam pelukan kita."-Kim Jin Woo, Next Love.
To be continued ... ?"Tahukah kalian, apa makna bosan itu sesungguhnya" Bosan bukanlah sebuah perasaan
yang muncul ketika kita telah jenuh melakukan rutinitas yang kita jalani sehari-hari. Bosan
bukanlah sebuah pemikiran dangkal bagi beberapa orang yang akan menjadikannya sebagai
alasan dalam sebuah perselingkuhan. Sesungguhnya, bosan itu adalah sebuah rasa
keraguan pada diri sendiri yang tidak yakin apakah kita seterusnya akan bahagia bersama
pasangan kita atau tidak. Dan itu dialami oleh malaikat cintaku .. Kim So Eun
*** Ada banyak macam hal yang dapat sepasang kekasih lakukan di dunia ini setiap jamnya
dalam sehari. Dan hal-hal manis-lah yang selalu Jin Woo pilih untuk memanjakan
kekasihnya, Kim So Eun. Seperti mengajaknya berjalan-jalan ditaman hiburan, makan
malam romantis, menonton konser boyband yang So Eun idolakan, memberi semua yang
So Eun sukai. Bahkan sampai mendatangi tempat-tempat romantis di Korea, sudah pria itu
lakukan dalam beberapa minggu ini. Awalnya memang berjalan mulus, Meski nampak
canggung berjalan dengan tangan yang Jin Woo gandeng ditempat umum, So Eun masih
dapat tersenyum untuknya. Namun entah apa kesalahan yang telah Jin Woo perbuat,
sehingga sikap hangat So Eun berubah kembali menjadi dingin.
"Ini, cokelat hangat untukmu cagi .." Ucap Jin Woo saat ia dan So Eun berada didalam
sebuah cafe, setelah sebelumnya mereka menonton film romantis bersama.
So Eun menatap kilas secangkir cokelat hangat didepannya lalu kemudian kembali terfokus
pada ponselnya. "Minuman manis lagi. Padahal sebelumnya kau sudah memberiku popcorn
manis dan gulali manis." Keluhnya membuat senyum Jin Woo memudar.
Semua artikel Rainsy Library dilindungi
oleh : Rainsy Library Korean Fanfiction Pengetahuan Indonesia Story T entang Rainsy On going ! T ranslate T his Blog Kategori "Kau tidak suka ya" Kalo begitu, biar aku tukar cokelat hangat ini dengan minuman lain."
Seloroh Jin Woo bangkit dari duduknya namun dengan cepat tangan So Eun menahan
langkahnya. "Apakah kau tidak mengerti dengan apa yang aku katakan barusan" Jin Woo, dengarkan
aku baik-baik. Di dunia ini semua orang mungkin menyukai rasa manis, tapi jika setiap
harinya orang itu selalu diberi makanan yang manis-manis. Maka orang itu akan merasa
bosan, atau bahkan sampai menjadi penyakit jika ia tetap memaksakan diri untuk terus
memakan makanan manis itu. Dan bagiku kau ibarat kue brownies manis yang setiap
harinya terpaksa harus aku habiskan. Aku pulang, dan terimakasih untuk kencan kita hari
ini." Ungkap gadis itu membuat Jin Woo terhenyak. Baru beberapa langkah berjalan, So
Eun sudah berhenti dan berbalik menatap Jin Woo lagi.
"Setelah ini aku akan fokus belajar untuk ujian. Jadi tolong jangan telepon aku." Tukasnya
dan berlalu. Jin Woo mematung ditempatnya, memperhatikan cangkir cokelat diatas meja
disampingnya dengan tatapan kosong. "Ada apa dengan Kim So Eun-ku"" Gumamnya
membatin. Onion Of Love (9) FF Special (13) Fabel (1) Fanfiction (39) Fanfiction Action (18) FF Saeguk (23) Lyric Melody (3) Pengetahuan (6) FF Fantasy (25) For Love One House (12) Indonesia punya cerita (36)
Simple Fanfiction (8) T he Only Earth (11) "**** Malam harinya, Jin Woo tengah terbaring diatas tempat tidur dengan menatap langitlangit kamarnya. Perutnya nampak kembang kempis seiring deru napas yang pria itu hirup
dan dihelanya. Ditariknya salah satu tangan yang ia taruh dibelakang kepala untuk meraih
ponsel yang tergeletak disisinya. Matanya kini beralih menatap layar ponsel yang
menampilkan wajah manis So Eun sebagai wallpapernya, Jin Woo nampak mengulas
senyumnya sembari ibu jarinya yang bergerak mengusap pipi So Eun.
"Apakah ini waktunya" Meski aku sudah mempersiapkan segalanya, tapi kenapa aku tidak
ingin merasakan sakit itu sekarang"" Ujarnya lalu menggeser layar ponsel touchscreennya
pada menu contact untuk mencari sebuah nama yang ada dalam pikirannya kemudian
menekan gambar telepon disana.
Ditempat lain, tepatnya dilantai atas rumah kediaman So Eun. Gadis itu benar-benar
sedang serius berkutat dengan beberapa tumpuk buku pelajaran, saking seriusnya ia
sampai mengabaikan ponselnya yang terus bergetar diatas tempat tidurnya. Untuk malam
ini mungkin So Eun sengaja menulikan telinganya dari deringan ponsel yang terus menerus
meraung meminta untuk disentuh, membuat Jin Woo diseberang sana menjadi semakin
gusar karena panggilan teleponnya tak kunjung tersambung.
Jin Woo menarik napasnya dalam, untuk sedetik selanjutnya ia hembuskan perlahan. Pria
itu bangkit dari tempat tidurnya, meraih salah satu hoodie yang tergantung dalam
lemarinya lalu dipakainya sembari menuruni tangga ke lantai satu. Kim Tae Hee, Ibu Jin
Woo yang saat itu tengah menyiapkan makan malam untuk putra semata wayangnya
tertegun melihat Jin Woo menuruni tangga dengan tergesa-gesa.
"Kau mau kemana sayang""
"Aku ingin pergi sebentar bu. Oh iya, aku pinjam mobilmu sebentar, aku akan segera
kembali." Sahutnya meraih kunci mobil yang bertengger diatas nakas.
Dalam hitungan setengah jam saja, Jin Woo dengan mengendarai mobilnya sudah sampai
di daerah Namyangju tepatnya disekitar rumah kediaman kekasihnya. Setelah tiba
didepan pagar pintu rumah So Eun, Jin Woo mematikan mesin mobilnya, berjalan keluar
untuk memastikan apakah kekasihnya ada didalam rumah atau tidak, tiga minggu menjalin
hubungan dengan kakak kelasnya, Jin Woo cukup hafal betul letak kamar So Eun yang
berada dilantai atas. Dengan memainkan kunci mobil dijarinya, Jin Woo mendongakkan
kepalanya sedikit, fokus terhadap jendela yang setengah terbuka di atas balkon.
Meski Jin Woo tidak benar-benar melihat sosok kekasihnya keluar, namun ia sudah dapat
memastikan bahwa So Eun benar-benar ada didalam kamarnya tengah serius belajar.
Terlihat dari siluet hitam yang nampak dari balik gorden putih bermotif bunga yang
separuhnya berkibar keluar karena tertiup angin. Pria tampan itu tersenyum lembut
menyadari bahwa kebiasaan So Eun yang tidak bisa belajar tanpa menghirup udara segar
masih tidak berubah, itu menandakan bahwa Jin Woo benar-benar mengenalnya. Tapi
mengingat sikap gadisnya yang berubah kembali ke semula belakangan ini, membuatnya
ketar-ketir. Mengoreksi ulang dirinya sendiri apakah pernah berbuat salah padanya,
sebelum Jin Woo menanyakan langsung penyebab perubahan itu pada So Eun.
Apakah dia marah karena tangannya sering ia gandeng saat berjalan melewati lorong kelas"
Ataukah So Eun marah karena Jin Woo yang mengajak So Eun menonton konser Bigbang
bersama, dengan tanpa rasa malu ia meminta agar Leader Bigbang dapat menyanyikan
sebuah lagu khusus untuk So Eun" Apa mungkin, bisa saja So Eun marah karena
belakangan ini, disaat So Eun tengah gigih belajar untuk ujian terakhir yang akan
dilaksanakan besok, Jin Woo justru sibuk dengan trainee-nya di YG Entertaiment"
"Aaarrghh ..!" Jin Woo mengacak rambutnya frustasi memikirkan semua hal itu
membuatnya sakit kepala, ia kembali masuk ke dalam mobilnya namun hanya separuh
badannya saja, hanya untuk mengambil ponselnya yang tertinggal dan mulai kembali
menghubungi So Eun. Namun sampai berulang kali ia mencoba, hasilnya tetap sama,
panggilannya di abaikan. Dan yang tengah So Eun lakukan dikamarnya disaat yang bersamaan adalah menatap layar
ponsel yang terus berdering ditangannya. Ini sudah kali ke sepuluh panggilan tak terkawab
dari Jin Woo muncul dilayar smartphone-nya, namun sepertinya So Eun tidak berniat
sedikitpun untuk menerima panggilan yang ke sebelas itu, padahal fokus matanya tidak
pernah terlepas dari layar ponsel. Ketika sebuah pesan masuk muncul, So Eun segera
membukanya dan membaca isi pesan yang Jin Woo kirimkan.
" Keluarlah, ada yang harus kita bicarakan. Jika tidak, maka aku akan masuk ke
kamarmu " So Eun membulatkan matanya lebar membaca pesan ancaman itu, ia langsung membuka
gorden jendela kamarnya untuk memastikan apakah bocah nekat itu benar-benar sedang
menunggunya diluar" Dari luar pagar, Jin Woo yang melihat So Eun melongok keluar
jendela, segera melambaikan tangannya sembari mengulas senyumnya lebar. Nampak jelas
ketidaksukaan dari raut wajah So Eun atas kehadiran adik kelasnya itu, namun meski
kesal, ia harus tetap datang menemuinya karena jika tidak maka bisa saja Jin Woo
berbuat nekat seperti yang sudah-sudah.
Tak butuh waktu lama, kini So Eun yang mengenakan pakaian santai untuk tidur pun
sudah berdiri berhadapan dengan Jin Woo. "Kenapa kau kemari"! Bukankah aku sudah
melarangmu untuk tidak menghubungiku." Protesnya cemberut,
"Tidak, kau tidak mengatakan seperti itu. Kau hanya melarangku untuk menelponmu tapi
tidak untuk mengirim pesan dan datang menemuimu secara langsung. Lagi pula sekarang
kau sudah selesai belajar bukan"" Sanggah Jin Woo merapihkan tatanan rambut So Eun
yang sedikit berantakan. "Kata siapa" Aku masih belajar sampai kau mengirimkan pesan untukku." Kilahnya yang
justru meniup rambut yang baru ditata oleh Jin Woo.
T ak Berkategori (10) ""Kau berbohong. Kim So Eun, si rangking satu kelas 3A.1 ini selalu belajar dijam 7 sampai
jam 8 malam, dari jam 8 malam, kau akan menghabiskan waktu sampai satu jam ke depan
untuk mendengarkan musik juga membaca buku baik itu komik ataupun novel. Pukul 9
tepat kau mempersiapkan buku pelajaran yang akan dibawa besok hari ke sekolah,
membaca ulang pelajaran-pelajaran itu sebelum dimasukkan ke dalam tas. Dan tepat pukul
10 malam, barulah Kim So Eun-ku tertidur." Tutur Jin Woo membuat So Eun tercengang,
Next Love Karya Rainsy92 di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dan langsung menanyakan sejak kapan Jin Woo memata-matainya. Jin Woo terkekeh
dengan malu-malu akhirnya ia mengakui bahwa dari pertama kali mengenal So Eun, setiap
malamnya ia tidak pernah sekalipun melewatkan kebiasaannya menonton kegiatan So Eun
di dalam kamarnya dari luar pagar seperti sekarang ini.
"Apakah sekenal itu kau padaku"" Tanya So Eun merasa tersentuh. Setelah mendengar
pertanyaan itu dalam sekejap kekehan Jin Woo lenyap seiring benaknya yang teringat
kembali apa tujuannya datang menemui So Eun malam ini.
"Tidak, aku belum mengenalmu 100 persen .. Jika aku sangat mengenalmu, tanpa perlu
bertanya padamu aku pasti tahu alasan kenapa kau berubah akhir-akhir ini. Dan sayangnya
aku tidak tahu penyebabnya, katakan padaku Kim So Eun, kau ingin aku bagaimana""
So Eun menangkap kesedihan dari mata Jin Woo yang menatapnya nanar, wajah ceria
yang selalu pria itu tunjukkan selama ini mendadak hilang entah kemana. Gadis itu baru
menyadarinya bahwa ini adalah kali pertamanya ia melihat wajah Jin Woo muram. "Kim Jin
Woo, kau adalah pria yang baik, bahkan sangat baik. Tapi kau jatuh cinta pada seseorang
yang salah, usiaku lebih tua darimu, aku kakak kelasmu, dan aku tidak ingin mendengar
lagi mereka mencaciku hanya karena kita bergandengan tangan di sekolah. Kim Jin Woo,
aku ingin lebih berkonsentrasi lagi belajar untuk ujian juga tes memasuki universitas jadi
.. Mari kita akhiri saja hubungan yang memang seharusnya tidak pernah kita mulai ini."
Jin Woo menutup kelopak matanya rapat dengan kepala yang tertunduk, seolah dengan
cara itu setidaknya ia dapat menahan rasa perih yang mengiris hatinya. Sejak awal, Jin
Woo adalah pria yang dapat selalu mengabulkan keinginan gadis yang paling dicintainya
itu. Namun ada sebuah permintaan yang paling Jin Woo takutkan akan terucap dari bibir
manis So Eun. Dan satu permintaan So Eun yang tak sanggup Jin Woo kabulkan adalah
mengakhiri hubungan mereka.
"Tidak, aku tidak bisa melepaskanmu. Aku tidak bisa mengakhiri hubungan ini. Aku
mencintaimu Kim So Eun." Tolak Jin Woo meraih dan menggenggam kedua tangan
kekasihnya. Namun baru sebentar menggenggamnya, So Eun sudah menarik tangannya
agar terlepas. "Kita berbeda, aku tidak ingin bermain-main lagi denganmu. Aku benar-benar ingin serius
belajar." "Jika kau ingin serius belajar, aku bisa memberimu waktu dan selama waktu yang sudah
ditentukan itu aku tidak akan mengganggumu. Aku berjanji, jika kau membutuhkan
konsentrasi tinggi untuk fokus ujian akhir sekolah dan ujian masuk universitas maka aku
tidak akan mengganggumu, sama sekali. Tapi aku mohon tolong jangan akhiri hubungan
ini, aku mencintaimu." Ucap Jin Woo dengan menatap nanar ke arah mata indah So Eun.
Saat ini gadis itu pasti juga melihatnya, melihat rasa takut kehilangan yang sangat besar
dari sorot mata Jin Woo. Mungkin karena hal itulah, So Eun memutuskan untuk menarik
kembali ucapannya. So Eun menepuk lembut beberapa kali pipi Jin Woo, saat tangannya hendak ditarik. Jin
Woo justru menahannya agar tetap menyentuh pipinya. Lalu kemudian pria itu
menggenggam jemari So Eun dengan sesekali menciumnya.
"Pulanglah, ini sudah malam .. Besok kita akan bicarakan masalah ini lagi." Titahnya
sebelum berlalu dari hadapan Jin Woo.
**** Dikeesokan harinya, Jin Woo yang sudah terbiasa menjemput So Eun berangkat sekolah
bersama, terkejut melihat seorang pria dengan seragam sekolah yang sama dengan dirinya
tengah berdiri disamping mobil yang ia parkir tepat didepan pintu gerbang rumah So Eun.
Saat itu, Jin Woo yang membawa sebuah pot yang berisi bunga tulip putih yang sedang
mekar diam mematung ditengah trotoar jalan. Selang beberapa saat kemudian, dengan
wajah riangnya So Eun muncul dari dalam, ia memamerkan senyum manisnya pada pria itu
lalu kemudian sang pria membukakan pintu untuk So Eun. Jin Woo yang statusnya masih
sebagai kekasih So Eun pun tak tinggal diam, ia mempercepat langkahnya menghampiri
mereka. "So Eun .." Panggilnya lirih, melempar pandangan ke arah pria itu kilas lalu terfokus pada
gadisnya. "Jin Woo, maaf sepertinya untuk hari ini aku tidak bisa berangkat sekolah bersamamu
dengan naik bus. Ada banyak hal yang harus aku kerjakan disekolah jadi aku meminta Yi
Jeong untuk menjemputku. Kau tidak apa-apa bukan"" Tanya So Eun dengan merangkul
lengan pria itu membuat Jin Woo sedikit merasa tidak nyaman, namun ia tetap mencoba
agar sikapnya tetap biasa-biasa saja didepan So Eun.
"Oh, baiklah .. Tentu, kau boleh berangkat bersama Yi Jeong hyung. Oh ini .. Bunga
untukmu, rawat dia baik-baik sampai tumbuh menjadi taman bunga. Kalau begitu, aku
pergi dulu .. Yi Jeong hyung, aku titipkan So Eun padamu. Berhati-hatilah, sampai jumpa."
Balas Jin Woo yang langsung bergegas pergi setelah mengecup sayang kening kekasihnya
dan menyerahkan bunga tulip yang masih berada didalam potnya itu pada So Eun.
Seiring punggung Jin Woo yang bergerak semakin menjauh, So Eun mengendurkan
rangkulannya pada Yi Jeong, sepertinya benar, dia memang sengaja membuat Jin Woo
patah hati menggunakan cara yang curang.
"Pria itu, dia sangat mencintaimu Kim So Eun .." Ulas Yi Jeong membuat mata So Eun
"teralih padanya. "Tapi aku tidak mencintainya." Bantahnya lalu kemudian memasuki mobil.
**** Jam sudah menunjukkan pukul tiga sore, hari ini adalah hari terakhir So Eun ujian. Jadi
sudah dipastikan ia akan pulang lebih awal dan tujuan Jin Woo melangkah menuju ruang
kelas 3A.1 adalah untuk mengajaknya pulang bersama. Jin Woo yang sepertinya sedang
tidak enak badan itu memaksakan diri untuk tersenyum, meski bibir pucatnya berkata hal
yang sebaliknya. Langkah kakinya tertahan ketika tepat dibelakang pintu kelas 3A.1 yang
terbuka ia mendengar percakapan antara So Eun dan Yi Jeong.
"Sudahlah, akhiri saja kebohonganmu Kim So Eun. Kau melukainya," Pinta Yi Jeong
memaksa Jin Woo yang tak sengaja menguping tetap berdiri dibalik pintu kelas.
So Eun menggeleng lemah, " Aku tidak bisa, aku ingin secepatnya mengakhiri hubungan
ini. Ini sebuah kesalahan, berpacaran dengan pria yang usianya dibawahku itu membuat
aku dipandang buruk oleh orang lain. Kau lihat saja semua pasang mata yang melihatku
setiap Jin Woo menggenggam tanganku disekolah, itu tatapan cacian dan hinaan bagiku,
dan aku muak diperlakukan seperti itu. Jika cara berpura-pura selingkuh denganmu ini
tetap gagal aku akan mencari cara lain untuk memutuskannya. Bukankah lebih baik begini,
meninggalkannya sebelum aku atau Jin Woo semakin terluka karena hubungan tidak
normal ini." Mata Jin Woo berkaca-kaca mendengar pengakuan mengejutkan dari kekasihnya itu,
bagaimana mungkin gadis manis yang dicintainya selama ini hanya beranggapan bahwa
jalinan cinta yang coba Jin Woo rajut adalah salah. Jin Woo berbalik arah, ia tak sanggup
lagi berpura-pura memasang wajah sumringahnya setelah mendengar hal menyakitkan itu,
mungkin lebih baik Jin Woo urungkan saja niatnya mengajak So Eun pulang bersama.
Dengan langkah terhuyung-huyung Jin Woo berjalan menyusuri lorong sekolah, sakit hati
yang sekarang dirasakannya ternyata berdampak buruk juga bagi kondisi tubuhnya yang
semakin melemah. Jin Woo hampir saja kehilangan keseimbangan tubuhnya dan akan
jatuh, namun ia berhasil menahan diri dan melanjutkan langkahnya keluar gedung sekolah
.. Namun tepat dipelataran sekolah yang luas, tubuh Jim Woo ambruk seketika, ia
terkapar tak berdaya disana dengan keringat dingin yang membasahi wajahnya.
**** So Eun yang pulang dengan menggandeng lengan Yi Jeong ditatap sinis oleh ratusan mata
yang berpapasan dengan mereka. Merasa ditatap tajam oleh banyak siswa, So Eun mulai
merasa terganggu hingga akhirnya ia memberanikan diri untuk bertanya dan kali itu yang
ia hadang jalannya adalah Sora.
"Tunggu, ada apa ini" Kenapa kau menatapku seperti itu, huh"" Tanya So Eun galak.
"Harusnya aku yang bertanya seperti itu padamu. Kenapa kau pulang dengan
bergandengan bersama Yi Jeong sedangkan kekasihmu Kim Jin Woo tengah terbaring
lemah dirumah sakit" Kau benar-benar wanita yang jahat Kim So Eun !! Setelah kau
merebut Jin Woo dari tangan kami para fans-nya, kau malah membuangnya seperti sampah
sekarang. Jin Woo benar-benar tidak pantas mencintai wanita sepertimu secara
berlebihan." Ungkap Sora meluapkan kemarahannya, membuat Yi Jeong dan So Eun
tertegun setelahnya. "Jjadi .. Jin Woo sakit karena aku"" Gumam So Eun lirih.
"Kau butuh tumpangan" Aku akan mengantarkanmu ke rumah sakit untuk menemuinya."
Sela Yi Jeong merasa bersalah karena jika memang Jin Woo sakit karena perbuatan So Eun
yang melukainya, itu berarti Yi Jeong juga ikut andil didalamnya, dan rencananya ia akan
meminta maaf pada Jin Woo secara langsung.
"Tidak, aku tidak akan pergi ke rumah sakit. Antar aku pulang saja ke rumah." Sahut So
Eun membuat Yi Jeong tercengang.
**** Tae Hee baru saja membantu Jin Woo untuk meminum obatnya setelah sebelumnya
menyuapi putranya makan. "Sekarang kau istirahat ya sayang, tapi ibu masih merasa
bingung. Kenapa kau tidak mau tinggal dirumah sakit saja" Bukankah tadi Dokter
mengatakan kondisimu masih sangat lemah""
"Aku hanya tidak ingin dianggap pria yang lemah saja bu, lagi pula aku hanya demam biasa
jadi tidak perlu perawatan yang berlebihan dirumah sakit. Cukup ada ibu saja
disampingku, itu lebih dari sebuah perawatan yang mahal." Jawab Jin Woo memeluk
lengan ibunya erat. Tae Hee yang menangkap keanehan dari sikap Jin Woo pun akhirnya bertanya, "Apa yang
terjadi denganmu sayang" Apakah ini masalah remaja" Kau putus dengan kekasihmu""
"Aku tidak ingin putus dengannya bu, aku ingin terus menggenggam tangannya. Tapi dia
.." Jin Woo mengakhiri ucapan yang bahkan belum sempat ia selesaikan, sepertinya ia
benar-benar tidak sanggup menceritakan hal apa saja yang So Eun perbuat hanya untuk
memutuskannya. "Dengarkan ibu baik-baik, cinta memang pantas untuk diperjuangkan tapi jika salah
satunya tidak memiliki keinginan untuk berjuang bersama, lalu untuk apalagi
dipertahankan" Lagi pula bukankah pacarmu itu sebelumnya memiliki mantan kekasih yang
selalu memaksakan kehendaknya" Jadi, jika kau terus memaksa gadis itu untuk tetap
mencintaimu bukankah itu artinya kau sama saja dengan mantan kekasihnya itu" Cinta itu
tidak bisa dipaksakan Jin Woo. Ya sudah, pejamkan matamu. Ibu harus kembali ke kantor,
baik-baik dirumah ya sayang." Pamit Tae Hee setelah memberi nasehat pada putranya.
**** "Sementara itu di rumah kediaman So Eun, Kim Rae Won ayah So Eun baru saja pulang dari
kantor. Begitu sampai dirumah ia langsung memanggil putrinya tepat dibawah anak tangga
yang menuju lantai dua. Mendengar namanya dipanggil, So Eun bergegas menuruni
tangga. "Coba tebak, apa yang akan ayah tunjukkan padamu"" Ujarnya bermain teka-teki dengan
putri satu-satunya itu. So Eun mengernyitkan keningnya sembari satu jarinya ia taruh
diatas dagu, tengah berpikir. Namun sampai satu menit berlalu, ia tak kunjung
menemukan jawaban yang tepat.
So Eun menggeleng lemah, pertanda bahwa ia memilih untuk menyerah. Membuat Rae
Won mau tak mau harus menunjukkan hadiahnya pada So Eun.
"Tadda !! Pasport dan tiketmu menuju Lost Angels sudah siap, besok tepat pukul 9 pagi
pesawatmu akan berangkat !!" Tuturnya antusias mengingat So Eun akhirnya dapat
mewujudkan cita-citanya sejak lama untuk bersekolah diluar negeri. Rae Won langsung
mendekap tubuh putrinya dengan pasport dan tiket yang masih ada dalam tangannya.
Jauh berbeda dengan wajah riang ayahnya, So Eun justru nampak tidak senang
mendengar kabar menggembirakan itu. Yang ada dalam benaknya saat ini adalah
bagaimana perasaan Jin Woo yang sedang sakit jika ia mendengar kekasih yang paling
dicintainya akan pergi jauh"
"Ayah .." Panggil So Eun yang masih dalam pelukan ayahnya.
"Ya .." "Bisakah aku membatalkan keberangkatanku""
Pertanyaan mengejutkan yang terlontar dari mulut putrinya membuat Rae Won langsung
mengendurkan pelukannya. "Apa" Membatalkan ini semua, apa kau sedang bercanda So
Eun, bukankah ini mimpi besarmu"" Tanyanya tak mengerti.
So Eun tertawa hambar, "Ya, tentu saja aku sedang bercanda ayah. Bagaimana mungkin
aku mengacaukan kesempatan yang mungkin hanya akan datang sekali dalam hidupku."
"Bagus. Ini, simpan tiket dan pasportnya baik-baik. Ayah akan pergi mandi sebentar
setelah itu kita makan malam bersama." Tukas Rae Won melangkah memasuki kamarnya.
Namun sebelum ayahnya benar-benar tenggelam dibalik pintu, So Eun kembali memanggil
ayahnya. "Bolehkah aku menemui seseorang sebentar saja""
"Tentu, pulanglah sebelum pukul sembilan malam."
**** Istirahat Jin Woo terusik ketika suara bel rumahnya ditekan berulang kali oleh seseorang.
Dengan terpaksa Jin Woo yang dikepalanya masih terdapat kain pengompres mengubah
posisinya menjadi duduk, diam sesaat untuk meredakan sakit dikepalanya sebelum keluar
dari kamarnya untuk membukakan pintu rumah yang sudah diketuk-ketuk.
"So Eun .." Jin Woo nampak terkejut mendapati gadisnya sudah berdiri didepan pintu.
"Jin Woo, bisa kita .."
"Masuklah, kita bicara didalam." Potong Jin Woo mempersilahkan tamunya untuk duduk
diruang tengah. Jin Woo mengambil dua minuman kaleng dari dalam lemari esnya untuk
disugguhkan pada So Eun. "Terimakasih .." Ucap So Eun yang sudah duduk disebuah sofa panjang canggung. Jin Woo
menggangguk lalu kemudian memposisikan dirinya duduk disamping So Eun.
"Rumahmu cukup luas, dimana orangtuamu"" Tanya So Eun basa-basi.
"Ibuku baru saja pergi ke kantor setelah menyuapiku makan dan obat. Rasanya kepalaku
masih sedikit pusing sekarang, jika tidak ada yang ingin kau bicarakan. Maka kau boleh
pulang, aku butuh istirahat sekarang." Jawabnya beringsut pergi menapaki satu persatu
tangga menuju lantai dua. So Eun nampak kebingungan melihat kekasihnya pergi
meninggalkannya seorang diri dilantai bawah, ia ingin menyusul Jin Woo tapi rasanya itu
terlalu berbahaya mengingat di dalam rumah itu hanya ada dirinya dan Jin Woo saja. Jika
ia memutuskan untuk pulang sekarang, maka So Eun tidak akan bisa melihat Jin Woo lagi
selamanya. Meski masih ragu, akhirnya So Eun memilih untuk mengekor dibelakang Jin
Woo. Yeah, love is pain ! Dedicated to all my broken-hearted people. One?"?"?"s old a
flame Just scream my name. And I?"?"?"m so sick of love songs. Yeah, I hate
damn love songs, memento of ours Geojitmal?"?"?"
Sepenggal lirik lagu dari Bigbang berjudul Lies menyambut kedatangan So Eun yang tiba
diambang pintu kamar Jin Woo. Ia mematung disana melihat dinding putih dikamar iti
dipenuhi dengan foto-fotonya saat berkencan bersama Jin Woo. Lirik lagu yang
tertangkap ditelinganya seolah menyinggung dirinya yang berbohong pada Jin Woo hanya
untuk mengakhiri hubungan mereka. So Eun tertunduk dalam, disaat itulah Jin Woo yang
sedari tadi duduk ditepian tempat tidur meraih jemari So Eun. Dari sentuhan itu, So Eun
dapat merasakan suhu tubuh Jin Woo yang berada diatas normal, dia benar-benar sedang
sakit sekarang. "Katakanlah, apa yang ingin kau sampaikan padaku""
"Aku. Aku hanya ingin memberitahumu, bahwa besok aku akan berangkat ke L.A .. Aku
akan melanjutkan sekolahku disana, aku datang kemari hanya untuk berpamitan
denganmu. Kim Jin Woo, selamat tinggal," Ucap So Eun hendak pergi namun Jin Woo
segera bangkit dan langsung mendekap tubuh So Eun erat.
""Haruskah seperti ini" Haruskah hubungan kita berakhir seperti ini"" Ujarnya tanpa ingin
melepaskan pelukannya pada So Eun.
"Kita memang harus seperti ini Jin Woo. Kita memang harus berakhir seperti ini. Kau
cukup banyak menderita karenaku sebelumnya. Dan sekarang, aku akan mengakhiri
penderitaanmu dengan cara pergi dari kehidupanmu selamanya." Jawab So Eun
melepaskan tubuhnya dari pelukan Jin Woo.
"Baiklah, jika kau ingin pulang .. Aku akan mengantarkanmu." Seloroh Jin Woo
mengenakan hoodie-nya. "Tapi Jin Woo, bukankah kau sedang sakit""
"Aku akan lebih sakit jika tidak bersamamu. Tunggu sebentar,"
**** Selang beberapa menit kemudian, mereka sudah sampai didepan rumah So Eun. Namun
sudah satu menit berlalu, tidak ada salah satu diantara mereka yang berkeinginan untuk
keluar dari dalam mobil yang mereka tumpangi itu. Mereka tengah sibuk dengan pikiran
masing-masing, hanya nyanyian Bigbang masih dengan judul yang sama-lah yang meredam
kesunyian itu. "Aku masuk dulu, terimakasih kau sudah mau mengantarku." Ucap So Eun bersiap untuk
turun, "Tunggu .." Cegah Jin Woo membuat sebelah kaki So Eun yang sudah menapak jalanan
aspal terpaksa harus kembali masuk ke dalam mobil.
"Apakah kau tahu" Aku masih sangat mencintaimu. Aku tidak memiliki keinginan sedikit
pun untuk berpisah denganmu, karena aku masih ingin bersamamu. Tapi setelah semua
hal yang kita lalui, rasanya akan sangat sulit jika aku mempertahankan hubungan ini
seorang diri. Kau meminta putus dengan banyak alasan yang tidak wajar, kau mengatakan
ingin serius belajar, tapi meski kau tengah terpecah konsentrasinya ketika memiliki
masalah dengan Kim Bum, kau bahkan masih bisa mendapatkan nilai 100 dalam pelajaran
Matematika, itu membuktikan bahwa kau telah berbohong. Dan tadi pagi, kau meminta Yi
Jeong hyung menjemputmu hanya untuk membuat aku marah dan akhirnya
memutuskanmu bukan" Kau tidak sungguh-sungguh berselingkuh dibelakangku. Dan itu
untuk kedua kalinya kau berbohong, sekarang .. Apalagi" Kau mengatakan akan pergi ke
L.A "" Apakah itu kebohonganmu lagi"!"
"Jin Woo, kau, mengetahui semuanya" Ta-tapi kali ini aku tidak berbohong .. Aku benarbenar akan pergi ke Lost Angels besok." Ungkap So Eun menunjukkan tiket dan
pasportnya pada Jin Woo. Jin Woo mengusap wajahnya yang kusut setelah memastikan bahwa tiket pesawat dan
pasport itu benar-benar milik So Eun. Jin Woo terlihat menarik napasnya dalam, sebelum
mengatakan hal yang mungkin akan membuatnya menyesal suatu hari nanti. Ia melangkah
keluar dari mobilnya, kemudian membukakan pintu untuk So Eun ..
"Keluarlah .. Ini sudah malam." Perintahnya yang langsung So Eun patuhi. Begitu gadisnya
Next Love Karya Rainsy92 di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sudah benar-benar berdiri sempurna dihadapannya, Jin Woo bergerak maju dengan
sepasang matanya yang tak pernah teralihkan dari mata indah So Eun. Gadis itu nampak
tegang saat wajahnya dan wajah Jin Woo berjarak sangat dekat. Ia memejamkan matanya
erat seiring bibir Jin Woo yang mengecup kilas bibir So Eun dan beralih mencium kening
So Eun penuh rasa sayang.
"Pergilah, aku merelakanmu sekarang. Aku akan mencoba bahagia meski tanpamu
bersamaku. Kim So Eun, mari kita berpisah."
So Eun menitikkan airmatanya mengiringi kepergian Jin Woo yang melaju cepat
meninggalkannya bersama mobil yang ia kendarai.
"Selamat tinggal Kim Jin Woo .."
**** "Hari yang ku lalui tanpamu ini terlalu panjang. Ku berdoa, semoga aku melupakanmu
(Itu bohong). Tanpamu kebahagiaan tak bisa kutemukan dalam diriku. Ku tak ingin hidup
lagi. Aku sangat menyesal, tapi aku mencintaimu, ini semua bohong. Sebelumnya aku tak
tahu, tapi aku tahu sekarang bahwa aku membutuhkanmu." Bigbang-Lies
To be continued ... ?"Beberapa detik setelah Jin Woo memarkirkan mobilnya diluar gedung bandara, ia bergegas
masuk ke dalamnya. Berlari kesana-kemari mencari seseorang diantara ribuan orang yang
memadati tempat itu. Ya, Jin Woo saat ini tengah mencari sosok gadis pujaannya yang
akan pergi ke Lost Angels hari ini tempat pukul 09:00 KST. Dengan matanya yang terlihat
berair, Jin Woo kembali mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Ia menyesal, sangat
menyesali kebodohannya yang justru merelakan So Eun pergi semalam. Dan kedatangan
Jin Woo kemari adalah untuk memperbaiki semuanya,
"Aku harap, ini semua belum terlambat." Ucapnya dalam hati sembari mencari So Eun ke
bagian lain airport. Satu tangkai bunga tulip yang ada dalam genggaman tangan Jin Woo seolah tertarik oleh
hempasan angin yang bertiup berlawanan arah dengan laju lari pria tampan itu yang
semakin cepat, terlebih lagi setelah mendengar informasi dari petugas bandara yang ia
tanyai barusan bahwa ternyata pesawat menuju Lost Angels beberapa menit lalu baru saja
lepas landas. Bahu Jin Woo merosot lemah seiring langkahnya yang terhenti tepat didepan sebuah
dinding kaca transparan berukuran raksasa. Yang menyajikan proses bagaimana sebuah
pesawat penumpang lepas landas dari daratan.
"Kim. So. Eun .." Lirih Jin Woo terbata, seiring jemarinya yang masih menggenggam satu
tangkai bunga tulip putih itu terlepas.
Dia terlambat, waktu tidak dapat terulang Jin Woo. Kau harus menerima konsekuensi atas
kebodohanmu melepaskan gadis yang sangat kau cintai sekarang. Sudahlah, ikhlaskan saja.
"Aku gagal, aku gagal mempertahankan cintaku. Aku harap, pada cinta yang berikutnya
aku tidak akan melakukan kebodohan yang sama seperti ini lagi." Ungkap Jin Woo
berharap dengan kepala yang tertunduk seraya beranjak dari tempatnya berdiri semula.
Meninggalkan cintanya, meninggalkan bandara juga meninggalkan satu tangkai bunga tulip
yang dibawanya diatas lantai yang dingin.
Sebuah tangan memungut bunga tulip yang terabaikan dilantai itu selang beberapa saat
setelah Jin Woo pergi, dan tangan itu milik Kim So Eun. Merasa mengenali siapa yang
meninggalkan bunga itu disana, gadis itu langsung mengalihkan pandangannya ke sekitar.
"Jin Woo .. Apakah itu kau"" Gumamnya lirih, mengalihkan pandangannya pada tangkai
bunga yang kini ada dalam tangannya.
"Sayang, maafkan ayah ya" Jika saja ayah tidak sakit perut. Mungkin kita dapat pergi di
jam penerbangan pertama." Seloroh Rae Won merasa bersalah. Melihat ayahnya melangkah
menghampiri, So Eun segera menyembunyikan bunga yang ia pungut tadi dibalik
punggungnya. Semua artikel Rainsy Library dilindungi
oleh : Rainsy Library Korean Fanfiction Pengetahuan Indonesia Story T entang Rainsy On going ! T ranslate T his Blog Kategori Onion Of Love (9) FF Special (13) Fabel (1) Fanfiction (39) Fanfiction Action (18) FF Saeguk (23) Lyric Melody (3) Pengetahuan (6) FF Fantasy (25) For Love One House (12) Indonesia punya cerita (36)
Simple Fanfiction (8) T he Only Earth (11) ""Itu tidak masalah ayah, lagi pula kita masih dapat pergi pada jam penerbangan berikutnya
bukan"" Balasnya tidak terlalu mempermasalahkannya.
Rae Won terkekeh, mengacak gemas rambut putrinya. "Ya sudah, ayo ! Kita tunggu disana
saja." Ajaknya kemudian menunjuk ke arah deretan kursi tunggu di lobi pemberangkatan.
So Eun menyeret koper yang dibawanya dengan sesekali menoleh ke belakang,
memastikan untuk yang terakhir kalinya, bahwa Jin Woo benar-benar tidak berada
ditempat itu untuk mencarinya.
"Aku gagal, aku telah gagal mengungkapkan kebenaran yang selama ini aku sembunyikan
padamu Jin Woo. Kebenaran bahwa sebenarnya, aku juga menyukaimu, sangat
menyukaimu. Hanya saja, perbedaan usia kita membuatku bimbang. Selamat tinggal Kim
Jin Woo, aku harap dipercintaanku selanjutnya .. Aku dapat mengakui bahwa aku jatuh
cinta." Meet You Chapter : 05 "Happy Reading"
Dua tahun kemudian .. "Katakan padaku, motivasi apa yang membuatmu bekerja sangat keras untuk menjadi
bintang"" Tanya salah seorang juri saat Jin Woo dan timnya memenangkan sebuah
perlombaan. "Aku ingin tetap dilihat oleh seseorang, sejauh apapun dia pergi meninggalkanku. Di
tempat itu, dia tetap akan melihatku." Jawab Jin Woo teringat kembali tentang So Eun.
"Hey hyung ! Apa yang sedang kau tonton" Iissh .. Acara itu lagi, apakah kau tidak bosan"
Kau sudah menontonnya ribuan kali selama dua tahun ini." Tegur Taehyun yang duduk
dibelakang Jin Woo saat mereka dalam perjalanan menggunakan mobil van menuju salah
satu tempat konser Winner di Tokyo, Jepang.
Jin Woo yang rupanya tengah menonton ulang program reality survival yang
mengantarkannya menjadi publik figur terkenal seperti sekarang ini mengulas senyum.
"Melihatnya, membuatku ingin kembali ke masa lalu."
Mino yang posisi duduknya berada disebelah Taehyun terkejut, dan langsung berpindah
tempat menjadi disebelah Jin Woo. Padahal disana sudah ada Seungyoon dan Seunghoon.
"Hey ! apa yang kau lakukan Mino" Tempat dudukmu disana, ini sempit sekali !" Protes
Seungyoon mendorong kuat bahu juniornya. Namun Mino tetap bergeming, membuat
Seunghoon terpaksa mengalah dan memilih untuk pindah ke belakang berasama Taehyun
dengan melompati kursinya.
"Jadi maksudmu, kau tidak menyukai kebersamaan kita sekarang" Benar begitu hyung""
Tanyanya pada Jin Woo yang masih terfokus pada layar laptopnya.
"Bukan begitu, aku hanya .." Belum juga Jin Woo menuntaskan kalimatnya, sebuah
deringan telepon lebih dulu menyela, merasa suara itu adalah nada dering ponsel miliknya.
Jin Woo segera menekan tombol yang tersemat pada earphone yang menyumpal sebelah
telinganya. "Yeoboseo.." Sapanya pada seseorang yang menghubunginya.
"Kim Jin Woo !" Panggil Tae Hee, Ibu Jin Woo dari seberang telepon.
"Kapan kau akan pulang" Apakah tidak menghadiri acara pernikahan ibumu sendiri itu
tidak cukup membuatmu merasa berdosa" Cepatlah pulang ! Ibu merindukanmu sayang
.." "Ibu, bukankah sekarang kau sedang berbulan madu di pulau Jeju" Lalu kenapa sekarang
kau justru merindukanku" Apakah ayah baruku tidak memuaskanmu"" Goda Jin Woo
membuat ke-4 member Winner yang lain membelalakan matanya.
"Eeeerrr...!!" Seloroh Mino menirukan suara kucing yang sedang berkelahi disambut
jitakan kepala oleh Seungyoon dan Seunghoon sedangkan Taehyun hanya terkikik geli.
"Hey-hey, hey .. Bicara apa kau ini. Semakin dewasa kau semakin nakal ya," Timpal Tae
Hee yang baru menyadari bahwa Jin Woo sudah cukup dewasa untuk mengatakan hal
seperti tadi. "Bukan begitu, ayahmu tentu dapat memuaskanku. Ibu hanya merasa
kasihan saja pada saudara tirimu yang pasti sangat kesepian di sini, dia seorang gadis
yang pendiam dan sikapnya sedingin es. Itu membuat ibu kesusahan menjadi akrab
dengannya, usiamu dan kakak perempuan barumu itu hanya berbeda dua tahun, jadi ibu
rasa kau dapat menjadi teman baik baginya." Ucap Tae Hee mengungkapkan keluh
kesahnya. Jin Woo menarik napasnya dalam sebelum akhirnya ia mengiyakan permintaan
ibunya yang menyuruh untuk cepat kembali ke Korea.
"Baiklah bu, besok aku akan pulang ke Korea. Lagi pula hari ini adalah konser terakhir
Winner di Jepang." Ujarnya mengalah, hendak mematikan ponselnya namun lebih dulu
ditahan oleh Tae Hee. "Tunggu sebentar, jika kau sudah pulang. Kau langsung datang ke pulau Jeju saja, bantu
kami mengemas beberapa barang yang nanti akan kami bawa ke Seoul. Ya sudah sayang,
sampai jumpa di Korea, aku mencintaimu !" Pesan Tae Hee mengakhiri obrolannya
bersama Jin Woo di telepon.
"Setelah ini, apakah kau akan berlibur di Jeju Jin Woo"" Tanya Seunghoon memastikan,
"Pasti akan seru jika disana kita adakan pesta barbeque." Tambah Taehyun antusias.
"Whoa ! Itu ide yang sangat bagus, lalu kapan kita akan kesana"" Imbuh Mino mulai
T ak Berkategori (10) "bersemangat. "Ck ! Dasar kalian ini, aku pergi ke Jeju bukan untuk berlibur. Tapi untuk membantu ibu
dan ayah baruku pindah rumah ! Kalian boleh saja ikut bersamaku, hanya saja .. Apakah
diantara kalian ada yang bersedia membantuku mengangkat barang-barang"" Sahut Jin
Woo membuat ke empat temannya yang sudah bersemangat perlahan menjauhkan tubuh
mereka dari Jin Woo. "Tidak terimakasih, ada baiknya jika kita berempat menonton tv saja di dorm. Benar
begitu kan"" Tolak Seungyoon meminta dukungan dengan menyenggol teman
disebelahnya. Mino, Taehyun dan Seunghoon serta merta mengiyakan ucapan Leader
Winner itu yang mencoba untuk melindungi mereka dari kerja paksa yang Jin Woo
tawarkan. "Ck ! Itu sudah ku tebak sebelumnya. Sudahlah, aku ingin tidur sekarang. Bangunkan aku
jika sudah sampai nanti." Amanat Jin Woo mulai memejamkan matanya, setelah
sebelumnya memasang kembali earphone ditelinganya.
Dia masih Kim Jin Woo hanya saja sikapnya sudah berubah menjadi pendiam tidak seperti
sewaktu ia SMA dulu, yang suka sekali berbicara. Tentu saja kalian tahu apa penyebabnya
bukan" Ya, sikapnya berubah sejak kehilangan cintanya. Kim So Eun.
**** Di belahan dunia bagian lain, seseorang yang tengah duduk ditepi pantai juga tengah
memejamkan matanya, dengan sepasang earphone putih yang terkait dikedua telinganya.
Bulu matanya yang lentik nampak semakin indah diterpa hembusan angin laut yang juga
membuat rambut hitam panjangnya meliuk-liuk.
"So Eun ! Ayo kemari, ikutlah bergabung dengan kami menikmati matahari terbenam
dengan meminum air kelapa !" Seru Rae Won, ayah So Eun dari kejauhan yang juga tengah
duduk ditepian pantai bersama istri barunya.
So Eun membalas panggilan ayahnya dengan melambaikan sebelah tangannya tinggi. "Tidak
usah ! Nikmati saja bulan madu kalian, aku akan pulang ke rumah saja !" Balasnya beranjak
berdiri untuk melangkah pergi menuju rumah pantai yang sengaja dibangun oleh Rae Won
untuk mendiang ibu So Eun semasa hidupnya dulu.
Untuk menuju rumah pantainya, So Eun hanya perlu berjalan melalui dataran pasir di
pesisir pantai, membelah rerimbunan padang ilalang kecil yang sudah menguning, dan
menaiki anak tangga menuju sebuah rumah bercat putih yang berada diatas bukit kecil
itu. Begitu masuk ke dalam rumah, So Eun langsung melempar topi pantai yang tak pernah
ia kenakan dikepalanya itu asal. Menjatuhkan tubuhnya diatas sofa panjang kemudian
menyalakan acara tv yang menyiarkan secara live sebuah konser boyband ternama Korea.
So Eun terlihat membuang napasnya kasar menonton acara musik itu, lalu saat sang Host
mempersilahkan boyband yang mereka undang untuk naik ke atas panggung, gadis itu
malah beringsut pergi. "Aku benci boyband !" Ungkapnya bergerak memasuki kamar.
**** Jin Woo dan para member Winner baru saja menyelesaikan tugas mereka menghibur para
penggemar diatas panggung. Raut wajah mereka nampak sangat ceria terkecuali wajah Jin
Woo yang justru terlihat murung.
"Kau kenapa hyung"" Tegur Seungyoon menepuk bahu Jin Woo.
"Tidak apa-apa." Jawabnya singkat,
"Manajer.Cha! Konser kami sudah selesai disini, bolehkah aku pulang ke Korea malam ini
juga"" Sambungnya meminta izin. Tn.Cha selaku manajer dari Winner melihat jam
tangannya kilas sebelum menjawab pertanyaan yang Jin Woo ajukan.
"Tentu saja boleh, hanya saja .."
"Tolong urus segala sesuatunya, aku harus segera kembali ke Korea." Sela Jin Woo
memotong ucapan manajernya kemudian berlalu meninggalkan ke -4 temannya dengan
tanda tanya besar diatas kepala.
"Kenapa dia"" Tanya Seunghoon menyenggol Taehyun yang justru menggelengkan
kepalanya dan melempar pandang ke arah Mino yang tengah menikmati burgernya. Namun
Mino hanya menggedikkan bahunya dan menoleh ke arah Seungyoon selaku sang leader.
Seungyoon yang terkejut karena diserbu picingan mata tajam oleh ke tiga member yang
lain melongo, lalu mengarahkan telunjuknya pada sang manajer.
"Aku" Kenapa kalian menanyakannya padaku" Aku tidak tahu apa-apa." Balas Manajer Cha
dengan polosnya. **** Jarak antara Jepang dan Korea tidaklah jauh, dalam hitungan beberapa jam saja jika
menggunakan jalur udara maka kau akan segera sampai. Hanya saja, bagi Jin Woo yang
sudah tidak sabar untuk pulang, tentu merasa waktu bergulir lebih lama dari sebelumnya
saat ia berada dalam pesawat menuju Korea. Entah kenapa, setelah mengobrol dengan
ibunya lewat telepon beberapa waktu lalu. Ia mendadak teringat So Eun, dan berharap
gadis yang ibunya bicarakan itu adalah So Eun. Meski kebenaran dari firasat hatinya hanya
satu persen saja, namun Jin Woo akan lebih memilih satu persen itu untuk ia percayai.
Karena menurutnya, tidak mungkin ada 100% jika satu persen tidak ada.
"Ciri-ciri yang ibu katakan, benar-benar persis dengannya. Kim So Eun, tunggulah .. Aku
akan segera menemuimu."
**** "Pagi yang indah, matahari bersinar cerah, udara sejuk berkumpul disekeliling, dan kicauan
burung yang hilir mudik berterbangan menyemarakkan suasana pagi. So Eun yang saat itu
tengah menyirami kebun bunga tulipnya yang sedang bermekaran, tersenyum manis
menyapa satu persatu tanaman kesayangannya itu. Sementara Tae Hee yang tengah
menuangkan teh ke dalam sebuah cangkir untuk suaminya, ikut tersenyum senang
memperhatikan So Eun dari teras rumah.
"Sayang ! Ada telepon dari Ji Hyun, dia ingin berbicara denganmu !" Seru Rae Won dari
jendela rumah yang terbuka.
"Baik ! Tunggu sebentar ayah, aku akan kesana !" Sahut gadis itu mematikan keran air
yang tadi digunakannya untuk menyiram bunga lalu bergegas memasuki rumah setelah
sebelumnya mengambil roti isi yang Tae Hee buatkan untuknya.
Rae Won mengulas senyumnya memperhatikan punggung putrinya yang bergerak menjauh
setelah merebut gagang telepon dari tangannya. Lantas pandangannya ia alihkan ke arah
Tae Hee yang sudah menunggunya untuk sarapan bersama diteras depan.
"Apa kau sudah akrab dengannya"" Tanya Rae Won menyesap teh hangat racikan istrinya.
Tae Hee yang sedang memotong-motong roti isi menjadi beberapa bagian diatas piring,
menghentikan kegiatannya sebentar.
"Menurutmu, siapa yang paling cantik diantara kami. Aku atau putrimu"" Pertanyaan itu
serta merta membuat Rae Won tercengang. dan mengalihkan kecemasannya yang takut
salah menjawab itu dengan menancapkan garpunya pada salah satu roti yang sudah Tae
Hee potong-potong tadi kemudian memakannya.
"Kenapa kau bertanya seperti itu" Itu kan hal yang sangat sulit untuk mencari
jawabannya, karena kalian berdua sama-sama cantik." Ungkapnya mencari aman.
"Ya, kau benar. Dan perasaan kebingungan seperti itulah yang tengah aku rasakan dari
sikap putrimu. Dia gadis yang sangat baik, dan dia juga memanggilku ibu. Hanya saja,
sampai saat ini dia belum pernah menceritakan tentang kehidupannya. Bukankah orang
yang merasa nyaman akan selalu menceritakan semuanya pada orang yang membuatnya
nyaman"" Balas Tae Hee yang langsung mendapat pelukan hangat dari suaminya.
"Bersabarlah sayang, aku yakin .. Sebentar lagi, kalian berdua akan menjadi pasangan ibu
dan anak yang tidak dapat terpisahkan." Ujar Rae Won menyemangati, setelah itu
mengecup sayang kening Tae Hee.
Merasa diabaikan kehadirannya, Jin Woo yang sedari tadi berdiri tidak jauh dari mereka
pun berdehem. "Ehm ! Sepertinya kedatanganku tidak tepat waktu. Keharmonisan kalian benar-benar
membuatku iri." Sindirnya memasang ekspresi wajah tidak suka. Tae Hee yang mengenal
betul siapa pemilik suara itu segera menoleh dan langsung menghambur merengkuh erat
Next Love Karya Rainsy92 di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tubuh Jin Woo. "Putraku, aku merindukanmu sayang !" Ungkapnya mengecup pipi Jin Woo kiri dan kanan.
Rae Won yang melihat kedekatan antara istri dengan anaknya itu menggeser kursinya.
Untuk menyapa Jin Woo. "Kau, Kim Jin Woo""
Jin Woo tersenyum simpul menatap Rae Won. "Benar, aku Kim Jin Woo. Salam kenal, ayah
.." Balasnya bersikap seformal mungkin dengan membungkuk 90 derajat.
Rae Won terkekeh geli menerima salam dari putranya itu. Rasanya memang aneh baru
memperkenalkan putra dan putrinya setelah mereka menikah. Namun memang beginilah
keadaannya. Rae Won tidak dapat memperkenalkan So Eun sebelumnya, karena putrinya
itu sibuk kuliah di Lost Angels. Tidak jauh berbeda dengan Tae Hee yang tidak dapat
memperkenalkan Jin Woo sebelum-sebelumnya, karena putranya itu selalu sibuk
berkeliling asia dengan boybandnya.
"Tidak perlu seformal itu padaku Jin Woo. Anggap saja aku seperti temanmu, agar
hubungan kita bisa semakin akrab bagaimana bro"" Ujar Rae Won memberi usul.
"Baiklah, kalau begitu aku ambil sarapan ayah ya"" Sahutnya meraih piring berisi roti isi
milik Rae Won yang ada diatas meja. Tae Hee yang melihat tingkah putranya yang tidak
sopan itu hendak menegur Jin Woo namun ditahan oleh Rae Won yang justru
melarangnya. "Oh iya, dimana kamarku bu" Perjalanan dari Jepang kemari sangat melelahkan. Aku ingin
cepat-cepat istirahat." Lanjutnya dengan mulut yang dipenuhi roti, melangkah memasuki
rumah. "Biar ibu antar, kamarmu ada dilantai dua." Timpal Tae Hee menyusul Jin Woo masuk ke
dalam rumah. "Rumah ini bagus, apakah ayah sengaja menyewa rumah ini untuk bulan madu kalian""
Tanya Jin Woo melihat-lihat isi rumah.
"Menyewa" Ini rumah pantai milik ayahmu pribadi. Ya, meski sebelumnya rumah ini
sengaja dibangun untuk mendiang istrinya dulu."
"Ooh .. Jadi begitu, lalu dimana saudara tiriku" Apakah noonaku itu sedang berada
dikamarnya"" "Mungkin saja begitu. Atau mungkin sedang berada dihalaman belakang mengobrol dengan
teman kuliahnya di LA. Kau tunggu disini sebentar ya sayang, ibu lupa belum merapihkan
kamarmu." Ujarnya melangkah menuju lantai dua.
Jin Woo yang tengah berdiri tepat didepan tangga, tertegun mendengar kata "LA" yang
ibunya sempat ucapkan barusan. Terlebih lagi, dari tempatnya berdiri sekarang Jin Woo
"dapat melihat seorang gadis tengah duduk disebuah ayunan yang berada dihalaman
belakang sembari menggenggam telepon yang ia lekatkan ditelinganya. Jin Woo hendak
menghampiri gadis itu, namun urung ia lakukan ketika suara ibunya yang berada dilantai
atas memanggil-manggil namanya.
"Iya bu ! Aku segera datang !!" Balas Jin Woo berseru, bergegas menaiki anak tangga
menuju lantai dua. Teriakan Jin Woo barusan membuat So Eun yang tengah asyik menelepon terkesiap.
"Suara itu .. Kim Jin Woo." Gumam So Eun yang ternyata masih menyimpan rekaman suara
mantan kekasihnya itu dengan baik. Merasa dirinya hanya tengah berhalusinasi saja, So
Eun pun menggeleng-gelengkan kepalanya cepat. Dan memilih untuk melanjutkan
kegiatannya yang sempat tertunda tadi.
**** Dilantai atas, Tae Hee tengah menunjukkan pemandangan pantai yang indah pada Jin
Woo ketika ia membuka jendela kamar yang akan dihuni putranya. Bukannya mendengar
ibunya bicara, ia justru lebih tertarik memperhatikan sebuah bingkai foto yang terpajang
diatas sebuah nakas di lorong kamarnya.
"Ibu, apakah dia .. Saudara baruku"" Tanyanya menunjuk gambar dalam bingkai foto
dengan sebuah pot kecil berisi bunga tulip putih yang berada disampingnya.
"Ya benar, dia saudaramu. Namanya Kim So Eun, dia noonamu sekarang."
Mendengar pernyataan itu, Jin Woo bergegas menuruni tangga dan langsung menuju
pintu belakang. Tepat diambang pintu, kakinya tertahan. Meski hatinya memaksa untuk
melanjutkan langkahnya untuk maju, namun sebagian dalam dirinya yang lain justru
menentang keinginan itu dan berhasil membekukan kaki Jin Woo.
Jin Woo hanya dapat memandangi So Eun dari kejauhan yang masih berada disebuah
ayunan kembali merasa terpesona. Memperhatikan dengan seksama betapa indahnya
makhluk Tuhan yang satu ini saat berbicara, tersenyum dan tertawa. Tanpa terasa selaput
tipis berwarna bening sudah menutupi kornea mata Jin Woo membuatnya terhenyak,
menyadari bahwa status Kim So Eun saat ini adalah kakaknya. Jin Woo melangkah mundur
setelahnya dan memilih untuk pergi dari tempat itu.
So Eun yang merasakan kehadiran seseorang dibelakangnya langsung menoleh, namun
tidak mendapati siapa-siapa disana. Kedua kakinya yang sedari tadi berada diatas ayunan,
perlahan ia turunkan menapaki tanah yang menghijau, ditumbuhi rumput-rumput kecil
yang menjadi pijakan kaki gadis cantik itu. So Eun memicingkan matanya tajam setelah
menemukan sebuah kertas tertempel di jendela dapur.
" Mianhae, Nooona .. "
Tanpa berpamitan lebih dulu pada Ji Hyun diseberang sana, So Eun mendadak langsung
mematikan telepon yang masih dalam genggamannya, tepat setelah gadis itu membaca
tulisan yang tertera dalam kertas didepannya. Tanpa diperintah, jemari So Eun bergerak
dengan sendirinya meraba tulisan hangul dari balik kaca jendela, matanya berbinar.
Teringat kembali siapa yang sempat menulisan kalimat ini padanya dua tahun yang lalu.
"Jin Woo." Panggilnya yang langsung memasuki rumah, mengedarkan pandangannya ke
segala penujuru arah untuk mencari sosok yang mungkin memang sedang berada
disekitarnya. Tepat dimeja dapur, So Eun kembali menemukan secarik kertas berisi pesan
untuknya. From : Your Brownies. Aku kembali noona .. Tapi sekarang aku bukanlah kue
browniesmu yang memiliki rasa sangat manis. Aku sudah berubah menjadi sebuah
obat yang pahit namun dapat menyembuhkam segala penyakit. Itu aku lakukan agar
kau tidak meninggalkanku lagi dengan alasan aku terlalu manis untukmu. Noona, I
Love You Mata So Eun berkaca-kaca membaca pesan itu, ada rasa menyesal dan rasa bersalah yang
teramat sangat didalam hatinya jika mengingat perpisahannya dengan Jin Woo dua tahun
silam. Ditengah keterharuannya tiba-tiba saja sepasang tangan sudah melingkar
diperutnya. "Halo, noona .." Bisik Jin Woo menyapa So Eun dengan memeluknya erat dari belakang.
**** "Apakah kalian pernah mendengar pernyataan yang menyebutkan bahwa kesempatan itu
hanya akan datang satu kali saja dalam hidupmu" Bagiku itu pernyataan yang salah
kaprah, karena faktanya. Kesempatan akan selalu datang berkali-kali dalam hidupmu jika
kau mau berusaha keras untuk memperjuangkannya."- Kim Jin Woo, Next Love
To be continued ... ?"Layaknya pantai yang menjadi akhir dari sebuah daratan dan menjadi awal dari hamparan
laut lepas. Sebuah akhir dari jalinan hubungan antar kekasih bisa saja menjadi awal dari
jalinan hubungan lain yang nantinya akan jauh lebih kekal. Akan tetapi, hubungan kekal
seperti apakah itu" Yang mampu membuat perbedaan nampak jelas membentang antara
daratan dan lautan dapat berbaur, menyatu menjadi sebuah tempat yang indah bernama
pantai. *** So Eun yang merasa pelukan Jin Woo semakin erat merengkuh tubuhnya dalam sekejap
menggeliat kecil, berontak melepaskan diri dari dekapan hangat yang sesungguhnya
sangat-sangat ia rindukan. Cairan bening yang hampir menetes dipipi So Eun sesegera
mungkin ia menyekanya, sebelum si pemilik tubuh yang mendekapnya dari belakang
menolehkan kepalanya ke samping untuk melihat ekspresi wajah So Eun saat ini.
"Jin Woo .. Lepaskan aku," Pintanya terdengar pelan dengan kedua tangannya yang mulai
berusaha untuk melepaskan rengkuhan lengan Jin Woo diatas perutnya. Namun pria itu
mengabaikan begitu saja permintaan mantan kekasihnya yang saat ini sudah berstatus
sebagai kakaknya. Rainsy Library Korean Fanfiction Pengetahuan Indonesia Story T entang Rainsy On going ! T ranslate T his Blog Kategori "Aku merindukan kita," Bisik Jin Woo yang masih bersikeras bertahan untuk memeluk So
Eun. "Hubungan kita sudah berakhir Jin Woo. Kau bukan lagi bagian dari kita. Dan kita tak lagi
bersama cinta." Ucap gadis itu berusaha semakin gigih untuk membebaskan diri, namun
pertahanan Jin Woo begitu sulit untuk diruntuhkan.
Pelukan mereka baru dapat terlepas setelah derap langkah kaki terdengar semakin jelas
menuruni tangga. Itu Tae Hee yang penasaran ingin mengetahui alasan kenapa putranya
bergegas pergi meninggalkannya setelah mendengar nama So Eun. Wanita yang usianya
hampir menginjak setengah abad namun masih terlihat cantik itu mendapati Jin Woo dan
So Eun berdiri bersebelahan di dapur, ekspresi wajah mereka nampak canggung dan mata
mereka sama-sama terlihat sembab.
"Jin Woo, apa kau sudah mengenal So Eun sebelumnya"" Tanyanya yang langsung diiyakan
oleh putranya. "Yya, aku mengenalnya. Bahkan sangat mengenalnya. Karena dulu kami pernah .."
"Kami pernah satu sekolah bu. Jin Woo, dia adik kelasku." Sela So Eun memotong ucapan
Onion Of Love (9) FF Special (13) Fabel (1) Fanfiction (39) Fanfiction Action (18) FF Saeguk (23) Lyric Melody (3) Pengetahuan (6) FF Fantasy (25) For Love One House (12) Indonesia punya cerita (36)
Simple Fanfiction (8) T he Only Earth (11) ""Kami pernah satu sekolah bu. Jin Woo, dia adik kelasku." Sela So Eun memotong ucapan
pria disampingnya, karena ia benar-benar tidak ingin Jin Woo mengatakan hal apapun
tentang hubungan tidak normal mereka dimasa lalu.
Tae Hee mengangkat sepasang alisnya ke atas, terkejut mengetahui bahwa kedua
anaknya pernah satu sekolah dan saling mengenal pula, ia terkekeh lega setelahnya.
"Syukurlah kalau ternyata kalian berdua sudah saling mengenal sebelumnya. Itu terdengar
melegakan untukku yang sebelumnya memiliki pikiran buruk bahwa kalian berdua tidak
akan akur jika disatukan menjadi saudara."
Jin Woo mengulas senyumnya tipis, ia kembali merangkul So Eun dengan sebelah
tangannya. "Tenang saja, ibu tidak perlu mengkhawatirkan itu. Karena sebelumnya aku
Pendekar Pedang Sakti 6 Pendekar Mabuk 019 Pembantai Berdarah Dingin Amanat Marga 11
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama